Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PROSES PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

HEWAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi Umum

Dosen pengampu:

Arif Mustakim, M.Si.

Nama Kelompok:

1. Binti Ngafifah NIM : 12208183110


2. Kintania Ma’arifatur Rizki NIM : 12208183112
3. Selvi Dewi Nur Anggreani NIM : 12208183158
4. Anif Qurzyiadah NIM : 12208183161
5. Yosi Prasinta NIM : 12208183167

TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
rahmat dan petunjuknya kami dapat menyelesaikan tugas kami yaitu tentang “
Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan”.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Biologi Umum”. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Kami ucapkan terima
kasih kepada Bapak Arif Mustakim, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah ini
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah dari awal sampai akhir.

Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan sederhana dan jelas,


supaya mudah dipahami oleh para pembaca. Dan kami menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah yang
selanjutnya. Jika ada salah kesalahan dan kekurangan dalam menyampaikan hasil
makalah ini, kami meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Tulungagung, 15 September 2018

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Judul..................................................................................................

Kata Pengantar................................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................2

B. Rumusan Masalah.............................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan.......................3

B. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan..............................3

C. Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan........21

BAB III PENUTUP..........................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................25

B. Saran...............................................................................................25

Daftar Pustaka...............................................................................................26

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Hewan tumbuh dari sel
zigot menjadi embrio, kemudian berkembang menjadi salah satu individu yang
mempunyai tangan, kaki, kepala dan organ tubuh yang lain.
Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah atau ukuran yang bersifat kuantitatif,
karena mudah diamatidan bersifat irreversible atau tidak dapat kembali seperti
semula. Serta dapat dinyatakan dengan angka, grafik, dan sebagainya. Perkembangan
adalah semua perubahan dalam menuju kedewasaan yang terjadi pada makhluk
hidup yang sedang tumbuh dan bersifat kualitatif. Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan dua proses yang berjalan secara bersamaan (simultan).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara factor dalam dan
factor luar. Factor dalam adalah factor yang terdapat dalam tubuh organisme antara
lain genetic yang ada didalam gen, dan hormone yang merangsang pertumbuhan.
Factor luar adalah factor lingkungan misalnya nutrien, air, cahaya, suhu, kelembapan
/ pH dan oksigen. Potensi genetic hanya akan berkembang jika ditunjang oleh
lingkungan yang cocok. Dengan demikian, karakteristik yang menampilkan oleh
hewan ditentukan oleh factor genetic dan lingkungan secara bersama-sama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian proses pertumbuhan dan perkembangan hewan?
2. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan hewan?
3. Apa saja factor yang dapat memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
hewan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian proses pertumbuhan dan perkembangan hewan.
2. Untuk mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan hewan.

2
3. Untuk mengetahui factor yang memengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan hewan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan

Pengertian pertumbuhan hewan yaitu proses bertambahnya ukuran hewan yang


bersifat irreversible atau tidak dapat kembali lagi seperti tinggi atau besar hewan,
proses pertumbuhan bersifat kuantitatif atau dapat dinyatakan dengan angka.
Sedangkan perkembangan yaitu proses perubahan pada makhluk hidup dengan
pembentukan organ-organ yang mengarah pada kedewasaan.

Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan sama halnya dengan manusia yaitu
diawali dengan pembuahan kemudian terbentuk zigot yang akan tumbuh dan
berkembang hingga mencapai usia dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan hewan
dibagi menjadi 2, yaitu fase embrionik atau fase pertumbuhan dan perkembangan
yang dimulai dari zigot hingga terbentuk embrio sebelum menetas atau lahir dan
fase pascaembrionik atau fase pertumbuhan dan perkembangan yang di mulai sejak
lahir atau menetas hingga dewasa.

B. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan

1. Fase Embrionik

Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk


hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai
dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah
pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote.
Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage). Pada fase embrionik
hewan dibagi menjadi dua bagian, yaitu fase embrionik ovipar dan fase
embrionik vivipar.

3
a. Fase Embrionik Ovipar

Berbeda dengan mamalia, Unggas dalam hal ini ayam mengalami


perkembangan embrio di luar tubuh induknya. Selama perkembangan
dalam telur, embrio memperoleh makanan dari telur. Perkembangan embrio
ayam tidak bisa dilihat, dengan mata telanjang, melainkan dengan alat yang
biasa disebut "candler" dan prosesnya dinamakan "candling". Biasanya
candling dilakukan pada hari ke 7 dan hari ke 18 dalam inkubator (mesin
tetas) dengan tujuan hari ke 7 yaitu menseleksi telur yang infertil (tidak ada
embrio) dan hari ke 12 yaitu menyeleksi embrio yang mati.

