Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MANDIRI

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Dosen Pengampuh : Yulianus Sudarman H Melangka S.Kep,Ns,M.Med.Ed

Disusun Oleh :

Nama : Ni Luh Nita Welas Asih

Nim : PO7120321055

Tingkat/Kelas : 3/B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PALU
PRODI DIV KEPERAWATAN
2024
Soal: Tuliskan pasal dan isi uraian tiap pasal yang berkaitan dengan System
Informasi Kesehatan dari Undang-Undang, Kemenkes,PP berikut ini!

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan
Jabawan:

Isi dari Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehtan adalah


Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab atas
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus
memperhatikan fungsi sosial, nilai, dan norma agama, sosial budaya, moral,
dan etika profesi. Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehtan
memiliki 159 pasal. Namun tidak ada yang membahas tentang informasi
kesehatan secara spesifik. Yang dibahas dalam Pasal-pasal mencakup berbagai
hal, mulai dari hak dan kewajiban pasien, pencegahan penyakit menular, izin
praktek profesi kesehatan, hingga peran pemerintah dalam penyelenggaraan
kesehatan.

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1) Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
2) Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas
pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3) Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
4) Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
5) Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
6) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
7) Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
8) Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia.
9) Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat.
10) Teknologi kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau metode yang
ditujukan untuk membantu menegakkan diagnosa, pencegahan, dan
penanganan permasalahan kesehatan manusia.
11) Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
12) Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan.
13) Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap
suatu masalah kesehatan/penyakit.
14) Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal
mungkin.
15) Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna
untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
16) Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan
dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
17) Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
18) Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
19) Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 46 Tahun 2014 Tentang System Informasi
Kesehatan.
Jawaban:
Di dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 46 Tahun 2014 yang terdiri dari 63
pasal. Informasi kesehatan di bahas di dalam Pasal 8, isi dari pasal 8 yaitu :
1) Informasi Kesehatan terdiri atas
a. informasi upaya kesehatan:
b. informasi penelitian dan pengembangan keedatan:
c. informasi pembiayaan kesehatan,
d. informasi sumber daya mantunia kesehatan;
e. informasi sendiaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
f. informasi manajemen dan regulani kesehatan, dan
g. informasi pemberdayaan Masyarakat.
2) Informasi upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
paling sedikit memuat informasi mengenai:
a. penyelenggaraan penengahan, peningkatan, pengobatan, dan pemilihan
kesehatan, dan
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
3) Informasi penelitian dan pengembangan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b paling sedikit memuat informasi mengenai :
a. hasil penelitian dan pengembangan kesehatan, dan
b. hak kekayaan intelektual bidang Kesehatan
4) Informasi pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c paling sedikit memuat informasi mengenai:
a. sumber dana;
b. pengalokasian dana; dan
c. pembelanjaan.
5) Informasi sumber daya manusia kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d paling sedikit memuat informasi mengenai :
a. jenis, jumlah, kompetensi, kewenangan, dan pemerataan sumber daya
manusia kesehatan,
b. sumber daya untuk pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan, dan
c. penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan
6) Informasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e paling sedikit memuat informasi
mengenai:
a. jenis, bentuk, bahan, jumlah, dan khasiat sediaan farmasi.
b. jenis, bentuk, jumlah, dan manfaat alat kesehatan, dan
c. jenis dan kandungan makanan.
7) Informasi manajemen dan regulasi kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f paling sedikit memuat informasi mengenai
a. perencanaan kesehatan,
b. pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan, penelitian dan
pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya
manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan,
pemberdayaan masyarakat.
c. kebijakan kesehatan, dan
d. produk hukum.
8) Informasi pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf g paling sedikit memuat informasi mengenai:
a. jenis organisasi kemasyarakatan yang peduli kesehatan, dan
b. hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, termasuk
penggerakan masyarakat.

3. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor: 1144/MENKES/PER/VII/2010 Tentang


Organisasi Dan Tata Kerja Kementrian
Jawaban:

BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1

1) Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada


Presiden.
2) Kementerian Kesehatan dipimpin oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 2
Kementerian Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di
bidang kesehatan dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.

Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
Kementerian Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Kesehatan;
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan;
d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Kesehatan di daerah; dan
e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 4

Kementerian Kesehatan terdiri atas :


a. Sekretariat Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan;
c. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan;
d. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak;
e. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
f. Inspektorat Jenderal;
g. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
h. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan;
i. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi;
j. Staf Ahli Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat;
k. Staf Ahli Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan;
l. Staf Ahli Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan
Desentralisasi;
m. Staf Ahli Bidang Mediko Legal;
n. Pusat Data dan Informasi;
o. Pusat Kerja Sama Luar Negeri;
p. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan;
q. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan;
r. Pusat Komunikasi Publik;
s. Pusat Promosi Kesehatan;
t. Pusat Inteligensia Kesehatan; dan
u. Pusat Kesehatan Haji.
BAB XII
PUSAT DATA DAN INFORMASI
BAGIAN PERTAMA KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 845
1) Pusat Data dan Informasi adalah unsur pendukung pelaksanaan tugas
Kementerian Kesehatan di bidang data dan informasi kesehatan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan
melalui Sekretaris Jenderal.
2) Pusat Data dan Informasi dipimpin oleh seorang Kepala.
Pasal 846
Pusat Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
statistik kesehatan, analisis dan diseminasi informasi, serta pengembangan
sistem informasi dan bank data.
Pasal 847
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 846, Pusat
Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi :
a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang data dan
informasi kesehatan;
b. pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian statistik kesehatan;
c. analisis dan diseminasi informasi;
d. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang data dan
informasi;
e. pengembangan sistem informasi dan bank data; dan
f. pelaksanaan administrasi Pusat.

4. Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 511 Tahun 2002 Tentang Kebijakan


Strategi Pengembangan System Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
Jawaban :
Keputusan ini merupakan acuan bagi Departemen Kesehatan serta
petunjuk bagi Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dalam
pengembangan Sistem Informasi Kesehatan. Koordinasi penyelenggaraan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) dilaksanakan oleh Pusat
Data dan Informasi Departemen Kesehatan. Isu strategis dalam rangka
pengembagan SIKNAS adalah sebagai berikut:
a. Integrasi sistem-sistem informasi kesehatan yang ada.
b. Penyederhanaan dan integrasi pencatatan dan pelaporan data.
c. Peningkatan kemampuan Daerah dalam pengembangan SIK
d. Pengembangan sumber daya, khususnya melalui penerapan dan
pemeliharaan teknologi informatika serta pengembangan tenaga pengelola
SIK.
e. Pengembangan pelayanan data dan informasi baik untuk para manajer
maupun untuk masyarakat.
Berdasarkan kepada analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan, maka
ditetapkan Strategi Pengembangan SIKNAS yang sesuai sebagai berikut:
a. Integrasi sistem-sistem informasi kesehatan yang ada
b. Penyelenggaraan pengumpulan dan pemanfaatan bersama (sharing) data
dan informasi terintegrasi.
c. Fasilitasi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Daerah.
d. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen.
e. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat.
f. Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi.
Integrasi sistem-sistem informasi kesehatan yang ada.
Strategi pertama yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan
SIKNAS adalah pengintegrasian sistem-sistem informasi tersebut. Dengan
integrasi ini diharapkan semua sistem informasi yang ada akan bekerja secara
terpadu dan sinergis membentuk suatu SIKNAS. Pembagian tugas dan
tanggung jawab akan memungkinkan data yang dikumpulkan memiliki
kualitas dan validitas yang baik
Fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan (SIK) daerah.
Yang dimaksud dengan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Daerah
mencakup SIK yang dikembangkan di unit-unit pelayanan kesehatan
(khususnya Puskesmas dan Rumah Sakit), SIK Kabupaten/Kota, dan SIK
Provinsi.

Pengembangan Pelayanan data dan informasi antuk manajemen

Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen diawali


dengan mengidentifikasi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
menyajikan data dan informasi kesehatan. Di dalam peluang-peluang ini harus
dapat disajikan kemasan-kemasan data dan in formasi yang sesuai. Sepanjang
memungkinkan, Departemen Kesehatan membantu pengadaan perangkat keras
(komputer dan kelengkapannya) serta perangkat lunaknya. Pemeliharaan
perangkat keras dan perangkat lunak tersebut selanjutnya diserahkan kepada
Pemerintah Daerah. Departemen Kesehatan juga membantu rekrutmen tenaga
dan pelatihan tenaga. Pengangkatan tenaga-tenaga yang sudah dilatih ke
dalam jabatan fungsional diserahkan kepada Pemerintah Daerah

Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk Masyarakat.

