Anda di halaman 1dari 94

1

DAFTAR ISI

RESUME AKK PERTEMUAN 8................................................................................................................... 3


A. PSAK 46: PAJAK PENGHASILAN ................................................................................................... 3
B. PSAK 70: AKUNTANSI ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK ...................................... 10
C. CONTOH SOAL ........................................................................................................................... 11
RESUME AKK PERTEMUAN 9................................................................................................................. 15
A. PSAK 8: PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN ................................................................. 15
B. PSAK 24: AKUNTANSI IMBALAN KERJA ..................................................................................... 16
C. PSAK 25: KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN KESALAHAN ..... 19
D. PSAK 57: PROVISI ...................................................................................................................... 20
RESUME AKK PERTEMUAN 10 .............................................................................................................. 25
A. Definisi Instrumen Keuangan .................................................................................................... 25
B. Jenis Instrumen Keuangan ........................................................................................................ 25
C. Pengungkapan Instrumen Keuangan ........................................................................................ 25
D. Klasifikasi Instrumen Keuangan ................................................................................................ 26
E. Pengakuan Awal ........................................................................................................................ 28
F. Penghentian Pengakuan ........................................................................................................... 28
G. Penghentian Pengakuan Liabilitas Keuangan ........................................................................... 28
H. Penurunan Nilai......................................................................................................................... 29
RESUME AKK PERTEMUAN 11 .............................................................................................................. 30
A. Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing (PSAK 10) ................................................................... 30
B. Transaksi Derivatif (PSAK 55) .................................................................................................... 32
C. Akuntansi Lindung Nilai (PSAK 71) ............................................................................................ 34
RESUME AKK PERTEMUAN 12 .............................................................................................................. 37
A. PSAK 23 Pendapatan ................................................................................................................. 37
B. PSAK 72 Pendapatan Dari Kontrak Dengan Pelanggan ............................................................. 41
C. Contoh SOAL ............................................................................................................................. 46
RESUME AKK PERTEMUAN 13 .............................................................................................................. 48
A. Definisi Kontrak Sewa ............................................................................................................... 48
B. Akuntansi Penyewa ................................................................................................................... 49
C. Akuntansi Pesewa ..................................................................................................................... 52
D. Aplikasi Penerapan Standar dalam LK....................................................................................... 54

1
RESUME AKK PERTEMUAN 14 .............................................................................................................. 56
A. Konsep Akuntansi Syariah ......................................................................................................... 56
B. Laporan Keuangan Syariah........................................................................................................ 58
C. Transaksi Syariah: Mudharabah, Murabahah, Musyarokah, Salam, Istina, Ijarah ................... 66
D. Asuransi Syariah ........................................................................................................................ 85
E. Wakaf ........................................................................................................................................ 89

3
RESUME AKK PERTEMUAN 8

A. PSAK 46: PAJAK PENGHASILAN


Isu utama dalam perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bagaimana
menghitung konsekuens pajak kini dan masa depan untuk hal berikut ini:
a. Pemulihan (penyelesaian) masa depan jumlah tercatat aset (liabilitas) yang diakui
dalam laporan keuangan entitas; dan
b. Transaksi dan peristiwa lain pada periode berjalan yang diakui dalam laporan
keuangan entitas.
Dasar Pengenaan Pajak
Dasar pengenenaan pajak aset adalah jumlah yang dapat dikurangkan, untuk tujuan
pajak, terhadap setiap manfaat ekonomik kena pajak yang akan mengalir ke entitas ketika
memulihkan jumlah tercatat aset tersebut. Bila manfaat ekonomik tidak dikenakan pajak,
maka DPP aset tersebut sama dengan jumlah tercatat.
DPP pajak atas liabilitas adalah jumlah tercatat liabilitas, dikurangi dengan setiap jumlah
yang dapat dikurangkan untuk tujuan pajak berkenaan dengan liabilitas tersebut pada periode
masa depan. Dalam pendapatan diterima di muka, maka DPP yang ditimbulkan liabilitas
tersebut adalah jumlah tercatat liabilitas dikurangi setiap jumlah pendapatan yang tidak
dikenakan pajak pada periode masa depan.

1. Pengakuan Aset Pajak Kini dan Liabilitas Pajak Kini


Jumlah pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya yang belum dibayar
diakui sebagai liabilitas. Jika jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan
periode-periode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang untuk periode tersebut,
maka kelebihannya diakui sebagai aset. Manfaat terkait dengan rugi pajak yang dapat ditarik
untuk memulihkan pajak kini dari periode sebelumnya (sepanjang diizinkan dalam peraturan
pajak) diakui sebagai aset.

2. Pengakuan Aset Pajak Tangguhan dan Liabilitas Pajak Tangguhan


Seluruh perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan, kecuali
perbedaan temporer kena pajak yang timbul dari:
a. Pengakuan awal goodwill; atau
b. Pengakuan awal aset atau liabilitas dari transaksi yang:
• Bukan kombinasi bisnis; dan
• Pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi atau laba kena pajak
(rugi pajak).

3
Akan tetapi, untuk perbedaan temporer kena pajak terkait investasi pada entitas anak,
cabang dan entitas asosiasi, serta kepentingan dalam pengaturan bersama, maka liabilitas
pajak tangguhan diakui sesuai penjelasan lebih lanjut dibawah.
a. Kombinasi Bisnis
Dengan pengecualian terbatas, aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang
diambil alih dalam kombinasi bisnis diakui pada nilai wajar pada tanggal akuisisi. Perbedaan
temporer timbul jika DPP aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas diambil alih tidak
terpengaruh oleh kombinasi bisnis atau terpengaruh dengan cara berbeda.
b. Aset Dicatat pada Nilai Wajar
SAK mengizinkan atau mensyaratkan aset tertentu dicatat pada nilai wajar atau
direvaluasi. Dalam hal ini, revaluasi atau penyajian kembali lain pada aset ke nilai wajar
mempengaruhi laba kena pajak (rugi pajak) untuk periode berjalan, maka DPP aset
disesuaikan sehingga tidak ada perbedaan temporer. Tetapi, jika revaluasi atau penyajian
kembali lain dari aset tidak mempengaruhi laba kena pajak pada periode revaluasi atau
penyajian kembali lain tersebut, maka DPP aset tidak disesuaikan sehingga terdapat
perbedaan temporer.
c. Goodwill
Goodwill yang timbul dari kombinasi bisnis diukur sebagai selisih lebih (a) terhadap (b) di
bawah ini:
a. Nilai gabungan dari:
• Imbalan yang dialihkan yang diukur sesuai PSAK 22 yang pada umumnya
mensyaratkan nilai wajar pada tanggal akuisisi.
• Jumlah setiap kepentingan nonpengendali pada pihak diakuisisi sesuai dengan
PSAK 22
• Dalam kombinasi bisnis bertahap, nilai wajar pada tanggal akuisisi dari
kepentingan entitas yang sebelumnya dimiliki oleh pihak pengakuisisi pada
pihak diakuisisi.
b. Selisih jumlah dari aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih
pada tanggal akuisisi diukur sesuai dengan PSAK 22.
d. Perbedaan Temporer yang Dapat Dikurangkan
Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer dapat dikurangkan
kemungkinan besar laba kena pajak akan tersedia sehingga perbedaan temporer dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi laba dimaksud, kecuali jika aset pajak tangguhan timbul dari
pengakuan awal aset atau pengakuan awal liabilitas dalam transaksi yang:
a. Bukan kombinasi bisnis

4
b. Pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi atau laba kena pajak (rugi
pajak).
Akan tetapi, untuk perbedaan temporer dapat dikurangkan yang terkait dengan investasi pada
entitas anak, cabang dan entitas asosiasi, serta kepentingan dalam pengaturan bersama,
maka aset pajak tangguhan diakui sebagaimana dijelaskan dibawah.
e. Goodwil
Jika jumlah tercatat goodwill yang timbul dalam kombinasi bisnis lebih rendah dari dasar
pengenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut menimbulkan aset pajak tangguhan.
f. Pengakuan Awal Aset atau Liabilitas
Salah satu contoh aset pajak tangguhan ketika pengakuan awal aset adalah ketika hibah
pemerintah terkait aset tidak kena pajak mengurangi jumlah tercatat aset, tetapi untuk tujuan
pajak tidak mengurangi jumlah dapat disusutkan aset tersebut (atau DPP nya); maka jumlah
tercatat aset lebih kecil dari DPP nya, sehingga timbul perbedaan temporer dapat
dikurangkan.
g. Rugi Pajak Belum Dikompensasi dan Kredit Pajak Belum Dimanfaatkan
Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak belum dikompensasi dan kredit
pajak belum dimanfaatkan sepanjang kemungkinan besar laba kena pajak masa depan akan
tersedia untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak belum
dimanfaatkan.
h. Penilaian Kembali Aset Pajak Tangguhan yang Tidak Diakui
Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai kembali aset pajak tangguhan yang
belum diakui. Entitas mengakui aset pajak tangguhan yang belum diakui sebelumnya
sepanjang kemungkinan besar laba kena pajak masa depan akan tersedia untuk dipulihkan.
i. Investasi pada Entitas Anak, Cabang dan Entitas Asosiasi, serta Kepentingan
dalam Pengaturan Bersama
Perbedaan temporer timbul jika jumlah tercatat investasi pada entitas anak, cabang dan
entitas asosiasi, atau kepentingan dalam pengaturan bersama (yaitu bagian entitas induk atau
investor atas aset neto entitas anak, cabang, entitas asosiasi atau investee, termasuk jumlah
biaya tercatat goodwill) berbeda dengan DPP (yang seringkali merupakan biaya perolehan)
atas investasi atau kepentingan tersebut.
Entitas mengakui liabilitas pajak tangguhan untuk seluruh perbedaan temporer kena
pajak terkait dengan investasi pada anak, cabang dan asosiasi, serta kepentingan dalam
pengaturan bersama, kecuali sepanjang kedua keadaan berikut terpenuhi:
a. Entitas induk, investor, atau ventura bersama atau operator bersama mampu
mengendalikan waktu pembalikan perbedaan temporer; dan
b. Kemungkinan besar perbedaan temporer tidak akan dibalik di masa depan yang
dapat diperkirakan.

5
Entitas mengakui aset pajak tangguhan untuk seluruh perbedaan temporer dapat
dikurangkan yang timbul dari investasi pada entitas anak, cabang dan entitas asosiasi, serta
kepentingan dalam pengaturan bersama sepanjang, dan hanya sepanjang, kemungkinan
besar terjadi:
a. Perbedaan temporer akan dibalik di masa depan yang dapat diperkirakan; dan
b. Laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang memadai sehingga perbedaan
temporer dapat dimanfaatkan.

3. Pengukuran
Liabilitas (aset) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya diukur sebesar
jumlah yang diharapkan akan dibayarkan kepada (direstitusi dari) otoritas perpajakan, yang
dihitung menggunakan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku atau secara
substansif telah berlaku pada akhir periode pelaporan.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang
diharapkan berlaku ketika aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, berdasarkan tarif pajak
(dan peraturan pajak) yang telah berlaku atau secara substansif telah berlaku pada akhir
periode pelaporan.
Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan mencerminkan konsekuensi pajak yang
sesuai dengan cara entitas memperkirakan, pada akhir periode pelaporan, untuk memulihkan
atau menyelesaikan jumlah tercatat aset dan liabilitasnya.
Aset dan liabilitas pajak tangguhan tidak didiskontokan. Jumlah tercatat aset pajak
tangguhan ditelaah ulang pada akhir periode pelaporan. Entitas mengurangi jumlah tercatat
aset pajak tangguhan jika kemungkinan besar laba kena pajak tidak lagi tersedia untuk
mengompensasikan sebagai atau seluruh aset pajak tangguhan tersebut. Setiap
pengurangan tersebut dilakukan pembalikan atas aset pajak tangguhan hingga kemungkinan
besar laba kena pajak yang tersedia jumlahnya memadai.

4. Pengakuan Pajak Kini dan Pajak Tangguhan


a. Pos yang Diakui dalam Laba Rugi
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau beban dalam laba rugi
periode, kecuali sepanjang pajak penghasilan yang timbul dari:
a. Transaksi atau peristiwa yang diakui, pada periode yang sama atau berbeda, di luar
laba rugi baik dalam penghasilan komprehensif lain maupun secara langsung di
ekuitas.
b. Kombinasi bisnis (selain akuisisi entitas investasi, sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 65, atas entitas anak yang disyaratkan untuk diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi)

6
b. Pos yang Diakui di Luar Laba Rugi
Pajak kini dan pajak tangguhan diakui di luar laba rugi jika pajak terkait pos yang pada
periode yang sama atau berbeda, diakui di luar laba rugi. Oleh karena itu, pada periode yang
sama atau berbeda, pajak kini dan pajak tangguhan terkait dengan pos yang diakui:
a. Dalam penghasilan komprehensif lain, diakui dalam penghasilan komprehensif lain.
b. Langsung di ekuitas, diakui langsung di ekuitas.
c. Pajak Tangguhan yang Timbul dan Kombinasi Bisnis
Entitas mengakui setiap aset pajak tangguhan (jika memenuhi kriteria pengakuan) atau
liabilitas pajak tangguhan sebagai aset dan liabilitas teridentifikasi pada tanggal akuisisi.
Akibatnya, aset dan liabilitas pajak tangguhan tersebut mempengaruhi jumlah goodwill atau
keuntungan dari pembelian dengan diskon yang diakui entitas. Tetapi, entitas tidak mengakui
liabilitas pajak tangguhan yang ditimbulkan dari pengakuan awal goodwill.
d. Pajak Kini dan Pajak Tangguhan yang Timbul dari Transaksi Pembayaran
Berbasis Saham
Dalam hal entitas menerima pengurangan pajak yaitu jumlah yang dapat dikurangkan
dalam penghitungan laba kena pajak) terkait dengan remunerasi yang dibayarkan dengan
saham, opsi saham, atau instrument ekuitas lain, maka jumlah pengurang pajak tersebut
dapat berbeda dari beban remunerasi kumulatif terkait dan mungkin muncul pada periode
akuntansi kemudian.
e. Saling Hapus
Entitas melakukan saling hapus aset pajak kini dan liabilitas pajak kini jika dan hanya jika,
entitas:
a. Memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus
atas jumlah yang diakui; dan
b. Memiliki intensi untuk menyelesaikan dengan dasar neto, atau merealisasikan aset
dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan.
Entitas melakukan saling hapus aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan jika
dan hanya jika:
a. Entitas memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling
hapus aset pajak kini terhadap liabilitas pajak kini; dan
b. Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak
penghasilan yang dikenakan oleh otoritas perpajakan yang sama atas:
• Entitas kena pajak yang sama; atau
• Entitas kena pajak yang berbeda yang memiliki intensi untuk memulihkan aset
dan liabilitas pajak kini dengan dasar neto, atau merealisasikan aset dan
menyelesaikan liabilitas secara bersamaan, pada setiap periode masa depan

7
dimana jumlah signifikan atas aset atau liabilitas pajak tangguhan diharapkan
untuk diselesaikan atau dipulihkan.
f. Beban Pajak
Beban (Penghasilan) Pajak terkait dengan Laba Rugi Aktivitas Normal
Beban (penghasilan) pajak terkait dengan laba rugi dari aktivitas normal disajikan sebagai
bagian dari laba rugi dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Selisih Kurs atas Aset atau Liabilitas Pajak Tangguhan Luar Negeri
Selisih kurs dari penjabaran aset atau liabilitas pajak tangguhan yang berasal dari
penjabaran laporan keuangan entitas asing diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, selisih tersebut dapat diklasifikasikan sebagai beban (penghasilan) pajak
tangguhan jika penyajian tersebut dipertimbangkan menjadi paling bermanfaat untuk
pengguna laporan keuangan.

5. Pengungkapan
Komponen utama beban (penghasilan) pajak diungkapkan secara terpisah. Komponen
beban (penghasilan) pajak dapat mencakup:
a. Beban (penghasilan) pajak kini;
b. Penyesuaian apapun yang diakui pada periode atas pajak kini yang berasal dari
periode sebelumnya;
c. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang berasal dari timbulnya
perbedaan temporer dan pembalikannya;
d. Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak
atau penerapan peraturan perpajakan baru;
e. Jumlah manfaat yang timbul dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit
pajak atau perbedaan temporer suatu periode sebelumnya yang digunakan untuk
mengurangi beban pajak kini;
f. Jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak, atau
perbedaan temporer suatu periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi
beban pajak tangguhan;
g. Beban pajak tangguhan yang timbul dari penurunan, atau pembalikan penurunan
sebelumnya atas aset ajak tangguhan;
h. Jumlah beban (penghasilan) terkait dengan perubahan kebijakan akuntansi dan
kesalahan yang termasuk dalam laba rugi sesuai dengan PSAK 25, karena tidak
dapat dihitung secara retrospektif.
Berikut ini hal-hal yang juga diungkapkan secara terpisah:
a. Gabungan pajak kini dan pajak tangguhan terkait dengan transaksi yang dibebankan
atau dikreditkan langsung ke ekuitas.

8
b. Jumlah pajak penghasilan terkait dengan setiap komponen penghasilan
komprehensif lain
c. Penjelasan hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi dalam
satu atau kedua bentuk berikut ini:
• Rekonsiliasi angka antara beban (penghasilan) pajak dan hasil perkalian laba
akuntansi dengan tarif pajak yang berlaku, dengan mengungkapkan dasar
penghitungan tarif pajak yang berlaku
• Rekonsiliasi angka antara tarif pajak efektif rata-rata dan tarif pajak yng berlaku,
dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku.
d. Penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan
tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya
e. Jumlah (dan tanggal kadaluwarsa, jika ada) perbedaan temporer dapat dikurangkan,
rugi pajak belum dikompensasi, dan kredit pajak belum dimanfaatkan yang tidak
diakui sebagai aset pajak tangguhan dalam laporan keuangan
f. Jumlah gabungan perbedaan temporer yang terkait dengan investasi pada entitas
anak, cabang dan entitas asosiasi, serta kepentingan dalam pengaturan ersama atas
liabilitas pajak tangguhan yang belum diakui
g. Berkenaan dengan setiap jenis perbedaan temporer, dan berkenaan dengan setiap
jenis rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak belum dimanfaatkan;
• Jumlah aset dan liabilitas pajak tangguhan yang diakui pada laporan posisi
keuangan untuk periode sajian
• Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang diakui dalam laba rugi, jika
jumlah tersebut tidak terlihat dari perubahan jumlah aset atau liabilitas pajak
tangguhan yang diakui dalam laporan posisi keuangan
h. Berkenaan dengan operasi yang dihentikan, beban pajak terkait untuk:
• Keuntungan atau kerugian atas penghentian
• Laba rugi dari aktivitas normal atas operasi yang dihentikan selama periode,
bersama dengan jumlah terkait untuk setiap periode sebelumnya yang disajikan
i. Jumlah konsekuensi pajak penghasilan atas dividen kepada pemegang saham
entitas yang diusulkan atau diumumkan sebelum laporan keuangan diotorisasi untuk
terbit tetapi tidak diakui sebagai liabilitas dalam laporan keuangan
j. Jika kombinasi bisnis dimana entitas adalah pihak pengakuisisi yang menyebabkan
perubahan pada jumlah pengakuan untuk aset pajak tangguhan praakuisisi, jumlah
perubahan tersebut

9
k. Jika manfaat pajak tangguhan yang diperoleh dalam kombinasi bisnis tidak diakui
pada tanggal akuisisi tetapi diakui setelah tanggal akuisisi, deskripsi peristiwa atau
perubahan keadaan yang menyebabkan manfaat pajak tangguhan diakui.
Entitas mengungkapkan jumlah aset pajak tangguhan dan sifat bukti yang mendukung
pengakuannya, jika:
a. Penggunaan aset pajak tangguhan bergantung pada apakah laba kena pajak masa
depan melebihi laba dari pembalikan perbedaan temporer kena pajak yang telah ada
b. Entitas telah mengalami kerugian pada periode berjalan atau periode terdekat
sebelumnya dimana aset pajak tangguhan terkait.

