Anda di halaman 1dari 6

A.

PENDAHULUAN
Rare Earth Elements merupakan bagian dari kelompok trace elements atau
unsur jejak yaitu unsur yang kehadirannya tidak lebih dari 0.1 wt % pada kerak bumi.
Logam Tanah Jarang terdiri dari 17 unsur logam, yaitu 15 unsur logam kelompok
Lantanida ditambah Scandium (Sc) dan Yttrium (Y). Light REE atau LTJ ringan,
yaitu LTJ yang mempunyai nomor atom kecil atau rendah terdiri dari Lantanium (La),
Serium (Ce), Praseodium (Pr), Neodimium (Nd), Prometium (Pm), Samarium (Sm),
dan Europium (Eu). Satunya adalah Heavy REE, yaitu unsur yang mempunyai
nomer atom lebih tinggi, diantaranya Yitrium (Y), Gadolinium (Gd), Terbium (Tb),
Disprosium (Dy), Holmium (Ho), Erbium (Er), Tulium (Tm), Yitirbium (Yb), dan
Lutetium (Lu).
Proses pembentukannya selain dipengaruhi faktor fisika dan kimia juga nilai
kandungan unsur itu di dalam kerak bumi, karena semua proses pembentukan
tersebut berlangsung dalam kerak bumi. Proses yang berlangsung baik dalam media
larutan magmatis maupun fluida sisa magmatis (hidrotermal), akan membawa unsur-
unsur yang ada dalam kerak dan terkonsentrasikan pada tempat tertentu sesuai
kondisi lingkungan fisika dan kimia. Ketika magma naik ke arah kerak bumi, terjadi
perubahan komposisi sebagai respon terhadap variasi tekanan, suhu dan komposisi
batuan-batuan di sekelilingnya. Akibatnya terbentuk jenis-jenis batuan yang berbeda
dengan variasi pengayaan unsur - unsur bernilai ekonomis, termasuk unsur-unsur
tanah jarang.
LTJ di alam bersenyawa dengan unsur lain membentuk mineral bijih. Mineral
utama umumnya bersenyawa sebagai mineral karbonat dan posfat, diantaranya:
1. Bastnaesite (Ln,Y)(CO3)F mengandung 60-70% REO (oksida tanah jarang).
Unsur paling dominan adalah serium (Ce) dan Lantanium (La), unsur lainnya
yang umum adalah Nd, Sm, Eu serta Y, Gd, Lu dan Pr.
2. Monazite (Ce, La, Pr, Nd, Th, Y) (PO4) menandung 50-78% REO. Ce sebanyak
45– 48%; La (24%); Nd (17%); Pr (5%); Sm, Gd dan Y (0,05%); Th (6 % -12%)
3. Xenotime YPO4 mengandung 54-65% logam tanah jarang
4. Apatite (Ca,La)5(PO4)3(F,Cl,OH)
Terdapat beberapa jenis batuan dan lingkungan geologi tetentu, dimana
logam tanah jarang pada ummnya ditemukan. Batuan beku yang paling berpotensi
adalah karbonatit dan batuan alkalin. Batuan ini merupakan batuan yang sangat
penting karena berasosiasi dengan sejumlah endapan critical raw materials,
diantaranya LTJ, niobium, fluorspar, tantalum, scandium dan zirkonium. Dua per tiga
projek eksplorasi LTJ ada pada batuan beku alkalin dan karbonatite.
Batuan-batuan seperti granit, pegmatit, metamorf, ultrabasa dan aluvial
adalah diantara jenis batuan yang mungkin mengandung LTJ di Indonesia.
Penyebaran formasi batuan yang mengikuti sabuk magmatis di Indonesia
menunjukkan adanya keterkaitan jenis batuan dengan jenis endapan mineral logam.
Berdasarkan kondisi geologi Indonesia, cebakan primer lainnya yang paling
memungkinkan adalah batuan beku pegmatit.
Pegmatit adalah batuan berbutir sangat kasar yang biasanya tertanam
mengikuti faseb intrusi plutonik utama. Pegmatit terbentuk dari larutan sisa magma
yang kaya akan air, gas dan material fase akhir kristalisasi. Secara mineralogi
pegmatit mirip dengan induk batuannya, misalnya granit pegmatit terdiri dari kristal
kuarsa K Feldspar berbutir kasar dan mineral aksesoris lainnya seperti alanit,
monasit, euksenit, xenotim, gadolinit, sphene, zirkon dan fluorit.
Endapan sekunder di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
endapan residual, endapan plaser hasil rombakan dan pelapukan batuan kaya LTJ
serta konsentrasi dalam endapan batubara. Proses pelapukan residual telah
ditemukan terbentuk dibawah iklim tropis dan subtropis. Proses pelapukan
mengalami kosentrasi LTJ berupa perlapisan mineral utama pada kerak pelapukan
yang bersumber dari batuan kaya LTJ seperti karbonatit dan granit. Dalam hal ini
mengikuti proses lateritisasi bauksit dan nikel. Endapan plaser hasil rombakan dan
pelapukan batuan kaya LTJ terbentuk akibat gelombang, tiupan angin dan
kombinasinya. Endapan plaser bisa berasosiasi dengan ruti-zirkon–ilmenit.
B. MINERALOGI
Monasit-(Ce) adalah salah satu mineral REE yang paling umum dan tersebar
luas. Mineral ini muncul sebagai mineral aksesori dalam granit, gneiss, dan batuan
beku dan metamorf lainnya. Monasit sangat tahan terhadap pelapukan, kuat selama
pengangkutan dan dengan demikian bertahan untuk dimasukkan ke dalam batuan
sedimen dan terkonsentrasi dalam endapan pasir mineral. Monasit juga terdapat
pada endapan hidrotermal dan dapat terbentuk selama pelapukan. Monasit hampir
selalu diperkaya dengan kuat pada REE ringan. Monasit yang berasal dari granit
(misalnya monasit dalam endapan placer) cenderung memiliki thorium dan uranium
yang lebih tinggi daripada monasit dari karbonatit.
Mineral REE ringan lainnya yang paling umum yang penting dalam endapan
bijih REE adalah kelompok mineral fluor karbonat termasuk bastnäsite-(Ce), sinksit-
(Ce) dan parisite-(Ce). Mineral REE berat yang paling umum adalah xenotime-(Y),
yang muncul sebagai mineral aksesori pada granit, gneiss, dan batuan beku dan
metamorf lainnya.
Zirkon dan fluorit juga merupakan mineral pembawa REE yagn penting.
Zirkon lebih menyukai REE berat tetapi hanya mengandung jejak atau jumlah kecil.
Fluorit biasanya hanya mengandung sejumlah kecil REE, tetapi kadang-kadang
dapat mengambil REE ringan atau berat dan memiliki spesies yttrofluorit dan
cerfluorit.
C. MACAM – MACAM ENDAPAN PEMBAWA REE
1. Endapan Karbonat
Batuan karbonatit merupakan batuan beku yang “exotic”, batuan beku yang
mengandung mineral karbonat >50% (Streckeisen, 1978, 1979) dan secara
kimiawi umumnya mengandung SiO2 80%) 2) Magnesiocarbonatite (CaO50%)
3) Ferrocarbonatite (CaO50%) Batuan karbonatit dapat hadir sebagai batuan
plutonik maupun vulkanik. Kumpulan karbonatit beku yang terdiri dari kalsit,
apatit, magnetit dengan aksesori piroklori tidak mungkin merupakan deposit
REE yang ekonomis meskipun mungkin mengandung mineral REE sebagai
komponen minor tahap akhir. Kadar persen berat REE ringan yang diperlukan
untuk deposit ekonomis umumnya terjadi pada tanggul karbonatit yang kaya
akan magnesium dan besi dan urat-urat yang terbentuk pada lingkungan kaya
cairan tipe pegmatoid pada akhir perkembangan batuan beku kompleks.
2. Batuan Beku Alkalin
Batuan beku alkalin merupakan batuan beku yang menpunyai kandungan kimia
alkali (Na2O dan K2O) tinggi yang tidak hanya untuk mengakomodir
pembentukan mineral feldspar saja (plagioklas dan alkali-feldspar). Batuan beku
alkalin yang rendah silika dimanifestasikan dengan kehadiran mineral-mineral
feldspatoid (nefelin, leusit, sodali, kankrinit), Na-piroksen/amfibol (aegirine,
riebeckite, arfvedsonite), dan fase kaya alkali lain yang tidak umum hadir pada
batuan beku lain. Contoh batuannya adalah basanit, teprit, fonolit (syenit
nefelin), nefelinit (ijolite). Bagian batuan alkalin yang potasik atau ultrapotasik
diantaranya kimberlit, lamproit dan shonsonit.
Beberapa mineral ini dapat menjadi sumber REE dalam jumlah yang signifikan,
meskipun hanya sedikit dari mereka yang telah diuntungkan dalam skala skala
komersial. Mineral-mineral ini dapat terbentuk selama kristalisasi awal magma
atau selama perubahan hidrotermal selanjutnya yang meningkatkan konsentrasi
REE magmatik asli.
3. Urat Hidrotermal
Sejumlah endapan rupanya terbentuk oleh pengendapan mineral yang
mengandung REE dari larutan berbasis air panas tanpa ada hubungan
langsung dengan penempatan batuan beku. Perlu dicatat bahwa sebagian
besar mengandung apatit, selain mineral REE. Ukurannya bisa sebesar
beberapa endapan karbonatit dan memiliki kadar yang bervariasi. Sebagai
contoh, urat monasit-apatit di Steenkampskraal, Afrika Selatan (Andreoli dkk.,
1994) berhubungan dengan struktur geologi lokal tetapi tidak memiliki sumber
batuan beku yang jelas.
4. Endapan Placer
Indonesia sejak lama dikenal sebagai jalur pembentukan timah (tin belt) yang
memanjang mulai dari Thailand-Malaysia di utara. Pembentukan timah sangat
erat kaitannya dengan LTJ dalam bentuk butiran mineral monasit, xenotim dan
zirkon sebagai hasil pengikisan dan pengendapan dari batuan induk
mengandung timah di lembah-lembah, bahkan terbawa hingga mengendap di
dasar laut. Pembentukan tipe LTJ plaser ini dapat dijelaskan berdasarkan
asosiasinya dengan timah yang terdapat di Bangka Belitung. Awalnya terbentuk
dari sisa larutan magma mengandung gas-gas unsur logam (pneumatolisis)
pada batuan granit berkomposisi tertentu berumur Trias-Jura yang menerobos
batuan metasedimen-metamorf berumur Permo-Karbon (sekitar 300 juta tahun
lalu) maupun pada batuan granit itu sendiri Dengan kondisi sedemikian rupa
sehingga gas-gas tersebut tidak mudah lolos ke luar dan masih tertahan di
bawah penudung metasedimen-metamorf berumur Permo-Karbon, membentuk
cebakan timah pada bagian atas (cupola) tubuh granit itu sendiri atau yang
dikenal sebagai tipe greisen. Dalam keadaan ini timah terendapkan dan dapat
bersama mineral LTJ sebagai inklusi (pengotor) dalam granit yang sama dalam
bentuk monasit, zirkon dan xenotim.
5. Endapan Adsorpsi Ion
Endapan adsorpsi ion terbentuk pada granit yang sudah lapuk, dan pada tingkat
yang lebih rendah pada batuan piroklastik dan lamprofi. Endapan tersebut
mengandung REE yang teradsorpsi pada permukaan lempung dan juga mineral
REE. Faktor pengendali utama dalam pembentukannya adalah keberadaan
REE dalam granit segar pada mineral yang mudah lapuk seperti parisit, bukan
pada mineral yang tahan seperti monasit. Radioaktivitas endapan ini rendah.
Selain itu, endapan tersebut, yang berupa lempung, mudah ditambang dan
dalam beberapa kasus, REE yang teradsorpsi dapat dilepaskan dari lempung
secara in situ melalui pertukaran ion. kandungan LTJ dan logam langka lainnya
seperti erbium (Er), luthenium ( Lu), holmium (Ho), prasedium (Pr), cerium (Ce),
scandium (Sc), europium (Eu), lantanum (La), yttrium (Y), zirkonium (Zr),
samarium ( Sm), dysponium (Dy), ytterbium (Yb), gadolinium (Gd), terbium (Tb)
dan neodyum (Nd).
6. Endapan Dasar Laut
Nodul mangan di laut dalam, kerak besi-mangan dan lumpur laut dalam
merupakan sumber REE laut yang potensial, dengan ukuran yang sama dengan
deposit seperti Mountain Pass. Zona Nodul Mangan Clarion-Clipperton (CCZ) di
Pasifik timur laut memiliki sumber daya sebesar 211 juta ton dengan kadar 0,1%
REO atau 21 juta ton REO. Zona Kerak Besi-Mangan Utama (Prime Iron-
Manganese Crust Zone, PCZ) di Pasifik tengah mengandung 7500 juta ton
pada 0,3% REO atau 23 juta ton REO. Deposit ini memiliki proporsi REE berat
yang lebih tinggi (misalnya 6,5 hingga 10 persen) daripada endapan yang terkait
dengan karbonatit dan memiliki kandungan thorium yang sangat rendah, yaitu
11-14 ppm (Hein dkk., 2011). Sedimen laut dalam di Samudra Pasifik yang
memiliki REE yang tersimpan dalam oksihidroksida besi dan phillipsit juga telah
diusulkan sebagai REE yang besar, bermutu rendah, dan rendah thorium yang
besar dan rendah thorium (Kato dkk., 2011)
7. Endapan Batubara
LTJ juga diketahui keterdapatannya pada batubara dan abu batubara. Beberapa
penelitian (Seredin dkk, 2012, 2013) menunjukkan bahwa sejumlah endapan
batubara dunia memiliki kandungan LTJ tinggi. Pada batubara, LTJ dapat
dijumpai dalam mineral matter maupun pada abu sisa dari pembakaran
batubara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Seredin (1996)
menyatakan bahwa LTJ dapat ditemukan pada 2 tipe cekungan tempat
batubara terbentuk, yaitu cekungan dengan batuan dasar hasil pelapukan
batuan beku dan/atau batuan metamorf dan cekungan batubara yang terbentuk
seiring dengan aktivitas vulkanisme. LTJ yang ditemukan pada cekungan
dengan batuan dasar hasil pelapukan batuan beku dan/atau batuan metamorf
terbentuk akibat batuan dasar cekungan tersebut terkena struktur,
menyebabkan batuan berinteraksi dengan air dekat permukaan atau larutan
kaya Cl. Sumber LTJ lainnya terbentuk pada cekungan atau depresi hasil
aktivitas tektonik dan vulkanik yang menyebabkan batubara diendapkan dalam
kondisi vulkanik yang aktif. Pengkayaan LTJ pada tipe cekungan ini berasal dari
pencucian abu vulkanik yang bersifat asam maupun alkalin, kemudian hancur
dan terlebur bersama akumulasi gambut (tonstein dissolution).

Anda mungkin juga menyukai