SKRIPSI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
RINGKASAN
Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah kota
Depok. Saat ini, kota Depok terkenal sebagai penghasil belimbing manis varietas
dewa-dewi, bahkan belimbing manis telah menjadi icon kota Depok sejak tahun
2006. Komoditas unggulan untuk buah-buahan terdiri atas, belimbing manis,
jambu biji merah, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka, dan cempedak.
Belimbing manis dan jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan grade.
Buah belimbing manis dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, B, dan C.
Belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang
diminati dibandingkan grade A dan B. Padahal, dari seluruh hasil panen,
belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C mencapai
20 persen dari total panen.
Belimbing manis dan jambu biji merah grade C ataupun buah-buahan lain
yang tidak laku di pasaran dalam bentuk segar, apabila tidak dimanfaatkan dengan
segera akan mengalami kerusakan biologis karena umur simpannya yang singkat,
sehingga dapat terbuang. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan
petani dari pendapatan yang seharusnya diterima jika keseluruhan belimbing
manis dan jambu biji grade C laku terjual. Karena itu, diperlukan suatu usaha
mengatasi masalah tersebut yaitu, dengan pengolahan hasil yang dapat
membentuk daya tahan dan diversifikasi, sehingga dapat dipasarkan setiap waktu
serta mempunyai nilai tambah yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan
yang dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisis aspek non finansial
kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah,
yang terdiri atas, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan
lingkungan, serta aspek hukum, (2) Menganalisis aspek finansial kelayakan usaha
CV WPIU, dan (3) Menganalisis kepekaan kelayakan usaha CV WPIU terhadap
peningkatan biaya usaha yang dominan dan penurunan penjualan jus dan sirup
buah.
Penelitian dilakukan di CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (CV
WPIU) yang terletak di kompleks Sawangan Permai, Sawangan, Depok. Lokasi
penelitian diambil secara sengaja (purposive). Pengambilan data di lapangan
dilaksanakan bulan Februari-April 2009. Analisis yang dilakukan selama
penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif
dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial usaha.
Ditinjau dari aspek pasar, usaha pembuatan jus dan sirup buah memiliki
potensi dan prospek yang baik. Saat ini, CV WPIU mendapat tawaran untuk
memasok produknya ke beberapa supermarket. Produk jus dan sirup yang
dihasilkan berada dalam tahap pertumbuhan. Berdasarkan produk, jus dan sirup
yang dihasilkan merupakan minuman instan yang memiliki nilai gizi dan atribut
yang lengkap seperti, label pada setiap kemasan jus maupun sirup. Dengan
demikian, produk yang dihasilkan CV WPIU sudah memiliki kelengkapan untuk
memasuki supermarket. Distribusi juga dilakukan sebaik mungkin agar produk
dapat sampai ke tangan konsumen dengan tepat waktu. Namun, kegiatan promosi
yang dilakukan belum optimal. CV WPIU menetapkan perbedaan harga untuk
produk yang dijual secara eceran, grosir, dan untuk ke supermarket.
Ditinjau dari aspek teknis, lokasi usaha CV WPIU berada di salah satu
sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah, dimana hal ini menjamin
ketersedian bahan baku buah-buahan yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Untuk memenuhi permintaan pasar saat ini, CV WPIU berencana untuk
meningkatkan kapasitasnya sebesar 150 persen. Proses produksi dilakukan sebaik
mungkin untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Dilihat dari aspek
manajemen, CV WPIU sudah memiliki struktur organisasi yang sederhana.
Namun, CV WPIU mengalami kendala dengan beberapa karyawannya yang
kurang memiliki kemampuan dan tanggungjawab. Berdasarkan aspek sosial,
dengan adanya usaha ini dapat mempekerjakan masyarakat sekitar dan membantu
meningkatkan pendapatan petani, sedangkan berdasarkan aspek lingkungan,
limbah yang dihasilkan tidak akan mencemari lingkungan karena bahan baku
utamanya adalah buah-buahan. Berdasarkan aspek hukum, usaha ini telah
memiliki badan hukum dan memenuhi berbagai perizinan usaha.
Nilai NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun adalah sebesar
Rp 292.938.966 Nilai IRR yang diperoleh yaitu, sebesar 48,95 persen dimana
IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu, 14 persen. Net
B/C yang diperoleh adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti, setiap Rp 1 biaya yang
dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini, akan menghasilkan manfaat bersih
sebesar Rp 3,09. Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama
dengan 3 tahun 7 bulan 4 hari. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa
usaha ini menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir
mengalami kenaikan melebihi 18,84 persen, harga botol jus mengalami kenaikan
melebihi 20,94 persen, penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, dan
penurunan penjualan sirup lebih dari 10,48 persen.
Hasil analisis aspek non finansial yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum menunjukkan bahwa
usaha yang dijalankan CV WPIU ini layak untuk dilaksanakan. Namun, pada
aspek pasar, kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal karena CV WPIU
hanya mengandalkan keikutsertaan dalam pameran-pameran dan informasi dari
mulut ke mulut. CV WPIU juga mengalami kendala pada aspek manajemen
yaitu, ada beberapa karyawan yang kurang memiliki kemampuan dan
tanggungjawab. Hasil analisis aspek finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini
layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa
Usaha ini lebih peka terhadap penurunan penjualan jus dan sirup daripada
kenaikan harga gula pasir dan botol jus.
iii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JUS DAN
SIRUP BELIMBING MANIS DAN JAMBU BIJI MERAH
(Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul,
Kota Depok, Jawa Barat)
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
iv
Judul skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing
Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)
Nama : Debie Natalia Francisca Fausta Napitupulu
NRP : H34053315
Disetujui,
Pembimbing
Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji
Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa
Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Debie Napitupulu
H34053315
vi
RIWAYAT HIDUP
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
atas segala berkat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup
Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa barat)”
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha CV Winner
Perkasa Indonesia Unggul dari aspek non finansial yaitu, aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek lingkungan dan sosial, serta aspek
finansial.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa
pun yang membacanya.
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
ix
10) Semua anak AGB 42 khususnya yang baik dan pintar dimana namanya tidak
dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas persahabatan, canda, tawa,
dan dukungan yang diberikan selama ini khususnya pada saat penyelesaian
skripsi dan semoga kita menjadi orang-orang yang sukses.
11) Anak-anak Ananda I khususnya Agnes, Rina, Maria, Melisa, Kamlit, Pesta,
Evy, Mei Cing, Devina, dan Vanda yang telah memberikan semangat,
dukungan khususnya pada saat penyelesaian skripsi, dan rasa persaudaraan.
12) Ida Ayu Ratih Stefani, yang telah menjadi teman sekamar saya selama tiga
tahun, memberikan dukungan, serta meminjamkan laptop selama proses
penyelesaian skripsi.
13) Teman-teman satu KKP di Desa Cikole dan Kabupaten Bandung Barat, yang
telah memberikan semangat dan keceriaan yang tidak terlupakan.
14) Roch Ika, yang telah menjadi pembahas pada seminar saya dan memberikan
masukan-masukan terhadap penyelesaian skripsi.
15) Teman-teman satu bimbingan saya, Amel, Uti, dan Bayu serta Teguh yang
telah membantu dan memberikan semangat. Terutama untuk Amel yang
menjadi teman seperjuangan dan memberikan bantuan terhadap penyelesaian
skripsi.
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xv
I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 8
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 9
II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 10
2.1. Sari Buah (Jus Buah) ........................................................ 10
2.2. Sirup ................................................................................ 11
2.3. Belimbing Manis ............................................................. 12
2.4. Jambu Biji Merah.............................................................. 13
2.5. Penelitian terdahulu........................................................... 14
III KERANGKA PEMIKIRAN ................................................. 18
3.1. Kerangka Teoritis.............................................................. 18
3.1.1. Studi Kelayakan ..................................................... 18
3.1.2. Aspek Studi Kelayakan .......................................... 19
3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi ................................. 26
3.1.4. Teori Biaya dan Manfaat........................................ 28
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..................................... 29
IV METODE PENELITIAN ...................................................... 31
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 31
4.2. Data dan Instrumentasi .................................................... 31
4.3. Metode Pengumpulan Data ............................................. 31
4.4. Metode Pengolahan Data ................................................ 31
4.5. Metode Analisis Data........................................................ 32
4.5.1. Analisis Aspek Pasar.............................................. 32
4.5.2. Analisis Aspek Teknis ........................................... 32
4.5.3. Analisis Aspek Manajemen.................................... 33
4.5.4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ................. 33
4.5.5. Analisis Aspek Hukum .......................................... 33
4.5.6. Analisis Aspek Finansial........................................ 34
4.5.7. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)........... 36
4.5.8. Laporan Laba Rugi................................................. 37
4.6. Asumsi Dasar ..................................................................... 37
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................... 39
5.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ....................................... 39
5.2. Profil Perusahaan ............................................................ 40
5.3. Deskripsi Usaha .............................................................. 40
xi
VI ASPEK NON FINANSIAL .................................................. 43
6.1. Aspek Pasar ..................................................................... 43
6.1.1. Analisis Prospek dan Potensi Pasar ...................... 43
6.1.2. Daur Hidup Produk ............................................... 44
6.1.3. Bauran Pemasaran................................................. 45
6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar ................................... 49
6.2. Aspek Teknis ................................................................... 50
6.2.1. Lokasi Perusahaan................................................. 50
6.2.2. Bahan Baku dan Peralatan .................................... 51
6.2.3. Kapasitas Produksi ................................................ 52
6.2.4. Teknologi yang Digunakan ................................... 54
6.2.5. Proses Produksi ..................................................... 54
6.2.5. Layout Perusahaan ................................................ 57
6.2.6. Hasil Analisis Aspek Teknis ................................. 58
6.3. Aspek Manajemen ........................................................... 58
6.3.1. Struktur Organisasi................................................ 59
6.3.2. Tugas dan Wewenang ........................................... 59
6.3.3. Kebutuhan Tenaga Kerja....................................... 60
6.2.4. Hasil Analisis Aspek Manajemen ......................... 61
6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan ......................................... 61
6.4.1. Analisis Dampak Sosial ........................................ 62
6.4.2. Analisis Dampak Lingkungan............................... 62
6.2.3. Hasil Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan.... 63
6.5. Aspek Hukum ................................................................. 63
6.5.1. Badan Hukum ....................................................... 63
6.5.2. Perizinan................................................................ 64
6.5.3. Perpajakan ............................................................. 65
6.5.4. Hasil Analisis Aspek Hukum ................................ 65
VII ASPEK FINANSIAL .......................................................... 66
7.1. Arus Penerimaan ............................................................ 66
7.1.1. Pendapatan Penjualan........................................... 66
7.1.2. Pinjaman............................................................... 67
7.1.3. Nilai Sisa .............................................................. 67
7.2. Arus Pengeluaran ........................................................... 68
7.2.1. Biaya Investasi ..................................................... 68
7.2.2. Biaya Operasional ................................................ 68
7.3. Analisis Laba Rugi ......................................................... 72
7.4. Analisis Finansial ........................................................... 73
7.5. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value).................... 74
VIII KESIMPULAN DAN SARAN........................................... 77
8.1. Kesimpulan ................................................................... 77
8.2. Saran.............................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 79
LAMPIRAN...................................................................................... 81
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Nilai PDB Buah-Buahan dan Kontribusinya terhadap PDB
Hortikultura Indonesia Tahun 2004-2006 ...................... 1
2. Perkembangan Produksi Buah Unggulan
Kota Depok Tahun 2000-2006 ......................................... 3
3. Jumlah Produksi dan Permintaan CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul Tahun 2008 ......................................... 6
4. Pembagian Produk Sari Buah Berdasarkan Total Padatan
Terlarut dan Kandungan Sari Murninya .......................... 11
5. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr
Belimbing Manis ............................................................... 13
6. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr
Jambu Biji Merah .............................................................. 13
7. Daftar Harga Jus dan Sirup CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul Tahun 2008 .......................................... 48
8. Kapasitas Produksi Tahun 2008 dan Kapasitas yang Ingin
Dicapai CV Winner Perkasa Indonesia Unggul................. 53
9. Biaya Operasional CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul Tahun 1-10........................................... 72
10. Hasil Perhitungan Kriteria Kelayakan Finansial
CV Winner Perkasa Indonesia Unggul .............................. 74
11. Hasil Analisis Switching Value
CV Winner Perkasa Indonesia Unggul .............................. 75
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................... 30
2. Daur Hidup Produk .............................................................. 45
3. Alur Proses Pembuatan Jus dan Sirup
CV Winner Perkasa Indonesia Unggul ................................ 56
4. Layout CV Winner Perkasa Indonesia Unggul .................... 57
5. Struktur Organisasi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul 59
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Rincian Pendapatan Penjualan Tahun1-10 ......................... 82
2. Rincian Biaya Investasi, Reinvestasi,
Penyusutan, Nilai Sisa......................................................... 83
3. Rincian Kebutuhan dan Biaya Bahan
Baku Buah-Buahan Tahun 1-10.......................................... 85
4. Rincian Biaya Variabel Selain Buah-Buahan ..................... 86
5. Rincian Pembayaran Pokok Pinjaman dan Biaya Bunga.... 87
6. Laporan Laba Rugi CV Winner Perkasa
Indonesia Unggul Tahun 1-10............................................. 88
7. Cash Flow CV Winner Perkasa Indonesia Unggul............. 90
8. Switching Value Terhadap Kenaikan
Harga Gula Pasir Sebesar 18,84 Persen .............................. 92
9. Switching Value Terhadap Kenaikan
Harga Botol Jus Sebesar 20,94 Persen............................... 94
10. Switching Value Terhadap Penurunan
Penjualan Jus Sebesar 6,09 persen ................................... 96
11. Switching Value Terhadap Penurunan
Penjualan Sirup Sebesar 10,48 persen ................................ 98
12. Jus Belimbing Manis........................................................... 100
13. Jus Jambu Biji Merah.......................................................... 100
14. Sirup Belimbing Manis ...................................................... 100
15. Sirup Jambu Biji Merah ...................................................... 100
16. Kemasan Botol Jus.............................................................. 100
17. Filler.................................................................................... 101
18. Panci Besar.......................................................................... 101
xv
I PENDAHULUAN
2
mengembangkan agribisnis perkotaan dan ketahanan pangan masyarakat serta
meningkatkan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam. Hal ini
membuktikan bahwa pemerintahan kota Depok cukup serius dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi kota yaitu, salah satunya melalui sektor pertanian di
perkotaan. Pembangunan pertanian kota Depok juga diarahkan untuk memelihara
dan mengupayakan peningkatan ketersediaan dan keamanan pangan khususnya
mengantisipasi kompetisi dan diversifikasi permintaan pasar yang selalu menuntut
persyaratan mutu dan keamanan produk (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007).
Komoditas unggulan kota Depok untuk buah-buahan terdiri atas,
belimbing manis, jambu biji merah, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka,
dan cempedak. Perkembangan produksi buah-buahan kota Depok dapat diamati
pada Tabel 2.
3
sebagian besar dari petani belimbing manis juga menanam jambu biji merah
sebagai produk dampingan
Menurut Dinas Pertanian Kota Depok, tingginya tingkat pertumbuhan
produksi buah belimbing manis disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,
belimbing manis varietas dewa/dewi merupakan salah satu tanaman yang mudah
dibudidayakan. Kedua, terjadinya alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan
usaha tani sawah dan sayuran, berubah menjadi perkebunan belimbing manis.
Ketiga, adanya dukungan pemerintah kota Depok dengan keluarnya Keputusan
Walikota Depok No. 18 Tahun 2003 yang didalamnya memuat peningkatan
produktivitas pertanian, pengembangan kelembagaan petani, peningkatan
pelayanan sektor pertanian, dan pengembangan potensi unggulan pertanian pada
tingkat pencapaian target satu produk potensial berkembang. Faktor yang terakhir
adalah seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak jenis belimbing manis
olahan yang tersedia di pasaran dan pergeseran pemahaman konsumen yang
menjadikan buah ini bukan saja sebagai buah meja melainkan diminati karena
khasiatnya.
Sentra produksi buah belimbing manis kota Depok tersebar di enam
kecamatan yaitu, Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Limo, dan
Beji. Sebagian besar atau pada umumnya petani belimbing manis juga merupakan
petani jambu biji merah.
Belimbing manis dan jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan
grade. Buah belimbing manis dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, berbobot
di atas 250 gr, grade B, 150-250 gr, dan grade C, kurang dari 150 gr atau buah
cacat. Buah jambu biji merah juga dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A,
berbobot di atas 350 gr, grade B, 250-350 gr, dan grade C, kurang dari 250 gr atau
buah cacat. Belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam
grade C kurang diminati dibandingkan grade A dan B. Padahal, dari seluruh hasil
panen, belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C
mencapai 20 persen dari total panen.
Hasil produksi belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke
dalam grade C kurang diminati dan kurang laku di pasaran dalam bentuk segar.
Belimbing manis dan jambu biji merah grade C ataupun buah-buahan lain yang
4
tidak laku di pasaran dalam bentuk segar apabila tidak dimanfaatkan dengan
segera akan mengalami kerusakan biologis karena umur simpannya yang singkat,
sehingga dapat terbuang. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan
petani dari pendapatan yang seharusnya diterima jika keseluruhan belimbing
manis dan jambu biji grade C laku terjual.
Karena itu, diperlukan suatu usaha mengatasi masalah tersebut yaitu,
dengan pengolahan hasil yang dapat membentuk daya tahan dan diversifikasi
sehingga dapat dipasarkan setiap waktu serta mempunyai nilai tambah yang
tinggi. Melihat peluang ini, CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (CV WPIU)
mengolah belimbing manis dan jambu biji grade C menjadi jus dan sirup.
Pengolahan belimbing manis dan jambu biji merah grade C menjadi jus dan sirup
dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis, sehingga belimbing manis
dan jambu biji merah grade C yang tidak laku dipasaran tidak terbuang.
Pengolahan buah menjadi jus dan sirup juga tidak mengubah rasa. Tentunya
dengan adanya usaha pengolahan ini dapat membuka lapangan kerja baru dan
meningkatkan pendapatan petani belimbing manis dan jambu biji merah, karena
semua hasil panennya dapat dimanfaatkan atau laku dipasaran, serta tercapainya
visi dan misi Dinas Pertanian dan Pemerintah kota Depok.
5
Jumlah produksi dan permintaan pasar atas jus dan sirup buah CV WPIU dapat
dilihat pada Tabel 3.
6
CV WPIU menanamkan investasi sebesar Rp 20.000.000 untuk memulai
usaha ini. Seiring berjalannya waktu, CV WPIU ingin melakukan pengembangan
usaha yaitu, dengan memasuki salah satu supermarket karena adanya tawaran
yang datang dari pihak supermarket dan memenuhi permintaan pasar selain
supermarket yang belum terpenuhi.
CV WPIU membutuhkan modal yaitu, sekitar Rp 60.000.000 untuk
mewujudkan rencana pengembangan usaha ini dimana modal tersebut akan
diperoleh dengan melakukan pinjaman ke bank. Selain itu, CV WPIU juga harus
mampu meningkatkan kapasitas produksinya agar dapat memasok produknya
secara kontiniu ke supermarket dan memenuhi permintaan yang ada. Disamping
itu, usaha pengolahan di depok juga masih relatif sedikit dan CV WPIU
merupakan usaha pengolahan belimbing manis dan jambu biji merah menjadi jus
dan sirup kemasan pertama di kota Depok. Karena itu, analisis kelayakan
pengembangan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji
merah ini penting untuk dilaksanakan. Analisis dilakukan untuk menilai apakah
pengembangan usaha ini layak untuk dilaksanakan atau tidak agar rencana
pengembangan usaha ini tidak mendatangkan kerugian.
Menilai kelayakan pengembangan usaha pengolahan jus dan sirup buah ini
diperlukan penilaian terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek finansial. Penilaian terhadap
aspek pasar dilakukan untuk mengetahui potensi pasar akan jus dan sirup
belimbing manis dan jambu biji merah. Penilaian terhadap aspek teknis
diperlukan untuk mengkaji proses pengolahan, penerapan teknologi, dan
ketersediaan bahan baku. Sedangkan penilaian terhadap aspek manajemen perlu
dilakukan mengkaji pengelolaan usaha ini. Penilaian aspek sosial dan lingkungan
diperlukan untuk mengkaji peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan
kerja, serta dampak limbah usaha ini terhadap lingkungan sekitar. Penilaian
terhadap aspek hukum dilakukan untuk mengetahui bentuk dan badan hukum
usaha serta perizinan apa yang telah dipenuhi. Secara finansial juga perlu dikaji
untuk melihat apakah rencana pengembangan usaha layak dilaksanakan atau
tidak.
7
Kondisi lingkungan usaha yang tidak pasti atau dapat mengalami
perubahan akan mempengaruhi biaya dan manfaat yang diperoleh dalam
menjalankan suatu usaha. Ketidakpastian lingkungan usaha ini, tentunya akan
berpengaruh terhadap jalannya usaha dimana dapat terjadi perubahan atas biaya-
biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima seperti, penjualan jus dan sirup
belimbing manis dan jambu biji merah. Karena itu, dibutuhkan suatu analisis
untuk mengetahui pengaruh kenaikan biaya yang dominan terhadap kelayakan
usaha. Selain itu, analisis terhadap penurunan manfaat yaitu, penurunan penjualan
jus dan sirup, juga perlu untuk dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap
kelayakan usaha.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
penelitian yang menarik untuk dikaji yaitu,:
1) Bagaimana kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan
jambu biji merah dilihat dari aspek non finansial yang terdiri atas, aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta
aspek hukum?
2) Bagaimana kelayakan usaha CV WPIU dilihat dari aspek finansial?
3) Bagaimana kepekaan kelayakan usaha CV WPIU terhadap peningkatan biaya
yang dominan serta penurunan penjualan jus dan sirup buah?
8
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi
berbagai pihak yang berkepentingan. Manfaat penelitian ini adalah sebagi berikut:
1) Bagi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, analisis ini dapat digunakan
sebagai masukan dan informasi untuk bahan pertimbangan dalam
menjalankan operasional usaha dan dalam membuat kebijakan pengembangan
usaha lebih lanjut.
2) Bagi pemerintah, analisis dapat digunakan sebagai masukan untuk
mengembangkan dan mendukung usaha pengolahan buah di kota Depok.
3) Bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang telah diperoleh selama kegiatan kuliah.
4) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan
informasi mengenai kelayakan usaha dari pengolahan jus dan sirup belimbing
manis dan jambu biji merah.
9
II TINJAUAN PUSTAKA
Dewasa ini, minuman berupa sari buah mulai digemari pada kalangan
tertentu. Selain warnanya yang menggiurkan dan menggugah selera, rasanya
menyegarkan dan dapat menghilangkan dahaga. Konsistensi sari buah juga lebih
menguntungkan bila dilihat dari asupan gizi. Asupan buah dapat lebih tinggi
karena sifatnya yang cair, sehingga dengan sendirinya asupan zat-zat gizi dan
substansi penting lainnya akan meningkat (Wirakusumah, 1996).
2.2. Sirup
Sirup adalah sejenis minuman ringan berupa larutan kental dengan cita
rasa beraneka ragam. Berbeda dengan sari buah, sirup penggunaannya tidak
langsung diminum tetapi harus diencerkan terlebih dahulu. Pengenceran
diperlukan karena kandungan gulanya tinggi, yakni sekitar 65 persen.
Pada dasarnya, sirup terbuat dari larutan gula yang kental dan untuk
menambah rasa sering disertai penambah rasa, pewarna, asam sitrat, asam tartat,
atau asam laktat. Berdasarkan bahan bakunya, sirup dibedakan menjadi sirup
esens, sirup glukosa, dan sirup buah-buahan.
Sirup esens adalah sirup yang cita rasanya ditentukan oleh esens yang
ditambahkan. Bermacam-macam esens diantaranya adalah esens jeruk, vanili,
sirsak, pisang, jeruk, nanas, dan lain sebagainya. Esens ini dapat dibeli di toko
kimia atau pasar swalayan.
11
Sirup glukosa hanya mempunyai rasa manis saja, karena itu sering diberi
nama gula encer. Sirup ini pada umumnya tidak langsung dikonsumsi untuk
minuman. Penggunaanya lebih merupakan bahan baku industri minuman, sari
buah, dan sebagainya. Sirup glukosa dapat dibuat dari tepung kentang, tepung
jagung, dan tepung beras.
Sirup buah-buahan rasa dan aromanya ditentukan oleh bahan dasarnya,
yakni buah segar. Di pasaran banyak kita jumpai berbagai macam sirup buah.
Jenisnya antara lain sirup nanas, sirup jambu biji, sirup mangga, sirup melon,
sirup markisa, dan lain sebagainya (Satuhu, 2004).
12
Tabel 5. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr Belimbing
Manis
No Jenis Satuan Jumlah
1 Kalori Kal 35,00
2 Protein Gr 0,50
3 Lemak Gr 0,70
4 Kalsium Mg 8,00
5 Fosfor Mg 22,00
6 Besi (Fe) Mg 0,80
7 Vitamin A UI 18,00
8 Vitamin B Mg 0,03
9 Vitamin C Mg 33,00
Tabel 6. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr Jambu Biji
No Jenis Satuan Jumlah
1 Kalori Kal 49,000
2 Protein Gr 0,900
3 Lemak Gr 0,300
4 Hidrat arang Gr 12,200
5 Kalsium Mg 14,000
6 Fosfor Mg 28,000
7 Besi (Fe) Mg 1,100
8 Vitamin A UI 25,00
9 Vitamin B Mg 0,002
10 Vitamin C Mg 37,000
13
Buah jambu biji yang masih muda, warnanya hijau tua, dan berubah
menjadi hijau muda hingga kekuning-kuningan bila sudah mendekati masaknya.
Buah yang sudah masak, lunak dagingnya, mudah rusak, dan membusuk. Buah
yang sudah tua atau masak bilamana jatuh, dari luarnya nampak benar, maka
kerusakan tadi tampak sebagai pembusukan. Buah jambu biji yang dipetik ketika
masih muda, tidak dapat ditingkatkan kematangannya dengan pemeraman.
Walaupun ada perubahan warna, rasanya tetap tidak enak dan daging luarnya
kasar.
Jambu biji juga mampu menurunkan kadar kolestrol dalam tubuh dan
berguna untuk penderita demam berdarah, karena buah ini mengandung zat
likopeten yang mampu mengendalikan produksi kolestrol jahat. Daunnya juga
dapat digunakan untuk obat diare dan pewarnaan serta penyamakan kulit binatang
(Dinas Pertanian Kota Depok, 2008).
14
jual Rp 33.000. Analisis kelayakan pada kondisi dengan tingkat suku bunga 25
persen menunjukkan NPV Rp 22.629.547, nilai IRR nya 61,13 persen, nilai net
B/C sebesar 1,9, nilai PBP adalah 0,62 tahun, sedangkan BEP produksinya akan
tercapai pada penjualan 1.694,94 kilogram atau pada nilai penjualan Rp
54.448.000. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan pada kenaikan biaya
produksi sebesar 18 persen dan penurunan harga jual sampai 13 persen usaha
masih layak untuk dilaksanakan.
Penelitian Sidauruk (2005) tentang perbandingan efektivitas biaya dan
kelayakan finansial industri kecil tahu di kota Bogor, menunjukkan hasil
perhitungan finansial, industri kecil tahu Bandung ”Selaeman” dan tahu
Sumedang ”Kelana Jaya” untuk skenario 1 dan skenario 2 dengan menggunakan
dua tingkat diskonto yaitu, 14,67 persen dan 17,48 persen layak untuk diusahakan.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV, Net B/C, dan IRR yang diperoleh
memenuhi syarat kelayakan usaha.
Rustiana (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha
pengolahan puree mangga pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor,
Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tujuan penelitan tersebut
adalah untuk menganalisis kelayakan usaha dari aspek non finansial dan aspek
finanasial. Berdasarkan aspek non finansial, seperti aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek sosial, dan lingkungan usaha ini layak untuk
dilaksanakan. Hasil analisis finansial menunjukkan nilai NPV sebesar
Rp 346.825.522, nilai IRR lebih besar dari discount rate, yaitu sebesar 87,26
persen, nilai Net B/C yang lebih besar dari satu yaitu, 6,14, dan payback periode
yang diperoleh lebih singkat dari umur proyek yaitu, selama dua tahun 2,6 bulan.
Karena itu, secara aspek finansial usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Mahasin (2007) melakukan penelitian mengenai analisis brand equity
”ekuitas merek” minuman sirup dan implikasinya dalam kegiatan pemasaran
(kasus merek ABC di Giant Hypermarket Margo City, Depok). Penelitan ini
bertujuan untuk menganalisis besarnya pengaruh masing-masing elemen
penyusun brand equity terhadap nilai brand equity berdasarkan model Customer-
Based Brand Equity serta merumuskan alternatif strategi bauran pemasaran sirup
ABC, berdasarkan hasil analisis brand equity value yang telah diketahui. Dari
15
hasil analisis, pengaruh langsung dari elemen brand awareness dan brand image
yaitu, sebesar 69 dan 100 persen. Brand knowledge ABC diukur oleh komponen
brand building tools and objectives, yaitu elemen choosing brand element,
developing marketing program, dan elemen leverage of secondary association.
Ketiga elemen tersebut memiliki pengaruh langsung terhadap brand awareness
ABC yaitu, masing-masing sebesar 75 persen, 63 persen, dan 92 persen. Bauran
pemasaran yang perlu dijalankan adalah melakukan repositioning,
mempertahankan harga, menjaga kontinuitas produk di pasaran, memberikan
souvenir pembelian, dan mengadakan undian berhadiah.
Sari (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pemasaran jus jambu
biji merah Kelompok Wanita Tani Turi di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan
Tanah Sareal, Kota Bogor. Penelitan ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran jus, mengidentifikasi
penerapan bauran pemasaran, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran yang
efektif pada KWT Turi. Hasil analisis matriks IE menempatkan KWT Turi pada
kuadran V, yaitu strategi hold and maintain. Strategi yang bisa diterapkan pada
posisi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan hasil
analisis SWOT alternatif strategi yang dapat dijalankan KWT Turi adalah,
mempertahankan kualitas dan keunggulan, meningkatkan kegiatan promosi,
meningkatkan kapasitas usaha, melakukan diversifikasi produk, serta pengelolaan
manajemen yang profesional.
Utami (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha
minuman instan berbasis tanaman obat di Koleksi Taman Obat dan Spa
Kebugaran Syifa, Bogor. Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan
usaha dari aspek non finansial dan aspek finanasial. Berdasarkan aspek non
finansial, seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan
lingkungan, serta aspek hukum usaha ini layak untuk dilaksanakan, sedangkan
aspek finansial usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan karena proses usaha yang
akan terjadi selama kurun umur proyek akan menghasilkan kerugian. Oleh sebab
itu, perlu adanya perbaikan usaha.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang telah
ada adalah bahwa, penelitian ini akan menganalisis kelayakan usaha pembuatan
16
jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah dari sisi aspek non finansial
yang terdiri atas, aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek hukum,
aspek lingkungan, maupun aspek sosial dan juga dari sisi aspek finansial. Selain
itu, belum ada penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan
sirup belimbing manis dan jambu biji merah.
17
III KERANGKA PEMIKIRAN
19
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), secara umum aspek-aspek yang
diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek sosial.
Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. Aspek-
aspek yang akan diteliti terlebih dahulu harus ditentukan dalam menentukan studi
kelayakan. Penelitian ini, akan mengkaji mengenai aspek teknis, aspek pasar,
aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek
finansial.
1) Aspek Pasar
Pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan
jasa, sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi (Subagyo, 2007).
Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek
yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan
oleh proyek tersebut. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek pasar
mempelajari tentang:
a) Permintaan
Permintaan adalah kegiatan yang didukung oleh daya beli atau akses
untuk membeli. Artinya, permintaan akan terjadi apabila didukung oleh
daya kemampuan yang dimiliki konsumen untuk membeli serta adanya
akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan. Hal ini pula
yang sangat menentukan permintaan itu sendiri.
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu
barang dan jasa antara lain, harga barang itu sendiri, harga barang lain
yang memiliki hubungan substitusi atau komplementer, pendapatan,
selera, jumlah penduduk, dan akses untuk memperoleh barang atau jasa
yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006).
b) Penawaran
Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen
pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor yang
mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa antara lain, harga
barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan substitusi
20
atau komplementer, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses
(Kasmir dan Jakfar, 2006).
c) Program Pemasaran
Program pemasaran meliputi empat aspek bauran pemasaran (marketing
mix) yaitu, produk (product), harga (price), distribusi (place), dan
promosi (promotion) (Umar, 2005).
d) Pangsa Pasar (Market Share) Perusahaan
Pangsa pasar (market share) merupakan proporsi dari keseluruhan pasar
potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan.
Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok
produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada suatu
periode tertentu. Dalam hal ini, meliputi variabel yang dapat dikontrol
oleh calon investor yaitu, marketing mix, dan kemampuan manajemen
lainnya, serta variabel yang tidak dapat dikontrol oleh calon investor
(Husnan dan Suwarsono, 2000).
2) Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasian setelah proyek
tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000). Penilaian
kelayakan terhadap aspek ini penting dilakukan sebelum suatu proyek
dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga jika tidak dianalisis dengan
baik akan berakibat fatal bagi perusahaan dimasa yang akan datang (Kasmir
dan Jakfar, 2006)
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam aspek teknis antara lain:
a) Lokasi Proyek
Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian yaitu,
lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi
bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung
tidak berkaitan dengan proses produksi yaitu, lokasi administrasi
perkantoran dan pemasaran. Terdapat beberapa variabel yang perlu
21
diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek. Variabel ini dibedakan ke
dalam dua golongan besar yaitu, variabel utama (primer) dan variabel
bukan utama (sekunder). Penggolongan ke dalam kedua kelompok
tersebut tidak mengandung kekakuan artinya, dimungkinkan untuk
berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan proyek
bersangkutan. Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu,
ketersediaan barang mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan
air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Variabel-variabel
sekunder terdiri dari, hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan
keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat), serta
perencanaan masa depan perusahaan.
b) Skala Operasional atau Luas Produksi
Skala operasi atau luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya
diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Pengertian kata
”seharusnya” dan ”keuntungan yang optimal”, mengandung maksud
untuk mengkombinasikan faktor eksternal dan faktor internal perusahaan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas
produksi yaitu, batasan permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin,
jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi,
kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan adanya
perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
c) Layout Atau Tata Letak Alur Produksi
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian,
pengertian layout mencakup layout site (layout lokasi proyek), layout
pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Dalam
layout pabrik terdapat dua tipe utama yaitu, layout fungsional (layout
process) dan layout Produk (layout garis).
d) Pemilihan Jenis atau Teknologi Peralatan
Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penetuan jenis atau teknologi
peralatan antara lain, seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan,
manfaat ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan
22
mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi
tersebut ditempat lain yang memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek,
kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat, dan
kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan
adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih
sebagai akibat keusangan.
3) Aspek Manajemen
Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek
dan struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil
apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari
merencanakan, sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi
penyimpangan. Demikian juga dengan struktur organisasi yang dipilih harus
sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya (Kasmir dan Jakfar, 2006).
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang dipelajari dalam aspek
manajemen antara lain:
a) Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek
Manajemen proyek adalah sistem untuk merencanakan, melaksanakan,
dan mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek
harus dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan
mengkoordinasi berbagai aktivitas atau kegiatan dan pengguaan sumber
daya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya
(Kasmir dan Jakfar, 2006). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
manajemen masa pembangunan proyek yaitu, pelaksana proyek tersebut,
jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukan studi masing-
masing aspek.
b) Manajemen dalam Operasi
Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih,
struktur organisasi, deskripsi, dan spesifikasi jabatan, anggota direksi,
dan tenaga kunci, serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan
(Husnan dan Suwarsono, 2000).
23
4) Aspek Finansial
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya
dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan
selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Kasmir dan
Jakfar (2006), penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai
biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan juga meneliti seberapa besar
pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan. Penelitian ini
meliputi, lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan
proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga jika dihitung dengan
formula penilaian investasi akan sangat menguntungkan. Hal-hal yang
mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain :
a) Biaya Kebutuhan Investasi
Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk
membeli aset-aset yang dibutuhkan usaha tersebut. Aset-aset ini
biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari
pendirian hingga dapat dioperasikan. Karena itu, dalam melakukan
investasi dibutuhkan biaya investasi yang digunakan untuk membeli
berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut. Biaya
kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan
dijalankan. Secara umum, komponen biaya terdiri atas, biaya
prainvestasi, biaya pembelian aktiva, dan biaya operasional (Kasmir dan
Jakfar, 2006).
b) Sumber-Sumber Dana
Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang
ada seperti, dari modal sendiri, modal pinjaman, atau gabungan
keduanya. Pilihan apakah menggunakan modal sendri atau modal
pinjaman atau gabungan dari keduanya tergantung dari jumlah modal
yang dibutuhkan dan kebijakan pengusaha (Kasmir dan Jakfar, 2006).
Pada dasarnya, pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih sumber
dana yang pada akhirnya bisa memberikan kombinasi dengan biaya
terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi proyek atau perusahaan
mensponsori usaha tersebut (artinya, jangka waktu pengembalian sesuai
24
dengan jangka waktu penggunaan dana). Sumber-sumber dana yang
utama terdiri dari, modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan,
penerbitan saham di pasar modal, obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan dan dijual di pasar modal, kredit bank, leasing dari lembaga
keuangan nonbank, dan project finance (Husnan dan Suwarsono, 2000).
c) Aliran Kas (Cash Flow)
Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang
yang masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga
menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang
dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006). Aliran kas penting digunakan
dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama
dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi para investor adalah kas
bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu usaha dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu, aliran kas permulaan (initial
cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas
terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi
pada awal periode merupakan aliran kas permulaan. Aliran kas yang
timbul selama operasi usaha disebut aliran kas operasional, sedangkan
aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika usaha berakhir
(Husnan dan Suwarsono, 2000).
5) Aspek Hukum
Aspek hukum akan membahas masalah kelengkapan dokumen perusahaan,
mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan
dokumen usaha sangat penting, karena merupakan dasar hukum yang harus
dipegang apabila di kemudian hari timbul masalah (Kasmir dan Jakfar, 2006).
6) Aspek Sosial dan Lingkungan
Analisis aspek sosial digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang
ditimbulkan jika proyek tersebut berjalan. Analisis aspek lingkungan akan
melihat dampak proyek yang dijalankan terhadap lingkungan sekitar, baik
terhadap air, darat, udara, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap
kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhan (Kasmir dan Jakfar, 2006).
25
3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi
Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), dalam menentukan layak atau tidaknya
suatu investasi, yang ditinjau dari aspek keuangan, perlu dilakukan pengukuran
dengan berbagai kriteria. Kriteria ini sangat bergantung dari kebutuhan masing-
masing usaha dan metode mana yang digunakan. Setiap metode yang digunakan
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Karena itu, dalam
penilaian kelayakan suatu usaha hendaknya digunakan beberapa metode
sekaligus, agar dapat memberikan hasil yang lebih sempurna. Kriteria-kriteria
tersebut biasa disebut dengan nama kriteria investasi.
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan
biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Untuk mengukur manfaat proyek dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan menggunakan perhitungan berdiskonto
dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money
yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan
suatu teknik yang dapat ”menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang
akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan
perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuran-ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus
manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).
Konsep nilai waktu uang(Time Value of Money) menyatakan bahwa nilai
sekarang (present value) adalah lebih baik dari nilai yang sama pada masa yang
akan datang (future value). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini terjadi,
yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat
ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan
datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki sekarang
memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui
kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi
masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al. 1999).
Kadariah et al. (1999) juga mengungkapkan, bahwa kedua unsur tersebut
berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga
modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat
dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang
26
penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku
bunga ditentukan melalui proses discounting. Karena itu, kriteria investasi yang
dugunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha adalah Net Present
Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR),
dan Payback Periode (PBP).
1) Analisis Switching Value (Nilai Pengganti)
Semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh setiap tahun
dihitung berdasarkan data yang ada. Sementara itu, kondisi lingkungan yang
selalu berubah akan mempengaruhi biaya dan manfaat yang akan diperoleh,
sehingga terdapat kemungkinan terjadinya suatu kekeliruan dan
ketidaktepatan biaya dan penerimaan akibat adanya perubahan-perubahan.
Analisis switching value (nilai pengganti) mencoba melihat kondisi kelayakan
yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan
manfaat. Switching value dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana
perubahan yang terjadi dapat ditoleransi untuk dilaksanakan.
Pada Analisis switching value, dicari beberapa nilai pengganti pada
komponen biaya dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria
minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal.
Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0).
NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan
Net B/C sama dengan 1 (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa
proyek yang akan dijalankan mentoleransi peningkatan harga atau penurunan
input dan penurunan harga atau jumlah output (Gittinger, 1986).
2) Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi ialah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan
dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi. Laporan laba
rugi juga merupakan suatu laporan yang menunjukkan hasil-hasil operasi
perusahaan selama waktu tersebut (Gittinger, 1986). Laporan laba rugi ini
menghasilkan suatu perhitungan yang akhirnya dapat melihat apakah suatu
proyek yang dijalankan mendapatkan keuntungan ataukah mendapatkan
kerugian selama waktu proyek. Laba ialah apa saja yang tersisa setelah
27
dikurangkan dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul di dalam
memproduksi atau menjual barang dan jasa.
28
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian dilatarbelakangi semakin tingginya hasil buah-buah grade
terendah yang tidak dimanfaatkan karena tidak diminati dan tidak laku dipasaran.
Hal ini tentunya dapat merugikan petani dimana pendapatan petani semakin
menurun dan buah-buahan grade terendah akan terbuang. CV WPIU melihat
keadaan ini, sehingga mendirikan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis
dan jambu biji merah untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis dari
buah yang dulunya terbuang. Seiring berjalannya waktu, usaha ini berencana
memasuki supermarket karena adanya tawaran untuk memasuki salah satu
supermarket dan adanya permintaan yang belum terpenuhi. Untuk mewujudkan
rencana pengembangan usaha ini, CV WPIU membutuhkan modal yang yaitu,
sekitar Rp 60.000.000 dan harus menambahkan kapasitas produksi. Karena itu,
dibutuhkan analisis kelayakan usaha.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pengembangan suatu
usaha pengolahan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Menilai
kelayakan pengembangan usaha pengolahan jus dan sirup buah ini diperlukan
penilaian terhadap aspek-aspek non finansial seperti, aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek
finansial. Analisis finansial mengkaji NPV, IRR, Net B/C Rasio, Payback
Periode, dan analisis switching value.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan
informasi mengenai pelaksanaan pengembangan usaha kepada pengusaha
pembuat jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah yaitu, CV WPIU.
Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
29
Belimbing manis dan jambu biji merah
grade C yang kurang dimininati
dipasarn
30
IV METODE PENELITIAN
32
Analisis aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada hal-
hal teknis dari usaha seperti: alasan pemilihan lokasi usaha, letak pasar yang
dituju, tenaga listrik dan air, transportasi, ketersedian bahan baku, peralatan,
perlengkapan, kapasitas usaha, rencana perluasan usaha, teknologi yang
digunakan, proses produksi yang dilakukan, dan layout perusahaan. Proyek
dikatakan layak apabila ada perkembangan produksi.
33
4.5.6. Analisis Aspek Finansial
Dalam melakukan analisis aspek finansial diperlukan kriteria investasi
yang menyatakan usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria investasi yang
digunakan tersebut adalah:
1) Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah suatu alat analisis untuk menguji kelayakan
dari suatu investasi. NPV adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang
ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu atau dapat dikatakan
sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap tahun
kegiatan usaha. Rumus yang digunakan dalam penghitungan NPV menurut
Kadariah et al. (1999) adalah sebagai berikut:
n
Bt Ct
NPV =
t 0 (1 i )
t
Dimana:
Bt = Penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t
Ct = Biaya (cost) bruto tahun ke-t
n = Umur Ekonomis Usaha
t = Tahun
i = Tingkat suku bunga/discount rate
Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV
suatu usaha lebih besar dari nol (NPV>0) berarti usaha tersebut layak
dilakukan atau dilanjutkan karena memiliki arti, bahwa manfaat yang
diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, jika NPV
usaha kurang dari nol (NPV<0), maka usaha tersebut tidak layak dilakukan
atau dilanjutkan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang
diperoleh. Sedangkan, jika NPV sama dengan nol (NPV=0) manfaat yang
diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan, artinya proyek
mengembalikan persis sebesar modal sosial. Dengan demikian, usaha
tersebut tidak untung dan tidak rugi.
2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Analisis imbangan biaya dan penerimaan adalah alat analisis tingkat efisiensi
setiap rupiah yang dikeluarkan yang diperoleh dari penerimaan. Net B/C
merupakan perbandingan NPV total dari manfaat bersih terhadap total dari
34
biaya bersih (Gray, 1992) atau dapat dikatakan sebagai perbandingan antara
jumlah nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang dan nilai bersih
yang bernilai negatif sebagai penyebut. Analisis ini akan menguji seberapa
jauh setiap nilai rupiah yang akan dipakai dapat memberikan sejumlah nilai
penerimaan sebagai manfaatnya. Rumus yang digunakan dalam
penghitungan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) menurut Kadariah et al.
(1999) adalah sebagai berikut:
n
Bt Ct
(1 i )
t
t0
Bt Ct 0
Net B/C = Dimana
n
Bt Ct Bt Ct 0
t0 (1 i )
t
Dimana:
Bt = Penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t
Ct = Biaya (cost) bruto tahun ke-t
n = Umur Ekonomis Usaha
t = Tahun
i = Tingkat suku bunga/discount rate
Net B/C digunakan untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan modal. Jika
Net B/C suatu usaha lebih dari satu (Net B/C>1), maka dapat dikatakan
bahwa usaha tersebut layak untuk diusahakan atau dilanjutkan. Jika Net B/C
suatu usaha sama dengan satu (Net B/C=1), maka biaya yang dikeluarkan
sama dengan keuntungan yang didapatkan. Jika Net B/C suatu usaha kurang
dari satu (Net B/C<1), maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak
layak untuk diusahakan atau dilanjutkan karena biaya yang dikeluarkan lebih
besar dari pada keuntungan yang diperoleh.
3) Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) pada
saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan
tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tersebut layak
diusahakan. Rumus perhitungannya menurut Kadariah et al. (1999) adalah
sebagai berikut:
NPV
IRR = i + (i" i )
NPV NPV "
35
Dimana:
NPV = NPV yang bernilai positif
NPV” = NPV yang bernilai negatif
i = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif
i” = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negatif
Jika ternyata IRR usaha lebih besar dari tingkat diskonto yang telah
ditentukan, maka usaha layak untuk dilaksanakan. Namun, jika IRR usaha
lebih kecil dari tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tidak
layak untuk dilaksanakan.
4) Payback Periode (PBP)
Payback Periode atau analisis waktu adalah jumlah tahun yang dibutuhkan
untuk menutupi pengeluaran awal. Kriteria ini mengukur kecepatan proyek
dalam mengembalikan biaya awal. Oleh sebab itu, kriteria ini menghitung
arus kas yang dihasilkan dan bukan besarnya keuangan akuntansi (Keown,
2001). Semakin kecil angka yang dihasilkan, maka usaha tersebut semakin
baik untuk diusahakan. Perhitungan PBP menurut Kadariah et al. (1999)
adalah sebagai berikut:
I
Payback Periode =
Ab
Dimana:
I = Besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya
36
dominan dan jumlah maksimum penurunan penjualan jus dan sirup buah yang
membuat usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan.
37
7) Jumlah hari kerja dan produksi adalah 312 hari per tahun.
8) Kapasitas CV WPIU saat ini adalah menghasilkan 144.000 botol jus per
tahun dan 28.800 botol sirup per tahun dan kapasitas yang ingin dicapai
adalah menghasilkan 370.286 botol jus per tahun serta 61.715 botol sirup per
tahun.
9) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku selama bulan
Februari 2009 dan konstan selama penelitian. Harga-harga tersebut adalah
sebagai berikut: harga belimbing manis dan jambu biji merah pada bulan
Mei-Juni adalah, Rp 5.000/kg sedangkan pada bulan lain adalah Rp 4.000;
harga gula adalah Rp 8.000; harga botol untuk jus adalah Rp 800/buah; harga
botol untuk sirup adalah Rp 1.000/buah; harga kardus untuk jus dalah
Rp 2.000/buah; harga kardus untuk sirup adalah Rp 4.000/buah; harga label
untuk jus dan sirup adalah Rp 200/buah; harga gas LPG adalah
Rp 75.000/tabung.
10) Total produksi adalah jumlah kemasan yang dihasilkan selama satu tahun.
Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual.
11) Proporsi penjualan jus adalah 15 persen eceran, 41 persen grosiran, 44 persen
ke supermarket. Proporsi penjualan sirup adalah 17 persen eceran, 50 persen
grosiran, 33 persen ke supermarket. Perhitungan ini diperoleh dari penjualan
yang dilakukan CV WPIU selama ini.
12) Harga jual jus eceran Rp 3.500, grosiran Rp 2.500, dan ke supermarket
Rp 2.720. Harga jual sirup eceran Rp 12.500, grosiran Rp 9.000, dan ke
supermarket Rp 9.010.
13) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembuatan jus dan sirup ini terdiri dari
biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun
pertama dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang
telah habis umur ekonomisnya.
14) Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus. Penyusutan
digunakan untuk menghitung pajak penghasilan dimana pajak penghasilan
merupakan komponen dari laba rugi dan cash flow.
15) Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan
metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis.
38
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
40
Pusat Koperasi Pengolahan dan Pemasaran Belimbing Dewa Depok
(PKPBDD) terbentuk bersamaan dengan berdirinya CV WPIU yang menampung
hasil panen belimbing dari para petani. Awalnya, sampai pertengahan Januari
2007, CV WPIU hanya memproduksi jus belimbing manis, jambu biji merah, dan
wornas. Namun, pada pertengahan Januari tersebut, Depok sedang panen raya
sehingga pasokan belimbing manis di Pusat Koperasi melimpah. Karena itu,
Pusat Koperasi Belimbing Dewa Depok memberikan pasokan belimbing manis
yang melimpah juga kepada CV WPIU. Ibu Maria pun berusaha untuk
memanfaatkan buah-buah tersebut dengan mengolah belimbing manis menjadi
sirup buah yang membutuhkan bahan baku buah-buahan yang lebih banyak.
Akhirnya, hingga saat ini Ibu Maria memproduksi jus dan sirup dan tidak hanya
sirup belimbing manis tetapi juga sirup jambu biji merah dan wornas dalam
kemasan botol 620 ml.
CV WPIU mendapat pasokan bahan baku belimbing manis dari Puskop
sebesar 1,6 ton perbulan dari Januari hingga April 2007, sedangkan untuk
pasokan jambu biji merah diperoleh dari petani, serta untuk wortel dan nanas
diperoleh langsung dari pasar. Untuk pasokan belimbing manis pada saat itu,
Pusat Koperasi yang menentukan berapa banyak belimbing manis yang dipasok
ke CV WPIU dan ketika panen raya, Pusat Koperasi memasok buah melebihi
kapasitas dari CV WPIU. Setelah kejadian tersebut, pada Mei 2007 hingga
sekarang, CV WPIU yang menentukan berapa banyak pasokan buah yang
dibutuhkan dan pasokan belimbing manis tidak lagi diperoleh dari Pusat Koperasi
melainkan dari kelompok tani Makmur Sejahtera. Pasokan jambu biji merah juga
diperoleh dari kelompok tani, sedangkan untuk wortel dan nanas diperoleh
langsung dari pasar. Saat ini, CV WPIU membutuhkan pasokan buah belimbing,
jambu biji merah, wortel dan nanas sebesar 33.285 kg per tahun.
Produk-produk yang dihasilkan CV WPIU didistribusikan secara langsung
tanpa melalui perantaraan distributor. CV WPIU menaruh produknya di beberapa
outlet di Cinere, Pondok Cabe, dan Kelapa Dua. CV WPIU juga mensuplai
produknya ke beberapa tempat seperti, kantin atau koperasi sekolah dan kampus,
gedung olahraga, kantor, minimarket Aneka Buana, dan tempat wisata Kampung
99. CV WPIU juga memiliki agen di beberapa kota di Indonesia seperti, Cirebon,
41
Pontianak, Bangka Belitung, Batam, Pekanbaru, Yogyakarta, Makassar, dan
Sumedang. CV WPIU sekarang ini mendapat tawaran dari beberapa supermarket
untuk dapat memasok produknya ke supermarket tersebut. Ibu Maria berencana
melakukan peminjaman uang ke bank untuk dapat mewujudkan rencana
pengembangan usahanya. Usaha ini juga mendapat dukungan dari pemerintah.
Hal ini dapat dilihat dari visi dan misi dinas pertanian kota Depok.
Usaha yang dirintis oleh Ibu Maria berada di bawah binaan Universitas
Pasundan, dimana Ibu Maria mendapat bimbingan mengenai bagaimana
melakukan proses produksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang
baik, berkualitas, dan layak untuk dikonsumsi. Universitas Pasundan juga
membantu Ibu Maria dalam mengembangkan kualitas dan jenis produknya serta
produk yang dihasilkan oleh CV WPIU juga berada dalam pengawasan
Universitas Pasundan.
42
VI ASPEK NON FINANSIAL
44
Daur hidup produk terdiri atas empat tahap, yaitu tahap perkenalan
(introduction), tahap pertumbuhan (growth), tahap kedewasaan (maturity), dan
tahap penurunan (decline). Bentuk tahapan ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Penjualan
Waktu
Introduction Growth Mature Declining
Penulis menganalisis daur hidup produk jus dan sirup buah yang
dihasilkan CV WPIU berada dalam tahap pertumbuhan (growth). Hal ini
dikarenakan, CV WPIU saat ini memperoleh penerimaan pasar yang cepat dimana
hal ini terlihat dari tawaran ataupun permintaan yang meningkat dan saat ini, CV
WPIU akan meningkatkan kapasitas usahanya untuk dapat memenuhi permintaan
pasar.
45
1) Strategi Produk
Produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Strategi produk penting karena produk merupakan sesuatu yang
dijual dan konsumen akan mengenal perusahaan melalui produk yang
dijualnya.
Produk yang dihasilkan CV WPIU berdasarkan macamnya termasuk dalam
barang konsumsi yaitu, barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk
dikonsumsi. Produk yang dihasilkan CV WPIU adalah jus dan sirup
belimbing manis dan jambu biji merah. Adapun strategi produk yang
dilakukan CV WPIU adalah dengan menciptakan produk minuman instan
yang memiliki nilai gizi dan mutu yang baik, serta menciptakan merek,
kemasan, dan label untuk produk yang dihasilkan.
Komposisi semua jus buah yang dihasilkan CV WPIU terdiri dari, 30 persen
sari buah, 68 persen larutan gula pasir dan karagen, 1 persen Natrium
Benzoat, dan 1 persen Asam Sitrat. Sedangkan komposisi dari semua jenis
sirup yang dihasilkan CV WPIU terdiri dari, 70 persen sari buah, 28 persen
larutan gula pasir dan karagen, 1 persen Natrium Benzoat, dan 1 persen Asam
Sitrat. Jus dan sirup buah yang diproduksi CV WPIU memiliki karakteristik,
antara lain berbentuk cairan, beraroma, rasa khas buah, dan berwarna kuning
untuk jus dan sirup belimbing, serta berwarna merah muda untuk jus dan
sirup jambu biji merah.
CV WPIU memberikan merek “Winner” untuk produk jus dan sirup yang
dihasilkan. Bagi CV WPIU, merek merupakan suatu tanda bagi konsumen
untuk mengenal produk yang mereka hasilkan. Mereka memilih merek
“Winner” karena CV WPIU dalam merintis usaha ini menghadapi berbagai
tantangan dan membutuhkan pengorbangan, sehingga dengan hadirnya
produk ini CV WPIU berusaha menjadi pemenang (winner).
Semua produk jus buah yang dihasilkan dikemas dalam botol plastik ukuran
250 ml karena CV WPIU melihat kencenderungan konsumen di pasar dimana
sebagian besar konsumen yang membeli minuman dalam kemasan cup 220
ml cukup untuk sekali minum, sehingga CV WPIU memproduksi jus buah
yang dapat dikonsumsi secara langsung dan dapat dihabiskan dalam sekali
46
minum. Semua jenis sirup buah yang dihasilkan dikemas dalam botol ukuran
620 ml karena saat ini, bahan baku botol yang diperoleh CV WPIU tersedia
dalam ukuran tersebut. CV WPIU memilih wadah botol untuk semua jenis
produknya karena konsumen lebih menyukai produk jus dan sirup dalam
kemasan botol selain bagus tampilannya, tetapi juga lebih menyakinkan
konsumen.
CV WPIU juga melekatkan label pada setiap kemasan jus maupun sirup buah.
Di dalam label tersebut, CV WPIU mencantumkan merek dagang, nama
produsen, komposisi produk dan gizi, tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal
dengan No.MUI-JB 1006230904, izin Dinas Kesehatan dengan no IRT
213327603088, dan barcode harga. Produk yang dihasilkan CV WPIU layak
untuk memasuki supermarket karena telah memiliki barcode harga.
Penjelasan dalam label ini diinformasikan dalam tiga bahasa yakni, Indonesia,
Inggris, dan Arab. Hal ini tentunya memudahkan konsumen untuk
memahami dan mengenal produk walaupun tidak mengerti bahasa Indonesia.
Label ini pun didesain semenarik mungkin agar dapat menarik minat
konsumen.
CV WPIU juga akan melakukan strategi produk yang sama untuk memasuki
pasar supermarket. Hal ini dikarenakan, pihak CV WPIU dari awal
mendirikan usaha ini berusaha menghasilkan produk yang dapat memasuki
pasar supermarket. Hal ini dapat terlihat dengan adanya barcode harga di
label produk yang dihasilkan.
2) Strategi Harga
Harga merupakan sejumlah nilai (dalam mata uang) yang harus dibayar
konsumen untuk membeli atau menikmati barang atau jasa yang ditawarkan.
Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena
merupakan salah satu faktor yang menentukan laku atau tidaknya produk
yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006).
CV WPIU menggunakan sistem cost plus pricing dengan mark up yaitu,
dengan menambahkan biaya produksi dengan tingkat keuntungan yang ingin
diperoleh. CV WPIU menetapkan harga yang sama untuk semua jenis jus
buah. Begitu juga untuk semua jenis sirup buah, CV WPIU menetapkan
47
harga yang sama. Namun, ada perbedaan harga antara membeli satuan atau
eceran dengan membeli grosir. Daftar harga jus dan sirup CV WPIU dapat
dilihat pada Tabel 7. Pemesanan minimal untuk penjualan di luar Jabotabek
adalah 40 kardus dengan ongkos kirim ditanggung oleh pihak yang memesan.
Tabel 7. Daftar Harga Jus dan Sirup CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Tahun 2008
Jenis Produk Jumlah Harga per Satuan (Rp)
Jus 1-119 botol 3.500
≥ 120 botol (5 kardus) 2.500
Sirup 1-59 botol 12.500
≥ 60 botol (5 kardus) 9.000
48
4) Strategi Promosi
Promosi merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian dan
mempertahankan konsumen. Perusahaan dapat menginformasikan segala
jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon konsumen baru
melalui promosi yang dilakukan.
Promosi yang dilakukan adalah dengan mengikuti pameran-pameran dan
memberikan sampel gratis kepada pihak yang ingin memesan produknya. CV
WPIU saat ini mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Namun, hal ini
memiliki jangkauan yang terbatas, sehingga informasi produk tidak dapat
menyebar dengan luas. CV WPIU juga bersedia diwawancarai oleh beberapa
tabloid maupun majalah dan juga stasiun televisi. Setelah diwawancarai oleh
beberapa tabloid maupun majalah seperti, Tabloid Peluang Usaha, Majalah
Trubus, dan Femina, profil usaha CV WPIU akan diterbitkan pada tabloid
maupun majalah tersebut dan dibaca oleh banyak orang. Menurut CV WPIU,
saat ini mereka mendapat banyak pesanan setelah profil mereka diterbitkan di
tabloid dan majalah tersebut. Selain itu, profil usaha CV WPIU juga sudah
disiarkan oleh beberapa stasiun televisi seperti SCTV, TPI, Trans TV, Trans
7, dan Jak TV. Hal ini tentunya dapat menjadi sarana promosi bagi CV
WPIU.
49
Kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal walaupun dengan
bersedia diwawancara oleh bebarapa tabloid dan TV, telah mendatangkan
permintaaan. Hal ini dikarenakan, CV WPIU belum melakukan kegiatan promosi
sendiri yang berusaha menginformasikan produknya secara optimal dan hanya
mengandalkan promosi melalui pameran-pameran dan informasi dari mulut ke
mulut. Hal ini tentu kurang efektif karena suatu pameran tidak memiliki waktu
yang pasti kapan akan dilaksanakan dan informasi produk tidak menyebar secara
luas jika mengandalkan promosi dari mulut ke mulut karena jangkauannya
terbatas, apalagi saat ini CV WPIU ingin memasuki supermarket. Karena itu,
dibutuhkan kegiatan promosi yang efektif agar jus dan sirup buah yang dihasilkan
dapat dikenal oleh konsumen.
50
yang lama. Dengan demikian, CV WPIU akan memperoleh bahan baku buah-
buahan yang masih dalam keadaan segar, dimana kualitas bahan baku ini sangat
menentukan kualitas jus dan sirup buah yang akan dihasilkan.
Lokasi CV WPIU, dilihat dari kedekatan dengan pasar tidak jauh dari
pusat kota dan pasar. Selain itu, CV WPIU terletak di kota Depok yang
berdekatan dengan kota besar seperti, Jakarta, dan Bogor. Hal ini juga
memudahkan CV WPIU dalam memperoleh bahan baku seperti, botol, gula pasir,
bahan tambahan makanan, serta kardus yang harus diperoleh dari luar kota seperti,
Jakarta dan Bogor. Kedekatan dengan kota-kota besar juga memudahkan CV
WPIU dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Apalagi saat ini, CV WPIU
berencana memasarkan produk yang dihasilkan ke supermarket yang ada di dalam
kota maupun di luar kota.
Di lokasi usaha CV WPIU sudah tersedia fasilitas seperti, sumber air,
listrik, dan jaringan telepon yang baik. Namun, CV WPIU harus membuat
saluran pembuangan air sendiri karena di lokasi usaha ini belum terdapat saluran
pembuangan air, dimana saluran pembuangan merupakan suatu sarana yang
sangat penting.
Letak lokasi CV WPIU, dari sisi transportasi, agak sulit untuk dijangkau.
Jalan yang akan dilalui sangat baik dan sudah ada angkutan umum. Namun,
lokasi usaha ini terletak di kompleks perumahan, sehingga untuk mencapai lokasi
ini perlu jalan kaki terlebih dahulu setelah naik angkutan umum. Melihat
kekurangan ini, CV WPIU tahun ini berencana untuk pindah ke lokasi yang lebih
mudah untuk dijangkau dan dekat dengan jalan raya, sehingga kegiatan
transportasi dan usaha dapat berjalan lancar.
51
tani terbesar di kecamatan Sawangan. Buah-buahan ini dipasok setiap tiga hari
sekali dan diantar langsung oleh kelompok tani kepada CV WPIU. Buah-buahan
ini dibeli CV WPIU dengan harga lebih tinggi dari harga yang diperoleh petani
dari pihak koperasi dan pasar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani. Kelompok tani Makmur Sejahtera juga bersedia dan
menyanggupi untuk menyuplai belimbing manis dan jambu biji merah jika CV
WPIU menambah kapasitas usahanya.
Bahan baku penunjang seperti, gula pasir, Natrium Benzoat, dan Asam
Sitrat, perusahaan membeli bahan baku tersebut secara langsung setiap
minggunya di toko yang menjual BTM (Bahan Tambahan Makanan) Kampung
Melayu, Jakarta Timur, dan Bogor. Untuk karagen, perusahaan membeli melalui
UNPAS (Universitas Pasundan) Bandung. Bahan-bahan lainnya, seperti kemasan
botol plastik diperoleh dari toko plastik di Jembatan Lima, Jakarta Pusat, kardus
diperoleh dari Ibu Yuli di Cimanggis, Depok, sedangkan untuk label kemasan
diperoleh dari percetakan Pandora yang dimiliki oleh anak pemilik perusahaan.
Kegiatan usaha memerlukan berbagai peralatan dan perlengkapan usaha
untuk melakukan proses produksi. Kegiatan usaha dapat berjalan lancar dengan
adanya peralatan dan perlengkapan tersebut. Peralatan produksi dan perlengkapan
usaha yang dimiliki CV WPIU dalam melakukan kegiatan usahanya dapat dilihat
pada Lampiran 2.
52
Tabel 8. Kapasitas Produksi Tahun 2008 dan Kapasitas yang Ingin Dicapai CV
Winner Perkasa Indonesia Unggul
Jenis Produk Kapasitas Awal Kapasitas yang ingin
Per Tahun dicapai
(Botol) Per Tahun
(Botol)
Jus Belimbing Manis 86.400 222.172
Jus Jambu Biji Merah 57.600 148.114
Jumlah 144.000 370.286
Sirup Belimbing Manis 17.280 37.029
Sirup Jambu Biji Merah 11.520 24.686
Jumlah 28.800 61.715
53
6.2.4. Teknologi yang Digunakan
Proses produksi untuk menghasilkan jus dan sirup belimbing manis dan
jambu biji merah yang dihasilkan CV WPIU, masih menggunakan teknologi yang
sederhana dan mengandalkan tenaga manusia. Untuk memisahkan buah dengan
sari buahnya, CV WPIU menggunakan alat penghancur buah yaitu, mesin pulper.
Mesin pulper dapat memisahkan buah dengan sari buahnya secara langsung,
sehingga sari buah yang dihasilkan tidak perlu untuk disaring lagi. Kapasitas
mesin pulper adalah 6 kg buah. Untuk proses pencucian dan pemotongan buah
serta pemasakan jus dan sirup, CV WPIU masih menggunakan alat yang
sederhana seperti, pisau, ember, panci besar, kompor gas, dan lain-lain. Demikian
juga untuk pembotolan dan pengemasan jus dan sirup, CV WPIU menggunakan
tenaga manusia atau bersifat manual.
54
2) Pencucian dan Pemotongan Buah
Buah yang telah dipilih lalu dicuci dan dibersihkan (sortasi) dengan cara
mencuci buah menggunakan air bersih. Buah yang telah bersih kemudian
dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah proses penghancuran buah dengan blender ataupun alat
pengepres buah (pulper). Alat yang digunakan CV WPIU untuk
menghancurkan buah adalah pulper. Buah-buah yang akan dihancurkan, ada
baiknya dikukus (blansir) terlebih dahulu dalam panci selama 15 menit.
Pengukusan dilakukan untuk menghilangkan warna cokelat akibat getah
sehabis dipotong.
3) Penghancuran
Buah yang telah dicuci dan dipotong kemudian dihancurkan menggunakan
pulper hingga menjadi puree (bubur buah). Penghacuran buah dilakukan
dengan menambahkan air secukupnya. Proses penghacuran dilakukan hingga
buah benar-benar hancur, sehingga dapat memudahkan pengolahan
berikutnya.
4) Pemasakan
Buah yang telah dihancurkan tersebut kemudian dimasak. Pemasakan
dimulai dengan mendidihkan karagen dengan air dengan suhu api 1000C.
Untuk jus, kandungan larutan air dan karegan adalah 68 persen sedangkan
untuk sirup, kandungan larutan air dan karagen adalah sebesar 28 persen.
Setelah mendidih, masukkan gula pasir putih dan kecilkan suhu api hingga
800 C. Selanjutnya, tambahkan Natrium Benzoat dan Asam Sitrat. Asam
Sitrat berfungsi untuk menjaga pH dalam larutan sari buah agar tetap berada
pada tingkat keasaman yang sesuai sedangkan natrium benzoat bertujuan
untuk mengawetkan jus dan sirup.
Setelah itu, sari buah dimasukkan kedalam larutan mendidih tersebut. Untuk
jus, kandungan sari buahnya adalah 30 persen sedangkan untuk sirup,
kandungan sari buahnya adalah 70 persen. Total waktu proses mendidihkan
larutan karagen hingga masuknya sari buah adalah sekitar 20 menit. Setelah
30 menit, jus buah diangkat dan didinginkan. Namun, untuk sirup waktu
55
pemasakan setelah sari buah dimasukkan adalah satu jam. Lalu, sirup buah
diangkat dan didinginkan
5) Pengemasan
Larutan jus dan sirup buah yang telah dimasak kemudian didinginkan hingga
mencapai suhu 800C lalu dimasukkan ke dalam botol. Hal ini bertujuan agar
jus dan sirup tidak terkontaminasi.
Kemasan yang digunakan untuk jus buah adalah kemasan botol berukuran
250 mililiter. Pemilihan bahan kemasan disesuaikan dengan aspek kesehatan
dan lingkungan. Botol plastik yang digunakan harus dapat menahan panas
dari sari buah yang telah melalui proses pemasakan. Sedangkan untuk sirup,
botol yang digunakan terbuat dari kaca berukuran 620 ml.
Botol dipasteurisasi dengan direndam dengan air sebatas leher botol hingga
dingin yaitu, sekitar 30 menit setelah jus dan sirup dimasukkan ke dalam
botol. Setelah itu, botol siap diberi label dan dimasukkan ke dalam kardus.
Satu kardus jus berisi 24 botol jus buah dan satu kardus sirup berisi 12 buah
sirup buah. Jus dan sirup buah pun siap dipasarkan. Gambar 3 menunjukkan
alur proses pembuatan jus dan sirup buah.
Pemilihan Buah-buahan
Penghancuran Buah
Pemasakan
n
Gambar 3. Alur Proses Pembuatan Jus dan Sirup CV Winner Perkasa Indonesia
Unggul
Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)
56
6.2.6. Layout Perusahaan
Saat ini, perusahaan belum memiliki layout yang sesuai dengan alur
produksi. Hal ini dikarenakan kondisi bangunan yang dimiliki perusahaan yang
terbatas atau tidak begitu luas, dimana luas bangunan adalah 127, 5 m2 dengan
panjang 15 m dan lebar 8,5 m. Namun sejauh ini, hal tersebut tidak mengganggu
proses produksi.
Perusahaan memiliki tiga ruangan yaitu, teras, ruangan kantor, dan ruang
produksi. Teras yang ada berukuran 3 m x 5 m. Ruangan kantor dengan ukuran
3 m x 3,5 m, digunakan untuk menyimpan berkas-berkas dan juga untuk
menerima tamu. Ruangan ini juga tidak terlalu luas. Ruang produksi dengan
ukura 12 m x 8,5 m, digunakan untuk melakukan seluruh proses produksi, mulai
dari memilih buah, mencuci dan memotong buah, menghancurkan buah,
menyaring sari buah, memasak jus dan sirup, dan juga mengemas, serta mengepak
jus dan sirup.
Melihat keterbatasan yang dimiliki, CV WPIU berencana tahun ini untuk
pindah ke tempat usaha yang lebih baik dan luas serta sesuai dengan alur
produksi. Dengan demikian, setiap proses produksi memiliki ruangan masing-
masing. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kehigienisan dan kualitas produk
yang dihasilkan. Layout perusahaan dapat dilihat pada Gambar 4.
Ruang Produksi
Ruang Teras
Kantor
57
6.2.7. Hasil Analisis Aspek Teknis
Berdasarkan penjabaran di atas, CV WPIU dapat dikatakan layak secara
aspek teknis. Hal ini dapat dilihat dari lokasi usaha CV WPIU yang dekat dengan
sumber bahan baku utamanya yaitu, buah-buahan yang memiliki sifat mudah
rusak dan busuk. Lokasi usaha juga dekat dengan beberapa kota besar yang
memudahkan untuk mendapat bahan baku usaha yang tidak diperoleh di Depok
dan juga memudahkan CV WPIU dalam memasarkan jus dan sirup yang
dihasilkan. Lokasi usaha CV WPIU yaitu, di kecamatan Sawangan merupakan
salah satu sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah. Hal ini
tentunya dapat mendukung ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan CV WPIU.
Proses produksi yang dilakukan CV WPIU juga sesuai dengan standar
yang ada karena telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan. Walaupun saat ini
tempat usaha yang dimiliki tidak sesuai dengan alur produksi, CV WPIU tetap
berusaha menghasilkan produk yang berkualitas dan higienis. CV WPIU
berencana untuk pindah ke lokasi usaha yang lebih luas untuk mengatasi hal
tersebut. CV WPIU juga sudah berproduksi sesuai dengan kapasitas maksimum
yang dimiliki, sehingga untuk memenuhi pasokan ke supermarket mereka
berencana meningkatkan kapasitasnya sebesar 150 persen.
58
6.3.1. Struktur Organisasi
CV WPIU memiliki struktur organisasi yang sederhana. CV WPIU
dipimpin oleh Ibu Maria yang membawahi bendahara, bagian pengadaan bahan
baku, bagian produksi, dan bagian pemasaran, serta terdapat sekutu komanditer.
Adapun struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 5.
Pemimpin Sekutu
Komanditer
59
memiliki kualitas yang baik. Bagian pemasaran bertugas untuk mengantarkan
produk dan melakukan penjualan serta bagian pengadaan bahan baku
bertanggungjawab untuk menyediakan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses
produksi.
60
Namun saat ini, CV WPIU menghadapi kendala akan kemampuan dan komitmen
yang dimiliki beberapa tenaga kerjanya karena mereka sulit untuk belajar dan
kurang serius dalam bekerja yaitu, tidak masuk kerja dengan alasan yang tidak
jelas. Hal ini tentunya akan mengganggu proses produksi dan jalannya usaha.
61
6.4.1. Analisis Dampak Sosial
CV WPIU mendirikan usaha ini tidak hanya untuk mencapai tujuan
ekonomi saja tetapi juga tujuan sosial. Hal ini terlihat dari visi yang dimiliki CV
WPIU. Belimbing manis dan jambu biji merah grade C dari kelompok tani
Makmur Sejahtera yang kurang diminati di pasaran ditampung oleh CV.WPIU
untuk diolah menjadi jus dan sirup dengan hadirnya usaha ini. Ketentuan harga
yang ditetapkan CV WPIU berada di atas harga tertinggi. Harga beli yang
ditetapkan oleh CV WPIU untuk belimbing manis dan jambu biji merah grade C
yang diperoleh dari kelompok tani Makmur Sejahtera disaat panen raya adalah
Rp 4.000/kg dan Rp 5000/kg saat diluar panen raya. Harga beli yang ditetapkan
CV WPIU untuk belimbing manis grade C, diatas harga yang diperoleh kelompok
tani dari Pusat Koperasi Belimbing Dewa Depok yaitu, dengan harga tertinggi
Rp 3.500, dimana jika panen raya harga belimbing manis grade C bisa mencapai
harga terendah yaitu, Rp 1.500. Sedangkan untuk jambu biji merah grade C bisa
mencapai harga terendah yaitu, Rp 700. Penetapan harga ini bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani serta dapat memenuhi
kebutuhan CV WPIU secara kontiniu. Selain itu, CV WPIU juga mengajak
kelompok tani Makmur Sejahtera untuk mengikuti berbagai pameran, sehingga
kelompok tani ini mendapat pengalaman yang lebih luas dan dikenal banyak
pihak.
Adanya usaha ini dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar, dimana seluruh tenaga kerja CV WPIU berasal dari lingkungan sekitar
usaha ini. Ibu Maria juga ingin memberikan contoh kepada kaum wanita bahwa
seorang wanita tidak perlu takut untuk berwirausaha, sehingga dapat
menumbuhkan jiwa wirausaha kaum wanita.
62
WPIU merupakan usaha yang ramah lingkungan karena menggunakan bahan-
bahan alami seperti buah-buahan. Limbah produksi ini tentu tidak
membahayakan masyarakat sekitar. Limbah ini jika dikeringkan dapat digunakan
sebagai pupuk organik bagi tanaman.
63
6.5.2. Perizinan
Ada beberapa jenis perizinan yang perlu dipersiapkan sebelum suatu usaha
dijalankan untuk mendapatkan legalitas usaha. Perizinan usaha yang dimiliki CV
WPIU adalah sebagai berikut:
1) Akta Pendirian
Akta pendirian biasanya dalam bentuk akta notaris yang berisi keputusan
rapat pendirian oleh pendiri tentang anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga badan hukum usaha. CV WPIU dikenai biaya sebesar Rp 650.000
untuk mengurus akta pendirian.
2) Surat Keterangan Domisili Usaha
Surat ini dikeluarkan oleh Kelurahan sebagai bukti adanya persetujuan
penguasaan daerah setempat. Sebelumnya, untuk mendapatkan persetujuan
dari kelurahan, pihak pengurus perizinan membutuhkan tanda tangan
persetujan dari warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi usaha atau
persetujuan dari RT/RW setempat.
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
NPWP ini dikeluarkan oleh Kantor Dinas Pajak Daerah. Untuk mendapatkan
NPWP, badan hukum harus menyiapkan akta notaris pendirian yang berisi
AD/ART, fotokopi KTP pemilik, dan Surat Keterangan Domisili Usaha.
4) Tanda Daftar Perusahaan
Undang-Undang No. 3 tahun 1983 mewajibkan perusahaan di Indonesia
didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. Setelah itu, perusahaan diberikan nomor Tanda Daftar
Perusahaan. Karena itu, CV WPIU mendaftarkan usahanya.
5) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
CV WPIU mengurus izin usaha perdagangan ke Departemen Perindustrian
dan Perdagangan. Untuk mengurus izin, CV WPIU tidak dikenakan biaya
atau dengan kata lain gratis.
6) Sertifikasi Halal
Sebagaian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Dengan demikian,
kehalalan produk yang dihasilkan menjadi sangat penting agar produk
tersebut dapat diterima oleh semua konsumen dengan latar belakang agama
64
yang berbeda-beda. CV WPIU pun memiliki sertifikasi halal dengan
No.MUI-JB 1006230904 untuk semua produk yang dihasilkannya dari
Majelis Ulama Indonesia.
7) Izin Dinas Kesehatan
CV WPIU juga sudah mendapat izin dari BPPOM. Dengan adanya izin ini,
produk yang dihasilkan CV WPIU sudah terdaftar dan layak untuk
dikonsumsi. Seluruh produk yang dihasilkan CV WPIU baik jus dan sirup
terdaftar dengan nomor IRT yang sama yaitu, 213327603088. Hal ini
dikarenakan produk yang dihasilkan tidak lebih dari 20 jenis dan diproduksi
oleh perusahaan yang sama dengan proses produksi yang hampir sama.
6.5.3. Perpajakan
Jumlah pajak yang menjadi kewajiban CV WPIU kepada negara adalah
pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 tentang tarif
umum PPh wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dimana sistem
pajak ini adalah bersifat progresif. Adapun ketentuan tarif PPh adalah sebagai
berikut:
1) Jika pendapatan < Rp 50.000.000 maka tarif pajak adalah 10 % x pendapatan.
2) Jika RP 50.000.000 < pendapatan < Rp 100.000.000 maka tarif pajak adalah
10 % x RP 50.000.000 + 15 % x (pendapatan- RP 50.000.000).
3) Jika pendapatan > Rp 100.000.000 maka tarif pajak adalah 10 % x RP
50.000.000 + 15% x (pendapatan- RP 50.000.000) + 30% x (pendapatan-
RP 100.000.000).
65
VII ASPEK FINANSIAL
67
7.2. Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus pengeluaran dalam usaha ini dikelompokkan menjadi dua jenis.
Arus pengeluaran tersebut adalah biaya investasi dan biaya operasional.
68
Rp 14.400.000 per tahun. Hal ini dikarenakan tahun pertama dan kedua
merupakan awal produk jus dan sirup yang dihasilkan CV WPIU memasuki
supermarket, sehingga dibutuhkan promosi yang lebih gencar agar produk
yang dihasilkan lebih dikenal konsumen.
6) CV WPIU meminjam dana sebesar Rp 60.000.000 untuk mengembangkan
usahanya kepada salah satu bank. Pinjaman tersebut diangsur setiap tahun
selama 10 tahun dengan bunga sebesar 14 persen per tahun. Angsuran yang
dibayar CV WPIU setiap tahunnya selama 10 tahun adalah sebesar
Rp 11.502.812. Angsuran yang dibayar tersebut termasuk pembayaran pokok
pinjaman dan biaya bunga. Rincian pokok pinjaman dan beban bunga yang
dibayar CV WPIU dapat dilihat pada Lampiran 5.
Dari rincian biaya tetap di atas, diperoleh nilai dari total biaya tetap yang
dikeluarkan CV WPIU pada tahun pertama dan kedua adalah Rp 135.882.812 dan
pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 129.882.812.
Biaya variabel yang dikeluarkan CV WPIU dalam menghasilkan jus dan
sirup buah terdiri atas, biaya upah harian, buah belimbing manis, jambu biji
merah, gula pasir, karagen, asam sitrat, natrium benzoat, botol jus dan sirup, label
jus dan sirup, kardus jus dan sirup, gas LPG, listrik, dan transportasi. Rincian
biaya variabel dapat dilihat dari penjabaran berikut.
1) Biaya upah tenaga kerja harian CV WPIU selama enam bulan. Tenaga kerja
harian yang akan dipekerjakan adalah sebanyak lima orang dengan gaji
masing-masing adalah Rp 23.500 per hari. Dengan demikian, total biaya
upah harian selama 6 bulan adalah Rp 18.330.000. Biaya upah harian
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja yang
membantu proses produksi.
2) Belimbing manis dan jambu biji merah yang digunakan adalah grade C,
dimana harga belimbing manis dan jambu biji merah pada saat langka yaitu
sekitar bulan Mei adalah Rp 5.000 dan Rp 4.000 pada saat panen raya dan
hari biasa. Kebutuhan belimbing manis untuk jus dan sirup pada tahun
pertama dan ke-2 adalah adalah 32.734 kg per tahun dan pada tahun ke-3
hingga ke-10 adalah 46.762 kg dan kebutuhan jambu biji merah untuk jus dan
sirup pada tahun pertama dan ke-2 adalah 21.823 kg dan pada tahun ke-3
69
hingga ke-10 adalah 31.228 kg. Dengan demikian, total biaya pembelian
buah pada pada tahun pertama dan ke-2 adalah Rp 222.775.000 dan pada
tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 318.455.000. Rincian biaya pembelian
buah dapat dilihat pada Lampiran 3.
3) Biaya pembelian gula pasir yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp 230.400.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 329.152.000
4) Biaya pembelian karagen yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp 24.960.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 35.750.000.
5) Biaya pembelian asam sitrat yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-
2 produksi adalah sebesar Rp 22.176.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 31.658.000.
6) Biaya pembelian natrium benzoat yang dikeluarkan selama tahun pertama
dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 20.160.000 dan pada tahun ke-3 hingga
ke-10 adalah Rp 28.780.000.
7) Biaya pembelian kemasan jus (botol plastik) yang dikeluarkan selama tahun
pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 207.360.000 dan pada tahun
ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 296.228.800.
8) Biaya pembelian kemasan sirup (botol kaca) yang dikeluarkan selama tahun
pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 43.200.000 dan pada tahun ke-3
hingga ke-10 adalah Rp 61.715.000.
9) Biaya pembelian label jus yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp 51.840.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 74.057.200.
10) Biaya pembelian label sirup yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp 8.640.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 12.343.000.
11) Biaya pembelian kardus jus yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp 21.600.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 30.858.000. Dimana satu kardus memuat 24 botol jus.
70
12) Biaya pembelian kardus sirup yang dikeluarkan selama tahun pertama dan
ke-2 produksi adalah sebesar Rp 14.400.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-
10 adalah Rp 20.572.000. Dimana satu kardus memuat 12 botol sirup.
13) Biaya pembelian gas LPG yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp Rp 23.400.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 33.450.000. Rincian biaya pembelian gula, karagen, asam sitrat,
natrium benzoat, kemasan jus, kemasan sirup, label jus, label sirup, kardus
jus, kardus sirup, dan gas LPG dapat dilihat pada Lampiran 4.
14) Biaya listrik yang dikeluarkan CV WPIU selama tahun pertama dan ke-2
produksi adalah sebesar Rp Rp 22.800.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10
adalah Rp 32.600.000.
15) Biaya transportasi yang dikeluarkan CV WPIU selama tahun pertama dan ke-
2 produksi adalah sebesar Rp Rp 24.010.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-
10 adalah Rp 34.300.000.
Dari rincian biaya variabel diatas maka diperoleh nilai total biaya variabel
yang dikeluarkan CV WPIU pada tahun pertama dan kedua adalah sebesar
Rp 956.051.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-9 adalah sebesar
Rp 1.358.249.000. Rincian biaya operasional CV WPIU untuk menghasilkan jus
dan sirup selama satu tahun mulai tahun pertama hingga ke-10 dapat dilihat pada
Tabel 9.
71
Tabel 9. Biaya Operasional CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Tahun 1-10 (Rp/Tahun)
Jumlah Jumlah
No Uraian Tahun 1-2 Tahun 3-10
A Biaya Tetap
1 Upah tetap 96,000,000 96,000,000
2 Barcode 180,000 180,000
3 Komunikasi 6,000,000 6,000,000
4 Promosi 20,400,000 14,400,000
5 Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000
6 Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 129,882,812
B Biaya variabel
1 Upah harian 18,330,000 18,330,000
2 Belimbing manis 133,664,000 190,945,000
3 Jambu biji merah 89,111,000 127,510,000
4 Gula pasir 230,400,000 329,152,000
5 Karagen 24,960,000 35,750,000
6 Asam sitrat 22,176,000 31,658,000
7 Natrium benzoat 20,160,000 28,780,000
8 Botol jus 207,360,000 296,228,800
9 Botol sirup 43,200,000 61,715,000
10 Label jus 51,840,000 74,057,200
11 Label sirup 8,640,000 12,343,000
12 Kardus jus 21,600,000 30,858,000
13 Kardus sirup 14,400,000 20,572,000
14 Gas LPG 23,400,000 33,450,000
15 Listrik 22,800,000 32,600,000
16 Transportasi 24,010,000 34,300,000
Total biaya variabel 956,051,000 1,358,249,000
C Total biaya operasional (A+ B) 1,091,933,812 1,488,131,812
73
Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan
3 tahun 7 bulan 4 hari. Hal ini berarti, usaha dapat mengembalikan modal
sebelum umur usaha berakhir. Nilai Payback period ini cukup singkat, sehingga
usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan keempat kriteria kelayakan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan cashflow usaha pembuatan jus
dan sirup buah CV WPIU dapat dilihat pada Lampiran 7.
74
proporsi yang besar dalam biaya usaha. Selain itu, penurunan penjualan jus dan
sirup buah juga perlu dianalisis. Hal ini dikarenakan, apabila persaingan semakin
ketat dan produk tidak lagi di dalam tahap pertumbuhan.
Dengan demikian, variabel yang dianalisis merupakan variabel yang
dianggap signifikan terhadap usaha yaitu, harga gula pasir, botol jus, penjualan
jus, dan penjualan sirup. Kita akan memperoleh jumlah maksimum kenaikan
harga gula pasir dan botol jus serta penurunan maksimum penjualan jus dan sirup
yang membuat usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan melalui analisis
switching value. Hasil analisis switching value pada usaha pembuatan jus dan
sirup buah ini dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Analisis Switching Value CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Uraian Switching Value (%)
Harga gula pasir Naik maksimal sebesar 18,84
Harga botol jus Naik maksimal sebesar 20,94
Penjualan Jus Turun maksimal sebesar 6,09
Penjualan Sirup Turun maksimal sebesar 10,48
Kita dapat melihat berdasarkan hasil analisis switching value, bahwa jika
kenaikan harga gula pasir sebesar 18,84 persen dan kenaikan harga botol jus
mencapai 20,94 persen maka usaha pembuatan jus dan sirup ini masih
memperoleh keuntungan normal. Selain itu, penurunan penjualan jus sebesar 6,09
persen dan penurunan penjualan sirup sebesar 10,48 persen pun, CV WPIU masih
mampu menghasilkan keuntungan normal.
CV WPIU menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir
mengalami kenaikan melebihi 18,84 persen yaitu, sebesar Rp 1.507,2
per kilogram. NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil
dari discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil dari nol jika kenaikan
harga gula pasir melebihi 18,84 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria
investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan. Apalagi, harga gula eceran
selama periode 1998-2007 memiliki kecenderungan yang semakin meningkat.
Pada tahun 1998, harga gula eceran mencapai Rp 2737/kg, semakin meningkat
hampir setiap tahun dan pada tahun 2007 mencapai Rp6.427,7/kg. Hal ini terjadi
75
karena, efisiensi produksi gula di Indonesia semakin menurun (Widyastutik,
2005). Rincian analisis switching value terhadap kenaikan harga gula pasir
sebesar 18,84 persen dapat dilihat pada Lampiran 8.
CV WPIU juga menjadi tidak layak untuk dilaksanakan apabila harga
botol jus mengalami kenaikan melebihi 20,94 persen yaitu, sebesar Rp 167,52
per botol. NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil dari
discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil dari nol jika kenaikan harga
gula pasir melebihi 20,94 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria
investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan. Rincian analisis switching
value terhadap kenaikan harga botol jus sebesar 20,94 persen dapat dilihat pada
Lampiran 9.
CV WPIU juga tidak layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan
penjualan jus melebihi 6,09 persen dan penurunan penjualan sirup melebihi 10,48
persen. Hal ini akan menyebabkan, NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau
negatif, IRR lebih kecil dari discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil
dari nol. Dengan demikian, berdasarkan kriteria investasi usaha ini tidak layak
untuk dilaksanakan. Rincian analisis switching value terhadap penurunan
penjualan jus sebesar 6,09 persen dapat dilihat pada Lampiran 10 dan rincian
analisis switching value terhadap penurunan penjualan sirup sebesar 10,48 persen
dapat dilihat pada Lampiran 11.
76
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil deskripsi gambaran usaha, analisis kelayakan usaha, dan
analisis switching value pada usaha pembuatan jus dan sirup buah dapat
dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1) Hasil analisis aspek non finansial yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum menunjukkan
bahwa usaha yang dijalankan CV WPIU ini layak untuk dilaksanakan.
Namun, pada aspek pasar, kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal
karena CV WPIU hanya mengandalkan keikutsertaan dalam pameran-
pameran dan informasi dari mulut ke mulut. CV WPIU juga mengalami
kendala pada aspek manajemen yaitu, ada beberapa karyawan yang kurang
memiliki kemampuan dan tanggungjawab.
2) Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk
dilaksanakan. Nilai NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun
adalah sebesar Rp 292.938.966 dengan kapasitas produksi menghasilkan
370.286 botol jus per tahun dan 61.715 botol sirup per tahun. Nilai IRR yang
diperoleh yaitu sebesar 48,95 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari
discount factor yang berlaku yaitu 14 persen. Net B/C yang diperoleh adalah
sebesar 3,09. Hal ini berarti, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk
menjalankan usaha ini akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,09.
Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan 3 tahun 7
bulan 4 hari.
3) Berdasarkan hasil analisis switching value, jika kenaikan harga gula pasir
melebihi 18,84 persen, kenaikan harga botol jus lebih dari 20,94 persen,
penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, serta penurunan penjualan
sirup lebih dari 10,48 persen, usaha pembuatan jus dan sirup ini tidak layak
untuk dilaksanakan. Dengan demikian, usaha ini lebih peka terhadap
penurunan penjualan jus dan sirup daripada kenaikan harga gula pasir dan
botol jus.
8.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, saran yang diharapkan
dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah
sebagai berikut:
1) CV WPIU peka terhadap penurunan penjualan jus dan sirup dan belum
optimal dalam mempromosikan produk yang dihasilkan. Karena itu, kegiatan
promosi sangat diperlukan untuk mencegah penurunan penjualan dan
meningkatkan penjualan serta memperkenalkan produk yang dihasilkan.
Apalagi, CV WPIU berencana untuk memasok produk yang dihasilkan ke
supermarket dan memenuhi permintaan pasar yang ada. Dengan demikian,
jus dan sirup buah khas Depok dapat dikenal luas oleh masyarakat. Program
promosi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat brosur, poster, leaflat,
selebaran, dan iklan di radio.
2) CV WPIU sebaiknya menetapkan aturan kerja yang lebih jelas dan
memberikan hukuman bagi tenaga kerja yang sering tidak masuk kerja, yaitu
dengan potongan gaji serta memberikan bonus bagi tenaga kerja yang rajin.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kehadiran beberapa tenaga kerja yang
sering tidak masuk tanpa alasan yang jelas. Namun, jika para tenaga kerja
tersebut tidak mau berubah, sebaiknya CV WPIU merekrut tenaga kerja baru.
78
DAFTAR PUSTAKA
Alim AS. 2001. Kajian Proses dan Analisis Finansial Produksi Bubuk Jahe Pada
Industri Skala Rumah Tangga [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Clive G. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Gramedia.
Dinas Pertanian Kota Depok. 2007. Profil Belimbing Kota Depok. Depok: Dintan
Kota Depok.
Dinas Pertanian Kota Depok. 2008. Pengolahan Hasil Pertanian. Depok: Dintan
Kota Depok.
Endordewo B. 1998. Analisis Finansial Agribisnis Mangga Model Pembiayaan
KKPA [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta: UI-Press.
Mahasin A. 2007. Analisis Brand Equity “Ekuitas Merek” Minuman Sirup dan
Implikasinya dalam Kegiatan Pemasaran (Kasus Merek ABC di Giant
Hypermarket Margo City Depok [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Malik A, Islahudin, Aslam F. 2009. Geliat Ritel di Indonesia. http//www.seputar-
indonesia.com/edisicetak/conten/view/225028. [1 April 2009].
Pemkot Depok. 2006. Program Pengembangan Belimbing Sebagai Icon Kota
Depok: Pemkot Depok.
Pemkot Depok. 2007. Depok dalam Angka. Depok: Pemkot Depok.
Potter NH, Hotchkiss. 1995. Food Science. 5th Edition. New York: Chapman and
Hall Co. Inc.
Rustiana IN. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Puree Mangga
(Magnifera indica L) (Studi Kasus pada CV. Promindo Utama, Desa
Losari Lor, Kecamatan Losari, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sari PY. 2008. Strategi Pemasaran Produk Jus Jambu Merah ”JJM” Kelompok
Wanita Tani Turi, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota
Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Satuhu S. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sidauruk R. 2005. Perbandingan Efektivitas Biaya dan Kelayakan Finansial
Industri Kecil Tahu [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Stanton, William J. 1991. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Utami NL. 2008. Analsis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis
Tanaman Obat (Studi Kasus: Koleksi Tanaman Obat dan Spa kebugaran
SYIFA, Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Uti. 2009. Bank Hati-Hati Salurkan Kredit. http:// cetak.kompas.com/read/xml/
2009/03/13/1129035/ Bank.Hati-Hati.Salurkan.Kredit. [1 April 2009].
Widyastutik. 2005. Mungkinkah Indonesia Mencapai Swasembada Gula Secara
Berkelanjutan [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
80
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rincian Pendapatan Penjualan Tahun 1-10
No. Jenis Produk Penjualan Produksi Produksi Harga Pendapatan Pendapatan
Tahun 1-2 Tahun 3-10 (Rp) Tahun 1-2 Tahun 3-10
(Botol) (Botol) (Rp) (Rp)
1 Jus belimbing manis Eceran 23,328 33,326 3,500 81,648,000 116,641,000
2 Jus jambu biji merah 15,552 22,217 3,500 54,432,000 77,759,500
3 Sirup belimbing manis 4,328 6,184 12,500 54,100,000 77,300,000
4 Sirup jambu biji merah 2,886 4,112 12,500 36,075,000 51,400,000
5 Jus belimbing manis Grosiran 62,986 89,980 2,500 157,465,000 224,950,000
6 Jus jambu biji merah 41,990 59,986 2,500 104,975,000 149,965,000
7 Sirup belimbing manis 12,960 18,515 9,000 116,640,000 166,635,000
8 Sirup jambu biji merah 8,640 12,334 9,000 77,760,000 111,006,000
9 Jus belimbing manis Supermarket 69,206 98,866 2,720 188,240,320 268,915,520
10 Jus jambu biji merah 46,138 65,911 2,720 125,495,360 179,277,920
11 Sirup belimbing manis 8,632 12,331 9,010 77,774,320 111,102,310
12 Sirup jambu biji merah 5,754 8,220 9,010 51,843,540 74,062,200
Jumlah 1,126,448,540 1,609,014,450
82
Lampiran 2. Rincian Biaya Investasi, Biaya Penyusutan, Nilai Sisa, dan Biaya Reinvestasi
No Uraian Jumlah Satuan Harga/satuan Total Umur Ekonomis Reinvesatsi Reinvesatsi Penyusutan Nilai sisa
(Rp) (Rp) (Tahun) Tahun ke Tahun ke 6 (Rp) (Rp)
3,5,7,9 (Rp)
(Rp)
1 Lahan 175 m2 1,000,000 175,000,000 175,000,000
2 Bangunan 150 m2 250,000 37,500,000 10 3,750,000
Peralatan produksi
3 Pisau 6 buah 10,000 60,000 5 60,000 12,000
4 Timbangan 2 unit 100,000 200,000 10 20,000
5 Timbangan BTM 1 unit 150,000 150,000 10 15,000
6 Drum Air 3 buah 90,000 270,000 5 270,000 54,000
7 Ember 6 buah 22,000 132,000 2 132,000 66,000
8 Baskom 6 buah 15,000 90,000 2 90,000 45,000
9 Pulper 2 unit 4,000,000 8,000,000 10 800,000
10 Selang 3 buah 20,000 60,000 5 60,000 12,000
11 Kompor gas 3 unit 500,000 1,500,000 5 1,500,000 300,000
12 Tabung gas 3 tabung 550,000 1,650,000 10 165,000
13 Panci stainless 3 buah 400,000 1,200,000 5 1,200,000 240,000
14 Sodet 3 buah 12,000 36,000 5 36,000 7,200
15 Filler 8 buah 80,000 640,000 5 640,000 128,000
16 Boks pendingin botol 6 unit 150,000 900,000 5 900,000 180,000
17 Gayung 3 buah 7,500 22,500 2 22,500 11,250
83
Uraian Jumlah Satuan Harga/satuan Total Umur Ekonomis Reinvesatsi Reinvesatsi Penyusutan Nilai sisa
(Rp) (Rp) (Tahun) Tahun ke Tahun ke 6 (Rp) (Rp)
3,5,7,9 (Rp)
(Rp)
18 Saringan kecil 3 buah 10,000 30,000 5 30,000 6,000
19 Pengpres tutup botol 2 buah 150,000 300,000 10 30,000
20 Lemari Pendingin 2 unit 4,000,000 8,000,000 10 800,000
Perlengkapan
kantor
21 Meja 2 buah 250,000 500,000 5 500,000 100,000
22 Kursi 10 buah 35,000 350,000 5 350,000 70,000
23 Lemari kantor 1 buah 600,000 600,000 10 60,000
24 Sofa 1 buah 2,500,000 2,500,000 10 250,000
Jumlah 251,170,500 244,500 5,576,000 7,127,450 175,000,000
84
Lampiran 3. Rincian Kebutuhan dan Biaya Bahan Baku Buah-Buahan Tahun 1-10
Jenis buah Musim Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Harga Total Tahun 1-2 Total Tahun 3-10
Tahun 1-2 (Kg) Tahun 3-10 (Kg) (Rp) (Rp) (Rp)
Jus Sirup Total Jus Sirup Total
Belimbing manis Langka 1,389 1,339 2,728 1,984 1,913 3,897 5,000 13,640,000 19,485,000
Jambu biji merah 5,000 9,095,000 12,990,000
926 893 1,819 1,323 1,275 2,598
Jumlah 22,735,000 32,475,000
Belimbing manis Panen dan biasa 15,274 14,732 30,006 21,820 21,045 42,865 4,000 120,024,000 171,460,000
Jambu biji merah 4,000 80,016,000 114,520,000
10,183 9,821 20,004 14,546 14,084 28,630
Jumlah 200,040,000 285,980,000
Total 222,775,000 318,455,000
85
Lampiran 4. Rincian Biaya Variabel Selain Buah-Buahan
No Uraian Kebutuhan Kebutuhan Satuan Biaya/satuan Total Tahun 1-2 Total Tahun 3-10
Tahun 1-2 Tahun 3-10 (Rp) (Rp) (Rp)
1 Gula pasir 28,800 41,144 Kg 8,000 230,400,000 329,152,000
2 Karagen 192 275 Kg 130,000 24,960,000 35,750,000
3 Asam sitrat 1,008 1,439 Kg 22,000 22,176,000 31,658,000
4 Natrium benzoat 1,008 1,439 Kg 20,000 20,160,000 28,780,000
5 Botol jus 259,200 370,286 Botol 800 207,360,000 296,228,800
6 Botol sirup 43,200 61,715 Botol 1,000 43,200,000 61,715,000
7 Label jus 259,200 370,286 Label 200 51,840,000 74,057,200
8 Label sirup 43,200 61,715 Label 200 8,640,000 12,343,000
9 Kardus jus 10,800 15,429 Kardus 2,000 21,600,000 30,858,000
10 Kardus sirup 3,600 5,143 Kardus 4,000 14,400,000 20,572,000
11 Gas LPG 312 446 Tabung 75,000 23,400,000 33,450,000
12 Listrik 22,800,000 32,600,000
13 Transportasi 24,010,000 34,300,000
Jumlah 714,946,000 1,021,464,000
86
Lampiran 5. Rincian Pembayaran Pokok Pinjaman dan Biaya Bunga
Tahun Angsuran Pinjaman Pokok Pinjaman Beban Bunga
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1. 11,502,812 60,000,000 3,102,812 8,400,000
2. 11,502,812 56,897,188 3,537,206 7,965,606
3. 11,502,812 53,359,982 4,032,414 7,470,398
4. 11,502,812 49,327,568 4,596,953 6,905,859
5. 11,502,812 44,730,615 5,240,526 6,262,286
6. 11,502,812 39,490,089 5,974,199 5,528,613
7. 11,502,812 33,515,890 6,810,587 4,692,225
8. 11,502,812 26,705,303 7,764,070 3,738,742
9. 11,502,812 18,941,233 8,851,039 2,651,773
10. 11,502,812 10,090,194 10,090,185 1,412,627
87
Lampiran 6. Laporan Laba Rugi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 1-10
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 712,255,680 712,255,680 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940
2. Pendapatan penjualan
sirup 414,192,860 414,192,860 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510
Total inflow 1,126,448,540 1,126,448,540 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450
B. Outflow
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
Total biaya tetap 124,380,000 124,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000 118,380,000
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 230,400,000 230,400,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 207,360,000 207,360,000 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 956,051,000 956,051,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000
Biaya penyusutan 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450 7,127,450
Beban Bunga 8,400,000 7,965,606 7,470,398 6,905,859 6,262,286 5,528,613 4,692,225 3,738,742 2,651,773 1,412,627
Total outflow 1,095,958,450 1,095,028,848 1,490,662,309 1,490,018,736 1,489,285,063 1,488,448,675 1,487,495,192 1,486,408,223 1,485,169,077 1,483,756,450
88
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Laba sebelum pajak 30,490,090 31,419,692 118,352,141 118,995,714 119,729,387 120,565,775 121,519,258 122,606,227 123,845,373 125,258,000
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Laba setelah pajak 27,441,081 28,277,723 100,346,499 100,797,000 101,310,571 101,896,043 102,563,481 103,324,359 104,191,761 105,180,600
89
Lampiran 7. Cash Flow CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 712,255,680 712,255,680 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940
2. Pendapatan penjualan sirup 414,192,860 414,192,860 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510
3. Pinjaman 60,000,000
4. Nilai sisa 175,000,000
Total inflow 1,186,448,540 1,126,448,540 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,784,014,450
B. Outflow
Biaya investasi
1. Lahan 175,000,000
2. Bangunan 37,500,000
3. Akta Pendirian 650,000
4. Listing fee 10,800,000
5. Peralatan produksi 23,270,500 244,500 244,500 4,726,000 244,500 244,500
6. Perlengkapan kantor 3,950,000 850,000
Total biaya investasi 251,170,500 0 244,500 0 244,500 5,576,000 244,500 0 244,500 0
Biaya Operasional
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
6. Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 135,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 230,400,000 230,400,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 207,360,000 207,360,000 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800
90
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 956,051,000 956,051,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000
Total biaya operasional 1,091,933,812 1,091,933,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812
Total Outflow 1,343,104,312 1,091,933,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,493,707,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,488,131,812
Net Benefit Sebelum Pajak -156,655,772 34,514,728 120,638,138 120,882,638 120,638,138 115,306,638 120,638,138 120,882,638 120,638,138 295,882,638
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Net Benefit Setelah Pajak -159,704,781 31,372,759 102,632,496 102,683,924 102,219,322 96,636,906 101,682,361 101,600,770 100,984,526 275,805,238
Df (14%) 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 0.4556 0.3996 0.3506 0.3075 0.2697
PV/Tahun -140,091,913 24,140,319 69,274,011 60,797,126 53,089,513 44,026,474 40,636,066 35,617,070 31,053,544 74,396,756
NPV 292,938,966
IRR 48.95%
PV+ 433,030,879
PV- -140,091,913
Net B/C 3.09
PBP 3.76 Tahun
91
Lampiran 8. Switching Value Terhadap Kenaikan Harga Gula Pasir Sebesar 18,84 Persen
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 712,255,680 712,255,680 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940
2. Pendapatan penjualan sirup 414,192,860 414,192,860 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510
3. Pinjaman 60,000,000
4. Nilai sisa 175,000,000
Total inflow 1,186,448,540 1,126,448,540 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,784,014,450
B. Outflow
Biaya investasi
1. Lahan 175,000,000
2. Bangunan 37,500,000
3. Akta Pendirian 650,000
4. Listing fee 10,800,000
5. Peralatan produksi 23,270,500 244,500 244,500 4,726,000 244,500 244,500
6. Perlengkapan kantor 3,950,000 850,000
Total biaya investasi 251,170,500 0 244,500 0 244,500 5,576,000 244,500 0 244,500 0
Biaya Operasional
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
6. Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 135,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 273,818,880 273,818,880 391,180,694 391,180,694 391,180,694 391,180,694 391,180,694 391,180,694 391,180,694 391,180,694
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 207,360,000 207,360,000 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800
92
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 999,469,880 999,469,880 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694 1,420,277,694
Total biaya operasional 1,135,352,692 1,135,352,692 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506 1,550,160,506
Total Outflow 1,386,523,192 1,135,352,692 1,550,405,006 1,550,160,506 1,550,405,006 1,555,736,506 1,550,405,006 1,550,160,506 1,550,405,006 1,550,160,506
Net Benefit Sebelum Pajak -200,074,652 -8,904,152 58,609,444 58,853,944 58,609,444 53,277,944 58,609,444 58,853,944 58,609,444 233,853,944
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Net Benefit Setelah Pajak -203,123,661 -12,046,121 40,603,801 40,655,229 40,190,627 34,608,211 39,653,666 39,572,075 38,955,832 213,776,544
Df (14%) 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 0.4556 0.3996 0.3506 0.3075 0.2697
PV/Tahun -178,178,650 -9,269,099 27,406,409 24,071,159 20,873,753 15,767,035 15,847,085 13,872,349 11,979,228 57,664,899
NPV 34,169
IRR 14.00%
PV+ 178,212,819
PV- -178,178,650
Net B/C 1.00
93
Lampiran 9. Switching Value Terhadap Kenaikan Harga Botol Jus Sebesar 20,94 Persen
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 712,255,680 712,255,680 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940
2. Pendapatan penjualan sirup 414,192,860 414,192,860 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510
3. Pinjaman 60,000,000
4. Nilai sisa 175,000,000
Total inflow 1,186,448,540 1,126,448,540 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,609,014,450 1,784,014,450
B. Outflow
Biaya investasi
1. Lahan 175,000,000
2. Bangunan 37,500,000
3. Akta Pendirian 650,000
4. Listing fee 10,800,000
5. Peralatan produksi 23,270,500 244,500 244,500 4,726,000 244,500 244,500
6. Perlengkapan kantor 3,950,000 850,000
Total biaya investasi 251,170,500 0 244,500 0 244,500 5,576,000 244,500 0 244,500 0
Biaya Operasional
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
6. Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 135,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 230,400,000 230,400,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 250,781,184 250,781,184 358,259,111 358,259,111 358,259,111 358,259,111 358,259,111 358,259,111 358,259,111 358,259,111
94
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 999,472,184 999,472,184 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311 1,420,279,311
Total biaya operasional 1,135,354,996 1,135,354,996 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123 1,550,162,123
Total Outflow 1,386,525,496 1,135,354,996 1,550,406,623 1,550,162,123 1,550,406,623 1,555,738,123 1,550,406,623 1,550,162,123 1,550,406,623 1,550,162,123
Net Benefit Sebelum Pajak -200,076,956 -8,906,456 58,607,827 58,852,327 58,607,827 53,276,327 58,607,827 58,852,327 58,607,827 233,852,327
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Net Benefit Setelah Pajak -203,125,965 -12,048,425 40,602,185 40,653,613 40,189,011 34,606,595 39,652,050 39,570,459 38,954,215 213,774,927
Df (14%) 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 0.4556 0.3996 0.3506 0.3075 0.2697
PV/Tahun -178,180,671 -9,270,872 27,405,318 24,070,203 20,872,913 15,766,299 15,846,439 13,871,783 11,978,731 57,664,463
NPV 24,606
IRR 14.00%
PV+ 178,205,277
PV- -178,180,671
Net B/C 1.00
95
Lampiran 10. Switching Value Terhadap Penurunan Penjualan Jus Sebesar 6,09 Persen
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 668,836,574 668,836,574 955,481,595 955,481,595 955,481,595 955,481,595 955,481,595 955,481,595 955,481,595 955,481,595
2. Pendapatan penjualan sirup 414,192,860 414,192,860 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510 591,505,510
3. Pinjaman 60,000,000
4. Nilai sisa 175,000,000
Total inflow 1,143,029,434 1,083,029,434 1,546,987,105 1,546,987,105 1,546,987,105 1,546,987,105 1,546,987,105 1,546,987,105 1,546,987,105 1,721,987,105
B. Outflow
Biaya investasi
1. Lahan 175,000,000
2. Bangunan 37,500,000
3. Akta Pendirian 650,000
4. Listing fee 10,800,000
5. Peralatan produksi 23,270,500 244,500 244,500 4,726,000 244,500 244,500
6. Perlengkapan kantor 3,950,000 850,000
Total biaya investasi 251,170,500 0 244,500 0 244,500 5,576,000 244,500 0 244,500 0
Biaya Operasional
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
6. Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 135,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 230,400,000 230,400,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 207,360,000 207,360,000 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800
96
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 956,051,000 956,051,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000
Total biaya operasional 1,091,933,812 1,091,933,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812
Total Outflow 1,343,104,312 1,091,933,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,493,707,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,488,131,812
Net Benefit Sebelum Pajak -200,074,878 -8,904,378 58,610,793 58,855,293 58,610,793 53,279,293 58,610,793 58,855,293 58,610,793 233,855,293
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Net Benefit Setelah Pajak -203,123,887 -12,046,347 40,605,151 40,656,579 40,191,977 34,609,561 39,655,016 39,573,425 38,957,181 213,777,893
Df (14%) 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 0.4556 0.3996 0.3506 0.3075 0.2697
PV/Tahun -178,178,848 -9,269,273 27,407,320 24,071,958 20,874,453 15,767,650 15,847,624 13,872,822 11,979,643 57,665,263
NPV 38,613
IRR 14.00%
PV+ 178,217,462
PV- -178,141,361
Net B/C 1.00
97
Lampiran 11. Switching Value Terhadap Penurunan Penjualan Sirup Sebesar 10,48 Persen
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Inflow
1. Pendapatan penjualan jus 712,255,680 712,255,680 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940 1,017,508,940
2. Pendapatan penjualan sirup 370,760,597 370,760,597 529,480,242 529,480,242 529,480,242 529,480,242 529,480,242 529,480,242 529,480,242 529,480,242
3. Pinjaman 60,000,000
4. Nilai sisa 175,000,000
Total inflow 1,143,016,277 1,083,016,277 1,546,989,182 1,546,989,182 1,546,989,182 1,546,989,182 1,546,989,182 1,546,989,182 1,546,989,182 1,721,989,182
B. Outflow
Biaya investasi
1. Lahan 175,000,000
2. Bangunan 37,500,000
3. Akta Pendirian 650,000
4. Listing fee 10,800,000
5. Peralatan produksi 23,270,500 244,500 244,500 4,726,000 244,500 244,500
6. Perlengkapan kantor 3,950,000 850,000
Total biaya investasi 251,170,500 0 244,500 0 244,500 5,576,000 244,500 0 244,500 0
Biaya Operasional
Biaya Tetap
1. Upah tetap 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000 96,000,000
2. Barcode 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
3. Komunikasi 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
4. Promosi 20,400,000 20,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000 14,400,000
5. Administrasi kantor 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
6. Angsuran Pinjaman 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812 11,502,812
Total biaya tetap 135,882,812 135,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812 129,882,812
Biaya variabel
1. Upah harian 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000 18,330,000
2. Belimbing manis 133,664,000 133,664,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000 190,945,000
3. Jambu biji merah 89,111,000 89,111,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000 127,510,000
4. Gula pasir 230,400,000 230,400,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000 329,152,000
5. Karagen 24,960,000 24,960,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000 35,750,000
6. Asam sitrat 22,176,000 22,176,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000 31,658,000
7. Natrium benzoat 20,160,000 20,160,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000 28,780,000
8. Botol jus 207,360,000 207,360,000 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800 296,228,800
98
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Botol sirup 43,200,000 43,200,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000 61,715,000
10. Label jus 51,840,000 51,840,000 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200 74,057,200
11. Label sirup 8,640,000 8,640,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000 12,343,000
12. Kardus jus 21,600,000 21,600,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000 30,858,000
13. Kardus sirup 14,400,000 14,400,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000 20,572,000
14. Gas LPG 23,400,000 23,400,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000 33,450,000
15. Listrik 22,800,000 22,800,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000 32,600,000
16. Transportasi 24,010,000 24,010,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000 34,300,000
Total biaya variabel 956,051,000 956,051,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000 1,358,249,000
Total biaya operasional 1,091,933,812 1,091,933,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812 1,488,131,812
Total Outflow 1,343,104,312 1,091,933,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,493,707,812 1,488,376,312 1,488,131,812 1,488,376,312 1,488,131,812
Net Benefit Sebelum Pajak -200,088,035 -8,917,535 58,612,870 58,857,370 58,612,870 53,281,370 58,612,870 58,857,370 58,612,870 233,857,370
Pajak 3,049,009 3,141,969 18,005,642 18,198,714 18,418,816 18,669,733 18,955,777 19,281,868 19,653,612 20,077,400
Net Benefit Setelah Pajak -203,137,044 -12,059,504 40,607,228 40,658,656 40,194,054 34,611,638 39,657,093 39,575,502 38,959,258 213,779,970
Df (14%) 0.8772 0.7695 0.6750 0.5921 0.5194 0.4556 0.3996 0.3506 0.3075 0.2697
PV/Tahun -178,190,390 -9,279,397 27,408,722 24,073,188 20,875,532 15,768,597 15,848,454 13,873,551 11,980,281 57,665,824
NPV 24,362
IRR 14.00%
PV+ 178,214,752
PV- -178,168,590
Net B/C 1.00
99
Lampiran 12. Jus Belimbing Manis
100
Lampiran 17. Filler
101