B. PSAK 70: AKUNTANSI ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK


1. Kebijakan Akuntansi
Pada saat diterbitkannya Surat Keterangan, entitas dalam laporan posisi keuangannya:
a. Mengakui aset dan liabilitas pengampunan pajak, jika pengakuan dan liabilitas
tersebut disyaratkan oleh SAK;
b. Tidak mengakui suatu item sebagai aset dan liabilitas, jika SAK tidak
memperkenankan pengakuan item tersebut;
c. Mengukur, menyajikan, serta mengungkapkan aset dan liabilitas pengampunan
pajak sesuai dengan SAK.
2. Pengakuan dan Pengukuran
a. Pengakuan
Entitas mengakuai aset dan liabilitas pengampunan pajak, jika pengakuan atas aset dan
liabilitas tersebut disyaratkan oleh SAK. Entitas tidak mengakui suatu item sebagai aset dan
liabilitas, jika SAK tidak memperkenankan pengakuan item tersebut.
b. Pengukuran Saat Pengakuan Awal
Aset pengampunan pajak diukur sebesar biaya perolehan aset pengampunan pajak.
Biaya perolehan aset pengampunan pajak merupakan deemed cost dan menjadi dasar bagi
entitas dalam melakukan pengukuran setelah pengakuan awal.
Liabilitas pengampunan pajak diukur sebesar kontraktual untuk menyerahkan kas atau
setara kas untuk menyelesaikan kewajiban yang berkaitan langsung dengan perolehan aset
pengampunan pajak.
Entitas mengakui selisih antara aset pengampunan pajak dan liabilitas pengampunan
pajak di ekuitas dalam pos tambahan modal disetor. Jumlah tersebut tidak dapat diakui
sebagai laba rugi direalisasi maupun direklasifikasi ke saldo laba.
Entitas mengakui uang tebusan yang dibayarkan dalam laba rugi pada periode Surat
Keterangan disampaikan.

10
3. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan dalam laporan keuangannya, tanggal Surat Keterangan dan
jumlah yang diakui sebagai aset pengampunan pajak berdasarkan Surat Keterangan, serta
jumlah liabilitas pengampunan pajak.

C. CONTOH SOAL
1. Contoh Ilustratif (Terkait Aset yang Dapat Disusutkan)
Entitas membeli peralatan seharga Rp 10.000 dan menyusutkan peralatan tersebut
berdasarkan metode garis lurus dengan umur manfaat 5 tahun. Untuk tujuan pajak, maka
peralatan disusutkan 25% setahun berdasarkan metode garis lurus. Rugi pajak dapat ditarik
kembali terhadap laba kena pajak atas lima tahun sebelumnya. Pada tahun 0, laba kena pajak
entitas Rp 5.000. Tarif Pajak sebesar 40%.
Entitas akan memulihkan jumlah tercatat atas peralatan dengan menggunakannya untuk
memproduksi barang untuk dijual. Oleh karena itu, penghitungan pajak kini entitas adalah
sebagai berikut:
Tahun Tahun Tahun 3 Tahun Tahun
1 2 4 5
Laba kena pajak 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Penyusutan untuk tujuan pajak 2.500 2.500 2.500 2.500 0
Laba pajak (rugi pajak) (500) (500) (500) (500) 2.000
Beban (penghasilan) pajak kini dengan (200) (200) (200) (200) 800
tarif 40%

Entitas mengakui aset pajak kini pada akhir tahun 1-4 karena memulihkan imbalan rugi
pajak terhadap laba kena pajak atas tahun 0. Perbedaan temporer terkait dengan peralatan
yang menghasilkan aset dan liabilitas pajak tangguhan dan beban pajak dan penghasilan
pajak tangguhan sebagai berikut:
Tahun Tahun Tahun 3 Tahun Tahun
1 2 4 5
Jumlah tercatat 8.000 6.000 4.000 2.000 0
Dasar pengenaan pajak 7.500 5.000 2.500 0 0
Perbedaan temporer kena pajak 500 1000 1.500 2.000 0
Liabilitas pajak tangguhan awal 0 200 400 600 800
Beban (penghasilan) pajak tangguhan 200 200 200 200 (800)
Liabilitas pajak tangguhan akhir 200 400 600 800 0

11
Entitas mengakui liabilitas pajak tangguhan pada tahun 1 sampai 4 karena pembalikan
perbedaan temporer kena pajak akan menciptakan laba kena pajak pada tahun selanjutnya.
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain entitas adalah sebagai berikut:
Tahun Tahun Tahun 3 Tahun Tahun
1 2 4 5
Penghasilan 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Penyusutan 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Laba sebelum pajak 0 0 0 0 0
Beban (penghasilan) pajak kini (200) (200) (200) (200) (800)
Beban (penghasilan) pajak tangguhan 200 200 200 200 800
Total beban (penghasilan) pajak 0 0 0 0 0
Laba periode berjalan 0 0 0 0 0

2. Soal 1
PT A didirikan dengan modal mobil Rp 100.000. Selama setahun pendapatan sebelum
depresiasi RP 30.000. Umur ekonomis mobil 5 tahun, garis lurus. Tarif PPh Badan 20%, misal.
Menurut fiskus umur ekonomis 4 tahun, misal. Tahun kedua pendapatan sama. asumsi PPh
langsung dibayar. Buatlah jurnal untuk tahun-tahun itu.
Jawaban dosen:
Contoh 1: hanya beda temporer saja
Harga mobil : 100.000
Umur ekonomis komersial :5
Umur ekonomis fiskal :4
Tarif PPh : 20%
a. Laporan Laba rugi Komersial:
LR Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Total
Komersial
Pendapatan 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 150.000
Beban Depre 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 100.000
Laba Rugi 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 50.000
PPh Badan – 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 10.000
Komersial
Laba Setelah 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 40.000
Pajak
PPh Dibayar 1.000 1.000 1.000 1.000 6.000

12
b. Laporan Laba Rugi Fiskal
LR Fiskal Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Total
Pendapatan 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 150.000
Beban Depre 25.000 25.000 25.000 25.000 - 100.000
Laba Rugi 5.000 5.000 5.000 5.000 30.000 50.000
PPh Badan – 1.000 1.000 1.000 1.000 6.000 10.000
Fiskal, Kini
Laba Setelah 4.000 4.000 4.000 4.000 24.000 40.000
Pajak

c. Jurnal tahun 1 – 4
a. Mobil 100.000
Modal 100.000
b. Piutang 30.000
Pendapatan 30.000
c. Beban Depresiasi 20.000
Akum Depre 20.000
d. Beban PPh 1.000
Kas 1.000
e. Beban Pajak Tangguhan 1.000
Liabilitas Pajak Tangguhan 1.000
d. Jurnal tahun 5
a. Piutang 30.000
Penghasilan 30.000
b. Beban Depresiasi 20.000
Akum Depresiasi 20.000
c. Liabilitas Pajak Tangguhan 4.000
Beban Pajak Tangguhan 4.000

d. Beban Pajak 6.000


Kas 6.000
3. Soal 2
Harga mobil 100.000
Umur ekonomis komersial 4 tahun
Umur ekonomis fiskal 5 tahun
Tarif PPh 20%

13
Laporan Komersial Tahun 1
Pendapatan 30.000
Beban Depresiasi 25.000
Beban makan2 non deductable 2.000
Notes: terdapat perbedaan temporer dan permanent difference
Jawaban Dosen:
a. Laporan Laba Rugi Komersial
LR Komersial Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Total
Pendapatan 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 150.000
Beban Depre 25.000 25.000 25.000 25.000 100.000
Beban makan2 2.000 2.500 4.000 3.000 1.000 12.500
non-deductible
EBT 3.000 2.500 1.000 2.000 29.000 37.500
PPh 20% 600 500 200 400 5.800 7.500
EAT 2.400 2.000 800 1.600 23.200 30.000
b. Laporan Laba Rugi Fiskal
LR Fiskal Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Total
Pendapatan 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 150.000
Beban Depre 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 100.000
Beban makan2 - - - - - -
non-deductible
EBT 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 50.000
PPh 20% 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 10.000
EAT 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 40.000
c. Jurnal
Pos Akun Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Debit Beban PPh 600 500 200 400 5.800
Debit Beban PPh 400 500 800 600 200
Debit Aset Pajak Tangguhan 1.000 1.000 1.000 1.000 (4.000)
Kredit Kas 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000

14
RESUME AKK PERTEMUAN 9

A. PSAK 8: PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN


1. Definisi
a. Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi antara akhir
periode pelaporan dan tanggal laporan keuangan diototisasi untuk terbit.
b. Peristiwa setelah tanggal neraca adalah peristiwa, baik yang menguntungkan
(favourable) atau tidak menguntungkan (unfavourable), yang terjadi di antara tanggal
neraca dan tanggal penyelesaian laporan keuangan
c. Peristiwa setelah periode pelaporan yang memerlukan penyesuaian adalah peristiwa
yg memberikan bukti atas adanya kondisi pada akhir periode pelaporan
d. Peristiwa setelah periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian adalah
peristiwa yang mengindikasikan kondisi setelah periode pelaporan
e. Tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit adalah tanggal laporan keuangan
sudah final
f. Laporan keuangan diaudit: tanggal laporan auditor
g. Laporan keuangan tidak diaudit: tanggal laporan keuangan selesai disusun
manajemen
2. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca Yang Memerlukan Penyesuaian
a. Keputusan pengadilan yang menyatakan perusahaan memiliki kewajiban kini pada
tanggal neraca.
b. Indikasi penurunan nilai suatu aset pada tanggal neraca, atau penyesuaian jumlah
rugi penurunan nilai yang telah diakui (pelanggan bangkrut, harga jual persediaan)
c. Harga perolehan aset atau hasil penjualan aset
d. Bagi laba atau bagi bonus
e. Kecurangan atau kesalahan
3. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca Yang Tidak Memerlukan Penyesuaian
a. Penurunan nilai pasar suatu investasi setelah tanggal neraca
b. Penggabungan usaha yang signifikan setelah tanggal neraca
c. Pengumuman penghentian operasi
d. Pembelian dan pelepasan aset yang signifikan, pengambil-alihan aset oleh
pemerintah
e. Kerusakan aset akibat kebakaran setelah tanggal neraca
4. Dividen Dan Kelangsungan Usaha
a. Dividen

15
1) Pengumuman dividen setelah tanggal neraca tidak diakui sebagai kewajiban
pada tanggal neraca, tetapi diungkapkan
2) Apakah praktik entitas membayar dividen di masa lalu merupakan kewajiban
konstruktif? Tidak
b. Kelangsungan usaha
1) Setelah tanggal neraca, diperoleh bukti kuat bahwa perusahaan akan dilikuidasi
atau dihentikan usahanya, atau jika manajemen tidak memiliki alternatif lain yang
realistis kecuali melikuidasi perusahaan
2) Perubahan fundamental dasar akuntansi yang digunakan (bukan perubahan
pengukuran berdasarkan dasar akuntansi yang lama)
B. PSAK 24: AKUNTANSI IMBALAN KERJA

Imbalan Kerja

Imbalan Kerja Jangka Imbalan Kerja


Pesangon Imbalan Paska Kerja
Pendek Jangka Panjang Lainnya

ImbalanJangka Pendek Bagi hasil Kontribusi Manfaat


Absen atau Bonus Pasti Pasti

Diterapkan oleh pemberi kerja dalam pencatatan seluruh imbalan Current


kerja, kecuali yang diatur dalam PSAK 53: Akuntansi Kompensasi Past service cost
Service Cost
Berbasis Saham.

1. Ruang Lingkup
Imbalan kerja yang diberikan kepada pekerja:
a. Imbalan kerja jangka pendek
b. Imbalan pasca-kerja,
c. Imbalan kerja jangka panjang lainnya
d. Pesangon
e. Imbalan berbasis ekuitas
Imbalan jangka pendek < 12 bulan.
Imbalan jangka panjang seperti pensiun.
Pesangon diakui sebagai kewajiban dan beban jika, perusahaan berkomitmen untuk:
a. memberhentikan seorang atau sekelompok pekerja sebelum tanggal pensiun
normal; atau
b. menyediakan pesangon bagi pekerja yang menerima penawaran mengundurkan
diri secara sukarela.
Imbalan berbasis ekuitas diatur dalam PSAK 53.

16
2. Definisi
a. Biaya jasa kini → kenaikan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas jasa pekerja dalam
periode berjalan.
b. Biaya jasa lalu → kenaikan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas jasa pekerja dalam
periode lalu yang berdampak pada periode berjalan.
c. Keuntungan dan kerugian aktuarial → karena penyesuaian perbedaan asumsi dan
dampak perubahan asumsi.
d. Imbalan kerja→ seluruh bentuk pemberian dari entitas atas jasa yang diberikan oleh
pekerja
e. Imbalan kerja jk panjang lainnya → Imbalan kerja yang diharapkan akan diselesaikan
seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan saat
pekerja memberikan jasa terkait.
f. Imbalan kerja jk pendek→ imbalan kerja yang jatuh tempo ≤12 bulan setelah akhir
periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa.
g. Imbalan kerja menjadi hak→ hak atas imbalan kerja yang tidak bergantung pada aktif
atau tidaknya pekerja pada masa depan
h. Imbalan pascakerja→ imbalan kerja yang terutang setelah pekerja menyelesaikan
masa kerjanya.
i. Program imbalan pascakerja→ pengaturan formal/informal dimana entitas
memberikan imbalan pascakerja bagi satu atau lebih pekerja.
j. Program iuran pasti→ entitas membayar kpd pengelola dana, tidak ada kewajiban
entitas untuk membayar iuran lebih lanjut jika pengelola dana tidak cukup membayar
jasa.
k. Program imbalan pasti→ program imbalan pascakerja yang bukan merupakan
program iuran pasti.
Imbalan kerja diberikan melalui:
a. program formal;
b. peraturan perundang-undangan atau peraturan industri; atau
c. kebiasaan yang menimbulkan kewajiban konstruktif.

3. Aset Program (plan assets)


Aset yang dimiliki oleh dana imbalan kerja jangka panjang (selain instrumen keuangan
terbitan entitas pelapor yang tidak dapat dialihkan). Polis asuransi yang memenuhi syarat.

4. Kewajiban
a. Kewajiban hukum
Didasarkan pada suatu ketentuan hukum
1) kontrak kerja antara perusahaan dan karyawan

17
2) Undang-Undang Ketenagakerjaan No 13 tahun 2003 → hukum yang mengikat
perusahaan dan karyawan
b. Kewajiban konstruktif
1) Berdasarkan praktik baku masa lalu, dan
2) Menimbulkan ekspektasi kuat bahwa entitas akan melaksanakan tanggung jawab
tersebut.

5. Imbalan Kerja Jangka Pendek


Jatuh tempo ≤ 12 bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa.
Jenis:
a. Cuti berimbalan jangka pendek
b. Upah, gaji, jaminan
c. Uang bagi laba/ utang bonus
d. Imbalan non moneter
e. Tidak ada asumsi aktuaria, jangka pendek sehingga tidak didiskontokan.

6. Pengakuan dan Pengukuran Imbalan Jangka Pendek


a. Diakui saat pekerja telah memberi jasa
Liabilitas jangka pendek sebagai:
1) Liabilitas setelah dikurangi yang telah dibayar, beban dibayar dimuka jika terjadi
kelebihan pembayaran
2) Beban atau pernyataan lain membolehkan sbg biaya perolehan

b. Cuti berimbalan jangka pendek


1) Boleh diakumulasi → diakui pada saat pekerja memberikan jasa
2) cuti berimbalan yang tidak boleh diakumulasi → diakui saat cuti terjadi

7. Imbalan Pascakerja

Tunjangan purnakarya
Imbalan pascakerja
Imbalan pascakerja lain

Iuran pasti
Program imbalan pascakerja bergantung pada
substansi ekonomis dari
Imbalan pasti setiap program

18
C. PSAK 25: KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN
KESALAHAN
1. Kebijakan Akuntansi
Adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan entitas
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Akan mempengaruhi pengakuan,
pengukuran dan penyajian atas elemen seperti aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan
beban, pada laporan keuangan. Penerapan retrospektif suatu perubahan kebijkan akuntansi
baru adalah koreksi pengakuan, pengukuran, transaksi, peristiwa dan kondisi lain seolah-olah
kebijakan tersebut telah diterapkan. Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara
retrospektif, maka entitas menyesuaikan:
a. Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling
awal.
b. Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah
kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya
Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
jumlah unsur-unsur laporan keuangan seolah-olah kesalahan periode lalu tidak pernah terjadi.

2. Estimasi Akuntansi
Merupakan estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemen-elemen dalam LK.
Perubahan estimasi akuntansi adalah:
a. Penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik
aset, yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat masa depan
dan kewajiban yang terkait dengan, aset dan liabilitas.
b. Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan
baru dan,

19
c. Oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan.

Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan di atas, diakui


secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:
a. Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
b. Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada
keduanya.

3. Kesalahan
Laporan keuangan tidak sesuai dengan PSAK jika mengandung:
a. Kesalahan material, atau
b. Tidak material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan posisi
keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu.
Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan
keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:
a. Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian dimana kesalahan
terjadi; atau
b. Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, maka menyajikan
kembali saldo awal aset, laibilitas, dan ekuitas untuk periode lalu sajian paling awal.

D. PSAK 57: PROVISI


1. Definisi
a. Provisi: liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti.
b. Liabilitas: kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya dapat mengakibatkan arus keluar sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi.

2. Pengakuan
Provisi diakui jika:
a. entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif)
sebagai akibat peristiwa masa lalu;
b. kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; dan
c. estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban ter sebut dapat dibuat.
Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka kewajiban diestimasi tidak diakui.
PSAK 57 Par 19. Provisi diakui hanya bagi kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu,
yang terpisah dari tindakan entitas pada masa datang (yaitu penyelenggaraan entitas pada
masa datang). → “Independent of future actions”

20
Dalam kasus kewajiban kini tidak dapat ditentukan secara jelas:
a. setelah mempertimbangkan semua bukti tersedia,
b. terdapat kemungkinan lebih besar terjadi daripada tidak terjadi bahwa:
1) kewajiban kini telah ada,
2) pada akhir periode pelaporan.
Pertimbangan bukti-bukti yang tersedia:
a. besar kemungkinannya bahwa kewajiban kini telah ada pada akhir periode
pelaporan, entitas mengakui provisi (jika kriteria pengakuan terpenuhi); dan
b. jika besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada akhir periode
pelaporan, entitas mengungkapkan kewajiban kontinjensi.
c. Pengungkapan tidak diperlukan jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil.
Kewajiban hukum timbul dari:
a. suatu kontrak (secara eksplisit atau implisit);
b. peraturan perundang-undangan; atau
c. pelaksanaan produk hukum lainnya.
Kewajiban konstruktif :
a. berdasarkan praktik baku masa lalu, dan
b. menimbulkan ekspektasi kuat bahwa entitas akan melaksanakan tanggung jawab
tersebut.

3. Kewajiban Kontijensi
Entitas tidak diperkenankan mengakui kewajiban kontinjensi. (PSAK 57 par 27).
Kewajiban kontinjensi adalah:

21
a. kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi
pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang
yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas; atau
b. kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena:
1) tidak terdapat kemungkinan besar entitas mengeluarkan sumber daya yang
mengan dung manfaat ekonomis (selanjutnya disebut sebagai “sumber daya”)
untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
2) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

4. Aset Kontinjensi
Entitas tidak diperkenankan mengakui aset kontinjensi. (PSAK 57 par 31). Aset
kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa depan
yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.

5. Pengukuran
a. Estimasi terbaik
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. (par
36)
b. Risiko dan Ketidakpastian
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. (par
42)
c. Nilai Kini
Jika dampak nilai waktu uang cukup material, maka jumlah provisi adalah nilai kini
dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. (par 45)
d. Peristiwa Masa Depan
Peristiwa masa depan yang dapat mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu kewajiban harus tercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti
obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi. (PSAK 57 par 48)
e. Rencana Pelepasan Aset
Keuntungan sehubungan dengan rencana pelepasan aset tidak boleh
dipertimbangkan dalam menghitung suatu provisi (PSAK 57 par 51)

22
6. Penggantian
Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk menyelesaikan provisi diganti oleh pihak
ketiga:
a. penggantian itu diakui hanya pada saat timbul keyakinan bahwa penggantian pasti
diterima pada saat entitas menyelesaikan kewajibannya.
b. Penggantian tersebut diakui sebagai aset yang terpisah.
c. Jumlah yang diakui sebagai penggantian tidak boleh melebihi nilai provisi.
d. Dalam laporan laba rugi komprehensif, beban yang berkaitan dengan provisi dapat
disajikan secara neto setelah dikurangi jumlah yang diakui sebagai penggantiannya.

7. Perubahan dan Penggunaan Provisi


Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan → estimasi terbaik yang paling kini.
Jika arus keluar sumber daya kemungkinan besar tidak terjadi, maka provisi tersebut
dibatalkan. (PSAK 57 par 59)
Jika kewajiban diestimasi didiskonto, maka nilai tercatatnya akan meningkat pada setiap
periode. Peningkatan ini diakui sebagai biaya pinjaman (PSAK 57 par 60) → unwinding of the
discount.
Provisi hanya dapat digunakan untuk pengeluaran yang berhubungan langsung dengan
tujuan pembentukan provisi tersebut. (PSAK 57 par 61).
Kontrak memberatkan adalah kontrak yang biaya tidak terhindarkan untuk memenuhi
kewajiban kontraknya melebihi manfaat ekonomis yang akan diterima dari kontrak tersebut.
Kewajiban kini menurut kontrak tersebut diukur dan diakui sebagai provisi. (PSAK 57 par 66).

