Anda di halaman 1dari 40

Sesi-7

MATA KULIAH
Manajemen Kebijakan Kesehatan
POKOK BAHASAN
Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Desa Bidang Kesehatan

Brian Sri Prahastuti


REVIEW SESI-5&6
Output pembelajaran yang diharapkan:
S1: Di akhir sesi, karyasiswa mampu menjelaskan regulasi yang mengatur tatakelola
pemerintah daerah serta pengaruhnya pada layanan kesehatan

Tatap Muka: 100 menit (25 Maret 2023)


Pembelajaran Mandiri:
1. Tugas Tertulis-1: Metamorfasa Sistem Kesehatan Nasional (Essay)
2. Tugas Baca-2:
• UU N0 6/2014 Desa
• PMK No 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
• Permendes No 7/2021 ttg prioritas penggunaan dana desa 2022
TATA TERTIB
a) Undangan kuliah virtual menggunakan zoom dikirimkan melalui WAG
b) Peserta menggunakan identitas: Nama_NIM
c) Peserta menyalakan tombol on pada video untuk foto bersama sesaat sebelum kuliah ditutup sebagai bukti kehadiran
d) Peserta mengisi absensi mulai pada 15’ menit pertama perkuliahan dan absensi usai hingga 15’ setelah perkuliahan
e) Pada saat dosen/presentan memberikan materi maka yang lain muted
f) Jika ada pertanyaan tuliskan pada Q&A kemudian raise hand, kecuali jika dosen memberi kesempatan untuk bertanya langsung maka mic posisi
unmute
g) Jika ada kendala (suara dosen tidak jelas, terlalu cepat dll) tuliskan pada chatroom atau kemukakan langsung agar segera diberi respon
h) Dinyatakan HADIR jika ada saat foto awal dan foto akhir. Jika terlambat masuk atau meninggalkan ruang virtual sebelum waktu, agar memberikan
memberitahu mll chatroom dan backup di WAG
i) Meningatkan bahwa kehadiran minimal 75% adalah prasyarat mutlak kelulusan
j) Tugas Tertulis upload di LMS sesuai due date, size tidak besar, sampaikan dalam bentuk format bukan PDF, dengan format penamaan file:
• Kelas_MK_kelompok_judul (misalnya: S22019_kel1_SKN)
• Kelas_MK_nama_judul (misalnya: S22019_bsriprahastuti_sistem informasi kesehatan)
k) Ketua Kelas agar membantu dosen agar a-h bisa terpenuhi
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
POKOK BAHASAN
Sesi 7
PB: Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Desa Bidang Kesehatan
SPB 7.1. Kewenangan Desa dalam Pelaksanaan Pemerintahan
SPB 7.2. Pengelolaan Dana Desa dan Prioritas Pembangunan
SPB 7.3. Pembangunan Bidang Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Sesi-7 (100 menit)
A. PAPARAN
• Kewenangan Desa dalam Pelaksanaan Pemerintahan
• Pengelolaan Dana Desa dan Prioritas Pembangunan Desa
• Pembangunan Bidang Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

B. TUGAS BACA
• PP No. 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa
• PP No. 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua jo PP No. 47 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
• PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa (dicabut)
KEWENANGAN DESA DALAM PELAKSANAAN PEMERINTAHAN
KEWENANGAN DESA DALAM TATAKELOLA
PEMERINTAHAN
Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pula,
kewenangan desa terbagi menjadi empat jenis yakni kewenangan
berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berskala desa, kewenangan
penugasan, dan kewenangan lain yang ditugaskan.

• Kewenangan berdasarkan hak asal usul adalah hak yang merupakan warisan
yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa sesuai
dengan perkembangan kehidupan masyarakat.

• Kewenangan lokal berskala desa adalah kewenangan untuk mengatur dan


mengurus kepentingan masyarakat Desa yang telah dijalankan atau mampu dan
efektif dijalankan oleh Desa atau yang muncul karena perkembangan Desa dan
prakarsa masyarakat Desa.
RUANG LINGKUP KEWENANGAN DESA
• Jenis kewenangan meliputi kewenangan terikat dan kewenangan
bebas.

• Sumber-sumber kewenangan, antara lain: atribusi, delegasi dan


mandat.

