Anda di halaman 1dari 85

OPTIMALISASI PRODUKSI COCOA BUTTER DAN COCOA

POWDER PADAPT CACAO WANGI MURNI, TANGERANG

Oleh :
MASAYU AZKA LATHIFAH
A14102691

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
RINGKASAN

MASAYU AZKA LATHIFAH Optimalisasi Produksi Cocoa Butter dan Cocoa


Powder Pada PT Cacao Wangi Murni, Tangerang. Dibawah bimbingan DEDI
BUDIMAN HAKIM.

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan produk-produk


pertanian. Sektor pertanian memiliki perana n yang cukup strategis dalam Produk
Domestik Bruto Nasional. Salah satu sub-sektor di sistem pertanian adalah sub-
sektor perkebunan. Peranan sub-sektor ini dalam menunjang perekonomian
nasional menjadi makin penting. Hal ini disebabkan semakin terbatasnya peranan
minyak bumi yang selama ini merupakan sumber devisa utama bagi Indonesia.
Salah satu komoditas non-migas perkebunan yang sangat penting dalam
menyumbang perolehan devisa negara adalah kakao. Komoditi kakao merupakan
produk andalan sub-sektor perkebunan, kontribusinya terhadap total ekspor
pertanian mencapai 16,2 persen (410,5 juta dolar AS). Indonesia merupakan negara
produsen kakao terbesar ketiga setelah Ivory Coast dan Ghana. Produksi kakao
Indonesia setiap tahunnya mencapai lebih dari setengah juta ton, namun sekitar 80
persen dari produksi tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan ekspor.
PT. Cacao Wangi Murni merupakan salah satu industri yang mengolah biji
coklat untuk dijadikan bubuk coklat dan lemak coklat. Biji coklat yang merupakan
bahan baku utama dalam proses produksi perusahaan memiliki kendala dalam hal
pengadaannya. Hal tersebut disebabkan para produsen coklat lebih tertarik untuk
mengekspor biji coklat karena harganya yang jauh lebih tinggi dari pada
menjualnya pada para pengusaha pengolahan coklat dalam negeri. Selain itu,
kendala yang dihadapi oleh industri coklat adalah pengenaan PPN sebesar 10
persen untuk pembeliaan bahan baku biji coklat. Dampak dari pengenaan PPN
yang dianggap terlalu tinggi sangat memberatkan para pelaku bisnis yang bergerak
dalam industri coklat. Hal tersebut dapat mengakibatkan industri pengolahan coklat
di dalam negeri mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku biji coklat
karena harus bersaing dengan para eksportir. Untuk mencapai kontinuitas suatu
usaha, maka setiap industri coklat harus memperhatikan kontinuitas pengadaan
bahan baku biji coklat yang akan digunakan dalam setiap proses produksi. Oleh
sebab itu, perusahaan perlu memperhitungkan kebutuhan bahan baku yang akan
digunakan dalam proses produksi sehingga pada akhirnya bahan baku yang dibeli
akan digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan perusahaan tidak
mengalami kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Selain itu, perusahaan perlu
memperhatikan dan merencanakan produksi yang tepat agar sumberdaya yang
tersedia dapat digunakan secara optimal, sehingga diperoleh tingkat kombinasi
produksi yang optimal dan tercapai keuntungan yang maksimal dengan
memperhatikan kendala yang ada. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah menentukan tingkat kombinasi produksi yang optimal,
menganalisis penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi yang
optimal, mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat diterapkan apabila terjadi
perubahan-perubahan.
Analisis optimalisasi produksi dilakukan dengan menggunakan linear
programming. Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Untuk
selanjutnya diolah dengan menggunakan alat bantu program komputer Lindo.
Berdasarkan hal tersebut dilakukan beberapa analisis yaitu analisis primal, analisis
dual dan analisis sensitivitas. Variabel keputusan yang ingin diketahui adalah
jumlah produksi setiap jenis cocoa butter dan cocoa powder yang seharusnya
dihasilkan oleh PT CWM sehingga dapat memberikan tingkat keuntungan yang
maksimal dengan penggunaan sumberdaya pada tingkat tertentu. Jumlah produksi
aktual cocoa butter dan cocoa powder tahun 2004 adalah sebesar 4954 Ton dan
7139 Ton. Sedangkan tingkat produksi yang optimal berdasarkan hasil olahan
program linear adalah sebesar 5100 Ton untuk cocoa butter dan 6683 Ton untuk
cocoa powder. Tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan lebih besar
pada kondisi optimal yaitu sebesar Rp 79.747.884.961,- dibandingkan pada kondisi
aktual yang hanya sebesar Rp 77.969.106.950,-. Berdasarkan hal tersebut dapat
dilihat bahwa terjadi peningkatan keuntungan sebesar Rp 1.778.778.011,-
Hasil analisis dual price memperlihatkan bahwa pada kondisi optimal
sumberdaya yang menjadi sumberdaya berlebih atau kendala tidak aktif adalah
sumberdaya bahan baku biji kakao, mesin Cleaner, Winower, Roaster, Ma, FBH,
Press, Penyaring dan mesin Pulverizer. Sumberdaya yang menjadi pembatas atau
kendala aktif adalah jam tenaga kerja langsung dengan nilai dualnya sebesar
112174.961, yang artinya bahwa setiap penambahan satu jam tenaga kerja langsung
maka akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar Rp.112.174.961,-.
Berdasarkan analisis sensitivitas dapat diketahui bahwa tingkat produksi
cacao butter dan cacao powder akan tetap berada pada kondisi yang optimal
selama keuntungan yang diperoleh berada pada interval 1121750 sampai tak hingga
untuk cacao butter dan interval 0 sampai 10142595 untuk cacao powder. Selain itu
dapat dilakukan analisis terhadap selang kepekaan sumberdaya (nilai sebelah kanan
kendala). Sumberdaya yang ketersediaanya berlebih atau kendala tidak aktif
adalah sumberdaya bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin. Hal
tersebut dikarenakan sumberdaya bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh
mesin memiliki nilai dual yang sama dengan nol. Oleh sebab itu perusahaan tidak
perlu lagi untuk menambah atau meningkatkan ketersediaan sumberdaya yang
berlebih tersebut, karena berapun peningkatan ketersediaan bahan baku biji kakao
dan jam kerja seluruh mesin yang dilakukan perusahaan tetap tidak akan mengubah
nilai dual pricesnya.
Untuk kendala yang memiliki nilai pada allowable decrease dan allowable
increase, maka nilai sebelah kanan kendala tersebut sebaiknya berada pada selang
tersebut. Batas kenaikan maksimum adalah nilai allowable increasenya dan batas
penurunan maksimumnya adalah sebesar nilai allowable decrease. Kendala yang
memiliki nilai baik di allowable decrease dan allowable increase adalah kendala
jam tenaga kerja langsung. Oleh sebab itu jam tenaga kerja langsung batas atas
kenaikan yang diijinkan adalah seperti yang ditunjukkan pada kolom allowable
increase yaitu sebesar 4625.65 jam, sedangkan batas penurunan yang
diperbolehkan adalah sebesar 46376 jam. Sehingga tidak akan menyebabkan
perubahan pada nilai dual pricesnya. Hal ini mengimplikasikan bahwa selama
interval jam tenaga kerja langsung berada pada selang tersebut maka setiap
penambahan satu jam tenaga kerja langsung akan meningkatkan keuntungan
perusahaan sebesar nilai dual pricenya yaitu sebesar Rp 112.174,96
OPTIMALISASI PRODUKSI COCOA BUTTER DAN COCOA
POWDER PADA PT CACAO WANGI MURNI, TANGERANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian


Pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
Masayu Azka Lathifah
A14102691

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MNAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh :


Nama : Masayu Azka Lathifah
NRP : A14102691
Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis
Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Cocoa Butter Dan Cocoa
Powder Pada PT Cacao Wangi Murni, Tangerang

Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana
Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim,MAEc


NIP.131 846 871

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr


NIP.130 422 698

Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “ OPTIMALISASI PRODUKSI COCOA BUTTER DAN COCOA

POWDER PADA PT CACAO WANGI MURNI, TANGERANG ” BENAR-

BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM

PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2006

Masayu Azka Lathifah


A14102691
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 9 Agustus

1981, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, puteri dari pasangan bapak

Masagus Edy Ansori dan Ibu Fasnadessy.

Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekola h Dasar Negeri 323

Palembang pada tahun 1987 dan selanjutnya lulus pada tahun 1993 di sekolah

dasar Negeri IV Cilegon, Banten. Pada tahun 1996 penulis berhasil menyelesaikan

pendidikan tingkat menengah dari SMP Negeri II Cilegon, Banten. Selanjutnya,

meneruskan pendidikan tingkat atas dan lulus pada tahun 1999 dari SMU Negeri I

Cilegon, Banten.

Pada tahun 1999 penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian

Bogor, melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada program Diploma

III Manajemen Agribisnis dan lulus pada tahun 2002. Pada bulan Mei 2003 penulis

melanjutkan studi kejenjang S1 pada program Sarjana Ekstensi Manajemen

Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Institutt Pertanian Bogor.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Optimalisasi

Produksi Cocoa Butter dan Cocoa Powder Pada PT Cacao Wangi Murni,

Tangerang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kombinasi

produksi yang optimal, menganalisis penggunaan sumberdaya untuk mencapai

tingkat produksi yang optimal, serta mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat

diterapkan apabila terjadi perubahan-perubahan.

Hasil pembahasan dari skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan informasi bagi semua pihak yang memerlukannya. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pada Program Sarjana Ekstensi

Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2006

Masayu Azka Lathifah


A14102691
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MAEc selaku dosen pembimbing

2. M. Firdaus, SP, Msi selaku dosen evaluator pada saat kolokium

3. Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS selaku dosen Layak Uji

4. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen penguji sidang

5. Dra. Yusalina, MS selaku dosen komisi penididikan

6. Mama dan papa tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral

maupun material serta kasih sayang dan doanya selama ini. Adekku Ila dan

Ina untuk perhatiannya.

7. Nek sugeng atas informasi perusahaannya, Pak Paul Setiawan selaku

Direktur perusahaan yang bersedia memberikan izin untuk penulis

melakukan riset pada perusahaannya serta para karyawan perusahaan yang

telah memberikan informasi serta data-data yang penulis butuhkan.

8. Temen-teman yang bersedia hadir saat kolokium dan seminar.

9. Tante Tuti dan Om Beni Atas tempat tinggalnya yang nyaman.

10. Sahabat-sahabat yang telah membantu penulis untuk selalu memberikan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini : Santi, Veni, Ika, Rizkiana, Eka,

Ayu, Imam, Eko, Ali, Hendra, Ryan, dan Dian

11. Teman-teman di Cidangiang 20 Umi, Nina, Lulu, Retno, Dedeh, Dede dan

semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

12. Teman-teman seperjuangan Kiki, 2 Mardian, Iin.


13. Teman-teman dan para staf ekstensi serta semua pihak yang telah banyak

membantu dalam penyusunan skripsi ini.


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI…………………………………………………………... i
DAFTAR GAMBAR.…………………………………………….…… iii
DAFTAR TABEL......…………………………………………….…… iv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….. v

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………... 5
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………….. 8
1.4 Kegunaan Penelitian………………………………………….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………. 9


2.1 Kakao ………………….……………………………….……. 9
2.2 Fungsi Produksi……………………….……………………… 11
2.3 Manajemen Produksi Dan Operasi…………………………… 12
2.4 Bahan Baku…………………………………………………... 13
2.4.1 Jenis-Jenis Bahan Baku………………………………... 13
2.5 Penelitian Terdahulu ………………………………………… 14

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN…………………………….…… 18


3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis …………………………….. 18
3.1.1 Kombinasi Produksi…………………………………….. 18
3.1.2 Optimalisasi…………………………………………….. 20
3.1.3 Linear Programming……………………......................... 21
3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual …………………………….. 26

BAB IV METODE PENELITIAN …………………………………… 29


4.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian ………………………………... 29
4.2 Je nis Dan Sumber Data………………………………………. 29
4.3 Metode Pengolahan Dan Analisis Data.............................…… 29
4.3.1 Analisis Primal……………………………………….…. 30
4.3.2 Analisis Dual …………………………………………… 30
4.3.3 Analisis Sensitivitas……………………………………. 30
4.4 Model Analisis ………………………………………………. 31
4.4.1 Fungsi Tujuan...............................................................… 31
4.4.2 Fungsi Kendala …………………………………………. 32
BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.......................…… 34
5.1 Sejarah Perusahaan…………………………………………..... 34
5.1.1 Pendirian………………………………………….......…. 34
5.1.2 Perizinan……………………………………...............…. 34
5.2 Lokasi Dan Tata Letak Perusahaan…………………………… 35
5.3 Struktur Organisasi Perusahaan................................................. 36
5.4 Proses Produksi……………………………………………….. 36
5.5 Kegiatan Pengadaan Bahan Baku Dan Pemasaran…………… 39
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………... 41
6.1 Perumusan Model Program Linear.....................................…… 41
6.1.1 Perumusan Fungsi Tujuan.............……………………… 41
6.1.2 Perumusan Fungsi Kendala……………………………... 41
6.1.2.1 Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku...……... 42
6.1.2.2 Perumusan Fungsi Kendala Jam Kerja Mesin.….. 43
6.1.2.3 Perumusan Fungsi Kendala Jam TKL................... 44
6.2 Hasil Optimal …………………….................................…… 47
6.2.1 Tingkat Produksi Optimal ……………………………... 47
6.2.2 Biaya Pengurangan ……………………………………. 48
6.2.3 Penggunaan Bahan Baku Biji Kakao..........................…. 49
6.2.4 Penggunaan Mesin.......………………………………… 50
6.2.5 Penggunaan Jam TKL..........…………………………… 51
6.3 Analisis Dual.................…………………………………..…… 52
6.4 Analisis Sensitivitas.………………………………………….. 54
6.4.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefesien Fungsi Tujuan..…. 54
6.4.1 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala..................…. 56

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN........................…………….. 59


7.1 Kesimpulan.........…………………….................................…… 59
7.2. Saran.................. …………………….................................…… 60