Publikasi perkala data dan informasi kesehatan dapat diperluas jangkauan


distribusinya sampai kepada individu-individu atau kelompok masyarakat
yang membutuhkan. Demikian pula dengan akses online terhadap bank data,
walaupun untuk data tertentu seperti data historis pasien dan tenaga kesehatan,
keamanan harus dijaga. Dalam hal ini pemanfaatan fasilitas intranet dan
internet perlu mendapat perhatian mengingat penggunaannya sudah meluas di
kalangan masyarakat.

Pengembangan teknologi dan sumberdaya informasi.

Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi sesungguhnya


berlangsung paralel. Departemen Kesehatan terutama perlu menyusun
Rencana Induk Penataan Kerangka Teknologi Informasi dan Rencana Induk
Pengembangan Sumber Daya Manusia Informasi. Setelah itu, Departemen
Kesehatan dapat memfasilitasi Daerah dengan cara menerbitkan standar dan
pedoman serta melakukan advokasi untuk terpenuhinya standar-standar yang
telah ditetapkan dalam kerangka Rencana-rencana Induk yang telah disusun.
Termasuk di sini adalah membantu Daerah dalam pelatihan bagi tenaga-tenaga
informasi kesehatan.

5. Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 932/MENKES/SK/VIII/2002 Tentang


Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan System Laporan Informasi Kesehatan
Kabupaten/Kota
Jawaban:
Pada hakikatnya suatu SIK tidak dapat berjalan sendiri. SIK merupakan
bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang komprehensif, yang
memberikan pelayanan kesehatan secara terpadu, meliputi baik pelayanan
kuratif, pelayanan rehabilitatif, maupun pencegahan penyakit, dan
peningkatan kesehatan. SIK harus dapat mengupayakan dihasilkannya
informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat
Sistem Kesehatan. Sistem Kesehatan terdiri atas berbagai tingkat sejak dari
tingkat paling bawah sampai ke tingkat pusat. Sesuai dengan tata
pemerintahan di Indonesia, tingkat-tingkat itu adalah sebagai berikut:
1) Tingkat Kecamatan, di mana terdapat Puskesmas dan pelayanan kese-
Hatan dasar lain.
2) Tingkat Kabupaten/Kota, di mana terdapat Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Kabupaten/Kota, dan pelayanan rujukan
primer lain.
3) Tingkat Provinsi, di mana terdapat Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah
Sakit Provinsi, dan pelayanan rujukan sekunder lain.
4) Tingkat Pusat, di mana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit
Pusat, dan pelayanan kesehatan rujukan tersier lain.
Setiap tingkat menyediakan pelayanan kesehatan yang berbeda, memiliki
sumber daya yang berbeda, dan mempraktikkan fungsi-fungsi manajemen
yang berbeda pula. Idealya, sumber daya harus sebanyak mungkin terdapat di
kecamatan agar masyarakat memiliki akses yang optimal terhadap pelayanan
kesehatan. Tetapi dalam rangka desentralisasi ternyata dihadapi banyak
kendala, khususnya berkaitan dengan ketenagaan, sarana dan peralatan, yang
disebabkan oleh terbatasnya kemampuan ekonomi negara.
Fungsi khusus yang dimiliki setiap tingkat mengakibatkan perbedaan
dalam pengambilan keputusan. Dari sisi manajemen, fungsi-fungsi dalam
Sistem Kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1) Manajemen Pasien/Klien,
2) Manajemen Unit Kesehatan, dan
3) Manajemen Sistem Kesehatan.
Manajemen pasien/klien dan manajemen unit kesehatan berkaitan secara
langsung dengan pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif kepada
masyarakat. Dalam hal ini tercakup interaksi antara petugas-petugas unit
kesehatan dengan masyarakat di wilayah pelayanannya. Manajemen
pasien/klien dan manajemen unit dipraktikkan baik di pelayanan kesehatan
dasar (Puskesmas dan lain-lain), pelayanan kesehatan rujukan (Rumah Sakit
dan lain-lain), serta di Dinas Kesehatan. Keputusan- keputusan yang dibuat
dalam rangka manajemen pasien/klien dan manajemen unit kesehatan disebut
keputusan-keputusan operasional. Manajer dalam manajemen pasien/klien
adalah semua petugas kesehatan yang melayani pasien/klien. Sedangkan
manajer dalam manajamen unit adalah pimpinan dari unit yang bersangkutan
(Kepala Puskesmas, Direktur Rumah Sakit, Kepala Dinas Kesehatan).
Manajemen Sistem Kesehatan berfungsi memberikan dukungan manajerial
dan koordinasi terhadap tingkat manajemen unit kesehatan dan manajemen
pasien/klien. Keputusan-keputusan yang dibuat dalam rangka manajemen
sistem kesehatan disebut keputusan-keputusan strategis. Adapun manajer
dalam manajemen Sistem Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan dan
pihak-pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusannya (stakeholders).
Dengan mengenali fungsi spesifik dari setiap tingkat manajemen kesehatan,
akan dapat dikenali pula siapa saja pemakai informasi kesehatan Yaitu para
manajer kesehatan) dan keputusan-keputusan apa yang harus mereka buat. Hal
ini akan membantu dalam perumusan kebutuhan informasi di setiap tingkat
dan penetapan data apa yang harus dikumpulkan, cara dan instrumen
pengumpulannya, pengiriman datanya, prosedur pengolahan datanya,
pengemasan informasinya, dan penyajian informasinya.
A. MANAJEMEN PASIEN/KLIEN
Fungsi utama dari manajemen pasien/klien adalah memberikan pelayanan
kesehatan kuratif, preventif dan promotif yang bermutu kepada pasien dan
klien, baik di tingkat pelayanan kesehatan dasar maupun di tingkat pelayanan
kesehatan rujukan.
Pelayanan kesehatan yang bermutu dirumuskan secara berbeda sesuai
dengan tingkat pelayanannya. Di tingkat pelayanan kesehatan dasar,
pelayanan kesehatan yang bermutu berarti pelayanan kesehatan yang
komprehensif, terintegrasi, dan berkelanjutan. Fokusnya adalah pada pasien
dan klien dengan lingkungan sosio- kultural terdekatnya. Mutu pelayanan
kesehatan di tingkat rujukan sangat tergantung kepada masukan yang berupa
sumber daya manusia dan teknologi. Karena itu, mutu pelayanan rujukan
