Oleh:
Faisal Onassis Siregar
A14105670
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
RINGKASAN
PERNYATAAN
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus :
91
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
ini Merupakan Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Program Sarjana Ekstensi
bimbingan serta pengetahuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan bantuan yang
telah diberikan dalam penyelesaian penelitian ini. Besar harapan Penulis agar
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
8. Matriks SWOT...................................................................................... 43
19. Peluang dan Ancaman Usaha Keripik Pisang “Kondang Jaya” ........... 98
20. Matriks IFE Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” .................. 199
21. Matriks EFE Usaha Kecil Keripik Psang “Kondang Jaya” .................. 101
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
12. Produk Keripik Pisang berbagai Merek Dagang Di Kota Bogor ........ 97
13. Matriks IE Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” .................... 103
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Kuesioner SWOT................................................................................... 123
BAB I
PENDAHULUAN
untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam
jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tahun 2008 meningkat
dibanding tahun 2007. Jumlah UMKM mencapai 51,26 juta unit sedangkan tahun
2007 sebanyak 49,82 juta unit. Jumlah usaha kecilnya sendiri pada tahun 2008
mencapai 520 ribu unit naik dari 498 ribu unit tahun 2007. Sedangkan usaha
menengah menjadi 40 ribu unit dari 38 ribu unit tahun 2007. Secara keseluruhan,
jumlah unit usaha di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 51,262 juta unit
(termasuk unit usaha-usaha besar), naik dibanding 49,824 juta unit tahun 2007.
Dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB), PDB UKM tahun 2008
disumbangkan oleh unit-unit usaha mikro. PDB UKM ini lebih besar dibanding
PDB yang dihasilkan unit-unit usaha besar secara kumulatif yang mencapai Rp
2.087 triliun. Hal ini menunjukkan perkembangan UMKM yang terus meningkat
banyak, mencapai tujuh juta pelaku UMKM, sektor ini juga memberikan
Kontribusi yang besar menyebabkan sektor ini mampu menyerap tenaga kerja
Saat ini banyak berkembang usaha mikro, terutama yang terkait dengan
usaha boga karena dianggap mudah untuk memulai usahanya dan tentu semua
orang membutuhkan makanan dan minuman. Dewasa ini salah satu jenis produk
yang banyak dikembangkan oleh usaha kecil adalah makanan ringan. Salah satu
Permintaan terhadap makanan ringan mulai meningkat hal ini dapat dilihat dari
meningkat setelah krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan presentase alokasi
tiap tahun. Persentase pengeluaran untuk makanan ringan juga memiliki proporsi
Tahun
Tipe Pengeluaran
1996 1999 2000 2003 2006
Makanan Ringan 55,34 62,94 65,81 94,13 58,48
Minuman Ringan 44,66 37,06 34,19 35,87 41,52
Total 100 100 100 100 100
Sumber : Berita Resmi Statistik No. 07 Februari 18, 2006 Susenas 2006 dalam Agus, 2008
102
berbagai macam bahan baku diantaranya makanan ringan berbahan baku pisang.
memiliki manfat ekonomis yang luas dan strategis, sekaligus berkaitan erat
Nasional tahun 2007 menunjukkan produksi pisang Propinsi Jawa Barat pada
tahun 2004 sebesar 1.431.941 ton, tahun 2005 sebesar 1.473.460 ton, dan pada
tahun 2006 sebesar 1.068.875. Data tersebut menunjukkan bahwa Propinsi Jawa
golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering
dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon,
susu, raja, seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang di konsumsi setelah
digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas,
tanduk, dan uli. Kelompok pisang inilah yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan
baku keripik pisang. Pembuatan keripik dari buah-buahan merupakan salah satu
cara untuk memperpanjang daya tahan produk buah tersebut. Makanan ringan dari
Bogor industri pengolahan makanan ringan saat ini banyak dikembangkan dalam
bentuk usaha kecil, salah satunya yaitu usaha kecil yang berkembang di Kota
Bogor adalah usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” yang merupakan usaha
103
hasil binaan Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Al-Ikhlaash perumahan
bentuk keripik pisang, seperti yang dilakukan oleh salah satu usaha kecil keripik
pisang ”Kondang Jaya” yang meghasilkan produk keripik pisang sejak tahun
1990, dan mulai menjadi anggota koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor sejak
tahun 2007.
bentuk pemberian modal dan bantuan dari sisi pemasaran oleh koperasi BMT Al-
Ikhlaash Kota Bogor. Produk usaha kecil ini telah dipasarkan di beberapa
rumah sakit diantaranya: Palang Merah Indonesia (PMI) dan Bogor Medical
Center (BMC). Besarnya jumlah produksi dan penjualan produk keripik pisang ini
bulan Januari 2008 hingga Maret tahun 2009 menunjukkan jumlah produksi dan
peningkatannya tidak terlalu besar. Selain itu juga terlihat bahwa jumlah produksi
yang dihasilkan usaha keripik pisang tersebut selalu habis terjual, hal ini dapat
105
menunjukkan bahwa minat konsumen terhadap produk keripik pisang ini cukup
besar. Minat terhadap produk keripik pisang ini juga besar, hal ini ditunjukkan
dengan semakin dikenalnya produk keripik pisang yang diproduksi usaha ini
dikalangan warga sekitar. Semakin banyak warga yang memesan kiripik pisang
yang menjadi pusat pemasaran produk keripik pisang tersebut. Namun terkait
dengan data masyarakat yang membeli langsung ke usaha kecil ini belum terdata
dengan baik.
Kendala dari sisi bahan baku yaitu relatif sulitnya mencari jenis pisang
kepok jenis Banggala yaitu yang ukurannya lebih besar dari jenis pisang kepok
biasa. Selama ini bahan baku keripik pisang pada usaha kecil keripik pisang ini
diperoleh dari daerah di sekitar Bogor, antara lain: Leuwiliang, Parung Aleng, dan
Kampung Pasir. Pemilik usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” dapat
memperoleh pisang sebagai bahan baku yang berasal dari luar wilayah Bogor, jika
jumlah pisang yang dibeli dalam jumlah besar. Namun karena selama ini tingkat
pembelian bahan baku relatif kecil jumlahnya, maka pemilik usaha kecil keripik
pisang ini hanya dapat mengandalkan bahan baku yang bersumber dari daerah
Bogor. Selain itu, dari sisi kendala bahan baku juga terdapat mahalnya harga
minyak goreng dan mahalnya harga minyak tanah yang menyebabkan produksi
”Kondang Jaya” tenaga kerja yang terlibat masih sedikit, yaitu hanya lima orang,
yang terdiri dari pemilik, 1orang bagian pengadaan bahan baku, satu orang bagian
produksi dan dua orang pekerja yang membantu pekerjaan operasional mulai dari
pemasaran, dimana dalam hal ini yang berperan pada bagian pemasaran adalah
cenderung mengandalkan upaya pemasaran kepada koperasi BMT. Hal lain yang
penting untuk diperhatikan adalah hingga saat ini upaya promosi terhadap produk
keripik pisang ini masih sangat rendah, yaitu hanya pada beberapa toko dan
pesanan dari toko-toko atau pihak lain yang selanjutnya akan menjual kepada
konsumen akhir.
Selain faktor internal, usaha kecil keripik pisang ini juga menghadapi
kendala eksternal berupa adanya persaingan dari berbagai jenis makanan ringan
lainnya, baik dari jenis keripik misalnya keripik singkong, keripik nangka, keripik
apel juga jenis keripik pisang lain, makanan ringan non-kripik seperti biskuit,
wafer, chiki dan sebagainya. Produk pesaing juga dilihat dari banyaknya makanan
ringan impor yang harganya relatif lebih murah, sehingga menjadi pesaing dalam
2. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan pada usaha kecil
2. Merumuskan alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan pada usaha kecil
1. Bagi usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”, sebagai bahan pertimbangan
2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
dan informasi mengenai usaha keripik pisang dan sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya.
108
Dalam penelitian ini hal yang akan dibahas antara lain: analisis faktor-
faktor internal dan eksternal, perumusan strategi dan penentuan prioritas strategi
yang diterapkan usaha kecil keripik pisang. Penelitian ini hanya akan sampai pada
tahap formulasi manajemen strategis dan penetuan prioritas strategi yang tepat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tropika) namun dikenal luas sejak dahulu oleh orang-orang yang tinggal di sekitar
Samudra Hindia. Tumbuhan ini hidup di daerah tropis yang lembab, terutama di
dataran rendah. Di daerah dengan hujan merata sepanjang tahun, produksi pisang
beberapa jenis pisang yang warnanya berbeda-beda, tetapi hampir semua yang
dijual di pasar atau supermarket berwarna kuning ketika sudah matang dan
kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, pisang juga dapat menyediakan
cadangan energi yang tinggi. Beragam jenis makanan ringan dari pisang yang
relatif populer antara lain Kripik Pisang asal Lampung, Sale pisang (Bandung),
pisang secara nasional. Volume produksi dan luas panen yang relatif besar di
masih sebatas tanaman pekarangan atau perkebunan rakyat yang kurang dikelola
pengekspor pisang dengan volume mencapai lebih dari 100.000 ton pada tahun
1996, tetapi pada tahun-tahun berikutnya volume ekspor tersebut terus menurun
dan mencapai titik terendah pada tahun 2004 yaitu hanya 27 ton (Departemen
Pertanian, 2007)
besar untuk meningkatkan ekspor buah pisang. Hal ini ditunjang dengan
Sulawesi dan Sumatera; iklim yang mendukung; keragaman varietas yang cukup
tinggi; sumber daya manusia serta inovasi teknologi untuk pengelolaan tanaman
pisang.
yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi
dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja,
seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng,
direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli.
dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu juga diperlukan adanya didukung
agribisnis pisang.
111
dimakan dalam bentuk segar, misalnya : pisang ambon, raja sere, raja bulu, susu,
seribu, dan emas. 2) Pisang yang dimakan setelah diolah terlebih dahulu,
misalnya: pisang kepok, nangka, raja siam, raja bandung, kapas, rotan, gajah, dan
tanduk. Pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih tinggi daripada
sale, anggur, dan lain-lain. Keripik pisang sudah sejak lama diproduksi
yaitu : asin, manis, manis pedas, dan lain-lain. Pembuatan keripik pisang sangat
sederhana dan membutuhkan modal yang tidak terlalu besar. Pisang yang baik
pisang antara lain: 1) Pisang tua (mengkal) 20 kg; 2) Minyak goreng 1 kg; 3)
irisan pisang tersebut sedikit demi sedikit agar tidak melengket satu dengan
4. Angkat keripik setelah berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan;
6. Masukkan dalam kantong plastik atau stoples setelah keripik pisang cukup
dingin.
Pisang
Di kupas
Keripik Pisang
aset, jumlah pekerja, dan omset. Terdapat lima sumber yang dapat dipakai sebagai
acuan, yaitu, UU. No 9095 Tentang Usaha Kecil, BPS, Menteri Negara Koperasi
Pada UU No. 9/1995 terdapat defenisi untuk usaha kecil dan cenderung
usaha kecil dan usaha besar. Bank Indonesia membuat definisi yang lebih
kualitatif untuk usaha mikro. Lebih jelas mengenai menjabaran kategori usaha
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah batasan katgori usaha kecil
menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan kategori BPS tersebut usaha
sehat dan adil. Langkah strategis yang perlu ditempuh demi keunggulan UMKM
dijadikan basis utama, karena salah satu karakter UMKM adalah melakukan
inkubasi bisnis dapat dimulai masyarakat, tapi harus didukung penuh pemerintah.
harus segera diakhiri. Kelima, penyediaan informasi bagi pelaku UMKM terkait
promosi produk dalam negeri di arena perdagangan lintas negara. Pelaku UMKM
yang terdiri dari kelompok pengrajin, pengusaha tekstil, pengolah bahan pangan,
masa krisis.
