Anda di halaman 1dari 10

Artikel

Penerapan Social Ecological Model


Untuk Perubahan Perilaku Konsumsi Masyarakat
di Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi Nusa Tenggara Timur

Tugas Matakuliah Intervensi Gizi

OLEH :
NORBERTUS R. RATRIGIS

Dosen Pengampu:
DR. Stefanus P. Manongga, M.Si

PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
2019

1
Penerapan Social Ecological Model
Untuk Perubahan Perilaku Konsumsi Masyarakat
di Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi Nusa Tenggara Timur

Norbertus R. Ratrigis
norerodrigo@gmail.com

Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Program Pascasarjana Universita Nusa Cendana Kupang

Abstrak
Latar Belakang: Perilaku konsumsi masyarakat adalah perilaku individu atau kelompok
dalam memilih, membeli, mengolah dan mengkonsumsi makanan untuk memenuhi
kebutuhan makanan yang bergizi, berimbang dan aman. Perilaku konsumsi merupakan hasil
akhir interaksi berbagai faktor untuk memilih dan mengkonsumsi makanan tertentu.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mnenerapkan Social Ecological Model untuk perubahan
perilaku konsumsi masyarakat..
Metode: Melalui kajian pustaka dan literatur penelitian yang berkaitan dengan perilaku
konsumsi masyarakat.
Hasil: Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat antara lain pengetahuan,
sikap terhadap gizi, faktor budaya konsumsi alcohol, pengolahan makanan tidak sehat,
produksi sayur dan buah tidak tersedia sepanjang tahun, akses terhadap produk alcohol local
mudah dan murah, sosialisasi tentang regulasi produksi, distribusi dan konsumsi alcohol
belum optimal, program makanan/ snack local belum optimal, pengawasan terhadap produk
makanan dan minuman di pasar belum optimal.
Simpulan: Rekomendasi Model Social Ekologi untuk perubahan perilaku konsumsi
masyarakat yang semestinya dilakukan secara komprehensif antara lain pada htingkat hulu
adalah penyuluhan PUGS dan pelatihan pengolahan makanan sehat ditingkat keluarga; pada
tingkat hilir antara lain penyebarluasan informasi gizi dan kesehatan melalui media sosial/
elektronik lainnya dan media cetak, dukungan dari gereja, sekolah dan kelompok masyarakat
untuk mempraktekan konsumsi dan pengolahan makanan sehat, kebijakan daerah tentang
konsumsi makanan local/ snack local, Kebijakan tentang Produksi, Distribusi dan Konsumsi
Alkohol dan Pemantauan makanan dan minuman yang beredar di pasar.untuk mendukung
konsumsi pangan yang bergizi, berimbang dan aman.
Keyword: perilaku konsumsi pangan, konsumsi pangan, social ecological model

PENDAHULUAN manusia (SDM) berkualitas digambarkan


sebagai manusia sehat yang cerdas,
Pangan merupakan kebutuhan produktif dan mandiri.
dasar manusia yang paling utama dan Konsumsi pangan menurut Badan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak Ketahanan Pangan 2018 adalah sejumlah
azasi manusia yang dijamin negara. makanan dan minuman yang dikonsumsi
Pemenuhan kebutuhan pangan juga terkait seseorang, kelompok, atau penduduk
dengan upaya peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
kesehatan masyarakat sehingga diperoleh Konsumsi pangan merupakan hasil akhir
sumberdaya manusia Indonesia yang dari interaksi berbagai factor yang
mempunyai daya saing tangguh dan mempengaruhi perilaku seseorang,
unggul sebagai bangsa. Sumber daya kelompok atau penduduk mengambil

2
keputusan untuk memilih, mengolah dan kali/ hari adalah 40,1%, dengan proporsi
menyiapkan bahan pangan menjadi terendah di NTT sebesar 26,5%.
makanan untuk dikonsumsi. Perilaku Sedangkan proporsi masyarakat konsumsi
seseorang, kelompok atau penduduk dalam minuman mengandung tinggi gula ≥1
melakukan sebuah tindakan untuk memilih kali/hr, secara nasional 61,27% dan
makanan sangat dipengaruhi oleh intensi Propinsi NTT 53,60%; 2). Proporsi
atau niat internal (individu) atau eksternal masyarakat konsumsi makanan tinggi
(lingkungan). Randal dan Sanjur (1981) garam ≥1 kali/ hr secara nasional 29,7%
menyatakan bahwa perilaku seseorang dan di NTT sebesar 7%; 3) Proporsi
dalam melakukan konsumsi makanan masyarakat konsumsi makanan kolesterol,
sangat tergantung terhadap preferensi berlemak secara nasional ≥1 kali/ hr sebear
orang tersebut terhadap makanan yang 41,7% dan di NTT 10,3%; 4) Konsumsi
akan dikonsumsi, yang dipengaruhi antara sayuran dan buah ≥5 porsi/ hr secara
lain oleh: pertama, karakteristik individu nasional hanya 4,6% dan di NTT 7,6%
seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, dan; 5) Proporsi masyarakat konsumsi
pendapatan, pengetahuan gizi, minuman beralkohol secara nasional 3,3%
keterampilan memasak, dan tingkat dan di NTT merupakan kedua tertinggi
kesehatan. Kedua, karakteristik makanan yakni 15,6%.
(rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, Dari hasil riset menunjukan bahwa
bentuk, bumbu, dan kombinasi makanan). permasalahan perilaku konsumsi yang
Ketiga, karakteristik lingkungan (musim, berisiko di Propinsi Nusa Tenggara Timur
pekerjaan, mobilitas, perpindahan adalah antara lain konsumsi sayur dan
penduduk, jumlah rumah tangga, dan buah yang rendah, konsumsi proporsi
tingkat sosial di masyarakat). Perilaku alkohol yang tinggi, konsumsi makanan/
konsumsi pangan sendiri menggambarkan minuman tinggi gula dan makanan yang
perilaku seseorang atau kelompok dibakar. Kabupaten Timor Tengah Utara
mengkonsumsi makanan tertentu. merupakan salah satu kabupaten yang ada
Menurut Elizabeth dan Sanjur di Propinsi Nusa Tenggara, sehingga
(1981) yang diacu dalam Suhardjo (1989), mengalami masalah saying sama. Bertolak
ada tiga faktor utama yang mempengaruhi dari permasalahan tersebut menimbulkan
konsumsi pangan yaitu karakteristik pertanyaan bagi peneliti, apa penyebab
individu, karakteristik pangan, dan perilaku konsumsi yang salah tersebut?
karakteristik lingkungan. Menurut Bagimana model intervensi untuk
Suryana, penganekaragaman konsumsi mengatasi perilaku konsumsi masyarakat
pangan dan gizi dipengaruhi oleh banyak yang salah khususnya di Kabupaten Timor
faktor, antara lain: (a) faktor yang bersifat Tengah Utara?
internal (individual), seperti pendapatan, Penyebab perilaku konsumsi
preferensi, keyakinan (budaya dan religi), masyarakat bersifat multifactorial sehingga
serta pengetahuan gizi, maupun (b) faktor upaya perubahan perilaku konsumsi
eksternal seperti faktor agro-ekologi, masyarakat pun idealnya dilakukan secara
produksi, ketersediaan dan distribusi, komprehensif untuk mengatasi setiap
anekaragam pangan, serta promosi/iklan. faktor penyebab. Artikel ini akan
Kondisi perilaku konsumsi menjelaskan penyebab dan upaya secara
masyarakat Indonesia berdasarkan hasil komprehensif melalui pendekatan Social
Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukan ecological model, dengan asumsi dasarnya
perilaku masyarakat konsusmi makanan adalah bahwa perilaku kesehatan
beresiko, konsumsi buah dan sayur serta dipengaruhi interaksi berbagai factor
minuman beralkohol antara lain; 1). secara antara lain; a). faktor hilir, didalamnya
nasional proporsi masyarakat adalah faktor intrapersonal dan
mengkonsumsi makanan tinggi gula ≥1 interpersonal; b) Faktor Hulu, yang