dapat dilihat dari kecanggihan teknologinya. Pemakai informasi di tingkat
manajemen pasien/klien adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan,
yaitu dokter, bidan, serta petugas paramedis dan petugas kesehatan lainnya.
Di samping itu juga para kader kesehatan dan para dukun. Suatu SIK yang
dirancang dengan baik akan merupakan dukungan utama bagi peningkatan
mutu pelayanan kesehatan yang mereka selenggarakan. Informasi yang
mereka butuhkan itu akan digunakan untuk membuat keputusan yang tepat,
misalnya:
1) Tanggal, diagnosis, dan pengobatan yang diberikan dalam kunjungan yang
lalu akan membantu si pemberi pelayanan kesehatan dalam membuat
keputusan terhadap seorang penderita tuberkulosis yang berkunjung ke
Puskesmas (dalam rangka kelanjutan pelayanan).
2) Seorang anak usia 2 tahun dibawa oleh ibunya karena menderita
bercakbercak pada kulit dan diare. Punyakah pemberi pelayanan informasi
yang tepat untuk mengetahui apakah anak tersebut menderita campak dan
apakah ia telah divaksinasi? (dalam rangka integrasi pelayanan).
3) Dalam rangka memutuskan vaksin apa yang akan diberikan kepada
seorang anak usia 8 bulan yang dibawa ibunya ke Puskesmas, petugas
kesehatan perlu mengetahui jenis vaksin apa yang pernah didapat si anak
dan bilamana didapatnya (dalam rangka kelanjutan pelayanan).
4) Hasil-hasil patologis dari spesimen biopsi cervix akan membantu ahli
bedah memutuskan perlu-tidaknya melakukan histerektomi.
B. MANAJEMEN UNIT KESEHATAN
Tujuan manajemen umum dari suatu unit kesehatan adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan terhadap suatu penduduk tertentu di dalam
wilayah kerja pelayanannya dengan sumber daya yang ada. Unit-unit
kesehatan dapat diklasifikasikan menurut tingkat konsentrasi sumber dayanya
menjadi: unitunit pelayanan kesehatan dasar, dan unit-unit pelayanan
kesehatan rujukan. Setiap jenis unit kesehatan memiliki fungsi- fungsi
manajemennya sendiri. Namun demikian pada dasarnya fungsi- fungsi itu
dapat dibedakan atas fungsi-fungsi pemberian pelayanan kesehatan, dan
fungsi-fungsi administratif.
Fungsi-fungsi pemberian pelayanan kesehatan ditetapkan berdasarkan
kebutuhan kesehatan dari masyarakat yang dilayani oleh unit kesehatan yang
bersangkutan. Unit pelayanan kesehatan dasar memberikan paket pelayanan
pemeliharaan kesehatan umum.
Terdapat banyak perbedaan dalam bentuk penyediaan pelayanan kesehatan
dasar ini, yaitu misalnya apotik, Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas,
Klinik, Balai Kesehatan Masyarakat, dan lain-lain. Sarana-sarana yang
berbeda ini memiliki fungsi yang berbeda pula.
Beberapa di antaranya hanya memberikan pelayanan kuratif. Tetapi yang
lain seperti Puskesmas Misalnya, memiliki paling sedikit lima jenis pelayanan,
yaitu kesehatan ibu Dan anak, keluarga berencana, gizi, kesehatan lingkungan,
dan pengobatan (pelayanan kuratif). Kerapkali tersedianya tenaga kesehatan
merupakanFaktor pembeda dalam fungsi atau jenis pelayanan dari unit-unit
pelayanan Kesehatan dasar. Unit-unit pelayanan kesehatan rujukan seperti
rumah sakit dan klinik rawat jalan khusus menyediakan pelayanan dan teknik-
teknik yang kerumitannya tidak dapat ditangani oleh unit pelayanan kesehatan
dasar. Rumah Sakit Kabupaten/Kota merupakan unit pelayanan kesehatan
rujukan tingkat pertama (primer), Rumah Sakit Provinsi merupakan unit
pelayanan kesehatan rujukan tingkat kedua (sekunder), dan Rumah Sakit Pusat
merupakan unit pelayanan kesehatan rujukan tingkat ketiga (tersier).
Di Rumah Sakit Kabupaten/Kota harus diselenggarakan paling sedikit
empat pelayanan spesialistik, yaitu: obsetrik dan genekologi, anak, bedah, dan
penyakit dalam. Pengambil keputusan dalam rangka manajemen unit ini
misalnya adalah Kepala Puskesmas, Direktur, Wakil Direktur dan Kepala
Instalasi di Rumah Sakit, Kepala Dinas Kesehatan, dan lain-lain. Informasi
yang disiapkan dengan baik di unit-unit kesehatan akan membantu pembuatan
keputusan-keputusan dalam unit kesehatan tersebut. Contohnya adalah sebagai
berikut:
1) Suatu Puskesmas harus memberikan pengobatan kepada pasien-pasien
tuberkulosis. Kepala Puskesmas ingin mengetahui berapa orang pasien di
antara mereka yang berobat ke Puskesmas yang menghentikanPengobatan
sebelum waktunya (angka drop out). Informasi ini dapatDigunakan untuk
memutuskan perlu-tidaknya melakukan peningkatan Kegiatan tindak
lanjut (follow up) terhadap para pasien tuberkulosis. Salah satu fungsi dari
Puskesmas adalah memberikan pelayanan perawatan pra-kelahiran
(prenatal care) kepada semua perempuan hamil di wilayah kerjanya, dan
