4. Data Mining............................................................................................................. 6
2. Prakualifikasi......................................................................................................... 16
3. Pascakualifikasi .................................................................................................... 16
1. Definisi .................................................................................................................. 22
i
4. Mengambil Image (Imaging) ................................................................................. 22
2. Jenis Pemeriksaan................................................................................................ 25
1. Pengantar ............................................................................................................. 27
4. Wawancara ........................................................................................................... 29
7. Paralinguistic Behavior.......................................................................................... 32
8. Interogasi .............................................................................................................. 33
ii
PERTEMUAN 12 PERHITUNGAN KERUGIAN NEGARA & TEKNIK LAIN
PENGUNGKAPAN FRAUD ................................................................................................ 38
A. AHLI VS SAKSI..................................................................................................... 38
A. PENYEBAB KECURANGAN................................................................................. 40
1. Pengendalian yang Khas untuk Masalah yang Dihadapi (Customized Controls) ... 43
iii
G. PENCEGAHAN KORUPSI .................................................................................... 45
A. Risk ................................................................................................................... 55
B. Fraud................................................................................................................. 55
D. Fraud-TPK......................................................................................................... 55
iv
PERTEMUAN 8
FOLLOW THE MONEY & ASSET TRACING
1. Naluri Penjahat
berpikir seperti penjahat/memahami pola pikir penjahat.
Kejahatan itu tersembunyi/disembunyikan
Pelaku memberi kesan tidak terlibat yang dilakukan dengan berbagai cara seperti
mengaburkan identitas dengan menggunakan identitas orang dekat seperti : sopir,
karyawan, sepupu, atau keluarga dalam bukti surat seperti perjanjian atau
penerimaan dana melalui transfer bank. Karena dalam hukum, berbeda satu huruf
bisa berbeda arti, bisa mengelabui dan mengaburkan identitas, sehingga tuntutan
tidak dapat dilakukan jika bukan ke orang yang dimaksud
Contoh kasus : KTP Aspal Mantan Kabareskrim Susno Duadji, padahal dulunya
mengungkap kejahatan tapi malah jadi pelaku kejahatan
Bila nama pelaku muncul dalam bukti surat seperti perjanjian, perijinan atau
dokumen transfer uang, atau muncul dalam alat bukti lain, maka pelaku atau pihak
yang ditunjuk pelaku segera berupaya untuk menghancurkan dengan cara
membakar dokumen atau merobek dokumen
Contoh kasus : Mantan Plt. Ketum PSSI Joko Driyono merusak barang bukti di
Kantor Komisi Disiplin PSSI yang telah diberi garis polisi
1
Memberi argumentasi/alibi/alasan bahwa pelaku tidak berada di tempat kejadian
perkara (locus delicti)/lokasi kejahatan untuk mengaburkan fakta bahwa pelaku
tidak melakukan kejahatan
Contoh kasus : Kasus anggota DPR, Dewie Yasin Limpo, dugaan suap
pembahasan anggaran proyek Pembangkit Listrik Micro Hydro di Kabupaten Diyai,
Papua, yang mengaku saat kejadian tidak berada di lokasi, tapi sedang di bandara
soetta dalam perjalanan menuju makassar
Pasal 55 KUHP ada 4 kategori yg bisa dikenakan dengan pasal kejahatan :
a. Pelaku yg melakukan kejahatan pada saat di lapangan/TKP
b. Yg menyuruh melakukan
c. Yg turut serta melakukan perbuatan
d. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman
atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan,
sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan
Pasal 56 KUHP Pembantu kejahatan :
a. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan
b. mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk
melakukan kejahatan
Pelaku utama harus benar-benar diungkap, bukan pelaku lapangan (pionnya),
jangan sampai salah sasaran
Teknik investigasi “Follow the Money” berangkat dari motif pelaku kejahatan
(korupsi/white collar crime) memperoleh uang untuk dirinya atau untuk
organisasi (parpol) pelaku bernaung atau orang lain yang memiliki hubungan
dengan pelaku sebagai tujuan akhir kejahatan
Prinsip : membuktikan dari 2 sisi, sisi terbukti atau tidak terbukti
Pelaku sudah pro, memberi kesan tidak terlibat, dengan melibatkan orang
sekitarnya
Cara menelusuri dengan follow the money mengembangkan naluri
investigasi/skeptis saat melihat fakta bahwa kekayaan seseorang jumlahnya tidak
wajar, diduga berasal dari penyalahgunaan wewenang/tipikor, kemudian ditelusuri
untuk mengumpulkan bukti atas dugaan, tapi tetap tidak boleh menuduh bisa
dijadikan target operasi
Follow the money dalam istilah audit sama seperti tracing, menelusuri jejak dengan
arah berkebalikan
2
Pergerakan uang dapat dilakukan berjenjang, sekaligus atau bertahap. Namun
pergerakan uang akan berhenti di tujuan akhir baik kepada individu maupun
organisasi
Rekam jejak perpindahan uang tiap perpindahan uang berarti ada transaksi
tracing ala auditor
Esensi investigasi = bukti atas dugaan/sangkaan, basicnya dari akuntansi
3
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas
harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
harta kekayaan (pasal 3) ada tindak pidananya dulu, baru kemudian ada
hasilnya. Berbanding terbalik dengan teknik follow the money, berangkat dari
uangnya, tapi masih blank kejahatannya apa
b. Menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan,
pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana (pasal
4)
c. Menerima, menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana (pasal 5)
saat melaksanakan investigasi sebaiknya tidak semua orang disangkakan
terkait dengan tindak pidana, karena untuk pembuktian tetap butuh saksi untuk
memberikan keterangan
Tindak pidana:
a. Korupsi
b. Penyuapan
c. Narkotika
d. Psikotropika
e. penyelundupan tenaga kerja
f. penyelundupan migran
g. di bidang perbankan
h. di bidang pasar modal
i. di bidang perasuransian
j. kepabeanan
k. cukai
l. Perdagangan orang
m. perdagangan senjata gelap
n. terorisme
o. penculikan
p. pencurian
q. penggelapan
r. penipuan
s. pemalsuan uang
t. perjudian
4
u. prostitusi
v. di bidang perpajakan
w. di bidang kehutanan
x. di bidang lingkungan hidup
y. di bidang kelautan dan perikanan
z. tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau
lebih
5
4. Data Mining
Tantangan teknik investigasi “Follow the Money” (dimana proses awal investigasi
dimulai tidak dengan pelaku tetapi dengan pola arus dana yang menuju ke suatu
tempat final yang memberi indikasi tentang pelaku atau otak kejahatan) adalah :
a. Data yang sangat banyak dalam hitungan terabytes
b. Kecermatan dan persistensi
B. ASSET TRACING
Tujuan Investigasi = pemidanaan pelaku (who?) atau pengembalian kerugian yang
telah dilakukan oleh pelaku?
