Anda di halaman 1dari 4

Ujian Tengah Semester

Kesehatan Perkotaan
Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin
TA 2022/2023
15 April 2023

Dosen Penanggung Jawab MK : Dr. Ajeng Tias Endarti, SKM., M.CommHealth


Tim Dosen : 1. Dietta Nurrika, Ph.D
2. Dewi Ratna Sari, SKM., M.Si.

Petunjuk pengisian:
1. Jawablah soal dibawah ini secara mandiri dan menggunakan rujukan dari referensi,
artikel, dll (jika diperlukan).
2. Setiap mahasiswa diperbolehkan berdiskusi dengan mahasiswa lainnya.
3. Jawaban dituliskan di file ini.
4. UTS dikumpulkan paling lambat tanggal 6 Mei 2023 via LMS.

Identitas Mahasiswa:
Nama Mahasiswa : Rizky Alberta Selyredyo Rini
NIM : 1076221013

Pertanyaan:
Dr. Ajeng Tias Endarti, SKM., M.CommHealth
1. Jelaskan 3 isu utama masalah kesehatan perkotaan dan bagaimana upaya mengatasi
dan mengendalikan masalah tersebut?
Jawab:
 Fenomena urbanisasi atau perpindahan masyarakat dari daerah pedesaan ke kota yang
menyebabkan meledaknya populasi penduduk dan tentunya berdampak pula
padakesehatan
 Polusi yang memperburuk kualitas udara di daerah perkotaan.
 Pengelolaan limbah cair untuk penyelesaian masalah sanitasi

Ketiga Isu itu dapat diatasi dan di kendalikan dengan:


1. Mengurangi urbanisasi, meningkatkan dan pemerataan pembangunan di
bidang sosial ekonomi dan Kesehatan.
2. Menggunakan transportasi umum, reuse dan recycle, menanam pohon
3. Peningkatan peran sistem komunal. Sanitasi komunal atau Sanimas. “Prinsip
dasar dalam pengembangan pengelolaan limbah cair adalah menuju kepada
penggantian secara gradual sistem onsite individual menuju kepada sistem
komunal dan skala kota. Sistem komunal (kawasan tertentu) yang terintegrasi
dengan skala kota adalah tujuan akhir
(Setyobudi, Dra. Titien,Media Litbangkes Vol.i no.01/1991, Prospek
pengembangan upaya kesehata di Perkotaan, Surabaya)
https://kependudukan.brin.go.id/seputar-kegiatan-ppk/isu-sanitasi-problem-
kehidupan-masyarakat-perkotaan-yang-belum-tuntas/
https://www.kompas.com/sains/read/2021/08/24/163000823/10-cara-mengurangi-
polusi-udara?page=all
2. Jelaskan karakteristik utama masyarakat perkotaan dan bagaimana karekteristik
tersebut berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat perkotaan?
Jawab:
Karakteristik masyarakat perkotaan
 Pola interaksi berdasarkan kepentingan pekerjaan
 Modern
 Individualis
 Paham teknologi
 Berorientasi terhadap masa depan
Merujuk pada karakteristik masyarakat perkotaan yang hanya berinteraksi terhadap
kepentingan pekerjaan hal tersebut semakin membuat masyarakt perkotaan individual
dan hal ini erat kaitannya terhadap terjadinya penyakit tidak menular yang tinggi di
masyarakat kota, akan tetapi karena masyarakat kota adalah masyarakat yang paham
teknologi dan sangat berorientasi terhadap masa depan hal tersebut menyebabkan
tingginya angka kehidupan mereka dikarenakan ingin selalu dapat memberikan yang
terbaik untuk diri sendiri.
(Dra Titin Setyabudi, MS. Puslitbang Pelayanan Kesehatan Surabaya)

3. Jelaskan satu perilaku masyarakat perkotaan yang paling penting diintervensi untuk
menurunkan kejadian penyakit tidak menular di perkotaan!
Jawab:
Perilaku masyarakat perkotaan yang paling penting di intervensi adalah gaya hidup.
Hal ini sangat penting dan sangat banyak pengaruhnya seperti kebiasaan merokok, pla
makan yang tidak sehat, minim aktivitas, dan konsumsi minuman alcohol. Dari gaya
hidup yang masih bisa dihindari ini maka akan menurunkan angka kesakitan pada
penyakit tidak menular.

