Anda di halaman 1dari 86

ANALISIS POSISI PRODUK (PRODUCT POSITIONING)

SOSIS SAPI MERK FARMHOUSE


( Studi Kasus di Kota Bogor )

Oleh
DEBORA EVLYN SEMBIRING
A 14103519

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
RINGKASAN

DEBORA EVLYN SEMBIRING. Analisis Posisi Produk (Product


Positioning) Sosis Sapi Merk Farmhouse (Studi Kasus di Kota Bogor).
(Di bawah Bimbingan MA’MUN SARMA).

Pola konsumsi masyarakat di Indonesia, terutama masyarakat perkotaan


mengalami perubahan, di mana tingkat kesibukan semakin meningkat. Selera
terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi global.
Daging dikenal sebagai bahan pangan yang bernilai gizi tinggi namun bersifat
mudah rusak (highly perishable), sehingga diperlukan teknologi pengolahan dan
penanganan untuk mengurangi kerusakan daging pasca panen. Pengolahan daging
bertujuan untuk memperpanjang masa simpan, memungkinkan tersedianya produk
daging setiap saat, meningkatkan nilai tambah pada produk yang dihasilkan, serta
menghemat waktu dan energi untuk penyiapan daging sebelum dimakan.

Sosis merupakan salah satu dari produk daging olahan yang banyak
diminati konsumen. Dewasa ini banyak perusahaan daging olahan yang
berkembang diantaranya adalah merek Farmhouse (PT. San Miguel Purefoods
Indonesia), Kimbo (PT. Kemfoods), Bernardi (PT. Eloda Mitra) dan merk Vigo
(PT. Madusari Nusaperdana). Persaingan antar industri khususnya sosis akan
mempengaruhi tingkat penjualan sosis antar perusahaan.

Salah satu perusahaan yang memproduksi daging olahan adalah PT. San
Miguel Purefoods Indonesia. Trend permintaan sosis yang sedang terjadi saat ini
menyebabkan produk sosis semakin bervariatif dan tingkat persaingan yang tinggi
mempengaruhi produksi sosis. Memilih keunggulan bersaing yang tepat
merupakan salah satu langkah untuk merebut pasar. Dalam hal ini, PT. San
Miguel Purefoods Indonesia perlu membangun strategi pemosisian (positioning)
untuk memperluas segmen pasar. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis persepsi konsumen dalam
proses pengambilan keputusan pembelian sosis, menentukan posisi produk
(product positioning) sosis Farmhouse dibanding pesaing ditinjau dari kepuasan
konsumen, dan merumuskan efektivitas strategi product positioning di perusahaan
untuk menghadapi persaingan ke depan dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan penjualan sosis.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. San Miguel Purefoods Indonesia yang


terdapat di Jalan Raya Bogor Km. 37 Sukamaju, Sukmajaya-Depok. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analis Citra, yang memeriksa
pengetahuan konsumen mengenai sifat dan analisis Biplot untuk mengetahui
persepsi konsumen terhadap suatu produk berkaitan dengan produk pesaing.
Persepsi konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian sosis
dapat dijelaskan melalui analisis perilaku pembelian. Perilaku pembelian terdiri
dari beberapa tahap yaitu tahap pengenalan masalah, tahap pencarian informasi,
tahap evaluasi dan seleksi, tahap keputusan pembelian, perilaku pasca pembelian.
Tahap pengenalan masalah ada di mana konsumen mempunyai keinginan dan
kebutuhan pangan yang harus disesuaikan dengan tingkat pendapatan keluarga.
Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi yang diperoleh konsumen
dalam pembelian sosis adalah dengan melihat langsung produk sosis di
supermarket (pasar modern). Tahap evaluasi dan seleksi merupakan tahap di
mana konsumen melakukan pertimbangan dalam pembelian sosis berupa rasa
sosis yang lebih enak. Pada tahap keputusan pembelian, istri lebih dominan dalam
mengambil keputusan. Perilaku pasca pembelian yang merupakan tahap akhir
dari perilaku pembelian, konsumen lebih cenderung mencoba produk lain jika
produk sosis yang biasa dikonsumsi tidak ada.

Hasil analisis Citra menunjukkan rasa sosis sapi merk Farmhouse


merupakan pertimbangan utama dalam pembelian sosis. Analisis Citra dan
analisis Biplot diperoleh posisi produk sosis Farmhouse dinilai konsumen lebih
unggul pada atribut rasa, tekstur (keempukan), isi, kemasan dan aroma. Sosis sapi
Kimbo diposisikan sebagai produk yang memiliki aroma yang lebih wangi dan
tekstur (keempukan) yang lebih baik. Sosis sapi Vigo diposisikan sebagai produk
yang paling murah. Sosis sapi Bernardi diposisikan sebagai produk yang memiliki
keunggulan dalam hal warna produk yang lebih disukai. Berdasarkan analisis
Biplot, sosis sapi Farmhouse dan Kimbo merupakan pesaing (competitor) yang
paling dekat.

Strategi bauran produk yang diterapkan di PT. San Miguel Purefoods


Indonesia sudah cukup efektif karena cukup bersaing dengan perusahaan sejenis.
Dalam hal ini, perusahaan lebih berorientasi pada kualitas produk. Atribut harga
relatif lebih mahal dibanding pesaing. Strategi bauran tempat bila dilihat dari
pasar sasaran di mana peluang pasar lebih banyak di pasar modern maka sudah
cukup efektif. Kegiatan promosi produk sosis sapi Farmhouse yang selama ini
dilakukan masih kurang dipublikasikan kepada masyarakat. Dengan demikian,
peranan iklan untuk menjangkau masyarakat luas masih kurang.
ANALISIS POSISI PRODUK (PRODUCT POSITIONING)
SOSIS SAPI MERK FARMHOUSE
( Studi Kasus di Kota Bogor )

Oleh
DEBORA EVLYN SEMBIRING
A 14103519

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang di susun oleh:


Nama : Debora Evlyn Sembiring
NRP : A 14103519
Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis
Judul : Analisis Posisi Produk (Product Positioning) Sosis Sapi Merk
Farmhouse (Studi Kasus di Kota Bogor).
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS., M.Ec


NIP. 131 473 953

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr


NIP. 130 422 698

Tanggal Kelulusan:.................
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL


” ANALISIS POSISI PRODUK (PRODUCT POSITIONING) SOSIS SAPI
MERK FARMHOUSE (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) ” BENAR-BENAR
MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Februari 2006

Debora Evlyn Sembiring


A 14103519
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 April 1982 di Medan, Sumatera Utara.

Penulis adalah anak sulung dari tiga bersaudara dari keluarga Njalani Sembiring

dan Rustina Sinuhaji.

Pada tahun 1994 penulis lulus dari Sekolah Dasar ST. Antonius Medan

lalu melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 6 Medan dan lulus pada tahun

1997. Setelah lulus dari SMU Negeri 2 Medan pada tahun 2000, penulis

melanjutkan pendidikan ke Program Diploma III Pengelola Perkebunan Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana

Ekstensi Manajemen Agribisnis Pertanian dan memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian pada bulan Maret 2006.


KATA PENGHANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

memberikan kasih karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ” Analisis Posisi Produk (Product Positioning) Sosis Sapi Merk

Farmhouse (Studi Kasus di Kota Bogor). Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Program Sarjana Ekstensi

Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi konsumen dalam

proses pengambilan keputusan pembelian sosis, menganalisis posisi produk

(product positioning) sosis sapi merk Farmhouse dibanding pesaing ditinjau dari

kepuasan konsumen dan merumuskan efektivitas strategi product positioning di

PT. San Miguel Purefoods Indonesia untuk menghadapi persaingan ke depan

dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan penjualan sosis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh sebab itu,

penulis berharap dapat memperoleh kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2006

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

memberikan kasih karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini tidak akan berhasil tanpa doa, dorongan, bantuan dari berbagai pihak.

Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

mendalam kepada:

1. Kedua orang tua yang tersayang, dan kedua adikku Raymond dan Michael

terima kasih atas doa, dorongan semangat, pengorbanan dan kasih

sayangnya.

2. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan, dan masukan selama penulisan
skripsi ini.
3. Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS sebagai dosen evaluator kolokium, Ir.
Lukman M. Baga, MAEc selaku dosen penguji utama, Dra. Yusalina, Msi
selaku dosen penguji Komdik, atas saran dan masukan yang diberikan.
4. Bapak Alfonso selaku manajer marketing, Bapak Harry D. Nurdin selaku
brand manajer, yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada
penulis dan seluruh staf PT. San Miguel Purefoods Indonesia yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian.
5. Keluarga besar CWS Rajawali yang senantiasa memberi dukungan dan
terima kasih atas segenap doa, perhatian serta persekutuan yang indah.
6. Sekretariat Ekstensi MAB atas bantuannya selama ini.
7. Segenap Keluarga Besar Kumon atas pengertiannya.
8. Rekan seperjuangan Jacko, U’thank, B’Juned dan yang lainnya yang tidak
dapat disebutkan satu per satu, buat sahabatku (Dorani dan Linda) dan
semua teman-teman di Riau 75 untuk persaudaraannya yang luar biasa.
Semoga kebaikan bapak, ibu serta teman semua mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Pengasih. Tuhan memberkati. Amin.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.4. Kegunaan Penelitian .................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6


2.1. Deskripsi Sosis ............................................................................ 6
2.2. Kajian Penelitian Terdahulu ..................................................... 7
2.2.1. Penelitian Terdahulu Mengenai Sosis ............................ 7
2.2.2. Penelitian Terdahulu Mengenai Posisi Produk................ 8

III. KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................................... 10


3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis... .................................................. 10
3.1.1. Konsep Pemasaran ......................................................... 10
3.1.2. Model Perilaku Pembelian .......................................... 16
3.1.3. Proses Keputusan Pembelian ....................................... 21
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................. 23

IV. METODE PENELITIAN ........................................................................ 26


4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 26
4.2. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 26
4.3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 27
4.4. Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 28
4.4.1. Analisis Biplot ............................................................ 28
4.4.2. Analisis Citra ............................................................... 29
4.5. Atribut dan Skala Pengukuran.................................................. 30
4.6. Batasan dan Defenisi Operasional............................................ 30

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.... ............................................ 32


5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan.................................... . 32
5.2. Lokasi Perusahaan...................................................................... 33
5.3. Struktur Organisasi Perusahaan................................................ 33
5.4. Ketenagakerjaan......................................................................... 34
5.5. Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Tambahan.... ...................... 35
5.6. Proses Produksi.... ...................................................................... 35
5.7. Bauran Pemasaran.... .................................................................. 36
5.7.1. Bauran Produk.... ........................................................... 36
5.7.2. Bauran Harga.... ............................................................. 37
5.7.3. Bauran Distribusi.... ....................................................... 37
5.7.4. Bauran Promosi.... ......................................................... 38

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN.... ........................................................... 39


6.1. Karakteristik Responden.... .......................................................... 39
6.2. Keragaman Pemilihan Produk Sosis .... ....................................... 42
6.3. Perilaku Pembelian.... .................................................................. 45
6.3.1. Tahap Pengenalan Masalah.... ......................................... 46
6.3.2. Tahap Pencarian Informasi.... .......................................... 47
6.3.3. Tahap Evaluasi dan Seleksi.... .......................................... 48
6.3.4. Tahap Keputusan Pembelian .... ....................................... 48
6.3.5. Perilaku Pasca Pembelian .... ............................................ 50
6.4. Analisis Posisi Produk (Product Positioning) ............................... 52
6.4.1. Analisis Citra................................................................... 52
6.4.2. Analisis Biplot ................................................................. 56
6.4.3. Posisi Produk (Product Positioning) Sosis....................... 59
6.5. Keefektivan Strategi Bauran Pemasaran........................................ 60

VI. KESIMPULAN DAN SARAN.... ............................................................ 62


7.1. Kesimpulan.... .............................................................................. 62
7.2. Saran.... ........................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA.... .................................................................................... 64

LAMPIRAN.... ................................................................................................... 66
DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Produksi dan Konsumsi Daging Sapi ...................................................... 2


2. Komposisi Nutrisi Sosis Sapi................................................................... 7
3. Sebaran Responden di Wilayah Bogor .................................................... 27
4. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin ........................................... 39
5. Sebaran Responden Menurut Usia ........................................................... 39
6. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan................................... 40
7. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan.......................................... 41
8. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan................................... 41
9. Keragaman Pemilihan Produk Sosis Berdasarkan Demografi ................. 43
10. Pendapatan Responden dengan Alasan Pembelian Sosis......................... 46
11. Sebaran Responden Berdasarkan Perolehan Informasi............................ 47
12. Sebaran Responden Berdasarkan Lokasi Pembelian Sosis ...................... 47
13. Alasan Responden dalam Pembelian Produk Sosis ................................. 48
14. Pengambilan Keputusan dalam Pembelian Produk Sosis ....................... 49
15. Perencanaan Pembelian Produk Sosis...................................................... 49
16. Frekuensi Tingkat Pembelian Produk Sosis............................................. 50
17. Tingkat Loyalitas Konsumen Terhadap Produk Sosis ............................. 51
18. Peran Keluarga dalam Mempengaruhi Pembelian Produk Sosis ............. 51

Lampiran
1. Kuesioner Penelitian ................................................................................ 66
2. Harga Produk Sosis .................................................................................. 70
3. Out put Analis Biplot ............................................................................... 71
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Model Perilaku Pembeli ............................................................................ 17


2. Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian .............................................. 21
3. Kerangka Pemikiran Penelitian................................................................. 25
4. Analisis Citra Sosis Sapi ........................................................................... 53
5. Analisis Biplot Produk Sosis Sapi............................................................. 57

Lampiran

1. Struktur Organisasi PT. San Miguel Purefoods Indonesia......................... 72


1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agribisnis berbasis peternakan adalah salah satu bisnis yang tumbuh pesat

ketika basis lahan menjadi terbatas. Pertumbuhan ini karena peningkatan efisiensi

dalam keseluruhan sistem agribisnis basis peternakan tersebut. Salah satu

tantangan besar yang dihadapi sektor peternakan saat ini adalah agribisnis

berbasis peternakan harus terus dibangun dan dikembangkan seiring dengan

upaya besar pemulihan ekonomi dan pembangunan ekonomi daerah.

Era globalisasi ikut berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola

konsumsi masyarakat di Indonesia, terutama masyarakat perkotaan. Selera

terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi global.

