Anda di halaman 1dari 147

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

KECIL KERIPIK PISANG “KONDANG JAYA” BINAAN


KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR

Oleh:
Faisal Onassis Siregar
A14105670

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
86

RINGKASAN

FAISAL ONASSIS SIREGAR. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Kecil


Keripik Pisang “Kondang Jaya” Binaan Koperasi Bmt Al-Ikhlaash Kota
Bogor. Skripsi. Program Ekstensi, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG
NURHAYATI)

Sektor UMKM mempunyai peranan yang strategis dalam menopang


perekonomian Jawa Barat. Selain karena jumlahnya yang cukup banyak,
mencapai tujuh juta pelaku UMKM, sektor ini juga memberikan kontribusi lebih
dari 60 persen terhadap pembentukan PDRB Jawa Barat. Kontribusi yang besar
menyebabkan sektor ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Berdasarkan hal tersebut perkembangan UMKM memiliki prospek yang baik
untuk ditingkatkan. Saat ini banyak berkembang usaha mikro, terutama yang
terkait dengan usaha boga karena dianggap mudah untuk memulai usahanya dan
tentu semua orang membutuhkan makanan dan minuman. Dewasa ini salah satu
jenis produk yang banyak dikembangkan oleh usaha kecil adalah makanan ringan.
Salah satu alternatif pengembangan produk makanan ringan yang cenderung
praktis. Permintaan terhadap makanan ringan mulai meningkat hal ini dapat
dilihat dari banyaknya produk-produk makanan instan yang bervariasi dan
beragam kandungan suplemennya banyak dibutuhkan konsumen.
Produk makanan ringan dalam perkembangannya dapat diproduksi dari
berbagai macam bahan baku diantaranya dengan bahan baku pisang, yaitu untuk
pembuatan keripik pisang. Dalam masayarakat Indonesia pisang dikenal sebagai
komoditas agribisnis yang memiliki manfaat ekonomis yang luas dan strategis,
sekaligus berkaitan erat dengan pembangunan subsistem agribisnis hilir. Makanan
ringan dari pisang sangat populer bagi masyarakat di perkotaan maupun pedesaan.
Di Kota Bogor industri pengolahan makanan ringan saat ini banyak
dikembangkan dalam bentuk usaha kecil. Salah satu pelaku bisnis yang
memproduksi makanan ringan adalah usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”
yang merupakan binaan Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Perumahan
Baranangsiang Indah (BSI) Kota Bogor.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mengidentifikasi internal dan
eksternal apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang
”Kondang Jaya”. (2) Merumuskan alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan
pada usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” sesuai dengan kondisi
lingkungan usahanya. (3) Mengidentifikasi strategi yang harus diprioritaskan
dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”.
Pengolahan data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data di lapang
(pengumpulan data primer). Analisis penelitian ini meliputi analisis terhadap
faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap penyusunan
strategi pengembangan unit usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Dalam
menganalisis faktor lingkungan internal dilakukan analisis IFE. Sedangkan dalam
menganalisis faktor lingkungan eksternal dilakukan EFE dari faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”
87

Selanjutnya akan dilakukan analisis SWOT kemudian pemilihan alternatif strategi


dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor internal dalam pengembangan
usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, maka diketahui bahwa faktor kunci
internal yang mempunyai skor kekuatan tertinggi adalah kualitas produk keripik
pisang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,087 dengan rating 4 dan
skor sebesar 0,348. Faktor kunci ini merupakan peluang utama bagi usaha kecil
keripik pisang ini karena kualitas produk keripik pisang memiliki tingkat
kepentingan terbesar bagi pengembangan usahanya ke depan. Selain identifikasi
terhadap kekuatan internal usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, matriks
IFE juga menunjukkan berbagai kelemahan yang selama ini dimiliki usaha kecil
keripik pisang ini. Faktor kunci internal yang menjadi kelemahan terbesar usaha
ini adalah daerah pemasaran produk keripik pisang, yang memiliki bobot 0,061
dengan rating 1 sehingga skornya adalah 0,061.
Berdasarkan indentifikasi hasil analisis terhadap faktor eksternal dalam
pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, maka diketahui
bahwa faktor kunci eksternal yang memberikan peluang terbesar bagi usaha kecil
keripik pisang “Kondang Jaya”, adalah Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata
wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan. Hal ini
ditunjukkan oleh bobot terbesar yang dimiliki faktor kunci eksternal ini, yaitu
sebesar 0,159 dengan rating sebesar 3 dan Total Skor sebesar 0,478.
Faktor kunci eksternal yang memberikan ancaman terbesar bagi usaha
kecil keripik pisang adalah harga bahan baku yang semakin meningkat. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,104 dengan rating 1 dan skor sebesar
0,104. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga bahan baku yang semakin
meningkat memiliki pengaruh yang signifikan dalam biaya operasional usaha ini.
Biaya operasional yang meningkat, menyebabkan harga produk keripik pisang
yang ditawarkan usaha ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk
pesaing, dan sekaligus memberikan ancaman bagi keberlangsungan usaha.
Hasil analisis matriks IFE memiliki nilai tertimbang sebesar 2,154 yang
menggambarkan perusahaan berada pada kondisi internal rata-rata, tidak terlalu
kuat dan tidah terlalu lemah. Hasil analisis matriks memiliki nilai tertimbang
sebesar 2,068 menggambarkan respon yang diberikan oleh usaha kecil keripik
pisang ”Kondang Jaya” kepada lingkungan eksternalnya tergolong sedang dalam
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman.
Berdasarkan hasil tersebut, usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”
berada pada sel V (Hold and Maintain). Sehingga strategi yang sebaiknya
diterapkan usaha kecil tersebut pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih
besar dari produk yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih
gencar. Pengembangan produk yaitu mencoba meningkatkan penjualan dengan
memperbaiki produk yang sudah ada atau mengembangkan yang baru.
Berdasarkan hasil penggabungan matriks IFE dan EFE dalam matriks
SWOT dalam pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”
menghasilkan beberapa alternatif strategi yaitu sebagai berikut: (1)
Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami,
bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang; (2)
Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran; (3) Memperbaiki sistem
88

manaemen usaha; (4) Mengupayakan ketersediaan bahan baku utama secara


kontinu; (5) Melakukan efisiensi biaya produksi; (6) Melakukan mengembangan
atau diversifikasi produk untuk menghadapi barang subtitusi yang tinggi (7)
Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan izin
Depkes untuk Meningkatkan image produk.
Berdasarkan hasil pengolahan AHP diperoleh prioritas alternatif strategi
pengembangan bisnis secara berturut-turut adalah (1) Meningkatkan dan
memperkuat jaringan pemasaran; (2) Mempertahankan kualitas produk keripik
pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi
permintaan keripik pisang; (3) Mengupayakan ketersediaan bahan baku utama
secara kontinu; (4) Memperbaiki sistem manaemen usaha; (5) Melakukan efisiensi
biaya produksi; (6) Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi
halal dan izin Depkes untuk Meningkatkan image produk; (7) Melakukan
mengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi barang subtitusi yang
tinggi.
89

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG


BERJUDUL” ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL
KERIPIK PISANG “KONDANG JAYA” BINAAN KOPERASI BMT AL-
IKHLAASH KOTA BOGOR” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA
PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK
TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA
SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG
PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI
SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH SEBAGAI
KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
MANAPUN.

Bogor, Januari 2010

Faisal Onassis Siregar


A14105670
90

Judul : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Kecil


Keripik Pisang “Kondang Jaya” Binaan Koperasi
Bmt Al-Ikhlaash Kota Bogor.
Nama : Faisal Onassis Siregar
NRP : A14105670

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Popong Nurhayati, MM


NIP. 19670211 1992032002

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr


NIP. 19571222 1982031002

Tanggal Lulus :
91

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian

yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang

“Kondang Jaya” Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor”. Penelitian

ini Merupakan Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Program Sarjana Ekstensi

Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyusunan penelitian ini Penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan serta pengetahuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan dan bantuan yang

telah diberikan dalam penyelesaian penelitian ini. Besar harapan Penulis agar

tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2010

Faisal Onassis Siregar


92

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Huraba, Padang Sidimpuan, Tapanuli Selatan,


Sumatera Utara pada tanggal 12 Desember 1982. Penulis merupakan anak kedua
dari empat bersaudara dari pasangan Syamsir Siregar dan Salmawati Harahap.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Impres 145589
Huraba tahun 1995, SMPN 4 Padang Sidimpuan tahun 1997, dan SMUN 1
Padang Sidimpuan Tapanuli Selatan Sumatera Utara tahun 2001. Pada tahun yang
sama penulis diterima di Program Diploma Teknologi Industri Kayu, Departemen
Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun
2006, Penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Setelah lulus Program
Diloma, penulis bekerja di PT. Astra Credit Company (ACC) selama tiga tahun,
saat ini penulis bekerja di PT. Verena Oto Finance Tbk. Pada Tanggal 29
November 2009 Penulis menikah.
93

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-


besarnya kepada:
1. Ir. Popong Nurhayati, MM, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berguna untuk penulisan
skripsi ini.
2. Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc atas kesediaannya menjadi dosen penguji
utama dan Tintin Sarianti, SP, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji
wakil komisi pendidikan.
3. Bapak Husen (Uteng) pemilik usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” atas
perhatian dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Hartoto Mardjono, pengurus Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan
Baranangsiang Indah Kota Bogor yang telah memberikan bantuan kepada
penulis selama memyelesaikan skripsi ini.
5. Keluarga penulis, yaitu istriku (Hastuti SP, MP), Papa (Syamsir Siregar),
mama (Salmawati Harahap), abang (Syurya Darma Siregar) dan adik-adikku
(Lidia Soraya Siregar dan Ayu Lestari Siregar) atas semua cinta dan kasih
sayang dan dukungannya kepada penulis selama proses penyusunan skripsi
ini.
6. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak
mengurangi rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan kepada
penulis.
94

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................... 4
1.3. Tujuan Kajian ........................................................................ 8
1.4. Manfaat Kajian ...................................................................... 8
1.5. Batasan Kajian ....................................................................... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10


2.1. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang ............. 10
2.2. Keripik Pisang ......................................................................... 12
2.3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ......................... 14
2.3.1. Batasan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah...................................................................... 14
2.3.2 Perkembangan, Prospek, dan Permasalahan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)..................................... 15
2.3.3. Ciri Umum Usaha Kecil Menengah (UKM)................. 17
2.4. Penelitian Terdahulu................................................................ 18

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 24


3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 24
3.1.1. Manajemen Strategis.................................................... 24
3.1.2. Konsep Perumusan Strategi .......................................... 26
3.1.3. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal................. 28
3.1.4. Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Oppurtunities,
Threats).......................................................................... 31
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional............................................ 31

BAB IV. METODE PENELITIAN ......................................................... 35


4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 35
4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 35
4.3. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ........................... 36
4.3.1. Analisis Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) dan
EFE ( External Faktor Evaluation)................... ........... 37
4.3.2. Analisis Matriks SWOT............................................... 42
4.3.3. Analytical Hierarchi Process (AHP) .......................... 44
95

BAB V. GAMBARAN UMUM USAHA KECIL KERIPIK PISANG


”KONDANG JAYA” ................................................................... 54
5.1. Sejarah Usaha Kecil Keripik Pisang ”Kondang Jaya”................. 54
5.2. Visi, Misi dan Tujuan Usaha Keripik Pisang ”Kondang Jaya” ... 55
5.3. Lokasi Usaha Keripik Pisang ”Kondang Jaya” ........................... 56
5.4. Struktur Organisasi Usaha Keripik Pisang ”Kondang Jaya” ........ 57

BAB VI IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA.............................. 60


6.1. Analisis Lingkungan Internal........................................................ 60
6.1.1. Sumberdaya Manusia Usaha Kecil Keripik Pisang
“Kondang Jaya” ................................................................. 60
6.1.2. Keuangan dan Akuntansi ................................................... 61
6.1.3. Produksi dan Operasional ................................................. 62
6.1.4. Pemasaran .......................................................................... 69
6.2 Analisis Faktor Eksternal Usaha.................................................... 72
6.2.1. Lingkungan Umum ............................................................ 72
6.2.2. Lingkungan Industri.......................................................... 80

BAB VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI.................... 85


7.1. Identifikasi Faktor Internal ............................................................. 85
7.1.1. Faktor Kekuatan................................................................... 85
7.1.2. Faktor Kelemahan................................................................ 88
7.2. Identifikasi Faktor Eksternal........................................................... 92
7.2.1. Peluang................................................................................. 92
7.2.2. Ancaman .............................................................................. 94
7.3 Analisis Matriks IFE dan EFE ......................................................... 99
7.3.1 Matriks IFE ........................................................................... 99
7.3.2 Matriks EFE .......................................................................... 100
7.4 Matriks IE dan SWOT .................................................................... 102
7.5. Tahap Pemilihan Strategi Pengembangan Usaha ........................... 109
7.5.1. Analisis Hasil Pengolahan Horisontal ................................. 111
7.5.1.1. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria
Strategi ................................................................... 111
7.5.1.2. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif
Strategi .................................................................... 113
7.5.2. Analisis Hasil Pengolahan Vertikal ..................................... 114
7.5.2.1. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria
Strategi .................................................................... 115
7.5.2.2. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif
Strategi .................................................................... 115

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 117


8.1. Kesimpulan .............................................................................. 117
8.2. Saran ........................................................................................ 118
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 120
LAMPIRAN ............................................................................................... 123
96

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Presentase Alokasi Pengeluaran Masyarakat terhadap


Produk Makanan Ringan di Indonesia (%)............................................ 2

2. Daftar Jumlah Produksi dan penjualan Keripik Pisang


”Kondang Jaya” Tahun 2008-2009........................................................ 5

3 Penjabaran Kategori Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha


Menengah............................................................................................... 15

4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan........................... 39

5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ........................ 39

6. Matriks Internal Factor Evaluation....................................................... 41

7. Matriks Eksternal Factor Evaluation .................................................... 41

8. Matriks SWOT...................................................................................... 43

9. Nilai Skala Banding Berpasangan ........................................................ 47

10. Matriks Pendapat Individu.................................................................... 68

11. Matriks Pendapat Gabungan ................................................................. 48

12. Daftar Nilai Random Indeks ................................................................. 51

13. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan di Kota


Bogor Tahun 2003.............................................................................. 75

14. Penduduk Indonesia Tahun 2001-2006 ................................................ 76

15. Penduduk Kota Bogor Tahun 2001-2006 ............................................. 77

16. Kenaikan Harga BBM per 1 Oktober 2005 (Rp/liter) .......................... 79

17. Daftar Harga Produk Keripik pisang di Swalayan Ngesti dan


Swalayan Greenmart Darmaga dan Greenmart Sempur Kota Bogor .. 83

18. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil Keripik Pisang


”Kondang Jaya”.................................................................................... 92
97

19. Peluang dan Ancaman Usaha Keripik Pisang “Kondang Jaya” ........... 98

20. Matriks IFE Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” .................. 199

21. Matriks EFE Usaha Kecil Keripik Psang “Kondang Jaya” .................. 101

22. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi ........................ 112

23. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi ..................... 113

24. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria Strategi ............................ 115

25. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi ......................... 116


98

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram Alur Pembuatan Keripik Pisang ............................................ 13

2. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif ....................... 27

3. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................... 34

4. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan....................................................... 53

5. Lokasi Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” Binaan


Koperasi BMT Al-Ikhlaash..................................................................... 57

6. Struktur Organisasi Usaha Kecil Keripik Pisang ”Kondang Jaya” ........ 57

7. Alur Pemasaran Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang


“Kondang Jaya” Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor ........ 59

8. Bahan-bahan yang diperlukan dalam Proses Pembuatan Keripik Pisang


Usaha Kecil “Kondang Jaya”. ................................................................ 64

9. Peralatan yang Dipergunakan dalam Proses Pembuatan Keripik Pisang


“Kondang Jaya” ..................................................................................... 67

10. Proses Pengolahan Keripik Pisang ........................................................ 69

11. Produk Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” .......................... 87

12. Produk Keripik Pisang berbagai Merek Dagang Di Kota Bogor ........ 97

13. Matriks IE Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” .................... 103

14. Analisis Matriks SWOT Usaha Kecil Keripik Pisang


“Kondang Jaya” ..................................................................................... 104

15. Model Hirarki Strategi Utama Pengembangan Usaha .......................... 111


99

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
1. Kuesioner SWOT................................................................................... 123

2. Kuesioner AHP ...................................................................................... 134

3. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi ......................... 142

4. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi untuk


Penetrasi Pasar ....................................................................................... 143

5. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi untuk


Pengembangan Produk ......................................................................... 144

6. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria Strategi ............................ 145

7. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi ......................... 146


100

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian

cukup besar saat Indonesia menghadapi tantangan krisis ekonomi yang

berkepanjangan. UMKM dapat dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat

untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam

aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal.

Berdasarkan data Departemen Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa

jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tahun 2008 meningkat

dibanding tahun 2007. Jumlah UMKM mencapai 51,26 juta unit sedangkan tahun

2007 sebanyak 49,82 juta unit. Jumlah usaha kecilnya sendiri pada tahun 2008

mencapai 520 ribu unit naik dari 498 ribu unit tahun 2007. Sedangkan usaha

menengah menjadi 40 ribu unit dari 38 ribu unit tahun 2007. Secara keseluruhan,

jumlah unit usaha di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 51,262 juta unit

(termasuk unit usaha-usaha besar), naik dibanding 49,824 juta unit tahun 2007.

Dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB), PDB UKM tahun 2008

mencapai Rp 2.609 trilun, di mana sebesar Rp 1.505 triliun di antaranya

disumbangkan oleh unit-unit usaha mikro. PDB UKM ini lebih besar dibanding

PDB yang dihasilkan unit-unit usaha besar secara kumulatif yang mencapai Rp

2.087 triliun. Hal ini menunjukkan perkembangan UMKM yang terus meningkat

dan bahkan mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional.

Sektor UMKM juga mempunyai peranan yang strategis dalam

menopang perekonomian Jawa Barat. Selain karena jumlahnya yang cukup


101

banyak, mencapai tujuh juta pelaku UMKM, sektor ini juga memberikan

kontribusi lebih dari 60 persen terhadap pembentukan PDRB Jawa Barat.

Kontribusi yang besar menyebabkan sektor ini mampu menyerap tenaga kerja

yang cukup besar. Berdasarkan hal tersebut perkembangan UMKM memiliki

prospek yang baik untuk ditingkatkan.

Saat ini banyak berkembang usaha mikro, terutama yang terkait dengan

usaha boga karena dianggap mudah untuk memulai usahanya dan tentu semua

orang membutuhkan makanan dan minuman. Dewasa ini salah satu jenis produk

yang banyak dikembangkan oleh usaha kecil adalah makanan ringan. Salah satu

alternatif pengembangan produk makanan ringan yang cenderung praktis.

Permintaan terhadap makanan ringan mulai meningkat hal ini dapat dilihat dari

banyaknya produk-produk makanan instan yang bervariasi dan beragam

kandungan suplemennya banyak dibutuhkan konsumen.

Permintaan masyarakat terhadap makanan ringan akhir-akhir ini mulai

meningkat setelah krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan presentase alokasi

pengeluaran masyarakat terhadap produk makanan ringan cenderung meningkat

tiap tahun. Persentase pengeluaran untuk makanan ringan juga memiliki proporsi

yang lebih besar dibandingkan dengan persentase pengeluaran masyarakat untuk

minuman ringan. Persentase alokasi pengeluaran per tahun masyarakat terhadap

makanan ringan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Presentase Alokasi Pengeluaran Masyarakat terhadap Produk


Makanan Ringan di Indonesia (%)

Tahun
Tipe Pengeluaran
1996 1999 2000 2003 2006
Makanan Ringan 55,34 62,94 65,81 94,13 58,48
Minuman Ringan 44,66 37,06 34,19 35,87 41,52
Total 100 100 100 100 100
Sumber : Berita Resmi Statistik No. 07 Februari 18, 2006 Susenas 2006 dalam Agus, 2008
102

Produk makanan ringan dalam perkembangannya dapat diproduksi dari

berbagai macam bahan baku diantaranya makanan ringan berbahan baku pisang.

Dalam masyarakat Indonesia pisang dikenal sebagai komoditas agribisnis yang

memiliki manfat ekonomis yang luas dan strategis, sekaligus berkaitan erat

dengan pembangunan subsistem agribisnis hilir.

Pisang merupakan salah satu produk unggulan Propinsi Jawa Barat.

Berdasarkan data Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

Nasional tahun 2007 menunjukkan produksi pisang Propinsi Jawa Barat pada

tahun 2004 sebesar 1.431.941 ton, tahun 2005 sebesar 1.473.460 ton, dan pada

tahun 2006 sebesar 1.068.875. Data tersebut menunjukkan bahwa Propinsi Jawa

Barat merupakan penghasil komoditas pisang yang cukup besar di Indonesia.

Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua

golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering

dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon,

susu, raja, seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang di konsumsi setelah

digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas,

tanduk, dan uli. Kelompok pisang inilah yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan

baku keripik pisang. Pembuatan keripik dari buah-buahan merupakan salah satu

cara untuk memperpanjang daya tahan produk buah tersebut. Makanan ringan dari

pisang sangat populer bagi masyarakat di perkotaan maupun pedesaan. Di Kota

Bogor industri pengolahan makanan ringan saat ini banyak dikembangkan dalam

bentuk usaha kecil, salah satunya yaitu usaha kecil yang berkembang di Kota

Bogor adalah usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” yang merupakan usaha
103

hasil binaan Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Al-Ikhlaash perumahan

Baranangsiang Indah Kota Bogor.

1.2. Perumusan Masalah

Semakin meningkatnya kehidupan masyarakat cenderung akan

meningkatkan tuntutan terhadap kepraktisan dalam berbagai aktivitas. dalam

memperoleh manfaat dari buah pisang, konsumen juga cenderung menuntut

kepraktisan, sehingga berkembanglah produk pisang yang diolah yaitu dalam

bentuk keripik pisang, seperti yang dilakukan oleh salah satu usaha kecil keripik

pisang ”Kondang Jaya” yang meghasilkan produk keripik pisang sejak tahun

1990, dan mulai menjadi anggota koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor sejak

tahun 2007.

Dalam menjalankan usahanya, usaha kecil ini mendapat bantuan dalam

bentuk pemberian modal dan bantuan dari sisi pemasaran oleh koperasi BMT Al-

Ikhlaash Kota Bogor. Produk usaha kecil ini telah dipasarkan di beberapa

swalayan dan toko-toko di wilayah Bogor, diantaranya: swalayan Ngesti,

Greenmart Darmaga, Greenmart di wilayah Sempur, kantin-kantin di beberapa

rumah sakit diantaranya: Palang Merah Indonesia (PMI) dan Bogor Medical

Center (BMC). Besarnya jumlah produksi dan penjualan produk keripik pisang ini

dapat dilihat pada Tabel 2.


104

Tabel 2. Daftar Jumlah Produksi dan Penjualan Keripik Pisang ”Kondang


Jaya” Tahun 2008-2009
Jumlah Jumlah
Bulan/
Tempat Penjualan Produksi Penjualan
Tahun
(Bungkus) (Bungkus)
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Januari
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor, Bogor Medical Center 235 235
2008
(BMC),
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Februari
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 256 256
2008
(BMC)
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Maret
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 257 257
2008
(BMC)
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Aprilm
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 260 260
2008
(BMC)
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Mei
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 365 365
2008
(BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Juni
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 365 365
2008
(BMC), pengajian di masjid Al
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Juli
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 369 369
2008
(BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Agustus
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 374 374
2008
(BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
September
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 397 397
2008
(BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Oktober
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 399 399
2008
(BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Desember
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 399 399
2008
(BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Januari
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 404 404
2009
(BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Februari
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 402 402
2009
(BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary
Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur,
Maret
kantin Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center 415 415
2009
(BMC), pengajian di masjid Al-Ghifary
Sumber : Usaha Kecil Keripik Pisang ”Kondang Jaya” Tahun 2008-2009

Berdasarkan Tabel 2, usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” mulai

bulan Januari 2008 hingga Maret tahun 2009 menunjukkan jumlah produksi dan

jumlah penjualan yang selalu meningkat setiap bulannya, meskipun

peningkatannya tidak terlalu besar. Selain itu juga terlihat bahwa jumlah produksi

yang dihasilkan usaha keripik pisang tersebut selalu habis terjual, hal ini dapat
105

menunjukkan bahwa minat konsumen terhadap produk keripik pisang ini cukup

besar. Minat terhadap produk keripik pisang ini juga besar, hal ini ditunjukkan

dengan semakin dikenalnya produk keripik pisang yang diproduksi usaha ini

dikalangan warga sekitar. Semakin banyak warga yang memesan kiripik pisang

menyebabkan produk keripiki pisang habis sebelum di pasarkan ke toko-toko

yang menjadi pusat pemasaran produk keripik pisang tersebut. Namun terkait

dengan data masyarakat yang membeli langsung ke usaha kecil ini belum terdata

dengan baik.

Meskipun demikian usaha kecil keripik pisang ini dalam pengembangan

usahanya menemukan kendala. Kendala yang dihadapi berupa kendala internal

maupun eksternal. Kendala-kendala internal antara lain bahan baku, sumberdaya

manusia, dan pemasaran.

Kendala dari sisi bahan baku yaitu relatif sulitnya mencari jenis pisang

kepok jenis Banggala yaitu yang ukurannya lebih besar dari jenis pisang kepok

biasa. Selama ini bahan baku keripik pisang pada usaha kecil keripik pisang ini

diperoleh dari daerah di sekitar Bogor, antara lain: Leuwiliang, Parung Aleng, dan

Kampung Pasir. Pemilik usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” dapat

memperoleh pisang sebagai bahan baku yang berasal dari luar wilayah Bogor, jika

jumlah pisang yang dibeli dalam jumlah besar. Namun karena selama ini tingkat

pembelian bahan baku relatif kecil jumlahnya, maka pemilik usaha kecil keripik

pisang ini hanya dapat mengandalkan bahan baku yang bersumber dari daerah

Bogor. Selain itu, dari sisi kendala bahan baku juga terdapat mahalnya harga

minyak goreng dan mahalnya harga minyak tanah yang menyebabkan produksi

yang dihasilkan relatif rendah.


106

Kendala sumberdaya manusia, pada usaha kecil keripik pisang

”Kondang Jaya” tenaga kerja yang terlibat masih sedikit, yaitu hanya lima orang,

yang terdiri dari pemilik, 1orang bagian pengadaan bahan baku, satu orang bagian

produksi dan dua orang pekerja yang membantu pekerjaan operasional mulai dari

pengolahan (seperti pengupasan, perendaman, pengirisan, penggerongan dan

pengemasan) hingga pengemasan produk. Selain itu juga terkendala dengan

belum adanya pembagian kerja yang jelas antar pekerja.

Kendala pada bagian pemasaran yaitu belum luasnya cakupan

pemasaran, dimana dalam hal ini yang berperan pada bagian pemasaran adalah

Koperasi BMT Al-Ikhlaash. Usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”

cenderung mengandalkan upaya pemasaran kepada koperasi BMT. Hal lain yang

penting untuk diperhatikan adalah hingga saat ini upaya promosi terhadap produk

keripik pisang ini masih sangat rendah, yaitu hanya pada beberapa toko dan

masyarakat sekitar saja. Penjualan produk cenderung mengandalkan pada jumlah

pesanan dari toko-toko atau pihak lain yang selanjutnya akan menjual kepada

konsumen akhir.

Selain faktor internal, usaha kecil keripik pisang ini juga menghadapi

kendala eksternal berupa adanya persaingan dari berbagai jenis makanan ringan

lainnya, baik dari jenis keripik misalnya keripik singkong, keripik nangka, keripik

apel juga jenis keripik pisang lain, makanan ringan non-kripik seperti biskuit,

wafer, chiki dan sebagainya. Produk pesaing juga dilihat dari banyaknya makanan

ringan impor yang harganya relatif lebih murah, sehingga menjadi pesaing dalam

menjalankan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”.


107

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirinci beberapa perumusan masalah

dalam penelitian ini antara lain :

1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi

pengembangan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”?

2. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan pada usaha kecil

keripik pisang ”Kondang Jaya” sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya?

3. Strategi apa yang harus diprioritaskan dalam pengembangan usaha kecil

keripik pisang ”Kondang Jaya”?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi

pengembangan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”.

2. Merumuskan alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan pada usaha kecil

keripik pisang ”Kondang Jaya” sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya.

3. Menentukan strategi yang harus diprioritaskan dalam pengembangan usaha

kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna :

1. Bagi usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”, sebagai bahan pertimbangan

dalam upaya mengembangkan usahanya.

2. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

dan informasi mengenai usaha keripik pisang dan sebagai referensi bagi

penelitian selanjutnya.
108

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini hal yang akan dibahas antara lain: analisis faktor-

faktor internal dan eksternal, perumusan strategi dan penentuan prioritas strategi

yang diterapkan usaha kecil keripik pisang. Penelitian ini hanya akan sampai pada

tahap formulasi manajemen strategis dan penetuan prioritas strategi yang tepat

untuk mengembangkan usaha kecil keripik pisang, sedangkan untuk tahap

implementasi dan evaluasi strategi merupakan wewenang usaha kecil keripik

pisang ”Kondang Jaya” Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor.


109

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prospek dan Arah Pengembangan Pisang

Pisang berasal dari daerah Malesia (Asia Tenggara dan Australia

tropika) namun dikenal luas sejak dahulu oleh orang-orang yang tinggal di sekitar

Samudra Hindia. Tumbuhan ini hidup di daerah tropis yang lembab, terutama di

dataran rendah. Di daerah dengan hujan merata sepanjang tahun, produksi pisang

dapat berlangsung tanpa mengenal musim (Departemen Pertanian, 2007)

Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok di daerah tropis. Ada

beberapa jenis pisang yang warnanya berbeda-beda, tetapi hampir semua yang

dijual di pasar atau supermarket berwarna kuning ketika sudah matang dan

berbentuk melengkung. Pisang banyak mengandung kalium. Selain memberikan

kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, pisang juga dapat menyediakan

cadangan energi yang tinggi. Beragam jenis makanan ringan dari pisang yang

relatif populer antara lain Kripik Pisang asal Lampung, Sale pisang (Bandung),

Pisang Molen (Bogor), dan epe (Makassar).

Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat untuk

mengkonsumsi buah-buahan diharapkan dapat meningkatkan konsumsi buah

pisang secara nasional. Volume produksi dan luas panen yang relatif besar di

Indonesia dibandingkan dengan komoditas buah lainnya, menjadikan buah pisang

merupakan tanaman unggulan di Indonesia. Namun demikian pengelolaan pisang

masih sebatas tanaman pekarangan atau perkebunan rakyat yang kurang dikelola

secara intensif. Penanaman pisang berskala besar telah dilakukan di beberapa

tempat antara lain di pulau Halmahera (Maluku Utara), Lampung, Mojokerto


110

(Jawa Timur), dan beberapa tempat lainnya, sehingga Indonesia pernah

pengekspor pisang dengan volume mencapai lebih dari 100.000 ton pada tahun

1996, tetapi pada tahun-tahun berikutnya volume ekspor tersebut terus menurun

dan mencapai titik terendah pada tahun 2004 yaitu hanya 27 ton (Departemen

Pertanian, 2007)

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai peluang yang cukup

besar untuk meningkatkan ekspor buah pisang. Hal ini ditunjang dengan

ketersediaan lahan yang cukup luas di Kalimantan, Papua, kepulauan Maluku,

Sulawesi dan Sumatera; iklim yang mendukung; keragaman varietas yang cukup

tinggi; sumber daya manusia serta inovasi teknologi untuk pengelolaan tanaman

pisang.

Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua golongan,

yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi

dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja,

seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng,

direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli.

Pengembangan pisang di Indonesia membutuhkan adanya investor baik

dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu juga diperlukan adanya didukung

pemerintah berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan

kemudahan dan jaminan keamanan berinvestasi serta perbaikan sarana pendukung

seperti sistem pengairan, transportasi, komunikasi dan sarana pasar komoditas

agribisnis pisang.
111

2.2. Keripik Pisang

Pisang dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1) Pisang yang

dimakan dalam bentuk segar, misalnya : pisang ambon, raja sere, raja bulu, susu,

seribu, dan emas. 2) Pisang yang dimakan setelah diolah terlebih dahulu,

misalnya: pisang kepok, nangka, raja siam, raja bandung, kapas, rotan, gajah, dan

tanduk. Pisang banyak mengandung protein yang kadarnya lebih tinggi daripada

buah-buahan lainnya, namun buah pisang mudah busuk. Untuk mencegah

pembusukan dapat dilakukan pengawetan, misalnya dalam bentuk keripik, dodol,

sale, anggur, dan lain-lain. Keripik pisang sudah sejak lama diproduksi

masyarakat. Hasil olahan keripik pisang mempunyai rasa yang berbeda-beda,

yaitu : asin, manis, manis pedas, dan lain-lain. Pembuatan keripik pisang sangat

sederhana dan membutuhkan modal yang tidak terlalu besar. Pisang yang baik

dibuat keripik adalah pisang ambon, kapas, tanduk, dan kepok.

Peralatan yang dibutuhkan dalam pengolahan pisang menjadi kripik

pisang antara lain: 1) Pisang tua (mengkal) 20 kg; 2) Minyak goreng 1 kg; 3)

Garam secukupnya. Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan keripik pisang :

1) Baskom; 2) Alas perajang (talenan) 3) Pisau; 4) Ember plastik; 5)

Penggorengan (Wajan); 6) Lilin (untuk kantong plastik); 7) Tungku atau kompor;

8) Tampah (nyiru); 9) Keranjang bambu; 10) Kantong plastik (sebagai

pembungkus). Cara pembuatan keripik pisang menurut Deputi Menegristek

Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Tahun 2006, antara lain:

1. Jemur pisang selama 57 jam, lalu kupas;

2. Iris pisang tipis-tipis ± 12 mm menurut panjang pisang;


112

3. Siapkan minyak yang telah dibubuhi garam kemudian panaskan. Goreng,

irisan pisang tersebut sedikit demi sedikit agar tidak melengket satu dengan

yang lainnya. Penggorengan dilakukan selama 57 menit tergantung jumlah

minyak dan besar kecilnya api kompor;

4. Angkat keripik setelah berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan;

5. Saring minyak setelah lima kali penggorengan, kemudian tambahkan minyak

baru dan garam;

6. Masukkan dalam kantong plastik atau stoples setelah keripik pisang cukup

dingin.

Berikut ini disajikan diagram alur pembuatan keripik pisang :

Pisang

Di jemur (± 5-7 jam)

Di kupas

Di iris tipis-tipis (± 1- 2 mm)

Di goreng Minyak dan Garam

Keripik Pisang

Gambar 1. Diagram Alur Pembuatan Keripik Pisang


Sumber: Deputi Menristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Tahun 2006
113

2.3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

2.3.1. Batasan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Berbagai literatur yang menjabarkan kategori usaha didasarkan pada

aset, jumlah pekerja, dan omset. Terdapat lima sumber yang dapat dipakai sebagai

acuan, yaitu, UU. No 9095 Tentang Usaha Kecil, BPS, Menteri Negara Koperasi

dan UKM, bank Indonesia, dan Bank Dunia.

Pada UU No. 9/1995 terdapat defenisi untuk usaha kecil dan cenderung

mengabaikan usaha mikro dan usaha menengah. Undang-Undang tersebut

membuat klasifikasi sederhana dengan mengelompokkan dua dunia usaha, yaitu,

usaha kecil dan usaha besar. Bank Indonesia membuat definisi yang lebih

kualitatif untuk usaha mikro. Lebih jelas mengenai menjabaran kategori usaha

tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.


114

Tabel 3 Penjabaran Kategori Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha


Menengah

Lembaga Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah

UU No 9  Aset = Rp. 200 juta


Tahun 1995 di luat tanah dan
bangunan
 Omset = Rp. 1
milyar setahun
BPS Pekerja < 5 orang, Pekerja 5-9 orang Pekerja 20-99 orang
termasuk tenaga kerja
keluarga
Menteri  Aset < Rp. 200 juta  Aset > Rp. 200
Negara di luat tanah dan juta
Koperasi dan bangunan  Omset antara Rp.
UKM  Omset < Rp. 1 1 milyar-Rp. 10
milyar/tahun milyar/ tahun
 Independen
Bank Indonesia Dijalankan oleh rakyat  Aset< Rp. 200 juta  Untuk kegiatan
miskin atau mendekati  Omset< Rp. 1 milyar industri, aset <Rp.
miskin, bersifat usaha 5 milyar, untuk
keluarag, menggunakan lainnya (termasuk
sumber daya lokal, jasa) aset<Rp. 600
menerapkan teknologi juta di luar
sederhana, dan mudah  tanah dan bangunan
keluar masuk industri Omset < Rp. 3
milyar per tahun
Bank Dunia  Pekerja, <10 orang  Pekerja, <50 orang  Pekerja, <300
 Aset<$ 100 Ribu  Aset<$ 3 juta Orang
 Omset< $. 100 ribu  Omset< $. 3 juta per  Aset<$ 15 juta
per tahun tahun  Omset< $. 15 juta
per tahun
Sumber: Husen, 2005

Dalam penelitian ini yang digunakan adalah batasan katgori usaha kecil

menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan kategori BPS tersebut usaha

keripik pisang ”Kondang Jaya” termasuk ke dalam usaha kecil.

2.3.2 Perkembangan, Prospek, dan Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan


Menengah (UMKM)

Berdasarkan berbagai studi diketahui bahwa dalam mengembangkan

usahanya UMKM menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat internal

maupun eksternal, permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: 1)


115

manajemen, 2) permodalan, 3) teknologi, 4) bahan baku, 5) informasi

danpemasaran, 6) infrastruktur, 7) birokrasi dan pungutan, 8) kemitraan. Dari

beragamnya permasalahan yang dihadapi UMKM, nampaknya permodalan tetap

menjadi salah satu kebutuhan penting guna menjalankan usahanya, baik

kebutuhan modal kerja maupun investasi.

Pengembangan sektor UMKM bertumpu pada mekanisme pasar yang

sehat dan adil. Langkah strategis yang perlu ditempuh demi keunggulan UMKM

adalah sebagai berikut: Pertama, sumberdaya lokal (local resources) harus

dijadikan basis utama, karena salah satu karakter UMKM adalah melakukan

proses efisiensi dengan mendekatkan sumber bahan baku. Kedua, pembentukan

infrastruktur pendamping yang dapat membantu pelaku UMKM menghadapi

embaga pembiayaan, mengadopsi teknologi, dan mengakses pasar luas. Pusat

inkubasi bisnis dapat dimulai masyarakat, tapi harus didukung penuh pemerintah.

Ketiga, hadirnya lembaga penjamin kredit merupakan pilihan tepat, karena

rendahnya aksesibilitas UMKM terhadap lembaga pembiayaan berpangkal dari

ketiadaan agunan. Keempat, penggunaan teknologi yang berbasis pengetahuan

lokal (indigenous knowledge) dilakukan pemerintah bekerjasama dengan

perguruan tinggi. Ketergantungan terhadap teknologi asing yang berbiaya tinggi

harus segera diakhiri. Kelima, penyediaan informasi bagi pelaku UMKM terkait

dengan peluang pasar dan pemanfaatan teknologi. Keenam, meningkatkan

promosi produk dalam negeri di arena perdagangan lintas negara. Pelaku UMKM

yang terdiri dari kelompok pengrajin, pengusaha tekstil, pengolah bahan pangan,

pedagang eceran sampai asongan telah membuktikan diri mampu bertahan di

masa krisis.
116

2.3.3. Ciri Umum Usaha Kecil Menengah (UKM)

Ada beberapa hal yang merupakan ciri UKM dan usaha mikro. Menurut

Mintzberg dalam Husen (2005) bahwa sektor usaha UKM sebagai organisasi

ekonomi/bisnis mempunyai beberapa karakter seperti : 1) Struktur organisasi yang

sangat sederhana; 2) Mempunyai kekhasan; 3) Tidak mempunyai staf yang

berlebihan; 4) Pembagian kerja yang lentur; 5) Memiliki hierarki manajemen yang

sederhana; 6) Tidak terlalu formal 7) Proses perencanaan sederhana; 8) Jarang

mengadakan pelatihan untuk karyawan; 9) Jumlah karyawannya sedikit; 10) Tidak

ada pembedaan aset pribadi dan aset perusahaan; 11) Sistem akuntansi kurang

baik (bahkan biasanya tidak punya).

Menurut Prawirokusumo (1999), jika dilihat dari kontribusinya terhadap

PDB dan penyerapan tenaga kerja, UKM secara umum memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1. Fleksibel, dalam arti jika menghadapi hambatan dalam menjalankan usaha

akan mudah berpindah ke usaha lain.

2. Dari sisi permodalan, tidak selalu tergantung pada modal dari luar, UKM bisa

berkembang dengan kekuatan modal sendiri.

3. Dari sisi pinjaman (terutama pengusaha kecil sektor tertentu seperti pedagang)

sanggup mengembalikan pinjaman dengan bunga yang cukup tinggi.

4. UKM tersebar di seluruh Indonesia dengan kegiatan usaha di berbagai sektor,

merupakan sarana distributor barang dan jasa dalam rangka melayani

kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan penjabaran di atas UKM merupakan suatu unit organisasi

yang sederhana. Karena lingkup usahanya terbatas maka UKM tidak mengunakan
117

tenaga kerja secara berlebihan. Tenaga yang ada sering dimanfaatkan secara

maksimal. Hal ini bisa dilihat bahwa tenaga di UKM dapat mengerjakan beberapa

jenis pekerjaan yang berlainan. Dengan demikian mereka dapat menekan biaya

tenaga kerja. Biasanya tenaga kerja yang terlibat di UKM bisa bertahan lama

karena hubungan yang dikembangkan di sana adalah pola kekeluargaan. Ini

menjadi karakteristik UKM di mana hubungan antara pengusaha dan pekerja

bersifat tidak formal.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Prihatin (2006), meneliti tentang Analisis

Strategi Pemasaran Keripik Pisang Perusahaan Suseno di Bandar Lampung.

Tujuan dari penelitiannya yaitu : (1) mengidentifikasi sikap konsumen terhadap

atribut keripik pisang (2)mengidentifikasi dan menganalisi faktor lingkungan

internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran keripik pisang di

perusahaan Suseno, (3) menyusun alternatif strategi pemasaran berdasarkan

analisis sikap konsumen, lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang

dihadapi, (4) memilih strategi yang paling tepat diterapkan oleh perusahaan.

Metode analisis yang digunakan yaitu identifikasi ikap konsumen terhadap keripik

pisang dengan menggunakan analisis multiatribut Fishbein, matriks IFE dan EFE,

kemudian merumuskan strategi dengan menggunakan matriks SWOT serta

merekomendasikan strategi terbaik bagi perusahaan dengan menggunakan QSPM.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen keripik

pisang berdasarkan jenis kelamin adalah wanita, usia antara 26-35 tahun,

pendidikan terakhir sarjana, pekerjaan swasta dan berpendapatan antara 1,5 – 2

juta. Hasil analisis evaluasi, sikap konsumen menunjukkan bahwa atribut


118

kerenyahan merupakan atribut yang paling penting bagi responden dalam

mempertimbangkan pembelian keripik pisang. Berdasarkan matriks IFE diketahui

bahwa kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah letak perusahaan yang strategis,

perusahaan merupakan pionir dan pemimpin pasar pada industri keripik pisang,

kualitas keripik pisang baik, citra merek perusahaan kuat, hubungan dengan

pelanggan terjalin baik, dan keadaan keuangan perusahaan tidak tergantung pihak

luar.

Kelemahan perusahaan keripik pisang Suseno yaitu labelisasi kemasan

belum lengkap, distribusi produk hanya di daerah tertentu, harga produk lebih

mahal dibanding pesaing, kegiatan promosi masih terbatas, serta kelebihan

produksi. Kekuatan utama adalah perusahaan merupakan pionir dan pemimpin

pasar pada industri keripik pisang. Sedangkan kelemahan utama adalah distribusi

produk hanya di daerah tertentu. Berdasarkan matriks EFE diketahui bahwa

peluang utama perusahaan adalah konsumsi keripik pisang yang terus meningkat.

Sedangkan ancaman terbesar bagi perusahaan adalah kenaikan biaya produksi

akibat naiknya harga BBM dan elpiji. Hasil alternatif strategi pemasaran yang

diprioritaskan oleh perusahaan untuk diimplementasikan adalah meningkatkan

kerjasama dengan toko makanan, swalayan, atau distributor yang adadi dalam

maupun di luar Propinsi Lampung untuk meningkatkan penjualan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Iriana (2004), melakukan

penelitian yang berjudul ”Strategi Pengembangan Bisnis Teh, Studi Kasus di

Perkebunan Gedeh PTPN VIII, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat”, penelitian

tersebut bertujuan untuk memformulasikan strategi bisnis yang tepat bagi

perusahaan supaya dapat meningkatkan daya saing perusahaan melalui


119

identifikasi faktor internal dan eksternal dan memformulasikan suatu strategi

komprehensif bagi Perkebunan Gedeh. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif sesuai analisi lingkungan internal dan eksternal. Alat analisis yang

digunakan Matriks IFE dan EFE, selanjutnya penyusunan strategi dilakukan

dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, sedangkan untuk pemilihan

strategi digunakan matriks QSP sebagai rumusan terakhir.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa fator internal yang terdiri

dari kekuatan dan kelemahan menunjukkan bahwa kekuatan terbesar dalam

perumusan strategi pengembangan bisnis perkebunan Gedeh adalah iklim kerja

yang kondusif, sedangkan kelemahan utamanya adalah pemeliharaan kebun yang

belum optimal. Faktor eksternal dapat digolongkan menjadi peluang dan ancaman.

Peluang utama perkebunan Gedeh adalah perkembangan teknologi mekanisasi

dan pengolahan. Ancaman utamanya yaitu kelangkaan pasokan pupuk.

Berdasarkan analsis matriks IE diketahui bahwa Perkebunan Gedeh berada dalam

kondisi interal rata-rata dan respon Perkebunan Gedeh terhadap faktor-faktor

eksternal yang dihadapinya tergolong sedang. Strategi yang sebaiknya diambil

adalah mempertahankan dan memelihara. Alternatif strategi yang disarankan

adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Penelitian yang dilakukan Sinurat (2004), mengenai Analisis Strategi

Pengembangan Usaha Sari Buah mengkudu (Morinda Citrifolia L) pada CV

Morinda House, Bogor, bertujuan untuk menganalisi lingkungan eksternal

sehingga teridentifikasi peluang dan ancaman pasar, menganalisis kondisi

lingkungan internal agar teridentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi

oleh CV Morinda House Bogor. Dalam penelitian tersebut dilakukan analisis data
120

secara deskriptif dan kualitatif menggunakan analisis strategi pemasaran,

lingkungan pemasaran, matriks IFE dan EFE, matriks IE dan analisis SWOT.

Hasil dari penelitian tersebut, dari lingkungan eksternal teridentifikasi

bahwa tingkat inflasi yang rendah merupakan peluang terbesar sedangkan faktor

ancaman terbesar adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga tahun

belakangan ini masih rendah. Berdasarkan analisis lingkungan internal

teridentifikasi bahwa kuatnya motivasi pimpinan untuk memajukan perusahaan

merupakan kekuatan terbesar dan aspek pemasaran yang belum terkelola dengan

baik merupakan faktor kelemahan terbesar. Startegi yang tepat untuk dijalankan

oleh CV Morinda House, dalam mengembangkan usahanya adalah peningkatan

kegiatan promosi, penetapan pasar sasaran yang terfokus, pemanfaatan jasa

perbankan, tetap mempertahankan mutu, evaluasi proses dan metode produksi,

merekrut ahli pemasaran, mengurangiketergantungan dengan litbang dan

menaikkan gaji karyawan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Astono (2004) menganalisis

strategi pengembangan bisnis jagung Manis (Zea Mays Saccharata, Sturth) pada

CV. Bintang Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat bertujuan untuk 1)

Mengidentifikasi dan menganalisis peluang dan ancaman yang dihadapi

perusahaan serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki CV. Bintang Tani dalam

menjalankan bisnis jagung manis; 2) Merumuskan formulasi strategi bagi CV

Bintang Tani berdasarkan faktor eksternal dan internal perusahaan; 3)

Menentukan prioritas strategi pengembangan bisnis jagung manis yang tepat bagi

CV. Bintang Tani dalam pengembagan bisnis jagung manis. Penelitian ini
121

menggunakan teknik analisis berupa matriks IFE, EFE dengan menggunakan

metode PEST, Matriks SWOT dan QSPM.

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal didapatkan peluang utama

perusahaan brupa munculnya swaslayan-swalayan baru, sedangkan ancaman

terbesar adalah kekuatan tawar menawar pembeli. Hasil skor matriks EFE

diperoleh sebesar 2,678 dan skor matriks IFE sebesar 2,783, sehingga didapat

posisi perusahaan pada kuadran V. Pada posisi tersebut, strategi yang terbaik

dilakukan oleh perusahaan yaitu hold and maintain atau strategi stabilitas dengan

alternatif pilihan strategi adalah penetrasi pasar dan pengembangan pasar.

Ginardi (2002) melakukan analisis strategi pengembangan komoditas teh

PTPN VIII Goalpara Sukabumi, yang bertujuan untuk menganalisis lingkungan

eksternal dan internal perusahaan, mengetahui tingkat kemampuan perusahaan

dalam memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan

ancaman dan menganalisis strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam rangka

pengembangan agribisnis teh pada perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik

analisis berupa matriks IFE, EFE, Matriks SWOT dan QSPM serta diagram

Fishbone. Hasil penelitian penunjukkan bahwa faktor-faktor internal yang

mempengaruhi perkembangan PTPN VIII Goalpara terdiri dari kekuatan terbesar

adalah kualitas dan merek produk yang dikenal, kelemahan terbesar adalah tanah

yang kurang subur dan topografi berbukit. Sedangkan berdasarkan analisis faktor

eksternal diperoleh peluang terbesar adalah pelanggan dan konsumen yang loyal

dan ancaman terbesar adalah UMR dan harga bahan baku meningkat.

Berdasarkan analisis matriks IE dapat disimpulkan bahwa posisi divisi

produksi teh PTPN VIII Goalpara berada pada sel V yang brarti mampu
122

menerapkan strategi mempertahankan dan memelihara dengan penerapan strategi

penetrasi pasar dan pengembangan produk. Alternatif strstegi yang dihasilkan

dalam matrik SWOT dianalisis lebih lanjut dengan Matriks QSPM menunjukkan

bahwa strategi unggul mutu merupakan startegi yang diprioritaskan. Sebagai

penunjang strategi yang akan diimplementasikan diberikan suatu teknik

pengendalian mutu di PTPN VIII Goalpara yang dianalisis dengan diagram

Fishbone untuk mendukung proses pencapaian strategi unggul mutu yang akan

diterapkan dengan menganalisis faktor bidang operasional yang saling

mendukung dan merupakan suatu kesatuan sistem di perkebunan agribisnis teh.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian lainnya yang telah dilakukan

antara lain 1) Meneliti produk pertanian dalam arti luas; 2) Menggunakan analisis

matriks IFE dan EFE, Matriks IE dan matrikis SWOT, sehingga dari persamaan

tersebut dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing penelitiain

tersebut untuk memperkaya pembahasan dalam penelitian ini. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa pada penelitian ini

digunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan

prioritas alternatif strategi dalam pengembangan usaha, sedangkan penelitian-

penelitian terdahulu seperti yang telah dipaparkan di atas menggunakan matriks

QSPM.
123

BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Manajemen Strategis

Manajemen dalam suatu organisasi meliputi perencanaan, pengarahan,

pengorganisasian, dan pengendalian atas keputusan-keputusan atau tindakan

organisasi yang berkaitan dengan strategi. Strategi merupakan rencana yang

disatukan, menyeluruh dan terpadu yang berkaitan dengan keunggulan strategi.

