SKRIPSI
Oleh :
QUR’AINI NUR AQIDAH
135100301111113
i
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
P
Aqidah. Lahir di Malang pada tanggal 26
Desember 1994. Penulis merupakan putri
kedua dari pasangan Moch. Slamet Pribadi
dan Yuli Suwarti. Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di SDN Lawang
05 pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan
ke Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 01 Lawang dengan tahun kelulusan
2010. Penulis melanjutkan ke Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 01 Singosari dan selesai pada
tahun 2013. Pada tahun 2018 penulis telah berhasil
menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Brawijaya
Malang dengan jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian.
iv
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin.
Terima kasih Ya Allah
Karya ini kupersembahkan kepada keluarga, sahabat, dan
semua teman-temanku.
v
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Menyatakan bahwa,
TA dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut di
atas. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak
benar saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku.
vi
QUR’AINI NUR AQIDAH. 135100301111113. Pengukuran
Kinerja Perusahaan dengan Balanced Scorecard (BSC) di
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk Divisi Poultry Breeding,
Branch Makassar. Pembimbing: Dr. Panji Deoranto, STP,
MP. Dan Ardaneswari Dyah P.C, STP. MP.
RINGKASAN
Kebutuhan akan protein hewani bagi masyarakat
Indonesia saat ini masih tergantung pada produk peternakan
salah satu adalah dari ternak unggas. Salah satu unggas yang
di produksi yaitu ayam broiler. Ayam broiler ini memberikan
kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal
hewani bagi masyarakat. PT. Japfa Comfeed Indonesia
merupakan salah satu perusahaan peternakan unggas dan
pembuatan makanan yang terintergrasi dengan konsep agri-
food. Divisi Poultry Breeding memiliki produk utama yaitu Day
Old Chick (DOC) bibit ayam niaga umur sehari. Banyaknya
bisnis pengolahan ayam di Indonesia membuat PT. Japfa
Comfeed Indonesia menghadapi persaingan dengan pendatang
baru. Cara untuk dapat bertahan dari kondisi tersebut
perusahaan memerlukan pengukuran kinerja yang terorganisir
baik dari aspek finansial maupun nonfinansial. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan adalah Balanced Scorecard (BSC).
Dalam Balanced Scorecard (BSC) ada empat perspektif
yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif
proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Ada 13 indikator kinerja perusahaan Key
Performance Indicator (KPI) yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu Growth Sales Return, Return On Investment, Gross Profit
Marrgin, Customer Acquisition, Customer Retention, Tingkat
Keluhan Pelanggan, Tingkat Penerimaan Bahan Baku,
Prosentase Produk Cacat, Produktivitas Biaya Produksi, Tingkat
Kecelakaan Karyawan, Tingkat Pelatihan Karyawan, Tingkat
Karyawan Absen, dan Tingkat Perputaran Karyawan. Penelitian
ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
menentukan bobot prioritas setiap perspektif dan KPI. Pengisian
vii
kuesioner diisi oleh responden ahli yaitu manager produksi,
manager accounting, dan manager sumber daya manusia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Japfa Comfeed
Indonesia memperoleh skor kinerja sebesar 108,43% yang
menunjukkan bahwa PT. Japfa Comfee Indonesia berada pada
kondisi kinerja yang sangat sehat. Terdapat 11 indikator yang
digunakan dalam pengukuran kinerja PT. Japfa Comfeed
Indonesia yang telah mencapai tingkat kinerja yang baik yaitu
growth sales return, return on investement, gross profit margin,
customer acqusition, customer retention, tingkat keluhan
pelanggan, tingkat penerimaan bahan baku, prosentase produk
cacat, produktivitas biaya produksi, tingkat karyawan absen, dan
tingkat perputaran karyawan. Namun masih terdapat 2 indikator
yang tingkat kinerjanya masih kurang baik yaitu tingkat
kecelakaan karyawan dan tingkat pelatihan karyawan.
viii
QUR’AINI NUR AQIDAH. 135100301111113. Measurement
Performance of Company With Balanced Scorecard (BSC)
at PT. Japfa Comfeed Indonesia TBK Division of Poultry
Breeding, Barnch Makassar. Supervisior: Dr. Panji
Deoranto, STP,MP. and Ardaneswari Dyah P.C, STP, MP
SUMMARY
The needed of animal protein for the Indonesian
people is still dependent on live stock products, one of which is
from poultry. One of the poultry produced is broiler chicken.
Broiler chickens make a big contribution to fulfill the protein
needs of animal origin for the society. PT. Japfa Comfeed
Indonesia is one of the poultry farms and food manufacturing
companies that are integrated with the concept of agri-food. The
Poultry Breeding Division has the main product, namely Day Old
Chick (DOC) seedlings of day-old commercial chicken. The
number of chicken processing businesses in Indonesia makes
PT. Japfa Comfeed Indonesia faces competition from
newcomers. The way to survive this condition requires
companies to measure performance that is organized both
financially and non-financially. One method that can be used to
measure company performance is the Balanced Scorecard
(BSC).
In the Balanced Scorecard (BSC) there are four
perspectives: financial perspective, customer perspective,
internal business process perspective, and learning and growth
perspective. There are 13 indicators of company performance
Key Performance Indicator (KPI) used in this study, namely
Growth Sales Return, Return On Investment, Gross Profit
Margin, Customer Acquisition, Customer Retention, Customer
Complaints Level, Acceptance of Raw Materials, Percentage of
Product Defects, Productivity Costs Production, Employee
Accident Rate, Employee Training Level, Absent Employee
Level, and Employee Turnover Rate. This study uses Analytical
Hierarchy Process (AHP) to determine priority weights of each
perspective and KPI. Filling in the questionnaire is filled by
ix
expert respondents, namely the production manager, accounting
manager, and human resource manager.
The results showed that PT. Japfa Comfeed Indonesia
obtained a performance score of 108.43% which indicates that
PT. Japfa Comfeed Indonesia is very healthy performance
condition. There are 11 indicators used in the performance
measurement of PT. Japfa Comfeed Indonesia which has
achieved a good level of performance, namely growth sales
return, return on investment, gross profit margin, customer
acquisition, customer retention, customer complaints level, raw
material acceptance rate, percentage of defective products,
productivity of production costs, absent employee level, and
employee turnover rates. However, there are still 2 indicators
whose performance level is still not good, namely the level of
employee accidents and the level of employee training.
x
KATA PENGANTAR
xi
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu
terima kasih telah membantu dan membimbing
penyusun selama masa perkuliahan hingga
terselesainya tugas akhir.
xii
DAFTAR ISI
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN
BALANCED SCORECARD (BSC) DI PT. JAPFA COMFEED
INDONESIA Tbk DIVISI POULTRY BREEDING, BRANCH
MAKASSAR
SKRIPSI
Oleh :
1
adalah Divisi Poultry Breeding atau Divisi Pembibitan Ayam.
Divisi Poultry Breeding memiliki produk utama Day Old Chick
(DOC) yaitu bibit ayam niaga umur sehari. Banyaknya bisnis
pengolahan ayam di Indonesia membuat PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk Divisi Poultry Breeding, Branch Makassar
menghadapi persaingan dengan pendatang baru dan juga
sudah memiliki image yang baik di masyarakat. Agar dapat
bertahan dari kondisi tersebut perusahaan memerlukan
pengukuran kinerja yang terorganisir baik dari aspek finansial
maupun nonfinansial.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu program atau kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
perencanaan strategi suatu organisasi (Haryanto, 2009).
Pentingnya kinerja untuk menunjang PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk untuk memotivasi para manager untuk
mengoperasikan divisinya secara konsisten sehingga sesuai
dengan tujuan pokok perusahaan. Komponen kinerja yang
dapat mempengaruhi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk yaitu
tanggung jawab membangun kepercayaan dengan kejujuran,
kecepatan kerja melaksanakan tugas dengan segala upaya
untuk mencapai hasil yang baik, kerjasama yang dilandasi
semangat. Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian kinerja agar
sesuai dengan tujuan pokok perusahaan. Balanced Scorecard
adalah suatu alat manajemen kinerja (performance
2
management tool) yang dapat membantu organisasi untuk
menerjemahkan visi dan strategi di PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk ke dalam aksi dengan memanfaatkan
sekumpulan indikator finansial dan nonfinansial yang
kesemuanya terjalin dalam hubungan sebab akibat. Keempat
perspektif yang membentuk Balanced Scorecard yaitu,
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses
bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
(Rangkuti, 2011). Penggunaan metode BSC ini didukung
dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam
melakukan pembobotan Key Performance Indicator (KPI). AHP
dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di PT. Japfa
Comfeed Indonesia Tbk dengan pembuatan keputusan yang
kompleks. Pengukuran kinerja dengan memodifikasi beberapa
metode tersebut menghasilkan KPI mana yang tidak sesuai
dengan belum terpenuhinya target, sehingga dapat diberikan
usulan perbaikan kinerja berdasarkan hasil pengukuran pada
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Dengan dilaksanakan pengukuran kinerja, diharapkan
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk dapat mengukur kinerja
dengan aspek finansial dan nonfinansial dan juga dapat
konsisten sesuai dengan tujuan pokok perusahaan dan
meningkatkan produk DOC (Day Old Chick).
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat kinerja PT Japfa Comfeed
Indonesia saat ini?
2. Bagaimana usulan perbaikan PT. Japfa Comfeed
Indonesia untuk memperbaiki kinerjanya dimasa yang
akan datang ?
4
untuk melakukan penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan pengukuran kinerja dan
penerapan Balanced Scorecard (BSC).
5
6
II TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1.2 Karakteristik dan Metode Pengukuran Kinerja
Menurut Artley dan Stroh yang dikutip Powell dan
Netland (2010), sistem pengukuran kinerja yang baik adalah
sistem yang mengacu pada visi, misi dan strategi organisasinya.
Kurien dan Qureshi (2011) berpendapat bahwa sistem
pengukuran kinerja seharusnya memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a) Sederhana dan mudah digunakan
b) Memiliki tujuan yang jelas
c) Mampu memberikan umpan balik
d) Mampu memberikan saran perbaikan, tidak hanya
pemantauan
e) Memperkuat strategi, baik jangka pendek maupun jangka
panjang
f) Sesuai dengan lingkungan atau budaya organisasi
g) Konsisten dan terus-menerus
h) Fokus terhadap kepentingan customer
i) Menetapkan angka spesifik pada semua target
j) Mengukur semua aspek, baik finansial maupun
nonfinansial
10
perpektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan (Van Grembergen et al, 2011).
11
perluasan pengukuran ini diharapkan manfaat yang
diperoleh oleh perusahaan adalah pelipat gandaan
keuangan di jangka panjang dan meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk memasuki arena bisnis
yang kompleks.
b. Koheren: Balanced Scorecard mewajibkan personal untuk
membangun hubungan sebab akibat diantara berbagai
sasaran yang dihasilkan dalam perencanaan strategik.
Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif
nonkeuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan
sasaran keuangan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
c. Seimbang: Keseimbangan sasaran strategik yang
dihasilkan dalam empat perspektif meliputi jangka pendek
dan panjang berfokus pada faktor internal dan eksternal.
Keseimbangan dalam Balanced Scorecard juga tercermin
dengan selarasnya scorecard personal staff dengan
scorecard perusahaan sehingga setiap personal yang ada
dalam perusahaan bertanggung jawab untuk memajukan
perusahaan.
d. Terukur: Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat
diukur adalah adanya keyakinan bahwa “if we can
measure it, we can manage it, if we can manage it, we can
achieve it”. Sasaran strategik yang sulit diukur seperti
pada perspektif pelanggan,proses bisnisinternal,
12
sertapembelajaran dan pertumbuhan dengan
menggunakan Balanced Scorecard dapat dikelola
sehingga dapat diwujudkan.
Balanced Scorecard memberikan manfaat bagi
organisasi dalam beberapa cara (Yunus, 2016):
1. Menjelaskan visi organisasi
2. Menyelaraskan organisasi untuk mencapai visitersebut
3. Mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi
sumber daya
4. Meningkatkan efektivitas manajemen dengan
menyediakan informasi yang tepat untuk mengarahkan
perubahan.
13
2.3.1 Perspektif Keuangan
Perspektif ini menggambarkan apakah strategi
implementasi dan eksekusi perusahaan memberkontribusi pada
perbaikan laba (Jafari dan Esmaelldoust, 2013). Menuru
Rangkuti (2011), kinerja pada perspektif keuangan dapat diukur
dengan menggunakan ukuran laba investasi (ROI), peningkatan
penjualan, bauran pendapatan, pemanfaatan aktiva, dan efisien
biaya.
Siklus bisnis terbagi tiga tahap, yaitu: growth, sustain,
dan harvest, di mana setiap tahap dalam siklus mempunyai
tujuan finansial yang berbeda (Yuwono et al, 2007). Penentuan
strategi perspektif keuangan perlu mempertimbangkan posisi
siklus bisnis suatu organisasi yaitu (Sipayung, 2009):
a. Growth (Pertumbuhan)
Tahap pertumbuhan merupakan tahap pertama dan tahap
awal dari siklus dengan menghasilkan produk dan jasa
yang memiliki potensi dan memiliki tujuan finansial mulai
dari pendapatan, penjualan di berbagai pasar sasaran,
kelompok pelanggan dan wilayah baru dari konsumen
serta dari produk atau jasa baru (Sipayung, 2009).
b. Sustain (Bertahan)
Menurut Widilestari (2011), perusahaan yang berada pada
tahap sustain memiliki produk dan pangsa pasar yang
bertumbuh stabil, sehingga strategi dan pengukuran
kinerja dalam perspektif keuangan dapat difokuskan pada
14
peningkatan pendapatan operasional, peningkatan tingkat
pengembalian investasi dan pengingkatan laba kotor.
c. Harvest (Panen)
Menurut Widilestari (2011), perusahaan yang berada pada
tahap harvest memiliki produk dan pangsa pasar yang
tumbuh secara lambat, sehingga strategi dan pengukuran
dalam perspektif dapat difokuskan pada pengelolaan arus
kas, nilai tambah ekonomis dan nilai tambah kas.