Dalam perkembangannya, embrio dibantu oleh kantung kuning telur,


amnion, dan alantois. Dinding kantung kuning telur dapat menghasilkan
enzim yang berfungsi mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap
embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi
sebagai pembawa oksigen ke embrio, menyerap zat asam dari embrio,
mengambil sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan
menyimpannya dalam alantois, serta membantu mencerna albumen. Pada
suhu dan kelembaban yang tepat atau ideal, anak ayam akan menetas di hari
ke 21.

Berikut merupakan tahapan perkembangan embrio ayam dalam telur :

 Hari ke 1

Bentuk awal embrio pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benih
berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya
gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah ini
merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi yang dinamakan
zygot blastoderm.

Setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadi


pembiakan sel-sel bagian awal perkembangan embrio. Jadi didalam
tubuh induk sudah terjadi perkembangan embrio.

 Hari ke 2

4
Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini
sudah terlihat primitive streake – suatu bentuk memanjang dari pusat
blastoderm – yang kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada
blastoderm terdapat garis-garis warna merah yang merupakan
petunjuk mulainya sistem sirkulasi darah.

 Hari ke 3

Pada hari ke 3 jantung sudah mulai terbentuk dan berdenyut serta


bentuk embrio sudah mulai tampak. Dengan menggunakan alat
khusus seperti mikroskop gelembung dapat dilihat gelembung
bening, kantung amnion, dan awal perkembangan alantois.
Gelembung-gelembung bening tersebut nantinya akan menjadi otak.
Sementara kantong amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi
melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak
bebas.

 Hari ke 4

Pada hari ke 4 mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut tampak


sebagai bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung. Selain itu
jantung sudah membesar.

Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini


terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak
belakang.

 Hari ke 5

Pada hari ke 5 embrio sudah mulai tampak lebih jelas. Kuncup-


kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan kepala
embrio sudah berdekatan, dalam fase ini telah terjadi perkembangan
alat reproduksi

 Hari ke 6

5
Pada hari ke 6 anggota badan sudah mulai terbentuk. Mata sudah
terlihat menonjol, rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung
sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alantois,
kantong kuning telur, seta paruhnya.

 Hari ke 7

Pada hari ke 7 paruh anak ayam sudah terlihat seperti bintik gelap
pada dasar mata. Pada fase ini otak dan leher sudah terbentuk.

 Hari ke 8

Pada hari ke 8 mata dari embrio sudah terlihat sangat jelas

 Hari ke 9

Pada hari ke 9 lipatan dan pembuluh darah sudah mulai bertambah


banyak dan terbentuk jari kaki.

 Hari ke 10

Pada hari ke 10 biasanya paruh sudah mulai mengeras dan folikel


bulu embrio sudah mulai terbentuk.

 Hari ke 11

Pada hari ke 11 embrio sudah terlihat seperti ayam. Pada fase ini
embrio menjadi tambah besar sehingga yolk akan menyusut

 Hari ke 12

Pada hari ke 12 embrio sudah semakin besar dan mulai masuk ke


yolk sehingga yolk menjadi semakin kecil. Mata sudah mulai
membuka dan telinga sudah terbentuk.

 Hari ke 13

Pada hari ke 13 sisik dan cakar embrio sudah mulai terlihat sangat
jelas.

6
 Hari ke 14

Pada hari ke 14 punggung embrio sudah terlihat melengkung atau


meringkuk dan bulu hampir menutupi seluruh tubuhnya.

 Hari ke 15

Pada hari ke 15 kepala embrio sudah mengarah kebagian tumpul


bagian telur.

 Hari ke 16

Pada hari ke 16 embrio sudah mengambil posisi yang baik didalam


kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah semakin mengeras.

 Hari ke 17

Pada hari ke 17 paruh embrio sudah membalik ke atas

 Hari ke 18

Pada hari ke 18 embrio sudah tampak jelas seperti ayam akan


mempersiapkan diri akan menetas. Jari kaki, sayap, dan bulunya
berkembang dengan baik.

