Anda di halaman 1dari 22

STARTIGRAFI DAN PALEONTOLOGY II

Disusun Oleh:

Figi Riski Rasyid Putri (1612051360)

Nunung Rosali Subari (1612051371)

Prodi : pendidikan Biologi

Kelas : A 12

Mata kuliah : Evolusi

Dosen Pengampu : Leliavia M,Pd

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PERSADA


KHATULISTIWA SINTANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat tuhan yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang bisa
diselesaikan dengan tepat pada waktunya, makalah ini berjudul “Startigrafi Dan Paleontology
II”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Leliavia ,M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Teori Evolusi yang telah banyak
membantu dalam penulisan makalah ini sampai selesai dan dengan baik.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Sintang, 15 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

2.1 Paleontology ................................................................................................................. 3


2.2 Fosil dan proses memfosil ........................................................................................... 3
2.3 Sedimen dan fosil ......................................................................................................... 12
2.4 Pengawetan pada fosil................................................................................................... 3
2.5 Penfosilan yang jarang terjadi ....................................................................................... 12
2.6 Jejak hidup yang memfosil ........................................................................................... 3
2.7 Pemakaian fosil dalam stratigrafi ................................................................................. 12
2.8 Fosil petunjuk ............................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 13


3.2 Saran ............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paleontologi adalah studi tentang kehidupan purba atau kehidupan
prasejarah di bumi.tujuan utama paleontologi adalah untuk menyelidiki evolusi
spesies tumbuhan dan hewan sertaekosistem kuno serta iklim bumi secara keseluruhan
meskipun berkaitan dengan kehidupan, paleontologi sebenarnya merupakan
cabang darigeologi atau ilmu yang mempelajari alam fisik. Paleontologi menggunakan
fosil organisme untuk memperkirakan kondisi di bumi pada saat kehidupan organisme
tersebut berlangsung.Perubahan pada spesies tertentu juga akan membantu menjawab
pertanyaan tentang evolusi karena fosil umumnya terpendam dalam formasi
berbagai jenis batuan, paleontologimemiliki hubungan erat dengan geologi. dengan
melihat komposisi, letak, dan lingkungan lingkungan sekitar penemuan fosil,
ahli paleontologi mampu memperkirakan iklim dan perubahan lingkungan lainya selama
periode waktu tertentu di masa lalu.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan paleontologi!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan fosil dan proses terjadinya fosil!
3. Apa yang dimaksud dengan sedimen dan fosil?
4. Bagaimana cara pengawetan pada fosil ?
5. Sebutkan apa saja pemfosilan yang jarang terjadi?
6. Jelakan jejak kehidupan yang memfosil!
7. Jelaskan fungsi fosil dalam stratigrafi !
8. Jelaska apa yang dimaksud dengan fosil petunjuk!
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan paleontologi
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan fosil dan proses terjadinya fosil
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sedimen dan fosil
4. Untuk mengetahui cara pengawetan pada fosil
5. Untuk mengetahui apa saja pemfosilan yang jarang terjadi
6. Untuk mengetahui jejak kehidupan yang memfosil
7. Untuk mengetahui fungsi fosil dalam stratigrafi
8. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fosil petunjuk

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Paleontologi

A. Pengertian paleontologi
Paleontologi berasal dari kata paleo yang artinya masa lampau, onto yang
artinya kehidupan dan logos yang artinya adalah ilmu. Jadi secara umum paleontologi
berarti ilmu yang mempelajari tentang masa lampau.
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup purba yang
biasanya adalah dengan mempelajari fosil-fosilnya. Paleontologi adalah mempelajari
fosil makhluk untuk mempelajari jejak kehidupan dan segala sesuatu tentang zaman
purba. Secara sempit, Paleontologi dapat diartikan ilmu mengenai fosil sebab jejak
kehidupan zaman purba terekam dalam fosil.
Fosil adalah sisa kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah dan
terekam pada bahan-bahan dari kerak bumi.sisa kehidupan tersebut dapat berupa
cangkang binatang,jejak atau cetakan yang mengalami pembentukan atau penggantian
oleh mineral. Catatan fosil ( fossil record ) adalah susunan teratur di mana fosil
mengendap dalam lapisan/ strata,pada batuan sedimen yang menandai berlalunya
waktu geologis.Semakin atas letak strata tempat fosil ditemukan,semakin muda usia
fosil tersebut.
Ada bermacam-macam fosil bila ditinjau dari dari kejadiannya, antara lain
 Bagian keras yang terawetkan dan menjadi fosil seperti keadaannya semula.
Misalnya: tulang,gigi, cangkan
 Suatu rongga yang terbentuk karena bagian keras yang semula ada, terlarut oleh air
dan akibatnya terbentuk rongga yang bentuknya seperti semula Hasil pembatuan
Awetan yang terdapat dalam lapisan seperti batu amber
 Jejak, lubang, tempat tinggal, kotoran
B. Konsep Dasar Palentologi
1. Taksonomi
Taksonomi adalah pengelompokan organisme berdasarkan kesamaan ciri fisik
tertentu. Dalam penyebutan organisme sering dipergunakan istilah taksa apabila
tingkatan taksonominya belum diketahui. Unit terkecil dalam taksonomi adalah