Macam-macam Key Performance Indicator (KPI) dalam
perspektif keuangan di Balanced Scorecard yaitu sebagai
berikut :
a. Current Rasio adalah kemampuan suatu perusahaan
untuk membayar hutang-hutang yang dimiliki. Variabel
pada current rasio adalah aset lancar (aset yang dimiliki)
dan kewajiban lancar (hutang yang dimiliki) (Hanafi dan
Mamduh, 2013).
b. Total Assets Turnover (TATO) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang
dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Utari dkk,
2014).
c. Growth Sales Return (GSR) menunjukkan pertumbuhan
penjualan adalah perubahan nilai total penjualan
perusahaan dalam satu periode. Pertumbuhan penjualan
mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu
15
dan dapat dijadikan prediksi pertumbuhan di masa depan
(Hanifah, 2011).
d. Profit Margin On Sales menunjukkan laba bersih setelah
pajak dari setiap rupiah penjualan (Fitrianingrum, 2016).
e. Return On Investment (ROI) adalah rasio uang yang
diperoleh pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah
dana yang diinvestasikan. Indikator ini digunakan untuk
mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan untuk
mengembalikan keuntungan bersih perusahaan
(Soemohadiwidjojo, 2015).
f. Gross Profit Margin (GPM) merupakan salah satu rasio
rentabilitas yang menggambarkan laba (rugi) per
penjualan yang dihasilkan perusahaan. Semakin tinggi
nilai GPM yang dihasilkan menunjukkan perusahaan
dapat menghasilkan laba yang cukup tinggi (Loth, 2010).
g. Return On Asset (ROA) adalah rasio yang menunjukkan
seberapa besar kemampuan aktiva yang dimiliki dalam
menghasilkan laba (Suta dan Dwiastuti, 2016).
16
pelanggan dan segmen pasar (Firdaus, 2014). Menurut Mathius
dan Erna (2011) tolak ukur kinerja dalam perspektif pelanggan
terbagi ke dalam dua kelompok yaitu, kelompok inti (Customer
Core Measurement Group) dan kelompok yang kedua disebut
kelompok penunjang (Customer Value Propositions). Menurut
Hanuma (2010), Customer Value Propositions merupakan
pemicu kinerja yang terdapat pada core value proposition yang
didasarkan pada atribut produk, hubungan konsumen, image
dan reputasi. Customer Core Mesurement memiliki komponen
pengukuran yaitu:
1. Customer Retention (retensi pelanggan), mengukur tingkat
dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan
yang baik dengan konsumen.
2. Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan), menaksir
tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja
spesifik dalam value proposition.
3. Customer Profittability (profitabilitas pelanggan), mengukur
keuntungan yang diperoleh perusahaan dari penjualan
produk/jasa kepada konsumen.
Macam-macam Key Performance Indicator (KPI) dalam
perspektif pelanggan di Balanced Scorecard yaitu sebagai
berikut :
a. Akuisisi Pelanggan yaitu pelanggan yang biasanya
melakukan pembelian berulang dalam jangka waktu
tertentu (Musanto, 2014).
17
b. Customer Acqusition adalah pengukuran seberapa banyak
perusahaan berhasil menarik pelanggan baru dalam
periode tertentu. Semakin banyak jumlah pelanggan baru
menunjukkan semakin bagus kinerja perusahaan dalam
hal pemerolehan pelanggan baru (Utari dkk, 2014).
c. Customer Retention merupakan ukuran untuk mengetahui
berapa banyak jumlah pelanggan lama yang mampu
dipertahankan perusahaan dalam suatu periode tertentu
(Erlina, 2009).
d. Tingkat Keluhan Pelanggan digunakan untuk mengukur
jumlah pelanggan perusahaan yang melakukan komplain
dibandingkan jumlah total pelanggan pada suatu periode
tertentu. Semakin sedikit jumlah komplain yang diberikan
oleh pelanggan menunjukkan semakin bagus tingkat
pelayanan yang diberikan oleh perusahaan (Kolter dan
Keller, 2009).
e. Ketepatan Pengiriman digunakan untuk mengukur
ketepatan pengiriman suatu produk dari produsen ke
konsumen. Semakin tinggi prosentase ketepatan
pengiriman menunjukkan kinerja perusahaan bagus dalam
memenuhi permintaan konsumen. Ketepatan pengiriman
juga digunakan untuk meminimalkan jumlah keluhan
pelanggan akibat produk yang dipesan tidak tepat waktu
(Vanani, 2010).
18
f. Tingkat Profitabilitas Pelanggan digunakan untuk
mengukur keuntungan yang diperoleh perusahaan dari
penjualan produk atau jasa kepada konsumen (Fitriyani
dkk, 2015).
19
pelanggan. Proses dimulai dari penerimaan pesanan
pelanggan, pembuatan produk dan melaksanakan jasa,
serta diakhiri dengan penyampaian produk/jasa tersebut,
menekankan pada effisiensi dan ketepatan waktu kegiatan
operasi yang sempurna dan pengurangan biaya dalam
menghasilkan produk/jasa merupakan tujuan yeng penting
dalam proses ini. Pengukuran kinerja produk/jasa
merupakan tujuan yang penting dalam proses ini.
Pengukuran kinerja dalam proses ini meliputi pengukuran
dalam hal waktu, mutu dan biaya.
3. Proses pelayanan purna jual, merupakan jasa pelayanan
setelah penjualan produk/jasa tersebut dilakukan. Aktivitas
yang terjadi dalam tahapan ini misalnya penanganan
garansi dan perbaikan atas barang rusak dan yang
dikembalikan serta pemrosesan pembayaran pelanggan.
Macam-macam Key Performance Indicator (KPI) dalam
perspektif proses bisnis internal di Balanced Scorecard yaitu
sebagai berikut :
a. Jumlah Penerimaan Bahan Baku menunjukkan tujuan
strategis perusahaan dengan pemasok bahan baku.
Pengukuran tingkat penerimaan bahan baku dihitung dari
kuantitas jumlah penerimaan bahan baku dalam periode
tertentu dengan target yang telah ditetapkan perusahaan
untuk menjamin kelangsungan proses produksi (Arimbi,
2013).
20
b. Prosentase Produk Cacat merupakan produk yang tidak
memenuhi standar baik kuantitas maupun kualitas dan
disortir sebelum dijual ke pembeli. Perhitungan terhadap
jumlah produk cacat ini bertujuan untuk mengetahui
perbandingan antar jumlah produk cacat dengan jumlah
produk keseluruhan yang diproduksi (Rangkuti, 2011).
c. Jumlah Inovasi menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk membuat produk baru yang diluncurkan selama
periode tertentu untuk memenuhi permintaan pelanggan
(Andakara, 2012).
d. Analisa MCE (Manufacturing Cycle Efficiency) merupakan
konsep teknik industri dengan cara membandingkan waktu
produksi (processing time) dengan jangka waktu siklus
keseluruhan yang diperoleh dalam proses produksi
(troughput time) (Drury, 2013).
Produktivitas Biaya Produksi menunjukkan jumlah unit
output yang di produksi untuk setiap rupiah sumber daya input
yang digunakan. Perhitungan yang digunakan yaitu dengan
jumlah produk yang dihasilkan dengan dibandingkan biaya
produksi (Susetyo dan Sabakula, 2014).
21
sikap budaya perusahaan yang berkaitan dengan perbaikan
pribadi individu dan perusahaan. Perspektif ini menggambarkan
kemampuan organisasi untuk melakukan perbaikan dan
perubahan dengan memanfaatkan sumber daya internal
organisasi, demi kesinambungan organisasi dalam jangka
panjang (Soemohadiwidjojo, 2015). Perspektif ini berhubungan
dengan karyawan, terkait dengan kapabilitas karyawan. Ukuran
yang berorientasi pada kapabilitas karyawan terdiri dari (Farooq
dan Hussain, 2011) :
a. Kepuasan pekerja, yangberkaitan dengan keterlibatan
pekerja dalam pengambilan keputusan, penghargaan
terhadap kinerja yang baik dan dukungan organisasi
terhadap pekerja.
b. Produktivitas pekerja yang merupakan perbandingan
keluaran yang dihasilkan pekerja dengan jumlah pekerja
yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut.
c. Retensi pekerja yang berarti usaha perusahaan dalam
mempertahankan pekerja yang diminati organisasi.
Macam-macam Key Performance Indicator (KPI) dalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan di Balanced
Scorecard yaitu sebagai berikut :
a. Absensi digunakan untuk mengukur tingkat kehadiran
karyawan pada periode tertentu. Semakin banyak
karyawan yang absen menunjukkan ketidakdisiplinan
22
karyawan dan kurangnya pengawasa terhadap karyawan
(Prasetiyatno, 2011).
b. Tingkat Pelatihan Karyawan adalah serangkaian aktivitas
individu dalam meningkatkan keahlian dan pengetahuan
secara sistematis sehingga mampu memiliki kinerja yang
profesional di bidangnya (Widodo, 2015).
c. Tingkat Perputaran Karyawan untuk mengetahui berapa
banyak karyawan yang keluar dan dipertahankan dalam
jangka waktu tertentu (Prasetiyatno, 2011).
d. Tingkat Kecelakaan Karyawan digunakan untuk mengukur
seberapa banyak kecelakaan kerja yang menimpa
karyawan saat melakukan pekerjaannya. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan lapangan kerja yang nyaman dan
kondusif. Semakin sedikit kecelakaan kerja yang terjadi
menunjukkan semakin bagus kinerja perusahaan untuk
menjaga keselamatan pekerjanya (Pramanda, 2012).
e. Tingkat Produktivitas Karyawan bertujuan untuk
mengetahui keluaran yang diberikan karyawan kepada
perusahaannya (Suta dan Dwiasturi, 2016).
23
tujuan jangka panjang (Velimirovicet al, 2011). KPI harus dipilih
secara cermat untuk mencerminkan indikator kinerja yang
penting bagi organisasi sesuai dengan strategi perusahaan dan
faktor kunci kesuksesan organisasi, yang akan menunjukkan
hasil kinerja atau keberhasilan pencapaian sasaran perusahaan
(Soemohadiwidjojo, 2015).
Ada dua jenis Key Performance Indicator ( KPI) ada
Balanced Scorecard (BSC) yaitu leading dan lagging indicator.
Leading indicator mengukur kegiatan yang berpengaruh
signifikan terhadap kinerja masa depan, sedangkan lagging
indicator rmengukur output dari kegiatan masa lalu. Leading
indicator merupakan ukuran yang kuat karena memberika
nmanajer lebih banyak waktu untuk mempengaruhi hasil
(Molleman, 2007). Key Performance Indicator (KPI) yang baik
harus terukur, jelas, mudah dipahami dan dapat
diperbandingkan (Meier et al, 2013)
Key Performance Indicator (KPI) mempunyai kegunaan
dalam aktivitas organisasi sebagai berikut (Hambudi, 2015) :
a. Key Performance Indicator (KPI) dapat memberikan
kejelasan dan transportasi atas penampilan kerja secara
individu, grup dan departemen.
b. Key Performance Indicator (KPI) berfungsi sebagai
indikator yang lebih objektif untuk mengukur penampilan
seseorang.
24
c. Key Performance Indicator (KPI) sangat dapat
dihubungkan dengan program insentif atau bonus.
d. Dengan Key Performance Indicator (KPI), akan
memberikan semangat kepada karyawan untuk mencapai
target performa kinerja.
e. Di dalam Key Performance Indicator (KPI), prestasi kerja
individu dan kelompok atau departemen dapat dilihat
(visible) dan dipertanggung jawabkan (accontable).
f. Dalam Key Performance Indicator (KPI) memungkinkan
untuk mengambil tindakan korektif, untuk yang
berpenampilan kurang baik.
Penentuan Key Performance Indicator (KPI) berdasarkan
hasil wawancara dan diskusi dengan manager produksi,
manager accounting, dan manager sumber daya alam PT. Japfa
Comfeed Indonesia. Key Performance Indicator (KPI) ditetapkan
sebagai ukuran untuk mengetahui tingkat pencapaian masing-
masing tujuan perusahaan
25
Saaty (2008), Analytical Hierarchy Procces (AHP) membantu
menentukan prioritas dari beberapa Key Performance Indicator
(KPI) dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan
dari masing-masing Key Performance Indicator (KPI). Analytical
Hierarchy Procces (AHP) dapat memecahkan masalah yang
kompleks, dimana terdapat aspek atau kriteria yang diambil
cukup banyak. Analytical Hierarchy Procces (AHP) dapat
memberikan penilaian dengan membandingkan antar kriteria,
atau antar alternatif. Implikasinya nilainya tidak mutlak karena
setiap kriteria atau alternatif memiliki keunggulan masing-
masing yang berbeda antar mereka.
Penggunaan metode Analytical Hierarchy Procces (AHP)
membutuhkan hirarki fungsional untuk menampilkan sebuah
permasalahan, sehingga dapat dibandingkan untuk menetukan
hubungan antar strukturnya. Perbandingan berpasangan
diaplikasikan pada elemen yang sejenis. Penilai menggunakan
perbandingan tidak murni berasal dari sudut pandang penilai,
melainkan dari frekuensi yang sama dengan para penilai ahli
(expert judgements). Para expert judgements menampilkan
pengertian terbaik yang berpengaruh dari sudut pandang yang
berbeda. Skala fundamental yang digunakan untuk menilai
disebut dengan skala nilai perbandingan berpasangan. Skala
tersebut disusun untuk menstimulus teori yang digunakan dari
memvalidasi keefektifan, bukan hanya dari banyaknya jumlah
responden tetapi juga dari justifikasi teori dari skala apa yang
26
harus digunakan dalam menbandingkan elemen sejenis.
Menurut Wirdianto dan Elpira dalam Sari (2011) pembobotan
Analytical Hierarchy Procces (AHP) dilakukan dengan cara:
1. Melakukan Perbandingan Berpasangan
Perbandingan dilakukan berdasarkan “judgment” dari
pengambilan keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan dengan elemen
lainnya. Skala nilai perbandingan berpasangan menurut
Saaty (2008) dapat dilihat pada Tabel 2.1
27
Tabel 2.1. Skala Nilai Perbandingan Berpasangan
Intensit Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama Dua elemen memiliki
pentingnya pengaruh yang sama besar
terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit Pengalaman dan penilaian
lebih penting dari pada sedikit menyokong satu
elemen yang lainnya elemen dibanding elemen
lainnya
5 Elemen yang satu lebih Pengalaman dan penilaian
penting dari elemen yang sangat kuat menyokong
lainnya satu elemen dibanding
elemen yang satunya
7 Satu elemen jelas lebih Bukti yang mendukung
mutlak penting daripada elemen yang satu terhadap
elemen lainnya elemen lain memiliki tingkat
penegasan tertinggi
9 Satu elemen mutlak penting Bukti yang mendukung
daripada elemen lainnya elemen yang satu terhadap
elemen yang lain memiliki
tingkat penegasan tertinggi
yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua Nilai ini diberikan jika ada
pertimbangan nilai yang kompromi antara dua pilihan
berdekatan
Jika untuk aktivitas i mendapatkan satu angka dibandingkan dengan
aktivitas i, maka i mempunyai nilai kebalikanya dibanding dengan j
Sumber: Saaty (2008)
2. Menentukan Prioritas
Penyusunan prioritas dilakukan untuk tiap elemen masalah
pada tingkat hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot
kriteria terhadap pencapaian tujuan. Tahap ini dimulai
dengan perhitungan normalisasi terhadap matriks
perbandingan berpasangan dengan menggunakan Rataan
Geometrik menurut Wirdianto dan Elpira dalam Sari (2011).
