Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH politisasi angaran kesehatan dan politisasi undang undang dan kebijakan kesehatan

DI DUSUN OLEH

SHINTA SYARIFAH

NIM. 32018016

PRODI S1 KEBIDANAN REGULER STIKES ESTU UTOMO

ANGKATAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengaruh Pulitik Terhadap
Kesehatan dengan tepat waktu

Saya menyadari bahwa didalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi
maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena tu dengan rendah hati
saya berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kiritik yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pembaca.

Boyolali, 15 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Permasalahan

C. Tujuan Penulisan........

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik dan Politik Kesehatan

B. Pengaruh Politik terhadap Kesehatan

C. Strategi Politik dan Esensi Kesehatan.

D. Politik Kesehatan dan Kemiskinan


BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BABI PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah bagian dari politik oleh karena pelayanan kesehatan merupakan pelayanan publik
yang seyogianya tidak hanya dijadikan sebagai kendaraan politik para calon atau kandidat kepala daerah
(Bambra et all 2005). Sebuah studi yang dilakukan Navarro et all pada tahun 2006 meneguhkan korelasi
antara ideologi politik suatu pemerintahan terhadap derajat kesehatan masyarakatnya, melalui
kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintahan tersebut. Konsep kesehatan yang dianut pemerintah
kita saat ini, berbuah pembangunan kesehatan yang berbentuk pelayanan kesehatan individu,
ketimbang layanan kesehatan komunitas yang lebih luas, program- program karitas yang bersifat reaktif
seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) atau pengobatan gratis dan Jampersal.

Dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 bagian Pembukaan butir b (menimbang); disebutkan bahwa
setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi- tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan
dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya
saing bangsa bagi pembangunan. Hal ini menunjukkan pentingnya pembangunan kesehatan dalam
bentuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat untuk mempersiapkan manusis Indonesia yang
berkualitas dan berdaya saing

Indikator peningkatan derajat kesehatan antara lain adalah meningkatnya usia harapan hidup,
menurunnya angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita, serta angka kesakitan (morbiditas).
Boleh jadi indikator ini terus menampakkan grafik membaik. Transparansi tidak hanya menyangkut
masalah keuangan, naman transparansi dalam informasi atas pelayanan publik. Sebagai contoh, data
mengenai jumlah penderita gizi buruk.
jumlah penduduk miskin, rasio jumlah penduduk dengan jumlah sarana kesehatan dan prosedur
pelayanan dasar maupun rujukan hendaknya diberikan pada publik secara transparan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, tidak bisa tidak, negara harus berperan aktif. Mengutip Release Media
Indonesia tentang Politik dan kesejahteraan rakyat, Politik kesehatan adalah kebijakan negara di bidang
kesehatan. Yakni kebijakan publik yang didasari okh hak yang paling fundamental, yaitu sehat
merupakan hak warga negara. Untuk mewujudkan hak rakyat itu, jelas diperlukan keputusan politik
yang juga sehat, yang diambil oleh pemerintahan yang juga sehat secara politik. Dengan kata lain. politik
kesehatan ditentukan oleh sehat tidaknya politik negara. Hanya pemerintahan dan DPR yang sakit-
sakitan yang senang dan membiarkan rakyatnya juga sakit-sakitan. Karera se hot merupakan hak rakyat,
dan negara pun tak ingin rakyatnya sakit-sakitan, diambillah keputusan politik yang juga schot. Yaitu,
anggaran untuk kesehatan rakyat mendapatkan porsi yang besar, sangat besar, karena negara tidak
ingin rakyatnya sakit-sakitan.

B. PERMASALAHAN

Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan pada makalah ini adalah

1. Pengertian politik dan Politik Kesehatan ? 2. Pengaruh politik terhadap kesehatan?

3. Strategi dan esensi politik kesehatan?

4. Politik Kesehatan dan kemiskinan ?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui Pengertian Politik dan Pengertian Politik Kesehatan
2. Mengetahui Pengaruh politik terhadap kesehatan

3. Mengetahui Strategi dan esensi poltik kesehatan

4. Mengetahui Politik Kesehatan dan kemi

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POLITIK DAN POLITIK KESEHATAN

1. Pengertian Politik

Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani yaitu Polistaia, Polis berarti kesatuan masyarakat yang
mengurus diri sendiri berdiri sendiri (negara), sedangkan taia berarti urusan. Dari segi kepentingan
penggunaan, kata politik mempunyai arti yang berbeda-beda. Untuk lebih memberikan pengertian arti
politik disampaikan beberapa arti politik dari segi kepentingan penggunaan, yaitu: a. Dalam arti
kepentingan umum (politics)

Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha untuk kepentingan umum, baik yang berada
dibawah kekuasaan negara di Pusat maupun di Daerah, lazim disebut Politik (Politics) yang artinya
adalah suatu rangkaian azas/prinsip, keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan jalan, cara dan aht
yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan. b. Dalam arti kebijaksanaan (Policy)

Politik adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang yang dianggap lebih menjamin
terlaksananya suatu usaha, cita- cita/keinginan atau keadaan yang kita kehendaki

c. Judi politik memurut kami adalah suatu ilmu dan seni mengelola peran

2. Pengertian Politik Kesehatan

Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan derajat kesehatan masyarakat dalam
satu wilayah melalui sebuah sistem ketatanegaraan yang dianut dalam sebuah wilayah atau negara.
Untuk meraih tujuan tersebut diperlukan kekuasaan. Kekuasaan tersebut kelak

Pembahasan

Agenda Setting, Formulasi dan Implementasi Kebijakan Anggaran

Kesehatan

Sebelum ditetapkannya UU No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan,

masalah anggaran kesehatan menjadi masalah yang cukup serius. Banyak

daerah yang memiliki kapasitas fiskal yang rendah, tidak dapat memberikan
alokasi anggaran untuk sektor kesehatan yang memadai. Sebaliknya daerah

dengan kapasitas fiskal yang tinggipun ternyata tidak mengalokasikan anggaran

untuk sektor kesehatan yang memadai, karena komitmen terhadap sektor

kesehatan rendah. Oleh karena itu perjuangan para aktor kesehatan harus

diberikan apresiasi yang tinggi, karena dapat membawa policy problem tentang

anggaran kesehatan dalam agenda kebijakan. Agenda setting terjadi karena

tercapai policy window, dimana politics stream, policy stream dan problem

stream dapat bertemu dalam satu titik.9 Setelah tercapai agenda setting proses

berikutnya adalah menyusun formulasi kebijakan berupa UU No 36 Tahun 2009. Dalam UU tersebut
telah mengatur besaran anggaran yang harus dialokasikan

untuk sektor kesehatan baik di Pusat maupun Daerah, yaitu dalam pasal 171

ayat 1 dan 2.

Pada tahap implementasi kebijakan Pasal 171 ayat 1 dan 2 dari UU No


36 Tahun 2009 ternyata tidak berjalan dengan cukup baik, terlihat bahwa alokasi

anggaran untuk sektor kesehatan belum sesuai amanat UU No 36 Tahun 2009. Hal ini disebabkan
politics stream pemerintah dan DPR tidak berjalan beriringan

dengan problem stream dan policy stream. Pada umumnya permasalahan

implementasi kebijakan lebih disebabkan karena ketidak siapan para pelaksana

kebijakan. Namun dalam kebijakan anggaran kesehatan permasalahan yang

muncul justru tidak adanya komitmen politik dari pembuat UU dalam

menjalankan amanah UU. Akibatnya permasalahan ketidak cukupan anggaran

kesehatan sampai saat ini masih menjadi masalah krusial baik di tingkat Pusat

maupun Daerah. Kesehatan adalah politik, dalam politik anggaran kesehatan

terlihat bahwa Pemerintah tidak berpihak pada sektor kesehatan. Hal ini tidak

sesuai dengan pendapat Rafei, yang mengatakan bahwa politik kesehatan

adalah merupakan keberpihakan pemerintah kepada pembangunan kesehatan


masyarakat terutama masyarakat miskin. Kebijakan tersebut harus didukung oleh

alokasi anggaran yang mencukupi. 10

Politik Dalam Proses Penganggaran

Proses penganggaran merupakan suatu proses yang paling pelik dan

unik karena penuh dengan konflik kepentingan, terjadi tarik- menarik dari para

aktor untuk memenuhi preferensi mereka. Konflik rebutan kekuasaan terjadi baik

pada saat penetapan pagu indikatif, pagu sementara maupun pagu definitif.

Sektor kesehatan pada umumnya tidak mempunyai kekekuatan untuk

memperjuangkan anggaran yang diusulkan, mereka hanya pasrah pada

kekuatan para aktor di lingkungan makro organisasi kesehatan seperti

Kemenkeu dan DPR untuk Pusat, TAPD dan DPRD untuk Daerah.