Contoh kasus: perampasan aset nazaruddin oleh negara
Pemidanaan pelaku contoh : setya novanto, nazaruddin, gayus tambunan, akil
mochtar, ratu atut, anas urbaningrum
Autokrat dan kleptokrat Kesamaan pelaku korupsi di dunia :
a. Pemimpin politik, presiden atau perdana Menteri dengan kekuasaan yang
sangat besar
b. Penguasaan atas Trias Politica
c. Pemilu menjadi ajang panggung sandiwara
d. Pers dan Oposisi dibungkam atau dihabisi
e. Keamanan negara dan Stabilitas Pembanguan menjadi pembenaran
f. Menyimpan hasil korupsi di Luar Negeri
Stolen Asset:
a. Soeharto (1967-1998) US$ 15 – 35 B
b. Ferdinand Marcos (1972- 1986) US$ 5 – 10 B
c. Mobutu Sese Seko (1965 -1997) US$ 5 B
d. Sami Abacha (1993 – 1998) US$ 2 – 5 B
Perkiraan Nilai Kejahatan:
6
a. Camdessus (1998)
2 % – 5 % dari GDP Total
b. Baker et all (2003) dan Baker (2005)
US$ 500 M dari kegiatan criminal, US$ 20 – US$ 40 M dari hasil korupsi dan
US$ 500 M dari penyelundupan pajak
c. 4U Anti-Corruption Center (2007)
25% GDP untuk negara2 afrika setiap tahun hilang karena korupsi
Penyelamatan Krisis Keuangan 1997
a. Latar belakang:
1) Pengetatan likuiditas dilakukan pemerintah untuk menahan depresiasi
rupiah berdampak buruk pada sector perbankan dan sector ril
2) Penutupan 16 bank yang ditujukan untuk mengembalikan rasa
kepercayaan pada bank ternyata membuat masyarakat menarik simpanan
dari perbankan secara besar-besaran dan perpindahan dana dari bank
yang kurang sehat
3) Perbandingan besarnya dana pihak ketiga yang harus dibayar dalam
sistem perbankan pada akhir Desember 1997 dan 1998 (dlm Triliun Rp)
7
2) Perjanjian Penyelesaian BLBI dengan jaminan asset dan Jaminan Pribadi
(Master of Rifanancing and Note Issuance Agreement (MRNIA)
3) Akta Pengakuan Utang (APU)
b. Penyelesaian pidana:
1) Penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan peradilan pidana terhadap
Pimpinan Bank Indonesia dan Para Bankir penerima BLBI
2) 3 mantan Direksi BI dituduh memberikan fasilitas kepada Bank2 tertentu
yang memiliki saldo debit di rekening BI dan dihentikan sementara dari
Kliring tapi dapat kucuran BLBI
3) 3 mantan Direksi BI divonis 2,5 hingga 3 tahun penjara pada Pengadilan
Tingkat 1 (Pengadilan Negeri)
4) Pengadilan Tinggi membebaskan dengan pertimbangan bahwa Mereka
menjalankan kebijakan negara (perbuatan terbukti tapi bukan perbuatan
pidana = onslag van recht vervolging)
5) MA memvonis 3 mantan Direksi BI 1,5 Tahun untuk TPK
c. Pelaku melarikan diri
8
4) Nilai recovery asset (dana) yang kembali dari kucuran dana penyelesaian
bantuan likuiditas BI sebesar Rp 640 T adalah sebanyak 28%
5) Pembayaran bunga atas keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk
penyelamatan perbankan karena krisis moneter 1997/1998 adalah Rp 63
T per tahun
Sumber informasi tentang penyembunyian asset:
a. Laporan Transaksi Keuangan yang Mencurigakan (Suspicious transaction
report) dan Transaksi Keuangan Tunai (Cash Transaction Report) yang dikirim
Penyedia Jasa Keuangan kepada PPATK
b. Informasi keuangan dari luar negeri via PPATK (antar Financial Intelegent Unit)
dan Interpol
c. Laporan dari Peneliti dan NGO yang mengkhususkan diri pada ‘’perburuan
harta haram’’
d. Kantor Registrar (pendaftaran) yang menyediakan informasi terbuka untuk
umum seperti Bursa Efek, Kantor Pertanahan, Biro Kredit BI, OJK
e. Laporan harta kekayaan penyelenggara negara via KPK
f. Whistle blower
g. Putusan pengadilan atas sengketa harta (misalnya sengketa harta warisan
untuk yg memiliki istri > 1)
h. Kebiasaan etnik tertentu terkait dengan harta kekayaan
i. Pola pengeluaran individu tertentu
j. Daftar perusahaan yang tercantum dalam iklan kematian seseorang
k. Daftar keluar masuk Indonesia yang dimiliki oleh Kantor Imigrasi
l. PT Aneka Tambang dan perusahaan sejenis yang menjual logam mulia
m. Perusahaan pedagang Valuta Asing
n. Perusahaan Property
o. Berita Negara tentang Struktur Pemegang saham perusahaan
p. Direktorat Jenderal Pajak
q. Organisasi perusahaan / Asosiasi perusahaan
Pemulihan Kerugian
a. Merupakan proses mengubah asset yang sudah ditemukan lewat penelusuran
asset menjadi asset untuk diserahkan kepada pihak yang dimenangkan dalam
penyelesaian sengketa
b. Pengemplang BLBI (baik status tersangka, terdakwa atau terpidana) dapat lari
ke luar negeri (banyak yang ke Singapura) dan membawa serta
menyembunyikan hartanya
9
c. Apakah Singapura negara yg melindungi atau menampung para pelaku
kejahatan khususnya perbankan? (diskusikan)
10
tidak dapat mengidentifikasi apakah harta tersebut berasal dari sumber yg
haram/halal “clean money”
Tipologi pencucian uang :
a. Penukaran dalam mata uang asing
b. Structuring (dipecah dalam jumlah yang banyak) pemecahan nilai,
modusnya sering. Dalam aturan PPATK, ada batas minimal yg harus
dilaporkan ke PPATK sebagai transaksi mencurigakan, sehingga pelaku
kejahatan melakukan pemecahan nilai, dalam sehari melakukan lebih dari
sekali transaksi dengan nominal yang sama
c. Smurfing (diatasnamakan banyak pihak) penyetor bisa banyak pihak
seolah-olah terkesan menerima banyak harta ke rekeningnya dari pihak yang
berbeda padahal sebenarnya dari pihak yang sama hanya dengan nama
berbeda
d. Penggunaan Perbankan Bawah Tanah (Hawala/Hundi) kode yang hanya
dipahami penerima dan pengirim uang, jadi saat pengambilan uang di bank
oleh pihak yang ditunjuk cukup menyebutkan kode, tidak lagi bermain dengan
metode transfer
e. Pencucian Uang Berbasis Perdagangan
f. Mingling
g. Pemanfaatan jasa professional batasan fee belum ditentukan nilainya, jadi
pengeluaran diatasnamakan utk membayar pengacara, akuntan publik,
dengan nilai setinggi”nya karena tidak ada batasan, padahal bukan pemilik
jasa yg terkenal mahal. Nyatanya pengeluaran tersebut untuk membeli yang
lain
h. Penggunaan perusahaan boneka misal : untuk pengadaan, lelang, nanti
setelah uangnya cair masuk ke kantong orang-orang berkepentingan
i. Penggunaan transfer kawat (elektronik)
j. Penggunaan identitas palsu 1 nama 2 ktp, atau 1 kata dipecah jadi 2 kata,
dibalik, ditambahkan gelar, sehingga menyulitkan pencairan data
k. Pembelian asset atas nama orang lain, sehingga perlu waktu dan effort lebih
untuk mengungkap
l. Pertukaran barang
Definisi kejahatan pencucian uang hasil tindak pidana, berarti harus ada
kejahatan/tindak pidananya dulu, baru ada hasilnya. Sementara follow the money
belum diketahui ada kejahatan atau tidak, mengikuti barang buktinya dulu, naluri,
misal: dengan jabatan tertentu tidak wajar hartanya sebanyak itu, hartanya
11
merupakan hasil kejahatan jenis apa? Konstruksi harus lebih dari 1, misal
pemerasan atau bribery. Dari tahap ini berlanjut
Cara mengetahui kejahatan yang disembunyikan melalui pelibatan pihak lain
Fakta, keterangan, kedekatan luar biasa. Awalnya informasi ini tidak diketahui, tapi
kemudian terus berkembang dalam proses penyidikan
Istimewanya penggunaan UU pencucian uang bank wajib membuka
kerahasiaan data, tentang pihak yang terkait dengan terduga/pelaku
Pasal 69 UU 8 tahun 2010 (UU Tindak Pidana Pencucian Uang/TPPU)
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan TPPU bisa dilakukan tanpa menunggu
pembuktian tindak pidana asal
Mekanisme dalam proses mensangkakan, bukan berarti tidak membuktikan
pidana asal, tetapi ketika menemukan harta diluar kewajaran atau yang
mencurigakan, tidak sesuai dengan profilnya, investigator bisa menaikkan status
terduga sebagai tersangka dengan pasal 69, baru kemudian ketika masuk proses
penyidikan dan berkasnya dilimpahkan ke penuntut umum, penyidik tetap harus
membuktikan pidana asalnya, atau setidaknya menemukan perbuatan melawan
hukum yang menjadi dasar kepemilikan harta tersebut. Kalau tidak ditemukan
pidana asalnya, harta yang telah disita harus dikembalikan dan dugaan kasus
pencucian uangnya dihentikan atau di SP3, karena tidak bisa membuktikan dari
mana asal kejahatannya.
Sebelum ada UU pencucian uang investigator menggunakan UU tipikor
Pasal 77 UU TPPU terdakwa wajib menyampaikan sumber/asal usul harta yg
diperoleh
Pasal 78 UU TPPU hukum acara/ada agenda persidangan tersendiri
pembuktian asal usul harta.
