Anda di halaman 1dari 100

ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA

WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN


BOGOR

Oleh :
Dian Anggraini
A14102664

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
DIAN ANGGRAINI. Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha
Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Di bawah
bimbingan YUSMAN SYAUKAT

RINGKASAN
. Sektor informal yang terbukti mampu membantu mengurangi terjadinya
pengangguran adalah usaha kecil. Salah satu bentuk usaha kecil yang banyak
berdiri adalah warung tenda pecel lele. Usaha ini banyak didirikan di sepanjang
jalan-jalan utama di berbagai kota besar di Indonesia tidak terkecuali Kota Bogor
yang dekat dengan Kota Jakarta. Usaha warung tenda pecel lele adalah salah satu
warung tenda yang banyak berdiri di Jalan Pajajaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi profil dan karakteristik
pedagang warung tenda pecel lele, menganalisis pendapatan usaha warung tenda
pecel lele dan memformulasi strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada usaha
warung tenda pecel lele.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap identifikasi
lingkungan internal dan eksternal usaha. Identifikasi lingkungan internal
dilakukan pada analisis fungsi pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan
keuangan. Sedangkan lingkungan eksternal yang dianalisis adalah lingkungan
makro dan mikro. Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan dengan
menggunakan matriks IE dan matriks SWOT.
Dari hasil identifikasi profil dan karakteristik diketahui bahwa pemilik
warung tenda pecel lele sebagian besar berasal dari suku Jawa khususnya daerah
Lamongan, Jawa Timur. Menurut informasi dari pemilik warung tenda sebagian
besar merantau ke luar daerah sejak usia remaja.
Pendapatan usaha rata-rata yang didapat oleh pemilik warung tenda pecel
lele selama satu bulan adalah Rp 50.980.000 sedangkan total biaya rata-rata yang
dikeluarkan adalah Rp 5.090.800 dan keuntungan rata-rata sebesar Rp 12.
078.600. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) rata-rata
sebesar 1,31 yang menunjukkan bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan dalam usaha warung tenda pecel lele menghasilkan penerimaan rata-
rata sebesar 1,31 rupiah.
Nilai total skor pembobotan matriks IFE dan EFE yang didapat masing-
masing sebesar 2,503 dan 2,680. Berdasarkan kombinasi nilai matriks IFE dan
EFE dan dipetakan pada matriks IE, posisi usaha warung tenda pecel lele berada
pada sel V dan strategi yang sesuai adalah strategi hold and maintain. Strategi
yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar (market penetration) dan
pengembangan produk (product development).
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT diperoleh strategi yaitu :
Strategi S-O adalah meningkatkan kualitas produk yang dijual dan
mengembangkan fasilitas pesan antar. Strategi W-O adalah melakukan promosi
yang lebih baik lagi untuk menarik konsumen baru, membenahi kondisi internal
usaha seperti meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha
khususnya pada kegiatan produksi. Strategi S-T adalahmempertahankan hubungan
kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku untuk menjaga kontinuitas
bahan baku. Strategi W-T adalah mempermudah akses pinjaman modal sangat
diharapkan dan pengembangan kemampuan manajerial bagi pemilik usaha
merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan.
ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA
WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN
PAJAJARAN BOGOR

Oleh
DIAN ANGGRAINI
A14102664

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
Judul : Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha
Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran
Bogor
Nama : Dian Anggraini
NRP : A14102664

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec


NIP. 131 804 162

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr


NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus : 29 Agustus 2006


PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL


“ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA
WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN
BOGOR” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI
DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA
SUATU PERGURUAN TINGGI MANAPUN.

Bogor, Agustus 2006

Dian Anggraini
A14102664
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 26 April 1981 sebagai anak


kedua dari empat bersaudara yang dilahirkan dari pasangan Alm. Bapak
Listomzon dan Ibu Nasroh Nursilawati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah 1
Palembang dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan
pendidikan tingkat pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Palembang
dan lulus pada tahun 1996 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Atas Negeri 2 Palembang dan lulus pada tahun 1999.
Pada tahun 1999 penulis diterima sebagai mahasiswa pada program
Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada
tahun 2002. Pada tahun 2003 penulis diterima pada Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Pendapatan dan Strategi
Pemasaran Usaha Warung Tenda di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor” ini dengan
baik. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan penulis sebagai syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2006

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur Penulis panjatkankehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran
Usaha Warung Tenda di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor ini dengan baik
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang
telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dan doa yang akan selalu
penulis kenang dan syukuri. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta waktunya kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator proposal penelitian serta
masukan-masukannya kepada penulis.
3. Muhammad Firdaus SP, M.Si atas kesediaannya selaku dosen penguji dan atas
masukan-masukannya kepada penulis.
4. Ir. Murdianto, MS. atas kesediaannya selaku dosen komisi akademik dan atas
masukan-masukannya kepada penulis.
5. Ayahanda Alm. dan Ibunda yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang
tulus, dukungan moril dan materil serta kakak dan kedua adikku.
6. Para pemilik warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor yang telah
memberikan waktunya dalam wawancara yang telah dilakukan.
7. Sandaru, Dewi, Rangga sebagai saudara seperjuangan dalam menata masa
depan yang kita mulai bersama dari tempat ini.
8. Teman-teman sebimbingan Suci, Wahyu, Ajeng, Nimas dan Shinta.
9. Warga kostan Vilma (Yudi, Ardi, Sigit, Imron, Lutfi, Wanso, Ridho, Hendri,
M’Astri, M’Silvana, T’Murni, A’ Endang, Syawal, Mursal, Andriani dan
suami) atas saran, persaudaraan, diskusi dan kebersamaannya selama ini.
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv


DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 6
2.1 Pemasaran .................................................................................................. 6
2.1.1 Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan ........................................... 6
2.1.2 Produk ............................................................................................... 6
2.1.3 Nilai................................................................................................... 6
2.1.4 Pertukaran dan Transaksi .................................................................. 7
2.1.5 Hubungan dan Jaringan..................................................................... 7
2.1.6 Pasar .................................................................................................. 8
2.1.7 Pemasar dan Calon Pembeli.............................................................. 8
2.2 Pengertian Strategi ..................................................................................... 8
2.3 Manajemen Strategis.................................................................................. 9
2.4 Strategi Pemasaran ..................................................................................... 10
2.4.1 Bauran Pemasaran............................................................................. 11
2.5 Sejarah Bisnis Warung Tenda.................................................................... 14
2.6 Tinjauan Studi Terdahulu........................................................................... 15
III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................... 17
3.1 Analisis Lingkungan Pemasaran ................................................................ 17
3.1.1 Lingkungan Internal .......................................................................... 17
3.1.2 Lingkungan Eksternal ....................................................................... 18
3.1.3 Matriks Internal Factor Evaluation dan External Facto r
Evaluation ........................................................................................ . 21
3.1.4 Matriks Internal External ................................................................. 22
3.1.5 Analisis SWOT ................................................................................. 22
3.2 Analisis Usaha............................................................................................ 22
3.3 Kerangka Pemikiran Operasional .............................................................. 23
IV. METODE PENELITIAN........................................................................ 25
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 25
4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 25
4.3 Metode Pengambilan Sampel..................................................................... 25
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 26
4.1.1 Tabulasi dan Deskriftif...................................................................... 26
4.4.2 Analisis Biaya ................................................................................... 26
4.4.3 Analisis Pendapatan Usaha ............................................................... 27
4.4.4 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya ....................................... 27
4.4.5 Matriks IFE ....................................................................................... 28
4.4.6 Matriks EFE ...................................................................................... 30
4.4.7 Matriks Internal External ................................................................. 31
4.4.8 Matriks SWOT .................................................................................. 32
V. KEADAAN UMUM USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE....... 34
5.1 Sejarah Pecel Lele ...................................................................................... 34
5.2 Warung Tenda Pecel Lele .......................................................................... 35
5.3 Karakteristik Pemilik Warung Tenda......................................................... 35
5.4 Waktu Penjualan ........................................................................................ 37
5.5 Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku................................................... 37
5.6 Analisis Usaha Warung Tenda Pecel Lele ................................................. 38
5.6.1 Penerimaan Usaha Warung Tenda Pecel Lele .................................. 38
5.6.2 Biaya-Biaya Usaha Warung Tenda Pecel Lele ................................. 39
5.6.3 Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele dan Nilai R/C Ratio.. 40
VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI
USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE ......................................... 41
6.1 Analisis Lingkungan Internal..................................................................... 41
6.1.1 Sumber Daya Manusia ...................................................................... 41
6.1.2 Bauran Pemasaran............................................................................. 41
6.1.2.1 Produk ................................................................................... 41
6.1.2.2 Harga ..................................................................................... 42
6.1.2.3 Distribusi ............................................................................... 43
6.1.2.4 Promosi ................................................................................. 43
6.1.3 Keuangan .......................................................................................... 44
6.1.4 Produksi ............................................................................................ 44
6.2 Evaluasi Faktor-Faktor Internal ................................................................. 45
6.3 Analisis Lingkungan Eksternal .................................................................. 45
6.3.1 Lingkungan Makro............................................................................ 45
6.3.1.1 Ekonomi ................................................................................ 45
6.3.1.2 Alam...................................................................................... 46
6.3.1.3 Teknologi .............................................................................. 46
6.3.1.4 Politik dan Hukum ................................................................ 47
6.3.1.5 Sosial dan Budaya ................................................................. 47
6.3.2 Lingkungan Mikro ............................................................................ 48
6.3.2.1 Pemasok ................................................................................ 48
6.3.2.2 Pelanggan .............................................................................. 48
6.3.2.3 Pesaing .................................................................................. 49
6.4 Evaluasi Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal .......................................... 50
6.5 Analisis Matriks IFE dan EFE ................................................................... 50
6.5.1 Analisis Matriks IFE ......................................................................... 51
6.5.2 Analisis Matriks EFE ........................................................................ 52
6.6 Matriks Internal Eksternal.......................................................................... 53
6.7 Analisis Matriks SWOT............................................................................. 55
6.7.1 Strategi S-O....................................................................................... 57
6.7.2 Strategi S-T ....................................................................................... 57
6.7.3 Strategi W-O ..................................................................................... 58
6.7.4 Strategi W-T...................................................................................... 59
VII. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 60
7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 60
7.2 Saran........................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62
LAMPIRAN.................................................................................................... 64
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jumlah Usaha tidak Berbadan Hukum menurut Lapangan Usaha
Tahun 2002-2005 ....................................................................................... 2

2. Perincian 4P dari Bauran Pemasaran (Marketing Mix).............................. 11

3. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian............................... 26

4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha


Warung Tenda Pecel Lele .......................................................................... 29

5. Matriks IFE ................................................................................................ 30

6. Matriks EFE ............................................................................................... 31

7. Matriks SWOT ........................................................................................... 33

8. Karakteristik Pemilik Usaha Warung Tenda Pecel Lele,


Tahun 2006 ................................................................................................ 36

9. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele


Satu Periode (Rp/Bln) ................................................................................ 38

10. Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele ....................... 51

14. Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele..................... 52

15. Matriks SWOT Usaha Warung Tenda Pecel Lele ..................................... 56


DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ............................................. 24

2. Model Matriks IE ....................................................................................... 32

3. Saluran Distribusi Warung Tenda Pecel Lele ............................................ 43

4. Matriks Internal Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel lele ..................... 54


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner kepada Pemilik Warung Tenda Pecel Lele


di Jalan Pajajaran........................................................................................ 64

2. Kuisioner Penetapan Prioritas dan Rating.................................................. 65

3. Penilaian Bobot dan Rating Faktor-Faktor Internal


Usaha Warung Tenda................................................................................. 69

4. Penilaian Bobot dan Rating Faktor-Faktor Eksternal


Usaha Warung Tenda................................................................................. 75

5. Nilai Rata-Rata Bobot dan Rating Faktor Internal


Usaha Warung Tenda Pecel Lele ............................................................... 81

6. Nilai Rata-Rata Bobot dan Rating Faktor Eksternal


Usaha Warung Tenda Pecel Lele ............................................................... 82
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia sejak pertengahan tahun
1997 telah menimbulkan dampak negatif bagi kondisi perekonomian rakyat.
Terjadinya krisis ekonomi ini selain disebabkan oleh memburuknya situasi politik
negara, juga karena meningkatnya hutang luar negeri serta menurunnya nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing. Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh adanya
krisis tersebut masih dirasakan sampai saat ini, diantaranya tingkat inflasi yang
tinggi dan meningkatnya jumlah pengangguran dari tahun ke tahun.
Kondisi perekonomian negara yang semakin tidak menentu juga
mengakibatkan banyak perusahaan yang bangkrut. Banyaknya perusahaan yang
bangkrut tentu saja akan meningkatkan jumlah pengangguran, baik pengangguran
yang terjadi karena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) maupun angkatan kerja
yang belum mendapatkan pekerjaan. Meningkatnya jumlah pengangguran tentu
saja berdampak negatif pada kondisi ekonomi masyarakat dengan hilangnya
sumber pokok pendapatan keluarga, diiringi dengan meningkatnya biaya
kebutuhan hidup seperti kenaikan BBM dan tarif dasar listrik yang berdampak
pula pada kenaikan harga-harga secara umum.
Meningkatnya jumlah pengangguran dari tahun ke tahun menandakan
bahwa peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang bersifat formal semakin kecil
oleh karena itu dibutuhkan suatu alternatif pekerjaan yang bersifat informal.
Munculnya sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja yang
mampu menampung kelebihan tenaga kerja karena umumnya sektor ini tidak
begitu membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan dan
keterampilan pekerja.
Sektor informal yang terbukti mampu membantu mengurangi terjadinya
pengangguran adalah usaha kecil. Usaha kecil mempunyai peranan dalam
memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha seperti
fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur dan pemasar bagi hasil produk-
produk industri besar. Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor
yang mempunyai kaitan ke depan maupun ke belakang (forward and backward
linkages).
Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam
menyerap sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat fleksibel karena dapat
menyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal dan meningkatkan sumber daya
manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang tangguh. Usaha kecil juga di pandang
sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan pendapatan
karena jumlahnya tersebar di perkotaan maupun di pedesaan (Suryana, 2003).
Perkembangan jumlah usaha kecil yang bersifat informal dari tahun 2002
sampai tahun 2005 banyak didominasi oleh sektor perdagangan besar, eceran dan
rumah makan serta jasa akomodasi. Banyaknya jumlah usaha kecil yang tidak
berbadan hukum menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Usaha Tidak Berbadan Hukum Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2002-2005

Lapangan Usaha Tahun


2002 2003 2004 2005
Pertambangan rakyat dan 248.842 287.657 255.824 253.146
penggalian listrik non
(1,66) (1,96) (1,63) (1,60)
PLN dan konstruksi
Industri kecil dan 2.598.704 2.538.283 2.728.700 2.641.909
kerajinan tangan
(17,35) (17,31) (17,38) (16,74)
Perdagangan besar, 8.650.713 8.450.211 9.232.631 9.228.487
eceran dan rumah makan
(57,75) (57,64) (58,79) (58,47)
serta akomodasi
Angkutan dan 1.855.149 2.281.481 1.926.668 2.170.291
komunikasi
(12,38) (8,25) (12,27) (13,75)
Lembaga keuangan, real 1.627.030 2.754.648 1.559.743 1.490.226
estate, usaha persewaan
(10,86) (11,05) (9,93) (9,44)
dan jasa-jasa
Total 14.980.438 14.660.645 15.703.566 15.784.059
(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)
Sumber : BPS, 2005

Salah satu bentuk usaha kecil yang banyak berdiri adalah usaha warung
tenda. Usaha ini banyak didirikan di sepanjang jalan-jalan utama di berbagai kota
besar di Indonesia tidak terkecuali Kota Bogor yang dekat dengan Kota Jakarta.
Warung tenda yang berdiri di sepanjang Jalan Pajajaran Bogor terdiri dari
berbagai macam jenis usaha. Pada umumnya warung tenda di Kota Bogor
membuka usahanya pada sore hari, dengan begitu banyaknya usaha warung tenda
yang berdiri sehingga persaingan terjadi diantara warung tenda itu sendiri.