Aktor yang berada di DPR menggunakan kekuasaannya untuk melakukan

perubahan anggaran yang telah diusulkan oleh Kementerian Kesehatan. Pada


umumnya mereka berdalih memperjuangkan Daerah yang merupakan

perwakilian konstituennya. Meskipun pada ujung-ujungnya adalah untuk

memenuhi preferensi kelompok atau partainya. Konflik terjadi di lingkungan

internal DPR karena beberapa diantaranya merambah Daerah yang bukan

merupakan kekuasaannya
Proses penganggaran di Daerah sangat dipengaruhi oleh TAPD dan

DPRD. Hal ini disebabkan karena belum optimalnya komitmen dari para aktor

pengambil kebijakan baik di lingkungan eksekutif maupun legislatif. Keadaan

tersebut diperkuat dengan ketidak percayaan kepada sektor kesehatan apakah

anggaran yang diusulkan memang sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kani dkk.11 Selain itu, kemungkinan juga untuk memenuhi preferensi
politik dari aktor besar.

Proses penganggaran merupakan ’’black box” yang sesungguhnya

sangat sulit untuk diketahui secara detil. Easton dalam Buse et al mengatakan

bagaimana terjadinya perubahan dalam proses pembuatan kebijakan sehingga

dianggap sebagai kotak hitam atau “black box”.12 Dalam proses penetapan

anggaran hal ini bisa diasumsikan bahwa anggaran yang diusulkan oleh

Kemenkes, ketika ditetapkan oleh DPR terjadi perubahan anggaran.

Saat ini, arus informasi sudah sangat terbuka dan tidak bisa dibendung,
begitu pula hak bicara dan pendapat masyarakat menjadi hal yang sangat

mudah untuk disampaikan kepada Pemerintah. Oleh karena itu proses

penganggaran yang merupakan kotak hitam dalam penyusunan kebijakan

anggaran, sekarang sudah mulai terbuka dan diketahui masyarakat.

Politik Dalam Alokasi Anggaran

Alokasi anggaran di Pusat terlihat tidak berpihak pada sektor kesehatan,

dimana Pemerintah dan DPR telah melakukan pelanggaran terhadap UU No 36

Tentang Kesehatan yang telah disyahkannya. Kemenkeu menyampaikan

ketidak-mungkinan menerapkan Undang-undang Kesehatan yang kemudian

diamini oleh Menteri Kesehatan. Perdebatannya ditindaklanjuti dengan

menyalahkan ketidak-benaran pembuat undang-undang yang mencantumkan

prosentase dalam undang-undang.

Menurut Norton dan Elson (2002) adanya keterbatasan anggaran di


Pusat maka Kemenkeu memiliki kewenangan untuk menetapkan alokasi

anggaran yang dikelola oleh Lembaga Negara, hasil perolehan anggaran dapat

lebih baik atau lebih buruk. Dalam kondisi politik yang kurang stabil maka

permainan cenderung dilakukan sesuai peraturan yang sudah dibuat.13

Argumentasi permasalahan tersebut diatas dapat dilihat dari 2 sisi.

Pertama adalah komitmen yang rendah terhadap peraturan (baca: Undang

undang) yang dibuat bersama antara rakyat dan pemerintah. Bila pemimpin

politik di tingkat Pusat dengan sengaja tidak mematuhi undang-undang, dapat

dibayangkan apa yang dapat dilakukan pemimpin Daerah terhadap undang- undang. Seharusnya muncul
pertanyaan dari rakyat (baca: DPR/DPRD),

mengapa eksekutif “melawan hukum”?. Apakah tampaknya rakyat dapat

menerima argumentasi ini?. Sebaiknya Pemerintah segera melakukan

amandemen terhadap undang-undang tersebut, agar kepercayaan masyarakat


terhadap Pemerintah tetap ada. Anekdot yang terjadi adalah bahwa undang- undang dibuat oleh
Pemerintah, untuk dilanggar oleh pembuatnya (Pemerintah).

Hal ini penting agar ketika Pemerintah membuat peraturan untuk masyarakat

maka peraturan tersebut akan diikuti dan mampu merubah perilaku masyarakat.

Penguasa merupakan role model dalam konsistensi dan kepatuhan terhadap

pelaksanaan sebuah peraturan.

