Anda di halaman 1dari 109

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA “RUJAK CIRENG

DAN FROZEN FOOD“ SEBELUM DAN SESUDAH


PERUBAHAN TEKNOLOGI DI KOTA TANGERANG
SELATAN BANTEN

Adila Monita
11140920000008

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1440 H
ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA “RUJAK CIRENG
DAN FROZEN FOOD” SEBELUM DAN SESUDAH
PERUBAHAN TEKNOLOGI DI KOTA TANGERANG
SELATAN BANTEN

Adila Monita
NIM: 11140920000008

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1440 H
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANA PUN.


C URR IC ULUM VITAE
Nama : Adila Monita
Tempat, Tgl Lahir : Bukittinggi, 06 Desember 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Nikah
Alamat Sekarang : Jl. Semanggi II No.44 Kel. Cempaka Putih Kec.
Ciputat Timur, Kab. Tangerang
Telephone : 081261150203
Email : adilacarere@gmail.com

PENDIDIKAN
FORMAL :
 2002 – 2008 SDN 23 TANJUNG BALAU, Kamang
Magek, Kab. Agam

 2008 – 2011 MTSS YATI, Kamang Magek, Kab. Agam

 2011 – 2014 MAN 1 MODEL BUKITTINGGI, Gulai


Bancah, Kota Tangerang Selatan

 2014 – 2018 UNIVERSITAS ISLAM NEGRI, Jl. Ir. H.


Djuanda No. 95, Ciputat, Kab. Tangerang

NON FORMAL :

 2009 Kursus Komputer Di BBC, Bukittinggi

 2009 Kursus Bahasa Inggris Di BRILLIANT,


Bukittinggi

 2013 Kursus MIPA Di GAMA Dan Al-Fathan,


Bukittinggi

 2016 Kursus Bahasa Inggris Di Global English,


Pare, Kab. Kediri
KEMAMPUAN

 Microsoft Office Word, Exel and Power Point

 Bahasa Indonesia (Aktif), Inggris (Pasif)

 Marketing

PENGALAMAN ORGANISASI

 2014 – 2015 Bendahara, Seragri (Seni Suara Agribisnis)

 2014 – 2015 Staff, Kopma (Koperasi Mahasiswa)

 2014 – 2018 Staff, KMM (Keluarga Mahasiswa Minang)

 2018 – Sekarang Staff, FIQ (Forum Insan Quran)

PENGALAMAN KEPELATIHAN

 2014 DIKSARKOP (Pendidikan Dasar


Perkoperasian) Ke XXV dengan tema “Saatnya
Yang Muda Berkoperasi” tanggal 2-4, 8-10
Desember 2014

 2015 TOP (Training Organization Platform) dengan


tema “Running Organization Start Earlier” tanggal
3-5 April 2015

 2016 Bekaraf For Next Generation dengan tema


Workshop Business Plan tanggal 24-26 November
2016

PENGALAMAN KERJA

 2017 Fundraiser di Dompet Duafa

 2017 Sales Marketing di Premium

 2017 Life Skill Entreprenure Job Training And Link


Production di CV Madu Apiari Mutiara

v
RINGKASAN

ADILA MONITA, Analisis Keuntungan “Usaha Rujak Cireng dan Frozen


Food” Sebelum dan Sesudah Perubahan Teknologi di Kota Tangerang Selatan
Banten (Di bawah Bimbingan UJANG MAMAN dan ARMAENI DWI
HUMAERAH).

Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku


ekonomi yang memiliki peran, kedudukan, potensi yang sangat penting dan
strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi baik secara regional maupun
nasional. Menurut Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany dalam acara
Indonesia Council of Small Business (ICSB) „Indonesia City Award‟ di
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Jakarta (Tempo.co,
2017;3), UMKM merupakan usaha yang banyak tersebar di Indonesia, salah satu
Kota yang berkontribusi dalam peningkatan perekonomian UMKM yaitu di Kota
Tangerang Selatan, jumlah UMKM yang tersebar yaitu sebanyak 23.085,
sementara jenis UMKM yang paling banyak yaitu dibagian kuliner dengan jumlah
8.867 UMKM dari 23.085 jumlah UMKM. Data BPS (2017;1) salah satu
Kecamatan di daerah Tangerang Selatan yang memiliki jumlah kuliner UMKM
terbesar yaitu Kecamatan Pamulang dengan jumlah UMKM kuliner sebanyak 842
unit.
Menurut data dari LPPI (2016;18) UMKM yang berada di daerah
Tangerang Selatan memiliki berbagai permasalahan antara lain: (1) Kendala
administratif, manajemen bisnis UMKM masih dikelola secara manual dan
tradisional, terutama manajemen keuangan. Pengelola belum dapat memisahkan
antara uang untuk operasional rumah tangga dan usaha sehingga tidak mengetahui
biaya ril yang dikeluarkan oleh usaha ini. (2) Akuntabilitas, belum mempunyai
sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik dan masih menggunakan
buku untuk mencatat kas masuk dan keluar usaha sehingga tidak mengetahui
Keuntungansecara jelas. (3) Investasi, perusahaan tidak mengetahui total biaya
investasi yang dikeluarkan dan kapan biaya investasi akan kembali.
Salah satu UMKM jenis kuliner yang berada di Daerah Pamulang dan
memiliki permasalahan yang ekuivalen dengan permasalahan di Tangerang
Selatan yaitu Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food. Perusahaan ini berdiri pada
tahun 2014 yang memproduksi frozen food seperti cireng, cilok dan risoles. Pada
awal berdiri usaha ini yaitu pada tahun 2014 cireng dijual dipinggir jalan
menggunakan gerobak dorong dan produk dijual dalam keadaan digoreng. Setelah
usaha ini berjalan hingga pada tahun 2016 pemilik usaha melakukan inovasi
terhadap produk cireng yaitu menjual dalam keadaan beku atau frozen, cireng
diproduksi dalam keadaan beku atau frozen dengan penambahan teknologi baru
yaitu freezer, cireng dijual dan dipromosikan melalui media sosial. Permasalahan
yang dihadapi oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yaitu kendala
administratif, usaha ini belum memisahkan antara uang rumah tangga dengan
uang kegiatan usaha, tidak ada pencatatan sehingga tidak diketahui biaya ril
usaha. Pemasalahan yang terkait dengan akuntabilitas yaitu usaha ini masih
menggunakan buku untuk mencatat biaya yang dikeluarkan dan biaya yang masuk
dalam kegiatan usaha namun pencatatan tersebut tidak dilakukan setiap bulan
sehingga usaha ini tidak mengetahui keuntungan ril usaha perbulannya. Oleh
karena itu perlu dilakukan analisis keuntungan usaha yang dijalankan masih
menguntungkan atau tidak sebelum dan sesudah perubahan teknologi. Selain itu
dalam penelitian ini juga melihat lama periode pengembalian investasi serta
menemukan suatu titik yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan.
Tujuan penelitan yang akan dicapai oleh peneliti sebagai berikut (1)
Mengetahui struktur biaya dan KeuntunganUsaha Rujak Cireng dan Frozen Food
Sebelum dan Sesudah Perubahan Teknologi (2) Menganalisis nilai R/C Ratio dan
B/C Ratio dari kegiatan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Sebelum dan
Sesudah Perubahan Teknologi (3) Menganalisis waktu pengembalian investasi
(PP) dan titik impas biaya dan Keuntungan(BEP) Sesudah Perubahan Teknologi.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga September tahun 2018 dilakukan
pada Usaha Rujak Cireng Frozen Food diaerah Jl. Salak Rt/022 No.109 Kel.
Pondok Benda Kec. Pamulang Selatan, Pd. Benda, Pamulang, Kota Tangerang,
Banten 15416. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive). Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Jenis
data yang digunakan yaitu data kuantitatif. Data primer terdiri dari data investasi,
biaya tetap, biaya variabel, volume produksi, data penerimaan. Data tersebut
diperoleh langsung dari proses wawancara dengan pemilik usaha. Sedangkan data
sekunder yang diperoleh dari buku, internet yang berkaitan, dan intstansti terkait
dan hasil riset. Penulis menganalisis keuntungan usaha untuk melihat sejuah mana
suatu kegiatan dapat dikatakan memberikan manfaat dan menguntungkan untuk
dikembangkan dilihat dari analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C Ratio),
analisis keuntungan atas atas biaya (B/C Ratio), Break Even Point (BEP) dan
Payback Period (PP). Pengolahan data kuantitatif ini menggunakan alat bantu
berupa Microsoft Excel 2013.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan teknologi yaitu
pada tahun 2016 tepatnya pada bulan Oktober hingga bulan Januari yang terdiri
dari dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap yang berjumlah Rp. 7.803.833,
sementara setelah perubahan teknologi yaitu pada tahun 2017 biaya variabel dan
biaya tetap yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yaitu Rp.
1.206.042.750. 2) hasil perhitungan R/C Ratio sebesar 1.42, dan hasil perhitungan
B/C Ratio 0.42. 3) BEP volume yaitu 120.064/pck/tahun cireng dan BEP harga
Rp. 7.046/pck. Nilai Payback Period (PP) pada usaha yaitu 0.69 tahun atau masa
pengembalian modal investasi selama 7 bulan 44 hari
Kata Kunci: UMKM, Keuntungan, Biaya, Rujak Cireng dan Frozen Food

vii
KATA PENGANTAR

ِِ ْ‫للاِِالرَّح‬
‫منِال َّر ِحيم‬ ِ ِ‫بِس ِِْم‬

Alhamdulillah Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam yang

menguasai dunia langit dan seisinya, Tuhan yang selalu mempermudah jalan,

urusan, masalah hambanya, Aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah dan

aku bersaksi nabi Muhammad adalah utusan Allah. Tuhan yang tak henti-hentinya

yang mengkaruniakan hidayah dan rahmat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

Al-Quran nulkarim adalah sebagai petunjuk bagi manusia dimuka bumi

dan penuntun baik Ibadah dan sistem kehidupan, Rasullullah utusan Allah yang

menjadi suri tauladan bagi ummatnya, orang-orang yang beruntung adalah orang

yang mampu taat kepada Allah dan Rasulullah.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam proses

pembuatan dan penyelesaian skripsi berjudul “Analisis Keuntungan Usaha

Rujak Cireng dan Frozen Food Sebelum dan Sesudah Perubahan Teknologi di

Kota Tangerang Selatan Banten”, terutama kepada:

1. Orangtua tercinta yang selalu memberi dukungan baik berupa materi, doa

dan waktu untuk selalu ada dan mengorbankan seluruhnya untuk adil.

2. Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Dr. Ir. Iwan Aminudin, M. Si selaku Ketua

dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si dan ibu Ir. Armeni Dwi Humaerah, M.Si

yang selama ini membimbing, mendidik, dan mengayomi Adil terkait

skripsi.

4. Pengurus Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah menyediakan buku-buku yang diperlukan untuk sumber literatur dan

telah meng-upload soft copy skripsi ke website Repository UIN Jakarta.

Serta pengurus Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan buku-buku sebagai

penunjang untuk tinjauan pustaka.

5. Teman-teman 5P yang selalu mengingatkan ketika salah dan selalu

menerima kekurangan adil, selalu mensupport dalam proses pembuatan

skripsi ini.

6. Pembimbing Forum Insan Al-Quran kak Tirta yang telah membimbing dan

mengajarkan Adil mengenal Allah dan mengenalkan makna kalimat

Tauhid serta mengajarkan pentingnya membaca dan memahami Al-Quran

dan Rasulullah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

banyak terdapat kekurangan. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan

semoga dapat berguna bagi penulis, pihak objek penelitian dan pembaca.

Jakarta, Oktober 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

DARTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UMKM Sebagai Usaha Agribisnis..................................................... 6


2.2 Usaha Mikro Kecil Menengah .......................................................... 8
2.2.1 Peran dan Kontribusi UMKM .................................................. 11
2.2.2 Permasalahan UMKM .............................................................. 14
2.2.3 Pengelolaan Manajemen Keuangan Usaha UMKM ................ 15
2.2.4 Penyelesaian Persoalan Masalah Keuangan UMKM............... 16
2.3 Biaya Produksi ................................................................................... 19
2.4 Penjualan ........................................................................................... 20
2.5 Keuntungan ........................................................................................ 21
2.6 Penyusutan ........................................................................................ 22
2.7 Analisis Keuntungan Usaha ............................................................... 23
2.7.1 Analisis Ratio Penjualan Atas Biaya (R/C Ratio) .................... 23
2.7.2 Analisis Ratio Keuntungan Atas Biaya (B/C Ratio) ............... 24
2.7.3 Break Even Point (BEP) ......................................................... 25
2.7.4 Payback Period (PP) ............................................................. 26
2.8 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 27
2.9 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 31


3.2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 31
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 32
3.4 Metode Analisis Data ........................................................................ 33
3.4.1 Biaya Produksi .......................................................................... 33
3.4.2 Penjualan ................................................................................ 34
3.4.3 Keuntungan .............................................................................. 35
3.4.4 Penyusutan ............................................................................... 36
3.4.5 Ratio Penjualan Atas Biaya (R/C Ratio) ................................ 37
3.4.6 Ratio Keuntungan Atas Biaya (B/C Ratio) ............................ 38
3.4.7 Break Even Point (BEP) ........................................................ 40
3.4.8 Payback Period (PP) ............................................................. 41
3.5 Definisi Operasional ......................................................................... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Profil Usaha Rujak Cireng Dan Frozen Food .................................... 44


4.1.1 Visi dan Misi Usaha Rujak Cireng Dan Frozen Food.............. 45
4.1.2 Struktur Usaha Rujak Cireng Dan Frozen Food ..................... 45
4.2 Sarana dan Prasarana Usaha Rujak Cireng Dan Frozen Food........... 48
4.3 Kegiatan Produksi Cireng dan Frozen Food...................................... 51
4.4 Produksi Cireng Sebelum dan Sesudah Perubahan Teknologi .......... 54

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biaya Usaha Sebelum dan Sesudah Perubahan Teknologi ................ 56


5.1.1 Biaya Investasi ........................................................................ 56
5.1.2. Biaya Tetap ............................................................................. 59
5.1.3. Biaya Variabel ........................................................................ 61
5.2 Penjualan Usaha Cireng dan Frozen Food ........................................ 67
5.3 Keuntungan Usaha Cireng dan Frozen Food .................................... 69
5.4 Analisis Keuntungan Usaha Cireng dan Frozen Food ...................... 70
5.4.1 R/C Ratio Usaha Cireng dan Frozen Food .............................. 71
5.4.2 B/C Ratio Usaha Cireng dan Frozen Food .............................. 72

xi
5.4.3 Break Even Point (BEP) Usaha Cireng dan Frozen Food....... 73
5.4.4 Payback Period (PP) Usaha Cireng dan Frozen Food ............ 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 76


6.2 Saran................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 78

LAMPIRAN ...................................................................................................... 81

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Latar Belakang Pendidikan Karyawan ..................................................... 47

2. Peralatan Usaha Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan


Gerobak Dorong Tahun 2016....................................................................... 49

3. Peralatan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Sesudah Perubahan


Teknologi Penambahan Freezer Pada Tahun 2017 ..................................... 50

4. Total Produksi Cireng Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan


Gerobak Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016 ............................................ 54

5. Total Produksi Cireng Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan


Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017 ........................................................... 55

6. Total Biaya Investasi Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan


Gerobak Dorong Tahun 2016 ...................................................................... 57

7. Total Biaya Investasi Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan


Freezer Tahun 2017 ................................................................................... 58

8. Total Biaya Tetap Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan


Gerobak Dorong Selama 4 Bulan Dorong Tahun 2016 .............................. 59

9. Total Biaya Tetap Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan


Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017 .......................................................... 60

10. Total Biaya Varibel Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan


Gerobak Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016 ........................................... 61

11. Total Biaya Varibel Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan


Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017 .......................................................... 62

12. Penjualan Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan


Gerobak Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016 ........................................... 67

13. Penjualan Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan


Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017 .......................................................... 68

14. Keuntungan Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan


Gerobak Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016 ........................................... 69
15. Keuntungan Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan
Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017 .......................................................... 70

16. Hasil Analisis Perhitungan R/C Ratio Tahun 2017 ..................................... 71

17. Hasil Analisis Perhitungan B/C Ratio Tahun 2017 ..................................... 72

18. Hasil Analisis Perhitungan BEP Volume dan Harga Tahun 2017 ............... 73

18. Hasil Analisis Perhitungan Payback Period Tahun 2017 ............................ 74

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................................... 30

2. Alur Proses Pembuatan Cireng Sebelum Perubahan Teknologi .................. 53

3. Alur Proses Pembuatan Cireng Sesudah Perubahan Teknologi ................... 53


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuisioner ...................................................................................................... 82

2. Struktur Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food ........................................... 86

3. Biaya Penyusutan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Menggunakan


Gerobak Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016 ............................................ 87

4. Biaya Penyusutan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Menggunakan


Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017 ........................................................... 88

5. Penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun 2017 .................... 88

6. Total Biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun 2017 ................. 89

7. Total Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun 2017....... 90

8. Proses Pembuatan Cireng di Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food........... 88


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu pelaku

ekonomi yang memiliki peran, kedudukan, potensi yang sangat penting dan

strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi baik secara regional maupun

nasional. Menurut Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany dalam acara

Indonesia Council of Small Business (ICSB) „Indonesia City Award‟ di

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Jakarta (Tempo.co,

2017;3). UMKM merupakan usaha yang banyak tersebar di Indonesia, salah satu

Kota yang berkontribusi dalam peningkatan perekonomian UMKM yaitu di Kota

Tangerang Selatan, jumlah UMKM yang tersebar yaitu sebanyak 23.085 unit,

sementara jenis UMKM yang paling banyak yaitu dibagian kuliner dengan jumlah

8.867 atau 38.41% dari jumlah unit UMKM. Data dari Dinas Koperasi dan

Tangerang Selatan (2017;1) salah satu Kecamatan di Daerah Tangerang Selatan

yang memiliki jumlah kuliner UMKM terbesar yaitu Kecamatan Pamulang

dengan jumlah UMKM kuliner sebanyak 842 unit.

Berdasarkan data dari LPPI (2016;18) UMKM yang berada di daerah

Tangerang Selatan memiliki berbagai permasalahan diantara lain: (1) Kendala

administratif, manajemen bisnis UMKM masih dikelola secara manual dan

tradisional, terutama manajemen keuangan. Pengelola belum dapat memisahkan

antara uang untuk operasional rumah tangga dan usaha sehingga tidak mengetahui

biaya ril yang dikeluarkan oleh usaha ini. (2) Akuntabilitas, belum mempunyai

1
sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik dan masih menggunakan

buku untuk mencatat kas masuk dan keluar usaha sehingga tidak mengetahui

keuntungan secara jelas. (3) Investasi, perusahaan tidak mengetahui total biaya

investasi yang dikeluarkan dan kapan biaya investasi akan kembali.

Salah satu UMKM jenis kuliner yang berada di Daerah Pamulang dan

memiliki permasalahan yang ekuivalen dengan permasalahan di Tangerang

Selatan yaitu Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food. Perusahaan ini berdiri pada

tahun 2014 yang memproduksi frozen food seperti cireng, cilok dan risoles. Pada

awal berdiri usaha ini yaitu pada tahun 2014 cireng dijual dipinggir jalan

menggunakan gerobak dorong dan produk dijual dalam keadaan digoreng. Setelah

usaha ini berjalan hingga pada tahun 2016 pemilik usaha melakukan inovasi

terhadap produk cireng yaitu menjual dalam keadaan beku atau frozen, cireng

diproduksi dalam keadaan beku atau frozen dengan penambahan teknologi baru

yaitu freezer, cireng dijual dan dipromosikan melalui media sosial. Usaha ini

memiliki beberapa permasalahan, berdasarkan hasil wawancara, permasalahan

usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yang dihadapi yaitu; (1) administratif, tidak

ada pencatatan secara continue baik saat sebelum perubahan teknologi dan

sesudah perubahan teknologi sehingga tidak diketahui biaya ril usaha. (2)

akuntabilitas, usaha ini masih menggunakan buku untuk mencatat biaya yang

dikeluarkan dan biaya yang masuk dalam kegiatan usaha baik sebelum atau

sesudah perubahan teknologi, pencatatan tersebut tidak dilakukan setiap bulan

sehingga usaha ini tidak mengetahui keuntungan ril usaha perbulannya. Oleh

karena itu perlu dilakukan analisis keuntungan usaha yang dijalankan masih

2
menguntungkan atau tidak sebelum dan sesudah perubahan teknologi. Selain itu

dalam penelitian ini juga melihat lama periode pengembalian investasi serta

menemukan suatu titik impas yang menunjukkan biaya yang dikeluarkan sama

besar dengan hasil penjualan.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik meneliti tentang

“Analisis Keuntungan “Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food” Sebelum dan

Sesudah Perubahan Teknologi di Kota Tangerang Selatan Banten”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur biaya dan keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen

Food sebelum dan sesudah perubahan teknologi?

2. Bagaimana kelayakan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food ditinjau dari R/C

Ratio dan B/C Ratio sesudah perubahan teknologi?

3. Kapan waktu pengembalian investasi (PP) dan berapa nilai titik impas biaya

dan keuntungan (BEP) sesudah perubahan teknologi?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitan yang akan dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis struktur biaya dan keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen

Food sebelum dan sesudah perubahan teknologi

3
2. Menganalisis nilai R/C Ratio dan B/C Ratio dari kegiatan Usaha Rujak

Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan teknologi

3. Menganalisis waktu pengembalian investasi (PP) dan titik impas biaya dan

keuntungan (BEP) sesudah perubahan teknologi

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food, penelitian ini dapat berfungsi

sebagai bahan informasi dalam melihat dan mengevaluasi kinerja usaha

sehingga diharapkan usaha ini dapat berkembang di masa mendatang dan

manajemen keuangan usaha menjadi lebih baik.

2. Bagi Peneliti, hasil ini bermanfaat untuk melatih kemampuan, sebagai aplikasi

dari bahan perkuliahan, menambah ilmu tentang biaya dan keuntungan suatu

usaha dalam perusahaan khususnya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food dan

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP).

3. Bagi Perguruan Tinggi dan masyarakat umum, hasil penelitian ini berfungsi

untuk menambah literatur beserta pengetahuan tentang Usaha Rujak Cireng

dan Frozen Food.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dibahas pada analisis keuntungan untuk mengetahui tingkat

keuntungan usaha pada Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food melalui analisis

4
keuntungan yang mencakup penjualan usaha, keuntungan usaha, Ratio Penjualan

atas Biaya (R/C Ratio), Ratio keuntungan atas Biaya (B/C Ratio), titik impas

(BEP) dan masa pengembalian investasi (Payback Period). Data yang digunakan

yaitu data biaya investasi dan biaya variabel dan biaya tetap serta data penjualan

dan produksi tahun 2016 dan tahun 2017.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. UMKM Sebagai Usaha Agribisnis

Unit-unit atau kegiatan bisnis (business entity) di dalam sistem agribisnis

dapat digolongkan ke dalam lima kelompok (identik dengan komponen sistem).

Berikut nama dan fungsi masing-masing unit bisnis tersebut menurut Anonim

dalam Arifin dan Arsyad (2016;6).

1. Agriindustri hulu: unit bisnis yang memproduksi input untuk komponen

komponen lainnya dalam sistem agribisnis, termasuk untuk usahatani, usaha

perikanan, dan kehutanan.

2. Agriproduksi: unit bisnis yang menghasilkan produk-produk primer, identik

dengan usahatani, usaha perikanan dan kehutanan.

3. Agriindustri hilir: unit bisnis yang menjalankan fungsi pengolahan produk

primer menjadi barang siap konsumsi (final product) ataupun produk antara

(intermediate product) untuk unit bisnis lainnya. Contoh produk-produk yang

tergolong produk antara ialah minyak sawit sebagai bahan baku agriindustri

kimia, tepung terigu sebagai bahan baku agriindustri makanan, dan lain-lain.

4. Agriniaga (agrimarketing): unit bisnis yang berfungsi menyelenggarakan

proses distribusi barang dan jasa antar-unit usaha (atau komponen) dan antara

sistem agribisnis dengan konsumen akhir. Komponen agriniaga tergolong

bisnis jasa, akan tetapi dipisahkan dari komponen agriservis, karena

komponen agriniaga dipandang memiliki peran penting dalam hubungannya

dengan kebijakan publik di bidang stabilitas pasar dan distribusi keuntungan

6
antar pelaku usaha. Pemisahan ini juga bermanfaat bagi keperluan analisis dan

perumusan kebijakan pengembangan agribisnis.

Setelah mengetahui fungsi unit-unit bisnis agribisnis maka harus diketahui

juga para pelaku-pelaku dari setiap sub sistem tersebut, menurut Nasruddin

(2013;7) pelaku-pelaku sub sistem agribisnis yaitu:

1. Sub sistem pasokan input: pelakunya yaitu perusahaan produsen input

pertanian (pabrik, pupuk atau pakan, pabrik pestisida atau obat-obatan

veteriner, perusahaan perbenihan atau pembibitan pertanian), penyedia bahan

baku untuk pabrik, dan para pemasok teknologi

2. Sub sistem usahatani: pelakunya yaitu petani-nelayan, perusahaan

perkebunan (PTP Negara/Swasta). Para pelaku tersebut adalah pelaku utama.

3. Sub sistem pascapanen atau agroindustri: pelakunya yaitu pengolah misalnya

(tahu-tempe), pengusaha mikro kecil menengah (UMKM), pengusaha ini

merupakan pelaku utama yang paling banyak di Indonesia karena mampu

membuka peluang usaha baru yang berkembang sangat pesat walaupun

terdapat berbagai macam masalah yang terjadi di Indonesia misal kejadian

krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998, UMKM mampu mewujudkan

stabilitas nasional dan tetap bertahan dari goncangan krisis.

4. Subsistem distribusi dan pemasaran: pelakunya yaitu pedagang pengumpul

(tengkulak), pedagang besar, distributor, agen, pengecer dan eksportir dari

berbagai produk agroinput, usahatani dan agroindustri.

7
2.2 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2017;1)

mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki

1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga

kerja sebagai usaha kecil, 20-99 orang tenaga kerja sebagai usaha menengah dan

bila mencapai 100 orang tenaga kerja atau lebih digolongkan sebagai usaha besar.

Objek penelitian ini masuk kedalam kategori usaha kecil karena memiliki 13

orang karyawan.

A. UMKM Menurut Undang-Undang

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang

usaha mikro, kecil dan menengah pasal 1 menyebutkan bahwa:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung atau usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang ini.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan perorangan atau badan usaha yang bukan anak perusahaan atau

8
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunannya sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

Sedangkan menurut Ulfah (2016;6) pengertian UMKM dilihat dari aspek: (1)

Aset; aset yang dimiliki oleh UMKM menurut UU No. 20 th 2008 maksimal

adalah Rp 10.000.000.000,- saja, sedangkan pada perusahaan besar kekayaan

lebih dari Rp 10.000.000.000,-. (2) Omset; omset yang diperoleh UMKM sesuai

UU No. 20 th 2008 maksimal Rp 50.000.000.000,-, sedangkan di atas itu masuk

kategori perusahaan besar. (3) Jumlah karyawan; dari segi jumlah karyawan,

merujuk dari definisi yang dikemukakan Badan Pusat Statistik BPS (2017;1)

menyebutkan bahwa UMKM memiliki karyawan maksimal 99 orang. Jika

karyawan lebih dari 99 orang maka masuk ke dalam kategori perusahaan besar.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka pada intinya Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah adalah suatu bentuk usaha ekonomi produktif yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi

kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Anggraeni, 2013;1288).

B. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Kriteria Usaha Kecil Menengah menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 tahun 2008 pasal 6 yaitu:

1. Kriteria Usaha Mikro sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah atau bangunan tempat usaha

9
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus

juta rupiah)

2. Kriteria Usaha Kecil sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima

ratus juta rupiah)

3. Kriteria Usaha Menengah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 (dua milyar

lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000 (lima

puluh milyar rupiah)

Disamping kriteria di atas Sudarno (2011;140) berpendapat tentang

kriteria UMKM yaitu;

1) Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan

operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap

sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga

kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

10
2) Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal

sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari

modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang

perantara, bahkan rentenir.

3) Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum mempunyai status badan

hukum. Jumlah perusahaan kecil sebanyak 124.990 unit, ternyata 90.6 persen

merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris; 4.7 persen

tergolong perusahaan perorangan berakta notaris dan hanya 1.7 persen yang

sudah mempunyai badan hukum.

4) Menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari

seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan,

minuman dan tembakau, diikuti oleh kelompok industri barang galian bukan

logam, industri tekstil dan industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya

termasuk perabotan rumah.

2.2.1 Peran dan Kontribusi UMKM

A. Peran

Peran penting UMKM tidak hanya berarti bagi pertumbuhan di kota-kota

besar tetapi berarti juga bagi pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Berikut beberapa

peran penting UMKM menurut LPP1 (2015;17):

1. Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan, pasca krisis ekonomi tahun 1997-

1998 jumlah UMKM tidak berkurang, justru terus meningkat, bahkan mampu

menyerap 85 juta hingga 107 juta tenaga kerja sampai tahun 2012. Pada tahun

2018, jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 56.539.560 unit. Dari jumlah

11
tersebut, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 56.534.592

unit atau 99.99%. Sisanya, sekitar 0,01% atau 4.968 unit adalah usaha besar.

2. UMKM berperan dalam memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada

masyarakat, proses pemerataan dan peningkatan keuntungan masyarakat,

mendorong pertumbuhan ekonomi, serta mewujudkan stabilitas nasional. Pada

krisis moneter 1998, krisis 2008-2009, 96% UMKM tetap bertahan dari

goncangan krisis.

3. UMKM memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha

yang berkapasitas lebih besar, sehingga UMKM perlu perhatian khusus yang

didukung oleh informasi akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara

pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu

jaringan pasar.

4. UMKM di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan

sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, ketimpangan

distribusi keuntungan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah

perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UMKM

diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap

upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas.

Selain itu menurut Widyanto (2015;4) peran UMKM diantaranya adalah

mengurangi pengangguran, UMKM telah berperan aktif menyerap tenaga kerja

yang secara tidak langsung mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia. Peran

UMKM juga telah teraktualisasi pada masa krisis hingga saat ini. Selama masa

krisis ekonomi hingga kini, keberadaan UMKM mampu sebagai faktor penggerak

12
utama ekonomi Indonesia. Selanjutnya, dari sisi sumbangannya terhadap PDRB

hanya 56,7% dan ekspor non migas hanya sebesar 15%. Namun, UMKM tetap

masih menyumbangkan 99% dalam jumlah pelaku usaha yang ada di Indonesia,

serta mempunyai andil 99,6% dalam penyerapan tenaga kerja (Prasetyo, 2008;2).

B. Kontribusi UMKM

Berikut ini merupakan beberapa kontribusi yang diberikan oleh usaha UMKM

menurut (LPPI, 2016;18):

1. Tulang punggung perekonomian nasional karena merupakan populasi pelaku

usaha dominan (99.9%);

2. Menghasilkan PDB sebesar 59.08% (Rp 4.869,57 triliun), dengan laju

pertumbuhan sebesar 6.4% pertahun;

3. Menyumbang volume ekspor mencapai 14.06% (Rp 166,63 triliun) dari total

ekspor nasional;

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) nasional sebesar 52.33% (Rp 830,9

triliun);

5. Secara geografis tersebar di seluruh tanah air, di semua sektor. Memberikan

layanan kebutuhan pokok yang dibutuhkan masyarakat. Multiplier effect-nya

tinggi. Merupakan instrumen pemerataan keuntungan dan mengurangi

ketimpangan kesejahteraan masyarakat;

6. Wadah untuk penciptaan wirausaha baru;

7. Ketergantungan pada komponen impor yang minimal. Memanfaatkan bahan

baku dan sumber daya lokal yang mudah ditemukan dan tersedia di sekitar

sehingga menghemat devisa.

13
2.2.2 Permasalahan UMKM

Menurut Rasyidi Konsultan C-finansial (2016;2) permasalahan yang

berhubungan dengan manajemen keuangan yang terjadi oleh pihak UMKM

diantaranya:

1. Tidak ada pemisahan rekening antara untuk kegiatan dan pribadi

Sebagian besar pemilik bisnis UMKM masih mencampurkan uang antara

untuk keperluan pribadi (rumah tangga) dengan keperluan bisnis. Uang masuk

dari hasil penjualan usaha berada pada rekening yang sama dengan uang yang

digunakan untuk keperluan pribadi. Setiap ingin membayar tagihan listrik

rumah, tagihan telpon, beli pulsa pribadi, dan semacamnya, pemilik langsung

membayar dari rekening yang digunakan juga untuk usaha.

2. Tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang

Biasanya para pemilik bisnis UMKM masih mengerjakan semuanya sendirian.

Atas dasar itu maka pebisnis merasa punya alasan yang cukup kuat untuk

tidak membuat laporan keuagan. Segala sesuatu pengeluaran dan

pembelanjaan dilakukan berdasarkan insting atau suka – suka pemilik bisnis.

3. Tidak memiliki laporan keuangan

Masalah ini merupakan permasalahan yang cukup vital. Dua permasalahan

sebelumnya bisa dibantu untuk didiagnosa ketika sebuah bisnis memiliki

laporan keuangan. Dengan memiliki laporan keuangan standar bisnis, akan

mengetahui berapa banyak uang usaha yang sudah digunakan untuk keperluan

pribadi. Juga berapa besar nilai aset dibandingkan dengan revenue yang

dihasilkan atau ketersediaan kas. Namun masih banyak pelaku usaha UMKM

14
yang belum paham mengenai laporan keuangan. Banyak yang menyangka

bahwa yang disebut laporan keuangan adalah laporan uang keluar masuk,

setiap uang masuk dianggap keuntungan, setiap uang keluar dianggap biaya

dan selisihnya (sisanya). Laporan keuangan minimal memiliki neraca, laba

rugi, dan arus kas. Masing-masing laporan tersebut memiliki fungsi informasi

yang berbeda – beda.

Sementara menurut Kariyoto (2015;5) masalah yang sering dihadapi oleh

para pelaku UMKM antara lain mengenai pendanaan, pemasaran produk,

teknologi, manajemen keuangan, kualitas sumber daya manusia. Salah satu

masalah yang seringkali terabaikan oleh para pelaku bisnis UMKM yaitu

mengenai manajemen keuangan.

2.2.3 Pengelolaan Manajemen Keuangan Usaha UMKM

Manajemen keuangan (pengelolaan keuangan) menurut Horne dalam

Yustian (2017;14) adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan,

pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Menurut

Hartati dalam Yustian (2017;14) seluruh proses tersebut dilakukan untuk

mendapatkan keuntungan perusahaan dengan meminimalkan biaya, selain itu

dalam penggunaan dan pengalokasian dana yang efisien dapat memaksimalkan

nilai perusahaan.

Menurut Mishkin dalam Yustian (2017;10) yang membagi fungsi

manajemen keuangan (pengelolaan keuangan) menjadi 4 fungsi, yaitu:

15
1. Meramalkan dan merencanakan keuangan

Kegiatan ini bertujuan untuk meramalkan kondisi yang akan terjadi di masa

yang akan datang yang memungkinkan berdampak atau tidak berdampak

terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Setelah peramalan akan disusun

perencanaan pengelolaan keuangan.

2. Keputusan permodalan, investasi dan pertumbuhan

Manajemen keuangan berfungsi untuk menghimpun dana yang dibutuhkan,

baik jangka pendek maupun jangka panjang (investasi), serta dapat

menentukan pertumbuhan perusahaan dalam penjualan

3. Melakukan pengendalian

Fungsi manajemen keuangan sebagai pengendali (controller) dalam operasi

perusahaan, sehingga perusahaan dapat berjalan secara efisien, sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat.

2.2.4 Penyelesaian Persoalan Masalah Keuangan UMKM

Menurut Mohammad Najib Managing Director PT. Usaha Desa Sejahtera

dalam website (berdesa.com, 2015;2) bahwa pengelolaan berguna sebagai

pengendali dalam membelanjakan uang, maka akan menghasilkan keuntungan,

sehingga mampu untuk membiayai usaha. Pengelolaan keuangan ini perlu

diterapkan oleh pelaku dalam UMKM diharapkan nantinya akan mengurangi

risiko kerugian.

1. Memisahkan uang milik pribadi dan uang usaha

Kesalahan yang sering terjadi dan paling sering dilakukan oleh pelaku UMKM

adalah mencampurkan uang usaha dengan uang pribadi. Risiko apabila tidak

16
ada pemisahan antara uang pribadi dan usaha adalah penggunaan uang pribadi

yang berlebih, maka memisahkan secara fisik uang pribadi dan uang usaha

sangatlah penting.

2. Membuat perencanaan pembelanjaan uang

Rencanakan penggunaan uang dengan sebaik mungkin. Tidak

mempergunakan uang tanpa perencanaan yang jelas, karena ada kemungkinan

menemui keadaan kekurangan dana bila tidak ada perencanaan yang jelas.

Menyesuaikan rencana pengeluaran dengan target penjualan dan penjualan

kas. Lakukan analisis cost and benefit untuk memastikan bahwa pengeluaran

yang dilakukan tidak sia-sia dan memberikan keuntungan yang jelas

3. Membuat buku catatan keuangan

Setiap orang tidak selalu kuat dan bahkan sangat terbatas dalam mengingat,

maka mengelola keuangan sebuah usaha haruslah dengan catatan yang

lengkap. Minimal memiliki buku kas masuk dan buku kas keluar yang

mencatat arus keluar masuknya uang, selain itu mencocokkan jumlah fisik

uang dengan catatan. Bahkan lebih baik menggunakan sistem komputer untuk

memudahkan proses pencatatan, karena rekapan data akan terlihat lebih jelas

dan lengkap serta memudahkan juga dalam mencari data yang dahulu untuk

dilakukan evaluasi atau pengecekan.

4. Menghitung keuntungan dengan benar

Menghitung keuntungan dengan tepat sama pentingnya dengan menghasilkan

keuntungan itu sendiri. Bagian paling penting dalam menghitung keuntungan

adalah menghitung biaya-biaya, baik biaya variabel, biaya tetap dan biaya

17
investasi. Sebagian besar biaya dapat diketahui karena menggunakan

pembayaran tunai. Sebagian yang lain berupa uang kas, yaitu penyusutan.

5. Menyisihkan keuntungan untuk pengembangan usaha

Melakukan penyisihan sebagian keuntungan yang dimiliki untuk

mengembangkan usaha, atau untuk menjaga kelangsungan usaha. Semakin

besar sebuah usaha, maka akan semakin kompleks cara pengelolaan

keuangannya. UMKM yang sudah memiliki kreditor dan investor maka

semakin tinggi pula tuntutan untuk memiliki catatan keuangan yang baik.

Sementara menurut Pangestika (2018;2) solusi pengelolaan keuangan yang

pertama yaitu menyimpan semua catatan keuangan dan bukti pendukung lain

catatan keuangan dan bukti pendukung merupakan hal yang sangat penting.

Pertama, UMKM harus memastikan semua dokumen yang digunakan dalam

transaksi sehari-hari disimpan dengan baik untuk digunakan sebagai referensi di

masa yang akan datang. Kedua, mengalokasikan waktu untuk mengkaji

pembukuan secara rutin pemilik usaha harus meninjau pembukuan bisnis secara

rutin sehingga nantinya akan mendapatkan informasi yang selalu diperbaharui

tentang keadaan bisnis. Dengan demikian, dapat mengelola arus kas, mengetahui

pengeluaran mingguan yang terjadi dan informasi tentang faktur yang telah

dikeluarkan oleh perusahaan. Di samping itu juga membantu untuk mengetahui,

memantau, dan mengevaluasi keuntungan, pengeluaran dan masalah yang

terjadi. Ketiga, menggunakan software akuntansi, ini adalah salah satu tips yang

penting untuk pembukuan UMKM. Menggunakan software seperti excel

untukmembuat akuntansi dan memudahkan pembukuan, Microsoft excel dapat

18
dengan mudah mencari data dan tidak perlu mencari pembukuan tahun-tahun

sebelumnya.

Menurut Kariyoto (2015;5) kunci dari indikator kinerja usaha adalah

akuntansi. Informasi yang disediakan oleh catatan-catatan akuntansi berguna bagi

pengambilan keputusan sehingga dapat meningkatkan pengelolaan perusahaan.

Informasi-informasi tersebut memungkinkan para pelaku UKM dapat

mengidentifikasi dan memprediksi area-area permasalahan yang mungkin timbul,

kemudian mengambil tindakan koreksi tepat waktu. Tanpa informasi akuntansi,

masalah-masalah yang sedianya dapat dihindari atau dipecahkan justru menjadi

penyebab kebangkrutan usaha tersebut. Untuk itu, penting sekali bagi pengusaha

untuk dapat membaca dan menafsirkan informasi akuntansi. Paling tidak, setiap

pengusaha dapat menghitung untung ruginya, akan tetapi yang paling penting

untuk dapat memahami makna untung atau rugi bagi usahanya.

2.3 Biaya Produksi

Menurut Sudrajat (2018;91), biaya produksi merupakan semua

pengeluaran yang digunakan dalam produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Perhitungan biaya yang dilakukan

meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan biaya lainnya. Biaya

investasi adalah sejumlah modal atau biaya yang digunakan untuk memulai usaha

atau mengembangkan usaha. Biaya variabel merupakan biaya yang rutin

dikeluarkan setiap dilakukan usaha produksi dimana besarnya tergantung pada

19
jumlah produk yang ingin diproduksi. Biaya tetap adalah jenis biaya yang lain

yang rutin dikeluarkan oleh perusahaan selama perusahaan melakukan kegiatan

produksi, akan tetapi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada kapasitas

produksi.

Biaya tetap adalah biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya tetap, dan

tidak tergantung pada tingkat produksi yang dihasilkan, misalnya biaya

pemeliharaan, biaya alat dan mesin produksi. Sementara biaya variabel atau biaya

tidak tetap adalah biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya dapat berubah,

tergantung pada tingkat produksi yang dihasilkan, misalnya biaya bahan baku,

biaya buruh perorangan dan lain-lain (Nurochim dkk, 2010;142). Formulanya

sebagai berikut (Padangaran, 2013;53):

TC = FC + VC

Keterangan:

TC : Total biaya (Total Cost)

FC : Biaya tetap (Fix Cost)

VC : Biaya Variabel (Variabel Cost)

2.4 Penjualan

Penjualan adalah sumber daya yang masuk ke perusahaan dalam satu

periode, dengan kata lain penjualan adalah hasil dari penjualan barang atau jasa

yang tidak mencakup dari sumber daya yang diperoleh dari operasi perusahaan.

Penjualan produksi total akan ditentukan oleh harga produk dan jumlah produk

yang terjual (Ahman, 2007;76).

20
Case and Ray (2007;169) mendefinisikan total revenue merupakan jumlah

yang diterima dari penjualan produk, nilainya sama dengan dengan jumlah unit

yang terjual dikali dengan harga yang diterima, dalam hal ini adalah besarnya

penjualan total yang diterima oleh perusahaan/produsen dari penjualan produk

yang di produksinya. Tujuan perusahaan dalam memproduksi barang adalah agar

memperoleh keuntungan dari penjualan output sebagai sumber penjualan utama

atau revenue. Revenue yang berarti penjualan adalah sebagai jumlah yang

diperoleh dari penjualan sejumlah output yang dihasilkan seorang produsen atau

perusahaan.

Formulanya sebagai berikut:

TR = P x Q

TR = Penjualan total (Total Revenue)


P = Harga tiap satuan produk (Product)
Q = Jumlah Produk (Quantity)

2.5 Keuntungan

Menurut Ubaidillah (2013;66) pengertian keuntungan adalah selisih dari

penjualan di atas biaya-biaya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Keuntungan

adalah perbedaan antara pendapatan dengan beban jika pendapatan melebihi

beban maka hasilnya adalah keuntungan bersih. Keuntungan merupakan salah

satu pengukur aktivitas operasi dan dihitung berdasarkan atas dasar akuntasi.

Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keuntungan

adalah selisih antara seluruh penjualan (revenue) dan beban (expense) yang terjadi

21
dalam suatu periode. Keuntungan termasuk seluruh hasil perusahaan dan kegiatan

investasi (Hery, 2017;82). (Patton dalam Yadiati, 2007;76) membuat formula

sebagai berikut:

𝜋 = TR - TC

Keterangan:

π = Keuntungan (Benefit)

TR = Total penjualan (Total Revenue)

TC = Total biaya (Total Cost)

2.6 Penyusutan

Menurut Suratiyah dalam Asanti (2011;53) untuk perhitungan penyusutan

pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal

tersebut dapat memberikan manfaat bagi suatu usaha. Salah satu cara yang dapat

digunakan untuk memperhitungkan nilai penyusutan sekaligus digunakan dalam

penelitian yaitu metode nilai sisa. Rumus matematis penyusutan sebagai berikut:

Penyusutan =

Keterangan:

TV = Nilai perolehan dari aset tetap (Total Value)


t = Perkiraan jangka waktu pemakain aset (Time

22
2.7 Analisis Keuntungan Usaha

Kegiatan suatu usaha dapat diketahui memberikan keuntungan jika

terlebih dahulu dilakukan analisis seluruh biaya yang digunakan berupa biaya

investasi, biaya tetap dan biaya variabel kemudian setelah didapatkan data

tersebut dianalisis menggunakan alat analisis R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even

Point (BEP) dan Payback period (PP)

2.7.1 Analisis Ratio Penjualan Atas Biaya (R/C Ratio)

Menurut Padangaran (2016;88) analisis R/C Ratio digunakan untuk

menghitung berapa besarnya penjualan yang diperoleh dari setiap rupiah yang

diinvestasikan oleh perusahaan dalam periode yang lalu. Jika R/C mendekati 1

berarti efisiensi penggunaan modal rendah karena jika R/C = 1 berarti perusahaan

hanya mencapai kondisi pulang pokok. Artinya jumlah penjualan yang diperoleh

hanya sebesar modal yang digunakan untuk memperoleh penjualan tersebut. Jika

R/C < 1 berarti penggunaan modal rugi karena jumlah penjualannya lebih kecil

dari jumlah modal yang digunakan.

Sedangkan menurut Sukartawi (2016;87), komponen biaya dapat dianalisis

keuntungan usahatani dengan menggunakan analsis R/C Ratio. R/C Ratio adalah

singkatan dari (Revenue/ Cost Ratio) atau dikenal perbandingan antara penjualan

dan biaya. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah usahatani

menguntungkan atau tidak dan layak untuk dikembangkan. Disimpulkan bahwa

nilai R/C makin besar dari 1 berarti penggunaan modal makin efisien.

23
(𝑇𝑝𝑖. 𝑃𝑝𝑖)
R/C Ratio=
(𝐿𝑖.𝑃𝐿𝑖)

Keterangan:

R = Revenue (Penjualan)

C = Biaya produksi (Cost)

Tpi = Jumlah produk (Total Product)

Ppi = Harga/ unit (Price product)

Li = Input Produksi (Input Product)

PLi = Harga per unit (Price Input)

2.7.2 Analisis Ratio Keuntungan Atas Biaya (B/C Ratioi)

Analisis ini mirip dengan analisis R/C Ratio tetapi penerapannya lebih

ditekankan pada sejauh mana penerapan suatu teknologi tertentu memberikan

keuntungan dibandingkan dengan teknologi lain yang digunakan sebelumnya oleh

perusahaan atau yang diterapkan oleh perusahaan lainnya (Padangaran, 2013;90).

Sementara menurut Sukartawi (2016;88) analisis B/C Ratio yaitu untuk melihat

dan menghitung besarnya manfaat atas nilai yang diperoleh, kriteria yang dipakai

adalah suatu usahatani dapat memiliki manfaat kalau B/C > 0. Secara matematis

menurut (Padangaran, 2013;90) rumus B/C Ratio yaitu:

𝑅−𝐶
B/C Ratio=
C

Keterangan:

R = Penjualan (Revenue)

C = Biaya (Cost)

24
2.7.3 Break Even Point (BEP)

Analisis break even point atau analisis titik pulang pokok adalah suatu

teknik analisis yang digunakan untuk menghitung titik impas, perusahaan akan

mencapai pada titik dimana penjualan persis sama dengan total modal yang

digunakan (R = C). Setiap perusahaan harus berproduksi di atas dari volume

produksi pulang pokok agar dapat beroperasi, melalui analisis break even point

dapat menghitung berapa seharusnya modal yang harus digunakan untuk membeli

input-input variabel agar titik pulang pokok tercapai (Padangaran, 2013;93).

Sedangkan menurut Soeharto dalam Rindyani (2011;30) menyatakan bahwa

break even point adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan

keuntungan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah

menghasilkan keuntungan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang

dikeluarkan. Dengan asumsi bahwa harga penjualan per unit produksi adalah

konstan maka jumlah unit pada titik impas. Secara matematis rumus BEP menurut

(Padangaran, 2013;94) yaitu:

𝑇𝐹𝐶
BEP RatioVolume (pck)=
Py− c
Keterangan:

TFC = Biaya tetap (Total Cost)

Py = Harga produk (Price Product y)

VC = Biaya variabel (Variabel Cost)

𝐹𝐶
BEP Ratio Harga (pck)= VC
1−( )
py

25
Keterangan:

FC = Biaya tetap (Fix Cost)

Py = Harga produk (Price Product y)

VC = Biaya variabel (Variabel Cost)

2.7.4 Payback Period (PP)

Payback Period merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh benefit

(B) dan depresiasi (D) untuk mengembalikan investasi (I). Payback period suatu

investasi menunjukkan berapa lama (jangka waktu) yang diisyaratkan untuk

pengambilan intial cash investment (investasi). Payback Period adalah waktu

yang dibutuhkan untuk mengembalikan uang yang sudah ditanam, jika waktu

semakin pendek tawaran investasi diterima (Rachmadi, 2007;66). Payback period

merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu periode pengembalian

investasi suatu usaha, perhitungan dapat dilihat dari perhitungan kas bersih yang

diperoleh setiap tahun (Kasmir dan Jakfar, 2006;154). Metode payback period

merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengambilan

investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan dapat dilihat melalui perhitungan

kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan

penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika

investasi 100% menggunakan modal sendiri) (Kasmir, By. 2013;101). Hernanto

dalam Sofyan (2003;99) merumuskan payback period secara matematis sebagai

berikut:

Payback Period =

26
Keterangan:

TI = Total Investasi (Total Investation)

π = Keuntungan (Benefit)

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Samsul (2011) penelitian yang berjudul Analisis Biaya dan

keuntungan Usaha Pemasaran Kelapa Muda di Kota Kendiri, penelitian ini

bertujuan untuk mengetehui (1) biaya yang dikeluarkan pada usaha pemasaran

kelapa muda di Kota Kendiri, (2) keuntungan yang diperoleh pada usaha

pemasaran kelapa muda di Kota Kendiri dan (3) efisiensi biaya R/C pada usaha

pemasaran kelapa muda di Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh penjual kelapa muda

gelondongan di Kota Kendiri. Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode sensus. Peneletian ini menghitung biaya, keuntungan,

Cost-Ratio (R/C). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) rata-rata biaya yang

dikeluarkan pada usaha pemasaran kelapa muda adalah sebesar Rp

6.831.584/bulan, (2) sedangkan keuntungan atas biaya total adalah Rp 59.547.827

per bulan dengan nilai rata-rata sebesar Rp 4.253.416 per bulan dan (3) efisiensi

biaya R/C ratio pada usaha pemasaran kelapa muda adalah 1,6 artinya lebih besar

dari 1 dalam artian bahwa usaha pemasaran kelapa muda menguntungkan dan

layak untuk dikembangkan.

27
Penelitian lain yang sejenis juga dilakukan oleh Utama (2011) yang berjudul

Analisis Keuntungan Usaha Pengolahan Fillet Ikan. Penelitian ini menghitung

Penjualan usaha, keuntungan, Rasio keuntungan atas Biaya (Net B/C Ratio),

Payback Period dan Break Even Point. hasil penelitian diperoleh bahwa

keuntungan pada PT. Ojid Kharisma Nusantara pada tahun 2010 sebesar Rp.

1.182.571.556,-. Nilai B/C Ratio sebesar 0,76 yang menunjukkan bahwa setiap

Rp. 100,- biaya yang dikeluarkan oleh PT. Ojid Kharisma Nusantara untuk

melakukan usaha pengolahan fillet ikan akan memberikan keuntungan RP. 76,-,

hasil payback period akan mengalami pengembalian selama 2 bulan 16 hari.

Untuk hasil perhitungan BEP usaha ini tidak mengalami kerugian dan keuntungan

saat harga yang ditetapkan RP. 48.191. Secara keseluruhan PT. Ojid Kharisma

Nusantara mengahasilkan keuntungan yang cukup besar pada tahun 2010 dan

dapat menutup biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam proses produksi.

Dari hasil penelitian terdahulu di atas, terdapat beberapa persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun

persamaannya adalah pada penelitian terdahulu dan penelitian yang akan

dilakukan ini menggunakan sebagian alat atau metode analisis yang sama, yaitu

terdiri dari penjualan, keuntungan, BEP dan PP. Sementara perbedaannya antara

lain terdapat pada objek dan lokasi penelitian.

2.9 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan proses yang harus dilakukan menurut

susunan serta menggunakan analisis data sesuai keadaan yang ada. Penelitian ini

28
dilakukan untuk melihat bahwa Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum

dan sesudah perubahan teknologi dapat dikatakan menguntungkan dan baik untuk

dijalankan. Data-data yang diperlukan yaitu biaya investasi dan biaya operasional

dan total penjualan. Biaya dan penjualan merupakan faktor yang mempengaruhi

keuntungan. Keuntungan dihitung dari pengurangan antara penjualan yang

diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Alat analisis

yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya R/C Ratio, B/C Ratio, Break

Even Point dan Paybcak Period. Hasil perhitungan yang dilakukan selanjutnya

dijadikan pertimbangan untuk pengambilan keputusan di Usaha Rujak Cireng dan

Frozen Food. Objek penelitian ini termasuk ke dalam UMKM, karena memiliki

jumlah karyawan sebanyak 13 orang dan pendapatan tahunannya yaitu sebesar

300 juta. Usaha ini melakukan pengolahan terhadap tepung kanji yang diolah

menjadi cireng dalam keadaan beku atau Frozen Food. Berdasarkan uraian

tersebut kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

29
Usaha Rujak Cireng Dan frozen
food Sebelum Perubahan
Teknologi

Usaha Rujak Cireng Dan frozen


food Sesudah Perubahan
Teknologi

Biaya:
- investasi
-Variabel Penjualan
-Tetap

1. Total Biaya dan Tingkat Keuntungan


2. Analisis R/C Ratio, B/C Ratio, Break
Even Point dan Payback Period

Menguntungkan Tidak
Menguntungkan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UMKM Usaha Rujak Cireng dan Frozen

Food berlokasi di Jl. Salak Rt/Rw 005/022 No. 109 Kel. Pondok Benda Kec.

Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15416. Pertimbangan memilih lokasi

ini dilakukan secara sengaja atau purposive, karena memiliki permasalahan yang

ekuivalen dengan permasalahan yang terdapat pada UMKM di daerah Tangerang

Selatan, selain itu usaha ini baru didirikan pada tahun 2014, usaha masih terbilang

baru jika dibandingkan dengan usaha lain sejenis yang sudah lama berdiri dan

sudah memiliki pencatatan keuangan yang baik, namun diusaha ini belum

memiliki pencatatan yang baik, tidak mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan

secara rinci dan tidak mengetahui keuntungan secara jelas setiap bulannya,

sehingga peneliti tertarik untuk meneliti di usaha ini agar dapat mencari solusi

dalam permasalahan yang terdapat pada usaha ini. Proses pelaksanaan penelitian

dimulai dengan pengumpulan sumber-sumber yang relevan, pengumpulan data

dilaksanakan pada bulan April hingga Oktober tahun 2018.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu mencakup biaya-

biaya usaha meliputi investasi, biaya operasional dan penjualan. Sumber data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Sumber data primer dari penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung

31
dengan pemilik usaha di Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food meliputi biaya

investasi, biaya operasional, data penjualan, serta informasi lainnya yang

berhubungan dengan penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan data

pelengkap primer yang berhubungan dengan topik penelitian seperti studi literatur

yang relevan, penelitian terdahulu dan dari buku-buku.

3.3. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik operasional pengumpulan data

melalui proses pencatatan secara cermat dan sistematika terhadap objek

yang diamati secara langsung. Hasil pengamatan yang ada dijadikan bahan

pertanyaan untuk menyusun daftar pertanyaan wawancara dalam rangka

pengambilan data.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya

langsung kepada pemilik Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food terkait

dengan data penelitian ini. Pertanyaan ditulis dalam bentuk kuesioner yang

berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada

narasumber untuk mendapatkan jawaban, tanggapan dan informasi yang

diperoleh dari pemilik perusahaan. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran

1.

32
3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data digunakan dalam penelitian untuk melihat sejauh

mana suatu kegiatan usaha dapat dikatakan memiliki manfaat dan menguntungkan

untuk dikembangkan dilihat dari analisis ratio penjualan atas biaya (R/C Ratio),

analisis ratio keuntungan atas biaya (B/C Ratio), break even point (BEP) dan

payback period (PP) pengolahan data kuantitaif ini menggunakan alat bantu

berupa program Microsoft Excel 2016.

3.4.1 Biaya Produksi

Biaya usahatani terdiri dari total biaya yang merupakan jumlah dari biaya

tetap dan biaya variabel, dimana formula ini untuk melihat biaya sebelum dan

sesudah perubahan teknologi, formulanya merujuk pada (Padangaran, 2013;53):

a. Formula Biaya Produksi Sebelum Perubahan Teknologi

TB1 = BT1 + BV1

Keterangan:

TB1 : Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan

teknologi

BT1 : Biaya tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan

teknologi

BV1 : Biaya variabel Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum

perubahan teknologi

33
b. Formula Biaya Produksi Sesudah Perubahan Teknologi

TB2 = BT2 + BV2

Keterangan:

TB2 : Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan

teknologi

BT2 : Biaya tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan

teknologi

BV2 : Biaya variabel Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan

teknologi

3.4.2 Penjualan

Case Karl dan Ray (2007;169) mendefinisikan total revenue merupakan

jumlah yang diterima dari penjualan produk, nilainya sama dengan jumlah unit

yang terjual dikali dengan harga yang diterima. Jadi total penjualan merupakan

hasil penjualan yang diterima oleh perusahaan/produsen dari penjualan produk

yang diproduksi. Formula penjualan ini untuk melihat penjualan sebelum dan

sesudah perubahan teknologi formulanya sebagai berikut:

a. Formula Penjualan Produksi Sebelum Perubahan Teknologi

TP1 = H1 x J1

TP1 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum

perubahan teknologi

34
H1 = Harga tiap satuan produk cireng sebelum perubahan teknologi

J1 = Jumlah produk Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yang terjual

sebelum teknologi

b. Formula Penjualan Produksi Sesudah Perubahan Teknologi

TP2 = H2x J2

TP2 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah

perubahan teknologi

H2 = Harga tiap satuan produk cireng sesudah perubahan teknologi

J2 = Jumlah produk yang terjual Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

sesudah perubahan teknologi

3.4.3 Keuntungan

Keuntungan adalah produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan

barang atau jasa oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu (Patton dalam

Yadiati, 2007;76). Formula keuntungan untuk melihat keuntungan sebelum dan

sesudah perubahan teknologi formulanya sebagai berikut:

a. Formula Keuntungan Sebelum Perubahan Teknologi

K1 = TP1 - TB1

Keterangan:

K1 = Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan

teknologi

35
TP1 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum

perubahan teknologi

TB1 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan

teknologi

b. Formula Keuntungan Sesudah Perubahan Teknologi

K2 = TP2 - TB2

Keterangan:

K2 = Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan

teknologi

TP2 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah

perubahan teknologi

TB2 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan

teknologi

3.4.4. Penyusutan

Menurut Suratiyah dalam Asanti (2011;53) untuk perhitungan penyusutan

didapatkan dari harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut dapat

memberikan manfaat bagi suatu usaha. Salah satu cara yang dapat digunakan

untuk memperhitungkan nilai penyusutan sekaligus digunakan dalam penelitian

yaitu metode garis lurus. Formula untuk melihat penyusutan sebelum dan sesudah

perubahan teknologi, formula merujuk kepada menurut Padangaran (2013;49)

yaitu:

36
a. Formula Penyusutan Sebelum Perubahan Teknologi

1− 1
S= 1

Keterangan:

S = Penyusutan

TI1 = Nilai investasi aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum

perubahan teknologi

NS = Nilai sisa aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah

digunakan dan sebelum perubahan teknologi

UE = Umur ekonomis aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

sebelum perubahan Teknologi

b. Formula Penyusutan Sesudah Perubahan Teknologi


S=

Keterangan:

S = Penyusutan
TI2 = Nilai investasi aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah

perubahan teknologi

NS2 = Nilai sisa aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food setelah

digunakan dan sesudah perubahan teknologi

UE2 = Umur ekonomis aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

sesudah perubahan teknologi

3.4.5. Ratio Penjualan atas Biaya (R/C Ratio)

Menurut Sukartawi (2016;87) komponen biaya dapat dianalisis dari

keuntungan usahatani dengan menggunakan analisis R/C Ratio. R/C Ratio adalah

37
singkatan dari (Revenue/ Cost Ratio) atau dikenal perbandingan antara penjualan

dan biaya. Formula untuk menganalisis R/C Ratio sebelum dan sesudah

perubahan teknologi, formula merujuk kepada Padangaran (2013;88) yaitu:

a. Formula R/C Ratio Sebelum Perubahan Teknologi

𝑇𝑃1
R/C Ratio= B1

Keterangan:

TP1 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum

perubahan teknologi

TB1 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan

teknologi

b. Formula R/C Ratio Sesudah Perubahan Teknologi

𝑇𝑃
R/C Ratio=
B

Keterangan:

TP2 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah

perubahan teknologi

TB2 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan

teknologi

3.4.6 Ratio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)

B/C Ratio merupakan sejauh mana penerapan suatu teknologi tertentu

memberikan keuntungan dibandingkan dengan teknologi lain yang digunakan

sebelumnya oleh perusahaan atau yang diterapkan oleh perusahaan lainnya. Jika

38
nilai B/C yang diperoleh dalam suatu perhitungan lebih besar dari 0, berarti

teknologi baru itu lebih menguntungkan dibandingkan dengan teknologi lama

begitupun sebaliknya (Padangaran, 2013;90). Perbandingan antara tingkat

keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Secara

matematis menurut (Padangaran, 2013;90) formula B/C Ratio yaitu:

a. Formula B/C Ratio Sebelum Perubahan Teknologi

𝐾
B/C Ratio=
B

Keterangan:

K1 = Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan

teknologi

TB1 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan

teknologi

b. Formula B/C Ratio Sesudah Perubahan Teknologi

𝐾2
B/C Ratio=
B

Keterangan:

K2 = Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan

teknologi

TB2 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan

Teknologi

39
3.4.7. Break Even Point (BEP)

Analisis break even point atau analisis titik pulang pokok adalah suatu

teknik analisis yang digunakan untuk menghitung volume produksi, perusahaan

akan mencapai pada titik dimana penjualan persis sama dengan total modal yang

digunakan (R = C) (Rindyani, 2011;30). Analisis ini digunakan untuk mengetahui

volume penjualan dan harga produksi sebelum dan sesudah perubahan teknologi,

formula merujuk kepada (Padangaran, 2013;94) yaitu:

a. Formula BEP Penjualan dan BEP Harga Sebelum Perubahan Teknologi

𝑇𝐵1
BEP RatioVolume (pck)= H1

𝑇𝐵1
BEP Ratio Harga (pck)=
P1

Keterangan:

TB1 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan

teknologi

H1 = Harga jual produk cireng sebelum perubahan teknologi

TP1 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum

perubahan teknologi

b. Formula BEP Penjualan dan BEP Harga Sesudah Perubahan Teknologi

𝑇𝐵2
BEP RatioVolume (pck)= H2

𝑇𝐵2
BEP Ratio Harga (pck)=
P2

40
Keterangan:

TB2 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan

teknologi

H2 = Harga jual produk cireng sesudah perubahan teknologi

TP2 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah

perubahan teknologi

3.4.8. Payback Period (PP)

Payback Period merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu

(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan dapat

dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Apabila

payback period-nya ternyata lebih pendek dari pada payback period yang

ditentukan maka investasi Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food dapat diterima,

sebaliknya jika lebih lama maka usaha ditolak. Formula pernghitungan payback

period sebelum dan sesudah perubahan teknologi merujuk kepada (Sofyan,

2003;17).

a. Formula PP Sebelum Perubahan Teknologi

Payback Period = 1

Keterangan:

TI1 = Total investasi Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum

perubahan teknologi

K1 = Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan

teknologi

41
b. Formula PP Sebelum Perubahan Teknologi
2
Payback Period = 2

Keterangan:

TI2 = Total investasi Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan

teknologi

K2 = Keuntungan usaha Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah

perubahan teknologi

3.5 Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan pengertian, batasan dan ruang lingkup

penelitian yang berguna untuk memudahkan dalam menganalisis data yang

berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari hasil pengamatan variabel yang

ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Narasumber dalam penelitian ini adalah pemilik Usaha Rujak Cireng dan

Frozen Food yang memiliki pengetahuan tentang usaha tersebut.

2. Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food merupakan nama dari usaha mikro yang

memproduksi Frozen Food seperti cireng, risoles dan cilok dalam keadaan

beku.

3. Biaya variabel merupakan biaya yang rutin dikeluarkan setiap dilakukan usaha

produksi dimana besarnya tergantung pada jumlah produk yang ingin dibuat.

4. Biaya tetap adalah jenis biaya yang rutin dikeluarkan oleh perusahaan selama

perusahaan melakukan kegiatan produksi, akan tetapi besarnya biaya tetap

tidak tergantung pada kapasitas produksi

42
5. Analisis keuntungan untuk melihat keuntungan yang dihasilkan Usaha Rujak

Cireng dan Frozen sebelum dan sesudah perubahan teknologi yaitu

perbandingan pada tahun 2016 dan tahun 2017 dengan menggunakan alat

analisis R/C Ratio, B/C Ratio, BEP dan PP.

6. R/C Ratio merupakan perbandingan antara penjualan dan biaya

7. B/C Ratio merupakan perbandingan anatara tingkat keuntungan yang diperoleh

dengan total biaya yang dikeluarkan.

8. Break even point (BEP) bertujuan untuk melihat dan menemukan satu titik

dalam unit atau rupiah yang menunjukkan biaya sama dengan keuntungan.

9. Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu

periode pengambalian investasi suatu proyek atau usaha, perhitungan dapat

dilihat dari perhitungan kas bersih yang diperoleh setiap tahun.

43
BAB IV
GAMBARAN UMUM USAHA

4.1 Profil Usaha Rujak Cireng Dan Frozen Food

Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food merupakan usaha Home industri

yang memproduksi makanan Frozen Food atau makanan beku. Usaha ini mulai

dirintis pada tahun 2014. Awal berdiri usaha ini cireng dijual dipinggir jalan

menggunakan gerobak dorong hingga pada tahun 2015. Setelah dua tahun yaitu

pada tahun 2016 Bapak Fitroh dan Ibu Nurida Afriana sebagai pemilik usaha

melakukan inovasi yaitu merubah teknologi yang digunakan dari gerobak dorong

menjadi freezer dan merubah cara penjualan menggunakan media sosial. Sebelum

perubahan teknologi cireng masih dijual dengan cara digoreng, namun setelah

dilakukan perubahan cireng dijual dalam keadaan frozen.

Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food berlokasi di Jl. Salak Rt/Rw 05/022

No. 109 Kel. Pondok Benda Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten

15416. Usaha ini memiliki luas bangunan usaha 40 m² dan memiliki karyawan

berjumlah 13 orang yang masing-masing memiliki tugas dan tanggungjawab,

gambar tugas dan tanggungjawab karyawan terdapat pada Lampiran. 2. Produk

cireng dikemas dalam plastik kemudian dipress menggunakan alat pres, setelah

cireng selesai dikemas kemudian dikirim ke wilayah Jabodetabek dan ke Pulau

Sumatera. Penjualan produk dengan cara online, jadi jika ingin memesan produk

bisa melalui link website http://pabrik-rujak-cireng-dan-frozen-food.business.site/

dan whatsapp ke nomor 0898-9519-723.

44
Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food memproduksi cireng dalam keadaan

beku. Bahan-bahan untuk memproduksi cireng ini dibeli secara langsung di pabrik

maupun di pasar, salah satu bahan utama yang digunakan yaitu tepung tapioka.

Tepung ini dibeli di pabrik yang memproduksi tepung tapioka di daerah Bogor.

Kualitas tepung tapioka yang dibeli tidak semuanya memiliki kualitas yang bagus.

Ketika melakukan produksi terkadang terdapat tepung yang basah, sehingga hasil

produksi cireng tidak renyah, garing dan cepat basi. Selain dari bahan untuk

membuat cireng yang tidak bagus, terdapat juga masalah dalam pencatatan

keuangan yang tidak dilakukan secara rutin, baik biaya keluar untuk proses

produksi maupun penjualan.

4.1.1 Visi dan Misi Usaha Rujak Cireng Dan Frozen Food

Visi usaha adalah menjadi produsen Frozen Food yang menghasilkan

produk-produk yang berkualitas. Dalam rangka mendukung visinya, Usaha Rujak

Cireng dan Frozen Food memiliki misi yaitu selalu melakukan inovasi produk

dan meningkatkan kualitas serta varian rasa.

4.1.2 Struktur Usaha Rujak Cireng Dan Frozen Food

Struktur usaha yang ada pada Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

sangat sederhana, dimana Bapak Fitroh sebagai pemimpin usaha yang mengawasi,

bertanggungjawab akan keberlangsungan usaha. Dan Ibu Nurida

bertanggungjawab pemasaran produk cireng, administrasi dan keuangan.

Sementara sebelas orang karyawan lainnya bertugas dibagian produksi. Struktur

organisasi karyawan terdapat pada Lampiran. 2. Adapun tugas dan kewajiban dari

masing-masing divisi dalam perusahaan adalah:

45
1. Bagian Administrasi dan Keuangan

Bagian administrasi dan keuangan dipegang langsung oleh Ibu Nurida

Afriana, kegiatan administrasi dilakukan dengan mencatat pengeluaran dan

keuntungan produk cireng, pembuatan faktur, pemberian gaji karyawan,

pencatatan stok barang dan pemesanan, serta pengelolaan modal usaha.

2. Bagian Produksi

Bagian produksi dipegang oleh 10 orang, lima orang dibagian pemasakan

bahan baku dan pencetakan adonan cireng menjadi biji cireng yang siap untuk

di kemas yaitu Ibu Nina, Ibu Yuni, Ibu Sami, Ibu Marti dan Ibu Billah. Tiga

orang bertugas sebagai pengemasan cireng yaitu Ibu Ruqoyah, Ibu Ursi dan

Ibu Eka. Kemudian Ibu Intan bertugas sebagai pembungkus sambal cireng.

Terakhir yaitu Bapak Ipul bertanggungjawab dalam pengepresan bungkus

cireng.

3. Bagian Pemasaran

Kegiatan pemasaran memasarkan dan menginformasikan harga dan jenis

produk cireng dan varian rasanya kepada konsumen dan calon konsumen,

sistem pemasaran yang digunakan sampai saat ini dengan cara online

menggunakan website dan Whatsapp, kegiatan ini dipegang oleh Bapak Fitroh

selaku pemimpin usaha. Bagian pemasaran juga bertugas membeli bahan baku

dan mengantarkan pesanan cireng kepada konsumen yang dipegang oleh

Bapak Adul. Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food ini memiliki 13 orang

karyawan yang terbagi dalam tiap divisi, Ada 10 orang dibagian produksi, 1

orang dibagian administrasi dan keuangan, 2 orang dibagian pemasaran. Tabel

46
1. di bawah ini merupakan latar belakang pendidikan karyawan Usaha Rujak

Cireng Dan Frozen Food.

Tabel 1. Latar Belakang Pendidikan Karyawan


No Latar Belakang Jumlah Karyawan Tugas (orang)
Pendidikan (orang)
1 Sekolah Dasar 7 orang Produksi

2 Sekolah Menengah 3 orang Produksi


Pertama
3 Sekolah Menengah 3 orang Administrasi (1)
Atas pemasaran (2)
Total 13 orang

Sistem penggajian karyawan di usaha ini tergantung kepada posisi apa

yang ditempati karyawan, jika divisi administrasi dan keuangan gaji yang diterima

tiap bulannya yaitu Rp. 2.080.000, dibagian pemasaran terdapat 2 level pertama,

bagian yang mengatur sosial media gaji yang diterima yaitu 2.080.000. Kedua,

bagian yang mengantar jemput bahan baku dan mengantarkan pesanan kepada

konsumen digaji Rp. 1.860.000, masing-masing masa kerja administrasi dan

pemasaran yaitu selama 26 hari tiap bulannya. Sedangkan untuk divisi produksi

ada 4 level penggajian. Pertama, ada dibagian pemasakan bahan baku cireng dan

sambal menjadi adonan, gaji yang diterima Rp. 2.800.0000. Kedua, bagian

pencetakan cireng, gaji yang diterima Rp. 1.245.000. Ketiga, bagian pembungkus

sambal gaji yang diterima Rp. 500.000. Keempat, bagian pengemasan dan

pengepresan gaji yang diterima tiap bulannya Rp. 2.200.000.

47
4.2 Sarana dan Prasarana Usaha Rujak Cireng Dan Frozen Food

Sarana dan prasarana usaha terdiri dari peralatan-peralatan yang digunakan

untuk menunjang keberlangsungan usaha. Sarana dan prasarana yang dimiliki

Usaha Rujak Cireng dan Food Frozen sebelum dan sesudah teknologi yaitu:

1. Luas Tempat usaha

Produksi cireng pada tahun 2014 hingga tahun 2016 masih dilakukan di dapur

pribadi milik usaha. Setelah perubahan teknologi, pemilik usaha membangun

tempat produksi dibelakang rumah, di atas tanah warisan dari orangtua

pemilik usaha cireng seluas 40² m. Tempat produksi ini dibangun pada tahun

2016.

2. Peralatan

Peralatan merupakan alat-alat yang digunakan untuk menunjang produksi, alat-

alat yang dibutuhkan yaitu:

A. Sebelum Perubahan Teknologi Tahun 2016

Sebelum perubahan teknologi alat yang digunakan untuk menjual cireng

yaitu gerobak dorong, penjualan menggunakan gerobak dorong dimulai pada

bulan Oktober tahun 2016 hingga bulan Januari tahun 2017. Di bawah ini

merupakan tabel peralatan yang digunakan sebelum perubahan teknologi pada

tahun 2016.

48
Tabel 2. Peralatan Usaha Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan Gerobak
Dorong Tahun 2016

No Uraian Jumlah Satuan

1 Gerobak 1 Buah
2 Lampu 1 Buah
3 Computer 1 Buah
4 Printer 1 Buah
5 Wajan 1 Buah
6 Centong 1 Buah
7 Wadah 1 Buah
8 Saringan 1 Buah
9 Kompor 1 Buah
10 Pisau 1 Buah
11 Kain 3 Buah
12 Kursi 1 Buah

B. Sesudah Perubahan Teknologi Tahun 2017

Penambahan alat yang digunakan setelah perubahan teknologi yaitu freezer.

Jumlah freezer yang dibeli yaitu 9 buah. Pembelian dilakukan pada tahun 2017

dan hingga pada tahun 2018 belum ada penambahan freezer. Dibawah ini

merupakan alat yang digunakan setelah perubahan teknologi pada tahun 2017.

49
Tabel 3. Peralatan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Sesudah Perubahan
Teknologi Penambahan Freezer Pada Tahun 2017

No Uraian Jumlah Satuan


1 Freezer 9 Buah
2 Lampu 3 Buah
3 Computer 1 Buah
4 Printer 1 Buah
5 Alat Press 1 Buah
6 Alat pencetakan lebel 1 Buah
7 Kompor 2 Buah
8 Timbangan 2 Buah
9 Kipas 6 Buah
10 Wajan 10 Buah
11 Centong 5 Buah
12 Baskom 20 Buah
13 Wadah 10 Buah
14 Keranjang 5 Buah
15 Pisau 2 Buah
16 Meja 2 Buah

Banyak penambahan peralatan yang digunakan sesudah perubahan teknologi

yaitu jumlah lampu ditambah 2 buah untuk penerangan tempat produksi,

pembelian freezer sebanyak 9 buah untuk membekukan cireng, alat pres dan alat

pencetakan lebel untuk mengemas bungkus cireng, timbangan untuk mengukur

kadar bahan baku pembuatan cireng, kipas yang digunakan untuk mendinginkan

cireng agar ketika dimasukkan kedalam bungkus tidak terjadi pengembunan yang

mengakibatkan cireng akan lebih cepat basi, baskom untuk tempat adonan cireng,

keranjang digunakan untuk menaruh cireng yang sudah dikemas dan meja untuk

menaruh cireng ketika dilakukan pendinginan dengan kipas.

50
4.3 Kegiatan Produksi Cireng dan Frozen Food

Kegiatan produksi yang ada pada Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

meliputi beberapa tahap yakni pemasakan bahan baku cireng dan sambal menjadi

adonan, pencetakan cireng, pendinginan, pangemasan dan pengepresan.

Penjelasan semua kegiatan tersebut sebagai berikut:

a. Proses Pembuatan Cireng

1. Pemasakan bahan baku cireng

Pemasakan bahan baku cireng merupakan tahap pertama diruang produksi.

Tahap ini semua bahan penyusun untuk membuat cireng disatukan ke dalam

panci dan dimasak menggunakan kompor. Bahan penyusunnya yaitu air,

bumbu penyedap rasa dan tepung kanji, sesuai dengan kadar yang telah

ditetapkan pemilik usaha. Air dimasak terlebih dahulu sampai mendidih

kemudian dimasukkan bumbu penyedap rasa. Setelah itu masukkan tepung

tapioka sambil diaduk hingga tepung tapioka matang dan mengental.

Kemudian matikan kompor dan angkat panci. Adonan tepung kanji yang

sudah matang dan mengental dibiarkan selama 15 menit untuk menurunkan

suhunya agar tidak terlalu panas ketika akan dilakukan pencetakan cireng.

2. Pencetakan Cireng

Tahap ini dilakukan setelah semua bahan dimasak dan menjadi adonan kental,

dan diturunkan suhu adonannya, kemudian siap untuk dibentuk menjadi

cireng. Ukuran yang dibentuk sesuai dengan yang telah ditentukan pemilik

usaha yaitu 1 biji cireng berdiameter ± 5 cm dengan berat 25 gr. Pencetakan

51
cireng dilakukan secara tradisional karena masih menggunakan tangan untuk

mencetak cireng.

3. Pendinginan

Proses ini dilakukan agar suhu yang masih terdapat dicetakan cireng yang

sudah dibentuk berkurang dan ketika dilakukan pengemasan tidak adanya uap

panas yang terdapat di dalam bungkus, pendinginan ini menggunakan kipas

angin selama hampir satu setengah jam.

4. Pengemasan

Setelah cireng dibentuk dengan ukuran dimater ± 5 cm dengan berat 25 gr,

kemudian cireng dimasukkan kedalam bungkus plastik berukuran 500 gr, 1

bungkus plastik sebanyak 20 biji cireng dan 1 plastik sambal.

5. Pengepresan

Sebelum pengepresan dilakukan terlebih dahulu pengeluaran angin yang

masih terdapat pada bungkus cireng supaya tidak cepat basi dan tahan lama,

kemudian dilakukan pengepresan plastik agar cireng tetap utuh.

b. Pemasakan Sambal Rujak

1. Pemasakan sambal rujak

Komposisi bahan untuk membuat sambal rujak yaitu bawang putih, gula,

garam, asam, air dan cabe. Bawang putih dibuang kulitnya, cabe dibuang

tangkainya kemudian dicuci bersamaan dengan bawang putih, setelah itu

bawang putih dan cabe diblender hingga halus. Semua bahan kemudian

dimasak hingga mendidih, kemudian setelah mendidih lalu didinginkan

52
2. Pengemasan

Setelah sambal sudah dingin kemudian dilakukan pengemasan sambal

menggunakan plastik, sambal dimasukkan kedalam plastik sebanyak 5 gram,

kemudian plastik diikat menggunakan tangan, setelah itu bungkus sambal

dimasukkan kedalam bungkus cireng.

Alur pembuatan bahan baku cireng tercantum pada Gambar 2. dan alur

pembuatan sambal dapat dilihat pada Gambar 3.

Pemasakan Adonan Cireng dan

Pencetakan

Pendinginan

Pengemasan

Pengepresan

Gambar 2. Alur Proses Pembuatan Cireng Sebelum Perubahan Teknologi

Pemasakan Sambal Rujak

Pengemasan Sambal

Pemasukan Sambal ke Dalam bungkus Cireng

Gambar 3. Alur Proses Pembuatan Cireng Sesudah Perubahan Teknologi

53
4.4 Produksi Cireng Sebelum dan Sesudah Perubahan Teknologi

Produksi cireng dilakukan setiap hari, sebelum perubahan teknologi target

produksi cireng sebanyak 10 kg tepung, menghasilkan 200 biji cireng atau 10

bungkus cireng. Kemudian sesudah perubahan teknologi target produksi cireng

yaitu 100 kg tepung dengan menghasilkan 10.000 biji cireng atau 500 bungkus

cireng. Dibawah ini merupakan Tabel 4. dan Tabel 5. produksi cireng sebelum

dan sesudah perubahan teknologi.

Tabel 4. Total Produksi Cireng Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan


Gerobak Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016

No Bulan Volume / Bungkus


1 Oktober 2016 300
2 November 2016 384
3 Desember 2016 421
4 Januari 2017 428
Total 1533

Total Produksi pada bulan Oktober hingga Desember sebanyak 1.553

bungkus atau 30.660 biji. Dari bulan Oktober 2016 hingga Januari 2017 selalu

terjadi peningkatan, jumlah peningkatan yang sangat signifikan yaitu terjadi pada

bulan November yaitu mencapai 84 bungkus cireng atau 1680 biji. Sebelum

perubahan teknologi cireng dijual dalam keadaan digoreng menggunakan gerobak

dorong. Harga cireng yaitu Rp. 1000/biji, dalam sehari dapat menjual sebanyak 10

bungkus cireng.

54
Tabel 5. Total Produksi Cireng Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan
Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017

No Bulan Volume / Bungkus


1 Februari 15.190
2 Maret 15.943
3 April 14.763
4 Mei 14.562
Total 60.458

Total produksi cireng setelah perubahan teknologi yaitu sebanyak 60.458

bngkus atau 1.209.160 biji cireng. Perubahan teknologi cireng terjadi pada bulan

Februari tahun 2017. Dari Tabel 5. Diatas bulan Februari hingga bulan Maret

mengalami peningkatan mencapai 753 bungkus cireng, sementara pada bulan

April terjadi penurunan yang cukup drastis yaitu sebanyak 1.180 bungkus cireng.

Penurunan ini bahkan lebih banyak dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi

pada bulan Februari hingga Maret. Sementara pada bulan Mei terjadi penurunan

kembali, dari produksi bulan April sebanyak 14.763 bungkus turun menjadi

14.562 pada bulan Mei, sehingga penurunan terjadi sebanyak 201 bungkus cireng.

55
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biaya Usaha Sebelum dan Sesudah Perubahan Teknologi

Perhitungan keuntungan harus menghitung terlebih dahulu biaya yang

mencakup biaya investasi, biaya variabel dan biaya tetap dalam satu bulan dan

perhitungan dalam satu tahun. Keuntungan dapat diperoleh dari penjualan yang

diterima dikurangi biaya.

5.1.1 Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan modal awal yang dikeluarkan oleh pemilik

usaha baik dalam bentuk uang maupun peralatan yang nantinya digunakan dalam

proses produksi.

A. Biaya Investasi Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan Gerobak


Dorong

Biaya investasi yang dihitung yaitu biaya pada tahun 2016, pada tahun 2016

modal investasi dikeluarkan untuk membeli alat-alat produksi dan transportasi.

Biaya investasi ini merupakan modal awal yang dikeluarkan oleh usaha cireng.

Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

sebelum menggunakan teknologi baru yaitu sebesar Rp. 25.330.000, secara lebih

lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

56
Tabel 6. Total Biaya Investasi Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan
Gerobak Dorong

Jumlah
Umur
No Uraian Jumlah Biaya (Rp) Investasi
Ekonomis
(Rp)
1 Lampu 2 3 60.000 180.000
2 Computer 5 1 4.400.000 4.400.000
3 Printer 5 1 1.200.000 1.200.000
4 Wajan 2 1 80.000 80.000
5 Centong 2 1 10.000 10.000
6 Wadah 2 1 10.000 10.000
7 Pisau 2 1 5.000 5.000
8 Sendok 2 1 5.000 5.000
9 Saringan 2 1 10.000 10.000
10 Kain 2 3 10.000 30.000
11 Kompor 3 1 185.000 185.000
12 Kursi 3 1 15.000 15.000
13 Gerobak 3 1 1.200.000 1.200.000
14 Motor 5 1 18.000.00 18.000.000
Total 25.330.000

B. Biaya Investasi Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan Freezer

Biaya investasi yang dihitung sesudah perubahan teknologi yaitu biaya pada

tahun 2017, dimana pada tahun 2017 adalah awal perubahan teknologi yang

digunakan dalam usaha ini. Biaya investasi yang dikeluarkan yaitu untuk

pembangunan tempat produksi, penambahan teknologi yang digunakan untuk

produksi yaitu freezer, mesin press dan mesin lebel. Total biaya investasi yang

dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah menggunakan

teknologi baru yaitu sebesar Rp. 347.556.000. Dana ini didapatkan dari hasil

keuntungan usaha dan tabungan keluarga. Dibawah ini merupakan Tabel 7. biaya

investasi sesudah perubahan teknologi.

57
Tabel 7. Total Biaya Investasi Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan
Freezer Tahun 2017

No Uraian Umur Jumlah Harga Jumlah


Ekonomis Investasi
(tahun)
1 Tempat usaha 20 40 m² 750.000 30.000.000
2 Lampu 2 3 60.000 180.000
3 Computer 5 1 4.400.000 4.400.000
4 Printer 5 1 1.200.000 1.200.000
5 Freezer 5 9 3.800.000 34.200.000
6 Mesin Press 5 1 4.000.000 4.000.000
7 Mesin lebel 5 1 1.500.000 1.500.000
8 Timbangan 4 2 205.000 410.000
9 Kipas 3 6 165.000 990.000
10 Wajan 2 10 15.000 150.000
11 Centong 2 5 5.000 25.000
12 Baskom 2 20 10.000 200.000
13 Wadah 2 10 15.000 150.000
14 Keranjang 2 5 25.000 125.000
15 Pisau 2 2 10.000 20.000
16 Meja 3 2 700.000 1.400.000
17 Sendok 2 2 3.000 6.000
18 kompor 4 2 300.000 600.000
19 Mobil 5 1 18.000.000 250.000.000
20 Motor 5 1 18.000.000
Total 347.556.000

Setelah menghitung biaya investasi diperoleh hasil biaya pada tahun 2016 dan

tahun 2017. Penambahan biaya investasi yang dikeluarkan sesudah dilakukan

perubahan teknologi yaitu freezer, mesin pres, mesin untuk label, timbangan,

baskom, keranjang dan mobil. Perbedaan Biaya investasi yang dikeluarkan

berbanding jauh dimana pada tahun 2014 mengeluarkan biaya sebesar Rp.

25.330.000 sementara pada tahun 2016 sebesar Rp. 347.556.000, ini menunjukkan

bahwa biaya pada tahun 2016 lebih besar dibandingkan pada tahun 2014 bahkan

mencapai 13 kali lipat.

58
5.1.2 Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng

dan Frozen Food yang jumlahnya tetap dan tidak dipengaruhi tingkat produksi.

A. Biaya Tetap Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan Gerobak


Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha sebelum perubahan teknologi ada dua

yaitu biaya penyusutan dan biaya pajak motor. Secara lebih detail biaya peyusutan

terdapat pada Lampiran 3. Biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak

Cireng dan Frozen Food yaitu sebesar Rp. 1.410.333 dan biaya pajak motor yaitu

Rp. 83.332 selama empat bulan. Selama waktu empat bulan menggunakan alat

atau mesin yang masih sederhana atau belum melakukan perubahan teknologi.

Cireng masih dijual menggunakan gerobak dorong yang dijual dipinggir jalan

oleh pemilik usaha. Penjualan dimulai pada pukul 08.00 pagi hingga setelah

magrib pukul 18.00 WIB dan dimulai pada bulan Oktober 2016 hingga bulan

Januari 2017. Setelah empat bulan, pemilik usaha melakukan inovasi menjual

cireng dalam keadaan beku dengan menambah alat dan mesin. Di bawah ini Tabel

8. merupakan biaya tetap sebelum perubahan teknologi.

Tabel 8. Total Biaya Tetap Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan Gerobak


Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016

No Uraian
Bulan Penyusutan Pajak Motor Jumlah Biaya (Rp)

1 Oktober 2016 352.583 20.833 373.416


2 November 2016 352.583 20.833 373.416
3 Desember 2016 352.583 20.833 373.416
4 Januari 2017 352.583 20.833 373.416
Total 1.410.333 83.332 1.493.664

59
B. Biaya Tetap Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan Freezer
Selama 4 Bulan Tahun 2017

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

sesudah dilakukan perubahan teknologi berupa biaya pajak bumi dan bangunan

penyusutan, pajak mobil dan pajak motor. Secara lebih detail biaya penyusutan

dapat dilihat pada Lampiran.4. Pada tahun 2017 dibangun tempat produksi seluas

4 x 10 m² dibelakang rumah pemilik usaha dan diatas tanah warisan orangtua

pemilik usaha Rujak Cireng dan Frozen Food, sehingga diharuskan membayar

biaya pajak bumi dan bangunan. Total Biaya tetap yang dikeluarkan yaitu sebesar

Rp. 17.209.914. Dibawah ini merupakan Tabel 9. biaya tetap sesudah perubahan

teknologi menggunakan freezer pada tahun 2017.

Tabel 9. Total Biaya Tetap Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan Freezer


Selama 4 Bulan Tahun 2017

Uraian
Bulan Pajak Bumi Penyusutan Pajak Mobil Total
dan Bangunan dan Motor Biaya
Februari 145.833 3.948.313 220.833 4.314.979
Maret 145.833 3.948.313 220.833 4.314.979
April 145.833 3.948.313 220.833 4.314.979
Mei 145.833 3.948.313 220.833 4.314.979
Total 583.332 15.793.250 833.332 17.209.914

Setelah dilakukan perhitungan biaya tetap sebelum dan sesudah perubahan

teknologi terdapat perbedaan total biaya yang sangat signifikan, yakni pada tahun

2016 total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 1.493.664 sementara pada

tahun 2017 yaitu sebesar Rp. 17.209.914, ini menunjukkan bahwa biaya pada

tahun 2017 lebih besar dibandingkan pada tahun 2016 bahkan mencapai 11 kali

60
lipat. Barang yang dibeli seperti alat-alat produksi pembuatan cireng dan

transportasi.

5.1.3 Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan

output. Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum dan sesudah perubahan

teknologi yaitu:

A. Biaya Variabel Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan Gerobak


Dorong Tahun 2016

Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

sebelum perubahan teknologi yang digunakan dalam 4 bulan yaitu Rp. 6.148.000.

Secara rinci biaya variabel ada 15 jenis sebagaimana tercantum pada Tabel 10.

Tabel 10. Total Biaya Variabel Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan


Gerobok Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016

Jumlah Jumlah
Volume Harga
No Uraian Satuan Biaya / Biaya /
(Bulan) (Rp)
Bulan 4 (Rp)
1 Plastik Bungkus 3 Kg 15.000 45.000 180.000
2 Plastik Belanja 4 Pck 5.000 20.000 80.000
3 Label 1 Pck 7.000 7.000 28.000
4 Tinta 1/2 Botol 30.000 15.000 60.000
5 Gas 4 Tabung 18.000 72.000 288.000
6 Listrik Kwh Kwh 800.000 200.000 800.000
7 Bensin 30 Liter 7.000 210.000 840.000
8 Bahan Baku
A Tepung 60 Kg 9.500 570.000 2.280.000
B Cabe 1 Kg 30.000 30.000 120.000
C Penyedap 240 Pcs 500 120.000 480.000
D Daun Bawang 1 Kg 8.000 8.000 32.000
E Asam 1 Kg 16.000 16.000 64.000
F Garam 2 Pcs 1.000 2.000 8.000
G Bawang Putih 1/4 Kg 8.000 2.000 8.000
H Gula 20 Kg 11.000 220.000 880.000
Total Biaya Variabel 1.537.000 6.148.000

61
B. Biaya Variabel Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan Freezer
Selama 4 Bulan Tahun 2017

Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

sebagai penggunaan faktor produksi yang bersifat variabel, total biaya yang

digunakan setelah perubahan teknologi dalam 4 bulan yaitu Rp. 387.788.000

Tabel 11. Total Biaya Varibel Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan


Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017

No Uraian Volume Satuan Harga Jumlah Jumlah


(Bulan) (Rp) Biaya / Biaya / 4
Bulan Bulan
1 Internet 10 Gb 50.000 50.000 200.000
2 Plastik 1 Bal 10.000.000 10.000.000 40.000.000
3 Label 5 Meter 50.000 50.000 200.000
4 Tinta 1 Botol 90.000 90.000 360.000
5 Gas 83 Tabung 20.000 1.660.000 6.640.000
6 Listrik Kwh kwh 1.200.000 1.200.000 4.800.000
7 Gaji 13 orang 1.854.545 17.870.000 71.480.000
8 Bensin 200 Liter 10.000 2.000.000 8.000.000
9 Bahan
Tepung 2844 Kg 16.000 45.504.000 182.016.000
Cabe 142 Kg 40.000 5.680.000 22.720.000
Penyedap 5688 Saset 225.000 2.844.000 11.376.000
Asam 5688 Kg 111.000 2.844.000 11.376.000
Garam 190 Pcs 90.000 570.000 2.280.000
Bawang
Putih 14 Kg 40.000 560.000 2.240.000
Ayam 55 Kg 50.000 1.925.000 7.700.000
Keju 28 Kg 50.000 1.400.000 5.600.000
Udang 2 Kg 30.000 60.000 240.000
Jagung 2 Kg 5.000 10.000 40.000
Wortel 2 Kg 5.000 10.000 40.000
Oncom 9 Kotak 10.000 90.000 360.000
Sosis 28 Pak 15.000 420.000 1.680.000
Bakso 46 Pak 10.000 460.000 1.840.000
Gula 150 Pcs 11.000 1.650.000 6.600.000
Total 96.947.000 387.788.000

62
Sesudah melakukan perubahan teknologi penambahan alat yang digunakan

yaitu berupa internet, plastik, label, tinta dan penambahan varian bahan baku yang

digunakan untuk varian rasa cireng. Varian rasa cireng ada 8 jenis, yaitu ayam,

keju, udang, jagung, wortel, oncom, sosis dan bakso.

Setelah dilakukan perhitungan biaya variabel sebelum dan sesudah

perubahan teknologi terdapat perbedaan total biaya yang sangat signifikan, yakni

pada tahun 2016 total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 6.148.000,

sementara pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp. 387.788.000, ini menunjukkan

bahwa biaya pada tahun 2017 lebih besar dibandingkan pada tahun 2016 bahkan

mencapai 63 kali lipat. Penjualan cireng di Usaha Rujak cireng dan Frozen Food

sesudah perubahan teknologi melalui agen atau reseller yang berjumlah 62 orang.

Sementara sebelum melakukan perubahan teknologi produk cireng di jual

langsung kepada konsumen dipinggir jalan menggunakan gerobak dorong. Setelah

melakukan perubahan teknologi sistem penjualan dengan reseller yaitu beli putus,

pemilik usaha tidak bertanggungjawab atas kerusakan atau kerugian saat barang

sudah di beli reseller. Produk cireng ini mampu bertahan di ruang kamar selama 3

hari namun jika telah melewati 3 hari cireng akan basi, jika di dalam freezer

mampu bertahan selama 1 tahun. Penjelasan biaya variabel yang dikeluarkan oleh

Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yaitu:

a. Biaya Promosi

Biaya promosi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan

pemasaran melalui website, whatsapp dan Instagram. Biaya yang dikeluarkan

untuk membeli paket internet. Sebelum melakukan perubahan teknologi

63
pemasaran produk masih dengan teknik Mouth to Mouth namun setelah terjadi

perubahan teknologi pemasaran menggunakan media sosial dan pemasaran

produk dilakukan setiap hari.

b. Plastik

Biaya plastik merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik

bungkus untuk rujak cireng. Plastik yang digunakan untuk cireng dengan

kapasitas 500 gr. Plastik yang digunakan dalam satu bulannya mencapai 1 Bal

yang harga satu balnya bisa mencapai Rp. 10.000.000.

c. Label

Biaya lebel digunakan untuk membeli lebel yang berfungsi untuk kode rasa

makanan yang terdapat pada bungkus plastik cireng. setelah melakukan perubahan

teknologi, cireng memiliki aneka rasa, ada 8 pilihan rasa seperti rasa original,

oncom, sosis, keju, udang rebon, jagung, wortel bakso dan rasa ayam. Jadi semua

label bertuliskan rasa yang sesuai dengan isi bungkus cireng.

d. Tinta

Biaya tinta merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat tulisan

pada label yang nantinya akan ditempelkan pada bungkus plastik cireng. Biaya

yang dikeluarkan untuk tinta dalam satu bulan sebelum perubahan teknologi yaitu

Rp. 30.000/bulan. Sedangkan pada tahun 2017 sesudah perubahan teknologi

mengeluarkan biaya sebesar Rp. 90.000/bulan. Perbedaan ini dipengaruhi oleh

hasil dan target produksi yang harus dicapai karena jumlah produksi sesudah

perubahan teknologi lebih banyak dibandingkan sebelum perubahan teknologi.

Sebelum perubahan teknologi usaha hanya memproduksi sebanyak 10 bungkus,

64
dimana satu bungkus terdapat 20 cireng, sedangkan setelah perubahan teknologi

usaha cireng mencapai 500 bungkus cireng. Perbedaan produksi ini dipengaruhi

oleh cara pemasaran dan teknologi yang digunakan oleh usaha. Sesudah

perubahan teknologi pemasaran dilakukan secara online dan melalui media yang

banyak digunakan oleh pengguna media sosial seperti wahtsaap, facebook dan

instagram dan melalui web. Sehingga pengguna media sosial dapat secara mudah

mengetahui produk dan melakukan pemesanan.

e. Gas

Biaya gas merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli gas yang

digunakan untuk memasak adonan cireng. Setelah dilakukan pencampuran bahan

seperti air dan penyedap rasa kemudian dimasukkan tepung menjadi adonan

cireng, dicetak dan dikemas. Dalam satu hari gas yang digunakan tiga tabung gas

yang berukuran 3 kg. Namun sebelum melakukan perubahan teknologi satu tabung

gas ukuran 3 kg dihabiskan selama satu minggu.

f. Listrik

Biaya listrik merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh Usaha Rujak

Cireng dan Frozen Food dalam menjalankan usahanya. Listrik yang dibayar

digunakan untuk penggunaan lampu, mesin press, mesin untuk lebel. Sebelum

melakukan perubahan teknologi biaya listrik yang dikeluarkan sebesar Rp.

800.000 sementara setelah melakukan perubahan teknologi sebesar Rp.1.200.000.

Penambahan biaya listrik dipengaruhi penambahan input teknologi yaitu berupa

freezer sejumlah 9 buah.

65
g. Gaji Karyawan

Gaji karyawan dikeluarkan untuk memberi gaji kepada karyawan di Usaha

Rujak Cireng dan Frozen Food. Karyawan yang bekerja di Usaha Rujak Cireng

dan Frozen Food bekerja mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16:00

WIB selama tujuh hari dimulai pada dari hari senin sampai dengan minggu.

Setelah melakukan perubahan teknologi Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

memiliki 13 orang karyawan yang terdiri dari beberapa divisi. Sebelum

melakukan perubahan teknologi di Usaha Rujak Cireng dan Frzoen Food belum

mempunyai karyawan, semua kegiatan usaha dilakukan sendiri oleh pemiliki

usaha. Selama satu bulan, total biaya gaji karyawan yang dikeluarkan oleh Usaha

Rujak Cireng dan Frozen Food sebesar Rp. 17.870.000 dan selama satu tahun

sebesar Rp. 214.400.000.

h. Bensin

Bensin digunakan untuk bahan bakar mobil dan motor, alat transportasi ini

digunakan untuk membeli bahan baku dan bahan tambahan serta digunakan untuk

mengirim cireng kepada pembeli, lokasi pengiriman barang area Jabodetabek,

dibawa dengan menggunakan box kusus berukuran 30 x 40 cm untuk mengirim

cireng.

i. Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat cireng yaitu tepung

tapioka, sementara bahan tambahan lainnya yaitu, cabe, penyedap, asam garam,

bawang putih, ayam, keju, udang rebun, jagung, wortel, bakso, oncom dan sosis.

66
5.2 Penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

A. Penjualan Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan Gerobak


Dorong Tahun 2016

Penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan

teknologi berasal dari penjualan cireng goreng yang dijual dipinggir jalan pada

tahun 2016 tepatnya pada bulan Oktober hingga Januari tahun 2017 yang

mencapai 30.660 keping cireng atau 1.533 bungkus cireng. Tabel. 12 berikut

merupakan hasil dari penjualan usaha pada tahun 2016.

Tabel 12. Penjualan Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan Gerobak


Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016

No Bulan Volume / keping Harga (Rp) Jumlah Biaya


(Rp)
1 Oktober 2016 6.000 1.000 6.000.000
2 November 2016 7.680 1.000 7.680.000
3 Desember 2016 8.420 1.000 8.420.000
4 Januari 2017 8.560 1.000 8.560.000
Total 30.660 1.000 30.660.000

B. Penjualan Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan Freezer


Tahun 2017

Penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food setelah perubahan

teknologi berasal dari penjualan cireng frozen yang dijual melalui media sosial,

penjualan pada tahun 2017 mencapai 171.162 bungkus cireng. Tabel. 13 berikut

merupakan hasil dari penjualan usaha pada tahun 2017.

67
Tabel 13. Penjualan Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan Freezer Selama
4 Bulan Tahun 2017

No Bulan pada Volume Penjualan Harga Jual Penjualan


Tahun Produk (Pcs/Bulan) (Rp) (Rp)
1 Februari 15.190 10.000 151.900.000
2 Maret 15.943 10.000 159.430.000
3 April 14.763 10.000 147.630.000
4 Mei 14.562 10.000 145.620.000
Total 60.458 604.580.000

Berdasarkan Tabel 12 dan 13 diatas menunjukkan besarnya penjualan yang

diperoleh dari penjualan cireng pada tahun 2016 dan tahun 2017. Dimana jumlah

produksi yang dihasilkan pada tahun 2016 sebesar 1.533 bungkus cireng dan pada

tahun 2017 sebesar 60.458 bungkus, ini menujukkan bahwa dengan menggunakan

teknologi yang baru membuat volume penjualan cireng naik dan tingkat penjualan

menjadi lebih besar. Pada tahun 2016 data tingkat volume produksi cenderung

meningkat, sedangkan pada tahun 2017 data tingkat volume produksi mengalami

fluktuatif bahkan cenderung menurun ini diakibat oleh jumlah produksi yang

berbeda setiap bulannya, perbedaan volume produksi dipengaruhi oleh tingkat

permintaan konsumen yang tidak sama. Pada bulan Agustus hingga September

mengalami penurunan yang sangat signifikan. Berdasarkan hasil wawancara ini

diakibatkan adanya tahun ajaran baru, dimana kebutuhan akan biaya pendidikan

lebih banyak. Faktor lain yaitu banyaknya usaha yang memproduksi produk

sejenis dan banyak jenis makanan lain yang populer ketika terjadi penurunan,

seperti pisang naget dll.

68
5.3 Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

A. Keuntungan Usaha Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan


Gerobak Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016

Keuntungan usaha merupakan hasil dari penjualan kemudian dikurangi

dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melakukan suatu produksi. Biaya

yang dimaksud yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Di bawah ini merupakan

keuntungan usaha sebelum perubahan teknologi pada bulan Oktober 2016 hingga

bulan Januari 2017. Berikut dijabarkan dalam Tabel 14. keuntungan usaha Rujak

Cireng dan Frozen Food.

Tabel 14. Keuntungan Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan Gerobak


Selama 4 Bulan Dorong Tahun 2016

No Komponen Nilai (Rp)


1 Penjualan 30.660.000
2 Biaya
a. Biaya Tetap 1.493.664
b. Biaya Variabel 6.148.000
Total Biaya 7.641.664
3 Keuntungan 23.018.336
Sumber: Tabel 8, 10, dan 12.

Sumber data dari perhitungan keuntungan sebelum perubahan teknologi

menggunakan gerobak dorong tahun 2016 diperoleh dari beberapa tabel yaitu,

Tabel 8. untuk biaya tetap, data biaya variabel diperoleh dari Tabel 10. dan data

untuk jumlah penjualan diperoleh dari Tabel 12.

B. Keuntungan Usaha Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan


Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017

Setelah perubahan teknologi menghasilkan keuntungan yang berbeda,

keuntungan usaha dihasilkan dari penjualan kemudian dikurangi dengan biaya-

69
biaya yang dikeluarkan dalam melakukan suatu produksi. Biaya yang dimaksud

yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan keuntungan ini yaitu perhitungan

selama satu tahun pada tahun 2017. Berikut dijabarkan keuntungan usaha Rujak

Cireng dan Frozen Food sesudah dilakukan perubahan teknologi

Tabel 15. Keuntungan Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan Freezer


Selama 4 Bulan Tahun 2017

No Komponen Nilai (Rp)


1 Penjualan 604.580.000
2 Biaya
a. Biaya Tetap 17.209.914
b. Biaya Variabel 387.788.000
Total Biaya 404.997.914

3 Keuntungan 199.582.000

Sumber: Tabel 9, 11 dan 13

Sumber data dari perhitungan keuntungan sesudah perubahan teknologi

menggunakan freezer tahun 2017 diperoleh dari beberapa tabel yaitu, Tabel 9.

untuk biaya tetap, data biaya variabel diperoleh dari Tabel 11. dan data untuk

jumlah penjualan diperoleh dari Tabel 13.

Berdasarkan Tabel 14 dan Tabel 15 diatas dapat dilihat besarnya keuntungan

Usaha Rujak Cieng dan Frozen Food yang diperoleh sebelum dan sesudah

perubahan teknologi, dimana sebelum perubahan teknologi besarnya keuntungan

yang dihasilkan selama 4 bulan yaitu Rp. 23.018.336, sedangkan sesudah

perubahan teknologi total keuntungan yang diperoleh selama 4 bulan yaitu sebesar

Rp. 199.582.000. Dari hasil tersebut telah jelas bahwa keuntungan yang paling

besar diperoleh ketika usaha telah melakukan perubahan teknologi dimana

keuntungan yang diperoleh mencapai 8 kali lipat, setelah dilakukan perubahan

70
teknologi dan bernilai positif yang berarti usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

menguntungkan.

5.4 Analisis Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food harus menghasilkan keuntungan yang

berkelanjutan. Analisis R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even Point dan Payback

Period dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan dan pengembalian

investasi, maupun titik impas dari suatu usaha sehingga dapat melihat sejauh

mana suatu kegiatan usaha dapat memiliki manfaat dan baik untuk dikembangkan.

Analisis R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even Point dan Payback Period

menggunakan data analisis usaha selama 1 tahun di Usaha Rujak Cireng dan

Frozen Food.

5.4.1 R/C Ratio Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

R/C Ratio merupakan perbandingan antara total penjualan dengan seluruh

biaya yang digunakan pada saat proses pembuatan cireng di Usaha Rujak Cireng

dan Frozen Food. R/C Ratio yang semakin besar akan memberikan penjualan

yang semakin besar pula untuk pemilik usaha. Tabel dibawah ini merupakan hasil

dari perhitungan analisis Net R/C Ratio.

Tabel 16. Hasil Analisis Perhitungan R/C Ratio Tahun 2017


No Komponen Nilai
(Rp)
1 Penjualan Usaha 1.711.620.000
2 Total Biaya 1.206.042.750

Analisis Net R/C Ratio 1.42


Sumber: Lampiran 5 dan 6

71
Berdasarkan hasil analisis R/C Ratio pada Tabel 16, diperoleh bahwa nilai

R/C Ratio sebesar 1.42 ini menunjukkan bahwa R/C Ratio > 1, maka Usaha Rujak

Cireng dan Frozen Food yang dilakukan menguntungkan dan baik untuk

diusahakan. Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu oleh Samsul (2011)

mengenai Analisis Biaya dan Keuntungan Pemasaran Kelapa Muda di Kota

Kendiri, hasil perhitungan nilai R/C yaitu 1.6, lebih besar dari penelitian ini. Jadi

keuntungan usaha Rujak Cireng dan Frozen Food lebih kecil dari pada usaha

keuntungan pemasaran kelapa muda di Kota Kendari.

5.4.2 B/C Ratio Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

Net B/C Ratio merupakan salah satu perhitungan keuntungan usaha untuk

mengetahui seberapa keuntungan usaha dari biaya yang telah dikeluarkan dari

proses produksi. B/C Ratio Merupakan perbandingan antara tingkat keuntungan

yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan oleh usaha. Berikut

merupakan hasil analisis B/C Ratio pada Usaha Rujak cireng dan Frozen Food

selama tahun 2017.

Tabel 17. Hasil Analisis Perhitungan B/C Ratio Tahun 2017


No Komponen Nilai
(Rp)
1 Keuntungan Usaha 505.577.250

2 Total Biaya 1.206.042.750

Analisis B/C Ratio 0.42

Sumber: Lampiran 6 dan 7

Sumber data untuk keuntungan usaha terdapat pada lampiran 7. Berdasarkan

hasil analisis B/C Ratio pada Tabel 17. diperoleh hasil dari analisis B/C Ratio

yaitu sebesar 0.42, hal ini menunjukkan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan

72
sebesar Rp. 100, akan memberikan keuntungan sebesar 42, ini menunjukkan

bahwa usaha menguntungkan dan baik diusahakan. Jika dibandingkan dengan

penelitian terdahulu oleh Utama (2011) yang berjudul Analisis keuntungan Usaha

Pengolahan Fillet ikan. Hasil perhitungan penelitian ia menunjukkan angka B/C

0,76, jika ditelaah bahwa usaha Rujak Cireng dan Frozen Food menghasilkan

keuntungan yang lebih kecil dari pada penelitian terdahulu.

5.4.3 Break Even Point (BEP) Usaha Cireng dan Frozen Food

Break Even Point atau titik impas adalah titik dimana suatu usaha tidak

mengalami keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Dalam penelitian ini yang

digunakan yaitu BEP Volume dan BEP harga. Dibawah ini merupakan hasil dari

perhitungan BEP Volume dan harga.

Tabel 18. Hasil Analisis Perhitungan BEP Volume dan Harga Tahun 2017
No Uraian Nilai (Rp)
1 Total Biaya (Variabel dan Tetap) 1.206.042.750
2 Harga Jual Cireng 10.000
3 Total Produksi Cireng 171.162
BEP Volume 120.604
BEP Harga 7.046
Sumber: Lampiran 5 dan 6

A. BEP Volume

Berdasarkan Tabel 18. Total biaya yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng

dan Frozen Food yaitu Rp. 1.206.042.750 dan harga jual yang diperoleh oleh

Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yaitu sebesar Rp. 10.000. Berarti hasil

analisis BEP Volume dapat mengalamai pulang pokok pada volume produksi

mencapai 120.604 bungkus cireng. Apabila volume produksi kurang dari 120.604

bungkus dalam satu tahun maka usaha akan mengalami kerugian, jika produksi

73
lebih dari 120.604 bungkus dalam satu tahun maka usaha akan mendapatkan

keuntungan.

B. BEP Harga

Berdasarkan Tabel 16. diatas biaya total yang dikeluaran oleh Usaha Rujak

Cireng dan Frozen Food yaitu Rp. 1.206.042.750 dan jumlah produksi yang

diproduksi oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food selama satu tahun sebesar

171.162 bungkus, dengan hasil nilai BEP harga yaitu sebesar Rp. 7.046/bungkus

ini artinya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food akan mengalami pulang pokok

harga pada Rp. 7.046/bungkus jika menjual dengan harga dibawah Rp.

7.046/bungkus maka usaha akan mengalami kerugian dan akan mengalami

keuntungan jika menjual diatas harga Rp. Rp. 7.046/bungkus.

5.4.4 Payback Period (PP) Usaha Cireng dan Frozen Food

Payback period merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui jangka

waktu pengembalian investasi atau modal yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak

Cireng dan Frozen Food, ini diketahui dari perbandingan biaya investasi dibagi

dengan keuntungan kemudian dikali dengan 1 tahun. Dibawah ini merupakan

tabel hasil perhitungan Payback Period Usaha.

Tabel 19. Hasil Analisis Perhitungan Payback Period Tahun 2017


No Uraian Nilai (Rp)
1 Biaya Investasi 347.556.000
2 Keuntungan 505.577.250
Payback Period 0.62
Sumber: Tabel 7 dan Lampiran 6

Berdasarkan Tabel 19. diatas diketahui bahwa nilai investasi yang

dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yaitu sebesar Rp.

74
347.556.000, perhitungan payback period (waktu kembalinya modal) untuk Usaha

Rujak Cireng dan Frozen Food dari tabel tersebut diketahui bahwa dana investasi

akan kembali pada 7 bulan 44 hari.

75
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dan penjelasan mengenai “Analisis Usaha Rujak

Cireng dan Frozen Food Sebelum dan Sesudah Perubahan Teknologi”, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

pada tahun 2016 tepatnya pada bulan Oktober hingga bulan Januari yang

terdiri dari dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap yang berjumlah Rp.

7.808.333, sementara pada tahun 2017 biaya variabel dan biaya tetap yang

dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yaitu Rp.

1.206.042.750. Keuntungan Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum

dilakukan perubahan teknologi yaitu sebesar Rp. 22.851.667, sementara ketika

telah melakukan perubahan teknologi pada tahun 2017 keuntungan yang

diperoleh yaitu sebesar Rp. 505.577.250

2. Hasil perhitungan R/C Ratio Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

menunjukkan angka 1.42 ini menunjukkan bahwa R/C Ratio > 1, maka Usaha

Rujak Cireng dan Frozen Food yang dilakukan menguntungkan dan baik

untuk diusahakan. Sementara hasil perhitungan B/C Ratio pada Usaha Rujak

Cireng dan Frozen Food menunjukkan angka 0.42 hal ini menunjukkan bahwa

setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100, akan memberikan keuntungan

sebesar 42 ini menunjukkan bahwa B/C Ratio > 0 berarti usaha

menguntungkan dan baik diusahakan.

76
3. Hasil perhitungan Break Even Point pada Usaha Rujak Cireng dan Frozen

Food diperoleh mengalamai pulang pokok pada volume produksi 120.604

bungkus/tahun cireng, sedangkan BEP harga yaitu sebesar Rp. 7.046/bungkus.

Hasil analisis Payback period menunjukkan bahwa usaha rujak cireng dan

Frozen Food akan mengalami pengembalian modal dalam waktu 7 bulan 44

hari.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis

sebagai berikut:

1. Diperlukan pencatatan biaya keluar dan biaya masuk kegiatan usaha, agar

dapat melihat secara rinci pengeluaran dan keuntungan usaha sehingga usaha

ini dapat mempertimbangkan usaha kedepannya atau mengevaluasi kendala-

kendala pada usaha ini.

2. Perubahan keuntungan usaha ketika sebelum melakukan perubahan teknologi

dan sesudah melakukan teknologi terbilang cukup signifikan, perbandingannya

mencapai 1:24, berarti total keuntungan yang diperoleh mencapai 24 kali lipat

sesudah dilakukan perubahan teknologi dan bernilai positif yang berarti usaha

Rujak Cireng dan Frozen Food menguntungkan. Setelah melihat perbandingan

tersebut bahwa usaha ini sangat baik untuk dijalankan dan dipertahankan.

77
DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Eeng. 2007. Membina Kompetensi Ekonomi. Grafindo Media Pratama:


Bandung

Anggraeni, Feni Dwi. 2013. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
(UMKM) Melalui Fasilitasi Pihak Eksternal Dan Potensi Internal (Studi
Kasus pada Kelompok Usaha “Emping Jagung” di Kelurahan
Pandanwangi Kecamatan Blimbing, Kota Malang). [Skripsi] Program
Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
Brawijaya, Malang

Arifin dan Biba Arsyad. 2016. Pengantar Agribisnis. Mujahid Press: Bandung

Asanti, Henning Pury. 2011. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan


Buah. [Skripsi] Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Dinas Koperasi dan UMKM. 2017. Rekap Data UMKM Tangsel. Koperasi dan
UMKM: Tangerang Selatan

Case, Karl E dan Ray. 2009. Prinsip-prinsip Ekonomi Edisi Kedelapan. Erlangga:
Jakarta

Hery. 2017. Teori Akuntansi: Pendekatan Konsep dan Analisis. PT Gramedia:


Jakarta

Kariyoto. 2015. Analisis Implementasi Akuntansi Usaha Kecil dan Menengah.


[Skripsi] Program Studi Pendidikan Avokasi, Fakultas Advokasi,
Universitas Brawijaya, Malang

Kasmir, By. 2013. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama

Kasmir dan Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Predana Media Group: Jakarta

LPPI. 2016. Profil Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM). Jakarta: LPPI.

Najib, Mohammad. 2015. Tips Pengelolaan Manajemen Keuangan Untuk


UMKM. 3 Hal.http://www.berdesa.com/tips-pengelolaan-manajemen-
keuangan-untuk-ukm/ Diakses pada tanggal 4 September 2018 jam 14:50.

Nasruddin, Wasrob. 2013. Manajemen Agribisnis. Erlangga: Jakarta

Nurochim dan Purwanto, iwan. 2010. Manajemen Bisnis. Jakarta: Lembaga


Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

78
Padangaran, Ayub. 2013. Analisis Kuantitaif Pembiayaan Perusahaan Pertanian.
IPB Press: Bogor

Pangestika, Witdya. 2018. 5 Langkah Mudah Melakukan Pembukuan Bagi


UMKM. https://www.jurnal.id/id/blog/2018/5-langkah-mudah-melakukan-
pembukuan-bagi-ukm Diakses pada tanggal 9 September 2018 Jam 14:55

Prasetyo, P Eko. 2008. Peran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM)
Dalam Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Dan Pengangguran.
UPY: Yogyakarta

Rachmadi, Bambang N. 2007. Membedah Tawaran Franchise Lokal Indonesia.


PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Rasyidi. 2016. Permasalahan Pada Manajemen Keuangan UMKM. PT Rasyidi


Utama Indonesia: Bandung

Rindyani, Rinrin. 2011. Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon


Hidroponik. [Skripsi] Program Studi Agribisnis. Fakultas Sains dan
Teknologi. UIN. Syarif Hidayatullah Jakarta

Samsul. 2017. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pemasaran Kelapa Muda
Di Kota Kendari. [Skripsi]. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Halu Oleo. Halu Oleo

Sofyan, Dianti dan Irianni. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu: Graha Ilmu

Sudarno. 2011. Kontribusi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Dalam
Penyerapan Tenaga Kerja Di Depok. PNJ: Depok

Sudrajat, Usep dan Suwaji. 2018. Ekonomi Manajerial. Deepublish: Yogyakarta

Sukartawi. 2016. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia: Jakarta

Ubadillah, Ahmad, Mulyani, Sri, dan Effendi, Dwi Erlin. 2013. Makna
Keuntungan Bagi Pedagang Kaki Lima. Nahdlatul Ulama: STIE

Ulfah, Ika Farida. 2016. Akuntansi Untuk UMKM. CV Kekata: Group Surakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha


Mikro, Kecil, Dan Menengah

79
Utama, Mohamad. 2011. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Fillet Ikan.
[Skripsi] Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains Dan Teknologi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta

Widyanto, Ishworo. 2015. Peran UMKM Dalam Perekonomian Indonesia,


Implementasi & Kendalanya. UNITA: Sumatera Utara

Yadiati, Winwin. 2007. Teori Akuntansi. Kencana Media Group: Jakarta

Yustian, Ita Free Diyana. 2017. Analisis Pengelolaan Keuangan Usaha Mikro
Kecil Menengah Studi Kasus Pada Asosiasi Batik Mukti Munggal
Kabupaten Sleman. [Skripsi] Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta

80
LAMPIRAN

81
Lampiran 1. Kuisioner

KUISIONER

Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang berjudul

“Analisis Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Sebelum dan

Sesudah Perubahan Teknologi di Kota Tangerang Selatan Banten” oleh Adila

Monita, Mahasiswi Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains Dan Teknologi, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Pemilik Usaha?

2. Lokasi Usaha?

3. Sejarah Usaha?

4. Struktur Organisasi?

B. Penjualan

No Uraian Jumlah/Tahun Keterangan

1 Cireng

Total

82
C. Biaya Investasi

Uraian Jumlah Satuan Harga Jumlah Umur Penyusutan Umur


Satuan Investasi Ekonomis Pakai
(RP)
Tempat
usaha
Lampu
Komputer
Printer
Freezer
Mesin
Press Press
Mesin
Expired
Timbangan
Kipas
Wajan
Centong
Baskom
Wadah
Ranjang
Pisau
Meja
Sendok
Kompor
Transportasi
Mobil
Motor
Total

83
D. Biaya Tetap

Uraian Harga Beli Jumlah Waktu keterangan


Pemakaian

Pajak Bumi dan


Bangunan

Pajak Mobil dan


Motor

Penyusutan

Listrik

Gaji Karyawan

Total Biaya Tetap

84
E. Biaya Variabel

Uraian Jumlah satuan Harga Harga 1 Harga


Satuan Bulan 1 tahun
Bonus Karyawan
Biaya promosi
(Pulsa)
Plastik
Label

Tinta

Gas

Bahan Baku dan


Bahan Tambahan

Tepung
Cabe
Penyedap
Asam
Garam
Bawang Putih
Ayam
Keju
Udang Rebun
Jagung
Wortel
Oncom
Sosis
Bakso
Gula
Total Biaya
Variabel

85
Lampiran 2. Struktur Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food

Usaha Rujak Cireng


Dan Frozen Food

Bagian Bagian
Produksi Bagian
Adminitrasi dan
Pemasaran
Keuangan

1. Pemasakan 1. Pengatur sosial


bahan baku cireng media
2. Pencetakan 2. Mengantar dan
adonan cireng membeli bahan
3. Pembukus baku serta
sambal mengirim pesanan
4. Pengemasan cireng

86
Lampiran 3. Biaya Penyusutan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
Menggunakan Gerobak Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016

87
Lampiran 4. Biaya Penyusutan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
Menggunakan Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017

Lampiran 5. Penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun 2017

88
Lampiran 6. Total Biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun 2017

89
Lampiran 7. Total Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun
2017

90
Lampiran 8. Proses Pembuatan Cireng

Proses pembentukan Cireng

Proses Packing Cireng

91
Proses Pengepresan

Pesanan Cireng yang Siap Diantar

92

Anda mungkin juga menyukai