Anda di halaman 1dari 8

E-MBER (Eco-Marine Monitoring Based On Remote Sensing) :

MONITORING KAWASAN KONSERVASI DI PERAIRAN INDONESIA


DENGAN PENGINDERAAN JAUH
Aulia Try Atmojo(1), Johannes Riter(2)
1.
2.

Oseanografi, Universitas Diponegoro, email: auliatryatmojo@gmail.com


Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, email: johannesriter@gmail.com

Abstrak
Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut yang lebih
luas 2/3 dari daratannya. Berdasarkan kenyataan tersebut maka konservasi
terhadap kawasan perairan mutlak dilakukan. Akan tetapi program / metode
konservasi yang ada rata-rata melakukan monitoring langsung ke lapangan.
Eco-Marine Monitoring Based On Remote Sensing (E-MBER) ini
menambahkan dari metode monitoring daerah konservasi yang telah ada
sebelumnya yaitu metode monitoring langsung agar monitoring menjadi lebih
efektif. E-MBER dapat menjadi sebagai metode monitoring yang dapat digunakan
dalam pengawasan dan pengelolaan kawasan kawasan konservasi perairan yang
diharapkan penggunaannya tidak hanya untuk di Indonesia tapi juga di dunia
Internasional.
Eco-Marine Monitoring Based On Remote Sensing (E-MBER) diharapkan
menjadikan kelautan di Indonesia semakin berkualitas, maju, berkembang. Selain
itu, E-MBER dapat meningkatkan pemahaman masyarakat bahwa Indonesia
adalah bangsa maritim yang sangat menjaga keberlangsungan potensi-potensi
yang ada di laut Indonesia sehingga mampu menjadi poros maritim dunia.
Kata Kunci : Eco-Marine Monitoring Based On Remote Sensing, Konservasi,
Monitoring, Remote Sensing.

Eco-Marine Monitoring
Based On Remote Sensing.

I.

PENDAHULUAN
Daerah konservasi khususnya
perairan di Indonesia sudah sangat
banyak mencakup dari Sabang
sampai Merauke. Daerah Konservasi
Perairan adalah suatu bentuk
rekayasa teknik pemanfaatan ruang
di kawasan konservasi perairan
melalui batas- batas fungsional
sesuai dengan potensi sumber daya
dan daya dukung serta proses-proses
ekologis yang berlangsung sebagai
satu kesatuan Ekosistem (Permen KP
No 30 tahun 2010).
Sedangkan
hal
yang
sentimentil dilakukan dalam suatu
konservasi
adalah
monitoring.
Monitoring adalah suatu pengamatan
yang dilakukan secara berulang
dengan metode yang sama, dengan
tujuan untuk mengukur perubahan
yang terjadi sebagai dampak dari
kegiatan atau aksi pengelolaan.
Adapun parameter mesti menjamin
bahwa perubahan yang terjadi
merupakan dampak dari aksi
konservasi, bukan oleh faktor lain,
selain aksi konservasi apakah
konservasi itu berdampak baik, sama
saja ataupun malah berdampak tidak
baik. Tetapi menentukan parameter
yang akan dimonitor harus efektif
tidak semua parameter harus
dimonitor, dengan memperhatikan
tenaga dan dana yang tersedia untuk
keperluan ini (MPA, 1984).
Beberapa kegiatan monitoring
yang ada bisa mengukur dampak dari
aksi pengelolaan secara langsung.
Jenis monitoring lainnya hanya dapat
mengukur dampak aksi konservasi
setelah beberapa lama (MPA, 1984).
Akan tetapi kegiatan dan hasil dari
monitoring tersebut masih kurang
efektif apabila kegiatan monitoring
dilakukan pada daerah konservasi
yang luas dan aksesnya yang tidak

mudah untuk dijangkau maka hasil


nya daerah yang sudah dikonservasi
pun menjadi rusak kembali. Atas
dasar permasalahan tersebut maka
disusunlah suatu rancangan dalam
melakukan
monitoring
yaitu
Ecological Monitoring Based On
Remote Sensing (E-MBER) dimana
kajian monitoring ini dilakukan
berdasarkan
pendekatan
penginderaan
jauh
dengan
menggunakan citra satelit. Teknologi
penginderaan
jauh
mempunyai
kemampuan yang baik dalam
mengidentifikasi dan monitoring
laut. Satelit penginderaan jauh yang
digunakan
untuk
monitoring
perairan/laut adalah citra satelit
Landsat dan Aqua Modis (Hendiarti
et al., 2006).
II. LANDASAN TEORI
Indonesia Sebagai Negara Maritim
Indonesia merupakan negara
maritim yang memiliki wilayah laut,
sebesar 5,8 juta km2. Selain itu,
Indonesia memiliki lebih dari 17.504
pulau dan dikelilingi garis pantai
sepanjang
95.200
km
yang
terpanjang kedua setelah Kanada dan
berbatasan dengan beberapa negara.
Fakta fisik inilah yang membuat
Indonesia dikenal sebagai negara
maritim dan kepulauan terbesar di
dunia
(Dahuri,
2013)
Sesuai
ketentuan UNCLOS 1982, Indonesia
merupakan Negara Kepulauan dan
Maritim (Kusumoprajo, 2009). Luas
wilayah
kepulauan
Indonesia
mencapai 7,7 juta km2, terdiri dari
25% teritorial daratan (1,9 juta km2)
dan 75% teritorial laut (5,8 juta
km2).
Berdasarkan
kenyataan
tersebut maka konservasi terhadap
kawasan perairan mutlak dilakukan.
Upaya konservasi melalui KKP
diharapkan dapat meminimalisir dan