2
spesies, sedangkan unit tertingg adalah kingdom. Diantara unit-unit baku dapat
ditambahkan super jika terletak di atas unit baku, contoh: super kingdom,
merupakan unit yang lebih tinggi dari kingdom. Jika ditambahkan sub terletak di
bawah unit baku, contoh: subfilum, terdapat di bawah unit filum.
2. Spesifikasi Nama
Deskriptif, Pemberian nama di dasarkan pada ciri fisik, dapat berupa Bentuk
tubuh:Turritella angulata, memperlihatkan bentuk tubuh turreted (meninggi) dan
menyudut pada kamarnya.
 Struktur: Tubipora musica, memperlihatkan struktur tubuh berpipa (tube) dan
terangkai seperti alat musik (musica).
 Geografis:Pemberian nama yang didasarkan pada lokasi dimana fosil
tersebutpertama kali diketemukan. Contoh:Fussulina sumatrensis, Fussulina
yangdiketemukan di sumatera
 Personal:Mencantumkan nama penemunya. Contoh:Discoater martinii,
Martini adalah penemu fosil tersebut
3. Filogeni
Filogeni adalah ilmu yang mempelajari hubungan kekerabatan suatu
organisme dengan organisme lainnya. Hubungan tersebut ditentukan berdasarkan
morfologi hingga DNA. Filogeni sangat diperlukan dalam mempelajari proses
evolusi dan penyusunan taksonomi. Evolusi sendiri dapat diartikan sebagai
perubahan yang berangsur-angsur dari suatuorganisme menuju kepada
kesesuaian dengan waktu dan tempat. Jadi evolusi sendirimerupakan proses
adaptasi dari suatu organisme terhadap lingkungannya Metode Penyusunan
Filogeni
 Fenetik,Metode penyusunan filogeni dengan pendekatan analisa numerik.
Pendekatan tersebut meliputi penghitungan Indeks ketidaksamaan, Indeks
keanekaragaman, Anaisa pola dan berbagai indeks yang lain. Dalam
pendekatan fenetik semua subyek dan faktor yang dianalisispunya kedudukan
yang sama.
 Kladistik, Metode ini muncul atas dasar pemikiran bahwa proses alamiah akan
selalu mengambil jalan yang paling singkat. Dalam kladistik setiap ciri fisik
mempunyai tingkatan yang berbeda
4. Metode Identifikasi

3
 Morfologi.Pendekatan morfologi berupa deskriptif kualitatif. Meliputi bentuk
tubuh, struktur yang biasanya berkembang, dan sebagainya.
 Biometri,Pendekatan secara kuantitatif, yaitu berdasarkan ukuran tubuh dari
suatu organisme.
C. Ruang lingkup Paleontologi
Secara umum paleontologi dapat digolongkan menjadi dua yaitu Paleobotani (
tumbuhan ) dan Paleozoologi ( hewan ). Jadi ruang lingkup paleontologi ( terbagi
dalam paleobotani dan paleozoologi) antara lain:
1. Paleobotani
Paleobotani adalah ilmu yang mempelajari fosil tumbuhan. Kajian Paleobotani
meliputi aspek fosil tumbuhan, rekonstruksi taksa, dan sejarah evolusi dunia
tumbuhan. Tujuan mempelajari Paleobotani adalah:
 Untuk rekonstruksi sejarah dunia tumbuhan. Hal ini dapat dilakukan karena
fosil tumbuhan dari suatu kolom geologis tertentu berbeda dengan yang
terdapat pada kolom geologis lainnya. Dengan demikian dapat diketahui jenis
tumbuhan yang ada dari waktu ke waktu, atau dengan kata lain dapat diketahui
sejarahnya, khususnya mengenai kapan kelompok tumbuhan tersebut mulai
muncul di muka bumi, kapan perkembangan maksimalnya, dan kapan
kelompok tumbuhan tersebut punah.
 Untuk keperluan analisa pola dan suksesi vegetasi dari waktu ke waktu
 Untuk analisa endapan dari masa karbon ( khususnya yang mengandung sisa
tumbuhan ), yang berpotensi dalam presiksi sifatsifa batubara. Dengan
demikian dapat diketahui macam batubar serta dari tumbuhan apa batubara
tersebut berasal.
 Untuk dapat melakukan dedukasi mengenai aspek-aspek perubahan iklim.
Dengan cara ini maka dimungkinkan untuk merekonstruksi lingkungan masa
lampau beserta perubahan-perubahan yang terjadi,dan juga untuk mempelajari
hubungan antara tumbuhan dengan hewan yang menghuni lingkungan
tersebut. Salah satu perubahan iklim yang seringkali dapat diungkap dengan
pendekatan ini adalah perubahan ternperatur rata-rata.
2. Paleozoology ( hewan vertebrata dan invertebrata )
Tujuan dari mempelajari paleozoology adalah :