 Hari ke 19

Pada hari ke 19 paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk


selaput kerabang dalam.

 Hari ke 20

Pada hari ke 20 kantung kuning telur sudah masuk sepenuhnya


kedalam rongga perut. Embrio ayam ini hampir menempati seluruh
rongga di dalam telur, kecuali kantung udara. Pada fase ini terjadi
serangkaian proses penetasan yang diawali dengan kerabang mulai
terbuka. Untuk membuka kerabang ini, ayam menggunakan
paruhnya dengan cara mematuk. Semakin lama, kerabang akan
semakin besar membuka, sehingga ayam dapat bernafas. Pada saat

7
ini kelembaban harus diperhatikan supaya pengeringan selaput
kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah.
Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan
kakinya. Dengan bantuan sayapnya, pecahnya kerabang semakin
besar.

 Hari ke 21

Dihari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka kerabangnya


walaupun belum seluruhnya. Dari keadaan ini biasanya tubuh ayam
memerlukan waktu beberapa jam untuk keluar dari kerabang.
Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Supaya kering,
diperlukan waktu beberapa jam lagi,

Demikianlah proses perkembangan embrio ayam dalam telur sampai


akhirnya menetas menjadi anak ayam yang biasa disebut DOC (Day
Old Chicken.

b. Fase Embrionik Vivipar

1) Morula

Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan
sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah
rapat. Morulasi yaitu proses terbentuknya morula.

2) Blastula

8
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami
pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan
sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam
blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel. Blastulasi
yaitu proses terbentuknya blastula.

3) Gastrula

Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya


sudah semakin nyata dan berbeda dalam hal jumlah lapisan dinding
tubuh embrionya. Mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta
rongga tubuh. Gastrula pada beberapa hewan tertentu, seperti hewan
tingkat rendah dan hewan tingkat tinggi, berbeda dalam hal jumlah
lapisan dinding tubuh embrionya.

a) Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai 3 lapisan dinding tubuh


embrio, berupa ektoderm, mesoderm dan endoderm. Hal ini dimiliki
oleh hewan tingkat tinggi seperti Vermes, Mollusca, Arthropoda,
Echinodermata dan semua Vertebrata.

b) Diploblastik yaitu hewan yang mempunyai 2 lapisan dinding tubuh


embrio, berupa ektoderm dan endoderm. Dimiliki oleh hewan tingkat
rendah seperti Porifera dan Coelenterata. Gastrulasi yaitu proses
pembentukan gastrula.

9
4) Organogenesis

Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada


makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal
dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.

Contohnya :

a) Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak


(sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.

b) Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka


(tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran
darah dan alat ekskresi seperti ren.

c) Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan,


kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.

2. Fase Pasca Embrionik

Fase pasca embrionik pada hewan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu regenerasi dan
metamorphosis.

a. Regenerasi

1) Pengertian Regenerasi

Regenerasi ialah memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas kembali
seperti semula. Kerusakan itu bervariasi. Ada yang ringan, seperti luka dan
memar; ada yang sedang, yang menyebabkan ujung sebagian tubuh
terbuang; dan ada yang berat yang menyebabkan suatu bagian besar tubuh
terbuang.

10
Menurut Balinsky (1981), suatu organisme khususnya hewan memiliki
kemampuan untuk memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami
kerusakan akibat kecelakaan yang
tidak disengaja karena kondisi
natural atau kerusakan yang
disengaja oleh manusia untuk
keperluan penelitian atau
experimen. Hilangnya bagian
tubuh yang terjadi ini setiap
saat dapat muncul kembali,
dan dalam kasus ini proses
memperbaiki diri ini kita sebut sebagai regenerasi.

2) Daya Regenerasi

Daya regenerasi tak sama pada berbagai organisme. Ada yang tinggi dan
ada yang rendah sekali dayanya. Hubungan linier antara kedudukan
sistematik hewan dengan daya regenerasinya belum terungkap secara jelas.
Daya regenerasi paling besar pada echinodermata dan platyhelminthes
yang dimana tiap potongan tubuh dapat tumbuh menjadi individu baru
yang sempurna.

