Anda di halaman 1dari 57

Modul Praktikum

Sistem Informasi Geografi


Analisis dan Pemodelan Spasial
Bowo Susilo, S.Si., M.T.

Magister Penginderaan Jauh


Program Pasca Sarjana Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
Teori Singkat
Konsep Dasar : Sistem Informasi Geografi

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Konsep Dasar Analisis Spasial

█ Analisis
• Poses mengubah data menjadi sesuatu yang lebih
bermakna, yang disebut sebagai informasi
• Proses mengubah data mentah (raw data) menjadi
informasi yang berguna (useful information).

█ Analisis Spasial
• Metode atau teknik analisis yang secara eksplisit
menggunakan referensi keruangan yang berasosiasi
dengan data atau obyek yang di analisis
• Metode analisis yang hasilnya ditentukan oleh lokasi dari
obyek yang dianalisis. Jika lokasi obyek yang dianalisis
berubah, maka hasil analisis juga akan berubah

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Konsep Dasar Analisis Spasial

█ Mengukur Jarak
Mengukur jarak adalah teknik
analisis spasial yang paling dasar.
Jarak didefinisikan sebagai garis
lurus terpendek antara dua titik.

█ Analisis Proximity
Seperangkat garis lurus terpendek
antar sekelompok titik. Hasil analisis
adalah zona konsentris yang terbentuk
di sekeliling titik atau seperangkat
titik. Analog dengan riak air
(gelombang) yang terbentuk saat benda
dilempar ke permukaan air.
Sumber: Berry (2005)
Bowo Susilo, S.Si, M.T.
Konsep Dasar Pemodelan Spasial

█ Model
Banyak definisi model yang dikemukakan oleh para pakar
atau ilmuwan, namun pada hakekatnya bermuara pada
makna yang kurang lebih sama
• Bentuk sederhana dari realita (simplification of reality)
• Abstraksi dari realita
• Representasi dari realita

Realita direpresentasikan menggunakan dua bentuk model


• Model material (tangible representation)
• Model simbolik (abstract representation)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Konsep Dasar Pemodelan Spasial
Model

Material Simbolic

Structural Relational

Action Object Functional Conceptual

Pemodelan Spasial dengan SIG

Kegunaan Pendekatan Metode

Preskriptif Deskriptif Empirical Teoritikal Kontekstual Numerikal

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara Praktikum
Bagian

Analisis Spasial

Longley (2005) menyebutkan beberapa metode


dan teknik analisis spasial, diantaranya.
• Analisis jarak (distance analysis)
• Analisis bentuk (shape analysis)
• Interpolasi spasial (spatial interpolation)
• Analisis lereng (slope) dan aspek (aspect)
Secara umum, bagian 1 dari modul praktikum ini
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
tentang analisis spasial sekaligus melatih
ketrampilan untuk melakukan beberapa metode
dan teknik analisis spasial
Acara 1

Analisis Proximity

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 1:
Analisis Proximity (Proximity Analysis)

█ Tujuan
• Memahami prinsip perhitungan jarak (distance calculation)
dan perbedaannya dengan analisis proximity
• Memperoleh data spasial (baru) melalui proses analisis
spasial yaitu analisis proximity (proximity analysis)
• Membuat data spasial jarak terhadap jalan
(merepresentasikan aksesibilitas positif)
• Membuat data spasial jarak terhadap sungai
(merepresentasikan aksesibilitas negatif)

Catatan
Hasil analisis akan digunakan sebagai bahan praktikum
bagian 2 (pemodelan spasial) yaitu pemodelan kontekstual.

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 1:
Analisis Proximity (Proximity Analysis)

█ Data
• Data spasial jalan
• Data spasial sungai
• Data spasial batas administrasi

Jalan Sungai Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 1:
Analisis Proximity (Proximity Analysis)

█ Tahapan Praktikum
F Tampilkan data spasial jalan dan sungai
F Lakukan analisis proximity terhadap data jalan dan
sungai (Catatan: pada beberapa perangkat lunak, tool
untuk analisis biasanya disebut sebagai distance
analysis tools)
F Potong (clip/subset/mask) data hasil analisis proximity
menggunakan batas administrasi

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 1:
Analisis Proximity (Proximity Analysis)

F Analisis proximity, berdasarkan euclidean distance

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 1:
Analisis Proximity (Proximity Analysis)

█ Hasil Praktikum
• Data spasial jarak terhadap jalan
• Data spasial jarak terhadap sungai
• Pembahasan mengenai analisis proximity

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2

Interpolasi Spasial

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (IDW & Kriging)

