Oleh :
Dian Anggraini
A14102664
RINGKASAN
. Sektor informal yang terbukti mampu membantu mengurangi terjadinya
pengangguran adalah usaha kecil. Salah satu bentuk usaha kecil yang banyak
berdiri adalah warung tenda pecel lele. Usaha ini banyak didirikan di sepanjang
jalan-jalan utama di berbagai kota besar di Indonesia tidak terkecuali Kota Bogor
yang dekat dengan Kota Jakarta. Usaha warung tenda pecel lele adalah salah satu
warung tenda yang banyak berdiri di Jalan Pajajaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi profil dan karakteristik
pedagang warung tenda pecel lele, menganalisis pendapatan usaha warung tenda
pecel lele dan memformulasi strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada usaha
warung tenda pecel lele.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap identifikasi
lingkungan internal dan eksternal usaha. Identifikasi lingkungan internal
dilakukan pada analisis fungsi pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan
keuangan. Sedangkan lingkungan eksternal yang dianalisis adalah lingkungan
makro dan mikro. Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan dengan
menggunakan matriks IE dan matriks SWOT.
Dari hasil identifikasi profil dan karakteristik diketahui bahwa pemilik
warung tenda pecel lele sebagian besar berasal dari suku Jawa khususnya daerah
Lamongan, Jawa Timur. Menurut informasi dari pemilik warung tenda sebagian
besar merantau ke luar daerah sejak usia remaja.
Pendapatan usaha rata-rata yang didapat oleh pemilik warung tenda pecel
lele selama satu bulan adalah Rp 50.980.000 sedangkan total biaya rata-rata yang
dikeluarkan adalah Rp 5.090.800 dan keuntungan rata-rata sebesar Rp 12.
078.600. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) rata-rata
sebesar 1,31 yang menunjukkan bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan dalam usaha warung tenda pecel lele menghasilkan penerimaan rata-
rata sebesar 1,31 rupiah.
Nilai total skor pembobotan matriks IFE dan EFE yang didapat masing-
masing sebesar 2,503 dan 2,680. Berdasarkan kombinasi nilai matriks IFE dan
EFE dan dipetakan pada matriks IE, posisi usaha warung tenda pecel lele berada
pada sel V dan strategi yang sesuai adalah strategi hold and maintain. Strategi
yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar (market penetration) dan
pengembangan produk (product development).
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT diperoleh strategi yaitu :
Strategi S-O adalah meningkatkan kualitas produk yang dijual dan
mengembangkan fasilitas pesan antar. Strategi W-O adalah melakukan promosi
yang lebih baik lagi untuk menarik konsumen baru, membenahi kondisi internal
usaha seperti meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha
khususnya pada kegiatan produksi. Strategi S-T adalahmempertahankan hubungan
kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku untuk menjaga kontinuitas
bahan baku. Strategi W-T adalah mempermudah akses pinjaman modal sangat
diharapkan dan pengembangan kemampuan manajerial bagi pemilik usaha
merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan.
ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA
WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN
PAJAJARAN BOGOR
Oleh
DIAN ANGGRAINI
A14102664
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Dian Anggraini
A14102664
RIWAYAT HIDUP
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Pendapatan dan Strategi
Pemasaran Usaha Warung Tenda di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor” ini dengan
baik. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan penulis sebagai syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
10. Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele ....................... 51
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Salah satu bentuk usaha kecil yang banyak berdiri adalah usaha warung
tenda. Usaha ini banyak didirikan di sepanjang jalan-jalan utama di berbagai kota
besar di Indonesia tidak terkecuali Kota Bogor yang dekat dengan Kota Jakarta.
Warung tenda yang berdiri di sepanjang Jalan Pajajaran Bogor terdiri dari
berbagai macam jenis usaha. Pada umumnya warung tenda di Kota Bogor
membuka usahanya pada sore hari, dengan begitu banyaknya usaha warung tenda
yang berdiri sehingga persaingan terjadi diantara warung tenda itu sendiri.
2.1 Pemasaran
2.1.2 Produk
2.1.3 Nilai
5. Masing-masing pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain adalah layak
dan bermanfaat.