Sisi yang lain, perasaan hati sebagian besar pemimpin melihat kesehatan

bukanlah hal yang penting bagi bangsa ini. Kesehatan adalah anak pinggiran,

bukan “main stream” yang seperti dicita-citakan para pemimpin kesehatan

sebelumnya. Dalam konteks kebijakan, inilah gambaran politik para pemimpin

saat ini, yang harus diterima dengan legowo oleh para pemilih yang “pro”

kesehatan. Yang perlu diperhatikan para “Pemilih” adalah : jangan terbuai kata- kata manis pada saat
kampanye yang menyatakan prioritas pada kesehatan,

kesehatan gratis dan seterusnya, tapi dalam hati dan rasionya bertolak belakang.
“Kemunafikan” sistem politik tidak cepat teridentifikasi karena pemahaman dan

tingkat pendidikan politik masyarakat Indonesia belum merata.

Paradoks kebijakan14 seharusnya dapat digiring kepada kebijakan yang

rasional.12 Bagaimana mencapai hal tersebut? Ketidakberdayaan politik dari

masyarakat mesti dibantu oleh masyarakat lain yang sudah melek politik dengan

memberikan argumentasi rasional yang cukup komprehensif. Saat ini kekuasaan

di negara kita lebih kepada model elitisme.12 Model kekuasaan mana yang tepat

untuk negara kita? Apakah model pluralis, pilihan rakyat atau elitisme? Masing- masing model tentu
mempunyai dampak positif dan negatif serta

konsekuensinya. Penulis berkeyakinan beberapa tahun kedepan model

kekuasaan pluralisme dapat diadop oleh negara kita. Hal tersebut dapat

dilakukan jika pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat sudah baik. Dengan

demikian masyarakat dapat ikut berperan dalam pengambilan kebijakan di

negara ini.
Mengapa sektor kesehatan sampai saat ini masih menjadi salah satu

sektor yang menarik untuk menjadi “ladang kepentingan politik DPR”? Hal ini

menjadi pertanyaan yang menarik untuk didiskusikan. Menurut penulis ada

beberapa hal yang menjadi penyebab diantaranya adalah kemampuan politik

dari para staf di sektor kesehatan yang masih kurang, kemampuan teknis dalam

merencanakan kebutuhan anggaran dan membuat formula anggaran serta

belum adanya kebijakan bahwa pembagian alokasi anggaran kesehatan harus

berdasar formula.

Bagaimana model alokasi anggaran kesehatan yang tepat? Model yang

tepat dan benar dalam dunia nyata mungkin sulit dilakukan, namun model yang

baik adalah model rasional teknis dan disesuaikan dengan fungsi dari anggaran.

Untuk anggaran Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang dialokasikan untuk


sektor kesehatan akan lebih tepat memang dihitung secara detil melalui

kebutuhan perkapita dan dilakukan survei National Health Account/Province

Health Account/ District Health Account. Dari hasil tersebut dapat dibuat

perkiraan persentase yang harus dialokasikan untuk sektor kesehatan. Model

pembagian alokasi anggaran di internal Kemenkes/ Dinas Kesehatan akan lebih

tepat jika dihitung secara detil berdasarkan analisis situasi permasalahan

kesehatan yang terjadi dan berapa kebutuhan anggaran untuk unit/bidang.

Model pembagian alokasi anggaran kesehatan yang ditansfer ke Daerah akan

lebih tepat jika menggunakan formula yang memenuhi prinsip-prinsip equity,

equality dan adequacy.2 Adanya formula anggaran ini dapat mengurangi

intervensi politik dari berbagai pihak. Mengapa anggaran untuk rumah sakit yang

pembagiannya sudah menggunakan formula masih menjadi ajang konflik dan

perebutan kekuasaan DPR? Analisis yang dilakukan oleh penulis karena formula
anggaran untuk program rumah sakit terlalu rumit dan sulit dipahami pihak luar.

DPR kemungkinan besar berasumsi bahwa formula anggaran yang telah dibuat

untuk rumah sakit yang digulirkan melalui dana tugas pembantuan hanya

merupakan trik Kemenkes dalam mendapatkan alokasi anggaran. Hal tersebut

menyebabkan DPR tidak mau melihat dan mempelajari pentingnya formula yang

dibuat, justru mereka menganggap formula tersebut “mengada-ada”. Menurut

Moore, formula anggaran yang baik adalah simpel, tidak rumit, mudah

dimengerti, mudah dilakukan perubahan dan pengembangan. Dengan demikian

dapat menjadi alat advokasi kepada DPR, karena justifikasi mudah diterima dan

rasional.15

Rekomendasi untuk pengambil kebijakan di sektor kesehatan meliputi:

1. Penguatan terhadap peraturan dalam proses penganggaran dan


peningkatan kemampuan advokasi dan melakukan pendekatan baik

kepada Kemenkeu dan DPR (Pusat), TAPD dan DPRD (Daerah).