merujuk mereka yang berisiko ke Rumah Sakit Kabupaten/Kota. Dalam
beberapa bulan terakhir, beberapa perempuan dari desa-desa sekitar
dilaporkan meninggal pada saat melahirkan atau tidak lama setelah
melahirkan. Kepala Puskesmas dan bidan Puskesmas ingin mengetahui
berapa orang perempuan dari antara perempuan yang diperkirakan hamil
di wilayah kerja Puskesmas memperoleh pelayanan prenatal care.
Informasi ini akan membantu mereka dalam mere- organisasi kegiatan-
kegiatan prenatal care secara lebih efektif.
2) Sebuah Rumah Sakit Kabupaten dengan 200 tempat tidur menyediakan
pelayanan rawat inap kepada sekitar 200.000 penduduk. Selama setahun,
tempat tidur yang disediakan selalu penuh, dan kerapkali bahkan
digunakan tempat tidur lipat tambahan untuk merawat pasien. Dalam hal
ini Direktur Rumah Sakit ingin mengetahui berapa rata-rata lama
menginap (ALOS – Average Length Of Stay) dari pasien-pasien di setiap
instalasi untuk memutuskan perlu-tidaknya menambah tempat tidur, atau
mengubah prosedur pengeluaran pasien.
3) Rumah Sakit rujukan tersier berfungsi sesuai dengan anggaran tahunan
yang tersedia. Pemasukan dana berasal dari subsidi pemerintah, dari
pembayaran asuransi kesehatan, dan dari pembayaran para pasien. Dalam
rangka menyusun anggaran tahunan, Direktur Umum dan Keuangan akan
memerlukan data dan informasi tentang pemasukan tahun lalu menurut
sumbernya, dan pengeluaran-pengeluaran tahun lalu menurut pusat-pusat
biaya.
C. MANAJEMEN SISTEM KESEHATAN
Fungsi manajemen Sistem Kesehatan diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan. Tujuan dari manajemen sistem kesehatan adalah untuk meng-
koordinasikan dan memberikan dukungan perencanaan dan manajemen
kepada tingkat penyedia pelayanan kesehatan. Beberapa contoh dari fungsi
manajemen sistem kesehatan adalah sebagai berikut.
1) Penetapan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan kesehatan;
2) Koordinasi lintas sektoral;
3) Perencanaan strategis dan penyusunan program kesehatan;
4) Penganggaran dan alokasi sumber daya finansial;
5) Pengorganisasian sistem, termasuk mekanisme rujukan;
6) Pengembangan tenaga kesehatan, termasuk pendidikan berkelanjutan;
7) Manajemen sumber daya, mencakup keuangan, tenaga kesehatan, dan
informasi kesehatan;
8) Manajemen dan distribusi peralatan, bahan, dan obat;
9) Surveilans penyanit;
10) Penyehatan lingkungan;
11) Pengawasan terhadap pelayanan-pelayanan kesehatan.
Fungsi-fungsi manajemen terhadap sistem kesehatan berbeda antara satu
tingkat administrasi dengan tingkat administrasi lainnya. Fungsi-fungsi itu
dibagi menurut pembagian kewenangan yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. UU No. 22 tahun 1999 menyatakan bahwa Daerah
Kabupaten/Kota memiliki kewenangan desentralisasi luas. Kewenangan
Daerah Kabupaten/ Kota di bidang kesehatan tidak diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 25 tahun 2000 karena UU No. 22 tahun 1999 pada dasarnya
meletakkan semua Kewenangan pemerintahan pada Daerah Kabupaten /Kota
(kecuali lima kewenangan sebagaimana disebut dalam Pasal 7 UU No. 22
tahun 1999). Namun demikian, demi kejelasan, Menteri Kesehatan &
Kesejahteraan Sosial dalam Kepmenkes & kesos Nomor 1747/Menkes-Kesos/
SK/XII /2000 tentang Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal Dalam
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, merinci kewenangan untuk Daerah
Kabupaten/Kota yang disebut sebagai kewenangan minimal. Menurut
Kepmenkes & kesos tersebut, kewenangan Daerah Kabupaten/Kota di bidang
kesehatan meliputi:
1) Pengaturan dan pengorganisasian Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Perencanaan pembangunan kesehatan wilayah kabupaten/kota.
3) Perizinan kerja/praktek tenaga kesehatan.
4) Perizinan penyelenggaraan sarana kesehatan lingkup kabupaten/kota.
5) Perizinan pelayanan distribusi obat skala kabupaten/kota.
6) Pendayagunaan tenaga kesehatan.
7) Pengembangan sistem pembiayaan kesehatan melalui JPKM dan lain- lain.
8) Penyelenggaraan upaya dan promosi kesehatan masyarakat.
9) Pencegahan dan pemberantasan penyakit lingkup kabupaten/kota.
10) 10.Surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah skala
kabupaten/Kota.
11) Penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan pemantauan dampak
pembangunan kabupaten/kota terhadap kesehatan.
12) Perencanaan dan pengadaan obat pelayanan kesehatan dasar esensial.
13) Pencegahan dan penanggulangan Penyalahgunaan narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif skala kabupaten/kota.
14) Pengaturan tarif pelayanan kesehatan di kabupaten/kota.