Pertukaran baru dapat terjadi apabila kedua belah pihak dapat menyetujui
syarat pertukaran. Pertukaran dapat dilihat sebagai sebuah proses yang berakhir
dengan sebuah transaksi. Transaksi adalah perdagangan nilai-nilai antara dua
pihak atau lebih. Sebuah transaksi melibatkan beberapa aspek: sekurang-
kurangnya dua benda yang bernilai, persyaratan yang disetujui, waktu
persetujuan, dan tempat persetujuan.
Pemasaran transaksi adalah bagian dari gagasan yang lebih besar yang
dinamakan pemasaran hubungan. Pemasaran hubungan (relationship marketing)
adalah praktik membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan
pihak-pihak kunci pelanggan, pemasok, penyalur untuk mempertahankan bisnis
jangka panjang.
Hasil pemasaran hubungan yang utama adalah pengembangan aset unik
perusahaan yang disebut jaringan pemasaran. Jaringan pemasaran yang
berkepentingan adalah pelanggan, pemasok, penyalur, pengecer dan pihak lain
yang bersama-sama dengan perusahaan telah membangun hubungan bisnis yang
saling menguntungkan.
2.1.6 Pasar
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau
keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan
pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Menurut pandangan
bisnis penjual dipandang sebagai industri dan pembeli sebagai pasar.
Pemasar adalah seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli
yang akan terlibat dalam pertukaran nilai (value), sedangkan pembeli adalah
seseorang yang diidentifikasi oleh pemasar sebagai orang yang mungkin bersedia
dan mampu terlibat dalam pertukaran nilai. Pemasar dapat bertindak sebagai
pembeli atau penjual.
Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategia, yang artinya seni atau
ilmu untuk menjadi seorang jendral. Konsep ini relevan dengan situasi pada
zaman dulu yang sering diwarnai perang, dimana jendral dibutuhkan untuk
memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang.
1. Produk
Definisi produk menurut Kotler (1997) adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi
sehingga dapat memuaskan keinginan atau suatu kebutuhan. Dalam pengertian
luas produk dapat mencakup apa saja yang bisa ditawarkan, termasuk benda-
benda fisik, jasa, organisasi dan gagasan.
Setiap produk dilihat dalam lima tingkatan (Kotler, 1997). Tingkat paling
dasar adalah manfaat utama, yaitu jasa atau manfaat dasar yang sesungguhnya
dibeli pelanggan. Pada tingkat kedua, pemasar harus merubah manfaat itu menjadi
produk generik, yaitu versi dasar dari produk tersebut. Pada tingkat ketiga,
pemasar mempersiapkan produk yang diharapkan dan disetujui pembeli ketika
membeli produk itu. Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk
tambahan yang meliputi tambahan jasa dan manfaat yang akan
memberdayakannya dari produk pesaing. Pada tingkat kelima adalah produk
potensial yaitu semua tambahan dan perubahan yang mungkin didapat produk
tersebut di masa depan.
Setiap produk dapat diklasifikasikan berdasarkan daya tahan mereka yakni
barang tahan lama, barang tidak tahan lama, dan jasa. Barang konsumsi biasanya
diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan pembelian konsumen yaitu barang
kebutuhan sehari-hari, barang belanjaan, barang khusus, dan barang yang tidak
dicari. Barang industri umumnya dikelompokkan berdasarkan bagaimana mereka
memasuki proses produksi yakni bahan dan suku cadang, barang modal,
perbekalan, dan pelayanan.
2. Harga
Harga adalah sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan oleh
konsumen untuk mendapatkan suatu produk (Stanton 1991). Harga merupakan
satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen-elemen
yang lain membutuhkan biaya. Strategi bauran harga yang dilakukan suatu
perusahaan meliputi strategi penetapan harga, tingkat harga, keseragaman harga
serta syarat-syarat pembayaran.
Menurut Kotler (1997) perusahaan perlu menyesuaikan harga terhadap
berbagai kondisi pasar. Pertama, penetapan harga geografis dimana perusahaan
memberikan harga sesuai dengan jarak konsumen. Kedua diskon harga dan
potongan pembelian dimana perusahaan membuat diskon kas, diskon jumlah,
diskon fungsional, diskon musim dan potongan pembelian. Ketiga penetapan
harga promosional dimana perusahaan memutuskan penetapan harga pimpinan
yang rugi, harga peristiwa khusus, rabat kas dan diskon psikologis. Keempat,
penetapan harga diskriminatif dimana perusahaan membuat harga yang berbeda
bagi segmen konsumen, bentuk produk, citra merek, waktu dan tempat yang
berbeda. Kelima, penetapan harga bauran produk dimana perusahaan memutuskan
wilayah harga bagi beberapa produk dalam suatu lini produk dan atas penetapan
harga fungsi tambahan, produk tawaran, produk sampingan, dan kumpulan
produk.