Pada Anelida kemampuan itu menurun. Daya itu tinggal sedikit dan
terbatas pada bagian ujung anggota pada amfibi dan reptil. Vertebrata,
dibandingkan dengan Evertebrata, terendah daya regenerasinya. Pada
Evertebrata yang terkenal tinggi dayanya adalah Coelenterata,
Platyhelminthes, Annelida, Crustacea, dan Urodela. Pada vertebrata , yaitu
Aves dan Mammalia yang paling rendah dayanya. Biasanya terbatas
kepada penyembuhan luka, bagian tubuh yang terlepas tak dapat
ditumbuhkan kembali. Kelas reptil (diwakili oleh cicak) dan kelas insecta
(diwakili oleh kecoa) memiliki daya regenerasi yang rendah, biasanya
terbatas pada bagian ekor atau kaki yang lepas atau rusak.

Hydra dapat dipotong-potong sampai kecil sekali dan 1/200 bagian dari
tubuhnya yang asli dapat beregenerasi jadi individu baru yang utuh. Pada
Hydroid polyp, ada proses regenerasi yang terus-menerus, disebut
“regenerasi fisiologis”. Tentakel dan dasarnya sekalian pada waktu
tertentu dilepaskan, dibuang lalu tumbuh lagi yang baru dari bawah.

Gambar Proses Regenerasi Pada Hydra.

11
Setelah Coelenterata adalah Platyhelminthes, yang merupakan hewan yang
paling tinggi daya regenerasinya. Contoh Planaria yang mampu
beregenerasi dari 1/300 fragmen tubuhnya menjadi individu yang utuh.

Pada Annelida daya regenerasinya terbatas. Jika tubuh dipotong-potong,


setiap potongan dapat tumbuh menjadi individu baru yang utuh, tapi
segmennya tidak selengkap semula. Alat genitalia tak ikut beregenerasi.
Jika potongan tak mengandung genitalia asli, individu baru yang berasal
dari situ tak bergenitalia. Hirudinea (pacet dan lintah) tidak beregenerasi.
Nematoda juga tidak.

Gambar Regenerasi Pada Planaria.

Mollusca daya regenerasinya


kecil. Mata yang lepas asal ada
batangnya, masih bisa
beregenerasi. Tapi kalau tak
ada batang itu, tidak mampu untuk beregenerasi. Sebagian kepala atau kaki
juga dapat beregenerasi.

Pada Arthropoda terbatas pada anggota Crustacea yang tergolong tinggi


daya regenerasinya di dalam phylum ini, baik tingkat larva maupun
dewasa. Pada Insecta terbatas pada waktu larva saja. Melepaskan sendiri
ruas-ruas kaki biasa pada beberapa laba-laba dan kepiting, untuk
melepaskan diri dari tangkapan musuh. Melepaskan bagian tubuh secara

12
natural untuk diregenerasi lagi nanti disebut autotomy, artinya memotong-
motong diri sendiri.

Echinodermata juga mempunyai daya regenerasi yang tinggi. Seekor


bintang laut kalau dicincang oleh nelayan lalu dilemparkan lagi ke laut,
tiap cincangan kecil dapat lagi tumbuh jadi individu baru. Sedangkan pada
Holothuroidea (teripang), sesekali waktu kadang dilepaskan sendiri alat-
alat dalam lewat anus keluar, seperti alat pernapasan dan saluran
pencernaan. Nanti dapat diganti dengan yang baru.

Dikalangan sub-phylum Vertebrata yang tertinggi daya regenerasinya ialah


Urodela. Hewan ini banyak dipakai dalam regenarsi eksperimentil.
Anggota tubuh, insang, ekor, rahang, mata, dapat tumbuh kembali kalau
lepas atau terpotong. Pada Anura regenerasinya terbatas pada tingkat larva,
dan hanya pada anggota tubuh dan ekor. Yang dewasa tak bisa
beregenerasi sama sekali. Reptilia hanya terbatas pada
ekor, yang seperti kepiting juga untuk melepaskan diri dari tanggapan
musuh, ekor dibiarkan lepas.

Jadi nampak jelas di sini, kedudukan sistematik tak punya hubungan linier
dengan daya regenerasi. Nematoda lebih rendah kedudukan sistematik dari
Annelida; begitu juga Pisces terhadap Anura dan Urodela. Tapi kelompok
pertama hampir tak ada regenerasinya.

Pada Aves, daya regenerasi hanya pada sebagian kecil paruh.

