DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
FORM USULAN
FORM PENJELASAN
I.
RINGKASAN PELAKSANAAN
II.
PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
POTENSI USAHA
NAMA USAHA
BIDANG USAHA
KEGIATAN USAHA
VISI DAN MISI
BADAN HUKUM USAHA
TINJAUAN HISTORIS DAN PROYEKSI PERKEMBANGAN USAHA
FASILITAS UMUM DAN KHUSUS
LINGKUNGAN KERJA
A. Letak Lokasi
B. Potensi Strategis Lokasi
C. Penggunaan Tanah Lokasi
10. SUMBER DAYA ALAM DAN SUMBER DAYA MANUSIA
IV. PEMASARAN
1. PRODUK YANG DIPASARKAN
2. AKTIVITAS TRANSAKSI
3. SITUASI PERMINTAAN
A. Permintaan Sekarang
B. Perkembangan Permintaan
C. Proyeksi Permintaan
4. SITUASI HARGA
A. Harga Sekarang
B. Perkembangan Harga
C. Proyeksi Harga
5. SITUASI PENAWARAN
A. Penawaran Sekarang
B. Perkembangan Penawaran
C. Proyeksi Penawaran
6. ANALISIS PASAR
A. Bentuk dan Struktur Pasar
B. Resume Pasar
C. Ruang Pasar
D. Pangsa Pasar
7. ANALISIS KOMPETISI
A. Bentuk dan Pola Kompetisi
B. Ruang Kompetisi dan Kompetitor
C. Tingkat Kompetisi
8. STRATEGI PEMASARAN
A. Target Konsumen dan Proyeksi Perluasan Pelanggan
B. Daerah Pemasaran dan Proyeksi Perluasan Distribusi
C. Sistem Pemasaran dan Modifikasi Transaksi
D. Harga Jual dan Mekanisme Pembayaran
E. Promosi
F. Sistem Distribusi
G. Penetrasi, Perluasan, dan Penguasaan Pasar
9. TARGET VOLUME PENJUALAN DAN PROYEKSI PENINGKATAN
PENJUALAN
V.
PRODUKSI
VI. KEUANGAN
VII. KEMITRAAN TERPADU
VIII.ANALISIS SOSIAL, KEMASYARAKATAN, DAN LINGKUNGAN
IX. MANAJEMEN RESIKO
X.
PENUTUP
PRODUKSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
JENIS PRODUK
PROSES PRODUKSI
BARANG MODAL
PEMBANGUNAN PABRIK
KAPASITAS PRODUKSI DAN UTILISASI KAPASITAS
RENCANA PRODUKSI
KEBUTUHAN BAHAN BAKU
KEBUTUHAN BAHAN KEMAS
BIAYA LISTRIK DAN BAHAN BAKAR
KEUANGAN
1. PEMBELANJAAN INVESTASI BARANG MODAL
2. SKEDUL PENARIKAN DANA INVESTASI BARANG MODAL DAN IDC
3. KEBUTUHAN MODAL KERJA
4. BIAYA OPERASIONAL
5. PROYEKSI LAPORAN KEUANGAN
A.
PROYEKSI RUGI-LABA
B.
C.
PROYEKSI NERACA
D.
RASIO KEUANGAN
E.
PAJAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
EXECUTIVE SUMMARY
Permintaan daging sapi di Indonesia pada umumnya dan di Sulawesi Selatan pada
khususnya terutama di Kota Palopo dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang
signifikan. Selama periode 2001-2006 di Kota Palopo, kebutuhan daging sapi meningkat
rata-rata .../tahun. Bahkan pada dua tahun terakhir permintaan meningkat lebih dari ...
%/tahun. Pada tahun 2005 permintaan daging sapi mencapai ... . Sementara itu, penawaran
yang khusus berasal dari kota palopo sendiri jauh berbeda dengan jumlah permintaannya.
Untuk kota palopo penawarannya hanya sebesar ..., sedangkan untuk Sulawesi Selatan
penawarannya hanya sebesar ...., sisanya ... harus didatangkan dari ..., ..., ..., dari daerah
lainnya. Berdasarkan studi yang telah dilakukan dari berbagai sumber baik dari
masyarakat, pemerintah, BUMN, Swasta maupun institusi pendidikan, diperkirakan bahwa
dalam 5 tahun mendatang laju permintaan daging sapi jauh lebih tinggi hingga 3 kali lipat
dari situasi penawaran sebelumnya. Pada tahun 2007 saja terjadi kekurangan pasokan
sebesar ...% sedangkan pada tahun 2011 nanti kekurangan tersebut akan mencapai ...%.
Belum lagi jika terjadi berbagai kendala yang mempengaruhi proses produksi dan
distribusi di daerah asal produk sehingga mengancam keberlanjutan pasokan ke daerah
Sulawesi Selatan pada umumnya dan kota palopo pada khususnya.
Untuk memenuhi permintaan yang sangat besar tersebut sekaligus memanfaatkan
potensi SDA dan SDM di kota palopo, maka CV. Takkalala Jaya merencanakan untuk
membangun sub-divisi penggemukan sapi potong di bawah divisi peternakan sapi terpadu
SAWE Farm di Kota Palopo dengan kapasitas produksi sebesar ... . Bakalan sapi potong
awalnya akan dibeli dari peternak plasma di luar kota palopo yang jaraknya tidak lebih dari
radius 100 km dari kota palopo. Setelah 2 periode, bakalan sapi potong akan diproduksi
sendiri. Lokasi peternakan akan dibangun di Jl. Cengkeh (ujung sebelah barat) Kel.
Temmalebba, Kec. Bara, Kota Palopo. Pengangkutan ternak dari atau ke lokasi peternakan
akan menggunakan mobil perusahaan.
Dana yang dibutuhkan untuk membangun proyek ini adalah sebesar Rp. .... .
Pendanaannya berasal dari modal sendiri sebesar Rp. ... (...%) dan pinjaman bank
sebesar ... (...%). Plafon modal kerja yang dibutuhkan adalah sekitar Rp. ... /tahun atau
sebesar Rp. ... selama lima tahun yang kesemuanya dibelanjai menggunakan pinjaman
bank. Tingkat bunga pinjaman jangka panjang adalah sebesar ..%/tahun dan jangka pendek
adalah sebesar ..%/tahun. Biaya provisi bank sebesar 2%. Sementara itu, biaya modal
sendiri diperkirakan sekitar ..%/tahun.
PENDAHULUAN
1. Potensi Usaha
Dalam upaya mewujudkan negara yang maju, mandiri serta masyarakat adil dan
makmur, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan dan sekaligus peluang
memasuki millenium ke-3 yang dicirikan oleh proses transformasi global yang
bertumpu pada perdagangan bebas dan kemajuan IPTEK. Sementara itu, di sisi lain
tantangan yang paling fundamental adalah bagaimana untuk keluar dari krisis ekonomi
yang menghantam bangsa Indonesia sejak tahun 1997 dan mempersiapkan
perekonomian nasional dalam memimpin percaturan global abad 21. Dalam rangka,
menjawab tantangan dan pemanfaatan peluang tersebut, diperlukan peningkatan
efisiensi ekonomi, pengembangan teknologi, produktivitas tenaga kerja dalam
peningkatan kontribusi yang signifikan dari setiap sektor pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang berdampak langsung pada peningkatan
pendapatan perkapita penduduk telah menyebabkan meningkatnya permintaan
konsumsi daging, termasuk daging sapi. Hal ini tampak jelas dari pertumbuhan jumlah
sapi yang dipotong maupun daging sapi yang dikonsumsi secara nasional beberapa
tahun terakhir.
Sementara pada sisi lain pertumbuhan populasi sapi dalam negeri tidak mampu
mengimbangi pertumbuhan jumlah pemotongan. Sehingga berakibat adanya kelebihan
permintaan di bandingkan penyediaan.
Dalam rangka menanggulangi masalah tersebut, telah ditempuh upaya untuk
mencukupi kebutuhan sapi dan daging sapi dengan cara lain mengimpor baik dalam
bentuk sapi, sapi potong, daging sapi maupun semen untuk IB. Diantara yang banyak
diimpor tersebut adalah impor sapi potong.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas daging sapi potong di dalam Negeri,
baik yang berasal dari sapi potong impor maupun sapi potong lokal, telah banyak
berkembang akhir-akhir ini berbagai usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan
oleh para feedlotters ataupun para peternak kecil di Indonesia. Bagi peternak kecil,
yang kebanyakan adalah petani di desa-desa, usaha penggemukan sapi ini merupakan
alternatif yang bisa di lakukan untuk menambah pendapatan keluarga. Dengan
penggemukan selama 2 sampai 6 bulan, akan dapat di peroleh hasil berupa nilai tambah
berat badan sapi potong dengan kualitas dagingnya yang lebih baik.
Kegiatan penggemukan sapi ini bisa di lakukan oleh sejumlah peternak kecil secara
bersama-sama di dalam koordinasi KUD dengan mengadakan kerjasama kemitraan
secara terpadu dengan Pengusaha Peternakan Besar (Feedlotters) yang memiliki
kegiatan impor sapi bakalan atau pedangang sapi lokal dan pemasaran sapi hasil
penggemukan yang dilakukannya. Untuk itu sebagai anggota KUD mereka
bekerjasama dengan Perusahaan Penternakan Besar menggunakan kredit perbankan
untuk modal investasi dan modal kerjanya dalam suatu Proyek Kemitraan Terpadu
(PKT) Penggemukan Sapi.
Dengan makin berkembangnya jumlah kegiatan penggemukan sapi yang dilakukan
oleh para peternak kecil dalam Proyek Kemitraan Terpadu ini, maka makin banyak
pula akhir-akhir ini permintaan kredit yang di ajukan kepada perbankan untuk
keperluan usaha penggemukan sapi. Kredit yang dimintakan adalah KUK atau KKPA
yang memiliki tingkat bunga relatif murah. Salah satu model kelayakan PKT ialah PKT
Penggemukan Sapi, untuk dipergunakan sebagai bahan acuan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, khususnya pihak perbankan di dalam mengadakan evaluasi terhadap
adanya permintaan kredit sejenis sehingga dapat menunjang pengembangan usaha
dalam subsektor peternakan.
Bidang peternakan yang didefinisikan sebagai sektor perikanan, pariwisata bahari,
pertambangan laut, industri maritim, perhubungan laut, bangunan kelautan, dan jasa
kelautan, merupakan andalan dalam menjawab tantangan dan peluang tersebut.
Pernyataan tersebut didasari bahwa potensi sumberdaya peternakan yang besar yaitu
sekitar 75% luas wilayah daratan Indonesia adalah lahan pertanian dan selama ini telah
memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Sumbangan yang sangat berarti dari sumberdaya peternakan tersebut, antara lain
berupa penyediaan bahan kebutuhan dasar, peningkatan pendapatan masyarakat,
kesempatan kerja, perolehan devisa dan pembangunan daerah.
Dengan potensi areal pertanian yang sangat luas dengan berbagai sumberdaya alam
lainnya serta ditunjang oleh sumberdaya manusia yang dimiliki, maka eternakan
sesungguhnya
memiliki
keunggulan
komparatif,
keunggulan
kooperatif
dan
Berdasarkan kebutuhan daging sapi pada tahun 1995 dan peningkatan konsumsi
daging rata-rata maka kebutuhan daging sapi ditahun-tahun mendatang dapat ditunjukkan
dalam grafik berikut.
memiliki
posisi
strategis,
antar
benua
yang
menghubungkan
seperti:
Perdagangan,
Perikanan
tangkap,
Perikanan
Budidaya,
Pertambangan, Transportasi laut, dan Pariwisata bahari. Potensi penduduk yang berada
menyebar di pulau-pulau merupakan aset yang strategis untuk peningkatan aktivitas
ekonomi antar pulau sekaligus pertahanan keamanan negara.
2. Nama Usaha
Nama usaha adalah Penggemukan Sapi Potong SAWE Farm, salah satu divisi dari
CV. Takkala Jaya yang berkedudukan di Jln. Benteng Raya III No. 13 Kota Palopo.
3. Bidang Usaha
Penggemukan Sapi Potong SAWE Farm merupakan diversifikasi dan perluasan
bidang usaha dari CV. Takkalala Jaya Kota Palopo. SAWE Farm utamanya bergerak di
bidang peternakan, kemudian disusul pertanian, perdagangan, dan perindustrian. CV.
Takkalala Jaya bergerak di 12 bidang usaha antara lain .....
4. Kegiatan Usaha
Kegiatan usahanya adalah menggemukkan pedet sapi bali, sapi donggala, dan sapi
madura dengan memanfaatkan SDA dan SDM sehingga menjadi sapi yang siap
dipasarkan. Pemasaran sapi potong akan langsung dikelola oleh SAWE Farm bekerja
sama dengan Rumah / Tempat Pemotongan Hewan se-Kota Palopo sehingga efisien
dalam hal pendistribusian.
5. Maksud dan Tujuan
Model kelayakan PKT penggemukan sapi potong yang khusus di buat untuk
pegembangan sub-divisi ini bertujuan untuk :
1. Dapat di pergunakan oleh Bank di dalam mempertimbang pemberianKUK dalam
rangka mendorong pengembangan usaha kecil penggemukan sapi potong pada
khususnya dan usaha kecil sejenis pada umumnya dengan menggunakan PKT;
2. Dipergunakan sebagai pedoman bagi Pengusaha Kecil Peternakan di dalam
mendapatkan bantuan kredit perbankan yang mampu untuk mengembangakan
usahanya secara mantap dan berkelanjutan, seada meningkatkan pendapatan.
3. Mendorong pengembangan usaha kecil peternakan penggemukan sapi sehingga
mampu meningkatkan produksi sapi potong dalam rangka memenuhi kebutuhan
merupakan pasar yang sangat antara lain luas wilayah, pendapatan daerah,
pendapatan masyarakat, daya beli masyarakat, posisi, populasi penduduk, sejarah,
budaya, informasi, politik, pendidikan, pemerintahan
Secara astronomis, Kota Palopo terletak di ... BB sampai ... BT dan ... LU
sampai ... LS dengan peta lokasi sebagai berikut :
Lokasi pertama berdasarkan aspek geopolitis sangat cocok digunakan
sebagai lahan tanam pakan dan peternakan oleh karena beberapa pertimbangan
yaitu :
1. Merupakan Areal pertanian
2. Jl. Cengkeh terletak di jalan Trans-Sulawesi dimana akses transportasi ke arah
utara Pulau Sulawesi sangat lancar.
3. Letaknya yang strategis (Trans-Sulawesi) menyebabkan kemudahan dalam hal
promosi secara mulut ke mulut (mouth to mouth)
4. Fasilitas di lokasi menunjang yaitu ada jalan kerikil sebagai persiapan jalan
raya yang melewati lokasi.
5. Ada sungai produktif yang melewati lokasi
6. Instalasi listrik terdekat hanya berjarak 30 meter dan pertamina terdekat hanya
berjarak 2 km.
7.
Lokasi kedua berdasarkan aspek geopolitis sangat cocok digunakan sebagai
lokasi pabrik oleh karena beberapa pertimbangan yaitu :
1. Produk yang akan dihasilkan merupakan produk weight gaining yang artinya
bahwa terjadi penambahan berat pada produk setelah melalui proses
pengolahan dari berbagai macam bahan baku menjadi suatu produk sehingga
akan lebih efisien jika lokasi pabrik berdekatan dengan tempat pemasaran.