3. Distribusi
Stern dan El-Ansary dalam Kotler (1997) mendefinisikan saluran
distribusi sebagai sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu sama lain
yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk untuk digunakan atau
dikonsumsi. Jadi sebuah saluran distribusi melakukan kerja dengan memindahkan
barang dari produsen ke konsumen. Saluran ini mengatasi kesenjangan waktu,
tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari konsumen.
Berkaitan dengan tingkatan saluran pemasaran, strategi-strategi yang
dikembangkan dalam rangka mencapai saluran distribusi adalah (Swastha, 2000) :
a. Strategi distribusi intensif
Perusahaan menggunakan jumlah perantara sebanyak mungkin untuk
mencapai konsumen.
b. Strategi distribusi selektif
Perusahaan memilih sejumlah pedagang besar atau pengecer yang terbatas
dalam daerah geografis tertentu.
c. Strategi distribusi ekslusif
Perusahaan hanya menggunakan satu perantara dengan pelimpahan wewenang
untuk menyalurkan produknya, penjualan lebih agresif dan meningkatkan
image produk.
4. Promosi
Pemasaran modern menghendaki lebih daripada mengembangkan produk
yang baik, menetapkan harga yang bersaing, dan memungkinkannya dijangkau
pelanggan sasaran. Perusahaan juga harus mampu mengkomunikasikan diri
dengan pelanggan yang ada maupun yang potensial. Komunikasi pemasaran ini
dilakukan perusahaan melalui promosi.
Menurut Kotler (1997) promosi merupakan kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk
meyakinkan pelanggan agar membeli produk tersebut. Bauran promosi terdiri dari
empat alat utama yaitu iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan
penjualan pribadi/personal.
Iklan meliputi setiap bentuk dari penyajian non personal, promosi ide-ide,
dan promosi barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang mendapat imbalan dari
perusahaan. Promosi penjualan berupa insentif jangka pendek untuk mendorong
pembelian maupun penjualan suatu produk atau jasa.
Hubungan masyarakat merupakan variasi program yang dirancang untuk
memperbaiki, mempertahankan, maupun melindungi suatu citra perusahaan
maupun produk. Penjualan personal berupa lisan dalam pembicaraan dengan salah
satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan untuk melakukan penjualan.
Usaha ini banyak diminati karena tidak membutuhkan modal yang besar
untuk memulai usaha dan tidak diperlukan keahlian khusus yang didapat dari
sekolah formal. Fenomena banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia, pada
umumnya mereka membuka usaha warung tenda yang menjual makanan mulai
dari makanan tradisional sampai makanan yang bercita rasa ala barat.
Warung tenda pecel lele adalah salah satu warung tenda yang banyak
berdiri dan menjual hidangan ikan lele yang digoreng dan disajikan bersama nasi,
sambal dan lalapan. Hidangan ini banyak dijual oleh pedagang warung tenda yang
berasal dari daerah Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu warung tenda yang
menjual hidangan pecel lele banyak ditemui di jalan-jalan utama di kota besar di
Indonesia dan sekarang banyak warung tenda yang menambah menu hidangan
yang ditawarkan kepada pembeli seperti hidangan laut atau sea food.
Dari hasil penelitian diatas belum ada yang mengkaji lebih dalam
mengenai strategi bersaing yang dilakukan usaha kecil yang bergerak di bidang
makanan khususnya warung tenda dan menghadapi persaingan tersendiri dalam
kelompoknya.
Krisis ekonomi pada pertengahan tahun
1997 dan tingginya tingkat pengangguran
Analisis SWOT
Xi
ai = n
∑ Xi
i =1
Total skor pembobotan tertinggi untuk setiap organisasi adalah 4.0 dan
yang terendah adalah 1.0. Rata-rata skor pembobotan adalah 2.5. Total skor 4.0
menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus terhadap
peluang-peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Total skor 1.0
menunjukkan bahwa strategi usaha tidak memanfaatkan peluang atau menghindari
ancaman eksternal.
