Anda di halaman 1dari 116

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JUS DAN

SIRUP BELIMBING MANIS DAN JAMBU BIJI MERAH


(Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul,
Kota Depok, Jawa Barat)

SKRIPSI

DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU


H34053315

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
RINGKASAN

DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU. H34053315. 2009.


Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan
Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul,
Kota Depok, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YUSALINA).

Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah kota
Depok. Saat ini, kota Depok terkenal sebagai penghasil belimbing manis varietas
dewa-dewi, bahkan belimbing manis telah menjadi icon kota Depok sejak tahun
2006. Komoditas unggulan untuk buah-buahan terdiri atas, belimbing manis,
jambu biji merah, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka, dan cempedak.
Belimbing manis dan jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan grade.
Buah belimbing manis dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, B, dan C.
Belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang
diminati dibandingkan grade A dan B. Padahal, dari seluruh hasil panen,
belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C mencapai
20 persen dari total panen.
Belimbing manis dan jambu biji merah grade C ataupun buah-buahan lain
yang tidak laku di pasaran dalam bentuk segar, apabila tidak dimanfaatkan dengan
segera akan mengalami kerusakan biologis karena umur simpannya yang singkat,
sehingga dapat terbuang. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan
petani dari pendapatan yang seharusnya diterima jika keseluruhan belimbing
manis dan jambu biji grade C laku terjual. Karena itu, diperlukan suatu usaha
mengatasi masalah tersebut yaitu, dengan pengolahan hasil yang dapat
membentuk daya tahan dan diversifikasi, sehingga dapat dipasarkan setiap waktu
serta mempunyai nilai tambah yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan
yang dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisis aspek non finansial
kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah,
yang terdiri atas, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan
lingkungan, serta aspek hukum, (2) Menganalisis aspek finansial kelayakan usaha
CV WPIU, dan (3) Menganalisis kepekaan kelayakan usaha CV WPIU terhadap
peningkatan biaya usaha yang dominan dan penurunan penjualan jus dan sirup
buah.
Penelitian dilakukan di CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (CV
WPIU) yang terletak di kompleks Sawangan Permai, Sawangan, Depok. Lokasi
penelitian diambil secara sengaja (purposive). Pengambilan data di lapangan
dilaksanakan bulan Februari-April 2009. Analisis yang dilakukan selama
penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif
dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial usaha.
Ditinjau dari aspek pasar, usaha pembuatan jus dan sirup buah memiliki
potensi dan prospek yang baik. Saat ini, CV WPIU mendapat tawaran untuk
memasok produknya ke beberapa supermarket. Produk jus dan sirup yang
dihasilkan berada dalam tahap pertumbuhan. Berdasarkan produk, jus dan sirup
yang dihasilkan merupakan minuman instan yang memiliki nilai gizi dan atribut
yang lengkap seperti, label pada setiap kemasan jus maupun sirup. Dengan
demikian, produk yang dihasilkan CV WPIU sudah memiliki kelengkapan untuk
memasuki supermarket. Distribusi juga dilakukan sebaik mungkin agar produk
dapat sampai ke tangan konsumen dengan tepat waktu. Namun, kegiatan promosi
yang dilakukan belum optimal. CV WPIU menetapkan perbedaan harga untuk
produk yang dijual secara eceran, grosir, dan untuk ke supermarket.
Ditinjau dari aspek teknis, lokasi usaha CV WPIU berada di salah satu
sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah, dimana hal ini menjamin
ketersedian bahan baku buah-buahan yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Untuk memenuhi permintaan pasar saat ini, CV WPIU berencana untuk
meningkatkan kapasitasnya sebesar 150 persen. Proses produksi dilakukan sebaik
mungkin untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Dilihat dari aspek
manajemen, CV WPIU sudah memiliki struktur organisasi yang sederhana.
Namun, CV WPIU mengalami kendala dengan beberapa karyawannya yang
kurang memiliki kemampuan dan tanggungjawab. Berdasarkan aspek sosial,
dengan adanya usaha ini dapat mempekerjakan masyarakat sekitar dan membantu
meningkatkan pendapatan petani, sedangkan berdasarkan aspek lingkungan,
limbah yang dihasilkan tidak akan mencemari lingkungan karena bahan baku
utamanya adalah buah-buahan. Berdasarkan aspek hukum, usaha ini telah
memiliki badan hukum dan memenuhi berbagai perizinan usaha.
Nilai NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun adalah sebesar
Rp 292.938.966 Nilai IRR yang diperoleh yaitu, sebesar 48,95 persen dimana
IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu, 14 persen. Net
B/C yang diperoleh adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti, setiap Rp 1 biaya yang
dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini, akan menghasilkan manfaat bersih
sebesar Rp 3,09. Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama
dengan 3 tahun 7 bulan 4 hari. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa
usaha ini menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir
mengalami kenaikan melebihi 18,84 persen, harga botol jus mengalami kenaikan
melebihi 20,94 persen, penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, dan
penurunan penjualan sirup lebih dari 10,48 persen.
Hasil analisis aspek non finansial yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum menunjukkan bahwa
usaha yang dijalankan CV WPIU ini layak untuk dilaksanakan. Namun, pada
aspek pasar, kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal karena CV WPIU
hanya mengandalkan keikutsertaan dalam pameran-pameran dan informasi dari
mulut ke mulut. CV WPIU juga mengalami kendala pada aspek manajemen
yaitu, ada beberapa karyawan yang kurang memiliki kemampuan dan
tanggungjawab. Hasil analisis aspek finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini
layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa
Usaha ini lebih peka terhadap penurunan penjualan jus dan sirup daripada
kenaikan harga gula pasir dan botol jus.

iii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JUS DAN
SIRUP BELIMBING MANIS DAN JAMBU BIJI MERAH
(Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul,
Kota Depok, Jawa Barat)

DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU


H34053315

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

iv
Judul skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing
Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)
Nama : Debie Natalia Francisca Fausta Napitupulu
NRP : H34053315

Disetujui,
Pembimbing

Dra. Yusalina, MSi


NIP. 131 914 523

Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


NIP. 131 415 082

Tanggal Lulus:
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji
Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa
Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2009

Debie Napitupulu
H34053315

vi
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 19 Desember 1987.


Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak
Ir. Boyke Napitupulu, MSi dan Ibu Asima Nababan.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD RK Budi Mulia I
Pematangsiantar dan lulus pada tahun 1999. Sekolah menegah pertama dilalui
penulis di SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2002.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA RK Budi
Mulia Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SPMB). Pada tahun 2005, IPB pertama kali
memberlakukan kurikulum mayor-minor, sehingga pada tahun pertama penulis
belum memiliki jurusan dan pada tahun kedua, penulis diterima sebagai
mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan dan
organisasi. Penulis menjadi anggota Kemaki (2005-sekarang), bendahara Koor
Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (Kemaki) periode 2007-2008, staf Departemen
Proyek Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (Hipma) periode 2008-2009,
dan menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Ekonomi Umum tahun 2008-2009.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
atas segala berkat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup
Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa barat)”
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha CV Winner
Perkasa Indonesia Unggul dari aspek non finansial yaitu, aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek lingkungan dan sosial, serta aspek
finansial.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa
pun yang membacanya.

Bogor, April 2009


Debie Napitupulu

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada


Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih karuniaNya yang selalu dicurahkan
kepada penulis dan juga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
skripsi ini:
1) Bapak dan Mama yang terus dan tiada hentinya memberikan doa, kasih
sayang, cinta, perhatian, dan materi, serta adik-adikku Citra, Benie, Andre
yang selalu menyemangati dan mendoakan penulis. Kalian merupakan
sumber inspirasi ku dan membuat aku menjadi kuat dan semangat untuk
mencapai cita-cita.
2) Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan, masukan, saran, dan motivasi yang begitu besar dan sabar kepada
para penulis.
3) Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama, yang telah
memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.
4) Etriya, SP, MM selaku dosen penguji wakil departemen, yang juga telah
memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.
5) Ir. Yayah K Wagino, Mec selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan selama penulis menjalankan kegiatan perkuliahan.
6) Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan.
7) Ibu Maria sebagai pemimpin CV Winner Perkasa Indonesia Unggul yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
serta seluruh tenaga kerja yang turut membantu.
8) Ompung Tondang, Tante Ate, Uda Angel, Inang Tua Meta, Bapak Tua Meta
Tulang-tulangku dan Namboru Dice, sepupu-sepupuku Meta, Debora, Tri,
Angel, Laura, Rebecca, Alde, Iren dan Nael, yang memberi dukungan moril
maupun materi kepada penulis.
9) Riki Maryonatan Siahaan, terima kasih atas segala kasih sayang, dukungan,
pengertian, dan kesabaran yang telah diberi khususnya dalam penyelesaian
skripsi. Semoga semua harapan kita menjadi kenyataan sekarang dan
selamanya.

ix
10) Semua anak AGB 42 khususnya yang baik dan pintar dimana namanya tidak
dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas persahabatan, canda, tawa,
dan dukungan yang diberikan selama ini khususnya pada saat penyelesaian
skripsi dan semoga kita menjadi orang-orang yang sukses.
11) Anak-anak Ananda I khususnya Agnes, Rina, Maria, Melisa, Kamlit, Pesta,
Evy, Mei Cing, Devina, dan Vanda yang telah memberikan semangat,
dukungan khususnya pada saat penyelesaian skripsi, dan rasa persaudaraan.
12) Ida Ayu Ratih Stefani, yang telah menjadi teman sekamar saya selama tiga
tahun, memberikan dukungan, serta meminjamkan laptop selama proses
penyelesaian skripsi.
13) Teman-teman satu KKP di Desa Cikole dan Kabupaten Bandung Barat, yang
telah memberikan semangat dan keceriaan yang tidak terlupakan.
14) Roch Ika, yang telah menjadi pembahas pada seminar saya dan memberikan
masukan-masukan terhadap penyelesaian skripsi.
15) Teman-teman satu bimbingan saya, Amel, Uti, dan Bayu serta Teguh yang
telah membantu dan memberikan semangat. Terutama untuk Amel yang
menjadi teman seperjuangan dan memberikan bantuan terhadap penyelesaian
skripsi.

Bogor, April 2009


Debie Napitupulu

x
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xv
I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 8
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 9
II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 10
2.1. Sari Buah (Jus Buah) ........................................................ 10
2.2. Sirup ................................................................................ 11
2.3. Belimbing Manis ............................................................. 12
2.4. Jambu Biji Merah.............................................................. 13
2.5. Penelitian terdahulu........................................................... 14
III KERANGKA PEMIKIRAN ................................................. 18
3.1. Kerangka Teoritis.............................................................. 18
3.1.1. Studi Kelayakan ..................................................... 18
3.1.2. Aspek Studi Kelayakan .......................................... 19
3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi ................................. 26
3.1.4. Teori Biaya dan Manfaat........................................ 28
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..................................... 29
IV METODE PENELITIAN ...................................................... 31
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 31
4.2. Data dan Instrumentasi .................................................... 31
4.3. Metode Pengumpulan Data ............................................. 31
4.4. Metode Pengolahan Data ................................................ 31
4.5. Metode Analisis Data........................................................ 32
4.5.1. Analisis Aspek Pasar.............................................. 32
4.5.2. Analisis Aspek Teknis ........................................... 32
4.5.3. Analisis Aspek Manajemen.................................... 33
4.5.4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ................. 33
4.5.5. Analisis Aspek Hukum .......................................... 33
4.5.6. Analisis Aspek Finansial........................................ 34
4.5.7. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)........... 36
4.5.8. Laporan Laba Rugi................................................. 37
4.6. Asumsi Dasar ..................................................................... 37
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................... 39
5.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ....................................... 39
5.2. Profil Perusahaan ............................................................ 40
5.3. Deskripsi Usaha .............................................................. 40

xi
VI ASPEK NON FINANSIAL .................................................. 43
6.1. Aspek Pasar ..................................................................... 43
6.1.1. Analisis Prospek dan Potensi Pasar ...................... 43
6.1.2. Daur Hidup Produk ............................................... 44
6.1.3. Bauran Pemasaran................................................. 45
6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar ................................... 49
6.2. Aspek Teknis ................................................................... 50
6.2.1. Lokasi Perusahaan................................................. 50
6.2.2. Bahan Baku dan Peralatan .................................... 51
6.2.3. Kapasitas Produksi ................................................ 52
6.2.4. Teknologi yang Digunakan ................................... 54
6.2.5. Proses Produksi ..................................................... 54
6.2.5. Layout Perusahaan ................................................ 57
6.2.6. Hasil Analisis Aspek Teknis ................................. 58
6.3. Aspek Manajemen ........................................................... 58
6.3.1. Struktur Organisasi................................................ 59
6.3.2. Tugas dan Wewenang ........................................... 59
6.3.3. Kebutuhan Tenaga Kerja....................................... 60
6.2.4. Hasil Analisis Aspek Manajemen ......................... 61
6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan ......................................... 61
6.4.1. Analisis Dampak Sosial ........................................ 62
6.4.2. Analisis Dampak Lingkungan............................... 62
6.2.3. Hasil Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan.... 63
6.5. Aspek Hukum ................................................................. 63
6.5.1. Badan Hukum ....................................................... 63
6.5.2. Perizinan................................................................ 64
6.5.3. Perpajakan ............................................................. 65
6.5.4. Hasil Analisis Aspek Hukum ................................ 65
VII ASPEK FINANSIAL .......................................................... 66
7.1. Arus Penerimaan ............................................................ 66
7.1.1. Pendapatan Penjualan........................................... 66
7.1.2. Pinjaman............................................................... 67
7.1.3. Nilai Sisa .............................................................. 67
7.2. Arus Pengeluaran ........................................................... 68
7.2.1. Biaya Investasi ..................................................... 68
7.2.2. Biaya Operasional ................................................ 68
7.3. Analisis Laba Rugi ......................................................... 72
7.4. Analisis Finansial ........................................................... 73
7.5. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value).................... 74
VIII KESIMPULAN DAN SARAN........................................... 77
8.1. Kesimpulan ................................................................... 77
8.2. Saran.............................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 79
LAMPIRAN...................................................................................... 81

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Nilai PDB Buah-Buahan dan Kontribusinya terhadap PDB
Hortikultura Indonesia Tahun 2004-2006 ...................... 1
2. Perkembangan Produksi Buah Unggulan
Kota Depok Tahun 2000-2006 ......................................... 3
3. Jumlah Produksi dan Permintaan CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul Tahun 2008 ......................................... 6
4. Pembagian Produk Sari Buah Berdasarkan Total Padatan
Terlarut dan Kandungan Sari Murninya .......................... 11
5. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr
Belimbing Manis ............................................................... 13
6. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr
Jambu Biji Merah .............................................................. 13
7. Daftar Harga Jus dan Sirup CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul Tahun 2008 .......................................... 48
8. Kapasitas Produksi Tahun 2008 dan Kapasitas yang Ingin
Dicapai CV Winner Perkasa Indonesia Unggul................. 53
9. Biaya Operasional CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul Tahun 1-10........................................... 72
10. Hasil Perhitungan Kriteria Kelayakan Finansial
CV Winner Perkasa Indonesia Unggul .............................. 74
11. Hasil Analisis Switching Value
CV Winner Perkasa Indonesia Unggul .............................. 75

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................... 30
2. Daur Hidup Produk .............................................................. 45
3. Alur Proses Pembuatan Jus dan Sirup
CV Winner Perkasa Indonesia Unggul ................................ 56
4. Layout CV Winner Perkasa Indonesia Unggul .................... 57
5. Struktur Organisasi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul 59

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Rincian Pendapatan Penjualan Tahun1-10 ......................... 82
2. Rincian Biaya Investasi, Reinvestasi,
Penyusutan, Nilai Sisa......................................................... 83
3. Rincian Kebutuhan dan Biaya Bahan
Baku Buah-Buahan Tahun 1-10.......................................... 85
4. Rincian Biaya Variabel Selain Buah-Buahan ..................... 86
5. Rincian Pembayaran Pokok Pinjaman dan Biaya Bunga.... 87
6. Laporan Laba Rugi CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul Tahun 1-10............................................. 88
7. Cash Flow CV Winner Perkasa Indonesia Unggul............. 90
8. Switching Value Terhadap Kenaikan
Harga Gula Pasir Sebesar 18,84 Persen .............................. 92
9. Switching Value Terhadap Kenaikan
Harga Botol Jus Sebesar 20,94 Persen............................... 94
10. Switching Value Terhadap Penurunan
Penjualan Jus Sebesar 6,09 persen ................................... 96
11. Switching Value Terhadap Penurunan
Penjualan Sirup Sebesar 10,48 persen ................................ 98
12. Jus Belimbing Manis........................................................... 100
13. Jus Jambu Biji Merah.......................................................... 100
14. Sirup Belimbing Manis ...................................................... 100
15. Sirup Jambu Biji Merah ...................................................... 100
16. Kemasan Botol Jus.............................................................. 100
17. Filler.................................................................................... 101
18. Panci Besar.......................................................................... 101

xv
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan wilayah tropis, beriklim basah, serta berada di
wilayah katulistiwa. Karena itu, Indonesia merupakan wilayah yang subur,
sehingga memungkinkan tumbuhnya berbagai macam tumbuhan dengan subur.
Kondisi tersebut tentunya sangat mendukung sektor pertanian.
Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang dapat
meningkatkan sumber pendapatan petani dan penggerak pemulihan ekonomi
pertanian. Hal ini terbukti ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun
1998, subsektor hortikultura menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang
berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang positif.
Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang berperan
terhadap pendapatan nasional karena memberikan kontribusi terbesar pada Produk
Domestik Bruto (PDB) hortikultura dibandingkan dengan komoditas sayuran,
tanaman hias, dan biofarmaka. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa penyumbang
terbesar PDB hortikultura adalah komoditi buah-buahan. Walaupun di tahun
2006 kontribusi komoditi tersebut sempat mengalami penurunan sebesar 1,2
persen, komoditi ini tetap memberikan sumbangan terbesar.

Tabel 1. Nilai PDB Buah-buahan dan Kontribusinya terhadap PDB Hortikultura


Indonesia Tahun 2004-2006
No Kelompok Nilai PDB (Milyar Rp)
Komoditas
Tahun Persentase Tahun Persentase Tahun Persentase
2004 (%) 2005 (%) 2006 (%)
1. Buah-buahan 30.765 48,95 31.694 51,29 32.896 50.08
2. Sayuran 26.749 42,56 22.629 36,62 24.096 36.69
3. Tanaman 4.609 7,33 4.662 7,54 5,719 8,70
Hias
4. Tanaman 722 1,14 2.806 4,54 2.964 4,51
Biofarmaka
Total 62.845 100 61.791 100 65.677 100

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007


Buah-buahan tropis merupakan komoditas hortikultura yang memiliki
prospek yang sangat baik. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah
penduduk dan semakin banyaknya masyarakat yang memiliki kepedulian akan
pentingnya nilai gizi dari buah-buahan. (Hendro, 2005)
Pada tahun 2005, Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian
Republik Indonesia menargetkan bahwa masyarakat Indonesia dapat
mengkonsumsi buah sebanyak 73 kg per kapita per tahun. Angka tersebut
menunjukkan pencapaian peningkatan konsumsi yang cukup besar untuk
dipenuhi. Karena itu, seiring berjalannya waktu kebutuhan akan buah-buahan pun
semakin meningkat.
Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah kota
Depok. Saat ini, kota Depok terkenal sebagai penghasil belimbing manis varietas
dewa-dewi, bahkan belimbing manis telah menjadi icon kota Depok sejak tahun
2006. Kota Depok merupakan salah satu kota yang memiliki letak cukup strategis
untuk dijadikan sebagai salah satu sentra hortikultura. Letak geografis kota
Depok berada pada 6,190 – 6,280 LS dan 106,430 BT. Depok merupakan
bentangan dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara
50-140 m di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen.
Kondisi lahan kota Depok juga merupakan tanah yang cukup subur (Dinas
Pertanian Kota Depok, 2007).
Kota Depok juga berdekatan dengan wilayah DKI Jakarta, tentunya hal ini
mendorong meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi kota Depok. Sektor
pertanian dalam pembangunan perekonomian kota Depok menjadi salah satu
sektor yang dapat diandalkan disamping sektor perbankan, industri pengolahan,
transportasi, dan komunikasi.
Arahan strategi pembangunan pertanian perkotaan kota Depok adalah
pembanguan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan memiliki nilai
tambah yang didukung oleh sumberdaya daerah dan pemanfaatan teknologi. Hal
ini didukung oleh visi yang dimiliki Dinas Pertanian kota Depok tahun
2007-2011 yaitu, mewujudkan pertanian perkotaan yang menyejahterakan petani
dan masyarakat. Sebagai penjabaran visi tersebut, telah ditetapkan misi Dinas
Pertanian kota Depok yaitu, meningkatkan pelayanan bidang pertanian,

2
mengembangkan agribisnis perkotaan dan ketahanan pangan masyarakat serta
meningkatkan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam. Hal ini
membuktikan bahwa pemerintahan kota Depok cukup serius dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi kota yaitu, salah satunya melalui sektor pertanian di
perkotaan. Pembangunan pertanian kota Depok juga diarahkan untuk memelihara
dan mengupayakan peningkatan ketersediaan dan keamanan pangan khususnya
mengantisipasi kompetisi dan diversifikasi permintaan pasar yang selalu menuntut
persyaratan mutu dan keamanan produk (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007).
Komoditas unggulan kota Depok untuk buah-buahan terdiri atas,
belimbing manis, jambu biji merah, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka,
dan cempedak. Perkembangan produksi buah-buahan kota Depok dapat diamati
pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Produksi Buah Unggulan Kota Depok Tahun 2000-2005


No. Komoditi Tahun (kw)
2000 2001 2002 2003 2004 2005
1. Belimbing 8.250 5.945 5.945 6.062 6.962 50.514
2. Jambu biji merah 1.776 10.264 10.264 11.053 11.053 35.795
3. Pisang 3.660 17.184 17.184 17.064 20.778 37.546
4. Pepaya 5.545 15.047 15.047 15.580 21.683 33.570
5. Rambutan - 12.763 12.763 28.028 12.762 25.883
6. Mangga 1.225 2.290 2.290 2.290 2.291 4.342
7. Nangka/cempedak 2.075 16.502 16.502 16.525 22.637 17.980

Sumber: Dinas Pertanian kota Depok, 2006

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa perkembangan produksi belimbing


manis mengalami peningkatan cukup signifikan bila dibandingkan komoditas
lainnya yaitu, dari 8250 kuintal pada tahun 2000 meningkat pesat menjadi 50.514
kuintal pada tahun 2005. Demikian juga dengan jambu biji merah, walaupun
peningkatannya tidak begitu signifikan namun peningkatannya cukup pesat
dimana pada tahun 2000 produksi jambu biji merah hanya sebesar 1776 kuintal
tetapi pada tahun 2005 sudah mencapai 35.795 kuintal. Hal ini dikarenakan,

3
sebagian besar dari petani belimbing manis juga menanam jambu biji merah
sebagai produk dampingan
Menurut Dinas Pertanian Kota Depok, tingginya tingkat pertumbuhan
produksi buah belimbing manis disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,
belimbing manis varietas dewa/dewi merupakan salah satu tanaman yang mudah
dibudidayakan. Kedua, terjadinya alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan
usaha tani sawah dan sayuran, berubah menjadi perkebunan belimbing manis.
Ketiga, adanya dukungan pemerintah kota Depok dengan keluarnya Keputusan
Walikota Depok No. 18 Tahun 2003 yang didalamnya memuat peningkatan
produktivitas pertanian, pengembangan kelembagaan petani, peningkatan
pelayanan sektor pertanian, dan pengembangan potensi unggulan pertanian pada
tingkat pencapaian target satu produk potensial berkembang. Faktor yang terakhir
adalah seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak jenis belimbing manis
olahan yang tersedia di pasaran dan pergeseran pemahaman konsumen yang
menjadikan buah ini bukan saja sebagai buah meja melainkan diminati karena
khasiatnya.
Sentra produksi buah belimbing manis kota Depok tersebar di enam
kecamatan yaitu, Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Limo, dan
Beji. Sebagian besar atau pada umumnya petani belimbing manis juga merupakan
petani jambu biji merah.
Belimbing manis dan jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan
grade. Buah belimbing manis dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, berbobot
di atas 250 gr, grade B, 150-250 gr, dan grade C, kurang dari 150 gr atau buah
cacat. Buah jambu biji merah juga dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A,
berbobot di atas 350 gr, grade B, 250-350 gr, dan grade C, kurang dari 250 gr atau
buah cacat. Belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam
grade C kurang diminati dibandingkan grade A dan B. Padahal, dari seluruh hasil
panen, belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C
mencapai 20 persen dari total panen.
Hasil produksi belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke
dalam grade C kurang diminati dan kurang laku di pasaran dalam bentuk segar.
Belimbing manis dan jambu biji merah grade C ataupun buah-buahan lain yang

4
tidak laku di pasaran dalam bentuk segar apabila tidak dimanfaatkan dengan
segera akan mengalami kerusakan biologis karena umur simpannya yang singkat,
sehingga dapat terbuang. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan
petani dari pendapatan yang seharusnya diterima jika keseluruhan belimbing
manis dan jambu biji grade C laku terjual.
Karena itu, diperlukan suatu usaha mengatasi masalah tersebut yaitu,
dengan pengolahan hasil yang dapat membentuk daya tahan dan diversifikasi
sehingga dapat dipasarkan setiap waktu serta mempunyai nilai tambah yang
tinggi. Melihat peluang ini, CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (CV WPIU)
mengolah belimbing manis dan jambu biji grade C menjadi jus dan sirup.
Pengolahan belimbing manis dan jambu biji merah grade C menjadi jus dan sirup
dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis, sehingga belimbing manis
dan jambu biji merah grade C yang tidak laku dipasaran tidak terbuang.
Pengolahan buah menjadi jus dan sirup juga tidak mengubah rasa. Tentunya
dengan adanya usaha pengolahan ini dapat membuka lapangan kerja baru dan
meningkatkan pendapatan petani belimbing manis dan jambu biji merah, karena
semua hasil panennya dapat dimanfaatkan atau laku dipasaran, serta tercapainya
visi dan misi Dinas Pertanian dan Pemerintah kota Depok.

1.2. Perumusan Masalah


CV WPIU berdiri sejak tahun 2007. Usaha ini menghasilkan olahan buah
berupa jus dan sirup. Usaha ini bermula ketika hasil panen belimbing manis dan
jambu biji merah grade C yang mencapai 20 persen dari total panen tidak laku dan
kurang diminati dipasaran. Pada umumnya, konsumen dan juga pasar swalayan
lebih menyukai belimbing manis dan jambu biji merah grade A dan B yang lebih
mulus dan bagus, walaupun dari segi kualitas antara grade A, B, dan C tidak ada
perbedaan. Hal ini tentu sangat merugikan petani. Buah-buahan ini jika tidak
segera dimanfaatkan maka akan mengalami kerusakan nilai biologis dan akhirnya
akan terbuang.
CV WPIU melihat peluang ini yaitu, dengan mengolah belimbing manis
dan jambu biji merah grade C menjadi jus dan sirup yang memiliki nilai tambah
dan nilai ekonomis. CV WPIU memproduksi minuman sari buah berupa jus dan
sirup belimbing manis dan jambu biji merah dengan proporsi yang berbeda.

5
Jumlah produksi dan permintaan pasar atas jus dan sirup buah CV WPIU dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Produksi dan Permintaan CV Winner Perkasa Indonesia Unggul


Tahun 2008
Jenis Produk Produksi Permintaan Permintaan Persentase
Per Per Tahun yang Belum Permintaan
Tahun (Botol) Terpenuhi yang Belum
(Botol) (Botol) Terpenuhi (%)
Jus Belimbing 86.400 222.172 135.772 61,11
Manis
Jus Jambu Biji 57.600 148.114 90.514 61,11
Merah
Sirup 17.280 37.029 19.749 53,33
Belimbing
Manis
Sirup Jambu 11.520 24.686 13.165 53,33
Biji Merah
Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, 2008

Tabel 3 menunjukkan bahwa CV WPIU memproduksi jus dan sirup


belimbing manis dengan proporsi yang tertinggi daripada jus dan sirup jambu biji
merah. Hal ini dikarenakan, belimbing manis merupakan buah yang hasil
produksinya paling tinggi dibandingkan dengan jambu biji merah, belimbing
dewa kota Depok memiliki rasa yang lebih enak dan khas di banding belimbing
lain, serta belimbing dewa telah menjadi icon kota Depok. Selain itu, dari Tabel
3 kita juga dapat mengetahui bahwa jumlah permintaan pasar terhadap jus dan
sirup buah lebih besar daripada jumlah produk yang dapat dihasilkan CV WPIU
atau dengan kata lain, CV WPIU masih belum mampu memenuhi permintaan
pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar. CV WPIU juga memiliki
potensi untuk dapat memenuhi permintaan pasar tersebut karena lokasi usaha CV
WPIU berada di kecamatan Sawangan yang merupakan salah satu sentra produksi
belimbing manis dan jambu biji merah, sehingga ketersediaan bahan baku
terjamin.
CV WPIU menjalankan usaha ini dengan tujuan untuk membantu petani
dan meningkatkan nilai tambah dan ekonomis dari belimbing manis dan jambu
biji merah grade C. Selain itu, CV WPIU juga ingin membuka lapangan kerja dan
meningkatkan jiwa wirausaha para wanita.

6
CV WPIU menanamkan investasi sebesar Rp 20.000.000 untuk memulai
usaha ini. Seiring berjalannya waktu, CV WPIU ingin melakukan pengembangan
usaha yaitu, dengan memasuki salah satu supermarket karena adanya tawaran
yang datang dari pihak supermarket dan memenuhi permintaan pasar selain
supermarket yang belum terpenuhi.
CV WPIU membutuhkan modal yaitu, sekitar Rp 60.000.000 untuk
mewujudkan rencana pengembangan usaha ini dimana modal tersebut akan
diperoleh dengan melakukan pinjaman ke bank. Selain itu, CV WPIU juga harus
mampu meningkatkan kapasitas produksinya agar dapat memasok produknya
secara kontiniu ke supermarket dan memenuhi permintaan yang ada. Disamping
itu, usaha pengolahan di depok juga masih relatif sedikit dan CV WPIU
merupakan usaha pengolahan belimbing manis dan jambu biji merah menjadi jus
dan sirup kemasan pertama di kota Depok. Karena itu, analisis kelayakan
pengembangan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji
merah ini penting untuk dilaksanakan. Analisis dilakukan untuk menilai apakah
pengembangan usaha ini layak untuk dilaksanakan atau tidak agar rencana
pengembangan usaha ini tidak mendatangkan kerugian.
Menilai kelayakan pengembangan usaha pengolahan jus dan sirup buah ini
diperlukan penilaian terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek finansial. Penilaian terhadap
aspek pasar dilakukan untuk mengetahui potensi pasar akan jus dan sirup
belimbing manis dan jambu biji merah. Penilaian terhadap aspek teknis
diperlukan untuk mengkaji proses pengolahan, penerapan teknologi, dan
ketersediaan bahan baku. Sedangkan penilaian terhadap aspek manajemen perlu
dilakukan mengkaji pengelolaan usaha ini. Penilaian aspek sosial dan lingkungan
diperlukan untuk mengkaji peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan
kerja, serta dampak limbah usaha ini terhadap lingkungan sekitar. Penilaian
terhadap aspek hukum dilakukan untuk mengetahui bentuk dan badan hukum
usaha serta perizinan apa yang telah dipenuhi. Secara finansial juga perlu dikaji
untuk melihat apakah rencana pengembangan usaha layak dilaksanakan atau
tidak.

7
Kondisi lingkungan usaha yang tidak pasti atau dapat mengalami
perubahan akan mempengaruhi biaya dan manfaat yang diperoleh dalam
menjalankan suatu usaha. Ketidakpastian lingkungan usaha ini, tentunya akan
berpengaruh terhadap jalannya usaha dimana dapat terjadi perubahan atas biaya-
biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima seperti, penjualan jus dan sirup
belimbing manis dan jambu biji merah. Karena itu, dibutuhkan suatu analisis
untuk mengetahui pengaruh kenaikan biaya yang dominan terhadap kelayakan
usaha. Selain itu, analisis terhadap penurunan manfaat yaitu, penurunan penjualan
jus dan sirup, juga perlu untuk dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap
kelayakan usaha.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
penelitian yang menarik untuk dikaji yaitu,:
1) Bagaimana kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan
jambu biji merah dilihat dari aspek non finansial yang terdiri atas, aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta
aspek hukum?
2) Bagaimana kelayakan usaha CV WPIU dilihat dari aspek finansial?
3) Bagaimana kepekaan kelayakan usaha CV WPIU terhadap peningkatan biaya
yang dominan serta penurunan penjualan jus dan sirup buah?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1) Menganalisis aspek non finansial kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup
belimbing dewa dan jambu biji merah yang terdiri atas, aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum.
2) Menganalisis aspek finansial kelayakan usaha CV WPIU.
3) Menganalisis kepekaan kelayakan usaha CV WPIU terhadap peningkatan
biaya yang dominan serta penurunan penjualan jus dan sirup buah.

8
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi
berbagai pihak yang berkepentingan. Manfaat penelitian ini adalah sebagi berikut:
1) Bagi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, analisis ini dapat digunakan
sebagai masukan dan informasi untuk bahan pertimbangan dalam
menjalankan operasional usaha dan dalam membuat kebijakan pengembangan
usaha lebih lanjut.
2) Bagi pemerintah, analisis dapat digunakan sebagai masukan untuk
mengembangkan dan mendukung usaha pengolahan buah di kota Depok.
3) Bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang telah diperoleh selama kegiatan kuliah.
4) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan
informasi mengenai kelayakan usaha dari pengolahan jus dan sirup belimbing
manis dan jambu biji merah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji aspek-aspek non finansial
dan finansial. Aspek non finansial terdiri atas aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek hukum. Hal ini dilakukan
untuk meneliti kelayakan pengembangan usaha pembuatan jus dan sirup buah
belimbing manis dan jambu biji merah pada CV WPIU.

9
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sari Buah (Jus Buah)


Salah satu bentuk pengolahan buah adalah sari buah yaitu, larutan inti dari
daging buah yang diencerkan, sehingga mempunyai cita rasa yang sama dengan
buah aslinya (Satuhu, 2004). Sari buah umumnya dibuat dengan cara
penghancuran daging buah dan selanjutnya diekstraksi dengan cara pengepresan
manual atau dengan menggunakan alat. Ekstraksi yang baik dapat menghindarkan
tercampurnya kotoran dan jaringan buah, sehingga flavornya tetap terjaga.
Menurut SNI, minuman sari buah merupakan cairan buah yang diekstrak dari
bagian buah yang dapat dimakan, baik dengan penambahan air atau tidak, yang
siap untuk diminum.
Pemurnian sari buah bertujuan untuk menghilangkan sisa serat yang
berasal dari buah dengan cara penyaringan atau pengendapan dengan kecepatan
tinggi. Proses ini dapat memisahkan sari buah dari serat-serat berdasarkan
perbedaan kerapatan. Proses ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya
pengendapan jika sari buah telah dibotolkan (Potter dan Hotchkiss, 1995).
Dilakukan proses deaerasi untuk mengurangi terjadinya kerusakan vitamin C dan
kerusakan lain yang disebabkan oleh adanya oksigen, sehingga udara dalam sari
buah dapat berkurang. Proses pasteurisasi biasanya dilakukan untuk membunuh
mikroba yang dapat menyebabkan fermentasi dan untuk menginaktifkan enzim.
Sari buah kemudian dimasukkan ke dalam botol yang telah disterilkan. Botol
kemudian ditutup dan dipasteurisasi kembali. Penambahan zat kimia sering
dilakukan untuk meningkatkan daya awet sari buah (Potter dan Hotchkiss, 1995).
Satuhu (2004) menjelaskan bahwa perdagangan internasional
membedakan produk sari buah berdasarkan kandungan total padatan terlarut
(TPT) dan kandungan sari buah murninya. Penggolongan ini dikenal fruit syrup,
crush, cordial, unsweetened juice, ready served fruit beverage, nectar, Squash
dan fruit juice concentrate. Pembagian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pembagian Produk Sari Buah Berdasarkan Total Padatan Terlarut dan
Kandungan Sari Buah Murninya
Produk Sari Buah TPT (%) Sari Buah Murni (%)
Fruit syrup 65 25
Crush 55 25
Cordial 30 25
Unsweetened juice Alami 100
Ready served fruit beverage 10 5
Nectar 15 20
Fruit juice concentrate 32 100
Squash 30 25

Sumber: Satuhu (2004)

Dewasa ini, minuman berupa sari buah mulai digemari pada kalangan
tertentu. Selain warnanya yang menggiurkan dan menggugah selera, rasanya
menyegarkan dan dapat menghilangkan dahaga. Konsistensi sari buah juga lebih
menguntungkan bila dilihat dari asupan gizi. Asupan buah dapat lebih tinggi
karena sifatnya yang cair, sehingga dengan sendirinya asupan zat-zat gizi dan
substansi penting lainnya akan meningkat (Wirakusumah, 1996).

2.2. Sirup
Sirup adalah sejenis minuman ringan berupa larutan kental dengan cita
rasa beraneka ragam. Berbeda dengan sari buah, sirup penggunaannya tidak
langsung diminum tetapi harus diencerkan terlebih dahulu. Pengenceran
diperlukan karena kandungan gulanya tinggi, yakni sekitar 65 persen.
Pada dasarnya, sirup terbuat dari larutan gula yang kental dan untuk
menambah rasa sering disertai penambah rasa, pewarna, asam sitrat, asam tartat,
atau asam laktat. Berdasarkan bahan bakunya, sirup dibedakan menjadi sirup
esens, sirup glukosa, dan sirup buah-buahan.
Sirup esens adalah sirup yang cita rasanya ditentukan oleh esens yang
ditambahkan. Bermacam-macam esens diantaranya adalah esens jeruk, vanili,
sirsak, pisang, jeruk, nanas, dan lain sebagainya. Esens ini dapat dibeli di toko
kimia atau pasar swalayan.

11
Sirup glukosa hanya mempunyai rasa manis saja, karena itu sering diberi
nama gula encer. Sirup ini pada umumnya tidak langsung dikonsumsi untuk
minuman. Penggunaanya lebih merupakan bahan baku industri minuman, sari
buah, dan sebagainya. Sirup glukosa dapat dibuat dari tepung kentang, tepung
jagung, dan tepung beras.
Sirup buah-buahan rasa dan aromanya ditentukan oleh bahan dasarnya,
yakni buah segar. Di pasaran banyak kita jumpai berbagai macam sirup buah.
Jenisnya antara lain sirup nanas, sirup jambu biji, sirup mangga, sirup melon,
sirup markisa, dan lain sebagainya (Satuhu, 2004).

2.3. Belimbing Manis


Belimbing manis (Averrhoa carambola L) merupakan tanaman buah
berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke
berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia.
Meskipun belimbing bukan tanaman asli Indonesia, belimbing sudah sangat lama
berkembang di Indonesia. Pada umumnya, belimbing ditanam dalam bentuk
kultur pekarangan (Sunarjo, 2004).
Pertumbuhan belimbing manis dipengaruhi jenis tanah, sinar matahari,
dan pemupukan. Pada dasarnya belimbing dapat tumbuh pada semua jenis tanah,
baik tanah berpasir, pasir berlempung, lempung, maupun lempung berpasir.
Namun, jika tanahnya tidak sesuai maka tanaman belimbing tidak tumbuh optimal
atau tidak berbuah lebat. Tanaman belimbing dapat tumbuh optimal pada tanah
lempung dengan curah hujan sedang yaitu, 1.500-2.500 milimeter per tahun dan
memiliki pH tanah 5,5-6 (Sunarjo, 2004).
Varietas belimbing unggul adalah varietas belimbing yang memiliki
produktivitas tinggi, resisten terhadap hama dan penyakit, berkualitas tinggi, serta
dapat ditanam di berbagai kondisi lingkungan baru. Di Indonesia dikenal cukup
banyak ragam varietas belimbing manis, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan,
Dewi murni, Dewa murni, Wulan, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas
Malaysia. Secara tradisional, belimbing memang dipercaya dapat menurunkan
tekanan darah dan kandungan tiap 100 gr daging buah belimbing manis dapat
dilihat pada Tabel 5.

12
Tabel 5. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr Belimbing
Manis
No Jenis Satuan Jumlah
1 Kalori Kal 35,00
2 Protein Gr 0,50
3 Lemak Gr 0,70
4 Kalsium Mg 8,00
5 Fosfor Mg 22,00
6 Besi (Fe) Mg 0,80
7 Vitamin A UI 18,00
8 Vitamin B Mg 0,03
9 Vitamin C Mg 33,00

Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok, 2007

2.4. Jambu Biji


Jambu biji (Psiduium guajava L) merupakan jenis buah-buahan yang ikut
serta dalam peningkatan kesehatan masyarakat, peningkatan penghasilan petani,
dan membangun agroindustri yang modern. Buahnya mengandung vitamin A dan
C yang tinggi. Kandungan tiap 100 gr daging buah jambu biji dapat dilihat pada
Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr Jambu Biji
No Jenis Satuan Jumlah
1 Kalori Kal 49,000
2 Protein Gr 0,900
3 Lemak Gr 0,300
4 Hidrat arang Gr 12,200
5 Kalsium Mg 14,000
6 Fosfor Mg 28,000
7 Besi (Fe) Mg 1,100
8 Vitamin A UI 25,00
9 Vitamin B Mg 0,002
10 Vitamin C Mg 37,000

Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok, 2007

13
Buah jambu biji yang masih muda, warnanya hijau tua, dan berubah
menjadi hijau muda hingga kekuning-kuningan bila sudah mendekati masaknya.
Buah yang sudah masak, lunak dagingnya, mudah rusak, dan membusuk. Buah
yang sudah tua atau masak bilamana jatuh, dari luarnya nampak benar, maka
kerusakan tadi tampak sebagai pembusukan. Buah jambu biji yang dipetik ketika
masih muda, tidak dapat ditingkatkan kematangannya dengan pemeraman.
Walaupun ada perubahan warna, rasanya tetap tidak enak dan daging luarnya
kasar.
Jambu biji juga mampu menurunkan kadar kolestrol dalam tubuh dan
berguna untuk penderita demam berdarah, karena buah ini mengandung zat
likopeten yang mampu mengendalikan produksi kolestrol jahat. Daunnya juga
dapat digunakan untuk obat diare dan pewarnaan serta penyamakan kulit binatang
(Dinas Pertanian Kota Depok, 2008).

2.5. Penelitian Terdahulu


Endrodewo (1998) melakukan penelitian mengenai analisis finansial
agribisnis mangga model pembiayaan KKPA di Jawa Barat. Hasil analisis dengan
discount rate 16 persen pada perkebunan mangga Arumanis skala 20 hektar
menghasilkan NPV, IRR, Net B/C dan, PBP masing-masing Rp 1.075.673.263;
19,03 persen; 1,3; dan 9,2 tahun. Dengan demikian, berdasarkan kriteria
kelayakan finansial, usaha perkebunan mangga Arumanis, baik dalam skala 20
dan 40 hektar layak untuk diusahakan.
Analisis finansial perkebunan mangga Gedong skala 20 hektar
menghasilkan NPV, IRR, Net B/C, dan PBP masing-masing sebesar
Rp 323.255.632; 17,88 persen; 1,2 dan 8,6 tahun. Dengan demikian, berdasarkan
kriteria kelayakan finansial, usaha perkebunan mangga Gedong, baik dalam skala
20 dan 40 hektar layak untuk diusahakan.
Alim (2001) melakukan penelitian yang berjudul ”Kajian Proses dan
Analisa Finansial Produksi Bubuk Jahe Pada Industri Skala Rumah Tangga”.
Penelitiannya menunjukkan bahwa produksi bubuk jahe skala rumah tangga,
kapasitas yang direncanakan adalah 2250 kg produk per tahun, dengan total
kebutuhan dana sebesar Rp 25.132.250. Harga pokok dihitung dengan
menggunakan metode konvensional sebesar Rp 25.498,22 per kilogram dan harga

14
jual Rp 33.000. Analisis kelayakan pada kondisi dengan tingkat suku bunga 25
persen menunjukkan NPV Rp 22.629.547, nilai IRR nya 61,13 persen, nilai net
B/C sebesar 1,9, nilai PBP adalah 0,62 tahun, sedangkan BEP produksinya akan
tercapai pada penjualan 1.694,94 kilogram atau pada nilai penjualan Rp
54.448.000. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan pada kenaikan biaya
produksi sebesar 18 persen dan penurunan harga jual sampai 13 persen usaha
masih layak untuk dilaksanakan.
Penelitian Sidauruk (2005) tentang perbandingan efektivitas biaya dan
kelayakan finansial industri kecil tahu di kota Bogor, menunjukkan hasil
perhitungan finansial, industri kecil tahu Bandung ”Selaeman” dan tahu
Sumedang ”Kelana Jaya” untuk skenario 1 dan skenario 2 dengan menggunakan
dua tingkat diskonto yaitu, 14,67 persen dan 17,48 persen layak untuk diusahakan.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV, Net B/C, dan IRR yang diperoleh
memenuhi syarat kelayakan usaha.
Rustiana (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha
pengolahan puree mangga pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor,
Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tujuan penelitan tersebut
adalah untuk menganalisis kelayakan usaha dari aspek non finansial dan aspek
finanasial. Berdasarkan aspek non finansial, seperti aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek sosial, dan lingkungan usaha ini layak untuk
dilaksanakan. Hasil analisis finansial menunjukkan nilai NPV sebesar
Rp 346.825.522, nilai IRR lebih besar dari discount rate, yaitu sebesar 87,26
persen, nilai Net B/C yang lebih besar dari satu yaitu, 6,14, dan payback periode
yang diperoleh lebih singkat dari umur proyek yaitu, selama dua tahun 2,6 bulan.
Karena itu, secara aspek finansial usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Mahasin (2007) melakukan penelitian mengenai analisis brand equity
”ekuitas merek” minuman sirup dan implikasinya dalam kegiatan pemasaran
(kasus merek ABC di Giant Hypermarket Margo City, Depok). Penelitan ini
bertujuan untuk menganalisis besarnya pengaruh masing-masing elemen
penyusun brand equity terhadap nilai brand equity berdasarkan model Customer-
Based Brand Equity serta merumuskan alternatif strategi bauran pemasaran sirup
ABC, berdasarkan hasil analisis brand equity value yang telah diketahui. Dari

15
hasil analisis, pengaruh langsung dari elemen brand awareness dan brand image
yaitu, sebesar 69 dan 100 persen. Brand knowledge ABC diukur oleh komponen
brand building tools and objectives, yaitu elemen choosing brand element,
developing marketing program, dan elemen leverage of secondary association.
Ketiga elemen tersebut memiliki pengaruh langsung terhadap brand awareness
ABC yaitu, masing-masing sebesar 75 persen, 63 persen, dan 92 persen. Bauran
pemasaran yang perlu dijalankan adalah melakukan repositioning,
mempertahankan harga, menjaga kontinuitas produk di pasaran, memberikan
souvenir pembelian, dan mengadakan undian berhadiah.
Sari (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pemasaran jus jambu
biji merah Kelompok Wanita Tani Turi di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan
Tanah Sareal, Kota Bogor. Penelitan ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran jus, mengidentifikasi
penerapan bauran pemasaran, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran yang
efektif pada KWT Turi. Hasil analisis matriks IE menempatkan KWT Turi pada
kuadran V, yaitu strategi hold and maintain. Strategi yang bisa diterapkan pada
posisi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan hasil
analisis SWOT alternatif strategi yang dapat dijalankan KWT Turi adalah,
mempertahankan kualitas dan keunggulan, meningkatkan kegiatan promosi,
meningkatkan kapasitas usaha, melakukan diversifikasi produk, serta pengelolaan
manajemen yang profesional.
Utami (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha
minuman instan berbasis tanaman obat di Koleksi Taman Obat dan Spa
Kebugaran Syifa, Bogor. Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan
usaha dari aspek non finansial dan aspek finanasial. Berdasarkan aspek non
finansial, seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan
lingkungan, serta aspek hukum usaha ini layak untuk dilaksanakan, sedangkan
aspek finansial usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan karena proses usaha yang
akan terjadi selama kurun umur proyek akan menghasilkan kerugian. Oleh sebab
itu, perlu adanya perbaikan usaha.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang telah
ada adalah bahwa, penelitian ini akan menganalisis kelayakan usaha pembuatan

16
jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah dari sisi aspek non finansial
yang terdiri atas, aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek hukum,
aspek lingkungan, maupun aspek sosial dan juga dari sisi aspek finansial. Selain
itu, belum ada penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan
sirup belimbing manis dan jambu biji merah.

17
III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Studi Kelayakan


Studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide
bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan. Studi
kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi
kelayakan proyek. Namun, jika objeknya adalah pengembangan usaha (usaha
sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan) maka disebut studi
kelayakan bisnis (Subagyo, 2007).
Adapun tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah untuk mengetahui
apakah suatu proyek/bisnis akan untung atau rugi, dengan kata lain untuk
memperkecil tingkat risiko kerugian yang memastikan bahwa investasi yang
dilakukan memang menguntungkan. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000),
kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri
atas:
1) Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut
sebagai manfaat finansial).
2) Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga
manfaat ekonomi nasional).
3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.
Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang
harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan, yaitu:
1) Aspek Pasar
Terdiri atas permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan
dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.
2) Aspek Teknis
Terdiri atas lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi
yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi,
serta ketepatan penggunaan teknologi.
3) Aspek Manajemen
Terdiri atas manajemen pada masa pembangunan, yaitu pelaksanaan proyek,
jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, serta
manajemen pada saat operasi yaitu, bentuk organisasi, struktur organisasi,
deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.
4) Aspek Hukum
Terdiri atas bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang
dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, akta, sertifikat, dan izin
yang diperlukan dalam menjalankan usaha.
5) Aspek Sosial Lingkungan
Terdiri atas pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, peluang kerja, dan
pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan.
6) Aspek Finansial
Terdiri atas pengaruh-pengaruh finansial pada proyek. Pengaruh-pengaruh
tersebut berbentuk biaya-biaya, manfaat-manfaat, dan perubahan-perubahan
yang berpengaruh terhadap manfaat dan biaya yang diperoleh perusahaan.
Menurut Gray (1992) tujuan dilakukannya analisis proyek adalah:
1) Mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu
proyek.
2) Menghindari pemborosan sumber daya.
3) Memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan.
4) Menentukan prioritas

3.1.2. Aspek Studi Kelayakan


Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), untuk menentukan layak atau tidaknya
suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk dikatakan
layak harus memiliki standar tertentu. Namun, penilaian tidak hanya dilakukan
pada suatu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan
kepada seluruh aspek yang akan dinilai, jadi tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek
yang kurang layak akan diberikan beberapa saran perbaikan, sehingga memenuhi
kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut
sebaiknya jangan dijalankan.

19
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), secara umum aspek-aspek yang
diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek sosial.
Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. Aspek-
aspek yang akan diteliti terlebih dahulu harus ditentukan dalam menentukan studi
kelayakan. Penelitian ini, akan mengkaji mengenai aspek teknis, aspek pasar,
aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek
finansial.
1) Aspek Pasar
Pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan
jasa, sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi (Subagyo, 2007).
Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek
yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan
oleh proyek tersebut. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek pasar
mempelajari tentang:
a) Permintaan
Permintaan adalah kegiatan yang didukung oleh daya beli atau akses
untuk membeli. Artinya, permintaan akan terjadi apabila didukung oleh
daya kemampuan yang dimiliki konsumen untuk membeli serta adanya
akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan. Hal ini pula
yang sangat menentukan permintaan itu sendiri.
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu
barang dan jasa antara lain, harga barang itu sendiri, harga barang lain
yang memiliki hubungan substitusi atau komplementer, pendapatan,
selera, jumlah penduduk, dan akses untuk memperoleh barang atau jasa
yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006).
b) Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen
pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor yang
mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa antara lain, harga
barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan substitusi

20
atau komplementer, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses
(Kasmir dan Jakfar, 2006).
c) Program Pemasaran
Program pemasaran meliputi empat aspek bauran pemasaran (marketing
mix) yaitu, produk (product), harga (price), distribusi (place), dan
promosi (promotion) (Umar, 2005).
d) Pangsa Pasar (Market Share) Perusahaan
Pangsa pasar (market share) merupakan proporsi dari keseluruhan pasar
potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan.
Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok
produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada suatu
periode tertentu. Dalam hal ini, meliputi variabel yang dapat dikontrol
oleh calon investor yaitu, marketing mix, dan kemampuan manajemen
lainnya, serta variabel yang tidak dapat dikontrol oleh calon investor
(Husnan dan Suwarsono, 2000).
2) Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasian setelah proyek
tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Penilaian
kelayakan terhadap aspek ini penting dilakukan sebelum suatu proyek
dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga jika tidak dianalisis dengan
baik akan berakibat fatal bagi perusahaan dimasa yang akan datang (Kasmir
dan Jakfar, 2006)
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam aspek teknis antara lain:
a) Lokasi Proyek
Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian yaitu,
lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi
bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung
tidak berkaitan dengan proses produksi yaitu, lokasi administrasi
perkantoran dan pemasaran. Terdapat beberapa variabel yang perlu

21
diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek. Variabel ini dibedakan ke
dalam dua golongan besar yaitu, variabel utama (primer) dan variabel
bukan utama (sekunder). Penggolongan ke dalam kedua kelompok
tersebut tidak mengandung kekakuan artinya, dimungkinkan untuk
berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan proyek
bersangkutan. Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu,
ketersediaan barang mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan
air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Variabel-variabel
sekunder terdiri dari, hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan
keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat), serta
perencanaan masa depan perusahaan.
b) Skala Operasional atau Luas Produksi
Skala operasi atau luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya
diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Pengertian kata
”seharusnya” dan ”keuntungan yang optimal”, mengandung maksud
untuk mengkombinasikan faktor eksternal dan faktor internal perusahaan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas
produksi yaitu, batasan permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin,
jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi,
kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan adanya
perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
c) Layout Atau Tata Letak Alur Produksi
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian,
pengertian layout mencakup layout site (layout lokasi proyek), layout
pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Dalam
layout pabrik terdapat dua tipe utama yaitu, layout fungsional (layout
process) dan layout Produk (layout garis).
d) Pemilihan Jenis atau Teknologi Peralatan
Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penetuan jenis atau teknologi
peralatan antara lain, seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan,
manfaat ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan

22
mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi
tersebut ditempat lain yang memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek,
kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat, dan
kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan
adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih
sebagai akibat keusangan.
3) Aspek Manajemen
Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek
dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil
apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari
merencanakan, sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi
penyimpangan. Demikian juga dengan struktur organisasi yang dipilih harus
sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya (Kasmir dan Jakfar, 2006).
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang dipelajari dalam aspek
manajemen antara lain:
a) Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek
Manajemen proyek adalah sistem untuk merencanakan, melaksanakan,
dan mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek
harus dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan
mengkoordinasi berbagai aktivitas atau kegiatan dan pengguaan sumber
daya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya
(Kasmir dan Jakfar, 2006). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
manajemen masa pembangunan proyek yaitu, pelaksana proyek tersebut,
jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukan studi masing-
masing aspek.
b) Manajemen dalam Operasi
Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih,
struktur organisasi, deskripsi, dan spesifikasi jabatan, anggota direksi,
dan tenaga kunci, serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan
(Husnan dan Suwarsono, 2000).

23
4) Aspek Finansial
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya
dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan
selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Kasmir dan
Jakfar (2006), penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai
biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan juga meneliti seberapa besar
pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan. Penelitian ini
meliputi, lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan
proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga jika dihitung dengan
formula penilaian investasi akan sangat menguntungkan. Hal-hal yang
mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain :
a) Biaya Kebutuhan Investasi
Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk
membeli aset-aset yang dibutuhkan usaha tersebut. Aset-aset ini
biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari
pendirian hingga dapat dioperasikan. Karena itu, dalam melakukan
investasi dibutuhkan biaya investasi yang digunakan untuk membeli
berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut. Biaya
kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan
dijalankan. Secara umum, komponen biaya terdiri atas, biaya
prainvestasi, biaya pembelian aktiva, dan biaya operasional (Kasmir dan
Jakfar, 2006).
b) Sumber-Sumber Dana
Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang
ada seperti, dari modal sendiri, modal pinjaman, atau gabungan
keduanya. Pilihan apakah menggunakan modal sendri atau modal
pinjaman atau gabungan dari keduanya tergantung dari jumlah modal
yang dibutuhkan dan kebijakan pengusaha (Kasmir dan Jakfar, 2006).
Pada dasarnya, pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih sumber
dana yang pada akhirnya bisa memberikan kombinasi dengan biaya
terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi proyek atau perusahaan
mensponsori usaha tersebut (artinya, jangka waktu pengembalian sesuai

24
dengan jangka waktu penggunaan dana). Sumber-sumber dana yang
utama terdiri dari, modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan,
penerbitan saham di pasar modal, obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan dan dijual di pasar modal, kredit bank, leasing dari lembaga
keuangan nonbank, dan project finance (Husnan dan Suwarsono, 2000).
c) Aliran Kas (Cash Flow)
Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang
yang masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga
menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang
dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006). Aliran kas penting digunakan
dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama
dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi para investor adalah kas
bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu usaha dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu, aliran kas permulaan (initial
cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas
terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi
pada awal periode merupakan aliran kas permulaan. Aliran kas yang
timbul selama operasi usaha disebut aliran kas operasional, sedangkan
aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika usaha berakhir
(Husnan dan Suwarsono, 2000).
5) Aspek Hukum
Aspek hukum akan membahas masalah kelengkapan dokumen perusahaan,
mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan
dokumen usaha sangat penting, karena merupakan dasar hukum yang harus
dipegang apabila di kemudian hari timbul masalah (Kasmir dan Jakfar, 2006).
6) Aspek Sosial dan Lingkungan
Analisis aspek sosial digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang
ditimbulkan jika proyek tersebut berjalan. Analisis aspek lingkungan akan
melihat dampak proyek yang dijalankan terhadap lingkungan sekitar, baik
terhadap air, darat, udara, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap
kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhan (Kasmir dan Jakfar, 2006).

25
3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi
Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), dalam menentukan layak atau tidaknya
suatu investasi, yang ditinjau dari aspek keuangan, perlu dilakukan pengukuran
dengan berbagai kriteria. Kriteria ini sangat bergantung dari kebutuhan masing-
masing usaha dan metode mana yang digunakan. Setiap metode yang digunakan
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Karena itu, dalam
penilaian kelayakan suatu usaha hendaknya digunakan beberapa metode
sekaligus, agar dapat memberikan hasil yang lebih sempurna. Kriteria-kriteria
tersebut biasa disebut dengan nama kriteria investasi.
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Untuk mengukur manfaat proyek dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan menggunakan perhitungan berdiskonto
dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money
yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan
suatu teknik yang dapat ”menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang
akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuran-ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus
manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).
Konsep nilai waktu uang(Time Value of Money) menyatakan bahwa nilai
sekarang (present value) adalah lebih baik dari nilai yang sama pada masa yang
akan datang (future value). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini terjadi,
yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat
ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan
datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki sekarang
memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui
kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi
masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al. 1999).
Kadariah et al. (1999) juga mengungkapkan, bahwa kedua unsur tersebut
berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga
modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat
dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang

26
penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku
bunga ditentukan melalui proses discounting. Karena itu, kriteria investasi yang
dugunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha adalah Net Present
Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR),
dan Payback Periode (PBP).
1) Analisis Switching Value (Nilai Pengganti)
Semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh setiap tahun
dihitung berdasarkan data yang ada. Sementara itu, kondisi lingkungan yang
selalu berubah akan mempengaruhi biaya dan manfaat yang akan diperoleh,
sehingga terdapat kemungkinan terjadinya suatu kekeliruan dan
ketidaktepatan biaya dan penerimaan akibat adanya perubahan-perubahan.
Analisis switching value (nilai pengganti) mencoba melihat kondisi kelayakan
yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan
manfaat. Switching value dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana
perubahan yang terjadi dapat ditoleransi untuk dilaksanakan.
Pada Analisis switching value, dicari beberapa nilai pengganti pada
komponen biaya dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria
minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal.
Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0).
NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan
Net B/C sama dengan 1 (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa
proyek yang akan dijalankan mentoleransi peningkatan harga atau penurunan
input dan penurunan harga atau jumlah output (Gittinger, 1986).
2) Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi ialah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan
dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi. Laporan laba
rugi juga merupakan suatu laporan yang menunjukkan hasil-hasil operasi
perusahaan selama waktu tersebut (Gittinger, 1986). Laporan laba rugi ini
menghasilkan suatu perhitungan yang akhirnya dapat melihat apakah suatu
proyek yang dijalankan mendapatkan keuntungan ataukah mendapatkan
kerugian selama waktu proyek. Laba ialah apa saja yang tersisa setelah

27
dikurangkan dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul di dalam
memproduksi atau menjual barang dan jasa.

3.1.4. Teori Biaya dan Manfaat


Dalam analisa usaha, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi
biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang
membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai
pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap
manfaat yang diterima. Menurut Gittinger (1986), biaya yang diperlukan suatu
usaha dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat
jangka panjang, seperti: tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.
2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat usaha mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja.
3) Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga, dan pinjaman.
Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
kontribusi terhadap suatu proyek. Menurut Gittinger (1986), manfaat usaha dapat
dibedakan menjadi:
1) Manfaat langsung yaitu, manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan
kesempatan kerja.
2) Manfaat tidak langsung yaitu, manfaat yang secara nyata diperoleh dengan
tidak langsung dari usaha dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti:
rekreasi.
Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan
suatu usaha yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi
adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari
investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa usaha. Nilai
perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari
investasi dengan adanya usaha (Gittinger, 1986).

28
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian dilatarbelakangi semakin tingginya hasil buah-buah grade
terendah yang tidak dimanfaatkan karena tidak diminati dan tidak laku dipasaran.
Hal ini tentunya dapat merugikan petani dimana pendapatan petani semakin
menurun dan buah-buahan grade terendah akan terbuang. CV WPIU melihat
keadaan ini, sehingga mendirikan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis
dan jambu biji merah untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis dari
buah yang dulunya terbuang. Seiring berjalannya waktu, usaha ini berencana
memasuki supermarket karena adanya tawaran untuk memasuki salah satu
supermarket dan adanya permintaan yang belum terpenuhi. Untuk mewujudkan
rencana pengembangan usaha ini, CV WPIU membutuhkan modal yang yaitu,
sekitar Rp 60.000.000 dan harus menambahkan kapasitas produksi. Karena itu,
dibutuhkan analisis kelayakan usaha.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pengembangan suatu
usaha pengolahan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Menilai
kelayakan pengembangan usaha pengolahan jus dan sirup buah ini diperlukan
penilaian terhadap aspek-aspek non finansial seperti, aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek
finansial. Analisis finansial mengkaji NPV, IRR, Net B/C Rasio, Payback
Periode, dan analisis switching value.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan
informasi mengenai pelaksanaan pengembangan usaha kepada pengusaha
pembuat jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah yaitu, CV WPIU.
Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

29
Belimbing manis dan jambu biji merah
grade C yang kurang dimininati
dipasarn

CV WPIU mengolah menjadi


jus dan sirup

Rencana mengembangkan usaha


dengan memasuki supermarket

Analisis kelayakan usaha

Aspek Non finansial: Aspek finansial:


Aspek pasar, aspek NPV, IRR,
teknis, aspek Net B/C, PBP
manajemen, aspek
sosial dan lingkungan,
apek hukum.
Switching Value

Tidak layak Layak

Perbaikan usaha dengan Pengembangan usaha


reorientasi alokasi
sumber daya

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha


Pembuatan Jus dan Sirup Buah pada CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul

30
IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di CV WPIU yang terletak di kompleks Sawangan
Permai, Sawangan, Depok. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan bahwa CV WPIU merupakan usaha yang baru
dilaksanakan. Selain itu, CV WPIU belum pernah melakukan analisis kelayakan
usaha maka pihak manajemen meminta agar penulis melakukan penelitian di
tempat ini. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan bulan Februari-April
2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur
usaha, baik investasi maupun operasional dan penerimaan selama satu tahun
usaha. Data tersebut digunakan untuk membuat analisis kelayakan usaha
pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Data sekunder
diperoleh dari beberapa buku, skripsi, dan artikel yang berkaitan dengan materi
penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti,
Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Depok.

4.3. Metode Pengumpulan Data


Data primer yang terkumpul diperoleh dari wawancara kepada pemilik dan
karyawan CV WPIU, serta pemasok. Data sekunder diperoleh dari studi literatur
beberapa buku, skripsi, dan artikel dari internet yang berkaitan dengan materi
penelitian serta pengolahan data yang diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti,
Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Depok.

4.4. Metode Pengolahan Data


Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian, terutama mengenai
biaya-biaya, baik biaya investasi maupun biaya operasional, juga penerimaan,
diolah menggunakan program Microsoft Excel. Program ini dipilih karena telah
lazim digunakan dan relatif mudah dioperasikan. Data kualitatif, diolah dan
disajikan secara deskriptif.
4.5. Metode Analisis Data
Tujuan utama dilakukan analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup
belimbing manis dan jambu biji merah adalah untuk menghindari kerugian usaha
pada saat rencana pengembangan usaha berjalan. Analisis yang dilakukan selama
penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif
dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum dalam usaha
pengolahan jus dan sirup buah. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
menganalisis kelayakan aspek finansial dalam usaha pembuatan jus dan sirup
buah.
Analisis kelayakan finansial menggunakan beberapa kriteria, yaitu:
analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV), tingkat pengembalian
investasi (Internal Rate of Return/IRR), masa pengembalian investasi (Payback
Periode), net benefit dan cost ratio (Net B/C Rasio) yang merupakan angka
perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan net benefit
yang negatif, dan analisis switching value. Data kuantitatif yang dikumpulkan
diolah dengan menggunakan kalkulator dan program komputer yaitu, Microsoft
Excel, ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan diberikan penjelasan deskriptif agar
memudahkan pembaca.

4.5.1. Analisis Aspek Pasar


Analisis aspek pasar dilakukan secara kualitatif. Analisis ini dilakukan
untuk melihat potensi dan prospek pasar dari jus dan sirup buah, daur hidup
produk yang dihasilkan CV WPIU, dan bauran pemasaran yang dilakukan CV
WPIU. Usaha dikatakan layak, apabila memiliki potensi dan peluang pasar serta
menetapkan strategi pemasaran yang tepat untuk memperoleh konsumen.

4.5.2. Analisis Aspek Teknis


Aspek teknis berhubungan dengan input usaha (penyediaan) dan output
(produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Analisis
ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat
dilaksanakan secara teknis. Bila analisis secara teknis tersebut berjalan dengan
lancar dan perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan kondisi sebenarnya.

32
Analisis aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada hal-
hal teknis dari usaha seperti: alasan pemilihan lokasi usaha, letak pasar yang
dituju, tenaga listrik dan air, transportasi, ketersedian bahan baku, peralatan,
perlengkapan, kapasitas usaha, rencana perluasan usaha, teknologi yang
digunakan, proses produksi yang dilakukan, dan layout perusahaan. Proyek
dikatakan layak apabila ada perkembangan produksi.

4.5.3. Analisis Aspek Manajemen


Analisis aspek manajemen dilakukan secara kualitatif untuk melihat
apakah fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan operasional usaha
pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Jika Fungsi
manajemen dapat diterapkan, maka usaha tersebut dinilai layak dari aspek
manajemen. Analisis aspek manajemen dilakukan untuk mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan aspek manajemen perusahaan, seperti: struktur
organisasi, tugas dan wewenang tenaga kerja, dan kebutuhan tenaga kerja dalam
suatu usaha. Proyek dikatakan layak apabila menggunakan sistem manajemen
yang baik.

4.5.4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan


Analisis sosial dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pola dan
kebiasaan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan usaha, karena
pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu usaha. Suatu
usaha harus tanggap terhadap keadaan sosial seperti, penciptaan lapangan kerja,
distribusi pendapatan, dan lain sebagainya. Selain itu, apakah usaha tersebut
dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya serta bagaimana dampak usaha
terhadap lingkungan.

4.5.5. Analisis Aspek Hukum


Analisis ini dimaksudkan untuk meyakini bahwa secara hukum rencana
bisnis dinyatakan layak atau tidak. Dalam hal ini, akan dianalisis sejauh apa
CV WPIU mengikuti peraturan-peraturan ataupun perundang-undangan yang
berlaku, perizinan apa saja yang telah dipenuhi, serta bagaimana bentuk dan badan
hukum usaha.

33
4.5.6. Analisis Aspek Finansial
Dalam melakukan analisis aspek finansial diperlukan kriteria investasi
yang menyatakan usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria investasi yang
digunakan tersebut adalah:
1) Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah suatu alat analisis untuk menguji kelayakan
dari suatu investasi. NPV adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang
ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu atau dapat dikatakan
sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap tahun
kegiatan usaha. Rumus yang digunakan dalam penghitungan NPV menurut
Kadariah et al. (1999) adalah sebagai berikut:
n
Bt  Ct
NPV = 
t 0 (1  i )
t

Dimana:
Bt = Penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t
Ct = Biaya (cost) bruto tahun ke-t
n = Umur Ekonomis Usaha
t = Tahun
i = Tingkat suku bunga/discount rate

Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV
suatu usaha lebih besar dari nol (NPV>0) berarti usaha tersebut layak
dilakukan atau dilanjutkan karena memiliki arti, bahwa manfaat yang
diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, jika NPV
usaha kurang dari nol (NPV<0), maka usaha tersebut tidak layak dilakukan
atau dilanjutkan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang
diperoleh. Sedangkan, jika NPV sama dengan nol (NPV=0) manfaat yang
diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan, artinya proyek
mengembalikan persis sebesar modal sosial. Dengan demikian, usaha
tersebut tidak untung dan tidak rugi.
2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Analisis imbangan biaya dan penerimaan adalah alat analisis tingkat efisiensi
setiap rupiah yang dikeluarkan yang diperoleh dari penerimaan. Net B/C
merupakan perbandingan NPV total dari manfaat bersih terhadap total dari

34
biaya bersih (Gray, 1992) atau dapat dikatakan sebagai perbandingan antara
jumlah nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang dan nilai bersih
yang bernilai negatif sebagai penyebut. Analisis ini akan menguji seberapa
jauh setiap nilai rupiah yang akan dipakai dapat memberikan sejumlah nilai
penerimaan sebagai manfaatnya. Rumus yang digunakan dalam
penghitungan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) menurut Kadariah et al.
(1999) adalah sebagai berikut:
n
Bt  Ct
 (1  i )
t
t0
Bt  Ct  0
Net B/C = Dimana
n
Bt  Ct Bt  Ct  0
t0 (1  i )
t

Dimana:
Bt = Penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t
Ct = Biaya (cost) bruto tahun ke-t
n = Umur Ekonomis Usaha
t = Tahun
i = Tingkat suku bunga/discount rate

Net B/C digunakan untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan modal. Jika
Net B/C suatu usaha lebih dari satu (Net B/C>1), maka dapat dikatakan
bahwa usaha tersebut layak untuk diusahakan atau dilanjutkan. Jika Net B/C
suatu usaha sama dengan satu (Net B/C=1), maka biaya yang dikeluarkan
sama dengan keuntungan yang didapatkan. Jika Net B/C suatu usaha kurang
dari satu (Net B/C<1), maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak
layak untuk diusahakan atau dilanjutkan karena biaya yang dikeluarkan lebih
besar dari pada keuntungan yang diperoleh.
3) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) pada
saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan
tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tersebut layak
diusahakan. Rumus perhitungannya menurut Kadariah et al. (1999) adalah
sebagai berikut:
NPV
IRR = i + (i" i )
NPV  NPV "

35
Dimana:
NPV = NPV yang bernilai positif
NPV” = NPV yang bernilai negatif
i = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif
i” = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negatif

Jika ternyata IRR usaha lebih besar dari tingkat diskonto yang telah
ditentukan, maka usaha layak untuk dilaksanakan. Namun, jika IRR usaha
lebih kecil dari tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tidak
layak untuk dilaksanakan.
4) Payback Periode (PBP)
Payback Periode atau analisis waktu adalah jumlah tahun yang dibutuhkan
untuk menutupi pengeluaran awal. Kriteria ini mengukur kecepatan proyek
dalam mengembalikan biaya awal. Oleh sebab itu, kriteria ini menghitung
arus kas yang dihasilkan dan bukan besarnya keuangan akuntansi (Keown,
2001). Semakin kecil angka yang dihasilkan, maka usaha tersebut semakin
baik untuk diusahakan. Perhitungan PBP menurut Kadariah et al. (1999)
adalah sebagai berikut:

I
Payback Periode =
Ab

Dimana:
I = Besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya

Pada dasarnya semakin cepat Payback Periode menandakan semakin kecil


risiko yang dihadapi oleh investor.

4.5.7. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)


Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar perubahan pada biaya dan manfaat yang akan menghasilkan
keuntungan normal yaitu, NPV sama dengan 0, IRR mendekati atau sama dengan
tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan 1.
Variabel yang dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan
terhadap usaha, yaitu biaya usaha yang dominant serta penjualan jus dan sirup.
Dengan analisis ini, akan dicari jumlah maksimum kenaikan biaya usaha yang

36
dominan dan jumlah maksimum penurunan penjualan jus dan sirup buah yang
membuat usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan.

4.5.8. Laporan Laba Rugi


Analisa laba rugi digunakan perusahaan untuk mengetahui perkembangan
usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan jus dan
sirup buah ini terdiri dari, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional,
biaya penyusutan, beban bunga, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak
(EBT) diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional,
beban bunga, dan biaya penyusutan. Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba
sebelum pajak dikurangi dengan pajak penghasilan.

4.6. Asumsi Dasar


Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Usaha yang dilakukan adalah usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis
dan jambu biji merah dalam kemasan.
2) Analisis finansial dilakukan berdasarkan asumsi bahwa pada tahun pertama
dan kedua, CV WPIU berproduksi sebesar 70 persen dari kapasitas yang
ingin dicapai. Hal ini dilakukan pada tahun-tahun awal produk yang
dihasilkan dipasarkan di supermarket, sehingga produk belum dikenal
konsumen secara luas dan juga. Selain itu, ini merupakan awal CV WPIU
memproduksi melebihi kapasitas yang sudah ada sebelumnya, sehingga
dibutuhkan keterampilan dari tenaga kerja yang ada. Untuk tahun ke-3
hingga tahun ke-10, CV WPIU berproduksi 100 persen karena sudah
memiliki pengalaman dan produk sudah dikenal di pasaran.
3) Pengusaha berencana mengembangkan usaha dengan meminjam modal
sebesar Rp 60.000.000.
4) Tingkat diskonto yang digunakan adalah berdasarkan suku bunga kredit
Bank Jabar Banten yaitu, sebesar 14 persen.
5) Umur proyek adalah 10 tahun didasarkan dari usia bangunan karena ini
merupakan biaya investasi terbesar setelah lahan.
6) Inflow dan outflow merupakan proyeksi pada penelitian dan informasi yang
didapatkan pada saat penelitian.

37
7) Jumlah hari kerja dan produksi adalah 312 hari per tahun.
8) Kapasitas CV WPIU saat ini adalah menghasilkan 144.000 botol jus per
tahun dan 28.800 botol sirup per tahun dan kapasitas yang ingin dicapai
adalah menghasilkan 370.286 botol jus per tahun serta 61.715 botol sirup per
tahun.
9) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku selama bulan
Februari 2009 dan konstan selama penelitian. Harga-harga tersebut adalah
sebagai berikut: harga belimbing manis dan jambu biji merah pada bulan
Mei-Juni adalah, Rp 5.000/kg sedangkan pada bulan lain adalah Rp 4.000;
harga gula adalah Rp 8.000; harga botol untuk jus adalah Rp 800/buah; harga
botol untuk sirup adalah Rp 1.000/buah; harga kardus untuk jus dalah
Rp 2.000/buah; harga kardus untuk sirup adalah Rp 4.000/buah; harga label
untuk jus dan sirup adalah Rp 200/buah; harga gas LPG adalah
Rp 75.000/tabung.
10) Total produksi adalah jumlah kemasan yang dihasilkan selama satu tahun.
Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual.
11) Proporsi penjualan jus adalah 15 persen eceran, 41 persen grosiran, 44 persen
ke supermarket. Proporsi penjualan sirup adalah 17 persen eceran, 50 persen
grosiran, 33 persen ke supermarket. Perhitungan ini diperoleh dari penjualan
yang dilakukan CV WPIU selama ini.
12) Harga jual jus eceran Rp 3.500, grosiran Rp 2.500, dan ke supermarket
Rp 2.720. Harga jual sirup eceran Rp 12.500, grosiran Rp 9.000, dan ke
supermarket Rp 9.010.
13) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembuatan jus dan sirup ini terdiri dari
biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun
pertama dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang
telah habis umur ekonomisnya.
14) Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus. Penyusutan
digunakan untuk menghitung pajak penghasilan dimana pajak penghasilan
merupakan komponen dari laba rugi dan cash flow.
15) Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan
metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis.

38
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan


Belimbing manis varietas dewa-dewi pada tahun 2004 belum menjadi
icon kota Depok. Saat itu, banyak petani belimbing manis yang mengalami
kesulitan untuk memasarkan belimbing manis yang mereka panen. Hal ini juga
terjadi di kecamatan Sawangan yang menjadi salah satu sentra penghasil
belimbing manis di kota Depok.
Pada umumnya atau bisa dikatakan bahwa sebagian besar petani belimbing
manis juga merupakan petani jambu biji merah. Karena itu, selain kesulitan
dalam memasarkan belimbing manis para petani juga kesulitan dalam
memasarkan jambu biji yang mereka produksi. Jika panen raya tiba, buah-buahan
menjadi berlimpah dipasaran dan harganya sangat rendah, bahkan banyak buah
yang akhirnya terbuang sia-sia karena telah membusuk. Belimbing manis dan
jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan grade yaitu, grade A, B, dan
C dimana buah yang laku dipasaran adalah grade A dan B, sedangkan grade C
kurang diminati. Padahal, produksi buah grade C mencapai 20 persen dari total
hasil panen. Kondisi seperti ini tentunya sangat merugikan para petani karena
pendapatan mereka semakin berkurang.
Ibu Maria Gigih Sandy berusaha mengumpulkan para petani belimbing
manis dan jambu biji merah serta pihak-pihak terkait seperti, pihak Kelurahan,
Dinas Pertanian, dan PPL (Petugas Penyuluh Pertanian) kota Depok untuk
mendiskusikan dan berusaha mencari solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Akhirnya, pada tanggal 10 September 2004 terbentuklah gabungan
kelompok tani (gapoktan) Babakan Agro Andalan Desa.
Gabungan kelompok tani Babakan Agro Andalan Desa terdiri atas empat
kelompok tani dan satu kelompok pengolah. Hasil produksi belimbing manis dan
jambu biji merah grade C yang dihasilkan oleh petani akan diolah oleh kelompok
pengolah menjadi jus. Para petani juga dibagikan bibit nanas untuk ditanam dan
hasilnya dapat dijual dan dimanfaatkan. Kelompok pengolahan ini diketuai oleh
Ibu Maria dan usaha mulai berproduksi mulai Januari 2005. Produk yang
dihasilkan adalah jus belimbing manis, jambu biji merah, serta campuran antara
wortel dan nanas dalam kemasan cup 220 ml. Pada Juli 2005, kelompok
pengolahan ini memperoleh bantuan berupa mesin pulper dari Dinas Pertanian
Kota Depok.
Usaha telah berjalan beberapa waktu. Namun, terjadi kecurangan yang
dilakukan oleh salah satu pengurus kelompok pengolah yang memanfaatkan
kelompok untuk kepentingan dan keuntungan pribadi dan ada juga beberapa
anggota yang ingin membuka usaha pengolahan sendiri. Pada tahun 2006,
kelompok pengolah ini dibubarkan karena tidak adanya kesamaan visi antar
sesama anggota dan terjadinya kecurangan-kecurangan. Jika kelompok ini tetap
dipertahankan tanpa adanya kesamaan visi, usaha tidak akan mencapai tujuan.
Ibu Maria memiliki rencana untuk membuka usaha pembuatan jus Sekitar
pertengahan 2006. Setelah melakukan beberapa persiapan, terbentuklah CV
WPIU yang dipimpin oleh Ibu Maria pada Januari 2007. Usaha ini menghasilkan
jus dan sirup belimbing manis, jambu biji merah, dan campuran wotel dan nanas
(wornas) dengan merek ”Winner”.

5.2. Profil Perusahaan


CV WPIU beralamat di jalan Sawangan Raya No. 16, kota Depok, Jawa
Barat. Visi CV WPIU ialah mensejahterakan masyarakat sekitar melalui
pemberdayaan lingkungan. Sedangkan misi dari perusahaan yaitu, memenuhi
kebutuhan pasar lokal secara optimal dan membudayakan cinta produk Indonesia.
Tujuan dari perusahaan ini bermula dari ketersediaan bahan baku yang
melimpah di sekitar dan komitmen yang kuat untuk memberdayakan lingkungan
guna menciptakan lapangan pekerjaan. Karena itu, CV WPIU bersama tim kreatif
menciptakan produk-produk olahan berkualitas berbasis hasil pertanian
kebanggaan kota Depok yaitu, buah belimbing varietas Dewa-Dewi dan
didampingi dengan buah-buah lainnya yaitu, jambu biji merah, wortel, dan nanas.

5.3. Deskripsi Usaha


CV WPIU sudah melakukan kegiatan produksi pada Januari 2007. CV
WPIU menghasilkan jus belimbing manis, jambu biji merah, dan wornas dalam
kemasan botol 250 ml. Kemasan dari produk yang dihasilkan sudah disertai
dengan label, telah memiliki sertifikat halal, dan izin dari Dinas Kesehatan.

40
Pusat Koperasi Pengolahan dan Pemasaran Belimbing Dewa Depok
(PKPBDD) terbentuk bersamaan dengan berdirinya CV WPIU yang menampung
hasil panen belimbing dari para petani. Awalnya, sampai pertengahan Januari
2007, CV WPIU hanya memproduksi jus belimbing manis, jambu biji merah, dan
wornas. Namun, pada pertengahan Januari tersebut, Depok sedang panen raya
sehingga pasokan belimbing manis di Pusat Koperasi melimpah. Karena itu,
Pusat Koperasi Belimbing Dewa Depok memberikan pasokan belimbing manis
yang melimpah juga kepada CV WPIU. Ibu Maria pun berusaha untuk
memanfaatkan buah-buah tersebut dengan mengolah belimbing manis menjadi
sirup buah yang membutuhkan bahan baku buah-buahan yang lebih banyak.
Akhirnya, hingga saat ini Ibu Maria memproduksi jus dan sirup dan tidak hanya
sirup belimbing manis tetapi juga sirup jambu biji merah dan wornas dalam
kemasan botol 620 ml.
CV WPIU mendapat pasokan bahan baku belimbing manis dari Puskop
sebesar 1,6 ton perbulan dari Januari hingga April 2007, sedangkan untuk
pasokan jambu biji merah diperoleh dari petani, serta untuk wortel dan nanas
diperoleh langsung dari pasar. Untuk pasokan belimbing manis pada saat itu,
Pusat Koperasi yang menentukan berapa banyak belimbing manis yang dipasok
ke CV WPIU dan ketika panen raya, Pusat Koperasi memasok buah melebihi
kapasitas dari CV WPIU. Setelah kejadian tersebut, pada Mei 2007 hingga
sekarang, CV WPIU yang menentukan berapa banyak pasokan buah yang
dibutuhkan dan pasokan belimbing manis tidak lagi diperoleh dari Pusat Koperasi
melainkan dari kelompok tani Makmur Sejahtera. Pasokan jambu biji merah juga
diperoleh dari kelompok tani, sedangkan untuk wortel dan nanas diperoleh
langsung dari pasar. Saat ini, CV WPIU membutuhkan pasokan buah belimbing,
jambu biji merah, wortel dan nanas sebesar 33.285 kg per tahun.
Produk-produk yang dihasilkan CV WPIU didistribusikan secara langsung
tanpa melalui perantaraan distributor. CV WPIU menaruh produknya di beberapa
outlet di Cinere, Pondok Cabe, dan Kelapa Dua. CV WPIU juga mensuplai
produknya ke beberapa tempat seperti, kantin atau koperasi sekolah dan kampus,
gedung olahraga, kantor, minimarket Aneka Buana, dan tempat wisata Kampung
99. CV WPIU juga memiliki agen di beberapa kota di Indonesia seperti, Cirebon,

41
Pontianak, Bangka Belitung, Batam, Pekanbaru, Yogyakarta, Makassar, dan
Sumedang. CV WPIU sekarang ini mendapat tawaran dari beberapa supermarket
untuk dapat memasok produknya ke supermarket tersebut. Ibu Maria berencana
melakukan peminjaman uang ke bank untuk dapat mewujudkan rencana
pengembangan usahanya. Usaha ini juga mendapat dukungan dari pemerintah.
Hal ini dapat dilihat dari visi dan misi dinas pertanian kota Depok.
Usaha yang dirintis oleh Ibu Maria berada di bawah binaan Universitas
Pasundan, dimana Ibu Maria mendapat bimbingan mengenai bagaimana
melakukan proses produksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang
baik, berkualitas, dan layak untuk dikonsumsi. Universitas Pasundan juga
membantu Ibu Maria dalam mengembangkan kualitas dan jenis produknya serta
produk yang dihasilkan oleh CV WPIU juga berada dalam pengawasan
Universitas Pasundan.

42
VI ASPEK NON FINANSIAL

6.1. Aspek Pasar


Setiap usaha yang dijalankan harus memiliki pasar yang jelas. Setelah itu,
perusahaan mengatur strategi pemasaran yang tepat untuk memperoleh konsumen.
Pada penelitian ini, aspek pasar yang diteliti meliputi, prospek dan potensi pasar,
daur hidup produk, dan bauran pemasaran CV WPIU.

6.1.1. Analisis Prospek dan Potensi Pasar


Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian Republik Indonesia
pada tahun 2005, menargetkan bahwa masyarakat Indonesia dapat mengkonsumsi
buah sebanyak 73 kg per kapita per tahun. Angka tersebut menunjukkan
pencapaian peningkatan konsumsi buah-buahan yang cukup besar untuk dipenuhi.
Karena itu, kebutuhan akan buah pun semakin meningkat. Salah satu cara untuk
mengkonsumsi buah-buahan adalah dengan mengkonsumsi produk olahan buah,
seperti jus dan sirup buah.
Dewasa ini, minuman berupa sari buah mulai digemari pada kalangan
tertentu. Selain warnanya yang menggiurkan dan menggugah selera, rasanya
menyegarkan dan dapat menghilangkan dahaga. Dari segi gizi, konsistensi sari
buah juga lebih menguntungkan. Asupan buah dapat lebih tinggi karena sifatnya
yang cair, sehingga dengan sendirinya asupan zat-zat gizi dan substansi penting
lainnya akan meningkat (Wirakusumah, 1996).
Hal ini juga didukung oleh perkembangan pola hidup masyarakat yang
saat ini semakin kompleks, dimana masyarakat menuntut tersedianya produk yang
siap saji dan mudah untuk dikonsumsi. Salah satunya adalah dengan
pengembangan produk makanan ataupun minuman yang praktis untuk
dikonsumsi. Masyarakat dapat memenuhi kebutuhan konsumsi buah dengan cara
yang lebih praktis namun tetap mengandung nilai gizi dengan adanya produk
olahan buah seperti, jus dan sirup buah.
Peluang lain yang dapat dimanfaatkan adalah penetapan belimbing manis
varietas dewa/dewi sebagi icon kota Depok sejak tahun 2006. Dengan demikian,
baik Pemerintah maupun Dinas Pertanian kota Depok menaruh perhatian terhadap
petani dan juga industri pengolahan belimbing manis. Konsumen tetap dapat
menikmati jus dan sirup diluar musim panen dengan adanya industri pengolahan.
Kota Depok yang berdekatan dengan DKI Jakarta juga berdampak pada
perkembangan kota Depok yang cukup pesat. Hal ini terlihat dengan hadirnya
Supermarket dan Supermall di wilayah ini, seperti Carefour, Hipermart, Alfa,
Superindo, Tip-Top, Matahari, dan Ramayana. Hal ini cukup potensial dalam
pemasaran belimbing dalam bentuk segar maupun olahan. Hadirnya supermarket-
supermarket ini menyebabkan CV WPIU mendapat tawaran dari beberapa
supermarket untuk dapat memasok produknya ke supermarket tersebut. Saat ini,
masyarakat menjadikan supermarket sebagai tempat one stop shopping, sehingga
masyarakat menyenangi tempat perbelanjaan ini karena mereka dapat
memperoleh berbagai keperluan hanya dengan mendatangi satu tempat
perbelanjaan saja dan menurut penelitian AC Nielsen, permintaan untuk kategori
minuman kesehatan di supermarket mengalami pertumbuhan sebesar 34,2 persen.
Hal ini tentu menjadi potensi pasar yang baik untuk produk yang ditawarkan CV
WPIU. CV WPIU juga mendapat dukungan dari Pemerintahan kota Depok untuk
mewujudkan rencana ini karena dengan rencana ini, buah-buahan kota Depok
tidak hanya terkenal dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan.
Produk jus dan sirup buah yang dihasilkan CV WPIU memiliki pasar yang
potensial dari peluang-peluang tersebut di atas. Pasar potensial tersebut menjadi
peluang besar jika dilakukan program pemasaran yang efektif.

6.1.2. Daur Hidup Produk


Kotler (2002), mengatakan bahwa semua produk memiliki daur hidup. Hal
ini menegaskan kepada kita akan empat hal, yaitu:
1) Produk memiliki umur terbatas.
2) Penjualan produk melalui tahap berbeda, masing-masing memberikan
tantangan, peluang, dan masalah yang berbeda bagi penjual.
3) Laba naik dan turun pada berbagai tahap yang berbeda selama daur hidup
produk.
4) Produk memerlukan startegi pemasaran, keuangan, manufaktur, pembelian,
dan SDM yang berbeda dalam setiap daur hidupnya.

44
Daur hidup produk terdiri atas empat tahap, yaitu tahap perkenalan
(introduction), tahap pertumbuhan (growth), tahap kedewasaan (maturity), dan
tahap penurunan (decline). Bentuk tahapan ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Penjualan

Waktu
Introduction Growth Mature Declining

Gambar 2. Tahapan-Tahapan dalam Daur Hidup Produk


Sumber: Kotler (2002)

Penulis menganalisis daur hidup produk jus dan sirup buah yang
dihasilkan CV WPIU berada dalam tahap pertumbuhan (growth). Hal ini
dikarenakan, CV WPIU saat ini memperoleh penerimaan pasar yang cepat dimana
hal ini terlihat dari tawaran ataupun permintaan yang meningkat dan saat ini, CV
WPIU akan meningkatkan kapasitas usahanya untuk dapat memenuhi permintaan
pasar.

6.1.3. Bauran Pemasaran


Menurut Umar (2005), terdapat berbagai kegiatan yang harus dilalui oleh
barang dan jasa sebelum sampai ke konsumen. Ruang lingkup kegiatan yang luas
itu disederhanakan menjadi empat kebijaksanaan pemasaran yang dapat dikontrol
yang biasa disebut bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah gabungan
keempat strategi yang ada di dalamnya. Bauran pemasaran merupakan alat yang
dipergunakan oleh pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya yang tertarik,
senang, kemudian membeli dan akhirnya puas akan produk tersebut. Karena itu,
penetapan strategi bauran pemasaran memegang peranan penting dalam strategi
pemasaran. Peranan ini dijalankan oleh perusahaan dengan mengkombinasikan
bauran pemasaran yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan, sehingga
menghasilkan kondisi yang optimal.

45
1) Strategi Produk
Produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Strategi produk penting karena produk merupakan sesuatu yang
dijual dan konsumen akan mengenal perusahaan melalui produk yang
dijualnya.
Produk yang dihasilkan CV WPIU berdasarkan macamnya termasuk dalam
barang konsumsi yaitu, barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk
dikonsumsi. Produk yang dihasilkan CV WPIU adalah jus dan sirup
belimbing manis dan jambu biji merah. Adapun strategi produk yang
dilakukan CV WPIU adalah dengan menciptakan produk minuman instan
yang memiliki nilai gizi dan mutu yang baik, serta menciptakan merek,
kemasan, dan label untuk produk yang dihasilkan.
Komposisi semua jus buah yang dihasilkan CV WPIU terdiri dari, 30 persen
sari buah, 68 persen larutan gula pasir dan karagen, 1 persen Natrium
Benzoat, dan 1 persen Asam Sitrat. Sedangkan komposisi dari semua jenis
sirup yang dihasilkan CV WPIU terdiri dari, 70 persen sari buah, 28 persen
larutan gula pasir dan karagen, 1 persen Natrium Benzoat, dan 1 persen Asam
Sitrat. Jus dan sirup buah yang diproduksi CV WPIU memiliki karakteristik,
antara lain berbentuk cairan, beraroma, rasa khas buah, dan berwarna kuning
untuk jus dan sirup belimbing, serta berwarna merah muda untuk jus dan
sirup jambu biji merah.
CV WPIU memberikan merek “Winner” untuk produk jus dan sirup yang
dihasilkan. Bagi CV WPIU, merek merupakan suatu tanda bagi konsumen
untuk mengenal produk yang mereka hasilkan. Mereka memilih merek
“Winner” karena CV WPIU dalam merintis usaha ini menghadapi berbagai
tantangan dan membutuhkan pengorbangan, sehingga dengan hadirnya
produk ini CV WPIU berusaha menjadi pemenang (winner).
Semua produk jus buah yang dihasilkan dikemas dalam botol plastik ukuran
250 ml karena CV WPIU melihat kencenderungan konsumen di pasar dimana
sebagian besar konsumen yang membeli minuman dalam kemasan cup 220
ml cukup untuk sekali minum, sehingga CV WPIU memproduksi jus buah
yang dapat dikonsumsi secara langsung dan dapat dihabiskan dalam sekali

46
minum. Semua jenis sirup buah yang dihasilkan dikemas dalam botol ukuran
620 ml karena saat ini, bahan baku botol yang diperoleh CV WPIU tersedia
dalam ukuran tersebut. CV WPIU memilih wadah botol untuk semua jenis
produknya karena konsumen lebih menyukai produk jus dan sirup dalam
kemasan botol selain bagus tampilannya, tetapi juga lebih menyakinkan
konsumen.
CV WPIU juga melekatkan label pada setiap kemasan jus maupun sirup buah.
Di dalam label tersebut, CV WPIU mencantumkan merek dagang, nama
produsen, komposisi produk dan gizi, tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal
dengan No.MUI-JB 1006230904, izin Dinas Kesehatan dengan no IRT
213327603088, dan barcode harga. Produk yang dihasilkan CV WPIU layak
untuk memasuki supermarket karena telah memiliki barcode harga.
Penjelasan dalam label ini diinformasikan dalam tiga bahasa yakni, Indonesia,
Inggris, dan Arab. Hal ini tentunya memudahkan konsumen untuk
memahami dan mengenal produk walaupun tidak mengerti bahasa Indonesia.
Label ini pun didesain semenarik mungkin agar dapat menarik minat
konsumen.
CV WPIU juga akan melakukan strategi produk yang sama untuk memasuki
pasar supermarket. Hal ini dikarenakan, pihak CV WPIU dari awal
mendirikan usaha ini berusaha menghasilkan produk yang dapat memasuki
pasar supermarket. Hal ini dapat terlihat dengan adanya barcode harga di
label produk yang dihasilkan.
2) Strategi Harga
Harga merupakan sejumlah nilai (dalam mata uang) yang harus dibayar
konsumen untuk membeli atau menikmati barang atau jasa yang ditawarkan.
Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena
merupakan salah satu faktor yang menentukan laku atau tidaknya produk
yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006).
CV WPIU menggunakan sistem cost plus pricing dengan mark up yaitu,
dengan menambahkan biaya produksi dengan tingkat keuntungan yang ingin
diperoleh. CV WPIU menetapkan harga yang sama untuk semua jenis jus
buah. Begitu juga untuk semua jenis sirup buah, CV WPIU menetapkan

47
harga yang sama. Namun, ada perbedaan harga antara membeli satuan atau
eceran dengan membeli grosir. Daftar harga jus dan sirup CV WPIU dapat
dilihat pada Tabel 7. Pemesanan minimal untuk penjualan di luar Jabotabek
adalah 40 kardus dengan ongkos kirim ditanggung oleh pihak yang memesan.

Tabel 7. Daftar Harga Jus dan Sirup CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Tahun 2008
Jenis Produk Jumlah Harga per Satuan (Rp)
Jus 1-119 botol 3.500
≥ 120 botol (5 kardus) 2.500
Sirup 1-59 botol 12.500
≥ 60 botol (5 kardus) 9.000

Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)

Strategi harga yang dilakukan CV WPIU untuk memasuki pasar supermarket


untuk semua produk jus buah adalah dengan harga Rp Rp 2.720 dan untuk
sirup adalah sebesar Rp 9.010.
3) Strategi Distribusi
Distribusi adalah cara perusahaan menyalurkan barangnya, mulai dari
perusahaan sampai ke tangan konsumen. Strategi distribusi penting dalam
upaya perusahaan melayani konsumen tepat waktu dan tepat sasaran.
Produk-produk yang dihasilkan CV WPIU didistribusikan secara langsung
tanpa melalui perantaraan distributor. CV WPIU menaruh produknya di
beberapa outlet di Cinere, Pondok Cabe, dan Kelapa Dua. Saat ini, CV
WPIU mensuplai produknya ke beberapa tempat seperti, kantin atau koperasi
sekolah dan kampus, gedung olahraga, kantor, minimarket Aneka Buana, dan
tempat wisata Kampung 99. CV WPIU juga memiliki agen di beberapa kota
di Indonesia seperti, Cirebon, Pontianak, Bangka Belitung, Batam,
Pekanbaru, Yogyakarta, Makassar, dan Sumedang. CV WPIU sekarang ini
mendapat tawaran dari beberapa supermarket untuk dapat memasok
produknya ke supermarket tersebut.

48
4) Strategi Promosi
Promosi merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian dan
mempertahankan konsumen. Perusahaan dapat menginformasikan segala
jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon konsumen baru
melalui promosi yang dilakukan.
Promosi yang dilakukan adalah dengan mengikuti pameran-pameran dan
memberikan sampel gratis kepada pihak yang ingin memesan produknya. CV
WPIU saat ini mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Namun, hal ini
memiliki jangkauan yang terbatas, sehingga informasi produk tidak dapat
menyebar dengan luas. CV WPIU juga bersedia diwawancarai oleh beberapa
tabloid maupun majalah dan juga stasiun televisi. Setelah diwawancarai oleh
beberapa tabloid maupun majalah seperti, Tabloid Peluang Usaha, Majalah
Trubus, dan Femina, profil usaha CV WPIU akan diterbitkan pada tabloid
maupun majalah tersebut dan dibaca oleh banyak orang. Menurut CV WPIU,
saat ini mereka mendapat banyak pesanan setelah profil mereka diterbitkan di
tabloid dan majalah tersebut. Selain itu, profil usaha CV WPIU juga sudah
disiarkan oleh beberapa stasiun televisi seperti SCTV, TPI, Trans TV, Trans
7, dan Jak TV. Hal ini tentunya dapat menjadi sarana promosi bagi CV
WPIU.

6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar


Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa CV WPIU layak
untuk dilaksanakan dilihat dari aspek pasar. Hal ini dikarenakan, potensi dan
prospek pasar yang dimiliki CV WPIU. CV WPIU juga mendapat tawaran untuk
memasok produknya ke beberapa supermarket. Berdasarkan sisi produk, jus dan
sirup yang dihasilkan merupakan minuman instan yang memiliki nilai gizi yang
tidak berubah. Produk tersebut dikemas dan diberi label yang menarik serta
memiliki sertifikasi halal dan izin dari Dinas Kesehatan. Melihat dari sisi harga,
CV WPIU menetapkan perbedaan harga untuk produk yang dijual secara eceran,
grosir, maupun ke supermarket. Distribusi juga dilakukan sebaik mungkin agar
produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan tepat waktu. Produk yang
dihasilkan CV WPIU juga telah memiliki kelengkapan untuk memasuki
supermarket.

49
Kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal walaupun dengan
bersedia diwawancara oleh bebarapa tabloid dan TV, telah mendatangkan
permintaaan. Hal ini dikarenakan, CV WPIU belum melakukan kegiatan promosi
sendiri yang berusaha menginformasikan produknya secara optimal dan hanya
mengandalkan promosi melalui pameran-pameran dan informasi dari mulut ke
mulut. Hal ini tentu kurang efektif karena suatu pameran tidak memiliki waktu
yang pasti kapan akan dilaksanakan dan informasi produk tidak menyebar secara
luas jika mengandalkan promosi dari mulut ke mulut karena jangkauannya
terbatas, apalagi saat ini CV WPIU ingin memasuki supermarket. Karena itu,
dibutuhkan kegiatan promosi yang efektif agar jus dan sirup buah yang dihasilkan
dapat dikenal oleh konsumen.

6.2. Aspek Teknis


Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut
selesai dibangun. Aspek teknis dianalisa untuk melihat apakah dari segi
pembangunan proyek dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat
dilaksanakan, begitu juga dengan teknologi yang dipakai (Umar, 2005).
Pada penelitian ini, aspek teknis yang akan dikaji meliputi, lokasi
perusahaan, spesifikasi bahan baku dan peralatan, kapasitas produksi, teknologi
yang digunakan, proses produksi, dan layout perusahaan.

6.2.1. Lokasi Perusahaan


Lokasi usaha CV WPIU terletak di jalan Sawangan Raya No. 16, kota
Depok, Jawa barat. Pemilik usaha membuka usaha di daerah ini karena lokasi ini
berdekatan dengan sumber bahan baku, dimana kecamatan Sawangan merupakan
salah satu sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah di kota Depok.
Dengan demikian, ketersediaan bahan baku akan terjamin. Selain itu, bahan baku
utama CV WPIU adalah produk pertanian berupa buahan-buahan maka bahan
baku tersebut memiliki sifat mudah busuk atau rusak, sehingga faktor jarak antara
lokasi usaha dengan lokasi bahan baku menjadi suatu yang penting. Karena lokasi
usaha yang dekat dengan sumber bahan baku, proses transportasi ataupun
pengangkutan bahan baku utama tidak membutuhkan biaya yang besar dan waktu

50
yang lama. Dengan demikian, CV WPIU akan memperoleh bahan baku buah-
buahan yang masih dalam keadaan segar, dimana kualitas bahan baku ini sangat
menentukan kualitas jus dan sirup buah yang akan dihasilkan.
Lokasi CV WPIU, dilihat dari kedekatan dengan pasar tidak jauh dari
pusat kota dan pasar. Selain itu, CV WPIU terletak di kota Depok yang
berdekatan dengan kota besar seperti, Jakarta, dan Bogor. Hal ini juga
memudahkan CV WPIU dalam memperoleh bahan baku seperti, botol, gula pasir,
bahan tambahan makanan, serta kardus yang harus diperoleh dari luar kota seperti,
Jakarta dan Bogor. Kedekatan dengan kota-kota besar juga memudahkan CV
WPIU dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Apalagi saat ini, CV WPIU
berencana memasarkan produk yang dihasilkan ke supermarket yang ada di dalam
kota maupun di luar kota.
Di lokasi usaha CV WPIU sudah tersedia fasilitas seperti, sumber air,
listrik, dan jaringan telepon yang baik. Namun, CV WPIU harus membuat
saluran pembuangan air sendiri karena di lokasi usaha ini belum terdapat saluran
pembuangan air, dimana saluran pembuangan merupakan suatu sarana yang
sangat penting.
Letak lokasi CV WPIU, dari sisi transportasi, agak sulit untuk dijangkau.
Jalan yang akan dilalui sangat baik dan sudah ada angkutan umum. Namun,
lokasi usaha ini terletak di kompleks perumahan, sehingga untuk mencapai lokasi
ini perlu jalan kaki terlebih dahulu setelah naik angkutan umum. Melihat
kekurangan ini, CV WPIU tahun ini berencana untuk pindah ke lokasi yang lebih
mudah untuk dijangkau dan dekat dengan jalan raya, sehingga kegiatan
transportasi dan usaha dapat berjalan lancar.

6.2.2. Bahan Baku dan Peralatan


Bahan baku utama CV WPIU untuk memproduksi jus dan sirup buah
adalah buah-buahan. Buah-buahan tersebut adalah belimbing manis dan jambu
biji merah. Belimbing manis dan jambu biji merah yang diolah menjadi jus dan
sirup adalah belimbing manis dan jambu biji merah grade C yang diperoleh dari
kelompok tani Makmur Sejahtera yang beranggotakan 30 orang petani, yang
memiliki lahan antara 2.000 m2 hingga 9.000 m2 dengan hasil produksi buah-
buahan grade C per tahun adalah 100 ton per tahun, serta merupakan kelompok

51
tani terbesar di kecamatan Sawangan. Buah-buahan ini dipasok setiap tiga hari
sekali dan diantar langsung oleh kelompok tani kepada CV WPIU. Buah-buahan
ini dibeli CV WPIU dengan harga lebih tinggi dari harga yang diperoleh petani
dari pihak koperasi dan pasar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani. Kelompok tani Makmur Sejahtera juga bersedia dan
menyanggupi untuk menyuplai belimbing manis dan jambu biji merah jika CV
WPIU menambah kapasitas usahanya.
Bahan baku penunjang seperti, gula pasir, Natrium Benzoat, dan Asam
Sitrat, perusahaan membeli bahan baku tersebut secara langsung setiap
minggunya di toko yang menjual BTM (Bahan Tambahan Makanan) Kampung
Melayu, Jakarta Timur, dan Bogor. Untuk karagen, perusahaan membeli melalui
UNPAS (Universitas Pasundan) Bandung. Bahan-bahan lainnya, seperti kemasan
botol plastik diperoleh dari toko plastik di Jembatan Lima, Jakarta Pusat, kardus
diperoleh dari Ibu Yuli di Cimanggis, Depok, sedangkan untuk label kemasan
diperoleh dari percetakan Pandora yang dimiliki oleh anak pemilik perusahaan.
Kegiatan usaha memerlukan berbagai peralatan dan perlengkapan usaha
untuk melakukan proses produksi. Kegiatan usaha dapat berjalan lancar dengan
adanya peralatan dan perlengkapan tersebut. Peralatan produksi dan perlengkapan
usaha yang dimiliki CV WPIU dalam melakukan kegiatan usahanya dapat dilihat
pada Lampiran 2.

6.2.3. Kapasitas Produksi


Kapasitas produksi adalah jumlah atau volume produk yang seharusnya
dibuat oleh perusahaan. Kapasitas produksi yang dimiliki oleh CV WPIU
ditentukan oleh peralatan produksi yang dimiliki dan juga tenaga kerja. CV WPIU
berproduksi selama 26 hari dalam satu bulan. Tabel 8 akan memaparkan jumlah
kapasitas saat ini dan kapasitas yang ingin dicapai CV WPIU.

52
Tabel 8. Kapasitas Produksi Tahun 2008 dan Kapasitas yang Ingin Dicapai CV
Winner Perkasa Indonesia Unggul
Jenis Produk Kapasitas Awal Kapasitas yang ingin
Per Tahun dicapai
(Botol) Per Tahun
(Botol)
Jus Belimbing Manis 86.400 222.172
Jus Jambu Biji Merah 57.600 148.114
Jumlah 144.000 370.286
Sirup Belimbing Manis 17.280 37.029
Sirup Jambu Biji Merah 11.520 24.686
Jumlah 28.800 61.715

Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)

Tabel 8 menunjukkan bahwa kapasitas CV WPIU saat ini menghasilkan


144.000 botol jus per tahun dan 28.800 botol sirup per tahun dengan kebutuhan
bahan baku buah-buahan adalah 33.285 kg. CV WPIU tahun ini berencana untuk
memasok sebanyak 164.778 botol jus per tahun dan 20551 botol sirup per tahun
ke beberapa supermarket dan 205.508 jus per tahun serta 41.164 botol sirup ke
pasar selain supermarket, sehingga total jus yang ingin diproduksi adalah 370.286
botol dan total sirup yang ingin diproduksi adalah 61.715 botol dengan bahan
baku buah-buahan yang dibutuhkan adalah 77.990 kg. Padahal, CV WPIU saat
ini sudah berproduksi dengan kapasitas maksimum. Karena itu, CV WPIU harus
meningkatkan kapasitas produksinya sebesar 150 persen agar dapat memenuhi
target untuk memasok jus dan sirup yang dihasilkannya ke beberapa supermarket
dan pasar selain supermarket. Dengan demikian, CV WPIU berencana untuk
menambah peralatan dan tenaga kerja yang dimiliki serta pindah ke tempat usaha
yang lebih luas agar dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Dengan adanya
peningkatan kapasitas usaha, CV WPIU juga membutuhkan bahan baku yang
lebih banyak yaitu, sebesar 77.990 kg dimana kelompok tani Makmur Sejahtera
dapat memenuhi kebutuhan CV WPIU karena setiap tahunnya mereka mampu
menghasilkan 100 ton buah-buahan grade C.

53
6.2.4. Teknologi yang Digunakan
Proses produksi untuk menghasilkan jus dan sirup belimbing manis dan
jambu biji merah yang dihasilkan CV WPIU, masih menggunakan teknologi yang
sederhana dan mengandalkan tenaga manusia. Untuk memisahkan buah dengan
sari buahnya, CV WPIU menggunakan alat penghancur buah yaitu, mesin pulper.
Mesin pulper dapat memisahkan buah dengan sari buahnya secara langsung,
sehingga sari buah yang dihasilkan tidak perlu untuk disaring lagi. Kapasitas
mesin pulper adalah 6 kg buah. Untuk proses pencucian dan pemotongan buah
serta pemasakan jus dan sirup, CV WPIU masih menggunakan alat yang
sederhana seperti, pisau, ember, panci besar, kompor gas, dan lain-lain. Demikian
juga untuk pembotolan dan pengemasan jus dan sirup, CV WPIU menggunakan
tenaga manusia atau bersifat manual.

6.2.5. Proses Produksi


Proses produksi merupakan cara atau metode dan teknik dalam
menciptakan suatu produk melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia.
Proses pembuatan jus dan sirup buah hampir sama, hanya dibedakan oleh
komposisi bahan baku yang digunakan. Komposisi semua jus buah yang
dihasilkan CV WPIU terdiri dari, 30 persen sari buah, 68 persen larutan gula pasir
dan karagen, 1 persen Natrium Benzoat, dan 1 persen Asam Sitrat. Sedangkan
komposisi dari semua jenis sirup buah yang dihasilkan CV WPIU terdiri dari, 70
persen sari buah, 28 persen larutan gula pasir dan karagen, 1 persen Natrium
Benzoat, dan 1 persen Asam Sitrat. Adapun tahapan dalam pembuatan jus dan
sirup adalah sebagai berikut:
1) Pemilihan Buah
Tahap pertama yang dilakukan untuk menghasilkan jus dan sirup buah adalah
pemilihan buah yang akan diolah. Buah yang diolah menjadi jus dan sirup
adalah buah yang matang penuh dan buah yang sehat. Buah yang sehat
adalah buah yang tidak busuk dan juga bebas dari hama penyakit. Kondisi
buah yang matang penuh diperlukan agar jus dan sirup yang dihasilkan
mempunyai aroma yang kuat.

54
2) Pencucian dan Pemotongan Buah
Buah yang telah dipilih lalu dicuci dan dibersihkan (sortasi) dengan cara
mencuci buah menggunakan air bersih. Buah yang telah bersih kemudian
dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah proses penghancuran buah dengan blender ataupun alat
pengepres buah (pulper). Alat yang digunakan CV WPIU untuk
menghancurkan buah adalah pulper. Buah-buah yang akan dihancurkan, ada
baiknya dikukus (blansir) terlebih dahulu dalam panci selama 15 menit.
Pengukusan dilakukan untuk menghilangkan warna cokelat akibat getah
sehabis dipotong.
3) Penghancuran
Buah yang telah dicuci dan dipotong kemudian dihancurkan menggunakan
pulper hingga menjadi puree (bubur buah). Penghacuran buah dilakukan
dengan menambahkan air secukupnya. Proses penghacuran dilakukan hingga
buah benar-benar hancur, sehingga dapat memudahkan pengolahan
berikutnya.
4) Pemasakan
Buah yang telah dihancurkan tersebut kemudian dimasak. Pemasakan
dimulai dengan mendidihkan karagen dengan air dengan suhu api 1000C.
Untuk jus, kandungan larutan air dan karegan adalah 68 persen sedangkan
untuk sirup, kandungan larutan air dan karagen adalah sebesar 28 persen.
Setelah mendidih, masukkan gula pasir putih dan kecilkan suhu api hingga
800 C. Selanjutnya, tambahkan Natrium Benzoat dan Asam Sitrat. Asam
Sitrat berfungsi untuk menjaga pH dalam larutan sari buah agar tetap berada
pada tingkat keasaman yang sesuai sedangkan natrium benzoat bertujuan
untuk mengawetkan jus dan sirup.
Setelah itu, sari buah dimasukkan kedalam larutan mendidih tersebut. Untuk
jus, kandungan sari buahnya adalah 30 persen sedangkan untuk sirup,
kandungan sari buahnya adalah 70 persen. Total waktu proses mendidihkan
larutan karagen hingga masuknya sari buah adalah sekitar 20 menit. Setelah
30 menit, jus buah diangkat dan didinginkan. Namun, untuk sirup waktu

55
pemasakan setelah sari buah dimasukkan adalah satu jam. Lalu, sirup buah
diangkat dan didinginkan
5) Pengemasan
Larutan jus dan sirup buah yang telah dimasak kemudian didinginkan hingga
mencapai suhu 800C lalu dimasukkan ke dalam botol. Hal ini bertujuan agar
jus dan sirup tidak terkontaminasi.
Kemasan yang digunakan untuk jus buah adalah kemasan botol berukuran
250 mililiter. Pemilihan bahan kemasan disesuaikan dengan aspek kesehatan
dan lingkungan. Botol plastik yang digunakan harus dapat menahan panas
dari sari buah yang telah melalui proses pemasakan. Sedangkan untuk sirup,
botol yang digunakan terbuat dari kaca berukuran 620 ml.
Botol dipasteurisasi dengan direndam dengan air sebatas leher botol hingga
dingin yaitu, sekitar 30 menit setelah jus dan sirup dimasukkan ke dalam
botol. Setelah itu, botol siap diberi label dan dimasukkan ke dalam kardus.
Satu kardus jus berisi 24 botol jus buah dan satu kardus sirup berisi 12 buah
sirup buah. Jus dan sirup buah pun siap dipasarkan. Gambar 3 menunjukkan
alur proses pembuatan jus dan sirup buah.

Pemilihan Buah-buahan

Pencucian dan Pemotongan Buah

Penghancuran Buah

Pemasakan
n

Pembotolan Jus dan Sirup

Pengepakan Jus dan Sirup

Gambar 3. Alur Proses Pembuatan Jus dan Sirup CV Winner Perkasa Indonesia
Unggul
Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)

56
6.2.6. Layout Perusahaan
Saat ini, perusahaan belum memiliki layout yang sesuai dengan alur
produksi. Hal ini dikarenakan kondisi bangunan yang dimiliki perusahaan yang
terbatas atau tidak begitu luas, dimana luas bangunan adalah 127, 5 m2 dengan
panjang 15 m dan lebar 8,5 m. Namun sejauh ini, hal tersebut tidak mengganggu
proses produksi.
Perusahaan memiliki tiga ruangan yaitu, teras, ruangan kantor, dan ruang
produksi. Teras yang ada berukuran 3 m x 5 m. Ruangan kantor dengan ukuran
3 m x 3,5 m, digunakan untuk menyimpan berkas-berkas dan juga untuk
menerima tamu. Ruangan ini juga tidak terlalu luas. Ruang produksi dengan
ukura 12 m x 8,5 m, digunakan untuk melakukan seluruh proses produksi, mulai
dari memilih buah, mencuci dan memotong buah, menghancurkan buah,
menyaring sari buah, memasak jus dan sirup, dan juga mengemas, serta mengepak
jus dan sirup.
Melihat keterbatasan yang dimiliki, CV WPIU berencana tahun ini untuk
pindah ke tempat usaha yang lebih baik dan luas serta sesuai dengan alur
produksi. Dengan demikian, setiap proses produksi memiliki ruangan masing-
masing. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kehigienisan dan kualitas produk
yang dihasilkan. Layout perusahaan dapat dilihat pada Gambar 4.

Ruang Produksi

Ruang Teras
Kantor

Gambar 4. Layout CV Winner Perkasa Indonesia Unggul


Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)

57
6.2.7. Hasil Analisis Aspek Teknis
Berdasarkan penjabaran di atas, CV WPIU dapat dikatakan layak secara
aspek teknis. Hal ini dapat dilihat dari lokasi usaha CV WPIU yang dekat dengan
sumber bahan baku utamanya yaitu, buah-buahan yang memiliki sifat mudah
rusak dan busuk. Lokasi usaha juga dekat dengan beberapa kota besar yang
memudahkan untuk mendapat bahan baku usaha yang tidak diperoleh di Depok
dan juga memudahkan CV WPIU dalam memasarkan jus dan sirup yang
dihasilkan. Lokasi usaha CV WPIU yaitu, di kecamatan Sawangan merupakan
salah satu sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah. Hal ini
tentunya dapat mendukung ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan CV WPIU.
Proses produksi yang dilakukan CV WPIU juga sesuai dengan standar
yang ada karena telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan. Walaupun saat ini
tempat usaha yang dimiliki tidak sesuai dengan alur produksi, CV WPIU tetap
berusaha menghasilkan produk yang berkualitas dan higienis. CV WPIU
berencana untuk pindah ke lokasi usaha yang lebih luas untuk mengatasi hal
tersebut. CV WPIU juga sudah berproduksi sesuai dengan kapasitas maksimum
yang dimiliki, sehingga untuk memenuhi pasokan ke supermarket mereka
berencana meningkatkan kapasitasnya sebesar 150 persen.

6.3. Aspek Manajemen


Aspek manajemen dianalisa untuk melihat apakah pembangunan dan
implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan,
sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar, 2005).
Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan
struktur organisasi yang ada. Proyek dijalankan akan berhasil apabila dijalankan
oleh orang-orang yang profesional mulai dari yang merencanakan,
melaksanakannya, hingga mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan.
Demikian juga dengan struktur organisasi yang diperoleh harus sesuai dengan
bentuk dan tujuan usaha serta kebutuhan tenaga kerja harus terinci dengan baik.
Pada penelitian ini, aspek manajemen yang akan diteliti dibatasi pada manajemen
dalam operasi, yang meliputi struktur organisasi, tugas dan wewenang, serta
kebutuhan tenaga kerja.

58
6.3.1. Struktur Organisasi
CV WPIU memiliki struktur organisasi yang sederhana. CV WPIU
dipimpin oleh Ibu Maria yang membawahi bendahara, bagian pengadaan bahan
baku, bagian produksi, dan bagian pemasaran, serta terdapat sekutu komanditer.
Adapun struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 5.

Pemimpin Sekutu
Komanditer

Bendahara Bagian Pengadaan Bagian Bagian


Bahan Baku Produksi Pemasaran

Gambar 5. Struktur Organisasi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul


Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)

6.3.2. Tugas dan Wewenang


Setiap pekerja di CV WPIU memiliki tugas dan wewenang masing-
masing. Seorang pemimpin usaha bertugas untuk mengelola usaha secara umum,
sehingga usaha dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
mencari link pemasaran serta bertanggungjawab atas maju mundurnya
perusahaan, serta memiliki wewenang untuk mengambil keputusan yang
berhubungan dengan pelaksanaan usaha.
Sekutu komanditer pada usaha ini adalah anak dari Ibu Maria. Hal ini
bertujuan untuk regenerasi perusahaan suatu saat nanti. Sekutu komanditer
memberikan modalnya dan bertugas untuk membuat desain untuk label produk
karena sekutu komanditer tersebut memiliki kemampuan di bidang disain grafis,
serta memiliki wewenang untuk mengetahui pertanggungjawaban keuangan dan
perkembangan kondisi perusahaan. Sekutu komanditer memiliki tanggung jawab
yang terbatas yaitu, sebesar modal yang diberikan kepada usaha ini.
Bendahara bertugas untuk mengatur keuangan dan membuat laporan
keuangan, sehingga arus keuangan dapat terlihat dengan jelas dan
bertanggungjawab langsung kepada pemimpin usaha. Dengan demikian, laba
perusahaan dapat terlihat dengan jelas. Bagian produksi bertanggungjawab untuk
melakukan proses produksi dan pengemasan, sehingga menghasilkan produk yang

59
memiliki kualitas yang baik. Bagian pemasaran bertugas untuk mengantarkan
produk dan melakukan penjualan serta bagian pengadaan bahan baku
bertanggungjawab untuk menyediakan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses
produksi.

6.3.3. Kebutuhan Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengelola usaha pembuatan jus dan
sirup belimbing manis dan jambu biji merah ini terdiri atas tenaga kerja tetap dan
tenaga kerja tidak tetap atau harian. Tenaga kerja yang dibutuhkan tidak memiliki
syarat khusus namun harus memiliki keuletan dan ketekunan dalam bekerja. Saat
ini, tenaga kerja tetap ada sebanyak delapan orang yang terdiri atas, satu orang
bendahara, satu orang bagian pengadaan bahan baku, dua orang bagian
pemasaran, dan empat orang bagian produksi dimana dua orang bertugas untuk
memasak jus dan sirup dan dua orang untuk mengupas dan mencuci buah,
mengemas, mengepak, serta membersihkan tempat produksi. Sedangkan tenaga
kerja tidak tetap maksimal dibutuhkan sebanyak lima orang. Tenaga kerja tidak
tetap ini bertugas untuk membantu kegiatan produksi dan biasanya dibutuhkan
pada saat musim kemarau karena pada musim kemarau permintaan jus dan sirup
belimbing manis dan jambu biji merah cenderung meningkat.
CV WPIU harus meningkatkan kapasitas usahanya sebesar 150 persen
untuk memasuki pasar supermarket. Karena itu, untuk dapat memenuhi target ini
CV WPIU berencana menambah dua orang tenaga kerja tetap di bagian produksi.
Sedangkan untuk bagian lain tidak diperlukan penambahan personil karena jumlah
tenaga kerja yang sudah ada saat ini dirasakan sudah memadai walaupun harus
meningkatkan kapasitas sebesar 150 persen. Jam kerja mereka adalah dari hari
Senin hingga Sabtu mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.
Para pekerja di CV WPIU selain memiliki tugas dan wewenang tetapi juga
memiliki hak yang mereka terima sebagai pekerja yaitu, berupa gaji, tunjangan
hari raya (THR), dan bantuan kesehatan. Gaji yang diterima oleh pegawai tetap
diberikan per bulan yaitu, sebesar Rp 800.000 per bulan dan tenaga kerja tidak
tetap atau harian diberikan per hari yaitu, sebesar Rp 23.500 per hari. Tunjangan
hari raya diberikan kepada tenga kerja ketika menyambut hari raya dan bantuan
kesehatan diberikan kepada tenaga kerja yang mengalami sakit yang cukup serius.

60
Namun saat ini, CV WPIU menghadapi kendala akan kemampuan dan komitmen
yang dimiliki beberapa tenaga kerjanya karena mereka sulit untuk belajar dan
kurang serius dalam bekerja yaitu, tidak masuk kerja dengan alasan yang tidak
jelas. Hal ini tentunya akan mengganggu proses produksi dan jalannya usaha.

6.3.4. Hasil Analisis Aspek Manajemen


CV WPIU sudah memiliki struktur organisasi yang jelas dan sudah adanya
tugas dan wewenang untuk masing-masing tenaga kerja. Namun, tugas pemimpin
usaha dalam mencari link pemasaran seharusnya dilakukan oleh bagian
pemasaran. Hal ini bisa terjadi dikarenakan SDM dari bagian pemasaran yang
kurang mampu untuk mencari link pemasaran, sehingga tugas ini diambil alih oleh
pemimpin usaha. Karena itu, bagian pemasaran hanya bertugas untuk
mengantarkan barang dan melakukan penjualan. Sedangkan untuk tenaga kerja
yang lain sudah melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan wewenang
masing-masing. Ini terlihat juga dari kesungguhan mereka melakukan tugas yang
diberikan dan kehadiran tepat waktu sesuai jam kerja yang telah ditentukan
walaupun saat ini terdapat beberapa tenaga kerja yang memiliki kemampuan dan
komitmen yang rendah. Jumlah tenaga kerja yang ada sekarang sudah cukup
memadai untuk menjalankan usaha ini. Namun, masih diperlukan tambahan dua
orang tenaga kerja di bagian produksi agar dapat mencapai penambahan kapasitas
sebesar 150 persen. Karena itu, berdasarkan aspek manajemen usaha ini layak
untuk dilakukan karena tenaga kerja sebagian besar bekerja sesuai tugas dan
wewenang yang diberikan.

6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan


Pembangunan suatu usaha hendaknya memperhatikan lingkungan
sekitarnya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Pembanguan usaha
yang baik adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan
tersebut dapat terwujud apabila semua komponen dalam perusahaan mengerti
pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap tahapan proses
produksinya.

61
6.4.1. Analisis Dampak Sosial
CV WPIU mendirikan usaha ini tidak hanya untuk mencapai tujuan
ekonomi saja tetapi juga tujuan sosial. Hal ini terlihat dari visi yang dimiliki CV
WPIU. Belimbing manis dan jambu biji merah grade C dari kelompok tani
Makmur Sejahtera yang kurang diminati di pasaran ditampung oleh CV.WPIU
untuk diolah menjadi jus dan sirup dengan hadirnya usaha ini. Ketentuan harga
yang ditetapkan CV WPIU berada di atas harga tertinggi. Harga beli yang
ditetapkan oleh CV WPIU untuk belimbing manis dan jambu biji merah grade C
yang diperoleh dari kelompok tani Makmur Sejahtera disaat panen raya adalah
Rp 4.000/kg dan Rp 5000/kg saat diluar panen raya. Harga beli yang ditetapkan
CV WPIU untuk belimbing manis grade C, diatas harga yang diperoleh kelompok
tani dari Pusat Koperasi Belimbing Dewa Depok yaitu, dengan harga tertinggi
Rp 3.500, dimana jika panen raya harga belimbing manis grade C bisa mencapai
harga terendah yaitu, Rp 1.500. Sedangkan untuk jambu biji merah grade C bisa
mencapai harga terendah yaitu, Rp 700. Penetapan harga ini bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani serta dapat memenuhi
kebutuhan CV WPIU secara kontiniu. Selain itu, CV WPIU juga mengajak
kelompok tani Makmur Sejahtera untuk mengikuti berbagai pameran, sehingga
kelompok tani ini mendapat pengalaman yang lebih luas dan dikenal banyak
pihak.
Adanya usaha ini dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar, dimana seluruh tenaga kerja CV WPIU berasal dari lingkungan sekitar
usaha ini. Ibu Maria juga ingin memberikan contoh kepada kaum wanita bahwa
seorang wanita tidak perlu takut untuk berwirausaha, sehingga dapat
menumbuhkan jiwa wirausaha kaum wanita.

6.4.2. Analisis Dampak Lingkungan


Sampai saat ini, CV WPIU memang belum memiliki Analsis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), meskipun diketahui bahwa keseimbangan
lingkungan tersebut dapat dijaga dan diatur apabila industri telah memiliki
AMDAL dan perundangan yang berlaku menghendaki demikian. Namun hal ini
dapat ditolerir dengan pertimbangan bahwa CV WPIU tidak menghasilkan limbah
dalam jumlah besar dan tidak membahayakan masyarakat sekitar. Selain itu, CV

62
WPIU merupakan usaha yang ramah lingkungan karena menggunakan bahan-
bahan alami seperti buah-buahan. Limbah produksi ini tentu tidak
membahayakan masyarakat sekitar. Limbah ini jika dikeringkan dapat digunakan
sebagai pupuk organik bagi tanaman.

6.4.3. Hasil Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan


Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa CV WPIU layak
secara aspek sosial dan lingkungan. Berdirinya usaha ini semata-mata tidak hanya
untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk mensejahterakan masyarakat sekitar
usaha dengan mempekerjakan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja dan
menetapkan harga yang lebih tinggi kepada petani. Hal ini dapat juga dilihat dari
visi yang dimiliki CV WPIU. Usaha ini juga menggunakan bahan baku yang
ramah terhadap lingkungan sehingga tidak akan mencemari lingkungan.

6.5. Aspek Hukum


Pendirian dan beroperasinya usaha akan lebih diketahui serta diakui
keberadaannya oleh pemerintah jika berbentuk badan usaha dan memiliki
perizinan usaha. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat penting karena ini
merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila dikemudian hari timbul
masalah. Keabsahan dan kesempurnaan dokumen dapat diperoleh dari pihak-
pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan dokumen tersebut.

6.5.1. Badan Hukum


Ada beberapa bentuk perusahaan dari segi yuridisnya di Indonesia.
Bentuk badan usaha tersebut antara lain, perusahaan perseorangan, firma,
Perseroan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT), perusahaan negara,
perusahaan pemerintah, koperasi, dan yayasan. Usaha yang dirtintis sejak tahun
2007 ini memiliki badan usaha yaitu, perseroan komanditer (CV).
Perseroan komanditer (CV) merupakan persekutuan yang didirikan oleh
beberapa orang dan masing-masing menyerahkan sejumlah uang, yang tidak perlu
sama. Sekutu dalam perseroan komanditer ini ada dua macam, yakni (1) sekutu
komplementer yaitu, orang-orang yang bersedia mengatur perusahaan; (2) sekutu
komanditer yaitu, orang-orang yang mempercayakan modal usahanya dan
bertanggung jawab sebatas modal yang diikutsertakan dalam perusahaan.

63
6.5.2. Perizinan
Ada beberapa jenis perizinan yang perlu dipersiapkan sebelum suatu usaha
dijalankan untuk mendapatkan legalitas usaha. Perizinan usaha yang dimiliki CV
WPIU adalah sebagai berikut:
1) Akta Pendirian
Akta pendirian biasanya dalam bentuk akta notaris yang berisi keputusan
rapat pendirian oleh pendiri tentang anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga badan hukum usaha. CV WPIU dikenai biaya sebesar Rp 650.000
untuk mengurus akta pendirian.
2) Surat Keterangan Domisili Usaha
Surat ini dikeluarkan oleh Kelurahan sebagai bukti adanya persetujuan
penguasaan daerah setempat. Sebelumnya, untuk mendapatkan persetujuan
dari kelurahan, pihak pengurus perizinan membutuhkan tanda tangan
persetujan dari warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi usaha atau
persetujuan dari RT/RW setempat.
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
NPWP ini dikeluarkan oleh Kantor Dinas Pajak Daerah. Untuk mendapatkan
NPWP, badan hukum harus menyiapkan akta notaris pendirian yang berisi
AD/ART, fotokopi KTP pemilik, dan Surat Keterangan Domisili Usaha.
4) Tanda Daftar Perusahaan
Undang-Undang No. 3 tahun 1983 mewajibkan perusahaan di Indonesia
didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. Setelah itu, perusahaan diberikan nomor Tanda Daftar
Perusahaan. Karena itu, CV WPIU mendaftarkan usahanya.
5) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
CV WPIU mengurus izin usaha perdagangan ke Departemen Perindustrian
dan Perdagangan. Untuk mengurus izin, CV WPIU tidak dikenakan biaya
atau dengan kata lain gratis.
6) Sertifikasi Halal
Sebagaian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Dengan demikian,
kehalalan produk yang dihasilkan menjadi sangat penting agar produk
tersebut dapat diterima oleh semua konsumen dengan latar belakang agama

64
yang berbeda-beda. CV WPIU pun memiliki sertifikasi halal dengan
No.MUI-JB 1006230904 untuk semua produk yang dihasilkannya dari
Majelis Ulama Indonesia.
7) Izin Dinas Kesehatan
CV WPIU juga sudah mendapat izin dari BPPOM. Dengan adanya izin ini,
produk yang dihasilkan CV WPIU sudah terdaftar dan layak untuk
dikonsumsi. Seluruh produk yang dihasilkan CV WPIU baik jus dan sirup
terdaftar dengan nomor IRT yang sama yaitu, 213327603088. Hal ini
dikarenakan produk yang dihasilkan tidak lebih dari 20 jenis dan diproduksi
oleh perusahaan yang sama dengan proses produksi yang hampir sama.

6.5.3. Perpajakan
Jumlah pajak yang menjadi kewajiban CV WPIU kepada negara adalah
pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 tentang tarif
umum PPh wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dimana sistem
pajak ini adalah bersifat progresif. Adapun ketentuan tarif PPh adalah sebagai
berikut:
1) Jika pendapatan < Rp 50.000.000 maka tarif pajak adalah 10 % x pendapatan.
2) Jika RP 50.000.000 < pendapatan < Rp 100.000.000 maka tarif pajak adalah
10 % x RP 50.000.000 + 15 % x (pendapatan- RP 50.000.000).
3) Jika pendapatan > Rp 100.000.000 maka tarif pajak adalah 10 % x RP
50.000.000 + 15% x (pendapatan- RP 50.000.000) + 30% x (pendapatan-
RP 100.000.000).

6.5.4. Hasil Analisis Aspek Hukum


Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa CV WPIU layak
dilihat dari aspek hukum. Hal ini dikarenakan, CV WPIU sudah memiliki badan
hukum dan memiliki perizinan-perizinan yang dibutuhkan dalam menjalankan
suatu usaha. CV WPIU juga akan memenuhi kewajibannya kepada negara
dengan membayar pajak sesuai dengan laba yang dihasilkan.

65
VII ASPEK FINANSIAL

Analisis finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha


dari segi keuangan. Analisis finansial yang dilakukan pada CV WPIU
menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yaitu, net present value (NPV),
internal rate of return (IRR), net benefit-cost ratio (Net B/C), dan payback period
(PBP). Arus kas (cash flow) digunakan untuk melakukan analisis terhadap ke-4
kriteria investasi karena dengan cash flow kita dapat mengetahui besarnya
manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu.

7.1. Arus Penerimaan (Inflow)


Arus penerimaan dalam usaha pengolahan ini dikelompokkan menjadi tiga
jenis yaitu, pendapatan penjualan, pinjaman kepada pihak bank, dan nilai sisa.

7.1.1. Pendapatan Penjualan


Pendapatan penjualan dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan
dengan harga jual. Pada tahun pertama dan kedua, CV WPIU berproduksi
sebesar 70 persen dari kapasitas yang ingin dicapai karena, ini merupakan tahun-
tahun awal produk yang dihasilkan dipasarkan di supermarket, sehingga produk
belum dikenal konsumen secara luas dan ini juga merupakan awal CV WPIU
memproduksi melebihi kapasitas yang sudah ada sebelumnya, sehingga
dibutuhkan keterampilan dari tenaga kerja yang ada. CV WPIU berproduksi 100
persen untuk tahun ke-3 hingga tahun ke-10 karena sudah memiliki pengalaman
dan produk sudah dikenal di pasaran. Pada tahun pertama dan kedua, CV WPIU
akan memproduksi 259.200 botol jus dan 43.200 botol sirup. Sedangkan pada
tahun ke-3 hingga ke-10, CV WPIU akan memproduksi 370.286 botol jus dan
61.715 botol sirup.
Harga jual eceran untuk seluruh jenis jus (1-119 botol) adalah Rp 3.500 dan
seluruh jenis sirup (1-59 botol) adalah Rp 12.500. Harga jual grosir untuk seluruh
jenis jus untuk (≥ 120 botol) adalah Rp 2.500 dan seluruh jenis sirup (≥ 60 botol)
adalah Rp 9.000. Sedangkan harga jual kepada pihak supermarket untuk seluruh
jenis jus adalah Rp 2.720 dan seluruh jenis sirup adalah Rp 9.010. Adapun
proporsi penjualan yang dilakukan CV WPIU adalah 15 persen penjualan jus
secara eceran, 17 persen penjualan sirup secara eceran, 41 persen penjualan jus
secara grosir, 50 persen penjualan sirup secara grosir, 44 persen penjualan jus ke
supermarket, dan 33 persen penjualan sirup ke supermarket. Pendapatan yang
diterima CV WPIU dari penjualan jus pada tahun pertama dan ke-2 adalah
Rp 712.255.680 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 1.017.508.970 serta
penjualan sirup pada tahun pertama dan ke-2 adalah Rp 414.192.680 dan pada
tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 591.505.510. Rincian pendapatan penjualan
dapat dilihat pada Lampiran 1.

7.1.2. Pinjaman dari Bank


Penerimaan lain yang diperoleh CV WPIU adalah dari dana pinjaman
kepada pihak bank yaitu, Bank Jabar Banten. Dana yang akan dipinjam kepada
pihak bank adalah sebesar Rp 60.000.000. Dana ini digunakan CV WPIU untuk
mengembangkan usahanya. Pinjaman yang diberikan pihak bank akan diangsur
selama 10 tahun oleh CV WPIU dengan bunga pinjaman sebesar 14 persen.
Pinjaman akan diangsur mulai tahun pertama hingga tahun ke-10. Angsuran
yang akan dibayar oleh CV WPIU terdiri dari angsuran pokok pinjaman dan
beban bunga.

7.1.3. Nilai Sisa


Penerimaan lain yang diperoleh CV WPIU adalah dari nilai sisa atau
salvage value. Nilai sisa merupakan nilai sisa barang modal yang tidak habis
terpakai selama umur usaha berlangsung dan dinilai saat umur usaha berakhir.
Barang-barang modal CV WPIU yang memiliki nilai sisa adalah lahan.
CV WPIU akan membuka usaha di lahan yang luasnya 175m2. Lokasi
tempat usaha berada di dekat jalan raya. Dengan demikian, harga lahan per m2
adalah Rp 1.000.000, sehingga nilai lahan yang dimiliki CV WPIU adalah senilai
Rp 175.000.000. Lahan tidak mengalami penyusutan, sehingga nilainya pada
akhir usaha sama dengan nilai awalnya yaitu, Rp 175.000.000. Rincian Nilai sisa
dapat dilihat pada Lampiran 2.

67
7.2. Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus pengeluaran dalam usaha ini dikelompokkan menjadi dua jenis.
Arus pengeluaran tersebut adalah biaya investasi dan biaya operasional.

7.2.1. Biaya Investasi


Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek.
Namun, jika terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur usaha, biaya
investasi juga dikeluarkan selama umur usaha berlangsung yang disebut biaya
reinvestasi. Total biaya investasi yang dikeluarkan CV WPIU dalam menjalankan
usahanya adalah Rp 251.170.500. Rincian biaya investasi dan reinvestasi dapat
dilihat pada Lampiran 2.

7.2.2. Biaya Operasional


Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama
usaha berjalan. Biaya operasional meliputi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang
dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya variabel adalah biaya yang
besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi.
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh CV WPIU untuk memproduksi jus dan
sirup buah adalah gaji karyawan tetap, biaya barcode, biaya komunikasi, promosi,
administrasi kantor dan angsuran pinjaman. Rincian biaya tetap dapat dilihat dari
penjabaran berikut:
1) Tenaga kerja tetap yang dimiliki CV WPIU adalah 10 orang dengan gaji
masing-masing adalah Rp 800.000 per bulan. Dengan demikian, biaya gaji
karyawan tetap CV WPIU dalam setahun adalah Rp 96.000.000.
2) Biaya barcode dalam satu tahun adalah Rp 180.000
3) Biaya komunikasi yang dikeluarkan CV WPIU dalam menjalankan kegiatan
usahanya selama satu tahun adalah Rp 6.000.000. Dengan asumsi, biaya
komunikasi per bulannya adalah Rp 500.000.
4) Biaya administrasi kantor yang dikeluarkan selama satu tahun adalah
Rp 1.800.000.
5) Biaya promosi yang dikeluarkan CV WPIU pada tahun pertama dan kedua
adalah Rp 20.400.000 per tahun dan pada tahun-tahun berikutnya adalah

68
Rp 14.400.000 per tahun. Hal ini dikarenakan tahun pertama dan kedua
merupakan awal produk jus dan sirup yang dihasilkan CV WPIU memasuki
supermarket, sehingga dibutuhkan promosi yang lebih gencar agar produk
yang dihasilkan lebih dikenal konsumen.
6) CV WPIU meminjam dana sebesar Rp 60.000.000 untuk mengembangkan
usahanya kepada salah satu bank. Pinjaman tersebut diangsur setiap tahun
selama 10 tahun dengan bunga sebesar 14 persen per tahun. Angsuran yang
dibayar CV WPIU setiap tahunnya selama 10 tahun adalah sebesar
Rp 11.502.812. Angsuran yang dibayar tersebut termasuk pembayaran pokok
pinjaman dan biaya bunga. Rincian pokok pinjaman dan beban bunga yang
dibayar CV WPIU dapat dilihat pada Lampiran 5.
Dari rincian biaya tetap di atas, diperoleh nilai dari total biaya tetap yang
dikeluarkan CV WPIU pada tahun pertama dan kedua adalah Rp 135.882.812 dan
pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 129.882.812.
Biaya variabel yang dikeluarkan CV WPIU dalam menghasilkan jus dan
sirup buah terdiri atas, biaya upah harian, buah belimbing manis, jambu biji
merah, gula pasir, karagen, asam sitrat, natrium benzoat, botol jus dan sirup, label
jus dan sirup, kardus jus dan sirup, gas LPG, listrik, dan transportasi. Rincian
biaya variabel dapat dilihat dari penjabaran berikut.
1) Biaya upah tenaga kerja harian CV WPIU selama enam bulan. Tenaga kerja
harian yang akan dipekerjakan adalah sebanyak lima orang dengan gaji
masing-masing adalah Rp 23.500 per hari. Dengan demikian, total biaya
upah harian selama 6 bulan adalah Rp 18.330.000. Biaya upah harian
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja yang
membantu proses produksi.
2) Belimbing manis dan jambu biji merah yang digunakan adalah grade C,
dimana harga belimbing manis dan jambu biji merah pada saat langka yaitu
sekitar bulan Mei adalah Rp 5.000 dan Rp 4.000 pada saat panen raya dan
hari biasa. Kebutuhan belimbing manis untuk jus dan sirup pada tahun
pertama dan ke-2 adalah adalah 32.734 kg per tahun dan pada tahun ke-3
hingga ke-10 adalah 46.762 kg dan kebutuhan jambu biji merah untuk jus dan
sirup pada tahun pertama dan ke-2 adalah 21.823 kg dan pada tahun ke-3

69
hingga ke-10 adalah 31.228 kg. Dengan demikian, total biaya pembelian
buah pada pada tahun pertama dan ke-2 adalah Rp 222.775.000 dan pada
tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 318.455.000. Rincian biaya pembelian
buah dapat dilihat pada Lampiran 3.
3) Biaya pembelian gula pasir yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp 230.400.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 329.152.000
4) Biaya pembelian karagen yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp 24.960.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 35.750.000.
5) Biaya pembelian asam sitrat yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-
2 produksi adalah sebesar Rp 22.176.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 31.658.000.
6) Biaya pembelian natrium benzoat yang dikeluarkan selama tahun pertama
dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 20.160.000 dan pada tahun ke-3 hingga
ke-10 adalah Rp 28.780.000.
7) Biaya pembelian kemasan jus (botol plastik) yang dikeluarkan selama tahun
pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 207.360.000 dan pada tahun
ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 296.228.800.
8) Biaya pembelian kemasan sirup (botol kaca) yang dikeluarkan selama tahun
pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 43.200.000 dan pada tahun ke-3
hingga ke-10 adalah Rp 61.715.000.
9) Biaya pembelian label jus yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp 51.840.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 74.057.200.
10) Biaya pembelian label sirup yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp 8.640.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 12.343.000.
11) Biaya pembelian kardus jus yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp 21.600.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 30.858.000. Dimana satu kardus memuat 24 botol jus.

70
12) Biaya pembelian kardus sirup yang dikeluarkan selama tahun pertama dan
ke-2 produksi adalah sebesar Rp 14.400.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-
10 adalah Rp 20.572.000. Dimana satu kardus memuat 12 botol sirup.
13) Biaya pembelian gas LPG yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp Rp 23.400.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 33.450.000. Rincian biaya pembelian gula, karagen, asam sitrat,
natrium benzoat, kemasan jus, kemasan sirup, label jus, label sirup, kardus
jus, kardus sirup, dan gas LPG dapat dilihat pada Lampiran 4.
14) Biaya listrik yang dikeluarkan CV WPIU selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp Rp 22.800.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 32.600.000.
15) Biaya transportasi yang dikeluarkan CV WPIU selama tahun pertama dan ke-
2 produksi adalah sebesar Rp Rp 24.010.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-
10 adalah Rp 34.300.000.
Dari rincian biaya variabel diatas maka diperoleh nilai total biaya variabel
yang dikeluarkan CV WPIU pada tahun pertama dan kedua adalah sebesar
Rp 956.051.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-9 adalah sebesar
Rp 1.358.249.000. Rincian biaya operasional CV WPIU untuk menghasilkan jus
dan sirup selama satu tahun mulai tahun pertama hingga ke-10 dapat dilihat pada
Tabel 9.

71
Tabel 9. Biaya Operasional CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Tahun 1-10 (Rp/Tahun)
Jumlah Jumlah
No Uraian Tahun 1-2 Tahun 3-10
A Biaya Tetap
1 Upah tetap 96,000,000 96,000,000
2 Barcode 180,000 180,000
3 Komunikasi 6,000,000 6,000,000
4 Promosi 20,400,000 14,400,000
5 Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000
6 Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 129,882,812
B Biaya variabel
1 Upah harian 18,330,000 18,330,000
2 Belimbing manis 133,664,000 190,945,000
3 Jambu biji merah 89,111,000 127,510,000
4 Gula pasir 230,400,000 329,152,000
5 Karagen 24,960,000 35,750,000
6 Asam sitrat 22,176,000 31,658,000
7 Natrium benzoat 20,160,000 28,780,000
8 Botol jus 207,360,000 296,228,800
9 Botol sirup 43,200,000 61,715,000
10 Label jus 51,840,000 74,057,200
11 Label sirup 8,640,000 12,343,000
12 Kardus jus 21,600,000 30,858,000
13 Kardus sirup 14,400,000 20,572,000
14 Gas LPG 23,400,000 33,450,000
15 Listrik 22,800,000 32,600,000
16 Transportasi 24,010,000 34,300,000
Total biaya variabel 956,051,000 1,358,249,000
C Total biaya operasional (A+ B) 1,091,933,812 1,488,131,812

7.3. Analisis Laba Rugi


Analisa laba rugi digunakan perusahaan untuk mengetahui perkembangan
usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan jus dan
sirup buah ini terdiri atas, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional,
biaya penyusutan, beban bunga, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak
(EBT) diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional,
beban bunga, dan biaya penyusutan. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada
Lampiran 2. Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak
dikurangi dengan pajak penghasilan. Pembebanan pajak penghasilan dihitung
berdasarkan ketentuan UU RI No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan
badan usaha.
CV WPIU telah memperoleh keuntungan mulai tahun pertama usaha
hingga tahun ke 10 berdasarkan analisa laba rugi. Rincian analisa laba rugi CV
WPIU dapat dilihat pada Lampiran 6.

7.4. Analisis Finansial


Analisis kelayakan finansial CV WPIU menggunakan prinsip nilai uang
saat ini tidak sama dengan nilai uang dimasa akan datang. Analisis ini dilakukan
dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yaitu, Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan
Payback Period (PBP).
Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa NPV usaha pembuatan jus
dan sirup buah ini lebih besar dari nol yaitu, Rp 292.938.966. Hal ini
menunjukkan usaha yang akan dijalankan CV WPIU memberikan manfaat bersih
sebesar Rp 292.938.966 selama kurun waktu 10 tahun dengan kapasitas produksi
menghasilkan 370.286 botol jus per tahun dan 61.715 botol sirup per tahun yang
dipasarkan ke supermarket, eceran, maupun secara grosir. Dengan demikian,
berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksankan.
Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 48,95 persen dimana IRR tersebut
lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu, 14 persen. Hal ini
menunjukkan tingkat pengembalian yang diberikan usaha dari modal yang telah
diinvestasikan adalah sebesar 48,95 persen. Hal ini juga menunjukkan bahwa
usaha yang dijalankan menguntungkan karena lebih besar dari tingkat suku bunga
kredit dari dana yang dipinjam. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha
ini layak untuk dilaksanakan.
Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti setiap Rp 1
biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini akan menghasilkan manfaat
bersih sebesar Rp 3,09. Hal ini juga menunjukkan bahwa pendapatan bersih yang
diperoleh adalah 3,09 dari biaya. Nilai Net B/C yang dihasilkan lebih besar dari
1. Karena itu, usaha pembutan jus dan sirup buah ini layak untuk dilaksanakan.

73
Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan
3 tahun 7 bulan 4 hari. Hal ini berarti, usaha dapat mengembalikan modal
sebelum umur usaha berakhir. Nilai Payback period ini cukup singkat, sehingga
usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan keempat kriteria kelayakan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan cashflow usaha pembuatan jus
dan sirup buah CV WPIU dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 10. Hasil Perhitungan Kriteria Kelayakan Finansial CV Winner Perkasa


Indonesia Unggul
Kriteria Kelayakan Finansial Hasil
NPV Rp 292.938.966
IRR 48,95 persen
Net B/C 3,09
PBP 3,76 tahun

7.6. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)


Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui
seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan
penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha masih layak untuk dilaksanakan.
Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan
normal yaitu, NPV sama dengan 0, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku
bunga, dan Net B/C sama dengan 1.
Usaha pembuatan jus dan sirup yang bahan baku utamanya merupakan
buah-buahan tentu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan buah. Namun, CV WPIU
terletak di kecamatan Sawangan yang merupakan salah satu sentra penghasil
belimbing manis dan jambu biji merah. Dengan demikian, ketersediaan bahan
baku buah-buahan lebih terjamin. CV WPIU juga menetapkan harga pembelian
bahan baku buah-buahan yang lebih tinggi dari harga di pasar, baik dalam
keadaan bahan baku langka maupun panen raya kepada kelompok tani, sehingga
CV WPIU tidak menghadapi harga bahan baku yang lebih tinggi daripada yang
ditetapkan pada petani. Dengan demikian, ketersediaan dan harga buah-buahan
tidak berpengaruh signifikan terhadap usaha ini. Bahan baku yang sangat
berpengaruh terhadap usaha ini adalah gula pasir dan botol jus karena memegang

74
proporsi yang besar dalam biaya usaha. Selain itu, penurunan penjualan jus dan
sirup buah juga perlu dianalisis. Hal ini dikarenakan, apabila persaingan semakin
ketat dan produk tidak lagi di dalam tahap pertumbuhan.
Dengan demikian, variabel yang dianalisis merupakan variabel yang
dianggap signifikan terhadap usaha yaitu, harga gula pasir, botol jus, penjualan
jus, dan penjualan sirup. Kita akan memperoleh jumlah maksimum kenaikan
harga gula pasir dan botol jus serta penurunan maksimum penjualan jus dan sirup
yang membuat usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan melalui analisis
switching value. Hasil analisis switching value pada usaha pembuatan jus dan
sirup buah ini dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Analisis Switching Value CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Uraian Switching Value (%)
Harga gula pasir Naik maksimal sebesar 18,84
Harga botol jus Naik maksimal sebesar 20,94
Penjualan Jus Turun maksimal sebesar 6,09
Penjualan Sirup Turun maksimal sebesar 10,48

Kita dapat melihat berdasarkan hasil analisis switching value, bahwa jika
kenaikan harga gula pasir sebesar 18,84 persen dan kenaikan harga botol jus
mencapai 20,94 persen maka usaha pembuatan jus dan sirup ini masih
memperoleh keuntungan normal. Selain itu, penurunan penjualan jus sebesar 6,09
persen dan penurunan penjualan sirup sebesar 10,48 persen pun, CV WPIU masih
mampu menghasilkan keuntungan normal.
CV WPIU menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir
mengalami kenaikan melebihi 18,84 persen yaitu, sebesar Rp 1.507,2
per kilogram. NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil
dari discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil dari nol jika kenaikan
harga gula pasir melebihi 18,84 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria
investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan. Apalagi, harga gula eceran
selama periode 1998-2007 memiliki kecenderungan yang semakin meningkat.
Pada tahun 1998, harga gula eceran mencapai Rp 2737/kg, semakin meningkat
hampir setiap tahun dan pada tahun 2007 mencapai Rp6.427,7/kg. Hal ini terjadi

75
karena, efisiensi produksi gula di Indonesia semakin menurun (Widyastutik,
2005). Rincian analisis switching value terhadap kenaikan harga gula pasir
sebesar 18,84 persen dapat dilihat pada Lampiran 8.
CV WPIU juga menjadi tidak layak untuk dilaksanakan apabila harga
botol jus mengalami kenaikan melebihi 20,94 persen yaitu, sebesar Rp 167,52
per botol. NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil dari
discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil dari nol jika kenaikan harga
gula pasir melebihi 20,94 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria
investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan. Rincian analisis switching
value terhadap kenaikan harga botol jus sebesar 20,94 persen dapat dilihat pada
Lampiran 9.
CV WPIU juga tidak layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan
penjualan jus melebihi 6,09 persen dan penurunan penjualan sirup melebihi 10,48
persen. Hal ini akan menyebabkan, NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau
negatif, IRR lebih kecil dari discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil
dari nol. Dengan demikian, berdasarkan kriteria investasi usaha ini tidak layak
untuk dilaksanakan. Rincian analisis switching value terhadap penurunan
penjualan jus sebesar 6,09 persen dapat dilihat pada Lampiran 10 dan rincian
analisis switching value terhadap penurunan penjualan sirup sebesar 10,48 persen
dapat dilihat pada Lampiran 11.

76
VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil deskripsi gambaran usaha, analisis kelayakan usaha, dan
analisis switching value pada usaha pembuatan jus dan sirup buah dapat
dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1) Hasil analisis aspek non finansial yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum menunjukkan
bahwa usaha yang dijalankan CV WPIU ini layak untuk dilaksanakan.
Namun, pada aspek pasar, kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal
karena CV WPIU hanya mengandalkan keikutsertaan dalam pameran-
pameran dan informasi dari mulut ke mulut. CV WPIU juga mengalami
kendala pada aspek manajemen yaitu, ada beberapa karyawan yang kurang
memiliki kemampuan dan tanggungjawab.
2) Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk
dilaksanakan. Nilai NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun
adalah sebesar Rp 292.938.966 dengan kapasitas produksi menghasilkan
370.286 botol jus per tahun dan 61.715 botol sirup per tahun. Nilai IRR yang
diperoleh yaitu sebesar 48,95 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari
discount factor yang berlaku yaitu 14 persen. Net B/C yang diperoleh adalah
sebesar 3,09. Hal ini berarti, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk
menjalankan usaha ini akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,09.
Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan 3 tahun 7
bulan 4 hari.
3) Berdasarkan hasil analisis switching value, jika kenaikan harga gula pasir
melebihi 18,84 persen, kenaikan harga botol jus lebih dari 20,94 persen,
penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, serta penurunan penjualan
sirup lebih dari 10,48 persen, usaha pembuatan jus dan sirup ini tidak layak
untuk dilaksanakan. Dengan demikian, usaha ini lebih peka terhadap
penurunan penjualan jus dan sirup daripada kenaikan harga gula pasir dan
botol jus.
8.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, saran yang diharapkan
dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah
sebagai berikut:
1) CV WPIU peka terhadap penurunan penjualan jus dan sirup dan belum
optimal dalam mempromosikan produk yang dihasilkan. Karena itu, kegiatan
promosi sangat diperlukan untuk mencegah penurunan penjualan dan
meningkatkan penjualan serta memperkenalkan produk yang dihasilkan.
Apalagi, CV WPIU berencana untuk memasok produk yang dihasilkan ke
supermarket dan memenuhi permintaan pasar yang ada. Dengan demikian,
jus dan sirup buah khas Depok dapat dikenal luas oleh masyarakat. Program
promosi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat brosur, poster, leaflat,
selebaran, dan iklan di radio.
2) CV WPIU sebaiknya menetapkan aturan kerja yang lebih jelas dan
memberikan hukuman bagi tenaga kerja yang sering tidak masuk kerja, yaitu
dengan potongan gaji serta memberikan bonus bagi tenaga kerja yang rajin.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kehadiran beberapa tenaga kerja yang
sering tidak masuk tanpa alasan yang jelas. Namun, jika para tenaga kerja
tersebut tidak mau berubah, sebaiknya CV WPIU merekrut tenaga kerja baru.

78
DAFTAR PUSTAKA

Alim AS. 2001. Kajian Proses dan Analisis Finansial Produksi Bubuk Jahe Pada
Industri Skala Rumah Tangga [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Clive G. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Gramedia.

Dinas Pertanian Kota Depok. 2007. Profil Belimbing Kota Depok. Depok: Dintan
Kota Depok.
Dinas Pertanian Kota Depok. 2008. Pengolahan Hasil Pertanian. Depok: Dintan
Kota Depok.
Endordewo B. 1998. Analisis Finansial Agribisnis Mangga Model Pembiayaan
KKPA [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta: UI-Press.

Husnan S, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: Unit Penerbit


dan Pencetak AMP YKPN.
Kadariah, Karlien L, Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Universitas Indonesia.
Kasmir, Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Kencana.

Keown. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba 4.

Kotler P. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks.

Mahasin A. 2007. Analisis Brand Equity “Ekuitas Merek” Minuman Sirup dan
Implikasinya dalam Kegiatan Pemasaran (Kasus Merek ABC di Giant
Hypermarket Margo City Depok [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Malik A, Islahudin, Aslam F. 2009. Geliat Ritel di Indonesia. http//www.seputar-
indonesia.com/edisicetak/conten/view/225028. [1 April 2009].
Pemkot Depok. 2006. Program Pengembangan Belimbing Sebagai Icon Kota
Depok: Pemkot Depok.
Pemkot Depok. 2007. Depok dalam Angka. Depok: Pemkot Depok.

Potter NH, Hotchkiss. 1995. Food Science. 5th Edition. New York: Chapman and
Hall Co. Inc.
Rustiana IN. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Puree Mangga
(Magnifera indica L) (Studi Kasus pada CV. Promindo Utama, Desa
Losari Lor, Kecamatan Losari, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sari PY. 2008. Strategi Pemasaran Produk Jus Jambu Merah ”JJM” Kelompok
Wanita Tani Turi, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota
Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Satuhu S. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sidauruk R. 2005. Perbandingan Efektivitas Biaya dan Kelayakan Finansial
Industri Kecil Tahu [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Stanton, William J. 1991. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia.

Sunarjo H. 2004. Berkebun Belimbing Manis. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sunarjo H. 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Ed ke-3. Jakarta: Gramedia.

Utami NL. 2008. Analsis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis
Tanaman Obat (Studi Kasus: Koleksi Tanaman Obat dan Spa kebugaran
SYIFA, Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Uti. 2009. Bank Hati-Hati Salurkan Kredit. http:// cetak.kompas.com/read/xml/
2009/03/13/1129035/ Bank.Hati-Hati.Salurkan.Kredit. [1 April 2009].
Widyastutik. 2005. Mungkinkah Indonesia Mencapai Swasembada Gula Secara
Berkelanjutan [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.

80
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rincian Pendapatan Penjualan Tahun 1-10
No. Jenis Produk Penjualan Produksi Produksi Harga Pendapatan Pendapatan
Tahun 1-2 Tahun 3-10 (Rp) Tahun 1-2 Tahun 3-10
(Botol) (Botol) (Rp) (Rp)
1 Jus belimbing manis Eceran 23,328 33,326 3,500 81,648,000 116,641,000
2 Jus jambu biji merah 15,552 22,217 3,500 54,432,000 77,759,500
3 Sirup belimbing manis 4,328 6,184 12,500 54,100,000 77,300,000
4 Sirup jambu biji merah 2,886 4,112 12,500 36,075,000 51,400,000
5 Jus belimbing manis Grosiran 62,986 89,980 2,500 157,465,000 224,950,000
6 Jus jambu biji merah 41,990 59,986 2,500 104,975,000 149,965,000
7 Sirup belimbing manis 12,960 18,515 9,000 116,640,000 166,635,000
8 Sirup jambu biji merah 8,640 12,334 9,000 77,760,000 111,006,000
9 Jus belimbing manis Supermarket 69,206 98,866 2,720 188,240,320 268,915,520
10 Jus jambu biji merah 46,138 65,911 2,720 125,495,360 179,277,920
11 Sirup belimbing manis 8,632 12,331 9,010 77,774,320 111,102,310
12 Sirup jambu biji merah 5,754 8,220 9,010 51,843,540 74,062,200
Jumlah 1,126,448,540 1,609,014,450

82
Lampiran 2. Rincian Biaya Investasi, Biaya Penyusutan, Nilai Sisa, dan Biaya Reinvestasi
No Uraian Jumlah Satuan Harga/satuan Total Umur Ekonomis Reinvesatsi Reinvesatsi Penyusutan Nilai sisa
(Rp) (Rp) (Tahun) Tahun ke Tahun ke 6 (Rp) (Rp)
3,5,7,9 (Rp)
(Rp)
1 Lahan 175 m2 1,000,000 175,000,000 175,000,000
2 Bangunan 150 m2 250,000 37,500,000 10 3,750,000
Peralatan produksi
3 Pisau 6 buah 10,000 60,000 5 60,000 12,000
4 Timbangan 2 unit 100,000 200,000 10 20,000
5 Timbangan BTM 1 unit 150,000 150,000 10 15,000
6 Drum Air 3 buah 90,000 270,000 5 270,000 54,000
7 Ember 6 buah 22,000 132,000 2 132,000 66,000
8 Baskom 6 buah 15,000 90,000 2 90,000 45,000
9 Pulper 2 unit 4,000,000 8,000,000 10 800,000
10 Selang 3 buah 20,000 60,000 5 60,000 12,000
11 Kompor gas 3 unit 500,000 1,500,000 5 1,500,000 300,000
12 Tabung gas 3 tabung 550,000 1,650,000 10 165,000
13 Panci stainless 3 buah 400,000 1,200,000 5 1,200,000 240,000
14 Sodet 3 buah 12,000 36,000 5 36,000 7,200
15 Filler 8 buah 80,000 640,000 5 640,000 128,000
16 Boks pendingin botol 6 unit 150,000 900,000 5 900,000 180,000
17 Gayung 3 buah 7,500 22,500 2 22,500 11,250

83
Uraian Jumlah Satuan Harga/satuan Total Umur Ekonomis Reinvesatsi Reinvesatsi Penyusutan Nilai sisa
(Rp) (Rp) (Tahun) Tahun ke Tahun ke 6 (Rp) (Rp)
3,5,7,9 (Rp)
(Rp)
18 Saringan kecil 3 buah 10,000 30,000 5 30,000 6,000
19 Pengpres tutup botol 2 buah 150,000 300,000 10 30,000
20 Lemari Pendingin 2 unit 4,000,000 8,000,000 10 800,000
Perlengkapan
kantor
21 Meja 2 buah 250,000 500,000 5 500,000 100,000
22 Kursi 10 buah 35,000 350,000 5 350,000 70,000
23 Lemari kantor 1 buah 600,000 600,000 10 60,000
24 Sofa 1 buah 2,500,000 2,500,000 10 250,000
Jumlah 251,170,500 244,500 5,576,000 7,127,450 175,000,000

84
Lampiran 3. Rincian Kebutuhan dan Biaya Bahan Baku Buah-Buahan Tahun 1-10
Jenis buah Musim Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Harga Total Tahun 1-2 Total Tahun 3-10
Tahun 1-2 (Kg) Tahun 3-10 (Kg) (Rp) (Rp) (Rp)
Jus Sirup Total Jus Sirup Total
Belimbing manis Langka 1,389 1,339 2,728 1,984 1,913 3,897 5,000 13,640,000 19,485,000
Jambu biji merah 5,000 9,095,000 12,990,000
926 893 1,819 1,323 1,275 2,598
Jumlah 22,735,000 32,475,000
Belimbing manis Panen dan biasa 15,274 14,732 30,006 21,820 21,045 42,865 4,000 120,024,000 171,460,000
Jambu biji merah 4,000 80,016,000 114,520,000
10,183 9,821 20,004 14,546 14,084 28,630
Jumlah 200,040,000 285,980,000
Total 222,775,000 318,455,000

85
Lampiran 4. Rincian Biaya Variabel Selain Buah-Buahan
No Uraian Kebutuhan Kebutuhan Satuan Biaya/satuan Total Tahun 1-2 Total Tahun 3-10
Tahun 1-2 Tahun 3-10 (Rp) (Rp) (Rp)
1 Gula pasir 28,800 41,144 Kg 8,000 230,400,000 329,152,000
2 Karagen 192 275 Kg 130,000 24,960,000 35,750,000
3 Asam sitrat 1,008 1,439 Kg 22,000 22,176,000 31,658,000
4 Natrium benzoat 1,008 1,439 Kg 20,000 20,160,000 28,780,000
5 Botol jus 259,200 370,286 Botol 800 207,360,000 296,228,800
6 Botol sirup 43,200 61,715 Botol 1,000 43,200,000 61,715,000
7 Label jus 259,200 370,286 Label 200 51,840,000 74,057,200
8 Label sirup 43,200 61,715 Label 200 8,640,000 12,343,000
9 Kardus jus 10,800 15,429 Kardus 2,000 21,600,000 30,858,000
10 Kardus sirup 3,600 5,143 Kardus 4,000 14,400,000 20,572,000
11 Gas LPG 312 446 Tabung 75,000 23,400,000 33,450,000
12 Listrik 22,800,000 32,600,000
13 Transportasi 24,010,000 34,300,000
Jumlah 714,946,000 1,021,464,000

86
Lampiran 5. Rincian Pembayaran Pokok Pinjaman dan Biaya Bunga
Tahun Angsuran Pinjaman Pokok Pinjaman Beban Bunga
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1. 11,502,812 60,000,000 3,102,812 8,400,000
2. 11,502,812 56,897,188 3,537,206 7,965,606
3. 11,502,812 53,359,982 4,032,414 7,470,398
4. 11,502,812 49,327,568 4,596,953 6,905,859
5. 11,502,812 44,730,615 5,240,526 6,262,286
6. 11,502,812 39,490,089 5,974,199 5,528,613
7. 11,502,812 33,515,890 6,810,587 4,692,225
8. 11,502,812 26,705,303 7,764,070 3,738,742
9. 11,502,812 18,941,233 8,851,039 2,651,773
10. 11,502,812 10,090,194 10,090,185 1,412,627

87
Lampiran 6. Laporan Laba Rugi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 1-10
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 712,255,680 712,255,680 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940
2. Pendapatan penjualan
sirup 414,192,860 414,192,860 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510
Total inflow 1,126,448,540 1,126,448,540 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450
B. Outflow
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
Total biaya tetap 124,380,000 124,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 230,400,000 230,400,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 207,360,000 207,360,000 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 956,051,000 956,051,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000
Biaya penyusutan 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450
Beban Bunga 8,400,000 7,965,606 7,470,398 6,905,859 6,262,286 5,528,613 4,692,225 3,738,742 2,651,773 1,412,627
Total outflow 1,095,958,450 1,095,028,848 1,490,662,309 1,490,018,736 1,489,285,063 1,488,448,675 1,487,495,192 1,486,408,223 1,485,169,077 1,483,756,450
88
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Laba sebelum pajak 30,490,090 31,419,692 118,352,141 118,995,714 119,729,387 120,565,775 121,519,258 122,606,227 123,845,373 125,258,000
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Laba setelah pajak 27,441,081 28,277,723 100,346,499 100,797,000 101,310,571 101,896,043 102,563,481 103,324,359 104,191,761 105,180,600

89
Lampiran 7. Cash Flow CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 712,255,680 712,255,680 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940
2. Pendapatan penjualan sirup 414,192,860 414,192,860 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510
3. Pinjaman 60,000,000
4. Nilai sisa 175,000,000
Total inflow 1,186,448,540 1,126,448,540 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,784,014,450
B. Outflow
Biaya investasi
1. Lahan 175,000,000
2. Bangunan 37,500,000
3. Akta Pendirian 650,000
4. Listing fee 10,800,000
5. Peralatan produksi 23,270,500 244,500 244,500 4,726,000 244,500 244,500
6. Perlengkapan kantor 3,950,000 850,000
Total biaya investasi 251,170,500 0 244,500 0 244,500 5,576,000 244,500 0 244,500 0
Biaya Operasional
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
6. Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 135,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 230,400,000 230,400,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 207,360,000 207,360,000 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800

90
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 956,051,000 956,051,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000
Total biaya operasional 1,091,933,812 1,091,933,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812
Total Outflow 1,343,104,312 1,091,933,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,493,707,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,488,131,812
Net Benefit Sebelum Pajak -156,655,772 34,514,728 120,638,138 120,882,638 120,638,138 115,306,638 120,638,138 120,882,638 120,638,138 295,882,638
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Net Benefit Setelah Pajak -159,704,781 31,372,759 102,632,496 102,683,924 102,219,322 96,636,906 101,682,361 101,600,770 100,984,526 275,805,238

Df (14%) 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 0.4556 0.3996 0.3506 0.3075 0.2697
PV/Tahun -140,091,913 24,140,319 69,274,011 60,797,126 53,089,513 44,026,474 40,636,066 35,617,070 31,053,544 74,396,756
NPV 292,938,966
IRR 48.95%
PV+ 433,030,879
PV- -140,091,913
Net B/C 3.09
PBP 3.76 Tahun

91
Lampiran 8. Switching Value Terhadap Kenaikan Harga Gula Pasir Sebesar 18,84 Persen
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 712,255,680 712,255,680 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940
2. Pendapatan penjualan sirup 414,192,860 414,192,860 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510
3. Pinjaman 60,000,000
4. Nilai sisa 175,000,000
Total inflow 1,186,448,540 1,126,448,540 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,784,014,450
B. Outflow
Biaya investasi
1. Lahan 175,000,000
2. Bangunan 37,500,000
3. Akta Pendirian 650,000
4. Listing fee 10,800,000
5. Peralatan produksi 23,270,500 244,500 244,500 4,726,000 244,500 244,500
6. Perlengkapan kantor 3,950,000 850,000
Total biaya investasi 251,170,500 0 244,500 0 244,500 5,576,000 244,500 0 244,500 0
Biaya Operasional
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
6. Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 135,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 273,818,880 273,818,880 391,180,694 391,180,694 391,180,694 391,180,694 391,180,694 391,180,694 391,180,694 391,180,694
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 207,360,000 207,360,000 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800

92
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 999,469,880 999,469,880 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694
Total biaya operasional 1,135,352,692 1,135,352,692 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506
Total Outflow 1,386,523,192 1,135,352,692 1,550,405,006 1,550,160,506 1,550,405,006 1,555,736,506 1,550,405,006 1,550,160,506 1,550,405,006 1,550,160,506
Net Benefit Sebelum Pajak -200,074,652 -8,904,152 58,609,444 58,853,944 58,609,444 53,277,944 58,609,444 58,853,944 58,609,444 233,853,944
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Net Benefit Setelah Pajak -203,123,661 -12,046,121 40,603,801 40,655,229 40,190,627 34,608,211 39,653,666 39,572,075 38,955,832 213,776,544

Df (14%) 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 0.4556 0.3996 0.3506 0.3075 0.2697
PV/Tahun -178,178,650 -9,269,099 27,406,409 24,071,159 20,873,753 15,767,035 15,847,085 13,872,349 11,979,228 57,664,899
NPV 34,169
IRR 14.00%
PV+ 178,212,819
PV- -178,178,650
Net B/C 1.00

93
Lampiran 9. Switching Value Terhadap Kenaikan Harga Botol Jus Sebesar 20,94 Persen
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 712,255,680 712,255,680 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940
2. Pendapatan penjualan sirup 414,192,860 414,192,860 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510
3. Pinjaman 60,000,000
4. Nilai sisa 175,000,000
Total inflow 1,186,448,540 1,126,448,540 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,784,014,450
B. Outflow
Biaya investasi
1. Lahan 175,000,000
2. Bangunan 37,500,000
3. Akta Pendirian 650,000
4. Listing fee 10,800,000
5. Peralatan produksi 23,270,500 244,500 244,500 4,726,000 244,500 244,500
6. Perlengkapan kantor 3,950,000 850,000
Total biaya investasi 251,170,500 0 244,500 0 244,500 5,576,000 244,500 0 244,500 0
Biaya Operasional
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
6. Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 135,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 230,400,000 230,400,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 250,781,184 250,781,184 358,259,111 358,259,111 358,259,111 358,259,111 358,259,111 358,259,111 358,259,111 358,259,111

94
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 999,472,184 999,472,184 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311
Total biaya operasional 1,135,354,996 1,135,354,996 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123
Total Outflow 1,386,525,496 1,135,354,996 1,550,406,623 1,550,162,123 1,550,406,623 1,555,738,123 1,550,406,623 1,550,162,123 1,550,406,623 1,550,162,123
Net Benefit Sebelum Pajak -200,076,956 -8,906,456 58,607,827 58,852,327 58,607,827 53,276,327 58,607,827 58,852,327 58,607,827 233,852,327
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Net Benefit Setelah Pajak -203,125,965 -12,048,425 40,602,185 40,653,613 40,189,011 34,606,595 39,652,050 39,570,459 38,954,215 213,774,927

Df (14%) 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 0.4556 0.3996 0.3506 0.3075 0.2697
PV/Tahun -178,180,671 -9,270,872 27,405,318 24,070,203 20,872,913 15,766,299 15,846,439 13,871,783 11,978,731 57,664,463
NPV 24,606
IRR 14.00%
PV+ 178,205,277
PV- -178,180,671
Net B/C 1.00

95
Lampiran 10. Switching Value Terhadap Penurunan Penjualan Jus Sebesar 6,09 Persen
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 668,836,574 668,836,574 955,481,595 955,481,595 955,481,595 955,481,595 955,481,595 955,481,595 955,481,595 955,481,595
2. Pendapatan penjualan sirup 414,192,860 414,192,860 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510
3. Pinjaman 60,000,000
4. Nilai sisa 175,000,000
Total inflow 1,143,029,434 1,083,029,434 1,546,987,105 1,546,987,105 1,546,987,105 1,546,987,105 1,546,987,105 1,546,987,105 1,546,987,105 1,721,987,105
B. Outflow
Biaya investasi
1. Lahan 175,000,000
2. Bangunan 37,500,000
3. Akta Pendirian 650,000
4. Listing fee 10,800,000
5. Peralatan produksi 23,270,500 244,500 244,500 4,726,000 244,500 244,500
6. Perlengkapan kantor 3,950,000 850,000
Total biaya investasi 251,170,500 0 244,500 0 244,500 5,576,000 244,500 0 244,500 0
Biaya Operasional
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
6. Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 135,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 230,400,000 230,400,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 207,360,000 207,360,000 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800

96
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 956,051,000 956,051,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000
Total biaya operasional 1,091,933,812 1,091,933,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812
Total Outflow 1,343,104,312 1,091,933,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,493,707,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,488,131,812
Net Benefit Sebelum Pajak -200,074,878 -8,904,378 58,610,793 58,855,293 58,610,793 53,279,293 58,610,793 58,855,293 58,610,793 233,855,293
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Net Benefit Setelah Pajak -203,123,887 -12,046,347 40,605,151 40,656,579 40,191,977 34,609,561 39,655,016 39,573,425 38,957,181 213,777,893

Df (14%) 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 0.4556 0.3996 0.3506 0.3075 0.2697
PV/Tahun -178,178,848 -9,269,273 27,407,320 24,071,958 20,874,453 15,767,650 15,847,624 13,872,822 11,979,643 57,665,263
NPV 38,613
IRR 14.00%
PV+ 178,217,462
PV- -178,141,361
Net B/C 1.00

97
Lampiran 11. Switching Value Terhadap Penurunan Penjualan Sirup Sebesar 10,48 Persen
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 712,255,680 712,255,680 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940
2. Pendapatan penjualan sirup 370,760,597 370,760,597 529,480,242 529,480,242 529,480,242 529,480,242 529,480,242 529,480,242 529,480,242 529,480,242
3. Pinjaman 60,000,000
4. Nilai sisa 175,000,000
Total inflow 1,143,016,277 1,083,016,277 1,546,989,182 1,546,989,182 1,546,989,182 1,546,989,182 1,546,989,182 1,546,989,182 1,546,989,182 1,721,989,182
B. Outflow
Biaya investasi
1. Lahan 175,000,000
2. Bangunan 37,500,000
3. Akta Pendirian 650,000
4. Listing fee 10,800,000
5. Peralatan produksi 23,270,500 244,500 244,500 4,726,000 244,500 244,500
6. Perlengkapan kantor 3,950,000 850,000
Total biaya investasi 251,170,500 0 244,500 0 244,500 5,576,000 244,500 0 244,500 0
Biaya Operasional
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
6. Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 135,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 230,400,000 230,400,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 207,360,000 207,360,000 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800

98
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 956,051,000 956,051,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000
Total biaya operasional 1,091,933,812 1,091,933,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812
Total Outflow 1,343,104,312 1,091,933,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,493,707,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,488,131,812
Net Benefit Sebelum Pajak -200,088,035 -8,917,535 58,612,870 58,857,370 58,612,870 53,281,370 58,612,870 58,857,370 58,612,870 233,857,370
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Net Benefit Setelah Pajak -203,137,044 -12,059,504 40,607,228 40,658,656 40,194,054 34,611,638 39,657,093 39,575,502 38,959,258 213,779,970

Df (14%) 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 0.4556 0.3996 0.3506 0.3075 0.2697
PV/Tahun -178,190,390 -9,279,397 27,408,722 24,073,188 20,875,532 15,768,597 15,848,454 13,873,551 11,980,281 57,665,824
NPV 24,362
IRR 14.00%
PV+ 178,214,752
PV- -178,168,590
Net B/C 1.00

99
Lampiran 12. Jus Belimbing Manis

Lampiran 13. Jus Jambu Biji Merah

Lampiran 14. Sirup Belimbing Manis

Lampiran 15. Sirup Jambu Biji Merah

Lampiran 16. Kemasan Botol Jus

100
Lampiran 17. Filler

Lampiran 18. Panci Besar

Lampiran 19. Pulper

101

Anda mungkin juga menyukai