3
meliputi faktor institusi, faktor komunitas komprehensif di bidang kesehatan
dan kebijakan publik. masyarakat, yang tidak hanya ditujukan
untuk melihat faktor risiko pada individu,
SITUASI PERILAKU KONSUMSI tetapi juga aspek norma, kepercayaan dan
MASYARAKAT DI INDONESIA sistem sosial ekonomi (CDC, 2002).
Hasil Riskedas 2018 Prinsip dari pendekatan ini: 1) perilaku
menggambarakan perilaku konsumsi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
masyarakat antara lain makanan/ minuma kondisi yang bersifat multi level
beresiko, konsumsi sayuran dan buah serta (bertingkat); 2) membentuk perilaku dan
minuman beralkohol. hasil dari riset perilaku yang dibentuk oleh lingkungan
tersebut antara lain: 1). secara nasional sosial yang menunjukkan hubungan kausal
proporsi masyarakat mengkonsumsi bersifat timbal balik (reciprocal
makanan tinggi gula ≥1 kali/ hari adalah causation).
40,1%, dengan proporsi terendah di NTT Social ecological model
sebesar 26,5%. Sedangkan proporsi menekankan interaksi antara dan saling
masyarakat konsumsi minuman ketergantungan dari berbagai faktor di
mengandung tinggi gula ≥1 kali/hr, secara dalam dan antar level yang mempengaruhi
nasional 61,27% dan Propinsi NTT perilaku, dan memperhatikan bahwa
53,60%; 2). Proporsi masyarakat konsumsi sebagian besar tantangan di bidang
makanan tinggi garam ≥1 kali/ hr secara kesehatan masyarakat terlalu kompleks
nasional 29,7% dan di NTT sebesar 7%; 3) untuk dipahami dengan single-level
Proporsi masyarakat konsumsi makanan analysis (Stokols, 1996). Dalam analisis
kolesterol, berlemak secara nasional ≥1 ini kebutuhan bahwa perilaku individu/
kali/ hr sebear 41,7% dan di NTT 10,3%; keluarga tidak dipandang sebagai bagian
4) Konsumsi sayuran dan buah ≥5 porsi/ hr yang terpisah dari suatu unit sosial yang
secara nasional hanya 4,6% dan di NTT lebih besar di mana mereka tinggal,
7,6% dan; 5) Proporsi masyarakat mencerminkan kebutuhan untuk
konsumsi minuman beralkohol secara menciptakan kondisi lingkungan yang
nasional 3,3% dan di NTT merupakan mendukung dan meningkatkan perubahan
kedua tertinggi yakni 15,6%. perilaku yang berkelanjutan (Townsend &
Dari hasil tersebut hasil riset diatas Foster, 2002).
dapat masalah utama Propinsi Nusa Kaitannya dengan perilaku
Tenggara Timur adalah konsumsi sayur konsumsi masyarakat, Social ecological
dan buah yang rendah, proporsi konsumsi model berfokus pada pengaruh lingkungan
alkohol yang tinggi, konsumsi makanan/ terhadap perilaku konsumsi. Jika
minuman tinggi gula dan makanan yang menggunakan pendekatan hulu dan hilir,
dibakar. hulunya merupakan kebijakan, peran
organisasi dan community sedangkan
hilirnya adalah keluarga. Sehingga faktor
SOCIAL ECOLOGICAL MODEL yang mepengaruhi perilaku konsusmi
PERILAKU KONSUMSI masyarakat pada setipa level atau
MASYARAKAT tingkatan seperti pada gambar 1.
Social ecological model of
behavior merupakn pendekatan

