Anda di halaman 1dari 35

PEMBANGUNAN

PELABUHAN
PATIMBAN DI
SUBANG

METODOLOGI PEMETAAN

Aulia Try Atmojo (251 18 011)

Mei Handayani (251 18 019)


PENDAHULUAN STUDI PELABUHAN

OUTLINE
HIERARKI
PELABUHAN

GAMBARAN UMUM
METODOLOGI STUDI
LOKASI STUDI
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

DASAR HUKUM
LATAR BELAKANG

– Menekan biaya logistik dengan mendekatkan pusat produksi (industri manufaktur)


dengan outlet pelabuhan;
– Memperkuat ketahanan perekonomian dengan menyediakan backup outlet
pelabuhan yang melayani wilayah yang menghasilkan 70% kargo dalam negeri;
– Menurunkan tingkat kemacetan di Ibukota Negara dengan memindahkan sebagian
trafik angkutan berat ke luar wilayah ibukota;
– Menekan penggunaan BBM bersubsidi dan meningkatkan utilisasi truk container
dengan memperpendek jarak tempuh dari industri manufaktur ke pelabuhan;
– Menjamin keselamatan pelayaran dan area eksplorasi migas di kawasan lepas pantai
Utara Jawa Barat.
DASAR HUKUM

Terdapat 26 Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang kepelabuhan. Secara garis besar,
merupakan pertimbangan dari:
– UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
– PP Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan
– PP Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas PP Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhan
– Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
– Permenhub KP 745 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional
– Surat Gubernur Jawa Barat Nomor 550.33/5917/Dishub tanggal 16 Desember 2016 perihal
Rekomendasi untuk Penerbitan Penetapan Lokasi Pelabuhan Patimban di Daerah Kab. Subang
– Surat Bupati Subang Nomor 551.43/1688/BAPP tanggal 25 November 2016 perihal Rekomendasi
Kesesuaian Tata Ruang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Patimban
HIERARKI PELABUHAN

JENIS PELABUHAN

LOKASI PELABUHAN UTAMA


JENIS PELABUHAN

• Pelabuhan Utama
Pelabuhan Laut • Pelabuhan Pengumpul
Yang Melayani
Angkutan Laut • Pelabuhan Pengumpan Regional
• Pelabuhan Pengumpan Lokal
Pelabuhan Laut • Pelabuhan Kelas I
Yang Melayani
• Pelabuhan Kelas II
Angkutan
Penyeberangan • Pelabuhan Kelas III

Pelabuhan
Sungai dan
Danau
PELABUHAN PATIMBAN

– Sesuai Kepmenhub Nomor KP 745 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 414 Tahun 2013 (KEPUTUSAN
MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KP 901 TAHUN 2016) tentang penetapan
Rencana Induk Pelabuhan Nasional, Pelabuhan Patimban ditetapkan hierarkinya
sebagai Pelabuhan Utama.
– Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muatan angkutan laut dalam
negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan
penumpang dan/atau barang serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan
pelayanan antar provinsi
LOKASI PELABUHAN UTAMA

Kriteria teknis berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 87 Tahun 2017 :


– Kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional
– Berada dekat dengan jalur pelayaran internasional ± 500 mil dan jalur pelayaran nasional ± 50 mil;
– Memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindungi dari gelombang
– Kedalaman kolam pelabuhan minimal –9 m dari LWS;
– Berperan sebagai tempat alih muat peti kemas/curh/general cargo/penumpang internasional
– Melayani angkutan petikemas sekitar 300.000 TEUs/tahun atau angkutan lain yang setara
– Memiliki dermaga peti kemas/curah/general cargo minimal 1 (satu) tambatan, peralatan bongkar muat
petikemas/curah/general cargo serta lapangan penumpukan/gudang penyimpanan yang memadai.
– Berperan sebagai pusat distribusi petikemas/curah/general cargo/penumpang di tingkat nasional dan pelayanan
angkutan peti kemas internasional
PROV.
JAWA
BARAT

GAMBARAN KAB.
UMUM SUBANG

KONDISI
EKSISTING
PROFIL PROVINSI JAWA
BARAT
– Batas wilayah Provinsi Jawa Barat yaitu:
1. Utara : Laut Jawa dan DKI Jakarta
2. Selatan : Samudera Hindia
3. Timur : Jawa Tengah
4. Barat : Banten
– Luas wilayah meliputi daratan 3.710.061 ha dan garis pantai sepanjang 755,829 km.
– Terdiri dari 27 Kabupaten/Kota, 626 Kecamatan, 2.671 kelurahan, dan 3.291 desa
– Jumlah penduduk mencapai 12.4 juta rumah tangga dengan rata-rata per rumah tangga 4 anggota
– Kepadatan penduduk sebesar 1.257 orang/km2
– Sektor unggulan ada pada sektor industri pengolahan
PROFIL KAB. SUBANG

