Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM

PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM DAN KARAKTERISTIKNYA

Dosen Pengampu : Dr. H. Moh. Roqib, M.Ag

Disusun Oleh :
Aim Matul Azizah (214110402135)
3 PAI C

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, dan inayah-Nya kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Paradigma Pendidikan Islam dan
Karakteristiknya”.

Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad


SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh
ilmu dan pengetahuan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H.
Moh. Roqib, M.Ag selaku dosen pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang
telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berkontribusi pada perkuliahan
mata kuliah ini.
Karya tulis ilmiah ini telah disusun secara optimal dan telah mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat mempermudah dalam penyusunan
makalah. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari itu semua,
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, saya menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari para
pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca.

Purwokerto, 04 September 2022

Aim Matul Azizah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A.Definisi Paradigma Pendidikan Islam ............................................................. 3

B.Keterlibatan Paradigma Terhadap Pendidikan Islam....................................... 6

C.Karakteristik Pendidikan Islam ...................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 16

A.Kesimpulan .................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya dalam memahami suatu pendidikan tidak bisa hanya dengan
melihat ‘sepenggal’ apa yang kita temukan dalam realitas penyelenggaraan
pendidikan tersebut, tetapi kita juga perlu memandangnya dari landasan sistem
yang menjadi dasar paradigmanya. Karena, bisa jadi masalah yang muncul
dalam realitas pendidikan tersebut hanyalah turunan masalah dari
ketidakcukupan sebuah paradigma dalam realitas pendidikan. Maka dari itu,
proses mengkaji ulang dan merumuskan kembali paradigma pendidikan tidak
boleh berhenti begitu saja. Seperti halnya dalam memahami pendidikan Islam
pun tidak semudah menjelaskan kata Islam dari kata pendidikan tersebut, sebab
selain menjadi predikat, Islam juga menjadi substansi dan subjek penting yang
kompleks. Oleh karena itu, dalam memahami pendidikan Islam kita harus dapat
memahami pendidikan Islam dengan melihat aspek utama misi agama Islam
yang diturunkan kepada umat manusia dari sisi pendidikan. Kemudian, Islam
sebagai ajaran agama dari Allah SWT. yang sesungguhnya mencerminkan
paradigma pendidikan untuk membimbing dan mengarahkan umat manusia agar
bisa menjadi manusia sempurna yang sesuai dengan tujuan penciptaanya.

Islam sebagai agama universal telah memberikan pedoman hidup bagi


manusia menuju kehidupan bahagia, yang pencapaiannya bergantung pada
pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting untuk membuka jalan
kehidupan manusia. Dengan demikian, Islam sangat berhubungan erat dengan
pendidikan. Hubungan antara keduanya bersifat organis-fungsional. Pendidikan
berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan Islam dan Islam menjadi kerangka
dasar pengembangan pendidikan Islam, serta memberikan landasan sistem nilai
untuk mengembangkan berbagai pemikiran tentang pendidikan Islam .

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi paradigma pendidikan Islam?
2. Bagaimana keterlibatan terhadap pendidikan Islam?
3. Apa saja karakteristik pendidikan Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi paradigma pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui keterlibatan paradigma terhadap pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui macam karakteristik paradigma pendidikan Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Paradigma Pendidikan Islam


Paradigma secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, paradigm
berarti type of something, model, pattern (bentuk sesuatu, model, pola). 1Dalam
bahasa Yunani, paradigma berasal kata para (di samping, di sebelah) dan kata
dekynai (memperlihatkan; yang berarti: model, contoh, arketipe, ideal).2 Plato
menggunakan kata paradeigma dalam Republic-nya dengan arti “a basic form
encompassing your entire destiny”. Murid Socrates dan guru Aristoteles ini juga
pernah menyatakan, “Sesuatu yang diciptakan tentunya diciptakan untuk suatu
sebab”. Dan agaknya suatu sebab itulah yang dimaksudkan Plato sebagai
paradeigma, sehingga kata ini bisa dikaitkan dengan kata daimon (Yunani) atau
genius (Romawi). Kedua kata itu berhubungan erat dengan konsep calling
(panggilan hidup), destiny (nasib atau takdir), innate image, soul image, original
image, dan true biography.3 Secara terminologis paradigma berarti a total view
of a problem; a total outloook, not just a problem in isolation. Paradigma adalah
cara pandang atau cara berpikir tentang sesuatu.4
Dalam Kamus Filsafat, terdapat beberapa pengertian paradigma, di
antaranya yaitu cara memandang sesuatu, kemudian dalam ilmu pengetahuan
diartikan sebagai model, pola, ideal. Dari model-model ini berbagai fenomena
dipandang dan dijelaskan, berikutnya yaitu totalitas premis-premis teoretis dan
metodologis yang menentukan atau mendefinisikan suatu studi ilmiah konkret.
Hal ini melekat dalam praktik ilmiah pada tahap tertentu. Dan yang terakhir