28
2.6 Penelitian Terdahulu
Gunawan (2015) mengukur kinerja perusahaan di PT Inti
Luhur Jaya dengan metode Balanced Scorecard. Analytical
Hierarki Proces (AHP) digunakan sebagai metode untuk
menentukan bobot kepentingan antar perspektif dan antar Key
Performance Indicator (KPI) dalam perspektif. Data yang
digunakan tahun 2012 dan 2013. Hasil penelitian berdasarkan
perspektif keuangan diperoleh bahwa nilai Growth Sales Return
(GSR) yang dicapai menurun dari 62,06%menjadi 36,44%. Nilai
Gross Profit Margin (GPM) meningkat dari 5,97% menjadi
6,76%. Nilai Return On Investement (ROI) meningkat dari
13,72% menjadi 14,69%. Dari perspektif pelanggan nilai
Customer Acqusition (CA) menurun dari 15,40% menjadi
14,30%. Nilai Customer Retention (CTR) meningkat dari
84,60% menjadi 85,70%. Nilai Tingkat Keluhan Pelanggan
(TKP) meningkat dari 90,50% menjadi 96,80%. Dari perspektif
proses bisnis internal, nilai Tingkat Penerimaan Bahan Baku
(TPB) meningkat dari 87,40% menjadi 95,63%. Nilai Produk
Cacat (PC) menurun dari 5,38% menjadi 3,11%. Dari perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan, nilai Tingkat Pertukaran
Karyawan (TPK) menurun dari 7,80% menjadi 5,90%. Nilai
Tingkat Pelatihan Karyawan (TTK) meningkat dari 40,45%
menjadi 48,23%. Nilai Tingkat Karyawan Absen (TKA) menurun
dari 8,33% menjadi 5,90%.
29
Chenet et al (2011) melakukan penelitian yang berjudul
A Balanced Scorecrad Approach To Establish A Performance
Evaluation and Relationship Model for Hot Spring Hotels Based
On A Hybrid MCDM Model Combining DEMATEL And ANP.
Indikator yang digunakan pada perspektif keuangan adalah
Return On Assets (ROA), Revenue Growth Rate, Net Profit
Ratio. Pada perspektif pelanggan menggunakan indikator
kepuasan customer, kualitas pelayanan, image hotel dan
loyalitas customer. Pada perspektif bisnis internal menggunakan
indikator retensi customer, peningkatan manajemen efisien
hotel, kompilasi customer, persentase pemecahan masalah
efektif sedangkan pada perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran menggunakan indikator tingkat pendidikan
karyawan, kemampuan profesional karyawan, dan produktivitas
karyawan. Hasil pembobotan menunjukkan bahwa bobot
tertinggi adalah indikator kualitas pelayanan, kepuasan
customer, dan kemampuan profesional karyawan.
Erlina (2009) melakukan penelitian di sebuah
perusahaan penghasil produk kayu jati olahan setengah jadi di
Bojonegoro dengan judul Analisis Kinerja Perusahaan dengan
Metode Balanced Scorecard (BSC) dan SWOT. Variabel Return
On Equity (ROE), Return On Investement (ROI), Total Asset
Turnover (TATO), dan pertumbuhan penjualan pada perspektif
keuangan. Retensi customer, jumlah komplain, ketetapan
pengirim, dan sales return pada perspektif customer. Kinerja
30
pemasok dan jumlah produk cacat pada perspektif proses bisnis
internal. Turn over dan produktivitas karyawan pada perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil akhir penelitian ini adalah
dua perspektif yaitu perspektif keuangan dan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran telah memenuhi target yang
telah ditentukan sedangkan kinerja pada perspektif customer
dan proses bisnis internal belum memenuhi target yang
diharapkan.
Kairu et al. (2013) meneliti di sebuah sektor industri di
Kenya dengan adanya 200 pelayanan di dalamnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kriteria non-keuangan sama
pentingnya dengan kriteria keuangan dalam sistem penilaian.
Kepuasan pelanggan memiliki nilai tertinggi rata-rata yaitu 4,81
sementara staf yang termotivasi memiliki rata-rata terendah
adalah 3,89.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Anagnostopoulos
(2010), penelitian ini bertujuan untuk menerjemahkan strategi
perusahaan manufakturing di Yunani ke dalam tujuan dan
langkah-langkah yang didapat secara jelas dan dikomunikasikan
kepada semua unit dan karyawannya. Hasil dari perencanaan
strategis terdapat sepuluh inisiatif strategi yang diusulkan untuk
mencapai kinerja yang ditargetkan dari tujuan strategis. Inisiatif
strategi didefinisikan sebagai sumber daya dan tindakan yang
diperlukan untuk melaksanakan tema strategi, misalnya
melibatkan mengembangkan keterampilan baru bagi karyawan,
31
memperkenalkan informasi baru dan memotivasi karyawan
untuk mencapai tujuan investasi dengan pelanggan.
32
III METODE PENELITIAN
33
ingin diteliti.Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap
masalah pengukuran kinerja yang ada dalam PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk Divisi Poultry Breeding sehingga dapat diangkat
menjadi topik penelitian.Studi literatur atau kajian pustaka
merupakan penelusuran literatur yang bersumber dari buku,
media, pakar, atau dari hasil penelitian orang lain. Studi literatur
dilakukan sebagai upaya dalam mencari informasi dari berbagai
sumber terkait tentang pengukuran kinerja dengan
menggunakan metode Balanced Scorecard yang akan
digunakan sebagai acuan untuk mendukung pelaksanaan
penelitian.
34
Mulai
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Kuesioner Pembobotan
Tidak
CR ≤ 1
Ya
Selesai
35
3.2.2 Identifikasi Masalah
36
1. Penentuan indikator kunci pada perspekif keuangan
adalah growth sales rate, return on investment, dan gross
profit margin dari beberapa indikator kunci yang lainnya.
Perusahaan PT. Japfa Comfeed Indonesia hanya
menyediakan 3 data indikator, selebihnya adalah data
rahasia.
2. Penentuan indikator kunci pada perspektif pelanggan
adalah customer acqusition,customer retention, dan
tingkat keluhan pelanggan dari beberapa indikator kunci
yang lainnya. Perusahaan PT. Japfa Comfeed Indonesia
hanya menyediakan 3 data indikator, selebihnya adalah
data rahasia.
3. Penentuan indikator kunci pada proses bisnis internal
adalah jumlah penerimaan bahan baku, prosentase
produk cacat, dan produktivitas biaya produksi dari
beberapa indikator kunci yang lainnya. Perusahaan PT.
Japfa Comfeed Indonesia hanya menyediakan 3 data
indikator, selebihnya adalah data rahasia.
4. Penentuan indikator kunci pada perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan adalah tingkat kecelakaan kerja, tingkat
pelatihan karyawan, tingkat karyawan absen, dan tingkat
perputaran karyawan dari beberapa indikator kunci yang
lainnya. Perusahaan PT. Japfa Comfeed Indonesia hanya
menyediakan 4 data indikator, selebihnya adalah data
rahasia.
37
5. Data yang digunakan adalah 3 periode dari tahun 2014
hingga 2016.
Keterangan :
Penjualan periode ini adalah jumlah produk yang bisa dijual
pada periode n.
Penjualan periode lalu adalah jumlah produk yang bisa dijual
pada periode n-1.
b. Return On Investment (ROI) :
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROI = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
× 100%
Keterangan :
Laba bersih adalah jumlah keuntungan yang diterima
perusahaan pada tahun n.
Investasi terdiri dari tanah, gedung, mesin, peralatan produksi,
peralatan kantor, mesin-mesin kantor, mesin komunikasi kantor,
perabotan kantor dan interior kantor.
c. Gross Profit Margin (GPM) :
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟
𝐺𝑃𝑀 = x100%
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Keterangan :
Laba kotor adalah jumlah keuntungan penjualan yang diterima
perusahaan pada tahun n.
39
Total penjualan adalah jumlah produk yang bisa dijual pada
tahun n.
Keterangan :
Pelanggan tahun (n) adalah jumlah orang yang membeli produk
pada tahun n.
Pelanggan tahun (n-1) adalah jumlah orang yang membeli
produk pada tahun n-1.
b. Customer Retention(CR) :
∑ pelanggan tahun (n)
CR =
∑ pelanggan tahun (n−1)
𝑥 100%
Keterangan :
Pelanggan tahun (n) adalah jumlah orang yang membeli produk
pada tahun n.
Pelanggan tahun (n-1) adalah jumlah orang yang membeli
produk pada tahun n-1.
c. Tingkat Keluhan Pelanggan(TKP) :
𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑙𝑎𝑖𝑛 (𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
TKP = × 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛
40
Keterangan :
Komplain yang sering diterima perusahaan yaitu melalui
telepon. Komplain yang sering di terima perusahaan yaitu
keseragaman berat badan DOC, dehidrasi sesampai di kandang
peternak dan juga DOC dalam keadaan lemas sesampai di
kandang peternak.
Total pelanggan adalah jumlah keseluruhan konsumen yang
membeli produk pada tahun n.
Keterangan :
Jumlah penerimaan bahan baku adalah jumlah penerimaan
bahan baku di perusahaan pada tahun n.
Target adalah jumlah bahan baku yang ditentukan untuk
diterima di perusahaan pada tahun n.
b. Prosentase Produk Cacat (PPC) :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡
PPC = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 × 100%
41
Keterangan :
Produk yang masih mengalami cacat yaitu antara lain masih
banyaknya DOC yang mengalami blacknevel, cacat fisik dan
ukuran DOC yang masih di bawah standar.
Jumlah produk keseluruhan adalah jumlah total produk
keseluruhan yang dihasilkan oleh perusahaan pada tahun n.
c. Produktivitas Biaya Produksi (PBP) :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
PBP = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
× 100%
Keterangan :
Jumlah produk yang dihasilkan adalah jumlah produk yang
dihasilkan perusahaan pada tahun n.
Rincian biaya produksi yaitu antara lain biaya gaji, biaya lembur,
biaya pesangon, biaya uang makan, biaya kantin, biaya
transportasi, biaya pengobatan, biaya tunjangan, biaya THR,
biaya jamsostek, biaya jaminan hari tua, biaya perlengkapan
kerja, biaya tunjangan fasilitas, biaya laboratorium, biaya bbm,
biaya servis, biaya parkir dan tol, biaya perizinan, biaya
asuransi, biaya transportasi box DOC, biaya perlengkapan
gudang, biaya listrik, biaya perlengkapan loundry, biaya air,
biaya limbah, biaya bangunan dan biaya kendaraan
Keterangan :
Kecelakaan yang terjadi di perusahaan yaitu pada saat di
lingkungan tempat kerja, di waktu jam kerja dan di saat
karyawan dari rumah menuju kantor atau sebaliknya di berbagai
bagian yang berbeda contoh produksi dan pemasaran.
Jumlah total karyawan adalah jumlah total karyawan di
perusahaan pada tahun n.
b. Tingkat Pelatihan Karyawan (TPK) :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛
TPK = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛
× 100%
Keterangan :
Pelatihan yang dilakukan di perusahaan seperti PMAB, K3, 5S,
Assesment, dan 8 etos kerja. Pelatihan sendiri dilaksanakan
sesuai kebutuhan di perusahaan. Jika kinerja kurang bagus
maka akan diadakan pelatihan.
Jumlah total karyawan adalah jumlah total karyawan di
perusahaan pada tahun n.
c. Tingkat Karyawan Absen (TKA) :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑎𝑏𝑠𝑒𝑛
TKA = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛
× 100%
43
Keterangan :
Absen yang di hitung oleh perusahaan yaitu karyawan yang
melakukan absen full sehari.
Jumlah total karyawan adalah jumlah total karyawan di
perusahaan pada tahun n.
d. Tingkat Perputaran Karyawan (TP) :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘−𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
TP = 1 × 100%
(𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛)
2
Keterangan :
Jumlah karyawan masuk adalah jumlah karyawan yang diterima
di perusahaan pada tahun n.
Jumlah karyawan keluar adalah jumlah karyawan yang resign di
perusahaan pada tahun n.
44
3.8 Data Penelitian
46
gij= 𝑛√∏𝑛𝑘=1 𝑎𝑖𝑗(𝑘) …………………...……………………(1)
Keterangan:
gij = rata-rata geometrik pendapat gabungan
aij = nilai skala perbandingan antara elemen ke-i dan ke-j
n = jumlah responden
Pembobotan Kinerja
Tujuan
Perspektif
Perspektif Perspektif Perspektif
Pertumbuhan dan Perspektif
Keuangan Pelanggan Proses Bisnis Internal
Pembelajaran
F1 F2 F3 C1 C2 C3 I1 I2 I3 L3 L3 L3 L3 KPI
47
Tabel 3.2. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Tingkat Definisi Penjelasan
Kepentingan
1 Sama penting Dua elemen mempunyai
pengaruh yang sama
3 Sedikit lebih Pengalaman dan penilaian
penting sedikit menyokong satu elemen
dibanding elemen lain
5 Lebih penting Pengalaman dan penilaian
dengan kuat memihak satu
elemen dibanding elemen lain
7 Sangat lebih Satu elemen sangat disukai dan
penting sangat praktis dominasinya
terlihat
9 Mutlak penting Satu elemen terbukti mutlak lebih
disukai dibandingkan dengan
yang lain
2,4,6,8 Nilai tengah Nilai ini diberikan ketika terdapat
diantar dua nilai kompromi diantar dua pilihan
keputusan yang
berdekatan
Sumber: Falatehan (2016)
48
𝑛
√∏𝑛
𝑘=1 𝑎𝑖𝑗 (𝑘)
VPi= 𝑛
……………………………………(3)
∑𝑛 𝑛
𝑖=1 √∏𝑘=1 𝑎𝑖𝑗 (𝑘)
CI = indeks konsistensi
𝜆maks = nilai eigen maksimum
𝑛 = ukuran maktriks
Menghitung rasio konsistensi:
𝐶𝐼
CR= 𝑅𝐼 ……………………..………………………...(6)
CR = Rasion konsistensi
CI = Indeks konsistensi
RI = Nilai indeks random
Matriks perbandingan berpasangan dinilai konsisten jika
nilai concistency ratio (CR) ≤ 0,1. Jika matriks tidak memenuhi
49
syarat tersebut, maka dilakukan perbandingan ulang dengan
membagi kuesioner lagi kepada responden yang hasil uji
konsistensi kuesionernya belum memenuhi syarat.
50
kinerja PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk dapat dilihat pada
Tabel 3.7
Untuk menghitung skor Key Performance Indicator (KPI)
harus terlebih dahulu mengidentifikasi apakah Key Performance
Indicator (KPI) termasuk dalam Key Performance Indicator (KPI)
Minimize atau Key Performance Indicator (KPI) Maximize.
Menurut Indriani dkk (2017), Key Performance Indicator (KPI)
Minimize disebut juga Key Performance Indicator (KPI) dengan
polarisasi negatif yang digunakan untuk membobot Key
Performance Indicator (KPI) yang hasil realisasinya diharapkan
nilainya lebih kecil dari target. Nilai Key Performance Indicator
(KPI) minimize diperoleh dengan rumus sederhana yaitu target
dibagi dengan pencapaian. Sebaliknya Key Performance
Indicator (KPI) Maximize atau disebut juga Key Performance
Indicator (KPI) dengan polarisasi positif digunakan untuk
membobot Key Performance Indicator (KPI) dengan hasil
realisasinya diatas target dimana semakin tinggi pencapaiannya
maka akan semakin baik. Nilai Key Performance Indicator (KPI)
maximize diperoleh dengan cara membagikan pencapaian
dengan target Key Performance Indicator (KPI).
51
berikan berupa usulan perbaikan dari setiap indikator kinerja
yang belum mencapai target perusahaan dan dari hasil
penelitian yang dilakukan.
52
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
53
Unit), Divisi pembibitan (Poultry Breeding Division), unit
peternakan komersial dan produk konsumen, Divisi budidaya
perairan, Divisi peternakan sapi potong, dan Divisi perdagangan
dan lain-lain. Dari sekian divisi yang ada di PT. Japfa Comfeed
Indonesia, divisi yang paling banyak konsumennya adalah divisi
Poultry BreedingBranch Makassar. Divisi ini merupakan divisi
pembibitan ayam yang nantinya menghasilkan ayam umur
sehari atau Day Old Chick (DOC). Poultry Breeding Division
Branch Makassar membawahi lima Region atau wilayah, yaitu
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Masing-masing
membawahi unit-unit farm yang tersebar di beberapa wilayah.
Region Kalimantan Selatan membawahi empat unit, Kalimantan
Timur membawahi tiga unit, Sulawesi Selatan membawahi tiga
unit, Sulawesi Tengah membawahi satu unit, dan Sulawesi
Utara membawahi dua unit. Unit-unit farm ini memiliki beberapa
kandang yang merupakan tanggung jawab unit farm. Setiap unit
farm menghasilkan telur ayam yang nantinya akan ditetaskan di
Hatchery dan menghasilkanDay Old Chick (DOC) yang
kemudian dijual ke konsumen dan peternak-peternak komersial.
Perusahaan menargetkan segmen pasar pada peternak-
peternak lokal yang tersebar di Indonesia. Distribusi pemasaran
pakan ternak terdiri dari agen/distributor, toko pakan ternak
(poultry shop) dan langsung ke pelanggan (direct farm) yang
54
telah menjalin hubungan baik dengan perusahaan selama
bertahun-tahun.
55
berdasarkan faktor finansial saja. Ukuran finansial yang
digunakan sebagai acuan seperti laporan hasil usaha, dan
laporan laba rugi tahunan perusahaan. Indikator yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan usaha adalah laba
bersih yang diperoleh perusahaan. Laba bersih yang diperoleh
perusahaan setiap tahun mengalami peningkatan. Perusahaan
menganggap apabila keuntungan semakin meningkat,
menandakan bahwa kondisi kerja perusahaan baik. Selain itu,
penilaian kerja menggunakan laporan keuangan merupakan
cara termudah bagi perusahaan untuk menilai kinerja
manajemen.
PT. Japfa Comfeed Indoneisa kurang memperhatikan
ukuran nonfinasial yang tidak secara langsung terlihat dalam
laporan keuangan. Perspektif pelanggan, proses bisnis internal,
serta pertumbuhan dan pembelajaran yang menjadi faktor
pemicu meningkatkan kinerja keuangan dalam Balanced
Scorecard (BSC), dapat membantu perusahaan dalam
mengukur ukuran nonfinansial perusahaan. Pengukuran dari
ketiga perspektif tersebut dapat dijadikan ukuran keuangan
menjadi lebih objektif.
56
4.3 Hasil Pengukuran Kinerja Tiap Perspektif BSC PT.
Japfa Comfeed Indonesia
4.3.1 Perspektif Keuangan
Pengukuran kinerja pada keuangan di PT. Japfa
Comfeed Indonesia dengan sasaran utama perusahaan adalah
mendapatkan laba yang tinggi dengan meminimalkan biaya
pokok produksi. Pencapaian kinerja perspektif keuangan PT.
Japfa Comfeed Indonesia selama 3 tahun dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1Pencapaian Kinerja Perpektif Keuangan
57
dilihat bahwa rata-rata pencapaian Growth Sales Return
(GSR) PT. Japfa Comfeed Indonesia sebesar 50,43%.
Pada tahun 2014 nilai Growth Sales Return (GSR) yang
sangat naik drastis sebesar 97,54%, dikarenakan kinerja
perusahaan sangat baik, sehingga mampu
mempertahankan pertumbuhan penjualan. Perusahaan
mampu menekan biaya produksi namun tetap
mempertahankan kualitas Day Old Chick (DOC) dan
penjualan serta harga Day Old Chick (DOC) dapat
ditingkatkan. Salah satu upaya untuk menekan biaya
produksi perusahaan telah melakukan efisiensi pada biaya
operasional yaitu mengefektifkan jam kerja pada bagian
produksi dengan melakukan perubahan jam kerja,
melakukan pengecekan kondisi kendaraan yang memuat
bahan baku untuk memastikan kendaraan siap pakai, dan
melakukan persiapan lebih awal untuk bahanpendukung.
Pada tahun 2015 perusahan mengalami penurunan menjadi
32,95%, karena bisnis pembibitan ayam mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan adanya stock Day Old Chick
(DOC) di pasar melebihi kebutuhan pasar atau disebut
dengan oversupply. Hal ini membuat harga Day Old Chick
(DOC) melemah dan tidak terserap pasar. Maka dari itu
nilai GSR tahun 2015 sangat kecil. Penyebab terjadinya
over supply Day Old Chick (DOC) antara lain perusahaan
penghasil Day Old Chick (DOC) (breeding farm) pada saat
58
itu secara bersamaan memproduksi Day Old Chick (DOC)
secara berlebih. Tahun 2016 telah mengalami penurunan
penjualan Day Old Chick (DOC) menjadi 20,82%, karena
kinerja perusahan di bagian sales mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan Day Old Chick (DOC) mempunyai
kualitas yang kurang baik. Kualitas DOC yang baik antara
lain daya tahan tubuh kuat, pertumbuhan berat badan
standar (usia 30 hari dengan bobot 2kg). Upaya
perusahaan mempunyai kualitas DOC yang baik
diantaranya melakukan pengawasan terhadap sanitasi dan
biosekuritiserta melakukan greeding telur.
Menurut Andriasari et al (2016), pertumbuhan penjualan
tinggi berarti perusahan mengalami pertumbuhan yang
besar. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan akan
memberikan sinyal kepada investor sehingga tertarik untuk
membeli saham. Semakin tinggi minat investor untuk
membeli saham, maka akan diikuti dengan tingginya harga
saham sehingga investor memperoleh return yang
diharapkan
2. Return On Investment (ROI)
Return on investment merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan
digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba
yang digunakan untuk mengukur rasio adalah laba bersih
setelah pajak. Target yang ditentukan oleh PT. Japfa
59
Comfeed Indonesia sebesar 50%. Menurut Fatimah (2013),
pembelian saham suatu perusahaan yang melebihi 50%
dari modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan
target dan terjadi perubahan manajemen pada perusahaan
target. Rata-rata yang dicapai perusahan sebesar 56,2%.
Nilai Return On Investment (ROI) pada tahun 2014 dan
2015 sebesar 23,5% dan 31,5%, nilai ini tidak mencapai
target (kurang baik), karena faktor harga jual Day Old Chick
(DOC) broiler yang rendah. Salah satu penyebabnya
terbesar adalah ditahun tersebut perusahaan melakukan
investasi secara besar-besaran (produk DOC naik 20%).
Pada tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 113,7%.
Peningkatan tersebut sebagian besar disebabkan oleh
adanya harga jual Day Old Chick (DOC) yang tinggi, karena
pada saat momen-momen tertentu seperti pada hari raya
idul fitiri dan tahun baru banyak permintaan pasar
meningkat sedangkan perusahaan pada saat itu
memproduksi DOC sedang memuncak. Secara otomatis
laba perusahaan meningkat yang selanjutnya dipergunakan
untuk investasi. Menurut Sutomo (2014) standar rata-rata
nilai Return On Investment (ROI) industri adalah 30%.
Semakin tinggi rasio dari return on investemen semakin
baik keadaan perusahaan.
60
3. Gross Profit Margin (GPM)
Gross profit margin digunakan untuk mengetahui berapa
besar jumlah laba kotor yang dapat dicapai perusahaan dari
setiap rupiah penjualah yang dilakukan. PT. Japfa Comfeed
Indonesia menetapkan target untukGross Profit Margin
(GPM) sebesar 3%. Menurut Nurazi (2010), gross profit di
negara yang sedang berkembang sebesar 3%-6%. Rata-
rata yang dicapai perusahaan sebesar 3,7%.
Peningkatan pada tahun 2014 yaitu sebesar 3,9% dari
tahun sebelumnya dikarenakan didorong oleh peningkatan
volume dan kenaikan harga jual. Peningkatan volume yang
dimaksud adalah peningkatan penjualan Day Old Chick
(DOC) dalam satuan box yaitu di tahun 2013 sebesar
315.650 box/tahun dan menjadi di tahun 2014 sebesar
352.789 box/tahun (meningkat 11,7%). Semakin banyak
jumlah penduduk dan konsumsi ayam meningkat.
Dikarenakan banyaknya tempat wisata yang baru
menyebabkan kunjungan wisatawan ke daerah tersebut
dan membuat konsumsi ayam meningkat. Penurunan nilai
Gross Profit Margin (GPM) pada tahun 2015 menjadi 3,4%
turun dikarenakan menurunnya penjualan perusahaan di
tahun 2015. Banyaknya perusahaan lain yang menjual
ayam dengan harga murah dari PT. Japfa Comfeed
Indonesia. Dan pada tahun 2016 nilai Gross Profit Margin
(GPM) meningkat menjadi 3,9% disebabkan oleh
61
meningkatnya penjualan perusahaan dan efisiensi kinerja
perusahaan di tahun 2016. Efisiensi kinerja yang dilakukan
perusahaan adalah harus selalu mengendalikan biaya yang
dikeluarkan untuk menjalankan setiap fungsinya agar
tercapai efisiensi dan tingkat produktivitas yang tinggi.
Melalui efisiensi kinerja, manajemen perusahaan dapat
memahami dan mengevaluasi sumber daya yang telah
digunakan, memperhitungkan biaya yang dikeluarkan, serta
mengetahui biaya-biaya operasional apa yang sebenarnya
tidak diperlukan dalam proses produksi. Menurut Munawir
(2008), semakin besar nilai gross profit margin semakin
baik keadaan operasi keuangan perusahaan, karena hal ini
menunjukkan bahwa cost of goods sold relatif rendah
dibandingkan dengan sales.
62
Tabel 4.2 Pencapaian Kinerja Perspektif Pelanggan
63
pelanggan baru, dikarenakan banyaknya perusahaan lain
yang memproduksi produk yang sama dengan PT. Japfa
Comfeed Indonesia, diantara lain PT. Suja, PT. Satwa
Utama Raya, dan PT. Wonokoyo. Beberapa alasan
pelanggan memilih perusahaan lain antara lain kedekatan
dengan lokasi dan harga yang lebih murah. Target tersebut
disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan pelanggan baru karena pelanggan dari PT.
Japda Comfeed Indonesia adalah perusahaan bukan
perorangan. Menurut Widodo (2011), akuisisi pelanggan
dinilai buruk apabila menurun, dinilai sedang apabila
konstan dan fluktuatif dan dinilai baik apabila kemampuan
akuisisi pelanggan mengalami peningkatan.
2. Customer Retention (CR)
Customer Retention adalah ukuran untuk mengetahui
berapa banyak jumlah pelanggan lama yang mampu
dipertahankan perusahaan dalam periode tertentu. Jika
jumlah pelanggan perusahaan dari tahun ke tahun tetap
atau bahkan mengalami peningkatan maka perusahaan
mampu mempetahankan pelanggannya. Target yang sudah
ditetapkan PT. Japfa Comfeed Indonesia sebesar 100%.
Menurut Harahap (2016), customer retentionsecara
simultan memengaruhi kuantitas perusahaan sebesar 50%-
100%. Secara rata-rata nilai Customer Retention (CR)
64
tahun 2014-2016 telah baik karena mencapai target yang
sudah ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 116,3%.
Pada tahun 2014 sebesar 121,6%, di tahun 2015
sebesar 119,5%, dan di tahun 2016 sebesar 108,1%. Jika
dilihat dari persentase nilai setiap tahun Customer
Retention (CR) telah mencapai target (baik), yang berarti
perusahaan mampu mempertahankan pelanggan lama. Hal
tersebut dikarenakan produksi perusahaan berjalan terus
dan dengan harga yang tidak mahal, sehingga perusahaan
mampu mempertahankan pelanggan lama. Tetapi nilai
persentase di tahun 2014-2016 mengalami penurunan
dikarenakan banyaknya perusahaan lain yang mulai
menjual produk yang sama dengan PT. Japfa Comfeed
Indonesia dan juga lokasi perusahaan lain yang lebih dekat
dengan para pelanggan dibandingkan dengan PT. Japfa
Comfeed Indonesia. Menurut Johansyah dan Riharjo
(2017), jika customer retention perusahaan mencapai 100%
artinya perusahaan menunjukkan kinerja yang sangat baik,
sehingga telah berhasil mempertahankan pelanggan lama.
Menurut Sabir (2016), retensi pelanggan dinilai buruk
apabila retensi pelanggan mengalami penurunan, dinilai
sedang apabila konstan dan fluktuatif dan dinilai baik
apabila mengalami peningkatan.
65
3. Tingat Keluhan Pelanggan (TKP)
Tingkat Keluhan Pelanggan merupakan persentase
jumlah pelanggan yang melakukan komplain kepada
perusahaan terhadap kualitas produk yang mereka terima.
Keluhan pelanggan sangat mempengaruhi citra perusahaan
dimata konsumen. Target yang sudah ditentukan oleh
perusahaan pada nilai Tingat Keluhan Pelanggan (TKP)
sebesar 5%. Menurut Artanti dan Ningsih (2010), bahwa
semua indikator yang diindikasi membentuk variabel laten
penanganan keluhan sebesar 5%. Nilai rata-rata Tingat
Keluhan Pelanggan (TKP) yang diperoleh oleh perusahan
yaitu sebesar 3,4%.
Pada tahun 2014 nilaiTingat Keluhan Pelanggan (TKP)
masih di atas target yang ditentukan yaitu sebesar 6,4%,
karena masih ada beberapa pelanggan yang melakukan
komplain kepada perusahaantentang keseragaman berat
badanDay Old Chick(DOC), terjadinya dehidrasi pada Day
Old Chick (DOC) dan DOC (Day Old Chick) dalam keadaan
lemas sesampai di kandang peternak. Treatment yang
dilakukan perusahaan untuk keseragaman berat badan
yaitu dilakukan greading (pemilahan) berat badan
diantaranya dengan sistem pengelompokkan berat badan
yaitu berat badan yang kurang dari standar, sesuai standar
dan lebih dari standar. Berat badan yang kurang dari
standar akan ditambah konsumsi pakan dan berat badan
66
yang lebih dari standar dengan pengurangan konsumsi
pakan. Treatment untuk dehidrasi yaitu dengan
memberikan konsumsi air yang cukup selama pengiriman
dan sering melakukan pengecekkan terhadap kandang
ayam agar tidak terlalu panas. Untuk pengiriman DOC (Day
Old Chick) tidak boleh melewati antara jam 12.00-14.00
WITA, karena di jam tersebut suhu di kota makassar sangat
panas sehingga dapat menyebabkan DOC (Day Old Chick)
dehidrasi sampai lemas.
Pada tahun 2015 dan 2016 nilaiTingat Keluhan
Pelanggan (TKP) mengalami penurunan di bawah target
yang sudah ditetapkan perusahaan menjadi 2,7% dan
1,25% yang berarti perusahaan berhasil untuk mengurangi
keluhan pelanggan dengan cara menerima masukan-
masukan dari pelanggan dan melakukan perbaikan didalam
manajemen penetasan. Permasalah yang sering dialami
perusahaan yaitu dehidrasi dan lemas saat pengiriman ke
peternak. Treatment untuk DOC (Day Old Chick) yang
mengalami dehidrasi dan lemas ketika dalam perjalanan
menuju peternak yaitu perusahaan harus mengecek
kembali kendaraan yang digunakan harus memiliki fentilasi
maksimal 8 dan juga untuk ayam DOC (Day Old Chick)
sesampai di tempat peternak harus segera diberikan air.
Perusahaan masih belum bisa menyelesaikan tingkat
keluhan pelanggan sampai 0%, karena bisnis perusahaan
67
adalah makhluk hidup secara teori perusahaan sudah
menghindari semaksimal mungkin tetapi karena bahan
utama adalah makhluk hidup maka perusahaan tidak bisa
menyelesaikan tingkat keluhan pelanggan menjadi 0%. Dan
juga pada saat pengiriman DOC (Day Old Chick) suhu atau
cuaca di jalan tidak bisa di prediksi apalagi jika di dalam
perjalanan terjadi kemacetan lalu lintas, meskipun fentilasi
berjalan maksimal jika kemacetan lalu lintas sangat panjang
maka juga akan berdampak dengan DOC (Day Old Chick).
Maka dari itu kesulitan perusahaan tidak bisa
menyelesaikan tingkat pelanggan sampai 0% adalah semua
yang menjadi penyebabnya tidak bisa di prediksi dan di
antisipasi sejak awal karena menyangkut pihak lain dan
alam.
Menurut Widodo dalam Gunawan (2015), penentuan
standar tingkat keluhan pelanggan ditentukan berdasarkan
target yang telah ditetapkan perusahaan dan juga
dipengaruhi oleh banyaknya pelanggan yang dimiliki
perusahaan. Apabila keluhan pelanggan dengan cepat
diatasi perusahaan akan berdampak baik pada kemampuan
perusahaan mempertahankan customer retention.
68
proses produksi, bahan baku yang ditertima dan persentase
produk cacat. Pencapaian kinerja perspektif proses bisnis
internal PT. Japfa Comfeed Indonesia selama 3 tahun dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Pencapaian Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal
Rata-
KPI 2014 2015 2016 Target
Rata
TPBB (%) 85 92,9 98,3 92,1 ≥ 90
PPC (%) 9,08 2,7 2,4 4,7 ≤5
69
baik yang telah mencapai lebih dari target yang ditentukan
perusahaan menjadi 92,9% dan 98,3%, karena perusahan
mengatur unit-unit yang akan chick in (ayam masuk) dan
unit yang akan afkir (penjualan ayam yang kurang
produktif). Menurut Luis (2011), pemenuhan bahan baku
harus mutlak terpengaruhi agar perusahaan dapat
memenuhi permintaan konsumen.
2. Prosentase Produk Cacat (PPC)
Prosentase Produk Cacat digunakan untuk mengetahui
perbandingan antara jumlah produk cacat dengan jumlah
produk keseluruhan yang di produksi. PT. Japfa Comfeed
Indonesia memberikan target untuk produk cacat yaitu
sebesar 5%. Menurut Darsono (2013), produk dikatakan
berkualitas apabila tercapainya kesesuain antara produksi
yang dihasilkan dengan rencana target standar atau
sasaran mutu yang ditetapkan oleh perusahaan pada setiap
awal produksi atau target broken kumulatif adalah 2%-5%
dari jumlah produksi. Untuk menekan tingkat kerusakan
produk dan mempertahankan kualitas perlu pengendalian
kualitas secara berlapis. Untuk rata-rata yang sudah
ditetapkan oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia pada produk
cacat sebesar 4,7%.
Di tahun 2014 produk cacat di atas target yang
ditentukan oleh perusahaan yaitu sebesar 9,08%, karena
masih banyaknya Day Old Chick (DOC) yang mengalami
70
black nevel (pusar yang berwarna hitam), cacat fisik, dan
ukuran Day Old Chick (DOC) yang dibawah standar. Pada
tahun 2015 dan 2016 produk cacat di bawah targetmenjadi
2,7% dan 2,4%, kerena perusahaan sudah melakukan
treatment untuk produk cacat diantara lain untuk Day Old
Chick (DOC) yang mengalami black nevel dilakukan
perbaikan sanitasi dan juga perbaikan temperatur, untuk
bagian cacat fisik yaitu dengan greeding telur
(pengelompokan telur) dan juga harus membersihkan
mesin, dan untuk bagian ukuran Day Old Chick (DOC) yang
dibawah standar yaitu dengan perbaikan pada berat dan
bentuk telur.
Menurut Susiady (2012), kualitas yang baik menurut
konsumen adalah apabila produk yang dihasilkan
perusahaan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan oleh perusahaan, sedangkan kualitas yang jelek
adalah apabila produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan
spesifikasi standar yang telah ditentukan serta
menghasilkan produk rusak. Namun demikian perusahaan
dalam menentukan spesifikasi produk yang juga harus
memperhatikan keingingan dari konsumen, sebab tanpa
memperhatikan produk yang dihasilkan oleh perusahaan
tidak akan dapat bersaing dengan perusahaan lain yang
lebih mementingkan kebutuhan konsumen.
71
3. Produktivitas Biaya Produksi (PBP)
Produktivitas Biaya Produksi menunjukkan jumlah unit
output yang di produksi untuk setiap rupiah sumber daya
input yang digunakan. Biaya produksi adalah faktor penting
yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga jual dari
produk yang dihasilkan. Maka dari itu perusahaan
memerlukan pengendalian biaya produksi yang efektif
sehingga kegiatan operasionalnya dapat berjalan dengan
baik. Target yang ditetapkan perusahaan untuk
produktivitas biaya produksi yaitu sebesar 0,20% dan rata-
rata yang sudah ditetapkan perusahaan sebesar 0,28%.
Menurut Martina (2016), dalam memperoleh produk
unggulan dan menetapkan harga jual yang kompetitif
perusahaan dapat fokus pada harga pokok produksi
dengan target 0,5%.
Pada tahun 2014 biaya produksi PT. Japfa Comfeed
Indonesia yaitu sebesar 0,14%, karena perusahaan
menghadapi kendala penurunan daya beli konsumen. Daya
beli konsumen tentunya akan berpengaruh terhadap
kebutuhan daging unggas di pasar. Oleh karena itu
perusahaan melakukan langkah strategis melalui
pengurangan jumlah produksi Day Old Chick (DOC) pada
akhir 2014 dengan menerapkan afkir dini bagi peternakan
ayam induk. Daya beli yang mengalami penurunan adalah
perusahaan dan dampak bagi perusahaan yaitu target yang
72
tidak tercapai diantaranya penjualan dan profit perusahaan.
Tahun 2015 biaya produksi perusahaan PT. Japfa Comfeed
Indonesia sebesar 0,35%, karena banyaknya perusahaan
yang menjual daging ayam. Tahun 2016 mengalami
kenaikan menjadi 0,37%, dikarenakan meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan daging ayam karena terjadi
lonjakan yang cukup tinggi pada harga daging sapi.
Kaitannya dengan biaya produksi yaitu biaya proses
produksi tetap namun penjualan dan profit perusahaan
berkurang sehingga dapat dikatakan biaya produksi
meningkat.
73
Tabel 4.4 Pencapaian Kinerja Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Rata-
KPI 2014 2015 2016 Target
Rata
TKK (%) 0,9 - - 0,3 ≤0
TPK (%) 4,3 4,3 4,5 4,4 ≥5
TKA (%) 6,4 4,4 2,8 4,5 ≤5
PK (%) 8,6 6,9 1,8 5,7 ≤6
Sumber: Data Diolah (2018)
1. Tingkat Kecelakaan Karyawan (TKK)
Tingkat Kecelakaan Karyawan digunakan untuk
mengukur seberapa banyak kecelakaan kerja yang
menimpa karyawan saat melakukan pekerjaannya. Hal ini
sangat diperhatikan oleh perusahaan. Untuk target yang
ditetapkan perusahan yaitu sebesar 0%. Menurut Ernawati
(2009), tindakan pencegahan terhadap potensi bahaya
yang timbul tersebut harus dilakukan untuk menghindari
adanya kerugian dengan melakukan inspeksi K3 secara
menyeluruh di area perusahaan. Inspeksi K3 bertujuan
untuk menurunkan angka kecelakaan kerja bahkan
menghilangkan timbulnya bahaya kecelakaan kerja (zero
accident) dengan jalan mengamati adanya potensi bahaya
dan segera melakukan tindakan sebelum menimbulkan
bahaya. Disamping itu juga dapat dilakukan dengan
tindakan kepada tenaga kerja untuk mencegah timbulnya
potensi bahaya. Untuk rata-rata yang dihasilkan sebesar
0,3%.
74
Tingkat kecelakaan kerja di PT. Japfa Comfeed
Indonesia terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,9% yaitu
sebanyak 1 orang. Kecelakaan yang dialami oleh pekerja
yaitu disaat pekerja sedang membawa sebuah es balok,
kemudian es balok terjatuh dan mengenai tangan dari
pekerja tersebut. Treatment yang dilakukan perusahaan
yaitu dengan memberikan peringatan sebelum melakukan
pekerjaan dan memberikan alat yang memadai. Pada tahun
2015 dan 2016 tidak ada terjadinya kecelakaan pada
karyawan, karena pihak perusahaan menyelenggarakan K3
serta memberikan pelatihan kepada pekerja. Menurut
Novirani dan Arijanto (2013), semakin banyak jumlah
operator yang memakai Alat Pelindung Diri (APD) dapat
menurunkan risiko kecelakaan kerja. Setiap ancaman
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah
karena apabila kecelakaan sudah terjadi maka biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan rasanya akan lebih besar
untuk penanganan dan pemberian kompensasi.
2. Tingkat Pelatihan Karyawan (TPK)
Tingkat Pelatihan Karyawan digunakan untuk mengukur
sejauh mana program pelatihan yang telah ditentukan dan
dijalankan oleh perusahaan untuk meningkatkan kualitas
serta kompetensi karyawan. Untuk meningkatkan kinerja
karyawan PT. Japfa Comfeed Indonesia membutuhkan
sumber daya manusia yang berkompeten dan berkualitas.
75
Tingkat keahlian dan kompetensi karyawan dapat dilakukan
dengan training karyawan. Jenis pelatihan untuk para
karyawan di PT. Japfa Comfeed Indonesia terbagi menjadi
5 pelatihan yaitu PMAB (Positive Mental Attitude Building),
5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke), K3 (Kesehatan
dan Keselamatan Kerja), Assesment, dan 8 etos kerja
(Rahmat, Amanah, Panggilan, Aktualisasi, Ibadah, Seni,
Kehormatan, Pelayanan). Target untuk TPK PT. Japfa
Comfeed Indonesia yaitu sebesar 5% dan rata-rata yang
dicapai oleh perusahan yaitu sebesar 4,4%. Menurut Findiai
(2015), jenis pelatihan general memiliki nilai realisasi
pelaksanaan yaitu mencapai 5%-10%.
Pada tahun 2014-2016 nilai tingkat pelatihan karyawan
(TPK) kurang baik karena belum mencapai dari target yang
ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 4,3%, 4,3%, dan
4,5%. Pelatihan yang diterapkan di perusahaan biasanya
digunakan untuk karyawan staff dan karyawan tetap.
Pemilihan karyawan yang mengikuti pelatihan disesuaikan
dengan bidangnya. Namun dari pihak perusahaan belum
adanya evaluasi pasca pelatihan yang dilakukan. Peserta
pelatihan hanya diberikan tugas untuk membuat laporan
dari hasil pelatihan yang diikuti. Menurut Ratnasari (2013),
pelatihan bagi karyawan sangat penting, meskipun untuk
memberikan pelatihan membutuhkan biaya yang besar.
Tetapi pelatihan akan memberikan manfaat untuk
76
meningkatkan prestasi kerja karyawan yang akhirnya akan
meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Tingkat Karyawan Absen (TKA)
Tingkat Karyawan Absen digunakan untuk mengukur
tingkat kehadiran karyawan. Target yang digunakan PT.
Japfa Comfeed Indonesia untuk tingkat karyawan absen
(TKA) yaitu sebesar 5%. Menurut Prasetyo (2015), jika
suatu perusahaan tingkat absensinya tinggi kemungkinan
prestasi kerja karyawan juga rendah, apabila absensi sudah
mencapai 6% ke atas berarti merupakan masalah bagi
perusahaan. Absensi yang tinggi sulit bagi perusahaan
untuk dapat mencapai tujuan perusahaan. Jumlah rata-rata
yang di dapatkan perusahaan untuk tingkat karyawan
absen (TKA) yaitu sebesar 4,5%.
Pada tahun 2014 diketahui nilai yang dicapai di atas
target yang sudah ditentukan perusahaan yaitu sebesar
6,4%, karena kurangnya kedisiplinan yang diterapkan
perusahaan untuk para karyawan. Kurangnya kedisiplinan
yang sering dilakukan yaitu masih banyaknya karyawan
yang melakukan absen tanpa ijin atau melebihi batas yang
sudah diberikan oleh atasan. Pada tahun 2015 dan 2016
mengalami penurunan nilai tingkat karyawan absen (TKA)
yaitu sebesar 4,4% dan 2,8%, karenak perusahaan telah
menerapkan beberapa tata tertib kepada karyawan untuk
menerapkan kedisiplinan dalam bekerja. Pelanggaran yang
77
sering dilakukan oleh karyawan yaitu berupa absen tanpa
ijin atau melampui batas ijin dan juga terlambat dalam
masuk kerja. Tata tertib yang diberikan perusahaan untuk
para karyawannya diantaranya datang ditempat kerja
sebelum jam kerja dan mulai bekerja tepat pada waktu yang
telah ditentukan, selalu menggunakan atau membawa kartu
tanda pengenal pegawai, dan melakukan chek in pada
waktu masuk kerja dan check out pada waktu
pulang.Sanksi yang diberikan perusahaan untuk para
pegawai yang melanggar tata tertib antara lain peringatan
tertulis, mutasi, pencabutan tunjangan dan denda. Menurut
Malayu (2008), absensi karyawan merupakan salah satu
tolak ukur metode pengembangan karyawan, jika absensi
karyawan setelah mengikuti pengembangan menurun,
maka metode pengembangan yang dilakukan baik,
sebaliknya jika absensi karyawan tetap berarti
pengembangan yang diterapkan kurang baik.
4. Tingkat Perputaran Karyawan (TP)
Tingkat Perputaran Karyawan digunakan untuk
mengetahui seberapa banyak karyawan yang keluar dan
dipertahankan perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Rata-rata yang diperoleh PT. Japfa Comfeed Indonesia
untuk perputaran karyawan yaitu sebesar 5,7%. Target
yang ditetapkan perusahan yaitu sebesar 6%. Menurut
Pangkey (2012), karyawan yang berhenti kerja di terima
78
masuk kerja serta jumlah karyawan yang terdaftar
keseluruhan. Standar perputaran karyawan sebesar 5%-
7%, dimana jumlah tersebut harus kembali di cari oleh
perusahaan untuk mencapai standar penggunaan tenaga
kerja dalam rangka merealisasikan kapasitas produksi.
Pada tahun 2014 dan 2015 nilai perputaran karyawan
yang diperoleh perusahaan diatas target yang sudah
ditentukan yaitu sebesar 8,6% dan 6,9%, karena
perusahaan belum memberikan kepuasan dalam bekerja
bagi para karyawannya dan nilai yang seimbang untuk
karyawan yang keluar dan dipertahankan. Pada tahun 2016
nilai perputaran karyawan sudah dibawah target yang
ditentukan yaitu sebesar 1,8%, perusahaan sudah
memberikan kepuasan bagi para karyawannya yang sudah
bekerja contohnya memberikan kenaikan upah gaji dan
memberikan kenaikan jabatan. Menurut Manurung dan
Ratnawati (2012),meskipun hanya merupakan salah satu
faktor dari banyak faktor pengaruh lainnya, kepuasan kerja
mempengaruhi tingkat perputaran karyawan dan absensi.
Perusahaan bisa mengharapkan bahwa bila kepuasan kerja
meningkat, perputaran karyawan dan absensi menurun,
atau sebaliknya. Untuk itu banyak perusahaan berupaya
keras untuk mempertahankan karyawannya terutama yang
bekerja tinggi bagi mereka, seperti kenaikan upah, pujian,
pengakuan, peningkatan peluang promosi, dan seterusnya.
79
Sedangkan sedikit upaya ditempuh organisasi untuk
mempertahankan karyawan yang bekerja buruk.
80
Tabel 4.5 Hasil Uji Konsistensi Kuesioner Perbandingan Berpasangan
Pembobotan Nilai CR
Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Gabungan
Pakar
Antar Perspektif 0,0848 0,0396 0,0358 0,0165
BSC
Antar Perspektif 0,0232 0,0189 0,0610 0,0708
Keuangan
Antar Perspektif 0,0370 0,0138 0,0273 0,0023
Pelanggan
Antar Perspektif 0,0548 0,01920 0,0114 0,0145
Bisnis Internal
Antar Perspektif 0,0664 0,0923 0,0615 0,0151
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Sumber: Data Diolah (2018)
Hasil pengolahan data kuesioner pembobotan dengan
matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat pada
Lampiran 7. Hasil pembobotan antar perspektif dan antarKey
Performance Indicator (KPI) dari gabungan pakar dapat dilihat
pada Tabel 4.6. Bobot global merupakan nilai bobot dari
keseluruhanKey Performance Indicator(KPI) yang digunakan.
Bobot global didapatkan dengan mengalikan nilai bobot lokal
masing-masingKey Performance Indicator(KPI) dengan bobot
perspektif.
81
Tabel 4.6Hasil Pembobotan Antar Perspektif BSC dan KPI
Perspektif Bobot KPI Bobot Bobot Prioritas
Lokal Global
83
Japfa Comfeed Indonesia perspektif pelanggan terdiri dari
customer acqusition, customer retention dan tingkat keluhan
pelanggan. Dimana indikator-indikator tersebut jika jelek
membuat perusahaan tidak akan menerima keuntungan dari
setiap pelanggannya dan mengalami kerugian jika produknya
tidak terjual dan jika bagus maka perusahaan sangat
mendapatkan keuntungan tinggi karena produk yang dibuat
terjual habis.
Bobot diurutan yang ketiga yaitu perspektif keuangan
dengan nilai bobot sebesar 0,235. Perspektif keuangan
pentingnya bagi perusahaan yaitu PT. Japfa Comfeed Indonesia
merupakan perusahaan yang berada dalam tahap berkembang
sehingga terus berupaya untuk memaksimalkan pencapaian
laba dari tahun ke tahun. Menurut Norton (2010) ukuran kerja
finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan,
implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau
tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Pada saat
perusahaan melakukan pengukuran secara finansial, maka hal
pertama yang harus dilakukan adalah mendekteksi keberadaan
industri yang dimiliki seperti tiga tahap perkembangan industri
yaitu growth, sustain, dan harvest. Didalam PT. Japfa Comfeed
Indonesia perspektif keuangan terdiri dari growth sales return,
return on investement, dan gross profit margin. Dimana jika
indikator-indikator tersebut jika jelek perusahaan akan rugi dan
84
tidak menghasilkan laba besar dan jika bagus perusahaan
mendapatkan laba yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
Bobot diurutan yang keempat yaitu perspektif proses
bisnis internal dengan nilai bobot sebesar 0,211. Perspektif
proses bisnis internal pentingnya bagi perusahaan adalah
perusahaan dapat melakukan pengukuran terhadap semua
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun
karyawan untuk menciptakan suatu produk yang dapat
memberikan kepuasan tertentu bagi customer dan juga para
pemegang saham. Menurut Norton (2010) memungkinkan para
manager untuk mengidentifikasi berbagai proses internal
penting yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan.
Proses ini memungkinkan unit bisnis untuk memberikan proporsi
nilai yang akan menarik perhatian dan mempertahankan
pelanggan dalam segmen pasar sasaran dan memenuhi
harapan keuntungan finansial yang tinggi dari para pemegang
saham. Didalam PT. Japfa Comfeed Indonesia perspektif
proses bisnis internal terdiri dari tingkat penerimaan bahan
baku, prosentase produk cacat dan produktivitas biaya produksi.
Dimana indikator-indikator tersebut jika jelek customer akan
kecewa dengan hal yang diberikan perusahaan jika karyawan
dan manajernya tidak dapat memberikan produk yang bagus
dan jika bagus karyawan dan manajer dapat memberikan
inovasi-inovasi terbaru bagi produknya sehingga para customer
puas.
85
Bobot yang telah dihitung kemudian di rata-ratakan
hingga ketemu prioritas dimana berdasarkan peritungan
prioritas diketahui bahwa prioritas pertama adalah Customer
Acquistion dari perspektif pelanggan. Hal ini disebabkan PT.
Japfa Comfeed Indonesia selalu berusaha untuk menarik
pelanggan baru untuk meningkatkan total penjualan. Customer
Acquistion sangat diperhatikan di perusahaan, karena semakin
banyak pelanggan baru yang didapat perusahaan, dapat
diartikan PT. Japfa Comfeed Indonesia, mampu menjual DOC
(Day Old Chick) dengan kualitas baik dengan harga yang
terjangkau.
Prioritas yang kedua adalah Return On Investement dari
perspektif keuangan. Hal ini disebabkan PT. Japfa Comfeed
Indonesia berusaha untuk menghasilkan laba yang tinggi dari
setiap modal yang telah diinvestasikan, sehingga dapat
mengembalikan keuntungan bersih. Pentingnya Return On
Investement bagi perusahaan adalah semakin tinggi ROI, maka
semakin baik keadaan perusahaan. ROI adalah rasio
profitabilitas yang digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.
Prioritas yang ketiga adalah produktivitas biaya produksi
dari perspektif proses bisnis internal. Hal ini disebabkan PT.
Japfa Comfeed Indonesia selalu melakukan pengendalian biaya
produksi yang efektif sehingga kegiatan operasionalnya dapat
berjalan dengan baik dan efektif. Pentingnya produktivitas biaya
86
produksi bagi perusahaan adalah dapat mengatur tinggi
rendahnya harga jual dari produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Prioritas yang terakhir adalah tingkat keluhan pelanggan.
Hal ini disebabkan perusahaan terus berusaha memberikan
produk yang terbaik bagi para customernya. Pentingnya tingkat
keluhan pelanggan bagi perusahaan adalah perusahaan dapat
mengetahui produk yang tidak sesuai standar jika barang
tersebut sudah ditangan para customernya, dengan begitu
perusahaan terus melakukan pengecekan ulang terhadap
produk yang akan dikirim ke customer.
87
keuangan perusahaan itu baik. Perusahaan mampu
mendapatkan laba dengan baik dan perusahaan mampu
mendapatkan hasil penjualaan dari DOC dengan baik. Menurut
Dewi (2014) berdasarkan pengukuran perspektif keuangan
sebesar 90%-100% perusahaan dapat mengendalikan dan
melakukan penghematan dalam penggunaan anggaran yang
mencakup dan mampu melakukan efisiensi dalam
menggunakan pengeluaran untuk mendapatkan pendapatan.
Nilai tingkat pencapaian Customer Acquistion adalah 108,67%,
customer retention adalah 116,3%, dan tingkat keluhan
pelanggan adalah 147%. Dari nilai tersebut baik bagi
perusahaan. Hal ini disebabkan bahwa untuk customer
acqusition perusahaan mampu menarik pelanggan baru, untuk
customer retention perusahaan mampu mempertahankan
pelanggan lama yang sudah.
88
Tabel 4.7 Rancangan Kartu Skor (BSC) PT. Japfa Comfeed Indonesia
Target Pencapaian Tingkat
Sasaran Strategi Bobot
(%) (%) Pencapaian (%)
Perspektif Keuangan
Growth Sales Return 0,0635 ≥ 50 50,43 100,96
Return On Investment 0,141 ≥ 50 56,2 112,4
Gross Profit Margin 0,0306 ≥3 3,7 123,34
Pencapaian perspektif keuangan : 112,2%
Perspektif Pelanggan
Customer Acqusition 0,1669 ≥ 15 16,3 108,67
Customer Retention 0,0582 ≥ 100 116,3 116,3
Tingkat Keluhan Pelanggan 0,0279 ≤5 3,4 147
Pencapaian perspektif pelanggan : 123,99%
Perspektif Proses Bisnis Internal
Tingkat Penerimaan Bahan Baku 0,0422 ≥ 90 92,1 102,33
Prosentase Produk Cacat 0,0296 ≤5 4,7 106
Produktivitas Biaya Produksi 0,1393 ≥ 0,20 0,28 140
Pencapaian perspektif proses bisnis internal : 116,11%
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Tingkat Kecelakaan Karyawan 0,0633 ≤0 0,3 0
Tingkat Pelatihan Karyawan 0,1159 ≥5 4,4 88
Tingkat Karyawan Absen 0,0542 ≤5 4,5 111
Tingkat Perputaran Karyawan 0,0678 ≤6 5,7 150
Pencapaian perspektif pembelajaran dan pertumbuhan : 76%
Total Skor Kinerja PT. Japfa Comfeed Indonesia = 107,075
89
menjadi pelanggan setianya, dan untuk tingkat keluhan
pelanggan perusahaan mampu mengurangi keluhan pelanggan
dengan cara menerima masukan-masukan dari para
pelanggannya. Sehingga diperoleh rata-rata pencapaian
perspektif pelanggan sebesar 123,99%. Hal tersebut berarti
perspektif pelanggan perusahaan itu baik. Sangat baik menarik
pelanggan baru, mempertahankan pelanggan lama dan juga
mengurangi keluhan pelanggan. Menurut Aditya (2013) standar
retensi pelanggan yaitu 95-120%. Hal tersebut menunjukkan
ada pertumbuhan pelanggan dalam bisnis yang dijalankan atau
dengan kata lainnya perusahaan mampu menambah jumlah
pelanggan dan mempertahankan yang sudah ada.
Nilai tingkat pencapaian tingkat penerimaan bahan baku
adalah 102,33%, prosentase produk cacat adalah 106%, dan
produktivitas biaya produksi adalah 140%. Dari nilai tersebut
baik bagi perusahaan. Hal ini disebabkan bahwa untuk tingkat
penerimaan bahan baku perusahaan mampu memenuhi bahan
baku agar perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen,
untuk prosesentase produk cacat perusahaan mampu
mengurangi produk cacat yang dialami perusahaan dan untuk
produktivitas biaya produksi perusahaan selalu melakukan
pengendalian biaya produksi yang efektif sehingga kegiatan
operasionalnya dapat berjalan dengan baik. Sehingga diperoleh
rata-rata pencapaian perspektif proses bisnis internal sebesar
116,11%. Hal tersebut berarti perspektif proses bisnis internal
90
perusahaan itu baik. Baik dalam hal perusahaan mampu
mengendalikan penerimaan bahan baku, mengendalikan biaya
produksi yang efektif, dan juga mengurangi produk cacat.
Menurut Arwinda dan Sari (2015) perspektif proses bisnis
internal memiliki kinerja baik dengan nilai sebesar 85%-100%.
Hal ini berarti perusahaan sudah baik dalam mengoptimalkan
proses internal agar menghasilkan kinerja yang optimal.
Nilai tingkat pencapaian tingkat kecelakaan karyawan
adalah 0%, tingkat pelatihan karyawan adalah 88%, tingkat
karyawan absen adalah 111% dan tingkat perputaran karyawan
adalah 105%. Dari nilai tersebut baik bagi perusahaan. Hal ini
disebabkan bahwa untuk tingkat kecelakaan karyawan
perusahaan dapat mengurangi kecelakaan karyawan, untuk
tingkat pelatihan karyawan perusahaan terus meningkatkan
pelatihan kepada karyawannya agar perusahaan terus maju,
untuk tingkat karyawan absen perusahaan dapat mengurangi
karyawan yang melakukan absen tanpa ijin dan untuk tingkat
perputaran karyawan perusahaan mampu mengurangi
karyawan yang keluar dari perusahaan. Sehingga diperoleh
rata-rata pencapaian perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
sebesar 76%. Hal tersebut berarti perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan baik. Baik dalam hal perusahaan mampu
mengurangi tingkat kecelakaan karyawan, tingkat karyawan
absen, dan tingkat perputaran karyawan. Dan meningkatkan
tingkat pelatihan karyawan. Menurut Riyana (2017) perspektif
91
pembelajaran dan pertumbuhan memiliki kinerja baik yaitu
sebesar 20%-80%. Dengan peningkatan rasio tersebut makan
kinerja karyawan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
pendapatan bagi perusahaan.
Hasil pengukuran kinerja pada PT. Japfa Comfeed
Indonesia secara kesuluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.7 yang
diperoleh sebesar 107,075% yang menunjukkan bahwa PT.
Japfa Comfeed Indonesia berada pada posisi kinerja yang
sangat sehat. Rata-rata nilai indikator dari setiap perspektif yaitu
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran
dan pertumbuhan sesuai dengan target yang sudah ditetapkan
oleh perusahaan. Menurut Rangkuti (2011), suatu perusahaan
berada pada kondisi sangat sehat jika skor kinerjanya lebih dari
64%.
92
Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan indikator yang
belum mencapai target yaitu tingkat pelatihan karyawan dan
tingkat kecelakaan kerja. Masalah, usulan dan target yang
terjadi di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk dapat di lihat pada
Tabel 4.8.
93
Tabel 4.8 Masalah, Usulan dan Target di PT. Japfa Comfeed
Indonesia
No Masalah Usulan Target
1 Sering Perusahaan harus Agar
terbenturnya waktu mengatur kembali jadwal meningkatkan
jam pelatihan pelatihan yang sesuai kualitas serta
dengan jadwal agar tidak terjadi lagi kompetensi
produksi ayam. benturan saat jadwal karyawan,
Tanggal 17-03- produksi ayam. Dengan karena hal
2014 jam 09.00, mengetahui jadwal tersebut juga
tanggal 18-08- produksi ayam terlebih memengaruhi
2014 jam 09.00 dahulu agar tidak kelancaran
dan 08-12-2014 mengganggu jadwal serta
jam 09.00, pelatihan. Dan juga keberhasilan
diadakan pelatihan menyiapkan beberapa dalam
dan di tanggal orang agar tetap mencapai
yang sama jadwal standbay disaat produksi target yang
produksi ayam. ayam. sudah
2 Penerapan Harus di tambahkan ditentukan
pelatihan yang beberapa pelatihan untuk perusahaan.
masih kurang karyawan, agar para Dan juga
untuk karyawan. karyawan lebih memberikan
Kurangnya menguasai tentang manfaat untuk
pelatihan bagi para bekerja di sebuah meningkatkan
karyawan untuk perusahaan. prestasi kerja
terjun langsung ke Penambahan pelatihan karyawan.
lapangan dan juga sesuai dengan level
pelatihan yang karyawan dan
masih sedikit. kebutuhannya, seperti
courting counseling
(untuk meningkatkan
efektifitas perilaku dan
sikap mental agar sesuai
dengan kebutuhan
pekerjaan), LPSDM
(lembaga peningkatan
sumber daya manusia)
dan MMP (metode
membaca permulaan).
94
3 Masih terjadinya Perusahaan harus Agar tetap
kecelakaan kerja memberikan peringkatan terjaga
pada karyawan. sebelum bekerja kepada kenyamanan
Kurangnya seluruh karyawan agar saat bekerja
kesadaran bagi memakai APD sampai jika
para karyawan selesai bekerja. Dan juga menggunakan
untuk meletakkan APD tidak APD.
menggunakan terlalu jauh dari tempat
APD dan kerja, agar para
perusahaan sudah karyawan bisa langsung
menyediakan APD memakainya.
untuk para
karyawannya.
95
kecelakaan karyawan akan menurun. Agar tidak terjadi kerugian
pada perusahaan.
Untuk meningkatkan nilai tingkat pelatihan karyawan di
PT. Japfa Comfeed Indonesia, seharusnya para manajer
memberikan pengarahan kepada karyawannya. Dengan
dilaksanakannya penekanan kepada seluruh karyawan agar
mengikuti pelatihan yang sudah dibuat oleh perusahaan dan
juga mengatur kembali jadwal pelatihan yang pas bagi
karyawan, harapannya tingkat pelatihan karyawan akan
meningkat. Dan juga para karyawan dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan.
96
97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian mengenai pengukuran kinerja
PT. Japfa Comfeed Indonesia dengan mengguanakan metode
Balanced Scorecard adalah:
1. Nilai skor kinerja PT. Japfa Comfeed Indonesia secara
keseluruhan yaitu sebesar 107,075%. Berdasarkan skor
tersebut maka PT. Japfa Comfeed Indonesia dapat
dikategorikan dalam kondisi yang sangat sehat.
2. Upaya yang dapat dilakukan oleh PT. Japfa Comfeed
Indonesia untuk memperbaiki tingkat kecelakaan
karyawan dan tingkat pelatihan karyawan adalah
sebagai berikut :
a. PT. Japfa Comfeed Indonesia harus memberikan
penambahan pelatihan untuk para karyawannya
yang sesuai dengan bidangnya.
b. PT. Japfa Comfeed Indonesia harus membuat
jadwal pelatihan untuk para karyawannya yang
sesuai agar tidak terjadi bentrokan.
c. PT. Japfa Comfeed Indonesia harus memberikan
pengarahan kepada karyawan sebelum bekerja
untuk memakai APD agar tidak terjadi
kecelakaan kerja.
98
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk PT. Japfa Comfeed
Indonesia adalah sebaiknya perusahaan dapat berkomitmen
untuk melakukan pengukuran kinerja yang baik dari aspek
finansial maupun aspek non finansial dan konsisten untuk
melakukan evaluasi kinerja secara rutin yaitu empat bulan
sekali. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
mengembangkan pengukuran kinerja diluar penelitian ini
dengan menggunakan indikator kinerja yang lebih kompleks lagi
seperti penambahan indikator yang belum di teliti yaitu return on
equity, kepuasan pelanggan, analisis manufacturing cycle
effectivenes, dan jumlah inovasi. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menggunakan metode yang sama namun
pada objek penelitian yang berbeda untuk memperluas kajian
teori.
99
DAFTAR PUSTAKA
101
Falatehan, A. 2016. Analytical Hierarchy Process (AHP)
Teknik Pengambilan Keputusan Untuk Pembangunan
Daerah. Indomedika Pustaka. Yogyakarta
102
Fitriyani, D., Tiswiyanti, W., dan Prasetyo, E. 2015. Praktik
Good Corporate Governance dan Dampaknya
Terhadap Kinerja Berdasarkan Balanced Scorecard
Pada Perusahaan Daerah Air Minum. Jurnal UNISSULA
2(1): 91-103.
103
Johansyah, F.R., dan Riharjo, I.B. 2017. Pengukuran Kinerja
Dalam Perspektif Balanced Scorecard (Studi Pada
PDAM Surabaya). Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 6(1):
219- 236.
104
Mathius, T dan Erna, R.Y. 2011. Penerapan Balanced
Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja yang
Memadai: Studi Kasus pada Perusahaan Bio Tech di
Bandung. Jurnal Ilmiah Akuntansi. 5(2): 101-127
106
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen: Informasi untuk
Pengambilan Keputusan Strategis. Penerbit Erlangga.
Jakarta
107
Susetyo, J. dan Sabakula. 2014. Pengukuran Kinerja Dengan
Menggunakan Balanced Scorecard dan Integrated
Performance Measurement System (IPMS). Jurnal
Teknologi. 7(1) : 56-63
108
Velimirovic, D., Velimirovic, M. and R. Stankovic. 2011. Role
And Importand Of Key Performance Indicators
Measurement. Serbian Journal of Management 6(1): 63-
72
109
Yunus, E. 2016. Manajemen Strategis. CV Andi Offset.
Yogyakarta. Hal 78-79
110
111
Lampiran 1: Kuesioner Pembobotan Elemen Pengukuran
Kinerja PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk
Kepada Yth,
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk
Dengan Hormat,
Saya Qur’aini Nur Aqidah mahasiswa Jurusan Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya Malang. Dalam hal ini saya sedang mengadakan
penelitian dengan judul Pengukuran Kinerja Perusahaan
dengan Balanced Scorecard untuk menyelesaikan Tugas Akhir
(Skripsi). Tujuan kuesioner perbandingan berpesangan ini
adalah untuk menentukan bobot kepentingan dari setiap
perspektif Balanced Scorecard dan sasaran strategis.
Sebelum mengisi kuesioner ini, Bapak/Ibu diharapkan
membaca terlebih dahulu petunjuk pengisian kuesioner yang
telah diberikan. Kerahasiaan identitas dan data yang Bapak/Ibu
berikan akan terjaga serta terjamin karena hanya dipergunakan
untuk kepentingan penulisan Tugas Akhir.
Demikian permohonan Saya, atas perhatian dan
kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini saya ucapkan
terima kasih.
Hormat saya,
113
Contoh Pengisian Kuesioner
Penilaian
Perspektif
Perspektif
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keuangan 9 Customer
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8
Artinya: Anda berpendapat bahwa perspektif Customer mutlak penting dari perspektif Keuangan
Keuangan 9 8 7 6 5 4 3 2 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertumbuhan
1 dan
Pembelajaran
Artinya: Anda berpendapat bahwa perspektif Keuangan dan Pertumbuhan dan Pembelajaran sama
penting.
114
Kuesioner Perbandingan Berpasangan
Pertanyaan: Menurut Anda, seberapa pentingkah faktor yang berada disebelah kiri dengan faktor
yang disebelah kanan bagi perusahaan?
A. Pembobotan antar perspektif Balanced Scorecard
Penilaian
Perspektif Perspektif
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keuangan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Customer
Keuangan Proses Bisnis
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Internal
Keuangan Pembelajaran
dan Pertumbuhan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Customer Pembelajaran
dan Pertumbuhan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
115
B. Pembobotan sasaran strategis perspektif keuangan
Penilaian KPI
KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Growth Sales Gross Profit Margin
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Return
Growth Sales Return On
Return 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Investment
Customer Tingkat
Retention 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keluhan
Pelanggan
116
D. Pembobotan sasaran strategis perspektif proses bisnis internal
Penilaian KPI
KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Produktivitas Prosentase produk
biaya produksi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 cacat
117
E. Pembobotan sasaran strategis perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Penilaian KPI
KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat Tingkat pelatihan
kecelakaan kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 karyawan
Tingkat Tingkat karyawan
kecelakaan kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 absen
Tingkat Tingkat perputaran
kecelakaan kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 karyawan
Tingkat pelatihan Tingkat karyawan
karyawan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 absen
Tingkat Pelatihan Tingkat perputaran
Karyawan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 karyawan
Tingkat karyawan Tingkat perputaran
absen 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 karyawan
118
Lampiran 2. Jawaban Kuesioner Pembobotan Elemen Pengukuran Kinerja PT. Japfa Comfeed
Indonesia
1. Manajer Accounting
A. Pembobotan antar perspektif Balanced Scorecard
Penilaian
Perspektif Perspektif
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keuangan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Customer
Keuangan Proses Bisnis
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Internal
Keuangan Pembelajaran
1 2 dan Pertumbuhan
9 8 7 6 5 4 3 2 3 4 5 6 7 8 9
Customer 4
Proses Bisnis
9 8 7 6 5 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Internal
Customer Pembelajaran
3 dan Pertumbuhan
9 8 7 6 5 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
119
B. Pembobotan sasaran strategis perspektif keuangan
Penilaian KPI
KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Growth Sales 2 Gross Profit Margin
9 8 7 6 5 4 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Return
Growth Sales Return On
Return 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Investment
Customer Tingkat
Retention 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keluhan
Pelanggan
120
D. Pembobotan sasaran strategis perspektif proses bisnis internal
Penilaian KPI
KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Produktivitas Prosentase produk
biaya produksi 4 cacat
9 8 7 6 5 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
121
E. Pembobotan sasaran strategis perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Penilaian
KPI KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat 5 Tingkat pelatihan
kecelakaan kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 6 7 8 9 karyawan
Tingkat 2 3 Tingkat karyawan
kecelakaan kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 4 5 6 7 8 9 absen
Tingkat 3 4
Tingkat perputaran
kecelakaan kerja 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 5 6 7 8 9 karyawan
Tingkat pelatihan 4 Tingkat karyawan
karyawan 9 8 7 6 5 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 absen
Tingkat Pelatihan 5 Tingkat perputaran
Karyawan 9 8 7 6 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 karyawan
Tingkat 2 3
Tingkat perputaran
karyawan absen 9 8 7 6 5 4 3 2 1 4 5 6 7 8 9 karyawan
122
2. Manajer Produksi
A. Pembobotan antar perspektif Balanced Scorecard
Penilaian
Perspektif Perspektif
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keuangan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Customer
Keuangan Proses Bisnis
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Internal
Keuangan Pembelajaran
4 dan
9 8 7 6 5 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertumbuhan
Customer Pembelajaran
5 dan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 6 7 8 9 Pertumbuhan
123
B. Pembobotan sasaran strategis perspektif keuangan
Penilaian KPI
KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Growth Sales Gross Profit Margin
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Return
Growth Sales Return On
Return 3 Investment
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 4 5 6 7 8 9
Customer Tingkat
Retention 3
9 8 7 6 5 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keluhan
Pelanggan
124
D. Pembobotan sasaran strategis perspektif proses bisnis internal
Penilaian KPI
KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Produktivitas Prosentase
biaya produksi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 produk cacat
Tingkat Produktivitas
penerimaan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 biaya produksi
bahan baku
Prosentase Tingkat
produk cacat 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 penerimaan
bahan baku
125
E. Pembobotan sasaran strategis perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Penilaian KPI
KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat Tingkat pelatihan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kecelakaan kerja karyawan
126
3. Manajer Sumber Daya Alam
A. Pembobotan antar perspektif Balanced Scorecard
Penilaian
Perspektif Perspektif
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keuangan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Customer
Keuangan Proses Bisnis
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Internal
Keuangan Pembelajaran
4 5 dan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 6 7 8 9
Pertumbuhan
127
B. Pembobotan sasaran strategis perspektif keuangan
Penilaian
KPI KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Growth Sales 5 4 Gross Profit Margin
9 8 7 6 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Return
Growth Sales Return On
Return 2 Investment
9 8 7 6 5 4 3 2 1 3 4 5 6 7 8 9
Customer Tingkat
Retention 3 Keluhan
9 8 7 6 5 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pelanggan
128
D. Pembobotan sasaran strategis perspektif proses bisnis internal
Penilaian KPI
KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Produktivitas Prosentase
biaya produksi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 produk cacat
Tingkat Produktivitas
penerimaan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 biaya produksi
bahan baku
Prosentase Tingkat
produk cacat 1 penerimaan
9 8 7 6 5 4 3 2 2 3 4 5 6 7 8 9
bahan baku
129
E. Pembobotan sasaran strategis perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Penilaian KPI
KPI
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat Tingkat
5
kecelakaan 9 8 7 6 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 pelatihan
kerja karyawan
Tingkat Tingkat
kecelakaan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 karyawan absen
kerja
Tingkat Tingkat
kecelakaan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 perputaran
kerja karyawan
Tingkat Tingkat
pelatihan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 karyawan absen
karyawan
Tingkat Tingkat
Pelatihan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 perputaran
Karyawan karyawan
Tingkat Tingkat
2
karyawan 9 8 7 6 5 4 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 perputaran
absen karyawan
130
Lampiran 3. Pengolahan Data Hasil Kuesioner Pembobotan
1. Pakar 1 (Manajer Accounting)
a. Hasil Pembobotan Perspektif BSC
KPI F C IBP LG
F 1 0,33 3 1
C 3 1 4 3
IBP 0,33 0,25 1 0,33
LG 1 0,33 3 1
∑ 5,33 1,92 11,00 5,33
KPI F C IBP LG Zi VP
F 0,188 0,174 0,273 0,188 0,822 0,205
C 0,563 0,522 0,364 0,563 2,010 0,503
IBP 0,063 0,130 0,091 0,063 0,346 0,087
LG 0,188 0,174 0,273 0,188 0,822 0,205
∑ 1,00 1,00 1,00 1,00 1,000
λ =4.10679
CI = 0.03559
CR =0.03955
Pembobotan pakar 1 konsisten dikarenakan nilai Consistency
Ratio (CR) ≤ 0,1
KPI CA CR TKP Zi VP
CA 0,75 0,71 0,78 2,24 0,75
CR 0,15 0,14 0,11 0,40 0,13
TKP 0,10 0,14 0,11 0,36 0,12
∑ 1,00 1,00 1,00 1,00
λ =3.01597
CI = 0.00798
CR =0,01373
Pembobotan pakar 1 konsisten dikarenakan nilai Consistency
Ratio (CR) ≤ 0,1
133
KPI F C IBP LG Zi VP
F 0,562 0,357 0,563 0,645 2,127 0,532
C 0,112 0,071 0,062 0,032 0,278 0,069
IBP 0,185 0,241 0,188 0,161 0,749 0,187
LG 0,140 0,357 0,188 0,161 0,846 0,212
∑ 1,00 1,00 1,00 1,00 1,000
λ =4.22892
CI = 0.07630
CR =0.08478
Pembobotan pakar 2 konsisten dikarenakan nilai Consistency
Ratio (CR) ≤ 0,1
134
KPI CA CR TKP Zi VP
CA 0,72 0,75 0,64 2,11 0,70
CR 0,18 0,19 0,27 0,64 0,21
TKP 0,10 0,06 0,09 0,25 0,08
∑ 1,00 1,00 1,00 1,00
λ =3.04297
CI = 0.02148
CR =0.03704
Pembobotan pakar 2 konsisten dikarenakan nilai Consistency
Ratio (CR) ≤ 0,1
135
KPI TKK TPK TKA TP Zi VP
TKK 0,118 0,121 0,222 0,077 0,538 0,135
TPK 0,588 0,606 0,556 0,615 2,365 0,591
TKA 0,059 0,121 0,111 0,154 0,445 0,111
TP 0,235 0,152 0,111 0,154 0,652 0,163
∑ 1,00 1,00 1,00 1,00 1,000
λ =4.17927
CI = 0.05976
CR =0.0664
Pembobotan pakar 2 konsisten dikarenakan nilai Consistency
Ratio (CR) ≤ 0,1
KPI F C IBP LG Zi VP
F 0,063 0,048 0,051 0,091 0,252 0,061
C 0,313 0,238 0,316 0,182 1,049 0,262
IBP 0,375 0,238 0,316 0,364 1,293 0,323
LG 0,250 0,476 0,316 0,364 1,406 0,352
∑ 1,00 1,00 1,00 1,00 1,000
λ =4.09639
CI = 0.03213
CR =0.03570
Pembobotan pakar 3 konsisten dikarenakan nilai Consistency
Ratio (CR) ≤ 0,1
136
a. Hasil pembobotan sasaran strategis perspektif
Keuangan
KPI GSR ROI GPM
GSR 1 0,5 5
ROI 2 1 5
GPM 0,20 0,20 1
∑ 3.20 1,70 11,0
KPI CA CR TKP Zi VP
CA 0,45 0,43 0,56 1,44 0,48
CR 0,45 0,43 0,33 1,22 0,41
TKP 0,09 0,14 0,11 0,34 0,11
∑ 1,00 1,00 1,00 1,00
λ =3.03168
CI = 0.01584
CR =0.02731
Pembobotan pakar 3 konsisten dikarenakan nilai Consistency
Ratio (CR) ≤ 0,1
137
b. Hasil pembobotan sasaran strategis perspektif
Proses Bisnis Internal
KPI TPBB PPC PBP
TPBB 1 1,00 0,17
PPC 1 1 0
PBP 6 6 1
∑ 8,00 8,00 1,34
KPI F C IBP LG Zi VP
F 0,232 0,169 0,242 0,298 0,940 0,235
C 0,334 0,244 0,236 0,199 1,014 0,253
IBP 0,202 0,222 0,214 0,205 0,844 0,211
LG 0,232 0,364 0,308 0,298 1,202 0,301
∑ 1,00 1,00 1,00 1,00 1,000
λ =4.04465
CI = 0.01488
CR =0.01653
Pembobotan gabungan pakar konsisten dikarenakan nilai
Consistency Ratio (CR) ≤ 0,1
139
Pembobotan gabungan pakar konsisten dikarenakan nilai
Consistency Ratio (CR) ≤ 0,1
KPI CA CR TKP Zi VP
CA 0,65 0,65 0,67 1,97 0,66
CR 0,24 0,24 0,22 0,70 0,23
TKP 0,10 0,11 0,11 0,33 0,11
∑ 1,00 1,00 1,00 1,00
λ =3.00270
CI = 0.00135
CR =0.00233
Pembobotan gabungan pakar konsisten dikarenakan nilai
Consistency Ratio (CR) ≤ 0,1
140
Pembobotan gabungan pakar konsisten dikarenakan nilai
Consistency Ratio (CR) ≤ 0,1
141
Lampiran 4. Data Perspektif Keuangan PT. Japfa Comfeed Indonesia
No Keterangan Tahun
2013 2014 2015 2016
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
1. GSR (Growth Sales Return )
Data 44.761.397.500 88.421.871.490 117.563.555.900 142.043.549.100
Penjualan
2. ROI (Return On Investement)
Laba bersih - 391.866.000.000 524.484.000.000 2.065.000.000.000
Investasi - 1.666.250.182.000 1.666.250.182.000 1.816.250.000.000
3. GPM (Gross Profit Margin)
142
Lampiran 5. Data Perspektif Pelanggan PT. Japfa Comfeed Indonesia
No. Keterangan Tahun
2013 2014 2015 2016
(Pelanggan) (Pelanggan) (Pelanggan) (Pelanggan)
1. CA (Customer Acqusition)
Pelanggan 51 62 74 80
2. CR (Customer Retention)
Pelanggan 51 62 74 80
3. TKP (Tingkat Keluhan Pelanggan)
Pembeli yang - 4 2 1
komplain
Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia (2018)
143
Lampiran 6. Data Perspektif Proses Bisnis Internal PT. Japfa Comfeed Indonesia
No Keterangan Tahun
2013 2014 2015 2016
1. TPBB (Tingkat Penerimaan Bahan Baku)
Jumlah Bahan Baku - 21.328.474 50.953.877 45.514.310
(Telur)
Target (Telur) - 25.105.241 54.841.326 46.302.200
2. PPC (Prosentase Produk Cacat)
Produk Cacat (DOC) - 1.130.450 1.000.000 885.210
Produk Keseluruhan - 12.439.614 36.310.368 35.984.478
(DOC)
3. PBP (Produktivitas Biaya Produksi)
Produk yang - 12.439.614 36.310.368 35.984.478
Dihasilkan (Rp)
Biaya Produksi (Rp) - 8.813.938.110 10.133.401.786 9.649.305.326
Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia (2018)
144
Lampiran 7. Data Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan PT. Japfa Comfeed Indonesia
No Keterangan Tahun
2013 2014 2015 2016
(Karyawan) (Karyawan) (Karyawan) (Karyawan)
1. TKK (Tingkat Kecelakaan Kerja)
Jumlah Kecelakaan - 1 0 0
Total Karyawan - 116 115 111
2. TPK (Tingkat Pelatihan Karyawan)
Jumlah Pelatihan - 5 5 5
3. TKA (Tingkat Karyawan Absen)
Jumlah Karyawan - 7 5 3
Absen
Total Karyawan - 116 115 111
4. TP (Tingkat Perputaran Karyawan)
Jumlah Karyawan - 35 46 46
Masuk
Jumlah Karyawan - 30 42 45
Keluar
Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia (2018)
145
Lampiran 8. Pengolahan Data Hasil Perhitungan Balanced
Scorecard
1. Perspektif Keuangan
d. Growrth Sales Return (GSR)
88.421.871.490 – 44.761.397.500
2014 = × 100% =
44.761.397.500
97,54%
117.563.555.900 – 88.421.871.490
2015 = 88.421.871.490
× 100% =
32,95%
142.043.549.100 – 117.563.555.900
2016 = 117.563.555.900
× 100% =
20,82%
151,31
Rata-rata : = 50,43
3
524.484.000.000
2015 = × 100% = 31,5%
1.666.250.182.000
2.065.000.000.000
2016 = × 100% = 113,7%
1.816.250.000.000
168,7
Rata-rata : 3
= 56,2
3.426.000.000
2015 = 88.421.871.400 × 100% = 3,9%
5.479.000.000
2016 = × 100% = 3,9%
142.043.549.100
11,2
Rata-rata : = 3,7
3
146
2. Perspektif Pelanggan
a. Customer Acqusition (CA)
62 − 51
2014 = 51 × 100% = 21,6%
74−62
2015 = × 100% = 19,4%
62
80−74
2016 = 74
× 100% = 8,1%
49,01
Rata-rata : = 16,3
3
74
2015 = 62 × 100% = 119,4%
80
2016 = 74 × 100% = 108,1%
348,9
Rata-rata : 3
= 116,3
2
2015 = 74 × 100% = 2,7%
1
2016 = × 100% = 1,25%
80
10,35
Rata-rata : 3
= 3,4
147
50.953.877
2015 = 54.841.326 × 100% = 92,9%
45.514.310
2016 = × 100% = 98,3%
46.302.200
276,2
Rata-rata : 3
= 92,1
1.000.000
2015 = 36.310.368 × 100% = 2,7%
885.210
2016 = 35.984.478 × 100% = 2,4%
14,8
Rata-rata : 3
= 4,7
36.310.368
2015 = 10.133.401.786 × 100% = 0,35%
35.984.478
2016 = 9.649.305.326 × 100% = 0,37%
0,86
Rata-rata : = 0,28
3
0
2015 = 115 × 100% = 0%
0
2016 = 111 × 100% = 0%
148
0,9
Rata-rata : 3
= 0,3
5
2015 = 115 × 100% = 4,3%
5
2016 = × 100% = 4,5%
111
13,1
Rata-rata : 3
= 4,4
5
2015 = 115 × 100% = 4,34%
3
2016 = 111 × 100% = 2,70%
13,07
Rata-rata : 3
= 4,37
46−42
2015 = 1 × 100% = 6,9%
(115)
2
46−45
2016 = 1 × 100% = 1,8%
(111)
2
17,3
Rata-rata : 3
= 5,7
149