DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Kata kunci: analisis kelayakan usaha, analisis sensitivitas, full costing, process
costing, stabilized rice bran
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice
Bran) pada UPT F-Technopark IPB
Nama : Mona Inayah Pratiwi
NIM : H24090081
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark
IPB ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan
Januari 2013 sampai dengan Maret 2013. Penulisan skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Melalui prakata ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet
Budijanto, M.Agr beserta staf UPT F-Technopark IPB yang telah membantu
selama pengumpulan data. Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, teman-teman Manajemen IPB 46,
teman-teman satu bimbingan, teman-teman UF, teman-teman 21, teman-teman
Centre of Management 2011-2012 atas doa dan dukungannya.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis juga memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan
karya ilmiah ini.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Tinjauan Teoritis 3
Tinjauan Penelitian Terdahulu 4
METODE PENELITIAN 4
Kerangka Pemikiran Penelitian 4
Penentuan Lokasi 5
Teknik Pengumpulan Data 5
Metode Pengolahan dan Analisis Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Gambaran Umum UPT F-Technopark 8
Gambaran Umum Usaha 9
Analisis Kelayakan Usaha 9
Analisis Sensitivitas 19
Penetapan Harga Pokok Produksi 20
Implikasi Manajerial 21
SIMPULAN DAN SARAN 22
Simpulan 22
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
RIWAYAT HIDUP 33
DAFTAR TABEL
1 Rincian biaya investasi 16
2 Rincian biaya variabel 16
3 Rincian biaya tetap 17
4 Sumber pembiayaan investasi dan modal kerja 17
5 Rincian proyeksi produksi 17
6 Rincian proyeksi pendapatan 18
7 Hasil analisis kriteria investasi 18
8 Analisis sensitivitas skenario 1 19
9 Analisis sensitivitas skenario 2 19
10 Analisis sensitivitas skenario 3 20
11 Penetapan harga pokok produksi 20
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian 5
2 Tahapan proses produksi bekatul 13
3 Struktur organisasi UPT F-Technopark 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Laporan laba rugi usaha 24
2 Laporan arus kas 25
3 Arus kas pada skenario 1 26
4 Arus kas pada skenario 2 28
5 Arus kas pada skenario 3 31
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengembangan usaha bekatul (stabilized rice bran) F-
Technopark IPB dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek
lingkungan, serta aspek finansial.
2. Menganalisis sensitivitas (tingkat kepekaan) kelayakan usaha bekatul
(stabilized rice bran) terhadap variabel yang dianggap paling berpengaruh.
3. Menetapkan harga pokok produksi bekatul (stabilized rice bran)
menggunakan metode full costing dengan pengumpulan biaya produksi
menggunakan metode process costing.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
METODE PENELITIAN
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum,
aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan (AMDAL). Analisis secara
kuantitatif dilakukan pada aspek finansial. Berdasarkan hasil analisa tersebut
dapat diketahui usaha bekatul ini layak atau tidak untuk terus dikembangkan.
Skema kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar1.
Layak Tidak
Penentuan Lokasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil
pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak manajemen F-Technopark
yaitu dengan melakukan kunjungan ke kantor. Sebagai tambahan, data primer
juga diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang diberikan kepada responden
untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap produk bekatul. Dalam
6
dimana:
CFt = aliran kas pertahun pada periode t
I0 = investasi awal pada tahun 0
K = suku bunga (discount rate)
Kriteria:
jika NPV > 0, maka usaha layak
jika NPV < 0, maka usaha tidak layak
jika NPV = 0, maka usaha tidak untung ataupun rugi
2) Metode IRR
Rumus:
���1
IRR = i1+ (i2 – i1)
���1−���2
dimana:
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif
i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif
Kriteria:
IRR discount rate, maka usaha layak
IRR discount rate, maka usaha tidak layak
3) Metode Net B/C
Rumus:
� �− �
�=1 (1+�)� (Bt – Ct) > 0
Net B/C = �− �
�
�=1 (1+�)� (Bt – Ct) < 0
dimana :
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
i = Discount rate (%)
t = Tahun
Kriteria:
Net B/C > 1, maka usaha layak
Net B/C < 1, maka usaha tidak layak
4) Metode Break Even Point
Rumus:
Biaya Tetap
BEP =
Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit
5) Metode Payback Period
Rumus:
Nilai Investasi x 1 tahun
PBP =
Kas Masuk Bersih
Kriteria:
PBP < periode maksimum, maka usaha layak
PBP > periode maksimum, maka usaha tidak layak
b. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan metode switching
value yaitu mencari nilai maksimal dari perubahan variabel yang
mempengaruhi usaha. Dengan demikian, analisis sensitivitas tersebut
8
Usaha yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah usaha bekatul
(stabilized rice bran). Bekatul adalah bagian luar dari beras yang terlepas menjadi
serbuk halus pada proses penggilingan beras. Beras yang saat ini kita konsumsi
sudah terlalu bersih sehingga nutrisi yang terkandung di dalamnya sudah banyak
yang terbuang. Sebagian besar masyarakat hanya menggunakan bekatul sebagai
pakan ternak. Namun pada kenyataannya, bekatul memiliki kandungan nutrisi
yang lebih tinggi dari beras dan berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai
pangan alternatif yang bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu produk yang
dihasilkan oleh UPT F-Technopark IPB adalah bekatul yang diolah dengan
teknologi high temperature short time (HTST) dengan tween screw extruder,
sehingga meminimalkan kerusakan komponen aktif yang dikandungnya. Untuk
bahan baku produk ini adalah bekatul dari beras organik atau fresh rice bran tanpa
campuran bahan baku lainnya. Bekatul yang diproduksi oleh F-Technopark ini
sudah terjamin keamanan dan kehigienisannya, serta dapat bertahan hingga
kurang lebih satu tahun tanpa bahan pengawet. Berdasarkan hal tersebut, produk
bekatul F-Technopark memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan produk
bekatul hasil olahan industri lainnya. Saat ini F-Technopark hanya menitipkan
produk bekatulnya pada “Serambi Botani” yaitu gerai toko herbal yang menjual
aneka produk atau hasil buah tangan IPB.
Dalam penelitian ini aspek-aspek yang dilihat adalah aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek
sosial dan ekonomi, aspek lingkungan (AMDAL) serta aspek finansial. Berikut
akan dipaparkan hasil dari analisis kelayakan usaha bekatul dari berbagai aspek.
belum mengetahui manfaat dan kegunaan dari produk ini. Selama ini F-
Technopark memproduksi bekatul hanya untuk memenuhi pesanan dari
“Serambi Botani” dan hampir tidak pernah memproduksi bekatul untuk
persediaan. Penawaran produk bekatul sama dengan permintaannya karena F-
Technopark hanya memproduksi bekatul sesuai dengan pesanan.
b. Pangsa Pasar (Market Share) dan Persaingan
Pasar yang belum diraih oleh pengusaha bekatul masih terbilang luas
karena masih banyak masyarakat yang belum disentuh oleh pengusaha bekatul.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya edukasi tentang manfaat kesehatan dan
kandungan gizi yang dapat diberikan oleh bekatul, serta promosi bekatul yang
masih sangat minim (belum booming). Berdasarkan hasil survei lapang yang
peneliti lakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara
ke beberapa konsumen Serambi Botani, dapat disimpulkan bahwa masih
banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bekatul, manfaatnya, dan
cara mengonsumsinya agar bisa lebih lezat di lidah. Bahkan masih banyak
masyarakat yang menganggap bahwa bekatul hanya sebagai produk untuk
pakan ternak dan tidak untuk dikonsumsi.
Usaha ini sangat berpotensi untuk dikembangkan, dilihat dari
manfaatnya yang sangat baik untuk kesehatan dan juga ketersediaan bahan
baku bekatul yang berlimpah dan berbanding lurus dengan produksi beras.
Selain produk utama berupa beras sebesar 60-66%, penggilingan padi selama
ini menghasilkan produk samping berupa bekatul antara 8-12%. Menurut data
dari Badan Pusat Statistik, untuk tahun 2012 produksi beras kurang lebih 69
juta ton yang berarti padi yang digiling berkisar 115 juta ton, sehingga bekatul
yang dihasilkan pada tahun 2012 adalah 9,2-12,5 juta ton. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa ketersediaan bahan baku bekatul sangat memadai
untuk dijadikan suatu peluang usaha dan jumlahnya akan meningkat seiring
dengan meningkatnya produksi beras. Menurut data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik, untuk tahun 2011 persentase penduduk yang
menggunakan obat herbal adalah 23,63%. Selanjutnya, pengeluaran rata-rata
per kapita per bulan untuk kelompok makanan di Indonesia tahun 2011 adalah
51,08%, dari angka tersebut yang merupakan pengeluaran rata-rata per kapita
per bulan pada kelompok makanan padi-padian adalah sebesar 9,14%. Dari
data tersebut, usaha bekatul masih memiliki peluang untuk meraih pangsa
pasar yang lebih luas yaitu penduduk yang menggunakan obat herbal untuk
menjaga kesehatannya dan penduduk yang mengonsumsi makanan padi-
padian seperti sereal. Pesaing dari produk bekatul F-Technopark masih
terbilang sedikit karena belum banyak pengusaha yang melihat adanya
peluang untuk mengembangkan usaha tersebut. Produk bekatul F-Technopark
masih lebih unggul dari pesaingnya karena produk yang dihasilkan merupakan
bekatul yang berasal dari beras organik dan diolah dengan proses ekstrusi.
c. STP (Segmentation, Targeting, Positioning)
Segmentasi pasar perlu dilakukan mengingat di dalam suatu pasar
terdapat banyak pembeli yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang
berbeda. F-Technopark menentukan segmentasi pasarnya berdasarkan
psikografis yaitu gaya hidup. Dari segmentasi tersebut kemudian F-
Technopark menetapkan pasar sasaran yaitu masyarakat yang memiliki gaya
hidup sehat. Penetapan market positioning sangat penting untuk membangun
11
(glove karet). Mereka juga harus mandi dan mencuci bersih tangan terlebih
dahulu sebelum melakukan proses produksi. F-Technopark sangat menjaga
mutu produknya sehingga bahan baku yang dipilih adalah bekatul dari beras
organik dengan kualitas yang sangat baik. Agar bahan baku bekatul tetap fresh
atau tidak bau “tengik”, maka setiap bahan baku yang baru datang segera
diolah.
e. Proses Produksi
Adapun tahapan proses produksi bekatul adalah seperti yang terlihat
pada Gambar 2.
Penimbangan Proses penyangraian kontinu
bahan baku dengan mesin ekstrusi
Proses penyaringan
dengan mesin
Pengemasan vibrating screen Pendinginan
Aspek Manajemen
Saat ini F-Technopark dipimpin oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet
Budijanto, M.Agr, yaitu Direktur Utama F-Technopark, dan dibantu oleh tiga
14
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR
ADMINISTRASI
SUA Rosela Kering SUA RTD SUA Beras Analog SUA Bekatul
Aspek Hukum
Unit Pelaksana Teknis F-Technopark merupakan UPT Kerjasama yang
berdiri di bawah naungan Direktorat Bisnis dan Kemitraan Institut Pertanian
Bogor dan merupakan salah satu unit pelaksana teknis yang tergabung dalam
15
Aspek Finansial
a. Asumsi untuk Analisis Keuangan
Analisis keuangan memerlukan beberapa penetapan asumsi untuk
menilai kelayakan usaha. Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap
unit usaha bekatul yaitu F-Technopark dan beberapa informasi yang diperoleh
dari pustaka. Adapun asumsi tersebut merujuk pada:
1. Periode analisis adalah 5 tahun, hari kerja per bulan adalah 20 hari dan
bulan kerja per tahun adalah 12 bulan.
2. Harga seluruh input diasumsikan tetap dan perubahan yang terjadi
diperhitungkan dalam analisis sensitivitas. Harga bahan baku adalah
Rp3.300 per kilogram, harga tersebut sudah termasuk ongkos kirim.
3. Produksi bekatul sebanyak 2.000 dus per bulan dengan harga jual
Rp10.000 untuk setiap dus 150 gram.
4. Kadar kandungan bekatul dari bahan baku (dedak) yang dapat dijadikan
stabilized rice bran sebesar 25%. Dalam proses produksi diasumsikan
tidak terdapat cacat produk sehingga persentase cacat produk adalah 0%.
5. Penyusutan menggunakan metode garis lurus.
6. Sumber modal yang digunakan adalah modal yang bersumber dari kredit
sebesar 70% dan modal sendiri sebesar 30%. Jangka waktu kredit untuk
investasi adalah 5 tahun dan untuk modal kerja adalah 1 tahun.
7. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan
adalah 12,45%, angka ini didasarkan pada rata-rata suku bunga kredit dari
tiga bank besar di Indonesia yaitu Bank Mandiri, BRI dan BNI.
16
1. NPV
Net present value merupakan selisih antara PV kas bersih dengan PV
investasi selama umur investasi. Nilai NPV pada usaha bekatul ini adalah
Rp133.278.943. Perhitungan NPV ini didasarkan pada rata-rata tingkat
suku bunga kredit di bank Mandiri, BRI, dan BNI. Nilai ini menunjukkan
keuntungan yang akan diperoleh selama umur usaha. Oleh karena nilai
NPV > 0, maka usaha bekatul ini layak untuk dikembangkan.
2. IRR
Internal rate of return merupakan alat untuk mengukur tingkat
pengembalian hasil internal. Usaha ini layak untuk dikembangkan karena
nilai IRR yaitu 33,54% > discount rate (12,45%).
3. Net B/C
Nilai net B/C pada usaha ini lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,61. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan
selama umur proyek akan memberikan nilai manfaat sebesar Rp1,61 pada
tingkat suku bunga 12,45%, sehingga penerimaan yang diperoleh lebih
besar dari pengeluaran yang harus dikorbankan dan usaha ini layak untuk
dikembangkan.
4. BEP
Metode break even point merupakan suatu keadaan dimana pendapatan
mencapai titik impas, yang berarti tidak mengalami keuntungan maupun
kerugian. Rata-rata nilai BEP dalam rupiah adalah Rp78.068.404 dan rata-
rata nilai BEP dalam unit adalah 7.807 unit, sehingga dapat diartikan
bahwa unit usaha bekatul harus memproduksi bekatul melebihi nilai
tersebut untuk mendapatkan keuntungan. Hasil perhitungan BEP dapat
dilihat pada laporan laba rugi usaha yang terlampir pada Lampiran 1.
19
5. PBP
Metode payback period merupakan teknik penilaian terhadap jangka
waktu pengembalian investasi suatu usaha. Nilai PBP pada usaha ini
adalah 2,39 tahun atau dapat diartikan investasi yang ditanamkan pada
usaha ini dapat kembali dalam kurun waktu 2 tahun 4 bulan 20 hari. Usaha
ini layak untuk dikembangkan karena angka tersebut lebih kecil dari
periode usahanya yaitu 5 tahun (PBP < 5).
Analisis Sensitivitas
Implikasi Manajerial
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tahun
Uraian Rata-rata
1 2 3 4 5
Pengeluaran:
L/R sebelum pajak (Rp) 69.005.788 86.770.834 90.600.358 94.429.883 98.259.408 87.813.254
Laba setelah pajak (Rp) 60.380.065 75.924.480 79.275.314 82.626.148 85.976.982 76.836.597
Profit on sales (%) 27,95 31,64 33,03 34,43 35,82 32,57
Break even point (Rp) 92.522.176 84.733.694 77.881.206 71.028.717 64.176.229 78.068.404
Break even point (unit) 9.252 8.473 7.788 7.103 6.418 7.807
25
Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5
Arus masuk
Total arus masuk (Rp) 219.650.000 227.077.800 240.000.000 240.000.000 240.000.000 275.783.333
Arus masuk untuk IRR (Rp) - 216.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 275.783.333
Arus keluar
Total arus keluar (Rp) 219.650.000 186.908.729 187.609.854 184.259.020 180.908.186 177.557.352
Arus keluar untuk IRR (Rp) 219.650.000 130.487.764 143.295.954 143.774.645 144.253.335 144.732.026
Cummulative cash flow (Rp) (219.650.000) (134.137.764) (37.433.718) 58.791.637 154.538.302 285.589.609
Arus masuk
Total arus masuk (Rp) 219.650.000 194.677.800 204.000.000 204.000.000 204.000.000 239.783.333
Arus masuk untuk IRR (Rp) - 183.600.000 204.000.000 204.000.000 204.000.000 239.783.333
Arus keluar
Total arus keluar (Rp) 219.650.000 186.908.729 187.609.854 184.259.020 180.908.186 177.557.352
Arus keluar untuk IRR (Rp) 219.650.000 130.487.764 143.295.954 143.774.645 144.253.335 144.732.026
Cummulative cash flow (Rp) (219.650.000) (166.537.764) (105.833.718) (45.608.363) 14.138.302 109.189.609
Lampiran 3 (lanjutan)
Arus masuk
Total arus masuk (Rp) 219.650.000 192.517.800 201.600.000 201.600.000 201.600.000 237.383.333
Arus masuk untuk IRR (Rp) - 181.440.000 201.600.000 201.600.000 201.600.000 237.383.333
Arus keluar
Total arus keluar (Rp) 219.650.000 186.908.729 187.609.854 184.259.020 180.908.186 177.557.352
Arus keluar untuk IRR (Rp) 219.650.000 130.487.764 143.295.954 143.774.645 144.253.335 144.732.026
Cummulative cash flow (Rp) (219.650.000) (168.697.764) (110.393.718) (52.568.363) 4.778.302 97.429.609
Arus Masuk
Total Arus Masuk (Rp) 219.650.000 203.317.800 213.600.000 213.600.000 213.600.000 249.383.333
Arus Masuk Untuk IRR (Rp) - 192.240.000 213.600.000 213.600.000 213.600.000 249.383.333
Arus Keluar
Total Arus Keluar (Rp) 219.650.000 197.390.413 199.256.170 195.905.336 192.554.502 189.203.668
Arus Keluar Untuk IRR (Rp) 219.650.000 140.969.448 154.942.270 155.420.961 155.899.651 156.378.342
Cummulative cash flow (Rp) (219.650.000) (168.379.448) (109.721.718) (51.542.679) 6.157.670 99.162.661
Lampiran 4 (lanjutan)
Arus Masuk
Total arus masuk (Rp) 219.650.000 201.157.800 211.200.000 211.200.000 211.200.000 246.983.333
Arus masuk untuk IRR (Rp) - 190.080.000 211.200.000 211.200.000 211.200.000 246.983.333
Arus keluar
Total arus keluar (Rp) 219.650.000 197.390.413 199.256.170 195.905.336 192.554.502 189.203.668
Arus keluar untuk IRR (Rp) 219.650.000 140.969.448 154.942.270 155.420.961 155.899.651 156.378.342
Cummulative cash flow (Rp) (219.650.000) (170.539.448) (114.281.718) (58.502.679) (3.202.330) 87.402.661
Lampiran 4 (lanjutan)
Arus masuk
Total arus masuk (Rp) 219.650.000 203.317.800 213.600.000 213.600.000 213.600.000 249.383.333
Arus masuk untuk IRR (Rp) - 192.240.000 213.600.000 213.600.000 213.600.000 249.383.333
Arus keluar
Total arus keluar (Rp) 219.650.000 198.343.294 200.314.926 196.964.092 193.613.258 190.262.424
Arus keluar untuk IRR (Rp) 219.650.000 141.922.328 156.001.026 156.479.717 156.958.407 157.437.098
Cummulative cash flow (Rp) (219.650.000) (169.332.328) (111.733.355) (54.613.071) 2.028.521 93.974.757
Rendemen 21%
Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5
Arus masuk
Total arus masuk (Rp) 219.650.000 192.517.800 201.600.000 201.600.000 201.600.000 237.383.333
Arus masuk untuk IRR (Rp) - 181.440.000 201.600.000 201.600.000 201.600.000 237.383.333
Arus keluar
Total arus keluar (Rp) 219.650.000 182.588.729 182.809.854 179.459.020 176.108.186 172.757.352
Arus keluar untuk IRR (Rp) 219.650.000 126.167.764 138.495.954 138.974.645 139.453.335 139.932.026
Lampiran 5 (lanjutan)
Rendemen 20%
Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5
Arus masuk
Total arus masuk (Rp) 219.650.000 183.877.800 192.000.000 192.000.000 192.000.000 227.783.333
Arus masuk untuk IRR (Rp) - 172.800.000 192.000.000 192.000.000 192.000.000 227.783.333
Arus keluar
Total arus keluar (Rp) 219.650.000 181.508.729 181.609.854 178.259.020 174.908.186 171.557.352
Arus keluar untuk IRR (Rp) 219.650.000 125.087.764 137.295.954 137.774.645 138.253.335 138.732.026
RIWAYAT HIDUP