2 pasal ini dibutuhkan kalau harta tidak sesuai dengan profil, dan tidak dibutuhkan
lagi jika pidana asalnya jelas
Kasus: Jika aliran dana ditemukan, tetapi uangnya sudah habis dibelanjakan untuk
keperluan konsumtif. Sepanjang ditemukan bahwa hasil pidana dialirkan ke pihak
tertentu Perbuatan pencucian uangnya tetap bisa dipidanakan/disangkakan,
bisa masuk delik TPPU, tidak dilihat hasil rampasannya. Yg bisa menggantikan
tetap pelaku, tapi harta tidak bisa dirampas, hanya pidana badan, alternatifnya bisa
pake mekanisme uang pengganti, dengan dasar putusan hakim. Setelah ada
putusan hakim, harta pelaku disita dan diblokir, kemudian dilelang. Jika hartanya
masih ada, bisa menggunakan UU KUHP atau UU KPK yang terbaru
Kendala asset tracing:
12
a. Jika pencucian uang terjadi di bursa saham, pergerakannya cepat (hari ini beli,
besok harga tinggi jual), tidak seperti harta yg bentuknya fisik. Kasus ini harus
diikuti semua alurnya, diulik sumber atas kepemilikan hartanya sampai ketemu
titik awalnya dengan melakukan konfirmasi ke manajer investasi pelaku.
b. Jika hartanya dipindahkan ke rekening di LN, harus dilihat apakah terminologi
tipikor di negara tersebut sama, apakah misal di Indo dianggap suap di negara
tersebut juga dianggap suap. Informasi tidak akan diberikan oleh negara lain
jika pelaku belum ditetapkan sebagai tersangka
Laporan harta di KPK berfungsi sebagai alat bukti petunjuk atau sebagai
informasi saja. Jika harta tidak dilaporkan, ini merupakan salah satu petunjuk
bahwa ada niat menyembunyikan hartanya. Bisa juga digunakan untuk menilai
kewajaran, tapi tetap dengan mempertimbangkan tempus delicti (waktu terjadinya
tindak pidana), misal ternyata harta belum dilaporkan bukan tidak dilaporkan
Laporan harta dan laporan perpajakan (kerjasama dgn djp, izin menteri keuangan)
biasanya tidak dilaporkan di salah satunya. Data ini sangat membantu dalam
penyelidikan TPPU
13
PERTEMUAN 9
INVESTIGASI PENGADAAN BARANG DAN JASA (PBJ)
2. Korupsi PBJ Pengadaan Mobil Damkar. Vonis utama dijatuhkan kepada (1) Vendor
(Hengky Samuel Daud), (2) Mendagri (Hari Sabarno), dan (3) Dirjen Otonomi Daerah
(Oentarto Sidung Mawardi.
3. Korupsi BUMN.
14
B. STUDI WORLD BANK TENTANG PBJ
Beberapa hal penting terkait dengan studi WB tentang hal yang perlu diperhatikan terkait
PBJ adalah sebagai berikut:
1. Kerangka hukum yang jelas, komprehensif dan transparan.
a. Publikasi PBJ secara luas untuk membuka kesempatan secara luas penawaran yang
masuk.
b. Pengungkapan semua kriteria PBJ yang akan dimasukkan dalam kontrak.
c. Kontrak berdasarkan kriteria yang transparan dan diberikan kepada pemenang yang
menawarkan harga bersaing (terendah).
2. Rentang tanggung jawab dan akuntabilitas fungsional meliputi penunjukan penangung
jawab PBJ dan pengelolaan proses PBJ.
3. Organisasi yang bertanggung jawab untuk kebijakan pengadaan barang dan pengawasan
penerapan kebijakan secara tepat (LKPP).
4. Mekanisme penegakan hukum termasuk Lembaga audit yang memiliki SDM yang mampu
mengaudit pengadaan publik dan memberikan peringatan kepada mereka yang
melanggar aturan.
5. SDM pengadaan yang terlatih baik – sertifikasi.
15
b. SDM audit PBJ kurang memadai dan menguasai aturan PBJ dan prinsip pengadaan
publik.
D. MEKANISME PBJ
1. Mekanisme PBJ
a. Pelelangan Umum
b. Pelelangan Terbatas
c. Pemilihan Langsung
d. Penunjukan Langsung
e. Pengadaan Langsung
2. Prakualifikasi
Proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan
tertentu lainnya dari penyedia (vendor) barang dan jasa sebelum memasukkan
penawaran. Tahapan-tahapan prakualifikasi adalah sebagai berikut:
Pengumuman prakualifikasi
Pengambilan dokumen
Pemasukan dokumen
Evaluasi dokumen
Penetapan dan pengumuman hasil evaluasi
Masa sanggah
Undangan peserta lulus prakualifikasi
Pengambilan dokumen
penjelasan dan BA
Memasukkan penawaran
Pembukaan penawaran
Evaluasi penawaran
Penetapan pemenang
Pengumuman pemenang
3. Pascakualifikasi
Proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan
tertentu lainnya dari penyedia (vendor) barang dan jasa setelah memasukan penawaran.
Tahapan-tahapan prakualifikasi adalah sebagai berikut:
Pengumuman pascakualifikasi
Pendaftaran
Pengambilan dokumen
penjelasan dan BA
16
Memasukkan penawaran
Pembukaan penawaran
Evaluasi penawaran termasuk evaluasi kualifikasi
Penetapan pemenang
Pengumuman pemenang
Masa sanggah
Penunjukan pemenang
Penandatangan kontrak
4. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri
Pengguna barang/jasa wajib memiliki HPS yang dihitung dengan pengetahuan dan
keahlian mengenai barang/jasa yang ditenderkan dan berdasarkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan. Beberapa sumber HPS yang bisa digunakan:
Harga pasar setempat
Informasi biaya satuan yang dipublikasikan oleh BPS
Daftar biaya yang dikeluarkan oleh agen tunggal
Biaya kontrak sebelumnya yang telah berjalan
Daftar biaya standar yang dikeluarkan instansi yang berwenang
17
f. Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih (due professional care).
g. Cermat dalam menarik kesimpulan dari hasil penerapan teknik yang dipilih.
2. Investigasi Tahap Pratender
a. Pahami dan kuasai mengenai kebutuhan organisasi akan barang atau jasa yang
dibeli.
1) Seringkali terjadi kolusi antara pejabat / panitia PBJ dengan vendor tertentu
untuk menentukan kebutuhan barang/jasa.
2) Suap dari vendor diberikan kepada pejabat/panitia PBJ untuk menentukan
kebutuhan barang/jasa organisasi.
b. Dalami pengumuman mengenai niat organisasi untuk membuat kontrak PBJ.
c. Proses penyusunan spesifikasi (spek).
1) Kontrak dibuat secara ceroboh dimana posisi pembeli dibuat
lemah/ketergantungan dan menguatkan kedudukan vendor.
2) Spek yang ‘’mengambang’’ berakibat vendor mengirim barang tidak sesuai
kebutuhan.
3) Spek dibuat dengan kondisi vendor lain sulit memenuhi persyaratan.
d. Penentuan kriteria pemenang.
18
c. Tender arisan (bid rotation)
Kolusi diantara para calon vendor untuk menentukan pemenang lelang.
d. Menghalangi penyampaian dokumen penawaran
Menghalangi secara fisik, atau mengecilkan bandwith internet, atau membuat
persyaratan tambahan dari asosiasi agar peserta lelang sulit menyampaikan
dokumen.
e. Penyampaian dokumen penawaran kamuflase (complementary bid) yang berisi
harga yang lebih tinggi atau persyaratan yang pasti akan mengalahkannya.
f. Memasukkan dokumen penawaran hantu (phantom bids)
Perusahaan menciptakan banyak perusahaan lain/‘’perusahaan bendera’’ yang
dimiliki oleh satu orang/perusahaan tertentu.
g. Permainan harga
Pasca terpilih, vendor ‘menafsirkan kembali’ data harganya yg dapat berakibat
harganya lebih mahal dari vendor yg berhasil dikalahkan.
4. Investigasi Tahap Pelaksanaan
a. Perubahan dalam Kontrak Kerja
1) Modus
Vendor mengganti barang atau produk atau bahan baku/pembungkus yang
dipasoknya atau merk yang beda.
Pengiriman barang yang mutunya lebih rendah
Pengiriman barang yang belum teruji
Pemalsuan hasil pengujian
Pengiriman barang palsu
Pemalsuan sertifikasi keaslian produk
Penggantian produk yang kelihatannya serupa
2) Langkah investigasi audit
a) Pengecekan secara berkala dan kunjungan mendadak.
b) Reviu laporan inspeksi atau laporan laboratorium pengujian secara cermat.
c) Uji produk di laboratorium independent.
d) Reviu dokumen dan bandingkan dengan produk atau jasa yang diserahkan.
e) Penilaian atas barang dan jasa yang diserahkan untuk memastikan kepatuhan
atas kontrak PBJ.
b. Perhitungan Pembebanan
1) Pembebanan biaya yang tidak dibolehkan dalam kontrak.
2) Kesalahan dalam perhitungan biaya material dan biaya tenaga kerja (khususnya
pada pekerjaan jasa konsultan).
19
F. CATATAN PENTING (NARASUMBER STAFF KPK)
Korupsi pengadaan dari tahun 2006-2018 trennya bergeser yang mana awalnya banyak
dilakukan melalui proses PBJ, sekarang dilakukan melalui suap sebelum/sesudah
pengadaan. Dasar pelaksanaan pengadaan barang/jasa: (penting dalam pelaksanaan audit
pengadaan).
Perpres 54/2010 yg telah diubah dg Perpres 16/2018 tentang PBJ (saat investigasi
dilakukan perhatikan waktu pengadaan dilakukan, jika dilakukan atas pengadaan
tahun 2010 gunakan dasar Perpres 54/2010, begitupun pengadaan setelahnya
sesuaikan dengan kapan aturan baru terbit).
