Gambaran Usaha
Deskripsi
PT. Buras Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang penghasil DOC ayam
buras pedaging, sedangkan produk sampingannya adalah telur, ayam pejantan dan
PT. Buras Sejahtera memiliki skala usaha yaitu 11.200 ekor/tahun, dengan kapasitas
lahan sebesar 5 Ha. DOC yang dihasilkan pada tahun pertama yaitu 920.857 ekor
merupakan yang terendah selama masa proyeksi usaha. Sedangkan pada tahun-tahun
Potensi Pasar
Konsumsi daging ayam tahun 2017 - 2020 diproyeksikan akan meningkat dengan per-
tumbuhan rata-rata sebesar 0,52% per tahun. Kontribusi produksi daging ayam buras
terhadap produksi nasional dari Pulau jawa sebesar 142,34 ribu ton. Sedangkan Jawa
tetap dan biaya operasional kerja. Jumlah investasi tetap adalah sebesar Rp.
4.479.285.498, dan jumlah biaya untuk biaya operasional kerja pada awal usaha adalah
sebesar Rp. 4.153.914.792. Jumlah dana yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp.
8.633.200.291. Sumber dana untuk usaha ini seluruhnya berasal dari pinjaman bank. Da-
Kelayakan Investasi
Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis ini adalah Net Present Value (NPV),
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (B/C), Internal Rate of Return
ii
(IRR), Payback Period (PBP), dan Break Event Point (BEP), dengan tingkat suka bunga
12%. NPV > 0 yaitu sebesar Rp. 15.908.679.671, IRR>SOCC (IRR 79,6%), Net B/C & Gross
B/C >1 yaitu sebesar 4,98 dan 1,72, maka usaha dikatakan feasible. PBP 1,7 tahun, dan
yang telah sentiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
kelayakan ini dengan judul “Proposal Usaha Peternakan Ayam Buras”. Proposal ini
dibuat berdasarkan data yang diperoleh penulis untuk memenuhi tugas praktikum
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan mampu
iii
melengkapi penulisan-penulisan proposal usaha ini. Akhirnya, penulis berharap
semoga Proposal ini dapat menjadi pelajaran dan pengalaman, serta dapat berguna
Proposal ini tidak mungkin akan terwujud tanpa bantuan dari semua pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan serta dukungan baik secara moril maupun materil.
Penulis
DAFTAR ISI
EXECUTIVE SUMMARY i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Permasalahan 2
Model Analisis 2
IV ASPEK KEUANGAN
Proyeksi Kebutuhan Investasi 14
Proyeksi Biaya dan Manfaat 15
Proyeksi Cashflow 17
V KELAYAKAN INVESTASI
Net Present Value (NPV) 18
Internal Rate of Return (IRR) 19
B/C Ratio [Gross B/C dan Net B/C] 19
Profil Rencana Usaha (PBP dan BEP) 20
VI ASPEK LINGKUNGAN
Pendugaan Dampak Lingkungan 21
Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan 24
v
DAFTAR PUSTAKA 27
DAFTAR ILUSTRASI
11. Proyeksi
Cashflow PT. Buras Sejahtera 17
12. Kelayakan
Investasi PT. Buras Sejahtera 18
LATAR BELAKANG
Ayam buras (lokal) telah berkembang secara luas di berbagai wilayah Indonesia. Kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan yang tinggi dan perawatannya yang tergolong mudah menyebabkan
keberadaanya diakui oleh masyarakat sebagai bagian kehidupan yang tak terpisahkan. Permintaan
terhadap cita rasa yang lebih disukai dibandingkan ayam ras. Untuk dapat memenuhi permintaan
pasar, metode pemeliharaan ayam buras diubah secara besar-besaran untuk dapat menggenjot
produksi daging. Dalam usaha peternakan ayam buras, indukan memegang peranan penting untuk
menghasilkan DOC yang berkualitas dengan tingkat pertumbuhan yang cepat. Sementara pada saat ini
masih sangat jarang wirausaha peternakan ayam buras yang melakukan seleksi indukan yang dijadikan
1
parent stock penghasil DOC unggulan.
Pengembangan ayam buras dapat ditempuh melalui berbagai cara tergantung dari tujuan yang
mendasarinya. Dikenal beberapa pola pengembangan ayam buras antara lain pola ekstensif, semi
intensif dan intensif, pola-pola tersebut diterapkan peternak sesuai dengan kondisi lokasi maupun
tujuan usaha. Khusus pada Pola intensif dengan tujuan komersial maka diperlukan persiapan yang
matang yaitu teknologi, pengetahuan dan permodalan. Usaha yang bersifat komersial perlu adanya
perencanaan yang matang, sehingga dapat dievaluasi atas kegiatan yang sedang berlangsung untuk
dilanjutkan atau dihentikan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka PT. Buras Sejahtera berinisiatif menga-
tasi kebutuhan bibit ayam buras dengan merintis usaha pemeliharaan ayam buras penghasil DOC
PT. Bur A s
PENDAHULUA
PERMASALAHAN
1) Apakah perusahaan pembibitan ayam buras dalam jangka waktu 10 tahun ini layak.
MODEL ANALISIS
Model analisis yang digunakan dalam usaha pembibitan ayam buras ini adalah metode analisis
kriteria investasi, dengan menghitung NPV, B/C Ratio (net B/C dan gross B/C), IRR, BEP, Pay Back
Period, dan PV/K. Aspek yang dipertimbangkan, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
produksi, aspek manajemen operasional, aspek lingkungan dan sosial budaya serta aspek ekonomi
2
dan keuangan.
PT. Bur A s
ASPEK PASAR
DAN
dan tekstur yang khas sehingga disukai masyarakat Indonesia bahkan dapat dikatakan mempunyai
segmen pasar tersendiri (Sartika T dkk, 2007). Lebih lanjut dikatakan pada beberapa masakan tertentu
dalam skala rumah makan (restoran) besar seperti ayam goreng Ny Suharti, mbok Berek dan ayam
bakar taliwang hanya cocok menggunakan ayam kampung dan masakan tersebut disukai turis manca
Selama lima (5) tahun terakhir (2012 – 2016) secara nasional produksi daging ayam buras
mengalami kenaikan, produksi naik sebesar 15.765 ton (dari 299.773 menjadi 315.538 ton) atau sebesar
5.26% (Ditjennak, 2016). Namun hal tersebut masih belum dapat mengimbangi permintaan daging
ayam buras di Indonesia. Konsumsi daging ayam tahun 2017 - 2020 diproyeksikan akan meningkat 3
dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 0,52% per tahun. Konsumsi total daging ayam tahun 2017
sebesar 1,39 juta ton, setahun kemudian 2018 meningkat 1,21% menjadi 1,40 juta ton. Tahun 2019
diproyeksikan sedikit menurun menjadi 1,39 juta ton atau 0,77%, dan tahun 2020 mencapai 1,40 juta ton
Perkembangan populasi ayam buras di Pulau Jawa tahun 2011 sampai dengan 2015 mengalami
peningkatan (3,33% per tahun), dengan kata lain rata-rata populasi pada periode tersebut sebesar
114,82 juta ekor. Total kontribusi provinsi sentra ayam buras di Pulau Jawa terhadap populasi nasional
di bawah 50%, yaitu sebesar 40,22%, khusus untuk Jawa Barat menyumbang sebanyak 27,63 juta ekor
(10,04%). Pada periode yang sama (2011– 2015), pertumbuhan produksi daging ayam buras di Pulau
Jawa juga berfluktuasi namun cenderung meningkat dengan peningkatan rata-rata 3,77% per tahun.
Kontribusi terhadap nasional dari wilayah ini rata-rata sebesar 142,34 ribu ton. Tiga sentra produksi
terbesar berada di Pulau Jawa, mengambil peran sebesar 36,91%. Ketiga provinsi tersebut adalah Jawa
Tengah 14,71%, Jawa Timur (13,04%), dan Jawa Barat (9,17%). (Pusdatin Pertanian, 2015).
PT. Bur A s
ASPEK PASAR
DAN
Berdasarkan Tribunnews.com (2013), Ciamis sebagai sentra produksi perunggasan rakyat di Jawa
Barat, belum sanggup memenuhi permintaan ayam buras untuk kebutuhan kota-kota besar seperti
Bandung dan Jakarta. Permintaan ayam buras dari Kota Bandung, setiap harinya mencapai 1.000 ekor.
Namun para peternak di Ciamis baru bisa memenuhi 800 ekor per minggu. Guna memenuhi kebutuhan
DOC ayam buras, menurut ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Nurmuttaqien,
Himpuli Ciamis melalui Himpuli Jawa Barat sudah mengajukan permohonan bantuan ke Ditjen
Peternakan Kementrian Pertanian untuk pengadaan tempat DOC (penetasan) untuk memproduksi
PT. Buras Sejahtera sebagai perusahaan penghasil DOC ayam buras pedaging dengan kapasitas
dan skala usaha besar serta menggunakan teknologi yang modern, akan mengatasi keterbatasan
sedangkan produk sampingannya adalah telur, ayam pejantan dan induk afkir, serta feses. Produk DOC
akan disebarkan ke para peternak penggemukan ayam buras di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Ayam
afkir dijual kepasar hewan dan untuk fesesnya dijual ke petani-petani sayur organik maupun untuk
para petani yang akan melaksanakan pemupukan dasar terhadap lahan pertaniannya.
PT. Bur A s
ASPEK PASAR
DAN
STRATEGI PEMASARAN
Strategi yang baik tidak lepas dari pemilihan harga yang tepat, harga yang tepat adalah harga yang ter-
jangkau dan paling efisien bagi konsumen. Menetapkan harga yang tepat harus mempertimbangkan
berbagai faktor, tidak hanya intuisi atau perasaan, tetapi juga harus berdasarkan informasi, fakta, dan
analisis di lapangan (Suryana, 2006). Pemasaran adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
usaha yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendis-
tribusikan barang atau jasa yang akan memuaskan konsumen. Kebijakan pemasaran yang baik
mengacu pada strategi Marketing Mix (4P) yaitu, product, place, price, dan promotion.
Dengan landasan kualitas, kuantitas dan kontinyuitas maka perusahaan kami ingin berkomit-
5
men dalam menumbuhkan brand image atau pencitraan terhadap PT. Buras Sejahtera yang baik dari
seluruh konsumen. Sertifikasi dan audit berkala merupakan jaminan mutu perusahaan kami terhadap
konsumen. Produk kami yang berkualitas juga diseimbangkan pula dengan harga yang terjangkau, hal
ini merupakan kekuatan untuk meningkatkan penjualan. Media pemasaran yang dilakukan bukan lagi
secara konvensional, PT. Buras Sejahtera mengoptimalkan teknologi yaitu pemanfaatan internet, dan
media sosial yang akan membuat pemasaran dan transaksi menjadi lebih mudah. Informasi dan riset
mengenai pasar dan konsumen di provinsi Jawa Barat senantiasa pula perusahaan lakukan.
PT. Bur A s
ASPEK TEKNIS
DAN
PEMILIHAN LOKASI
PT. Buras Sejahtera akan didirikan di Desa Linggasari Kecamatan Darangdan Kabupaten
lokasinya strategis karena berjarak 3 km dari pintu tol Sawit Darangdan yang bisa ditempuh selama 5
menit, lokasi tersebut belum pernah terjadi longsor atau banjir, lokasi hanya berjarak 50 meter dari
jalan raya, dan akses untuk menuju lokasi bisa dilewati kendaraan besar. Secara geografis, Desa
Linggasari merupakan desa yang potensial karena merupakan jalur utama antara Kecamatan Bojong
dan Darangdan juga hampir berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat. Selain itu juga lokasi
tersebut bersuhu relatif baik digunakan untuk peternakan ayam dikarenakan suhu yang relatif sejuk.
6
PERKANDANGAN
Sistem perkandangan yang digunakan oleh PT. Buras Sejahtera menggunakan pemeliharaan
sistem intensif. Pada pemeliharaan sistem intensif, ayam dipelihara secara terbatas dalam kandang.
Semua kebutuhan hidupnya tergantung pada yang disediakan oleh pengelola (peternak). Adapun kan-
PT. Bur A s
ASPEK TEKNIS
DAN
1. KANDANG KAWIN/PRODUKSI
Kandang produksi memiliki konstruksi atap berbentuk A, konstruksi dinding terbuka semua sisi
(opened house), konstruksi lantai rapat menggunakan semen dengan sistem litter menggunakan
sekam padi. Ukuran bangunan kandang 100 x 5 x 3 m. Untuk penempatan ayam dalam kandang
menggunakan sistem kandang koloni atau colony cages dengan ukuran sangkar (cages) 1 x 1,5 x 3 m.
Jumlah ayam dalam dalam cages 7 ekor setiap cages terdiri dari 1 ekor pejantan dan 6 ekor induk
betina. Di dalam Cages terdapat tempat pakan dan minum menggunakan pipa paralon.
dinding terbuka setengah dinding ke atas, konstruksi lantai rapat menggunakan semen dengan sistem
litter menggunakan padi. Ukuran bangunan kandang 10 x 100 x 3 m. Kandang ini berfungsi untuk
memelihara anak ayam betina sampai siap untuk dikawinkan dan memelihara anak ayam jantan
sampai fase berahi. Bentuk dari bangunan kandang replacement stock dapat dilihat pada gambar 2.
PT. Bur A s
ASPEK TEKNIS
DAN
patan ayam dalam kandang menggunakan sistem kandang tunggal atau single cage/battery, setiap
sangkar berisi satu ayam dengan ukuran sangkar 50 x 50 x 50 cm. Kandang ini
berfungsi untuk memelihara ayam jantan muda sampai siap untuk dikawinkan. Bentuk dari kandang
PT. Bur A s
ASPEK TEKNIS
DAN
berdasarkan kenyataan dilapangan. Baik itu misalnya harga dari indukan dan pejantan, harga pakan,
harga peralatan kandang, harga obat – obatan. Harga harga tersebut didalam asumsi merupakan
angka atau jumlah yang diperhitungkan secara matang. Karena dengan kematangan dalam proses
penentuan asumsi maka diharapkan peternakan yang didirikan akan mendapatkan keuntungan sesuai
dengan rencana sebelum pendirian peternakan tersebut. Asumsi tersebut dipilih sesuai dengan tujuan
dari PT. Buras Sejahtera yang ingin mendirikan usaha pembibitan ayam buras dengan modal seminimal
mungkin dan keuntungan yang semaksimal mungkin. Berikut ini asumsi-asumsi yang digunakan oleh 9
PT. Buras Sejahtera pada tabel 1.
PT. Bur A s
ASPEK TEKNIS
DAN
2. KOEFISIEN TEKNIS
Koefisien teknis yang digunakan oleh PT. Buras Sejahtera memiliki manfaat untuk menunjang
berdirinya peternakan tersebut. Didalamnya terdapat ukuran – ukuran atau kebutuhan - kebutuhan
yang dibutuhkan dalam pendirian PT. Buras Sejahtera. Kebutuhan tersebut diyakini oleh PT. Buras
Sejahtera sudah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk mendirikan dan menjalankan usaha
pembibitan ayam buras di PT. Buras Sejahtera. Berikut ini koefisien teknis dan zooteknis yang
10
PT. Bur A s
ASPEK TEKNIS
DAN
11
PT. Bur A s
ASPEK TEKNIS
DAN
DINAMIKA POPULASI
Pada periode awal usaha, betina dan jantan yang dipelihara merupakan ayam yang dibeli
langsung pada umur siap produksi yaitu 48 minggu untuk jantan sebanyak 1600 ekor, dan 24 minggu
untuk betina sebanyak 9600 ekor. Menjelang ayam betina dan jantan tersebut memasuki umur afkir,
maka DOC yang dihasilkan perusahaan tidak sepenuhnya dijual, melainkan dipelihara untuk dijadikan
replacement stock. Selanjutnya, indukan yang digunakan selama 9 tahun berikutnya adalah hasil dari
replacement stock. Sesuai dengan koefisien teknis yang digunakan perusahaan, yaitu ayam betina afkir
pada umur 72 minggu dan jantan pada umur 144 minggu. Maka, siklus yang dilakukan adalah setiap
betina memasuki umur 48 minggu dan jantan 96 minggu, disediakan replacement stock sebanyak
1600 untuk jantan dan 9600 untuk betina. Penyediaan replacement stock jantan pada tahun ke 3, 6,
12
dan 9, dan setiap tahun untuk betina.
PT. Bur A s
ASPEK TEKNIS
DAN
Pada ilustrasi 8. disajikan grafik dinamika populasi ayam kampong di perusahaan selama 10 ta-
hun. Selama waktu umur proyek, tidak dilakukan peningkatan skala usaha. Maka dari itu, dinamika
populasi dan produksi berada pada nilai yang konstan selama 10 tahun. DOC yang dihasilkan pada ta-
hun pertama yaitu 920.857 ekor merupakan yang terendah selama masa proyeksi usaha, hal tersebut
karena selama 3 minggu awal usaha belum dihasilkan DOC. Sedangkan pada tahun-tahun berikutnya
13
PT. Bur A s
ASPEK
awal tahun proyek untuk pembangunan fisik. Sumber dana untuk usaha ini seluruhnya berasal dari
pinjaman bank dengan jumlah dana yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp. 8.633.200.291. Dana pinjaman
ini akan dikembalikan ke bank dengan diangsur selama 10 tahun. Dana investasi diperlukan untuk
pembangunan fisik dan kegiatan operasional selama perusahaan belum mendapatkan benefit.
14
Berdasarkan ilustrasi diatas kebutuhan investasi di PT. Buras Sejahtera terbagi menjadi kebu-
tuhan investasi tetap dan biaya operasional kerja. Jumlah investasi tetap adalah sebesar Rp.
4.479.285.498 yang akan digunakan untuk biaya sewa lahan, pembangunan kandang dan bangunan,
pembelian alat transportasi, dan pembelian sarana produksi ternak. Jumlah biaya untuk biaya
operasional kerja pada awal usaha adalah sebesar Rp. 4.153.914.792. Biaya operasional ini terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pertahun dengan
PT. Bur A s
ASPEK
jumlah yang tetap, seperti sewa lahan, pembelian bibit, pembayaran tenaga kerja dan biaya listrik.
Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan pertahun dengan jumlah yang tidak tetap karena
menyesuaikan populasi ayam, seperti biaya pakan, kesehatan, sekam, pembelian keranjang telur dan
kardus box. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka kami membutuhkan modal biaya investasi
meliputi perkiraan biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) yang akan dikeluarkan
untuk setiap komponen pembiayaan dalam usaha peternakan PT. Buras Sejahtera selama 11 tahun.
Proyeksi manfaat (benefit) adalah perkiraan nilai hasil yang akan diterima hasil penjualanan produk 15
utama dan sampingan. Proyeksi biaya dan manfaat ini didasarkan pada asumsi-asumsi koefisien teknis
PT. Bur A s
ASPEK
PT. Bur A s
ASPEK
Berdasarkan ilustrasi diatas diketahui bahwa proyeksi biaya pada perusahaan kami terbagi
menjadi biaya investasi dan biaya operasional, dimana biaya operasional ini terbagi menjadi biaya
tetap dan variabel. Pada tahun pertama dikeluarkan biaya investasi sebesar Rp. 4.479.224.998. Biaya
operasional mulai dikeluarkan pada tahun kedua sebesar Rp. 4.153.914.792 sedangkan pada tahun
berikutnya sebesar Rp.3.399.447.933 dan setiap tiga tahun sekali yaitu pada tahun ke 4,7,10
pengeluaran biaya sebesar Rp. 3.622.153.903. Hal ini dikarenakan adanya penambahan populasi untuk
16
Berdasarkan ilustrasi diatas diketahui bahwa proyeksi manfaat pada perusahaan kami
diperoleh dari hasil penjualanan produk utama yaitu DOC dan produk sampingan yaitu telur, ayam
jantan dan betina afkir, serta kotoran. Penjualanan DOC sebagai produk utama menghasilkan benefit
sebesar kurang lebih 5 miliar rupiah setiap tahun, sedangkan dari penjualanan telur menghasilkan
benefit Rp. 1.755.462.240 setiap tahun, penjualanan ayam jantan afkir mulai dari tahun keempat dan
setiap tiga tahun berikutnya menghasilkan benefit sebesar 64 juta rupiah, penjualanan betina afkir
Maka, berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan benefit yang diterima akan diperoleh
pendapatan bersih (net benefit) kurang lebih sebesar 4 miliar rupiah setiap tahun.
PT. Bur A s
ASPEK
PROYEKSI CASHFLOW
Cashflow menggambarkan posisi keuangan perusahaan yang mencatat arus uang masuk
(inflow) dan arus uang keluar (outflow). Selain itu dalam cashflow juga mencatat jumlah uang pada
17
adalah pengeluaran pertama untuk kebutuhan investasi yang menggunakan pinjaman dari bank. Pada
awal tahun kedua juga dilakukan pengeluaran untuk biaya operasional kerja (tetap dan variabel)
pertama, dan pada tahun tersebut juga sudah mendapat pemasukan pertama dari penerimaan hasil
penjualanan produk namun pemasukan tersebut belum mampu membiayai seluruh pengeluaran
sehingga saldo akhir tahun masih bernilai negatif. Pada tahun selanjutnya jumlah kas masuk terus
bertambah sehingga lebih besar dibandingkan jumlah uang yang harus dikeluarkan hingga pada tahun
ke-4 saldo akhir perusahaan bernilai positif. Artinya, perusahaan telah dapat mengembalikan modal
awal dan perusahaan kami sehat karena mampu membiayai keperluan operasional produksi serta
PT. Bur A s
KELAYAKAN
INVESTASI
Analisis investasi merupakan suatu analisis dengan menilai kriteria investasi dari sebuah usaha
yang akan dijalankan. Analisis ini bertujuan untuk menilai sejauh mana gagasan usaha yang direncana-
kan dapat memberikan benefit, baik financial benefit atau social benefit. Hasil perhitungan kriteria
investasi menjadi indikator modal yang diinvestasikan dan menjadi bahan pertimbangan untuk mem-
Analisis investasi ini dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan yaitu, membandingkan
total benefit dengan total biaya selama umur proyek, membandingkan proyeksi benefit (inflow) dan
biaya (cost) dengan posisi keuangan pada masa yang akan datang. Kriteria investasi yang digunakan
dalam analisis ini adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost
Ratio (B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP), dan Break Event Point (BEP).
18
sekarang dari selisih total manfaat (future benefit) dan total pembayaran (future payment) selama
umur proyek dinamakan Net Present Value (NPV). NPV merupakan net benefit yang telah dikalikan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada usaha peternakan ayam kampung di PT.
Buras Sejahtera dengan tingkat suku bunga sebesar 12% dapat diperoleh NPV sebesar
Rp. 15.908.679.671. Karena nilai NPV > 0 maka artinya usaha dapat dikatakan layak (feasible). Nilai ini
juga sekaligus menunjukkan keuntungan yang diterima perusahaan dimana nilai tersebut adalah nilai
pada saat yang akan dating karena telah dikali dengan discount factor.
PT. Bur A s
KELAYAKAN
INVESTASI
risiko kenaikan tingkat bunga atau tingkat inflasi. IRR adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
bunga pada saat NPV=0. Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai lebih besar dari tingkat suku bunga
atau SOCC.
Berdasarkan hasil perhitungan investasi untuk usaha ayam kampung ini nilai IRR adalah 79,6%,
maka usaha ini dapat dikatakan layak (feasible) karena IRR>SOCC yaitu sebesar 12%. Artinya usaha ini
akan aman sampai tingkat suku bunga 79,6%, apabila bunga lebih dari itu usaha akan mengalami
kerugian.
19
B/C RATIO
B/C Ratio merupakan kriteria investasi yang menghitung perbandingan benefit dengan cost.
Perhitungan nilai B/C ini terbagi menjadi dua yaitu Net B/C dan Gross B/C. Net B/C ratio adalah rasio
atau perbandingan antara total present value net benefit positif dengan total present value net
benefit negatif. Nilai Net B/C ini berhubungan dengan nilai NPV, apabila NPV yang diharapkan adalah
positif makan Net B/C harus bernilai >1 Sedangkan Gross B/C ratio adalah rasio perbandingan total
present value benefit yang telah didiskon dengan total present value cost. Nilai dari gross B/C
menggambarkan kemampuan benefit menutup seluruh pengeluaran selama umur proyek, oleh karena
Berdasarkan tabel diketahui bahwa nilai Net B/C dan Gross B/C dari usaha peternakan ayam
kampung ini adalah 4,98 dan 1,72. Kedua nilai B/C ratio ini >1, artinya berdasarkan kriteria ini usaha
PT. Bur A s
KELAYAKAN
INVESTASI
Semakin cepat suatu rencana usaha dapat mengembalikan biaya investasi maka semakin cepat pula
suatu usaha mendapat keuntungan. Apabila usaha yang direncanakan pengembalian investasinya
lambat maka beban yang harus ditanggung menjadi lebih berat karena ada sejumlah beban bunga
yang harus dibayarkan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai PBP adalah 1,7 tahun. Artinya
lama waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengembalikan total investasi dari total penerimaan
lama waktu yang diperlukan perusahaan untuk menutup seluruh biaya pengeluaran dari total benefit
yang diterima. Sehingga diperoleh waktu dimana total pengeluaran sama dengan total penerimaan.
Berdasarkan hasil analisis investasi diketahui bahwa nilai BEP adalah 5,5 tahun. Artinya titik impas
dimana total pengeluaran perusahaan sama dengan total penerimaan adalah pada saat umur proyek 5
tahun 5 bulan.
PT. Bur A s
ASPEK
pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, baik itu dampak yang luas maupun sempit serta berdampak
positif maupun negatif. Sempit atau luasnya dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas pem-
bangunan akan sangat bergantung dari besar kecilnya serta jenis pembangunan atau usaha tersebut.
21
1. Dampak Positif
Masyarakat akan mendapatkan kontribusi dari pemilik usaha ternak, memperbaiki ekonomi
keluarga yang tinggal di dekat perusahaan pembibitan ayam kampung karena mengambil sebagian
masyarakat untuk dijadikan karyawan perusahaan. Akan adanya pergerakan ekonomi disekitar daerah
Dilihat dari segi pendidikan, dari sarana pendidikan akan terbantu dengan adanya usaha ini.
kemajuan mekanisasinya akan membuat sarana disana lebih memadai dari sebelumnya. Dengan
adanya perusahaan ini, pemerintah daerah akan melirik daerah disekitar perusahaan dari segala segi
termasuk pendidikan. Dari kualiafikasi perusahaan pun, strata pendidikan akan menentukan
bagaimana kita kedepan sehingga mendorong masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang
PT. Bur A s
ASPEK
2. Dampak Negatif
a. Polusi Udara
Bau
Bau yang tidak sedap ini berasal dari kandungan gas amonia yang tinggi yang terbentuk dari
penumpukan feses yang masih basah dalam kondisi anaerob. Gas amonia mempunyai pengaruh bu-
ruk terhadap manusia dan ternak, hal ini dapat di lihat pada Tabel 1.
Kadar ammonia
Gejala.pengaruh yang ditimbulkan pada manusia dan ternak
(ppm)
5 Kadar paling rendah yang tercium baunya
6 Mulai timbul iritasi pada mukosa mata dan saluran napas
11 Penurunan produktivitas ayam 22
25 Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 8 jam
35 Kadar maksimum yang dapat ditolerir selama 10 jam
40 Mulai menyebabkan sakit kepala, mual, hilang nafsu makan pada manusia
50 Penurunan drastis produktivitas ayam dan terjadi pembengkakkan Fabricious
Sumber: Setiawan (1996)
Debu
Kandungan debu di peternakan unggas pada umumnya meliputi partikel tanah, sisa pakan,
rambut dan bulu, kotoran kering, bakteri, dan jamur. Kandungan debu di peternakan unggas
umumnya berasal dari pakan sedangkan kandungan partikel tanah tersebut menentukan konsentrasi
debu. Rataan kadar debu pada peternakan unggas dewasa sekitar 2-5 mg/m3 (2.000-5.000 μg/m3), di-
mana pada kadar tersebut berkontribusi pada masalah pernafasan pada peternakan dan sekitarnya.
PT. Bur A s
ASPEK
Kondisi lingkungan (suhu udara, kelembaban udara, arah dan kecepatan angin, dan keting-
gian lokasi), kondisi kandang (bahan atap, sistem kandang) dan kondisi sekitar kandang (areal per-
tanian, keberadaan tanaman di sekitar kandang) dapat mempengaruhi kadar H 2S, NO2, dan debu di
sekitar peternakan yang merupakan suatu ancaman serius bagi kesehatan manusia.
rasal dari subordo Cyclorrapha ordo Diptera. Lalat ini dapat menimbulkan berbagai masalah seperti
mediator perpindahan penyakit dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat, mengganggu pekerja kan-
dang, menurunkan produksi, mencairkan feses atau kotoran ayam yang berakibat meningkatnya kadar
amonia dalam kandang. Lalat juga meresahkan masyarakat yang tinggal di pemukiman yang dekat
23
dengan peternakan sehingga menimbulkan protes warga. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
thomyxoviridae dari genus influenza. Pada manusia virus flu burung yang mempunyai tingkat
kemampu- an mematikannya tinggi atau High Pathogenic Avian influenza (HPAI) H5N1. Penyakit ini
diidentifikasi pertama kali di Itali lebih dari 100 tahun yang lalu.
Secara umum gejala manusia yang terinfeksi flu burung ialah demam tinggi, keluhan pernafa-
san dan perut, nyeri otot, sakit tenggorokan, batuk dan sesak nafas. Apabila dalam 7 hari terakhir kon-
tak kontak dengan unggas di peternakan terutama jika jika unggas tersebut sakit atau mati, dalam
perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis, bila tidak segera ditolong korban bisa
meninggal karena komplikasi (gagal nafas dan gangguan fungsi tubuh lainnya).
PT. Bur A s
ASPEK
penggunaan zeolit pada pakan, penambahan kapur pada kotoran dan penggunaan mikroba probiotik
starbio pada pakan. Penggunaan zeolit lebih dari 4% dalam pakan, memberikan kemungkinan yang
lebih besar dalam menurunkan pembentukan gas amonia, tetapi perlu diperhatikan efek samping dari
Penambahan kapur 1% dan 3% pada kotoran ayam dapat mengurangi gas amonia. Sedangkan
penggunaan mikroba starbio sebanyak 0,025%-0,05% pada pakan dapat menurunkan kadar amonia
24
dilingkungan kandang (Zainuddin et.al.,1994). Untuk menurunkan bau kotoran ayam dan mengurangi
Permasalahan bau juga dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah ternak berupa kotoran
ayam yang dapat diolah menjadi pupuk. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak ada dua macam yaitu
pupuk kandang segar dan pupuk yang telah membusuk. Pupuk kandang segar adalah kotoran yang
dikeluarkan oleh ternak sebagai sisa proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan
sedangkan pupuk kandang yang telah membusuk adalah pupuk kandang yang telah disimpan lama
sehingga telah mengalami proses pembusukan atau penguraian oleh jasad renik (mikroorganisme)
yang ada dalam permukaan tanah (Wibowo, 2010). Pupuk kandang sangat bermanfaat bagi para
petani karena memiki keunggulan: menambah zat atau unsur hara dalam tanah, mempertinggi
kandungan humus di dalam tanah, mampu memperbaiki struktur tanah, dan mendorong atau memacu
PT. Bur A s
ASPEK
biologis yaitu pemberantasan yang melibatkan makhluk lainnya yang merupakan predator lalat,
contohnya kumbang parasit, lebah. Cara biologis lainnya dengan menggunakan hormone serangga
sintesis yang dicampurkan ke dalam pakan ternak. Pemberantasan lalat secara kimiawi dengan
menggunakan berbagai macam racun serangga yang efektif dalam membunuh lalat. Secara elektrik
yaitu dengan menggunakan lampu neon yang memiliki daya tarik pandangan lalat, sehingga lalat
yang mendekati lampu akan tersetrum aliran listrik dan mati. Sedangkan secara teknis yaitu
Selain usaha tersebut di atas, keberadaan lalat juga dapat diatasi dengan memelihara kotoran 25
ayam agar tetap kering dan secara mekanik yaitu dengan biosekuriti yang meliputi manajemen
kebersihan (pembersihan dan disenfeksi kandang, terutama setelah panen) dan manajemen sampah
pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular Influenza pada unggas. Sehingga dapat
diambil tindakan secara dini bila dilaporkan adanya unggas yang mati akibat virus Avian Influenza (AI).
Selain usaha yang dilakukan oleh manusia, pencegahan juga dilakukan terhadap ayam broiler tersebut,
yaitu dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi tersebut dilakukan paling sedikit 3 kali setahun
PT. Bur A s
PENUTUP
KESIMPULAN
1) PT. Buras Sejahtera sudah memiliki pangsa pasar yang jelas di daerah Jawa Barat dan Banten
2) Berdasarkan analisis kriteria investasi, maka usaha yang akan dijalankan PT. Buras Sejahtera adalah
Layak
3) Berbagai solusi untuk permasalahan lingkungan sudah direncanakan untuk menghindari dampak
SARAN
Peternak dan masyarakat umum perlu diberikan pengarahan mengenai pedoman, pencegahan,
pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular Influenza pada unggas. Sehingga dapat
26
diambil tindakan secara dini bila dilaporkan adanya unggas yang mati akibat virus Avian Influenza (AI).
Selain usaha yang dilakukan oleh manusia, pencegahan juga dilakukan terhadap ayam broiler tersebut,
yaitu dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi tersebut dilakukan paling sedikit 3 kali setahun
PT. Bur A s
DAFTAR PUSTAKA
Ditjennak. 2016. Statistik Peternakan Indonesia. Direktorat Jenderal Peternakan.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.
Sartika, T dan S. Iskandar. 2007. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan
Pemanfaatannya. Balai Penelitian Ternak, Puslitbang Peternakan, Bogor.
kepadatan lalat dan bau kotoran ayam di peternakan desa Kali Balik Kecamatan
Limpung Kabupaten Batang.[Online]. Melalui: http://fkm.undip.ac.id (Diakses Pa- 27
da 15 Mei 2017).
Suryana, 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Edisi
Ketiga. Penerbit Salemba, Jakarta.
Wibowo, A,S. 2010. Pemanfaatan limbah peternakan untuk kesuburan tanah. [Online].
Melalui: http://facebook.com/topic.php?vid=90951128900&topic=10844 (Diakses
Pada 14 Mei 2017).
Zainuddin, D., K. Dwiyanto dan Suharto. 1994. Penggunaan probiotik starbio (mikroba
starter) dalam ransum ayam pedaging terhadap produktivitas, nilai, ekonomis
(IOFC) dan kadar amonia lingkungan kandang. Prosiding Pertemuan Nasional
Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian. Sub Balai Penelitian Ternak
Klepu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian hal.159-165. 1994.