1.2 Perumusan Masalah


Persaingan adalah inti dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan.
Persaingan menentukan ketepatan aktivitas perusahaan yang dapat menyokong
kinerjanya seperti inovasi, budaya perusahaan dan pelaksanaan yang baik (Porter,
1994). Strategi bersaing bertujuan untuk menegakkan posisi yang menguntungkan
dan dapat dipertahankan terhadap kekuatan-kekuatan yang menentukan
persaingan dalam industri.
Untuk dapat bertahan dalam persaingan yang ketat dalam suatu industri,
perusahaan harus menbuat suatu strategi usaha yang efektif. Salah satu strategi
yang dapat digunakan adalah strategi pemasaran. Perumusan strategi pemasaran
yang efektif dirancang dengan memperhatikan kepuasan yang dapat diberikan
kepada konsumen. Strategi pemasaran yang dibuat oleh perusahaan harus dapat
memposisikan diri berhadapan dengan pesaing agar dapat memperoleh
keunggulan bersaing.
Industri makanan adalah salah satu sektor industri yang mengalami
persaingan yang sangat kompetitif. Bisnis makanan merupakan salah satu jenis
usaha yang dapat bertahan pada masa krisis. Usaha di bidang ini tidak hanya
dalam bentuk restoran-restoran besar, tetapi juga dalam bentuk warung tenda.
Usaha ini banyak menjamur setelah masa krisis khususnya di kota-kota besar di
Indonesia karena banyak orang yang beralih profesi membuka usaha warung
tenda setelah terjadi pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan-perusahaan.
Kota Bogor sebagai salah satu kota yang dekat dengan Kota Jakarta juga
mengalami perkembangan yang cukup pesat terhadap perkembangan usaha
warung tenda. Jalan Pajajaran sebagai salah satu jalan utama yang ada menjadi
tempat bagi pemilik warung tenda untuk membuka usahanya, mulai dari usaha
warung tenda pecel lele, nasi goreng, soto, warung kopi dan lain-lain. Usaha ini
baru mulai dioperasikan menjelang sore hari sampai malam hari.
Usaha warung tenda pecel lele adalah salah satu warung tenda yang
banyak berdiri di Jalan Pajajaran. Persaingan terjadi tidak hanya diantara warung
tenda yang menjual pecel lele sebagai produk utamanya tetapi juga terjadi dengan
warung tenda yang menjual makanan lainnya seperti nasi goreng, soto, masakan
sunda, hal ini terjadi dikarenakan mereka menjual produk yang hampir sama.
Faktor lain yang menyebabkan persaingan ini terjadi diantaranya adalah
rendahnya tingkat hambatan untuk dapat masuk ke dalam usaha ini seperti
kepemilikan modal usaha yang tidak terlalu besar, teknologi yang dipergunakan
masih sederhana serta kemampuan tenaga kerja yang tidak mengharuskan
mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi sehingga dengan cepatnya banyak
pemain baru yang masuk ke dalam usaha ini sehingga menyebabkan pendapatan
usaha yang diperoleh warung tenda semakin kecil. Maka untuk itulah perlunya
dilakukan analisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele.
Dengan jumlah konsumen yang relatif tetap untuk diperebutkan
menyebabkan warung tenda harus membuat suatu strategi pemasaran yang baik
untuk menarik perhatian konsumen mengingat banyaknya orang-orang yang
bergerak dalam bisnis ini.
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah adalah :
1. Bagaimanakah profil dan karakteristik para pedagang warung tenda pecel lele
di Jalan Pajajaran Bogor?
2. Bagaimanakah pendapatan usaha warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran
Bogor?
3. Bagaimanakah strategi pemasaran yang dilakukan warung tenda pecel lele di
Jalan Pajajaran Bogor dalam menghadapi persaingan agar dapat terus bertahan
pada bisnis ini?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengidentifikasi profil dan karakteristik para pedagang warung tenda pecel
lele di Jalan Pajajaran Bogor.
2. Menganalisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran
Bogor.
3. Memformulasi strategi pemasaran yang dilakukan warung tenda pecel lele di
Jalan Pajajaran Bogor.

1.4 Kegunaan Penelitian


Kegunaan penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi usaha kecil, sebagai bahan masukan dalam pengelolaan usaha khususnya
dalam menjalankan strategi pemasaran, agar dapat meningkatkan pendapatan
usaha.
2. Bagi penulis, sebagai sarana penerapan ilmu yang telah diperoleh semasa
kuliah.
3. Bagi kalangan umum, sebagai bahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya


individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain (Kotler, 1997). Definisi pemasaran melibatkan konsep inti
antara lain : kebutuhan (needs), keinginan (wants), permintaan (demands); produk
(barang, jasa, dan gagasan); nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran dan transaksi;
hubungan dan jaringan; pasar; serta pemasar dan prospek.

2.1.1 Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan

Dasar pemikiran pemasaran dimulai dari kebutuhan dan keinginan


manusia sehingga penting diketahui perbedaan antara kebutuhan, keinginan dan
permintaan. Kebutuhan manusia (human needs) adalah ketidakberadaan beberapa
kepuasan dasar, sedangkan keinginan (wants) adalah hasrat akan pemuas
kebutuhan yang spesifik (Kotler, 1997) . Keinginan manusia terus dibentuk oleh
kekuatan dan lembaga sosial seperti sekolah, keluarga dan perusahaan.
Permintaan (demands) adalah keinginan akan produk yang spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan dapat
menjadi sebuah permintaan jika didukung oleh daya beli.

2.1.2 Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan


suatu kebutuhan dan keinginan (Kotler, 1997). Produk dapat dibedakan menjadi
tiga jenis: barang fisik, jasa dan gagasan. Tingkat kepentingan produk fisik lebih
tergantung pada jasa yang diberikan daripada kepemilikannya, maka produk fisik
sebenarnya adalah sarana yang memberikan jasa pada pemakainya.

2.1.3 Nilai

Nilai (value) adalah perkiraan konsumen atas seluruh kemampuan produk


untuk memuaskan kebutuhan dan didalam nilai terkandung unsur biaya yang
harus dikorbankan oleh konsumen untuk mendapatkan produk yang
diinginkannya (Kotler, 1997). Nilai yang harus dibayar oleh konsumen dapat
berupa biaya atas setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Nilai juga
merupakan pemenuhan tuntutan pelanggan dengan biaya perolehan, pemilikan,
dan penggunaan yang terendah.

2.1.4 Pertukaran dan Transaksi

Pertukaran adalah tindakan memperoleh barang yang dikehendaki dari


seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan (Kotler, 1997). Terdapat
lima kondisi yang harus terpenuhi agar pertukaran dapat terjadi:

1. Terdapat sedikitnya dua pihak.

2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin berharga bagi pihak


lain.

3. Masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan melakukan penyerahan.

4. Masing-masing pihak bebas menerima atau menolak tawaran pertukaran.

5. Masing-masing pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain adalah layak
dan bermanfaat.

Pertukaran baru dapat terjadi apabila kedua belah pihak dapat menyetujui
syarat pertukaran. Pertukaran dapat dilihat sebagai sebuah proses yang berakhir
dengan sebuah transaksi. Transaksi adalah perdagangan nilai-nilai antara dua
pihak atau lebih. Sebuah transaksi melibatkan beberapa aspek: sekurang-
kurangnya dua benda yang bernilai, persyaratan yang disetujui, waktu
persetujuan, dan tempat persetujuan.

2.1.5 Hubungan dan Jaringan

Pemasaran transaksi adalah bagian dari gagasan yang lebih besar yang
dinamakan pemasaran hubungan. Pemasaran hubungan (relationship marketing)
adalah praktik membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan
pihak-pihak kunci pelanggan, pemasok, penyalur untuk mempertahankan bisnis
jangka panjang.
Hasil pemasaran hubungan yang utama adalah pengembangan aset unik
perusahaan yang disebut jaringan pemasaran. Jaringan pemasaran yang
berkepentingan adalah pelanggan, pemasok, penyalur, pengecer dan pihak lain
yang bersama-sama dengan perusahaan telah membangun hubungan bisnis yang
saling menguntungkan.

2.1.6 Pasar

Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau
keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan
pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Menurut pandangan
bisnis penjual dipandang sebagai industri dan pembeli sebagai pasar.

2.1.7 Pemasar dan Calon Pembeli

Pemasar adalah seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli
yang akan terlibat dalam pertukaran nilai (value), sedangkan pembeli adalah
seseorang yang diidentifikasi oleh pemasar sebagai orang yang mungkin bersedia
dan mampu terlibat dalam pertukaran nilai. Pemasar dapat bertindak sebagai
pembeli atau penjual.

2.2 Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategia, yang artinya seni atau
ilmu untuk menjadi seorang jendral. Konsep ini relevan dengan situasi pada
zaman dulu yang sering diwarnai perang, dimana jendral dibutuhkan untuk
memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang.

Menurut Stoner dan Freeman (1998) konsep strategi dapat didefinisikan


berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu (1) perspektif apa yang suatu
organisasi ingin lakukan (2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan.

Berdasarkan perspektif pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai


program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan
mengimplementasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah
bahwa manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam
merumuskan strategi organisasi. Dalam lingkungan yang selalu berubah,
pandangan ini lebih banyak diterapkan.

Sedangkan berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai


pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
Pada definisi ini setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun secara
eksplisit. Pandangan ini diterapkan bagi para manajer bersifat reaktif, yaitu hanya
menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara pasif manakala
dibutuhkan.

2.3 Manajemen Strategis

Manajemen strategis sangat diperlukan oleh setiap perusahaan sebagai


usaha untuk menentukan rencana kegiatan dan bagaimana rencana kegiatan
tersebut harus dilakukan. Salah satu fungsi manajemen strategis adalah
memberikan arahan strategis yang tepat dalam menunjang pencapaian tujuan
perusahaan.

Pengertian manajemen strategis menurut Pearce dan Robinson (1997),


didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan
perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang
dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Komponen-komponen
dalam manajemen strategi terdiri dari : (1) Misi perusahaan (company mission),
(2) Profil perusahaan (company profile), (3) Lingkungan eksternal (external
environment), (4) Analisis dan pilihan strategik (strategic analysis and choice),
(5) Sasaran jangka panjang (long-term objectives), dan (6) Strategi umum (grand
strategy). Lebih lanjut Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa strategi
perusahaan berkaitan dengan keputusan kemana bisnis perusahaan seharusnya
masuk dan keluar serta bagaimana perusahaan seharusnya mengalokasikan
sumber daya diantara bisnis-bisnis berbeda yang dimasukinya di masa mendatang.

Manajemen strategis menurut David (2002), didefinisikan sebagai seni dan


pengetahuan umum merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai
objektifnya. Sedangkan formulasi strategi adalah sebagai alat atau cara untuk
mencapai arah yang telah ditentukan pada saat merancang strategi perusahaan.
Oleh sebab itu cukup penting arti formulasi strategi bagi perusahaan, lebih lanjut
David (2002) menyatakan bahwa dengan formulasi strategi kita dapat melihat
usaha apa yang akan dimasuki dan usaha apa yang sebaiknya diabaikan
perusahaan. Purnomo dan Zulkieflimansyah (1996) menyebutkan bahwa
manajemen strategis merupakan suatu proses sehingga senantiasa
berkesinambungan dan karena lingkungan organisasi senantiasa berubah maka
strategi pun harus terus menerus dimodifikasi untuk memastikan bahwa yang
diinginkan tercapai.

Pengertian strategi adalah alat untuk mencapai tujuan dan perencanaan


strategi adalah proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi (Rangkuti,
2002) sedangkan David (2002) membagi strategi menjadi tiga tingkatan yaitu
strategi tingkat perusahaan (corporate strategy), strategi tingkat unit bisnis
(business strategy), dan strategi tingkat fungsional (functional strategy).
Corporate strategy dibuat sebagai arahan dasar atau acuan pokok berbagai strategi
unit bisnis dan fungsional yang menggambarkan arah yang menyeluruh bagi suatu
perusahaan dalam pertumbuhan dan pengelolaan berbagai bidang usaha untuk
mencapai keseimbangan produk dan jasa yang dihasilkan. Business strategy
menekankan pada usaha peningkatan daya saing perusahaan dalam suatu industri
atau segmen pasar, sedangkan functional strategy menciptakan kemungkinan
kerja untuk manajemen fungsi seperti produksi, pemasaran, keuangan, litbang dan
sumberdaya manusia.

2.4 Strategi Pemasaran


Kotler (1997) menyatakan bahwa langkah pertama dalam perencanaan
bisnis adalah langkah pemasaran, dimana pasar sasaran dan strategi pemasarannya
ditentukan dan tujuan penjualan serta sumberdaya untuk mencapai tujuan ini
ditetapkan. Peranan bagian keuangan, produksi, dan personalia adalah untuk
mendukung rencana pemasaran tersebut.
Strategi pemasaran menurut Kotler (1997) adalah suatu logika pemasaran
sehingga perusahaan diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya.
Strategi pemasaran terdiri dari strategi spesifik untuk pasar sasaran dan bauran
pemasaran.
2.4.1 Bauran Pemasaran
Bauran Pemasaran adalah perangkat alat pemasaran yang digunakan untuk
mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Ada banyak alat pemasaran, salah satunya
adalah konsep bauran pemasaran 4P (Kotler, 1997) yang terdiri dari produk
(product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Perincian
dari 4P dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perincian 4P dari Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran Pemasaran Perincian
Produk Kualitas Lini Produk
Keragaman Tingkat Pelayanan
Merek, Kemasan
Harga Tingkat Harga Syarat Pembayaran
Potongan Harga Cadangan
Waktu Pembayaran
Distribusi Saluran Distribusi Pengangkutan
Jangkauan Penggudangan
Lokasi Penjualan
Promosi Periklanan Penjualan
Personal Selling Publisitas

Sumber : Swastha, (2000)

1. Produk
Definisi produk menurut Kotler (1997) adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi
sehingga dapat memuaskan keinginan atau suatu kebutuhan. Dalam pengertian
luas produk dapat mencakup apa saja yang bisa ditawarkan, termasuk benda-
benda fisik, jasa, organisasi dan gagasan.
Setiap produk dilihat dalam lima tingkatan (Kotler, 1997). Tingkat paling
dasar adalah manfaat utama, yaitu jasa atau manfaat dasar yang sesungguhnya
dibeli pelanggan. Pada tingkat kedua, pemasar harus merubah manfaat itu menjadi
produk generik, yaitu versi dasar dari produk tersebut. Pada tingkat ketiga,
pemasar mempersiapkan produk yang diharapkan dan disetujui pembeli ketika
membeli produk itu. Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk
tambahan yang meliputi tambahan jasa dan manfaat yang akan
memberdayakannya dari produk pesaing. Pada tingkat kelima adalah produk
potensial yaitu semua tambahan dan perubahan yang mungkin didapat produk
tersebut di masa depan.
Setiap produk dapat diklasifikasikan berdasarkan daya tahan mereka yakni
barang tahan lama, barang tidak tahan lama, dan jasa. Barang konsumsi biasanya
diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan pembelian konsumen yaitu barang
kebutuhan sehari-hari, barang belanjaan, barang khusus, dan barang yang tidak
dicari. Barang industri umumnya dikelompokkan berdasarkan bagaimana mereka
memasuki proses produksi yakni bahan dan suku cadang, barang modal,
perbekalan, dan pelayanan.
2. Harga
Harga adalah sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan oleh
konsumen untuk mendapatkan suatu produk (Stanton 1991). Harga merupakan
satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen-elemen
yang lain membutuhkan biaya. Strategi bauran harga yang dilakukan suatu
perusahaan meliputi strategi penetapan harga, tingkat harga, keseragaman harga
serta syarat-syarat pembayaran.
Menurut Kotler (1997) perusahaan perlu menyesuaikan harga terhadap
berbagai kondisi pasar. Pertama, penetapan harga geografis dimana perusahaan
memberikan harga sesuai dengan jarak konsumen. Kedua diskon harga dan
potongan pembelian dimana perusahaan membuat diskon kas, diskon jumlah,
diskon fungsional, diskon musim dan potongan pembelian. Ketiga penetapan
harga promosional dimana perusahaan memutuskan penetapan harga pimpinan
yang rugi, harga peristiwa khusus, rabat kas dan diskon psikologis. Keempat,
penetapan harga diskriminatif dimana perusahaan membuat harga yang berbeda
bagi segmen konsumen, bentuk produk, citra merek, waktu dan tempat yang
berbeda. Kelima, penetapan harga bauran produk dimana perusahaan memutuskan
wilayah harga bagi beberapa produk dalam suatu lini produk dan atas penetapan
harga fungsi tambahan, produk tawaran, produk sampingan, dan kumpulan
produk.
3. Distribusi
Stern dan El-Ansary dalam Kotler (1997) mendefinisikan saluran
distribusi sebagai sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu sama lain
yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk untuk digunakan atau
dikonsumsi. Jadi sebuah saluran distribusi melakukan kerja dengan memindahkan
barang dari produsen ke konsumen. Saluran ini mengatasi kesenjangan waktu,
tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari konsumen.
Berkaitan dengan tingkatan saluran pemasaran, strategi-strategi yang
dikembangkan dalam rangka mencapai saluran distribusi adalah (Swastha, 2000) :
a. Strategi distribusi intensif
Perusahaan menggunakan jumlah perantara sebanyak mungkin untuk
mencapai konsumen.
b. Strategi distribusi selektif
Perusahaan memilih sejumlah pedagang besar atau pengecer yang terbatas
dalam daerah geografis tertentu.
c. Strategi distribusi ekslusif
Perusahaan hanya menggunakan satu perantara dengan pelimpahan wewenang
untuk menyalurkan produknya, penjualan lebih agresif dan meningkatkan
image produk.
4. Promosi
Pemasaran modern menghendaki lebih daripada mengembangkan produk
yang baik, menetapkan harga yang bersaing, dan memungkinkannya dijangkau
pelanggan sasaran. Perusahaan juga harus mampu mengkomunikasikan diri
dengan pelanggan yang ada maupun yang potensial. Komunikasi pemasaran ini
dilakukan perusahaan melalui promosi.
Menurut Kotler (1997) promosi merupakan kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk
meyakinkan pelanggan agar membeli produk tersebut. Bauran promosi terdiri dari
empat alat utama yaitu iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan
penjualan pribadi/personal.
Iklan meliputi setiap bentuk dari penyajian non personal, promosi ide-ide,
dan promosi barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang mendapat imbalan dari
perusahaan. Promosi penjualan berupa insentif jangka pendek untuk mendorong
pembelian maupun penjualan suatu produk atau jasa.
Hubungan masyarakat merupakan variasi program yang dirancang untuk
memperbaiki, mempertahankan, maupun melindungi suatu citra perusahaan
maupun produk. Penjualan personal berupa lisan dalam pembicaraan dengan salah
satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan untuk melakukan penjualan.