1
Ismail SM, ed., Paradigma Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2001), cet. I, hlm. viii.
Untuk lebih memahami pengertian paradigma, apalagi hubungannya dengan ilmu pengetahuan, lihat
Thomas Kuhn, The Structure of Scientific Revolution. (Chicago: University of Chicago Press.
1970).
2
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 779
3
Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar—on Becoming a Learner— Pemberdayaan diri,
Transformasi Organisasi dan Masyarakat Lewat Proses Pembelajaran, (Jakarta: Kompas, 2000),
cet. III, hlm. 83
4
Ismail SM, (ed..), Op. Cit. hlm. viii.

3
yaitu dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan
problem-problem riset.5
Konsep paradigma (paradigm) digunakan oleh Thomas Kuhn dalam
karyanya, The Structure of Scientific Revolution, untuk menentang asumsi
umum kalangan ilmuwan tentang perkembangan ilmu pengetahuan yang
menganggap bahwa perkembangan ilmu terjadi secara kumulatif. Kuhn
menganggap pandangan seperti itu sebagai mitos yang harus dihilangkan,
karena perkembangan ilmu tidak terjadi secara kumulatif, tetapi secara
revolutif.6 Paradigma pendidikan dapat diartikan sebagai cara berpikir atau
sketsa pandang menyeluruh yang mendasari rancang bangun suatu sistem
pendidikan. Sistem pendidikan secara fungsional merupakan refleksi ideologis
dari filsafat tertentu yang menyuguhkan cara pandang tertentu ter-hadap sesuatu
dalam semesta kehidupan. Itulah paradigma yang mengilhami bangunan sistem
pendidikan.

Paradigma Pendidikan Islam


Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap
dan tingkah laku di dalam masyarakat tempat ia hidup, juga pendidikan itu
adalah proses sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah),
sehingga mereka dapat memperoleh pengembangan kemampuan sosial dan
kemampuan individu yang optimal. Islam adalah agama penyempurna dari
agama yang telah ada sebelumnya, ajarannya melingkupi seluruh aspek
kehidupan manusia, seperti teologis, sosiologis, ibadah, hukum dan akhlak.
Selain itu Islam juga sebagai agama terakhir yang diturunkan Allah swt.
Aspek-aspek yang terdapat dalam ajaran Islam, dalam rangka
membangun sikap pasrah manusia kepada Allah swt. Sikap pasrah atau al Islam
adalah kodrat manusia sejak diciptakannya. Terna kehidupan manusia tidak

5
Lorens, ibid
6
Lihat Linda Smith dan William Raeper, A Beginner’s Guide tod Ideas, terj. P. Pardiono Hadi,
Ide-ide: Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), cet. I, hlm. 246-
247

4
membutuhkan ajaran baru sesudah Islam dan nabi Muhammad saw sebagai nabi
terakhir. Aspek-aspek yang terdapat di dalam Islam menjadi dasar, arah, tujuan,
dan orientasi pengembangan dari masa ke masa yang ditransformasikan baik
melalui dakwah maupun pendidikan. Untuk mendapatkan gambaran tentang
paradigma pendidikan Islam, beberapa bahagian yang penulis ingin gambarkan
yaitu; paradigma pendidikan Islam yang mencakup pengertian pendidikan
Islam, tujuan pendidikan Islam, prinsip pendidikan Islam juga akan dibahas
tentang konsep pembelajaran demokratis yang meliputi; pengertian
pembelajaran demokratis, strategi pembelajaran demokratis, prinsip
pembelajaran demokratis dan bentuk-bentuk pembelajaran demokratis.
Pendidikan Islam sebagai bahagian dari proses pendidikan nasional dapat
menjadi wahana penting dalam pengembangan dan pembangunan sumber daya
manusia secara keseluruhan. Secara umum paradigma pendidikan memang
merupakan keharusan dalam kehidupan berbangsa, sebab semua bangsa dan
bangsa Indonesia khususnya menghadapi berbagai persoalan yaitu
kependudukan, indefendensi negara dan dunia usaha serta kemajuan sain dan
tegnologi.
Pembicaraan tentang paradigma pendidikan Islam berarti mengaitkan
pendidikan Islam dalam konteks kekinian. Sebelum membahas lebih jauh
tentang paradigma pendidikan Islam alangkah baik penulis menggambarkan
tentang makna paradigma. Paradigma artinya :
1. kasus yang dipergunakan sebagai sampel atau contoh,
2. Kerangkan konsep-konsep dasar dan postulasi-postulasi yang menjadi
acuan dalam proses penelitian,
3. Model dalam teori ilmu pengetahuan,
4. Gugusan sistem pemikiran, kerangkan berpikir, link daftar semua bentukan
dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata.7
Mencermati gambaran di atas, dapat dipahami bahwa paradigma
berorientasi pada makna dasar, cara pandang terhadap sesuatu dan kemampuan

7
Tim Pustaka Poenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru (Cet. IV; Jakarta: Media Pustaka
Poenix, 2009), h. 637.

5
untuk membuat diskripsi yang mendorong perubahan. Dalam pandang
pembelajaran, harus ada perubahan paradigma. Paradigma klasik pengetahuan
secara utuh dipindahkan dari pemikiran guru kepada peserta didik. Sedangkan
paradigma baru adalah pemikiran dibangun di dalam pikiran sendiri. Karena
itu, lembaga pendidikan perlu membangun kemandirian peserta didik untuk
mengelola pikiran secara terarah. Peserta didik berusaha menyesuaikan dirinya
dengan tuntutan dan kecendrungan pengetahuan dan tegnologi yang
berkembang.

B. Keterlibatan Paradigma Terhadap Pendidikan Islam


Paradigma pendidikan berkembang pada setiap milieunya yang
meniscayakan adanya sikap kooperatif sekaligus kompetitif. Bahkan, sesuai
dengan watak era globalisasi sekarang, ragam paradigma pendidikan
mengalami tarik-ulur kepentingan, konflik, bahkan hegemoni satu sama
lainnya. Berkenaan dengan ini, Mansour Fakih menganalisis fenomena
pendidikan formal dalam kaitannya dengan pertikaian ideologi/paradigma
Pendidikan.
Paradigma merupakan ruh dan bingkai konseptual dari suatu sistem
pendidikan. Paradigma sangat jelas memberikan pengaruh pada sistem
pendidikan itu sendiri. Neil Postman mengakui bahwa tanpa paradigma yang
jelas, pendidikan seperti kehilangan ‘tuhan-tuhan’ untuk disembah. Baginya,
paradigma merupakan medium narasi yang tidak akan pernah berhenti
menciptakan sejarah dan masa depan manusia. Ia dengan tegas menyatakan
bahwa tanpa sebuah narasi, hidup tak akan bermakna. Dan tanpa makna, belajar
tak akan memiliki tujuan. Tanpa sebuah tujuan, sekolah adalah rumah-rumah
tahanan.8
Oleh karenanya, paradigma pendidikan menjadi satu keniscayaan
sebagai cara berpikir atau sketsa pandang menyeluruh yang mendasari rancang
bangun suatu sistem pendidikan. Untuk memahami keberpengaruhan tersebut,

8
Neil Postman, The End od Education Redefining the Value of School, terj. Siti Farida, Matinya
Pendidikan: Redefinisi nilai-nilai Sekolah, (Yogyakarta: Jendela, 2001), hlm. 9

6
di bawah ini akan digambarkan varian perkembangan ideologi dan/atau
paradigma pendidikan, serta skema perkembangannya pada wujud sistem
pendidikan yang diselenggarakan. Sekedar ilustrasi inisiasi di sini akan
dipaparkan hal tersebut dengan mengikuti pemetaan aliran paradigma
pendidikan dari Giroux dan Aronowitz (1985),9 yang terbagi pada tiga aliran,
yaitu paradigma konservatif, liberal, dan kritis. Sedangkan O’Neill
memaparkan enam ideologi pendidikan, yakni: tiga ideologi konservatif
(fundamentalisme, intelektualisme, dan konservatisme pendidikan), dan tiga
ideologi liberal (liberalisme pendidikan, libersionisme pendidikan, dan
anarkisme pendidikan).10
1. Paradigma Konservatif
Bagi kaum konservatif, ketidaksejajaran masyarakat merupakan
suatu keharusan hukum alam, suatu hal yang mustahil dihindari, serta
seakan sudah menjadi ketentuan sejarah atau bahkan takdir Tuhan.
Perubahan sosial bagi mereka bukanlah suatu yang harus diperjuangkan,
karena perubahan hanya akan membuat manusia lebih sengsara. Dalam
bentuknya yang klasik atau awal, paradigma konservatif dibangun
berdasarkan keyakinan bahwa masyarakat pada dasarnya tidak bisa
merencanakan perubahan atau memengaruhi perubahan sosial, hanya
Tuhanlah yang merencanakan keadaan masyarakat dan hanya Dia yang tahu
makna di balik itu semua. Namun dalam perjalanan selanjutnya, paradigma
konservatif cenderung lebih menyalahkan subjeknya.
Bagi kaum konservatif, mereka yang menderita, menjadi demikian
karena salah mereka sendiri. Karena toh banyak orang lain yang ternyata
bisa bekerja keras dan berhasil meraih sesuatu. Banyak orang ke sekolah
dan belajar untuk berperilaku baik dan karenanya tidak masuk penjara.
Kaum miskin harus bersabar dan belajar untuk menunggu sampai giliran
mereka datang, karena pada akhirnya kelak semua orang akan mencapai

9
Seluruh uraian tentang varian paradigma pendidikan ini disarikan dari Educational Ideologies:
Contemporary Expressions of Educational Philosophies, William F. O’Neill, dan Toto Rahardjo
(ed.) dkk., Op. Cit., hlm.18-22
10
O’ Neill, Ibid., hlm. 99 –118

7
kebebasan dan kebahagiaan. Kaum konservatif sangat mementingkan
harmoni dalam masyarakat serta menghindarkan konflik dan kontradiksi.11
2. Paradigma Liberal
Pandangan golongan kedua yakni kaum Liberal, berangkat dari
keyakinan bahwa memang ada masalah dalam masyarakat tetapi bagi
mereka pendidikan tidak ada kaitannya dengan persoalan politik dan
ekonomi masyarakat. Dengan keyakinan seperti itu, tugas pendidikan juga
tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan politik dan ekonomi.
Sungguhpun demikian, kaum liberal selalu berusaha untuk menyesuaikan
pendidikan dengan keadaan ekonomi dan politik di luar dunia pendidikan,
dengan jalan memecahkan berbagai masalah yang ada dalam pendidikan
dengan usaha reformasi kosmetik. Kaum Liberal dan Konservatif sama-
sama berpendirian bahwa pendidikan adalah apolitik, dan excellence
haruslah merupakan target utama pendidikan. Kaum Liberal beranggapan
bahwa masalah masyarakat dan pendidikan adalah dua masalah yang
berbeda. Mereka tidak melihat kaitan pendidikan dengan struktur kelas dan
dominasi politik dan budaya serta diskriminasi gender di tengah masyarakat
luas. Bahkan, pendidikan bagi salah satu aliran liberal yakni structural
functionalisme justru dimaksud sebagai sarana untuk menstabilkan norma
dan nilai masyarakat. Pendidikan dimaksudkan sebagai media untuk
mensosialisasikan dan mereproduksi nilai-nilai tata susila keyakinan dan
nilai-nilai dasar agar masyarakat luas berfungsi secara baik.
3. Paradigma Kritis/Radikal
Pendidikan bagi kelompok ketiga ini merupakan arena perjuangan
politik. Jika bagi kalangan konservatif pendidikan bertujuan untuk menjaga
status quo, sementara bagi kaum liberal untuk perubahan moderat, maka
paradigma kritis menghendaki perubahan struktural secara mendasar dalam
politik ekonomi masyarakat, tempat pendidikan berada. Bagi mereka, kelas
dan diskriminasi gender dalam mayarakat tercermin pula dalam dunia

11
Ibid.

8
pendidikan. Paham ini bertentangan dengan pandangan kaum liberal yang
menggangap pendidikan sebagai terlepas dari persoalan kelas dan gender
yang ada dalam masyarakat. Dalam perspektif kritis, urusan pendidikan
adalah melakukan refleksi kritis, terhadap the dominant ideology ke arah
transformasi sosial.
Tugas utama pendidikan adalah menciptakan ruang agar sikap kritis
terhadap sistem dan sruktur ketidak adilan, serta melakukan dekonstruksi
dan advokasi menuju sistem sosial yang lebih adil. Pendidikan tidak
mungkin dan tidak bisa bersikap netral, bersikap objektif maupun berjarak
dengan masyarakat (detachment) seperti yang dianjurkan kalangan
positivis. Visi pendidikan adalah melakukan kritik terhadap sistem dominan
sebagai pemihakan terhadap rakyat kecil dan yang tertindas untuk
menciptakan sistem sosial baru yang lebih adil. Dalam perspektif kritis,
pendidikan harus mampu menciptakan ruang untuk mengidentifikasi dan
menganalisis secara bebas dan kritis guna terciptanya transformasi sosial.
Dengan kata lain, tugas utama pendidikan adalah 'memanusiakan' kembali
manusia yang mengalami dehumanisasi karena sistem dan struktur yang
tidak adil.12
Demikian gambaran umum tentang perkembangan varian
paradigma pendidikan dalam arus persaingan yang tak kunjung usai. Varian
itu semakin meyakinkan bahwa paradigma sangat berpengaruh dalam
menentukan arah dan wujud penyelenggaraan sistem pendidikan. Oleh
karenanya, langkah terus menerus dalam merumuskan dan menegaskan
kembali kerangka paradigma pendidikan tidak boleh terhenti dalam upaya
mengembangkan pendidikan, terutama sekali untuk kebutuhan kita yaitu
mengembangkan pendidikan Islam.

12
Ibid.

9
C. Karakteristik Pendidikan Islam
1. Pendidikan Robbaniyah
Merupakan karakteristik yang paling urgen dan utama, termasuk
ciri yang unik dan istimewa pada pendidikan islam. Dikarenakan ia hanya
ada pada pendidikan Islam dan tidak ada pada berbagai macam pendidikan
lainnya, yang terdahulu atau yang terkini. Di mana pendidikan Robbaniyah
yang murni dan selamat tidak dikenal di dalamnya tahrif (penyelewengan),
ta’dil (pengeditan) atau tabdil (perubahan) sepanjang masa. Oleh karena itu,
pendidikan tersendiri dan istimewa, bahwa ia sumbernya robbaniyah
(berasal dari Robb alam semesta). Keberadaannya ini berbeda dari macam-
macam pendidikan lainnya secara total. Secara global dari yang telah
disampaikan, dapat kita ringkas bahwa sebagian besar macam-macam
pendidikan baik dahulu atau sekarang bertumpu dalam penentuan rambu-
rambunya, realisasi tujuan-tujuannya, pengaturan kegiatan-kegiatannya
pada filsafat dan pandangan manusia. Hal itu bertugas memberikan
pengarahan dan penentuan kegiatan-kegiatannya. Sesungguhnya
pendidikan islam tidak membutuhkan seperti hal itu. Hal itu dikarenakan,
sumber pendidikan Islam, metodologinya, imagenya berasal dari syariat
robbaniyah yang kekal. Di mana Allah memilihnya untuk manusia agar
mereka selamat dari kesesatan, mengeluarkan mereka dari kegelapan
menuju cahaya.

2. Pendidikan Keimanan
Makna hal itu, bahwa pendidikan Islam berdiri tegak di atas dasar
keimanan yang murni, kebenaran yang bulat, dan keyakinan yang sempurna
pada setiap yang datang dari sisi Allah , baik itu pembenaran yang berkaitan
dengan alam gaib (Al-Mughibat), atau alam nyata (Materi, hal yang dilihat,
hal yang dirasa). Dengan hal itu, pendidikan Islam terkandung antara iman
dan pembenaran dengan segala sesuatu yang berkaitan dua alam (gaib dan
nyata). Adapun urgensi kekhususan ini, bahwa pendidikan Islam
merealisasikan pada manusia dua hal; keimanan pada gaib dan keimanan

10
pada inderawi. Pendidikan Islam tidak terbatas tujuannya pada pertumbuhan
iman melalui hal gaib saja, fenomena spiritual, dan ibadah. Akan tetapi, adat
kebiasaan, fenomena alam, ilmu yang bermacam-macam, dan kegiatan-
kegiatan dalam kehidupan, semuanya menanamkan keimanan ini dan terikat
kuat dengannya.” (Ishaq Ahmad Al-Farhan, 1411H, hal 49) Di antara makna
keimanan pada pendidikan Islam, bahwa ia tidak terbatas bagi manusia
dengan pengulangan dzikir, do’a, pelaksanaan ibadah, dan syi’ar-syi’ar
yang beragam saja. Akan tetapi, keimanan menjadi bagian kehidupan
manusia semuanya, pada setiap urusan dari urusan-urusannya, pada setia
bagian dari bagian-bagiannya, merupakan bentuk hakiki dan realita iman itu
secara global. Di mana, iman disifati sebagai perkara yang tertancap dalam
hati, dan dibenarkan dalam perbuatan.
3. Pendidikan yang menyeluruh dan sempurna
Keberadaan pendidikan Islam sebagai pendidikan yang menyeluruh
bagi manusia dengan berbagai sisi semuanya (ruhani, akal, jasmani, dan sisi
lainnya). Bertolak dari sini, kekhususan pendidikan Islam yang istimewa
dari pendidikan lainnya. Di mana, pendidikan lain membutuhkan (secara
umum) pembuktian sempurna di antara sisi-sisinya yang terfokuskan pada
kepribadian manusia dan kehidupannya. Pendidikan Islam menyeluruh pada
lingkungan masyarakat semuanya, maka tidak terbatas satu lingkungan saja.
Pada waktu yang sama, ia mencakup pada pengetahuan-pengetahuan dan
ilmu-ilmu semuanya selama itu lazim dan dibutuhkan manusia. Ia juga
mencakup tahapan-tahapan perkembangan manusia semuanya, mulai dari
janin sampai kehidupannya berakhir. Terlebih lagi, ia mencakup pada
lembaga-lembaga semuanya yang berkaitan dengan proses pendidikan.
Bukan sekedar ini saja, bahwa makna ‘syumul’ (menyeluruh) meluas pada
setiap sisi kehidupan manusia, agama dan dunia, serta poin-poinnya. Hal itu
bertolak dari “Metode Islam dalam pendidikan, yaitu perbaikan keberadaan
manusia semuanya dengan perbaikan yang menyeluruh, tidak
meninggalkan sesuatupun, dan tidak dari sesuatupun, badannya, akalnya,

11
ruhaninya, kehidupannya yang materi dan maknawi, setiap kegiatannya di
atas bumi.”13
4. Pendidikan Pertengahan dan Seimbang
Hal itu nampak pada pendidikan Islam, karena ia bertolak dalam
pengaturan kehidupan manusia secara keseluruhan dari realita agama Islam
yang berdiri di atas keadilan, keseimbangan, dan pertengahan. Di mana
Allah menjadikannya sebagai kekhususan utama umat Islam. Makna
pertengahan dan keseimbangan pendidikan Islam adalah keselamatannya
dari berlebih-lebihan dan pengabaian, penolakannya pada hiperbola dan
kekurangan. Ia berdiri tegak di asas utama dalam keadilan yang tidak
berlebihan dalam perhatian satu sisi dari sisi lainnya.
Adapun pendidikan Islam, ia menggunakan metode pertengahan dan
keseimbangan. Tidak condong pada satu bagian tanpa bagian lainnya.
Dikarenakan individu adalah hakikat yang tidak layak diingkari, dan
masyarakat adalah hakikat lainnya yang kita hidup di dalamnya, serta
berkelompok adalah hakikat yang tidak mungkin kehidupan tanpanya. Oleh
karena itu, permasalahan menjadi lebih banyak urgensinya (dalam
pendidikan) yang diaplikasikan dalam bentuk tawazun (keimbangan) antara
tiga hakikat ini, di mana salah satunya tidak berlebihan dari lainnya.
5. Pendidikan Berlanjut dan Pembaharuan
Maknanya hal itu adalah terus berlangsung pada manusia sejak ia
dilahirkan hingga ia meninggal, yakni bahwa pendidikan Islam adalah
pendidikan yang berkelanjutan dari mahdi (kelahiran) sampai lahdi (liang
lahat) sebagaimana dikatakan (pepatah). Ia tidak terbatas pada batasan
zaman tertentu, atau terhenti pada periode usia tertentu.
Oleh karena itu dapat dikatakan: sesungguhnya pendidikan muslim
terus berlangsung dalam perjalanan kehidupannya semuanya, dari lahir
sampai liang lahat. Yakni keberlangsungannya tidak beku pada satu urusan
dari urusanurusannya. Akan tetapi, ia adalah pendidikan selalu terbarukan

13
Muhammad Qutub, Manhaj al-Tarbiyah alIslamiyah, Kairo: Dar al-Syuruq, 1409 H/ 1989 M, hlm.
18

12
dan menerima perkembangan positif dengan keberlangsungan, dikarenakan
di dalamnya terdapat kelenturan, dan kemampuan untuk penyesuaian
kondisi yang menjadikannya dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan zaman,
tempat dan situasi. Serta memahami konsekuensi perkembangan dan
perubahan. Hal itu akan dijelaskan lebih banyak dalam kekhususan
berikutnya.
6. Pendidikan Stabil dan fleksibel
Penggabungan antara kekhususan tsabat (stabilitas) pendidikan
Islam dan Fleksibelnya, apabila mengetahui bahwa ia Tsabitah (stabil)
dalam kaidahnya, dan bangunanya yang utama yang berdiri di atas
kehidupan individu dan masyarakat. Akan tetapi dalam waktu yang sama,
ia marunah (fleksibel) pada batas tertentu, yakni menerima beberapa segi
perubahan yang positif, tabiatnya sejalan dengan keterbukaan yang teratur,
dan perkembangan yang dibutuhkan dan sesuai kondisi dan situasi dengan
syarat hal itu tidak bertentangan dengan ketetapanketetapan, kaidah-kaidah,
dan inti ajaran Islam.
7. Pendidikan Ideal dan Realistis
Pendidikan Islam berusaha menggapai tujuan besar, yaitu
mewujudkan manusia ideal dalam kehidupan, membentuk akhlak,
membantu tatacara berinteraksi dengan orang yang disekitarnya, dan
makhluk yang di sekitarnya, mendorong manusia untuk naik pada derajat
yang sempurna yang mungkin diraih. Akan tetapi dalam waktu yang sama,
ia realistis dan mudah. Dikarenakan ia melihat manusia dan berinteraksi
dengannya sesuai realita manusia. Oleh karena itu, ia sesuai dengan
kebutuhan fitrah manusia, dan sesuai dengan kemampuan, dan karakteristik
manusia. Ia memperhatikan kelemahan dan emosional manusia, banyak
bebannya, dan beragam kesibukannya.
8. Pendidikan Individu dan Masyarakat
Dikarenakan terkumpul antara perhatian mengenai pendidikan
individu dengan pendidikan masyarakat. Yaitu yang nampak jelas melalui
perhatiannya yang besar mengenai pendidikan individu untuk berakhlak

13
mulia, dan keutamaan amal-amal perbuatan yang menjadikan seseorang
sholih dalam dirinya sendiri, kemudian sholih dalam masyarakatnya yang
mana ia hidup di dalamnya. Maksudnya; bahwa pendidikan Islam dimulai
pertama kali pergerakannya dari dalam seseorang, yakni dari hatinya, dan
jiwanya, agar menjadikan seseorang berinteraksi dengan Allah di atas asas
‘baik dalam beramal’ yaitu beribadah kepada Allah seakan dia melihat-Nya.
Dari sini, ia tidak membutuhkan seorang pengawas yang mengawasinya.14
Makna ini menunjukkan bahwa pendidikan Islam menekankan keterkaitan
yang erat antara tanggung jawab individu dan tanggung jawab sosial. Di
mana, salah satunya saling membutuhkan yang lainnya. Oleh karena itu,
pendidikan Islam semangat untuk mengkaitkan tanggung jawab individu
dengan tanggung jawab kelompok (sosial) dan penyempurnaan keduanya.
Hal itu dikarenakan manusia walaupun memiliki entitas tersendiri- adalah
anggota dalam kelompok (masyarakat), dan bertanggung jawab
terhadapnya. Kelompok (masyarakat) bertanggung jawab pada semua
anggotanya yang terdiri dari bagianbagian. Di mana kelompok dapat
memberi pengaruh kepada mereka, dan terpengaruh dari mereka.
9. Pendidikan Manusiawi dan Global Pendidikan Islam
Adalah pendidikan untuk manusia semuanya. Di mana ia membawa
kemashlahatan dan kesesuaian bagi seluruh manusia. Tidak terbatas pada
satu aitem dari periode-periodenya pada kelompok tertentu dari manusia,
atau bangsa tertentu dari bangsa-bangsa. Akan tetapi, ia adalah pendidikan
manusiawi yang global untuk manusia semuanya. Di antara perkara yang
menekankan kemanusiawian dan globalisasi pendidikan Islam, bahwa ia
berdiri di atas pondasi dasar yang berkaitan dengan ukhuwah Imaniah.
Muslimun di timur dan di Barat belahan bumi, dari semua jenis dan warna
(kulit) adalah anggota dalam keluarga (besar) Islam. Islam mempersatukan
hati-hati mereka, mengumpulkan mereka pada satu hati dan satu jasad. Ia
adalah pendidikan global, dan Islam adalah risalah global untuk semua

14
Turki Robih, Dirosat fi al-Tarbiyah al-Islamiyah wa al-Syahsyiyah al-Wathoniyah, Beirut: al
Muasasah al-Jamiah, 1402 H/ 1982 M, hlm. 2

14
manusia. Globalisasi risalah Islam berarti juga globalisasi pendidikan
Islam.15
Dari penjelasan sebelumnya, jelas bagi kita bahwa kumpulan
karakteristik dan ciri pendidikan ini yang menghiasi pendidikan Islam
bukan sekedar nama dan sifat yang melekat padanya karena perasaan saja,
tetapi benar dalam petunjuknya dan kandungannya. Dan seharusnya asas-
asas, dan dasar-dasarnya yang umum terealisasikan dalam segi
pelaksanaannya.16

15
Muhammad Munir Mursi, Al-tarbiyah AlIslamiyah; Ushuluha wa Tathowuruha fi al Bilad al-
Arabiyah, Kairo: Alam al-Kutub, 1421 H, hlm. 78
16
Abd al-Hamid al-Hasyimi, hlm. 394

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Paradigma berorientasi pada makna dasar, cara pandang terhadap
sesuatu dan kemampuan untuk membuat diskripsi yang mendorong perubahan.
Dalam pandang pembelajaran, harus ada perubahan paradigma. Paradigma
klasik pengetahuan secara utuh dipindahkan dari pemikiran guru kepada
peserta didik. Sedangkan paradigma baru adalah pemikiran dibangun di dalam
pikiran sendiri. Karena itu, lembaga pendidikan perlu membangun
kemandirian peserta didik untuk mengelola pikiran secara terarah. Peserta
didik berusaha menyesuaikan dirinya dengan tuntutan dan kecendrungan
pengetahuan dan tegnologi yang berkembang.
Kemudian, hubunganya paradigma dengan pendidikan menjadi satu
keniscayaan sebagai cara berpikir atau sketsa pandang menyeluruh yang
mendasari rancang bangun suatu sistem pendidikan. Jadi, paradigma
pendidikan Islam adalah cara pandang dan proses dalam memahami
pendidikan Islam dalam bentuk pengamatan dan proses pencarian cara
mengatasi permasalahan yang muncul dalam pendidikan Islam. Dalam hal ini
paradigma pendidikan memiliki karakteristik yaitu pendidikan rabbaniyah,
pendidikan keimanan, pendidikan yang menyeluruh dan sempurna, pendidikan
pertengahan dan seimbang, pendidikan berlanjut dan pembaharuan, pendidikan
stabil dan fleksibel, pendidikan ideal dan realistis, pendidikan individu dan
masyarakat, pendidikan manusiawi dan global pendidikan Islam.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-
Pendidikan/article/download/3212/3058
https://journal.uii.ac.id/Millah/article/view/5221/4659
https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/view/542/485
https://scholar.google.co.id/scholar_url?url=https://core.ac.uk/download/pdf/3267
78328.pdf&hl=id&sa=X&ei=-I0VY7y4CaaD6rQPws-
hgAE&scisig=AAGBfm1JLIo6ELd2nmelxug8nz7wDcIFNQ&oi=scholarr
https://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/HJIE/article/download/3934/2069
Idris, Saifullah, Tabrani ZA, and Fikri Sulaiman. "Critical education paradigm in
the perspective of Islamic education." Advanced Science Letters 24.11 (2018):
8226-8230.
Rokim, Syaeful. "Karakteristik Pendidikan Islam." Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam 3.06 (2017).

17

Anda mungkin juga menyukai