Oleh :
MASAYU AZKA LATHIFAH
A14102691
Skripsi
Oleh :
Masayu Azka Lathifah
A14102691
Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana
Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
1981, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, puteri dari pasangan bapak
Palembang pada tahun 1987 dan selanjutnya lulus pada tahun 1993 di sekolah
dasar Negeri IV Cilegon, Banten. Pada tahun 1996 penulis berhasil menyelesaikan
meneruskan pendidikan tingkat atas dan lulus pada tahun 1999 dari SMU Negeri I
Cilegon, Banten.
Bogor, melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada program Diploma
III Manajemen Agribisnis dan lulus pada tahun 2002. Pada bulan Mei 2003 penulis
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan
Produksi Cocoa Butter dan Cocoa Powder Pada PT Cacao Wangi Murni,
Tangerang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kombinasi
tingkat produksi yang optimal, serta mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat
bahan informasi bagi semua pihak yang memerlukannya. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pada Program Sarjana Ekstensi
6. Mama dan papa tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral
maupun material serta kasih sayang dan doanya selama ini. Adekku Ila dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini : Santi, Veni, Ika, Rizkiana, Eka,
11. Teman-teman di Cidangiang 20 Umi, Nina, Lulu, Retno, Dedeh, Dede dan
Halaman
DAFTAR ISI…………………………………………………………... i
DAFTAR GAMBAR.…………………………………………….…… iii
DAFTAR TABEL......…………………………………………….…… iv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….. v
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………... 5
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………….. 8
1.4 Kegunaan Penelitian………………………………………….. 8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................…………….. 61
LAMPIRAN......................................................................…………….. 63
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Operasi Sebagai Suatu Sistem Produktif……………………… 12
2. Kurva Kemungkinan Produksi ………………………………... 20
3. Bagan Kerangka Pemikiran Konseptual Optimalisasi Produksi 29
Cocoa Butter dan Cocoa Powder Pada PT. Cacao Wangi
Murni,Tangerang..……………………………………………...
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produksi Perkebunan Kakao Seluruh Indonesia Menurut 3
Pengusahaan (Ton)…………………………………………….
2. Volume Ekspor Kakao Indonesia…………………………….. 3
Nomor Halaman
1. Hasil Olahan Solusi Optimal…………………………………… 63
2. Ketersediaan jam kerja mesin PT CWM Tahun 2004…………. 66
3. Perhitungan Rinci Tentang Koefesien Mesin Pada PT CWM 67
Tahun 2004……………………………………………………
I. PENDAHULUAN
pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup strategis dalam Produk
Domestik Bruto Nasional. 1Hal ini terlihat bahwa selama 10 tahun terakhir ini,
yaitu rata-rata empat persen per tahun. Selain dituntut harus mampu menciptakan
swasembada pangan, sektor ini juga harus mampu menyediakan lapangan dan
kesempatan kerja, serta pengadaan bahan baku bagi industri hasil pertanian. Selain
hal tersebut di atas, pertanian juga dituntut untuk meningkatkan perolehan devisa
negara dengan jalan meningkatkan volume dan nilai ekspor hasil pertanian.
penting. Hal ini disebabkan semakin terbatasnya peranan minyak bumi yang
selama ini merupakan sumber devisa utama bagi Indonesia. Dengan demikian,
migas. Peranan ekspor non-migas meningkat terus dari 60,8 persen pada tahun
1989 menjadi 77,6 persen pada tahun 2003. Adapun peranan ekspor migas dari
tahun ke tahun menunjukkan arah perkembangan yang terus menurun pada tahun
1989 peranan ekspor migas mencapai hingga 39,2 persen, namun pada tahun 2003
hanya 22,4 persen. Hal tersebut menandakan bahwa struktur ekspor Indonesia
1
www.bi.go.id/sipuk/siabe/index1. 16 Maret 2005
Salah satu komoditas non-migas perkebunan yang sangat penting dalam
pertanian mencapai 16,2 persen (410,5 juta dolar AS). Komoditi kakao ini terutama
dipasarkan ke Malaysia senilai 206,3 juta dolar AS, Amerika Serikat sebesar 90,0
juta dolar AS, Singapura 53,4 juta dolar AS dan Brasil 31,2 juta dolar AS.
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, yaitu masing-masing sebesar 184,6 ribu
(Ton)
Tahun Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara Perkebunan Besar Rakyat Total
1990 97.418 27.016 17.913 142.347
1991 119.284 35.463 20.152 174.899
1992 145.563 35.993 25.519 207.147
1993 187.529 40.638 29.892 258.059
1994 198.001 42.086 29.894 269.981
1995 231.992 40.933 31.941 304.866
1996 304.013 36.456 33.53 373.999
1997 263.846 35.644 30.729 330.219
1998 369.887 46.307 32.733 448.927
1999 304.549 37.064 25.862 367.975
2000 363.628 34.79 22.724 421.142
2001 476.924 33.905 25.975 536.804
2002 511.379 34.083 25.693 571.155
Coast dan Ghana. Produksi kakao Indonesia setiap tahunnya mencapai lebih dari
setengah juta ton, namun sekitar 80 persen dari produksi tersebut diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan ekspor (Lihat Tabel 1 dan Tabel 2). Hal ini disebabkan
yang ditujukan untuk negara Amerika Serikat, Malaysia, Singapura dan Brasil.
Salah satu produk olahan kakao adalah cokelat. Cokelat yang selama ini
positif terhadap kesehatan manusia. Adapun beberapa manfaat cokelat yang baik
bagi kesehatan manusia antara lain : cokelat dapat menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler, mengobati batuk, sebagai antioksidan yang dapat membantu
melindungi diri dari penyakit serius seperti kanker, dan untuk melindungi diri dari
serangan stroke karena cokelat dapat membantu mencegah pembekuan darah dan
maka hal di atas dapat menjadi stimulan agar meningkatkan produksinya untuk
dijual. Peningkatan produksi ini dengan sendirinya harus didukung oleh suatu
sistem pengadaan bahan baku yang baik, karena tanpa adanya pengadaan bahan
baku suatu industri atau perusahaan tidak dapat melakukan proses produksinya
untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. Oleh sebab itu sistem pengadaan bahan
perusahaan.
konsumen pada saat yang tepat sehingga konsumen tidak lari atau berpindah ke
perusahaan lain. Hal ini dikarenakan persaingan yang ketat antara perusahaan yang
satu dengan yang lainnya. Selain itu juga jika dilihat dari segi produksi jika
2
www.vision.net.id/detail.php/18 February 2005
1.2. Perumusan Masalah
PT. Cacao Wangi Murni merupakan salah satu industri yang mengolah biji
kakao untuk dijadikan cocoa powder dan cocoa butter. Biji kakao yang merupakan
bahan baku utama dalam proses produksi perusahaan memiliki kendala dalam hal
mencapai lebih setengah juta ton, namun sekitar 80 persen di antaranya diarahkan
industri pengolahan kakao dalam negeri. Para produsen kakao lebih tertarik untuk
mengekspor biji kakao karena harganya yang jauh lebih tinggi dari pada
Selain itu juga kendala yang dihadapi oleh industri pengolahan kakao
adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk pembelian bahan baku biji kakao.