PermenBUMN No. Per-08/MBU/12/2019 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa BUMN dan Peraturan Direksi BUMN
Peraturan LKPP No. 12/2018 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa yang
dikecualikan pada pengadaan barang/jasa pemerintah dan Peraturan Pimpinan BLU.
*Note:
Dalam investigasi/audit BUMN perhatikan tujuan pengadaan barang/jasa yg dilakukan
BUMN tersebut. Apabila BUMN melakukan pengadaan untuk BUMN nya maka
mengacu pada aturan organisasi dan PermenBUMN, jika BUMN melakukan
pengadaan untu kementerian PU maka mengacu pada Perpres 54/2010.
Pengadaan supplier/subkontrak yang dilakukan oleh BUMN dalam hal pelaksanaan
pekerjaan kepada Kementerian, supplier tersebut tunduk pada PermenBUMN.
Sedangkan BUMN kepada Kementerian tunduk pada Perpres 54/2010.
1. Prinsip Pengadaan Barang/Jasa:
Efisien
Efektif
Transparan
Terbuka
Bersaing
Adil
Akuntabel
*Note:
Untuk audit penunjukan langsung perlu diperhatikan prosedurnya, walaupun
penunjukan langsung biasanya tetap dilakukan dengan pengajuan proposal oleh 3
supplier.
Pemecahan kontrak secara aturan tidak boleh dilakukan. Hanya saja saat audit
dilakukan, auditor perlu memperhatikan tujuan dan maksud dari pemecahan tersebut.
Apabila auditor meyakini bahwa tujuan dari pemecahan dilakukan agar projek
20
dilaksanakan lebih cepat dan tidak ada niatan buruk, maka digolongkan dalam
kesalahan administrasi.
2. Kolusi yang biasa terjadi:
a. Kolusi vertikal kolusi antara penyedia barang dengan pejabat pengadaan barang
(satker dengan vendor).
b. Kolusi horizontal kolusi antar vendor, masing2 vendor gotong royong untuk berbagi
proyek.
21
PERTEMUAN 10
INVESTIGASI DENGAN COMPUTER FORENSIC
A. COMPUTER FORENSIC
1. Definisi
Adalah Ilmu memulihkan dan menganalisis data yang disimpan secara elektronik dengan
cara yang dapat diandalkan untuk keperluan litigasi atau proses lainnya (Simon Dawson dan
Peter Yapp). Adalah penerapan Teknik analitis dan investigative untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, memeriksa dan melindungi (preserve) barang bukti dan informasi digital
(Tuannakota)
2. Alasan Adanya Computer Forensic
Karena Dalam setiap kejahatan selalu ada yang berkepentingan dan berkeinginan agar
barang bukti dan jejak kejahatan rusak atau hilang. Hal yang sama juga terjadi dengan bukti
digital dan kemajuan teknologi telah membantu untuk perlindungan (preserve) dari bukti digital
termasuk data yang sudah dihilangkan (delete)
Nah ilmu untuk memulihkan atau mendapatkan bukti-bukti digital itu computer forensic
3. Tiga Langkah Utama Dalam Computer Forensic
Mengambil image (imaging)
Mengolah citra image (processing)
Menganalisis image (analyzing)
4. Mengambil Image (Imaging)
Dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang akan mengkopi dari storage byte demi
byte, bertujuan untuk kepentingan pengadilan dan langkah lanjutan oleh ahli computer
forensic. Merupakan proses yang penting, karena langkah selanjutnya hanya dilakukan dari
hasil imaging, bukan data asli, data asli harus dipertahankan sebagaimana mestinya
(preserved).
5. Mengolah Citra Image (Processing)
Setelah proses Imaging selesai, maka ‘bayangan cermin’ dari data asli itu harus diolah
untuk memulihkan file yang terlanjur atau sengaja dihapus (deleted) atau yang ditulisi kembali
(overwritten) dengan current file. Dengan memulihkan hasil kopian, files dan folders akan
tampil seperti media penyimpanan data yang asli. Ketika perintah delete diberikan,
sesungguhnya yang terjadi adalah entry pada index dihapus sehingga computer tidak dapat
lagi mengakses file tersebut. Ketika space atau ruang yang awalnya terisi file dan didelete,
maka space atau ruang dapat diisi dengan file baru (available to be overwritten)
6. Analisis Image (Analyzing)
Digital Forensic akan menunjukkan keahlian, kreativitas dan penerapan gagasan
orisinalitas
22
Para ahli digital forensic dapat mengeksplore suatu perangkat untuk menemukan bukti-bukti
yang diperlukan, misalnya mencurigai folder tertentu sebagai tempat penyembunyian (ex: my
document / my picture) atau format file tertentu (ex: .gif .bmp .jpp) atau mengecek history
pencarian internet. Semua file yang dianalisis pada tahap ini ditujukan untuk membangun
fraud theory.
Semua informasi rahasia yang dilindungi UU seperti informasi yang diperoleh pastor katolik
dari pengakuan dosa umatnya menurut KUHAP tidak boleh disadap (bila hal itu terjadi maka
harus penanganan informasi harus dilakukan secara hukum dan memperhatikan etika)
Menemukan semua files yang terdiri atas files yang terlihat di monitor, files yang sudah
di delete tetapi masih ada, file yang tersembunyi (hidden files) files yang dilindungi
dengan password, dan file yang dilindungi dengan sandi (encrypted files)
Mengunkapkan isi file yang tersembunyi, dan temporary files (file sementara) swap file
(file yang dipertukarkan) yang digunakan oleh program aplikasi dan operating system
Mengakses secara legal semua file yang dilindungi dengan password, dan file yang
dilindungi dengan sandi (encrypted files)
23
Analisis semua data yang relevan yang ditemukan pada area khusus di disk yang tidak
dapat diakses dengan cara yang biasa. Area ini meliputi tetapi tidak terbatas pada
‘unallocated space’ pada disk (berisi area yang dahulunya tempat menyimpan data
lama yang dapat menjadi bukti penting) dan ‘slack space’ dalam file (area tersisa pada
akhir file atau pada disk cluster terakhir yang diassigned yang kemungkinan terdapat
data atau bukti penting
Mencetak hasil analisis yang menyeluruh mengenai system computer yang diperiksa,
daftar semua file yang relevan dan data relevan yang ditemukan, system layouts, file
structures, catatan untuk menyembunyikan (hide) atau menghilangkan (delete),
melindungi (protect), memberi sandi (encrypt) dan segala sesuatu yang terungkap
yang relevan dengan computer forensic
Akses objek asli sesuai standar akan menghasilkan bit stream duplicate atau bit
stream image dari aslinya
Akses yang tidak sesuai standar akan menghasilkan qualified bit-stream duplicate
atau qualified bit stream image dari aslinya
DIT akan membuat daftar (log) dari semua kesalahan input/output (I/O Error) dalam
bentuk yang dapat diakses dan dibaca termasuk jenis dan lokasi kesalahan
DIT dapat mengakses disk drives melalui satu atau lebih interfaces yang ditentukan
Kalau DIT melakukan copy sumber (Source) ke tujuan akhir (destination) yang lebih
besar dari sumbernya, maka DIT akan mendokumentasikan isi dari area yang tidak
merupakan bagian dari copy-nya
Bila DIT melakukan copy Sumber ke tujuan akhir yang lebih kecil dari sumbernya maka
DIT akan memberi tahu si pemakai (user), memotong (truncate) kopiannya dan
membuat log tentang apa yang telah dilakukannya
24
Cloning data dalam ponsel ditujukan untuk mengambil (extract) data seperti daftar
nomor telepon (phonebook), citra atau image berupa gambar dan videos, text
messages, daftar telepon masuk dan keluar (call logs) dan informasi mengenai
identitas ponsel (IMEI)
Cloning data juga dapat mengambil pesan2 yang telah dihapus (deleted text
messages), rekaman audio dan video
Data cloning dari ponsel: data dalam ponsel hanya dapat dibaca (read only process)
tanpa modifikasi apapun sesuai dengan standar industry di USA
2. Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan di mana informasi yang dicari ada pada computer di mana pemeriksaan
dilakukan
Pemeriksaan atas informasi yang disimpan off-site di tempat lain di mana computer
digunakan untuk mengakses data
25
pedoman untuk menjalankan perangkat lunaknya) dan pencurian informasi
perusahaan atau negara yang dirahasiakan
26
PERTEMUAN 11
WAWANCARA DAN OPERASI PENYAMARAN
27
- Wawancara dapat dilakukan dalam berbagai lingkungan dan suasana.
- Wawancara bersifat cair, tidak terstruktur, dan bisa melompat dari satu
topik wawancara ke topik wawancara yang lain.
- Wawancara didokumentasikan dalam berita acara formal.
- Hasil wawancara mencatat seluruh informasi dari awal sampai dengan
akhir (tidak sporadis).
b. Karakteristik Interogasi
- Interogasi bersifat menuduh (an interrogation is accusatory) ---investigator
memperlihatkan keyakinannya bahwa pelaku yang melakukan tindak
pidana dengan mengeluarkan jenis pertanyaan yang bersifat tuduhan.
- Interogasi dilakukan dengan persuasi yang aktif ---Investigator
berkeyakinan bahwa pelaku memberikan keterangan tidak benar pada saat
wawancara sebelumnya.
- Tujuan interogasi adalah mengetahui yang sebenarnya artinya apa yang
sebenarnya terjadi, siapa pelaku sebenarnya yang melakukan dan berapa
kerugian yang diderita.
- Interogasi seringkali berakhir dengan pengakuan bersalah oleh pelaku
(mengetahui siapa yang sebenarnya bersalah).
- Interogasi dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol dan terkendali, tidak
terganggu oleh lalu lalang orang dan bebas dari halangan lain.
- Interogasi hanya dilakukan sesudah investigator mempunyai keyakinan
yang memadai mengenai salahnya seseorang.
- Investigator tidak membuat catatan sampai sesudah tertuduh
menceritakan yang sebenarnya dan berketetapan hati untuk tidak
beringsut dari posisi itu.
28
4. Wawancara
Pra Wawancara
Kuasai semua fakta yang telah terkumpul dan lakukan secara tim
Analisis dan debatkan fakta yang terkumpul dalam tim dan buat rekaan-rekaan
atau dugaan sementara
Rencanakan pihak-pihak yang akan diwawancarai mulai dari orang yang
diduga paling minim potensi melakukan fraud, orang yang turut serta
melakukan fraud, orang yang ingin menjadi peniup peliut (whistleblower) dan
diakhiri dengan mereka yang diduga menjadi pelaku utama/otak dari tindak
pidananya
Manfaat rencana wawancara
Pada tahap awal wawancara belum banyak informasi yang terkumpul dan
untuk menghindari pelaku utama memberikan argumentasi yang dapat
mengecoh investigator
Menghindari pelaku utama mengendalikan konten wawancara sehingga
informasi yang diberikan dapat diantisipasi oleh pelaku utama
29
Ruang wawancara
6. Verbal Behavior
Konsep dasar Verbal Behavior:
o Subjek yang jiwanya sehat dan berinteraksi social secara normal
akan mengalami kecemasan ketika ia melakukan sebuah
kebohongan. Kecemasan itu terjadi karena khawatir
kebohongannya akan terungkap
o Pikiran dan tubuh bekerja untuk mengurangi atau menghilangkan
kecemasan yang hadir karena kebohongan yang dilakukan.
30
Perilaku mencerminkan kesadaran untuk menekan atau
menghilangkan kecemasan
Empat pilihan jawaban yang tersedia ketika dilakukan wawancara:
Menceritakan yang sebenarnya (truth)
Mengakui secara tersamar (omission)
Menghindar (evasion)
Berbohong (deception)
Sifat dasar manusia adalah menghindari kecemasan (berkata
sebenarnya). Terkadang melakukan omission dan paling tinggi adalah
evasion.
Metode untuk mengungkap rasa cemas atas wawancara yang dilakukan
adalah dengan mengamati paralinguistic behavior dan nonverbal behavior
Subjek yang jujur akan membuat bantahan secara luas, sedangkan subjek
yang bohong akan menyempitkan bantahannya.
Subjek yang jujur mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, sedangkan
subjek yang berbohong akan mencari-cari celah kebenaran di antara
kebohongan yang besar.
31
Subjek yang jujur akan memberikan tanggapan secara spontan (cepat) ---
Peduli dengan siapa pelaku, apa motivasinya, kenapa, bagaimana
peristiwa itu terjadi.
Subjek yang bohong memberikan jawaban yang sudah dihafalkan atau
dilatihnya berulang-ulang ---Lebih peduli dengan bukti apa yang tercecer,
ada orang lain yang tahu, ada yang sudah membocorkan, apakah
kebohongannya menyakinkan.
Jawaban Hafalan, Noncontractual denial (Bentuk jawaban pendek atau
terpotong. Ex : Tidak tahu, bukan saya), Contractual denial (Bentuk
jawaban daftar atau listing).
7. Paralinguistic Behavior
Paralinguistic behavior merupakan sumber terbaik untuk mendeteksi
kebohongan
Responde Latency (periode hening)
o Menunjukkan rentang waktu antara kata terakhir dari pertanyaan
dengan kata pertama dari jawaban subjek.
o Tanggapan yang ‘tertunda’ untuk sebuah pertanyaan sederhana
patut dicurigai.
Early Response (periode lebih awal)
Secara umum early responde diperoleh dari subjek yang
memberikan keterangan secara jujur dan gugup pada saat awal
dilakukan wawancara
Subjek yang berbohong tidak akan mengulangi jawaban karena
sangat segan menjawab pertanyaan yang menyudutkan.
Early respon di tengah dan akhir wawancara : Subjek jujur semakin
tenang dalam memberikan keterangan karena dapat
mengendalikan rasa gugup, subjek bohong semakin gelisah karena
merasa semakin tersudutkan.
Response Length (Panjang Respon)
Secara statistic, penelitian menunjukkan bahwa subjek jujur
memberikan keterangan yang lebih detail dan berkeinginan
memberikan keterangan selengkap mungkin dan dapat
memberikan informasi tambahan yang tidak diminta investigator.
Subjek bohong memberikan jawaban yang singkat karena sekedar
memenuhi syarat dan khawatir keterangan yang detail akan saling
bertentangan.
32
Response delivery (penyampaian jawaban)
o Penyampaian jawaban terlihat dari kecepatan (rate), tinggi
rendahnya nada (pitch) dan kejelasan (clarity). Rate, pitch, clarity
bisa konsisten dan berkesesuaian tetapi bisa juga saling
bertentangan.
o Subjek yang jujur memberikan jawaban dengan berbicara secara
jelas dan volume yang terjaga. Subjek bohong cenderung
memberikan jawaban dengan suara pelan, tidak jelas dan
menggumam (mumble).
Continuity of the Response (kelanjutan dari jawaban)
Jawaban jujur mengalir dengan bebas yang merupakan respon
yang spontan dan sebenarnya. Keterangan mengalir sebagai satu
alur piker dan kalimat tersusun dengan baik dan tidak meloncat-
loncat
Jawaban bohong berperilaku berhenti-kemudian-jalan (stop and
start behavior)
Erasure Behavior (perilaku penghapusan)
- Dalam kehidupan sehari-hari, setelah mengatakan sesuatu yang
kedengarannya tidak menyenangkan lawan bicara, seseorang
sering mengatakan ‘Cuma bercanda kok’ diiringi gerakan alis dan
senyum. Gerakan ini mempunyai efek ‘menghapus konotasi
tersirat’ dalam percakapan.
- Perilaku lain yang termasuk erasure behavior seperti batuk-batauk,
tertawa, mendehem, dll setelah menyampaikan bantahan.
8. Interogasi
Sebelum dilakukan interogasi, investigator harus mengetahui secara
mendalam semua investigative information yang relevan dengan kejahatan
tersebut, termasuk informasi dari saksi-saksi, informasi mengenai bagaimana
kejahatan dan tersangkanya terungkap. Informasi latar belakang tersangka
yang akan diinterogasi.
Investigator akan berhadapan dengan subjek yang emosional atau subjek
yang non-emosional.