2. Jl. Benteng Raya III terletak di jalan Trans-Sulawesi dimana akses transportasi
ke arah selatan Pulau Sulawesi sangat lancar.
3. Letaknya yang strategis (Trans-Sulawesi) memberikan keuntungan dalam hal
promosi (mulut ke mulut)
4.
Lokasi ketiga berdasarkan aspek goepolitis
C. Penggunaan tanah lokasi
12. Sumber Daya Alam
Direktur Utama
Direktur Divisi IX
Manajer Pemasaran
Manajer Produksi
Manajer Keuangan
Manajer Personalia
Unit Kesehatan
Unit Veteriner
Unit Pendanaan
Drs. Burhanuddin
......SH.
..... SE.
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha ini tidak memerlukan
kualifikasi yang terlalu tinggi. Program pelatihan yang masih dibutuhkan terutama
menyangkut peningkatan kesadaran dalam hal kebersihan, kualitas dan sistem
pengolahan serta pendistribusian produk. Untuk menjaga konsistensi kualitas produk,
pabrik akan dilengkapi dengan laboratorium pengujian mutu. Manajer produksi dan
supervisor serta jajaran di bawahnya bersama-sama akan mengatur dan mengontrol
kebersihan pabrik dan produk yang dihasilkan. Tenaga kerja akan diambil terutama dari
desa sekitar pabrik sehingga perusahaan tidak perlu menyediakan fasilitas perumahan
bagi karyawan.
5. Upah dan Jam Kerja
6. Sumber Daya Manusia
7. Kesehatan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja
PEMASARAN
2. Produk yang Dipasarkan
Sapi potong terdiri dari pakan ruminansia dan pakan konsentrat. Kedua jenis
produk tersebut untuk ternak pengerat seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, dan domba.
Dalam produksinya, kualitas dari segi nutrisi, daya tarik bagi ternak, dan higienitas
akan menjadi prioritas utama. Juga akan dilakukan pengawasan mutu mulai dari
pengumpulan bahan baku, pengolahan, pengemasan, hingga pendistribusian.
Pakan ruminansia merupakan bahan pakan dasar/harian sebagai pengganti
rumput biasa. Pakan ruminansia diformulasikan sesuai kebutuhan nutrisi ternak dan
dilengkapi dengan berbagai zat gizi yang kompleks sehingga kandungan gizinya jauh
lebih baik dari rumput biasa. Selain kelebihan diatas, juga ditambahkan zat perasa dan
penguat rasa ke dalam pakan sehingga ternak akan tertarik mengkonsumsinya. Proses
pengolahannya melalui beberapa tahap meliputi penyucian, penggilingan, pelayuan,
fermentasi, formulasi, pencampuran, pengeringan, pencetakan, dan pengemasan (bagan
xx) sehingga nilai gizinya bertambah, mudah dicerna dan higienis.
Pakan konsentrat merupakan pakan perangsang dan penguat yang formulasinya
mengandung komposisi yang lebih beragam dan konsentrasi yang lebih tinggi dari
produk sebelumnya sehingga dapat memacu dan meningkatkan produksi daging, susu,
dan pedet. Proses pengolahannya juga melalui beberapa tahap mulai dari penyucian,
penggilingan, formulasi, pencampuran, dan pengemasan (bagan xx) sehingga disukai
oleh ternak, mudah dicerna, dan higienis.
Kedua jenis produk akan dikemas dalam bentuk karung agar mudah disusun
dan menghemat tempat penyimpanan. Bahan pengemas untuk produk sejenis yang
lazim digunakan adalah karung karena sifatnya yang kuat dan tahan lama. Namun di
sini, ditambahkan plastik di lapisan dalamnya. Pengemasan 2 lapis tersebut
dimaksudkan agar tidak terjadi kontaminasi baik secara biologis, fisik, maupun
kimiawi pada produk sehingga kualitas tetap terjaga dan bertahan lama. Pakan
ruminansia dapat bertahan di tempat penyimpanan hingga 6 bulan, sedangkan pakan
konsentrat bertahan lebih lama hingga 2 tahun.
Masing-masing produk akan dikemas dengan satuan karung besar 45 kg,
karung sedang 30 kg, dan karung kecil 15 kg dengan pertimbangan banyak pilihan,
mudah dibeli, dan mudah dibawa oleh konsumen. Porsi produksi untuk Karung besar
30%, karung sedang 50%, dan karung kecil 20%. Karung besar diprioritaskan untuk
peternak skala besar dan menengah, sedangkan karung sedang dan kecil diprioritaskan
untuk peternak skala kecil dan petani/peternak plasma.
Sebagian besar bahan baku akan dipasok dari supliernya di Kota Palopo,
sedangkan sisanya akan dipasok dari Makassar. Mesin-mesin pengolahan bahan baku
akan dipesan dari Makassar. Bahan dan alat pengemas semuanya juga akan dipasok
dari supliernya di Makassar.
Kebijakan harga jual ke konsumen diprogramkan sedemikian rupa sehingga
harganya 10-20% lebih murah daripada produk sejenis lainnya. Selain itu ditempuh
kebijakan kuantitas yaitu netto produk apabila dibeli perkarung akan lebih banyak 2030% dari harga yang seharusnya dibayarkan oleh konsumen.
3. Situasi Permintaan (lokal/wilayah/nasional)
A. Permintaan Sekarang
Permintaan berbagai jenis pakan ternak selama tahun 2007 untuk pasar
lokal diperlihatkan pada tabel berikut :
B. Perkembangan Permintaan
Kebutuhan terhadap pakan ternak pengerat dari tahun ke tahun semakin meningkat
seiring dengan menurunnya areal pertanian tempat merumput bagi ternak. Di
daerah-daerah sentra peternakan, permintaan terhadap pakan ternak di dorong pula
oleh keinginan peternak untuk menggunakan pakan olahan setelah melihat hasil
yang di capai oleh Australia dan New Zealand. Dengan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap manfaat pakan ternak dan potensi peternakan, maka
kebutuhan terhadap pakan ternak semakin meningkat pula. Saat ini, peternak di
daerah sentra-sentra peternakan sudah sangat tergantung pada produk pakan ternak
olahan. Pada tabel x.xx tampak bahwa selama periode 2001-2006, penjualan
C. Proyeksi Permintaan
Berdasarkan data tabel xx, maka rata-rata hitung laju pertumbuhan penjualan
adalah ...%/tahun, sedangkan rata-rata ukur adalah sebesar ...%. Proyeksi
pemintaan produk untuk tahun 2008-20013 dengan menggunakan laju pertumbuhan
...% adalah seperti pada tabel xx. Perhitungan rata-rata ukur adalah sebagai
berikut :
Sxxxx (1+r)5
1x xxxx (1+r)5 =
Sxxxx
2 x xxxx
(1+r)5
xxxx
(1+r)
xxxx1/5
xxxx
dengan Sxxxx
Sxxxx
4. Aktivitas Eksport-Import
A. Eksport
Ekspor produk pakan ternak dari Sulawesi Selatan ke negara tetangga belum
tercatat dengan jelas. Dari data produksi perusahaan yang ada dan penjualannya di
Sulawesi Selatan, dapat diketahui bahwa tidak ada
B. Import
5. Situasi Harga
A. Harga Sekarang
Berdasarkan survey lapangan yang telah dilakukan oleh Tim SAWE Farm,
harga pasaran pakan ternak ruminansia olahan di Kota Palopo, Kab. Luwu, Kab.
Luwu Utara, Kab. Luwu Timur, dan Kab. Tana Toraja tidak teridentifikasi. Ini
disebabkan karena tidak adanya produk sejenis dari perusahaan lain baik dari
Provinsi Sulawesi Selatan sendiri maupun dari luar provinsi yang memasarkan
produknya di daerah-daerah tersebut. Padahal diketahui bersama bahwa jumlah
peternakan baik skala besar, menengah, kecil, maupun plasma yang tersebar di
seluruh daerah-daerah tersebut mencapai ratusan jumlahnya dengan total populasi
ternak mencapai ribuan. Sedangkan harga pasaran rumput biasa berkisar antara
Rp.30.000 - 40.000/karung. Walaupun terjadi perbedaan harga di beberapa daerah
yang telah disebutkan sebelumnya, namun perbedaan harga tersebut tidak terlalu
mencolok yaitu berkisar antara Rp. 3.000-7.000/karung
Harga pasaran
Terjadi perbedaan jumlah pada data yang ditampilkan oleh setiap instansi
kemungkinan disebabkan oleh ketidakmampuan tim surveyor mencapai daerahdaerah yang jauh dan sulit sehingga... .di proposal ini tetap di
B. Perkembangan Harga
C. Proyeksi Harga
6. Situasi Penawaran
A. Penawaran Sekarang
B. Perkembangan Penawaran
C. Proyeksi Penawaran
7. Analisis Pasar
A. Bentuk dan Struktur Pasar
Pasar pendidikan, pasar pemerintahan, pasar institusi/lembaga non pemerintahan,
pasar rakyat, pasar kesehatan
B. Resume Pasar
C. Ruang Pasar
D. Pangsa Pasar
8. Analisis Kompetisi
A. Bentuk dan Pola Kompetisi
B. Ruang Kompetisi
C. Tingkat Kompetisi
9. Strategi Pemasaran
A. Target Konsumen dan Proyeksi Perluasannya
Jenis konsumen yang akan menjadi terget adalah peternak skala besar, skala
menengah, skala kecil, dan peternak plasma.Berdasarkan prioritasnya, 70 % produk
akan dialokasikan untuk peternak skala kecil dan peternak plasma, sedangkan
sisanya 30 % akan dialokasikan untuk peternak skala besar dan skala menengah.
Strategi tersebut ditempuh dengan berbagai pertimbangan antara lain :
1. Jumlah peternakan skala kecil dan plasma 10 kali lebih banyak dari jumlah
peternakan skala besar dan menengah.
2. Total jumlah populasi ternak di seluruh peternakan skala kecil dan plasma 7 kali
lebih banyak dari total jumlah populasi ternak di seluruh peternakan skala besar
dan menengah
3.
B. Daerah Pemasaran dan Proyeksi Perluasannya
C. Sistem Pemasaran dan Modifikasinya
Pola pemasaran yang akan digunakan antara lain sistem penjualan langsung, sistem
keagenan, door to door, Company to Goverment
D. Harga Jual dan Sistem Pembayaran
Harga jual produk untuk kemasan karung besar 45 kg
E. Promosi
Kegiatan promosi akan dilakukan berdasarkan katagori media, metode, Jenis
Informasi, populasi, jenis pasar, trend. Berdasarkan media, promosi yang akan
dilakukan antara lain melalui leafleat, Brosur, Spanduk, left, Surat kabar, Majalah,
stasiun radio, Stasiun Televisi. Berdasarkan metode, promosi yang akan dilakukan
antara lain melalui Launching Produk, Sponsor Organizer, Time series promo,
F. Sistem Distribusi
G. Kebijakan Perluasan
10. Target Volume Penjualan dan Proyeksi Peningkatan Penjualan
PRODUKSI
1. Produk dan Proses Produksi
Proses produksi pakan ternak melalui beberapa tahap seperti pada bagan x.xx. Bahan
baku utama yaitu rumput gajah terlebih dahulu dikumpulkan kemudian di bersihkan
lalu di giling menggunakan Mesin Copper. Setelah itu, hasil gilingan di layukan dengan
cara di jemur di bawah sinar matahari selama sehari. Setelah dilayukan, hasil gilingan
kemudian dimasukkan ke dalam drum fermentasi dan dibiarkan selama xx hari. Setelah
bahan telah cukup masa fermentasinya, bahan dikeluarkan lalu diangin-anginkan
selama 30 menit kemidian dimasukkan ke dalam mesin mixer untuk tahap formulasi.
Ke dalam mesin mixer dimasukkan bahan-bahan tambahan seperti ..................
2. Barang Modal
Barang Modal (harta tetap) yang dibutuhkan tercantum pada tabel x.xx. Kebutuhan
barang modal meliputi tanah, bangunan, mesin, instalasi, peralatan peternakan,
kendaraan, dan furniture. Peternakan akan didirikan di atas areal seluas ... . Total dana
investasi untuk harta tetap tersebut adalah sebesar Rp. ....... . Kebutuhan barang modal
tersebut dapat diperoleh di pasar lokal, kecuali beberapa bahan baku produk, bahan
pengemas, beberapa mesin dan peralatan penunjang produksi lainnya. Sementara itu,
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk perizinan, studi kelayakan usaha, studi analisis
dampak lingkungan (AMDAL), dan persiapan proyek adalah Rp. ..... . (tabel x.xx)
3. Kapasitas Produksi dan Utilisasi Kapasitas
4. Skedul Pembangunan Pabrik
5. Rencana Produksi
6. Kebutuhan Bahan Baku
7. Kebutuhan Bahan Kemas
8. Biaya Listrik dan Bahan Bakar
9. Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung
10. Biaya Overhead
KEUANGAN
9. Pembelanjaan Investasi Barang Modal
10. Skedul Penarikan Dana Investasi Barang Modal dan IDC
11. Kebutuhan Modal Kerja
12. Biaya Operasional
13. Proyeksi Laporan Keuangan
A. Proyeksi Rugi-Laba
B. Proyeksi Arus Kas
C. Proyeksi Neraca
D. Rasio Keuangan
E. Pajak
14. Break Even Sales/Point
15. Kelayakan Proyek
16. Analisis Sensitivitas
17.
KEMITRAAN TERPADU
Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu yang
melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan bank sebagai
pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan dalam nota kesepakatan.
Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan
keterkaitan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara inti dan plasma, serta
membantu bank dalam meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien.
yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional
menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil,
akan semakin besar pula honor yang diterimanya.
4. Bank
Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani
Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat
kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau
perbaikan kebun.
Disamping
mengadakan
pengamatan
terhadap
kelayakan
aspek-aspek
Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA kepada
petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling Agent, dan
pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah
pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra.
b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya
mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi
perusahaan perkebunan/pengolahan/eksportir.
Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma dilakukan
dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah pembinaan teknis
budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak
Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi.
Penyiapan Proyek
Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses
kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari
bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal
usaha plasma, perintisannya dimulai dari :
A. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan
pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau lahan kebun/usahanya sudah ada
tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus
menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha.
Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui pertemuan anggota
kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan
kecil,
dan
dapat
membantu
memberikan
pembinaan
teknik
Mekanisme Proyek
Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :
Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis.
Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan
(Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masingmasing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota
kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari
rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam
bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak
akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi
pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma
melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang
telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan
plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya
dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.
Perjanjian Kerjasama
Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu surat
perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama
berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan
kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang
menjalin kerja sama kemitraan itu. Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut
kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti ) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain
sebagai berikut :
1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti)
a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan hasil
b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana produksi (bibit,
pupuk dan obat-obatan), penanaman serta pemeliharaan kebun/usaha;
c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen untuk
mencapai mutu yang tinggi;
d. Melakukan pembelian produksi petani plasma;
e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit bank (KKPA)
dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian kredit bank
untuk petani plasma.
2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma
a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;
b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang lahan
usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami;
c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca-panen untuk
mencapai mutu hasil yang diharapkan;
d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang disediakan dalam
rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit;
e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya oleh pihak Dinas
Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak termasuk di dalam rencana waktu
mengajukan permintaan kredit;
f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan sesuai petunjuk
Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Mitra
g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk sesuai
kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah kewajiban
petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya.
EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, DAN KEMASYARAKATAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
KESIMPULAN