Anda di halaman 1dari 3

Ujian Tengah Semester

Kesehatan Perkotaan
Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin
TA 2022/2023
15 April 2023

Dosen Penanggung Jawab MK : Dr. Ajeng Tias Endarti, SKM., M.CommHealth


Tim Dosen : 1. Dietta Nurrika, Ph.D
2. Dewi Ratna Sari, SKM., M.Si.

Petunjuk pengisian:
1. Jawablah soal dibawah ini secara mandiri dan menggunakan rujukan dari referensi, artikel,
dll (jika diperlukan).
2. Setiap mahasiswa diperbolehkan berdiskusi dengan mahasiswa lainnya.
3. Jawaban dituliskan di file ini.
4. UTS dikumpulkan paling lambat tanggal 6 Mei 2023 via LMS.

Identitas Mahasiswa:
Nama Mahasiswa : NADILA APRILIA S
NIM : 1076221005

Pertanyaan:
Dr. Ajeng Tias Endarti, SKM., M.CommHealth
1. Jelaskan 3 isu utama masalah kesehatan perkotaan dan bagaimana upaya mengatasi dan
mengendalikan masalah tersebut?
Jawab:
1. Isu masalah kesehatan perkotaan yaitu penyakit yang disebabkan karena kemiskinan
(Tuberkulosis,ISPA, Kekurangan Gizi)
2. Isu masalah kesehatan perkotaan yaitu penyakit yang disebabkan karenalingkungan
yang tidak sehat (Cardiovaskuler,neoplastik,sakit jiwa dan kecelakaan)
3. Penyakit sebagai akibat keadaan psiko-sosial yang tidak stabil (kecanduan
Alkohol,Narkotika, Penyakit kelamin, kejahatan dan kekerasan)

Ketiga Isu itu dapat diatasi dan di kendalikan dengan:


1. Mengurangi urbanisasi, meningkatkan tingkat sosial ekonomi perkotaan, dan
redistribusi penduduk melalui transmigrasi.
2. Peningkatan kemampuan dan kemampuan komunikatif manajer pengelolaan di
bidang kesehatan, agar mudah terwujudnya keterlibatan lintas sektoral.
3. Peningkatan kesadaran dan perilaku masyarakat merupakan daya ungkit besar
terhadap perbaikan lingkungan hidup
4. Perlu ada pengembangan hukum
5. Perlu adanya peningkatan upaya pemerintah dalam penyediaan sarana pemukiman
yang layak.
6. Perlu dkembangkan pola elayanan kesehatan diberbagai tingkat dan bentuk/type
7. Sarana pelayanan kesehatan yang baik (mutu dan efisiensi) pada setiap tingkat
dapat menyebabkan pola rjukan berjalan baik.

(Setyobudi, Dra. Titien,Media Litbangkes Vol.i no.01/1991, Prospek pengembangan


upaya kesehata di Perkotaan, Surabaya)
2. Jelaskan karakteristik utama masyarakat perkotaan dan bagaimana karekteristik tersbut
berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat perkotaan?
Jawab:

3. Jelaskan satu perilaku masyarakat perkotaan yang paling penting diintervensi untuk
menurunkan kejadian penyakit tidak menular di perkotaan!
Jawab:
Perilaku masyarakat perkotaan yang paling penting di intervensi adalah pergaulan bebas,
pergaulan bebas dapat mengakibatkan penyakit tertular seperti HIV atau ADIS karena
penggunaan Narkotika dan perilaku seks bebas.
Penyakit ini dapat di di cegah dari pola asuh orang tua terhadap pengawasan anak-anak, dan
dapat promosi kesehatan pada remaja tentang penyakit akibat pergaulan bebas yang di
selenggarakan oleh pemerintah.

