Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.J DENGAN KEHAMILAN


SEROTINUS DI RUANG POLI KANDUNGAN

RSUD SUMBAWA

2021

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD JIHANT KHUDZAIFAH

IPA19008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRIYA HUSADA

SUMBAWA

TAHUN AKADEMIK

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORANN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.J DENGAN
KEHAMILAN SEROTINUS

Telah Disetujui Dan Disahkan

Hari :

Tanggal :

Oleh :

Nama : Muhammad Jihant Khudzaifah

Nim : IPA19008

Sumbawa Besar,………………......

Pembimbing Lahan, Pembimbing Institusi,

(………………..…..…..) (………………………..)

Mengetahui,

Kepala Ruangan

(…………………………….)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................4
BAB I.............................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................5
A. Latar Belakang....................................................................................................5
B. Tujuan Penulisan................................................................................................6
BAB II............................................................................................................................7
Tinjauan Pustaka..........................................................................................................7
A. Konsep Penyakit....................................................................................................7
1. Definisi................................................................................................................7
2. Etiologi................................................................................................................8
3. Manifestasi klinis.................................................................................................8
5. Pathway Serotinus............................................................................................11
6. Komplikasi........................................................................................................11
7. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................13
8. Penatalaksanaan medis...................................................................................13
B. Asuhan Keperawatan.............................................................................................15
1. Pengkajian.......................................................................................................15
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................................15
3. Intervensi Keperawatan..................................................................................16
4. Implementasi...................................................................................................19
5. Evaluasi Keperawatan....................................................................................21
BAB III.........................................................................................................................22
PENUTUP...................................................................................................................22
A. Kesimpulan.......................................................................................................22
B. Saran................................................................................................................22
Daftar Pustaka............................................................................................................23
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat

dan karuniaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan

dengan judul” Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.J Dengan Kehamilan Serotinus
Di Rangan Poli Kandungan”

Dalam penyusunan Laporan pendahuluan ini saya menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian , kelengkapan isi, dan lain-
lainnya. Untuk itu dengan senang hati kami akan menerima segala saran, kritik dari
para pembaca guna memperbaikan Laporan pendahuluan ini di kemudian
hari.Pembuatan Laporan pendahuluan ini diharapkan dapat berguna bagi para
Mahasiswa yang ingin mempelajari tentang imunitas lebih dalam. Saya
mengharapkan partisipasi dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dan
berguna bagi setiap orang yang membacanya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat bulan,
kehamilan lewat waktu, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/post
datisme atau pascamaturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu
(294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Neagle
dengan siklus haid rata-rata (Prawiroharjo, 2009 : 686). Kehamilan postterm
berpengaruh pada janin. Dalam kenyataannya kehamilan serotinus mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan janin sampai kematian janin. Ada janin yang
dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih berat badannya meningkat terus, ada
yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan berat badan kurang dari semestinya,
atau meninggal dalam kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen.
Sementara itu resiko bagi ibu dengan kehamilan serotinus dapat berupa partus
lama, inersia uteri, dan perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetric
yang menigkat (Prawiroharjo, 2009 : 686). Faktor penyebab kematian ibu dibagi
menjadi dua yaitu, faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung.
Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh
perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab
kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 (tiga) Terlambat dan 4 (empat)
Terlalu. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah pendarahan 28%,
eklamsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, aborsi 5%, dan lain-lain 27%, yang
didalam terdapat juga penyulit pada masa kehamilan dan penyulit pada masa
persalinan (Departemen Kesehatan RI,2010).
B. Tujuan Penulisan
1.Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil patologi dengan serotinus di
RSUD kota Sumbawa Besar.

2.Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian pada ibu hamil dengan serotinus


b. Menginterpretasikan data berdasarkan diagnosa atau masalah kebidanan
pada ibu hamil dengan serotinus
c. Mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial pada ibu hamil dengan
serotinus
d. Menentukan tindakan segera pada ibu hamil dengan serotinus
e. Menentukan rencana tindakan pada ibu hamil dengan serotinus
f. Mengimplementasikan manajemen kebidanan ibu hamil dengan serotinus
g. Melakukan evaluasi manajemen kebidanan pada ibu hamil dengan serotinus
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Konsep Penyakit

1. Definisi
Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu
atau lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu kemudian.
Meskipun kehamilan postterm ini mungkin mencakup 10 persen dari seluruh
kehamilan, sebagian di antaranya mungkin tidak benar-benar postterm, tetapi lebih
disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional. Sekali lagi nilai
informasi yang tepat mengenai lama kehamilan cukup jelas, karena pada umumnya
semakin lama janin yang benar-benar postterm itu berada didalam rahim, semakin
besar pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk mengalami gangguan yang
berat (Cunningham, 1995).

Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42
minggu lengkap (Sarwono, 1995).

Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu
dihitung berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Rustam,
1998).

Kehamilan Serotinus adalah Kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu sebelum


terjadi persalinan (Manuaba, 1998).

Kehamilan Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu
lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan
dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri (Kapita
Selekta Kedokteran jilid 1).
2. Etiologi
Etiologi kehamilan lewat waktu atau kehamilan serotinus sampai saat ini belum
diketahui secara pasti beberapa faktor yang dikemukakan penyebab kehamilan
serotinus adalah:

Ketidaktentuan tanggal menstruasi: ketidaksanggupan ibu mengingat HPHT,


perdarahan selama kehamilan, siklus haid tidak teratur, kehamilan dalam masa
pasca persalinan (Oxorn, 2003).

Hormone penurunan konsentrasi estrogen yang menandai kasus – kasus kehamilan


serotinus dianggap merupakan hal penting, karena kadar estrogen tidak cukup untuk
menstimulasi produksi dan penyimpanan glikofosfolipid didalam membrane janin.
Pada jumlah estrogen yang normal dan uterus meningkat sehingga kepekaan
terhadap oksitosin meningkatkan dan merangsang kontraksi (Wiliams,
1995 ).kadarestrogen tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang namun factor yang lebih
menentukan adalah belum diproduksinya prostaglandin yang berpengaruh terhadap
terjadinya kontraksi uterus pada akhir kehamilan.

Herediter karena postmaturitas sering dijumpai pada satu keluarga tertentu (Rustam,
1998).

3. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pada kehamilan post matur antara lain:

Janin postterm dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan dengan
demikian menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir, atau bertambah berat
postterm serta berukuran besar menurut usia gestasionalnya.

TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan.

Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan penurunan jumlah cairan amnion
disertai dengan kompresi tali pusat yang dapat menimbulkan gawat janin, termasuk
defekasi dan aspirasi mekonium yang kental.
Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterin dapat begitu bermusuhan sehingga
pertumbuhan janin yang lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi postterm serta
mengalami retardasi pertumbuhan.

Hasil pengkajian manifestasi klinis meliputi:

Bayi panjang, kurus dengan penampilan menyusut, kulit seperti kertas dan kulit kuku
dan tali pusat terwarnai mekonium, kuku panjang dan lanugo tidak ada.

Sindrom aspirasi mekonium ditandai dengan hipoksia janin, cairan amnion yang
bercampur dengan mekonium, gawat napas waktu lahir dan mekonium mengotori
pita suara.

Klasifikasi Serotinus.

Menurut Prawiroharjo (2009 : 691), klasifikasi pada serotinus / kehamilan bayi lewat
bulan adalah :

 Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan terjadi


maserasi seperti kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
 Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
 Stadium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit, dan tali pusat.
4. Patofisiologi

a. Jika plasenta terus berfungsi dengan baik, janin akan terus tumbuh yang
mengakibatkan bayi LGA dengan manifestasi masalah seperti trauma lahir dan
hipoglikemia.

b. Jika fungsi plasenta menurun, janin mungkin tidak mendapatkan nutrisi yang
adekuat. Janin akan menggunakan cadangan lemak subkutan sebagai alergi
penyusutan lemak subkutan terjadi yang mengakibatkan syndrome dismatur janin ,
terdapat 3 tahap sindrom dismaturitas janin:
1. Tahap I insufisiensi plasenta kronis

Kulit kering, pecah – pecah, mengelupas, longgar dan berkerut.

Penampilan malnutrisi

Bayi dengan mata terbuka dan terjaga

2. Tahap II insufisiensi plasenta akut

Seluruh gambaran tahap I kecuali nomor 3

Terwarnai mekonium

Depresi perinatal

3. Tahap III insufisiensi plasenta subakut

Hasil temuan pada tahap I dan tahap II kecuali nomor 3

Terwarnai hijau dikulit, kuku, tali pusat dan membrane plasenta

Resiko kematian intrapartum atau kematian neonatus lebih tinggi

c. Bayi baru lahir beresiko tinggi terhadap perburukan komplikasi yang berhubungan
dengan perfusi utero plasenta yang terganggu dan hipoksia, misalnya: sindrom
aspirasi mekonium.

d. Hipoksia intra uteri kronis menyebabkan peningkatan eritroptia.lin janin dan


produksi sel darah merah yang menyebabkan polisitemia.

e. Bayi postmatur rentan terhadap hipoglokemia karena penggunaan cadangan


glikogen yang cepat.
5. Pathway Serotinus

6. Komplikasi
Komplikasi yang diakibatkan oleh kehamilan serotinus

a. Terhadap ibu persalinan serotinus dapat menyebabkan distosia dikarenakan oleh:

• Aksi uterus yang tidak terkoordinir dikarenakan kadar progesteron yang tidak
turun pada kehamilan serotinus maka kepekaan terhadap oksitosin berkurang
sehingga estrogen tidak cukup untuk menyediakan prostaglandin yang berperan
terhadap penipisan serviks dan kontraksi uterus sehingga sering didapatkan aksi
uterus yang tidak terkoordinir.

• Janin besar oleh karena pertumbuhan janin yang terus berlangsung dan
dapat menimbulkan CPD dengan derajat yang mengakhawatirkan akibatnya
persalinan tidak dapat berlangsung secara normal, maka sering dijumpai persalinan
lama, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan post partum.

b. Terhadap janin fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 28 minggu


kemudian mulai menurun terurtama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan
dengan penurunan kadarestriol kadar plasenta dan estrogen. Rendahnya fungsi
plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko tiga
kali. Akibat dari proses penuaan plasenta maka pasokan makanan dan oksigen akan
menurun disamping dengan adanya spasme arteri spiralis. Janin akan mengalami
pertumbuhan terhambat dan penurunan berat dalam hal ini dapat disebut dismatur.
Sirkulasi utero plasenter akan berkuarang 50% menjadi 250 mm/menit. Kematian
janin akibat kehamilan serotinus terjadi pada 30 % sebelum persalinan, 50% dalam
persalinan dan 15% dalam postnatal. Penyebab utama kematian perinatal adalah
hipoksia dan aspirasi mekonium. Tanda-tanda partus postterm dibagi menjadi tiga
stadium:

• Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi


berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.

• Stadium II : gejala pada stadium satu ditambah dengan pewarnaan mekonium


(kehijauan pada kulit).

• Stadium III : pewarnaan kekeuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

Pada kasus yang lain biasanya terjadi insufisiensi plasenta. Dimana plasenta, baik
secara anatomis maupun fisiologis tidak mampu memberikan makanan dan oksigen
kepada fetus untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara
norma. Hal ini dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan. Volume cairan
amnion akan meningkat sesuai dengan bertambahnya kehamilan. Pada kehamilan
cukup bulan cairan amnion 1000-1500 ml, warna putih, agak keruh, serta
mempunyai bau yang khas, amis, dan agak manis, cairan ini mengandung sekitar
98% air. Sisanya terdiri dari garam organik dan anorganik yaitu rambut lanugo
(rambut halus yang berasal dari bayi), sel-sel epitel dan forniks kaseosa (lemak yang
meliputi kulit bayi.

Produksi cairan amnion sangat dipengaruhi fungsi plasenta. Pada kehamilan


serotinus fungsi plasenta akan menurun sehingga akibatnya produksi cairan amnion
juga akan berkurang. Dengan jumlah cairan amnion dibawah 400 ml pada umur
kehamilan 40 minggu atau lebih mempunyai hubungan dengan komplikasi janin. Ini
dikaitkan dengan fungsi cairan amnion yaitu melindungi janin terhadap trauma dari
luar, memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi suhu janin, meratakan
tekanan di dalam uterus pada partus sehingga serviks membuka, membersihkan
jalan lahir pada permulaan partus kala II. Dengan adanya oligohidramnion maka
tekanan pada uterus tidak sempurna, sehingga terkadang disertai kompresi tali
pusat dan menimbulkan gawat janin. Janin menjadi stress kemudian mengeluarkan
mekonium yang akan mencemari cairan ketuban, sehingga tak jarang terjadi aspirasi
mekonium yang kental.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
b. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
c. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
d. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
e. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
f. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
g. Pemeriksaan sitologi vagina.

8. Penatalaksanaan medis
Penalaksanaan pada ibu

a. Pengelolaan persalinan

1. Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dari


derajat kematangan serviks.

2. Bila serviks matang (skor bishop > 5)

• Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar, jika janin lebih 4000
gram, dilakukan SC.

• Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan kehadiran dokter


spesialis anak apalagi bila ditemukan mekonium mutlak diperlukan.

3. Pada serviks belum matang (skor bishop < 5) kita perlu menilai keadaan janin
lebih lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri.

• NST dan penilaian kantung amnion. Bila keduanya normal kehamilan


dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu 2 kali.
• Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantung yang vertikal atau
indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka
dilakukan induksi persalinan.

• Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, test dengan
kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil CST positif janin perlu dilahirkan, bila CST
negatif kehamilan dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari
kemudian.

• Keadaan serviks (skor bishop harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien,
dan kehamilan harus diakhiri bila serviks matang.

4. Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seperti DM, preeklamsi,
PJT, kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang keadaan serviks. Tentu saja
kehamilan dengan resiko ini tidak boleh dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu.

Pengelolaan intrapartum

• Pasien tidur miring sebelah kiri

• Pergunakan pemantauan elektrolit jantung janin berikan oksigen bila


ditemukan keadaan jantung yang abnormal.

• Perhatikan jalannya persalinan.

9. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan serotinus antara
lain:

a. Ansietas berhubungan dengan partus macet

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya intrauterin dengan


ekstrauterin

10. Intervensi
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Anmnesis :

a. Kaji siklus haid dan hpht.


b. Adanya distensi abdomen.
c. Denyut jantung janin tidak terdengar dengan jelas.
d. Kaji berat badan ibu dan lingkar perut.
e. Jumlah air ketuban.
f. Ibu cemas.

Obyektif.

a. Kemampuan ibu untuk melahirkan.


b. Pada pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi
c. Dilatasi serviks kurang dari 1,2cm/jam.
d. Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion,gestasi multiple,janin
besar.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko injuri / kematian janin berhubungan dengan berkurangnya cairan
amnion, distorsia,inersia uteri.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit kering, rapuh daan
mudah mengelupas, desquamasi epitel.
c. Resiko perdarahan berhubungan dengan atonia uteri.
d. Nyeri akut berhubungan dengan eksisi post operasi SC, episiotomi.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka post operasi (porte de
entre), pasca persalinan.
f. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer (uterus, plasenta) berhubungan
dengan kolaps plasenta akibat kehamilan lewat waktu / partus lama.
3. Intervensi Keperawatan
1) Resiko injuri / kematian janin berhubungan dengan berkurangnya cairan
amnion, distorsia,inersia uteri.

Tujuan : resiko cidera pada janin akan berkurang

NOC :

NIC :

 Kaji DJJ secara mananual atau elektronik

Rasional : mendekteksi respon abnormal, seperti bradikardi, thakikardi yang


mungkin disebabkan karena stress, hipoksia dan asidosis.

 Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada
presentase kening, wajah, dan dagu.

Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD, karena diameter lebih besar
dari tengkorak janin masuk ke pelvic karena kegagalan kemajuan dan pola
persalinan memerlukan kelahiran secara cesar.

 Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.

Rasional : ketuban cairan amnion menyebabkan distensi uterus berlebihan yang


berhubungan dengan anomali janin.

2). Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit kering, rapuh dan mudah
mengelupas,desquamasi epitel.

NOC:

tissue integrity : skin and mucous

kriteria hasil :

a) perfusi jaringan baik.


b) tidak ada luka.
c) integritas kulit yang baik bisa dipertahankan.
d) NIC: pressure manajement
e) jaga kebersihan kulit.
f) mobilisasi pasien. monitor kulit adanya kemerahan.
g) monitor status nutrisi pasien.

3). Resiko perdarahan berhubungan dengan atonia uteri.

NOC :

 Blood lose severity


 Blood koagulation

Kriteria hasil

a) Tidak ada hematuria dan hematemesis. Kehilangan darah yang terlihat.


b) Tekanan darah dalam batas yang normal
c) Tidak ada perdarahan pervaginam.
d) Tidak ada distensi abdominal.
e) Hemoglobin dan hematocrit dalam batas
f) systole dan diastole.
g) normal.

NIC :

a) Monitor ketat tanda-tanda perdarahan.


b) Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan.
c) Montor nilai lab. (koagulasi) yang meliputi PTT, PT, trombosit. Memonitor
TTV.
d) Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif.
e) Monitor status cairan meliputi intake dan output.
f) Lakukan manual pressure (tekanan) pada area perdarahan atau diberikan
tampon.

4). Nyeri akut berhubungan dengan eksisi post operasi SC, episiotomi.

NOC:

 Pain level
 Pain control
 Confort level
Kriteria hasil :

a) Mampu mengontrol nyeri.


b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang.
c) Mampu mengenali nyeri.

NIC: Pain manajement

a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.


b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
c) Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
d) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

5). Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka post operasi (porte de entre),
post persalinan.

NOC:

 Immune status
 Knowledge : infection control
 Risk control

Kriteria hasil :

a) Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi.


b) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
c) Jumlah leukosit dalam batas normal.

NIC: infection control

a) Monitor tanda dan gejala infeksi pertahankan teknik asepsis pada pasien
yang beresiko.
b) Batasi pengunjung bila perlu.
c) Pertahankan teknik isolasi.
d) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat.
e) Berikan terapi antibiotic bila perlu.
6). Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (uterus, plasenta) berhubungan dengan
kolaps plasenta

akibat kehamilan lewat waktu / partus lama.

NOC :

 Circulasi ststus
 Tissue perfusion

Kriteria hasil :

a) Tekanan sistole dan diastole dalam rentang yang diharapkan. Tidak ada
ortostatik hipertensi.
b) Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial.

NOC : manajemen sensasi perifer

a) Monitor adanya paretese.


b) Kolaborasi pemberian analgetik.
c) Monitor adanya tromboplebitis. Diskusikan mengenai penyebab perubahan
sensasi.

4. Implementasi
Implementasi adalah suatu proses pelakasanaan terapi keperawatan
keluarga yang berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan
sumber - sumber yang dimiliki keluarga. Implementasi diprioritaskan sesuai dengan
kemampuan keluarga dan sumber yang dimilikioleh keluarga (Sudiharto, 2007).
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik untuk dapat
menilai potensi yang di miliki mereka dan mengembangkannya melalui implementasi
yang bersifat memampukankeluarga untuk mengenal masalah kesehatannya,
mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi,
merawat danmembina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi
lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan terdekat (Sudiharto, 2007). Sedangkan menurut (Padila, 2012)
tindakan perawatan terhadap keluarga mencakup dapat berupa :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalahdan
kebutuhan kesehatan, dengan cara :

1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepatdengan


cara :

1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit :

1) Mendemontrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.

d. Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan


dengan cara :

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yan gada


dengan cara :

1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.


5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan
keluarga yang teratasi, teratasi sebagian, atau timbul masalah baru. Melalui kegiatan
evaluasi, perawat dapat menilai pencapaian tujuan yang di harapkan dan tujuan
yang telah di capai oleh keluarga. Bila tercapaisebagian atau timbul masalah
keperawatan baru, kita perlu melakukanpengkajian lebih lanjut, memodifikasi
rencana, atau mengganti denganrencana yang lebih sesuai dengan kemampuan
keluarga (Sudiharto, 2007). Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk
menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga
memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga
(Sudiharto, 2007).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pasien post sectio caesarea dengan indikasi janin letak lintang
ditemukan tiga diagnosa yang ditegakkan yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (luka post sc), resiko terjadinya anemia berhubungan dengan
penurunan HB, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang perawatan luka pot sc. Sesuai dengan tujuan umum dan tujuan khusus yang
telah ditargetkan oleh penulis dan setelah melakukan 3 asuhan keperawatan selama
3x24 jam sehingga penulis bisa mencapai tujuan umumnya yaitu menambah
keterampilan, menambah pengetahuan dan dapat melakukan asuhan keperawatan
pada pasien sectio caesarea dengan indikasi janin letak lintang.

B. Saran
Dari kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
penulis tentang kasus hamil serotinus dan diharapkan dapat melaksanakan asuhan
kebidanan sesuai dengan teori dan prosedur, karena teori dan prosedur yang
mendasari setiap praktik yang dapat menghindari kesalahan.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan Tenaga Kesehatan lebih trampil dalam menangani kasus ibu hamil
dengan serotinus

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan mengetahui permasalahan yang timbul pada ibu hamil dengan
serotinus dan penanganan yang tepat dapat dijadikan sebagai bahan referensi.
Daftar Pustaka

Achadiat, Dr. Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetrik dan Ginekologi.


Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Profile Dinas Kesehatan Republik


Indonesia tahun 2010. Semarang

Freddy Panjaitan. 2012. Kehamilan serotinus. (https:// freddypanjaitan. wordpress.


com/2012/01/10kehamilan-lewat-waktu-serotinus/)(Online), diakses pada tanggal 10
januari 2015.

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan


Patologis. Jakarta: Salemba Medika

Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa


Swara

Kurniawati, D (dkk). 2009. Obgynacea (Obgyndan Ginekologi).Yogyakarta: TOSCA

Manuaba, I.B.G. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai