Anda di halaman 1dari 146

OPTIMALISASI PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH PADA PD RISNA SARI KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT

Oleh NURUL NASRUN H34066098

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN
NURUL NASRUN. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur. Di Bawah Bimbingan RITA NURMALINA SURYANA Perkembangan nata de coco di Cianjur berjalan seiring dengan semakin meningkatnya permintaan nata de coco. Peningkatan jumlah permintaan nata de coco merupakan suatu peluang bagi perusahaan yang memproduksi nata de coco mentah untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperolehnya. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri nata de coco ini adalah PD Risna Sari yang berlokasi di Kabupaten Cianjur. Semakin banyak usaha yang bergerak di bidang pengolahan nata de coco maka tingkat permintaan nata mentah akan mengalami peningkatan, karena tidak semua usaha nata de coco menyediakan bahan baku utamanya sendiri. Sebagian besar usaha pengolahan nata de coco yang berskala rumah tangga masih memasok bahan baku nata de coco mentah dari perusahaan nata de coco lainnya. Kegiatan produksi nata de coco mentah sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya perusahaan. Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh PD Risna Sari dalam memenuhi permintaan pasar harus dimanfaatkan secara optimal guna menghasilkan keuntungan yang optimal. Formulasi model yang digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis hasil optimal serta penggunaan sumberdaya secara optimal dapat menjadi salah satu metode dalam menangani permasalahan yang dihadapi oleh PD Risna Sari. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menentukan tingkat kombinasi produksi optimal nata de coco mentah pada PD Risna Sari. (2) Mengkaji alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PD Risna Sari untuk mencapai kondisi optimalnya. (3) Menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap ketersediaan sumberdaya dan harga jual perusahaan dapat diterapkan tanpa mengubah kondisi optimal. (4) Mengetahui faktor kendala yang menjadi pembatas bagi perusahaan dalam mencapai kondisi optimal. (5) Menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap biaya dan penjualan perusahaan terhadap produksi, sumberdaya dan keuntungan perusahaan. Penelitian dilakukan di PD Risna Sari pada Bulan September 2008. PD Risna Sari merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan nata de coco. Usaha ini mulai digeluti oleh Bapak Ocid R selaku pemilik sekitar tahun 1990. Lokasi yang dijadikan tempat usaha yaitu di Jalan Dr. Muwardi Gg. H. Ahmad No. 76 Cianjur. PD Risna Sari memproduksi dua jenis produk yaitu nata de coco mentah dan manisan nata de coco. Nata de coco mentah yang diproduksi terdiri dari dua jenis yaitu bentuk lembaran dan kubus, kegiatan produksi nata de coco mentah dilakukan secara kontinu atau terus menerus sedangkan manisan nata de coco hanya diproduksi berdasarkan pesanan. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitaif. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model program linier (Linear Programming) dengan bantuan pengolahan data menggunakan software LINDO (Linear Interactive and Discrete Optimizer). Hasil pengolahan dari program linier ini akan diperoleh tingkat keuntungan maksimum selama empat bulan (periode penelitian Juni-September 2008), penggunaan sumberdaya dan sesitivitas tingkat keuntungan serta

ketersediaan sumberdaya dalam mengubah kondisi optimal, perubahan-perubahan terhadap faktor input dan output yang mengubah kondisi optimal. Data dianalisis dengan model Linear Programming yang digolongkan kedalam fungsi tujuan dan fungsi kendala. Variabel keputusan yang terdapat pada model menunjukkan aktivitas produksi dari setiap jenis produk nata de coco mentah. Variabel yang terbentuk terdiri dari dua variabel keputusan. Fungsi tujuan merupakan keuntungan per kilogram dari masing-masing nata de coco, sedangkan kendala yang dibentuk terdiri dari kendala bahan baku air kelapa, kendala bahan baku penolong cuka Taiwan, gula pasir, kendala jam kerja tenaga kerja langsung, jam kerja mesin pemotong, dan target produksi untuk masing-masing produk. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan adanya optimalisasi maka terjadi peningkatan keuntungan, keuntungan optimal yang akan diperoleh perusahaan apabila perusahaan berproduksi pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp. 161.146.578,- sedangkan keuntungan yang diperoleh perusahaan pada kondisi aktual adalah sebesar Rp. 153.371.340,- selisih keuntungan sebesar Rp. 7.775.238,-. Sumberdaya yang berlebih pada kondisi optimal adalah air kelapa, cuka taiwan dan gula pasir dengan nilai sebesar nilai tertentu, sedangkan sumberdaya lain seperti jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong nata telah habis terpakai. Analsis sensitivitas berdasarkan model linier programming menunjukan bahwa nata de coco mentah bentuk kubus memiliki batas kenaikan yang tidak terbatas (infinity) dan batas penurunan yang diijinkan sebesar 586. Batas kenaikan untuk nata de coco mentah bentuk lembaran sebesar 1.970,7. Batas penurunan yang diijinkan adalah sebesar 394,9 yang berarti keuntungan per unit produk yang dapat diterima oleh model tidak boleh lebih kecil dari Rp. 394,9 dari keuntungan semula. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala air kelapa menunjukkan batas kenaikan yang tidak terbatas (infinity) dan batas penurunan air kelapa yang diijinkan oleh model sebesar 61.685,23 liter. Batas penambahan cuka Taiwan tidak terhingga (infinity) dan batas penurunan yang masih diterima oleh model sebesar 468,4 liter. Batas kenaikan gula pasir menunjukan penambahan yang tidak terbatas (infinity) dan batas penggunaan gula pasir yang masih dapat diterima oleh model tidak boleh lebih kecil dari 167,67 kilogram dari penggunaan semula. Hasil olahan Post Optimal skenario I menunjukan bahwa keuntungan per kilogram produk yang diterima oleh perusahaan mengalami penurunan, sehingga keuntungan total yang diterima oleh perusahaan menjadi sebesar Rp. 112.099.746,-. Jumlah produksi optimal Post Optimal skenario I sama dengan kondisi optimal awal. Hasil olahan Post Optimal untuk Skenario II menunjukan terjadi perubahan antara kondisi optimal awal dengan kondisi optimal. Produksi optimal meningkat menjadi sebesar 285.714,3, perubahan tingkat produksi optimal akan sebanding dengan tingkat keutungan maksimum yang diperoleh. Keuntungan maksimum pada Post Optimal skenario II menjadi sebesar Rp. 164.197.949,-.

OPTIMALISASI PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH PADA PD RISNA SARI KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT

NURUL NASRUN H 34066098

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN AGRIBISNIS Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Nurul Nasrun

Nomor Registrasi Pokok : H34066098 Program Mayor Judul : Agribisnis : Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS NIP 131 685 542

Mengetahui : Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 131 415 082

Tanggal Kelulusan :

Januari 2009

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL OPTIMALISASI PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH PADA PD RISNA SARI KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT ADALAH HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. SEGALA BENTUK PUSTAKA TELAH DICANTUMKAN DI DAFTAR PUSTAKA.

Bogor,

Januari 2009

Nurul Nasrun H34066098

RIWAYAT HIDUP
Nurul Nasrun, dilahirkan di Kota Lampung, pada Tanggal 08 Januari 1986. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Muhammad Nasrun (Alm) dan Ibu Rukmini. Pada tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan formal Taman Indria Bogor, Sekolah Dasar Negeri 2 Selakopi Cianjur pada Tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Cianjur pada Tahun 2000, Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Cianjur pada tahun 2003. Pada Tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Pogram Studi Diploma III Manajemen Bisnis dan Koperasi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, lulus tahun 2006. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2006 hingga tahun 2009.

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat penulis kerjakan, penulis menyadari kemungkinan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan atau dari apa yang diharapkan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun demi kesempurnaan penulis dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, Januari 2009

Nurul Nasrun H34066098

UCAPAN TERIMA KASIH


Dalam penulisan skripsi yang berjudul Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah Pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penulis mendapatkan banyak saran serta kritik demi perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat kelulusan. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Allah SWT, karena atas segala izin, serta keridhaan Nyalah penulis mampu menjalankan segala kegiatan dalam rangka penyusunan laporan. 2. Keluarga Bapak Muhammad Nasrun (Almarhum Papa, Mama, serta

kedua orang kakak-ku Rizki, Ridwan) terima kasih atas dukungan baik moril maupun materil, doa serta kasih sayang dan perhatian yang begitu besar yang telah diberikan kepada penulis 3. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS. Sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan serta waktunya kepada penulis dalam penyusunan laporan. 4. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini 5. Ir. Narni Farmayanti, MSc atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian dan dosen komite akademik yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini. 6. Bapak Ocid R selaku pemilik sekaligus pimpinan PD Risna Sari, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat kepada penulis selama berada di tempat praktek kerja. Beserta seluruh karyawan PD Risna Sari. 7. Keluarga Besar Bapak Duduy Setiawan yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti kegiatan perkuliahan.

8. Rekan-rekan AGB angkatan I serta semua pihak yang telah membantu dalam proses praktek kerja penulis, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Januari 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ..................................................................................... DARTAR TABEL .............................................................................. DAFTAR GAMBAR .......................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... x xiii xvi xvii

I.

PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang ..................................................................... Perumusan Masalah ............................................................. Tujuan ................................................................................. Kegunaan Penelitian ............................................................ Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ........................ 1 6 9 10 10

II.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco .......................... 2.2 Proses Pembuatan Nata De Coco ........................................ 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................... 12 15 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .............................................. 3.1.1 Teori Produksi ......................................................... 3.1.2 Sistem Produksi ....................................................... 3.1.3 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi............ 3.1.4 Kombinasi Produksi Optimum ................................. 3.1.5 Optimalisasi ............................................................. 3.1.6 Maksimisasi Keuntungan ......................................... 3.1.7 Pemrograman Liniear ................................................ 3.1.8 Analisis Primal ......................................................... 3.1.9 Analisis Dual ............................................................ 3.1.10 Analisis Sensitivitas .................................................. 3.1.11 Analsisi Post-Optimal .............................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ....................................... 25 25 27 29 30 34 37 37 42 42 43 44 45

IV.

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................ 4.3 Metode Pengolahan Data .................................................... 48 48 49

4.4 Metode Analisis Data ......................................................... 4.5 Definisi Operasional ...........................................................

54 58

V.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan ................................................. 5.2 Manajemen Perusahaan ....................................................... 5.2.1 Struktur Organisasi ................................................... 5.2.2 Pembagian Kerja ........................................................ 5.3 Sumberdaya Perusahaan ...................................................... 5.3.1 Sumberdaya Fisik ..................................................... 5.3.2 Sumberdaya Non Fisik .............................................. 5.4 Bahan Baku (Input) ............................................................. 5.4.1 Bahan Baku dan Bahan Penolong .............................. 5.5 Pemasaran .......................................................................... 5.6 Penanganan Limbah ........................................................... OPTIMALISASI PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH 6.1 Perumusan Model Program Linear....................................... 6.1.1 Perumusan Fungsi Tujuan ......................................... 6.1.2 Perumusan Fungsi Sumberdaya Kendala ................... 6.1.2.1 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku. ...... 6.1.2.2 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku Penolong ..................................................... 6.1.2.3 Perumusan Fungsi Kendala Tenaga Kerja Langsung ..................................................... 6.1.2.4 Perumusan Fungsi Kendala Jam Kerja Mesin Pemotong Nata............................................. 6.1.2.5 Perumusan Fungsi Kendala Target Produksi .. 6.2 Analisis Primal ..................................................................... 6.2.1 Tingkat Produksi Optimal ......................................... 6.2.2 Penggunaan Bahan Baku Air Kelapa Optimal ........... 6.2.3 Penggunaan Bahan Baku Penolong Optimal .............. 6.2.4 Penggunaan Optimal Tenaga Kerja Langsung ........... 6.2.5 Penggunaan Optimal Jam Kerja Mesin Pemotong Nata .......................................................... 6.2.6 Analisis Target Produksi ........................................... 6.3 Analisis Dual (Analisis Status Sumberdaya) ........................ 6.4 Analisis Sensitivitas.............................................................. 6.4.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ........................................................... 6.4.2 Analsis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Side) ...................................................... 6.5 Analisis Post Optimal ........................................................... 6.5.1 Perbandingan Hasil Optimal dengan Skenario I ......... 6.5.2 Perbandingan Hasil Optimal dengan Skenario II ........

60 62 62 63 65 65 66 69 69 70 73

VI.

74 74 76 76 78 81 83 84 85 85 88 89 90 91 93 94 96 97 98 102 103 107

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.6 Kesimpulan .......................................................................... 7.7 Saran ................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ LAMPIRAN ......................................................................................

111 113 114 117

DAFTAR TABEL
Nomor 1. Jumlah Permintaan Nata De Coco Mentah di Dalam dan Luar Kabupaten Dati II Cianjur Tahun 2003 2006 .................. 2. Produksi Nata De Coco pada PD Risna Sari Peride Juni September Tahun 2008 ............................................................... 3. Kandungan Nutrisi Nata de coco ................................................ 4. Komposisi Vitamin B Air Kelapa .............................................. 5. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ..................... 6. Sumberdaya Fisik yang Dimiliki PD Risna Sari Tahun 2008 ........................................................................................... 7. Daftar Karyawan PD Risna Sari Tahun 2008 .............................. 8. Jenis Bahan Baku dan Penolong pada PD Risna Sari Tahun 2008 ................................................................................ 9. Harga Jual, Biaya Produksi, dan Keuntungan setiap Jenis Nata De Coco pada PD Risna Sari Periode Juni September 2008.......................................................................... 10. Data Pembelian, Penggunaan dan Sisa Bahan Baku Air Kelapa pada PD Risna Periode Juni September 2008 ............... 11. Kebutuhan dan Nilai Koefisien Air Kelapa untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah Bentuk Kubus dan Bentuk Lembaran ....................................................................... 12. Data Pembelian, Penggunaan dan Sisa Bahan Baku Penolong Cuka Taiwan pada PD Risna Periode Juni September 2008.......................................................................... 13. Kebutuhan dan Nilai Koefisien Cuka Taiwan untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah Bentuk Kubus dan Bentuk Lembaran ....................................................................... 14. Data Pembelian, Penggunaan dan Sisa Bahan Baku Penolong Gula Pasir pada PD Risna Periode Juni September 2008 ......................................................................... Halaman

7 13 14 24 66 68 70

75

77

77

78

79

80

Halaman 15. Kebutuhan dan Nilai Koefisien Gula Pasir untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah Bentuk Kubus dan Bentuk Lembaran ....................................................................... 16. Kebutuhan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah pada PD Risna Sari Periode Juni September 2008................................................... 17. Kebutuhan Jam Kerja Mesin Pemotong dan Nilai Koefisien untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah pada PD Risna Sari Periode Juni September 2008 .................... 18. Target Produksi yang ditetapkan oleh PD Risna Selama Periode Juni September 2008 .................................................. 19. Tingkat Produksi pada Kondisi Aktual dan Optimal pada PD Risna Sari Periode Juni September 2008 ............................ 20. Penggunaan Bahan Baku Air Kelapa pada Kondisi Aktual dan Optimal di PD Risna Sari Periode Juni September 2008 ........................................................................................... 21. Penggunaan Bahan Baku Cuka Taiwan dan Gula Pasir pada Kondisi Aktual dan Optimal di PD Risna Sari Periode Juni September 2008................................................... 22. Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung pada Kondisi Aktual dan Optimal di PD Risna Sari Periode Juni September 2008.......................................................................... 23. Penggunaan Jam Kerja Mesin pada Kondisi Aktual dan Optimal di PD Risna Sari Periode Juni September 2008 .......... 24. Target Produksi, Produksi Aktual dan Produksi Optimal di PD Risna Sari Periode Juni September 2008 ............................ 25. Kondisi Optimal Status Sumberdaya PD Risna Sari Periode juni September 2008 .................................................. 26. Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan.................... 27. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Side) ...........................................................................................

80

82

83

84

86

89

89

91

92

94

95 97

99

.......................................................................................... Halaman 28. Harga Jual, Biaya Produksi, dan Keuntungan Setiap Jenis Nata De Coco pada PD Risna Sari Setelah Terjadi Kenaikan Biaya Produksi Sebesar 37,68 persen ......................... 29. Status Sumberdaya PD Risna Sari pada Kondisi Post Optimal Skenario I .................................................................... 30. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Sde)I Post Optimal Skenario I..................................................... 31. Tingkat Produksi pada Kondisi Post Optimal Skenario II pada PD Risna Sari Periode Juni September 2008 .................... 32. Status Sumberdaya PD Risna Sari pada Kondisi Post Optimal Skenario II .................................................................... 33. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Sde)I Post Optimal Skenario II ...................................................

104

105

106

107

108

109

DAFTAR GAMBAR
Nomor 1. Tahap Pembuatan Larutan Bibit Nata De Coco pada PD Risna Sari Tahun 2008 ............................................................... 2. Sistem Produksi dan Operasi ..................................................... 3. Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan Garis 32 47 63 Halaman

15 28

Isorevenue .................................................................................. 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah pada PD. Risna Sari ................ 5. Struktur Organisasi PD Risna Sari Tahun 2008 ..........................

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1. Jumlah Produksi Komoditas Perkebunan di Indonesia pada Tahun 2004 2006............................................. 2. Tahapan Proses Pembuatan Nata De Coco Mentah pada PD. Risna Sari .................................................................... 3. Perkembangan Perubahan Harga Gula ........................................ 4. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah pada PD Risna Sari Berdasarkan Hasil Olahan Output Komputer Menggunakan Program LINDO ................................. 5. Output Post Optimal Skenario I Kenaikan Biaya Produksi Sebesar 37.68 Persen ................................................... 6. Output Post Optimal Skenario II Penambahan Karyawan dan Mesin Pemotong ................................................. Halaman

118

119 120

122

124

126

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Industri merupakan suatu kelompok perusahaan yang memproduksi barang dan jasa untuk pasar yang sama (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2008). Industri pengolahan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mampu memberikan kontribusi cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto. Jenis-jenis Industri yang ada di Indonesia dibagi menjadi beberapa kelompok yakni industri besar dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih, industri sedang dengan jumlah tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang, industri kecil dengan jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang (Dinas Perindustrian dan Perdagangan,, 2008). Sektor Industri di Kabupaten Cianjur pada tahun 2008 didominasi oleh sektor Pertanian sebesar 46,76 persen, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 22, 41 persen, sektor Pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 0,12 persen (BPS Kabupaten Cianjur, 2008). Potensi industri Kabupaten Cianjur berada pada unit usaha industri kecil makanan sebesar 15.223 unit, kerajinan dan konveksi mencapai 1.597 unit, industri lain-lain sebesar 2.119 unit yang tersebar di perkotaaan dan pedesaan (Dinas Perindustrian dan Perdagangan,, 2008). Salah satu industri pengolahan makanan yang ada di Indonesia dan termasuk kedalam sektor industri pengolahan makanan dan minuman adalah industri pengolahan nata de coco. Dalam menghasilkan produknya, industri pengolahan nata de coco tidak terlepas dari produksi kelapa di Indonesia, karena kelapa merupakan bahan baku pembuatan nata de coco.

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) dikenal sebagai tanaman serbaguna, baik untuk keperluan pangan maupun nonpangan. Kelapa merupakan salah satu tanaman dimana hampir seluruh bagian dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sehingga mampu menghasilkan nilai tambah. Buah kelapa terdiri dari empat komponen yaitu 35 persen sabut, 12 persen tempurung, 28 persen daging buah dan 25 persen air kelapa1. Buah dan air kelapa dapat dikonsumsi, daun kelapa dapat dibuat hiasan janur atau sebagai kulit ketupat, bahkan orang di pedesaan biasa menggunakan batang pohon kelapa yang panjang dan kuat sebagai jembatan. Selain itu batok kelapa dapat digunakan sebagai arang pembakar. Produksi tanaman kelapa di Indonesia lebih besar dibandingkan tanaman perkebunan lainnya dengan luas areal 3.817.796,00 Ha (Departemen Pertanian, 2007), khususnya kelapa sawit karena tanaman ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi serta tingkat kebutuhan pasar yang cukup besar, untuk lebih jelas dapat dilihat di Lampiran 1. Nata de coco merupakan produk makanan yang dihasilkan dari air kelapa yang mengalami proses fermentasi dengan melibatkan bakteri Acetobacter xylinum yang akan mengubah gula menjadi selulosa, sehingga membentuk kumpulan biomassa yang terdiri dari jalinan selulosa dan membuat nata de coco berwarna putih dan menyerupai agar-agar. Nata de coco digolongkan sebagai makanan sehat karena tinggi akan serat dan rendah kalori selain itu , nata de coco baik untuk pencernaan karena dapat membantu proses pencernaan makanan di dalam usus halus manusia dan penyerapan air di dalam usus besar. Air kelapa
1

Sutarminingsih. 2004. Pengolahan Nata De Coco. http: // www. bi. go. id/sipuk/id/lm/nata _ de_coco/pendahuluan.asp (diakses 24 Juli 2008).

mempunyai potensi yang baik untuk dibuat minuman fermentasi karena kandungan zat gizinya yang kaya dan relatif lengkap, sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Nata de coco merupakan salah satu produk Agribisnis yang masuk kedalam rencana strategi pengembangan daerah selain dari beras, tauco, dan tanaman hortikultura. Cianjur merupakan wilayah sentra produksi manisan buah dan nata de coco. Oleh karena itu pengembangan usaha bagi setiap industri yang bergerak di bidang pengolahan nata de coco sangatlah diperlukan guna pengembangan daerah tersebut. Nata de coco memiliki peluang yang cukup besar mengingat kandungan nutrisi yang terkandung di dalamnya, serta semakin maraknya beragam minuman ringan dengan label minuman kesehatan, selain itu meningkatnya kesadaran masayarakat akan pentingnya kesehatan membuat nata de coco menjadi salah satu produk kesehatan yang banyak diminati oleh masyarakat. Perkembangan nata de coco di Cianjur berjalan seiring dengan semakin meningkatnya permintaan akan nata de coco. Peningkatan jumlah permintaan nata de coco merupakan suatu peluang bagi perusahaan yang memproduksi nata mentah untuk mengoptimalkan penerimaan yang diperolehnya. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri nata de coco ini adalah PD Risna Sari yang berlokasi di Kabupaten Cianjur. Jumlah usaha kecil dan menengah (UKM) nata de coco di Kabupaten Cianjur berjumlah 120 unit usaha. Perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan nata de coco dan terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur berjumlah empat perusahaan yaitu PD Risna Sari, PD Maya

Sartika, PD Aneka Rasa dan PD Agus Salim. Sisa 116 unit usaha lainnya tergolong dalam unit usaha yang berskala rumah tangga atau UKM Non Formal, (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2008). Semakin banyak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan nata de coco maka tingkat permintaan nata mentah akan mengalami peningkatan, karena tidak semua perusahaan nata de coco menyediakan bahan baku utamanya sendiri. Sebagian besar usaha rumah tangga masih memasok bahan baku nata de coco mentah dari perusahaan nata de coco lainnya. Tabel 1. Jumlah Permintaan Nata De Coco Mentah dari Dalam dan Luar Kabupaten Dati II Cianjur Tahun 2003 2006 Permintaan Nata De Coco Mentah (Kg) Lembaran Potongan Total (Kg) 3.336.150 4.851.366 4.898.885 5.779.623 7.040.727

No.

Tahun

1. 2003 775.145 2.561.005 2. 2004 907.368 3.943.998 3. 2005 910.364 3.988.521 4. 2006 915.748 4.863.875 5. 2007 910.052 6.130.675 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2008

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah permintaan nata de coco mentah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2004 terjadi peningkatan sebesar 1.515.216 Kg atau sebesar 45 persen dari total produksi Tahun 2003, sementara pada tahun 2005 terjadi peningkatan sebesar 47.519 Kg atau sebesar satu persen dari total Tahun 2004. Pada tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 880.738 atau sebesar 18 persen dari total Tahun 2005, Tahun 2007 peningkatan yang terjadi sebesar 22 persen dari total produksi Tahun 2006. Peningkatan paling besar terjadi pada tahun 2004 sebesar 45 persen, hal tersebut dikarenakan pada tahun 2004 banyak bermunculan usaha baru di bidang

pengolahan nata de coco dengan skala rumah tangga dan kecil (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2008). Semakin banyak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan nata de coco maka tingkat permintaan nata mentah akan mengalami peningkatan, karena tidak semua industri nata de coco menyediakan bahan baku utamanya sendiri. Sebagian besar usaha kecil dan rumah tangga masih memasok bahan baku nata de coco mentah dari perusahaan nata de coco lainnya. Peningkatan jumlah produksi nata mentah masih belum dapat memenuhi permintaan konsumen hal tersebut dikarenakan adanya kendala di beberapa faktor produksi. Jumlah penjualan nata de coco mentah per bulannya di PD Risna Sari mencapai rata rata 67,43 ton atau sekitar 809,31 ton per tahunnya, jumlah tersebut naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berkisar 743,02 ton per tahunnya. Berdasarkan informasi dari pimpinan perusahaan permintaan nata de coco mentah mencapai kurang lebih 900 sampai dengan 950 ton per tahunnya, sehingga terjadi gap permintaan di perusahaan sebesar 11,2 persen sampai dengan 17,4 persen (PD Risna Sari, 2008). Hal tersebut disebabkan adanya beberapa kendala yang dihadapi oleh perusahaan seperti kendala bahan baku utama, bahan baku penolong, jam kerja tenaga kerja langsung, jam kerja mesin pemotong dan kendala permintaan pasar berupa target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan. Permintaan pasar yang begitu tinggi terhadap nata de coco mentah menjadi suatu peluang tersendiri yang perlu diperhatikan dan dikelola dengan baik. Oleh karena itu penyediaan nata de coco mentah perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi permintaan pasar. Dengan tersedianya nata de coco mentah yang cukup maka mampu mendukung usaha pembuatan manisan atau minuman nata de

coco. Dengan demikian perusahaan harus memiliki cara bagaimana menghasilkan produk seoptimal dan seefisien mungkin, sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang optimal.

1.2 Perumusan Masalah Nata de coco merupakan salah satu jenis makanan ringan, praktis dengan kandungan gizi yang sangat baik sehingga menjadikan komoditas tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Suatu perusahaan pada umumnya didirikan untuk melaksanakan kegiatan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan adalah memperoleh keuntungan secara optimal. Sama dengan perusahaan lainnya, PD Risna Sari memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan secara optimal, dimana tujuan tersebut berusaha dicapai oleh perusahaan dengan cara memaksimumkan keuntungan dan meminimunkan biaya. PD Risna Sari memproduksi manisan nata de coco dan nata de coco mentah. Nata de coco mentah terdiri dari dua jenis yaitu berbentuk kubus dan lembaran. Nata de coco mentah akan dipasarkan kepada industri-indsutri pengolahan manisan nata de coco dan pengolahan minuman nata de coco. Produk nata de coco mentah diproduksi perusahaan secara rutin setiap harinya, sedangkan untuk manisan nata de coco kegiatan produksi dilakukan hanya berdasarkan pesanan. Kegiatan produksi manisan nata de coco dilakukan oleh unit yang terpisah dari unit produksi nata de coco mentah. Jumlah produksi nata de coco mentah jauh lebih banyak dibandingkan dengan manisan nata de coco, hal tersebut dikarenakan sekitar Tahun 2005 PD Risna Sari memfokuskan usahanya

untuk memproduksi nata de coco mentah lebih banyak dibandingkan dengan manisan nata de coco. Pada periode bulan Juni sampai dengan September Tahun 2008, permintaan nata de coco mentah di PD Risna Sari mengalami peningkatan. Total jumlah permintaan nata de coco mentah di PD Risna Sari dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Produksi Nata De Coco pada PD Risna Sari Peride Juni September Tahun 2008 Bulan Juni Juli Agustus September Total Sumber : PD Risna Sari Jumlah produksi (kg) Kubus Lembaran 50.040 4.480 61.368 5.100 65.340 7.400 68.342 7.700 245.090 24.680 Total (Kg) 54.520 66.468 72.740 76.042 269.770

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah permintaan nata de coco mentah di PD Risna Sari mengalami peningkatan setiap bulannya. Pada bulan Juli terjadi peningkatan sebesar 22 persen dari total produksi bulan Juni, sedangkan pada bulan Agustus dan September terjadi peningkatan sebesar 9 persen dan lima persen dari total produksi bulan sebelumnya. Peningkatan jumlah produksi yang dilakukan oleh PD Risna Sari belum mampu memenuhi keseluruhan permintaan yang masuk ke perusahaan, hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan. mengharuskan Keterbatasan pihak sumberdaya yang dimiliki oleh perusaaan, terhadap

manajemen

perusahaan

mengoptimalkan

sumberdaya-sumberdaya yang ada agar menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan target dan tujuan perusahaan.

Perencanaan dalam menggunakan sumberdaya yang dimiliki seperti bahan baku, tenaga kerja langsung, kapasitas mesin dan sumberdaya lainnya secara optimal dan efisien sangat diperlukan sehingga diperoleh tingkat keuntunngan yang maksimum. Oleh karena itu keberhasilan suatu kegiatan produksi dapat ditunjang dengan tersedianya faktor produksi atau sumberdaya secara kontinyu dalam jumlah yang tetap. Kuantitas faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya output produksi yang akan diperoleh. Pencapaian keuntungan secara optimal tidak dapat dicapai dengan mudah namun ada kendala yang harus dihadapi oleh perusahaan, baik itu kendala dari dalam maupun kendala dari luar perusahaan. Perencanaan secara optimal perlu dilakukan karena keterbatasan biaya, nilai jual produk serta jumlah produk yang diproduksi juga berpengaruh terhadap usaha PD Risna Sari untuk memperoleh keuntungan yang maksimum. Kapasitas produksi yang ada untuk produk nata de coco mentah pada PD Risna Sari perlu ditinjau kembali apakah sudah sesuai dengan tingkat produksi yang diharapkan atau belum. Penggunaan input yang sama produk nata de coco mentah berbentuk kubus dan lembaran dapat menjadi kendala bagi PD Risna Sari untuk menentukan berapa banyak sebaiknya jumlah produk yang harus dihasilkan untuk setiap jenis nata de coco agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimum. Permasalahan yang ada pada PD Risna Sari tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengalokasian sumberdaya dan produksi secara optimal sehingga dapat diketahui apakah perusahaan telah berproduksi pada kondisi optimalnya atau tidak. Sebagai salah satu produsen nata de coco mentah PD Risna sari harus mempunyai cara untuk

dapat menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar serta sesuai dengan kapasitas optimalnya, sehingga tidak terjadi penggunaan sumber daya yang berlebihan. Dari uraian yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat kombinasi produksi optimal nata de coco mentah pada PD Risna Sari ? 2. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PD Risna Sari untuk mencapai kondisi optimal ? 3. Bagaimana perubahan-perubahan ketersediaan sumberdaya dan harga jual perusahaan yang dijalankan tanpa merubah kondisi optimal ? 4. Faktor kendala apa yang menyebabkan perusahaan tidak mampu mencapai kondisi optimalnya ? 5. Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada biaya dan ketersediaan sumberdaya terhadap produksi, sumberdaya, dan (keuntungan) penerimaan perusahaan ?

1.3 Tujuan Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Menentukan tingkat kombinasi produksi optimal nata de coco mentah pada PD Risna Sari. 2. Mengkaji alokasi sumberdaya yang dimiliki oleh PD Risna Sari untuk mencapai kondisi optimalnya.

3. Menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap ketersediaan sumberdaya dan harga jual perusahaan dapat diterapkan tanpa mengubah kondisi optimal. 4. Mengetahui faktor kendala yang menjadi pembatas bagi perusahaan dalam mencapai kondisi optimal. 5. Menganalisis bagaimana perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap biaya dan ketersediaan sumberdaya perusahaan terhadap produksi, sumberdaya dan keuntungan perusahaan.

1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai beikut : 1. Memberikan rekomendasi dan informasi bagi manajemen PD Risna Sari dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan produksi. 2. Masukan bagi penelitian selanjutnya khusunya mengenai pengusahaan nata de coco serta memberikan informasi bagi masyarakat pada umumnya dan pihakpihak lainnya yang membutuhkan.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PD Risna Sari, Desa Sindanglaka, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur. PD Risna Sari memiliki dua unit usaha yaitu produksi manisan nata de coco dan produksi nata de coco mentah. Pada penelitian ini fokus produk yang akan diteliti adalah nata de coco mentah selama bulan Juni sampai dengan September 2008, karena kegiatan produksi

manisan nata de coco dilakukan di tempat yang terpisah dan dikerjakan oleh unit produksi yang berbeda dengan unit produksi nata de coco mentah. Penelitian ini didisain sebagai penelitian deskriptif untuk mengetahui dan menganalisis optimalisasi produksi nata de coco mentah yang dihasilkan oleh PD Risna Sari. Metode yang dipakai yaitu studi kasus sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku bagi PD Risna Sari, namun demikian diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pihak lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA


1.6 Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapungapung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de coco pertama kali diperkenalkan di Filipina. Di Indonesia, nata de coco mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada tahun 1975. Namun demikian, nata de coco mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981 (Sutarminingsih, 2004). Di Indonesia pada awalnya, industri pengolahan nata diawali di tingkat usaha rumah tangga (home industry) dengan menggunakan sari buah nanas sebagai bahan bakunya sehingga produknya sering disebut nata de pina. Seperti pada umumnya usaha buah-buahan musiman lainnya, keberlangsungan produksi nata de pina terbentur dengan kendala sifat musiman tanaman nanas. Sehingga produksi nata de pina tidak dapat dilakukan sepanjang tahun. Keberlangsungan input merupakan hal yang penting dalam manajemen agribisnis termasuk nata de coco (Gumbira dan Intan, 2001). Untuk mengatasi kendala tersebut, alternatif penggunaan bahan lain yang mudah didapat, tersedia sepanjang tahun dan harganya murah adalah air kelapa. Pada mulanya air kelapa hanya merupakan limbah dari industri pembuatan kopra atau minyak goreng (Jawa: klentik). Nata dari air kelapa yang kemudian terkenal dengan nama nata de coco yang

merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba Acetobacter xylinum. Jumlah air kelapa yang dihasilkan dari buah kelapa di Indonesia kurang lebih 900 juta liter per tahun (Sutardi, 2004). Nata de coco merupakan salah satu produk olahan air kelapa yang memiliki kandungan serat tinggi dan kandungan kalori rendah sehingga cocok untuk makanan diet dan baik untuk sistem pencernaan serta tidak mengandung kolesterol sehingga mulai poluler di kalangan masyarakat yang memiliki perhatian pada kesehatan. Kandungan nutrisi yang terdapat pada nata de coco dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan Nutrisi Nata de coco No. Nutrisi Kandungan Nutrisi per 100 gram Bahan 146 kal 0,2 % 36,1 % 12 mg 2 mg 0,5 mg

1. Kalori 2. Lemak 3. Karbohidrat 4. Kalsium 5. Fosfor 6. Besi (Fe) Sumber : LIPI Bogor, 2006

Buah kelapa merupakan bagian terpenting dari tanaman kelapa karena memiliki nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Hampir setiap bagian dari buah kelapa dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Dalam satu buah kelapa mengandung sekitar 25 persen air kelapa 2. Air kelapa merupakan bahan baku utama dalam pembuatan nata de coco. Air kelapa memiliki kandungan vitamin B

Sutarminingsih. 2004. Pengolahan Nata De Coco. http: // www. bi. go. id/sipuk/id/lm/nata _ de_coco/pendahuluan.asp (diakses 24 Juli 2008).

yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, kandungan vitamin B air kelapa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan Vitamin B dalam Air Kelapa No. Jenis Vitamin 1. Asam nikotinat 2. Biotin 3. Asam pantotenat 4. Riboflavin 5. Asam fosfat Sumber: Sutarminingsih (2004) Ug/ml 0,01 0,02 0,52 0,01 0,03

Pada saat ini nata de coco tidak hanya memiliki pasar domestik tetapi juga pasar ekspor terutama Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara Timur Tengah (Sutardi, 2004). Di pasar domestik, permintaan nata de coco biasanya meningkat tajam pada saat menjelang hari raya Natal, Lebaran, Tahun Baru dan peristiwa-peristiwa penting lainnya. Begitu banyaknya permintaan pada waktuwaktu tersebut, banyak rumah tangga yang secara sporadis membuat nata de coco untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Negara-negara penghasil nata de coco yang merupakan pesaing bagi Indonesia adalah Filipina, Malaysia dan Vietnam. Di pasar ekspor, Filipina merupakan saingan utama produk nata de coco. Di Jepang, 90 persen nata de coco diimpor dari Filipina. Orang Jepang percaya bahwa nata de coco dapat melindungi tubuh dari kanker dan digunakan untuk makanan diet3.

Ibid

2.2 Proses Pembuatan Nata De Coco Mentah Kondisi permintaan nata de coco di pasaran terdiri dari tiga jenis yaitu nata de coco mentah baik yang berbentuk kubus maupun lembaran, manisan nata de coco, serta sirup nata de coco. Adapun proses pembuatan nata de coco mentah melalui beberapa tahapan sebagai berikut : A. Nata de coco Mentah Pada proses ini dibagi menjadi dua bagian yaitu proses pembuatan larutan bibit nata (starter) dan produksi nata de coco mentah. Proses diawali dengan pembuatan larutan bibit (starter) terlebih dahulu. Adapun tahap-tahap pembuatan larutan bibit dapat dilihat pada Gambar 1.
Pencampuran dengan . Za . Cuka Taiwan

Air Kelapa

Penyaringan

Perebusan

Penempatan dalam botol

Inokulasi/pemeraman 7-8 hari

Gambar 1. Tahap Pembuatan Larutan Bibit Nata De Coco pada PD Risna Sari Tahun 2008 Berdasarkan Gambar 1, dapat kita ketahui tahapan proses pembuatan larutan bibit nata de coco adalah sebagai berikut :

a. Proses pembuatan larutan bibit (starter) diawali dengan penyaringan air kelapa dari kotoran-kotoran agar tidak ikut tercampur pada saat proses perebusan. b. Air kelapa yang telah disaring dicampur dengan cuka Taiwan dan larutan Za. Untuk 80 liter air kelapa memerlukan sekitar 500 cc cuka Taiwan dan 1000 cc larutan Za. c. Selanjutnya larutan direbus dalam kompor mawar, karena panas yang dikeluarkan akan lebih merata. Proses perebusan akan menghasilkan busa pada bagian atas larutan, busa tersebut harus dibuang karena apabila tidak dibuang bibit tidak akan dapat digunakan. d. Masukan larutan yang telah bersih dari busa kedalam botol berukuran 600 ml, diamkan sampai dingin kurang lebih semalam, kemudian tutup dengan kertas yang diikat karet gelang. e. Bibit didiamkan selama delapan hari selanjutnya bibit dapat digunakan. Setelah selesai memproduksi bibit, selanjutnya dapat dilakukan proses pembuatan nata de coco. Adapun proses pembuatannya adalah sebagai berikut : a. Proses awal pembuatan nata de coco hampir sama dengan proses pembuatan bibit dimana air kelapa disaring terlebih dahulu kemudian dicampurkan dengan 800 cc larutan Za dan cuka taiwan sebanyak 800 cc untuk 80 liter air kelapa dan empat kilogram gula pasir . Jumlah cuka Taiwan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan pada saat pembuatan bibit. Selanjutnya larutan air kelapa beserta cuka Taiwan, gula dan Za tersebut direbus sampai mendidih.

b. Setelah mendidih larutan nata yang telah dibuang busanya dituang kedalam nampan berukuran 30 cm x 20 cm, selanjutnya diutup dengan kertas koran yang diikat dengan menggunakan karet gelang. Diamkan selama satu hari. c. Lakukan proses inokulasi bibit dengan menuangkan bibit yang telah jadi sebanyak 120 ml kedalam larutan nata yang sebelumnya telah dimasukan kedalam satu buah nampan. d. Nata difermentasikan selama delapan hari. e. Setelah selesai difermentasikan nata akan diapanen, persentase panen biasanya 90 persen dari total produksi. Sisanya sebesar 10 persen biasanya dibuang oleh perusahaan karena nata masih berbentuk cair yang disebabkan oleh bakteri Acetobacter xylinum tidak berkembang dengan baik sehingga nata tidak mengalami penebalan selulosa. f. Larutan nata yang telah dipanen akan menghasilkan nata lembaran berukuran 30 cm x 20 cm dengan ketebalan 1,5 cm. Selanjutnya nata yang berbentuk lembaran akan dibersihkan dari selaput dan lendir. g. Setelah dibersihkan lembaran nata tersebut akan dipotong dengan menggunakan mesin pemotong dengan bentuk potongan dadu yang berukuran 1 cm x 1 cm. h. Nata yang telah dipotong selanjutnya akan dipres yang bertujuan untuk menghilangkan aroma bau dan rasa asam yang terkandung didalamnya. i. Nata yang telah dipress akan menyusut karena kandungan airnya telah dibuang, selanjutnya nata akan direndam dalam air agar kembali kebentuk

semula. Pada saat proses perendaman dilakukan proses sortasi. Nata yang tidak masuk dalam standarisasi akan disisihkan. j. Nata siap diolah lebih lanjut. Selain menjual dalam bentuk potongan kubus PD. Risna sari menjual nata dalam bentuk lembaran. Nata yang dijual dalam bentuk lembaran tidak akan mengalami proses pemotongan, namun hanya akan dibersihkan dari selaput dan lendir kemudian langsung dipasarkan kepada konsumen. Tahapan pembuatan nata de coco mentah dapat dilihat pada Lampiran 2. Proses sortasi dilakukan oleh perusahaan untuk menyisihkan nata yang berukuran kurang dari 1 cm x 1cm. Proses sortasi perlu dilakukan oleh perusahaan guna menjaga kualitas dari nata de coco mentah yang dihasilkannya, sehingga pelanggan tidak akan beralih kepada produsen lain. PD Risna Sari menetapkan standarisasi untuk produk nata de coco mentah yang dihasilkanya diantaranya adalah ukuran nata de coco mentah yang harus berukuran 1 cm x 1cm dengan ketebalan 1,5 cm dan nata berwarna putih susu.

2.3 Hasil Penelitian Terdahulu Adam (2003) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Nata De Coco pada PT Halilintar Bahana Prima, Jakarta dengan tujuan (1) mempelajari sistem pengadaan bahan baku dan kebijakan yang dilakukan perusahaan dalam pengendalian bahan baku, (2) menganalisis pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan, dan (3) memberikan model alternatif pengendalian persediaan bahan baku bagi perusahaan sehingga meminimumkan biaya persediaan bahan baku. Data

kuantitatif yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode rencana kebutuhan bahan (Material Requirement Planning, MRP) dengan teknik penentuan ukuran lot diantaranya teknik Lot For Lot, Economic Order Quantity (EOQ), dan Part Periode Balancing (PPB). Hasil dari metode tersebut akan dibandingkan dengan metode yang telah digunakan untuk mencari suatu alternatif metode yang tepat untuk diterapkan sesuai dengan kondisi perusahaan. Hasil perbandingan antara metode perusahaan dengan metode MRP pada tiap jenis bahan baku nata dan gula pasir diperoleh penghematan rata-rata terbesar berturutturut adalah dengan menggunakan teknik Lot For Lot dan Part Periode Balancing (PPB). Penghematan biaya persediaan tertinggi pada teknik Lot For Lot untuk nata sebesar 35,62 persen dan untuk gula pasir sebesar 68,75 persen. Penghematan biaya pemesanan tertinggi pada teknik Part Periode Balancing (PPB) untuk bahan baku nata sebesar 65 persen dan untuk gula pasir sebesar 38,89 persen. Sementara itu, penghematan penyimpanan tertinggi pada nata dan gula pasir terdapat pada teknik Lot For Lot yaitu sebesar 100 persen. Jika berdasarkan analisis yang dilakukan, teknik Lot For Lot bisa direkomendasikan sebagai alternatif pengendalian persediaan bahan baku bagi perusahaan. Perencanaan pengadaan setiap komponen bahan baku yang bersifat saling bergantung harus diperhitungkan dalam pembuatan nata de coco untuk mencegah kekurangan salah satu komponen bahan baku. Firyanza (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Optimalisasi Produksi Biji Kopi pada PT Andira Indonesia, Lampung, mempunyai tujuan (1) menganalisis kegiatan pengadaan biji kopi aktual bila dibandingkan dengan kegiatan biji kopi optimal, (2) menganalisis penggunaan sumberdaya perusahaan

pada kondisi optimal, (3) menganalisis pengaruh perubahan ketersediaan sumberdaya terhadap keuntungan optimal tanpa mengubah kondisi optimal. Pengolahan data kualitatif dilakukan secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif diolah dengan menggunakan program Linear Programming. Berdasarkan hasil pengolahan solusi optimal terlihat bahwa kondisi aktual yang dialami oleh perusahaan memiliki selisih yang cukup besar dibandingkan dengan kondisi optimal dari bulan Januari Desember. Pada kondisi optimal di bulan Januari perusahaan mampu memproduksi sebesar 260 ton, dan keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp. 2.965.978.000,- sehingga memiliki selisih sebesar Rp. 33.064.613,-. Bulan Ferbruari perusahaan mampu memproduksi sebesar 195 ton dengan keuntungan sebesar Rp. 2.295.267.000,-, sedangkan untuk bulan Mei perusahaan mampu memproduksi sebesar 54 ton dengan keuntungan yang diperoleh Rp. 6.113.667.000,-. Keuntungan sebesar Rp. 4.899.442.000,- terjadi pada bulan Juli dan pada bulan Agustus keuntungan sebesar Rp. 4.422.463.000,dengan tingkat produksi 376,4 ton. Pada bulan September dan Oktober perusahaan akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 5.090.234.000,- dengan jumlah produksi 447 ton dan Rp. 6.170.346.000,- dengan jumlah produksi 551 ton. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan perusahaan sebaiknya melakukan perencanaan proses produksi biji kopi sesuai dengan kondisi optimal dari bulan Januari hingga Desember. Hal ini dapat dilakukan dengan catatan perusahaan tidak perlu menambah jumlah mesin yang sudah ada, mengingat sumberdaya tersebut masih banyak yang tidak terpakai. Marety (2005), dalam penelitiannya berjudul Optimalisasi Produksi Nata De Coco pada PT Fits Mandiri. Metode analisis yang digunakan yaitu

menggunakan Linear Programming dengan bantuan software LINDO. Produk yang dihasilkan oleh PT Fits Mandiri berupa minuman nata de coco yang dikemas dalam bentuk cup. Minuman nata de coco yang dihasilkan oleh PT Fits Mandiri terdiri dari dua jenis yaitu bentuk kubus dan slice. Kondisi optimal yang dapat dihasilkan oleh PT Fits Mandiri adalah sebesar 200.000 unit dengan kombinasi 27.200 cup untuk nata de coco bentuk kubus dan 172.800 untuk nata de coco bentuk slice. Keuntungan pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp. 34.052.000 sedangkan keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp 29.768.428,66, selisih antara produksi optimal dan aktual sebesar Rp. 4.283.571. Dari kedelapan kendala yang dihadapi oleh PT Fits Mandiri hanya bahan baku nata mentah saja yang telah digunakan secara optimal, sedangkan sumberdaya lainnya masih terdapat surplus (berlebih). Hafsah (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Optimalisasi Produksi Kain Sutera Alam pada Koperasi Warga Sejahtera Kecamatan Cihauerbeti, Kabupaten Ciamis. Tujuan dari penelitian tersebut adalah (1) menentukan kombinasi produk dan alokasi sumberdaya yang optimal (2) menguji model optimalisasi dengan menaikan harga beli benang sutera impor. Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis linear programming dengan menggunakan software LINDO. Hasil yang diperoleh dari analisis ini adalah analisis primal (menentukan kombinasi optimal), analisis dual

(pengalokasian sumberdaya optimal), analisis sensitivitas (kepekaan model) dan analisis post optimal (pengujian model). Hasil penelitian menunjukan bahwa, dengan adanya analisis optimalisasi maka terdapat peningkatan keuntungan sebesar 25,49 persen dari keuntungan aktual. Keuntungan aktual koperasi untuk

kedua jenis kain sutera yang dihasilkan dalam waktu satu tahun adalah sebesar Rp. 75.752.311,34 sedangkan keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp. 19.309.578,66. Analisis dual menunjukan bahwa sumber daya benang sutera termasuk ke dalam kendala pasif, kecuali pada bulan Desember. Benang sutera termasuk ke dalam sumberdaya terbatas. Ketersediaan jam kerja ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) pada bulan Januari hingga Oktober menunjukan kondisi yang berlebih, sedangkan pada bulan November dan Desember jam kerja ATBM merupakan sumberdaya langka. Setelah diadakannya penelitian ini diharapkan koperasi melakukan penjadualan ulang kegiatan produksinya, karena koperasi belum berproduksi pada kondisi optimal. Dengan melakukan kegiatan produksi sesuai dengan kondisi optimalnya koperasi akan memperoleh tambahan keuntungan sebesar Rp. 95.061.890. Kegiatan promosi perlu dilakukan oleh

koperasi terutama untuk penjualan pada hari raya, hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi kesenjangan penjualan pada bulan-bulan tertentu. Penggunaan sumberdaya terutama benang sutera, bahan penolong dan jam kerja sebaiknya ditingkatkan, paling tidak sebesar kondisi optimalnya. Simanjuntak (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Optimalisasi Produksi Kapsul Ekstrak Obat Tradisional (Herbal Medicine) Pada Indsutri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Studi Kasus Taman Sringanis Desa Cimanengah-Cipaku Bogor. Tujuan penelitian tersebut adalah (1) menganalisis alokasi sumberdaya serta kombinasi produk kapsul ekstrak yang optimal (2) mendeskripsikan hasil analisis kombinasi jenis dan tingkat produksi kapsul ekstrak obat tradisional yang optimal sehingga dapat memberikan penerimaan yang maksimum (3) menghitung seberapa besar kombinasi jenis dan tingkat produksi yang optimal dapat

diterapkan apabila ada perubahan-perubahan. Metode pengolahan data yang digunakan adalah Linear Programming dengan bantuan software LINDO (Linear Interactive and Discrete Optimizer). Hasil pengolahan dari program linier ini akan diperoleh tingkat penerimaan yang maksimum selama satu tahun. Hasil analisis menunjukan bahwa, dengan adanya analisis optimalisasi maka terjadi peningkatan penerimaan sebesar 19,14 persen dari penerimaan aktual. Jumlah produksi optimal dan aktual mempunyai selisih sebesar 56.118 kapsul. Tingkat produksi optimal lebih tinggi 19,6 persen dibandingkan dengan produksi aktual. Penerimaan aktual Taman Sringanis untuk ketujuh jenis kapsul ekstrak yang dihasilkan dalam waktu satu tahun adalah sebesar Rp. 146.291.600 sedangkan penerimaan pada kondisi optimal sebesar Rp. 174.300.000 sehingga terdapat selisih sebesar Rp. 28.008.400. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan penelitian Adam yaitu komoditas yang diteliti namun berbeda dalam metode analisis yang digunakan. Persamaan dengan Marety yaitu alat analisis yang digunakan namun berbeda dalam jenis komditi yang diteliti, Marety melakukan penelitian minuman ringan nata de coco bentuk kubus dan slice sedangkan dalam penelitian yang saya lakukan yaitu komoditi nata de coco mentah yang merupakan bahan baku dari minuman ringan nata de coco. Persamaan dengan penelitian Hafsah, Firyanza dan Simanjuntak yaitu metode analisis yang digunakan namun berbeda dalam komoditi yang diteliti. Daftar studi terdahulu berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Penulis Fikri Adam Tahun 2003 Judul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Nata De Coco pada PT. Halilintar Bahana Prima, Jakarta Metode Analisis MRP dengan teknik Lot For Lot, Economic Order Quantity, Part Periode Balancing

Wisnoe Marety

2005

Optimalisasi Produksi Linear Programming Nata De Coco pada PT. dengan menggunakan Fits Mandiri program LINDO Optimalisasi Produksi Biji Linear Programming Kopi pada Pt. Andira dengan menggunakan Indonesia, Lampung program LINDO Optimalisasi Produksi Kain Sutera Alam pada Koperasi Warga Sejahtera Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis Optimalisasi Produksi Kapsul Ekstrak Obat Tradisional (Herbal Medicine) Pada Indsutri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Studi Kasus Taman Sringanis Desa Cimanengah-Cipaku Bogor Linear Programming dengan menggunakan program LINDO

Elsa Firyanza

2007

Nurul Ismalia 2008 Hafsah

Wira Saut 2008 Perianto Simanjuntak

Linear Programming dengan menggunakan program LINDO

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa barang atau jasa, jadi dalam pengertian produksi dan operasi tercakup setiap proses yang mengubah masukan-masukan dan menggunakan sumber-sumber daya untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berupa barang dan jasa-jasa, sehingga dapat diukur kemampuan menghasilkan atau transformasinya (yang disebut dengan produktivitas) untuk setiap masukan yang dipergunakan (Assauri, 2004). Pengertian produksi dan operasi dalam ekonomi merupakan kegiatan yang beruhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa. Hal yang terkait dalam pengertian produksi operasi adalah penambahan atau penciptaan kegunaan atau utilitas karena bentuk dan tempat, sehingga membutuhkan faktor-faktor produksi (Assauri, 2004). Pada hampir semua organisasi, produksi adalah suatu fungsi internal yang berhubungan dengan lingkungan eksternal melalui penyangga fungsi-fungsi organisasi lainnya. Penyangga fungsi produksi dari pengaruh lingkungan secara langsung diperlukan untuk beberapa alasan (Handoko, 2000) : 1. Interaksi dengan unsur-unsur lingkungan (yaitu pelanggan dan tenaga penjual di tempat produksi) dapat mengganggu proses transformasi.

2. Proses transformasi teknologi sering lebih efisien daripada proses yang diperlukan dalam pengadaan masukan-masukan dan penjualan produk-produk akhir. 3. Keterampilan-keterampilan teknologi sering lebih efisien daripada proses yang diperlukan dalam pengadaan masukan-masukan dan penjualan roduk-produk akhir. Secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggungjawaban dalam pengolahan dan pentrasformasian masukan menjadi keluaran berupa barang atau jasa yang akan dapat memberikan hasil pendapatan bagi perusahaan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut diperlukan serangkaian kegiatan yang merupakan keterkaitan dan menyatu serta menyeluruh sebagai suatu sistem. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan fungsi produksi dan operasi ini dilaksanakan oleh beberapa bagaian yang terdapat dalam suatu perusahaan, baik berupa perusahaan besar maupun perusahaan kecil (Assauri, 2004). Fungsi produksi merupakan hubungan fisik antar jumlah input dengan jumlah output. Hubungan antara input dan output ini dapat diformulasikan oleh sebuah fungsi produksi, yang dalam bentuk matematis dapat ditulis : Q = f(K, T, M, n) dimana Q = output yang dihasilkan selama satu periode tertentu K = kapital, T = tenaga kerja M = material n = faktor lainnya. Dari input yang tersedia setiap perusahaan ingin memperoleh hasil maksimal sesuai dengan tingkat teknologi tertinggi pada saat itu (Nicholson, 2001).

3.1.2 Sistem Produksi Sistem produksi didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk mengubah masukan sumberdaya guna menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran. Rangkaian masukan konversi keluaran merupakan cara yang berguna untuk mengkonseptualisasikan sistem produksi, dimulai dengan unit terkecil dari kegiatan produksi yang dinamakan operasi. Suatu operasi adalah langkah tertentu dalam keseluruhan proses menghasilkan produk atau jasa yang membawa kepada keluaran akhir (Bufa, 1996). Unsur-unsur pada sistem produksi adalah masukan, pentransformasian, dan keluaran. Sedangkan produksi dan operasi sebenarnya adalah merupakan suatu sistem untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh anggota masyarakat. Sistem merupakan suatu rangkaian unsur-unsur yang saling terkait dan tergantung, serta saling pengaruhmempengaruhi satu dengan yang lainnya, yang keseluruhannya merupakan suatu kesatuan bagi pelaksanaan kegiatan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu (Assauri, 2004). Sistem produksi dan operasi adalah suatu keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu, dan menyeluruh dalam pentransformasian masukan menjadi keluaran. Suatu sistem mempunyai banyak komponen yang terdapat dalam unsur, baik bahan maupun pentransformasiannya serta juga keluarannya. Sistem produksi mengkombinasikan atau menggabungkan dalam proses transformasi, komponen-komponen masukan tersebut yang berupa bahan, tenaga kerja, modal, dan lainnya, dengan suatu cara pengorganisasian yang bertujuan untuk mencapai tujuan akhir yang sama (Assauri, 2004).

Masukan Bahan, Tenaga kerja, Mesin, Energi, Modal, Informasi

Transformasi Proses Konversi

Keluaran Barang atau jasa

Informasi Umpan Balik

Gambar 2. Sistem Produksi dan Operasi Sumber : Assauri, 2004 Kegiatan untuk memproduksikan atau menghasilkan barang-barang atau jasa merupakan kegiatan untuk menambah kegunaan dari masukan menjadi keluaran. Dalam kegiatan untuk menambah kegunaaan tersebut dibutuhkan sistem produksi dan operasi, sehingga dimungkinkan dilakukannya pentransformasian masukan yang berupa peralatan, tenaga, dan dana sebagai faktor-faktor produksi diolah dengan proses teknologi tertentu untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang cukup besar (Assauri, 2004). Peranan manajemen dalam pelaksanaan sistem produksi dan operasi adalah agar dapat dicapainya tujuan yang diharapkan perusahaan. Tujuan yang diharapkan perusahaan adalah untuk menghasilkan barang atau jasa dalam jumlah yang ditetapkan, dengan kualitas yang ditentukan, dan dalam waktu yang direncanakan, dengan biaya serendah mungkin. Perusahaan diharapkan dapat mencapai tujuannya dengan teknik manajemen produksi dan operasi yang tepat yaitu dapat tetap terjamin kelangsungan hidupnya dan berkembang melalui keuntungan yang diperoleh perusahaan (Assauri, 2004).

3.1.3 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Pengertian manajemen produksi dan operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen. Manajemen yang dimaksudkan disini adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan dalam manajemen, sehingga apabila tujuan dari manajemen tersebut telah berubah, maka organisasinya perlu ditinjau kembali. Kegiatan dalam manajemen dibutuhkan untuk mengatur dan mengkoordinasikan faktorfaktor produksi yang berupa sumber-sumber daya dan bahan untuk dapat meningkatkan kegunaan dari barang atau jasa tersebut secara efektif dan efisien (Assauri, 2004). Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumberdaya-sumberdaya (atau faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah, dan sebagainya) dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagi produk atau jasa. Para berbagai manajer produksi dan operasi mengarahkan berbagai masukan (input) agar dapat memproduksi berbagai keluaran (output) dalam jumlah, kualitas, harga, waktu, dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen (Handoko, 2000). Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan yang mencakup bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisisan dan penetapan keputusan saat sebelum dimulainya kegiatan produksi dan operasi. Keputusan ini umumnya bersifat jangka panjang. Selain itu juga dapat dilakukan penetapan keputusan jangka pendek, seperti keputusan pada waktu mempersiapkan dan melaksanakan

kegiatan produksi dan pengoperasiannya. Manajemen produksi dan operasi sebenarnya meliputi kegiatan penyiapan sistem produksi dan operasi, dan kegiatan pengoperasian sistem produksi dan operasi (Assauri, 2004). Dalam pembahasan mengenai manajemen produksi dan operasi harus tercakup perencanaan produksi dan operasi, pengorganisasian bidang produksi dan operasi, pelaksanaan kegiatan produksi dan operasi, serta pengendalian produksi dan operasi, maka diharapakan oganisasi perusahaan akan dapat memproduksi barang atau jasa dengan sukses, ekonomis, dan memperoleh keuntungan, serta dapat menyerahkan atau menyampaikan hasil barang atau jasa tersebut kepada pembeli atau pelanggan pada waktu yang tepat (Assauri, 2004). Dari uraian yang telah disebutkan diatas, maka dapatlah dinyatakan bahwa manajemen produksi dan operasi merupakan proses pencapaian dan penggunaan sumber-sumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Sasaran organisasi antara lain untuk memperoleh tingkat laba tertentu atau memaksimalkan laba, memberikan pelayanan yang baik, serta berupaya dan berusaha untuk dapat menjamin eksistensi dari organisasi tersebut.

3.1.4 Kombinasi Produksi Optimum Tujuan utama suatu perusahaan didirikan adalah untuk melakukan kegiatan produksi barang atau jasa guna memperoleh keuntungan atau penerimaan maksimum. Tujuan utama tersebut seringkali sulit dicapai oleh perusahaan karena adanya keterbatasan dari ketersediaan faktor-faktor produksi (sumberdaya) yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu pihak pengambil keputusan dalam suatu

perusahaan perlu mempertimbangkan kombinasi produksi optimum yang akan dicapai dari penggunaan faktor-faktor produksi tersebut guna menghasilkan keuntungan maksimum. Dalam menentukan kombinasi produksi optimum untuk memperoleh keuntungan maksimum dapat dijelaskan melalui Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan garis isorevenue. KKP menunjukan semua kombinasi keluaran yang dapat dihasilkan oleh satuan ekonomi tertentu dengan menggunakan sumberdaya yang jumlahnya tertentu. KKP menjelaskan semua kombinasi produk yang dapat dihasilkan dengan menggunakan sumberdaya yang tetap. Masing-masing titik dalam KKP menunjukan kombinasi dari output yang dihasilkan dengan menggunakan jumlah input yang sama. Garis isorevenue adalah garis yang menunjukan kombinasi produk yang dapat dijual perusahaan yang aan memberikan penerimaan tertentu (Nicholson, 2001). Dalam usaha menentukan alokasi sumberdaya untuk menghasilkan suatu tujuan dapat dijelaskan dengan KKP yang merupakan kurva yang memperlihatkan alternatif kombinasi produk yang dapat diproduksi bila seluruh sumberdaya yang tersedia dipergunakan. Sementara garis isorevenue adalah garis yang

menggambarkan kombinasi output yang memberikan penerimaan tertentu kepada perusahaan (Lipsey, 1995).

A Y2

P R

U Q O Keterangan : X Y TR1 TR2 R X2 Y2 U : : : : : : : : Produk X Produk Y Total Penerimaan 1 Total Penerimaan 2 Kombinasi Produksi Optimum Jumlah Produk X yang Diproduksi pada Kondisi Optimum Jumlah Produk Y yang Diproduksi pada Kondisi Optimum Kombinasi Produksi yang Tidak Menghabiskan Sumberdaya yang Tersedia Kombinasi Produksi X dan Y yang Tidak Optimum Kombinasi Produksi X dan Y yang Tidak Optimum Batas Kemungkinan Produksi yang membatasi kombinasi produksi yang dapat dicapai dan tidak dapat dicapai oleh perusahaan Kurva Kemungkinan Produksi untuk Produk X dan Y X2 B

TR1

TR2

P : Q : ARB : OARB :

Gambar 3. Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan Garis Isorevenue Sumber : Lipsey, 1995 Pada Gambar 3 diasumsikan perusahaan memproduksi dua jenis barang yaitu barang X dan Y dengan menggunakan sumberdaya yang ada pada jumlah tertentu. Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) untuk barang X dan Y diwakili oleh titik OARB. Batas kemungkinan produksi yang membatasi antara kombinasi

produksi yang dapat dicapai dan tidak dapat dicapai oleh perusahaan. Titik kombinasi produk untuk barang X dan Y dengan tidak menghabiskan semua sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan ditandai dengan huruf U. Wilayah luar garis ARB merupakan wilayah kombinasi produksi barang X dan Y yang tidak dapat dicapai oleh perusahaan karena sumberdaya yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi untuk memproduksi kedua barang tersebut. Kombinasi produk yang belum optimal ditunjukkan oleh perpotongan antara garis isorevenue (TR1) dengan batas kemungkinan produksi. Barang X dan Y masing-masing diproduksi pada titik P atau memproduksi barang X dan Y masing-masing pada titik Q menghasilkan penerimaan yang masih rendah dibandingkan dengan jika perusahaan melakukan kombinasi produksi saat garis isorevenue (TR2) bersinggungan dengan batas kemungkinan produksi. Pada titik persinggungan (titik R), perusahaan memproduksi X dan Y masing-masing sejumlah X2 dan Y2 dengan penerimaan yang diperoleh TR 2 lebih tinggi dari TR1. kombinasi yang kedua ini sumberdaya yang tersedia bagi perusahaan habis digunakan untuk memproduksi X dan Y sehingga mampu menekan sumberdaya yang berlebih. Pada batas kemungkinan produksi terdapat tiga konsep (Lipsey, 1995), antara lain : 1. Kelangkaan (scarcity), yaitu kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas. 2. Pilihan (choice), yaitu berdasarkan kebutuhan memilih dari sejumlah titiktitik alternatif yang dapat dicapai batas.

3.

Biaya peluang (opportunity cost), yaitu nilai yang hilang jika memilih alternatif produk lain berdasarkan kemiringan batas ke kanan bawah (bentuk kurva cembung). Tujuan perusahaan adalah memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk

mencapai tujuan tersebut perusahaan tidak hanya perlu memperhatikan tingkat keuntungan yang diharapkan tetapi harus memperhatikan juga sumberdaya yang terbatas. Pada tiga konsep Lipsey dapat disimpulkan bahwa sumberdaya yang terbatas dapat mengakibatkan kelangkaan, kondisi ini menunjukkan tingkat produksi yang diharapkan tidak dapat melebihi keterbatasan sumberdaya yang ada. Perusahaan yang mengalami kelangkaan akan memilih beberapa alternatif pilihan yang dapat dicapai sepanjang batas kemungkinan produksi. Pemilihan yang terjadi ini akan menimbulkan biaya peluang, artinya seberapa besar biaya yang hilang atas pemilihan salah satu alternatif yang dibandingkan dengan alternatif lain.

3.1.5 Optimalisasi Optimalisasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi tujuan (Nasendi dan Anwar, 1985). Optimalisasi produksi diperlukan perusahaan dalam rangka mengoptimalkan sumberdaya yang digunakan agar suatu produksi dapat menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang diharapkan, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya. Optimalisasi juga dapat diartikan sebagai pencapaian suatu kedaan yang terbaik. Apabila dikaitkan dengan produksi, maka pengertian

optimalisasi produksi berarti pencapaian suatu kedaan terbaik dalam kegiatan produksi. Mulyono (1991) menyatakan bahwa berdasarkan langkah-langkah optimalisasi, setelah masalah diidentifikasi dan tujuan ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah memformulasikan model matematik yang meliputi tiga tahap, yaitu : 1. Menentukan variabel yang tidak diketahui (variabel keputusan) dan nyatakan dalam simpbol matematik, 2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai hubungan linier (bukan perkalian) dari variabel keputusan, 3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah tersebut. Setiap perusahaan akan berusaha mencapai keadaan optimal dengan memaksimalkan keuntungan atau dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Perusahaan mengharapkan hasil yang terbaik dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, namun dalam mengatasi permasalahan dengan teknik optimalisasi jarang menghasilkan suatu solusi yang terbaik. Hal tersebut dikarenakan berbagai kendala yang dihadapi berada di luar jangkauan perusahaan. Untuk menggunakan sejumlah input tertentu, perusahaan akan memilih kombinasi output sedemikian sehingga keuntungan yang dihasilkan akan maksimal. Analisis kondisi optimal tersebut dapat menggunakan dua analisis dari

sisi input dan output. Analisis tersebut dapat menggunakan kurva isoquant dan isocost atau kurva isorevenue dan kurva kemungkinan produksi (Nicholson, 2002). Perilaku optimasi yang dilakukan perusahaan, bertujuan untuk

memperoleh keuntungan maksimum, adapun keuntungan maksimum dapat ditempuh melalui dua cara yaitu : 1. Maksimisasi, yaitu menggunakan atau mengalokasikan masukan (biaya) yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuntungan atau penerimaan maksimum. 2. Minimisasi, yaitu untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan

menggunakan masukan (biaya) yang paling minimal. Perosoalan optimisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi dari beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Biasanya pembatasanpembatasan tersebut meliputi tenaga kerja (men), uang (money), material yang merupakan input serta waktu dan ruang (Supranto, 1980). Dalam teknik optimalisasi, suatu upaya untuk memperoleh solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi jarang diperoleh suatu solusi yang terbaik. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai kendala yang bersifat fisik, teknik, dan. kendala lainnya yang berada di luar jangkauan pelaku kegiatan dalam perusahaan. Salah satu teknik optimalisasi yang dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah optimalisasi berkendala adalah dengan menggunakan teknik program linear.

3.1.6 Maksimisasi Keuntungan Menurut Nicholson (1999), secara ekonomi tujuan utama perusahaan diasumsikan sebagai maksimisasi nilai perusahaan atau memaksimumkan laba. Berdasarkan pendekatan holistik, maka tujuan tersebut merupakan tujuan satusatunya yang ingin dicapai perusahaan. Perusahaan akan memilih kombinasi input yang terbaik dari tingkat output yang menguntungkan, sehingga perusahaan akan berusaha membuat perbedaan yang sebesar-besarnya antara biaya produksi dengan penerimaan total. Perusahaan akan menyesuaikan variabel-variabel yang bisa dikontrolnya sehingga memungkinkan untuk memperoleh laba setinggi-tingginya. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat suatu perubahan, baik pada tingkat harga produk ataupun pada ketersediaan sumberdaya. Dari perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat laba incremental atau tambahan laba yang diperoleh perusahaan dari peningkatan produksi satu satuan unit output atau peningkatan dari satu satuan input.

3.1.7 Pemrograman Liniear Menurut Soekartawi (1995), linear programming adalah suatu metode perhitungan untuk perencanaan terbaik diantara kemungkinan-kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Metode programasi ini variabelnya disusun dengan persamaan linier. Oleh berbagai analis, linear programming

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi programasi linier, pemrograman garis lurus, programasi garis lurus, atau lainnya. Linear

programming merupakan salah satu teknik riset yang penggunaannya sangat meluas dan dapat digunakan untuk beragam persoalan produksi dan operasi. Program linear programming adalah salah satu teknik dari operasi riset untuk memecahkan persoalan optimisasi (maksimisasi atau minimisasi) dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linier dalam rangka untuk mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada (Supranto, 1988). Agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan teknik program linier harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Harus dapat dirumuskan secara matematis. 2. Harus jelas fungsi obyektif yang linear yang harus dibuat optimum. 3. Pembatasan-pembatasan harus dinyatakan dalam ketidaksamaan yang linear. Handoko (2000) menyebutkan bahwa sebutan linear dalam program linier berarti hubungan-hubungan antara faktor adalah bersifat linear atau konstan, atau fungsi-fungsi matematis yang disajikan dalam model haruslah fungsi-fungsi linier. Hubungan-hubungan linier berarti bahwa apabila satu faktor berubah maka suatu faktor lain juga berubah dan dengan jumlah yang konstan secara proporsional. Agar program linear dapat diterapkan, asumsi-asumsi dasar berikut ini harus ditepati : 1. Fungsi tujuan dan persamaan setiap batasan harus linier. Hal ini mencakup pengertian bahwa perubahan nilai-nilai dan penggunaan sumberdaya terjadi secara proporsional dengan perubahan tingkat kegiatan. 2. Parameter-parameter harus diketahui atau dapat diperkirakan dengan pasti.

3. Variabel-variabel keputusan harus dapat dibagi. Hal ini berarti bahwa suatu penyelesaian feasible dapat berupa bilangan pecahan. Persoalan dalam program linier berusaha untuk mencari pemecahan optimal didalam batasan sumberdaya yang ada pada suatu perusahaan. Sebuah perusahaan yang cukup besar akan berhadapan dengan batasan, baik berupa batasan dari input tertentu, batasan kapasitas, batasan berupa modal kerja, penyimpanan, permintaan, jam kerja mesin, tenaga kerja, dan lain sebagainya. Penggunaan program linier didasari oleh berbagai asumsi, untuk memudahkan perumusan model tanpa mengurangi kedekatannya dengan keadaan nyata atau sebenarnya. Asumsi-asumsi yang digunakan, yaitu (Anwar dan Nasendi, 1985) : 1. Linearitas Asumsi ini mengingakan agar perbandingan antara input yang satu dengan input yang lainnya, atau suatu input dengan suatu output besarnya tetap dengan tidak tergantung kepada tingkat produksi. 2. Proporsionalitas Asumsi ini menyatakan bahwa jika peubah pengambil keputusan (X j) berubah, maka dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan (Cj Xj ) dan juga pada kendalanya (Aij Xj ). 3. Aditivitas Asumsi ini menyatakan bahwa nilai parameter suatu kriteria optimasi (koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah dari nilai individu Cj dalam model prgram linier tersebut.

4. Divisibilitas Asumsi ini menyatakan bahwa peubah-peubah pengambilan keputusan (X j) jika diperlukan dapat dibagi kedalam pecahan-pecahan, yaitu bahwa nilai-nilai Xj tidak perlu interger (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat), tetapi boleh non interger. 5. Deterministik Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam program linier adalah tetap, dapat diketahui, dan dapat diperkirakan secara pasti. Sebagai alat kuantitatif untuk melakukan pemrograman, program linier mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan (Soekartawi, 1995). Kelebihankelebihan program linier yaitu : 1. 2. Mudah dilaksanakan terutama jika menggunakan alat bantu komputer. Dapat menggunakan banyak variabel sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimal dapat dicapai. 3. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan / direlax sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Kekurangan-kekurangan dari program linier yaitu : 1. Apabila alat bantu komputer tidak tersedia, maka program linier dengan menggunakan banyak variabel akan menyulitkan analisisnya bahkan mungkin tidak dapat dikerjakan secara manual. Metode ini tidak dapat digunakan secara bebas dalam setiap kondisi, tetapi dibatasi oleh asumsi-asumsi. 2. Metode ini hanya dapat digunakan untuk satu tujuan misalnya hanya untuk maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya.

Pada program linier terdapat dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala. Fungsi tujuan menggambarkan sasaran pada permasalahan program linier dan berkaitan dengan pengaturan sumberdaya untuk mencapai keuntungan maksimal dan biaya yang minimal. Biasanya fungsi tujuan dinyatakan atau disimbolkan sebagai Z. Fungsi kendala adalah bentuk matematis dari kendala-kendala yang akan dialokasikan secara optimal pada berbagai aktivitas. Menurut Nasendi dan Anwar (1985), model matematis program linier dalam bentuk standar dirumuskan sebagai berikut : Maksimisasi atau Minimisasi Z = C1X1 + C2X2 + . + CnXn

Fungsi tujuan harus memenuhi kendala-kendala atau syarat-syarat ikatan sebegai berikut : a11X1 + a12X2 + . + a1nXn ; =; atau b1 a21X1 + a22X2 + . + a2nXn ; =; atau b2 . . . . . . . . . .

am1X1 + am2X2 + . + amnXn ; =; atau bm dan X1 0, X2 ., Xn 0 Keterangan : Z Cn Xn = Fungsi tujuan = koefisien peubah pengambilan keputusan ke-n dalam fungsi tujuan = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan ke-n (tingkat kegiatan)

amn = koefisien teknis dalam kendala ke-m pada aktivitas ke-n bm = sumberdaya yang terbatas / konstanta dari kendala ke-m

3.1.8 Analisis Primal Dalam program liniear, masalah yang dikemukakan mula-mula disebut sebagai masalah primal. Solusi optimal masalah primal ini menunjukan nilai dari variabel-variabel keputusan yang memaksimumkan atau meminimumkan nilai dari fungsi tujuan. Analisis primal digunakan untuk mengetahui dan menentukan kombinasi produksi terbaik yang dapat menghasilkan tujuan dengan keterbatasan sumberdaya yang ada. Maka dari itu, akan diperoleh diperoleh berapa jumlah setiap variable keputusan (Xn) yang akan diproduksi dan dapat memaksimumkan nilai fungsi tujuan (Z) dengan dihadapkan pada sumberdaya yang ada. Hasil analisis primal akan dibandingkan dengan tingkat kombinasi produk aktual perusahaan, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan sudah melakukan kombinasi produk pada tingkat yang optimal (Taha, 1996).

3.1.9 Analisis Dual Analisis dual dilakukan unuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya dengan melihat kekurangan (slack) atau kelebihan (surplus) dan nilai dualnya. Slack atau surplus digunakan untuk menandai sisa atau kelebihan kapasitas yang akan terjadi pada variabel optimal. Variabel slack () akan berkaitan dengan batasan dan mewakili jumlah kelebihan sisi kanan dari batasan tersebut dibandingkan sisi kiri. Variable surplus diidentifikasikan dengan batasan () dan mewakili kelebihan sisi kiri dibandingkan sisi kanan. Nilai dual dual price menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Jika sumberdaya yang digunakan memiliki nilai slack atau surplus yang sama dengan nol dan nilai dualnya lebih besar dari nol

menunjukkan bahwa seluruh kapasitas pada kendala dipergunakan semua atau sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya langka atau kendala aktif yang membatasi nilai tujuan. Sedangkan jika sumberdaya yang digunakan memiliki nilai slack atau surplus lebih besar nol dan nilai dualnya sama dengan nol, berarti sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang lebih. Kendala tersebut termasuk ke dalam kendala tidak aktif, yaitu kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi dan tidak akan mempengaruhi fungsi tujuan jika terjadi penambahan sebesar satu satuan. Nilai dual juga dapat dilihat berdasarkan harga bayangan (shadow price) yaitu batas harga tertinggi suatu sumberdaya yang membuat perusahaan masih dapat melakukan pembelian (Taha, 1996).

3.1.10 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas terdiri atas dua tipe, yaitu analisis perubahan nilai koefisien dari fungsi tujuan dan analisis sisi kanan dari fungsi tujuan (Right Hand Side). Analisis perubahan koefisien fungsi tujuan dilakukan untuk mengetahui efek perubahan tanpa mengubah solusi optimal dengan parameter lain dipertahankan konstan. Tujuan dari analisis Right Hand Side (RHS) adalah untuk menentukan berapa banyak nilai sisi kanan dari fungsi kendala (bj) dapat ditingkatkan atau diturunkan tanpa mengubah nilai shadow price-nya dengan parameter lain dipertahankan konstan. Analisis sensitivitas berguna untuk mengetahui seberapa jauh solusi optimal awal tidak akan berubah jika terjadi perubahan pada harga jual setiap produk, biaya per satuan produk, dan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki. Apabila perubahan-perubahan yang terjadi masih dalam selang yang

diperbolehkan, maka solusi optimal awal tidak akan berubah. Selang dalam program linier terdiri atas batas penurunan (allowable decrease) dan batas peningkatan (allowable increase). Batas penurunan memperlihatkan besarnya nilai penurunan parameter fungsi tujuan atau nilai penurunan ketersediaan sumberdaya yang tidak mengubah solusi optimal awal. Batas atas memperlihatkan nilai peningkatan yang tidak akan mengubah solusi optimal awal. Solusi awal akan berubah apabila perubahan yang terjadi di luar selang perubahan yang diperbolehkan (Taha, 1996).

3.1.11 Analisis Post Optimal Analisis post optimal merupakan suatu usaha untuk mempelajari nilai-nilai dari peubah-peubah pengambilan keputusan dalam suatu model matematika jika satu atau beberapa atau semua parameter model tersebut berubah. Dalam persoalan program linier, analisis post-optimal menyangkut analisis terhadap nilai-nilai peubah pengambilan keputusan sebagai dampak perubahan dalam : 1. Koefisien fungsi tujuan. 2. Koefisien teknologi input/output. 3. Nilai sebelah kanan model (RHS fungsi kendala). 4. Adanya tambahan fungsi kendala baru maupun tambahan peubah pengambilan keputusan. Tujuan analisis post optimal adalah untuk memperoleh informasi tentang solusi optimal yang baru dan yang dimungkinkan atau yang sesuai dengan perubahan dalam parameter model melalui perhitungan tambahan yang minimal (Nasendi dan Anwar, 1985).

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran operasional biasanya diawali dengan melakukan identifikasi terhadap kondisi perusahaan yang kemudian diikuti dengan bagaimana hubungan (keterkaitan) antar variabel-variabelnya. Berdasarkan hubungan tersebut maka kita dapat menentukan metode atau alat analisis yang akan digunakan. Perencanaan produksi optimal disusun oleh suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat produksi optimal yang dapat dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Langkah pertama yang dilakukan adalah identifikasi kondisi perusahaan yang mencakup tujuan perusahaan apakah perusahaan berorientasi pada maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya, selain itu kita perlu melakukan identifikasi terhadap kendala-kendala yang dihadapi oleh perusahaan terkait dengan pencapaian tujuan tersebut. Beberapa faktor produksi yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh PD Risna Sari diantaranya adalah bahan baku utama air kelapa, bahan baku penolong, tenaga kerja langsung, jam kerja mesin dan kendala target produksi. Pada umumnya apabila suatu perusahaan yang berproduksi lebih dari satu jenis produk akan kesulitan dengan ketersediaan sumberdaya yang terbatas, sehingga menuntut adanya pengalokasian sumberdaya yang cermat dan seefisien mungkin dalam menghasilkan tingkat produksi tertentu. Untuk itu diperlukan perencanaan produksi yang tepat agar sumberdaya yang tersedia dapat digunakan secara optimal sehingga diperoleh tingkat produksi yang optimal, oleh karena itu PD Risna Sari perlu melakukan analisis optimalisasi produksi dengan menggunakan model linear programming yang telah tersusun. Kondisi optimal

perusahaan yang dihasilkan dengan linier programming akan dianalisis dengan analisis primal, dual, dan analisis sensitivitas. Analisis primal menunjukan berapa banyak jumlah produksi optimal dari setiap produk yang dihasilkan oleh PD Risna Sari Hasil sehingga dapat mencapai laba maksimum. Analisis dual menunjukan nilai shadow price dari setiap sumberdaya yang digunakan pada tingkat produksi optimal. Analisis sensitivitas ditujukan untuk perubahan ketersediaan sumberdaya dan perubahan laba kontribusi per unit. Perubahan ketersediaan sumberdaya menunjukan rentang perubahan dalam ketersediaan setiap sumberdaya yang diperbolehkan agar nilai shadow pricenya dapat dipertahankan dengan parameter lain konstan, begitu pula dengan laba kontribusi per unit. Analisis post optimal dilakukan untuk mengetahui bagaimana perubahan solusi optimal akibat terjadinya perubahan pada kondisi optimal awal. Hasil optimalisasi dengan menggunakan metode linier programming selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi aktual yang terjadi di perusahaan, sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan belum mencapai hasil yang optimal. Hasil perbandingan yang optimal akan direkomendasikan pada perusahaan, pada tingkat produksi berapakah sebaiknya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimum atau dengan kata lain berapa banyak kombinasi produk yang harus dihasilkan oleh perusahaan agar mencapai tujuan usahanya.

PD RISNA SARI
Tingkat permintaan nata de coco mentah tinggi Keterbatasan sumber daya Belum adanya perencanaan produksi optimal Penerimaan belum maksimum

Tujuan Perusahaan Memaksimalkan keuntungan

Kendala yang dihadapi : Bahan baku utama air kelapa, Bahan baku penolong Tenaga kerja langsung Jam kerja mesin 5. Target Produksi 1. 2. 3. 4.

Analisis Optimalisasi Produksi

Penyusunan Produksi Optimal dengan LP

Analisis Primal, Dual, Sensitivitas dan Post-Optimal

Kombinasi Optimal Alokasi Sumberdaya Menganalisis Perubahan ketersediaan sumberdaya Mengetahui apa yang menjadi kendala pembatas Menganalisis perubahan terhadap biaya dan penjualan

Kondisi Aktual Perusahaan

Evaluasi

Rekomendasi Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah pada PD. Risna Sari

IV. METODE PENELITIAN


4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PD Risna Sari , yang berlokasi di Jl. Arwinda Kp. Munjul No. 75 Rt. 04/03 Desa Sindanglaka, Kecamatan Karang tengah, Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi ini dilakukan secara puprposive, dengan pertimbangan bahwa PD Risna Sari perlu meninjau kembali kapasitas produksinya apakah sudah sesuai dengan tingkat produksi yang diharapkan atau belum. PD Risna Sari belum dapat menentukan berapa banyak kombinasi jumlah produk optimal yang harus dihasilkan untuk setiap jenis nata de coco mentah agar dapat memperoleh keuntungan maksimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengetahui dan memberikan solusi terbaik bagi perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui : a. Wawancara langsung dengan pemilik usaha. b. Wawancara dengan sejumlah karyawan PD. Risna Sari. c. Pengamatan secara langsung (observasi) di perusahaan mengenai seluruh kegiatan yang dilaksanakan di perusahaan. Data primer yang dikumpulkan hanya selama periode Juni sampai dengan September 2008, hal ini disebabkan perusahaan hanya mengijinkan penggunaan data pada periode tersebut. Selain itu, juga disebabkan oleh pencatatan yang belum rapi pada periode sebelumnya sehingga sulit untuk mengidentifikasi jumlah

kebutuhan bahan baku yang diperlukan serta jumlah penjualan untuk setiap jenis nata de coco. Data sekunder diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti diperoleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik, selain itu data sekunder diperoleh pula dari literatur, buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian, jurnal, majalah, dan internet. Data sekunder mencakup : a. Kebutuhan bahan baku utama dan bahan baku penolong. b. Total Produksi nata de coco di Indonesia pada Tahun 1999 2001. c. Jumlah Produksi Komoditas Perkebunan di Indonesia pada Tahun 2004 2006. d. Daftar perusahaan manufakturing nata de coco di Cianjur pada Tahun 2008. e. Kandungan Nutrisi nata de coco. f. Sejarah dan perkembangan nata de coco.

4.3 Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program LINDO (Linear Interactive and Discrete Optimizer). Data-data yang telah diolah dan dianalisis tersebut digunakan untuk memberikan alternatif model yang tepat untuk diterapkan perusahaan sesuai dengan kondisi perusahaan. Masalah optmialisasi produksi untuk perencanaan dirumuskan kedalam model Linear Programming dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan Variabel Keputusan

Variabel keputuan menunjukan jumlah penjualan dan produksi setiap jenis nata de coco mentah dengan satuan kilogram. Produk nata de coco mentah pada PD. Risna Sari terdifferensiasi menurut bentuknya. Bentuk nata de coco mentah dibedakan menjadi dua jenis yaitu kubus yang telah dipotong dan bentuk lembaran. Oleh karena itu dalam model Linear Programming yang akan disusun, diperoleh dua variabel keputusan di PD Risna Sari selama periode (empat bulan) produksi yaitu periode bulan Juni Tahun 2008 sampai dengan bulan September 2008. Variabel keputusan disimbolkan dengan Xi (i menunjukkan jenis produk yang dihasilkan), dimana X1= nata de coco mentah bentuk kubus X2= nata de coco mentah bentuk lembaran 2. Menentukan Fungsi Tujuan Tujuan utama dari optimalisasi produksi yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan. Perumusan fungsi tujuan dimulai dengan menentukan keuntungan sebagai koefisien, selanjutnya dibentuk

persamaan tujuan dalam model linier. Keuntungan yang akan dimaksimalkan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi. Formulasi persamaan fungsi tujuan yang diperoleh yaitu : Memaksimumkan : Z ( ARi ACi ) X i
i 1 2 2

Z Ai X i
i 1

Z A1 X 1 A2 X 2

Keterangan : Z ARi = Nilai fungsi tujuan atau keuntungan yang ingin dimaksimumkan (Rp) = Kontribusi penerimaan dari produk ke = i

ACi Ai
Xi

= Kontribusi biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk ke = i = Keuntungan yang dihasilkan produk ke = i = Jumlah aktivitas produksi dari produk ke-i = Produk yang dihasilkan, dimana 1 = nata de coco bentuk kubus , 2 nata de coco bentuk lembaran

3. Menentukan Kendala Kendala yang dihadapi dalam model linear programming untuk optimalisasi produksi nata de coco mentah meliputi kendala bahan baku utama air kelapa, kendala bahan baku penolong, kendala tenaga kerja langsung, kendala jam kerja mesin dan kendala permintaan pasar. a. Kendala Ketersediaan Bahan Baku Utama Air Kelapa Bahan baku utama yang diperlukan untuk memproduksi nata de coco mentah adalah air kelapa. Air kelapa menjadi kendala utama bagi pelaksanaan kegiatan produksi karena jumlahnya yang terbatas serta banyak pesaing produsen nata yang lain. Kendala bahan baku utama air kelapa dapat dirumuskan sebagai berikut :

b x
i 1 i

B , dimana :

bi = Koefisien penggunaan air kelapa untuk produk ke-i (liter/Kg) B = Ketersediaan air kelapa selama periode Juni September 2008 (liter)

b. Kendala Ketersediaan Bahan Baku Penolong Bahan baku penolong yang digunakan untuk memproduksi nata de coco mentah terdiri dari cuka taiwan, gula pasir, Za, dan asam sitrat (citric acid).

Namun untuk menyusun fungsi kendala ini, bahan baku penolong yang digunakan hanya gula pasir dan cuka taiwan karena bahan baku penolong lain mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah yang sangat banyak di pasar, sehingga ketersediaanya tidak menjadi kendala bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan produksi. Kendala bahan baku penolong cuka Taiwan dan gula pasir dapat dirumuskan sebagai berikut :

c x
i 1 i

C , dimana

ci = Koefisien penggunaan bahan penolong/cuka taiwan untuk produk ke-i (liter/Kg) C = Ketersediaan cuka taiwan selama periode Juni September 2008 (liter)

d X
i 1 i

D , dimana

dij = Koefisien penggunaan gula pasir untuk produk ke-i (Kg/Kg) D = Ketersediaan gula pasir selama periode Juni September 2008 (Kg)

c. Kendala Ketersediaan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan produksi. Tenaga kerja yang tersedia berhubungan langsung dalam melaksanakan kegiatan nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran. Kendala ketersediaan jam tenaga kerja langsung dapat dirumuskan sebagai berikut :

e x
i 1 i

E , dimana

ei = Koefisien penggunaan tenaga kerja langsung untuk produk ke-i (jam/Kg)

E = Ketersediaan tenaga kerja langsung selama periode Juni September 2008 (jam) d. Kendala Jam Kerja Mesin Mesin pemotong digunakan untuk memotong nata mentah berbentuk lembaran menjadi nata berbentuk kubus. Mesin pemotong ini hanya digunakan untuk mentah berbentuk kubus, nata mentah berbentuk lembaran tidak memerlukan penggunaan dari mesin pemotong. Sehingga kendala jam kerja mesin hanya dialami oleh nata mentah berbentuk kubus. Mesin pemotong dapat digunakan selama 8 jam setiap harinya dengan kapasitas 1500 kg per hari. Kendala ketersediaan jam kerja mesin pemotong nata dapat dirumuskan sebagai berikut :

f X
i 1 i

F , dimana

fi F (jam)

= Koefisien penggunaan jam kerja mesin untuk produk ke-i (jam/Kgi) = Ketersediaan jam kerja mesin selama periode Juni September 2008

e. Kendala Target Produksi Kendala target produksi ini dimaksudkan untuk mengetahui batas maksimum produksi yang harus dihasilkan oleh PD Risna Sari dalam rangka memenuhi permintaan pasar. Perusahaan menetapkan target produksi untuk setiap bulanya, target produksi biasanya ditentukan oleh perusahaan didasarkan atas pengalaman jumlah permintaan bulan bulan sebelumnya. Target Produksi untuk produk nata mentah bentuk kubus dan lembaran berbeda, hal tersebut ditentukan

oleh perbedaan jumlah permintaan yang terjadi setiap bulannya. Kendala permintaan pasar dapat dirumuskan sebagai berikut :

x G , dimana
i i

Xi Gi

= Jumlah aktivitas produksi dari produk ke-i (Kg) = Jumlah target untuk setiap produk ke-i (Kg). Berdasarkan metode diatas maka optimalisasi produksi nata de coco

mentah pada PD. Risna Sari dapat ditulis secara matematis sebagai berikut : Fungsi tujuan : Maks Z ( ARi ACi ) X i
i 1 2 2

Z Ai X i
i 1

Z A1 X 1 A2 X 2

Fungsi kendala : Kendala bahan baku air kelapa : b


i 1 2 i

xi B

Kendala bahan baku penolong cuka taiwan : ci xi


i 1
2

C
D

Kendala bahan baku penolong gula pasir Kendala jam kerja tenaga kerja langsung Kendala jam kerja mesin Kendala permintaan pasar

: d i xi
i 1

: ei xij
i 1
2

:
i 1

f i xi F

x G
i

4.4 Metode Analisis Data Analisis data dilakukan setelah data diolah dan diformulasikan ke dalam model program linier. Data kuantitatif yang diperoleh kemudian diproses menggunakan komputer dan ditabulasikan menurut kegiatan kegiatan, untuk selanjutnya dianalisis. Seluruh data yang akan dianalisis tersebut ditampilkan

dalam

bentuk tabel.

Tujuan dari analisis

data adalah untuk untunk

menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis yang akan dilakukan dari hasil olahan LINDO meliputi : 1. Analisis Primal Dengan melakukan analisis primal, maka dapat diketahui kombinasi produk teknik yang dapat menghasilkan tujuan maksimal, yaitu menghasilkan keuntungan maksimum dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya yang tersedia. Dalam analisis primal dapat ditunjukan aktivitasaktivitas yang masuk kedalam skema optimal dan kuantitas dari kegiatan yang bersangkutan. Kegiatan yang tidak termasuk kedalam skema optimal akan memiliki nilai reduce cost. Dengan membandingkan hasil produksi optimal dengan produksi aktual maka perusahaan akan mengetahui apakah selama ini kegiatan produksi yang dilakukannya sudah optimal atau belum. 2. Analisis Dual Analisis dual dilakukan dengan mengetahui penilaian terhadap sumberdaya, yaitu dengan melihat nilai slack atau surplus dari nilai dual yang dihasilkannya. Nilai dual (dual price atau shadow price) menunjukan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Nilai dual juga menunjukan batas harga tertinggi (maksimum) dari suatu sumberdaya yang masih memungkinkan bagi perusahaan untuk membeli tambahan satu unit sumberdaya. Oleh karena itu nilai dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan, terutama dalam hal pembelian sumberdaya.

Dengan menggunakan analisis dual perusahaan dapat mengetahui apakah sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi merupakan sumberdaya yang sifatnya langka atau sebaliknya. Apabila nilai slack atau surplus sama dengan nol dan nilai dual lebih dari nol maka sumberdaya tersebut tergolong kedalam sumberdaya yang bersifat langka (pembatas). Sumberdaya yang bersifat langka ini termasuk kedalam kendala aktif, yaitu kendala yang membatasi fungsi tujuan. Tetapi apabila nilai slack atau surplus lebih dari nol dan nilai dualnya sama dengan nol maka sumberdaya tersebut tergolong kedalam kendala tidak aktif, yaitu kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi serta tidak mempengaruhi fungsi tujuan jika terjadi penambahan sebesar satu satuan. 3. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah salah satu cara untuk menentukan parameter dalam model yang sangat kritis atau sensistif dalam menentukan suatu solusi. Analisis sensitivitas terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang berhubungan dengan perubahan salah satu koefisien fungsi tujuan dan perubahan salah satu sisi sebelah kanan. Analisis sensitivitas nilai-nilai koefisien dari fungsi tujuan digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari koefisien fungsi tujuan yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal. Sedangkan analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala digunakan untuk mengetahui selang kepekaan dari nilai ruas kanan kendala yang dapat mempertahankan kondisi optimal awal. Selang kepercayaan pada analisis sensitvitas ditunjukan pada batas maksimum dan batas minimum nilai koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan kendala

pada hasil optimalisasi produksi. Batas maksimum menggambarkan batas kenaikan yang diijinkan model (allowable increase) dari nilai kendala yang tidak mengubah pemecahan optimal, sedangkan batas minimum menunjukan batas penurunan yang diijinkan model (allowable decrease) dari nilai kendala agar pemecahan optimal tidak berubah. Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengetahui sejauh mana jawaban optimal tersebut dapat diterapkan apabila terjadi perubahan pada parameter yang membentuk model. 4. Analisis Post Optimal Analisis post-optimal dilakukan setelah dicapai suatu penyelesaian optimal versi awal. Tujuan dari analisis post optimal ini adalah untuk mencari kesalahan dan kelemahan dari model yang telah dibuat atau dapat pula digunakan untuk menentukan penduga-penduga penting yang dapat

mempengaruhi solusi optimal versi awal. Analisis post optimal dilakukan untuk mengetahui bagaimana solusi optimal yang diperoleh jika terjadi perubahan terhadap parameter yang membentuk model. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis post optimal dengan menggunakan dua skenario. Skenario I untuk mengetahui pengaruh kenaikan biaya produksi terhadap keputusan produksi dan alokasi sumberdaya. Skenario II yaitu dengan menambah satu buah mesin pemotong dan tenaga kerja sebanyak satu orang untuk memenuhi permintaan pasar yang mengalami peningkatan. Kedua skenario tersebut dimaksudkan untuk melihat sejauh mana perubahan tersebut dapat mempengaruhi alokasi sumberdaya, jumlah produksi, dan keuntungan total perusahaan.

4.5 Definisi Operasional Beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu : 1. Input produksi adalah bahan-bahan, mesin dan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi secara langsung. 2. Nata de coco mentah adalah produk olahan air kelapa yang merupakan bahan baku setengah jadi yang akan digunakan untuk memproduksi manisan nata de coco, minuman nata de coco dalam kemasan atau produk lainnya. 3. Manisan nata de coco adalah nata de coco yang mengalami proses produksi lebih lanjut, dengan memberikan rasa manis dan memberikan essens warna. 4. Nata de coco mentah bentuk kubus adalah produk yang dihasilkan berupa nata de coco mentah yang telah dipotong-potong hingga berbentuk menyerupai kubus dengan ukuran 1cm x 1cm. 5. Nata de coco mentah bentuk lembaran adalah produk yang dihasilkan berupa nata de coco mentah yang berbentuk lembaran dengan ukuran 30cm x 20cm. 6. Kendala adalah faktor pembatas dalam pengambilan keputusan yang meliputi sumberdaya yang tersedia. 7. Keuntungan kotor adalah selisih antara harga jual produk per satu kilogram dengan kontribusi biaya yang dikeluarkan per satu kilogram. 8. Cuka Taiwan adalah bahan pembantu yang digunakan dalam proses perebusan air kelapa. 9. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi. 10. Za adalah Ammonium sulfat yang digunakan pada proses produksi nata de coco. Za adalah sumber nutrisi bagi bakteri yang melakukan

fermentasi air kelapa sehingga menjadi nata de coco. Fungsi utamanya sebagai penyedia nitrogen. 11. Mesin pemotong adalah mesin yang digunakan untuk memotong nata de coco mentah menjadi nata mentah yang berbentuk kubus dengan ukuran 1cm x 1cm. 12. Fermentasi adalah proses pengubahan senyawa yang terkandung didalam substrat oleh mikroba. 13. Larutan bibit (starter) adalah bibit nata de coco yang digunakan untuk proses produksi, yang ditambahkan kedalam larutan nata de coco.

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


5.1 Sejarah dan Perkembangan PD Risna Sari merupakan salah satu industri bidang pengolahan nata de coco. Risna Sari itu sendiri diambil dari nama salah seorang putri dari pemilik perusahaan. Usaha ini mulai digeluti oleh Bapak Ocid R sekitar tahun 1990 yang pada awalnya merupakan seorang karyawan sebuah toko manisan di Kota Cianjur. Usaha ini berawal dari keinginan beliau untuk memperbaiki perekonomian keluarga, berbekal pengalamannya sebagai seorang karyawan toko manisan Bapak Ocid dan istri membangun usaha sendiri dengan mengembangkan usaha manisan nata de coco yang berskala rumah tangga. Lokasi yang dijadikan tempat usaha yaitu di Jalan Dr. Muwardi Gg. H. Ahmad No. 76 Cianjur. Kegiatan produksi yang dilakukan adalah mengolah nata de coco mentah (bahan baku setengah jadi) yang masih berbentuk lembaran dan kubus yang selanjutnya akan diolah kembali menjadi manisan nata de coco dan mengemasnya dalam kantung plastik berukuran satu kilogram, dimana proses produksi masih dilakukan secara manual dan tanpa adanya tenaga kerja tambahan, hanya dibantu oleh istri. Modal awal yang digunakan dalam pendirian usaha tersebut sebesar Rp. 200.000,- yang bersumber dari modal pribadi, modal tersebut digunakan pemilik untuk membei bahan baku dan peralatan pendukung lainnya yang sederhana. Setelah dua tahun usaha tersebut berjalan, pemilik memperoleh tambahan modal dari kredit Bank BRI sebesar Rp.4.000.000,-. Modal tambahan tersebut

digunakan pemilik untuk menambah volume produksi yang dihasilkannya. Perkembangan usaha manisan yang dijalankan oleh Bapak Ocid R mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun perkembangan jumlah

permintaan tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku nata de coco mentah, sehingga seringkali usaha tersebut mengalami kelebihan permintaan. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut pemilik usaha mencoba untuk membuat bahan baku nata de coco yang dilakukan hanya jika ketersediaan bahan baku di pasar kurang. Melihat bahawa peluang dan pendapatan jika penyediaan bahan baku dapat dipenuhi sendiri mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar akhirnya pada tahun 1994 pemilik mulai memproduksi nata de coco mentah sendiri dan mendirikan bangunan khusus diatas tanah seluas 1000 m2 sebagai tempat produksi yang berlokasi di Jalan Arwinda Kp. Munjul No. 75 Rt. 04/03 Desa Sindanglaka, Kecamatan Karang tengah, Kabupaten Cianjur. Nata mentah yang diproduksi oleh PD Risna Sari banyak disukai oleh industri rumah tangga yang memproduksi manisan nata de coco di Cianjur, hingga pada akhirnya tingkat permintaan nata de coco mentah lebih tinggi dibandingkan dengan manisan nata de coco yang diproduksi oleh PD Risna Sari. Melihat kondisi seperti itu pemilik usaha meningkatkan jumlah produksi nata de coco mentah yang dihasilkannya dan mulai mencoba untuk mencari konsumen baru dan mencoba untuk memasarkannya keluar kota Cianjur. Pada Tahun 1998 PD Risna Sari mendaftarkan usahanya ke

DISPERINDAG Kota Cianjur dengan nomor TDUP 0153/10-7/B/IX/1998 serta Nomor Tanda Daftar Industri 24/Jabar/05.13/B?12.00.01?VII/2001. Peningkatan usaha yang dialami oleh PD Risna Sari ditandai dengan semakin banyaknya jumlah pelanggan yang dimilikinya selain pelanggan yang berasal dari kota Cianjur sendiri. Adapun pelanggan tersebut berasal dari beberapa kota seperti Bekasi, Karawang, Bogor dan Jakarta.

Peningkatan kapasitas proses produksi dilakukan oleh PD Risna Sari melalui pembelian alat pemotong nata de coco mentah, serta penambahan jumlah karyawan yang semula hanya hanya dikerjakan oleh pemilik. Jumlah karyawan PD Risna Sari pada saat ini berjumlah 16 orang, jumlah tersebut akan bertambah apabila terjadi peningkatan pesanan.

5.2 Manajemen Perusahaan Dalam menjalankan suatu kegiatan bisnis diperlukan keahlian yang baik dalam bidang manajemen yang merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu bisnis. Tanpa keahlian manajemen yang baik, bisnis yang dijalankan tidak akan berjalan dengan lancar, karena dengan adanya manajemen yang baik maka dapat tercipta struktur perusahaan yang baik pula. 5.2.1 Struktur Organisasi Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terkait dalam hubungan formal untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan (Rangkuti, 2000). Struktur organisasi merupakan suatu rangkaian atau bagan skematis yang menggambarkan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab antara orang-orang yang menduduki suatu fungsi atau jabatan tertentu yang terdapat dalam suatu organisasi (Rangkuti, 2000). Sistem kepemimpinan dalam PD Risna Sari dipegang sepenuhnya oleh pemilik yang memiliki kekuasaan dan wewenang penuh terhadap karyawan termasuk kegiatan pemasaran. Unit usaha PD Risna Sari dibagi menjadi dua unit dengan lokasi pengerjaan yang dilakukan di tempat terpisah, yaitu unit produksi nata de coco mentah dan unit produksi manisan nata de coco. Karyawan yang berada pada kedua unit tersebut bertanggung jawab langsung kepada pemimpin.

Unit produksi nata de coco mentah memiliki karyawan sebanyak 16 orang, sedangkan unit manisan nata de coco hanya memiliki satu orang karyawan. Struktur organisasi dari PD Risna Sari menerapkan struktur organisasi bersistem garis. Struktur organiasasi PD Risna Sari dapat dilihat pada Gambar 5.

PEMILIK

Unit Produksi nata de coco mentah

Unit Produksi manisan nata de coco

Karyawan Produksi

Supir

Karyawan Produksi

Gambar 5. Struktur Organisasi PD Risna Sari Tahun 2008 Sumber : Data Internal Perusahaan

Keterangan :

: Garis Komando

5.2.2 Pembagian Kerja Pembagian kerja atau job description sangatlah penting dalam

menjalankan suatu usaha, karena dengan adanya pembagian kerja yang jelas antar satu karyawan dengan karyawan yang lain dapat menghindarkan terjadinya tumpang tindih pekerjaan atau multifungsi pekerjaan. Pembagian kerja memungkinkan suatu perusahaan mampu melakukan kegiatan produksi secara efektif dan efisien. PD Risna sari menerapkan sitem pembagian kerja terhadap

para karyawannya, adapun tugas-tugas dari para karyawan PD Risna Sari adalah sebagai berikut : 1. Pimpinan perusahaan Tugas-tugas pimpinan perusahaan adalah sebagai berikut : a. Mengadakan hubungan dengan perusahaan lain dan Instansi terkait b. Memimpin langsung jalannya perusahaan c. Melakukan pengaturan-pengaturan kerja d. Mengawasi secara langsung jalannya produksi e. Pemasaran produk 2. Unit Produksi Nata De Coco Mentah Karyawan yang terdapat pada unit ini terdiri dari karyawan bagian fermentasi, karyawan bagian pemberihan, karyawan bagian pemotongan. Masing-masing bagian mempunyai tugas yang berbeda-beda, yaitu : A. Bagian Perebusan/ Fermentasi a. Melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan rencana produksi yang telah ditetapkan b. Pembuatan bibit nata de coco, inokulasi bibit nata, pemanenan nata serta melakukan penyortiran nata de coco dalam bentuk lembaran. B. Bagian Pembersihan a. Membersihkan selaput dan lendir yang menempel pada nata de coco yang berbentuk lembaran. C. Bagian Pemotongan a. Memotong nata de coco yang berbentuk lembaran menjadi potongan nata berbentuk dadu.

b. Melakukan pengepresan. c. Perendaman (sterilisasi) dan penyortiran 3. Unit Produksi Manisan Nata De Coco a. Mengola atau memasak nata mentah menjadi manisan nata de coco. b. Mengemas manisan nata de coco dan langsung mengantarkan pesanan kepada konsumen. c. Mengatur arus kas masuk unit produksi manisan nata de coco, yang selanjutnya akan dilaporkan kepada pipmpinan perusahaan.

5.3 Sumber Daya Perusahaan Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan untuk menjalankan seluruh aktifitas perusahaan, dimana satu sumber daya mempunyai sifat yang saling berkaitan dan saling membutuhkan. Sumber daya perusahaan terdiri dari sumber daya fisik dan sumber daya non fisik.

5.3.1 Sumber Daya Fisik Sarana fisik adalah sarana yang berbentuk fisik yang akan menunjang kinerja para pengelola perusahaan dalam melakukan proses produksi, pemasaran, dan lain-lain, guna mencapai perkembangan usaha. Sarana fisik yang dimiliki oleh PD Risna Sari dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sumberdaya Fisik yang Dimiliki PD Risna Sari Tahun 2008


No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Jenis Bangunan tempat produksi nata de coco mentah Bangunan tempat produksi manisan nata de coco Kendaraan (mobil) Truk Mesin pemotong Jerigen Kompor semawar Dalung Drum plastik Nampan / Loyang Roket Botol Roda Pisau Talenan Saringan Ember Corong kecil Corong besar Timbangan kecil Timbangan besar Jumlah (Unit) 1 1 1 1 1 500 5 5 104 12.000 4 1200 3 8 8 1 15 4 1 1 1 Harga Satuan (Rp) 105.000.000 48.000.000 50.000.000 3.500.000 25.000 100.000 450.000 100.000 6.000 650.000 300 400.000 7.000 40.000 15.000 30.000 4.000 15.000 100.000 1.000.000 Nilai (Rp) 105.000.000 48.000.000 50.000.000 3.500.000 12.500.000 500.000 2.250.000 10.400.000 72.000.000 2.600.000 360.000 1.200.000 56.000 320.000 15.000 450.000 16.000 15.000 100.000 1.000.000

Sumber : PD Risna Sari 5.3.2 Sumber Daya Non Fisik PD Risna Sari mempunyai sarana non fisik yaitu karyawan sebanyak 16 orang karyawan unit produksi nata de coco mentah dan satu orang karyawan unit produksi manisan nata de coco, serta pemilik perusahaan yang merangkap sebagai pimpinan perusahaan. Sarana non fisik dapat berupa kemampuan, pengalaman, pendidikan, dan gaya manajemen dalam mengelola Perusahaan. Sumber daya non fisik sangat berkaitan dengan sumber daya manusia dimana sumber daya manusia adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sumber daya manusia yang berkualitas akan sangat

mempengaruhi hasil produksi. Sebagian besar karyawan PD Risna Sari adalah masyarakat sekitar pabrik. a. Pemilik Bapak Ocid R merupakan pemilik dari PD Risna Sari. Pemilik yang sekaligus merangkap sebagai pimpinan perusahaan merupakan orang yang memegang tanggung jawab atas kegiatan operasional perusahaan yang terkait dengan pelaksanaan unit bisnis, dimana pemilik menjadi motor penggerak jalannya usaha. Pemilik perusahaan menangani kegaiatan usaha dimulai dari kegiatan produksi, pemasaran serta keuangan. b. Karyawan Karyawan merupakan salah satu sumber daya penggerak yang ada di dalam sebuah perusahaan, dimana peran serta karyawan sangat besar bagi kemajuan suatu usaha, dengan adanya karyawan seluruh aktivitas perusahaan dapat dijalankan. Karyawan PD. Risna Sari pada saat ini berjumlah 17 orang. Sistem pengupahan yang dilakukan oleh PD Risna Sari adalah upah harian dan upah borongan. ystem

Upah bulanan diberikan kepada karyawan

bagian pemotongan dengan gaji sebesar Rp. 350.000,- per bulan, upah supir sebesar Rp. 50.000,- setiap kali mengantar barang, untuk bagian pembersihan diberikan upah sebesar Rp. 50,- per lembar dan upah bagian perebusan adalah Rp. 1.50,- per kilogram. Selain upah yang diberikan kepada karyawan perusahaan juga memberikan tunjangan lain seperti makan siang, lembur, dan tunjangan hari raya. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan karyawan. Jam kerja yang berlaku di perusahaan ini dimulai dari jam 08.00 16.00. Berikut Tabel 7 daftar karyawan PD Risna Sari.

Tabel 7. Daftar Karyawan PD Risna Sari Tahun 2008


No. Nama Jenis Kelamin Tk. Pendidikan Umur (Tahun) Jabatan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Dayat Ujang Iyam Imas Encih Kokom Yayah Yuyu Mumun Erik Rudi Radit

Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki

SD SD SD SD SD SD SD SD SD SMA SMA SMA

28 18 16 28 32 40 40 30 40 22 20 19

Bagian Perebusan Bagian Perebusan Bagian Pembersihan Bagian Pembersihan Bagian Pembersihan Bagian Pembersihan Bagian Pembersihan Bagian Pembersihan Bagian Pembersihan Bagian Pemotongan Bagian Pemotongan Bagian Pengepresan dan perendaman Bagian Pengepresan dan perendaman Bagian Pengepresan dan perendaman Supir Supir Produksi manisan nata de coco

13.

Iwan

Laki-laki

SMP

17

14. 15. 16. 17.

Sanin Didin Dedi Risna

Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan

SMP SMP SD SMA

23 46 26 30

Sumber : PD Risna Sari 4 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa bagian pembersihan dilakukan oleh karyawan yang seluruhnya adalah perempuan dengan tingkat pendidikan yang merata yaitu lulusan Sekolah Dasar. Sedangkan untuk bagian produksi, pemotongan dan supir dilakukan oleh karyawan laki-laki dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan karyawan perempuan.
4

Wawancara dengan karyawan PD Risna Sari

5.4 Bahan Baku (Input) 5.4.1 Bahan Baku dan Bahan Penolong Bahan baku merupakan salah satu komponen penting dalam penciptaan barang jadi, ketersediaan bahan baku menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi proses produksi. Ketersediaan bahan baku sebaiknya dekat dengan lokasi tempat produksi, hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya produksi. Namun hal tersebut sangat sulit dilakukan oleh PD Risna Sari karena sebagian besar bahan baku diperoleh dari luar kota seperti Bandung dan Bekasi. Selain bahan baku kebutuhan akan bahan pendukung tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan bahan baku dimana bahan pendukung merupakan pelengkap dalam memproduksi suatu produk. Bahan baku utama proses pembuatan nata de coco mentah adalah air kelapa, air kelapa yang digunakan adalah air kelapa yang telah basi, karena proses pembasian air kelapa memberikan dampak yang positif. Air kelapa secara alami terkontaminasi oleh bakteri asam cuka dan fermentasi awal terjadi dan berakibat turunnya pH air kelapa. Penurunan pH tersebut dari segi teknis sangat menguntungkan karena pada proses pembuatan nata de coco justru pH harus diturunkan sampai air kelapa hasil pendidihan mencapai 3 - 4, dengan cara menambah asam cuka (Sutardi 2004). Proses pembasian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada kualitas air kelapa kecuali jika fermentasi awal berlangsung lama (berlanjut) sehingga kadar gula air kelapa makin menipis dan pada akhirnya air kelapa dapat busuk karena bakteri pembusuk mengambil alih proses dekomposisi lanjut. Oleh sebab itu harus dihindari pembasian air kelapa yang lama.

Bahan baku lainnya yang digunakan dalam proses produksi nata de coco mentah adalah cuka Taiwan, Za, gula pasir, asam sitrat, dan lain-lain. Jenis bahan baku utama dan bahan baku penolong yang digunakan oleh PD Risna Sari dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8. Jenis Bahan Baku Utama dan Bahan Baku Penolong pada PD Risna Sari Tahun 2008 No. 1 2 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. Jenis Air Kelapa Cuka Taiwan Za Gula Pasir Minyak Tanah Koran Karet Gelang Karet Tali Citric Acid Satuan Liter Liter Bal Kg Liter Kg Kg Kg Pak Harga per satuan (Rp) 200 10.000 60.000 7.000 2.500 2.000 13.000 2.000 12.000

Sumber : PD Risna Sari

5.5 Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran produk dari titik distribusi ke titik konsumsi. Sedangkan menurut Kotler 1997, pemasaran merupakan suatu proses dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk serta jasa dengan sesamanya. PD Risna Sari memasarkan produknya yaitu nata de coco mentah ke perusahaan-perusahaan pengolahan nata de coco, jumlah produk yang disalurkan kepada perusahaan tersebut tergantung dari besarnya pesanan yang dilakukan. Perusahaan pengolahan tersebut biasanya melakukan pemesanan secara kontinu.

Selain perusahaan pengolahan nata de coco, nata mentah yang diproduksi oleh PD Risna Sari dipasarkan kepada industri-industri rumah tangga yang memproduksi manisan nata de coco, dan para pedagang pengecer. Sedangkan manisan nata de coco yang diproduksinya dipasarkan ke toko-toko manisan yang berada di Kota Cianjur dimana kegiatan produksi hanya dilakukan berdasarkan pesanan. Adapun strategi pemasaran yang dilakukan oleh PD Risna Sari meliputi 4P (produk, harga, distribusi, dan promosi). a. Produk Produk adalah sesuatu yang ditawarkan di pasar yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Produk yang ditawarkan PD Risna Sari terdiri dari dua jenis yaitu nata de coco mentah (setengah jadi) dan manisan nata de coco yang dikemas dalam kantong berukuran satu kilogram. b. Harga Harga merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses pemasaran suatu produk. Harga yang ditawarkan oleh PD Risna Sari ditetapkan berdasarkan standar mark up pricing dimana harga yang ditetapkan atas dasar biaya produksi yang dinaikan berdasarkan persentase. Harga yang ditawarkan untuk nata de coco mentah berbentuk kubus adalah Rp. 2.000,- per kilogram, sedangkan untuk nata de coco mentah berbentuk lembaran adalah Rp. 1.700,- per kilogram. Manisan nata de coco dijual dengan harga Rp. 5.000 per kilogram. c. Distribusi PD. Risna Sari memasarkan nata de coco mentah kebeberapa perusahaan di wilayah seperti Bogor, Bekasi dan Cianjur. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang akan mengolah lebih lanjut nata mentah menjadi minuman nata

de coco dalam bentuk kemasan (cup). Proses pembelian produk nata de coco mentah di PD Risna Sari dibagi menjadi dua yaitu pembelian yang didasarkan pesanan terlebih dahulu serta pembelian secara langsung, dimana pembeli langsung datang ke perusahaan untuk membeli poduk. Proses pengiriman produk merupakan layanan yang diberikan oleh perusahaan kepada para pelanggan yang berada di luar kota Cianjur, pelanggan yang menginginkan pesanannya dikirim ke tempat tujuan akan dikenakan biaya tambahan oleh perusahaan sebesar Rp. 50,per kilogram-nya. Manisan nata de coco dipasarkan ke toko-toko manisan yang berada di wilayah Cianjur. d. Promosi Promosi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahan untuk memperkenalkan produk yang dihasilkannya kepada calon pelanggannya. Kegiatan promosi yang dilakukan hendaknya dibuat menarik sedemikian rupa sehingga mampu menarik perhatian calon pelanggannya untuk menggunakan produk yang ditawarkan. Kegiatan promosi langsung yang dilakukan PD. Risna Sari diantaranya adalah dengan mendatangi usaha-usaha pembuatan manisan nata de coco di beberapa wilayah Kabupaten Cianjur dan melakukan penawaran secara langsung. Setelah Selain itu promosi dilakukan melalui penyampaian informasi dari mulut ke mulut, informasi tersebar diantara para pengusaha manisan nata de coco. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh PD Risna Sari sejauh ini cukup efektif, namun untuk menambah jumlah konsumen lebih banyak lagi perusahaan perlu melakukan kegiatan promosi lainnya seperti mengikuti seminar-seminar

peningkatan usaha kecil dan menengah yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur.

5.6 Penanganan Limbah Limbah yang dihasilkan oleh PD Risna Sari berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat yang dihasilkan berupa nata de coco gagal yang tidak mengalami penebalan secara sempurna dan nata de coco yang gagal pada saat proses pemotongan karena ukurannya terlalu kecil, sedangkan limbah cair merupakan air yang keluar dari nata de coco pada saat proses pengepresan dan sisa air yang digunakan untuk merendam nata de coco mentah. Limbah padat yang dihasilkan berupa nata de coco yang tidak mengalami penebalan sempurna akan dibagi menjadi dua bagian, bagian yang mengalami penebalan akan disisihkan untuk dikumpulkan yang selanjutnya akan diberikan kepada para petani yang berada di sekitar pabrik untuk dijadikan pupuk. Sedangkan nata de coco yang masih berbentuk cair akan diendapkan terlebih dahulu di kolam sebelum akhirnya dibuang ke sungai yang tepat berada di belakang pabrik. Limbah cair yang dihasilkan oleh PD Risna Sari merupakan limbah yang tidak berbahaya. Pembuangan limbah cair secara langsung ke sungai akan merubah warna air sungai menjadi putih susu. Sehingga perusahaan

mengendapkan limbah cair tersebut sebelum akhirnya dibuang ke sungai, pengendapan dilakukan agar limbah cair yang dibuang ke sungai tidak mengubah warna air sungai.

VI. OPTIMALISASI PRODUKSI NATA DE COCO MENTAH

6.1 Perumusan Model Program Linear Program linier memiliki perumusan model yang terdiri dari perumusan fungsi tujuan dan perumusan fungsi kendala. Ketersediaan sumberdaya yang dimiliki oleh PD Risna Sari selama Juni sampai dengan September 2008 merupakan periode dari ruang lingkup penelitian ini, dan merupakan nilai ruas kanan (Right Hand Side) dalam perumusan fungsi kendala. Penggunaan jumlah ketersediaan sebelum periode tersebut tidak dimasukan karena perusahaan memang tidak mempunyai sisa pada bulan sebelumnya. Perusahaan selalu berusaha untuk membeli bahan baku dalam jumlah yang cukup agar tidak terjadi kelebihan ketersediaan bahan baku yang digunakan oleh perusahaan tidak dapat disimpan terlalu lama.

6.1.1 Perumusan Fungsi Tujuan Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan serta mengetahui tingkat kombinasi produksi yang paling optimum dari produksi nata de coco mentah sehingga memberikan tingkat keuntungan yang maksimum. Selama periode Juni sampai dengan September 2008, PD Risna Sari memproduksi nata de coco mentah dalam dua bentuk yaitu bentuk kubus (X1) dan berbentuk lembaran (X2). Koefisen dari fungsi tujuan merupakan keuntungan per kilogram dari masing-masing nata de coco. Nilai keuntungan diperoleh melalui selisih antara harga jual dengan biaya produksi per kilogram dari masing-masing nata de coco

mentah yang dihasilkan. Biaya produksi diperoleh langsung dari bagian produksi. Komponen biaya produksi diperoleh dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi setiap satu kilogram jenis nata de coco. Harga jual, biaya produksi, dan keuntungan per satu kilogram dari setiap jenis nata de coco dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Harga Jual, Biaya Produksi dan Keuntungan setiap jenis Nata De Coco Mentah pada PD Risna Sari Periode Juni September 2008 Jenis Nata De Coco Bentuk Kubus Bentuk Lembaran Variabel X1 X1 Harga Jual Biaya Produksi (Rp/Kg) (Rp/Kg) 2.000 1.414 1.700 1.305 Keuntungan (Rp) 586 395

Pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa harga jual dan keuntungan untuk masing-masing jenis nata de coco mentah memiliki perbedaan, harga jual dan keuntungan nata de coco bentuk kubus relatif lebih tinggi dibandingkan dengan nata de coco mentah bentuk lembaran. Keuntungan per satu kilogram yang diperoleh perusahaan dalam memproduksi nata de coco mentah bentuk kubus sebesar Rp. 586,- sedangkan keuntungan untuk nata de coco mentah bentuk lembaran sebesar Rp. 395,-. Hal tersebut dikarenakan kegiatan produksi nata de coco mentah bentuk kubus lebih panjang dibandingkan dengan nata de coco mentah bentuk lembaran dan jumlah permintaan untuk nata de coco mentah bentuk kubus jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nata de coco mentah bentuk lembaran. Berdasarkan Tabel 9 maka nilai fungsi tujuan dari model linier programing untuk memaksimumkan keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Max Z Max Z Max Z

= ((AR1 AC1)X1) + ((AR2 AC2)X2 = ((2.000 1.414)X1) + ((1.7001.305)X2) = 586X1 + 395X2

6.1.2 Perumusan Fungsi Sumberdaya Kendala Kendala dalam model linier untuk optimalisasi produksi nata de coco mentah meliputi kendala bahan baku utama air kelapa, bahan baku penolong cuka Taiwan, gula pasir, tenaga kerja langsung, jam kerja mesin dan target produksi yang ditetapkan oleh PD Risna Sari.

6.1.2.1 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku Utama Suatu kegiatan produksi tidak dapat berlangsung tanpa tersedianya bahan baku. Dalam memproduksi nata de coco mentah, bahan baku utama yang dibutuhkan adalah air kelapa. Air kelapa menjadi kendala dalam memproduksi nata de coco mentah karena ketersediaan dari bahan baku tersebut terbatas. Perusahaan seringkali membeli air kelapa dalam jumlah yang cukup besar untuk mengantisipasi kelangkaan bahan baku air kelapa yang mungkin terjadi pada bulan-bulan berikutnya. Nilai koefisien dari pertidaksamaan fungsi kendala bahan baku utama merupakan jumlah air kelapa yang dibutuhkan (liter) untuk memproduksi satu kilogram nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran. Sedangkan nilai sebelah kanan kendala merupakan volume pembelian air kelapa yang yang dilakukan oleh perusahaan selama periode Juni sampai dengan September 2008. Ketersediaan bahan baku air kelapa dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Data Pembelian, Penggunaan dan Sisa Bahan Baku Air Kelapa pada PD Risna Periode Juni September 2008 Pembelian (Liter) 100.000 90.000 120.000 120.000 430.000 Penggunaan untuk Nata (liter) 70.924 86.430 94.580 98.880 350.814 Penggunaan untuk bibit (liter) 6.372 6.324 8.409 8.433 29.538 Sisa ( liter) 22.704 19.950 36.961 49.648 49.648

Bulan Juni Juli Agustus September Total

Jumlah total pembelian air kelapa selama periode Juni Sepetember 2008 adalah 430.000 liter. Pembelian terbesar terjadi pada bulan Agustus dan September, hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi terjadinya peningkatan jumlah permintaan menjelang bulan Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri, sehingga perusahaan tetap dapat memenuhi kenaikan jumlah permintaan yang mungkin terjadi. Tabel 11. Kebutuhan dan Nilai Koefisien Air Kelapa untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah Bentuk Kubus dan Bentuk Lembaran Jenis Nata De Coco Mentah Kubus Lembaran Kebutuhan Air Kelapa (liter) 318.680 32.134 Jumlah Nata yang diproduksi (Kg) 245.090 24.680 Koefisien (Liter/Kg) 1,300 1,302

Koefisien dari fungsi kendala bahan baku air kelapa merupakan jumlah air kelapa yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram nata de coco mentah. Nilai koefisien fungsi kendala bahan baku utama yaitu 1,3 yang berarti jumlah air kelapa yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran adalah 1,3 liter. Berdasarkan uraian diatas perumusan fungsi kendala bahan baku dapat dituliskan sebagai berikut : 1,3X1+1,3 X2 430.000

6.1.2.2 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku Penolong Bahan baku penolong yang digunakan dalam memproduksi nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran terdiri dari cuka Taiwan, gula pasir, Za, dan asam sitrat (citric acid). Penyusun fungsi kendala bahan baku penolong hanya cuka taiwan dan gula pasir karena bahan baku penolong lain mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah yang sangat banyak di pasar, sehingga ketersediaanya tidak menjadi kendala bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan produksi. A. Cuka Taiwan Proses pembelian cuka Taiwan biasaya diawali dengan pemesanan terlebih dahulu kepada suplier, hal tersebut dikarenakan ketersediaan bahan baku tersebut terbilang langka di pasaran. Perusahaan memilih menggunakan cuka Taiwan dibandingkan dengan cuka biasa yang banyak beredar di pasaran karena kadar asam yang dimilikinya cukup tinggi, sehingga penggunaan cuka Taiwan relatif lebih sedikit dibandingkan jika perusahaan menggunakan cuka biasa. Tabel 12. Data Pembelian, Penggunaan dan Sisa Bahan Baku Penolong Cuka Taiwan pada PD Risna Periode Juni September 2008 Pembelian (Liter) 600 500 800 750 2.650 Penggunaan untuk Nata (liter) 421 514 562 588 2.086 Penggunaan untuk bibit (liter) 40 40 53 53 186 Sisa ( liter) 139 84 269 378 378

Bulan Juni Juli Agustus September Total

Dalam satu kali proses produksi nata de coco mentah dibutuhkan 0.14 liter cuka Taiwan. Koefisien cuka Taiwan untuk kedua jenis produk yang dihasilkan memiliki nilai yang sama yaitu 0,0077. Nilai koefisien diperoleh dari komposisi cuka Taiwan yang digunakan dalam proses pemasakan nata de coco

dengan cara membagi antara kebutuhan cuka Taiwan selama periode Juni September 2008 dengan jumlah nata de coco mentah yang dihasilkan selama periode produksi Juni sampai dengan September 2008. Nilai sebelah kanan kendala merupakan volume pembelian cuka Taiwan yang dilakukan oleh perusahaan selama periode Juni September 2008. Berikut adalah kebutuhan dan nilai koefisien Cuka Taiwan yang digunakan untuk memproduksi nata de coco mentah bentuk kubus dan bentuk lembaran. Tabel 13. Kebutuhan dan Nilai Koefisien Cuka Taiwan untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah Bentuk Kubus dan Bentuk Lembaran Jenis Nata De Coco Mentah Kubus Lembaran Kebutuhan Cuka Taiwan (liter) 1.896 190 Jumlah Nata yang diproduksi (Kg) 245.090 24.680 Koefisien (Liter/Kg) 0,00774 0,00770

Berdasarkan Tabel 13 maka model program linier untuk kendala bahan baku penolong cuka Taiwan dapat dirumuskan sebagai berikut : 0,0077X1+0,0077X2 2.650

B. Gula Pasir Gula pasir merupakan bahan baku penolong yang cukup penting bagi kelangsungan proses produksi nata de coco mentah, karena bakteri pembentuk nata yaitu Axetobacter xylinum akan mengubah 19 persen gula menjadi selulosa. Selulosa ini berupa benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk suatu masa dan dapat mencapai ketebalan beberapa sentimeter.

Tabel 14. Data Pembelian, Penggunaan dan Sisa Bahan Baku Penolong Gula Pasir pada PD Risna Periode Juni September 2008 Bulan Juni Juli Agustus September Total Pembelian (Kg) 5.000 6.000 5.000 5.000 21.000 Penggunaan untuk Nata (Kg) 3.824 4.657 5.097 5.329 18.907 Sisa ( Kg) 1.176 2.519 2.422 2.093 2.093

Nilai koefisien dari pertidaksamaan fungsi kendala gula pasir merupakan jumlah gula pasir yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram jenis nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran. Nilai koefisien fungsi kendala bahan baku gula pasir diperoleh dengan cara membagi jumlah kebutuhan gula pasir dengan jumlah nata de coco mentah yang diproduksi. Jumlah gula pasir yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran adalah 0.07 kilogram. Nilai sebelah kanan merupakan volume pembelian gula pasir yang dilakukan oleh perusahaan selama periode Juni September 2008. Kebutuhan dan nilai koefisien bahan baku gula pasir dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Kebutuhan dan Nilai Koefisien Gula Pasir untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah Bentuk Kubus dan Bentuk Lembaran Jenis Nata De Coco Mentah Kubus Lembaran Kebutuhan Gula Pasir (Kg) 17.173 1.734 Jumlah Nata yang diproduksi (Kg) 245.090 24.680 Koefisien (Kg/Kg) 0,0701 0,0703

Berdasarkan Tabel 15 maka model program linier untuk kendala bahan baku penolong gula pasir dapat dirumuskan sebagai berikut : 0,07X1 + 0,07X2 21.000

6.1.2.3 Perumusan Fungsi Kendala Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Tenaga kerja langsung untuk bagian unit produksi nata de coco mentah PD Risna Sari berjumlah 14 orang. Kendala jam kerja langsung dihitung berdasarkan jam kerja langsung yang digunakan untuk memproduksi satu kilogram nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran, hal ini dikarenakan adanya hubungan antara jam kerja dengan tenaga kerja yang berkaitan langusng dengan produksi nata de coco mentah. Dalam pertidaksamaan kendala penggunaan jam tenaga kerja langsung, koefisien fungsi kendala merupakan jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram jenis nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran, dengan satuan jam per kilogram. Koefisien jam tenaga kerja langsung diperoleh dengan cara mengalikan ketersediaan jam kerja per hari dengan jumlah tenaga kerja kemudian dibagi dengan rata-rata nata de coco mentah yang dihasilkan per satu kali produksi. Jam kerja yang digunakan di PD Risna Sari merupakan hari kerja yang telah ditentukan oleh perusahaan, dimana jam kerja yang digunakan oleh perusahaan diperoleh dengan cara mengalikan antara jumlah tenaga kerja dengan jumlah hari kerja yang terpakai oleh perusahaan dan jam kerja per hari (14 orang x 84 hari kerja x 8 jam). Nilai ruas kanan kendala menyatakan jumlah ketersediaan jam kerja yang tersedia untuk memproduksi nata de coco mentah setiap bulannya pada periode Juni sampai dengan September 2008. Nilai ruas kanan kendala bernilai 9.744 yang diperoleh dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja yang tersedia dengan jumlah hari kerja dan jumlah jam kerja/hari (14 orang x 8jam x 87 hari kerja).

Rata rata produksi nata de coco mentah per hari diperoleh dengan cara membagi jumlah produksi nata de coco mentah selama periode Juni September 2008 dengan jumlah hari kerja yang terpakai untuk kegiatan produksi. Total produksi nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran yang dihasilkan oleh PD Risna Sari selama periode Juni September 2008 adalah 269.770 kilogram, data produksi nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran pada PD Risna Sari dapat dilihat pada Lampiran 3. Jumlah total hari kerja yang terpakai untuk kegiatan produksi adalah 84 hari, sehingga rata-rata produksi nata de coco mentah bentuk kubus per satu hari kerja adalah 2.918 kilogram (245.090 Kg/84 hari kerja), sedangkan rata-rata produksi nata de coco bentuk lembaran per satu hari kerja adalah 249 kilogram (24.680 Kg/84 hari kerja). Berdasarkan perhitungan diatas dapat diperoleh koefisien tenaga kerja langsung. Nilai ketersediaan jam tenaga kerja langsung untuk memproduksi nata de coco mentah dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Kebutuhan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung dan Nilai Koefisien untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah pada PD Risna Sari Periode Juni Sepetember 2008 Jeni Nata De Coco Jam kerja per hari (a) 8 8 Jumlah Tenaga Kerja (b) 10 4 Rata-rata Nata yang dihasilkan per hari (Kg) (c) 2.918 294 Koefisien Tenaga Kerja [(axb)/c] 0.027 0.109

Kubus Lembaran

Berdasarkan Tabel 16, maka fungsi kendala tenaga kerja langsung dapat dirumuskan sebagai berikut : 0,027X1+0,109X2 9.744

6.1.2.4 Perumusan Fungsi Kendala Jam Kerja Mesin Pemotong Nata Perusahaan memproduksi nata de coco mentah menjadi dua bentuk yaitu bentuk kubus dan bentuk lembaran. Nata de coco mentah dalam bentuk lembaran tidak memerlukan alat pemotong nata dalam kegiatan produksinya. Dalam melakukan kegiatan pemotongan perusahaan menggunakan satu unit mesin pemotong nata yang memotong nata menjadi bentuk kubus dengan ukuran 1 x 1 cm. Kapasitas mesin pemotong nata yang dimiliki perusahaan adalah satu koma lima ton per hari untuk satu unit mesin, berikut adalah kebutuhan jam kerja mesin pemotong dan nilai koefisien untuk memproduksi nata de coco mentah pada PD Risna Sari periode juni sepetember 2008. Tabel 17. Kebutuhan Jam Kerja Mesin Pemotong dan Nilai Koefisien untuk Memproduksi Nata De Coco Mentah pada PD Risna Sari Periode Juni September 2008 Jumlah Nata yang Koefisien dihasilkan (jam/Kg) (kg) (d/e) (e) Kubus Kubus 245.090 0.0027

Jumlah Mesin (a) 1

Jam Kerja/hari (jam) (b) 8

HOK (hari) (c) 84

Ketersediaan (jam) (d) 696

Selama periode JuniSeptember 2008 jumlah jam kerja mesin yang tersedia untuk memotong nata menjadi bentuk kubus adalah 696 jam, dengan perhitungan jumlah mesin dikalikan dengan jam kerja per hari dan banyaknya hari kerja yang tersedia untuk proses produksi nata de coco mentah yaitu 87 hari, sedangkan hari orang kerja yang digunakan oleh perusahaan adalah 84 hari. Koefisien fungsi kendala merupakan jam kerja mesin pemotong yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram nata de coco mentah bentuk kubus, sedangkan nilai pembatas sebelah kanan merupakan nilai dari kapasitas jam kerja mesin yang

tersedia selama periode Juni September 2008. Fungsi kendala jam kerja mesin pemotong nata dapat dirumuskan sebagai berikut : 0,0027 X1 696

6.1.2.5 Perumusan Fungsi Kendala Target Produksi Kendala target produksi ini dimaksudkan untuk mengetahui batas maksimum produksi yang harus dihasilkan oleh PD Risna Sari dalam rangka memenuhi permintaan pasar. Melihat peluang akan terus meningkatnya permintaan nata de coco pimpinan perusahaan merasa perlu menetapkan target optimal produksi yang dicapainya. Target produksi merupakan jumlah produksi yang direncanakan akan dilakukan oleh perusahaan. Setiap bulannya perusahaan menetapkan target produksi, agar perusahaan mampu meningkatkan keuntungan yang diperolehnya. Nilai ruas kanan merupakan fungsi kendala permintaan pasar dalam model linier yang merupakan target penjualan yang ingin dicapai pada periode Juni September 2008. Tabel 18. Target Produksi yang ditetapkan oleh PD Risna Selama Periode Juni September 2008 Bulan Juni Juli Agustus September Total Jumlah Permintaan (kg) Kubus Lembaran 55.044 4.928 67.505 5.610 71.874 8.140 75.176 8.470 269.599 27.148 Total (Kg) 59.972 73.115 80.014 83.646 296.747

Berdasarkan uraian diatas maka fungsi kendala permintaan pasar dapat dirumuskan sebagai berikut : X1 269.599 X2 27.148

Berdasarkan uraian diatas maka model pertidaksamaan untuk kendalakendala yang dihadapi oleh perusahaan dalam rangka mencapai kondisi optimal adalah sebagai berikut : Kendala bahan baku air kelapa Kendala bahan baku cuka Taiwan Kendala bahan baku gula pasir Kendala jam TK langsung Kendala jam kerja mesin Kendala target produksi : 1.3X1+1.3X2 430.000 : 0.0077X1+0.0077 X2 2.650 : 0.07 X1+0.07 X2 20.000 : 0.027 X1+0.109 X2 9.744 : 0.0027 X1 696 : X1 269.599 X2 27.148

6.2 Analisis Primal Dalam setiap perencanaan produksi yang dilakukan oleh PD Risna Sari selalu dibatasi oleh berbagai macam kendala. Kendala yang dihadapi oleh PD Risna Sari antara lain adalah kendala bahan baku air kelapa, bahan baku penolong gula cuka taiwan dan gula pasir, ketersediaan tenaga kerja langsung, ketersediaan jam kerja mesin pemotong, serta kendala target produksi. Dengan menggunakan program LINDO dapat diketahui hasil optimal yang diperoleh perusahaan. Hasil olahan optimal memperlihatkan solusi optimal yang terdiri dari kombinasi produk, status sumberdaya (analisis dual), analisis sensitivitas, dan analisis post-optimal. Pada Lampiran 4 dapat dilihat hasil output komputer menggunakan program LINDO dimana perusahaan akan memperoleh keuntungan yang maksimum.

6.2.1 Tingkat Produksi Optimal Variabel keputusan yang ingin diketahui dari kegiatan optimalisasi ini adalah jumlah produksi dari masing-masing nata de coco mentah yang seharusnya dihasilkan agar perusahaan mencapai keuntungan yang maksimal. Hal ini dapat

tercapai dengan syarat bahwa jumlah penjualan dari masing-masing produk selama periode Juni September 2008 sama dengan jumlah tiap jenis nata de coco mentah yang diproduksi selama periode tersebut. Tabel 19. Tingkat Produksi pada Kondisi Aktual dan Optimal pada PD Risna Sari Periode Juni September 2008 Jenis Nata De Coco Kubus Lembaran Total Produksi Aktual (Kg) 245.090 24.680 269.770 Produksi Optimal (Kg) 257.777,77 25.541,29 283.319,05 Selisih -12.687,77 -861,29 -13.549,06

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa kondisi aktual untuk jumlah nata de coco mentah yang dihasilkan selama periode Juni September 2008 berjumlah 269.770 kilogram dengan kombinasi 245.090 kilogram nata de coco mentah bentuk kubus dan 24.680 kilogram bentuk lembaran, sedangkan pada kondisi optimal perusahaan memproduksi nata de coco mentah sebanyak 283.319,05 kilogram dengan kombinasi 257.777,77. kilogram nata de coco

mentah bentuk kubus dan 25.541,29 kilogram bentuk lembaran. Selisih jumlah produksi aktual dan optimal sebesar 13.549,06 kilogram. Produksi nata de coco pada kondisi optimal berbeda dengan produksi pada kondisi aktual, hal tersebut dikarenakan perusahaan masih belum mampu menggunakan seluruh sumberdaya yang ada secara efisien seperti bahan baku air kelapa, cuka Taiwan, dan gula pasir. Selain itu jumlah jam tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong yang tersedia di PD Risna masih kurang, sehingga perusahaan mengalami keterbatasan untuk menambah jumlah produksinya. Berdasarkan hasil analisis primal maka diketahui bahwa nata de coco bentuk kubus dan lembaran harus diproduksi setiap kali kegiatan produksi

dilaksanakan. Selisih produk nata de coco mentah bentuk kubus memiliki nilai negatif sebesar 13.549,06, hal ini menunjukan bahwa produksi pada kondisi aktual yang terjadi di perusahaan masih jauh dari kondisi optimalnya. Selisih bernilai 12.687,77 kilogram yang menunjukan bahwa sebaiknya perusahaan meningkatkan produksi nata de coco mentah bentuk kubus sebesar 12.687,77 kilogram selama periode produksi Juni September 2008. Produksi optimal nata de coco bentuk lembaran memiliki nilai selisih yang negatif yang menunjukan bahwa produksi nata de coco bentuk lembaran masih kurang dari produksi optimalnya. Selisih bernilai 861,29 kilogram menunjukan bahwa sebaiknya perusahaan meningkatkan produksi nata de coco mentah bentuk lembaran sebesar 2.468 kilogram selama periode produksi Juni September 2008. Keuntungan optimal yang akan diperoleh perusahaan apabila perusahaan berproduksi pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp. 161.146.578,- sedangkan keuntungan yang diperoleh perusahaan pada kondisi aktual adalah sebesar Rp. 153.371.340,- . Selisih keuntungan antara produksi aktual dan produksi optimal yaitu sebesar Rp. 7.775.238,- Dengan meningkatkan jumlah produksi hingga mencapai kondisi optimal, perusahaan mampu meningkatkan total keuntungan yang diperolehnya hingga mencapai lima koma nol tujuh persen dari keuntungan pada kondisi aktual. Berdasarkan model linier programming, apabila perusahaan ingin mencapai produksi optimalnya sebaiknya perusahaan melakukan penjadwalan ulang terhadap kegiatan produksinya, sehingga perusahaan dapat memperoleh tambahan keuntungan. Apabila perusahaan ingin berproduksi sesuai dengan kondisi optimalnya, maka program linier menyarankan agar perusahaan

memfokuskan produksinya untuk nata de coco mentah bentuk kubus. Selain karena tingkat keuntungan per kilogram yang dihasilkannya lebih besar, perimintaan untuk nata de coco mentah bentuk kubus jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nata de coco mentah bentuk lembaran.

6.2.2 Penggunaan Bahan Baku Air Kelapa Optimal Perusahaan selalu berupaya untuk menyediakan bahan baku yang cukup agar perencanaan kegiatan produksi tidak mengalami hambatan. Pada kondisi aktual ketersediaan bahan baku air kelapa sebanyak 430.000 liter, dengan jumlah yang terpakai sebanyak 350.701 liter untuk kebutuhan produksi nata de coco dan 29.538 liter untuk kebutuhan produksi bibit. Perusahaan akan berproduksi pada kondisi optimalnya apabila air kelapa yang digunakan sebesar 368.314,77 liter. Pada kondisi optimal tersebut perusahaan masih memiliki kelebihan yang ditunjukan dengan nilai surplus sebesar 61.685,23 liter. Perbandingan antara kondisi aktual dan optimal menunjukan bahwa perusahaan menggunakan bahan baku air kelapa melebihi kapasitas optimalnya yaitu sebanyak 380.239 liter atau lebih besar tiga koma dua persen dari kondisi penggunaan optimalnya. Hal tersebut menunjukan bahwa secara keseluruhan jumlah ketersediaan air kelapa di gudang cukup untuk melakukan kegiatan produksi nata de coco. Air kelapa merupakan kendala pasif atau kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi dan tidak akan mempengaruhi fungsi tujuan jika ada penambahan sumberdaya air kelapa. Pemanfaatan optimal bahan baku utama air kelapa untuk periode Juni September 2008 dapat dilihat pada Tabel 20 berikut.

Tabel 20. Penggunaan Bahan Baku Air Kelapa pada Kondisi Aktual dan Optimal di PD Risna Sari Periode Juni September 2008 Jenis bahan baku Air Kelapa Kondisi Aktual (Liter) 380.239 Kondisi Optimal (Liter) Tersedia Terpakai Slack/surplus 430.000 368.314,77 61.685,23

Perusahaan melakukan proses pembelian air kelapa dalam jumlah yang cukup banyak terutama pada bulan Agustus dan September, hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya peningkatan jumlah permintaan dan terjadinya kelangkaan persediaan bahan baku dipasar. Oleh karena itu ketersediaan bahan baku perlu diperhatikan lebih lanjut oleh perusahaan karena pemakaian dan penyediaan bahan baku yang kurang tepat akan menyebabkan inefisiensi dalam proses produksi. Bahan baku air kelapa tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup panjang karena proses pembasian yang terlalu lama akan mengakibatkan bakteri pembususk mengambil alih proses dekomposisi lanjut. 6.2.3 Penggunaan Bahan Baku Penolong Optimal Selain bahan baku utama, proses pembuatan nata de coco mentah membutuhkan bahan baku penolong lainnya yaitu cuka Taiwan dan gula pasir. Pemanfaatan optimal bahan baku penolong selama periode Juni September 2008 dapat dilihat pada Tabel 21 berikut. Tabel 21. Penggunaan Cuka Taiwan dan Gula Pasir pada Kondisi Aktual dan Optimal di PD Risna Sari Periode Juni September 2008
Jenis bahan baku Cuka Taiwan Gula Pasir Kondisi Aktual 2.263 Liter 18.884 Kg Kondisi Optimal Terpakai Slack/surplus 2.181,56 Liter 468,44 Liter 19.832,33 Kg 167,67 Kg

Tersedia 2.650 Liter 20.000 Kg

Perusahaan akan berproduksi pada kapasitas optimalnya jika cuka Taiwan dan gula pasir yang digunakan masing-masing sebesar 2.181,56 liter dan 19.832,33 kilogram. Pada kondisi optimal, penggunaan bahan baku penolong masih memiliki kelebihan yang ditunjukan dengan adanya nilai surplus masingmasing sebesar 468,44 liter dan 167,67 kilogram. Perbandingan antara kondisi aktual dan kondisi optimal menunjukan bahwa perusahaan menggunakan bahan baku penolong cuka Taiwan melebihi kapasitas optimalnya yaitu sebayak 2.181,56 liter cuka taiwan, sedangkan gula pasir penggunaan gula pasir pada kondisi aktual masih kurang dari kondisi optimalnya. Pada kondisi optimal penggunaan gula pasir sebanyak 19.832,33 kilogram sedangkan pada kondisi aktualnya penggunaan gula pasir sebanyak 18.884 kilogram.

6.2.4 Penggunaan Optimal Tenaga Kerja Langsung Berdasarkan hasil olahan optimal pada Tabel 22 dapat dilihat bahwa penggunaan jam kerja tenaga kerja langsung akan sama dengan jumlah ketersediaanya. Pada kondisi optimal menunjukan bahwa jam kerja tenaga kerja langsung habis terpakai, hal ini ditunjukan dengan nilai slack/surplus yang diperoleh yaitu sebesar nol (0). Pada kondisi aktual penggunaan jam kerja tenaga kerja langsung sebesar 9.408 jam sedangkan pada kondisi optimal penggunaan jam kerja tenaga kerja langsung sebesar 9.744 jam. Ketersediaan jam kerja tenaga kerja langsung perlu diperhatikan oleh perusahaan, karena penggunaan jam kerja yang tepat mampu meningkatkan keuntungan perusahaan dan mengurangi terjadinya inefisiensi tenaga kerja.

Penggunaan jam kerja tenaga kerja langsung pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 22 berikut. Tabel 22. Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung pada Kondisi Aktual dan Optimal di PD Risna Sari Periode Juni September 2008 Keterangan Kondisi Aktual (jam) 9.408 Kondisi Optimal (jam) Tersedia Terpakai Slack/surplus 9.744 9.744 0

Jam Tenaga Langsung

Kerja

Kondisi aktual untuk jumlah penggunaan jam tenaga kerja langsung diperoleh dari banyaknya hari yang terpakai untuk melaksanakan kegiatan produksi nata de coco mentah baik bentuk kubus maupun bentuk lembaran. Jumlah jam kerja yang tersedia adalah delapan jam per hari dengan jumlah hari kerja selama 84 hari kerja, sehingga jumlah jam kerja yang terpakai sebesar 9.408 dengan menggunakan 14 orang tenaga kerja (14 orang tenaga kerja x 84 hari kerja x 8 jam kerja per hari). Apabila perusahaan menggunakan seluruh jam kerja yang tersedia maka perusahaan dapat berproduksi pada kondisi optimalnya, yaitu sebesar 257.777 kilogram. Berdasarkan hasil olahan linier prograaming, jam tenaga kerja langsung merupakan kendala pembatas atau kendala aktif. Apabila perusahaan

menggunakan seluruh jam tenaga kerja langsung, maka perusahaan dapat meningkatkan jumlah produksinya hingga mencapai kondisi optimalnya yaitu sebesar 283.319,05 kilogram. 6.2.5 Penggunaan Optimal Jam Kerja Mesin Pemotong Nata Berdasasrkan hasil olahan optimal pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa jumlah jam kerja mesin yang tersedia sama dengan jumlah jam kerja mesin yang

terpakai, sehingga tidak ada ketersediaan yang berlebih. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai slack/surplus yang bernilai nol, sehingga dapat dikatakan bahwa sumber daya tersebut merupakan sumber daya yang bersifat terbatas atau terikat. Nilai slack/surplus sama dengan nol menunjukan bahwa penggunaan jam kerja mesin telah digunakan seoptimal mungkin, yang berarti jam kerja mesin yang tersedia telah digunakan sepenuhnya untuk kegiatan produksi. Selisih antara kondisi optimal dan aktual sebesar 24 jam, hal tersebut menunjukan bahwa sebaiknya perusahaan menambah penggunaan jam kerja mesin sehingga kondisi optimal dapat tercapai. Tabel 23. Penggunaan Jam Kerja Mesin pada Kondisi Aktual dan Optimal di PD Risna Sari Periode Juni September 2008 Keterangan Kondisi Aktual (jam) 672 Kondisi Optimal (jam) Tersedia Terpakai Slack/surplus 696 696 0

Jam Kerja Mesin

Berdasarkan Tabel 23 pada periode Juni Sepetember 2008 perusahaan menggunakan mesin selama 672 jam. Hasil ini diperoleh dari perkalian antara jumlah hari yang terpakai untuk kegiatan produksi nata de coco mentah bentuk kubus dengan jumlah jam kerja mesin per hari ( 84 hari kerja x 8 jam per hari). Berdasarkan hasil tersebut perusahaan masih mampu untuk meningkatkan kapasitas kerja mesin hingga mencapai kondisi optimalnya sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil olahan optimal menunjukan nilai dual price sebesar 180.798,5 yang berarti jika perusahaan menambah satu satuan sumber daya maka akan meningkatkan keuntungan perusahaan sebesar Rp. 180.798.5,-

6.2.6 Analisis Target Produksi Meningkatnya jumlah permintaan nata de coco di pasar merupakan peluang bagi perushaan untuk meningkatkan keuntungan yang akan diperolehnya, oleh karena itu perusahaan menetapkan target produksi. Untuk mempertahankan pangsa pasar yang telah terbentuk PD Risna Sari harus mampu memenuhi permintaan pasarnya. Perusahaan menetapkan target produksi sebesar 269.599 kilogram untuk nata de coco mentah bentuk kubus dan 27.148 kilogram untuk nata de coco mentah bentuk lembaran. Pada kondisi optimal jumlah produksi nata de coco bentuk kubus mencapai 257.777,77 kilogram dan bentuk lembaran berjumlah 25.541,29 kilogram. Kondisi aktual PD Risna Sari hanya memproduksi nata de coco mentah bentuk kubus sebanyak 245.090 kilogram dan bentuk lembaran sebanyak 24.680 kilogram. Kondisi aktual masih berada dibawah kondisi optimal sehingga PD Risna Sari masih belum mampu memenuhi target permintaan pasarnya. Nilai slack/surplus untuk nata de coco mentah bentuk kubus sebesar 11.821,23 kilogram hal ini menunjukan bahwa PD Risna Sari masih kekurangan jumlah produksi untuk mencapai target permintaan pasar yang telah ditetapkan berdasarkan kondisi optimal yang dicapai, sedangkan nilai slack/surplus untuk nata de coco mentah bentuk lembaran bernilai 1.606,71 yang berarti menunjukan bahwa PD Risna Sari masih kekurangan jumlah produksi untuk mencapai target permintaan pasar yang telah ditetapkan berdasarkan kondisi optimal yang dicapai.

Tabel 24. Target Produksi, Produksi Aktual dan Produksi Optimal di PD Risna Sari Periode Juni September 2008 Jenis Nata De Coco Kubus Lembaran Total Target Produksi (Kg) 269.599 27.148 296.747 Produksi Aktual (Kg) 245.090 24.680 269.770 Produksi Slack/surplus Optimal (Kg) 257.777,77 11.821,23 25.541,29 1.606,71 283.319,06

6.3 Analisis Dual (Analisis Status Sumberdaya) Analisis dual memberikan penilaian terhadap status sumberdaya yang tersedia dengan melihat nilai slack/surplus dan nilai dual price-nya. Sumberdaya yang mempunyai nilai slackl/surplus nol menunjukan bahwa sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang habis terpakai dan berstatus sebagai sumberdaya pembatas (P). Apabila nilai slack/surplus bernilai lebih besar dari nol berarti sumberdaya tersebut berlebih dan berstatus sebagai sumberdaya bukan pembatas (BP). Nilai dual price menjelaskan besarnya pengaruh akibat penambahan atau pengurangan pada nilai ruas kanan kendala terhadap nilai fungsi tujuan. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukan oleh nilai dual price-nya. Sumberdaya yang berstatus sebagai sumberdaya pembatas akan memiliki nilai dual price lebih besar dari nol, sebaliknya sumberdaya berstatus sebagai sumber daya bukan pembatas akan memiliki nilai dual price sama dengan nol sehingga apabila terjadi penambahan atau pengurangan pada persediaan sumberdaya tersebut tidak akan mempengaruhi fungsi tujuan. Analisis status sumberdaya pada kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 25 berikut.

Tabel 25. Kondisi Optimal Status Sumberdaya PD Risna Sari Periode juni September 2008
Jenis Sumberdaya Air Kelapa Cuka Taiwan Gula Pasir Jam tenaga kerja langsung Jam kerja mesin pemotong Target Produksi Bentuk Kubus Target Produksi Bentuk Lembaran Satuan Liter Liter Kilogram Jam Jam Kilogram Kilogram Slack/surplus 61.685,23 468,44 167,67 0 0 11.821,23 1.606,71 Dual Price 0 0 0 3.623,86 180.798,5 0 0 Status BP BP BP P P BP BP

Keterangan : P : Pembatas BP : Bukan Pembatas Tingkat produksi nata de coco mentah pada PD Risna Sari ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya yang terdapat pada perusahaan selama periode Juni Sepetember 2008, dimana tingkat produksi dibatasi oleh sumberdaya yang jumlah ketersediaanya paling langka. Besarnya penggunaan sumberdaya dalam proses produksi diketahui dari nilai slac/surplus dan nilai dual price-nya. Berdasarkan hasil olahan pada Tabel 25 dapat diketahui bahwa sumberdaya yang menjadi pembatas atau kendala aktif adalah jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong dengan nilai dual price masingmasing sebesar 3.623,86 dan 180.798,5, yang berarti setiap terjadi penambahan satu jam kerja tenaga kerja langsung akan meningkatkan fungsi tujuan sebesar Rp. 3.623,86,- dan apabila terjadi penambahan satu satuan jam kerja mesin pemotong akan meningkatkan fungsi tujuan (keuntungan) sebesar Rp. 180.798,5.Akan tetapi jika dilakukan penambahan lebih dari satu satuan maka nilai keuntungan optimalnya akan bertambah sebesar perkalian antara nilai dualnya dengan jumlah penambahan. Apabila biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk satu jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong nata

lebih besar dari nilai dual price-nya, maka perusahaan tidak perlu menambah jumlah produksi nata de coco mentah karena tidak akan menambah keuntungan. Pemakaian jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong pada kondisi optimal lebih besar dari kondisi aktualnya, hal ini dikarenakan pada kondisi optimal perusahaan memproduksi lebih besar dari poduksi aktualnya. Jam tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong menjadi kendala pembatas bagi perusahaan dalam mencapai produksi optimalnya, karena pada periode Juni September 2008 terdapat beberapa orang tenaga kerja yang tidak masuk kerja dikarenakan sakit, sehingga penggunaan jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong menjadi berkurang. Sumberdaya yang memiliki nilai dual price sama dengan nol merupakan sumberdaya yang bersifat bukan pembatas. Berdasarkan hasil optimalisasi yang termasuk kedalam sumberdaya bukan pembatas adalah air kelapa, cuka taiwan, dan gula pasir, sehingga apabila terjadi penambahan satu satuan sumberdaya tidak akan mengakibatkan adanya perubahan pada fungsi tujuan. Penambahan sumberdaya yang bersifat bukan pembatas hanya akan mengakibatkan terjadinya pemborosan.

6.4 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana batas perubahan pada koefisien dan ketersediaan sumberdaya baik perubahan yang bersifat peningkatan maupun penurunan yang tidak akan mengubah solusi optimal. Analisis sensitivitas sangat diperlukan untuk memperkecil resiko terjadinya fluktuasi harga dan kelangkaan sumberdaya. Pengaruh perubahan dapat

dilihat dari selang kepekaan yang terdiri dari batas minimum dan batas maksimum. Batas minimum (allowable decrease) merupakan batas penurunan nilai kendala yang diijinkan agar tidak terjadi perubahan pada kondisi optimal, sedangkan batas maksimum (allowable increase) merupakan batas kenaikan nilai kendala yang dizinkan model agar solusi optimal tidak mengalami perubahan. Semakin sempit selang kepekaan yang dimiliki oleh suatu kendala, maka kendala tersebut semakin peka dalam mengubah kondisi optimal yang telah tercapai. Berdasarkan hasil olahan solusi optimal analisis sensitivitas dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis sensitivitas pada nilai koefisien fungsi tujuan dan sesitivitas pada nilai koefisien ruas kanan kendala (RHS).

6.4.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Perubahan pada nilai koefisien fungsi tujuan sebaiknya berada dalam selang kepekaan agar variabel keputusan pada kondisi optimal dapat dipertahankan, yaitu antara batas maksimum dan minimum yang diijinkan. Analisis sensitivitas terhadap nilai koefisien fungsi tujuan merupakan selang perubahan keuntungan per unit yang masih diijinkan agar solusi optimal dalam perencanaan produksi tetap berlaku dengan parameter lain dianggap konstan. Selang perubahan tersebut dapat dilihat pada kolom allowable derease dan allowable increase, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Jenis Produk Nata De Coco Bentuk Kubus Bentuk Lembaran Variabel X1 X2 Allowable Increase INFINITY 1.970,70 Allowable Decrease 488,12 394,99 Koefisien Awal 586 395

Analisis sensitivitas fungsi tujuan merupakan perubahan keuntungan yang diperoleh pada jenis nata de coco mentah yang diproduksi. Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa nata de coco mentah bentuk kubus memiliki batas kenaikan keuntungan tidak terbatas (infinity) dan batas penurunan keuntungan sebesar 488,12 dari keuntungan awal. Berdasarkan model nilai allowable decrease sebesar 488,12 berarti tingkat keuntungan per unit dari jenis produk tersebut tidak boleh lebih kecil dari Rp. 488,12 dari keuntungan semula. Jika keuntungan lebih kecil dari Rp. 488,12 maka akan terjadi perubahan pada kondisi optimal awal. Batas kenaikan untuk nata de coco mentah bentuk lembaran adalah 1.970,70. Nilai allowable decrease atau batas penurunan yang diijinkan adalah sebesar 394,99 berarti tingkat keuntungan per unit dari jenis produk tersebut tidak boleh lebih kecil dari Rp. 394,99 dari keuntungan semula. Apabila terjadi perubahan keuntungan kurang dari keuntungan semula dapat menyebabkan perubahan pada solusi optimalnya. Berdasarkan Tabel 26, nata de coco bentuk kubus dan lembaran memiliki selang kepekaan yang luas, hal tersebut disebabkan oleh batas peningkatan keuntungan yang diijinkan untuk produk nata de coco bentuk kubus dan batas peningkatan yang cukup tinggi sebesar 1.970,70 untuk nata de coco bentuk lembaran.

6.4.2 Analsis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Side) Analisis sensitivitas ruas kanan kendala atau right hand side merupakan analisis sensitivitas yang berkaitan dengan status sumberdaya yang bersangkutan. Batas atas adalah penjumlahan batas peningkatan dengan ketersediaan sumberdaya sekarang, sedangkan batas bawah adalah pengurangan dari

ketersediaan sumberdaya dengan batas penurunanya. Besarnya perubahan pada kapasitas kendala akan sebanding dengan kontribusi yang diterima dari nilai dual pricenya, selama perubahan tersebut masih berada dalam selang kepekaan. Sumberdaya yang tergolong ke dalam sumberdaya pembatas akan memiliki nilai kenaikan dan penurunan sebesar nilai tertentu, sedangkan sumberdaya yang tergolong ke dalam sumberdaya bukan pembatas maka akan memiliki nilai kenaikan yang tidak terbatas (infinity) dan penurunan sebesar nilai tertentu. Hasil analisis sensitivitas ruas kanan kendala dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Side) Jenis Produk Nata De Coco Air Kelapa Cuka Taiwan Gula Pasir Jam Tenaga Kerja Langsung Jam Kerja Mesin Pemotong Nata Target Produksi X1 Target Produksi X2 Allowable Increase INFINITY INFINITY INFINITY 175,131912 8,596539 INFINITY INFINITY Allowable Nilai RHS Decrease 61.685,226562 430.000 468,443168 2.650 167,666077 21.000 2.784,000000 9.744 17,513193 696 11.821.228516 269.559 1.606.714966 27.148

Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui batas ruas kanan kendala sumberdaya terdiri dari bahan baku utama air kelapa, cuka taiwan, gula pasir, jam tenaga kerja langsung, jam kerja mesin pemotong nata, sementara itu yang menjadi batasan produksi adalah maksimum produksi nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran yang berdasarkan target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala air kelapa menunjukan nilai kenaikan yang tidak terbatas (infinity), hal ini menunjukan persediaan air kelapa dalam keadaan berlebih, dan nilai penurunan sebesar nilai tertentu. Sumberdaya air kelapa merupakan sumberdaya yang bersifat bukan

pembatas dengan nilai batas kenaikan (allowable increase) yang dapat diterima model menunjukan nilai tidak terbatas, sehingga menunjukan bahwa persediaan air kelapa dalam keadaan berlebih. Nilai allowable decrease yang dapat diterima oleh model sebesar 61.685,23. Apabila penggunaan air kelapa masih berada dalam selang kepekaan maka koefisien RHS tidak akan mengalami perubahan, namun apabila penggunaan air kelapa berada diluar selang kepekaan maka akan terjadi perubahaan pada koefisien RHS-nya. Bahan baku air kelapa termasuk kedalam kendala sumberdaya bukan pembatas, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan nilai allowable increase atau batas kenaikan yang diijinkan tak terbatas, sehingga apabila terjadi penambahan ketersediaan bahan baku air kelapa nilai dual price yang dihasilkan akan tetap bernilai nol. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan cuka Taiwan dan gula pasir menunjukan kenaikan yang tidak terbatas (infinity) dan nilai penurunan sebesar nilai tertentu. Sumberdaya cuka Taiwan dan gula pasir tergolong ke dalam sumberdaya yang bersifat bukan pembatas dengan nilai allowable increase yang tidak terbatas dan nilai allowable decrease sebesar 468,44 untuk cuka Taiwan dan 167,67 untuk gula pasir, yang berarti nilai tingkat penggunaan cuka Taiwan dan gula pasir tidak boleh lebih kecil dari 468,44 liter dan 167.67 kilogram dari penggunaan semula. Nilai allowable decrease menunjukan batas penurunan tingkat penggunaan sumberdaya, dimana batas penurunan sumberdaya yang digunakan tidak boleh lebih kecil dari nilai allowable decrease-nya. Perusahaan yang menggunakan sumberdaya dibawah nilai allowable decrease tidak akan mampu berproduksi sesuai dengan kondisi optimalnya.

Analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala jam tenaga kerja langsung menunjukan maksimum nilai batas penurunan yang diijinkan sebesar 2.784 jam. Nilai allowable decrease sebesar 2.784 menunjukan bahwa tingkat penggunaan jam kerja tenaga kerja langsung tidak boleh lebih kecil dari 2.784 jam. Sedangkan batas kenaikan yang diijinkan untuk kendala jam tenaga kerja langsung sebesar 175,131912 jam. Apabila penggunaan jam tenaga kerja langsung masih berada dalam selang kepekaan maka koefisien RHS tidak akan mengalami perubahan, namun apabila penggunaan jam kerja tenaga kerja langsung berada diluar selang kepekaan maka akan terjadi perubahaan pada koefisien RHS-nya. Besarnya perubahan jam kerja tenaga kerja langsung akan sebanding dengan kontribusi yang diterima dari nilai dual price-nya. Apabila perusahaan melakukan penambahan ketersediaan jam tenaga kerja langsung melebihi batas yang diijinkannya maka hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan. Analisis sensitivitas terhadap jam kerja mesin pemotong menunjukan batas kenaikan sebesar 8,597 jam dan batas penurunan sebesar 17,51 jam, hal ini menunjukan bahwa jam kerja mesin pemotong termasuk kedalam sumberdaya pembatas atau kendala aktif, karena memiliki selang kepekaan yang sempit. Hal ini ditunjukan dengan adanya nilai pada batas kenaikan dan penurunan sebesar nilai tertentu. Besarnya perubahan kapasitas mesin pemotong akan sebanding dengan kontribusi yang diterima dari nilai dual price-nya. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala target permintaan pasar nata de coco bentuk kubus menunjukan batas kenaikan yang tidak terbatas (infinity) dan batas penurunan sebesar nilai tertentu. Batas penurunan (allowable decrease) yang diijinkan untuk nata de coco bentuk kubus sebesar 11.821,23

kilogram. Batas penurunan tersebut menunjukan batas penurunan yang masih

diijinkan agar kondisi optimal dapat tercapai. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala target permintaan pasar nata de coco bentuk lembaran menunjukan batas kenaikan yang diijinkan tidak terbatas (infinity), dan batas penurunan sebesar nilai tertentu. Batas penurunan (allowable decrease) yang diijinkan untuk nata de coco bentuk lembaran sebesar 1.606,71 kilogram. Batas penurunan tersebut menunjukan batas penurunan yang masih diijinkan agar kondisi optimal dapat tercapai. Produksi aktual yang dihasilkan oleh PD Risna Sari masih jauh dari target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan. Perusahaan masih dapat menggunakan sumberdaya yang ada untuk dapat lebih meningkatkan kapasitas produksinya, hingga mencapai keuntungan yang optimal.

6.5 Analisis Post Optimal Analisis Post Optimal dilakukan mengingat perubahan terhadap faktor input dan output sering terjadi pada kondisi nyata di lapangan. Pada penelitian ini, analisis Post Optimal perlu dilakukan karena terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kondisi optimal yang lebih aplikatif dengan kondisi yang sesungguhnya. Analisis post optimal dalam penelitian ini dibagi menjadi dua skenario. Skenario I dilakukan untuk mengetahui pengaruh kenaikan biaya produksi terhadap keputusan produksi dan alokasi sumberdaya. Skenario II yaitu dengan menaikan jumlah penjualan terhadap nata de coco mentah akibat adanya peningkatan jumlah permintaan. Kedua skenario tersebut dimaksudkan untuk

melihat

sejauh mana

perubahan tersebut

dapat

mempengaruhi

alokasi

sumberdaya, jumlah produksi, dan keuntungan total perusahaan. Skenario I dilakukan dengan menaikan biaya produksi perusahaan sebesar 37,68 persen. Hal ini dilakukan karena selama periode Tahun 2001 Oktober 2008 pernah terjadi kenaikan harga gula pasir, yaitu pada bulan Januari Februari Tahun 2001 sebesar 37,68 persen (Lampiran 3). Hal tersebut mengakibatkan perlunya dilakukan analisis post-optimal. Gula pasir merupakan komponen dalam biaya produksi dengan tingkat perubahan harga yang cukup berfluktuasi dibandingkan dengan harga air kelapa yang menjadi bahan baku utama dan harganya cenderung konstan setiap tahunnya. Skenario II dilakukan dengan menambah satu buah mesin pemotong dan tenaga kerja sebanyak satu orang untuk memenuhi peningkatan permintaan yang diterima oleh perusahaan. Kedua skenario tersebut dimaksudkan untuk melihat sejauh mana perubahan tersebut dapat mempengaruhi alokasi sumberdaya, jumlah produksi dan keuntungan total perusahaan.

6.5.1 Perbandingan Hasil Optimal dengan Skenario I Skenario I dilakukan dengan menaikan biaya produksi perusahaan sebesar 37,68 persen yang disebabkan oleh kenaikan harga gula pasir. Kenaikan biaya produksi per kilogram mengakibatkan keuntungan per kilogram yang diterima oleh perusahaan mengalami penurunan. Oleh karena itu dilakukan analisis post optimal agar perusahaan dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya kondisi tersebut di masa yang akan datang. Kenaikan harga gula pasir didasarkan pada pengalaman masa lalu yang pernah dialami oleh perusahaan. Kenaikan harga gula

pasir menyebabkan keuntungan per kilogram produk yang diterima oleh perusahaan mengalami penurunan sebesar 42,9 persen untuk nata de coco mentah bentuk kubus dan 57,8 persen untuk nata de coco mentah bentuk lembaran (kondisi harga jula tetap). Perubahan keuntungan akibat adanya kenaikan harga gula pasir dapat dilihat pada Tabel 28 berikut : Tabel 28. Harga Jual, Biaya Produksi, dan Keuntungan Setiap Jenis Nata De Coco pada PD Risna Sari Setelah Terjadi Kenaikan Biaya Produksi Sebesar 37,68 persen Jenis Nata De Coco Bentuk Kubus Bentuk Lembaran Variabel Harga Jual (Rp) 2.000 1.700 Biaya Produksi (Rp) 1.590 1.449 Keuntungan per Kilogram (Rp) 410 251

X1 X2

Berdasarkan Tabel 28 maka nilai fungsi tujuan pada kondisi post optimal skenario 1 dapat dirumuskan sebagai berikut : Max Z Max Z Max Z = (AR1 AC1)X1) + ((AR2 AC2)X2 = (2.000 1.590)X1) + (1.7001.449)X2) = 410X1 + 251X2 Berdasarkan hasil olahan yang terdapat pada Lampiran 5 dapat dilihat bahwa keuntungan total yang diterima oleh perusahaan mengalami penurunan menjadi sebesar Rp. 112.099.746,-. Jumlah produksi optimal untuk setiap jenis produk yang dihasilkan sebesar 257.777,77 kilogram untuk nata de coco bentuk kubus dan 25.541,29 kilogram untuk nata de coco bentuk lembaran. Dengan adanya penurunan keuntungan per kilogram produksi yang dihasilkan PD Risna Sari mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap keseluruhan keuntungan yang diterima oleh perusahaan, namun demikian perusahaan masih dapat berproduksi

sesuai dengan kapasitas optimalnya tetapi dengan tingkat keuntungan yang lebih rendah akibat adanya peningkatan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya bahan baku mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan, agar keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tetap maka perusahaan sebaiknya menaikan harga jual produk tersebut minimal sebesar kenaikan biaya produksi yang ditanggung oleh perusahaan. Dengan asumsi tingkat penjualan yang sama maka perusahaan akan dapat memperoleh keuntungan sebesar atau lebih besar dari keuntungan pada kondisi optimal awal. Tabel 29. Status Sumberdaya PD Risna Sari pada Kondisi Post Optimal Skenario I
Jenis Sumberdaya Air Kelapa Cuka Taiwan Gula Pasir Jam tenaga kerja langsung Jam kerja mesin pemotong Target Produksi Bentuk Kubus Target Produksi Bentuk Lembaran Satuan Liter Liter Kilogram Jam Jam Kilogram Kilogram Slack/surplus Dual Price 0 0 0 2.302,75 28.824,32 0 0 Status BP BP BP P P BP BP

61.685,23
468.44 167.67 0 0 11.821,23 1.606,71

Berdasarkan hasil olahan pada Tabel 29, dapat diketahui bahwa sumberdaya yang menjadi pembatas atau kendala aktif adalah jam kerja tenga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong nata. Sumberdaya jam kerja tenaga kerja langsung menjadi pembatas dengan nilai dual price sebesar 2.302,75 yang mempunyai arti setiap penambahan satu satuan jam kerja tenaga kerja langsung akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar Rp. 2.302,75,-. Jam mesin pemotong nata menjadi pembatas dengan nilai dual price sebesar 28.824,32 yang mempunyai arti setiap penambahan satu satuan jam kerja mesin pemotong akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar Rp. 28.824,32,-. Penambahan satu

satuan sumberdaya air kelapa, cuka taiwan, gula pasir, jam kerja tenaga kerja langsung dan target produksi nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran tidak akan mengakibatkan adanya perubahan pada nilai fungsi tujuan karena sumberdaya tersebut tergolong kedalam sumberdaya bukan pembatas dengan nilai dual price sebesar nol. Tabel 30. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Side) Post Optimal Skenario I
Jenis Produk Nata De Coco Air Kelapa Cuka Taiwan Gula Pasir Jam Tenaga Kerja Langsung Jam Kerja Mesin Pemotong Nata Target Produksi X1 Target Produksi X2 Allowable Increase INFINITY INFINITY INFINITY 175,131912 8,596539 INFINITY INFINITY Allowable Decrease 61.685,226562 468.443168 167,666077 2.784,000000 17,513193 11.821.228516 1.606.714966 Nilai RHS 430.000 2.650 21.000 9.744 696 269.559 27.148

Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala air kelapa, cuka Taiwan , gula pasir, menunjukan nilai kenaikan yang tidak terbatas (infinity), hal ini menunjukan persediaan sumberdaya tersebut dalam keadaan berlebih, dan nilai penurunan sebesar nilai tertentu. Sumberdaya air kelapa, cuka Taiwan, dan gula pasir merupakan sumberdaya yang bersifat bukan pembatas dengan nilai allowable increase yang tidak terbatas dan nilai allowable decrease masingmasing sebesar 61.685,23 liter, 468,44 liter, dan 167,67 kilogram, sedangkan analisis sensitivitas jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong menunjukan nilai kenaikan dan nilai penurunan sebesar nilai tertentu. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala target permintaan pasar nata de coco bentuk kubus dan lembaran menunjukan batas kenaikan yang tidak terbatas (infinity) dan batas penurunan sebesar nilai tertentu. Batas penurunan (allowable decrease) yang diijinkan untuk nata de coco bentuk kubus

dan lembaran masing-masing sebesar 11.821,23 kilogram dan 1.606,71. Batas penurunan tersebut menunjukan batas penurunan yang masih diijinkan agar kondisi optimal dapat tercapai.

6.5.2 Perbandingan Hasil Optimal dengan Skenario II Skenario II dilakukan dengan menambah satu buah mesin pemotong dan tenaga kerja yang memproduksi nata de coco mentah bentuk kubus sebanyak satu orang untuk memenuhi permintaan pasar yang mengalami peningkatan. Kenaikan jumlah jam tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada koefisien fungsi kendala dan nilai ruas kanan kendala. Perubahan tersebut adalah sebagai berikut : Kendala jam kerja tenaga kerja langsung Kendala jam kerja mesin pemotong : 0.030X1 + 0.109X2 10.440 : 0.005X1 1.344

Tabel 31. Tingkat Produksi pada Kondisi Post Optimal Skenario II pada PD Risna Sari Periode Juni September 2008 Jenis Nata De Coco Kubus Lembaran Total Produksi Aktual (Kg) 245.090 24.680 269.770 Produksi Optimal (Kg) 257.777,77 25.541,29 283.319,06 Produksi Post Optimal (Kg) 268.800 16.914,3 285.714,3

Berdasarkan Tabel 31 dapat diketahui bahwa terdapat perubahan yang terjadi antara kondisi optimal awal dengan kondisi optimal setelah terjadi post optimal skenario II (Lampiran 6). Pada kondisi optimal perusahaan memproduksi nata de coco mentah sebanyak 283.319,06 kilogram dengan kombinasi 257.777,77 kilogram nata de coco mentah bentuk kubus dan 25.541 kilogram bentuk lembaran. Pada kondisi optimal setelah terjadi post optimal skenario II

terdapat perubahan menjadi sebesar 285.714,3 kilogram dengan kombinasi 268.800 kilogram nata de coco bentuk kubus dan 16.914,3 kilogram untuk nata de coco bentuk lembaran. Pada kondisi optimal post optimal skenario II, produksi nata de coco mentah bentuk kubus mengalami peningkatan menjadi sebesar 268.800 kilogram sedangkan nata de coco yang diproduksi mengalami penurunan menjadi sebesar 16.914,3 kilogram. Perubahan tersebut dikarenakan adanya tambahan tenaga kerja yang memproduksi nata de coco bentuk kubus dan adanya tambahan mesin pemotong nata sehingga nata de coco mentah yang dihasilkan jauh lebih besar. Produksi nata de coco mentah bentuk lembaran mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi optimal awal, hal tersebut dikarenakan model memberikan pilihan untuk mengurangi produksi nata de coco mentah bentuk lembaran dan dialihkan untuk memproduksi nata de coco mentah bentuk kubus. Keuntungan total yang diterima oleh perusahaan akan mengalami perubahan dengan kondisi optimal awal yaitu menjadi sebesar Rp. 164.197.949,-. Tabel 32. Status Sumberdaya PD Risna Sari pada Kondisi Post Optimal Skenario II
Jenis Sumberdaya Air Kelapa Cuka Taiwan Gula Pasir Jam Tenaga Kerja langsung Jam Kerja Mesin Pemotong Target Produksi Bentuk Kubus Target Produksi Bentuk Lembaran Satuan Liter Liter Kilogram Jam Jam Kilogram Kilogram Slack/surplus 58.571,43 450,00 0 532.34 0 798,99 10.233,72 Dual Price Status 0 BP 0 BP 5.642,86 P 0 BP 38.200 P 0 BP 0 BP

Pada Tabel 32 diatas dapat kita ketahui bahwa sumberdaya yang tergolong kedalam sumberdaya pembatas terdiri gula pasir dan jam kerja mesin pemotong nata dengan nilai dual price sebesar 5.642,86 dan 38.200 yang berarti setiap

penambahan satu kilogram gula pasir dan satu jam kerja mesin pemotong nata akan meningkatkan fungsi tujuan sebesar nilai dual price nya. Gula pasir menjadi kendala pembatas pada kondisi Post Optimal skenario II, karena pada kondisi optimalnya terjadi pengalokasian sumberdaya gula pasir untuk memproduksi nata de coco mentah bentuk kubus. Jam kerja mesin pemotong masih tetap menjadi kendala pembatas namun dengan nilai dual price yang lebih rendah dibandingkan dengan kondisi optimal awal. Penurunan nilai dual price terjadi karena pada skenario II terjadi penambahan satu unit mesin pemotong sehingga penambahan satu satuan jam kerja mesin pemotong hanya akan menambah keuntungan sebesar Rp. 38.200,-. Sumberdaya yang tergolong kedalam sumberdaya bukan pembatas terdiri dari air kelapa, cuka taiwan, jam kerja tenaga kerja langsung, target produksi bentuk kubus dan target produksi bentuk lembaran, sehingga apabila tejadi penambahan terhadap satu satuan sumberdaya tersebut tidak akan mengakibatkan adanya perubahan pada fungsi tujuan. Tabel 33. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala (Right Hand Side) Post Optimal Skenario II
Jenis Produk Nata De Coco Air Kelapa Cuka Taiwan Gula Pasir Jam Tenaga Kerja Langsung Jam Kerja Mesin Pemotong Nata Target Produksi X1 Target Produksi X2 Allowable Increase INFINITY INFINITY 341,87 INFINITY 3,99 INFINITY INFINITY Allowable Decrease 58.571,43 450,00 1.183,99 532,34 33,69 798.99 10.233,72 Nilai RHS 430.000 2.650 21.000 9.744 696 269.599 27.148

Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala air kelapa, cuka Taiwan, jam tenaga kerja langsung, menunjukan nilai kenaikan yang tidak terbatas (infinity), hal ini menunjukan persediaan sumberdaya tersebut dalam

keadaan berlebih, dan nilai penurunan sebesar nilai allowable decrease nya. Sumberdaya air kelapa, cuka Taiwan, dan jam kerja tenaga kerja langsung merupakan sumberdaya yang bersifat bukan pembatas dengan nilai allowable increase yang tidak terbatas dan nilai allowable decrease masing-masing sebesar
58.571,43 liter, 450 liter, dan 532,34 jam, sedangkan analisis sensitivitas gula pasir

dan jam kerja mesin pemotong menunjukan nilai kenaikan dan nilai penurunan sebesar nilai tertentu. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala target permintaan pasar nata de coco bentuk kubus dan lembaran menunjukan batas kenaikan yang tidak terbatas (infinity) dan batas penurunan sebesar nilai tertentu. Batas penurunan (allowable decrease) yang diijinkan untuk nata de coco bentuk kubus dan lembaran masing-masing sebesar 798.99 kilogram dan 10.233,72 kilogram. Batas penurunan tersebut menunjukan batas penurunan yang masih diijinkan model agar kondisi optimal dapat tercapai.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan mengenai optimalisasi produksi nata de coco mentah di PD Risna Sari, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil olahan linier programming pada, Risna Sari belum berproduksi pada kondisi optimalnya. Hal ini ditunjukan dengan selisih jumlah produksi antara kondisi aktual dan kondisi optimal sebesar 13.549,06 kilogram. Produksi yang belum mencapai optimal menyebabkan PD Risna belum mampu meperoleh tingkat keuntungan yang maksimum. 2. Hasil optimalisasi produksi menunjukan bahwa sumberdaya yang berlebih pada kondisi optimal adalah air kelapa, cuka taiwan, dan gula pasir, target produksi nata de coco bentuk kubus dan lembaran dengan nilai sebesar nilai slack/surplusnya, sedangkan sumberdaya lain seperti jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong nata telah habis terpakai. 3. Hasil analsis sensitivitas menunjukan bahwa nata de coco mentah bentuk kubus memiliki batas kenaikan keuntungan yang tidak terbatas (infinity) dan batas penurunan keuntungan sebesar 586. Batas kenaikan keutungan untuk nata de coco mentah bentuk lembaran adalah 1.970,70. Batas penurunan keuntungan untuk nata de coco mentah bentuk lembaran adalah sebesar 394,9. Analisis sensitivitas terhadap nilai ruas kanan kendala menunjukan bahwa air kelapa, cuka Taiwan, gula pasir, target produksi nata de coco mentah bentuk kubus dan lembaran merupakan kendala bukan pembatas, dimana apabila terjadi penambahan ketersediaan sumberdaya tersebut tidak akan

mengakibatkan terjadinya penambahan fungsi tujuan. Analisis sensitivitas

terhadap jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong menunjukan bahwa kedua sumberdaya tersebut termasuk kedalam sumberdaya pembatas atau kendala aktif. 4. Jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong merupakan kendala pembatas yang membatasi jumlah produksi yang dihasilkan oleh PD Risna Sari, sehingga perusahaan belum mampu beroperasi pada kondisi optimalnya. 5. Analsis post optimal dalam penelitian ini dibagi menjai dua skenario. Skenario I dilakukan untuk mengetahui pengaruh kenaikan biaya produksi sebesar 37,68 persen terhadap keputusan produksi dan alokasi sumberdaya. Skenario II yaitu dengan menambah satu orang tenaga kerja bagian produksi nata de coco mentah bentuk kubus dan menambah satu unit mesin pemotong. Berdasarkan hasil olahan post optimal skenario I dapat dijelaskan bahwa keuntungan per kilogram produk yang diterima oleh perusahaan mengalami penurunan sebesar 42,9 persen untuk nata de coco mentah bentuk kubus dan 57,8 persen untuk nata de coco mentah bentuk lembaran dengan kondisi harga jual tetap. Hasil olahan post optimal untuk Skenario II menunjukan, produksi nata de coco mentah bentuk kubus mengalami peningkatan menjadi sebesar 268.800 kilogram sedangkan nata de coco yang diproduksi mengalami penurunan menjadi sebesar 16.914,3 kilogram. Perubahan tersebut dikarenakan adanya tambahan tenaga kerja yang memproduksi nata de coco bentuk kubus dan adanya tambahan mesin pemotong nata sehingga nata yang dihasilkan jauh lebih besar.

7.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh PD Risna Sari : 1. PD Risna Sari sebaiknya beroperasi pada tingkat produksi optimal dengan menambah jumlah produksi hingga mencapai kondisi optimalnya. Dengan meningkatkan jumlah produksi hingga mencapai kondisi optimalnya perusahaan dapat meningkatkan keuntungan yang diterimanya. Kondisi optimal tersebut dapat tercapai jika perusahaan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang tersedia. 2. Sumberdaya yang perlu diperhatikan oleh PD Risna Sari adalah jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja mesin pemotong nata, hal ini dikarenakan dengan penambahan sumberdaya tersebut mampu meningkatkan keuntungan yang diterima oleh PD Risna Sari. Jika kondisi permodalan perusahaan mencukupi sebaiknya perusahaan menambah jumlah mesin pemotong, dan jumlah tenaga kerja agar kondisi optimal dapat tercapai. 3. PD Risna Sari sebaiknya meninjau kembali ketersediaan sumberdaya yang berlebih seperti air kelapa, cuka Taiwan dan gula pasir, karena ketersediaan ketiga sumberdaya tersebut selalu berlebih setiap bulannya. Penyimpanan bahan baku air kelapa yang terlalu lama akan menyebabkan pembusukan sehingga pada akhirnya bahan baku tersebut tidak dapat digunakan kembali. Peninjauan kembali ketersediaan bahan baku dapat meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya yang dimiliki.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Fikri. 2003. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Nata De Coco pada PT Halilintar Bahana Prima, Jakarta. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anwar, A dan B. Nasendi. 1985. Program Liniear dan Variasinya. PT Gramedia. Jakarta. Assauri, S. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Bank Indonesia. 2004. Pengolahan Nata De Coco. Bank Indonesia. http://www.bi.go.id/sipuk/id/lm/nata_de_coco/pendahuluan.asp. (24 Juli 2008).

Biology Resources of Shanty Bio. 2007. Nata De Coco yang Kaya Serat. http://shantybio.transdigit.com/?Biology__Mikrobiologi:Nata_De_Coco_ Yang_Kaya_Serat.(27 Juli 2008). Biro Statistik Pertanian Filipina. 2004. Produksi http://www.da.gov.ph/agribiz/coconut1.html. (27 Juli 2008). Kelapa.

Buffa, Elwood S dan Rakesh K Sarin. 1996. Manajemen Operasi & Produksi Modern (Terjemahan Agus Maulana). Jilid 1. Edisi Kedelapan. Binarupa Aksara. Jakarta. Biro Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. Statistik Kabupaten http://jabar.bps.go.id/Kab_Cianjur/PDRB.htm. (27 Juli 2008). Cianjur.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur. 2008. Potensi Indsutri Kecil Menengah (IKM) Formal dan Non Formal Tahun 2006. Cianjur. Departemen Pertanian. 2008. Produksi Komoditas Perkebunan di Indonesia. http://www.deptan.go.id. (24 Juli 2008). Firyanza, E. 2007. Optimalisasi Produksi Biji Kopi pada Pt. Andira Indonesia, Lampung. Skripisi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gumbira dan Intan. 2000. pengolahan Nata De Coco. Bank Indonesia. http://www.bi.go.id. (17 Juli 2008). Hafsah, N. I. 2008. Optimalisasi Produksi Kain Sutera Alam pada Koperasi Warga Sejahtera Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hani, Handoko. T. 2000. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama. Dalam Wisnoe Marety. Optimalisasi Produksi Nata De Coco pada PT FITS Mandiri. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lipsey, R. G, et al. 1995.Pengantar Mikroekonomi jilid 1 (terjemahan A. Jaka

Wasana dan Kirbrandoko). Binarupa Aksara. Jakarta. Marety, W. 2005. Optimalisasi Produksi Nata De Coco pada PT FITS Mandiri. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nicholson, W. 2001. Teori Ekonomi Mikro : Prinsip Dasar dan Pengembangannya (terjemahan Deliarnov). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Pemerintah Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur. http://www.puncakview.com/Profile_Kab.Cianjur.htm. (24 Juli 2008). Rangkuty. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Shilvia, Evi. 2006. Rencana Peningkatan Kapasitas Produksi Melalui Perluasan Pemasaran Produk Nata De Coco Mentah dengan Meningkatkan Mitra Usaha pada PD. Risna Sari Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Diploma III Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soekartawi. 1995. linear Programming teori dan Aplikasinya khususnya dalam Bidang Pertanian. Rajawali Pers. Jakarta. Supranto, J. 1988. Liniear Programming. Lembaga Penerbit UI Press. Jakarta. Sutardi. 2004. Pengolahan Nata De Coco. Bank Indonesia. http://www.bi.go.id/sipuk/id/lm/nata_de_coco/pendahuluan.asp. (24 Juli 2008). Sutarminingsih. 2004. Pengolahan Nata De Coco. Bank Indonesia. http://www.bi.go.id/sipuk/id/lm/nata_de_coco/pendahuluan.asp. (24 Juli 2008). Taha, H. A. 1996. Riset Operasi Suatu Pengantar. Jilid 1. Edisi Kelima. Binarupa Aksara. Jakarta. Perianto, W. S. 2007. Optimalisasi Produksi Kapsul Ekstrak Obat Tradisonal (Herbal Medicine) pada Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) studi kasus Taman Sringanis, desa Cimanengah-Cipaku, Kota Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yuliani, F. D. 2006. Rencana Pengembangan Bisnis Produk Nata De Coco dengan Kemasan Cup pada PD Risna Sari Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Diploma III. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah Produksi Komoditas Perkebunan di Indonesia pada Tahun 2004 2006

Komoditi Aren Cengkeh Jarak Kakao Kapas Karet Kayu Manis Kelapa Kelapa Dalam Kelapa Deres Kelapa Hibrida Kelapa Sawit Kemiri Kopi Lada Pala Panili Pinang Tebu Teh

Satuan Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton

2003 34,051.00 116,415.00 2,225.00 695,361.00 3,440.00 1,792,348.00 64,830.00 3,254,853.00 3,109,020.00 42,500.00 145,833.00 10,440,834.00 95,870.00 663,571.00 90,740.00 22,236.00 1,656.00 46,800.00 1,631,918.00 169,821.00

2004 32,880.00 73,837.00 1,713.00 691,704.00 3,157.00 2,065,817.00 99,465.00 3,054,511.00 2,929,553.00 30,165.00 124,958.00 10,830,389.00 94,005.00 647,385.00 77,008.00 10,279.00 2,252.00 44,004.00 2,051,644.00 167,136.00 165,108.00

2005 35,899.00 78,350.00 995.00 748,827.00 2,241.00 2,270,891.00 100,775.00 3,096,845.00 2,952,443.00 32,302.00 144,359.00 11,861,615.00 95,372.00 640,365.00 78,328.00 8,197.00 2,366.00 50,177.00 2,241,806.00 167,276.00 153,470.00

2006 36,991.00 83,782.00 1,047.00 779,474.00 2,371.00 2,367,066.00 103,594.00 3,156,875.00 3,009,778.00 33,045.00 147,158.00 13,390,807.00 99,593.00 652,668.00 79,686.00 8,626.00 2,584.00 51,882.00 2,234,843.00 167,881.00 177,895.00

Tembakau Ton 200,875.00 Sumber : Departemen Pertanian, 2008

Lampiran 2. Tahapan Proses Pembuatan Nata De Coco Mentah pada PD Risna Sari Tahun 2008
Pencampuran dengan Air Kelapa Penyaringan . .Za . Cuka Taiwan - Gula pasir

Perebusan

Pewadahan dalam dalam nampan Larutan Bibit Inokulasi bibit

Fermentasi

Pemanenan

Pembersihan

Pemotongan

Pengepresan

Sterilisasi/perendam an Sortasi

Lampiran 3. Perkembangan Perubahan Harga Gula


Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Januari 2729,48 2729,48 3852,82 3948 4200 5092 6020 6540 6200 Februari 2585,67 3758 3815,66 4130 4200 5092 6020 6467 6200 Maret 2490,5 3777 3787,85 4150 4200 5092 6020 6475 6000 April 2537,97 3821 3591 4634 4200 5092 6020 6500 6500 Mei 2513,07 3945,97 3514,7 4678 4200 5092 6020 6375 6300 Juni 2806,4 4046,01 3461 4572 4200 5092 6020 6400 6500 Juli 3186,42 4100,52 3453,83 4307 4200 5092 6020 6400 6200 Agustus September 3380,6 3369,43 3828,17 3639 3392,17 3311,4 4216 4295 4200 4200 5092 5092 6020 6020 6400 6450 7000 7000 Oktober Nopember 3413,36 3663,73 3668,88 3758,77 3584,32 3748 4292 4292 4200 4200 5092 5092 6020 6020 6340 6300 6800 Desember 3654,3 3791,38 3818,19 4292 4200 5092 6020 6133

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Januari

Februari -143,81 1028,52 -37,16 182 0 0 0 -73 0

Maret -95,17 19 -27,81 20 0 0 0 8 -200

April 47,47 44 -196,85 484 0 0 0 25 500

Mei -24,9 124,97 -76,3 44 0 0 0 -125 -200

Juni 293,33 100,04 -53,7 -106 0 0 0 25 200

Juli 380,02 54,51 -7,17 -265 0 0 0 0 -300

Agustus September 194,18 -11,17 -272,35 -189,17 -61,66 -80,77 -91 79 0 0 0 0 0 0 0 50 800 0

Oktober 43,93 29,88 272,92 -3 0 0 0 -110 -200

Nopember 250,37 89,89 163,68 0 0 0 0 -40

Desember -9,43 32,61 70,19 0 0 0 0 -167

Lanjutan Persentase perubahan harga gula


Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Januari Februari -5,27 Maret -3,68 0,51 -0,73 0,48 0,00 0,00 0,00 0,12 -3,23 April 1,91 1,16 -5,20 11,66 0,00 0,00 0,00 0,39 8,33 Mei -0,98 3,27 -2,12 0,95 0,00 0,00 0,00 -1,92 -3,08 Juni 11,67 2,54 -1,53 -2,27 0,00 0,00 0,00 0,39 3,17 Juli 13,54 1,35 -0,21 -5,80 0,00 0,00 0,00 0,00 -4,62 Agustus September 6,09 -0,33 -6,64 -4,94 -1,79 -2,38 -2,11 1,87 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,78 12,90 0,00 Oktober Nopember 1,30 7,34 0,82 2,45 8,24 4,57 -0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -1,71 -0,63 -2,86 Desember -0,26 0,87 1,87 0,00 0,00 0,00 0,00 -2,65

37,68
-0,96 4,61 0,00 0,00 0,00 1,12 0,00

Lampiran 4. Optimalisasi Produksi Nata De Coco Mentah pada PD Risna Sari Berdasarkan Hasil Olahan Output Komputer Menggunakan Program LINDO

Max 586X1+395X2 Subject to 1.3X1+1.3X2<=430.000 0.0077X1+0.0077 X2<=2.650 0.07 X1+0.07 X2<=20.000 0.027 X1+0.109 X2<=9.744 0.0027 X1<=696 X1<=269.599 X2<=27.148 End 1) 0.1611466E+09 VARIABLE X1 X2 VALUE 257777.765625 25541.285156 REDUCED COST 0.000000 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 61685.226562 468.443268 167.666077 0.000000 0.000000 11821.228516 1606.714966 0

DUAL PRICES 0.000000 0.000000 0.000000 3623.853271 180798.500000 0.000000 0.000000

NO. ITERATIONS=

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT COEF 586.000000 395.000000 ALLOWABLE INCREASE INFINITY 1970.703613 ALLOWABLE DECREASE 488.155975 394.999969

X1 X2

RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT RHS 430000.000000 2650.000000 21000.000000 9744.000000 696.000000 269559.000000 27148.000000 ALLOWABLE INCREASE INFINITY INFINITY INFINITY 175.131912 8.596539 INFINITY INFINITY ALLOWABLE DECREASE 61685.226562 468.443268 167.666077 2784.000000 17.513193 11821.228516 1606.714966

2 3 4 5 6 7 8

Lampiran 5. Output Post Optimal Skenario I Kenaikan Biaya Produksi Sebesar 37.68 Persen Max 410x1+251x2 Subject to 1.3x1+1.3x2<=430000 0.0077x1+0.0077x2<=2650 0.07x1+0.07x2<=20000 0.027x1+0.109x2<=9744 0.0027x1<=696 x1<=269559 x2<=27148 end 1) 0.1120998E+09 VALUE 257777.765625 25541.285156 REDUCED COST 0.000000 0.000000

VARIABLE X1 X2

ROW SLACK OR SURPLUS 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 61685.226562 468.443268 167.666077 0.000000 0.000000 11821.228516 1606.714966

DUAL PRICES 0.000000 0.000000 0.000000 2302.752441 128824.328125 0.000000 0.000000

NO. ITERATIONS=

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES CURRENT ALLOWABLE COEF INCREASE 410.000000 251.000000 INFINITY 1404.185181

VARIABLE

ALLOWABLE DECREASE 347.825684 251.000000

X1 X2

RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT RHS 430000.000000 2650.000000 20000.000000 9744.000000 696.000000 269599.000000 27148.000000 ALLOWABLE INCREASE INFINITY INFINITY INFINITY 175.131912 8.596539 INFINITY INFINITY ALLOWABLE DECREASE 61685.226562 468.443268 167.666077 2784.000000 17.513193 11821.228516 1606.714966

2 3 4 5 6 7 8

Lampiran 6. Output Post Optimal Skenario II Penambahan Satu Orang Tenaga Kerja Langsung dan Satu Unit Mesin Pemotong Max 586x1+395x2 Subject to 1.3x1+1.3x2<=430000 0.0077x1+0.0077x2<=2650 0.07x1+0.07x2<=20000 0.030x1+0.1094x2<=10440 0.005x1<=1344 x1<= 269599 x2<=27148 end 1) 0.1641980E+09 VARIABLE X1 X2 VALUE 268800.000000 16914.279297 REDUCED COST 0.000000 0.000000

ROW 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

SLACK OR SURPLUS 58571.429688 450.000000 0.000000 532.343384 0.000000 798.994019 10233.720703 2

DUAL PRICES 0.000000 0.000000 5642.856934 0.000000 38200.000000 0.000000 0.000000

NO. ITERATIONS=

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED: OBJ COEFFICIENT RANGES VARIABLE CURRENT COEF 586.000000 395.000000 ALLOWABLE INCREASE INFINITY 191.000000 ALLOWABLE DECREASE 191.000000 395.000000

X1 X2

RIGHTHAND SIDE RANGES ROW CURRENT RHS 430000.000000 2650.000000 20000.000000 9744.000000 696.000000 269599.000000 27148.000000 ALLOWABLE INCREASE INFINITY INFINITY 341.871887 INFINITY 3.994970 INFINITY INFINITY ALLOWABLE DECREASE 58571.429688 450.000000 1183.999512 532.343384 33.692619 798.994019 10233.720703

2 3 4 5 6 7 8

Anda mungkin juga menyukai