Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

ACARA V
REFLEKS SPINAL PADA KATAK

Disusun Oleh:
Hanifa Palupi
2101070007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
Rabu, 12 Oktober 2022

ACARA V

REFLEKS SPINAL PADA KATAK

A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengamati terjadinya refleks spinal pada katak
2. Untuk mengetahui macam-macam system syaraf
3. Untuk mengetahu apa aitu gerak refleks

B. Dasar Teori
Amphibia umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang
belakang (Vertebrata) yang hidup di dua alam yakni di air dan di darat.
Katak adalah satu hewan yang berasal dari kelas Amphibia, mula-mula di
dalam air tawar yang kemudian di darat. Kulit harus selalu basah apabila
hewan berada di luar air untuk menyakinkan terjadinya pernafasan melalui
kulit, kulit dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir
untuk mempertahankan keadaannya agar selalu tetap basah. Setiap
kelenjar berbentuk piala yang terdapat tepat di bawah epidermis dan
salurannya melalui epidermis bermuara di permukaan kulit, dan
mekanisme pernafasannya meliputi dua fase yaitu inspirasi dan ekspirasi
(Burhanuddin, 2008).
Amfibi adalah kelompok terkecil diantara vertebrata, dengan
jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptil, amfibi hewan
berdarah dingin. Amfibi berarti tidak dapa tmengatur suhu badannya
sendiri. Amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan.
Amfibi pada awalnya mengawali hidup di perairan dan melakukan
pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-
paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan diatas daratan
(Hadikastowo, 1982).
Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari
stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan
dengan respon tubuh yang sesuai. Integrasi dilakukan dalam sistem saraf
pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang (pada vertebrata). Output
motoris adalah penghantar sinyal dari pusat integrasi ke sel-selefektor.
Sinyal tersebut dihantarkan oleh saraf (nerve), berkas mirip tali yang
berasal dari penjuluran neuron yang terbungkus dengan ketat dalam
jaringan ikat. Saraf yang menghubungkan sinyal motoris dan sensoris
antara sistem saraf pusat dan bagian tubuh lain secara bersamaan disebut
sistem saraf tepi (Fauzi, 2018).
Sistem saraf adalah sistem koordinasi yang berfungsi sebagai
penerima dan penghantar rangsangan ke semua bagian tubuh dan
selanjutnya memberikan tanggapan terhadap rangsangan tersebut. Jaringan
saraf juga merupakan jaringan komunikasi dalam tubuh, sistem saraf
berfungsi dengan mekanisme depolarisasi dan repolarisasi. Kedua
mekanisme tersebut berkaitan dengan transportasi ion menembus
membran (transmembran) dan terkait dengan ion natrium dan kalium
sehingga kedua jenis ion termasuk jenis ion yang ensensial bagi
mekanisme dalam saraf. Mekanisme tersebut memunculkan gelombang
depolarisasi (Campbell, 2011).
Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil
dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling kompleks.
Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan
kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik
(impuls saraf) (Bahrudin, 2013).
System syaraf melaksanakan tugas yang penting dalam mengatur
fungsi organ tubuh. System syaraf terdiri dari system syaraf pusat dan
system syaraf perifer. System syaraf pusat terdiri atas otak (brain) dan
medulla spinalis. System syaraf perifer terdiri atas syaraf kranial, syaraf
spinal, dan trunkus simpatikus (Nofiana, 2022).
Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula
spinalis, yang merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas
tubuh. Bagian fungsional pada susunan saraf pusat adalah neuron akson
sebagai penghubung dan transmisi elektrik antar neuron, serta dikelilingi
oleh sel glia yang menunjang secara mekanik dan metabolik (Bahrudin,
2013).
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat
pengatur dari segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga
tengkorak. Bagian utama otak adalah otak besar (cerebrum), otak kecil
(cereblum) dan otak tengah (Bahrudin, 2013).
Sumsum tulang belakang adalah struktur segmental dengan pasang
dorsal dan akar saraf ventral yang masuk dan keluar di setiap level. Akar
saraf dorsal membawa informasi sensorik ke tanduk dorsal sementara akar
saraf ventral keluar dari ventral horm yang berisi serabut saraf motorik.
Pengontrolan saraf saraf Otot-otot kaki terletak di bagian perifer sementara
yang mengendalikan lengan terletak di pusat (Bahrudin, 2013).
Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang
merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh. SST tersusun dari
semua saraf yang membawa pesan dari dan ke SSP (Bahrudin, 2013).
Manusia membutuhkan kerja yang kompleks dari seluruh organ
tubuh agar bisa melakukan gerak. Seperti peran dari kerangka, otot, sendi
dan stimulus dari otak. Hampir seluruh aktivitas kita membutuhkan
gerakan. Tanpa bisa bergerak manusia akan sangat ketergantungan dengan
orang lain (Annisa, 2019).
Gerak pada manusia ialah gerak yang terdapat pada bagian-bagian
tertentu yang digerakkan oleh otot dan rangka tubuh juga di bantu oleh
energi. Gerak tubuh dipengaruhi oleh sendi yang mampu bergerak ke
depan, ke belakang, berputar, dan menggenggam. Gerak pada umumnya
terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa di sadari
yaitu gerak reflex. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu
dari reseptor ke saraf sensori di bawa ke otak untuk selanjutnya di olah
otak kemudian hasil olahan oleh otak berupa tanggapan yang di bawa oleh
saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Sedangkan gerak reflex berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara
otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak
(Wulandari, 2009).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Jarum
b. Alat pemacu listrik
c. Styrofoam
d. Pipet tetes
e. Sarung tangan lateks
f. Logbook
g. Pulpen
h. Penggaris
i. Buku penuntun praktikum
2. Bahan
a. Katak
b. Larutan H2SO4

D. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memakai sarung tangan lateks
3. Meletakan katak ke atas styrofoam dalam keadaan tengkurap, lalu pada
ujung setiap kaki ditusuk jarum supaya katak tidak lepas
4. Menetesi H2SO4 dengan pipet tetes di bagian paha katak lalu amati
reaksi yang terjadi pada katak dan catat di logbook.
5. Memastikan keadaan tangan kering lalu paculah katak dengan arus
listrik lalu amati gerak refleks pada katak
6. Merusak sum-sum tulang belakang katak dengan cara menusukan
jarum ¾ cm ke dalam saluran tulang punggung katak berulang kali lalu
amati gerak refleks pada katak.
7. Merusak sum-sum tulang belakang katak dengan cara menusukan
jarum total ke dalam saluran tulang punggung katak berulang kali lalu
amati gerak refleks pada katak.
8. Mencatat semua hasil di logbook
E. Hasil Pengamatan

No Refleks
Perlakuan Keterangan
Iya Tidak
1. Refleks melarikan diri Katak berusaha
a. Kaki depan  melarikan diri dengan
b. Kaki belakang  cepat
2. Refleks listrik Kaki yang bergerak
a. Kaki depan  hanya kaki belakang
b. Kaki belakang  pada tegangan 6 volt
3. Refleks dirusak sum-sum Semua kaki bergerak
tulang belakang ¾ akibat jarum yang
a. Kaki depan  ditusuk-tusukan ke
b. Kaki belakang  sum-sum tulang
belakang
4. Refleks dirusak sum-sum Semua kaki bergerak
tulang belakang total akibat jarum yang
a. Kaki depan  ditusuk-tusukan ke
b. Kaki belakang  sum-sum tulang
belakang
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang bertujuan untuk mengetahui refleks
spinal pada katak. Percobaan yang dilakukan adalah dengan cara menetesi
H2PO4 ke paha katak untuk mengetahui refleks melarikan diri pada katak.
Lalu dengan cara dipacu dengan alat pemacu listrik pada tegangan 6volt
untuk mengamati gerak refleksnya juga, dan yang terakhir dirusak sum-
sum tulang belakangnya ¾ dan total.
Hasil yang diperoleh adalah ketika katak ditetesi dengan H2PO4
katak berusaha melarikan diri dengan cepat dan refleks kaki depan dan
kaki belakang juga ada. Lalu pada alat pemacu listrik pada tegangan 6volt
ketika katak dipacu hanya kaki belakang saja yang bergerak namun kaki
depan tidak. Lalu ketika dirusak sum-sum tulang belakangnya secara total
dan 3/4 kaki depan dan kaki belakang katak refleks bergerak.
System syaraf melaksanakan tugas yang penting dalam mengatur
fungsi organ tubuh. System syaraf terdiri dari system syaraf pusat dan
system syaraf perifer. System syaraf pusat terdiri atas otak (brain) dan
medulla spinalis. System syaraf perifer terdiri atas syaraf kranial, syaraf
spinal, dan trunkus simpatikus (Nofiana, 2022).
Pada pengamatan kali ini akan mengamati refleks spinal pada
katak, lalu refleks itu adalah jawaban yang tidak disadari terhadap
etimulus (rangsangan). Refleks spinal pada katak secara sederhana hanya
meliputi dua bagian, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik yang
terdapat pada bagian ventral yang kedua-duanya dihubungkan secara
langsung oleh spinal cord. Neural merupakan bagian dari suatu saraf
spinal dan menjulur ke dalam sumsum tulang belakang. Tempat neuron
bersinapsis dengan interneuron dan meneruskan impuls eteren yang
menjulur dari sumsum tulang belakang dan membuat impuls kembali ke
sekelompok otot ekstensor (Bevelander &Ramaky, 1988)
Sumsum tulang belakang merupakan pusat gerak refleks, sehingga
semakin tinggi tingkat perusakan sumsum tulang belakang maka semakin
lemah respon yang diberikan. Hal ini yang akan menyebabkan refleks
pembalikkan tubuh, penarikkan kaki depan dan kaki belakang serta
pencelupan ke dalam larutan H2SO4 semakin melemah seiring dengan
tingkat perusakan. Fungsi dari larutan H2SO4 itu sendiri adalah untuk
mempercepat rangsang saraf spinal. Perusakan tulang belakang juga
merusak tali spinal sebagai jalur saraf, namun dengan adanya respon
refleks yang sederhana dapat terjadi melalui aksi tunggal dari tali spinal
meskipun adanya perusakkan sumsum tulang belakang (Pearce, 1989).
Dapat disimpulkan bahwa rangsangan dari H2SO4 sebagai suatu
rangsangan kimia. Sifat H2SO4 yang pekat menyebabkan saraf-saraf
sensorik cepat bereaksi dan karena membahayakan sehingga katak
melakukan gerak refleks untuk menghindari H2SO4 dibuktikan ketika di
tetesi dengan H2SO4 katak berusaha melarikan diri dengan cepat.
Lalu pada rangsangan listrik dengan tegangan 6volt terjadinya
gerakan refleks pada katak dikarenakan masih berfunsingnya sumsum
tulang belakang. Lalu pada perusakan sum-sum tulang belakang yang
dirusak secara total dan ¾ namun katak masih banyak memberikan
Gerakan refleks, hal ini membuktikan bahwa sumsum tulang belakang
belum rusak sepenuhnya dikarenakan ketika sumsum tulang belakang
semakin tinggi rusaknya maka semakin lemah juga respon yang diberikan.
G. Kesimpulan
1. System syaraf dibagi menjadi 2 yaitu system syaraf pusat dan system
syaraf perifer.
2. Gerak refleks adalah jawaban yang tidak disadari terhadap stimulus
(rangsangan)
3. Katak ketika ditetesi H2SO4 katak berusaha melarikan diri dengan
cepat
4. Ketika katak dipacu dengan alat pemacu listrik dengan tegangan 6volt,
kaki depan katak tidak memberikan Gerakan apapun
5. Ketika katak dirusak sumsum tulang belakangnya ¾ ataupun total
masih banyak memberikan gerakan refleks yang menandakan sumsum
tulang belakang belum rusak sepenuhnya
6. Semakin tinggi rusaknya sumsum tulang belakang maka semakim
lemah juga respon yang diberikan
7. Semua yang digunakan untuk membuktikan gerakan refleks ketika
katak masih memberikan respon artinya adalah sumsum tulang
belakang masih berfungsi dikarenakan sumsum tulang belakang
merupakan pusat gerakan refleks.
H. Daftar Pustaka
Annisa, 2019. Tomat Bike untuk Stimulasi pada Gangguan Sistem Gerak.
Jurnal Peneltian Pendidikan Kebutuhan Khusus. 7. (2). 91-96
Bahrudin, M, 2013. Nyeri Kepala Neurologi Klinis. Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang.
Bevelander,H. & J.A Ramaky., 1988. Dasar-Dasar Histologi Edisi 8.
Jakarta:Erlangga.
Burhanuddin, Andi Iqbal. 2008. Vertebrata Laut. Yogyakarta: Dee publish
Campbell. 2011. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Fauzi, Trino. 2018. Refleks Spinal pada Katak. Purwokerto. Universitas
Jenderal Soedirman
Hadikastowo., 1982. Zoologi Umum. Bandung: Penerbit Alumni
Nofiana, Mufida. 2022. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Purwokerto.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Pearce, E., 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia
Wulandari, I. P. (2009). Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon
Manusia Berbasis Mikrokontroller. Jurnal Neutrino. 1(2), 208–
219.
I. Lampiran

Gambar Katak Katak dipacu dengan alat pemacu


listrik 6volt
Katak dirusak sumsum tulang
belakang

ACC Acara 5

Anda mungkin juga menyukai