• Menurut Pasal 26 ayat (1) UU 6/2014 Kepala Desa


bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa.
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA-1
• Dalam penjelasan UU No. 6/2014, penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan asas rekognisi dan subsidiaritas
sehingga memberikan kewenangan skala desa dan pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan
masyarakat desa.
• Undang-Undang Desa menjamin kemandirian desa dan pergeseran peran desa dari objek menjadi subjek pembangunan.
• Prinsip desentralisasi dan residualitas yang berlaku pada paradigma lama melalui Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004, digantikan oleh prinsip rekognisi dan subsidiaritas. Kedua prinsip ini memberikan mandat sekaligus
kewenangan terbatas dan strategis kepada desa untuk mengatur serta mengurus urusan desa itu sendiri.
• Melalui kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa, desa diharapkan menjadi
pelaku aktif dalam pembangunan dengan memperhatikan dan mengapresiasi keunikan serta kebutuhan pada
lingkup masing-masing.
• Desa kini tidak lagi menjadi sub pemerintahan kabupaten melainkan berubah menjadi pemerintahan masyarakat.
• Desa dalam kerangka UU Desa adalah kesatuan antara pemerintahan desa dan masyarakat yang terejawantah sebagai
masyarakat pemerintahan (self governing community) sekaligus pemerintahan lokal desa (local self government).
• Anggapan bahwa desa semata direpresentasikan oleh kepala desa (Kades) dan perangkat masih kuat bercokol. Hal ini
berimplikasi minimnya ruang partisipasi yang dibuka untuk masyarakat agar dapat berperan dalam pembangunan
desa. Sebaliknya, masyarakat masih bersikap tidak peduli atas ruang “menjadi subjek” yang sebenarnya telah terbuka
luas.
PELAKSANAAN PEMERINTAHAN DESA-2
• Penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh pemerintah
desa.
• Karena dekatnya arena, secara normatif masyarakat desa dapat
menyentuh langsung serta berpartisipasi dalam proses pemerintahan
dan pembangunan di tingkat desa.
• Penyelenggaraan pemerintahan desa lebih mengedepankan
pendekatan rekognisi, fasilitasi, dan emansipasi guna menjamin
efektifitas penyelenggaraan pemerintahan desa.
• Pemerintah desa memberikan pengakuan terhadap
kelembagaan, partisipasi, dan proses-proses
pemberdayaan yang sudah ada di masyarakat.
• Rekognisi dilakukan dengan cara mendayagunakan
kelembagaan ataupun asosiasi kewargaan yang sudah ada
untuk diakui dan didukung sebagai peningkatan
pemenuhan pelayanan publik.
• Emansipasi dari bawah dan dari dalam, dengan
mendorong desa untuk melibatkan masyarakat secara aktif
dalam perencanaan dan penganggaran guna mewujudkan
pelayanan publik yang berkualitas.
• Di samping itu, pemerintah desa memfasilitasi dan
mengakomodasi kebutuhan masyarakat terutama dalam
pelayanan dasar dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat sesuai dengan kewenangannnya.
• Penyelenggaraan pemerintahan desa harus dilandasi
dengan semangat menciptakan Good Governance.
• Ada tiga pilar governance, yaitu pemerintah, sektor
swasta, dan masyarakat.
PENGELOLAAN DANA DESA DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
PRINSIP PENGELOLAAN DANA DESA
• Transparan: Prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas luasnya tentang
APBD Desa
• Akuntabel: Mempertanggungjawabkan pengelolaan, pengendalian
sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
• Partisipatif: Pengelolaan keuangan desa harus memberikan ruang
seluas kuasnya kepada masyarakat untuk aktif terlibat dalam setiap
proses pengelolaan keuangan
• Tertib dan Disiplin Anggaran: APBD Desa harus dikelola secara tepat waktu
dan tepat guna yang didukung dengan bukti bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan serta berpedoman pada peraturan yang berlaku
DASAR HUKUM PENGELOLAAN KEUANGAN
DESA
• Asas umum keuangan desa diatur di dalam Bab VI Keuangan dan
Kekayaan Desa, Bagian Kesatu Keuangan Desa, Paragraf 1 Umum,
Pasal 90 sampai dengan pasal 94 Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
tahun 2014 tentang Desa.
• Asas-asas pengelolaan keuangan desa g diatur di dalam Bab II Asas
Pengelolaan Keuangan Desa, Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014
• Penyelenggaraan kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa didanai oleh APB Desa;
• Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala Desa selain didanai oleh APB Desa, juga dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan
belanja negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah;
• Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh Pemerintah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja Negara;
