DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD MUJIBURRAKHMAN
NIM. 16510139001
Menyetujui/Mengesahkan:
Moh. Khairudin, M.T., Ph.D. Dr. -Ing. Satoto E. Nayono, M.Eng., M.Sc.
NIP. 19790412 200212 1 002 NIP. 19750508 199903 1 001
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat dan rida-
Nya laporan ini dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu syarat kelulusan mata
kuliah Praktik Industri. Laporan ini dapat diselesaikan dengan tidak terlepas dari
bantuan dan kerjasama berbagai pihak, untuk itu praktikan mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Orangtua praktikan yang selalu memberikan semangat dan doa kepada
praktikan.
2. Bapak Ikhwanuddin S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing praktikan.
3. Bapak Dr. -Ing. Satoto E. Nayono, M. Eng., M.Sc. selaku Koordinator Praktik
Industri Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan.
4. Bapak Rizchi Zanuar selaku Kepala Seksi Keuangan dan Administrasi industri
yang telah mengizinkan praktikan untuk melaksanakan kegiatan Praktik
Industri.
5. Bapak Yudha Eka selaku Kepala Seksi Komersial Engineering industri yang
menjadi Pembimbing Industri praktikan.
6. Bapak Gustiar Riyanto selaku Quantitiy Surveyor industri yang telah
mengajarkan tentang perhitungan kebutuhan baja tulangan balok kepada
praktikan.
Laporan ini disusun sebagai sebuah informasi tentang wawasan, pengetahuan,
dan pengalaman kerja ketekniksipilan praktikan dari kegiatan Praktik Industri yang
diharapkan di waktu depan akan memberikan manfaat bagi praktikan dan individu-
individu lain.
Praktikan,
Muhammad Mujiburrakhman
NIM. 16510139001
i
ii
DAFTAR ISI
ii
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
iv
iv
v
v
vi
DAFTAR TABEL
vi
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Alasan Pemilihan Tempat Praktik Industri
Mardliyyah Islamic Center Univeristas Gadjah Mada (MIC UGM) adalah
gedung yang sedang berada pada tahap konstruksi yang terdiri dari dua bagian
bangunan utama yakni Masjid Mardliyyah dan Islamic Center. Masjid
Mardliyyah terdiri dari dua lantai dan Islamic Center terdiri dari tujuh lantai.
Seluruh rangka struktur bangunan MIC UGM adalah beton bertulang dengan
rangka atap baja. Selain karena lokasi Proyek Pembangunan MIC UGM yang
berdekatan dengan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (FT UNY),
hal-hal yang dijelaskan tersebut juga dapat membuat proyek ini cocok untuk
dijadikan sebagai tempat Praktik Industri (PI) untuk mahasiswa Program Studi
D3 Teknik Sipil FT UNY.
1
2
2. Tujuan Khusus
Setelah pelaksanaan kegiatan PI di Proyek Pembangunan MIC UGM,
mahasiswa diharapkan dapat:
a. Mengerti dan mampu menjelaskan tentang perencanaan pembangunan
terkait gambar pelaksanaan, estimasi biaya, serta Rencana Kerja dan Syarat
(RKS) baik yang bersifat umum, administrasi, dan teknis.
b. Mengerti dan mampu menjelaskan tentang pelaksanaan pembangunan
terkait pekerjaan strukutur yang berupa pengukuran, pondasi, sloof, kolom,
balok, dan pelat.
c. Mengerti dan mampu menjelaskan tentang manajemen proyek terkait
struktur organisasi, pemilihan dan penempatan staf, tata kelola komponen
pendukung pelaksanaan, kendali mutu komponen, kendali informasi,
komando dan pembukuan, koordinasi dan pertanggung-jawaban, serta
pemesanan dan penyimpanan bahan.
d. Mengerti dan mampu menjelaskan tentang industri konstruksi terkait
pekerjaan penyiapan bahan, pembuatan komponen produk, perakitan
komponen, kendali mutu produk, distribusi dan transportasi, serta business
plan produk.
2
3
3
BAB II
PROFIL INDUSTRI
A. Manajemen Industri
1. Profil Perusahaan
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang dibentuk dari proses nasionalisasi Belanda bernama Naamloze
Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co. atau
NV Vis en Co. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal
11 Maret 1960, NV Vis en Co dinasionalisasikan menjadi Perusahaan Negara
Bangunan Widjaja Karja. Kegiatan usaha WIKA ketika itu adalah pekerjaan
instalasi listrik dan pipa air. Pada awal dasawarsa 1960-an, WIKA turut
berperan serta dalam proyek pembangunan Gelanggang Olah Raga Bung Karno
dalam rangka penyelenggaraan Games of the New Emerging Forces (GANEFO)
dan Asian Games ke-4 di Jakarta (WIKA, 2010).