4.4.7 Matriks Internal External
Matriks Internal External didasarkan pada dua dimensi kunci : total nilai
IFE yang diberi bobot pada sumbu-x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada
sumbu-y. Pada sumbu-x matriks IE, total nilai IFE yang diberi bobot dari 1,0
sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai 2,0 sampai 2,99
dianggap sedang, sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0 dianggap kuat. Demikian pula
pada sumbu-y, total nilai EFE yang diberi bobot dari 1,00 sampai 1,99 dianggap
rendah, nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0
dianggap tinggi.
Matriks Internal External dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang
mempunyai dampak strategis berbeda (David, 2002). Pertama, divisi yang masuk
sel I, II, atau IV dapat disebut tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi
intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau
strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi
horizontal) mungkin paling tepat untuk divisi-divisi tersebut. Kedua, divisi yang
masuk ke dalam sel III, V, atau VII, paling baik dikelola dengan strategi
pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk merupakan dua strategi yang umum digunakan untuk
jenis-jenis divisi ini. Ketiga, divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX, paling
baik dikelola dengan strategi panen atau divestasi (harvest or divestiture) melalui
strategi divestasi atau likuidasi.
3. Status Pekerjaan
a. Pekerjaan Utama 6 100 %
b. Sambilan 0 0%
4. Pendidikan
b. SLTP 2 33,3 %
c. SMA 4 66,7 %
5. Jumlah Pegawai
a. 5-7 orang 3 50 %
b. 8-10 orang 3 50 %
6. Tahun Berdiri
a. 1990-1994 3 50 %
b. 1995-1999 3 50 %
Keterangan Responden
Warung Warung Warung Warung Warung Warung Rata-
1 2 3 4 5 6 Rata
1. Total Penerimaan
66.195.000 42.045.000 52.035.000 50.355.000 50.280.000 44.970.000 50.980.000
2. Biaya Variabel
Biaya Bahan Baku
31.830.000 21.495.000 25.950.000 21.915.000 25.935.000 19.140.000 24.377.500
Biaya Penunjang
8.673.000 6.190.500 6.702.000 6.951.000 5.049.000 6.240.000 5.166.200
Biaya Lainnya
3.435.000 1.747.500 1.747.500 1.410.000 2.197.500 735.000 1.878.750
3. Total Biaya Variabel
43.938.000 29.433.000 34.399.500 30.276.000 33.181.500 26.115.000 31.422.400
4. Biaya Tetap
7.743.675 5.133.600 5.015.150 3.183.575 5.611.975 3.856.900 5.090.800
5. Total Biaya
52.911.675 35.436.600 40.269.650 34.314.575 39.723.475 30.751.900 38.901.300
6. Pendapatan
13.283.325 6.608.400 11.765.350 16.040.425 10.556.525 14.218.100 12.078.600
7. Nilai R/C
1.25 1.18 1.29 1.46 1.26 1.46 1,31
6.1.2.4 Promosi
Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk
mendorong permintaan (Swastha, 2000). Promosi yang dilakukan oleh pemilik
warung tenda pecel lele masih kurang maksimal yaitu dengan mengandalkan
informasi yang disebarkan dari mulut ke mulut dan rekomendasi dari pelanggan
yang pernah makan di warung tenda kepada rekan maupun temannya serta dari
spanduk yang dipasang pada warung tenda. Warung tenda belum membuat
rencana baru untuk lebih mengenalkan usahanya sehingga informasi yang
diketahui oleh konsumen mengenai keberadaan warung tenda tersebut masih
sedikit.
6.1.3 Keuangan
Pada saat memulai membuka usaha ini, para pemilik lebih banyak
menggunakan modal sendiri yang berasal dari modal pribadi maupun pinjaman
dari kerabat atau keluarga dekat. Setelah usaha berjalan cukup lama, permodalan
sedikit demi sedikit bertambah yang berasal dari keuntungan penjualan setiap hari.
Pemilik warung tenda pecel lele tidak melakukan pinjaman modal dari
bank atau lembaga keuangan lainnya dengan alasan bunga pinjaman yang terlalu
tinggi dan tidak adanya jaminan atau agunan yang dapat diajukan sebagai syarat
peminjaman. Keterbatasan sumberdaya keuangan merupakan salah satu hambatan
bagi pemilik warung tenda pecel lele untuk mengembangkan usahanya.
6.1.4 Produksi
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh pemilik warung tenda terbagi
menjadi dua yaitu persiapan yang dilakukan di rumah dan kegiatan yang
dilakukan pada lokasi usaha. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
operasional usaha dikerjakan secara bersama-sama antara pemilik dan para
pekerja. Kegiatan yang dilakukan di rumah meliputi persiapan bahan baku untuk
membuat makanan yang siap dijual. Semua bahan baku yang sudah dibeli oleh
pemilik dibersihkan oleh para pekerja untuk kemudian diracik dan dimasak
dengan bumbu-bumbu yang sudah diramu oleh pemilik, sampai seluruh bahan
baku yang sudah diolah siap untuk dibawa ke tempat usaha. Untuk menjaga
kualitas bahan baku yang digunakan, pengawasan berada ditangan pemilik yang
juga bertanggung jawab dalam pembelian bahan baku.
Pada bagian kedua kegiatan dipusatkan pada lokasi usaha, dimana
dilakukan persiapan pendirian tenda, merapikan tempat sampai pada melayani
pembeli yang datang. Biasanya kegiatan ini berlangsung sampai jam dua belas
malam dan dilakukan setiap hari.
6.2 Evaluasi Faktor-Faktor Lingkungan Internal
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal usaha warung tenda pecel
lele maka faktor-faktor yang dapat dievaluasi menjadi kekuatan dan kelemahan
dari usaha ini adalah :
Kekuatan :
• Lokasi usaha yang strategis
• Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan
• Harga yang bersaing
• Cita rasa makanan yang sesuai dengan selera pembeli
• Jam operasional usaha yang panjang
• Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku
• Banyak variasi makanan yang dijual
Kelemahan :
• Sumberdaya keuangan yang masih terbatas
• Promosi yang kurang maksimal
• Keterampilan pekerja yang belum sama
• Harga bahan baku yang fluktuatif
• Teknologi dalam kegiatan produksi masih sederhana
• Belum adanya program pembinaan dari pemerintah
• Terbatasnya akses pada lembaga keuangan
Total 1 2.503
Dari hasil analisis diketahui bahwa faktor yang menjadi kekuatan utama
usaha adalah lokasi usaha yang strategis dengan bobot sebesar 0.076 dan rating
3.8 sehingga diperoleh skor 0.258. Adapun faktor lain yang menjadi kekuatan
dalam usaha ini adalah banyaknya variasi makanan yang dijual (skor 0.251), jam
operasional usaha yang panjang (skor 0.243), pelayanan kepada pelanggan yang
bersifat kekeluargaan (skor 0.230), cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli
(skor 0.226), harga yang bersaing (skor 0.212) dan hubungan kerjasama yang baik
dengan pemasok bahan baku (skor 0.199)
Kelemahan utama dalam usaha ini adalah teknologi dalam kegiatan
produksi yang masih sederhana dengan bobot sebesar 0.090 dan rating 1.8
sehingga diperoleh skor sebesar 0.166. Faktor-faktor lain yang menjadi kelemahan
antara lain belum adanya program pembinaan dari pemerintah (skor 0.150),
promosi yang kurang maksimal (skor 0.139), keterampilan pekerja yang belum
sama (skor 0.129), sumberdaya keuangan yang masih terbatas (skor 0.117),
terbatasnya akses pada lembanga keuangan (skor 0.104) dan harga bahan baku
yang fluktuatif (0.072). Dari hasil analisis faktor-faktor internal didapat skor
sebesar 2.503. Hal ini menunjukkan bahwa usaha warung tenda pecel lele
memiliki kemampuan yang tinggi dalam memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi
kelemahan internal usaha.
6.5.2 Analisis Matriks EFE
Hasil identifikasi faktor-faktor eksternal usaha warung tenda pecel lele dan
pemberian bobot serta rating diperoleh hasil analisis yang terdapat pada Tabel 11.
berikut ini :
Tabel 11. Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Total
PELUANG
1. Jumlah penduduk yang tinggi 0.064 1.8 0.161
2. Pola konsumsi yang berubah 0.066 2.6 0.178
3. Tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi 0.063 2.8 0.180
4. Berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan 0.076 3 0.199
5. Banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah 0.066 1.6 0.126
6. Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar 0.080 1.8 0.147
7. Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat 0.088 3.5 0.225
ANCAMAN
1. Menjamurnya usaha makanan 0.070 3.6 0.256
2. Bunga pinjaman bank yang tinggi 0.066 2.5 0.166
3. Harga bahan bakar yang tinggi 0.060 3.6 0.220
4. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman 0.082 2.1 0.179
5. Persaingan dengan usaha sejenis 0.065 4 0.262
6. Persaingan dengan restoran besar 0.067 3.1 0.213
7. Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil 0.081 2 0.162
Total 1 2.680
Dari hasil analisis diketahui bahwa faktor yang menjadi peluang utama
pada usaha ini yaitu peluang dalam penerimaan produk oleh semua lapisan
masyarakat dengan bobot 0.088 dan rating 3.5 sehingga diperoleh skor sebesar
0.225. Selain itu faktor lain yang menjadi peluang bagi usaha warung tenda pecel
lele adalah berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan (skor
0.199), tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi (skor 0.180),
pola konsumsi yang berubah (skor 0.178), jumlah penduduk yang tinggi (skor
0.161), sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar (skor 0.147)
dan banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah (skor 0.126).
Ancaman utama dalam usaha ini adalah persaingan dengan usaha sejenis
dengan bobot 0.065 dan rating 4 sehingga diperoleh skor 0.262. Faktor lain yang
merupakan ancaman bagi usaha warung tenda pecel lele antara lain menjamurnya
usaha makanan (skor 0.256), harga bahan bakar yang tinggi (skor 0.220),
persaingan dengan restoran besar (skor 0.213), ketersediaan bahan baku yang
bersifat musiman (skor 0.179), bunga pinjaman bank yang tinggi (skor 0.166) dan
kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil (skor 0.162).
Strategi yang paling baik diterapkan usaha warung tenda pecel lele pada
posisis sel V ini adalah strategi intensif dan strategi integratif. Strategi intensif
meliputi strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk
sedangkan strategi integratif meliputi strategi integrasi ke depan, integrasi ke
belakang dan integrasi horizontal.
Strategi penetrasi pasar dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pangsa
pasar untuk produk dengan memperluas wilayah pemasaran yang sudah ada
dengan pemasaran yang lebih intensif, maksimal atau lebih gencar dengan tetap
mempertahankan pasar yang sudah ada.
6.7 Analisis Matriks SWOT
Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal yang telah
dilakukan, maka dibangunlah sebuah matriks SWOT yang mengembangkan
empat alternatif strategi berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Keempat alternatif strategi tersebut antara lain strategi S-O (strength-
opportunities), strategi S-T (strength-threat), strategi W-O (weakness-
opportunities) dan strategi WT (weakness-threat).
Tujuan dibuatnya matriks SWOT adalah untuk mengumpulkan sebanyak
mungkin tindakan-tindakan atau strategi yang memungkinkan untuk digunakan
dalam usaha. Pemilihan strategi utama dari matriks SWOT ini disesuaikan dengan
posisi usaha dan bersifat melengkapi analisis matriks IE yang telah dilakukan
sebelumnya. Hasil analisis matriks SWOT pada usaha warung tenda pecel lele
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Matriks SWOT Usaha Warung Tenda Pecel Lele
IFE Strength (S) Weakness (W)
1. Lokasi usaha yang strategis 1. Sumberdaya keuangan
2. Pelayanan kepada yang masih terbatas
pelanggan yang bersifat 2. Promosi yang kurang
kekeluargaan maksimal
3. Harga yang bersaing 3. Keterampilan pekerja
4. Cita rasa makanan yang belum sama
ssesuai dengan pembeli 4. Harga bahan baku yang
5. Jam operasional usaha yang fluktuatif
panjang 5. Teknologi dalam kegiatan
6. Hubungan kerjasama yang produksi masih sederhana
baik dengan pemasok bahan 6. Belum adanya program
baku pembinaan dari pemerintah
EFE 7. Banyak variasi makanan 7. Terbatasnya akses pada
yang dijual lembaga keuangan
7.1 Kesimpulan
Pemilik usaha warung tenda pecel lele mayoritas berasal dari suku Jawa
terutama Lamongan, Jawa Timur. Pemilik usaha sebagian besar adalah laki-laki
yang berumur antara 26-45 tahun dan termasuk ke dalam usia produktif untuk
bekerja. Jumlah pegawai yang dimiliki oleh pemilik warung tenda bervariasi
antara 5-10 orang. Tahun berdirinya usaha ini antara tahun 1990-1999.
Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa usaha warung tenda pecel lele
menguntungkan dimana nilai R/C Ratio lebih dari satu. Sumber penerimaan
terbesar rata-rata berasal dari penjualan ayam goreng dan ikan lele.
Berdasarkan analisis matriks IFE didapatkan nilai skor sebesar 2,503 yang
menunjukkan posisi internal usaha rata-rata dalam menggunakan kekuatan dan
memperbaiki kelemahan yang ada. Sedangkan matriks EFE menghasilkan total
skor sebesar 2,680 yang menunjukkan posisi eksternal usaha rata-rata dalam
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Hasil ini menempatkan
usaha warung tenda pecel lele pada sel V dalam matriks IE dimana strategi yang
dapat digunakan adalah dengan penetrasi pasar dan pengembangan produk.
Dari hasil matriks SWOT dibagi menjadi strategi S-O, strategi W-O,
strategi S-T dan strategi W-T. Strategi S-O yaitu mengembangkan fasilitas pesan
antar. Strategi W-O yaitu melakukan promosi yang lebih baik lagi untuk menarik
konsumen baru, meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha.
Strategi S-T yaitu mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan
pemasok untuk menjaga kontinuitas pasokan bahan baku, pinjaman modal kepada
pelaku usaha kecil dengan bunga ringan dan menawarkan variasi makanan baru
kepada konsumen. Pembinaan terhadap kemampuan manajerial dari pemerintah
merupakan strategi W-T yang cukup efektif untuk diterapkan.
7.2 Saran
Usaha warung tenda pecel lele harus terus melakukan perbaikan internal
dalam usahanya agar dapat terus bersaing dalam bisnis makanan siap santap.
Perbaikan internal dapat dilakukan dengan cara terus meningkatkan kualitas
produk maupun kualitas sumberdaya manusianya melalui pelatihan yang
dilakukan langsung oleh pemilik usaha.
Pembinaan kemampuan manajerial melalui pelatihan dari pemerintah akan
sangat membantu pemilik usaha dalam mengembangkan usaha ini agar dapat
diperluas pada pusat-pusat keramaian yang strategis.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2005. Profil Usaha Kecil dan Menengah Tidak Berbadan
Hukum. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Dani, D. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Perusahaan Roti Merk “ Sari Roti “
dan “ Boti “ di Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
KUISIONER
ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA
WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN
BOGOR
Kepada Yth.
Bapak/Ibu Pemilik Warung Tenda Pecel Lele
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa tingkat akhir pada Program Studi Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Saya mengharapkan bantuan bapak/ibu untuk meluangkan waktu
mengisi kuisioner ini, untuk keperluan penyelesaian penelitian tugas akhir saya.
Berikut ini adalah kuisioner tersebut yang berhubungan dengan strategi
usaha dengan judul “Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung
Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Bapak/Ibu dapat
melakukan pengisian kuisioner dengan bantuan petunjuk pengisian yang tertera di
masing-masing lembar isian yang tersedia.
Saya harap melalui kuisioner ini akan memperoleh masukan yang berarti
untuk penulisan tugas akhir dari penlitian yang saya lakukan. Atas segala bantuan
dan masukannya, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Dian. A
A14102664
Lampiran 2. Kuisioner Penetapan Prioritas dan Rating
KUISIONER PENETAPAN PRIORITAS
FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
I. Bagian Identitas
Nama :
II. Bagian Pengisian Matriks Berpasangan
Petunjuk Pengisian
a. Pertanyaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan antar suatu elemen
yang ada di kolom sebelah kiri dengan elemen yang ada di sebelah puncak
atau baris atas.
b. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan
tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan.
c. Skala penilaian perbandingan berpasangan yang diberikan mempunyai nilai
antara 1 sampai 3 atau kebalikannya.
1). Dalam penentuan prioritas faktor internal atribut yang harus diperbandingkan
adalah sebagai berikut
Keterangan :
Kekuatan
A. Lokasi usaha yang strategis
B. Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan
C. Harga yang bersaing
D. Cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli
E. Jam operasional usaha yang panjang
F. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku
G. Banyak variasi makanan yang dijual
Kelemahan
H. Sumberdaya keuangan yang masih terbatas
I. Promosi yang kurang maksimal
J. Keterampilan pekerja yang belum sama
K. Harga bahan baku yang fluktuatif
L. Teknologi dalam kegiatan produksi masih seberhana
M. Belum adanya program pembinaan dari pemerintah
N. Terbatasnya akses pada lembaga keuangan
2). Dalam penentuan prioritas faktor eksternal atribut yang harus diperbandingkan
adalah sebagai berikut
Keterangan :
Peluang
A. Jumlah penduduk yang tinggi
B. Pola konsumsi yang berubah
C. Tingkat kesibukan pendududk yang semakin tinggi
D. Kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan
E. Banyak menyerap tenaga kerja baru
F. Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar
G. Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat
Ancaman
H. Menjamurnya usaha makanan
I. Bunga pinjaman bank yang tinggi
J. Harga bahan bakar yang tinggi
K. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman
L. Persaingan dengan usaha sejenis
M. Persaingan dengan restoran besar
N. Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil
PENETAPAN RATING FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
Oleh :
Dian Anggraini
A14102664
RINGKASAN
. Sektor informal yang terbukti mampu membantu mengurangi terjadinya
pengangguran adalah usaha kecil. Salah satu bentuk usaha kecil yang banyak
berdiri adalah warung tenda pecel lele. Usaha ini banyak didirikan di sepanjang
jalan-jalan utama di berbagai kota besar di Indonesia tidak terkecuali Kota Bogor
yang dekat dengan Kota Jakarta. Usaha warung tenda pecel lele adalah salah satu
warung tenda yang banyak berdiri di Jalan Pajajaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi profil dan karakteristik
pedagang warung tenda pecel lele, menganalisis pendapatan usaha warung tenda
pecel lele dan memformulasi strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada usaha
warung tenda pecel lele.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap identifikasi
lingkungan internal dan eksternal usaha. Identifikasi lingkungan internal
dilakukan pada analisis fungsi pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan
keuangan. Sedangkan lingkungan eksternal yang dianalisis adalah lingkungan
makro dan mikro. Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan dengan
menggunakan matriks IE dan matriks SWOT.
Dari hasil identifikasi profil dan karakteristik diketahui bahwa pemilik
warung tenda pecel lele sebagian besar berasal dari suku Jawa khususnya daerah
Lamongan, Jawa Timur. Menurut informasi dari pemilik warung tenda sebagian
besar merantau ke luar daerah sejak usia remaja.
Pendapatan usaha rata-rata yang didapat oleh pemilik warung tenda pecel
lele selama satu bulan adalah Rp 50.980.000 sedangkan total biaya rata-rata yang
dikeluarkan adalah Rp 5.090.800 dan keuntungan rata-rata sebesar Rp 12.
078.600. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) rata-rata
sebesar 1,31 yang menunjukkan bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan dalam usaha warung tenda pecel lele menghasilkan penerimaan rata-
rata sebesar 1,31 rupiah.
Nilai total skor pembobotan matriks IFE dan EFE yang didapat masing-
masing sebesar 2,503 dan 2,680. Berdasarkan kombinasi nilai matriks IFE dan
EFE dan dipetakan pada matriks IE, posisi usaha warung tenda pecel lele berada
pada sel V dan strategi yang sesuai adalah strategi hold and maintain. Strategi
yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar (market penetration) dan
pengembangan produk (product development).
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT diperoleh strategi yaitu :
Strategi S-O adalah meningkatkan kualitas produk yang dijual dan
mengembangkan fasilitas pesan antar. Strategi W-O adalah melakukan promosi
yang lebih baik lagi untuk menarik konsumen baru, membenahi kondisi internal
usaha seperti meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha
khususnya pada kegiatan produksi. Strategi S-T adalahmempertahankan hubungan
kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku untuk menjaga kontinuitas
bahan baku. Strategi W-T adalah mempermudah akses pinjaman modal sangat
diharapkan dan pengembangan kemampuan manajerial bagi pemilik usaha
merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan.
ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA
WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN
PAJAJARAN BOGOR
Oleh
DIAN ANGGRAINI
A14102664
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Dian Anggraini
A14102664
RIWAYAT HIDUP
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Pendapatan dan Strategi
Pemasaran Usaha Warung Tenda di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor” ini dengan
baik. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan penulis sebagai syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH