Anda di halaman 1dari 31

B

A
B

I
I

T
I
N
J
A
U
A
N

P
U
S
T
A
K
A

1) Pengertian
Sindroma gagal nafas RDS (respiratory
distress sindrom) adalah istilah yang digunakan
untuk disfungsi pernafasan pada neonatus.
Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru (Marmi & Rahardjo, 2012).
Sindrom gawat napas RDS (Respiratory
Distress Syndrom) adalah salah satu ancaman
penting pasien anak-anak dan bayi baru lahir,
terutama saat masa penyembuhan setelah sakit
keras. Salah satu tanda gejalanya adalah kurangnya
oksigen dalam darah dalam tiga hari (Wong, 2009).
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan
imatur pada sistem pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-
paru-paru. Sementara afiksia neonatorum merupakan
gangguan pernafasan akibat ketidakmampuan bayi
beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah ini
disebabkan karena adanya masalah-masalah
kehamilan dan pada saat persalinan (Marmi &
Rahardjo, 2012).

2) Etiologi

Penyebab kegagalan pernafasan pada


neonatus yang terdiri dari faktor ibu, faktor
plasenta, faktor janin dan faktor persalinan.Faktor
ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat
atau lebih, sosial ekonomi rendah, maupun penyakit
pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran
gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, dan lain-lain. Faktor plasenta
meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta,
plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak
menempel pada tempatnya. Faktor janin atau
neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan
jalan lahir,gemeli, prematur, kelainan kongenital
pada neonatus dan lain-lain. Faktor persalinan
meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan
lain-lain. Sindroma gagal nafas adalah
perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau
tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru,
sementara asfiksia neonatorum merupakan
gangguan pernafasan akibat ketidakmampuan bayi
beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah ini
disebabkan karena adanya masalah-masalah
kehamilan dan pada saat persalinan (Marmi &
Rahardjo, 2012).

3) Patofisiologi

Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada


bayi dengan gangguan pernafasan yang dapat
menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi
berupa kerusakan otak atau bahkan kematian.
Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan
adalah terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia)
pada tubuh bayi akan beradaptasi terhadap
kekurangan oksigen dengan mengaktifkan
metabolisme anaerob. Apabila keadaan hipoksia
semakin berat dan lama,metabolisme anaerob akan
menghasilkan asam laktat.
Dengan memburuk keadaan asidosis dan
penurunan aliran darah keotak maka akan terjadi
kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan
iskemia. Pada stadium awal terjadi hiperventilasi
diikuti stadium apneu primer. Pada keadaan ini bayi
tampak sianosis,tetapi sirkulasi darah relative masih
baik. Curah jantung yang meningkat dan adanya
vasokontriksi perifer ringan menimbulkan
peninggkatan tekanan darah dan reflek bradikardi
ringan. Depresi pernafasan pada saat ini dapat
diatasi dengaan meningkatkan implus aferen seperti
perangsangan pada kulit.Apneu normal berlangsung
sekitar 1-2 menit.Apnea primer dapat memanjang
dan diikuti dengan memburuknya sistem sirkulasi.
Hipoksia miokardium dan asidosis akan
memperberat bradikardi,vasokontraksi dan
hipotensi. Keadaan ini dapat terjadi sampai 5menit
dan kemudian terjadi apneu sekunder. Selama
apneu sekunder denyut jantung,tekanan darah dan
kadar oksigen dalam darah terus menurun. Bayi
tidakbereaksi terhadap rangsangan dan tidak
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Kematian akan terjadikecuali pernafasan buatan dan
pemberian oksigen segera dimulai (Marmi &
Rahardjo, 2012).
PHATWAY RDS (Suriadi & Yuliani)
4) Manifestasi Klinis
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS (Respiratory
Distress Syndrom) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin
rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang
ditunjukan. Gejala dapat tampak beberapa jam setelah kelahiran. Bayi RDS
(Respiratory Distress Syndrom)yang mampu bertahan hidup sampai 96 jam
pertama mempunyai prognosis yang lebih baik.
Gejala umum RDS yaitu: takipnea (>60x/menit), pernapasan dangkal,
mendengkur, sianosis, pucat, kelelahan, apnea dan pernapasan tidak teratur,
penurunan suhu tubuh, retraksi suprasternal dan substernal, pernapasan cuping
hidung ( Surasmi, dkk 2013).

5) Pemeriksaan Diagnostik
Marmi & Rahardjo, (2012). Pemeriksaan penunjang yang harus di lakukan
adalah sebagai berikut :
1. Kajian foto thoraks
a. Pola retikulogranular difus bersama udara yang saling tumpang tindih.
b. Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, hipoinflasi paru
c. Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena
(bayi dari ibu diabetes, hipoksia atau gagal jantung kongestif)
d. Bayangan timus yang besar
e. Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan penyakit
berat jika muncuk pada beberapa jam pertama
2. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau
metabolik
a. Hitung darah lengkap
b. Elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum
c. Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk menentukan
maturitas paru Oksimetri nadi untuk menentukan hipoksia.
6) Penatalaksanaan medis
1. Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
a. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
b. Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul nasal
untukmencegah kehilangan volume selama ekspirasi
c. Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
d. Fisioterapi dadaTindakan kardiorespirasi tambahan
2. Pertahankan kestabilan suhu
a. Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
b. Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
c. Lakukankan transfusi darah seperlunya
d. Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi
e. Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan
pengambilan sampel darah
f. Berikan obat yang diperlukan
3. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanan keperawatan terhadap RDS meliputi tindakan pendukung
yang sama dalam pengobatan pada bayi prematur dengan tujuan mengoreksi
ketidakseimbangan. Pemberian minum per oral tidak diperbolehkan selama fase
akut penyakit ini karena dapat menyebabkan aspirasi. Pemberian minum dapat
diberikan melalui perenteral (Marmi & Rahardjo, 2012).

7) Komplikasi
Menurut Surasmi, dkk (2013). Kompliksi pada bayi dengan RDS yang
sering muncul sebagai berikut :
1. Komplikasi
a. Ketidak seimbangan asam basa.
b. Kebocoran udara (Pneumothoraks, pneumomediastinum,
pneumoperikardium, pneumoperitonium, emfisema subkutan, emfisema
interstisial pulmonal).
c. Perdarahan pulmonal.
d. Penyakit paru kronis pada bayi.
e. Apnea.
f. Hipotensi sistemik.
g. Anemia.
h. Infeksi (pneumonia, septikemia, atau nosokomial).
i. Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orangtua.

2. Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas


a. PDA (Paten Duktus Arteriosus) yang sering dikaitkan dengan hipertensi
pulmonal.
b. Perdarahan intraventrikuler.
c. Retinopati akibat prematuritas.
d. Kerusakan neurologis.

8) Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai


informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien. Pengkajian dilakukan
dengan berbagai cara yaitu anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan dilaboratorium (Surasmi dkk,2013).
Data yang dicari dalam riwayat keperawatan adalah
1) Kaji riwayat kehamilan sekarang (apakah selama hamil ibu menderita
hipotensi atau perdarahan )
2) Kaji riwayat neonatus (lahir afiksia akibat hipoksia akut, terpajan pada
keadaan hipotermia)
3) Kaji riwayat keluarga (koping keluarga positif
4) Kaji nilai apgar rendah (bila rendah di lakukkan tindakan resustasi pada
bayi).
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS. Seperti:
takipnea (>60x/menit), pernapasan mendengkur, retraksi dinding dada,
pernapasan cuping hidung, pucat, sianosis, apnea.
9) Analisa Data
Tabel 2.1
Analisa data Teori
Data Senjang Etiologi/Penyebab Masalah Keperawatan
(DS & DO)
Ds : Dispnea RDS Pola Nafas Tidak
Do : Efektif
Surfaktan ↓
(D.0005)
- RR meningkat
(>60x/menit), Janin tidak dapat
menjaga rongga paru
- adanya retraksi
tetap mengembang
dinding dada,
Tekanan negative intra
- sianosis,
thorak yang besar
- pernafasan cuping
Usaha inspirasi yang
hidung. lebih kuat
- Penggunaan otot
Apneu
bantu pernapasan

- Fase ekspirasi Pola Nafas Tidak


Efektif
memanjang
Ds : Dispnea RDS Gangguan Pertukaran
Do : Gas
Kolaps Paru
(D.0003)
- PCO2
Gangguan Ventilasi
meningkat/ Pulmonal
menurun
Peningkatan Pulmonary
- PO2 Vaskular
menurun
Menurunkan
- Takikardia aliran darah
pulmonal
- pH arteri
meningkat/
Nilai AGD abnormal
menurun

Gangguan Pertukaran Gas


Ds : RDS Resiko Defisit Nutrisi
Do : Reflek menghisap (D.0032)
kurang baik
surfaktan↓

Janin tidak dapat


menjaga rongga paru
tetap mengembang

Tekanan negative intra


thorak yang besar

Usaha inspirasi yang


lebih kuat

Masukan oral tidak


adekuat/menyusui buruk

Resiko Defisit Nutrisi


10) Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas

1. Pola nafas tidak efektif b.d Deformitas dinding dada

2. Gangguan Pertukaran gas b.d ketidakseimbangan


ventilasi- perfusi

3. Resiko Defisit Nutrisi d.d Reflek menghisap kurang baik


11) Rencana Keperawatan

Tabel 2.2
Rencana Keperawatan Teori

No PERENCANAAN KEPERAWATAN Nama


Diagnosa

Tujuan Rencana Tindakan Rasional

D.0005 Setelah dilakukan tindakan O :- Monitor Frekuensi nafas, O : Untuk mengetahui Achmad
keperawatan selama 2x24 irama nafas, kedalaman nafas Sucipto
pola nafas, auskultasi
jam diharapkan pola nafas
- Monitor pola nafa (Takipnea, dan SPO2
membaik
bradipnea)
Dengan KH :
- Auskultasi bunyi nafas
Indikator Ir Er
- Monitor Spo2
Dispnea 3 5 N : - Atur interval pemantauan N : Untuk mengetahui
Bunyi napas 3 5 respirasi sesuai kondisi pasien hasil pemantauan
tambahan - Dokumentasikan hasil
Sianosis 3 5 pemantauan
E : Jelaskan tujuan dan E : Agar keluarga
Pola napas 3 5
prosedur pemantauan mengerti

D.0003 Setelah dilakukan tindakan O : - Monitor Pola nafas, O : Untuk mengetahui Achmad
keperawatan selama 2x24 frekuensi, dan irama nafas Sucipto
pola nafas, auskultasi
jam diharapkan gangguan
- Monitor SPO2 dan SPO2
pertukaran gas teratasi,
dengan KH : - Monitor Nilai AGD

Indikator Ir Er - Monitor hasil x-ray thorak


N : Untuk mengetahui
Dispnea 3 5 N : - Atur interval sesuia
kondisi pasien hasil pemantauan
Bunyi napas 3 5
tambahan - Dokumentasi hasil
pemantauan
Takikardie 3 5 E : Agar keluarga
E : Jelaskan tujuan dan
PO2 3 5 mengerti
prosedur pemantauan
Pola napas 3 5
Sianosis 3 5
Achmad
D.0032 Setelah dilakukan tindakan O : - Identifikasi status nutrisi O : Untuk mengetahui
Sucipto
keperawatan selama nutrisi dan berat
- monitor berat badan bayi
2x24jam diharapkan Resiko badan bayi
defisit nutrisi teratasi :
Indikator Ir Er N :- lakukan oral hygiene N : Agar bayi merasa
sebelum makan nyaman dan bersih
Refleks 3 5
menghisap lemah - Hentikan pemberian makan
Muntah 3 5 melalui selang Ogt jika asupan
oral dapan ditoleransi
12) Konsep Evidance Based Keperawatan

1. Pengertian posisi pada bayi

1. Posisi supinasi.
Posisi supinasi yaitu memposisikan bayi terlentang
dengan kepala dalam satu garis lurus. Bantal dapat
digunakan sebagai alas tidur di bawah kepala dan tubuh bayi
prematur untuk menjaga agar tubuh tetap sejajar (Kenner &
McGrath, 2010). Penelitian berdasarkan studi kasus yang
berkaitan dengan kejadian sudden infant death syndrome,
merekomendasikan bahwa posisi bayi yang aman saat tidur
adalah posisi telentang, dengan alat tenun yang tidak terlalu
empuk, selimut yang longgar atau menggunakan alat bantu
untuk memposisikan tidur bayi (Lawrence et al., 2012).

2. Posisi pronasi.

Posisi pronasi yaitu posisi bayi ketika lahir lutut


fleksi di bawah abdomen dan posisi badan telungkup (Wong,
et al, 2009). Pengertian lain posisi pronasi yaitu pasien tidur
dalam posisi telungkup, berbaring dengan wajah menghadap
ke bantal (Perry, Potter, & Ostendorf, 2014).

3. Posisi side lying.

Posisi side laying yaitu posisi miring ke kanan/ke kiri


dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul dan
bahu sebagai tumpuan (Perry, Potter, & Ostendorf, 2014).

2. Manfaat Pengaturan Posisi pada bayi

a) Posisi supinasi.
Posisi supinasi dapat merangsang bayi untur
bersendawa dan meningkatkan inhalasi karena udara
yang tertelan dapat mempengaruhi pengosongan lambung
(Wilaman & Chavee, 2009). Selain itu posisi supinasi sangat
direkomendasikan pada bayi prematur selama beberapa hari
awal kehidupan untuk mencegah obstruksi aliran pembuluh
darah vena dan mencegah peningkatan
aliran darah ke otak dan meminimalkan pendataran kepala (Kenner & McGrath, 2010).
b) Posisi pronasi
Posisi pronasi sangat bagus untuk menigkatkan saturasi oksigen bayi,pengembangan otot
dada,pengembangan paru dan dapat menurunkan kejadian lupa nafas (apnea) pada bayi premature.
Selain itu juga dalam penelitian tersebut manfaat posisi pronasi yaitu dapat mempercepat pengosongan
lambung dan dapat mengurangi pengeluaran energy. Posisi pronasi dilakukan untuk memperbaiki
fisiologis pernapasan dan stabilitas kardiovaskuler dengan cara mengurangi kompresi abdomen (Evan,
2011).
c) Posisi side lying
Penelitian lain yang dilakukan oleh Huseinn (2012), pengaturan posisi side lying terutama miring
kanan dapat mempercepat pengosongan lambung karena tidak memberikan tekanan pada lambung.
Sedangkan menurut American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan bahwa posisi side laying
terutama miring kanan pada bayi setelah minum sangat direkomendasiakan sebagia alternative posisi
karena memiliki resiko paling kecil dan dinilai aman.

3. Cara memposisikan bayi midline dalam posisi supinasi,pronasi,dan side lying

Cara memposisikan yang tepat memberikan manfaat yang sangat baik bagi bayi, diantaranya
meningkatkan perkembangan fisik, membuat bayi merasa nyaman dan aman, membantu melindungi
kulit dan persendian yang masih rentan, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan relaksasi,
meningkatkan konseervasi energi dan mengurangi penggunaan energi, membantu bayi memahami
midline dan koordinasi, mengoptimalkan fungsi pernapasan, mengembangkan kemampuan visual, serta
membantu mengatasi masalah pernapasan (Soniya, 2013).
Bayi prematur mempunyai tonus otot yang lemah, sehingga bila diletakkan di permukaan yang
datar tanpa penyangga maka bayi akan berada pada posisi lurus yang akan mengganggu perkembangan
bayi. Bayi memerlukan alat untuk menopang pada posisi fleksi dan postur menekuk. Alat yang
digunakan harus lembut dan memungkinkan bayi berbaring pada suatu posisi dalam beberapa jam tanpa
ada yang menyebabkan penekanan (Rubin & Davis, 2011).

No Nama Posisi Petunjuk Pelaksanaan Indikasi & Kontraindikasi


1 Supinasi a. Pertahankan kepala a. Bayi prematur yang memiliki
bayi di garis tengah dan kontraindikasi posisi lateral, pronasi, dan
tidak menoleh ke satu sisi. quarter prone.
Berikan bantalan halus di
leher untuk membantu
menopang posisi kepala.
b. Posisi kepala sedikit
fleksi dengan dagu
mendekati dada.
c. Topang bahu dengan
kain hingga posisi bahu
sedikit fleksi kearah dada
d. Abduksikan kedua
tangan sehingga ujung
tangan berada didekat
mulut bayi
e. Posisikan pinggul dan
lutut fleksi.
f. Lutut berada di garis
tengah sumbu tubuh dan
posisi lutut tidak terbuka
keluar (posisi supine B).
g. Posisikan nest untuk
dapat menjadi penopang
kaki membentuk posisi
fleksi dan menyilang.
h. Rapatkan nest pada
bagian terluar tubuh bayi
sehingga tampak bayi
terkurung dalam sangkar.
i. Bentangkan kain halus
untuk menutupi dada
hingga kaki bayi dengan
posisi kain menyilang
sumbu tubuh.
2. Pronasi a. Posisikan bayi pronasi Indikasi
b. Saat membalik posisi a. Bayi prematur dengan Respiratory
dari supinasi ke pronasi, Distress Syndrome (RDS)
tetap pertahankan posisi b. Memperbaiki serapan Air Susu Ibu
supinasi dengan cara (ASI) melalui OGT
memegang tangan dan Kontraindikasi
kaki bayi selama proses a. Bayi post operasi thoraks dan atau
peralihan posisi abdomen b. Bayi dengan Intraventricular
c. Hadapkan kepala pada hemorrhage (IVH)
salah satu sisi dan ubah
posisi kepala secara rutin
untuk mencegah
deformitas kepala d.
Pinggul dan lutut di
fleksikan sehingga
membentuk posisi kaki
katak.
e. Pastikan posisi pinggul
lurus dengan sumbu tubuh
dan tidak miring kesalah
satu posisi.
f. Posisikan tangan dan
kaki dibawah tubuh bayi
dengan posisi ujung
tangan menuju kemuka
g. Berikan bantalan
lembut dan tipis dibawah
sternum dan perut untuk
mensuport dada bayi
bernafas dan mencegah
retraksi bahu
h. Rapatkan nest sehingga
dapat menopang dan
mempertahankan bentuk
posisi yang dijelaskan di
atas i. Pemberian posisi
ini harus diiringi dengan
pemasangan monitor
kardio-respiratori untuk
memantau status
oksigenasi

3. Quarter a. Siapkan linen/ kain Indikasi


prone/semi panel sebanyak 2 buah a. Bayi prematur dengan Respiratory
prone b. Gulung masing-masing Distress Syndrome (RDS)
kedua kain menjadi kecil b. Memperbaiki serapan ASI melalui
c. hangatkan kedua tangan OGT Kontraindikasi
sebelum menyentuh tubuh a. Bayi post operasi thoraks dan atau
bayi abdomen b. Bayi dengan Intraventricular
d. letakan kain 1 yang hemorrhage (IVH)
sudah di gulung pada
bagian satu sisi bayi
e. Posiskan bayi miring
kanan atau kiri (sesuaikan
kebutuhan bayi)
f. Posisikan sisi Bagian
kepala diatas gulungan
kain, secara berbarengan
posisikan tangan dan kaki
kanan atau kiri seperti
memeluk guling namun
posisi hampir seperti
prone (tengkurap).
g. Perhatikan tangan bayi
fleksi dan sedekat
mungkin dengan mulut
dan kaki sedekat mungkin
dekat dengan perut h.
Berikan kain ke 2 yang
sudah digulung
melingkari bagian kaki
dengan membentuk “U”
4. Lateral a. Posisikan bayi lateral a. Bayi dengan Gastroesofageal reflux
kanan ataupun kiri (sesuai (GER) (dianjurkan lateral kanan)
indikasi) b. Alternatif posisi dari posisi pronasi
b. Pertahankan kepala pada bayi prematur dengan oksigen-
agar tetap lurus dengan dependen (RDS)
cara memberikan bantalan
disepanjang kepala, tulang
belakang (mengikuti
sumbu tubuh), hingga
melingkar kedepan dada
Posisikan kedua tangan
memeluk bantalan
tersebut
c. Fleksikan lutut
d. Pasang nest dengan
rapat sehingga dapat
menopang dan
mempertahankan bentuk
posisi yang dijelaskan di
atas

Tabel 2.3
Hasil Penelurusuran Jurnal
No Penulis Judul Artikel Tahun Sumber Metode Hasil
1 Titin Supriatin Pengaruh Prone 2021 Google Penelitian ini merupakan Hasil penelitian menunjukkan ba
Yani Nurhayani positioning Schoolar penelitian kuasi experimental posisi prone dapat mendu
terhadap dengan desain pre and post test perbaikan respiratory rate
respiratory rate non equivalent control group. saturasi oksigen pada bayi de
dan saturasi Penelitian ini menggunakan RDS.
oksigen pada bayi tehnik random sampling
gawat napas terhadap 38 responden. Analisis
(Respiratory dalam penelitian ini
Distress menggunakan analisis paired t
Syndrome) di test.
RSD Gunung Jati
Kota Cirebon
2 Nanag Saprudin Pengaruh 2018 Google Penelitian ini menggunakan Hasil penelitian menunj
Isti Kumala sari Penggunaan schoolar metode kuantitatif dengan quasi terdapat peningkatan rerata
Nesting terhadap eksperimen dengan rancangan tubuh, saturasi oksigen dan freku
perubahan suhu nonequivalent control group nadi pada BBLR setelah penggu
tubuh, saturasi design dengan menggunakan nesting. Hasil penelitian terd
oksigen dan one group pretest posttest. perbedaan suhu tubuh, sat
frekuensi nadi Subjek penelitian ini adalah oksigen dan frekuensi nadi
pada bayi berat BBLR sesuai kriteria. Teknik BBLR dengan masing – masi
badan lahir pengambilan sampel dengan value < 0,05. Simpulan
rendah di Kota purposive sampling sebanyak 40 penelitian ini terdapat peng
Cirebon responden. nesting terhadap suhu tubuh, sat
oksigen dan frekuensi nadi
BBLR.
3 Murniati Noor Penggunaan 2016 Google Metode yang di gunakan adalah Hasil pengamatan setelah dilak
Oswati Nesting dengan schoolar case study dengan menggunakan penerapan penggunaan ne
Hasanah fiksasi mampu 3 responden yang di rawat di dengan fiksasi menunjukkan
Rumina Ginting menjaga stabilitas ruangan NICU perinatologi rata saturasi oksigen dari k
saturasi oksigen, RSUD Arifin Ahmad Propinsi responden tidak terdapat perbe
frekuensi Riau yang dipilih dengan dan masih dalam batas nor
pernafasan, nadi menggunakan teknik purposive berkisar antara (90-100%). H
dan suhu pada sampling. Kriteria responden pengamatan frekuensi
bayi premature dalam penelitian ini adalah bayi pernafasan dan pemakaian alat b
dengan gawat premature (< 2500 gram), dan pernafasan serta dampak terh
napas memakai alat bantu pernafasan. berat badan di dapatkan ba
penggunaan nesting dengan fi
membantu peningkatan berat b
dengan stabilnya frekuensi nadi
pernafasan, serta lama pemak
alat bantu pernafasan menjadi
singkat

4 Defi Efendi Pemberian posisi 2019 Google Artikel ini bertujuan untuk Hasil studi ini menunju
Dian Sari (positioning) dan scholar menggali pemberian posisi beberapa posisi yang dapat dibe
Yanti Riyantini nesting pada bayi (positioning) dan nesting pada pada bayi prematur di antar
Novardian prematur: bayi prematur di NICU. adalah posisi supinasi, lateral
Dian Anggur evaluasi Penelitian ini berupa studi lateral kanan, pronasi,
Pipit Lestari implementasi literatur tahun 2007- 2017, serta quarter/semi pronasi. Posisi pro
perawatan di pengalaman penulis dalam dan kuarter/semi pro
neonatal aplikasi pemberian posisi dan direkomendasikan untuk
intensive care nest di dua rumah sakit rujukan prematur dengan Respir
unit (nicu) nasional dalam lima tahun Distress Syndrome (RDS). P
terakhir. lateral kanan direkomendas
untuk bayi prematur de
Gastroesofageal reflux (GER). P
supinasi merupakan alter
terakhir pemberian posisi pada
prematur dengan kontraind
posisi pronasi, kuarter/semi pro
dan lateral. Pembuatan nest d
dimodifikasi dari potongan bebe
kain yang digulung. Per
hendaknya meningka
pengetahuan dan keterampilan
mampu memberikan variasi p
sesuai kondisi dan indikasi bayi
dirawat di NICU

5 Titin Supriatin Perbandingan 2018 Google Penelitian ini merupakan kuasi Hasil penelitian ini menunj
Toha Muhaimin efektivitas posisi Schoolar experimental dengan desain pre bahwa posisi prone lebih ef
Titin Sutini prone dengan and post test non equivalent meningkatkan status oksig
lateral terhadap control grup. Penelitian ini dibandingkan posisi lateral wala
status oksigenasi menggunakan tehnik random perbedaan sangat kecil.
pada bayi dengan sampling terhadap 76
Acute responden.
Respiratory
Distress
Syndorome
(ARDS) di Ruang
NICU RSUD
Gunung Jati
Cirebon

Anda mungkin juga menyukai