Anda di halaman 1dari 9

a Cara Sholat Jenazah | Bacaan Doa dan Hukum Sholat Jenazah: Selain shalat fardu 5

waktu, ada satu shalat Fardhu Kifayah yaitu "Sholat Jenazah". Shalat Jenazah atau sholat Ghoib
berbeda dengan shalat biasa, shalat ini gak memakai ruku, sujud, itidal dan tahiyyat, hanya
dengan 4 takbir dan 2 salam, yang dilakukan dalam keadaan berdiri.

Berikut Rukun Shalat Jenazah yang terdiri dari 8 rukun, yang Hukumnya "Fardhu Kifayah"
artinya jika tidak ada yang men'shalati, semua akan berdosa.
1. Niat
Setiap shalat dan ibadah lainnya kalo gak ada niat dianggap gak sah, termasuk niat melakukan
Shalat jenazah. Niat dalam hati dengan tekad dan menyengaja akan melakukan shalat tertentu
saat ini untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan
kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-Bayyinah : 5).
Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya."
(HR. Muttafaq Alaihi).
2. Berdiri Bila Mampu
Shalat jenazah sah jika dilakukan dengan berdiri (seseorang mampu untuk berdiri dan gak ada
uzurnya). Karena jika sambil duduk atau di atas kendaraan [hewan tunggangan], Shalat jenazah
dianggap tidak sah.
3. Takbir 4 kali
Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan bagaimana bentuk shalat Nabi ketika
menyolatkan jenazah.
Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan
beliau takbir 4 kali.
(HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355)

Najasyi dikabarkan masuk Islam setelah sebelumnya seorang pemeluk nasrani yang taat. Namun
begitu mendengar berita kerasulan Muhammad SAW, beliau akhirnya menyatakan diri masuk
Islam.
4. Membaca Surat Al-Fatihah
5. Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW
6. Doa Untuk Jenazah
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :
"Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya."
(HR. Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :
"Allahummaghfir lahu warhamhu, waaafihi wafu anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi
madkhalahu, waghsilhu bil-mai watstsalji wal-baradi."
7. Doa Setelah Takbir Keempat
Misalnya doa yang berbunyi :
"Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa badahu waghfirlana wa lahu.."
8. Salam
* Berikut Urutan Tata Cara dan Doa Sholat Jenazah:
1. Lafazh Niat Shalat Jenazah:
"Ushalli alaa haadzal mayyiti fardlal kifaayatin makmuuman/imaaman lillaahi taaalaa.."
Artinya:
"Aku niat shalat atas jenazah ini, fardhu kifayah sebagai makmum/imam lillaahi taaalaa.."
2. Setelah Takbir pertama membaca: Surat "Al Fatihah."
3. Setelah Takbir kedua membaca Shalawat kepada Nabi SAW : "Allahumma Shalli Alaa
Muhamad?"
4. Setelah Takbir ketiga membaca:
"Allahummagh firlahu warhamhu waaafihi wafu anhu.."
Artinya:
"Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat, sejahtera dan maafkanlah dia"
5. Setelah takbir keempat membaca:
"Allahumma la tahrim naa ajrahu walaa taftinnaa badahu waghfirlanaa walahu.."
Artinya:
"Ya Allah janganlah kami tidak Engkau beri pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah kepada

kami sesudahnya, dan berilah ampunan kepada kami dan kepadanya"


6. "Salam" kekanan dan kekiri.
Catatan: Jika jenazah wanita, lafazh hu diganti ha.
- See more at: http://ariepinoci.blogspot.com/2012/07/tata-cara-sholat-jenazah-bacaanshalat.html#sthash.sqaCXIiz.dpuf
Hukumnya Fardu Kifayah :
A. Shalat Janazah
Syarat-syaratnya :
1. Jenazah sudah dimandikan dan dikafani
2. Letak jenazah sebelah kiblat didepan yang menshalati.
3. Suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian dan tempat.
Rukun dan cara mengerjakannya.
Shalat jenazah tanpa ruku dan sujud juga tanpa iqamah.
1. Niat
Lafal niat untuk jenazah laki-laki sebagai berikut :
Ushalli alaa haadzal mayyiti arbaa takbiraatin fardlal kifaayati (mamumam/imamam)
lillahi taalaa.
Artinya : aku niat shalat atas mayat ini empat takbir fardu kifayah (makmum/imam) karena
Allah
Lafal niat untuk jenazah perempuan sebagai berikut :
Ushalli alaa haadzihil mayyiti arbaa takbiraatin fardlal kifaayati (mamumam/imamam)
lillahi taalaa.
Artinya : aku niat shalat atas mayat ini empat takbir fardu kifayah (makmum/imam) karena
Allah
2. Setelah niat, dilanjutkan takbiratul ihram : Allahu Akbar , setelah itu membaca surat Fatihah,
kemudian disambung dengan takbiratul ihram kedua : Allahu Akbar.
3. Setelah takbir kedua membaca shalawat atas nabi Muhammad saw. Minimal:
Allahumma Shalli alaa Muhammadin artinya : Yaa Allah berilah salawat atas nabi
Muhammad
4. Kemudian takbir ketiga disambung dengan doa minimal sebagai berikut :
Allahhummaghfir lahu warhamhu waaafihi wafu anhu
Artinya : Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan dan maafkanlah dia

Apabila jenazah yang dishalati itu perempuan, maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahaa. Jika
mayatnya banyak maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahum.
5. Setelah itu takbir ke empat, disambung dengan doa minimal :
Allahumma la tahrimnaa ajrahu walaa taftinna Badahu waghfirlanaa walahu.
Artinya : Yaa Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah
Engkau meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi kami fitnah
sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia.
6. Salam
B. Shalat Ghaib
Yaitu shalat jenazah tetapi tidak dihadapan jenazah (jenazahnya berada ditempat lain atau sudah
dimakamkan). Niatnya :

Artinya : aku niat shalat gaib atas mayat (fulanin) empat takbir fardu kifayah (makmum/imam)
karena Allah
Fulanin diganti dengan nama mayat yang dishalati.

Tata cara Shalat Ghaib, Kucoba.com - Pada dasarnya, shalat jenazah dan shalat gaib sifatnya
sama. Namun pada shalat ghaib, kita tidak sedang berada di dekat jenazah. Semisalnya ada
seorang kerabat yang meninggal di luar kota dan kita tidak dapat hadir untuk langsung
menyolatkannya. Maka yang dapat kita lakukan adalah melaksanakan shalat ghaib ini. Adapun
tata cara shalat ghaib tidak jauh beda pula seperti shalat jenazah yaitu melaksanakan 8 rukunrukunnya.

Shalat Gaib
Rukun yang pertama : Niat
Niat adalah tonggak utama dari segala macam ibadah yang kita laksanakan. Sebagaimana shalat
pada umumnya, shalat ini pun tidak akan sah jika tidak diniatkan terlebih dahulu. Sebagaimana
yang terjadi pula pada ibadah-ibadah yang lainnya. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW dari
Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya setiap amal itu tergantung
niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya.(HR. Muttafaq Alaihi). Jadi sekalipun niat
terletak di dalam hati dan tidak perlu dilafadzkan keras, tetap saja kita harus berniat untuk
melaksanakan shalat dan ibadah lainnya. Dan khusus pada poin ini adalah niat untuk shalat ghaib
bagi si mayit.
Rukun yang kedua : Berdiri Bila Mampu
Dalam shalat wajib dan sunnah lainnya, seseorang diberikan keringanan untuk shalat dengan
posisi duduk, bahkan berbaring jika kondisinya memang tidak memungkinkan untuk
melaksanakan shalat sambil berdiri. Begitu pula dengan shalat jenazah dan shalat ghaib. Kecuali
memang seseorang tersebut benar-benar memiliki udzur atau alasan yang syar'i sehingga

membebaskannya dari posisi shalat sambil berdiri. Namun, jika masih bisa diusahakan untuk
shalat sambil berdiri, maka itu yang lebih baik baginya.
Rukun yang ketiga : Takbir sebanyak 4 kali
Sebagaimana hadits Nabi Muhammad dari Jabir ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah
Raja Najasyi dengan shalat ghaib dan beliau bertakbir 4 kali. Hadits ini diriwayatkan oleh
Bukhari: 1245, Muslim: 952 dan Ahmad 3:355). Inilah yang menjadi acuan untuk melaksanakan
shalat ghaib dengan jumlah takbir sebanyak 4 kali. Seperti yang telah diketahui bahwa setelah
sebelumnya menjadi seorang pemeluk nasrani yang taat, Raja Najasyi dapat masuk Islam ketika
mendengar berita kerasulan Muhammad SAW.
Rukun yang keempat : Membaca Surat Al-Fatihah sebagaimana shalat pada umumnya.
Rukun yang kelima : Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW sebagaimana ketika bacaan
sholat pada tahiyyat umumnya.
Rukun yang keenam : Memanjatkan doa teruntuk Jenazah sebagaimana hadits Rasulullah SAW
yang artinya, "Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya." Hadits Riwayat
Abu Daud: 3199 dan Ibnu Majah: 1947. Lafadz doa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW
diantaranya, "Allahummaghfirlahu warhamhu, waaafihi wafu anhu, wa akrim nuzulahu, wa
wassi madkhalahu, waghsilhu bil mai watstsalji wal barad."
Rukun yang ketujuh : Berdoa Setelah Takbir Keempat, "Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa
taftinnaa badahu waghfirlana wa lahu."
Rukun yang kedelapan : Salam
Untuk menyelenggarakan shalat ghaib ada beberapa pendapat bahwa ada perintah untuk
disyariatkan shalat ghaib, baik apakah jenazah itu sudah dishalatkan secara langsung ataupun
belum dishalatkan. Salah satu ulama yang berpendapat demikian adalah Imam Ibnu Hazm.
Beliau berkata dalam kitabnya Al-Muhalla (5/169, no.260) bahwa "Mayit tetap dishalatkan
ghaib, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah menyalatkan raja Najasyi bersama para
sahabatnya dalam beberapa shaf. Ini merupakan ijma' mereka yang tidak boleh dibantah."