8. Restrukturisasi
Restrukturisasi adalah program yang direncanakan dan dikendalikan oleh manajemen
dan secara material mengubah:
a. lingkup kegiatan usaha suatu entitas; atau
b. cara mengelola usaha tersebut.
Provisi restrukturisasi hanya mencakup pengeluaran langsung yang timbul dari
restrukturisasi, yaitu memenuhi kedua persyaratan berikut ini:
a. Benar-benar harus dikeluarkan dalam rangka restrukturisasi; dan
b. Tidak terkait dengan aktivitas entitas yang masih berlangsung.
Provisi restrukturisasi tidak mencakup biaya-biaya seperti:
a. Pelatihan atau penempatan kembali (relokasi) staf yang tetap dikaryakan;
b. Pemasaran; atau
c. Investasi dalam sistem dan jaringan distribusi baru.

23
9. Pengungkapan
Untuk setiap jenis provisi, entitas harus mengungkapkan:
a. nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
b. provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk peningkatan
jumlah pada provisi yang ada;
c. jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi
selama periode bersangkutan;
d. jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan; dan
e. peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena
berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.

24
RESUME AKK PERTEMUAN 10

A. DEFINISI INSTRUMEN KEUANGAN


1. Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan
entitas dan liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain.
2. Kontrak memiliki konsekuensi ekonomik yang jelas dan tidak dapat diabaikan oleh
pihak yang terlibat.
3. Instrumen keuangan merupakan penghubung antara pemilik aset atau hak dengan
pihak lain sebagai pemilik liabilitas atau instrumen ekuitas.
B. JENIS INSTRUMEN KEUANGAN

Kategori Nilai Aset/Liabilitas Contoh


Derivatif Nilai pasar Gain/Loss Future
Option,
Swap
Forward
Instrumen Hak residual Holder/NA Saham
Ekuitas
Instrumen Sudah pasti Receiver/Payer Bonds,
Utang (Issuer) Piutang
C. PENGUNGKAPAN INSTRUMEN KEUANGAN
Entitas harus mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan
keuangan untuk mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja
keuangan.
1. Pengungkapan hirarki nilai wajar
a. Tingkat 1 harga kuotasi pasar atau nilai kontrak terkini
b. Tingkat 2 input selain harga kuotasian (dapat diobservasi)
c. Tingkat 3 input yang bukan berdasar harga pasar
2. Jenis dan tingkat risiko yang timbul dari instrumen keuangan
Yang mana entitas terekspos selama periode dan pada akhir periode pelaporan, dan
bagaimana entitas mengelola risiko tersebut. Secara lebih tegas mensyaratkan entitas harus
untuk mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan. Entitas
mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
mengevaluasi sifat dan cakupan risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana
entitas terekspos pada akhir periode pelaporan.
1. Pengungkapan kualitatif

25
Untuk setiap jenis risiko yang timbul dari instrumen keuangan, entitas mengungkapkan:
a. eksposur risiko dan bagaimana risiko tersebut timbul;
b. tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode yang digunakan untuk
mengukur risiko tersebut; dan
c. setiap perubahan pada (a) atau (b) dari periode sebelumnya.
2. Pengungkapan kuantatif (risiko kredit, risiko likuiditas, analisa sensitivitas)
Untuk setiap jenis risiko yang timbul dari instrumen keuangan, entitas mengungkapkan:
a. ikhtisar data kuantitatif mengenai eksposur entitas terhadap risiko pada akhir periode
pelaporan. Pengungkapan tersebut didasarkan pada informasi yang disajikan secara
internal kepada personel manajemen kunci entitas (sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi), sebagai contoh dewan direksi atau
CEO.
b. Pengungkapan yang disyaratkan di paragraf 36-42 sepanjang tidak disediakan
sesuai dengan poin pertama.
c. Konsentrasi risiko jika tidak terlihat dari pengungkapan yang dibuat sesuai dengan
poin pertama dan kedua.
Jika data kuantitatif yang diungkapkan pada akhir periode pelaporan tidak
merepresentasikan eksposur entitas atas risiko selama periode, maka entitas menyediakan
informasi lebih lanjut yang dapat merepresentasikan.
a. Risiko Kredit
b. Risiko Likuiditas
c. Risiko Pasar
D. KLASIFIKASI INSTRUMEN KEUANGAN

26
Klasifikasi berdasarkan model bisnis entitas dalam mengelola aset keuangan dan
karakteristik arus kas kontraktual dari aset keuangan.
a. Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi kecuali diukur pada biaya perolehan
diamortisasi atau nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain.
• entitas dapat menetapkan pilihan saat pengakuan awal atas investasi pada
instrumen ekuitas tertentu yang umumnya diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi sehingga perubahan nilai wajarnya disajikan dalam penghasilan
komprehensif lain.
b. Aset keuangan diukur pada biaya perolehan diamortisasi jika kedua kondisi berikut
terpenuhi:
• aset keuangan dikelola dalam model bisnis yang bertujuan untuk memiliki aset
keuangan dalam rangka mendapatkan arus kas kontraktual, dan
• persyaratan kontraktual meningkatkan arus kas yang semata dari pembayaran
pokok dan bunga (solely payments of principal and interest / SPPI).

Reklasifikasi pengelolaan aset keuangan jika dan hanya jika:


a. Entitas mengubah model bisnis untuk pengelolaan aset keuangan.
b. Perubahan tersebut diperkirakan sangat jarang terjadi.
c. Ditentukan oleh manajemen entitas sebagai hasil dari perubahan eksternal atau
internal dan harus signifikan pada kegiatan operasi entitas dan dapat dibuktikan pada
pihak eksternal.
d. Perubahan pada model bisnis entitas akan terjadi hanya jika entitas memulai atau
berhenti untuk melaksanakan aktivitas yang signifikan terhadap kegiatan operasinya;
entitas telah memperoleh, melepaskan, atau mengakhiri lini bisnis.

27
E. PENGAKUAN AWAL
1. Entitas mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan dalam laporan posisi
keuangan, jika dan hanya jika, entitas menjadi salah satu pihak dalam ketentuan
pada kontrak instrumen tersebut.
2. Pada saat entitas pertama kali mengakui aset keuangan, entitas tersebut
mengklasifikasikannya sesuai dengan paragraf 4.1.1-4.1.5 dan mengukurnya sesuai
dengan paragraf 5.1.1-5.1.3.
3. Ketika entitas pertama kali mengakui liabilitas keuangan, entitas tersebut
mengklasifikasikannya sesuai dengan paragraf 4.2.1 dan 4.2.2, dan mengukurnya
sesuai dengan paragraf 5.1.1.
F. PENGHENTIAN PENGAKUAN
Penghentian pengakuan aset keuangan; Entitas menghentikan pengakuan aset
keuangan, jika:
a) hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan berakhir;
b) entitas mengatihkan aset keuangan seperti dijelaskan sebelumnya dan pengalihan
tersebut telah memenuhi kriteria penghentian pengakuan.
Entitas mengalihkan aset keuangan, jika:
a) mengalihkan hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset
keuangan; atau
b) tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset
keuangan tetapi juga menangung kewajiban kontraktual untuk membayar arus kas
yang diterima tersebut.
Ketika entitas tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari
aset keuangan (aset awał), tetapi juga menanggung kewajiban kontraktual untuk
membayarkan arus kas yang diterima tersebut kepada satu atau lebih entitas (penerima
akhir), maka entitas memperlakukan transaksi tersebut sebagai pengalihan aset keuangan.
Sebagai tambahan, entitas tidak berhak untuk menginvestasikan kembali arus kas
tersebut, kecuali investasi pada kas atau setara kas selama periode penyelesaian jangka
pendek yaitu antara tanggal penagihan tanggal pembayaran kepada penerima akhir, dan
pendapatan bunga yang diperoleh dari investasi tersebut diserahkan kepada penerima akhir
Ketika entitas mengalihkan aset keuangan maka entitas mengevaluasi sejauh mana
entitas tetap memiliki risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan tersebut.
G. PENGHENTIAN PENGAKUAN LIABILITAS KEUANGAN
1. Entitas mengeluarkan liabilitas keuangan dari laporan posisi keuangan, jika dan
hanya jika, liabilitas keuangan tersebut berakhir, yaitu ketika kewajiban yang
ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kedaluwarsa.

28
2. Pertukaran antara peminjam dan pemberi pinjaman existing atas instrumen utang
dengan persyaratan yang secara substansial berbeda dicatat sebagai penghapusan
liabilitas keuangan awal dan pengakuan liabilitas keuangan baru.
3. Modifikasi secara substansial atas ketentuan liabilitas keuangan dicatat sebagai
penghapusan liabilitas keuangan awal dan pengakuan liabilitas keuangan baru.
4. Selisih antara jumlah tercatat liabilitas keuangan yang berakhir atau yang dialihkan
ke pihak lain, dan imbalan yang dibayarkan, termasuk aset nonkas yang dialihkan
atau liabilitas yang ditanggung, diakui dalam laba rugi.
H. PENURUNAN NILAI
1. Aset keuangan, selisih antara:
a. arus kas kontraktual yang jatuh tempo pada entitas di bawah kontrak; dan
b. arus kas yang diekspektasi akan diterima oleh entitas.
2. Komitmen pinjaman, selisih antara:
a. arus kas kontraktual yang terutang pada entitas jika pemilik komitmen pinjaman
menarik pinjaman; dan
b. arus kas yang diharapkan entitas untuk diterima jika pinjaman ditarik.
3. Kontrak jaminan keuangan, pembayaran yang diekspektasi untuk mengganti
pemiliknya untuk kerugian kredit yang terjadi dikurangi jumlah yang diharapkan
entitas untuk diterima dari pemiliknya, debitur atau pihak lain.
4. Piutang dagang, matriks provisi: pengalaman kerugian kredit historis.

29
RESUME AKK PERTEMUAN 11

A. PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING (PSAK 10)


1. Pendahuluan
Tujuan PSAK 10 adalah perihal bagaimana memasukkan transaksi dalam mata uang
asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan entitas serta menjabarkan
laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian. Masalah utama adalah pemilihan kurs yang
akan digunakan dan bagaimana melaporkan pengaruh perubahan kurs tersebut dalam
laporan keuangan. Ruang lingkup PSAK 10 diterapkan pada:
a. Akuntansi transaksi dan saldo dalam mata uang asing, kecuali transaksi dan saldo
derivatif (PSAK 55)
b. Penjabaran hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang termasuk
dalam laporan keuangan entitas secara konsolidasi, proporsional atau metode
ekuitas
c. Penjabaran hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke dalam mata uang penyajian
Pengertian penting terkait PSAK ini antara lain:
1) Mata uang fungsional -> mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana suatu
entitas beroperasi
2) Mata uang penyajian -> mata uang yang digunakan dalam penyajian laporan
keuangan
3) Valuta asing -> mata uang selain mata uang fungsional
4) Pos moneter -> unit mata uang yang dimiliki serta aset atau liabilitas yang akan
diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat
ditentukan
5) Kurs -> rasio pertukaran dua mata uang
6) Kurs penutup -> kurs spot pada akhir periode pelaporan
7) Kurs spot -> kurs untuk realisasi segera
8) Selisih kurs -> selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu mata
uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda
2. Ringkasan pendekatan yang disyaratkan pernyataan ini
Dalam menyiapkan laporan keuangan setiap entitas menentukan mata uang
fungsionalnya. Entitas kemudian menjabarkan pos valuta asing ke dalam mata uang
fungsionalnya dan melaporkan pengaruh dari penjabaran tersebut. entitas mungkin memiliki
cabang. Jika mata uang penyajian entitas berbeda dari mata uang fungsional, maka hasil dan
posisi keuangannya juga dijabarkan ke dalam mata uang penyajian.

30
3. Pelaporan transaksi valuta asing ke dalam mata uang fungsional
Pengakuan awal transaksi valuta asing dicatat dalam mata uang fungsional dengan kurs
spot pada tanggal transaksi. Transaksi valuta asing yaitu timbul ketika entitas:
a. membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan dalam
suatu mata uang asing
b. meminjam atau meminjamkan dana ketika jumlah yang merupakan utang atau
tagihan didenominasikan dalam suatu mata uang asing; atau
c. memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan kewajiban
yang didenominasikan dalam suatu mata uang asing
Pada setiap akhir periode pelaporan:
1) pos moneter mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs penutup
2) pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam mata uang asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi
3) pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan
Pengakuan selisih kurs diakui dalam laporan laba rugi pada periode saat terjadinya,
kecuali utnuk pos nonmoneter yang keuntungan dan kerugiannya diakui dalam OCI dan
investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri. Perubahan dalam mata uang fungsional
entitas menerpakan prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara
prospektif sejak tanggal perubahan itu.
4. Penggunaan mata uang pelaporan selain mata uang fungsional
Hasil dari posisi keuangan entitas yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang dari
suatu ekonomi hiperinflasi dijabarkan ke dalam mata uang penyajian yang berbeda, dengan
menggunakan prosedur:
a. aset dan liabilitas untuk setiap laporan dari posisi keuangan yang disajikan (yaitu
termasuk komparatif) harus dijabarkan menggunakan kurs penutup
b. pendapatan dan beban untuk setiap laporan laba rugi komprehensif atau laporan
laba rugi terpisah yang disajikan (yaitu termasuk komparatif) harus dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi
c. semua hasil dari selisih nilai tukar harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain
Pada saat pelepasan kegiatan usaha di luar negeri, penghasilan komprehensif lain
direklasifikasi ke laba rugi.
5. Pengaruh pajak seluruh selisih kurs
Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing dan selisih kurs yang timbul dalam
penjabaran hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas ke dalam suatu mata uang yang
berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak. PSAK 46 mengatur pengaruh pajak tersebut.

31
6. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan:
a. jumlah dari selisih kurs yang diakui dalam laba rugi kecuali untuk selisih kurs yang
timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajarnya melalui laba atau
rugi PSAK 55
b. selisih kurs neto diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan
dalam komponen ekuitas terpisah, serta rekonsiliasi kurs tersebut pada awal dan
akhir periode
Jika mata uang pelaporan berbeda dari mata uang fungsional, maka fakta tersebut
dinyatakan, bersama dengan pengungkapan mata uang fungsional dan alasan untuk
menggunakan suatu mata uang pelaporan yang berbeda
Ketika terdapat suatu perubahan dalam mata uang fungsional dari entitas pelapor
maupun dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, fakta tersebut dan alasan untuk
perubahan dalam mata uang fungsional harus diungkapkan.
Ketika entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda dengan
mata fungsionalnya, maka entitas menjelaskan bahwa laporan keuangan mereka tunduk pada
SAK hanya jika entitas mematuhi semua persyaratan dari setiap Pernyataan dan setiap
Interpretasi dari Pernyataan yang berlaku termasuk metode penjabaran.
Jika entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda dari mata
uang fungsionalnya maupun dari mata uang pelaporannya, dan persyaratan-persyaratan tidak
dipenuhi, maka entitas:
1) mengidentifikasikan secara jelas informasi sebagai informasi tambahan untuk
membedakannya dari informasi yang tunduk dengan PSAK
2) mengungkapkan mata uang di mana informasi tambahan tersebut disajikan
3) mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang
digunakan untuk menentukan informasi tambahan

B. TRANSAKSI DERIVATIF (PSAK 55)


1. Derivatif merupakan instrument keuangan atau kontrak lain yang memenuhi 3
karakteristik berikut:
a. Nilainya berubah akibat dari perubahan variabel yang mendasari (spt suku bunga,
harga, nilai tukar, dll)
b. Tanpa investasi awal neto atau nilainya lebih kecil dari nilai kontrak sejenis yang
memberi pengaruh yang sama terhadap perubahan faktor pasar
c. Diselesaikan pd tanggal tertentu di masa mendatang
2. Tujuan derivatif
a. Mengelola risiko pasar

32
b. Mengurangi biaya pinjaman
c. Keuntungan dari pertukaran atau spekulasi
3. Karakteristik derivative
a. Derivatif yang berdiri sendiri (freestanding derivative)
Misalnya swap, forward, future, option
b. Derivatif melekat (embedded derivative)
1) Komponen dari hybrid/combined instrument;
2) Didalamnya terdapat kontrak utama non derivatif;
3) Sebagian arus kas yg berasal dari instrumen yang digabungkan bervariasi
seperti derivatif yg berdiri sendiri
4) Terdapat persyaratan untuk diakui terpisah
4. Jenis derivative yang berdiri sendiri
a. Swap -> kesepkatan antara dua pihak di mana masing-masing pihak setuju untuk
menukar arus kas masa depan untuk menurunkan risiko bagi keuda belah pihak
b. Forwards -> perjanjian untuk membeli atau menjual suatu aset dengan harga yang
disepakati pada tanggal tertentu di masa depan
c. Futures -> kontrak standar yang diperdagangkan di bursa berjangka
d. Option -> opsi untuk membeli atau menjual aset dengan harga dan tanggal tertentu.
Derivatif melekat merupakan komponen instrumen campuran atau instrumen gabungan.
Entitas diharuskan memisahkan derivatif melekat dari kontrak utamanya, namun jika tidak
dapat mengukur derivatif melekatnya secara terpisah, maka keseluruhan kontrak yang
digabungkan diperlakukan sebagai aset/liabilitas keuangan yang dimiliki untuk
diperdagangkan. Derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak utamanya dan dicatat
sebagai derivatif berdasarkan Pernyataan ini, jika dan hanya jika:
a. karakteristik ekonomi dan risiko dari derivatif melekat tidak berkaitan erat dengan
karakteristik ekonomi dan risiko dari kontrak utama (PA43 dan PA46);
b. instrumen terpisah yang memiliki persyaratan yang sama dengan derivatif melekat
memenuhi definisi sebagai derivatif; dan
c. instrumen campuran (instrumen yang digabungkan) tidak diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi (dengan kata lain derivatif yang melekat pada aset keuangan
atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi tidak
dipisahkan).
Jika derivatif melekat dipisahkan, maka kontrak utamanya harus dicatat berdasarkan
Pernyataan ini jika kontrak utamanya merupakan instrumen keuangan, namun jika kontrak
utamanya bukan merupakan instrumen keuangan, maka harus dicatat berdasarkan
Pernyataan lain yang sesuai.

33
C. AKUNTANSI LINDUNG NILAI (PSAK 71)
1. Tujuan lindung nilai untuk mengurangi risiko.
Lindung Nilai Sempurna: lindung nilai yang secara sempurna (efektifitasnya 100%)
menghilangkan risiko → dalam praktik, lindung nilai ini jarang. Lindung nilai bertujuan
untuk mengambil posisi menetralkan risiko, sehingga dilakukan dengan melakukan
kontrak dalam posisi lawan.

Kenapa perlu lindung nilai? Kenapa tidak perlu lindung nilai?


Tidak mempunyai kemampuan atau Para pemegang saham dapat, (jika
keahlian khusus dalam memprediksi mereka mau), melindung nilai dirinya
variabel-variabel seperti tingkat bunga, sendiri.
kurs valas, dan harga komoditas.

Perusahaan dapat memfokuskan Mereka tidak membutuhkan perusahaan


aktivitas-aktivitas utamanya sesuai melakukannya untuk mereka.
dengan kemampuan dan keahlian
khususnya.

Argumen mengasumsikan bahwa:


1. Para pemegang saham mempunyai
banyak informasi tentang risiko yang
dihadapi oleh perusahaan, seperti
manajemen perusahaan
2. Tidak ada biaya-biaya komisi dan
transaksi.3. Pemegang saham dapat
melakukan perlindungan atas risiko
melalui portfolio investasi

2. Lindung nilai untuk tujuan akuntansi adalah untuk mendesain satu atau lebih instumen
lindung nilai sehingga perubahan nilai wajarnya saling meniadakan, baik seluruh atau
sebagian dengan perubahan nilai wajar dari item yang dilindungi. Lindung nilai akuntansi
mengakui pengaruh laba/rugi dari perubahan nilai wajar instrumen lindung nilai dengan
item yang dilindung nilainya.
3. Instrumen lindung nilai (hedging items)
1) Derivatif diukur pada nilai wajar melalui laba rugi

34
2) Aset keuangan nonderivatif atau liabilitas keuangan nonderivatif yang diukur pada
nilai wajar melalui laba rugi
3) Hanya kontrak dengan pihak eksternal dari entitas pelapor yang dapat ditetapkan
sebagai instrument lindung nilai
4. Item lindung nilai (hedged items)
1) Aset atau liabilitas yang diakui
a. Komitmen pasti yang belum diakui
b. Prakiraan transaksi atau investasi neto pada kegiatan usaha luar negeri yang
kemungkinan besar terjadi (highly probable).
c. Dapat berupa item tunggal, kelompok dari item, atau bagian dari kelompok
Efektivitas lindung nilai -> sejauh mana perubahan nilai wajar atau arus kas dari item yang
dilindung nilai yang diatribusikan pada risiko yang akan dilindung nilai dapat saling hapus
dengan perubahan nilai wajar atau arus kas dari instrumen lindung nilai.
5. Kriteria kualifikasian untuk akuntansi lindung nilai:
a. Instrumen lindung nilai dan item lindung nilai yang memenuhi syarat
b. Pada awal hubungan lindung nilai terdapat penetapan dan dokumentasi formal yang
mencakup identifikasi instrumen lindung nilai, item lindung nilai, sifat risiko yang
dilindung nilai dan bagaimana efektivitas lindung nilai
c. Memenuhi seluruh persyaratan efektivitas lindung nilai berikut ini:
1) Terdapat hubungan ekonomik antara item lindung nilai dengan instrumen
lindung nilai
2) Pengaruh risiko kredit tidak mendominasi perubahan nilai yang dihasilkan dari
hubungan ekonomik tersebut
3) Rasio lindung nilai adalah rasio yang sama dari hasil perbandingan kuantitas
item lindung nilai yang secara actual dilindung nilai dan kuantitas instrumen
lindung nilai yang secara aktual digunakan entitas untuk melindung nilai
sejumlah kuantitas item lindung nilai tersebut
6. Jika hubungan lindung nilai tidak lagi memenuhi persyaratan efektivitas lindung nilai
terkait denan rasio lindung nilai, namun tujuan manajemen risiko untuk hubungan lindung
nnilai yang ditetapkan tetap sama, entitas menyesuaikan rasio lindung nilai atas
hubungan lindung nilai sehingga memenuhi kriteria kualifikasi lagi. Hal ini disebut
rebalancing, yang mana mengacu pada penyesuaian yang dibuat untuk kuantitas yang
ditetapkan dari item lindung nilai yang sudah ada untuk tujuan mempertahankan rasio
lindung nilai yang sesuai dengan persyaratan efektivitas lindung nilai. Perubahan jumlah
yang ditetapkan dari item lindung nilai atau instrument lindung nilai untuk tujuan yang
berbeda bukan merupakan rebalancing.
7. Lindung nilai bisa dicatat atas 3 hal sebagai berikut:

35
a. Lindung nilai atas nilai wajar
Perubahan nilai wajar pada item lindung nilai dapat memengaruhi laporan laba rugi.
Pencatatan lindung nilai atas nilai wajar pada instrument lindung nilai untuk
keuntungan atau kerugian dari pengukuran kembali akan diakui pada laba rugi.
Sedangkan untuk item lindung nilai keuntungan atau kerugian lindung nilai
menyesuaikan nilai tercatat item lindung nilai dan diakui pada laba rugi.
Jika item lindung nilai berupa aset keuangan yang diukur pada FVOCI, maka
keuntungan atau kerugian diakui dalam laba rugi, kecuali untuk instrument ekuitas
(keuntungan atau kerugian diakui pada penghasilan komprehensif lain).
Jika item lindung nilai berupa instrument keuangan yang diukur pada biaya perolehan
diamortisasi, maka keuntungan atau kerugian diamortisasi pada laba rugi
menggunakan suku bunga efektif.
b. Lindung nilai atas arus kas
Pada lindung nilai atas arus kas dicatat sebagai bagian dari keuntungan atau
kerugian atas instrument lindung nilai yang ditetapkan sebagai lindung nilai yang
efektif diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan bagian yang tidak efektif atas
keuntungan atau kerugian dari instrumen lindung nilai diakui dalam laba rugi.
c. Lindung nilai atas investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri
Pada dasarnya dicatat sama dnegan lindung nilai arus kas, di mana bagian dari
keuntungan atau kerugian atas instrumen lindung nilai yang ditentukan sebagai
lindung nilai yang efektif diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan bagian
yang tidak efektif atas keuntungan atau kerugian dari instrumen lindung nilai diakui
dalam laba rugi. Sementara keuntungan atau kerugian kumulatif atas instrumen
lindung nilai yang terkait dengan bagian efektif dari lindung nilai yang telah
diakumulasi dalam cadangan transalsi valuta asing direklasifikasi dari ekuitas ke
dalam laba rugi sebagai penyesuaian reklasifikasi.
8. Penghentian lindung nilai dapat dilakukan bila:
a. Instrumen yang dilindung nilai jatuh tempo atau dijual atau dihentikan atau direalisasi
b. Lindung nilai tidak efektif lagi utnuk memenuhi kriteria akuntansi lindung nilai
c. Lindung nilai arus kas untuk transaksi yang diperkirakan tidak lagi diharapkan akan
terjadi
d. Entitas mencabut penetapan lindung nilai

36
RESUME AKK PERTEMUAN 12

A. PSAK 23 PENDAPATAN
1. Tujuan Pernyataan
Tujuan Pernyataan ini untuk mengatur perlakuan akuntansi atas pendapatan yang timbul
dari transaksi dan kejadian tertentu. Pernyataan ini mengindentifikasi keadaan saat kriteria
tersebut akan terpenuhi, sehingga pendapatan dapat diakui.
2. Ruang Lingkup dan Definisi
Lingkup pendapatan yang timbul dari transaksi dan kejadian : (par. 1)
a. penjualan barang
b. penjualan jasa; dan
c. penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan
dividen.
Barang meliput barang yang diproduksi oleh entitas atau dibeli untuk dijual.
Penjualan jasa umunya seperti pelaknsaan tugas yang telah disepakati secara kontraktual
selama beberapa periode tertentu. Penjualan jasa dari kontrak konstruksi diatur dalam PSAK
34.
Penggunaan aset entitas oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk : (par. 5)
a. bunga
b. royalti (paten, merk dagang, hak cipta, dll)
c. dividen
Pernyataan ini tidak mengatur pendapatan dari : (par. 6)
a. perjanjian sewa (PSAK 30)
b. dividen dari investasi dengan metode ekuitas (PSAK 15)
c. kontrak asuransi (PSAK 62)
d. perubahan nilai wajar aset dan liabilitas atau lepasannya (PSAK 55)
e. perubahan nilai aset lancar lain
f. pengakuan awal dan dari perubahan nilai wajar dari aset biologis (PSAK 69)
g. pengakuan awal dari produk agrikultur (PSAK 69)
h. ekstrasi hasil tambang.
Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomik yang timbul dari
aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan
kenaikan ekutitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. (par. 7)
3. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. (par. 9)
Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara

37
entitas dengan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur pada nilai wajar
imbalan yang diterima atau dapat diterima dikurangi diskon dan rabat. (par. 10)
Entitas dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel
tagih dari pembeli dengan suku bunga di bawah pasar sebagai imbalan penjualan barang.
Jika perjanjian tersebut merupakan transaksi keuangan, maka nilai wajar imbalan ditentukan
dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan menggunakan suku
bunga tersirat :
a. suku bunga yang berlaku bagi instrumen serupa dari penerbit dengan penilaian kredit
yang sama; atau
b. suku buga yang mendiskonto nilai nominal instrumen tersebut ke harga jual tunai saat
ini dari barang atau jasa.
Perbedaan nilai wajar dengan jumlah nominal tersebut diakui sebagai pendapatan bunga
sesuai PSAK 55. (par. 11)
Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang dan jasa dengan sifat dan nilai serupa,
maka tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan. Jika barang dijual
atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang atau jasa yang tidak serupa, maka
diangap sebagai transaksi yang mengasilkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada
nilai wajar barang atau jasa yang diterima, disesuaikan dengan jumlah kas yang dialihkan.
Jika nilai wajar tidak dapat diukur secara andal, maka pendapatan tersebut diukur pada nilai
wajar dari barang atau jasa yang diserahkan. (par. 12)
4. Pengidentifikasian Transaksi
Kriteria pengakuan biasanya diterapkan secara terpisah pada setiap transaksi. Tetapi
dalam keadaan tertentu, perlu untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut pada
komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal,
agar mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Contoh, jika harga penjualan dari suatu
produk ternasuk jumlah yang dapat diidentifikasi utnuk jasa berikutnya, maka jumlah tersebut
ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama periode jasa tersebut dilaksanakan.
Sebaliknya kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama jika
transaksi tersebut terkait sehinnga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa
melihat rangkaian transaksi secara keseluruhan.
5. Penjualan Barang
Pendapatan diakui jika memenuhi kondisi :
a. entitas telah memindahkan risiko dan anfaat kepemilikan barang secara signifikan
kepada pembeli,
b. entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan
atas barang atau melakuka pengendalian atas barang yang dijual,
c. jumlah pendapatan dapat diukur secara andal,

38
d. kemungkinan besar manfaat ekonomik dari transaksi tersebut akan mengalir ke entitas
e. biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat
diukur secara andal. (par. 14)
Pada umumnya, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang
bersamaan dengan pemindahan hak milik atau penguasaan atas barang tesebur kepada
pembeli. Dalam kasus lain, pemindahaan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat
yang berbeda dengan pemindahan hak milik atau penguasaan atas barang tersebut. (par. 15)
Jika entitas menahan risiko signifikan dari kepemilikan, maka transaksi tersebut bukanlah
penjualan dan pendapatan tidak diakui. Entitas dapat menahan risiko dan manfaat
kepemilikan secara signifikan dalam berbagai cara, contoh :
a. jika entitas menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal tidak
memuaskan yang tidak dijamin oleh ketentuan jaminan normal,
b. jika penerimaan pendapatan dari penjualan bergantung pada pendapatan pembeli dari
penjualan barang yang bersangkutan,
c. jika pengiriman barang bergantung pada instalasinya dan instalasi tersebut
merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum selesai,
d. jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan
dalam kontrak dan entitas tidak dapat memastikan kemungkinan akan terjadi retur (par
16)
Jika entitas hanya menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan, maka transaksi
tersebut adalah penjualan dan pendapatan diakui. (par 17) Pendapatan diakui hanya jika
kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir
ke entitas. Tetapi jika ketidakpastian timbul dari kolektibilitas jumlah tertentu yang telah
termasuk dalam pendapatan, maka jumlah yang tidak tertagih atau jumlah pemulihan yang
kemungkinannya tidak besar lagi diakui sebagai beban, bukan sebagai penyesuaian terhadap
jumlah pendapatan yang diakui semula. (par 18)
6. Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi secara andal,
maka pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut diakui dengan mengacu pada
tingkat penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan. Hasil transaksi dapat
diestimasi secara andal jika seluruh kondisi berikut dipenuhi :
a. jumlah pendapatan dapat diukur secara andal,
b. kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas,
c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur
secara andal, dan

39
d. biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut
dapat diukur secara andal. (par. 20)
Pengakuan pendapatan dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi
sering disebut sebagai metode presentase penyelesaian – pendapatan diakui dalam periode
akuntansi pada saat jasa diberikan. (par 21)
Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan
dengan transaksi akan mengalir ke entitas. Jika ketidakpastian timbul atas kolektibilitas jumlah
yang telah termasuk dalam pendapatan, maka jumlah yang tidak tertagih atau jumlah
oemulihan yang kemungkinannya tidak besar lagi diakui sebagai beban, bukan penyesuaian
atas jumlah pendapatan yang diakui semula. (par. 22)
Entitas umumnya dapat membuat estimasi andal setelah entitas mencapai persetujuan
dengan pihak lain mengenai :
a. hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan secara hukum
terkait dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak tersebut,
b. imbalan yang dipertukarkan, dan
c. cara dan persyaratan penyelesaian. (par 23)
Tingkat penyelesaian transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode yang mencakup :
a. survei pekerjaan yang telah dilaksanakan,
b. jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang
dilakukan, atau
c. proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi
tersebut. (par 24)
Jika hasil transaksi terkait dengan penjualan jasa tidak dapat diestimasi secara andal, maka
pendapatan diakui hanya sebesar beban yang telah diakui yang dapat dipulihkan. (par 26)
7. Bunga, Royalti, dan Dividen
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen diakui dengan dasar yang dijelaskan di par. 30, jika :
a. kemungkinan besar manfaat ekonomik sehubungan dengan transaksi tersebut akan
mengalir ke entitas, dan
b. jumlah pendapatan dapat diukur secara andal. (par 29)
Pendapatan diakui dengan dasar berikut :
a. bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif sebagaimana yang dijelaskan
di PSAK 55,
b. royalti diukur dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan,
dan
dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan. (par 30)

40
8. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan :
a. kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pedapatan, termasuk metode
yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa,
b. jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode
tersebut, termasuk pendapatan dari :
i. penjualan barang
ii. penjualan jasa,
iii. bunga,
iv. royalti
v. dividen, dan
vi. jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang
tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan. (par 35)
9. Contoh Ilustratif
Penjualan barang
Penjualan bill and hold adalah ketika pengitiman ditunda sesuai permintaan pembeli
tetapi pembeli mendapatkan hak milik dan menerima tagihan. Pendapatan diakui pada saat
pembeli mendapatkan hak milik jika :
a. terdapat kemungkinan besar bahwa pengiriman akan dilakukan;
b. barang sudah di tangan, teridentifikasi dan siap untuk dikirmkan ke pembeli pada
saat penjualan diakui;
c. pembeli secara khusus menyatakan instruksi pengiriman ditangguhkan; dan
d. berlaku syarat-syarat pembayaran yang lazim.
Pendapatan tidak diakui ketika terdapat keinginan untuk memperoleh atau memproduksi
barang di waktu pengiriman. (CI 1)
B. PSAK 72 PENDAPATAN DARI KONTRAK DENGAN PELANGGAN
1. Tujuan
Pernyataan ini menetapkan prinsip yang diterapkan entitas untuk melaporkan informasi
yang berguna kepada pengguna laporan keuangan tentang sifat, jumlah, waktu, dan
ketidakpastian pendapatan dan arus kas yang timbul dari kontrak dengan pelanggan. (par 1)
2. Ruang Lingkup
Entitas menerapka Pernyataan ini untuk seluruh kontrak dengan pelanggan, kecuali :
a. kontrak sewa dalam ruang lingkup PSAK 73
b. kontrak asuransi dalam ruang lingkup PSAK 62
c. Instrumen keuangan dan hak atau kewajiban kontraktual lain dalam ruang lingkup
PSAK 71, PSAK 65, PSAK 66, PSAK 4, dan PSAK 15

41
d. pertukaran nonmoneter antara entitas dalam lini bisnis yang sama untuk
memfasilitasi penjualan kepada pelanggan atau pelanggan potensial. (par 5)
Entitas menerapkan pernyataan ini terhadap kontrak hanya jika pihak lawan kontrak
adalah pelanggan. (par 06)
3. Pengakuan
a. Mengidentifikasi Kontrak
Entitas mencataat kontrak dengan pelanggan jika seluruh kriteria berikut terpenuhi :
a. para pihak dalam kontrak telah menyetujui kontrak dan berkomitmen untuk
melaksanakan kewajiban masing-masing,
b. entitas dapat mengidentifikasi hak setiap pihak mengenai barang atau jasa yang akan
dialihkan,
c. entitas dapat mengidentifikasi jangka waktu pembayaran barang atau jasa yang akan
dialihkan,
d. kontrak memilki substansi komersial, dan
e. kemungkinan besar entitas akan menagih imbalan yang akan menjadi haknya dalam
pertukaran barang atau jasa yang akan dialihkan ke pelanggan. Dalam mengevaluasi
apakah kolektibilitas dari jumlah imbalan kemungkinan besar terjadi, entitas hanya
mempertimbangkan kemampuan dan intensi pelanggan untuk membayar jumlah
imbalan ketika jatuh tempo. (par 9)
Kontrak adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan hak dan kewajiban
yang dapat dipaksakan. (par 10)
b. Modifikasi Kontrak
Modifikasi kontrak adalah perubahan dalam ruang lingkup atau harga kontrak yang
disetujui oleh para pihak dalam kontrak. Modifikasi kontrak terjadi ketika para pihak dalam
kontrak menyetujui modifikasi, baik yang menimbulkan ketentuan baru atau mengubah
ketentuan yang sudah ada atas hak dan kewajiban yang dapat dipaksakan oleh para pihak
dalam kontrak. (par 18)
Entitas mencatat modifikasi kontrak sebagai kontrak terpisah jika :
a. ruang lingkup kontrak meningkat karena penambahan barang atau jasa yang
diberikan bersifat dapat dibedakan,
b. harga kontrak meningkat oleh sejumlah imbalan yang mencerminkan harga jual
berdiri sendiri atas penambahan barang atau jasa yang dijanjikan. (par 20)
Jika modifikasi kontrak tidak daicatat sebagai kontrak terpisah, maka entitas mencatat
barang atau jasa yang dijanjikan yang belum dialihkan dengan cara :
a. mencatat modifikasi kontrak seolah-olah merupakan penghentian kontrak yang ada
dan menimbulkan kontrak baru,
b. mencatat modifikasi kontrak seolah-olah bagian dari kontrak yang ada,

42
Jika sisa barang atau jasa merupakan kombinasi dari poin a dan b, maka entitas mencatat
dampak modifikasi atas kewajiban yang tidak terpenuhi dalam kontrak. (par 21)
c. Mengidentifikasi Kewajiban Pelaksanaan
Pada insepsi kontrak, entitas menilai barang atau jasa yang dijanjikan dalam kontrak
dengan pelanggan dan mengidentifikasi sebagai kewajiban pelaksanaan setiap janji untuk
mengalihkan kepada pelanggan baik :
a. suatu barang atau jasa yang bersifat dapat dibedakan, atau
b. serangkaian barang atau jasa yang bersifat dapat dibedakan yang secara substansial
sama dan memiliki pola oenghasilan yang sama kepada pelanggan. (par 22)
Barang atau jasa yang bersifat dapat dibedakan jika kriteria berikut dipenuhi :
a. pelanggan memperoleh manfaat dari barang atau jasa baik barang atau jasa itu sendiri
atau bersama dengan sumber daya lain yang siap tersedia kepada pelanggan, dan
b. janji entitas untuk mengalihkan barang atau jasa kepada pelanggan dapat diidentifikasi
secara terpisah dari janji lain dalam kontrak. (par 27)
d. Pemenuhan Kewajiban Pelaksanaan
Entitas mengakui pendapatan ketika entitas memenuhi kewajiban pelaksanaan dengan
mengalihkan barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan. Aset dialihkan ketika
pelanggan memperoleh pengendalian atas aset tersebut. (par 31)
Pengendalian atas aset merujuk pada kemampuan untuk mengarahkan penggunaan
atas, dan memperoleh seluruh sisa manfaat secara substansial dari aset. Pengendalian
mencakup kemampuan untuk mencegah entitas lain mengarahkan penggunaan atas, dan
memperoleh manfaat dari aset. Manfaat atas aset adalah arus kas potensial (arus masuk atau
penghematan arus keluar). (par 33)
4. Pengukuran
Ketika (atau selama) kewajiban pelaksanaan dipenuhi, entitas mengakui pendapatan
atas sejumlah harga transaksi (yang tidak termasuk estimasi atas imbalan variabel yang
dibatasi sesuai dengan par 56-58) yang dialokasikan terhadap kewajiban pelaksanaan. (par
46)
a. Menentukan Harga Transaksi
Entitas mempertimbangkan syarat kontrak dan praktik bisnis umum entitas untuk
menentukan harga transaksi. Harga transakasi adalah jumlah imbalan yang diperkirakan
menjadi hak entitas dalam pertukaran untuk mengalihkan barang atau jasa yang dijanjikan
kepada pelanggan, tidak termasuk jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga. Imbalan yang
dijanjikan dalam kontrak dengan pelanggan dapat mencakup jumlah tetap, jumlah variabel,
atau keduanya. (par 47)
Ketika menentukan harga transaksi, entitas mempertimbangkan :
a) imbalan variabel

