Dosen :
Disusun Oleh :
BANDUNG
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Datum Lokal Yang Ada
di Indonesia” dengan tepat waktu.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1 Tahun 2006 menyebutkan bahwa Peta Lingkungan Laut Nasional skala
1:500.000 digunakan dalam penentuan batas laut provinsi. Peta Lingkungan
Laut Nasional ini masih menggunakan Indonesia Datum 1974 (ID74). Untuk
itu perlu suatu model transformasi datum antara datum lokal ID74 ke datum
global WGS 84.
Datum geodesi diukur menggunakan metode manual hingga yang lebih
akurat lagi menggunakan satelit. Tanpa datum, koordinat titik-titik batas
tersebut sebenarnya sulit untuk ditentukan lokasinya di lapangan. Jika
negara yang bertetangga mengasumsikan datum geodetik yang berbeda
untuk nilai koordinat titik-titik batas, tentunya yang akan diperoleh adalah
dua lokasi yang berbeda untuk suatu titik yang sama.
Berikut adalah parameter datum yang digunakan untuk pendefinisian
koordinat, serta kedudukan dan orientasinya dalam ruang di muka bumi:
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa itu datum lokal.
2. Untuk mengetahui datum yang pernah di gunakan indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Datum lokal adalah datum geodesi yang paling sesuai dengan bentuk geoid
pada daerah yang tidak terlalu luas. Datum lokal dibangun karena memiliki sistem
referensi yang berbeda yg menyesuaikan dengan daerah cakupannya. Di indonesia
khusunya, pada zaman dahulu daerah indonesia belum memiliki sistem referensi
acauan datum untuk menentukan posisi suatu wilayah, sehingga dibuatlah datum
lokal.
Perbedaan datum lokal dan datum global adalah sistem referensinya, jika datum
lokal hanya berlaku pada wilayah tertentu saja, sedangkan datum global berlaku
secara global atau menyuluruh. Contohnya bila kita memberi koordinat yang
menggunakan sistem referensinya menggunakan datum lokal ke datum global.
Posisi koordinat yang diterima akan berbeda dikarenakan beda sistem referensinya.
4
bujur, Batavia (sekarang Jakarta) sebagai meridian nol. Selanjutnya pada tahun
1883 jaring utama triangulasi Jawa diperluas ke P. Sumatera, sedemikian rupa
hingga triangulasi Sumatera membentuk satu sistem dengan triangulasi Jawa. Pada
periode tahun 1912-1918 jaring utama triangulasi Jawa diperluas ke Bali dan
Lombok. Pada tahun 1911 pengukuran jaring utama triangulasi di Celebes
(sekarang Sulawesi) dimulai. Sistem koordinat adalah Bessel 1841 ellipsoid,
dengan lintang dan azimuth ditentukan di titik triangulasi di G..Moncong Lowe dan
dalam penentuan bujur, Makasar sebagai meridian nol.
Sampai pada tahun 1960-an, yaitu telah adanya satelit Doppler, usaha
penyatuan referensi (datum) mulai dipelopori oleh Badan Informasi Geospasial
(BIG) (BAKOSURTANAL pada jaman itu), pilar pilar triangilasi tersebut diukur
ulang dengan menggunakan satelit Doppler. Pada saat itu, Indonesia menggunakan
Datum Padang sebagai referensi, namun datum yang dimiliki Indonesia belum
menyatu dengan Negara lain. Dengan hasil pengukuran ini, Indonesia berhasil
mendefinisikan referensi nasionalnya yaitu Indonesian Datum 1974 (ID74), dengan
mengacu pada ellipsoid GRS-67 (Geodetic Reference System 1967).
5
Baru setelah Era GPS, tahun 1990-an, dilakukan pengukuran kembali disemua
pilar, dan juga untuk keperluan survey dan pemetaan, dilakukan densifikasi pilar
sampai pada orde 1 oleh BAKOSURTANAL dan orde turunannya oleh instansi
lain seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN), Dittopad, Swasta, dll. Dengan
adanya teknologi GPS, sangat memungkinkan dilakukan penyatuan referensi di
seluruh Dunia, yaitu sistem referensi Global. Pada saat itu, Indonesia Berhasil
mendefinisikan referensi Nasionalnya, yaitu Datum Geodesi Nasional 1995
(DGN95) yang mengacu pada sistem referensi global yaitu ITRF 1992, epoch
1991.0. Sistem referensi nasional ini bertahan selama lebih kurang 2 dekade.
Referensi ini bersifat statis, yaitu koordinat dianggap tidak berubah.
6
Titik ini digunakan untuk pemetaan topografi skala menengah dan kecil. Koordinat
triangulasi tersebut dihitung berdasarkan datum geodesi relatif dengan parameter
Elipsoid Referensi dari Bessel 1841. Terdapat banyak titik datum geodesi relatif,
antara lain :
7
2.3 Datum Lokal Indonesia
8
2.3 .2 Datum Makassar/ Celebes
Pada 1911, pengukuran jaring triangulasi di Pulau
Sulawesi dimulai. Ellipsoid yang digunakan adalah juga Bessel
1841, meridian yang melalui kota Makassar dianggap sebagai
meredian nol, dan titik awal beserta sudut azimuthnya
ditentukan dari titik triangulasi di gunung Moncong Lowe.
Kemudian dikenal sebagai datum Makassar (Celebes)
Datum Moncong lowe adalah datum geodetik yang
pertama kali didefinisikan dan cocok untuk digunakan di
Indonesia - Sulawesi barat daya. Makassar mengacu pada
elipsoid Bessel 1841 dan meridian utama Greenwich. Asal
Makassar adalah titik Fundamental: stasiun P1, Moncongloe.
Garis lintang: 5 ° 08'41.42 "S, bujur 119 ° 24'14.94" E (dari
Greenwich). Makassar merupakan datum geodesi untuk
pemetaan Topografi.
9
lintang dan azimuth gcodctik di litik itu. Penentuan bujur ditetapkan
di Makassar scbagai meridian nol. Elipsoid referensi yang
digunakan adalah Besscl 1841
10
2.3 .6 Datum Gunung Serindung
Datum Gunung Serindung digunakan scbagai datum
untuk pemctaan wilayah Kalimantan Barat. Pcngukuran
triangulasi dimulai pada sckitar tahun 1958-1959, walaupun
sebclumnya telah ada proses pemetaan yang dilalcukan oleh
Belanda yaitu antara tahun 1886 sampai tahun 1895 (Ron,
1920). Seperti halnya datum Gcnuk dan datum Bukit Rimpah,
pada datum Gunung Scrindung ini ditetapkan bahwa elipsoid
refercnsi bcrimipit dengan geoid di titik datum. Pada tahun 1970
jaring triangulasi tcrsebut diperluas kc arah timur dan ke selatan
olch DITTOP-AD (Hadi, 1975). Rencananya janng triangulasi
tersebut dilanjutkan sampai bertemu dengan jaring triangulasi
Kalimantan Timur, tetapi pengukuran hanya sampai ke dacrah
Putussibau dan tidak sampai bertemu dengan jaring triangulasi
di Kalimantan Timur. Pcngukuran triangulasi terhenti karcna
lelah ada teknologi baru yang lebih praktis yaitu dengan Satelit
Dopplcr. Elipsoid referensi yang digunakan adalah Bessel 1841.
11
orientasi SNI di dalam ruang, ditetapkan suatu datum relatif
dengan eksentris (stasiun Doppler) BP-A (1884) di Padang
sebagai titik datum SNI.
12
perlu diketahui, bahwa sebagian dari titik Doppler ditentukan
dengan cara penentuan posisi secara point positioning
menggunakan data orbit satelit teliti (precise ephemeris),
sedangkan sebagian lagi dengan metode translokasi yang
menggunakan broadcast ephemeris. Oleh karena itu ketelitian
dari jaringan Doppler tidak homogen. Sejak diberlakukan SNI
pada tahun 1974, proyeksi peta yang digunakan adalah proyeksi
Universal Transverse Mercator (UTM). Dengan demikian, Peta-
peta Rupa Bumi yang dihasilkan pada kurun waktu itu mengacu
pada DI-74 dengan sistem proyeksi UTM.
2.3 .8 DGN-95
Seiring dengan perkembangan teknologi GPS, maka
pada tahun 1996 Bakosurtanal mendefinisikan datum baru untuk
keperluan survei dan pemetaan menggantikan ID74, yang
disebut dengan Datum Geodesi Nasional 1995 atau disingkat
dengan DGN 95.
13
geodesi yang membentuk Jaring Kontrol Geodesi Nasional, juga
bergerak akibat pergerakan lempeng tektonik dan deformasi
kerak bumi.
14
sepenuhnya menggunakan precise ephemeris sehingga
posisigeodetik dalam jaringan ini mempunyai ketelitian yang
seragam. Berdasarkan hasil pengukuran JKGN ini maka Ketua
Bakosurtanal menetapkan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN
1995 ) sebagai datum tunggal Indonesia menggantikan datum
sebelumnya yaitu DI-1974. Datum ini menggunakan elipsoid
referensi WGS 1984, serta merupakan datum geosentrik ( datum
absolut).
15
planimetrik(toposentrik). Pemerintah Indonesia telah gencar
dalam mengampanyekan perkembangan data geospasial. Aspek
geospasial sudah dirasa penting dalam pengambilan keputusan.
Keputusan dan kebijakan pemerintah yang mempertimbangkan
aspek geospasial akan dapat diimplementasikan lebih efektif
dan efisien.
16
Penyamaan sistem referensi data geospasial dari
berbagai sumber dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
mendefinisikan titik kontrol yang ada dalam SRGI 2013.
Tabel Perbedaan Sistem Referensi Geospasial : DGN 1995 dengan SRGI 2013
17
BAB III
KESIMPULAN
Oleh karena itu, tidak mungkin hanya menggunakan satu datum dalam
jangka waktu yang sangat lama. Seiring dengan perkembangan teknologi serta
penentuan posisi berbasis satelit yang semakin teliti memungkinkan terjadinya
pemutakhiran sisten referensi geospasial atau datum geodesi. Dan inilah yang
menjadi alasan perubahan datum geodesi yang ada di Indonesia.
18
DAFTAR PUSTAKA
19