DAFTAR PUSTAKA.......................................................…………….. 61
LAMPIRAN......................................................................…………….. 63
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Operasi Sebagai Suatu Sistem Produktif……………………… 12
2. Kurva Kemungkinan Produksi ………………………………... 20
3. Bagan Kerangka Pemikiran Konseptual Optimalisasi Produksi 29
Cocoa Butter dan Cocoa Powder Pada PT. Cacao Wangi
Murni,Tangerang..……………………………………………...
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Produksi Perkebunan Kakao Seluruh Indonesia Menurut 3
Pengusahaan (Ton)…………………………………………….
2. Volume Ekspor Kakao Indonesia…………………………….. 3

3. Kandungan Komposisi Biji Kakao…………………………... 11

4. Data Untuk Model Linear Programming……………………... 24

5. Sertifikat Perseroan, GS/SU, Luas Dan Nama Kepemlikan


Lahan Perseroan PT Cacao Wangi Murni, Tangerang………...
36
6. Daftar Nama dan Lokasi Pembeli Produk PT Cacao Wangi 41
Murni, Tangerang Tahun 2004………………………………..
7. Harga Jual, Biaya Produksi, dan Keuntungan Tiap Jenis 43
Produk Tahun 2004……………………………………………
8. Koefesien Jam Kerja Mesin PT Cacao Wangi Murni Tahun 45
2004…………………………………………………………....
9. Kebutuhan Jam Tenaga Kerja Pada PT cacao Wangi Murni … 46

10. Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung PT Cacao Wangi 47


Murni Tahun 2004……………………………….……………
11. Produksi Cacao Butter Dan Cacao Powder Pada Kondisi 48
Aktual Dan Optimal Di PT CWM Tahun 2004……………….
12. Ketersediaan, Penggunaan dan Nilai Sisa Jam Kerja Mesin 51
Pada PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004……………………
13. Analisis Status Sumberdaya di PT Cacao Wangi Murni Tahun 54
2004. ………
14. Analisis Sensitivitas Nilai Koefesien Fungsi Tujuan.………… 56

15. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala……..…………….. 58


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Hasil Olahan Solusi Optimal…………………………………… 63
2. Ketersediaan jam kerja mesin PT CWM Tahun 2004…………. 66
3. Perhitungan Rinci Tentang Koefesien Mesin Pada PT CWM 67
Tahun 2004……………………………………………………
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan produk-produk

pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup strategis dalam Produk

Domestik Bruto Nasional. 1Hal ini terlihat bahwa selama 10 tahun terakhir ini,

peranan pertanian terhadap PDB menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik,

yaitu rata-rata empat persen per tahun. Selain dituntut harus mampu menciptakan

swasembada pangan, sektor ini juga harus mampu menyediakan lapangan dan

kesempatan kerja, serta pengadaan bahan baku bagi industri hasil pertanian. Selain

hal tersebut di atas, pertanian juga dituntut untuk meningkatkan perolehan devisa

negara dengan jalan meningkatkan volume dan nilai ekspor hasil pertanian.

Salah satu sub-sektor di sektor pertanian adalah sub-sektor perkebunan.

Peranan sub-sektor ini dalam menunjang perekonomian nasional menjadi makin

penting. Hal ini disebabkan semakin terbatasnya peranan minyak bumi yang

selama ini merupakan sumber devisa utama bagi Indonesia. Dengan demikian,

peranan ekspor non-migas semakin menguat dibandingkan dengan peranan ekspor

migas. Peranan ekspor non-migas meningkat terus dari 60,8 persen pada tahun

1989 menjadi 77,6 persen pada tahun 2003. Adapun peranan ekspor migas dari

tahun ke tahun menunjukkan arah perkembangan yang terus menurun pada tahun

1989 peranan ekspor migas mencapai hingga 39,2 persen, namun pada tahun 2003

hanya 22,4 persen. Hal tersebut menandakan bahwa struktur ekspor Indonesia

terus-menerus bergeser ke arah komoditi non-migas.

1
www.bi.go.id/sipuk/siabe/index1. 16 Maret 2005
Salah satu komoditas non-migas perkebunan yang sangat penting dalam

menyumbang perolehan devisa negara adalah kakao. Komoditi kakao merupakan

produk andalan sub-sektor perkebunan. Kontribusinya terhadap total ekspor

pertanian mencapai 16,2 persen (410,5 juta dolar AS). Komoditi kakao ini terutama

dipasarkan ke Malaysia senilai 206,3 juta dolar AS, Amerika Serikat sebesar 90,0

juta dolar AS, Singapura 53,4 juta dolar AS dan Brasil 31,2 juta dolar AS.

Berdasarkan sentra produksinya kakao tersebut sebagian besar diekspor dari

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, yaitu masing-masing sebesar 184,6 ribu

ton (45,0 persen) dan 133,6 ribu ton (32,5 persen).

Tabel 1. Produksi Perkebunan Kakao Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan

(Ton)

Tahun Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Negara Perkebunan Besar Rakyat Total
1990 97.418 27.016 17.913 142.347
1991 119.284 35.463 20.152 174.899
1992 145.563 35.993 25.519 207.147
1993 187.529 40.638 29.892 258.059
1994 198.001 42.086 29.894 269.981
1995 231.992 40.933 31.941 304.866
1996 304.013 36.456 33.53 373.999
1997 263.846 35.644 30.729 330.219
1998 369.887 46.307 32.733 448.927
1999 304.549 37.064 25.862 367.975
2000 363.628 34.79 22.724 421.142
2001 476.924 33.905 25.975 536.804
2002 511.379 34.083 25.693 571.155

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004

Indonesia merupakan negara produsen kakao terbesar ketiga setelah Ivory

Coast dan Ghana. Produksi kakao Indonesia setiap tahunnya mencapai lebih dari
setengah juta ton, namun sekitar 80 persen dari produksi tersebut diarahkan untuk

memenuhi kebutuhan ekspor (Lihat Tabel 1 dan Tabel 2). Hal ini disebabkan

karena permintaan ekspor terhadap kakao Indonesia meningkat hingga 80 persen

yang ditujukan untuk negara Amerika Serikat, Malaysia, Singapura dan Brasil.

Sedangkan sisa produksi yang berkisar 20 persen digunakan untuk memasok ke

industri pengolahan kakao dalam negeri.

Tabel 2. Volume Ekspor Kakao Indonesia

Tahun Volume (Ton) Nilai (000 US$)


1990 119.725 127.091
1991 145.217 149.918
1992 176.001 158.835
1993 228.799 210.934
1994 231.168 279.39
1995 233.593 309.328
1996 322.858 373.927
1997 265.949 419.066
1998 334.807 502.906
1999 419.874 423.273
2000 424.089 341.86
2001 392.072 389.262
2002 465.622 701.034

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004

Perkembangan perekonomian yang pesat saat ini akan mendorong

permintaan terhadap kakao seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Salah satu produk olahan kakao adalah cokelat. Cokelat yang selama ini

dikhawatirkan dapat menambah berat badan ternyata banyak memiliki pengaruh

positif terhadap kesehatan manusia. Adapun beberapa manfaat cokelat yang baik

bagi kesehatan manusia antara lain : cokelat dapat menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler, mengobati batuk, sebagai antioksidan yang dapat membantu

melindungi diri dari penyakit serius seperti kanker, dan untuk melindungi diri dari

serangan stroke karena cokelat dapat membantu mencegah pembekuan darah dan

membantu mencegah tekanan darah tinggi. 2

Perusahaan ataupun industri kakao yang mengikuti arus perkembangan,

maka hal di atas dapat menjadi stimulan agar meningkatkan produksinya untuk

dijual. Peningkatan produksi ini dengan sendirinya harus didukung oleh suatu

sistem pengadaan bahan baku yang baik, karena tanpa adanya pengadaan bahan

baku suatu industri atau perusahaan tidak dapat melakukan proses produksinya

untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. Oleh sebab itu sistem pengadaan bahan

baku merupakan salah satu sistem terpenting dalam menunjang kegiatan

perusahaan.

Menghadapi hal tersebut diatas maka perusahaan harus mempunyai

persediaan yang menunjang proses produksi. Selain itu sumber pembelanjaan

diperlukan pula untuk memperoleh dan menunjang tersedianya persediaan. Alasan

utama perusahaan mempunyai persediaan adalah untuk kelancaran proses produksi

dalam menghasilkan suatu produk dan dalam rangka memenuhi permintaan

konsumen pada saat yang tepat sehingga konsumen tidak lari atau berpindah ke

perusahaan lain. Hal ini dikarenakan persaingan yang ketat antara perusahaan yang

satu dengan yang lainnya. Selain itu juga jika dilihat dari segi produksi jika

persediaan menipis maka akan mengakibatkan dapat ditutupnya suatu jalur

produksi yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

2
www.vision.net.id/detail.php/18 February 2005
1.2. Perumusan Masalah

PT. Cacao Wangi Murni merupakan salah satu industri yang mengolah biji

kakao untuk dijadikan cocoa powder dan cocoa butter. Biji kakao yang merupakan

bahan baku utama dalam proses produksi perusahaan memiliki kendala dalam hal

pengadaannya. 3Hal tersebut disebabkan produksi kakao Indonesia setiap tahunnya

mencapai lebih setengah juta ton, namun sekitar 80 persen di antaranya diarahkan

untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Sisanya berkisar 20 persen yang dipasok ke

industri pengolahan kakao dalam negeri. Para produsen kakao lebih tertarik untuk

mengekspor biji kakao karena harganya yang jauh lebih tinggi dari pada

menjualnya pada para pengusaha pengolahan kakao dalam negeri.

Selain itu juga kendala yang dihadapi oleh industri pengolahan kakao

adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk pembelian bahan baku biji kakao.

Dampak dari pengenaan PPN yang dianggap terlalu tinggi sangat memberatkan

para pelaku bisnis yang bergerak dalam industri kakao. Hal tersebut dapat

mengakibatkan industri pengolahan kakao di dalam negeri mengalami kesulitan

untuk memperoleh bahan baku biji kakao karena harus bersaing dengan para

eksportir. Dalam mencapai kontinuitas suatu usaha, maka setiap industri

pengolahan kakao harus memperhatikan kontinuitas pengadaan bahan baku biji

kakao yang akan digunakan dalam setiap proses produksi. Oleh sebab itu, masalah

3
www.antara.co.id/seenws/18 Feb 2005
pengadaan bahan baku merupakan salah satu masalah penting yang harus dihadapi

oleh setiap industri coklat. Kondisi tersebut dianggap tidak menguntungkan dunia

usaha, sebab bila PPN tersebut dihapuskan maka semua kapasitas terpasang dari

industri pengolahan kakao yang ada di dalam negeri akan beroperasi penuh

sekaligus mendorong munculnya industri pengolahan kakao baru khususnya di

daerah yang merupakan produsen kakao.

Dampak dari permasalahan tersebut di atas, hingga akhir tahun 2004 jumlah

pabrik/industri pengolahan kakao yang masih beroperasi tinggal 15 pabrik dari

sekitar 60 perusahaan. Rentetan panjang permasalahan perindustriaan kakao di

dalam negeri tersebut akan mematikan industri pendukung lainnya seperti industri

packing, industri perbengkelan, jasa angkutan, jasa pelayaran lokal dan

internasional. Selain itu bertambahnya pengangguran di dalam negeri, karena

semakin sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia

Untuk menghadapi masalah yang ada tersebut setiap industri pengolahan

kakao harus memberikan perhatian yang besar terhadap masalah pengadaan bahan

baku untuk menjamin tersedianya bahan baku yang akan digunakan dalam proses

produksi, karena pada kebanyakan industri pengadaan persediaan bahan baku

merupakan bagian atau porsi yang besar yang tercantum dala m neraca. Persediaan

yang terlalu besar maupun terlau kecil dapat menimbulkan masalah-masalah yang

pelik. Kekurangan persediaan bahan baku akan mengakibatkan adanya hambatan-

hambatan dalam proses produksi sehingga mengganggu kelancaran proses produksi

dalam menghasilkan produknya. Kekurangan persedian barang dagangan (produk)

akan menimbulkan kekecewaan pada langganan dan akan mengakibatkan

perusahaan kehilanggan para pelanggannya. Adapun bila perusahaan kelebihan


persediaan maka akan menimbulkan biaya ekstra disamping resiko. Berdasarkan

keterbatasan sumberdaya yang ada menuntut adanya alokasi sumberdaya yang

cermat dan seefesien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat produksi tertentu.

Oleh sebab itu, perusahaan perlu memperhitungkan kebutuhan bahan baku yang

akan digunakan dalam proses produksi sehingga pada akhirnya bahan baku yang

dibeli akan digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan perusahaan tidak

mengalami kelebihan ataupun kekurangan bahan baku. Selain itu juga perusahaan

perlu memperhatikan dan merencanakan produksi yang tepat agar sumberdaya

yang tersedia dapat digunakan secara optimal sehingga diperoleh tingkat kombinasi

produksi yang optimal dan tercapai keuntungan yang maksimal dengan

memperhatikan kendala yang ada. Kendala -kendala yang perlu diperhatikan

perusahaan adalah apakah bahan baku sudah tercukupi atau belum, bagaimana

kapasitas mesin yang tersedia, serta apakahkah jam tenaga kerja langsung yang

tersedia sudah terpenuhi atau belum. Dengan memperhatikan dan memanfaatkan

sumberdaya yang tersedia secara optimal maka perusahaan dapat melakukan

produksi yang efisien, sehingga perusahaan dapat menekan biaya produksi dan

menghasilkan keuntungan yang maksimal.


Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah jumlah dan kombinasi produksi perusahaan sudah optimal?

2. Apakah penggunaan sumber daya yang dilakukan pada PT Cacao Wangi

Murni sudah optimal?

3. Sejauh mana solusi optimal yang dihasilkan dapat diterapkan bila terjadi

perubahan-perubahan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Menentukan tingkat kombinasi produksi yang optimal.

2. Menganalisis penggunaan sumberdaya untuk mencapai tingkat produksi

yang optimal.

3. Mengetahui sejauh mana solusi optimal dapat diterapkan apabila terjadi

perubahan-perubahan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan baik

bagi perusahaan, penulis maupun pembaca. Bagi perusahaan penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan

dalam membuat kebijakan. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat

memberikan dan menambah pengetahuan serta pengalaman bagi penulis tentang

industri pengolahan kakao. Sedangkan bagi pembaca penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kakao

Tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) merupakan tanaman tropis yang

berasal dari hutan tropis Amerika Selatan. Oleh bangsa Maya buah tanaman

tersebut disebut ka-ka-wa dan dalam bahasa Nahuatl disebut xocoatl. Kemudian

oleh Linnaeus, tanaman tersebut diberi nama Theobroma yang berarti makanan

dewa-dewa (food of gods).

Tanaman kakao dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1350 mm.

Untuk penanaman di daerah lempung, curah hujan maksimum adalah 1500 mm,

sedangkan untuk tanah berpasir diperlukan curah hujan yang lebih tinggi karena

daya simpan air di daerah ini kurang baik. Di Indonesia, tanaman kakao

dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar di beberapa tempat, antara lain di

Jawa Timur, Sulawesi (Selatan, Tengah dan Tenggara), Sumatera (Utara dan

Aceh), Maluku dan Irian Jaya.

Tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) yang ditanam di perkebunan

rakyat pada umunya adalah kakao jenis Forastero (bulk cocoa atau kakao landak),

Criolo (fine cocoa atau kakao mulia) dan hibrida (hasil persilangan antara jenis

Forastero dan Criolo). Tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman kakao

digolongkan menjadi sesuai (S1), cukup sesuai (S2), agak sesuai (S3) dan tidak

sesuai (N). Penilaian tersebut didasarkan atas kondisi agroklimat, sifat fisik dan

kimia tanah.
Sistematika tanaman kakao menurut Susanto dalam Rohaeni (2003), adalah

sebagai berikut :

Divisio : Spermathophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao

Kakao memiliki potensi untuk dikembangkan selain sebagai sumber

penghidupan bagi jutaan petani produsen, kakao juga sebagai salah satu bahan

penyedap yang sangat dibutuhkan untuk produksi makanan, kue -kue, dan berbagai

jenis minuman. Selain itu kakao merupakan sumber lemak nabati yang memiliki

keistimewaan yaitu dapat meleleh atau mencair pada suhu di mulut. Sedangkan

cangkang kakao (pod) dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan pakan

ternak dan produksi pektin. Biji kakao mengandung zat gizi yang penting. Adapun

kandungan komposisi biji coklat dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil proses pengolahan dari biji kakao diantaranya adalah cocoa powder

dan cocoa butter. Cocoa butter merupakan bahan yang sangat diperlukan oleh

industri-industri pembuatan berbagai macam kembang gula dan manisan coklat.

Selain itu cocoa butter juga sangat diperlukan oleh industri-industri farmasi dan

obat-obat kecantikan. Sedangkan cocoa powder diperlukan oleh industri-industri

yang menghasilkan berbagai macam minuman dan makanan yang mengandung

rasa khas kakao.


Tabel 3. Kandungan Gizi Komposisi Biji Kakao

Nomor Zat Gizi Kandungan (g)


1 Karbohidrat 48.9
2 Lemak 23.8
3 Protein 8.0
4 Air 3.9
5 Fosfor 0.315
6 Kalsium 0.125
7 Besi 0.0116
8 Vitamin A 0.002
9 Vitamin B1 0.012

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai optimalisasi telah sering dilakukan, diantaranya oleh

Handayani (2001), Sulaenah (2003), Cakranimgrum (2000), Tandyna (2002).

Penelitian yang dilakukan Handayani yang berjudul “Optimalisasi Pengendaliaan

Bahan Baku (Simplisia) Pada Perusahaan Jamu Tradisional PT XYZ”. Dimana

penelitian ini lebih merumuskan pada suatu sistem pengendaliaan bahan baku bagi

perusahaan sebagai alternatif yang dapat dipilih dalam rangka mencapai optimalitas

(efesiensi) produksi. Dalam hal ini PT XYZ menggunakan klasifikasi ABC untuk

mengelola bahan baku terhadap persediaanya. Sistem klasifikasi ABC yang

dijalankan oleh perusahaan relatif sederhana yaitu hanya mempertimbangkan faktor

harga bahan baku dan jumlah penggunaannya.

Dalam pendekatan model linear programming sistem klasifikasi ABC yang

disusun turut memperhatikan faktor -faktor selain harga dan jumlah penggunaan

bahan baku. Faktor -faktor tersebut antara lain jumlah permintaan pasar terhadap

produk akhir, harga jual produk akhir, ketersediaan bahan baku, serta penggunaan
sumberdaya mesin dan tenaga kerja orang. Pertimbangan faktor-faktor tersebut

dalam pendekatan model linear programming menghasilkan sistem klasifikasi ABC

beserta nilai ekonomis masing-masing bahan baku dilihat dari sisi keuntungan

perusahaan. Oleh sebab itu, terdapat perbedaan jumlah kebutuhan bahan baku

menurut per usahaan (MFP) dan menurut pendekatan linear programming (MFLP)

berkaitan erat dengan ketepatan perusahaan dalam meramalkan jumlah permintaan

pasar terhadap produk akhir. Pendekatan model linear programming pada hasil

peramalan maupun aktual akan menghasilkan perencanaan kebutuhan bahan baku

yang lebih efesien dan komprehensif.

Sulaenah (2003) melakukan penelitian tentang optimalisasi produksi mebel

rotan di PT Dilmoni Citra Mebel Indonesia (CMI) Cirebon Jawa Barat. Alat

analisis yang digunakan dalam penelitiannya adalah linear programming.

Berdasarkan hasil olahan data dengan menggunakan model linear programming,

dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi mebel rotan pada periode bulam Mei

2003 yang dijalankan perusahaan sudah optimal, karena jumlah dan kombinasi

produksi pada kondisi aktual sama dengan kondisi optimal yaitu sebesar 2886 unit.

Berdasarkan produksi aktual maupun kondisi optimal perusahaan sudah mencapai

keuntungan maksimal yaitu sebesar Rp 557.788.555,800. Hasil optimal dalam

penelitian ini memperlihatkan bahwa sumberdaya yang digunakan masih belum

optimal, walaupun pada sumberdaya cat dasar, kulit rotan, sanding sealer dan top

coat memiliki jumlah sisa hanya sedikit tapi tetap berlebih. Sumberdaya yang

sangat berlebih ketersediannya adalah rota n batang dan jam tenaga kerja langsung.

Penggunaan jam tenaga kerja langsung melebihi kapasitas optimal, oleh karena itu

terjadi jam tenaga kerja langsung menganggur yang besar. Hasil olahan dengan
menggunakan linear programming memperlihatkan bahwa target produksi sudah

optimal.

Cakraningrum (2000) melakukan penelitian tentang optimalisasi pengadaan

bahan baku pada pabrik gula, yang merupakan studi kasus pada P.G. Mojo, Sragen,

Jawa Tengah, diketahui bahwa pengadaan bahan baku di PG. Mojo belum optimal.

Dalam hal ini peneliti menggunakan model linear programming dengan 28 kegiatan

pengadaan gula. Berdasarkan hasil optimalisasi diketahui bahwa penggunaan lahan

dan dan jumlah tebu tergiling lebih besar, serta jumlah gula yang lebih kecil

dibandingkan dengan kondisi optimal mengakibatkan biaya tinggi dan penerimaan

rendah, sehingga keuntungan yang diperoleh semakin rendah. Tingkat keuntungan

optimal adalah sebesar Rp. 5.577.243.000,- sedangkan keuntungan aktual hanya

Rp. 2.730.605.284,-.

Tandyna (2002) melakukan penelitian yang berjudul “Sistem Pengadaan

Bahan Baku Dan Optimalisasi Produksi Nata De Coco Pada PT. Menacoco Sari

Jakarta”. Berdasarkan hasil olahan penelitiannya dengan menggunakan program

linear menunjukkan tingkat produksi optimal lebih tinggi dari pada tingkat

produksi aktual. Pada kondisi aktual perusahaan memproduksi nata de coco sebesar

3072415 unit. Sedangkan berdasarkan hasil olahan program linear, nata de coco

yang dihasilkan sebesar 3106884 unit, yang mana nata de coco kemasan 220 gram

dan kemasan 360 gram ditingkatkan produksinya masing-masing sebesar 1309885

unit dan 99799 unit. Untuk produk nata de coco kemasan 240 gram dikurangi

jumlah produksinya sebesar 513691 unit. Dengan berproduksi pada tingkat

optimal, perusahaan akan memperoleh keuntungan total sebesar Rp

3.033.452.784.100. Selain itu juga berdasarkan hasil olahan linear programming


menunjukkan masih terdapat penggunaan sumberdaya yang belum optimal. Bahan

baku gula, penggunaan jam kerja pengemasan dan jam kerja mesin masih berlebih

ketersediannya pada kondisi optimal. Sedangka bahan baku nata mentah dan jam

kerja tenaga produksi merupakan sumberdaya yang dimanfaatkan secara maksimal

pada kondisi maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai optimalisasi yang telah

diuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa metode linear programming

merupakan alat analisis yang dapat dipergunakan untuk memperoleh kombinasi

produksi yang optimal (terbaik) dari suatu permasalahan (kendala-kendala) yang

ada sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal bagi perusahaan.


III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Fungsi Produksi

Secara umum, suatu sistem produktif adalah proses pengubahan masukan

sumber daya menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna. Masukan-

masukan ke dalam sistem ini adalah bahan mentah, tenaga kerja, modal, energi dan

informasi. Masukan-masukan ini diubah menjadi barang-barang dan jasa-jasa oleh

teknologi proses yang merupakan metode atau cara tertentu yang digunakan untuk

proses tranformasi (Handoko, 1984).

Fungsi produksi adalah hubungan matematik antara input dan output

(Nicholson, 1991). Dalam fungsi produksi biasanya jumlah yang diproduksi

tergantung pada jumlah bahan baku, mesin dan modal yang digunakan dalam

proses produksi. Adapun fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai

berikut :

q = f ( K, L, M,……)

Dimana q merupakan output berupa barang-barang yang dihasilkan

perusahaan sedangkan K, L dan M merupakan input berupa bahan mentah, mesin

dan jam tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Untuk

dapat menentukan kombinasi produksi yang optimal guna memperoleh keuntungan

yang maksimal dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi dan garis

isorevenue.
Masukan
Masukan

Bahan Mentah

Tenaga Kerja
Barang-
Modal Proses Barang
atau Jasa-
Energi Transforma Jasa

Informasi si
(konversi)

Informasi umpan balik untuk pengawasan


masukan-masukan, proses dan teknologi proses

Gambar 1. Operasi Sebagai Suatu Sistem Produktif


Sumber : Handoko, 1984

3.1.2. Manajemen Produksi Dan Operasi

Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan

secara optimal penggunaan sumberdaya-sumberdaya (faktor produksi), tenaga

kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses

transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk atau jasa.

(Handoko,1997). Oleh sebab itu tugas manajer produksi dan operasi adalah

mengarahkan bagaimana cara berbagai masukan (input) agar dapat memproduksi

berbagai keluaran (output) dalam kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan konsumen.


3.1.3. Bahan Baku

Bahan baku merupakan faktor yang paling menentukan dalam kelancaran

proses produksi tanpa adanya bahan baku suatu proses produksi tidak akan berjalan

lancar, maka untuk menghadapi persaingan bebas setiap perusahaan dituntut untuk

memiliki keunggulan di dalam mempertahankan berdirinya perusahaan. Salah satu

caranya adalah dengan tetap menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk

yang dihasilkannya agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Hal

tersebut dapat dicapai jika sistem pengadaan bahan baku dalam perusahaan dapat

berjalan dengan baik sehingga dapat menjamin kelancaran dari proses produksi.

Menurut Mulyadi dalam Touana (2003), bahan baku merupakan bahan yang

membentuk bagian menyeluruh produk jadi.

3.1.3.1. Jenis-Jenis Bahan Baku

Menurut Manullang dalam Tandyna (2002), penggolongan bahan yang

digunakan dalam proses produksi antara lain :

1. Bahan Langsung ( Direct Materials)

Merupakan bahan yang menjadi bagian dari barang-barang jadi dan

merupakan bagian pengeluaran yang besar dalam memproduksi sesuatu.

2. Bahan Tidak Langsung (Indirect Materials)

Merupakan bagian dari produk jadi yang dipergunakan dalam jumlah kecil

sehingga biaya bahan tersebut tidak terlalu besar.

3. Perlengkapan (Suppliers)

Merupakan bahan yang digunakan dalam proses produksi tapi tidak

mengambil bagian dalam barang jadi.


Sedangkan menurut Burton dalam Chandra (1998), bahan baku

digolongkan atas tiga kriteria yaitu bahan mentah, parts dan suppliers. Bahan

mentah merupakan bagian terbesar dari barang jadi dan merupakan bagian

pengeluaran terbesar dalam memproduksi suatu barang. Parts merupakan bagian

dari produk jadi yang dipergunakan dalam jumlah kecil, sedangkan suppliers

merupakan bahan yang dipergunakan dalam proses produksi tetapi tidak

mengambil bagian dari produk jadi.

3.1.4. Kombinasi Produksi

Menurut Lipsey dan Courant (1995), masalah utama dalam berproduksi

adalah bagaimana memperoleh output dari input yang ada secara efesien atau

bagimana mengoptimalkan produksi dengan input yang ada. Untuk itu dengan

keterbatasan input yang ada perusahaan harus melakukan produksi yang optimal

agar dapat mencapai keuntungan yang maksimal. Oleh sebab itu, pihak perusahaan

perlu mempertimbangkan kombinasi produksi optimal yang diperoleh dari

penggunaan factor-faktor produksi yang jumlahnya terbatas agar memberikan

keuntungan yang maksimal bagi perusahaan.

Penentuan kombinasi produksi yang optimal untuk memperoleh keuntungan

yang maksimal dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi dan garis

isorevenue. Menurut Nicholson (1991), kurva kemungkinan produksi ( Production

possibility curve) adalah kurva yang menunjukkan semua kombinasi keluaran

(output) yang dapat dihasilkan oleh satuan ekonomi tertentu dengan menggunakan

sumber daya yang sudah tertentu jumlahnya.

Berbagai kombinasi produksi yang dapat ditunjukkan oleh kurva

kemungkinan produksi (KKP) tersebut, dengan asumsi perusahaan bermotif


memaksimalkan keuntunga n, hanya akan dipilih satu kombinasi yaitu yang dapat

memberikan penerimaan sekaligus keuntungan yang maksimal. KKP disebut juga

isoresource curve karena masing-masing titik dalam kurva menunjukkan

kombinasi dari output yang dihasilkan dengan menggunakan jumlah input yang

sama. Sedangkan garis isorevenue adalah garis yang menunjukkan kombinasi

produksi yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan penerimaaan

tertentu.

Diasumsikan perusahaan memproduksi dua barang yaitu X1 dan X2. Pada

Gambar 2, KKP antara dua barang X1 dan X2 ditunjukkan oleh daerah OAEB.

Sedangkan AEB merupakan batas kemungkinan produksi (production possibility

boundary) yang membatasi antara kombinasi produksi yang dapat dicapai dan yang

tidak dapat dicapai. Titik-titik yang disebela h kiri- bawah kurva merupakan

kombinasi produk yang dicapai tanpa menghabiskan sumber daya yang ada,

sedangkan titik-titik di kanan-atas kurva merupakan kombinasi produk yang tidak

bisa dicapai karena sumber daya tidak cukup untuk memproduksi kedua jenis

barang tersebut.

Kombinasi produksi yang optimal dicapai saat KKP bersingguhan dengan

garis isorevenue yaitu pada titik E. Dimana pada titik E merupakan kombinasi

produksi X1 dan X2 yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang maksimal

dengan sumber daya pada tingkat tertentu. Pada titik E pula, ditunjukkan bahwa

tingkat substitusi marjinal (MRS) individu sama dengan tingkat dimana X1 dapat

dipertukarkan dengan X2 dalam produksi (RPT). MRS merupakan tingkat dimana

seorang individu bersedia untuk mengurangi konsumsi dari 1 jenis barang jika ia

ingin mendapatkan tambahan 1 unit barang lain. Sedangkan RPT merupakan slope
dari batas kemungkinan produksi yang menunjukkan biaya oportunitas yang

terlibat dalam memproduksi suatu produk lebih banyak dengan mengurangi produk

lainnya. Dengan kata lain pada titik E tersebut, tingkat transformasi marjinal dari

kedua output sama dengan rasio harga kedua output tersebut. Secara matematik

dapat dituliskan sebagai berikut :

PX 2 ∆X 1 PX 2
MRTX 1, X 2 = ; =
PX 1 ∆X 2 PX 1

Pada Gambar 2 perusahaan berproduksi sebesar d untuk barang X1

dan sebesar c untuk barang X2, sehingga total penerimaan perusahaan

maksimal, yaitu sebesar TR2. Sedangkan kombinasi produksi produksi di

titik a dan b bukanlah merupakan kombinasi yang optimal karena total

penerimaan yang dihasilkan lebih rendah dari TR2 dan masih ada sumber

Output
daya yang X2
berlebih.

A
a
E

Output X1
O B TR1 TR 2

Gambar2. Kurva Kemungkinan Produksi


Sumber : Nicholson,1991

3.1.5. Optimalisasi
Optimalisasi dapat diartikan sebagai pencapaian keluaran tertentu dengan

menggunakan masukan yang paling sedikit atau dengan kata lain proses yang

secara ekonomis paling efesien. Sedangkan menurut Soekartawi (1992),

optimalisasi adalah suatu usaha pencapaian keadaan terbaik, dan optimalisasi

produksi adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefesien

mungkin.

Menurut Nicholson (1991), secara umum persoalan optimalisasi meliputi

optimalisasi tanpa kendala dan optimalisasi dengan kendala. Dalam optimalisasi

tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diabaikan

sehingga dalam menentukan nilai maksimal dan minimal tidak terdapat batasan

untuk berbagai pilihan yang tersedia. Pada kasus tanpa kendala ini kondisi order

pertama menyatakan bahwa setiap kegiatan yang berkontribusi marjinal dari

peningkatan lebih lanjut adalah nol. Dalam istilah matematika kondisi order

pertama untuk sebuah optimum mengharuskan semua derivatif parsial sama dengan

nol.

Pada optimalisasi dengan kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala pada

fungsi tujuan diperhatikan dan turut menentukan titik maksimum dan minimum

fungsi tujuan. Menurut Supranto (1998), persoalan optimalisasi dengan kendala

pada dasarnya merupakan persoalan menentukan nilai variabel- variabel suatu

fungsi menjadi menjadi maksimum dan minimum dengan memperhatikan

keterbatasan-keterbatasan yang ada. Keterbatasan itu biasanya meliputi semua

faktor yang digunakan dalam proses produksi seperti tenaga kerja (men) , uang

(money), dan material yang merupakan input serta ruang dan waktu.
Masalah optimalisasi dapat diselesaikan dengan menggunakan salah satu

tehnik optimalisasi yaitu metode pemogramman linear. Metode pemogramman

linear merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah optimalisasi

berkendala dimana semua fungsi baik fungsi tujuan maupun fungsi kendala

merupakan fungsi linear.

3.1.6. Linear Programming

Linear programming merupakan suatu model yang dapat digunakan dalam

pemecahan masalah pengalokasiaan sumber-sumber terbatas secara optimal.

Masalah tersebut timbul apabila seseorang diharuskan untuk memilih atau

menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukannya, dimana masing-

masing kegiatan membutuhkan sumber yang sama sedangkan jumlahnya terbatas

diantara berbagai alternatif penggunaan sumberdaya-sumberdaya tersebut agar

berbagai tujuan yang telah ditetapkan yaitu maksimasi laba atau minimisasi biaya

dicapai atau dioptimalkan.

Dalam memecahkan masalah linear programming menggunakan model

matematis. Linear yang berarti bahwa semua fungsi-fungsi matematis yang

disajikan dalam model haruslah fungsi-fungsi linear. Jadi linear programming

mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu hasil yang

optimal, yaitu suatu hasil yang mencerminkan tercapainya sasaran tertentu yang

paling baik (menurut model matematis) di antara alternatif-alternatif yang

mungkin, dengan menggunakan fungsi linear. Menurut Supranto (1998), persoalan

linear programming ialah suatu persoalan untuk menentukan besarnya masing-

masing nilai variabel sedemikia n rupa sehingga nilai fungsi tujuan atau obyektif

yang linear menjadi optimum dengan memperhatikan pembatas-pembatas yang ada


yaitu inputnya. Sedangkan menurut Soekartawi (1992), problem dalam linear

programming adalah memperhatikan penggunaan atau alokasi yang efesien dari

sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Problem ini

dicirikan oleh sejumlah solusi untuk memenuhi kondisi-kondisi dasar dari setiap

problem.

Dalam linear programming dikenal dua macam fungsi yaitu fungsi tujuan

dan fungsi batasan. Fungsi tujuan dalah fungsi yang menggambarkan tujuan atau

sasaran di dalam permasalahan linear programming yang berkaitan dengan

pengaturan secara optimal sumberdaya-sumberdaya untuk memperoleh keuntungan

maksimal atau biaya minimal, dimana nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan

sebagai Z. Sedangkan fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara

matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara

optimal ke berbagai kegiatan.

Adapun simbol-simbol di dalam linear programming adalah sebagai berikut

m : macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia.

n : macam kegiatan-kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas

tersebut.

i : nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia (i=1,2,…..,m)

j : nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas

yang tersedia (j=1,2,…,n)

xj : tingkat kegiatan ke,j. (j=1,2,….,n)

aij : banyaknya sumber (fasilitas) i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap

unit kegiatan (I=1,2,….,n)


bi : banyaknya sumber (fasilitas) i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap

unit kegiatan (I= 1,2,…,n)

Z : nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum)

Cj : kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan (xj) dengan satu

satuan (unit); atau merupakan sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j

terhadap nilai Z.

Untuk selanjutnya keseluruhan simbol-simbol di atas disusun ke dalam

bentuk tabel standar linear programming seperti tampak pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Untuk Model Linear Programming

Kegiatan Pemakaian Sumber per Unit Kapasitas


Sumber Kegiatan (Keluaran) Sumber

1 a11 a12 a13…………..a1n b1


2 a21 a22 a23…………..a2n b2
3 a31 a32 a33………….a3n b3
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .
m am1 am2 am3……….an m bm
∆Z pertambahan tiap C1 C2 C 3………..Cn
unit X1 X2 X3………...Xn
Tingkat kegiatan
Sumber : Handoko, Subagyo dan Asri , 2000

Bentuk umum persoalan linear programming dapat dilihat pada contoh

sebagai berikut, jika seorang produsen mempunyai m bahan mentah dan ingin

memproduksi jenis produk dimana setiap jenis produk menggunakan semua jenis
bahan mentah dengan proporsi tertentu. Dari berbagai jenis produk yang diproduksi

akan dijual. Persoalan yang timbul, berapa besarnya masing-masing jenis produk

sehingga jumlah hasil penjulan maksimum (sebesar-besarnya atau sebanyak-

banyaknya).

Dimana :

xj = jumlah produk j, j = 1,2,…..,n

hi = bahan mentah jenis i yang tersedia, i = 1,2,…..,m

aij = bahan mentah i yang dipergunakan untuk memproduksi 1 unit

produkj.

cj = harga jual 1 unit jcj xj = penerimaan hasil penjualan produk j, sejumlah

xj unit

Maka persoalan linear programming menjadi :

Cari x1 ,x2 ,….xj….,xn


s.r.s. : z = c1x1 + c2 x2 + …… + cj xj +……+c nxn : maksimum
d.p. : a11x1 + a12x2 +…..+a 1jxj+……+a 1nxn <= h1
a21x1 + a22x2 +…..+a 2jxj+……+a 2nxn <= h2
.
.
ai1x1 + ai2 x2 +…..+a ijxj +……+ain xn <= hi
.
.
am1x1 + am2x2+…..+a mjxj +……+amnx n <= hm
Xj>=0 j, = 1,2,3,….n

Adapun asumsi-asumsi dasar dalam linear programming dapat diperinci

sebagai sebagai berikut (Handoko, Subagyo dan Asri ,2000) :

1. Proportionality.

Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber

atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding (proportional) dengan

perubahan tingkat kegiatan.


a) Z = C1 X1 + C2X2 + C3X3 +……..Cn Xn

Setiap penambahan 1 unit X1 akan menaikkan Z dengan C 1. Setiap

penambahan 1 unit X2 akan menaikkan nilai Z dengan C 2,dan seterusnya.

b) a11+X1 + a12 X2 + a13X3 +……+a nXn≤ b1

Setiap pertambahan 1 unit X1 akan menaikkan penggunaan sumber atau

fasilitas 1 dengan a11. Setiap pertambahan 1 unit X2 akan menaikkan penggunaan

sumber atau fasilitas 1 dengan a12, dan seterusnya. Dengan kata lain, setiap ada

kenaikan kapasitas rill tidak perlu ada biaya persiapan (set up cost).

2. Additivity.

Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling

mempengaruhi, atau dalam LP dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan (Z) yang

diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi

bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.

3. Divisibility.

Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran (output) yang dihasilkan oleh

setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecaha n. Demikian pula dengan nilai Z yang

dihasilkan.

4. Deterministic.

Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model

LP (aij , bi , cj) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.

Menurut Soekartawi (1992), linear programming (LP) memiliki kelebihan

dan kekurangan. Kelebihan LP antara lain adalah : a) mudah dilaksanakan terutama

jika menggunakan alat Bantu komputer, b) dapat menggunakan banyak variabel,

sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumber daya


yang optimum dapat dicapai, dan c) fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai

dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia.

Adapun kekurangan LP adalah apabila alat Bantu komputer tidak

tersedia, maka LP dengan menggunakan banyak variabel akan menyulitkan

dalam analisisnya dan bahkan mungkin tidak dapat dikerjakan secara

manual. Untuk variabel yang jumlahnya sedikit maka LP dapat dikerjakan

secara manual dengan bantuan metode simpleks. Selain itu pula dalam LP

mengasumsikan bahwa semua parameter model diketahui dengan pasti

(asumsi deterministik). Padahal sebelumnya dalam kehidupan nyata, jarang

diketahui kepastian yang sesungguhnya. Tehnik LP mengkompensasikan

kekurangan ini dengan memberikan analisis pasca-optimum dan analisis

parametrik yang sistematis yang memungkinkan pengambilan keputusan

untuk menguji sensitivitas pemecahan optimum yang startegis terhadap

perubahan berbagai parameter dari model tersebut.

3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual

Persaingan global yang terjadi sekarang ini menuntut setiap perusahaan

yang turut bersaing harus mempunyai keunggulan dari perusahaan lain dalam

menghasilkan produknya. Berdasarkan keunggulan tersebut diharapkan perusahaan

mampu memenuhi kepuasan konsumen yang merupakan salah satu tolak ukur

keberhasilan suatu perusahaan. Salah satu keunggulan tersebut adalah kelancaran

dalam pengadaan faktor-faktor produksi seperti bahan baku yang sangat

berpengaruh terhadap kelancaran proses pengolahan suatu produk.

Oleh sebab itu perlu adanya sistem pengadaan bahan baku yang efektif

yang dapat menjamin kelancaran suplai bahan baku sehingga menjamin kelancaran
proses produksi. Selain itu juga agar perusahaan dapat berproduksi secara efesien

maka perusahaan harus dapat memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada

seoptimal mungkin, sehingga mampu menghasilkan produk dengan kuantitas dan

kualitas yang diharapkan konsumen dan dapat mencapai tujuan penjualan yang

menguntungkan bagi perusahaan.

PT Cacao Wangi Murni merupakan salah satu industri pengolahan kakao.

Biji kakao merupakan bahan baku utama didalam proses produksinya untuk

menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder. Namun, dalam memperoleh bahan

baku tersebut perusahaan harus bersaing dengan para eksportir yang lebih tertarik

untuk menjual biji kakao ke luar negeri dari pada menjualnya ke industri

pengolahan kakao lokal. Hal tersebut dapat didukung apabila nilai tukar rupiah

melemah yang dapat menyebabkan harga dolar naik. Selain itu pula kendala yang

dihadapi adalah pengenaan PPN sebesar 10 persen untuk pembelian biji kakao.

Kendala tersebut menuntut adanya alokasi sumberdaya yang cermat dan seefesien

mungkin sehingga diperoleh tingkat kombinasi produksi yang optimal. Untuk

memecahkan maslah di atas, maka digunakan program linear sebagai alat

analisisnya. Dari model ini akan dihasilkan analisis primal, analisis dual dan

analisis sensitivitas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipelajari bagaimana

optimalisasi produksi cocoa butter dan cocoa poder pada PT. Cacao Wangi Murni.
Identifikasi Kondisi Optimalisasi Produksi

Tujuan Perusahaan
Memaksimumkan Pengadaan
Bahan baku

Kendala
PPN 10 Persen

Analisis Optimalisasi Produksi

Perencanaan Produksi Kondsi Aktual Yang Dilakukan


Optimal Dengan Linear Perusahaan Dalam Produksi
Programming

Perumusan Strategi Alternatif perusahaan


Dalam Perencanaan Produksi Optimal

Analisis Analisis Dual Analisis


Primal Sensitivitas

Gambar 3. Tahapan Analisis Optimalisasi Produksi Cocoa Butter dan


Cocoa Powder Pada PT Cacao Wangi Murni.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Cacao Wangi Murni (PT CWM) yang

mempunyai lokasi berupa kantor pusat di Jalan Kali Besar Barat No 50B Jakarta

Barat, sedangkan pabrik pengolahannya berada di Jalan Industri VI Blok L/3 Jati

Uwung Tanggerang. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa PT CWM merupakan salah satu industri

pengolahan cacao yang berdiri sejak 1987. Adapun pelaksanaan penelitian ini

dilakukan pada bulan April-Juni 2005.

4.2. Jenis Dan Sumber Data

Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data

primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan pencatatan langsung di

lapangan serta wawancara dengan para staff atau petugas lapangan pada PT.

CWM. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, bahan

pustaka, literatur, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, instansi

terkait serta internet.

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis optimalisasi produksi dilakukan dengan menggunakan linear

programming. Data-data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif.

Untuk selanjutnya data-data tersebut diolah dengan menggunakan alat Bantu

program komputer Lindo. Berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan beberapa

analisis yaitu analisis primal, analisis dual dan analisis sensitivitas.


4.3.1. Analisis Primal

Melalui analisis primal dapat diketahui kombinasi produk (Xj) terbaik yang

dapat menghasilkan tujuan (Z) maksimum, yaitu keuntungan yang paling besar

dengan tetap mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang tersedia. Hasil

analisis ini dapat dibandingkan dengan produksi aktual yang selama ini dilakukan

oleh perusahaan apakah sudah optimal atau belum.

4.3.2. Analisis Dual

Analisis dual merupakan suatu nilai yang menunjukkan perubahan yang

akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah satu satuan. Melalui

analisis dual dapat diketahui penilaian terhadap sumberdaya, yaitu dengan melihat

slack atau surplus dan nilai dualnya. Jika nilai slack atau surplus > 0 dan nilai

dualnya = 0 maka sumberdaya tersebut adalah sumberdaya yang berlebih begitu

juga sebaliknya. Jika sumberdaya memiliki nilai dual > 0 menunjukkan bahwa

sumberdaya langka dan termasuk dalam kendala yang aktif, yaitu kendala yang

membatasi nilai fungsi tujuan. Nilai dual juga dapat digunakan untuk membantu

menentukan harga tertinggi suatu sumberdaya (input) yang masih memungkinkan

perusahaan untuk tetap melakukan pembelian. Sehingga nilai dual sangat berperan

dalam pengambilan keputusan, terutama dalam hal pembeliaan sumberdaya.

4.3.3. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu analisis tentang bagaimana perubahan

koefisien fungsi tujuan dan sisi sebelah kanan kendala mempengaruhi solusi

optimal. Hal ini penting mengingat bahwa masalah dunia nyata merupakan
lingkungan yang dinamis, seperti harga bahan baku yang berubah yang dapat

menyebabkan manajer harus menghitung ulang kontribusi laba per unit suatu

produk, juga dapat mempengaruhi tingkat ketersediaan sumberdayanya. Dengan

analisis sensitivitas dapat digunakan untuk menanggapi perubahan tersebut.

Analisis sensitivitas ini dilakukan setelah dicapainya penyelesaian optimal,

maka analisis ini sering disebut pula Post Optimality Analysis. Jadi tujuan analisis

ini adalah mengurangi perhitungan-perhitungan dan menghindari perhitungan

ulang, bila terjadi perubahan-perubahan satu atau beberapa koefesien koefisien

fungsi tujuan dan sisi sebelah kanan kendala pada saat penyelesaian optimal telah

dicapai.

4.4. Model Analisis

4.4.1. Fungsi Tujuan

Sesuai dengan tujuan penelitian, model linear programming digunakan

untuk menentukan kombinasi produksi yang optimal sesuai dengan ketersediaan

sumberdaya, sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal. Keuntungan

perusahaan merupakan selisih antara penerimaan dari tiap-tiap jenis output yang

dihasilkan dengan biaya proses produksi. Sehingga dapat dirumuskan fungsi tujuan

sebagai berikut :

Maksimumkan Z = ∑ PbXb + PpXp

Dimana :

Z = Keuntungan yang ingin dimaksimumkan


Pb = keuntungan per satuan produk cocoa butter pada tahun 2004
Xb = Tingkat produksi cocoa butter pada tahun 2004
Pp = keuntungan per satuan produk cocoa powder pada tahun 2004
Xp = Tingkat produksi cocoa butter pada tahun 2004
4.4.2. Fungsi Kendala

Kendala yang dianalisis dalam penelitian ini ada lah kendala yang benar-

benar menyebabkan produk tersebut berbeda dalam penggunaan sumberdaya,

sehingga biaya yang digunakan pun berbeda. Kendala tersebut adalah kendala

bahan baku, kendala ketersediaan mesin, kendala jam tenaga kerja dan kendala

proses produksi. Dengan demikian fungsi kendala dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Fungsi kendala bahan baku

∑ A Xb + B Xp ≤ N

Dimana :

A : Koefisien kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi


cocoa butter pada tahun 2004
B : Koefisien kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi
cocoa powder pada tahun 2004
N : Ketersediaan bahan baku pada tahun 2004

2. Fungsi kendala ketersediaan mesin

∑ C Xb + D Xp ≤ M

Dimana :

C : Koefisien kebutuhan jam mesin yang digunakan untuk

memproduksi cocoa butter pada tahun 2004

D : Koefisien kebutuhan jam mesin yang digunakan untuk memproduksi


cocoa powder pada tahun 2004
M : Ketersediaan jam kerja mesin pada tahun 2004
3. Fungsi Kendala Jam Tenaga Krja Langsung

∑ E Xb + F Xp ≤ K

Dimana :

E : Koefisien kebutuhan jam tenaga kerja langsung untuk menghasilkan cocoa


butter pada tahun 2004
F : Koefisien kebutuhan jam tenaga kerja langsung untuk menghasilkan cocoa
powder pada tahun 2004
K : Jumlah jam kerja yang tersedia di pabrik pada tahun 2004
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Sejarah Perusahaan

5.1.1. Pendirian

Perseroan didirikan berdasarkan Akta No. 84 tanggal 6 februari 1987 yang

dibuat dihadapan John Leonard Waworunto, SH, Notaris di Jakarta. Akta pendirian

perseroan tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak

Asasi manusia Republik Indonesia No. C2-9234.HT.01.TH.89, tanggal 29

September 1989. Namun Akta pendirian perseroan tersebut telah beberapa kali

mengalami perubahan, terakhir dengan Akta No. 90, tanggal 24 oktober 2003 yang

dibuat dihadapan R. Johanes Sarwono, SH, Notaris di Jakarta.

Maksud dan tujuan didirikannya perseroan adalah untuk menjalankan

usaha diberbagai bidang, yaitu :

1. Mendirikan dan menjalankan usaha dalam bidang industri pengolahan coklat.

2. Mengelola usaha dalam bidang perdagangan termasuk impor dan ekspor

antar pulau dan lokal, baik untuk perhitungan sendiri maupun untuk

perhitungan pihak lain secara komisi.

5.1.2. Perizinan

Perizinan yang telah dimiliki perseroan saat ini adalah sebagai berikut :

1. Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas No.300611501121, berlaku sampai

dengan tanggal 26 Juni 2007, dari pemerintah Kota Tangerang Dinas Perindustrian,

Perdagangan Dan Pemberdayaan Dunia Usaha.

2. Keterangan Domisili Usaha N0. 102/1.756.9/1987, dari Pemerintah Daerah

Khusus Ibukota Jakarta, Kota Jakarta Barat, Kecamatan Tambora, Kelurahan Roa

Malaka.
3. NPWP : 01.430.729.2-402.000, sesuai dengan Surat Keterangan Terdaftar No.

PEM-144/pj-08/kp.0203/2004, dari Departeme n Keuangan Republik Indonesia,

Direktorat Pajak, Tangerang.

5.2. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

PT Cacao Wangi Murni memiliki lokasi berupa kantor pusat yang terletak

di Jalan Kali Besar Barat No 50-B Jakarta Barat 11230, Indonesia. Adapun lokasi

pabrik pengolahan Cocoa Butter dan Cocoa Cake terletak di Jalan Raya Serang

Industri VI Blok L/3, RT.01/03, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Jatiuwung,

Tangerang, Banten. Pabrik tersebut dibangun di atas tanah seluas 11.700 M2 , atas

nama Jusuf Setiawan. Adanya perinciannya tercantum dalam Tabel 5.

Tabel 5. Sertifikat, GS/SU, Luas dan Nama Kepemilikan Lahan Perseroan


PT. Cacao Wangi Murni

No Sertifikat GS/SU Luas (M2)


1 HM No.689, Tgl 11-03-1987 GS No. 3142 950
2 HM No.372, Tgl 02-05-1985 GS No. 3579 2.250
3 HM No.674, Tgl 11-03-1987 GS No. 3121 560
4 HM No.664, Tgl 11-03-1987 GS No. 3107 445
5 HM No.676, Tgl 11-03-1987 GS No. 3124 2.915
6 HM No.601, Tgl 27-08-1986 GS No. 9160 3.765
7 HM No.613, Tgl 16-09-1986 GS No. 10158 815
Jumlah 11. 700
Sumber : PT Cacao Wangi Murni, Juni 2004.

5.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Susunan pengurus Perseroan adalah sebagai berikut :

Komisaris : Muliawati Setiawan


Dewan Direksi

1. Direktur Utama : Paul Setiawan

2. Direktur : John Setiawan

3. Direktur : Rendy Christian

Dalam menjalankan kegiatan usahanya Perseroan didukung oleh 91 orang

karyawan yang tediri dari 25 orang karyawan kantor dan 66 orang karyawan

pabrik. Karyawan yang dimiliki oleh perseroan saat ini memiliki pengalaman di

bidangnya masing-masing.

5.4. Proses Produksi

Proses pengolahan biji cacao menjadi produk jadi berupa cocoa butter dan

cocoa Powder melalui beberapa tahapan proses produksi. Adapun tahapan proses

produksinya adalah sebagai berikut :

Bahan baku utama berupa biji kakao ditransfer ke hopper cleaner untuk

diproses di mesin cleaner. Proses di mesin clener ini bertujuan untuk memisahkan

biji kakao dari benda-benda asing seperti batu, metal, debu, dan kotoran-kotoran

lainnya sehingga nantinya akan didapat bahan baku berupa biji kakao yang telah

bersih. Bahan baku berupa biji kakao yang telah bersih setelah di cleaner tersebut

di masukkan ke cylo beans. Dari cylo beans di transfer ke hopper free dryer dan

selanjutnya akan diproses di mesin free dryer. Pada mesin free dryer biji kakao

dipanaskan (disangrai) sehingga kulit yang ada pada biji kakao mencapai

kekeringan yang dikehendaki. Kulit pada biji kakao dikeringkan sesuai dengan

standart yang dikehendaki dengan tujuan agar biji kakao tersebut dapat dengan

mudah dikupas di mesin winower.


Proses pengupasan biji kakao yang dilakukan pada mesin winower ini

bertujuan untuk memisahkan antara daging kakao dengan kulitnya. Daging kakao

tersebut berbentuk berasan yang dinamakan dengan Nibs, sedangkan kulit kakao

dipisahkan tersendiri. Kemudian hasil output dari mesin winower berupa Nibs

tersebut di masukkan ke cylo Nibs. Proses selanjutnya adalah ke mesin Reaktor.

Pada mesin Reaktor ini Nibs doproses untuk mengatur warna dan aroma sesuai

dengan yang dikehendaki. Selanjutnya Nibs dari Reaktor tersebut disangrai di

mesin Roaster Nibs. Adapun proses penyangraian di mesin Roaster Nibs

membutuhkan perlakuan khusus sehingga hasil finish goodnya dapat sesuai dengan

flavour yang dikehendaki. Proses selanjutnya adalah setelah Nibs matang di

tampung ke Hopper mesin Map Nibs, pada mesin ini Map selanjutnya Nibs akan

digilas hingga menjadi pasta.

Biji kakao yang telah digilas hingga menjadi pasta dinamakan Massa, yang

untuk selanjutnya massa tersebut ditampung di Storage Tank. Kemudian dari

Storage Ta nk massa tersebut digilas lagi hingga menjadi halus di mesin Fine Ball

Mill. Mesin Fine Ball Mill yang terdapat dua bagian, adapun mesin Fine Ball Mill

pertama untuk menggilas pasta menjadi setengan halus. Sedangkan mesin Fine Ball

Mill kedua untuk menggilas massa yang setengah halus menjadi halus. Untuk

selanjutnya dari mesin Fine Ball Mill kedua tersebut massa cocoa yang telah halus

tersebut diayak lagi dimesin Filter Massa sehingga kehalusan massa cocoa sesuai

dengan standart yang diinginkan.

Hasil massa cocoa yang sudah halus dan sesuai dengan standart

kehalusannya untuk selanjutnya ditampung di Storage Tank. Di Sorage Tank

tersebut massa cocoa dipanaskan yang bertujuan untuk mematikan kuman-kuman.


Dari Sorage Tank massa cocoa tersebut disedot ke Tank Press dan untuk

selanjutnya massa cocoa tersebut siap di press pada mesin Press. Massa cocoa

tersebut dipress dan hasil output pada mesin press tersebut ada dua macam yaitu

Cocoa Butter dan Cocoa Cake. Adapun Cocoa cake yang dihasilkan berbentuk

lempengan-lempengan bulat yang selanjutnya digiling pada mesin pemecah cake

yang dinamakan mesin Cake Breaker.

Pada mesin Cake Breaker, tersebut dipecah menjadi bentuk Chips.

Selanjutnya Chips tadi digiling lagi di cocoa cake mesin Pulverizer Plant hingga

menjadi Cocoa Powder. Cocoa Powder tersebut ada yang langsung dipacking dan

untuk selanjutnya siap untuk dipasarkan. Namun jika konsumen ada yang

menginginkan atau meminta aroma powder lebih harum, maka powder tersebut

ditambah dengan dengan essence atau vanily di mesin mixer.

Massa cocoa yang dipress dan menghasilkan cocoa butter untuk

selanjutnya mengalami proses lanjutan berupa penyaringan cocoa butter. Adapun

cocoa butter disaring dengan tujuan agar mendapatkan hasil cocoa butter yang

jernih. Selanjutnya cocoa butter yang telah disaring dimasukkan ke Tank Butter

bersih. Untuk selanjutnya cocoa butter tersebut ditransfer lewat mesin tempering.

Pada mesin tempering cocoa butter didinginkan pada suhu temperatur tertentu

sehingga hasil cocoa butter sesuai dengan ya ng dinginkan dan tidak menjadi Fat

Bloom. Dari mesin tempering cocoa butter selanjutnya siap untuk di packing.

5.5. Kegiatan Pengadaan Bahan Baku Dan Pemasaran.

Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi Cocoa Butter dan

Cocoa Powder berupa biji kakao. Biji kakao yang akan digunakan oleh perusahaan
diperoleh dari pemasok di dalam negeri diantaranya adalah makasar, lampung,

medan dan Surabaya. Adapun sistem pembeliannya berdasarkan kontrak jangka

pendek. Hal tersebut dilakukan mengingat harga biji kakao sering berubah-ubah.

Karena harga biji kakao yang sering berubah-ubah tersebut perusahaan berusaha

menjalin kerjasama yang baik dengan para pemasok agar para pemasok tetap

melakukan pengiriman biji kakao pada perusahaan meskipun ada beberapa

pemasok yang lebih tertarik untuk mengekspor biji kakao mengingat harga jual

yang lebih tinggi jika di eksport.

Kegiatan pemasaran produk yang dihasilkan oleh PT Cacao Wangi Murni

berorientasi pada tujuan eksport sebanyak 98 persen sedangkan lokal hanya

berkisar sekitar dua persen. Adapun negara-negara tujuan ekspornya antara lain

Amerika, Belanda, Eropa, dan Perancis. Untuk itu perusahaan sangat

memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan agar sesuai dengan yang dinginkan

oleh konsumen. Sehingga konsumen akan merasa puas dan untuk selanjutnya loyal

terhadap perusahaan. Untuk melakukan pemasaran produknya perusahaan tidak

melakukan kontrak jangka panjang, melainkan dengan kontrak jangka pendek. Hal

tersebut dilakukan mengingat harga produk berupa Cocoa Butter dan Cocoa

Powder sering mengalami perubahan (fluktuatif) tergantung dengan harga di pasar

internasional. Adapun sistem pembayaran yang diterapkan adalah cash satu bulan

untuk trading sedangkan untuk buyer di luar negeri yaitu dengan Letter of Credit

(L/C) dan Telex Transfer (TT).

Tabel 6 menunjukkan konsumen pembeli hasil produksi beserta lokasi

pembeli tersebut.
Tabel 6. Daftar Nama dan Lokasi Pembeli Produk Pada PT. Cacao Wangi Murni
Tahun 2004.

No Nama Lokasi
1 ED & F Man Company USA, Eropa
2 Theobromo BV Company USA, Eropa
3 Unicom BV Company USA, Eropa
4 Dinex Company Eropa Timur
5 All Trade Company Eropa
6 Behn Meyer Company Eropa
Sumber : PT Cacao Wangi Murni, Juni 2004.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Perumusan Model Program Linear

6.1.1. Perumusan Fungsi Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kombinasi tingkat produksi PT

Cacao Wangi Murni dalam menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder yang

dapat memberikan keuntungan yang maksimum bagi perusahaan. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi pada periode January-

Desember Tahun 2004.

Koefesien fungsi tujuan merupakan keuntungan dari penjualan setiap

produk berupa cocoa butter dan cocoa powder yang dihasilkan oleh

perusahaan. Nilai keuntungan tersebut diperoleh dari hasil selisih antara

harga jual dengan biaya produksi dari setiap jenis cocoa yang dihasilkan.

Biaya produksi disini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya

penyusutan, biaya kemasan, biaya listrik dan air, serta biaya pemasaran

selama periode tahun 2004.

Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak perusahaan harga jual dan biaya

produksi untuk masing-masing cocoa butter dan cocoa powder adalah sama selama

periode tahun 2004. Adapun perhitungan mengenai harga jual, bia ya produksi dan

keuntungan tiap jenis produk baik cocoa butter dan cocoa powder dapat dilihat

pada Tabel 6.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan fungsi tujuan untuk

memaksimumkan keuntungan adalah sebagai berikut :

MemaksimumkanZ=14.616.796,47XB + 778.382,04XP
Tabel 7. Harga Jual, Biaya Produksi, dan Keuntungan Tiap Jenis Produk Tahun
2004

Jenis Cocoa Variabel Harga Jual Biaya Keuntungan


(Rp/Ton) Produksi/Ton (Rp/Ton)
Cocoa Butter XB1 36.800.000 22.183.203,53 14.616.796,47
Cocoa Powder XP1 11.040.000 10.261.617,96 778.382,04
Sumber : PT Cacao Wangi Murni, Juni 2004 (diolah)

6.1.2. Perumusan Fungsi Kendala

Kendala yang menjadi pembatas dalam model program linear untuk

optimalisasi produksi cocoa butter dan cocoa powder meliputi antara lain kendala

bahan baku, kendala ketersediaan jam kerja mesin, dan kendala jam tenaga kerja

langsung.

6.1.2.1. Perumusan Fungsi Kendala Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan perusahaan untuk memproduksi cocoa

butter dan cocoa powder adalah biji kakao. Biji kakao ini didapat perusahaan dari

pemasok biji kakao yang terdapat di berbagai daerah antara lain Makasar, Surabaya

dan Medan. Biji kakao yang digunakan perusahaan sebagai bahan baku adalah biji

kakao yang berkualitas tinggi yaitu biji cacao yang memiliki grade A. Hal tersebut

dilakukan mengingat tujuan pasar perusahaan lebih mengutamakan pasaran eksport

untuk menjual produknya sehingga kualitas biji cacao yang tinggi sangat

diperlukan karena dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

Total bahan baku yang tersedia pada periode tahun 2004 jumlahnya adalah

15.000.000 Kg atau 15000 Ton. Dalam perumusan fungsi kendala bahan baku, nilai

koefesien dari pertidaksamaan fungsi kendala ketersediaan bahan baku merupakan


jumlah bahan baku berupa bij i cacao yang dibutuhkan untuk memproduksi masing-

masing produknya yaitu cococa butter dan cocoa powder. Berdasarkan satu Ton

biji cacao yang digunakan dalam proses produksi akan selalu dihasilkan cococa

butter dan cocoa powder.

Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi kendala bahan baku dapat

dirumuskan sebagai berikut :

C1 XB + XP <= 15000

6.1.2.2. Perumusan Fungsi Kendala Jam Kerja Mesin

Dalam menghasilkan kedua jenis produk berupa cocoa butter dan cocoa

powder PT Cacao Wangi Murni menggunakan sembilan jenis mesin dalam proses

produksinya. Dalam model program linear, nilai koefesien masing-masing variabel

merupakan waktu yang dibutuhkan setiap jenis mesin ntuk mengolah satu ton biji

kakao. Kebutuhan jam kerja mesin tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Perhitungan

rinci tentang koefesien terdapat pada Lampiran 3. Sedangkan nilai ruas kanan

merupakan nilai dari ketersediaan jam kerja mesin selama periode tahun 2004.

Ketersediaan jam kerja mesin untuk setiap bulannya dapat dilihat dalam Lampiran

2.
Tabel 8. Koefesien Jam Kerja Mesin PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004

Jenis Mesin Koefesien


Cocoa Butter Cocoa Powder
Cleaner 0.283 0.408
Free Dryer 0.567 0.817

Winower 0.425 0.613

Roaster 0.340 0.490

MAP 0.340 0.490


Fine Ball Mill 0.567 0.817
Mesin Press 0.944 1.361
Pulverizer 0.7
Penyaring 0.17
Sumber : PT Cacao Wangi Murni, Juni 2004 (Diolah)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan fungsi kendala jam

kerja mesin produksi dari model program linear adalah sebagai berikut :

C2 0.283 XB + 0.408 XP <= 25776


C3 0.567 XB + 0.817 XP <= 17184
C4 0.425 XB + 0.613 XP <= 42960
C5 0.340 XB + 0.490 XP <= 25776
C6 0.340 XB + 0.490 XP <= 15752
C7 0.567 XB + 0.817 XP <= 42960
C8 0.944 XB + 1.361 XP <= 51552
C9 0.170 XB <= 25776
C10 0.700 XP <= 25766

6.1.2.3. Perumusan Fungsi Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung

Dalam fungsi kendala jam tenaga kerja langsung, perhitungan tenaga kerja

yang digunakan adalah tenaga kerja kerja langsung yaitu tenaga kerja yang
langsung berhubungan dengan kegiatan proses produksi. Adapun jumlah tenaga

kerja langsung yang bekerja di pabrik selama periode January-Desember Tahun

2004 adalah sebanyak 34 Orang, dimana seluruh tenaga kerja tersebut merupakan

tenaga kerja tetap perusahaan.

Perumusan fungsi kendala ketersediaan jam tenaga kerja langsung, dimana

koefesien variabel ruas kiri merupakan jam kerja tenaga kerja yang dibutuhkan

untuk menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder selama periode January-

Desember tahun 2004. Adapun kebutuhan jam tenaga kerja di PT CWM dapat

dilihat pada Tabel 9. Produksi biji kakao setiap harinya sebanyak 40 Ton dimana

hasilnya 0.34 % berupa cocoa butter dan 0.49 % berupa cocoa powder. Sedangkan

nilai ruas kanan kendala merupakan jumlah jam tenaga kerja yang tersedia. Nilai

ruas kanan kendala diperoleh dari perkaliaan jam tenaga kerja per hari dikalikan

jumlah tenaga kerja dan dikalikan lagi dengan jumlah hari kerja tiap-tiap bulan.

Rincian selengkapnya dpat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Koefesien Jam Tenaga Kerja Langsung Pada PT Cacao Wangi Murni

Jenis Produk JumlahTenaga Jam Kerja (b) Produksi (c) Koefesien


Kerja (a) Jam/Orang (Ton) (a*b)/c
(Orang) (Jam/Ton)
Cocoa Butter 17 8 13.6 10
Cocoa Powder 17 8 19.6 6.939
Tabel 10. Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung PT Cacao Wangi Murni
Tahun 2004.

Nama Bulan Variabel Hari Jam Jumlah Ketersediaan


Kendala Kerja Kerja Per Pekerja Per Bulan
hari
January C11 30 8 34 8160
February C11 28 8 34 7616
Maret C11 31 8 34 8432
Apr il C11 30 8 34 8160
Mei C11 31 8 34 8432
Juni C11 30 8 34 8160
Juli C11 30 8 34 8160
Agustus C11 30 8 34 8160
September C11 30 8 34 8160
Oktober C11 31 8 34 8432
November C11 27 8 34 7344
Desember C11 30 8 34 8160
Total 97376

Berdasarkan ura ian di atas maka fungsi kendala jam kerja tenaga kerja

dapat dirumuskan sebagai berikut :

C11 10XB1 + 6.939XP1 <= 97376

6.2. Hasil Optimal

PT CWM didalam melakukan perencanaan produksi dibatasi oleh

kendala bahan baku, kendala jam kerja mesin dan kendala jam tenaga kerja

langsung. Melalui hasil olahan data dengan menggunakan program LINDO

dapat terlihat hasil optimal yang dapat dicapai oleh perusahaan. Hasil olahan

data tersebut dapat memperlihatkan solusi optimal yang terdiri dari


kombinasi produk, status sumberdaya dan analisis sensitivitas. Untuk lebih

jelas dapat dilihat pada lampiran 1.

6.2.1. Tingkat Produksi Optimal

Di dalam penelitian ini, variabel keputusan yang ingin diketahui adalah

jumlah produksi setiap jenis cocoa butter dan cocoa powder yang seharusnya

dihasilkan oleh PT CWM sehingga dapat memberikan tingkat keuntungan yang

maksimal dengan penggunaan sumberdaya pada tingkat tertentu. Tabel 11

menunjukkan kondisi produksi cocoa butter dan cocoa powder pada kondisi actual

dan optimal.

Tabel 11. Produksi Cacao Butter Dan Cacao Powder Pada Kondisi Aktual dan
Optimal Di PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004.

Jenis Produk Variabel Produksi Aktual Produksi


(Ton) Optimal
(Ton)
Cacao Butter XB 4954 5100
Cacao Powder XP 7139 6683

Berdasarkan Tabe l 11 dapat diketahui bahwa jumlah produksi aktual cocoa

butter dan cocoa powder tahun 2004 adalah sebesar 4954 Ton dan 7139 Ton.

Sedangkan tingkat produksi yang optimal berdasarkan hasil olahan program linear

adalah sebesar 5100 Ton untuk cocoa butter dan 6683 Ton untuk cocoa

powder.Dengan asumsi bahwa penjualan setiap jenis cocoa butter dan cocoa

powder dalam satu tahun sama dengan jumlah produksi serta seluruh produk terjual

pada tingkat keuntungan per unit seperti pada Tabel 7, maka keuntungan

perusahaan pada kondisi optimal adalah sebesar Rp. 79.747.884.961,-. Sedangkan

jika dibandingkan dengan tingkat keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp.
77.969.106.950,-. Berdasarkan hal tersebut jika dibandingkan maka terjadi

perbedaan keuntungan sebesar Rp. 1.778.778.011,-.Sehingga jika perusahaan ingin

meningkatkan keuntungan sebesar Rp. 1.778.778.011,- sebaiknya perusahaan

berproduksi sesuai dengan produksi pada kondisi optimal.

6.2.2. Biaya Pengurangan (Reduced Cost)

Hasil olahan optimal dengan program linear selain menampilkan tingkat

produksi optimal juga menampilkan biaya pengurangan (reduced cost) dari

masing-masing produk. Reduced cost menggambarkan penurunan biaya per unit

sumberdaya yang digunakan agar tetap menghasilkan keuntungan. Suatu produk

akan menguntungkan untuk dilaksanakan jika mempunyai reduced cost sama

dengan nol, yang berarti pengembalian per unit melebihi harga bayangan (Shadow

Price) dari sumberdaya yang digunakan atau hal tersebut bisa dikatakan juga

bahwa keuntungan per unit melebihi bia yanya. Apabila suatu produk memiliki niali

reduced cost yang lebih besar dari nol, maka kegiatan atau produk tersebut tidak

menguntungkan. Artinya, jika kegiatan memproduksi tersebut tetap dilaksanakan

maka akan menimbulkan kerugian sebesar nilai reduced costnya.

Dari hasil pengolahan program linear, kegiatan yang dilakukan atau produk

yang dihasilkan oleh PT CWM memiliki nilai reduced cost sama dengan nol baik

untuk cocoa butter maupun cocoa powder. Hal tersebut menandai bahwa produk

cocoa butter maupun cocoa powder yang dihasilkan perusahaan layak untuk

diproduksi (dilaksanakan), karena dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.

6.2.3. Penggunaan Bahan Baku Biji Kakao


Berdasarkan hasil olahan data dengan program linear menunjukkan bahwa

persediaan bahan baku biji kakao pada kondisi aktual masih berlebih. Hal ini

terlihat dari nilai slack atau surplus yang terdapat pada hasil pengolahan dengan

program linear, kondisi tersebut disebabkan mengingat bahwa bahan baku biji

kakao terkadang sulit diperoleh perusahaan karena pengadaaannya sangat

berfluktuatif baik kualitas maupun kuantitas. Oleh sebab itu, perusahaan sering kali

membeli biji kakao dalam jumlah yang lebih banyak sebagai stock (persediaan)

untuk menjamin kontinuitas proses produksi selanjutnya sehingga bila terjadi

kelangkaan bahan baku maka dapat diantisipasi.

Pada kondisi optimal ketersediaan bahan baku biji kakao memiliki nilai sisa

artinya ketersediaan biji kakao selalu lebih besar dari jumlah biji kakao yang

diperlukan untuk memproduksi cocoa butter dan cocoa powder pada tingkat

kombinasi yang optimal. Hal ini disebabkan karena terdapatnya perbedaan

penggunaan biji kakao antara kondisi aktual sebesar 15.000 sedangkan pada

kondisi optimal hanya sebesar 11.783,4 yang menunjukkan bahwa biji kakao

mempunyai nilai sisa atau slack sebesar 3216.6 Ton. Dimana nilai sisa atau slack

tersebut diperoleh dari selisih antara penggunaan biji kakao pada kondisi aktual dan

pada kondisi optimal.

Ketersediaan bahan baku biji kakao yang berlebih tersebut perlu

diperhatikan oleh perusahaan sehingga nantinya tidak akan menimbulkan

biaya tambahan karena adanya penyimpanan dan pengawasan terhadap

bahan baku biji kakao untuk menjaga kualitas bahan baku biji kakao yang

diproduksi. Oleh sebab itu perusahaan harus memiliki kerjasama yang baik

dengan perusahaan pemasok bahan baki biji kakao agar dapat menjamin
kontinuitas pengiriman bahan baku biji kakao agar nantinya dapat menjamin

kontinuitas proses produksi bagi perusahaan.

6.2.4. Penggunaan Mesin

Berdasarkan total produksi cocoa butter maupun cocoa powder yang

dihasilkan pada tahun 2004 ternyata semua mesin belum terpakai secara optimal

karena adanya jumlah jam kerja mesin yang menganggur. Hal ini dapat dilihat dari

nilai slack atau nilai sisanya yaitu sebesar 21605.879 jam pada mesin cleaner,

8831.976 jam pada mesin free dryer, 36695.586 jam pada mesin winower,

20767.143 jam pada mesin roaster, 10743.142 jam pada mesin Map, 34607.977

jam pada mesin FBH, 37641.516 jam pada mesin Press, 24909.631 jam pada mesin

penyaring dan 21097.631 jam pada mesin pulverizer. Untuk lebih jelasnya lagi

dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 12. Ketersediaan, Penggunaan dan Nilai Sisa Jam Kerja Mesin Pada PT

Cacao Wangi Murni Tahun 2004.

Jenis Mesin Variabel Ketersediaan Optimal


(Jam)
Penggunaan Nilai
Sisa/ Slack
Cleaner C2 25776 4170.121 21605.879
Free Dryer C3 17184 8352.024 8831.976
Winower C4 42960 6264.414 36695.586
Roaster C5 25776 5008.857 20767.143
Map C6 15752 5008.858 10743.142
FBH C7 42960 8352.023 3467.977
Press C8 51552 13910.48 37641.516
Penyaring C9 25776 866.369 24909.631
Pulverizer C10 25776 4678.369 21097.631
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa pada kondisi optimal masih banyak jam

kerja mesin yang menganggur. Oleh karena itu perusahaan tidak perlu menambah

ketersediaan mesin, karena akan merupakan suatu pemborosan yang dapat

merugikan perusahaan. Namun hal yang seharusnya dapat perusahaan lakukan

untuk memanfaatkan jam kerja mesin yang menganggur adalah dengan cara

menambah produksi biji kakao untuk menghasilkan cocoa butter dan cocoa

powder sehingga dapat menekan kelebihan jam kerja mesin yang menganggur dan

pada akhirnya akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.

6.2.5. Penggunaan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung

Jumlah jam tenaga kerja langsung yang tersedia pada PT CWM selama

tahun 2004 adalah sebesar 97.376. Sedangkan berdasarkan hasil olahan optimal

penggunaan jam tenaga kerja langsung untuk proses produksi cocoa butter dan

cocoa powder telah dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat pada nilai

sisa atau slacknya. Dimana nilai sisa atau slacknya pada jam tenaga kerja langsung

memiliki nilai sebesar nol, yang artinya bahwa jam tenaga kerja langsung yang

diperlukan untuk memproduksi cocoa butter dan cocoa powder telah digunakan

seoptimal mungkin. Nilai sisa atau slacknya nol hal ini berarti bahwa jam tenaga

kerja langsung produksi telah habis digunakan dalam produksi.

6.3. Analisis Dual

Tingkat produksi cocoa butter dan cocoa powder ditentukan oleh

ketersediaaan sumberdaya pada tahun 2004. Dimana tingkat produksi akan dibatasi

oleh ketersediaan sumberdaya yang paling sedikit. Analisis dual memberikan

penilaian terhadap status sumberrdaya yang tersedia dengan melihat nilai slack atau
surplus dan nilai dualnya. Sumberdaya dengan slack atau surplus nol menunjukkan

bahwa sumberdaya tersebut bersifat terbatas dan termasuk sumberdaya yang aktif.

Sumberdaya dengan nilai slack atau surplus lebih besar dari nol merupakan

sumberdaya berlebih dalam proses produksi dan termasuk dalam sumberdaya tidak

aktif.

Nilai dual juga menunjukkan besar pengaruh akibat penambahan atau

pengurangan pada nilai ruas kanan kendala terhadap nilai fungsi tujuan.

Nilai dual pada sumberdaya terbatas atau kendala aktif mengindikasikan

bahwa perubahan satu satuan pada satu kendala akan menyebabkan nilai

fungsi tujuan berubah sebesar nilai dual dari sumberdaya tersebut.

Sebaliknya sumberdaya dengan nilai dual sama dengan nol mempelihatkan

sumberdaya tersebut berstatus kendala tidak aktif dimana penambahan

persediaan pada sumberdaya tidak akan mempengaruhi fungsi tujuan.

Selain itu nilai dual juga memperlihatkan batas harga maksimum

perusahaan bersedia untuk membeli satu unit sumberdaya. Oleh karena itu nilai

dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan terutama dalam pembelian

sumberdaya. Dual price juga sering disebut sebagai harga bayangan (shadow price)

yang dapat digunakan untuk menentukan harga tertinggi suatu sumberdaya (input)

yana masih memungkinkan perusahaan untuk tetap melakukan pembeliaan.

Analisis status sumberdaya pa da kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Analisis Status Sumberdaya di PT Cacao Wangi Murni Tahun 2004.
Sumber daya Variabel Nilai Sisa/Slack Nilai Dual Status
Sumberdaya
Biji Kakao C1 3216.616 0 Berlebih
Cleaner C2 21605.879 0 Berlebih
Free Dryer C3 8831.976 0 Berlebih
Winower C4 36695.586 0 Berlebih
Roaster C5 20767.143 0 Berlebih
Map C6 10743.142 0 Berlebih
FBH C7 3467.977 0 Berlebih
Press C8 37641.516 0 Berlebi h
Penyaring C9 24909.631 0 Berlebih
Pulverizer C10 21097.631 0 Berlebih
TKL C11 0 112174.961 Langka

Berdasarkan Tabel 13, dapat dijelaskan bahwa pada kondisi optimal

sumberdaya yang menjadi sumberdaya berlebih atau kendala tidak aktif adalah

sumberdaya bahan baku biji kakao, mesin Cleaner, Winower, Roaster, Ma, FBH,

Press, Penyaring dan mesin Pulverizer. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai slack

atau surplusnya sehingga sumberdaya berlebih atau kendala tidak aktif yang

dimiliki perusahaan tidak akan mempengaruhi fungsi tujuan jika terjadi

penambahan satu satuan pada kendala tersebut. Tabel 13 juga memperlihatkan

bahwa sumberdaya yang menjadi pembatas atau kendala aktif adalah jam tenaga

kerja langsung dengan nilai dualnya sebesar 112174.961, yang artinya bahwa setiap

penambahan satu jam tenaga kerja langsung maka akan meningkatkan nilai fungsi

tujuan sebesar Rp.112.174.961,-.

6.4. Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas sangat diperlukan mengingat dunia nyata penuh dengan

ketidakpastian. Analisis ini dilakukan setelah solusi optimal tercapai, yang

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana solusi optimal tersebut dapat diterapkan

apabila terjadi perubahan dalam model. Pengaruh perubahan dapat dilihat dari

selang kepekaan yang terdiri dari batas minimum dan batas maksimum. Batas

minimum (allowable decrease) merupakan batas penurunan kendala yang diijinkan

dan batas maksimum (allowable increase) adalah batas kenaikan nilai kendala yang

dijinkan. Semakin sempit selang kepekaan yang dimiliki suatu kendala, maka

kendala akan semakin peka dalam mengubah solusi optimal. Berdasarkan hasil

olahan analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan pada dua bagian yang

meliputi analisis sensitivitas nilai koefesien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan

kendala (RHS).

6.4.1. Analisis Sensitifitas Nilai Koefesien Fungsi Tujuan

Analisis sensitifitas dalam penelitian ini menunjukkan selang perubahan

terhadap koefesien fungsi tujuan tanpa merubah nilai optimal dari variabel,

walaupun nilai Z dapat berubah. Analisis sensitivitas terhadap nilai koefesien

fungsi tujuan memberikan informasi mengenai rentang perubahan keuntungan per

satuan produksi dari setiap jenis produk yang masih diijinkan agar solusi optimal

dalam perencanaan produksi tetap berlaku dengan parameter lain dianggap konstan.

Koefesien nilai fungsi tujuan adalah keuntungan per unit dari setiap jenis produksi

yang dihasilkan oleh PT CWM yaitu berupa cocoa butter dan cocoa powder.

Selang perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Analisis Sensitivitas Nilai Koefesien Fungsi Tujuan.


Jenis Produk Variabel Allowable Nilai Awal Allowable
Decrease Increase
Cacao Butter XB 13.495.046,- 14.616.796,- Infinity
Cacao Powder XP 778.382,- 778.382,- 9.364.213,-

Berdasarkan Tabel 14, maka dapat dilihat bahwa cocoa butter memiliki

nilai maksimum keuntungan per produk cocoa butter yang tidak terbatas. Hal ini

berarti bahwa apabila perusahaan meningkatkan keuntungan sampai tidak terbatas

maka penambahan keuntungan tersebut tidak akan mempengaruhi kombinasi

produksi yang optimal. Sedangkan nilai minimum keuntungannya adalah

13.495.046, yang berarti penurunan maksimum keuntungan yang diijinkan adalah

sebesar 13.495.046. Sehingga total minimal besarnya keuntungan yang tidak

menyebabkan berubahnya nilai optimal variabel keputusan adalah 1.121.750. Nilai

tersebut diperoleh dari selisih antara keuntungan produksi dengan penurunan yang

diijinkan.

Sedangkan untuk cocoa powder memiliki nilai kenaikan maksimum yang

diijinkan adalah 9.364.213, sehingga total maksimum besarnya keuntungan yang

diperbolehkan agar tidak merubah nilai optimal var iabel keputusan adalah sebesar

10.142.595. Sedangkan nilai minimum keuntungannya adalah sebesar 778.382,

sehingga total minimal besarnya keuntungan yang tidak menyebabkan berubahnya

nilai optimal variabel keputusan adalah nol.

6.4.2. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala


Analisis sensitivitas ruas kanan kendala sering disebut dengan Right Hand

Side (RHS) yang memperlihatkan selang perubahan yang tidak akan menyebabkan

nilai dual berubah. Suatu sumberdaya semakin peka terhadap perubahan nilai ruas

kanan kendalanya, maka semakin sempit selang kepekaan suatu sumberdaya. Jika

nilai sebelah kanan kendala berada di luar selang kepekaan tersebut, maka kondisi

optimal akan berubah. Interval perubahan nilai ruas kanan kendala tersebut

ditunjukkan oleh kolom allowable decrease yang menunjukkan batas maksimum

penurunan yang diijinkan dan kolom allowable increase yang menunjukkan batas

maksimum kenaikan yang diijinkan.

Analisis sensitivitas ruas kanan kendala meliputi semua kendala yang ada

dalam model linear yaitu kendala bahan baku biji kakao, kendala jam kerja mesin

dan kendala jam tenaga kerja langsung. Analisis ruas kanan kendala dapat dilihat

pada Tabel 15.

Tabel 15. Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala.


Sumberdaya Variabel Allowable Nilai RHS Allowable
Decrease Increase
Biji Kakao C1 3216.616 15000 Infinity
Cleaner C2 21605.879 25776 Infinity
Free Dryer C3 8831.976 17184 Infinity
Winower C4 36695.586 42960 Infinity
Roaster C5 20767.143 25776 Infinity
Map C6 10743.142 15752 Infinity
FBH C7 34607.977 42960 Infinity
Press C8 37641.516 51552 Infinity
Penyaring C9 24909 25776 Infinity
Pulverizer C10 21097.631 25776 Infinity
TKL C11 46376 97376 4625.650

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat batas maksimum dan batas minimum

ketersediaan semua sumberdaya, maka dapat dilakukan analisis terhadap selang

kepekaan sumberdaya (nilai sebelah kanan kendala). Sumberdaya yang

ketersediaanya berlebih atau kendala tidak aktif adalah sumberdaya bahan baku

biji kakao dan jam kerja seluruh mesin. Hal tersebut dikarenakan sumberdaya

bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin memiliki nilai dual yang sama

dengan nol. Oleh sebab itu perusahaan tidak perlu lagi untuk menambah atau

meningkatkan ketersediaan sumberdaya yang berlebih tersebut, karena berapun

peningkatan ketersediaan bahan baku biji kakao dan jam kerja seluruh mesin yang

dilakukan perusahaan tetap tidak akan mengubah nilai dual pricesnya.

Sedangkan untuk kendala yang memiliki nilai pada allowable decrease dan

allowable increase, maka nilai sebelah kanan kendala tersebut sebaiknya berada

pada selang tersebut. Dengan batas kenaikan maksimum adalah nilai allowable

increasenya dan batas penurunan maksimumnya adalah sebesar nilai allowable


decrease. Kendala yang memiliki nilai baik di allowable decrease dan allowable

increase adalah kendala jam tenaga kerja langsung. Oleh sebab itu jam tenaga kerja

langsung batas atas kenaikan yang diijinkan adalah seperti yang ditunjukkan pada

kolom allowable increase yaitu sebesar 4625.65 jam, sedangkan batas penurunan

yang diperbolehkan adalah sebesar 46376 jam. Sehingga tidak akan menyebabkan

perubahan pada nilai dual pricesnya. Hal ini mengimplikasikan bahwa selama

interval jam tenaga kerja langsung berada pada selang tersebut maka setiap

penambahan satu jam tenaga kerja langsung akan meningkatkan keuntungan

perusahaan sebesar nilai dual pricenya yaitu sebesar Rp 112.174,96.


VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil olahan data dapat diketahui bahwa dalam kondisi aktual

untuk dua macam produk diproduksi pada tahun 2004. Begitu juga pada kondisi

optimal kedua macam produk juga diproduksi. Akan tetapi jumlah produksinya

berbeda, pada kondisi aktual jumlah produksi untuk cacao butter dan cacao

powder adalah sebesar 4954 dan 7139. Namun pada kondisi optimal jumlah yang

diproduksi untuk cacao butter dan cacao powder yaitu sebesar 5100 dan 6683.

Sedangkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan akan lebih besar pada

kondisi optimal yaitu sebesar Rp 79.747.884.961,- dibandingkan pada kondisi

aktual yang hanya sebesar Rp 77.969.106.950,-. Dari hal tersebut dapat dilihat

bahwa terjadi peningkatan keuntungan sebesar Rp 1.778.778.011,-

Hasil analisis dual price memperlihatkan bahwa pada kondisi optimal

sumberdaya yang menjadi sumberdaya berlebih atau kendala tidak aktif adalah

sumberdaya bahan baku biji kakao, mesin Cleaner, Winower, Roaster, Ma, FBH,

Press, Penyaring dan mesin Pulverizer. Sumberdaya yang menjadi pembatas atau

kendala aktif adalah jam tenaga kerja langsung dengan nilai dualnya sebesar

112174.961, yang artinya bahwa setiap penambahan satu jam tenaga kerja langsung

maka akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar Rp.112.174.961,-.

Berdasarkan analisis sensitivitas dapat diketahui bahwa tingkat produksi

cacao butter dan cacao powder akan tetap berada pada kondisi yang optimal

selama keuntungan yang diperoleh berada pada interval 1121750 sampai tak hingga

untuk cacao butter dan interval 0 sampai 10142595 untuk cacao powder.

Sedangkan kisaran kepekaan untuk sumberdaya bahan baku biji kakao dan jam
kerja mesin lebar sehingga batas maksimum ketersediaanya tak hingga dan batas

minimumnya terbatas. Namun untuk sumberdaya jam tenaga kerja langsung selang

kepekaannya berada pada kisaran 86388.9 – 102001.7.

7.2. Saran

Sebaiknya perusahaan disarankan untuk melakukan perencanaan proses

produksi yang sesuai dengan kondisi optimal dengan syarat kondisi perusahaan

berada dalam keadaan saat ini. Dengan melakukan hal tersebut perusahaan akan

mendapatkan tambahan keuntungan sebesar Rp. 1.778.778.011,- sehingga nantinya

dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.

Selain itu juga perusahaan sebaiknya dapat menambah jumlah jam tenaga

kerja langsung karena karena jam tenaga kerja langsung memiliki status sebagai

sumberdaya yang langka yang memiliki nilai dual price sebesar 112174.961,

sehingga setiap peningkatan jam tenaga kerja langsung dapat meningkatkan

keuntungan perusahaan sebesar nilai dual pricenya.


LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Penerbit

FEUI.

Chandra, I. 1998. Analisis Persediaan Rumput Laut Sebagai Bahan Baku

Produk Karaginan (Studi Kasus Pada Industri Karaginan PT. Galic Artha Bahari).

Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut

Pertanian Bogor.

Cakraningrum, T. 2000. Optimalisasi Pengadaan bahan Baku Pabrik Gula (Studi


Kasus pada PT P G Mojo Sragen Jawa Tengah). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan


Indonesia Cocoa. Jakarta.

Handayani, M. Kania.2001. Optimalisasi Pengendalian Bahan Baku Nabati


(Simplisia) pada Perusahaan Jamu Tradisional PT. XYZ. Skripsi. Jurusan
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

Handoko, T. Hani. 1997. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.

Edisi 1. BPFE. Yogyakarta.

______________, P. Subagyo dan M. Asri. 2000. Dasar-Dasar Operations


Research. Edisi 2, Cetakan 13. BPFE. Yogyakarta.

Limbong, W. H dan Sitorus. 1998. Tataniaga Pertanian. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial


Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Lipsey Richard G, Paul N Courant, Douglas D Purvis, Peter O Steiner. 1995.


Pengantar Makroekonomi. Jilid 1. Edisi 20. Penerbit Aksara. Jakarta.

Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate Dan Aplikasinya. Edisi


Kedelapan. Erlangga, Jakarta.
Rohaeni, R. 2003. Analisis Penyusutan Biji Coklat (Theobroma Cacao) Selama
Pengeringan Menggunakan Citra. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi. 1992. Linear Programming Teori Dan Aplikasinya Khususnya

Dalam Bidang Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.

Sugiharto, A. 2001. Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku Dan Produksi Karet


Olahan Di Perkebunan Cikumpay PTPN VIII, Purwakarta, Jawa Barat. Skripsi.
Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor.

Sulaenah. 2003. Optimalisasi produksi Mebel Rotan Di PT Dilmoni Citra

Mebel Indonesia (CMI), Cirebon, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial

Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sunanto, H. 1992. Cokelat Budidaya, Pengolahan Hasil, Dan Aspek

Ekonominya. Cetakan 1. Kanisius. Yogyakarta.

Supranto, Johannes. 1998. Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan.

UI-Press. Jakarta.

Suprehatin. 2002. Kajian Pengendalian Rotan Sebagai Bahan Baku

Furniture, Kudus, Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Susi. 1999. Optimalisasi Gula Cair Dan Gula Kristal. Skripsi. Jurusan Ilmu-

Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.


Statistik Perkebunan Indonesia. 2004. Departemen Pertanian. Direktorat

Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta.

Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. 2003. Volume 1. Badan Pusat

Statistik.

Tandyna, E, B. 2002. Sistem Pengadaan Bahan Baku dan Optimalisasi

Produksi Nata De Coco pada PT Menacocosari Jakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu

Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Touana, H. 2003. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Jagung Pada


Produk Makanan Ringan di PT Smartindo Bluebird Snack Cikarang.
Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.

Lampiran 1. Hasil Olahan Solusi Optimal

Max 14616796.47 XB + 778382.0408 XP

Subject To

C1) XB + XP <= 15000

C2) 0.283 XB + 0.408 XP <= 25776

C3) 0.567 XB + 0.817 XP <= 17184

C4) 0.425 XB + 0.613 XP <= 42960


C5) 0.340 XB + 0.490 XP <= 25776

C6) 0.340 XB + 0.490 XP <= 15752

C7) 0.567 xB + 0.817 XP <= 42960

C8) 0.944 XB + 1.361 XP <= 51552

C9) 0.170 XB <= 25776

C10) 0.700 XP <= 25776

C11) 10 XB + 6.939 XP <= 97376

C12) XB <= 5100

C13) XP <= 7350

End

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 2

OBJECTI VE FUNCTION VALUE

1) 0.7974788E+11

VARIABLE VALUE REDUCED COST

XB 5100.000000 0.000000

XP 6683.383789 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

C1) 3216.616455 0.000000


C2) 21605.878906 0.000000

C3) 8831.975586 0.000000

C4) 36695.585938 0.000000

C5) 20767.142578 0.000000

C6) 10743.141602 0.000000

C7) 34607.976562 0.000000

C8) 37641.515625 0.000000

C9) 24909.000000 0.000000

C10) 21097.630859 0.000000

C11) 0.000000 112174.960938

C12) 0.000000 13495046.000000

C13) 666.616333 0.000000

NO. ITERATIONS= 2

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

COEF INCREASE DECREASE

XB 14616796.000000 INFINITY 13495046.000000

XP 778382.062500 9364213.000000 778382.000000

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE


RHS INCREASE DECREASE

C1 15000.000000 INFINITY 3216.616455

C2 25776.000000 INFINITY 21605.878906

C3 17184.000000 INFINITY 8831.975586

C4 42960.000000 INFINITY 36695.585938

C5 25776.000000 INFINITY 20767.142578

C6 15752.000000 INFINITY 10743.141602

C7 42960.000000 INFINITY 34607.976562

C8 51552.000000 INFINITY 37641.515625

C9 25776.000000 INFINITY 24909.000000

C10 25776.000000 INFINITY 21097.630859

C11 97376.000000 4625.650391 46376.000000

C12 5100.000000 4637.600098 462.565094

C13 7350.000000 INFINITY 666.616333


Lampiran 2. Ketersediaan Jam Kerja Mesin PT CWM Tahun 2004.

Cleaner Freedryer Winower Mesin Pulverizer


Roaster Map Fbh Press Penyaring
Ketersedian (24) Ketersedian (24) Ketersedian (24) Ketersedian (24) Ketersedian (22) Ketersedian (24) Ketersedian (24) Ketersedian (24) Ketersedian (24)
Jumlah (3) Jumlah (2) Jumlah (5) Jumlah (3) Jumlah (2) Jumlah (5) Jumlah (6) Jumlah (3) Jumlah (3)
January (30) 2160 1440 3600 2160 1320 3600 4320 2160 2160
February (28) 2016 1344 3360 2016 1232 3360 4032 2016 2016
Maret ( 31) 2232 1488 3720 2232 1364 3720 4464 2232 2232
April (30) 2160 1440 3600 2160 1320 3600 4320 2160 2160
Mei (31) 2232 1488 3720 2232 1364 3720 4464 2232 2232
Juni (30) 2160 1440 3600 2160 1320 3600 4320 2160 2160
Juli (30) 2160 1440 3600 2160 1320 3600 4320 2160 2160
Agustus (30) 2160 1440 3600 2160 1320 3600 4320 2160 2160
September (30) 2160 1440 3600 2160 1320 3600 4320 2160 2160
Oktober (31) 2232 1488 3720 2232 1364 3720 4464 2232 2232
November (27) 1944 1296 3240 1944 1188 3240 3888 1944 1944
Desember (30) 2160 1440 3600 2160 1320 3600 4320 2160 2160
Jumlah 25776 17184 42960 25776 15752 42960 51552 25776 25776
Lampiran 3. Koefesien Jam Kerja MesinPada PT CWM Tahun 2004.

Cleaner Free dryer Winower Roaster Map FBH Press Mesin Penyaring Pulverizer
Kapasitas (ton/jam) 1.2 0.6 0.8 1 1 0.6 0.36 2 0.7
Kebutuhan jam / ton (jam) 0.8333 1.666667 1.25 1 1 1.67 2.778 0.5 1.428571429
(1/kapasitas)
Perbandingan / ton biji cocoa
Cocoa butter (34%) 0.2833 0.566667 0.425 0.34 0.34 0.57 0.944 0.17
Cocoa powder (49%) 0.4083 0.816667 0.6125 0.49 0.49 0.82 1.361 0.7

Anda mungkin juga menyukai