Anda di halaman 1dari 132

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN BISNIS DOMBA

(Studi Kasus Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir


Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

RAHMAD WAHYUDIN SIREGAR


H34096082

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

i
RINGKASAN

RAHMAD WAHYUDIN SIREGAR. Analisis Kelayakan Pengembangan


Bisnis Domba (Studi Kasus : Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande
Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen
Agribisnis Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (Di bawah
Bimbingan NARNI FARMAYANTI)

Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumberdaya alam yang


melimpah, terutama dari sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah peternakan, karena berbagai
lapisan masyarakat Indonesia sangat membutuhkan pangan hewani guna
mendapatkan generasi bangsa yang sehat dan cerdas. Subsektor peternakan juga
memberikan sumbangan besar terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB) sektor pertanian Subsektor peternakan berkontribusi positif terhadap
perkembangan PDB dengan kontribusi rata-rata sebesar 12,6 persen.
Pengembangan subsektor peternakan mempunyai peranan sangat penting
dalam pembangunan perekonomian nasional. Hal ini tercermin dalam misi
pembangunan peternakan, antara lain menciptakan peluang ekonomi untuk
meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja dan
melestarikan serta memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan.
Jawa Barat adalah salah satu provinsi yang memiliki subsektor unggulan
dalam bidang agribisnis yaitu subsektor peternakan. Dilihat dari sisi potensi,
usaha peternakan sudah menjadi kebiasaan masyarakat pedesaan di Jawa Barat
sebagai usaha sambilan ataupun sebagai usaha pokok keluarganya dan sekaligus
dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan yang memiliki nilai ekonomi baik
bagi pembangunan wilayah maupun bagi petani di Jawa Barat. Selain itu,
pengembangan di subsektor peternakan memberikan kontribusi pada penyerapan
jumlah tenaga kerja dan sebagai penghasil sumber pangan protein dalam rangka
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Peternakan Domba Tawakkal adalah salah satu peternakan yang berada di
Desa Cimande Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Usaha Ternak domba ini dimulai
pada tahun 1993 oleh Bapak Bunyamin. Peternakan Domba Tawakkal memiliki
lima kandang domba dengan total populasi yang mencapai 1200 ekor. Konsumen
domba Pak Bunyamin ini antara lain rumah makan yang berada di daerah Ciawi
hingga daerah Puncak dan juga para pembeli yang datang langsung untuk
membeli domba. Permintaan domba sebanyak 15 ekor per hari tidak dapat
dipenuhi oleh Peternakan Domba Tawakkal dan yang dapat dipenuhi hanya
sebanyak dua ekor. Adanya gap antara supply dan demand memberikan peluang
pengembangan bisnis untuk Peternakan Domba Tawakkal. Pada tahun ini
Peternakan Domba Tawakkal akan melakukan pengembangan bisnis dengan
menambah tiga kandang untuk menambah kapasitas kadang. Berdasarkan uraian
tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengkaji kelayakan
pengembangan bisnis pembibitan dan penggemukan domba Peternakan Domba
Tawakkal dari aspek finansial. 2) Mengkaji kelayakan pengembangan bisnis
pembibitan dan penggemukan domba Peternakan Domba Tawakkal dari aspek

ii
finansial. 3) Menganalisis nilai pengganti (switching value) pada pengembangan
bisnis pembibitan dan penggemukan domba terhadap kelayakan usaha.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2012.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Pada aspek non finansial, yang dikaji antara lain aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen aspek hukum dan aspek sosial dan lingkungan. Untuk mengetahui
tingkat kelayakan investasi maka dilakukan analisis finansial yang meliputi
analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback
Period (PBP) dan analisis Switching Value yang diolah dengan menggunakan
program computer Microsoft Excel.
Secara keseluruhan, analisis aspek non finansial pengembangan bisnis
layak untuk dijalankan kecuali pada aspek hukum. Pada aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan masih mendukung karena baik
dari internal ataupun eksternal peternakan masih mempunyai prospek untuk
dilakukannya pengembangan. Dari aspek hukum Peternakan Domba Tawakkal
disarankan untuk mengurus izin dari Dinas Peternakan Kabupaten agar
Peternakan Domba Tawakkal mempunyai badan hukum yang sah.
Secara finansial usaha peningkatan kapasitas produksi Peternakan Domba
Tawakkal layak untuk dilaksanakan. Mengingat kriteria kelayakan yang dianalisis
menghasilkan nilai-nilai yang layak. Net Present Value yang didapatkan sebesar
Rp 1.754.996.948,00 Net Benefit Cost Ratio sebesar 1,85, Internal Rate of Return
sebesar 20,12 persen dan Payback Period selama 6,18 tahun (Enam tahun dua
bulan). Analisis switching value yang dilakukan terhadap skenario pengembangan
bisnis didapatkan penurunan harga jual domba jantan sebesar 20,9212438305787
persen atau peningkatan harga pakan hijauan sebesar 134,36011490054 persen
mengakibatkan bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Hal ini menunjukkan
bahwa penurunan harga domba jantan lebih berpengaruh terhadap proses bisnis
yang dijalankan daripada peningkatan harga pakan hijauan. Persentase perubahan
harga domba jantan harus menjadi perhatian serius bagi Peternakan Domba
Tawakkal agar tidak terjadi kerugian yang besar apabila fenomena yang terjadi
dalam kenyataanya melewati batas-batas yang dapat ditolerir.

iii
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN BISNIS DOMBA
(Studi Kasus Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir
Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor)

RAHMAD WAHYUDIN SIREGAR


H34096082

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

iv
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Bisnis Domba (Studi
Kasus : Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir,
Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor)
Nama : Rahmad Wahyudin Siregar

NIM : H34096082

Menyetujui,
Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, MSc


NIP. 19630228 199003 2 001

Mengetahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir.Nunung Kusnadi, MS


NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

v
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis
Kelayakan Pengembangan Bisnis Domba (Studi Kasus : Peternakan Domba
Tawakkal Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor) adalah
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2012

Rahmad Wahyudin Siregar


H34096082

vi
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Padang Sidimpuan, Sumatra Utara pada tanggal 29 Juli


1987. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara yang berasal dari
pernikahan Bapak Soaloon Siregar dan Ibu Emmi Mariati Hasibuan.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri No.142442 Padang
Sidimpuan pada tahun 2000 serta melanjutkan pendidikan menengah pertama di
MTsS Nurul Hakim Tembung - Medan yang selesai pada tahun 2003. Pendidikan
lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di MAN 2 Padang
Sidimpuan.
Pada tahun 2006 penulis melanjutkan ke perguruan tinggi melalui jalur
PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) pada Program Diploma Jurusan
Budidaya Tanaman Perkebunan Universitas Andalas dan lulus pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 penulis melanjutkan ke tingkat Sarjana melalui Program
Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Analisis Kelayakan Pengembangan Bisnis Domba (Studi Kasus : Peternakan
Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor).
Sholawat serta Salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengembangan
bisnis domba yang dilaksanakan oleh Peternakan Domba Tawakkal. Penelitian ini
bertujuan membahas tentang kelayakan pengembangan bisnis berdasarkan aspek
non finansial dan aspek finansial dari usaha.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak
pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan yang
dihadapi selama berlangsungnya penelitian, namun penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat.

Bogor, April 2012


Rahmad Wahyudin Siregar

viii
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bentuan berbagai
pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Ir. Narni Farmayanti,MSc selaku dosen pembimbing skripsi, atas bimbingan,
arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
menyusun skripsi ini.
2. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen evaluator pada saat penulis
melakukan kolokium, yang telah memberikan ide, saran dan kritikan yang
berguna dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis
yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
4. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen penguji departemen pada sidang penulis
yang telah memberikan saran dan kritikan yang berguna dalam
penyempurnaan skripsi ini.
5. Pihak Peternakan Domba Tawakkal, Drs H. Bunyamin, kepala kandang dan
para karyawan untuk kesempatan, waktu dan dukungan serta kesabaran dalam
memberikan informasi dan ilmu selama penelitian di Peternakan Domba
Tawakkal .
6. Orangtuaku tercinta (Keluarga besar Soaloon Siregar) saudara saudariku
Akmal, Zainal, Tari dan Fadilah yang telah membesarkanku terima kasih atas
perhatian, arahan, kasih sayang yang tulus, dukungan, semangat, motivasi dan
do`anya serta materi yang telah diberikan selama ini.
7. Keluarga besar Sutan Habiaran Siregar dan Keluarga besar H.K Hasibuan,
Uda, Nanguda, Bou, Amang Boru, Uak, Bujing serta Semua adik-adik yang
selalu mendoakan kesuksesan bagi penulis.
8. Vera Clarasita yang telah menjadi pembahas pada seminar hasil, terima kasih
atas masukan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

ix
9. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis atas kesediaan memberikan
ilmu selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi.
10. Saudaraku Iman Idol Nugraha, Mangbru Iqbal Z Nasty, Mangbru Hendra
Sakti Nasty, Kahang Lintar Siagian atas waktu, bantuan, motifasi dan
semangat yang tiada henti-hentinya bagi penulis serta keceriaan, kekonyolan
dan kebersamaan yang akan kita rindukan nanti .
11. Bang Agus Tanggonat Nasution, Bang Oky Pratama, Ci Gu Hasrul, Bang
Juned Rangkuti, Bang Rasyid Siregar, Bang Hot Rudy Harahap, Bang Amli
Harahap, Ozy Pulungan dan Ihsan Lubis atas semangat dan motivasi yang tak
pernah pudar ditelan waktu [serta lawakan yang selalu menyegarkan bagi
penulis. Pasang Trus Bulung Botik Siunggam Simangittir Kita Tu ]
12. Teman-teman seperjuangan di ekstensi agribisnis yang telah memberikan
bantuan berupa masukan, ide dan juga semangat bagi penulis.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuannya.

Bogor, April 2012

Rahmad Wahyudin Siregar

x
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah.............................................................................. 10
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................. 12
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................ 13
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 14
2.1. Perkembangan Domba di Indonesia..................................................... 14
2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya ................................................................ 16
III KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 20
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................... 20
3.2. Studi Kelayakan Bisnis ........................................................................ 20
3.3. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis.................................................. 21
3.4. Teori Biaya dan Manfaat ...................................................................... 23
3.5. Analisis Kelayakan Investasi ............................................................... 24
3.6. Analisis Finansial ................................................................................. 25
3.7. Analisis Sensitivitas ............................................................................. 26
3.8. Arus Kas (Cash Flow) .......................................................................... 26
3.9. Kerangka Pemikiran Operasional......................................................... 27
IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 29
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 29
4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 29
4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data................................................. 29
4.4. Analisis Non Finansial ......................................................................... 30
4.5. Analisis Aspek Finansial ...................................................................... 31
4.5.1. Net Present Value (NPV) ........................................................... 31
4.5.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B-C Ratio) ..................................... 32
4.5.3. Internal Rate of Return (IRR) .................................................... 33
4.5.4. Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period) ................... 33
4.5.5. Analisis Sensitivitas ................................................................... 33
4.6. Konsep pengukuran dan asumsi-asumsi dalam Cash flow................... 34
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................................... 36
5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis............................................................. 36
5.2. Gambaran Umum Peternakan .............................................................. 36
5.3. Deskripsi Kegiatan Usaha .................................................................... 37
5.4. Seleksi Domba Bakalan ....................................................................... 38
5.5. Pemeliharaan Domba Bunting dan Induk Melahirkan ......................... 39

xi
VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA ......................................................... 44
6.1. Analisis Aspek Non Finansial .............................................................. 44
6.1.1. Aspek Pasar ................................................................................ 44
6.1.2. Aspek Teknis .............................................................................. 47
6.1.3. Aspek Manajemen ...................................................................... 56
6.1.4. Aspek Hukum ............................................................................ 60
6.1.5. Aspek Sosial dan Lingkungan ................................................... 61
6.2. Analisis Finansial ................................................................................ 62
6.2.1. Analisis Kelayakan Finansial dengan Kondisi Tanpa
Pengambangan ............................................................................ 63
6.2.2. Analisis Finansial Dengan Pengembangan Bisnis ..................... 71
6.3. Analisis Switching Value Peternakan Domba Tawakkal ..................... 78
6.4. Perhitungan Incremental Net Benefit ................................................... 79
VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 83
7.1. Kesimpulan.......................................................................................... 83
7.2. Saran .................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84
LAMPIRAN ...................................................................................................... 87

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produk Domestik Bruto Subsektor Pertanian Atas Dasar Harga


Konstan (Miliar Rupiah) 2004-2009 ........................................................ 1
2. Perkembangan Nilai Impor Komoditi Peternakan Indonesia
Juli 2009 (US$ 000) .................................................................................. 2
3. Rata-rata Konsumsi Protein (kg/kapita) Nasional Menurut Kelompok
Makanan 2006- 2010 ................................................................................. 2
4. Konsumsi Daging per Kapita di Daerah Asia Tenggara
pada Tahun 1995 2005 ............................................................................. 4
5. Sasaran Produksi Peternakan Nasional 2010-2014 (000 Ton) .................. 5
6. Populasi Ternak Ruminansia di Indonesia
Tahun 2007-2010 (000 ekor)..................................................................... 5
7. Perbedaan Fisik Antara Kambing dan Domba .......................................... 7
8. Informasi Nutrisi Dalam 100 gr Penyajian Daging Domba ...................... 7
9. Sasaran Produksi Daging Domba 2010-2014 Untuk Beberapa Provinsi
di Indonesia ............................................................................................... 9
10. Daftar Usaha Peternak Kambing dan Domba di Kabupaten Bogor
Tahun 2009 ................................................................................................ 11
11. Data Populasi dan Pemotongan Domba di Kabupaten Bogor
Tahun 2010 ................................................................................................ 45
12. Ukuran kandang yang terdapat di Peternakan Domba Tawakkal ............. 52
13. Tingkat Pendidikan Karyawan Peternakan Domba Tawakkal .................. 60
14. Biaya Investasi Pada Kondisi Tanpa Pengembangan
di Peternakan Domba Tawakkal ............................................................... 64
15. Umur Ekonomis dari Investasi pada Kondisi Tanpa Pengembangan
di Peternakan Peternakan Domba Tawakkal ............................................ 65
16. Biaya Tetap pada Peternakan Domba Tawakkal
(Tanpa Pengembangan Bisnis) .................................................................. 66
17. Biaya Variabel Yang Dibutuhkan (Kondisi Tanpa Pengembangan)......... 67
18. Penerimaan Penjualan Domba pada Kondisi Tanpa pengembangan
di Peternakan Domba Tawakkal (Rp) ....................................................... 69
19. Nilai Sisa Investasi pada Peternakan Domba Tawakkal ........................... 71
20. Biaya Investasi yang Dibutuhkan pada
Peternakan Domba Tawakkal dengan Pengembangan Bisnis................... 72
21. Biaya Tetap pada Peternakan Domba Tawakkal dengan
Pengembangan Bisnis .............................................................................. 73

xiii
22. Biaya Variabel pada Peternakan Domba Tawakkal dengan
Pengembangan Bisnis ............................................................................... 74
23. Penerimaan Penjualan dari Output Domba pada
Peternakan Domba Tawakkal dengan Pengembangan Bisnis................... 74
24. Nilai Sisa yang Diterima pada Peternakan Domba Tawakkal
dengan Pengembangan Bisnis. .................................................................. 75
25. Analisis Laba rugi pada Peternakan Domba Tawakkal dengan
Kondisi Tanpa Pengembangan Bisnis ....................................................... 76
26. Analisis Laba Rugi pada Peternakan Domba Tawakkal dengan
Kondisi dengan Pengembangan Bisnis ..................................................... 77
27. Kriteria Investasi dengan Kondisi Sebelum dan
Setelah Pengembangan Bisnis ................................................................... 77
28. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Domba Tawakkal
pada Kondisi Setelah Pengembangan........................................................ 79
29. Laba bersih yang didapatkan selam umur usaha
(Incremental Net Benefit) .......................................................................... 81
30. Perhitungan Kriteria Investasi (Incremental Net Benefit) ......................... 81

xiv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Info Harga Beberapa Jenis Daging Rp/Kg di Jawa Barat


Tahun 2007-2011 ...................................................................................... 3
2. Kerangka Pemikiran Operasional Kelayakan Pengembangan Bisnis
Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir
Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor .................................................... 28
3. Mobil Angkut dan Fasilitas Jalan Menuju
Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012 ............................................... 50
4. Tiang Utama Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal
Tahun 2012 ................................................................................................ 53
5. Dinding Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal
Tahun 2012 ................................................................................................ 54
6. Lantai Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal
Tahun 2012 ................................................................................................ 54
7. Pakan Untuk Rumput dan Tempat Pakan Untuk Ampas Tahu
di Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012 ........................................... 55
8. Tangga Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal
Tahun 2012 ................................................................................................ 56
9. Struktur Organisasi pada Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012 ....... 58

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman

1. Populasi Ternak Kecil Kabupaten Bogor Tahun 2009 .............................. 88


2. Perhitungan Proses Perkawinan, Kelahiran dan Penjualan Domba
pada Peternakan Domba Tawakkal dengan Pengembangan Bisnis .......... 89
3. Pola Perencanaan Pembibitan dan Penggemukan Domba
di Peternakan Domba Tawakkal ............................................................... 95
4. Lay Out Peternakan Domba Tawakkal dan Model Kandang di
Peternakan Domba Tawakkal.................................................................... 97
5. Rincian Biaya Investasi Tanpa Pengembangan Bisnis pada
Peternakan Domba Tawakkal.................................................................... 98
6. Biaya Variabel dan Biaya Tetap pada Peternakan Domba Tawakkal
dengan Skenario Tanpa Pengembangan Bisnis ........................................ 99
7. Rincian Biaya Investasi dengan Skenario Pengembangan Bisnis
pada Peternakan Domba Tawakkal ........................................................... 100
8. Biaya Variabel dan Biaya Tetap pada Peternakan Domba Tawakkal
dengan Pengembangan Bisnis ................................................................... 101
9. Proyeksi Rugi-Laba Peternakan Domba Tawakkal Skenario I
(Tanpa Pengembangan Bisnis) .................................................................. 102
10. Analisis Cash Flow Skenario I (Tanpa Pengembangan Bisnis) ................ 103
11. Proyeksi Rugi-Laba Peternakan Domba Tawakkal Skenario II
(Dengan Pengembangan Bisnis) ............................................................... 105
12. Analisis Cash Flow Skenario II (Dengan Pengembangan Bisnis) ............ 106
13. Switching Value (Dengan Pengembangan Bisnis) Penurunan
Harga Jual Domba Jantan Sebesar 20,9212438305787 % ........................ 108
14. Switching Value (Dengan Pengembangan Bisnis) Kenaikan
Biaya Pakan Hijauan Sebesar 134,36011490054 % ............................... 110
15. Cash Flow Peternakan Domba Tawakkal dengan
Skenario Pengembangan Bisnis (Incremental Net Benefit) ...................... 112
16. Kegiatan Operasional di Peternakan Domba Tawakkal ............................ 113

xvi
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumberdaya alam yang
melimpah, terutama dari sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah peternakan, karena berbagai
lapisan masyarakat Indonesia sangat membutuhkan pangan hewani guna
mendapatkan generasi bangsa yang sehat dan cerdas. Sektor peternakan juga
memberikan sumbangan besar terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB) dalam sektor pertanian. Tabel 1 menunjukkan subsektor peternakan
berkontribusi positif terhadap pergembangan PDB dengan kontribusi rata-rata
sebesar 12,6 persen.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Subsektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan
(Miliar Rupiah) 2004-2009
Subsektor 2004 2005 2006 2007 2008 2009*
Tanaman Bahan 122.611,7 125.801,8 129.548,6 133.888,5 141.800,2 148.691,6
Makanan
Perikanan 37.056,8 38.745,6 41.419,1 43.652,8 45.752,6 48.253,2
Tanaman 39.548,0 39.810,9 41.318,0 43.135,6 44.792,6 45.887,1
Perkebunan
Peternakan 31.672,5 32.346,5 33.430,2 34.220,7 35.425,3 36.743,6
Kehutanan 17.333,18 17.176,9 16.686,9 16.503,6 16.439,6 16.793,8
Keterangan : *) Angka sementara
Sumber : Kementan RI 2011

Pembangunan subsektor peternakan sampai saat ini tetap mempunyai


peranan penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, baik untuk
meningkatkan gizi masyarakat maupun untuk memperluas lapangan kerja di
sektor pertanian. Kebutuhan daging yang tinggi di Indonesia tidak didukung
dengan pasokan daging yang besar pula. Lebih jauh lagi, pasokan daging yang
berkualitas masih didominasi oleh impor, padahal negara Indonesia berpotensi
sebagai produsen daging yang berkualitas mengingat potensi ketersediaan
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang tinggi (Sukria & Krisnan 2009).
Kebutuhan akan produk peternakan dan olahannya yang tidak terpenuhi
membuat peluang impor produksi peternakan ke Indonesia. Tabel 2 menunjukkan
rata-rata peningkatan produk impor peternakan mencapai 2,77 persen pada tahun
2009.

1
Tabel 2. Perkembangan Nilai Impor Komoditi Peternakan Indonesia Juli 2009
(US$ 000)
2008 2009 % Perubahan Jan-Juli
No Jenis Komoditi
Jan-Juli Jan-Jul 09 thd jan-Jul 08
I Ternak 211.311,69 245.109,75 15,99
II Hasil Ternak Pangan 722.850,68 714.888,85 -1,10
1 Bahan Pangan 490.634,09 512.111,24 4,38
a. Daging 142.536,20 142.797,15 0,18
b. Susu 268.000,15 298.030,65 11,21
c. Mentega 52.566,15 36.772,26 -30,05
d. Keju 23.481,45 29.575,87 25,95
e. Yoghurt 160,14 306,76 91,55
f. Telur Konsumsi 3.889,99 4.628,56 18,99
2 Bahan Selain Pangan 232.216,60 202.777,61 -12,68
Total 934.162,37 959.998,60 2,77
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan 2009

Pengembangan peternakan mempunyai peranan sangat penting dalam


pembangunan perekonomian nasional. Hal ini tercermin dalam misi pembangunan
peternakan, antara lain sebagai penyedia protein, energi, vitamin, serta mineral
untuk melengkapi hasil-hasil pertanian dan menciptakan peluang ekonomi untuk
meningkatkan pendapatan, membantu menciptakan lapangan kerja dan
melestarikan serta memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan.

Tabel 3. Rata-rata Konsumsi Protein (kg/kapita) Nasional Menurut Kelompok


Makanan 2006- 2010
Konsumsi Protein (kg/kapita)
Komoditi 2006 2007 2008 2009 2010
Padi-padian 23.33 22.43 22.75 22.06 21.76
Ikan 7.49 7.77 7.94 7.28 7.63
Telur dan susu 2.51 3.23 3.05 2.96 3.27
Daging 1.95 2.62 2.4 2.22 2.55
Minyak dan lemak 0.45 0.46 0.39 0.34 0.34
Sumber : BPS (2011)1

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa konsumsi protein nasional menurut


kelompok makanan masih rendah dan cenderung mengalami fluktuasi dengan tren
yang masih meningkat. Konsumsi protein yang rendah dikarenakan kondisi
perekonomian masyarakat yang mengakibatkan penurunan daya beli terhadap

1
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Rata-rata Konsumsi Protein (gram) per Kapita
Menurut Kelompok Makanan 2006 - 2010. http://www.bps.go.id/ [10 November 2011]

2
produk daging. Harga daging yang meningkat dari tahun ke tahun merupakan
salah satu faktor yang membuat rendahnya konsumsi daging Indonesia.

Gambar 1. Info Harga Beberapa Jenis Daging Rp/Kg di Jawa Barat Tahun 2007-
2011
Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2(diolah)

Peningkatan konsumsi masyarakat akan bahan pangan protein dan jumlah


penduduk dari tahun 2000 hingga 2010 yang mencapai 15,2 persen (BPS 2011).
Dalam kurun satu tahun peningkatan nilai impor komoditi peternakan dan
olahannya mencapai 2,77 persen. Peningkatan Impor komoditi periode Juli 2009
ini terjadi pada peningkatan impor ternak sebesar 15,99 persen. Hal ini
menggambarkan bahwa permintaan masyarakat Indonesia akan komoditi ternak
dan olahannya masih tinggi dan belum dapat dipenuhi oleh produsen dalam
negeri.
Menurut Suswono (2010) tingkat konsumsi daging masyarakat
Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan masyarakat di kawasan Asia
Tenggara. Akan tetapi, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri saja,
belum dapat dipenuhi secara mandiri (swasembada) sehingga harus impor. Untuk
memenuhi kebutuhan daging dalam negeri pemerintah masih harus impor rata-rata

2
[Disnak] Dinas Peternakan. 2011. Info Harga Bulanan.
http://www.disnak.jabarprov.go.id [15 November 2011]

3
26 persen dari kebutuhan, apalagi tingkat konsumsi daging bagi masyarakat setiap
tahunnya terus meningkat. 3

Tabel 4. Konsumsi Daging per Kapita di Daerah Asia Tenggara pada Tahun
1995 2005
Konsumsi Daging (Kg/Kapita/Tahun) Pertumbuhan (%)
Negara
1995 2005 1995-2005
Brunei Darussalam 70,2 60,6 -1,5
Indonesia 9,7 10,0 0,3
Kamboja 13,3 16,4 2,1
Laos 14,4 17,6 2,0
Malaysia 52,2 51,3 -0,2
Myanmar 8,2 23,0 10,8
Singapura 23,9 29,6 2,2
Thailand 28,5 26,7 -0,6
Vietnam 18,8 34,9 6,4
Sumber : Food And Agriculture Organization (2009)

Dalam rangka peningkatan produksi pertanian pada periode lima tahun ke


depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada peningkatan 39
komoditas unggulan nasional. Komoditas unggulan nasional tersebut terdiri atas
tujuh komoditas tanaman pangan, sepuluh komoditas hortikultura, 15 komoditas
perkebunan, dan tujuh komoditas peternakan. Agar posisi swasembada tersebut
dapat berkelanjutan, maka target peningkatan produksinya harus dipertahankan
minimal sama dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri, dengan
memperhitungkan laju pertumbuhan penduduk secara nasional, permintaan bahan
baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional dalam rangka stabilitas harga
serta pemenuhan peluang ekspor (Kementan 2009). Adapun target untuk tujuh
komoditas peternakan selama kurun 2010-2014, sasaran produksi dan
pertumbuhan tahunannya dapat dilihat pada Tabel 5.

3
Suswono 2010. Konsumsi Daging Masyarakat Indonesia Rendah.
http://www.antaranews.com [15 November 2011]

4
Tabel 5. Sasaran Produksi Peternakan Nasional 2010-2014 (000 Ton)
2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan
No Komoditas
(Ribu Ton) (%/Tahun)
1 Daging Sapi 412 439 471 506 546 7,30
2 Daging Kerbau 42 42 42 42 42 0,32
3 Daging 133 138 145 153 161 4,95
Kambing/Domba
4 Daging Babi 232 235 239 243 247 1,66
5 Ayam Buras 324 342 364 378 401 5,47
6 Itik 29 29 30 31 33 3,71
7 Sapi Perah 728 854 986 1.125 1.297 15,56
(susu segar)
Sumber : Kementerian Pertanian (2009)

Domba merupakan hewan ternak kecil yang memiliki banyak kegunaan


dan manfaat, disamping dapat menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani bagi masyarakat, maka produk lainnya juga dapat dimanfaatkan
sesuai dengan komoditas yang dihasilkan oleh ternak tersebut. Dilihat dari aspek
sumberdayanya, domba banyak dibutuhkan oleh masyarakat peternak untuk
dikembangkan lebih jauh. Keberadaan ternak ini dengan berbagai macam jenis,
baik jenis lokal maupun bukan lokal disamping merupakan sumber plasma nutfah
hewani ternak, juga modal usaha bagi peternak yang membudidayakan ternak dan
domba tidak hanya menciptakan lapangan kerja dan usaha namun juga
memberikan penghasilan (Winarso & Yusja 2010).

Tabel 6. Populasi Ternak Ruminansia di Indonesia Tahun 2007-2010 (000 ekor)


TAHUN Perubahan
Jenis Ternak (%/thn)
2007 2008 2009 2010*
Kambing 14.470 15.147 15.815 16.821 16
Sapi Potong 11.515 12.257 12.760 13.633 18
Domba 9.514 9.605 10.199 10.932 14
Babi 6.711 6.338 6.975 7.212 7
Kerbau 2.086 1.931 1.933 2.005 -3
Kuda 401 458 475 495 2
Sapi Perah 374 393 399 409 32
Keterangan
* = Angka Sementara
Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2011)

Domba merupakan penyumbang daging terbesar ke-3 dari kelompok


ruminansia terhadap produksi daging nasional setelah sapi potong dan kambing,
sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang
menguntungkan. Domba telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai

5
tabungan dan sumber protein dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional.
Pola usaha ternak domba sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan
bibit atau penggemukan.
Jenis ternak domba dapat menghasilkan beberapa macam komoditas
diantaranya berupa ternak hidup dari hasil reproduksi, daging, susu, maupun
limbah kotoran ternak yang banyak manfaatnya bagi usaha budidaya pertanian
tanaman pangan. Ternak domba, disamping dipandang sebagai penghasil
berbagai jenis komoditas utama, maka bagian-bagian dari hasil produksi ternak ini
merupakan bahan baku bagi proses produksi selanjutnya. Selain penghasil daging,
juga penghasil kulit, tulang, jeroan, darah dan bulu. Produk tersebut merupakan
bahan baku industri hilir berikutnya (Winarso & Yusja 2010).
Ternak domba memegang peranan penting dalam pengadaan bahan
makanan di Indonesia. Selain sebagai sumber protein hewani, ternak domba juga
mempunyai fungsi sosial, baik yang berkaitan dengan rekreasi maupun dalam
upacara keagamaan. Apabila dibandingkan dengan ternak kambing, domba
memiliki kelebihan dalam beradaptasi dengan lingkungan dan mudah dalam
pemeliharaannya.
Menurut Muzamris (1982), daging domba memiliki serat yang lebih halus
dibanding daging lainnya, jaringan sangat rapat, berwarna merah muda,
konsistensinya cukup tinggi, lemaknya terdapat di bawah kulit yaitu antara otot
dan kulit. Permatasari (1992) menyatakan bahwa daging domba sedikit berbau
prengus atau memiliki aroma yang hampir sama dengan daging kambing.
Timbunan lemak daging domba lebih putih dan padat daripada timbunan lemak
daging kambing. Secara umum morfologi kambing dan domba mempunyai
banyak kesamaan, namun ada beberapa perbedaan yang menjadi ciri khas dari
masing-masing. Tabel 7 menunjukkan beberapa perbedaan secara fisik antara
kambing dan domba.

6
Tabel 7. Perbedaan Fisik Antara Kambing dan Domba
Domba Kambing
Mempunyai kelenjar dibawah mata Tidak punya
yang menghasilkan sekresi seperti air
mata
Dicelah antara kedua bilah kuku Tidak punya
keluar sekresi yang berbau khas saat
berjalan
Tanduk berpenampang segitiga dan Tanduk berpenampang bulat dan
tumbuh melilit tumbuh lurus
Bulu sangat baik sebagai bahan wol Bulu tidak dapat dimanfaatkan
Domba jantan tidak berbau prengus Kambing jantan mempunya kelenjar
bau yang sangat mencolok ( Prengus)
Sumber : Mulyono (2011)

Konsumsi daging domba dalam pemenuhan protein memberikan banyak


manfaat bagi tubuh. Berbagai nutrisi yang terkandung dalam daging domba
banyak dibutuhkan oleh tubuh. Tabel 8 menunjukkan nilai nutrisi yang
terkandung dalam daging domba antara lain :

Tabel 8. . Informasi Nutrisi Dalam 100 gr Penyajian Daging Domba


Jumlah Rata-Rata Dalam Jumlah Yang Disarankan Dalam
100 Gr Penyajian Konsumsi Harian (%)
Energy 266 kcal 12
Vitamin B12 2.65 mcg 88
Niacin (Vitamin B3) 11.48 NE 74
Zinc 5.49 mg 55
Protein 26.37 grams 40
Riboflavin (Vitamin B2) 0.25 mg 23
Iron 2.12 mg 22
Vitamin B6 0.13 mg 13
Magnesium 25 mg 11
Folate (Folic Acid) 20 mcg 10
Thiamin (Vitamin B1) 0.09 mg 10
Sumber : Alberta Sheep & Wool Commission (2007)
Ternak domba dapat dipelihara di hampir seluruh wilayah Indonesia,
dengan dominasi Provinsi Jawa Barat khususnya Kabupaten Garut dan sekitarnya.
Menurut Muladno et al. (2003) ada beberapa keunggulan yang dimiliki ternak
domba dibanding ternak lain diantaranya :
a) Daya reproduksinya tinggi, terutama jika diusahakan dengan tata laksana yang
baik.
b) Produksi anak dapat mencapai diatas 150 persen pertahun, dengan kelahiran
satu sampai empat ekor perkelahiran

7
c) Mampu menghasilkan daging 50 persen dari bobot badan
d) Kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang cukup tinggi, sehingga
domba merupakan ternak yang relative mudah dikelola khususnya dalam hal
penyediaan pakan.
e) Lebih tahan terhadap beberapa penyakit, terutama trypanomiosis, sehingga
tanah yang tidak dapat digunakan untuk pengembangan ternak lain, dapat
dipergunakan untuk pengembangan ternak domba.
f) Mempunyai potensi wisata yang besar.

Perkembangan peternakan domba sampai saat ini relatif jalan di tempat,


perkembangan produksi dan produktifitasnya hampir tidak mengalami kemajuan
yang berarti. Pola pemeliharaannya yang masih bersifat tradisional dengan skala
pemilikan yang kecil diduga sebagai penyebab utama sehingga domba
kebanyakan dipelihara apa adanya tanpa suatu perencanaan yang jelas untuk lebih
berkembang, lebih produktif dan lebih menguntungkan. Jumlah pemotongan
domba betina produktif untuk kebutuhan lokal juga cukup tinggi, sehingga bila
produktivitasnya tidak ditingkatkan dan dikembangkan secara komersial dan
dalam skala yang besar, dihawatirkan akan terjadi pengurasan populasi domba
nasional karena perkembangan populasi domba tidak sejalan dengan
meningkatnya permintaan akan domba dan perkembangan populasi penduduk.
Ternak domba di Indonesia memiliki prospek yang lebih baik di masa
yang akan datang, mengingat daging domba seperti halnya daging sapi dan daging
ayam dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, agama dan kepercayaan di
Indonesia. Perkembangan kota-kota besar dan ilmu pengetahuan serta pendapatan
yang cukup akan mendorong penduduk untuk memenuhi kebutuhan gizi,
khususnya protein hewani. Untuk keperluan tersebut tentunya diperlukan
pemotongan ternak terus menerus. Dalam hal ini termasuk ternak domba. Sebab
ternak potong seperti sapi dan kerbau sebagai penghasil daging kiranya sampai
saat ini dirasa belum mencukupi (Bunyamin 2011).
Untuk memenuhi kebutuhan domba regional, Kementrian Pertanian telah
menetapkan target produksi domba per provinsi di Indonesia selama periode
tahun 2010-2014 dengan rancangan sesuai dengan Tabel 9.

8
Tabel 9. Sasaran Produksi Daging Domba 2010-2014 Untuk Beberapa Provinsi
di Indonesia
No Target (ton)
Provinsi
2010 2011 2012 2013 2014
1 Jawa Barat 26.523 27.053 27.887 28.525 30.379
2 Jawa Timur 12.960 13.418 13.869 14.285 15.264
3 Jawa Tengah 6.497 6.538 6.569 6.701 6.902
4 Kalimantan Tengah 3.776 4.153 4.473 4.696 4.931
5 Banten 3.463 3.614 3.736 3.848 3.944
6 Sumatera Selatan 2.273 2.500 2.693 2.900 3.074
Sumber : Kementerian Pertanian (2009)

Salah satu subsektor unggulan dalam bidang agribisnis di Jawa Barat


adalah subsektor peternakan. Dilihat dari sisi potensi, usaha peternakan sudah
menjadi kebiasaan masyarakat pedesaan di Jawa Barat sebagai usaha sambilan
ataupun sebagai usaha pokok keluarganya dan sekaligus dapat dijadikan sebagai
sumber pendapatan yang memiliki nilai ekonomi baik bagi pembangunan wilayah
maupun bagi petani di Jawa Barat. Selain itu, pengembangan di subsektor
peternakan memberikan kontribusi pada penyerapan jumlah tenaga kerja dan
sebagai penghasil sumber pangan protein dalam rangka meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia (Tawaf dan Firman 2005).
Jawa Barat merupakan provinsi dengan populasi ternak domba terbesar
dan tidak kurang dari lima juta ekor dari populasi ternak domba nasional sehingga
pantas dinyatakan sebagai provinsi domba. Apalagi, domba yang ada di Jawa
Barat dikenal sebagai plasma nutfah Domba Garut yang tidak dimiliki negara lain
(Ditjenak 2011).
Usaha peternakan domba termasuk salah satu jenis usaha yang perlu
mendapat perhatian untuk dikembangkan. Pada saat ini kegiatan ekonomi yang
berbasis ternak domba terpusat pada peternakan rakyat di daearah pedesaan
dengan motif usaha subsisten. Beberapa ciri dari usaha seperti ini adalah skala
usaha kecil, modal kecil, bibit lokal, pengetahuan teknis beternak rendah, usaha
bersifat sampingan, pemanfaatan waktu luang, tenaga kerja keluarga, sebagai
tabungan dan pelengkap kegiatan usahatani.
Menurut Saragih (2010), usaha peternakan dapat dikelompokkan menjadi
empat pola usaha yaitu : (1) Usaha sampingan, (2) Cabang usaha, (3) Usaha
pokok dan (4) industri peternakan. Domba masih terkonsentrasi pada pola

9
sampingan dan cabang usaha dan umumnya masih terintegrasi dengan kegiatan
usahatani di pedesaan.
Faktor pendorong pengembangan domba adalah permintaan pasar terhadap
domba makin meningkat, ketersediaan tenaga kerja besar, adanya kebijakan
pemerintah yang mendukung upaya pengembangan domba, hijauan pakan dan
limbah pertanian tersedia sepanjang tahun, dan usaha peternakan domba tidak
terpengaruh oleh krisis ekonomi global. Berkaitan dengan berbagai permasalahan
tersebut maka pemanfaatan bahan pakan lokal perlu dioptimalkan sehingga dapat
menekan biaya pakan tanpa mengganggu produktivitas ternak. Salah satu upaya
yang dapat ditempuh adalah memelihara dan menggunakan input secara optimal.
Dengan upaya tersebut diharapkan seluruh sumberdaya yang dialokasikan dapat
digunakan seoptimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.
Perubahan fungsi lahan dari wilayah sumber hijauan pakan menjadi areal
tanaman pangan atau kawasan permukiman dan industri juga mengganggu
penyediaan hijauan pakan ternak yang menyebebkan ketersediaan padang
penggembalaan menurun. Ada dua faktor yang menyebabkan lambannya
perkembangan domba di Indonesia. Pertama, sentra utama produksi domba di
Pulau Jawa yang menyumbang 57,04 persen terhadap produksi domba nasional
sulit untuk dikembangkan. Kedua, berkurangnya areal penggembalaan, kualitas
sumberdaya rendah, akses ke lembaga permodalan sulit, dan penggunaan
teknologi rendah (Sutama & Budiarsana 2009).
Usaha ternak domba sudah saatnya menjadi usaha ternak komersial pada
skala yang memenuhi economic of scale serta dikelola secara profesional dengan
memperhatikan breeding, feeding dan managemen. Peternakan domba yang
bersifat subsisten dapat menjadikan ternaknya sebagai usaha pokok yang
menguntungkan, salah satunya adalah Peternakan Domba Tawakkal yang terletak
di Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.

1.2. Perumusan Masalah


Kecamatan Caringin menghasilkan 2,11 persen dari total populasi domba
yang ada di Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Menurut data Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor populasi domba di Kecamatan Caringin pada tahun

10
2010 mencapai 5.927 ekor dan 1200 ekor dihasilkan oleh Peternakan Domba
Tawakkal.
Peternakan Domba Tawakkal adalah salah satu peternakan yang berada di
Desa Cimande Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Usaha Ternak domba ini dimulai
pada tahun 1993 oleh Bapak Bunyamin. Peternakan Domba Tawakkal memiliki 5
kandang domba dengan total populasi yang mencapai 1200 ekor. Konsumen
domba pak Bunyamin ini antara lain rumah makan yang berada di daerah Ciawi
hingga daerah Puncak dan juga para pembeli yang datang langsung untuk
membeli domba.
Buku data peternakan Kabupaten Bogor 2010 menyebutkan bahwa
Peternakan Domba Tawakkal merupakan peternak domba dengan kapasitas dan
populasi domba terbesar di Kabupaten Bogor. Data peternak di Kabupaten Bogor
dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Daftar Usaha Peternak Kambing dan Domba di Kabupaten Bogor
Tahun 2009
No Nama Perusahaan/ Lokasi Kapasitas
Komoditi
Perorangan Desa Kecamatan (Ekor)
Peternakan Domba
1 Cimande Caringin Domba 1.200
Tawakkal
2 PT Caprito A.P Cariu Cariu Kambing 350
Domba 350
3 Duafa Pasir Buncir Caringin Domba 500
4 drg.Jajang S Pekan Sari Cibinong Domba 250
5 Budi Susilo Tegal Waru Ciampea Domba 250
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)

Peternakan Domba Tawakkal merupakan peternakan yang bergerak di


bidang penggemukan (fattening) dan pembibitan (breeding) domba. Persyaratan
yang harus diperhatikan dalam menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan
domba yaitu sistem manajemen pemeliharaan dan manajemen pemasaran yang
baik dan benar. Perusahaan peternakan dapat dikatakan berhasil, jika semua
manajemen yang diterapkan perusahaan untuk memajukan usahanya berjalan
dengan baik.
Adanya permintaan domba setiap hari memberikan peluang bisnis bagi
usaha penggemukan domba. Untuk daerah Bogor dan sekitarnya permintaan
terhadap Peternakan Domba Tawakkal akan daging domba mencapai 15 ekor per

11
hari untuk kebutuhan pedagang sate atau restoran, sedangkan kemampuan untuk
memenuhi permintaan hanya sampai dua ekor per hari. Pada hari-hari besar
tertentu juga terjadi peningkatan permintaan yang signifikan terhadap domba.
Lebaran Idul Adha adalah masa panen buat pengusaha peternakan domba, seperti
Haji Bunyamin. Sebab, pada Hari Raya Idul Adha itu seluruh isi kandangnya akan
terjual habis. Bahkan, 20 hari menjelang lebaran Idul Adha, seluruh dombanya
sudah bukan menjadi milik Haji Bunyamin karena sudah dipesan oleh berbagai
pembeli. Hal berarti setengah dari isi kandangnya, sudah dipastikan berpindah
tangan ke konsumen.
Untuk memanfaatkan peluang bisnis dan untuk memenuhi permintaan
tersebut, Haji Bunyamin berencana melakukan pengembangan bisnis dengan cara
penambahan investasi dalam bentuk kandang dan tanah. Rencana penambahan
investasi ini akan menambah jumlah populasi domba yang akan digemukkan.
Penambahan investasi yang direncanakan yaitu kandang penggemukan (fattening)
sebanyak dua unit, kandang pembibitan (breeding) sebanyak satu unit dan tanah
seluas 3000 m 2 dengan rencana penambahan kapasitas domba sebanyak 900 ekor.
Permasalahan tersebut diatas menarik bagi penulis untuk mengkaji studi
kelayakan pengembangan bisnis domba (pembibitan dan penggemukan). Terdapat
beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana kelayakan usaha pengembangan bisnis pembibitan dan
penggemukan domba Peternakan Domba Tawakkal berdasarkan aspek non-
finansial dilihat dari aspek pasar, manajemen, teknis, sosial dan lingkungan ?
2. Bagaimana kelayakan pengembangan bisnis pembibitan dan penggemukan
domba Peternakan Domba Tawakkal berdasarkan aspek finansial ?
3. Bagaimana nilai pengganti (switching value) pengembangan bisnis pembibitan
dan penggemukan domba terhadap kelayakan usaha ?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah :
1. Mengkaji kelayakan pengembangan bisnis (pembibitan dan penggemukan)
domba Peternakan Domba Tawakkal dari aspek non-finansial.

12
2. Mengkaji kelayakan pengembangan bisnis pembibitan dan penggemukan
domba Peternakan Domba Tawakkal dari aspek finansial.
3. Menganalisis nilai pengganti (switching value) pada pengembangan bisnis
pembibitan dan penggemukan domba terhadap kelayakan usaha.

1.4. Manfaat Penelitian


Berdasarkan apa yang akan diteliti oleh peneliti maka diharapkan
penelitian ini dapat bermanfaat sebagai rekomendasi dan mengetahui apakah perlu
melakukan pengembangan ataupun penambahan investasi dan sebagai tambahan
dokumen perusahaan dalam mengetahui seberapa besar kelayakan bisnis
penggemukan domba yang akan berjalan.
Adapun manfaat untuk berbagai pihak antara lain :
1. Bagi Peternakan Domba Tawakkal, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai masukan dan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam
menjalankan operasional usaha dan menentukan kebijakan terkait dengan
kegiatan operasional dan pengembangan usahanya.
2. Bagi masyarakat luas terutama peternak, sebagai bahan masukan dan informasi
dalam menjalankan bisnis domba.
3. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Bogor, sebagai acuan untuk pengembangan
peternakan domba di Kabupaten Bogor.
4. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai literatur untuk penelitian yang
berhubungan dengan masalah yang relevan dalam rangka pengembangan
peternakan domba.

13
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkembangan Domba di Indonesia


Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup
digemari oleh masyarakat Indonesia, disamping produk daging yang berasal dari
ternak lain seperti kerbau, kambing, sapi, kuda, babi dan ternak unggas. Untuk
produksi nasional secara proporsional 71,29 persen daging ternak ruminansia
dihasilkan oleh ternak sapi, 5,5 persen dari domba, 8,6 persen dari kambing dan
11 persen dari kerbau. Data populasi ternak domba di Indonesia dalam lima tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.
Penggemukan domba adalah pemeliharaan domba yang dimulai dari masa
pascasapih dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui
pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan). Beberapa hal yang
berkaitan dengan usaha penggemukan domba adalah jenis domba. Menurut
Sutama dan Budiarsana (2009) beberapa jenis domba ternakan yang umum
dipelihara petani dalam usaha penggemukan domba di Indonesia adalah :
1. Domba Ekor Tipis (DET)
Domba Ekor Tipis sering disebut sebagai domba lokal/ DET banyak
dijumpai di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Ukuran
tubuhnya relatif kecil dan warna bulu bermacam-macam. Kadang-kadang terdapat
lebih dari satu warna bulu pada seekor domba. DET jantan bertanduk relative
kecil, sedangkan betina tidak bertanduk. Pertumbuhan DET agak lambat. Oleh
karena itu, berat badan dewasa hanya 30-50 kg untuk jantan dan 15-35 kg untuk
betina pada umur yang relatif tua (1-2 tahun). Jumlah anakan setiap kelahiran
cukup tinggi 1-3 ekor sehingga dimasukkan dalam kelas domba prolifik. Ukuran
tubuhnya yang kecil menolong ternak ini untuk beradaptasi dengan kondisi
lingkungan yang kurang baik.
2. Domba Ekor Gemuk (DEG)
Domba ekor gemuk banyak tersebar di Provinsi Jawa Timur, terutama
pulau Madura dan pulau-pulau kecil sekitarnya. DEG juga dijumpai di daerah
Donggala, Sulawesi Tengah dan pulau Lombok dalam jumlah sedikit.

14
Ciri khas domba ekor gemk terlihat pada ekornya yang tebal dan lebar
dengan wana bulu yang putih mulus. DEG jantan dan betina tidak bertanduk.
Daun telinga DEG umumnya berukuran medium atau normal dengan posisi agak
menggantung. Karakteristik penting dari DEG adalah tipe bulunya umumnya
bebas dari wol sehingga DEG termasuk domba rambut (Hair sheep). Warna bulu
putih, ekornya tebal (cadanga lemak) menyebabkan domba ini tahan terhadap
kondisi lingkungan panas dan kering. Disamping itu domba DEG relative lebih
jinak dibandingkan dengan Domba Garut . Pada musim hujan, ternak ini akan
menyimpan kelebihan nutrisi yang diperolehnya di bagian ekor dalam bentuk
lemak untuk dimanfaatkan pada musim kemarau, saat terjadi kekurangan pakan.
Berat badan DEG jantan berkisar antara 50-70 kg, sedangkan DEG betina hanya
30-40 kg.
3. Domba Garut (Priangan)
Domba Priangan atau yang lebih popular dengan Domba Garut tersebar
luas di Kabupaten Garut. Domba ini sudah dianggap domba lokal. Padahal,
domba ini merupakan campuran antara domba ekor tipis (DET), domba Kaapstad
(ekor gemuk) dari Afrika Barat Daya, dan Domba Merino dari Australia. Akan
tetapi, proporsi genotype masing-masing rumpun tidak diketahui secar pasti.
Domba Garut semakin popular sebagai domba aduan. Domba tersebut
diadukan dalam pertunjukan adu domba yang digemari oleh kalangan pecinta
Domba Garut di Jawa Barat. Tradisi adu domba ini secara tidak langsung juga
menjaga pelestarian plasma nutfah Domba Garut . Untuk domba aduan, petani
akan melakukan seleksi dan memeliharanya dengan baik. Oleh karna itu, sangat
banyak dijumpai Domba Garut jantan dengan berat badan 45-80 kg dan Domba
Garut betina 25-40 kg.
Ciri khas Domba Garut , diantaranya daun telinganya berukuran kecil dan
berbentuk meruncing. Bahkan, ada yang daun telinganya sangat kecil (rumpung).
Warna bulunya bermacam-macam, seperti putuh, hitam, cokelat atau campuran
dua sampai tiga warna dengan pola campuran warna bulu yang sangat bervariasi.
Bulu domba priangan merupakan wol yang kasar. Bulu tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan karpet atau barang kerajinan lainnya seperti topi dan
tas.

15
Memelihara domba sangat menguntungkan, karena tidak hanya
menghasilkan daging, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang. Kotoran domba
juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan
oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran domba dapat menjadi sumber hara yang
dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Secara umum, tatalaksana pemeliharaan domba antara lain meliputi
perkandangan, pakan, pengendalian penyakit.

2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya


Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi domba dan meningkatkan
pendapatan petani adalah dengan melakukan perbaikan terhadap sistem
pengembangan usaha domba itu sendiri. Sistem pengembangan usaha ternak
domba dapat dilaksanakan dengan pola kemitraan yang melibatkan berbagai
pihak (Eliser 2000). Model pengembangan terbaik adalah dengan pemberdayaan
petani, pemerintah daerah, LSM dan investor. Model kemitraan di Sumatera Utara
yang diteliti oleh Eliser (2000) menggambarkan dua kondisi wilayah yang
berbeda. Daerah yang diteliti yaitu daerah Kabupaten Langkat dan daerah tempat
transmigran. Pada daerah Langkat pola kemitraan memberikan pengaruh positif
kepada masyarakat dan mengalami peningkatan populasi sebesar 46 persen dari
populasi awal. Sedangkan untuk daerah tansmigran pola kemitraan mengalami
kegagalan yang faktor utamanya disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara
lembaga terkait.
Pengembangan dalam skala wilayah dan pola ekstensifikasi wilayah juga
dapat diterapkan untuk mengembangkan usaha dan peningkatan populasi domba
dengan memperhatikan daya dukung wilayah dan prioritas pengembangan
wilayah (Riwantoro 2005). Adanya otonomi daerah mendorong setiap daerah
untuk memberdayakan segala potensi daerahnya dengan baik dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Usaha ternak merupakan usaha yang memiliki potensi yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi peternak. Kontribusi
usaha ternak domba terhadap keluarga petani investasi yang dapat diuangkan oleh
petani. Misalnya kontribusi ternak domba terhadap petani di Kecamatan Cikajang,
Kabupaten Garut. Penelitian Rahmat (2008) di lokasi tersebut menunjukkan

16
bahwasanya kontribusi pendapatan masyarakat dari beternak domba yaitu
Rp 3.155.469,00/tahun untuk 12 orang peternak skala I (dengan kepemilikan rata-
rata ternak 9,04 Setara Domba Dewasa), Rp 3.618.378,00 per tahun untuk 22
orang peternak skala II (dengan kepemilikan rata-rata ternak 13,42 Setara Domba
Dewasa) dan Rp 8.078.140,00 per tahun untuk lima orang peternak pada skala III
(dengan kepemilikan rata-rata ternak 35,40 Setara Domba Dewasa). Kontribusi ini
akan semakain meningkat apabila skala usaha peternak domba semakin besar. Hal
ini dibuktikan dengan penghitungan kontribusi pendapatan keluarga peternak
yaitu kontribusi sebesar 6,33 persen pada skala I, kontribusi sebesar 11,35 persen
pada skala II dan 27,54 persen untuk skala ke III.
Daerah Bogor merupakan daerah yang sesuai untuk mengembangkan
potensi sumberdaya perternakan karena selain memegang peranan penting dalam
perekonomian pedesaan Bogor, ketersediaan sumberdaya ternak juga sangat
mendukung dalam kegiatan produksi. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Yulida pada 2008 yang meneliti tentang Potensi sumberdaya
peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor untuk pengembangan ternak
domba. Peneliti menggambarkan bahwa sumberdaya yang tersedia masih
mendukung dalam pembangunan ternak domba di Kecamatan Ciampea antara
yang lain sumberdaya alam, manusia,modal dan kelembagaan peternakan. Jumlah
ternak yang saat ini mencapai 422 ekor, dengan melihat jumlah sumberdaya pakan
ternak yang masih surplus di Kecamatan Ciampea diperkirakan masih dapat
dilakukan penambahan ternak hingga mencapai 102 ekor.
Oktavianty (2010) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan unit
usaha pembibitan domba ekor tipis di Peternakan Domba Tawakkal Desa
Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini
menyebutkan bahwa secara aspek finansial dan aspek non-finansial usaha yang
dijalankan Peternakan Domba Tawakkal layak. Secara Finansial usaha pembibitan
domba ekor tipis memenuhi kriteria kelayakan finansial yaitu dengan NPV
sebesar Rp 222.367.054,39 ; Net B/C sebesar 1,71; IRR sebesar 19,31 dan
Payback Period sebesar 5,94 (5 tahun 11 bulan 9 hari). Untuk Break Even Point
jantan yaitu sebesar 1.003 ekor dan untuk betina sebesaar 523 ekor sedangkan
penjualan aktual hingga saat ini sudah mencapai 1.718 ekor untuk domba jantan

17
dan 733 ekor untuk domba betina. Harga Pokok produksi yaitu sebesar Rp
508.703,14 untuk jantan muda dan dijual sebesar Rp 650.000 sehingga
mendapatkan marjin sebesar Rp 141.296,86. Domba dara yang dihasilkan
mempunyai harga pokok produksi sebesar Rp 447.731,28 dengan harga jual
sebesar Rp 500.000,00 dan mendapatkan marjin sebesar Rp 52.268,72. Kondisi
ini sangat dipengaruhi oleh setiap aspek finansial dan non-finansial yang
mendukung kegiatan operasional.
Penelitian Fitriani (2010) tentang strategi bisnis pada peternakan domba
Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor
menyebutkan bahwa produk yang paling prospektif untuk dikembangkan yaitu
domba ekor tipis (domba lokal) karena memiliki nilai ekonomis, peluang pasar,
permintaan dan kuantitas produksi merupakan faktor-faktor yang mendukung
kegiatan usaha. Pada penelitian juga disebutkan bahwa kualitas domba yang
dihasilkan adalah kuatitas yang berperforma bagus dan berkualitas. Ini merupakan
kekuatan utama dari Peternakan Domba Tawakkal dibandingkan dengan
peternakan lain sehingga permintaan untuk domba terusa meningkat dan didukung
oleh pertumbuhan penduduk yang menjadikannya sebagai peluang utama.
Kurangnya promosi produk membuat Peternakan Domba Tawakkal
kurang dikenal di masyarakat dan menjadikannya sebagai kelemahan utama.
Dengan pemanfaatan media sebagai tempat member dan mendapatkan informasi
akan menjadikan Peternakan Domba Tawakkal semakin dikenal masyarakat
seperti yang dilakukan oleh pesaing dari perusahaan sejenis yang dijadikan
sebagai ancaman utama. Peneliti menggunakan analisis Qualitative Strategic
Planning yang menyebutkan bahwa Membangun dan memperkuat jaringan usaha
dengan lembaga kurban dan aqiqah merupakan prioritas utama karena nilai Total
Attractiveness Score (TAS) merupakan nilai tertinggi yaitu 6,7736 dibandingkan
dengan prioritas strategi lain. Berbagai alternativ strategi ditawarkan oleh peneliti
kepada Peternakan Domba Tawakkal yang antara lain yaitu meningkatkan
penjualan, memperbaiki perencanaan perusahaan, memanfaatkan teknologi
informasi, membangun dan memperkuat jaringan usaha, meningkatkan citra
produk dan promosi secara agresif dengan pemahaman positif tentang manfaat
produk.

18
Andajani (2006) melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik
peternakan domba dengan tingkat partisipasinya dalam pengembangan agribisnis
peternakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dalam penelitian yang dilaksanakan,
populasi yang diambil adalah peternak yang berada di empat daerah di sekitar
Bogor yaitu : Kecamatan Cigudeg, Mega Mendung, Caringin dan Cairu. Seluruh
peternakan yang dijadikan populasi merupakan peternak yang menerima Bantuan
Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) yang diberikan oleh pemerintah untuk
menunjang program pengembangan agribisnis komoditi domba. Partisipasi
peternak pada penelitian ini termasuk tinggi karena mencapai 32 persen.
Partisipasi yang peternak berikan yaitu kontribusi pada tenaga kerja dan
partisipasi lainnya yang bersifat fisik. Dalam kegiatan non-fisik seperti
perencanaan usaha, pengawasan kegiatan dan pengawasan kegiatan
pengembalian pinjaman partisispasi responden masih dikatakan rendah. Hal ini
disebabkan karena para responden merasa tidak dilibatkan dalam kegiatan
perencanaan dan penggunaan biaya belanja dari dana BPLM. Kemudahan akses
terhadap modal juga akan meningkatkan partisipasi peternak dalam melaksanakan
kegiatan. Dibuktikan dengan penghitungan koefisien regresi sebesar 0,75 persen
untuk akses modal yang merupakan faktor yang berpengaruh nyata bagi
partisipasi peternak.
Penelitian terdahulu yang dikaji memiliki manfaat yang dapat diambil
antara lain adalah penggunaan metode, lokasi penelitian yang digunakan oleh
peneliti sebelumnya. Adapun penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelititan terdahulu
adalah objek penelitian yang sama yaitu domba yang diteliti oleh Eliser (2000),
Riwantoro ( 2005), Andajani (2006), Rahmat (2008), Yulida (2008), Fitriani (2010)
dan Oktavianty (2010). Selain itu, persamaan lain dengan penelitian terdahulu
adalah metode yang digunakan serta analisis kelayakan usaha yaitu NPV (Net
Present Value), Net B-C Ratio, IRR ( Internal Rate of Return), Payback Period
dan Analisis Sensitivitas yang diteliti oleh Oktavianty (2010).

19
III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis


Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian.
Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan
analisis kelayakan proyek, aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian, pengertian
dari kriteria investasi yang digunakan, dan analisis sensitivitas.

3.2. Studi Kelayakan Bisnis


Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang
yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen,
dan industri di mana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta
kualitas hidup mereka (Umar 2007). Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan
yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis
yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut
dijalankan (Kasmir 2003). Sementara itu, menurut Umar (2007), studi kelayakan
bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya
menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Sedangkan Subagyo (2007)
menyebutkan studi kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha
baru disebut studi kelayakan proyek. Jika objeknya adalah pengembangan usaha,
berarti usaha sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan studi
kelayakannya disebut studi kelayakan bisnis.
Investasi adalah keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang ini
untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil dan sebagainya) atau aktiva
keuangan (saham, obligasi, reksadana, wesel dan sebagainya) dengan tujuan untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih besar dimasa yang akan datang (Haming &
Basalamah 2010). Menurut Husnan dan Suwarsono (1994), tahap-tahap untuk
melakukan investasi usaha adalah sebagai berikut :

20
1) Identifikasi
Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan
dan ancaman dari usaha tersebut.
2) Perumusan
Tahap perumusan merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan investasi
ke dalam suatu rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor yang penting
dijelaskan secara garis besar.
3) Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menganalisis dan menilai aspek pasar, teknik,
manajemen, dan finansial.
4) Pemilihan
Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan
dicapai
5) Implementasi
Implementasi yaitu melaksanakan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada
anggaran.

3.3. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis


Dalam menganalisis suatu proyek yang efektif harus mempertimbangkan
aspek-aspek yang saling berkaitan secara bersama-sama menentukan bagaimana
keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan
mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan
proyek dan siklus pelaksanaannya (Gittinger 1986). Aspek-aspek tersebut antara
lain :
1) Aspek pasar
Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek yang paling utama dan
pertama dilakukan dalam pengkajian usulan proyek investasi, alasannya adalah
tidak akan mungkin suatu proyek didirikan dan dioperasikan jika tidak ada pasar
yang siap menerima produk perusahaan tersebut (Suratman 2002). Pemasaran
meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan usaha yang
bertujuan merencanakan, menentukan harga hingga mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang akan memuaskan pembeli ( Umar 2007).

21
2) Aspek teknis
Kajian aspek teknis dan teknologi menitikberatkan pada penilaian atas
kelayakan proyek dari sisi teknis dan teknologi. Penilaian meliputi penentuan
lokasi proyek, penentuan model bangunan proyek, pemilihan mesin, peralatan
lainnya, teknologi yang diterapkan, dan lay out serta penentuan skala operasi
(Suratman 2002).
3) Aspek manajemen
Untuk menyusun studi kelayakan, menjalankan proyek, dan
mengoperasikan bisnis diperlukan manajemen. Proses pemanfaatan sumberdaya
yang dimiliki organisasi atau perusahaan tidak akan optimal apabila prinsip-
prinsip manajemen tidak diterapkan secara konsisten. Pada setiap kegiatan,
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian harus dijalankan
secara berkesinambungan (Subagyo 2007). Aspek manajemen perlu dikaji agar
proyek yang didirikan dan dioperasikan nantinya dapat berjalan dengan lancar
(Suratman 2002).
4) Aspek sosial dan lingkungan
Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan mengkaji tentang dampak proyek
terhadap kehidupan masyarakat setempat baik dari sisi sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Dari sisi ekonomi apakah keberadaan proyek dapat merubah atau
justru mengurangi income per capita penduduk setempat. Dari sisi sosial apakah
dengan adanya proyek tersebut wilayah setempat menjadi semakin ramai, lalu
lintas semakin lancar, adanya jalur komunikasi, penerangan listrik dan lain
sebagainya (Suratman 2002). Sementara itu analisis mengenai dampak lingkungan
harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya
proyek-proyek industri (Umar 2007).
5) Aspek hukum
Usaha dapat dikatakan legal jika telah mendapatkan izin usaha dari
pemerintah daerah setempat melalui instansi, lembaga, departemen atau dinas
terkait. Analis dan investor perlu memerhatikan sumber legal dari kelompok
masyarakat (Subagyo 2007).

22
6) Aspek finansial
Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakn proyek
bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan
pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai
apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar 2007).
Untuk dapat menentukan apakah suatu proyek investasi dapat dikatakan
layak diperlukan teknik-teknik kriteria penilaian investasi yang didasarkan pada
estimasi aliran kas proyek yang bersangkutan (Suratman 2002). Pada umumnya
ada beberapa metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian
aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost (Net B/C), Break Event Point (BEP),
Payback Period (PBP), analisis sensitivitas (Umar 2007).

3.4. Teori Biaya dan Manfaat


Dalam menganalisis suatu proyek tujuan analisis harus disertai dengan
definisi biaya dan manfaat. Biaya diartikan sebagai salah satu yang mengurangi
suatu tujuan, sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu
terlaksananya suatu tujuan (Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefinisikan
sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan
terhadap manfaat yang diterima. Biaya dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat
jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.
2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja.
3) Biaya lainnya, seperti pajak, bunga, dan pinjaman.
Manfaat dapat diartikan sebagai suatu yang dapat menimbulkan kontribusi
terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi :
1) Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi seperti peningkatan pendapatan dan
kesempatan kerja.

23
2) Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan
tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek,
seperti rekreasi.
Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu
proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi
adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari
investasi tersebut dengan manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya
adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan
adanya proyek (Gittinger 1986).

3.5. Analisis Kelayakan Investasi


Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur manfaat suatu proyek
dapat digunakan dua cara. Yang pertama dengan menggunakan perhitungan
berdiskonto, yaitu suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh
pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa
sekarang dan yang kedua menggunakan perhitungan tidak berdiskonto. Perbedaan
dua cara ini terletak pada konsep Time Value of Money yang digunakan pada
model perhitungan berdiskonto. Model perhitungan tidak berdiskonto memiliki
kelemahan umum dibandingkan perhitungan berdiskonto yaitu ukuran tersebut
belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang
diterima (Gittinger 1986).
Konsep Time Value of Money menyatakan bahwa nilai sekarang (present
value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang
(future value) yang disebabkan dua hal, yaitu: 1) time preference (sejumlah
sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi dibandingkan
jumlah yang sama yang tersedia di masa yang akan datang), 2) Produktifitas atau
efisiensi modal (modal yang dimiliki saat ini memiliki peluang untuk
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang melalui kegiatan yang
produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara
keseluruhan (Kadariah 2001).
Kedua unsur tersebut berhubungan secara timbal balik di dalam pasar
modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga

24
dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya
dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan
itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui proses discounting (Kadariah 2001).

3.6. Analisis Finansial


Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya
dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama
umur proyek (Husnan & Suwarno 1994). Analisis finansial terdiri dari :
1) Net Present Value (NPV) atau Nilai Bersih Sekarang.
Net Present Value merupakan selisih antara Present Value dari investasi
dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang
akan datang (Umar 2007). Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui
keuntungan bersih yang diperoleh dari usaha Peternakan Domba Tawakkal
dan usaha ini layak jika nilai NPV yang diperoleh lebih besar dari nol.
2) Internal Rate of Return (IRR) atau Tingkat Pengembalian Internal.
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa yang akan datang, atau
penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal. Nilai IRR dapat dicari
secara trial and error (Umar 2007). Usaha dikatakan layak, jika nilai IRR
yang diperoleh lebih besar atau sama dengan tingkat discount rate yang
digunakan (IRR discount rate).
3) Net Benefit/Cost (Net B/C) atau Rasio Keuntungan/Biaya
Merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat
bersih bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang
menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian
dari bisnis tersebut ( Nurmalina et al. 2009)
4) Payback Period atau pemulihan investasi
Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis
yang payback periodnya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk
kemungkinan akan dipilih Nurmalina et al. 2009). Usaha ini dikatakan layak
jika nilai PP kurang dari umur bisnis Peternakan Domba Tawakkal (PP <
umur usaha).

25
3.7. Analisis Sensitivitas
Analisis senstivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisis kelayakan
proyek yang telah dilakukan, tujuannya yaitu untuk melihat pengaruh yang akan
terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik
perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi
ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan
(Gittinger 1986).
Salah satu keuntungan analisis proyek secara finansial ataupun ekonomi
yang dilakukan secara teliti adalah bahwa dari hasil analisis tersebut dapat
diketahui atau diperkirakan kapasitas hasil proyek bila terjadi hal-hal di luar
jangkauan asumsi yang telah dibuat pada waktu perencanaan. Analisis sensitivitas
adalah meneliti kembali suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-penngaruh
yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger 1986). Sementara
menurut Kadariah (2001), yang dimaksud dengan analisis kepekaan atau
sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara sistematis apa yang
terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian
yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan.
Gittinger (1986) menambahkan proyeksi selalu menghadapi ketidakpastian
yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Pada bidang
pertanian terdapat empat masalah utama yang sensitif yaitu: (1) harga, (2)
keterlambatan pelaksanaan, (3) kenaikan biaya, dan (4) hasil analisis sensitivitas
dapat dilakukan dengan pendekatan nilai pengganti (switching value) dan
dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sehingga
dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi
agar NPV sama dengan nol.

3.8. Arus Kas (Cash Flow)


Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Dalam cash flow semua data pendapatan yang
diterima (cash in) dan biaya yang dikeluarkan (cash out) baik jenis maupun
jumlahnya diestimasi sedemikian rupa, sehingga menggambarkan kondisi
pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang (Kasmir 2003). Cash flow
mempunyai tiga komponen utama yaitu initial cash flow yang berhubungan

26
dengan pengeluaran investasi, operasional cash flow berkaitan dengan operasional
usaha dan Terminal cash flow berkaitan dengan nilai sisa aktiva yang dianggap
tidak memiliki nilai ekonomis lagi (Umar 2007).

3.9. Kerangka Pemikiran Operasional


Kapasitas kandang domba yang dimiliki oleh Peternakan Domba
Tawakkal saat ini adalah 1200 ekor domba ekor tipis dan domba lokal dengan
jumlah kandang yaitu tiga kandang untuk breeding dan empat kandang untuk
fattening. Tingginya permintaan konsumen untuk domba baik domba hidup
maupun dalam bentuk karkas memberikan peluang bisnis bagi Peternakan Domba
Tawakkal. Permintaan domba untuk kawasan Bogor dan sekitarnya sekarang ini
mencapai 110 ekor per hari dan hanya dapat penuhi sebanyak 15 ekor saja.
Dengan kondisi seperti ini, perusahaan ingin melakukan pengembangan
investasi yaitu penambahan jumlah kandang sebanyak tiga unit dan pembelian
tanah seluas 3000 m 2 dengan kapasitas 900 ekor domba dengan harapan
perusahaan mampu menambah supply atas permintaan domba.
Adanya pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan kajian mengenai
kelayakan pengembangan bisnis penggemukan domba baik dari segi non-finansial
yang berkaitan dengan aspek pasar, aspek teknis, manajemen, sosial lingkungan
dan juga dari aspek finansial. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada
Gambar 2.

27
Peternakan Domba Tawakkal

Adanya permintaan akan 110 ekor domba per


hari dari daerah Bogor dan sekitarnya dan
baru dapat dipenuhi sebanyak 15 ekor perhari

Akan dilakukan pengembangan bisnis yaitu berupa


penambahan investasi tanah seluas 3000 m2 dan
tiga unit kandang dengan kapasitas 900 ekor domba

Aspek Non- Finansial Aspek Finansial


Aspek Pasar NPV, IRR Net B/C,
Aspek Teknis Payback Period
Aspek Manajemen
Aspek Hukum
Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis Sensitivitas
(Switching Value)
Penurunan Harga Domba
Jantan
Peningkatan Biaya Pakan
Hijauan

Tidak Layak Layak

Peninjauan Rekomendasi
Ulang

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Kelayakan Pengembangan Bisnis


Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir Kecamatan
Caringin, Kabupaten Bogor

28
IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di
Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin,
Kabupaten Bogor. Perusahaan berjarak ± 300 meter dari pemukiman penduduk
dengan lahan seluas 2 hektar yang berbatasan langsung dengan lembah Duhur di
sebelah Barat, Desa Ciderum di sebelah Timur, serta Desa Caringin di sebelah
Utara dan Selatan, Jawa Barat.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) karena
perusahaan ini merupakan peternakan penggemukan domba dengan kapasitas
terbesar di Kabupaten Bogor. Kegiatan pengumpulan data dilakukan selama bulan
Januari sampai dengan Februari 2012.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pengelola
yang sekaligus pemilik peternakan. Data primer yang didapat mencakup biaya-
biaya yang dikeluarkan selama umur proyek, terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional serta penerimaan dari usaha peternakan domba.
Data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian ini dan
diperoleh dari studi literatur berbagai buku yang menjelaskan budidaya domba,
penelitian terdahulu, bahan perkuliahan, akses internet, dokumen maupun catatan
dari peternak serta berbagai informasi yang diperoleh dari instansi terkait seperti
Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI, Badan Pusat Statistik,
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Direktorat Jenderal
Peternakan, Food and Agriculture Organization dan Kementrian Pertanian,

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data


Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
merupakan analisis yang dilakukan dengan cara deskriptif untuk menggambarkan
sistem usaha dan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar,aspek teknis,
aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial dan lingkungan dari Peternakan
Domba Tawakkal.

29
Analisis secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan
investasi. Metode kuantitatif yang akan digunakan adalah analisis kelayakan
finansial berdasarkan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP) dan analisis
Switching Value yang diolah dengan menggunakan program computer Microsoft
Excel. Karena penggunaan sejumlah barang investasi yang memerlukan waktu
pengembalian yang cukup panjang maka akan diperhitungkan konsep time value
of money, dengan konsep ini penentuan nilai uang sekarang bila diketahui
sejumlah nilai tertentu dimasa yang akan datang harus dilakukan dengan metode
discounting factor. Setelah kriteria kelayakan diperoleh melalui perhitungan cash
flow, pengujian tingkat kepekaan akan dilihat dengan analisis sensitivitas.

4.4. Analisis Non Finansial


Analisis yang akan dilakukan terhadap aspek non finansial disesuaikan
dengan skala usaha proyek, semakin besar skala usaha yang dilakukan maka
analisis kelayakan non finansial juga akan semakin kompleks. Pada penelitian ini
aspek yang akan dikaji adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
aspek hukum.
a) Aspek Pasar
Suatu usaha dikategorikan layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar
dengan syarat jika tersedia pasar yang siap menerima produk perusahaan
tersebut (Suratman 2002)
b) Aspek Teknis
Menurut Subagyo (2007) indikator suatu usaha dikatakan layak untuk
dijalankan dari aspek teknis produksi adalah jika secara teknis usaha tersebut
dapat dilakukan dan suistainable.
c) Aspek Manajemen
Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan dari aspek manajemen jika
perusahaan menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara konsisten.

30
d) Aspek Hukum
Menurut Subagyo (2007) suatu usaha dikatakan layak secara aspek hukum
jika usaha tersebut legal. Legal atau ilegalnya suatu perusahaan ditentukan
oleh ada tidaknya surat izin untuk mendirikan usaha.
e) Aspek Sosial dan Lingkungan.
Menurut Gittinger (1988) suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial
memberi dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh terhadap
devisa negara, membuka peluang kerja, dan berdampak positif terhadap
pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan. Kelayakan dari aspek
lingkungan dapat dilihat seberapa besar pengaruh bisnis tersebut terhadap
sistem alami dan kualitas lingkungan. Dampak bisnis terhadap lingkungan
akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, apakah dengan adanya
bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau rusk sebab tidak ada bisnis
yang bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Nurmalina
et al. 2009).

4.5. Analisis Aspek Finansial


Untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan
Peternakan Domba Tawakkal, maka dilakukan perbandingan antara biaya dan
manfaat kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
Payback Period (PP) dan analisis Switching Value.

4.5.1. Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara
nilai sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat
diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi.
Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan
(Nurmalina et al. 2009). Secara matematis rumus menghitung NPV adalah
sebagai berikut:

31
n
Bt Ct
NPV t
t 0 1 i
Keterangan :
Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto)
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal.
Dengan kata lain proyek tersebut tidak untung ataupun tidak rugi.
NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak
dilaksanakan.
4.5.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B-C Ratio)
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan
antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang
yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang dihasilkan terhadap
setiap satuan kerugian dari bisnis tersebut. Rumus untuk menghitung Net B/C
adalah:

Net B/C

Keterangan :
Bt = manfaat pada tahun t
Ct = biaya pada tahun t
n = umur bisnis ( sepuluh tahun )
i = discount rate (6,5 %)
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah:
Net B/C = 1, maka proyek tidak untung dan tidak rugi
Net B/C > 1, maka proyek menguntungkan
Net B/C < 1, maka proyek merugikan

32
4.5.3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan
yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR
mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek
untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai
IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak
untuk dilaksanakan. Rumus untuk menghitung IRR adalah:

NPV
IRR i i' i
NPV NPV '
Keterangan :
i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV = NPV yang bernilai positif
NPV = NPV yang bernilai negatif
4.5.4. Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period)
Untuk melihat jangka waktu pengembalian suatu investasi dilakukan
perhitungan dengan menggunakan metode Payback Period yang menunjukkan
jangka waktu kembalinya investasi yang dikeluarkan melalui pendapatan bersih
tambahan yang diperoleh dari usaha penggemukan domba. Rumus yang
digunakan untuk menghitung jangka pengembalian investasi adalah:

Keterangan :
I = besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

Pada dasarnya semakin cepat Payback Period menandakan semakin kecil risiko
yang dihadapi oleh investor.

4.5.5. Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk

33
melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi,
apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di
dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan
karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang
mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan
datang (Gittinger 1986).
Gittinger (1986) mengatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas
adalah nilai kepekaan (switching value). Pada analisis sensitivitas secara langsung
memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan
terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian dapat
menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Dalam
penelitian ini, digunakan analisis sensitivitas apabila terjadi perubahan pada
kenaikan biaya pakan hijauan dan penurunan harga domba jantan.

4.6. Konsep pengukuran dan asumsi-asumsi dalam Cashflow


Konsep pengukuran dan asumsi-asumsi dalam Cashflow
1. Lahan yang digunakan untuk rencana pengembangan usaha dengan
penambahan lahan seluas 3000 m 2 dengan penambahan kapasitas produksi
sebesar 900 ekor domba.
2. Modal yang digunakan pada pengembangan bisnis di Peternakan Domba
Tawakkal adalah modal sendiri.
3. Tingkat suku bunga yang digunakan dalam pengembangan bisnis adalah
tingkat bunga deposito Bank Rakyat Indonesia sebesar 6,5 persen per tahun.
4. Penerimaan Peternakan Domba Tawakkal terbagi atas dua bagian yaitu
penjualan dari unit bisnis pembibitan yang berupa anakan jantan, domba
betina serta kotoran dan unit bisnis penggemukan yang berupa domba jantan
dewasa dan kotoran.
5. Penjualan domba jantan dewasa dilakukan dengan sistem tongkrong
dengan minimal harga yaitu Rp 1.200.000,00 per ekor. Sistem tongkrong
yaitu cara pembelian domba dengan cara menaksir bobot dengan perawakan
tubuh domba tanpa menimbang bobot hidup.
6. Anakan jantan dijual ke kandang penggemukan untuk dibesarkan setelah
berumur tujuh bulan dengan harga Rp 650.000,00 dan dijadikan sebagai

34
pemasukan bagi unit pembibitan Peternakan Domba Tawakkal. Pembelian
yang dilakukan oleh unit penggemukan dimasukkan kedalam biaya variabel
sebagai pembelian jantan.
7. Harga domba betina yang dijual yaitu Rp 500.000,00 per ekor
8. Harga domba jantan yang dibeli untuk penggemukan yaitu Rp 650.000,00.
9. Angka keberhasilan kebuntingan pada setiap proses perkawinan yaitu 70
persen.
10. Survival rate untuk setiap kelahiran anakan domba adalah sebesar 95 persen
11. Jumlah kelahiran rata-rata anakan pada setiap kali kelahiran berjumlah 1,5
ekor per indukan. Hasil ini dirata-ratakan dari jumlah anakan domba yang
lahir antara satu ekor, kembar dan kembar tiga.
12. Rasio jenis kelamin anakan yang dilahirkan yaitu 50 persen jantan dan 50
persen betina.
13. Umur proyek analisis kelayakan investasi yang dipakai yaitu 10 tahun. Hal ini
didasari oleh umur ekonomis dari bangunan kandang yang merupakan
investasi terpenting dan memiliki umur ekonomis paling lama.
14. Penghitungan nilai masing-masing investasi yaitu menggunakan metode garis
lurus dengan nilai sisa masing-masing barang investasi pada akhir umur
ekonomis adalah nol (habis terpakai).
15. Output yang dihasilkan dalam kegiatan budidaya adalah anakan domba (umur
tujuh bulan), domba betina, domba jantan dan kotoran.
16. Rata-rata seekor domba dewasa menghasilkan 250 gr kotoran per harinya
sehingga dalam setahun dirata-ratakan domba menghasilkan sekitar 90 kg
kotoran. Anak domba menghasilkan 140 gr kotoran per hari sehingga dalam
satu tahun dirata-ratakan anak domba menghasilkan 50 kg kotoran.
17. Harga input dan output selama umur proyek konstan.
18. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yaitu :
a) Pasal 17 ayat b
Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 25
persen.

35
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis


Peternakan Domba Tawakkal ini terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa
Cimande Hilir No.32 RT/RW 04/05, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Lokasi peternakan berada di kampung Cimande Hilir dengan batas
wilayah sebelah Utara Kampung Leumah Duhur, sebelah Selatan Kampung
Caringin, sebalah Barat Kampung Caringin dan sebelah Timur Kampung Leumah
Duhur.
Peternakan Domba Tawakkal berjarak ± 300 meter dari pemukiman
penduduk dan berdiri di atas tanah seluas kurang lebih dua Ha, dengan fasilitas
lima kandang domba, tempat parkiran kendaraan, satu kantor administrasi, 12
mess karyawan, empat tangki penyimpanan air, tiga kamar mandi untuk karyawan
dan satu kamar mandi untuk tamu, satu aula, satu mushola dan tempat
pembuangan. Peternakan ini terletak di kaki gunung salak dengan ketinggian 600-
700 meter diatas permukaan laut. Keadaan tanah cocok untuk usaha pertanian dan
peternakan dengan suhu udara rata-rata 20 30 ºC dan kisaran curah hujan 1200-
1400 mm per tahun. Lokasi peternakan berjarak kurang lebih 500 meter dari jalan
raya serta didukung oleh transportasi yang lancar. Keadaan tersebut memudahkan
komunikasi, dan transportasi.

5.2. Gambaran Umum Peternakan


Peternakan Domba Tawakkal merupakan salah satu peternakan domba
dengan kapasitas terbesar di Kabupaten Bogor saat ini. Peternakan Domba
Tawakkal terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32,
Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Bapak H. Bunyamin adalah pemilik
sekaligus pendiri peternakan domba Tawakkal. Beliau seorang lulusan perguruan
tinggi keguruan di Bandung dan merupakan mantan kepala RS Ciawi Bogor.
Beliau memulai usahanya dari hobinya memelihara Domba Garut . Pada tahun
1990, dimulainya usaha beternak domba dengan memiliki domba sebanyak enam
ekor dan satu orang tenaga kerja dan belum bertujuan komersial hanya sekedar
memelihara dan konsumsi.

36
Tahun 1993 telah dilakukan pengembangan usaha dengan populasi domba
70 ekor yang berlokasi di daerah cianjur dan telah diarahkan untuk tujuan
komersial, untuk pengembangan usahanya beliau memasarkan keteman
sekantornya ketika beliau masih bekerja di dinas kesehatan Kabupaten Bogor.
Hasil keuntungan usaha ini digunakan untuk membuat satu unit kandang dengan
kapasitas 112 ekor. Atas perolehan kredit bank Rp 3.000.000,00, kandang terisi 80
ekor, semua kandang terisi penuh atas pinjaman dari koperasi sebesar Rp
5.000.000,00 pada tahun yang sama.
Peningkatan kapasitas ternak domba setiap tahunnya bertambah, kemudian
dilanjutkan dengan pembangunan satu unit kandang lagi dengan kapasitas 60 ekor
dan terisi 30 ekor. Secara bersamaan perusahaan telah berdiri dengan nama PKD
Tawakkal dengan kapasitas total 172 ekor dan tidak berubah dan tidak berubah
sampai tahun 1997 dengan jumlah tenaga karyawan empat orang.
Tahun 1997 populasi domba bertambah dengan pesat menjadi 300 ekor,
sedangkan kandang yang tersedia hanya untuk 100 ekor maka untuk mengatasinya
pemilik usaha peternakan bermitra dengan peternak lain dengan menitipkan 100
ekor domba. Pada tahun 1998 populasi domba bertambah menjadi 450 ekor,
sehingga akhir tahun 1998 dibangun dua unit kandang baru sehingga jumlah
seluruh kandang menjadi empat unit kandang. Tahun 1999 bapak H.Bunyamin
mengembangkan usahanya dengan membeli lahan kosong untuk membangun
kandang domba, sampai dengan saat ini jumlah kandang yang dimiliki yaitu 4 unit
kandang dengan kapasitas 1.200 ekor.
Peternakan Domba Tawakkal memiliki empat kepala kandang (kandang A
dan B, kandang C, kandang D dan kandang E). dan dua belas pengambil rumput
serta dua orang supir, satu orang karyawan ampas tahu dan satu orang satpam.

5.3. Deskripsi Kegiatan Usaha


Usaha penggemukan domba Peternakan Domba Tawakkal merupakan
usaha peternakan yang bergerak di bidang pembibitan dan penggemukan domba.
Pembibitan yang dilaksanakan pada Peternakan Domba Tawakkal merupakan
proses perkawinan dengan induk yang telah dimiliki. Penggemukan domba yang
dimaksud disini adalah ternak domba yang dibeli dari pihak luar yang diberikan
perlakuan khusus yaitu setelah bakalan sampai di kandang, domba langsung

37
diberikan perlakuan awal yaitu ditenangkan sebentar di kandang lalu diberi pakan
yang telah disediakan sebelumnya. Bakalan yang baru sampai di kandang
biasanya akan sedikit mengalami stres setelah mengalami perjalanan dari tempat
asalnya. Setelah didiamkan sekitar satu hari domba diberi obat cacing dan
dimandikan.

5.4. Seleksi Domba Bakalan


Sebelum usaha penggemukan dan pembibitan domba dilakukan, harus
ditentukan dahulu jenis domba yang akan dipelihara untuk penggemukan,
pembibitan dan cara memperoleh bakalan. Hal ini terkait erat dengan ketersediaan
bakalan yang akan digemukan, terutama apabila bakalan yang akan digemukan
adalah bakalan lokal. Pada Peternakan Domba Tawakkal Domba Garut dijadikan
sebagai pejantan dan domba lokal (ekor tipis) dijadikan sebagai indukan.
Sifat-sifat fisik perlu diperhatikan dalam melakukan seleksi bakalan secara
terarah dalam rangka perbaikan mutu bibit ternak domba. Sifat Fisik yang
dijadikan sebagai pertimbangan pemilihan induk pada Peternakan Domba
Tawakkal adalah sebagai berikut :
Domba pejantan
1. Umur minimal mencapai 15 bulan
2. Pertumbuhannya relatif cepat, harus sehat, lincah, agresif dan tidak cacat.
3. Ukuran badan normal, tubuh panjang dan besar, bentuk perut normal, kakinya
kokoh, lurus, testis dua buah normal, simetris dan kenyal
4. Kondisi domba harus sehat
5. Silsilah keturunan yang terlahir kembar dengan harapan dapat menghasilkan
anakan kembar
Domba indukan
1. Umur calon indukan diatas satu tahun serta telah birahi sebelum berumur satu
tahun.
2. Ukuran badan besar tetapi tidak terlalu gemuk. Dada dalam dan lebar, garis
punggung dan pinggul lurus serta postur tubuh tinggi.
3. Domba harus sehat, lincah, aktif dan tidak cacat. Rahang atas rata dengan gigi
yang lengkap dengan tujuan agar indukan dapat memamah biak dengan baik.

38
4. Bentuk dan ukuran alat kelamin normal, ambing harus simetris isinya kenyal
dan putting susu berjumlah dua.
5. Berjalan normal kokoh dan tidak pincang dengan kaki kuat dan simetris
6. Berasal dari induk yang melahirkan anak kembar
7. Kondisi domba harus sehat

5.5. Pemeliharaan Domba Bunting dan Induk Melahirkan


Pemeliharaan betina bunting merupakan salah satu upaya penting yang
harus dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas ternak. Pemeliharaan
ternak bunting perlu lebih diintensifkan terutama dalam hal pemberian pakan.
Proses pemeliharaan kebuntingan ini sangat penting karena embrio ternak cukup
labil terutama pada umur kebuntingan muda.
Beberapa cara yang dilakukan di peternakan untuk memelihara ternak
bunting adalah dengan perbaikan pakan dan pemisahan induk bunting. Pakan
menjadi salah satu faktor penting dalam pemeliharaan betina bunting karena
dengan memberikan pakan yang baik akan memenuhi kebutuhan zat gizi untuk
mendukung pertumbuhan anakan domba atau pun kesehatan indukan. Indukan
juga membutuhkan pakan yang baik terutama untuk mempertahankan kesehatan
utamanya kesehatan tulang sekaligus digunakan untuk memproduksi air susu.
Cara pemberian pakan untuk induk bunting dan induk melahirkan di
peternakan Tawakkal dibedakan. yaitu untuk induk bunting pemberian pakan
hijauan dan ampas tahu tanpa diberi mineral premix, karena jika induk bunting
terlalu gemuk akan menyebabkan kesulitan pada saat melahirkan.
Penanganan domba saat melahirkan dilakukan pemisahan untuk
ditempatkan ke dalam kandang tersendiri lalu lantai kandang diberi alas jerami
kering. Hal ini dimaksudkan agar anak yang dilahirkan dan induknya merasa
nyaman, hangat dan kemungkinan cidera sangat kecil. Pemberian pakan sama
seperti induk bunting hanya penambahan mineral premix ke dalam ampas tahu,
yang berguna untuk memperkuat tulang.

39
1) Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada domba di Peternakan Domba Tawakkal ini berupa
hijaun segar dan konsentrat ampas tahu, sedangkan air minum tidak diberikan
karena domba sudah cukup mendapatkan air dari hijaun dan ampas tahu yang
dimakan. Pemberian hijauan ini merupakan makanan pokok untuk ternak domba
seperti halnya hewan memamah biak lainnya, sedangkan makanan penguat yang
diberikan hanya berfungsi sebagai makanan tambahan saja.
Pemberian pakan hijauan dilakukan empat kali dalam sehari, pertama
rumput diberikan pada pukul tujuh pagi, kemudian jam dua siang dengan
penambahan konsentrat ampas tahu. Pada jam empat sore, diberikan lagi rumput
untuk yang ketiga kalinya. setelah rumput habis dilanjutkan dengan pemberian
rumput untuk terakhir kali pada jam lima sore.
2) Perawatan dan Pemeliharaan domba
a. Memandikan domba
Pemandian domba dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan ternak domba di Peternakan Domba Tawakkal, kebersihan merupakan
salah satu cara pencegahan penyakit ternak yang diakibatkan oleh mikroba yang
terdapat pada kotoran yang melekat pada tubuh domba.
Domba dimandikan pada waktu pagi hari saat cuaca cerah sehingga tubuh
domba lebih cepat kering dengan frekuensi satu kali dalam dua minggu,
disamping itu juga untuk menjaga kesehatan dan secara tidak langsung kebersihan
domba dapat mempengaruhi daya jual. Pada waktu domba dimandikan, seluruh
bulu badan dibersihkan dengan menggunakan air mengalir dan sabun.
Memandikan ternak sangat berguna untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan, di Peternakan Domba Tawakkal kegiatan memandikan domba selalu
dilakukan dengan rutin oleh kepala kandang untuk menjaga kesehatan domba.
b. Mencukur bulu
Pencukuran bulu domba memerlukan keterampilan dan ketelitian, karena
jika tidak terampil dan teliti domba dapat terluka. Untuk domba betina, bulu
dicukur sampai habis (sependek mungkin). Pencukuran bulu dilakukan secara
merata keseluruh badan domba sehingga pertumbuhan bulu juga kembali rata,

40
Pencukuran bulu domba disisakan 0,5 1 cm, pencukuran bulu pertama dilakukan
pada saat domba berumur tujuh bulan, hal ini dilakukan agar domba tidak stress.
Pencukuran dilakukan dengan frekuensi sekali dalam tiga bulan untuk
domba yang lama. Untuk domba yang baru dibeli dari pasar atau domba yang
baru datang kondisi bulunya biasanya sangat kumal dan terdapat gumpalan-
gumpalan bulu sehingga harus dilakukan pencukuran. Pencukuran dilakukan
sedini mungkin untuk menghindari penularan penyakit ataupun kutu domba yang
ada pada bulu domba.
Pada domba jantan, pencukuran bulu dilakukan sebagian saja disisakan
bagian depan mulai dari bagian leher sampai pada bagian lingkar dada, selain
bertujuan untuk memperindah bentuk juga dapat mempengaruhi harga jual.
c. Pemotongan Kuku
Pemotongan kuku dilakukan agar domba dapat berdiri tegak dan mudah
berjalan. Pemotongan kuku dilakukan apabila kuku ternak sudah panjang dan
mengganggu aktivitas berjalan dari ternak tersebut. Pemotongan kuku dilakukan
dengan menggunakan gunting atau alat lain yang tajam dan mudah dalam
aplikasinya. Kuku domba lebih cepat tumbuh sehingga kuku cepat menjadi
panjang dan tidak rata. Kuku ternak yang panjang akan menempel kotoran
didalamnya dan dapat menyebabkan penyakit kuku. Pemotongan kuku dilakukan
setiap tiga bulan sekali oleh kepala kandang.
3) Menjaga Kesehatan Domba
Perawatan kesehatan, pencegahan, dan pengobatan penyakit domba
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha penggemukan
domba. Pencegahan dan pengobatan penyakit merupakan salah satu tata laksana
pemeliharaan yang tidak bisa ditinggalkan karena dengan adanya usaha ini
kerugian yang dialami relatif kecil.
Pencegahan terhadap penyakit harus dilakukannsecara berkala. Usaha
pencegahan yang dilakukan di peternakan Tawakkal antara lain :
a. Pemberian vaksin Antrax oleh Dinas Peternakan setempat
b. Pembersiahan kandang tiap hari
c. Ventilasi dilakukan dengan sebaik mungkin sehingga ternak memperoleh udara
yang cukup dan segar

41
d. Pengawasan terhadap pemberian pakan
e. Pemberian obat cacing, pencukuran bulu, pemandian domba, dan pemotongan
kuku secara berkala

Penyakit yang sering ditemukan selama penggemukan berlangsung di peternakan


Tawakkal adalah diare (mencret), Pink Eye, Orf,dan jamur.

a. Diare (mencret). Diare merupakan jenis penyakit yang sering melanda


peternakan domba. Jenis penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi pada
tingkat yang parah, bisa menyebabkan penyusutan bobot badan pada domba
yang terserang. Penyebabnya bakteri Escherichia coli dan Clostridium
perfringens. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat mulut.
b. Pink Eye. Pink Eye merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, Ricketsia,
Chlamydia. Gejala yang timbul diantaranya mata merah berair dan kelopak
mata membengkak. Pengobatan dilakukan dengan cara membasuh mata
dengan air hangat untuk membersihkan dari sisa kotoran yang menempel
kemudian meneteskan dengan obat mata Oxytetracyclin yang telah dilarutkan
dengan air kemudian dieteskan ke mata yang sakit.
c. Orf ( dakangan). Orf merupakan penyakit yang menular yang menyerang
kulit domba. Penyakit ini disebabkan oleh virus parpox. Tanda klinis yang
terjadi pembengkakan atau lesi berupa benjolan berkeropeng, terutama pada
bagian sekitar mulut (bibir dan lubang hidung). Daerah sekitar mulut
membengkak dan berbau. Jika sudah akut, benjolan bias menyebar ke
sekeliling tubuh, seperti kelopak mata, ambing, scrotum, dan kaki. Pengobatan
yang dilakukan di perusahaan ini adalah diobati dengan cara dibersihkan
dengan air hangat kemudian dikerok atau dikuapas setelah itu diobati dengan
Betadyne.
d. Jamur. Jamur merupakan penyakit kulit yang menyerang pada bagian testis
domba. Penyakit ini disebabkan oleh keadaan kandang dan domba yang tak
terawat (kotor), untuk menghindari jamuran pada domba dengan melakukan
kebersihan kandang maupun kebersihan pada domba. Cara pengobatan di
perusahaan ini dengan cara mengupas jamur dan kemudian mengolesi dengan
Betadyne.

42
4) Perkawinan
Perkawinan domba yang dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal yaitu
dilakukan perkawinan alam tanpa ada Inseminasi buatan. Domba sebelum
dikawinkan diperiksa dengan melihat tanda-tanda domba betina yang sedang
berahi, karena domba tersebut akan mudah bila dikawinkan. Domba yang akan
dikawinkan harus terlihat domba yang sedang berahi dan lama berahi domba
berlangsung 30-40 jam atau 1-2 hari dan saat yang tepat untuk dikawinkan adalah
hari kedua. Domba betina mulai dikawinkan pada umur 12-15 bulan.
Perbandingan antara pejantan dan betina yaitu 1:5. Pelaksanaan
perkawinan yang dilakukan yaitu mencari domba yang sedang birahi lalu
dimasukkan ke dalam kandang koloni khusus untuk perkawin, yang sudah ada
pejantannya. Pejantan dan betina dibiarkan selama dua minggu dengan tujuan
semua betina bisa dikawinkan.
5) Pemasaran
Peternakan Domba Tawakkal menghasilkan dua jenis hasil produksi, yaitu
domba dan kotoran (hasil sampingan). Dalam dua hari sekali Peternakan Domba
Tawakkal bisa menjual domba dalam bentuk karkas sebanyak 2-14 ekor karkas
untuk Restoran dan Catering. Pengiriman untuk kerestoran dalam dua hari sekali
dapat mengirim 7-9 karkas, sedangkan untuk catering biasanya dapat mengirim 5-
7 karkas dan permintaan kadang melebihi karkas yang dikirim biasanya hingga
permintaan tidak dapat dipenuhi.
Hasil sampingan yang merupakan kotoran dijual kepada perusahaan
pengolah pupuk kompos disekitar daerah Caringin. Harga yang ditawarkan untuk
pupuk yang dihasilkan disetiap kandang sama. Harga yang diberikan kepada
konsumen untuk satu karung pupuk adalah berkisar antara Rp 6000,-/ karung.
Kotoran domba biasanya dibeli oleh bapak Warso sebagai pemilik perkebunan
durian monthong Warso Farm ataupun dibeli oleh perusahaan pengolahan pupuk
kandang Antanan.

43
VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA

6.1. Analisis Aspek Non Finansial

Analisis aspek-aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sampai


sejauh mana usaha pembibitan Peternakan Domba Tawakkal layak dilihat dari
aspek-aspek non finansial. Dalam penelitian ini, dikaji beberapa aspek non
finansial diantaranya aspek aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
hukum dan sosial dan lingkungan.
6.1.1. Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan aspek yang menjadi prioritas utama dalam
menentukan layak tidaknya suatu usaha. Jika pasar yang dituju tidak jelas,
prospek usaha kedepannya pun tidak jelas, maka risiko kegagalan usaha menjadi
besar. Untuk itu, dalam menentukan layak tidaknya usaha Peternakan Domba
Tawakkal dari aspek pasar, perlu dikaji dengan baik struktur pasar yang terbentuk
dan peluang pasar yang ada. Melalui strategi pemasaran yang baik pula maka
peluang pasar yang tersedia dapat diraih dengan baik. Suatu usaha dikategorikan
layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar dengan syarat jika tersedia pasar
yang siap menerima produk perusahaan tersebut.
Struktur pasar yang terbentuk pada usaha penggemukan domba adalah
pasar oligopoli. Hal ini terlihat hanya ada beberapa usaha penggemukan domba
sebagai produsen yang menguasai pangsa pasar yang ada. Khusus di daerah
Bogor, usaha yang bergerak di bidang peternakan domba tercatat ada lima
peternakan besar, baik yang bersifat pembibitan maupun penggemukan. Kelima
peternakan besar itu adalah Peternakan Domba Tawakkal di Cimande, PT Caprito
A.P di Carui, Duafa Farm di Pasir Buncir, drg Jajang S di Pekan Sari dan Budi
Susilo di Tegal Waru. Peternakan domba ini masing-masing memiliki populasi
berkisar 250-1200 ekor dengan populasi terbesar dimiliki oleh Peternakan Domba
Tawakkal yaitu 1200 ekor.
Menurut Sugeng dan Sudarmono (2007), ternak domba merupakan ternak
yang memiliki fungsi sosial dan keagamaan. Ketersediaan pasar untuk ternak jenis
ini selalu ada, baik dalam negeri maupun luar negeri semakin terbuka lebar.

44
Secara umum kenyataan ini didorong oleh beberapa faktor yaitu adanya
peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat
akan gizi, dan penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam. Data
dari Direktorat Jenderal Peternakan (2009) menyatakan bahwa permintaan domba
setiap tahun mengalami kenaikan sebesar 24 persen dan permintaan tersebut
masih kewalahan untuk dipenuhi oleh peternak yang ada di Jawa Barat
dikarenakan kapasitas produksi yang masih rendah. Permintaan domba ternyata
bukan berasal dari pasar lokal saja namun juga berasal dari pasar luar negeri,
khususnya dari Timur Tengah. Bahkan baru-baru ini ada pesanan dari pebisnis
asal Timur Tengah sebesar 3.000 ekor per bulan. Permintaan pasokan tersebut
masih belum dapat dipenuhi karena populasi yang masih terbatas. Hal ini
merupakan peluang bagi Peternakan Domba Tawakkal dalam jangka panjang. Jika
dalam perjalanan usahanya Peternakan Domba Tawakkal mampu bersaing dan
mengembangkan skala bisnisnya, tidak mustahil Peternakan Domba Tawakkal
dapat mengambil peran untuk memenuhi kebutuhan daging di pasar internasional.
Sementara itu, produsen yang menawarkan ternak domba tidak sebanding
dengan tingkat permintaan yang ada. Kenyataan ini dapat dilihat dari rendahnya
tingkat pertumbuhan populasi yang tidak sebanding dengan tingkat permintaan
akan ternak domba tersebut. Adanya permintaan daging domba yang cukup besar
baik untuk kebutuhan domestik maupun luar negeri tersebut membuka peluang
bagi Peternakan Domba Tawakkal sebagai salah satu usaha untuk menyediakan
kebutuhan daging domba.
Tabel 11. Data Populasi dan Pemotongan Domba di Kabupaten Bogor Tahun
2010
Tahun Perubahan
Keterangan 2008 2010 persen (% )
Populasi Domba 221.149 280.798 26,97
Pemasukan domba dari 32.381 78.716 143,09
luar kabupaten
Jumlah Pemotongan 167.993 229.761 40,92
Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 4 (2011)

Data tahun 2010 menunjukkan bahwa persentase peningkatan populasi


domba lebih kecil dari pemotongan domba dan pemasukan domba dari luar
Kabupaten Bogor. Untuk memenuhi permintaan konsumen, domba didatangkan
4
( Disnak Jabar] Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2011. Data Statistik Peternakan
2008-2010 http://disnak.jabarprov.go.id [14 April 2012]
45
dari luar kabupaten dan jumlahnya meningkat secara signifikan setiap tahunnya.
Pemotongan domba setiap tahun juga meningkat secara signifikan tanpa didukung
oleh peningkatan populasi domba yang sebanding.
Strategi produk yang dijalankan oleh Peternakan Domba Tawakkal yaitu
dengan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas ternaknya melalui
penanganan di masa produksi. Berkualitas atau tidaknya ternak yang dihasilkan
merupakan hasil penanganan ternak di masa pemeliharaan. Penanganan yang
dilakukan berupa menjaga kebersihan ternak dan kandang, pemberian pakan
secara teratur dan pemberian obat untuk menjaga kesehatan ternak.
Kualitas ternak yang baru datang (dibeli dari luar) perlu dijaga dengan
diberi perlakuan khusus yaitu setelah bakalan sampai di kandang, domba langsung
diberikan perlakuan awal yaitu ditenangkan selama satu hari di kandang lalu
diberi pakan yang telah disediakan sebelumnya. Bakalan yang baru sampai di
kandang biasanya akan sedikit mengalami stres setelah mengalami perjalanan dari
tempat asalnya. Setelah didiamkan sekitar satu hari domba diberi obat cacing,
dicukur dan dimandikan. Pemberian obat cacing dilakukan guna menjaga
kesehatan domba agar pertumbuhannya tidak terganggu karena dari pengalaman
Peternakan Domba Tawakkal sebanyak 90 persen domba yang baru datang
menderita cacingan, sedangkan domba dimandikan agar badannya menjadi lebih
segar dan memiliki nafsu makan yang tinggi.
Pakan yang diberikan berupa rumput yang diperoleh dari daerah sekitar
lokasi. Rumput yang tersedia sangat melimpah sehingga domba tidak pernah
mengalami kekurangan pakan bahkan terkadang cenderung berlebih. Terkadang
meski sisa rumput masih ada, pegawai tetap mengganti dengan rumput yang baru
yang lebih segar. Ketersediaan pakan yang melimpah ini merupakan kekuatan
yang cukup signfikan yang dimiliki oleh usaha ternak domba Peternakan Domba
Tawakkal saat ini. Pakan tambahan berupa ampas tahu juga diberikan sebagai
pakan penguat untuk menutupi zat gizi yang tidak dipenuhi oleh rumput dan
sebagai sumber protein bagi domba. Strategi produk juga dilakukan dengan
pemilihan bakalan domba yang baik yang didapat dari peternak dan masyarakat di
Bogor dan sekitarnya. Pemilihan bakalan ini menjadi salah satu kunci sukses

46
untuk menghasilkan produk yang baik karena bakalan yang baik akan
menghasilkan daging yang baik juga terlabih dengan pemeliharaan yang intensif.
Harga yang diberikan kepada konsumen untuk satu kg bobot hidup domba
betina adalah sebesar Rp 28.000,00 dan biasanya pada hari-hari tertentu seperti
hari raya Idul Adha permintaan terhadap hewan Qurban meningkat tajam, bahkan
melebihi dari jumlah domba jantan yang dipelihara. Harga biasanya meningkat
dari harga yang telah ditentukan. Harga domba yang dijual dalam bentuk karkas
sebesar Rp 50.000,00 per kg karkas dengan daerah pemasaran yang meliputi
wilayah Jabodetabek.
Selain itu Peternakan Domba Tawakkal juga menerapkan harga
berdasarkan taksiran penampilan fisik. Hal ini dimaksudkan untuk melayani calon
pembeli yang lebih detil dalam memilih domba dengan datang langsung ke
kandang. Tidak ada ukuran yang baku dalam menentukan harga, tergantung dari
kesepakatan tawar menawar antara Peternakan Domba Tawakkal dengan calon
pembeli. Penjualan domba dari usaha ternak Peternakan Domba Tawakkal saat ini
mayoritas masih menggunakan sistem jual berdasarkan penampilan fisik. Harga
juga dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan situasi dan kondisi misalnya
pada saat Idul Adha harga dapat menjadi lebih tinggi apalagi dalam kondisi
permintaan sangat banyak.
Dari hasil analisis aspek pasar, dapat disimpulkan bahwa usaha
penggemukan domba Peternakan Domba Tawakkal layak untuk diusahakan
karena kebutuhan akan daging domba di wilayah Bogor masih sangat besar
sementara produksi daging peternak di wilayah Bogor belum mampu memenuhi
kebutuhan yang besar tersebut. Dengan adanya pengembangan Peternakan Domba
Tawakkal dapat mengurangi gap antara permintaan dan penawaran sehingga dapat
memenuhi permintaan domba sebanyak 15 ekor perhari.

6.1.2. Aspek Teknis


Menurut Subagyo (2007) indikator suatu usaha dikatakan layak untuk
dijalankan bila dinilai dari aspek teknis produksi adalah jika secara teknis usaha
tersebut dapat dilakukan dan suistainable. Analisis secara teknis berhubungan
dengan proses pembangunan suatu usaha secara teknis dan pengoperasiannya
setelah usaha dijalankan. Aspek ini menjelaskan beberapa bagian utama dalam

47
pelaksanaan suatu usaha, seperti input usaha (penyediaan) dan output (produksi)
berupa barang-barang nyata dan jasa.
Berdasarkan variabel-variabel utama yang perlu mendapat perhatian dalam
penentuan lokasi perusahaan maka Peternakan Domba Tawakkal memiliki lokasi
yang cukup strategis. Lokasi Peternakan Domba Tawakkal yang strategis dapat
dilihat dari keberadaan bahan baku (pakan hijauan) yang selalu tersedia. Hal ini
dikarenakan posisi Peternakan Domba Tawakkal dekat dengan berbagai area
lapangan hijau tempat tumbuhnya pakan hijauan seperti daerah Lido dan kebun
rumput warga sekitar Desa Cimande. Untuk konsentrat ampas tahu juga sangat
mudah didapatkan karena banyak pabrik pengolah tahu di wilayah Bogor. Selain
itu, lokasi perusahaan juga dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan
transportasi pengangkutan pakan. Fasilitas pendukung utama lainnya berupa
tenaga listrik dan air tersedia cukup baik.
Variabel utama lainnya yang terpenting dalam penentuan lokasi
perusahaan adalah letak pasar yang dituju. Variabel ini berkaitan dengan tujuan
dari perusahaan sendiri yaitu menjadi perusahaan peternakan yang mampu
memenuhi permintaan pasar khususnya wilayah Bogor. Posisi perusahaan yang
terletak di Bogor cukup strategis sebagai lokasi produksi dan tidak mengalami
masalah yang signifikan bagi pihak perusahaan, dan bila dilihat dari segi supply
tenaga kerja, lokasi perusahaan saat ini tidak menjadi masalah karena kebutuhan
tenaga kerja masih terpenuhi.
Saat ini Peternakan Domba Tawakkal sudah beroperasi dalam skala
menengah. Karena permintaan akan daging domba cukup tinggi, maka peluang
untuk meraih keuntungan besar dapat diperoleh dengan memperluas skala usaha.
Kapasitas perusahaan juga masih belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini
dapat dijadikan modal dalam rencana perluasan skala usaha. Dapat dikatakan
bahwa Peternakan Domba Tawakkal masih sangat berpotensi untuk meningkatkan
skala usahanya untuk mencapai skala ekonomis.
Kandang utama Peternakan Domba Tawakkal didirikan di desa Cimande
Hilir Kecamatan Caringing Kabupaten Bogor. Kandang dibangun dari bahan kayu
dengan umur ekonomis selama sepuluh tahun. Layout dan gambar kandang di
peternakan dapat dilihat pada Lampiran 4.

48
a. Ketersediaan bahan baku
Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional adalah
pakan ternak. Pakan yang dibutuhkan yaitu ampas tahu sebagai konsentrat dan
rumput hijau. Ampas tahu diperoleh dari pabrik ampas tahu di wilayah Bogor
yaitu Caringin, Cigombong, Cikereteg, dan Batu Tulis yang dibeli dengan sistem
kontrak. Hijauan diperoleh dari kegiatan menyabit rumput yang disabit di sekitar
daerah Cigombong (Lido, Ciletuh, dan Sempur), Caringin, Pancawati, dan
Ciherang Bogor. Setiap hari, penyabit rumput harus menyediakan 30 karung
rumput hijau per kandangnya. Hijauan tidak terlalu sulit untuk didapatkan di
daerah Cimande masih banyak lapangan-lapangan kosong dan kebun-kebun
sengon yang menghasilkan rumput hijau. Tidak ada perjanjian khusus antara
Peternakan Domba Tawakkal dengan pemilik kebun karena adanya hubungan
yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Peternakan Domba
Tawakkal mendapatkan rumput secara mudah dan kebun pemilik lahan bersih dari
rumput liar.
b. Tenaga listrik dan air
Listrik diperlukan untuk proses penerangan pada kandang, kantor dan
untuk memompa air dari sumur bor ke bak penampungan. Listrik diperoleh
perusahaan dengan berlangganan kepada PLN serta membayar iuran tiap bulan
sesuai daya yang digunakan. Daya listrik yang digunakan pada Peternakan Domba
Tawakkal adalah sebesar 900 watt, karena kebutuhan untuk memompa air dengan
menggunakan empat mesin pompa air.
Air merupakan kebutuhan yang mutlak, baik untuk keperluan hidup
ternak, sanitasi, maupun keperluan sehari-hari. Kebutuhan air bersih untuk
keperluan operasional peternakan maupun untuk kepentingan lainnya pada saat ini
didapatkan dari sumber air yang berasal dari tiga sumur gali dan satu sumur bor,
yang sebelumnya ditampung pada bak penampung air yang berjumlah empat
penampung air pada masing-masing kandangnya. Sumber air ini digunakan untuk
mandi para pegawai, untuk memandikan domba, membersihkan selokan kandang,
lantai kandang dan mencuci kandang juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
karyawan. Kondisi geografis Kabupaten Bogor membuat ketersediaan air

49
tercukupi sepanjang tahun sehingga setiap kebutuhan operasional yang
membutuhkan air selalu dapat tercukupi sacara melimpah.
c. Fasilitas Trasportasi
Transportasi yang dibutuhkan oleh Peternakan Domba Tawakkal yaitu
mobil pick-up untuk mengangkut rumput, ampas tahu dan juga untuk mengantar
domba ke konsumen. Peternakan Domba Tawakkal memiliki dua unit mobil pick-
up untuk kegiatan opersional di peternakan. Kondisi umum di daerah Cimande
baik karena Tawakal Farm dekat dengan jalan umum yang teraspal dan dekat
dengan jalan raya yang menghubungkan dengan desa lain. Kondisi jalan yang
baik ini menunjang kelancaran transportasi kegiatan operasional (Gambar 3).

Gambar 3. Mobil Angkut dan Fasilitas Jalan Menuju Peternakan Domba


Tawakkal Tahun 2012
Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012)

Transportasi digunakan baik untuk mengangkut ternak, makanan ternak,


sampai dengan kegiatan pendukung lainnya Kegiatan operasional dimulai pada
pukul 06.00 WIB dan mobil angkut akan membawa karyawan penyabit untuk
mencari rumput. Pada sore hari sekitar pukul 15.00 WIB maka rumput akan
dibawa ke kandang untuk dibagikan kepada domba. Pencarian rumput dan
pengangkutan ampas tahu dilakukan secara bersamaan sehingga dibutuhkan dua
kenderaan operasional. Ketersediaan mobil angkut sangat membantu sehingga
memudahkan pengangkutan pakan menuju Peternakan Domba Tawakkal.
Kondisi jalan menuju Peternakan Domba Tawakkal masih semi batu dan
belum diaspal. Meski demikian, ketika hujan tidak akan mengganggu proses
keluar masuknya kenderaan ke Peternakan Domba Tawakkal

50
d. Lay Out
Keberhasilan dalam pemeliharaan ternak sangat dipengaruhi oleh
tersedianya bangunan kandang yang baik. Kandang yang baik akan berpengaruh
terhadap peningkatan laju pertumbuhan dan kesehatan domba. Terdapat lima unit
kandang pada lokasi peternakan, yaitu kandang A, B, C, D dan E. Posisi kelima
kandang membentang dari Utara ke Selatan dan dinding kandang menghadap arah
Timur dan Barat. Posisi yang seharusnya yaitu kandang menghadap ke Timur
Barat dan dindingnya menghadap Utara Selatan. Posisi kandang Peternakan
Tawakkal ini menyebabkan sinar matahari hanya sampai ke beberapa tempat saja
yaitu pada pagi hari sinar matahari mengenai kandang paling kanan dan pada sore
hari mengenai kandang paling kiri. Walaupun tidak mendapatkan sinar matahari
secara bersamaan, namun hal ini tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi
pertumbuhan domba.. Sinar matahari penting bagi kesehatan domba dan menjaga
agar keadaan kandang tidak lembab.
Sistem perkandangan yang dimiliki di Peternakan Domba Tawakkal yaitu
menggunakan kandang panggung. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan
kandang panggung, di antaranya sebagai berikut.
Kelebihan kandang panggung :
a. Kandang relatif lebih bersih karena kotoran, urine dan sampah langsung jatuh
ke bawah kolong sehingga lantai kandang selalu dalam keadaan kering.
b. Perkembangan kuman/bibit penyakit dapat ditekan sehingga ternak jadi lebih
sehat.
Kekurangan kandang panggung :
a. Biaya pembuatan lebih mahal.
b. Ada risiko kecelakaan karena ternak dapat terperosok.
c. Kandang memikul lebih berat.
Besar kecilnya kandang (ukuran bangunan kandang) ditentukan dari
populasi yang ingin dicapai. Setiap ekor domba memerlukan luas ruangan (pen)
yang berbeda sesuai dengan umurnya. Pada penggemukan (fattening) dan
pembibitan (breeding) di peternakan domba Tawakkal terdapat dua jenis kandang
yang berbeda yaitu kandang sekat (individu) dan kandang koloni (kelompok). Di
peternakan Tawakkal kandang sekat atau individu digunakan untuk kandang

51
penggemukan. Untuk ukuran bobot badan domba 15 -35 kg kandang sekat per
individu berukuran panjang 110 cm, lebar 45 cm dan tinggi 100 cm. Untuk domba
ukuran bobot badan domba 35 100 kg berukuran panjang 130 cm, lebar 75 cm
dan tinggi 110 cm.
Kandang yang digunakan untuk pembibitan di Peternakan Domba
Tawakkal menggunakan kandang koloni (kelompok) yang mempunyai ukuran
panjang 110 cm, lebar 130 cm dan tinggi 90 cm yang diisi oleh domba 2-3 ekor
dan kandang koloni untuk domba dara berukuran panjang 300 cm, lebar 150 cm
dan tinggi 90 cm yang diisi oleh domba 6-8 ekor. Selain itu, mempunyai kandang
untuk kawin domba dengan bentuk kandang koloni yang mempunyai ukuran
panjang 220 cm, lebar 190 cm dan tinggi 90 cm yang terletak di kandang D.
Kandang dibangun bersekat-sekat yang dapat dilepas dan dipasang
kembali sesuai kebutuhan pemeliharaan. Sekat untuk sistem individu dibuat hanya
cukup untuk satu ekor domba dengan ukuran panjang 95-100 cm dan lebar 45-50
cm. Sekat untuk sistem koloni bervariasi ukurannya, hal ini karena adanya
perbedaan desain sekat pada tiap-tiap kandang. Perbedaan desain sekat ini juga
meneyebabkan terjadinya perbedaan jumlah domba yang dapat ditampung pada
tiap kandang koloni pada masing-masing kandang. Ukuran kandang pada
Peternakan Domba Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 12. Ukuran kandang yang terdapat di Peternakan Domba Tawakkal


Panjang Lebar Tinggi Tinggi Panggung
Kandang
(cm) (cm) (cm) (cm)
A 3060 320 270 75
B 3060 360 270 75
C 3000 800 355 150
D 3300 750 355 100
E 3000 800 355 100
Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012)

Kandang yang dibuat harus cukup kuat. Tiang-tiang kandang harus


mampu menopang semua beban dari keseluruhan bangunan kandang. Oleh karena
itu, jenis bahan yang digunakan harus dipilah-pilah. Bagian-bagian tertentu,
seperti dinding dan atap harus dibuat seringan mungkin, tetapi cukup kuat,
sirkulasi udara yang baik dan sesuaikan dengan kondisi setempat.

52
Tiang kandang harus dapat menyangga keseluruhan bangunan kandang
sehingga kandang berfungsi dengan baik dan tahan lama. Tiang utama yang
digunakan di Peternakan Domba Tawakkal adalah kayu balok (kayu nangka).
Kayu ini sangat kuat dan tahan terhadap air yang memungkinkan kayu menjadi
lembab dan keropos. Kayu balok ini memiliki ketebalan yang berukuran 12 cm x
12 cm dan panjang tiga meter. Tiang utama berfungsi untuk menyangga beban
kandang dan isinya. Tiang utama yang digunakan di Peternakan Domba Tawakkal
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tiang Utama Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal


Tahun 2012
Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012)

Di Peternakan Domba tawakkal dinding kandang terbuat dari papan dan


bilah bambu dengan bagian dinding bercelah. Dinding kandang berguna untuk
membentengi domba agar tidak lepas keluar, menahan angin langsung masuk ke
dalam kandang dan menahan keluarnya panas dari tubuh ternak itu sendiri pada
malam hari. Untuk menjamin sirkulasi udara dalam kandang selalu dalam
keadaan segar dan tidak terlalu panas di saing hari atau domba tidak kedinginan
pada malam hari, maka konstruksi kandang dapat diatur dengan cara membuat
dinding kandang bercelah sehingga memberi kesempatan sinar matahari untuk
masuk secara langsung ke dalam kandang yang membantu mengurangi mikroba
penyakit. Dinding kandang di Peternakan Domba Tawakkal dapat dilihat pada
Gambar 5.

53
Gambar 5. Dinding Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal Tahun
2012
Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012)

Tinggi lantai kandang rata-rata sekitar 130 cm dari permukaan tanah. Hal
ini dilakukan agar kondisi kandang tidak terlalu lembab akibat genangan air dari
tanah di bawah lantai kandang. Lantai kandang di Peternakan domba Tawakkal
terbuat dari bilahan bambu dengan lebar celah 1,5-2 cm sehingga kotoran dan air
kencing mudah jatuh ke tempat penampungan dan tidak menumpuk di lantai
o
kandang. Di bawah lantai kandang A dan B disemen dengan kemiringan 45
sedangkan kandang C, D, E dibiarkan beralaskan tanah datar. Fungsi lantai ialah
tempat untuk berdirinya ternak dan pelepas lelah untuk berbaring. Persyaratan
lantai kandang antara lain harus rata, tidak licin, tak terlalu keras atau tajam dan
tahan lama Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Lantai Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012


Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012)

Pintu kandang yang digunakan di peternakan domba Tawakkal terbuat dari


kayu durian. Ukuran pintu setiap kandang berbeda-beda, untuk kandang A dan B
bentuk pintu setengah badan dan terletak di bagian depan dan belakang,

54
sedangkan bentuk kandang C, D, dan E terdapat pintu di bagian depan saja.
Ukuran pintu kandang A lebar 70 cm dan tinggi 110 cm sebanyak satu buah pintu,
pintu kandang B lebar 100 cm dan tinggi 110 cm sebanyak satu buah pintu, pintu
kandang C lebar 90 cm dan tinggi 190 cm sebanyak dua buah pintu, pintu
kandang D dan E dengan lebar 80 cm dan tinggi 195 cm masing-masing memiliki
dua buah pintu. Pintu kandang berguna untuk memasukkan dan mengeluarkan
domba saat pemeliharaan dan memudahkan peternak peternak dalam
membersihkan kandang.
Tempat pakan yaitu tempat untuk menyediakan pakan seperti rumput dan
ampas tahu. Fungsi tempat pakan untuk menghindari pakan berupa hijauan tidak
termakan karena berceceran di lantai, terinjak-injak, dan tercampur dengan
kotoran domba. Ukuran yang dimiliki di peternakan domba Tawakkal untuk
tempat pakan domba penggemukan berukuran lebar atas 45 cm, lebar bawah 35
cm, tinggi bagian dalam 25 cm dan tinggi bagian luar 35 cm. Tempat pakan
khusus ampas tahu berupa bahan plastik atau bekas tempat menyimpan minyak
sayur yang telah dibelah dua bagian, dengan ukuran lebar 30 cm, panjang 50 cm
dan tinggi kedalaman 15 cm. Tempat pakan dapat dilihat pada Gambar 7 .

Gambar 7. Pakan Untuk Rumput dan Tempat Pakan Untuk Ampas Tahu di
Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012
Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012)

Kandang di peternakan domba Tawakkal berupa pangung sehingga tangga


kandang diperlukan agar para petugas ataupun domba yang kebetulan keluar
masuk tidak akan mengalami kesulitan Tangga yang dimiliki di peternakan domba
Tawakkal yaitu terbuat dari bahan semen. Dapat dilihat pada Gambar 8.

55
Gambar 8. Tangga Kandang Domba di Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012
Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012)

Berdasarkan hasil analisis teknis, dapat dikatakan bahwa usaha dari bisnis
domba yang dilaksanakan layak untuk dilaksanakan. Ketersediaan sarana dan
prasarana untuk menunjang kegiatan teknis dapat disediakan oleh pemilik
peternakan. Pakan hijauan dan ampas tahu yang tersedia sepanjang tahun
menjadikan kegiatan teknis dapat dilakukan secara suistainable. Peralatan dan
teknologi yang digunakan masih sederhana, namun tidak mengganggu kelancaran
aktifitas para karyawan saat bekerja.

6.1.3. Aspek Manajemen


Analisis aspek manajemen dilakukan untuk melihat apakah pembangunan
dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan
sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar. 2007).
Analisis aspek manajemen umumnya menilai para pengelola proyek dan struktur
organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan berhasil apabila dijalankan oleh
orang-orang yang profesional mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
pengendaliannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur
organisasi harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyek, serta kebutuhan tenaga
kerja harus terperinci dengan baik.
Untuk menyusun studi kelayakan, menjalankan dan mengoperasikan bisnis
diperlukan manajemen. Proses pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki organisasi
atau perusahaan tidak akan optimal apabila prinsip-prinsip manajemen tidak
diterapkan secara konsisten. Pada setiap kegiatan, perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian harus dijalankan secara berkesinambungan
(Subagyo. 2007). Aspek manajemen perlu dikaji agar proyek yang didirikan dan
dioperasikan nantinya dapat berjalan dengan lancar (Suratman. 2002).

56
Peternakan Domba Tawakkal memiliki struktur organisasi yang sederhana,
dengan prinsip kekeluargaan menjadi dasar pengelolaannya namun
profesionalisme tetap dipegang melalui spesialis kerja, hanya mungkin tingkat
penggunaan energi masing-masing berbeda.
Peternakan Domba Tawakkal dikoordinasikan oleh satu orang sekaligus
pemilik peternakan tersebut dan mencakup empat tugas yaitu produksi,
pemasaran, distribusi dan supplier stock. Pertama, produksi yakni memanajemen
agar ternak domba selalu tersedia, sehat, dan siap untuk dijual. Disamping itu
mengelola sistem keuangan dan administrasi perusahaan. Kedua, pemasaran
berusaha agar ternak domba yang ada di kandang dapat terjual cepat karena untuk
mencapai target pendapatan tiap bulannya melalui kegiatan promosi. Ketiga,
distribusi bertugas untuk mengantarkan ternak domba yang dipesan oleh pembeli
atau konsumen ke tempat tujuan. Terakhir supplier stock adalah penanggung
Jawab pemasok atau supplier.
Peternakan Domba Tawakkal memiliki empat kepala kandang dengan
masing-masing tanggung Jawabnya. Kepala kandang, masing-masing
bertanggung Jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kandang dan kegiatan
sehari-hari di kandang. Kegiataan sehari-hari yang dilakukan antara lain
memberikan pakan, membersihkan kandang, mencukur bulu domba, memandikan
domba, menggunting kuku domba, memberikan obat-obatan, dan mengawinkan
domba (khusus kandang breeding). Dalam hal pemberian pakan, kepala kandang
dibantu oleh karyawan yang bertugas khusus mencari pakan rumput hijauaan dan
memberikan pakan rumput hijauan. Satu orang karyawan khusus yang bertugas
mengambil pakan tambahan yaitu ampas tahu di pabrik tahu sekitar Bogor. Satu
orang supir bertugas mengantar karyawan arit dan karyawan pengambilan ampas
tahu, supir pun bertanggung Jawab dalam hal transportasi seluruh kegiatan.
Struktur organisasi Peternakan Domba Tawakkal dapat dilihat pada Gambar 9.

57
Gambar 9. Struktur Organisasi pada Peternakan Domba Tawakkal Tahun 2012
Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012)

Pembagian tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut :


1. Pemilik
a. Merupakan pemilik dari perusahaan sebagai pimpinan tertinggi dan bertugas
mengurusi masalah administrasi penjualan dan pembukuan di peternakan.
b. Melakukan negosiasi kepada pelanggan dan pemasok baik untuk penjualan
maupun pembelian input
c. Mencari daerah pemasaran potensial untuk domba pembibitan dan
penggemukan
d. Memfokuskan dan mengimplementasikan semua kebijakan yang telah
ditetapkan kepada karyawan untuk perkembangan usaha Peternakan Domba
Tawakkal

2. Kepala Kandang
a. Bertanggung Jawab terhadap seluruh kegiatan operasional kandang mulai dari
kebersihan kandang, mengawinkan domba, mengatur siklus perkawinan,
perawatan induk pasca kelahiran anakan, pemberian obat dan vitamin,
pencukuran bulu serta bertanggung Jawab terhadap keamanan kandang pada
siang hari.
b. Mengontrol kinerja anak kandang
c. Jam kerja mulai dari pukul 06.00-16.00 WIB
3. Anak Kandang
a. Bertanggung Jawab dalam hal penyedianan pakan (hijauan).
b. Membantu kepala kandang dalam memberikan pakan pada pagi dan sore hari.

58
c. Jam kerja mulai dari pukul 06.00-16.00 WIB.
4. Supir
a. Bertanggung Jawab terhadap setiap kegiatan transportasi dalam pengadaan
pakan hijauan, ampas tahu dan pengantaran penjualan domba ke pembeli
b. Jam kerja mulai dari pukul 06.00-16.00 WIB
5. Pemikul ampas tahu
a. Bertanggung Jawab dalam pengangkutan ampas tahu dari pabrik hingga ke
masing-masing kandang.
b. Jam kerja mulai dari pukul 06.00-16.00 WIB.
6. Keamanan
a. Bertugas menjaga keamanan di peternakan terutama pada malam hari.
b. Jam kerja mulai dari pukul 20.00-06.00 WIB.
Dalam struktur organisasi ini pemilik berwenang sebagai penentu
keputusan yang akan diambil oleh perusahaan. Dengan wewenang tersebut,
pemilik memiliki kekuasaan penuh untuk menentukan keputusan yang akan
diambil. Pemilik juga melakukan pengawasan langsung terhadap kinerja para
pekerjanya.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu
perusahaan, tujuannya adalah untuk membantu dalam proses kelancaran dalam
produksi. Jumlah pegawai di Peternakan Domba Tawakkal seluruhnya berjumlah
17 pegawai, distribusi jumlah pegawai masing-masing bagian dapat dilihat pada
Tabel 12.
Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan dari aspek manajemen jika
perusahaan menerapkan prinsip-prinsip manajemen secara konsisten. Peternakan
Domba Tawakkal sebagai sebuah perusahaan telah memiliki struktur organisasi
meski masih sangat sederhana seperti yang terlihat pada Gambar 3. Struktur
organisasi sebenarnya juga dapat menjadi gambaran tipe organisasi yang
digunakan oleh perusahaan. Usaha ternak domba Peternakan Domba Tawakkal
saat ini sudah memiliki struktur organisasi yang jelas sehingga pegawai maupun
pemilik melakukan pekerjaan masing-masing menurut pekerjaan yang telah
ditetapkan pemilik. Dalam upaya pengembangan usahanya pemilik Peternakan

59
Domba Tawakkal telah membuat perencanaan usaha walaupun rencana usaha ini
belum terdokumentasikan.

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Karyawan Peternakan Domba Tawakkal


No. Nama Status Pekerjaan Pendidikan
1 Drs. H. Benyamin Pimpinan Peternakan S1
2 Andi Sopir SMA
3 Yeyen Kepala Kandang A dan B Sekolah Peternakan
4 Acep Kepala Kandang C SD
5 Farid Kepala Kandang D SD
6 Sodikin Kepala Kandang E SD
7 Odong Keamanan SD
8 Mukti Karyawan SD
9 Ucup Karyawan SD
10 Idris Karyawan SD
11 Komar Karyawan SD
12 Ruslan Karyawan SD
13 Arul Karyawan SD
14 Misbah Karyawan SD
15 Arul Karyawan SD
16 Agus Karyawan SD
17 Muklis Karyawan SD
18 Irvan Karyawan SD
Sumber : Peternakan Domba Tawakkal (2012)

6.1.4. Aspek Hukum


Menurut Subagyo (2007) suatu usaha dikatakan layak secara aspek hukum
jika usaha tersebut legal. Legal atau ilegalnya suatu perusahaan ditentukan oleh
ada tidaknya surat izin untuk mendirikan usaha.
Sampai saat ini Peternakan Domba Tawakkal belum memiliki bentuk
badan usaha dan hukum yang jelas. Peternakan Domba Tawakkal belum memiliki
badan usaha dan saat ini hanya sebatas perizinan dari pemerintahan Desa
Cimande. Dari hasil wawancara diketahui pemilik Peternakan Domba Tawakkal
sendiri pernah mengurus surat izin usaha kepada Dinas Peternakan di kabupaten.
Pemilik peternakan telah mengantongi surat izin prinsip dan persetujuan prinsip
dari sekitar peternakan sebagai kelengkapan administrasi, namun dalam proses
selanjutnya terkendala dalam mengurus administrasi yang berbelit-belit di kantor
peternakan kabupaten. Dengan keadaan seperti ini, pemilik enggan untuk
melanjutkan proses penyelesaian izin usaha.

60
Peternakan Domba Tawakkal dengan skala usahanya yang saat ini belum
memiliki izin usaha resmi dari pemerintah, namun dalam pelaksanaan bisnisnya
Peternakan Domba Tawakkal belum pernah mengalami kendala dalam
aktivitasnya. Izin lokasi yang didapatkan dari masyarakat sekitar peternakan dan
dari kelurahan setempat cukup sebagai izin untuk keberlangsungan peternakan.

6.1.5. Aspek Sosial dan Lingkungan


Menurut Gittinger (1986) suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial
memberi dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh terhadap
devisa negara, membuka peluang kerja, dan berdampak positif terhadap
pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan.
Keberadaan Peternakan Domba Tawakkal menimbulkan berbagai dampak,
baik dampak sosial maupun lingkungan. Adanya Peternakan Domba Tawakkal
memberikan dampak secara ekonomi berupa penyerapan tenaga kerja bagi
masyarakat di sekitar Peternakan Domba Tawakkal.
Usaha yang dijalankan oleh Peternakan Domba Tawakkal juga
memberikan pengaruh bagi pendapatan negara atau pemerintah daerah berupa
pajak dari keuntungan usaha. Selain itu, keberadaan Peternakan Domba Tawakkal
tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah sekitar proyek.
Peternakan Domba Tawakkal memang menghasilkan limbah berupa kotoran
ternak, namun bau yang dihasilkan tidak mengganggu masyarakat sekitar karena
lokasi kandang mempunyai jarak dengan pemukiman warga sehingga bau dari
kotoran tidak sampai ke pemukiman warga. Berbeda dengan kegiatan usaha
perindustrian yang menghasilkan limbah, kegiatan usaha peternakan domba yang
dilakukan oleh Peternakan Domba Tawakkal ini tidak menghasilkan limbah yang
dapat berdampak buruk bagi keseimbangan lingkungan. Peternakan Domba
Tawakkal juga memberikan peluang kerja tambahan bagi masyarakat sekitar.
Contohnya adalah pada saat pembangunan, dimana perusahaan membutuhkan
tenaga kerja untuk pembuatan kandang dan juga tenaga kerja untuk kegiatan
teknis yang direkrut dari sekitar daerah Cimande.
Setiap tahun juga pemilik Peternakan Domba Tawakkal memberikan
santunan kepada 150 keluarga disekitar peternakan. Kegiatan ini rutin dilakukan

61
sebagai tanggungJawab sosial kepada masyarakat sekitar. Untuk kegiatan sosial di
desa, Haji Bunyamin juga ikut berpartisipasi dalam bentuk sumbangan dana.
Jika dilihat dari aspek sosial peternakan domba Peternakan Domba
Tawakkal ini layak untuk dijalankan karena memberikan dampak positif yang
diberikan kepada warga sekitar. Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat
merusak lingkungan, kegiatan usaha ini juga dapat menambah kesempatan kerja
bagi masyarakat sekitar dan memberikan kontribusi bagi negara berupa pajak.

6.2. Analisis Finansial


Analisis finansial bertujuan untuk melihat sejauh mana kelayakan
pelaksanaan usaha ini dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan
menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi seperti Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback
Period (PP) dan analisis Switching Value. Untuk menganalisis kriteria-kriteria
tersebut digunakan suatu metode perhitungan atau yang sering disebut arus kas
(cash flow). Cash flow disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu
periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut
dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Lebih
sederhanannya cash flow bertujuan untuk mengetahui besarnya manfaat yang
diterima dan biaya yang dikeluarkan dalam proyek atau usaha yang dijalankan
oleh Peternakan Domba Tawakkal.
Langkah penting lainnya yang digunakan untuk menentukan berhasilnya
aspek finansial adalah membuat laporan laba rugi. Laporan laba rugi berisi
tentang total penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh
suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi. Laporan laba rugi
menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama
periode tertentu.
Dalam penelitian ini terutama dalam aspek pembahasan finansialnya, akan
menggunakan dua jenis skenario perhitungan, skenario I berupa perhitungan
bisnis yang berjalan tanpa adanya pengembangan bisnis. Kondisi Peternakan
Domba Tawakkal saat ini yaitu memiliki kandang berjumlah lima unit diatas
lahan seluas 3000 m 2 dengan total kapasitas maksimal yaitu 1200 ekor domba.
Selanjutnya skenario II, Peternakan Domba Tawakkal akan memperluas kapasitas

62
produksi domba yaitu penambahan tiga unit kandang penggemukan dan
pembibitan diatas lahan seluas 3000 m 2 dengan kapasitas maksimal 900 ekor

domba.

6.2.1. Analisis Kelayakan Finansial dengan Kondisi Tanpa Pengambangan

Analisis kelayakan finansial menggunakan dasar perhitungan harga yang


berlaku sekarang dan dilakukan per tahun. Jangka waktu analisis dilakukan
selama 10 tahun. Analisis finansial yang dilakukan meliputi analisis investasi dan
reinvestasi, pembiayaan dan proyeksi laba-rugi. Analisis kelayakan finansial
dilakukan dengan dua skenario yaitu skenario pertama analisis kelayakan pada
kondisi sekarang yaitu dengan lima kandang domba dan belum melakukan
pengembangan bisnis dan untuk skenario ke dua adalah melakukan
pengembangan bisnis dengan menambah tiga unit kandang dengan luasan tanah
2
sekitar 3000 m , analisis yang dilakukan juga dengan menghitung nilai terhadap
Switching value terhadap penurunan harga jual domba jantan dan kenaikan biaya
pakan ampas tahu. Komponen yang terdapat pada analisis ini merupakan
komponen yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Komponen pertama
yang dianalisis pada penelitian ini yaitu :
1) Analisis Biaya (Outflow)
Komponen biaya yang dikeluarkan dalam budidaya domba mencakup
biaya investasi, biaya reinvestasi dan biaya operasional yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Berikut adalah rincian biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur bisnis.
A. Biaya Investasi dan biaya reinvestasi
Biaya investasi yang dikeluarkan pada saat awal usaha yaitu pada tahun
pertama. Biaya ini merupakan biaya dalam pengadaan barang-barang investasi.
Apabila terdapat aset yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur usaha,
maka dilakukan reinvestasi. Biaya investasi pada Peternakan Domba Tawakkal
dapat dilihat pada Tabel 13.
Besaran biaya investasi awal yang dikeluarkan oleh Peternakan Domba
Tawakkal pada investasi awal yaitu sebesar Rp 1.367.650.000,00. Barang-barang
investasi yang mempunyai nilai paling besar yaitu kandang, tanah, indukan dan
mobil pick up. Besarnya nilai investasi awal ini dipengaruhi oleh skala peternakan
yang mencapai 1200 ekor sehingga dibutuhkan biaya investasi awal yang besar

63
juga. Barang-barang investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha
mengalami penyusutan setiap tahunnya dengan proporsi yang berbeda.
Tabel 14. Biaya Investasi Pada Kondisi Tanpa Pengembangan di Peternakan
Domba Tawakkal
Harga Satuan Total Harga
No. Jenis Investasi Jumlah Satuan
(Rp) (Rp)
1 Tanah 3000 Meter2 100.000 300.000.000
2 Kandang 5 Unit 100.000.000 500.000.000
3 Bangunan 4 Unit 20.000.000 80.000.000
4 Furniture Kantor 1 Set 4.000.000 4.000.000
5 Induk Betina 300 Ekor 650.000 195.000.000
6 Induk Jantan 10 Ekor 750.000 7.500.000
7 Tower, Pompa, Sumur, Bak 4 Set 2.000.000 8.000.000
8 Selang 5 Unit 325.000 1.625.000
9 Garu 3 Unit 30.000 90.000
10 Gergaji 3 Unit 100.000 300.000
11 Drigen 500 Unit 20.000 10.000.000
12 Cangkul 4 Unit 30.000 120.000
13 Timbangan 2 Unit 100.000 200.000
14 Gunting Cukur 8 Unit 10.000 80.000
15 Gunting kuku domba 4 Unit 40.000 160.000
16 Kunci tanduk 1 Lembar 15.000 15.000
17 Sapu Lidi 8 Unit 2.500 20.000
18 Sekop 3 Unit 50.000 150.000
19 Sabit rumput 13 Unit 30.000 390.000
20 Mobil Pick-up 2 Unit 130.000.000 260.000.000
TOTAL BIAYA INVESTASI (Rp) 1.367.650.000

Penyusutan masing-masing barang investasi dipengaruhi umur teknis yang


mampu diperoleh dari barang investasi. Dasar penentuan umur teknis diperoleh
dari lama barang tersebut dapat dipergunakan denga layak. Umur teknis dari tiap
barang investasi yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 14.
Dalam hal ini, tanah tidak diperhitungkan umur ekonomisnya karena tanah
dapat dipergunakan sepanjang tahun (melebihi umur usaha) dan tidak berkurang
nilai kesuburannya atau nilai spesifik lainnya sehingga dalam penyusutan, tanah
tidak dimasukkan di dalamnya. Induk domba juga tidak dihitung nilai
ekonomisnya karena domba akan ber-regenerasi. Anakan domba yang dilahirkan
oleh indukan yang dibeli pada investasi awal akan dijadikan sebagai indukan
untuk periode berikutnya. Untuk pejantan masa ekonomisnya tidak
diperhitungkan karena pejantan dapat mengawini betina sepanjang tahun.

64
Tabel 15. Umur Ekonomis dari Investasi pada Kondisi Tanpa Pengembangan di
Peternakan Peternakan Domba Tawakkal
Umur Ekonomis Penyusutan
No. Jenis Investasi
(Tahun) (Rp)
1 Tanah - -
2 Kandang 10 50.000.000
3 Bangunan 10 8.000.000
4 Furniture Kantor 10 400.000
5 Induk Betina - -
6 Induk jantan - -
7 Tower, Pompa, Sumur, Bak 5 1.600.000
8 Selang 3 541.667
9 Garu 3 30.000
10 Gergaji 3 100.000
11 Drigen 3 3.333.333
12 Cangkul 3 40.000
13 Timbangan 5 40.000
14 Gunting Cukur 1 80.000
15 Gunting kuku domba 2 80.000
16 Kunci tanduk 10 1.500
17 Sapu Lidi 1 20.000
18 Sekop 3 50.000
19 Sabit rumput 3 130.000
20 Mobil Pick-up 10 26.000.000

Selain biaya investasi, ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh


perusahaan agar usaha pembibitan dapat terus berjalan ketika barang investasi
yang dikeluarkan telah habis umur ekonomisnya. Barang-barang investasi yang
umur ekonomisnya dibawah umur usaha akan dilakukan reinvestasi setiap akhir
periode umur ekonomis. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi,
hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur usaha.
Pada tahun ke-2, dilakukan reinvestasi sebesar Rp 100.000,00 untuk
mengganti barang-barang investasi yang umurnya hanya satu tahun yaitu gunting
cukur dan sapu lidi. Untuk tahun ke-3 reinvestasi sebesar Rp 260.000,00
dilakukan untuk mengganti barang-barang yang berumur satu dan dua tahun yaitu
gunting cukur, gunting kuku dan sapu lidi. Pada tahun ke-4 biaya reinvestasi
meningkat untuk mengganti barang yang berumur satu tahun dan tiga tahun yaitu
empat set tower, selang, garu, gergaji, drigen, cangkul, gunting cukur, gunting
kuku dapu lidi, sekop, sabit rumput dengan total sebesar Rp 12.775.000,00.
Reinvestasi pada tahun ke-5 sama dengan tahun ke tiga yaitu mengganti barang
yang berumur satu dan dua tahun. Untuk reinvestasi tahun ke-6 yang mencapai

65
Rp 8.300.000,00 digunakan untuk mengganti tower, pompa dan bak yang
mencapai empat set serta timbangan, gunting cukur dan sapu lidi. Tahun ke-7
reinvestasi untuk mengganti barang yang berumur satu tahun, dua tahun tiga tahun
dan lima tahun dengan total reinvestasi sebesar Rp 12.935.000,00. Tahun ke-8
reinvestasi sama dengan tahun ke-2, tahun ke-9 nilai dan barang reinvestasinya
sama dengan tahun ke-3 dan tahun ke-10 nilai dan barang reinvestasi yang
dilakukan sama dengan tahun ke-4.
B. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama
pelaksanaan usaha. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Ada tujuh komponen biaya tetap yang dikeluarkan Peternakan Domba Tawakkal
setiap tahunnya antara lain gaji karyawan, biaya listrik dan air, THR karyawan,
biaya komunikasi, dana kegiatan sosial, pembelian ampas tahu, Pajak Bumi dan
Bangunan dan biaya penyusutan. Besaran biaya tetap yang dikeluarkan setiap
tahun dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 16. Biaya Tetap pada Peternakan Domba Tawakkal (Tanpa Pengembangan
Bisnis)
Biaya per Tahun (Rp)
No Biaya Tetap
1-10
1 Listrik 4.200.000
2 THR Karyawan 5.100.000
3 Komunikasi 1.200.000
4 Kegiatan Sosial 7.500.000
5 PBB 744.000
Total 18.744.000

Listrik dikeluarkan dengan besaran Rp 350.000 per bulan yang digunakan


untuk membiayai penerangan dan menghidupkan mesin pompa air di peternakan.
Untuk THR karyawan dibayarkan sebesar Rp 300.000,00 per tahun bagi masing-
masing karyawan untuk bonus hari raya Idul Fitri. Untuk kegiatan pemasaran tiap
bulan dikeluarkan biaya untuk pembelian pulsa sebesar Rp 100.000,00 per bulan.
Untuk kegiatan sosial Haji Bunyamin memberikan bingkisan sebesar
Rp 50.000,00 kepada 150 kepala keluarga disekitar Peternakan Domba Tawakkal
yang dilakukan setiap tahun pada bulan Ramadhan. Komponen biaya tetap
terakhir yaitu pajak bumi dan bangunan sebesar Rp 744.000 per tahun. Komponen
biaya tetap yang dikeluarkan jumlahnya konstan setiap tahun.

66
Biaya variabel yang yang dikeluarkan antara lain Vitamin B12, biaya
Perawatan Domba, baterai, Oxytetracyclin, Kalbazen-SG, Betadyne, karung,
Enteroshep/Diaform, transportasi, ampas tahu, pembelian pakan hijauan dan
pembelian jantan. Daftar biaya variabel yang digunakan dapat dilihat pada
Lampiran 6.

Tabel 17. Biaya Variabel Yang Dibutuhkan (Kondisi Tanpa Pengembangan)


Biaya per Tahun (Rp)
No Biaya variabel
1
1 Vitamin B12 1.692.299
2 Biaya Perawatan Domba 39.690
3 Baterai 600.000
4 Oxytetracyclin 180.000
5 Kalbazen-SG 170.000
6 Betadyne 45.000
7 Karung 470.103
8 Enteroshep / Diaform 37.180
9 Transportasi 10.800.000
10 Ampas Tahu 20.595.556
11 Pakan hijauan 87.427.721
12 Pembelian jantan 260.000.000
Total 382.057.548

Vitamin B 12 digunakan sebagai penambah vitamin untuk domba yang


menyusui dan diberikan setelah domba betina melahirkan anakan. Vitamin B 12
diberikan selama tiga bulan ketika domba anakan masih menyusui. Biaya yang
dikeluarkan yaitu sebesar Rp 170,00 per hari. Biaya perawatan dikeluarkan untuk
membeli sabun ketika memandikan domba, dengan biaya yaitu sebesar Rp 30,00
per ekor dengan frekuensi sebanyak tiga kali memandikan dalam setahun.
Pembelian baterai digunakan untuk penerang bagi piket jaga malam dengan
alokasi biaya sebesar Rp 50.000 per bulan. Oxytetracyclin adalah obat tetes mata
yang diberikan kepada domba yang terserang penyakit Pink Eye dengan biaya
sebesar Rp 1.500,00 per ekor. Kalbazen-SG diberikan kepada domba yang
terserang penyakit cacingan. Biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 170.000,00
per tahun. Betadyne digunakan untuk obat luar bagi domba yang terserang Orf
ataupun penyakit luka luar lainnya dengan biaya sebesar Rp 45.000,00 per tahun.
Karung yang dibeli yaitu karung kotoran dengan ukuran 20 kg. Karung ini
digunakan sebagai tempat kotoran agar kotoran tidak banyak tertumpuk dibawah
kandang. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian karung didapatkan dari harga

67
karung yaitu Rp 750,00 per lembar karung dikalikan dengan populasi domba yang
ada di kandang. Apabila domba terkena penyakit mencret maka Peternakan
Domba Tawakkal memberikan Enterosheep kepada domba dengan biaya sebesar
Rp 500,00 per ekor. Biaya transportasi yaitu pembelian bensin dengan biaya
sebesar Rp30.000,00 per hari yang digunakan untuk transportasi pencarian
rumput, penjemputan ampas tahu dan mengantar domba kepada pembeli.
Pengeluaran untuk ampas tahu yaitu sebesar Rp 50,00 per kg untuk konsumsi dua
kg per ekor per hari untuk memenuhi kebutuhan nutrisi domba. Pakan hijauan
yang dibeli seharga Rp.105,00 per kg. Pembelian jantan dilakukan setiap tahun
untuk mengisi kekosongan kandang. Peternakan Domba Tawakkal belum mampu
menghasilkan anakan yang cukup untuk penggemukan sehingga jantan yang akan
digemukkan didatangkan dari sekitar peternakan ataupun dari luar daerah Bogor.
Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian jantan yaitu sebesar Rp 650.000,00 per
ekor.

2) Analisis Manfaat (Inflow)


Manfaat merupakan seluruh kondisi yang mendorong tercapainya suatu
tujuan usaha yaitu keuntungan. Manfaat yang diterima dari Peternakan Domba
Tawakkal berasal dari penjualan domba jantan, domba betina dan hasil sampingan
yang merupakan kotoran domba. Nilai sisa untuk barang-barang investasi setelah
mengalami penyusutan juga dimasukkan sebagai pemasukan diakhir tahun umur
usaha.
Manfaat yang dihasilkan dibagi dalam dua bagian yaitu manfaat dari unit
pembbibitan berupa anakan domba jantan, domba betina dan kotoran. Unit
penggemukan menghasilkan domba jantan dan kotoran. Domba jantan dijual
denga harga Rp 1.200.000,00 anakan domba jantan dijual dengan harga
Rp 650.000,00 per ekor, domba betina seharga Rp 500.000,00 dan kotoran domba
seharga Rp 6.000,00 perkarung. Anakan domba yang dihasilkan pada unit
pembibitan dijual kepada unit penggemukan ketika domba telah berumur tujuh
bulan (lepas sapih). Domba yang telah dijual ke unit penggemukan akan
digumukkan dengan perlakuan yang sama dengan domba dewasa lainnya.
Perlakuan yang sama meliputi jumlah dan jenis pakan yang diberikan dan
perawatan yang yang dengan domba dewasa lainnya.

68
Manfaat yang diterima Peternakan Domba Tawakkal dari penjualan
domba dan produk sampingannya dengan kondisi tanpa pengembangan dapat
dilihat pada Tabel 17.
Tabel 18. Penerimaan Penjualan Domba pada Kondisi Tanpa pengembangan di
Peternakan Domba Tawakkal (Rp)
Breeding Fattening
Tahun
Jantan Betina Kotoran Jantan Kotoran
1 0 30.000.000 23.360.775 529.200.000 102.000.000
2 76.050.000 27.500.000 18.434.625 546.000.000 114.200.000
3 39.650.000 30.500.000 30.703.875 553.200.000 114.200.000
4 39.650.000 30.500.000 30.703.875 553.200.000 114.200.000
5 79.950.000 30.500.000 24.569.250 553.200.000 136.600.000
6 79.950.000 49.000.000 27.023.100 613.200.000 148.800.000
7 27.950.000 67.500.000 21.501.938 613.200.000 145.200.000
8 52.000.000 37.000.000 17.204.625 613.200.000 148.800.000
9 39.650.000 33.500.000 28.860.413 591.600.000 152.400.000
10 39.650.000 119.500.000 11.070.000 782.400.000 34.200.000

Pada tahun ke-1 belum ada penjualan anakan jantan karena umur anakan
yang dilahirkan belum mencukupi untuk dijual ke unit penggemukan. Domba
betina yang dikawinkan pada tahun pertama menghasilkan anakan sebanyak 110
ekor. Pada tahun pertama dihasilkan sebanyak 55 ekor anakan jantan dan 55 ekor
anakan betina. Pembelian domba jantan dari luar peternakan untuk digemukkan
sebanyak 400 ekor. Jumlah domba yang dijual pada tahun pertama yaitu 441 ekor
domba jantan dari unit penggemukan dan 60 ekor domba betina dari unit
pembibitan. Jumlah kotoran yang dihasilkan pada tahun pertama didapatkan yaitu
sebesar Rp 125.360.775,00.
Anakan jantan yang dijual ke unit penggemukan untuk tahun ke-2 yaitu
sebanyak 55 ekor yang diperoleh dari 55 ekor anakan jantan pada tahun ke-1.
Domba betina yang dijual sebanyak 55 ekor juga didapat dari anakan betina yang
dilahirkan pada tahun pertama. Penjualan domba jantan merupakan domba yang
dibeli sebanyak 400 ekor tahun ke-1 untuk digemukkan dan pembelian 55 ekor
anakan domba dari unit pembibitan dijual pada bulan September. Manfaat lain
yang diperoleh yaitu dari penjualan kotoran domba sebesar Rp 132.634.625,00
yang didapat dari unit penggemukan dan unit pembibitan. Pada tahun ke-2,
sebanyak 400 ekor domba jantan dibeli untuk digemukkan dan dijual pada tahun
berikutnya.

69
Pada tahun ke-3, domba beranak sebanyak dua kali yaitu pada bulan ke-2
dan bulan ke-11 yang menghasilkan 246 ekor anakan domba dengan 123 ekor
anakan jantan dan 123 ekor anakan betina. Pada tahun ke-3, jumlah anakan domba
jantan yang dijual dari unit pembibitan yaitu 61 ekor dan sebanyak 61 ekor domba
betina. Domba yang dijual dari unit penggemukan yaitu sebanyak 461 ekor yaitu
jantan yang telah siap jual yang dibeli dari unit pembibitan dan pembelian domba
dari luar Peternakan Domba Tawakkal pada tahun sebelumnya. Pembelian 400
ekor domba untuk unit penggemukan yang dibeli dari luar peternakan dilakukan
pada bulan ke-10. Total pendapatan dari penjualan kotoran dari unit pembibitan
dan penggemukan yaitu sebesar Rp 144.903.875,00.
Tahun ke-6 dilakukan penjualan domba betina yang sudah afkir yaitu
sebanyak 37 ekor yang merupakan domba yang dijadikan indukan dengan kondisi
telah melahirkan dua kali pada tahun-1. Jumlah domba betina yang dijual pada
tahun ke-6 yaitu 98 ekor dengan pendapatan sebesar Rp 49.000.000,00. Penjualan
domba jantan dari unit pembibitan sebesar Rp 27.950.000,00 dan Domba jantan
dari unit penggemukan memberikan pendapatan sebesar Rp 613.200.000,00.
Penjualan domba betina afkir pada tahun ke-7 sebanyak 74 ekor ditambah
61 ekor domba betina yang dilahirkan pada tahun ke-5 dengan penjualan yang
dihasilkan sebesar Rp 67.500.000,00. Anakan domba yang dilahirkan pada tahun
ke-7 sebanyak 122 ekor yang merupakan 61 ekor anakan jantan dan 61 ekor
anakan betina. Pendapatan dari penjualan anakan jantan dari unit pembibitan
sebesar Rp 27.950.000,00 dan dari unit penggemukan sebesar Rp 613.200.000,00.
Pada tahun ke-10, diasumsikan merupakan akhir tahun proyek sehingga
pembelian domba jantan dari luar peternakan tidak dilakukan. Pembelian domba
jantan untuk penggemukan hanya berasal dari unit penggemukan. Pendapatan unit
pembibitan dari penjualan anakan domba jantan yaitu sebesar
Rp 39.650.000,00, penjualan domba betina sebesar Rp 119.500.000,00.
Pendapatan dari unit penggemukan berupa penjualan domba jantan yaitu sebesar
Rp 782.400.000,00. Penjualan kotoran pada tahun ke-10 memberikan pendapatan
sebesar Rp 45.270.000,00.
Pada penelitian ini, nilai sisa yang terdapat dalam Peternakan Domba
Tawakkal menjadi tambahan manfaat di akhir usaha yaitu tahun ke-9. Nilai sisa

70
diperoleh dari nilai suatu barang yang belum habis umur ekonomisnya selama
umur usaha dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 19. Nilai Sisa Investasi pada Peternakan Domba Tawakkal


Umur Biaya Tahun Ke
No Investasi Nilai
Ekonomis Penyusutan 10
1 Selang 1.625.000 3 541.667 541.667
2 Garu 90.000 3 30.000 30.000
3 Gergaji 300.000 3 100.000 100.000
4 Drigen 10.000.000 3 3.333.333 3.333.333
5 Cangkul 120.000 3 40.000 40.000
8 Sekop 150.000 3 50.000 50.000
9 Sabit rumput 390.000 3 130.000 130.000
10 Tanah 300.000.000 - - 300.000.000
Total 304.225.000

Tabel 18 menunjukkan total nilai sisa yang diperoleh pada akhir umur
usaha adalah Rp 304.225.000,00 tidak semua barang investasi memiliki nilai
diakhir tahun umur usaha, hal tersebut dikarenakan umur ekonomis barang-barang
investasi relatif lebih pendek ataupun sudah habis umur ekonomisnya tepat pada
tahun terakhir.
6.2.2. Analisis Finansial Dengan Pengembangan Bisnis
Pengembangan bisnis yang akan dilakukan Peternakan Domba Tawakkal
yaitu dengan menambahkan beberapa investasi yang dipergunakan untuk
perluasan skala produksi peternakan. Rencana pengembangan yang akan
dilaksanakan yaitu dengan melakukan pengembangan bisnis dengan menambah
2
tiga unit kandang dengan luas tanah sekitar 3000 m dengan asumsi menggunakan
modal sendiri yang diperoleh dari tabungan dari investasi peternakan pada tahun
sebelumnya. Komponen yang akan dianalisis sama dengan komponen pada
kondisi sebelum pengembangan. Komponen yang dianalisis pada pengembangan
bisnis ini meliputi :
1) Analisis Biaya (Outflow)
Komponen biaya yang dikeluarkan dalam bisnis domba mencakup biaya
investasi, biaya reinvestasi dan biaya operasional yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Berikut adalah rincian biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur bisnis
dengan kondisi pengembangan :

71
A. Biaya Investasi Baru dan Biaya ReInvestasi
Dengan adanya pengembangan bisnis ini maka akan mempengaruhi
terhadap investasi lain. Penambahan kandang akan menambah alat-alat teknis
yang berhubungan dengan karyawan maupun dengan kandang. Biaya barang-
barang investasi pada kondisi pengembangan Peternakan Domba Tawakkal dapat
dilihat pada Tabel 19.
Pada Tabel 19 diperlihatkan bahwa semua komponen investasi megalami
peningkatan dari kondisi awal yang diakibatkan oleh pengembangan bisnis.
Peningkatan ini banyak dipengaruhi oleh pertambahan kandang, tanah, indukan,
bangunan dan penambahan satu unit mobil pick-up untuk pengangkutan rumput.
Untuk biaya reinvestasi untuk tahun berikutnya dilakukan untuk mengganti
barang-barang investasi yang telah habis umur ekonomisnya.

Tabel 20. Biaya Investasi yang Dibutuhkan pada Peternakan Domba Tawakkal
dengan Pengembangan Bisnis
Harga Satuan Total Harga
No. Jenis Investasi Jumlah Satuan
(Rp) (Rp)
1 Tanah 6000 Meter2 100.000 600.000.000
2 Kandang 8 unit 100.000.000 800.000.000
3 Bangunan 7 Unit 20.000.000 140.000.000
4 Furniture Kantor 1 Set 4.000.000 4.000.000
5 Induk betina 600 Ekor 650.000 390.000.000
6 Induk Jantan 20 Ekor 750.000 15.000.000
7 Tower, Pompa, Sumur, Bak 7 Set 2.000.000 14.000.000
8 Selang 8 unit 325.000 2.600.000
9 Garu 5 unit 30.000 150.000
10 Gergaji 5 unit 100.000 500.000
11 Drigen 800 Set 20.000 16.000.000
12 Cangkul 7 unit 30.000 210.000
13 Timbangan 4 unit 100.000 400.000
14 Gunting Cukur 12 unit 10.000 120.000
15 Gunting kuku domba 7 unit 40.000 280.000
16 Kunci tanduk 2 Unit 15.000 30.000
17 Sapu Lidi 14 Unit 2.500 35.000
18 Sekop 6 Unit 50.000 300.000
19 Sabit rumput 18 Unit 30.000 540.000
20 Mobil Pick-up 3 Unit 130.000.000 390.000.000
TOTAL BIAYA INVESTASI (Rp) 2.374.165.000

72
B. Biaya Operasional
Biaya operasional yang dikeluarkan untuk biaya tetap dan biaya variabel
komponennya masih sama dengan pada saat sebelum pengembangan, namun nilai
yang dikeluarkan berbeda dengan sebelum pengembangan. Perubahan biaya
tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 21. Biaya Tetap pada Peternakan Domba Tawakkal dengan Pengembangan
Bisnis
Biaya per Tahun (Rp)
No Biaya Tetap
1-10
1 Listrik 6.600.000
2 THR Karyawan 8.700.000
3 Komunikasi 1.200.000
4 Kegiatan Sosial 7.500.000
5 PBB 1.464.000
Total 25.464.000

Penambahan jumlah kandang berpengaruh terhadap jumlah karyawan yang


dibutuhkan. Penambahan kandang sebanyak tiga unit membutuhkan tenaga
operasional sebanyak 12 orang sehingga total karyawan yang dimiliki yaitu 29
orang. Sistem penggajian masih sama dengan sistem sebelum pengembangan
yaitu masing-masing karyawan mendapatkan gaji sebesar Rp 200.000 per minggu.
Biaya listrik yang dikeluarkan meningkat menjadi sebesar Rp 550.000,00 per
bulan karena penambahan tiga unit sumur bak untuk kegiatan operasional
kandang dan kebutuhan sehari-hari karyawan. Biaya THR karyawan yaitu sebesar
Rp 300.000,00 untuk 29 karyawan yang diberikan saat Hari Raya Idul Fitri. Pajak
Bumi dan bangunan yang dikeluarkan dengan kondisi pengembangan bisnis yaitu
sebesar Rp1.464.000,00.
Biaya Variabel yang dikeluarkan pada Peternakan Domba Tawakkal
dengan pengembangan bisnis bergantung kepada populasi domba. Biaya untuk
Vitamin B 12 pada tahun ke-1 sebesar Rp 3.384.597,00 yang merupakan biaya
untuk vitamin domba betina yang menyusui dengan biaya Rp 170,00 per hari per
ekor selama tiga bulan. Perawatan domba membutuhkan biaya sebesar Rp
39.690,00 untuk pembelian sabun untuk memandikan domba dan mentega untuk
membentuk tanduk. Karung kotoran membutuhkan biaya sebesar Rp 707.706,00
dengan biaya per karung sebesar Rp 750,00. Untuk pembelian ampas tahu
membutuhkan dana sebesar Rp 24.518.667,00 per tahun sebagai biaya kerjasama

73
kontrak dengan pabrik tahu yang menghasilkan ampas tahu. Harga ampas tahu per
kilogram yaitu sebesar Rp 55,00. Pembelian jantan pada tahun pertama sebesar Rp
390.000.000 yaitu untuk membeli 600 ekor domba jantan yang akan digemukkan.
Jumlah domba yang dibeli bergantung kepada populasi domba yang ada pada
kandang. Komponen biaya variabel pada tahun berikutnya dapat dilihat pada
Lampiran 6.

Tabel 22. Biaya Variabel pada Peternakan Domba Tawakkal dengan


Pengembangan Bisnis
Biaya per Tahun (Rp)
No Biaya variabel
1 2 3 4
1 Vitamin B12 3.384.597 3.754.391 3.754.391 3.754.391
2 Biaya Perawatan 39.690 63.990 83.070 83.070
3 Baterai 600.000 600.000 600.000 600.000
4 Oxytetracyclin 270.000 270.000 270.000 270.000
5 Kalbazen-SG 255.000 255.000 255.000 255.000
6 Betadyne 60.000 60.000 60.000 60.000
7 Karung 707.706 912.779 912.779 774.519
8 Enteroshep / Diaform 58.861 70.069 82.339 82.339
9 Transportasi 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
10 Ampas Tahu 24.518.667 28.365.461 30.813.168 21.804.113
11 Pakan hijauan 113.458.299 158.518.341 210.840.129 183.497.229
12 Pembelian jantan 390.000.000 671.645.163 599.750.125 599.750.125
Total 551.352.819 882.515.194 865.420.999 828.930.785

2) Analisis Manfaat (Inflow) dengan Pengembangan Binsis


Manfaat yang diterima dari penjualan output yang dihasilkan selama umur
usaha 10 tahun dicantumkan pada Tabel 22. Harga domba jantan dijual denga
harga Rp 1.200.000,00, domba betina seharga Rp 500.000,00 dan kotoran domba
seharga Rp 6.000,00 perkarung.

Tabel 23. Penerimaan Penjualan dari Output Domba pada Peternakan Domba
Tawakkal dengan Pengembangan Bisnis
Pembibitan Penggemukan
Tahun
Jantan Betina Kotoran Jantan Kotoran
1 0 30.000.000 46.721.550 529.200.000 142.000.000
2 152.100.000 55.500.000 36.869.250 853.200.000 206.600.000
3 79.950.000 61.500.000 61.407.750 1.107.600.000 206.600.000
4 79.950.000 61.500.000 61.407.750 1.107.600.000 206.600.000
5 159.250.000 61.500.000 49.138.500 1.107.600.000 251.000.000
6 159.250.000 98.000.000 54.046.200 1.227.600.000 275.600.000
7 55.900.000 61.500.000 43.003.875 1.227.600.000 268.200.000
8 104.000.000 73.500.000 34.409.250 1.227.600.000 275.600.000
9 79.950.000 67.500.000 57.720.825 1.183.200.000 283.000.000
10 79.950.000 239.500.000 22.140.000 782.400.000 46.600.000

74
Pada tahun pertama penjualan domba 441 ekor domba jantan yaitu sebesar
Rp 529.200.000,00, 60 domba betina sebesar Rp. 30.000.000,00 dan penjualan
kotoran sebesar Rp 188.721.550,00. Pendapatan pada tahun ke-2 diperoleh dari
penjualan 711 ekor domba jantan yaitu sebesar Rp 853.200.000,00, penjualan
111 ekor domba betina sebesar Rp 55.500.000,00 dan pendapatan dari penjualan
kotoran pada tahun ke-2 sebesar Rp 243.469.250,00. Tahun ke-3 penjualan jantan
diperoleh dari 899 ekor jantan sebesar Rp. 1.348.500.000,00. Penjualan betina
pada tahun ke-3 sebesar Rp 193.050.000,00 dan pendapatan dari penjualan
kotorana sebesar Rp 50.232.000,00.
Umur ekonomis dan nilai beli dari variabel investasi tersebut berbeda-beda
sehingga nilai sisanya pun berbeda-beda. Terdapat beberapa veriabel investasi
yang memiliki nilai sisa di akhir umur usaha. Nilai sisa yang didapatkan dari sisa
investasi pada tahun terakhir dengan skenario pengembangan bisnis disajikan
pada Tabel 23.

Tabel 24. Nilai Sisa yang Diterima pada Peternakan Domba Tawakkal dengan
Pengembangan Bisnis.
Umur Biaya Tahun Ke-
No Investasi Nilai (Rp)
Ekonomis (Tahun) Penyusutan (Rp) 10 (Rp)
1 Selang 2.600.000 3 866.667 866.667
2 Garu 150.000 3 50.000 50.000
3 Gergaji 500.000 3 166.667 166.667
4 Drigen 16.000.000 3 5.333.333 5.333.333
5 Cangkul 210.000 3 70.000 70.000
8 Sekop 300.000 3 100.000 100.000
9 Sabit rumput 540.000 3 180.000 180.000
10 Tanah 600.000.000 - - 600.000.000
606.766.677

Dalam analisis laba rugi usaha, pendapatan diperoleh dari penerimaan dan
nilai sisa investasi, sedangkan komponen biaya disusun oleh biaya tetap, biaya
variabel, dan pajak penghasilan. Perhitungan laba rugi usaha dimulai dengan
mengurangi jumlah seluruh penerimaan dengan total biaya tetap dan biaya
variabel setiap tahunnya. Perhitungan laba rugi tersebut didapatkan nilai
penerimaan sebelum bunga dan pajak (EBIT) atau laba kotor yang kemudian
dikurangi dengan biaya bunga sehingga didapatkan penerimaan sebelum pajak
atau laba bersih sebelum pajak (EBT). Sebagai langkah akhir, dilakukan

75
pengurangan terhadap EBT dengan pajak penghasilan untuk setiap EBT yang
bernilai positif atau memperoleh keuntungan. Dengan demikian, didapatkan nilai
penerimaan setelah pajak atau laba-rugi bersih usaha. Untuk biaya tetap pada
komponen biaya operasional ditambahkan dengan komponen biaya penyusutan
dari barang-barang investasi per tahunnya. Analisis laba rugi untuk bisnis domba
pada masa sekarang dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 25. Analisis Laba rugi pada Peternakan Domba Tawakkal dengan Kondisi
Tanpa Pengembangan Bisnis (Rp)
Laba Sebelum Pajak (25%) Laba Bersih
Tahun
Pajak (Rp) (Rp) (Rp)
1 193.312.727 48.328.182 144.984.545
2 209.765.755 52.441.439 157.324.317
3 218.022.849 54.505.712 163.517.137
4 215.553.559 53.888.390 161.665.169
5 208.413.454 52.103.363 156.310.090
6 262.907.756 65.726.939 197.180.817
7 264.302.842 66.075.710 198.227.131
8 278.930.500 69.732.625 209.197.875
9 253.495.751 63.373.938 190.121.813
10 1.065.436.810 266.359.202 799.077.607
3.170.142.003 792.535.501 2.377.606.503

Analisis laba rugi pada Tabel 24 memperlihatkan perlihatkan bahwa pada


tahun pertama Peternakan Domba Tawakkal mendapatkan laba bersih sebesar
Rp144.984.545,00 setelah dipotong 25 persen pajak dari laba sebelum pajak
sebesar Rp193.312.727,00. Pada tahun pertama perusahaan telah menanggung
beban pajak karena pada tahun tersebut telah dilakukan penjualan domba jantan
dan domba betina yang dimiliki dari periode yang sebelumnya ( sebelum tahun
analisis). Untuk tahun ke-2 hingga tahun ke-10 Peternakan Domba Tawakkal tetap
dikenakan pajak karena pada laba sebelum pajak tidak terdapat nilai negatif (rugi).
Total laba bersih (EAT) yang diterima dari bisnis domba Peternakan Domba
Tawakkal yaitu sebesar Rp 2.377.606.503,00. Keuntunga tersebut diperoleh
setelah memperhitungkan pajak pendapatan sebesar 25 persen untuk setiap laba
kotor yang diperoleh setiap tahunnya.

76
Penambahan investasi memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai
laba rugi. Analisis laba rugi untuk bisnis domba dengan skenario pengembangan
bisnis dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 26. Analisis Laba Rugi pada Peternakan Domba Tawakkal dengan Kondisi
dengan Pengembangan Bisnis (Rp)
Tahun Laba SebelumPajak Pajak (25%) Laba Bersih
1 27.760.064 6.940.016 20.820.048
2 252.945.389 63.236.347 189.709.042
3 482.828.084 120.707.021 362.121.063
4 519.318.298 129.829.575 389.488.724
5 461.909.294 115.477.323 346.431.970
6 574.289.131 143.572.283 430.716.848
7 574.338.070 143.584.518 430.753.553
8 602.793.386 150.698.347 452.095.040
9 552.573.978 138.143.494 414.430.483
10 2.175.972.673 543.993.168 1.631.979.505
6.224.728.367 1.556.182.092 4.668.546.275

Kelayakan finansial usaha Peternakan Domba Tawakkal ini dapat dilihat


dari beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Payback Period (PBP), Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Break Even Point
(BEP). Hasil perhitungan kriteria penilaian investasi pada usaha Peternakan
Domba Tawakkal pada masa sekarang dan setelah pengembangan bisnis dapat
dilihat pada Tabel 26.

Tabel 27. Kriteria Investasi dengan Kondisi Sebelum dan Setelah Pengembangan
Bisnis
Kriteria Investasi Skenario I Skenario II
NPV 907.195.287 1.754.996.948
Net B/C 1,85 1,85
IRR 20,73% 20,12%
PP 6,94 6,18

Berdasarkan analisis finansial pada Tabel 26, dapat dilihat bahwa usaha
Peternakan Domba Tawakkal pada kondisi tanpa pengembangan bisnsi
menghasilkan NPV yang lebih besar dari nol, yaitu sebesar Rp 907.195.287,00.
Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan sebesar
Rp 907.195.287,00 selama umur usaha 10 tahun. Dengan demikian, berdasarkan
kriteria NPV usaha Peternakan Domba Tawakkal ini layak untuk dilaksanakan.

77
Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 1,85. Hal ini berarti setiap Rp 1,00
yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 1,85. Nilai Net B/C
yang diperoleh lebih dari satu, sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai
IRR yang diperoleh yaitu sebesar 20,73 persen dimana IRR tersebut lebih dari
discount factor (DF) yang ditetapkan yaitu 6,5 persen. Dengan demikian,
berdasarkan kriteria IRR usaha Peternakan Domba Tawakkal ini layak untuk
dilaksanakan. Payback Period (PP) yang diperoleh adalah sebesar 6,94 atau sama
dengan enam tahun sebelas bulan. Nilai PP ini masih berada dibawah umur
proyek, sehingga berdasarkan kriteria PP usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Seluruh aspek finansial yang dibahas pada kondisi sebelum pengembangan
dinyatakan layak karena seluruh kriteria yang dibaha telah memenuhi syarat.
Aspek finansial yang dibahas pada kondisi dengan pengembangan pada
tabel 26 menunjukkan bahwa secara finansial usaha pengembangan bisnis domba
di Peternakan Domba Tawakkal layak untuk dilakasanakan. Nilai NPV yang
diperoleh dari perhitungan analisis cashflow pada pengembangan bisnis domba
memberikan manfaat sebesar Rp 1.754.996.948,00. Angka tersebut menunjukkan
nilai sekarang dari manfaat bersih yang akan diperoleh dari bisnis ini selama
sepuluh tahun dengan memperhitungkan discount rate sebesar 6,5. Bisnis domba
dengan pengembangan ini memiliki Net B/C sebesar 1,85. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 yang akan dikeluarkan akan menghasilkan
manfaat sebesar Rp 1,85. Besar IRR pada pengembangan bisnis ini adalah 20,12
persen, hal ini dapat diartikan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan karena
IRR lebih tinggi dari discount rate yaitu sebesar 6,5 persen. sementara Payback
Period (PP) sebesar 6,18 atau biaya investasi yang dikeluarkan dapat kembali
dalam kurun waktu enam tahun dua bulan.

6.3. Analisis Switching Value Peternakan Domba Tawakkal


Analisis switching value pada analisis usaha Peternakan Domba Tawakkal
ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya
operasional dan volume penjualan yang paling berpengaruh dan dapat ditoleransi
sehingga usaha masih layak dilaksanakan. switching value atau nilai pengganti
ditentukan dengan uji coba sehingga menghasilkan nilai NPV sama dengan nol,
dan Net B/C sama dengan satu.

78
Variabel yang dibahas dalam analisis switching value adalah variabel yang
dianggap memiliki pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan proyek. Dalam
penelitian ini variabel yang dibahas yaitu penurunan harga jual domba jantan dari
sisi inflow dan peningkatan harga ampas tahu dari sisi outflow. Hasil analisis
switching value usaha Peternakan Domba Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 28. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Domba Tawakkal pada
Kondisi Setelah Pengembangan
Kondisi Persentase (%) NPV Net B/C IRR
Penurunan harga jual domba jantan 20,9212438305787 0,0000 1,0000000 6,5000%
Kenaikan biaya pakan hijauan 134,36011490054 0,0000 1,0000000 6,5000%

Berdasarkan analisis switching value dengan penurunan harga penjualan


domba jantan sebesar 20,9212438305787 persen didapat NPV sebesar Rp 0-, IRR
6,5 persen, Net B/C Rp 1,00 dan Payback Period selama 10 tahun yang artinya
pada tingkat penurunan harga mencapai 20,9212438305787 persen, usaha ini akan
mengalami titik impas. Peningkatan biaya pakan hijauan sebesar
134,36011490054 persen menyebebkan nilai NPV turun menjadi Rp 0-, IRR 6,5
persen, Net B/C Rp 1,00 dan Payback Period selama 10 tahun atau mengalami
titik impas. Penurunan volume penjualan jantan menunjukkan pengaruh yang
lebih besar dibandingkan peningkatan harga pakan hijauan terhadap kelayakan
usaha. Batas peningkatan harga pakan hijauan agar usaha ini tetap layak
dilaksanakan adalah sebesar 134,36011490054 persen, sedangkan batas
penurunan harga jual jantan dalah sebesar 20,9212438305787 persen. Apabila
usaha yang dijalankan menghadapi kondisi perubahan melebihi batas tersebut,
pelaksanaan usaha menjadi tidak layak untuk diusahakan secara finansial.

6.4. Perhitungan Incremental Net Benefit


Penambahan investasi berupa tanah dan kandang pada bisnis domba di
Peternakan Domba Tawakkal menunjukkan bahwa terdapat peningkatan biaya
investasi dan biaya operasional pada bisnis. Penambahan biaya tersebut perlu
diketahui kelayakannya, apakah penambahan investasi menguntungkan untuk
dilaksanakan, sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut melalui perhitungan
Incremental Net Benefit, yakni manfaat bersih (net benefit with project) yang
diperoleh dari usaha kondisi setelah pengembangan bisnis dikurangi dengan usaha

79
bisnsi domba tanpa adanya pengembangan bisnis (net benefit without project).
Perhitungan untuk menentukkan tingkat kelayakan dilakukan dengan kriteria
investasi, dengan komponen biaya dan manfaat sebagai berikut :
Komponen yang pertama adalah biaya dan manfaat tanpa adanya
pengembangan bisnsis atau yang disebut dengan usaha tanpa proyek. Penerimaan
atau manfaat yang diterima usaha ini berasal dari penjualan jantan, penjualan
betina dan penjualan kotoran. Komponen pengeluaran biaya dengan kondisi tanpa
pengembangan bisnis antara lain biaya investasi, biaya operasional dan pajak
pendapatan yang diambil dari komponen laba-rugi.
Komponen kedua adalah biaya dan manfaat pada domba dengan
penambahan investasi berupa kandang dan tanah atau disebut sebagai usaha
peternakan dengan proyek. Pada usaha ini, manfaat (inflow) yang diterima berasal
dari dari penjualan jantan, penjualan betina dan penjualan kotoran dan nilai sisa
yang diperoleh pada akhir umur bisnis. Komponen pengeluaran biaya dengan
kondisi pengembangan bisnis antara lain biaya investasi, biaya operasional dan
pajak pendapatan yang diambil dari komponen laba-rugi.
Prinsip Incremental Net Benefit digunakan untuk menilai keputusan
keuangan yang didasarkan pada selisih antara nilai dengan suatu alternatif dan
nilai tanpa alternatif. Incremental Net Benefit dapat diterjemahkan sebagai
tambahan keuntungan yang harus dibandingkan dengan incremental cost atau
biaya tambahan.
Total biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha Peternakan Domba
Tawakkal dengan pengembangan bisnsis memiliki perbedaan dengan biaya
investasi yang dikeluarkan pada Peternakan Domba Tawakkal tanpa adanya
pengembangan bisnis. Hal ini disebabkan adanya tambahan komponen investasi
yaitu kandang dan tanah sehingga mengubah biaya investasi lain yang disetarakan
dengan kapasitas kandang setelah pengembangan. Biaya variabel serta biaya tetap
yang dikeluarkan juga berubah akibat kapasitas produksi yang semakin besar.
Laba bersih yang diperoleh dari penambahan investasi selama umur usaha dapat
dilihat pada Tabel 28.

80
Tabel 29. Laba bersih yang didapatkan selam umur usaha (Incremental Net
Benefit) (Rp)
Laba Bersih Laba Bersih Incremental
Tahun
Sebelum Pengembangan Setelah Pengembangan Net Benefit
1 144.984.545 20.820.048 -124.164.497
2 157.324.317 189.709.042 32.384.725
3 163.517.137 362.121.063 198.603.926
4 161.665.169 389.488.724 227.823.554
5 156.310.090 346.431.970 190.121.880
6 197.180.817 430.716.848 233.536.031
7 198.227.131 430.753.553 232.526.421
8 209.197.875 452.095.040 242.897.165
9 190.121.813 414.430.483 224.308.670
10 799.077.607 1.631.979.505 832.901.897
Total 2.377.606.503 4.668.546.275 2.290.939.773

Penambahan investasi yang dilakukan oleh Peternakan Domba Tawakkal


memberikan penambahan terhadap laba bersih. Selisih nilai antara skenario tanpa
pengembangan bisnis dan dengan skenario pengembangan bisnis yang didapatkan
yaitu sebesar Rp 2.290.939.773,00. Hasil laba bersih tersebut dinyatakan bahwa
pengembangan bisnis dengan penambahan investasi memberikan manfaat
tambahan terhadap laba bersih.
Perhitungan kriteria investasi dilakukan dengan cara mengurangi nilai net
benefit dengan proyek dengan nilai net benefit tanpa proyek secara incremental
sehingga didapatkan hasil seperti pada Tabel 29.

Tabel 30. Perhitungan Kriteria Investasi (Incremental Net Benefit)


Kriteria Investasi Incremental Net Benefit
NPV 847.801.661
Net B/C 1,85
IRR 19,52%

Nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 847.801.661,00, hal ini


menunjukkan bahwa adanya penambahan investasi berupa kandang dan tanah,
memberikan penambahan manfaat bersih dari kondisi tanpa pengembangan bisnis
pada usaha peternakan sebesar Rp 847.801.661,00 selama 10 tahun. Nilai NPV ini
lebih besar 0 sehingga layak untuk dijalankan. Sementara, nilai IRR yang
diperoleh lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan yakni 6,5 persen
sehingga layak untuk dijalankan. Net B/C yang didapatkan adalah lebih besar dari
satu yang menunjukkan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam
pengembangan bisnis memperoleh manfaat lebih besar dari satu satuan. Nilai ini

81
memenuhi kriteria investasi dan layak untuk dijalankan. Kriteria yang terakhir
adalah Payback Period yakni 4,25 yang menunjukkan waktu pengembalian dari
investasi yang ditanamkan adalah kurang dari umur usaha. Sehingga,
menunjukkan bahwa pada pengembangan bisnis yang dilaksanakan memberikan
manfaat bagi peternak serta layak untuk dijalankan.

82
VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1) Berdasarkan analisis aspek non finansial, pengembangan bisnis layak untuk


dijalankan kecuali pada aspek hukum.
2) Berdasarkan analisis finansial, usaha peningkatan kapasitas produksi di
Peternakan Domba Tawakkal layak untuk dilaksanakan.
3) Berdasarkan analisis switching value batasan terhadap penurunan harga jual
domba jantan yaitu 20,9212438305787 persen dan peningkatan pakan hijauan
yaitu sebesar 134,36011490054 persen. Analisis switching value tersebut
menunjukkan bahwa penurunan harga domba jantan lebih berpengaruh
terhadap proses bisnis yang dijalankan daripada peningkatan pakan hijauan.

7.2. Saran
1. Peternakan Domba Tawakkal hendaknya membuat izin usaha peternakan yang
diterbitkan oleh Dinas Peternakan Kabupaten dan membuat badan usaha agar
tidak terjadi masalah yang mengganggu produksi di kemudian hari.
2. Peternakan Domba Tawakkal sebaiknya melakukan perencanaan produksi
yang memudahkan kegiatan operasional kandang seperti penyerentakan
kebuntingan domba agar produksi dan populasi domba dapat dikontrol.
Penyerentakan kebuntingan dapat dilakukan melalui perkawinan buatan atau
Inseminasi Buatan (IB)
3. Peternakan Domba Tawakkal sebaiknya membuat pembukuan perusahaan
untuk lebih memudahkan pemilik untuk mengontrol keuangan peternakan.
Skala usaha seperti saat ini, pencatatan keuangan menjadi sangat penting untuk
mengontrol aliran kas.

83
DAFTAR PUSTAKA

[Absheep] Alberta Sheep & Wool Commission. 2007. Lamb Meat Nutrition.
www.absheep.com. [09 November 2011]
Andajani T. 2006. Hubungan karakteristik peternakan domba dengan tingkat
partisipasinya dalam pengembangan agribisnis peternakan di Kabupaten
Bogor, Jawa Barat [Tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Pertanian. Pusat Data dan Informasi
Pertanian. Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Bunyamin. 2011. Prospek Industri Domba Menuju Ketahanan Pangan Nasional.
Bogor : Puslitbangnak Bogor
[Disnakan] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2010. Buku Data
Peternakan. Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
[Ditjenak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Berita Resmi Statistik
Peternakan. Jakarta : Direktorat Jenderal Peternakan.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2009. State Of Food And Agriculture :
Live Stock in the Balance. Roma : Food and Agriculture Organization.
Eliser S. 2000. Analisis Ekonomi Kelembagaan Kemitraan Dalam Sistem
Pengembangan Usaha Ternak Domba Pada Lahan Kering, Di Provinsi
Sumatera Utara. (Tesis). Bogor. Ilmu Perencanaan Wilayah Dan Pedesaan.
Program Pasca Sarjana Institiut Pertanian Bogor.
Fitriani M. 2010. Strategi bisnis pada peternakan domba Tawakkal Farm Desa
Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor [Skripsi]. Bogor : Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UI-Press.
Haming M, Basalamah S. 2010. Study Kelayakan Investasi : Proyek dan Bisnis.
Ed ke-1. Jakarta : Bumi Aksara.
Husnan S, Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Unit.Penerbit dan Pencetak
AMP YKPN. Yogyakarta.
Kadariah L. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Kasmir, J. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Prenada Media.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2009. Rancangan Rencana Strategis
Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014. Jakarta : Kementrian Pertanian.

84
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2011. Statistik Peternakan 2010. Jakarta :
Kementrian Pertanian.
Muladno. Fuah AS, Yamin M. 2003. Identifikasi potensi ternak domba [Laporan
Akhir]. Bogor : Fakultas Peternakan IPB.
Mulyono S. 2011. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Jakarta : Penerbit
Swadaya.
Muzamris E. 1982. Pengolahan Daging . Jakarta : CV Yasa Guna.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor : Butt
Design & Printing.
Oktavianty WI. 2010. Analisis kelayakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis
(Kasus : Peternakan Tawakkal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan
Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Permatasari E. 1992. Study banding keempat daging kambing, domba, sapi dan
kerbau pada otot Longisimusdorsi dan Biceps formis [Skripsi]. Bogor :
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Rahmat R. 2008. Kontribusi usaha ternak domba terhadap pendapatan keluarga
petani peternak (Study kasus Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut)
[Skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Riwantoro. 2005. Konservasi plasma nutfah Domba Garut dan strategi
pengembangannya [Skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Saragih. 2010. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis
Pertanian. Bogor : IPB Press.
Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia.
Sugeng YB, Sudarmono AS. 2007. Beternak Domba. Jakarta : Penebar Swadaya
Sukria HA, Krisnan R. 2009. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di
Indonesia. Bogor : IPB Press.
Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. DEPDIKNAS: Proyek Peningkatan
Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Sutama IK, Budiarsana IGM. 2009. Panduan Lengkap Kambing dan Domba.
Jakarta : Penerbit Swadaya.
Tawaf R, Firman A. 2005. Analisis pembangunan sektor peternakan di Jawa Barat
[Seminar]. Bandung : Dinas Peternakan Jawa Barat
Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

85
Winarso B, Yusja Y. 2010. Lokakarya nasional domba dan kambing : strategi
peningkatan produksi dan mutu domba dan kambing. Bogor : Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Yulida. 2008. Analisis potensi sumberdaya peternakan di Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor untuk pengembangan ternak domba [Skripsi]. Bogor :
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

86
LAMPIRAN

87
Lampiran 1. Populasi Ternak Kecil Kabupaten Bogor Tahun 2009
No Kecamatan Domba Kambing Kambing PE
1 Dramaga 7.738 717 0
2 Ciomas 2.109 655 74
3 Tamansari 5.127 2.087 587
4 Rancabungur 11.904 2.288 0
5 Ciampea 6.073 1.973 331
6 Tenjolaya 2.623 1.509 0
7 Pamijahan 26.372 5.346 0
8 Cibungbulang 9.817 3.285 0
9 Lw. Liang 5.304 3.301 0
10 Lw. Sadeng 2.522 1.579 77
11 Nanggung 10.007 4.937 97
12 Sukajaya 15.376 2.734 0
13 Parung 1.316 698 65
14 Gunung sindur 3.225 3.797 77
15 Ciseeng 5.418 2.485 137
16 Kemang 4.144 1.118 0
17 Rumpin 6.362 6.553 64
18 Cisarua 8.271 4.768 127
19 Megamendung 7.478 0 23
20 Ciawi 4.672 1.266 229
21 Caringin 5.927 1.628 468
22 Cigombong 7.814 2.110 378
23 Cijeruk 11.584 2.685 1.028
24 Cibinong 2.808 2.769 0
25 Bj. Gede 2.124 2.624 0
26 Tajur Halang 3.732 2.203 49
27 Bbk Madang 3.832 3.980 730
28 Sukaraja 3.253 1.738 0
29 Jonggol 12.435 4.777 61
30 Sukamakmur 7.785 3.753 110
31 Cariu 9.613 2.809 245
32 Tanjungsari 11.208 5.036 0
33 Jasinga 10.978 3.807 0
34 Tenjo 6.548 1.936 0
35 Pr. Panjang 6.980 2.068 0
36 Cigudeg 11.024 2.880 0
37 Gn. Putri 2.437 2.213 0
38 Cileungsi 6.173 6.237 0
39 Citereup 5.113 4.172 0
40 Klapa Nunggal 3.572 3.859 0
JUMLAH 280.798 114.380 4.957

88
Lampiran 2. Perhitungan proses perkawinan, kelahiran dan penjualan domba pada Peternakan Domba Tawakkal dengan pengembangan
bisnis
Tahun Bulan Aktivitas
Populasi Jantan : 441 F100
Januari Populasi Betina : 246 F110 + 60 F110
74 F101 (2x melahirkan) + 148 F101 (1x melahirkan) + 25 F101(dara)
Maret Kawin (1x) : 74 F101 + 148 F101
Beranak (1x)
70% x 95 % x 1,5 x 74 F101 = 74 50% jantan = 37 F112
Agustus
50% betina = 37 F102
70% x 95 % x 1,5 x 148 F101 = 148 50% jantan = 74 F112
1 50% betina = 74 F102
Oktober Penjualan jantan: 441 F100
November Pembelian Jantan : 600 F111
Penjualan Betina : 60 F110
Desember Kawin : 74 F101 (3x melahirkan) + 148 F101 (2x melahirkan) + 25 F101(1x melahirkan)
Populasi :
Pembibitan : 74 F101 (3x melahirkan) + 148 F101 (2x melahirkan) + 25 F101(1x melahirkan) + 111 F112 ( 4 Bulan ) + 111 F102 ( 4 Bulan )
Maret Penggemukan : 600 F 111
Penjualan domba anakan ke penggemukan : 111 F F112 ( 7 Bulan )
Beranak (2x)
70% x 95 % x 1,5 x 74 F101 = 74 50% jantan = 37 F113
50% betina = 37 F103
Mei 70% x 95 % x 1,5 x 148 F101 = 148 50% jantan = 74 F113
50% betina = 74 F103
70% x 95 % x 1,5 x 25 F101 = 24 50% jantan = 12 F113
50% betina = 12 F103
2 September Penjualan Jantan : 600 F111 + 37 F112 + 74 F112
Kawin : 74 F101 (4x melahirkan) + 148 F101 (3x melahirkan) + 25 F101(2x melahirkan)
Oktober
Pembelian Jantan : 800 F114
Akumulasi penjualan betina : 111 F102
Penjualan domba anakan ke penggemukan : 123 F113
Desember
Populasi :
Pembibitan : 74 F101 (4x melahirkan) + 148 F101 (3x melahirkan) + 25 F101(2x melahirkan) + 123 F103
Penggemukan : 800 F114 + 123 F113

89
Beranak (3x)
70% x 95 % x 1,5 x 74 F101 = 74 50% jantan = 37 F114
50% betina = 37 F104
Februari 70% x 95 % x 1,5 x 147 F101 = 148 50% jantan = 74 F114
50% betina = 74 F104
70% x 95 % x 1,5 x 25 F101 = 24 50% jantan = 12 F114
50% betina = 12 F104
Maret Penjualan betina : 123 F103
Juni Kawin : 74 F101 (5x melahirkan) + 148 F101 (4x melahirkan) + 25 F101(3x melahirkan)
Agustus Penjualan : 123 F113 + 800 F114
3 September Penjualan domba anakan ke penggemukan : 123 F114
Oktober Pembelian Jantan : 800 F115
Beranak (4x)
70% x 95 % x 1,5 x 74 F101 = 74 50% jantan = 37 F116
50% betina = 37 F105
November 70% x 95 % x 1,5 x 147 F101 = 148 50% jantan = 74 F116
50% betina = 74 F105
70% x 95 % x 1,5 x 25 F101 = 24 50% jantan = 12 F116
50% betina = 12 F105
Populasi :
Desember Pembibitan : 74 F101 (5x melahirkan) + 148 F101 (4x melahirkan) + 25 F101(3x melahirkan) + 123 F116 ( 1 Bulan ) + 123 F105 ( 1 Bulan )
Penggemukan : 800 F 115 + 123 F114
Maret Kawin : 74 F101 (6x melahirkan) + 148 F101 (5x melahirkan) + 25 F101(4x melahirkan)
Juni Penjualan domba anakan ke penggemukan : 123 F116
Penjualan jantan : 123 F114 + 800 F115
Juli
Penjualan betina : 123 F104
Beranak (5x)
70% x 95 % x 1,5 x 74 F101= 74 50% jantan = 37 F117
50% betina = 37 F106
4
70% x 95 % x 1,5 x 147 F101= 148 50% jantan = 74 F117
Agustus 50% betina = 74 F106

70% x 95 % x 1,5 x 25 F101= 24 50% jantan = 12 F117


50% betina = 12 F106
Pembelian jantan : 800 F118
Desember Kawin : 74 F101 (7x melahirkan) + 148 F101 (6x melahirkan) + 25 F101(5x melahirkan)

90
Populasi :
Pembibitan : 74 F101 (7x melahirkan) + 148 F101 (6x melahirkan) + 25 F101(5x melahirkan) + 123 12 F117 (4 Bulan ) + 123 F106 (4 Bulan )
Penggemukan : 800 F 118 + 123 F116
Maret Penjualan domba anakan ke penggemukan : 123 F117
April Penjualan betina : 123 F105
Beranak (6x)
70% x 95 % x 1,5 x 74 F101= 74 50% jantan = 37 F119
50% betina = 37 F107
Mei 70% x 95 % x 1,5 x 147 F101= 148 50% jantan = 74 F119
50% betina = 74 F107
5 70% x 95 % x 1,5 x 25 F101= 24 50% jantan = 25 F119
50% betina = 25 F107
Juni Penjualan Jantan : 800 F118 + 123 F116
Juli Pembelian jantan : 900 F120
September Kawin : 74 F101 (8x melahirkan) + 148 F101 (7x melahirkan) + 25 F101(6x melahirkan)
Penjualan domba anakan ke penggemukan : 123 F119
Populasi :
Desember
Pembibitan : 74 F101 (8x melahirkan) + 148 F101 (7x melahirkan) + 25 F101(6x melahirkan) + 123 F107 ( 7 bulan )
Penggemukan : 900 F 120 + 123 F119
Beranak (7x)
70% x 95 % x 1,5 x 74 F101= 74 50% jantan = 37 F121
50% betina = 37 F108
Februari 70% x 95 % x 1,5 x 147 F101= 148 50% jantan = 74 F121
50% betina = 74 F108
70% x 95 % x 1,5 x 25 F101= 24 50% jantan = 25 F121
50% betina = 25 F108
April Penjualan Betina : 123 F106 + 74 F101
6 Pembelian Betina : 74 F109
Mei
Penjualan Jantan : 900 F120+ 123 F117
Kawin : 148 F101 (8x melahirkan) + 25 F101(7x melahirkan)
Juni
Pembelian Jantan : 900 F122
September Penjualan domba anakan ke penggemukan : 123 F121
Beranak (8x)
70% x 95 % x 1,5 x 147 F101= 148 50% jantan = 74 F123
November
50% betina = 74 F109

91
70% x 95 % x 1,5 x 25 F101= 24 50% jantan = 12 F123
50% betina = 12 F109
Populasi :
Desember Pembibitan : 148 F101 (8x melahirkan) + 25 F101(7x melahirkan) + 74 F109 (Dara) + 86 F123 ( 1 bulan ) + 86 F109( 1 bulan )
Penggemukan : 900 F 122 + 123 F121
Kawin : 25 F101(8x melahirkan) + 74 F109 ( dara )
Maret
Pembelian Induk Betina : 147 F110
April Penjualan Jantan : 900 F122 + 123 F121
Mei Pembelian jantan : 900 F124
Juni Penjualan domba anakan ke penggemukan : 86 F123
Beranak (9x)
70% x 95 % x 1,5 x 25 F101= 24 50% jantan = 12 F125
7 Agustus 50% betina = 12 F111
70% x 95 % x 1,5 x 74 F109= 74 50% jantan = 37 F125
50% betina = 37 F111
November Penjualan Betina : 123 F107 + 147 F101
Kawin : 74 F109 ( 1x Melahirkan ) + 147 F110 ( Dara )
Populasi :
Desember Pembibitan : 74 F109 ( 1x Kawin ) + 147 F110 ( Dara ) + 49 F125 ( 4 Bulan ) + 49 F111 ( 4 Bulan )
Penggemukan : 900 F 124 + 86 F123
Penjualan Jantan : 900 F124 + 123 F121
Maret
Penjualan domba anakan ke penggemukan : 49 F125
Pembelian Betina : 25 F112
April Penjualan Betina : 123 F108 + 25 F101
Pembelian Jantan : 900 F126
Beranak : (10x)
70% x 95 % x 1,5 x 74 F109 = 74 50% jantan = 37 F127
8 Mei 50% betina = 37 F113
70% x 95 % x 1,5 x 147 F110 = 148 50% jantan = 74 F127
50% betina = 74 F113
September Kawin : 74 F109 ( 2x Melahirkan ) + 147 F110 ( 1x Melahirkan) + 25 F112 ( Dara )
Penjualan domba anakan ke penggemukan : 110 F127
Populasi :
Desember
Pembibitan : 74 F109 ( 2x Melahirkan ) + 147 F110 ( 1x Melahirkan) + 25 F112 ( Dara ) + 110 F113 ( 7 Bulan )
Penggemukan : 900 F 126 + 110 F127 + 86 F123

92
Beranak : (11x)
70% x 95 % x 1,5 x 74 F109 = 74 50% jantan = 37 F128
50% betina = 37 F114
Februari 70% x 95 % x 1,5 x 147 F110 = 148 50% jantan = 74 F128
50% betina = 74 F114
70% x 95 % x 1,5 x 25 F112 = 24 50% jantan = 24 F128
50% betina = 24 F114
Maret Penjualan Jantan : 900 F126 + 86 F123
April Pembelian Jantan : 900 F129
Kawin : 74 F109 ( 3x Melahirkan ) + 147 F110 ( 2x Melahirkan) + 25 F112 ( 1x Melahirkan)
Juni
Penjualan Betina : 86 F 109 + 49 F111
9
September Penjualan domba anakan ke penggemukan : 123 F114
Beranak : (12x)
70% x 95 % x 1,5 x 74 F109 = 74 50% jantan = 37 F130
50% betina = 37 F115
November 70% x 95 % x 1,5 x 147 F110 = 148 50% jantan = 74 F130
50% betina = 74 F115
70% x 95 % x 1,5 x 25 F112 = 24 50% jantan = 24 F130
50% betina = 24 F115
Populasi :
Desember Pembibitan : 74 F109 ( 3x Melahirkan ) + 147 F110 ( 2x Melahirkan) + 25 F112 ( 1x Melahirkan) + 123 F130 (1 Bulan )+ 123 F115 (1 Bulan )
Penggemukan : 900 F 129 + 110 F127 + 123 F130
10 Januari Penjualan Jantan : 49 F125 + 110 F127 + 900 F129
Maret Kawin : 74 F109 ( 4x Melahirkan ) + 147 F110 ( 3x Melahirkan) + 25 F112 ( 2x Melahirkan)
Juni Penjualan domba anakan ke penggemukan : 123 F130
Beranak : (12x)
70% x 95 % x 1,5 x 74 F109 = 74 50% jantan = 37 F131
50% betina = 37 F116
70% x 95 % x 1,5 x 147 F110 = 148 50% jantan = 74 F131
Agustus
50% betina = 74 F116

93
70% x 95 % x 1,5 x 25 F112 = 24 50% jantan = 24 F131
50% betina = 24 F116

Penjualan Jantan : 123 F130 + 123 F131


Desember
Penjualan Betina : 123 F115 + 123 F116

Keterangan :
1) F10X : Merupakan Lambang yang digunakan untuk domba betina
F 11X : Merupakan Lambang yang digunakan untuk domba jantan
F 100 : Merupakan Lambang yang digunakan untuk domba betina yang berasal dari periode sebelum pengembangan
F 110 : Merupakan Lambang yang digunakan untuk domba jantan yang berasal dari periode sebelum pengembangan
F 10i : Urutan anakan betina yang dihasilkan dari perkawinan dimulai dari 1,2,3 dst
F 10j : Urutan anakan jantan yang dihasilkan dari perkawinan ataupun yang dibeli dimulai dari 1,2,3 dst
2) Lama bunting pada domba betina yaitu 144-156 hari (rataan 150 hari) dan dapat dikawinkan kembali ketika domba menyusui selama
empat bulan
3) Angka keberhasilan perkawinan yaitu sebesar 70 persen denga tingkat kematian anakan sebesar 5 persen.

94
Lampiran 3. Pola Perencanaan Pembibitan dan Penggemukan Domba di Peternakan Domba Tawakkal
Tahun 1 Tahun 2
Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kawin
Bunting
Beranak
Penjualan jantan
Pembelian jantan
Penjualan Betina
Tahun 3 Tahun 4
Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kawin
Bunting
Beranak
Penjualan domba
Pembelian jantan
Penjualan Betina
Tahun 5 Tahun 6
Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kawin
Bunting
Beranak
Penjualan domba
Pembelian jantan
Penjualan Betina
Tahun 7 Tahun 8
Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kawin
Bunting
Beranak
Penjualan domba
Pembelian jantan
Penjualan Betina

95
Tahun 9 Tahun 10
Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kawin
Bunting
Beranak
Penjualan domba
Pembelian jantan
Penjualan Betina

Keterangan :
Aktivitas Warna
Kawin
Bunting
Beranak
Penjualan jantan
Pembelian jantan
Penjualan Betina

96
Lampiran 4. Lay Out Peternakan Domba Tawakkal dan Model Kandang di
Peternakan Domba Tawakkal
U

D C A B E

m K U M M M M M M O M K M M M M

Keterangan :

A : Kandang A K : Kamar mandi khusus tamu


B : Kandang B m : Mushola
C : Kandang C M : Mess Karyawan
D : Kandang D P : Tempat Parkir
E : Kandang E U : Aula
O : Kantor
Penampung Air dan kamar mandi khusus karyawan

34 m

7.5 m

97
Lampiran 5. Rincian Biaya Investasi Tanpa Pengembangan Bisnis pada Peternakan Domba Tawakkal
Harga Satuan Total Harga Umur Ekonomis Penyusutan Nilai Sisa
No. Jenis Investasi Jumlah Satuan
(Rp) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp)
1 Tanah 3000 Meter2 100.000 300.000.000 0 0 300.000.000
2 Kandang 5 unit 100.000.000 500.000.000 10 50.000.000 0
3 Bangunan 4 Unit 20.000.000 80.000.000 10 8.000.000 0
4 Furniture Kantor 1 Set 4.000.000 4.000.000 10 400.000 0
5 Indukan 300 Ekor 650.000 195.000.000 0 0 0
6 Pejantan Garut 10 Ekor 750.000 7.500.000 0 0 0
7 Tower, Pompa, Sumur, Bak 4 Set 2.000.000 8.000.000 5 1.600.000 0
8 Selang 5 unit 325.000 1.625.000 3 541.667 1.083.333
9 Garu 3 unit 30.000 90.000 3 30.000 60.000
10 Gergaji 3 unit 100.000 300.000 3 100.000 200.000
11 Drigen 500 Set 20.000 10.000.000 3 3.333.333 6.666.667
12 Cangkul 4 unit 30.000 120.000 3 40.000 80.000
13 Timbangan 2 unit 100.000 200.000 5 40.000 0
14 Gunting Cukur 8 unit 10.000 80.000 1 80.000 0
15 Gunting kuku domba 4 unit 40.000 160.000 2 80.000 0
16 Kunci tanduk 1 Unit 15.000 15.000 10 1.500 0
17 Sapu Lidi 8 Unit 2.500 20.000 1 20.000 0
18 Sekop 3 Unit 50.000 150.000 3 50.000 100.000
19 Sabit rumput 13 Unit 30.000 390.000 3 130.000 260.000
20 Mobil Pick-up 2 Unit 130.000.000 260.000.000 10 26.000.000 0
TOTAL BIAYA INVESTASI (Rp) 1.367.650.000 90.446.500 308.450.000

98
Lampiran 6. Biaya Variabel dan Biaya Tetap pada Peternakan Domba Tawakkal dengan Skenario Tanpa Pengembangan Bisnis
Biaya (Tahun)
No Biaya variabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Vitamin B12 1.692.299 1.877.195 1.877.195 1.877.195 1.877.195 3.191.232 750.878 1.689.476 3.754.391 1.877.195
2 Biaya Perawatan 39.690 40.950 41.490 41.490 41.490 45.990 45.990 45.990 44.370 58.680
3 Baterai 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
4 Oxytetracyclin 180.000 135.000 135.000 135.000 135.000 135.000 135.000 135.000 135.000 135.000
5 Kalbazen-SG 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000
6 Betadyne 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000
7 Karung 470.103 497.640 497.640 428.510 543.649 604.154 659.366 624.858 622.546 636.349
8 Enteroshep / Diaform 37.180 37.785 43.919 43.919 46.419 50.713 47.033 45.804 52.552 14.102
9 Transportasi 10.800.000 10.800.000 10.800.000 31.514.397 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000
10 Ampas Tahu 20.595.556 16.671.620 15.406.584 10.902.057 15.993.507 15.526.840 18.174.156 16.774.156 18.975.747 3.435.390
11 Pakan hijauan 87.427.721 96.530.599 111.548.636 97.877.186 104.712.911 123.955.789 113.018.629 104.815.759 115.749.493 58.770.911
12 Pembelian jantan 260.000.000 335.822.581 299.875.063 299.875.063 372.250.125 372.250.125 320.412.544 344.337.581 332.375.063 39.875.063
Total 382.057.548 463.228.370 441.040.526 443.509.816 507.215.296 527.374.844 464.858.596 480.083.625 483.324.162 116.417.690

Biaya (Tahun)
No Biaya Tetap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Listrik 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000
2 THR Karyawan 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000
3 Komunikasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
4 Kegiatan Sosial 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000
5 PBB 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000
Total 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000

99
Lampiran 7. Rincian Biaya Investasi dengan Skenario Pengembangan Bisnis pada Peternakan Domba Tawakkal
Harga Satuan Total Harga Umur Ekonomis Penyusutan Nilai Sisa
No. Jenis Investasi Jumlah Satuan
(Rp) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp)
1 Tanah 6000 Meter2 100.000 600.000.000 - - 600.000.000
2 Kandang 8 unit 100.000.000 800.000.000 10 80.000.000 0
3 Bangunan 7 Unit 20.000.000 140.000.000 10 14.000.000 0
4 Furniture Kantor 1 Set 4.000.000 4.000.000 10 400.000 0
5 Induk betina 600 Ekor 650.000 390.000.000 - - 0
6 Induk Jantan 20 Ekor 750.000 15.000.000 - - 0
7 Tower, Pompa, Sumur, Bak 7 Set 2.000.000 14.000.000 5 2.800.000 0
8 Selang 8 unit 325.000 2.600.000 3 866.667 1.733.333
9 Garu 5 unit 30.000 150.000 3 50.000 100.000
10 Gergaji 5 unit 100.000 500.000 3 166.667 333.333
11 Drigen 800 Set 20.000 16.000.000 3 5.333.333 10.666.667
12 Cangkul 7 unit 30.000 210.000 3 70.000 140.000
13 Timbangan 4 unit 100.000 400.000 5 80.000 0
14 Gunting Cukur 12 unit 10.000 120.000 1 120.000 0
15 Gunting kuku domba 7 unit 40.000 280.000 2 140.000 0
16 Kunci tanduk 2 Unit 15.000 30.000 10 3.000 0
17 Sapu Lidi 14 Unit 2.500 35.000 1 35.000 0
18 Sekop 6 Unit 50.000 300.000 3 100.000 200.000
19 Sabit rumput 18 Unit 30.000 540.000 3 180.000 360.000
20 Mobil Pick-up 3 Unit 130.000.000 390.000.000 10 39.000.000 0
TOTAL BIAYA INVESTASI (Rp) 2.374.165.000 143.344.667 613.533.333

100
Lampiran 8. Biaya Variabel dan Biaya Tetap pada Peternakan Domba Tawakkal dengan Pengembangan Bisnis
Biaya (Tahun)
No Biaya variabel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Vitamin B12 3.384.597 3.754.391 3.754.391 3.754.391 3.754.391 3.191.232 1.501.756 3.378.951 7.508.781 3.754.391
2 Biaya Perawatan Domba 39.690 63.990 83.070 83.070 83.070 92.070 92.070 92.070 88.740 117.450
3 Baterai 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
4 Oxytetracyclin 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000
5 Kalbazen-SG 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000
6 Betadyne 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
7 Karung 707.706 912.779 912.779 774.519 1.004.798 1.125.808 1.236.231 1.167.217 1.162.593 1.190.199
8 Enteroshep / Diaform 58.861 70.069 82.339 82.339 87.339 95.927 88.565 86.109 99.605 22.705
9 Transportasi 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
10 Ampas Tahu 24.518.667 28.365.461 30.813.168 21.804.113 31.987.013 31.053.680 36.348.312 33.548.312 37.951.494 6.870.780
11 Pakan hijauan 113.458.299 158.518.341 210.840.129 183.497.229 197.168.679 235.654.436 213.780.116 197.374.376 219.241.843 105.284.679
12 Pembelian jantan 390.000.000 671.645.163 599.750.125 599.750.125 744.500.250 744.500.250 640.825.088 688.675.163 664.750.125 79.750.125
Total 551.352.819 882.515.194 865.420.999 828.930.785 997.770.539 1.034.898.403 913.057.138 943.507.197 949.988.180 216.175.327

Biaya (Tahun)
No Biaya Tetap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Listrik 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000
2 THR Karyawan 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000
3 Komunikasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
4 Kegiatan Sosial 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000
5 PBB 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000
Total 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000

101
Lampiran 9. Proyeksi Rugi-Laba Peternakan Domba Tawakkal Skenario I (Tanpa Pengembangan Bisnis)
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN
1 Penjualan

Pembibitan 53.360.775 121.984.625 100.853.875 100.853.875 135.019.250 137.473.100 79.951.938 106.204.625 102.010.413 170.220.000

Penggemukan 631.200.000 660.200.000 667.400.000 667.400.000 689.800.000 762.000.000 758.400.000 762.000.000 744.000.000 816.600.000
2 Nilai Sisa 304.225.000
Total Penerimaan 684.560.775 782.184.625 768.253.875 768.253.875 824.819.250 899.473.100 838.351.938 868.204.625 846.010.413 1.291.045.000
BIAYA
Biaya Tetap 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000
Biaya Variabel 382.057.548 463.228.370 441.040.526 443.509.816 507.215.296 527.374.844 464.858.596 480.083.625 483.324.162 116.417.690
Biaya Penyusutan 90.446.500 90.446.500 90.446.500 90.446.500 90.446.500 90.446.500 90.446.500 90.446.500 90.446.500 90.446.500
Total Biaya 491.248.048 572.418.870 550.231.026 552.700.316 616.405.796 636.565.344 574.049.096 589.274.125 592.514.662 225.608.190
Laba Sebelum Pajak 193.312.727 209.765.755 218.022.849 215.553.559 208.413.454 262.907.756 264.302.842 278.930.500 253.495.751 1.065.436.810
Pajak Pendapatan 48.328.182 52.441.439 54.505.712 53.888.390 52.103.363 65.726.939 66.075.710 69.732.625 63.373.938 266.359.202
Laba Bersih 144.984.545 157.324.317 163.517.137 161.665.169 156.310.090 197.180.817 198.227.131 209.197.875 190.121.813 799.077.607

102
Lampiran 10. Analisis Cash Flow Skenario I (Tanpa Pengembangan Bisnis)
TAHUN
No URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I INFLOW
Pembibitan
Jantan 0 76.050.000 39.650.000 39.650.000 79.950.000 79.950.000 27.950.000 52.000.000 39.650.000 39.650.000
Betina 30.000.000 27.500.000 30.500.000 30.500.000 30.500.000 30.500.000 30.500.000 37.000.000 33.500.000 119.500.000
Kotoran 23.360.775 18.434.625 30.703.875 30.703.875 24.569.250 27.023.100 21.501.938 17.204.625 28.860.413 11.070.000
Total Pembibitan 53.360.775 121.984.625 100.853.875 100.853.875 135.019.250 137.473.100 79.951.938 106.204.625 102.010.413 170.220.000
Penggemukan
Jantan 529.200.000 546.000.000 553.200.000 553.200.000 553.200.000 613.200.000 613.200.000 613.200.000 591.600.000 782.400.000
Kotoran 102.000.000 114.200.000 114.200.000 114.200.000 136.600.000 148.800.000 145.200.000 148.800.000 152.400.000 34.200.000
Total Penggemukan 631.200.000 660.200.000 667.400.000 667.400.000 689.800.000 762.000.000 758.400.000 762.000.000 744.000.000 816.600.000
Nilai Sisa 304.225.000
Total Inflow 684.560.775 782.184.625 768.253.875 768.253.875 824.819.250 899.473.100 838.351.938 868.204.625 846.010.413 1.291.045.000
II OUTFLOW
Investasi
Tanah 300.000.000
Kandang 500.000.000
Bangunan 80.000.000
Furniture Kantor 4.000.000
Bakalan 202.500.000
Tower, Pompa, Sumur, Bak 8.000.000 8.000.000
Selang 1.625.000 1.625.000 1.625.000 1.625.000
Garu 90.000 90.000 90.000 90.000
Gergaji 300.000 300.000 300.000 300.000
Drigen 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
Cangkul 120.000 120.000 120.000 120.000
Timbangan 200.000 200.000
Gunting Cukur 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000
Gunting kuku domba 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000
Kunci tanduk 15.000
Sapu Lidi 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
Sekop 150.000 150.000 150.000 150.000
Sabit rumput 390.000 390.000 390.000 390.000
Mobil Pick-up 260.000.000
Total Biaya Investasi 1.367.650.000 100.000 260.000 12.775.000 260.000 8.300.000 12.935.000 100.000 260.000 12.775.000

103
Biaya Operasional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Biaya Tetap
Listrik 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000 4.200.000
THR Karyawan 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000 5.100.000
Komunikasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Kegiatan Sosial 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000
PBB 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000 744.000
Total Biaya Tetap 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000 18.744.000
B. Biaya Variabel
Vitamin B12 1.692.299 1.877.195 1.877.195 1.877.195 1.877.195 3.191.232 750.878 1.689.476 3.754.391 1.877.195
Biaya Perawatan Domba 39.690 40.950 41.490 41.490 41.490 45.990 45.990 45.990 44.370 58.680
Baterai 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Oxytetracyclin 180.000 135.000 135.000 135.000 135.000 135.000 135.000 135.000 135.000 135.000
Kalbazen-SG 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000 170.000
Betadyne 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000
Karung 470.103 497.640 497.640 428.510 543.649 604.154 659.366 624.858 622.546 636.349
Enteroshep / Diaform 37.180 37.785 43.919 43.919 46.419 50.713 47.033 45.804 52.552 14.102
Transportasi 10.800.000 10.800.000 10.800.000 31.514.397 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000
Ampas Tahu 20.595.556 16.671.620 15.406.584 10.902.057 15.993.507 15.526.840 18.174.156 16.774.156 18.975.747 3.435.390
Pakan hijauan 87.427.721 96.530.599 111.548.636 97.877.186 104.712.911 123.955.789 113.018.629 104.815.759 115.749.493 58.770.911
Pembelian jantan 260.000.000 335.822.581 299.875.063 299.875.063 372.250.125 372.250.125 320.412.544 344.337.581 332.375.063 39.875.063
Total Biaya Variabel 382.057.548 463.228.370 441.040.526 443.509.816 507.215.296 527.374.844 464.858.596 480.083.625 483.324.162 116.417.690
Total Biaya Operasional 400.801.548 481.972.370 459.784.526 462.253.816 525.959.296 546.118.844 483.602.596 498.827.625 502.068.162 135.161.690
Pajak (25%) 48.328.182 52.441.439 54.505.712 53.888.390 52.103.363 65.726.939 66.075.710 69.732.625 63.373.938 266.359.202
Total Outflow 1.816.779.730 534.513.808 514.550.238 528.917.206 578.322.660 620.145.783 562.613.306 568.660.250 565.702.099 414.295.893
Net Benefit (1.132.218.955) 247.670.817 253.703.637 239.336.669 246.496.590 279.327.317 275.738.631 299.544.375 280.308.313 876.749.107
DF (6.5%) 0,9389671 0,8816593 0,8278491 0,7773231 0,7298808 0,6853341 0,6435062 0,6042312 0,5673532 0,5327260
PV (1.063.116.390) 218.361.275 210.028.325 186.041.920 179.913.138 191.432.541 177.439.523 180.994.053 159.033.826 467.067.076
PV - (1.063.116.390)
PV + 1.970.311.677
NPV 907.195.287
Net B/C 1,85
IRR 21%
PP 6,9

104
Lampiran 11. Proyeksi Rugi-Laba Peternakan Domba Tawakkal Skenario II (Dengan Pengembangan Bisnis)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENERIMAAN
1 Penjualan

Pembibitan 76.721.550 244.469.250 202.857.750 202.857.750 269.888.500 274.796.200 160.403.875 211.909.250 205.170.825 341.590.000

Penggemukan 671.200.000 1.059.800.000 1.314.200.000 1.314.200.000 1.358.600.000 1.503.200.000 1.495.800.000 1.503.200.000 1.466.200.000 1.612.600.000
2 Nilai Sisa 606.766.667
Total Penerimaan 747.921.550 1.304.269.250 1.517.057.750 1.517.057.750 1.628.488.500 1.777.996.200 1.656.203.875 1.715.109.250 1.671.370.825 2.560.956.667
BIAYA
Biaya Tetap 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000
Biaya Variabel 551.352.819 882.515.194 865.420.999 828.930.785 997.770.539 1.034.898.403 913.057.138 943.507.197 949.988.180 216.175.327
Biaya Penyusutan 143.344.667 143.344.667 143.344.667 143.344.667 143.344.667 143.344.667 143.344.667 143.344.667 143.344.667 143.344.667
Total Biaya 720.161.486 1.051.323.861 1.034.229.666 997.739.452 1.166.579.206 1.203.707.069 1.081.865.805 1.112.315.864 1.118.796.847 384.983.994
Laba Sebelum Pajak 27.760.064 252.945.389 482.828.084 519.318.298 461.909.294 574.289.131 574.338.070 602.793.386 552.573.978 2.175.972.673
Pajak Pendapatan 6.940.016 63.236.347 120.707.021 129.829.575 115.477.323 143.572.283 143.584.518 150.698.347 138.143.494 543.993.168
Laba Bersih 20.820.048 189.709.042 362.121.063 389.488.724 346.431.970 430.716.848 430.753.553 452.095.040 414.430.483 1.631.979.505

105
Lampiran 12. Analisis Cash Flow Skenario II (Dengan Pengembangan Bisnis)
TAHUN
No URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I INFLOW
Pembibitan
Jantan 0 152.100.000 79.950.000 79.950.000 159.250.000 159.250.000 55.900.000 104.000.000 79.950.000 79.950.000
Betina 30.000.000 55.500.000 61.500.000 61.500.000 61.500.000 61.500.000 61.500.000 73.500.000 67.500.000 239.500.000
Kotoran 46.721.550 36.869.250 61.407.750 61.407.750 49.138.500 54.046.200 43.003.875 34.409.250 57.720.825 22.140.000
Total Pembibitan 76.721.550 244.469.250 202.857.750 202.857.750 269.888.500 274.796.200 160.403.875 211.909.250 205.170.825 341.590.000
Penggemukan
Jantan 529.200.000 853.200.000 1.107.600.000 1.107.600.000 1.107.600.000 1.227.600.000 1.227.600.000 1.227.600.000 1.183.200.000 1.566.000.000
Kotoran 142.000.000 206.600.000 206.600.000 206.600.000 251.000.000 275.600.000 268.200.000 275.600.000 283.000.000 46.600.000
Total Penggemukan 671.200.000 1.059.800.000 1.314.200.000 1.314.200.000 1.358.600.000 1.503.200.000 1.495.800.000 1.503.200.000 1.466.200.000 1.612.600.000
Nilai Sisa 606.766.667
Total Inflow 747.921.550 1.304.269.250 1.517.057.750 1.517.057.750 1.628.488.500 1.777.996.200 1.656.203.875 1.715.109.250 1.671.370.825 2.560.956.667
II OUTFLOW
Investasi
Tanah 600.000.000
Kandang 800.000.000
Bangunan 140.000.000
Furniture Kantor 4.000.000
Bakalan 390.000.000
Tower, Pompa, Sumur 15.000.000 15.000.000
Selang 2.600.000 2.600.000 2.600.000 2.600.000
Garu 150.000 150.000 150.000 150.000
Gergaji 500.000 500.000 500.000 500.000
Drigen 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000
Cangkul 210.000 120.000 120.000 120.000
Timbangan 400.000 200.000
Gunting Cukur 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Gunting kuku domba 280.000 280.000 280.000 280.000 280.000
Kunci tanduk 30.000
Sapu Lidi 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Sekop 300.000 300.000 300.000 300.000
Sabit rumput 540.000 540.000 540.000 540.000
Mobil Pick-up 390.000.000
Total Biaya Investasi 2.360.165.000 155.000 435.000 20.365.000 435.000 15.355.000 20.645.000 155.000 435.000 20.365.000

106
Biaya Operasional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Biaya Tetap
Listrik 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000
THR Karyawan 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000
Komunikasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Kegiatan Sosial 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000
PBB 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000
Total Biaya Tetap 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000
B. Biaya Variabel
Vitamin B12 3.384.597 3.754.391 3.754.391 3.754.391 3.754.391 3.191.232 1.501.756 3.378.951 7.508.781 3.754.391
Biaya Perawatan Domba 39.690 63.990 83.070 83.070 83.070 92.070 92.070 92.070 88.740 117.450
Baterai 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Oxytetracyclin 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000
Kalbazen-SG 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000
Betadyne 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
Karung 707.706 912.779 912.779 774.519 1.004.798 1.125.808 1.236.231 1.167.217 1.162.593 1.190.199
Enteroshep / Diaform 58.861 70.069 82.339 82.339 87.339 95.927 88.565 86.109 99.605 22.705
Transportasi 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Ampas Tahu 24.518.667 28.365.461 30.813.168 21.804.113 31.987.013 31.053.680 36.348.312 33.548.312 37.951.494 6.870.780
Pakan hijauan 113.458.299 158.518.341 210.840.129 183.497.229 197.168.679 235.654.436 213.780.116 197.374.376 219.241.843 105.284.679
Pembelian jantan 390.000.000 671.645.163 599.750.125 599.750.125 744.500.250 744.500.250 640.825.088 688.675.163 664.750.125 79.750.125
Total Biaya Variabel 551.352.819 882.515.194 865.420.999 828.930.785 997.770.539 1.034.898.403 913.057.138 943.507.197 949.988.180 216.175.327
Total Biaya Operasional 576.816.819 907.979.194 890.884.999 854.394.785 1.023.234.539 1.060.362.403 938.521.138 968.971.197 975.452.180 241.639.327
Pajak (25%) 6.940.016 63.236.347 120.707.021 129.829.575 115.477.323 143.572.283 143.584.518 150.698.347 138.143.494 543.993.168
Total Outflow 2.943.921.835 971.370.541 1.012.027.020 1.004.589.360 1.139.146.863 1.219.289.685 1.102.750.656 1.119.824.544 1.114.030.675 805.997.495
Net Benefit (2.196.000.285) 332.898.709 505.030.730 512.468.390 489.341.637 558.706.515 553.453.219 595.284.706 557.340.150 1.754.959.171
DF (6.5%) 0,9389671 0,8816593 0,8278491 0,7773231 0,7298808 0,6853341 0,6435062 0,6042312 0,5673532 0,5327260
PV (2.061.972.099) 293.503.237 418.089.231 398.353.513 357.161.083 382.900.637 356.150.586 359.689.585 316.208.733 934.912.442
PV - (2.061.972.099)
PV + 3.816.969.047
NPV 1.754.996.948
Net B/C 1,85
IRR 20%
PP 6,2

107
Lampiran 13. Switching Value (Dengan Pengembangan Bisnis) Penurunan Harga Jual Domba Jantan Sebesar 20,9212438305787 %
TAHUN
No URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I INFLOW
Pembibitan
Jantan 0 120.278.788 63.223.466 63.223.466 125.932.919 125.932.919 44.205.025 82.241.906 63.223.466 63.223.466
Betina 30.000.000 55.500.000 61.500.000 61.500.000 61.500.000 61.500.000 61.500.000 73.500.000 67.500.000 239.500.000
Kotoran 46.721.550 36.869.250 61.407.750 61.407.750 49.138.500 54.046.200 43.003.875 34.409.250 57.720.825 22.140.000
Total Pembibitan 76.721.550 212.648.038 186.131.216 186.131.216 236.571.419 241.479.119 148.708.900 190.151.156 188.444.291 324.863.466
Penggemukan
Jantan 418.484.778 674.699.948 875.876.303 875.876.303 875.876.303 970.770.811 970.770.811 970.770.811 935.659.843 1.238.373.322
Kotoran 142.000.000 206.600.000 206.600.000 206.600.000 251.000.000 275.600.000 268.200.000 275.600.000 283.000.000 46.600.000
Total Penggemukan 560.484.778 881.299.948 1.082.476.303 1.082.476.303 1.126.876.303 1.246.370.811 1.238.970.811 1.246.370.811 1.218.659.843 1.284.973.322
Nilai Sisa 606.766.667
Total Inflow 637.206.328 1.093.947.986 1.268.607.519 1.268.607.519 1.363.447.723 1.487.849.930 1.387.679.710 1.436.521.967 1.407.104.134 2.216.603.454
II OUTFLOW
Investasi
Tanah 600.000.000
Kandang 800.000.000
Bangunan 140.000.000
Furniture Kantor 4.000.000
Bakalan 390.000.000
Tower, Pompa, Sumur 15.000.000 15.000.000
Selang 2.600.000 2.600.000 2.600.000 2.600.000
Garu 150.000 150.000 150.000 150.000
Gergaji 500.000 500.000 500.000 500.000
Drigen 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000
Cangkul 210.000 120.000 120.000 120.000
Timbangan 400.000 200.000
Gunting Cukur 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Gunting kuku domba 280.000 280.000 280.000 280.000 280.000
Kunci tanduk 30.000
Sapu Lidi 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Sekop 300.000 300.000 300.000 300.000
Sabit rumput 540.000 540.000 540.000 540.000
Mobil Pick-up 390.000.000
Total Biaya Investasi 2.360.165.000 155.000 435.000 20.365.000 435.000 15.355.000 20.645.000 155.000 435.000 20.365.000

108
Biaya Operasional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Biaya Tetap
Listrik 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000
THR Karyawan 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000
Komunikasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Kegiatan Sosial 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000
PBB 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000
Total Biaya Tetap 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000
B. Biaya Variabel
Vitamin B12 3.384.597 3.754.391 3.754.391 3.754.391 3.754.391 3.191.232 1.501.756 3.378.951 7.508.781 3.754.391
Biaya Perawatan Domba 39.690 63.990 83.070 83.070 83.070 92.070 92.070 92.070 88.740 117.450
Baterai 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Oxytetracyclin 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000
Kalbazen-SG 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000
Betadyne 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
Karung 707.706 912.779 912.779 774.519 1.004.798 1.125.808 1.236.231 1.167.217 1.162.593 1.190.199
Enteroshep / Diaform 58.861 70.069 82.339 82.339 87.339 95.927 88.565 86.109 99.605 22.705
Transportasi 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Ampas Tahu 24.518.667 28.365.461 30.813.168 21.804.113 31.987.013 31.053.680 36.348.312 33.548.312 37.951.494 6.870.780
Pakan hijauan 113.458.299 158.518.341 210.840.129 183.497.229 197.168.679 235.654.436 213.780.116 197.374.376 219.241.843 105.284.679
Pembelian jantan 390.000.000 671.645.163 599.750.125 599.750.125 744.500.250 744.500.250 640.825.088 688.675.163 664.750.125 79.750.125
Total Biaya Variabel 551.352.819 882.515.194 865.420.999 828.930.785 997.770.539 1.034.898.403 913.057.138 943.507.197 949.988.180 216.175.327
Total Biaya Operasional 576.816.819 907.979.194 890.884.999 854.394.785 1.023.234.539 1.060.362.403 938.521.138 968.971.197 975.452.180 241.639.327
Pajak (25%) 6.940.016 63.236.347 120.707.021 129.829.575 115.477.323 143.572.283 143.584.518 150.698.347 138.143.494 543.993.168
Total Outflow 2.943.921.835 971.370.541 1.012.027.020 1.004.589.360 1.139.146.863 1.219.289.685 1.102.750.656 1.119.824.544 1.114.030.675 805.997.495
Net Benefit (2.306.715.507) 122.577.444 256.580.498 264.018.159 224.300.860 268.560.245 284.929.055 316.697.424 293.073.459 1.410.605.958
DF (6.5%) 0,9389671 0,8816593 0,8278491 0,7773231 0,7298808 0,6853341 0,6435062 0,6042312 0,5673532 0,5327260
PV (2.165.930.054) 108.071.542 212.409.933 205.227.411 163.712.899 184.053.499 183.353.617 191.358.460 166.276.173 751.466.520
PV - (2.165.930.054)
PV + 2.165.930.054
NPV 0,00000
Net B/C 1,000000000
IRR 6,5000000%
PP 10,00000000

109
Lampiran 14. Switching Value (Dengan Pengembangan Bisnis) Kenaikan Biaya Pakan Hijauan Sebesar 134,36011490054 %
TAHUN
No URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I INFLOW
Pembibitan
Jantan 0 152.100.000 79.950.000 79.950.000 159.250.000 159.250.000 55.900.000 104.000.000 79.950.000 79.950.000
Betina 30.000.000 55.500.000 61.500.000 61.500.000 61.500.000 61.500.000 61.500.000 73.500.000 67.500.000 239.500.000
Kotoran 46.721.550 36.869.250 61.407.750 61.407.750 49.138.500 54.046.200 43.003.875 34.409.250 57.720.825 22.140.000
Total Pembibitan 76.721.550 244.469.250 202.857.750 202.857.750 269.888.500 274.796.200 160.403.875 211.909.250 205.170.825 341.590.000
Penggemukan
Jantan 529.200.000 853.200.000 1.107.600.000 1.107.600.000 1.107.600.000 1.227.600.000 1.227.600.000 1.227.600.000 1.183.200.000 1.566.000.000
Kotoran 142.000.000 206.600.000 206.600.000 206.600.000 251.000.000 275.600.000 268.200.000 275.600.000 283.000.000 46.600.000
Total Penggemukan 671.200.000 1.059.800.000 1.314.200.000 1.314.200.000 1.358.600.000 1.503.200.000 1.495.800.000 1.503.200.000 1.466.200.000 1.612.600.000
Nilai Sisa 606.766.667
Total Inflow 747.921.550 1.304.269.250 1.517.057.750 1.517.057.750 1.628.488.500 1.777.996.200 1.656.203.875 1.715.109.250 1.671.370.825 2.560.956.667
II OUTFLOW
Investasi
Tanah 600.000.000
Kandang 800.000.000
Bangunan 140.000.000
Furniture Kantor 4.000.000
Bakalan 390.000.000
Tower, Pompa, Sumur 15.000.000 15.000.000
Selang 2.600.000 2.600.000 2.600.000 2.600.000
Garu 150.000 150.000 150.000 150.000
Gergaji 500.000 500.000 500.000 500.000
Drigen 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000
Cangkul 210.000 120.000 120.000 120.000
Timbangan 400.000 200.000
Gunting Cukur 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Gunting kuku domba 280.000 280.000 280.000 280.000 280.000
Kunci tanduk 30.000
Sapu Lidi 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
Sekop 300.000 300.000 300.000 300.000
Sabit rumput 540.000 540.000 540.000 540.000
Mobil Pick-up 390.000.000
Total Biaya Investasi 2.360.165.000 155.000 435.000 20.365.000 435.000 15.355.000 20.645.000 155.000 435.000 20.365.000

110
Biaya Operasional 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Biaya Tetap
Listrik 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000
THR Karyawan 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000 8.700.000
Komunikasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Kegiatan Sosial 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000
PBB 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000 1.464.000
Total Biaya Tetap 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000 25.464.000
B. Biaya Variabel
Vitamin B12 3.384.597 3.754.391 3.754.391 3.754.391 3.754.391 3.191.232 1.501.756 3.378.951 7.508.781 3.754.391
Biaya Perawatan Domba 39.690 63.990 83.070 83.070 83.070 92.070 92.070 92.070 88.740 117.450
Baterai 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Oxytetracyclin 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000 270.000
Kalbazen-SG 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000 255.000
Betadyne 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000 60.000
Karung 707.706 912.779 912.779 774.519 1.004.798 1.125.808 1.236.231 1.167.217 1.162.593 1.190.199
Enteroshep / Diaform 58.861 70.069 82.339 82.339 87.339 95.927 88.565 86.109 99.605 22.705
Transportasi 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Ampas Tahu 24.518.667 28.365.461 30.813.168 21.804.113 31.987.013 31.053.680 36.348.312 33.548.312 37.951.494 6.870.780
Pakan hijauan 265.900.999 371.503.767 494.125.168 430.044.316 462.084.742 552.280.006 501.015.325 462.566.814 513.815.435 246.745.294
Pembelian jantan 390.000.000 671.645.163 599.750.125 599.750.125 744.500.250 744.500.250 640.825.088 688.675.163 664.750.125 79.750.125
Total Biaya Variabel 703.795.519 1.095.500.620 1.148.706.038 1.075.477.872 1.262.686.602 1.351.523.973 1.200.292.347 1.208.699.635 1.244.561.772 357.635.942
Total Biaya Operasional 729.259.519 1.120.964.620 1.174.170.038 1.100.941.872 1.288.150.602 1.376.987.973 1.225.756.347 1.234.163.635 1.270.025.772 383.099.942
Pajak (25%) 6.940.016 63.236.347 120.707.021 129.829.575 115.477.323 143.572.283 143.584.518 150.698.347 138.143.494 543.993.168
Total Outflow 3.096.364.535 1.184.355.967 1.295.312.059 1.251.136.447 1.404.062.926 1.535.915.256 1.389.985.865 1.385.016.982 1.408.604.267 947.458.111
Net Benefit (2.348.442.985) 119.913.283 221.745.691 265.921.303 224.425.574 242.080.944 266.218.010 330.092.268 262.766.558 1.613.498.556
DF (6.5%) 0,9389671 0,8816593 0,8278491 0,7773231 0,7298808 0,6853341 0,6435062 0,6042312 0,5673532 0,5327260
PV (2.205.110.784) 105.722.659 183.571.969 206.706.769 163.803.926 165.906.330 171.312.944 199.452.043 149.081.455 859.552.689
PV - (2.205.110.784)
PV + 2.205.110.784
NPV 0,0000
Net B/C 1,0000000000
IRR 6,500000%
PP 10,000000000

111
Lampiran 15. Cash Flow Peternakan Domba Tawakkal dengan Skenario Pengembangan Bisnis (Incremental Net Benefit)
Tanpa Pengembangan Bisnis
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Inflow
Pembibitan 53.360.775 121.984.625 100.853.875 100.853.875 135.019.250 137.473.100 79.951.938 106.204.625 102.010.413 170.220.000
Penggemukan 631.200.000 660.200.000 667.400.000 667.400.000 689.800.000 762.000.000 758.400.000 762.000.000 744.000.000 816.600.000
Nilai Sisa 304.225.000
Total Inflow 684.560.775 782.184.625 768.253.875 768.253.875 824.819.250 899.473.100 838.351.938 868.204.625 846.010.413 1.291.045.000
2 Outflow
Investasi 1.367.650.000 100.000 260.000 12.775.000 260.000 8.300.000 12.935.000 100.000 260.000 12.775.000
Biaya Operasional 400.801.548 481.972.370 459.784.526 462.253.816 525.959.296 546.118.844 483.602.596 498.827.625 502.068.162 135.161.690
Pajak (25%) 48.328.182 52.441.439 54.505.712 53.888.390 52.103.363 65.726.939 66.075.710 69.732.625 63.373.938 266.359.202
Total Outflow 1.816.779.730 534.513.808 514.550.238 528.917.206 578.322.660 620.145.783 562.613.306 568.660.250 565.702.099 414.295.893
Net Benefit -1.132.218.955 247.670.817 253.703.637 239.336.669 246.496.590 279.327.317 275.738.631 299.544.375 280.308.313 876.749.107
Dengan Pengembangan Bisnis
Tahun
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Inflow
Pembibitan 76.721.550 244.469.250 202.857.750 202.857.750 269.888.500 274.796.200 160.403.875 211.909.250 205.170.825 341.590.000
Penggemukan 671.200.000 1.059.800.000 1.314.200.000 1.314.200.000 1.358.600.000 1.503.200.000 1.495.800.000 1.503.200.000 1.466.200.000 1.612.600.000
Nilai Sisa 606.766.667
Total Inflow 747.921.550 1.304.269.250 1.517.057.750 1.517.057.750 1.628.488.500 1.777.996.200 1.656.203.875 1.715.109.250 1.671.370.825 2.560.956.667
2 Outflow
Investasi 2.360.165.000 155.000 435.000 20.365.000 435.000 15.355.000 20.645.000 155.000 435.000 20.365.000
Biaya Operasional 576.816.819 907.979.194 890.884.999 854.394.785 1.023.234.539 1.060.362.403 938.521.138 968.971.197 975.452.180 241.639.327
Pajak (25%) 6.940.016 63.236.347 120.707.021 129.829.575 115.477.323 143.572.283 143.584.518 150.698.347 138.143.494 543.993.168
Total Outflow 2.943.921.835 971.370.541 1.012.027.020 1.004.589.360 1.139.146.863 1.219.289.685 1.102.750.656 1.119.824.544 1.114.030.675 805.997.495
Net Benefit -2.196.000.285 332.898.709 505.030.730 512.468.390 489.341.637 558.706.515 553.453.219 595.284.706 557.340.150 1.754.959.171
Incremental Net Benefit
Incremental Net Benefit -1.063.781.330 85.227.892 251.327.093 273.131.721 242.845.047 279.379.197 277.714.588 295.740.331 277.031.837 878.210.064
DF (6.5%) 0,938967136 0,881659283 0,827849092 0,777323091 0,729880837 0,685334119 0,643506215 0,604231188 0,567353228 0,532726036
PV -998.855.709 75.141.962 208.060.906 212.311.593 177.247.946 191.468.096 178.711.063 178.695.532 157.174.907 467.845.366
PV - -998.855.709
PV + 1.846.657.370
NPV 847.801.661
Net B/C 1,85
IRR 19,52%

112
Lampiran 16. Kegiatan Operasional di Peternakan Domba Tawakkal

Kandang (Depan) Kandang ( Samping )

Pemberian Pakan Pengangkutan rumput ke kandang

Kandang Individual Kandang Koloni

113
Pakan Rumput Pakan Ampas Tahu

Mess Karyawan Membersihkan Tempat Pakan

Vitamin Kalbazen (Obat Cacing)

114
Timbangan Kunci tanduk

Gunting Cukur Gunting Kuku

115
This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
This page will not be added after purchasing Win2PDF.

Anda mungkin juga menyukai