4
Gambar. 1 Social Ecological Model Perilaku Konsumsi Masyarakat

Faktor Policy/ Enabling Environment:


- Regulasi tentang Pangan
- Kebijakan Tentang Diversifikasi Pangan
- Pedoman Gizi Seimbang
- Regulasi Tentang Konsumsi Alkohol
- Regulasi label dan BTP produk makanan
- Pegembangan industry pangan local
- Regulasi tentang promosi/ iklan makanan

Level Comumnity:
Faktor Organizational: - FaktorBudaya/ adat tentang konsumsi
- Akses terhadap infokes alcohol.
- Faktor agama dalam lingkungan sekitar
- Produksi alkohol
- Gaya hidup masyarakat sekitar
- Produksi sayuran dan buah - Akses terhadap alcohol dan makanan
- Produksi dan distribusi makanan olahan
olahan - Harga alkoho yang terjangkau

Perilaku
Konsumsi
Masyarakat

Faktor Hilir
. - Pengetahuan tentang PUGS
- Pendapatan Keluarga
- Sikap dan stigma terhadap makanan
(alcohol, makanan yang dibakar/
panggang)
- Kesukaan pada makanan olahan
tertentu tertentu

5
Dari gambar diatas dapat konsumsi pangan meliputi akses makanan
dijelaskan pada pembahasan berikut ini dilingkungan sekitar (sekolah/ tempat
bahwa perilaku konsumsi konsumsi sayur kerja), akses makanan yang terjangkau,
dan buah yang rendah, proporsi konsumsi gaya hidup masyarakat sekitar, agama dan
alkohol yang tinggi, konsumsi makanan/ budaya masyarakat sekitar.
minuman tinggi gula dan tingginya Dalam kaitannya dengan
konsumsi makanan yang dibakar dibakar permasalahan yang dihadapi di NTT
antara lain sebagaimana dalam khususnya di Kabupaten Timor Tengah
pembahasan berikut ini. Utara faktor community yang berperan
mendorong perilaku konsumsi yang tidak
Faktor Internal sehat antara lain FaktorBudaya/ adat
Perilaku keluarga dalam tentang konsumsi alcohol, gaya hidup
mengambil keputusan apa saja yang masyarakat yang suka mengkonsumsi
dikonsumsi juga dipengaruhi lingkungan alcohol dan harga yang murah, akses
terdekat individu antara lain termasuk terhadap makanan tinngi gula dan
teman, teman sebaya, rekan kerja, jaringan kesukaan masyarakat akan makanan yang
keagamaan, kebiasaan atau tradisi. Tradisi dibakar.
umumnya yang ada pada masyarakat Penelitian Hardiansyah (2007),
adanya budaya pamali (pantang makanan mengungkapkan bahwa pada level
tertentu pada marga/ fam tertentu) Hal ini community faktor yang mempegaruhi
didukung oleh penelitian Kusharto, dkk keragaman konsumsi adalah harga jual
(2012) yang menunjukan bahwa makanan dilingkungan sekitar dan
pengetahun, pendidikan dan pendapatan ketersedian pangan dipasaran.
berpengaruh terhadap perilaku
pengeluaran pangan dan non pangan Faktor Organizational
ditingkat keluarga. Organisasi yang terkait dalam
Penelitian Ansar (2013) juga perilaku konsumsi pangan meliput akses
menunjukan peningkatan pengetahuan terhadap sumber informasi kesehatan,
dalam pemanfaatan sumber makanan local media/ iklan kesehatan, pengecer produk
meningkatkan penganekaragaman dan pangan, koperasi sembako, operasi pasar
pemilihan makanan untuk dikonsumsi. oleh Depot Logistik (Dolog), jumlah
Selain itu Penelitian Siska Afiliati (2018), produk dan jalur distribusi pangan.
secara individu pengetahun dan sikap ibu Penelitian Hardiansyah (2007),
terkait gizi dan kesehatan berpengaruh mengungkapkan bahwa pada level
terhadap pola konsumsi rumah tangga. organizational, faktor yang mempegaruhi
Penelitian Hardiansyah (2007) juga keragaman konsumsi adalah harga jual
menunjukan pada level intrepersonal dan ketersedian pangan dipasaran.
karakteristik lama yakni waktu yang Dalam kaitannya dengan
dibutuhkan dalam meyiapkan makanan permasalahan perilaku konsumsi di NTT
mempengaruhi pemilihan makanan untuk khususnya TTU, faktor produksi sayuran
dikonsumsi. dan buah yang tidak tersedia sepanjang
tahun, ketersedian alcohol baik produk
Faktor Community local dan pabrikan serta harga produk
Perilaku konsumsi pangan juga alcohol local yang terjangkau, serta
dikaitkan hubungan antara organisasi, kurangnya penyebarluasan informasi
lembaga, dan jaringan informasi dalam kesehatan tentang pedoman gizi seimbang
batas-batas yang tepat, termasuk dan pengolhan makanan yang sehat turut
lingkungan binaan (misalnya taman), berperan dalam meningkatkan perilaku
asosiasi desa, tokoh masyarakat, bisnis, makanan tidak sehat atau berisiko.
dan transportasi. Kaitannya dalam perilaku

6
bahan tambahan pangan, standarisasi
Faktor Kebijkan (Policy) produk alcohol dan makanan olahan, serta
Termasuk didalamnya adalah kebijakan produksi dan distribusi makanan
produk hukum dan kebijakan lokal, olahan.
nasional dan global, termasuk kebijakan
mengenai alokasi sumber daya untuk Kerangka Intervensi Penerapan Social
kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak Ecological Model Untuk Perubahan
dan akses ke layanan kesehatan. Dalam Perilaku Konsumsi Masyarakat
kaitannya dengan perilaku konsumsi
pangan, faktor yang mempengaruhi Berdasarkan uraian diatas, berikut
meliputi regulasi tentang pangan, kerangka penerapan Social Ecological
kebijakan diversifikasi pangan, regulasi Model Untuk Perubahan Perilaku
tentang konsumsi alcohol, penggunaan Konsumsi, seperti pada gambar 2.

Gambar 2. Penerapan Model Social Ecological Model Untuk Perubahan Perilaku Konsumsi

FAKTOR HULU

- Kebijakan minuman beralkohol, label


makanan dan bahan tambahan pangan.
- Kebijakan Pemanfaatan makanan local.
- Kebijakan program diversifikasi pangan

- Penyebarluasan
infromasi gizi dan - Adanya program
kesehatan melalui Policy/Enabling Promkes
media cetak, media Environment berkesinambungan.
sosial, media cetak - Adanya Program
bagi masyarakat. Organizational Pelatihan Makanan
- Pembentukan Sehat.
kelompok peduli gizi di
masyarakt. Community

Interperson
al

Perilaku
Konsusmi
Masyarakat

FAKTOR HULU
- Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap Gizi dan Kesehatan.
- Peningkatan pengetahuan
teknologi pangan.
- Pemanfaatan Pekarangan
untuk pemenuhan gizi
keluarga.

7
Berdasarkan kerangka intervensi penjelasan rekomendasi kegiatan seperti
penerapan Social Ecological Model untuk pada tabel 1.berikut.
perubahan konsumsi masyarakat,

Tabel 1 Kerangka Intervensi Perubahan Perilaku Konsumsi Pangan


Faktor Indikator Perubahan Bentuk Intervensi Ket
Internal - Keluarga mampu identifikasi 1. Penyuluhan tentang
dan mengkonsumsi makanan Pedoman Gizi Seimbang.
sehat. 2. Praktek Pengolahan
- Keluarga mengutamakan Makanan Sehat
mengkonsumsi makanan yang 3. Pemanfaatan pekarangan
diolah sendiri. untuk diversifikasi pangan
- Keluarga mempraktekan cara
mengolah makanan yang
sehat.
- Keluarga mampu memilih
makanan yang sehat dan
murah.
- Keluarga bisa mempraktekan
diversifikasi pangan.
Community - Dukungan masyarakat untuk - Penyebarluasan informasi
mempraktekan konsumsi gizi dan kesehatan melalui
makanan sehat. media cetak, media sosial
- Penyajian makanan sehat saat dan media elektronik
upacara adat dan keagamaan. lainnya.
- Dukungan masyarakat dalam - Pelatihan Pengolahan
praktek pengolahan makanan makanan sehat.
yang sehat.
Organizational - Adanya program penyuluhan - Penyebarluasan informasi
dan deseminasi informasi gizi gizi dan kesehatan melalui
dan kesehatn. media cetak, media sosial
- Adanya program pelatihan dan media elektronik
pengolahan makanan sehat. lainnya.
- Adanya program pemanfaatan - Pelatihan Pengolahan
pekarangan untuk peningkatan makanan sehat.
diversifikasi pangan. - Pemanfaatan Program
Pemanfaatan Pekarangan

Policy - Adanya regulasi tentang - Sosialisasi tentang regulasi


produksi, distribusi dan produk alcohol dan BTP.
konsumsi alcohol. - Sosialisasi tentang
- Adanya Program Makanan program makanan local
local, snack local disetiap - Sosialisasi tentang
kegiatan pemerintahan, program diversifikasi
keagamaan dan lainnya. pangan
- Adanya Program Peningkatan
Diversifikasi Pangan.
- Adanya Pengawasan produk
makanan yang beredar
dimasyarakat/ pasar.

SIMPULAN adalah konsumsi sayur dan buah yang


Perilaku konsumsi pangan yang rendah, proporsi konsumsi alkohol yang
menjadi permasalahan di Propinsi NTT tinggi, konsumsi makanan/ minuman
khususnya Kabupaten Timor Tengah Utara tinggi gula dan tingginya konsumsi

8
makanan yang dibakar. Terdapat banyak Upaya-upaya yang dapat dilakukan
faktor yang mempengaruhi perilaku pada setiap level untuk perubahan perilaku
konsumsi pangan antara lain pendapatan konsumsi pangan antara lain penyuluhan
keluarga, pengetahuan gizi dan kesehatan PUGS dan pelatihan pengolahan makanan
keluarga, praktek pengolahan makanan sehat ditingkat keluarga, penyebarluasan
yang tidak sehat, kesukaan akan makanan informasi gizi dan kesehatan melalui
tertentu, kebiasaan/ budaya konsumsi media sosial/ elektronik lainnya dan media
alcohol pada upacara adat, kebiasaan cetak, dukungan dari gereja, sekolah dan
pengolahan makanan tidak sehat pada kelompok masyarakat untuk
upacara adat, akses terhadap makanan mempraktekan konsumsi dan pengolahan
olahan/ instan yang makin mudah produksi makanan sehat, kebijakan daerah tentang
sayur dan buah yang tidak tersedia konsumsi makanan local/ snack local,
sepanjang tahun, tersedianya alcohol local Kebijakan tentang Produksi, Distribusi dan
yang terjangkau, tidak adanya pengawasan Konsumsi Alkohol dan Pemantauan
terhadap produk alcohol local, makanan dan minuman yang beredar di
pemanfaatan pekarangan untuk pasar.
pemenuhan diversifikasi makanan
keluarga.

DAFTAR PUSTAKA ______________________. 2017. Statistik


Ketahanan pangan.
Ansar. 2013. Analisa Perubahan Perilaku Kementerian Pertanian:
Konsumtif Wanita Tani Jakarta
Melalui Program Gerakan
Percepatan Clara M. Kusharto, dkk. 2012. Intervensi
Penganekaragaman Dengan Penerapan Konsep
Konsumsi Pangan Berbasis Millennium Eco-Village Dan
Sumber daya Lokal di Perubahan Perilaku
Kabupaten Barru. Akses Konsumsi Pangan Rumah
Online: Tangga Di Desa Petir,
Kecamatan Dramaga,
http://download.garuda.ristek Kabupaten Bogor. FEMA-
dikti.go.id/article.php?article IPB. Akses Online:
=1016431&val=15452&title= http://download.garuda.ristek
Analisis%20Perubahan%20P dikti.go.id/article.php?article
erilaku%20Konsumtif%20W =84520&val=199&title=INT
anita%20Tani%20Melalui%2 ERVENSI%20DENGAN%2
0Program%20Gerakan%20pe 0PENERAPAN%20KONSE
rcepatan%20Penganekaragam P%20MILLENNIUM%20EC
an%20Konsumsi%20Pangan O-
%20P2KP%20Berbasis%20S VILLAGE%20DAN%20PER
umber%20Data%20Lokal UBAHAN%20PERILAKU%
20KONSUMSI%20PANGA
Badan Ketahanan Pangan. 2018. Direktori
N%20RUMAH%20TANGG
Perkembangan Konsumsi
A%20DI%20DESA%20PETI
Pangan. Kementerian
R%20KECAMATAN%20D
Pertanian: Jakarta
RAMAGA%20KABUPATE
N%20BOGOR

9
Cox dan Aderson. 2005. Pemilihan Models and Mechanisms Public Health.
Makanan dalam: Gizi Social Ecological Model.
Kesehatan Masyarakat. Akses Online:
Penerbit Buku Kedokteran https://courses.lumenlearning.
EGC: Jakarta com/suny-buffalo-
environmentalhealth/chapter/
Dewan Ketahanan Pangan RI. 2015. multilevel-interventions-are-
Kebijakan Strategis Pangan for-behavior-change/
dan Gizi.
Reynolds, Klep dan Yaroch. 2005. Strategi
Ermawati T dan Sarana J. DETERMINAN Gizi Kesehatan Masyarakat
PERILAKU KONSUMSI Untuk Intervensi Tingkat
PANGAN MASYARAKAT Ekologis: dalam Gizi
DI DAERAH ISTIMEWA Kesehatan Masyarakat.
YOGYAKARTA (DIY) Penerbit Buku Kedokteran
DAN NUSA TENGGARA EGC: Jakarta
TIMUR (NTT). Pusat
Penelitian Ekonomi LIPI. Siska Alfiati. 2018. Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pola
Hardinsyah. 2007. Review Faktor Konsumsi Pangan Rumah
Determinan Keragaman Tangga.
Konsumsi Pangan. Jurnal
Pangan dan Gizi 2 (2). Akses Suci Apriani dan Yayuk F. Baliwati. 2011.
Online Portal Garuda. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
Kementerian Keuangan RI. 2013. konsumsi pangan sumber
LAPORAN AKHIR karbohidrat di perdesaan dan
ANALISIS DINAMIKA perkotaan. Sumber: Portal
KONSUMSI PANGAN Garuda.
MASYARAKAT
INDONESIA. Kementerian UNCEF. 2009. Modul Social Ecological
Keuangan: Jakarta Model. Akses Online:
https://www.unicef.org/earlyc
Lulut Ratna, dkk. 2014. Meningkatkan hildhood/files/Module_1_-
Perilaku Konsumsi Jajanan _MNCHN_C4D_Guide.docx
Sehat Pada Anak Sekolah
Melalui Media Audio Visual. Yossi Eriawati. 2019. Analisis faktor-
Portal Garuda faktor yang mempengaruhi
konsumsi pangan di
indonesia. Sumber: Portal
Garuda

10

Anda mungkin juga menyukai