Anda di halaman 1dari 7

UROLITHIASIS KALSIUM OKSALAT

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) adalah kondisi dimana terdapat masa keras
berbentuk batu kristal di sepanjang saluran kemih sehingga menimbulkan rasa nyeri,
pendarahan dan infeksi. Pembentukan batu disebabkan oleh peningkatan jumlah zat kalsium,
oksalat dan asam urat dalam tubuh atau menurunnya sitrat sebagai zat yang menghambat
pembentukan batu. Batu saluran kemih dikelompokkan berdasarkan lokasi terdapatnya batu
dalam saluran kemih antara lain batu ginjal, saluran ureter, kandung kemih, dan uretra
(Fikriani dan Yoga, 2018). Kasus urolithiasis merupakan kejadian penyakit yang sangat
umum pada hewan kesayangan, terutama kucing (Utama dkk, 2018).
Batu Ginjal (Nefrolithiasis) adalah gangguan pada kaliks atau pelvis ginjal yang dapat
menyebabkan kerusakan fungsi ginjal akibat penyumbatan pada saluran urin. Apabila
penyumbatan berlangsung lama, maka urin akan di alirkan kembali kedalam ginjal sehingga
ginjal mengalami peningkatan tekanan akibat jumlah pengendapan urin yang meningkat.
Batu ginjal dapat dipengaruhi oleh faktor gaya hidup, ras/etnik, kondisi geografis atau faktor
lainnya. Gejala yang umum terjadi pada penderita batu ginjal adalah nyeri dengan perasaan
berat hingga tajam pada bagian perut, punggung dan selangkangan. Nyeri terasa saat buang
air kecil dan disertai dengan mual atau muntah (Fikriani dan Yoga, 2018).
Batu ginjal adalah benda padat yang ada di dalam ginjal yang terbentuk melalui
proses fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam darah dan masuk ke dalam
kandung kemih. Batu ginjal terdiri dari kristal-kristal kecil yang terakumulasi. Kristal dapat
mengendap di dalam saluran kemih ketika urin dalam kondisi supersaturasi. Sebelum menjadi
batu ginjal, kristal harus mengalami proses pengikatan di ginjal. Pada kondisi normal dan
sehat pembentukan kristal tetap terjadi, kristal akan berikatan dengan permukaan sel epitel
tubular yang selanjutnya akan difagositasi oleh makrofag atau lisosom sel tersebut. Proses
pembentukan batu ginjal diawali dengan pembentukan inti, supersaturasi, presipitasi-
kristalisasi, dan berkurangnya faktor inhibitor (Madyastuti dkk, 2015).
Kristal yang paling sering ditemukan adalah kalsium oksalat dengan persentase
kejadian 46,3% dan magnesium amonium fosfat sebanyak 42,4%. Setelah terjadi
pengendapan, partikel-partikel yang telah mengkristal dapat bertambah besar ukurannya,
memperparah kerusakan dan menimbulkan gejala klinis pada hewan tersebut (Men dan
Arjentina, 2018).
Komposisi batu diperoleh kesan bahwa batu kalsium oksalat merupakan jenis batu
yang paling banyak dijumpai. Diduga dua proses yang terlibat dalam BSK (Batu Saluran
Kemih) yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun
batu terdapat dalam jumlah besar dalam urin, yaitu ketika volume urin dan kimia urin yang
menekan pembentukan batu menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat
dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi)
di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini di namakan nukleasi heterogen. Batu
saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam
urat, magnesium amonium fosfat (MAP), Xanthin dan sistin. BSK mempunyai komponen
dasar kalsium sekitar 75% berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran oksalat dan
fosfat (Ratu dkk, 2006).
Penyebab terjadinya urolithiasis secara teoritis dapat terjadi atau terbentuk diseluruh
salurah kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin
(statis urin) antara lain yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan
pada pelvikalis (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi intravesiko kronik, seperti
Benign Prostate Hyperplasia (BPH), struktur dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-
keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Menurut Grace & Barley (2006) Teori dalam pembentukan batu saluran kemih adalah
sebagai berikut :

1. Teori Nukleasi
Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal dari inti batu yang
membentuk kristal atau benda asing.

2. Teori Matriks Batu


Matriks akan merangsang pembentukan batu karena memacu penempelan
partikel pada matriks tersebut.

3. Teori Inhibisi yang Berkurang


Batu saluran kemih terjadi akibat tidak adanya atau berkurangnya faktor
inhibitor (penghambat) yang secara alamiah terdapat dalam sistem urinaria dan
berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta salah satunya adalah mencegah
terbentuknya endapan batu.
Urolithiasis dapat menimbulkan berbagi gejala tergantung pada letak batu, tingkat
infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran kemih.

1. Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kolik dan non
kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi batu pada saluran kemih sehingga
terjadi resistensi dan iritabilitas pada jaringan sekitar sedangkan Nyeri non kolik
terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada
ginjal.
2. Sulit untuk urinasi, aliran urin tidak lancar
3. Lemah, letih, dan lesu
4. Kehilangan selera makan
5. Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter) sering mengalami
desakan berkemih, tetapi hanya sedikit urin yang keluar. Keadaan ini akan
menimbulkan gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga urin yang dikeluarkan
bercampur dengan darah (hematuria)
6. Mual dan muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidak nyamanan pada
pasien karena nyeri yang sangat hebat sehingga pasien mengalami stress yang tinggi
dan memacu sekresi HCl pada lambung .
7. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat lain. Tanda
demam yang disertai dengan hipotensi, palpitasi, vasodilatasi pembuluh darah di kulit
merupakan tanda terjadinya urosepsis.
8. Distensi vesika urinaria
Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika urinaria akan
menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika. Oleh karena itu, akan teraba
bendungan (distensi) pada waktu dilakukan palpasi pada regio vesika urninaria.

Diagnosis penyakit urolithiasis dapat diperoleh melalui :

1. Anamnesa,
2. Pemeriksaan fisik,
3. Gejala klinis,
4. Urinalisis dengan evaluasi sedimen,
5. Urolith analisis,
6. Pemeriksaan USG
7. Radiografi abdomen.

Kalsium oksalat pada vesica urinaria anjing

Fosfat magnesium amonium pada vesica urinaria anjing

Urolithiasis dapat dilakukan terapi :

1. Tanpa pembedahan
Terapi urolithiasis tanpa pembedahan dapat dilakukan dengan pemberian obat-
obatan yang dapat merelaksasikan muskulus, yaitu :
• pemberian suntikan penenang untuk memudahkan pengeluaran urin
• evakuasi urin menggunakan kateter propylene dengan berbagai ukuran sesuai
dengan besar ukuran hewan
• pemberian obat kolinergik seperti bethanechol untuk mengencangkan otot-otot
vesika urinaria yang mengendur
• pemberian antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder
• analgesik fenazopiridin untuk mengurangi rasa nyeri pada hewan

2. Pembedahan
a. Cystotomy
Operasi ini dilakukan dengan membuka abdomen bagian ventral kemudian
menbuka vesica urinaria . Batu atau kristal diambil dari dalam kandung kemih
kemudian vesica urinaria dijahit kembali.
b. Urethrotomy
Operasi ini dilakukan apabila batu atau kristal tidak berhasil dimasukkan ke
dalam vesica urinaria menggunakan kateter. Keberadaan batu atau kristal dapat
dideteksi dengan menggunakan sonde yang panjang atau kateter. Setelah batu atau
kristal diketahui posisinya, maka dilakukan sayatan pada uretra kemudian batu
atau krisral tersebut dikeluarkan. Selanjutnya, kateter dimasukkan sampai kedalam
vesica urinaria, lalu sayatan dijahit.
DAFTAR PUSTAKA

Fikriani, H. Dan Yoga W. W. 2018.Review artikel alternatif pengobatan batu ginjal dengan
seledri. Farmaka Suplemen. 16 (2) : 531-539.
Madyastuti, R., Setyo W., Letje W., dan Eva H. 2015. Infusum daun alpukat sebagai inhibitor
kristalisasi kalsium oksalat pada ginjal. Jurnal Veteriner. 16 (4) : 525-532.
Ratu, G., A. Badji, dan Hardjoeno. 2006. Profil analisis batu saluran kemih di laboratorium
patologi klinik. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory. 12 (2) : 114-117.
Utama, I. H., Sri K. W., I G. M K. E., dan Ekklesia P. 2018. Urolithiasis oksalat monohidrat
pada kucing lokal. ARSHI Veterinary Letters. 2 (2) : 21-22.

Anda mungkin juga menyukai