Anda di halaman 1dari 129

PENGARUH TERAPI MINDFULNESS TERHADAP

INTERAKSI SOSIAL PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN


APLIKASI ANDROID SI-DESIS DI RUMAH SAKIT JIWA

Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2

Magister Ilmu Keperawatan

Cecilia Indri Kurniasari


NIM. 22020118410016

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
PENGARUH TERAPI MINDFULNESS TERHADAP
INTERAKSI SOSIAL PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN
APLIKASI ANDROID SI-DESIS DI RUMAH SAKIT JIWA

Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2

Magister Ilmu Keperawatan

Cecilia Indri Kurniasari


NIM. 22020118410016

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019

i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Nama : Cecilia Indri Kurniasari


Tempat/tanggal lahir : Semarang, 25 April 1992
Alamat Rumah : Perum. Bukit Permata Blok L12 Jalan Sultan Agung
Karet, Kelurahan Jurangombo Selatan, Kecamatan
Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah
No. Telp. : 085640162168
Email : cecilindri@gmail.com
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian saya yang berjudul
“Pengaruh Terapi Mindfulness terhadap Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia dengan
Aplikasi Android SI-DESIS di Rumah Sakit Jiwa” bebas dari plagiarism dan bukan
hasil karya orang lain.

Apabila di kemudian hari ditemukan sebagian atau seluruh bagian dari penelitian dan
karya ilmiah dari hasil-hasil penelitian tersebut terdapat indikasi plagiarism, saya
bersedia menerima sanksi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa unsur paksaan dari
siapapun.

Semarang, November 2019


Yang menyatakan

Cecilia Indri Kurniasari

iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama : Cecilia Indri Kurniasari
NIM : 22020118410016
Fakultas/Departemen : Kedokteran/ Keperawatan
Jenis : Tesis
Judul : Pengaruh Terapi Mindfulness terhadap Interaksi Sosial
Pasien Skizofrenia dengan Aplikasi Android SI-DESIS di
Rumah Sakit Jiwa
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:
1. Memberikan hak bebas royalty kepada Perpustakaan Jurusan Keperawatan
Undip atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,


mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), mendistribusikannya,
serta menampilkan dalam bentuk soft copy untuk kepentingan akademis kepada
Perpustakaan Departemen Keperawatan Undip, tanpa perlu meminta ijin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan


pihak Perpustakaan Departemen Keperawatan Undip dari semua bentuk
tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Semarang, November 2019
Yang Menyatakan

Cecilia Indri Kurniasari

v
HALAMAN RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Cecilia Indri Kurniasari
NIM : 22020118410016
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 25 April 1992
Alamat Rumah : Perum. Bukit Permata Blok L12 Jalan Sultan Agung
Karet, Kelurahan Jurangombo Selatan, Kecamatan
Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah
Nomor Telepon : +6285640162168
Alamat E-mail : cecilindri@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan
No. Tingkat Sekolah/Perguruan Tinggi Tahun Lulus
1. SD SD Negeri 01 Ungaran 2004
2. SMP SMP Negeri 01 Ungaran 2007
3. SMA SMA Negeri 01 Ungaran 2010
4. D3 Poltekkes Kemenkes Semarang 2013
5. S1 S1 Pendidikan Ners Universitas 2015
Airlangga
6. Profesi Ners Profesi Ners Universitas Airlangga 2016
7. S2 Magister Keperawatan Universitas 2018-sekarang
Diponegoro

C. Riwayat Pekerjaan
No. Tahun Tempat Pekerjaan Jabatan
1. 2011-2013 Keuskupan Agung Semarang Anggota Komisi
Hubungan Antar
Keagamaan (Kom
HAK)
2. 2013 Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Perawat Kamar
Semarang Operasi
3. Januari 2014-Januari PMI Kota Surabaya Tenaga Paramedis
2016 Sukarelawan
4. Februari-November Akper Notokusumo Yogyakarta Staf Pengajar
2016

vi
5. 2017 Rumah Sakit Harapan Magelang Perawat
6. September 2017- Klinik Santa Maria Magelang Perawat
September 2019

D. Riwayat Keluarga
Nama Orang tua
Ayah Victorianus M. Poedjiatmo
Ibu Yustina Murni Haryanti
Nama Saudara Kandung
Kakak Fitriani Dwi Astuti Saraswati
Adik Margaretha Indri Hapsari
Nama Suami Albertus Indra Febriawan

E. Pengalaman Pelatihan/Seminar/Workshop
No. Pelatihan/Seminar/Workshop Penyelenggara Tahun Status
1. Pelatihan Keterampilan Dasar Himpunan Perawat 2013 Peserta
Perawat Kamar Bedah Kamar Bedah
Indonesia
(HIPKABI) Jawa
Tengah
2. Talk Show Nasional dengan Fakultas 2013 Peserta
topik : RUU Keperawatan di Keperawatan
Mata Tiga Profesi Universitas
Airlangga
3. Peringatan Hari AIDS Sedunia Fakultas 2013 Panitia
dengan tema: Getting 3 Zero: Keperawatan
Zero New Infection, Zero Universitas
Discrimination, and Zero AIDS Airlangga
related Deaths
4. Dialog Ekonomi Kerakyatan PPKK Universitas 2014 Peserta
Nasional dalam Menyambut Airlangga
Komunitas Ekonomi ASEAN
dengan Dr. (Hon). Ir. H.M.
Hatta Rajasa
5. Character Building Class 2014 Fakultas 2014 Panitia
Keperawatan
Universitas
Airlangga

vii
6. Workshop Biostatistik, UP3 Fakultas 2018 Peserta
Metodologi Penelitian & Kedokteran Undip
Reference Manager
7. Seminar Keperawatan “Pekan Keperawatan Undip 2018 Peserta
Ilmiah Holistik”
8. Seminar Pengembangan Self Universitas 2018 Peserta
Management pada Pelayanan Diponegoro
Kesehatan
9. Seminar The Miracle of Nurses Universitas 2018 Peserta
IV : Psycosocial Nursing Muhammdiyah
management of Disaster Surakarta
Family
10. Seminar Keperawatan Keperawatan Undip 2018 Panitia
Mindfulness Spiritual Islam
11. Workshop Mindfulness Keperawatan Undip 2018 Panitia
Spiritual Islam
12. Workshop Publikasi Riset DPW PPNI Jawa 2019 Peserta
Keperawatan “Klinik Penulisan Tengah
Artikel Ilmiah Nasional dan
Publikasi melalui Open Journal
System (OJS)”
13. Seminar Nasional Keperawatan Departemen Ilmu 2019 Peserta
“Kolaborasi Pendidikan dan Keperawatan FK
Pelayanan Keperawatan di Era Undip
Revolusi Industri 4.0”
14. In House Training RSJD Dr. Amino 2019 Pembicara
Keperawatan “Mindfulness” Gondohutomo
dan Sosialisasi SI-DESIS dan Provinsi Jawa
SI-SIWATA Tengah
15. International Conference on PPNI, Stikep PPNI 2019 Oral
Healthcare Technology (ICHT) Jabar, Cheng Kung Presenter
University
16. International Conference on PPNI, Stikep PPNI 2019 Peserta
Healthcare Technology (ICHT) Jabar, Cheng Kung
University
17. International Immersion St. Paul University 2019 Peserta
Program in Nursing Education Philippines
18. Seminar Keperawatan Jiwa PPNI Lampung 2019 Peserta
IPKJI "Rekonstruksi Model &
Implementasi Pada Pelayanan

viii
Kesehatan Jiwa di Era Revolusi
Industri 4.0
19. Workshop Nasional PPNI Lampung 2019 Peserta
Keperawatan Jiwa IPKJI
"Rekonstruksi Model &
Implementasi Pada Pelayanan
Kesehatan Jiwa di Era Revolusi
Industri 4.0
20. Workshop Nasional Inovasi Keperawatan Undip 2019 Panitia
Spiritual dalam Pelayanan
Kesehatan
21. Seminar Nasional Inovasi Keperawatan Undip 2019 Panitia
Spiritual dalam Pelayanan
Kesehatan
22. Penerima Penghargaan Inovasi Keperawatan Undip 2019
Terbaik 4 dalam Pameran
Teknologi Inovasi Pelayanan
Keperawatan 2019

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas semua rahmat dan karunia yang diberikan Tuhan Ynag Mha Esa

sehingga proposal tesis yang berjudul “PENGARUH TERAPI MINDFULNESS

TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN

APLIKASI ANDROID SI-DESIS DI RUMAH SAKIT JIWA” ini dapat

terselesaikan. Proposal tesis keperawatan ini disusun sebagai persyaratan pelaksanaan

penelitian tesis magister keperawatan Program Studi Magister Keperawatan,

Departemen Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis mendapat bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Untung Sujianto, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Departemen Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

2. Ibu Dr. Meidiana Dwidiyanti, S.Kp., M.Sc., selaku Ketua Program Studi Magister

Keperawatan, Departemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro, sekaligus sebagai dosen wali dan pembimbing Utama.

3. Ibu Megah Andriany, S.Kp., M.Kep.Sp.Kom., PhD., selaku Sekretaris Program

Studi magister Keperawatan, Departemen Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro dan dosen wali.

4. Ibu Ns. Sri Padma Sari, S.Kep., MNS., selaku pembimbing anggota yang telah

memberikan arahan, bimbingan dan motivasi.

x
5. Seluruh partisipan penelitian dan enumerator yang telah berpartisipasi dan

membantu dalam penelitian ini.

6. Suami saya Albertus Indra Febriawan, ST. yang selalu memberikan dukungan moril

berupa cinta kasih, doa, dan motivasinya kepada saya serta dukungan materiil yang

luar biasa. Kedua orang tua, ibu mertua, kakak, dan adik yang senantiasa memberi

semangat dan dukungan moril selama menyelesaikan tesis ini dan selama penulis

menimba ilmu di Magister Keperawatan Universitas Diponegoro.

7. Sahabat angkatan I konsentrasi Keperawatan Jiwa Magister Keperawatan

Universitas Diponegoro angkatan 2018 (Feri Agustriani, Irene Febriany M. Kitu,

Medika Utama, M. Rizky, Rokhyati, Asiah, Ardinata) atas kebersamaan, doa, serta

dukungannya selama ini.

8. Teman-teman Magister Keperawatan Universitas Diponegoro angkatan 2018 yang

tidak dapat disebutkan satu per satu, atas doa dan dukungannya.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sabutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan dalam penyusunan proposal tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal tesis ini masih terdapat

banyak kekurangan. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga

proposal tesis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam pelaksanaan penelitian

nantinya.

Semarang, 2019

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
HALAMAN RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi
ABSTRAK . ......................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................ 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 7
1.4 Tujuan................................................................................................. 7
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................... 7
1.4.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................. 8
1.6 Keaslian Penelitian ............................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 12
2.1 Penerapan Teori Goal Attainment oleh Imogene M. King................. 12
2.2 Interaksi Sosial pada Skizofrenia ....................................................... 18
2.3 Intervensi Interaksi Sosial pada Skizofrenia ..................................... 24
2.3.1 Review Instrumen ..................................................................... 27
2.4 Kerangka Teori ................................................................................... 29
2.5 Kerangka Konsep ............................................................................... 30
2.6 Hipotesis ............................................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 31
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 32
3.2.1 Populasi .................................................................................... 32
3.2.2 Sampel ...................................................................................... 32
3.2.3 Besar Sampel ............................................................................. 33
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 35
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran .... 35
3.4.1 Variabel independen .................................................................. 35
3.4.2 Variabel dependen ..................................................................... 35
3.4.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............................. 36
3.5 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ............................ 38

xii
3.5.1 Instrumen Penelitian .................................................................. 38
3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................... 40
3.5.3 Pengumpulan Data .................................................................... 41
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................ 47
3.6.1 Teknik Pengolahan Data ........................................................... 47
3.6.2 Analisa Data .............................................................................. 48
3.7 Etika Penelitian .................................................................................. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 52
4.1 Karakteristik Responden .................................................................... 52
4.2 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre-test
Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol ............................................. 53
4.3 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol ........................................................................ 53
4.4 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi Sosial Pasien
Skizofrenia melalui Aplikasi Android SI-DESIS antara
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol .................................... 55
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 56
5.1 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre-test Terapi
Mindfulness melalui Aplikasi Android SI-DESIS............................. 56
5.2 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi Sosial Pasien
Skizofrenia melalui Aplikasi Android SI-DESIS antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol ...................................................... 60
5.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 66
5.4 Implikasi Penelitian ............................................................................ 66
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 68
6.1 Simpulan ............................................................................................. 68
6.2 Saran ................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Tabel Halaman
Tabel
Tabel 1.1 Keaslian penelitian pengaruh mindfulness 9
terhadap interaksi sosial pasien skizofrenia
dengan aplikasi android SI-DESIS di Rumah
Sakit Jiwa
Tabel 3.1 Variabel, definisi operasional dan skala 36
pengukuran
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase 52
Karakteristik Responden Pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol (n=52)
Tabel 4.2 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre- 53
test pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
(n=52)
Tabel 4.3.1 Perbedaan Tingkat Interaksi Sosial Pasien 53
Skizofrenia pada Kelompok Intervensi Pre-test
dan Post-test (n=26)
Tabel 4.3.2 Perbedaan Tingkat Interaksi Sosial Pasien 54
Skizofrenia pada Kelompok Kontrol Pre-test dan
Post-test (n=26)
Tabel 4.4 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi 55
Sosial Pasien Skizofrenia dengan Aplikasi
Android SI-DESIS antara Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol (N=52)

xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul Gambar Halaman
Gambar
Gambar 2.1 Model Proses Transaksi oleh Imogene M. King 15
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penerapan Goal Attainment 29
dalam Terapi Mindfulness terhadap Interaksi
Sosial Pasien Skizofrenia dengan Aplikasi
Android SI-DESIS di Rumah Sakit Jiwa
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Pengaruh Terapi 30
Mindfulness terhadap Interaksi Sosial Pasien
Skizofrenia dengan Aplikasi Android SI-
DESIS di Rumah Sakit Jiwa
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Pre-Post with control 31
group design
Gambar 3.2 Desain Alur Penelitian 41

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Lampiran
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 2 Surat Permohonan Ethical Clearance
Lampiran 3 Surat Keterangan Uji Etik
Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6 Lembar Informed Consent
Lampiran 7 Surat Pernyataan Kesediaan Enumerator Penelitian
Lampiran 8 SOP Mindfulness Target Sehat Mandiri
Lampiran 9 Kuesioner Interaksi Sosial
Lampiran 10 Lembar Observasi Perilaku
Lampiran 11 Lembar Bukti Konsultasi
Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Lampiran 13 Screenshot Aplikasi Android SI-DESIS
Lampiran 14 Pengolahan Data

xvi
Departemen Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Oktober 2019
ABSTRAK

Cecilia Indri Kurniasari


Pengaruh Terapi Mindfulness terhadap Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia
dengan Aplikasi Android SI-DESIS di Rumah Sakit Jiwa
xix + 78 Halaman + 7 Tabel + 5 Gambar + 14 Lampiran
Pasien skizofrenia mengalami kerusakan interaksi sosial karena adanya gangguan
afektif, kognitif, dan psikomotor yang dialami. Masalah interaksi sosial ini
membutuhkan intervensi keperawatan untuk meningkatkan interaksi sosial serta perlu
adanya sistem yang bisa memonitor perkembangan kemampuan interaksi sosial pasien
skizofrenia dengan aplikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
terapi mindfulness terhadap interaksi sosial pasien skizofrenia dengan aplikasi android
SI-DESIS. Seluruh partisipan dipilih dengan purposive sampling kriteria inklusi
partisipan berusia 17-60 tahun, terdiagnosa medis skizofrenia, kondisi tenang dan
kooperatif dengan PANSS skor 10, bersedia menjadi partisipan, serta dapat membaca
dan menulis. Pasien skizofrenia sebanyak 52 orang dibagi dalam kelompok intervensi
dan kontrol. Pemberian terapi mindfulness dilakukan selama enam kali dan pre-test
serta post-test dinilai dengan Kuesioner Interaksi Sosial dan Lembar Observasi
Perilaku. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan interaksi sosial pada
pasien (U=12,000, p < 0,05). Peningkatan interaksi sosial terkait dengan penekanan
pada tahap terapi mindfulness yaitu tahap kenyamanan dan tahap target sehat mandiri.
Terapi mindfulness berbasis aplikasi android SI-DESIS dapat diaplikasikan untuk
interaksi sosial pasien skizofrenia.
Kata Kunci: aplikasi android, interaksi sosial, mindfulness, skizofrenia
Daftar Pustaka: 85 (1971-2019)

xvii
Nursing Departement
Medicine Faculty
Diponegoro University
October 2019
ABSTRACT

Cecilia Indri Kurniasari


The Effect of Mindfulness Therapy on the Social Interaction of Patients with
Schizophrenia with the SI-DESIS Android Application at Psychiatric Hospital
xix + 78 Pages + 7 Tables + 5 Pictures + 14 attachment
Patients with schizophrenia experience impaired social interactions due to affective, cognitive,
and psychomotor disorders that they experience. The problem of social interaction requires
nursing intervention to increase social interaction and the need for a system that can monitor
the development of social interaction abilities of schizophrenic patients with applications. The
purpose of this study was to determine the effect of mindfulness therapy on social interaction
of schizophrenic patients with the SI-DESIS android application. All participants were selected
by purposive sampling criteria for inclusion of participants aged 17-60 years, diagnosed with
schizophrenia, calm and cooperative with a PANSS score of 10, willing to be a participant, and
can read and write. Patients with schizophrenia were 52 people divided into intervention and
control groups. The provision of mindfulness therapy was carried out for six times and pre-test
and post-test were assessed with the Social Interaction Questionnaire and the Behavior
Observation Sheet. The results showed an increase in social interaction in patients (U = 12,000,
p <0.05). The increase in social interaction is related to the emphasis on the mindfulness
therapy stage which is the comfort stage and the independent healthy target stage. Mindfulness
therapy based on the android application SI-DESIS can be applied to social interactions of
patients with schizophrenia.

Keywords: android application, mindfulness, schizophrenia, social interaction


References: 85 (1971-2019)

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gangguan kejiwaan masih menjadi fenomena yang berpengaruh di

bidang kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Presentase gangguan jiwa

di Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2013-2018 dari 1,7%

menjadi 7% menurut hasil Riskesdas.(1) Daerah yang mengalami

peningkatan dan masuk peringkat lima besar provinsi di Indonesia yang

mengalami kenaikan proporsi penduduk dengan gangguan jiwa yaitu Jawa

Tengah.(1). Persentase pasien gangguan jiwa di Jawa Tengah meningkat dari

2,3% menjadi 9% sejak tahun 2013-2018. Jumlah pasien gangguan jiwa

tahun 2018 di RSJ Dr. Amino Gondohutomo sebanyak 7.057 orang.(2)

Jumlah pasien yang dirawat di RSJ Dr. Amino Gondohutomo

sebanyak 4.929 orang dengan presentase 64% atau 3.171 orang merupakan

pasien skizofrenia (64%).(2) Skizofrenia menjadi perhatian khusus bagi

masyarakat terutama pemerintah.(3) Adanya kurang pengetahuan

masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa mengakibatkan pandangan negatif

(stigma) yang berkepanjangan sehingga pasien dan keluarga sering

mendapat penolakan di lingkungan.(3) Penolakan yang terjadi di masyarakat

dan beban finansial menyebabkan masalah sosial seperti isolasi sosial.(4)

Terdapat perbedaan onset/serangan penyakit antara pria dan wanita,

tetapi angka kejadian kedua jenis kelamin tersebut sama.(5) Serangan

1
2

penyakit skizofrenia cenderung lebih awal terjadi pada pria dibanding

wanita.(6) Puncak serangan penyakit pada wanita adalah 25 sampai 35

tahun, sedangkan pria adalah 15 sampai 25 tahun.(5) Fungsi psikososial,

khususnya fungsi komunikasi akan terganggu lebih awal karena dampak

negatif terhadap penyakit. Pasien skizofrenia memiliki gangguan saat

melakukan fungsi/peran sosial maupun interpersonal sebelum terjadinya

serangan awal penyakit.(6)

Kelompok gejala pada skizofrenia terbagi menjadi gejala positif dan

gejala negatif.(7) Perilaku kekerasan atau risiko perilaku kekerasan,

gangguan proses pikir (waham), isolasi sosial, halusinasi, termasuk

kelompok gejala positif (nyata) skizofrenia.(7) pasien skizofrenia dapat juga

mengalami gejala negatif seperti afek yang buruk, tidak tertarik dengan

interaksi sosial, pandangan kosong, sulit mengekspresikan emosi, sulit

berkomunikasi, terjadi penurunan semangat dan kelemahan dalam

beraktivitas merupakan kumpulan gejala negatif (defisit perilaku)(7).

Gangguan fungsi sosial termasuk dalam gejala negatif skizofrenia yang

seringkali menetap setiap waktu dan menghambat pemulihan peran dan

fungsi dalam kegiatan harian.(8)

Gejala psikotik berkurang dilanjutkan gejala negatif yang permanen,

tetapi gejala positif dapat dikontrol dengan pengobatan. Pasien skizofrenia

dalam berkomunikasi dan berperilaku akan merefleksikan dengan cara yang

berbeda.(8) Adanya masalah dalam hubungan dengan lingkungan sebagai

contoh mengucilkan diri ialah dampak dari gejala pada pasien skizofrenia
3

yang paling sering terjadi. Manifestasi kesulitan bersosialisasi pada pasien

skizofrenia berupa sering mengurung diri dan tidak sanggup berbagi

pengalaman.(9) Upaya menghindari komunikasi dengan lingkungan

disebakan hilangnya rasa akrab serta tidak memiliki waktu berbagi perasaan

adalah definisi utama gangguan interaksi sosial. Penderita tidak dapat

berkonunikasi dengan orang lain disekelilingnya adalah akibat dari

kerusakan interaksi sosial.

Penurunan berinteraksi sosial akibat kerusakan fungsi kognitif dan

afektif dialami oleh sebagian besar pasien skizofrenia sebesar 72%.(10)

Interaksi sosial pada pasien skizofrenia bermakna individu yang mampu

mengungkapkan perasaan senang maupun sedih dan kecewa dalam

hubungan dengan lingkungan sosial dengan tidak menghilangkan kekuatan

sosial. Pasien skizofrenia memiliki ketidakmampuan fungsi sosial yang

disebabkan oleh interaksi sosial yang rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil

observasi saat pasien skizofrenia melakukan komunikasi dengan jalan

berpikir yang sulit dimengerti orang lain karena topik pembicaraannya yang

terkesan aneh, intonasi tidak enak, tidak ekspresif dan tidak ada kontak

mata.(11) Komunikasi terapeutik merupakan landasan penanganan

gangguan/kerusakan interaksi sosial pada pasien skizofrenia agar pasien

tidak mengasingkan diri.(12) Pasien skizofrenia dapat memiliki kebiasaan

yang kurang baik jika sudah menarik diri dari lingkungan.

Farmakologi dan non farmakologi adalah dua cara untuk menangani

pasien skizofrenia.(13) Antipsikotik yang dikenal dengan neuroleptic


4

merupakan terapi farmakologi untuk pasien skizofrenia. Neuroleptic yang

digunakan adalah antagonis dopamine dan antagonis serotonin.(14) Terapi

non-farmakologi adalah penerapan tindakan asuhan keperawatan jiwa yang

sesuai SOP (Standar Operasional Perawatan) serta terapi modifikasi. Terapi

modifikasi atau terapi generalis dapat berupa strategi pelaksanaan (SP),

terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavorial Therapy), pelatihan

kemampuan sosial (Social Skills Training), psikoedukasi keluarga, terapi

holistik/psikoterapi (spiritual, mindfulness).(9,15) Penanganan non-

farmakologi juga dapat dilakukan dengan sistem pencegahan. Salah satu

contohnya yaitu deteksi dini yng digabung dengan intervensi terapi kognitif,

dapat menurunkan risiko berkembangnya psikosis(16). Ada juga sistem

pencegahan berupa deteksi dini depresi pada remaja yang dibuat dengan

teknologi aplikasi android.(17)

Intervensi penelitian sebelumnya yang telah dilakukan terhadap

kemampuan interaksi sosial pada pasien skizofrenia adalah terapi kognitif.


(12,18)
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terapi kognitif

berpengaruh dalam meningkatkan interaksi pasien skizofrenia.(12,18) Terapi

lain untuk menangani masalah interaksi dengan orang lain pada pasien

skizofrenia belum banyak dilakukan. Terapi holistik yang dapat diberikan

bagi pasien skizofrenia juga belum ada hingga saat ini.

Terapi holistik untuk pasien skizofrenia dengan masalah interaksi

sosial adalah terapi mindfulness (pemusatan pikiran). Mindfulness terdiri

dari 3 aspek yaitu kesadaran (awareness), pengalaman saat ini (present


5

experience) dan penerimaan (acceptance). Tindakan yang dilakukan dengan

kesadaran penuh dan dengan sikap menerima tanpa mengadili disebut

mindful. Berbagai masalah psikologis/kejiwaan telah banyak ditangani

menggunakan terapi mindfulness ini. Intervensi mindfulness yang diberikan

untuk membantu interaksi interpersonal (sosial) mahasiswa psikologi dan

keluarganya adalah salah satu kasus nyata.(19) sikap diri yang tenang, sadar

pada masalah diri, peningkatan ineraksi sosial dengan masyarakat dan dapat

mempraktik secara mandiei mindfulness merupakan manfaat terapi

mindfulness dalam penelitian tersebut.(19) Hasil dari penelitian ini yaitu

pemberian terapi mindfulness dapat meningkatkan empati serta interaksi

interpersonal maupun sosial pada mahasiswa Psikologi dan keluarganya.(19)

Selain itu, pemberian terapi mindfulness juga dapat menurunkan

tingkat depresi pada remaja.(20) Terapi mindfulness juga dapat menurunkan

kecemasan pada penderita skizofrenia.(21) Pengembangan terapi

mindfulness hingga saat ini bukan hanya untuk penelitian secara langsung

tetapi juga penelitian secara tidak langsung berbentuk aplikasi berbasis

android. Pengembangan intervensi keperawatan berupa aplikasi android

merupakan bentuk inovasi teknologi dalam ilmu keperawatan saat ini.

Teknologi dalam keperawatan merupakan pengembangan ilmu

keperawatan berlandaskan caring pada pasien.(22) Kompetensi teknologi

sebagai caring merupakan tantangan bagi ketrampilan keperawatan dan

menguji kemampuan perawat untuk mengadaptasi teknologi dengan cara

yang tepat dan terarah sehingga membantu perawat untuk mengenal pasien
6

secara utuh.(22) Ada beberapa aplikasi andoid mengenai intervensi

keperawatan yang berbasis mindfulness telah dikembangkan di Indonesia,

antara lain : SI-SEHO (Sistem Informasi Sehat Holistik) dan SI-BESUTA

(Sistem Informasi Belajar Sukses dengan Cinta).(23) Namun, belum ada

pengembangan terapi mindfulness dalam intervensi keperawatan jiwa untuk

menangani interaksi sosial pasien skizofrenia hingga saat ini.

Oleh karena fenomena diatas, peneliti tertarik untuk membuat

aplikasi android yang dapat mendeteksi interaksi sosial pada pasien

skizofrenia yang didalamnya terdapat informasi terapi mindfulness sebagai

intervensi keperawatan untuk membantu mencegah terjadinya isolasi sosial

pada pasien skizofrenia. Aplikasi ini akan dilakukan oleh perawat untuk

mengukur interaksi sosial pada pasien skizofrenia.

1.2 Perumusan Masalah

Pengalaman perasaan gembira maupun sedih dalam berhubungan di

masyarakat tanpa kehilangan kekuatan sosial baik berupa tanggapan secara

langsung maupun tidak langsung merupakan makna interaksi sosial pada

pasien skizofrenia. Penanganan segera terhadap gangguan maupun

kerusakan interaksi sosial yang berlandaskan komunikasi terapeutik dapat

mencegah pasien skizofrenia untuk tidak menarik diri. Belum ada sistem

khusus untuk memantau interaksi sosial pada pasien skizofrenia. Sistem

tersebut dapat menjadi pendeteksi untuk mencegah terjadinya isolasi sosial

pada pasien skizofrenia serta memberikan intervensi dengan terapi


7

mindfulness yang dapat dikombinasikan dengan teknologi seperti

smartphone.

Kemajuan teknologi dalam keperawatan sebagai caring bagi pasien

bertumpu pada ketrampilan perawat dalam mengadaptasi teknologi untuk

mengenali pasien secara utuh dalam memberikan intervensi. Hal ini

memotivasi peneliti untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh terapi

minfulness dalam meningkatkan interaksi sosial pasien skizofrenia melalui

aplikasi android SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi Sosial) yang

diharapkan dapat membantu pasien skizofrenia untuk bisa bersosialisasi

dengan lingkungan serta mempercepat pemulihan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah terapi mindfulness berpengaruh meningkatkan interaksi

sosial melalui aplikasi SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi

Sosial) pada pasien skizofrenia?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi pengaruh terapi mindfulness terhadap interaksi

sosial melalui aplikasi SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi

Sosial) pada pasien skizofrenia.


8

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Menganalisa tingkat interaksi sosial melalui SI-DESIS (Sistem Informasi

Deteksi Interaksi Sosial) pada kelompok kontrol dan kelompok dengan

pemberian intervensi sebelum diberikan terapi mindfulness (pre-test).

1.4.2.2 Menganalisa tingkat interaksi sosial melalui SI-DESIS (Sistem Informasi

Deteksi Interaksi Sosial) pada kelompok kontrol dan kelompok pemberian

intervensi setelah diberikan terapi mindfulness (post-test).

1.4.2.3 Menganalisis pengaruh terapi mindfulness terhadap interaksi sosial melalui

aplikasi Android SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi Sosial) pada

penderita skizofrenia.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Keilmuan

Hasil yang didapatkan pada penelitian dapat menjadi sebuah

pengetahuan baru bagi tenaga pendidik, dosen maupun mahasiswa dalam

pengembangan aplikasi di Keperawatan Jiwa.

1.5.2 Bagi Pelayanan

Penelitian ini memberikan intervensi baru kepada pelayanan

kesehatan terutama keperawatan mengenai pengaplikasian terapi

mindfulness dalam meningkatkan interaksi sosial melalui teknologi

termasuk aplikasi android.


9

1.5.3 Bagi Pengembangan Penelitian

Penelitian ini menyajikan hasil yang dapat menjadi gambaran atau

sumber data yang valid mengenai kemampuan interaksi sosial pada pasien

skizofrenia bagi penelitian selanjutnya.

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian sebelumnya terkait deteksi gangguan jiwa serta

pengaplikasian terapi mindfulness sebagai intervensi keperawatan.

Tabel 1.1 Keaslian penelitian pengaruh terapi mindfulness terhadap interaksi sosial
melalui aplikasi android SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi
Sosial) pada pasien skizofrenia
No Nama Peneliti Judul Penelitaian Desain Keaslian Penelitian

1 Paul French, Early Detection and Qualitative Membahas mengenai


Anthony P. Cognitive Therapy for Study deteksi dini dan
Morrison People At High Risk of intervensi yang
Developing Psychosis dilakukan pada klien
A Treatment Approach yang berisiko mengalami
psikosis
2 Athi’ Linda Yani Layanan berbasis Pre Membahas mengenai
Android untuk experiment aplikasi android untuk
Melakukan Deteksi study mendeteksi depresi pada
Dini Depresi pada remaja
Remaja.
3 Hasanah Eka Pengaruh Terapi Quasy Membahas mengenai
Wahyu Ningsih Mindfulness melalui experiment aplikasi android tentang
Aplikasi Android Si- Mindfulness sebagai
BESUTA terhadap intervensi keperawatan
Stres dalam mempengaruhi
Mahasiswa Magister stres mahasiswa
Keperawatan keperawatan
10

4 Mathias Dekeyser, Mindfulness skills and Systematic Menjelaskan mengenai


Filip Raes, Mia interpersonal behavior review kemampuan Mindfulness
Leijssen, Sara yang bermanfaat
Leysen, David terhadap peningkatan
Dewulf empati, harga diri, dan
hubungan interpersonal
(sosial) mahasiswa
psikologi dan
keluarganya

5 Sri Nyumirah Peningkatan Quasy Membahas mengenai


Kemampuan Interaksi experiment cara interaksi sosial pada
Sosial (Kognitif, pasien menarik diri di
Afektif dan Perilaku) RSJ
melalui Penerapan
Terapi Perilaku
Kognitif di Rsj Dr
Amino Gondohutomo
Semarang

6 Ita Apriliyani Pengaruh Terapi Quasy Membahas mengenai


Mindfulness terhadap experiment penurunan depresi pada
Penurunan Tingkat remaja setalah dilakukan
Depresi pada Remaja terapi mindfulness

7 Davis LW, Mindfulness an Systematic Menjelaskan mengenai


Strasburger AM, intervention for anxiety review intervensi mindfulness
Brown LF in schizophrenia untuk mengatasi
kecemasan pada pasien
skizofrenia

Terdapat perbedaan antara penelitian oleh peneliti dengan yang sebelumnya yaitu:

1) penelitian oleh peneliti bertujuan untuk melakukan deteksi pada interaksi sosial

pasien skizofrenia dan melakukan terapi mindfulness melalui panduan yang ada
11

dalam aplikasi android SI-DESIS. 2) Konten aplikasi SI-DESIS akan berisi fitur

informasi terkait mindfulness dan pengukuran interaksi sosial. 3) Aplikasi yang

digunakan oleh peneliti kontennya telah dilakukan pengembangan sebelumnya

selama waktu tertentu dan aplikasi ini juga nantinya akan masuk sistem playstore

dan 4) Penelitian ini dilakukan pada pasien skizofrenia di RSJ.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penerapan teori Goal Attainment oleh Imogene M. King

Teori Goal Attainment atau pencapaian tujuan merupakan sebuah

grand theory dalam keperawatan yang dicetuskan oleh seorang profesor

keperawatan bernama Imogene M. King pada tahun 1961.(24) Teori ini

berfokus pada interaksi yang dibangun antar individu untuk mencapai

sebuah tujuan bersama.(25) Teori Goal Attainment menjelaskan bahwa

pasien adalah makhluk sosial dan lingkungan adalah latar belakang interaksi

manusia. Lingkungan yang dimaksud adalah dari dalam, individu mencoba

untuk beradaptasi terhadap lingkungan luar (kemandirian) dengan cara

mengubah sumber tenaga dimana lingkungan luar juga termasuk

didalamnya.(25)

Penerapan Teori Pencapaian Tujuan (Goal Attainment) dalam

intervensi keperawatan jiwa terlihat pada terapi mindfulness self care/target

sehat mandiri. Mindfulness adalah terapi yang dikembangkan pada tahun

1990 oleh John Kabat-Zinn yaitu seorang profesor kedokteran yang

mendalami ilmu Buddha. Terapi mindfulness oleh Kabat-Zinn merupakan

suatu ketrampilan yang membuat seseorang secara sadar menaruh perhatian

pada apa yang dialami saat ini sehingga menimbulkan sikap menerima tanpa

melakukan penolakan pada apa yang telah terjadi diartikan sebagai

12
13

mindfulness.(26) Terapi ini terbukti memberikan pengaruh yang besar dalam

dunia kejiwaan.(27) Mindful memiliki arti perbuatan menerima suatu

kejadian dengan kesadaran penuh.(28,29) Kesadaran, pengalaman saat ini, dan

penerimaan merupakan 3 hal utama yang ada pada mindfulness.(26,28)

Terapi mindfulness hingga saat ini telah dikembangkan ke dalam

berbagai komponen kehidupan manusia, salah satunya mindfulness self care

atau target sehat mandiri.(20) Mindfulness target sehat mandiri merupakan

sebuah pengembangan mindfulness yang bertujuan untuk memandirikan

pasien dalam menyelesaikan masalah. Mindfulness target sehat mandiri

memiliki 5 komponen utama yang bisa dilakukan oleh setiap individu yang

melakukan terapi mindfulness ini, yaitu 1) kesadaran, 2) body scan, 3) rasa

nyaman, 4) memaafkan, 5) target sehat mandiri.(20)

Seluruh tahapan terapi mindfulness self care saling berkaitan dengan

tiga sistem utama dalam Teori King yaitu sistem personal, interpersonal, dan

sosial.(20) Tahap awal mindfulness self care diawali dengan kesadaran

(awareness) yang merupakan sebuah proses menggali masalah yang

dihadapi individu atau pasien (emosi, program pengobatan, serta aktivitas

peran dan fungsi sehari-hari). Pada tahap awal terapi mindfulness ini, pasien

skizofrenia diharapkan mampu rileks dan fokus pada kesadaran tentang

situasi/kondisi yang sedang dialami.(20) Tahapan kedua adalah body scan,

yaitu perawat memberikan terapi mindfulness dengan melatih pasien

skizofrenia untuk mengidentifikasi keluhan fisik untuk diatasi secara

holistik (fisik dan jiwa).(20)


14

Tahapan ketiga dalam terapi mindfulness self care adalah

kenyamanan. Kenyamanan merupakan sebuah proses yang mengajarkan

pasien tentang rasa nyaman. Pada tahap ini, pasien skizofrenia dilatih oleh

perawat untuk merasakan kenyamanan pada apa yang terjadi di sekitarnya

atau lingkungannya (misalnya: merasakan senangnya berinteraksi dengan

teman sebelahnya, merasakan nyaman bercerita dengan rekan kerja).

Selanjutnya adalah tahap penerimaan. Pada tahap ini, pasien

skizofrenia dilatih untuk mulai merasakan permasalahan yang dihadapi dan

ingin menjadi lebih baik dengan menjaga kesehatannya, contohnya

kemampuan mengendalikan marah dapat diatasi dengan selalu memaafkan,

tidak bisa tidur dapat berkurang dengan ikhlas menerima masalah yang

sedang terjadi, tidak puas makan dapat hilang dengan selalu bersyukur.(20)

Target sehat mandiri merupakan tahapan terakhir dalam terapi mindfulness

yang mengajarkan kemandirian. Pada tahap ini, pasien skizofrenia dilatih

untuk mampu mandiri sehingga pasien bisa menentukan hal yang penting

untuk menjaga kesehatannya, contohnya: latihan mengendalikan marah,

latihan berinteraksi dengan baik.(20)

Sistem awal dalam Teori Pencapaian Tujuan adalah sistem personal.

Sistem personal menurut teori King bermakna pandangan terhadap diri

sendiri secara utuh dan menyeluruh dengan fokus menyadari apa yang ada

didalam diri.(30) Sistem ini dapat terlihat saat pasien skizofrenia fokus dalam

terapi mindfulness yang diberikan perawat di rumah sakit jiwa.


15

Selain sistem personal, teori keperawatan Pencapaian Tujuan (Goal

Attainment) juga memiliki sistem interpersonal dan sistem sosial. Sistem

interpersonal akan timbul apabila terdapat hubungan antar individu yang

terjalin secara positif menurut King.(30) Dyad adalah hubungan dua individu,

triad hubungan yang terjadi antara tiga individu, sedangkan group

merupakan hubungan empat atau lebih individu yang saling berkumpul.

Sistem ini memiliki konsep yang relevan diantaranya stres, peran,

komunikasi, persepsi, dan interaksi.(30)

Gambar 2.1 Model proses transaksi oleh Imogene M. King.(25)

Sistem interpersonal terdiri dari persepsi, penilaian, aksi, reaksi,

interaksi, dan transaksi.(30)


16

2.1.1 Persepsi

Pandangan individu mengenai peristiwa yang sebenarnya terjadi,

yang memiliki kaitan pada peristiwa diwaktu dulu, bawaan lahir, sosial,

ekonomi, konsep diri, dan edukasi.(24) Kemampuan persepsi visual pada

pasien skizofrenia memiliki dampak positif terhadap pemulihan kondisi.(31)

Pasien skizofrenia melihat interaksi antara perawat dan pasien lain sebagai

bentuk interaksi yang aktif kemudian mempersepsikan sebagai sebuah

kemampuan yang bermanfaat baginya.

2.1.2 Penilaian

Indikator yang dibuat oleh individu sendiri sebagai tolak ukur bagi

dirinya sendiri.(25) Setelah pasien skizofrenia mempersepsikan interaksi

yang aktif adalah kemampuan yang dibutuhkan, maka selanjutnya pasien

akan menilai bahwa kemampuan berinteraksi dengan orang lain adalah

sebuah keterampilan yang setiap individu harus bisa lakukan. Oleh karena

itu, penting bagi seluruh karyawan di rumah sakit jiwa terutama perawat

dapat selalu berinteraksi dengan baik sehingga yang tertanam dalam pikiran

pasien skizofrenia adalah penilaian positif.

2.1.3 Aksi

Aksi merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu terhadap

sesuatu yang menarik baginya.(30) Aksi atau tindakan yang dilakukan

perawat merupakan langkah awal terjadinya proses interaksi. Perawat di


17

rumah sakit jiwa harus mampu memberikan contoh komunikasi dan sikap

yang ramah dan sopan kepada pasien skizofrenia.

2.1.4 Reaksi

Reaksi merupakan timbal balik dari sebuah aksi.(30) Reaksi dapat

terjadi terhadap aksi perawat yang memberikan contoh berinteraksi yang

baik pada pasien/perawat lain.(24) Pasien skizofrenia akan bereaksi atau

memberi respon secara aktif apabila sudah muncul ketertarikan, persepsi,

dan penilaian yang baik dan mendalam pada dirinya tentang interaksi yang

terjadi di lingkungan sekitar.(32) Reaksi yang positif memberikan dampak

yang baik bagi kemajuan pemulihan pasien skizofrenia.

2.1.5 Interaksi dan transaksi

Proses yang terdiri dari pemikiran dan komunikasi individu dengan

kumpulan individu atau dengan lingkungan baik secara langsung maupun

tidak langsung untuk mencapai suatu tujuan bersama dimanapun dan oleh

siapapun disebut interaksi.(25) Interaksi sosial dapat berupa persepsi yang

positif dengan fokus pada pembicaraan antar individu, mengekspresikan

empati dan atau simpati, serta aktif dalam sebuah interaksi.(41,50)2430

Transaksi merupakan hubungan yang memiliki tujuan khusus dalam

memperoleh tujuan bersama. Pengamatan perilaku dari interaksi manusia

dengan lingkungannya adalah faktor penting dalam sebuah transaksi.

Adanya persepsi dan aksi yang memicu reaksi dan interaksi dalam proses

transaksi membuat tujuan semakin cepat tercapai.(25)


18

Penerapan transaksi dalam sistem interpersonal dapat dikaitkan

dengan level kemandirian dalam pemberian terapi mindfulness. Level

kemandirian merupakan sebuah penilaian atau tolak ukur kemandirian

pasien yang dikembangkan dalam mindfulness self care. Level kemandirian

terdiri dari lima penilaian, yaitu 1) keyakinan bahwa kemampuan ini

penting, 2) pengetahuan yang dibutuhkan pasien, 3) perawat memberikan

contoh, 4) pasien berlatih didampingi perawat, 5) pasien mandiri dan

mempertahankan kemandirian.(20) Level atau tingkat kemandirian ini

berkaitan dengan transaksi dalam Teori Goal Attainment karena dapat

digunakan sebagai tolak ukur perawat terhadap pasien skizofrenia dalam

mencapai tujuan bersama yaitu sembuh/pulih dengan kemandirian

berinteraksi.

Sistem terakhir dari tiga sistem utama dalam Teori Pencapaian

Tujuan yaitu sistem sosial. sistem sosial merupakan kewenangan, otoritas,

status, penerimaan dan pengambilan keputusan oleh individu terhadap

perubahan pada dirinya yang berdampak pada masyarakat.(24,25) Sistem

sosial ini mengajarkan pada pasien untuk mampu mandiri dalam

menyelesaikan masalah dan kembali berhubungan baik dengan orang lain

sebagai pendukung status sosialnya.(25)

2.2 Interaksi sosial pada skizofrenia

Skizofrenia merupakan sebuah kelainan pada struktur otak yang

mempengaruhi pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku sosial dan


19

tergolong sebagai gangguan jiwa berat. Selain itu, skizofrenia dapat terjadi

karena adanya ketidakseimbangan antara id, ego, dan superego pada

seseorang.(33) Ketika individu memiliki keinginan (id), dan berusaha

memenuhi keinginan itu (ego), tetapi nilai yang baik dan benar (superego)

tidak ada, maka individu tersebut mengalami gangguan jiwa.

Skizofrenia memiliki beberapa fase yang selama ini telah diamati

pada pasien. Tahap akut, stabilisasi, dan stabil merupakan tahapan fase

skizofrenia.(34) Ketiga fase tersebut disebut dengan fase psikotik. Sebelum

fase psikotik muncul, terdapat fase premorbid dan fase prodormal.(35)

2.2.1 Tahap premorbid, seseorang masih memiliki fungsi tubuh yang biasa

(normal).(35)

2.2.2 Tahap prodormal muncul gejala yang belum jelas dan terjadi dalam tempo

waktu bulan hingga tahun sampai dinyatakan mengidap skizofrenia.(36)

Gejala non spesifik berupa kecemasan, perasaan marah, berkurangnya

konsentrasi, kesulitan tidur, stres berlebih, mudah lelah, dan adanya defisit

perilaku misalnya kemunduran fungsi peran dan penarikan.(36) Fungsi

pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi

perawatan diri juga muncul pada fase prodormal.(36) Gejala positif seperti

curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan berarti sudah

mendekati fase psikotik.(35) Masuk ke fase akut psikotik, simtom positif

menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham,

halusinasi disertai gangguan afek.(36)


20

2.2.3 Kemudian muncul tahap stabilisasi yang berlangsung setelah dilakukan

terapi serta gejala yang negatif dan sisa dari gelaja yang positif terjadi pada

tahap stabil. Individu yang menderita skizofrenia dapat mengalami gejala

ataupun tidak. Selain itu juga dapat merasakan tanda-tanda non psikotik

sebagai contoh, cemas, sulit tidur, depresi, atau tegang.(35)

Angka kejadian pada skizofrenia memiliki kesamaan antara pria

maupun wanita, tetapi ada perbedaan onset/serangan penyakit antara kedua

jenis kelamin.(5) Serangan awal penyakit pada pria cenderung lebih cepat

dibandingkan wanita.(6) Usia puncak serangan penyakit untuk pria yaitu

lima belas hingga dua puluh lima tahun, untuk wanita usia dua puluh lima

hingga tiga puluh lima tahun.(5) Pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

baik laki-laki maupun perempuan rata-rata berusia 25-35 tahun.(1) Individu

yang tidak memiliki pekerjaan 6,2 kali lebih berisiko mengalami skizofrenia

daripada yang bekerja.(36) Pasien skizofrenia di enam ruang rawat inap

Rumah Sakit Jiwa, hampir sama jumlahnya antara pekerja dan bukan

pekerja. Hal ini dikarenakan tingginya tuntutan kerja dan gaya hidup saat

ini yang tidak sesuai dengan pendapatan atau keuangan.(37) Proporsi

skizofrenia yang tinggi terjadi pada pendidikan rendah, namun hasil uji

statistik tidak bermakna (p>0,05).(38)

Gejala skizofrenia terdiri dari dua hal menurut DSM IV yaitu gejala

positif dan negatif. Gejala positif merupakan gabungan dari tanda-tanda

tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku pada umumnya

diantaranya ketidaksempurnaan dalam berpikir, isi pikiran dan bahasa,


21

ketidaksempurnaan tingkah laku, serta pengendalian diri. Tanda negatif

adalah gabungan dari tanda-tanda perilaku yang tidak sesuai ditandai

dengan beberapa fungsi tubuh hilang seperti terbatas dalam

mengungkapkan perasaan,berbicara, serta dalam menyampaikan visi dan

misi tingkah laku(menarik diri).(39) Kedua gejala utama tersebut terkait

dengan gangguan pada afektif, kognitif, dan psikomotor (perilaku) yang

terjadi pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa.

Dampak adanya gejala positif maupun negatif skizofrenia yang

paling sering ditemukan yaitu adanya penurunan atau kerusakan

kemampuan pasien dalam berhubungan dengan lingkungan sosial.

Hubungan yang terjadi dari satu individu ke yang lainnya sehingga terdapat

hubungan saling mempengaruhi disebut interaksi sosial dan sebagai cara

mempertahankan perilaku sosial individu.(40) Saat pasien skizofrenia

berinteraksi dengan orang lain, maka saat itu berlangsung proses

interpersonal antar individu serta mampu untuk mengembangkan hubungan

interaksi dengan lingkungan.(41)

Interaksi sosial memiliki ciri-ciri diantaranya melibatkan lebih dari

satu individu, terdapat komunikasi yang memiliki tujuan yang jelas.(40)

Interaksi sosial dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu:(42)

2.2.4 Interaksi antar individu, baik ada tindakan maupun tidak ada tindakan dan

secara sadar mengakibatkan adanya perubahan antar individu yang saling

berhubungan dapat dipengaruhi oleh faktor tertentu. Hal ini terjadi pada
22

pasien skizofrenia ketika berinteraksi dengan pasien lain misalnya ketika

ada pasien merokok, maka pasien skizofrenia yang sering berinteraksi

dengan pasien tersebut lambat laun juga akan ikut merokok.

2.2.5 Interaksi individu dengan kumpulan individu atau kelompok disesuaikan

dengan kondisi dan keadaan. Hal ini terlihat saat pasien skizofrenia di ruang

rawat inap sedang berkelompok untuk berpartisipasi dalam terapi

keperawatan.

2.2.6 Interaksi kumpulan individu dengan kumpulan individu lain. Hubungan

jenis ini memiliki karakteristik seperti ada lebih dari dua individu, terdapat

tujuan tertentu dan komunikasi dapat menggunakan tanda tertentu. Interaksi

antar kelompok ini dapat terjadi ketika pasien skizofrenia di Rumah Sakit

Jiwa dari salah satu ruang rawat inap, berolahraga pagi hari bersama dengan

pasien skizofrenia dari ruang lain.

Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, diantaranya:(41)

2.2.7 Imitasi: Proses yang dilakukan individu dengan cara mengikuti tingkah laku

individu lain sehingga akan menimbulkan perubahan tingkah laku dari

individu lain dalam artian dapat diubah secara keseluruhan atau sebagian.

Pada pasien skizofrenia, proses imitasi terjadi ketika pasien mengikuti

kegiatan keseharian pasien lain yang berada satu kamar dengannya misalnya

rajin untuk menata tempat tidur.

2.2.8 Sugesti: Hubungan sosial ketika individu memperoleh gagasan dari orang

lain dan sebelumnya tidak memperoleh kritikan lalu mengendapkan saran


23

orang lain atau firasat di dalam pikirannya sendiri. Pasien skizofrenia di

Rumah Sakit Jiwa sering bercerita tentang ketidakberdayaan dan

keputusasaan yang ada pada dirinya karena orang lain menganggapnya tidak

mampu sehingga mengakibatkan sugesti yang negatif pada pasien tersebut.

2.2.9 Identifikasi: Hubungan yang mengakibatkan individu memiliki keinginan

yang sama dengan yang lain. Pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa sering

mengeluhkan keinginannya untuk dijemput dan segera pulang ketika

beberapa kali melihat pasien lain yang pulang.

2.2.10 Simpati: Individu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain yang

sedang memperoleh musibah, yang menimbulkan ketertarikan. Meskipun

pasien skizofrenia memiliki ketidakstabilan emosi, tetapi ketika ada pasien

lain yang sakit fisik, pasien skizofrenia akan berperilaku untuk menjaga

lingkungan tetap tenang bahkan mau mengambilkan air untuk minum obat

pasien tersebut.

Situasi yang memerlukan interaksi sosial adalah ketika melakukan

percakapan ringan, menjalin hubungan persahabatan, mengekspresikan

perasaan maupun ketika ingin memperoleh sesuatu dari orang lain. Interaksi

sosial pada pasien dengan skizofrenia tidak hanya melibatkan keterampilan

memulai dan mempertahankan interaksi positif, melainkan ketika

berinteraksi. Semakin sering dan tercapainya tujuan seseorang berinteraksi

dengan orang lain, maka individu tersebut dinilai semakin terampil

bersosialisasi.(43)
24

2.3 Intervensi interaksi sosial pada skizofrenia

Penurunan produktifitas pada pasien menjadi dampak dari

kerusakan interaksi sosial yang tidak dapat ditangani.(44) Peningkatan

interaksi sosial sangat diperlukan bagi membaiknya kondisi pasien

skizofrenia. Komunikasi secara terapeutik sangat dibutuhkan pasien sebagai

salah satu intervensi dari perawat untuk mengembangkan kemampuan

hubungan sosial dalam usaha mengatasi hambatan yang ada pada pasien (41)

Pendekatan pada keluarga untuk dapat merangkul kembali pasien

skizofrenia dan mengubah pandangan masyarakat menjadi menerima

skizofrenia tanpa berlaku diskriminasi sebagai upaya penyembuhan pasien

skizofrenia, sementara pendekatan psikodinamik, psikososial,

organobiologik, dan psiko religious dapat digunakan sebagai tindakan

pencegahan terhadap pasien skizofrenia.(44) Prinsip terapi pasien skizofrenia

memiliki tiga tujuan, yaitu mengoptimalkan kualitas hidup dan fungsi

tubuh yang baik, menurunkan tanda-tanda skizofrenia meningkatkan serta

mempertahankan pemulihan dengan membantu pasien dalam mencapai

tujuan kehidupan pribadi seperti pekerjaan dan hubungan sosial.(7) Kondisi

psikotik yang tidak mendapatkan penanganan segera dapat mengakibatkan

semakin parahnya gangguan jiwa yang dialami Pasien Skizofrenia hingga

retardasi mental.(43)

Terapi dengan tidak menggunakan obat-obatan meliputi penerapan

tindakan asuhan keperawatan jiwa yang sesuai dengan Standar Operasional

Perawatan (SOP) serta terapi modifikasi yaitu terapi generalis berupa


25

Strategi Pelaksanaan (SP), terapi perilaku kognitif (Cognitive behavorial

therapy), pelatihan kemampuan sosial (Social skills training),(43) edukasi

keluarga, terapi holistik/psikoterapi (spiritual, mindfulness). Neuroleptic

adalah obat yang digunakan untuk mengobati skizofrenia yang terdiri dari

antagonis dopamine dan antagonis serotonin.(14)

Terapi antipsikotik hanya memberikan efek pada skizofrenia 10%,

sementara yang lainnya memerlukan jenis terapi lain termasuk psikoterapi,

terapi holistik, terapi individu, keluarga, kelompok, hingga penanganan di

rumah sakit.(45) Beberapa riset terkait pelaksanaan terapi pada pasien

skizofrenia juga telah dilakukan tentang pengaruh Cognitive Behavioural –

Social Skill Trainig (CB-SST) pada tingkat kemampuan hubungan sosial

dan menunjukkan terdapat pegaruh pada tingkat pengetahuan serta tingkah

laku pada klien yang memperoleh CB-SST.(46) Penelitian lain menunjukkan

bahwa CBT dan SST sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita

skizofrenia dengan usia muda namun tidak memberikan dampak yang

signifikan pada usia menengah dan lansia.(47,48)

Riset lainnya mengenai terapi pada pasien skizofrenia adalah

penelitian tentang terapi mindfulness. Mindfulness yang berbasis intervensi

(MBI) efektif dalam mengurangi gejala awal psikosis.(49) Mindfulness

Based Cognitive Therapy (MBCT) dapat berkontribusi untuk mengubah

persepsi individu dan meningkatkan pemahaman diri.(47) Sari dan

Dwidiyanti menunjukkan pada penelitiannya bahwa pemberian mindfulness


26

dapat mengendalikan amarah dan ketenangan bagi penderita gangguan jiwa

dengan mengarahkan pada spiritualitas.(50)

Saat ini, ada banyak aplikasi smartphone tersedia yang dipasarkan

sebagai aplikasi mindfulness. Istilah pencarian yang digunakan yaitu

"aplikasi iPhone berbasis mindfulness" dan hasilnya 808 aplikasi dengan

tahun pencarian 2013-2018 (lima tahun). Jumlah ini konsisten dengan

informasi penelitian sebelumnya oleh pencarian untuk "mindfulness" yang

dilakukan di iTunes dan aplikasi Google untuk pelatihan mindfulness.(46)

Program android berbasis Mindfulness untuk intervensi keperawatan di

Indonesia adalah SI-BESUTA (Sistem Informasi Belajar Sukses dengan

Cinta) yang dikembangkan oleh mahasiswa magister keperawatan

Universitas Diponegoro Semarang tahun 2018.(23) Terapi mindfulness self

care pada penelitian ini dikembangkan dengan teknologi aplikasi berbasis

android untuk mendeteksi dan memonitor perkembangan interaksi sosial

pada pasien skizofrenia berupa Sistem Informasi Deteksi Interaksi Sosial

(SI-DESIS).

Mindfulness self care dapat melatih aspek afektif, kognitif, dan

psikomotor pasien skizofrenia sehingga meminimalisir gejala positif dan

negatif yang muncul. Aspek afektif dapat dilatih dengan mengontrol emosi

dan meningkatkan minat untuk sembuh pada pasien skizofrenia.(51) Hal

tersebut termasuk dalam tahapan ketiga dan keempat pada terapi

mindfulness self care yaitu kenyamanan dan penerimaan. Aspek kognitif


27

pada pasien skizofrenia dapat ditingkatkan dengan remediasi kognitif.(52)

Remediasi kognitif merupakan perbaikan kognitif atau pikiran pasien

skizofrenia dengan metode pendekatan holistik yang masuk dalam tahapan

awal terapi mindfulness self care yaitu kesadaran (awareness) dan body

scan. Aspek psikomotor pada pasien skizofrenia dapat ditingkatkan dengan

terapi langsung yang membantu meningkatkan motorik pasien.(53)

Peningkatan motorik dapat dilatih dengan tahapan target sehat mandiri pada

terapi mindfulness self care.

2.3.1 Review Instrumen

2.3.1.1 Kuesioner Interaksi Sosial

Kuesioner Interaksi Sosial merupakan kuesioner yang dikembangkan Sri

Nyumirah dalam tesisnya pada tahun 2012. Instrumen ini telah diuji

validitas dan reliabilitas pada pasien skizofrenia yang mengalami isolasi

sosial di RSJD Dr. Amino Gondhohutomo. Kuesioner ini menggunakan

skala interval untuk mengetahui kemampuan kognitif dan afektif individu,

serta lembar observasi perilaku untuk mengetahui perilaku pasien

skizofrenia. Interpretasi hasil Kuesioner Interaksi Sosial dan Lembar

Observasi Perilaku yaitu selalu untuk lebih dari tiga kali sehari, sering

untuk dua hingga tiga kali sehari, jarang untuk kurang dari dua kali sehari,

tidak pernah apabila tidak sama sekali.

2.3.1.2 SOP Mindfulness Target Sehat Mandiri

SOP mindfulness; berisi tentang cara melakukan mindfulness melalui

aplikasi android SI-DESIS yang diaplikasikan pada pasien skizofrenia.


28

Terapi mindfulness yang dipilih dalam penelitian ini yaitu mindfulness

target sehat mandiri atau mindfulness self care dengan level kemandirian

pasien yang telah dikembangkan oleh Meidiana Dwidiyanti pada tahun

2017.
29

2.4 Kerangka Teori

Skizofrenia
Dampak gejala:
Penurunan/gangguan
Gejala positif: halusinasi, waham, isolasi sosial, risiko interaksi sosial
perilaku kekerasan
Gejala negatif: efek datar, apatis, tidak memiliki Terapi Non-Farmakologi :
semangat/kemauan terapi holistik mindfulness

Penerapan Teori Goal Attainment

Mindfulness Self Care:


1. Sistem Personal
1. Kesadaran Persepsi

2. Body scan 2. Sistem


Interpersonal Penilaian
3. Kenyamanan
Aksi Reaksi Interaksi
4. Penerimaan
3. Sistem Sosial Transaksi
5. Target sehat mandiri
Level/tingkat kemandirian:
1. Keyakinan bahwa
kemampuan ini penting
2. Pengetahuan yang
dibutuhkan pasien
3. Perawat memberikan
contoh pada pasien
4. Pasien berlatih
didampingi perawat
5. Pasien mandiri dan
mempertahankan
kemandirian

Aplikasi Android SI-DESIS Hasil :


Interaksi sosial pasien skizofrenia meningkat

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penerapan Goal Attainment dalam Terapi Mindfulness
terhadap Interaksi Sosial pada Pasien Skizofrenia melalui Aplikasi
Android SI-DESIS(20,29,39)
30

2.5 Kerangka Konsep

Variabel tidak terikat Variabel terikat

Terapi Mindfulness
melalui Aplikasi Interaksi sosial
Android SI-DESIS

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Pengaruh Terapi Mindfulness terhadap


Interaksi Sosial pada Pasien Skizofrenia melalui Aplikasi
Android SI-DESIS

2.6 Hipotesis

Terapi mindfulness berpengaruh terhadap interaksi sosial pasien

skizofrenia melalui aplikasi android SI-DESIS


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Rancangan pre-test and post-test with control group design dengan

desain quasy-experiment merupakan metode penelitian tesis ini. Penelitian

ini digunakan untuk menganalisa pengaruh terapi mindfulness terhadap

interaksi sosial pasien skizofrenia dengan aplikasi android SI-DESIS di

Rumah Sakit Jiwa dengan cara membandingkan nilai pengukuran sebelum

intervensi (pre- test) dan pengukuran setelah intervensi (post-test) pada

kelompok intervensi dan kelompok non-intervensi. Konsep rancangan

penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Q1 X Q2

O3 O4

Gambar 3.1 Rancangan penelitian Pre-test and Post-test with control


group design

Keterangan:

Kelompok perlakuan menerima intervensi yang dipilih dan dilaksanakan

secara sitematis (X), Kelompok kontrol tidak menerima perlakuan

Q1 = Pre-test kelompok intervensi

Q2 = Post-test kelompok intervensi

O3 = Pre-test kelompok kontrol

O4 = Post-test kelompok kontrol

31
32

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Sekelompok objek/subjek yang memiliki kualitas dan ciri yang telah

ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dibuat kesimpulan adalah

pngertian dari populasi.(54) Penelitian ini mengambil populasi seluruh pasien

skizofrenia di ruang rawat inap RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah.

3.2.2 Sampel

Populasi memiliki sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

disebut juga sampel.(54) Penelitian dapat diterapkan pada sampel yang

dipilih dari populasi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Cara

pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian disebut juga

teknik sampling.(54) Cara sampling yang digunakan untuk penelitian ini

adalah purposive sampling yang merupakan peneliti menentukan

pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai

dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab

permasalahan penelitian.(55) Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien berusia 17 – 60 tahun

b. Pasien terdignosa medis skizofrenia

c. Pasien dalam kondisi tenang dan kooperatif dengan hasil PANSS skor

10

d. Pasien bersedia menjadi responden

e. Pasien dapat membaca dan menulis


33

Kriteri eksklusi penelitian ini yaitu:

a. Pasien skizofrenia yang sedang menjalani terapi ECT

b. Pasien dengan GMO (Gangguan Mental Organik)

c. Pasien yang menolak mengikuti terapi hingga selesai

3.2.3 Besar Sampel

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling pada populasi pasien skizofrenia di ruang rawat

inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sebagai

kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Besar sampel ditentukan

setelah ditetapkan kriteria inklusi serta effect size dari penelitian

sebelumnya. Penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam

perhitungan jumlah sampel memiliki nilai rata-rata kelompok kontrol dan

intervensi sebesar 6,37 dengan standar deviasi 7,35.(56) Perhitungan besar

sampel menggunakan rumus sebagai berikut:


2
2𝛼 2 (𝑍1−𝛼 + 𝑍1 )
𝑛=
(𝜇1 − 𝜇2 )2

Keterangan:
n = Besar sampel yang diinginkan

α² = (S12- S22)/2

S1 = Standar deviasi kelompok kontrol

S2 = Standar deviasi kelompok intervensi

Z1-α = Tingkat kepercayaan 95% (1,96)

Z1-ᵦ = Kekuatan uji 80% (0,842)

µ1 = Perkiraan rata-rata nilai kelompok intervensi


34

µ2 = Perkiraan rata-rata nilai kelompok kontrol

Dengan menggunakan rumus diatas menggunakan keakuratan 1%,

maka perhitungan sampel sebagai berikut:

n = 2 (7,35)2 x (1,96 + 0,842)2


(6,37)2
n = 2 (54,0) x (7,85)
40,5
n = 108 x 7,8
40,5
n = 842,4
40,5
n = 20,8 = 21

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 21 responden, tetapi untuk

mengantisipasi adanya sampel yang keluar selama penelitian maka sampel

akan diperbesar dengan menambah jumlah sampel menggunakan rumus:


𝑛
𝑛′ =1−𝑓

Keterangan :

n’ = ukuran sampel deviasi

n= ukuran sampel asli

1-f = perkiraan proporsi drop out, yang diperkirakan 20% (f=0,2)

Perhitungan jumlah sampel adalah :


21
𝑛′ =1−0,2

n’= 26

Berdasarkan perhitungan sampel di atas maka besar sampel setiap

kelompok adalah 26 responden, sehingga total sampel yang digunakan pada


35

penelitian ini adalah 52 responden dengan 26 responden untuk kelompok

kontrol dan 26 responden untuk kelompok intervensi.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa ruangan rawat inap di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan

setelah peneliti dinyatakan lulus ujian proposal dan uji etik, yaitu pada bulan

Agustus 2019.

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

Variabel penelitian merupakan beberapa hal yang telah ditetapkan

peneliti untuk dipelajari, peneliti memperoleh informasi tentang hasil lalu

ditarik kesimpulannya.(51) Variabel penelitian terdiri dari variabel independen

(variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).

3.4.1 Variabel independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang

berpengaruh untuk adanya perubahan sehingga terjadi variabel dependen.(54)

Variabel bebas pada penelitian ini adalah terapi mindfulness dengan aplikasi

android SI-DESIS.

3.4.2 Variabel dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

terjadi akibat variabel bebas.(54) Interaksi sosial pada pasien skizofrenia

merupakan variabel terikat pada penelitian ini.


36

3.4.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Definisi operasional menggunakan pokok penting berupa

karakteristik yang dapat diamati (diukur). Sebuah hal yang diamati berarti

memberi peluang bagi peneliti untuk mengobservasi sebuah fenomena yang

dapat diulang oleh peneliti lain.(55) Nilai variabel yang dikumpulkan perlu

diukur dengan skala pengukuran sesuai dengan variabel. Skala pengukuran

terdiri empat macam yaitu: 1) skala nominal, 2) skala ordinal, 3) skala

interval, dan 4) skala ratio atau perbandingan.(57)

Berikut merupakan variabel, definisi operasional dan skala

pengukuran penelitian pengaruh terapi mindfulness terhadap interaksi sosial

pasien skizofrenia melalui aplikasi SI-DESIS.

Tabel 3.1 Variabel, definisi operasional dan skala pengukuran


Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Independen: Penerapan Pelaksanaan terapi SOP
Terapi mindfulness mindfulness Mindfulness
mindfulness target sehat dilakukan sebanyak Target Sehat
melalui mandiri 6x. Terapi Mandiri
aplikasi dengan 5 mindfulness dengan
Android SI- langkah yaitu: aplikasi android SI-
DESIS kesadaran, DESIS dilakukan
body scan, oleh perawat
kenyamanan, ruangan dan
penerimaan, diberikan pada
dan pasien skizofrenia
pembuatan
target sehat
mandiri
berinteraksi
pada pasien
skizofrenia
dengan
aplikasi
android SI-
DESIS
(Sistem
Informasi
Deteksi
Interaksi
Sosial)
37

Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Dependen: suatu proses Kuesioner Interaksi Kuesioner Ordi- Kuesioner Interaksi
Interaksi dari persepsi Sosial terdiri dari Interaksi nal Sosial dan Lembar
Sosial dan penilaian kognitif Sosial dan Observasi Perilaku
komunikasi dan penilaian afektif Lembar berbentuk skala
antara dengan total 12 item Observasi Likert, dengan
individu pertanyaan (6 item Perilaku rentang nilai 1-4,
dengan pertanyaan setiap nilai terendah 6 dan
individu, penilaian) tertinggi 24.
individu Lembar Observasi Nilai 4= selalu
dengan Perilaku terdiri dari Nilai 3= sering
kelompok, 6 item pertanyaan.
Nilai 2= jarang
individu Sistem penilaian
dengan Kuesioner Interaksi Nilai 1= tidak
lingkungan Sosial dan Lembar pernah
dalam Observasi Perilaku
mencapai yaitu: Total penilaian
tujuan. a. Lebih dari 3x Kuesioner Interaksi
sehari: Selalu sosial dan Lembar
b. 2-3 kali sehari: Observasi Perilaku:
Sering 18-36: kurang aktif
c. Kurang dari 2 kali berinteraksi
sehari: Jarang 37-54: cukup aktif
d. Tidak sama berinteraksi
sekali: Tidak 55-72: aktif
pernah berinteraksi
Confoun-
ding
Usia Usia Item data Rasio Rata-rata usia
responden karakteristik pada kelompok
dilihat dari sistem aplikasi SI- intervensi dan
tahun lahir DESIS kontrol

Jenis Adanya Item data Nominal 1. Laki-laki


Kelamin responden karakteristik pada 2. Perempuan
laki-laki dan sistem aplikasi SI-
perempuan DESIS
pada
kelompok
intervensi dan
kontrol

Pendidikan Pendidikan Item data Ordinal 1. Pendidikan Dasar


formal yang karakteristik pada 2. Pendidikan
telah dilalui sistem aplikasi SI- Menengah
responden DESIS 3. Pendidikan
hingga Tinggi
tamat/lulus

Pekerjaan Jenis Item data Nominal 1. Bekerja


pekerjaan karakteristik pada 2. Tidak Bekerja
responden sistem aplikasi SI-
sebelum DESIS
masuk RSJ
38

3.5 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Instrumen penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner untuk

mengukur interaksi sosial pasien skizofrenia. Peneliti melakukan

pengumpulan data secara mandiri.

3.5.1.1 Kuesioner Interaksi Sosial menggunakan skala interval untuk mengetahui

kemampuan kognitif dan afektif individu, serta lembar observasi perilaku

untuk mengetahui perilaku pasien skizofrenia. Interpretasi hasil kuisioner

Interaksi Sosial dan lembar observasi yaitu nilai 1 berarti selalu (jika lebih

dari 3 kali sehari), nilai 2 berarti sering (jika 2-3 kali sehari), nilai 3 berarti

jarang (jika kurang dari 2 kali sehari), nilai 4 berarti tidak pernah (jika

tidak sama sekali).

3.5.1.2 SOP Mindfulness Target Sehat Mandiri; berisi tentang cara melakukan

mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS yang diaplikasikan pada

pasien skizofrenia. (terlampir) SOP ini telah dilakukan uji coba pada pasien

kanker di IZI Semarang dan pada mahasiswa magister keperawatan Undip.

3.5.1.3 Aplikasi SI-DESIS; bermanfaat untuk mendeteksi kemampuan interaksi

sosial pada individu. Aplikasi ini juga berguna untuk mengetahui pengaruh

terapi mindfulness terhadap kemampuan interaksi sosial. Pengguna juga

dapat melakukan konsultasi dengan seputar masalah yang sedang dihadapi

dan hambatan dalam melakukan interaksi sosial.


39

Adapun konten atau fitur-fitur yang terdapat di dalam aplikasi ini yaitu:

3.5.1.3.1 i-List

Fitur ini berisi tentang data pasien yaitu nama, usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, dan status pasien dalam

penelitian ini sebagai kelompok intervensi atau kelompok non intervensi.

3.5.1.3.2 Pre dan Post

Fitur ini membantu perawat untuk mengidentifikasi interaksi

sosial pasien skizofrenia yaitu dengan mengisi kuesioner interaksi sosial

yang didalamnya terdapat penilaian tentang kemampuan kognitif dan

afektif serta lembar observasi perilaku berisi penilaian perilaku individu

dalam bersosialisasi.

3.5.1.3.3 Mindfulness

Fitur ini berisi tentang langkah-langkah melakukan mindfulness

self care atau target sehat mandiri yaitu 1) atur pernapasan dan fokus

pada kesadaran, 2) body scan dengan merasakan sakit yang ada pada

tubuh dan menikmati sakit itu dengan ikhlas, 3) Merasakan kenyamanan

dan manfaat berinteraksi dengan orang lain. 4) Menerima keadaan yang

sedang dialami dengan ikhlas dan mencoba memaafkan orang lain, 5)

Membuat target sehat mandiri bersosialisasi. Dalam fitur ini memuat

daily interaksi yang berisi tentang latihan interaksi sosial untuk pasien

sehari-hari dan pencapaiannya. Selain itu, terdapat catatan yang dapat

diisi perawat dengan metode SOAP untuk melaporkan kemajuan

interaksi pasien.
40

3.5.1.3.4 i-Report

Fitur ini berisi tentang hasil pre dan post-test pasien kelompok

intervensi dan kontrol. Selain itu, fitur ini berisi tentang berapa kali dan

tanggal berapa saja intervensi telah dilakukan serta hasil catatan perawat

dengan metode SOAP.

3.5.2 Uji validitas dan reabilitas

3.5.2.1 Kuesioner Interaksi Sosial dan Lembar Observasi Perilaku telah diuji

validitas dan reliabilitas oleh Sri Nyumirah dalam penelitiannya tentang

pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap kemampuan interaksi sosial klien

isolasi sosial. Uji pertama dilakukan di RS Marzoeki Mahdi Bogor. Uji

kedua dilakukan Sri Nyumirah di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang

dengan 30 orang responden sebagai sampel yang memiliki karakteristik

sama seperti kriteria inklusi dalam penelitian di RS Marzoeki Mahdi

Bogor.(41) Validitas instrument dilakukan dengan menggunakan Pearson

Product Moment, sedangkan nilai Alfa Cronbach digunakan untuk menilai

reliabilitas instrumen.

3.5.2.2 Hasil uji validitas pada Kuisioner Interaksi Sosial dengan aspek kemampuan

kognitif dan kemampuan afektif dengan hasil semua pertanyaan dinyatakan

valid. Hasil uji reliabilitas penelitian oleh Sri Nyumirah lebih kecil

dibandingkan penelitian di RS Marzoeki Mahdi Bogor sehingga kuisioner

dinyatakan reliable.(41)

3.5.2.3 Adanya perbedaan kriteria sampel dan skala pengukuran yang tidak bisa

disimpulkan menjadi sebuah hasil atau tingkatan dalam pembuatan sistem


41

informasi berbasis android, maka peneliti melakukan perubahan skala

pengukuran pada Lembar Observasi Perilaku. Peneliti kemudian melakukan

uji validitas dan reliabilitas ulang pada Kuesioner Interaksi Sosial dan

Lembar Observasi Perilaku. Uji ini dilakukan pada 30 orang responden

sebagai sampel di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

yang memiliki karakteristik sama seperti kriteria inklusi dalam penelitian

tesis ini. Hasil uji validitas Kuesioner Interaksi Sosial dan Lembar

Observasi Perilaku, didapatkan semua item pertanyaan valid dengan r

hitung ≥ r tabel. Hasil uji reliabilitas pada Kuisioner Interaksi Sosial dan

Lembar Observasi Perilaku, menyatakan kedua instrumen reliabel karena

memiliki hasil Cronbach Alpha > 0,60.

3.5.2.4 Kredibilitas Aplikasi

Aplikasi android Sistem Informasi Deteksi Interaksi Sosial (SI-

DESIS) merupakan pengembangan teknologi terapi mindfulness dan

memiliki konsep program yang sama dengan Sistem Informasi Sehat

Holistik (SI-SEHO) dan Sistem Informasi Belajar Sukses dengan Cinta (SI-

BESUTA). Aplikasi SI-DESIS dirancang oleh CV MIB Labs.

3.5.3 Pengumpulan Data


Populasi adalah pasien skizofrenia di RSJ dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Purposive Sampling

Pemilihan sampel sesuai dengan kriteria inklusi

Workshop pelaksanaan aplikasi SI-DESIS untuk perawat ruangan


42

Populasi Mengukur tingkat


Pertemuan I interaksi sosial pada
Pasien skizofrenia di ruang - Pre intervensi
rawat inap RSJD Dr. Amino pasien kelompok
- Pre-test terapi mindfulness melalui intervensi dan non
Gondohutomo Provinsi Jawa
aplikasi android SI-DESIS intervensi dengan
Tengah
- Pemberian terapi mindfulness Kuisioner Interaksi
Sosial dan Lembar
Sampel Pertemuan II Observasi Perilaku
Kelompok intervensi - Pemberian terapi mindfulness sebelum dilakukan
Pasien skizofrenia ruang rawat - Mengidentifikasi hambatan dalam terapi mindfulness
inap RSJD Dr. Amino memberikan mindfulness melaui
Gondohutomo Provinsi Jawa
aplikasi android SI-DESIS
Tengah = 26 orang
Kelompok kontrol
Pasien skizofrenia ruang rawat Pertemuan III, IV, V
inap RSJD Dr. Amino - Pemberian terapi mindfulness
Gondohutomo Provinsi Jawa - Memonitor penggunaan aplikasi
Tengah = 26 orang dan hambatan dalam
memberikan mindfulness melaui Mengukur tingkat
aplikasi android SI-DESIS interaksi sosial pada
Penelitian pasien kelompok
Terapi Mindfulness terhadap
Pertemuan VI intervensi dan
interaksi sosial pasien
skizofrenia melalui aplikasi - Pemberian terapi mindfulness kontrol dengan
android SI-DESIS pada Kuisioner Interaksi
- Post-test Terapi mindfulness
kelompok intervensi yaitu Sosial dan Lembar
melalui aplikasi android SI-
Pasien skizofrenia ruang rawat Observasi Perilaku
DESIS
inap RSJD Dr. Amino setelah dilakukan
- Penutupan intervensi
Gondohutomo Provinsi Jawa terapi mindfulness
Tengah

Analisa data menggunakan uji Penyajian data dan hasil


stastistic Mann Whitney U-Test
dan Wilcoxon Test
Menarik kesimpulan

Gambar 3.2 Desain Alur Penelitian

3.5.3.1 Tahap persiapan

Peneliti membuat sebuah modul pengembangan tentang aplikasi

android yang memuat beberapa konten aplikasi SI-DESIS. Peneliti

kemudian bekerjasama dengan android developer (ahli IT) untuk membuat

aplikasi android SI-DESIS pada bulan April-Juni 2019. Peneliti melakukan


43

uji etik di Komisi Etik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah pada bulan Mei 2019 dan telah dinyatakan lulus uji etik sebelum

penelitian dilaksanakan (Surat lulus uji etik nomor: 420/1/020609). Aplikasi

android SI-DESIS yang telah selesai dibuat dan akan diterapkan pada

penelitian, terlebih dahulu diuji coba pada pasien rawat jalan RSJD Dr.

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sejumlah 25 pasien selama 1

minggu.

Peneliti kemudian mengajukan surat permohonan pengumpulan data

awal dan data penelitian ke Diklat RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi

Jawa Tengah, yang selanjutnya akan diproses oleh pihak tersebut. Peneliti

mengambil data awal yang diperlukan setelah peneliti mendapat izin

penelitian dari pihak RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah. Peneliti mengidentifikasi pasien skizofrenia di ruang rawat inap 1

(Ruang Arimbi), ruang 3 (Ruang Citro Anggodo), ruang 4 (Ruang

Dewaruci), ruang 5 (Ruang Endro Tenoyo), ruang 6 (Ruang Gatotkaca),

ruang 7 (Ruang Hudoyo), ruang 12 (Ruang Madrim), dan RIPD. Setelah

penentuan ruang rawat inap, kemudian memilih sampel yang masuk ke

dalam kriteria inklusi dengan jumlah yang ditentukan yaitu 52 pasien.

Selanjutnya, peneliti melakukan workshop pelatihan mindfulness dan

penerapan aplikasi android SI-DESIS pada perawat ruang rawat inap yang

nantinya menjadi enumerator (asisten penelitian). Kriteria enumerator yaitu

perawat adalah pegawai tetap/PNS di RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah, minimal berpendidikan D3 Keperawatan, memiliki


44

smartphone android, telah mengikuti workshop mindfulness, dan

menandatangani surat kesediaan sebagai enumerator penelitian. Jumlah

enumerator yaitu 9 orang perawat ruang rawat inap. Workshop dilaksanakan

di Ruang Borobudur RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

pada tanggal 25 Juli 2019.

3.5.3.2 Tahap pre intervensi

Peneliti dibantu oleh perawat ruangan (enumerator) membagi

kelompok intervensi dan kontrol. Pembagian kelompok intervensi dan

kontrol dibedakan dengan pembagian ruang rawat inap untuk menghindari

terjadinya interaksi antara kedua kelompok. Pada kelompok perlakuan,

peneliti dibantu enumerator mengumpulkan responden dengan cara

meminta waktu setelah jam sarapan pagi. Peneliti memberikan penjelasan

penelitian dan memberikan informed consent kepada responden untuk diisi

dan ditandatangani.

Peneliti dibantu enumerator melaksanakan pre-test pada responden

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan mengisi Kuisioner

Interaksi Sosial dan Lembar Observasi Perilaku pada aplikasi SI-DESIS.

Aplikasi SI-DESIS dapat diinstal dari Google Drive melaui link yang

dibagikan melalui media WhatsApp pada semua perawat ruangan

(enumerator) yang telah diminta nomor telepon pada saat workshop. Peneliti

kemudian membuat grup WhatsApp untuk keperluan kontrak waktu

pelaksanaan penelitian di ruang rawat inap yang sudah ditentukan.


45

Pemilihan pasien skizofrenia yang masuk dalam kelompok kontrol harus

sama dengan kelompok intervensi yaitu dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

3.5.3.3 Tahap intervensi

Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Agustus 2019 selama 3

minggu. Intervensi mindfulness hanya diberikan pada kelompok perlakuan

sesuai pedoman yang sudah dibuat dan telah mendapat persetujuan dengan

responden. Intervensi yang diberikan terdiri dari: 1) Responden diberi

penjelasan mengenai manfaat terapi mindfulness untuk membantu

kesembuhan pasien. 2) Peneliti dibantu perawat ruangan (enumerator)

memberikan terapi mindfulness pada pasien kelompok perlakuan. 3)

Perawat ruangan mengisi evaluasi SOAP yang ada pada aplikasi SI-DESIS

dengan terlebih dahulu mengisi daily interaksi (latihan interaksi) yang telah

dilakukan pada pasien setelah diberi terapi mindfulness. Daily interaksi

(latihan interaksi) terdiri dari latihan berbicara dan bertanya, latihan fokus

dalam komunikasi, latihan menerima dan menyampaikan kritik, latihan

memohon maaf dan memaafkan, latihan berkenalan, dan latihan kontak

mata dan senyum saat berinteraksi. 4) Pemberian intervensi mindfulness

dilakukan selama dua kali dalam seminggu. 5) Peneliti sepakat bersama

perawat ruangan untuk bertemu setelah pemberian terapi mindfulness yang

kedua pada minggu pertama untuk membahas hambatan penelitian.

Pertemuan ketiga dan keempat dengan pasien berlangsung pada

minggu kedua bulan Agustus 2019. Setelah pemberian terapi mindfulness

yang kedua, peneliti bertemu dengan perawat ruangan untuk membahas


46

kendala penelitian pada minggu kedua penelitian ini. Pertemuan dengan

perawat ruangan dapat berupa video call atau teleconference apabila

terkendala waktu dan kesibukan peneliti maupun perawat ruangan. Peneliti

juga memastikan pada perawat ruangan bahwa pasien pada kelompok

kontrol tidak diberi terapi mindfulness. Pertemuan kelima dan keenam

dengan pasien berlangsung pada minggu ketiga bulan Agustus 2019.

3.5.3.4 Tahap post intervensi

Peneliti membuat kontrak waktu dengan perawat ruangan untuk

melakukan post-test pada kelompok perlakuan setelah pemberian terapi

mindfulness keenam kali. Pelaksanaan post-test dengan mengisi Kuesioner

Interaksi Sosial dan Lembar Observasi Perilaku sebagai indikator

keberhasilan program kepada pasien. Hal ini bertujuan untuk menilai

pengaruh mindfulness terhadap interaksi sosial pada responden / pasien.

Pasien yang berhalangan hadir saat post-test, maka peneliti menghubungi

perawat di ruangan tempat penelitian, kemudian membuat kesepakatan

untuk mengadakan post test pada responden tersebut. Kelompok kontrol

dilakukan post test di hari berikutnya setelah pelaksanaan post-test pada

kelompok perlakuan.

Jika terbukti bahwa penerapan intervensi mindfulness melalui aplikasi

android SI-DESIS berpengaruh terhadap interaksi sosial pasien skizofrenia,

maka kelompok kontrol akan memperoleh perlakuan yang sama persis

dengan kelompok perlakuan segera setelah pengumpulan data berakhir.


47

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk

mendapatkan hasil olahan data yang menjadi suatu informasi benar terkait

hasil penelitian.(58) Pengolahan data yang harus dilakukan peneliti ada lima,

yaitu sebagai berikut:(58)

3.6.1.1 Editing

Kesalahan atau kekeliruan dapat dikurangi dengan upaya pemeriksaan

kembali kebenaran data yang diperoleh dan dikumpulkan yang disebut juga

editing. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah

data terkumpul.

3.6.1.2 Coding

Sebuah cara/teknik memberi kode numeric (angka) terhadap data,

serta mengklasifikasi data yang merupakan usaha untuk menggolongkan

dan mengelompokkan dan memilah data berdasarkan klasifikasi tertentu

sehingga pengujian hipotesis akan mudah disebut juga coding. Coding

dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan yang

merupakan data karakteristik responden. Jenis kelamin dengan kode 1 untuk

laki-laki dan 2 untuk perempuan. Pendidikan dengan kode 1 untuk

Pendidikan Dasar (SD, SMP), 2 untuk Pendidikan Menengah (SMA), dan 3

untuk Pendidikan Tinggi (D1, D3, S1, S2). Pekerjaan dengan kode 1 untuk

bekerja dan 2 untuk tidak bekerja.


48

3.6.1.3 Tabulating

Data yang telah didapatkan kemudian dikelompokkan sesuai kategori

lalu ditabulasi.

3.6.1.4 Entry data

Langkah entry data merupakan proses memasukkan data yang sudah

ditabulasi ke dalam komputer software statistic Microsoft Excel dan SPSS

20 yang ada dalam komputer.

3.6.1.5 Clearing

Proses pengecekan ulang untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, setelah sumber data atau

responden telah dimasukkan disebut juga clearing. Clearing dilakukan pada

coding data dan interpretasi hasil kode.

3.6.2 Analisa Data

Data yang telah berhasil dikumpulkan, maka akan dilakukan tabulasi

dan analisis data. Data karakteristik responden dianalisa menggunakan

beberapa uji statistik. Data umur responden dapat diuji dengan uji Levene

untuk menguji homogenitas dua kelompok atau lebih yang memiliki data

numerik. Data jenis kelamin dan pekerjaan dapat diuji dengan uji Chi-

Square untuk menguji homogenitas dua kelompok atau lebih yang memiliki

data kategorik. Data pendidikan responden dapat diuji dengan uji Fisher’s

Exact untuk menguji dua kelompok yang memiliki data kategorik dengan

nilai frekuensi expected count 20%. Data pre dan post test Kuisioner
49

Interaksi Sosial dan Lembar Observasi Perilaku adalah data numerik, maka

dianalisis menggunakan uji statistik Wilcoxon.

Data post test kelompok intervensi dan kelompok kontrol dianalisis

menggunakan uji Mann-Whitney karena data berupa kategorik. Jika hasil

penelitian dengan nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis (H1) diterima artinya ada

pengaruh penerapan mindfulness terhadap peningkatan interaksi sosial

pasien skizofrenia melalui aplikasi android SI-DESIS. Pengolahan data

diproses menggunakan komputer dengan aplikasi program SSPS Windows.

3.7 Etika Penelitian

Prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat

dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu:(59)

3.7.1 Prinsip mengenai Hak Asasi Manusia

3.7.1.1 Hak ikut atau menolak menjadi responden

Subjek mempunyai hak memutuskan bahwa mereka bersedia menjadi

subjek ataupun tidak, tanpa adanya paksaan atau ancaman atau sangsi

apapun.

3.7.1.2 Informed Consent

Pada informed consent subjek berhak untuk memutuskan

berpartisipasi atau menolak serta berhak mendapkan penjelasan secara

lengkap tentang tujuan penelitian. Tujuan informed consent harus

dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu.
50

3.7.2 Prinsip Keadilan

Prinsip etik penelitian ini berkaitan dengan hak dijaga kerahasiaannya.

Subjek penelitian berhak untuk meminta data yang diberikan harus dijaga

kerahasiaannya. Ada pula prinsip etika penelitian kesehatan:(59)

3.7.2.1 Prinsip menghormati harkat dan martabat manusia (Respect For Person)

Prinsip Respect for persons menyangkut penghormatan akan otonomi

manusia untuk dengan bebas menentukan sendiri apa yang akan dia lakukan

untuk ikut atau tidak ikut dalam penelitian dan atau mau berhenti dalam

tahap manapun atau meneruskan keikutsertaannya dalam suatu peneletian.

3.7.2.2 Prinsip etik berbuat baik (beneficience) dan tidak merugikan (non-

maleficience)

Beneficience menyangkut prinsip untuk meningkatkan kesejahteraan

manusia dan tidak mencelakakannya. Bila prinsip ini diterapkan dalam

bidang riset medis, maka prinsip ini menyangkut suatu kewajiban untuk

meminimalisir risiko bila dibanding dengan potensi keuntungan yang

bisa diambil dari penelitian itu. Prinsip etik berbuat baik juga menyangkut

kewajiban membantu orang lain, dilakukan dengan mengupayakan manfaat

maksimal dengan kerugian minimal. Diikutsertakannya subjek manusia

dalam penelitian kesehatan dimaksudkan untuk membantu tercapainya

tujuan penelitian yang dilakukan. Prinsip etik berbuat baik

mempersyaratkan bahwa :

3.7.2.2.1 Risiko penelitian harus wajar (reasonable) dibanding manfaat yang

diharapkan;
51

3.7.2.2.2 Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah

3.7.2.2.3 Para peneliti mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu

menjaga kesejahteraan subjek penelitian;

3.7.2.2.4 Diikuti prinsip do no harm (non-maleficience/tidak merugikan) yang

menentang kesengajaan untuk merugikan subjek penelitian. Prinsip tidak

merugikan menyatakan bahwa jika seseorang tidak dapat melakukan hal-

hal yang bermanfaat, maka setidak-tidaknya jangan merugikan orang lain.

Prinsip tidak merugikan bertujuan agar subjek penelitian tidak semata-

mata diperlakukan sebagai sarana saja, tetapi harus diberikan

perlindungan terhadap adanya tindakan penyalahgunaan. Setiap upaya

mendapatkan keuntungan (mengupayakan beneficience) selalu

menimbulkan biaya (beban dan risiko, suatu maleficience). Dalam

praktek isu etik yang muncul sering terkait dengan bagaimana

cara menyelaraskan beneficience dan non maleficience.

3.7.3 Prinsip Keadilan (Justice)

Keadilan (Justice) merupakan kewajiban untuk memperlakukan

setiap manusia secara baik dan benar, memberikan apa yang menjadi haknya,

serta tidak membebani mereka dengan apa yang bukan menjadi

kewajibannya. Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk

memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama dalam

memperoleh hak-haknya, dengan moral yang benar dan layak.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat

4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden menggambarkan distribusi responden

berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden pada


Kelompok Intervensi dan Kontrol (n=52)
Intervensi Kontrol
Karakteristik Pasien (n=26) (n=26) Statistik p
N % N %
M(SD) M(SD)
Usia 1,270a 0,265
36,08(12,62) 35,16(10,06)
Jenis Kelamin
Laki-laki 15 57,7 13 50,0 0,077c 0,781
Perempuan 11 42,3 13 50,0
Pendidikan Terakhir
Pendidikan Dasar 12 46,2 15 57,7
0,698b 0,705
Pendidikan Menengah 10 38,5 8 30,8
Pendidikan Tinggi 4 15,4 3 11,5
Pekerjaan
Bekerja 12 46,2 12 53,8 0,077c 0,782
Tidak Bekerja 14 53,8 14 46,2
Catatan. a = Uji Levene, b = Chi-square, c = Uji Fisher’s exact, M=Mean,
SD=Standar Deviasi
Berdasarkan pada tabel di atas, mayoritas responden kelompok

intervensi berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu

pendidikan dasar dan memiliki status pekerjaan tidak bekerja. Hasil tabel di

atas pada kelompok kontrol jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan

sama rata dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu pendidikan dasar dan

52
53

memiliki status pekerjaan bekerja. Kesimpulan dari tabel distribusi frekuensi

karakteristik responden yaitu varian dari variabel usia, jenis kelamin,

pendidikan, dan pekerjaan signifikan homogen atau tidak terdapat perbedaan

karakteristik responden (p > 0,05).

4.2 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre-test pada Kelompok


Intervensi dan Kontrol
Tabel 4.2 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre-test pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol (n=52)
Intervensi Kontrol p
Pre-test
F (%) f (%)
Aktif 2 7,7 0 0
Cukup Aktif 2 7,7 3 11,5
0,329
Kurang aktif 22 84,6 23 88,5
Total 26 100,0 26 100,0

Hasil pre-test di atas menggambarkan bahwa mayoritas responden pada

kelompok intervensi maupun kontrol berada pada kategori kurang aktif dalam

interaksi sosial. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat

interaksi sosial pada pre-test kelompok intervensi dan pre-test kontrol

signifikan homogen (p > 0,05).

B. Analisis Bivariat
4.3 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia pada Kelompok Intervensi dan
Kontrol
Tabel 4.3.1 Perbedaan Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia pada
Kelompok Intervensi Pre-test dan Post-test (n=26)
Intervensi (n=26)
Z P
M(SD)
Pre-test 33,31(7,32)
-4,463 0,000
Post-test 59,73(4,90)
54

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan tingkat interaksi sosial pasien skizofrenia pada kelompok

intervensi pre-test dan post-test (p < 0,05)). Pada kelompok kontrol, tidak

terdapat perbedaan tingkat interaksi sosial pasien pada pre-test dan post-

test (p > 0,05).

Tabel 4.3.2 Perbedaan Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia pada


Kelompok Kontrol Pre-test dan Post-test (n=26)
Kontrol (n=26)
Z p
M(SD)
Pre-test 32,00(3,84)
-0,096 0,923
Post-test 32,96(6,71)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan tingkat interaksi sosial pasien skizofrenia pada kelompok

kontrol pre-test dan post-test (p > 0,05). Nilai uji effect size yang

didapatkan dari hasil penelitian ini yaitu sebesar 0.8752 yang berarti

bahwa kelompok intervensi sangat kuat pengaruhnya terhadap hasil

tingkat interaksi sosial setelah diberikan terapi mindfulness


55

4.4 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia


melalui Aplikasi Android SI-DESIS antara Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Tabel 4.4 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi Sosial Pasien
Skizofrenia melalui Aplikasi Android SI-DESIS antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol (N=52)
Intervensi Kontrol
(n=26) (n=26) U p-value
Mean Rank Sum Rank Mean Rank Sum Rank
Tingkat Pre-test 26,44 687,50 26,56 690,50 336,500 0,978
Interaksi
Post-test 39,04 1015,00 13,96 363,00 12,000 0,000
Sosial

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil pre-test

tingkat interaksi sosial sebelum diberikan intervensi mindfulness adalah

tidak terdapat peningkatan (p > 0,05). Hasil uji statistik Mann-Whitney yang

digunakan pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan

tingkat interaksi sosial pada post-test setelah diberikan intervensi

mindfulness (p < 0,05). Kesimpulan dari hasil tersebut memperlihatkan

bahwa terdapat pengaruh mindfulness melalui aplikasi SI-DESIS (Sistem

Informasi Deteksi Interaksi Sosial) terhadap tingkat interaksi sosial pasien

skizofrenia.
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre-test Terapi Mindfulness

Melalui Aplikasi Android SI-DESIS

Interaksi sosial pada pasien skizofrenia sebelum diberikan

perawatan cenderung kurang aktif seperti yang terbukti pada penelitian ini

yaitu nilai rata-rata tingkat interaksi sosial sebesar 33,31 pada kelompok

intervensi dan sebesar 32,00 pada kelompok kontrol sebelum dilakukan

terapi mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS. Temuan tersebut

menunjukkan bahwa perlu adanya pengkajian mendalam saat awal pasien

masuk Rumah Sakit Jiwa mengenai interaksi. Hasil penelitian ini didukung

oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ono et al. tentang interaksi

sosial pada gangguan jiwa menjelaskan bahwa 49 dari 50 responden yang

merupakan pasien skizofrenia (p-value=0,001) memiliki interaksi sosial

yang rendah sebelum diberi terapi psikologis apapun.(60) Selain itu,

penelitian yang dilakukan oleh Yilmaz et al. tentang proses sosial pada

pasien skizofrenia juga memaparkan hasil yang hampir sama, yaitu

sebanyak 4 pasien skizofrenia pada penelitian kualitatif yang dilakukan,

memiliki tingkat interaksi yang kurang aktif dalam sebuah proses sosial.(61)

Masalah interaksi sosial yang kurang aktif pada pasien skizofrenia di

Rumah Sakit Jiwa merupakan dampak gejala positif dan negatif penyakit.(60)

56
57

Gejala positif dan negatif yang dialami pasien skizofrenia dapat dipengaruhi

oleh aspek afektif, kognitif, dan psikomotor. Aspek afektif pada pasien

skizofrenia berkaitan dengan defisit neurokognitif yang berakibat adanya

gangguan pada fungsi perhatian, memori visual, dan kognisi sosial.(59)

Emosi merupakan bagian dari aspek afektif.(62)

Pasien skizofrenia pada dasarnya memiliki gangguan emosi. Hal ini

terlihat saat penelitian berlangsung dimana pasien skizofrenia pada

kelompok intervensi mudah sekali berganti mood, sehingga pada saat pasien

skizofrenia dilatih untuk memberi salam dengan pasien lain, perawat harus

memastikan bahwa pasien saat itu dalam kondisi yang koopertif dan bugar.

Selain itu, ketidakstabilan emosi ini sangat berpengaruh terhadap keaktifan

pasien skizofrenia dalam kegiatan berkelompok di ruangan. Penelitian yang

dilakukan oleh Martin et al. tentang respon emosional pada interaksi pasien

skizofrenia menjelaskan bahwa seluruh sampel sebanyak 16 pasien

skizofrenia (p-value=0,12) pada kelompok intervensi memiliki

ketidakstabilan emosi sebelum diberi terapi.(63) Emosi yang tidak stabil

mempengaruhi respon sosial serta minat dan motivasi pasien skizofrenia

untuk melakukan interaksi dengan orang lain.(63) Selain itu, emosi yang

tidak terkontrol pada pasien skizofrenia dapat berakibat adanya risiko

perilaku kekerasan dalam interaksi dengan orang lain.(63)

Aspek kognitif pada pasien skizofrenia berkaitan dengan kemampuan

berkomunikasi dan fokus saat melakukan interaksi.(64) Hasil penelitian di

Rumah Sakit Jiwa memperlihatkan bahwa 22 pasien skizofrenia pada


58

kelompok intervensi dan 23 pasien skizofrenia pada kelompok kontrol dari

jumlah 26 pasien masing-masing kelompok memiliki interaksi sosial yang

kurang aktif. Kurang aktifnya interaksi pada pasien skizofrenia terlihat saat

perawat melalukan pre-test yaitu pasien sulit fokus saat diajak berbicara dan

sulit mengingat mengapa pasien dibawa ke rumah sakit. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Stefanopoulou et al. yang

menyebutkan bahwa pasien skizofrenia pada kelompok perlakuan (p-

value=0,08) dan kontrol (p-value=0,09) memiliki keterlambatan ingatan dan

kesulitan fokus dalam sebuah diskusi yang diukur dengan Wechsler Adult

Intelligence Scale.(65) Selain itu, dalam penelitian ini juga menjelaskan

bahwa pasien skizofrenia mengalami respon verbal yang terganggu (p-

value=0,33) diukur menggunakan California Verbal Learning Test.(65)

Masalah interaksi sosial juga dipengaruhi oleh aspek psikomotor.

Aspek psikomotor dalam sebuah interaksi berupa kemampuan bersosialisasi

secara umum seperti menyapa, tersenyum, menjawab pertanyaan.(66) Hasil

pre-test penelitian ini memunjukkan bahwa ada 2 pasien di kelompok

intervensi dan 3 pasien di kelompok kontrol yang cukup aktif berinteraksi.

Kategori cukup aktif berinteraksi merupakan gabungan dari penilaian

afektif, kognitif, dan psikomotor. Kategori ini mendefinisikan bahwa pasien

skizofrenia telah sering berinteraksi tetapi masih kurang maksimal terutama

dalam psikomotornya. Penelitian yang dilakukan oleh Morrens et al.

memaparkan bahwa pasien skizofrenia mengalami keterlambatan

psikomotor sebelum diberikan terapi apapun.(67) Pengukuran psikomotor ini


59

ada di item PANSS (Positive and Negative Syndrome Scales) yaitu motor

retardation dalam General Psychopathology Scale.(68) Kay, et al. dalam

penelitiannya menjelaskan bahwa item motor retardation yang berfungsi

untuk mengukur psikomotor pasien skizofrenia ini memiliki rata-rata 2,09

(p-value=0,01), yang berarti semakin tinggi nilai keterlambatan motorik

pasien skizofrenia, maka proses interaksi dengan lingkungan akan semakin

terganggu/ bermasalah.(68)

Selain ketiga aspek di atas, faktor lingkungan juga berpengaruh dalam

proses interaksi seseorang. Cigarini et al. dalam penelitiannya tentang

pengaruh ekosistem kesehatan mental terhadap interaksi sosial menjelaskan

bahwa masyarakat dan tenaga kesehatan yang mendukung kesembuhan

pasien gangguan jiwa, memiliki layanan perawatan yang berorientasi pada

interaksi sosial.(69) Adanya kontribusi langsung pasien gangguan jiwa

terutama pasien dengan diagnosa medis skizofrenia sebanyak 43,6% dalam

interaksi kelompok, merupakan hasil dari keterlibatan secara aktif tenaga

kesehatan jiwa yang bekerjasama dengan keluarga/ masyarakat dalam upaya

pemulihan pasien gangguan jiwa.(69) Pasien skizofrenia pada kelompok

intervensi di Rumah Sakit Jiwa memiliki keluarga yang sering menjenguk

pasien menurut keterangan dari perawat ruang 1, 5, dan RIPD.

Interaksi sosial yang kurang aktif pada 45 pasien skizofrenia dari total

52 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa

adanya gangguan ketiga aspek (afektif, kognitif, dan psikomotor) serta

lingkungan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa membuat pasien


60

kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut berpengaruh pada

proses pemulihan yang menjadi terhambat. Oleh karena itu, kurang aktif

interaksi tersebut harus segera ditangani dengan ketrampilan perawat

memberikan terapi mindfulness.

5.2 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia

melalui Aplikasi Android SI-DESIS antara Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol

Terapi mindfulness merupakan sebuah latihan agar individu

memiliki sikap perhatian, fokus pada kesadaran, rasa syukur serta pemikiran

yang positif dan penuh antusias terhadap seluruh pengalaman hidup yang

terjadi saat ini (present experience).(70) Teori mindfulness yang dicetuskan

oleh Kabat Zinn menjelaskan bahwa terapi ini memberikan ketenangan

dalam pikiran dan jiwa, sehingga membantu seseorang untuk dapat fokus

dalam menyelesaikan masalah.(71) Terapi mindfulness dalam

perkembangannya, telah terbukti dapat menangani pasien gangguan jiwa.

Penelitian yang dilakukan oleh Khoury et al. menjelaskan bahwa

mindfulness based therapy efektif dalam mengurangi kecemasan, depresi,

dan stres dengan effect size 95% (p=0.0002) yang berarti sangat kuat

pengaruhnya.(72) Piet et al. tentang mindfulness based cognitive therapy juga

menjelaskan bahwa terapi ini berpengaruh dalam mencegah kekambuhan

pada kasus MDD (Major Depressive Disorder) dengan p=0,0001.(73) Terapi

mindfulness juga dapat meningkatkan kemandirian perawatan diri pasien


61

gangguan jiwa seperti penelitian yang dilakukan oleh Slatyer et al. tentang

mindfulness based self care yang menjelaskan bahwa terapi ini berpengaruh

dalam meningkatkan kemandirian pasien saat perawatan di rumah sakit

dengan persentase 94%.(74)

Pada pasien gangguan jiwa dengan diagnosa medis skizofrenia, terapi

minfulness juga sangat membantu pemulihan. Hal ini sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tabak et al. tentang mindfulness

pada skizofrenia yang menjelaskan bahwa terapi mindfulness berpengaruh

pada peningkatan motivasi, kestabilan emosi, dan peningkatan interaksi

yang positif dengan nilai rata-rata 15,66.(75) Terapi mindfulness bagi pasien

skizofrenia dalam mengatasi masalah interaksi sosial terdiri dari lima tahap

yaitu 1) fokus pada kesadaran (awareness), 2) body scan, 3) kenyamanan,

4) penerimaan (acceptance) dan 5) target sehat mandiri.(20) Terapi ini

dikembangkan dengan teknologi android dan dikombinasikan dengan

pengukuran interaksi sosial sehingga menghasilkan aplikasi Sistem

Informasi Deteksi Interaksi Sosial (SI-DESIS). SI-DESIS merupakan

aplikasi berbasis android untuk mendeteksi interaksi sosial pada pasien

terutama dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia. Aplikasi ini

merupakan sebuah media penelitian yang dapat membantu perawat dalam

efisien waktu dan penggunaan kertas ketika mendokumentasikan

perkembangan interaksi sosial pasien skizofrenia, sehingga perawat bisa

lebih fokus dalam memberikan terapi mindfulness.


62

Fokus tahapan terapi mindfulness self care dalam meningkatkan

interaksi sosial adalah tahap kenyamanan dan target sehat mandiri sesuai

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Webber et al.(76) Penelitian

tersebut menjelaskan bahwa pada pasien gangguan jiwa yang sering

diajarkan dan dibimbing untuk merasakan nyaman saat berinteraksi dengan

orang lain akan membuat pasien menyadari manfaat berinteraksi dengan

orang lain.(76) Tahapan penting selanjutnya yaitu target sehat mandiri yang

merupakan langkah melatih pasien skizofrenia untuk mampu membuat

tingkat kemandiriannya sendiri.(20) Kemandirian pada pasien gangguan jiwa

terutama pasien skizofrenia sangat penting dalam membantu proses

pemulihan terutama kemandirian bersosialisasi atau melakukan interaksi

sosial dengan lingkungan sekitar.(77)

Hasil post-test pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi

mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS diperoleh hasil statistik

dengan p-value=0,000 yang bermakna terapi mindfulness melalui aplikasi

android SI-DESIS dapat meningkatkan interaksi sosial pada pasien

skizofrenia. Hasil penelitian ini didukung penelitian sebelumnya oleh Wolf

et al. yang menjelaskan adanya penurunan gejala negatif pada pasien

skizofrenia setelah diberikan intervensi berupa mindfulness mobile

application dengan nilai rata-rata pre-test 7,52 dan post-test 2,24 yang

berarti penurunan gejala negatif berdampak terhadap peningkatan respon

sosial.(78)
63

Peningkatan interaksi sosial pada pasien skizofrenia yang telah

diberikan intervensi merupakan efek dari terapi mindfulness yaitu

kenyamanan berinteraksi yang telah dirasakan pasien serta melatih

kemandirian dengan latihan sehari-hari. Latihan kemandirian ini berupa

latihan (daily) interaksi yang berisi ringkasan kemampuan afektif, kognitif,

dan psikomotor atau perilaku yang ada dalam Kuesioner Interaksi Sosial dan

Lembar Observasi Perilaku. Kemampuan yang ada dalam latihan (daily)

interaksi yaitu 1) berbicara dan bertanya, 2) fokus saat komunikasi, 3)

menyampaikan dan menerima kritik, 4) memohon maaf dan memaafkan, 5)

berkenalan, 6) kontak mata dan senyum. Latihan kemandirian ini dilatih

setiap hari dan diukur menggunakan level kemandirian/target sehat

mandiri.(20) Level kemandirian terdiri dari level 1) keyakinan bahwa

kemampuan ini penting, level 2) pengetahuan yang dibutuhkan, level 3)

perawat memberikan contoh pada pasien, level 4) pasien melakukan

didampingi perawat, level 5) pasien mandiri dan mempertahankan

kemandirian.(20)

Intervensi mindfulness dapat diberikan melalui bantuan media berupa

mobile application atau mindfulness secara online. Penelitian yang

dilakukan oleh Choo et al. menjelaskan bahwa terapi mindfulness dengan

smartphone application berdampak positif pada penurunan risiko bunuh diri

dan peningkatan respon emosional serta interaksi.(79) Penelitian lain yang

dilakukan oleh Garcia et al. dan Spikerjman et al. menyatakan bahwa

intervensi mindfulness yang diberikan melalui aplikasi smartphone


64

berdampak positif dalam meningkatkan kualitas hidup (p-value=0,003),

respon sosial (p-value=0,002) serta kesejahteraan (p-value=0,002).(80,81)

Penelitian dengan terapi mindfulness tidak hanya dilakukan dengan

satu kelompok responden, tetapi seringkali menggunakan kelompok kontrol

sebagai pembanding. Hasil kelompok kontrol menunjukkan bahwa tidak

ada peningkatan interaksi sosial bagi pasien kelompok kontrol yang tidak

mendapatkan terapi mindfulness.(82) Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

telah dilakukan yaitu tidak ada peningkatan interaksi sosial yang signifikan

pada pasien skizofrenia di kelompok kontrol dengan nilai rata-rata 0,96.

Adanya perbedaan hasil tingkat interaksi sosial pada kelompok intervensi

dan kontrol terjadi karena pada kelompok intervensi telah diberi terapi

mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS. Terapi mindfulness

memberikan efek tenang dan nyaman pada tubuh, fokus pada situasi yang

dialami saat ini, berpikir positif terhadap setiap hal, serta mampu membuat

target sehat mandiri sesuai dengan kemampuan yang dilatih(22,43)

Perubahan interaksi sosial menjadi lebih aktif pada pasien skizofrenia,

juga dipengaruhi oleh kemampuan perawat jiwa dalam menggunakan

aplikasi android SI-DESIS serta kemampuan memberikan terapi

mindfulness. Hal ini sesuai dengan penerapan teori Pencapaian Tujuan

(Goal Attainment) oleh Imogene M. King. Teori tersebut menekankan

pentingnya keberhasilan pencapaian tujuan pemulihan pasien yang optimal

dengan terjalinnya interaksi antara perawat dan pasien. Perawat harus dilatih

mindfulness terlebih dahulu sebelum memberikan terapi ini untuk pasien.(78)


65

Hal ini didukung oleh penelitian Byron et al. yang menjelaskan bahwa

perawat yang telah dilatih mindfulness dan dapat menerapkan pada pasien

dapat mendukung kesembuhan pasien lebih cepat.(83) Penelitian lain yang

dilakukan oleh Brady et al. juga menyebutkan bahwa ada peningkatan

kepuasan pasien jiwa dan keluarga sebesar 4,3% pada perawat yang

melakukan intervensi mindfulness untuk melatih pasien.(84) Perawat jiwa

dalam penelitian ini telah dapat menekankan aspek penting dalam terapi

mindfulness untuk meningkatkan interaksi sosial yaitu dalam tahap

kenyamanan dan target sehat mandiri. Rasa nyaman dalam berinteraksi yang

dirasakan langsung oleh pasien skizofrenia, dapat menyadarkan pasien

pentingnya berinteraki dengan lingkungan sekitar.(85) Kenyamanan yang

terus-menerus dirasakan, dapat membuat pasien bersemangat untuk

mempertahankan interaksi yang sudah berlangsung dengan melakukan

interaksi secara mandiri tanpa bantuan perawat.(85)

Oleh karena itu, terapi mindfulness menggunakan aplikasi android SI-

DESIS dapat membantu pasien skizofrenia untuk menyadari pentingnya

berinteraksi, meningkatkan kemampuan interaksi pasien dan mengajarkan

kemandirian berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sehingga proses

pemulihannya menjadi lebih cepat.


66

5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang ada dalam pelaksanaan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Aplikasi android SI-DESIS tidak memiliki video yang berisi langkah-

langkah dalam melakukan terapi mindfulness, sehingga pengguna tidak

bisa melihat langkah-langkah melakukan mindfulness

2. Kriteria inklusi pada penelitian ini kurang detail atau ketat sehingga

berisiko untuk bias dan drop out.

3. Penelitian dilakukan pada satu Rumah Sakit Jiwa saja sehingga tidak

ada variasi lingkungan yang mempengaruhi hasil.

4. Sesuai dengan ethical clearance yang telah dilaksanakan, bahwa

penelitian yang dilakukan pada pasien gangguan jiwa di rumah sakit

jiwa tidak bisa menggunakan teknik random sampling karena terlalu

berisiko bias dan drop out.

5.4 Implikasi Penelitian terhadap Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini membuktikan bahwa terapi mindfulness melalui

aplikasi android SI-DESIS dapat meningkatkan interaksi sosial pasien

skizofrenia di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Aplikasi SI-DESIS dapat menjadi sarana untuk membantu mendeteksi

interaksi pasien skizofrenia pada pengkajian awal asuhan keperawatan jiwa.

Pelaksanaan terapi mindfulness diajarkan oleh perawat selama pasien

menjalani proses perawatan di rumah sakit jiwa hingga pasien dapat latihan

sendiri setelah pulang dirumah. Evaluasi dilakukan setiap minggu untuk


67

melihat adanya kendala dalam terapi mindfulness menggunakan aplikasi

serta rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan untuk mengatasi kendala

tersebut.
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian dan

analisis data yang telah dilakukan adalah tingkat interaksi sosial pre-test

terapi mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS memiliki hasil yang

relatif sama antara kelompok intervensi dan kontrol yaitu rata-rata pasien

skizofrenia kurang aktif berinteraksi. Tingkat interaksi sosial post-test

pemberian terapi mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS memiliki

hasil yang berbeda antara dua kelompok. Kelompok intervensi terdapat

peningkatan yaitu rata-rata pasien skizofrenia aktif berinteraksi. Namun,

pada kelompok kontrol yang tidak diberi terapi mindfulness, tidak

mengalami perubahan yang signifikan yang berarti interaksi sosial pasien

skizofrenia masih berada pada tingkat kurang aktif berinteraksi.

Terapi mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS dengan uji

Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan interaksi

sosial pre-test sebelum diberikan terapi mindfulness. Namun, terdapat

peningkatan interaksi sosial post-test setelah diberikan terapi mindfulness.

Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh mindfulness

melalui aplikasi SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi Sosial)

terhadap tingkat interaksi sosial pasien skizofrenia.

68
69

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian

yang telah didapatkan yaitu sebagai berikut:

6.2.1 Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dengan terapi mindfulness melalui aplikasi android SI-

DESIS dapat menjadi sumber referensi civitas akademika dalam melakukan

penelitian berikutnya serta dapat diaplikasikan untuk pengabdian

masyarakat. Mindfulness dapat disosialisasikan secara luas sebagai salah

satu tindakan keperawatan holistik.

6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Aplikasi android SI-DESIS bisa menjadi pendeteksi tingkat interaksi sosial

pasien skizofrenia pada awal pengkajian sekaligus mengukur perubahan

interaksi sosial selama perawatan di rumah sakit jiwa sampai dengan pasien

pulang. Terapi mindfulness di dalam aplikasi ini dapat diterapkan sebagai

intervensi keperawatan bagi pasien skizofrenia.

6.2.3 Pengembangan Penelitian

Penelitian selanjutnya dapat mengambil sampel pasien gangguan jiwa

dengan diagnosa medis lain atau pada pasien NAPZA, sehingga lebih

variatif. Peneliti selanjutnya juga dapat melanjutkan penelitian ini dengan

sampel yang lebih banyak dan desain penelitian yang lebih tinggi

(randomized controll trial) untuk meningkatkan kualitas hasil intervensi.

Aplikasi android SI-DESIS ini dapat dikembangkan pula oleh peneliti non
70

keperawatan untuk dapat mengukur interaksi sosial pada individu atau

kelompok di bidang keilmuan lain.


DAFTAR PUSTAKA

1. Balitbang Kemenkes. Hasil utama Riskesdas 2018 [Internet]. Jakarta:


Kemenkes RI; 2018. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil Riskesdas 2018.pdf
2. Rekam Medis Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondhohutomo Semarang.
Laporan 10 besar penyakit (Index 10 besar ICD) rawat inap. Periode : 1
Januari – 31 Desember 2018. Semarang; 2018.
3. WHO. Mental health schizophrenia [Internet]. 2019. Available from:
https://www.who.int/mental_health/management/schizophrenia/en/
4. Hawari. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
5. Sadock BJ, Sadock VA, Buku ajar psikiatri klinis, edisi 2. Jakarta: EGC;
2010.
6. Atalay F, Atalay H. Gender differences in patients with schizophrenia in
characteristics. Ger J Psychiatry [Internet]. 2006; Available from:
http://www.gjpsy.uni-goettingen.de
7. Hawari D. Skizofrenia pendekatan holistik (BPSS) bio-psiko-sosial-spiritual
edisi ketiga. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2014.
8. Acocella J, Alloy LB, Bootzin R, Abnormal psychology: current
perspectives. New York: Mc Graw Hill Inc; 2006.
9. Direja SNAH. Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
10. Jumaini, Keliat BA, Daulima N. Pengaruh cognitive behavioral social skills
training (CBSST) terhadap kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di
BLU RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK UI. Tidak
dipublikasikan; 2010.
11. Malky EM, Atia M, Alam HF. The effectiveness of social skill training on
depressive symptoms, self-esteem and interpersonal difficulties among
schizophrenic patients. Int J Adv Nurs Stud. 2016;5(1):43.
doi:10.14419/ijans.v5i1.5386
12. Nyumirah S. Peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan
perilaku) melalui penerapan terapi perilaku kognitif di Rsj Dr Amino
Gondohutomo Semarang. Keperawatan Jiwa [Internet]. 2013;2:121–8.
Available from: http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-
journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/45
13. Stuart GW, Laraia MT. Principles and practice of psychiatric nursing. 8 th

71
72

ed. Missouri: Mosby Inc; 2005.


14. Nugroho AE. Farmakologi:obat-obat penting dalam pembelajaran ilmu
farmasi dan dunia kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2012.
15. Stuart G. Principles and practice of psychiatric nursing. 10th Ed. Canada:
Envolve; 2013.
16. Stott DP. Early detection and cognitive therapy for people at high risk of
developing psychosis. International Journal of Clinical Practice. 2004.647-
657p. doi:10.1002/9780470713259
17. Yani A. Layanan berbasis android untuk melakukan deteksi dini depresi pada
remaja. Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang; 2018. Avalaible
from:http://eprints.unipdu.ac.id/1085/1/jurnal%20android%20depresi.
18. Anityo, Pramono GK. Pengaruh terapi kognitif terhadap kemampuan
berinteraksi pasien skizofrenia dengan isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa
Grhasia Yogyakarta. Jendela Nurs J. 2013;2 No.1. Available from:
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jnj/article/view/216
19. Dekeyser M, Raes F, Leijssen M, et al. Mindfulness skills and interpersonal
behaviour. Pers Individ Dif. 2008;44(5):1235–45.
https://doi.org/10.1016/j.paid.2007.11.018
20. Dwidiyanti M, Reza IW, Hasanah EWN. Mindfulness untuk self care. In:
Meidiana Dwidiyanti, Reza Indra Wiguna, Hasanah Eka WN, editor.
Semarang: Undip Press; 2018. p.1–44.
21. Davis LW, Strasburger AM, Brown LF. Mindfulness an intervention for
anxiety in schizophrenia. J Psychosoc Nurs [Internet]. 2007;45:23–9.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18041355
22. Locsin, R, Kongsuwan W. The evolution of the theory of technological
competency as caring in nursing. Chanmuang Press, Thailand. 2017;
23. Ningsih HEW. Pengaruh terapi mindfulness melalui aplikasi android Si-
Besuta terhadap stres mahasiswa magister keperawatan. Tesis Universitas
Diponegoro. Tidak Dipublikasikan; 2018.
24. Marlaine C. Smtih MEP. Nursing theories and nursing practice. 3rd ed.
Philadelphia: F.A Davis Company; 2010. 146-166p.
25. King IM. A theory of goal attainment: Systems, concepts, process. New
York: John Wiley & Sons; 1981
26. Randal C, Bucci S, Morera T, et al. Mindfulness based cognitive therapy for
psychosis: measuring psychological change using repertory grids. Clin
Psychol Psychother. 2016;23(6):496–508. doi: 10.1002/cpp.1966
27. Shapero BG, Desbordes G, de Jong M, et al. Mindfulness based interventions
in psychiatry. Focus (Madison). 2018;16(1):32–9.
73

doi:10.1176/appi.focus.20170039
28. Aust J, Bradshaw T. Mindfulness interventions for psychosis: a systematic
review of the literature. J Psychiatr Ment Health Nurs. 2017;24(1):69–83.
doi:10.1111/jpm.12357
29. Li J, Shen J, Wu G, Tan Y, et al. Mindful exercise versus non-mindful
exercise for schizophrenia: A systematic review and meta-analysis of
randomized controlled trials. Complement Ther Clin Pract [Internet].
2018;32:17–24. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2018.04.003Baer RA, Smith GT, Allen KB.
Assessment of mindfulness by self report. Curr Opin Psychol. 2019;28:42–
8. doi: 10.1177/1073191104268029
30. King IM. Toward a theory for nursing: general concepts of human behavior.
New York: John Wiley & Sons; 1971.
31. Butler PD, Silverstein SM, Dakin SC. Visual perception and its impairment
in schizophrenia. Biol Psychiatry. 2008 Jul 1;64(1):40-7. doi:
10.1016/j.biopsych.2008.03.023.
32. Schennach R, Riedel M, Musil R, Möller HJ. Treatment Response in First-
episode Schizophrenia. Clin Psychopharmacol Neurosci. 2012;10(2):78–87.
doi:10.9758/cpn.2012.10.2.78
33. Sinaga BR. skizofenia & diagnosis banding. Jakarta: Balai Penerbit: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2008
34. Herman. Buku asuhan keperawatn jiwa. Yogyakarta: Nuha Medica; 2011.
35. Reverger MJ. Perbandingan performa fungsi pasien skizofrenia yang
mendapat terapi tunggal dengan terapi kombinasi antipsikotika di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (periode Desember 2011-Mei 2012).
Universitas Indonesia; 2012. Available from:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307209-T31178-
perbandingan%20perporma.
36. Muhyi A. Prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi di
RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta; 2011. Available from:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25485
37. Velten J, Lavallee KL, Scholten S, et al. Lifestyle choices and mental health:
a representative population survey [published correction appears in BMC
Psychol. 2016;4:2]. BMC Psychol. 2014;2(1):58. Published 2014 Dec 23.
doi:10.1186/s40359-014-0055-y
38. Erlina SDP. Determinan terhadap timbulnya skizofrenia pada pasien rawat
jalan di rumah sakit jiwa prof. hb saanin padang sumatera barat.
2010;26(2):71–80. doi:10.22146/bkm.3471
74

39. Safitri M. Perbedaan kualitas hidup antara pasien skizofrenia gejala positif
dan gejala negatif menonjol. Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta,
Surakarta; 2010. Available from: https://eprints.uns.ac.id/id/eprint/9035
40. Dayakisni T. Psikologi sosial. Malang: UMM Press; 2009.
41. Nyumirah S. Pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap kemampuan
interaksi sosial klien isolasi sosial di RSJ Dr. Amino Gondhohutomo
Semarang. Univeristas Indonesia; 2012. Available from:
http://lib.ui.ac.id/detail?id=20305584&lokasi=lokal

42. Soekanto S. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo; 2007


43. Calafell RM, Gutiérrez MJ, Ribas SJ, Lemos GS. Social skills training for
people with schizophrenia: What do we train? Behavioral Psychology/
Psicología Conductual: Revista Internacional Clínica y de la Salud.
2014;22(3), 461-477. Available from: https://psycnet.apa.org/record/2014-
55699-005
44. Townsend CM. Essentials of psychiatric mental health nursing. 6th ed.
Philadelphia: F.A Davis Company; 2014
45. Maramis. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga; 2009.
46. Kirana SAC, Budi AKM. Penurunan gejala klien halusinasi dan isolasi
sosial dengan cognitive behaviour therapy dan cognitive behavioural social
skills training di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Ilmiah Keperawatan.
2016;10(1):862–9.
47. Randal C, Bucci S, Morera T, Barrett M, Pratt D. Mindfulness based
cognitive therapy for psychosis: Measuring psychological change using
repertory grids. Clin Psychol Psychother. 2016;23(6):496–508. doi:
10.1002/cpp.1966
48. McQuaid JR, Granholm E, McClure FS, Roepke S, et al. Development of an
integrated cognitive behavioral and social skills training intervention for
older patients with schizophrenia. J Psychother Pract Res [Internet].
2000;9(3):149–56. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10896740%0Ahttp://www.pubmedce
ntral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC3330598
49. Shapero BG, Desbordes G, de Jong M, Pedrelli P, Greenberg J. Mindfulness
based interventions in psychiatry. Focus (Madison). 2018;16(1):32–9.
doi:10.1176/appi.focus.20170039
50. Sari SP, Dwidiyanti M. Studi kasus: Mindfulness dengan pendekatan
spiritual pada pasien skizofrenia dengan resiko perilaku kekerasan. Konferen
Nasional XI Keperawatan Kesehatan Jiwa. 2014;284–9.
75

51. Hendler T, Raz G., Shimrit S, et al. Social affective context reveals altered
network dynamics in schizophrenia patients. Transl Psychiatry. 2018;
8, 29. doi:10.1038/s41398-017-0055-9
52. Fioravanti M, Bianchi V, Cinti ME. Cognitive deficits in schizophrenia: an
updated metanalysis of the scientific evidence. BMC Psychiatry.
2012;12, 64. doi:10.1186/1471-244X-12-64
53. Bervoets C, Lise D, Bernard S, Sara V, et al. The nature of the relationship
of psychomotor slowing with negative symptomatology in schizophrenia.
Cognitive Neuropsychiatry. 2014;19(1), 36-
46. doi: 10.1080/13546805.2013.779578
54. Sugiyono. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta; 2017
55. Nursalam. Metodologi penelitian: Pendekatan praktis. Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika; 2013
56. McComb RJJ, Tacon A, Randolph P, Caldera Y. A pilot study to examine
the effects of a mindfulness based stress reduction and relaxation program
on levels of stress hormones, physical functioning, and submaximal exercise
responses. J Altern Complement Med. 2004;10(5):819–27.
doi:10.1089/acm.2004.10.819
57. Dwidiyanti M, Pamungkas AYF, Hasanah EWN. Mindfulness caring pada
stres. Semarang: Undip Press; 2018
58. Alimul, Aziz H. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika; 2011.
59. Iswari IS. Aspek etik penelitian kesehatan. In: Simposium Dosen Universitas
Udayana. Bali; 2015
60. Ono E, Nozawa T, Ogata T, Motohashi M, et al. Relationship between Social
Interaction and Mental Health. 2011;246–9.
doi:10.1109/sii.2011.6147454

61. Yilmaz M, Staffan J, Berth DABI. Social processes of participation in


everyday life among persons with. 2009;(June):267–79.
doi:10.3109/17482620903113112

62. Kanchanatawan B, Thika S, Anderson G, Galecki P, Maes M. Affective


symptoms in schizophrenia are strongly associated with neurocognitive
deficits indicating disorders in executive functions, visual memory, attention
and social cognition. Prog Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry
[Internet]. 2017; doi:10.1016/j.pnpbp.2017.06.031
76

63. Martin, Elizabeth A, Castro MK, Id LYL, Urban EJ, Moore M. Emotional
response in schizophrenia to the “ 36 questions that lead to love ”: Predicted
and experienced emotions regarding a live social interaction. 2019;1–13.
doi:10.1371/.journal.pone.021206
64. Berger P, Bitsch F, Jakobi B, Nagels A, et al. Cognitive and emotional
empathy in patients with schizophrenia spectrum disorders: A replication and
extension study. Psychiatry Res [Internet]. 2019;
doi:10.1016/j.psychres.2019.04.015

65. Stefanopoulou E, Manoharan A, Landau S, Geddes JR, et al. Cognitive


functioning in patients with affective disorders and schizophrenia : A meta-
analysis. 2009;21(August):336–56. doi: 10.1080/09540260902962149

66. Campellone TR, Kring AM. Anticipated pleasure for positive and negative
social interaction outcomes in schizophrenia. Psychiatry Res [Internet].
2018;259:203–9. doi:10.1016/j.psychres.2017.09.084
67. Morrens M, Hulstijn W. Psychomotor Slowing in Schizophrenia.
Schizophrenia Bulletin.2007;33(4):1038–53. doi:10.1093/schbul/sbl051

68. Kay SR, Qpjer LA. The Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS)
for Schizophrenia. 1982;13(2). doi.org/10.1093/schbul/13.2.261
69. Cigarini A, Vicens J, Duch J, Sánchez A, Perelló J. Quantitative account of
social interactions in a mental health care ecosystem: Cooperation, trust and
collective action. 2018;(November 2017):1–9. doi:10.1038/s41598-018
21900-1
70. Wulandari FA. Mindfulness Based Cognitive Therapy untuk Meningkatkan
Konsep Diri Remaja Post-Traumatic Stress Disorder. 2014;6(2):265–80.

71. Kabat-Zinn J, Ph D. Full Catastrophe Living: Using the Wisdom of Your


Body and Mind to Face Stress, Pain, and Illness. 1990

72. Khoury B, Lecomte T, Fortin G, Masse M, Therien P, Bouchard V, et al.


Clinical psychology review mindfulness-based therapy: A comprehensive
meta-analysis. Clin Psychol Rev [Internet]. 2013;33(6):763–71.
doi.org/10.1016/j.cpr.2013.05.005

73. Piet J, Hougaard E. Clinical Psychology Review The effect of mindfulness


based cognitive therapy for prevention of relapse in recurrent major
depressive disorder: A systematic review and meta-analysis. Clin Psychol
Rev [Internet]. 2011;31(6):1032–40. doi.org/10.1016/j.cpr.2011.05.002
77

74. Slatyer S, Craigie M, Rees C, Davis S, Dolan T, Hegney D. Nurse experience


of participation in a mindfulness-based self-care and resiliency intervention.
2017
75. Tabak NT, Horan WP, Green MF. Mindfulness in schizophrenia:
Aassociations with self-reported motivation, emotion regulation,
dysfunctional attitudes, and negative symptoms. Schizophr Res [Internet].
2015;168(1–2):537–42. doi:10.1016/j.schres.2015.07.030
76. Webber M, Fendt M. A review of social participation interventions for
people with mental health problems. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol.
2017;52(4):369–80. doi: 10.1007/s00127-017-1372-2
77. Johnson S. Social interventions in mental health: A call to action. Soc
Psychiatry Psychiatr Epidemiol. 2017;52(3):245–7 doi: 10.1007/s00127-
017-1360-6
78. Wolf M, Kraft S, Tschauner K, Bauer S, Becker T. Mental Health &
Prevention User activity in a mobile phone intervention to assist mindfulness
exercises in people with depressive symptoms. Ment Heal Prev [Internet].
2016;1–6. doi:10.1016/j.mhp.2016.02.003
79. Choo CC, Kuek JHL, Burton AAD. Smartphone applications for
mindfulness interventions with suicidality in asian older adults: A literature
review. Int J Environ Res Public Health. 2018;15(12).
doi:10.3390/ijerph15122810

80. Garc´ıa IG-CMS, Angel´ SE, Iv´an GMG, Azuara GJG-CP. Development
and initial evaluation of a mobile application to help with mindfulness
training and practice. Int J Med. Inform [Internet]. 2017;
doi:10.1016/j.ijmedinf.2017.05.01

81. Spijkerman MPJ, Pots WTM, Bohlmeijer ET. Effectiveness of online


mindfulness-based interventions in improving mental health: A review and
meta-analysis of randomised controlled trials. Clin Psychol Rev [Internet].
2016; Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.cpr.2016.03.009
82. White, L. Mindfulness in nursing: an evolutionary concept analysis.
Journal of Advanced Nursing, 2013.70(2), 282–294. doi:10.1111/jan.12182
83. Byron G, Ziedonis DM, Mcgrath C, Frazier JA, Fulwiler C. Implementation
of mindfulness training for mental health staff: Organizational context and
stakeholder perspectives. 2014; 6(4), 861-872. Doi: 10.1007/s12671-014
0330-2

84. Brady S, Connor NO, Burgermeister D, Hanson P. The impact of mindfulness


meditation in promoting a culture of safety on an acute psychiatric unit.
78

2008;315(1991):1–9. doi: 10.1111/j.1744-6163.2011.00315.x

85. Boardman J. Mental Health and Social Care and Social Interventions.
International journal of environmental research and public health. 2018;1
5. doi: 10.3390/ijerph151123
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
SOP MINDFULNESS SELF CARE/ TARGET SEHAT
MANDIRI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan,


TETAP KOOR. MK KEPERAWATAN
JIWA

(……………………) Dr. Meidiana Dwidiyanti,


S.Kp.,M.Sc
PENGERTIAN Terapi keperawatan yang dilakukan oleh seseorang dengan
kesadaran, menenangkan diri, memaafkan orang lain, menyayangi
dan menghormati dirinya sendiri, merasakan kenyamanan dan
manfaat berinteraksi dengan orang lain, serta membuat target sehat
mandiri bersosialisasi sehingga interaksi sosial dapat meningkat
TUJUAN Mindfulness target sehat mandiri pada pasien skizofrenia bertujuan
untuk membantu individu untuk lebih tenang, menyadari
kenyamanan dan manfaat berinteraksi dengan orang lain sehingga
pasien dapat aktif berinteraksi (interaksi meningkat).
KEBIJAKAN/ Framework mindfulness target sehat mandiri
LITERATUR
PROSEDUR Tahap I
A. Penjelasan tentang mindfulness target sehat mandiri dan
penggunaan aplikasi android SI-DESIS
B. Sharing permasalahan yang dihadapi pasien
C. Melakukan terapi mindfulness
1. Fokus
“Bapak/Ibu, mari kita atur pernapasan supaya rileks dan tenang.
Setelah tenang, mari fokus pada masalah yang sedang kita
alami”.
2. Body Scan
“Bapak/Ibu, mari kita rasakan tubuh kita dengan memeluk
tubuh kita sendiri. Rasakan sakit yang ada pada tubuh kita.
Nikmati sakit itu dengan ikhlas. Tetap rileks dan atur
pernapasan ”.
3. Kenyamanan
“Bapak/Ibu, mari kita tetap rileks lalu rasakan kenyamanan dan
manfaat jika kita bisa berinteraksi, berteman, dan berbicara
dengan orang lain. Rasakan dengan hati yang tenang dan
ikhlas.”.
4. Penerimaan
“Bapak/Ibu, mari kita menerima keadaan yang sedang kita
alami dengan ikhlas dan bersama-sama kita mencoba
memaafkan orang lain. Cobalah untuk mengingat peristiwa
yang sangat terkenang dan lepaskan kesedihan dan kekecewaan
karena Bapak/Ibu ingin bahagia. ”.
5. Target Sehat Mandiri
“Bapak/Ibu, setelah kita lakukan latihan mindfulness ini, mari
bersama-sama kita membuat target untuk bisa berinteraksi
dengan orang lain sebanyak-banyaknya mulai besok pagi.”
D. Perawat ruangan mengunduh aplikasi android SI-DESIS
E. Perawat mencoba menggunakan aplikasi

TAHAP II
1. Perawat membimbing pasien melakukan terapi mindfulness secara
mandiri menggunakan aplikasi android SI-DESIS setiap 2-3x
setiap minggu selama 4 minggu.

TAHAP III
1) Pertemuan secara komprehensif antara perawat dengan peneliti
akan dilakukan tiap akhir minggu untuk mengidentifikasi
hambatan dalam melaksanakan terapi serta kritik dan saran
terhadap pelaksanaan.
2) Pertemuan selanjutnya yaitu tiap akhir minggu, peneliti
melakukan supportif edukatif untuk mempertahankan kemampuan
pasien / evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan interaksi
sosial / bersosialisasi secara mandiri dengan orang lain
DOKUMENTASI Pendokumentasian dilakukan oleh perawat/ peneliti yaitu:
- Pengukuran pre-post terapi mindfulness mengenai tingkat
interaksi sosial pasien skizofenia
- Hambatan-hambatan yang dialami oleh pasien dan cara
mengatasinya.
Lampiran 9

KUESIONER INTERAKSI SOSIAL

Petunjuk Pengisian Kuesioner :


1. Berilah tanda ( √ ) pada selalu jika lebih dari 3 kali sehari
2. Berilah tanda ( √ ) pada sering jika 2-3 kali sehari
3. Berilah tanda ( √ ) pada jarang jika kurang dari 2 kali sehari
4. Berilah tanda ( √ ) pada tidak pernah jika tidak sama sekali
Pilihan Jawaban
No Pernyataan Tidak
Selalu Sering Jarang
pernah
(4) (3) (2) (1)
Penilaian kognitif
1. Saat berinteraksi menggunakan kalimat yang jelas

2. Saat berinteraksi suara dapat terdengar oleh lawan


bicara
3. Saat berinteraksi berbicara dengan lawan bicara
4. Saat berinteraksi akan bertanya jika ada kalimat yang
tidak dimengerti
5. Saat berinteraksi mengungkapkan perasaan saat
berinteraksi dengan orang lain
6. Saat berinteraksi berfokus dalam pembicaraan

Penilaian afektif
7. Berinteraksi untuk menyampaikan kritik atau
perasaan tidak senang kepada orang lain
8. Berinteraksi pada saat menerima kritik dari orang
lain
9. Berinteraksi saat menerima penolakan dari orang lain
10. Berinteraksi saat menyampaikan penolakan kepada
orang lain
11. Berinteraksi saat orang lain meminta maaf

12. Berinteraksi untuk meminta maaf pada orang lain

Interpretasi : Item pertanyaan dalam kuisioner Interaksi Sosial tentang kemampuan kognitif
yaitu nomor 1-6, kemampuan afektif nomor 7-12. Item penilaian kognitif : nilai terendah 6 dan
tertinggi 24. Item penilaian afektif: nilai terendah 6 dan tertinggi 24
Lampiran 10

LEMBAR OBSERVASI PERILAKU

A. Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda ( √ ) pada selalu jika lebih dari 3 kali sehari
2. Berilah tanda ( √ ) pada sering jika 2-3 kali sehari
3. Berilah tanda ( √ ) pada jarang jika kurang dari 2 kali sehari
4. Berilah tanda ( √ ) pada tidak pernah jika tidak sama sekali
5. Amati dengan teliti dan seksama

Selalu Sering Jarang Tidak Pernah


No. Pernyataan
(4) (3) (2) (1)
1. Saat berinteraksi
mengucapkan salam
2. Saat berinteraksi
memperkenalkan diri
3. Saat berinteraksi ada kontak
mata
4. Saat berinteraksi tersenyum
5. Saat berinteraksi duduk
tegak dan rileks
6. Saat berinteraksi menjawab
pertanyaan

Item penilaian perilaku : nilai terendah 6 dan tertinggi 24.

Level penilaian : 18-36 : kurang aktif berinteraksi


37-54 : cukup aktif berinteraksi
55-72 : aktif berinteraksi
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
1. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi
1) Kelompok Intervensi

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 15 57.7 57.7 57.7
Perempuan 11 42.3 42.3 100.0
Total 26 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Dasar 12 46.2 46.2 46.2
Pendidikan Menengah 10 38.5 38.5 84.6
Pendidikan Tinggi 4 15.4 15.4 100.0
Total 26 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bekerja 12 46.2 46.2 46.2
Tidak Bekerja 14 53.8 53.8 100.0
Total 26 100.0 100.0

Kategori Pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Aktif 2 7.7 7.7 7.7
Cukup Aktif 2 7.7 7.7 15.4
Kurang Aktif 22 84.6 84.6 100.0
Total 26 100.0 100.0

Kategori Posttest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Aktif 24 92.3 92.3 92.3
Cukup Aktif 2 7.7 7.7 100.0
Total 26 100.0 100.0
2) Kelompok Kontrol
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 13 50.0 50.0 50.0
Perempuan 13 50.0 50.0 100.0
Total 26 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Dasar 15 57.7 57.7 57.7
Pendidikan Menengah 8 30.8 30.8 88.5
Pendidikan Tinggi 3 11.5 11.5 100.0
Total 26 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bekerja 14 53.8 53.8 53.8
Tidak Bekerja 12 46.2 46.2 100.0
Total 26 100.0 100.0

Kategori Pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup Aktif 3 11.5 11.5 11.5
Kurang Aktif 23 88.5 88.5 100.0
Total 26 100.0 100.0

Kategori Posttest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Aktif 2 7.7 7.7 7.7
Cukup Aktif 2 7.7 7.7 15.4
Kurang Aktif 22 84.6 84.6 100.0
Total 26 100.0 100.0
b. Statistik Deskriptif
1) Kelompok Intervensi

Descriptives

Statistic Std. Error


Usia Mean 36.0769 2.47444
95% Confidence Interval for Lower Bound 30.9807
Mean
Upper Bound 41.1731
5% Trimmed Mean 35.4103
Median 34.0000
Variance 159.194
Std. Deviation 1.26172E1
Minimum 18.00
Maximum 68.00
Range 50.00
Interquartile Range 18.25
Skewness .635 .456
Kurtosis .120 .887

2) Kelompok Kontrol

Descriptives

Statistic Std. Error


Usia Mean 35.1923 1.97213
95% Confidence Interval for Lower Bound 31.1306
Mean
Upper Bound 39.2540
5% Trimmed Mean 35.2564
Median 36.5000
Variance 101.122
Std. Deviation 1.00559E1
Minimum 18.00
Maximum 51.00
Range 33.00
Interquartile Range 14.50
Skewness -.310 .456
Kurtosis -.869 .887
2. Analisis Bivariat
a. Uji Homogenitas

Pekerjaan * kelompok

Crosstab
Count
kelompok

Intervensi Kontrol Total


Pekerjaan Bekerja 12 14 26
Tidak Bekerja 14 12 26
Total 26 26 52

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .308a 1 .579
Continuity Correctionb .077 1 .782
Likelihood Ratio .308 1 .579
Fisher's Exact Test .782 .391
Linear-by-Linear Association .302 1 .583
N of Valid Casesb 52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Pendidikan * kelompok

Crosstab
Count
kelompok

Intervensi Kontrol Total


Pendidikan Pendidikan Dasar 12 15 27
Pendidikan Menengah 10 8 18
Pendidikan Tinggi 4 3 7
Total 26 26 52
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square .698a 2 .705
Likelihood Ratio .700 2 .705
Linear-by-Linear Association .596 1 .440
N of Valid Cases 52
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3,50.
Jenis Kelamin * kelompok

Crosstab
Count
kelompok

Intervensi Kontrol Total


Jenis Kelamin Laki-laki 15 13 28
Perempuan 11 13 24
Total 26 26 52

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .310a 1 .578
Continuity Correctionb .077 1 .781
Likelihood Ratio .310 1 .578
Fisher's Exact Test .781 .391
Linear-by-Linear Association .304 1 .582
N of Valid Casesb 52

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Test of Homogeneity of Variances


Usia
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.270 1 50 .265
b. Uji Paired T
a. Kelompok Intervensi
1) Uji Normalitas

Descriptives

Statistic Std. Error


Hasil Pretest Mean 33.3077 1.43556
95% Confidence Interval for Lower Bound 30.3511
Mean
Upper Bound 36.2643
5% Trimmed Mean 32.4530
Median 32.0000
Variance 53.582
Std. Deviation 7.31994
Minimum 26.00
Maximum 56.00
Range 30.00
Interquartile Range 3.00
Skewness 2.456 .456
Kurtosis 6.185 .887
Hasil Posttest Mean 59.7308 .96006
95% Confidence Interval for Lower Bound 57.7535
Mean
Upper Bound 61.7081
5% Trimmed Mean 60.3077
Median 60.5000
Variance 23.965
Std. Deviation 4.89537
Minimum 41.00
Maximum 66.00
Range 25.00
Interquartile Range 3.25
Skewness -2.459 .456
Kurtosis 8.323 .887

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pretest .324 26 .000 .674 26 .000
Hasil Posttest .212 26 .004 .769 26 .000
selisih .327 26 .000 .704 26 .000
a. Lilliefors Significance Correction
2) Uji Wilcoxon

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Hasil Posttest - Hasil Pretest Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 26b 13.50 351.00

Ties 0c

Total 26

a. Hasil Posttest < Hasil Pretest

b. Hasil Posttest > Hasil Pretest

c. Hasil Posttest = Hasil Pretest

Test Statisticsb

Hasil Posttest -
Hasil Pretest

Z -4.463a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Kelompok Kontrol
1) Uji Normalitas

Descriptives

Statistic Std. Error


Hasil Pretest Mean 32.0000 .75243
95% Confidence Interval for Lower Bound 30.4503
Mean
Upper Bound 33.5497
5% Trimmed Mean 31.9573
Median 32.0000
Variance 14.720
Std. Deviation 3.83667
Minimum 24.00
Maximum 41.00
Range 17.00
Interquartile Range 4.25
Skewness .138 .456
Kurtosis .403 .887
Hasil Posttest Mean 32.9615 1.31673
95% Confidence Interval for Lower Bound 30.2497
Mean
Upper Bound 35.6734
5% Trimmed Mean 32.0641
Median 31.5000
Variance 45.078
Std. Deviation 6.71405
Minimum 26.00
Maximum 60.00
Range 34.00
Interquartile Range 5.25
Skewness 2.811 .456
Kurtosis 10.448 .887

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pretest .154 26 .116 .978 26 .825
Hasil Posttest .228 26 .001 .725 26 .000
selisih .346 26 .000 .461 26 .000
a. Lilliefors Significance Correction
2) Uji Wilcoxon

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


Hasil Posttest - Hasil Pretest Negative Ranks 8a 9.31 74.50
Positive Ranks 9b 8.72 78.50
Ties 9c
Total 26
a. Hasil Posttest < Hasil Pretest
b. Hasil Posttest > Hasil Pretest
c. Hasil Posttest = Hasil Pretest

Test Statisticsb
Hasil Posttest -
Hasil Pretest
Z -.096a
Asymp. Sig. (2-tailed) .923
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

c. Uji Data Tidak Berpasangan

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Pretest .226 52 .000 .751 52 .000

Hasil Posttest .246 52 .000 .817 52 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Mann-Whitney Test

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


Hasil Pretest Intervensi 26 26.44 687.50
Kontrol 26 26.56 690.50
Total 52
Hasil Posttest Intervensi 26 39.04 1015.00
Kontrol 26 13.96 363.00
Total 52
Test Statisticsa

Hasil Pretest Hasil Posttest


Mann-Whitney U 336.500 12.000
Wilcoxon W 687.500 363.000
Z -.028 -5.978
Asymp. Sig. (2-tailed) .978 .000
a. Grouping Variable: kelompok

Anda mungkin juga menyukai