• Dana anggaran pendapatan dan belanja negara dialokasikan pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan
melalui satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota;
Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja
daerah;
• Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APB Desa;
Pencairan dana dalam rekening kas Desa ditandatangani oleh kepala Desa dan bendahara Desa;
• Pengelolaan keuangan Desa meliputi: (a). perencanaan; (b). pelaksanaan; (c). penatausahaan; (d). pelaporan; dan
(e). pertanggungjawaban.
• Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Desa;
• Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan Desa, kepala Desa menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat
Desa;
• Pengelolaan keuangan Desa dilaksanakan dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai
tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR
113 TAHUN 2014
a) Transparan
Keterbukaan, dalam arti segala kegiatan dan informasi terkait Pengelolaan
Keuangan Desa dan diketahui dan diawasi oleh pihak lain yang berwenang.
b) Akuntabel
Setiap tindakan atau kinerja Pemerintah/Lembaga dapat
dipertanggungjawapkan kepada pihak-pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan akan pertanggungjawaban.
c) Partisipatif
Setiap tindakan dilakukan dengan mengikutsertakan ketertiban masyarakat
baik secara langsung maupun tidak l;angsung melalui lembaga perwakilan
yang dapat menyalurkan aspirasi.
d) Tertib dan Disiplin Anggaran
Anggaran harus dilakukan secara konsisten dengan pencatan atas dasar
penggunaannya sesuai dengan peraturan pemerintah.
TANTANGAN PENGELOLAAN DANA DESA
• Dalam pengelolaan keuangan desa seringkali masalah yang
dihadapi adalah efektivitas dan efisiensi, prioritas, kebocoran dan
penyimpangan serta rendahnya profesionalisme.
• Pengelolaan keuangan yang baik berpengaruh signifikan
terhadap pengelolaan kepemerintahan desa.
PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA
Diarahkan untuk percepatan pencapaian tujuan SDGs Desa meliputi:
1. Pemulihan ekonomi nasional sesuai kewenangan Desa
• pendirian, pengembangan, dan peningkatan kapasitas pengelolaan BUM Desa/ BUM Desa Bersama;
• pengembangan usaha ekonomi produktif yang diutamakan dikelola oleh BUM Desa/BUM Desa Bersama; dan
• pengembangan Desa wisata.
2. Program prioritas nasional sesuai kewenangan Desa
• perbaikan dan konsolidasi data SDGs Desa dan pendataan perkembangan desa melalui IDM;
• ketahanan pangan nabati dan hewani;
• pencegahan dan penurunan stunting;
• peningkatan kualitas sumber daya manusia warga desa;
• peningkatan keterlibatan masyarakat secara menyeluruh dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa;
• perluasan akses layanan kesehatan;
• dana operasional pemerintah Desa (maksimal 3%);
• penanggulangan kemiskinan terutama kemiskinan ekstrem; dan
• BLT DD untuk mendukung penghapusan kemiskinan ekstrem.
3. Mitigasi dan penanganan bencana alam dan nonalam sesuai kewenangan Desa
PRIORITAS 2023-1
• Sesuai arahan Presiden Joko Widodo dalam Silaturahmi Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh
Indonesia (29/3/2022), pada tahun 2023 maksimal 3 persen dana desa dapat digunakan
untuk operasional pemerintah desa.
• Pada 2023, sebanyak-banyaknya 25 persen dana desa juga dapat digunakan untuk kegiatan
penanggulangan kemiskinan terutama kemiskinan ekstrem. Di antara berbagai kegiatan, juga
dapat berupa BLT Dana Desa.
• Dana desa juga sah digunakan untuk mitigasi dan penanganan bencana alam dan nonalam sesuai
kewenangan Desa. Bahkan, sesuai dengan Kepmendesa PDTT Nomor 71 Tahun 2021, musyawarah
desa dapat menggali dana talangan sebelum dana desa bisa digunakan, agar warga yang terkena
bencana segera tertangani.
• Untuk menjaga dana desa lebih lama beredar di dalam desa, sehingga meluaskan keuntungan
bagi warga sendiri, seluruh pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui swakelola. Bahkan,
diutamakan menggunakan pola Padat Karya Tunai Desa, dengan upah pekerja minimal 50 persen
dari dana kegiatan.
• Konsistensi dalam menjalankan Permendesa PDTT Nomor 8/2022 ini menjadi pondasi desa
dalam menghadapi kemungkinan resesi tahun 2023.
PRIORITAS 2023-1
• Dana desa juga diprioritaskan untuk meningkatkan keterlibatan
masyarakat secara menyeluruh dalam pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat, serta memperluas akses layanan kesehatan.
• Kegiatan dalam lingkup program prioritas nasional sesuai kewenangan
Desa:
• perbaikan dan konsolidasi data SDGs Desa, dan pendataan perkembangan
desa melalui Indeks Desa Membangun (IDM).
• ketahanan pangan nabati dan hewani, pencegahan dan penurunan stunting