a. Subjek emosional
- Subjek emosional postur tubuhnya tidak kaku, lebih terbuka dan
matanya basah/sembab
33
- Taktik dan teknik investigasi yang tepat harus didasarkan pada
pendekatan yang simpatik dan perlu menunjukkan sikap ikut prihatin
dengan apa yang dialami
b. Subjek nonemosional
- Subjek nonemosional tidak merasa ada beban, hati nuraninya tidak
terusik dengan kejahatan yang dilakukan atau konsekuensi dari
kejahatan yang dilakukannya
- Strategi dan Teknik terbaik dalam menghadapi subjek yang
nonemosional adalah menyodorkan fakta atau pendekatan analisi
fakta. Yang harus dibangkitkan adalah rasio atau nalarnya bukan
emosinya
Langkah melakukan interogasi:
a. Direct, Positive Confirmation
o Investigator mengkonfirmasi tersangka secara tegas
o Direct positive confirmation dilakukan dalam kalimat yang singkat,
langsung, terarah dan tegas. Tidak ada alasan bagi tersangka untuk
tidak mengerti
o Behavior tersangka: Menghindari kontak mata dengan investigator;
Mendramatisasi gerak gerik fisik, menggerakkan kepala ke depan dan
ke belakang, menyentuh rambut
b. Interrogation Theme
Perbedaan tersangka yang merasa bersalah dengan yang tidak
mengaku bersalah adalah pembenaran (justification) untuk melakukan
kejahatan
Tersangka yang merasa bersalah melakukan pembenaran ketika atau
sebelum melakukan kejahatan. Melemparkan kesalahan, menjauhi
dirinya sendiri dan menginternalisasi pembenaran untuk perilaku yang
menyebabkan kecemasan adalah naluri alamiah manusia
Tersangka yang merasa tidak bersalah tidak pernah memikirkan
pembenaran untuk melakukan kejahatan dan otomatis tidak bisa
menangkap theme dari investigator
c. Handling Denials
- Denials merupakan strategi pertahanan yang alamiah dan digunakan
oleh orang yang bersalah dan tidak bersalah
- Denials dapat berbentuk verbal ataupun nonverbal seperti
menggelengkan kepala
34
- Denial pada dasarnya adalah pernyataan bahwa tuduhan itu palsu,
tidak benar, salah alamat, atau keliru
- Tujuan dari handling denial adalah mencegah tersangka meluncurkan
denial yang tidak perlu dan hanya akan mengganggu perhatiannya dari
tema interogasi dan upaya lanjutan dari investigator untuk
mengungkapkan kebenaran
d. Overcoming Objections
Objection merupakan strategi menyerang (offensive strategies) dari
pelaku yang bersalah. Objection yang diajukan tersangka dirumuskan
dalam bentuk alasan ekonomi, agama, jabatan atau moral mengapa ia
tidak akan melakukan apa yang disangkakan
Langkah overcoming objection: ---Kenali keberatan, Hargai keberatan,
Membalikkan keberatan
35
pasal -pasal dalam UU, tidak bersifat ancaman, dan tidak menjanjikan
keringanan hukuman
- Tersangka yang tidak merasa bersalah akan menolak pilihan apa pun
dalam pertanyaan alternative dan akan gigih mempertahankan
ketidakbersalahannya
B. OPERASI PENYAMARAN
Dua bentuk covert operation:
36
2. Surveillance Operations (Operasi Pengintaian)
- Merupakan pengamatan terencana terhadap manusia, tempat, atau objek
untuk memperoleh segala informasi tentang pelaku kejahatan.
- Mobile surveillance
- Fixed surveillance
- Bertujuan untuk memperoleh informasi akurat tentang tempat tinggal, lokasi
usaha, atau lokasi lainnya di mana kejahatan tengah terjadi
- Teknik loose surveillance (longgar) : target tidak perlu diamati secara terus
menerus
- Teknik close surveillance (ketat) : target diamati secara terus menerus
walaupun targer menyadari sedang dilakukan pengintaian
37
PERTEMUAN 12
PERHITUNGAN KERUGIAN NEGARA & TEKNIK LAIN PENGUNGKAPAN FRAUD
A. AHLI VS SAKSI
Saksi: orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri (kuhap psl 1 butir 26)
Ahli: seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara guna kepentingan pemeriksaan (KUHAP Pasal 1 butir
28)
Keterangan seorang saksi mengenai apa yang dialami (melihat, mendengar,
mengetahui, merasakan) saksi itu sendiri secara langsung bukan dari keterangan
orang lain (hearsay atau testimoni)
Keterangan ahli adalah mengenai suatu penilaian (pendapat) mengenai hal-hal
tertentu yang telah nyata ada dan pengambilan kesimpulan mengenai hal-hal itu
38
Harga Pokok
Opportunity cost
Bunga sebagai unsur Kerugian Keuangan Negara
Kerugian Negara saat PBJ
Mark-up
o Harus dibuktikan adanya pengaturan anggaran, proses pengadaan
(lelang)
o Harga yang terbentuk adalah harga yang tidak wajar
Kualitas barang
o Perlu bantuan ahli untuk menentukan kualitas barang yang diterima
o Auditor harus memastikan bahwa persepsi ahli teknik harus sama
dengan auditor mengenai apa yang akan dihitung
o Auditor tidak boleh meyakini sebagian dan menggunakan serta
menolak sebagian yang lain dan tidak menggunakannya
Kuantitas (volume) Barang
o Perlu mengkaji apakah perbedaan tersebut dikarenakan adanya
contract change order (cco) yang didukung oleh aturan main yang
berlaku atau karena adanya kolusi
o Untuk fisik yang bersifat teknis, auditor memerlukan bantuan tenaga
ahli menghitung kuantitas fisik yang terpasang
o Cek fisik yang dilkaukan auditor hanya bersifat observasi untuk
meyakinkan keberadaan dan kemanfaatannya
39
PERTEMUAN 13
PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD)
A. PENYEBAB KECURANGAN
B. KELOMPOK FRAUD
Davia et al. dalam tuanakotta (2010:272) mengelompokkan fraud dalam tiga kelompok.
KELOMPOK FRAUD
I II III
Fraud yang sudah ada Fraud yang ditemukan, Fraud yang belum
tuntutan hukum tetapi belum ada ditemukan
(prosecution) tanpa tuntutan Hukum
memperhatikan
bagaimana keputusan
pengadilan Sangat sulit diketahui,
Untuk fraud yang telah (mungkin) hanya Tuhan dan
ditemukan tetapi belum pelaku yang mengetahui.
Laporan kinerja instansi
ada tuntutan hukum lebih Pertanyaan yang dapat
penegak hukum seperti KPK,
sulit untuk diketahui diajukan :
POLRI, KEJAKSAAN
karena adanya lembaga • Berapa dari fraud universe
Laporan Kinerja Mahkamah perlindungan hukum yang ini yang telah ditemukan?
Agung khususnya yang sering dimanfaatkan Telah ditemukan dan
berkaitan dengan penanganan tertuduh yakni terdapat tuntutan hukum ?
tindak pidana korupsi, pencemaran nama baik • Apakah Fraud kelompok
pencucian uang, kejahatan (demafation / slander dan II dan III lebih berbahaya
perbankan. libel) dari Kelompok I?
(20% dari fraud universe) (40% dari fraud universe) (40% dari fraud universe)
40
C. MEMBANGUN PENGENDALIAN INTERNAL
1. Definisi Pengendalian Internal sebelum September 1992 (Pra Coso)
Pengendalian Internal merupakan kondisi yang diinginkan, atau merupakan hasil, dari
berbagai proses yang dilaksanakan suatu entitas untuk mencegah (prevent) dan
menimbulkan efek jera (deter) terhadap fraud.
2. Definisi setelah 1992 – COSO
Pengendalian Internal merupakan suatu proses yang dirancang dan dilaksanakan oleh
Dewan, manajemen dan pegawai untuk memberikan kepastian yang memadai dalam
mencapai kegiatan usaha yang efektif dan efisien, kehandalan laporan keuangan, dan
kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lainnya yang relevan.
Tiga bidang yang dirujuk:
a. Pertama, definisi COSO langsung menyinggung tujuan bisns yang paling mendasar
yakni pencapaian sasaran-sasaran kinerja dan profitabilitas, dan pengamanan
sumber daya.
b. Kedua, berkenaan dengan pembuatan laporan keuangan yang handal, termasuk
laporan-laporan interim dan pengumuman kepada khalayak ramai seperti terbitan
mengenai laba.
c. Ketiga, definisi ini menekankan ketaatan kepada ketentuan perundang-undangan.
3. Definisi Pengendalian Internal AICPA
Statement on Auditing Standards (SAS) No.53, April 1988, Untuk tujuan audit saldo
laporan keuangan, struktur pengendalian intern suatu entitas terdiri atas tiga unsur:
lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur-prosedur pengendalian.
41
4. Fraud Specific Internal Control
Pengendalian Internal merupakan suatu sistem dengan proses dan prosedur yang
bertujuan khusus, dirancang dan dilaksanakan untuk tujuan utama, kalau bukan satu-
satunya tujuan, untuk mencegah dan menghalangi (dengan membuat jera) terjadinya
fraud.
• Pengendalian Internal yang dibangun tidak dapat dibuat ‘seragam’ – one size fits all
• Setiap organisasi atau perusahaan adalah bervariasi dan memiliki keunikan tersendiri
• Secara prinsip Pengendalian Internal harus dirancang sedemikian rupa agar dapat
tanggap atau responsif terhadap kebutuhan entitas yang bersangkutan.
42
b. Pengendalian Intern Aktif kasat mata atau dapat diduga dan dapat ditembus.
Pengendalian Intern Pasif dilain pihak tidak kasat mata dan tidak dapat diduga (orang
yang tertangkap tangan seolah-olah mendapat lotere atau terkutuk) dan karenanya
tidak terelakkan. Dalam Pengendalian Intern Pasif pertanyaannya adalah seberapa
nekadnya si calon pelaku.
43
5. Pemindahan Tugas (Rotation of Key Personnel)
Rotasi karyawan kunci merupakan Pengendalian Intern Pasif yang efektif kalau
kehadirannya merupakan persyaratan utama dalam melakukan fraud. Seorang
supervisor di bank harus ada di bank kalau ia menyelewengkan uang pelanggab yang
mendapat kesan bahwa itu transaksi bank yang sah. Kalau ia harus mengambil cuti
dan tugasnya diambil alih oleh rekannya, mekanisme pengawasannya berjalan tanpa
biaya tambahan.
F. FRAUD PREVENTION-ACFE
Meningkatkan Persepsi deteksi:
1. Prosedur Audit yang Proaktif
Tujuan: mengirim pesan bahwa manajemen sangat peduli terhadap pencegahan
korupsi dan menekan seminimal mungkin tingkat keterjadian fraud.
Teknik yang dapat dipergunakan:
• Analytical review
• Fraud assessment questioning
A non-accusatory interview technique yang dipergunakan dalam standara audit.
Exp – apakah pernah diminta oleh seseorang untuk melakukan sesuatu yang
illegal?
• Surprise audit where possible bertujuan meningkatkan awereness pegawai
tentang upaya deteksi dan menemukan fraud yang telah terjadi
2. Pendidikan Anti-Fraud untuk Pegawai
Kebijakan-kebijakan yang dibangun untuk mengedukasi para manajer, eksekutif, dan
para pegawai tentang Fraud. Media edukasi dapat berupa program training resmi,
organization-wide emails and voice mails, atau media komunikasi internal lainnya.
Tujuan yang ingin dicapai adalah para manajer, eksekutif atau karyawan mau bersuara
bila terjadi fraud atau menemukan potensi fraud.
Materi yang bisa diberikan:
• Apa itu fraud dan yang bukan fraud
• Bagaimana organisasi bisa menderita karena fraud
• Bagaimana kerugian yang akan dialami pegawai bila terjadi fraud
• Siapa pelaku / potensi pelaku fraud
• Bagaimana cara mengidentifikasi dan melaporkan fraud
3. Penegakkan Kewajiban Cuti dan Rotasi
Banyak fraud yang terungkap ketika seorang pegawai atau manajer sedang melakukan
cuti / diminta istirahat karena sakit.
44
Metode lain yang dapat dipergunakan adalah dengan melakukan rotasi atau mutasi
secara periodic untuk meningkatkan kepedulian seluruh pegawai atau eksekutif
tentang pencegahan dan deteksi fraud.
4. Pengawasan Manajemen yang Efektif
Manajemen harus diedukasi untuk mengawasi perubahan gaya hidup karyawan di luar
batas kewajaran seperti pembelian mobil mewah, liburan extravagant, branded
fashions. Perubahan gaya hidup karyawan atau manajer merupakan indikasi adanya
perbuatan fraud yang telah terjadi atau sedang terjadi.
5. Program Pelaporan
Media Pelaporan keluhan (whistle blowing system) merupakan bagian integral dari
sistem kebijakan anti korupsi dan karyawan harus mengetahui dan memiliki akses
untuk melaporkan setiap aktifitas yang mencurigakan atau menyimpang.
6. Tone of The Top
Komitmen Board and Senior Management yang dinyatakan secara jelas tentang
etika (ethics) dan kepatuhan terhadap peraturan (compliance) sebagai bagian dari
Program Anti-Fraud Cultures organisasi
Setiap pelanggaran yang terjadi dan dilakukan oleh siapapun tidak akan
ditoleransi dan dilakukan penegakan hukum
Membangun sistem manajemen keterbukaan dan bersedia mendengarkan
keluhan yang disampaikan pegawai khususnya yang berkaitan dengan ethics and
compliance
7. Manajemen Kinerja dan Pengkuran Kinerja
Tersedia job description yang jelas dan proses penilaian (measurement) thd
kinerja
Tersedia training bagi karyawan untuk mencapai kinerja
8. Background Checks
Melakukan pemeriksaan atas peristiwa masa lalu calon pegawai yang akan
bergabung dengan organisasi khususnya yang terkait dengan pelanggaran
hokum
Background checks juga perlu dilakukan dalam proses promosi dan mutasi
pegawai.
9. Menangani Insiden Kecurangan yang diketahui
G. PENCEGAHAN KORUPSI
UU No 32 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TPK) telah memberikan
legitimasi dan kewenangan kepada KPK untuk :
45
1. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi (pasal 6 huruf d)
Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan
penyelenggara negara
Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
Menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap jenjang
pendidikan
Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan
TPK
Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum
Melakukan kerja sama bilateral atau multirateral dalam pemberantasan TPK
2. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara (pasal 6 huruf e)
Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua
lembaga negara dan pemerintah
Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan
perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian sistem pengelolaan administrasi
trsebut berpotensi korupsi
Melaporkan kepada Presiden RI, DPR dan BPK jika saran KPK mengenai usulan
perubahan tersebut tidak diindahkan
Tiga faktor utama di dalam mencegah kecurangan untuk menciptakan budaya jujur,
keterbukaan dan saling menolong adalah:
1. Merekrut orang-orang yang jujur dan menyediakan pelatihan kesadaran kecurangan.
2. Menciptakan lingkungan kerja yang positif.
3. Menyediakan program saling menolong antar karyawan (Employee Assistance
Program/EAP) dimana dapat membantu seorang karyawan bila menghadapi tekanan
dalam bekerja.
Cara untuk menciptakan budaya jujur,
Langkah-langkah
keterbukaan dan saling menolong
a. Verifikasi seluruh informasi dalam
1. Merekrut orang-orang yang jujur dan
berkas lamaran
menyediakan pelatihan kesadaran
b. Mensyaratkan seluruh pelamar untuk
kecurangan
menjamin bahwa seluruh informasi
dalam berkas lamaran mereka benar
46
c. Manajemen pelatihan untuk
mengadakan interview yang cakap dan
teliti.
Dari setiap metode diatas akan mengurangi baik kesempatan aktual atau kesempatan
yang dirasakan untuk melakukan kecurangan.
47
1. Pengendalian Internal yang Baik
Kerangka Pengendalian Internal COSO:
a. Lingkungan pengendalian yang baik
b. Proses Penilaian Risiko yang baik
c. Seperangkat kegiatan pengendalian
d. Sistem informasi dan komunikasi
e. Proses pengawasan kepatuhan terhadap pengendalian
Kegiatan Pengendalian:
a. Pemisahan tugas/kewajiban
Pencegahan
b. Otorisasi
c. Pengendalian Fisik
d. Pengujian Independen Pendeteksian
e. Dokumentasi n
Sebuah program Whistle-Blowing yang baik adalah salah satu alat pencegahan fraud
terbaik.
48
c. Penuntutan
5. Menjalankan Audit Fraud yang Proaktif
Audit Kecurangan yang baik terdiri atas 4 langkah:
a. Identifikasi fraud risk exposure
b. Identifikasi gejala fraud pada tiap exposure
c. Menyusun program audit yang secara proakif mencari gejala dan exposure
d. Investigasi gejala Fraud yang teridentifikasi
1. Peristiwa kecurangan
3. Tindakan
Model ini mempunyai karakteristik 4 tahapan. Tahap pertama adalah saat peristiwa
kecurangan terjadi didalam perusahaan, tahap kedua adalah investigasi yang melibatkan
pihak security dan internal audit dalam melakukan wawancara serta memeriksa
catatan/dokumen yang terkait dengan pelaporan. Setelah tahap investigasi telah selesai,
maka tahap ketiga berikutnya adalah tindakan apa yang harus dilakukan terhadap pelaku
kecurangan. Tahap 4 adalah pemecahan masalah yang dilakukan untuk memperbaiki hal-hal
apa yang telah dirusak oleh kecurangan tersebut.
49
K. FRAUD-FIGTHING MODEL
3. Integritas penilaian risiko dan memiliki sistem pengendalian internal yang baik
50
PERTEMUAN 14
PENGELOLAAN RISIKO FRAUD
51
Tujuan Fraud Risk Assesment:
1. Membantu organisasi untuk mengenali bagian yang membuatnya paling rentan
terhadap fraud dengan mengidentifikasi di mana fraud paling mungkin terjadi,
memungkinkan tindakan proaktif untuk dipertimbangkan dan diterapkan untuk
mengurangi kemungkinan hal itu bisa terjadi
2. Pola pikir yang dapat dipergunakan
a. Bagaimana pelaku mampu mengekploitasi kelemahan internal control
b. Bagaimana pelaku mampu mengesampingkan (override) internal control
c. Bagaimana pelaku mampu menyembunyikan fraud
Manfaat:
1. Meningkatkan komunikasi dan kesadaran terkait fraud
Komunikasi yg terbuka dan kepedulian terhadap Fraud dapat menekan pelaku
potensial untuk melakukan rasionalisasi terhadap Fraud
2. Mengidentifikasi area apa yang paling rentan terhadap fraud
Mengidentifikasi perusahaan yang paling rentan terhadap fraud dan aktivitas
apa yang menempatkannya pada risiko terbesar
3. Mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab untuk menempatkan
organisasi pada risiko terbesar
4. Mengembangkan rencana untuk memitigasi risiko fraud
Pengembangan dari tahap identifikasi aktifitas dan pihak2 yang dapat
memberikan potensi fraud terjadi di organisasi
5. Membangun teknik untuk menginvestigasi dan menentukan apakah telah
terjadi penipuan di area berisiko tinggi
6. Assess IC - Peluang untuk melihat kembali efektifitas IC dengan cara:
a. Pengendalian yang telah berkurang karena proses restrukturisasi dan
reengineering proses bisnis
b. Potensi kolusi
c. Area yang rentan terhadap fraud
d. Keterbatasan inherent dari IC
7. Mematuhi peraturan dan standar professional
52
d. Auditor menguji IC yg telah dibangun manajemen
e. Auditor terdidik untuk mengidentifikasi dan menguji resiko
2. The right sponsor (orang yang akan mendukung proses assessment)
a. An independent BOD atau Komite Audit atau CEO
b. Punya sikap menghormati proses bisnis yang baik (GCG)
c. Punya sikap jujur tentang kerentanan (vurnerability) organisasi terhadap fraud
d. Bukan pendukung rasionalisasi atau penghindar (denial)
3. Independensi dan objektivitas orang yang memimpin dan melaksanakan
pekerjaan
Memperhatikan bias pribadi yang mungkin mereka miliki terkait organisasi dan
orang-orang di dalamnya, dan mereka harus mengambil langkah-langkah untuk
mengurangi semua bias yang mungkin memengaruhi proses penilaian risiko
penipuan
4. Pengetahuan bisnis yang baik
a. Penilai risiko fraud tahu apa yang dilakukan bisnis dan bagaimana bisnis itu
beroperasi
b. Memiliki pemahaman tentang apa yang membuat organisasi serupa dan
berbeda dari organisasi lain
5. Memiliki akses ke semua orang di semua tigkat organisasi
Penting untuk mendengarkan dan memperhatikan persepsi/pandangan dari setiap
orang di semua level dalam proses risk assessment
6. Engendered trust
Raih rasa percaya dari segenap direksi dan karyawan pada semua level untuk
memperoleh gambaran nyata atau fakta tentang proses bisnis, budaya organisasi,
dan kerentanan organisasi terhadap fraud
7. The ability to think the unthinkable
a. Proses risk assessment harus mampu mengantisipasi fraud terburuk yang
dapat terjadi di organisasi
b. Berpikir lah seperti pelaku kejahatan dalam proses risk assessment
8. A plan to keep it alive and relevant
Proses risk assessment harus tetap sebagai dialog yang terbuka dan terus
menerus, ada tindakan nyata dari manajemen dan proses ini selalu update dengan
kegiatan organisasi
53
F. Pertimbangan untuk mengembangkan penilaian risiko fraud yang efektif
Packaging it correctly
One size does not fit all
Keeping it simple
54
4. Review and revision
The organisation assess the substantial changes that might affect its strategies
and objectives
The organisation reviews its risk and performance
The organisation pursues improvement in enterprise risk management
5. Information, communication and reporting
The organisation leverages information and technology to support ERM
The organisation communicates risk information
The organisation reports on risk, cultures and performance throughout the entity
B. Fraud
Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum
dilakukan dengan sengaja
untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan yang keliru terhadap pihak
lain)
dilakukan orang-orang dari dalam ataupun dari luar organisasi
untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan pihak lain.
C. Unsur-Unsur Fraud
Adanya perbuatan-perbuatan yang melawan hukum.
Dilakukan orang-orang dalam/ luar organisasi
Untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun kelompok
Secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain
D. Fraud-TPK
UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang Undang Nomor 20Tahun 2001, tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
7 Klasifikasi Fraud- 30 jenis TPK adalah sebagai berikut:
1. Kerugian keuangan Negara;
2. Suap menyuap;
55
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan;
5. Perbuatan curang;
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan; dan
7. Gratifikasi
E. Risiko Fraud
Risiko adalah sesuatu yang kurang menyenangkan/ membahayakan sebagai akibat
dari perbuatan atau tindakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
dimaksudkan sebagai fraud (sesuatu yang kurang menyenangkan, setidaknya dari sisi
akibat yang ditimbulkan) yang mungkin terjadi sebagai akibat dari sesuatu perbuatan
atau tindakan
3 Aspek Penyebab Fraud
1. Aspek Institusi /Administrasi
2. Aspek Manusia
3. Aspek Sosial Kemasyarakatan
Penyebab Fraud
1. Niat (intent)
Niat adalah karakteristik yang membedakan korupsi dari kesalahandan kelalaian
dalam proses akuntansi dan pelaporan pada suatu organisasi. Pelaku berniat
melakukan korupsi untuk keuntungan dirinya atau orang lain dan merugikan pihak
lain.
2. Motif
Motif Apakah suatu hal memaksa seseorang melakukan fraud atau terikat
melakukan perbuatan yang melanggar aturan. Motif melakukan fraud
dikelompokkan menjadi motif internal dan motif eksternal. Motif tersebut dapat riil
atau persepsi.
56
Masalah perjudian;
Merasakan tekanan untuk mencapai gaya hidup tertentu
3. Kesempatan (opportunity)
Kesempatan riil merupakan suatu kondisi yang dapat merubah motif menjadi
tindakan.
Kesempatan umumnya tergantung pada kualitas pengendalian intern suatu
organisasi.
Kelemahan dalam rancangan pengendalian keuangan.
Kelemahan dalam penerapan pengendalian keuangan
Potensi untuk mengesampingkan pengandalian keuangan
4. Penyembunyian (concealment)
Proses menyembunyikan kecurangan akan meninggalkan jejak
kertas/dokumen yang, jika diinvestigasi secara tepat, dapat menuju kepada
terungkapnya kecurangan
Karena fakta bahwa penyembunyian adalah hal yang dibutuhkan (oleh pelaku)
dan karena meninggalkan jejak, maka kadang lebih praktis untuk mendeteksi
kecurangan daripada berupaya untuk mencegahnya.
5. Pembenaran (rationalization)
Pembenaran merupakan unsur yang membenarkan seseorang yang berniat
melakukan fraud. Pembenaran juga memperpanjang kelangsungan Fraud yang
belum terdeteksi.
57
Tidak ada orang yang saya rugikan;
Itu untuk maksud yang baik;
Saya memberikan lebih dari itu;
Kita akan segera memperbaiki buku setelah menyelesaikan masalah
keuangan ini.
58
2. Mengidentifikasi area yang berisiko
Identitifikasi kemungkinan terjadinya:
a. mengidentifikasi proses atau kegiatan utama organisasi
b. pemeringkatan risiko
59
b. Mengenali Tanda-Tanda Lingkungan (Environmental Red Flags)
Filosofi manajemen yang kurang baik
Posisi keuangan kurang baik
Loyalitas karyawan rendah
Kebingungan tentang Etika
Penelitian latar belakang yang kurang tepat
Ketiadaan Programbantuan untuk Karyawan
c. Mengenali Tanda-Tanda Penyimpangan Individu
Faktor Keuangan
Sebagian besara korupsi dilakukan karenakebutuhan keuangan
Kebiasaan Personil
Kebiasaan buruk personil seperti: Penjudi, alkohol, minuman, keras, Narkoba
Perasaan Individu
60
Kegiatan bisnis adalah dinamis dan pengendalian yang ada perlu dipantau untuk dikaji
apakah masih selaras dengan tujuan organisasi atau tidak.
Kelompok manajemen risiko seharusnya diberdayakan untuk memantau efektivitas
tindakan yang diambil dalam setiap area/bidang/program karena dapat dipengaruhi
faktor internal dan eksternal.
Risiko
kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yg berdampak thd pencapaian sasaran
orgamsasi.
Prinsip2 MR
1. inklusif;
2. komprehensif dan sistematis;
3. terintegrasi dengan proses orgamsasi secara keseluruhan;
4. efektif dan efisien;
5. berdasarkan pada informasi terbaik yg tersedia;
6. dinamis; dan
7. perbaikan terus menerus
Implementasi MR
a. pengembangan budaya sadar Risiko; dalam bentuk: 1)komitmen pimpinan utk
mempertimbangkan Risiko dlm setiap pengambilan keputusan; 2) komunikasi yang
berkelanjutan kepada seluruh jajaran organisasi mengenai pentingnya MR baik
bersifat top-down maupun bottom-up; 3) penghargaan terhadap organisasi dan/ atau
61
pegawai yg dapat mengelola Risiko dgn baik; dan 4) pengintegrasian MR dalam
proses bisnis organisasi.
b. pembentukan struktur MR; terdiri atas: 1) Unit Pemilik Risiko (UPR), merupakan unit
pemilik peta strategi yg bertanggung jawab melaksanakan Proses MR atas sasaran
organisasi sesuai tu-si unit; 2) Unit kepatuhan Manajemen Risiko; dan 3) Inspektorat
Jenderal.
c. penerapan Kerangka Kerja Manajemen Risiko, dengan alur: 1) perumusan sistem MR;
2) proses MR; dan 3) monitoring dan evaluasi sistem MR.
Proses MR
Kategori Risiko
Risiko Fraud
62
63