Oleh :
MASAYU AZKA LATHIFAH
A14102691
RINGKASAN
M ASAYU AZKA LATHIFAH Optimalisasi Produksi Cocoa Butter dan Cocoa
Powder Pada PT Cacao Wangi Murni, Tangerang. Dibawah bimbingan DEDI
BUDIMAN HAKIM.
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan produk- produk
pertanian. Sektor pertanian memiliki perana n yang cukup strategis dalam Produk
Domestik Bruto Nasional. Salah satu sub-sektor di sistem pertanian adalah
sub- sektor
perkebunan.
Peranan
sub-sektor
ini
dalam
menunjang
perekonomian nasional menjadi makin penting. Hal ini disebabkan semakin
terbatasnya peranan minyak bumi yang selama ini merupakan sumber devisa utama
bagi Indonesia.
Salah satu komoditas non-migas perkebunan yang sangat penting dalam
menyumbang perolehan devisa negara adalah kakao. Komoditi kakao merupakan
produk andalan sub-sektor perkebunan, kontribusinya terhadap total ekspor
pertanian mencapai 16,2 persen (410,5 juta dolar AS). Indonesia merupakan negara
produsen kakao terbesar ketiga setelah Ivory Coast dan Ghana. Produksi kakao
Indonesia setiap tahunnya mencapai lebih dari setengah juta ton, namun sekitar 80
persen dari produksi tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan ekspor.
PT. Cacao Wangi Murni merupakan salah satu industri yang mengolah biji
coklat untuk dijadikan bubuk coklat dan lemak coklat. Biji coklat yang merupakan
bahan baku utama dalam proses produksi perusahaan memiliki kendala dalam hal
pengadaannya. Hal tersebut disebabkan para produsen coklat lebih tertarik untuk
mengekspor biji coklat karena harganya yang jauh lebih tinggi dari pada
menjualnya pada para pengusaha pengolahan coklat dalam negeri. Selain itu,
kendala yang dihadapi oleh industri coklat adalah pengenaan PPN sebesar 10
persen untuk pembeliaan bahan baku biji coklat. Dampak dari pengenaan PPN
yang dianggap terlalu tinggi sangat memberatkan para pelaku bisnis yang bergerak
dalam industri coklat. Hal tersebut dapat mengakibatkan industri pengolahan coklat
di dalam negeri mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku biji coklat
karena harus bersaing dengan para eksportir. Untuk mencapai kontinuitas suatu
usaha, maka setiap industri coklat harus memperhatikan kontinuitas pengadaan
bahan baku biji coklat yang akan digunakan dalam setiap proses produksi. Oleh
sebab itu, perusahaan perlu memperhitungkan kebutuhan bahan baku yang akan
digunakan dalam proses produksi sehingga pada akhirnya bahan baku yang dibeli
akan digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan perusahaan tidak
mengalami kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Selain itu, perusahaan perlu
memperhatikan dan merencanakan produksi yang tepat agar sumberdaya yang
tersedia dapat digunakan secara optimal, sehingga diperoleh tingkat kombinasi
produksi yang optimal dan tercapai keuntungan yang maksimal dengan
memperhatikan kendala yang ada. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah menentukan tingkat kombinasi produksi yang optimal,
menganalisis penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi yang
optimal, mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat diterapkan apabila terjadi
perubahan- perubahan.
Analisis optimalisasi produksi dilakukan dengan menggunakan linear
programming. Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Untuk
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Masayu Azka Lathifah
A14102691
Menyetujui, Dosen
Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan
hidayah- Nya
penulis
Optimalisasi Produksi
Wangi
dapat
menyelesaikan
skripsi
dengan
judul
Pada PT Cacao
13. Teman-teman dan para staf ekstensi serta semua pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...
DAFTAR GAMBAR..
iii
DAFTAR TABEL.......
iv
DAFTAR LAMPIRAN ..
BAB I PENDAHULUAN...
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar Belakang .
Perumusan Masalah...
Tujuan Penelitian ..
Kegunaan Penelitian..
1
5
8
8
2.1
2.2
2.3
2.4
Kakao ...
Fungsi Produksi.
Manajemen Produksi Dan Operasi
Bahan Baku...
2.4.1 Jenis- Jenis Bahan Baku...
9
11
12
13
13
2.5
Penelitian Terdahulu
14
18
3.1
18
18
3.1.2 Optimalisasi..
20
21
26
29
29
3.2
4.2
29
4.3
29
30
30
30
4.4
Model Analisis .
4.4.1 Fungsi Tujuan...............................................................
31
31
32
34
Sejarah Perusahaan.....
5.1.1 Pendirian........
34
34
5.1.2 Perizinan................
34
35
36
36
39
41
41
41
41
42
43
44
5.2
.................................
47
47
6.2.2
Biaya Pengurangan .
48
49
50
51
52
54
54
56
59
7.1 Kesimpulan..........................................
7.2. Saran.................. .................................
59
60
DAFTAR PUSTAKA.........................................................
61
LAMPIRAN........................................................................
63
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
12
20
29
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
2.
3.
11
4.
24
5.
6.
7.
36
41
43
8.
45
9.
46
10.
47
11.
48
12.
51
13.
54
14.
15.
58
56
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
63
66
3.
67
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan produk- produk
pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup strategis dalam Produk
1
Domestik Bruto Nasional. Hal ini terlihat bahwa selama 10 tahun terakhir ini,
peranan pertanian terhadap PDB menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik,
yaitu rata-rata empat perse n per tahun. Selain dituntut harus mampu menciptakan
swasembada pangan, sektor ini juga harus mampu menyediakan lapangan dan
kesempatan kerja, serta pengadaan bahan baku bagi industri hasil pertanian. Selain
hal tersebut di atas, pertanian juga dituntut untuk meningkatkan perolehan devisa
negara dengan jalan meningkatkan volume dan nilai ekspor hasil pertanian.
Salah
satu
sub-sektor
di
sektor
pertanian
adalah
sub- sektor
Perkebunan Rakyat
1990
97.418
1991
Total
27.016
17.913
142.347
119.284
35.463
20.152
174.899
1992
145.563
35.993
25.519
207.147
1993
187.529
40.638
29.892
258.059
1994
198.001
42.086
29.894
269.981
1995
231.992
40.933
31.941
304.866
1996
304.013
36.456
33.53
373.999
1997
263.846
35.644
30.729
330.219
1998
369.887
46.307
32.733
448.927
1999
304.549
37.064
25.862
367.975
2000
363.628
34.79
22.724
421.142
2001
476.924
33.905
25.975
536.804
2002
511.379
34.083
25.693
571.155
setengah juta ton, namun sekitar 80 persen dari produksi tersebut diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan ekspor (Lihat Tabel 1 dan Tabel 2). Hal ini disebabkan
karena permintaan ekspor terhadap kakao Indonesia meningkat hingga 80 persen
yang ditujukan untuk negara Amerika Serikat, Malaysia, Singapura dan Brasil.
Sedangkan sisa produksi yang berkisar 20 persen digunakan untuk memasok ke
industri pengolahan kakao dalam negeri.
Tabel 2. Volume Ekspor Kakao Indonesia
Tahun
Volume (Ton)
1990
119.725
127.091
1991
145.217
149.918
1992
176.001
158.835
1993
228.799
210.934
1994
231.168
279.39
1995
233.593
309.328
1996
322.858
373.927
1997
265.949
419.066
1998
334.807
502.906
1999
419.874
423.273
2000
424.089
341.86
2001
392.072
389.262
2002
465.622
701.034
perekonomian
harus mempunyai
pengadaan bahan baku merupakan salah satu masalah penting yang harus dihadapi
oleh setiap industri coklat. Kondisi tersebut dianggap tidak menguntungkan dunia
usaha, sebab bila PPN tersebut dihapuskan maka semua kapasitas terpasang dari
industri pengolahan kakao yang ada di dalam negeri akan beroperasi penuh
sekaligus mendorong munculnya industri pengolahan kakao baru khususnya di
daerah yang merupakan produsen kakao.
Dampak dari permasalahan tersebut di atas, hingga akhir tahun 2004 jumlah
pabrik/industri pengolahan kakao yang masih beroperasi tinggal 15 pabrik dari
sekitar 60 perusahaan. Rentetan panjang permasalahan perindustriaan kakao di
dalam negeri tersebut akan mematikan industri pendukung lainnya seperti industri
packing,
industri
perbengkelan,
jasa angkutan,
jasa pelayaran
lokal dan
adanya
menimbulkan
mengakibatkan perusahaan
perusahaan kelebihan
kekecewaan
kehilanggan
para
pada
langganan
pelanggannya.
dan
akan
Adapun
bila
yang optimal
dan tercapai
keuntungan
yang maksimal
dengan
Berdasarkan
permasalahan
suatu
3. Sejauh mana solusi optimal yang dihasilkan dapat diterapkan bila terjadi
perubahan- perubahan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Menentukan tingkat kombinasi produksi yang optimal.
2. Menganalisis penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi
yang optimal.
3. Mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat diterapkan apabila terjadi
perubahan- perubahan.
kebijakan.
Bagi penulis
penelitian
ini diharapkan
dapat
Nahuatl
disebut
xocoatl.
Kemudian oleh Linnaeus, tanaman tersebut diberi nama Theobroma yang berarti
makanan dewa- dewa (food of gods).
Tanaman kakao dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1350 mm.
Untuk penanaman di daerah lempung, curah hujan maksimum adalah 1500 mm,
sedangkan untuk tanah berpasir diperlukan curah hujan yang lebih tinggi karena
daya simpan air di daerah ini kurang baik. Di Indonesia, tanaman kakao
dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar di beberapa tempat, antara lain di
Jawa Timur, Sulawesi (Selatan, Tengah dan Tenggara), Sumatera (Utara dan
Aceh), Maluku dan Irian Jaya.
Tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) yang ditanam di perkebunan
rakyat pada umunya adalah kakao jenis Forastero (bulk cocoa atau kakao landak),
Criolo (fine cocoa atau kakao mulia) dan hibrida (hasil persilangan antara jenis
Forastero
dan Criolo).
Tingkat
kesesuaian
lahan
untuk
tanaman
kakao
digolongkan menjadi sesuai (S1), cukup sesuai (S2), agak sesuai (S3) dan tidak
sesuai (N). Penilaian tersebut didasarkan atas kondisi agroklimat, sifat fisik dan
kimia tanah.
Spermathophyta Subdivisio
: Angiospermae Kelas
Dicotyledoneae Ordo
Malvales
Famili
: Sterculiaceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao
Kakao
penghidupan bagi jutaan petani produsen, kakao juga sebagai salah satu bahan
penyedap yang sangat dibutuhkan untuk produksi makanan, kue -kue, dan berbagai
jenis minuman. Selain itu kakao merupakan sumber lemak nabati yang memiliki
keistimewaan yaitu dapat meleleh atau mencair pada suhu di mulut. Sedangkan
cangkang kakao (pod) dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan pakan
ternak dan produksi pektin. Biji kakao mengandung zat gizi yang penting. Adapun
kandungan komposisi biji coklat dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil proses pengolahan dari biji kakao diantaranya adalah cocoa powder
dan cocoa butter. Cocoa butter merupakan bahan yang sangat diperlukan oleh
industri-industri pembuatan berbagai macam kembang gula dan manisan coklat.
Selain itu cocoa butter juga sangat diperlukan oleh industri-industri farmasi dan
obat-obat
kecantikan.
Sedangkan
oleh
industri-
Zat Gizi
Kandungan (g)
Karbohidrat
48.9
Lemak
23.8
Protein
8.0
Air
3.9
Fosfor
0.315
Kalsium
0.125
Besi
0.0116
Vitamin A
0.002
Vitamin B1
0.012
sumberdaya mesin dan tenaga kerja orang. Pertimbangan faktor- faktor tersebut
dalam pendekatan model linear programming menghasilkan sistem klasifikasi ABC
beserta nilai ekonomis masing-masing bahan baku dilihat dari sisi keuntungan
perusahaan. Oleh sebab itu, terdapat perbedaan jumlah kebutuhan bahan baku
menurut per usahaan (MFP) dan menurut pendekatan linear programming (MFLP)
berkaitan erat dengan ketepatan perusahaan dalam meramalkan jumlah permintaan
pasar terhadap produk akhir. Pendekatan model linear programming pada hasil
peramalan maupun aktual akan menghasilkan perencanaan kebutuhan bahan baku
yang lebih efesien dan komprehensif.
Sulaenah (2003) melakukan penelitian tentang optimalisasi produksi mebel
rotan di PT Dilmoni Citra Mebel Indonesia (CMI) Cirebon Jawa Barat. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitiannya adalah linear programming.
Berdasarkan hasil olahan data dengan menggunakan model linear programming ,
dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi mebel rotan pada periode bulam Mei
2003 yang dijalankan perusahaan sudah optimal, karena jumlah dan kombinasi
produksi pada kondisi aktual sama dengan kondisi optimal yaitu sebesar 2886 unit.
Berdasarkan produksi aktual maupun kondisi optimal perusahaan sudah mencapai
keuntungan maksimal yaitu sebesar Rp 557.788.555,800. Hasil optimal dalam
penelitian ini memperlihatkan bahwa sumberdaya yang digunakan masih belum
optimal, walaupun pada sumberdaya cat dasar, kulit rotan, sanding sealer dan top
coat memiliki jumlah sisa hanya sedikit tapi tetap berlebih. Sumberdaya yang
sangat berlebih ketersediannya adalah rota n batang dan jam tenaga kerja langsung.
Penggunaan jam tenaga kerja langsung melebihi kapasitas optimal, oleh karena itu
terjadi jam tenaga kerja langsung menganggur yang besar. Hasil olahan dengan
dikurangi
perusahaan
akan
memperoleh
keuntungan
total
sebesar
Rp
sumber daya menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna. Masukanmasukan ke dalam sistem ini adalah bahan mentah, tenaga kerja, modal, energi dan
informasi. Masukan-masukan ini diubah menjadi barang-barang dan jasa- jasa
oleh teknologi proses yang merupakan metode atau cara tertentu yang digunakan
untuk proses tranformasi (Handoko, 1984).
Fungsi produksi adalah hubungan matematik antara input dan output
(Nicholson, 1991). Dalam fungsi produksi biasanya jumlah yang diproduksi
tergantung pada jumlah bahan baku, mesin dan modal yang digunakan dalam
proses produksi. Adapun fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai
berikut :
q = f ( K, L, M,)
Dimana q merupakan output berupa barang-barang yang dihasilkan
perusahaan sedangkan K, L dan M merupakan input berupa bahan mentah, mesin
dan jam tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Untuk
dapat menentukan kombinasi produksi yang optimal guna memperoleh keuntungan
yang maksimal dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi dan garis
isorevenue.
Masukan
Masukan
Bahan Mentah
Tenaga Kerja
Modal
Proses
Energi
Transforma
Informasi
si
BarangBarang
atau JasaJasa
(konversi)
Sedangkan
menurut
Burton
dalam
Chandra
(1998),
bahan
baku
digolongkan atas tiga kriteria yaitu bahan mentah, parts dan suppliers. Bahan
mentah merupakan bagian terbesar dari barang jadi dan merupakan bagian
pengeluaran terbesar dalam memproduksi suatu barang. Parts merupakan bagian
dari produk jadi yang dipergunakan dalam jumlah kecil, sedangkan suppliers
merupakan
kombinasi
produksi
yang
dapat
ditunjukkan
oleh
kurva
perusahaan bermotif
memaksimalkan keuntunga n, hanya akan dipilih satu kombinasi yaitu yang dapat
memberikan penerimaan sekaligus keuntungan yang maksimal. KKP disebut juga
isoresource
curve karena
masing-masing
titik dalam
kurva
menunjukkan
kombinasi dari output yang dihasilkan dengan menggunakan jumlah input yang
sama. Sedangkan garis isorevenue adalah garis yang menunjukkan kombinasi
produksi yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan penerimaaan
tertentu.
Diasumsikan perusahaan memproduksi dua barang yaitu X1 dan X2. Pada
Gambar 2, KKP antara dua barang X1 dan X2 ditunjukkan oleh daerah OAEB.
Sedangkan AEB merupakan batas kemungkinan produksi (production possibility
boundary) yang membatasi antara kombinasi produksi yang dapat dicapai dan yang
tidak
dapat
dicapai.
Titik-titik
yang
disebela h
kiri- bawah
kurva
PX 2
PX 1
X1
X2
PX 2
PX 1
a
E
b
O
TR1
TR 2
3.1.5. Optimalisasi
Output X1
ekonomis
paling
efesien.
Sedangkan
menurut
Soekartawi
(1992),
dalam menentukan
nilai maksimal
terdapat batasan untuk berbagai pilihan yang tersedia. Pada kasus tanpa kendala ini
kondisi order pertama menyatakan bahwa setiap kegiatan yang berkontribusi
marjinal dari peningkatan lebih lanjut adalah nol. Dalam istilah matematika
kondisi order pertama untuk sebuah optimum mengharuskan semua derivatif parsial
sama dengan nol.
Pada optimalisasi dengan kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala pada
fungsi tujuan diperhatikan dan turut menentukan titik maksimum dan minimum
fungsi tujuan. Menurut Supranto (1998), persoalan optimalisasi dengan kendala
pada dasarnya
merupakan
persoalan
menentukan
Linear
yang
bahwa
semua
fungsi- fungsi
matematis
yang disajikan dalam model haruslah fungsi-fungsi linear. Jadi linear programming
mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu hasil yang
optimal, yaitu suatu hasil yang mencerminkan tercapainya sasaran tertentu yang
paling baik (menurut model matematis) di antara alternatif-alternatif
yang
tersebut.
i
xj
: tingkat
aij
bi
Cj
Kapasitas
Kegiatan (Keluaran)
Sumber
Sumber
1
a11
a12 a13..a1n
b1
a21
a22
b2
a23..a2n a31
a32
b3
a3 3.a3n
bm
DZ pertambahan tiap C
..C
am1
a2m2 Ca3m3
.ann m
1 C
X1 X2 X3...Xn
unit
Tingkat kegiatan
bahan mentah dengan proporsi tertentu. Dari berbagai jenis produk yang diproduksi
akan dijual. Persoalan yang timbul, berapa besarnya masing-masing jenis produk
sehingga jumlah hasil penjulan
banyaknya).
Dimana :
xj
hi
aij =
<= hi
.
.
a)
penambahan
1 unit X1
akan menaikkan
Z dengan
C 1.
yang optimum dapat dicapai, dan c) fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai
dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia.
Adapun kekurangan LP adalah apabila alat Bantu komputer tidak
tersedia, maka LP dengan menggunakan banyak variabel akan menyulitkan
dalam analisisnya dan bahkan mungkin tidak dapat dikerjakan secara
manual. Untuk variabel yang jumlahnya sedikit maka LP dapat dikerjakan
secara manual dengan bantuan metode simpleks. Selain itu pula dalam LP
mengasumsikan bahwa semua parameter model diketahui dengan pasti
(asumsi deterministik). Padahal sebelumnya dalam kehidupan nyata, jarang
diketahui kepastian yang sesungguhnya. Tehnik LP mengkompensasikan
kekurangan ini dengan memberikan analisis pasca-optimum dan analisis
parametrik yang sistematis yang memungkinkan pengambilan keputusan
untuk menguji sensitivitas pemecahan optimum yang startegis
terhadap
proses produksi. Selain itu juga agar perusahaan dapat berproduksi secara efesien
maka perusahaan harus dapat memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada
seoptimal mungkin, sehingga mampu menghasilkan produk dengan kuantitas dan
kualitas yang diharapkan konsumen dan dapat mencapai tujuan penjualan yang
menguntungkan bagi perusahaan.
PT Cacao Wangi Murni merupakan salah satu industri pengolahan kakao.
Biji kakao merupakan bahan baku utama didalam proses produksinya untuk
menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder. Namun, dalam memperoleh bahan
baku tersebut perusahaan harus bersaing dengan para eksportir yang lebih tertarik
untuk menjual biji kakao ke luar negeri dari pada menjualnya ke industri
pengolahan kakao lokal. Hal tersebut dapat didukung apabila nilai tukar rupiah
melemah yang dapat menyebabkan harga dolar naik. Selain itu pula kendala yang
dihadapi adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk pembelian biji kakao.
Kendala tersebut menuntut adanya alokasi sumberdaya yang cermat dan seefesien
mungkin sehingga diperoleh tingkat kombinasi produksi yang optimal. Untuk
memecahkan maslah di atas, maka digunakan program linear sebagai alat
analisisnya. Dari model ini akan dihasilkan analisis primal, analisis dual dan
analisis sensitivitas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipelajari bagaimana
optimalisasi produksi cocoa butter dan cocoa poder pada PT. Cacao Wangi Murni.
Perusahaan
Memaksimumkan
Pengadaan
Bahan baku
Kendala
PPN 10 Persen
Perencanaan Produksi
Optimal Dengan Linear
Programming
Analisis
Primal
Analisis Dual
Analisis
Sensitivitas
literatur,
buku-buku
yang
berkaitan
dengan
penelitian,
Data- data
yang
diperoleh
berupa
data
kualitatif
dan
lingkungan yang dinamis, seperti harga bahan baku yang berubah yang dapat
menyebabkan manajer harus menghitung ulang kontribusi laba per unit suatu
produk, juga dapat mempengaruhi tingkat ketersediaan sumberdayanya. Dengan
analisis sensitivitas dapat digunakan untuk menanggapi perubahan tersebut.
Analisis sensitivitas ini dilakukan setelah dicapainya penyelesaian optimal,
maka analisis ini sering disebut pula Post Optimality Analysis. Jadi tujuan analisis
ini
adalah
mengurangi
perhitungan ulang,
koefesien
bila
perhitungan- perhitungan
terjadi
dan
perubahan- perubahan
satu
menghindari
atau
beberapa
koefisien fungsi tujuan dan sisi sebelah kanan kendala pada saat
sehingga
diperoleh
keuntungan
yang
maksimal.
Keuntungan
perusahaan merupakan selisih antara penerimaan dari tiap- tiap jenis output
yang dihasilkan dengan biaya proses produksi. Sehingga dapat dirumuskan fungsi
tujuan
sebagai berikut :
Maksimumkan Z =
Pb Xb Pp Xp
Dimana :
Z = Keuntungan yang ingin dimaksimumkan
Pb = keuntungan per satuan produk cocoa butter pada tahun 2004
Xb = Tingkat produksi cocoa butter pada tahun 2004
Pp = keuntungan per satuan produk cocoa powder pada tahun 2004
Xp = Tingkat produksi cocoa butter pada tahun 2004
menyebabkan
produk
tersebut
berbeda
dalam
penggunaan
Dimana :
A
B
N
Koefisien
kebutuhan
jam
mesin
yang
digunakan
untuk
tanggal 29
September 1989. Namun Akta pendirian perseroan tersebut telah beberapa kali
mengalami perubahan, terakhir dengan Akta No. 90, tanggal 24 oktober 2003 yang
dibuat dihadapan R. Johanes Sarwono, SH, Notaris di Jakarta.
Maksud dan tujuan didirikannya perseroan adalah
untuk menjalankan
Raya Serang
Tangerang, Banten. Pabrik tersebut dibangun di atas tanah seluas 11.700 M , atas
nama Jusuf Setiawan. Adanya perinciannya tercantum dalam Tabel 5.
Sertifikat
GS/SU
HM No.689, Tgl 11- 03-1987
GS No.
HM No.372, Tgl 02- 05-1985
GS No.
HM No.674, Tgl 11- 03-1987
GS No.
HM No.664, Tgl 11- 03-1987
GS No.
HM No.676, Tgl 11- 03-1987
GS No.
HM No.601, Tgl 27- 08-1986
GS No.
HM No.613, Tgl 16- 09-1986
GS No.
Jumlah
Sumber : PT Cacao Wangi Murni, Juni 2004.
3142
3579
3121
3107
3124
9160
10158
: Muliawati Setiawan
Luas (M )
950
2.250
560
445
2.915
3.765
815
11. 700
Dewan Direksi
1. Direktur Utama
: Paul Setiawan
2. Direktur
: John Setiawan
3. Direktur
: Rendy Christian
kotoran lainnya sehingga nantinya akan didapat bahan baku berupa biji kakao
yang telah bersih. Bahan baku berupa biji kakao yang telah bersih setelah di
cleaner tersebut di masukkan ke cylo beans. Dari cylo beans di transfer ke hopper
free dryer dan selanjutnya akan diproses di mesin free dryer. Pada mesin free
dryer biji kakao dipanaskan (disangrai) sehingga kulit yang ada pada biji
kakao
mencapai kekeringan
yang
dikehendaki.
Kulit
pada
biji
kakao
dikeringkan sesuai dengan standart yang dikehendaki dengan tujuan agar biji
kakao tersebut dapat dengan mudah dikupas di mesin winower.
Proses pengupasan biji kakao yang dilakukan pada mesin winower ini
bertujuan untuk memisahkan antara daging kakao dengan kulitnya. Daging kakao
tersebut berbentuk berasan yang dinamakan dengan Nibs, sedangkan kulit kakao
dipisahkan tersendiri. Kemudian hasil output dari mesin winower berupa Nibs
tersebut di masukkan ke cylo Nibs. Proses selanjutnya adalah ke mesin Reaktor.
Pada mesin Reaktor ini Nibs doproses untuk mengatur warna dan aroma sesuai
dengan yang dikehendaki. Selanjutnya Nibs dari Reaktor tersebut disangrai di
mesin Roaster Nibs. Adapun proses penyangraian di mesin Roaster Nibs
membutuhkan perlakuan khusus sehingga hasil finish goodnya dapat sesuai dengan
flavour yang dikehendaki. Proses selanjutnya adalah setelah Nibs matang di
tampung ke Hopper mesin Map Nibs , pada mesin ini Map selanjutnya Nibs akan
digilas hingga menjadi pasta.
Biji kakao yang telah digilas hingga menjadi pasta dinamakan Massa, yang
untuk selanjutnya massa tersebut ditampung di Storage Tank. Kemudian dari
Storage Ta nk massa tersebut digilas lagi hingga menjadi halus di mesin Fine
Ball Mill. Mesin Fine Ball Mill yang terdapat dua bagian, adapun mesin Fine Ball
Mill pertama untuk menggilas pasta menjadi setengan halus. Sedangkan mesin Fine
Ball Mill kedua untuk menggilas massa yang setengah halus menjadi halus. Untuk
selanjutnya dari mesin Fine Ball Mill kedua tersebut massa cocoa yang telah halus
tersebut diayak lagi dimesin Filter Massa sehingga kehalusan massa cocoa sesuai
dengan standart yang diinginkan.
Hasil massa cocoa yang sudah halus dan sesuai dengan standart
kehalusannya untuk selanjutnya ditampung di Storage Tank . Di Sorage Tank
tersebut massa cocoa
kuman.
Dari Sorage Tank massa cocoa tersebut disedot ke Tank Press dan untuk
selanjutnya massa cocoa tersebut siap di press pada mesin Press. Massa cocoa
tersebut dipress dan hasil output pada mesin press tersebut ada dua macam yaitu
Cocoa Butter dan Cocoa Cake. Adapun Cocoa cake yang dihasilkan berbentuk
lempengan- lempengan bulat yang selanjutnya digiling pada mesin pemecah cake
yang dinamakan mesin Cake Breaker.
Pada mesin Cake Breaker, tersebut dipecah menjadi bentuk Chips.
Selanjutnya Chips tadi digiling lagi di cocoa cake mesin Pulverizer Plant hingga
menjadi Cocoa Powder. Cocoa Powder tersebut ada yang langsung dipacking dan
untuk selanjutnya siap untuk dipasarkan. Namun jika konsumen ada yang
menginginkan atau meminta aroma powder lebih harum, maka powder tersebut
ditambah dengan dengan essence atau vanily di mesin mixer.
Massa cocoa yang
dipress
dan
menghasilkan
pengiriman
biji
kakao
pada
perusahaan
meskipun
ada
beberapa pemasok yang lebih tertarik untuk mengekspor biji kakao mengingat
harga jual yang lebih tinggi jika di eksport.
Kegiatan pemasaran produk yang dihasilkan oleh PT Cacao Wangi Murni
berorientasi pada tujuan eksport sebanyak 98 persen sedangkan lokal hanya
berkisar sekitar dua persen. Adapun negara- negara tujuan ekspornya antara lain
Amerika,
Belanda,
Eropa,
dan
Perancis.
Untuk
itu
perusahaan
sangat
memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan agar sesuai dengan yang dinginkan
oleh konsumen. Sehingga konsumen akan merasa puas dan untuk selanjutnya loyal
terhadap perusahaan. Untuk melakukan pemasaran produknya perusahaan tidak
melakukan kontrak jangka panjang, melainkan dengan kontrak jangka pendek. Hal
tersebut dilakukan mengingat harga produk berupa Cocoa Butter dan Cocoa
Powder sering mengalami perubahan (fluktuatif) tergantung dengan harga di pasar
internasional. Adapun sistem pembayaran yang diterapkan adalah cash satu bulan
untuk trading sedangkan untuk buyer di luar negeri yaitu dengan Letter of Credit
(L/C) dan Telex Transfer (TT).
Tabel 6 menunjukkan konsumen pembeli hasil produksi beserta lokasi
pembeli tersebut.
Tabel 6. Daftar Nama dan Lokasi Pembeli Produk Pada PT. Cacao Wangi Murni
Tahun 2004.
No
Nama
Lokasi
USA, Eropa
Theobromo BV Company
USA, Eropa
Unicom BV Company
USA, Eropa
Dinex Company
Eropa Timur
Eropa
Eropa
Tabel 7. Harga Jual, Biaya Produksi, dan Keuntungan Tiap Jenis Produk Tahun
2004
Jenis Cocoa
Variabel Harga
Jual Biaya
Keuntungan
(Rp/Ton)
Produksi/Ton
(Rp/Ton)
14.616.796,47
Cocoa Butter
XB1
36.800.000
22.183.203,53
Cocoa Powder
XP1
11.040.000
10.261.617,96
778.382,04
jumlah bahan baku berupa bij i cacao yang dibutuhkan untuk memproduksi masingmasing produknya yaitu cococa butter dan cocoa powder. Berdasarkan satu Ton
biji cacao yang digunakan dalam proses produksi akan selalu dihasilkan cococa
butter dan cocoa powder.
Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi kendala bahan baku dapat
dirumuskan sebagai berikut :
C1
XB + XP <= 15000
Tabel 8. Koefesien Jam Kerja Mesin PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004
Jenis Mesin
Koefesien
Cocoa Butter
Cleaner
Cocoa Powder
0.283
0.408
0.567
0.817
0.425
0.613
0.340
0.490
MAP
0.340
0.490
Fine Ba ll Mill
0.567
0.817
Mesin Press
0.944
1.361
Free Dryer
Winower
Roaster
Pulverizer
Penyaring
0.7
0.17
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9
0.170 XB
<= 25776
C10
0.700 XP
<= 25766
Cocoa Powder 17
Produksi
(Ton)
13.6
(c) Koefesien
(a*b)/c
(Jam/Ton)
10
19.6
6.939
Tabel 10. Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung PT Cacao Wangi Murni
Tahun 2004.
Nama Bulan
Variabel
Kendala
Hari
Kerja
Ketersediaan
Per Bulan
30
Jam
Jumlah
Kerja Per Pekerja
hari
8
34
January
C11
February
C11
28
34
7616
Maret
C11
31
34
8432
Apr il
C11
30
34
8160
Mei
C11
31
34
8432
Juni
C11
30
34
8160
Juli
C11
30
34
8160
Agustus
C11
30
34
8160
September
C11
30
34
8160
Oktober
C11
31
34
8432
November
C11
27
34
7344
Desember
C11
30
34
8160
Total
8160
97376
Berdasarkan ura ian di atas maka fungsi kendala jam kerja tenaga
kerja dapat dirumuskan sebagai berikut :
C11
Variabel
Cacao Butter
XB
Cacao Powder
XP
7139
6683
untuk
sangat
berfluktuatif baik kualitas maupun kuantitas. Oleh sebab itu, perusahaan sering kali
membeli biji kakao dalam jumlah yang lebih banyak sebagai stock (persediaan)
untuk menjamin kontinuitas proses produksi selanjutnya sehingga bila terjadi
kelangkaan bahan baku maka dapat diantisipasi.
Pada kondisi optimal ketersediaan bahan baku biji kakao memiliki nilai sisa
artinya ketersediaan biji kakao selalu lebih besar dari jumlah biji kakao yang
diperlukan untuk memproduksi cocoa butter dan cocoa powder pada tingkat
kombinasi yang optimal. Hal ini disebabkan karena terdapatnya perbedaan
penggunaan biji kakao antara kondisi aktual sebesar 15.000 sedangkan pada
kondisi optimal hanya sebesar 11.783,4 yang menunjukkan bahwa biji kakao
mempunyai nilai sisa atau slack sebesar 3216.6 Ton. Dimana nilai sisa atau slack
tersebut diperoleh dari selisih antara penggunaan biji kakao pada kondisi aktual dan
pada kondisi optimal.
Ketersediaan bahan baku biji kakao yang berlebih tersebut perlu
diperhatikan oleh perusahaan sehingga nantinya tidak akan menimbulkan
biaya tambahan karena adanya penyimpanan dan pengawasan terhadap
bahan baku biji kakao untuk menjaga kualitas bahan baku biji kakao yang
diproduksi. Oleh sebab itu perusahaan harus memiliki kerjasama yang baik
dengan perusahaan pemasok bahan baki biji kakao agar dapat menjamin
kontinuitas pengiriman bahan baku biji kakao agar nantinya dapat menjamin
kontinuitas proses produksi bagi perusahaan.
6.2.4. Penggunaan Mesin
Berdasarkan total produksi cocoa butter maupun cocoa powder yang
dihasilkan pada tahun 2004 ternyata semua mesin belum terpakai secara optimal
karena adanya jumlah jam kerja mesin yang menganggur. Hal ini dapat dilihat dari
nilai slack atau nilai sisanya yaitu sebesar 21605.879 jam pada mesin cleaner,
8831.976 jam pada mesin free dryer, 36695.586 jam pada mesin winower,
20767.143 jam pada mesin roaster, 10743.142 jam pada mesin Map, 34607.977
jam pada mesin FBH, 37641.516 jam pada mesin Press, 24909.631 jam pada mesin
penyaring dan 21097.631 jam pada mesin pulverizer. Untuk lebih jelasnya lagi
dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 12. Ketersediaan, Penggunaan dan Nilai Sisa Jam Kerja Mesin Pada PT
Cacao Wangi Murni Tahun 2004.
Jenis Mesin
Variabel
Ketersediaan
Optimal
(Jam)
Penggunaan
Cleaner
C2
25776
Nilai
Sisa/ Slack
4170.121
21605.879
Free Dryer
C3
17184
8352.024
8831.976
Winower
C4
42960
6264.414
36695.586
Roaster
C5
25776
5008.857
20767.143
Map
C6
15752
5008.858
10743.142
FBH
C7
42960
8352.023
3467.977
Press
C8
51552
13910.48
37641.516
Penyaring
C9
25776
866.369
24909.631
Pulverizer
C10
25776
4678.369
21097.631
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa pada kondisi optimal masih banyak jam
kerja mesin yang menganggur. Oleh karena itu perusahaan tidak perlu menambah
ketersediaan mesin, karena akan merupakan suatu pemborosan yang dapat
merugikan perusahaan. Namun hal yang seharusnya dapat perusahaan lakukan
untuk memanfaatkan jam kerja mesin yang menganggur adalah dengan cara
menambah produksi biji kakao untuk menghasilkan cocoa butter dan cocoa
powder sehingga dapat menekan kelebihan jam kerja mesin yang menganggur dan
pada akhirnya akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.
6.2.5. Penggunaan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung
Jumlah jam tenaga kerja langsung yang tersedia pada PT CWM selama
tahun 2004 adalah sebesar 97.376. Sedangkan berdasarkan hasil olahan optimal
penggunaan jam tenaga kerja langsung untuk proses produksi cocoa butter dan
cocoa powder telah dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat pada nilai
sisa atau slacknya. Dimana nilai sisa atau slacknya pada jam tenaga kerja langsung
memiliki nilai sebesar nol, yang artinya bahwa jam tenaga kerja langsung yang
diperlukan untuk memproduksi cocoa butter dan cocoa powder telah digunakan
seoptimal mungkin. Nilai sisa atau slacknya nol hal ini berarti bahwa jam tenaga
kerja langsung produksi telah habis digunakan dalam produksi.
6.3. Analisis Dual
Tingkat produksi cocoa butter dan cocoa powder
ditentukan oleh
ketersediaaan sumberdaya pada tahun 2004. Dimana tingkat produksi akan dibatasi
oleh ketersediaan sumberdaya yang paling sedikit. Analisis dual memberikan
penilaian terhadap status sumberrdaya yang tersedia dengan melihat nilai slack atau
surplus dan nilai dualnya. Sumberdaya dengan slack atau surplus nol menunjukkan
bahwa sumberdaya tersebut bersifat terbatas dan termasuk sumberdaya yang aktif.
Sumberdaya dengan nilai slack atau surplus lebih besar dari nol merupakan
sumberdaya berlebih dalam proses produksi dan termasuk dalam sumberdaya tidak
aktif.
Nilai dual juga menunjukkan besar pengaruh akibat penambahan atau
pengurangan pada nilai ruas kanan kendala terhadap nilai fungsi tujuan.
Nilai dual pada sumberdaya terbatas atau kendala aktif mengindikasikan
bahwa perubahan satu satuan pada satu kendala akan menyebabkan nilai
fungsi tujuan berubah sebesar nilai dual dari sumberdaya
tersebut.
perusahaan bersedia untuk membeli satu unit sumberdaya. Oleh karena itu nilai
dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan terutama dalam pembelian
sumberdaya. Dual price juga sering disebut sebagai harga bayangan (shadow price)
yang dapat digunakan untuk menentukan harga tertinggi suatu sumberdaya (input)
yana masih memungkinkan perusahaan untuk tetap melakukan pembeliaan.
Analisis status sumberdaya pa da kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Status Sumberdaya di PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004.
Nilai Sisa/Slack
Sumber daya
Variabel
Nilai Dual
Biji Kakao
C1
3216.616 0
Cleaner
C2
21605.879 0
Berlebih
Free Dryer
C3
8831.976 0
Berlebih
Winower
C4
36695.586 0
Berlebih
Roaster
C5
20767.143 0
Berlebih
Map
C6
10743.142 0
Berlebih
FBH
C7
3467.977 0
Berlebih
Press
C8
37641.516 0
Berlebi h
Penyaring
C9
24909.631 0
Berlebih
Pulverizer
C10
21097.631 0
Berlebih
TKL
C11
0 112174.961
Status
Sumberdaya
Berlebih
Langka
fungsi tujuan memberikan informasi menge nai rentang perubahan keuntungan per
satuan produksi dari setiap jenis produk yang masih diijinkan agar solusi optimal
dalam perencanaan produksi tetap berlaku dengan parameter lain dianggap konstan.
Koefesien nilai fungsi tujuan adalah keuntungan per unit dari setiap jenis produksi
yang dihasilkan oleh PT CWM yaitu berupa cocoa butter dan cocoa powder.
Selang perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.
Jenis Produk
Variabel Allowable
Nilai Awal
Decrease
Allowable
Increase
Cacao Butter
XB
13.495.046,-
14.616.796,-
Infinity
Cacao Powder
XP
778.382,-
778.382,-
9.364.213, -
Berdasarkan Tabel 14, maka dapat dilihat bahwa cocoa butter memiliki
nilai maksimum keuntungan per produk cocoa but ter yang tidak terbatas. Hal
ini berarti bahwa apabila perusahaan meningkatkan keuntungan sampai tidak terbatas
maka penambahan keuntungan tersebut tidak akan mempengaruhi kombinasi
produksi yang optimal. Sedangkan
adalah
Analisis sensitivitas ruas kanan kendala sering disebut dengan Right Hand
Side (RHS) yang memperlihatkan selang perubahan yang tidak akan menyebabkan
nilai dual berubah. Suatu sumberdaya semakin peka terhadap perubahan nilai ruas
kanan kendalanya, maka semakin sempit selang kepekaan suatu sumberdaya. Jika
nilai sebelah kanan kendala berada di luar selang kepekaan tersebut, maka kondisi
optimal akan berubah. Interval perubahan nilai ruas kanan kendala tersebut
ditunjukkan oleh kolom allowable decrease yang menunjukkan batas maksimum
penurunan yang diijinkan dan kolom allowable increase yang menunjukkan batas
maksimum kenaikan yang diijinkan.
Analisis sensitivitas ruas kanan kendala meliputi semua kendala yang ada
dalam model linear yaitu kendala bahan baku biji kakao, kendala jam kerja mesin
dan kendala jam tenaga kerja langsung. Analisis ruas kanan kendala dapat dilihat
pada Tabel 15.
Sumberdaya
Variabel Allowable
Nilai RHS
Allowable
Decrease
Increase
Biji Kakao
C1
3216.616
15000
Infinity
Cleaner
C2
21605.879
25776
Infinity
Free Dryer
C3
8831.976
17184
Infinity
Winower
C4
36695.586
42960
Infinity
Roaster
C5
20767.143
25776
Infinity
Map
C6
10743.142
15752
Infinity
FBH
C7
34607.977
42960
Infinity
Press
C8
37641.516
51552
Infinity
Penyaring
C9
24909
25776
Infinity
Pulverizer
C10
21097.631
25776
Infinity
TKL
C11
46376
97376
4625.650
sumberdaya
ketersediaanya
(nilai
sebelah
kanan
kendala).
Sumberdaya
yang
biji kakao dan jam kerja seluruh mesin. Hal tersebut dikarenakan sumberdaya
bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin memiliki nilai dual yang sama
dengan nol. Oleh sebab itu perusahaan tidak perlu lagi untuk menambah atau
meningkatkan ketersediaan sumberdaya yang berlebih tersebut, karena berapun
peningkatan ketersediaan bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin yang
dilakukan perusahaan tetap tidak akan mengubah nilai dual pricesnya.
Sedangkan untuk kendala yang memiliki nilai pada allowable decrease dan
allowable increase, maka nilai sebelah kanan kendala tersebut sebaiknya berada
pada selang tersebut. Dengan batas kenaikan maksimum adalah nilai allowable
increasenya dan batas penurunan maksimumnya adalah sebesar nilai allowable
decrease. Kendala yang memiliki nilai baik di allowable decrease dan allowable
increase adalah kendala jam tenaga kerja langsung. Oleh sebab itu jam tenaga kerja
langsung batas atas kenaikan yang diijinkan adalah seperti yang ditunjukkan pada
kolom allowable increase yaitu sebesar 4625.65 jam, sedangkan batas penurunan
yang diperbolehkan adalah sebesar 46376 jam. Sehingga tidak akan menyebabkan
perubahan pada nilai dual pricesnya. Hal ini mengimplikasikan bahwa selama
interval jam tenaga kerja langsung berada pada selang tersebut maka setiap
penambahan satu jam tenaga kerja langsung akan meningkatkan keuntungan
perusahaan sebesar nilai dual pricenya yaitu sebesar Rp 112.174,96.
kerja mesin lebar sehingga batas maksimum ketersediaanya tak hingga dan batas
minimumnya terbatas. Namun untuk sumberdaya jam tenaga kerja langsung selang
kepekaannya berada pada kisaran 86388.9 102001.7.
7.2. Saran
Sebaiknya perusahaan disarankan untuk melakukan perencanaan proses
produksi yang sesuai dengan kondisi optimal dengan syarat kondisi perusahaan
berada dalam keadaan saat ini. Dengan melakukan hal tersebut perusahaan akan
mendapatkan tambahan keuntungan sebesar Rp. 1.778.778.011,- sehingga nantinya
dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.
Selain itu juga perusahaan sebaiknya dapat menambah jumlah jam tenaga
kerja langsung karena karena jam tenaga kerja langsung memiliki status sebagai
sumberdaya yang langka yang memiliki nilai dual price sebesar 112174.961,
sehingga setiap peningkatan jam tenaga kerja langsung dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan sebesar nilai dual pricenya.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Penerbit
FEUI.
Chandra, I. 1998. Analisis Persediaan Rumput Laut Sebagai Bahan Baku
Produk Karaginan (Studi Kasus Pada Industri Karaginan PT. Galic Artha Bahari).
Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.
Cakraningrum, T. 2000. Optimalisasi Pengadaan bahan Baku Pabrik Gula (Studi
Kasus pada PT P G Mojo Sragen Jawa Tengah). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan
Indonesia Cocoa. Jakarta.
Handayani, M. Kania.2001. Optimalisasi Pengendalian Bahan Baku Nabati
(Simplisia) pada Perusahaan Jamu Tradisional PT. XYZ. Skripsi. Jurusan
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Handoko, T. Hani. 1997. Dasar- Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
Edisi 1. BPFE. Yogyakarta.
Susi. 1999. Optimalisasi Gula Cair Dan Gula Kristal. Skripsi. Jurusan IlmuIlmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
XB
+ XP
<= 15000
C2)
C3)
C4)
C5)
C6)
C7)
C8)
C9)
C10)
C11)
10 XB
+ 6.939 XP
<= 97376
C12)
XB <= 5100
C13)
XP <= 7350
End
0.7974788E+11
VARIABLE
VALUE
REDUCED COST
XB
5100.000000
0.000000
XP
6683.383789
0.000000
3216.616455
DUAL PRICES
0.000000
C2)
21605.878906
0.000000
C3)
8831.975586
0.000000
C4)
36695.585938
0.000000
C5)
20767.142578
0.000000
C6)
10743.141602
0.000000
C7)
34607.976562
0.000000
C8)
37641.515625
0.000000
C9)
24909.000000
0.000000
C10)
21097.630859
C11)
0.000000
C12)
0.000000 13495046.000000
C13)
0.000000
112174.960938
666.616333
NO. ITERATIONS=
0.000000
CURRENT
COEF
XB
14616796.000000
XP
778382.062500
ALLOWABLE
ALLOWABLE
INCREASE
DECREASE
INFINITY
9364213.000000
13495046.000000
778382.000000
CURRENT
ALLOWABLE
ALLOWABLE
RHS
INCREASE
DECREASE
C1
15000.000000
INFINITY
3216.616455
C2
25776.000000
INFINITY
21605.878906
C3
17184.000000
INFINITY
8831.975586
C4
42960.000000
INFINITY
36695.585938
C5
25776.000000
INFINITY
20767.142578
C6
15752.000000
INFINITY
10743.141602
C7
42960.000000
INFINITY
34607.976562
C8
51552.000000
INFINITY
37641.515625
C9
25776.000000
INFINITY
24909.000000
C10
25776.000000
INFINITY
21097.630859
C11
97376.000000
4625.650391
46376.000000
C12
5100.000000
4637.600098
462.565094
C13
7350.000000
INFINITY
666.616333
Freedryer Winower
Map
Roaster
Fbh
Pulverizer
Mesin
Penyaring
Press
Ketersedian (24)
Ketersedian (24) Ketersedian (24) Ketersedian (24) Ketersedian (22) Ketersedian (24) Ketersedian (24) Ketersedian (24) Ketersedian (24)
Jumlah (3)
Jumlah (2)
Jumlah (5)
Jumlah (2)
Jumlah (3)
Jumlah (5)
Jumlah (6)
Jumlah (3)
Jumlah (3)
January (30)
2160
1440
3600
2160
1320
3600
4320
2160
2160
February (28)
2016
1344
3360
2016
1232
3360
4032
2016
2016
Maret ( 31)
2232
1488
3720
2232
1364
3720
4464
2232
2232
April (30)
2160
1440
3600
2160
1320
3600
4320
2160
2160
Mei (31)
2232
1488
3720
2232
1364
3720
4464
2232
2232
Juni (30)
2160
1440
3600
2160
1320
3600
4320
2160
2160
Juli (30)
2160
1440
3600
2160
1320
3600
4320
2160
2160
Agustus (30)
2160
1440
3600
2160
1320
3600
4320
2160
2160
September (30)
2160
1440
3600
2160
1320
3600
4320
2160
2160
Oktober (31)
2232
1488
3720
2232
1364
3720
4464
2232
2232
November (27)
1944
1296
3240
1944
1188
3240
3888
1944
1944
Desember (30)
2160
1440
3600
2160
1320
3600
4320
2160
2160
25776
17184
42960
25776
15752
42960
51552
25776
25776
Jumlah
Kapasitas (ton/jam)
Kebutuhan jam / ton (jam)
(1/kapasitas)
Perbandingan / ton biji cocoa
Cocoa butter (34%)
Cocoa powder (49%)
0.2833
0.4083
0.566667
0.816667
0.425
0.6125
0.34
0.49
0.34 0.57
0.49 0.82
0.944
1.361
0.17
0.7