Eco-Marine Monitoring
Based On Remote Sensing.

mencegah kehilangan sumber daya


laut yang lebih parah, yaitu dengan
menyisihkan lokasi-lokasi yang
memiliki potensi keanekaragaman
jenis hewan maupun tumbuhan,
keunikan dan gejala alam, beserta
ekosistemnya menjadi beberapa zona
yaitu zona inti (daerah larang ambil),
zona perikanan berkelanjutan, zona
pemanfaatan dan zona lainnya (PP
No. 60/Tahun 2007 dan Permen KP
No 3 Tahun 2010).
Konservasi di Wilayah Perairan /
Laut Indonesia
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi Perairan (KKP) ialah
strategi yang tersusun atas berbagai
aksi yang diarahkan untuk mencapai
tujuan jangka panjang suatu kawasan
konservasi (MPA, 1984). Akan tetapi
kesadaran akan ancaman terhadap
sumberdaya laut tidak sebanding
dengan luas wilayah yang telah
dikonversi
di
seluruh
dunia.
Berdasarkan Laporan Departemen
Kelautan dan Perikanan, dari luas
seluruh samudera di dunia hanya
tersisih 1% diantaranya sebagai
kawasan
konservasi.
Untuk
Indonesia sendiri, dari luas laut yang
teritorial yang mencapai 3,1 juta
Km2 , hanya ada sekitar 7,2
Km2

sebagai kawasan konservasi

hingga akhir tahun 2006. Pemerintah


menargetkan pada tahun 2010
kawasan konservasi laut telah ada
seluas 10 juta Ha dan pada tahun
2020 menjadi 20 juta Ha (DKP,
2010).
Upaya
Monitoring
Konservasi

Kawasan

Monitoring ialah kegiatan


pemantauan yang dilakukan secara

berulang untuk menilai dampak


keberhasilan tindakan konservasi
dalam mengurangi ancaman atau
meningkatkan status kesehatan target
konservasi. Secara umum tujuan
utama dari monitoring ialah sebagai
berikut : Memberikan informasi agar
pengelolaan bisa adaptif, Mengukur
kinerja pengelolaan, Menunjukkan
keberadaan pengelola di lapangan
Memberikan informasi mengenai
pengelolaan
suatu
Kawasan
Konservasi perairan / laut hanya
efektif
bila
didasarkan
pada
pengetahuan yang tepat tentang
bagaimana manusia mempengaruhi
keberadaan sumber daya di dalam
kawasan. Pengukuran ancaman,
rancangan strategi dan pengukuran
untuk
menurunkan
berbagai
ancaman, memerlukan informasi
yang terkini tentang siapa yang
melakukan, dimana dan kapan di
dalam kawasan. Informasi ini hanya
dapat diperoleh melalui monitoring
secara berkala (MPA, 1984).
Penginderaan Jauh
Lillesand dan Kiefer (dalam
Sutanto,
1986)
mendefinisikan
Penginderaan jauh sebagai Ilmu dan
seni untuk memperoleh informasi
tentang obyek, daerah, atau gejala
dengan jalan menganalisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat
tanpa kontak langsung terhadap
obyek, daerah, atau gejala yang
dikaji. Alat yang dimaksud adalah
sensor dari satelit sedangkan data
yang dihasilkan berupa citra satelit.
Saat ini satelit penginderaan jauh
yang banyak digunakan antara lain:
Landsat, SPOT, NOAA, Ikonos, dan
Quick Bird. Penginderaan Jauh
merupakan terjemahan dari istilah
remote sensing, adalah ilmu,
teknologi
dan
seni
dalam

Eco-Marine Monitoring
Based On Remote Sensing.

