Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI

PERAH CV WALUYA WIJAYA FARM


BOGOR JAWA BARAT

MUHAMMAD LUTFI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan


Usaha Peternakan Sapi Perah CV Waluya Wijaya Farm Bogor Jawa Barat adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2017

Muhammad Lutfi
NIM D14144007
ABSTRAK

MUHAMMAD LUTFI. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah CV


Waluya Wijaya Farm Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh AHMAD YANI dan
IYEP KOMALA.

Indikator keberhasilan dari usaha peternakan dapat dilihat dari besarnya


pendapatan yang diperoleh oleh peternak dalam mengelola suatu usaha ternak.
Semakin besar pendapatan yang diterima peternak maka akan semakin besar pula
tingkat keberhasilan usaha. Berdasarkan data besarnya pendapatan maka dilakukan
analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan perlu dilakukan untuk mengetahui
layak atau tidaknya usaha ternak sapi perah yang sudah berjalan. Tujuan penelitian
ini adalah menganalisis kelayakan usaha peternakan sapi perah dilihat dari aspek
finansial. Penelitian ini dilakukan di peternakan sapi perah CV Waluya Wijaya
Farm yang berlokasi di Sentul Kabupaten Bogor dari Agustus sampai Oktober
2016. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Perhitungan aspek
finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak
atau tidaknya suatu usaha yaitu NPV, IRR, dan Net BC-1. Berdasarkan nilai pada
kriteria kelayakan tersebut, NPV lebih besar dari nol, Net BC-1 ratio lebih besar dari
1, dan IRR di atas tingkat suku bunga yang ditetapkan, maka secara finansial usaha
ternak sapi perah CV WWF layak untuk dikembangkan sebab telah memenuhi
kriteria kelayakan usaha. Nilai IRR sebesar 10.85%, Net BC-1 ratio sebesar 1.62
dan NPV yang dihasilkan sebesar Rp593 857 876.

Kata kunci: finansial, IRR, net BC-1 ratio, NPV, pendapatan

ABSTRACT

MUHAMMAD LUTFI. Feasibility Analysis of CV Waluya Wijaya Dairy Farm


Bogor West Java. Supervised by AHMAD YANI dan IYEP KOMALA.

Successed indicator of farming industry could be seen from total income


which earned by farmer in managing farm business. The greater income make the
success rate will be increasing in farm business. Financial analysis should be done
which based on total income data value. Financial analysis should be done to know
the feasibility of the dairy industry which already underway. This research’s aims
to analysis the advisability of dairy farm industry, seen from financial aspects. This
research done in CV Waluya Wijaya Farm located in Sentul, Kabupaten Bogor from
August to October 2016. Location selection done in purposive way. The calculation
of the financial aspects using investation criteria to see how decent the business are
such as NPV,IRR, Net BC-1ratio. Based the values of those criteria, NVP was bigger
than zero. Net BC-1ratiobigger than one, and IRR is upper than the currency,
financially dairy farming in CV WWF consider as decent to expand because it could
fullfill the feasibility criteria. The result of IRR 10.85%, Net BC-1ratio 1.62 and
NPV value is Rp593 857 876,

Key words: financial, income, IRR, Net BC-1 ratio, NPV


ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI
PERAH CV WALUYA WIJAYA FARM
BOGOR JAWA BARAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
MUHAMMAD2017 LUTFI
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah CV Waluya
Wijaya Farm Bogor Jawa Barat
Nama : Muhammad Lutfi
NIM : D14144007

Disetujui oleh

Dr Ahmad Yani, STP MSi Iyep Komala, SPt MSi


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Irma Isnafia Arief, SPt MSi


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian adalah kelayakan usaha. Penelitian yang dilaksanakan
sejak bulan Agustus sampai Oktober 2016 dengan judul Analisis Kelayakan Usaha
Peternakan Sapi Perah CV Waluya Wijaya Farm Bogor Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ahmad Yani, STP MSi dan Iyep
Komala, SPt MSi selaku dosen pembimbing, Dr agr Asep Gunawan, SPt MSc
selaku pembimbing akademik, Windi Al Zahra, SPt MSi MAgr selaku dosen
pembahas seminar, Dr Ir Komariah, MSi dan Dr Ir Sri Darwati, MSi selaku dosen
penguji sidang yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih juga kepada CV Waluya
Wijaya Farm atas bantuan dan informasi yang diberikan selama penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Mahmud, SAg, ibunda
Neneng Sopiah, adik Fahmi Fauzi dan Gina Cyntia serta seluruh keluarga atas
segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan di Program Alih Jenis Ilmu dan
Produksi Teknologi Peternakan angkatan 51. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2017

Muhammad Lutfi
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Lokasi Penelitian 2
Materi 2
Prosedur 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Keadaan Umum Perusahaan 6
Analisis Aspek Non Finansial 6
Analisis Aspek Finansial 10
SIMPULAN DAN SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 19
DAFTAR TABEL
1 Populasi sapi perah CV WWF 6
2 Proyeksi populasi sapi perah CV WWF 7
3 Proyeksi produksi susu CV WWF 7
4 Proyeksi total penerimaan usaha ternak sapi perah CV Waluya Wijaya
Farm 11
5 Nilai investasi dan biaya operasional peternakan sapi perah CV WWF 12
6 Proyeksi total pendapatan CV Waluya Wijaya Farm 13
7 Hasil perhitungan kelayakan finansial sapi perah CV WWF 13

DAFTAR LAMPIRAN
1 Proyeksi penjualan ternak 17
2 Struktur organisasi usahaternak sapi perah di CV WWF 17
3 Proyeksi kelayakan finansial usahaternak sapi perah CV WWF 18
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susu adalah salah satu pangan asal hewani yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Kebutuhan susu nasional dari tahun ke tahun terus meningkat
disebabkan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Peningkatan konsumsi
tersebut merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dengan baik bagi para
peternak. Meningkatnya jumlah konsumsi tidak diimbangi dengan peningkatan
produksi susu segar sehingga menyebabkan kesenjangan produksi. Konsekuensi
akibat tingginya kesenjangan produksi dan konsumsi susu adalah ketergantungan
terhadap impor dalam memenuhi permintaan susu dalam negeri (Poetri et al. 2014).
Menurut Komala et al. (2015) produksi susu dalam negeri hanya bisa memasok
sekitar 20% dari konsumsi susu nasional dan sisanya 80% berasal dari impor. Hal
ini dapat dimanfaatkan oleh peternak untuk terus mengembangkan usaha
peternakan sapi perah.
Usaha peternakan sapi perah sangat potensial dikembangkan di Jawa Barat.
Berdasarkan data Kementan tahun 2015 produksi susu di provinsi Jawa Barat
mencapai 260 823 ton per tahun. Salah satu daerah yang memiliki populasi sapi
perah cukup banyak di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Populasi sapi perah di
Kabupaten Bogor mengalami fluktuasi setiap tahun. Populasi sapi perah pada tahun
2012 sebanyak 857 ekor, tahun 2013 sebanyak 874 ekor dan tahun 2014 sebanyak
830 ekor (BPS 2015). Salah satu penghasil susu segar yang berasal dari Kabupaten
Bogor adalah peternakan CV Waluya Wijaya Farm yang berada di wilayah Sentul.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Barat
sehingga sangat potensial dalam pengembangan usaha ternak sapi perah karena
menumbuhkan sektor perekonomian. Bogor yang berada di kota besar di Provinsi
Jawa Barat ini memudahkan dalam pengadaan sarana prasarana peternakan seperti
memudahkan dalam pengadaan bahan pakan konsentrat maupun hijauan, potensi
pasar yang luas serta peluang usaha terbuka lebar dan dapat menciptakan lapangan
perkerjaan yang luas selain itu usaha ternak perah diyakini oleh masyarakat menjadi
usaha yang menjanjikan. Selain itu didukung dengan kondisi geografis dan
sumberdaya alam yang mendukung usaha dan industri peternakan serta
meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang gizi.
Indikator keberhasilan dari usaha peternakan dapat dilihat dari besarnya
pendapatan yang diperoleh oleh peternak dalam mengelola suatu usaha ternak.
Semakin besar pendapatan yang diterima peternak maka akan semakin besar pula
tingkat keberhasilan usaha ternaknya. Pendapatan adalah ukuran perbedaan antara
penerimaan dan pengeluaran pada periode tertentu, apabila perbedaan yang
diperoleh positif mengindikasikan keuntungan bersih yang diperoleh dan apabila
negatif mengindikasikan kerugian. Berdasarkan data besarnya pendapatan maka
dilakukan analisis kelayakan finansial. Analisis finansial perlu dilakukan untuk
mengetahui layak atau tidaknya usahaternak sapi perah yang sudah berjalan.
Informasi tersebut dapat dijadikan acuan untuk pengembangan usaha ternak sapi
perah di masa yang akan datang.
2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha peternakan sapi perah