15) Penelitian dan pengembangan kesehatan skala kabupaten/kota.
16) Penyelenggaraan sistem kewaspadaan pangan dan gizi lingkup
kabupaten /kota.
17) Bimbingan dan pengendalian pengobatan tradisional.
18) Bimbingan dan pengendalian penyelenggaraan sarana kesehatan dan
kesehatan lingkungan.
19) Bimbingan teknis mutu dan keamanan industri makanan rumah tangga.
20) Pencatatan dan pelaporan obat pelayanan kesehatan dasar.
21) Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan kabupaten/kota.
Melihat uraian di atas jelas bahwa manajemen terhadap Sistem Kesehatan
tidak dapat hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Harus ditempuh
pendekatan lintas sektor dengan mengembangkan kerjasama dengan sektor-
sektor terkait dan para stakeholders melalui suatu Forum atau Tim Kerjasama
Lintas Sektor. Kepala Dinas Kesehatan dan para anggota Forum atau Tim
inilah yang akan melakukan pengambilan keputusan- keputusan dalam rangka
manajemen Sistem Kesehatan. Dengan demikian jelas bahwa pemakai
informasi dalam rangka manajemen SIKDA Kabupaten/Kota adalah Kepala
Dinas Kesehatan dan para anggota Forum atau Tim Kerjasama Lintas Sektor
Pembangunan Kesehatan.
D. PERAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN SIK
memberikan dukungan informasi kepada proses pengambilan keputusan di
semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Dengan demikian, SIK harus
sesuai dengan struktur manajemen kesehatan dari Sistem Kesehatan.
Pertanyaannya adalah: bagaimana cara yang praktis untuk mengupayakan agar
SIK yang selama ini kurang memadai dapat diubah menjadi alat manajemen
yang efektif?
Penataan kembali SIK merupakan suatu tantangan dan pekerjaan yang
cukup rumit. Khususnya bila dikaitkan dengan birokrasi pemerintahan kita.
Selain faktor metodologi, keadaan politik, sosio-budaya, dan administrasi
dapat juga mempengaruhi keberhasilan proses reformasi ini. Tatanan Sistem
Kesehatan merupakan kerangka dasar yang baik dalam upaya menata kembali
SIK. Sepanjang proses penataan kembali SIK, model Sistem Kesehatan itu
akan digunakan sebagai acuan konseptual bagi setiap tahap dari proses.
Memang jarang sekali proses penataan kembali SIK merombak total Sistem
Kesehatan di suatu daerah. Menurut pengalaman, proses penataan kembali
SIK secara komprehensif bahkan kerap kali menjumpai kegagalan. Lebih baik,
penataan kembali SIK itu difokuskan kepada aspek-aspek yang kurang
berfungsi dalam Sistem Kesehatan. Atau direncanakan dan diselenggarakan
dalam kaitannya dengan proses penataan kembali Sistem Kesehatan yang
sedang berlangsung. Contohnya, reformasi dalam sistem manajemen
keuangan akan memerlukan pula reformasi terhadap SIK yang berfokus pada
informasi keuangan. Sebelum melakukan proses reorganisasi SIK, perlu
dilakukan evaluasi mendalam terhadap kelebihan dan kelemahan SIK yang
sudah ada. Selanjutnya penataan kembali SIK difokuskan pada daerah-daerah
yang kurang berfungsi atau menjadi prioritas daerah yang bersangkutan.
Adapun proses pengembangan atau penataan SIKDA Kabupaten/Kota secara
umum meliputi sepuluh langkah sebagai berikut. Identifikasi dan telaah
terhadap praktik manajemen kesehatan (di Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas
Kesehatan, dan lain-lain). Identifikasi kebutuhan informasi dan penetapan
indikatornya (untuk Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, dan lain-
lain).
1) Penetapan kebutuhan data dan pencatatan serta pelaporannya (termasuk
penggandaan instrumen serta pemberlakuan dan sosialisasi instrumen).
Rekrutmen tenaga purna-waktu pengelola SIK (untuk Puskesmas, Rumah
Sakit, Dinas Kesehatan, dan lan-lain) dan pengangkatannya ke dalam
jabatan fungsional.
2) Pengadaan perangkat keras dan perangkat lunak komputer (bila
memungkinkan).
3) Pengumpulan data dasar Puskesmas (melalui formulir rekam keluarga).
4) Pelatihan pejabat fungsional pengelola SIK (termasuk pelatihan
Penggunaan perangkat lunak, bila diperlukan). Pembuatan pangkalan data
di Puskesmas dan Rumah Sakit.
Penetapan dan pemberlakukan peraturan perundang-undangan untuk
mendukung SIKDA. Pembuatan pangkalan data di Dinas Kesehatan,
operasionalisasi SIKDA, pemantauan, evaluasi, dan pengembangan. Dalam
setiap “subsistem” yang dipilih untuk ditata kembali harus tetap diingat bahwa
ketersediaan informasi dan jaminan digunakannya informasi tersebut dalam
pengambilan keputusan merupakan tujuan utama. Ketersediaan dan jaminan
penggunaan ini harus ada di setiap tingkat administrasi (sejak tingkat terbawah
sampai ke pusat) dan bagi fungsi-fungsi manajemen yang sesuai (pasien/klien,
unit kesehatan, dan sistem kesehataan).