43
b) estimasi pembatas imbalan variabel
c) keberadaan komponen pendanaan signifikan dalam kontrak
d) imbalan nonkas
e) utang imbalan kepada pelanggan. (par 48)
b. Alokasi Harga Transaksi terhadap Kewajiban Pelaksanaan
Tujuan ketika mengalokasikan harga transaksi adalah entitas mengalokasikan harga
transaksi terhadap setiap kewajiban pelaksanaan dalam jumlah yang menggambarkan jumlah
imbalan yang diperkirakan menjadi hak entitas dalam pertukaran untuk mengalihkan barang
atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan.
1) Alokasi Berdasarkan Harga Jual Berdiri Sendiri
Untuk mengalokasikan harga transaksi terhadap setiap kewajiban pelaksanaan dengan dasar
harga jual berdiri sendiri relatif, entitas menentukan harga jual berdiri sendiri pada insepsi
kontrak atas barang atau jasa yang bersifat dapat dibedakan yang mendasari setiap
kewajiban pelaksanaan dalam kontrak dan mengalokasikan harga transaksi secara proporsi
terhadap harga jual berdiri sendiri tersebut. (par 76)
Harga jual berdiri sendiri adalah harga barang atau jasa yang dijanjikan dijual secara
terpisah oleh entitas kepada pelanggan. (par 77)
Metode untuk mengestimasi harga jual berdiri sendiri :
a. pendekatan nilai pasar yang disesuaikan
b. pendekatan biaya ekspektasian
c. pendekatan residual
d. metode kombinasi (par 79-80)
2) Perubahan dalam Harga Transaksi
Setelah insepsi kontrak, harga transaksi dapat berubah karena berbagai alasan, mencakup
penyelesaian peristiwa tidak pasti atau perubahan lain dalam keadaan yang mengubah
jumlah imbalan yang diperkirakan menjadi hak entitas dalam suatu pertukara yang dijanjikan.
(par 87)
Akibatnya entitas tidak mengalokasikan kembali harga transaksi untuk mencerminkan
perubahan dalam harga jual berdiri sendiri setelah insepsi kontrak. Jumlah yang dialokasikan
dalam kewajiban pelaksanaan yang sudah dipenuhi diakui sebagai pendapatan, atau
pengurang pendapatan, dalam periode dimana harga transaksi berubah. (par 88)
Entitas mencatat perubahan dalam harga transaksi dalam modifikasi kontrak sesuai par
18-21, tetapi atas perubahan dalam harga transaksi yang terjadi setelah kontrak, entitas
menerapkan par 87-89 untuk alokasi perubahan dalam harga transaksi dengan salah satu
cara berikut :
a. Entitas mengalokasikan perubahan dalam harga transaksi terhadap kewajiban
pelaksanaan diidentifikasi dalam kontrak sebelum modifikasi jika perubahan dalam

44
harga transaksi dapat diatribusikan terhadap jumlah imbalan variabel yang dijanjikan
sebelum modifikasi.
Dalam kasus di mana modifikasi dicatat sebagai kontrak terpisah sesuai dengan par 20,
entitas mengalokasikan perubahan dalam harga transaksi terhadap kewajiban pelaksanaan
dalam kontrak modfikasian. (par 90)
5. Pengungkapan
Entitas mengungkapkan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang :
a) kontrak dengan pelanggan
b) pertimbangan signifikan, dan perubahan dalam pertimbangan, yang dibuat dalam
menerapkan Pernyataan ini terhadap kontrak tersebut, dan
aset yang diakui dari biaya untuk memperoleh atau memenuhi kontrak dengan pelanggan
sesuai par 91 atau 95. (par 110)
a. Kontrak dengan pelanggan
Entitas mengungkapkan seluruh jumlah berikut :
a) pendapatan yang diakui dari kontrak dengan pelanggan, yang diungkapkan secara
terpisah dari sumber pendapatan lain, dan
b) rugi penurunan nilai yang diakui atas piutang atau aset kontrak yang timbul dari kontrak
dengan pelanggan, yang diungkapkan secara terpisah dari rugi penurunan nilai dari
kontrak lain. (par 113)
b. Pertimbangan Signifikan dalam Penerapan Pernyataan Ini
Entitas menjelaskan pertimbangan, dan perubahan pertimbangan yang digunakan untuk
menentukan :
a) waktu pemenuhan kewajiban pelaksanaan, dan
b) harga transaksi dan jumlah yang dialokasikan terhadap kewajiban pelaksanaan. (par
123)
c. Aset yang Diakui dari Biaya untuk Memperoleh atau Memenuhi Kontrak dengan
Pelanggan
Entitas mendeskripsikan :
a) pertimbangan yang dibuat dalam menentukan jumlah biaya yang terjadi untuk
memperoleh atau memenuhi kontrak dengan pelanggan, dan
b) metode yang digunakan untuk menentukan amortisasi setiap periode pelaporan. (par
127)
Entitas mengungkapkan :
a. saldo akhir aset yang diakui dari biaya yang terjadi untuk memperoleh atau memenuhi
kontrak dengan pelanggan, berdasarkan kategori utama aset, dan
b. jumlah amortisasi dan rugi penurunan nilai yang diakui dalam periode pelaporan. (par
128)

45
C. CONTOH SOAL
1. Kasus Pengakuan Pendapatan
Perusahaan di Jakarta...
1. Menjual jasa Rp100.000, menerima uang tunai
2. Menjual jasa Rp110.000, menerima emas
3. Menjual jasa Rp120.000, menerima beras
4. Menjual jasa Rp130.000, menerima jambu
5. Menjual jasa Rp140.000, menerima janji
Berapa pendapatan perusahaan periode tsb?
Mayoritas jawaban :
Jumlah pendapatan : Rp 460.000
Poin 1-4 dapat diakui sebagai pendapatan (PSAK 23 par.20). Pertukaran dengan barang tidak
sejenis dapat diakui sebagai pendapatan yang diukur sesuai nilai wajar barang/jasa yang
diterima (PSAK 23 par.12). Poin 5 tidak dapat diakui sebagai pendapatan karena janji
diasumsikan tidak kuat untuk memperoleh hak menagih sesuai par 23.
2. Konsep pengukuran mengacu pada PSAK 68 (hierarki nilai wajar) level 1-3
Bagaimana kita mengukur level keyakinan seperti pada poin 5 tersebut? Sesuai dengan
PSAK 68 terdapat 3 level input hierarki nilai wajar dari mulai:
1. Input Level 1 harga pasar kuotasian
2. Input level 2 adalah input selain harga pasar kuotasian yang dapat diobservasi untuk
aset dan liablilitas
3. input level 3 adalah input yang tidak diobservasi untuk aset dan liabilitas
3. Saat Pengakuan Pendapatan
Contoh 2...
1. Dijual 1 semen tunai Rp100.000, barang langsung dibawa pembeli
2. Dijual 2 semen kredit Rp200.000, barang langsung dibawa pembeli. Pembeli kenal
baik.
3. Dijual 3 semen tunai Rp300.000, barang belum dibawa oleh pembeli.
4. Dijual 4 semen tunai Rp400.000, barang tidak tahu kapan akan dibawa oleh pembeli.
5. Dijual 5 semen kredit Rp500.000, barang dibawa pembeli. Pembeli tidak kenal.
Berapa nilai penjualan?
Jawaban yang disetujui Bapaknya :
Nilai Penjualan : Rp 1.000.000. Dalam PSAK 23 pendapatan dari penjualan diakui dengan
kondisi telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan ke pembeli. Pada umumnya
pemindahan risiko dan manfaat terjadi pada saat bersaam dengan pemindahan penguasaan
oleh pembeli seperti pada no 1 dan 2. Pada no 3 dan 4 diakui sbg pendapatan juga walau
belum dibawa pembeli namun sudah dianggap terjadi pemindahan risiko dan manfaat. Terkait

46
no 5 dengan asumsi masalah kolektabilitas transaksi kredit sehingga kemungkinan manfaat
ekonomi kemungkinan kecil mengalir maka belum diakui sebagai pendapatan.
4. Konsep bill and hold
27 Desember, A beli semen lalu dititipkan di toko selama 2 pekan.
28 Desember, B beli semen juga lalu akan diambil jika sudah mulai bangun rumah.
Nilai transaksi 1 juta
Berapa sales tahun itu?
Mayoritas jawaban :
Nilai penjualan : Rp 1 juta. Nilai penjualan sebesar Rp 1.000.000 karena pembelian A
dapat diakui penjualan karena semen tsb dititipkan (ada instruksi secara khusus dari pembeli
bahwa pengiriman ditangguhkan). Untuk pembelian B tidak diakui karena tidak terdapat
kepastian barang akan dikirimkan dan tidak jelas kapan B akan bangun rumah.
5. Persyaratan kontrak PSAK 72
Pengakuan pendapatan akrual seperti itu sangat rentan terhadap rekayasa keuangan.
Karena itulah PSAK 72 memberikan persyaratan yang ketat.
Soal Pak Mukhtar :
Rafif bisnis transportasi target Rp500.00
• Mengantar A seharga Rp100.000 langsung bayar. clear..
• Mengantar B seharga Rp110.000 belum bayar tapi sudah billed. yg menulis sales
krn yakin bill akan dibayar. Kembali ke pernyataan sebelumnya, jika memang
sejak awal tidak yakin AR bisa direalisasi maka tidak boleh diakui sbg sales.
• Mengantar C seharga Rp120.000 belum bayar belum billed. sebaliknya, ini kadang
diakui sbg pendapatan yang seharusnya diterima. Kalau yang billed namanya
AR. Tipis banget kan...
Mengantar D seharga Rp130.000 langsung bayar, tapi minta tunggu hujan reda.
Pertimbangan huja reda itu lama atau bentar. Juga sangat subyektif.

47
RESUME AKK PERTEMUAN 13

A. DEFINISI KONTRAK SEWA


Suatu kontrak merupakan sewa jika kontrak tersebut memberikan hak untuk
mengendalikan penggunaan aset identifikasian selama suatu jangka waktu untuk
dipertukarkan dengan imbalan.
1. Terdapat aset identifikasian:
a. ditetapkan secara eksplisit atau implisit
b. Pemasok/pesewa tidak memiliki hak substitusi substantif
c. secara fisik aset dapat dibedakan
2. Penyewa mendapatkan manfaat ekonomik dari penggunaan aset
3. Penyewa mempunyai hak untuk mengarahkan penggunaan

48
B. AKUNTANSI PENYEWA
PSAK 73 memperkenalkan model akuntansi tunggal untuk penyewa dan mensyaratkan
agar penyewa mengakui aset dan liabilitas untuk seluruh sewa dengan masa sewa lebih dari
12 bulan, kecuali aset pendasarnya bernilai-rendah.
Penyewa disyaratkan untuk mengakui aset hak-guna yang merepresentasikan haknya
untuk menggunakan aset pendasar sewaan dan liabilitas sewa yang merepresentasikan
kewajibannya untuk membayar sewa.
Penyewa mengukur aset hak-guna dengan cara yang serupa dengan aset non keuangan
lain (seperti aset tetap) dan laiabilitas sewa dengan cara yang serupa dengan liabilitas
keuangan lainnya. Sebagai konsekuensinya, penyewa mengakui depresiasi aset hak-guna
dan bunga atas liabilitas sewa dan juga mengklasifikasi pembayaran kas untuk liabilitas sewa
menjadi bagian pokok dan bagian bunga dan menyajikannya dalam laporan arus kas dengan
menerapkan PSAK 2: laporan arus kas.
Aset dan liabilitas yang timbul dari sewa pada awalnya diukur berdasarkan nilai kini.
Pengukuran tersebut termasuk pembayaran sewa yang tidak dapat dibatalkan (termasuk
oembayaran terkait-inflasi), dan juga termasuk pembayaran yang akan dilakukan pada
periode opsional jika penyewa cukup pasti untuk mengeksekusi opsi perpanjangan sewa atau
tidak mengeksekusi opsi penghentian sewa.
1. Pengakuan Awal
Aset Hak Guna: pada biaya perolehan mencakup:
a. jumlah awal liabilitas sewa
b. pembayaran sewa yang dilakukan pada atau sebelum tanggal permulaan, dikurangi
insentif sewa yang diterima;
c. biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh penyewa; dan
d. estimasi biaya untuk membongkar, dan memindahkan aset pendasar, merestorasi
tempat di mana aset berada atau merestorasi aset pendasar ke kondisi yang
disyaratkan oleh syarat dan ketentuan sewa.
Liabilitas sewa: nilai kini pembayaran sewa yang belum dibayar > didiskontokan dengan
bunga implisit dalam sewa atau suku bunga pinjaman incremental penyewa.
a. pembayaran tetap, dikurangi piutang insentif sewa
b. pembayaran variabel (berdasarkan indeks atau suku bunga)
c. estimasi jumlah yang akan dibayar dalam jaminan nilai residual;
d. harga eksekusi opsi beli; dan
e. pembayaran penalti karena penghentian sewa
2. Pengukuran Selanjutnya
Aset hak guna:
a. Model biaya:

49
1) Depresiasi aset sesuai PSAK 16
2) ada pengalihan kepemilikan aset atau opsi beli > depresiasi sesuai umur manfaat
aset hak guna
3) tidak ada opsi beli > depresiasi sesuai umur manfaat aset atau masa sewa (mana
yang lebih awal)
4) penurunan nilai sesuai PSAK 48
b. Metode pengukuran lain:
1) Nilai wajar
2) Revaluasi
Liabilitas sewa:
a. Bunga (suku bunga x sisa saldo liabiltas sewa)
(D) beban bunga
(K) liabilitas sewa
b. Pembayaran sewa
(D) liabilitas sewa
(K) kas/bank
c. Penilaian kembali liabilitas sewa atau modifikasi sewa
1) perubahan masa sewa
2) perubahan penilaian opsi beli
3) perubahan jaminan nilai residual
4) perubahan pembayaran variabel (indeks)
d. penilaian kembali liabilitas sewa sebagai penyesuaian aset hak guna
3. Modifikasi Sewa
Sewa terpisah, jika:
modifikasi meningkatkan ruang lingkup sewa dengan penambahan hak untuk menggunakan
satu aset pendasar atau lebih; dan imbalan sewa meningkat sebesar jumlah yang setara
dengan harga tersendiri peningkatan ruang lingkup dan penyesuaian yang tepat pada harga
tersendiri tersebut untuk merefleksikan kondisi kontrak tertentu.

Sewa tidak terpisah, pada tanggal efektif modifikasi sewa, penyewa:


alokasi imbalan kontrak modifikasian sebagai komponen kontrak, tentukan masa sewa
modifikasian, ukur kembali liabilitas sewa (diskonto pembayaran sewa revisian dengan tingkat
diskonto revisian)
4. Penyajian
a. Laporan posisi keuangan atau CALK
Aset hak guna terpisah dari aset lainnya, jika tidak: dalam pos aset pendasar serupa
yang dimiliki; dan mengungkapkan pos yang mencakup aset hak guna. liabilitas sewa

50
terpisah dari liabilitas lain, jika tidak: mengungkapkan pos yang mencakup liabilitas
sewa.
b. Laporan laba rugi dan komprehensif lain
Beban bunga atas liabilitas sewa terpisah dari beban depresiasi aset hak guna dan
beban bunga atas liabilitas sewa komponen dari biaya keuangan
c. Laporan arus kas
Pembayaran kas untuk bagian pokok liabilitas sewa: aktivitas pendanaan.
Pembayaran kas untuk bagian bunga liabilitas sewa: aktivitas operasi atau
pendanaan. pembayaran sewa jangka pendek/aset bernilai rendah: aktivitas operasi
5. Pengungkapan
Agar pengguna laporan keuangan dapat menilai dampak sewa terhadap posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas penyewa.
a. beban penyusutan untuk aset hak-guna berdasarkan kelas aset pendasar;
b. beban bunga atas liabilitas sewa;
c. beban yang terkait dengan sewa jangka-pendek;
d. beban yang terkait dengan sewa aset bernilai-rendah;
e. beban yang terkait dengan pembayaran sewa variabel yang tidak termasuk dalam
pengukuran liabilitas sewa;
f. pendapatan dari mensubsewakan aset hak-guna;
g. total pengeluaran kas untuk sewa;
h. penambahan aset hak-guna;
i. keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan sewa balik; dan
j. jumlah tercatat aset hak-guna pada akhir periode pelaporan berdasarkan kelas aset
pendasar.
Aset hak guna memenuhi definisi properti investasi: pengungkapan pada PSAK 13. aset
hak guna menggunakan metode revaluasian: pengungkapan pada PSAK 16. Analisis jatuh
tempo liabilitas sewa berdasarkan PSAK 60 dan terpisah dari analisis jatuh tempo liabilitas
keuangan lain.
6. Pengecualian Pengakuan
Sewa jangka pendek:
a. kurang dari 12 bulan tidak mengandung opsi beli
b. atas dasar kelas aset pendasar yang terkait dengan
c. hak guna Kelas aset pendasar adalah pengelompokan aset pendasar dengan sifat
dan penggunaan yang serupa dalam operasi entitas.
d. dipertimbangkan sebagai sewa baru, jika: terdapat modifikasi sewa dan terdapat
perubahan masa sewa
Aset pendasar bernilai rendah:

51
a. atas dasar sewa per sewa
b. berdasarkan nilai aset baru, tanpa memperhatikan umur aset yang disewakan.
c. penyewa dapat memperoleh manfaat aset pendasar secara terpisah dan aset
pendasar tidak memiliki ketergantungan atau interalasi yang tinggi dengan aset lain
d. penilaian rendah secara absolut, tanpa memperhatikan materialitas (IFRS: 5.000)
e. Jika aset disubsewakan maka tidak memenuhi aset bernilai rendah
Contoh laptop, HP, furniture, telepon
C. AKUNTANSI PESEWA
Pesewa mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa operasi atau sewa pembiayaan, dan
mencatat kedua jenis sewa tersebut secara berbeda. PSAK 73 juga mensyaratkan
pengungkapan tambahan bagi pesewa yang akan meningkatkan informasi yang diungkapkan
tentang eksposur risiko pesewa terutama tentang risiko nilai residual.
Apakah risiko dan manfaat atas aset dialihkan secara substansial kepada penyewa?
Ya, sewa pembiayaan
Tidak, sewa operasi
Substansi mengungguli bentuk kontrak
CONTOH KONDISI KLASIFIKASI SEWA PEMBIAYAAN:
1. pengalihan kepemilikan aset pada akhir masa sewa;
2. penyewa memiliki opsi untuk membeli aset pendasar pada harga < nilai wajar pada
tanggal opsi dapat dieksekusi;
3. masa sewa adalah sebagian besar umur ekonomik dari aset pendasar meski hak
kepemilikan tidak dialihkan;
4. pada tanggal insepsi, nilai kini dari pembayaran sewa mencakup secara substansial
seluruh nilai wajar aset pendasar;
5. aset pendasar bersifat khusus sehingga hanya penyewa yang dapat menggunakannya
tanpa modifikasi signifikan;
6. Apabila terjadi pembatalan sewa, kerugian pesewa ditanggung oleh penyewa
1. Sewa Pembiayaan
Diakui sebagai piutang: investasi neto sewa + biaya langsung awal
a. menggunakan suku bunga implisit dalam sewa.
b. pembayaran atas hak penggunaan aset pendasar selama masa sewa, yang belum
diterima:
1) pembayaran tetap, dikurangi insentif sewa terutang
2) pembayaran sewa variabel (berdasarkan indeks atau suku bunga)
3) jaminan nilai residual;
4) harga eksekusi opsi beli; dan
5) pembayaran penalti karena penghentian sewa.

