PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelompok Remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Data
demografi menunjukkan bahwa remaja secara keseluruhan merupakan populasi
terbesar, sekitar seperlima penduduk di dunia adalah remaja dan sekitar 900 juta
berada di Negara berkembang, bahkan di wilayah Asia Pasifik dimana
penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja
(Soetjiningsih, 2004), sedangkan di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999)
kelompok remaja sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1%
remaja perempuan (Nancy, 2002).
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam berbagai hal, baik mental,
emosional, social dan fisik. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja
menyebabkan perubahan dalam perilaku konsumsi. Remaja yang masih dalam
proses mencari identitas diri, seringkali mudah tergiur oleh modernisasi dan
teknologi. Hal ini karena remaja paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya
hidup konsumtif, baik dalam kebutuhan primer maupun sekunder (Suharto).
Salah satu masalah yang sering ditemukan pada remaja, terutama remaja putri
adalah anemia defisiensi Fe. Hal ini sebagai akibat bahwa remaja putri setiap
bulan mengalami haid yang tidak diimbangi dengan asupan gizi yang cukup.
Anemia akan mengakibatkan sel-sel tuubuh kekurangan oksigen yang
mengakibatkan fungsi jaringan/organ tidak optimal termasuk otak (Guyton, 1999).
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 anemia 57,1 %
terjadi pada kelompok 10-14 tahun dan 48 % pada kelompok 15-44 tahun
(termasuk remaja). Di Jawa Barat dijelaskan bahwa prevalensi anemia gizi 71,5 %
terjadi pada wanita hamil, 69,5 % pada balita, sedangkan pada remaja sekitar 30
40 % (Dinkes Jabar, 2004). Di Kota Depok dilaporkan bahwa dari sepuluh
kelompok penyakit yang ditemukan di sekolah se Kota Depok pada SLTA/MA,
anemia merupakan penyakit tertinggi (44,5 %) namun demikian masalah ini
belum ditangani mengingat program penanganan masalah gizi masih terfokus
pada bayi, balita dan ibu hamil.
Anemia dipengaruhi dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan seharihari yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya.
Anemia dapat terjadi pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang
seperti pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat gizi yang
masuk sedikit. Secara umum, konsumsi makanan berkait dengan status gizi. Bila
makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik, maka status gizi juga
baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka dapat
menyebabkan kekurangan gizi. Selain itu, perilaku konsumsi makanan seseorang
dipengaruhi oleh faktor intrinsik, yaitu usia, jenis kelamin dan keyakinan, serta
faktor ekstrinsik, yaitu tingkat ekonomi, pendidikan, pengalaman, iklan, tempat
tinggal, lingkungan sosial dan kebudayaan (Suharto)
Kekurangan gizi pada akhirnya akan menurunkan kapasitas belajar pada anak dan
produktivitas kerja pada orang dewasa, atau menurunkan kualitas sumber daya
manusia (Depkes RI, 2005). Data dari Direktorat Kesehatan keluarga
menunjukkan bahwa 40% penyebab kematian ibu adalah perdarahan, dan telah
diketahui bahwa anwmia menjadi faktor resiko terjadinya perdarahan tersebut.
Haasil survei kesehatan nasional tahun 2001, prevalensi anemia pada ibu hamil
2
sebesar 42%. Jika dilihat dari siklusnya, ibu hamil yang menderita anemia dapat
diakibatkan karena anemia yang telah dideritanya sejak masih remaja. Sehingga
memerlukan upaya perbaikan sejak dini yang akan membawa dampak posistif
daripada intervensi yang dilakukan terlambat. Masalah kesehatan remaja secara
umum disebabkan oleh; kurang pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja
akibat kurangnya penyampaian informasi, kurang kepedulian orang tua,
masyarakat dan pemerintah terhadap kesehatan remaja serta belum optimalnya
pelayanan kesehatan remaja.
Kualitas remaja sebagai generasi penerus ditentukan oleh berbagai upaya yang
dilakukan agar masa remaja dapat dilewati dengan baik. Pemahaman yang baik
tentang
remaja
baik
dalam
upaya
pencegahan
maupun
dalam
upaya
merencanakan
dan
melakukan
upaya
pemecahannya
dengan
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Memberikan gambaran praktek asuhan keperawatan komunitas pada agregat
remaja putri dengan masalah risiko anemia melalui pendekatan model
community as partner di Kelurahan Pancoran Mas Depok.
2. Tujuan Khusus :
a. Menguraikan hasil pengkajian pada aggregate remaja putri dengan risiko
anemia di Kelurahan Pancoran Mas Depok.
b. Merumuskan masalah keperawatan pada aggregat remaja putri dengan
risiko anemia di Kelurahan Pancoran Mas Depok.
c. Mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada agregat remaja putri
dengan risiko anemia di Kelurahan Pancoran Mas Depok.
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: Bab I Pendahuluan yang berisikan
latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjuan teoritis yang
meliputi definisi aggregate, konsep Model Community as Partner dan anemia.
Bab III Pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan hasil penerapan Model
Community as Partner pada agregat remaja putri dengan risikoanemia di
Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana intervensi serta implementasi dan evaluasi. Bab IV
Pembahasan yang akan menjelaskan kesenjangan yang ditemukan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada agregat remaja putrid dengan risiko anemia
di Kelurahan Pancoran Mas serta pemecahan masalahnya. Bab V Penutup yang
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Penerapan model Commmunity as Partner dalam pengkajian populasi/aggregat
remaja dengan resiko anemia :
1. Inti Komunitas
a. Demografi dan Sejarah
Sejarah terbentuknya komunitas, sejarah
Agama, nilai dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga terkait nutrisi
meliputi pantangan makanan dan keyakinan pada makanan, warisan
budaya/pola kebiasaan, pengaruh modernisasi pada gaya hidup terutama
pola makan. Sumber dari remaja dengan metoda kuisioner.
2. Sub Sistem
a. Lingkungan fisik
Hal-hal yang dikaji meliputi keadaan atau kondisi rumah, kebersihan dan
pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pemenuhan nutrisi, adanya
warung atau toko tempat menjual makanan dan sayuran, adanya peternakan
atau kolam ikan untuk pemenuhan nutrisi. Sumber data dari orangtua dan
lingkungan dengan menggunakan metode Winshild Survey.
b. Pelayanan Sosial dan Kesehatan
1) Fasilitas pelayanan kesehatan baik didalam maupun diluar komuniti:
Rumah sakit
Catatan :
Dari kedua tempat pelayanan tersebut , aspek aspek / data data yang perlu
dikumpulkan adalah sebagai berikut :
c. Ekonomi
1) Karakteristik pendapatan keluarga / rumah tangga
2) Karakteristik pekerjaan
Sumber data dari responden melalui metode kuisioner.
d. Transportasi dan keamanan/keselamatan
Hal yang dikaji meliputi transportasi mencapai fasilitas kesehatan, kemudahan
mencapai akses kesehatan, kemudahan mendapat sumber makanan. Keamanan
makanan, akses terhadap bahan makanan. Sumber data dari responden, metode
yang digunakan adalah kuisioner dan Winshield Survey.
e. Politik dan Pemerintah
Apakah masyarakat terlibat dalam pembuatan keputusan dalam mengatasi
masalah, penyusunan program di masyarakat khususnya dalam penanganan
anemia pada remaja? Adakah bantuan dari pemerintah atau swasta dalam
mengatasi masalah anemia/masalah gizi contohnya program beras miskin.
Sumber data dari tokoh masyarakat dan Puskesmas melalui metode wawancara.
f. Komunikasi
Media komunikasi apa yang digunakan remaja dalam berkomunikasi dengan
keluarga dan teman sebayanya, pola komunikasi yang diterapkan. Sumber data
dari responden menggunakan metode kuisioner.
g. Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di wilayah, kegiatan penyuluhan bagi remaja terkait
masalah anemia. Sumber data dari remaja dan komunitas melalui metode
winshield survey dan kuisioner.
h. Rekreasi
Dimana tempat remaja berkumpul?
Apa saja bentuk rekreasi utama remaja?
Fasilitas untuk rekreasi apa yang anda lihat? Apakah bisa membantu dalam
pemenuhan nutrisi remaja?
Sumber data dari remaja dengan metode kuesioner dan melalui Winshield Survey.
3. Persepsi Penduduk
Bagaiamana persepsi masyarakat tentang anemia pada remaja ?
Bagaiamana persepsi remaja tentang anemia?
Masalah-masalah? (Tanyakan beberapa orang dari kelompok berbeda misalnya
tokoh masyarakat, kader kesehatan, tokoh formal, PKK dan ibu rumah
tangga ) tentang program penanggulangan masalah gizi yang dijalankan ,
hambatan, keuntungan dan kerugiannya.
JUMLAH
17
26
10
PERSENTASE
39,5%
60,5%
JUMLAH
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2008
43
100%
PEKERJAAN
Wiraswasta
Dagang
Buruh (Bangunan)
Buruh (Rumah Tangga)
Sopir
Karyawan Swasta
PNS
JUMLAH
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2008
JUMLAH
14
4
12
5
2
5
1
43
PERSENTASE
32,5%
9,3%
27,9%
11,6%
4,7%
11,6%
2,3%
100%
Analisa : Tabel diatas menunjukkan jenis pekerjaan terbanyak orang tua remaja yaitu
wiraswasta. Dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi pada penghasilan keluraga dalam
memenuhi kebutuhan keluarga terutama penyediaan bahan makanan yang bergizi.
b. Pola Nutrisi
Tabel 3. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan IMT (Indek Masa Tubuh) di
RW 13 dan 14 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok. Oktober 2008 (n=43)
NO
IMT
1
Kurang
2
Normal
3
Lebih
JUMLAH
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2008
11
JUMLAH
22
20
1
43
PERSENTASE
51,2%
46,5%
2,3%
100%
Analisa : Tabel diatas menunjukkan masih banyak remaja yang memiliki IMT yang
kurang yaitu sebesar (51,2%). Hal ini dapat disebabkan oleh pola makan dan asupan
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Kekurangan asupan makanan (zat
gizi) ini dapat menyebabkan meningkatnya risiko anemia pada remaja.
Tabel 4. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Pengetahuan Tentang Gizi di
RW 13 dan 14 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok. Oktober 2008 (n=43)
NO
PENGETAHUAN
1
Baik
2
Cukup
3
Kurang
JUMLAH
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2008
JUMLAH
23
16
4
43
PERSENTASE
53,4%
37,2%
9,3%
100%
Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang gizi sudah
baik sebesar 53,4%. Tetapi masih ada pengetahuan remaja yang masih kurang 9,3%.
Pengetahuan remaja tentang gizi ini dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi.
Tabel 5. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Frekuensi Makan di RW 13
dan 14 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.
Oktober 2008 (n=43)
NO
1
2
3
4
FREKWENSI MAKAN
Satu Kali
Dua Kali
Tiga kali
Empat kali
JUMLAH
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2008
JUMLAH
1
12
27
3
43
PERSENTASE
2,3%
27,9%
62,8%
7%
100%
Analisa : Tabel diatas menunjukkan frekwensi makan remaja sudah baik yaitu 62,8%
sebanyak tiga kali. Tetapi masih ada remaja (2,3%) memiliki kebiasaan makan dalam
satu hari hanya satu kali. Hal ini akan mempengaruhi pada tidak terpenuhinya
kebutuhan nutrisi sehingga beresiko terjadinya anemia.
12
JUMLAH
14
29
43
PERSENTASE
32,6%
67,4%
100%
Analisa : Tabel diatas menunjukkan sebagian besar 67,4% remaja makan dengan jenis
makanan yang tidak lengkap. Walaupun dalam tabel 5 menunjukkan frekuensi makan
yang baik, remaja akan beresiko anemia apabila makanan yang dikonsumsi jenisnya
tidak lengkap, remaja lebih banyak makan sesuai dengan keinginan mereka, seperti
makan mie instan, bakso serta remaja kebanyakan tidak menyukai sayuran.
Tabel 7. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan Pagi di
RW 13 dan 14 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas Kota
Depok. Oktober 2008 (n=43)
NO
SARAPAN PAGI
1
Sarapan
2
Tidak Sarapan
JUMLAH
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2008
JUMLAH
32
11
43
PERSENTASE
74,4%
25,6%
100%
13
JUMLAH
3
5
3
11
PERSENTASE
27,3%
45,5%
27,3%
100%
Analisa : Tabel diatas menunjukkan masih ada remaja yang tidak memiliki kebiasaan
sarapan pagi yaitu sebesar (25,6%). Adapun yang menjadi alasan tidak sarapan pagi
kebanyakan karena malas dan yang lainnya karena takut gemuk serta tidak keburu.
Kebiasaan tidak sarapan pagi ini dapat menjadi factor resiko terjadinya anemia pada
remaja karena tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi. Hal ini akan berdampak pula
pada berkurangnya konsentrasi belajar saat di sekolah. Sarapan pagi merupakan salah
satu indikator dari keluarga sadar gizi. Selain itu, dalam Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS), sarapan pagi menjadi penting karena berkaitan dengan
produktivitas kerja. Bagi pelajar, sarapan pagi membantu konsentrasi belajar.
Tabel 9. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Makanan Yang Paling Tidak
Disukai di RW 13 dan 14 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok. Oktober 2008 (n=43)
NO
MAKANAN
1
Daging
2
Sayuran
3
Buah-buahan
JUMLAH
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2008
JUMLAH
14
27
2
43
PERSENTASE
32,6%
62,8%
4,7%
100%
Analisa : Tabel diatas menunjukkan sebagian besar remaja tidak menyukai sayuran
(62,8%). Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya anemia pada remaja, karena
kurangnya asupan nutrisi khususnya zat besi yang banyak terkandung dalam sayuran.
c. Pola Penyakit
Tabel 10. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Riwayat Pernah Sakit (6
Bulan Terakhir) di RW 13 dan 14 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan
Pancoran Mas Kota Depok. Oktober 2008 (n=43)
NO
PERNAH SAKIT
1
Ya
2
Tidak
JUMLAH
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2008
14
JUMLAH
13
30
43
PERSENTASE
30,2%
69,8%
100%
JUMLAH
13
18
2
43
PERSENTASE
30,2%
41,9%
4,7%
100%
Analisa : Tabel diatas memberikan gambaran bahwa banyak remaja yang telah
menunjukkan salah satu tanda anemia sebesar (41,9%). Hal ini meningkatkan resiko
terjadinya anemia pada remaja sehingga memerlukan perhatian untuk segera
ditangani.
Tabel 13. Distribusi frekwensi remaja Berdasarkan Suplemen Fe saat Menstruasi
di RW 13 dan 14 Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas
Kota Depok. Oktober 2008 (n=43)
NO
1
Ya
SUPLEMEN Fe
JUMLAH
0
15
PERSENTASE
Tidak
JUMLAH
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2008
43
43
100%
100%
DATA SUBSISTEM
LINGKUNGAN FISIK
Lingkungan perkampungan dekat dengan stasiun dengan dataran tinggi dan rendah
dengan jalan setapak yang terbuat dari semen. Lingkungan masih ada tanah lapang
dan pekarangan, sawah dan pemancingan. Tampak wilayah ada sumber yang bisa
dimanfaatkan untuk pemenuhan gizi masyarakat jika fungsinya dioptimalkan.
Wilayah kelurahan Pancoran Mas perkampungan yang tidak padat penduduk dengan
bentuk rumah petak dengan kondisi ventilasi yang kurang. Daerah terbuka terdapat
tempat olah raga sepak bola mini/bola voli dan terdapat empang yang tidak
dimanfaatkan serta didapatkan area hijau.
TRANSPORTASI
Transportasi yang digunakan dalam wilayah kelurahan Pancoran Mas dengan
menggunakan ojek/motor, becak dan kendaran umum, sedangkan untuk tujuan keluar
daerah dapat dengan mudah dijangkau karena dekat dengan stasiun kereta dan
terminal.
16
Terdapat praktek dokter yang biasa dimanfaatkan masyarakat apabila mereka sakit
selain ke Puskesmas Pancoran Mas yang jaraknya agak jauh. Belum ada kegiatan
masyarakat dalam rangka memperhatikan dan meningkatkan kesehatan remaja.
Data Fokus
Survei :
1.
IMT : 51,2% kurang
2.
Pengetahuan remaja
tentang gizi : 37,2%
cukup dan 9,3% masih
kurang
3.
Masalah
Risiko
gangguan
oksigenasi:
perfusi
jaringan pada kelompok
remaja putri di kelurahan
Pancoran Mas khususnya
di RW 13 dan 14
Pola makan
Frekuensi makan:
2,3 % satu kali
Kelengkapan jenis
makanan: 67,4% tidak
lengkap
Kebiasaan sarapan:
25,6% tidak sarapan
pagi
17
Kemungkinan Penyebab
1. Pola makan yang
tidak tepat
2. Asupan nutrisi
yang kurang
terutama zat besi
Suplemen Fe saat
menstruasi: 100% tidak
mengkonsumsi Fe saat
Menstruasi
Makanan yg tidak
disukai: 62,8% sayuran
4.
Pola penyakit
Gejala yg sering
dirasakan: 41,9% lemah,
letih, lesu dan 30,8%
pusing
C. PERENCANAAN
Tahap awal yang ditempuh dalam perencanaan program adalah melakukan
lokakarya mini dengan masyarakat, dimana hasil pengkajian dan analisis data
dipaparkan di masyarakat guna mendapat tanggapan dan usulan intervensi untuk
mengatasi masalah yang berasal dari masyarakat sendiri. Hal ini dilakukan supaya
masyarakat sadar akan permasalahan yang ada di wilayahnya dan tergugah untuk
mengatasinya secara mandiri oleh masyarakat.
a) Proses kelompok
Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang
dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau
sosial support berdasar kondisi dan kebutuhan masyarakat (Stanhope &
18
b) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif dan
preventif dengan melakukan penyebaran informasi dan meningkatkan motivasi
masyarakat untuk berperilaku sehat (Stanhope & Lancaster, 2004). Secara
19
c) Empowering
Empowering atau pemberdayaan adalah suatu kegiatan keperawatan
komunitas dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan
masalah yang ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek dalam
menyelesaikan masalah (Stanhope & Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber &
Thomas, 1999). Pemberdayaan adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan
kontrol dalam pengambilan keputusan pada level individual, keluarga,
komunitas dan masyarakat (Nies & McEwen, 2001). Perawat dapat
menggunakan
strategi
pemberdayaan
untuk
membantu
masyarakat
4. Partnership
Secara umum kemitraan didefinisikan oleh Departemen Kesehatan (2003)
sebagai hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat)
untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan
peran masing masing. Partnership atau kemitraan adalah suatu bentuk
kerjasama aktif antara perawat komunitas, masyarakat, maupun lintas sektor
dan program. Bentuk kegiatannya adalah kolaborasi, negosiasi dan sharing
dilakukan untuk saling menguntungkan (Stanhope & Lancaster, 2004;
Hitchock, Schuber & Thomas, 1999).
Selanjutnya strategi yang ditempuh disesuaikan dengan masalah dan intervensi
yang ditetapkan bersama masyarakat pada diagnosa keperawatan, berikut
uraiannya:
b. Pembentukan peer group yaitu kelompok remaja yang terdiri dari remaja
yang memiliki penyakit anemia maupun yang tidak memiliki penyakit anemia
namun berrisiko untuk mengalami anemia
c. Pelaksanaan
kegiatan
kelompok
remaja
dalam
upaya
peningkatan
3) Pemberdayaan Masyarakat
Strategi Intervensi :
Pemberdayaan Keluarga
a. Kunjungan rumah dalam rangka pengenalan fungsi peran keluarga dalam
pencegahan dan perawatan remaja dengan risiko anemia, peningkatan
pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat kesehatan remaja.
b. Menginformasikan mekanisme rujukan perawatan kesehatan remaja, fasilitas
pelayanan kesehatan yang tersedia yang dapat digunakan oleh keluarga.
23
4) Kemitraan
Strategi Intervensi :
Melakukan kerjasama lintas program dengan Puskesmas, Pokjakes dan Dinas
Kesehatan terkait pengadaan media penyuluhan tentang kesehatan remaja.
24
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA KELOMPOK REMAJA PUTRI DENGAN RISIKO ANEMIA DI RW 13 DAN RW 14
KELURAHAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK
No
1
Program
Proses
Kelompok
Pendidikan
Kesehatan
Kegiatan
Bentuk peer group
yg terdiri dari remaja
putri yang menderita
anemia maupun yang
berisiko anemia
Kegiatan kelompok
remaja
Tujuan kegiatan
Adanya kelompok dari-oleh- untukmasyarakat yang terdiri dari remaja
putri yang mengalami anemia
maupun yang beresiko mengalami
anemia sehingga dapat secara
mandiri mengatasi masalah yang
muncul pada populasi tersebut
Cara
Pelaksana
Hasil
Melibatkan
remaja Mahasisw dan 1. Terbentuknya satu
yang dengan sukarela kader
kelompok peer
menyediakan
diri
group di RW 13
menjadi
anggota
dan 14
kelompok
untuk
sharing
pengalaman
2. Terlaksananya
dan memotivasi peer
kegiatan kelompok
dalam mengatasi dan
sebanyak minimal
mencegah
masalah
2 x sebulan
anemia
Pembuatan
media Memberikan pemahaman kepada Metode dan teknik Mahasiswa
1. Tersedianya media
remaja dan masyarakat agar dapat penyuluhan yang dapat
pendidikan
pendidikan
pencegahan
dan digunakan
adalah
kesehatan dalam
kesehatan
tentang melakukan
perawatan
untuk
mencegah
anemia
ceramah,
tanya
jawab,
bentuk
leaflet,
anemia
pada
remaja
putri
dan
demontrasi
lembar
balik,
Penyebaran
media
tentang anemia
informasi: leaflet
2. Terlaksananya
Penyuluhan
kegiatan
kesehatan
ttg
penyuluhan
Pencegahan
dan
kesehatan
pada
penanganan anemia
remaja
dan
pada remaja
masyarakat
minimal
2
x
sebulan
PLAN OF ACTION
57
NO.
RENCANA KEGIATAN
TUJUAN
PJ
WAKTU
1.
Terbentuknya kelompok
sebagai bentuk
pemberdayaan
masyarakat sehingga
memiliki pengetahuan
dan keterampilan serta
dapat membantu
menangani masalah
risiko anemia pada
remaja putri yang ada di
wilayahnya
Nadira
Novenber 2008
2.
Terjadi peningkatan
pengetahuan peserta
tentang anemia
Nadira
3.
Tersebarnya leaflet
tentang pencegahan dan
perawatan anemia di
masyarakat
Nadira
4.
Terselesaikannya
masalah kesehatan di
keluarga binaan
Nadira
58
SUMBER
MEDIA
TEMPAT
DANA
Format POA
Wilayah RW 13
di Kel. Pncoran
Mas
Swadaya
masyarakat
Lembar balik,
leaflet
Tempat
Pelaksanaan di
RW 14
Mahasiswa
November
Desember 2008
Leaflet
Wilayah 13 dan
`14 di Kel.
Pancoran Mas
Mahasiswa
November
Desember 2008
Lembar balik,
leaflet,
Nursing kit,
ATK
Wilayah 13 dan
`14 di Kel.
Pancoran Mas
Mahasiswa
November 2008
= Rp 70.000,-
: 10 x Rp. 5000,-
= Rp. 50.000,-
b.ATK pertemuan
= Rp. 20.000,-
2. Pendidikan kesehatan
= Rp. 560.000,-
a. Pengadaan media
= Rp. 400.000,-
b. Snack penkes
b. ATK penkes
= Rp. 100.000,-
= Rp. 60.000,-
3. Pemberdayaan Masyarakat
= Rp. 500.000,-
a. ATK
= Rp. 200.000,-
= Rp. 300.000,-
4. Kemitraan
= Rp 250.000,-
Sosialisasi program
= Rp. 250.000,-
Total Biaya
38
= Rp.1.380.000,