Keunggulan strategi dirancang sesuai dengan tantangan lingkungan sehingga

tujuan utama dapat dicapai melalui suatu pelaksanaan yang tepat (Glueck dan

Janch, 1996 dalam Wibowo, 2003).

Rangkuti (2005) menyebutkan strategi merupakan alat untuk mencapai

tujuan. Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi

ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan

evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis. Tujuan utama

perencanaan strategis adalah agar suatu perusahaan dapat melihat secara objektif

kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi

perubahaan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas,

fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing. Jadi perencanaan strategis

penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai

dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumberdaya

yang ada.

Menurut David (2004) manajemen strategis dapat didefenisikan sebagai

seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan


124

mengevalusai keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu

mencapai obyektivitasnya. Sedangkan proses manajemen strategis adalah suatu

pendekatan secara obyektif, logis, dan sistematis dalam penetapan keputusan

utama dalam suatu organisasi. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap

berturut-turut, perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

Menurut Wheelen dan Hunger (2001), ciri khusus manajemen strategik

adalah penekanan pada pengambilan keputusan strategis. Keputusan strategis

berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang organisasi

secara keseluruhan. Keputusan strategis mempunyai tiga karakteristik, yaitu :

1. Rare, yaitu keputusan-keputusan strategis yang tidak biasa dan khusus

yang tidak dapat ditiru.

2. Consequential. Keputusan-keputusan strategis yang memasukkan

sumberdaya penting dan menuntut banyak komitmen.

3. Directive. Keputusan-keputusan strategis yang menetapkan keputusan yang

dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan tindakan pada masa yang

akan datang untuk organisasi secara keseluruhan.

Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa manfaat manajemen

strategik adalah sebagai berikut :

a. Mengantisipasi peluang dan ancaman dari perubahan lingkungan di masa

datang.

b. Memberi gambaran pada karyawan tentang arah dan tujuan organisasi di

masa datang.

c. Memonitor apa yang terjadi di dalam organisasi sehingga dapat diketahui

permasalahan yang terjadi.


125

Tujuan manajemen strategik adalah memanfaatkan dan menciptakan

peluang-peluang baru dan berbeda di masa mendatang. Keberhasilan dalam

proses pelaksanaan manajemen strategik adalah keterbukaan pikiran, kesediaan

dan kemauan untuk mempertimbangkan informasi baru, sudut pandang baru,

gagasan baru, dan kemungkinan-kemungkinan baru, yang terus selalu berubah

sesuai dengan perubahan jaman.

3.1.2. Konsep Perumusan Strategi

Menurut David (2004) perencanaan strategi adalah : (a) mengukur dan

memanfaatkan kesempatan (peluang) sehingga mampu mencapai keberhasilan,

(b) membantu meringankan beban pengambil keputusan dalam tugasnya

menyusun dan mengimplementasikan manajemen strategi, (c) agar lebih

terkordinasikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan, (d) sebagai landasan untuk

memonitor perubahan yang terjadi, sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian,

dan (e) sebagai cermin atau bahan evaluasi, sehingga bisa menjadi

penyempurnaan perencanaan strategis yang akan datang. Jadi manajemen strategi

yang penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang

sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari

sumberdaya yang ada. Untuk memahami konsep perencanaan strategis, kita perlu

memahami pengertian konsep mengenai strategi.

Perencanaan strategi adalah suatu perencanaan ke depan yang ditetapkan

untuk dijadikan pegangan. Mulai dari tingkat korporasi sampai pada tingkat unit

bisnis, produk, dan situasi pasar. Perencanaan strategi merupakan strategi induk

dari manajemen strategi, yaitu visi, misi, tujuan strategi, dan kebijakan.
126

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (selalu

meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang

apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa depan. Dengan demikian

perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari ”apa yang dapat terjadi” bukan

dimulai dari ”apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan

perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies)

(Rangkuti, 2005).

Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif

terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal

yang dapat mempengaruhi organisasi. Manajemen strategis adalah seni dan ilmu

memformulasikan, menerapkan dan mengevaluasi keputusan-keputusan lintas

fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya

(David, 2004).

Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan

(formulasi) strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Tahap perumusan

strategi meliputi pengembangan pernyataan misi, penetapan tujuan jangka

panjang, dan pengembangan evaluasi serta seleksi atau pemilihan strategi. Tahap

pelaksanaan strategi meliputi penetapan kebijakan dan tujuan tahunan serta

alokasi sumberdaya. Pada tahap evaluasi strategi dilakukan pengukuran dan

evaluasi kinerja pelaksanaan strategi. Konsep proses manajemen dapat dilihat

pada Gambar 2.

Umpan Balik

Melakukan
audit internal

Membuat Menciptakan Membuat, Mengukur dan


pernyataan tujuan jangka Mengevaluasi, dan Malaksanakan mengevaluasi
visi dan misi panjang memilih strategi strategi kinerja
127

Perumusan Pelaksanaan Evaluasi

Gambar 2. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif


Sumber : David (2004)

3.1.3. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal

Analisa lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan adalah lingkungan

eksternal dan lingkungan internal. Analisa lingkungan internal mengarah pada

analisa internal perusahaan dalam rangka menilai atau mengidentifikasi kekuatan

dan kelemahan dari tiap-tiap divisi (Rangkuti, 2005). Sedangkan faktor

lingkungan eksternal yang dianalisa adalah terdiri dari lingkungan makro dan

mikro. Lingkungan makro adalah lingkungan yang secara tidak langsung

mempengaruhi keputusan dalam jangka panjang. Lingkungan ini terdiri dari

faktor ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Lingkungan mikro adalah kegiatan

perusahan yang secara langsung mempengaruhui kegiatan perusahaan itu sendiri.

Lingkungan mikro terdiri dari pesaing, kreditur, pemasok, dan pelanggan (David,

2004).

3.1.3.1. Analisis Lingkungan Internal


128

Analisa lingkungan internal perusahaan merupakan proses untuk

menentukan dimana perusahaan atau pemerintah daerah mempunyai kemampuan

yang efektif sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang secara efektif dan

dapat menangani ancaman di dalam lingkungan. David (2004) menyebutkan

faktor-faktor lingkungan internal yang akan dianalisa berhubungan dengan

kegiatan fungsional perusahaan diantaranya adalah bidang manajemen,

sumberdaya manusia, keuangan, produksi, pemasaran, dan organisasi. Analisa

lingkungan internal ini pada akhirnya akan mengidentifikasi kelemahan dan

kekuatan yang dimiliki perusahaan.

3.1.3.2. Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari variabel kesempatan dan ancaman yang

berada di luar organisasi dan tidak berada dalam pengendalian jangka pendek

manajemen puncak. Menurut Umar dalam Sidabutar (2007), analisis lingkungan

eksternal meliputi faktor luar yang mempengaruhi kinerja maupun strategi-strategi

yang harus diambil oleh suatu organisasi. Faktor-faktor eksternal ini dapat dibagi

menjadi lima kategori, yaitu :

a. Faktor Politik. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah merupakan

pertimbangan dan menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk

merumuskan strategi perusahaan. Situasi yang tidak kondusif akan berdampak

negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya. Faktor politik meliputi

undang-undang tentang otonomi daerah, lingkungan dan perburuhan,

peraturan tentang perdagangan luar negeri (ekspor-impor), stabilitas

pemerintah, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, serta sistem

perpajakan dan kebijakan subsidi, kebijakan moneter, regulasi dan deregulasi


129

perbankan, aturan tentang hubungan bilateral dan multilateral, peraturan dan

undang-undang tentang kepastian hukum dan lain sebagainya

b. Faktor Ekonomi. Kondisi dan kekuatan ekonomi yang berkaitan dengan iklim

dan sistem ekonomi dimana perusahaan tersebut beroperasi dapat

mempengaruhi iklim bisnis dari suatu perusahaan. Oleh karena itu, pemerintah

dan seluruh lapisan masyarakat bersama-sama harus dapat menciptakan dan

atau meningkatkan ekonomi yang kondusif sehingga perusahaan dapat

menyusun perencanaan strategiknya dengan mempertimbangkan segmen-

segmen ekonomi dan kecenderungan yang dapat mempengaruhi industrinya

baik secara nasional maupun secara perekonomian internasional. Faktor kunci

yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah adalah

siklus bisnis, ketersediaan bahan baku, ketersediaan energi, ketersedian kredit

perbankan, inflasi, suku bunga, investasi, angka penganguran, defisit anggaran

pemerintah, neraca pembayaran, harga produk dan jasa, produktivitas, serta

tenaga kerja dengan segala peraturan perburuhannya.

c. Faktor Sosial Budaya. Kondisi sosial budaya masyarakat selalu berubah-ubah

sejalan dengan perubahan kondisi dan zaman yang dilalui dan perubahan ini

mempengaruhi perusahaan.Aspek-aspek yang mempengaruhi faktor sosial

budaya dari suatu masyarakat antara lain adalah ukuran keluarga, tingkat

harapan hidup, pendapatan perkapita, sikap, gaya hidup, adat istiadat,

kebiasaan berbelanja, tingkat pendidikan dan kebiasaan dari orang-orang di

lingkungan eksternal perusahaan.

d. Faktor Teknologi. Dewasa ini perkembangan teknologi mengalami kemajuan

yang pesat terutama pada era setelah globalisasi, baik pada bidang bisnis
130

maupun pada bidang yang mendukung kegiatan bisnis, sehingga secara tidak

langsung mampu mempengaruhi kondisi pasar dan kinerja perusahaan. Setiap

kegiatan usaha yang diinginkan untuk berjalan terus menerus harus selalu

mengikuti perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau

jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. Aspek penting dalam

penggunaan teknologi adalah kecepatan transfer teknologi oleh para pekerja,

masa atau waktu keusangan teknologi, dan harga teknologi yang akan

diadopsi.

Dalam analisis faktor ekternal terdapat kekuatan-kekuatan dari pesaing

yang harus diperhatikan. Menurut Pearce dan Robinson (1997), setiap industri

memiiiki struktur yang mendasarinya yaitu sekumpulan karakteristik ekonomis

dan teknis yang memunculkan kekuatan-kekuatan persaingan. Ada lima faktor

yang harus diperhatikan yaitu: (1) Kekuatan tawar menawar pembeli, (2)

Kekuatan tawar menawar pemasok, (3) Ancaman produk pengganti, (4) Ancaman

pendatang baru dan (5) Persaingan antara pesaing-pesaing yang ada, ternyata

dapat teridentifikasi juga pada penelitian ini.

3.1.4. Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Oppurtunities, Threats)

Analisis merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2005).

Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan

peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Menurut David (2004) faktor-faktor kunci eksternal dan internal

merupakan pembentuk matriks SWOT, yang menghasilkan empat tipe strategi,

yaitu a) Strategi SO yakni strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk


131

memanfaatkan peluang eksternal, b) strategi WO yakni mengatasi kelemahan

internal dengan memanfaatkan keunggulan peluang eksternal, c) strategi ST yaitu

strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari pengaruh dari

ancaman eksternal, serta d) strategi WT adalah strategi bertahan dengan

meminimalkan kelemahan dan mengantisipasi ancaman lingkungan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Semakin dinamisnya kehidupan masyarakat cenderung akan

meningkatkan tuntutan terhadap kepraktisan dalam berbagai aktivitas kehidupan

masyarakat, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup. Di sisi lain

meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi buah-buahan,

menyebabkan masyarakat cenderung mengkonsumsi buah-buahan untuk

memperoleh gizi lebih tinggi. Berbagai jenis komoditas buah-buahan saat ini

sudah banyak yang diproses lebih lanjut, selain untuk memperpanjang daur hidup

komoditas tersebut juga untuk meningkatkan kepraktisan yang semakin

dibutuhkan masyarakat, diantarnya yaitu buaha pisang dikembangkan menjadi

keripik pisang.

Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua golongan,

yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi

dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja,

seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng,

direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli.

Pisang merupakan buah yang banyak mengandung kalium. Selain

memberikan kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, pisang juga dapat
132

menyediakan cadangan energi yang tinggi. Beragam jenis makanan ringan dapat

dibuat dari pisang diantaranya: kripik pisang, sale pisang pisang molen, dan epe.

Sulitnya sumber bahan baku pembuatan keripik pisang, ditambah dengan

meningkatnya harga minyak goreng dan mahalnya harga minyak tanah merupakan

hal utama yang menjadi penghambat berkembangnya usaha keripik pisang ini.

Selain itu juga semakin berkembangnya berbagai jenis makanan ringan lainnya,

menyebabkan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” binaan Koperasi BMT

Perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor perlu menyusun strategi dan tidakan

nyata untuk manghadapi situasi tersebut demngan alat analisis dan teori yang tepat

dan sesuai dengan kondisi usaha kecil keripik pisang ini.

Tahap analisis diawali dengan identifikasi permasalahn yang dihadapi

usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”, kemudian melakukan analisis

lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki usaha kecil keripk pisang ini

dalam mencapai pengembangan usahanya. Analisis internal meliputi bidang

fungsional usaha kecil keripik pisang, yaitu meliputi manajemen, pemasaran,

produksi/operasional, keuangan dan pengembangan sumberdaya. Analisis

eksternal mencakup kondisi lingkungan politik, ekonomi, sosial budaya dan

teknologi.

Analisis awal pada variabel internal dan eksternal akan di lakukan secara

deskriptif. Variabel internal dan eksternal yang telah dianalisis kemudian

dijabarkan dalam matriks IFE dan EFE. Total skor kedua matriks tersebut

dipadukan ke dalam matriks IE untuk mengetahui posisi usaha kecil keripik

pisang. Kemudian dengan menggunakan analisis SWOT akan diperoleh alternatif-

alternatif strategi bagi pengembangan usaha kecil kepirik pisang.


133

Tahap terakhir adalah pengambilan keputusan alternatif strategi yang

paling tepat bagi usaha kecil kepirik pisang ”Kondang Jaya” yang sesuai dengan

kondisi internal usaha kecil keripik pisang dengan menggunakan alat analisis

AHP. Alat analisis AHP digunakan untuk menentukan prioritas alternatif

kebijakan dan sasaran yang ingin dicapai secara efisien dengan membangun suatu

bentuk konstruksi berupa diagram bertingkat. Sehingga sebelum dilakukan

analisis AHP ini terlebih dahulu harus dibentuk suatu diagram grafis yang dimulai

dengan soal/gagasan, lau kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya

alternatif. Hasil yang diperoleh melalui analisis AHP akan menghasilkan urutan

prioritas strategi-strategi pengembangan usaha kecil keripik pisang. Berdasarkan

hal tersebut diharapkan dapat dijadikan rekomendasi strategi pengembangan

usaha yang tepat bagi usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” binaan koperasi

BMT Kota. Alur pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 3.
134

Berkembangnya kehidupan Buah pisang menyediakan kandungan gizi dan


masyarakat cadangan energi yang tinggi

Semakin meningkatnya tuntutan Plantain Banana


masyarakat terhadap kepraktisan (dikonsumsi (dikonsumsi dalam
setelah diolah) bentuk segar)

Koperasi BMT
Al-Ikhlaash Usaha Kecil Keripik Pisang ”Kondang Jaya”
Binaan

Analisis Lingkungan

Analisis Faktor Eksternal ; Analisis Faktor Internal ;

Peluang : Kekuatan :
Bantuan pemerintah Sumberdaya manusia
Sebagai kota wisata Lokasi usaha
Permodalan
Ancaman :
Kelangkaan sumberdaya alam Kelemahan :
Posisi produk lain Pemasaran produk
Teknologi yang digunakan
Labelisasi produk

Matriks EFE Matriks IFE

Matriks IE Matriks SWOT

Formulasi strategi
Analytical
Hierarchy
Process (AHP)
Prioritas Strategi

Keterangan :
= Bagian yang dianalisis
= Bagian yang tidak dianalisis

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional


135

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil

keripik pisang “Kondang Jaya” binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

Kampung Cikondang No. 2 Rt. 2 Rw 4 Kelurahan Katulampa Bogor Timur, yaitu

bersebelahan dengan Perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor, sedangkan

letak dari koperasi BMT Al-Ikhlaash sendiri terletak di Perumahan Baranangsiang

indah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

mempertimbangkan bahwa usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” merupakan

salah satu unit usaha yang menghasilkan makanan ringan berupa keripik pisang di

wilayah Bogor dan berencana untuk mengembangkan usahanya. Penelitian

dilakukan mulai bulan Oktober tahun 2008 hingga Desember 2009.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan

melakukan pengamatan langsung di lapangan baik pada proses produksi,

pemasaran maupun kegiatan-kegiatan lain yang mendukung penelitian, selain itu

juga dengan digunakan proses wawancara. Responden yang dipilih dalam proses

wawancara ditentukan secara sengaja (purposive). Menurut David (2004), dalam

analisis untuk menentukan responden, tidak ada jumlah minimal yang diperlukan

sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli (expert) dibidangnya.

Pihak yang menjadi responden dalam penelitian ini dikelompokkan

menjadi 2 yaitu: pihak internal yaitu pengelola usaha kecil keripik pisang ini,
136

diantaranya pemilik dan pegawai usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”.

Pihak eksternal yaitu pihak yang berada di luar usaha kecil keripik pisang, tetapi

mengetahui secara jelas mengenai usaha keripik pisang tersebut, diantaranya:

pengurus koperasi BMT Masjid Al-Ikhlaash sebagai distributor, penjual keripik

pisang (pengecer) dan konsumen keripik pisang di wilayah Bogor.

Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan dokumen-dokumen

yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan sesuai dengan fokus penelitian. Data

sekunder dikumpulkan melalui penelusuran berbagai referensi. Data yang

digunakan berasal dari Badan Pusat Statistik dan Departemen Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah.

4.3. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data di

lapang (pengumpulan data primer). Analisis penelitian ini meliputi analisis

terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap

penyusunan strategi pengembangan unit usaha keripik pisang “Kondang Jaya”.

Dalam menganalisis faktor lingkungan internal dilakukan analisis IFE, sedangkan

dalam menganalisis faktor lingkungan eksternal dilakukan EFE dari faktor-faktor

yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”.

Kemudian akan diperoleh matriks IE dan selanjutnya akan dilakukan analisis

SWOT kemudian pemilihan alternatif strategi dilakukan dengan menggunakan

metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam menerapkan metode AHP,

yang diutamakan adalah kualitas responden, bukan terletak pada kuantitasnya.

Data yang diperoleh kemudian diproses dengan menggunakan program komputer

“Expert Choice Version 2000” program ini merupakan program yang disusun
137

oleh Asian Institute of Technology and Microsoft Co hasil pengolahan ini

kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar, dan tabel.

Perumusan strategi pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang

Jaya” dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap masukan (input stage), tahap

pencocokan (matching stage) dan tahap pengambilan keputusan (decision stage).

Tahap masukan adalah menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk

merumuskan strategi dengan menggunakan matriks IFE (Internal Faktor

Evaluation) dan EFE (External Faktor Evaluation). Informasi dasar ini diperoleh

dari data primer dan data sekunder. Tahap pencocokan merupakan tahapan yang

merumuskan strategi, tahap kedua ini menggunakan matriks SWOT. Dilanjutkan

tahap ketiga yaitu tahap pengambilan keputusan yang menggunakan Analytical

Hierarchy Process (AHP).

4.3.1. Analisis Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) dan EFE ( External
Faktor Evaluation)

Matriks IFE ditujukan mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan

mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usaha kecil keripik

pisang ”Kondang Jaya”, sedangkan matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi

faktor lingkungan eksternal dan mengukur sejauh mana peluang dan ancaman

yang dihadapi usaha kecil ini. Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor kunci dalam matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut (David,

2004) :

a. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Usaha Kecil Keripik Pisang

”Kondang Jaya”.

Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal,

yaitu mendaftar semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usaha kecil keripik
138

pisang ”Kondang Jaya”. Daftarkan kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian

kelemahan Usaha kecil keripik pisang. Identifikasikan faktor eksternal Usaha

kecil keripik pisang dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman

usaha kecil ini. Daftarkan peluang terlebih dahulu, baru kemudian ancaman usaha

kecil ini. Daftar harus spesifik dengan menggunakan presentase, rasio atau angka

perbandingan. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor diatas menjadi faktor penentu

eksternal dan internal yang selanjutnya akan diberi bobot.

b. Penentuan Bobot Variabel

Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting)

sampai 1,0 (paling penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-

faktor tersebut terhadap posisi strategis Usaha kecil keripik pisang dalam suatu

usaha kecil keripik pisang tertentu. Jumlah bobot yang diberikan harus sama

dengan satu.

Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi

faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada stakeholders dengan

menggunakan metode ”pairedcomparison” (Kinnear, 1991 dalam Wibowo,

2003). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap

faktor penentu internal. Setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk

menentukan bobot. Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan terdiri dari penilaian bobot faktor strategis internal

dan penilaian bobot faktor strategis eksternal usaha kecil keripik pisang ”Kondang
139

Jaya”. Penilaian bobot faktor strategis internal usaha kecil keripik pisang tersebut

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha kecil keripik pisang
Faktor Strategis Internal A B C D …. Total
A Xi
B
C
D
….
n
Total  Xi
i 1
Sumber : David (2004)

Penilaian bobot faktor strategis eksternal usaha kecil keripik pisang dapat

dilihat pada Tabel 5. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel baris

(indikator vertikal) dibandingkan dengan variabel kolom (indikator horizontal)

dan harus konsisten.

Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha Kecil Keripik


Pisang
Faktor Strategis Eksternal A B C D …. Total
A Xi
B
C
D
….
n
Total  Xi
i 1
Sumber : David (2004)

Menurut Kinnear dalam Wibowo (2003), bobot setiap variabel diperoleh

dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan

variabel dengan menggunakan rumus :

Xi
i  n

 Xi
i 1
140

Dimana,
αi = Bobot Variabel ke-i n = Jumlah Data
Xi = Nilai Variabel x ke-i i = 1, 2, 3, ..., n

c. Penentuan Rating

Penentuan rating oleh stakeholder dilakukan terhadap variabel-variabel.

Dalam mengukur masing-masing variabel terhadap kondisi Usaha kecil keripik

pisang digunakan skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis.

Matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada Tabel 7, dan 8. Menurut David (2004)

skala nilai rating untuk matriks IFE (kekuatan dan kelemahan) adalah :

1 = Kelemahan utama/mayor 3 = Kekuatan kecil/minor

2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor

sedangkan untuk matriks EFE (peluang dan ancaman), skala nilai rating yang

digunakan adalah :

1 = Tidak berpengaruh 3 = Kuat Pengaruhnya

2 = Kurang kuat pengaruhnya 4 = Sangat kuat pengaruhnya

Penentuan rating yang dilakukan oleh masing-masing responden,

selanjutnya akan disatukan dalam matriks gabungan IFE dan EFE. Untuk

perolehan nilai rating pada matriks gabungan dilakukan dengan menggunakan

metode rata-rata dan setiap hasil yang memiliki nilai desimal akan dibulatkan.

Adapun ketentuan pembulatan dalam matriks gabungan ini adalah, jika pecahan

desimal berada pada kisaran dibawah 0,5 (<0,5) dibulatkan kebawah, jika hasil

rating diperoleh hasil desimal dengan nilai sama atau diatas 0,5 (>0,5) dibulatkan

keatas. Pembulatan ini tentunya tidak akan mmpengaruhi hasil perhitungan secara

signifikan (David, 2004).


141

Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan yang dikalikan

dengan rating pada tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah skor

pembobotan berkisar antara 1,0-4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor

pembobotan IFE dibawah 2,5 maka kondisi internal Usaha kecil keripik pisang

lemah. Untuk jumlah skor bobot faktor eksternal berkisar 1,0-4,0 dengan rata-rata

2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE 1,0 menunjukkan Usaha kecil keripik

pisang tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

Jumlah skor 4,0 menunjukkan Usaha kecil keripik pisang merespon peluang

maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik.

Tabel 6. Matriks Internal Factor Evaluation


Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Bobot
Kekuatan
1 .......................
2 .......................
3 .......................
4 ......................
5 dll
Kelemahan
1 .......................
2 .......................
3 .......................
4 ......................
5 dll
Total
Sumber : David (2004)

Tabel 7. Matriks Eksternal Factor Evaluation


Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Bobot
Peluang

a.
b.
c.
Ancaman

a.
b.
c.
Total
Sumber : Sumber : David (2004)
142

4.3.2. Analisis Matriks SWOT

Analisis SWOT merupakan cara sistematis untuk mengidentifikasikan

faktor-faktor dan strategi yang menggambarkan kesesuaian paling baik diantara

berbagai alternatif strategi yang ada. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa

suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta

meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2005).

Faktor-faktor strategis eksternal dan internal merupakan pembentukan

matriks SWOT (David, 2004). Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang

penting untuk membantu perusahaan dalam hal ini stakeholders mengembangkan

empat tipe strategi

Analisa SWOT berdasarkan asumsi bahwa suatu strategi yang efektif

memaksimalkan kekuatan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, yaitu empat sel faktor (S, W, O, dan T),

empat sel alternatif strategi dan satu sel kosong. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8.

Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu :

1. Tentukan faktor-faktor peluang eksternal usaha kecil keripik pisang.

2. Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal usaha kecil keripik pisang.

3. Tentukan faktor-faktor kekuatan internal usaha kecil keripik pisang.

4. Tentukan faktor-faktor kelemahan internal usaha kecil keripik pisang.

5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan


strategi SO.

6. Sesuaikan kelemahan dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi


WO.

7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan


strategi ST.
143

8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan


strategi WT.