Dampak dari pengenaan PPN yang dianggap terlalu tinggi sangat memberatkan
para pelaku bisnis yang bergerak dalam industri kakao. Hal tersebut dapat
untuk memperoleh bahan baku biji kakao karena harus bersaing dengan para
kakao yang akan digunakan dalam setiap proses produksi. Oleh sebab itu, masalah
3
www.antara.co.id/seenws/18 Feb 2005
pengadaan bahan baku merupakan salah satu masalah penting yang harus dihadapi
oleh setiap industri coklat. Kondisi tersebut dianggap tidak menguntungkan dunia
usaha, sebab bila PPN tersebut dihapuskan maka semua kapasitas terpasang dari
industri pengolahan kakao yang ada di dalam negeri akan beroperasi penuh
Dampak dari permasalahan tersebut di atas, hingga akhir tahun 2004 jumlah
dalam negeri tersebut akan mematikan industri pendukung lainnya seperti industri
kakao harus memberikan perhatian yang besar terhadap masalah pengadaan bahan
baku untuk menjamin tersedianya bahan baku yang akan digunakan dalam proses
merupakan bagian atau porsi yang besar yang tercantum dala m neraca. Persediaan
yang terlalu besar maupun terlau kecil dapat menimbulkan masalah-masalah yang
cermat dan seefesien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat produksi tertentu.
Oleh sebab itu, perusahaan perlu memperhitungkan kebutuhan bahan baku yang
akan digunakan dalam proses produksi sehingga pada akhirnya bahan baku yang
dibeli akan digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan perusahaan tidak
mengalami kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Selain itu juga perusahaan
yang tersedia dapat digunakan secara optimal sehingga diperoleh tingkat kombinasi
perusahaan adalah apakah bahan baku sudah tercukupi atau belum, bagaimana
kapasitas mesin yang tersedia, serta apakahkah jam tenaga kerja langsung yang
produksi yang efisien, sehingga perusahaan dapat menekan biaya produksi dan
3. Sejauh mana solusi optimal yang dihasilkan dapat diterapkan bila terjadi
perubahan-perubahan?
yang optimal.
perubahan-perubahan.
berasal dari hutan tropis Amerika Selatan. Oleh bangsa Maya buah tanaman
tersebut disebut ka-ka-wa dan dalam bahasa Nahuatl disebut xocoatl. Kemudian
oleh Linnaeus, tanaman tersebut diberi nama Theobroma yang berarti makanan
Tanaman kakao dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1350 mm.
Untuk penanaman di daerah lempung, curah hujan maksimum adalah 1500 mm,
sedangkan untuk tanah berpasir diperlukan curah hujan yang lebih tinggi karena
daya simpan air di daerah ini kurang baik. Di Indonesia, tanaman kakao
dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar di beberapa tempat, antara lain di
Jawa Timur, Sulawesi (Selatan, Tengah dan Tenggara), Sumatera (Utara dan
rakyat pada umunya adalah kakao jenis Forastero (bulk cocoa atau kakao landak),
Criolo (fine cocoa atau kakao mulia) dan hibrida (hasil persilangan antara jenis
digolongkan menjadi sesuai (S1), cukup sesuai (S2), agak sesuai (S3) dan tidak
sesuai (N). Penilaian tersebut didasarkan atas kondisi agroklimat, sifat fisik dan
kimia tanah.
Sistematika tanaman kakao menurut Susanto dalam Rohaeni (2003), adalah
sebagai berikut :
Divisio : Spermathophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
penghidupan bagi jutaan petani produsen, kakao juga sebagai salah satu bahan
penyedap yang sangat dibutuhkan untuk produksi makanan, kue -kue, dan berbagai
jenis minuman. Selain itu kakao merupakan sumber lemak nabati yang memiliki
keistimewaan yaitu dapat meleleh atau mencair pada suhu di mulut. Sedangkan
cangkang kakao (pod) dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan pakan
ternak dan produksi pektin. Biji kakao mengandung zat gizi yang penting. Adapun
Hasil proses pengolahan dari biji kakao diantaranya adalah cocoa powder
dan cocoa butter. Cocoa butter merupakan bahan yang sangat diperlukan oleh
Selain itu cocoa butter juga sangat diperlukan oleh industri-industri farmasi dan
penelitian ini lebih merumuskan pada suatu sistem pengendaliaan bahan baku bagi
perusahaan sebagai alternatif yang dapat dipilih dalam rangka mencapai optimalitas
(efesiensi) produksi. Dalam hal ini PT XYZ menggunakan klasifikasi ABC untuk
disusun turut memperhatikan faktor -faktor selain harga dan jumlah penggunaan
bahan baku. Faktor -faktor tersebut antara lain jumlah permintaan pasar terhadap
produk akhir, harga jual produk akhir, ketersediaan bahan baku, serta penggunaan
sumberdaya mesin dan tenaga kerja orang. Pertimbangan faktor-faktor tersebut
beserta nilai ekonomis masing-masing bahan baku dilihat dari sisi keuntungan
perusahaan. Oleh sebab itu, terdapat perbedaan jumlah kebutuhan bahan baku
menurut per usahaan (MFP) dan menurut pendekatan linear programming (MFLP)
pasar terhadap produk akhir. Pendekatan model linear programming pada hasil
rotan di PT Dilmoni Citra Mebel Indonesia (CMI) Cirebon Jawa Barat. Alat
dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi mebel rotan pada periode bulam Mei
2003 yang dijalankan perusahaan sudah optimal, karena jumlah dan kombinasi
produksi pada kondisi aktual sama dengan kondisi optimal yaitu sebesar 2886 unit.
optimal, walaupun pada sumberdaya cat dasar, kulit rotan, sanding sealer dan top
coat memiliki jumlah sisa hanya sedikit tapi tetap berlebih. Sumberdaya yang
sangat berlebih ketersediannya adalah rota n batang dan jam tenaga kerja langsung.
Penggunaan jam tenaga kerja langsung melebihi kapasitas optimal, oleh karena itu
terjadi jam tenaga kerja langsung menganggur yang besar. Hasil olahan dengan
menggunakan linear programming memperlihatkan bahwa target produksi sudah
optimal.
bahan baku pada pabrik gula, yang merupakan studi kasus pada P.G. Mojo, Sragen,
Jawa Tengah, diketahui bahwa pengadaan bahan baku di PG. Mojo belum optimal.
Dalam hal ini peneliti menggunakan model linear programming dengan 28 kegiatan
dan dan jumlah tebu tergiling lebih besar, serta jumlah gula yang lebih kecil
Rp. 2.730.605.284,-.
Bahan Baku Dan Optimalisasi Produksi Nata De Coco Pada PT. Menacoco Sari
linear menunjukkan tingkat produksi optimal lebih tinggi dari pada tingkat
produksi aktual. Pada kondisi aktual perusahaan memproduksi nata de coco sebesar
3072415 unit. Sedangkan berdasarkan hasil olahan program linear, nata de coco
yang dihasilkan sebesar 3106884 unit, yang mana nata de coco kemasan 220 gram
unit dan 99799 unit. Untuk produk nata de coco kemasan 240 gram dikurangi
baku gula, penggunaan jam kerja pengemasan dan jam kerja mesin masih berlebih
ketersediannya pada kondisi optimal. Sedangka bahan baku nata mentah dan jam
sumber daya menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna. Masukan-
masukan ke dalam sistem ini adalah bahan mentah, tenaga kerja, modal, energi dan
teknologi proses yang merupakan metode atau cara tertentu yang digunakan untuk
tergantung pada jumlah bahan baku, mesin dan modal yang digunakan dalam
proses produksi. Adapun fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai
berikut :
q = f ( K, L, M,……)
dan jam tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Untuk
yang maksimal dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi dan garis
isorevenue.
Masukan
Masukan
Bahan Mentah
Tenaga Kerja
Barang-
Modal Proses Barang
atau Jasa-
Energi Transforma Jasa
Informasi si
(konversi)
transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa.
(Handoko,1997). Oleh sebab itu tugas manajer produksi dan operasi adalah
berbagai keluaran (output) dalam kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan
proses produksi tanpa adanya bahan baku suatu proses produksi tidak akan berjalan
lancar, maka untuk menghadapi persaingan bebas setiap perusahaan dituntut untuk
caranya adalah dengan tetap menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk
yang dihasilkannya agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Hal
tersebut dapat dicapai jika sistem pengadaan bahan baku dalam perusahaan dapat
berjalan dengan baik sehingga dapat menjamin kelancaran dari proses produksi.
Menurut Mulyadi dalam Touana (2003), bahan baku merupakan bahan yang
Merupakan bagian dari produk jadi yang dipergunakan dalam jumlah kecil
3. Perlengkapan (Suppliers)
digolongkan atas tiga kriteria yaitu bahan mentah, parts dan suppliers. Bahan
mentah merupakan bagian terbesar dari barang jadi dan merupakan bagian
dari produk jadi yang dipergunakan dalam jumlah kecil, sedangkan suppliers
adalah bagaimana memperoleh output dari input yang ada secara efesien atau
bagimana mengoptimalkan produksi dengan input yang ada. Untuk itu dengan
keterbatasan input yang ada perusahaan harus melakukan produksi yang optimal
agar dapat mencapai keuntungan yang maksimal. Oleh sebab itu, pihak perusahaan
yang maksimal dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi dan garis
(output) yang dapat dihasilkan oleh satuan ekonomi tertentu dengan menggunakan
kombinasi dari output yang dihasilkan dengan menggunakan jumlah input yang
tertentu.
Gambar 2, KKP antara dua barang X1 dan X2 ditunjukkan oleh daerah OAEB.
boundary) yang membatasi antara kombinasi produksi yang dapat dicapai dan yang
tidak dapat dicapai. Titik-titik yang disebela h kiri- bawah kurva merupakan
kombinasi produk yang dicapai tanpa menghabiskan sumber daya yang ada,
bisa dicapai karena sumber daya tidak cukup untuk memproduksi kedua jenis
barang tersebut.
garis isorevenue yaitu pada titik E. Dimana pada titik E merupakan kombinasi
dengan sumber daya pada tingkat tertentu. Pada titik E pula, ditunjukkan bahwa
tingkat substitusi marjinal (MRS) individu sama dengan tingkat dimana X1 dapat
seorang individu bersedia untuk mengurangi konsumsi dari 1 jenis barang jika ia
ingin mendapatkan tambahan 1 unit barang lain. Sedangkan RPT merupakan slope
dari batas kemungkinan produksi yang menunjukkan biaya oportunitas yang
terlibat dalam memproduksi suatu produk lebih banyak dengan mengurangi produk
lainnya. Dengan kata lain pada titik E tersebut, tingkat transformasi marjinal dari
kedua output sama dengan rasio harga kedua output tersebut. Secara matematik
PX 2 ∆X 1 PX 2
MRTX 1, X 2 = ; =
PX 1 ∆X 2 PX 1
penerimaan yang dihasilkan lebih rendah dari TR2 dan masih ada sumber
Output
daya yang X2
berlebih.
A
a
E
Output X1
O B TR1 TR 2
3.1.5. Optimalisasi
Optimalisasi dapat diartikan sebagai pencapaian keluaran tertentu dengan
menggunakan masukan yang paling sedikit atau dengan kata lain proses yang
mungkin.
tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diabaikan
sehingga dalam menentukan nilai maksimal dan minimal tidak terdapat batasan
untuk berbagai pilihan yang tersedia. Pada kasus tanpa kendala ini kondisi order
peningkatan lebih lanjut adalah nol. Dalam istilah matematika kondisi order
pertama untuk sebuah optimum mengharuskan semua derivatif parsial sama dengan
nol.
fungsi tujuan diperhatikan dan turut menentukan titik maksimum dan minimum
faktor yang digunakan dalam proses produksi seperti tenaga kerja (men) , uang
(money), dan material yang merupakan input serta ruang dan waktu.
Masalah optimalisasi dapat diselesaikan dengan menggunakan salah satu
berkendala dimana semua fungsi baik fungsi tujuan maupun fungsi kendala
berbagai tujuan yang telah ditetapkan yaitu maksimasi laba atau minimisasi biaya
optimal, yaitu suatu hasil yang mencerminkan tercapainya sasaran tertentu yang
masing nilai variabel sedemikia n rupa sehingga nilai fungsi tujuan atau obyektif
sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Problem ini
dicirikan oleh sejumlah solusi untuk memenuhi kondisi-kondisi dasar dari setiap
problem.
Dalam linear programming dikenal dua macam fungsi yaitu fungsi tujuan
dan fungsi batasan. Fungsi tujuan dalah fungsi yang menggambarkan tujuan atau
maksimal atau biaya minimal, dimana nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan
tersebut.
Cj : kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan (xj) dengan satu
terhadap nilai Z.
sebagai berikut, jika seorang produsen mempunyai m bahan mentah dan ingin
memproduksi jenis produk dimana setiap jenis produk menggunakan semua jenis
bahan mentah dengan proporsi tertentu. Dari berbagai jenis produk yang diproduksi
akan dijual. Persoalan yang timbul, berapa besarnya masing-masing jenis produk
banyaknya).
Dimana :
produkj.
xj unit
1. Proportionality.
Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber
atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding (proportional) dengan
sumber atau fasilitas 1 dengan a12, dan seterusnya. Dengan kata lain, setiap ada
kenaikan kapasitas rill tidak perlu ada biaya persiapan (set up cost).
2. Additivity.
Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling
mempengaruhi, atau dalam LP dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z) yang
3. Divisibility.
setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecaha n. Demikian pula dengan nilai Z yang
dihasilkan.
4. Deterministic.
Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model
LP (aij , bi , cj) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.
secara manual dengan bantuan metode simpleks. Selain itu pula dalam LP
yang turut bersaing harus mempunyai keunggulan dari perusahaan lain dalam
mampu memenuhi kepuasan konsumen yang merupakan salah satu tolak ukur
Oleh sebab itu perlu adanya sistem pengadaan bahan baku yang efektif
yang dapat menjamin kelancaran suplai bahan baku sehingga menjamin kelancaran
proses produksi. Selain itu juga agar perusahaan dapat berproduksi secara efesien
kualitas yang diharapkan konsumen dan dapat mencapai tujuan penjualan yang
Biji kakao merupakan bahan baku utama didalam proses produksinya untuk
menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder. Namun, dalam memperoleh bahan
baku tersebut perusahaan harus bersaing dengan para eksportir yang lebih tertarik
untuk menjual biji kakao ke luar negeri dari pada menjualnya ke industri
pengolahan kakao lokal. Hal tersebut dapat didukung apabila nilai tukar rupiah
melemah yang dapat menyebabkan harga dolar naik. Selain itu pula kendala yang
dihadapi adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk pembelian biji kakao.
Kendala tersebut menuntut adanya alokasi sumberdaya yang cermat dan seefesien
analisisnya. Dari model ini akan dihasilkan analisis primal, analisis dual dan
analisis sensitivitas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipelajari bagaimana
optimalisasi produksi cocoa butter dan cocoa poder pada PT. Cacao Wangi Murni.
Identifikasi Kondisi Optimalisasi Produksi
Tujuan Perusahaan
Memaksimumkan Pengadaan
Bahan baku
Kendala
PPN 10 Persen
Penelitian dilakukan pada PT. Cacao Wangi Murni (PT CWM) yang
mempunyai lokasi berupa kantor pusat di Jalan Kali Besar Barat No 50B Jakarta
Barat, sedangkan pabrik pengolahannya berada di Jalan Industri VI Blok L/3 Jati
pengolahan cacao yang berdiri sejak 1987. Adapun pelaksanaan penelitian ini
Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
lapangan serta wawancara dengan para staff atau petugas lapangan pada PT.
CWM. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, bahan
Melalui analisis primal dapat diketahui kombinasi produk (Xj) terbaik yang
dapat menghasilkan tujuan (Z) maksimum, yaitu keuntungan yang paling besar
analisis ini dapat dibandingkan dengan produksi aktual yang selama ini dilakukan
akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah satu satuan. Melalui
analisis dual dapat diketahui penilaian terhadap sumberdaya, yaitu dengan melihat
slack atau surplus dan nilai dualnya. Jika nilai slack atau surplus > 0 dan nilai
juga sebaliknya. Jika sumberdaya memiliki nilai dual > 0 menunjukkan bahwa
sumberdaya langka dan termasuk dalam kendala yang aktif, yaitu kendala yang
membatasi nilai fungsi tujuan. Nilai dual juga dapat digunakan untuk membantu
perusahaan untuk tetap melakukan pembelian. Sehingga nilai dual sangat berperan
koefisien fungsi tujuan dan sisi sebelah kanan kendala mempengaruhi solusi
optimal. Hal ini penting mengingat bahwa masalah dunia nyata merupakan
lingkungan yang dinamis, seperti harga bahan baku yang berubah yang dapat
menyebabkan manajer harus menghitung ulang kontribusi laba per unit suatu
maka analisis ini sering disebut pula Post Optimality Analysis. Jadi tujuan analisis
fungsi tujuan dan sisi sebelah kanan kendala pada saat penyelesaian optimal telah
dicapai.
perusahaan merupakan selisih antara penerimaan dari tiap-tiap jenis output yang
dihasilkan dengan biaya proses produksi. Sehingga dapat dirumuskan fungsi tujuan
sebagai berikut :
Dimana :
Kendala yang dianalisis dalam penelitian ini ada lah kendala yang benar-
sehingga biaya yang digunakan pun berbeda. Kendala tersebut adalah kendala
bahan baku, kendala ketersediaan mesin, kendala jam tenaga kerja dan kendala
berikut :
∑ A Xb + B Xp ≤ N
Dimana :
∑ C Xb + D Xp ≤ M
Dimana :
∑ E Xb + F Xp ≤ K
Dimana :
5.1.1. Pendirian
dibuat dihadapan John Leonard Waworunto, SH, Notaris di Jakarta. Akta pendirian
perseroan tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak
September 1989. Namun Akta pendirian perseroan tersebut telah beberapa kali
mengalami perubahan, terakhir dengan Akta No. 90, tanggal 24 oktober 2003 yang
antar pulau dan lokal, baik untuk perhitungan sendiri maupun untuk
5.1.2. Perizinan
Perizinan yang telah dimiliki perseroan saat ini adalah sebagai berikut :
dengan tanggal 26 Juni 2007, dari pemerintah Kota Tangerang Dinas Perindustrian,
Khusus Ibukota Jakarta, Kota Jakarta Barat, Kecamatan Tambora, Kelurahan Roa
Malaka.
3. NPWP : 01.430.729.2-402.000, sesuai dengan Surat Keterangan Terdaftar No.
PT Cacao Wangi Murni memiliki lokasi berupa kantor pusat yang terletak
di Jalan Kali Besar Barat No 50-B Jakarta Barat 11230, Indonesia. Adapun lokasi
pabrik pengolahan Cocoa Butter dan Cocoa Cake terletak di Jalan Raya Serang
Tangerang, Banten. Pabrik tersebut dibangun di atas tanah seluas 11.700 M2 , atas
karyawan yang tediri dari 25 orang karyawan kantor dan 66 orang karyawan
pabrik. Karyawan yang dimiliki oleh perseroan saat ini memiliki pengalaman di
bidangnya masing-masing.
Proses pengolahan biji cacao menjadi produk jadi berupa cocoa butter dan
cocoa Powder melalui beberapa tahapan proses produksi. Adapun tahapan proses
Bahan baku utama berupa biji kakao ditransfer ke hopper cleaner untuk
diproses di mesin cleaner. Proses di mesin clener ini bertujuan untuk memisahkan
biji kakao dari benda-benda asing seperti batu, metal, debu, dan kotoran-kotoran
lainnya sehingga nantinya akan didapat bahan baku berupa biji kakao yang telah
bersih. Bahan baku berupa biji kakao yang telah bersih setelah di cleaner tersebut
di masukkan ke cylo beans. Dari cylo beans di transfer ke hopper free dryer dan
selanjutnya akan diproses di mesin free dryer. Pada mesin free dryer biji kakao
dipanaskan (disangrai) sehingga kulit yang ada pada biji kakao mencapai
kekeringan yang dikehendaki. Kulit pada biji kakao dikeringkan sesuai dengan
standart yang dikehendaki dengan tujuan agar biji kakao tersebut dapat dengan
bertujuan untuk memisahkan antara daging kakao dengan kulitnya. Daging kakao
tersebut berbentuk berasan yang dinamakan dengan Nibs, sedangkan kulit kakao
dipisahkan tersendiri. Kemudian hasil output dari mesin winower berupa Nibs
Pada mesin Reaktor ini Nibs doproses untuk mengatur warna dan aroma sesuai
membutuhkan perlakuan khusus sehingga hasil finish goodnya dapat sesuai dengan
tampung ke Hopper mesin Map Nibs, pada mesin ini Map selanjutnya Nibs akan
Biji kakao yang telah digilas hingga menjadi pasta dinamakan Massa, yang
Storage Ta nk massa tersebut digilas lagi hingga menjadi halus di mesin Fine Ball
Mill. Mesin Fine Ball Mill yang terdapat dua bagian, adapun mesin Fine Ball Mill
pertama untuk menggilas pasta menjadi setengan halus. Sedangkan mesin Fine Ball
Mill kedua untuk menggilas massa yang setengah halus menjadi halus. Untuk
selanjutnya dari mesin Fine Ball Mill kedua tersebut massa cocoa yang telah halus
tersebut diayak lagi dimesin Filter Massa sehingga kehalusan massa cocoa sesuai
Hasil massa cocoa yang sudah halus dan sesuai dengan standart
selanjutnya massa cocoa tersebut siap di press pada mesin Press. Massa cocoa
tersebut dipress dan hasil output pada mesin press tersebut ada dua macam yaitu
Cocoa Butter dan Cocoa Cake. Adapun Cocoa cake yang dihasilkan berbentuk
Selanjutnya Chips tadi digiling lagi di cocoa cake mesin Pulverizer Plant hingga
menjadi Cocoa Powder. Cocoa Powder tersebut ada yang langsung dipacking dan
untuk selanjutnya siap untuk dipasarkan. Namun jika konsumen ada yang
menginginkan atau meminta aroma powder lebih harum, maka powder tersebut
cocoa butter disaring dengan tujuan agar mendapatkan hasil cocoa butter yang
jernih. Selanjutnya cocoa butter yang telah disaring dimasukkan ke Tank Butter
bersih. Untuk selanjutnya cocoa butter tersebut ditransfer lewat mesin tempering.
Pada mesin tempering cocoa butter didinginkan pada suhu temperatur tertentu
sehingga hasil cocoa butter sesuai dengan ya ng dinginkan dan tidak menjadi Fat
Bloom. Dari mesin tempering cocoa butter selanjutnya siap untuk di packing.
Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi Cocoa Butter dan
Cocoa Powder berupa biji kakao. Biji kakao yang akan digunakan oleh perusahaan
diperoleh dari pemasok di dalam negeri diantaranya adalah makasar, lampung,
pendek. Hal tersebut dilakukan mengingat harga biji kakao sering berubah-ubah.
Karena harga biji kakao yang sering berubah-ubah tersebut perusahaan berusaha
menjalin kerjasama yang baik dengan para pemasok agar para pemasok tetap
pemasok yang lebih tertarik untuk mengekspor biji kakao mengingat harga jual
berkisar sekitar dua persen. Adapun negara-negara tujuan ekspornya antara lain
memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan agar sesuai dengan yang dinginkan
oleh konsumen. Sehingga konsumen akan merasa puas dan untuk selanjutnya loyal
melakukan kontrak jangka panjang, melainkan dengan kontrak jangka pendek. Hal
tersebut dilakukan mengingat harga produk berupa Cocoa Butter dan Cocoa
internasional. Adapun sistem pembayaran yang diterapkan adalah cash satu bulan
untuk trading sedangkan untuk buyer di luar negeri yaitu dengan Letter of Credit
pembeli tersebut.
Tabel 6. Daftar Nama dan Lokasi Pembeli Produk Pada PT. Cacao Wangi Murni
Tahun 2004.
No Nama Lokasi
1 ED & F Man Company USA, Eropa
2 Theobromo BV Company USA, Eropa
3 Unicom BV Company USA, Eropa
4 Dinex Company Eropa Timur
5 All Trade Company Eropa
6 Behn Meyer Company Eropa
Sumber : PT Cacao Wangi Murni, Juni 2004.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Cacao Wangi Murni dalam menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi pada periode January-
produk berupa cocoa butter dan cocoa powder yang dihasilkan oleh
harga jual dengan biaya produksi dari setiap jenis cocoa yang dihasilkan.
Biaya produksi disini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya
penyusutan, biaya kemasan, biaya listrik dan air, serta biaya pemasaran
Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak perusahaan harga jual dan biaya
produksi untuk masing-masing cocoa butter dan cocoa powder adalah sama selama
periode tahun 2004. Adapun perhitungan mengenai harga jual, bia ya produksi dan
keuntungan tiap jenis produk baik cocoa butter dan cocoa powder dapat dilihat
pada Tabel 6.
MemaksimumkanZ=14.616.796,47XB + 778.382,04XP
Tabel 7. Harga Jual, Biaya Produksi, dan Keuntungan Tiap Jenis Produk Tahun
2004
optimalisasi produksi cocoa butter dan cocoa powder meliputi antara lain kendala
bahan baku, kendala ketersediaan jam kerja mesin, dan kendala jam tenaga kerja
langsung.
butter dan cocoa powder adalah biji kakao. Biji kakao ini didapat perusahaan dari
pemasok biji kakao yang terdapat di berbagai daerah antara lain Makasar, Surabaya
dan Medan. Biji kakao yang digunakan perusahaan sebagai bahan baku adalah biji
kakao yang berkualitas tinggi yaitu biji cacao yang memiliki grade A. Hal tersebut
untuk menjual produknya sehingga kualitas biji cacao yang tinggi sangat
Total bahan baku yang tersedia pada periode tahun 2004 jumlahnya adalah
15.000.000 Kg atau 15000 Ton. Dalam perumusan fungsi kendala bahan baku, nilai
masing produknya yaitu cococa butter dan cocoa powder. Berdasarkan satu Ton
biji cacao yang digunakan dalam proses produksi akan selalu dihasilkan cococa
C1 XB + XP <= 15000
Dalam menghasilkan kedua jenis produk berupa cocoa butter dan cocoa
powder PT Cacao Wangi Murni menggunakan sembilan jenis mesin dalam proses
merupakan waktu yang dibutuhkan setiap jenis mesin ntuk mengolah satu ton biji
kakao. Kebutuhan jam kerja mesin tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Perhitungan
rinci tentang koefesien terdapat pada Lampiran 3. Sedangkan nilai ruas kanan
merupakan nilai dari ketersediaan jam kerja mesin selama periode tahun 2004.
Ketersediaan jam kerja mesin untuk setiap bulannya dapat dilihat dalam Lampiran
2.
Tabel 8. Koefesien Jam Kerja Mesin PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004
kerja mesin produksi dari model program linear adalah sebagai berikut :
Dalam fungsi kendala jam tenaga kerja langsung, perhitungan tenaga kerja
yang digunakan adalah tenaga kerja kerja langsung yaitu tenaga kerja yang
langsung berhubungan dengan kegiatan proses produksi. Adapun jumlah tenaga
2004 adalah sebanyak 34 Orang, dimana seluruh tenaga kerja tersebut merupakan
koefesien variabel ruas kiri merupakan jam kerja tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder selama periode January-
Desember tahun 2004. Adapun kebutuhan jam tenaga kerja di PT CWM dapat
dilihat pada Tabel 9. Produksi biji kakao setiap harinya sebanyak 40 Ton dimana
hasilnya 0.34 % berupa cocoa butter dan 0.49 % berupa cocoa powder. Sedangkan
nilai ruas kanan kendala merupakan jumlah jam tenaga kerja yang tersedia. Nilai
ruas kanan kendala diperoleh dari perkaliaan jam tenaga kerja per hari dikalikan
jumlah tenaga kerja dan dikalikan lagi dengan jumlah hari kerja tiap-tiap bulan.
Tabel 9. Koefesien Jam Tenaga Kerja Langsung Pada PT Cacao Wangi Murni
Berdasarkan ura ian di atas maka fungsi kendala jam kerja tenaga kerja
kendala bahan baku, kendala jam kerja mesin dan kendala jam tenaga kerja
dapat terlihat hasil optimal yang dapat dicapai oleh perusahaan. Hasil olahan
jumlah produksi setiap jenis cocoa butter dan cocoa powder yang seharusnya
menunjukkan kondisi produksi cocoa butter dan cocoa powder pada kondisi actual
dan optimal.
Tabel 11. Produksi Cacao Butter Dan Cacao Powder Pada Kondisi Aktual dan
Optimal Di PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004.
butter dan cocoa powder tahun 2004 adalah sebesar 4954 Ton dan 7139 Ton.
Sedangkan tingkat produksi yang optimal berdasarkan hasil olahan program linear
adalah sebesar 5100 Ton untuk cocoa butter dan 6683 Ton untuk cocoa
powder.Dengan asumsi bahwa penjualan setiap jenis cocoa butter dan cocoa
powder dalam satu tahun sama dengan jumlah produksi serta seluruh produk terjual
pada tingkat keuntungan per unit seperti pada Tabel 7, maka keuntungan
jika dibandingkan dengan tingkat keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp.
77.969.106.950,-. Berdasarkan hal tersebut jika dibandingkan maka terjadi
dengan nol, yang berarti pengembalian per unit melebihi harga bayangan (Shadow
Price) dari sumberdaya yang digunakan atau hal tersebut bisa dikatakan juga
bahwa keuntungan per unit melebihi bia yanya. Apabila suatu produk memiliki niali
reduced cost yang lebih besar dari nol, maka kegiatan atau produk tersebut tidak
Dari hasil pengolahan program linear, kegiatan yang dilakukan atau produk
yang dihasilkan oleh PT CWM memiliki nilai reduced cost sama dengan nol baik
untuk cocoa butter maupun cocoa powder. Hal tersebut menandai bahwa produk
cocoa butter maupun cocoa powder yang dihasilkan perusahaan layak untuk
persediaan bahan baku biji kakao pada kondisi aktual masih berlebih. Hal ini
terlihat dari nilai slack atau surplus yang terdapat pada hasil pengolahan dengan
program linear, kondisi tersebut disebabkan mengingat bahwa bahan baku biji
berfluktuatif baik kualitas maupun kuantitas. Oleh sebab itu, perusahaan sering kali
membeli biji kakao dalam jumlah yang lebih banyak sebagai stock (persediaan)
Pada kondisi optimal ketersediaan bahan baku biji kakao memiliki nilai sisa
artinya ketersediaan biji kakao selalu lebih besar dari jumlah biji kakao yang
diperlukan untuk memproduksi cocoa butter dan cocoa powder pada tingkat
penggunaan biji kakao antara kondisi aktual sebesar 15.000 sedangkan pada
kondisi optimal hanya sebesar 11.783,4 yang menunjukkan bahwa biji kakao
mempunyai nilai sisa atau slack sebesar 3216.6 Ton. Dimana nilai sisa atau slack
tersebut diperoleh dari selisih antara penggunaan biji kakao pada kondisi aktual dan
bahan baku biji kakao untuk menjaga kualitas bahan baku biji kakao yang
diproduksi. Oleh sebab itu perusahaan harus memiliki kerjasama yang baik
dengan perusahaan pemasok bahan baki biji kakao agar dapat menjamin
kontinuitas pengiriman bahan baku biji kakao agar nantinya dapat menjamin
dihasilkan pada tahun 2004 ternyata semua mesin belum terpakai secara optimal
karena adanya jumlah jam kerja mesin yang menganggur. Hal ini dapat dilihat dari
nilai slack atau nilai sisanya yaitu sebesar 21605.879 jam pada mesin cleaner,
8831.976 jam pada mesin free dryer, 36695.586 jam pada mesin winower,
20767.143 jam pada mesin roaster, 10743.142 jam pada mesin Map, 34607.977
jam pada mesin FBH, 37641.516 jam pada mesin Press, 24909.631 jam pada mesin
penyaring dan 21097.631 jam pada mesin pulverizer. Untuk lebih jelasnya lagi
Tabel 12. Ketersediaan, Penggunaan dan Nilai Sisa Jam Kerja Mesin Pada PT
kerja mesin yang menganggur. Oleh karena itu perusahaan tidak perlu menambah
untuk memanfaatkan jam kerja mesin yang menganggur adalah dengan cara
menambah produksi biji kakao untuk menghasilkan cocoa butter dan cocoa
powder sehingga dapat menekan kelebihan jam kerja mesin yang menganggur dan
pada akhirnya akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.
Jumlah jam tenaga kerja langsung yang tersedia pada PT CWM selama
tahun 2004 adalah sebesar 97.376. Sedangkan berdasarkan hasil olahan optimal
penggunaan jam tenaga kerja langsung untuk proses produksi cocoa butter dan
cocoa powder telah dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat pada nilai
sisa atau slacknya. Dimana nilai sisa atau slacknya pada jam tenaga kerja langsung
memiliki nilai sebesar nol, yang artinya bahwa jam tenaga kerja langsung yang
diperlukan untuk memproduksi cocoa butter dan cocoa powder telah digunakan
seoptimal mungkin. Nilai sisa atau slacknya nol hal ini berarti bahwa jam tenaga
ketersediaaan sumberdaya pada tahun 2004. Dimana tingkat produksi akan dibatasi
penilaian terhadap status sumberrdaya yang tersedia dengan melihat nilai slack atau
surplus dan nilai dualnya. Sumberdaya dengan slack atau surplus nol menunjukkan
bahwa sumberdaya tersebut bersifat terbatas dan termasuk sumberdaya yang aktif.
Sumberdaya dengan nilai slack atau surplus lebih besar dari nol merupakan
sumberdaya berlebih dalam proses produksi dan termasuk dalam sumberdaya tidak
aktif.
pengurangan pada nilai ruas kanan kendala terhadap nilai fungsi tujuan.
bahwa perubahan satu satuan pada satu kendala akan menyebabkan nilai
perusahaan bersedia untuk membeli satu unit sumberdaya. Oleh karena itu nilai
sumberdaya. Dual price juga sering disebut sebagai harga bayangan (shadow price)
yang dapat digunakan untuk menentukan harga tertinggi suatu sumberdaya (input)
Analisis status sumberdaya pa da kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Status Sumberdaya di PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004.
Sumber daya Variabel Nilai Sisa/Slack Nilai Dual Status
Sumberdaya
Biji Kakao C1 3216.616 0 Berlebih
Cleaner C2 21605.879 0 Berlebih
Free Dryer C3 8831.976 0 Berlebih
Winower C4 36695.586 0 Berlebih
Roaster C5 20767.143 0 Berlebih
Map C6 10743.142 0 Berlebih
FBH C7 3467.977 0 Berlebih
Press C8 37641.516 0 Berlebi h
Penyaring C9 24909.631 0 Berlebih
Pulverizer C10 21097.631 0 Berlebih
TKL C11 0 112174.961 Langka
sumberdaya yang menjadi sumberdaya berlebih atau kendala tidak aktif adalah
sumberdaya bahan baku biji kakao, mesin Cleaner, Winower, Roaster, Ma, FBH,
Press, Penyaring dan mesin Pulverizer. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai slack
atau surplusnya sehingga sumberdaya berlebih atau kendala tidak aktif yang
bahwa sumberdaya yang menjadi pembatas atau kendala aktif adalah jam tenaga
kerja langsung dengan nilai dualnya sebesar 112174.961, yang artinya bahwa setiap
penambahan satu jam tenaga kerja langsung maka akan meningkatkan nilai fungsi
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana solusi optimal tersebut dapat diterapkan
apabila terjadi perubahan dalam model. Pengaruh perubahan dapat dilihat dari
selang kepekaan yang terdiri dari batas minimum dan batas maksimum. Batas
dan batas maksimum (allowable increase) adalah batas kenaikan nilai kendala yang
dijinkan. Semakin sempit selang kepekaan yang dimiliki suatu kendala, maka
kendala akan semakin peka dalam mengubah solusi optimal. Berdasarkan hasil
olahan analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan pada dua bagian yang
meliputi analisis sensitivitas nilai koefesien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan
kendala (RHS).
terhadap koefesien fungsi tujuan tanpa merubah nilai optimal dari variabel,
satuan produksi dari setiap jenis produk yang masih diijinkan agar solusi optimal
dalam perencanaan produksi tetap berlaku dengan parameter lain dianggap konstan.
Koefesien nilai fungsi tujuan adalah keuntungan per unit dari setiap jenis produksi
yang dihasilkan oleh PT CWM yaitu berupa cocoa butter dan cocoa powder.
Berdasarkan Tabel 14, maka dapat dilihat bahwa cocoa butter memiliki
nilai maksimum keuntungan per produk cocoa butter yang tidak terbatas. Hal ini
tersebut diperoleh dari selisih antara keuntungan produksi dengan penurunan yang
diijinkan.
diperbolehkan agar tidak merubah nilai optimal var iabel keputusan adalah sebesar
Side (RHS) yang memperlihatkan selang perubahan yang tidak akan menyebabkan
nilai dual berubah. Suatu sumberdaya semakin peka terhadap perubahan nilai ruas
kanan kendalanya, maka semakin sempit selang kepekaan suatu sumberdaya. Jika
nilai sebelah kanan kendala berada di luar selang kepekaan tersebut, maka kondisi
optimal akan berubah. Interval perubahan nilai ruas kanan kendala tersebut
penurunan yang diijinkan dan kolom allowable increase yang menunjukkan batas
Analisis sensitivitas ruas kanan kendala meliputi semua kendala yang ada
dalam model linear yaitu kendala bahan baku biji kakao, kendala jam kerja mesin
dan kendala jam tenaga kerja langsung. Analisis ruas kanan kendala dapat dilihat
ketersediaanya berlebih atau kendala tidak aktif adalah sumberdaya bahan baku
biji kakao dan jam kerja seluruh mesin. Hal tersebut dikarenakan sumberdaya
bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin memiliki nilai dual yang sama
dengan nol. Oleh sebab itu perusahaan tidak perlu lagi untuk menambah atau
peningkatan ketersediaan bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin yang
Sedangkan untuk kendala yang memiliki nilai pada allowable decrease dan
allowable increase, maka nilai sebelah kanan kendala tersebut sebaiknya berada
pada selang tersebut. Dengan batas kenaikan maksimum adalah nilai allowable
increase adalah kendala jam tenaga kerja langsung. Oleh sebab itu jam tenaga kerja
langsung batas atas kenaikan yang diijinkan adalah seperti yang ditunjukkan pada
kolom allowable increase yaitu sebesar 4625.65 jam, sedangkan batas penurunan
yang diperbolehkan adalah sebesar 46376 jam. Sehingga tidak akan menyebabkan
perubahan pada nilai dual pricesnya. Hal ini mengimplikasikan bahwa selama
interval jam tenaga kerja langsung berada pada selang tersebut maka setiap
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil olahan data dapat diketahui bahwa dalam kondisi aktual
untuk dua macam produk diproduksi pada tahun 2004. Begitu juga pada kondisi
optimal kedua macam produk juga diproduksi. Akan tetapi jumlah produksinya
berbeda, pada kondisi aktual jumlah produksi untuk cacao butter dan cacao
powder adalah sebesar 4954 dan 7139. Namun pada kondisi optimal jumlah yang
diproduksi untuk cacao butter dan cacao powder yaitu sebesar 5100 dan 6683.
Sedangkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan lebih besar pada
aktual yang hanya sebesar Rp 77.969.106.950,-. Dari hal tersebut dapat dilihat
sumberdaya yang menjadi sumberdaya berlebih atau kendala tidak aktif adalah
sumberdaya bahan baku biji kakao, mesin Cleaner, Winower, Roaster, Ma, FBH,
Press, Penyaring dan mesin Pulverizer. Sumberdaya yang menjadi pembatas atau
kendala aktif adalah jam tenaga kerja langsung dengan nilai dualnya sebesar
112174.961, yang artinya bahwa setiap penambahan satu jam tenaga kerja langsung
cacao butter dan cacao powder akan tetap berada pada kondisi yang optimal
selama keuntungan yang diperoleh berada pada interval 1121750 sampai tak hingga
untuk cacao butter dan interval 0 sampai 10142595 untuk cacao powder.
Sedangkan kisaran kepekaan untuk sumberdaya bahan baku biji kakao dan jam
kerja mesin lebar sehingga batas maksimum ketersediaanya tak hingga dan batas
minimumnya terbatas. Namun untuk sumberdaya jam tenaga kerja langsung selang
7.2. Saran
produksi yang sesuai dengan kondisi optimal dengan syarat kondisi perusahaan
berada dalam keadaan saat ini. Dengan melakukan hal tersebut perusahaan akan
Selain itu juga perusahaan sebaiknya dapat menambah jumlah jam tenaga
kerja langsung karena karena jam tenaga kerja langsung memiliki status sebagai
sumberdaya yang langka yang memiliki nilai dual price sebesar 112174.961,
FEUI.
Produk Karaginan (Studi Kasus Pada Industri Karaginan PT. Galic Artha Bahari).
Pertanian Bogor.
Mebel Indonesia (CMI), Cirebon, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial
UI-Press. Jakarta.
Susi. 1999. Optimalisasi Gula Cair Dan Gula Kristal. Skripsi. Jurusan Ilmu-
Statistik.
Subject To
End
1) 0.7974788E+11
XB 5100.000000 0.000000
XP 6683.383789 0.000000
NO. ITERATIONS= 2
Cleaner Free dryer Winower Roaster Map FBH Press Mesin Penyaring Pulverizer
Kapasitas (ton/jam) 1.2 0.6 0.8 1 1 0.6 0.36 2 0.7
Kebutuhan jam / ton (jam) 0.8333 1.666667 1.25 1 1 1.67 2.778 0.5 1.428571429
(1/kapasitas)
Perbandingan / ton biji cocoa
Cocoa butter (34%) 0.2833 0.566667 0.425 0.34 0.34 0.57 0.944 0.17
Cocoa powder (49%) 0.4083 0.816667 0.6125 0.49 0.49 0.82 1.361 0.7