• Peningkatan kualitas sumber daya manusia warga desa. termasuk


pengembangan perpustakaan desa yang berkualitas.
PEMBANGUNAN BIDANG KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
PEMBANGUNAN DESA
• Pembangunan merupakan salah satu cara yang dilakukan pemerintah
untuk mensejahterakan masyarakat.
• Pembangunan yang telah dirancang oleh pemerintah pusat maupun
daerah seharusnya sesuai dengan target dan sasaran dari pembangunan
yang dilakukan, namun kadang kala pembangunan yang dilakukan masih
salah sasaran sehingga banyak masyarakat yang belum bisa menikmati
pembangunan terutama masyarakat desa.
• Kemiskinan masih menjadi masalah utama yang menakutkan
di masyarakat desa khususnya.
• Dibandingkan dengan kemiskinan yang terjadi di kota, di desa masih
lebih banyak meskipun tingkat pengangguran di desa jauh lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat pengangguran di kota.
TANTANGAN PEMBANGUNAN DESA-1
1. Agenda Pembangunan yang kurang inklusi menyebabkan
kemiskinan dan eksklusi sosial.
• Kemiskinan merupakan masalah klasik yang sangat kompleks
dan multidimensional.
• Eksklusi Sosial merupakan konsep yang dipopulerkan oleh Lenoir (1974),
berhubungan dengan fenomena marjinalisasi yang terjadi pada
kelompok masyarakat dalam kehidupan bangsa Prancis (Syahra (2010)
dalam Fathy, 2019).
TANTANGAN PEMBANGUNAN DESA-2
2. Lapangan pekerjaan yang diciptakna oleh desa belum memadai
sehingga masih belum menanggulangi kemiskinan yang terjadi.
• Salah satu prioritas pembangunan yaitu membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam negara
kesatuan.
• Terbitnya undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang bertujuan
menciptakan desa yang mandiri dan memberdayakan masyarakat desa
secara optimal menurut potensi desa yang bersangkutan.
• Tujuan pemberian dana desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN) yaitu diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat.
• Artinya, bahwa dana desa yang berasal dari pusat tidak hanya diprioritaskan
untuk pembangunan infrastruktur desa tetapi juga diperuntukkan untuk
pemberdayaan masyakarat desa.
TANTANGAN PEMBANGUNAN DESA-3
REKOMENDASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA
1. Perencanaan penggunaan dana desa yang maksimal agar target
pembangunan desa dapat tercapai.
2. Peningkatan akses desa ke kota.
3. Pemberdayaan masyarakat.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN
Masalah Sektor Kesehatan di daerah-1
1. TATAKELOLA KESEHATAN
 Sistem regulasi yang ada tidak berfungsi maksimal untuk
melindungi masyarakat di sektor kesehatan:
 Masih banyak Praktik kesehatan tradisional dan alternatif yang tidak dapat
dipertanggung-jawabkan
 Pengawasan obat dan literasi masyarakat yang rendah
 Salon kecantikan dan pelangsingan tubuh yang tidak jelas manfaatnya
 Penjualan makanan dan minuman yang buruk
 Sistem Kesehatan Nasional menempatkan Upaya Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat sebagai 2 sub sistem hilir yang saling
mempengaruhi
KONSEKUENSI THD IMPLEMENTASI SKN DI DAERAH