2. Pembuatan formula anggaran, karena formula merupakan suatu alat

untuk mengurangi terjadinya politik anggaran. Formula anggaran

sebaiknya tidak terlalu rumit dan memenuhi prinsip-prinsip equity, equality

serta adequacy sehingga mudah diterima oleh DPR.

3. Pembuatan formula anggaran harus didukung dengan kebijakan agar

dapat dipatuhi oleh seluruh jajaran kesehatan.

Kesimpulan

Politik dalam proses penganggaran terjadi pada saat penetapan pagu

indikatif, sementara dan definitif, adapun aktor yang paling berperan adalah

DPR/DPRD. Politik dalam alokasi anggaran terjadi karena ketidakpatuhan


pembuat kebijakan dalam peraturan yang telah dibuatnya serta belum adanya

formula dalam membagi anggaran kesehatan yang lebih berkeadilan.

BAB III PENUTUP

A.

KESIMPULAN

1. Politik dalam arti kepentingan umum adalah suatu rangkaian azas prinsip. keadaan serta jalan, cara
dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau suatu keadaan yang kita kehendaki
disertai dengan jalan, cara dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai tujuan yang kita inginkan.

2. Politik memiliki pengaruh begitu besar terhadap kebijakan dan pengembangan di bidang kesehatan 3.
Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan derajat kesehatan masyarakat dalam
satu wilayah melalui sebuah sistem ketatanegaraan yang dianut dalam sebuah wilayah atau negara 4.
Politik kesehatan atau kebijakan kesehatan memang akhirnya ditentukan oleh keputusan politik. Kahu
kehidupan politik di suatu Daerah tidak sehat, jangan harap kesehatan masyarakat di daerah itu akan
diurus

dengan sehat pula. Politik yang sakit akan membiarkan rakyatnya sakit.

5. Kemiskinan ternyata ikut memperkeruh persoalan kesehatan

B. SARAN

Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami mohon kritik maupun saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi kesempurnaan kedepannya.
Daftar Pustaka

1. Undang-Undang N0 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. 2. Herawati DMD. Kebijakan Transfer


Anggaran Belanja Departemen

Kesehatan dan Penyusunan Formula Anggaran. Program Doktor Ilmu

Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah

Mada. 2011.

3. Creswell JW. editor. Research Design: Qualitative, Quantitaive and Mixed

Methods Approach.Third ed. California. SAGE Publications Inc, 2009.

4. Denzin NK, Lincoln YS. Qualitative Research. Pustaka Pelajar, 2009. 5. Herawati DMD. Intervensi Politik
Dalam Proses Penganggaran

Departemen Kesehatan 2006-2007. JMPK. 2008; Vol 11 (04): 173-178.

6. Biro Perencanaan Kemenkes. Kebijakan Perencanaan Program


Kesehatan. Bandung, 2013.

7. Litbangkes Kemenkes. Evaluasi dana Dekonsentrasi Anak. Jakarta, 2013.

8. Peraturan Menteri Kesehatan No 55 tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis

Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan Tahun Anggaran

2013.

9. Kingdon JW. Agendas, Alternatives and Public Policies, 2nd edn. New

York: Harper Collins. 1995.

10. Rafei UM. Health Politics, Menjangkau yang Tidak Terjangkau, Health

and Hospital Indonesia. 2007

11. Kani A, Herawati DMD, Trsinantoro L. Evaluasi Perencanaan dan

Penganggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi

Sumatera Barat. JMPK. 2012; Vol 15 (3): 131-139.


12. Buse K, Mays N, Walt G, Making Health Policy, Understanding Public

Health. London School of Hygiene Tropical Medicine. 2005.

13. Norton A, Nelson D. What’s Behind The Budget? Politics, Rights and

Accountability in the Budget Process. Overseas Development Institute.

2002.

14. Stone D. Policy Paradox, The Art of Political Decision Making. 2002.

15. Moore P. Allocation Formula In Budgeting. Encyclopedia of Public

Administration and Public Policy. 2003.

Anda mungkin juga menyukai