Anda di halaman 1dari 11

Referensi atau rujukan atau acuan dibutuhkan dalam setiap kehidupan manusia, termasuk

juga pada pemetaan. Tanpa suatu acuan yang pasti, tidak akan ada ketertiban dan keteraturan
dalam setiap pekerjaan. Benturan kepentingan menjadi tidak terhindarkan dan ketidaksepakatan
akan menimbulkan konflik dengan mudahnya. Sistem referensi spasial merupakan sistem
(termasuk teori, konsep diskripsi fisis dangeometris, serta standar dan parameter) yang
digunakan dalam pendefinisian koordinat. Agar koordinat ini konsisten dan standar diperlukan
suatu sistem yang bisa menyatakan koordinat. Sistem tersebut adalah sistem referensi koordinat,
atau sering juga disebut sistem koordinat dan realisasinya dinamakan kerangka referensi
koordinat. Sistem referensi koordinat adalah sistem (termasuk teori, konsep, deskripsi fisis serta
standar dan parameter) yang digunakan dalam pendefinisian koordinat dari suatu atau beberapa
titik dalam ruang (Abidin, HA 2001).

2.2

BENTUK DAN UKURAN BUMI


Secara umum bentuk Bumi mendekati bola dengan jari-jari sekitar 6378 km. Kalau

dilihat secara lebih detail, bentuk Bumi pada prinsipnya agak tidak teratur. Gambar 2.1 dan 2.2
berikut menunjukkan penampang bentuk Bumi pada bidang-bidang ekuator dan bidang meridian
nol (meridian Greenwich).

Gambar 1 Penampang eksternal dari Bumi (geoid global), diadaptasi dari Vanicek & Krakiwsky
(1986). Pada Gambar ini perbedaan dengan ellipsoid diperbesar sekitar 10.000 kali; a
adalah sumbu panjang ellipsoid.

Gambar 2 Penampang meridian nol dari Bumi (geoid global), diadaptasi dari Vanicek &
Krakiwsky (1986). Pada Gambar ini perbedaan dengan ellipsoid diperbesar sekitar
10.000 kali; b adalah sumbu panjang ellipsoid.
Secara tiga-dimensi bentuk Bumi yang pada dasarnya tidak beraturan, ditunjukkan pada Gambar
2.3 berikut. Dari Gambar 2.1 dan 2.2 di atas terlihat bahwa bentuk Bumi secara matematis
mendekati ellipsoid biaksial dimana penampang ekuatorialnya berupa lingkaran dan penampang
meridiannya berupa ellips. Pada Gambar di atas, Bumi diwakili dengan geoid global, dimana
geoid sendiri adalah bidang ekuipotensial gaya berat Bumi yang mendekati muka laut rata-rata
secara global.

Gambar 3 Geoid global dari EGM96 (Earth Geoid Model 1996); countersy of Kosaith Prijatna.
Ketidakberaturan dari Bumi diperbesar sekitar 10.000 kali.

Berkaitan dengan ukuran ellipsoid yang digunakan untuk merepresentasikan Bumi, sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari pengamatan Bumi, telah dikenal

beberapa ellipsoid referensi dimana a dan b adalah panjang dari sumbu panjang dan sumbu
pendek ellipsoid, dan f adalah penggepengan dari ellipsoid, yang dihitung dari a dan b sebagai
berikut:

f = (a-b) / a (2.1)

Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa secara umum untuk ellipsoid referen

si yang merepresentasikan Bumi, a = 5373 km, b = 6357 km, dan f = 1/ 298.


2.4 SISTEM KOORDINAT

Dalam bidang geodesi dan geomatika, posisi suatu titik biasa nya dinyatakan
dengan koordinat (dua dimensi atau tiga dimensi) yang mengacu pada suatu sistem
koordinat tertentu. Sistem koora dinat itu sendiri didefinisikan dengan
menspesifikasi tiga parameter berikut, yaitu:

. lokasi titik asal (titik nol) dari sistem koordinat,

. orientasi dari sumbu-sumbu koordinat, dan

. besaran (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefinisikan posisi suatu


titik dalam sistem koordinat tersebut.

