Adila Monita
11140920000008
Adila Monita
NIM: 11140920000008
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PENDIDIKAN
FORMAL :
2002 – 2008 SDN 23 TANJUNG BALAU, Kamang
Magek, Kab. Agam
NON FORMAL :
Marketing
PENGALAMAN ORGANISASI
PENGALAMAN KEPELATIHAN
PENGALAMAN KERJA
v
RINGKASAN
vii
KATA PENGANTAR
ِِ ْللاِِالرَّح
منِال َّر ِحيم ِ ِبِس ِِْم
Alhamdulillah Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam yang
menguasai dunia langit dan seisinya, Tuhan yang selalu mempermudah jalan,
urusan, masalah hambanya, Aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah dan
aku bersaksi nabi Muhammad adalah utusan Allah. Tuhan yang tak henti-hentinya
yang mengkaruniakan hidayah dan rahmat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
dan penuntun baik Ibadah dan sistem kehidupan, Rasullullah utusan Allah yang
menjadi suri tauladan bagi ummatnya, orang-orang yang beruntung adalah orang
kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam proses
Rujak Cireng dan Frozen Food Sebelum dan Sesudah Perubahan Teknologi di
1. Orangtua tercinta yang selalu memberi dukungan baik berupa materi, doa
dan waktu untuk selalu ada dan mengorbankan seluruhnya untuk adil.
2. Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Dr. Ir. Iwan Aminudin, M. Si selaku Ketua
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si dan ibu Ir. Armeni Dwi Humaerah, M.Si
skripsi.
skripsi ini.
6. Pembimbing Forum Insan Al-Quran kak Tirta yang telah membimbing dan
dan Rasulullah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
semoga dapat berguna bagi penulis, pihak objek penelitian dan pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
xi
5.4.3 Break Even Point (BEP) Usaha Cireng dan Frozen Food....... 73
5.4.4 Payback Period (PP) Usaha Cireng dan Frozen Food ............ 74
LAMPIRAN ...................................................................................................... 81
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
18. Hasil Analisis Perhitungan BEP Volume dan Harga Tahun 2017 ............... 73
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
1. Kuisioner ...................................................................................................... 82
5. Penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun 2017 .................... 88
6. Total Biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun 2017 ................. 89
7. Total Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun 2017....... 90
ekonomi yang memiliki peran, kedudukan, potensi yang sangat penting dan
nasional. Menurut Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany dalam acara
2017;3). UMKM merupakan usaha yang banyak tersebar di Indonesia, salah satu
Tangerang Selatan, jumlah UMKM yang tersebar yaitu sebanyak 23.085 unit,
sementara jenis UMKM yang paling banyak yaitu dibagian kuliner dengan jumlah
8.867 atau 38.41% dari jumlah unit UMKM. Data dari Dinas Koperasi dan
antara uang untuk operasional rumah tangga dan usaha sehingga tidak mengetahui
biaya ril yang dikeluarkan oleh usaha ini. (2) Akuntabilitas, belum mempunyai
1
sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik dan masih menggunakan
buku untuk mencatat kas masuk dan keluar usaha sehingga tidak mengetahui
keuntungan secara jelas. (3) Investasi, perusahaan tidak mengetahui total biaya
Salah satu UMKM jenis kuliner yang berada di Daerah Pamulang dan
Selatan yaitu Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food. Perusahaan ini berdiri pada
tahun 2014 yang memproduksi frozen food seperti cireng, cilok dan risoles. Pada
awal berdiri usaha ini yaitu pada tahun 2014 cireng dijual dipinggir jalan
menggunakan gerobak dorong dan produk dijual dalam keadaan digoreng. Setelah
usaha ini berjalan hingga pada tahun 2016 pemilik usaha melakukan inovasi
terhadap produk cireng yaitu menjual dalam keadaan beku atau frozen, cireng
diproduksi dalam keadaan beku atau frozen dengan penambahan teknologi baru
yaitu freezer, cireng dijual dan dipromosikan melalui media sosial. Usaha ini
usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yang dihadapi yaitu; (1) administratif, tidak
ada pencatatan secara continue baik saat sebelum perubahan teknologi dan
sesudah perubahan teknologi sehingga tidak diketahui biaya ril usaha. (2)
akuntabilitas, usaha ini masih menggunakan buku untuk mencatat biaya yang
dikeluarkan dan biaya yang masuk dalam kegiatan usaha baik sebelum atau
sehingga usaha ini tidak mengetahui keuntungan ril usaha perbulannya. Oleh
karena itu perlu dilakukan analisis keuntungan usaha yang dijalankan masih
2
menguntungkan atau tidak sebelum dan sesudah perubahan teknologi. Selain itu
dalam penelitian ini juga melihat lama periode pengembalian investasi serta
menemukan suatu titik impas yang menunjukkan biaya yang dikeluarkan sama
“Analisis Keuntungan “Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food” Sebelum dan
1. Bagaimana struktur biaya dan keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen
2. Bagaimana kelayakan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food ditinjau dari R/C
3. Kapan waktu pengembalian investasi (PP) dan berapa nilai titik impas biaya
Tujuan penelitan yang akan dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis struktur biaya dan keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen
3
2. Menganalisis nilai R/C Ratio dan B/C Ratio dari kegiatan Usaha Rujak
3. Menganalisis waktu pengembalian investasi (PP) dan titik impas biaya dan
1. Bagi Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food, penelitian ini dapat berfungsi
2. Bagi Peneliti, hasil ini bermanfaat untuk melatih kemampuan, sebagai aplikasi
dari bahan perkuliahan, menambah ilmu tentang biaya dan keuntungan suatu
usaha dalam perusahaan khususnya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food dan
3. Bagi Perguruan Tinggi dan masyarakat umum, hasil penelitian ini berfungsi
keuntungan usaha pada Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food melalui analisis
4
keuntungan yang mencakup penjualan usaha, keuntungan usaha, Ratio Penjualan
atas Biaya (R/C Ratio), Ratio keuntungan atas Biaya (B/C Ratio), titik impas
(BEP) dan masa pengembalian investasi (Payback Period). Data yang digunakan
yaitu data biaya investasi dan biaya variabel dan biaya tetap serta data penjualan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut nama dan fungsi masing-masing unit bisnis tersebut menurut Anonim
primer menjadi barang siap konsumsi (final product) ataupun produk antara
tergolong produk antara ialah minyak sawit sebagai bahan baku agriindustri
kimia, tepung terigu sebagai bahan baku agriindustri makanan, dan lain-lain.
proses distribusi barang dan jasa antar-unit usaha (atau komponen) dan antara
6
antar pelaku usaha. Pemisahan ini juga bermanfaat bagi keperluan analisis dan
juga para pelaku-pelaku dari setiap sub sistem tersebut, menurut Nasruddin
krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998, UMKM mampu mewujudkan
7
2.2 Usaha Mikro Kecil dan Menengah
1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga
kerja sebagai usaha kecil, 20-99 orang tenaga kerja sebagai usaha menengah dan
bila mencapai 100 orang tenaga kerja atau lebih digolongkan sebagai usaha besar.
Objek penelitian ini masuk kedalam kategori usaha kecil karena memiliki 13
orang karyawan.
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung atau usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan perorangan atau badan usaha yang bukan anak perusahaan atau
8
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah
Undang-Undang ini.
Sedangkan menurut Ulfah (2016;6) pengertian UMKM dilihat dari aspek: (1)
Aset; aset yang dimiliki oleh UMKM menurut UU No. 20 th 2008 maksimal
lebih dari Rp 10.000.000.000,-. (2) Omset; omset yang diperoleh UMKM sesuai
kategori perusahaan besar. (3) Jumlah karyawan; dari segi jumlah karyawan,
merujuk dari definisi yang dikemukakan Badan Pusat Statistik BPS (2017;1)
karyawan lebih dari 99 orang maka masuk ke dalam kategori perusahaan besar.
Kecil, dan Menengah adalah suatu bentuk usaha ekonomi produktif yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta
9
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus
juta rupiah)
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000 (lima
1) Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan
10
2) Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal
3) Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum mempunyai status badan
hukum. Jumlah perusahaan kecil sebanyak 124.990 unit, ternyata 90.6 persen
tergolong perusahaan perorangan berakta notaris dan hanya 1.7 persen yang
minuman dan tembakau, diikuti oleh kelompok industri barang galian bukan
logam, industri tekstil dan industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya
A. Peran
besar tetapi berarti juga bagi pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Berikut beberapa
1. Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan, pasca krisis ekonomi tahun 1997-
1998 jumlah UMKM tidak berkurang, justru terus meningkat, bahkan mampu
menyerap 85 juta hingga 107 juta tenaga kerja sampai tahun 2012. Pada tahun
11
tersebut, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 56.534.592
unit atau 99.99%. Sisanya, sekitar 0,01% atau 4.968 unit adalah usaha besar.
krisis moneter 1998, krisis 2008-2009, 96% UMKM tetap bertahan dari
goncangan krisis.
yang berkapasitas lebih besar, sehingga UMKM perlu perhatian khusus yang
didukung oleh informasi akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara
pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu
jaringan pasar.
UMKM juga telah teraktualisasi pada masa krisis hingga saat ini. Selama masa
krisis ekonomi hingga kini, keberadaan UMKM mampu sebagai faktor penggerak
12
utama ekonomi Indonesia. Selanjutnya, dari sisi sumbangannya terhadap PDRB
hanya 56,7% dan ekspor non migas hanya sebesar 15%. Namun, UMKM tetap
masih menyumbangkan 99% dalam jumlah pelaku usaha yang ada di Indonesia,
serta mempunyai andil 99,6% dalam penyerapan tenaga kerja (Prasetyo, 2008;2).
B. Kontribusi UMKM
Berikut ini merupakan beberapa kontribusi yang diberikan oleh usaha UMKM
3. Menyumbang volume ekspor mencapai 14.06% (Rp 166,63 triliun) dari total
ekspor nasional;
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) nasional sebesar 52.33% (Rp 830,9
triliun);
baku dan sumber daya lokal yang mudah ditemukan dan tersedia di sekitar
13
2.2.2 Permasalahan UMKM
diantaranya:
untuk keperluan pribadi (rumah tangga) dengan keperluan bisnis. Uang masuk
dari hasil penjualan usaha berada pada rekening yang sama dengan uang yang
rumah, tagihan telpon, beli pulsa pribadi, dan semacamnya, pemilik langsung
Atas dasar itu maka pebisnis merasa punya alasan yang cukup kuat untuk
mengetahui berapa banyak uang usaha yang sudah digunakan untuk keperluan
pribadi. Juga berapa besar nilai aset dibandingkan dengan revenue yang
dihasilkan atau ketersediaan kas. Namun masih banyak pelaku usaha UMKM
14
yang belum paham mengenai laporan keuangan. Banyak yang menyangka
bahwa yang disebut laporan keuangan adalah laporan uang keluar masuk,
setiap uang masuk dianggap keuntungan, setiap uang keluar dianggap biaya
rugi, dan arus kas. Masing-masing laporan tersebut memiliki fungsi informasi
masalah yang seringkali terabaikan oleh para pelaku bisnis UMKM yaitu
nilai perusahaan.
15
1. Meramalkan dan merencanakan keuangan
Kegiatan ini bertujuan untuk meramalkan kondisi yang akan terjadi di masa
3. Melakukan pengendalian
risiko kerugian.
Kesalahan yang sering terjadi dan paling sering dilakukan oleh pelaku UMKM
adalah mencampurkan uang usaha dengan uang pribadi. Risiko apabila tidak
16
ada pemisahan antara uang pribadi dan usaha adalah penggunaan uang pribadi
yang berlebih, maka memisahkan secara fisik uang pribadi dan uang usaha
sangatlah penting.
menemui keadaan kekurangan dana bila tidak ada perencanaan yang jelas.
kas. Lakukan analisis cost and benefit untuk memastikan bahwa pengeluaran
Setiap orang tidak selalu kuat dan bahkan sangat terbatas dalam mengingat,
lengkap. Minimal memiliki buku kas masuk dan buku kas keluar yang
mencatat arus keluar masuknya uang, selain itu mencocokkan jumlah fisik
uang dengan catatan. Bahkan lebih baik menggunakan sistem komputer untuk
memudahkan proses pencatatan, karena rekapan data akan terlihat lebih jelas
dan lengkap serta memudahkan juga dalam mencari data yang dahulu untuk
adalah menghitung biaya-biaya, baik biaya variabel, biaya tetap dan biaya
17
investasi. Sebagian besar biaya dapat diketahui karena menggunakan
pembayaran tunai. Sebagian yang lain berupa uang kas, yaitu penyusutan.
semakin tinggi pula tuntutan untuk memiliki catatan keuangan yang baik.
pertama yaitu menyimpan semua catatan keuangan dan bukti pendukung lain
catatan keuangan dan bukti pendukung merupakan hal yang sangat penting.
pembukuan secara rutin pemilik usaha harus meninjau pembukuan bisnis secara
tentang keadaan bisnis. Dengan demikian, dapat mengelola arus kas, mengetahui
pengeluaran mingguan yang terjadi dan informasi tentang faktur yang telah
terjadi. Ketiga, menggunakan software akuntansi, ini adalah salah satu tips yang
18
dengan mudah mencari data dan tidak perlu mencari pembukuan tahun-tahun
sebelumnya.
penyebab kebangkrutan usaha tersebut. Untuk itu, penting sekali bagi pengusaha
untuk dapat membaca dan menafsirkan informasi akuntansi. Paling tidak, setiap
pengusaha dapat menghitung untung ruginya, akan tetapi yang paling penting
pengeluaran yang digunakan dalam produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Perhitungan biaya yang dilakukan
meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan biaya lainnya. Biaya
investasi adalah sejumlah modal atau biaya yang digunakan untuk memulai usaha
19
jumlah produk yang ingin diproduksi. Biaya tetap adalah jenis biaya yang lain
produksi, akan tetapi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada kapasitas
produksi.
Biaya tetap adalah biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya tetap, dan
pemeliharaan, biaya alat dan mesin produksi. Sementara biaya variabel atau biaya
tidak tetap adalah biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya dapat berubah,
tergantung pada tingkat produksi yang dihasilkan, misalnya biaya bahan baku,
TC = FC + VC
Keterangan:
2.4 Penjualan
periode, dengan kata lain penjualan adalah hasil dari penjualan barang atau jasa
yang tidak mencakup dari sumber daya yang diperoleh dari operasi perusahaan.
Penjualan produksi total akan ditentukan oleh harga produk dan jumlah produk
20
Case and Ray (2007;169) mendefinisikan total revenue merupakan jumlah
yang diterima dari penjualan produk, nilainya sama dengan dengan jumlah unit
yang terjual dikali dengan harga yang diterima, dalam hal ini adalah besarnya
atau revenue. Revenue yang berarti penjualan adalah sebagai jumlah yang
diperoleh dari penjualan sejumlah output yang dihasilkan seorang produsen atau
perusahaan.
TR = P x Q
2.5 Keuntungan
satu pengukur aktivitas operasi dan dihitung berdasarkan atas dasar akuntasi.
adalah selisih antara seluruh penjualan (revenue) dan beban (expense) yang terjadi
21
dalam suatu periode. Keuntungan termasuk seluruh hasil perusahaan dan kegiatan
sebagai berikut:
𝜋 = TR - TC
Keterangan:
π = Keuntungan (Benefit)
2.6 Penyusutan
pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal
tersebut dapat memberikan manfaat bagi suatu usaha. Salah satu cara yang dapat
penelitian yaitu metode nilai sisa. Rumus matematis penyusutan sebagai berikut:
Penyusutan =
Keterangan:
22
2.7 Analisis Keuntungan Usaha
terlebih dahulu dilakukan analisis seluruh biaya yang digunakan berupa biaya
investasi, biaya tetap dan biaya variabel kemudian setelah didapatkan data
tersebut dianalisis menggunakan alat analisis R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even
menghitung berapa besarnya penjualan yang diperoleh dari setiap rupiah yang
diinvestasikan oleh perusahaan dalam periode yang lalu. Jika R/C mendekati 1
berarti efisiensi penggunaan modal rendah karena jika R/C = 1 berarti perusahaan
hanya mencapai kondisi pulang pokok. Artinya jumlah penjualan yang diperoleh
hanya sebesar modal yang digunakan untuk memperoleh penjualan tersebut. Jika
R/C < 1 berarti penggunaan modal rugi karena jumlah penjualannya lebih kecil
keuntungan usahatani dengan menggunakan analsis R/C Ratio. R/C Ratio adalah
singkatan dari (Revenue/ Cost Ratio) atau dikenal perbandingan antara penjualan
nilai R/C makin besar dari 1 berarti penggunaan modal makin efisien.
23
(𝑇𝑝𝑖. 𝑃𝑝𝑖)
R/C Ratio=
(𝐿𝑖.𝑃𝐿𝑖)
Keterangan:
R = Revenue (Penjualan)
Analisis ini mirip dengan analisis R/C Ratio tetapi penerapannya lebih
Sementara menurut Sukartawi (2016;88) analisis B/C Ratio yaitu untuk melihat
dan menghitung besarnya manfaat atas nilai yang diperoleh, kriteria yang dipakai
adalah suatu usahatani dapat memiliki manfaat kalau B/C > 0. Secara matematis
𝑅−𝐶
B/C Ratio=
C
Keterangan:
R = Penjualan (Revenue)
C = Biaya (Cost)
24
2.7.3 Break Even Point (BEP)
Analisis break even point atau analisis titik pulang pokok adalah suatu
teknik analisis yang digunakan untuk menghitung titik impas, perusahaan akan
mencapai pada titik dimana penjualan persis sama dengan total modal yang
produksi pulang pokok agar dapat beroperasi, melalui analisis break even point
dapat menghitung berapa seharusnya modal yang harus digunakan untuk membeli
break even point adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan
dikeluarkan. Dengan asumsi bahwa harga penjualan per unit produksi adalah
konstan maka jumlah unit pada titik impas. Secara matematis rumus BEP menurut
𝑇𝐹𝐶
BEP RatioVolume (pck)=
Py− c
Keterangan:
𝐹𝐶
BEP Ratio Harga (pck)= VC
1−( )
py
25
Keterangan:
(B) dan depresiasi (D) untuk mengembalikan investasi (I). Payback period suatu
yang dibutuhkan untuk mengembalikan uang yang sudah ditanam, jika waktu
investasi suatu usaha, perhitungan dapat dilihat dari perhitungan kas bersih yang
diperoleh setiap tahun (Kasmir dan Jakfar, 2006;154). Metode payback period
investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan dapat dilihat melalui perhitungan
kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan
penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika
berikut:
Payback Period =
26
Keterangan:
π = Keuntungan (Benefit)
dilakukan oleh Samsul (2011) penelitian yang berjudul Analisis Biaya dan
bertujuan untuk mengetehui (1) biaya yang dikeluarkan pada usaha pemasaran
kelapa muda di Kota Kendiri, (2) keuntungan yang diperoleh pada usaha
pemasaran kelapa muda di Kota Kendiri dan (3) efisiensi biaya R/C pada usaha
Cost-Ratio (R/C). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) rata-rata biaya yang
per bulan dengan nilai rata-rata sebesar Rp 4.253.416 per bulan dan (3) efisiensi
biaya R/C ratio pada usaha pemasaran kelapa muda adalah 1,6 artinya lebih besar
dari 1 dalam artian bahwa usaha pemasaran kelapa muda menguntungkan dan
27
Penelitian lain yang sejenis juga dilakukan oleh Utama (2011) yang berjudul
Penjualan usaha, keuntungan, Rasio keuntungan atas Biaya (Net B/C Ratio),
Payback Period dan Break Even Point. hasil penelitian diperoleh bahwa
keuntungan pada PT. Ojid Kharisma Nusantara pada tahun 2010 sebesar Rp.
1.182.571.556,-. Nilai B/C Ratio sebesar 0,76 yang menunjukkan bahwa setiap
Rp. 100,- biaya yang dikeluarkan oleh PT. Ojid Kharisma Nusantara untuk
melakukan usaha pengolahan fillet ikan akan memberikan keuntungan RP. 76,-,
Untuk hasil perhitungan BEP usaha ini tidak mengalami kerugian dan keuntungan
saat harga yang ditetapkan RP. 48.191. Secara keseluruhan PT. Ojid Kharisma
Nusantara mengahasilkan keuntungan yang cukup besar pada tahun 2010 dan
dilakukan ini menggunakan sebagian alat atau metode analisis yang sama, yaitu
terdiri dari penjualan, keuntungan, BEP dan PP. Sementara perbedaannya antara
susunan serta menggunakan analisis data sesuai keadaan yang ada. Penelitian ini
28
dilakukan untuk melihat bahwa Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum
dan sesudah perubahan teknologi dapat dikatakan menguntungkan dan baik untuk
dijalankan. Data-data yang diperlukan yaitu biaya investasi dan biaya operasional
dan total penjualan. Biaya dan penjualan merupakan faktor yang mempengaruhi
diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya R/C Ratio, B/C Ratio, Break
Even Point dan Paybcak Period. Hasil perhitungan yang dilakukan selanjutnya
Frozen Food. Objek penelitian ini termasuk ke dalam UMKM, karena memiliki
300 juta. Usaha ini melakukan pengolahan terhadap tepung kanji yang diolah
menjadi cireng dalam keadaan beku atau Frozen Food. Berdasarkan uraian
tersebut kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
29
Usaha Rujak Cireng Dan frozen
food Sebelum Perubahan
Teknologi
Biaya:
- investasi
-Variabel Penjualan
-Tetap
Menguntungkan Tidak
Menguntungkan
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Food berlokasi di Jl. Salak Rt/Rw 005/022 No. 109 Kel. Pondok Benda Kec.
ini dilakukan secara sengaja atau purposive, karena memiliki permasalahan yang
Selatan, selain itu usaha ini baru didirikan pada tahun 2014, usaha masih terbilang
baru jika dibandingkan dengan usaha lain sejenis yang sudah lama berdiri dan
sudah memiliki pencatatan keuangan yang baik, namun diusaha ini belum
secara rinci dan tidak mengetahui keuntungan secara jelas setiap bulannya,
sehingga peneliti tertarik untuk meneliti di usaha ini agar dapat mencari solusi
dalam permasalahan yang terdapat pada usaha ini. Proses pelaksanaan penelitian
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu mencakup biaya-
biaya usaha meliputi investasi, biaya operasional dan penjualan. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Sumber data primer dari penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung
31
dengan pemilik usaha di Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food meliputi biaya
pelengkap primer yang berhubungan dengan topik penelitian seperti studi literatur
1. Observasi
yang diamati secara langsung. Hasil pengamatan yang ada dijadikan bahan
pengambilan data.
2. Wawancara
langsung kepada pemilik Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food terkait
dengan data penelitian ini. Pertanyaan ditulis dalam bentuk kuesioner yang
1.
32
3.4. Metode Analisis Data
mana suatu kegiatan usaha dapat dikatakan memiliki manfaat dan menguntungkan
untuk dikembangkan dilihat dari analisis ratio penjualan atas biaya (R/C Ratio),
analisis ratio keuntungan atas biaya (B/C Ratio), break even point (BEP) dan
payback period (PP) pengolahan data kuantitaif ini menggunakan alat bantu
Biaya usahatani terdiri dari total biaya yang merupakan jumlah dari biaya
tetap dan biaya variabel, dimana formula ini untuk melihat biaya sebelum dan
Keterangan:
TB1 : Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan
teknologi
BT1 : Biaya tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan
teknologi
BV1 : Biaya variabel Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum
perubahan teknologi
33
b. Formula Biaya Produksi Sesudah Perubahan Teknologi
Keterangan:
TB2 : Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan
teknologi
BT2 : Biaya tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan
teknologi
BV2 : Biaya variabel Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan
teknologi
3.4.2 Penjualan
jumlah yang diterima dari penjualan produk, nilainya sama dengan jumlah unit
yang terjual dikali dengan harga yang diterima. Jadi total penjualan merupakan
yang diproduksi. Formula penjualan ini untuk melihat penjualan sebelum dan
TP1 = H1 x J1
TP1 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum
perubahan teknologi
34
H1 = Harga tiap satuan produk cireng sebelum perubahan teknologi
J1 = Jumlah produk Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yang terjual
sebelum teknologi
TP2 = H2x J2
TP2 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah
perubahan teknologi
J2 = Jumlah produk yang terjual Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
3.4.3 Keuntungan
barang atau jasa oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu (Patton dalam
K1 = TP1 - TB1
Keterangan:
teknologi
35
TP1 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum
perubahan teknologi
TB1 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan
teknologi
K2 = TP2 - TB2
Keterangan:
teknologi
TP2 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah
perubahan teknologi
TB2 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan
teknologi
3.4.4. Penyusutan
didapatkan dari harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut dapat
memberikan manfaat bagi suatu usaha. Salah satu cara yang dapat digunakan
yaitu metode garis lurus. Formula untuk melihat penyusutan sebelum dan sesudah
yaitu:
36
a. Formula Penyusutan Sebelum Perubahan Teknologi
1− 1
S= 1
Keterangan:
S = Penyusutan
TI1 = Nilai investasi aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum
perubahan teknologi
NS = Nilai sisa aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah
UE = Umur ekonomis aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
−
S=
Keterangan:
S = Penyusutan
TI2 = Nilai investasi aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah
perubahan teknologi
NS2 = Nilai sisa aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food setelah
UE2 = Umur ekonomis aset tetap Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
keuntungan usahatani dengan menggunakan analisis R/C Ratio. R/C Ratio adalah
37
singkatan dari (Revenue/ Cost Ratio) atau dikenal perbandingan antara penjualan
dan biaya. Formula untuk menganalisis R/C Ratio sebelum dan sesudah
𝑇𝑃1
R/C Ratio= B1
Keterangan:
TP1 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum
perubahan teknologi
TB1 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan
teknologi
𝑇𝑃
R/C Ratio=
B
Keterangan:
TP2 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah
perubahan teknologi
TB2 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan
teknologi
sebelumnya oleh perusahaan atau yang diterapkan oleh perusahaan lainnya. Jika
38
nilai B/C yang diperoleh dalam suatu perhitungan lebih besar dari 0, berarti
𝐾
B/C Ratio=
B
Keterangan:
teknologi
TB1 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan
teknologi
𝐾2
B/C Ratio=
B
Keterangan:
teknologi
TB2 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan
Teknologi
39
3.4.7. Break Even Point (BEP)
Analisis break even point atau analisis titik pulang pokok adalah suatu
akan mencapai pada titik dimana penjualan persis sama dengan total modal yang
volume penjualan dan harga produksi sebelum dan sesudah perubahan teknologi,
𝑇𝐵1
BEP RatioVolume (pck)= H1
𝑇𝐵1
BEP Ratio Harga (pck)=
P1
Keterangan:
TB1 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum perubahan
teknologi
TP1 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum
perubahan teknologi
𝑇𝐵2
BEP RatioVolume (pck)= H2
𝑇𝐵2
BEP Ratio Harga (pck)=
P2
40
Keterangan:
TB2 = Total biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan
teknologi
TP2 = Total penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah
perubahan teknologi
dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Apabila
payback period-nya ternyata lebih pendek dari pada payback period yang
ditentukan maka investasi Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food dapat diterima,
sebaliknya jika lebih lama maka usaha ditolak. Formula pernghitungan payback
2003;17).
Payback Period = 1
Keterangan:
TI1 = Total investasi Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum
perubahan teknologi
teknologi
41
b. Formula PP Sebelum Perubahan Teknologi
2
Payback Period = 2
Keterangan:
TI2 = Total investasi Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah perubahan
teknologi
perubahan teknologi
ada, dimana konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Narasumber dalam penelitian ini adalah pemilik Usaha Rujak Cireng dan
2. Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food merupakan nama dari usaha mikro yang
memproduksi Frozen Food seperti cireng, risoles dan cilok dalam keadaan
beku.
3. Biaya variabel merupakan biaya yang rutin dikeluarkan setiap dilakukan usaha
produksi dimana besarnya tergantung pada jumlah produk yang ingin dibuat.
4. Biaya tetap adalah jenis biaya yang rutin dikeluarkan oleh perusahaan selama
42
5. Analisis keuntungan untuk melihat keuntungan yang dihasilkan Usaha Rujak
perbandingan pada tahun 2016 dan tahun 2017 dengan menggunakan alat
8. Break even point (BEP) bertujuan untuk melihat dan menemukan satu titik
dalam unit atau rupiah yang menunjukkan biaya sama dengan keuntungan.
43
BAB IV
GAMBARAN UMUM USAHA
Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food merupakan usaha Home industri
yang memproduksi makanan Frozen Food atau makanan beku. Usaha ini mulai
dirintis pada tahun 2014. Awal berdiri usaha ini cireng dijual dipinggir jalan
menggunakan gerobak dorong hingga pada tahun 2015. Setelah dua tahun yaitu
pada tahun 2016 Bapak Fitroh dan Ibu Nurida Afriana sebagai pemilik usaha
melakukan inovasi yaitu merubah teknologi yang digunakan dari gerobak dorong
menjadi freezer dan merubah cara penjualan menggunakan media sosial. Sebelum
perubahan teknologi cireng masih dijual dengan cara digoreng, namun setelah
Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food berlokasi di Jl. Salak Rt/Rw 05/022
No. 109 Kel. Pondok Benda Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten
15416. Usaha ini memiliki luas bangunan usaha 40 m² dan memiliki karyawan
cireng dikemas dalam plastik kemudian dipress menggunakan alat pres, setelah
Sumatera. Penjualan produk dengan cara online, jadi jika ingin memesan produk
44
Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food memproduksi cireng dalam keadaan
beku. Bahan-bahan untuk memproduksi cireng ini dibeli secara langsung di pabrik
maupun di pasar, salah satu bahan utama yang digunakan yaitu tepung tapioka.
Tepung ini dibeli di pabrik yang memproduksi tepung tapioka di daerah Bogor.
Kualitas tepung tapioka yang dibeli tidak semuanya memiliki kualitas yang bagus.
Ketika melakukan produksi terkadang terdapat tepung yang basah, sehingga hasil
produksi cireng tidak renyah, garing dan cepat basi. Selain dari bahan untuk
membuat cireng yang tidak bagus, terdapat juga masalah dalam pencatatan
keuangan yang tidak dilakukan secara rutin, baik biaya keluar untuk proses
4.1.1 Visi dan Misi Usaha Rujak Cireng Dan Frozen Food
Cireng dan Frozen Food memiliki misi yaitu selalu melakukan inovasi produk
Struktur usaha yang ada pada Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
sangat sederhana, dimana Bapak Fitroh sebagai pemimpin usaha yang mengawasi,
organisasi karyawan terdapat pada Lampiran. 2. Adapun tugas dan kewajiban dari
45
1. Bagian Administrasi dan Keuangan
2. Bagian Produksi
bahan baku dan pencetakan adonan cireng menjadi biji cireng yang siap untuk
di kemas yaitu Ibu Nina, Ibu Yuni, Ibu Sami, Ibu Marti dan Ibu Billah. Tiga
orang bertugas sebagai pengemasan cireng yaitu Ibu Ruqoyah, Ibu Ursi dan
Ibu Eka. Kemudian Ibu Intan bertugas sebagai pembungkus sambal cireng.
cireng.
3. Bagian Pemasaran
produk cireng dan varian rasanya kepada konsumen dan calon konsumen,
sistem pemasaran yang digunakan sampai saat ini dengan cara online
menggunakan website dan Whatsapp, kegiatan ini dipegang oleh Bapak Fitroh
selaku pemimpin usaha. Bagian pemasaran juga bertugas membeli bahan baku
Bapak Adul. Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food ini memiliki 13 orang
karyawan yang terbagi dalam tiap divisi, Ada 10 orang dibagian produksi, 1
46
1. di bawah ini merupakan latar belakang pendidikan karyawan Usaha Rujak
yang ditempati karyawan, jika divisi administrasi dan keuangan gaji yang diterima
tiap bulannya yaitu Rp. 2.080.000, dibagian pemasaran terdapat 2 level pertama,
bagian yang mengatur sosial media gaji yang diterima yaitu 2.080.000. Kedua,
bagian yang mengantar jemput bahan baku dan mengantarkan pesanan kepada
pemasaran yaitu selama 26 hari tiap bulannya. Sedangkan untuk divisi produksi
ada 4 level penggajian. Pertama, ada dibagian pemasakan bahan baku cireng dan
sambal menjadi adonan, gaji yang diterima Rp. 2.800.0000. Kedua, bagian
pencetakan cireng, gaji yang diterima Rp. 1.245.000. Ketiga, bagian pembungkus
sambal gaji yang diterima Rp. 500.000. Keempat, bagian pengemasan dan
47
4.2 Sarana dan Prasarana Usaha Rujak Cireng Dan Frozen Food
Usaha Rujak Cireng dan Food Frozen sebelum dan sesudah teknologi yaitu:
Produksi cireng pada tahun 2014 hingga tahun 2016 masih dilakukan di dapur
pemilik usaha cireng seluas 40² m. Tempat produksi ini dibangun pada tahun
2016.
2. Peralatan
bulan Oktober tahun 2016 hingga bulan Januari tahun 2017. Di bawah ini
tahun 2016.
48
Tabel 2. Peralatan Usaha Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan Gerobak
Dorong Tahun 2016
1 Gerobak 1 Buah
2 Lampu 1 Buah
3 Computer 1 Buah
4 Printer 1 Buah
5 Wajan 1 Buah
6 Centong 1 Buah
7 Wadah 1 Buah
8 Saringan 1 Buah
9 Kompor 1 Buah
10 Pisau 1 Buah
11 Kain 3 Buah
12 Kursi 1 Buah
Jumlah freezer yang dibeli yaitu 9 buah. Pembelian dilakukan pada tahun 2017
dan hingga pada tahun 2018 belum ada penambahan freezer. Dibawah ini
merupakan alat yang digunakan setelah perubahan teknologi pada tahun 2017.
49
Tabel 3. Peralatan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Sesudah Perubahan
Teknologi Penambahan Freezer Pada Tahun 2017
pembelian freezer sebanyak 9 buah untuk membekukan cireng, alat pres dan alat
kadar bahan baku pembuatan cireng, kipas yang digunakan untuk mendinginkan
cireng agar ketika dimasukkan kedalam bungkus tidak terjadi pengembunan yang
mengakibatkan cireng akan lebih cepat basi, baskom untuk tempat adonan cireng,
keranjang digunakan untuk menaruh cireng yang sudah dikemas dan meja untuk
50
4.3 Kegiatan Produksi Cireng dan Frozen Food
Kegiatan produksi yang ada pada Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
meliputi beberapa tahap yakni pemasakan bahan baku cireng dan sambal menjadi
Tahap ini semua bahan penyusun untuk membuat cireng disatukan ke dalam
bumbu penyedap rasa dan tepung kanji, sesuai dengan kadar yang telah
Kemudian matikan kompor dan angkat panci. Adonan tepung kanji yang
suhunya agar tidak terlalu panas ketika akan dilakukan pencetakan cireng.
2. Pencetakan Cireng
Tahap ini dilakukan setelah semua bahan dimasak dan menjadi adonan kental,
cireng. Ukuran yang dibentuk sesuai dengan yang telah ditentukan pemilik
51
cireng dilakukan secara tradisional karena masih menggunakan tangan untuk
mencetak cireng.
3. Pendinginan
Proses ini dilakukan agar suhu yang masih terdapat dicetakan cireng yang
sudah dibentuk berkurang dan ketika dilakukan pengemasan tidak adanya uap
4. Pengemasan
5. Pengepresan
masih terdapat pada bungkus cireng supaya tidak cepat basi dan tahan lama,
Komposisi bahan untuk membuat sambal rujak yaitu bawang putih, gula,
garam, asam, air dan cabe. Bawang putih dibuang kulitnya, cabe dibuang
bawang putih dan cabe diblender hingga halus. Semua bahan kemudian
52
2. Pengemasan
Alur pembuatan bahan baku cireng tercantum pada Gambar 2. dan alur
Pencetakan
Pendinginan
Pengemasan
Pengepresan
Pengemasan Sambal
53
4.4 Produksi Cireng Sebelum dan Sesudah Perubahan Teknologi
yaitu 100 kg tepung dengan menghasilkan 10.000 biji cireng atau 500 bungkus
cireng. Dibawah ini merupakan Tabel 4. dan Tabel 5. produksi cireng sebelum
bungkus atau 30.660 biji. Dari bulan Oktober 2016 hingga Januari 2017 selalu
terjadi peningkatan, jumlah peningkatan yang sangat signifikan yaitu terjadi pada
bulan November yaitu mencapai 84 bungkus cireng atau 1680 biji. Sebelum
dorong. Harga cireng yaitu Rp. 1000/biji, dalam sehari dapat menjual sebanyak 10
bungkus cireng.
54
Tabel 5. Total Produksi Cireng Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan
Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017
bngkus atau 1.209.160 biji cireng. Perubahan teknologi cireng terjadi pada bulan
Februari tahun 2017. Dari Tabel 5. Diatas bulan Februari hingga bulan Maret
April terjadi penurunan yang cukup drastis yaitu sebanyak 1.180 bungkus cireng.
Penurunan ini bahkan lebih banyak dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi
pada bulan Februari hingga Maret. Sementara pada bulan Mei terjadi penurunan
kembali, dari produksi bulan April sebanyak 14.763 bungkus turun menjadi
14.562 pada bulan Mei, sehingga penurunan terjadi sebanyak 201 bungkus cireng.
55
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
mencakup biaya investasi, biaya variabel dan biaya tetap dalam satu bulan dan
perhitungan dalam satu tahun. Keuntungan dapat diperoleh dari penjualan yang
usaha baik dalam bentuk uang maupun peralatan yang nantinya digunakan dalam
proses produksi.
Biaya investasi yang dihitung yaitu biaya pada tahun 2016, pada tahun 2016
Biaya investasi ini merupakan modal awal yang dikeluarkan oleh usaha cireng.
Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
sebelum menggunakan teknologi baru yaitu sebesar Rp. 25.330.000, secara lebih
56
Tabel 6. Total Biaya Investasi Sebelum Perubahan Teknologi Menggunakan
Gerobak Dorong
Jumlah
Umur
No Uraian Jumlah Biaya (Rp) Investasi
Ekonomis
(Rp)
1 Lampu 2 3 60.000 180.000
2 Computer 5 1 4.400.000 4.400.000
3 Printer 5 1 1.200.000 1.200.000
4 Wajan 2 1 80.000 80.000
5 Centong 2 1 10.000 10.000
6 Wadah 2 1 10.000 10.000
7 Pisau 2 1 5.000 5.000
8 Sendok 2 1 5.000 5.000
9 Saringan 2 1 10.000 10.000
10 Kain 2 3 10.000 30.000
11 Kompor 3 1 185.000 185.000
12 Kursi 3 1 15.000 15.000
13 Gerobak 3 1 1.200.000 1.200.000
14 Motor 5 1 18.000.00 18.000.000
Total 25.330.000
Biaya investasi yang dihitung sesudah perubahan teknologi yaitu biaya pada
tahun 2017, dimana pada tahun 2017 adalah awal perubahan teknologi yang
digunakan dalam usaha ini. Biaya investasi yang dikeluarkan yaitu untuk
produksi yaitu freezer, mesin press dan mesin lebel. Total biaya investasi yang
dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sesudah menggunakan
teknologi baru yaitu sebesar Rp. 347.556.000. Dana ini didapatkan dari hasil
keuntungan usaha dan tabungan keluarga. Dibawah ini merupakan Tabel 7. biaya
57
Tabel 7. Total Biaya Investasi Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan
Freezer Tahun 2017
Setelah menghitung biaya investasi diperoleh hasil biaya pada tahun 2016 dan
perubahan teknologi yaitu freezer, mesin pres, mesin untuk label, timbangan,
berbanding jauh dimana pada tahun 2014 mengeluarkan biaya sebesar Rp.
25.330.000 sementara pada tahun 2016 sebesar Rp. 347.556.000, ini menunjukkan
bahwa biaya pada tahun 2016 lebih besar dibandingkan pada tahun 2014 bahkan
58
5.1.2 Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng
dan Frozen Food yang jumlahnya tetap dan tidak dipengaruhi tingkat produksi.
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha sebelum perubahan teknologi ada dua
yaitu biaya penyusutan dan biaya pajak motor. Secara lebih detail biaya peyusutan
terdapat pada Lampiran 3. Biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak
Cireng dan Frozen Food yaitu sebesar Rp. 1.410.333 dan biaya pajak motor yaitu
Rp. 83.332 selama empat bulan. Selama waktu empat bulan menggunakan alat
atau mesin yang masih sederhana atau belum melakukan perubahan teknologi.
Cireng masih dijual menggunakan gerobak dorong yang dijual dipinggir jalan
oleh pemilik usaha. Penjualan dimulai pada pukul 08.00 pagi hingga setelah
magrib pukul 18.00 WIB dan dimulai pada bulan Oktober 2016 hingga bulan
Januari 2017. Setelah empat bulan, pemilik usaha melakukan inovasi menjual
cireng dalam keadaan beku dengan menambah alat dan mesin. Di bawah ini Tabel
No Uraian
Bulan Penyusutan Pajak Motor Jumlah Biaya (Rp)
59
B. Biaya Tetap Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan Freezer
Selama 4 Bulan Tahun 2017
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
sesudah dilakukan perubahan teknologi berupa biaya pajak bumi dan bangunan
penyusutan, pajak mobil dan pajak motor. Secara lebih detail biaya penyusutan
dapat dilihat pada Lampiran.4. Pada tahun 2017 dibangun tempat produksi seluas
pemilik usaha Rujak Cireng dan Frozen Food, sehingga diharuskan membayar
biaya pajak bumi dan bangunan. Total Biaya tetap yang dikeluarkan yaitu sebesar
Rp. 17.209.914. Dibawah ini merupakan Tabel 9. biaya tetap sesudah perubahan
Uraian
Bulan Pajak Bumi Penyusutan Pajak Mobil Total
dan Bangunan dan Motor Biaya
Februari 145.833 3.948.313 220.833 4.314.979
Maret 145.833 3.948.313 220.833 4.314.979
April 145.833 3.948.313 220.833 4.314.979
Mei 145.833 3.948.313 220.833 4.314.979
Total 583.332 15.793.250 833.332 17.209.914
teknologi terdapat perbedaan total biaya yang sangat signifikan, yakni pada tahun
2016 total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 1.493.664 sementara pada
tahun 2017 yaitu sebesar Rp. 17.209.914, ini menunjukkan bahwa biaya pada
tahun 2017 lebih besar dibandingkan pada tahun 2016 bahkan mencapai 11 kali
60
lipat. Barang yang dibeli seperti alat-alat produksi pembuatan cireng dan
transportasi.
output. Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food sebelum dan sesudah perubahan
teknologi yaitu:
Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
sebelum perubahan teknologi yang digunakan dalam 4 bulan yaitu Rp. 6.148.000.
Secara rinci biaya variabel ada 15 jenis sebagaimana tercantum pada Tabel 10.
Jumlah Jumlah
Volume Harga
No Uraian Satuan Biaya / Biaya /
(Bulan) (Rp)
Bulan 4 (Rp)
1 Plastik Bungkus 3 Kg 15.000 45.000 180.000
2 Plastik Belanja 4 Pck 5.000 20.000 80.000
3 Label 1 Pck 7.000 7.000 28.000
4 Tinta 1/2 Botol 30.000 15.000 60.000
5 Gas 4 Tabung 18.000 72.000 288.000
6 Listrik Kwh Kwh 800.000 200.000 800.000
7 Bensin 30 Liter 7.000 210.000 840.000
8 Bahan Baku
A Tepung 60 Kg 9.500 570.000 2.280.000
B Cabe 1 Kg 30.000 30.000 120.000
C Penyedap 240 Pcs 500 120.000 480.000
D Daun Bawang 1 Kg 8.000 8.000 32.000
E Asam 1 Kg 16.000 16.000 64.000
F Garam 2 Pcs 1.000 2.000 8.000
G Bawang Putih 1/4 Kg 8.000 2.000 8.000
H Gula 20 Kg 11.000 220.000 880.000
Total Biaya Variabel 1.537.000 6.148.000
61
B. Biaya Variabel Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan Freezer
Selama 4 Bulan Tahun 2017
Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
sebagai penggunaan faktor produksi yang bersifat variabel, total biaya yang
62
Sesudah melakukan perubahan teknologi penambahan alat yang digunakan
yaitu berupa internet, plastik, label, tinta dan penambahan varian bahan baku yang
digunakan untuk varian rasa cireng. Varian rasa cireng ada 8 jenis, yaitu ayam,
perubahan teknologi terdapat perbedaan total biaya yang sangat signifikan, yakni
pada tahun 2016 total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 6.148.000,
sementara pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp. 387.788.000, ini menunjukkan
bahwa biaya pada tahun 2017 lebih besar dibandingkan pada tahun 2016 bahkan
mencapai 63 kali lipat. Penjualan cireng di Usaha Rujak cireng dan Frozen Food
sesudah perubahan teknologi melalui agen atau reseller yang berjumlah 62 orang.
melakukan perubahan teknologi sistem penjualan dengan reseller yaitu beli putus,
pemilik usaha tidak bertanggungjawab atas kerusakan atau kerugian saat barang
sudah di beli reseller. Produk cireng ini mampu bertahan di ruang kamar selama 3
hari namun jika telah melewati 3 hari cireng akan basi, jika di dalam freezer
mampu bertahan selama 1 tahun. Penjelasan biaya variabel yang dikeluarkan oleh
a. Biaya Promosi
63
pemasaran produk masih dengan teknik Mouth to Mouth namun setelah terjadi
b. Plastik
bungkus untuk rujak cireng. Plastik yang digunakan untuk cireng dengan
kapasitas 500 gr. Plastik yang digunakan dalam satu bulannya mencapai 1 Bal
c. Label
Biaya lebel digunakan untuk membeli lebel yang berfungsi untuk kode rasa
makanan yang terdapat pada bungkus plastik cireng. setelah melakukan perubahan
teknologi, cireng memiliki aneka rasa, ada 8 pilihan rasa seperti rasa original,
oncom, sosis, keju, udang rebon, jagung, wortel bakso dan rasa ayam. Jadi semua
d. Tinta
Biaya tinta merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat tulisan
pada label yang nantinya akan ditempelkan pada bungkus plastik cireng. Biaya
yang dikeluarkan untuk tinta dalam satu bulan sebelum perubahan teknologi yaitu
hasil dan target produksi yang harus dicapai karena jumlah produksi sesudah
64
dimana satu bungkus terdapat 20 cireng, sedangkan setelah perubahan teknologi
usaha cireng mencapai 500 bungkus cireng. Perbedaan produksi ini dipengaruhi
oleh cara pemasaran dan teknologi yang digunakan oleh usaha. Sesudah
perubahan teknologi pemasaran dilakukan secara online dan melalui media yang
banyak digunakan oleh pengguna media sosial seperti wahtsaap, facebook dan
instagram dan melalui web. Sehingga pengguna media sosial dapat secara mudah
e. Gas
Biaya gas merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli gas yang
seperti air dan penyedap rasa kemudian dimasukkan tepung menjadi adonan
cireng, dicetak dan dikemas. Dalam satu hari gas yang digunakan tiga tabung gas
yang berukuran 3 kg. Namun sebelum melakukan perubahan teknologi satu tabung
f. Listrik
Biaya listrik merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh Usaha Rujak
Cireng dan Frozen Food dalam menjalankan usahanya. Listrik yang dibayar
digunakan untuk penggunaan lampu, mesin press, mesin untuk lebel. Sebelum
65
g. Gaji Karyawan
Rujak Cireng dan Frozen Food. Karyawan yang bekerja di Usaha Rujak Cireng
dan Frozen Food bekerja mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16:00
WIB selama tujuh hari dimulai pada dari hari senin sampai dengan minggu.
Setelah melakukan perubahan teknologi Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
melakukan perubahan teknologi di Usaha Rujak Cireng dan Frzoen Food belum
usaha. Selama satu bulan, total biaya gaji karyawan yang dikeluarkan oleh Usaha
Rujak Cireng dan Frozen Food sebesar Rp. 17.870.000 dan selama satu tahun
h. Bensin
Bensin digunakan untuk bahan bakar mobil dan motor, alat transportasi ini
digunakan untuk membeli bahan baku dan bahan tambahan serta digunakan untuk
cireng.
i. Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat cireng yaitu tepung
tapioka, sementara bahan tambahan lainnya yaitu, cabe, penyedap, asam garam,
bawang putih, ayam, keju, udang rebun, jagung, wortel, bakso, oncom dan sosis.
66
5.2 Penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
teknologi berasal dari penjualan cireng goreng yang dijual dipinggir jalan pada
tahun 2016 tepatnya pada bulan Oktober hingga Januari tahun 2017 yang
mencapai 30.660 keping cireng atau 1.533 bungkus cireng. Tabel. 12 berikut
teknologi berasal dari penjualan cireng frozen yang dijual melalui media sosial,
penjualan pada tahun 2017 mencapai 171.162 bungkus cireng. Tabel. 13 berikut
67
Tabel 13. Penjualan Sesudah Perubahan Teknologi Menggunakan Freezer Selama
4 Bulan Tahun 2017
diperoleh dari penjualan cireng pada tahun 2016 dan tahun 2017. Dimana jumlah
produksi yang dihasilkan pada tahun 2016 sebesar 1.533 bungkus cireng dan pada
tahun 2017 sebesar 60.458 bungkus, ini menujukkan bahwa dengan menggunakan
teknologi yang baru membuat volume penjualan cireng naik dan tingkat penjualan
menjadi lebih besar. Pada tahun 2016 data tingkat volume produksi cenderung
meningkat, sedangkan pada tahun 2017 data tingkat volume produksi mengalami
fluktuatif bahkan cenderung menurun ini diakibat oleh jumlah produksi yang
permintaan konsumen yang tidak sama. Pada bulan Agustus hingga September
diakibatkan adanya tahun ajaran baru, dimana kebutuhan akan biaya pendidikan
lebih banyak. Faktor lain yaitu banyaknya usaha yang memproduksi produk
sejenis dan banyak jenis makanan lain yang populer ketika terjadi penurunan,
68
5.3 Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
yang dimaksud yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Di bawah ini merupakan
keuntungan usaha sebelum perubahan teknologi pada bulan Oktober 2016 hingga
bulan Januari 2017. Berikut dijabarkan dalam Tabel 14. keuntungan usaha Rujak
menggunakan gerobak dorong tahun 2016 diperoleh dari beberapa tabel yaitu,
Tabel 8. untuk biaya tetap, data biaya variabel diperoleh dari Tabel 10. dan data
69
biaya yang dikeluarkan dalam melakukan suatu produksi. Biaya yang dimaksud
yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan keuntungan ini yaitu perhitungan
selama satu tahun pada tahun 2017. Berikut dijabarkan keuntungan usaha Rujak
3 Keuntungan 199.582.000
menggunakan freezer tahun 2017 diperoleh dari beberapa tabel yaitu, Tabel 9.
untuk biaya tetap, data biaya variabel diperoleh dari Tabel 11. dan data untuk
Usaha Rujak Cieng dan Frozen Food yang diperoleh sebelum dan sesudah
perubahan teknologi total keuntungan yang diperoleh selama 4 bulan yaitu sebesar
Rp. 199.582.000. Dari hasil tersebut telah jelas bahwa keuntungan yang paling
70
teknologi dan bernilai positif yang berarti usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
menguntungkan.
Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food harus menghasilkan keuntungan yang
berkelanjutan. Analisis R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even Point dan Payback
investasi, maupun titik impas dari suatu usaha sehingga dapat melihat sejauh
mana suatu kegiatan usaha dapat memiliki manfaat dan baik untuk dikembangkan.
Analisis R/C Ratio, B/C Ratio, Break Even Point dan Payback Period
menggunakan data analisis usaha selama 1 tahun di Usaha Rujak Cireng dan
Frozen Food.
biaya yang digunakan pada saat proses pembuatan cireng di Usaha Rujak Cireng
dan Frozen Food. R/C Ratio yang semakin besar akan memberikan penjualan
yang semakin besar pula untuk pemilik usaha. Tabel dibawah ini merupakan hasil
71
Berdasarkan hasil analisis R/C Ratio pada Tabel 16, diperoleh bahwa nilai
R/C Ratio sebesar 1.42 ini menunjukkan bahwa R/C Ratio > 1, maka Usaha Rujak
Cireng dan Frozen Food yang dilakukan menguntungkan dan baik untuk
Kendiri, hasil perhitungan nilai R/C yaitu 1.6, lebih besar dari penelitian ini. Jadi
keuntungan usaha Rujak Cireng dan Frozen Food lebih kecil dari pada usaha
Net B/C Ratio merupakan salah satu perhitungan keuntungan usaha untuk
mengetahui seberapa keuntungan usaha dari biaya yang telah dikeluarkan dari
yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan oleh usaha. Berikut
merupakan hasil analisis B/C Ratio pada Usaha Rujak cireng dan Frozen Food
hasil analisis B/C Ratio pada Tabel 17. diperoleh hasil dari analisis B/C Ratio
yaitu sebesar 0.42, hal ini menunjukkan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan
72
sebesar Rp. 100, akan memberikan keuntungan sebesar 42, ini menunjukkan
penelitian terdahulu oleh Utama (2011) yang berjudul Analisis keuntungan Usaha
0,76, jika ditelaah bahwa usaha Rujak Cireng dan Frozen Food menghasilkan
5.4.3 Break Even Point (BEP) Usaha Cireng dan Frozen Food
Break Even Point atau titik impas adalah titik dimana suatu usaha tidak
mengalami keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Dalam penelitian ini yang
digunakan yaitu BEP Volume dan BEP harga. Dibawah ini merupakan hasil dari
Tabel 18. Hasil Analisis Perhitungan BEP Volume dan Harga Tahun 2017
No Uraian Nilai (Rp)
1 Total Biaya (Variabel dan Tetap) 1.206.042.750
2 Harga Jual Cireng 10.000
3 Total Produksi Cireng 171.162
BEP Volume 120.604
BEP Harga 7.046
Sumber: Lampiran 5 dan 6
A. BEP Volume
Berdasarkan Tabel 18. Total biaya yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng
dan Frozen Food yaitu Rp. 1.206.042.750 dan harga jual yang diperoleh oleh
Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yaitu sebesar Rp. 10.000. Berarti hasil
analisis BEP Volume dapat mengalamai pulang pokok pada volume produksi
mencapai 120.604 bungkus cireng. Apabila volume produksi kurang dari 120.604
bungkus dalam satu tahun maka usaha akan mengalami kerugian, jika produksi
73
lebih dari 120.604 bungkus dalam satu tahun maka usaha akan mendapatkan
keuntungan.
B. BEP Harga
Berdasarkan Tabel 16. diatas biaya total yang dikeluaran oleh Usaha Rujak
Cireng dan Frozen Food yaitu Rp. 1.206.042.750 dan jumlah produksi yang
diproduksi oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food selama satu tahun sebesar
171.162 bungkus, dengan hasil nilai BEP harga yaitu sebesar Rp. 7.046/bungkus
ini artinya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food akan mengalami pulang pokok
harga pada Rp. 7.046/bungkus jika menjual dengan harga dibawah Rp.
waktu pengembalian investasi atau modal yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak
Cireng dan Frozen Food, ini diketahui dari perbandingan biaya investasi dibagi
dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yaitu sebesar Rp.
74
347.556.000, perhitungan payback period (waktu kembalinya modal) untuk Usaha
Rujak Cireng dan Frozen Food dari tabel tersebut diketahui bahwa dana investasi
75
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Cireng dan Frozen Food Sebelum dan Sesudah Perubahan Teknologi”, maka
1. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
pada tahun 2016 tepatnya pada bulan Oktober hingga bulan Januari yang
terdiri dari dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap yang berjumlah Rp.
7.808.333, sementara pada tahun 2017 biaya variabel dan biaya tetap yang
dikeluarkan oleh Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food yaitu Rp.
2. Hasil perhitungan R/C Ratio Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
menunjukkan angka 1.42 ini menunjukkan bahwa R/C Ratio > 1, maka Usaha
Rujak Cireng dan Frozen Food yang dilakukan menguntungkan dan baik
untuk diusahakan. Sementara hasil perhitungan B/C Ratio pada Usaha Rujak
Cireng dan Frozen Food menunjukkan angka 0.42 hal ini menunjukkan bahwa
setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 100, akan memberikan keuntungan
76
3. Hasil perhitungan Break Even Point pada Usaha Rujak Cireng dan Frozen
Hasil analisis Payback period menunjukkan bahwa usaha rujak cireng dan
hari.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis
sebagai berikut:
1. Diperlukan pencatatan biaya keluar dan biaya masuk kegiatan usaha, agar
dapat melihat secara rinci pengeluaran dan keuntungan usaha sehingga usaha
mencapai 1:24, berarti total keuntungan yang diperoleh mencapai 24 kali lipat
sesudah dilakukan perubahan teknologi dan bernilai positif yang berarti usaha
tersebut bahwa usaha ini sangat baik untuk dijalankan dan dipertahankan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Feni Dwi. 2013. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
(UMKM) Melalui Fasilitasi Pihak Eksternal Dan Potensi Internal (Studi
Kasus pada Kelompok Usaha “Emping Jagung” di Kelurahan
Pandanwangi Kecamatan Blimbing, Kota Malang). [Skripsi] Program
Studi Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas
Brawijaya, Malang
Arifin dan Biba Arsyad. 2016. Pengantar Agribisnis. Mujahid Press: Bandung
Dinas Koperasi dan UMKM. 2017. Rekap Data UMKM Tangsel. Koperasi dan
UMKM: Tangerang Selatan
Case, Karl E dan Ray. 2009. Prinsip-prinsip Ekonomi Edisi Kedelapan. Erlangga:
Jakarta
Kasmir, By. 2013. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama
Kasmir dan Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Predana Media Group: Jakarta
LPPI. 2016. Profil Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM). Jakarta: LPPI.
78
Padangaran, Ayub. 2013. Analisis Kuantitaif Pembiayaan Perusahaan Pertanian.
IPB Press: Bogor
Prasetyo, P Eko. 2008. Peran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM)
Dalam Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Dan Pengangguran.
UPY: Yogyakarta
Samsul. 2017. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Pemasaran Kelapa Muda
Di Kota Kendari. [Skripsi]. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Halu Oleo. Halu Oleo
Sofyan, Dianti dan Irianni. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu: Graha Ilmu
Sudarno. 2011. Kontribusi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Dalam
Penyerapan Tenaga Kerja Di Depok. PNJ: Depok
Ubadillah, Ahmad, Mulyani, Sri, dan Effendi, Dwi Erlin. 2013. Makna
Keuntungan Bagi Pedagang Kaki Lima. Nahdlatul Ulama: STIE
Ulfah, Ika Farida. 2016. Akuntansi Untuk UMKM. CV Kekata: Group Surakarta
79
Utama, Mohamad. 2011. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Fillet Ikan.
[Skripsi] Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains Dan Teknologi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Yustian, Ita Free Diyana. 2017. Analisis Pengelolaan Keuangan Usaha Mikro
Kecil Menengah Studi Kasus Pada Asosiasi Batik Mukti Munggal
Kabupaten Sleman. [Skripsi] Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta
80
LAMPIRAN
81
Lampiran 1. Kuisioner
KUISIONER
“Analisis Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Sebelum dan
Monita, Mahasiswi Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains Dan Teknologi, UIN
1. Pemilik Usaha?
2. Lokasi Usaha?
3. Sejarah Usaha?
4. Struktur Organisasi?
B. Penjualan
1 Cireng
Total
82
C. Biaya Investasi
83
D. Biaya Tetap
Penyusutan
Listrik
Gaji Karyawan
84
E. Biaya Variabel
Tinta
Gas
Tepung
Cabe
Penyedap
Asam
Garam
Bawang Putih
Ayam
Keju
Udang Rebun
Jagung
Wortel
Oncom
Sosis
Bakso
Gula
Total Biaya
Variabel
85
Lampiran 2. Struktur Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
Bagian Bagian
Produksi Bagian
Adminitrasi dan
Pemasaran
Keuangan
86
Lampiran 3. Biaya Penyusutan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
Menggunakan Gerobak Dorong Selama 4 Bulan Tahun 2016
87
Lampiran 4. Biaya Penyusutan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food
Menggunakan Freezer Selama 4 Bulan Tahun 2017
Lampiran 5. Penjualan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun 2017
88
Lampiran 6. Total Biaya Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun 2017
89
Lampiran 7. Total Keuntungan Usaha Rujak Cireng dan Frozen Food Tahun
2017
90
Lampiran 8. Proses Pembuatan Cireng
91
Proses Pengepresan
92