Tabel 8. Matriks SWOT


Strenghts (S) Weakness (W)
Faktor Strategis
Internal

Faktor Strategis
Eksternal

Oppurtunities (O) Kelemahan Strategi WO


Buat strategi disini yang Buat strategi disini yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang untuk
meningkatkan peluang mengatasi kelemahan
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
Buat strategi disini yang Buat strategi disini yang
menggunakan kekuatan untuk meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman. menghindari ancaman.
Sumber : David (2004)

Dalam penelitian mengenai analisis strategi pengembangan usaha keripik

pisang ”Kondang Jaya” secara umum teridentifikasi hal yang menjadi faktor

internal antara lain terkait dengan kondisi sumberdaya manusia, kondisi keuangan,

kondisi operasional, serta pemasaran dari produk keripik pisang tersebut.

Mengenai identifikasi lebih jauh dari faktor-faktor tersebut yaitu mana yang akan

menjadi kekuatan dan kelemahan akan diteliti dan bahas pada bab selanjutnya.

Dari sisi faktor eksternal secara umum dapat teridentifikasi yaitu kondisi

ekonomi, sosial budaya, teknologi, politik, pemasok, pmdatang baru, produksi

substitusi dan pesaing. Berdasarkan haisl identifikasi faktor-faktor eksternal

tersebut akan diteliti dan dibahas lebih dalam mengenai peluang dan ancaman dari

usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”.

4.3.3. Analytical Hierarchy Process (AHP)


144

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode yang

digunakan untuk membantu memecahkan masalah kualitatif yang komplek

dengan memakai perhitungan kuantitatif. Melalui proses pengekspresian masalah

dalam kerangka berpikir yang terorganisir, memungkinkan dilakukannya proses

pengambilan keputusan secara efektif. Metode yang dikembangkan pada tahun

1970-an ini dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan informasi dan berbagai

keputusan secara rasional (judgement) agar dapat memilih prioritas alternatif

keputusan dan sasaran.

Analisis dilakukan dengan menganalisa strategi perusahaan dengan

menyebarkan kuesioner AHP kepada expert dan merekapitulasi hasil penilaian

expert tersebut serta menentukan strategi yang tepat dalam upaya pengembangan

usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” Binaan Koperasi BMT Perumahan

BSI Kota Bogor. Alternatif strategi pada hirarki diperoleh melalui justifikasi

alternatif-alternatif dari studi kepustakaan dan observasi yang berkaitan dengan

obyek penelitian. Metode ini memiliki keunggulan tertentu karena membantu

menyederhanakan persoalan yang komplek menjadi persoalan yang berstruktur,

sehingga mendorong dipercepatnya proses pengambilan keputusan terkait.

Menurut Saaty (1993) prinsip kerja AHP terdiri dari delapan langkah

utama sebagai berikut :

(a) Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah

secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan,

kriteria dan elemen-elemen yang menyusun struktur hierarki. Tidak terdapat

prosedur yang pasti untuk mengidentifikasikan komponen-komponen sistem,


145

seperti tujuan, kriteria dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu

sistem hierarki. Komponen-komponen sistem dapat diidentifikasikan

berdasarkan kemampuan pada analisa untuk menemukan unsur-unsur yang

dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

(b) Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh.

Struktur hierarki ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari

sasaran utama, sub-sub tujuan, faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi

sub-sub sistem tujuan tersebut, pelaku-pelaku yang memberi dorongan,

tujuan-tujuan pelaku dan akhirnya ke alternatif strategis, pilihan atau skenario.

Penyusunan hierarki ini berdasarkan jenis keputusan yang akan diambil. Pada

tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari satu elemen yang disebut dengan

fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat di bawahnya

dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam kelompok homogen,

agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat

sebelumnya.

(c) Menyusun matriks banding berpasangan. Matriks banding berpasangan

dimulai dari puncak hierarki yang merupakan dasar untuk melakukan

pembandingan berpasangan antar elemen yang terkait yang ada di bawahnya.

Pembandingan berpasangan pertama dilakukan pada elemen tingkat kedua

terhadap fokus yang ada di puncak hierarki. Menurut perjanjian, suatu elemen

yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas yang ada di sebelah

kiri suatu elemen di puncak matriks.

(d) Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan

perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah tiga. Setelah itu


146

dilakukan perbandingan berpasangan antar setiap elemen pada kolom ke-i

dengan setiap elemen pada baris ke-j. Pembandingan berpasangan antar

elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan: ”Seberapa kuat elemen baris

ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak

hierarki, dibandingkan dengan kolom ke-i?”. Apabila elemen-elemen yang

diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya

adalah: ”Seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan

dengan elemen kolom ke-j sehubungan dengan elemen di puncak hierarki?”.

Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang

tertera pada Tabel 9. Angka-angka yang tertera menggambarkan relatif

pentingnya suatu elemen dibanding dengan elemen lainnya sehubungan

dengan sifat atau kriteria tertentu. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk

bagian di atas garis diagonal dari kiri ke kanan bawah.

(e) Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan sepanjang diagonal

utama. Angka satu sampai sembilan digunakan bila F, lebih mendominasi atau

mempengaruhi sifat fokus puncak hierarki (X) dibandingkan dengan Fj.

Sedangkan bila F, kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X

dibandingkan Fj maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis

diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh: bila elemen F24

memiliki nilai tujuh, maka nilai elemen F42 adalah 1/7.

Tabel 9. Nilai Skala Banding Berpasangan

Intensitas Definisi Penjelasan


147

Pentingnya
1 Kedua elemen sama pentingnya. Dua elemen menyumbang sama besar pada
sifat tersebut.

3 Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan pertimbangan sedikit


penting daripada elemen yang menyokong satu elemen atas yang lainnya.
lainnya.

5 Elemen yang satu sangat Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat


penting daripada elemen yang menyokong satu elemen atas yang lainnya.
lainnya.

7 Satu elemen jelas lebih penting Satu elemen dengan kuat disokong dan
daripada elemen yang lainnya. dominasinya telah terlihat dalam praktek.

9 Satu elemen mutlak lebih Bukti yang menyokong elemen yang satu
penting daripada elemen yang atas yang lainnya memiliki tingkat
lainnya. penegasan yang tertinggi yang mungkin
menguatkan.

2,4,6,8 Nilai-nilai antara di antara dua Kompromi diperlukan di antara dua


pertimbangan yang berdekatan. pertimbangan.

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka (x) jika dibandingkan dengan
aktivitas j, maka memiliki nilai kebalikannya (1/x).
Sumber: Saaty, 1993

(f) Melaksanakan langkah tiga, empat dan lima, untuk semua tingkat dan gugusan

dalam hierarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada

setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki, terkait dengan kriteria

elemen di atasnya. Pada metode AHP terdapat matriks pembandingan yang

dibedakan menjadi : (1) Matriks Pendapat Individu (MPI) dan (2) Matriks

Pendapat Gabungan (MPG). MPI adalah matriks hasil pembandingan yang

dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan a, yaitu

elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. Matriks pendapat individu

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Matriks Pendapat Individu


X A1 A2 Aj ........... An
A1 a11 a12 a1j ........... a1n
A2 a21 a22 a2j ........... a2n
148

Ai a31 ai2 aij ........... ain


.......... ........... ........... ........... ........... ...........
An an1 an2 anj ........... Ann
Sumber: Saaty, 1993
Keterangan:
X : kriteria sebagai dasar pembanding.
Ai, Aj : elemen-elemen pembanding.
ai, aj : angka pembanding elemen baris ke-i terhadap elemen kolom ke-j yang diperoleh dengan
menggunakan skala berbanding berpasangan.

Matriks Pendapat Gabungan (MPG) adalah susunan matriks baru yang

elemen (gij) berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang

rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan sepuluh persen dan setiap

elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang

lain tidak terjadi konflik. Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah :

(1) Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki

selisih kurang dari empat satuan antara nilai pendapat individu yang tertinggi

dengan nilai yang terendah.

(2) Tidak terdapat angka kebalikan (resiprokal) pada baris dan kolom yang sama.

MPG dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Matriks Pendapat Gabungan


X A1 A2 Aj ........... An
G1 g11 g12 g1j ........... g1n
G2 g21 g22 g2j ........... g2n
Gi g31 gi2 gij ........... gin
.......... ........... ........... ........... ........... ...........
Gn gn1 gn2 gnj ........... gnn
Sumber: Saaty, 1993

Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik


m
adalah: g ij  m  (aij )k
k 1

dimana,
g ij = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j
149

(aij )k = elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k

m = jumlah MPI yang memenuhi persyaratan


m
 = perkalian dari elemen k = 1 sampai k = m
k 1

m = akar pangkat m

(g) Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas.

Menggunakan komposisi secara hierarki untuk membobotkan vektor-vektor

prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai

prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah

berikut dan seterusnya .

Terdapat dua tahap pengolahan matriks pendapat, yaitu (1) pengolahan

horisontal dan (2) pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat

dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan

MPG diolah secara horisontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi

persyaratan inkonsistensi.

a. Pengolahan Horisontal, terdiri dari tiga bagian, yaitu penentuan Vektor

Prioritas (Vektor Eigen), uji konsistensi dan revisi MPI dan MPG yang

memiliki Rasio Inkonsistensi tinggi. Tahapan perhitungan yang dilakukan

pada pengolahan horisontal ini adalah :

(1) Perkalian baris (Z) dengan rumus :

n
Zi   aij (i,j = 1, 2,3, ... n)
k 1

(2) Perhitungan Vektor Prioritas (VP) atau Eigenvektor adalah :


150

n
n  aij
k 1
VPi  n
VP = (Vpi), untuk i = 1, 2, 3, ... n)
n

i 1
n  aij
k 1

(3) Perhitungan Nilai Eigen Maks (Maks) dengan rumus :

VA  (aij )  Vp dengan VA = (vai)

VB  VA VP dengan VB = (vbi)

1 n
 maks   vbi untuk i = 1, 2, 3, ... n
n i k

(4) Perhitungan Indeks Konsistensi (CPI) dengan rumus :

 maks  n
CI 
n 1

(5) Perhitungan Rasio Inkonsistensi (CI) adalah :

CR  CI RI

Menurut Saaty (1993), nilai rasio inkonsistensi (CR) yang lebih kecil

atau sama dengan 0,1 merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang

baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dikarenakan CR merupakan tolok

ukur bagi konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam

suatu matriks pendapat.


151

Tabel 12. Daftar Nilai Random Indeks


Ordo Matriks (n) Indeks Random (RI)
1 0
2 0
3 0,5
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,19
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
Sumber: Saaty, 1993

b. Pengolahan Vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada

tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila

Cvij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-

i terhadap sasaran utama, maka : CVij   CH ij (t ; i  1)  VWt (a  1)

Untuk ; i = 1, 2, 3, ... n; j = 1, 2, 3, ... n; t = 1, 2, 3, ... n

di mana :

CH ij (t ; i  1) = nilai prioritas elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat di

atasnya (i-1), yang diperoleh dari hasil pengolahan horisontal

VWt (i  1) = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-t) terhadap

sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan horisontal

P = jumlah tingkat hierarki keputusan

r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i

s = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-t)


152

c. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki. Pada pengisian judgement

pada tahap MBB (Matriks Banding Berpasangan) terdapat kemungkinan

terjadinya penyimpangan dalam membandingkan elemen satu dengan elemen

yang lainnya, sehingga diperlukan suatu uji konsistensi. Dalam AHP

penyimpangan diperbolehkan dengan toleransi Rasio Inkonsistensi di bawah

sepuluh persen. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks

konsistensi dengan prioritas-prioritas kriteria yang bersangkutan dan

menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang

menggunakan indeks konsistensi acak, yang sesuai dengan dimensi masing-

masing matriks. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsisten

Pemilihan responden untuk analisis AHP dilakukan dengan metode Purposive

Sampling, yaitu metode pengambilan contoh responden tidak secara acak

tetapi pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan baik individu atau

lembaga sebagai responden yang mengerti permasalahan yang terjadi dan

memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan baik langsung maupun

tidak langsung pada pelaksanaan keputusan atau memberi masukan kepada

para pengambil keputusan.

Untuk melakukan pengolahan data dengan metode AHP dibutuhkan

sistem-sistem hirarki keputusan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Abstraksi sistem hirarki keputusan memiliki bentuk yang saling terkait, yang

tersusun dari sasaran utama (tingkat 1), turun ke faktor-faktor pendorong yang

mempengaruhi tujuan (tingkat 2), kemudian ke pelaku-pelaku (tingkat 3), lalu ke

tujuan-tujuan pelaku (tingkat 4) dan terakhir skenario (tingkat 5). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.


153

G
Tingkat 1

F1 F2 Fn
Tingkat 2 … …

Tingkat 3 A1 A2 … … An

Tingkat 4 O1 O2 … … On

Tingkat 5 S1 S2 … … Sn

Gambar 4. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan

Dalam penelitian ini hirarki akan diperoleh dari hasil indentifikasi faktor

internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan dan

ancaman) terlebih dahulu. Kemudian selanjutnya diperoleh strategi yang akan

dianalisis hirarkinya dalam metode analisis AHP ini.

Menurut Saaty (1993), penentuan perangkat komponen sistem hirarki

dalam AHP tidak memiliki prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus

terbentuk secara mutlak dari komponen-komponen seperti yang telah disebutkan

di atas. Fokus dalam tahap ini adalah komponen-komponen sistem yang dipilih

dan dipergunakan dalam membentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini

diidentifikasikan berdasarkan kemampuan analisis dalam menemukan unsur-unsur

yang dimaksud, sehingga penentuan unsur-unsur tersebut tergantung dari

penguasaan para analisis terhadap persoalan atau masalah yang akan dipecahkan.
154

BAB V
GAMBARAN UMUM
USAHA KECIL KERIPIK PISANG “KONDANG JAYA”

5.1. Sejarah Usaha Keripik Pisang ”Kondang Jaya”

Usaha keripik pisang “Kondang Jaya” yang menjadi fokus penelitian

merupakan usaha kecil hasil binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash perumahan

Baranangsiang Indah Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang ini dalam proses

produksinya masih menggunakan mesin peralatan yang relatif sederhana dan

dikemas dengan sangat sederhana. Usaha ini didirikan oleh Bapak M. Husen

(dikenal dengan nama Bapak Uteng) pada tahun 1990.

Usaha keripik pisang ini awalnya memasarkan sendiri produknya dari

warung ke warung di sekitar perumahan BSI, seperti daerah Kampung Sawah dan

Kampung Pasir. Saat itu produk dijual dalam bungkus kecil dengan harga hanya

Rp. 800/bungkus. Modal yang dipergunakan hanya berasal dari modal pribadi,

sehingga hasil produksi yang dihasilkan masih sangat rendah, yaitu sekitar 30

bungkus per minggu.

Sejak tahun 2007, usaha keripik pisang ini resmi bergabung dengan

koperasi BMT Al-Ikhlaash, tepatnya pada tanggal 15 Maret 2007. Pada awalnya

berdirinya usaha keripik pisang ini mendapat bantuan modal dari koperasi BMT

Al-Ikhlaash sebesar Rp. 427.000. Bantuan modal tersebut diberikan dalam bentuk

barang. Jenis barang yang diberikan berupa : (1) Wajan Besar, (2) Alat parut (3)

Serokan, (4) Impuls Sealer, (5) Kantong Plastik 2 kg dan (6) Gunting dan Cutter.

Sistem pengembalian modal yang diberikan tersebut dilakukan dengan

cara diangsur tiap minggu. Sejak bergabung dengan koperasi BMT Al-Ikhlaash,

sistem pemasaran keripik pisang “Kondang Jaya” ditanganin oleh koperasi BMT.
155

Usaha keripik pisang hanya bertugas menghasilkan produksi. Produksi yang

dihasilkan sudah mulai meningkat. Dari sisi ukuran kemasan saat ini sudah dapat

menghasilkan ukuran keripik pisang 200 gram per bungkusnya dan di pasarkan

dengan harga Rp. 5.500/bungkus. Dari sisi jumlah yang dipasarkan meningkat

yaitu rata-rata sekitar 70 bungkus per minggu.

5.2. Visi, Misi dan Tujuan Usaha Keripik Pisang ”Kondang Jaya”

Usaha keripik pisang ”Kondang Jaya” belum memiliki pernyataan tertulis

mengenai visi, misi dan tujuan usaha keripik pisang. Namun secara umum hal

tersebut telah ada secara tersirat dalam wawancara dengan pemiliki usaha keripik

pisang tersebut. Usaha keripik pisang untuk dapat bersaing dalam industri harus

memiliki arahan yang jelas dalam menjalankan usahanya. Arah usaha keripik

pisang tercermin dalam visi, misi dan tujuan yang dimiliki usaha keripik pisang

”Kondang Jaya”. Visi menunjukkan keadaan masa depan suatu organisasi yang

mungkin terjadi dan diinginkan. Visi menjelaskan "impian" yang ingin direalisir

oleh suatu lembaga (organisasi) di dalam waktu tertentu. Misi menjelaskan alasan

atau tujuan suatu lembaga (organisasi) didirikan, sedangkan tujuan merupakan

hasil akhir yang berusaha untuk dicapai oleh organisasi untuk mewujudkan

misinya dalam jangka waktu tertentu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemiliki usaha keripik pisang

mengenai visi, misi dan tujuan usaha keripik pisang diperoleh informasi yaitu visi

usaha keripik pisang “Kondang Jaya” menjadi usaha yang mampu menghasilkan

produk keripik pisang yang berkualitas. Hal ini merupakan hal yang selalu

diperhatikan oleh pemilik usaha keripik pisang “Kondang Jaya” dalam setiap

proses produksi.
156

Misi usaha keripik pisang ini adalah untuk memperkenalkan keripik pisang

sebagai salah satu makanan ringan yang sehat bagi masyarakat, sedangkan tujuan

usaha keripik pisang yaitu mampu meningkatkan kehidupan pemilik dan juga

pekerjanya juga mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar sehingga

mampu meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar yang pada umumnya

bekerja sebagai buruh bangunan. Produk keripik pisang yang dipasarkan oleh

usaha kecil ini merupakan produk yang berasal dari alam dan tidak ditambahkan

dengan bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat seperti pengawet,

sehingga aman untuk dikonsumsi. Walaupun, hingga saat ini usaha ini belum

mendapatkan standar kesehatan dari Departemen Kesehatan.

5.3. Lokasi Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya”

Usaha keripik pisang “Kondang Jaya” binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash

terletak di Kampung Cikondang No. 2 Rt. 2 Rw 4 Kelurahan Katulampa Bogor

Timur, yaitu bersebelahan dengan Perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor.

Lokasi ini merupakan tempat tinggal pemilik usaha dan keluarga sekaligus

dijadikan sebagai tempat produksi keripik pisang. Usaha keripik pisang koperasi

BMT Al-Ikhlaash memiliki letak yang cukup strategis, karena terletak dekat

dengan pusat Kota Bogor sehingga memudahkan dari sisi pemasaran. Lokasi

usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” dapat dilihat pada Gambar 5.
157

Gambar 5. Lokasi Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” Binaan


Koperasi BMT Al-Ikhlaash

5.4. Struktur Organisasi Usaha Keripik Pisang ”Kondang Jaya”

Struktur organisasi suatu usaha keripik pisang “Kondang Jaya”

menggambarkan suatu hubungan tanggungjawab dan wewenang yang ada pada

usaha kecil keripik pisang ini. Gambaran struktur organisasi usaha keripik pisang

koperasi BMT Al-Ikhlaash secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 6.

Pemilik

Bagian Pengadaan Bahan Bagian Produksi


Baku

Pekerja 1 Pekerja 2

Gambar 6. Struktur Organisasi Usaha Kecil Keripik Pisang ”Kondang Jaya”


Sumber : Usaha Kecil Keripik Pisang ”Kondang Jaya”

Pemilik usaha keripik pisang “Kondang Jaya” adalah Bapak M. Husen

(Biasa dikenal dengan Bapak Uteng) sebagai pengelola utama yang

bertanggungjawab terhadap setiap keputusan yang diambil dan berwenang untuk


158

menetapkan kebijakan seluruh aktivitas usaha keripik pisang, mulai dari hal-hal

yang berhubungan dengan pemasok, proses produksi hingga pengemasan produk.

Bagian pemasaran menjadi tugas dari Koperasi BMT Al-Ikhlaash.

Kondisi usaha keripik pisang yang masih berskala kecil menyebabkan

kebutuhan terhadap tenaga kerja juga cenderung kecil. Dalam usaha ini dimana

tingkat produksi ditentukan oleh jumlah permintaan yang diajukan koperasi

sebagai pemasar. Pada permintaan normal maka jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan berasal dari anggota keluarga pemilik seperti istri, anak, mertua dan

seorang tetangga untuk pengadaan bahan baku.

Jika permintaan lebih dari kondisi normal maka jumlah pekerja yang

dibutuhkan lebih banyak. Pekerja tersebut biasanya berasal dari tetangga sekitar

rumah pemilik usaha keripik pisang. Tambahan pekerja tersebut terutama

dibutuhkan dalam proses produksi, diantanya pekerja untuk bagian pengupasan,

pengirisan, penggorengan dan pengemasan.

Adanya hubungan yang bersifat kekeluargaan antar pemiliki dengan

pekerja menyebabkan pembagian tugas dalam usaha keripik pisang ini bersifat

dinamis, cenderung disesuaikan dengan kebutuhan yang ada, sehingga tidak hanya

terpaku pada pembagian tugas yang ada. Jadi bagian pengadaan bahan baku dapat

membantu bagian produksi jika diperlukan dan juga sebaliknya.

Dalam menjalankan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, pemilik

menjalin kerjasama dengan koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan BSI Kota

Bogor, yang berperan besar dalam pemasaran produk keripik pisang. Selain itu

pemilik usaha ini juga menjalin hubungan langsung ke konsumen akhir. Sehingga,

dalam usaha ini terdapat dua cara produk sampai kepada konsumen akhir yaitu 1)
159

melalui pihak koperasi BMT Al-Ikhlaash, yaitu sekitar 90 persen produk yang

dihasilkan oleh pemilik dipasarkan oleh koperasi; 2) melalui penjualan langsung

ke konsumen, yaitu sekitar 10 persen. Terkait dengan alur pemasaran usaha kecil

keripik pisang “Kondang Jaya” dapat dilihat pada Gambar 7.

90%
Produk Keripik Pisang (Usaha Koperasi BMT Al-Ikhlaash
Kecil Keripik Pisang “Kondang Perumahan BSI Kota Bogor Pengecer
Jaya”) (Distributor)

10 %

Konsumen

Gambar 7. Alur Pemasaran Pengembangan Usaha Kecil Keripik Pisang


“Kondang Jaya” Binaan Koperasi BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor
Sumber : Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya” Tahun 2009
160

BAB VI
IDENTIFIKASI LINGKUNGAN USAHA

Proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau

lingkungan usaha disebut analisis lingkungan. Lingkungan usaha mencakup

semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar usaha yang dapat

memenuhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara garis besar

analisis lingkungan terbagi menjadi dua yaitu lingkungan internal dan eksternal

usaha.

6.1 Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada di dalam organisasi

tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung pada usaha. Analisis faktor

internal dalam pengembangan usaha keripik pisang merupakan proses identifikasi

terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dari dalam usaha kecil keripik

pisang yang terdiri dari sumberdaya manusia, keuangan, produksi, dan

pemasaran.

6.1.1 Sumberdaya Manusia Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya”

Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” merupakan usaha yang dalam

pengelolaan usahanya bersifat kekeluargaan. Dimana para pekerjanya berasal dari

anggota keluarga dan pihak-pihak yang memiliki hubungan keluarga dengan

pemilik usaha keripk pisang, sehingga keharmonisan diantara pekerja dengan

pemilik mudah terjalin. Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” memiliki

tenaga kerja sebanyak 5 orang yang terdiri dari pemilik, wakil, bagian pengadaan

bahan baku, bagian produksi dan dua pekerja.


161

Jika terdapat pesanan keripik pisang dalam jumlah yang cukup besar,

usaha ini membutuhkan jumlah pekerja tambahan. Pekerja tambahan tersebut

umumnya dibutuhkan dalam proses produksi. Dalam usaha keripik pisang ini,

pemilik merupakan pengelola utama yang bertanggungjawab terhadap setiap

keputusan yang diambil dan berwenang untuk menetapkan kebijakan seluruh

aktivitas usaha keripik pisang, mulai dari hal-hal yang berhubungan dengan

pemasok, proses produksi hingga pengemasan produk. Hampir semua aktivitas

dalam usaha keripik pisang harus ditangani juga oleh pemilik, seperti keputusan

untuk memproduksi atau tidak memproduksi terletak pada pemilik usaha keripik

pisang tersebut, sehingga menyebabkan sulit berkembangnya usaha keripik

pisang ini. karena usaha ini menjadi hanya tergantung pada satu orang yaitu

dalam hal ini tergantung pada pemilik.

Kondisi jumlah tenaga kerja yang relatif sedikit menyebabkan peran ganda

akan dilakukan oleh seorang pekerja. Waktu yang digunakan dalam pekerjaan

cenderung tidak pasti sesuai dengan kondisi pesanan produk keripik pisang.

Usaha ini sudah cukup lama dijalankan yaitu sejak tahun 1990, selain itu

usaha ini dari sejak awal berdirinya membutuhkan keterampilan khusus seperti

ketelitian dalam pemilihan pisang yang baik, pengupasan, pengirisan pisang

sehingga menghasilkan irisan-irisan yang tipis, penggorengan dan pengemasan.

Jadi keterampilan tenaga kerja dalam usaha keripik pisang ini sudah tidak

diragukan lagi.

6.1.2. Keuangan dan Akuntansi

Modal merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Selama ini usaha

kecil keripik pisang memperoleh modal dari koperasi BMT Al-Ikhlaash


162

Perumahan BSI Kota Bogor. Menurut koperasi karena skala usaha keripik pisang

yang masih kecil menyebabkan koperasi mudah untuk memberikan modal.

Sejak bergabungnya usaha keripik pisang dalam koperasi BMT yaitu sejak

tahun 2007, usaha ini telat dua kali mendapatkan bantuan modal dari koperasi.

Bantuan modal pertama kali diperoleh sebesar Rp. 427.000. dimana pinjaman

pertama ini diberikan dalam bentuk barang. Sedangkan pinjaman kedua sebesar

Rp. 500.000 diberikan dalam bentuk uang. Pinjaman-pinjaman tersebut

dikembalikan dengan cara diangsur tiap minggu, yaitu dipotong dari sebagian hasil

penjualan keripik pisang kepada BMT. Saat ini pinjaman pertama dan kedua

tersebut sudah lunas dibayar.

Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang ini belum menerima bantuan

modal dari Pemerintah Daerah Kota Bogor, sehingga modal yang ada hanya

bersumber dari koperasi BMT Al-Ikhlaash saja. Usaha kecil keripik pisang ini

tidak selalu melakukan pencatatan secara akutansi terhadap pengelolaan keuangan

dan modal usahanya. Manajemen keuangan dari usaha ini belum sudah tertata

dengan baik, sehingga keuangan usaha keripik pisang dengan keuangan rumah

tangga pemilik tidak dapat dibedakan. Namun karena usaha yang belum cukup

besar, maka perhitungan keuntungan yang diperoleh pemilik mudah untuk

diketahui.

6.1.3. Produksi dan Operasional

Usaha kecil keripik pisang sudah memproduksi keripik pisang sejak tahun

1990, dan baru bergabung dengan koperasi pada tahun 2007. Modal pengalaman

yang cukup lama yaitu hampir sembilan tahun menjadi kekuatan bagi usaha ini.

Pengalaman tersebut dirasakan oleh Bapak Husen sebagai pemilik usaha yang
163

terlibat langsung dalam pengolahan produksi keripik pisang, sehingga beliau

dapat mengenal baik keunggulan dan kelemahan usahanya.

Pada proses produksi, usaha kecil ini dalam memproduksi keripik pisang

menggunakan peralatan yang masih sedarhana. Hal ini dapat dilihat dari peralatan

yang digunakan dalam proses produksi diantaranya alat pengiris pisang yang

digunakan masih sangat sederhana yaitu berupa alat iris yang biasa digunakan di

rumah tangga untuk pada umumnya; wajan besar untuk menggoreng; serokan

untuk menyaring minyak goreng pada keripik pisang yang telah masak; kompor

gas. Sejak adanya peralihan dari kompor minyak tanah ke kompor gas usaha kecil

keripik pisang ini mengganti bahan bakarnya menjadi gas.

Pada kegiatan produksi dan operasi, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam

pembuatan keripik pisang adalah : .

1. Bahan Baku

Akses bahan baku sangat diperlukan bagi kelangsungan produksi setiap

usaha. Bahan baku utama yang sangat dibutuhkan dalam usaha ini adalah

buah pisang. Jenis pisang yang digunakan usaha ini yaitu jenis pisang Kepok

Banggala. Pisang Kepok Banggala memiliki cirri-ciri buahnya berukuran

relative besar, warnanya kuning, dan rasanya manis. Pemilihan jenis pisang

ini dikarenakan sifat dari pisang tersebut cocok digunakan sebagai bahan

baku pembuatan keripik pisang. Warna dasar pisang Kepok Banggala yang

asli berwarna kuning tersebut menyebabkan hasil keripik pisang yang

diperoleh setelah proses penggorengan menjadi bagus.

2. Bahan Penolong
164

Minyak goreng, mentega, garam dan penyedap merupakan bahan penolong

utama yang diperlukan. Penggunaan mentega memberikan warna kuningan

yang alami dan rasa yang gurih pada produk keripik pisang. Terkait dengan

bahan-bahan yang dipergunakan dalam proses pembuatan keripik pisang

“Kondang Jaya”, baik bahan baku utama maupun bahan penolong dapat

dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Bahan-bahan yang diperlukan dalam Proses Pembuatan Keripik


Pisang Usaha Kecil “Kondang Jaya”.

3. Bahan Bakar

Pada awanya usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” menggunakan bahan

bakar berupa minyak tanah, namun sejak terjadi peningkatan harga minyak

tanah, usaha ini menggunakan kompor gas elpiji. Pada awalnya penggunaan

kompor gas elpiji tidak memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan

yaitu produk keripik pisang yang dihasilkan tidak sebagus hasil yang

dihasilkan pada saat penggunaan kompor minyak tanah. Hal ini karena panas

dari kompor gas elpiji tidak merata seperti pada penggunaan kompor minyak

tanah. Namun dengan keuletan pemilik usaha dalam menjalankan usahanya,

akhirnya saat ini dapat diusahakan sehingga kompor gas elpiji dapat
165

memberikan hasil seperti yang diinginkan. Penggunaan kompor gas elpiji

relatif lebih murah daripada penggunaan kompor minyak tanah. Hanya saja

pada awal peralihan dari bahan bakar minyak tanah ke gas elpiji, pemilik

usaha harus mengeluarkan biaya investasi kembali untuk proses produksinya.

4. Pengemasan

Kemasan produk keripik pisang menggunakan plastik. Plastik yang

digunakan berukuran ½ kg. Plastik tersebut didapat dari toko langganan

dipasar. Dalam kemasan terdapat label yang masih sederhana bentuknya. Pada

kemasan hanya tercantum merek dagang usaha kecil keripik pisang

“Kondang Jaya”, alamat dan lambang koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan

BSI Kota Bogor dan sebagai pembina. Pada kemasan tersebut belum

tercantum logo halal, izin dari Departemen Kesehatan dan kandungan gizi

keripik pisang.

Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” sangat mengutamakan

kebersihan dalam kegiatan produksi karena hal ini sangat erat kaitannya dengan

kualitas keripik pisang. Kebersihan dalam proses produksi yang terjaga dengan

baik membuat kualitas rasa dan gizi yang terkandung dalam keripik pisang tetap

terjaga. Keripik pisang memiliki daya tahan produk yang lama yaitu satu bulan.

Kualitas produk yang cukup baik, rasa yang enak, kandungan gizi yang tinggi,

tidak menggunakan bahan kimia dan daya tahan produk yang lama merupakan

kekuatan bagi usaha untuk mempertahankan pelanggannya.

Proses produksi keripik pisang pada usaha kecil ini menghabiskan waktu

yang cukup lama dalam satu kali produksinya yaitu sekitar 8-9 jam. Hal ini

dikarena dalam proses pembuatan keripik pisang ini dibutuhkan perendaman buah
166

pisang yang akan digunakan. Dalam proses pembuatan keripik pisang ini hal yang

diutamakan adalah kebersihan dan kelayakan untuk dikonsumai dari dari produk

yang dihasilkan. Dimana keripik pisang yang dihasilkan tidak menggunakan

bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan, seperti bahan-bahan pengawet dan

pewarna.

Dalam proses produksi keripik pisang dibutuhkan peralatan-peralatan

diantaranya : 1) Baskom, yaitu untuk menampung buah pisang saat prendaman, 2)

Pisau, untuk pengupasan atau pemisahan buah pisang dari kulitnya, 3)

Penggorengan (wajan) beserta perangkatnya , 4) Kompor, baik kompor minyak

tanah maupun kompor gas elpiji, 5) Saringan, untuk meniriskan keripik pisang

yang sudah matang, 6) Tampah (nyiru), tempat meletakkan keripik pisang yang

sudah matang, 7) Ember plastik, untuk menampung sampah kulit dan bagian

pisang yang tidak terpakai, dan 8) Kantong plastik (sebagai pembungkus), serta 9)

mesin press, yaitu untuk menutup plastik kemasan keripik pisang. Beberapa

peralatan yang digunakan dalam proses produksi usaha ini dapat dilihat pada

Gambar 9.
167

Gambar 9. Peralatan yang Dipergunakan dalam Proses Pembuatan Keripik


Pisang “Kondang Jaya”

Adapun beberapa tahap yang perlu dilakukan secara umum dalam proses

pembuatan keripik pisang, meliputi:

1. Sortasi dan pengupasan

Buah pisang dipilih sesuai kriteria, yaitu (1) Pisang mentah yang sudah tua

Buah pisang yang sudah tua akan memberikan rasa manis dan warna kuning

yang menarik pada produk keripik pisang yang dihasilkan, selain itu buah

pisang mentah yang sudah tua akan memudah memberikan hasil irisan yang

lebih banyak sehingga produk keripik pisang yang dihasilkan lebih banyak. (2)

Berukuran cukup besar dan seragam, hal ini diperlukan agar ukuran dari

keripik pisang yang dihasilkan relatif seragam, sehingga penampilan produk

yang dihasilkan menjadi menarik.

Proses sortasi dilakukan sendiri oleh pemilik, bahkan sampai pada

penebangan pohon pisangnya. Hal ini dilakukan karena penjual bahan baku

pisang kepok umumnya tidak mengetahui kriteria yang sesuai untuk

pembuatan keripik pisang yang dibutuhkan oleh usaha ini. Selanjutnya pisang
168

tersebut dikupas kulitnya sebagai tanda tahap awal dari proses produksi

dilakukan.

2. Perendaman

Buah pisang direndam dalam air kurang lebih sekitar 1 jam. Tujuannya untuk

menghilangkan getah pada buah pisang yang baru dipetik. Jika tidak

dilakukan perendaman maka hasil produk keripik pisang yang dihasilkan akan

berwarna hitam sehingga menjadi tidak menarik untuk dijual.

3. Pengirisan

Proses pengirisan dilakukan dengan menggunakan alat iris yang masih cukup

sederhana. Iris pisang tipis-tipis ± 1-2 mm secara memanjang.

4. Penggorengan

Buah pisang yang telah selesai diiris harus segera digoreng, paling lambat 10

menit setelah diiris untuk mencegah pembusukan. Proses penggorengan

dilakukan dalam minyak yang sangat panas, yaitu bersuhu 170oC. Minyak

harus banyak, sehingga semua bahan tercelup, dengan komposisi setiap satu

kilogram pisang membutuhkan sedikitnya tiga liter minyak goreng. Selama

proses penggorengan, dilakukan pengadukan secara perlahan. Proses

penggorengan dilakukan hingga keripik cukup kering dan garing. Proses

penggorengan tersebut dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak melengket

satu dengan yang lainnya. Dalam satu kali proses penggorengan dilakukan

selama ± 3 menit, tergantung pada banyak sedikitnya pisang yang digoreng.

5. Penirisan
169

Setelah keripik berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan, keripik

diangkat dengan saringan agar minyaknya dapat turun. Saringan yang

digunakan dalam usaha ini terbuat dari bahan bambu.

6. Pengemasan dan penimbangan berat isi

Keripik pisang yang telah ditiriskan dan sudah tidak panas dimasukkan ke

dalam kantong plastik, kemudian ditimbang dengan berat 200 gram.

Selanjutnya di press dan siap dipasarkan.

Diagram alur pengolahan keripik pisang pada usaha kecil ini dapat

disajikan pada Gambar 10.

Sortasi Buah Pisang Pengupasan Perendaman

Produk Keripik Pisang Pengirisan

Pengemasan dan Penggorengan


Penimbangan Penirisan
Berat Isi

Gambar 10. Proses Pengolahan Keripik Pisang


Sumber: Usaha Kecil Keripik Pisang, Tahun 2009

6.1.4. Pemasaran

Aspek pemasaran berhubungan dengan bauran pemasaran yang meliputi

analisis terhadap produk, harga, distibusi dan promosi dari produk keripik pisang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha kecil keripik pisang


170

“Kondang Jaya” dan koperasi BMT Al-Ikhlaash, strategi pemasaran yang

dilakukan yaitu:

a. Produk

Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” sebagai salah satu UKM yang

sedang berkembang, selalu berusaha untuk mempertahankan strategi mutu produk

dan pelayanan. Dimana strategi produk dilakukan melalui penawaran barang yang

berkualitas tinggi. Strategi pelayanan yaitu dengan cara membina hubungan baik

dengan distributor dan konsumen melalui peningkatan pelayanan kepada

distributor dan konsumen, yaitu dengan cara memberi jaminan berupa

pengembalian barang kembali atau penggantian terhadap barang yang diterima

dalam keadaan rusak baik kemasan maupun isi. Berdasarkan strategi ini

diharapkan mampu meningkatkan pangsa pasar yang akhirnya akan meningkatkan

angka penjualan produk.

Usaha kecil keripik pisang memproduksi keripik pisang dengan ukuran 200

gram rasa yang ditawarkan adalah rasa pisang alami dan asin. Rasa asin berasal

dari tambahan garam yang ditabuskan pada kering pisang setelah digoreng. Produk

keripik pisang yang dihasilkan tidak menggunakan bahan pengawet. Produk

keripik pisang, mempunyai tingkat kadaluarsa selama 1 bulan. Hal tersebut

diperoleh hanya berdasarkan dari pengujian yang dilakukan pemilik keripik pisang.

b. Harga

Usaha kecil keripik pisang menetapkan harga dengan menggunakan cost

plus pricing method yaitu dengan mempertimbangkan biaya produksi, biaya non

produksi, dan persentase mark up. Semakin meningkatnya biaya produksi

menyebabkan harga jual produk keripik pisang ini relatif mahal dibandingkan
171

dengan produk keripik pisang lain dipasaran. Harga jual yang ditetapkan oleh

pemilik usaha keripik pisang merupakan harga untuk distributor. Adapun harga

yang diterima konsumen ditentukan oleh distributor, sehingga harga keripik pisang

untuk konsumen dapat berbeda pada distributor yang berbeda. Berdasarkan hasil

pengamatan di lapangan, dibeberapa tempat penjualan produk keripik pisang dari

usaha kecil ini harga yang diterima konsumen di Greenmart (baik yang berlokasi

di Darmaga maupun di daerah Sentul) sebesar Rp. 8.150 per bungkus yaitu per

200 gram, di Warung milik koperasi BMT Al-Ikhlaash seharga Rp. 7.500

perbungkus atau per 200 gram.

c. Distribusi

Saluran distribusi yang digunakan oleh usaha kecil keripik pisang ini

melalui dua cara, yaitu: penjualan secara langsung kepada konsumen dan

penjualan kepada distributor kemudian ke konsumen. Seperti yang telah

dijabarkan pada Gambar 9, penjualan melalui distributor dilakukan melalui

koperasi BMT Al-Ikhlaash. Bentuk kerja yang terjalin koperasi memesan kepada

pemilik usaha keripik pisang dalam jumlah tertentu, kemudian memasarkannya.

Tempat yang menjadi fokus koperasi BMT Al-Ikhlaash untuk memasarkan

produk keripik pisang tersebut adalah toko-toko di wilayah Bogor, diantaranya

Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin Rumah sakit

PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC). Sedangkan pendistribusian

langsung kepada konsumen melalui cara pembelian langsung ke rumah pemilik

usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”.

Selama ini hubungan yang terjalin antara pemilik usaha keripik pisang

dengan distributor yaitu dalam hal ini koperasi BMT Al-Ikhlaash terjalin baik.
172

Jumlah pesanan atau permintaan koperasi BMT Al-Ikhlaash terhadap produk

keripik pisang “Kondang Jaya” cukup stabil dan kontinu.

d. Promosi

Usaha kecil keripik pisang hingga saat ini masih melakukan kegiatan

promosi secara tradisional. Promosi yang bersifat lokal yaitu hanya dilakukan

oleh koperasi BMT Al-Ikhlaash melalui pengajian yang diselenggarakan oleh

para anggota koperasi baik pengajian bapak-bapak maupun Ibu-Ibu Darma

Wanita, namun untuk kedepannya ada rencana untuk melakukan promosi pada

majalah-majalah lokal.

6.2 Analisis Faktor Eksternal Usaha

Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan

industri. Analisis faktor eksternal usaha kecil keripik pisang dilakukan untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan yang berada di

luar kontrol usaha kecil keripik pisang. Analisis terfokus pada faktor-faktor kunci

yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha kecil keripik pisang, sehingga

memudahkan usaha ini untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang

dan menghindari ancaman.

6.2.1 Lingkungan Umum

Lingkungan umum adalah suatu lingkungan yang berada di luar usaha dan

terlepas dari sistem operasional usaha. Analisis lingkungan umum dapat

menggambarkan lingkungan peluang dan ancaman bagi suatu usaha. Lingkungan

umum dapat dianalisis menggunakan alat analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial-

Budaya, dan Teknologi) dan Demografi. Hal ini juga sesuai dengan konsep yang
173

dipaparkan oleh Umar dalam Sidabutar (2007) yaitu bahwa analisis lingkungan

eksternal meliputi faktor luar yang mempengaruhi kinerja maupun strategi-

strategi yang harus diambil oleh suatu organisasi. Berdasarkan analisis tersebut,

maka faktor-faktor eksternal usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” yaitu:

1. Politik (Dukungan Pemerintah Daerah)

Industri pengolahan pisang di Indonesia selain mampu memasok pasar

domestik dan juga sudah mulai mengekspor. Namun terbatasnya daya serap pasar

domestik dan persaingan pasar yang semakin ketat, sehingga kesinambungan

industri pengolahan masih kurang lancar. Buah pisang dapat diolah mejadi

beragam produk yang lezat antara lain, seperti : keripik, ledre, getuk jus, puree,

sale, jam, dan pisang goreng/bakar.

Kebutuhan pisang sebagai bahan baku untuk industri pengolahan skala

rumah tangga (10-50 kg/hari), skala kecil dan menengah menghasilan: keripik

(100-120 kg/hari), sale (1,5-2 ton/bln), ledre (70-120 kg/hari), puree (300-500

kg/h) dan tepung (700-1.000 kg/minggu). Skala besar, membutuhkan kapasitas +

10-12 ton pisang segar/hari. Untuk memenuhi kebutuhan buah dan produk olahan

pisang untuk ekspor pada tahun 2010 diperkirakan memerlukan areal pertanaman

sekitar 5.000-6.000 ha atau dibutuhkan sekitar 5-7 usaha skala besar. Industri

pengolahan pisang skala besar lebih diarahkan pada industri tepung (1,5-2

ton/minggu), puree (600 kg – 1,5 ton/hari) dan jam (1-2 ton/hari), karena untuk

memproduksi produk-produk tersebut diperlukan peralatan khusus yang cukup

mahal. Kebutuhan bahan baku diperkirakan mencapai 60.000 ton per tahun.
174

Sedangkan industri pengolahan pisang yang diarahkan kepada pembuatan keripik

pisang umumnya berskala mikro, kecil dan menengah.

Di Kota Bogor telah terdapat dukungan Pemerintah Daerah setempat

terhadap UMKM. Dukungan tersebut berupa pembinaan dan pengembangan

UMKM di Kota Bogor. Melalui berbagai program peningkatan kesejahteran

masyarakat yang saat ini banyak berkembang seperti PNPM Mandiri, Pemerintah

Kota Bogor berusaha memajukan UMKM yang ada di wilayahnya. PNPM

mencakup antara lain program penanggulangan kemiskinan, pembangunan

infrastruktur desa, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan agribisnis.

Salah satu kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan adalah program

Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Pada program ini

pemerintah telah mengeluarkan dana senilai Rp 69 Miliar untuk 689

desa/kelurahan di 76 kecamatan pada 16 kabupaten/kota. Provinsi Jawa Barat

pada 2008 menerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Rp 720,63 Miliar.

Adanya program-program PNPM Mandiri tersebut diharapkan akan mampu

membantu pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya industri-industri

kecil di wilayah Kota Bogor untuk lebih berkembang. Program peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui PNMP Mandiri di Kota Bogor dalam beberapa

tahun terakhir dinilai cukup berhasil, hal tersebut dapat dilihat dari penghargaan

yang diperoleh dari pemerintah pusat atas kinerja PNPM Mandiri Kota Bogor

yang semakin baik.

Selain itu bentuk dukungan Pemerintah Daerah Kota Bogor terhadap

UMKM juga dapat dilihat pada program Gerakan Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat (Garda Emas). Garda Emas merupakan suatu bentuk dukungan


175

Pemerintah Daerah Kota Bogor bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Bogor dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota

Bogor. Pelatihan yang diberikan dimulai dari pembentukan mental para

wirausaha, pengenalan alat-alat produksi hingga pemasaran. Bantuan pinjaman

modal biasanya diperoleh melalui beberapa hasil rekomendasi dan kerjasama

dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor.

Di sisi lain industri kecil dapat menyerap tenaga kerja yang cukup tinggi

dan mampu memanfaatkan penggunaan sumber daya alam lokal, sehingga

industri ini tidak mengalami dampak yang kuat saat teriadi penurunan terhadap

nilai mata uang. Industri makanan merupakan salah satu industri yang mampu

menyerap tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja industri makanan di Kota Bogor

tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan di Kota


Bogor Tahun 2003
No. Kelompok Industri Unit Usaha Investasi Tenaga Kerja
1. Menengah/Besar 6 8.415.350.000 251
2. Kecil Formal 154 3.968.440.000 1660
3. Kecil Non Formal 929 788.640.230 4.453
Sumber: www.kota bogor.go.id, 23 Januari 2007.

Berdasarkan data Tabel 13, industri kecil non formal merupakan industri

yang jumlahnya terbesar, menyerap tenaga dalam jumlah terbesar, dan memiliki

nilai invesasi yang terkecil di Kota Bogor. Usaha kecil keripik pisang sebagai

salah satu industri makanan di Kota Bogor menjadi salah sati industri kecil

mampu menyerap tenaga kerja. Sehingga usaha kecil keripik pisang menjadi

industri yang penting untuk terus dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor

dalam mengurangi pengangguran di Kota Bogor.


176

2. Faktor Sosial-Budaya

Faktor sosial-budaya dapat mempengaruhi usaha karena selalu terjadi

perubahan sebagai akibat dari upaya orang untuk memuaskan keinginan dan

kebutuhan melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

Yusmarini dalam Agus (2008), menyatakan bahwa dewasa ini, pola konsumsi

masyarakat telah bergeser dari bahan makanan hewani ke bahan makanan nabati.

Hal ini terjadi karena masyarakat berusaha menghindari makanan kadar kolesterol

tinggi, setelah diketahui adanya korelasi positif antara penyakit jantung koroner

cengan kadar kolesterol yang tinggi di dalam serum darah. Bahan makanan nabati

cenderung semakin diminati. Selain itu juga meningkatnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang sehat tanpa bahan pengawet

dengan nilai gizi yang tinggi semakin meningkatkan permintaan masyarakat

terhadap produk makanan ringan seperti keripik pisang.

3. Faktor Demografi

Peningkatan jumlah penduduk di suatu negara akan menciptakan pangsa

pasar bagi setiap bidang usaha. Selama periode tahun 2001-2006 jumlah

penduduk Indonesia setiap tahunnya mengalami pertumbuhan sekitar 2,019 persen

(Tabel 14). Tahun 2003 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang cukup besar

yaitu 5,37 persen dengan jumlah penduduk sebanyak 214.374.096 jiwa (BPS,

2007).

Tabel 14. Penduduk Indonesia Tahun 2001-2006


Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%)
2001 201.703.537 -
2002 203.441.676 0,862
2003 214.374.096 5,374
2004 217.854.745 1,624
2005 219.204.724 0,620
177

2006 * 222.746.900 1,616


Rata-Rata 2,019
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2007
Keterangan : * Angka Sementara

Pertumbuhan jumlah penduduk juga terjadi di Kota Bogor. Hal ini dapat

dilihat pada data Tabel 15, yaitu pada periode tahun 2001-2006 jumlah penduduk

Kota Bogor pengalami petumbuhan setiap tahunnya sekitar 2,951 persen.

Peningkatan jumlah pendududk dari tahun 2005 ke tahun 2006 terjadi

pertumbuhan penduduk sebanyak 24.053 jiwa atau 2.813 persen yaitu 855.085

jiwa pada tahun 2005 menjadi 879.138 jiwa pada tahun 2006.

Tabel 15. Penduduk Kota Bogor Tahun 2001-2006


Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%)
2001 760.329 -
2002 789.423 3,827
2003 820.707 3,963
2004 831.571 1,324
2005 855.085 2,828
2006 879.138 2,813
Rata-Rata 2,951
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2007

Peningkatan jumlah penduduk dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha

karena tingkat upah menjadi kecil, hal ini dikarenakan peningkatan jumlah

penduduk yang disertai dengan peningkatan jumlah angkatan kerja yang lebih

besar. Selain itu, pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat secara

langsung akan dapat meningkatkan permintaan terhadap kebutuhan akan

makanan. Hal tersebut secara tidak langsung juga akan meningkatkan permintaan

terhadap makanan ringan yang saat ini semakin digemari.

4. Ekonomi
178

Kinerja usaha dan industri akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

suatu negara. Perekonomian Indonesia pada tahun 2005 mengalami pertumbuhan

sebesar 5,60 persen dibanding tahun 2004. Nilai PDB atas dasar harga konstan

pada tahun 2005 mencapai Rp 1.749,5 triliun, sedangkan pada tahun 2004 sebesar

Rp 1.656,8 triliun. Bila dilihat berdasar harga yang berlaku, PDB tahun 2005 naik

sebesar Rp 468,0 triliun, dari Rp 2.261,7 triliun pada tahun 2004 menjadi sebesar

Rp 2.729,7 triliun pada tahun 2005. Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama

tahun 2005 yang dibarengi oleh rendahnya laju inflasi membuat secara umum

kondisi makro ekonomi Indonesia semakin membaik.

Tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2005 sebesar 17,11 persen jauh

lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 sebesar 6,40 persen dan tahun 2003 sebesar

5,06 persen. Faktor-faktor yang cukup dominan mempengaruhi inflasi selama

tahun 2005 antara lain meningkatnya harga bahan makanan, nilai tukar rupiah dan

adanya rencana pemerintah untuk menaikan harga BBM.

Kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang

berlaku mulai tanggal 1 Oktober 2005 tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.

55/2005 tentang Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri tanggal 30

September 2005, secara tidak langsung telah mengakibatkan kenaikan harga

bahan baku keripik pisang dan bahan baku penolong bagi usaha keripik pisang.

Berdasarkan data yang diperoleh sejak adanya kenaikan BBM harga minyak

tanah meningkat dan juga harga input-input lain menjadi cenderung meningkat,

misalnya saja minyak goreng dan mentega yang harganya menjadi cukup tinggi

di pasaran hingga menjadi dua kali lipat dari sebelum terjadi kenaikan harga

BBM.
179

Pada awalnya kenaikan harga BBM hanya berdampak langsung pada

kenaikan biaya transportasi. Namun selanjutnya kenaikan harga BBM tersebut

juga berdampak pada industri-industri yang menggunakan BBM. Data kenaikan

harga BBM per l Oktober 2005 dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Kenaikan Harga BBM per 1 Oktober 2005 (Rp/liter)

Jenis BBM 1 Maret 2005 1 Oktober 2005 Kenaikan (%)


Minyak Tanah 700,00 2.000,00 185,71
Premium 2.400,00 4.500,00 87,50
Solar 2.100,00 4.300,00 104,76
Sumber: PT. Pertamina dan Menteri Perekonomian (Kompas, Sabtu 1 Oktober 2005)

Kenaikan harga BBM pada industri menyebabkan industri cenderung

melakukan konversi bahan bakarnya dari minyak tanah kepada gas, tidak

terkecuali industri-industri yang berada di wilayah Kota Bogor. Usaha kecil

keripik pisang ini juga melakukan perubahan bahan bakar yang digunakan dari

minyak tanah ke gas elpiji.

5. Teknologi

Faktor teknologi dapat memberikan peluang dan ancaman bagi suatu

usaha. Teknologi yang terus berkembang dapat mempengaruhi strategi usaha

dalam memproduksi dan memasarkan produknya. Kemajuan teknologi yang

semakin berkembang antara lain teknologi di bidang produksi, informasi,

komunikasi dan transportasi. Usaha kecil keripik pisang dapat menggunakan

teknologi tradisional maupun teknologi modern. Perbedaan teknologi ini terletak

pada jenis peralatan yang digunakan selama proses produksi. Usaha yang
180

menggunakan teknologi modern, proses produksi akan semakin cepat dan dapat

menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak jika dibandingkan dengan

usaha yang menggunakan teknologi sederhana.

Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi dapat

menjadi peluang bagi usaha untuk mempromosikan dan memasarkan produknya.

Adanya alat komunikasi seperti telepon dan telepon selular dapat mempercepat

proses komunikasi antara prosdusen dengan pembeli dan pemasok.

Media informasi seperti internet dapat digunakan usaha untuk

mempromosikan produk dalam jangkauan yang luas, sedangkan perkembangan

teknologi di bidang transportasi seperti jasa pengiriman juga memberikan

peluang bagi usaha untuk memudahkan kegiatan pendistribusian barang baik dari

pihak pemasok ke usaha maupun pihak usaha ke pihak pembeli. Namun

kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi ini masih belum dimanfaatkan

oleh usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”.

Usaha kecil keripik pisang ini cenderung masih menggunakan teknologi

tradisional. Hal ini terlihat pada peralatan yang digunakan dalam proses produksi

usaha ini, selain itu usaha ini juga belum memanfaatkan internet sebagai media

promosi. Jadi dapat dikatakan usaha kecil keripik pisang ini memiliki kelemahan

berupa teknologi yang digunakan.

6.2.2. Lingkungan Industri

Lingkungan industri adalah lingkungan yang berada di sekitar usaha yang

mempengaruhi langsung terhadap operasional usaha. Kemampuan untuk

memperoleh laba suatu usaha bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat industrinya

saja, melainkan juga oleh kedudukan usaha di dalam industri tersebut, sehingga
181

hal-hal seperti ini seharusnya juga dipertimbangkan dalam penentuan strategi

usaha. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pearce dan Robinson (1997),

terkait dengan kekuatan-kekuatan persaingan, maka dalam analisis lingkungan

industri penelitian ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Kekuatan tawar menawar pembeli dari produk keripik pisang ini dapat

dikatakan cukup kuat, hal ini disebabkan beberapa hal yaitu: (1) Pembeli

cenderung membeli dalam jumlah yang kecil, (2) Pembeli produk keripik pisang

belum mempunyai informasi yang lengkap dan terperinci tentang produk dan

pasarnya dan (3) Pembeli mudah pindah ke produk lain sejenis. Kekuatan tawar

menawar pembeli relatif besar dibandingkan dengan permintaan terhadap produk

tersebut.

Produk keripik pisang yang diproduksi oleh usaha kecil ini, selama ini

cenderung berproduksi berdasarkan pesanan dari koperai BMT Al-Ikhlaash.

Untuk menghadapi kekuatan tawar menawar pembeli dari produk keripik pisang

ini dapat dikatakan cukup kuat, pihak pengusaha keripik pisang dan koperasi

BMT Al-Ikhlaash harus berusaha untuk lebih gencar mempromosikan produk

keripik pisang yang dihasilkan selain itu juga harus menjaga kontinuitasnya.

2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Usaha kecil keripik pisang koperasi BMT perumahan BSI Kota Bogor

membeli bahan baku berupa pisang dari petani-petani pisang di sekitar Bogor,

yaitu di daerah Parung Aleng, Kampung Pasir dan Leuwiliang. Dalam

memperoleh bahan baku, usaha ini cukup mengalami kesulitan karena bahan baku

berupa pisang jenis kepok banggala tidak mudah diperoleh di pasar.


182

Pemasok memiliki kekuatan tawar menawar yang cukup kuat. Usaha

keripik pisang ini cenderung bergantung hanya pada beberapa pemasok. Artinya,

jika bahan baku yang dibeli dari satu pemasok kurang memenuhi standar, baik dari

segi harga, kualitas, maupun kuantitas, maka usaha ini tidak dapat membelinya

dari pemasok lain. Terkait dengan pemasok lain, terdapat pemasok bahan baku di

luar wilayah Bogor yaitu seperti di Cianjur dan Lampung, Namun bahan baku dari

pemasok di luar wilayah Bogor tersebut baru dapat diakses jika jumlah yang

diminta dalam jumlah besar karena jika hanya dalam jumlah kecil akan

menyebabkan biaya yang jauh lebih besar bagi usaha kecil keripik pisang. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa usaha kecil keripik pisang ini cukup mengalami

kesulitan untuk mendapat pemasok.

3. Ancaman Produk Pengganti

Terkait dengan produk-produk pengganti adalah yaitu mencari produk lain

yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk dalam industri. Faktor

harga dan kualitas akan menentukan intensitas tekanan dari produk pengganti.

Tekanan persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti relatif

lebih murah dan biaya konsumen untuk beralih ke produk pun rendah.

Pada industri keripik pisang, produk yang dapat digolongkan menjadi

produk pengganti adalah berbagai jenis keripik, misalnya keripik nangka, keripik

apel, keripik singkong, keripik bayam dan lain-lain. Tingginya barang substitusi

dari keripik pisang memberikan ancaman bagi usaha untuk menguasai pasar dengan

inovasi produk. Meskipun produk pengganti mempengaruhi industri keripik pisang

dalam menarik pasar, konsumen bebas memilih produk makanan ringan yang

sesuai dengan selera masing-masing. Pada kenyataannya keripik pisang yang


183

memiliki nilai gizi tinggi dan cita rasa yang enak dapat bersaing dengan produk

makanan ringan lain yang memiliki fungsi sama.

4. Persaingan di Antara Para Pesaing yang Ada

Persaingan diantara pesaing produk keripik pisang cukup ketat. Hal ini

dapat dilihat dari persaingan harga oleh masing-masing usaha. Persaingan harga

yang ditetapkan oleh masing-masing usaha dengan berbagai merek dagang yang

berbeda dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Daftar Harga Produk Keripik Pisang Berbagai Merek Dagang di
Kota Bogor
Merk Dagang Harga (Rp/200 gr)
Cap Pohon Kelapa 5.000
Diva Keripik Pisang 6.500
Eka Sari 4.500
Indo Sari 8.500
Sumber: Swalayan Ngesti dan Swalayan Greenmart ( Data Tanggal 20-25 Januari,
2009 )

Berdasarkan Tabel 20, Perbedaan harga yang ditetapkan oleh masing-

masing usaha dipengaruhi biaya produksi dan biaya promosi yang dilakukannya.

Meskipun usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” belum banyak melakukan

promosi sudah menetapkan harga yang relatif tinggi, dikarenakan usaha tersebut

membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi. Dalam proses produksinya

usaha ini menggunakan mentega yang harganya cukup tinggi serta minyak

goreng yang harganya cenderung naik turun. Penggunaan mentega tersebut

diperlukan untuk menjaga kualitas rasa keripik yang dihasilkan.

5. Ancaman Pendatang Baru


184

Keberadaan pendatang baru dalam industri dapat menunjukkan tingkat

persaingan yang akan dihadapi oleh suatu usaha dalam industri tersebut. Jika

semakin banyak pendatang baru yang memasuki wilayah industri maka akan

menimbulkan sejumlah implikasi bagi usaha yang ada, misalnya terjadi perebutan

pangsa pasar yang ada dan perebutan sumberdaya produksi yang terbatas.

Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada

rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah

ada yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Untuk memulai usaha keripik

pisang ini tidak membutuhkan investasi yang besar. Hal ini menyebabkan

mudahnya para pendatang baru untuk masuk ke dalam usaha ini. Pada usaha kecil

keripik pisang “Kondang Jaya”, pemiliki dapat memulai usahanya hanya dengan

modal sebesar Rp 500.000.


185

VII. FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI

7.1. Identifikasi Faktor Internal

Setelah dilakukan analisis faktor-faktor penentu untuk mengidentifikasi

kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta peluang (opportunities)

dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap rumusan pengembangan usaha

kecil keripik pisang “Kondang Jaya” binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash,

selanjutnya dapat dilakukan identifikasi untuk menentukan faktor-faktor kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman dari analisis yang telah dilakukan. Hasil ini

digunakan sebagi input analisis internal dan eksternal dengan menggunakan

matriks IFE dan EFE. Nilai yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE diplotkan ke

matriks IE sehingga dapat terlihat peta posisi usaha kecil keripik pisang “Kondang

Jaya” pada matriks tersebut. Selanjutnya hasil analisis ini juga digunakan untuk

merumuskan alternatif strategi bisnis dalam analisis SWOT.

Dalam identifikasi faktor internal terdapat faktor kekuatan (strenghts) dan

kelemahan (weaknesses) dari usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Aspek-

aspek yang terdapat dalam identifikasi kedua faktor tersebut dapat dijabarkan

sebagai berikut :

7.1.1. Faktor Kekuatan

Faktor kekuatan merupakan bagian dari faktor strategis internal, faktor

tersebut dianggap sebagai kekuatan yang akan mempengaruhi pengembangan

usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan

harus digunakan semaksimal mungkin dalam upaya untuk mencapai tujuan

pengembangan usaha kecil keripik pisang ini, faktor-faktor itu terdiri dari :
186

a. Keharmonisan hubungan antar pemilik dan pekerja

Usaha keripik pisang “Kondang Jaya” masih merupakan usaha kecil,

sehingga memiliki majemen tenaga kerja yang bersifat informal. Dalam

pengelolaan usahanya hubungan antar pengelola bersifat kekeluargaan. Antara

pemilik dengan pekerja cenderung ke arah hubungan yang bersifat informal. Para

pekerjanya berasal dari anggota keluarga, sehingga keharmonisan diantara pekerja

dengan pemilik relatf mudah terjalin.

b. Kondisi modal yang relatif tercukupi

Terkait dengan modal, selama ini usaha keripik pisang ini memperoleh

modal dari koperasi BMT Al-Ikhlaash. Dengan kondisi skala usaha yang masih

relatif kecil, modal yang diberikan koperasi hingga saat ini masih dirasa cukup

untuk menjalankan usaha yang ada. Bahkan untuk pengembangan usaha keripik

pisang ini, koperasi juga akan terus menyediakan sejumlah modal dibutuhkan,

sehingga dari sisi ketersediaan modal usaha keripik pisang ini relatif cukup

terjamin.

c. Produk yang berkualitas

Usaha kecil ini hanya memproduksi keripik pisang dengan merek dagang

usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Produk yang dihasilkan berukuran

200 gr dengan rasa alami pisang. Rasa alami dari produk keripik pisang ini, berasal

dari rasa pisang yang telah di sortasi secara teliti oleh pemilik. Kebersihan dalam

proses produksi yang terjamin dengan baik, membuat tingginya kualitas rasa dan

gizi yang terkandung dalam keripik pisang. Keripik pisang memiliki daya tahan

produk yang lama yaitu kurang lebih satu bulan. Kualitas produk yang cukup
187

baik, rasa yang enak, kandungan gizi yang tinggi, tidak menggunakan bahan

kimia dan daya tahan produk yang lama merupakan kekuatan bagi usaha ini untuk

mempertahankan pelanggan. Kualitas dari produk harus senantiasa dipertahankan

oleh usaha ini. Kualitas produk yang baik tercermin dari rasa yang terbentuk tanpa

bahan pengawet dan penyedap buatan, warna yang dihasilkan alami warna pisang,

bukan pewarna buatan, sehingga produk keripik pisang ini cenderung memiliki

kandungan gizi yang baik dan penampilan yang menarik. Bentuk produk keripik

pisang “Kondang Jaya” dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Produk Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya”

Sumber : Greenmart Darmaga, Juli 2009

d. Letak usaha yang strategis

Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” memiliki letak yang cukup

stategis. Usaha ini terletak di pusat Kota Bogor yaitu sekitar 6 kilometer dari

terminal Baranangsiang Kota Bogor. Akses dengan jalan raya yang cukup dekat

ini didukung dengan fasilitas yang ada seperti jalan beraspal, listrik, telepon, dan
188

PDAM. Lokasi usaha yang terletak dekat dengan pusat Kota Bogor memudahkan

usaha kecil keripik pisang ini dalam hal pemasaran. Masyarakat Kota Bogor,

umumnya belum cukup mengenal produk ini karena daya jangkau jaringan

pemasaran produk keripik pisang ini masih cenderung rendah. Letak usaha yang

strategi menjadi modal dasar yang baik bagi pemilik untuk mengembangkan

jaringan pemasaran produknya. Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”

terletak bersebelahan dengan perumahan Baranangsiang Indah Kota Bogor,

sedangkan letak koperasi BMT Al-Ikhlaash terletak tepat di perumahan

Baranangsiang Indah kota bogor.

7.1.2. Faktor Kelemahan

Faktor kelemahan merupakan bagian dari faktor strategis internal, faktor

tersebut dianggap sebagai kelemahan yang akan mempengaruhi pengembangan

usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Faktor-faktor yang menjadi

kelemahan harus diminimalisasi dalam upaya untuk mencapai tujuan

pengembangan usaha kecil keripik pisang ini, faktor-faktor kelemahan tersebut

terdiri dari :

a. Keterbatasan dalam pencatatan keuangan

Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” tidak selalu melakukan

pencatatan secara akutansi terhadap pengelolaan keuangan dan modal usahanya.

Manajemen keuangan dari usaha ini belum tertata dengan baik, sehingga

keuangan usaha keripik pisang dengan keuangan rumah tangga pemilik tidak

dapat dibedakan. Selain itu pencatatan keuangan yang biasanya dilakukan hanya

mengandung komponen besarnya jumlah produksi yang dihasilkan per satu kali

produksi. Dalam pencatatan keuangan belum memasukkan kandungan biaya-


189

biaya yang dikeluarkan. Sehingga tidak terdapat catatan yang jelas mengenai

besarnya keuntungan yang diperoleh oleh usaha keripik pisang ini.

b. Harga produk keripik pisang

Pada usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” harga yang ditawarkan

relatif tinggi, dikarenakan usaha tersebut membutuhkan biaya produksi yang

cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga produk keripik pisang lainnya.

Harga jual yang ditetapkan oleh pemilik usaha keripik pisang merupakan harga

untuk distributor. Adapun harga yang diterima konsumen ditentukan oleh

distributor, sehingga harga keripik pisang untuk konsumen dapat berbeda di tiap

distributor. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pada beberapa tempat

penjualan produk keripik pisang dari usaha kecil ini harga yang diterima

konsumen di Greenmart (baik yang berlokasi di Darmaga maupun di daerah

Sentul) sebesar Rp 8.150, sedangkan di Warung milik koperasi BMT Al-Ikhlaash

di perumahan BSI seharga Rp 7.500. Harga produk keripik pisang tersebut relatif

lebih mahal jika dibandingkan dengan harga produk keripik pisang usaha lain.

Harga yang cukup tinggi menjadi salah satu kelemahan bagi keberlangsungan

usaha ini.

c. Belum memiliki sertifikat halal dan izin Depkes

Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” belum memilki

sertifikat halal dan juga izin dari Departemen Kesehatan. Saat ini konsumen

sangat berhati-hati dalam mengkonsumsi suatu produk dikarenakan banyaknya

produk-produk kadarluarsa yang beredar di pasaran. Sehingga untuk

mengembangkan usahanya keripik pisang ini harus memilki sertifikat halal dan

juga izin dari Departemen Kesehatan. Namun hal tersebut belum terwujud, hal ini
190

dikarenakan biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan sertifikat halal dan juga

izin dari Departemen Kesehatan cukup besar dan memberatkan bagi pemilik usaha

kecil keripik pisang ini.

d. Penggunaan alat produksi yang masih sederhana

Usaha keripik pisang “Kondang Jaya” merupakan usaha kecil yang

berproduksi dengan menggunakan peralatan yang relatif sederhana. Alat yang

digunakan dalam usaha ini berupa alat press untuk mengikat kemasan keripik

pisang, sedangkan untuk memotong pisang dilakukan dengan alat tradisional yang

biasanya dipakai oleh rumah tangga, sehingga proses produksi keripik pisang

berjalan cukup lambat.

e. Kemasan produk keripik pisang

Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” memproduksi keripik pisang

menggunakan plastik. Plastik yang digunakan berukuran cukup besar yaitu ½ kg.

produk yang dihasiklan berukuran 200 gram. Dalam kemasan produk keripik

pisang “Kondang Jaya” bentuk kemasan masih sederhana bentuknya. Pada

kemasan hanya tercantum merek dagang usaha kecil keripik pisang “Kondang

Jaya”, alamat dari koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan BSI Kota Bogor dan

lambang BMT Al-Ikhlaash. Penampilan kemasan masih sangat sederhana dan

secara keseluruhan kemasan keripik pisang tersebut tanpak kurang menarik bagi

konsumen untuk membelinya.

f. Daerah pemasaran produk keripik pisang

Sebagai binaan dari Koperasi BMT Al-Ikhlaash perumahan BSI Kota

Bogor, usaha kecil keripik pisang selain mendapat bantuan modal bagi usahanya

juga mendapat bantuan berupa bantuan dalam memasarkan produknya. Usaha


191

keripik pisang menjual semua produk yang dihasilkannya kepada Koperasi BMT

Al-Ikhlaash kemudian koperasi tersebut memasarkannya ke daerah-daerah di

sekitar Kota Bogor. Daerah yang menjadi sasaran pemasaran relatif masih kecil

yaitu baru mencapai daerah sekitar Kota Bogor. Tempat pemasaran diantaranya

meliputi Swalayan Ngesti, Greenmart Darmaga, Greenmart Sempur, kantin

Rumah sakit PMI Kota Bogor dan Bogor Medical Center (BMC), pengajian di

masjid Al-Ghifary.

g. Kegiatan Promosi produk

Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” hingga saat ini belum

melalukan kegiatan promosi, layaknya sebuah usaha. Promosi yang bersifat lokal

hanya dilakukan oleh koperasi BMT Al-Ikhlaash sebagai pemasar yaitu melalui

pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh para anggota koperasi baik

pengajian bapak-bapak maupun ibu-ibu Darmawanita. Dalam rangka

pengembangan usahanya, usaha kecil keripik pisang ini harus mulai memikirkan

strategi promosi terhadap produknya, sehingga dapat lebih dikenal oleh

masyarakat.

h. Kurangnya inovasi produk

Usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” memproduksi keripik pisang

dengan rasa yang ditawarkan dengan rasa pisang alami dan asin. Rasa yang

dihasilkan dari rasa alami keripik pisang dan tambahan garam. Hingga saat ini

belum terdapat inovasi produk baik dai sisi rasa maupun bentuk. Rasa yang

dihasilkan hanya rasa asin. Usaha ini belum mampu menghasilkan keripik pisang

dengan rasa yang beragam seperti rasa manis, keju atupun rasa lain yang digemari

konsumennya.
192

Aspek-aspek faktor kekuatan dan kelemahan yang telah dijabarkan di

atas saling berinteraksi dalam pengembang usaha kecil keripik pisang Koperasi

BMT Al-Ikhlaash. Secara keseluruhan aspek pada faktor kekuatan dan kelemahan

dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 18.

Tabel 18. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang
Jaya”
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
Sumberdaya  Keharmonisan hubungan
Manusia antar pemilik dan pekerja

Keuangan dan  Kondisi modal yang  Keterbatasan dalam pencatatan


Akuntasi relatif tercukupi keuangan

Produksi dan  Produk yang berkualitas  Harga relatif mahal


Operasi baik  Belum memiliki sertifikat halal
dan izin Depkes
 Penggunaan alat produksi yang
masih sederhana
 Kemasan produk yang relatif
sederhana
Pemasaran  Letak usaha yang  Daerah pemasaran masih
strategis terbatas
 Kegiatan Promosi produk
 kurangnya inovasi produk
Sumber : Hasil Analisis

7.2. Identifikasi Faktor Eksternal

Berdasarkan wawancara dan pengisian kuisioner dan analisis terhadap

pengembangan usaha kecil keripik pisang ini, didapatkan faktor-faktor strategi

eksternal yaitu berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Aspek-

aspek pada faktor peluang dan Ancaman tersebut dapat dapat dijabarkan sebagai

berikut :

7.2.1. Peluang

Faktor peluang adalah bagian dari faktor strategis eksternal, faktor-faktor

tersebut dianggap sebagai suatu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam

pengembangan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Potensi tersebut harus
193

dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, peluang tersebut terdiri

dari:

a. Adanya kredit bagi usaha kecil

Kredit yang ditawarkan baik oleh pemerintah atau lembaga keuangan

untuk industri kecil juga merupakan peluang bagi industri kecil untuk

meningkatkan modal kerja. Modal kerja yang selama ini menjadi masalah klasik

bagi pengusaha industri kecil untuk mengembangkan usahanya. Sebagai

contohnya kredit yang ditawarkan oleh BNI (Bank Negara Indonesia) yaitu BNI

mentargetkan penyerapan kredit bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) di

Jawa Barat. Pada tahun 2008 penyaluran kredit UMKM di provinsi tersebut

ditingkatkan dari Rp 1,6 Miliar menjadi 1,8 Miliar. Bank BRI juga mempunyai

Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat dinikmati oleh perusahaan kecil. Selain

itu pemerintah juga memberikan berbagai macam kredit untuk usaha kecil KUK

seperti (Kredit Usaha Kecil) serta Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yang

didalamnya memuat pasal-pasal yang memberikan ruang pembiayaan bagi syariah

bagi bank umum, sehingga saat ini banyak bank umum yang membuka divisi

syariah denga tujuan untuk memperluas jangkauan layanan kepada segmentasi

yang tidak dapat dijangkau secara konvensional.

Sejak tahun 2007 Pemerintah meluncurkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Salah satu kegiatan dalam PNPM

adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Selain itu

adanya dukungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Bogor dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota

Bogor serta adanya Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Garda Emas).


194

Adanya berbagai program pemerintah dalam upaya pengembangan UMKM di

Kota Bogor yang salah satunya dicapai melalui pemberian kredit, maka sudah

sewajarnya UMKM di Kota Bogor seperti usaha kecil keripik pisang dapat lebih

berkembang.

b. Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata dan merupakan wilayah transit,
mampu membangkitkan sektor industri makanan

Kota Bogor merupakan salah satu tujuan wisata bagi masyarakat yang

berasal dari wilayah-wilayah di sekitarnya seperti dari Jakarta, Depok,

Tanggerang, Bekasi, Cianjur dan sebagainya. Objek wisata yang dapat di

kunjungi di Kota Bogor antara lain Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, The Jungle

dan sebagainya. Berkembangnya objek tujuan wisata tersebut secara langsung

akan berdampak terhadap berkembangnya industria makanan di wilayah Kota

Bogor. Selain itu, Kota Bogor sebagai wilayah yang dilalui oleh jalur puncak

menjadi salah satu pasar potensial bagi para pengusaha. Karena semakin ramainya

menuju jalur puncak, semakin mudah berkembangnya berbagai jenis usaha

termasuk usaha di bidang makanan. Di sepanjang jalur menuju wisata puncak

dapat dilihat saat ini berkembang banyak toko-toko kue dan minimarket.

Berdasarkan data Pemerintah Kota Bogor, di sepanjang jalur puncak terdapat

sekitar 105 toko-toko kue dan minimarket yang menawarkan berbagai macam

makanan ringan. Hal ini juga menjadi peluang bagi pengembangan usaha kecil

keripik pisang dalam memasarkan produknya.

7.2.2. Ancaman

Faktor ini merupakan bagian dari faktor eksternal, faktor tersebut dianggap

sebagai ancaman yang bisa menjadi hambatan dalam pengembangan usaha kecil
195

keripik pisang “Kondang Jaya”. Faktor-faktor tersebut harus dihindari dan

diusahakan upaya penanggulannya secara baik agar dapat mencapai tujuan yang

diharapkan. Faktor-faktor ancaman tersebut terdiri dari :

a. Bargaining position pembeli kuat

Kekuatan tawar menawar pembeli dikatakan cukup kuat, hal ini

disebabkan (1) Pembeli produk keripik pisang cenderung membeli dalam jumlah

yang relatif kecil, (2) Pembeli produk keripik pisang belum mempunyai informasi

yang lengkap dan terperinci tentang produk dan pasarnya (3) Menghadapi biaya

pengalihan yang relatif kecil. Kekuatan tawar menawar pembeli relatif besar

dibandingkan dengan permintaan terhadap produk tersebut. Pembeli produk

keripik pisang mudah pindah ke produk lain yang sejenis, karena biaya

pengalihan pembeli relatif kecil.

b. Pasokan bahan baku relatif tidak kontinu

Pemasok bahan dasar keripik pisang memiliki kekuatan tawar menawar

yang cukup kuat. Bahan baku berupa pisang kepok Banggala tidak mudah didapat

di pasaran. Sumber bahan baku pisang ini masih cukup sulit diperoleh di sekitar

wilayah Bogor, yaitu hanya ada di beberapa wilayah seperti daerah Parung Aleng,

Kampung Pasir, dan Leuwiliang. sehingga tingkat kontinuitasnya cenderung

rendah. Usaha keripik pisang “Kondang Jaya” cenderung masih bergantung

hanya pada beberapa pemasok. Artinya, jika bahan baku yang dibeli dari satu

pemasok kurang memenuhi standar, baik dari segi harga, kualitas, maupun

kuantitas, maka usaha ini tidak dapat membelinya dari pemasok lain.

Oleh karena itu, dalam industri keripik pisang ini cukup mengalami

kesulitan untuk mendapat bahan baku pisang. Adanya pasokan bahan baku yang
196

relatif tidak kontinu dari pemasok akan mengancam kelangsungan produksi keripik

pisang dalam memenuhi permintaan distributor dan konsumen. Namun

berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik, jika pasaran produk keripik pisang

sudah luas maka untuk ke depannya pemilik akan membuka jaringan bahan baku

sampai ke wilayah Cianjur dan Lampung yang hanya dapat diakses dengan

jumlah pembelian pisang dalam jumlah cukup besar.

c. Barang subtitusi tinggi

Pada industri keripik pisang, produk yang dapat digolongkan menjadi

produk substitusi adalah berbagai jenis keripik lainnya, misalnya keripik nangka,

keripik apel, keripik singkong, keripik bayam dan lain-lain. Tingginya barang

subtitusi dari keripik pisang memberikan ancaman bagi perusahaan untuk

menguasai pasar dengan inovasi produk. Tekanan persaingan semakin bertambah

ketika harga produk pengganti relatif lebih terjangkau dan biaya konsumen untuk

beralih ke produk pun rendah.

Berbagai barang substitusi dan pesaing memberikan ancaman yang kuat

bagi perkembangan usaha kecil keripik pisang ini. Selain mendapat hambatan dari

berbagai jenis keripik lain, usaha kecil keripik pisang ini juga mendapatkan

persaingan dari usaha keripik pisang lainnya. Di wilayah sekitar Bogor, terdapat

cukup banyak produsen keripik pisang dengan berbagai merek diantaranya keripik

pisang dengan merek dagang Cap Pohon Kelapa, Diva Keripik Pisang, Eka Sari

dan Indo Sari. Bentuk produk-produk tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.
197

Gambar 12. Produk Keripik Pisang berbagai Merek Dagang Di Kota Bogor

d. Jaringan pemasaran pesaing lebih luas

Usaha-usaha sejenis melakukan kegiatan promosi dan membangun

jaringan pemasaran untuk mempermudah konsumen dalam mendapatkan produk

yang mereka pasarkan. Jaringan pemasaran dibangun dengan mendirikan toko,

etalase di suatu distributor dan adanya agen-agen penjual produk untuk

meningkatkan pangsa pasar. Hal itu, sudah dilakukan oleh beberapa usaha yang

memproduksi keripik pisang untuk meningkatkan pangsa pasar produknya,

sedangkan usaha keripik pisang ”Kondang Jaya” cenderung masih tertingggal

dalam kegiatan promosi dan membangun jaringan pemasaran. Upaya promosi

cenderung masih minim, karena hingga saat ini usaha ini hanya melakukan

promosi yang bersifat lokal yang hanya dilakukan oleh koperasi BMT Al-

Ikhlaash yaitu melalui pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh para

anggota koperasi baik pengajian kaum bapak maupun Kaum Ibu Darmawanita,

sehingga cenderung sulit berkembang.

e. Tidak ada hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri

Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada

rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah
198

ada yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Memulai usaha keripik pisang

ini membutuhkan investasi yang tidak terlalu besar, sehingga tidak memberi

hambatan bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri keripik pisang.

Biaya investasi untuk mendapatkan formula keripik pisang yang layak konsumsi

relatif murah. Hal ini menyebabkan mudahnya pendatang baru memasuki industri

keripik pisang. Berdasarkan hal tersebut, hal wajar yang dibutuhkan oleh usaha

kecil keripik pisang ini adalah berkreativitas dalam meningkatkan mutu dan

kualitas produk yang dihasilkan.

Aspek-aspek faktor peluang dan ancaman yang telah dijabarkan di atas

saling berinteraksi dalam pengembang usaha kecil keripik pisang ”Kondang

Jaya”. Secara keseluruhan aspek pada faktor peluang dan ancaman dapat disajikan

dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 19.

Tabel 19. Peluang dan Ancaman Usaha Keripik Pisang “Kondang Jaya”
Faktor Peluang Ancaman
Eksternal
Demografi
Ekonomi  Adanya kredit bagi usaha
kecil
 Kota Bogor sebagai daerah  Harga bahan baku yang
tujuan wisata wilayah transit semakin meningkat
menuju kota/kabupaten lain,
mampu membangkitkan
sektor industri makanan
Kekuatan tawar  Bargaining position pembeli
menawar pembeli kuat
Kekuatan tawar  Pasokan bahan baku
menawar pisang jenis kepok banggala
pemasok relatif tidak kontinu
Ancaman produk  Barang subtitusi tinggi
pengganti
Persaingan  Jaringan pemasaran pesaing
diantara pesaing lebih luas
yang ada
199

Ancaman  Tidak ada hambatan bagi


pendatang baru pendatang baru untuk
memasuki industri

Sumber : Hasil Analisis

7.3 Analisis Matriks IFE dan EFE

Berdasarkan informasi pada identifikasi faktor internal dan eksternal,

maka disusunlah matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks EFE

(External Factor Evaluation) yang akan dibahas sebagai berikut:

7.3.1 Matriks IFE

Matriks IFE diperoleh dari hasil analisis lingkungan internal usaha kecil

keripik pisang “Kondang Jaya”, yaitu mengidentifikasi faktor-faktor kunci

internal usaha kecil keripik pisang berupa kekuatan dan kelemahan. Kemudian

dilakukan pembobotan oleh responden, sehingga diperoleh bobot dari masing-

masing faktor kunci internal usaha kecil keripik pisang. Langkah selanjutnya

adalah dengan memberikan peringkat (rating) pada faktor-faktor kunci internal

tersebut, maka dapat diperoleh hasil seperti pada Tabel 20.

Tabel 20. Matriks IFE Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya”
Total
No Faktor-Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
Keharmonisan hubungan antar pemilik dan
1 pekerja 0,061 3 0,182
2 Kondisi modal yang relatif tercukupi 0,075 2 0,151
3 Kualitas produk 0,087 4 0,348
4 Letak usaha yang strategis 0,095 3 0,286
Kelemahan
5 Keterbatasan dalam pencatatan keuangan 0,066 3 0,199
6 Harga relatif mahal 0,070 2 0,139
Belum memiliki sertifikat halal dan izin
7 Depkes 0,072 3 0,217
8 Penggunaan alat produksi yang relatif masih 0,108 2 0,215
200

sederhana
9 Kemasan produk yang relatif sederhana 0,102 2 0,153
10 Daerah pemasaran masih terbatas 0,061 1 0,061
11 Kegiatan Promosi produk 0,095 1 0,095
12 Inovasi produk 0,108 1 0,108
1,000 2,154
Sumber : Hasil Analisis (Diolah)
Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa faktor kunci internal yang mempunyai

skor kekuatan tertinggi adalah kualitas produk keripik pisang. Hal ini ditunjukkan

oleh nilai bobot sebesar 0,087 dengan rating 4 dan skor sebesar 0,348. Faktor

kunci ini merupakan peluang utama bagi usaha kecil keripik pisang ini karena

kualitas produk keripik pisang memiliki tingkat kepentingan terbesar bagi

pengembangan usahanya ke depan. Selain identifikasi terhadap kekuatan internal

usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”, matriks IFE juga menunjukkan

berbagai kelemahan yang selama ini dimiliki usaha kecil keripik pisang ini. Faktor

kunci internal yang menjadi kelemahan terbesar usaha ini adalah daerah

pemasaran produk keripik pisang, yang memiliki bobot 0,061 dengan rating 1

sehingga skornya adalah 0,061.

Hasil analisis matriks IFE pada usaha kecil keripik pisang ini yang

meliputi seluruh faktor kunci internal (kekuatan dan kelemahan) adalah nilai skor

sebesar 2,154. Total nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha kecil keripik pisang

ini berada pada level rata-rata di dalam kekuatan internal seluruhnya, sehingga

usaha ini dituntut lebih optimal dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki serta

mereduksi kelemahan yang ada dalam mencapai keberhasilan usahanya.

7.3.2 Matriks EFE

Matriks EFE mengidentifikasi faktor-faktor kunci eksternal berupa

peluang dan ancaman yang dihadapi usaha kecil keripik pisang pada kondisi
201

aktual saat ini. usaha kecil keripik pisang ini dapat memanfaatkan peluang dan

menghindari ancaman dari pengaruh lingkungan eksternal untuk keberlanjutan

usahanya. Peluang dan ancaman yang dihadapi usaha kecil keripik pisang

“Kondang Jaya”, dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Matriks EFE Usaha Kecil Keripik Psang “Kondang Jaya”
No Faktor-Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Total Skor
Peluang
1 Adanya kredit bagi usaha kecil 0,118 3 0,353
Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata
2 wilayah transit, mampu membangkitkan 0,159 3 0,478
sektor industri makanan
Ancaman
3 Harga bahan baku yang semakin meningkat 0,104 1 0,104
4 Bargaining position pembeli kuat 0,127 2 0,253
Pasokan bahan baku pisang jenis
0,125 2 0,249
5 kepok banggala relatif tidak kontinu
6 Barang subtitusi tinggi 0,105 1 0,105
7 Jaringan pemasaran pesaing lebih luas 0,097 2 0,194
Tidak ada hambatan bagi pendatang baru
0,166 2 0,332
8 untuk memasuki industri
1,000 2,068
Sumber : Hasil Analisis (Diolah)

Berdasarkan Tabel 21. menunjukkan bahwa faktor kunci eksternal yang

memberikan peluang terbesar bagi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”,

adalah Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit, mampu

membangkitkan sektor industri makanan. Hal ini ditunjukkan oleh bobot

terbesar yang dimiliki faktor kunci eksternal ini, yaitu sebesar 0,159 dengan rating

sebesar 3 dan Total Skor sebesar 0,478. Kota Bogor sebagai wilayah hinterland

Kota Jakarta memberikan banyak memberikan peluang bagi usaha untuk

berkembang.

Faktor kunci eksternal yang memberikan ancaman terbesar bagi usaha

kecil keripik pisang adalah harga bahan baku yang semakin meningkat. Hal ini
202

ditunjukkan oleh nilai bobot sebesar 0,104 dengan rating 1 dan skor sebesar 0,104.

Kondisi ini menunjukkan bahwa harga bahan baku yang semakin meningkat

memiliki pengaruh yang signifikan dalam biaya operasional usaha ini. Biaya

operasional yang meningkat, menyebabkan harga produk keripik pisang yang

ditawarkan usaha ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk pesaing,

dan sekaligus memberikan ancaman bagi keberlangsungan usaha. Perubahan

tersebut harus ditanggapi dengan bijak oleh pemilik usaha kecil keripik pisang

ini, sehingga kelangsungan hidup usaha terjamin. Sejauh ini respon usaha kecil

keripik pisang terhadap ancaman ini berada pada tingkatan dibawah rata-rata, hal

ini terlihat dari besarnya rating yang diberikan.

Hasil analisis matriks EFE pada usaha kecil keripik pisang “Kondang

Jaya” yang meliputi seluruh faktor kunci eksternal (peluang dan ancaman) adalah

nilai skor sebesar 2,068. Total nilai tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

berada pada level menengah dalam usahanya untuk menjalankan strategi yang

memanfaatkan peluang eksternal atau menghindari ancaman yang ada dalam

mencapai keberhasilan usahanya.

7.4 Matriks IE dan SWOT

Hasil yang diperoleh dari matriks IFE dan matriks EFE, maka dapat

disusun selanjutnya dalam matriks Internal-Eksternal. Analisis Matriks IE ini

digunakan untuk mengetahui posisi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”

binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash saat ini. Matriks IE didasarkan pada nilai

tertimbang yang diperoleh pada matriks EFE dan IFE. Nilai tertimbang IFE

sebesar 2.154 yang menggambarkan perusahaan berada pada kondisi internal rata-

rata, tidak terlalu kuat dan tidah terlalu lemah. Nilai tertimbang EFE sebesar 2.068
203

menggambarkan respon yang diberikan oleh usaha kecil keripik pisang kepada

lingkungan eksternalnya tergolong sedang dalam memanfaatkan peluang dan

mengatasi ancaman. Matriks IE dari usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”

dapat terlihat pada Gambar 13.

Total Nilai Tertimbang IFE (2,154)

3,0-4,0 ____________2,0-2,9 ________ 1,0-1,99


Kuat Rata- Rata Lemah
Total Tinggi I II III
Nilai 3,0-4,0
Tertimbang
EFE (2,069) IV Usaha Kecil Keripik VI
Rata-Rata Pisang KOperasi BMT
2,0-2,99 Al-Ikhlaash (Hold and
Maintain)
Rendah
VII VIII IX
1,0-1,99

Gambar 13. Matriks IE Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang Jaya”

Berdasarkan Gambar 15 posisi dari usaha kecil keripik pisang “Kondang

Jaya” berada pada sel V (Hold and Maintain). Sehingga strategi yang sebaiknya

diterapkan usaha tersebut pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan

pengembangan produk. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih

besar dari produk yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih

gencar. Pengembangan produk yaitu mencoba meningkatkan penjualan dengan

memperbaiki produk yang sudah ada atau mengembangkan yang baru.

Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal usaha maka dapat

diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi strategi ini

dilakukan dengan menggunakan alat analisis SWOT, yang nantinya akan menjadi
204

bahan acuan dalam penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai

penentu prioritas strategi. Formulasi strategi pada usaha kecil keripik pisang

”Kondang Jaya” dapat dilihat pada Gambar 14.


104

Kekuatan (S-Strenghts) Kelemahan (W-Weakness)


INTERNA 1. Keterbatasan dalam
L 1. Keharmonisan pencatatan keuangan
hubungan antar 2. Harga relatif mahal
pemilik dan pekerja 3. Belum memiliki sertifikat
2. Kondisi modal yang halal dan izin Depkes
relatif tercukupi 4. Penggunaan alat produksi
3. Kualitas produk yang masih sederhana
4. Letak usaha yang 5. Kemasan produk yang
strategis relatif sederhana
EKSTERN 6. Daerah pemasaran masih
terbatas
AL
7. Kegiatan Promosi produk
8. Inovasi produk

Peluang (O-Oppurtuities) Strategi S-O Strategi W-O

1.Adanya kredit bagi usaha 1. Mempertahankan 1. Meningkatkan dan


kecil kualitas produk memperkuat jaringan
2.Kota Bogor sebagai keripik pisang yang pemasaran (W1,W2, W3,
daerah tujuan wisata berbahan baku W4, W5,W6,W7,W8, O1,
wilayah transit, mampu alami, bermutu dan dan O2,)
membangkitkan sektor bergizi
industri makanan tinggi untuk 2. Memperbaiki sistem
memenuhi manajemen usaha (W1,
permintaan keripik W3, W4,W5,W6,W7,W8,
pisang dan O1)
(S1, S2, S3, S4, O1,
dan O2)
Ancaman (T-Threats) Strategi S-T Strategi W-T

1.Harga bahan baku yang 1. Mengupayakan 1. Melakukan


semakin meningkat ketersediaan bahan mengembangan atau
2.Bargaining position baku utama secara diversifikasi produk
pembeli kuat kontinu (S2, S3, S4, untuk menghadapi
3.Pasokan bahan T1, T5 dan T6) barang subtitusi yang
baku pisang jenis kepok tinggi ((W1,W2, W3, W4,
banggala relatif tidak 2. Melakukan efisiensi W5,W6,W7,W8, T1, T2,
kontinu biaya produksi T3,T4,T5, dan T6)
4.Barang subtitusi tinggi (S1,S2,S3, T1, T2,
5.Jaringan pemasaran T3,T4,T5, T6) 2. Memperbaiki bentuk
pesaing lebih luas kemasan serta
6.Tidak ada hambatan bagi mengupayakan sertifikat
pendatang baru untuk halal dan izin Depkes
memasuki industri untuk Meningkatkan image
produk
(W4,W5,W7,T2,T3,T4,T5)

Gambar 14. Analisis Matriks SWOT Usaha Kecil Keripik Pisang “Kondang
Jaya”
105

Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pada Gambar 8, maka, maka

dapat diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh

usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” binaan koperasi BMT Al-Ikhlaash,

yaitu Strategi S-O, Stategi W-O, Strategi S-T dan Strategi W-T.

STRATEGI SO

Strategi S-0 adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan

untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi S-0 bagi usaha kecil keripik

pisang “Kondang Jaya” dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan


baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan
keripik pisang

Produk usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” berasal dari bahan

baku alami, tanpa bahan pengawet dan tanpa ditambah pewarna buatan.

Mempertahankan kualitas produk dapat dilakukan oleh usaha kecil keripik pisang

ini dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki, sebagai salah satu contohnya

perusahaan tetap menggunakan bahan baku pisang kepok jenis Banggala dalam

proses produksinya, sehingga kualitas produksi dapat terus dipertahankan. Usaha

keripik pisang ini harus dapat mempertahankan kualitas produk tersebut sehingga

kepuasan konsumen dapat terpenuhi. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,

bahwa harga yang ditetapkan pada prduk keripik pisang ini relatif tinggi, namun

dengan kualitas produk yang baik produk keripik pisang ”Kondang Jaya” ini

dapat terus ditingkatkan pengembangannya.

STRATEGI W-O
106

Strategi W-0 adalah strategi yang bertujuan memperbaiki kelemahan

internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi W-0 bagi usaha kecil

keripik pisang ”Kondang Jaya” terdiri dari:

1. Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran

Pemasaran produk keripik pisang “Kondang Jaya” yang ada saat ini masih

terfokus pada beberapa minimarket dan warung-warung kecil di Kota Bogor.

Perusahaan dapat mencoba mencari pasar baru seperti jalur puncak yang

merupakan jalur daerah wisata, dimana di sepanjang jalur tersebut terdapat

banyak cafe-cafe, toko-toko makanan ringan dan mini market. Strategi ini

diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan penguasaan pangsa pasar.

Pada strategi ini usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” diharapkan

dapat terus menjalin hubungan baik dengan konsumen, bahkan untuk kedepannya

diharapkan usaha ini dapat menjalin hubungan kepada Pemerintah Daerah Kota

Bogor khususnya Dinas Perindustian dan Perdagangan Kota Bogor. Hubungan

yang baik akan membentuk citra yang baik pula bagi perusahaan, sehingga

jaringan yang ada semakin mudah dibentuk dan dikembangkan. Strategi

pengembangan pasar dilakukan untuk merebut peluang pasar yang belum tergarap

atau dengan memenuhi permintaan pasar tersebut. Posisi suatu perusahaan di

pasar ditentukan seberapa besar usaha yang bersangkutan menguasai pasar yang

ada. Potensi yang dimiliki usaha kecil keripik pisang ini sangat mendukung untuk

melakukan strategi ini.

2. Memperbaiki sistem manajemen usaha

Strategi ini bertujuan membenahi struktur usaha yang telah dijalankan

secara lebih baik dan terarah. Dalam usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”,
107

kegiatan manajemen seluruhnya dilakukan oleh pemilik perusahaan, hal ini dapat

menyebabkan tidak tersusun dan hanya mengandalkan pada satu orang yaitu

pemilik usaha saja, sehingga dirasa perlu adanya upaya untuk meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia dalam usaha kecil keripik pisang tersebut.

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penting

yang dapat menunjang keberhasilan usaha. Cara untuk memperbaiki sistem

manajemen dalam perusahaan adalah dengan menjalankan bagian-bagian

fungsional dalam manajemen usaha seperti bagian produksi dengan

memberikan tugas dan fungsi yang jelas dan juga keteraturan dalam bagian

keuangan, dengan adanya perbaikan pada sistem manajemen ini diharapkan usaha

kecil keripik pisang mampu menggunakan peluang-peluang yang ada untuk

mengembangkan usahanya.

STRATEGI ST

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan

untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi S-T bagi

usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” adalah :

1. Mengupayakan ketersediaan bahan baku secara kontinu

Strategi ini diperlukan untuk menjamin keberlanjutan usaha kecil keripik

pisang ini. Selama ini sulitnya bahan baku masih menjadi persoalan dalam usaha

keripik pisang ini, karena jenis pisang yang digunakan sebagai bahan baku cukup

langka. Selama ini bahan baku keripik pisang pada usaha kecil keripik pisang

“Kondang Jaya” berasal dari wikayah-wilayah di sekitar Bogor, antara lain:

Luewiliang, Parung Aleng, dan Kampung Pasir dan juga wilayah-wilayah di luar

Bogor seperti Cianjur dan Lampung. Bahan baku yang berasal dari luar wilayah
108

Bogor umumnya dapat diakses jika jumlah pembeliannya dalam jumlah besar.

Namun karena selama ini tingkat pembelian bahan baku relatif kecil jumlahnya,

maka pemilik usaha kecil keripik pisang ini hanya dapat mengandalkan bahan baku

yang bersumber dari daerah Bogor saja. Berdasarkan hal tersebut, maka hal yang

harus dilakukuan untuk mempermudah akses terhadap bahan baku adalah

memperluas pasar produk keripik pisang terlebih dahulu. Saat pasar produk sudah

besar maka bahan baku dapat diakses dengan lebih efisien.

2. Melakukan efisiensi biaya produksi

Kenaikan harga minyak goreng, mentega dan kenaikan bahan baku

minyak (BBM) membuat usaha kecil keripik pisang ini harus melakukan

efisiensi biaya produksi. Kenaikan harga BBM menyebabkan industri-industri

cenderung melakukan konversi bahan bakarnya dari minyak tanah kepada gas,

tidak terkecuali usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Untuk melindungi

industri-industrinya, Pemerintah Kota Bogor melalui Himpunan Pengusaha

Minyak dan Gas (Hiswana Migas) menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET),

secara resmi minyak tanah (mitan) di Bogor sebesar Rp 2.300,- per liter. Kebijakan

itu dilakukan guna menstabilkan harga eceran minyak tanah di sejumlah agen yang

ada di Bogor. Kebijakan tersebut diambil berdasarkan keputusan bersama

Disperindag, agen, DPRD dan perwakilan konsumen di Kota Bogor. Usaha kecil

keripik pisang ”Kondang Jaya” harus dilibatkan dalam program pemerintah

tersebut, agar efisiensi biaya produksi dalam proses produksi dan operasi dapat

tercapai dan akhirnya usaha ini mampu bersaing dengan pesaing.

STRATEGI W-T
109

Strategi W-T adalah strategi yang bertujuan mengurangi kelemahan internal

yang dimiliki untuk menghindari ancaman lingkungan. Strategi W-T bagi usaha

kecil keripik pisang ini adalah :

1. Melakukan pengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi


barang subtitusi yang tinggi

Pengembangan produk dilakukan agar konsumen mempunyai alternatif

untuk membeli produk-produk yang dihasilkan. Strategi pengembangan produk

mempunyai tujuan agar perusahaan yang ada di dalam suatu industri dapat

meningkatkan penjualan dengan cara mebuat suatu perbedaan atau memodifikasi

produk-produk yang ada. Hingga saat ini usaha kecil keripik pisang ”Kondang

Jaya” belum melakukan diversifikasi terhadap produk yang dihasilkan, yaitu

usaha ini hanya menghasilkan satu rasa keripik pisang yaitu rasa asin alami.

Padahal dalam proses produksi keripik pisang dapat dibuat inovasi produk keripik

dengan beraneka rasa yiatu rasa manis dengan rasa coklat, rasa asin dengan rasa

keju seperti yang dilakukan usaha keripik pisang Suseno di Bandar Lampung.

Sehingga untuk pengembangan ke depannya perlu dilakukan penganekaragaman

rasa dari produk keripik pisang yang dihasilkan usaha kecil keripik pisang ini.

2. Memperbaiki bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan


izin Depkes untuk meningkatkan image produk

Produk usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya” perlu memperbaiki

kondisi kemasan yaitu kemasan harus didesain lebih menarik, misalnya dengan

memberi warna yang menarik pada kemasan. Selain itu upaya untuk memperoleh

sertifikasi halal dan izin Depkes harus terus dilakukan. Upaya ini diperlukan

untuk meningkatkan kemudahan bagi pemilik usaha dalam memasarkan


110

produknya, karena saat ini masyarakat cenderung berhati-hati terhadap produk

yang dibelinya.

7.5. Tahap Pemilihan Strategi Pengembangan Usaha

Berdasarkan hasil analisis matriks IE (Internal-External) dan matriks

SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) diperoleh alternatif strategi

sebanyak delapan alternatif. Alternatif-alternatif strategi tersebut nantinya

diharapkan dapat diterapkan di dalam manajemen usaha kecil keripik pisang

”Kondang Jaya”. Setelah mendapatkan alternatif-alternatif strategi kemudian

dilakukan penentuan prioritas.

Alternatif strategi yang telah diperoleh dianalisa untuk memilih strategi

yang akan diprioritaskan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy

Process (AHP). yang memakai softvare Expert Choice 2000. Kriteria strategi

harus sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh usaha kecil keripik pisang

”Kondang Jaya” dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu, penentuan kriteria

strategi dilakukan berdasarkan hasih pengisian kuisioner dan wawancara dengan

para pelaku usaha.

Model hirarki usaha kecil keripik pisang koperasi ini terbagi menjadi tiga

level. Level pertama merupakan goal atau fokus dari hirarki yaitu stretegi utama

pengembangan usaha, level dua merupakan faktor yang mempengaruhi formulasi

strategi yang terdiri dari beberapa kriteria strategi yaitu penetrasi pasar dan

pengembangan produk, dan level tiga merupakan alternatif strategi yang

dirumuskan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang

diformulasikan dalam matriks IE (Internal-External) dan SWOT {Strength,

Weakness, Opportunity, and Threat). Alternatif strategi yang terdapat pada level
111

tiga dapat menentukan prioritas strategi yang aapat diimplementasikan oleh usaha

kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” dalam mengembangkan usahanya.

Tingkat 1 :
Tujuan Strategi Pengembangan Usaha Kecil Keripik
Pisang “Kondang Jaya” Binaan Koperasi
BMT Al-Ikhlaash Kota Bogor

Tingkat 2 :
Kriteria
Strategi
Penetrasi Pasar Pengembangan Produk

Tingkat 3 : SO1 WO1 WO2 ST1 ST2 WT1 WT2


Alternatif
Strategi

Keterangan :

SOI = Mempertahankan kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku


alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi permintaan keripik
pisang
WOl = Meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran
W02 = Memperbaiki sistem manaemen usaha
ST1 = Mengupayakan ketersediaan bahan baku utama secara kontinu
ST2 = Melakukan efisiensi biaya produksi
WT1 = Melakukan mengembangan atau diversifikasi produk untuk menghadapi
WT2 = barang subtitusi
Memperbaiki yang tinggi
bentuk kemasan serta mengupayakan sertifikasi halal dan
izin Depkes untuk Meningkatkan image produk

Gambar 15. Model Hirarki Strategi Utama Pengembangan Usaha

7.5.1. Analisis Hasil Pengolahan Horisontal

Analisis horisontal diketahui untuk mengetahui prioritas relatif setiap

elemen terhadap level diatasnya. Pengolahan horisontal belum memperlihatkan

prioritas seluruh elemen strategi terhadap fokus hirarki.


112

7.5.1.1. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi

Level dua dari model hirarki strategi pengembangan usaha menunjukkan

dua kriteria strategi yang mendukung pengembangan usaha kecil keripik pisang

”Kondang Jaya”. Hasil pengolahan horisontal pada kriteria strategi menunjukkan

prioritas dari kriteria strategi dalam menetapkan strategi pengembangan usaha

yang sesuai bagi usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”. Penetapan prioritas

kriteria dilakukan melalui penggabungan hasil analisis dari pendapat individu

sehingga diperoleh hasil analisis pendapat gabungan dengan menggunakan

software Expert Choice 2000.

Level dua dari hirarki keputusan menunjukkan tiga elemen kriteria

strategi perusahaan dalam pengembangan usahanya, yaitu :

1. Penetrasi pasar

2. Pengembangan produk

Hasil pengolahan horisontal elemen-elemen kriteria strategi dalam

menetapkan strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi usaha kecil keripik

pisang “Kondang Jaya”dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Kriteria Strategi


Kriteria Strategi Bobot Gabungan Prioritas
Penetrasi pasar 0,645 1
Pengembangan produk 0,355 2
Rasio Inkonsistensi 0,00
Sumber: Hasil olahan, 2009

Kriteria strategi penetrasi pasar merupakan kriteria yang memiliki prioritas

utama dengan bobot sebesar 0,645. Kriteria tersebut ditentukan oleh usaha kecil

keripik pisang “Kondang Jaya”. Menurut pemilik usaha penetrasi pasar

merupakan suatu hal yang penting dalam menjalankan sebuah usaha. Adanya
113

penetrasi pasar yang dilakukan usaha kecil keripik pisang “Kondang Jaya”

diharapkan mampu mencari pangsa pasar yang lebih besar melalui pemasaran

yang lebih gencar. Hasil perhitungan AHP dari hasil pengolahan horisontal

elemen kriteria strategi pengembangan usaha kecil keripik pisang koperasi BMT

Al-Ikhlaash dapat dilihat pada Lampiran 3.

7.5.1.2. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi

Hasil pengolahan horisontal alternatif strategi merupakan hasil

pengolahan hirarki pada tingkat tiga. Pengolahan tersebut dilakukan untuk

mengetahui prioritas strategi terhadap masing-masing kriteria strategi yaitu

penetrasi pasar dan pengembangan produk. Tingkat tiga dari hirarki keputusan

berisi tentang alternatif-alternatif strategi yang dapat dilaksanakan oleh usaha

kecil keripik pisang “Kondang Jaya” dalam melakukan pengembangan usahanya.

Alternatif-alternatif strategi yang terdapat pada tingkat tiga disusun berdasarkan

faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diformulasikan dalam

matriks IE dan matriks SWOT.

Tabel 23. Hasil Pengolahan Horisontal Elemen Alternatif Strategi

Strategi
Kriteria CR
SOI WOl W02 ST1 ST2 VVT1 WT2

Penetrasi Pasar 0.148 0.285 0.122 0.127 0.118 0.098 0.103 0.05
Pengembangan 0.206 0.141 0.128 0.131 0.126 0.127 0.141 0.01
Produk
Sumber : Hasil olahan, 2009

Hasil pengolahan horisontal terhadap alternatif strategi pada Tabel 23

menunjukkan bahwa pada kriteria penetrasi pasar, strategi yang menempati

prioritas pertama adalah meningkatkan dan memperkuat jaringan pemasaran

(WOI) dengan bobot 0,285. Jaringan pemasaran merupakan salah satu faktor
114

yang dapat mempengaruhi keberlanjutan dari usaha kecil keripik pisang

“Kondang Jaya”.

Prioritas kedua adalah Mempertahankan kualitas produk keripik

pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi untuk memenuhi

permintaan keripik pisang (S01) dengan bobot sebesar 0,148. Melalui penciptaan

kualitas yang produk yang baik akan menyebabkan kemampuan menjaring

konsumen dari berbagai kalangan. Berbagai prioritas yang ada pada kriteria

strategi penetrasi pasar dapat dilihat pada Tabel 23. Hasil pengolahan AHP

kriteria starategi penetrasi pasar dapat dilihat pada Lampiran 4.

Hasil pengolahan horisontal pada kriteria pengembangan pasar

menunjukkan bahwa prioritas pertama strategi adalah Mempertahankan kualitas

produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi

untuk memenuhi permintaan keripik pisang (SOI) dengan bobot 0,206. Mutu

produk keripik pisang merupakan hal dasar bagi konsumen dalam memilih produk

keripik pisang tersebut.

Prioritas kedua dalam kriteria pengembangan produk adalah

Meningkatkan dan memperkuat jaringan untuk pengembangan pasar (S02)

dengan bobot sebesar 0,141 dan juga Memperbaiki bentuk kemasan serta

mengupayakan sertifikasi halal dan izin Depkes untuk Meningkatkan image

produk dengan bobot yang sama yaitu 0,141. Melalui pengembangan jaringan

pemasaran diharapkan konsumen semakin meningkat. Urutan strategi selanjutnya

dalam kriteria pengembangan produk dapat dilihat pada Tabel 23, dan hasil

pengolahan AHP kriteria starategi penetrasi pasar dalam pengembangan usaha

kecil keripik pisang “Kondang Jaya” dapat dilihat pada Lampiran 5.


115

7.5.2. Analisis Hasil Pengolahan Vertikal

Pengolahan vertikal dilakukan untuk mengetahui prioritas secara

menyeluruh setiap elemen pada tingkat tertentu terhadap fokus utama hirarki.

Pengolahan vertikal dilakukan setelah matriks pendapat individu diolah menjadi

matriks pendapat gabungan secara horisontal dan telah memenuhi persyaratan

rasio inkonsistensi sebesar < 10 persen.

7.5.2.1. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria Strategi

Pengolahan vertikal pada elemen kriteria strategi dilakukan untuk

melihat prioritas secara menyeluruh setiap elemen pada tingkat dua terhadap

sasaran utama (fokus) hirarki yaitu strategi pengembangan usaha kecil keripik

pisang “Kondang Jaya”. Hasil pengolahan vertikal terhadap elemen kriteria

strategi dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Kriteria Strategi


Kriteria Strategi Bobot Gabungan Prioritas
Penetrasi pasar 0,645 1
Pengembangan produk 0,355 2
Rasio Inkonsistensi 0,00
Sumber : Hasil Olahan, 2009

Hasil pengolahan vertikal elemen kriteria strategi menunjukkan

bahwa hasil tersebut memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi sebesar < 10

persen. Kriteria strategi yang menjadi prioritas utama perusahaan dalam

mengembangkan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya” adalah penetrasi

pasar dengan bobot sebesar 0,645. Prioritas kedua adalah pengembangan produk

yang memiliki bobot sebesar 0,355. Lebih jelas hasil olahan AHP dapat dilihat

pada Lampiran 6.
116

7.5.2.2. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi

Pengolahan vertikal terhadap alternatif strategi dilakukan untuk

mengetahui prioritas menyeluruh masing-masing alternatif kriteria strategi pada

tingkat tiga terhadap sasaran utama (fokus) hirarki yang terdapat pada tingkat

satu.

Tabel 25. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Strategi


Alternatif Strategi Bobot Prioritas
SOI 0,168 2
WOl 0,234 1
WO2 0,124 4
ST1 0,128 3
ST2 0,121 5
WT1 0,108 8
WT2 0,117 6
Rasio Inkonsistensi 0,03
Sumber : Hasil Olahan, 2009

Hasil pengolahan vertikal terhadap alternatif strategi pada Tabel 25

menunjukkan bahwa prioritas utama untuk mengembangkan usaha kecil keripik

pisang “Kondang Jaya” adalah dengan melakukan strategi peningkatan jaringan

untuk pengembangan pasar (WOI) dengan bobot 0,234. Strategi tersebut

merupakan salah satu langkah penting dalam mengembangkan usaha kecil keripik

pisang “Kondang Jaya”.

Prioritas kedua hasil pengolahan vertikal adalah mempertahankan

kualitas produk keripik pisang yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi

tinggi untuk memenuhi permintaan keripik pisang (S01) dengan bobot sebesar

0,168. Melalui pengembagan kualitas produk diharapkan pemilik usaha akan

memperoleh laba lebih besar dan keberlanjutan usaha terjamin. Hasil pengolahan

AHP kriteria starategi pengembangan usaha kecil keripik pisang ”Kondang Jaya”

dapat dilihat pada Lampiran 7.


117

DAFTAR PUSTAKA

Astono, Yuli Widy. 2004. Strategi Pengembangan Bisnis Jagung Manis (zea mays
saccharata, Sturth) pada CV. Bintang Tani, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Basri, F. 2002. Perekonomian Indonesia, Tantangan dan Harapan bagi


Kebangkitan Indonesia. Jakarta, Penerbit Erlangga.

David, R. F. 2004. Manajemen Strategi : Konsep-Konsep. Edisi Ketujuh. Indeks.


Jakarta.

Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Hortikultura.2005. Road Map


Pisang. Pasca Panen, Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pisang

Departemen Koperasi UKM. 2004. Diperoleh dari


"http://id.wikipedia.org/wiki/Pisang". (Diakses Tanggal 7 Agustus
2008).

Departemen Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang.


Edisis ke 2. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian. Jakarta.

Elvas. 2004. Peramalan Penjualan Keripik Pisang dan Nangka pada PD Andalas
Mekar Sentosa di Lampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Husen, A. 2005. Strategi Penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.


Perekonomian Indonesia. Deskriptif. Preskripsi dan kebijakan. A E.
Yustika. Malang. Bayumedia Publishing.

Gamal, Merza 2006. Membangun Koperasi Berbasis Masjid. http://www.mail-


archive.com/ekonomi-nasional@yahoogroups.com/msg05589.html.
(Diakses Tanggal 6 Agustus 2008).

Ginardi, Eko Gerry. 2002. Strategi Pengembangan Komoditas Teh di PTPN VIII
Goalpara Sukabumi. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Iriani, Cicin Ruli. 2004. Strategi Pengembangan Bisnis Teh, Studi Kasus di
Perkebunan Gedeh PTPN VIII, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi.
Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
118

Karo-Karo, F. W. 2006. Strategi Pengembangan Kabupaten Karo sebagai


Kawasan Agropolitan. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lestari, Sri. 2008. Perkembangan dan Strategi Pengembangan Pembiayaan usaha


Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM).
http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/VOL15_02/6_Analisa+Ke
layakan+Investasi+Usaha+Mikro+Kecil+dan+Menengah+(UMKM).
(Diakses Tanggal 6 Agustus 2008)

Manurung, A. Haymans. 2005. Wirausaha: Bisnis UKM. Jakarta: Buku Kompas.

Marimin, 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.


PT. Gramedia, Jakarta.

Pearce, I.I. dan R.B. Robinson, Jr. 1997. Strategic Management, Formulation,
Implementation, and Control. 6th Ed. Irwin Times Mirror Higher
Education Group, Inc. Chicago.

Prawirokusumo, S. 1999. Ekonomi Rakyat (Konsep, Kebijakan, dan Strategi).


Yogyakarta, BPFE.

Prihatin, Zakiah. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Keripik Pisang Perusahaan


Suseno di Bandar Lampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rangkuti, Freddy. 2005. analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.PT.


Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin.


Penerjemah: Liana Setiono. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Sidabutar, Juanda H. 2007 Perancangan Arsitektur Strategik Di Perusahaan


Furnitur Panel Wood PT. Cahaya Sakti Furintraco, Bogor. PROGRAM
STUDI Manajemen Dan Bisnis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Sinurat, Bari. 2004. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Sari Buah mengkudu
(Morinda Citrifolia L) pada CV Morinda House, Bogor. Skripsi. Program
Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Umar, H. 2003. Strategic management in Action: konsep, Teori, dan Teknik


Menganalisis Manajemen Strategis Strategic Business Unit Berdasarkan
Konsep Michael R. Porter, Fred R. David, dan Wheelen-Hunger.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wheelen, T. L. Dan J. D. Hunger. 2001. Manajemen Strategis. Penerbit ANDI,


Yogyakarta
119

Wibowo, R. P. 2003. Strategi Pengembangan Bisnis Karet Alam Olahan. Skripsi.


Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian-
IPB. Bogor.

Yudhoyono, S. B. 2004. Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Sebagai Upaya


Mengatasi Kemiskinan Pengangguran : Analisis Ekonomi, Politik
Kebijakan Fiskal. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana-Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
120

Lampiran 1.
Kuesioner SWOT

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA


KECIL KERIPIK PISANG ”KONDANG JAYA” BINAAN
KOPERASI BMT AL-IKHLAASH PERUMAHAN BARANGSIANG
INDAH, KOTA BOGOR

N
Naam
maa IInnffoorrm
maann ::

JJeenniiss PPeekkeerrjjaaaann ::

JJaabbaattaann ::

TTaannggggaall PPeennggiissiiaann ::

TTaannddaa TTaannggaann ::

Data ini akan digunakan sebagai bahan penyusunan penelitian


atas nama Faisal Onassis Siregar (A14105670)
Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
121

PENENTUAN FAKTOR INTERNAL

Faktor internal dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh


terhadap Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Al-
Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
Tujuan :
Menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok
Kekuatan dan Kelemahan dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi
Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor), yang
dilakukan oleh para responden.

Petunjuk Pengisian :
1. Berikan tanda (v) pada kolom Kekuatan pada Tabel 1 berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi kekuatan dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik
Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor).
2. Berikan tanda (v) pada kolom Kelemahan dari Tabel 1 berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi kelemahan dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik
Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor).

Tabel 1. Faktor-Faktor Strategis Internal


No Faktor-Faktor Strategis Internal Kekuatan Kelemahan
1 Keharmonisan hubungan antar pemilik dan pekerja
2 Kondisi modal yang relatif tercukupi
3 Produk yang berkualitas baik
4 Letak usaha yang strategis
5 Keterbatasan dalam pencatatan keuangan
6 Harga relatif mahal
7 Belum memiliki sertifikasi halal dan izin Depkes
8 Penggunaan mesin produksi yang masih sederhana
9 Kemasan produk yang relatif sederhana
10 Daerah pemasaran masih terbatas
11 Kegiatan Promosi produk
12 kurangnya inovasi produk
13
14
15
Alasan :
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________

Responden
__________
(Tulis nama)
122

PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL

Faktor Eksternal dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh


terhadap Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Al-
Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
Tujuan :
Menentukan faktor-faktor strategis yang akan dimasukkan kedalam kelompok
Peluang dan Ancaman dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi
Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor), yang
dilakukan oleh para responden.

Petunjuk Pengisian :
1. Berikan tanda (v) pada kolom Peluang pada Tabel 2 berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi peluang Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang
(Studi Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah,
Kota Bogor)
2. Berikan tanda (v) pada kolom Ancaman dari Tabel 2 berikut ini, apabila faktor-
faktor tersebut menjadi ancaman dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik
Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang
Indah, Kota Bogor)

Tabel 2. Faktor-Faktor Strategis Eksternal


No Faktor-Faktor Strategis Eksternal Peluang Ancaman
1 Adanya kredit bagi usaha kecil
Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit menuju
kota/kabupaten lain, mampu membangkitkan sektor industri
2 makanan
3 Harga bahan baku yang semakin meningkat
4 Bargaining position pembeli kuat
5 Pasokan bahan baku relatif tidak kontinu
6 Barang subtitusi tinggi
7 Jaringan pemasaran pesaing lebih luas
Tidak ada hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki
8 industri
9
10
11
12
13
Alasan :
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
_________________________________________________
Responden

________
(Tulis nama)
123

PENENTUAN RATING FAKTOR-FAKTOR INTERNAL

Petunjuk Umum :
1. Dalam pengisian kuesioner ini, responden diharapkan melakukan secara langsung
(tidak menunda) untuk menghindari terjadinya inkonsistensi jawaban.
2. Penetuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor internal, baik faktor
kekuatan dan kelemahan harus konsisten dengan tabel sebelumnya (Tabel 1).

Tujuan :
Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-
masing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor internal ini terdiri dari
faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang mungkin dapat
diatasi dalam upaya Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus :
Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)

Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai pada seberapa besar pengaruh faktor kekuatan yang dapat
dimanfaatkan dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus
: Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
2. Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan
dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi
BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor) (Tabel 3)
berikut ini dengan menggunakan tanda (v) pada pilihan Bapak/Ibu.
3. Penentuan nilai rating berdasar pada keterangan berikut :

Identitas Definisi Nilai


Kepentingan
4 Jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/kekuatan utama bagi
3 perusahaan
2 Jika faktor tersebut berpengaruh besar/kekuatan kecil bagi perusahaan
1 Jika faktor tersebut kurang berpengaruh/kelemahan kecil bagi perusahaan
Jika faktor tersebut sangat kurang berpengaruh/kelemahan besar bagi
perusahaan
*) Nilai untuk faktor-faktor kekuatan
**) Nilai untuk faktor-faktor kelemahan
124

Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang


(Studi Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)

Tabel 3. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis


Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Internal
4 3 2 1
Keharmonisan hubungan antar pemilik dan
1 pekerja
2 Kondisi modal yang relatif tercukupi
3 Produk yang berkualitas baik
4 Letak usaha yang strategis
5 Keterbatasan dalam pencatatan keuangan
6 Harga relatif mahal
Belum memiliki sertifikasi halal dan izin
7 Depkes
Penggunaan mesin produksi yang masih
8 sederhana
9 Kemasan produk yang relatif sederhana
10 Daerah pemasaran masih terbatas
11 Kegiatan Promosi produk
12 kurangnya inovasi produk
13
14
125

PENENTUAN RATING FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL

Petunjuk Umum :
1. Dalam pengisian kuesioner ini, responden diharapkan melakukan secara langsung
(tidak menunda) untuk menghindari terjadinya inkonsistensi jawaban.
2. Penetuan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor internal, baik faktor
peluang dan ancaman harus konsisten dengan tabel sebelumnya (Tabel 1).

Tujuan :
Penentuan peringkat (rating) dimaksudkan untuk mengukur pengaruh masing-
masing variabel terhadap kondisi lingkungannya. Variabel faktor internal ini terdiri dari
faktor peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktor ancaman yang mungkin dapat
dihindari dalam upaya Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus :
Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)

Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai pada seberapa besar pengaruh faktor peluang yang dapat
dimanfaatkan dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus
: Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
2. Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor peluang dan ancaman
dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi
BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor) (Tabel 3)
berikut ini dengan menggunakan tanda (v) pada pilihan Bapak/Ibu.
3. Penentuan nilai rating berdasar pada keterangan berikut :

Identitas
Kepentingan
4 Jika faktor tersebut berpengaruh sangat baik/ Respon sangat baik
3 Jika faktor tersebut berpengaruh baik/Respon baik
2 Jika faktor tersebut berpengaruh sedang/Respon Umum
1 Jika faktor tersebut kurang berpengaruh /berpengaruh buruk
*) Nilai untuk faktor-faktor peluang
**) Nilai untuk faktor-faktor ancaman
126

Menurut Bapak/Ibu bagaimana kondisi Strategi Strategi Pengembangan Usaha Keripik


Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota
Bogor), terhadap faktor-faktor berikut ini,

Tabel 4. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis


Peringkat (rating)
No Faktor-Faktor Strategis Eksternal
4 3 2 1
1 Adanya kredit bagi usaha kecil
Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata wilayah transit
menuju kota/kabupaten lain, mampu membangkitkan
2 sektor industri makanan
3 Harga bahan baku yang semakin meningkat
4 Bargaining position pembeli kuat
5 Pasokan bahan baku relatif tidak kontinu
6 Barang subtitusi tinggi
7 Jaringan pemasaran pesaing lebih luas
Tidak ada hambatan bagi pendatang baru untuk
8 memasuki industri
9
127

PEMBOBOTAN FAKTOR INTERNAL


(KEKUATAN dan KELEMAHAN)
Tujuan :
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal mengenai tingkat
kepentingan suatu faktor-faktor strategis dalam Strategi Pengembangan Usaha Keripik
Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor).
Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa
besar faktor strategi tersebut menentukan keberhasilan Strategi Pengembangan Usaha
Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang
Indah, Kota Bogor)

Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua
faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap Strategi
Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash
Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala yang
digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Contoh,
 ”Hubunga antara pemilik usaha keripik pisang dengan anggota koperasi”
(Point 1 pada baris/horizontal) kurang penting dari faktor ” Keuletan pemilik
dalam mengelola perusahaan” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai kolom
1 = 1.
 ” Hubunga antara pemilik usaha keripik pisang dengan anggota koperasi”
(Point 1 pada baris/horizontal) sama pentingnya dengan faktor ” Keuletan
pemilik dalam mengelola perusahaan” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai
kolom 1 = 2.
 ” Hubunga antara pemilik usaha keripik pisang dengan anggota koperasi”
(Point 1 pada baris/horizontal) lebih penting dari faktor ” Keuletan pemilik
dalam mengelola perusahaan” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai kolom
1=3
128

Catatan.
Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk faktor Internal yang Akan diisi Oleh Bapak/Ibu
Responden Ada Pada Halaman Berikutnya.
.

Tabel 5. Matriks Berpasangan Untuk Faktor Internal


Faktor-Faktor Strategis
No Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Keharmonisan hubungan
1 antar pemilik dan pekerja X
Kondisi modal yang relatif
2 tercukupi X
3 Produk yang berkualitas baik X
4 Letak usaha yang strategis X
Keterbatasan dalam
5 pencatatan keuangan X
6 Harga relatif mahal X
Belum memiliki sertifikasi
7 halal dan izin Depkes X
Penggunaan mesin produksi
8 yang masih sederhana X
Kemasan produk yang
9 relatif sederhana X
Daerah pemasaran masih
10 terbatas X
11 Kegiatan Promosi produk X
12 kurangnya inovasi produk X
129

PEMBOBOTAN FAKTOR EKSTERNAL


(PELUANG dan ANCAMAN)
Tujuan :
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor eksternal mengenai
tingkat kepentingan suatu faktor-faktor strategis dalam Strategi Pengembangan Usaha
Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang
Indah, Kota Bogor). Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa pemberian bobot
terhadap seberapa besar faktor strategi tersebut menentukan keberhasilan Strategi
Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT Perumahan
Baranangsiang Indah, Kota Bogor)

Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai diberikan berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara
dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap
Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang (Studi Kasus : Koperasi BMT
Al-Ikhlaash Perumahan Baranangsiang Indah, Kota Bogor)
2. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Skala
yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = Jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Contoh,
 ”Permintaan masyarakat terhadap keripik pisang” (Point 1 pada
baris/horizontal) kurang penting dari faktor ” Adanya kredit bagi usaha
kecil” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai kolom 1 = 1.
 ”Permintaan masyarakat terhadap keripik pisang” (Point 1 pada
baris/horizontal) sama pentingnya dengan faktor ” Adanya kredit bagi
usaha kecil” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai kolom 1 = 2.
 ”Permintaan masyarakat terhadap keripik pisang” (Point 1 pada
baris/horizontal) lebih penting dari faktor ” Adanya kredit bagi usaha
kecil” (point 2 pada kolom/vertikal), maka nilai kolom 1 = 3

Catatan.
130

Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk faktor Eksternal yang Akan diisi Oleh
Bapak/Ibu Responden Ada Pada Halaman Berikutnya.

Tabel 6. Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Faktor Eksternal

No Faktor-Faktor Strategis Eksternal 1 2 3 4 5 6 7 8


1 Adanya kredit bagi usaha kecil X
2 Kota Bogor sebagai daerah tujuan
wisata wilayah transit menuju
kota/kabupaten lain, mampu
membangkitkan sektor industri
makanan X
3 Harga bahan baku yang semakin
meningkat X
4 Bargaining position pembeli kuat X
5 Pasokan bahan baku relatif
tidak kontinu X
6 Barang subtitusi tinggi X
7 Jaringan pemasaran pesaing lebih
luas X
8 Tidak ada hambatan bagi
pendatang baru untuk memasuki
industri X

Anda mungkin juga menyukai