█ Tujuan
• Memperoleh data spasial (baru) dengan cara menerapkan
metode atau teknik interpolasi spasial
• Menerapkan teknik interpolasi IDW (Inverse Distance
Weight) untuk memperoleh data spasial curah hujan
• Menerapkan teknik interpolasi Krigging untuk
memperoleh data spasial curah hujan

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (IDW & Kriging)

█ Data
• Data tabular curah hujan
• Data spasial batas administrasi

No Koordinat Lokasi Stasiun Curah


Stasiun X Y Hujan
1 401749 9147427 450
2 411079 9147800 625
3 413878 9144045 500
4 407837 9143019 325
5 401329 9138121 325
6 409189 9136838 300

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (IDW & Kriging)

█ Tahapan Praktikum
F Plotting lokasi stasiun curah hujan (konversi dari data
tabular menjadi data spasial)
F Interpolasi data spasial dengan teknik IDW
F Interpolasi data spasial dengan teknik Krigging
F Potong (clip/subset) hasil interpolasi menggunakan
batas administrasi
F Bahas perbedaan antara hasil interpolasi dengan teknik
IDW dan hasil interpolasi dengan teknik Krigging
F Bahas prinsip interpolasi dengan teknik IDW dan
Krigging

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (IDW & Kriging)

F Plotting lokasi stasiun curah hujan

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (IDW & Kriging)

F Interpolasi data curah hujan dengan teknik IDW

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (IDW & Kriging)

F Interpolasi data curah hujan dengan teknik Kriging

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (IDW & Kriging)

F Subset (clip/extract) data hasil interpolasi menggunakan batas


administrasi

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (IDW & Kriging)

F Subset (clip/extract) data hasil interpolasi menggunakan batas


administrasi

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (IDW & Kriging)

█ Hasil Praktikum
• Data spasial curah hujan hasil interpolasi dengan teknik
IDW
• Data spasial curah hujan hasil interpolasi dengan teknik
Krigging
• Pembahasan mengenai teknik interpolasi spasial IDW dan
Krigging

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (Topografi)

█ Tujuan
• Memperoleh data spasial (baru) dengan cara menerapkan
metode atau teknik interpolasi spasial
• Menerapkan teknik interpolasi khusus untuk data
topografi (kontur), yang disebut dengan hidrologically
correct interpolation
• Memahami proses pembentukan DEM (Digital Elevation
Model)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (Topografi)

█ Data
• Data spasial topografi (kontur)
• Data spasial batas administrasi

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (Topografi)

█ Tahapan Praktikum
F Menampilkan data topografi (kontur)
F Interpolasi data kontur dengan teknik topo to raster
untuk menghasilkan DEM
F Subset data DEM dengan batas administrasi

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (Topografi)

F Interpolasi data kontur menjadi DEM

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 2:
Interpolasi Spasial (Topografi)

█ Hasil Praktikum
• DEM (Digital Elevation Model)
• Pembahasan mengenai interpolasi spasial dengan teknik
topo to raster, perbedaannya dengan IDW dan Krigging

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 3

Analisis Medan (Terrain Analysis)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 3:
Analisis Medan (Terrain Analysis)

█ Tujuan
• Meningkatkan pemahaman tentang analisis karakteristik
medan yaitu slope dan aspect
• Menerapkan teknik analisis spasial untuk memperoleh
data spasial lereng (slope)
• Menerapkan teknik analisis spasial untuk memperoleh
data spasial aspect
• Menerapkan teknik analisis spasial untuk memperoleh
data spasial visibilitas lokasi

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 3:
Analisis Medan (Terrain Analysis)

█ Data
• DEM (Digital Elevation Model) hasil praktikum acara 2
• Data spasial batas administrasi

█ Tahapan Praktikum
F Tampilkan data DEM
F Lakukan analisis untuk menghasilkan data spasial
lereng (slope)
F Lakukan analisis untuk menghasilkan data spasial
orientasi atau arah hadap lereng (aspect)
F Lakukan analisis untuk menghasilkan data spasial
visibilitas lokasi (viewshed)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 3:
Analisis Medan (Terrain Analysis)

F Analisis dan pemetaan lereng (slope)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 3:
Analisis Medan (Terrain Analysis)

F Analisis dan pemetaan visibilitas lokasi (visual exposure)

Catatan
Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui
berapa kali obyek
sungai dapat terlihat
dari suatu lokasi.
Semakin banyak
obyek sungai yang
terlihat, semakin
bagus pemandangan
pada lokasi tersebut,
semakin sesuai
untuk lokasi camping
ground

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 3:
Analisis Medan (Terrain Analysis)

F Analisis dan pemetaan arah hadap lereng (aspect)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 3:
Analisis Medan (Terrain Analysis)

█ Hasil Praktikum
• Slope
• Aspect
• Visibilitas (Visual Exposure /Viewshed)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Bagian

