MAKALAH MINI
Oleh :
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Centre of Reform in Economics (CORE) menilai ekonomi Indonesia memiliki
potensi untuk tumbuh di atas 5% pada kuartal I 2019. Di mana konsumsi rumah
tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Sementara daya beli
masyarakat juga terjaga, terlihat dari inflasi hingga kuartal I 2019 yang menunjukkan
terkendali. Kementrian Perdagangan Indonesia dalam hal ini semakin agresif dalam
mendorong peningkatan ekspor non migas terutama pada industri kecil menengah.
Banyak diantara perusahaan industri kecil seperti usaha kecil menengah
(UMKM) yang tidak memahami secara benar mengenai penentuan harga pokok
produksi. Harga pokok produksi berpengaruh terhadap harga jual. Harga jual yang
ditentukan harus dapat menutupi biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Untuk
itu, perusahaan harus menentukan harga jual dengan tepat agar perusahaan dapat
memperoleh laba sesuai dengan yang diharapkan dan jauh dari ancaman kerugian
bahkan kebangkrutan. Perusahaan harus menggunakan suatu metode untuk
menentukan harga jual, salah satunya yaitu metode Cost Plus Pricing.
Di Provinsi Gorontalo terdapat banyak perusahaan manufaktur yang bergelut
di industri pangan, salah satunya adalah Toko Brantas yang terletak di Jl. Raja Eyato
No. 05, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Toko ini merupakan toko yang
dikelola pertama kali oleh keluarga Pak Edo Korin dan didirikan pada tahun 1963
dengan usaha utama yaitu menjual roti yang diproduksi sendiri di pabrik yang terletak
di Kecamatan Huntu Selatan, Kabupaten Bone Bolango. Seiring berjalannya waktu,
toko ini mulai mengembangkan usahanya. Hingga kini, toko yang telah berdiri sejak
lebih dari 50 tahun yang lalu tersebut telah berganti nama menjadi Toko dan Rumah
Makan Brantas yang menjual bukan hanya roti, tetapi juga kue khas daerah, kue roll,
kue brownies, juga makanan dan minuman saji seperti nasi goreng, bakso to, ayam
lalapan, es kacang merah, es campur dan masih banyak lagi.
1
Berikut ini data 5 produk paling laris yang diproduksi langsung dan dijual
oleh Toko dan Rumah Makan Brantas beserta harga jualnya :
Tabel.1 Produk Toko dan Rumah Makan Brantas
Nama Produk Harga Jual
Bakso To
Rp 15.000
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa harga jual untuk produk di Toko dan
Rumah Makan Brantas lumayan tinggi dari harga pada usaha kecil namun setara
dengan harga produk yang diproduksi oleh perusahaan ternama di Gorontalo seperti
Saronde (Berdasarkan hasil analisis harga jual oleh peneliti). Untuk penetapan harga
jual, Toko dan Rumah Makan Brantas masih menetapkan harga secara tradisional,
artinya seluruh biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik dihitung tetapi tidak
memperhitungkan biaya tenaga kerja. Selain itu, laba yang diharapkan tidak
ditetapkan terlebih dahulu melainkan dengan cara memperkirakan harga jual wajar
pasar. Pendekatan cara tradisional Toko dan Rumah Makan Brantas dalam
menetapkan Harga jual produk yang mirip seperti metode Cost Plus Pricing dalam
penetapan harga jual.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas, oleh karena itu
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan Metode Cost Plus
Pricing Dalam Penetapan Harga Jual Pada Toko dan Rumah Makan Brantas”.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah : Bagaimanakah penetapan harga jual pada Toko dan Rumah Makan
Brantas dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Dengan memperhatikan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat :
- Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wacana
dan wawasan pengetahuan mengenai Bagaimana menetapkan harga jual
dengan menggunakan metode-metode yang ditetapkan sehingga perusahaan
dapat memaksimalkan laba yang akan mereka peroleh.
- Memperluas pengetahuan tentang Penetapan harga jual serta metode-metode
yang digunakan dan untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola
pikir dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh.
- Diharapkan masyarakat mendapatkan suatu informasi mengenai bagaimana
suatu perusahaan menetapkan harga jual atas produknya, berapa biaya-biaya
yang mereka keluarkan untuk memproduksi satu jenis produk serta
setimpalkah harga yang mereka keluarkan untuk membeli sebuah produk
dengan kuantitas juga kualitas produk yang mereka dapatkan.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Menurut Mulyadi (dalam Farhah 2017:12), “Harga pokok produksi adalah
total biaya - biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk yang siap untuk dijual. ”Menurut Supriyono (dalam Wuryansari 2016:11),
“Harga pokok produksi adalah semua elemen biaya yang diproduksi baik tetap
maupun variabel.” Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan harga pokok
produksi adalah total dari biaya-biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel yang
terjadi dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi.
2.3 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok produksi yang akurat sangat penting untuk analisis
profitabilitas dan keputusan strategis yang berkenaan dengan desain produk,
penetapan harga dan bauran produk. Menurut Mulyadi (dalam Purnama 2017:27),
dalam menentukan harga pokok produksi terdapat berbagai cara atau metode yang
dapat digunakan seperti full costing dan variable costing.
1. Full costing
Menurut Mulyadi (dalam Purnama 2017:27) full costing merupakan
penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi
ke dalam kos produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun
yang berperilaku tetap.
2. Variable costing
Menurut Gersil dan Cevdet (dalam Purnama 2017:29), Variable
costing adalah metode yang menentukan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan unsur biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam
harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Sedangkan untuk biaya
tetap akan dibebankan pada periode tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa
dengan menggunakan variable costing barang yang akan dijual tidak
mengandung biaya overhead tetap. Variabel costing lebih banyak
digunakan untuk pengambilan keputusan jangka pendek.
5
2.4 Cost Plus Pricing
Menurut Sodikin (2015:164), harga jual produk harus dapat menutup seluruh
biaya perusahaan, bukan hanya biaya produksi, tetapi juga biaya nonproduksi
seperti biaya administrasi umum dan pemasaran. Pendekatan yang lazim untuk
menentukan harga jual produk standar adalah menerapkan formula cost plus.
Menurut pendekatan ini, harga jual adalah biaya (cost) ditambah dengan
markup sebesar persentase tertentu dari biaya tersebut. Markup harus ditentukan
sedemikian rupa sehingga laba yang diinginkan dapat tercapai. Dalam pendekatan
ini dikenal empat pendekatan dalam menentukan harga jual yaitu :
a. Biaya Produksi Penuh (Full Costing)
Menurut pendekatan ini, biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik tetap dan variabel.
b. Biaya Penuh (Full Cost)
Full cost adalah seluruh biaya perusahaan yang terdiri atas biaya
produksi total (variabel plus tetap) dan biaya nonproduksi total (variabel
plus tetap).
c. Biaya Produksi Variabel (Variable Costing)
Menurut pendekatan ini, biaya produk hanya terdiri atas biaya
variabel yang diperlukan untuk memproduksi barang/jasa. Elemen biaya
produk hanya meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik variabel. Biaya overhead pabrik tetap dianggap bukan
biaya produksi, melainkan biaya perioda (period cost).
d. Biaya Variabel (Variabel Cost)
Variable cost adalah seluruh biaya variabel baik biaya produksi
variabel maupun biaya nonproduksi variabel.
6
Menurut Soemarso S.R (dalam 2017:3), “Laba adalah selisih lebih
pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan usaha, untuk
memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu.”Menurut Kotler (dalam
2017:3), ”Laba adalah pendapatan (revenue) dikurangi biaya-biaya (cost).”
Dari pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa laba dalah selisih
antara pendapatan dengan biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan
usaha dalam suatu periode tertentu.
BAB III
METODE PENELITIAN
7
Data diperoleh dari penelitian ini dihitung dengan menggunakan metode full
costing untuk menghitung harga pokok produksi dan pendekatan Cost Plus
Pricing untuk menentukan harga jual kepada konsumen oleh Toko dan Rumah
Makan Brantas. Tahapan yang dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi biaya-biaya yang terjadi di perusahaan sesuai dengan
teori akuntansi yang ada.
2. Melakukan perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode
full costing.
3. Menetapkan harga jual.
4. Menghitung laba yang dihasilkan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
8
Total Produksi 485 4340 18600
Sumber : Toko dan Rumah Makan Brantas Februari 2020
9
Toko Brantas melakukan lima kali produksi roti isi cokelat dalam satu hari. Biaya
bahan baku langsung roti isi cokelat dalam sebulan adalah Rp 8.547.000,-
Toko Brantas melakukan satu kali produksi kue lemper dalam satu hari. Biaya bahan
baku langsung roti isi cokelat dalam sebulan adalah Rp 2.571.840,-
c. Bahan Baku Langsung Kue Roll
Tabel 5. Biaya Bahan Baku Langsung Pembuatan Kue Roll pada bulan
Februari 2020
Jumlah pemakaian Jumlah pemakaian
Bahan Baku Langsung Biaya Bulanan
bahan baku langsung bahan baku langsung Biaya Satuan (Rp)
(dalam satuan) (Rp)
per hari pe bulan
Telur (Butir) 18 Butir 540 Butir Rp 2,500 Rp 1,350,000
Gula Kastor (Kg) 0.27 kg 8.1 kg Rp 25,000 Rp 202,500
Cake Emulsifier (sdm) 3 sdm 90 sdm Rp 1,400 Rp 126,000
Tepung Terigu (kg) 0.21 kg 6.3 kg Rp 8,500 Rp 53,550
Maizena (kg) 0.03 kg 0.9 kg Rp 43,000 Rp 38,700
Susu Bubuk (kg) 0.03 kg 0.9 kg Rp 105,000 Rp 94,500
Mentega Cair (kg) 0.375 kg 11.25 kg Rp 13,000 Rp 146,250
Vanila Essence (ml) 15 ml 450 ml Rp 133 Rp 59,850
Butter Cream (kg) 0.1875 kg 5.625 kg Rp 52,000 Rp 292,500
Total Rp 2,363,850
Sumber : Toko dan Rumah Makan Brantas Februari 2020
10
Toko Brantas melakukan tiga kali produksi kue roll dalam satu hari. Biaya bahan
baku langsung roti isi cokelat dalam sebulan adalah Rp 2.363.850,-
Toko Brantas melakukan satu kali produksi Bakso dalam satu hari. Biaya bahan baku
langsung roti isi cokelat dalam sebulan adalah Rp 7.157.500,-
11
Toko Brantas melakukan satu kali produksi es kacang merah dalam satu hari. Biaya
bahan baku langsung roti isi cokelat dalam sebulan adalah Rp 3.240.000,-
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung yang dikeluarkan selama bulan februari 2020
adalah sebesar Rp 13.900.000,-
3. Biaya Overhead Pabrik
Tabel 9. Biaya Overhead Pabrik Bulan Februari 2020
12
Total Biaya Overhead Pabrik Variabel yang dikeluarkan selama bulan februari 2020
adalah sebesar Rp 6.250.000,-
4.1.2 Perhitungan Harga Jual dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing
Berdasarkan penelitian, Laba yang diharapkan Toko Brantas adalah 20%.
Selanjutnya harga jual produk dapat dihitung dengan menjumlahkan total biaya
produksi dengan laba yang diharapkan yaitu 20% kemudian dibagi total produksi
produk selama sebulan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Rumus Metode Cost Plus Pricing :
Total Biaya Produksi + Laba yang diharapkan
Harga Jual Produk =
Total Produksi Sebulan
13
22.721.840+(20 % x 22.721 .840)
= = Rp. 4.544,-
6000
14
Total Biaya Produksi = Rp 23.390.000
Tabel 10. Perbandingan Harga Jual Toko Brantas dengan Harga Jual dengan
Metode Cost Plus Prising
Harga Jual Toko Harga Jual Metode
Jenis Produk Selisih
Brantas Cost Plus Pricing
Roti Isi Coklat Rp 6,000 Rp 7,653 Rp 1,653
Kue Lemper Rp 3,000 Rp 4,544 Rp 1,544
Kue Roll Rp 5,000 Rp 6,004 Rp 1,004
Bakso To Rp 15,000 Rp 18,205 Rp 3,205
Es Kacang Merah Rp 12,500 Rp 15,593 Rp 3,093
Jumlah Rp 41,500 Rp 51,999 Rp 10,499
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil penentuan harga
jual produk dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing pada Toko dan Rumah
15
Makan Brantas dan melihat perbandingannya dengan harga jual yang ditentukan oleh
perusahaan. Perhitungan biaya produksi yang dilakukan oleh perusahaan biasanya
tidak dihitung secara rinci melainkan beberapa biaya dihitung berdasarkan biaya yang
diestimasi atau diperkirakan oleh perusahaan. Perusahaan tidak memperhitungkan
setiap komponen-komponen biaya produksi sehingga harga jual yang ditetapkan oleh
perusahaan lebih rendah daripada harga jual yang dihitung berdasarkan metode Cost
Plus Pricing. Jika dibiarkan, tentu saja hal ini akan berdampak pada perolehan laba
oleh perusahaan sebab beberapa biaya yang seharusnya diperhitungkan tidak
dicantumkan pada laporan hasil produksi.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam perhitungan harga jual dengan metode Cost Plus Pricing menunjukkan harga
yang lebih tinggi daripada harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan. Hal ini karena
penetapan harga jual produk pada Toko dan Rumah Makan Brantas belum
memperhitungkan jumlah biaya yang sebenarnya dikeluarkan. Perusahaan hanya
memperkirakan berapa harga yang wajar di pasar. Hal ini tentu saja tidak baik
profitabilitas perusahaan. Berbeda dengan perhitungan harga jual menggunakan
metode Cost Plus Pricing, seluruh biaya yang dikeluarkan dapat dihitung secara rinci
sehingga harga jual produk dapat ditetapkan dengan tepat. Kemungkinan perusahaan
memperoleh laba yang besar juga akan meningkat.
5.2 Saran
Saran dari peneliti adalah sebaiknya Toko dan Rumah Makan Brantas mulai
menerapkan perhitungan harga jual dengan metode Cost Plus Pricing pada setiap
produk yang dihasilkannya. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat mengetahui
dengan jelas berapa biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu produk
sehingga mengurangi kemungkinan perusahaan menderita kerugian di kemudian hari.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN GAMBAR
19