– Batas wilayah Kabupaten Subang yaitu:


1. Utara : Laut Jawa
2. Selatan : Bandung Barat
3. Timur : Indramayu dan Sumedang
4. Barat : Karawang dan Purwakarta
– Jumlah penduduk sekitar 1.524.670 jiwa dengan kepadatan penduduk 743
jiwa/km2
– Sektor unggulan adalah pertanian, perdagangan, pertambangan, dan industri
pengolahan
Gambaran
Umum

Kondisi Eksisting Pelabuhan/


Terminal
Pelabuhan Sekitar
Patimban Lokasi Studi

Hinterland
GAMBARAN UMUM

– Rencana lokasi Pelabuhan Patimban terletak di Desa Patimban, Kecamatan Pusaka


Negara, Kabupaten Subang, Jawa Barat dengan koordinat 107 54’8.54” BT dan 6
13’50.08” LS.
– Batas administrasi Desa Patimban yaitu:
1. Utara : Laut Jawa dan sebagian Kecamatan Legon Kulon
2. Selatan : Desa Rancadaka dan Kalentambo
3. Timur : Laut Jawa dan sebagian Desa Tanjung Pura (Indramayu)
4. Barat : Desa Pangarengan
– Penyelenggara Pelabuhan Utama Patimban adalah Unit Penyelenggara Pelabuhan
(UPP) Kelas III Pamanukan.
– Rencana lokasi Pelabuhan Patimban dibagi menjadi 20 blok wilayah
PELABUHAN/TERMINAL SEKITAR LOKASI STUDI
HINTERLAND PELABUHAN
PATIMBAN
Pelabuhan Patimban memiliki hinterland dari kawasan industri di Bekasi hingga
kawasan industry di sisi timur hingga utara Jawa Barat. Sedangkan Pelabuhan
Tanjung Priok memiliki hinterland dari kawasan industri di Bekasi dan Jawa Barat
sisi Barat hingga Banten.
Komponen
Pelabuhan

Proses
Studi Pelabuhan Pembangunan
Pelabuhan

Studi
Kelayakan
KOMPONEN-KOMPONEN
PELABUHAN
•Alur Pelayaran
Laut •Breakwater/talud
•Dermaga
Berdasarkan •Jalan
Letak •Lapangan penumpukan
Darat •Gudang
•Kantor, terminal penumpang
•Bak air, emplasemen dll.

• Jalan
• Alur pelayaran
Infrastruktur • Kolam pelabuhan
Berdasarkan • Breakwater/talud
• Dermaga
Prioritas
Penggunaannya • Lapangan penumpukan
• Gudang
Suprastruktur
• Kantor
• Terminal penumpang, dll
PROSES PEMBUATAN
PELABUHAN
Berdasarkan PP Nomor 61 Tahun 2008 tentang Kepelabuhanan, proses membangun
pelabuhan terdiri atas:
1. Studi Kelayakan (Feasibility Study)
2. Pembuatan Masterplan
– Survey, Investigation, dan Design (SID)
– AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
– DLKK (Daerah Lingkungan Kerja)
– DLKP ((Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan)
3. Detail Engineering Design (DED)
4. Pembangunan Fisik
5. Monitoring
STUDI KELAYAKAN

Berdasarkan Permenhub Nomor 51 Tahun 2015 Unit Penyelenggara Pelabuhan


sebagaimana dalam melaksanakan fungsi pengaturan dan pembinaan, pengendalian,
dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan, mempunyai tugas dan tanggung jawab:

– menyediakan dan memelihara penahan gelombang, kolam pelabuhan, dan alur-


pelayaran;
– menyediakan dan memelihara Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;
– menjamin keamanan dan ketertiban di pelabuhan;
– menjamin dan memelihara kelestarian lingkungan di pelabuhan;
– menyusun Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan;
– menjamin kelancaran arus barang; dan
– menyediakan fasitas pelabuhan.
Persyaratan teknis kepelabuhanan meliputi:

– hasil survei hidrooceanografi skala 1:1000 dan topografï skala


1:1000 pada lokasi rencana pembangunan fasilitas pelabuhan,
kondisi hidrooceanografi dan bathimetric meliputi pasang surut
arus, angin, dan gelombang; dan
– layout fasilitas pelabuhan yang akan dibangun.
Studi Studi
Topografi Batimetri

Kerangka Dasar
Definisi Lokasi
Horizontal

Kerangka Dasar
Kerangka Dasar
Horizontal dan
Vertikal
Vertikal

Pengukuran
Faktor hidro-
Detail dan
oseanografi
Situasi

Digital Mapping

METODOLOGI
Processing Pemeruman
Method

PEMETAAN Pengukuran
Garis Pantai
STUDI BATIMETRI

Tujuan
– Mendapatkan data kedalaman dan kondisi topografi dasar laut
– Identifikasi lokasi obyek-obyek yang mungkin membahayakan
– Kondisi morfologi suatu daerah perairan
Tiga hal di atas merupakan kebutuhan dasar dalam penyediaan informasi spasial
dalam perencanaan, kegiatan dan pengambilan keputusan terkait informasi di
bidang kelautan, khususnya dalam bidang rekayasa dan perencanaan terkait
rencana pembangunan Pelabuhan patimban
PENDEFINISIAN LOKASI

Orde Khusus

Pelabuhan patimban
merupakan perairan dangkal

Orde 1
ORDE KHUSUS
Orde khusus survey hidrografi memiliki standar ketelitian survey senjinering/rekayasa
dan digunakan secara terbatas di daerah-daerah kritis dimana kedalaman lunas sangat
minim dan karakteristik dasar airnya berpotensi membahayakan kapal.
Orde Khusus
Contoh : Pelabuhan-pelabuhan tempat sandar dan alur masuknya.

• Scan Sonar
• Multi transducer arrays
Lunas
Mnimum • Multibeam echosounder
ORDE SATU

– Orde satu survey hidro diperuntukkan bagi pelabuhan-pelabuhan, alur


pendekat, halauan yang dianjurkan, alur navigasi dan daerah pantai dengan lalu
lintas komersial yang padat. Suurvei orde satu berlaku terbatas dengan
kedalaman 100 meter.
KERANGKA DASAR
VERTIKAL DAN HORIZONTAL

DATUM HORISONTAL
• Datum Horisontal menggunakan Datum Geodesi Nasional
1995 (DGN-95)

DATUM VERTIKAL TITIK PERUM


• Penentuan datum vertikal mengacu pada muka surutan yang
ditentukan pada stasiun permanen atau temporal yang
dilakukan minimal 29 hari. Nilai datum ditetapkan pada (LLW)
TITIK KONTROL
TITIK KONTROL VERTIKAL
• merupakan sebuah titik yang dijadikan sebagai acuan untuk penentuan
ketinggian titik lainnya (dengan orde yang lebih rendah). Pengukuran titik kontrol
vertikal dilakukan dengan menentukan perbedaan tinggi antara dua titik
terhadap bidang referensi ketinggian yang sama.
• Menggunakan Sipat datar

TITIK KONTROL HORIZONTAL


• merupakan titik referensi yang dijadikan acuan posisi pada pekerjaan ini. Baik
sebagai referensi untuk penentun posisi fix kapal maupun untuk acuan survey
topografi.
• Menggunakan GNSS Statik (BM)
• Menggunakan GNSS Statik moda radial (CP).
PEMERUMAN

Lajur Utama Cakupan Sesuai Penentuan Posisi


Lajur silang Koreksi tabel orde 1 dan fix dengan
(Overlap khusus metode RTK-DGPS

• Pitch, Roll, Yaw


• Pengukuran Kecepatan Suara (SPV)
• Sensor backscatter
• Darft Transducer
• Pengukuran offset sensor
• Kecepatan kapal
Pasang
Surut

Sifat Fisik Arus Laut


air laut
FAKTOR
HIDRO-
OSEANOGRAFI

Sedimen Gelombang
– Pengamatan Pasang surut bertujuan untuk menentukan bidang acuan kedalaman (muka air luat rerata, muka
surutan serta menentukan koreksi hasil pemeruman.

– Pengukuran sifat fisis air laut (konduktivitas, temperature, kecerahan dan tekanan) untuk menentukan dan
memastikan ada atau tidaknya perubahan sifat fisis tersebut pada media, dimana gekombang bunyi
dipancarakan sehingga ada kemunginan terjadi perubahan kecepatan gelombang bunyi selama penjalarannya.
– Pengukuran arus laut bertujuan menentukan kecepatan dan arah arus untuk alur pelayaran. Selain itu juga untuk
mengetahui tingkat erosi/sedimentasi di perairan tersebut (longshore current).

– Pengukuran gelombang berhubungan dengan ketahanan kapal terhadap gelombang. Mengacu pada data ketahanan
kapal terhadap gelombang (Kramadibrata,2002) kapal yang akan beraktivitas di Pelabuhan memiliki batas maksimal
ketahanan kapal terhadap gelombang sebesar 0,6 m untuk kapal yang berbobot 1000 – 3000 DWT dan batas maksimal
sebesar 1,2 m untuk kapal yang berbobot >50.000 DWT. Dari hal tersebut dapat dikaji pembangunan bangunan
pelindung pelabuhan/dermaga.

– Pengambilan sampel sedimen dasar untuk mengetahui dasar laut di daerah survey. Pengukuran sedimen
tersuspensi untuk mengetahui laju sedimentasi/erosi di tempat tersebut.
PENGUKURAN
GARIS PANTAI

Shallow
Tracking sounding

Anda mungkin juga menyukai