Pemodelan Spasial

Berry (2009) menyebutkan model spasial


termasuk dalam kategori model abstrak atau
simbolik. Model spasial dapat dibedakan
berdasarkan sejumlah karakteristik, diantaranya:
• Kegunaan (purpose)
• Pendekatan (approach)
• Metode (methods)
Bagian 2 dari modul praktikum ini bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman tentang
pemodelan spasial, terutama metode pemodelan
spasial. Metode pemodelan dibedakan menjadi
dua yaitu : kontekstual dan numerikal
Pemodelan Spasial Kontekstual

Model yang disusun berdasarkan analisis spasial untuk


mencirikan adanya “hubungan kontekstual” diantara
beberapa layer data spasial. Istilah “kontekstual”
mencerminkan bahwa model dibuat berdasarkan suatu
konteks tertentu. Salah satu contoh model kontekstual yang
paling umum dan banyak dikenal adalah model kesesuaian
(suitability model)
Model kesesuaian bertujuan untuk mencari lokasi-lokasi
yang dipandang sesuai untuk suatu tujuan tertentu
berdasarkan analisis terhadap kriteria. Kriteria yang
digunakan mengacu pada konteks tertentu

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Pemodelan Spasial Kontekstual

Pemodelan spasial kontekstual, dalam praktikum ini,


bertujuan untuk mencari atau memetakan lokasi-lokasi
yang cocok digunakan untuk kegiatan perkemahan (camp
ground). Lokasi yang cocok adalah yang memenuhi sejumlah
persyaratan atau kriteria yaitu:
• Lereng landai (< 20%)
• Dekat dengan jalan (< 90 m)
• Pemandangan bebas ke arah tubuh air
• Orientasi lereng ke selatan (SE, S atau SW)
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai dengan menggunakan
beberapa teknik pemodelan. Teknik pemodelan kontekstual
tersebut adalah :
• Teknik biner
• Teknik rangking, dan
• Teknik rating
Bowo Susilo, S.Si, M.T.
Pemodelan Numerikal (Statistikal)

Model yang disusun berdasarkan analisis statistik


khususnya spasial statistik, untuk mengungkap adanya
“hubungan numerik” diantara beberapa layer data spasial.
Istilah “numerikal” mencerminkan bahwa model dibuat
berdasarkan fakta empiris yang terkandung di dalam data.
Model ini biasanya digunakan untuk menghasilkan prediksi
keruangan atau peta prediksi berdasarkan analisis tatistik,
misal analisis regresi spasial. Contoh model numerikal
adalah peta prediksi kebakaran hutan. Model disusun
berdasarkan data spasial (historikal) kejadian kebakaran,
kondisi vegetasi, kondisi medan dan aktivitas manusia.
Contoh lain model numerikal adalah peta prediksi bahaya
longsor.

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Pemodelan Numerikal (Statistikal)

Pemodelan spasial numerikal, dalam praktikum ini,


bertujuan untuk memprediksikan lokasi-lokasi yang rawan
mengalami longsor (pemetaan bahaya longsor). Pemetaan
bahaya longsor didasarkan pada analisis hubungan antara
peta kejadian longsor dengan:
• Lereng
• Curah Hujan
• Jenis Tanah
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai dengan menggunakan
teknik analisis statistik yaitu regresi logistik (logistic
regression). Data yang digunakan sebagian berupa data riil
dan sebagian lagi adalah data hipotetik

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 4

Pemodelan Kontekstual(Biner)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 4:
Pemodelan Kontekstual (Teknik Biner)

█ Tujuan
• Memahami pemodelan spasial dengan teknik biner
• Menerapkan pemodelan spasial dengan teknik biner
untuk memetakan lokasi yang cocok untuk kegiatan
perkemahan (camping ground)

█ Data
• Data spasial lereng
• Data spasial jarak terhadap jalan
• Data spasial visibilitas terhadap sungai
• Data spasial orientasi (arah hadap) lereng (aspect)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 4:
Pemodelan Kontekstual (Teknik Biner)

█ Tahapan Praktikum
F Menampilkan data spasial sebagai input pemodelan :
lereng, jarak terhadap jalan, visibilitas terhadap sungai
dan arah hadap (orientasi) lereng
F Reklasifikasi data lereng (lereng kurang dari 20% = 1,
lereng lebih atau sama dengan 20% = 0)
F Reklasifikasi data spasial jarak terhadap jalan (jarak
kurang dari 90 m = 1, jarak lebih atau sama dengan 90
m= 0)
F Reklasifikasi data spasial Visibilitas (viewshed kurang
dari 120 = 0, viewshed lebih atau sama dengan 120= 1)
F Reklasifikasi data spasial arah hadap lereng (arah hadap
lereng S atau SW atau SE = 1, selain itu = 0)
F Gabungkan (overlay) seluruh input data dengan
menggunakan teknik perkalian (multiply)
Bowo Susilo, S.Si, M.T.
Acara 5

Pemodelan Kontekstual (Rangking)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 5:
Pemodelan Kontekstual (Teknik Ranking)

█ Tujuan
• Memahami pemodelan spasial dengan teknik rangking
• Menerapkan pemodelan spasial dengan teknik rangking
untuk memetakan lokasi yang cocok untuk kegiatan
perkemahan (camping ground)

█ Data
• Data spasial lereng
• Data spasial jarak terhadap jalan
• Data spasial visibilitas terhadap sungai
• Data spasial orientasi (arah hadap) lereng (aspect)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 5:
Pemodelan Kontekstual (Teknik Ranking)

█ Tahapan Praktikum
F Menampilkan data spasial sebagai input pemodelan :
lereng, jarak terhadap jalan, visibilitas terhadap sungai
dan arah hadap (orientasi) lereng
F Reklasifikasi data lereng (lereng kurang dari 20% = 1,
lereng lebih atau sama dengan 20% = 0)
F Reklasifikasi data spasial jarak terhadap jalan (jarak
kurang dari 90 m = 1, jarak lebih atau sama dengan 90
m= 0)
F Reklasifikasi data spasial Visibilitas (viewshed kurang
dari 120 = 0, viewshed lebih atau sama dengan 120= 1)
F Reklasifikasi data spasial arah hadap lereng (arah hadap
lereng S atau SW atau SE = 1, selain itu = 0)
F Gabungkan (overlay) seluruh input data dengan
menggunakan teknik penjumlahan (addition)
Bowo Susilo, S.Si, M.T.
Acara 6

Pemodelan Kontekstual (Rating)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 6:
Pemodelan Kontekstual (Teknik Rating)

█ Tujuan
• Memahami pemodelan spasial dengan teknik rating
• Menerapkan pemodelan spasial dengan teknik rating
untuk memetakan lokasi yang cocok untuk kegiatan
perkemahan (camping ground)

█ Data
• Data spasial lereng
• Data spasial jarak terhadap jalan
• Data spasial visibilitas terhadap sungai
• Data spasial orientasi (arah hadap) lereng (aspect)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 6:
Pemodelan Kontekstual (Teknik Rating)

█ Tahapan Praktikum
F Menampilkan data spasial sebagai input pemodelan :
lereng, jarak terhadap jalan, visibilitas terhadap sungai
dan arah hadap (orientasi) lereng
F Reklasifikasi data lereng menjadi 9 kelas
F Reklasifikasi data spasial jarak terhadap jalan menjadi 9
kelas
F Reklasifikasi data spasial Visibilitas menjadi 9 kelas
F Reklasifikasi data spasial arah hadap lereng menjadi 9
kelas
F Gabungkan (overlay) seluruh input data dengan
menggunakan teknik rerata (mean)
F Klasifikasi rerata skor (score mean) menjadi 9 kelas
kesesuaian
Bowo Susilo, S.Si, M.T.
Acara 7

Pemodelan Numerikal (Statistikal)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 7:
Pemodelan Numerikal (Statistikal)

█ Tujuan
• Memahami pemodelan spasial numerikal (statistikal)
• Menerapkan pemodelan spasial numerikal dengan teknik
analisis regresi logistik untuk memetakan bahaya longsor

█ Data
• Data spasial lereng
• Data spasial curah hujan
• Data spasial jenis tanah
• Data spasial lokasi kejadian longsor

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 7:
Pemodelan Numerikal (Statistikal)

█ Tahapan Praktikum
F Menampilkan data spasial sebagai input pemodelan :
lereng, curah hujan, jenis tanah, lokasi kejadian longsor
F Analisis hubungan antara peta kejadian longsor dengan
peta lereng, curah hujan dan jenis tanah
F Terapkan hasil analisis untuk membuat peta bahaya
longsor (peta probabilitas terjadinya longsor)

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 7:
Pemodelan Numerikal (Statistikal)

Event Kejadian Longsor

Evidents

Tanah
Hujan
Lereng

Bowo Susilo, S.Si, M.T.


Acara 7:
Pemodelan Numerikal (Statistikal)

Paired Values of Event and Evidents


Bowo Susilo, S.Si, M.T.
Acara 7:
Pemodelan Numerikal (Statistikal)

█ Hasil Praktikum

1 Klasifikasi
Nilai
Probabilitas

Peta Probabilitas Longsor Peta Tingkat Bahaya Longsor


Bowo Susilo, S.Si, M.T.

Anda mungkin juga menyukai