2.5 Sejarah Bisnis Warung Tenda

Krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 1997-1998


menyebabkan banyak usaha yang bangkrut dan tutup sehingga banyak karyawan
yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Pada masa itulah terjadi suatu
trend dalam masyarakat dimana mereka beramai-ramai membuka usaha dalam
bentuk warung tenda, usaha ini banyak dipilih sebagai alternatif dalam menambah
pemasukan keuangan keluarga.

Warung tenda menjadi satu alternatif dalam menampung pekerja yang


terkena dampak dari krisis ekonomi. Awal populernya warung tenda terjadi di
Kota Jakarta, dimana mereka dikumpulkan dalam suatu kawasan khusus oleh
pemerintah daerah setempat dan diberi fasilitas yang memadai seperti listrik, air,
keamanan. Orang-orang yang bergerak dalam bisnis ini tidak hanya dari
karyawan korban PHK oleh perusahaan, mahasiswa, tetapi juga dari kalangan
artis ibukota.

Usaha ini banyak diminati karena tidak membutuhkan modal yang besar
untuk memulai usaha dan tidak diperlukan keahlian khusus yang didapat dari
sekolah formal. Fenomena banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia, pada
umumnya mereka membuka usaha warung tenda yang menjual makanan mulai
dari makanan tradisional sampai makanan yang bercita rasa ala barat.
Warung tenda pecel lele adalah salah satu warung tenda yang banyak
berdiri dan menjual hidangan ikan lele yang digoreng dan disajikan bersama nasi,
sambal dan lalapan. Hidangan ini banyak dijual oleh pedagang warung tenda yang
berasal dari daerah Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu warung tenda yang
menjual hidangan pecel lele banyak ditemui di jalan-jalan utama di kota besar di
Indonesia dan sekarang banyak warung tenda yang menambah menu hidangan
yang ditawarkan kepada pembeli seperti hidangan laut atau sea food.

2.6 Tinjauan Studi Terdahulu

Dani (2006) meneliti tentang analisis strategi pemasaran perusahaan roti


merk “sari roti dan “boti” di Bogor. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah
untuk mengidentifikasi strategi pemasaran yang telah dijalankan oleh perusahaan
roti tersebut, memilih strategi pemasaran yang paling sesuai dengan kondisi
perusahaan roti dan menentukan strategi pemasaran yang paling baik untuk
perusahaan dalam melakukan strategi penetrasi pasar.

Metode analisis data yang digunakan adalah Proses Hirearki Analitik


(PHA) yang bertujuan untuk mendapatkan tingkat prioritas terbaik dalam
melaksanakan bauran pemasaran bagi perusahaan. Dari hasil penelitiannya
didapat bahwa strategi bauran pemasaran yang harus diprioritaskan adalah
meningkatkan penjualan, menekankan jalur distribusi langsung dalam
memasarkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Gusalim (2002) meneliti tentang perilaku konsumen dalam proses


keputusan pembelian ayam goreng warung tenda, studi kasus di Kotamadya
Bogor. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengkaji tahapan dari
proses keputusan pembelian ayam goreng warung tenda dengan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses pembelian
tersebut.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah judgment sampling.


Analisis data yang digunakan adalah Analisis Komponen Utama dan dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pembelian
ayam goreng warung tenda adalah harga, rasa, pendapatan, pengaruh teman,
kebersihan makanan serta kebersihan peralatan dan lingkungan.

Kabul (2004) meneliti tentang pengambilan keputusan konsumen dalam


mengunjungi Gumati kafe dan restoran serta implikasinya terhadap bauran
pemasaran usaha. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui
karakteristik konsumen Gumati kafe dan restoran, menganalisis perilaku dan
preferensi konsumen yang mempengaruhi proses keputusan untuk mengunjungi
sebuah kafe yang dikaitkan dengan dengan atribut-atribut yang dianggap penting
bagi konsumen dan menyusun rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai bagi
Gumati kafe dan restoran.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling.


Alat analisis yang digunakan adalah fishbein dan dari hasil penelitian
menunjukkan konsumen yang mengunjungi Gumati kafe dan restoran terdiri dari
50 % pria dan 50 % wanita dari 100 orang responden dengan kisaran usia 15-35
tahun. Sumber informasi yang didapat oleh pengunjung berasal dari teman sebesar
52 %. Alasan utama konsumen dalam mengunjungi kafe adalah meluangkan
waktu senggang. Rekomendasi bauran pemasaran yang disarankan kepada Gumati
kafe dan restoran adalah peninjauan kembali kebijakan harga yang sudah
ditetapkan oleh pihak manajemen agar dapat dijangkau oleh konsumen.

Dari hasil penelitian diatas belum ada yang mengkaji lebih dalam
mengenai strategi bersaing yang dilakukan usaha kecil yang bergerak di bidang
makanan khususnya warung tenda dan menghadapi persaingan tersendiri dalam
kelompoknya.
Krisis ekonomi pada pertengahan tahun
1997 dan tingginya tingkat pengangguran

Warung tenda sebagai alternatif usaha


pasca krisis

Pertumbuhan pesat warung tenda pasca


krisis ekonomi

Strategi mempertahankan dan


mengembangkan bisnis

Profil dan karakteristik Analisis Pendapatan usaha Analisis lingkungan


warung tenda eksternal dan internal usaha

Analisis SWOT

Rekomendasi formulasi strategi


pemasaran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa Jalan
Pajajaran merupakan salah satu jalan utama dan strategis yang ada di Kota Bogor
dan banyak dipenuhi oleh warung tenda menjelang sore hari. Penelitian lapangan
ini dilakukan selama bulan Mei 2006.

4.2 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik warung tenda
melalui panduan kuisioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui buku-
buku, penelitian terdahulu dan literatur yang terkait.

4.3 Metode Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability
sampling dengan metode judgment sampling berdasarkan kebutuhan penelitian.
Warung tenda yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah warung tenda
pecel lele. Jumlah warung tenda pecel lele yang diidentifikasi berjumlah 12 unit
usaha yang dan warung tenda yang dijadikan sebagai objek penelitian berjumlah
6 sampel dan dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Warung tenda di lokasi Jalan Pajajaran berada pada pusat keramaian di Kota
Bogor yaitu sekitar pusat perbelanjaan, sekitar jalan raya utama dan lokasi
jajanan dan mudah dikunjungi oleh masyarakat.
2. Warung tenda yang dijadikan objek penelitian merupakan warung tenda yang
hanya menjual produk perikanan olahan seperti pecel lele dan sea food dan
beberapa produk non perikanan lainnya seperti ayam goreng, tahu, tempe dan
sebagainya.
3. Responden warung tenda yang dijadikan objek penelitian merupakan pemilik
sekaligus pengelola warung tenda pecel lele.
4. Warung tenda yang dijadikan objek penelitian merupakan warung tenda yang
telah berusaha lebih dari lima tahun.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Metode pengolahan data yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian
No Tujuan Penelitian Data Metode
Jenis Sumber Analisis
1. Identifikasi profil dan Waktu berdirinya Survei Tabulasi &
karakteristik pedagang usaha, jenis makanan, Deskriftif
proses produksi,
pasar, bahan baku,
tenaga kerja, modal,
manajemen,
2. Analisis pendapatan Jumlah produksi, Survei Analisis
usaha biaya produksi, Penerimaan
penerimaan usaha
3. Formulasi strategi Analisis lingkungan Survei Analisis
pemasaran internal dan eksternal SWOT
usaha

4.4.1 Tabulasi dan Deskriftif


Tabulasi deskriftif berisikan data mengenai profil dan karakteristik warung
tenda, waktu berdirinya usaha, jenis makanan yang dijual, pasar, penyediaan
bahan baku, tenaga kerja, permodalan dan manajemen usaha.
4.4.2 Analisis Biaya
Biaya merupakan faktor yang sangat penting karena setiap rupiah biaya
yang dikeluarkan akan mengurangi laba usaha. Biaya-biaya yang dianalisis dalam
usaha ini antara lain biaya tetap dan biaya variabel
a. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu
masa produksi. Besarnya biaya tetap tergantung pada jumlah output yang
diproduksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun tidak ada produksi.
Komponen biaya tetap yang dianalisis pada usaha warung tenda pecel lele
antara lain biaya sewa tempat, listrik, air, keamanan dan kebersihan serta
penyusutan peralatan.
b. Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya sangat
tergantung kepada biaya skala usaha produksi. Komponen biaya variabel
yang dianalisis pada usaha warung tenda pecel lele antara lain pembelian
bahan baku seperti ayam, ikan lele, bebek, burung dara, kepiting, kerang, ikan
gurame, jeruk, gula serta biaya bahan bakar seperti minyak tanah.
4.4.3 Analisis Pendapatan Usaha
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang
diperoleh dari usaha yang dilakukan. Menurut Lipsey dan Richard (1995), rumus
yang digunakan adalah :
Keuntungan = Total Penerimaan-Total Biaya
Kriteria :
Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung
Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas)
Jika total penerimaan < total biaya, usaha tersebut rugi
4.4.4 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya
Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi
karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang
berlebihan, oleh karena itu analisis pendapatan selalu disertai dengan pengukuran
efisiensi. Efisiensi suatu usaha atau kegiatan produksi terhadap penggunaan satu
unit input digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan
perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima dari setiap rupiah yang
dikeluarkan dalam proses produksi.
Analisis imbangan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya
merupakan suatu pengujian keuntungan suatu jenis usaha. Analisis imbangan
penerimaan dan biaya (R/C Ratio) didapat berdasarkan pembagian antara total
penerimaan dengan total biaya. Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah :
TotalPenerimaan
R/C =
TotalBiaya
Kriteria :
Jika R/C > 1, usaha tersebut untung
Jika R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas)
Jika R/C < 1, usaha tersebut rugi
4.4.5 Matriks IFE
Matriks IFE meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama
dalam berbagai bidang fungsional dalam suatu usaha. Matriks ini juga menjadi
landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di antara bidang-
bidang ini. Empat langkah dalam pengembangan matriks IFE (David, 2002)
1). Buat daftar faktor-faktor internal yang diidentifikasi dalam proses audit
internal, termasuk kekuatan dan kelemahan usaha.
2). Beri bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat
penting). Bobot menunjukkan seberapa penting faktor itu menunjang keberhasilan
usaha dalam industri yang digelutinya. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada
faktor tersebut harus sama dengan 1.0.
3). Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada setiap faktor untuk menunjukkan
apakah faktor itu merupakan kelemahan besar (peringkat = 1), kelemahan kecil
(peringkat = 2), kekuatan kecil (peringkat = 3), atau kekuatan besar (peringkat =
4). Peringkat 4 atau 3 hanya untuk kekuatan, sedangkan 1 atau 2 hanya untuk
kelemahan. Peringkat didasarkan atas keadaan usaha, sedangkan bobot didasarkan
pada industri. Memberikan bobot untuk setiap variabel dengan mengajukan daftar
faktor strategis pada pihak perusahaan dengan menggunakan metode Paired
Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991).
Penentuan bobot setiap variabel pada kolom menggunakan skala 1, 2 dan
3. Skala yang digunakan menunjukkan :
1 = jika faktor strategis internal pada baris/horizontal kurang penting daripada
faktor strategis eksternal pada kolom/vertikal
2 = jika faktor strategis internal pada baris/horizontal sama penting daripada
faktor strategis eksternal pada kolom/vertikal
3 = jika faktor strategis internal pada baris/horizontal lebih penting daripada
faktor strategis pada kolom/vertikal
Adapun bentuk dari penilaian dengan bobot metode Paired Comparison
digambarkan seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda
Pecel Lele

Faktor Strategis Internal A B C D ... Total


A
B
C
D
....
Total
Sumber : David, 2002

Selanjutnya bobot setiap variabel atau faktor strategis diperoleh dengan


menentukan total nilai setiap faktor strategis terhadap jumlah nilai keseluruhan
variabel/faktor strategis dengan menggunakan rumus :

Xi
ai = n

∑ Xi
i =1

Keterangan : ai = bobot variabel ke-i


xi = nilai variabel ke- i
i = 1, 2, 3,...,n
n = jumlah variabel ke-i
4). Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan skor
pembobotan. Kemudian jumlahkan skor pembobotan untuk setiap variabel untuk
menentukan total skor pembobotan.
Total skor pembobotan tertinggi untuk setiap organisasi adalah 4.0 dan
yang terendah adalah 1.0. Rata-rata skor pembobotan 2.5. Total skor jauh di
bawah 2.5 merupakan ciri organisasi yang lemah secara internal. Sedangkan
jumlah yang jauh di atas 2.5 menunjukkan posisi internal yang kuat.
Tabel 5. Matriks IFE
Faktor-faktor internal Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan :
1
...
10
Kelemahan :
1
...
10
Total
Sumber : David, 2002
4.4.6 Matriks EFE
Matriks EFE membuat perencana strategi dapat meringkas dan
mengevaluasi informasi ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum, sosial dan
budaya. Empat langkah dalam pengembangan matriks EFE (David, 2002) :
1). Buat daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit
eksternal, termasuk peluang-peluang dan ancaman yang mempengaruhi usaha dan
industrinya.
2). Beri bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat
penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil
dalam industri tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor tersebut
harus sama dengan 1.0. Memberikan bobot untuk setiap variabel dengan
mengajukan daftar faktor strategis pada pemilik usaha dengan menggunakan
metode Paired Comparison seperti pada faktor strategis internal.
3). Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada masing-masing faktor eksternal
kunci untuk menunjukkan seberapa efektif strategi usaha saat itu merespon faktor
tersebut, dengan catatan : 4 = respon luar biasa, 3 = respon di atas rata-rata, 2 =
respon rata-rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasarkan pada efektivitas strategi
usaha. Peringkat didasarkan atas keadaan usaha, sedangkan bobot didasarkan pada
industri.
4). Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan skor
pembobotan. Kemudian jumlahkan skor pembobotan untuk setiap variabel untuk
menentukan total skor pembobotan.
Tabel 6. Matriks EFE
Faktor-faktor eksternal Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang :
1
...
10
Ancaman :
1
...
10
Total
Sumber : David, 2002

Total skor pembobotan tertinggi untuk setiap organisasi adalah 4.0 dan
yang terendah adalah 1.0. Rata-rata skor pembobotan adalah 2.5. Total skor 4.0
menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus terhadap
peluang-peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Total skor 1.0
menunjukkan bahwa strategi usaha tidak memanfaatkan peluang atau menghindari
ancaman eksternal.
4.4.7 Matriks Internal External
Matriks Internal External didasarkan pada dua dimensi kunci : total nilai
IFE yang diberi bobot pada sumbu-x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada
sumbu-y. Pada sumbu-x matriks IE, total nilai IFE yang diberi bobot dari 1,0
sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai 2,0 sampai 2,99
dianggap sedang, sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0 dianggap kuat. Demikian pula
pada sumbu-y, total nilai EFE yang diberi bobot dari 1,00 sampai 1,99 dianggap
rendah, nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0
dianggap tinggi.
Matriks Internal External dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang
mempunyai dampak strategis berbeda (David, 2002). Pertama, divisi yang masuk
sel I, II, atau IV dapat disebut tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi
intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau
strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi
horizontal) mungkin paling tepat untuk divisi-divisi tersebut. Kedua, divisi yang
masuk ke dalam sel III, V, atau VII, paling baik dikelola dengan strategi
pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Strategi penetrasi pasar dan
pengembangan produk merupakan dua strategi yang umum digunakan untuk
jenis-jenis divisi ini. Ketiga, divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX, paling
baik dikelola dengan strategi panen atau divestasi (harvest or divestiture) melalui
strategi divestasi atau likuidasi.

Total Skor EFE


Kuat Rata-rata Lemah
4,0 3,0 2,0 1,0
Total Skor Tinggi I II III
IFE 3,0
Menengah IV V VI
2,0
Rendah VII VIII IX
1,0

Gambar 2. Model Matriks IE (David, 2002)

4.4.8 Matriks SWOT


Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi usaha dengan
memadukan dan menyesuaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usaha,
dengan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi usaha. Matriks ini dapat
menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O,
strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T. Matriks SWOT dapat dilihat pada
Tabel 7.
Berikut ini adalah delapan langkah untuk menyusun matriks SWOT :
1. Tuliskan peluang eksternal usaha yang menentukan.
2. Tuliskan ancaman eksternal usaha yang menentukan.
3. Tuliskan kekuatan internal usaha yang menentukan.
4. Tuliskan kelemahan internal usaha yang menentukan.
5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang eksternal
dan catat hasilnya dalam sel strategi S-O.
6. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan peluang-peluang
eksternal dan catat hasilnya dalam strategi W-O.
7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan ancaman-ancaman eksternal
dan catat hasilnya dalam sel strategi S-T.
8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman
eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi W-T.
Tabel 7. Matriks SWOT
Faktor Internal Strength/Kekuatan Weakness/Kelemahan

Tentukan 5-10 faktor Tentukan 5-10 faktor


kekuatan internal kelemahan internal
Faktor Eksternal
Opportunities/Peluang
Strategi S-O Strategi W-O
Tentukan 5-10 faktor
peluang eksternal
Threats/Ancaman
Strategi S-T Strategi W-T
Tentukan 5-10 faktor
ancaman eksternal
Sumber : David, 2002
BAB V
KEADAAN UMUM USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE

5.1 Sejarah Pecel Lele


Pecel lele merupakan produk olahan perikanan berupa ikan lele yang
digoreng dan disajikan bersama nasi, sambal dan lalapan. Makanan olahan ini
merupakan makanan khas tradisional yang berasal dari daerah Jawa Timur.
Menurut cerita beberapa pemilik warung tenda, awalnya pecel lele berasal dari
daerah Surabaya, dengan hidangannya berupa ikan lele yang dibakar disajikan
bersama nasi, sambal dan lalapan. Pecel lele yang berasal dari Surabaya tersebut
kurang populer bahkan sangat jarang ditemukan di daerah lain dibandingkan
dengan pecel lele yang berasal dari daerah Lamongan. Berbeda dengan pecel lele
yang berasal dari daerah Surabaya, pecel lele Lamongan disajikan bukan dengan
cara dibakar tetapi dengan cara digoreng dan disajikan dengan nasi, sambal dan
lalapan.
Munculnya hidangan pecel lele tidak dapat diketahui secara pasti, namun
dari beberapa sumber mengatakan bahwa pecel lele yang sering ditemui
(Lamongan) bukan diciptakan di daerah Lamongan itu sendiri, namun berawal
dari beberapa pedagang soto Lamongan yang merantau ke daerah Tangerang,
Jawa Barat (sekarang Banten) sekitar tahun 1983. Beberapa pedagang soto
Lamongan tersebut kemudian mencoba menghidangkan lele goreng bersama nasi,
sambal dan lalapan. Oleh karena respon masyarakat terhadap hidangan tersebut
sangat baik, maka mulailah hidangan pecel lele tersebar ke daerah lain seperti
Jakarta, Bogor dan sekitarnya.
Warung tenda pertama yang menghidangkan pecel lele di Kota bogor
berlokasi di Taman Pagelaran, Ciomas. Saat itu warung tenda yang menyajikan
pecel lele masih banyak yang beroperasi di Jakarta. Namun sekitar tahun 1998
terjadi kerusuhan besar-besaran yang mengakibatkan banyak pemilik warung
tenda berpindah tempat ke Kota Bogor. Sampai sekarang wilayah-wilayah
strategis di Kota Bogor seperti Jalan Pajajaran menjadi salah satu tempat yang
banyak dipenuhi oleh warung-warung tenda yang menyajikan berbagai hidangan
diantaranya pecel lele.
5.2 Warung Tenda Pecel Lele
Jalan Pajajaran adalah salah satu jalan utama di Kota Bogor yang banyak
dijadikan untuk membuka usaha warung tenda. Warung tenda yang banyak berdiri
di jalan ini menjual berbagai macam produk makanan mulai dari warung yang
menjual masakan Sunda, soto Bogor, nasi goreng, warung kopi, pecel lele dan
lain-lain.
Warung tenda pecel lele membuka usaha menjelang sore hingga malam
hari, persiapan dimulai dengan pendirian tenda yang dilakukan secara bersama-
sama oleh para pekerja. Lokasi yang banyak digunakan sebagai tempat
beroperasinya warung tenda adalah sebuah pelataran di depan perumahan atau
perkantoran. Peralatan untuk mendirikan tenda biasanya dibawa dari rumah
menggunakan gerobak atau ada yang menitipkannya di dekat lokasi.
Warung tenda yang didirikan menggunakan atap terpal yang terbuat dari
plastik anti bocor sehingga bila saat hujan tidak membasahi pembeli. Sisi-sisi dari
warung tenda ditutupi oleh kain spanduk yang salah satu sisinya bertuliskan dan
bergambarkan produk yang dihidangkan yaitu pada bagian depan yang terlihat
dari jalan.
Sebagian besar warung tenda mendapatkan listrik dengan cara membayar
biaya listrik per hari yang dihitung berdasarkan jumlah daya yang dipakai,
sedangkan air yang digunakan berasal dari sumber air terdekat seperti mata air
dan sumur. Beberapa warung tenda mendapatkan sumber air bersih dari PAM
yang dibawa dari rumah atau membayar iuran secara kolektif dengan jumlah
tertentu per harinya.

5.3 Karakteristik Pemilik Warung Tenda


Pemilik warung tenda khususnya pecel lele yang menjadi responden
sebagian besar berasal dari suku Jawa khususnya dari daerah Lamongan, Jawa
Timur dan ada juga yang berasal dari Tuban. Karakteristik pemilik warung tenda
dapat dilihat dari segi jenis kelamin, usia, status pekerjaan, pendidikan, jumlah
pekerja, dan tahun berdirinya usaha tersebut. Menurut informasi dari beberapa
responden sebagian besar mereka merantau ke luar daerah sejak usia remaja.
Pekerjaan yang pernah dilakukan pada umumnya adalah menjadi pedagang dan
buruh pabrik. Mereka yang dahulunya pernah bekerja sebagai buruh pabrik
bekerja pada pabrik sepatu, pakaian dan lain-lain. Sebelum krisis ekonomi yang
terjadi pada tahun 1997 ada beberapa pemilik warung tenda pecel lele yang
bekerja sebagai buruh pabrik seperti pabrik sepatu dan pabrik garment. Ketika
terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan terjadinya PHK secara besar-besar dan
membuat mereka kehilangan pekerjaan dan untuk terus dapat membiayai
kehidupannya maka mereka beralih membuka usaha warung tenda. Usaha warung
tenda pecel lele menjadi suatu alternatif pilihan dalam berusaha karena rata-rata
pemilik ini berasal dari Jawa timur terutama daerah Lamongan yang terkenal
dengan hidangan pecel lele.
Jumlah responden yang diambil adalah 6 orang dengan karakteristik yang
berbeda-beda dan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Karakteristik Pemilik Usaha Warung Tenda Pecel Lele, Tahun 2006
No Karakteristik Jumlah (responden) Persentase
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 6 100 %
b. Perempuan 0 0%
2. Usia
a. 26-35 tahun 4 66,7 %
b. 36-45 tahun 2 33,3 %

3. Status Pekerjaan
a. Pekerjaan Utama 6 100 %
b. Sambilan 0 0%
4. Pendidikan
b. SLTP 2 33,3 %
c. SMA 4 66,7 %
5. Jumlah Pegawai
a. 5-7 orang 3 50 %
b. 8-10 orang 3 50 %
6. Tahun Berdiri
a. 1990-1994 3 50 %
b. 1995-1999 3 50 %

Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2006


5.4 Waktu Penjualan
Warung tenda khususnya pecel lele melakukan kegiatan operasionalnya
mulai dari sore hingga malam hari seperti warung tenda pada umumnya dan
berjualan mulai dari hari senin sampai hari minggu. Waktu efektif dimulai dari
pukul tiga sore sampai pukul dua belas malam, bahkan dapat beroperasi sampai
pukul tiga pagi misalnya pada malam libur atau malam minggu dikarenakan
beberapa keadaan yang mendukung seperti pembeli yang ramai.

5.5 Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku


Pecel lele sebagai produk olahan yang berbahan baku ikan air tawar yaitu
ikan lele. Ikan lele banyak diperoleh pedagang di Pasar Bogor, selain Pasar Bogor
ada juga pedagang yang memperolehnya di Pasar Anyar. Selain pecel lele, produk
olahan lain yang dijual adalah pecel ayam, burung dara, bebek dan hidangan laut
seperti kepiting, udang, kerang, cumi-cumi, ikan bawal dan ikan gurame serta tahu
dan tempe.
Setiap responden memiliki pemasok bahan baku sendiri-sendiri sehingga
mereka tidak lagi mencari pemasok ketika akan membeli bahan bakunya. Bahan
baku didapatkan dengan cara melakukan pemesanan dalam jumlah tertentu kepada
pemasok khususnya pada kebutuhan bahan baku utama seperti ikan lele, ayam
potong, ayam kampung, bebek dan lain-lain.
Sedangkan bahan baku untuk hidangan laut diperoleh dari pemasok di
Pasar Bogor yaitu dengan cara memesan terlebih dahulu dalam jumlah tertentu,
tetapi ada juga pedagang yang langsung membelinya di Jakarta yaitu di daerah
Cilincing. Beberapa jenis minuman seperti es jeruk, es teh manis, jeruk panas dan
teh manis panas bahan bakunya juga dibeli dari Pasar Bogor. Sedangkan minuman
ringan seperti fanta, coca-cola, sprite dan teh botol dibeli melalui agen yang
mengantar ke tempat usaha atau di warung terdekat.
Penanganan semua bahan baku dilakukan ketika pemilik sudah tiba dari
pasar, maka semua bahan dibersihkan dan disiangi oleh para pekerja. Untuk bahan
baku selain ikan lele dan hidangan laut semua bahan dicampur dengan bumbu-
bumbu yang sudah diramu dan dipersiapkan, hal ini dilakukan agar bahan baku
tidak mudah busuk dan lebih tahan lama.
5.6 Analisis Usaha Warung Tenda Pecel Lele
Salah satu ukuran dalam kegiatan usaha warung tenda pecel lele ini adalah
analisis pendapatan. Analisis pendapatan bertujuan untuk melihat usaha warung
tenda pecel lele yang sedang berjalan, dalam hal ini analisis pendapatan usaha
warung tenda pecel lele menunjukkan struktur biaya yang dikeluarkan dan
penerimaan yang diperoleh dari usaha warung tenda pecel lele. Penghitungan
analisis pendapatan ini dilakukan selama satu periode usaha per bulan. Hasil
analisis biaya dan pendapatan usaha warung tenda pecel lele dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele Satu
Periode (Rp/Bulan)

Keterangan Responden
Warung Warung Warung Warung Warung Warung Rata-
1 2 3 4 5 6 Rata
1. Total Penerimaan
66.195.000 42.045.000 52.035.000 50.355.000 50.280.000 44.970.000 50.980.000
2. Biaya Variabel
Biaya Bahan Baku
31.830.000 21.495.000 25.950.000 21.915.000 25.935.000 19.140.000 24.377.500
Biaya Penunjang
8.673.000 6.190.500 6.702.000 6.951.000 5.049.000 6.240.000 5.166.200
Biaya Lainnya
3.435.000 1.747.500 1.747.500 1.410.000 2.197.500 735.000 1.878.750
3. Total Biaya Variabel
43.938.000 29.433.000 34.399.500 30.276.000 33.181.500 26.115.000 31.422.400
4. Biaya Tetap
7.743.675 5.133.600 5.015.150 3.183.575 5.611.975 3.856.900 5.090.800
5. Total Biaya
52.911.675 35.436.600 40.269.650 34.314.575 39.723.475 30.751.900 38.901.300
6. Pendapatan
13.283.325 6.608.400 11.765.350 16.040.425 10.556.525 14.218.100 12.078.600
7. Nilai R/C
1.25 1.18 1.29 1.46 1.26 1.46 1,31

5.6.1 Penerimaan Usaha Warung Tenda Pecel Lele


Komponen-komponen penerimaan usaha warung tenda pecel lele pada ke
enam pemilik diperoleh dari total jumlah hidangan yang terjual selama satu
periode. Rata-rata penerimaan harian dari ke enam pemilik warung tenda adalah
Rp 1.720.200 dengan asumsi waktu analisis adalah 30 hari dalam satu bulan.
Sedangkan rata-rata penerimaan usaha pada ke enam pemilik warung tenda pecel
lele dalam satu bulan adalah Rp 50.980.000. Penerimaan terkecil sebesar Rp
42.045.000 yaitu pemilik warung tenda 2 dan penerimaan terbesar adalah Rp
66.195.000 yaitu pada pemilik warung tenda 1. Penerimaan terbesar dari usaha
warung tenda pecel lele ini rata-rata berasal dari penjualan ikan lele goreng
dengan persentase dari total penerimaan sebesar 12 %.
Penerimaan usaha warung tenda pecel lele ini berasal dari penjualan
hidangan dan dihitung dalam satu porsi yang terdiri dari penjualan ikan lele
goreng, ayam goreng, ayam kampung goreng, bebek goreng, burung dara goreng,
hidangan laut atau sea food, ikan gurame, ikan bawal, tempe, tahu serta minuman.
5.6.2 Biaya-Biaya Usaha Warung Tenda Pecel Lele
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama satu periode dibedakan ke dalam dua
komponen biaya. Kedua biaya tersebut adalah biaya variabel dan biaya tetap.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya akan bertambah apabila ingin
menambah jumlah output yang dihasilkan. Komponen-komponen biaya variabel
terdiri dari biaya bahan baku, biaya penunjang, biaya lainnya.
Biaya bahan baku terdiri dari biaya pembelian ikan lele, ayam negeri,
ayam kampung, bebek, burung dara, bahan baku hidangan laut, ikan gurame, ikan
bawal, tempe, tahu, beras dan bahan sambal. Jumlah rata-rata biaya yang
dikeluarkan oleh ke enam pemilik warung tenda pecel lele untuk pembelian bahan
baku dalam satu periode sebesar Rp 24.377.500 atau sebesar 78 % dari total biaya
variabel.
Biaya penunjang terdiri dari pembelian timun, kol, kemangi, minyak
goreng, minyak tanah, tisu, kecap manis, saos botolan, jeruk limau, jeruk, teh,
gula dan bumbu. Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan
penunjang dalam satu periode sebesar Rp 5.166.200 atau sebesar 16 % dari biaya
variabel
. Biaya lainnya terdiri dari pembelian es batu, sabun cuci, minuman ringan
dan teh botol. Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh ke enam pemilik
warung tenda pecel lele untuk pembelian bahan lainnya sebesar Rp 1. 878.500
atau sebesar 6 % dari biaya variabel. Biaya variabel merupakan komponen biaya
terbesar yang dikeluarkan pada usaha ini yang rata-rata sebesar Rp 31.422.400
atau sebesar 81 % dari biaya total.
Biaya yang dikeluarkan selain biaya variabel dalam usaha warung tenda
pecel lele adalah biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak
tergantung atas besar kecilnya jumlah hidangan yang dihasilkan. Komponen-
komponen biaya tetap terdiri dari biaya gaji pekerja, biaya listrik, biaya pembelian
lampu, biaya penyusutan, biaya pemelihaan tenda, biaya kebersihan, biaya hidup
pegawai. Total biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan oleh ke enam pemilik
warung tenda pecel lele dalam satu periode sebesar Rp 5.090.800 atau sebesar 19
% dari biaya total.
5.6.3 Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele dan Nilai R/C Ratio
Kegiatan usaha warung tenda pecel lele nilai dari hasil pendapatannya.
Pendapatan usaha warung tenda pecel lele merupakan selisih antara penerimaan
dengan pengeluaran. Nilai pendapatan usaha terkecil pada usaha warung tenda
pecel lele sebesar Rp 6.608.400 pada pemilik 2 dan pendapatan usaha terbesar
adalah Rp 16.040.425 yakni pada pemilik 4. Pendapatan rata-rata yang dihasilkan
dari usaha ini dalam satu periode sebesar Rp12.078.600. Perbedaan pendapatan
yang terjadi pada ke enam pemilik terjadi karena perbedaan jumlah hidangan dan
minuman yang terjual serta perbedaan jumlah biaya variabel yang dikeluarkan.
Nilai pendapatan tersebut menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan
untuk dilaksanakan. selain dilihat dari nilai pendapatan dapat juga dilihat
efisiensinya dengan membandingkan nilai penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan selama satu periode analisis yaitu satu bulan yaitu nilai R/C rationya.
Nilai R/C ratio rata-rata adalah 1,31 atau sebesar 31 %. Dengan nilai persentase
keuntungan yang didapat sebesar 31 % menunjukkan bahwa usaha ini cukup
menguntungkan untuk dijalankan.
BAB VI
ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI USAHA
WARUNG TENDA PECEL LELE

6.1 Analisis Lingkungan Internal


Analisis lingkungan internal dilakukan dengan meninjau faktor-faktor
yang menjadi kekuatan maupun kelemahan dalam usaha warung tenda pecel lele.
Data internal diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan pemilik warung tenda
pecel lele.
6.1.1 Sumber Daya Manusia
Setiap warung tenda pecel lele mempunyai pekerja yang berjumlah antara
5-10 orang dan pendidikan rata-rata adalah tamatan sekolah menengah pertama.
Pada saat diterima sebagai pekerja pada usaha ini rata-rata mereka tidak
mempunyai keahlian khusus sehingga para pemilik yang langsung memberikan
pengarahan kepada pekerja dalam menjalankan tugasnya. Pemilik tidak
memberikan pembagian kerja secara khusus kepada para pekerjanya dan mereka
umumnya melakukan pekerjaan secara bersama-sama mulai dari melakukan
persiapan di rumah sampai pada lokasi usaha tersebut. Pemilik biasanya
meluangkan waktu untuk mengawasi keadaan warung dan pekerjanya.
Pekerja warung tenda pada umumnya berasal dari teman dekat atau
saudara satu kampung halaman dari daerah dan ada juga pekerja yang tidak
berasal dari daerah yang sama dengan pemilik. Para pekerja tinggal satu rumah
dengan pemilik atau ditempatkan pada satu rumah tertentu dengan tujuan untuk
mempermudah pekerjaan mereka pada siang hari dan lebih mudah untuk
mengawasinya. Waktu libur untuk pegawai setiap minggunya hanya satu hari dan
dilakukan secara bergantian pada hari yang berbeda-beda.
6.1.2 Bauran Pemasaran
6.1.2.1 Produk
Variabel dasar dari pemasaran adalah produk yang merupakan tawaran
nyata kepada pasar. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat memenuhi atau
memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, baik yang berwujud maupun tak
berwujud (Djaslim, 1991).
Strategi produk adalah strategi yang dilaksanakan oleh suatu usaha dan
berkaitan dengan produk yang dipasarkan. Perencanaan strategi produk
menduduki posisi yang sangat menentukan terhadap keunggulan persaingan yang
dimiliki suatu usaha untuk menghadapi kondisi pasar yang penuh dengan
persaingan saat ini. Hal ini disebabkan produk merupakan suatu hal yang
ditawarkan kepada konsumen yang diharapkan dapat memuaskan keinginan dan
kebutuhan konsumen.
Kualitas produk adalah hal yang paling penting dan menentukan bagi
konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk, dengan kata lain
kualitas produk menentukan tingkat kepuasan yang didapat konsumen. Kualitas
produk dilihat dari bahan baku yang digunakan, penyajian yang dilakukan dan
atribut yang ada pada produk tersebut seperti warna, rasa, bentuk dan lain-lain.
Bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku dengan kualitas pilihan dan
pengawasan terhadap bahan baku dilakukan oleh pemilik warung tenda dari mulai
pembelian sampai pengolahannya.
Produk yang dihasilkan oleh warung tenda pecel lele terdiri dari beberapa
jenis makanan, mulai dari produk olahan seperti ayam goreng, ikan lele goreng,
ikan gurame, bebek goreng, burung dara goreng serta hidangan laut seperti udang,
kerang, cumi-cumi, kepiting dan ikan bawal dan minuman seperti es jeruk, es teh
manis serta minuman ringan.
Kualitas makanan yang dijual tidak hanya berasal dari bahan baku yang
baik tetapi juga dari pengolahan yang dilakukan terhadap bahan baku tersebut
sampai kepada penyajiannya agar tetap terlihat bagus bagi konsumen. Sejauh ini
dalam menjalankan usaha para pemilik warung tenda dapat menjaga kualitas
makanan yang dijual dan diharapkan dapat meningkatkan citra warung tenda
pecel lele di masyarakat.
6.1.2.2 Harga
Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk
atau jasa (Djaslim, 1991). Harga perlu disesuaikan dengan nilai bahan baku yang
terkandung dan daya beli konsumen. Strategi yang dapat dilakukan adalah
memberikan harga yang sedikit lebih murah agar konsumen tidak beralih ke
pesaing lain untuk memilih produk mereka. Begitu pun dengan kualitas produk
harus ditingkatkan sesuai dengan keinginan konsumen.
Penetapan harga jual yang dilakukan oleh pemilik tenda berdasarkan
kesepakatan yang dibuat antar anggota yang tergabung dalam satu organisasi.
Harga jual setiap produk yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari
jenisnya. Kisaran harga produk antara Rp 6.500 per porsi untuk pecel lele dan Rp
45.000 per porsi untuk kepiting. Dengan kisaran harga tersebut warung tenda
mampu bersaing dengan restoran-restoran besar seperti restoran fast food.
6.1.2.3 Distribusi
Tujuan strategi distribusi adalah meningkatkan jangkauan produk terhadap
pasar untuk memenuhi permintaan. Distribusi menunjukkan berbagai kegiatan
yang dilakukan untuk membuat produk tersedia dan dapat diperoleh konsumen
sasaran. Lokasi warung tenda yang berada di Jalan Pajajaran memberikan
kemudahan bagi konsumen untuk mengunjunginya dan jam buka usaha yang
panjang yakni mulai dari pukul 15.00-24.00 malam setiap hari memungkinkan
konsumen untuk datang sepanjang malam.
Produk yang dijual oleh warung tenda pecel lele termasuk ke dalam
kategori pasar konsumen dimana produk yang dihasilkan dijual dengan sistem
distribusi langsung dimana konsumen dapat langsung membelinya tanpa melalui
perantara pemasaran karena produk ini lebih ditujukan kepada konsumen rumah
tangga atau pembeli perorangan. Saluran distribusi warung tenda pecel lele dapat
dilihat pada Gambar 3.

Warung Tenda Pecel Lele Konsumen

Gambar 3. Saluran Distribusi Warung Tenda Pecel Lele

6.1.2.4 Promosi
Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk
mendorong permintaan (Swastha, 2000). Promosi yang dilakukan oleh pemilik
warung tenda pecel lele masih kurang maksimal yaitu dengan mengandalkan
informasi yang disebarkan dari mulut ke mulut dan rekomendasi dari pelanggan
yang pernah makan di warung tenda kepada rekan maupun temannya serta dari
spanduk yang dipasang pada warung tenda. Warung tenda belum membuat
rencana baru untuk lebih mengenalkan usahanya sehingga informasi yang
diketahui oleh konsumen mengenai keberadaan warung tenda tersebut masih
sedikit.
6.1.3 Keuangan
Pada saat memulai membuka usaha ini, para pemilik lebih banyak
menggunakan modal sendiri yang berasal dari modal pribadi maupun pinjaman
dari kerabat atau keluarga dekat. Setelah usaha berjalan cukup lama, permodalan
sedikit demi sedikit bertambah yang berasal dari keuntungan penjualan setiap hari.
Pemilik warung tenda pecel lele tidak melakukan pinjaman modal dari
bank atau lembaga keuangan lainnya dengan alasan bunga pinjaman yang terlalu
tinggi dan tidak adanya jaminan atau agunan yang dapat diajukan sebagai syarat
peminjaman. Keterbatasan sumberdaya keuangan merupakan salah satu hambatan
bagi pemilik warung tenda pecel lele untuk mengembangkan usahanya.
6.1.4 Produksi
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh pemilik warung tenda terbagi
menjadi dua yaitu persiapan yang dilakukan di rumah dan kegiatan yang
dilakukan pada lokasi usaha. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
operasional usaha dikerjakan secara bersama-sama antara pemilik dan para
pekerja. Kegiatan yang dilakukan di rumah meliputi persiapan bahan baku untuk
membuat makanan yang siap dijual. Semua bahan baku yang sudah dibeli oleh
pemilik dibersihkan oleh para pekerja untuk kemudian diracik dan dimasak
dengan bumbu-bumbu yang sudah diramu oleh pemilik, sampai seluruh bahan
baku yang sudah diolah siap untuk dibawa ke tempat usaha. Untuk menjaga
kualitas bahan baku yang digunakan, pengawasan berada ditangan pemilik yang
juga bertanggung jawab dalam pembelian bahan baku.
Pada bagian kedua kegiatan dipusatkan pada lokasi usaha, dimana
dilakukan persiapan pendirian tenda, merapikan tempat sampai pada melayani
pembeli yang datang. Biasanya kegiatan ini berlangsung sampai jam dua belas
malam dan dilakukan setiap hari.
6.2 Evaluasi Faktor-Faktor Lingkungan Internal
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal usaha warung tenda pecel
lele maka faktor-faktor yang dapat dievaluasi menjadi kekuatan dan kelemahan
dari usaha ini adalah :
Kekuatan :
• Lokasi usaha yang strategis
• Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan
• Harga yang bersaing
• Cita rasa makanan yang sesuai dengan selera pembeli
• Jam operasional usaha yang panjang
• Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku
• Banyak variasi makanan yang dijual
Kelemahan :
• Sumberdaya keuangan yang masih terbatas
• Promosi yang kurang maksimal
• Keterampilan pekerja yang belum sama
• Harga bahan baku yang fluktuatif
• Teknologi dalam kegiatan produksi masih sederhana
• Belum adanya program pembinaan dari pemerintah
• Terbatasnya akses pada lembaga keuangan

6.3 Analisis Lingkungan Eksternal


6.3.1 Lingkungan Makro
Lingkungan makro terdiri dari faktor-faktor yang tidak berhubungan
langsung dengan usaha warung tenda pecel lele. Faktor-faktor yang termasuk ke
dalam lingkungan makro usaha warung tenda pecel lele adalah ekonomi, alam,
teknologi, politik dan hukum serta sosial dan budaya.
6.3.1.1 Ekonomi
Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
mengakibatkan banyak angkatan kerja yang menganggur, sehingga kemudian
banyak orang yang beralih kepada sektor ekonomi mikro yaitu usaha kecil. Usaha
kecil yang banyak diminati adalah bisnis makanan siap santap, bisnis ini banyak
diminati karena untuk masuk ke dalamnya tidaklah dibutuhkan suatu persyaratan
yang sulit.
Usaha warung tenda pecel lele termasuk usaha yang berkembang cukup
baik. Usaha ini juga mempunyai peranan dalam membantu pemerintah
mengurangi pengangguran dengan cara menyerap tenaga kerja yang
berpendidikan rendah. Kelebihan lain yang dimiliki usaha ini adalah penggunaan
sumberdaya lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku usaha. Selain itu
peranan tersebut, usaha warung tenda pecel lele juga mempunyai peranan penting
bagi pendistribusian produk-produk yang dihasilkan oleh industri-industri besar
yaitu industri minuman ringan.
6.3.1.2 Alam
Faktor alam memiliki pengaruh yang besar khususnya bagi usaha kecil
terutama usaha makanan. Bisnis warung tenda pecel lele banyak sekali
menggunakan bahan baku yang berasal dari alam seperti ikan lele dan bahan baku
untuk hidangan laut yang beberapa diantaranya bersifat musiman. Maka adanya
kerjasama yang baik dengan pemasok akan mengantisipasi dalam mengatasi
kebutuhan bahan baku.
Fluktuasi harga bahan baku sangat mempengaruhi usaha warung tenda
pecel lele sehingga campur tangan pemerintah diharapkan mampu memberikan
jalan keluar agar usaha kecil dapat terus bertahan dan berkembang.
6.3.1.3 Teknologi
Peranan teknologi dalam usaha warung tenda pecel lele masih sangat
sederhana terutama pada kegiatan operasional usaha. Peralatan yang digunakan
masih terbatas pada penggunaan kompor minyak tanah untuk mengolah bahan
baku. Usaha warung tenda pecel lele termasuk ke dalam jenis usaha yang bersifat
padat karya dimana peranan para pekerja lebih dominan daripada penggunaan
alat-alat yang digunakan dalam kegiatan memasak.
Salah satu peranan teknologi yang cukup membantu adalah penggunaan
telepon genggam. Alat ini berfungsi sebgai penghubung antara pemilik warung
tenda dengan konsumen yang ingin atau akan melakukan pemesanan makan untuk
dalam jumlah besar untuk kegiatan tertentu.
6.3.1.4 Politik dan Hukum
Bantuan pemerintah sangat dibutuhkan di dalam pembinaan dan fasilitas-
fasilitas bagi usaha kecil yang termasuk di dalamnya adalah warung tenda pecel
lele. Penerapan program pembinaan usaha kecil diharapkan mampu membuat
usaha kecil mampu berkembang dan mandiri dalam pencapaian pasar, sehingga
dengan berkembangnya usaha kecil akan banyak menyerap tenaga kerja. Namun
sampai saat ini usaha warung tenda pecel lele belum mendapat program binaan
dari pemerintah baik untuk meningkatkan kemampuan teknis maupun manajerial.
Walaupun usaha kecil mempunyai peranan penting dalam kemajuan
perekonomian nasional, usaha kecil masih belum mendapat perhatian besar dari
pemerintah dalam perkembangannya. Banyak kendala yang dihadapi oleh usaha
kecil terutama dalam mendapatkan bahan baku serta fluktuasi harga bahan baku
yang tinggi. Kecenderungan kenaikan harga BBM juga menjadi kelemahan bagi
usaha warung tenda pecel lele dalam mengembangkan usahanya. Adanya campur
tangan dari pemerintah dalam mengatasinya akan menjadi sangat penting untuk
membuat usaha kecil dapat bersaing dengan usaha lainnya.
6.3.1.5 Sosial dan Budaya
Tingginya tingkat kesibukan yang terjadi pada penduduk di kota-kota
besar menyebabkan berkurangnya waktu yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan rumah tangga seperti menyediakan makanan bagi keluarga. Hal ini
banyak dialami oleh ibu-ibu yang bekerja diluar rumah. Keadaan inilah yang
menjadi suatu peluang bagi usaha warung tenda pecel lele sebagai salah satu
alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya akan makan. Warung
tenda pecel lele menjadi suatu alternatif pilihan bagi orang-orang yang bekerja,
harga makanan yang dijual pun relatif terjangkau oleh semua golongan.
Adanya kebiasaan baru yang terjadi pada masyarakat kita untuk makan
diluar rumah terutama pada akhir pekan menjadi satu peluang besar bagi usaha
warung tenda untuk mengembangkan usahanya. Kegiatan makan diluar rumah
perlahan-lahan menjadi suatu gaya hidup bagi masyarakat yang tinggal di kota-
kota besar, maka dengan melihat peluang-peluang yang ada pemilik warung tenda
pecel lele harus melakukan pembenahan terhadap usaha yang dimiliki baik secara
internal maupun eksternal agar tidak tertinggal dalam mengambil peluang yang
ada.
6.3.2 Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro terdiri dari para pelaku dalam lingkungan yang
langsung berkaitan dengan usaha dan mempengaruhi kemampuannya untuk
melayani pasar seperti pemasok, pesaing dan pelanggan.
6.3.2.1 Pemasok
Keseimbangan kekuatan antara para pemasok dan suatu unit usaha
tergantung pada faktor-faktor yang sama yang menentukan keseimbangan
kekuatan antara unit usaha dengan pembeli. Pemasok mempunyai kekuatan untuk
berkembang apabila memasok barang yang tidak ada alternatif lain, karena itu
kualitas mutu barang harus diperhatikan agar pemasok lain sulit untuk masuk dan
menjadi pesaing.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, pemilik warung tenda pecel lele
melakukan kerja sama dengan beberapa pemasok untuk menjaga kelangsungan
pasokan bahan baku terutama hasil laut yang bersifat musiman. Adanya hubungan
yang baik dengan pemasok membantu pemilik dalam menjaga kualitas bahan
baku sehingga dapat meringankan pemilik dalam menyeleksi bahan baku yang
baik.
Sistem pembayaran yang dilakukan dalam pembelian bahan baku
dilakukan secara tunai. Harga bahan baku ditetapkan dari hasil negosiasi antara
pemilik dengan pemasok tetap dan sejauh ini kebutuhan bahan baku selalu
terpenuhi sesuai dengan pesanan. Jika pemilik mengalami kekurangan uang dalam
proses pembayaran, biasanya pemasok memberikan tengat waktu untuk melunasi
pembayarannya dan dilakukan dengan kesepakatan yang dibuat bersama.
6.3.2.2 Pelanggan
Pengetahuan mengenai pelanggan dapat berperan besar dalam
merumuskan strategi dan taktik dalam mengembangkan usaha warung tenda pecel
lele bagi pemilik. Dengan persaingan yang semakin ketat dalam bisnis makanan,
akan sangat menguntungkan bagi konsumen karena semakin banyaknya pilihan
produk yang ditawarkan. Produk-produk semakin bervariasi baik dari jenis
makanan, kualitas, harga maupun pelayanan.
Konsumen warung tenda pecel lele pada umumnya memiliki kepekaan
yang tinggi terhadap kualitas makanan (rasa, bentuk, ukuran). Pembeli
menginginkan makanan yang berkualitas baik, biasanya pembeli baru mau
mencoba setelah melihat temannya mencoba lebih dahulu.
Untuk mengetahui konsumen lebih baik dapat dilakukan dengan cara
mengamati profil konsumen dari tiga variabel yaitu demografis, perilaku
pembelian dan geografis. Maka diharapkan dari ketiga faktor tersebut dapat
tercermin profil konsumen yang dihadapi oleh pemilik usaha warung tenda pecel
lele.
Variabel demografis dari konsumen warung tenda pecel lele termasuk ke
dalam semua golongan. Sedangkan variabel perilaku pembelian, konsumen
cenderung untuk memenuhi kebutuhan makan dan melepas kepenatan dari
rutinitas sehari-hari. Dari variabel geografis, makanan yang ditawarkan oleh
warung tenda pecel lele dapat diterima oleh sebagian besar lapisan masyarakat.
6.3.2.3 Pesaing
Usaha warung tenda pecel lele termasuk ke dalam usaha yang menghadapi
tingkat persaingan yang tinggi. Usaha ini dapat dengan mudah dimasuki oleh
pemain-pemain baru karena persyaratan yang tidak terlalu berat. Persaingan yang
dihadapi oleh warung tenda pecel lele terbagi ke dalam dua kelompok :
a. Persaingan dengan sesama usaha makanan
Persaingan ini terjadi antara warung tenda yang menjual makanan yang
hampir sama dan persaingan dengan restoran-restoran besar seperti restoran
Padang dan restoran siap saji atau fastfood. Keberadaan restoran-restoran besar
menjadi satu hambatan besar bagi usaha warung tenda untuk terus bertahan
mengingat kuatnya permodalan yang dimiliki oleh restoran tersebut untuk
mengembangkan usahanya. Perhatian pemerintah untuk membantu memperkuat
posisi usaha warung tenda sangat diperlukan dalam membantu pemilik untuk
mempertahankan usahanya.
b. Ancaman produk pengganti
Persaingan tidak hanya terjadi dengan restoran-restoran yang sudah ada,
tetapi juga dengan produk-produk olahan siap saji seperti chicken nugget, fish
nugget, sosis, meat ball dan sebagainya. Produk yang ditawarkan dalam bentuk
beku siap goreng akan mempermudah konsumen dalam menyiapkannya dirumah
tanpa harus pergi mencari makanan diluar.

6.4 Evaluasi Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal


Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal yang dipandang strategis
dalam usaha warung tenda pecel lele, maka faktor-faktor yang dapat dievaluasi
menjadi peluang dan ancaman usaha ini adalah :
Peluang :
• Jumlah penduduk yang tinggi
• Pola konsumsi yang berubah
• Tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi
• Berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan
• Banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah
• Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar
• Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat
Ancaman :
• Menjamurnya usaha makanan
• Bunga pinjaman bank yang tinggi
• Kecenderungan harga bahan bakar yang meningkat
• Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman
• Persaingan dengan usaha sejenis
• Persaingan dengan restoran besar
• Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil

6.5 Analisis Matriks IFE dan EFE


Analisis matriks IFE dan EFE pada usaha warung tenda pecel lele dibuat
berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang
berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Identifikasi faktor-faktor
strategis internal diperoleh melalui wawancara dengan para pemilik warung tenda
dan pekerjanya. Sedangkan identifikasi faktor-faktor strategis eksternal didapat
dari data instansi terkait seperti BPS dan artikel-artikel dan situs internet. Setelah
faktor-faktor strategis tersebut diidentifikasi selanjutnya dilakukan pembobotan
dan peratingan terhadap faktor-faktor strategis tersebut. Pembobotan dilakukan
dengan metode paired comparison yaitu pembobotan dengan cara
membandingkan setiap faktor strategis untuk mengetahui tingkat kepentingan dari
faktor-faktor strategis tersebut bagi usaha. Sedangkan peratingan didasarkan pada
tinggi rendahnya respon usaha terhadap faktor-faktor strategis tersebut. Pemberian
bobot dan rating dilakukan oleh enam responden yaitu pemilik warung tenda pecel
lele yang kemudian diambil rata-ratanya untuk mendapatkan bobot dan ratingnya
dengan total bobot sama dengan satu.
6.5.1 Analisis Matriks IFE
Hasil identifikasi faktor-faktor internal usaha warung tenda pecel lele dan
pemberian serta rating diperoleh hasil analisis yang terdapat pada Tabel 10.
berikut ini :
Tabel 10. Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Total


KEKUATAN
1. Lokasi usaha yang strategis 0.076 3.8 0.258
2. Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan 0.067 3 0.230
3. Harga yang bersaing 0.063 3.3 0.212
4. Cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli 0.067 3.3 0.226
5. Jam operasional usaha yang panjang 0.069 3.5 0.243
6. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku 0.063 3.1 0.199
7. Banyak variasi makanan yang dijual 0.075 3.3 0.251
KELEMAHAN
1. Sumberdaya keuangan yang masih terbatas 0.063 1.8 0.117
2. Promosi yang kurang maksimal 0.076 1.8 0.139
3. Keterampilan pekerja belum sama 0.077 1.6 0.129
4. Harga bahan baku yang fluktuatif 0.062 1.1 0.072
5. Teknologi dalam kegiatan produksi masih sederhana 0.090 1.8 0.166
6. Belum adanya program pembinaan dari pemerintah 0.082 1.8 0.150
7. Terbatasnya akses pada lembaga keuangan 0.062 1.6 0.104

Total 1 2.503

Dari hasil analisis diketahui bahwa faktor yang menjadi kekuatan utama
usaha adalah lokasi usaha yang strategis dengan bobot sebesar 0.076 dan rating
3.8 sehingga diperoleh skor 0.258. Adapun faktor lain yang menjadi kekuatan
dalam usaha ini adalah banyaknya variasi makanan yang dijual (skor 0.251), jam
operasional usaha yang panjang (skor 0.243), pelayanan kepada pelanggan yang
bersifat kekeluargaan (skor 0.230), cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli
(skor 0.226), harga yang bersaing (skor 0.212) dan hubungan kerjasama yang baik
dengan pemasok bahan baku (skor 0.199)
Kelemahan utama dalam usaha ini adalah teknologi dalam kegiatan
produksi yang masih sederhana dengan bobot sebesar 0.090 dan rating 1.8
sehingga diperoleh skor sebesar 0.166. Faktor-faktor lain yang menjadi kelemahan
antara lain belum adanya program pembinaan dari pemerintah (skor 0.150),
promosi yang kurang maksimal (skor 0.139), keterampilan pekerja yang belum
sama (skor 0.129), sumberdaya keuangan yang masih terbatas (skor 0.117),
terbatasnya akses pada lembanga keuangan (skor 0.104) dan harga bahan baku
yang fluktuatif (0.072). Dari hasil analisis faktor-faktor internal didapat skor
sebesar 2.503. Hal ini menunjukkan bahwa usaha warung tenda pecel lele
memiliki kemampuan yang tinggi dalam memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi
kelemahan internal usaha.
6.5.2 Analisis Matriks EFE
Hasil identifikasi faktor-faktor eksternal usaha warung tenda pecel lele dan
pemberian bobot serta rating diperoleh hasil analisis yang terdapat pada Tabel 11.
berikut ini :
Tabel 11. Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Total
PELUANG
1. Jumlah penduduk yang tinggi 0.064 1.8 0.161
2. Pola konsumsi yang berubah 0.066 2.6 0.178
3. Tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi 0.063 2.8 0.180
4. Berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan 0.076 3 0.199
5. Banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah 0.066 1.6 0.126
6. Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar 0.080 1.8 0.147
7. Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat 0.088 3.5 0.225
ANCAMAN
1. Menjamurnya usaha makanan 0.070 3.6 0.256
2. Bunga pinjaman bank yang tinggi 0.066 2.5 0.166
3. Harga bahan bakar yang tinggi 0.060 3.6 0.220
4. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman 0.082 2.1 0.179
5. Persaingan dengan usaha sejenis 0.065 4 0.262
6. Persaingan dengan restoran besar 0.067 3.1 0.213
7. Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil 0.081 2 0.162
Total 1 2.680
Dari hasil analisis diketahui bahwa faktor yang menjadi peluang utama
pada usaha ini yaitu peluang dalam penerimaan produk oleh semua lapisan
masyarakat dengan bobot 0.088 dan rating 3.5 sehingga diperoleh skor sebesar
0.225. Selain itu faktor lain yang menjadi peluang bagi usaha warung tenda pecel
lele adalah berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan (skor
0.199), tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi (skor 0.180),
pola konsumsi yang berubah (skor 0.178), jumlah penduduk yang tinggi (skor
0.161), sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar (skor 0.147)
dan banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah (skor 0.126).
Ancaman utama dalam usaha ini adalah persaingan dengan usaha sejenis
dengan bobot 0.065 dan rating 4 sehingga diperoleh skor 0.262. Faktor lain yang
merupakan ancaman bagi usaha warung tenda pecel lele antara lain menjamurnya
usaha makanan (skor 0.256), harga bahan bakar yang tinggi (skor 0.220),
persaingan dengan restoran besar (skor 0.213), ketersediaan bahan baku yang
bersifat musiman (skor 0.179), bunga pinjaman bank yang tinggi (skor 0.166) dan
kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil (skor 0.162).

6.6 Matriks Internal Eksternal


Strategi suatu usaha akan lebih efektif apabila strategi yang diterapkan
sesuai dengan posisi dan kondisi usaha. Posisi usaha diketahui dari hasil analisis
kuantitatif faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang dikombinasikan.
Hasil analisis yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE adalah menyusun sebuah
matriks yang dinamakan matriks IE (Internal-Eksternal) yang menggambarkan
posisi persaingan suatu usaha saat ini, sehingga dapat mempermudah usaha
tersebut dalam melakukan pemilihan strategi.
Penentuan posisi strategi bersaing pada matriks IE didasarkan pada hasil
total skor pada matriks IFE dan EFE. Total skor IFE yang diperoleh sebesar 2.503
dan skor EFE sebesar 2.680. Masing-masing total skor pada matriks IFE dan EFE
dipetakan dalam matriks IE, sehingga menempatkan usaha warung tenda pecel
lele pada posisi sel V dengan koordinat (2.503 ; 2.680). Posisi ini menunjukkan
posisi internal usaha warung tenda pecel lele yang lebih lemah dari posisi
eksternalnya yang cukup kuat. Pada sel ini usaha warung tenda pecel lele berada
dalam tahap/posisi pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Adapun posisi
persaingan usaha warung tenda pecel lele berdasarkan matriks IE dapat dilihat
pada Gambar 4.

Total Skor EFE


Kuat Rata-rata Lemah
4,0 3,0 2,0 1,0
Total Skor Tinggi I II III
IFE 3,0
Menengah IV V VI
2,0
Rendah VII VIII IX
1,0

Gambar 4. Matriks Internal Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele

Strategi yang paling baik diterapkan usaha warung tenda pecel lele pada
posisis sel V ini adalah strategi intensif dan strategi integratif. Strategi intensif
meliputi strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk
sedangkan strategi integratif meliputi strategi integrasi ke depan, integrasi ke
belakang dan integrasi horizontal.
Strategi penetrasi pasar dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pangsa
pasar untuk produk dengan memperluas wilayah pemasaran yang sudah ada
dengan pemasaran yang lebih intensif, maksimal atau lebih gencar dengan tetap
mempertahankan pasar yang sudah ada.
6.7 Analisis Matriks SWOT
Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal yang telah
dilakukan, maka dibangunlah sebuah matriks SWOT yang mengembangkan
empat alternatif strategi berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Keempat alternatif strategi tersebut antara lain strategi S-O (strength-
opportunities), strategi S-T (strength-threat), strategi W-O (weakness-
opportunities) dan strategi WT (weakness-threat).
Tujuan dibuatnya matriks SWOT adalah untuk mengumpulkan sebanyak
mungkin tindakan-tindakan atau strategi yang memungkinkan untuk digunakan
dalam usaha. Pemilihan strategi utama dari matriks SWOT ini disesuaikan dengan
posisi usaha dan bersifat melengkapi analisis matriks IE yang telah dilakukan
sebelumnya. Hasil analisis matriks SWOT pada usaha warung tenda pecel lele
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Matriks SWOT Usaha Warung Tenda Pecel Lele
IFE Strength (S) Weakness (W)
1. Lokasi usaha yang strategis 1. Sumberdaya keuangan
2. Pelayanan kepada yang masih terbatas
pelanggan yang bersifat 2. Promosi yang kurang
kekeluargaan maksimal
3. Harga yang bersaing 3. Keterampilan pekerja
4. Cita rasa makanan yang belum sama
ssesuai dengan pembeli 4. Harga bahan baku yang
5. Jam operasional usaha yang fluktuatif
panjang 5. Teknologi dalam kegiatan
6. Hubungan kerjasama yang produksi masih sederhana
baik dengan pemasok bahan 6. Belum adanya program
baku pembinaan dari pemerintah
EFE 7. Banyak variasi makanan 7. Terbatasnya akses pada
yang dijual lembaga keuangan

Opportunities (O) S-O W-O


1. Jumlah penduduk yang 1. Meningkatkan kualitas 1. Melakukan promosi yang
tinggi produk yang dijual (S4, S7, lebih baik lagi untuk menarik
2. Pola konsumsi yang O2, O4) konsumen baru (W2, O1, O2,
berubah O4)
3. Tingkat kesibukan 2. Mengembangkan fasilitas
penduduk perkotaan yang pesan antar (S1, S5, O2, O3, 2. Meningkatkan keahlian
semakin tinggi O7) para pekerja dalam kegiatan
4. Berkembangnya kebiasaan usaha (W3, W6, O5, O6)
makan diluar rumah pada
akhir pekan 3. Bantuan program
5. Banyak menyerap tenaga pembinaan usaha dari
kerja yang berpendidikan pemerintah (W1, W3, W4,
rendah W5, W6, W7, O5, O6, O7)
6. Sarana dalam
pendistribusian produk-
produk industri besar
7. Penerimaan produk oleh
semua lapisan masyarakat
Threats (T) S-T W-T
1. Menjamurnya usaha 1. Mempertahankan hubungan 1. Pemerintah mempermudah
makanan kerjasama yang baik dengan akses pinjaman modal bagi
2. Bunga pinjaman bank yang pemasok untuk menjaga usaha kecil (W1, W4, W7,
tinggi kontinuitas pasokan bahan T2, T3, T7)
3. Harga bahan bakar yang baku (S3, S6, T1, T4, T5, T6)
tinggi 2. Adanya program
4. Ketersediaan bahan baku 2. Pinjaman modal kepada pengembangan kemampuan
yang bersifat musiman pelaku usaha kecil dengan manajerial dari pemerintah
5. Persaingan dengan usaha bunga ringan (S3, T2, T3, T7) (W3, W6, T1, T5, T6)
sejenis
6. Persaingan dengan restoran 3. Menawarkan variasi
besar makanan baru kepada
7. Kebijakan pemerintah yang konsumen (S4, S7, T1, T5,
belum berpihak pada usaha T6)
kecil
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pada usaha warung tenda pecel
lele, diperoleh sebelas alternatif strategi yang dihasilkan dari dua strategi S-O, dua
strategi S-T, tiga strategi W-O dan tiga strategi W-T.
6.7.1 Strategi S-O
Strategi S-O atau strategi kekuatan-peluang merupakan strategi yang
menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal.
Berdasarkan kekuatan yang dimiliki usaha warung tenda pecel lele dan
kemampuan untuk meraih peluang dapat dirumuskan strategi sebagai berikut :
1). Meningkatkan kualitas produk yang dijual
Alternatif ini didasarkan pada kekuatan yang dimiliki oleh usaha, yaitu cita
rasa makanan yang sesuai dengan pembeli, banyaknya variasi makanan yang
dijual. Ditambah dengan peluang yang dapat dimanfaatkan usaha yaitu pola
konsumsi yang berubah dan berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada
akhir pekan. Meningkatkan kualitas produk yang dijual harus dilakukan
mengingat akan persaingan yang tinggi dengan adanya peluang-peluang diatas
karena akan banyak orang-orang yang beralih pada bisnis ini sehingga
peningkatan kualitas produk diharapkan akan membuat posisi bersaing usaha
menjadi semakin baik.
2). Mengembangkan fasilitas pesan antar
Dengan adanya peluang pola konsumsi yang berubah, tingkat kesibukan
penduduk perkotaan yang semakin tinggi dan penerimaan produk oleh semua
lapisan masyarakat. Strategi ini didukung oleh kekuatan berupa lokasi usaha yang
strategis, jam operasional usaha yang panjang. Strategi pengembangkan fasilitas
pesan antar dirumuskan karena melihat tingkat kesibukan masyarakat yang
semakin tinggi dan berkurangnya waktu dalam mempersiapkan makanan sehingga
diharapkan warung tenda dapat menangkap peluang ini dengan menggunakan
fasilitas telepon genggam.
6.7.2 Strategi S-T
Strategi S-T atau strategi kekuatan-ancaman adalah strategi yang
menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi ancaman
eksternal yang dihadapi usaha. Adapun strategi kekuatan-ancaman usaha warung
tenda pecel lele yaitu :
1). Mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok untuk
menjaga kontinuitas pasokan bahan baku
Kerjasama yang baik dengan pemasok dapat membantu pemilik warung
tenda dalam menjaga kualitas bahan baku yang digunakan dalam kegiatan usaha
dan juga mengantisipasi kebutuhan bahan baku yang bersifat musiman seperti
bahan baku untuk membuat hidangan laut. Kerjasama ini akan membantu pemilik
warung tenda dalam mengurangi resiko rusaknya bahan baku dalam jumlah besar.
2). Pinjaman modal kepada pelaku usaha kecil dengan bunga ringan
Permodalan adalah salah satu masalah yang sering dihadapi oleh usaha
kecil, seperti terbatasnya informasi maupun pengetahuan dalam mendapatkan
modal usaha. Tingkat bunga pinjaman dan jaminan adalah salah satu penyebab
sulitnya mendapatkan akses modal pada lembaga keuangan. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menawarkan
suatu kredit khusus bagi usaha kecil dengan bunga yang rendah dan bantuan
dalam mengelola modal tersebut agar dapat digunakan secara baik.
3). Menawarkan variasi makanan baru kepada konsumen
Variasi menu makanan baru yang ditawarkan kepada konsumen akan
menarik konsumen terus mengunjungi warung tenda pecel lele. Persaingan yang
tinggi dalam usaha makanan menyebankan konsumen memiliki banyak alternatif
dalam memenuhi kebutuhannya terhadap makanan dan tempat makan.
6.7.3 Strategi W-O
Strategi W-O atau strategi kelemahan-peluang merupakan strategi yang
bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang
eksternal yang ada. Alternatif strategi yang didapat adalah sebagai berikut :
1). Melakukan promosi yang lebih baik lagi untuk menarik konsumen baru
Alternatif strategi ini dilakukan untuk menjaring konsumen baru serta
memperkenalkan usaha lebih luas lagi kepada calon-calon konsumen baru.
Promosi dapat dilakukan dengan membuat selebaran-selebaran yang diberikan
kepada konsumen di tempat-tempat keramaian.
2). Meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha
Keseragaman kemampuan pekerja akan lebih membantu pemilik warung
tenda dalam menjalankan usahanya. Peningkatkan kemampuan ini dapat
dilakukan pemilik dengan cara melakukan pelatihan secara langsung pada saat
kegiatan usaha berlangsung sehingga mereka dapat diperkenalkan langsung pada
keadaan usaha yang sebenarnya.
3). Bantuan program pembinaan usaha dari pemerintah
Program pembinaan usaha dari pemerintah dapat dilakukan dengan
memberikan pelatihan-pelatihan usaha kepada pemilik warung tenda agar dapat
menjalankan usaha dengan lebih baik lagi. Program pelatihan yang dapat
disarankan adalah pelatihan dalam mengelola keuangan, teknik produksi usaha
dan pemasaran.
6.7.4 Strategi W-T
Strategi W-T atau strategi kelemahan-ancaman adalah strategi yang
diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman
eksternal. Dari kelemahan dan ancaman yang dihadapi usaha warung tenda pecel
lele dapat dirumuskan alternatif strategi sebagai berikut :
1). Pemerintah mempermudah akses pinjaman modal bagi usaha kecil
Kemudahan dalam pinjaman modal diharapkan dapat membantu pemilik
usaha warung tenda pecel lele dalam mengatasi masalah permodalan usaha.
Pinjaman modal ini dapat berasal dari bank-bank pemerintah maupun lembaga-
lembaga keuangan lainnya seperti koperasi.
2). Adanya program pengembangan kemampuan manajerial dari pemerintah
Persaingan yang tinggi dalam usaha makanan juga harus diimbangi
dengan kemampuan yang baik dalam usaha. Usaha makanan tidak hanya usaha
yang menjual makanan. Usaha ini dituntut kemampuan yang tinggi dalam
pengetahuan usaha seperti pemasaran dan keuangan
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Pemilik usaha warung tenda pecel lele mayoritas berasal dari suku Jawa
terutama Lamongan, Jawa Timur. Pemilik usaha sebagian besar adalah laki-laki
yang berumur antara 26-45 tahun dan termasuk ke dalam usia produktif untuk
bekerja. Jumlah pegawai yang dimiliki oleh pemilik warung tenda bervariasi
antara 5-10 orang. Tahun berdirinya usaha ini antara tahun 1990-1999.
Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa usaha warung tenda pecel lele
menguntungkan dimana nilai R/C Ratio lebih dari satu. Sumber penerimaan
terbesar rata-rata berasal dari penjualan ayam goreng dan ikan lele.
Berdasarkan analisis matriks IFE didapatkan nilai skor sebesar 2,503 yang
menunjukkan posisi internal usaha rata-rata dalam menggunakan kekuatan dan
memperbaiki kelemahan yang ada. Sedangkan matriks EFE menghasilkan total
skor sebesar 2,680 yang menunjukkan posisi eksternal usaha rata-rata dalam
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Hasil ini menempatkan
usaha warung tenda pecel lele pada sel V dalam matriks IE dimana strategi yang
dapat digunakan adalah dengan penetrasi pasar dan pengembangan produk.
Dari hasil matriks SWOT dibagi menjadi strategi S-O, strategi W-O,
strategi S-T dan strategi W-T. Strategi S-O yaitu mengembangkan fasilitas pesan
antar. Strategi W-O yaitu melakukan promosi yang lebih baik lagi untuk menarik
konsumen baru, meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha.
Strategi S-T yaitu mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan
pemasok untuk menjaga kontinuitas pasokan bahan baku, pinjaman modal kepada
pelaku usaha kecil dengan bunga ringan dan menawarkan variasi makanan baru
kepada konsumen. Pembinaan terhadap kemampuan manajerial dari pemerintah
merupakan strategi W-T yang cukup efektif untuk diterapkan.
7.2 Saran
Usaha warung tenda pecel lele harus terus melakukan perbaikan internal
dalam usahanya agar dapat terus bersaing dalam bisnis makanan siap santap.
Perbaikan internal dapat dilakukan dengan cara terus meningkatkan kualitas
produk maupun kualitas sumberdaya manusianya melalui pelatihan yang
dilakukan langsung oleh pemilik usaha.
Pembinaan kemampuan manajerial melalui pelatihan dari pemerintah akan
sangat membantu pemilik usaha dalam mengembangkan usaha ini agar dapat
diperluas pada pusat-pusat keramaian yang strategis.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2005. Profil Usaha Kecil dan Menengah Tidak Berbadan
Hukum. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Dani, D. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Perusahaan Roti Merk “ Sari Roti “
dan “ Boti “ di Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Djaslim, S. 1991. Unsur-Unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. CV.


Mandar Maju. Bandung.

David, F. 2002. Manajemen Strategis. Edisi VII. Prehallindo. Jakarta.


Gusalim, S. 2002. Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan
Pembelian Ayam Goreng Warung Tenda (Studi Kasus Di Kotamadya
Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Pertanian. Insitut Pertanian Bogor.
Bogor.

Jauch. L. R dan Glueck W. F. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan.


Edisi II. Erlangga. Jakarta.

Kabul, G. 2004. Analisis Pengambilan Keputusan dan Implikasinya Terhadap


Bauran Pemasaran Di Gumati Kafe dan Restoran. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1.


Prehallindo. Jakarta.

Kotler, P dan Armstrong, G. 1997. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 1.


Prehallindo. Jakarta.

Lipsey dan Richard G. 1995. Pengantar Miroekonomi Intermediate. Edisi 3.


Rajawali Press. Jakarta.

Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi dan


Pengendalian. Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta.

Porter, M. E. 1994. Keunggulan Bersaing : Menciptakan dan Mempertahankan


Kinerja Unggul. Binarupa Aksara. Jakarta.

Purnomo, H. S. dan Zulkieflimansyah. 1996. Manajemen Strategi : Sebuah


Konsep Pengantar. Edisi1 LPFE-UI. Jakarta.

Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta.
Stanton, W. J. 1991. Prinsip Pemasaran. Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Suryana. 2003. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Salemba Empat. Jakarta.

Swastha, B. dan Ibnu, S. 2000. Pengantar Bisnis Modern. Edisi 3. Liberty.


Yogyakarta.
Lampiran 1. Kuisioner kepada Pemilik Warung Tenda Pecel Lele di Jalan
Pajajaran

KUISIONER
ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA
WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN
BOGOR

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Pemilik Warung Tenda Pecel Lele
Di Tempat

Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa tingkat akhir pada Program Studi Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Saya mengharapkan bantuan bapak/ibu untuk meluangkan waktu
mengisi kuisioner ini, untuk keperluan penyelesaian penelitian tugas akhir saya.
Berikut ini adalah kuisioner tersebut yang berhubungan dengan strategi
usaha dengan judul “Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung
Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Bapak/Ibu dapat
melakukan pengisian kuisioner dengan bantuan petunjuk pengisian yang tertera di
masing-masing lembar isian yang tersedia.
Saya harap melalui kuisioner ini akan memperoleh masukan yang berarti
untuk penulisan tugas akhir dari penlitian yang saya lakukan. Atas segala bantuan
dan masukannya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Dian. A
A14102664
Lampiran 2. Kuisioner Penetapan Prioritas dan Rating
KUISIONER PENETAPAN PRIORITAS
FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
I. Bagian Identitas
Nama :
II. Bagian Pengisian Matriks Berpasangan
Petunjuk Pengisian
a. Pertanyaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan antar suatu elemen
yang ada di kolom sebelah kiri dengan elemen yang ada di sebelah puncak
atau baris atas.
b. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan
tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan.
c. Skala penilaian perbandingan berpasangan yang diberikan mempunyai nilai
antara 1 sampai 3 atau kebalikannya.

Identitas Definisi Nilai


Kepentingan
1 Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator
vertikal
2 Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator
vertikal
3 Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator
vertikal

1). Dalam penentuan prioritas faktor internal atribut yang harus diperbandingkan
adalah sebagai berikut

Faktor Strategis Internal A B C ... N Total


A
B
C
...
N
Total

Keterangan :
Kekuatan
A. Lokasi usaha yang strategis
B. Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan
C. Harga yang bersaing
D. Cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli
E. Jam operasional usaha yang panjang
F. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku
G. Banyak variasi makanan yang dijual
Kelemahan
H. Sumberdaya keuangan yang masih terbatas
I. Promosi yang kurang maksimal
J. Keterampilan pekerja yang belum sama
K. Harga bahan baku yang fluktuatif
L. Teknologi dalam kegiatan produksi masih seberhana
M. Belum adanya program pembinaan dari pemerintah
N. Terbatasnya akses pada lembaga keuangan

2). Dalam penentuan prioritas faktor eksternal atribut yang harus diperbandingkan
adalah sebagai berikut

Faktor Strategis Eksternal A B C ... N Total


A
B
C
...
N
Total

Keterangan :
Peluang
A. Jumlah penduduk yang tinggi
B. Pola konsumsi yang berubah
C. Tingkat kesibukan pendududk yang semakin tinggi
D. Kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan
E. Banyak menyerap tenaga kerja baru
F. Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar
G. Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat
Ancaman
H. Menjamurnya usaha makanan
I. Bunga pinjaman bank yang tinggi
J. Harga bahan bakar yang tinggi
K. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman
L. Persaingan dengan usaha sejenis
M. Persaingan dengan restoran besar
N. Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil
PENETAPAN RATING FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

1. Peringkat faktor-faktor internal


Berilah rating pada masing-masing faktor internal yang ada dalam usaha
sesuai dengan keadaan sekarang.
Nilai 4 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan utama
Nilai 3 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan kecil
Nilai 2 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan kecil
Nilai 1 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan utama

Analisis Faktor-Faktor Internal


Faktor Strategis Internal Rating
KEKUATAN
A. Lokasi usaha yang strategis
B. Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan
C. Harga yang bersaing
D. Cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli
E. Jam operasional usaha yang panjang
F. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku
G. Banyak variasi makanan yang dijual
KELEMAHAN
H. Sumberdaya keuangan yang masih terbatas
I. Promosi yang kurang maksimal
J. Keterampilan pekerja yang belum sama
K. Harga bahan baku yang fluktuatif
L. Teknologi dalam kegiatan produksi masih seberhana
M. Belum adanya program pembinaan dari pemerintah
N. Terbatasnya akses pada lembaga keuangan
Total

2. Peringkat Faktor-Faktor Eksternal


Berilah rating pada masing-masing faktor eksternal yang ada dalam usaha
sesuai dengan keadaan sekarang.
Nilai 1 = untuk respon kurang atau dibawah rata-rata
Nilai 2 = untuk respon rata-rata
Nilai 3 = untuk respon diatas rata-rata
Nilai 4 = untuk respon yang sangat tinggi
Analisis Faktor-Faktor Eksternal
Faktor Strategis Eksternal Rating
PELUANG
A. Jumlah penduduk yang tinggi
B. Pola konsumsi yang berubah
C. Tingkat kesibukan penduduk yang semakin tinggi
D. Kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan
E. Banyak menyerap tenaga kerja baru
F. Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar
G. Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat
ANCAMAN
H. Menjamurnya usaha makanan
I. Bunga pinjaman bank yang tinggi
J. Harga bahan bakar yang tinggi
K. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman
L. Persaingan dengan usaha sejenis
M. Persaingan dengan restoran besar
N. Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil
Total
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung
Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 1

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 1 3 2 1 2 2 1 2 1 3 1 1 2 22 0.068
B 1 3 2 2 3 2 3 1 2 3 1 2 1 26 0.080
C 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 19 0.058
D 3 2 3 3 2 2 3 1 1 3 2 2 1 28 0.086
E 2 1 1 1 3 2 3 2 1 3 1 1 1 22 0.068
F 1 3 2 3 1 3 2 1 1 2 1 1 2 21 0.065
G 3 1 3 2 1 1 3 3 1 2 2 1 1 24 0.074
H 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 18 0.055
I 2 1 3 1 3 3 2 1 1 3 1 2 1 24 0.074
J 3 2 3 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 23 0.071
K 1 1 2 1 1 2 1 3 1 1 1 2 3 20 0.062
L 3 1 3 2 1 2 2 3 1 2 3 2 1 26 0.080
M 1 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 31 0.095
N 1 1 2 3 1 3 1 2 1 1 2 1 2 21 0.065
Total 325 1
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung
Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 2

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 1 2 2 1 1 2 1 2 3 2 1 2 2 22 0.064
B 3 3 2 1 3 2 2 1 2 1 2 1 2 25 0.072
C 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 1 1 2 26 0.075
D 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 3 1 1 20 0.058
E 2 1 1 1 3 3 1 1 3 3 1 2 1 23 0.066
F 1 1 2 3 1 1 2 3 1 2 1 1 2 21 0.061
G 2 2 2 2 3 1 1 1 3 3 1 1 1 23 0.066
H 1 1 2 3 1 2 3 1 3 2 3 1 3 24 0.069
I 2 1 3 2 1 3 2 3 2 3 1 2 3 28 0.081
J 1 2 2 2 3 1 3 3 1 2 2 2 3 27 0.078
K 1 1 2 3 3 2 1 2 1 1 1 1 3 22 0.064
L 3 3 3 2 3 3 2 3 1 2 3 2 3 33 0.095
M 1 3 3 1 1 3 3 3 2 2 3 2 3 30 0.087
N 1 1 2 3 1 2 1 2 1 3 2 1 2 22 0.064
Total 346 1
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung
Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 3

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 1 2 1 2 1 2 3 1 1 3 1 1 2 21 0.060
B 3 1 1 1 1 3 1 1 2 3 1 2 3 23 0.067
C 2 1 2 1 2 2 2 1 3 2 2 1 2 23 0.067
D 1 1 1 1 2 2 1 3 2 3 1 1 3 22 0.064
E 2 3 3 2 2 3 1 2 2 1 1 1 2 25 0.072
F 2 2 2 1 3 2 2 1 2 2 1 1 2 23 0.067
G 2 1 2 2 3 3 2 3 1 2 2 3 3 29 0.084
H 3 3 2 1 2 1 2 3 2 2 1 2 2 26 0.075
I 2 2 1 2 2 1 2 2 1 3 1 3 3 25 0.072
J 2 2 3 2 2 3 3 3 1 3 2 2 1 29 0.084
K 1 1 2 1 1 2 2 2 1 3 1 2 2 21 0.061
L 3 3 2 2 3 3 1 2 1 2 3 2 3 30 0.087
M 3 2 3 3 1 2 3 1 1 2 2 2 2 27 0.079
N 2 1 2 1 1 2 1 2 3 1 2 1 2 21 0.061
Total 345 1
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung
Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 4

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 3 2 3 2 3 3 3 1 1 3 1 1 3 29 0.083
B 3 3 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 1 30 0.085
C 2 1 1 1 2 2 2 1 1 3 1 1 2 20 0.057
D 1 2 3 3 1 2 3 2 3 1 1 1 1 24 0.068
E 2 3 3 1 3 3 1 2 1 3 1 2 1 26 0.074
F 2 1 2 1 3 1 2 1 1 2 1 2 1 21 0.059
G 3 2 3 2 1 3 3 1 1 3 1 1 3 27 0.076
H 1 1 2 1 3 2 1 3 1 2 1 1 2 21 0.059
I 3 1 3 3 1 3 2 3 3 3 1 2 3 31 0.088
J 1 2 3 2 1 1 1 3 1 3 2 2 1 23 0.065
K 1 1 2 1 2 3 1 2 1 3 2 1 2 22 0.062
L 2 3 2 2 1 3 2 3 1 2 3 2 3 29 0.083
M 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0.076
N 1 3 2 1 1 3 1 2 1 3 2 1 2 23 0.065
Total 353 1
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung
Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 5

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 1 2 1 2 3 1 3 1 1 3 1 1 3 23 0.067
B 3 3 2 2 3 3 3 1 2 3 2 2 3 32 0.094
C 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 19 0.056
D 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 21 0.061
E 2 3 3 1 3 1 1 2 1 3 1 1 1 23 0.067
F 1 1 2 1 1 2 3 1 1 2 1 1 2 19 0.056
G 1 1 3 3 1 3 3 1 1 3 2 2 1 25 0.073
H 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 18 0.053
I 2 3 3 1 2 1 2 2 1 3 1 2 1 24 0.070
J 3 2 3 2 2 1 2 3 1 3 2 2 3 29 0.085
K 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 19 0.056
L 3 2 3 2 2 1 2 3 1 2 3 2 1 41 0.120
M 2 2 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 28 0.082
N 1 1 2 3 1 2 2 2 1 1 2 1 2 21 0.061
Total 342 1
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung
Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 6

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 2 1 1 3 1 1 3 2 1 3 1 2 1 22 0.063
B 2 3 2 1 3 2 1 1 3 1 1 1 1 22 0.063
C 3 2 1 2 2 3 1 2 2 2 1 2 1 24 0.070
D 3 3 1 1 3 2 3 1 2 2 1 1 1 24 0.070
E 1 1 1 2 2 2 1 3 2 2 3 3 2 25 0.072
F 2 1 1 2 2 1 2 2 3 1 2 3 2 24 0.070
G 2 3 2 2 1 3 2 3 3 2 2 1 2 28 0.080
H 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 3 25 0.072
I 2 3 3 1 3 1 2 2 1 2 2 1 2 25 0.072
J 2 1 2 2 3 1 3 3 3 2 2 3 2 29 0.083
K 2 2 3 1 3 1 2 2 1 1 2 1 3 24 0.070
L 1 3 2 3 2 1 2 1 3 3 2 2 3 28 0.080
M 2 2 2 2 2 1 1 3 2 1 3 3 2 26 0.075
N 3 2 1 2 1 3 1 1 2 1 1 2 1 21 0.060
Total 347 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha
Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 1

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 3 3 3 1 2 3 3 3 3 1 3 3 1 32 0.095
B 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 19 0.057
C 1 2 1 1 1 3 2 3 3 1 3 3 1 25 0.075
D 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 20 0.060
E 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 22 0.066
F 2 2 3 3 2 2 2 3 3 1 3 3 3 32 0.095
G 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 23 0.069
H 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 25 0.075
I 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 19 0.057
J 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 18 0.054
K 3 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 29 0.087
L 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 20 0.060
M 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 3 21 0.063
N 1 3 3 3 2 1 2 2 2 2 2 3 3 29 0.087
Total 334 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha
Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 2

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 2 2 2 2 1 2 3 3 3 1 3 3 3 30 0.085
B 2 2 2 1 1 2 1 3 2 1 2 2 1 22 0.062
C 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 3 1 21 0.060
D 1 2 3 2 1 2 2 1 3 1 2 1 2 23 0.065
E 2 3 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 2 33 0.093
F 2 3 3 3 2 2 1 1 1 3 3 3 3 30 0.085
G 2 2 2 2 1 1 2 1 3 1 2 2 1 22 0.062
H 1 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 1 23 0.065
I 1 1 1 1 1 1 2 3 2 1 3 3 2 22 0.062
J 1 1 1 2 1 1 3 1 2 1 2 2 3 21 0.060
K 3 3 3 1 1 1 3 3 1 3 3 3 2 30 0.085
L 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 21 0.060
M 1 1 1 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 24 0.068
N 3 3 3 3 2 1 3 3 2 2 3 2 1 31 0.088
Total 353 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha
Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 3

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 2 2 2 1 1 3 3 3 3 1 3 3 3 30 0.090
B 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 2 2 2 28 0.084
C 1 2 2 3 1 2 2 1 1 1 2 1 3 22 0.067
D 3 2 2 1 3 2 2 3 1 1 2 2 1 25 0.075
E 1 1 1 1 2 1 2 2 3 1 2 2 1 22 0.066
F 2 2 1 3 1 2 1 1 2 3 3 1 1 23 0.069
G 2 1 2 2 1 1 2 1 1 3 1 1 2 20 0.060
H 1 2 2 2 3 1 3 1 3 2 2 1 1 24 0.072
I 1 1 1 3 1 3 2 1 1 3 3 1 2 23 0.069
J 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 3 20 0.060
K 3 1 3 1 1 2 1 2 1 3 3 2 2 25 0.075
L 2 3 2 2 1 1 2 1 1 2 1 3 3 24 0.072
M 2 1 2 2 2 3 2 1 3 1 3 1 2 25 0.075
N 1 1 1 2 1 3 1 1 2 2 2 2 3 22 0.066
Total 333 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha
Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 4

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 3 3 3 2 2 3 2 3 3 1 1 1 1 28 0.085
B 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 3 1 3 21 0.063
C 1 2 2 1 1 2 3 1 2 1 3 1 2 22 0.066
D 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 21 0.063
E 2 3 3 3 2 3 3 2 2 1 1 1 2 28 0.085
F 1 1 1 1 2 1 2 3 3 3 2 2 3 25 0.076
G 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 21 0.063
H 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 24 0.073
I 2 1 2 1 2 1 1 3 2 1 2 1 2 21 0.063
J 1 1 3 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 21 0.063
K 3 3 3 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 29 0.088
L 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 21 0.063
M 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 21 0.063
N 3 3 3 3 2 1 3 2 2 2 2 1 1 28 0.085
Total 331 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha
Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 5

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 3 3 3 2 1 3 2 3 3 1 3 3 1 31 0.090
B 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 19 0.055
C 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 17 0.049
D 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 21 0.061
E 2 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 2 26 0.075
F 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 31 0.090
G 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 22 0.064
H 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 22 0.064
I 3 3 3 3 2 1 3 2 2 1 2 2 2 29 0.083
J 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 19 0.055
K 3 3 3 3 2 1 3 1 3 3 2 2 2 31 0.090
L 1 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 1 24 0.070
M 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 22 0.064
N 3 3 3 3 2 1 3 2 2 2 3 2 2 31 0.090
Total 345 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha
Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 6

Faktor A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot


Strategis
Internal
A 3 3 3 1 3 3 3 3 1 1 2 2 2 30 0.085
B 2 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 2 2 28 0.080
C 2 1 3 1 2 1 3 1 2 2 1 2 2 23 0.066
D 1 2 2 2 1 3 2 2 3 1 2 2 3 26 0.074
E 2 3 2 1 3 2 2 1 2 1 2 1 3 25 0.071
F 1 1 3 3 2 1 1 2 1 3 1 2 3 24 0.068
G 2 3 1 3 1 2 2 1 1 2 3 1 2 24 0.068
H 1 1 2 2 3 1 3 1 3 2 3 2 1 25 0.071
I 2 1 3 3 1 1 2 3 1 3 1 1 1 23 0.066
J 3 2 2 1 1 1 2 3 2 1 3 1 2 24 0.069
K 2 2 3 3 1 2 1 2 1 1 3 1 3 25 0.071
L 3 3 1 2 1 1 2 1 1 2 2 3 2 24 0.069
M 2 1 3 1 3 1 2 3 2 2 2 1 2 25 0.071
N 1 3 2 2 3 2 1 1 3 1 2 1 3 25 0.071
Total 351 1
ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA
WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN
BOGOR

Oleh :
Dian Anggraini
A14102664

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
DIAN ANGGRAINI. Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha
Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Di bawah
bimbingan YUSMAN SYAUKAT

RINGKASAN
. Sektor informal yang terbukti mampu membantu mengurangi terjadinya
pengangguran adalah usaha kecil. Salah satu bentuk usaha kecil yang banyak
berdiri adalah warung tenda pecel lele. Usaha ini banyak didirikan di sepanjang
jalan-jalan utama di berbagai kota besar di Indonesia tidak terkecuali Kota Bogor
yang dekat dengan Kota Jakarta. Usaha warung tenda pecel lele adalah salah satu
warung tenda yang banyak berdiri di Jalan Pajajaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi profil dan karakteristik
pedagang warung tenda pecel lele, menganalisis pendapatan usaha warung tenda
pecel lele dan memformulasi strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada usaha
warung tenda pecel lele.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap identifikasi
lingkungan internal dan eksternal usaha. Identifikasi lingkungan internal
dilakukan pada analisis fungsi pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan
keuangan. Sedangkan lingkungan eksternal yang dianalisis adalah lingkungan
makro dan mikro. Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan dengan
menggunakan matriks IE dan matriks SWOT.
Dari hasil identifikasi profil dan karakteristik diketahui bahwa pemilik
warung tenda pecel lele sebagian besar berasal dari suku Jawa khususnya daerah
Lamongan, Jawa Timur. Menurut informasi dari pemilik warung tenda sebagian
besar merantau ke luar daerah sejak usia remaja.
Pendapatan usaha rata-rata yang didapat oleh pemilik warung tenda pecel
lele selama satu bulan adalah Rp 50.980.000 sedangkan total biaya rata-rata yang
dikeluarkan adalah Rp 5.090.800 dan keuntungan rata-rata sebesar Rp 12.
078.600. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) rata-rata
sebesar 1,31 yang menunjukkan bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan dalam usaha warung tenda pecel lele menghasilkan penerimaan rata-
rata sebesar 1,31 rupiah.
Nilai total skor pembobotan matriks IFE dan EFE yang didapat masing-
masing sebesar 2,503 dan 2,680. Berdasarkan kombinasi nilai matriks IFE dan
EFE dan dipetakan pada matriks IE, posisi usaha warung tenda pecel lele berada
pada sel V dan strategi yang sesuai adalah strategi hold and maintain. Strategi
yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar (market penetration) dan
pengembangan produk (product development).
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT diperoleh strategi yaitu :
Strategi S-O adalah meningkatkan kualitas produk yang dijual dan
mengembangkan fasilitas pesan antar. Strategi W-O adalah melakukan promosi
yang lebih baik lagi untuk menarik konsumen baru, membenahi kondisi internal
usaha seperti meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha
khususnya pada kegiatan produksi. Strategi S-T adalahmempertahankan hubungan
kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku untuk menjaga kontinuitas
bahan baku. Strategi W-T adalah mempermudah akses pinjaman modal sangat
diharapkan dan pengembangan kemampuan manajerial bagi pemilik usaha
merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan.
ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA
WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN
PAJAJARAN BOGOR

Oleh
DIAN ANGGRAINI
A14102664

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
Judul : Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha
Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran
Bogor
Nama : Dian Anggraini
NRP : A14102664

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec


NIP. 131 804 162

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr


NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus : 29 Agustus 2006


PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL


“ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA
WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN
BOGOR” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI
DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA
SUATU PERGURUAN TINGGI MANAPUN.

Bogor, Agustus 2006

Dian Anggraini
A14102664
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 26 April 1981 sebagai anak


kedua dari empat bersaudara yang dilahirkan dari pasangan Alm. Bapak
Listomzon dan Ibu Nasroh Nursilawati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah 1
Palembang dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan
pendidikan tingkat pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Palembang
dan lulus pada tahun 1996 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Atas Negeri 2 Palembang dan lulus pada tahun 1999.
Pada tahun 1999 penulis diterima sebagai mahasiswa pada program
Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada
tahun 2002. Pada tahun 2003 penulis diterima pada Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Pendapatan dan Strategi
Pemasaran Usaha Warung Tenda di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor” ini dengan
baik. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan penulis sebagai syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2006

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur Penulis panjatkankehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran
Usaha Warung Tenda di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor ini dengan baik
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang
telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dan doa yang akan selalu
penulis kenang dan syukuri. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta waktunya kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator proposal penelitian serta
masukan-masukannya kepada penulis.
3. Muhammad Firdaus SP, M.Si atas kesediaannya selaku dosen penguji dan atas
masukan-masukannya kepada penulis.
4. Ir. Murdianto, MS. atas kesediaannya selaku dosen komisi akademik dan atas
masukan-masukannya kepada penulis.
5. Ayahanda Alm. dan Ibunda yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang
tulus, dukungan moril dan materil serta kakak dan kedua adikku.
6. Para pemilik warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor yang telah
memberikan waktunya dalam wawancara yang telah dilakukan.
7. Sandaru, Dewi, Rangga sebagai saudara seperjuangan dalam menata masa
depan yang kita mulai bersama dari tempat ini.
8. Teman-teman sebimbingan Suci, Wahyu, Ajeng, Nimas dan Shinta.
9. Warga kostan Vilma (Yudi, Ardi, Sigit, Imron, Lutfi, Wanso, Ridho, Hendri,
M’Astri, M’Silvana, T’Murni, A’ Endang, Syawal, Mursal, Andriani dan
suami) atas saran, persaudaraan, diskusi dan kebersamaannya selama ini.
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv


DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 6
2.1 Pemasaran .................................................................................................. 6
2.1.1 Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan ........................................... 6
2.1.2 Produk ............................................................................................... 6
2.1.3 Nilai................................................................................................... 6
2.1.4 Pertukaran dan Transaksi .................................................................. 7
2.1.5 Hubungan dan Jaringan..................................................................... 7
2.1.6 Pasar .................................................................................................. 8
2.1.7 Pemasar dan Calon Pembeli.............................................................. 8
2.2 Pengertian Strategi ..................................................................................... 8
2.3 Manajemen Strategis.................................................................................. 9
2.4 Strategi Pemasaran ..................................................................................... 10
2.4.1 Bauran Pemasaran............................................................................. 11
2.5 Sejarah Bisnis Warung Tenda.................................................................... 14
2.6 Tinjauan Studi Terdahulu........................................................................... 15
III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................... 17
3.1 Analisis Lingkungan Pemasaran ................................................................ 17
3.1.1 Lingkungan Internal .......................................................................... 17
3.1.2 Lingkungan Eksternal ....................................................................... 18
3.1.3 Matriks Internal Factor Evaluation dan External Facto r
Evaluation ........................................................................................ . 21
3.1.4 Matriks Internal External ................................................................. 22

Anda mungkin juga menyukai