A
B
I
I
T
I
N
J
A
U
A
N
P
U
S
T
A
K
A
1) Pengertian
Sindroma gagal nafas RDS (respiratory
distress sindrom) adalah istilah yang digunakan
untuk disfungsi pernafasan pada neonatus.
Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru (Marmi & Rahardjo, 2012).
Sindrom gawat napas RDS (Respiratory
Distress Syndrom) adalah salah satu ancaman
penting pasien anak-anak dan bayi baru lahir,
terutama saat masa penyembuhan setelah sakit
keras. Salah satu tanda gejalanya adalah kurangnya
oksigen dalam darah dalam tiga hari (Wong, 2009).
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan
imatur pada sistem pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-
paru-paru. Sementara afiksia neonatorum merupakan
gangguan pernafasan akibat ketidakmampuan bayi
beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah ini
disebabkan karena adanya masalah-masalah
kehamilan dan pada saat persalinan (Marmi &
Rahardjo, 2012).
2) Etiologi
3) Patofisiologi
5) Pemeriksaan Diagnostik
Marmi & Rahardjo, (2012). Pemeriksaan penunjang yang harus di lakukan
adalah sebagai berikut :
1. Kajian foto thoraks
a. Pola retikulogranular difus bersama udara yang saling tumpang tindih.
b. Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, hipoinflasi paru
c. Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena
(bayi dari ibu diabetes, hipoksia atau gagal jantung kongestif)
d. Bayangan timus yang besar
e. Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan penyakit
berat jika muncuk pada beberapa jam pertama
2. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau
metabolik
a. Hitung darah lengkap
b. Elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum
c. Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk menentukan
maturitas paru Oksimetri nadi untuk menentukan hipoksia.
6) Penatalaksanaan medis
1. Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
a. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
b. Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul nasal
untukmencegah kehilangan volume selama ekspirasi
c. Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
d. Fisioterapi dadaTindakan kardiorespirasi tambahan
2. Pertahankan kestabilan suhu
a. Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
b. Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
c. Lakukankan transfusi darah seperlunya
d. Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi
e. Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan
pengambilan sampel darah
f. Berikan obat yang diperlukan
3. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanan keperawatan terhadap RDS meliputi tindakan pendukung
yang sama dalam pengobatan pada bayi prematur dengan tujuan mengoreksi
ketidakseimbangan. Pemberian minum per oral tidak diperbolehkan selama fase
akut penyakit ini karena dapat menyebabkan aspirasi. Pemberian minum dapat
diberikan melalui perenteral (Marmi & Rahardjo, 2012).
7) Komplikasi
Menurut Surasmi, dkk (2013). Kompliksi pada bayi dengan RDS yang
sering muncul sebagai berikut :
1. Komplikasi
a. Ketidak seimbangan asam basa.
b. Kebocoran udara (Pneumothoraks, pneumomediastinum,
pneumoperikardium, pneumoperitonium, emfisema subkutan, emfisema
interstisial pulmonal).
c. Perdarahan pulmonal.
d. Penyakit paru kronis pada bayi.
e. Apnea.
f. Hipotensi sistemik.
g. Anemia.
h. Infeksi (pneumonia, septikemia, atau nosokomial).
i. Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orangtua.
8) Pengkajian
Tabel 2.2
Rencana Keperawatan Teori
D.0005 Setelah dilakukan tindakan O :- Monitor Frekuensi nafas, O : Untuk mengetahui Achmad
keperawatan selama 2x24 irama nafas, kedalaman nafas Sucipto
pola nafas, auskultasi
jam diharapkan pola nafas
- Monitor pola nafa (Takipnea, dan SPO2
membaik
bradipnea)
Dengan KH :
- Auskultasi bunyi nafas
Indikator Ir Er
- Monitor Spo2
Dispnea 3 5 N : - Atur interval pemantauan N : Untuk mengetahui
Bunyi napas 3 5 respirasi sesuai kondisi pasien hasil pemantauan
tambahan - Dokumentasikan hasil
Sianosis 3 5 pemantauan
E : Jelaskan tujuan dan E : Agar keluarga
Pola napas 3 5
prosedur pemantauan mengerti
D.0003 Setelah dilakukan tindakan O : - Monitor Pola nafas, O : Untuk mengetahui Achmad
keperawatan selama 2x24 frekuensi, dan irama nafas Sucipto
pola nafas, auskultasi
jam diharapkan gangguan
- Monitor SPO2 dan SPO2
pertukaran gas teratasi,
dengan KH : - Monitor Nilai AGD
1. Posisi supinasi.
Posisi supinasi yaitu memposisikan bayi terlentang
dengan kepala dalam satu garis lurus. Bantal dapat
digunakan sebagai alas tidur di bawah kepala dan tubuh bayi
prematur untuk menjaga agar tubuh tetap sejajar (Kenner &
McGrath, 2010). Penelitian berdasarkan studi kasus yang
berkaitan dengan kejadian sudden infant death syndrome,
merekomendasikan bahwa posisi bayi yang aman saat tidur
adalah posisi telentang, dengan alat tenun yang tidak terlalu
empuk, selimut yang longgar atau menggunakan alat bantu
untuk memposisikan tidur bayi (Lawrence et al., 2012).
2. Posisi pronasi.
a) Posisi supinasi.
Posisi supinasi dapat merangsang bayi untur
bersendawa dan meningkatkan inhalasi karena udara
yang tertelan dapat mempengaruhi pengosongan lambung
(Wilaman & Chavee, 2009). Selain itu posisi supinasi sangat
direkomendasikan pada bayi prematur selama beberapa hari
awal kehidupan untuk mencegah obstruksi aliran pembuluh
darah vena dan mencegah peningkatan
aliran darah ke otak dan meminimalkan pendataran kepala (Kenner & McGrath, 2010).
b) Posisi pronasi
Posisi pronasi sangat bagus untuk menigkatkan saturasi oksigen bayi,pengembangan otot
dada,pengembangan paru dan dapat menurunkan kejadian lupa nafas (apnea) pada bayi premature.
Selain itu juga dalam penelitian tersebut manfaat posisi pronasi yaitu dapat mempercepat pengosongan
lambung dan dapat mengurangi pengeluaran energy. Posisi pronasi dilakukan untuk memperbaiki
fisiologis pernapasan dan stabilitas kardiovaskuler dengan cara mengurangi kompresi abdomen (Evan,
2011).
c) Posisi side lying
Penelitian lain yang dilakukan oleh Huseinn (2012), pengaturan posisi side lying terutama miring
kanan dapat mempercepat pengosongan lambung karena tidak memberikan tekanan pada lambung.
Sedangkan menurut American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan bahwa posisi side laying
terutama miring kanan pada bayi setelah minum sangat direkomendasiakan sebagia alternative posisi
karena memiliki resiko paling kecil dan dinilai aman.
Cara memposisikan yang tepat memberikan manfaat yang sangat baik bagi bayi, diantaranya
meningkatkan perkembangan fisik, membuat bayi merasa nyaman dan aman, membantu melindungi
kulit dan persendian yang masih rentan, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan relaksasi,
meningkatkan konseervasi energi dan mengurangi penggunaan energi, membantu bayi memahami
midline dan koordinasi, mengoptimalkan fungsi pernapasan, mengembangkan kemampuan visual, serta
membantu mengatasi masalah pernapasan (Soniya, 2013).
Bayi prematur mempunyai tonus otot yang lemah, sehingga bila diletakkan di permukaan yang
datar tanpa penyangga maka bayi akan berada pada posisi lurus yang akan mengganggu perkembangan
bayi. Bayi memerlukan alat untuk menopang pada posisi fleksi dan postur menekuk. Alat yang
digunakan harus lembut dan memungkinkan bayi berbaring pada suatu posisi dalam beberapa jam tanpa
ada yang menyebabkan penekanan (Rubin & Davis, 2011).
Tabel 2.3
Hasil Penelurusuran Jurnal
No Penulis Judul Artikel Tahun Sumber Metode Hasil
1 Titin Supriatin Pengaruh Prone 2021 Google Penelitian ini merupakan Hasil penelitian menunjukkan ba
Yani Nurhayani positioning Schoolar penelitian kuasi experimental posisi prone dapat mendu
terhadap dengan desain pre and post test perbaikan respiratory rate
respiratory rate non equivalent control group. saturasi oksigen pada bayi de
dan saturasi Penelitian ini menggunakan RDS.
oksigen pada bayi tehnik random sampling
gawat napas terhadap 38 responden. Analisis
(Respiratory dalam penelitian ini
Distress menggunakan analisis paired t
Syndrome) di test.
RSD Gunung Jati
Kota Cirebon
2 Nanag Saprudin Pengaruh 2018 Google Penelitian ini menggunakan Hasil penelitian menunj
Isti Kumala sari Penggunaan schoolar metode kuantitatif dengan quasi terdapat peningkatan rerata
Nesting terhadap eksperimen dengan rancangan tubuh, saturasi oksigen dan freku
perubahan suhu nonequivalent control group nadi pada BBLR setelah penggu
tubuh, saturasi design dengan menggunakan nesting. Hasil penelitian terd
oksigen dan one group pretest posttest. perbedaan suhu tubuh, sat
frekuensi nadi Subjek penelitian ini adalah oksigen dan frekuensi nadi
pada bayi berat BBLR sesuai kriteria. Teknik BBLR dengan masing – masi
badan lahir pengambilan sampel dengan value < 0,05. Simpulan
rendah di Kota purposive sampling sebanyak 40 penelitian ini terdapat peng
Cirebon responden. nesting terhadap suhu tubuh, sat
oksigen dan frekuensi nadi
BBLR.
3 Murniati Noor Penggunaan 2016 Google Metode yang di gunakan adalah Hasil pengamatan setelah dilak
Oswati Nesting dengan schoolar case study dengan menggunakan penerapan penggunaan ne
Hasanah fiksasi mampu 3 responden yang di rawat di dengan fiksasi menunjukkan
Rumina Ginting menjaga stabilitas ruangan NICU perinatologi rata saturasi oksigen dari k
saturasi oksigen, RSUD Arifin Ahmad Propinsi responden tidak terdapat perbe
frekuensi Riau yang dipilih dengan dan masih dalam batas nor
pernafasan, nadi menggunakan teknik purposive berkisar antara (90-100%). H
dan suhu pada sampling. Kriteria responden pengamatan frekuensi
bayi premature dalam penelitian ini adalah bayi pernafasan dan pemakaian alat b
dengan gawat premature (< 2500 gram), dan pernafasan serta dampak terh
napas memakai alat bantu pernafasan. berat badan di dapatkan ba
penggunaan nesting dengan fi
membantu peningkatan berat b
dengan stabilnya frekuensi nadi
pernafasan, serta lama pemak
alat bantu pernafasan menjadi
singkat
4 Defi Efendi Pemberian posisi 2019 Google Artikel ini bertujuan untuk Hasil studi ini menunju
Dian Sari (positioning) dan scholar menggali pemberian posisi beberapa posisi yang dapat dibe
Yanti Riyantini nesting pada bayi (positioning) dan nesting pada pada bayi prematur di antar
Novardian prematur: bayi prematur di NICU. adalah posisi supinasi, lateral
Dian Anggur evaluasi Penelitian ini berupa studi lateral kanan, pronasi,
Pipit Lestari implementasi literatur tahun 2007- 2017, serta quarter/semi pronasi. Posisi pro
perawatan di pengalaman penulis dalam dan kuarter/semi pro
neonatal aplikasi pemberian posisi dan direkomendasikan untuk
intensive care nest di dua rumah sakit rujukan prematur dengan Respir
unit (nicu) nasional dalam lima tahun Distress Syndrome (RDS). P
terakhir. lateral kanan direkomendas
untuk bayi prematur de
Gastroesofageal reflux (GER). P
supinasi merupakan alter
terakhir pemberian posisi pada
prematur dengan kontraind
posisi pronasi, kuarter/semi pro
dan lateral. Pembuatan nest d
dimodifikasi dari potongan bebe
kain yang digulung. Per
hendaknya meningka
pengetahuan dan keterampilan
mampu memberikan variasi p
sesuai kondisi dan indikasi bayi
dirawat di NICU
5 Titin Supriatin Perbandingan 2018 Google Penelitian ini merupakan kuasi Hasil penelitian ini menunj
Toha Muhaimin efektivitas posisi Schoolar experimental dengan desain pre bahwa posisi prone lebih ef
Titin Sutini prone dengan and post test non equivalent meningkatkan status oksig
lateral terhadap control grup. Penelitian ini dibandingkan posisi lateral wala
status oksigenasi menggunakan tehnik random perbedaan sangat kecil.
pada bayi dengan sampling terhadap 76
Acute responden.
Respiratory
Distress
Syndorome
(ARDS) di Ruang
NICU RSUD
Gunung Jati
Cirebon