(Dra Titin Setyabudi, MS. Puslitbang Pelayanan Kesehatan Surabaya)

(semua jawaban harus dilengkapi dengan referensi)

Dietta Nurrika, Ph.D


1. Sebutkan dan jelaskan lima tahap transisi nutrisi!
Jawab:
Tahap 1 “hunter gatherer”
Gaya hidup sangat aktif, berburu dan mencari makan. Makanan kaya akan serat dan
tinggi protein
dari hewan liar tanpa lemak. Pola makan cukup beragam dan seimbang dan mereka
yang mencapai
usia 20 tahun atau lebih memiliki postur tubuh yang tinggi.
• Tahap 2 “famine”/pertanian awal
Kelaparan biasa terjadi, memperlambat pertumbuhan individu dan menurunkan lemak
tubuh. Pola
makan cukup sederhana, dengan variasi makanan minimal dan mengalami periode
kekurangan
makanan yang ekstrim. Para ahli berhipotesis tahap ini terkait stres gizi dan
penurunan tinggi badan
(sekitar 4 inci) dari periode hunter gatherer. Selama dekade terakhir, kelaparan
terutama di Sub
Sahara Afrika, Asia Selatan, Korea Utara, dan pengungsi serta kelompok migran.
Bahkan saat kita
memasuki “receding famine” (Tahap 3) dan bahkan tahap 4, penting untuk dicatat
bahwa kelaparan
dapat terjadi, terkait dengan konflik (misalnya, Kosovo, Yaman) atau bencana alam
(India, Afrika SubSahara, kekeringan atau banjir) yang mungkin menjadi lebih sering
dan lebih lama dengan perubahan
iklim.
• Tahap 3 “receding famine”
Kelaparan berkurang saat pendapatan meningkat dan gizi membaik. Daerah-daerah
menghadapi
double burden of malnutrition (atau triple burden of malnutrition) atau penurunan
pertumbuhan
yang lambat dan terus-menerus pada stunting. Tahap ini konsumsi buah-buahan,
sayuran, dan
protein hewani meningkat, dan makanan pokok bertepung menjadi kurang penting
dalam diet.
Banyak peradaban sebelumnya membuat kemajuan besar dalam mengurangi
kelaparan dan
kelaparan kronis, perubahan ini menyebar luas dan berdampak nyata pada pola
makan.
• Tahap 4 Nutrition-related noncommunicable diseases (NR-NCDs)
Pendapatan meningkat, memiliki akses ke banyak makanan berkalori tinggi, dan
menjadi kurang
aktif (sedentary life), menyebabkan peningkatan obesitas dan penyakit kronis terkait
obesitas,
seperti diabetes dan jantung penyakit.
• Tahap 5 perubahan perilaku Peningkatan obesitas dan penyakit kronis terkait
obesitas, individu mengubah perilakunya dan komunitas mempromosikan perubahan
perilaku untuk mencegah kondisi ini. Konsumsi makanan beralih ke makanan utuh
dan diproses secara minimal yang menyerupai asupan diet pada tahap 1 dengan porsi
makanan dan nutrisi nabati yang lebih tinggi (misalnya, buah-buahan, sayuran,
kacang-kacangan, dan karbohidrat kompleks lainnya serta asupan makanan olahan,
daging, dan ultra-processed foods (UPFs) yang lebih rendah. Sebagian besar low- dan
middle-income countries dengan cepat beralih dari tahap 3 (receding famine) ke tahap
4 (Nutrition-related noncommunicable diseases; mengonsumsi lebih banyak makanan
padat energi). Pergeseran dari diet tradisional ke Western-style diets menjadi
kontributor utama masalah gizi terutama epidemi obesitas di low- dan middle-income
countries .

Dewi Ratna Sari, SKM., M.Si.


1. Dalam pelaksanaan Keselamatan Kesehatan Kerja dibutuhkan komitmen dan integrasi
pentahelix (pemerintah, swasta, akademisi, profesi, dsb). Berikan pendapat dan upaya
serta solusi yang bisa dilakukan oleh setiap variable pentahelix tersebut untuk
pelaksanaan K3 terutama di sektor informal.
Jawab:
Upaya dalam pelaksanaan K3 dalam variabel pentahelix dalam sektor informal yaitu
pemerintah harus membuat peraturan serta sanksi tentang Keselamatan dan kesehatan
kerja, peraturan ini dapat di terapkan oleh sektor perusahaan BUMN atau perusahaan
Swasa, karena untuk menerapkan peraturan K3 meminimalisir resiko terjadinya
kecelakaan kerja di tempat kerja.

Anda mungkin juga menyukai