116
Ada beberapa hal yang merupakan ciri UKM dan usaha mikro. Menurut
Mintzberg dalam Husen (2005) bahwa sektor usaha UKM sebagai organisasi
ada pembedaan aset pribadi dan aset perusahaan; 11) Sistem akuntansi kurang
PDB dan penyerapan tenaga kerja, UKM secara umum memiliki karakteristik
sebagai berikut:
2. Dari sisi permodalan, tidak selalu tergantung pada modal dari luar, UKM bisa
3. Dari sisi pinjaman (terutama pengusaha kecil sektor tertentu seperti pedagang)
kebutuhan masyarakat.
yang sederhana. Karena lingkup usahanya terbatas maka UKM tidak mengunakan
117
tenaga kerja secara berlebihan. Tenaga yang ada sering dimanfaatkan secara
maksimal. Hal ini bisa dilihat bahwa tenaga di UKM dapat mengerjakan beberapa
jenis pekerjaan yang berlainan. Dengan demikian mereka dapat menekan biaya
tenaga kerja. Biasanya tenaga kerja yang terlibat di UKM bisa bertahan lama
dihadapi, (4) memilih strategi yang paling tepat diterapkan oleh perusahaan.
Metode analisis yang digunakan yaitu identifikasi ikap konsumen terhadap keripik
pisang dengan menggunakan analisis multiatribut Fishbein, matriks IFE dan EFE,
pisang berdasarkan jenis kelamin adalah wanita, usia antara 26-35 tahun,
bahwa kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah letak perusahaan yang strategis,
perusahaan merupakan pionir dan pemimpin pasar pada industri keripik pisang,
kualitas keripik pisang baik, citra merek perusahaan kuat, hubungan dengan
pelanggan terjalin baik, dan keadaan keuangan perusahaan tidak tergantung pihak
luar.
belum lengkap, distribusi produk hanya di daerah tertentu, harga produk lebih
pasar pada industri keripik pisang. Sedangkan kelemahan utama adalah distribusi
peluang utama perusahaan adalah konsumsi keripik pisang yang terus meningkat.
akibat naiknya harga BBM dan elpiji. Hasil alternatif strategi pemasaran yang
kerjasama dengan toko makanan, swalayan, atau distributor yang adadi dalam
deskriptif sesuai analisi lingkungan internal dan eksternal. Alat analisis yang
belum optimal. Faktor eksternal dapat digolongkan menjadi peluang dan ancaman.
oleh CV Morinda House Bogor. Dalam penelitian tersebut dilakukan analisis data
120
lingkungan pemasaran, matriks IFE dan EFE, matriks IE dan analisis SWOT.
bahwa tingkat inflasi yang rendah merupakan peluang terbesar sedangkan faktor
merupakan kekuatan terbesar dan aspek pemasaran yang belum terkelola dengan
baik merupakan faktor kelemahan terbesar. Startegi yang tepat untuk dijalankan
strategi pengembangan bisnis jagung Manis (Zea Mays Saccharata, Sturth) pada
perusahaan serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki CV. Bintang Tani dalam
Menentukan prioritas strategi pengembangan bisnis jagung manis yang tepat bagi
CV. Bintang Tani dalam pengembagan bisnis jagung manis. Penelitian ini
121
terbesar adalah kekuatan tawar menawar pembeli. Hasil skor matriks EFE
diperoleh sebesar 2,678 dan skor matriks IFE sebesar 2,783, sehingga didapat
posisi perusahaan pada kuadran V. Pada posisi tersebut, strategi yang terbaik
dilakukan oleh perusahaan yaitu hold and maintain atau strategi stabilitas dengan
ancaman dan menganalisis strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam rangka
analisis berupa matriks IFE, EFE, Matriks SWOT dan QSPM serta diagram
adalah kualitas dan merek produk yang dikenal, kelemahan terbesar adalah tanah
yang kurang subur dan topografi berbukit. Sedangkan berdasarkan analisis faktor
eksternal diperoleh peluang terbesar adalah pelanggan dan konsumen yang loyal
dan ancaman terbesar adalah UMR dan harga bahan baku meningkat.
produksi teh PTPN VIII Goalpara berada pada sel V yang brarti mampu
122
dalam matrik SWOT dianalisis lebih lanjut dengan Matriks QSPM menunjukkan
Fishbone untuk mendukung proses pencapaian strategi unggul mutu yang akan
antara lain 1) Meneliti produk pertanian dalam arti luas; 2) Menggunakan analisis
matriks IFE dan EFE, Matriks IE dan matrikis SWOT, sehingga dari persamaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa pada penelitian ini
QSPM.
123
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
tujuan utama dapat dicapai melalui suatu pelaksanaan yang tepat (Glueck dan
ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan
perencanaan strategis adalah agar suatu perusahaan dapat melihat secara objektif
perubahaan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas,
penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai
yang ada.
utama dalam suatu organisasi. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap
berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang organisasi
dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan tindakan pada masa yang
datang.
masa datang.
dan (e) sebagai cermin atau bahan evaluasi, sehingga bisa menjadi
yang penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang
sumberdaya yang ada. Untuk memahami konsep perencanaan strategis, kita perlu
untuk dijadikan pegangan. Mulai dari tingkat korporasi sampai pada tingkat unit
bisnis, produk, dan situasi pasar. Perencanaan strategi merupakan strategi induk
dari manajemen strategi, yaitu visi, misi, tujuan strategi, dan kebijakan.
126
meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari ”apa yang dapat terjadi” bukan
dimulai dari ”apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan
(Rangkuti, 2005).
terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal
yang dapat mempengaruhi organisasi. Manajemen strategis adalah seni dan ilmu
(David, 2004).
panjang, dan pengembangan evaluasi serta seleksi atau pemilihan strategi. Tahap
pada Gambar 2.
Umpan Balik
Melakukan
audit internal
lingkungan eksternal yang dianalisa adalah terdiri dari lingkungan makro dan
faktor ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Lingkungan mikro adalah kegiatan
Lingkungan mikro terdiri dari pesaing, kreditur, pemasok, dan pelanggan (David,
2004).
yang efektif sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang secara efektif dan
berada di luar organisasi dan tidak berada dalam pengendalian jangka pendek
yang harus diambil oleh suatu organisasi. Faktor-faktor eksternal ini dapat dibagi
negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya. Faktor politik meliputi
b. Faktor Ekonomi. Kondisi dan kekuatan ekonomi yang berkaitan dengan iklim
mempengaruhi iklim bisnis dari suatu perusahaan. Oleh karena itu, pemerintah
sejalan dengan perubahan kondisi dan zaman yang dilalui dan perubahan ini
budaya dari suatu masyarakat antara lain adalah ukuran keluarga, tingkat
yang pesat terutama pada era setelah globalisasi, baik pada bidang bisnis
130
maupun pada bidang yang mendukung kegiatan bisnis, sehingga secara tidak
kegiatan usaha yang diinginkan untuk berjalan terus menerus harus selalu
jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. Aspek penting dalam
masa atau waktu keusangan teknologi, dan harga teknologi yang akan
diadopsi.
yang harus diperhatikan. Menurut Pearce dan Robinson (1997), setiap industri
yang harus diperhatikan yaitu: (1) Kekuatan tawar menawar pembeli, (2)
Kekuatan tawar menawar pemasok, (3) Ancaman produk pengganti, (4) Ancaman
pendatang baru dan (5) Persaingan antara pesaing-pesaing yang ada, ternyata
Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan
memperoleh gizi lebih tinggi. Berbagai jenis komoditas buah-buahan saat ini
sudah banyak yang diproses lebih lanjut, selain untuk memperpanjang daur hidup
keripik pisang.
yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi
dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja,
seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng,
direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli.
memberikan kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, pisang juga dapat
132
menyediakan cadangan energi yang tinggi. Beragam jenis makanan ringan dapat
dibuat dari pisang diantaranya: kripik pisang, sale pisang pisang molen, dan epe.
meningkatnya harga minyak goreng dan mahalnya harga minyak tanah merupakan
hal utama yang menjadi penghambat berkembangnya usaha keripik pisang ini.
Selain itu juga semakin berkembangnya berbagai jenis makanan ringan lainnya,
menyebabkan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” binaan Koperasi BMT
Perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor perlu menyusun strategi dan tidakan
nyata untuk manghadapi situasi tersebut demngan alat analisis dan teori yang tepat
lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki usaha kecil keripk pisang ini
teknologi.
Analisis awal pada variabel internal dan eksternal akan di lakukan secara
dijabarkan dalam matriks IFE dan EFE. Total skor kedua matriks tersebut
paling tepat bagi usaha kecil kepirik pisang ”Kondang Jaya” yang sesuai dengan
kondisi internal usaha kecil keripik pisang dengan menggunakan alat analisis
kebijakan dan sasaran yang ingin dicapai secara efisien dengan membangun suatu
analisis AHP ini terlebih dahulu harus dibentuk suatu diagram grafis yang dimulai
alternatif. Hasil yang diperoleh melalui analisis AHP akan menghasilkan urutan
usaha yang tepat bagi usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” binaan koperasi
BMT Kota. Alur pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 3.
134
Koperasi BMT
Al-Ikhlaash Usaha Kecil Keripik Pisang ”Kondang Jaya”
Binaan
Analisis Lingkungan
Peluang : Kekuatan :
Bantuan pemerintah Sumberdaya manusia
Sebagai kota wisata Lokasi usaha
Permodalan
Ancaman :
Kelangkaan sumberdaya alam Kelemahan :
Posisi produk lain Pemasaran produk
Teknologi yang digunakan
Labelisasi produk
Formulasi strategi
Analytical
Hierarchy
Process (AHP)
Prioritas Strategi
Keterangan :
= Bagian yang dianalisis
= Bagian yang tidak dianalisis
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil
keripik pisang “Kondang Jaya” binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di
indah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
salah satu unit usaha yang menghasilkan makanan ringan berupa keripik pisang di
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan
juga dengan digunakan proses wawancara. Responden yang dipilih dalam proses
analisis untuk menentukan responden, tidak ada jumlah minimal yang diperlukan
menjadi 2 yaitu: pihak internal yaitu pengelola usaha kecil keripik pisang ini,
136
diantaranya pemilik dan pegawai usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”.
Pihak eksternal yaitu pihak yang berada di luar usaha kecil keripik pisang, tetapi
yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan sesuai dengan fokus penelitian. Data
digunakan berasal dari Badan Pusat Statistik dan Departemen Koperasi dan Usaha
“Expert Choice Version 2000” program ini merupakan program yang disusun
137
kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar, dan tabel.
Jaya” dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap masukan (input stage), tahap
Evaluation) dan EFE (External Faktor Evaluation). Informasi dasar ini diperoleh
dari data primer dan data sekunder. Tahap pencocokan merupakan tahapan yang
4.3.1. Analisis Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) dan EFE ( External
Faktor Evaluation)
mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usaha kecil keripik
faktor lingkungan eksternal dan mengukur sejauh mana peluang dan ancaman
yang dihadapi usaha kecil ini. Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor kunci dalam matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut (David,
2004) :
”Kondang Jaya”.
yaitu mendaftar semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usaha kecil keripik
138
kecil keripik pisang dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman
usaha kecil ini. Daftarkan peluang terlebih dahulu, baru kemudian ancaman usaha
kecil ini. Daftar harus spesifik dengan menggunakan presentase, rasio atau angka
Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting)
sampai 1,0 (paling penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-
faktor tersebut terhadap posisi strategis Usaha kecil keripik pisang dalam suatu
usaha kecil keripik pisang tertentu. Jumlah bobot yang diberikan harus sama
dengan satu.
2003). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap
Bentuk penilaian pembobotan terdiri dari penilaian bobot faktor strategis internal
dan penilaian bobot faktor strategis eksternal usaha kecil keripik pisang ”Kondang
139
Jaya”. Penilaian bobot faktor strategis internal usaha kecil keripik pisang tersebut
Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha kecil keripik pisang
Faktor Strategis Internal A B C D …. Total
A Xi
B
C
D
….
n
Total Xi
i 1
Sumber : David (2004)
Penilaian bobot faktor strategis eksternal usaha kecil keripik pisang dapat
dilihat pada Tabel 5. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel baris
Xi
i n
Xi
i 1
140
Dimana,
αi = Bobot Variabel ke-i n = Jumlah Data
Xi = Nilai Variabel x ke-i i = 1, 2, 3, ..., n
c. Penentuan Rating
Matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 7, dan 8. Menurut David (2004)
skala nilai rating untuk matriks IFE (kekuatan dan kelemahan) adalah :
sedangkan untuk matriks EFE (peluang dan ancaman), skala nilai rating yang
digunakan adalah :
selanjutnya akan disatukan dalam matriks gabungan IFE dan EFE. Untuk
metode rata-rata dan setiap hasil yang memiliki nilai desimal akan dibulatkan.
Adapun ketentuan pembulatan dalam matriks gabungan ini adalah, jika pecahan
desimal berada pada kisaran dibawah 0,5 (<0,5) dibulatkan kebawah, jika hasil
rating diperoleh hasil desimal dengan nilai sama atau diatas 0,5 (>0,5) dibulatkan
keatas. Pembulatan ini tentunya tidak akan mmpengaruhi hasil perhitungan secara
dengan rating pada tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah skor
pembobotan berkisar antara 1,0-4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor
pembobotan IFE dibawah 2,5 maka kondisi internal Usaha kecil keripik pisang
lemah. Untuk jumlah skor bobot faktor eksternal berkisar 1,0-4,0 dengan rata-rata
2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE 1,0 menunjukkan Usaha kecil keripik
pisang tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.
Jumlah skor 4,0 menunjukkan Usaha kecil keripik pisang merespon peluang
a.
b.
c.
Ancaman
a.
b.
c.
Total
Sumber : Sumber : David (2004)
142
berbagai alternatif strategi yang ada. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa
suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta
matriks SWOT (David, 2004). Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang
Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, yaitu empat sel faktor (S, W, O, dan T),
empat sel alternatif strategi dan satu sel kosong. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Faktor Strategis
Eksternal
pisang ”Kondang Jaya” secara umum teridentifikasi hal yang menjadi faktor
internal antara lain terkait dengan kondisi sumberdaya manusia, kondisi keuangan,
Mengenai identifikasi lebih jauh dari faktor-faktor tersebut yaitu mana yang akan
menjadi kekuatan dan kelemahan akan diteliti dan bahas pada bab selanjutnya.
Dari sisi faktor eksternal secara umum dapat teridentifikasi yaitu kondisi
tersebut akan diteliti dan dibahas lebih dalam mengenai peluang dan ancaman dari
expert tersebut serta menentukan strategi yang tepat dalam upaya pengembangan
usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” Binaan Koperasi BMT Perumahan
BSI Kota Bogor. Alternatif strategi pada hirarki diperoleh melalui justifikasi
Menurut Saaty (1993) prinsip kerja AHP terdiri dari delapan langkah
Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah
seperti tujuan, kriteria dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu
(b) Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.
Struktur hierarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari
Penyusunan hierarki ini berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil. Pada
tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan
dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen,
sebelumnya.
terhadap fokus yang ada di puncak hierarki. Menurut perjanjian, suatu elemen
yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas yang ada di sebelah
dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk
utama. Angka satu sampai sembilan digunakan bila F, lebih mendominasi atau
diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh: bila elemen F24
Pentingnya
1 Kedua elemen sama pentingnya. Dua elemen menyumbang sama besar pada
sifat tersebut.
7 Satu elemen jelas lebih penting Satu elemen dengan kuat disokong dan
daripada elemen yang lainnya. dominasinya telah terlihat dalam praktek.
9 Satu elemen mutlak lebih Bukti yang menyokong elemen yang satu
penting daripada elemen yang atas yang lainnya memiliki tingkat
lainnya. penegasan yang tertinggi yang mungkin
menguatkan.
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka (x) jika dibandingkan dengan
aktivitas j, maka memiliki nilai kebalikannya (1/x).
Sumber: Saaty, 1993
(f) Melaksanakan langkah tiga, empat dan lima, untuk semua tingkat dan gugusan
setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki, terkait dengan kriteria
dibedakan menjadi : (1) Matriks Pendapat Individu (MPI) dan (2) Matriks
elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. Matriks pendapat individu
rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan sepuluh persen dan setiap
elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang
lain tidak terjadi konflik. Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah :
(1) Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki
selisih kurang dari empat satuan antara nilai pendapat individu yang tertinggi
(2) Tidak terdapat angka kebalikan (resiprokal) pada baris dan kolom yang sama.
dimana,
g ij = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j
149
m = akar pangkat m
prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah
horisontal dan (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat
dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan
MPG diolah secara horisontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi
persyaratan inkonsistensi.
Prioritas (Vektor Eigen), uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang
n
Zi aij (i,j = 1, 2,3, ... n)
k 1
n
n aij
k 1
VPi n
VP = (Vpi), untuk i = 1, 2, 3, ... n)
n
i 1
n aij
k 1
VB VA VP dengan VB = (vbi)
1 n
maks vbi untuk i = 1, 2, 3, ... n
n i k
maks n
CI
n 1
CR CI RI
Menurut Saaty (1993), nilai rasio inkonsistensi (CR) yang lebih kecil
atau sama dengan 0,1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang
ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam
tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila
Cvij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-
di mana :
VWt (i 1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-t) terhadap
menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang
Abstraksi sistem hirarki keputusan memiliki bentuk yang saling terkait, yang
tersusun dari sasaran utama (tingkat 1), turun ke faktor-faktor pendorong yang
tujuan-tujuan pelaku (tingkat 4) dan terakhir skenario (tingkat 5). Untuk lebih
G
Tingkat 1
F1 F2 Fn
Tingkat 2 … …
Tingkat 3 A1 A2 … … An
Tingkat 4 O1 O2 … … On
Tingkat 5 S1 S2 … … Sn
Dalam penelitian ini hirarki akan diperoleh dari hasil indentifikasi faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan dan
dalam AHP tidak memiliki prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus
di atas. Fokus dalam tahap ini adalah komponen-komponen sistem yang dipilih
dan dipergunakan dalam membentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini
penguasaan para analisis terhadap persoalan atau masalah yang akan dipecahkan.
154
BAB V
GAMBARAN UMUM
USAHA KECIL KERIPIK PISANG “KONDANG JAYA”
Baranangsiang Indah Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang ini dalam proses
dikemas dengan sangat sederhana. Usaha ini didirikan oleh Bapak M. Husen
warung ke warung di sekitar perumahan BSI, seperti daerah Kampung Sawah dan
Kampung Pasir. Saat itu produk dijual dalam bungkus kecil dengan harga hanya
Rp. 800/bungkus. Modal yang dipergunakan hanya berasal dari modal pribadi,
sehingga hasil produksi yang dihasilkan masih sangat rendah, yaitu sekitar 30
Sejak tahun 2007, usaha keripik pisang ini resmi bergabung dengan
koperasi BMT Al-Ikhlaash, tepatnya pada tanggal 15 Maret 2007. Pada awalnya
berdirinya usaha keripik pisang ini mendapat bantuan modal dari koperasi BMT
Al-Ikhlaash sebesar Rp. 427.000. Bantuan modal tersebut diberikan dalam bentuk
barang. Jenis barang yang diberikan berupa : (1) Wajan Besar, (2) Alat parut (3)
Serokan, (4) Impuls Sealer, (5) Kantong Plastik 2 kg dan (6) Gunting dan Cutter.
cara diangsur tiap minggu. Sejak bergabung dengan koperasi BMT Al-Ikhlaash,
sistem pemasaran keripik pisang “Kondang Jaya” ditanganin oleh koperasi BMT.
155
dihasilkan sudah mulai meningkat. Dari sisi ukuran kemasan saat ini sudah dapat
menghasilkan ukuran keripik pisang 200 gram per bungkusnya dan di pasarkan
dengan harga Rp. 5.500/bungkus. Dari sisi jumlah yang dipasarkan meningkat
5.2. Visi, Misi dan Tujuan Usaha Keripik Pisang ”Kondang Jaya”
mengenai visi, misi dan tujuan usaha keripik pisang. Namun secara umum hal
tersebut telah ada secara tersirat dalam wawancara dengan pemiliki usaha keripik
pisang tersebut. Usaha keripik pisang untuk dapat bersaing dalam industri harus
memiliki arahan yang jelas dalam menjalankan usahanya. Arah usaha keripik
pisang tercermin dalam visi, misi dan tujuan yang dimiliki usaha keripik pisang
”Kondang Jaya”. Visi menunjukkan keadaan masa depan suatu organisasi yang
mungkin terjadi dan diinginkan. Visi menjelaskan "impian" yang ingin direalisir
oleh suatu lembaga (organisasi) di dalam waktu tertentu. Misi menjelaskan alasan
hasil akhir yang berusaha untuk dicapai oleh organisasi untuk mewujudkan
mengenai visi, misi dan tujuan usaha keripik pisang diperoleh informasi yaitu visi
usaha keripik pisang “Kondang Jaya” menjadi usaha yang mampu menghasilkan
produk keripik pisang yang berkualitas. Hal ini merupakan hal yang selalu
diperhatikan oleh pemilik usaha keripik pisang “Kondang Jaya” dalam setiap
proses produksi.
156
Misi usaha keripik pisang ini adalah untuk memperkenalkan keripik pisang
sebagai salah satu makanan ringan yang sehat bagi masyarakat, sedangkan tujuan
usaha keripik pisang yaitu mampu meningkatkan kehidupan pemilik dan juga
pekerjanya juga mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar sehingga
bekerja sebagai buruh bangunan. Produk keripik pisang yang dipasarkan oleh
usaha kecil ini merupakan produk yang berasal dari alam dan tidak ditambahkan
sehingga aman untuk dikonsumsi. Walaupun, hingga saat ini usaha ini belum
Lokasi ini merupakan tempat tinggal pemilik usaha dan keluarga sekaligus
dijadikan sebagai tempat produksi keripik pisang. Usaha keripik pisang koperasi
BMT Al-Ikhlaash memiliki letak yang cukup strategis, karena terletak dekat
dengan pusat Kota Bogor sehingga memudahkan dari sisi pemasaran. Lokasi
usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” dapat dilihat pada Gambar 5.
157
usaha kecil keripik pisang ini. Gambaran struktur organisasi usaha keripik pisang
Pemilik
Pekerja 1 Pekerja 2
menetapkan kebijakan seluruh aktivitas usaha keripik pisang, mulai dari hal-hal
kebutuhan terhadap tenaga kerja juga cenderung kecil. Dalam usaha ini dimana
sebagai pemasar. Pada permintaan normal maka jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan berasal dari anggota keluarga pemilik seperti istri, anak, mertua dan
Jika permintaan lebih dari kondisi normal maka jumlah pekerja yang
dibutuhkan lebih banyak. Pekerja tersebut biasanya berasal dari tetangga sekitar
pekerja menyebabkan pembagian tugas dalam usaha keripik pisang ini bersifat
dinamis, cenderung disesuaikan dengan kebutuhan yang ada, sehingga tidak hanya
terpaku pada pembagian tugas yang ada. Jadi bagian pengadaan bahan baku dapat
Bogor, yang berperan besar dalam pemasaran produk keripik pisang. Selain itu
pemilik usaha ini juga menjalin hubungan langsung ke konsumen akhir. Sehingga,
dalam usaha ini terdapat dua cara produk sampai kepada konsumen akhir yaitu 1)
159
melalui pihak koperasi BMT Al-Ikhlaash, yaitu sekitar 90 persen produk yang
ke konsumen, yaitu sekitar 10 persen. Terkait dengan alur pemasaran usaha kecil
90%
Produk Keripik Pisang (Usaha Koperasi BMT Al-Ikhlaash
Kecil Keripik Pisang “Kondang Perumahan BSI Kota Bogor Pengecer
Jaya”) (Distributor)
10 %
Konsumen
BAB VI
IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA
semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar usaha yang dapat
analisis lingkungan terbagi menjadi dua yaitu lingkungan internal dan eksternal
usaha.
tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung pada usaha. Analisis faktor
terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dari dalam usaha kecil keripik
pemasaran.
Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” merupakan usaha yang dalam
pemilik mudah terjalin. Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” memiliki
tenaga kerja sebanyak 5 orang yang terdiri dari pemilik, wakil, bagian pengadaan
Jika terdapat pesanan keripik pisang dalam jumlah yang cukup besar,
umumnya dibutuhkan dalam proses produksi. Dalam usaha keripik pisang ini,
aktivitas usaha keripik pisang, mulai dari hal-hal yang berhubungan dengan
dalam usaha keripik pisang harus ditangani juga oleh pemilik, seperti keputusan
untuk memproduksi atau tidak memproduksi terletak pada pemilik usaha keripik
pisang ini. karena usaha ini menjadi hanya tergantung pada satu orang yaitu
Kondisi jumlah tenaga kerja yang relatif sedikit menyebabkan peran ganda
akan dilakukan oleh seorang pekerja. Waktu yang digunakan dalam pekerjaan
cenderung tidak pasti sesuai dengan kondisi pesanan produk keripik pisang.
Usaha ini sudah cukup lama dijalankan yaitu sejak tahun 1990, selain itu
usaha ini dari sejak awal berdirinya membutuhkan keterampilan khusus seperti
Jadi keterampilan tenaga kerja dalam usaha keripik pisang ini sudah tidak
diragukan lagi.
Modal merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Selama ini usaha
Perumahan BSI Kota Bogor. Menurut koperasi karena skala usaha keripik pisang
Sejak bergabungnya usaha keripik pisang dalam koperasi BMT yaitu sejak
tahun 2007, usaha ini telat dua kali mendapatkan bantuan modal dari koperasi.
Bantuan modal pertama kali diperoleh sebesar Rp. 427.000. dimana pinjaman
pertama ini diberikan dalam bentuk barang. Sedangkan pinjaman kedua sebesar
dikembalikan dengan cara diangsur tiap minggu, yaitu dipotong dari sebagian hasil
penjualan keripik pisang kepada BMT. Saat ini pinjaman pertama dan kedua
Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang ini belum menerima bantuan
modal dari Pemerintah Daerah Kota Bogor, sehingga modal yang ada hanya
bersumber dari koperasi BMT Al-Ikhlaash saja. Usaha kecil keripik pisang ini
dan modal usahanya. Manajemen keuangan dari usaha ini belum sudah tertata
dengan baik, sehingga keuangan usaha keripik pisang dengan keuangan rumah
tangga pemilik tidak dapat dibedakan. Namun karena usaha yang belum cukup
diketahui.
Usaha kecil keripik pisang sudah memproduksi keripik pisang sejak tahun
1990, dan baru bergabung dengan koperasi pada tahun 2007. Modal pengalaman
yang cukup lama yaitu hampir sembilan tahun menjadi kekuatan bagi usaha ini.
Pengalaman tersebut dirasakan oleh Bapak Husen sebagai pemilik usaha yang
163
Pada proses produksi, usaha kecil ini dalam memproduksi keripik pisang
menggunakan peralatan yang masih sedarhana. Hal ini dapat dilihat dari peralatan
yang digunakan dalam proses produksi diantaranya alat pengiris pisang yang
digunakan masih sangat sederhana yaitu berupa alat iris yang biasa digunakan di
rumah tangga untuk pada umumnya; wajan besar untuk menggoreng; serokan
untuk menyaring minyak goreng pada keripik pisang yang telah masak; kompor
gas. Sejak adanya peralihan dari kompor minyak tanah ke kompor gas usaha kecil
1. Bahan Baku
usaha. Bahan baku utama yang sangat dibutuhkan dalam usaha ini adalah
buah pisang. Jenis pisang yang digunakan usaha ini yaitu jenis pisang Kepok
relative besar, warnanya kuning, dan rasanya manis. Pemilihan jenis pisang
ini dikarenakan sifat dari pisang tersebut cocok digunakan sebagai bahan
baku pembuatan keripik pisang. Warna dasar pisang Kepok Banggala yang
2. Bahan Penolong
164
yang alami dan rasa yang gurih pada produk keripik pisang. Terkait dengan
“Kondang Jaya”, baik bahan baku utama maupun bahan penolong dapat
3. Bahan Bakar
Pada awanya usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” menggunakan bahan
bakar berupa minyak tanah, namun sejak terjadi peningkatan harga minyak
tanah, usaha ini menggunakan kompor gas elpiji. Pada awalnya penggunaan
kompor gas elpiji tidak memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan
yaitu produk keripik pisang yang dihasilkan tidak sebagus hasil yang
dihasilkan pada saat penggunaan kompor minyak tanah. Hal ini karena panas
dari kompor gas elpiji tidak merata seperti pada penggunaan kompor minyak
akhirnya saat ini dapat diusahakan sehingga kompor gas elpiji dapat
165
relatif lebih murah daripada penggunaan kompor minyak tanah. Hanya saja
pada awal peralihan dari bahan bakar minyak tanah ke gas elpiji, pemilik
4. Pengemasan
dipasar. Dalam kemasan terdapat label yang masih sederhana bentuknya. Pada
BSI Kota Bogor dan sebagai pembina. Pada kemasan tersebut belum
tercantum logo halal, izin dari Departemen Kesehatan dan kandungan gizi
keripik pisang.
kebersihan dalam kegiatan produksi karena hal ini sangat erat kaitannya dengan
kualitas keripik pisang. Kebersihan dalam proses produksi yang terjaga dengan
baik membuat kualitas rasa dan gizi yang terkandung dalam keripik pisang tetap
terjaga. Keripik pisang memiliki daya tahan produk yang lama yaitu satu bulan.
Kualitas produk yang cukup baik, rasa yang enak, kandungan gizi yang tinggi,
tidak menggunakan bahan kimia dan daya tahan produk yang lama merupakan
Proses produksi keripik pisang pada usaha kecil ini menghabiskan waktu
yang cukup lama dalam satu kali produksinya yaitu sekitar 8-9 jam. Hal ini
dikarena dalam proses pembuatan keripik pisang ini dibutuhkan perendaman buah
166
pisang yang akan digunakan. Dalam proses pembuatan keripik pisang ini hal yang
diutamakan adalah kebersihan dan kelayakan untuk dikonsumai dari dari produk
pewarna.
tanah maupun kompor gas elpiji, 5) Saringan, untuk meniriskan keripik pisang
yang sudah matang, 6) Tampah (nyiru), tempat meletakkan keripik pisang yang
sudah matang, 7) Ember plastik, untuk menampung sampah kulit dan bagian
pisang yang tidak terpakai, dan 8) Kantong plastik (sebagai pembungkus), serta 9)
mesin press, yaitu untuk menutup plastik kemasan keripik pisang. Beberapa
peralatan yang digunakan dalam proses produksi usaha ini dapat dilihat pada
Gambar 9.
167
Adapun beberapa tahap yang perlu dilakukan secara umum dalam proses
Buah pisang dipilih sesuai kriteria, yaitu (1) Pisang mentah yang sudah tua
Buah pisang yang sudah tua akan memberikan rasa manis dan warna kuning
yang menarik pada produk keripik pisang yang dihasilkan, selain itu buah
pisang mentah yang sudah tua akan memudah memberikan hasil irisan yang
lebih banyak sehingga produk keripik pisang yang dihasilkan lebih banyak. (2)
Berukuran cukup besar dan seragam, hal ini diperlukan agar ukuran dari
penebangan pohon pisangnya. Hal ini dilakukan karena penjual bahan baku
pembuatan keripik pisang yang dibutuhkan oleh usaha ini. Selanjutnya pisang
168
tersebut dikupas kulitnya sebagai tanda tahap awal dari proses produksi
dilakukan.
2. Perendaman
Buah pisang direndam dalam air kurang lebih sekitar 1 jam. Tujuannya untuk
menghilangkan getah pada buah pisang yang baru dipetik. Jika tidak
dilakukan perendaman maka hasil produk keripik pisang yang dihasilkan akan
3. Pengirisan
Proses pengirisan dilakukan dengan menggunakan alat iris yang masih cukup
4. Penggorengan
Buah pisang yang telah selesai diiris harus segera digoreng, paling lambat 10
dilakukan dalam minyak yang sangat panas, yaitu bersuhu 170oC. Minyak
harus banyak, sehingga semua bahan tercelup, dengan komposisi setiap satu
satu dengan yang lainnya. Dalam satu kali proses penggorengan dilakukan
5. Penirisan
169
Setelah keripik berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan, keripik
Keripik pisang yang telah ditiriskan dan sudah tidak panas dimasukkan ke
Diagram alur pengolahan keripik pisang pada usaha kecil ini dapat
6.1.4. Pemasaran
analisis terhadap produk, harga, distibusi dan promosi dari produk keripik pisang.
dilakukan yaitu:
a. Produk
Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” sebagai salah satu UKM yang
dan pelayanan. Dimana strategi produk dilakukan melalui penawaran barang yang
berkualitas tinggi. Strategi pelayanan yaitu dengan cara membina hubungan baik
dalam keadaan rusak baik kemasan maupun isi. Berdasarkan strategi ini
Usaha kecil keripik pisang memproduksi keripik pisang dengan ukuran 200
gram rasa yang ditawarkan adalah rasa pisang alami dan asin. Rasa asin berasal
dari tambahan garam yang ditabuskan pada kering pisang setelah digoreng. Produk
diperoleh hanya berdasarkan dari pengujian yang dilakukan pemilik keripik pisang.
b. Harga
plus pricing method yaitu dengan mempertimbangkan biaya produksi, biaya non
menyebabkan harga jual produk keripik pisang ini relatif mahal dibandingkan
171
dengan produk keripik pisang lain dipasaran. Harga jual yang ditetapkan oleh
pemilik usaha keripik pisang merupakan harga untuk distributor. Adapun harga
yang diterima konsumen ditentukan oleh distributor, sehingga harga keripik pisang
untuk konsumen dapat berbeda pada distributor yang berbeda. Berdasarkan hasil
usaha kecil ini harga yang diterima konsumen di Greenmart (baik yang berlokasi
di Darmaga maupun di daerah Sentul) sebesar Rp. 8.150 per bungkus yaitu per
200 gram, di Warung milik koperasi BMT Al-Ikhlaash seharga Rp. 7.500
c. Distribusi
Saluran distribusi yang digunakan oleh usaha kecil keripik pisang ini
melalui dua cara, yaitu: penjualan secara langsung kepada konsumen dan
koperasi BMT Al-Ikhlaash. Bentuk kerja yang terjalin koperasi memesan kepada
PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC). Sedangkan pendistribusian
Selama ini hubungan yang terjalin antara pemilik usaha keripik pisang
dengan distributor yaitu dalam hal ini koperasi BMT Al-Ikhlaash terjalin baik.
172
d. Promosi
Usaha kecil keripik pisang hingga saat ini masih melakukan kegiatan
promosi secara tradisional. Promosi yang bersifat lokal yaitu hanya dilakukan
Wanita, namun untuk kedepannya ada rencana untuk melakukan promosi pada
majalah-majalah lokal.
industri. Analisis faktor eksternal usaha kecil keripik pisang dilakukan untuk
luar kontrol usaha kecil keripik pisang. Analisis terfokus pada faktor-faktor kunci
yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha kecil keripik pisang, sehingga
Lingkungan umum adalah suatu lingkungan yang berada di luar usaha dan
umum dapat dianalisis menggunakan alat analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial-
Budaya, dan Teknologi) dan Demografi. Hal ini juga sesuai dengan konsep yang
173
dipaparkan oleh Umar dalam Sidabutar (2007) yaitu bahwa analisis lingkungan
strategi yang harus diambil oleh suatu organisasi. Berdasarkan analisis tersebut,
maka faktor-faktor eksternal usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” yaitu:
domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun terbatasnya daya serap pasar
industri pengolahan masih kurang lancar. Buah pisang dapat diolah mejadi
beragam produk yang lezat antara lain, seperti : keripik, ledre, getuk jus, puree,
rumah tangga (10-50 kg/hari), skala kecil dan menengah menghasilan: keripik
(100-120 kg/hari), sale (1,5-2 ton/bln), ledre (70-120 kg/hari), puree (300-500
10-12 ton pisang segar/hari. Untuk memenuhi kebutuhan buah dan produk olahan
pisang untuk ekspor pada tahun 2010 diperkirakan memerlukan areal pertanaman
sekitar 5.000-6.000 ha atau dibutuhkan sekitar 5-7 usaha skala besar. Industri
pengolahan pisang skala besar lebih diarahkan pada industri tepung (1,5-2
ton/minggu), puree (600 kg – 1,5 ton/hari) dan jam (1-2 ton/hari), karena untuk
mahal. Kebutuhan bahan baku diperkirakan mencapai 60.000 ton per tahun.
174
masyarakat yang saat ini banyak berkembang seperti PNPM Mandiri, Pemerintah
tahun terakhir dinilai cukup berhasil, hal tersebut dapat dilihat dari penghargaan
yang diperoleh dari pemerintah pusat atas kinerja PNPM Mandiri Kota Bogor
Di sisi lain industri kecil dapat menyerap tenaga kerja yang cukup tinggi
industri ini tidak mengalami dampak yang kuat saat teriadi penurunan terhadap
nilai mata uang. Industri makanan merupakan salah satu industri yang mampu
menyerap tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja industri makanan di Kota Bogor
Berdasarkan data Tabel 13, industri kecil non formal merupakan industri
yang jumlahnya terbesar, menyerap tenaga dalam jumlah terbesar, dan memiliki
nilai invesasi yang terkecil di Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang sebagai
salah satu industri makanan di Kota Bogor menjadi salah sati industri kecil
mampu menyerap tenaga kerja. Sehingga usaha kecil keripik pisang menjadi
industri yang penting untuk terus dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor
2. Faktor Sosial-Budaya
perubahan sebagai akibat dari upaya orang untuk memuaskan keinginan dan
Yusmarini dalam Agus (2008), menyatakan bahwa dewasa ini, pola konsumsi
masyarakat telah bergeser dari bahan makanan hewani ke bahan makanan nabati.
Hal ini terjadi karena masyarakat berusaha menghindari makanan kadar kolesterol
tinggi, setelah diketahui adanya korelasi positif antara penyakit jantung koroner
cengan kadar kolesterol yang tinggi di dalam serum darah. Bahan makanan nabati
3. Faktor Demografi
pasar bagi setiap bidang usaha. Selama periode tahun 2001-2006 jumlah
(Tabel 14). Tahun 2003 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang cukup besar
yaitu 5,37 persen dengan jumlah penduduk sebanyak 214.374.096 jiwa (BPS,
2007).
Pertumbuhan jumlah penduduk juga terjadi di Kota Bogor. Hal ini dapat
dilihat pada data Tabel 15, yaitu pada periode tahun 2001-2006 jumlah penduduk
pertumbuhan penduduk sebanyak 24.053 jiwa atau 2.813 persen yaitu 855.085
jiwa pada tahun 2005 menjadi 879.138 jiwa pada tahun 2006.
karena tingkat upah menjadi kecil, hal ini dikarenakan peningkatan jumlah
penduduk yang disertai dengan peningkatan jumlah angkatan kerja yang lebih
besar. Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat secara
makanan. Hal tersebut secara tidak langsung juga akan meningkatkan permintaan
4. Ekonomi
178
Kinerja usaha dan industri akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
sebesar 5,60 persen dibanding tahun 2004. Nilai PDB atas dasar harga konstan
pada tahun 2005 mencapai Rp 1.749,5 triliun, sedangkan pada tahun 2004 sebesar
Rp 1.656,8 triliun. Bila dilihat berdasar harga yang berlaku, PDB tahun 2005 naik
sebesar Rp 468,0 triliun, dari Rp 2.261,7 triliun pada tahun 2004 menjadi sebesar
tahun 2005 yang dibarengi oleh rendahnya laju inflasi membuat secara umum
Tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2005 sebesar 17,11 persen jauh
lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 sebesar 6,40 persen dan tahun 2003 sebesar
tahun 2005 antara lain meningkatnya harga bahan makanan, nilai tukar rupiah dan
berlaku mulai tanggal 1 Oktober 2005 tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.
55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri tanggal 30
bahan baku keripik pisang dan bahan baku penolong bagi usaha keripik pisang.
Berdasarkan data yang diperoleh sejak adanya kenaikan BBM harga minyak
tanah meningkat dan juga harga input-input lain menjadi cenderung meningkat,
misalnya saja minyak goreng dan mentega yang harganya menjadi cukup tinggi
di pasaran hingga menjadi dua kali lipat dari sebelum terjadi kenaikan harga
BBM.
179
harga BBM per l Oktober 2005 dapat dilihat pada Tabel 16.
melakukan konversi bahan bakarnya dari minyak tanah kepada gas, tidak
keripik pisang ini juga melakukan perubahan bahan bakar yang digunakan dari
5. Teknologi
pada jenis peralatan yang digunakan selama proses produksi. Usaha yang
180
menggunakan teknologi modern, proses produksi akan semakin cepat dan dapat
Adanya alat komunikasi seperti telepon dan telepon selular dapat mempercepat
peluang bagi usaha untuk memudahkan kegiatan pendistribusian barang baik dari
tradisional. Hal ini terlihat pada peralatan yang digunakan dalam proses produksi
usaha ini, selain itu usaha ini juga belum memanfaatkan internet sebagai media
promosi. Jadi dapat dikatakan usaha kecil keripik pisang ini memiliki kelemahan
memperoleh laba suatu usaha bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat industrinya
saja, melainkan juga oleh kedudukan usaha di dalam industri tersebut, sehingga
181
usaha. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pearce dan Robinson (1997),
industri penelitian ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
Kekuatan tawar menawar pembeli dari produk keripik pisang ini dapat
dikatakan cukup kuat, hal ini disebabkan beberapa hal yaitu: (1) Pembeli
cenderung membeli dalam jumlah yang kecil, (2) Pembeli produk keripik pisang
belum mempunyai informasi yang lengkap dan terperinci tentang produk dan
pasarnya dan (3) Pembeli mudah pindah ke produk lain sejenis. Kekuatan tawar
tersebut.
Produk keripik pisang yang diproduksi oleh usaha kecil ini, selama ini
Untuk menghadapi kekuatan tawar menawar pembeli dari produk keripik pisang
ini dapat dikatakan cukup kuat, pihak pengusaha keripik pisang dan koperasi
keripik pisang yang dihasilkan selain itu juga harus menjaga kontinuitasnya.
Usaha kecil keripik pisang koperasi BMT perumahan BSI Kota Bogor
membeli bahan baku berupa pisang dari petani-petani pisang di sekitar Bogor,
memperoleh bahan baku, usaha ini cukup mengalami kesulitan karena bahan baku
keripik pisang ini cenderung bergantung hanya pada beberapa pemasok. Artinya,
jika bahan baku yang dibeli dari satu pemasok kurang memenuhi standar, baik dari
segi harga, kualitas, maupun kuantitas, maka usaha ini tidak dapat membelinya
dari pemasok lain. Terkait dengan pemasok lain, terdapat pemasok bahan baku di
luar wilayah Bogor yaitu seperti di Cianjur dan Lampung, Namun bahan baku dari
pemasok di luar wilayah Bogor tersebut baru dapat diakses jika jumlah yang
diminta dalam jumlah besar karena jika hanya dalam jumlah kecil akan
menyebabkan biaya yang jauh lebih besar bagi usaha kecil keripik pisang. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa usaha kecil keripik pisang ini cukup mengalami
yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri. Faktor
harga dan kualitas akan menentukan intensitas tekanan dari produk pengganti.
lebih murah dan biaya konsumen untuk beralih ke produk pun rendah.
produk pengganti adalah berbagai jenis keripik, misalnya keripik nangka, keripik
apel, keripik singkong, keripik bayam dan lain-lain. Tingginya barang substitusi
dari keripik pisang memberikan ancaman bagi usaha untuk menguasai pasar dengan
dalam menarik pasar, konsumen bebas memilih produk makanan ringan yang
memiliki nilai gizi tinggi dan cita rasa yang enak dapat bersaing dengan produk
Persaingan diantara pesaing produk keripik pisang cukup ketat. Hal ini
dapat dilihat dari persaingan harga oleh masing-masing usaha. Persaingan harga
yang ditetapkan oleh masing-masing usaha dengan berbagai merek dagang yang
Tabel 17. Daftar Harga Produk Keripik Pisang Berbagai Merek Dagang di
Kota Bogor
Merk Dagang Harga (Rp/200 gr)
Cap Pohon Kelapa 5.000
Diva Keripik Pisang 6.500
Eka Sari 4.500
Indo Sari 8.500
Sumber: Swalayan Ngesti dan Swalayan Greenmart ( Data Tanggal 20-25 Januari,
2009 )
masing usaha dipengaruhi biaya produksi dan biaya promosi yang dilakukannya.
Meskipun usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” belum banyak melakukan
promosi sudah menetapkan harga yang relatif tinggi, dikarenakan usaha tersebut
usaha ini menggunakan mentega yang harganya cukup tinggi serta minyak
persaingan yang akan dihadapi oleh suatu usaha dalam industri tersebut. Jika
semakin banyak pendatang baru yang memasuki wilayah industri maka akan
menimbulkan sejumlah implikasi bagi usaha yang ada, misalnya terjadi perebutan
pangsa pasar yang ada dan perebutan sumberdaya produksi yang terbatas.
rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah
ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Untuk memulai usaha keripik
pisang ini tidak membutuhkan investasi yang besar. Hal ini menyebabkan
mudahnya para pendatang baru untuk masuk ke dalam usaha ini. Pada usaha kecil
keripik pisang “Kondang Jaya”, pemiliki dapat memulai usahanya hanya dengan
kelemahan, peluang dan ancaman dari analisis yang telah dilakukan. Hasil ini
matriks IFE dan EFE. Nilai yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE diplotkan ke
matriks IE sehingga dapat terlihat peta posisi usaha kecil keripik pisang “Kondang
Jaya” pada matriks tersebut. Selanjutnya hasil analisis ini juga digunakan untuk
kelemahan (weaknesses) dari usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Aspek-
aspek yang terdapat dalam identifikasi kedua faktor tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut :
usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan
pengembangan usaha kecil keripik pisang ini, faktor-faktor itu terdiri dari :
186
pemilik dengan pekerja cenderung ke arah hubungan yang bersifat informal. Para
Terkait dengan modal, selama ini usaha keripik pisang ini memperoleh
modal dari koperasi BMT Al-Ikhlaash. Dengan kondisi skala usaha yang masih
relatif kecil, modal yang diberikan koperasi hingga saat ini masih dirasa cukup
untuk menjalankan usaha yang ada. Bahkan untuk pengembangan usaha keripik
pisang ini, koperasi juga akan terus menyediakan sejumlah modal dibutuhkan,
sehingga dari sisi ketersediaan modal usaha keripik pisang ini relatif cukup
terjamin.
Usaha kecil ini hanya memproduksi keripik pisang dengan merek dagang
usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Produk yang dihasilkan berukuran
200 gr dengan rasa alami pisang. Rasa alami dari produk keripik pisang ini, berasal
dari rasa pisang yang telah di sortasi secara teliti oleh pemilik. Kebersihan dalam
proses produksi yang terjamin dengan baik, membuat tingginya kualitas rasa dan
gizi yang terkandung dalam keripik pisang. Keripik pisang memiliki daya tahan
produk yang lama yaitu kurang lebih satu bulan. Kualitas produk yang cukup
187
baik, rasa yang enak, kandungan gizi yang tinggi, tidak menggunakan bahan
kimia dan daya tahan produk yang lama merupakan kekuatan bagi usaha ini untuk
oleh usaha ini. Kualitas produk yang baik tercermin dari rasa yang terbentuk tanpa
bahan pengawet dan penyedap buatan, warna yang dihasilkan alami warna pisang,
bukan pewarna buatan, sehingga produk keripik pisang ini cenderung memiliki
kandungan gizi yang baik dan penampilan yang menarik. Bentuk produk keripik
Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” memiliki letak yang cukup
stategis. Usaha ini terletak di pusat Kota Bogor yaitu sekitar 6 kilometer dari
terminal Baranangsiang Kota Bogor. Akses dengan jalan raya yang cukup dekat
ini didukung dengan fasilitas yang ada seperti jalan beraspal, listrik, telepon, dan
188
PDAM. Lokasi usaha yang terletak dekat dengan pusat Kota Bogor memudahkan
usaha kecil keripik pisang ini dalam hal pemasaran. Masyarakat Kota Bogor,
umumnya belum cukup mengenal produk ini karena daya jangkau jaringan
pemasaran produk keripik pisang ini masih cenderung rendah. Letak usaha yang
strategi menjadi modal dasar yang baik bagi pemilik untuk mengembangkan
terdiri dari :
Manajemen keuangan dari usaha ini belum tertata dengan baik, sehingga
keuangan usaha keripik pisang dengan keuangan rumah tangga pemilik tidak
dapat dibedakan. Selain itu pencatatan keuangan yang biasanya dilakukan hanya
mengandung komponen besarnya jumlah produksi yang dihasilkan per satu kali
biaya yang dikeluarkan. Sehingga tidak terdapat catatan yang jelas mengenai
Pada usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” harga yang ditawarkan
cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga produk keripik pisang lainnya.
Harga jual yang ditetapkan oleh pemilik usaha keripik pisang merupakan harga
distributor, sehingga harga keripik pisang untuk konsumen dapat berbeda di tiap
penjualan produk keripik pisang dari usaha kecil ini harga yang diterima
di perumahan BSI seharga Rp 7.500. Harga produk keripik pisang tersebut relatif
lebih mahal jika dibandingkan dengan harga produk keripik pisang usaha lain.
Harga yang cukup tinggi menjadi salah satu kelemahan bagi keberlangsungan
usaha ini.
Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” belum memilki
sertifikat halal dan juga izin dari Departemen Kesehatan. Saat ini konsumen
mengembangkan usahanya keripik pisang ini harus memilki sertifikat halal dan
juga izin dari Departemen Kesehatan. Namun hal tersebut belum terwujud, hal ini
190
dikarenakan biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan sertifikat halal dan juga
izin dari Departemen Kesehatan cukup besar dan memberatkan bagi pemilik usaha
digunakan dalam usaha ini berupa alat press untuk mengikat kemasan keripik
pisang, sedangkan untuk memotong pisang dilakukan dengan alat tradisional yang
biasanya dipakai oleh rumah tangga, sehingga proses produksi keripik pisang
menggunakan plastik. Plastik yang digunakan berukuran cukup besar yaitu ½ kg.
produk yang dihasiklan berukuran 200 gram. Dalam kemasan produk keripik
kemasan hanya tercantum merek dagang usaha kecil keripik pisang “Kondang
Jaya”, alamat dari koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan BSI Kota Bogor dan
secara keseluruhan kemasan keripik pisang tersebut tanpak kurang menarik bagi
Bogor, usaha kecil keripik pisang selain mendapat bantuan modal bagi usahanya
keripik pisang menjual semua produk yang dihasilkannya kepada Koperasi BMT
sekitar Kota Bogor. Daerah yang menjadi sasaran pemasaran relatif masih kecil
yaitu baru mencapai daerah sekitar Kota Bogor. Tempat pemasaran diantaranya
Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di
masjid Al-Ghifary.
Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” hingga saat ini belum
melalukan kegiatan promosi, layaknya sebuah usaha. Promosi yang bersifat lokal
hanya dilakukan oleh koperasi BMT Al-Ikhlaash sebagai pemasar yaitu melalui
pengembangan usahanya, usaha kecil keripik pisang ini harus mulai memikirkan
masyarakat.
dengan rasa yang ditawarkan dengan rasa pisang alami dan asin. Rasa yang
dihasilkan dari rasa alami keripik pisang dan tambahan garam. Hingga saat ini
belum terdapat inovasi produk baik dai sisi rasa maupun bentuk. Rasa yang
dihasilkan hanya rasa asin. Usaha ini belum mampu menghasilkan keripik pisang
dengan rasa yang beragam seperti rasa manis, keju atupun rasa lain yang digemari
konsumennya.
192
atas saling berinteraksi dalam pengembang usaha kecil keripik pisang Koperasi
BMT Al-Ikhlaash. Secara keseluruhan aspek pada faktor kekuatan dan kelemahan
Tabel 18. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang
Jaya”
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
Sumberdaya Keharmonisan hubungan
Manusia antar pemilik dan pekerja
aspek pada faktor peluang dan Ancaman tersebut dapat dapat dijabarkan sebagai
berikut :
7.2.1. Peluang
pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Potensi tersebut harus
193
dari:
untuk industri kecil juga merupakan peluang bagi industri kecil untuk
meningkatkan modal kerja. Modal kerja yang selama ini menjadi masalah klasik
contohnya kredit yang ditawarkan oleh BNI (Bank Negara Indonesia) yaitu BNI
Jawa Barat. Pada tahun 2008 penyaluran kredit UMKM di provinsi tersebut
ditingkatkan dari Rp 1,6 Miliar menjadi 1,8 Miliar. Bank BRI juga mempunyai
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat dinikmati oleh perusahaan kecil. Selain
itu pemerintah juga memberikan berbagai macam kredit untuk usaha kecil KUK
seperti (Kredit Usaha Kecil) serta Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yang
bagi bank umum, sehingga saat ini banyak bank umum yang membuka divisi
adanya dukungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan Dinas Perindustrian dan
Kota Bogor yang salah satunya dicapai melalui pemberian kredit, maka sudah
sewajarnya UMKM di Kota Bogor seperti usaha kecil keripik pisang dapat lebih
berkembang.
b. Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata dan merupakan wilayah transit,
mampu membangkitkan sektor industri makanan
Kota Bogor merupakan salah satu tujuan wisata bagi masyarakat yang
kunjungi di Kota Bogor antara lain Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, The Jungle
Bogor. Selain itu, Kota Bogor sebagai wilayah yang dilalui oleh jalur puncak
menjadi salah satu pasar potensial bagi para pengusaha. Karena semakin ramainya
dapat dilihat saat ini berkembang banyak toko-toko kue dan minimarket.
sekitar 105 toko-toko kue dan minimarket yang menawarkan berbagai macam
makanan ringan. Hal ini juga menjadi peluang bagi pengembangan usaha kecil
7.2.2. Ancaman
Faktor ini merupakan bagian dari faktor eksternal, faktor tersebut dianggap
sebagai ancaman yang bisa menjadi hambatan dalam pengembangan usaha kecil
195
diusahakan upaya penanggulannya secara baik agar dapat mencapai tujuan yang
disebabkan (1) Pembeli produk keripik pisang cenderung membeli dalam jumlah
yang relatif kecil, (2) Pembeli produk keripik pisang belum mempunyai informasi
yang lengkap dan terperinci tentang produk dan pasarnya (3) Menghadapi biaya
pengalihan yang relatif kecil. Kekuatan tawar menawar pembeli relatif besar
keripik pisang mudah pindah ke produk lain yang sejenis, karena biaya
yang cukup kuat. Bahan baku berupa pisang kepok Banggala tidak mudah didapat
di pasaran. Sumber bahan baku pisang ini masih cukup sulit diperoleh di sekitar
wilayah Bogor, yaitu hanya ada di beberapa wilayah seperti daerah Parung Aleng,
hanya pada beberapa pemasok. Artinya, jika bahan baku yang dibeli dari satu
pemasok kurang memenuhi standar, baik dari segi harga, kualitas, maupun
kuantitas, maka usaha ini tidak dapat membelinya dari pemasok lain.
Oleh karena itu, dalam industri keripik pisang ini cukup mengalami
kesulitan untuk mendapat bahan baku pisang. Adanya pasokan bahan baku yang
196
relatif tidak kontinu dari pemasok akan mengancam kelangsungan produksi keripik
berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik, jika pasaran produk keripik pisang
sudah luas maka untuk ke depannya pemilik akan membuka jaringan bahan baku
sampai ke wilayah Cianjur dan Lampung yang hanya dapat diakses dengan
produk substitusi adalah berbagai jenis keripik lainnya, misalnya keripik nangka,
keripik apel, keripik singkong, keripik bayam dan lain-lain. Tingginya barang
ketika harga produk pengganti relatif lebih terjangkau dan biaya konsumen untuk
bagi perkembangan usaha kecil keripik pisang ini. Selain mendapat hambatan dari
berbagai jenis keripik lain, usaha kecil keripik pisang ini juga mendapatkan
persaingan dari usaha keripik pisang lainnya. Di wilayah sekitar Bogor, terdapat
cukup banyak produsen keripik pisang dengan berbagai merek diantaranya keripik
pisang dengan merek dagang Cap Pohon Kelapa, Diva Keripik Pisang, Eka Sari
dan Indo Sari. Bentuk produk-produk tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.
197
Gambar 12. Produk Keripik Pisang berbagai Merek Dagang Di Kota Bogor
meningkatkan pangsa pasar. Hal itu, sudah dilakukan oleh beberapa usaha yang
cenderung masih minim, karena hingga saat ini usaha ini hanya melakukan
promosi yang bersifat lokal yang hanya dilakukan oleh koperasi BMT Al-
anggota koperasi baik pengajian kaum bapak maupun Kaum Ibu Darmawanita,
rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah
198
ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Memulai usaha keripik pisang
ini membutuhkan investasi yang tidak terlalu besar, sehingga tidak memberi
hambatan bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri keripik pisang.
Biaya investasi untuk mendapatkan formula keripik pisang yang layak konsumsi
relatif murah. Hal ini menyebabkan mudahnya pendatang baru memasuki industri
keripik pisang. Berdasarkan hal tersebut, hal wajar yang dibutuhkan oleh usaha
kecil keripik pisang ini adalah berkreativitas dalam meningkatkan mutu dan
Jaya”. Secara keseluruhan aspek pada faktor peluang dan ancaman dapat disajikan
Tabel 19. Peluang dan Ancaman Usaha Keripik Pisang “Kondang Jaya”
Faktor Peluang Ancaman
Eksternal
Demografi
Ekonomi Adanya kredit bagi usaha
kecil
Kota Bogor sebagai daerah Harga bahan baku yang
tujuan wisata wilayah transit semakin meningkat
menuju kota/kabupaten lain,
mampu membangkitkan
sektor industri makanan
Kekuatan tawar Bargaining position pembeli
menawar pembeli kuat
Kekuatan tawar Pasokan bahan baku
menawar pisang jenis kepok banggala
pemasok relatif tidak kontinu
Ancaman produk Barang subtitusi tinggi
pengganti
Persaingan Jaringan pemasaran pesaing
diantara pesaing lebih luas
yang ada
199
maka disusunlah matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE
Matriks IFE diperoleh dari hasil analisis lingkungan internal usaha kecil
internal usaha kecil keripik pisang berupa kekuatan dan kelemahan. Kemudian
masing faktor kunci internal usaha kecil keripik pisang. Langkah selanjutnya
Tabel 20. Matriks IFE Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya”
Total
No Faktor-Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
Keharmonisan hubungan antar pemilik dan
1 pekerja 0,061 3 0,182
2 Kondisi modal yang relatif tercukupi 0,075 2 0,151
3 Kualitas produk 0,087 4 0,348
4 Letak usaha yang strategis 0,095 3 0,286
Kelemahan
5 Keterbatasan dalam pencatatan keuangan 0,066 3 0,199
6 Harga relatif mahal 0,070 2 0,139
Belum memiliki sertifikat halal dan izin
7 Depkes 0,072 3 0,217
8 Penggunaan alat produksi yang relatif masih 0,108 2 0,215
200
sederhana
9 Kemasan produk yang relatif sederhana 0,102 2 0,153
10 Daerah pemasaran masih terbatas 0,061 1 0,061
11 Kegiatan Promosi produk 0,095 1 0,095
12 Inovasi produk 0,108 1 0,108
1,000 2,154
Sumber : Hasil Analisis (Diolah)
Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa faktor kunci internal yang mempunyai
skor kekuatan tertinggi adalah kualitas produk keripik pisang. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai bobot sebesar 0,087 dengan rating 4 dan skor sebesar 0,348. Faktor
kunci ini merupakan peluang utama bagi usaha kecil keripik pisang ini karena
usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, matriks IFE juga menunjukkan
berbagai kelemahan yang selama ini dimiliki usaha kecil keripik pisang ini. Faktor
kunci internal yang menjadi kelemahan terbesar usaha ini adalah daerah
pemasaran produk keripik pisang, yang memiliki bobot 0,061 dengan rating 1
Hasil analisis matriks IFE pada usaha kecil keripik pisang ini yang
meliputi seluruh faktor kunci internal (kekuatan dan kelemahan) adalah nilai skor
sebesar 2,154. Total nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha kecil keripik pisang
ini berada pada level rata-rata di dalam kekuatan internal seluruhnya, sehingga
usaha ini dituntut lebih optimal dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki serta
peluang dan ancaman yang dihadapi usaha kecil keripik pisang pada kondisi
201
aktual saat ini. usaha kecil keripik pisang ini dapat memanfaatkan peluang dan
usahanya. Peluang dan ancaman yang dihadapi usaha kecil keripik pisang
Tabel 21. Matriks EFE Usaha Kecil Keripik Psang “Kondang Jaya”
No Faktor-Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Total Skor
Peluang
1 Adanya kredit bagi usaha kecil 0,118 3 0,353
Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata
2 wilayah transit, mampu membangkitkan 0,159 3 0,478
sektor industri makanan
Ancaman
3 Harga bahan baku yang semakin meningkat 0,104 1 0,104
4 Bargaining position pembeli kuat 0,127 2 0,253
Pasokan bahan baku pisang jenis
0,125 2 0,249
5 kepok banggala relatif tidak kontinu
6 Barang subtitusi tinggi 0,105 1 0,105
7 Jaringan pemasaran pesaing lebih luas 0,097 2 0,194
Tidak ada hambatan bagi pendatang baru
0,166 2 0,332
8 untuk memasuki industri
1,000 2,068
Sumber : Hasil Analisis (Diolah)
memberikan peluang terbesar bagi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”,
adalah Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit, mampu
terbesar yang dimiliki faktor kunci eksternal ini, yaitu sebesar 0,159 dengan rating
sebesar 3 dan Total Skor sebesar 0,478. Kota Bogor sebagai wilayah hinterland
berkembang.
kecil keripik pisang adalah harga bahan baku yang semakin meningkat. Hal ini
202
ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,104 dengan rating 1 dan skor sebesar 0,104.
Kondisi ini menunjukkan bahwa harga bahan baku yang semakin meningkat
memiliki pengaruh yang signifikan dalam biaya operasional usaha ini. Biaya
ditawarkan usaha ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk pesaing,
tersebut harus ditanggapi dengan bijak oleh pemilik usaha kecil keripik pisang
ini, sehingga kelangsungan hidup usaha terjamin. Sejauh ini respon usaha kecil
keripik pisang terhadap ancaman ini berada pada tingkatan dibawah rata-rata, hal
Hasil analisis matriks EFE pada usaha kecil keripik pisang “Kondang
Jaya” yang meliputi seluruh faktor kunci eksternal (peluang dan ancaman) adalah
nilai skor sebesar 2,068. Total nilai tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
berada pada level menengah dalam usahanya untuk menjalankan strategi yang
Hasil yang diperoleh dari matriks IFE dan matriks EFE, maka dapat
digunakan untuk mengetahui posisi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”
binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash saat ini. Matriks IE didasarkan pada nilai
tertimbang yang diperoleh pada matriks EFE dan IFE. Nilai tertimbang IFE
sebesar 2.154 yang menggambarkan perusahaan berada pada kondisi internal rata-
rata, tidak terlalu kuat dan tidah terlalu lemah. Nilai tertimbang EFE sebesar 2.068
203
menggambarkan respon yang diberikan oleh usaha kecil keripik pisang kepada
mengatasi ancaman. Matriks IE dari usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”
Jaya” berada pada sel V (Hold and Maintain). Sehingga strategi yang sebaiknya
diterapkan usaha tersebut pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih
besar dari produk yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih
dilakukan dengan menggunakan alat analisis SWOT, yang nantinya akan menjadi
204
penentu prioritas strategi. Formulasi strategi pada usaha kecil keripik pisang
Gambar 14. Analisis Matriks SWOT Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang
Jaya”
105
usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash,
yaitu Strategi S-O, Stategi W-O, Strategi S-T dan Strategi W-T.
STRATEGI SO
untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi S-0 bagi usaha kecil keripik
Produk usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” berasal dari bahan
baku alami, tanpa bahan pengawet dan tanpa ditambah pewarna buatan.
Mempertahankan kualitas produk dapat dilakukan oleh usaha kecil keripik pisang
ini dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki, sebagai salah satu contohnya
perusahaan tetap menggunakan bahan baku pisang kepok jenis Banggala dalam
keripik pisang ini harus dapat mempertahankan kualitas produk tersebut sehingga
bahwa harga yang ditetapkan pada prduk keripik pisang ini relatif tinggi, namun
dengan kualitas produk yang baik produk keripik pisang ”Kondang Jaya” ini
STRATEGI W-O
106
internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi W-0 bagi usaha kecil
Pemasaran produk keripik pisang “Kondang Jaya” yang ada saat ini masih
Perusahaan dapat mencoba mencari pasar baru seperti jalur puncak yang
banyak cafe-cafe, toko-toko makanan ringan dan mini market. Strategi ini
Pada strategi ini usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” diharapkan
dapat terus menjalin hubungan baik dengan konsumen, bahkan untuk kedepannya
diharapkan usaha ini dapat menjalin hubungan kepada Pemerintah Daerah Kota
yang baik akan membentuk citra yang baik pula bagi perusahaan, sehingga
pengembangan pasar dilakukan untuk merebut peluang pasar yang belum tergarap
pasar ditentukan seberapa besar usaha yang bersangkutan menguasai pasar yang
ada. Potensi yang dimiliki usaha kecil keripik pisang ini sangat mendukung untuk
secara lebih baik dan terarah. Dalam usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”,
107
kegiatan manajemen seluruhnya dilakukan oleh pemilik perusahaan, hal ini dapat
menyebabkan tidak tersusun dan hanya mengandalkan pada satu orang yaitu
pemilik usaha saja, sehingga dirasa perlu adanya upaya untuk meningkatkan
memberikan tugas dan fungsi yang jelas dan juga keteraturan dalam bagian
keuangan, dengan adanya perbaikan pada sistem manajemen ini diharapkan usaha
mengembangkan usahanya.
STRATEGI ST
untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi S-T bagi
pisang ini. Selama ini sulitnya bahan baku masih menjadi persoalan dalam usaha
keripik pisang ini, karena jenis pisang yang digunakan sebagai bahan baku cukup
langka. Selama ini bahan baku keripik pisang pada usaha kecil keripik pisang
Luewiliang, Parung Aleng, dan Kampung Pasir dan juga wilayah-wilayah di luar
Bogor seperti Cianjur dan Lampung. Bahan baku yang berasal dari luar wilayah
108
Bogor umumnya dapat diakses jika jumlah pembeliannya dalam jumlah besar.
Namun karena selama ini tingkat pembelian bahan baku relatif kecil jumlahnya,
maka pemilik usaha kecil keripik pisang ini hanya dapat mengandalkan bahan baku
yang bersumber dari daerah Bogor saja. Berdasarkan hal tersebut, maka hal yang
memperluas pasar produk keripik pisang terlebih dahulu. Saat pasar produk sudah
minyak (BBM) membuat usaha kecil keripik pisang ini harus melakukan
cenderung melakukan konversi bahan bakarnya dari minyak tanah kepada gas,
tidak terkecuali usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Untuk melindungi
Minyak dan Gas (Hiswana Migas) menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET),
secara resmi minyak tanah (mitan) di Bogor sebesar Rp 2.300,- per liter. Kebijakan
itu dilakukan guna menstabilkan harga eceran minyak tanah di sejumlah agen yang
Disperindag, agen, DPRD dan perwakilan konsumen di Kota Bogor. Usaha kecil
tersebut, agar efisiensi biaya produksi dalam proses produksi dan operasi dapat
STRATEGI W-T
109
yang dimiliki untuk menghindari ancaman lingkungan. Strategi W-T bagi usaha
mempunyai tujuan agar perusahaan yang ada di dalam suatu industri dapat
produk-produk yang ada. Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang ”Kondang
usaha ini hanya menghasilkan satu rasa keripik pisang yaitu rasa asin alami.
Padahal dalam proses produksi keripik pisang dapat dibuat inovasi produk keripik
dengan beraneka rasa yiatu rasa manis dengan rasa coklat, rasa asin dengan rasa
keju seperti yang dilakukan usaha keripik pisang Suseno di Bandar Lampung.
rasa dari produk keripik pisang yang dihasilkan usaha kecil keripik pisang ini.
kondisi kemasan yaitu kemasan harus didesain lebih menarik, misalnya dengan
memberi warna yang menarik pada kemasan. Selain itu upaya untuk memperoleh
sertifikasi halal dan izin Depkes harus terus dilakukan. Upaya ini diperlukan
yang dibelinya.
Process (AHP). yang memakai softvare Expert Choice 2000. Kriteria strategi
harus sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh usaha kecil keripik pisang
”Kondang Jaya” dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu, penentuan kriteria
Model hirarki usaha kecil keripik pisang koperasi ini terbagi menjadi tiga
level. Level pertama merupakan goal atau fokus dari hirarki yaitu stretegi utama
strategi yang terdiri dari beberapa kriteria strategi yaitu penetrasi pasar dan
Weakness, Opportunity, and Threat). Alternatif strategi yang terdapat pada level
111
tiga dapat menentukan prioritas strategi yang aapat diimplementasikan oleh usaha
Tingkat 1 :
Tujuan Strategi Pengembangan Usaha Kecil Keripik
Pisang “Kondang Jaya” Binaan Koperasi
BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor
Tingkat 2 :
Kriteria
Strategi
Penetrasi Pasar Pengembangan Produk
Keterangan :
dua kriteria strategi yang mendukung pengembangan usaha kecil keripik pisang
yang sesuai bagi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Penetapan prioritas
1. Penetrasi pasar
2. Pengembangan produk
menetapkan strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi usaha kecil keripik
utama dengan bobot sebesar 0,645. Kriteria tersebut ditentukan oleh usaha kecil
merupakan suatu hal yang penting dalam menjalankan sebuah usaha. Adanya
113
penetrasi pasar yang dilakukan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”
diharapkan mampu mencari pangsa pasar yang lebih besar melalui pemasaran
yang lebih gencar. Hasil perhitungan AHP dari hasil pengolahan horisontal
elemen kriteria strategi pengembangan usaha kecil keripik pisang koperasi BMT
penetrasi pasar dan pengembangan produk. Tingkat tiga dari hirarki keputusan
Strategi
Kriteria CR
SOI WOl W02 ST1 ST2 VVT1 WT2
Penetrasi Pasar 0.148 0.285 0.122 0.127 0.118 0.098 0.103 0.05
Pengembangan 0.206 0.141 0.128 0.131 0.126 0.127 0.141 0.01
Produk
Sumber : Hasil olahan, 2009
(WOI) dengan bobot 0,285. Jaringan pemasaran merupakan salah satu faktor
114
“Kondang Jaya”.
pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi
permintaan keripik pisang (S01) dengan bobot sebesar 0,148. Melalui penciptaan
konsumen dari berbagai kalangan. Berbagai prioritas yang ada pada kriteria
strategi penetrasi pasar dapat dilihat pada Tabel 23. Hasil pengolahan AHP
produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi
untuk memenuhi permintaan keripik pisang (SOI) dengan bobot 0,206. Mutu
produk keripik pisang merupakan hal dasar bagi konsumen dalam memilih produk
dengan bobot sebesar 0,141 dan juga Memperbaiki bentuk kemasan serta
produk dengan bobot yang sama yaitu 0,141. Melalui pengembangan jaringan
dalam kriteria pengembangan produk dapat dilihat pada Tabel 23, dan hasil
menyeluruh setiap elemen pada tingkat tertentu terhadap fokus utama hirarki.
melihat prioritas secara menyeluruh setiap elemen pada tingkat dua terhadap
sasaran utama (fokus) hirarki yaitu strategi pengembangan usaha kecil keripik
pasar dengan bobot sebesar 0,645. Prioritas kedua adalah pengembangan produk
yang memiliki bobot sebesar 0,355. Lebih jelas hasil olahan AHP dapat dilihat
pada Lampiran 6.
116
tingkat tiga terhadap sasaran utama (fokus) hirarki yang terdapat pada tingkat
satu.
merupakan salah satu langkah penting dalam mengembangkan usaha kecil keripik
kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi
tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang (S01) dengan bobot sebesar
memperoleh laba lebih besar dan keberlanjutan usaha terjamin. Hasil pengolahan
AHP kriteria starategi pengembangan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”
DAFTAR PUSTAKA
Astono, Yuli Widy. 2004. Strategi Pengembangan Bisnis Jagung Manis (zea mays
saccharata, Sturth) pada CV. Bintang Tani, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Elvas. 2004. Peramalan Penjualan Keripik Pisang dan Nangka pada PD Andalas
Mekar Sentosa di Lampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ginardi, Eko Gerry. 2002. Strategi Pengembangan Komoditas Teh di PTPN VIII
Goalpara Sukabumi. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Iriani, Cicin Ruli. 2004. Strategi Pengembangan Bisnis Teh, Studi Kasus di
Perkebunan Gedeh PTPN VIII, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi.
Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
118
Pearce, I.I. dan R.B. Robinson, Jr. 1997. Strategic Management, Formulation,
Implementation, and Control. 6th Ed. Irwin Times Mirror Higher
Education Group, Inc. Chicago.
Sinurat, Bari. 2004. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Sari Buah mengkudu
(Morinda Citrifolia L) pada CV Morinda House, Bogor. Skripsi. Program
Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Lampiran 1.
Kuesioner SWOT
N
Naam
maa IInnffoorrm
maann ::
JJeenniiss PPeekkeerrjjaaaann ::
JJaabbaattaann ::
TTaannggggaall PPeennggiissiiaann ::
TTaannddaa TTaannggaann ::
Petunjuk Pengisian :
1. Berikan tanda (v) pada kolom Kekuatan pada Tabel 1 berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi kekuatan dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik
Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor).
2. Berikan tanda (v) pada kolom Kelemahan dari Tabel 1 berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi kelemahan dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik
Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor).
Responden
__________
(Tulis nama)
122
Petunjuk Pengisian :
1. Berikan tanda (v) pada kolom Peluang pada Tabel 2 berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi peluang Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang
(Studi Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah,
Kota Bogor)
2. Berikan tanda (v) pada kolom Ancaman dari Tabel 2 berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi ancaman dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik
Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang
Indah, Kota Bogor)
________
(Tulis nama)
123
Petunjuk Umum :
1. Dalam pengisian kuesioner ini, responden diharapkan melakukan secara langsung
(tidak menunda) untuk menghindari terjadinya inkonsistensi jawaban.
2. Penetuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor internal, baik faktor
kekuatan dan kelemahan harus konsisten dengan tabel sebelumnya (Tabel 1).
Tujuan :
Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-
masing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor internal ini terdiri dari
faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang mungkin dapat
diatasi dalam upaya Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus :
Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai pada seberapa besar pengaruh faktor kekuatan yang dapat
dimanfaatkan dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus
: Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
2. Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan
dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi
BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor) (Tabel 3)
berikut ini dengan menggunakan tanda (v) pada pilihan Bapak/Ibu.
3. Penentuan nilai rating berdasar pada keterangan berikut :
Petunjuk Umum :
1. Dalam pengisian kuesioner ini, responden diharapkan melakukan secara langsung
(tidak menunda) untuk menghindari terjadinya inkonsistensi jawaban.
2. Penetuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor internal, baik faktor
peluang dan ancaman harus konsisten dengan tabel sebelumnya (Tabel 1).
Tujuan :
Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-
masing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor internal ini terdiri dari
faktor peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang mungkin dapat
dihindari dalam upaya Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus :
Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai pada seberapa besar pengaruh faktor peluang yang dapat
dimanfaatkan dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus
: Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
2. Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor peluang dan ancaman
dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi
BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor) (Tabel 3)
berikut ini dengan menggunakan tanda (v) pada pilihan Bapak/Ibu.
3. Penentuan nilai rating berdasar pada keterangan berikut :
Identitas
Kepentingan
4 Jika faktor tersebut berpengaruh sangat baik/ Respon sangat baik
3 Jika faktor tersebut berpengaruh baik/Respon baik
2 Jika faktor tersebut berpengaruh sedang/Respon Umum
1 Jika faktor tersebut kurang berpengaruh /berpengaruh buruk
*) Nilai untuk faktor-faktor peluang
**) Nilai untuk faktor-faktor ancaman
126
Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua
faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap Strategi
Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash
Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Contoh,
”Hubunga antara pemilik usaha keripik pisang dengan anggota koperasi”
(Point 1 pada baris/horizontal) kurang penting dari faktor ” Keuletan pemilik
dalam mengelola perusahaan” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai kolom
1 = 1.
” Hubunga antara pemilik usaha keripik pisang dengan anggota koperasi”
(Point 1 pada baris/horizontal) sama pentingnya dengan faktor ” Keuletan
pemilik dalam mengelola perusahaan” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai
kolom 1 = 2.
” Hubunga antara pemilik usaha keripik pisang dengan anggota koperasi”
(Point 1 pada baris/horizontal) lebih penting dari faktor ” Keuletan pemilik
dalam mengelola perusahaan” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai kolom
1=3
128
Catatan.
Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk faktor Internal yang Akan diisi Oleh Bapak/Ibu
Responden Ada Pada Halaman Berikutnya.
.
Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara
dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap
Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT
Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala
yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Contoh,
”Permintaan masyarakat terhadap keripik pisang” (Point 1 pada
baris/horizontal) kurang penting dari faktor ” Adanya kredit bagi usaha
kecil” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai kolom 1 = 1.
”Permintaan masyarakat terhadap keripik pisang” (Point 1 pada
baris/horizontal) sama pentingnya dengan faktor ” Adanya kredit bagi
usaha kecil” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai kolom 1 = 2.
”Permintaan masyarakat terhadap keripik pisang” (Point 1 pada
baris/horizontal) lebih penting dari faktor ” Adanya kredit bagi usaha
kecil” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai kolom 1 = 3
Catatan.
130
Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk faktor Eksternal yang Akan diisi Oleh
Bapak/Ibu Responden Ada Pada Halaman Berikutnya.