Salat gerhana dilakukan dua rakaat dengan 4 kali rukuk yaitu pada rakaat pertama, setelah rukuk
dan Iktidal membaca Al Fatihah lagi kemudian rukuk dan iktidal kembali setelah itu sujud
sebagaimana biasa. Begitu pula pada rakaat kedua.
Bacaan Al-Fatihah pada salat gerhana bulan dinyaringkan sedangkan pada gerhana Matahari
tidak. Dalam membaca surat yang sunnat pada tiap rakaat, disunnatkan membaca yang panjang.
Hukum salat gerhana adalah sunnat muakkad berdasarkan hadis Aisyah Radhiallaahu anha. Nabi
dan para shahabat melakukan di masjid dengan tanpa adzan dan ikamah.
Tata cara salat gerhana adalah sebagai berikut:
1. Memastikan terjadinya gerhana bulan atau Matahari terlebih dahulu. (Sebagai panduan
lihat di rubrik IPTEK)
2. Salat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.
3. Sebelum salat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan,
Ash-shalatu jaamiah.
4. Niat melakukan salat gerhana Matahari (kusufisy-syams) atau gerhana bulan (khusufilqamar), menjadi imam atau mamum.
/ /

5. Salat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat.
6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku dan dua kali sujud.
7. Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surah kembali
8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surah kedua.
Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat
kedua.
Misalnya rakaat pertama membaca surat Yasin (36) dan ar-Rahman (55), lalu rakaat
kedua membaca al-Waqiah (56) dan al-Mulk (78)
9. Setelah salat disunahkan untuk berkhutbah.[1]
Menurut Habib Munzir bin Fuad Al Musawwa, panduan singkat mengenai salat gerhana caranya
adalah ada tiga cara :
1. yang termudah adalah dengan dua rakaat sebagaimana salat subuh.
2. dua rakaat, dan setiap rakaat adalah dengan dua rukuk dan dua kali qiyam, urutannya
adalah :
Takbiratul ihram, lalu Qiyam, fatihah, surah, rukuk, lalu Qiyam lagi, fatihah surat, rukuk,
lalu iktidal, lalu sujud, duduk sujud. lalu bangkit ke rakaat kedua dengan hal yang sama.
3. dua rakaat sebagaimana poin kedua diatas, namun dipanjangkan, lalu diakhiri dengan
dua khutbah selepas salat.[2]

Hari H

Pada hari pelaksanaan, seluruh penduduk diperintahkan untuk berkumpul (bahkan membawa
binatang ternak) di tempat yang telah dipersiapkan untuk salat istisqa (tanah lapang). Penduduk
sebaiknya memakai pakaian yang sederhana, tidak berhias dan tidak pula memakai wewangian.
Salat istisqa dilaksanakan dalam dua rakaat kemudian setelah itu diikuti oleh khutbah dua kali
oleh seorang khatib.
Khutbah salat istisqa sendiri memiliki ciri/ketentuan tersendiri antara lain:

Khatib disunahkan memakai selendang

Pada khutbah pertama hendaknya membaca istigfar 9 kali sedangkan pada


khutbah kedua 7 kali.

Khutbah berisi anjuran untuk beristighfar (memohon ampun) dan


merendahkan diri kepada Allah serta berkeyakinan bahwa permintaan akan
dikabulkan oleh-Nya.

Pada khutbah ke-dua khatib berpaling ke arah kiblat (membelakangi


makmum) dan berdo'a bersama-sama.

Saat berdoa hendaknya mengangkat tangan tinggi-tinggi.

Niat Salat

Niat salat ini, sebagaimana juga salat-salat yang lain cukup diucapkan di dalam hati, yang
terpenting adalah niat hanya semata karena Allah semata dengan hati yang ikhlas dan
mengharapkan Ridho Nya.
Hadis terkait

Hadis terkait salat istisqa:

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu ia berkata, "Rasulullah


Shallallaahu alaihi wa Salam ke luar dengan berpakaian sederhana, penuh
tawaduk dan kerendahan. Sehingga tatkala sampai di musala, beliau naik ke
atas mimbar, namun tidak berkhutbah sebagaimana khutbah kalian ini. Ia
terus menerus berdoa, merendah kepada Allah, bertakbir kemudian salat dua

rakaat seperti salat ketika Ied". (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi dan di
hasankan oleh al-Albani)

Anda mungkin juga menyukai