Oleh:
Kelompok V
Farhan Dwitama
2114241024
Kelompok : V ( Lima)
Npm : 2114241024
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian
Mengetahui,
Asisten Dosen
Isnaini Nurvianti
Npm: 1914141011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Ta’ala. yang telah memberikan
banyak nikmat, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga proses
pembuatan laporan praktikum yang berjudul “Kualitas Eksternal dan Internal
Telur” ini dapat penulis laksanakan dengan baik.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN-------------------------------------------------- ii
DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------- iv
DAFTAR TABEL------------------------------------------------------------- v
DAFTAR GAMBAR---------------------------------------------------------- vi
I. PENDAHULUAN
3.2 Pembahasan---------------------------------------------------------- 5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
Telur merupakan salah satu hasil ternak yang dihasilkan oleh unggas. Telur
memiliki struktur bagian luar berupa kerabang dan selaput kerabang. Struktur ini
berpera melindungi telur dari tekanan fisik luar. Telur adalah salah satu sumber
protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicernah dan bernilai gizi
tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harga relatif murah. Telur dapat
dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur,
obat, dan lain sebagainya.
Telur adalah bahan makanan yang sempurna, mengandung berbagai zat yang
penting bagi pertumbuhan makhluk hidup. Bahan makanan ini bernilai gizi tinggi
karena mempunyai kandungan asam amino yang lengkap. Namun demikian, telur
mudah mengalami kerusakan baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologi.
Masa simpan telur pada penyimpanan suhu ruang adalah 10 – 14 hari
(Amrullah, 2003). Penurunan mutu telur ini dapat diantisipasi dengan melakukan
suatu tindakan pengawetan. Pengawetan telur pada dasarnya adalah untuk
mencegah penguapan air dan CO2 dari isi telur melalui pori-pori kulit telur, serta
mencegah berkembangnya mikroorganisme dalam telur. Perubahan sifat telur
utuh dapat dibedakan atas dua macam yaitu perubahan luar dan perubahan dalam (
Sirait, 2001).
Kualitas merupakan ciri-ciri dari suatu produk yang menentukan derajat
kesempurnaan yang akan mempengaruhi penerimaan konsumen. Komposisi fisik
dan kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya bangasa ayam,
umur, musim, penyakit dan lingkungan, pakan yang diberikan serta sistem
pemeliharaan.
Kualitas telur dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu kualitas internal
dan eksternal. Kualitas eksternal difokuskan pada kebersihan kulit, tekstur,
bentuk, warna kulit, tekstur permukaan, kulit, dan keutuhan telur. Kualitas
internal mengacu pada putih telur (albumen) kebersihan dan viskositas, ukuran sel
udara, bentuk kuning telur dan kekuatan kuning telur. Penurunan kualitas interior
dapat diketahui dengan menimbang bobot telur atau meneropong ruang udara (air
cell) dan dapat juga dengan memecah telur untuk diperiksa kondisi kuning telur,
putih telur kekentalan putih telur, warna kuning telur, posisi kuning telur, haugh
unit (HU) dan ada tidaknya noda-noda bintik darah.
1.2 Tujuan Praktikum
METODE PRAKTIKUM
Peralatan yang digunakan pada saat praktikum yaitu timbangan analitik, jangka
sorong, piring, pemisah kuning telur, gelas. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu telur normal dan telur abnormal.
Adapun cara kerja yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
3. Memecah telur dan memisahkan bagian yolk dan albumen telur. Kemudian
menimbang bobot kerabang tanpa membrane
Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber
protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan begizi tinggi.
Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya relatif murah. Dalam
perkembangannya, telah banyak dilakukan teknik pengolahan telur untuk
meningkatkan daya tahan serta kesukaan konsumen. Telur adalah bahan makanan
yang sempurna, mengandung berbagai zat yang penting bagi pertumbuhan
makhluk hidup. Bahan makanan ini bernilai gizi tinggi karena mempunyai
kandungan asam amino yang lengkap. Namun demikian, telur mudah mengalami
kerusakan baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologi. Masa simpan telur pada
penyimpanan suhu ruang adalah 10 – 14 hari (Sirait, 2001).
Perubahan sifat telur utuh dapat dibedakan atas dua macam yaitu
perubahan luar dan perubahan dalam (Sarwono, et al, 2001). Maka dengan ini kita
harus mengetahui kualitas telur. Kualitas telur telah didefinisikan sebagai sifat
dari setiap makanan yang diberikan yang memiliki pengaruh pada penerimaan
atau penolakan terhadap makanan ini oleh konsumen.
Pada praktikum kali ini telur yang di amati adalah telur normal, sehingga
di dapatkan hasil praktikum yaitu berat telur adalah 65 gram; volume telur 59,
345; berat kerabang dan membran 6 gram; berat kerabang tanpa membran 5 gram;
tinggi albumen kental 0,3 cm; diameter terpanjang albumen kental (mm) 10,5 cm;
diameter terpendek albumen kental (mm) 9,5 cm; indeks albumen 3%; HU 0,54;
skor warna yolk 7; tinggi yolk 0,5 cm; diameter yolk 4,5 cm; berat yolk 17 gram;
berat albumen 35 gram; nilai pH albumen 10. 176 dan terakhir yaitu nilai pH yolk
6.488. berat telur dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk genetik, tahap
kedewasaan, umur, obat dan zat makanan dalam pakan terutama asam amino dan
asam linoleat, dan kandungan asam lemak linoleat dan metionin.
Penurunan kualitas interir dapat diketahui dengan menimbang bobot telur atau
meneropong ruang udar air cell dan dapat juga dengan memecah telur untuk
diperiksa kondisi kuning telur, putih telur kekentalan putih telur, warna kuning
telur, posisi kuning telur, haugh unit (HU) dan ada tidaknya noda-noda bintik
darah. Komposisi fisik dan kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya bangsa ayam, umur, musim, penyakit dan lingkungan,pakan yang
diberikan serta sistem pemeliharaan. Kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan
sangat menentukan terhadap produksi dan kualitas telur baik secara fisik/eksternal
maupun secara kimiawi/internal. Produksi dan kualitas telur akan tercapai secara
maksimal apabila kualitas pakan yang diberikan mencukupi sesuai air umur dan
tatalaksana pemeliharaan, dan akan tercapai secara efisien apabila tersedia pakan
murah dengan kandungan nutrien yang dapat memenuhi kebutuhan ayam.
Telur yang segar memiliki putih telur yang kental yang berarti tebal, bila
diukur setelah telur tersebut dipecahkan. Ada empat jenis putih telur. cell
membrane. Bagian luar berwarna putih tipis adalah lapisan dengan sedikit cairan
sebelah selaput membran. albumen. Bagian luar berwarna putih tebal adalah gel
yang membentuk pusat albumen. yolk. Bagian dalam berwarna putih tipis adalah
lapisan cairan terletak di sebelah kuning telur. Membran yolk.Bagian putih tebal
(lapisan chalaziferous) berbentuk padat berupa kapsul fibrosa albumen yang
terletak sekitar membran kuning telur. Kapsul fibrosa mempunyai serat yang
mengikat pada setiap ujung di chalazae, yang berputar dalam arah yang
berlawanan dan berfungsi untuk menjaga kuning telur tetap terpusat.. Selama
penyimpanan yang lama, serat kapsul fibrosa menjadi lebih tipis dan albumen
menebal yang memungkinkan gerakan kuning telur tidak terpusat lagi ( Winarno
et al, 2002).
Kualitas telur dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu kualitas internal
dan eksternal. Kualitas eksternal difokuskan pada kebersihan kulit, tekstur,
bentuk, warna kulit, tekstur permukaan, kulit, dan keutuhan telur. Kualitas
internal mengacu pada putih telur (albumen) kebersihan dan viskositas, ukuran sel
udara, bentuk kuning telur dan kekuatan kuning telur. Penurunan kualitas interior
dapat diketahui dengan menimbang bobot telur atau meneropong ruang udara (air
cell) dan dapat juga dengan memecah telur untuk diperiksa kondisi kuning telur,
putih telur kekentalan putih telur, warna kuning telur, posisi kuning telur, haugh
unit (HU) dan ada tidaknya noda-noda bintik darah.
Ketidak seragaman ukuran telur adalah dimana telur yang dia hasilkan
oleh sekelompok unggas dalam satu kandang mempunyai ukuran yang berbeda-
beda. Ada banyak faktor yang bisa menjadi penyebab, terdiri dari faktor infeksius
(penyakit) dan non infeksius (mutu bibit, kecukupan nutrisi, kondisi lingkungan
dan manajemen pemeliharaan). Penyakit menyebabkan berbagai disfungsi organ,
baik itu oragan pencernaan, pernafasan, syaraf maupun organ reproduksi yang
secara langsung berhubungan dengan produksi telur. Kualitas ransum yang buruk,
nutrisinya kurang atau tidak seimbang serta ransum yang mengandung zat
racun/anti nutrisi dapat menyebabkan penurunan produksi telur. Demikian halnya
dengan kecukupan air minum. Ayam petelur yang tidak mengkonsumsi air minum
hanya selama beberapa jam, akan berhenti berproduksi telur sampai berminggu-
minggu.
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, 2003. Meningkatkan Skor Kuning Telur. Staf Peneliti BPTP
Kalimantan Selatan.
Sudaryani, . 2000. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono. B., B.A. Murtidjo dan A . Daryanto . 2001 . Telur Pengawetan dan
Manfaatnya. Seri Industri Kecil. Cetakan I. Penebar Swadaya,
Jakarta.