CV Waluya Wijaya Farm dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian terdiri atas analisis non finansial dan finansial.
Analisis aspek non finansial yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen serta
aspek sosial, budaya, dan lingkungan. Analisis aspek finansial yaitu biaya,
penerimaan, pendapatan, dan kriteria kelayakan yang digunakan yaitu Net Present
Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net BC-1ratio), serta Internal Rate of Return
(IRR).

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanankan di peternakan sapi perah CV Waluya Wijaya


Farm yang berlokasi di Sentul Kabupaten Bogor. Penelitian dimulai dari Agustus
sampai Oktober 2016.

Materi

Materi yang digunakan adalah kuisioner, alat tulis kantor, papan jalan, dan
kamera. Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah pemilik peternakan
CV WWF dan tenaga kerja pada peternakan CV WWF.

Prosedur

Prosedur yang digunakan mengacu pada metode studi kelayakan usaha.


Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan
bahwa peternakan CV Waluya Wijaya Farm merupakan peternakan yang masih
baru berdiri dan sudah menerapkan manajemen dan metode teknologi pemerahan
yang baik.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di
peternakan dan wawancara dengan pemilik peternakan serta karyawan. Wawancara
dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari catatan
internal perusahaan, baik catatan produksi maupun keuangan, dan literatur
perpustakaan.
3

Analisis Non Finansial


1. Analisis aspek teknis
Aspek teknis meliputi proses pembangunan bisnis secara teknis dan
pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Menurut Nurmalina
et al. (2014) usaha peternakan dapat dikatakan layak dalam aspek teknis apabila
lokasi peternakan mampu menunjang pengembangan usaha tersebut, layout
peternakan sesuai, sehingga mampu memperlancar proses produksi. Pemilihan
teknologi sudah tepat, kondisi kandang, pemberian pakan dan air, penanganan
penyakit pada sapi perah, serta penanganan pasca panen telah tepat sehingga
tidak menghambat jalannya pengembangan usaha.
2. Aspek manajemen
Aspek manajemen dikaji untuk mengetahui sumber daya manusia yang
digunakan dalam menjalankan jenis-jenis pekerjaan pada usaha peternakan sapi
perah. Aspek manajeman yang dievaluasi yaitu struktur organisasi untuk
menentukan garis kerja (job description) untuk mengatur pelaksanaan
operasional perusahaan, serta sistem ketenagakerjaan yang diterapkan oleh
pihak manajemen. Menurut Nurmalina et al. (2014), aspek manajemen
dikatakan layak apabila alokasi pengorganisasian sumber daya dapat berjalan
dengan baik, sesuai dengan kebutuhan dan implementasi pekerjaan yang dapat
mendukung pencapaian tujuan serta target perusahaan.
3. Analisis aspek pasar
Analisis aspek pasar dapat dilihat dari produk yang dihasilkan, yaitu adanya
permintaan yang terjadi akan didapatkan penerimaan yang menguntungkan dari
kegiatan pemasaran. Analisis aspek pasar dikatakan layak apabila tidak terdapat
masalah pemasaran yang dapat menghambat jalannya pengembangan usaha
peternakan sapi perah, sehingga seluruh hasil produksi susu yang dihasilkan
dapat diterima oleh pasar (Nurmalina et al. 2014).
4. Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan
Aspek sosial yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan dampak yang
ditimbulkan terhadap lingkungan sosial sekitar kegiatan usaha, seperti
perbaikan mutu hidup masyarakat, ketersediaan lapangan kerja baru,
peningkatan keahlian masayarakat, serta dapat mengurangi pengangguran.
Menurut Nurmalina et al. (2014) aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
dikatakan layak apabila bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan
lingkungan terhadap masyarakat keseluruhan. Suatu bisnis dapat diterima oleh
masyarakat sekitar apabila secara sosial, ekonomi dan lingkungan memberikan
kesejahteraan. Analisis lingkungan berfungsi untuk mengetahui dampak pada
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah yang muncul dari usaha
ini.

Analisis Finansial
Analisis yang digunakan untuk mengkaji kelayakan finansial usaha sapi perah
berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal
Rate of return (IRR), dan Net Benefit-cost ratio (Net BC-1 ratio). Data kuantitatif
dikumpulkan, diolah dengan menggunakan software microsoft excel kemudian
ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembaca dan diberikan
penjelasan secara deskriptif.
4

1. Total Penerimaan
Total penerimaan laba peternak sapi perah dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

TR= Q x P ….……………………………………………………………(1)

Keterangan:
TR = Total revenue (Rp tahun-1)
Q = Quantity/produksi susu sapi perah (tahun)
P = Price/harga susu sapi perah (Rp L-1)

2. Total Pendapatan
Total pendapatan peternak sapi perah dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

π = TR – TC……………………………………………………………(2)
Keterangan :
π = Pendapatan peternak sapi perah (Rp tahun-1)
TR (Total Revenue) = Total penerimaan sapi perah (Rp tahun-1)
TC (Total cost) = Biaya total peternak sapi perah (Rp tahun-1)

Rumus yang digunakan untuk menghitung total biaya menurut Nurmalina


et al. (2009) adalah

TC = TFC + TVC……………..………………………………………..(3)

Keterangan :
TC (Total Cost) = Biaya total peternakan sapi perah (Rp tahun-1)
TFC (Total Fixed Cost) = Biaya tetap peternakan sapi perah (Rp tahun-1)
TVC (Total Variable Cost)= Biaya variabel peternakan sapi perah (Rp tahun-1)

3. Net Present Value (NPV)


NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan
total present value biaya selama umur usaha (Nurmalina et al. 2014). Rumus
dari NPV adalah :
𝐵𝑡−𝐶𝑡
NPV = ∑𝑛𝑡−0 (1+𝑖)𝑡 ………………………...… ………………………(4)

Keterangan :
Bt = Penerimaan pada tahun ke t (Rp)
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t (Rp)
i = Discount Rate (%)
t = Umur ekonomis proyek (tahun)

Kriteria kelayakan menurut NPV yakni :


NPV > 0, pengembangan usaha layak untuk dijalankan; dan
NPV < 0, pengembangan usaha tidak layak untuk dijalankan.
5

4. Internal Rate of Return (IRR)


Perhitungan nilai IRR menentukan apakah suatu usulan proyek
investasi di anggap layak atau tidak, dengan cara membandingkan antara
IRR dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (Suratman 2002). Nilai
discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol.
IRR dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam
suatu proyek, asal setiap benefit bersih yang diwujudkan secara otomatis
ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat
keuntungan i yang sama yang diberi bunga selama sisa umur proyek. Rumus
IRR adalah :
𝑁𝑃𝑉1
IRR = 𝐼1 + X(𝐼2 – 𝐼1 )……………………...………………(5)
𝑁𝑃𝑉1 −𝑁𝑃𝑉2

Keterangan:
𝑖1 = Tingkat diskon faktor yang menghasilkan NPV positif (%)
𝑖𝟐 = Tingkat diskon faktor yang menghasilakan NPV negatif (%)
NPV1 = NPV positif (%)
NPV2 = NPV negatif (%)

Jika nilai IRR lebih besar atau sama dengan discount rate menyatakan
bahwa proyek layak untuk dijalankan, sedangkan IRR lebih rendah dari
discount rate menunjukkan bahwa proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

5. Net Benefit-Cost Ratio (Net BC-1 ratio)


Net BC-1 ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang
menguntungkan bisnis dengan manfaat bersih yang merugikan bisnis
(Nurmalina et al. 2014).

….……………………(6)

Keterangan:
Bt = Penerimaan pada tahun ke-t (Rp),
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp),
i = Discount Rate (%), dan
t = Umur ekonomis proyek (tahun).

Kriteria kelayakan menurut Net BC-1 ratio yakni:


Net BC-1 ratio > 1, pengembangan usaha layak untuk dijalankan; dan
Net BC-1 ratio < 1, pengembangan usaha tidak layak untuk dijalankan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Perusahaan

CV Waluya Wijaya Farm (CV WWF) didirikan pada tahun 2013 dan usaha
ini bergerak di bidang peternakan sapi perah. CV WWF merupakan usaha bersama
milik bapak Jaki Wijaya, Benny Mulyono, dan Buntoro.
CV WWF berada di Jalan Sentul City, Perum Sentul Alaya, Kampung Pasir
Ipis, Desa Bojong Koneng RT 04 RW 01 Babakan Madang Bogor Jawa Barat.
Ketinggian wilayah 300 m dari permukaan laut (m dpl) dan suhu 28.94 ºC, dengan
kelembaban 77.29% (Fikri 2016).
CV WWF sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rainbow Hill,
sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojong Koneng dan sebelah Barat
berbatasan dengan Sentul City. Luas lahan yang digunakan dalam usaha beternak
sapi perah adalah 2 ha.

Analisis Aspek Non Finansial

Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha


layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha adalah suatu kegiatan
untuk mengetahui secara mendalam usaha yang akan dijalankan sehingga dapat
ditentukan layak atau tidak untuk dijalankan (Kasmir dan Jakfar 2010). Analisis
kelayakan usaha peternakan sapi perah di CV WWF dilakukan dengan mengkaji
aspek non finansial dan aspek finansial. Analisis dari aspek non finansial dilakukan
untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan sapi perah di lokasi penelitian.
Aspek non finansial yang dikaji terdiri dari aspek teknis, aspek pasar, aspek
manajemen, aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Populasi Sapi Perah


Sapi perah yang digunakan pada peternakan CV WWF adalah sapi perah
peranakan Fries Holland (FH). Populasi sapi perah di CV WWF tahun 2016 dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Populasi sapi perah di CV WWF


Jenis Ternak Jumlah Satuan Ternak %
Dara 23 11.5 25.8
Laktasi 30 30.0 67.4
Kering 3 3.0 6.7
Total 56 44.5 100.0

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sapi perah yang paling banyak
dipelihara adalah sapi laktasi yaitu sebanyak 30 ST (67.4%). Menurut Sudono
(1999), komposisi ideal usaha ternak sapi perah yaitu 60%-70% sapi laktasi.
Proyeksi populasi sapi perah berfungsi untuk mengetahui perkembangan populasi
sapi perah selama umur usaha.
Proyeksi populasi sapi perah merupakan sebuah estimasi jumlah populasi
ternak pada tahun mendatang (Hasri 2013). Proyeksi sapi perah diestimasi dengan
7

mengetahui jumlah populasi sapi perah CV WWF pada Tabel 1. Data populasi sapi
perah diproyeksi perkembang biakannya selama 10 tahun kedepan. Peternakan CV
WWF mengawinkan ternak dengan cara inseminasi buatan. Menurut data yang di
peroleh selama penelitian bahwa Service per Conception (SC-1) di CV WWF
sebesar 4. Asumsi yang digunakan adalah induk sapi perah beranak setiap dua tahun
sekali, setiap induk melahirkan satu anak dengan persentase kelahiran anak jantan
dan betina 50%:50% pada setiap kelahiran. Hasil proyeksi populasi sapi perah
disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Proyeksi populasi sapi perah di CV WWF


Tahun pengembangan
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ekor
Sapi laktasi 33 50 55 51 52 71 86 100 104 111
Pedet betina 0 11 19 17 18 26 27 38 32 40
Dara 23 5 11 19 17 18 26 27 38 32
Jumlah ternak 56 66 85 87 87 115 139 165 174 183

Berdasarkan proyeksi populasi sapi perah pada Tabel 2 maka dapat dihitung
proyeksi produksi susu sapi perah di CV WWF selama 10 tahun. Ternak sapi perah
di CV Waluya Wijaya Farm memiliki rata-rata produksi susu sebanyak 12 L ekor-1
hari-1. Menurut Sudono et al. (2003), produksi susu tergantung dari kemampuan
sapi untuk berproduksi, pakan yang diberikan dan manajemen yang dilakukan
peternak. Proyeksi produksi susu sapi perah di CV WWF disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Proyeksi produksi susu di CV WWF


Tahun pengembangan
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Liter
Total produksi susu 120 780 183 000 201 300 186 660 190 320 259 860 314 760 366 000 380 640 406 260
Konsumsi pedet 0 5 940 10 260 9 180 9 720 14 040 14 580 20 520 17 280 21 600
Susu terjual 120 780 177 060 191 040 177 480 180 600 245 820 300 180 345 480 363 360 384 660

Susu untuk pedet diberikan selama 90 hari sejak kelahiran hingga disapih.
Susu yang diberikan pada pedet berjumlah 6 L ekor-1 hari-1. Berbeda dengan hasil
penelitian Anggraeni et al. (2008) pada pedet di wilayah kerja bagian barat KPSBU
Lembang diberi susu sekitar 4.5-6.5 L ekor-1 hari-1.

Aspek Teknis
Peternakan CV WWF berada di daerah Sentul Bogor dengan luas lahan
peternakan sapi perah di CV WWF kurang lebih 2 ha. Lahan ini digunakan untuk
kandang, gudang pakan, dan tambahan untuk tempat tinggal pekerja. Lokasi usaha
sesuai dengan yang disarankan Ditjennak (2008), yaitu kandang terpisah dari rumah
tinggal dengan jarak minimal 10 m dan sinar matahari harus dapat menembus
pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Sarana dan prasarana
pendukung yang tersedia sangat mendukung kelancaran operasional produksi.
Kandang sapi perah menggunakan sistem tail to tail. Hal ini sesuai dengan yang
8
disarankan Djaja et al. (2009) bahwa kandang tipe tersebut paling efisien dalam
penggunaan tenaga kerja.
Konstruksi kandang di CV WWF memiliki atap asbes, dengan bahan
struktur tiang dan beton, kuda-kuda atap dari besi serta dengan bahan lantai semen.
Drainase yang ada pada setiap kandang peternakan yang ada di lokasi penelitian
ini, memiliki kemiringan dan memiliki saluran air dengan keadaan saluran air yang
relatif lancar. Tempat kotoran yang ada di CV WWF cukup baik. Kotoran
ditampung di tempat kotoran, kemudian disalurkan ke ladang pertaniannya atau
ladang yang dipakai untuk budidaya rumput gajah untuk dijadikan pupuk alami.
Kandang sapi perah di CV WWF bisa dikatakan baik. Hal ini seperti yang
dinyatakan oleh Sudono et al. (2003), kandang sapi perah yang baik adalah kandang
yang sesuai dan memenuhi persyaratan kebutuhan dan kesehatan sapi perah.
Persyaratan umum kandang untuk sapi perah yaitu sirkulasi udara cukup dan
mendapat sinar matahari sehingga kandang tidak lembab (kelembaban ideal yang
dibutuhkan sapi perah adalah 60%-70%), lantai kandang selalu kering, tempat
pakan yang lebar dan tempat air dibuat agar air selalu tersedia sepanjang hari
(Sudono et al. 2003). Peralatan kandang yang ada sudah cukup lengkap. Peralatan
kandang yang ada, antara lain sekop, selang air, ember, sikat, dan sapu lidi.
Peralatan susu yang dimiliki CV WWF cukup baik dan lengkap. Peralatan susu
yang dimiliki antara lain ember perah bahan stainless steel, milkcan (stainless steel),
saringan, pelicin (vaselin, margarin), dan teat dipping (biocyd) serta mesin perah.
Pakan yang diberikan di peternakan sapi perah CV WWF berupa pakan
hijauan, konsentrat, dan ampas tahu. Hijauan diberikan 2 kali sehari dengan jumlah
35-40 kg ekor-1 hari-1. Jumlah pemberian pakan sesuai dengan yang disarankan
Siregar (2007), yaitu 35-40 kg ekor-1 hari-1 untuk sapi yang diperah. Menurut
Sudono pemberian hjauan 10% dari bobot badan. Bobot badan sapi perah di CV
WWF berkisar antara 350-400 kg. Konsentrat komersial diberikan sebanyak 7 kg
dan ampas tahu 15 kg pada sapi laktasi dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari.
Pemberian konsentrat dilakukan sebelum pemerahan dan hijauan setelah
pemerahan. Hal ini sesuai pendapat Ditjennak (1983) dan Sudono (1999) bahwa
pemberian konsentrat sebaiknya diberikan sebelum pemerahan agar sapi tenang dan
hijauan diberikan setelah pemerahan untuk menjamin air susu yang dihasilkan tetap
bersih dan mempunyai kualitas yang baik. Air minum diberikan ad libitum, sesuai
dengan pendapat Ako (2013), bahwa sapi perah membutuhkan air dalam jumlah
besar serta harus tersedia sepanjang waktu, umumnya kebutuhan dasar air minum
seekor sapi perah adalah 40 L hari-1.
Sistem pembibitan dan reproduksi sapi perah di CV WWF sudah dilakukan
dengan cukup baik. Proses perkawinan dilakukan dengan cara Inseminasi Buatan
(IB). Menurut Arifiantini (2012), perkawinan dengan teknik IB dapat meningkatkan
populasi dan mutu genetik ternak. CV WWF melalukan seleksi pada indukan sapi
perah, seleksi dilakukan dengan melihat produksi susu. Menurut Ditjennak (1983)
cara terbaik untuk melakukan seleksi adalah dengan melihat produksi susu.
Berdasarkan hasil pengamatan, peternak mengawinkan kembali sapinya setelah
beranak dalam waktu 60-90 hari. Menurut Ditjennak (1983) ternak dapat
dikawinkan kembali pada 60-90 hari setelah kelahiran.
Peternak CV WWF membersihkan sapi setiap hari dan membersihkan
kandang sebanyak 2 kali sehari. Waktu membersihkan kandang sesuai dengan yang
disarankana Ditjennak (1983) yaitu 2 kali sehari. Hal ini membuktikan bahwa
9

peternak sudah menyadari pentingnya sanitasi. Peternak membersihkan sapi


terutama pada bagian ambing, lipatan paha, dan bagian belakangnya. Bagian-
bagian tersebut menjadi prioritas dalam membersihkan sapi. Hal ini bertujuan untuk
menjaga kehigienisan susu yang diperah. Cara membersihkan sapi dengan cara
menyiram ke seluruh bagian ternak, kemudian menyikatnya dan memakai
pembersih. Cara membersihkan kandang yang biasanya dilakukan oleh peternak
yaitu: pertama-tama membersihkan kotoran ternak yang ada di lantai, kemudian
membersihkan sisa pakan dan minum, setelah itu menyiram dan menyikat lantai
kandang.
Proses pemerahan susu di CV WWF menggunakan mesin perah. Pemerahan
dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 05.00 WIB dan sore hari pukul
16.00 WIB. Persiapan sebelum pemerahan adalah membersihkan kandang dan sapi.
Pemerahan sudah dilakukan dengan cukup baik karena sebelum pemerahan puting
susu dilap dengan kain bersih pada setiap puting dan setelah pemerahan dicelupkan
larutan desinfektan. Menurut pendapat Sudono (1999), pencelupan desinfektan
berfungsi untuk mencegah masuknya bakteri ke dalam lubang ambing.
Penanganan penyakit yang dilakukan oleh CV WWF sudah cukup baik. CV
WWF telah melakukan pencegahan penyakit dengan melakukan sanitasi kandang
dan pemberian vaksin secara rutin. Penyakit yang biasanya menyerang pada sapi
perah di CV WWF adalah diare, kembung, mastitis, dan Brucellosis. Penanganan
pertama yang dilakukan oleh peternak apabila ada ternak yang sakit adalah
memberi obat dan vitamin, namun jika penyakitnya sudah parah maka ditangani
oleh tenaga medis atau dokter hewan.

Aspek Manajemen
Peternakan sapi perah di CV WWF sudah memiliki bentuk dan struktur
organisasi yang formal (Lampiran 2). Hal ini memudahkan para pekerja untuk
mengetahui tugas dan wewenang serta tanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Menurut Nurmalina et al. (2014) bentuk dan struktur organisasi serta deskripsi
masing-masing jabatan diperlukan dalam suatu usaha. Direktur perusahaan
bertugas mengawasi jalannya usaha dan mendelegasi tanggung jawab kegiatan
produksi kepada manajer farm. Manajer berfungsi merencanakan,
mengkordinasikan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengendalikan program
perusahaan. Karyawan kendang bertugas mencatat data produksi susu,
membersihkan kandang, membersihkan sapi, memberi pakan, memerah susu,
mencari pakan rumput, serta mengontrol kesehatan ternak.
Tenaga kerja di CV WWF sebagian besar berasal dari penduduk sekitar
lokasi peternakan. Jumlah tenaga kerja di CV WWF bagian sapi perah adalah 5
orang, setiap orang mempunyai tugas masing-masing secara jelas. Pendidikan akhir
tenaga kerja bagian kandang antara Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah
Pertama (SMP), manajer memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi yaitu diploma
sampai sarjana. Sistem pembayaran gaji oleh peternak dilakukan dengan cara
pembayaran bulanan.

Aspek Pasar
Aspek pemasaran merupakan faktor strategis atau kunci dari keberhasilan
perusahaan. Pemasaraan menurut Rahim (2008) adalah kegiatan atau proses
pengaliran komoditas pertanian dari produsen kepada konsumen. Produk pertanian
10

yang dihasilkan oleh CV WWF merupakan susu segar. Susu segar dari CV WWF
memiliki kualitas Grade A. Susu yang dihasilkan dijual ke industri pengolahan susu
besar seperti Nutrifood. Selain itu susu juga dijual ke koperasi Pondok Ranggon,
pabrik pembuatan keju, kedai susu, dan dijual secara eceran yang berlokasi di
Jabodetabek. Harga jual susu di CV Waluya Wijaya Farm rata-rata Rp5 700 L-1.
Kemasan yang digunakan CV WWF untuk dijual ke konsumen langsung masih
dalam bentuk yang sederhana, yakni dengan plastik yang direkatkan dengan plastic
seal dan isi produk per kemasan adalah 1 L. Susu yang dijual ke IPS dan pengolahan
keju tanpa kemasan, namun menggunakan transport tank. Pengiriman produk
dilakukan setiap hari sekali.

Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan


Keberadaan CV WWF memberikan dampak positif bagi masyarakat di
lingkungannya karena membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar
peternakan. Hal ini menyebabkan masyarakat yang bekerja memperoleh
pendapatan sehingga memberikan kesejahteraan bagi tenaga kerja itu sendiri dan
juga keluarganya. Menurut Gittenger (2008) kualitas hidup masyarakat di daerah
proyek merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan.
Limbah kotoran pada CV WWF dijadikan pupuk kandang dan digunakan
sebagai pupuk di kebun rumput. Pengolahan kotoran menjadi pupuk kandang
mengurangi pencemaran lingkungan (air dan udara).

Analisis Aspek Finansial

Aspek finansial mengkaji tingkat pengembalian dana yang telah


dikeluarkan untuk membangun dan mengoperasikan usaha sapi perah selama umur
proyek yaitu 10 tahun. Penentuan umur usaha tersebut berdasarkan umur ekonomis
kandang. Untuk menganalisis kelayakan finansial digunakan arus kas (cash flow).
Arus kas untuk mengetahui aktivitas keuangan yang mempengaruhi kondisi kas
pada suatu periode tertentu (Nurmalina et al. 2014).

Arus Penerimaan (Inflow)


Penerimaan usaha peternakan sapi perah terdiri atas penerimaan dari
penjualan susu, penjualan pedet, penjualan afkir, dan nilai sisa. Tahap pertama
dalam mengetahui arus penerimaan sapi perah adalah membuat proyeksi fisik usaha
yaitu proyeksi populasi ternak. Proyeksi populasi ternak dibuat dengan menghitung
jumlah total sapi yang dimiliki oleh CV WWF pada bulan Oktober 2016, sebagai
investasi awal ternak pada tahun ke-0 dengan asumsi bahwa semua sapi yang ada
di lokasi penelitian tidak ada yang dikeluarkan kecuali sapi pedet jantan dan induk
afkir. Proyeksi populasi ternak dapat dilihat pada Lampiran 1 dan proyeksi produksi
susu dapat dilihat pada Lampiran 2.
Penerimaan penjualan susu merupakan penerimaan yang bersumber dari
hasil produk utama usaha peternakan sapi perah. Rata-rata produksi susu di CV
Waluya Wijaya Farm sebanyak 12 L ekor-1 hari-1 dengan harga jual rata-rata adalah
Rp5 700 L-1. Harga produk utama merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
keberlangsungan suatu usaha (Priyanti et al. 2009). Penerimaan produk hasil
sampingan dari usaha peternakan sapi perah adalah penjualan induk afkir dan pedet.
Harga pedet jantan umur seminggu adalah Rp3 000 000 ekor-1 dan harga induk afkir
11

Rp12 000 000 ekor-1. Proyeksi penerimaan di CV Waluya Wijaya Farm setiap tahun
disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Proyeksi total penerimaan usaha ternak sapi perah di CV Waluya Wijaya
Farm
Penerimaan Penerimaan
Tahun ke- produk utama produk sampingan Nilai sisa (Rp) Total penerimaan
(Rp) (Rp) (Rp)
0
1 688 446 000 219 000 000 907 446 000
2 1 015 776 000 42 000 000 1 057 776 000
3 1 100 214 000 42 000 000 1 142 214 000
4 1 021 734 000 225 000 000 1 246 734 000
5 1 040 112 000 141 000 000 1 181 112 000
6 1 416 618 000 117 000 000 1 533 618 000
7 1 727 064 000 93 000 000 1 820 064 000
8 1 991 808 000 102 000 000 2 093 808 000
9 2 090 160 000 285 000 000 2 375 160 000
10 2 315 682 000 135 000 000 2 856 846 600 5 208 168 600
Nilai sisa yang terdapat dalam usaha peternakan sapi perah di CV WWF
menjadi tambahan manfaat bagi proyek di akhir tahun ke-10. Nilai sisa berasal dari
investasi yang belum habis umur ekonomisnya selama umur proyek.
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa total penerimaan produk utama di
CV WWF mengalami peningkatana setiap tahunnya. Hal ini disebabkan pada Tabel
2 proyeksi populasi terus meningkat sehingga meningkatkan produksi dan
penjualan susu. Penerimaan produk sampingan pada tahun ke-4 dan tahun ke-9
memiliki nilai paling tinggi, karena pada tahun tersebut jumlah induk afkir yang
dijual lebih banyak jika dibandingkan tahun lainnya (Lampiran 1).

Arus Pengeluaran (Outflow)


Outflow adalah aliran arus kas yang dapat mengurangi manfaat. Outflow ini
merupakan biaya-biaya yang sudah dikeluarkan pada awal pembangunan maupun
selama usaha berjalan (Dewi 2015). Komponen pengeluaran (outflow)
dikelompokan menjadi nilai investasi dan biaya operasional. Investasi di CV WWF
meliputi lahan, bangunan kandang, gudang pakan, kantor, mess, kendaraan
operasional, sapi perah, dan peralatan. Investasi baru akan menghasilkan manfaat
setelah beberapa tahun usaha berjalan (Nurmalina et al. 2014). Biaya operasional
di CV WWF ada 2 bagian yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap usaha
ternak sapi perah di CV WWF terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya listrik, pajak,
biaya transportasi, biaya perawatan kandang, dan biaya sosial (Lampiran 3). Biaya
tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung oleh besar kecilnya
produksi yang harus dikeluarkan (Nurdin 2010).
Biaya tidak tetap adalah biaya yang nilainya tergantung pada jumlah produk
yang dihasilkan, sehingga biaya bisa berubah-ubah. Biaya tidak tetap adalah biaya
inseminasi buatan, biaya pakan, biaya kesehatan dan pajak. Biaya pakan dalam
usaha ternak merupakan komponen biaya terbesar, meliputi biaya pakan hijauan,
12

konsentrat, dan ampas tahu. Menurut Harmini et al. (2012) biaya pakan merupakan
total biaya terbesar yaitu mencapai 70%-80%. Nilai investasi dan biaya operasional
peternakan di CV WWF disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai investasi dan biaya operasional peternakan sapi perah di CV WWF
Biaya operasional
Tahun ke- Investasi (Rp) Total biaya (Rp)
(Rp)
0 1 730 802 000 1 730 802 000
1 0 890 190 112 890 190 112
2 650 000 1 020 987 175 1 021 637 175
3 2 400 000 1 127 691 237 1 130 091 237
4 650 000 1 117 590 650 1 043 252 675
5 4 652 000 1 131 360 050 1 118 240 650
6 3 050 000 1 441 175 237 1 444 225 237
7 0 1 696 663 675 1 696 663 675
8 650 000 1 918 246 550 1 918 896 550
9 2 400 000 2 071 610 050 2 074 010 050
10 5 302 000 2 036 089 650 2 041 391 650

Investasi pada tahun ke-1 dan tahun ke-7 Rp0, hal ini karena tidak adanya
pembelian alat untuk keperluan usaha (Lampiran 3). Berdasarkan Tabel 3 dapat
dilihat bahwa investasi mengalami peningkatan hal ini disebabkan pembelian alat
yang telah habis umur ekonomisnya (Lampiran 3). Pembelian alat penunjang usaha
disesuaikan dengan umur ekonomis barang dan setiap alat memiliki umur ekonomis
yang berbeda-beda.

Pendapatan
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya.
Pendapatan usaha ternak sapi perah selain dari produksi susu juga tergantung pada
produksi susu per ekor, biaya pakan ternak, biaya tenaga kerja, dan jumlah sapi
laktasi (Sukmapradita 2008). Kondisi pendapatan peternakan CV WWF pada tahun
ke-0 mengalami kerugian. Hal ini disebabkan besarnya biaya investasi yang
dikeluarkan oleh CV WWF sedangkan total penerimaan pada tahun ke-0 belum ada.
Tabel 6 menunjukkan bahwa pendapatan peternakan pada tahun ke-4
mengalami peningkatan karena total biaya yang dikeluarkan peternak menurun
(Lampiran 3). Hal ini disebabkan karena banyak induk sapi perah yang diafkir pada
tahun ke-4 (Lampiran 1) sehingga menurunkan total biaya operasional dan
meningkatkan pendapatan. Pendapatan usaha ternak sapi perah di CV Waluya
Wijaya Farm disajikan pada Tabel 6.
13

Tabel 6 Proyeksi total pendapatan di CV Waluya Wijaya Farm


Total Penerimaan Total pendapatan
Tahun ke- Total Biaya (Rp)
(Rp) (Rp)
0 1 730 802 000 -1 730 802 000
1 907 446 000 890 190 112 23 007 850
2 1 057 776 000 1 021 637 175 48 401 766
3 1 142 214 000 1 130 091 237 16 963 683
4 1 246 734 000 1 043 252 675 128 493 350
5 1 181 112 000 1 136 012 050 60 987 933
6 1 533 618 000 1 444 225 237 120 207 016
7 1 820 064 000 1 696 663 675 164 533 766
8 2 093 808 000 1 918 896 550 233 431 933
9 2 375 160 000 2 074 010 050 402 333 266
10 4 159 220 000 1 806 894 175 3 166 776 950

Analisis Kelayakan Finansial


Analisis aspek finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria
penilaian investasi yaitu Net Present Value, Internal Rate Return, dan Net Benefit-
Cost Ratio. Tingkat suku bunga yang digunakan merupakan tingkat suku bunga
deposito Bank BCA pada bulan Oktober 2016 yaitu 5% tahun-1 karena rekening
tersebut digunakan untuk menabung dan transaksi penjualan. Hasil perhitungan
NPV, IRR, dan Net BC-1 ratio dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil perhitungan kelayakan finansial sapi perah di CV WWF


Kriteria investasi Hasil Analisis
NPV (Rp) 593 857 876
Net BC-1 ratio 1.62
IRR (%) 10.85

Berdasarkan Tabel 4 nilai NPV usaha ternak sapi perah di CV WWF sebesar
Rp593 857 876 yang mempunyai arti bahwa nilai perusahaan selama 10 tahun
sebesar Rp593 857 876. Nilai NPV lebih besar dari 0 maka suatu usaha dikatakan
layak. Hal ini sesuai dengan pendapat (Pasaribu 2012), apabila evaluasi suatu
proyek memiliki nilai NPV ≥ 0 maka proyek tersebut layak untuk dijalankan.
Perhitungan Net BC-1 ratio diperoleh nilai sebesar 1.62, hal ini menunjukan
bahwa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih kecil dari manfaat yang
diperoleh, artinya setiap Rp1 yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan
sebesar Rp1.62. Berdasarkan kriteria kelayakan, nilai Net BC-1 ratio lebih dari satu
maka usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan. Menurut Nurmalina et al.
(2014) suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net BC-1 ratio
≥ 1, dan dikatakan tidak layak bila Net BC-1 ratio ≤ 1.
Nilai IRR adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh
kegiatan usaha tersebut untuk sumberdaya yang digunakan. Nilai IRR yang
dihasilkan CV WWF sebesar 10.85%, berarti nilai ini lebih besar dari tingkat suku
bunga sebesar 5%. Nilai 10.85% persen menunjukkan bahwa nilai tingkat
14
pengembalian usaha ternak (IRR) lebih besar dari tingkat suku bunga yang
disyaratkan, sehingga usaha ini layak dijalankan.

Hasil Evaluasi dan Rekomendasi

Hasil analisis kelayakan finansial pada usaha ternak sapi perah di CV WWF
layak untuk dijalankan, hal ini juga didukung dengan manajemen pemeliharaan
yang baik. Peternakan CV WWF melakukan seleksi khusus untuk memilih indukan
yang berkualitas dan seleksi dilakukan berdasarkan produksi susu. Menurut Sudono
(1999) cara terbaik untuk seleksi indukan adalah dengan melihat produksi susu pada
individu ternak. Sapi perah yang produksi susunya rendah akan diafkir dan dijual.
Usaha sapi perah dalam segi aspek non finansial sudah layak untuk
dijalankan. Aspek pemasaran di CV WWF sudah baik karena susu yang dihasilkan
dijual ke IPS atau langsung ke konsumen. Manajemen usaha ternak sudah memiliki
bentuk dan struktur organisasi yang formal, sehingga setiap tenaga kerja sudah
memiliki tugas masing-masing. Selain itu keberadaan peternakan CV WWF juga
menguntungkan bagi warga sekitar karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Usaha peternakan CV WWF sudah cukup baik dalam segi pemeliharaan
namun perlu dilakukan inovasi usaha untuk meningkatkan pendapatan usaha
ternak. Cara yang dapat dilakukan peternak adalah dengan melakukan pengolahan
susu seperti membuat susu pasteurisasi, yoghurt, dan kefir. Menurut Murti (2009)
pengolahan susu menjadi berbagai produk dapat meningkatkan nilai tambah atau
pendapatan peternak. Selain melakukan pengolahan susu, peternak juga dapat
meningkatkan pendapatan usaha dengan menjual pupuk kompos. Menurut Zurriyati
(2008) pendapatan peternak dapat meningkat sebesar 35%-100% dengan
melakukan pembuatan kompos.
Penambahan populasi sapi perah juga harus dilakukan oleh CV WWF
karena dapat meningkatkan pendapatan peternak. Berdasarkan proyeksi populasi
sapi perah (Tabel 2) dan proyeksi produksi (Tabel 3) dapat dilihat bahwa dengan
meningkatnya populasi ternak maka meningkatkan produksi susu sehingga
penerimaan produk utama akan meningkat.
Peternakan CV WWF memiliki prospek yang cukup baik dalam
pengembangan usaha. Berdasarkan Tabel 7 dengan discount factor sebesar 5%
peternakan CV WWF mampu memperoleh nilai IRR 10.85%. Nilai ini
menunjukkan bahwa usaha dibidang peternakan sapi perah cukup menjanjikan
sebagai investasi usaha dan dapat meningkatkan keuntungan usaha.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Analisis aspek teknis menjelaskan bahwa usaha ini layak karena memilih
lokasi usaha dengan tepat serta memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
Aspek pasar menjelaskan bahwa usaha peternakan sapi perah ini layak karena
memiliki potensi pasar yang baik. Aspek manajemen menjelaskan bahwa usaha ini
15

layak karena struktur organisasi sudah formal dan secara tertulis. Aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan usaha ini layak untuk dijalankan karena memberikan
dampak yang positif terhadap masyarakat sekitar. Secara umum manajemen usaha
peternakan sapi perah CV Waluya Wijaya Farm pada aspek non finansial telah
layak untuk dijalankan. Analisis aspek finansial CV Waluya Wijaya Farm layak
untuk dijalankan dengan NPV ≥ 0 (Rp593 857 876 ≥ 0), Net B/C ≥ 1 (1.62 ≥ 1),
dan IRR ≥ discount rate (10.85% ≥ 5%).

Saran

CV Waluya Wijaya Farm sebaiknya menambah populasi sapi perah dan


melakukan pengolahan susu agar meningkatkan pendapatan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni A, Kurniawan N, Sumantri C. 2008. Pertumbuhan pedet betina dan dara


sapi frisien-holstein di wilayah kerja bagian barat KPSBU Lembang.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 11-12
November 2008; Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Hlm 122-131.
Arifiantini RI. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. Bogor (ID):
IPB Pr.
Ako A. 2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. Bogor (ID): IPB Pr.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Populasi sapi perah menurut kecamatan di
Kabupaten Bogor. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik.
Dewi R. 2015. Analisis kelayakan usaha tambak budidaya kepiting soka di Desa
Pusakajaya Utara Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Dewi T, Narni F. 2011. Analisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing
perah (Kasus: Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor). Bogor (ID): J Forum Agribisnis 1(1): 95-111.
[Ditjennak] Direktorat Jendral Peternakan. 2008. SK Menteri Pertanian
Nomor:07007/HK.030/F/05/2008 tentang petunjuk teknis pembibitan
ternak rakyat. Jakarta(ID). Departemen Pertanian.
[Ditjennak] Direktorat Jendral Peternakan. 1983. Laporan pertemuan pelaksanaan
uji coba faktor-faktor penentu dan perencanaan tata penyuluhan subsektor
peternakan. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
Djaja W, Matondang RH, Haryanto. 2009. Aspek manajemen usaha sapi perah. Di
dalam: Santosa KA, Dwiyanto K, Toharmat T, editor. Profil Usaha
Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.
Fikri I. 2016. Respon fisiologis dan penampilan produksi sapi perah friesian
holstein pada dua lokasi peternakan berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Gittenger JP. 2008. Analisis Ekonomi Proyek Proyek Pertanian. Terjemahan:
Sutomo dan Mangiri. Jakarta (ID): UI Pr
16

Harmini, Asmarantaka RW, Rachmina D, Feryanto. 2012. Analisis kelayakan


finansial usahaternak sapi perah rakyat dan pemasaran susu di Jawa Timur.
Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor
Hasri. 2013. Hubungan produksi susu sapi perah friesian holstein dengan service
per conception di wilayah KPSBU Lembang [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Kasmir, Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Prenada Media Group.
[Kementan] Kementerian Pertanian RI. 2015. Produksi Susu Sapi. Jakarta (ID):
Kementrian Pertanian RI
Komala I, Arifiantini I, Sumantri C. 2015. Hubungan produksi susus berdasarkan
grade MPPA dengan performance reproduksi. J IPTHP. 3(1): 33-39.
Murti TW, Purnomo H, Usmiati S. 2009. Pascapanen dan Teknologi Pengolahan
Susu. Di dalam: Santosa KA, Dwiyanto K, Toharmat T, editor. Profil Usaha
Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.
Nurdin S. 2010. Analisis pendapatan bersih usaha tanaman pada pertanian nanas di
Desa Palaran Samarinda. J Eksis 6(1):1266-1267.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): IPB
Pr
Pasaribu AM. 2012. Perencanaan dan Evalusi Proyek Agribisnis (Konsep dan
Aplikasi). Yogyakarta (ID): Lily Publisher.
Poetri NA, Abdul B, Nur Hadi. 2014. Analisis kelayakan pengembangan usaha
peternakan sapi perah KUNAK (Studi Kasus Usaha Ternak Kavling 176,
Desa Pamijahan Kab. Bogor). Bogor (ID): J Manajemen & Organisasi 5(2).
Priyanti A, Sudi N, Ahmed F. 2009. Analisis Ekonomi dan Aspek Sosial Usaha
Sapi Perah. Di dalam: Santosa KA, Dwiyanto K, Toharmat T, editor. Profil
Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan.
Rahim AB, Hastuti DRD. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, dan
Kasus). Jakarta (ID): Penebar Swadaya
Siregar SB. 2007. Manajemen Agribisnis Sapi Perah yang Ekonomis dan Kiat
Melipat gandakan Keuntungan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sudono A, Rosdiana, Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Depok
(ID): Agromedia Pustaka.
Sudono. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sukmapradita. 2008. Analisis kelayakan finansial usahaternak sapi perah di wilayah
kerja KPSBU Lembang Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Suratman. 2002. Studi kelayakan proyek. Malang (ID): Proyek Peningkatan
Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Zurriyati. 2008. Peningkatan pendapatan petani Desa Masda Makmur, Rambah
Samo-Riau dari pembuatan kompos asal kotoran sapi pada sistem integrasi
tanaman terbaik. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. 11-12 November 2008; Bogor (ID): Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. hlm 254-257.
17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Maret 1994 di Bogor dari pasangan bapak
Mahmud dan Ibu Neneng Sopiyah. Penulis adalah anak pertama dari 3 bersaudara.
Jenjang pendidikan dasar penulis dimulai pada tahun 2000 di Madrasah
Ibtitaiyah An-Nizomiyah dan diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan tingkat
pertama diselesaikan di SMP Negeri 3 Cibinong dan lulus pada tahun 2008. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA
Negeri 8 Bogor dan lulus pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis diterima menjadi
mahasiswa Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB), pada Program
Keahlian Teknologi dan Manajeman Ternak melalui jalur USMI (Undangan Seleksi
Masuk IPB) dan lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis kembali
melanjutkan studi di Program Sarjana Alih Jenis Institut Pertanian Bogor pada
Departeman Ilmu Produksi Teknologi Peternakan melalui jalur ujian tertulis.
Penulis pernah melaksanakan praktik kerja lapang 1 di PT Multi Sarana
Pakanindo yang bergerak dibidang peternakan budidaya ayam broiler selama 5
minggu (Juli-Agustus 2013). Pada tahun 2014 penulis kembali melaksanakan
kembali Praktik Kerja Lapangan II selama 12 minggu di CV Slamet Quail Farm
Sukabumi yang bergerak di bidang pembibitan dan budidaya puyuh. Penulis pernah
mengikuti program gerakan pencetakan 100 000 Wirausaha Baru Jawa Barat pada
tahun 2013 yang tergabung dalam program Budidaya Puyuh khususnya di Jawa
Barat
1

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proyeksi penjualan ternak


Tahun pengembangan
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pedet jantan 29 10 14 15 11 23 19 30 23 25
Induk afkir 11 1 0 15 9 4 3 1 18 5
Jumlah ternak 40 11 14 30 20 27 22 31 41 30

Lampiran 2 Struktur organisasi usahaternak sapi perah di CV WWF


18
Lampiran 3 Proyeksi kelayakan finansial usahaternak sapi perah di CV WWF
Tahun
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rupiah (Rp)
INFLOW
1. Penjualan Susu Segar 688 446 000 1 015 776 000 1 100 214 000 1 021 734 000 1 040 112 000 1 416 618 000 1 727 064 000 1 991 808 000 2 090 160 000 2 315 682 000
2. Penjualan Pedet 87 000 000 30 000 000 42 000 000 45 000 000 33 000 000 69 000 000 57 000 000 90 000 000 69 000 000 75 000 000
3. Penjualan Sapi Afkir 132 000 000 12 000 000 0 1 246 734 000 0 48 000 000 36 000 000 12 000 000 216 000 000 60 000 000
3 NILAI SISA 2 856 846 600
TOTAL INFLOW 907 446 000 1 057 776 000 1 142 214 000 1 166 976 000 1 073 112 000 1 533 618 000 1 820 064 000 2 093 808 000 2 375 160 000 5 208 168 600

OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
A. Tanah 500 000 000
B. Bangunan kandang 240 000 000
C. gudang pakan 24 000 000
D. perkantoran 56 000 000
E. Mess 80 000 000
F. Kendaraan Operasional 150 000 000
G. Alat Pemerahan 48 000 000
H. Indukan 528 000 000
I. Cooling Unit 81 000 000
J. Sumur 15 000 000
K. Sekop 390 000 390 000 390 000 390 000 390 000 390 000
L. Garpu kayu 135 000 135 000 135 000 135 000 135 000 135 000
M. Cangkul 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000 75 000
N. Milkcan 1 100 000
O.Selang 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
P.Timbangan 600 000 600 000 600 000
Q.Gerobak 1 250 000 1 250 000 1 250 000
R.kipas angin 2 802 000 2 802 000 2 802 000
S.ember 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000 50 000
TOTAL BIAYA INVESTASI 1 730 802 000 650 000 2 400 000 650 000 4 652 000 3 050 000 650 000 2 400 000 5 302 000
2. BIAYA OPERASIONAL
Biaya tetap
Upah tenaga kerja
Tenaga Kerja golongan 1 67 200 000 67 200 000 67 200 000 67 200 000 67 200 000 67 200 000 67 200 000 67 200 000 67 200 000 67 200 000
Tenaga Kerja golongan 2 79 200 000 79 200 000 79 200 000 79 200 000 79 200 000 105 600 000 105 600 000 105 600 000 105 600 000 105 600 000
Listrik 32 400 000 32 400 000 32 400 000 32 400 000 32 400 000 32 400 000 32 400 000 32 400 000 32 400 000 32 400 000
Biaya sosial 9 600 000 9 600 000 9 600 000 9 600 000 9 600 000 9 600 000 9 600 000 9 600 000 9 600 000 9 600 000
Biaya Transportasi 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000 18 000 000
Biaya perawatan kandang 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000 36 000 000
Total biaya tetap 313 965 400 313 965 400 313 965 400 313 965 400 313 965 400 340 365 400 340 365 400 340 365 400 340 365 400 340 365 400

Biaya tidak tetap


Biaya Pakan 550 716 750 668 552 500 778 156 250 661 864 500 775 757 000 1 029 567 250 1 266 383 500 1 461 965 000 1 570 294 000 1 370 347 500
Biaya Obat-obatan 16 756 000 22 546 333 26 288 666 21 775 000 56 853 666 34 608 333 42 001 333 49 115 666 51 607 333 45 870 000
Biaya IB 3 000 000 3 660 000 4 440 000 3 540 000 4 200 000 5 820 000 6 780 000 8 280 000 8 160 000 7 800 000
total biaya tidak tetap 570 472 750 252 977 760 808 884 916 687 179 500 836 810 666 1 069 995 583 1 315 164 833 1 519 360 666 1 630 061 333 1 424 017 500
PAJAK PENDAPATAN USAHA 25% 5 751 962 12 262 941 48 40 920 14 457 775 16 409 983 30 814 254 41 133 441 58 520 483 101 183 316 37 209 275
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 890 190 112 1 020 987 175 1 127 691 237 1 015 602 675 1 131 882 050 1 441 175 237 1 696 663 675 1 918 246 550 2 071 610 050 1 801 592 175
TOTAL OUTFLOW 1 730 802 000 890 190 112 1 021 637 175 1 130 091 237 1 043 252 675 1 136 534 050 1444225238 1 696 663 675 1 918 896 550 2 074 010 050 1 806 894 175

NET BENEFIT - 1 730 802 000 23 007 850 48 401 766 16 963 683 128 493 350 60 987 933 120 207 016 164 533 766 233 431 933 402 333 266 3 166 776 950
DISCOUNT FACTOR 5% 1 0.95 0.91 0.86 0.82 0.78 0.75 0.71 0.68 0.64 0.61
PV NET BENEFIT/TAHUN - 1 730 802 000 16 434 179 32 778 980 10 472 098 35 148 585 34 927 990 66 706 255 87 698 307 118 386 954 194 123 943 1 612 855 971
PV BENEFIT 0 864 234 285 959 434 013 986 687 398 871 222 175 925 432 157 1 144 409 364 1293 485 504 1 417 171 670 1 531 049 313 2 722 132 252
PV BIAYA 1 730 802 000 847 800 107 926 655 034 976 215 300 836 073 590 890 504 167 1 077 703 108 1 205 787 197 1 298 784 716 1 336 925 370 1 109 276 281
NPV 593 857 876
IRR 10.85%
JUMLAH PV POSITIF 2 209 533 262
JUMLAH PV NEGATIF - 1 730 802 000
NET B/C 1.62

Anda mungkin juga menyukai