memperoleh informasi mengenai


objek atau fenomena di (dekat)
permukaan bumi tanpa kontak
langsung
dengan
objek
atau
fenomena yang dikaji, melainkan
melalui media perekam objek atau
fenomena yang memanfaatkan energi
yang berasal dari gelombang
elektromagnetik dan mewujudkan
hasil perekaman tersebut dalam
bentuk citra. Pengertian 'tanpa
kontak langsung' di sini dapat
diartikan secara sempit dan luas.
Secara sempit berarti bahwa memang
tidak ada kontak antara objek dengan
analis, misalnya ketika data citra
satelit diproses dan ditransformasi
menjadi peta distribusi temperatur
permukaan pada saat perekaman.
Secara luas berarti bahwa kontak
dimungkinkan
dalam
bentuk
aktivitas 'ground truth', yaitu
pengumpulan sampel lapangan untuk
dijadikan dasar pemodelan melalui
interpolasi dan ekstrapolasi pada
wilayah yang jauh lebih luas dan
pada kerincian yang lebih tinggi
(Sutanto,1986).

III.
PEMBAHASAN
Konsep Gagasan Yang Diusulkan
Konsep
gagasan
yang
diusulkan adalah dengan membuat
program
monitoring
daerah
konservasi yang lebih efektif dari
program monitoring yang sudah ada
tanpa
menghilangkan
program
tersebut.
Adapun
program
monitoring
yang
sudah
ada
sebelumnya
pada
dasarnya
dibedakan dalam 4 (empat) kategori,
ialah : 1. Monitoring biologi atau
ekologi, 2. Monitoring sosial
ekonomi,
3. Monitoring pola
pemanfaatan sumber daya, dan 4.
Monitoring Insidental (MPI, 1984).
Program monitoring yang kami
usulkan
adalah
monitoring
menggunakan penginderaan jauh
(Eco-Marine Monitoring Based On
Remote Sensing) atau disingkat EMBER. Diagram Alir Rencana
Program adalah sebagai berikut :

KKP
(Kawasan Konservasi Perairan)

E-MBER
(Eco-Marine Monitoring Based
On Remote Sensing)
- Pengumpulan database daerah
konservasi
- Pembangunan E-MBER Database
Map
- Pembangunan sistem inderaja

MDL
(Monitoring Dampak
Langsung )
Monitoring
Bio/Ekologi
Monitoring
Pola
Monitoring
Monitoring
Pemanfaatan
Sosial/Ekonomi
Insidental
SDA

Output

Monitoring Berbasis
Remote Sensing

Citra Satelit
Eco-Marine Monitoring
Integrated
(Aster,
Landsat,Based On Remote Sensing.
E-MBER
- Peta
Data
Modis)
Laporan
Database Map
Processing

Gambar 1. Diagram Alir Rencana


Program

Maksud diagram alir rencana


program di atas adalah dalam suatu
Pengelolaan Kawasan Konservasi
Perairan (KKP) terdapat suatu
monitoring
terhadap
kawasan
konservasi
tersebut.
Konsep
monitoringnya adalah E-MBER
(Eco-Marine Monitoring Based On
Remote Sensing) dimana point
penting E-MBER ini berada pada
pengumpulan
database
daerah
konservasi, pembangunan sistem
inderaja dan database digital. Tujuan
menghimpun
database
daerah

konservasi dilakukan agar kita dapat


mengetahui daerah-daerah mana saja
yang merupakan daerah konservasi
khususnya
kawasan
konsevasi
perairan di Indonesia. Data tersebut
diperoleh dari instansi pemerintah
yang terkait dengan kawasan
konservasi
seperti
KKP
( Kementerian Kelautan Perikanan),
BTN ( Balai Taman Nasional ), KLH
(Kementerian Lingkungan Hidup)
dan sebagainya. Adapun LSM
( Lembaga Swadaya Masyarakat )
yang terkait dengan kawasan
konservasi seperti WWF (World
Wide Fund for Nature), TNC ( The
Nature Conservancy ), CTC (Coral
Triangle Center) dsb. Pembangunan
database digital adalah kelanjutan
dari pengumpulan database digital.
Setelah data daerah konservasi
tersebut
terhimpun
maka
dibangunlah suatu database digital
yaitu berupa peta dan atribute nya
dalam bentuk SIG ( Sistem Informasi
Geografis ) secara digital atau bisa
dikatakan peta digital kawasan
konservasi. Peta ini berfungsi untuk
menampilkan jenis-jenis daerah
konservasi berdasarkan atribute nya,
misal kawasan dengan atribute
seperti ini di Karimun Jawa
merupakan kawasan konservasi
terumbu karang. Sedangkan kawasan
dengan atribute seperti ini di
Kepulaun seribu merupakan kawasan
konservasi mangrove. Jadi dengan
peta digital ini kita dapat mengetahui
suatu kawasan konservasi dan jenisjenisnya di seluruh Indonesia.
Setelah membuat peta digital
kawasan konservasi dilakukanlah
suatu monitoring terhadap kawasan
tersebut. Program monitoring EMBER terbagi dua yaitu monitoring
dampak langsung dan monitoring
berbasis Remote Sensing. Monitoring
dampak
langsung
mencakup