Seiring berjalannya waktu, berbagai tahap pengembangan kerap kali
dilakukan untuk terus tumbuh serta menjadi bagian dari pengabdian WIKA bagi
perkembangan bangsa melalui jasa-jasa konstruksi yang tersebar di berbagai
penjuru negeri. Perkembangan signifikan pertama adalah di tahun 1972, dimana
ketika itu nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja berubah menjadi
PT Wijaya Karya. WIKA kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor
konstruksi dengan menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan
jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur (WIKA, 2010). Adapun
profil singkat mengenai WIKA adalah sebagai berikut:
4
5
5
6
2. Profil Proyek
Proyek pembangunan MIC UGM adalah kegiatan pengembangan
infrastruktur dan fungsi dari Masjid Mardliyyah UGM yang pertema kali
dibangun pada tahun 1968. Pembangunan tersebut dilakukan karena masjid
Mardliyyah sudah tidak mampu lagi menampung perkembangan aktifitas
jamaah. Pengembangan tersebut bertujuan untuk menjadikan Masjid
Mardliyyah sebagai masjid kontemporer di daerah urban, multi fungsi, pusat
kajian, dan sumber ekonomi untuk kemakmuran masyakarat. Untuk itu, MIC
UGM nantinya akan menyediakan sarana pengembangan bernuansa islami
seperti manajemen hotel, pariwisata, rumah makan, dan pusat kajian reiligi
Islam yang dilengkapi dengan wisma dan parkir besement (Renbang, 2018).
6
7
Lokasi U
b. Data Teknis
Data-data teknis dari proyek pembangunan MIC UGM adalah sebagai
berikut:
1) Luas Lahan : 3590 m2
2) Luas Bangunan : 14050 m2
3) Jumlah Lantai : 2 lantai untuk Masjid Mardliyyah
dan 7 lantai untuk Islamic Center.
4) Jenis Struktur Utama : Rangka struktur bangunan beton
bertulang dan rangka atap baja
7
8
Uraian tugas dan tanggung jawab dari setiap seksi dalam struktur organisasi
pada Gambar 3 adalah sebagai berikut:
1) Manajer Proyek
- Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek dari awal hingga
selesai.
- Merencanakan kegiatan, tugas dan hasil akhir, pemecahan masalah
pekerjaan, penjadwalan, dan pengadaan anggaran.
- Mengorganisasikan, memilih, dan menempatkan staf dalam tim proyek.
- Mengorganisasikan dan mangalokasikan sumber daya.
- Mengontrol operasional proyek.
- Mengidentifasi masalah-masalah teknis.
- Menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proyek.
- Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan di proyek.
- Melakukan koordinasi dengan tim WIKA dan UGM sebagai konsultan
pengawas.
- Membuat laporan kemajuan pekerjaan dalam bentuk lisan dan tertulis
kepada UGM.
2) Deputi Manajer Proyek
- Mengambil keputusan yang bekenaan dengan proyek atas persetujuan
Manajer Proyek.
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
B. Jenis Pekerjaan
Ketika praktikan melaksanakan kegiatan PI, jenis pekerjaan yang sedang
dikerjakan adalah pekerjaan struktur. Lingkup pekerjaan struktur tersebut
adalah pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi dangkal, dan pekerjaan beton
struktur.
1. Pekerjaan Tanah
Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk ke dalam pekarjaan tanah adalah galian
tanah, pemasangan turap penahan tanah galian, pembuatan lantai kerja, dan
penimbunan.
14
15
C. Proses Produksi
Proses produksi struktur bangunan di Proyek Pembangunan MIC UGM
dilakukan sesuai dengan RKS Pekerjaan Struktur (2018), shop drawing, dan
metode kerja yang selalu menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Dalam
pelaksanaan pekerjaan struktrur, kontraktor pelaksana diharuskan untuk
menyediakan semua perlengkapan kerja, tenaga kerja ahli yang cukup, dan
menyediakan bahan-bahan serta melaksanakan semua pekerjaan struktur sesuai
dengan perencanaan. Setiap pekerjaan yang telah selesai harus mendapatkan
persetujuan dari UGM selaku konsultan pengawas. Jika ditemukan
ketidaksesuaian dari hasil pekerjaan dan tidak mendapatkan persetujuan, maka
mengakibatkan hasil pekerjaan tersebut harus dibongkar dan dikerjakan
kembali. Proses produksi yang sedang berjalan tidak boleh menganggu
lingkungan sekitar seperti masyarakat dan sarana prasarana.
1. Pekerjaan Tanah
Sebelum pelaksanaan pekerjaan tanah, keadaan lapangan harus diperiksa
kembali guna mendapatkan gambaran mengenai keadaan tanah yang hendak
digali atau diurug. Tanah galian yang akan digunakan atau tanah urugan yang
akan dikeluarkan harus ditaksir telebih dahulu. Jika ditemukan kesulitan dengan
risiko besar, maka harus dilaporkan sebelum dilakukan penggalian,
pengurugan, atau pemadatan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
waterpass. Penentuan tinggi peil bangunan harus diperiksa kembali agar sesuai
dengan kondisi lapangan. Jika ditemukan perbedaan ukuran-ukuran, maka
harus segera dilaporkan.
a. Penggalian Tanah
Penggalian dilakukan dengan menggunakan alat manual dan excavator.
Dasar galian yang telah digali harus bebas dari lumpur, humus dan air, dan
dalam keadaan bersih dan padat sebelum diberikan lapisan urug. Seluruh benda-
benda tidak berguna yang ditemukan dan kelebihan tanah galian yang tidak
digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi proyek ke tempat pembuangan
sesuai dengan aturan pemerintah setempat. Jika tanah digali sampai di bawah
15
16
level yang ditetapkan, maka harus diisi dengan beton dengan campuran 1
semen: 3 pasir: 5 kerikil.
16
17
d. Penimbunan
Penimbunan tanah dilakukan dengan menggunakan alat manual, excavator,
dan stamper. Tempat yang akan ditimbun dan tanah timbunan harus bersih dari
sampah, puing-puing bangunan, bahan organik, dan sisa-sisa tanaman.
Penimbunan tanah harus dilakukan mencapai peil permukaan dan secara
berlapis degan ketebalan perlapis yang telah ditetapkan, kemudian dipadatkan
secara maksimum dengan stamper.
17
18
sesuai dengan campuran spesi 1 semen: 5 pasir. Air yang digunakan harus
bersih dan sesuai standar.
18
19
19
20
a. Penulangan
Sebelum pelaksanaan penulangan, setiap baja tulangan harus diperiksa dan
diuji terlebih dahulu. Baja tulangan harus dipastikan bersih dari segala macam
kotoran, karat, cat, minyak, dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi kuat
rekat. Setiap jumlah pengadaan 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian
periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji tarik dan 1 benda uji
lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Setiap pengujian harus
dilakukan di laboratorium lembaga uji konstruksi atau laboratorium lain yang
direkomendasikan oleh direksi lapangan yang minimal menggunakan standar
ASTM A615. Tempat penyimpanan baja tulangan harus di atas tanah kering,
daerah yang memiliki saluran-saluran bagus, dan terlindung dari lumpur,
kotoran, karat, dan sebagainya.
Penulangan harus dilakukan sedemikian rupa dengan diikat kawat baja
sehingga sebelum dan selama pengecoran tempat baja tidak berubah.
Penulangan pada dinding dan kolom harus dipasang pada posisi yang benar dan
jarak bersih harus dijaga dengan menggunakan penahan jarak. Penulangan pada
balok-balok dan pelat harus ditunjang dengan perancah untuk memperoleh
lokasi yang tepat selama pengecoran. Penulangan yang langsung berada di atas
tanah, agregat, dan lapisan kedap air harus ditunjang dengan tahu beton dengan
ketebalalan yang telah ditetapkan. Setiap selimut beton struktur harus benar-
benar dibuat dengan ketebalan yang telah ditetapkan dan dibuat dengan
memasang tahu beton di baja terluar penualangan.
20
21
21
22
22
23
b. Pembuatan Beton
Beton harus dibuat sesuai dengan ketentuan seperti kuat tekan, slump, dan
material penyusun yang telah ditetapkan. Pembuatan beton harus menggunakan
jasa ready mix yang telah ditentukan. Pembuatan beton harus menggunakan
sistem pembuatan berdasarkan berat dan volume yang telah ditetapkan dan
disetujui. Setiap alat ukur yang digunakan harus dalam kondisi baik dan
dikalibrasi. Seluruh pelaksanaan harus diinspeksi dan dikontrol oleh inspektor
yang berpengalaman. Sebelum dilakukan pencampuran, mixer harus dalam
kondisi benar-benar kosong dan bersih. Pencampuran kembali dari beton yang
tumpah tidak diperbolehkan.
Pengujian slump harus dilakukan setiap 5 m3 campuran beton segar yang
digunakan atau setiap 1 mixer truck. Jumlah pembuatan benda uji tekan beton
tidak boleh kurang dari 3 benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 30 cm dan
diameter 15 cm untuk setiap umur pengujian 7, 14, dan 28 hari.. Setiap benda
uji harus diberi tanggal pembuatan dan keterangan bagian struktur yang
dilakukan pengecoran.
Gambar 16. Pemuatan Campuran Beton Segar dari Mixer ke Conrete Bucket
23
24
c. Pekerjaan Bakisting
Bahan-bahan yang boleh digunakan sebagai bekisting adalah kayu,
multiplek, pesangan bata, dan panel logam. Sedangkan bahan-bahan yang boleh
digunakan untuk perancah adalah kayu dan tiang logam. Bekisting yang bersifat
alami tidak boleh digunakan lebih dari 1 kali kecuali kondisis bekisting masih
24
25
sangat baik dan dapat menghasilkan permukaan beton yang sesuai spesifikasi.
Permukaan bekisting harus rata, tidak melengkung, berlubang, dan melendut.
Sistem bekisting harus mendapat persetujuan terlebih dahulu, khususnya
menyangkut perihal jenis, dimensi, dan jarak acuan penyangga. Khusus untuk
bekisting kolom utama harus ditambahkan rangka pengaku yang jaraknya telah
diperhitungkan agar kuat menahan beban dan mengahasilkan bentuk yang baik.
Bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku untuk mencegah perpindahan
tempat atau kelongsoran campuran beton. Pelumasan permukaan bekisting
kolom, balok, dinding geser, dan pelat dilakukan seperlunya dan pelumas tidak
boleh mencemari batang tulangan. Khusus untuk tepi bawah bekisting kolom
dan dinding geser pada dua sisi harus dibuatkan bukaan untuk mengeluarkan
kotoran-kotoran di dasar, kemudian kedua bukaan tersebut ditutup kembali
setelah dicek kebersihannya. Perancah harus direncanakan sedemikian rupa
agar dapat memberikan penunjangan yang dibutuhkan tanpa adanya overstress
atau perpindahan tempat pada konstruksi struktur beton bertulang.
Pembongkaran dilakukan dengan mengacu pada PBI-1971. Setelah
dilakukan pembongkaran, kosntruksi tidak boleh mengalami perbuahan bentuk,
kerusakan, dan mengalami pembebanan yang melibih renacana.
25
26
26
27
27
28
d. Pengecoran
Hal-hal yang harus dilakukan sebelum pelaksaan pengecoran adalah:
- Seluruh area pengecoran harus diperiksa untuk memastikan tidak ada benda-
benda lain yang akan tertanam.
- Bekisting dan penulangan yang masih kurang sempurna harus diperbaiki.
- Cetakan dan dinding yang berhubungan dengan beton disiram dengan air
hingga jenuh.
- Beton lama yang telah mengeras dikasarkan dan dibersihkan dari segala
kotoran dan diberikan bonding agent.
- Air yang tergenang di dalam bekisting harus dibuang.
Metode pengangkutan yang digunakan adalah dengan menggunakan
concrete bucket yang diangkut oleh crane tower, saluran curam, dan \corcrete
pump. Saluran curam yang digunakan harus memiliki permukaan yang halus
sehingga tidak terjadi pemisahan bahan dan dengan posisi kemiringan
maksimum 50%. Pengangkutan harus dilakukan dengan cukup cepat sehingga
beton tidak mengering atau kehilangan workablitiy selama pengecoran.
Pengecoran harus dilakukan dengan teliti khususnya untuk bidang coran
sambungan dingin (cold joint). Apabila pengecoran terhenti selama 30 menit
maka seluruh alat angkut harus dibersihkan dan dicuci.
Pengecoran harus berlangsung secara terus-menerus tanpa berhenti sampai
mencapai siar-siar pelaksanaan yang direncanakan. Pemadatan beton untuk
28
29
struktur tebal seperti kolom, pile cap, dan dinding geser harus dilakukan secara
berlapis dengan ketebalan 40 cm untuk setiap lapisan. Untuk ketebalan pelat
diukur menggunakan waterpass.
Pemadatan dilakukan dengan vibrator dan peralatan manual seperi cangkul
yang dikerjakan oleh tukang terampil dan berpengalaman. Pemadatan harus
menghasilkan beton yang tidak berlubang, tidak mengalami segregesi, dan
tidak keropos. Jumlah vibrator yang digunakan adalah dua unit untuk tiap
pekerjaan. Vibrator tidak boleh mengenai tulangan pada beton yang telah
sedikit mengeras untuk menghindari pemisahan antara tulangan dan beton.
29
30
30
31
c. Waterpass
Waterpass digunakan untuk mengukur elevesi yang berhubungan dengan
pekerjaan di lapangan seperti kedalaman galian, tinggi lantai, dan tebal pelat.
d. Teodolit
Teodolit digunakan untuk mengukur titk as, ketegaklurusan, dan elevasi
konstruksi struktur seperti kolom, balok, dan dinding geser.
31
32
e. Excavator
Excavator digunakan untuk pekerjaan tahan yakni penggalian, penimbunan,
dan pengangkuatan tanah buangan ke dalam bak truk pembawa barang.
Excavator juga digunakan untuk membantu penghacuran pile head.
32
33
h. Panel Logam
Panel logam digunakan untuk bekisting kolom dan dinding geser.
Penggunaan panel logam merupakan produk yang dirancang sedemikan rupa
sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan untuk seluruh kolom struktural
dan dinding geser
33
34
i. Multiplek
Multiplek digunakan sebagai bekisting untuk kolom kecil non struktural,
balok, dan pelat lantai. Multiplek ini memiliki ketebalan 16 mm
j. Perancah
Perancah digunakan sebagai penyangga bekisting untuk balok dan pelat.
Seluruh komponen perancah terbuat dari bahan logam yang kuat.
34
35
k. Kompresor
Kompresor adalah alat yang dapat mengeluarkan angin dengan tekanan
tinggi dan digunakan untuk membersihkan kotoran yang terdapat di dalam
bekisting sebelum dilakukan pengecoran.
l. Truk Mixer
Truk mixer digunakan untuk mencampur bahan-bahan campuran beton
segar. Truk mixer mempunyai kapasitas tampung sebanyak 6.5 m3.
35
36
m. Conrete Bucket
Concrete bucket digunakan sebagai wadah untuk mengangkut campuran
beton segar yang akan dicor. Penggunaan concret bucket dalam pengecoran
memiliki kelebihan dalam penghematan biaya akan tetapi relatif tidak efisien
dalam lama waktu pengecoran.
36
37
o. Vibrator
Vibrator digunakan untuk memadatkan dengan mekanisme penggetaran
campuran beton segar ketika pengecoran agar didapatkan kondisi beton keras
yang padat. Vibrator yang digunakan harus memiliki frekuensi tidak kurang
dari 6000 siklus.
p. Stamper
Stamper digunakan untuk memadatkan tanah timbunan yang bekerja
dengan cara penumbukan secara berulang dengan kuat.
37
38
2. Bahan-bahan
a. Bata
Bata digunakan sebagai bahan bakisting untuk sloof dan pile cap yang
tidak dilakukan pembongkarannya setelah dilakukan pengecoran.
38
39
c. Baja Tulangan
Baja tulangan digunakan sebagai bahan perkuatan struktur berton bertulang
seperti tulangan utama, pengikat sengkang, dan pengikat spiral. Baja tulangan
yang digunakan memiliki diameter yakni 10, 13, 16, 19, dan 22 mm dengan
tegangan leleh sebesar 420 MPa.
39
40
d. Kawat Bendrat
Kawat bendrat digunakan sebagai pengikat antar baja tulangan longitudinal
dengan tulangan pengikat sengkang atau spiral.
e. Tahu Beton
Tahu beton adalah campuran beton yang dibuat berbentuk silinder dengan
ketinggian 4 cm dan 6 cm yang digunakan sebagai pemberi jarak antara
tulangan beton bertulang dengan bagian dalam bekisting (selimut beton).
40
41
h. Semen Instan
Semen instan digunakan sebagai bahan acian permukaan konstruksi struktur
yang telah selesai dikerjankan agar menjadi lebih halus dan rata.
41
42
42
BAB III
KEGIATAN KEAHLIAN
A. Kegiatan Praktikan
Ketika melaksanakan kegiatan PI di MIC UGM praktikan diajarkan
berbagai pekerjaan yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek. Kegiatan yang
dilakukan oleh praktikan secara umum terbagi menjadi tiga jenis yakni
mengawasi pekerjaan lapangan, membuat laporan inspeksi, dan mengitung
kebutuhan bahan bangunan.
43
44
44
45
a) Tulangan Utama
Tulangan utama adalah tulangan longitudinal yang berfungsi untuk
menahan sebagian tegangan tarik dan tekan akibat momen lentur yang dikenai
pada balok. Tulang utama terbagi menjadi dua yakni tulangan utama atas dan
bawah yang terletak di sepanjang bentang balok seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 53. Diameter dan bentuk baja tulangan utama untuk berbagai tipe balok
dari perencanaan gedung adalah 10, 13, 16, 19, dan 22 mm berbentuk ulir sirip.
Tumpuan Lapangan
Termasuk baja
tulangan utama
45
46
Tumpuan Lapangan
c) Tulangan Peminggang
Tulangan peminggang adalah tulangan longitudinal yang berfungsi untuk
menjaga mutu beton balok agar tetap baik setelah berlangsungnya proses
pengikatan campuran beton. Setalah proses pengikatan campuran beton
berlangsung terdapat kemungkinan dimensi beton akan mengalami penyusutan
yang akan mengurangi kualitas beton. Dalam hal ini, sesuai dengan ketetapan
yang berlaku bahwa adanya jarak pada beton tanpa tulangan lebih panjang dari
30 cm tidak diizinkan. Karena hal tersebut, tipe-tipe balok tertentu memiliki
tulangan peminggang yang ditempatkan di sisi kiri dan kanan sepanjang
bentang dan jumlahnya disesuaikan dengan tinggi balok seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 55. Baja tulangan peminggang untuk seluruh tipe
balok dari perencanaan gedung memiliki diameter 10 mm berbentuk polos.
Tumpuan Lapangan
46
47
Tumpuan Lapangan
2 Dtt-ttt 2 Dll-lll
47
48
Tumpuan Lapangan
Tumpuan Lapangan
48
49
d) Balok Tipe B3
- Dimensi : 250 × 400
- Tulangan Utama : 8 D19
- Tulangan Tumpuan : 4 D19
- Tulangan Lapangan : 4 D19
- Tulangan Pengikat Sengkang Tumpuan : 1.5 D10-100
- Tulangan Pengikat Sengkang Lapangan : 1.5 D10-150
Tumpuan Lapangan
e) Balok Tipe B4
- Dimensi : 250 × 300
- Tulangan Utama : 6 D19
- Tulangan Tumpuan : 3 D19
- Tulangan Lapangan : 3 D19
- Tulangan Pengikat Sengkang Tumpuan : D10-100
- Tulangan Pengikat Sengkang Lapangan : D10-150
49
50
Tumpuan Lapangan
f) Balok Tipe B5
- Dimensi : 200 × 300
- Tulangan Utama : 6 D19
- Tulangan Tumpuan : 2 D19
- Tulangan Lapangan : 2 D19
- Tulangan Pengikat Sengkang Tumpuan : D10-100
- Tulangan Pengikat Sengkang Lapangan : D10-150
Tumpuan Lapangan
g) Balok Tipe B6
- Dimensi : 200 × 700
- Tulangan Utama : 6 D16
- Tulangan Tumpuan : 3 D16
- Tulangan Lapangan : 3 D16
- Tulangan Peminggang : 4 D10
- Tulangan Pengikat Sengkang Tumpuan : D10-100
- Tulangan Pengikat Sengkang Lapangan : D10-150
50
51
Tumpuan Lapangan
Tumpuan Lapangan
51
52
Tumpuan Lapangan
52
53
di mana
nSU : Jumlah baja tulangan utama (btg)
nSP : Jumlah baja tulangan peminggang (btg)
l : Panjang bentang balok (m)
53
54
dengan
p = 20 × DSU/1000 (3)
di mana
p : Panjang pemutusan baja tulangan lentur (m)
nST : Jumlah baja tulangan tumpuan (btg)
nSL : Jumlah baja tulangan lapangan (btg)
DSU : Diameter baja tulangan utama (mm)
54
55
dan jika pada balok tidak terdapat pembagian jarak tulangan pengikat sengkang
berdasrkan daerah lentur, maka
dengan
di mana
nSST : Jumlah baja tulangan pengikat sengkang tumpuan (bh)
nSSL : Jumlah baja tulangan pengikat sengkang lapangan (bh)
nSS : Jumlah baja tulangan pengikat sengkang (bh)
lSS1 : Panjang baja tulangan per titik pengikat sengkang (m)
lSSv : Panjang baja tulangan vertikal pengikat sengkang untuk satu sisi
(m)
lSSh : Panjang baja tulangan horizontal pengikat sengkang untuk satu sisi
(m)
k : Panjang kait baja tulangan pengikat sengkang untuk satu sisi(m)
nSST dan nSSL pada persamaan 4 dan nSS pada persamaan 5 ditentukan
berdasarkan pembagian panjang bentang balok dengan jarak antar tulangan
pengikat sengkang. Asumsi pemasangan tulangan pengikat sengkang tumpuan
untuk balok yang memiliki tulangan tumpuan dan lapangan dimulai dari titik as
tertentu dan berakhir pada ujung pemutusan tulangan tumpuan, sedangkan
untuk balok yang tidak memiliki tulangan tumpuan dan lapangan berakhir di
ujung daerah tumpuan balok. Kemudian, asumsi pemasangan tulangan pengikat
sengkang lapangan dimulai dari tengah bentang balok. Dalam hal ini, nSST dapat
dihitung dengan persamaan 7 atau 8, nSSL dapat dihitung dengan persamaan 9,
dan nSS dapat dihitung dengan persamaan 10.
dan jika pada balok tidak terdapat tulangan tumpuan dan lapangan, maka
55
56
di mana
lST : Jarak antar pengikat sengkang tumpuan (m)
lSL : Jarak antar pengikat sengkang lapangan (m)
lS : Jarak antar pengikat sengkang (m)
Pada persamaan 7 sampa dengan 10, nilai nSST, nSSL, dan nSS akan dihasilkan
dalam bilangan desimal, sehingga ketiga nilai tersebut akan dibulatkan ke
bilang di bawah bilangan desimal tersebut. Dalam hal ini, bilangan desimal
yang tersisa dari pembulatan nilai ke bawah tersebut akan diasumsikan sebagai
jarak antara tulangan pengikat sengkang tumpuan balok dengan tulangan
kolom, atau dengan tulangan pengikat sengkang tumpuan balok lain pada titik
as yang ditentukan, dan jarak antara tulangan pengikat sengkang lapangan
dengan tulangan pengikat sengkang tumpuan balok.
Pada persamaan 6, nilai 2 adalah koefisien yang ditetapkan guna
menyederhanakan perhitungan lSS1 untuk seluruh tipe balok. Ketetapan ini
dibuat karena dari seluruh tipe balok memiliki tiga tipe tulangan pengikat
sengkang yang dibedakan oleh jumlah pengikat sengkang per titik (nS) yakni 1,
1.5, dan 2 buah pengikat sengkang yang secara berurutan diperlihatkan pada
Gambar 70, 71, dan 72.
Gambar 70. Contoh Tipe Balok dengan 1 Pengikat Sengkang per Titik
(Nurbianto, 2018)
56
57
Gambar 71. Contoh Tipe Balok dengan 1.5 Pengikat Sengkang per Titik
(Nurbianto, 2018)
Gambar 72. Contoh Tipe Balok dengan 2 Pengikat Sengkang per Titik
(Nurbianto, 2018)
Pada persamaan 6, k dengan diameter baja tulangan lebih kecil atau sama
dengan 16 mm menurut RKS Pekerjaan Struktur (2018) adalah 6 kali diameter
baja tulangan yang digunakan. Dalam hal ini, untuk meminimalisir kekurangan
kebutuhan maka k ditetapkan adalah 7 kali diameter baja tulangan yang
digunakan. Kemudian, berdasarkan pada Gambar 70, 71, dan 72 maka lSSv, lSSh,
dan k dapat dihitung dengan sebagai berikut.