Setiap parameter dari sistem koordinat tersebut dapat dispesifikasikan lebih lanjut,
dan bergantung pada spesifikasi parameter yang digunakan maka dikenal beberapa
jenis sistem koordinat. Secara umum, sistem-sistem koordinat dapat dikategorikan
dalam

tiga kelompok besar, yaitu:

0 sistem koordinat terestrial,

' sistem koordinat selestial, dan ' sistem koordinat orbital.

Penjelasan yang lebih mendetail tentang sistem-sistem koordinat tersebut dapat


dilihat di [Krakiwsky & Wells, 1971]. Contoh dari suatu penspesifikasian parameter
sistem koordinat ditunjukkan pada Gambar 2.14.

Dalam penentuan posisi suatu titik di permukaan bumi, titik nol dari sistem
koordinat yang digunakan dapat berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem
koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan bumi (sistem
koordinat toposentrik). Kedua sistem koordinat diilustrasikan pada Gambar 2.15 dan
2.16 berikut.

Bab 2 SISTEM KOORDINAT


Posisi suatu titik dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif posisi
suatu titik dinyatakan dengan koordinat, baik dalam ruang satu, dua, tiga, maupun empat dimensi
(1D, 2D, 3D, maupun 4D). Perlu dicatat di sini bahwa koordinat tidak hanya memberikan
deskripsi kuantitatif tentang po sisi, tetapi juga pergerakan (trayektori) suatu titik seandainya
titik yang bersangkutan bergerak. Untuk menjamin adanya konsistensi dan standarisasi, perlu ada
suatu sistem dalam menyatakan koordinat. Sistem ini disebut sistem referensi koordinat, atau
secara singkat sistem koordinat, dan realisasinya umum dinamakan kerangka referensi koordinat.
2.1 SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT
Sistem referensi koordinat adalah sistem (termasuk teori, konsep, deskripsi fisis dan geometris,
serta standar dan parameter) yang digunakan dalam pendefinisian koordinat dari suatu atau
beberapa titik dalam ruang. Sedangkan kerangka referensi koordinat dimaksudkan sebagai
realisasi praktis dari sistem referensi, sehingga sistem tersebut dapat digunakan untuk
pendesla'ipsian secara kuantitatif posisi dan pergerakan titik-titik, baik di permukaan bumi
(kerangka terestris) ataupun di luar bumi (kerangka selestia atau ekstra-terestris). Kerangka
referensi biasanya direalisasikan dengan melakukan pengamatan-pengamatan geodetik, dan
umumnya direpresentasikan dengan menggunakan suatu set koordinat dari sekumpulan titik
maupun obyek (seperti bintang dan quasar). Sistem referensi koordinat dapat dikatakan sebagai
suatu idealisasi dari sistem koordinat, dan kerangka referensi koordinat adalah realisasi dari
sistem koordinat.
Dalam bidang geodesi satelit, untuk pendefinisian sistem referensi koordinat dan perealisasian
kerangka referensi koordinat yang optimal bagi titik-titik di permukaan Bumi maupun di luar
Bumi (seperti satelit), pemahaman tentang bentuk dan dinamika Bumi sangatlah diperlukan.

Oleh sebab itu berikut ini beberapa karaka teristik dari bentuk dan dinamika Bumi yang terkait
akan dijelas
kan.
2.3.1

UTM
Sistem UTM (Universal Transvers Mercator ) dengan system koordinat WGS 84 sering

digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan silinder yang membungkus
ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu
perputaran bumi) sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit
dengan garis bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisikan posisi horizontal dua
dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan conform yang memotong bumi
pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan
UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6 dan memiliki meridian tengah
sendiri. Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180 BB hingga 174 BB, zone 2 di mulai dari 174
BB hingga 168 BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174 BT sampai 180
BT. Batas lintang dalam sistem koordinat ini adalah 80 LS hingga 84 LU. Setiap bagian derajat
memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80 LS kearah utara. Bagian derajat dari
bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi
bagian derajat 80 LS hingga 72 LS diberi notasi C, 72 LS hingga 64 LS diberi notasi D, 64
LS hingga 56 LS diberi notasi E, dan seterusnya.

Gambar 3. Koordinat UTM


Sumber : www.google.com

2.3.3

KOORDINAT BIDANG PROYEKSI


Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau

keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua
dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang
memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Proyeksi diartikan
sebagai metoda/cara dalam usaha mendapatkan bentuk ubahan dari dimensi tertentu menjadi
bentuk dimensi yang sistematik.
Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah
ini sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. Karena
bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang
menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan. Oleh karena
permukaan bumi ini tidak rata alias melengkung-lengkung tidak beraturan, akan tetapi peta
membutuhkan suatu gambaran dalam bidang datar, maka diperlukan pengkonversian dari bidang
lengkung bumi sebenarnya ke bidang datar agar tidak terjadi distorsi permukaan bumi.
Tidak ada satu proyeksi yang mempertahankan geometri aslinya. Semua proyeksi
memiliki distorsi geometri. Macam macam proyeksi peta :
A. Proyeksi yang Mempertahankan Sifat Aslinya, yaitu:
1. Proyeksi Ekuivalen, dimana luas di atas peta sama dengan luas di permukaan bumi
( Mempertahankan luas permukaan )
2. Proyeksi Konform, dimana besar sudut antara penampang normal di elipsoid sama
dengan besar sudut pada bidang proyeksi. Jadi arah-arah di atas peta tetap dipertahankan
sesuai dengan keadaan sebenarnya di permukaan bumi. ( Mempertahankan bentuk yang
tetap )
3. Proyeksi Ekuidistan, dimana jarak di atas peta sama dengan jarak di permukaan bumi.
( Mempertahankan jarak yang tetap )
B. Proyeksi yang Menggunakan Bidang Proyeksinya, yaitu :

Gambar 4. Proyeksi Bumi pada Bidang Proyeksi


Sumber : www.google.com

1. Proyeksi Azimuthal
Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar. Sumbu simetri dari proyeksi ini
adalah garis yang melalui pusat bumi dan tegak lurus terhadap bidang proyeksi
2. Proyeksi Kerucut (Conic)
Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah
sumbu dari kerucut yang melalui pusat bumi.
3. Proyeksi Silinder (Cylindrical)
Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah
sumbu dari silinder yang melalui pusat bumi.
C. Proyeksi Berdasarkan Kedudukan Sumbu Simetris, yaitu :

Gambar 5. Proyeksi Bumi pada Kedudukan Sumbu Simetris


Sumber : www.google.com

1. Proyeksi Normal, apabila sumbu simetrisnya berhimpit dengan sumbu bumi.


2. Proyeksi Miring, apabila sumbu simetrinya membentuk sudut terhadap sumbu bumi.

3. Proyeksi Transversal, apabila sumbu simetrinya tegak lurus pada sumbu bumi atau
terletak di bidang ekuator. Proyeksi ini disebut juga Proyeksi ekuatorial.
2.3.4

Transformasi Bumi pada Bidang Datar


Bumi merupakan benda angkasa yang bentuknya hampir menyerupai bola air raksasa.

Karena bentuknya ini, permukaan bumi hampir mirip dengan bidang lengkung (permukaan
bola). Salah satu prinsip peta adalah mentransformasi bentuk muka bumi dalam bidang datar,
yaitu pada sehelai kertas atau pada bidang yang dapat didatarkan, seperti silinder dan kerucut.
Pada kenyataannya, sangatlah sulit menggambarkan bentuk muka Bumi ke dalam bidang datar
atau yang dapat didatarkan tanpa adanya kesalahan (kesalahan bentuk, ukuran, maupun jarak).
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses transformasi peta ini dikenal dengan
distorsi. Untuk mengurangi kesalahan atau penyimpangan dalam pembuatan sebuah peta, sangat
diperlukan sistem proyeksi.
Secara umum, proyeksi peta merupakan suatu fungsi yang merelasikan koordinat titiktitik yang terletak di atas permukaan suatu kurva (biasanya berupa elipsoid atau bola) ke
koordinat titik-titik yang terletak di atas bidang datar. Metode proyeksi peta bertujuan untuk
memindahkan pola-pola atau unsur-unsur yang terdapat di atas suatu permukaan ke permukaan
yang lain dengan menggunakan rumus-rumus matematis tertentu sehingga tercapai kondisi yang
diinginkan. Di bidang geodesi (pemetaan), secara khusus proyeksi peta bertujuan untuk
memindahkan unsur-unsur titik, garis, dan sudut dari permukaan bumi (elipsoid) ke bidang datar
dengan menggunakan rumus-rumus proyeksi peta sehingga tercapai kondisi yang diinginkan.
Tahapan reduksi dari permukaan bumi ke bidang datar :

Gambar 6. Reduksi Bumi pada Bidang Datar


Sumber : www.google.com

1. Reduksi ke permukaan Geoid : ketinggian permukaan air laut rata-rata

2. Reduksi ke permukaan Elipsoida Referensi : permukaan matematik yang mempunyai


bentuk dan ukuran seperti geoid

3. Reduksi ke bidang datar

3.1 Pendahuluan

Penentuan posisi adalah salah satu kegiatan untuk merealisasikan tujuan ilmu
geodesi. Sebelum memanfaatkan teknologi satelit dalam menentukan posisi,
penentuan posisi dilakukan dengan cara pengukuran di permukaan bumi.
Selanjutnya, posisi suatu titik mengacu pada titik lainnya. Untuk mudahnya marilah
kita tinjau penentuan posisi pada sistem bumi datar, lihat Gambar 3.1. Untuk
menentukan posisi titik P terhadap titik A, dilakukan pengukuran arah dan jarak dari
titik A ke P. Kalau P tidak sama tinggi dengan A, maka dilakukan pengukuran jarak
mendatar d atau jarak miring s, sudut miring m, atau sudut zenit z. Seperti uraian

pada Bab 2, pertama ditetapkan bidang datar melalui A sebagai bidang hitungan,
dan titik A dapat ditetapkan sebagai titik asal sistem koordinat serta ditetapkan pula
sembarang arah sebagai arah acuan. Jika arah utara astronomis ditetapkan sebagai
arah acuan, maka penentuan posisi dilakukan dalam sistem astronomi lokal.
Penentuan arah astronomis ditentukan dengan cara pengamatan bintang atau
matahari yang memerlukan waktu lama sehingga biasanya diambil arah utara yang
dapat ditentukan dengan kompas dan ditetapkan sebagai arah acuan. Arah dengan
nilai nol diambil sebagai

sumbu y positif.

Jika arah dari A ke titik P yang mengacu pada arah acuan sumbu y adalah a , maka
posisi 2D titik P adalah

xp=dsinoc dan y;:dcosoc

dan karena P tidak sama tinggi dengan A, maka tinggi P terhadap A adalah 2,, = t =
d tan m '

Dengan menggunakan prinsip pengukuran seperti yang diuraikan di atas


ditentukanlah posisi geodetik setiap titik di permukaan bumi, yang menggunakan
permukaan suatu ellipsoid referensi sebagai bidang acuan. Sebelum dijelaskan
tentang penentuan posisi geodetik, di bawah ini dijelaskan terlebih dahulu tentang
posisi astronomis. K

Anda mungkin juga menyukai