Lampiran UU No. 23/2014: Tidak semua subsistem kesehatan nasional


di-konkurenkan
 4 subsistem wewenang daerah  desentralisasi
 4 subsistem di pusat  sentralisasi
Empat urusan kesehatan yang diserahkan kepada daerah:
1. Upaya Kesehatan:
a. Pengelolaan UKP Daerah Kab/Kota dan rujukan tingkat Daerah Kab/Kota
b. Pengelolaan UKM Daerah Kab/Kota dan rujukan tingkat Daerah Kab/Kota
c. Penerbitan izin RS Kelas C dan D dan fasilitas kesehatan tingkat daerah
2. Sumberdaya Manusia Kesehatan:
a. Penerbitan izin praktik dan izin kerja tenaga kesehatan
b. Perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan untuk UKM dan UKP daerah
3. Sediaan farmasi, alkes dan makanan minuman
a. Penerbitan izin apotek, toko obat, toko alat kesehatan dan optikal
b. Penerbitan izin usaha mikro obat tradisional (UMOT)
c. Penerbitan sertifikat produksi alat kesehatan kelas 1 (satu) tertentu dan
PKRT kelas 1 (satu) tertentu perusahaan rumah tangga
d. Penerbitan izin produksi makanan dan minuman pada industry rumah tangga
e. Pengawan post market produk makanan minuman industri rumah tangga
4. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui tokoh kabupaten/kota,
kelompok masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha tingkat
kabupaten/kota
Masalah Sektor Kesehatan di daerah-2
2. AKSES LAYANAN KESEHATAN TIDAK MERATA
 Sistem regulasi yang ada tidak berfungsi maksimal untuk
memberikan layanan yang adil:
 Tidak semua puskesmas mempunyai kapasitas mengelola 144 kasus sesuai PMK xxx
 Tidak semua puskesmas memiliki jenis dan jumlah tenaga kesehatan sesuai standard
(PMK xxx)
 Utilisasi Jaminan Kesehatan masih rendah terutama di daerah sulit dan tertinggal
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL
Sumber: Kemendagri (2015)
PP No 2 tahun 2018 ttg Standar Pelayanan
Minimal
• Kesehatan adalah salah satu urusan pemerintah konkuren yang wajib karena berkaitan
dengan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara (pelayanan
dasar). Sebagai urusan wajib artinya, kesehatan adalah hak setiap warga negara,
dimana Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi setidaknya layanan kesehatan yang
paling minimal.
• PP No 2 tahun 2018 tentang SPM pada pasal 2 ayat 1 menjelaskan bahwa SPM
Kesehatan terdiri atas SPM Kesehatan Daerah Provinsi dan SPM Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota. Menurut perspektif pemerintahan, desa merupakan organisasi
pemeritahan yang paling kecil, paling bawah, paling depan dan paling dekat
dengan masyarakat.
• Desa tidak berkedudukan sebagai pemerintahan yang berada dalam sistem
pemerintahan kabupaten/kota sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 200 UU No. 32
Tahun 2004. Menurut UU No. 6 Tahun 2014, desa berkedudukan dalam wilayah
kabupaten/kota. Hal ini sebangun dengan keberadaan kabupaten/kota dalam
wilayah provinsi.
• PERTANYAAN KRITIS: Apa kewenangan desa dalam rangka memastikan warga desa
terpenuhi hak kesehatannya sesuai Standard Pelayanan Minimal ?
SPM-KESEHATAN

Pasal 2 ayat 3: Jenis g. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut;


pelayanan dasar pada SPM h. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;
Kesehatan terdiri atas: i. Pelayanan kesehatan penderita
diabetes melitus;
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil; j. Pelayanan kesehatan orang dengan
b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin; gangguan jiwa berat;
c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir; k. Pelayanan kesehatan orang terduga
tuberkulosis; dan
d. Pelayanan kesehatan balita;
e. Pelayanan kesehatan pada usia l. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko
terinfeksi virus yang melemahkan daya
pendidikan dasar;
tahan tubuh manusia (Human
f. Pelayanan kesehatan pada usia Immunodeficiency Virus)
produktif;
UPAYA KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT

FASILITAS/WAHANA VOLUNTARY HEALTH WORKER


• POSYANDU • KADER POSYANDU
• POSBINDU • KADER KB
• POS OBAT DESA • KADER
• POSKESTREN PEMBANGUNAN
MANUSIA
• SAKA BAKTI HUSADA
• KADER MALARIA
• POS PENYULUHAN KB
• KADER MTBS-M
Sesi-7
TUGAS BACA-3
Sesi-7
TUGAS INDIVIDU TERTULIS-2

Dasar Hukum Kebijakan Prioritas Pembangunan Desa


Menuju Desa Bebas Stunting (Essay)
Sesi-7

TUGAS KELOMPOK DISKUSI-1

Anda mungkin juga menyukai