lSSv = h - 2 × sb (11)
lSSh = b - 2 × sb (12)
57
58
k = 7 × DSS/1000 (13)
lSSh = persamaan 13
k = 2 × (7 × DSS/1000) (15)
k = persamaan 15
di mana
h : Tinggi balok (m)
sb : Tebal selimut beton = 0.04 m
b : Lebar balok (m)
DSS : Diameter baja tulangan pengikat sengkang (mm)
di mana
w : Kebutuhan baja tulangan (kg)
wS : Berat satuan baja tulangan (kg/m)
lS : Panjang total baja tulangan (m)
58
59
59
60
60
61
c) Balok Tipe B3
Data
- nSU : 8 btg -l : 3.17 m - DSU : 19 mm - h : 0.4 m
- nST : 4 btg - lST : 0.1 m - DSS : 10 mm - b : 0.25 m
- nSL : 4 btg - lSL : 0.15 m
- nS : 1.5 bh
Perhitungan
- Panjang total tulangan utama (lSU)
lSU = nSU × l = 8 × 3.17 = 25.36 m
- Panjang pemutusan baja tulangan lentur (p)
p = 20 × DSU/1000 = 20 × 19/1000 = 0.38 m
61
62
62
63
Perhitungan
- Panjang total tulangan utama (lSU)
lSU = nSU × l = 4 × 2.92 = 11.68 m
- Jumlah baja tulangan pengikat sengkang tumpuan (nSST)
nSST = (0.5 × l)/lST + 2 = (0.5 × 2.92)/0.1 + 2 = 16.6 ≈ 16 bh
- Jumlah baja tulangan pengikat sengkang lapangan (nSSL)
nSSL = (0.5 × l)/lSL = (0.5 × 2.92)/0.15 = 9.73 ≈ 9 bh
- Panjang baja tulangan vertikal pengikat sengkang (lSSv)
lSSv = h - 2 × sb = 0.2 - 2 × 0.04 = 0.12 m
- Panjang baja tulangan vertikal pengikat sengkang (lSSh)
lSSh = b - 2 × sb = 0.15 - 2 × 0.04 = 0.07 m
- Panjang kait baja tulangan pengikat sengkang (k)
k = 7 × DSS/1000 = 7 × 10/1000 = 0.07 m
- Panjang baja tulangan per titik pengikat sengkang (lSS1)
lSS1 = (lSSv + lSSh + k) × 2 = (0.12 + 0.07 + 0.07) × 2 = 0.52 m
- Panjang total baja tulangan pengikat sengkang (lSS)
lSS = (nSST + nSSL) × lSS1 = (16 + 9) × 0.52 = 13 m
- Kebutuhan baja tulangan (w)
wD10 = ƩlSD10 × wSD10 = lSS × wSD10 = 13 × 0.6165 = 8.01 kg
wD19 = ƩlSD19 × wSD19 = lSU × wSD19 = 11.68 × 2.2257 = 25.00 kg
63
64
Dari Tabel 2, total kebutuhan baja tulangan untuk bagian gedung wisma
dengan total jumlah balok sebanyak 1513 buah adalah seberat 192790.01 kg.
Berdasarkan metode perhitungan dan karena dapat terjadi kesalahan dalam
proses perhitungan (human error), maka hasil perhitungan tersebut dapat
dijadikan sebagai acuan kebutuhan baja tulangan minimum. Kemudian sebelum
pengadaan baja tulangan dilakukan, hasil perhitungan tersebut dapat dikalikan
dengan koefisien keamanan tertentu agar dapat lebih meminimalisir kekurangan
kebutuhan baja tulangan yang akan berdampak buruk terhadap pelaksanaan
konstruksi.
64
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hal-hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan kegiatan PI praktikan di
Proyek Pembangunan MIC UGM adalah sebagai berikut:
1. Penghitungan ulang kebutuhan bahan bangunan struktur dilakukan karena
terjadi perubahan rencana struktur bangunan gedung MIC UGM oleh
Konsultan Perencana, dalam hal ini praktikan diberikan tugas khusus untuk
menghitung kebutuhan baja tulangan balok untuk bagian gedung wisma
yang dimulai dari lantai 4 sampai dengan atap.
2. Pada gedung MIC UGM, penulangan balok adalah paling rumit ketimbang
elemen-elemen struktur lain, sehingga pemahaman terhadap rencana serta
detail penulangan setiap tipe balok dan metode perhitungan sangat penting
dalam perhitungan kebutuhan baja tulangan balok.
3. Penulangan balok gedung MIC UGM secara umum terbagi menjadi empat
bagian yakni tulangan utama, tulangan tumpuan dan lapangan, tulangan
peminggang, dan tulangan pengikat sengkang yang mana keempat bagian
penulangan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam metode
perhitungan kebutuhan baja tulangan.
4. Kebutuhan baja tulangan minimum dari 1513 buah balok dengan 11 tipe
balok yang berbeda di bagian gedung wisma MIC UGM berdasarkan hasil
penghitungan oleh praktikan adalah seberat 192790.01 kg.
B. Saran
Dari pengalaman kegiatan PI praktikan di Proyek Pembangunan MIC UGM,
maka saran-saran yang dapat disampaikan kepada beberapa pihak adalah
sebagai berikut:
1. Praktikan Selanjutnya
- Lebih mempersiapkan diri dengan cara lebih menguasai pembelajaran
dalam perkuliahan sehingga dapat lebih berperan di tempat PI.
65
66
66
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (15 April 2010). Tentang Perusahaan. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Teredia daring di http://www.wika.co.id/id/pages/who-we-are. Terakhir
diakses pada 19 Juli 2019
67
LAMPIRAN
68