DOMBA
( Makalah Fisiologi dan Reproduksi Ternak)
Oleh:
Kelompok 9
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesakan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga penulis mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Reproduksi pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks dan dapat
terganggu pada berbagai stadium sebelum dan sesudah permulaan siklus reproduksi.
Siklus ini dimulai dengan pubertas atau dewasa kelamin yang ditandai dengan
berfungsinya organ-organ kelamin betina. Kemudian musim kawin yang ditandai
dengan siklus birahi, kopulasi, adanya kelahiran setelah kebuntingan dan anak disapih.
Maka ternak betina akan kembali ke masa siklus birahi dan seterusnya.
Siklus birahi ternak betina terbagi menjadi 4 fase (Partodiharjo, 1980) yaitu:
1. Proestrus ditandai dengan pertumbuhan folikel tersier menjadi folikel de graff.
Kelenjar endometrium memanjang, serviks mulai merelaks dan lumen serviks mulai
memproduksi lendir;
2. Estrus ditandai dengan adanya kopulasi, ovum telah masak dan dinding folikel
menjadi tipis serta terjadi ovulasi (pecahnya dinding folikel dan keluarnya ovum
dari folikel);
3. Metestrus ditandai dengan pembentukan corpus hemorragicum di tempat folikel de
graff, kelenjar kental disekeresikan oleh serviks untuk menutup lubang serviks;
4. Diestrus ditandai dengan kebuntingan dan adanya sel-sel kuning (luteum) di bawah
lapisan hemoragik.
Pengamatan birahi dilakukan pada setiap ekor induk sapi. Pengamatan
dapat dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore hari dengan melihat
gejala birahi secara langsung. Birahi berlangsung sekitar 18 jam dengan siklus rata-
rata 21 hari. Pengamatan birahi merupakan faktor yang paling penting, karena jika
gejala birahi telah terlihat maka waktu perkawinan yang tepat dapat ditentukan.
Waktu yang paling tepat untuk mengawinkan ternak adalah sembilan jam sejak
ternak menujukan tanda birahi.
Birahi pertama terjadi saat ternak mengalami dewasa kelamin. Dewasa kelamin
atau pubertas adalah periode dalam kehidupan mahkluk hidup jantan atau betina
dimana proses-proses reproduksi mulai terjadi, yang ditandai oleh kemampuan
untuk pertama kalinya memproduksi benih (Partodiharjo, 1980). Biasanya dewasa
kelamin terjadi lebih dahulu sebelum dewasa tubuh. Periode daur birahi bervariasi
antara berbagai jenis hewan, sedangkan pada sapi antara 18-24 hari. Hewan yang
tidak dalam masa birahi akan menolak untuk kawin. Pada hewan yang tidak bunting,
periode birahinya dimulai sejak dari permulaan birahi sampai ke permulaan periode
selanjutnya (Akoso, 1996).
2.7 pH Semen
Sperma dapat tahan lama dan aktif pada pH sekitar 6 sampai 7 (Salmah, 2014).
Derajat keasaman atau, pH sangat mempengaruhi daya hidup sperma, pH semen yang
normal yaitu 6,2 - 7 serta pH berkorelasi dengan konsentrasi, bila konsentrasi tinggi
maka pH yang dihasilkan akan sedikit asam (Dethan et al., 2010). Normal atau tidaknya
pH semen ditentukan oleh keseimbangan kation dan anion dalam kelenjar asesoris (Elya
et al., 2010). Nilai pH semen cenderung terjadi penurunan ke netral sampai cenderung
asam seiring terjadinya peningkatan frekuensi ejakulasi (Tambing et al., 2003).
Masa birahi domba akan berlangsung selama 30—40 jam atau 1—2 hari. Domba betina
akan mengovulasikan telur pada akhir masa birahi. Oleh karena itu, waktu yang tepat
untuk mengawinkan domba adalah saat hari kedua domba birahi. Agar hasil perkawinan
lebih meyakinkan, domba jantan harus dimasukkan ke kandang betina minimal tiga kali
siklus birahi atau selama tujuh minggu berturut-turut.
BAB III.
KESIMPULAN
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Ed. Ke-3. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Nurfitriani, I. and R. Setiawan. 2015. Karakteristik vulva dan sitologi sitologi sel mucus dari
vagina fase estrus pada domba lokal. Student e-Journal 4(3): 1–10.
Herdis. 2011. Respon estrus domba garut betina pada perlakuan laserpuntur dengan fase
reproduksi yang berbeda. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 13(11): 171–76.