Eco-Marine Monitoring
Based On Remote Sensing.

monitoring
biologi/ekologi,
monitoring
sosial/ekonomi,
monitoring pola pemanfaatan SDA,
monitoring insidental dimana semua
unsur di atas saling berhubungan satu
dengan yang lain. Monitoring
berbasis Remote Sensing merupakan
inti dari E-MBER dimana program
monitoring ini menggunakan data
citra hasil dari perekaman satelit.
Citra satelit yang digunakan antara
lain citra Aster, LANDSAT, Modis.
Citra yang disebutkan sebelumnya
dapat digunakan untuk memonitoring
luasan tutupan karang, luasan
kawasan mangrove, suhu dan
sebagainya. Jadi dengan program
monitoring berbasis Remote Sensing
dapat diketahui suatu keadaan
kawasan konservasi secara real time
atau terkini tanpa harus turun
langsung ke lapangan. Setelah
dilakukan
monitoring
dampak
langsung dan monitoring berbasis
Remote
Sensing
dilakukan
pengolahan data secara terintegrasi.
Hasil
yang
didapatkan
dari
pengolahan data tersebut berupa
peta,
monitoring
report
dan
sebagainya. Hasil ini dapat berguna
untuk siapapun antara lain untuk
masyarakat yang ingin mengetahui
perkembangan
suatu
kawasan
konservasi di Indonesia khususnya
konservasi perairan. Sedangkan
untuk
instansi-instansi
terkait
maupun
Lembaga
Swadaya
Masyarakat
yang
berhubungan
dengan konservasi dapat dijadikan
pedoman
dalam
melakukan
kebijakan pengelolaan kawasan
konservasi khususnya konservasi
perairan.
Pihak
Pihak
yang
Dipertimbangkan
Dapat
Bekerjasama/Bersinergi dalam
E-MBER

1. Kementerian
Kelautan
dan
Perikanan serta Kementerian
Lingkungan Hidup Republik
Indonesia.
2. Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
Indonesia
(LIPI),
Badan
Pengkajian
dan
Penerapan
Teknologi
(BPPT),
serta
Perguruan Tinggi.
3. Kementerian Riset dan Teknologi.
4. Kementerian
Pariwisata
dan
Ekonomi Kreatif.
5. Badan Informasi Geospasial.
6. Lembaga lembaga konservasi
seperti WWF, CTC, TNC dan lain
lain
IV.

KESIMPULAN

Gagasan yang kami beri judul


E-MBER (Eco-Marine Monitoring
Based On Remote Sensing) :
Monitoring Kawasan Konservasi Di
Perairan
Indonesia
Dengan
Penginderaan Jauh merupakan
sebuah gagasan dengan maksud
utama
yaitu
sebagai
metode
monitoring yang dapat digunakan
dalam pengawasan dan pengelolaan
kawasan
kawasan
konservasi
perairan
yang
diharapkan
penggunaannya tidak hanya untuk di
Indonesia tapi juga di dunia
Internasional.
Prediksi masa depan dengan
adanya E-MBER adalah monitoring
dibidang kelautan di Indonesia
semakin
berkualitas,
maju,
berkembang dan mampu menjadi
metode monitoring yang digunakan
di dunia internasional. Selain itu, EMBER
dapat
meningkatkan
pemahaman
masyarakat
bahwa
Indonesia adalah bangsa maritim
yang
sangat
menjaga
keberlangsungan
potensi-potensi
yang ada di laut Indonesia sehingga

Eco-Marine Monitoring
Based On Remote Sensing.

mampu
dunia.

menjadi

poros

maritim

V.

REFERENSI

Hendiarti, N., M. Sadly, M. C. G.


Frederik, R. Andiastuti dan A.
Sulaiman.
2006.
Riset
Pemantauan Dinamika Laut
Indonesia.
Badan
Riset
Kelautan
Perikanan,
Departemen Perikanan dan
Kelautan RI, Jakarta, 126 hlm.
Marine and Coastal Protected Areas:
A Guide for Planners and
Managers, edited by R.V. Salm
and J.R. Clark. IUCN, 1984.
Kusumoprajo, W S. 2009. Indonesia
Negara
Maritim.
Teraju.
Jakarta.
Dahuri, Rokhmin. 2013. Momentum
Mengembalikan
Kejayaan
Negara
Maritim.http://www.koransind
o.com/node/351114. 10 Mei
2015 (21:32).

Eco-Marine Monitoring
Based On Remote Sensing.

Sutanto, Prof, Dr. 1986. Pengindraan


Jauh Jilid 1. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta

Eco-Marine Monitoring
Based On Remote Sensing.

Anda mungkin juga menyukai