Anda di halaman 1dari 7

Nama : Athallah Yafi Altaf Iswahyudi

NIM : 15121005

Tugas 4 Geodesi Satelit

Nomor 1

a. Datum G. Genuk
Pembuatan jaring triangulasi di Pulau Jawa dimulai dari tahun 1862 dan selesai pada tahun 1880,
dalam jaring triangulasi diperlukan titik representasi triangulasi (initial point) yang kemudian akan
dijadikan patokan dalam komputasi data triangulasi, initial point Pulau Jawa berada pada titik
P520 yaitu di Gunung Genuk. Datum Gunung Genuk atau yang biasa disebut datum Batavia atau
datum Jakarta digunakan sebagai datum untuk titik-titik triangulasi Sumatera, Jawa, Bali, Lombok
sampai Nusa Tenggara. Bersesuaian dengan namanya, datum Gunung Genuk terletak di Gunung
Genuk, Jawa tengah di titik P520. Lintang dan azimut geodetiknya ditetapkan posisi lintang
astronomis dan azimut astronomis ke suatu titik dari titik P520. Hasil dari pengukuran bujur
astronomis maka bujur geodetic ditetapkan pada titik P126 di Jakarta kemudian titik P520
ditentukan dengan mentrasferkan hasil bujur geodetic yang ada di Jakarta (P126) dengan
hubungan triangulasi dengan ellipsoid referensi Bessel 1841. Koordinat geodetic titik P520
Gunung Genuk, Jawa Tengah adalah
• Lintang : 6° 26′53.4" S
• Bujur : 110° 55′02.05" BT

b. Datum Indonesia
Pada awal tahun I970-an pemanfaatan satelit Doppler mulai berkembang di Indonesia. Pada
tahun 1974 di Sumatera dilakukan penentuan posisi dengan Satelit Doppler dengan
menghubungkan 6 titik Laplace mulai dari Banda Aceh sampai Gunung Dempo dan disatukan pula
dengan sistem datum Bangka-Riau yang sebelumnya terpisah dengan Sumatera. Demikian pula
sistem kontrol di Selat Malaka disatukan dengan menghubungkan 2 stasiun geodesi di Malaysia
Barat dengan beberapa posisi titik kontrol di Sumatera Timur dengan Satelit Doppler.

Pengikatan ke beberapa datum yang tcrpisah mcmungkinkan untuk membuat datum baru scbagai
kcrangka acuan Geodcsi. Maka BAKOSURTANAL menetapkan ellipsoid referensi baru yang
mempunyai parameter yang sama dengan parameter elipsoid GRS-1967 dan diberi nama Sferoid
Nasional Indonesia (SNI) Parameter elipsoidnya adalah a = 6.378.160,00 m, 1/f = 298,250 (Suboryn
& Matindas. 1995). Untuk menentukan orientasi SNI dalam ruang. ditentukan titik datum relatif
dengan titik eksentrik dan titik A pada basis Pidang 1884 sebagai titik datum dengan posisi:
• Lintang : 0" 52' 38.414" S
• Bujur : 100° 22' 08.804" T

Orientasi dari SNI ditetapkan bersinggungan dengan NWL-9D di titik datum dm sumbu koordinat
kedua elipsoid didefinisikan sejajar seperti gambar dibawah. Dengan mengkonversi posisi titik
datum ke sistem koordinat kartesian tiga dimensi pada kedua sistem SN1 dan NWL- 9D, maka
didapat parameter translasi sebagai berikut (Rais, 1976):

• ∆X = XNWL-9D - X SN1 = + 2.691


• ∆Y = YNWL-9D - Y SN1 = - 14.757
• ∆Z = ZNWL-9D - Z SN1 = + 0.224

Parameter translasi kedua sistem tersebut di atas perdefinisi ditetapkan berlaku untuk seluruh
wilayah Indonesia, sehingga hasil penentuan posisi dengan Satelit Doppler dapat ditransformasi
langsung kc satu sistem datum yang diberi nama Datum Indonesia 1974 (DI-1974). Peta-peta laut
yang memakai Datum Indonesia 1974 ini adalah pcta-peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dan
Lingkungan Laut Nasional (LLN). Peta-peta tersebut merupakan produksi bersama DISHIDROS dan
BAKOSURTANAL.

c. DGN (Datum Geodesi Nasional) 1995


Pengukuran Jaring Kontrol Horisontal Nasional (JKHN) dilaksanakan sejak tahun 1992 dengan
memanfaatkan teknologi GPS. Penyebaran titik ditempatkan secara merata di seluruh Indonesia
berjumlah 60 titik. JKHN ini diklasifikasikan sebagai orde 0. JKHN orde 0 ini diperapat lagi dengan
JKHN orde 1 dan diukur juga dengan GPS serta diikatkan dengan orde 0. Beberapa titik orde 0 dan
orde 1 ditempatkan pada titik yang mempunyai koordinat pada Datum Indonesia 1974 dan
merupakan titik sekutu scbanyak 38 titik. Dari 38 titik sekutu tersebut dihitung parameter
transformasi koordinat dari DI74 ke DGN 95 sebagai berikut (Subarya & Matindas 1995).
• XDGN95 = ∆X + skala (1 + RZ - RY).(X)DI74
• YDGN95 = ∆Y + skala (-RZ + 1 + RY).(Y)DI74
• ZDGN95 = ∆Z + skala (RY – RX + 1).(Z)DI74

Dimana:

• AX = - 1.977m ± 1.300m
• AY = - 13.060m ± 1.139m
• AZ = - 9.993 m ±3.584m
• Skala = 1 + k ; k = -1.037ppm±0.177ppm RX = - 0.164" ± 0.109"
• RY = -0.254" ± 0.060"
• RZ = - 0.689" ± 0.042"

Berdasarkan Keputusan Ketua Radan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional No.
HK.02.04/11/KA/96 ditetapkan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 1995) menggantikan DI74
(Kahar. 1997} Adapun parameter dari DGN 1995 adalah diadopsi dari elipsoid referensi WGS 1984
yaitu :

• a = 6378137,000 meter
• f = 298.157223563

Sejak diadakannya JKHN baik orde 0 maupun orde 1, beberapa survei pemetaan laut di Indonesia
telah diikatkan ke JKHN tersebut. Dengan demikian peta-peta yang dihasilkan mempunyai datum
DGN 1995. Karena DGN 1995 diturunkan dengan mengadopsi WGS 1984 peta-peta yang
dihasilkan tersebut pada keterangannya dikatakan dengan datum WGS 1984.

d. Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI2013)


Pada 17 Oktober 2013, diluncurkannya Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI 2013).
SRGI adalah suatu terminologi modern yang sama dengan terminologi Datum Geodesi Nasional
(DGN) yang lebih dulu didefinisikan, yaitu suatu sistem koordinat nasional yang konsisten dan
kompatibel dengan sistem koordinat global. SRGI mempertimbangkan perubahan koordinat
berdasarkan fungsi waktu, karena adanya dinamika bumi. Secara spesifik, SRGI 2013 adalah
sistem koordinat kartesian 3-dimensi (X,Y,Z) yang geosentrik. Implementasi praktis di permukaan
bumi dinyatakan dalam koordinat Geodetik lintang, bujur, tinggi, skala, gayaberat, dan
orientasinya beserta nilai laju kecepatan dalam koordinat planimetrik (toposentrik).

SRGI 2013 memperhitungkan aspek pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi.
Keberadaan wilayah Indonesia pada zona deformasi kerak bumi akibat interaksi pergerakan
lempeng tektonik dan aktivitas seismik mengakibatkan posisi suatu titik akan berubah sebagai
fungsi waktu. Dengan menyertakan laju kecepatan pergerakan lempeng tektonik, deformasi kerak
bumi dan informasi tanggal referensi waktu astronomi atau epoch, setiap perubahan posisi dapat
direkontruksi dengan teliti

e. WGS 1984
Pada akhir 1950-an, Departemen Pertahanan Amerika Serikat, bersama-sama dengan para
ilmuwan dari lembaga lain dan beberapa negara, mulai mengembangkan sistem dunia yang
dibutuhkan untuk data geodetik yang dapat dijadikan referensi dan mempunyai kompatibilitas
yang dibentuk antara koordinat dari wilayah yang terpisah. Upaya Angkatan Darat AS, Angkatan
Laut dan Angkatan Udara digabungkan untuk membangun Sistem Geodesi Dunia DoD 1960 (WGS
60). Posisi yang ditentukan oleh GPS ditentukan dalam datum WGS 84. Secara keseluruhan datum
WGS 84 mencakup dalam pendefinisian sistem koordinat yang bersifat geometris serta model
gaya berat bumi yang bersifat fisis. Sistem WGS 84 adalah sistem terestrial konvensional
(Conventional Terrestrial System, CTS ). Pendefinisian sitem koordinatnya mengikuti kriteria yang
ditetapkan oleh IERS (International Earth Rotation Sevice) yaitu sebagai berikut :
• Titik Nol koordinat terdapat pada pusat massa bumi ( Geosentrik ). Dimana massa bumi
mencakup lautan dan juga atmosfer.
• Skalanya adalah kerangka bumi lokal dalam terminologi relativitas dari gravitasi.
• Orientasi awal dari sumbu – sumbu koordinatnya adalah didefinisikan oleh orientasi
Bereau International de I’Heure ( BIH ) epok 1984.0.
• Sumbu Z mengarah ke IERS reference pole. Sumbu X nya berada dibidang ekuator dan
pada bidang IERS Reference Meridian ( IRM ). Sumbu Y tegak lurus terhadap sumbu X dan
sumbu Z, dan membentuk sistem koordinat tangan kanan ( Right Handed System ).
• Evolusi waktu dari orientasinya tidak mempunyai residu pada rotasi global terhadap
kerak bumi

Datum WGS 84 direalisasikan dengan menggunakan koordinat dan sistem penjejak (Tracking
Stations) yang didistribusikan secara global serta memiliki ketelitian absolutsekitar 1–2 meter.
Sejak januari 1987, Defence Mapping Agency (DMA) Amerika Serikat mulai menggunakan WGS 84
dalam menghitung orbit teliti (Precise Ephemeris) untuk satelit TRANSIT (Doppler). Dengan
parameter WGS84 sebagai berikut:

• Asal: Pusat massa Bumi didefinisikan untuk seluruh Bumi termasuk lautan dan atmosfer.
• Z-Axis: Arah Tiang Referensi IERS (IRP). Arah ini sesuai dengan arah BIH Kutub Terestrial
Konvensional (CTP) (zaman 1984,0) dengan ketidakpastian 0,005".
• Sumbu X: Persimpangan IERS Reference Meridian (IRM) dan pesawat yang melewati asal
dan normal ke sumbu Z. IRM bertepatan dengan BIH Zero Meridian (zaman 1984.0)
dengan ketidakpastian 0,005".
• Y-Axis: Melengkapi sistem koordinat orthogonal earth-Fixed (ECEF) dengan tangan kanan.
• Skala: Skalanya adalah bingkai Bumi lokal, dalam arti teori gravitasi relativistik. Sejajar
dengan ITRS.
• Orientasi: Diberikan oleh orientasi Bureau International de l'Heure (BIH) tahun 1984.0.
• Evolusi Waktu: Evolusi waktunya dalam orientasi tidak akan menciptakan rotasi global
sisa sehubungan dengan kerak.

f. PZ-90
PZ-90 merupakan sebuah sistem koordinat bumi yang bersifat geosentrik, dimana pusat massa
didefinisikan untuk seluruh bumi termasuk lautan dan atmosfer. Sistem koordinat PZ-90 adalah
sistem koordinat earth fixed. Dalam penentuan posisinya, PZ90 menggunakan GLONASS. PZ90
biasanya dimanfaatkan untuk orbital penerbangan dan juga membantu navigasi. Sumbu orientasi
dari PZ90 adalah sebagai berikut:
• Pusatnya berhimpit dengan massa bumi
• Sumbu Z berimpit dengan sumbu putar bumi yang melalui IRP (IERS Reference Pole) dan
BIH (International Bureau of Time) • Sumbu X terletak pada perpotongan dari ekuator
dan prime meridian yang melalui BIH (International Bureau of Time)
• Sumbu Y tegak lurus sumbu X dan Z yang membentuk sistem kaidah tangan kanan. PZ-90
mulai dibentukpada tahun 1990 menggunakan satelit geodesi seperti GEOIK, GLONASS,
ETALON, dan data gravitasi dari daratan dan laut

g. ITRF2014
ITRF merupakan kepanjangan dari International Terrestrial Reference Frame, yang mewakili
realisasi dari International Terrestrial Reference System (ITRS). ITRS pada prinsipnya adalah sistem
CTS yang direalisasikan dan dipantau oleh IERS (international Earth Orientation System). Tidak
seperti ITRF sebelumnya, ITRF 2005 dikontruksi dengan input data dibawah EOP (Earth
Orientation Parameters). Secara umum karakteristik dari sistem koordinat ITRS adalah sebagai
berikut:
• Sistem geosentrik, dimana pusat massanya didefinisikan untuk seluruh bumi, termasuk
lautan dan atmosfer
• Unit panjang yang digunakan adalah meter
• Sumbu-Z mengarah ke kutub CTP yang dinamakan IRP (IERS Reference Pole)
• Sumbu-X berada dalam bidang meridian greenwich yang dinamakan IRM (IERS Reference
Meridian) dan terletak pada bidang ekuator bumi
• Sumbu-Y tegak lurus denan sumbu-X dan sumbu-Z dan membentuk sistem koordinat
tangan kanan
• Evolusi waktu dari orientasi sistem kordinat dipastikan dengan menerapkan kondisi no-
netrotation dalam konteks pergerakan tektonik untuk seluruh permukaan bumi.

Sistem ITRS direalisasikan dengan koordinat dan kecepatan sejumlah titik yang tersebar diseluruh
permukaan bumi, dengan menggunakan metode-metode pengamatan VLBI, LLR, GPS, SLR, dan
Doris. Kerangka realisasinya dinamakan ITRF (International Terestrial Reference Frame). Kerangka
juga terikat dengan kerangka ICRF melalui pengamatan VLBI. Ketelitian koordinat ITRF sekitar 1-3
cm serta kecepatan dengan ketelitian 2-8 mm/tahun. Titiktitik ITRF ini terdapat pada semua
lempeng tektonik utama serta hampir semua lempenglempeng kecil. Akhirnya perlu ditekankan
bahwa koordinat titik dalam suatu kerangka ITRF tertentu juga dapat dihubungkan dengan
koordinat dalam kerangka ITRF lainnya atau kerangka koordinat lainnya seperti WGS72 dan
WGS84. Seandainya hubungan transformasi antara kedua kerangka koordinat (X1, Y1, Z1) dan (X2,
Y2, Z2). Pada saat ini, jaring kerangka ITRF dipublikasikan setiap tahunnya oleh IERS, dan pada
umumnya diberi nama ITRF-yy, dimana yy menunjukkan tahun terakhir dari data yang digunakan
untuk menentukan kerangka tersebut. Sebagai contoh, ITRF 1994 adalah kerangka koordinat dan
kecepatan yang dihitung pada tahun 1995 dengan menggunakan semua data IERS.

Nomor 2

Sistem-sistem koordinat CTS dan CIS dapat ditranformasikan antar sesamanya dengan menggunakan
besaran-besaran presesi, nutasi, gerakan kutub dan rotasi Bumi. Hubungan antara kedua sistem koordinat
dapat diilustrasikan secara geometris seperti pada gambar berikut: Misalkan koordinat suatu titik dalam
sistem CIS dan CTS dinyatakan sebagai berikut: 𝑋𝐶𝐼𝑆 = (𝑋1, 𝑌1, 𝑍1) 𝑋𝐶𝑇𝑆 = (𝑋𝑇, 𝑌𝑇, 𝑍𝑇) Maka
transformasi antar kedua sistem dapat dirumuskan sebagai berikut:

• 𝑋𝐶𝑇𝑆 = 𝑀𝑥 𝑆 𝑥 𝑁 𝑥 𝑃 𝑥 𝑋𝐶𝐼𝑆
• 𝑌𝐶𝑇𝑆 = 𝑀𝑥 𝑆 𝑥 𝑁 𝑥 𝑃 𝑥 𝑌𝐶𝐼𝑆

Keterangan:

• M = Matriks rotasi untuk gerakan kutub (polar motion)


• S = Matriks rotasi untuk rotasi bumi (earth rotation)
• P= Matriks rotasi untuk nutasi (nutation) NP= Matriks rotasi untuk presesi (precession)

Posisi rata-rata dapat di transformasikan dari epok referensi to (J2000) ke epok pengamatan sebenarnya.
Matriks rotasi untuk presesi (P) adalah :

• 𝑃 = 𝑅3(−𝑧)𝑅2(𝜃)𝑅3(−𝜁) 3

Dimana tiga besaran sudut rotasinya adalah:

• ζ = 0o.6406161T + 0o.0000839Tz + 0o.0000050T3


• z = 0o.6406161T + 0o.0003041Tz + 0o.0000051T3 Ө = 0o.5567530T - 0o.0001185Tz -
0o.0000116T3
• T = ( t – to ) adalah perhitungan tanggal julian 365.25 hari

Matrik rotasi untuk nutasi dapat dituliskan dalam persamaan matematis berikut:

• 𝑁 = 𝑅1 (− 𝜀 − ∆ 𝜀) . 𝑅3 (−∆ 𝛹) . 𝑅1 (𝑐)

dimana ε adalah kemiringan dari ekliptik, ∆ ε adalah nutasi dari kemiringan tersebut dan ∆Ψ adalah nutasi
pada bujur yang dihitung pada ekliptik.

• ε = 23o 26’ 21”.448 – 46”.845T – 0”.00059TZ + 0”.00183T3


• ∆Ψ = -17”.1996 sin Ω - 1”.3187 sin (2F – 2D + 2Ω) – 0”.2274 sin (2F - 2 Ω)
• ∆ ε = 9”.2025 cos Ω +0”.5736 cos (2F – 2D + 2Ω) + 0”.0927 cos (2F - 2 Ω)

dimana Ω adalah rata-rata bujur dari naiknya bulan (lunar ascending) dan D adalah rata- rata elongation
dari bulan ke matahari dan F = λM - Ω. Untuk transformasi dari CIS ke CTS kita perlu waktu bintang sejati
dengan referensi meridian Greenwich yang dikenal dengan GAST (Greenwich apparent Sidereal Time )
dan koordinat kutub ( xp, yp ) yang dikenal dengan parameter rotasi bumi ERP (Earth Rotation Parameters)
atau EOR (Earth Orientation Parameters) yang tidak dapat direpresentasikan dengan teori saja melainkan
harus diserai pengamatan melalui pengamatan astronomis, SLR, LLR, VLBI and GPS. Untuk matrik S sebagai
matrik untuk rotasi bumi adalah:

• 𝑆 = 𝑅𝑧 (−𝑥𝑝) 𝑅1(− 𝑦𝑝) 𝑅3(𝐺𝐴𝑆𝑇)

Dimana:

Dan 𝑥𝑝, 𝑦𝑝 adalah sudut kecil:

Struktur dari matriks M, S, N, dan P dapat di lihat di [Montenbruck & Gill, 2000]. Elemen-elemen dari
keempat matriks ini umumnya merupakan besaran yang nilainya berubah dengan waktu.
Referensi:

1. https://www.japos.co/2019/07/24/kepala-big-bersama-katopdam-iv-diponegoro-dan kepala-
departemen-teknik-geodesi-undip-resmikan-renovasi-
datum genuk/#:~:text=Datum%20gunung%20genuk%20atau%20yang,jawa%20tengah)%20di%
20titik%20P520.

2. https://titikcerah.wordpress.com/2010/11/02/sejarah-kerangka-geodetik-nasional/

3. https://srgi.big.go.id/news/8

4. https://georepository.com/datum_6238/Indonesian-Datum-1974.html

5. https://srgi.big.go.id/news/8

6. https://georepository.com/datum_6755/Datum-Geodesi-Nasional-1995.html

7. file:///C:/Users/razia/Downloads/15038-30518-1-SM.pdf

8. https://luthfiizzaty.wordpress.com/2014/03/05/sistem-referensi-geospasial-indonesia-srgi 2013/

9. https://skybrary.aero/index.php/World_Geodetic_System_1984_(WGS84)

10. https://confluence.qps.nl/qinsy/latest/en/world-geodetic-system-1984-wgs84- 182618391.html

11. https://en.wikipedia.org/wiki/PZ-90

12. https://www.unoosa.org/pdf/icg/2014/wg/PZ-90.11_2014.pdf

13. https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/2016JB013098

14. https://en.wikipedia.org/wiki/International_Terrestrial_Reference_System_and_Frame

15. https://link.springer.com/article/10.1007/s12210-017-0660-

16. Abidin, H.Z. 2007. Penentuan Posisi Dengan GPS dan Aplikasinya. Pradnya Paramita. Jakarta

17. Abidin H.Z. (2001). Geodesi Satelit. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Anda mungkin juga menyukai