6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 Tahun 2007 tentang


Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan
Nasional
Jawaban:
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 tahun 2007 tentang
pengembangan jaringan computer online SIKNAS di rencanakan beberapa 1l
ias1 lic 1111 dalam setiap tahunnya; yaitu :
1) Terselenggaranya jaringan komunikasi data terintegrasi antara 80 % dinas
kesehatan kabupaten/kota dan 100 % dinas provinsi dengan kementerian
kesehatan pada tahun 2007.
2) Terselenggaranya iaringan komunikasi data online terintegrasi antara 90 %
dinas kesehatan kabupaten/kota, 100 % dinas kesehatan provinsi, 100 %
rumah sakit pusat, 100 % unit pelaksang teknis (UPT) pusat dengan
kementerian kesehatan tahun 209.
3) Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara
seluruh dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, rumah
sakit pusat, dan UPT pusat kementeri an kesehatan pada tahun 2010.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/l/2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.
Jawaban:
Unit Desentralisasi dibentuk dengan tujuan untuk membantu Menteri
Kesehatan dalam melakukan analisis dan memberikan alternatif saran tentang
kebijakan desentralisasi kesehatan sehingga dapat menjamin tersedianya
pelayanan kesehatan masyarakat terutama bagi kelompok rentan dan miskin.
Tugas pokok:
1) Melakukan telaah kritis terhadap penerapan desentralisasi kesehatan di
semua tingkat administrasi, khususnya di Kabupaten/Kota.
2) Menyusun policy paper tentang berbagai aspek penerapan desentralisasi
kesehatan sebagai bahan masukan bagi pengambilan keputusan
3) Mengembangkan konsep untuk peningkatan kapasitas institusi di Pusat,
Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan desentralisasi
kesehatan.
4) Memfasilitasi berbagai kegiatan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan
sumber daya dalam rangka penerapan desentralisasi kesehatan.
5) Memfasilitasi pelaksanaan langkah-langkah kunci dan kegiatan dalam
Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan

8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterukaan Informasi Pulic


(KIP)
Jawaban:
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1) Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang
mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan
dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun
nonelektronik.
2) Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan/ atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/ atau penyelenggara dan
penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-
Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.
3) Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan
lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan
negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/ atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dan/ atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan
masyarakat, dan/ atau luar negeri.
4) Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan
Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk
teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa
informasi publik melalui mediasi dan/ atau ajudikasi nonlitigasi.
5) Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara badan
publik dan pengguna informasi publik yang berkaitan dengan hak
memperoleh dan menggunakan informasi berdasarkan perundang-
undangan.
6) Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak
melalui bantuan mediator komisi informasi.
7) Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi publik antara
para pihak yang diputus oleh komisi informasi.
8) Pejabat Publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk
menduduki posisi atau jabatan tertentu pada badan publik.
9) Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi adalah pejabat yang
bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian,
penyediaan, dan/ atau pelayanan info:.:masi di badan publik.
10) Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, badan hukum, atau
badan publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
11) Pengguna Informasi Publik adalah orang yang menggunakan informasi
publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
12) Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/ atau badan hukum
Indonesia yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
9. Kepmenkes Rl Nomor: 932/Menkes/SK/VIl/2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten/
Kota
Jawaban:
Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) merupakan sistem
pendataan kesehatan terpadu yang berpusat pada sebuah bank data sebagai
pintu pengiriman dan akses, dimana berisi data individu dan agregat yang
berasal dari setiap fasilitas pelayanan kesehatan. Sistem ini secara bertahap
akan dikembangkan menjadi suatu pusat informasi kesehatan berbasis web,
dengan kabupaten/ kota.
Maknanya adalah Kementerian Kesehatan mengembangkan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional Online (SIKNAS Online) agar komunikasi data
antara pusat dan daerah menjadi lancar. Seiring dengan perkembangan
teknologi dan kebutuhan akan data kesehatan, berbagai sistem informasi
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diantaranya dengan
meningkatkan fasilitas jaringan dan pengembangan model sistem informasi
kesehatan, seperti SIKDA generic
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Jawaban:
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
1) Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD),
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
2) Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
3) Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian
upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4) Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas,
maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilaya (desa/kelurahan atau RW).
Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
MAKNA:
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa depan
yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat
yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. indikator
Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan
Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta
wilayah kecamatan setempat. Misi pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi
pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek
kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku
masyarakat.
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di
bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan
menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas akan selalu
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan
pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan
dari yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai