Anda di halaman 1dari 55

PENDIDIKAN

LINGKUNGAN HIDUP untuk

Tematik MANGROVE SD
KELAS 6

Tim Penyusun :
Dr. Ir. Hendra Gunawan, M.Si.
Dr. Ir. Diah Zuhriana, M.Pd.
Dr. Siti Badriyah Rushayati, M.Si.
Ir. Sugiarti
Melani Kurnia, S.Si.
Dr. Tien Lastini, S.Hut, M.Si.
Dr. Tuti Herawati, S.Hut, M.Si.
Dr. Ir. Dede Rohadi, M.Sc.
Triana
Cecep Supriyatna, S.E.
Siti Hanum H. Ilmi, S.I.Kom.

Tim Editor:
Ir. Adi Susmianto, M.Sc.
Dr. H. M. Ali Hasan, M.Pd.
Drs. Adung Suteja, SH. MMPd. MH..

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN INDRAMAYU


Jl. MT. Haryono No. 56, Sindang, Kab. Indramayu 45222

Kerjasama dengan

PT. PERTAMINA RU VI Balongan, Indramayu


Jl. Raya Balongan, Kab. Indramayu, Jawa Barat 45217

Indramayu, 2017
ii Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP


TEMATIK MANGROVE
UNTUK KELAS 6 SEKOLAH DASAR

© Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang (2017)

Tim Penyusun : Dr. Ir. Hendra Gunawan, M.Si.


Dr. Ir. Diah Zuhriana, M.Pd.
Dr. Siti Badriyah Rushayati, M.Si.
Ir. Sugiarti
Melani Kurnia, S.Si.
Dr. Tien Lastini, S.Hut, M.Si.
Dr. Tuti Herawati, S.Hut, M.Si.
Dr. Ir. Dede Rohadi, M.Sc.
Triana
Cecep Supriyatna, S.E.
Siti Hanum H. Ilmi, S.I.Kom.

Tim Editor : Ir. Adi Susmianto, M.Sc.


Dr. H. M. Ali Hasan, M.Pd.
Drs. Adung Suteja, SH. MMPd. MH

Desain Sampul : Triana

Tata Letak isi : Tatang Rohana

Penerbit : Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat

ISBN : 978-602-50287-3-1

Terbit Pertama : 2017

Hak cipta dilindungi Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove iii

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


iv Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove v

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


vi Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA, penyusunan buku
Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove dapat diselesaikan dengan baik. Tim penyusun
juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah
memungkinkan tersusunnya buku ini, yaitu :
1. Dr. H. M. Ali Hasan, M.Pd. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu
2. Pri Hartanto Manager HSE PT. Pertamina RU VI Balongan
3. I Nyoman N Suryadiputra Direktur Wetlands Internatinal - Indonesia Programme
4. Drs. Adung Suteja. SH. MMPD. MH. Kepala Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan
Kabupaten Indramayu
5. Omat, ST, MT.Kasubid Prasarana Wilayah, Badan Perencana Pembangunan, Penelitian
dan Pengembangan Daerah Kabupaten Indramayu.
6. Oni S.Hut.Dinas Kelautan dan Perikanan
7. Suhartati, S.Si., M.Si. Kepala Seksi Perencanaan, Dinas Lingkungan Hidup
8. Cecep Supriyatna CSR PT. Pertamina RU VI Balongan
9. Siti Hanum H. Ilmi CSR PT. Pertamina RU VI Balongan
10. Rina Estelita CSR PT. Pertamina RU VI Balongan
11. Sari Handayani CSR PT. Pertamina RU VI Balongan
12. Eka Tarika Kelompok Pantai Lestari
Terima kasih juga disampaikan kepada peserta workshop Pendidikan Lingkungan Hidup
Tematik Mangrove untuk Sekolah Dasar di Kabupaten Indramayu, yaitu:
1. Tati Rustatiningsih, S.Pd.SD SDN Pabean Udik I
2. Fatkanah , S.Pd.SD SDN Pabean Udik I
3. Titi Liriyanti, S.Pd SDN Pabean Udik II
4. Kuraesin, S.Pd.SD SDN Pabean Udik II
5. Mustafidz, S.Pd SDN Pabean Udik III
6. Sundarih, S.Pd.SD SDN Pabean Udik III
7. Feni Wahyuni, A.Ma.Pd SDN Karangsong I
8. Sri Rahayu SDN Karangsong I
9. Yayah Badriah,S.Pd.SD SDN Karangsong II
10. Nurhayati,S.Pd.I SDN Karangsong II
11. Tia Istianah SDN Karangsong III
12. Casniah, S.Pd.SD SDN Karangsong III
13. Bambang Sugiharto, S.Pd SDN Unggulan
14. Lutfyah, S.Pd SDN Unggulan
15. Hj. Suhaelah, S.Pd SDN Paoman IV
16. Hj. Endang Sutiati, S.Pd SDN Paoman IV
17. Yayan Supyadin, Mpd SDN Pasekan I
18. Makrus, SE. M.Pd SDN Pabean Ilir III
19. Kasdi Priyono, S.Pd.SD SDN Cangkring II
20. Sujana, SPd.I. M.Pd.I SDN Cangkring II
Semoga Tuhan YME memberikan balasan yang setimpal dan pahala yang berlimpah.

Indramayu, Juni 2017


Tim Penyusun

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove vii

SAMBUTAN
KEPALA DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN INDRAMAYU

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-NYA, Buku Pendidikan
Lingkunga Hidup Tematik Mangrove untuk Sekolah Dasar Kabupaten Indramayu telah selesai
disusun oleh Tim. Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan salah satu pembentuk watak atau
karakter generasi yang akan datang menjadi insan pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.

Kabupaten Indramayu yang sebagian wilayahnya merupakan pesisir, sangat mengandalkan


perekonomiannya di sektor kelautan dan perikanan. Dengan panjang pantai 147 km yang dihuni
oleh penduduk 35 desa pesisir dari 11 kecamatan, Pemerintah Kabupaten Indramayu
berkomitmen untuk melestarikan hutan mangrove di sepanjang pesisir utara guna mendukung
pembangunan daerah yang berkelanjutan dan meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir.
Hal tersebut sesuai dengan visi Kabupaten Indramayu terwujudnya masyarakat yang religius,
maju, mandiri, dan sejahtera serta terciptanya keunggulan daerah (Remaja Tiga).

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu berkewajiban menyiapkan generasi pemimpin masa


depan yang berwawasan lingkungan, oleh karena itu Dinas Pendidikan berkomitmen untuk
menerapkan pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup sejak di tingkat Sekolah Dasar. Kekhasan
Kabupaten Indramayu dengan hutan mangrovenya yang telah ditetapkan sebagai Mangrove
Center untuk kepentingan Pendidikan dan Penelitian Mangrove Indonesia Wilayah Barat,
menjadi pertimbangan bagi Dinas Pendidikan untuk mengangkat Mangrove sebagai tema
Pendidikan Lingkungan Hidup Sekolah Dasar di Indramayu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dinas Lingkungan Hidup; Badan Perencanaan
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah; Dinas Kelautan dan Perikanan; PT.
Pertamina RU VI Balongan dan Tim Penyusun atas dukungan dan bantuannya sehingga Buku
Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove dapat disusun dan diimplementasikan di
Kabupaten Indramayu.

Indramayu, Juni 2017


Kepala Dinas,

Dr. H. M. Ali Hasan, M.Pd.


NIP. 19601108 198109 1 005

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


viii Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

KATA PENGANTAR

Masalah lingkungan hidup sudah menjadi masalah semua negara di dunia, seperti banjir, rob,
kekeringan, kelaparan, kebakaran hutan, sampah, pencemaran hingga pemanasan global. Banyak masalah
lingkungan hidup timbul akibat perilaku manusia yang tidak peduli lingkungan, perilaku yang merusak,
perilaku boros dan serakah. Oleh karena itu, apabila ingin memperbaiki lingkungan agar lebih baik, maka
harus dimulai dari memperbaiki perilaku manusianya. Perilaku peduli lingkungan harus ditanamkan sejak
usia dini, baik melalui teladan para orang tua maupun melalui pendidikan di sekolah.
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan salah satu upaya menciptakan generasi yang
peduli lingkungan yang akan menjadi pelaku dan pengawal pembangunan berkelanjutan di masa
mendatang. Pendidikan lingkungan hidup harus dekat dengan permasalahan lingkungan di sekitar siswa
dan harus berbasis pada potensi sumberdaya lokal, sehingga akan mudah diterima, dihayati dan tertanam
kuat dalam perilaku sehari-hari para siswa.
Kabupaten Indramayu menghadapi berbagai masalah lingkungan antara lain hilangnya daratan
akibat abrasi, banjir, rob, pencemaran perairan sungai dan laut, sampah, pembabatan hutan mangrove
untuk tambak dan kurangnya ruang terbuka hijau di perkotaan. Meskipun demikian, Kabupaten
Indramayu telah berhasil bangkit memperbaiki lingkungan, khususnya pesisir utara dengan cara
merehabilitasi pantai dengan menanam mangrove. Keberhasilan rehabilitasi pantai utara dengan
tanaman mangrove yang dimulai sejak tahun 2008 telah menjadikan Indramayu dikenal dengan ekowisata
hutan mangrovenya. Bahkan hutan mangrove di pantai Karangsong, Indramayu telah dicanangkan
sebagai Mangrove Center oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, untuk tujuan penelitian,
pendidikan dan ekowisata.
Mengingat pentingnya pelestarian hutan mangrove dalam kerangka pembangunan berkelanjutan
di Kabupaten Indramayu, para stakeholders memandang perlu untuk memasukkan tema mangrove ke
dalam pendidikan lingkungan hidup di sekolah dasar. Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu dengan
dukungan PT. Pertamina RU VI Balongan, menginisiasi pembentukan PLH tematik mangrove sebagai
pelajaran ekstrakurikuler bagi sekolah dasar di pesisir Indramayu.
Dengan dimasukkannya Pendidikan Lingkungan Hidup tematik mangrove ke dalam sistem
pendidikan dasar di Kabupaten Indramayu, diharapkan dapat membekali para siswa untuk menjadi pelaku
pembangunan yang berwawasan lingkungan sesuai dengan asas pembangunan Indonesia yaitu
pembangunan berkelanjutan. Buku PLH ini dirancang untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran
pendidikan lingkungan hidup di Sekolah Dasar. Buku ini juga memberikan lembar tugas yang harus
diselesaikan oleh siswa serta akan melatih sikap dan perilaku positif terhadap lingkungan. Diharapkan
buku ini dapat membuka wawasan, menambah pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikap dan
perilaku positif terhadap lingkungan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, kami terbuka menerima kritik, koreksi dan saran untuk perbaikan buku ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu dengan dukungan
PT. Pertamina RU VI Balongan, yang telah mempercayakan penyusunan buku ini kepada Tim Penyusun.

Indramayu, Juni 2017


Tim Penyusun,

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove ix

DAFTAR ISI

Halaman
KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN INDRAMAYU ......... iii
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................................. vi
SAMBUTAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN INDRAMAYU .......... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ix

BAB I. PENYEBAB KERUSAKAN EKOSISTEM MANGROVE ............................... 1


A. Jenis-jenis Penyebab Kerusakan Ekosistem Mangrove ........................ 1
B. Sumber Ancaman Ekosistem Mangrove...................................................... 7
C. Ciri-ciri Ekosistem Mangrove yang Terancam.......................................... 10
D. Rangkuman ....................................................................................................... 11
E.Latihan ............................................................................................................... 11

BAB II. PELESTARIAN MANGROVE UNTUK MITIGASI


BENCANA ALAM DI WILAYAH PESISIR......................................................12
A. Mitigasi Bencana Alam ................................................................................ 13
B. Pelestarian Ekosistem Mangrove Sebagai Mitigasi Bencana................ 15
C. Rangkuman ....................................................................................................... 17
D. Latihan ............................................................................................................. 17

BAB III. PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE ......................................... 18


A. Peraturan Perundang-Undangan Perlindungan Hutan Mangrove........ 19
B. Pelestarian Flora dan Fauna Mangrove .................................................... 21
C. Rehabilitasi dan Restorasi Mangrove........................................................ 25
D. Pembibitan Mangrove .................................................................................. 28
E. Penanaman Mangrove ................................................................................... 32
F. Pemeliharaan Tanaman Mangrove ............................................................. 34
G. Pemanfaatan Mangrove Berwawasan Lingkungan................................... 34
H. Rangkuman ..................................................................................................... 38
I. Latihan ........................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 40

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


PENDIDIKAN
LINGKUNGAN HIDUP
Tematik MANGROVE

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 1

PENYEBAB KERUSAKAN
EKOSISTEM MANGROVE
bab

1
1. Kompetensi Dasar
a. Siswa mengenal jenis-jenis penyebab kerusakan ekosistem mangrove.
b. Siswa memahami penyebab kerusakan ekosistem mangrove
c. Siswa dapat memahami ciri-ciri ekosistem mangrove yang mengalami
kerusakan.

2. Indikator Hasil Belajar


a. Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis penyebab kerusakan ekosistem
mangrove dan contohnya, baik akibat aktivitas manusia maupun bencana
alam.
b. Siswa dapat menjelaskan penyebab kerusakan ekosistem mangrove.
c. Siswa dapat mengidentifikasi dan menilai apakah sebuah ekosistem
mangrove sedang terancam oleh kerusakan

Pada materi sebelumnya kalian telah mengetahui apakah itu keanekaragaman hayati
yang di dalamnya termasuk ekosistem mangrove. Kalian pun telah mengenal jenis-jenis
flora dan fauna apa saja yang menjadi rantai makanan di dalam ekosistem mangrove.
Masih ingatkah nama-nama tumbuhan yang hidupnya terendam diantara pantai dan laut
dengan perakaran unik semacam benteng yang bisa melindungi kita dari ancaman
gelombang tinggi atau angin badai? Nah, sekarang di kelas 6 kita akan mempelajari apa
saja yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove tersebut. Mangrove
harus kita lestarikan karena memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting.

A. Jenis-jenis Penyebab Kerusakan Ekosistem Mangrove

Secara umum yang mengakibatkan kerusakan ekosistem mangrove dapat dibagi


menjadi dua, yaitu yang disebabkan oleh aktivitas manusia dan sebab alami seperti
bencana alam.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


2 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

1. Aktivitas manusia

Aktivitas manusia yang dapat mengancam ekosistem mangrove antara lain :


a. Mengubah habitat mangrove menjadi pemukiman, pabrik, jalan atau
tambak.
Ketika lahan mangrove ditebang dan dijadikan pemukiman, pabrik, tambak
atau jalan, maka tumbuhan dan satwa mangrove akan mati atau musnah dan
keseimbangan ekosistem terganggu, fungsi dan manfaat ekosistem
mangrove juga tidak dapat kita rasakan. Mengubah ekosistem mangrove
untuk penggunaan selain hutan mangrove disebut “Konversi”. Jangan
tertukar dengan “Konservasi” ya! Karena konservasi artinya melindungi,
mengawetkan dan melestarikan.

Digambar oleh Adelia Anjani


b. Membuang sampah dan limbah industri beracun ke sungai.
Jika kalian berkunjung ke ekowisata mangrove Karangsong Kabupaten
Indramayu, maka kita akan melalui sungai Prajagumiwang. Coba
perhatikan banyak sekali aktivitas masyarakat di sepanjang sungai
tersebut. Ada yang membuat dan mengecat perahu, berjualan berbagai
macam ikan, membersihkan jala, mencuci kendaraan, menjual makanan di
kedai maupun restoran di tepi sungai.

Sampah yang dibiarkan


berserakan atau dibuang
langsung ke sungai
Foto: Sugiarti

menyebabkan pencemaran
dan sumber penyakit

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 3

Selain itu coba kita perhatikan pula air sungai yang mengalir dan bermuara di
Ekowisata Mangrove Karangsong, warnanya coklat kehitaman dan banyak sekali
sampah menumpuk. Padahal air sungai itu menuju ke laut Jawa dimana airnya
masuk juga ke habitat mangrove. Zat-zat beracun yang berasal dari limbah cat
pembuatan perahu, pabrik tekstil atau bahan kimia lainnya yang langsung
dibuang ke sungai menyebabkan pencemaran.

Limbah pembuatan

Foto : Hendra Gunawan


perahu, seperti cat,
minyak dan bahan
pengawet kayu dapat
mengotori perairan.

Sampah-sampah plastik yang mengalir ke laut akan mengendap di dasar laut.


Sampah-sampah ini akan menutupi biota yang hidup di dalamnya. Zat organik
seperti sisa makanan yang berlebihan di sungai atau laut akan menimbulkan
pembusukan yang menimbulkan bau busuk di sungai atau laut. Keadaan ini akan
menyebabkan kekurangan oksigen terlarut pada sungai atau laut tersebut.
Padahal oksigen ini sangat diperlukan oleh semua kehidupan di laut. Akibatnya,
hewan laut akan mati atau pindah ke perairan yang masih jernih.
Foto: Sugiarti

Sampah menumpuk di tepi


pantai mengganggu
keindahan serta mengancam
ekosistem mangrove.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


4 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

Pencemaran lainnya dapat terjadi karena penggunaan pupuk untuk kegiatan


pertanian yang dilakukan secara berlebihan di wilayah pesisir. Sama pula halnya
dengan logam berat, seperti timbal (Pb), tembaga (Cu), seng (Zn), air raksa (Hg)
dan hidrokarbon. Kadar logam yang berlebihan di sungai atau laut akan meracuni
dan mematikan kehidupan di perairan tersebut. Berbagai jenis ikan dan udang
akan mati keracunan. Burung pemakan ikan kemudian terganggu populasinya
akibat kekurangan makanan dan pertumbuhan pohon mangrove pun terhambat
akibat air yang berkualitas buruk.

c. Menebangi pohon mangrove secara berlebihan.


Kalian tahu bahwa penggundulan hutan dapat menyebabkan bencana. Demikian
pula dengan penebangan pohon mangrove secara berlebihan untuk dijadikan
bahan bangunan, arang atau kayu bakar, dapat menyebabkan rusaknya
ekosistem mangrove. Lapisan pohon yang membentuk formasi hutan mangrove
yang berfungsi mencegah kerusakan pantai (abrasi pantai) akan rusak bahkan
akan hilang. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan habitat burung-burung
pantai dan ikan. Merusak hutan mangrove menyebabkan terganggunya
keseimbangan ekosistem mangrove.

Foto : Hendra Gunawan

Penebangan pohon mangrove secara berlebihan untuk pembuatan tambak,


hanya menyisakan beberapa batang pohon.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 5

d. Membunuh burung-burung dan fauna lainnya.


Selain merusak formasi pepohonan yang merupakan penghuni utama hutan
mangrove, menembaki burung-burung dan satwa lain dapat mengancam
keseimbangan ekosistem mangrove karena dapat memutus rantai makanan.
Kalian sudah mengenal jenis-jenis burung yang hidup di ekosistem mangrove
kan? Coba amati adakah burung-burung yang sering ditangkap di tempatmu?
Coba selidiki mengapa mereka melakukan hal itu?

Seekor burung air yang


Foto : Hendra Gunawan

terluka sayapnya karena


ditembak oleh pemburu
untuk dijadikan makanan.

e. Menangkap ikan menggunakan racun dan bom.


Pekerjaan utama masyarakat pesisir adalah sebagai nelayan, namun kegiatan
yang mereka lakukan juga bermacam-macam. Nelayan bisa memancing ikan
hingga ke tengah laut seorang diri dengan menggunakan sampan kecil. Mereka
akan berangkat pagi hari dan kembali siang hari atau menjelang petang. Hasil
memancing yang diperoleh biasanya sedikit dan hanya cukup untuk dimakan pada
hari itu saja. Ada pula nelayan yang menjala ikan. Mereka menggunakan perahu
yang isinya 4-5 orang dan membawa jaring. Biasanya mereka pergi pada malam
hari dan kembali esok harinya. Cara menjaring adalah sebagai berikut:
(1). Jaring dibentang di laut, kemudian diberi pelampung sebagai tanda.
(2).. Jaring yang telah terpasang tadi dibiarkan semalam. (3). Esok harinya
jaring diangkat, ikan-ikan yang tertangkap diambil untuk dijual ke pasar.
Pernahkah kalian mendengar bahwa bom bisa digunakan untuk menangkap ikan?
Benar, caranya dengan melemparkan bom ke tempat ikan berkumpul di laut.
Pada saat bom meledak, ikan-ikan akan mati. Bom yang digunakan oleh nelayan
umumnya dibuat dari pupuk urea yang dimasukkan ke dalam botol, kemudian
diberi sumbu mirip petasan.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


6 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

Ada juga nelayan yang menggunakan racun untuk menangkap ikan dan udang.
Sianida sering digunakan untuk menangkap ikan hias dan ikan karang. Racun
sianida dengan kadar tertentu disemprotkan ke arah ikan untuk membuat
ikan-ikan itu mabuk. Ikan dan udang yang terkena racun sianida akan lemah
atau mabuk kemudian pingsan, sehingga mudah ditangkap. Kemudian ikan-ikan
itu dipindahkan ke tempat pengumpulan yang airnya bersih. Ikan-ikan hias itu
segar kembali pada waktu dijual. Penggunaan bom dan racun ini dilarang
digunakan oleh pemerintah karena sangat berbahaya bagi manusia dan
menimbulkan kerusakan lingkungan.

https://radarbolmongonline.com
Penangkapan ikan menggunakan bom, bukan saja membunuh sampai
ke anak-anak ikan yang masih kecil tetapi juga merusak terumbu
karang tempat ikan-ikan itu hidup
https://2.bp.blogspot.com/-dpqZY4kslWU

Ikan-ikan yang mati akibat airnya tercemar bahan beracun.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 7

2. Bencana Alam

Bencana alam adalah keadaan yang disebabkan oleh proses atau gejala alam yang
mengganggu kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan mengakibatkan kerusakan
sumber daya alam (termasuk hutan mangrove). Bencana alam yang sering terjadi di
daerah pesisir negeri kita adalah, gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami,
banjir, longsor dan badai tropis (topan, siklun dan Elnino). Bencana alam tersebut
dapat mengancam kelestarian ekosistem mangrove. Memang kita tidak bisa
mencegah terjadinya bencana alam, tetapi dengan mengetahui tentang bencana
alam kita menjadi siap menghadapi bencana alam sehingga mengurangi jatuhnya
korban.

http://www.mongabay.co.id
Mangrove yang rusak
akibat bencana alam

B. Sumber Ancaman Ekosistem Mangrove


Kalian kini telah mengenal jenis-jenis penyebab kerusakan ekosistem mangrove,
baik akibat aktivitas manusia yang bersifat merusak maupun bencana alam. Nah
tahukan kalian mengapa hal ini bisa terjadi? Hutan mangrove yang berada di Pulau Jawa
memiliki tingkat keterancaman yang tinggi akibat tekanan jumlah penduduk yang
sangat padat.
Saat ini penduduk Indonesia berjumlah sekitar 255.000.000 jiwa (tahun 2017)
dan 60% dari jumlah penduduk tersebut hidup di Pulau Jawa. Kalian coba bayangkan
bagaimana penduduk di Pulau Jawa memerlukan lebih banyak lahan untuk tinggal,
bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan makanan, bangunan sekolah, kantor dan
pabrik, jalan dan lain-lain. Keadaan ini menjadi ancaman bagi keberadaan hutan
mangrove. Jika tidak dilindungi oleh pemerintah dan kita semua, hutan mangrove akan

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


8 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

berubah menjadi tempat pemukiman, fasilitas umum seperti jalan atau lahan perikanan
masyarakat (tambak). Selain itu banyak juga diantara kita yang tidak peduli pada
lingkungan sekitar. Sampah dibiarkan berserakan, zat berbahaya seperti cat dan
detergen dibuang langsung ke sungai atau menebangi pepohonan mangrove dan
membunuh burung-burung.
Tahukah kalian apa yang menyebabkan bencana alam gempa bumi? Bumi kita
terus bergerak. Termasuk juga lempeng bumi tempat kita berpijak. Ketika lempeng
bumi bergerak, maka timbul gempa. Gempa menjadi berbahaya jika mengakibatkan
korban jiwa dan kerugian harta benda. Kalau gempa mengakibatkan korban jiwa dan
harta, barulah kita sebut bencana alam.
Gempa terjadi setiap saat, di pesisir maupun di daratan hingga pegunungan.
Setiap hari paling tidak ada 10 gempa yang mengguncang Indonesia. Kadang-kadang
gempa hanya menimbulkan getaran lemah saja. Tapi kadang-kadang kuat. Gempa di
Aceh tahun 2004, di Jogjakarta dan Pangandaran tahun 2006 sangatlah kuat. Gempa di
Aceh dan Pangandaran berasal dari dasar laut, sehingga bisa menimbulkan tsunami atau
ombak berkekuatan besar dan berkecepatan tinggi.
Tsunami berasal dari bahasa Jepang. “Tsu” artinya pelabuhan dan “Nami” artinya
gelombang atau ombak besar. Jadi, menurut orang-orang Jepang, tsunami adalah
gelombang besar yang berada di pelabuhan atau wilayah pesisir. Kenapa tsunami
berbahaya? Gelombang tsunami dapat menerjang dengan kecepatan yang tinggi, lebih
cepat dari kemampuan orang dewasa berlari. Gempa dan tsunami adalah bahaya yang
tidak bisa dicegah oleh manusia.
http://posko-jenggala.org/

Gempa bumi
dan tsunami
di Pangandaran
(Tahun 2006)

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 9

https://duniatehnikku.wordpress.com
Proses terjadinya tsunami yang dapat mengancam hutan mangrove.

Selain gempa bumi, badai tropis seperti topan, siklun dan elnino juga termasuk
bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim global. Topan atau badai adalah
angin besar dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kadang-kadang topan dibarengi oleh
hujan lebat. Apabila angin kencang itu membentuk putaran yang sangat cepat, kondisi
ini dinamakan siklun. Elnino adalah gejala alam berupa perubahan iklim, seperti kenaikan
suhu udara. Perubahan suhu udara ini menyebabkan badai tropis yang menimbulkan
banjir di berbagai belahan dunia.

http://cdn.img.print.kompas.com/

Angin topan melanda daerah pesisir pantai

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


10 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

C. Ciri-ciri Ekosistem Mangrove yang Terancam

Setelah mengamati berbagai jenis ancaman, contoh-contoh dan penyebab


mengapa ancaman tersebut bisa terjadi, kini kalian dapat menilai apakah sebuah hutan
mangrove terancam kerusakan atau tidak? Bagaimanakah caranya? Kita dapat
membuat daftar data-data kondisi sebuah ekosistem mangrove, untuk menilai tingkat
keterancamannya, seperti dicontohkan berikut ini :

1 Dimanakah lokasi hutan mangrove berada, apakah di Pulau Ya Tidak


Jawa?

2 Apakah hutan mangrove tersebut lokasinya dekat dengan ya Tidak


pemukiman masyarakat yang padat?

3 Apakah ia dekat dengan muara sungai yang airnya sudah ya Tidak


tercemar dan banyak sampah menumpuk?

4 Apakah lokasinya juga dekat dengan pabrik-pabrik yang ya Tidak


menghasilkan limbah atau industri pembuatan kapal?

5 Apakah sudah banyak orang yang berkunjung ke hutan ya Tidak


mangrove untuk berwisata?

6 Apakah ditemukan nelayan yang masih menggunakan racun ya Tidak


dan bom untuk menangkap ikan?

7 Apakah sudah ada kegiatan perikanan (tambak) di dekat ya Tidak


lokasi hutan mangrove tersebut?

8 Apakah sudah ditemukan sampah-sampah plastik ya Tidak


anorganik berserakan di lokasi hutan mangrove?

9 Apakah sudah ada aktivitas penebangan pohon mangrove ya Tidak


oleh masyarakat untuk diambil kayunya?

10 Apakah sudah ditemukan penembakan burung-burung ya Tidak


pantai di sekitar hutan mangrove?

Dari hasil pengamatan kalian, hitung berapa banyak


jumlah “ya” dan “tidak”. Semakin banyak memperoleh
jumlah “ya”, semakin tinggi tingkat keterancaman
hutan mangrove tersebut. Selamat mencoba,!

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 11

D. Rangkuman

Ancaman terhadap ekosistem mangrove terdiri dari dua jenis, yaitu akibat
aktivitas manusia yang merusak dan bencana alam. Aktivitas manusia yang merusak
disebabkan oleh terus bertambahnya populasi manusia disertai sikap yang tidak peduli
akan pelestarian lingkungan, sedangkan bencana alam disebabkan oleh fenomena alam
seperti meletusnya gunung berapi, pergeseran kulit bumi sehingga terjadi gempa bumi
atau badai tropis/elnino akibat perubahan iklim.
Ciri-ciri hutan mangrove yang terancam kerusakan antara lain: lokasinya dekat
dengan pemukiman padat penduduk, banyak dibangun tambak di sekitar hutan
mangrove, dekat dengan sungai yang tercemar, sampah dan zat berbahaya masuk ke
ekosistem mangrove, ditemukan banyak pohon yang ditebang dan burung / satwa lain
yang mati dibunuh serta jumlah pengunjung yang sangat banyak.

E. Latihan

1. Tugas kelompok, buatlah wawancara dan pengamatan di lapangan, apa saja


aktivitas manusia yang dapat merusak lingkungan ekosistem mangrove di
Ekowisata Karangsong dan coba cari tahu apa alasan mereka mengapa berbuat
seperti itu? Diskusikan dengan kelompok, bagaimana kalian mengukur atau
mengetahu bahwa telah terjadi kerusakan di sebuah ekosistem mangrove? Apa
saja ciri-cirinya?

2. Tugas perorangan, buatlah kliping atau majalah dinding tentang bencana alam
yang pernah terjadi di daerah pesisir pulau Jawa. Ceritakan yuk, di hadapan
teman-teman mu, mengapa hal tersebut dapat terjadi dan berapa besar kerugian
yang ditimbulkan?

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


12 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

2
bab
PELESTARIAN MANGROVE
UNTUK MITIGASI BENCANA ALAM
DI WILAYAH PESISIR

1. Kompetensi Dasar
a. Siswa mengenal istilah, pengertian dan manfaat mitigasi bencana,
terutama untuk daerah pesisir sebagai habitat utama mangrove.
b. Siswa mengenal contoh-contoh kegiatan mitigasi bencana dan upaya
pelestarian ekosistem mangrove.
c. Siswa memahami pentingnya keterlibatan semua pihak untuk
menyelamatkan ekosistem mangrove yang terancam.

2. Indikator Hasil Belajar


a. Siswa dapat menyebutkan pengertian dan manfaat mitigasi bencana bagi
masyarakat daerah pesisir pantai.
b. Siswa dapat menjelaskan kesiapan dalam menghadapi bencana alam serta
upaya-upaya dalam pelestarian ekosistem mangrove.
c. Siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan kampanye dan program
pelestarian ekosistem mangrove di lingkungan sekolah maupun tempat
tinggalnya.

Kalian telah mengetahui apa saja yang dapat mengancam kelestarian ekosistem
mangrove, masih ingat bukan ? Pada bab ini kita akan mempelajari apa saja yang
seharusnya kita lakukan dalam menghadapi bencana alam di wilayah pesisir sebagai
habitat utama hutan mangrove. Selain itu, mari kita diskusikan apa saja yang bisa kita
lakukan untuk ikut serta menjaga kelestarian hutan mangrove kebanggaan warga
Indramayu. Yuk kita simak bersama.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 13

A. Mitigasi Bencana Alam

Pernahkan kalian mendengar istilah mitigasi? Sejak peristiwa bencana alam


dahsyat tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Pulau Nias Sumatera Utara
pada tanggal 26 Desember 2004, istilah mitigasi bencana mulai sering kita dengar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya
untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU No.24 tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana).
Di dalam Bab sebelumnya kita pernah menyinggung tentang bencana alam. Masih
ingatkah kalian apa yang dimaksud dengan bencana alam ? Bencana alam adalah
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan
oleh faktor alam atau faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan dan kerugian harta benda. Bencana alam dapat berupa
kebakaran, tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir, longsor dan badai tropis.
Tahukah kalian bahwa negara kita Indonesia termasuk ke dalam wilayah yang sering
mengalami gempa bumi atau letusan gunung berapi, yaitu wilayah yang mengelilingi
cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup
wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini sering disebut sebagai sabuk gempa
Pasifik atau Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Sekitar 90% dari gempa bumi yang
terjadi dan 80% dari gempa bumi terbesar, terjadi di sepanjang Cincin Api ini.

https://media.nationalgeographic.org

Indonesia termasuk
ke dalam wilayah
Ring of Fire

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


14 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

Bencana alam memang tidak dapat kita hentikan, namun kita dapat berusaha
mengurangi jatuhnya korban jiwa manusia, kerugian ekonomi dan kerusakan sumber
daya alam melalui mitigasi bencana. Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan
penanganan bencana alam dapat dibagi ke dalam 4 kategori, yaitu:
1. Kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi)
2. Kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi),
3. Kegiatan tepat setelah bencana terjadi (pencarian dan penyelamatan),
4. Kegiatan pasca bencana (pemulihan, penyembuhan dan perbaikan).

Nah sekarang cukup jelas bukan bahwa mitigasi adalah upaya mengurangi
jatuhnya korban sebelum terjadinya bencana alam. Berikut adalah beberapa contoh
mitigasi bencana :
1. Mitigasi untuk banjir yaitu dengan membuat waduk dan sumur serapan.
2. Mitigasi untuk tanah longsor yaitu dengan membuat parit di permukaan tanah.
3. Mitigasi untuk gempa bumi yaitu merancang struktur bangunan tahan gempa.
4. Mitigasi untuk kekeringan yaitu dengn membuat bendungan dan waduk untuk
bisa memasok air tambahan pada musim kering.

Kita sebagai penduduk Indonesia yang tinggal di daerah Ring of Fire atau “cincin
api” dimana sering sekali terjadi gempa bumi, apa yang harus kita lakukan untuk
melindungi diri dan evakuasi jika terjadi gempa bumi?
1. Berlindung di tempat-tempat yang aman, seperti di bawah meja yang kokoh atau
merapat ke dinding dengan merunduk sambil melindungi kepala.
2. Segera keluar dari kelas atau rumah dan pergi ke lapangan terbuka sambil
melindungi kepala.
3. Jauhi jendela kaca, rak, lemari
dan barang-barang yang
tergantung seperti lampu
gantung, cermin dan lukisan.
4. Menjauhlah dari pantai dan
pergilah ke daerah yang lebih
tinggi apabila mengetahui air laut
Digambar oleh Adelia Anjani

surut rendah setelah adanya


gempa dengan getaran yang
sangat kuat atau mendengar
suara gemuruh yang sangat
keras.
Jika terjadi tsunami,
pergilah ke tempat yang lebih tinggi.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 15

Selain gempa bumi, negara kita juga merupakan negara kepulauan dengan jumlah
lebih dari 14.000 pulau. Hmmm... banyak sekali ya? Kalian pun telah mengetahui bahwa
gempa bumi dapat menyebabkan bencana alam gelombang tsunami. Masih ingat bukan?
Ternyata salah satu manfaat adanya formasi hutan mangrove adalah salah satu upaya
mitigasi untuk tsunami.

B. Pelestarian Ekosistem Mangrove


Sebagai Mitigasi Bencana

Dari pengalaman bencana tsunami Aceh dan bencana lain di pesisir yang
disebabkan oleh gelombang laut atau topan dan badai, terbukti bahwa pantai-pantai
yang terlindung oleh mangrove, mengalami dampak yang lebih kecil dibandingkan pantai
terbuka tanpa hutan mangrove. Dari pengalaman inilah, kita belajar dan menyadari
untuk melestarikan hutan mangrove yang ada di sepanjang pantai dan memulihkan atau
merehabilitasi hutan mangrove yang rusak.
Penting sekali ternyata mempertahankan ekosistem mangrove itu. Nah sebagai
generasi muda yang peduli lingkungan, apa saja yang dapat kalian lakukan? Ini beberapa
contoh kegiatan yang dapat kalian kerjakan sebagai bentuk kepedulian terhadap
kelestarian hutan mangrove:
1. Mempelajari lebih dalam tentang ekosistem mangrove, sehingga kita dapat
memberi tahu teman yang lain tentang pentingnya pelestarian hutan mangrove.
2. Menyebarluaskan pengetahuan tentang mangrove kepada siapapun yang dekat
dengan kita baik di rumah maupun sekolah. Bisa dengan bercerita, menunjukkan
gambar, foto-foto maupun kliping.
3. Kampanye pentingnya hutan mangrove sebagai pelindung dari bencana tsunami,
gelombang dan badai, melalui pembuatan dan penyebaran poster dan sticker
yang dibagikan kepada warga sekitar.
4. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah di tempatnya dan
memanfaatkan sampah organik maupun anorganik untuk dibuat kertas daur
ulang, pupuk kompos atau aneka kerajinan dari kemasan makanan/ minuman yang
sudah tidak terpakai.
5. Menanam kembali di hutan mangrove yang mengalami kerusakan.
6. Melaporkan pelanggaran, seperti pengeboman atau meracun ikan di pantai atau
pembuangan limbah industri yang diduga mengandung zat beracun ke sungai.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


16 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

Sumber : Wetlands International-IP


Contoh poster ajakan melestarikan hutan mangrove untuk mitigasi bencana tsunami.

Sumber : Wetlands International-IP

Contoh poster upaya perlindungan dan evakuasi ketika terjadi bencana tsunami.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 17

C. Rangkuman
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko atau
dampak bencana, sehingga dapat mengurangi korban jiwa, kerugian harta dan benda
serta kerusakan lingkungan. Mitigasi bencana dilakukan sebelum terjadinya bencana
seperti penanaman bibit bakau dan pelestarian ekosistem mangrove untuk mitigasi
bencana badai tropis atau tsunami.
Pelestarian hutan mangrove merupakan salah satu upaya mitigasi bencana di
wilayah pesisir seperti tsunami, gelombang besar dan badai, agar dampak yang
ditimbulkannya dapat dikurangi. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa
sekolah dasar untuk melestarikan hutan mangrove antara lain kampanye peduli hutan
mangrove, aktif menjaga kebersihan lingkungan dan melaporkan kepada ibu atau bapak
guru jika ada orang-orang yang kegiatannya dapat mengancam hutan mangrove.

D. Latihan
1. Tugas kelompok, buatlah poster, brosur dan sticker untuk mengajak teman-
teman kalian di kelas lain turut serta melestarikan hutan mangrove.

2. Tugas perorangan, mari mencoba mengolah sampah organik dan an organik untuk
menghasilkan barang yang bermanfaat. Misalnya membuat kertas daur ulang
warna warni untuk hiasan, membuat pupuk kompos atau memanfaatkan botol
plastik kemasan untuk hidroponik. Ayooo... masing-masing mencari bagaimana
cara membuatnya. Mari lestarikan hutan mangrove kita.. selamat berkarya.
Foto : Sugiarti

Contoh pemanfaatan limbah anorganik Membuat vertical garden atau taman vertikal
untuk hidroponik dari limbah botol plastik minuman.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


18 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

bab

3 PENGELOLAAN EKOSISTEM
MANGROVE

1. Kompetensi Dasar
a. Siswa dapat memahami peraturan mengenai perlindungan ekosistem
mangrove.
b. Siswa dapat memahami kegiatan pelestarian flora dan fauna
mangrove.
c. Siswa dapat memahami kegiatan pembibitan dan penanaman mangrove.
d. Siswa dapat memahami pemanfaatan mangrove ramah lingkungan.

2. Indikator Hasil Belajar


a. Siswa dapat menyebutkan peraturan mengenai perlindungan
ekosistem mangrove.
b. Siswa dapat menyebutkan kegiatan pelestarian flora dan fauna
mangrove.
c. Siswa dapat membuat bibit dan menanam mangrove.
d. Siswa dapat melakukan kegiatan pemanfaatan mangrove ramah
lingkungan.

Dalam bab sebelumnya kita telah mempelajari tentang beberapa upaya


pelestarian ekosistem mangrove yang dapat kalian lakukan. Jika kalian melakukannya,
maka kalian telah berpartisipasi dalam melaksanakan peraturan dari Pemerintah
tentang perlindungan ekosistem mangrove.
Coba sebutkan kegiatan apalagi yang sekiranya dapat kalian lakukan ?
Pada bab ini kita akan mempelajari 4 kegiatan penting yang dapat kalian lakukan
bersama, dalam upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan mangrove yang
terdapat di sekitar kita, yaitu pelestarian flora dan fauna mangrove, pembuatan bibit
mangrove, penanaman mangrove dan pemanfaatan mangrove yang ramah lingkungan.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 19

A. Peraturan Perundang-Undangan Perlindungan


Hutan Mangrove

Dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove, pemerintah pusat dan kabupaten


membuat undang-undang dan peraturan untuk mengatur upaya perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan hutan mangrove. Dalam berbagai undang-undang dan
peraturan, ekosistem mangrove disebut sebagai kawasan lindung. Kawasan Lindung
adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
Lingkungan Hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah
serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Hutan mangrove
juga sering dijadikan satu dalam istilah ekosistem pesisir, bersama dengan ekosistem
terumbu karang dan padang lamun.
Undang-undang dan peraturan yang mengatur tentang hutan mangrove akan
diuraikan di bawah ini.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan


Ruang
Menurut undang-undang ini, hutan mangrove dimasukkan ke dalam Kawasan
Lindung, baik dalam kawasan perlindungan setempat sebagai “sempadan pantai”,
maupun sebagai kawasan suaka alam ”kawasan pantai berhutan bakau”.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang


Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil.
Dalam undang-undang ini, Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk
menetapkan batas Sempadan Pantai yang disesuaikan dengan kondisi topografi,
biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya. Penetapan
batas Sempadan Pantai tersebut mengikuti ketentuan:
(1) Perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami;
(2) Perlindungan pantai dari erosi atau abrasi;
(3) Perlindungan sumber daya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana
alam Lainnya;
(4) Perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove,
terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta;
(5) Pengaturan akses publik; serta
(6) Pengaturan untuk saluran air dan limbah.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


20 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

3. PP No 28 Tahun 2011 Dan PP 108 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan Kawasan


Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA)
Menurut peraturan pemerintah ini, hutan mangrove termasuk sebagai “Kawasan
Ekosistem Esensial” bersama-sama dengan ekosistem karst (tanah kapur),
lahan basah (danau, sungai, rawa, payau, dan wilayah pasang surut), mangrove
dan gambut yang berada di luar KSA dan KPA.

4. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan


Lindung
Berdasarkan keputusan Presiden ini, hutan mangrove termasuk sebagai
kawasan lindung. Menurut Keputusan Presiden ini yang termasuk kawasan
lindung adalah :
(1) Kawasan Bergambut
(2) Kawasan Resapan air
(3) Sempadan Pantai*
(4) Sempadan Sungai
(5) Kawasan sekitar Danau/Waduk
(6) Kawasan sekitar mata air
(7) Kawasan Suaka Alam
(8) Kawasan suaka alam Laut
(9) Kawasan Pantai berhutan Bakau*
(10) Taman Nasional
(11) Taman Hutan Raya
(12) Taman Wisata Alam
(13) Kawasan Cagar Budaya
(14) Kawasan Rawan Bencana Alam

Yang dimaksud dengan “Kawasan Pantai berhutan Bakau” adalah kawasan pesisir
laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi
memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Sedangkan
“Sempadan Pantai” adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 21

5. Peraturan Presiden nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional


Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Dalam peraturan presiden ini disebutkan bahwa yang dimaksud pengelolaan
ekosistem mangrove berkelanjutan adalah semua upaya perlindungan, pelestarian
dan pemanfaatan lestari melalui proses terpadu untuk mencapai keberlanjutan
fungsi-fungsi ekosistem mangrove bagi kesejahteraan masyarakat.

6. Keputusan Bupati Indramayu


Wilayah Kabupaten Indramayu mempunyai 11 kecamatan pesisir dengan 35 desa
pesisir yang tersebar di sepanjang kurang lebih 147 km pesisir pantai utara. Dari
pantai sepanjang itu, 64,68 km merupakan pantai berpasir dan 44,91 km pantai
berlumpur yang berpotensi ditumbuhi mangrove, serta 4,51 km merupakan muara
sungai yang biasanya dikelilingi mangrove. Pemerintah Kabupaten Indramayu
memiliki komitmen untuk mengelola mangrove tersebut, antara lain dengan
mengeluarkan Keputusan Bupati Indramayu No.522.1/Kep.189.A.4-
Dishutbun/2013 tentang Penetapan Lokasi pusat Mangrove (Mangrove Centre) di
Kabupaten Indramayu, dengan pengaturan sebagai berikut:
(1) Mangrove di Desa Karangsong untuk Ekowisata
(2) Mangrove di Desa Pabean udik untuk Riset dan Penelitian.
(3) Mangrove di Desa Lamaran Tarung Untuk pusat Nursery dan Sumber benih

Lebih lanjut Bupati Indramayu juga mengeluarkan Keputusan Bupati No.


523.05/Kep.151.A-Diskanla/2014 tentang Penetapan Kawasan Pusat Mangrove
(Mangrove Center) Desa Karangsong Kecamatan Indramayu sebagai Pusat
Restorasi dan Pembelajaran Mangrove di Kabupaten Indramayu.

B. Pelestarian Flora dan Fauna Mangrove

Hutan mangrove dunia diperkirakan hanya 15 juta hektar. Tak seberapa, tapi
terbukti berkontribusi tinggi menjaga stok pangan pesisir dan benteng alami dari
tsunami. Hampir seperempat bagian mangrove dunia tersebut ada di Indonesia.
Sementara tekanan dan ancaman makin meningkat. Saat ini luas ekosistem mangrove di
Indonesia adalah 3,49 juta Ha. Seluas 1,7 juta ha (48%) berada dalam kondisi baik dan
1,8 juta ha (52%) lainnya dalam kondisi rusak. Hal ini disebabkan oleh konversi lahan
untuk pembangunan, pembuatan arang, serta budidaya pertambakan pada masa lampau

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


22 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

yang menyisakan bencana. Oleh karena itu pelestarian ekosistem mangrove beserta
flora dan fauna yang ada di dalamnya harus terus dilakukan. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk melestarikan flora dan fauna di ekosistem mangrove, dijelaskan
berikut ini.

1. Menetapkan Kawasan Suaka Alam Mangrove


Ada beberapa jenis flora dan fauna yang sudah rentan punah, karenanya perlu
dibangun tempat khusus untuk melindungi mereka dari ulah manusia yang
mengakibatkan kerusakan hutan mangrove termasuk flora dan fauna yang mulai
punah. Pembangunan suaka alam untuk melindungi tumbuhan dan suaka
margasatwa untuk melindungi satwa, seperti Suaka Margasatwa Muara Angke dan
Cagar Alam Pulau Rambut yang merupakan tempat khusus untuk melindungi
ekostem mangrove serta flora dan fauna yang ada di dalamnya. Satwa Mangrove
yang sudah sangat langka saat ini adalah Bekantan (Nasalis larvatus) yang hidup di
hutan mangrove Kalimantan, satwa ini juga statusnya “dalam bahaya”
(endangered). Untuk melestarikan satwa ini, pemerintah menetapkan habitatnya
sebagai kawasan yang dilindungi, seperti Taman Nasional, Cagar Alam dan Suaka
Margasatwa.

2. Merehabilitasi dan Merestorasi Mangrove yang Telah Rusak atau Hilang


Mangrove yang rusak perlu direhabilitasi, mangrove yang telah hilang perlu
dihadirkan kembali melalui restorasi dengan kegiatan penanaman masal. Gerakan
rehabilitasi atau restorasi mangrove dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta,
lembaga swadaya masyarakat, bahkan oleh anak-anak sekolah.

3. Menerapkan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan


Salah satu kebijakan pembangunan berkelanjutan adalah, dalam setiap kegiatan
pembangunan fisik seperti gedung perkantoran atau perumahan harus
menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30% dari luas lahan. Kota-kota harus
memiliki ruang terbuka hijau seperti taman kota dan hutan kota seluas minimal
30% dari luas kota.

4. Menetapkan Status Dilindungi Terhadap Flora dan Fauna Langka


Hampir semua burung-burung yang memakan ikan dilindungi oleh pemerintah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Burung-burung yang hidup di
hutan mangrove tersebut dilindungi karena memiliki peran penting dalam rantai
makanan, yaitu sebagai konsumen puncak, sehingga perannya sangat penting dalam

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 23

menjaga keseimbangan ekosistem mangrove. Semua burung elang, seperti elang


laut, elang bondol dan burung hantu juga dilindungi. Burung-burung tersebut
sering singgah di hutan mangrove.
Burung-burung migran yang berpindah dari satu negara ke negara lain karena
perubahan musim, juga dilindungi oleh negara-negara yang disinggahinya. Banyak
jenis burung yang bermigrasi dari Benua Asia ke Benua Australia singgah di
Indonesia, seperti di Pantai Utara Jawa untuk beristirahat beberapa hari dan
memulihkan tenaga dengan mencari makan di hutan mangrove. Burung-burung
migran yang sedang diteliti atau dipantau, biasanya kakinya diberi cincin atau
gelang. Jika kalian melihat burung yang memakai gelang di kakinya, itu adalah
burung migran yang sedang dipantau. Kesepakatan bersama negara-negara di
dunia untuk melindungi burung-burung migran disebut “Konvensi Ramsar” yang
ditandatangani di Kota Ramsar, di Iran.

5. Mengelola Mangrove sebagai Hutan Lindung atau Hutan Produksi Terbatas


Karena sifatnya yang mudah terganggu, banyak ancaman dan memiliki fungsi dan
manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia, maka pemerintah
menetapkan kawasan hutan yang ditumbuhi mangrove sebagai kawasan hutan
lindung atau hutan produksi terbatas. Artinya, di hutan ini semua kegiatan
manusia dibatasi agar jangan sampai merusak atau mengganggu keutuhan dan
kelestarian ekosistem serta satwa yang hidup di dalamnya.

6. Melindungi Perairan dari Pencemaran


Pemerintah melakukan pencegahan pencemaran terhadap perairan tawar dan
laut untuk melindungi biota air yang hidup di dalamnya maupun untuk melindungi
manusia yang menggunakan perairan tersebut. Pemerintah menetapkan batas-
batas toleransi pencemaran terhadap sumber air minum, air irigasi pertanian,
air perikanan (kolam dan tambak) dan air laut. Untuk mendukung upaya
tersebut kita dapat mulai dari diri sendiri dengan tidak membuang sampah ke
sungai, tidak membuang limbah cair langsung ke sungai tetapi disaring atau
diolah dahulu supaya zat pencemarannya berkurang atau hilang sebelum dilepas
ke sungai.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


24 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

Foto : Hendra Gunawan


Ajakan kepada
masyarakat untuk menjaga
perairan mangrove dan
terumbu karang

7. Melakukan Budidaya Flora dan Fauna Langka


Spesies pohon mangrove yang paling langka dan terancam punah adalah Tancang
Kalimantan (Bruguiera hainesii) dengan status “kritis” (Critically endangered)
dan Kandelia (Kandelia candel) dengan status “kurang mendapat perhatian”
(Least concern). Jenis-jenis mangrove tersebut sudah sulit dijumpai, oleh
karena itu perlu dilestarikan melalui budidaya atau penanaman kembali.

8. Melakukan Penyuluhan dan Pendidikan


Faktor utama kerusakan mangrove adalah sikap manusia yang tidak peduli
lingkungan dan hanya mementingkan kepentingnnya sendiri. Sikap serakah ingin
menguasai tambak seluas mungkin atau mendapatkan kayu sebanyak mungkin
tanpa mempedulikan kerusakan yang ditimbulkannya. Sikap-sikap demikian
disebabkan oleh rendahnya pengetahuan atau pemahaman akan pentingnya hutan
mangrove bagi kehidupan dan tekanan ekonomi yang berat. Oleh karena itu,
mereka perlu diberi pengetahuan dan pemahaman agar sadar bahwa hutan
mangrove harus dilestarikan untuk kesejahteraan bersama, baik generasi
sekarang maupun generasi yang akan datang.

Upaya peningkatan kepedulian terhadap kelestarian mangrove dapat dilakukan


melalui penyuluhan kepada masyarakat dan melalui pendidikan di sekolah, seperti
pendidikan lingkungan hidup tematik mangrove yang sedang kalian pelajari.
Media penyuluhan dapat dilakukan melalui televisi, radio, poster, koran, majalah,
selebaran atau spanduk yang dipasang ditempat keramaian seperti di tempat
ekowisata mangrove.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 25

Sumber : Wetlands International-IP


Contoh poster penyuluhan manfaat mangrove.

C. Rehabilitasi dan Restorasi Mangrove

Telah dijelaskan pada bab terdahulu bahwa beberapa faktor penyumbang


terbesar kerusakan ekosistem mangrove yang diakibatkan oleh kegiatan manusia
adalah pembuatan tambak, penebangan mangrove dan pencemaran lingkungan.
Hilangnya mangrove memperparah kerusakan wilayah pesisir akibat abrasi. Oleh
karena itu perlu upaya rehabilitasi untuk memperbaiki kondisi mangrove yang rusak dan
restorasi untuk mengembalikan mangrove yang telah hilang.
Rehabilitasi Mangrove adalah upaya penanaman kembali hutan mangrove yang rusak
untuk memulihkan keseimbangan lingkungan di kawasan pesisir. Dalam upaya
rehabilitasi tujuan utamanya adalah memulihkan hutan mangrove yang rusak,
sehingga jenis-jenis pohon yang ditanam diutamakan yang sesuai dengan kondisi
tanah, mudah tumbuh dan cepat tumbuh, sehingga kondisi lingkungan cepat pulih
kembali.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


26 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

Foto : Dok. CSR PT. Pertamina RU VI Balongan


Rehabilitasi mangrove dengan melibatkan anak-anak sekolah dasar.

Foto : Hendra Gunawan

Restorasi untuk mengambalikan hutan mangrove yang telah menjadi tambak

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 27

Restorasi Mangrove merupakan upaya memulihkan ekosistem mangrove yang


hilang atau mengalami kerusakan berat agar kembali ke kondisi aslinya seperti sebelum
mengalami kerusakan. Oleh karena itu jenis yang dianam harus sama dengan jenis asli
yang dulu pernah ada. Restorasi bertujuan mengembalikan fungsi-fungsi ekosistem
mangrove agar dapat kembali dirasakan seperti ketika kondisi mangrove belum hilang
atau rusak. Ekosistem yang membutuhkan restorasi umumnya adalah ekosistem yang
telah mengalami perubahan atau kerusakan berat, baik akibat aktivitas-aktivitas
manusia maupun bencana alam seperti tsunami.
Tujuan utama restorasi mangrove adalah mengelola bentuk, fungsi, dan proses-
proses ekologi pada ekosistem mangrove, serta mencegahnya dari kepunahan dan
kehancuran lebih lanjut. Tujuan lainnya adalah memperkaya wilayah ekosistem
mangrove, mempertahankan keberlanjutan hasil alam (misalnya perikanan dan hasil
hutan), melindungi kawasan pantai, serta fungsi sosial (misalnya pendapatan
masyarakat).
Tujuan restorasi ini perlu ditetapkan berdasarkan masukan dari para pihak dan
merupakan kesepakatan bersama, sehingga mendapat dukungan secara luas. Tanpa
dukungan para pihak setempat, keberhasilan restorasi tidak akan tercapai.
Keuntungan restorasi bagi mangrove meliputi:
(1) Konservasi dan pengembalian spesies yang pernah ada, spesies yang memiliki
daerah luas, dan burung-burung migran.
(2) Mendaur ulang dan menjaga keseimbangan nutrisi pada muara sungai.
(3) Melindungi jaring-jaring makanan pada hutan mangrove, muara, dan laut.
(4) Menjaga habitat dan tempat pembesaran anakan jenis-jenis fauna laut.
(5) Melindungi lahan dari badai, menjaga garis pantai dan mengendapkan lumpur.
(6) Meningkatkan kualitas dan kejernihan air dengan menyaring dan menjebak
sampah dan lumpur yang dibawa air permukaan dari hulu sungai.

Kegiatan rehabilitasi dan restorasi mangrove, pada umumnya dilakukan dengan


cara penanaman bibit mangrove pada lahan yang kosong, atau pada hutan mangrove yang
rusak. Bibit mangrove ini ditanam jika secara alami tidak memungkinkan tumbuh
sendiri, misalnya karena habitat tempat tumbuh mangrove telah rusak atau tidak ada
sumber bibit di lokasi tersebut (belum ada pohon induknya). Sebenarnya pendekatan
terbaik restorasi adalah dengan mengetahui penyebab punahnya mangrove, menangani
penyebabnya dan kemudian bekerja dengan proses perbaikan alami untuk membangun
kembali ekosistem mangrove.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


28 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

D. Pembibitan Mangrove

Sebelum melakukan rehabilitasi atau restorasi, maka perlu penyediaan bibit


mangrove yang akan ditanam. Adapun tahapan penyiapan bibit mangrove adalah
sebagai berikut.
1. Pembuatan Bedeng

a. Tahap pertama dalam pembuatan pembibitan aadalah pembuatan bedeng

b. Lokasi pembuatan bedeng, dipilih yang berdekatan dengan lokasi penanaman


mangrove. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengiriman bibit mangrove
pada saat penanaman.
c. Perhatikan tentang kondisi lingkungan, seperti tipe pasang surut di lokasi
bedeng. Informasi mengenai kondisi pasang surut yang tepat sangat
dibutuhkan untuk menjaga sirkulasi air dan agar bedengan tidak tergenang air.
d. Bedeng bisa dibuat dengan berbagai macam tipe, disesuaikan dengan kondisi,
situasi, budaya setempat dan tentunya biaya yang dimiliki. Pembangunan
bedeng persemaian untuk menyemaikan benih – benih mangrove.
e. Terdapat 3 tempat persemaian, yaitu dua buah bedeng dan satu buah tempat
persemaian mangrove.
f. Pemeliharaan bibit dalam bedeng dilakukan untuk menghindari pemangsaan
bibit mangrove misalnya oleh kepiting
g. Sebagai naungan, bisa digunakan daun kelapa dan atau bahan penutup lainnya.
Bibit – bibit mangrove tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung
karena akan mengakibatkan kematian bibit mangrove yang sedang disemaikan.
h. Persemaian dapat juga dilakukan tanpa bedeng, dengan cara benih langsung
disemaikan di bawah pohon induknya, yang penting bibit – bibit mangrove harus
tertutup dari sinar matahari secara langsung.
Foto : Hendra Gunawan

Bedengan pembibitan
mangrove dibuat
di dekat lokasi penanaman

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 29

2. Pengambilan benih mangrove.


Benih diambil dari pohonnya secara langsung. Buah – buah mangrove dari jenis
Rhizopora dan Avicennia, terletak bervariasi di ketinggian yang berbeda. Buah
Rhizopora yang diambil adalah buah yang sudah matang, yang ditandai dengan
adanya cincin kuning dibagian propagulnya. Propagul adalah buah Vivipar yaitu
biji yang telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induknya dan
kecambah telah keluar dari buah. Untuk propagul yang belum muncul cincin
kuningnya, tidak diambil karena belum bisa disemaikan.

Foto : Hendra Gunawan


Pengumpulan propagul
Rhizophora untuk benih
pembuatan bibit.

Gambar di atas adalah propagul Rhizopora. Bagian – bagiannya adalah tangkai,


kelopak buah, plumula (bakal buah), buah, keping buah, hipokotil dan radikula.
Plumula adalah bakal daun yang tertutupi oleh keping buah. Selanjutnya, keping
buah bisa dijadikan indikator bagi pemasakan buah. Apabila warna keping buah
berubah menjadi kuning atau coklat, maka buah Rhizopora telah masak. Demikian
juga dengan jenis-jenis lainnya, juga akan menunjukkan ciri-ciri kematangan buah
yang sama.

3. Perlakuan Benih
a. Setelah diambil dari sumbernya, buah mangrove kemudian diletakkan di
tempat yang terlindung, bisa di bedeng atau di pohon induknya.
b. Bibit mangrove kemudian diberikan perlakuan sehingga pada saat disemaikan
bisa mencapai daya hidup yang maksimal.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


30 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

4
c. Buah mangrove yang ditemukan di lapangan biasanya terdiri dari dua tipe,
yaitu tipe propagul dan tipe buah bulat. Tipe propagul berbentuk bulat –
lonjong – memanjang dan tipe buah bulat berbentuk bulat dengan variasi
bulat lancip seperti pada jenis Avicennia dan bulat penuh yang terdapat pada
Sonnerita .
d. Setelah dipetik dari lapangan, kemudian direndam kurang lebih 2 hari atau
menyesuaikan dengan jarak waktu antara pembibitan dan penanaman,
kemudian disemaikan di bedeng. Perendaman ini berfungsi untuk
menghilangkan bau manis pada benih, yang disukai oleh kepiting, sehingga
pada saat disemaikan, pemangsaan benih oleh kepiting bisa dikurangi.
Foto : https://www.mangrovesforthefuture.org

Jenis propagul (berbentuk panjang) dan buah (bulat)

4. Pembibitan Mangrove

a. Alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu polybag (polybag kecil untuk benih
berukuran kecil, seperti Avicennia spp, Sonneratia spp, dan Ceriops spp.
Polybag besar untuk benih Rhizopora spp dan Bruguiera spp). Polybag
memiliki lubang di bagian samping dan bawahnya, yang berguna untuk
sirkulasi air dan udara, Benih mangrove berbagai jenis, cetok, dan lumpur
(Lumpur yang digunakan sebaiknya diambil dari sekitar lokasi penanaman,
untuk meningkatkan ketahanan hidup benih sewaktu pembibitan)

b. Tahapan membuat bibit adalah sebagai berikut :


(1) Ambil polybag, lalu isi dengan lumpur yang ada disekitar bedeng.
(2) Isi poly bag dengan lumpur, ¾ dari isi polybag.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 31

(3) Setelah diisi lumpur, lipat bagian atas polybag ke bagian luar dengan
tujuan pada saat surut dan cuaca kering, kristal–kristal garam air laut
tidak terjebak di dalam polybag yang bisa menghambat pertumbuhan
benih mangrove.
(4) Selanjutnya, tanam benih mangrove yang telah dipilih dan berkondisi
baik ke dalam lumpur (sedimen) dengan kedalaman yang cukup.
(5) Jangan lupa untuk menanam benih Ceriops, Sonneratia dan Avicennia
ke dalam polybag kecil dan benih Rhizopora dan Bruguiera ke dalam
polybag yang berukuran besar.
(6) Setelah itu, masukkan satu per satu polybag yang sudah terisi dengan
benih – benih mangrove tersebut ke dalam bedeng. Sebaiknya
diusahakan agar satu buah bedeng bisa digunakan untuk satu jenis
mangrove saja, agar mempermudah pengiriman pada saat
pengambilannya di tahap penanaman mangrove.

Poster berikut ini menggambarkan proses penyiapan bibit mangrove.

Sumber: Wetlands International-IP

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


32 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

5. Pembuatan Pemecah Gelombang


Dilakukan setelah tahap pembibitan, untuk melindungi bibit – bibit mangrove yang
telah ditanam di lokasi penanaman. Mangrove, baru bisa berfungsi sebagai
penahan abrasi, setelah berumur kurang lebih 5 tahun, disaat akarnya telah kuat,
sehingga mampu mengurangi kekuatan gempuran gelombang.

E. Penanaman Mangrove

1. Hal yang harus diperhatikan sebelum penanaman adalah :


(a) Faktor lingkungan yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman
mangrove antara lain adalah tipe tanah, salinitas (kadar garam), suhu,
ketinggian tanah, pH, musim dan saluran air.
(b) Substrat (tanah) untuk penanaman mangrove harus sesuai dengan jenis
mangrove yang akan ditanam. Secara sederhana, pada lahan yang berlumpur,
jenis Rhizopora adalah jenis mangrove yang tepat untuk ditanam. Avicennia
dan Sonneratia menyukai tanah berpasir yang berada di pinggiran pantai.
Jenis mangrove lainnya seperti Ceriops dan Bruguiera bisa hidup bervariasi
di substrat lumpur berpasir. Salinitas juga perlu diperhatikan, karena
mangrove hidup pada salinitas yang bervariasi.
(c) Penanaman mangrove dengan mempergunakan bibit mangrove akan memiliki
tingkat hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan propagul,
karena bibit mangrove lebih mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
(d) Penggunaan propagul sebagai “bahan baku” penanaman mangrove, meskipun
memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi, tetapi tidak demikian dengan daya
tahannya terhadap gelombang.
(e) Penanaman bibit mangrove harus dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Hal
ini dilakukan mengingat pada kondisi alami, mangrove memang membentuk
hutan murni yang berarti ditemukan secara berkelompok sesuai dengan
jenisnya.
(f) Penanaman mangrove sebaiknya dilakukan pada saat air laut surut. Namun
demikian, apabila keadaan tidak memungkinkan, maka penanaman mangrove
bisa tetap dilaksanakan pada saat air tergenang dengan syarat pada saat
melakukan penanaman akar bibit benar – benar tertancap dengan baik di
tanah dan terikat kuat di tiang penyangganya (ajir).

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 33

(g) Alat dan bahan yang dipergunakan untuk melakukan tahapan penanaman
mangrove adalah bibit mangrove berbagai jenis, cetok, ajir dan tali rafia.

2. Teknik penanaman
(a) Ambil satu bibit mangrove di bedeng.
(b) Buka polybag yang menutupi sedimen dan akar bibit. Jangan buang polibag
secara sembarangan, tetapi letakkan polybag di atas ajir.
(c) Tanam langsung bibit mangrove ke tanah dengan cara melubangi tanah
dengan cetok, sedemikian rupa hingga lubang penanaman cukup dalam,
sehingga akar bisa tertanam dengan baik.
(d) Setelah itu, ikat batang bibit mangrove ke ajir dengan menggunakan tali
rafia yang telah disediakan. Penggunaan ajir berguna untuk menjaga bibit
mangrove agar tidak tumbang ketika terkena ombak.
(e) Jarak tanam adalah 1 meter x 1 meter.
(f) Timbun dengan tanah. Jangan terlalu menekan tanah, sehingga oksigen bisa
dengan leluasa ke luar dan masuk ke tanah.
(g) Ambil polybag yang terletak di atas ajir, kumpulkan menjadi satu di sebuah
keranjang atau plastik. Selanjutnya polybag bisa didaur ulang menjadi
berbagai macam barang plastik daur ulang.

Foto : Dok. CSR PT. Pertamina RU VI Balongan

Murid sekolah dasar sudah ikut menanam mangrove.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


34 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

3. Penyulaman
(a) Tidak semua bibit mangrove harus ditanam pada saat penanaman, melainkan
bisa disisihkan untuk tahapan selanjutnya, yaitu penyulaman.
(b) Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit – bibit mangrove yang
telah mati dengan bibit – bibit mangrove yang baru. Sebagai contoh, dari 10
ribu bibit yang ada, bisa disisihkan 2.000 bibit untuk penyulaman. Penyulaman
bertujuan untuk memelihara agar daya hidup mangrove dapat maksimal.

F. Pemeliharaan Tanaman Mangrove


1) Tahapan pemeliharaan mangrove memiliki tujuan jangka panjang untuk
memastikan agar bibit – bibit mangrove, bisa hidup dalam jangka waktu yang
lama.
2) Hal yang harus dilakukan pada tahapan ini adalah program penjarangan, yaitu
berupa penebangan beberapa batang pohon mangrove muda. Jika bibit
mangrove yang berhasil tumbuh sangat padat, maka pertumbuhan pohon
mangrove akan terganggu. Oleh karena itu dilakukan penjarangan agar
pertumbuhan pohon mangrove bisa tumbuh secara optimal.
3) Pembersihan lokasi terhadap hama dan gangguan lainnya seperti rumput liar,
pencemaran minyak dan gangguan lainnya, serta pengelolaan saluran air, jika
didapati terjadinya penutupan saluran air sebagai akibat dari perubahan alam
di daerah pesisir.
4) Memberikan informasi kepada pengunjung, dan masyarakat lainnya mengenai
aturan larangan melakukan penebangan pohon mangrove yang telah berhasil
tumbuh dengan baik dilokasi penanaman, serta memberikan informasi akan
pentingnya penjagaan terhadap kelestarian mangrove di pesisir.

G. Pemanfaatan Mangrove Berwawasan Lingkungan

Selain kita melindungi dan melestarikan ekosistem mangrove, kita juga dapat
memanfaatkan mangrove tersebut, dengan syarat harus menerapkan prinsip-prinsip
kelestarian serta ramah terhadap lingkungan. Apa yang dimaksud pemanfaatan yang
berwawasan lingkungan.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 35

Berwawasan lingkungan dapat diartikan sebagai cara pandang terhadap


lingkungan hidup, kemampuan untuk memahami cara-cara penyesuaian diri atau
penempatan diri dalam lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup terdiri dari tiga
komponen yaitu : (1) abiotik (fisik), (2) biotik dan (3) sosial, ekonomi, budaya
masyarakat. Ketiga komponen tersebut saling dipengaruhi atau mempunyai pengaruh
terhadap sesama komponen. Sehingga jika kita ingin memanfaatkan mangrove ini, maka
ketiga komponen tersebut harus terpenuhi, ramah atau aman bagi komponen abiotik
dan biotik, serta dapat meningkatkan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat ke arah
yang lebih baik.

Beberapa pemanfaatan mangrove ramah lingkungan adalah sebagai berikut :

(1) Wanamina (Silvofishery)


Silvofishery atau sering disebut sebagai wanamina adalah suatu bentuk
kegiatan yang terpadu antara budidaya tambak air payau dengan mangrove
pada lokasi yang sama. Cara wanamina ini dikembangkan sebagai salah satu
bentuk budidaya perikanan berkelanjutan. Cara ini memungkinkan untuk tetap
mempertahankan keberadaan mangrove yang secara ekologi memiliki banyak
fungsi dan manfaat namun dapat memberikan keuntungan ekonomi melalui
budidaya perikanan. Dengan adanya wanamina, hutan mangrove dapat terjaga
dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya meningkat. Model wanamina yang
banyak diterapkan di Indonesia adalah model empang parit dan komplangan.

Sumber : Wetlands International-IP

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


36 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

Foto : Hendra Gunawan


Pembuatan empang parit
untuk tambak yang
berkelanjutan.

(2) Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Mangrove.


Banyak hasil dari hutan mangrove selain kayu yang dapat menghasilkan uang
maupun langsung dikonsumsi sendiri. Contohnya, buah Avicennia biasa dimakan
sebagai sayuran di kawasan pantai utara Jawa Tengah, bahkan masih dijual di
pasaran. Buah Nipah banyak dikonsumsi di kawasan pantai selatan, bahkan
kadang-kadang dijual sebagai buah tangan untuk wisatawan. Buah Nipah,
Sonneratia, dan propagul Rhizophora masih dikonsumsi penduduk namun tidak
diperdagangkan. Buah/hipokotil Bruguiera, Sonneratia dan mengandung pati
dan dapat menjadi sumber karbohidrat. Daun muda Avicennia dan Bruguiera
dapat dijadikan sayuran. Ekstraks kayu Avicennia dapat digunakan sebagai
tonik. Buah pidada dapat dibuat sirop dengan rasa asam dan aroma yang khas,
serta tekstur buah yang lembut.

Nira bunga Nipah dapat diolah menjadi gula merah karena kandungan
sukrosanya yang tinggi. Nipah juga dapat menghasilkan minyak goreng, daunnya
untuk kertas rokok, dan abunya untuk sumber garam. Etanol yang dihasilkan
dari nira nipah merupakan bahan bakar nabati yang bagus untuk kendaran
bermotor, dan juga sebagai bahan baku industri farmasi.

Secara tradisional, kandungan bioaktif tumbuhan mangrove banyak digunakan


sebagai bahan obat, contohnya buah/biji Acanthus untuk pengobatan hepatitis,
pembersih darah (buah), diabetes, lepra (buah, daun, akar), cacingan, rematik,
penyakit kulit, gigitan ular, dan sakit perut (kulit kayu, buah, daun). Getah
batang pohon api-api mempunyai khasiat sebagai obat sakit gigi. Biji mudanya

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 37

digunakan sebagai obat untuk mematangkan bisul. Buah dan bijinya apabila
direbus dapat dimakan. Apabila ditumbuk halus dan dicampur dengan salep
dapat menjadi obat luka yang manjur, terutama luka karena terbakar. Daun
muda dan pucuk atau sirung rasanya sangat enak sebagai lalap atau dibuat sayur
lodeh. Selain itu, abu dari kayu jenis-jenis Avicennia dapat digunakan sebagai
sabun.

Daun, buah dan akar yang masih muda apabila direbus bersama dengan kulit
muda Kandelia candel dapat digunakan sebagai obat pencuci luka-luka yang
mujarab dan anti nyamuk agar tidak mendekati tubuh kita. Air rebusan kulit
yang masih muda dan bagian ujung dari akar yang masih muda dapat dipakai
untuk mengobati mencret, disentri dan sakit perut lainnya. Buahnya yang muda
biasanya dapat dipakai sebagai campuran minuman penyegar. Nektar dari
bunganya mengandung madu, apabila nektar ini dicampur dengan buah dan kulit
batang muda Kandelia candel berkhasiat untuk obat batuk dan tonikum.
Foto : Hendra Gunawan

Foto: Triana

Produk pangan olahan dari mangrove.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


38 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

PT. Pertamina RU VI Balongan berperan aktif mendukung pelestarian


mangrove dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Pertamina secara
konsisten melakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dalam
pemanfaatan hasil-hasil mangrove secara berkelanjutan. Industri rumah
tangga kerajinan berbagai produk mangrove telah dihasilkan oleh masyarakat
binaan dan dipasarkan di sekitar ekowisata mangrove melalui Rumah
Berdikari.
Produk-produk dari mangrove yang dibina oleh Pertamina di Desa Karangsong
dan sekitarnya antara lain: dodol mangrove, peyek mangrove, kecap mangrove,
kacang krandang, kripik ikan uncet kriuk, abon tulang ikan bandeng, abon ikan
peda, bandeng tanpa duri dan sirup mangrove.

(3) Ekowisata Mangrove


Ekowisata merupakan pemanfaatan ekosistem mangrove yang berkelanjutan,
karena kita bisa memanfaatkan mangrove tanpa harus menebangnya, yaitu
sebagai tempat wisata alam atau ekowisata. Ekowisata adalah wisata
menikmati ekosistem alami di hutan-hutan dan daerah pedesaan atau
pedalaman.
PT. Pertamina RU VI Balongan, berperan penting dalam mengembangkan
ekowisata mangrove di Desa Karangsong, mulai dari membina kelompok
masyarakat, penanaman mangrove, pengadaan perahu dan jalan trek serta
sarana dan fasilitas lainnya seperti papan-papan informasi dan papan
interpretasi sebagai metode belajar masyarakat mengenal mangrove dan
mengajaknya ikut melestarikan mangrove.
Foto: Hendra Gunawan

Gerbang masuk ekowisata mangrove Karangsong.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 39

Foto: Hendra Gunawan


Papan informasi tentang keanekaragaman hayati satwa
di ekowisata mangrove Karangsong.

(4) Arboretum Mangrove


Pemanfaatan ekosistem mangrove untuk tujuan pendidikan, penelitian,
pelatihan dan rekreasi dapat dilakukan di Arboretum Mangrove yang dibangun
oleh PT. Pertamina RU VI Balongan bersebelahan dengan area ekowisata
mangrove. Pertamina membangun arboretum mangrove sekitar dua hektare di
Desa Pabean Udik, Kecamatan Indramayu sebagai wahana penelitian, pelatihan
dan wisata pendidikan.
Arboretum adalah tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakkan
untuk tujuan penelitian atau pendidikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Berdasarkan definisi tersebut, arboretum berfungsi sebagai tempat
mengkoleksi berbagai spesies pohon. Arboretum merupakan museum pohon-
pohon hidup di ruang terbuka. Arboretum adalah kebun botani yang khusus
untuk pohon-pohon untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan,
penelitian, promosi konsevasi serta untuk melindungi dan mengawetkan
berbagai jenis pohon. Arboretum Mangrove adalah arboretum yang
dikhususkan untuk mengkonservasi jenis-jenis pohon mangrove dan
asosiasinya.
Pembangunan arboretum mangrove oleh PT. Pertamina RU VI Balongan,
ditujukan untuk multi manfaat, diantaranya adalah untuk pendidikan,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, mengatasi intrusi air laut,
habitat burung, mengamankan pantai dari abrasi, penyerap dan penjerap partikel
logam berat perairan yang tercemar, penahan angin, ameliorasi iklim,
meningkatkan keindahan dan wahana rekreasi.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


40 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

Foto: Hendra Gunawan


Papan informasi keanekaragaman hayati di arboretum mangrove Pabean Udik.

Foto: Hendra Gunawan

Para peserta pelatihan guru-guru pendidikan lingkungan hidup Sekolah Dasar


Kabupaten Indramayu sedang melakukan studi lapangan di Arboretum mangrove
Paben Udik.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 41

H. Rangkuman
EKosistem hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat banyak
bagi manusia, namun juga terancam keberadaannya. Oleh karena itu perlu dikelola
dengan baik dan bijaksana. Untuk mengatur pengelolaan hutan mangrove,
pemerintah telah membuat undang-undang dan peraturan pemerintah yang harus
dipatuhi dan dijalankan oleh semua pihak. Disamping membuat undang-undang dan
peraturan, langkah nyata upaya pelestarian flora dan fauna mangrove juga perlu
dilakukan secara nyata oleh semua komponen masyarakat, termasuk anak-anak
sekolah, seperti gerakan penanaman pada rehabilitasi dan restorasi mangrove.
Pengelolaan hutan mangrove tidak hanya berupa larangan, tetapi juga
anjuran pemanfaatan yang ramah lingkungan seperti pengelolan tambak empang
parit. Peningkatan kepedulian masyarakat serta pendidikan lingkungan hidup
tematik mangrove di sekolah, juga sangat penting untuk menjamin kelestarian
mangrove.
Peran swasta sangat penting dalam mendukung pelestarian mangrove dan
pemanfaatannya secara berkelanjutan. PT. Pertamina RU VI Balongan merupakan
salah satu swasta yang secara konsisten mendukung pelestarian mangrove di
Kabupaten Indramayu.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


42 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

I. Latihan

Isilah Teka Teki Silang di bawah ini, mungkin kamu harus membuka kembali pelajaran
di kelas 4 dan kelas 5. Isilah bersama teman-temanmu!

Pertanyaan mendatar :
2. Tidak boleh dibuang ke sungai karena dapat merusak mangrove

5. Kegiatan utama pada rehabilitasi dan restorasi mangrove


6. Hewan ini hidup di perairan mangrove
9. Nama latin dari pohon Tancang
12. Hewan ini merupakan pemangsa puncak dalam rantai makanan di laut.
14. Alat Pemecah Ombak
15. Satwa terancam yang hidup di hutan mangrove Kalimantan
17. Salah satu spesies pohon hutan mangrove, nama lokalnya Teruntum
19. Pohon ini sering diumpai di pantai berpasir di dekat mangrove

Pertanyaan menurun :
1. Pengikisan tanah akibat penggundulan hutan
2. Karang……. (nama desa pesisir yang ada ekowisata mangrove)
3. Tipe ekosistem pesisir yang dipengaruhi oleh pasang surut laut.
4. Nama lokal untuk pohon Avicennia
7. …………. Nyamuk (dapat dibuat dari rebusan kulit pohon Kandelia candel)
8. Diulang, nama hewan yang dapat dhidup di air dan di darat
10. Diulang, nama hewan laut yang menyukai air laut yang jernih
11. Nama latin dari pohon Bakau
13. Kandelia ………………. (jens pohon mangrove yang terancam)
15. Nama umum untuk hutan mangrove
16. Burung berbulu putih, berkaki jenjang, mencari makan di hutan mangrove
18. Jenis minuman yang dapat dibuat dari buah Pidada.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove 43

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu


44 Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove

DAFTAR PUSTAKA

Christanty, L. 2006. Pesisir dan Laut Kita Fungsi Manfaat dan Dampak. Jakarta.
COREMAP-LIPI.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Dokumen Kurikulum BerbasisKompetensi-
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Dasar dan Madrasah
Intidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Kurikulum.
Hidayati, D dan Soekarno, R. 2006. Pesisir dan Laut Kita Permasalahan dan
Pengelolaan. Jakarta. COREMAP-LIPI.
Hidayati, D. 2006. Pesisir dan Laut Kita Panduan untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta.
COREMAP-LIPI.
Hidayati, D. 2002. Pendidikan Lingkungan: Upaya Menuju Pembangunan
Berkelanjutan di Era Otoda. Masyarakat Indonesia XXVIII: 21-42.
Hidayati, D., Bustami, D.A., Rafliana, l., dan Chatim,L. 2005. Buku Saku Siaga
Bencana. Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
http://eprints.undip.ac.id/40474/2/Bab_2.pdf. Diunduh pada 15 Juni 2017
http://ilmugeografi.com/biogeografi/cara-melestarikan-flora-dan-fauna, diunduh
16 Juni 2017
http://info-wisataalam.blogspot.co.id/2007/04/flora-di-alas-purwo.html. Diunduh
13 Juni 2017
http://www.proseanet.org/florakita/browser.php?docsid=952.Diunduh 16 Juni
2017.
http://www.scribd.com/doc/30552023/pkmk. Diunduh pada 18 Juni 2017
Setyawan, AD. dan Winarno, K. 2006. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di
Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya; Kerusakan dan Upaya
Restorasinya. Jurnal Biodiversitas ISSN: 1412-033X Volume 7, Nomor 3 Juli
2006
Suryani, L.D. 2017. Rekomendasi Untuk Pelestraian Ekosistem Mangrove Dunia.
http://www.mongabay.co.id/2017/04/24/begini-rekomendasi-untuk-
pelestarian-ekosistem-mangrove-dunia/ diunduh tanggal 16 Juni 2017
Priyono, A. dkk. 2010. Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar mangrove.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UNESCO. 2002. Tata Laut, Tertib Darat: Panduan Mengurangi Limbah Darat untuk
Melindungi Laut. Jakarta. UNESCO.

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu

Anda mungkin juga menyukai