Mammalia daya regenerasinya terbatas pada jaringan, tidak sampai tingkat


alat. Regenerasi jaringan sering setara dengan penyembuhan luka. Luka di
kulit yang besar, jaringan ikat baru agak beda dengan dermis asli, karena
banyak sekali kolagennya, disebut parut.

Jaringan yang tinggi daya regenerasinya pada Mammalia ialah tulang dan
jaringan ikat; disusul oleh otot dan sel hati. Kerusakan atau patahan besar
pada tulang dapat dikembalikan seperti asli, terutama pada anggota. Setiap
celah yang terbentuk oleh trauma (benturan) segera diisi jaringan ikat.
Jaringan yang tak mampu beregenerasi, seperti otot jantung, di celah yang
luka diisi oleh jaringan ikat membentuk parut. Alat dalam dapat
beregenerasi. Hati dapat diangkat sebagian dan yang hilang dapat
ditumbuhkan kembali, meski tidak seutuh semula. Tendo juga mampu
beregenerasi.

3) Proses Regenerasi

Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi,
setelah dewasa kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan

13
tertentu saja. Namun tidak demikian dengan bangsa avertebrata dan
reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki dirinya sangat
menakjubkan hingga dia mencapai dewasa. Proses regenerasi dapat terjadi
pada tingkat sel maupun tingkat organ. Regenerasi sel yaitu proses
pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang
tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak. Sedangkan
Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu
organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang
disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian
tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya.

Sebagai contoh

1. Regenerasi kaki salamander ketika dipotong.

Urodela dalam experiment untuk meneliti proses regenerasi. Satu kaki


salamander ini dipotong dekat pangkal lengan, kemudian terjadilah proses
berikut:

a) Darah mengalir menutupi permukaan luka, luka beku, membentuk


“scab” yang sifatnya melindungi.

b) Epitel kulit menyebar di permukaan luka, di bawah “scab”. Sel epitel


itu bergerak secara amoeboid. Butuh waktu dua hari agar kulit itu
lengkap menutupi luka. (Pada Invertebrata otot bawah kulit ikut
berkerut untuk mempercepat epitel menutup luka.)

c) Dedifferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat


muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan
baru. Matriks tulang dan tulang rawan melarut, sel-selnya lepas dan
bersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi, dan
sel-selnya berdiferensiasi semuanya. Akhirnya, tak dapat lagi dibedakan
mana sel yang berasal dari tulang, tulang rawan, atau jaringan ikat.
Disusul sel-sel otot berdiferensiasi, serat myofibril hilang, inti
membesar, sitoplasma menyempit.

d) Pembentukan Blastema, yakni kuncup regenerasi pada permukaan


bekas luka. “Scab” mungkin sudah lepas pada waktu ini. Blastema
berasal dari penimbunan sel-sel dedifferensiasi. Ada juga pendapat
yang mengemukakan, bahwa blastema berasal juga dari sel-sel satelit
pengembara, yang selalu ada di berbagai jaringan, terutama di dinding
kapiler darah. Sel-sel pengembara ini nanti akan berproliferasi
membentuk blastema. Namun dengan memakai tracer radioaktif dapat
kini diketahui, bahwa sel-sel blastema berasal dari segala jenis jaringan
yang berdedifferensiasi sekitar amputasi.

14
e) Proliferasi sel-sel dedifferensiasi secara mitosis. Proliferasi ini serentak
dengan proses dediferensiasi, dan memuncak pada waktu blastema
dalam besarnya yang maskimal, dan waktu itu tak membelah lagi.

f) Redifferensiasi sel-sel dedifferensiasi, serentak dengan berhentinya


proliferasi sel-sel blastema itu.

2. Regenerasi pada planaria.

Pada Planaria telah diteliti bahwa sel-sel yang berasal dari parenkim
(berasal dari lapis benih mesoderm), selain menumbuhkan alat derivate
mesodermal (yakni otot dan parenkim lagi), juga sanggup menumbuhkan
jaringan saraf dan saluran pencernaan (masing-masing berasal dari lapis
benih ectoderm dan endoderm). Akhirnya anggota badan yang diamputasi
itu akan tumbuh lagi sebesar semula, dengan struktur anatomis dan
histologist yang serupa dengan asalnya.

3. Regenerasi pada ekor cicak ketika dipotong.

Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan


embrio. Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah
organisasi yang kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan
morfogenesis dan diferensiasi seperti perkembangan embrio akan tetapi
paling tidak ada satu cara proses regenerasi yang berbeda dari proses
perkembangan embrio.

Cicak akan melepaskan ekornya bila ditangkap pada bagian ekornya.


Cicak kemudian meregenerasi ekor baru pada tepi lainnya pada waktu
senggang. Dalam stadium-stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-
sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Sel-sel pada
permukaan depan mempunyai laju metabolik yang tinggi daripada
permukaan di tepi belakang (Kimball, 1992).

Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan,


hal ini tampak dengan adanya beberapa hubungan antara kompleksitas
dengan kemampuan untuk regenerasi. Daya regenerasi Spons hampir
sempurna. Regenerasi pada manusia hanya terbatas pada perbaikan organ
dan jaringan tertentu. Cicak mempunyai daya regenerasi pada bagian ekor
yang putus dengan cukup kokoh. (Kaltroff, 1996).

Ekor cicak memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan
untuk bisa memendek dan menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi
bila ekor tersebut putus dalam usaha perlindungan diri dari predator.
Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu autotomi. Autotomi
adalah proses adaptasi yang khusus membantu hewan melepaskan diri dari

15
serangan musuh. autotomi merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cicak
jika akan dimangsa oleh predatornya maka akan segera memutuskan
ekornya untuk menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat
tumbuh lagi tetapi tidak sama seperti semula (Strorer, 1981).

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada cicak dengan memotong


ekornya, setelah diamati selama empat minggu, ternyata bagian ekor yang
telah dipotong mengalami pertumbuhan. Ekor yang putus tersebut tumbuh
tetapi tidak dapat sama seperti semula. Pengamatan pada minggu pertama
ekor cicak bertambah 0,1 cm, minggu kedua 0,4 cm, dan beberapa hari
kemudian cicak tersebut mati. Pertumbuhan ekor cicak yang mengalami
regenerasi lebih pendek daripada ekor semula. Karena panjang ekor yang
dipotong sepanjang 5 cm sedangkan panjang ekor regenerasi hanya 2 cm.
Ekor cicak yang dipotong sel epidermisnya menyebar menutupi
permukaan luka dan membentuk tudung epidermis apikal. Semua jaringan
mengalami diferensiasi dan generasi membentuk sel kerucut yang disebut
blastema regenerasi di bawah tudung. Berakhirnya periode proliferasi, sel
blastema mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya. Ketika
salah satu anggota badan terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai
darah dan dapat bergenerasi. Hal inilah yang memberi pertimbangan
bahwa bagian yang dipotong selalu bagian distal (Kalthoff, 1996).

4. Regenerasi pada reptil

Proses regenerasi pada reptil berbeda dengan pada hewan golongan amfibi.
Regenerasi tidak berasal dari proliferasi atau perbanyakan sel-sel blastema.
Regenerasi pada reptil diketahui bahwa ekor yang terbentuk setelah
autotomi menghasikan hasil dengan catatan khusus karena baik secara
struktur maupun cara regenerasinya berbeda (Balinsky, 1983).

Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah


temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari
tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat mempercepat regenerasi.
Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,7 derajat Celcius. Faktor bahan
makanan tidak begitu mempengaruhi proses regenerasi (Morgan, 1989).

b. Metamorfosis

1) Pengertian Metamorfosis

16
Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan secara fisik
mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Proses ini
melibatkan perubahan bentuk atau struktur melalui pertumbuhan sel dan
differensiasi sel (Mysience, 2008). Metamorfosis biasanya terjadi pada fase
berbeda-beda, dimulai dari larva atau nimfa, kadang-kadang melewati fase
pupa, dan berakhir sebagai spesies dewasa.

Metamorphosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Greek = meta (diantara,


sekitar, setelah), morphe` (bentuk), osis (bagian dari), jadi metamorphosis
merupakan perubahan bentuk selama perkembangan post-embrionik. Hewan
yang mengalami metamorfosis cukup banyak, di antaranya adalah katak,
kupu-kupu dan serangga.

2) Macam Macam Metamorfosis

a) Metamorfosis Serangga

Perkembangan serangga dari larva atau nimfa menjadi imago umumnya


mengalami beberapa tahap perubahan bentuk dan ukuran, yang disebut "
metamorfosis ". Metamorfosis serangga bermacam-macam, mulai dari
yang sederhana sampai yang rumit (kompleks). Berdasarkan perubahan-
perubahan tersebut, serangga dapat dibedakan dalam empat golongan,
yaitu terdiri dari :

 Tanpa Metamorfosis (Ametabola).

Golongan serangga ini sejak menetas (instar pertama) bentuknya sudah


menyerupai serangga dewasa (tidak bermetamorfosis), hanya
ukurannya saja yang bertambah besar. Serangga muda dan serangga
dewasa hidup dalam habitat dengan jenis makanan yang sama. Contoh
serangga yang tidak metamorfosis, antara lain ordo Thysanura (kutu
buku atau rengget atau ngenget) dan ordo Collembola, misalnya Ekor
Gunting.

17
 Metamorfosis Bertingkat (Paurometabola)

Serangga yang tergolong paurometabola mengalami perubahan secara


bertahap. Setiap pergantian kulit (ecdysis), ukuran tubuhnya bertambah
besar. Bakal sayap tumbuh secara bertahap, makin lama makin besar,
dan akhirnya menyerupai sayap serangga dewasa. Serangga muda
disebut "nimfa" (nymph), dan serangga dewasa disebut "imago". Baik
nimfa maupun imago hidup dalam habitat yang sama, dengan jenis
makanan yang sama pula. Contoh serangga yang mengalami
metamorfosis bertingkat, antara lain ordo Orthoptera ( belalang, anjing
tanah, jangkrik, kecoak, dan lain-lain), ordo Thyasanoptera ( thrips ),
ordo Homoptera (kutu daun, wereng, dan lain-lain), dan ordo
Hemiptera (kepik, walang sangit, dan lain-lain).

18
 Metamorfosis Tidak Lengkap ( Hemimetabola )

Nimfa serangga golongan ini mengalami beberapa modifikasi, seperti


adanya insang trachea, tungkai untuk merangkak dan menggali, tubuh
harus dapat berenang, alat mulut harus dapat mengambil makanan di
dalam air, dan lain-lain. Habitat nimfa berbeda dengan habitat imago.

19
Nimfa tergolong serangga akuatik (hidup di dalam air), sedangkan
imagonya adalah serangga aerial. Contoh serangga golongan
hemimetabola adalah ordo Odonata ( capung ).

 Metamorfosis Sempurna atau Lengkap ( Holometabola)

Serangga muda yang mengalami perkembangan holometabola disebut


"larva". Bentuk larva amat berbeda dengan imago. Jenis makanan,
perilaku, dan habitatnya pun biasanya berbeda dengan imago. Sebelum
menjadi imago, larva akan berkepompong terlebih dahulu. Perubahan
bentuk luar dan dalam terjadi dalam tingkat pupa (kepompong). Sayap
berkembang secara internal. Contoh serangga yang mengalami
perkembangan holometabola, antara lain ordo Lepidoptera, Coleoptera,
Diptera, dan Hymenoptera.

20
21
b) Metamorfosis pada amfibia

Pada metamorfosis amphibi banyak sekali mengalami perubahan baik


secara morfologi maupun fisiologi. Metamorphosis pada amphibia
termasuk kedalam metamorphosis sempurna. Metamorphosis sempurna
merupakan metamorphosis yang melewati tahapan-tahapan mulai dari
telur-larva-pupa-imago (dewasa). Contoh metamorphosis sempurna terjadi
pada katak.

Amphibia mengalami metamorphosis seperti halnya serangga. Kecebong


anura memiliki tubuh langsung dengan ekor panjang dan bersirip, gigi
serta rahang berzat tanduk dan lipatan operculum yang menutupi ingsang.
Kecebong adalah herbivor, mempunyai usus yang panjang dan berliku-
liku. Kecebong harus mengalami metamorphosis untuk mencapai bentuk
dewasanya.

Proses Metamorfosis Sempurna Pada Katak, sebagai berikut:

Katak betina dewasa bertelur kemudian telur tersebut menetas. Setelah 10


hari telur tersebut menetas menjadi berudu. Berudu hidup di air. Setelah
berumur 2 hari berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk
bernapas. Setelah berumur 3 minggu insang berudu akan tertutup oleh
kulit. Menjelang umur 8 minggu kaki belakang berudu akan terbentuk.
Kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12 minggu
kaki depannya mulai berbentuk, ingsang tak berfungsi lagi ekornya
menjadi pendek serta bernapas dengan paru-paru. Maka bentuk dari muka
akan lebih jelas. Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak
tersebut akan berubah menjadi katak dewasa dan kembali berkembang
biak.

22
Lamanya periode larva pada anura berbeda-beda. Pada beberapa spesies,
stadium kecebong dapat berlangsung selama satu tahun atau lebih.
Perubahan pertama ditandai dengan munculnya pembengkakan pada kedua
sisi ujung posterior tubuh yang merupakan tunas-tunas kaki yang
berkembang selama periode pre-metamorfosis sampai mencapai ukuran
sepanjang tubuh. Kemudian terjadilah serangkaian perubahan yang cepat
yaitu klimaks metamorphosis dan dalam waktu lebih kurang seminggu,
kecebong berubah menjadi katak kecil sempurna.

C. Factor yang Memengaruhi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan

1. Factor Internal

Berikut faktor dari dalam tubuh makhluk hidup yang memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan :

a. Gen, merupakan faktor penentu sifat yang diturunkan dari induknya. Sifat-
sifat gen setiap jenis hewan berbeda.

b. Hormon, memengaruhi aktivitas di dalam tubuh. Hormon yang memengaruhi


pertumbuhan hewan dan manusia disebut hormon somatotrof.

2. Factor Eksternal

Pertumbuhan dan perkembangan juga dipengaruhi oleh faktor dari luar. Berikut
faktor dari luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hewan :

a. Makanan, semua makhluk hidup membutuhkan makanan sebagai sumber


tenaga dan pembangun tubuh. Makanan sebagai sumber tenaga adalah
karbohidrat, sedangkan sumber pembangun tubuh adalah protein.
Ketercukupan kebutuhan makanan akan menjadikan hewan atau manusia
tumbuh optimal.

b. Sinar matahari, diperlukan dalam pengubahan provitamin D menjadi vitamin


D. Vitamin D membantu penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan.

23
c. Aktivitas fisik, yaitu kegiatan fisik, yang dilakukan hewan, akan dapat
memperbesar ukuran otot dan tulang.

d. Suhu, hewan juga membutuhkan suhu yang sesuai untuk menunjang


pertumbuhan dan perkembangan.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai


arti proses bertambahnya ukuran hewan yang bersifat irreversible atau tidak dapat
kembali lagi seperti tinggi atau besar hewan, proses pertumbuhan bersifat
kuantitatif atau dapat dinyatakan dengan angka. Adapun perkembangan mempunyai
arti proses perubahan pada makhluk hidup dengan pembentukan organ-organ yang
mengarah pada kedewasaan.

Proses pertumbuhan dan perkembangan hewan dibagi menjadi dua fase, yaitu
fase embrionik dan fase pasca embrionik. Didalam fase embrionik ini dipilah lagi
menjadi dua, yaitu fase embrionik ovipar dan fase embrionik vivipar. Sedangkan
dalam fase pasca embrionik juga terdapat dua macam, yaitu metamorphosis dan
regenerasi.

Adapun factor yang memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan


hewan ada factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang
berasal dari dalam tubuh makhluk itu sendiri. Yang termasuk dalam kategori factor
internal antara lain gen dan hormone. Sedangkan factor eksternal adalah factor yang
berasal dari luar, seperti makanan, sinar matahari, aktivitas fisik, suhu.

B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap akan menambah wawasan


keilmuan biologi terutama tentang pertumbuhan dan perkembangan hewan ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih belum sempurna dan kami
berharap mendapatkan saran dan masukan dari pembaca demi memperbaiki
makalah ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

Balinsky, B.I. 1981. An Introduction to Embriology, W.B. Saunders Company,


Philadelpia

Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc,


New York

http://www.generasibiologi.com/2016/02/pertumbuhan-dan-perkembangan-
hewan.html?m=1
diakses pada 17 September 2018 pukul 18.50

http://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/program-studi/28-manajemen- pertanian-
lahan-kering/informasi-materi-kuliah-praktek1/188-tipe- metamorfosis-
serangga
diakses pada 18 September 2018 pukul 20.05

https://dngundih.wordpress.com/2010/11/04/fase-embrionik/&hl=id-
IDtop100.web.id/id1/2255-2152?Ovipar _123278_top100.html
diakses pada 17 September 2018 pukul 20.30

26

Anda mungkin juga menyukai