Daging dikenal sebagai bahan pangan yang bernilai gizi tinggi namun bersifat

mudah rusak (highly perishable). Oleh sebab itu, diperlukan teknologi pengolahan

dan penanganan untuk mengurangi kerusakan daging pasca panen. Pengolahan

daging juga bertujuan untuk memperpanjang masa simpan, memungkinkan

tersedianya produk daging setiap saat, meningkatkan nilai tambah pada produk

yang dihasilkan, serta menghemat waktu dan energi untuk penyiapan daging

sebelum dimakan (Wardani,2003).

Seiring dengan waktu yang relatif singkat telah berkembang pola makan

cepat saji. Dewasa ini banyak produk daging olahan yang diproduksi diantaranya

sosis, nugget, bakso, beef burger, drum stick dan lain- lain. Daging olahan yang

biasanya digunakan sebagai bahan baku adalah daging sapi, daging ayam dan

ikan.
2

Produksi daging sapi mengalami peningkatan (Tabel 1), namun konsumsi

per kapita daging sapi pada tahun 2003 dan 2004 mengalami penurunan.

Pertumbuhan produksi lebih tinggi dari pada permintaan atau konsumsi daging

sapi. Produksi daging sapi pada tahun 2000-2001 mengalami penurunan sebesar

1.256 ton (0.36 persen). Tahun 2001-2002 produksi daging masih mengalami

penurunan yang cukup signifikan sebesar 8.395 ton (2.48 persen) dan tahun 2002-

2003 meningkat sebanyak 39.421 ton (11.94 persen). Pada tahun 2003-2004,

produksi daging sapi meningkat sebesar 10.348 ton (2.79 persen). Jadi, rata-rata

produksi daging sapi setiap tahun 351.747 ton. Sedangkan konsumsi daging sapi

per kapita tahun 2000-2001 mengalami peningkatan sebesar 0.13 kg/kapita (2.52

persen). Tahun 2001-2002 ada kenaikan sebesar 0.47 kg/kapita (8.90 persen).

Sedangkan pada tahun 2002-2003, konsumsi per kapita mengalami penurunan

sebesar 0.34 kg/kapita (5.91 persen). Tahun 2003-2004, konsumsi daging sapi

terus mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0.36 kg/kapita (6.65 persen). Hal

tersebut terjadi karena pengaruh jumlah penduduk semakin bertambah. Dalam

upaya peningkatan konsumsi daging sapi, maka banyak industri daging yang

berusaha mengolah daging sapi menjadi bahan pangan yang dapat diminati

banyak konsumen.

Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Daging Sapi 2000 – 2004

Tahun
Rata-
Keterangan
2000 2001 2002 2003 2004 rata

Produksi (000 ton) 339.941 338.685 330.290 369.711 380.059 351.747


Konsumsi Per kapita
5.15 5.28 5.75 5.41 5.05 5.33
(kg/kapita/tahun)

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan (2003)


3

Sosis merupakan salah satu produk daging olahan yang banyak

dikonsumsi oleh masyarakat. Selain pilihan rasa yang beraneka ragam, gizi yang

cukup tinggi juga lebih awet dibanding daging segar. Saat ini sosis sudah masuk

di berbagai jenis pasar. Perkembangan teknologi menyebabkan banyak usaha

yang berdiri dan berproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat pula

kebutuhan manusia, sehingga terjadi persaingan yang cukup ketat di dunia usaha.

Persaingan yang bukan hanya datang dari dalam tetapi juga dari luar. Persaingan

antar dunia usaha kini semakin ketat, sehingga banyak perusahaan berupaya

untuk bertahan dan merebut pangsa pasar yang ada dengan melihat keinginanan

konsumen terhadap suatu produk. Dalam hal ini perusahaan harus mampu

bersaing dengan memperhatikan beberapa atribut yang mempengaruhi konsumen,

baik dari harga, mutu/rasa, kandungan gizi dan lainnya.

1.2. Perumusan Masalah

Bagi produsen dalam dunia usaha yang terpenting adalah menarik minat

konsumen agar memiliki loyalitas terhadap suatu produk. Banyak produsen sosis

yang cukup bersaing antara lain merk Farmhouse (PT. San Miguel Purefoods

Indonesia), Kimbo (PT. Kemfoods), Bernardi (PT. Eloda Mitra) dan merk Vigo

(PT. Madusari Nusaperdana) dan masih banyak perusahaan lain baik dalam skala

besar sampai skala terkecil. Setiap perusahaan berusaha merebut pangsa pasar

dengan cara mengetahui selera, persepsi, preferensi dan perilaku konsumen dalam

mengkonsumsi suatu produk. Beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi

selera konsumen antara lain rasa, harga, kemasan, diferensiasi produk dan lainnya.
4

Semakin berkembangnya teknologi, maka dunia usaha akan semakin

kompetitif, khususnya dalam suatu produk barang/jasa. Perusahaan dapat

mempertahankan posisi suatu produk di pasar jika memperhatikan beberapa

atribut yang dapat menarik perhatian konsumen. Perusahan seringkali kurang

memperhatikan atribut yang diminati oleh konsumen, sehingga hal ini dapat

berpengaruh terhadap pemasaran suatu produk.

Dampak dari perkembangan teknologi khususnya sub sektor peternakan

adalah adanya daging olahan. Sosis merupakan salah satu dari produk daging

olahan yang banyak diminati konsumen. Namun, sosis juga merupakan bahan

pangan subsitusi di mana tingkat penjualannya cenderung berfluktuasi, berbeda

dengan bahan pangan pokok. Oleh sebab itu, diperlukan suatu strategi bauran

pemasaran untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan penjualan.

Salah satu perusahaan yang memproduksi daging olahan adalah PT. San

Miguel Purefoods Indonesia. Jenis daging olahan yang diproduksi oleh

perusahaan tersebut adalah sosis, bakso, smoked beef, dan beef burger. Diantara

jenis produk daging olahan tersebut, sosis merupakan produk unggulan PT. San

Miguel Purefoods Indonesia. Sosis sapi Farmhouse merupakan salah satu merk

lokal dari PT. San Miguel Purefoods Indonesia yang banyak dipasarkan.

Memilih keunggulan bersaing yang tepat merupakan salah satu langkah

untuk merebut pasar. Dalam hal ini, PT. San Miguel Purefoods Indonesia perlu

membangun strategi pemosisian (positioning) untuk memperluas segmen pasar.

Pada umumnya, cara spesifik yang di gunakan dalam pemosisian adalah dengan

mendiferensiasikan tawarannya dengan tawaran pesaing. Adapun permasalahan

yang akan dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut :


5

1. Bagaimana persepsi konsumen dalam proses pengambilan keputusan

pembelian sosis ?

2. Bagaimana posisi produk (product positioning) sosis sapi merk

Farmhouse pada PT. San Miguel Purefoods Indonesia dibanding pesaing

ditinjau dari kepuasan konsumen ?

3. Bagaimana efektivitas strategi product positioning di PT. San Miguel

Purefoods Indonesia untuk menghadapi persaingan ke depan dalam

rangka mempertahankan dan meningkatkan penjualan sosis ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis persepsi konsumen dalam proses pengambilan keputusan

pembelian sosis.

2. Menganalisis posisi produk (product positioning) sosis sapi merk

Farmhouse pada PT. San Miguel Purefoods Indonesia dibanding pesaing

ditinjau dari kepuasan konsumen.

3. Merumuskan efektivitas strategi product positioning di PT. San Miguel

Purefoods Indonesia untuk menghadapi persaingan ke depan dalam rangka

mempertahankan dan meningkatkan penjualan sosis.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak perusahaan dan mahasiswa

pada umumnya. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan

pertimbangan untuk pemosisian produk perusahaan sehingga dapat membantu

penerapan kebijakan yang tepat pada bauran pemasaran. Dan bagi mahasiswa,

penelitian ini bermanfaat untuk membantu sebagai referensi atau sumber

informasi untuk penelitian lanjutan.


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Sosis

Daging merupakan salah satu hasil ternak yang dikonsumsi untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Sosis merupakan salah satu hasil dari daging

olahan. Sosis berasal dari bahasa Latin yaitu salsus yang berarti digarami atau

daging yang disiapkan melalui penggaraman (Pearson dan Touber, 1984).

Menurut Rust (1977), sosis didefenisikan sebagai suatu makanan yang terbuat dari

daging giling yang terbungkus dalam casing menjadi bentuk silinder yang simetris

setelah daging giling tersebut diberi bumbu. Awalnya, sosis dibuat mulai dengan

proses yang sederhana dari menggarami dan mengeringkan daging. Hal ini

dilakukan untuk mengawetkan daging segar yang tidak segera dikonsumsi. Tahap

pengolahan sosis secara lengkap adalah sebagai berikut : pemilihan bahan-bahan

(daging) yang digunakan dalam pembuatan sosis, penggilingan, pencampuran

(tahap pencacahan dan pengelmusian, pemasukan ke dalam casing), pengikatan,

penggantungan, pemasakan (pengasapan), pendinginan, pengupasan atau

pemotongan serta pengemasan (Tauber, 1977).

Berbeda dengan daging segar, daging olahan mengandung lebih sedikit

protein dan air, tetapi lebih banyak lemak dan mineral. Kenaikan persentase

mineral daging olahan disebabkan karena penambahan bumbu-bumbu dan garam,

sedangkan kenaikan nilai kalorinya disebabkan karena penambahan karbohidrat

dan protein dari biji-bijian, tepung dan skim milk (Soeparno, 1998). Komposisi

nutrisi sosis sapi dapat dilihat dari Tabel 2.


7

Tabel 2. Komposisi Nutrisi Sosis Sapi


Jumlah
Komposisi
Sosis mentah, dingin Sosis setelah di goreng
Air 55.1 gr 48.1 gr
Nitrogen 1.65 gr 2.18 gr
Protein 10.3 gr 13.6 gr
Lemak 23.8 gr 19.7 gr
Karbohidrat 9.4 gr 12.5 gr
Energi 291 kkal 279 kkal

Sumber: Chan et al dalam Wardani (2003).

2.2. Kajian Peneliti Terdahulu

2.2.1. Penelitian Terdahulu Mengenai Sosis

Penelitian produk daging olahan khususnya sosis tentang posisi produk

(product positioning) sosis belum pernah dilakukan di lingkungan IPB. Namun

penelitian-penelitian mengenai teknis pengolahan, perdagangan eksport import,

analisis industri dan strategi bersaing sudah banyak dilakukan.

Penelitian Wardani (2003) yang berjudul ”Manajemen mutu sosis untuk

menghasilkan produk sosis yang berkualitas”. Analisis data yang digunakan

terdiri dari analisis deskriptif, analisis diagram pareto dan analisis sebab akibat.

Hasil analisis menunjukkan ada empat faktor yang mempengaruhi mutu pada

produk sosis sapi yaitu metode, bahan baku, mesin dan peralatan serta tenaga

kerja.

Penelitian Kusumawardhani (2003) yang berjudul ”Analisis strategi

pemasaran sosis pada PT. Badranaya ”, menggunakan analisis lingkungan

eksternal dan internal dengan Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks/External

Factor Evaluation (EFE) Matriks, Internal-External (IE) Matriks, SWOT dan


8

QSPM. Hasil analisis menunjukkan strategi perusahaan adalah mempertahankan

dan meningkatkan mutu produk, meningkatkan keunggulan produk, memperbaiki

dan meningkatkan sistem manajemen dan kualitas sumberdaya manusia untuk

meningkatkan profesionalisme serta mengoptimalkan kegiatan produksi dan

meningkatkan kinerja bagian pemasaran khususnya dalam ketepatan pengiriman.

Selanjutnya Damayanti (2003) melakukan penelitian tentang analisis

posisi strategi unit bisnis produk sosis untuk menetukan posisi srategi bisnis yang

tepat. Analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu matriks IFE dan

EFE dan matriks IE, matriks SPACE (Strategic Position and Action Evaluation)

dan QSPM. Hasil analisis matriks IE diperoleh posisi Hold and Maintain.

Menurut matriks SPACE diperoleh posisi strategis agresif. Strategi utama yang

paling tepat berdasarkan analisis QSPM adalah strategi pengembangan pasar

dengan jumlah total skor 6.21 yang diikuti dengan strategi penetrasi pasar (5.89)

dan strategi pengembangan produk (5.01).

2.2.2. Penelitian Terdahulu Mengenai Posisi Produk ( Poduct Positioning)

Prianto (2001) melakukan penelitian tentang analisis posisi persaingan

dalam upaya penetrasi pasar produk fast food ayam goreng lokal (studi kasus pada

PT. Ayam Goreng Fatmawati Indonesia). Evaluasi terhadap merk ayam goreng

Fatmawati dilakukan dengan metode proses hierarki analitik (PHA) dan dengan

metode SWOT. Ditinjau dari persepsi konsumen, dan dari posisi strategis

perusahaan, maka posisi produk ayam goreng Fatmawati dalam posisi lemah (baik

dari atribut harga, situasi restoran dan nama merk), sedangkan kekuatannya

terdapat pada atribut rasa.


9

Abdul (2003) mengkaji penelitian tentang penempatan posisi poduk

minuman madu menggunakan analisis kuadran dan analisis peringkat keunikan

produk. Dalam penelitian tersebut, responden dikelompokkan berdasarkan jenis

kelamin, usia, tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan. Adapun atribut yang

menjadi penilaian adalah manfaat, rasa, warna, kemasan, waktu

mengkonsumsinya, kesulitan memperolehnya/distribusinya dan harganya. Hasil

analisis menunjukkan bahwa produk minuman madu dapat diposisikan sebagai

minuman yang higienis, segar dan menyehatkan. Posisi tersebut berdasarkan

atribut keunggulan dan keunikan madu, di mana atribut tersebut berada pada

kuadran dua (atribut higienis dan menyehatkan) dengan nilai tertinggi berada di

kanan atas pada analisis peringkat keunikan produk (atribut segar dan

menyehatkan).

Penelitian Ratna (2004) mengenai analisis penentuan posisi produk susu

pasteurisasi merek Alam Murni dengan menggunakan analisis perilaku

pembelian, analisis citra dan analisis biplot untuk mengukur posisi produk dengan

pesaingnya. Hasil penelitian menunjukkan posisi produk susu pasteurisasi merek

Alam Murni lebih unggul jika dilihat dari atribut kandungan gizi, label dan

kekentalan, sedangkan positioning susu merek KPBS lebih unggul dari atribut

merek, serta kemudahan produk. Positioning susu pasteurisasi merek Nasional

unggul dari atribut cita rasa dan kekentalan.

Penelitian ini membahas posisi produk (product positioning) sosis sapi.

Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya terlebih bila ditinjau dari

produk dan tempat penelitian. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis Biplot dan analisis Citra.


10

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor sosial, budaya, ekonomi dan manajerial di mana masing- masing individu

dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan,

menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (Rangkuti,

2001). Sedangkan menurut Kotler (1990), defenisi pemasaran ini berdasarkan

pada kebutuhan keinginan dan permintaan, produk, utilitas, nilai dan kepuasan,

pertukaran, transaksi dan hubungan pasar, pemasaran dan pemasar. Menurut

Rangkuti (2001), unsur-unsur utama pemasaran diklasifikasikan menjadi tiga

unsur utama, yaitu :

1. Unsur Strategi Persaingan

Unsur strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Segmentasi pasar

Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk

kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Setiap segmen konsumen

memiliki karakteristik, kebutuhan produk dan bauran pemasaran tersendiri.

b. Targeting

Targeting atau menetapkan target pasar merupakan tahap selanjutnya dari

analisis segmentasi. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih

segmen pasar yang akan dimasuki.


11

c. Positioning

Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan positioning adalah

untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang

ada di pasar di benak konsumen. Pada awalnya, memposisikan dimulai dengan

pembedaan (diferensiasi) tawaran pemasaran perusahaan sehingga akan

memberikan nilai lebih kepada konsumen dibanding yang ditawarkan konsumen.

Semua produk dapat dideferensiasikan sampai tingkat tertentu (Kotler, 2000).

Suatu perbedaan bernilai apabila memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

• Penting: Perbedaan itu memberi manfaat yang bernilai tinggi bagi cukup

banyak pembeli.

• Terbedakan (distinctive): Perbedaan itu ditawarkan melalui cara yang

khusus.

• Unggul: Perbedaan itu lebih unggul dibandingkan cara-cara lain untuk

mendapatkan manfaat tertentu.

• Dimiliki satu pihak: Perbedaan itu tidak mudah di tiru oleh pesaing

• Terjangkau: Pembeli mampu membayar perbedaan tersebut

• Menguntungkan: Perusahaan akan memperoleh laba dengan

memperkenalkan perbedaan tersebut.

Penentuan positioning adalah tindakan merancang tawaran dan citra

perusahaan sehingga menempati suatu posisi yang terbedakan (di antara pesaing)

di dalam benak pelanggan sasaran (Kotler, 2000). Menurut Kasali (1998),

positioning adalah strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen,

agar produk mengandung arti tertentu yang dalam beberapa segi mencerminkan

keunggulan terhadap produk dalam bentuk hubungan asosiatif.


12

Penentuan posisi dimulai dengan produk, yaitu memposisikan produk di

dalam pikiran calon pelanggan. Positioning merupakan sesuatu yang dilakukan

terhadap pikiran calon konsumen, yakni menempatkan produk pada pikiran calon

konsumen (Al Ries dan J. Trout, 2002.). Posisi produk (product positioning)

merupakan strategi yang dirancang untuk mengkomunikasikan manfaat produk

untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Setiadi, 2003).

Menurut Kasali (1998) ada empat kesalahan utama dalam penentuan posisi

yaitu:

1. Penentuan posisi yang kurang (underpositioning): Pembeli hanya memiliki

gagasan yang samar tentang merek. Pembeli tidak benar-benar merasakan

sesuatu yang khusus tentang suatu merek.

2. Penentuan posisi yang berlebihan (overpositioning): Pembeli memiliki citra

yang terlalu sempit terhadap merek.

3. Penentuan posisi yang membingungkan (confused positioning): Pembeli

memiliki citra yang membingungkan tentang merek karena perusahaan

terlalu banyak membuat pengakuan atau terlalu sering mengubah posisi

suatu merek.

4. Penentuan posisi yang meragukan (doubtful positioning): Pembeli sukar

mempercayai pengakuan dari suatu merek karena pengaruh harga, ciri

khusus atau perusahaan pembuat produk itu.

Product positioning merupakan cara bagaimana konsumen mendefenisikan

produk pada atribut-atribut yang penting apabila dibandingkan secara relatif

dengan produk pesaing (Setiadi, 2003). Konsumen memposisikan produk dengan

atau tanpa bantuan pasar. Dalam hal ini, perusahaan harus merencanakan posisi
13

yang akan memberikan manfaat paling besar pada produk dalam pasar sasaran dan

harus merencanakan bauran pemasaran untuk menciptakan posisi yang

direncanakan. Product positioning dipergunakan untuk memperkuat penerimaan

produk pada segmen yang dipilih. Product positioning dijabarkan melalui bauran

pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Menurut Kasali (1998)

berbagai cara penentuan positioning, selain menggunakan atribut sebagai alat

untuk mengembangkan pernyataan positioning antara lain :

Positioning berdasarkan perbedaan produk. Positioning ini dilihat letak

perbedaan produk terhadap pesaing (unique product feature). Kelemahan cara ini

adalah perbedaan yang ditonjolkan mudah ditiru oleh pesaing.

Positioning berdasarkan manfaat produk. Manfaat produk dapat

ditonjolkan dalam positioning sepanjang dianggap penting oleh konsumen.

Manfaat dapat bersifat ekonomis (murah, wajar, sesuai dengan kualitasnya), fisik

(tahan lama, bagus, enak dilihat) atau emosional (berhubungan self image).

Positioning berdasarkan pemakaian. Positioning ini berdasarkan pada

kegunaan bila memakai produk dan sesuai dengan keunggulan produk.

Positioning berdasarkan kategori produk. Positioning yang biasa dilakukan

oleh produk-produk baru yang muncul dalam suatu kategori produk.

Positioning kepada pesaing. Positioning berdasarkan pesaing adalah hal

yang mulai menjadi biasa di mana- mana dengan membandingkan produk satu

dengan produk lain.

Positioning melalui imajinasi. Positioning dengan menggunakan imajinasi

seperti tempat, orang, benda-benda, situasi dan lainnya.


14

Positioning berdasarkan masalah. Terutama untuk produk baru yang belum

dikena l. Produk baru biasanya diciptakan untuk memberi solusi kepada

konsumennya. Masalah yang dirasakan dalam masyarakat atau dialami konsumen

diangkat ke permukaan dan produk yang ditawarkan diposisikan untuk

memecahkan persoalan tersebut. Persoalan itu biasanya berhubungan dengan

sesuatu yang aktual dan dapat berupa persoalan jangka pendek maupun persoalan

yang dinamis dan jangka panjang.

2. Unsur Strategi Pemasaran

Ada dua unsur strategi pemasaran, yaitu :

a. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran

dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran

tersebut yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan

dengan yang dilakukan perusahaan lain.

b. Bauran Pemasaran, yang berkaitan dengan produk, harga, promosi dan

tempat. Bauran pemasaran menurut Kotler (1990) adalah serangkaian variabel

pemasaran terkendali yang dipakai oleh perusahaan untuk menghasilkan

tanggapan yang dikehendaki perusahaan dari pasar sasarannya. Bauran

pemasaran dikumpulkan kedalam empat kelompok variabel yang dikenal

sebagai “empat P” yaitu:

Ø Produk (Product)

Produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan

perusahaan kepada pasar sasaran. Konsumen akan menerima produk yang

memberikan segala yang terbaik dalam hal kualitas, penampilan dan ciri-ciri
15

produk, oleh karena itu perusahaan harus memusatkan usahanya untuk terus-

menerus menyempurnakan produknya. Produk adalah seperangkat atribut baik

berwujud maupun tidak berwujud termasuk didalamnya adalah masalah warna,

harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual, dan pelayanan pabrik

serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan

keinginannya (Alma, 2004). Konsumen tidak hanya membeli produk sekedar

memuaskan kebutuhan (need), akan tetapi juga bertujuan me muaskan keinginan

(wants).

Suatu tantangan paling besar dihadapi oleh setiap perusahaan adalah

masalah pengembangan produk. Perusahaan yang tidak mengadakan atau tidak

mampu menciptakan produk baru akan menghadapi resiko seperti penurunan

volume penjualan, karena munculnya pesaing yang lebih kreatif, adanya

perubahan selera konsumen, munculnya teknologi baru dalam proses produksi.

Ø Harga (Price)

Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk

mendapatkan produk. Harga harus disesuaikan dengan nilai produk yang

ditawarkan, kalau tidak pembeli akan membeli produk pesaing. Ada tiga pihak

yang berpengaruh dalam pertimbangan dan penetapan harga yaitu pihak pertama

pemerintah yang akan mengeluarkan dan memberlakukan undang-undang

kenaikan harga. Pihak kedua adalah pesaing, yang harga jualnya jelas membatasi

ruang gerak harga jual perusahaan. Pihak ketiga ialah konsumen yang akan

menilai apakah perusahaan menaikkan harga dengan wajar.


16

Ø Tempat (Place)

Tempat adalah berbagai kegiatan yang membuat produk terjangkau oleh

konsumen sasaran. Pemilihan tempat ditujukan untuk memotivasi perusahaan

supaya memperhatikan produknya, memeriksa persediaan produk dan mengatur

transportasi dan penyimpanan produk yang efisien.

Ø Promosi (Promotion)

Promosi adalah berbagai kegiatan yang di lakukan oleh perusahaan untuk

menonjolkan keistimewaan-keistimewaan produknya dan mempengaruhi

konsumen sasaran agar membeli produk yang dipasarkan.

3. Unsur Nilai Pemasaran

Nilai pemasaran dapat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a. Merek atau brand, yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang

dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan.

b. Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa

pelayanan kepada konsumen.

3.1.2. Model Perilaku Pembelian

Titik tolak unt uk memahami perilaku pembeli adalah model rangsangan-

tanggapan yang ditunjukkan dalam Gambar 1. Karakteristik pembeli dan proses

pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Pemasar

bertujuan untuk memahami apa yang terjadi dalam kesadaran pembeli mulai dari

adanya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian (Kotler,

2000).
17

Rangsangan Rangsangan Ciri-ciri Proses Keputusan Keputusan


Pemasaran lain Pembelian
Pembeli Pembeli
Produk Ekonomi Pemilihan Produk
Budaya Pemahaman masalah
Harga Teknologi Pemilihan Merek
Sosial Pencarian Informasi
Saluran Politik Pemilihan Saluran
Pribadi Pemilihan Alternatif
Pemasaran Pembelian
Psikologi Keputusan pembelian
Promosi Penentuan Waktu
Perilaku pasca Pembelian
pembelian Jumlah Pembelian

Gambar 1. Model Perilaku Pembeli


Sumber : Kotler, 2000

Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain: faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis, yang akan diuraikan di bawah

ini.

1. Faktor Budaya

• Budaya. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling

mendasar. Setiap budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang

memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggota-

anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras dan daerah

geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting dan

pemasar merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan

kebutuhan konsumen.

• Kelas sosial. Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial.

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen,

yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat

dan perilaku yang serupa. Kelas sosial mencakup penghasilan, pendidikan,

pekerjaan dan tempat tinggal. Kelas sosial menunjukkan preferensi produk dan

merek yang berbeda dalam banyak hal.


18

2. Faktor Sosial

Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor

sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial.

• Kelompok Acuan

Kelompok acuan menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup

baru dan dipengaruhi pada pilihan produk dan merek aktual. Kelompok acuan

terdiri dari semua orang yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak

langsung terhadap perilaku seseorang.

• Keluarga

Keluarga adalah organisasi pembelian yang paling penting dalam

masyarakat. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling

berpengaruh. Pemasar tertarik pada peran dan pengaruh relatif suami, istri dan

anak-anak dalam membeli beragam produk dan jasa.

• Peran dan Status

Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat didefenisikan dalam peran

dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh

seseorang dan setiap peran memiliki status.

3. Faktor Pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.

Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan

ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep-diri pembeli.


19

• Usia dan Tahap Siklus Hidup

Konsumsi dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Pemasar memberi

perhatian yang besar pada perubahan situasi hidup dan dampak situasi tersebut

terhadap perilaku konsumsi.

• Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi

Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi konsumsi. Pilihan produk sangat

dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang yaitu penghasilan, tabungan dan

aktiva, utang, kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap belanja atau

menabung. Pemasar yang peka pada harga akan terus menerus memperhatikan

kecenderungan penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat suku bunga.

• Gaya Hidup

Orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial dan pekerjaan yang

sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup merupakan pola hidup

seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Para pemasar

mencari hubungan antara produk dan kelompok gaya hidup.

• Kepribadian dan Konsep-Diri

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi

perilaku pembelinya. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang

berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan

bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian meliputi kepercayaan diri,

dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan

kemampuan beradaptasi.
20

4. Faktor Psikologis

• Motivasi

Motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk

bertindak. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika didorong hingga mencapai

tingkat intensitas yang memadai.

• Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang individu memilih,

mengorganisasikan, dan menginterprestasikan masukan- masukan informasi untuk

menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung

pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan

lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.

• Pembelajaran

Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari

pengalaman. Teori pembelajaran berguna bagi pemasar karena dapat membangun

permintaan atas sebuah produk dengan mengaitkannya pada dorongan yang kuat,

menggunakan petunjuk yang memberikan dorongan atau motivasi, dan

memberikan penguatan yang positif.

• Keyakinan dan Sikap

Keyakinan dan sikap sangat mempengaruhi perilaku pembelian.

Keyakinan merupakan gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu

hal. Keyakinan membentuk citra produk dan merek dan orang akan bertindak

berdasarkan citra tersebut.

Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan

yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari


21

seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Sikap menyebabkan orang

berperilaku konsisten terhadap obyek yang serupa. Jadi, sebuah perusahaan

sebaiknya menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah ada daripada

berusaha mengubah sikap konsumen.

3.1.3. Proses Keputusan Pembelian

Pengambilan keputusan konsumen bergantung pada jenis keputusan

pembelian. Pembelian yang rumit dan lebih mahal melibatkan lebih banyak

pertimbangan (Kotler, 2000). Pada Gambar 2 menunjukkan beberapa tahapan

proses pembelian sebelum konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu

produk tertentu.

Pengenalan Pencarian Evaluasi Perilaku pasca


Keputusan
Masalah Alternatif pembelian
Informasi Pembelian

Gambar 2. Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian.

Sumber: Kotler, 2000

Ø Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai pada saat pembeli mengenali sebuah masalah

atau kebutuhan. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan

tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari konsumen, pemasar dapat

mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu

jenis produk.

Ø Pencarian Informasi

Konsumen yang tergugah akan mengurangi pencarian informasi. Secara

umum, konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu produk


22

dari sumber komersial yaitu sumber yang didominasi pasar. Namun, informasi

yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Setiap informasi menjalankan

fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Melalui

pengumpulan informasi, konsumen mengetahui tentang merek- merek yang

bersaing dan keistimewaannya. Minat utama pemasar adalah sumber-sumber

informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap sumber

terhadap keputusan pembelian selanjutnya.

Ø Evaluasi Alternatif

Beberapa konsep dasar dalam memahami proses evaluasi konsumen

adalah (1) Konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan,(2) Konsumen

mencari manfaat tertentu dari solusi produk; dan (3) Konsumen memandang

setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda

dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan.

Ø Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian untuk memodifikasi, menunda atau menghindari

suatu keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang dirasakan

(perceived risk). Ada dua faktor yang berada diantara niat pembelian dan

keputusan pembelian yaitu: Faktor pertama adalah pendirian orang lain dan

kedua yaitu faktor situasi yang tidak diantisipasi. Bila konsumen mengambil

keputusan, maka ada serangkaian pertimbangan yang menyangkut jenis produk,

merek, kualitas, kemasan, waktu, harga dan sebagainya.

Ø Perilaku Pasca pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan dan

ketidakpuasan tertentu. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu


23

produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jadi, tugas pemasar tidak

berakhir pada saat produk dibeli, namun terus berlanjut dengan memantau

kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian serta

pembuangan pasca pembelian.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Peningkatan jumlah penduduk dan kesibukan masyarakat perkotaan

menyebabkan terjadinya perubahan pola makan masyarakat. Masyarakat

perkotaan pada khususnya lebih cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji.

Salah satu bahan pangan cepat saji yang cukup banyak diminati oleh masyarakat

adalah sosis. Semakin meningkatnya kebutuhan manusia menyebabkan semakin

tingginya daya saing antar industri.

Persaingan antar industri khususnya sosis akan mempengaruhi tingkat

penjualan sosis di suatu perusahaan. Kuantitas produksi sosis PT. San Miguel

Purefoods Indonesia dipengaruhi tingkat penjualan sosis. Oleh sebab itu,

perusahaan tersebut berupaya untuk bertahan dan merebut pangsa pasar yang ada

dengan melihat keinginanan konsumen terhadap suatu produk. Dalam hal ini

perusahaan harus mampu bersaing dengan memperhatikan beberapa atribut ya ng

mempengaruhi konsumen, baik dari harga, mutu/rasa, kandungan gizi, kemasan

dan lainnya.

Trend permintaan sosis yang sedang terjadi saat ini menyebabkan produk

sosis semakin bervariatif. Keragaman jenis sosis dapat dilihat dari rasa, kemasan,

warna, bentuk dan kepraktisan konsumsi. Berdasarkan rasa beraneka ragam antara

lain, rasa sapi agak Mild dan manis, (hot) pedas, keju, dan rasa ayam.
24

Kemasan yang beraneka ragam juga mempengaruhi pembelian sosis, baik

dalam ukuran kemasan besar, sedang sampai kemasan yang paling kecil. Sosis

yang ada di pasar ada yang bulat panjang dan bulat pendek. Warna sosis sapi juga

bervariasi yaitu merah terang, orange, kuning, merah pudar. Kepraktisan dalam

mengkonsumsi sosis juga bervariatif ada yang dimasak dalam waktu yang singkat

bahkan ada yang dapat langsung dikonsumsi (tanpa dimasak).

Berdasarkan trend permintaan sosis tersebut, PT. San Miguel Purefoods

Indonesia perlu melakukan analisis pasar terhadap produknya. Analisis pasar

dapat dilakukan dengan melihat persepsi konsumen terhadap produk sosis. Dalam

hal ini, dapat dilakukan perbandingan berbagai atribut produk yang sudah ada

maupun produk terbaru dari pesaing sehingga dapat diketahui product

positioning. Selain itu, perusahaan juga dapat lebih mengetahui keinginan

konsumen terhadap suatu produk.

Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui product positioning adalah

analisis biplot dan analisis citra. Analisis citra (image analysis) merupakan salah

satu alat analisis yang ingin melihat pengetahuan kons umen mengenai sifat objek

suatu produk. Pemeriksaan terhadap kepercayaan konsumen mengenai

kemampuan merek, bertujuan untuk menentukan apakah suatu produk telah

mencapai posisi yang diinginkan di dalam benak konsumen. Analisis tersebut

akan diteruskan dengan menggunakan analisis biplot untuk mengetahui posisi

perusahaan dibanding dengan perusahaan sejenis. Dengan demikian, perusahaan

dapat mengetahui strategi bauran produk yang tepat untuk diterapkan. Alur

kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.


25

PT. San Miguel Purefoods Perusahaan Competitor


Indonesia

Produksi Sosis

Analisis Pasar

Analisis Persepsi Product Analisis


Citra Konsumen Positioning Biplot

Strategi Bauran Pemasaran

Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian


26

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. San Miguel Purefoods Indonesia yang

merupakan salah satu perusahaan daging olahan yang memproduksi sosis. Lokasi

perusahaan terdapat di Jalan Raya Bogor Km. 37 Sukamaju, Sukmajaya-Depok.

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan perusahaan

tersebut merupakan salah satu perusahaan yang sudah cukup lama memproduksi

daging olahan, khususnya sosis. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober

2005 sampai dengan Desember 2006.

4.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan Manajer

Pemasaran, Manajer Produksi dan staf bagian pemasaran. Data primer juga

diperoleh dengan pemberian kuesioner kepada responden untuk memperoleh

penilaian atribut produk. Kuesioner diberikan kepada konsumen yang loyal atau

sering mengkonsumsi sosis.

Data sekunder diperoleh dari pustaka dan literatur- literatur yang

berhubungan dengan penelitian baik yang berasal dari perusahaan atau instansi-

instansi pemerintah yang terkait yaitu dari studi literatur, Badan Pusat Statistik

maupun internet.
27

4.3. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari pemberian kuesioner kepada 100 responden di wilayah

Bogor (kuesioner selengkapnya dapat dilihat dari Tabel Lampiran 1). Pemberian

kuesioner dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat loyalitas konsumen

terhadap produk sosis. Metode sampling yang digunakan adalah dengan

pendekatan probability sampling dengan metode accidental sampling, di mana

pengumpulan data langsung dari unit sample (konsumen) yang ditemui

(Simamora, 2004). Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak

100 responden. Pengambilan sample dilakukan di supermarket yang dianggap

mewakili kecamatan di wilayah Bogor (Tabel 3). Pengambilan sample di setiap

wilayah berdasarkan jumlah penduduk kota Bogor sebesar 820.707 (BPS, 2004).

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

tahap screening yang bertujuan untuk menghindari konsumen yang baru pertama

kali mengkonsumsi sosis. Tahap screening ditentukan dari batas usia dan pernah

atau tidak dalam mengkonsumsi sosis.

Tabel 3. Sebaran Responden di Wilayah Bogor


Wilayah Bogor Tempat/Supermarket Jumlah Penduduk Jumlah
(orang)
Bogor Timur Hero 83.924 10
Bogor Selatan Matahari, Ekalokasari 160.007 20
Bogor Utara Ramayana,Wr. Jambu 144.590 18
Bogor Tengah Yogya, Bogor Plaza 281.785 34
Tanah Sereal Yogya, Cimanggu 150.401 18
Total 820.707 100
28

4.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang telah diperoleh diolah secara kualitatif dan

kuantitatif. Data tersebut dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan alat analisis

biplot dan analisis citra. Deskripsi data dilakukan dengan menggunakan program

SPSS 11.0.

4.4.1. Analisis Biplot

Biplot merupakan teknik statistika deskriptif dimensi ganda yang dapat

menyajikan secara simultan segugus obyek pengamatan dan peubah dalam satu

grafik dua dimensi, sehingga ciri-ciri peubah dan obyek pengamatan serta posisi

relatif antara objek pengamatan dengan peubah dapat dianalisis (Joliefe, 1986).

Berdasarkan tampilan biplot, ada beberapa informasi yang dapat diperoleh, yaitu:

1. Kedekatan antar obyek

Dua obyek dengan karakteristik sama akan di gambarkan sebagai dua faktor

yang posisinya berdekatan.

2. Keragaman peubah

Peubah dengan keragaman di gambarkan sebagai vektor. Semakin panjang

vektor peubah maka keragaman peubah semakin tinggi.

3. Hubungan antar peubah

Nilai sudut antar dua vektor peubah menggambarkan korelasi kedua peubah.

Semakin sempit sudut antara dua peubah maka semakin tinggi korelasinya.

4. Nilai peubah pada suatu obyek

Karakteristik suatu obyek dapat disimpulkan dari posisi relatifnya yang paling

dekat dengan suatu peubah.


29

Analisis biplot didasarkan pada PNS (Penguraian Nilai Singular) atau SVD

(Singular Value Decomposition). Suatu matriks data X berukuran nxp (n =

banyaknya obyek, p = peubah yang terkoreksi terhadap rataannya), maka

penerapan konsep SVD terhadap matriks X sebagai berikut;

X = U L A’

4.4.2. Analisis Citra

Analisis citra (image analysis) merupakan salah satu alat analisis yang

memeriksa pengetahuan konsumen mengenai sifat objek (Engel, 1994).

Pemeriksaan terhadap kepercayaan konsumen mengenai kemampuan merek,

bertujuan untuk menentukan apakah suatu produk telah mencapai posisi yang

diinginkan di dalam benak konsumen. Dalam hal ini, pemasar juga

berkepentingan dengan kepercayaan yang dianut oleh konsumen dan menentukan

suatu citra merek.

Satu ancangan terhadap analisis citra berupa permintaan kepada konsumen

untuk menilai produk pada serangkaian skala yang menggambarkan sifat minat.

Secara khusus, sifat tersebut diekspresikan dalam bentuk atribut atau manfaat

produk.

Manfaat analisis citra berada di luar implikasi terhadap masalah retensi

pelanggan. Analisis tersebut dapat juga membantu pengembangan perekrutan-

pelanggan yang berfokus pada up aya mengubah para pemakai pesaing menjadi

pemakai kita. Dalam hal ini, perlu memeriksa temuan yang didasarkan pada

pemakai pesaing. Secara ideal, hal ini dilakukan untuk basis pelanggan setiap

pesaing, karena pelanggan pesaing yang berbeda menganut kepercayaan yang


30

sangat berbeda. Dengan menggunakan teknik analisis citra maka dapat

mengidentifikasi penetapan posisi atau citra “ideal” suatu merek.

4.5. Atribut dan Skala Pengukuran

Atribut yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui persepsi

konsumen terhadap produk sosis adalah rasa, harga, tekstur (keempukan), aroma,

kemasan dan isi. Tingkat skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

skala lima tingkat yaitu sangat setuju (5), setuju (4), cukup (3), tidak setuju (2)

dan sangat tidak setuju (1).

4.6. Batasan dan Konsep Operasional

Sosis sapi adalah sosis yang biasa dikonsumsi yang sering terdapat di berbagai

supermarket.

Responden adalah konsumen sosis sapi yang sering mengkonsumsi sosis.

Werehouse merupakan tempat pendingin khusus daging olahan di mana

temperaturnya telah diatur untuk menjaga agar produk lebih awet.

Unmoving time merupakan waktu maksimum produk sosis keluar dari werehouse

pabrik.

Harga sosis merupakan harga perbandingan sosis terhadap sosis lain yang sejenis.

Warna sosis merupakan tingkat zat pewarna yang terkandung dalam sosis dan

warna kemerahan yang tampak dari sosis.

Keempukan sosis adalah berkaitan dengan tekstur sosis yaitu tingkat kegaringan

sosis setelah diolah (dimasak) menjadi pangan yang siap makan.


31

Aroma sosis merupakan aroma daging khususnya daging sapi yang mengundang

selera sampai aroma yang terlalu menyengat.

Kemasan sosis adalah sosis yang dibungkus dengan plastik sedemikian rupa agar

terlihat lebih menarik dan lebih aman.

Isi sosis merupakan kesesuaian jumlah sosis dalam kemasan dengan harga dan

berat bersih sosis dalam kemasan.

Variasi produk adalah pengembangan dari jenis atribut produk sosis sapi baik

rasa, tekstur atau keempukan, warna, kemasan dan isi.

Karakteristik responden merupakan segala sesuatu yang menyangkut

keterangan (data) tentang konsumen yang mencakup jenis kelamin, umur,

pekerjaan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan.


32

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

San Miguel Pure Foods adalah gabungan dua institusi makanan terkenal

yaitu San Miguel Food Group dan Pure Foods Corporation. Kedua perusahaan

tersebut memiliki sejarah dan catatan yang mendalam tentang pengalaman dan

keahlian sepanjang lima dekade di kepemimpinan pasar industri makanan.

San Miguel Food Group mengawali usahanya pada tahun 1953, ketika

Polo Brewery mulai merubah produksi bir ke makanan hewan. Sepanjang lima

dekade berikutnya, San Miguel Corporation memperluas bisnis makanan yang

berkaitan dengan bahan baku unggas, pakan ternak, produk susu, daging segar

dan olahan, serta agribisnis.

PT. San Miguel Pure Foods Indonesia adalah perusahaan PMA

(Penanaman Modal Asing) yang bergerak pada industri manufaktur, distribusi dan

pemasaran produk-produk daging olahan (processed meat) yang merupakan joint

venture antara San Miguel Corporation, Philipina dan PT. Suba Indah. Dimulai

sebagai divisi daging olahan dari PT. Suba Indah, pada tahun 1995 menjadi suatu

joint venture company dengan Purefood Group yang pada saat itu dimiliki oleh

Ayala Group.

Tahun 2000 yang lalu, Ayala menjual Purefood divisi makanan kepada

San Miguel Corporation sehingga memperkuat posisi San Miguel sebagai food,

beverage dan packaging company. Langkah strategis San Miguel melakukan

ekspansi secara agresif bukan hanya di Philipina, melainkan ke sembilan negara di

area Pasifik antara lain Indonesia, Malaysia, Thailand, Australia, Cina dan
33

Vietnam. PT. San Pure Foods memproduksi dan memasarkan daging olahan di

bawah The Purefoods Hormel company, Inc., perusahaan patungan dengan

Hormel USA. Beberapa produk olahan yang sedang dipasarkan oleh perusahaan

saat ini antara lain: sosis daging sapi, sosis daging ayam, cold cut, burger meat,

dan bakso. PT. San Miguel Pure Foods Indonesia adalah pemegang merek- merek

produk daging olahan dengan sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)

untuk merek Farmhouse, Vida dan Purefoods Choice (food service).

5.2. Lokasi Perusahaan

Perusahaan San Miguel Purefoods Indonesia terletak di Jl. Raya Bogor

Km. 37 Sukamaju, Sukmajaya-Depok. Perusahaan tersebut terletak di pinggir

jalan, lintas Bogor-Depok. Total luas areal perusahaan San Miguel Purefoods

Indonesia ± 31.000 m2 . dengan luas bangunan 3.700 m2 . Areal perusahaan terdiri

dari kantor staf (office), pabrik (laboratorium, werehouse) dan parkir.

5.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Perusahaan PT. San Miguel Purefoods Indonesia memiliki struktur

organisasi, di mana setiap divisi memiliki tugas, wewenang dan tanggungjawab

tersendiri, sehingga kegiatan di perusahaan dapat berlangsung seoptimal mungkin.

Pemimpin tertinggi di PT. San Miguel Purefoods Indonesia dipegang oleh Dewan

komisaris. Dewan direktur bertanggungjawab terhadap dewan komisaris. Dewan

direktur membawahi direktur pelaksana. Dalam menjalankan perusahaan, direktur

pelaksana dibantu oleh beberapa manager perusahaan diantaranya adalah manager

pemasaran, manager keuangan, HRD, manager produksi dan bagian purchasing.

Direktur pelaksana membawahi manager dari setiap divisi. Manager dari setiap
34

divisi bertugas memimpin seluruh kegiatan menurut fungsinya masing- masing.

Struktur organisasi selengkapnya dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1. Setiap

struktur organisasi akan lebih dulu memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan

yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi dengan segala

aktivitasnya, terdapat hubungan diantara orang-orang yang menjalankan aktivitas

tersebut.

5.4. Ketenagakerjaan

Perusahaan PT. San Miguel Purefoods Indonesia didukung oleh sejumlah

tenaga kerja tetap dan tenaga kerja kontrak. Jumlah tenaga kerja tetap sebanyak

238 orang yang terdiri dari 164 karyawan dan 74 karyawati. Secara keseluruhan

jumlah tenaga kerja kontrak sekitar 450 orang karyawan dan karyawati. Tenaga

kerja kontrak bekerja secara shift dan dibagi menjadi tiga shift. Jumlah jam kerja

yang berlaku di perusahaan tersebut sesuai dengan standar jam kerja di

perusahaan lain yaitu delapan jam per hari dengan lima hari kerja setiap minggu

untuk karyawan tetap dan enam hari kerja untuk karyawan kontrak.

Gaji pokok karyawan setiap bulan di PT. San Miguel Purefoods Indonesia

sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional). Beberapa tunjangan yang

diperoleh oleh karyawan tetap antara lain adalah tunjangan kesehatan, asuransi

hidup, THR, cuti sebanyak 12 hari dalam satu tahun, bonus untuk karyawan yang

lembur, transportasi dan komunikasi serta intensif (khusus untuk staff sales).

Karyawan kontrak tidak mendapat cuti atau keuntungan lain. Masa karyawan

kontrak bekerja di perusahaan berakhir setiap enam bulan sekali.


35

5.5. Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Tambahan

Bahan yang digunakan untuk memproduksi sosis terdiri dari bahan baku

utama dan bahan tambahan. Bahan baku utama yang digunakan untuk

memproduksi sosis sapi pada PT. San Miguel Purefoods Indonesia adalah daging

sapi segar. Bahan baku tersebut diimpor dari Australia dan Newzeland. Adapun

alasannya yaitu selain harganya lebih murah, kualitasnya juga tinggi dan supplier

tetap stabil.

Bahan tambahan yang digunakan untuk memproduksi sosis antara lain

tepung tapioka, protein kedelai, bumbu, garam, Fosfat, Nitrit dan pewarna. Bahan-

bahan tersebut diperoleh dari pasar lokal karena lebih murah.

5.6. Proses Produksi

Tahapan proses produksi sosis di perusahaan San Miguel Purefoods

Indonesia, hampir sama dengan pembuatan sosis pada umumnya. Adapun

tahapan proses pembuatan sosis sapi adalah pada awalnya penerimaan bahan baku

utama dan bahan tambahan, kemudian bahan-bahan tersebut diadon dengan

menambahkan garam dan air serta bahan pengisi. Setelah itu ditambahkan

pengelmusi dan kemudian dilakukan pencetakan dengan menggunakan casing.

Kemudian adonan tersebut dimasak pada suhu tertentu. Pada akhir proses

dilakukan packaging (dikemas dalam plastik yang cukup menarik), kemudian

disimpan dalam freezer atau ruangan werehouse. Sosis dipasarkan dari

werehouse berdasarkan unmoving time (waktu maksimum produk keluar). Setelah

melewati unmoving time, produk sosis harus dijual karena jika tidak maka akan

mengurangi daya tahan produk (self life).


36

Kemajuan teknologi di era globalisasi ini membawa keuntungan bagi

banyak perusahaan karena segala aktivitas produksi lebih efektif dan efisien.

Secara keseluruhan proses produksi sosis di PT San Miguel Purefoods Indonesia

dilakukan dengan menggunakan tenaga mesin.

Selama dalam proses produksi dari awal processing hingga packaging,

pengawasan terhadap mutu produk sosis terus dilakukan. Hal itu dilakukan untuk

menjaga kualitas produk sosis dan untuk menciptakan food safety (produk yang

aman untuk dikonsumsi). Pengendalian mutu produk sosis dibawah tanggung

jawab bagian Quality Control (QC).

5.7. Bauran Pemasaran

5.7.1. Bauran Produk

Produk merupakan titik sentral dari kegiatan pemasaran (marketing).

Menyadari kebutuhan masyarakat akan ragam produk makanan terus meningkat.

maka pihak perusahaan melakukan diversifikasi produk. Produk daging olahan

yang dihasilkan di PT. San Miguel Purefoods Indonesia yaitu sosis daging sapi

Farmhouse, sosis daging ayam Farmhouse, cold cut Farmhouse, burger

Farmhouse, bakso Farmhouse, sosis Vida, burger Vida, dan bakso Vida.

Diferensiasi produk sosis sapi cukup bervariasi yang dapat dilihat dari

karakteristik bahan baku, rasa, warna, bentuk, harga dan isi dalam kemasan (berat

bersih). Sosis sapi yang diproduksi di PT. San Miguel Purefoods Indonesia dari

segi rasa cukup bervariasi yaitu sosis sapi, tender beefy, beef frankfurter dan

cheese hotdog. Isi dalam kemasan per bungkus dan berat bersih sosis juga

beragam antara lain isi tiga sosis (80 gr), enam sosis (200 gr), 12 sosis (400 gr)

dan 24 sosis (800 gr).


37

Kemasan sosis didisain dalam plastik dengan warna yang menarik (kuning

dan merah). Pada kemasan sosis sapi dimuat berbagai informasi yang di butuhkan

oleh konsumen. Adapun informasi tersebut adalah merek dagang sosis sapi

Farmhouse, jenis sosis, isi sosis dalam kemasan, komposisi sosis (terdiri dari

daging sapi, air, tepung, protein kedelai, bumbu, garam, penguat rasa, Fosfat,

Natrium Nitrit, dan pewarna), berat bersih, cara memasak, saran penyajian, saran

penyimpanan, kode produksi, tanggal kadaluwarsa, logo halal dengan sertifikat

LP POM MUI.

5.7.2. Bauran Harga

Harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan PT. San Miguel Purefoods

Indonesia berdasarkan pada perhitungan di mana harga jual perusahaan = Harga

jual di pasar modern – mark up (20%) – PPN (10%). Harga produk sosis beragam

dapat dilihat dari jenis sosis (rasa) dan isi kemasan.

5.7.3. Bauran Distribusi

Pemasaran produk sosis dilakukan di wilayah Jabotabek dan luar

Jabotabek. Bentuk saluran distribusi produk sosis di perusahaan San Miguel

Purefoods Indonesia adalah dengan pemasaran langsung (direct selling). Produk

secara langsung didistribusikan dari pabrik ke werehouse setiap wilayah di

Jabotabek sebagai stock point apabila persediaan semakin berkurang. Produk

sosis didistribusikan di kota-kota besar yaitu seluruh wilayah Jabotabek,

Surabaya, Yogyakarta, Band ung, Medan, Bali dan Makasar. Produk sosis tersebut

dipasarkan di pasar modern, pasar tradisional dan di restoran. Alur pendistribusian

produk sosis ke kota-kota besar dengan mengirim produk sosis ke gudang

distributor yang telah disiapkan, di mana tempat tersebut memiliki ruang khusus
38

berupa werehouse untuk menjaga agar produk sosis tidak mudah rusak.

Kemudian, dari gudang distributor disalurkan di berbagai tempat penjualan

(market) oleh distributor perusahaan.

5.7.4. Bauran Promosi

Kegiatan yang dilakukan perusahaan PT. San Miguel Purefoods Indonesia

untuk mengkomunikasikan produk sosis kepada pasar sasaran adalah dengan

promosi. Bentuk promosi yang diterapkan di perusahaan antara lain melalui

iklan, poster, umbul- umbul dan penjualan produk melalui sepeda boks (box

seller). Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan promosi produk sosis tersebut

sebesar 3-7% dari biaya penjualan produk.


39

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Responden

Segmentasi demografis pasar dibagi beberapa variabel antara lain usia,

jenis kelamin, ukuran keluarga, pendidikan, penghasilan, dan jenis pekerjaan.

Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa jenis kelamin wanita lebih dominan dalam

pembelian produk sosis. Hal tersebut diketahui dari 100 responden terdapat 98

persen wanita dan dua persen responden pria.

Tabel 4. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
Pria 2 2.0
Wanita 98 98.0
Total 100 100.0

Daya tarik konsumen terhadap berbagai produk dipengaruhi oleh usia.

Diketahui bahwa keinginan dan kemampuan konsumen terhadap produk sosis

sejalan dengan usia di mana tingkat usia dalam mengkonsumsi produk sosis

cukup beragam. Hal ini ditunjukkan dari Tabel 5, yang menjelaskan bahwa usia

yang paling konsumtif dalam memilih produk sosis sebagai bahan pangan

subsitusi adalah 26-35 tahun dengan tingkat persentase 43 persen. Pada usia 26-

35 tahun tersebut merupakan pasar sasaran untuk produk sosis. Terbesar kedua

pada usia 36-45 tahun dengan proporsi 30 persen.

Tabel 5. Sebaran Responden Menurut Usia


Usia Jumlah (orang) Persentase (%)
17-25 tahun 26 26.0
26-35 tahun 43 43.0
36-45 tahun 30 30.0
46-55 tahun 1 1.0
Total 100 100.0
40

Pasar dapat juga dikelompokkan menurut tingkat pendidikan konsumen.

Pendidikan konsumen biasanya menentukan pendapatan dan kelas sosial

seseorang. Selain itu, pendidikan konsumen juga menentukan tingkat pilihan

produk ataupun merk.

Tingkat pendidikan dari responden yang mengkonsumsi sosis cukup

beragam. Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang lebih

dominan dalam memilih sosis sebagai bahan pangan subsitusi, yaitu SLTA,

diikuti oleh S1 dan D3 dengan proporsi 29 persen dan 28 persen. Tingkat

pendidikan yang tinggi akan menentukan proses pengambilan keputusan, di

samping itu akan lebih selektif dalam memilih produk sosis.

Tabel 6. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)


SLTP 4 4.0
SLTA 35 35.0
Diploma 28 28.0
S1 29 29.0
S2 4 4.0
Total 100 100.0

Keragaman jenis pekerjaan menunjukkan keragaman minat dan daya beli

suatu produk. Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan

responden yang paling banyak yaitu ibu rumah tangga sebesar 40 persen.

Pekerjaan terbesar kedua yang sering mengkons umsi sosis adalah pegawai swasta

sebesar 31 persen.
41

Tabel 7. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)


Pegawai Swasta 31 31.0
Pegawai Negri 9 9.0
Wiraswasta 14 14.0
Ibu Rumah Tangga 40 40.0
Profesional 2 2.0
Mahasiswa 4 4.0
Total 100 100.0

Kelompok pendapatan responden sosis cukup bervariasi. Pilihan produk

sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi keluarga. Hasil survei diperoleh data

bahwa tingkat pendapatan responden sosis rata-rata > Rp 1.000.000. Data yang

diperoleh (Tabel 8), dapat dilihat tingkat pendapatan keluarga per bulan yang

lebih dominan adalah Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 sebanyak 33 persen. Tingkat

pendapatan keluarga per bulan terbanyak kedua sebesar > Rp 3.000.000,- per

bulan sebanyak 28 persen. Sedangkan jumlah responden dilihat dari tingkat

pendapatan per bulan yang paling sedikit adalah < Rp 500.000,- (satu persen).

Data di bawah menunjukkan bahwa kelas sosial untuk pemasaran sosis berada

pada segmen menengah atas.

Tabel 8. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan per Bulan

Pendapatan/bulan Jumlah (orang) Persentase (%)


<500.000 1 1.0
500.000-1.000.000 22 22.0
1.000.000-2.000.000 33 33.0
2.000.000-3.000.000 16 16.0
>3.000.000 28 28.0
Total 100 100.0
42

6.2. Keragaman Pemilihan Produk Sosis Sapi Berdasarkan Demografi


Responden

Segmentasi pasar pada dasarnya merupakan pendekatan berdasarkan

atribut-atribut konsumen. Banyak alasan yang digunakan dalam segmentasi

pemasaran sosis diantaranya adalah karena kebutuhan dan keinginan konsumen

yang meningkat, diversifikasi dan diferensiasi produk daging sapi olahan. Hal

tersebut juga sangat erat hubungannya dengan demografis. Terdapat empat merk

sosis yang dibahas untuk mengetahui segmen dan posisi produk sosis sapi antara

lain merk Farmhouse (PT. San Miguel Purefoods Indonesia), Kimbo (PT.

Kemfoods), Bernardi (PT. Eloda Mitra) dan merk Vigo (PT. Madusari

Nusaperdana).

Perumusan segmentasi pasar ditinjau dari pendekatan karakteristik

konsumen yaitu jenis usia, pekerjaan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan.

Keragaman pemilihan produk sosis sapi berdasarkan demografi responden dapat

dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui ada perbedaan

segmen antar perusahaan sosis.

Usia responden merupakan salah satu karakteristik pribadi yang

mempengaruhi keputusan dalam pembelian sosis. Dari keseluruhan merk sosis,

usia yang cukup potensial dalam pembelian sosis adalah 26-35 tahun (41.7 persen

Farmhouse, 40 persen Kimbo, 33.3 persen Bernardi dan 50 persen Vigo).


43

Tabel 9. Keragaman Pemilihan Produk Sosis Sapi Berdasarkan Demografi Responden

Usia Farmhouse Kimbo Bernardi Vigo


∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
17-25 tahun 8 16.7 7 28.0 1 33.3 10 41.7
26-35 tahun 20 41.7 10 40.0 1 33.3 12 50.0
36-45 tahun 19 39.6 8 32.0 1 33.3 2 8.3
46-55 tahun 1 2.1 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Total 48 100.0 25 100.0 3 100.0 24 100.0
Pekerjaan Farmhouse Kimbo Bernardi Vigo
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Pegawai Swasta 15 31.3 5 20.0 1 33.3 10 41.7
Pegawai Negri 2 4.2 2 8.0 0 0.0 5 20.8
Wiraswasta 7 14.6 4 16.0 1 33.3 2 8.3
Ibu Rumah Tangga 21 43.8 12 48.0 0 0.0 7 29.2
Profesional 2 4.2 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Mahasiswa 1 2.1 2 8.0 1 33.3 0 0.0
Total 48 100.0 25 100.0 3 100.0 24 100.0
Tingkat Pendidikan Farmhouse Kimbo Bernardi Vigo
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
SLTP 2 4.2 0 0.0 1 33.3 1 4.2
SLTA 14 29.2 9 36.0 0 0.0 12 50.0
Diploma 14 29.2 6 24.0 0 0.0 8 33.3
S1 15 31.3 9 36.0 2 66.7 3 12.5
S2 3 6.3 1 4.0 0 0.0 0 0.0
Total 48 100.0 25 100.0 3 100.0 24 100.0
Pendapatan/bulan Farmhouse Kimbo Bernardi Vigo
(Rp) ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
<500.000 1 2.1 0 0.0 0 0.0 0 0.0
500.000-1.000.000 6 12.5 6 24.0 0 0.0 10 41.7
1.000.000-2.000.000 16 33.3 6 24.0 0 0.0 11 45.8
2.000.000-3.000.000 7 14.6 3 12.0 3 100.0 3 12.5
>3.000.000 18 37.5 10 40.0 0 0.0 0 0.0

Total 48 100.0 25 100.0 3 100.0 24 100.0

Berdasarkan jenis pekerjaan, proporsi yang lebih banyak mengkonsumsi

sosis sapi merk Farmhouse adalah ibu rumah tangga sebesar 43.8 persen. Jenis

pekerjaan terbesar kedua adalah Pegawai Swasta (31.3 persen) sedangkan jenis

pekerjaan yang paling sedikit dalam mengkonsumsi sosis yaitu mahasiswa sebesar

2.1 persen. Jenis pekerjaan yang lebih mendominasi pada merk Kimbo adalah ibu

rumah tangga sebesar 48 persen. Terbesar kedua dalam mengkonsumsi sosis


44

adalah pegawai swasta 20 persen, sedangkan proporsi jenis pekerjaan yang tidak

berpengaruh dalam pembelian sosis yaitu profesional. Kelompok pekerjaan

pegawai swasta, wiraswasta dan mahasiswa memiliki proporsi yang sama untuk

merk Bernardi sebesar 33.3 persen. Jenis pekerjaan yang lebih banyak dalam

mengkonsumsi sosis sapi merk Vigo adalah pegawai swasta (41.7 persen),

sedangkan terbesar kedua adalah pekerjaan ibu rumah tangga (29.2 persen). Jenis

pekerjaan yang tidak berpengaruh dalam pembelian sosis adalah profesional dan

mahasiswa.

Pemilihan produk sosis berdasarkan tingkat pendidikan dari 100 responden

pada produk merk Farmhouse lebih banyak lulusan sarjana strata satu (S1)

sebesar 31.3 persen. Sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah

lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) sekitar 4.2 persen. Produk sosis

merk Kimbo juga memiliki posisi yang hampir sama bila ditinjau dari tingkat

pendidikan yaitu lebih banyak lulusan S1 dan lulusan sekolah lanjutan tingkat

akhir (SLTA) di mana masing- masing sebesar 36.0 persen. Sedangkan tingkat

pendidikan yang kurang berpengaruh adalah lulusan SLTP. Produk sosis merk

Bernardi juga memiliki posisi yang sama dengan merk Farmhouse dilihat dari

segmen tingkat pendidikan, di mana lulusan S1 memiliki point yang paling tinggi

dibanding tingkat pendidikan atau lulusan yang lain (66.7 persen). Produk sosis

merk Vigo berbeda dibanding merk lain ditinjau dari tingkat pendidikan. Lulusan

SLTA lebih banyak dalam mengkonsumsi sosis sapi dibanding lulusan lainnya.

Segmentasi pendapatan dapat membagi pasar menjadi kelompok

pendapatan berbeda. Dari Tabel 8, dapat diketahui bahwa respon tertinggi dalam

pembelian sosis sapi merk Farmhouse bila dilihat dari segmen pendapatan per
45

bulan adalah kelompok pendapatan lebih besar dari Rp 3.000.000,- sebesar 37.5

persen. Sedangkan tingkat pendapatan yang paling sedikit dalam mengkonsumsi

sosis yaitu dengan pendapatan per bulan lebih kecil dari Rp 500.000 (2.1 persen).

Produk sosis merk Kimbo juga mempunyai posisi yang sama dengan merk

sosis Farmhouse bila ditinjau dari segi pendapatan per bulan, di mana tingkat

konsumsi terhadap produk sosis yang paling tinggi dilihat dari tingkat pendapatan

adalah kelompok pendapatan di atas Rp 3.000.000 sebesar 40 persen. Respon

produk sosis merk Kimbo yang kurang berpengaruh apabila dilihat dari tingkat

pendapatan per bulan adalah di bawah Rp 500.000,-. Berbeda dengan produk sosis

merk Vigo, tingkat konsumsi sosis yang dominan bila dilihat dari tingkat

pendapatan adalah kelompok pendapatan Rp 1.000.000 - 2.000.000 per bulan.

6.3. Perilaku Pembelian

Salah satu tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada setiap

tahap dan pengaruhnya. Perubahan pendirian, faktor situasi yang kurang antisipasi

dan resiko yang dirasakan dapat mempengaruhi keputusan pembelian.

Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, bergantung pada jenis

keputusan pembelian.

Pemasar harus memastikan kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam

proses pembelian. Dengan mengetahui penilaian konsumen terhadap produk

perusahaan dan pesaing maka hal tersebut merupakan langkah lanjutan dalam

penentuan segmentasi dan posisi produk.


46

6.3.1 Tahap Pengenalan Masalah

Proses membeli diawali saat konsumen menyadari adanya masalah

kebutuhan dan dikaitkan dengan tingkat pendapatan keluarga per bulan.

Konsumen menyadari terdapat perbedaan produk sosis sapi dilihat dari

manfaatnya. Secara umum, konsumen lebih menginginkan produk sosis yang

berkualitas. Namun pembelian kebutuhan keluarga disesuaikan dengan tingkat

pendapatan dan jenis dan manfaat produk.

Tabel 10. Pendapatan Responden dengan Alasan Pembelian Sosis

Alasan Pembelian Sosis


Pendapatan/bulan Rasa Harga Aroma Variasi produk
n % n % n % n %
< 500.000 1 1.2 0 0 0 0 0 0
500.000-1.000.000 14 17.1 7 58.3 0 0 1 25.0
1.000.000-2.000.000 28 34.1 4 33.3 0 0 1 25.0
2.000.000-3.000.000 14 17.1 1 8.3 0 0 1 25.0
> 3.000.000 25 30.5 0 0 2 100 1 25.0
Total 82 100.0 12 100.0 2 100.0 4 100.0

Pengaruh pendapatan dengan alasan pembelian produk sosis tertentu

berbeda dari setiap atribut (dapat dilihat pada Tabel 10). Lebih banyak konsumen

yang memberi alasan utama pembelian sosis dari segi rasa di mana tingkat

pendapatan/bulan Rp 1.000.000-2.000.000 dan dapat dikategorikan status sosial

kelas menengah atas. Sedangkan konsumen yang lebih mempertimbangkan harga

dalam pembelian sosis lebih cenderung memiliki tingkat pendapatan/bulan Rp

500.000-1.000.000.
47

6.3.2. Tahap Pencarian Informasi

Sumber informasi yang diperoleh konsumen sosis ada melalui media

televisi atau iklan, dari brosur, melihat langsung dari supermarket, keluarga dan

teman. Namun, berdasarkan survei sumber informasi produk sosis paling banyak

diperoleh dengan melihat langsung dari supermarket (71 persen). Sebesar 14

persen mendapat informasi dari iklan televisi (dapat dilihat pada Tabel 11).

Peran keluarga dan brosur sedikit berpengaruh sebagai sumber informasi bagi

produk sosis dengan proporsi masing- masing satu persen. Hal ini berarti, peran

promosi dalam pemasaran produk sosis masih kurang.

Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Perolehan Informasi dalam


Pemilihan Produk Sosis

Sumber Informasi Jumlah (orang) Persentase (%)


Televisi 14 14.0
Brosur 1 1.0
Supermarket 71 71.0
Keluarga 1 1.0
Teman 3 3.0
Total 100 100.0

Produk sosis merupakan produk fresh, di mana tempat penjualan yang baik

bagi produk sosis adalah tempat dengan temperatur ruangan. Dari Tabel 12 dapat

dijelaskan bahwa, produk sosis banyak dibeli oleh konsumen di supermarket, di

mana proporsinya 96 persen dan 3 persen lebih sering membeli di penjual sayur

keliling.

Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Lokasi Pembelian Produk Sosis


Lokasi Pembelian Jumlah (orang) Persentase (%)
Supermarket 96 96.0
Penjual keliling 3 3.0
Lainnya 1 1.0
Total 100 100.0
48

6.3.3. Tahap Evaluasi dan Seleksi

Setelah konsumen memperoleh informasi dari berbagai media atau tempat

maka informasi tersebut di proses lebih lanjut dengan penilaian akhir melalui

tahap evaluasi dan seleksi. Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam

memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Konsumen

memberi perhatian lebih besar pada atribut yang memberikan manfaat yang

diperoleh.

Tabel 13. Alasan Responden dalam Pembelian Produk Sosis Sapi


Alasan Jumlah (orang) Persentase (%)
Rasa 82 82.0
Harga 12 12.0
Aroma 2 2.0
Variasi produk 4 4.0
Total 100 100.0

Ada beberapa alasan bagi konsumen dalam memilih produk sosis, antara

lain yaitu dari segi rasa, harga, aroma dan variasi produk. Dari Tabel 13 dapat

dilihat bahwa, konsumen lebih cenderung memilih rasa (82 persen) sebagai alasan

utama dalam memilih sosis tertentu. Terbesar kedua konsumen memilih sosis

dilihat dari segi harga (12 persen). Akan tetapi alasan responden yang paling

sedikit adalah dari segi aroma (dua persen).

6.3.4. Tahap Keputusan Pembelian

Konsumen membentuk preferensi atas produk dalam kumpulan pilihan

setelah melewati tahap evaluasi. Konsumen akan memberi keputusan untuk

membeli produk yang paling disukai.

Proses pengambilan keputusan dalam pembelian sosis sering melibatkan

anggota keluarga (suami, istri, orangtua maupun anak) dan teman. Dari Tabel 14.
49

dapat dilihat bahwa, yang paling dominan dalam mengambil keputusan adalah

istri dengan proporsi 78 persen. Terbesar kedua adalah anak dengan proporsi 13

persen. Sedangkan suami (enam persen), orangtua (dua persen) dan teman (satu

persen) kurang berpengaruh nyata mengambil keputusan dalam pembelian sosis.

Tabel 14. Pengambilan Keputusan dalam Pembelian Produk Sosis Sapi


Keputusan Pembelian Jumlah (orang) Persentase (%)
Suami 6 6.0
Anak 13 13.0
Teman 1 1.0
Istri 78 78.0
Orangtua 2 2.0
Total 100 100.0

Perilaku konsumen sebelum melakukan pembelian sosis, ada yang di

rencanakan sebelum membeli, ada yang sama sekali tidak direncanakan dan ada

yang tergantung situasi. Data Tabel 15 dapat diketahui bahwa, ketika ingin

membeli sosis sebanyak 35 persen tidak di rencanakan dahulu. Dengan melihat

produk sosis di market, kebanyakan konsumen langsung mengambil keputusan

(tidak di rencanakan) dengan alasan sebagai stock karena produk sosis merupakan

salah satu kebutuhan responden. Ada sebanyak 33 persen melakukan perencanaan

sebelum pembelian sosis dan 32 persen tergantung situasi (terkadang

direncanakan dan terkadang tidak direncanakan). Dari data ini dapat diperoleh

bahwa ada peluang konsumen lebih mudah dipengaruhi dalam pembelian sosis

bila produk sosis selalu tersedia di pasar.

Tabel 15. Perencanaan Pembelian Produk Sosis


Perencanaan Pembelian Jumlah (orang) Persentase (%)
Merencanakan 33 33.0
Tidak direncanakan 35 35.0
Tergantung situasi 32 32.0
Total 100 100.0
50

6.3.5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan

tertentu. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian untuk

mempertahankan loyalitas konsumen terhadap produk sosis karena apabila

konsumen tidak merasakan kepuasan terhadap suatu produk yang dibelinya maka

konsumen akan beralih ke produk lain.

Loyalitas konsumen terhadap produk sosis sapi dapat diketahui dari

frekuensi tingkat pembelian produk sosis. Konsumen lebih sering membeli sosis

setiap minggu dengan proporsi 43 persen dapat dilihat pada Tabel 16. Proporsi

terbesar kedua yaitu setiap bulan sekali dengan sebanyak 33 persen. Sedangkan

frekuensi yang paling sedikit dalam mengkonsumsi sosis adalah setiap dua bulan

sekali (enam persen) dan la innya yaitu setiap dua minggu sekali (18 persen).

Tabel 16. Frekuensi Tingkat Pembelian Produk Sosis


Frekuensi Pembelian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 x sebulan 33 33.0
2 bulan sekali 6 6.0
setiap minggu 43 43.0
lainnya 18 18.0
Total 100 100.0

Mempertahankan konsumen sosis dapat dicapai melalui kepuasan

konsumen dalam jangka panjang. Ketika pelanggan merasa sesuatu yang bernilai,

maka konsumen lebih loyal terhadap perusahaan. Tingkat loyalitas konsumen

terhadap produk sosis tertentu tidak terlalu tinggi (30 persen). Ketika produk

sosis yang biasa dikonsumsi keluarga tidak ada maka konsumen sosis lebih

cenderung beralih ke produk lain dengan proporsi 70 persen (dapat dilihat pada

Tabel 17).
51

Secara umum, jauh lebih sulit mempertahankan daya beli konsumen terhadap

produk sosis tertentu dibanding mempengaruhi konsumen sosis untuk mencoba

produk sosis tertentu.

Tabel 17. Tingkat Loyalitas Konsumen Terhadap Produk Sosis


Tingkat Loyalitas Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak membeli 30 30.0
Membeli yang lain 70 70.0
Total 100 100.0

Keluarga memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi pembelian

produk sosis lebih lanjut. Peran keluarga tersebut dapat berupa membujuk agar

membelinya, meminta untuk mencobanya, dengan memberitahu bahwa mereka

telah mencobanya dan tanpa pengaruh dari anggota keluarga (keinginan sendiri).

Peran anggota keluarga yang terbesar adalah dengan membujuk salah satu

anggota keluarga agar membeli produk sosis sebesar 39 persen (dapat dilihat pada

Tabel 18). Peran keluarga di mana proporsi yang terbesar kedua adalah dengan

meminta untuk mencobanya (23 persen). Namun ada sebanyak 24 persen yang

tidak dipengaruhi oleh keluarga (berdasarkan keinginan sendiri). Sedangkan peran

keluarga yang paling sedikit adalah dengan memberitahu bahwa mereka telah

mencobanya dengan proporsi 14 persen. Berarti dalam hal ini peran keluarga

sangat besar dalam mempengaruhi pembelian sosis.

Tabel 18. Peran Keluarga dalam Mempengaruhi Pembelian Produk Sosis


Peran keluarga Jumlah (orang) Persentase (%)
Membujuk 39 39.0
Meminta 23 23.0
Memberitahu 14 14.0
Inisiatif sendiri 24 24.0
Total 100 100.0
52

6.4. Analisis Posisi Produk (Product Positioning)

6.4.1. Analisis Citra

Peranan utama dari upaya pemasaran adalah menempatkan produk pada

posisi yang paling menguntungkan berkenaan dengan potensi untuk memenuhi

kebutuhan. Penilaian konsumen terhadap produk sosis sapi Farmhouse, Kimbo

Bernardi dan Vigo dapat dilihat dari hasil analisis Citra (pada Gambar 4).

Skala yang digunakan untuk mengukur atribut produk sosis adalah skala ordinal.

Tingkat kepentingan atribut produk sosis dapat dikategorikan kedalam skala 1-5.

di mana 5 (sangat setuju), 4 (setuju), 3 (cukup), 2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak

setuju). Adapun penilaian konsumen terhadap produk sosis sapi meliputi harga,

rasa, warna, tekstur (keempukan), aroma, kemasan dan isi dalam kemasan.

Penilaian konsumen terhadap produk sosis sapi dapat diinterprestasikan sebagai

berikut:

a. Harga

Salah satu aspek pengetahuan produk yang harus diperhatikan adala h

aspek yang melibatkan harga produk. Harga harus sebanding dengan penawaran

nilai produk kepada konsumen karena bila tidak maka konsumen akan beralih ke

produk lain. Hasil analisis Citra dapat dilihat bahwa penilaian konsumen terhadap

sosis merk Farmhouse dari segi harga relatif lebih mahal dibanding sosis yang

lainnya. Konsumen cenderung menilai produk sosis sapi Farmhouse termasuk

kategori mahal. Sedangkan sosis merk Vigo lebih murah dibanding produk yang

lainnya. Harga produk sosis dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2.


53

5
4,5
4
3,5 Farmhouse
3
Kimbo
2,5
2 Bernardi
1,5 Vigo
1
0,5
0

Isi
a

sa

a
a

an
rg

om
n
arn
Ra

ka
Ha

as
Ar
W

pu

m
em

Ke
Ke

Gambar 4. Analisis Citra Sosis Sapi

53
54

b. Rasa

Atribut rasa suatu produk pangan pada umumnya menentukan kualitas

produk tersebut. Penilaian konsumen sangat tinggi terhadap produk sosis sapi

merk Farmhouse, jika dilihat dari atribut rasa. Konsumen sangat setuju dan

merasa sangat puas dengan rasa sosis sapi merk Farmhouse dengan skala rataan

4.67. Hal tersebut akan membawa konsumen untuk lebih loyal terhadap produk

sosis dengan asumsi konsumen lebih beroreantasi pada cita rasa.

c. Warna

Warna produk merupakan salah satu sumber pengaruh potensial pada persepsi

maupun perilaku konsumen. Warna yang hangat seperti merah dan kuning tampak

lebih efektif dan menarik (eyes catching) secara fisik. Pada gambar diagram

analisis Citra, penilaian konsumen terhadap atribut warna produk sosis lebih

rendah bila dibanding atribut lain dengan skala rataan 3.06. Dari hasil survei,

konsumen berharap warna produk sosis Farmhouse sedikit di kurangi mengingat

konsumen lebih memperhatikan keamanan pangan (safety) terhadap pangan yang

mengandung zat pewarna.

d. Keempukan

Atribut keempukan menjadi kategori penilaian konsumen ketika produk

sosis dikonsumsi. Penilaian konsumen terhadap keempukan produk sosis sapi

merk Farmhouse setuju dengan skala rataan 4.35. Konsumen merasa lebih sesuai

pada saat mengkonsumsi produk sosis karena sesuai dengan kriteria konsumen.

e. Aroma

Aroma yang merupakan faktor pengukuran ataupun penilaian konsumen

terhadap produk sosis. Dari hasil analisis 100 responden, atribut aroma sosis di
55

nilai baik dan cocok bagi konsumen dengan rataan skala 3.85 karena aromanya

mengundang selera. Oleh sebab itu banyak konsumen yang merasa sesuai dengan

atribut aroma produk sosis sapi Farmhouse. Meskipun atribut aroma pada merk

Kimbo bersaing dengan sosis sapi merk Farmhouse

f. Kemasan

Kemasan khusus yang dirancang sedemikian rupa dapat menarik

konsumen. Penilaian konsumen terhadap kemasan produk sosis sapi Farmhouse

cukup baik dengan skala rataan 3.88 karena warna dan kemasan yang menarik.

Hal ini menunjukkan kemasan menjadi penting dalam pemasaran khususnya

dalam segmentasi dan posisi produk.

g. Isi

Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumen setuju dengan isi (kapasitas)

sosis dalam kemasan. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis yang berada pada

skala rataan 3.92. Konsumen melihat isi kemasan dari jumlah sosis dan berat

bersih dalam satu kemasan. Berat bersih sosis sapi Farmhouse dalam satu

kemasan lebih banyak dibanding kemasan produk lain.


56

6.4.2. Analisis Biplot

Pengenalan akan persepsi konsumen terhadap suatu produk berkaitan

dengan produk pesaing. Hal yang sangat penting untuk keefektivan pemasaran

produk dalam setiap segmen. Melalui positioning produsen dapat melakukan

identifikasi persepsi konsumen, identifikasi kesempatan atau peluang pasar,

mengetahui kekuatan dan kelemahan relatif suatu produk terhadap pesaingnya dan

pada akhirnya akan dapat menentukan cara terbaik untuk melakukan repositioning

produk untuk memperkuat atau memperbaiki posisi dalam setiap segmen.

Perhitungan dalam analisis Biplot didasarkan pada rasio skala garis, koordinat

Biplot dan gambar Biplot yang dipetakan pada sumbu x dan y. Dalam analisis

Biplot diperoleh gambaran tentang objek antara lain kedekatan antar objek,

gambaran tentang peubah, keragaman maupun korelasi dan keterkaitan antara

objek dengan beberapa atribut produk.

Analisis Biplot tersebut mampu memberikan informasi yang cukup karena

diperoleh hasil lebih dari 70 persen yaitu 96 persen (out put hasil analisis Biplot

dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3). Analisis Biplot yang digunakan adalah

dengan program PANDA (Perangkat- lunak Analisis Data) yang merupakan suatu

perangkat- lunak yang digunakan untuk analisis eksplorasi data, bekerja dengan

sistem menu-tarik (pulldown menu) dan kotak dialog; editor data numerik maupun

teks berbentuk kisi-kisi berukuran. Keluaran hasil pengolahan data berupa

diagram beserta deskripsinya, seperti disajikan pada Gambar 5.


57

Gambar 5. Analisis Biplot Produk Sosis Sapi

57
58

Hasil analisis Biplot memberikan informasi tentang keragaman posisi

produk dan pesaing dengan memperhatikan:

1) Kedekatan antar objek

Dari tampilan grafik diatas dapat dilihat bahwa posisi merk Farmhouse dan

Kimbo saling berdekatan. Hal ini menunjukkan kedua perusahaan tersebut

memiliki ciri yang hampir sama dalam peubah menur ut responden. Jadi merk

Kimbo merupakan pesaing (competitor) yang paling dekat dengan Farmhouse.

2) Panjang vektor

Panjang vektor antar peubah menentukan tingkat keragaman. Panjang vektor

antar atribut dapat dilihat bahwa atribut harga memiliki vektor yang paling

panjang yang berarti bahwa keragaman peubah harga disetiap perusahaan tinggi.

Sedangkan vektor yang paling pendek terlihat pada atribut isi dan kemasan yang

berarti tingkat keragaman atribut tersebut kecil (kurang beragam).

3) Hubungan korelasi (nilai sudut) antar peubah

Gambar grafik di atas dapat dijelaskan bahwa atribut sosis diwakili oleh

garis berarah (vektor). Sudut antara vektor-vektor menyatakan adanya korelasi.

Jika antara dua vektor membentuk sudut > 90º (membentuk sudut tumpul) berarti

korelasi antar kedua vektor negatif. Dan jika kedua vektor membentuk sudut < 90º

(membentuk sudut lancip) maka korelasi keduanya positif.

Nilai sudut terkecil dari gambar di atas terbentuk antara vektor keempukan

dan aroma. Data yang diperoleh dari konsumen menggambarkan kedua atribut

tersebut berkorelasi positif, di mana bila konsumen merasa tekstur (keempukan

produk) baik maka konsumen mempunyai persepsi terhadap aroma baik.

Sebaliknya, antara vektor harga dan aroma berkorelasi negative (> 90º) yang
59

berarti bahwa semakin tinggi harga maka tidak mempengaruhi tingkat warna

sosis sapi.

4) Nilai peubah dari suatu objek

Nilai peubah dari suatu objek dapat dilihat dari kedekatan arah vektor.

Semakin dekat garis vektor dengan suatu objek maka semakin besar pula nilai

atribut produk tersebut terhadap variabel (merk produk) dan dapat dikatakan

keunggulan produk. Sebaliknya semakin jauh (berlawanan) arah vektor maka

semakin rendah nilai atribut produk tersebut.

6.4.3. Posisi Produk (Product Positioning) Sosis Sapi Farmhouse

Posisi produk merupakan suatu proses yang dapat digunakan untuk

mengetahui kekuatan dan kelemahan serta posisi atau kedudukan relatif suatu

produk terhadap produk pesaing berdasarkan persepsi (perceptual) konsumen

yang didasarkan pada satu atau lebih atribut.

Berdasarkan analisis Biplot dan analisis Citra diperoleh produk sosis sapi

Farmhouse unggul pada atribut yang sama yaitu unggul dalam rasa, tekstur

(keempukan), isi, kemasan dan aroma. Berdasarkan analisis Biplot sosis sapi

Kimbo bersaing dengan Farmhouse pada atribut aroma dan tekstur (keempukan).

Sosis sapi Vigo diposisikan sebagai produk yang paling murah (unggul dilihat

dari atribut harga). Sedangkan produk sosis sapi Bernardi unggul dalam hal warna

produk.

Setiap keunggulan produk sosis disertai dengan beberapa kelemahan.

Sosis sapi Farmhouse memiliki kelemahan bila dilihat dari atribut harga yang

relatif lebih mahal dibanding pesaing dan warna sosis yang sedikit terlalu merah.
60

Berdasarkan pengetahuan keunggulan dan kelemahan sosis sapi Farmhouse,

perusahaan PT. San Miguel Purefoods Indonesia dapat membidik pasar dengan

menyusun strategi bauran pemasaran yang tepat untuk menguasai pangsa pasar.

6.5. Keefektivan Strategi Bauran Pemasaran

Keputusan bauran pemasaran diambil untuk mempengaruhi saluran

perdagangan dan konsumen akhir. Semakin efektif strategi bauran pemasaran

yang ditetapkan maka perusahaan dapat semakin memperluas segmentasi pasar.

• Bauran Produk (Product)

Sosis sapi Farmhouse dari hasil analisis memiliki keunggulan produk yang

bersaing baik dalam hal rasa, tekstur, aroma, kemasan dan isi. Berdasarkan hasil

analisis Citra, rasa merupakan atribut yang dinilai oleh konsumen dalam memilih

produk sosis sapi Farmhouse. Dalam hal ini, perusahaan lebih berorientasi pada

kualitas produk. Beberapa keunggulan produk sosis tersebut membawa posisi

produk lebih efektif bila ditinjau dari bauran produk. Strategi bauran produk yang

diterapkan di PT. San Miguel Purefoods Indonesia sudah cukup efektif karena

cukup bersaing dengan perusahaan sejenis.

• Bauran Harga (Price)

Atribut harga produk sosis sapi Farmhouse relatif lebih mahal dibanding

pesaing. Apabila harga relatif lebih mahal maka produk tersebut lebih

tersegmentasi dalam hal status sosial. Namun, dengan harga yang mahal

diimbangi dengan kualitas produk yang lebih baik, maka hal tersebut tidak akan

mempengaruhi keputusan pembelian bila konsumen mempertimbangkan produk

dari segi kualitas. Sebaliknya, bila harga merupakan salah satu hal penting dalam
61

pengambilan keputusan pembelian sosis, maka akan mempengaruhi keputusan

dan perilaku pembelian sosis.

• Bauran Tempat (Place)

Tempat adalah berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Tempat

merupakan salah satu alat bauran pemasaran yang dapat mempengaruhi tingkat

penjualan. Kesesuaian tempat dengan pasar sasaran akan menempatkan strategi

bauran pemasaran lebih efektif. Sistem distribusi yang selama ini diterapkan di

PT. San Miguel Purefoods Indonesia lebih banyak di pasar modern (supermarket).

Strategi bauran tempat bila dilihat dari pasar sasaran di mana peluang pasar lebih

banyak di pasar modern maka sudah cukup efektif. Hal ini ditunjukkan karena

hampir semua supermarket memasarkan produk sosis Farmhouse.

• Bauran Promosi (Promotion)

Kegiatan promosi meliputi semua kegiatan perusahaan untuk

mengkomunikasikan dan mempromosikan produk kepada pasar sasaran.

Kegiatan promosi produk sosis sapi Farmhouse yang selama ini dilakukan masih

kurang dipublikasikan kepada masyarakat. Dari data yang diperoleh, konsumen

mengetahui produk sosis Farmhouse dari supermarket. Hal ini membuktikan

peranan iklan untuk menjangkau masyarakat luas masih kurang, Adapun masalah

tersebut dikarenakan biaya iklan baik di media elektronik maupun di media cetak

cukup tinggi.
55

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Persepsi konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian sosis

dapat dijelaskan melalui analisis perilaku pembelian. Perilaku pembelian terdiri

dari beberapa tahap yaitu tahap pengenalan masalah, tahap pencarian informasi,

tahap evaluasi dan seleksi, tahap keputusan pembelian, dan perilaku pasca

pembelian. Tahap pengenalan masalah ada pada saat konsumen mempunyai

keinginan dan kebutuhan pangan yang harus disesuaikan dengan tingkat

pendapatan keluarga. Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi yang

diperoleh konsumen dalam pembelian sosis adalah dengan melihat langsung

produk sosis di supermarket (pasar modern). Tahap evaluasi dan seleksi

merupakan tahap di mana konsumen melakukan pertimbangan dalam pembelian

sosis adalah rasa sosis yang lebih disukai konsumen. Pada tahap keputusan

pembelian, istri lebih dominan dalam mengambil keputusan. Ada sebanyak 33

persen responden yang merencanakan terlebih dahulu sebelum melakukan

pembelian sosis. Tahap perilaku pasca pembelian yang merupakan tahap akhir

dari perilaku pembelian, konsumen lebih cenderung mencoba produk lain jika

produk sosis yang biasa dikonsumsi tidak ada.

Berdasarkan hasil analisis Citra dan analisis Biplot, posisi produk

(product positioning) sosis sapi Farmhouse memiliki keunggulan dalam hal rasa

yang enak, memiliki tekstur (keempukan) lebih baik, aroma yang lebih wangi,

kemasan yang menarik dan isi (kapasitas) yang lebih sesuai.


56

Strategi bauran produk yang diterapkan di PT. San Miguel Purefoods

Indonesia sudah cukup efektif karena cukup bersaing dengan perusahaan sejenis.

Dalam hal ini, perusahaan lebih berorientasi pada kualitas produk.

Atribut harga merupakan salah satu kelemahan dari produk sosis sapi

Farmhouse, karena relatif lebih mahal dibanding pesaing. Strategi bauran tempat

bila dilihat dari pasar sasaran di mana peluang pasar lebih banyak di pasar modern

maka sudah cukup efektif. Sedangkan kegiatan promosi produk sosis sapi

Farmhouse yang selama ini dilakukan masih kurang dipublikasikan kepada

masyarakat. Jadi peranan iklan untuk menjangkau masyarakat luas masih kurang,

Saran

1. Strategi bauran harga yang tepat untuk perusahaan adalah dengan

melakukan pemotongan harga pada saat-saat tertentu agar dapat

memperluas segmentasi pasar sekaligus sebagai salah satu kegiatan atau

moment promosi.

2. Perusahaan sebaiknya melakukan promosi yang lebih intensif untuk

memperluas jangkauan pasar, melalui iklan di berbagai media maupun

melakukan demo masak, baik di supermarket atau pada kesempatan lain

seperti arisan ibu- ibu, pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh

ibu- ibu di kelurahan atau di perumahan.


56

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, R. 2003. Positioning (Penempatan Posisi) Produk Minuman Madu.


Skripsi. Jurusan Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Ries Al dan J. Trout. 2002. Positioning: The Battle for Your Mind. Salemba
Empat. Jakarta.

Alma, B. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Revisi.


Alfabeta. Bandung.

Badan Pusat Statistik. 2004. Potret Sosisal Ekonomi Masyarakat Jawa Barat. Jawa
Barat. Bogor.

Damayanti, R. 2003. Analisis Posisi Strategi Unit Bisnis Produk Sosis


PT. Kemang Food Industries. Skripsi. Jurusan Ilmu- Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2003. Statistik Peternakan


Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta. http: //www. deptan. go.
id/infoeksekutif/nak/2005/prod-daging-sapi.htm. 3 Agustus 2005.

Engel, J. F., R. D. Blckwell and P. Minnard. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi


Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta.

Jollife, L. T. 1986. Principal Component Analysis. Second Edition. Springer


Verlag. New York.

Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia Segmentasi, Targeting dan


Positioning. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Kotler, Philip. 1990. Marketing. Jilid Satu. Erlangga. Jakarta.

__________. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Erlangga. Jakarta.

Kusumawardhani, N. 2003. Analisis Strategi Pemasaran Sosis pada


PT. Badranaya. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Pearson dan Tauber F. W. 1984. Meat. AMI Center for Continuing Education.
Washington.
57

Prianto, A. 2001. Analisis Posisi Persaingan dalam Upaya Penetrasi Pasar Produk
Fast-Food Ayam Goreng Lokal (Studi Kasus pada PT. Ayam Goreng
Fatmawati Indonesia. Skripsi. Jurusan Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.


PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ratna, F. 2004. Analisis Penentuan Posisi Produk (Product Positioning) Susu


Pasteurisasi Merek Alam Murni. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rust, R. E. 1977. The Science of Meat and Meat Products. Third Edition. AMI
Center for Continuing Education. Washinton.

Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Edisi Pertama. Prenada Media. Jakarta.

Simamora, B. 2004. Riset Pemasaran: Falsafah, Teori dan Aplikasi. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Tauber, F. W. 1977. Sausage. The AVI Publishing Co. Inc. Westport. Conecticut.
USA.

Wardani, T. 2003. Manajemen Mutu Sosis Sapi PT. Badranaya Putra, Bandung,
Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
58

LAMPIRAN
59

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER
No. Kuesioner :
Tgl. Pengisian :
Nama :
Alamat :

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penelitian untuk penulisan skripsi yang
berjudul “ANALISIS POSISI PRODUK (POSITIONING PRODUCT) SOSIS
SAPI DI PT. Purefoods Suba Indah oleh Debora Evlyn Sembiring (A14103519)
mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor .

x
Petunjuk: Berilah tanda pada kotak jawaban yang Anda pilih

SCREENING

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Jenis Kelamin : Pria Wanita

2. Usia Anda saat ini :

a. < 17 tahun stop

b. 17-25 tahun d. 46-55 tahun

c. 26-35 tahun e. > 55 tahun

d. 36-45 tahun

3. Pekerjaan Anda sekarang :

a. Pegawai Swasta e. Profesional (Dokter, Pengacara, dll)

b. Pegawai Negeri Sipil f. Mahasiswa/ Pelajar

c. Wiraswasta g. Lain- lain, sebutkan…………………….

d. Ibu rumah tangga


60

4. Tingkat pendidikan terakhir :

a. SD e. S1

b. SMP f. S2

c. SMU g. S3

d. Diploma h. Lainnya, sebutkan...........................

5. Tingkat pendapatan Anda setiap bulan:

a. < Rp. 500.000 d. Rp. 2.000.000-3.000.000

b. Rp 500.000-1.000.000 e. > Rp. 3.000.000

c. Rp 1.000.000-2.000.000

6. Jumlah anggota keluarga (termasuk Anda): .............orang.

7. Apakah Anda pernah mengkonsumsi sapi ?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah merek sosis yang sering Anda beli ?

a. FARMHOUSE c. BERNARDI

b. KIMBO d. VIGO

9. Seberapa sering Anda/keluarga Anda mengkonsumsi sosis dalam sebulan ?

a. Sekali sebulan c. setiap minggu

b. 2 bulan sekali d. lainnya, sebutkan…………………..

10. Apakah alasan utama anda mengkonsumsi sosis ?

a. Rasa c. Aroma

b. Harga d. Variasi produk


61

11. Darimanakah Anda mengetahui merek sosis tersebut

a. Televisi d. Melihat sendiri di supermarket

b. Brosur e. Keluarga di rumah

c. Teman

12. Dimana Anda pernah membeli sosis tersebut ?

a. Hipermarket c. Minimarket

b. Supermarket d. Penjual keliling

13. Pada saat ingin membeli produk sosis tersebut, Anda ………………

a. Merencanakan terlebih dahulu

b. Tidak direncanakan/mendadak

c. Tergantung situasi

14. Jika produk sosis tersebut untuk sementara waktu tidak ada, maka

Anda………….

a. Tidak membeli sosis untuk sementara waktu

b. Membeli produk sosis dengan merek yang berbeda

15. Siapa yang memberi keputusan dalam pembelian sosis ?

a. Suami c. Istri e. Teman

b. Anak d. Orangtua

16. Seberapa jauh peran anggota keluarga atau teman Anda dalam

menyarankan pembelian sosis ?

a. Membujuk Anda untuk membelinya

b. Meminta Anda untuk mencobanya

c. Memberitahu Anda bahwa mereka telah mencobanya

d. Inisiatif sendiri
62

II. EVALUASI ATRIBUT

Anda dapat mengisi tabel berikut sesuai keyakinan akan atribut-atribut

suatu merek sosis yang ditanyakan. Berilah tanda silang (x) pada kolom yang

telah disediakan.

SOSIS MEREK FARMHOUSE


Skala Penilaian
Atribut
5 4 3 2 1
Harga Sangat setuju Sangat tidak satuju
Rasa Sangat setuju Sangat tidak satuju
Warna Sangat setuju Sangat tidak satuju
Empuk Sangat setuju Sangat tidak satuju
Aroma Sangat setuju Sangat tidak satuju
Kemasan Sangat setuju Sangat tidak satuju
Isi kemasan Sangat setuju Sangat tidak satuju

SOSIS MEREK KIMBO


Skala Penilaian
Atribut
5 4 3 2 1
Harga Sangat setuju Sangat tidak satuju
Rasa Sangat setuju Sangat tidak satuju
Warna Sangat setuju Sangat tidak satuju
Empuk Sangat setuju Sangat tidak satuju
Aroma Sangat setuju Sangat tidak satuju
Kemasan Sangat setuju Sangat tidak satuju
Isi kemasan Sangat setuju Sangat tidak satuju

SOSIS MEREK BERNARDI


Skala Penilaian
Atribut
5 4 3 2 1
Harga Sangat setuju Sangat tidak satuju
Rasa Sangat setuju Sangat tidak satuju
Warna Sangat setuju Sangat tidak satuju
Empuk Sangat setuju Sangat tidak satuju
Aroma Sangat setuju Sangat tidak satuju
Kemasan Sangat setuju Sangat tidak satuju
Isi kemasan Sangat setuju Sangat tidak satuju

SOSIS MEREK VIGO


Skala Penilaian
Atribut
5 4 3 2 1
Harga Sangat setuju Sangat tidak satuju
Rasa Sangat setuju Sangat tidak satuju
Warna Sangat setuju Sangat tidak satuju
Empuk Sangat setuju Sangat tidak satuju
Aroma Sangat setuju Sangat tidak satuju
Kemasan Sangat setuju Sangat tidak satuju
Isi kemasan Sangat setuju Sangat tidak satuju
63

Tabel Lampiran 2. Harga Produk Sosis Sapi

Merk Sosis Sapi Berat Bersih Isi Harga (Rp)

Ø Farmhouse
- Beef Frankfurter 400 gr 12 15.000
- Fun Kids Cheese 200 gr 6 7.900
- Sosis Sapi 400 gr 12 15.000
- Sosis Sapi Goreng 80 gr 3 4.000
- Sosis Sapi Goreng 200 gr 6 11.750
- Sosis Sapi Goreng 400 gr 12 26.000
- Sosis Sapi Goreng 800 gr 24 54.000
- Beef Coctail 200 gr 6 12.800

Ø Kimbo
- Sapi Goreng 186 gr 6 8.800
- Sapi Goreng 403 gr 13 16.000
- Sapi Goreng 775 gr 25 32.500

Ø Bernardi
- Sapi Goreng 500 gr 12 15.600
- Hotdog 500 gr 12 22.500
- Hotdog - 6 13.000
- Beef Franks 500 gr 12 28.000
- Sosis 500 gr 12 24.000
- Sosis 1 kg 24 54.000

Ø Vigo
- Sosis Sapi 180 6 7.700
- Sosis Sapi 720 gr 24 28.000

Sumber: Supermarket Matahari Ekalokasari, Bogor


64

Tabel Lampiran 3. Out put Analisis Biplots

Inersi Utama dan Proporsi Keragaman

Sumbu Inersi % Prop % PrKum Histogram

1 2.031165 68.757 68.757

2 0.830285 28.106 96.863 ************************************

3 0.092663 3.137 100.000 ***************

Total 2.954113 **

Koordinat Individu dan Korelasi Individu Amatan-Dugaan

Merk KI1 KI2 KOR Merk KI1 KI2 KOR

FARMHOUS -0.466 -0.251 0.980 BERNADI -0.167 0.832 0.998

KIMBO -0.210 -0.487 0.967 VIGO 0.843 -0.094 0.998

Koordinat Peubah dan Korelasi Peubah Amatan-Dugaan

Peubah KP1 KP2 KOR Peubah KP1 KP2 KOR

Harga 0.937 0.043 0.999 Aroma -0.377 -0.320 0.906

Rasa -0.622 0.102 0.985 Kemasan -0.401 -0.189 0.992

Warna -0.369 0.782 0.996 Isi -0.405 -0.026 0.998

Empuk -0.405 -0.260 0.967

Kualitas Penyajian Global

Objek Aproksimasi Kebaikan-suai

Dispersi Peubah 96.863 %

Data Terkoreksi 88.473 %

Jarak Individu 28.571 %


65

Gambar Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. San Miguel Purefoods Indonesia

Komisaris
Umum

Direktur Umum

Direktur Pelaksana

Manager Divisi

Sales Marketing HRD Purchasing Finance Opertional

Kompensasi Tehnik
Pasar Bag. Marketing
Modern
dan Quality
Control
Departemen Perekrutan
Pasar
Pengembangan Produk dan Pelatihan . Produksi

Logistic /
Restoran Pengembangan Bisnis Distribusi

65

Anda mungkin juga menyukai