4
 Rekonstruksi sejarah kehidupan pada masa lampau baik di bidang hewan dan
perkembangan manusia. Proses rekonstruksi kehidupan dilakukan melalui
rekonstruksi fosil karena fosil ditemukan dalam lapisan/strata geologis yang
berlainan sehingga dapat diketahui perkiraan waktu munculnya dan kehidupan
makhluk yang telah memfosil tersebut.
 Analisa pola dan suksesi suatu vegetasi dari waktu ke waktu. Kehidupan pada
masa purba di mana kondisi bumi masih belum stabil sangat memungkinkan
terjadinya perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim sehingga
mempengaruhi kehidupan spesies dan vegetasi tanaman
 Analisa mengenai aspek – aspek perubahan iklim yang terjadi. Cara ini
bermanfaat untuk merekonstruksi dampak perubahan iklim pada lingkungan,
mempelajari bagaimana hubungan antara hewan dan tumbuhan yang hidup
pada lingkungan tersebut
 Analisa kehidupan biokultural manusia sejak manusia muncul di bumi proses
evolusinya melalui masa dan wilayah distribusinya seluas dan selama mungkin
 Analisa proses adaptif yang dilakukan makhluk hidup terhadap perubahan
kondisi lingkungan, makhluk yang mampu beradapatasi akan terus bertahan
walaupun peiode waktu geologis terus berjalan sedangkan yang tidak mampu
beradaptasi akan punah. Proses adaptasi membuka zona adaptif yang baru
yaitu suatu kumpulan kondisi hidup dan sumber daya baru yang memberikan
banyak kesempatan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan.
2.2 Fosil Dan Proses Memfosil
A. Pengertian Fosil

Fosil berasal dari bahasa latin yaitu “fossa” yang berarti bahan galian. Fosil adalah
benda alam yang berupa tubuh atau cangkang organisme yang berupa jejak, bekas-
bekas, sisa-sisa kehidupan yang terproses secara alamiah, terawetkan dan terekam
terutama pada batuan sedimen kemudian mengeras menjadi batu atau mineral.

Fosil pada umumnya ditemukan pada batuan sedimen, namun kadang-kadang


ditemukan juga dibawah debu volkanik dan lava, tapi yang dua terakhir ini sangat
jarang. Batugamping, batupasir, dan batulempung merupakan batuan yang sangat baik
sebagai tempat dimana fosil ditemukan. Untuk menjadi fosil, sisa hewan atau tanaman

5
harus segera tertutup sedimen untuk menghindari reaksi oksidasi, reduksi karena
kontak dengan udara dan air.
Berdasarkan fosil yang ditemukan, kehidupan diperkirakan mulai muncul pada
kurun waktu 3,5 milyar tahun yang lalu (Arkeozoikum). Hal ini dicirikan denga
kehadiran bakteri dan ganggang. Kedua organisme ini terfosilkan sebagai
cyanobacteria (stromatolit). Fosil cyanobacteria tertua ditemukan di Australia Barat.
Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa hewan atau tumbuhan yang
terakumulasi dalam sedimen atau endapan baik yang mengalami pengawetan secara
meyeluruh, sebagian, ataupun jejaknya saja. Secara singkat definisi dari fosil harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Organisme harus memiliki bagian keras (cangkang, tulang, gigi, jaringan kayu),
namun adanya bagian keras tidak mutlak karena pada kejadian tertentu bagian
lunak pun dapat menjadi fosil.
 Organisme harus terhindar dari kehancuran setelah mati. Apabila bagian tubuh dari
bagian organisme tersebut hancur, membusuk maka organisme tersebut tidak akan
menjadi fosil.
 Organisme harus segera terkubur oleh material yang dapat mencegah terjadinya
pembusukan. Jenis material yang mengubur suatu organisme tergantung dari
tempat organisme itu hidup.
 Fosil harus terawetkan secara alamiah bukan oleh produk kecerdasan manusia.
 Pada umumnya terekam dalam batuan sedimen. Karena berdasarkan proses
pembentukan batuan, akan sangat sulit bagi fosil untuk dapat bertahan pada batuan
selain pada pengendapan batuan sedimen.
 Berumur lebih dari 11.000 tahun.
B. Proses Memfosil
1. Permineralisasi
Pada umumnya tulang memiliki pori dengan derajat yang beda-beda. Tulang
yang berpori adalah tulang manusia dan cangkang-cangkang dari berbagai jenis
hewan invertebrata. Ketika air tanah merembes masuk ke dalam fosil berpori,
biasanya air akan mengendapkan material mineral ke dalam pori-pori, proses ini
disebut sebagai permineralization. Material endapan dari proses ini dapat
berkomposisi sama seperti tulang yang ditempatinya, atau dapat sangat berbeda.

6
2. Petrifikasi
Secara harfiah, petrifikasi berarti pembatuan (beralih ke batu). Penggunaan
kata ini menyiratkan bahwa suatu zat yang membatu harus dimulai tanpa mineral
yang keras. Artinya, organisme yang terpetrifikasi adalah organisme yang
bertubuh lunak. Petrifikasi adalah proses dimana bagain lunak dari objek terubah
dengan mineral, contohnya mineral silika dalam bentuk mikrokristalin kuarsa,
kalsit atau kadang-kadang apatit - mineral kalsium fosfat dengan campuran
beberapa elemen lain, terutama fluorine. Contoh fosil yang mengalami petrifikasi
adalah fosil kayu / kayu yang membatu.
3. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah proses fosilisasi dimana satu jenis mineral mengkristal ke
berbagai jenis mineral lainnya. Contohnya pada cangkang yang tersusun dari
mineral aragonit, dalam proses fosilisasinya mineral tersebut akan
merekristalisasikan mineral kalsit. Kebanyakan keong, kerang, kelompok cumi,
dan koral dari era Mesozoikum dan Kenozoikum memiliki kerangka yang
tersusun dari mineral aragonit. Aragonit dan kalsit memiliki komposisi kimia yang
sama (CaCO3), akan tetapi kalsit memiliki struktur kristal yang stabil.
4. Casts dan Molds
Cast dan mold adalah bentuk tiga dimensi dari hasil pengawetan suatu
organisme. Proses fosilisasi ini dimulai ketika suatu cangkang/kerangka
organisme terperangkap dalam batuan sedimen. Sebagian besar dari kerangka ini
terdiri dari zat-zat yang mudah larut dalam air berkarbonasi. Pada umumnya
proses fosilisasi ini terjadi pada batuan yang berpori, contohnya batupasir. Sifat
batuan yang berpori memudahkan air berkarbonasi untuk melarutkan cangkang
dan jaringan asli dari organisme. Cast adalah bentuk cetakan bagian eksternal
organisme, sedangkan mold adalah bentuk negative imprint dari permukaan
organisme.
5. Karbonisasi
Terkadang suatu jasad organisme terkubur dengan cepat sebelum membusuk.
Suksesi lapisan sedimen terendapkan dengan cepat di atasnya, membuat jasad
organisme terkubur lebih dalam. Kemudian, semua material yang mudah menguap
terpanaskan oleh panas bumi, dan menyisahkan carbon film. Fosil daun
merupakan contoh terbaik dari proses ini.

7
6. Mumi
Mumi Firaun Mesir yang terawetkan dalam piramida tidak dianggap
sebagai fosil biasanya, meskipun proses fosilisasinya sama dengan sisa-sisa
organisme kuno lainnya. Ahli paleontologi beranggapan bahwa mumi terbentuk
karena proses pengeringan yang cepat sebelum jasad mumi tersebut membusuk.
Proses fosilisasi seperti ini jarang ditemukan, dan hanya terjadi pada daerah
dengan kondisi yang sangat kering (mis; gurun atau goa). Mumi tidak bertahan
lama, maka dari itu tidak ada mumi yang berumur sangat tua. Perubahan iklim,
goa yang runtuh, dan serangan bakteri dapat menghancurkan mumi.
7. Frozen Mammoth
Pembekuan adalah jenis khusus dari proses mumifikasi. Lebih spektakuler
lagi, fosil yang dihasilkan dari pembekuan tidak mengalami pengeringan. Pada
tahun 1900 beberapa orang berburu fosil gading dari taring mammoth di Siberia
Utara, dan mereka menemukan fosil mammoth yang tertanam dalam permafrost
(lapisan es abadi) di tepi sungai. Dalam beberapa tahun terakhir para ilmuwan
melakukan projek untuk menghasilkan mammonth hidup dengan cara
mengumpulkan DNA mammoth beku dan menggabungkannya dengan DNA
gajah. Sejauh ini projek tersebut tidak menghasilkan banyak kemajuan, para ahli
masih optimis, projek ini masih dianggap sesuatu yang menarik, yang suatu saat
akan menghasilkan penemuan-penemuan baru.
8. Fosil Amber
Amber adalah fosil getah pohon. Beberapa jenis pohon, bila kulit atau
batangnya terkupas, pohon tersebut akan mengeluarkan cairan getah. Mekanisme
tersebut yang membuat serangga terperangkap dalam getah. Amber tertua adalah
yang pernah ditemukan di midcontinent Amerika Utara yang berumur sekitar 300
juta tahun.
9. Phosphatic fossilization
Mineral yang kaya akan fosfat, terutama mineral kalsium fosfat, terkadang
menembus masuk ke ruang pori pada batuan, dan membentuk nodul fosfat. Ketika
hal tersebut terjadi, pengawetan bisa terjadi dengan sangat baik. Serat otot ikan,
larva invertebrata, dan bahkan semua individual bakteri bisa terawetkan dengan
proses ini.
2.3 Sedimen dan Fosil
2.4 Pengawetan pada fosil
8
a. Pengawetan Bagian Lunak Organisme
Proses pengawetan tipe fosil seperti ini sangat jarang dijumpai dan terjadi
pada kondisi yang sangat khusus. Organisme harus terkubur dalam suatu medium
contohnya getah, tanah beku yang dapat melindungi tubuh lunaknya dari
pembusukan. Contohnya fosil serangga yang terjebak dalam amber, fosil Mammoth di
tanah beku Alaska dan Siberia.
b. Pengawetan Bagian Keras Dari Organisme
Proses pengawetan fosil diaman bagian keras organisme harus tersusun atas mineral-
mineral yang tahan / resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga
memungkinkan terbentuknya fosil.
 Fosil yang bersifat karbonatan
Fosil yang tersusun atas kalsium karbonat misalnya cangkang, kerang, siput,
dan koral. Banyak diantara mereka yang terawetkan dalam bentuk aslinya.
 Fosil yang bersifat fosfatan
Fosil yang tersusun atas kalsium fosfat misalnya pada gigi, gading, dan
beberapa rangka luar suatu organisme. Senyawa ini sangat bagus untuk
pengawetan sehingga banyak yang menjadi fosil yang bagus
 Fosil yang bersifat silikatan
Fosil yang tersusun atas senyawa silikat seperti pada golongan plankton.
 Fosil yang bersifat khitinan
Fosil yang tersusun atas senyawa khitin biasanya terdapat pada rangka luar
organisme golongan arthropoda.
c. Pengawetan Tapak, Jejak, Sisa Organisme
 Mold
Terbentuk apabila cangkang suatu organisme menekan sedimen yang belum
membatu, kemudian meninggalkan cetakan bagian cangkang yang menekan
sedimen tersebut.

9
 Cast
Apabila mold tersebut terisi material sedimen. Terbagi atas internal cast dan
external cast. Internal cast menunjukkan karakteristik bentuk cetakan bagian
dalam. External cast menunjukkan karakteristik cetakan bagian luar.

 Track
Sisa organisme yang berupa tapak kaki. Dengan adanya jejak kaki ini kita
dapat mengetahui kebiasaan hidup dari organise tersebut.

 Trail
Sisa organisme yang berupa jejak yang berupa alur-alur pergerakan organisme

 Burrow
Sisa aktifitas organisme yang berupa galian. Burrow menunjukkan bukti
bahwa kehidupan suatu organisme didalam tanah dimana organismetersebut
menggali lubang

10
 Coprolite
Sisa organisme yang berupa kotoran hewan. Erat kaitannya dengan bentuk
anatomi dari pencernaan serta jenis makanan yang sering dimakan.

 Gastrolith
Batuan halus, berbentuk well rounded yang terdapat pada perut organisme
yang berguna untuk membantu pencernaan biasanya pada beberapa golongan
reptile.

2.5 Pemfosilan yang Jarang Terjadi


Proses pemfosilan dapat terjadi dengan cara yang bermacam – macam, serta
dipengaruhioleh keadaan lingkungan sekitarnya. hewan – hewan dan tumbuhan jika
mati jasadnyamungkin dapat terawetkan dalam keadaan yang tak berubah. 0alam hal

11
ini bahan yangdimiliki oleh hewan atau tumbuhan semula sewaktu hidupnya. ada pula
hewan atautumbuhan yang cangkangnya terawetkan dalam keadaan berubah,
misalnya karena perubahan atau pengurangan zat – zat mineral atau karena
penggantian seluruhnya oleh berbagai bahan lainnya. Pergantian ini misalnya dapat
disebabkan karena air tanah yangmempnyai daya untuk melarutkan CaCo3 dari
cangkang tersebut untuk kemudianmenggantinya dengan mineral – mineral yang larut
di dalamnya.
Pemfosilan yang jarang terjadi adalah Pemfosilan berupa mumi. Proses
ini jarang terjadi dan hanya terdapat di daerah kering atau pun gua yang
hawanya sangat kering sekali. karena udara yang sangat kering itu, maka hewan yang
mati akan lekas sekali menjadi kering dan dengan begitu bakteri pembusuk tidak ada
kesempatan untuk membusukkan hewan yang mati itu. dengan cara begitu hewan
yang mati tersebut akan menjadi fosil berupa mumi meskipun tidak tertutup oleh
lapisan tanah seperti biasa diperlukan dalam proses fosilisasi
2.6 Jejak Hidup yang Memfosil
secara umum ada tiga jenis fosil, yaitu bagian dari organisme itu sendiri, dari
sisa-sia aktifitasnya, ada juga fosil pulsu (yaitu fosil yang mirip fosil tapi sebenarnya
bukan). Pertama fosil dari organisme atau binatangnya itu sendiri yang
terawetkan/tersimpan. Dapat berupa tulangnya, cangkangnya, dan hampir semua yang
tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang keras.dapat juga berupa binatangnya
yang secara lengkap (utuh) tersimpan. Kedua, fosil dari sisa-sisa aktifitas. Secara
mudah pembentukan fosil ini dapat melalui beberapa jlan. Fosil sisa aktifitasnya
sering juga disebut dengan trace fosil ( fosil jejak) karen yang terlihat hanyalah sisa-
sisa aktifitasnya. Jadi hanya kemungkinan fosil itu bukan bagian dari tubuh binatang
atau tumbuhan itu sendiri.
Penyimpanan atau pengawetan cangakang ini dapat berupa cetakan. Cetakan
tersebut dapat pula cetakan bagian dalam (internal mould) dicirikan bentuk
permukaanya halus atau external mould dengan ciri permukaan yang kasar. Keduanya
bukan binatang yan g tersimpan, tetapi hanyalah cetakan dari binatang atau
organisme itu.
Fosil berdasarkan ukuranya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu fosil makro atau
besar (macrofosil) yang dapat dilihat dengan mata biasa dan fosil mikro atau fosil
kecil (mikrofosil) hanya dapat dilihat dengan bantuan alat mikroskop. Fosil juga daat
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu fosil biologis dan fosil sisa fosil biologis, merupakan

12
fosil sisa tubuh makhluk hidup baik yang utuh maupun yang tidak utuh . fosil sisa
atau tanda adanya kehidupan merupakan fosil yang berasal bukan dari bagian tubuh
makhluk hidup. Misalnya feses, jejak telapak kaki, dan alat atau perkakas. Kegunaan
fosil untuk evolusi adalah membantu rekontruksi kehidupan dimasa lalu.
Fosil tersebar hampir ke setiap pelosok bumi. Pada beberapa jenis batuan
hampir tidak ditemukan fosil, tetapi pada jenis lainnya, banyak sekali fosil
ditemukan. Para ahli arkeolog membagi jenis batuan kedalam tiga golongan utama
yaitu beku, endapan dan metamorfosis.
Golongan batuan beku mencakup granit dan batuan jenis basal yang terbentuk
dari pendinginan magma, yanga ada dikedalaman bumi atau yang disemburkan
gunung-gunungberbentuk lava leleh. Batuan endapan terbentuk ketika pasir, lempung,
lumpur dan partikel partikel atau zat-zat kecil yang terangkut endapan air diendapkan
satu diatas lainnya. Batuan metamorfosis batuan beku atau endapan yang mengalami
perubahan stuktur akibat suhu dan tekanan tinggi dikedalaman bumi.
Sedikit fosil umumnya ditemukan di lapisan batuan beku. Contoh-contoh
langka yang ditemukan adalah fosil-fosil yang dihasilkan ketika tumbuhan atau
binatang terperangkap dalam lava leleh. Sangat sedikit fosil mampu menahan suhu
dan tekanan tinggi yang mengubah rupa lapisan endapan menjadi batuan
metamorfosis . hampir semua fosil ditemukan dilapisan endapan.
Hampir semua batuan endapan dibentuk oleh zat-zat yang terbawa oelh angin
dan air atau dari pengikisan batuan jenis lai. Beberapa bentuk seperti batu bara,
dibentuk oleh sisa-sisa tumbuhan dan binatang. Klastik adalah nama yang diberikan
untuk batuan endapan yang dibentuk oleh partikel atau butiran halus. Bartu paras dan
syis merupakan contoh-contoh batuan seperti itu. Jika terjdi pelarutan zat yang
dianngkut, maka akibat pelarutan kimiawi atau penguapan. Lapisan endapan
“organik” terbentuk. Contoh batuansemacam itu adalah batu lempung dan dolomit.
Secara umum lapisan batuan endapan adalah campuran lapisan klastik dan organik.
Fosil-fosil biasanya terlihat dalam batu serpih (shale) syis, batu paras, atau batu
gamping yang terbentukdari kapur (kalsium karbonat) .
2.7 Pemakaian Fosil dalam Stratigrafi
Stratigrafi merupakan cabang ilmu geologi yang berasal dari bahasa latin, strata
(pelapisan, hamparan) dan Grafia (menggambarkan) jadi pengertian dari stratigrafi
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan batuan serta hubungan itu

13
dengan lapisan batuan yang lainnya. Yang bertujuan untuk mendapatkan tentag
sejarah bumi. Fosil dapat digunakan sebagai berikut:
1. Menentukan perkiraan umur relatif batuan laipasan yang memiliki kesamaan
kandungan fosil diperkirakan diendapkan pada waktu yang bersamaan
2. Mengetahui kisaran lingkungan pengendapan penemuan fosil pada suatu tempat
dapat menggunakan fosil yang diguanakan sebagai petunjuk untuk menentukan
lingkuanga pengendapan misalnya denga ditemukannya fosil pada suatu lapisan
menunjukan bahwa wilayah sekitar lapisan tersebut kemungkinan adalah
lingkungan air
3. Menentukan korelasi batuan, lapisan batuan pada suatu daerah dapat dikatakan
sama dengan lapisan batuan didaerah lain jika keduanya mengandung jenis fosil
yang sama
2.8 Fosil Petunjuk
1. Peninggalan Fosil dari Berbagai Lapisan Bumi
Fosil merupakan makhluk hidup atau sebagian dari makhluk hidup yang tertimbun oleh
tanah, pasir, lumpur dan akhirnya membatu.Kadang-kadang hanya berupa bekas-
bekasorganisme. Pada umumnya fosil yang telah ditemukan terdapat dalam keadaan tidak utuh,
yaituhanya merupakan suatu bagian atau beberapa bagian dari tubuh makhluk
hidup. Hancurnya tubuh makhluk hidup yang telah mati disebabkan pengaruh air, angin,
bakteri pembusuk,hewan-hewan pemakan bangkai dan lain-lain. Fosil-fosil dapat
ditemukan di berbagai macam lapisan bumi, sehingga penentuan umurnyadidasarkan atas umur
lapisan yang mengandung fosil-fosil itu.Umumnya fosil yang terdapat dilapisan yang paling
dalam, mempunyai umur yang lebih tua sedangkan umur fosil yang ditemukan
pada lapisan yang lebih atas mempunyai umur yang lebih muda.
Fosil-fosil yang ditemukan di berbagai lapisan bumi yaitu mulai sederetan
fosil-fosil yang telah ditemukandalam lapisan batuan bumi dari yang tua sampai
yang muda, dapat disimpulkan bahwa keadaan lingkungan di masa lampau
berbeda dengan sekarang. Perubahan lingkungan tersebut terjadi secara bertahap dan
diikuti dengan penyesusaian diri organisme yang ada didalamnya, sehingga
perubahan keadaan di bumi ini mengakibatkan terjadinta perubahan jenis-jenis
makhluk hidup yang terjadi secara berangsur-angsur. Kesimpulannya bahwa fosil
merupakan petunjuk adanya evolusi.Fosilisasi juga terjadi ketika cangkang atau
tulang yang lengkap tertanam di dalam lapisansendimen di bawah permukaan air.
Fosil tersebut kemudian meninggalkan bekas bentukan ataucetakan dari organisme

14
tersebut. Bentukan atau cetakan tersebut merupakan fosil permukaantubuh tiruan yang baik.
erikut adalah beberapa contoh dari bukti evolusi ang berupa fosil:
2. Anatomi Perbandingan
Pendekatan untuk menginterpretasi bukti-bukti paleontologi adalah anatomi perbandingan.
Para ahli anatomi perbandingan mencoba menemukan persamaanpersamaandan perbedaan-
perbedaan antara struktur dasar (fundamental structure) organisme hidup.Mereka mempelajari
bentuk-bentuk struktur dasar setiap kelompok organisme. Sebagaicontoh, semua hewan
vertebrata memiliki struktur dasar yang sama, yakni: suatu kerangkautama penyanggah
tengkorak dan tulang belakang; tulang rusuk yang melindungi jantung danparu-paru, tertancap
pada tulang belakang; sepasang organ tambahan; dan sistem peredarandarah, pernafasan atau
respirasi, pencernaan, pengeluaran yang sama. Para ahli anatomimembandingkan ciri-ciri
anatomi hewan masa kini, tetapi studi perbandingan anatomikerangka lebih penting bagi para
paleontologi karena bukti-bukti fosil anatomi yang tersusunhampir semua adalah metrial rangka.
Kesamaan dasar dalam struktur yang diturunkan darinenek moyang yang umum disebut struktur
homolog. Lebih jelasnya, homologi adalahstruktur dasar sama yang diturunkan secara genetik
dari nenek moyang yang umum tetapikemudian memiliki fungsi yang berbeda. Suatu contoh
homologi yang baik adalah tulang lengan depan vertebrata
3. Biogeografi
Biogeografi adalah mempelajari distribusi geografi dari tanaman dan hewan.
Denganmempelajari biogeografi kita dapat menjelaskan mengapa spesies-spesies berdistribusi,
danapa bentuk distribusi yang diperlihatkan mengenai habitat dan daerah asal mula mereka.
Dariperjalanan Darwin mengelilingi dunia dengan H.M.S. Beagle ia menemukan bahwa
spesiestanaman dan hewan umumnya tidak berdistribusi jauh dari habitat yang potensial. Studi-
studimengenai biogeografi sejak Darwin dibuktikan berulang-ulang oleh para
ilmuan.Kesimpulan mendasar dari studi biogeografis memperlihatkan bahwa suatu spesiesbaru
muncul pada satu tempat dan kemudian menyebar menuju keluar dari titik atau
tempatasal.Beberapa spesies kemudian menjadi lebih luas distribusinya, tetapi mereka tidak
dapatmelewati barier-barier alami yang terpisah daerah biogeografis yang besar. Oleh karena
itu,meskipun lingkungan hidup sesungguhnya identik pada daerah biogeografis berbeda,
jarangditempati oleh spesies yang sama. Buktinya, setiap daerah geografi besar di dunia
mempunyaikarakteristik kelompok tanaman dan hewan. Sebagai contoh, di Australia semacam
kanguru( marsupia) mempunyai kantong yang berperan sebagai tempat menyusui dan
melindugianaknya, pada daerah biogeografi yang lain kanguru (marsupial) hampir tidak
ditemukan.Selanjutnya, catatan fosil setiap daerah menampilkan suatu garis evolusioner

15
kejadian-kejadian biologis yang terpisah dari semua daerah-daerah lain. Dengan setiap
garisevolusioner, banyak fosil-fosil yang telah ditemukan dapat dibentuk atau disusun suatu
spesiesyang pernah hidup pada daerah tertentu.Bukti-bukti observasi atau pengamatan
memperkuat konsep bahwa seleksi alamberlaku, oleh kekuatan besar dari lingkungan sehingga
muncul spesies baru yang hanya dapathidup beradaptasi atau dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi topografinya maupun kondisiiklim disekelilingnya. Sebagai buktinya, apa yang dilihat
Darwin ketika menemukan bahwaspesies pada pulau tertentu terhalang untuk berhubungan
dengan spesies pada pulau-pulaudekat, dan bahwa spesies sepulau umumnya berhubungan
dengan spesies terdekat yang hidupsedaratan. Sebaliknya, tidak ada bukti yang mendukung
keberadaan sekelompok “island species” (spesies yang hanya ada pada pulau tertentu)
dengan karakteristik tertentu ditemukandalam habitat-habitat pulau lain kemanapun kita
mengelilingi dunia.Pada tingkatan yang lebih spesifik, biogeografi menunjukkan banyak bukti-
buktimenyolok yang mengarah pada kejadian evolusi konvergen ( convergent evolution
Organisme-organisme pada kenyataannya mempunyai biogeografi berbeda-beda,
meskipunditurunkan dari keturunan nenek moyang yang sangat berbeda, memiliki kesamaan
prosesadaptasi pada habitat-habitat khusus. Sebagai contoh, tanaman kaktus (famili Cactaceae
)ditemukan di gurun pasir sebelah tenggara Amerika Utara, dan di gunung pasir Andes,
tetapitidak ada dimanapun di tempat lain. Di samping itu habitat-habitat kering dan tandus di
Afrikaditempati oleh sekelompok tanaman dari famil Euphorbiaceae
4. Domestikasi
Domestikasi adalah usaha manusia untuk menjadikan hewan/tanaman liar
menjaditanaman/hewan yang dapat dikuasai dan bermanfaat bagi manusia.Pada dasarnya
tindakan iniadalah memindahkan makhluk hidup dari lingkungan aslinya ke lingkungan yang
diciptakan oleh manusia. Tindakan ini dapat mengakibatkan timbulnya jenis-jenis hewan dan
tumbuhanyang menyimpang dari aslinya, yang mengarah terbentuknya spesies baru.Peristiwa
persilangan dari dua varietas tanaman/hewan sejenis juga dapat menyebabkan terbentuknya
variasi baru yang berbeda dari induknya yang dapat menyebabkan terjadinyaspesies baru.Hasil
perjalanan Darwin menunjukkan bahwa spesiasi dapat terjadi karena upayadomestifikasi oleh
manusia, misalnya upaya pemuliaan tanaman maupun hewan
5. Variasi Antar Individu Dalam Suatu Keturunan
Fenotip suatu organisme ditentukan oleh faktor genetika dan lingkungan.
Fenotip yangmuncul merupakan variasi dari organisme tersebut. Jadi variasi
individu terbentuk karenaadanya variasi genetika dan perbedaan kondisi lingkungan. Contoh
kita dapat memperhatikan keturunan dalam satu keluarga, setiap orang memiliki keunikan

16
tersendiri meskipun mempunyaiorang tua/ leluhur yang sama. Antara kakak dan adik, bahkan
anak kembar sekalipun tidak adayang sama persis, padahal ayah dan ibunya sama.
Proses seleksi terhadap berbagai jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan selama bertahun-tahun akan
menghasilkan menghasilkan varian yang makin jauh berbeda dengan moyangnya yang secara
berangsur-angsur akan menghasilkan spesies baru yang berbeda dari induknya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa adanya variasi merupakan petunjuk adanya evolusi yang kearah
terbentuknya spesies-spesies baru.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Paleontologi berasal dari kata paleo yang artinya masa lampau, onto yang
artinya kehidupan dan logos yang artinya adalah ilmu. Jadi secara umum
paleontologi berarti ilmu yang mempelajari tentang masa lampau. Konsep dasar
paleontologi adalah taksonomi, filogeni, metode identifikasi. Fosil adalah benda
alam yang berupa tubuh atau cangkang organisme yang berupa jejak, bekas-bekas,
sisa-sisa kehidupan yang terproses secara alamiah, terawetkan dan terekam
terutama pada batuan sedimen kemudian mengeras menjadi batu atau mineral.
Dengan fosil petunjuk berupa peninggalan fosil diberbagai lapisan batuan,
perbandingan mofologi, domestikasi dan biogeografi. Proses memfosil terdiri dari
Permineralisasi, penitrikasi, karbonisasi dll.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang karakteristik
ekosistem laut dan darat serta perananya di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawab kan kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Blodgett, L., & Slack, K., 2009. Geothermal 101: Basics of Geothermal Energy Production
and Use. Geothermal Energy Association.

Brooks, E.R., 1995, Paleozoic fluidization, folding, and peperite formation, northern Sierra
Nevada, California: Canadian Journal of Earth Sciences, 32, 314-324.

http://staff.unila.ac.id/priyambodo/files/2015/12/2015-Evolusi-Fosil-dan-Batuan.pdfhttp:/
/staff.unila.ac.id/priyambodo/files/2015/12/2015-Evolusi-Fosil-dan-Batuan.pdf
(diakses tanggal 13 April 2019)

http://staff.unila.ac.id/priyambodo/files/2016/12/12.-Fosil-dan-Batuan.pdf (diakses tanggal


13 April 2019)

Ratnawulan.A.2014. Evlolusi .Online: http://file.upi.edu/Direktori/ SPS/PRODI.PENDIDI


KAN_IPA/197404171999032-ANA_RATNAWULAN/EVOLUSI.pdf(diakses tanggal
13 April 2019)

19

Anda mungkin juga menyukai