(semua jawaban harus dilengkapi dengan referensi)

Dietta Nurrika, Ph.D


1. Sebutkan dan jelaskan lima tahap transisi nutrisi!
Jawab:
Tahap 1 “hunter gatherer”
Gaya hidup sangat aktif, berburu dan mencari makan. Makanan kaya akan serat dan tinggi
protein
dari hewan liar tanpa lemak. Pola makan cukup beragam dan seimbang dan mereka yang
mencapai
usia 20 tahun atau lebih memiliki postur tubuh yang tinggi.
• Tahap 2 “famine”/pertanian awal
Kelaparan biasa terjadi, memperlambat pertumbuhan individu dan menurunkan lemak
tubuh. Pola
makan cukup sederhana, dengan variasi makanan minimal dan mengalami periode
kekurangan
makanan yang ekstrim. Para ahli berhipotesis tahap ini terkait stres gizi dan penurunan
tinggi badan
(sekitar 4 inci) dari periode hunter gatherer. Selama dekade terakhir, kelaparan terutama di
Sub
Sahara Afrika, Asia Selatan, Korea Utara, dan pengungsi serta kelompok migran. Bahkan saat
kita
memasuki “receding famine” (Tahap 3) dan bahkan tahap 4, penting untuk dicatat bahwa
kelaparan
dapat terjadi, terkait dengan konflik (misalnya, Kosovo, Yaman) atau bencana alam (India,
Afrika SubSahara, kekeringan atau banjir) yang mungkin menjadi lebih sering dan lebih lama
dengan perubahan
iklim.
• Tahap 3 “receding famine”
Kelaparan berkurang saat pendapatan meningkat dan gizi membaik. Daerah-daerah
menghadapi
double burden of malnutrition (atau triple burden of malnutrition) atau penurunan
pertumbuhan
yang lambat dan terus-menerus pada stunting. Tahap ini konsumsi buah-buahan, sayuran,
dan
protein hewani meningkat, dan makanan pokok bertepung menjadi kurang penting dalam
diet.
Banyak peradaban sebelumnya membuat kemajuan besar dalam mengurangi kelaparan dan
kelaparan kronis, perubahan ini menyebar luas dan berdampak nyata pada pola makan.
• Tahap 4 Nutrition-related noncommunicable diseases (NR-NCDs)
Pendapatan meningkat, memiliki akses ke banyak makanan berkalori tinggi, dan menjadi
kurang
aktif (sedentary life), menyebabkan peningkatan obesitas dan penyakit kronis terkait
obesitas,
seperti diabetes dan jantung penyakit.
• Tahap 5 perubahan perilaku Peningkatan obesitas dan penyakit kronis terkait obesitas,
individu mengubah perilakunya dan komunitas mempromosikan perubahan perilaku untuk
mencegah kondisi ini. Konsumsi makanan beralih ke makanan utuh dan diproses secara
minimal yang menyerupai asupan diet pada tahap 1 dengan porsi makanan dan nutrisi
nabati yang lebih tinggi (misalnya, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan karbohidrat
kompleks lainnya serta asupan makanan olahan, daging, dan ultra-processed foods (UPFs)
yang lebih rendah. Sebagian besar low- dan middle-income countries dengan cepat beralih
dari tahap 3 (receding famine) ke tahap 4 (Nutrition-related noncommunicable diseases;
mengonsumsi lebih banyak makanan padat energi). Pergeseran dari diet tradisional ke
Western-style diets menjadi kontributor utama masalah gizi terutama epidemi obesitas di
low- dan middle-income countries .

Dewi Ratna Sari, SKM., M.Si.


1. Dalam pelaksanaan Keselamatan Kesehatan Kerja dibutuhkan komitmen dan integrasi
pentahelix (pemerintah, swasta, akademisi, profesi, dsb). Berikan pendapat dan upaya serta
solusi yang bisa dilakukan oleh setiap variable pentahelix tersebut untuk pelaksanaan K3
terutama di sektor informal.
Jawab:
Upaya dalam pelaksanaan K3 dalam variabel pentahelix dalam sektor informal yaitu
pemerintah harus membuat peraturan serta sanksi tentang Keselamatan dan kesehatan
kerja, peraturan ini dapat di terapkan oleh sektor perusahaan BUMN atau perusahaan
Swasa, karena untuk menerapkan peraturan K3 meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan
kerja di tempat kerja.

Anda mungkin juga menyukai