52
Sewa pembiayaan pada pesewa Pabrikan atau Dealer: menghasilkan laba atau rugi yang
ekuivalen dengan laba rugi yang dihasilkan dari penjualan langsung aset.
Pengukuran selanjutnya:
Pembayaran sewa:
(D) Kas / Bank
(K) Piutang
(K) Pendapatan Bunga
Pendapatan bunga: tingkat imbalan periode atas investasi neto sewa; pengakuan dan
penurunan nilai sesuai PSAK 71
Modifikasi sewa:
a. Terpisah, bila:
• ruang lingkup sewa meningkat (penambahan satu atau lebih aset pendasar)
• imbalan sewa meningkat (setara dengan peningkatan ruang lingkup sewa)
b. Tidak terpisah:
• jika sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, maka pesewa:
1) mencatat modifikasi sewa sebagai sewa baru sejak tanggak efektif modifikasi;
2) mengukur jumlah tercatat aset pendasar sebagai investasi neto sewa segera
sebelum tanggal efektif modifikasi.
• jika tidak, pesewa menerapkan persyaratan dalam PSAK 71.
2. Sewa Operasi
Pembayaran Sewa diakui sebagai penghasilan dengan garis lurus atau dasar sistematik
lain; Aset tetap diakui sesuai PSAK yang relevan (PSAK 16, PSAK 19, PSAK 48); Pesewa
pabrikan atau dealer tidak mengakui laba penjualan karena tidak ekuivalen dengan penjualan.
Modifikasi sewa:
dicatat sebagai sewa baru sejak tanggal efektif modifikasi, dengan mempertimbangkan
pembayaran sewa dibayar di muka atau terutang terkait dengan sewa orisinal sebagai bagian
dari pembayaran sewa untuk sewa baru.
Penyajian:
Aset pendasar sewa operasi > dalam laporan posisi keuangan sesuai dengan sifat aset
pendasar tersebut.
3. Pengungkapan
Agar pengguna laporan keuangan dapat menilai dampak sewa terhadap posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas pesewa.
Sewa Pembiayaan
Laba atau rugi penjualan; penghasilan keuangan atas investasi neto sewa; penghasilan yang
terkait dengan pembayaran sewa variabel yang tidak termasuk dalam investasi neto sewa;

53
penjelasan tentang perubahan signifikan pada jumlah tercatat investasi neto; analisis jatuh
tempo piutang pembayaran sewa.
Sewa Operasi
menerapkan persyaratan pengungkapan pada PSAK terkait (PSAK 16, PSAK 13, PSAK 19,
PSAK 48, PSAK 69)
D. APLIKASI PENERAPAN STANDAR DALAM LK
Transaksi jual dan sewa balik, apakah pengalihan aset merupakan penjualan? (PSAK 72)
Ya Tidak
Penjual (penyewa) Penjual (penyewa)
mengakui aset hak guna pada proporsi melanjutkan pengakuan aset alihan;
jumlah tercatat aset sebelumnya; mengakui mengakui liabilitas keuangan sebesar hasil
untung/rugi yang terkait dengan hak yang pengalihan; mencatat liabilitas keuangan
dialihkan ke pembeli/pesewa sesuai PSAK 71
Pembeli (pesewa) Pembeli (pesewa)
pembelian aset sesuai PSAK relevan; tidak mengakui aset alihan; mengakui aset
transaksi sewa sesuai PSAK 73 keuangan sebesar hasil pengalihan;
mencatat aset keuangan sesuai PSAK 71

Contoh 1 akuntansi sewa untuk penyewa


• PT. Anggrek melakukan kontrak sewa peralatan selama 3 tahun. Pembayaran sewa
per tahun adalah Rp20 juta; Rp 24 juta dan Rp 28 juta. Tidak ada opsi membeli dan
insentif lain dalam kontrak. Bunga implisit sebesar 4,235% sehingga nilai kini dari sewa
sebesar Rp66juta.
• Jurnal yang dibuat adalah:
Aset hak guna 66 juta
Liabilitas sewa 66 juta
Beban bunga 2,796juta
Liabilitas sewa 2,796juta
Beban depresiasi 22 juta
Aset hak guna 22 juta
Liabilitas sewa 20 juta
Kas 20 juta

Tanggal Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3

Kas 20.00 24.00 28.00


Beban diakui

54
Beban bunga 2.80 2.07 1.13
Beban depresiasi 22.00 22.00 22.00
Total beban 24.80 24.07 23.13

Laporan Posisi Keuangan


Aset hak guna 66.00 44.00 22.00
Liabilitas sewa -66.00 -48.80 -26.87

Utang awal 66.00 48.80 26.87


Bunga 2.80 2.07 1.13
Utang akhir 68.80 50.87 28.00
Pembayaran 20.00 24.000 28.00

55
RESUME AKK PERTEMUAN 14

A. KONSEP AKUNTANSI SYARIAH


1. Prinsip Sistem Keuangan Syariah
a. Pelarangan Riba
b. Pembagian Risiko
c. Tidak menganggap Uang sebagai modal potensial
d. Larangan melakukan kegiatan spekulatif
e. Kesucian Kontrak
f. Aktivitas Usaha harus sesuai Syariah
2. Transaksi Syariah
Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang
berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan
Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku
umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi semua
pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah.
3. Azas Transaksi Syariah
a. Prinsip persaudaraan (ukhuwah): menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam
memperoleh manfaat sehingga sesorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas
kerugian orang lain
b. Prinsip keadilan (‘adalah): melarang adanya unsur riba, kezaliman (merugikan diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan), maysir (judi dan sikap spekulatif), gharar
(ketidakjelasan, manipulasi, dan eksploitasi informasi), dan haram
c. Prinsip kemaslahatan (maslahah): pemeliharaan terhadap akidah, keimanan, dan
ketakwaan (dien); akal (‘aql); keturunan (nasl); jiwa dan keselamatan (nafs); dan harta
benda (mal)
d. Prinsip keseimbangan (tawazun): keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek
privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis, dan sosial, dan
keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian
e. Prinsip universalisme (syumuliyah): dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak
yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan.
4. Karakteristik Transaksi Syariah
a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib);
c. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas;
d. Tidak mengandung unsur riba; kezaliman; maysir; gharar; haram;

56
e. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena keuntungan
yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan
usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without
accompanying risk);
f. Transaksi dilakukan berdasarkan:
1) suatu perjanjian yang jelas dan benar;
2) untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain
3) tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad
4) tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu
akad;
5. Prinsip Akuntnasi Syariah yang Berlaku Umum

6. Asumsi Dasar
a. Kelangsungan Usaha (Going Concern); dasar yang berbeda dapat digunakan jika:
1) Ada pembatasan kelangsungan usaha
2) Ingin melikuidasi perusahaan; atau
3) Mengurangi secara material skala usahanya
b. Dasar Akrual (Accrual Basis)
1) Pengaruh transaksi diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas diterima atau
dibayar)
2) Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan
dasar kas
7. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
a. Dapat dipahami

57
b. Relevan
1) relevan untuk proses pengambilan keputusan
2) memiliki nilai predictive dan confirmatory
3) relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya
c. Keandalan
1) penyajian jujur (faithful representation)
2) substansi mengungguli bentuk
3) netralitas
4) pertimbangan sehat (prudence)
5) kelengkapan
d. Dapat dibandingkan
8. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
e. tepat waktu
f. keseimbangan antara biaya dan manfaat
g. keseimbangan di antara karakteristik kualitatif

B. LAPORAN KEUANGAN SYARIAH


1. Pertimbangan Menyeluruh Penyusunan LK Syariah
a. Penyajian secara wajar: menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja, dan arus
kas sehingga tujuan laporan keuangan tersebut dapat tercapai
b. Kelangsungan usaha: disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali
manajemen bermaksud untuk melikuidasi atau menjual, atau tidak mempunyai
alternatif selain melakukan hal tersebut
c. Dasar akrual: kecuali laporan Arus Kas dan penghitungan pendapatan untuk tujuan
pembagian hasil usaha
d. Materialitas dan agregasi: Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan
keuangan sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki
sifat atau fungsi yang sejenis.
e. Saling hapus (offsetting): Aset, kewajiban, dana syirkah temporer, penghasilan dan
beban disajikan secara terpisah, kecuali saling hapus diperkenankan dalam PSAK.
f. Frekuensi pelaporan: laporan keuangan lengkap dilaporkan setidaknya secara
tahunan, jika tidak maka entitas mengungkapan alasan perbedaan periode pelaporan
dan akta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat
dibandingkan secara keseluruhan.
g. Informasi komparatif: harus diungkapkan secara komparatif dengan periode
sebelumnya. Apabila penyajian atau klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan
diubah maka jumlah komparatif harus direklasifikasi kecuali tidak praktis dilakukan.

58
Reklasifikasi mengungkapkan sifat reklasifikasi, jumlah pos atau kelompok pos yang
direklasifikasi, dan alasannya. Jika reklasifikasi tidak praktis dilakukan maka entitas
mengungkapkan alasan tidak reklasifikasi dan sifat penyesuaian yang akan dilakukan
jika jumlah tersebut direklasifikasi.
h. Konsistensi penyajian: dilakukan secara konsisten, kecuali
1) setelah terjadi peruhahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas syariah atau
kaji ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau
klasifikasi lain akan tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan criteria
dalam penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi; atau
2) perubahan tersebut diperkenankan oleh PSAK.
2. Laporan keuangan yang dihasilkan
a. Neraca
b. Laporan Posisi Keuangan
c. Laporan Arus Kas
d. Laporan Perubahan Ekuitas
e. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
g. Catatan Atas Laporan Keuangan
3. Unsur-unsur laporan keuangan
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 = 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 + 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑆𝑦𝑖𝑟𝑘𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑜𝑟𝑒𝑟 + 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
4. Pengakuan unsur laporan keuangan
a. ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas syariah; dan
b. pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
5. Pengakuan dana syirkah temporer
a. entitas syariah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang diterima
melalui pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
b. jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal
c. jumlah dana syirkah termporer dapat berubah sesuai dengan hasil dari
investasinya
6. Pengukuran unsur laporan keuangan
Proses penetapan jumlah untuk untuk mengakui setiap unsur laporan keuangan, yaitu
dengan pemilihan dasar pengukuran
a. Biaya Historis
b. Biaya Kini (current cost)
c. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settelment value)

59
Dasar pengukuran yang lazim digunakan entitas syariah adalah biaya historis, yang
digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain. Misalnya: Lower of cost or NRV pada
persediaan; nilai wajar untuk aset tertentu pada akuntansi dana pensiun.
7. Posisi keuangan
terdiri dari
a. Aset
b. Liabilitas
c. Dana syitkah temporer: dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syariah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi
berdasarkan kesepakatan
1) Bukan liabilitas sehingga entitas tidak berkewajiban, ketika mengalami
kerugian, untuk mengembalikan jumlah dana awal dari pemilik dana kecuali
akibat kelalaian atau wanprestasi.
2) Bukan ekuitas sehingga mempunyai waktu jatuh tempo dan pemilik dana tidak
mempunyai hak kepemilikan yang sama dengan pemegang saham (seperti
hak voting)
d. Ekuitas

8. Unsur kinerja
terdiri dari
a. Penghasilan (income): pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains)
b. Beban (expense): kerugian maupun beban
c. Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil dana syirkah temporer: alokasi keuntungan dan
kerugian kepada pemilik dana

60
9. Laporan Posisi Keuangan
Informasi yang disajikan
a. Kas dan setara kas
b. Piutang dagang dan piutang lain
c. Persediaan
d. Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan di (a), (b), dan (i)
e. Total asset yang diklasifikasikan sebagai asset yang dimiliki untuk dijual dan asset
yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual
dan operasi yang dihentikan
f. Properti investasi
g. Aset tetap
h. Aset tidak tetap
i. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
j. Utang dagang dan terutang lain
k. Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan di (j) dan (o))
l. Liabilitas dan asset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46: Pajak
penghasilan
m. Liabilitas dan asset pajak tangguhan, sebagaimana didsefinisikan dalam PSAK 46
n. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
o. Provisi
p. Kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas
q. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
Aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika
a. Entitas syariah memperkirakan merealisasikan aset atau bermaksud untuk menjual
atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal
b. Entitas syariah memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan
c. Entitas syariah memperkirakan akan merealisasikan aset dalam jangka waktu dua
belas bulan setelah periode pelaporan
d. Kas atau setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau penggunaannya
untuk menyelesaikan liabilitas sekurang – kuranya dua belas bulan setelah periode
pelaporan
Entitas syariah mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset
tidak lancar.
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika

61
a. Entitas syariah memperkirakan akan menyelesaikan kewajiban dalam siklus operasi
normalnya
b. Entitas syariah memiliki kewajiban untuk tujuan diperdagangkan
c. Kewajiban jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan
setelah periode pelaporan
d. Entitas syariah tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
kewajiban selama sekurang – kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan
Entitas syariah mengklasifikasikan kewajiban yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai
kewajiban jangka panjang.
Entitas mengungkapkan dalam laporan posisi keuangan, laporan perubahan ekuitas, atau
catatan atas laporan keuangan
a. Untuk setiap jenis saham
1) Jumlah saham modal dasar
2) Jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang diterbutkan tetapi
tidak disetor penuh
3) Nilai nominal saham, atau nilai dari saham yang tidak mentiliki nilai nominal
4) Rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode
5) Hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis saham,
termasuk pembatasan alas dividen dan pembayaran kembali alas modal
6) Saham entitas syariah yang dikuasai oleh entitas syariah itu sendiri alau oleh
entitas anak atau entitas asosiasi
7) Saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan kontrak
penjualan saham, termasuk jumlah dan persyaratan
b. Penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam ekuitas
10. Laporan Laba Rugi Komprehensif
Entitas syariah menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu
periode dalam bentuk dua laporan:
a. Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi); dan
b. Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan
komprehensif lain (laporan laba rugi komprehensif).
Informasi yang disajikan
a. pendapatan usaha
b. bagi basil untuk pemilik dana
c. bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas
d. beban pajak: suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:
1) laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan; dan

62
2) keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual dari pelepasan asset atau kelompok lepasan
dalam rangka operasi yang dihentikan
e. laba rugi
f. setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai
dengan sifat
g. bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersaina yang
dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
h. total laba komprehensif
Entitas syariah mengungkapkan pos di bawah ini dalam laporan laba rugi komprehensif
sebagai alokasi untuk periode:
a. laba rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
1) kepentingan nonpengendali; dan
2) pemilik entitas induk.
b. total laba komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
1) kepentingan nonpengendali; dan
2) pemilik entitas induk.
11. Laporan Perubahan Ekuitas
Menunjukkan
a. total laba komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah total
jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan
nonpengendaii
b. untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif ahm penyajian kembali
secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi,
perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
c. untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tereatat pada awal dan
akhir periode, secara terpisah mengungkapkan setiap perubahan yang timbul dari:
1) laba rugi
2) setiap pos pendapatan komprehensif lain
3) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan
secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan
perubahan kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang
pengendalian
Entitas menyajikan jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama
periode dan nilai dividen per saham dalam laporan peruabahan ekuitas atau CaLK.

63
12. Laporan Arus Kas
Disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan terkait. Informasi arus kasmemberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan
untuk menilai kemampuan entitas syariah dalam menghasilkan kas dan setara kas dan
kebutuhan dalam menggunakan arus kas tersebut.
13. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Komponen laporan keuangan
a. Dana zakat berasal dari wajib zakat (muzakki)
1) Zakat dari dalam entitas syariah
2) Zakat dari pihak luar entitas syariah;
b. Penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk
1) Fakir
2) Miskin
3) Riqab
4) Orang yang terlilit hutang (gharim)
5) Muallaf
6) Fiisabilillah
7) Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil)
8) Amil
c. Kenaikan atau penurunan dana zakat
d. Saldo awal dana zakat
e. Saldo akhir dana zakat
14. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Komponen laporan keuangan
a. Sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan
1) Infak
2) Sedekah
3) Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
4) Pengembalian dana kebajikan produktif
5) Denda
6) Pendapatan nonhalal
b. Penggunaan dana kebajikan untuk
1) Dana kebajikan produktif
2) Sumbangan
3) Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum
c. Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan
d. Saldo awal dana penggunaan dana kebajikan

64
e. Saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan
Entitas syariah mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, tetapi tidak terbatas,
pada
a. Sumber dana kebajikan
b. Kebijakan penyaluran dana kebajikan kepada masing-masing penerima
c. Proporsi dana yang disalurkan untuk masing-masing penerima dana kebajikan
diklasifikasikan atas pihak yang memiliki hubungan istimewa sesuai dengan yang
diatur dalam PSAK 7, dan pihak ketiga
d. Alasan terjadinya dan penggunaan atas penerimaan nonhalal
15. Catatan Atas Laporan Keuangan
Struktur
a. menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi tertentu yang digunakan sesuai dengan paragraf 125- 132
b. mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan di bagian
mana pun dalam laporan keuangan
c. memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian mans pun dalam laporan
keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan
Entitas syariah, sepanjang praktis, menyajikan catatan alas laporan keuangan secara
sistematis. Entitas syariah membuat referensi silang atas setiap pos dalam laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
laporan sumber dan penggunaan dana zakat, dan laporan pengunaan dana kebijakan untuk
informasi yang berhubungan dalam catatan alas laporan keuangan.
Pengungkapan Kebijakan Akuntansi, mengungkapkan
a. dasar pengukuran dalam menyiapkan laporan keuangan
b. kebijakan akuntansi lain yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan
keuangan
Sumber Estimasi Ketidakpastian, mengungkapkan informasi tentang asumsi yang dibuat
mengenai masa depan, dan sumber utama dari estimasi ketidakpastian lain pada akhir
periode pelaporan, yang memiliki resiko signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material
terhadap jumlah tercatat aset, liabilitas dan dana syirkah temporer pada periode pelaporan
berikutnya. Berkaitan dengan aset, liabilitas, dan dana syirkah temporer tersebut, catatan atas
laporan keuangan memasukkan rincian atas: a. sifat; dan b. jumlah tercatat pada akhir periode
pelaporan.
Modal, mengungkapkan nformasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
mengevaluasi tujuan, kebijakan, dan proses dalam mengelola permodalannya.
Pengungkapan lain, mengungkapkan dalam CaLK

65
a. jumlah dividen yang diusulkan atau diumumkan sebelum tanggal laporan keuangan
diotorisasi untilk terbit tetapi tidak diakui sebagai distribusi kepada pentilik selama
periode serta jumlah dividen per lembar saham
b. jumlah dividen preferen kumulatif yang tidak diakui
Entitas syariah mengungkapkan
a. jika tidak diungkapkan di bagian mana pun dalam informasi yang dipublikasikan
bersama dengan laporan keuangan
b. domisili dan bentuk hukum, negara teinpat pendirian, alamat kantor pusat entitas (atau
lokasi utama kegiatan usaha, jika berbeda dari lokasi kantor)
c. keterangan mengenai sifat operasi dan kegiatan utama
d. nama entitas induk dan nama entitas induk terakhir dalam kelompok usaha; dan bagi
entitas syariah yang mempunyai umur terbatas, informasi tentang lama umur

C. TRANSAKSI SYARIAH: MUDHARABAH, MURABAHAH, MUSYAROKAH, SALAM,


ISTINA, IJARAH
1. Pembiayaan Pada Bank Syariah
a. Pembiayaan pola jual beli
1) Murabahah: nasabah akan membeli suatu produk/barang dengan rincian tertentu
dan meminta bank untuk membelikan dan mengirimkannya dengan nasabah,
berdasarkan harga dan imbalan/marjin tertentu sesuai persetujuan awal kedua
belah pihak
2) Salam: pembelian barang dengan ciri-ciri yang khusus dan jelas, yang diserahkan
kemudian hari dengan pembayaran dilakukan dimuka secara tunai. Lazim disebut
juga transaksi jual beli dengan pesanan. Biasanya digunakan untuk pembiayaan
pertanian.
3) Istishna: sama dengan salam, yaitu objek pesanannya harus dibuat terlebih dahulu
dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada sistem pembayarannya, yaitu
dapat dilakukan di awal, di tengah, atau di akhir pesanan. Biasanya digunakan
untuk pembiayaan pembangunan gedung.
b. Pembiayaan pola bagi hasil
1) Mudharabah: bank memberikan modal, nasabah memberikan keahliannya,
sedangkan laba/keuntungan dibagi menurut rasio nisbah (porsi) yang disepakati
2) Musyarakah: bank dan nasabah bekerjasama menjadi mitra usaha dengan
memberikan modal dalam berbagai tingkatan dan mencapai kesepakatan atas rasio
laba (nisbah bagi hasil) untuk waktu tertentu
c. Pembiayaan pola sewa

66
1) Ijarah: bank menyewakan barang/objek kepada nasabah dan bank mendapatkan
imbalan jasa atau biaya sewa
2. Akuntansi Mudharabah
Mudhorobah secara bahasa berasal dari dharaba yang berarti bepergian untuk berusaha.
Secara istilah mudhorobah adalah akad kerjasama usaha antara pemilik dana (shahibul maal)
dan pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha, dimana laba dibagi atas
dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan bila terjadi
kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana kecuali disebabkan oleh kelalaian pengelola
dana.
Mudharabah muthlaqah: Mudharabah di mana pemilik dana memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya
Mudharabah muqayyadah: Mudharabah di mana pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola dana dalam tempat, cara, objek investasi
Mudharabah musytarakah: Mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau
dananya dalam kerjasama investasi

Karakteristik akad mudharabah


a. Mempunyai risiko tinggi
b. Pemilik dana memiliki resiko dalam bentuk finansial
c. Pengelola dana memiliki resiko dalam bentuk non finansial
d. Keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati, kerugian ditanggung
sepenuhnya oleh shahibul maal (kecuali bila mudharib lalai, kerugian akan ditanggung
mudharib)
e. Apabila terjadi kerugian, cara penyelesaian nya adalah:

67
1) Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung
modal.
2) Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal.
f. Tidak boleh ada jaminan atas modal. Namun demikian, agar pengelola dana tidak
melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana
atau pihak ketiga. Dan jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana
terbukti melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau melakukan pelanggaran
terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
g. Akad sebaiknya dituangkan secara tertulis dan disaksikan oleh para saksi.

Ketentuan nisbah mudharabah dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba.
a. Prinsip bagi hasil: dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit).
b. Prinsip bagi laba: dasar pembagian adalah laba neto (net profit).
Akuntansi untuk pemilik dana
a. Dana investasi yang disalurkan pemiliki dana diakui sebagai investasi mudharabah
pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana
b. Investasi mudharabah diukur dengan
1) Kas: sebesar sejumlah yang dibayarkan
2) Non kas: sebesar nilai wajar
a) nilai wajar > nilai tercatat → keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai
jangka waktu akad
b) nilai wajar < nilai tercatat → kerugian
c. Penghasilan usaha diakui pada periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang
disepakati
d. Penyisihan kerugian investasi
1) kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad berakhir
2) pada saat akad, selisih investasi mudharabah (dikurangi penyisihan kerugian
investasi) dan pengembalian investasi mudharabah → keuntungan atau kerugian

68
e. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana → dibebankan pada
pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah
f. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana → piutang
g. Saat akad berakhir → investasi mudharabah diakui sebagai piutang
Akuntansi untuk pengelola dana
a. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer
1) sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima
2) pada akhir periode pelaporan, diukur sebesar nilai tercatat
b. Jika dana syirkah temporer disalurkan → pengelola dana mengakui investasi
mudharabah
c. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola → beban pengelola dana
d. Hak pihak ketiga atas bagi hasil yang sudah diperhitungkan namun belum dibagikan
→ liabilitas
Mudharabah musytarakah
a. Perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah
b. Penyaluran dana milik pengelola dana diakui sebagai investasi mudharabah
c. Pembagian hasil:
1) hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan pemilik dana
sesuai nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian pemilik dana dibagi antara
pengelola dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai porsi modal
masing-masing; atau
2) hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana
sesuai porsi modal masingmasing, selanjutnya bagian pemilik dana dibagi antara
pengelola dana (sebagai mudharib) dengan pemilik dana sesuai nisbah yang
disepakati.
d. Jika terjadi kerugian → dibagi sesuai porsi modal para musytarik
Penyajian investasi mudharabah sesuai dengan nilai tercatat.
Transaksi mudharabah disajikan
a. Dana syirkah temporer pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatat untuk setiap jenis
mudharabah
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tapi belum diserahakan
pada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan di liabilitas
Pemilik dana mengungkapkan
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah → porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain
b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya

69
c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan
d. Pengungkapan sesuai PSAK 101
Berakhirnya akad mudharabah
a. Pada waktu yang telah ditentukan.
b. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri
c. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal
d. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk
mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad.
e. Modal sudah tidak ada
3. Akuntansi Murabahah
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli. Perbedaan murabahah
dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada
pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang
diinginkannya.
a. Pedoman umum
a. Pembiayaan murabahah, adalah Penyediaan dana dari Bank kepada nasabah untuk
membeli barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli (nasabah) dan
pembeli (nasabah) membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan Bank
yang disepakati.
b. Aset murabahah adalah aset yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali
dengan menggunakan akad murabahah.
c. Diskon harga beli adalah pengurangan harga atau penerimaan dalam bentuk apapun
yang diperoleh pihak pembeli (nasabah) dari pemasok.
d. Harga perolehan adalah harga beli barang oleh Bank sebelum dikurangi uang muka
dari nasabah.
e. Potongan piutang murabahah adalah pengurangan kewajiban pembeli (nasabah)
yang diberikan oleh pihak penjual (Bank).
f. Uang muka (urbun) adalah jumlah yang dibayar oleh pembeli (nasabah) kepada
penjual sebagai bukti komitmen untuk membeli barang dari penjual.
b. Karakteristik transaski murabahah
a. Proses pengadaan barang murabahah (aktiva murabahah) harus dilakukan oleh
penjual
b. Jika penjual hendak mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang menjadi
milik penjual
c. Cara Pembayaran dapat dilakukan tunai atau tangguh

70
d. Murabahah tangguh, pembayaran dilakukan secara tangguh.
e. Jika pembeli melunasi tepat waktu atau lebih cepat dari periode yang telah ditetapkan,
maka penjual boleh memberikan potongan. Tetapi, besarnya potongan ini tidak boleh
diperjanjikan diawal akad.
f. Apabila pembeli tidak dapat membayar utangnya sesuai dengan waktu yang
ditetapkan, pembeli tidak boleh didenda atas keterlambatan Kecuali pembeli tersebut
tidak membayar karena lalai.
g. Apabila pembeli mengalami kesulitan keuangan, maka penjual hendaknya memberi
keringanan
h. Sebaiknya, penjualan tidak tunai (tangguh) dibuatkan kontrak/perjanjiannya secara
tertulis dan dihadiri saksi-saksi.
i. Untuk menghindari resiko, penjual dapat meminta jaminan.
c. Jenis transaksi murabahah
a. Murabahah dengan pesanan;
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan
dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat
pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat berarti pembeli
harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya.
b. Murabahah tanpa pesanan;
Murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat dan pembeli dapat membatalkan akad
pembelian.
d. Rukun jual beli
a. Pelaku terdiri dari pembeli dan penjual
b. Obyek jual beli berupa barang yang diperjualbelikan
c. Ijab kabul/serah terima
e. Akuntansi untuk penjual
a. Aset murabahah diakui sebesar harga perolehan
b. Denda dicatat sebagai hutang, bukan pendapatan
c. Pada saat penyerahan, piutang dicatat sebesar harga jual yang disepakati
d. Harga jual - harga perolehan = keuntungan tangguhan atau keuntungan
e. Persediaan murabahah
1) Pada saat perolehan → biaya perolehan
2) Setelah pengakuan awal → lower cost or NRV
f. Diskon pembelian persediaan setelah akad
1) Hak pembeli → liabilitas kepada pembeli
2) Hak penjual → penghasilan periode berjalan → sesuai kesepakatan dalam akad,
jika tidak diatur maka menjadi hak pembeli

71
g. Piutang murabahah
1) Diakui sebesar jumlah tagihan kepada pembeli
2) Penurunan nilai atas piutang diatur dalam ISAK 102 Penurunan Nilai Piutang
Murabahah
h. Pendapatan murabahah diakui
1) Pada pengalihan pengendalian atas persediaan → pembayaran tunai atau
tangguh tanpa unsur pembiayaan signifikan
2) Selama periode akad secara proporsional → pembayaran tangguh dengan unsur
pembiayaan signifikan dan penjual memiliki risiko signifikan terkait kepemilikan
persediaan
f. Pengakuan pendapatan
a. Dilakukan langsung saat barang diserahkan ke pembeli jika pembayaran secara tunai
atau cicilan tidak lebih dari 1 tahun
b. Ditangguhkan sampai cicilan dibayarkan
g. Akuntansi untuk pembeli
a. Biaya perolehan aset
1) Tunai: harga beli ditambah biaya transaksi
2) Tangguh: biaya perolehan tunai
3) Selisih biaya perolehan tunai dengan harga beli dan biaya transaksi → beban
murabahah tangguhan
b. Beban murabahah tangguhan
1) Diamortisasi secara proporsional selama masa akad
2) Diskon pembelian, potongan pelunasan, potongan utang → pengurang beban
c. Utang murabahah
1) Merupakan liabilitas yang timbul dari transaksi murabahah
2) Diakui sebesar jumlah yang wajib dibayarkan
Diskon atas barang diberikan atas pembelian barang, dapat dimasukkan dalam akad.
a. Jika diskon dijelaskan dalam perjanjian maka diskon dapat dicatat sesuai dengan
ketentuan dalam perjanjian.
b. Jika diskon tidak diatur dalam perjanjian maka diskon akan diakui oleh penjual, akan
mengurangi harga perolehan barang
4. Akuntansi Musyarakah
Musyarkah secara bahasa dari kata syirkah yang berarti serikat atau partnership. Secara
istilah musyarkah berarti Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberi kontribusi dana dan kerja dengan ketentuan
bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi
kontribusi dana.

72
Musyarakah permanen: musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan
sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha): musyarakah dengan ketentuan bagian
dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian
dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut menjadi pemilik penuh
usaha tersebut
Mitra aktif: mitra yang mengelola usaha musyarakah → mengelola sendiri atau menunjuk
pihak lain atas nama mitra
Mitra pasif: mitra tidak ikut mengelola usaha musyarakah
Rukun syirkah
a. Pihak yang berkontrak
b. Objek akad
1) Modal
2) Kerja
3) Keuntungan
4) Kerugian
c. Sighat ijab kabul
Porsi bagi hasil untuk para mitra berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang
diperoleh selama periode akad. Pengelola musyarakat membuat catatan akuntansi terpisah
untuk usaha musyarakah tsb.
Skema akad musyarakah

Prinsip akuntansi musyarakah


a. Pembiayaan/Investasi Musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas
untuk usaha musyarakah oleh mitra.

73
b. Biaya pra akad tidak dapat dianggap sebagai bagian investasi musyarakah kecuali jika
ada persetujuan dari seluruh mitra.
c. Modal dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diserahkan
d. Setoran modal dalam bentuk aset non kas dinilai sebesar nilai wajar
e. Jika nilai wajar > nilai buku aset non kas
1) Mitra aktif
a) Diakui sebagai selisih penilaian aset musyarakah
b) Disajikan di sisi ekuitas
2) Mitra pasif
a) Diakui sebagai keuntungan tangguhan
b) Disajikan sebagai kontra akun investasi musyarakah
f. Baik selisih penilaian asset maupun keuntungan tangguhan diamortisasi selama masa
akad
g. Jika nilai wajar < nilai buku → mitra aktif dan mitra pasif mengakui sebagai kerugian
pada saat penyerahan aset non kas
Akuntansi musyarakah mitra aktif
a. Saat akad
1) Investasi muryarakah → sebesar jumlah kas yang diserahkan atau nilai wajar aset
nonkas
2) Selisih nilai wajar dan nilai buku aset nonkas → selisih penilaian aset musyarakah
dalam ekuitas dan diamortisasi selama masa akad
3) Proses penilaian menghasilkan penurunan nilai aset → diakui sebagai kerugian.
Penyusutan berdasarkan nilai wajar yang baru.
4) Penerimaan dana dari mitra pasif → diakui sebagai investasi musyarakah dan di
sisi lain sebagai dana syirkah temporer
b. Akhir akad
1) Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah dinilai sebesar:
i. jumlah kas yang diserahkan pada awal akad dikurangi dengan kerugian (jika
ada);
ii. nilai wajar aset nonkas pada awal akad dikurangi penyusutan dan kerugian
(jika ada).
iii. pada investasi musyarakah menurun → jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas
pada awal akad ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah
dikembalikan kepada mitra pasif, dan dikurangi kerugian (jika ada).
2) Investasi yang belum dikembalikan kepada mitra pasif → diakui sebagai liabilitas.
c. Pengakuan hasil usaha
1) Pendapatan Usaha Musyarakah → sebesar haknya sesuai kesepakatan

74
2) Kerugian investasi musyarakah → sesuai porsi dana masing-masing mitra dan
mengurangi nilai aset musyarakah
3) Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha →
ditanggung mitra aktif atau pengelola usaha
Akuntansi musyarakah mitra pasif
a. Saat akad
1) Investasi muryarakah → sebesar jumlah kas yang dibayarkan atau nilai wajar
aset nonkas
2) Selisih nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas, diakui sebagai:
a) keuntungan tangguhan dan diamortisasi selama masa akad; atau
b) kerugian pada saat terjadinya
3) nilai wajar aset yang diserahkan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan
dan amortisasi keuntungan tangguhan (jika ada)
b. Akhir akad
1) Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah dinilai sebesar:
a) jumlah kas yang dibayarkan pada awal akad dikurangi dengan kerugian
(jika ada);
b) nilai wajar aset nonkas pada awal akad dikurangi penyusutan dan
kerugian (jika ada)
c) pada investasi musyarakah menurun → jumlah kas yang dibayarkan
pada awal akad dikurangi jumlah pengembalian dari mitra aktif dan
kerugian (jika ada).
2) investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif → diakui
sebagai piutang
c. Pengakuan hasil usaha
1) Pendapatan Usaha Investasi Musyarakah → sebesar mitra pasif sesuai
kesepakatan
2) Kerugian investasi musyarakah → sesuai porsi dana masing-masing mitra
5. Akuntansi Salam
Salam: akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh
penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Salam parallel: Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi bai’ salam yaitu antara
pemesan dan penjual dan antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya
secara simultan.
a. akad antara entitas (sebagai pembeli) dan produsen (penjual) terpisah dari akad
antara entitas (sebagai penjual) dan pembeli akhir; dan

75
b. kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq)
Beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika perdagangan
dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus menerus. Hal demikian dapat menjurus
kepada riba. Paralel salam dibolehkan asalkan eksekusi kontrak salam kedua tidak
tergantung pada eksekusi kontrak yang pertama.
Pembeli berniat memberikan modal kerja terlebih dahulu agar penjual (produsen) dapat
memproduksi barang sesuai spesifikasi khusus. Transaksi diselesaikan pada saat penjual
menyerahkan barang kepada pembeli. Spesifikasi dan karakteristik barang pesanan
disepakati di awal akad, meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitas. Harga barang
pesanan disepakati di awal akad dan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Alat
pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya. Pelunasan harus dilakukan pada saat
akad disepakati.
h. Karakteristik akad salam
a. Pembayaran harus dalam bentuk kas dan tidak boleh berupa penghapusan utang
penjual
1) Maliki: Boleh dalam bentuk benefit
2) Jumhur: Tidak boleh dalam bentuk penghapusan utang milik penjual
b. Pembayaran harus tunai diserahkan saat kontrak disepakati
1) Maliki: Memperbolehkan adanya penundaan pembayaran sebentar
i. Akuntansi salam untuk pembeli
Pembayaran modal usaha salam kepada penjual:
a. Piutang Salam diakui saat modal usaha salam dibayarkan
b. Berupa kas dan aset nonkas (diukur sebesar nilai wajar)
c. Selisih nilai wajar dan nilai tercatat modal non kas diakui sebagai keuntungan atau
kerugian saat penyerahan modal usaha
Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur
a. JIka barang pesanan sesuai dengan akad → dinilai sesuai yang disepakati
b. Jika barang pesanan berbeda kualitasnya
1) Diukur sesuai dengan nilai akad jika nilai wajar barang yang diterima ≥ nilai di
akad
2) Diukur sesuai nilai wajar saat barang diterima dan selisihnya diakui sebagai
kerugian jika nilai wajar barang yang diterima ≤ nilai di akad
c. Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal
jatuh tempo
1) Tanggal pengiriman diperpanjang → nilai tercatat piutang saham sebesar
bagian yang belum dipenuhi

76
2) Dibatalkan sebagian atau seluruhnya → piutang salam berubah menjadi
piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dipenuhi
3) Dibatalkan sebagian atau seluruhnya, dan pembeli punya jaminan atas barang
pesanan dan hasil penjualan jaminan < nilai piutang salam → selisihnya diakui
sebagai piutang pada penjual
4) Dibatalkan sebagian atau seluruhnya, dan pembeli punya jaminan atas barang
pesanan dan hasil penjualan jaminan > nilai piutang salam → selisihnya
menjadi hak penjual
d. Denda yang diterima pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan
e. Barang pesanan yang diterima → diakui sebagai persediaan. Di akhir periode,
persediaan diukut sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi.
j. Akuntansi salam untuk penjual
a. Kewajiban salam diakui saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal
usaha salam yang diterima
1) Kas: diukur sebesar jumlah yang diterima
2) Non kas: diukur sebesar nilai wajar
b. Pengakuan kewajiban salam dihentikan saat penyerahan barang ke pembeli
c. Jika penjual melakukantransaksi salam parallel → selisih jumlah yang dibayar pembeli
akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan/kerugian saat
penyerahan barang terjadi
k. Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam sebagai piutang salam
b. Piutang yang harus dilunasi karena tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
transaksi disajikan terpisah dari piutang salam
c. Modal usaha salam yang diterima disajikan sebagai kewajiban salam
l. Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan
a. Besarnya modal usaha salam yang dibiayai sendiri dan yang dibiayai bersama pihak
lain
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan lain sesuai PSAK 101
Penjual mengungkapkan
a. Piutang salam kepada produsen (salam parallel) yang memiliki hubungan istimewa
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan lain sesuai PSAK 101

77
6. Akuntansi Istishna
Istishna: akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembuat, shani’). Shani’ akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi
yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna’
parallel). → berlaku untuk lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah, baik sebagai
penjual maupun pembeli
Istishna’ parallel: akad istishna antara pemesan (pembeli/mustashni’) dengan penjual
(pembuat, shani’) kemudian memenuhi kewajiban pada mustashni’ penjual memerlukan pihak
lain sebagai shani’. → seperti salam paralel
Pembayaran tangguh: pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan pada
pembeli tapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada waktu
tertentu.
a. Karakteristik barang pesanan
a. memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
b. sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal; dan
c. harus diketahui karakteristik nya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya.
b. Karakteristik akuntansi istishna
a. Pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang pesanan sesuai spesifikasi
yang disyaratkan untuk diserahkan pada pembeli → cara pembayaran dimuka atau
tangguh
b. Spesifikasi dan harga barang disepakati di awal akad dan ketentuan harga tidak dapat
berubah selama jangka waktu akad
c. Barang pesanan harus sesuai karakteristik yang disepakati, jika tidak penjual harus
bertanggung jawab atau kelalaian
d. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika entitas sebagai penjual
memesan barang pada pihak lain → istishna parallel. Dapat dilakukan dengan syarat akad
pertama anatara entitas dan pembeli akhir tidak bergantung pada akad kedua.
e. Istishna tidak dapat dibataklan kecuali
1) Kedua pihak setuju untuk menghentikan
2) Akad batal demi hukum karena ada kondisi hukum yang menghalangi pelaksanaan
dan penyelesaian akad
f. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas
1) Jumlah yang telah dibayarkan
2) Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu

78
c. Skema istishna

d. Skema istishna parallel

e. Perbedaan salam dan istishna


Subyek Salam Istishna Aturan dan keterangan
Pokok kontrak Muslam fihi Mashnu Barang ditangguhkan dengan
spesifikasi
Harga Dibayar saat Dibayar boleh saat Cara penyelesaian pembayaran
kontrak kontrak, boleh diangsur, merupakan perbedaan utama
boleh di kemudian hari antara salam dan istishna’
Sifat kontrak Mengikat secara Mengikat secara ikutan Selam mengikat semua pihak sejak
asli (thabi’i) (thaba’i) semula. Istishna’ dianggap
mengikat berdasarkan pandangan
para fuqaha demi kemashlahatan,
serta tidak bertentangan dengan
aturan syariah
Kontrak paralel Salam paralel Istishna’ paralel Sah asalkan kedua kontrak secara
hukum adalah terpisah

f. Akad isthishna
a. Mencakup sejumlah aset: pengakuan setiap aset diperlakukan terpisah, jika
1) proposal terpisah diajuikan terpisah;
2) setiap aset dinegosiasikan terpisah; dan
3) biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasi
b. Suatu kelompok akad dengan satu atau beberapa pembeli: diperlakukan sebagai 1 akad,
jika
1) kelompok akad dinegosiasikan sebagai satu paket;
2) akad tersebut berhubungan erat sekali; dan
3) akad diakukan secara serentak atau secara berkesinambungan.

79
c. Pemesanan aset tambahan pada akad terpisah: tambahan aset sebagai akad terpisah,
jika
1) aset tambahan berbeda signifikan; atau
2) harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad awal.
g. Akuntansi istishna penjual
Akad istishna mencakup sejumlah aset → pengakuan aset diperlakukan sebagai akad
terpisah jika
a. proposal terpisah diajukan untuk setiap aset
b. tiap aset dinegosiasikan secara terpisah sehingga penjual dan pembeli dapat
menerima atau menolak bagian akad tertentu yang berhubungan dengan aset-aset
tersebut
c. biaya dan pendapatan masing-masing aset diidentifikasikan
Akad istishna dengan satu atau beberapa pembeli diperlakukan sebagai satu akad istishna
jika
a. kelompok akad dinegosiasi sebagai satu paket
b. akad berhubungan sangat erat atau merupakan bagian tunggal dengan margin
keuntungan
c. akad dilakukan serentak atau berkesinambungan
Pemesanan aset tambahan dengan akad istishna terpisah → aset diperlakukan sebagai akad
yang terpisah jika
a. aset tambahan berbeda signifikan dengan aset awal akad (desain, teknologi, fungsi),
atau
b. harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad istishna awal
Pendapatan istishna diakui dengan metode persentase penyelesaian atau model akad
selesai.
a. Metode persentase penyelesaian
1) pendapatan istishna → bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
selesai
2) bagian margin keuntungan yang diakui → ditambahkan kepada aset istishna dalam
penyelesaian
3) harga pokok istishna → biaya istishna yang telah dikeluarkan
b. Metode akad selesai: jika proses pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan
kepada pembeli. Jika estimasi persentase penyelesaian tidak dapat ditentukan secara
rasional, maka gunakan metode akad selesai dengan ketentuan
1) tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan selesai
2) tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan selesai
3) tidak ada bagian keuntungan yang diakui sampai dengan pekerjaan selesai

80
4) pengakuan pendapatan, harga pokok, dan keuntungan hanya pada saat penyelesaian
pekerjaan
Pembayaran tangguh: pelunasan dilakukan lebih dari 1 tahun setelah penyerahan barang
pesanan.
Pengakuan pendapatan dibagi menjadi:
a. margin keuntungan yang dihitung apabila pembayaran tunai, diakui sesuai persentase
penyelesaian atau saat penyerahan barang pesanan
b. selisih nilai akad dan nilai tunai saat penyerahan → diakui proporsional selama periode
pelunasan sesuai dengan jumlah pembayaran
Tagihan tiap termin pada pembeli diakui sebagai piutang istishna dan termin istishna pada
pos lawan.
h. Akuntasi istishna penjual
Biaya perolehan istishna terdiri dari
a. biaya langsung (bahan baku dan tenaga kerja langsung)
b. biaya tidak langsung (overhead termasuk biaya akad dan biaya praakad)
diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian.
Biaya perolehan istishna parallel terdiri dari
a. sebesar tagihan produsen atau kontraktor
b. biaya tidak langsung (overhead termasuk biaya akad dan biaya praakad)
c. semua biaya akibat produsen/kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya jika ada
diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen
atau kontraktor sebesar jumlah tagihan.
Penyelesaian awal atas pembayaran dan penjualan memberikan potongan → potongan
menjadi pengurang pendapatan istishna, diperlakukan sebagai
a. potongan langsung dan dikurangi dari piutang istishna pada saat pembayaran, atau
b. penggantian (reimburse) pada pembeli sejumlah keuntungan yang dihapuskan setelah
menerima pembayaran piutang istishna seluruhnya
Perubahan pesanan dan tagihan tambahan:
a. nilai dan biaya akibat perubahan pesanan → ditambahkan ke pendapatan dan biaya
istishna
b. biaya pada tagihan tambahan → menambah biaya istishna, mengurangi pendapatan
istishna
c. berlaku juga pada istishna parallel
Pengakuan taksiran rugi → besar kemungkinan terjadi total biaya perolehan istishna akan
melebihi pendapatan istishna, tanpa memperhatikan
a. apakah pekerjaan istishna telah dilakukan atau belum
b. tahap penyelesaian pembuatan barang pesanan

81
c. jumlah laba yang diharapkan dari akad lain yang tidak diperlakukan sebagai akad
tunggal
i. Akuntasi istishna pembeli
Pembeli mengakui aset istishna (debit) dalam penyelesaian sejumlah termin yang ditagih oleh
penjual, dan utang istishna (kredit) pada penjual.
Pembayaran tangguhan atas aset istishna
a. aset istishna diakui sebesar biaya perolehan tunai
b. selisih harga beli dalam akad dan biaya perolehan tunai
Beban istishna tangguhan diamortisasikan secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan utang istishna.
Keterlambatan penyerahan barang karena kelalaian penjual:
a. kerugian dikurangkan dari garansi yang telah diserahkan penjual;
b. kerugian > garansi → diakui piutang kepada penjual
Jika menerima barang pesanan tidak sesuai spesifikasi
a. barang pesanan diukur pada nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan harga
perolehan
b. selisih diakui sebagai kerugian pada periode berjalan
j. Penyajian
Penjual menyajikan
a. piutang istishna sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir
b. termin istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah tagihan termin
penjual pada pembeli akhir
Pembeli menyajikan
a. utang istishna sebesar tagihan yang belum dilunasi
b. aset istishna dalam penyelesaian
1) persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan jika istishna parallel
2) kapitalisasi biaya perolehan jika istishna
k. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan
a. metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatn kontrak istishna
b. metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak
c. rincian piutang istishna (jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang)
d. pengungkapan yang diperlukan PSAK 101
Pembeli mengungkapkan
a. rincian utang istishna (jumlah, jangka waktu)
b. pengungkapan yang diperlukan PSAK 101

82
7. Akuntansi Ijarah
Ijarah secara bahasa dari al ajru yang berarti ganti atau kompensasi. Secara istilah ijarah
adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu
tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri.
Ijarah muntahiyah bittamlik: ijarah dengan janji perpindahan kepemilikan aset yang diijarahkan
pada saat tertentu
Wa’d: janji dari satu pihak pada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu
a. Rukun ijarah
1) Pelaku
2) Objek ijarah
a) Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak
b) bersifat dibolehkan secara syariah
c) Dapat dialihkan secara syariah
d) dikenali secara spesifikmenimbulkan sengketa
e) Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas
3) Pembayaran ijarah
a) Harus jelas besarannya dan diketahui para pihak
b) Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat) lain
c) Bersifat fleksibel tapi tidak boleh berubah begitu disepakati
4) Ijab kabul
b. Karakteristik ijarah
1) Sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan risiko dan manfaat aset terkait, dengan
atau tanpa wa’d untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik pada penyewa pada saat
tertentu
2) Perpindahan kepemilikan aset yang diijarahkan dilakukan jika akad ijarah telah berakhir
atau diakhiri, kemudian aset diserahkan pada penyewa dengan akad terpisah → hibah,
penjualan sebelum akhir masa akad, penjualan akhir masa akad, penjualan bertahap
3) Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk
menghindari risiko kerugian
4) Spesifikasi objek ijarah harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad (jumlah, ukuran,
jenis, dll)
c. Akuntansi ijarah pemilik
1) Objek ijarah diakui sat objek diperoleh sebesar biaya perolehan (PSAK 16 dan 19).
Penyusutan dan amortisasi sesuai dengan PSAK yang berlaku, sesuai jenis asetnya
dan selama umur ekonomisnya.

83
2) Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset telah
diserahkan pada penyewa.
3) Piutang pendapatan sewa diukur sebesai nilai yang dapat direalisasi pada akhir periode
pelaporan
4) Pengakuan biaya perbaikan objek ijarah
a) Tidak rutin → diakui saat terjadi
b) Rutin dengan persetujuan pemilik → dibebankan pada pemilik saat terjadinya
5) Perpindahan kepemilikan objek dari pemilik ke penyewa dalam ijarah muntahiyah
bittamlik dengan cara
a) Hibah: jumlah tercatat diakui sebagai beban
b) Penjualan sebelum berakhirnya masa akad: selisih harga jual dan jumlah tercatat
diakui sebagai keuntungan atau kerugian
c) Penjualan setelah berakhirnya masa akad: selisih harga jual dan jumlah tercatat
diakui sebagai keuntungan atau kerugian
d) Penjualan bertahap
I. selisih harga jual dan jumlah tercatat diakui sebagai keuntungan atau
kerugian
II. bagian objek ijarah yang tidak dibeli diakui sebagai aset tidak lancar atau
lancar sesuai tujuan penggunaan aset
d. Akuntansi ijarah penyewa
Beban
1) Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat aset telah diterima
2) Utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah diterima
3) Biaya pemeliharaan yang disepakati dalam akad → tanggungan penyewa dan diakui
pada saat terjadinya
Perpindahan kepemilikan dari pemilik ke penyewa dengan cara
1) Hibah: aset dan keuntungan diakui sebesar nilai wajar objek yang diterima
2) Pembelian sebelum berakhirnya masa akad: aset diakui sebesar nilai wajar atau
pembayaran tunia yang disepakati
3) Pembelian setelah berakhirnya masa akad: aset diakui sebesar nilai wajar atau
pembayaran tunia yang disepakati
4) Pembelian secara bertahap: aset diakui sebesar nilai wajar
Jual dan ijarah: transaksi terpisah, tidak saling gantung → harga jual dilakukan pada nilai
wajar
1) Penjualan → mengakui keuntungan atau kerugian dalam laba rugi
2) Selanjutnya menerapkan perlakuan akuntansi penyewa
Ijarah lanjut

84
3) Penyewa menyewakan lebih lanjut ke pihak lain atas aset sewaan
4) Entitas menerapkan perlakuan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa ijarah.
e. Penyajian
Disajikan secara neto setelah dikurangi beban terkait (beban penyusutan, beban
pemeliharaan dan perbaikan, dll)
f. Pengungkapan
Pemilik mengungkapkan
1) Penjelasan umum isi akad yang signifikan
a) Keberadaan wa’d pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada
wa’d pengalihan kepemilikan)
b) Pembatasan
c) Agunan yang digunakan jika ada
2) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan dan amortisasi tiap kelompok aset ijarah
3) Keberadaan tranasksi jual dan ijarah jika ada
Penyewa mengungkapkan
1) Penjelasan umum isi akad yang signifikan
a) Total pembayaran
b) Keberadaan wa’d pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang
digunakan (jika ada wa’d pemilik untuk pengalihan kepemilikan)
c) Pembatasan
d) Agunan yang digunakan jika ada
2) Keberadaan transaksi jual dan ijarah, dan keuntungan atau kerugian yang diakui jika ada
transaksi demikian

D. ASURANSI SYARIAH
Akad asuransi syariah jangka pendek: akad asuransi syariah yang memberi proteksi untuk
periode sampai dengan 12 bulan, atau memberi proteksi untuk periode lebih dari 12 bulan
dan memungkinkan penyesuaian persyaratan akad pada ulang tahun polis
Akad asuransi syariah jangka panjang: selain akad asuransi jangka pendek
Dana peserta: semua dana milik peserta secara individual dan kolektif berupa dana tabarru
dan dana investasi
Kontribusi peserta: jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta untuk porsi risiko dan ujrah
Surplus atau defisit underwriting dana tabarru: selisih antara pendapatan dan beban
underwriting dari dana tabarru
Surplus atau defisit dana tabarru: selisih antara pendapatan underwriting dan investasi dari
dana tabarru dengan beban underwriting dan investasinya

85
1. Prinsip asuransi syariah
a. Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama), tolong menolong,
saling menjamin, tidak berorentasi bisnis atau keuntungan materi semata.
b. Asuransi syariah tidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabarru’ atau mudhorobah.
c. Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian), oleh karena itu haram hukumnya
ditarik kembali.
d. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan, harus
disertai dengan niat membantu demi menegakan prinsip ukhuwah. Kemudian dari uang
yang terkumpul itu diambilah sejumlah uang guna membantu orang yang sangat
memerlukan.
e. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan supaya
ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akan tetapi ia diberi uang
jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin yang diberikan oleh jamaah.
f. Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus dijalankan menurut aturan syar’i.
2. Prinsip operasional asuransi syariah
a. Sesama muslim saling bertanggung jawab. Kesulitan seorang muslim dalam kehidupan
menjadi tanggung jawab sesama muslim lainnya.
b. Sesama muslim saling bekerja sama dan bantu membantu. Seorang muslim dituntut
mampu merasakan dan memikirkan apa yang dirasakan dan dipikirkan saudaranya. Hal
ini menimbulkan sikap saling membutuhkan antara sesama muslim dalam menyelesaikan
masalah.
c. Sesama muslim saling melindungi penderitaan satu sama lain.
3. Perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional
Asuransi syariah Asuransi konvensional
Dewan Mengawasi produk asuransi syariah dan Tidak ada dewan pengawas
Pengawas investasi dana
Syariah (DPS)
Akad Tolong menolong Jual beli
Kepemilikan Dana yang terkumpul dari Dana yang terkumpul/premi
dana nasabah/premi merupakan milik peserta. milik perusahaan sehingga
Perusahaan hanya memegang amanah perusahaan bebas
untuk mengelola menentukan investasinya
Pembiayaan Dari rekening baru/dana kebajikan, dana Dari rekening perusahaan
klaim peserta yang sejak awal sudah
diikhlaskan oleh peserta untuk keperluan
tolong menolong jika ada musibah

86
Keuntungan Dibagi antara perusahaan dengan Seluruhnya menjadi milik
peserta sesuai dengan prinsip bagi hasil perusahaan
mudharabah

4. Pengakuan awal
a. Kontribusi peserta diakui sebagai pendapatan dari dana tabarru’ dengan ketentuan
i. Akad asuransi syariah jangka pendek → kontribusi peserta diakui sebagai
pendapatan dari dana tabarru’ sesuai periode akad asuransi
ii. Akad asuransi syariah jangka panjang → kontribusi peserta diakui sebagai
pendapatan dari dana tabarru’ saat jatuh tempo pembayaran peserta
b. Bagian penerimaan dari peserta untuk investasi → diakui sebagai dana investasi
mudharabah, dana investasi mudharabah mussyarakah, dan dana investasi wakalah
c. Bagian kontribusi untuk ujrah entitas pengelola → diakui sebagai pendapatan dari entitas
pengelola secara garis lurus selama masa akad dan menjadi beban dana tabarru’
d. Biaya akuisisi entitas pengelola → diakui sebagai beban entitas pengelola selaras dengan
pengakuan pendapatan ujrah
5. Pengukuran setelah pengkuan awal
a. Surplus dan defisit underwriting
i. Besarannya tergantung peserta secara koletif, regulator, kebijakan manajemen
ii. Alokasi surplus underwriting
1) Seluruh surplus underwriting → penambah saldo tabarru’
2) Seluruh surplus underwriting → sebagian menjadi penambah saldo tabarru’,
sebagian didistribusikan ke peserta secara individual
3) Seluruh surplus underwriting → sebagian menjadi penambah saldo tabarru’,
sebagian didistribusikan ke peserta secara individual, sebagian didistribusikan
ke entitas pengelola
iii. Bagian surplus underwriting yang dialokasikan ke peserta secara individual dan
entitas pengelola → diakui sebagai pengurang surplus underwriting
iv. Surplus underwriting yang dialokasikan ke entitas pengelola diakui sebagai
pendapatan dari entitas pengelola
b. Penyisihan teknis → diakui pada akhir pelaporan sebagai beban dana tabarru’
i. Kontribusi yang belum menjadi hak/unearned contribution: jumlah penyisihan untuk
memenuhi estimasi klaim yang timbul pada periode mendatang → akad asuransi
syariah jangka pendek → diukur sebesar perhitungan individual dari tiap
pertanggungjawaban, besarnya ditetapkan secara proporsional dengan jumlah
proteksi

87
ii. Manfaat polis masa depan: penyisihan untuk memenuhi estimasi klaim yang timbul
pada periode mendatang → akad asuransi syariah jangka panjang → diukur sebesar
perhitungan estimasi pembayaran seluruh manfaat yang diperjanjikan,
mempertimbangkan estimasi tingkat imbal hasil investasi dana tabarru’
iii. Klaim yang masih dalam proses/outstanding claims: jumlah penyisihan atas estimasi
klaim yang telah terjadi dan telah dilaporkan sampai dengan akhir periode berjalan
yang akan dibayar pada periode mendatang → akad asuransi syariah jangka pendek
& panjang → diukur sebesar estimasi jumlah klaim yang masih dalam proses oleh
entitas pengelola, harus memenuhi klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan
akhir periode pelaporan
iv. Klaim yang terjadi tapi belum dilaporkan/incurred but not reported claims: jumlah
penyisihan atas klaim yang telah terjadi tapi belum dilaporkan sampai akhir periode
berjalan → akad asuransi syariah jangka pendek & panjang → diukur sebesar
estimasi jumlah klaim yang akan dibayarkan pada tanggal pelaporan berdasarkan
pengalaman masa lalu
6. Penyajian
a. Penyisihan teknis → disajikan terpisah di liabilitas pada laporan posisi keuangan
b. Saldo dana tabarru’ dan saldo dana investasi peserta → disajikan di dana peserta yang
terpisah dari liabilitas dan ekuitas pada laporan posisi keuangan
7. Pengungkapan
Entitas pengelola mengungkap informasi kontribusi peserta
a. Kebijakan akuntansi
i. Kontribusi yang diterima dan perubahannya
ii. Pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya
b. Piutang kontribusi peserta
c. Rincian kontribusi peserta berdasarkan jenis asuransi
d. Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian risiko dan ujrah dari
total kontribusi peserta per jenis asuransi
e. Kebijakan alokasi atas surplus underwriting
f. Jumlah pinjaman kepada dana tabarru’ jika ada
Entitas pengelola mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan
keuangan untuk mengevaluasi sifat dan luas risiko yang timbul dari akad
a. Tujuan, kebijakan, proses pengelolaan risiko yang timbul dari akad asuransi syariah, dan
metode pengelolaan risiko
b. Informasi tentang risiko asuransi (sebelum dan sesudah mitigasi risiko)
i. Analisis sensitivitas risiko akuntansi terhadap suplus dan defisit underwriting dana
tabarru dan saldo dana tabarru jika ada perubahan variabel risiko yang paling

88
mungkin terjadi pada akhir periode pelaporan, serta metode dan asumsi yang
digunakan dalam menyiapkan analisis sensitivitas
ii. Informasi kualitatif tentang sensitivitas, informasi tentang persyaratan dan ketentuan
akad asuransi yang berdampak material pada jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus
kas masa depan dana tabarru
iii. Konsentrasi risiko asuransi → penjelasan cara manajemen menentukan konsentrasi
dan penjelasan dari kesamaan karakteristik yang menandakan masing-masing
konsentrasi
iv. Klaim actual dibandingkan dengan estimasi sebelumnya
Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait dana investasi
a. Kebijakan akuntansi untuk pengelolaan dana investasi yang berasal dari peserta
b. Rincian jumlah dana investasi berdasarkan akad yang digunakan dalam pengumpulan
dan pengelolaan dana investasi
Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait penyisihan teknis
a. Jenis penyisihan teknis (saldo awal, jumlah yang ditambahkan dan digunakan selama
periode berjalan, saldo akhir)
b. Dasar yang digunakan untuk menentukan jumlah tiap penyisihan teknis dan
perubahan dasar penentuan
Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait saldo dana tabarru
a. Pihak yang menerima pengalihan saldo dana tabarru jika ada likuidasi produk atau
entitas
b. Jumlah dasar penentuan alikasi surplus underwriting
Entitas pengelola mengungkapkan rincian aset dari dana tabarru, dana investasi, dan entitas
pengelola.

E. WAKAF
Mauquh alaih: pihak yang ditunjuk untuk memperoleh manfaat dari peruntukan harta benda
wakaf sesuai pernyataan kehendak wakif yang dituangkan dalam akta ikrar wakaf
Nazhir: pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan
sesuai dengan peruntukannya
Wakaf: perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syariah
Wakif: pihak yang mewakafkan harta benda miliknya
1. Unsur wakaf
a. Wakif: perseorangan, organisasi, badan hukum

89
b. Nazhir: perseorangan, organisasi, badan hukum
c. Aset wakaf: jika sudah diikrarkan di ikrar wakaf maka tidak bisa dibatalkan, dikelola oleh
nazhir sesuai dengan tujuan-fungsi-peruntukan
d. Ikrar wakaf
e. Peruntukan aset wakaf
f. Jangka waktu wakaf
2. Klasifikasi aset wakaf
a. Aset tidak bergerak → ha katas tanah, bangunan atau bagian bangunan di atas tanah,
tanaman dan benda lain terkait tanah, hak milik satuan rumah susun, dll
b. Aset bergerak → uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak kekayaan intelektual,
hak sewa, dll
Aset wakaf tidak bisa dijadikan jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan, ditukar, atau
dialihkan melalui pengalihan hak lainnya.
3. Tujuan wakaf
Memanfaatkan aset wakaf sesuai fungsinya
4. Fungsi wakaf
Mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis aset untuk kepentingan ibadah dan memajukan
kesejahteraan umum.
5. Peruntukan wakaf
a. Sarana dan kegiatan ibadah
b. Sarana dan kegiatan pendidikan dan kesehatan
c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa
d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat
e. Kemajuan kesejahteraan umum lain
6. Entitas pelaporan
Entitas Pelaporan adalah entitas wakaf yang membuat laporan keuangan tersendiri yang tidak
dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan organisasi atau badan hukum dari nazhir.
Entitas wakaf mungkin berinvestasi di entitas lain. Jika entitas wakaf (investor) memiliki
pengendalian atas entitas lain (investee), maka seluruh investasi diukur pada biaya
perolehan, nilai wajar, atau metode ekuitas. Laporan keuangan entitas lain yang dikendaliakn
entitas wakaf tsb tidak dikonsolidasikan dalam laporan keuangan entitas wakaf.
7. Laporan keuangan entitas wakaf yang lengkap
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
b. Laporan rincian aset wakaf pada akhir periode
c. Laporan aktivitas selama periode
d. Laporan arus kas selama periode
e. Catatan atas laporan keuangan

90
8. Pengakuan penerimaan aset wakaf dari wakif (aset wakaf awal)
Adanya pengalihan kendali atas aset dari wakif ke entitas wakaf, dengan memenuhi kondisi
berikut
a. Telah terjadi pengalihan kendali atas aset wakaf secara hukum
b. Telah terjadi pengalihan kendali atas manfaat ekonomi dari aset wakaf
Jika entitas wakaf menerima wasiat wakaf → entitas wakaf tidak mengakui aset yang akan
diwakafkan di masa mendatang dalam laporan keuangan periode berjalan.
JIka entitas wakaf menerima janji (wa’d) berwakaf → entitas wakaf tidak mengakui aset yang
akan diwakafkan di masa mendatang dalam laporan keuangan periode berjalan.
Aset wakaf temporer → diakui sebagai liabilitas
Hasil pengelolaan dan pengembangan aset wakaf merupakan tambahan manfaat ekonomis
dalam bentuk tambahan aset yang bersumber dari dari aset wakaf yang ada → imbal hasil,
dividen, bentuk penghasilan lain.
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑛𝑒𝑡𝑜 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑎𝑓
= 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑎𝑓 − 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑎𝑖𝑡
Hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf tidak termasuk
a. Hasil pengukuran ulang atas aset wakaf
b. Selisih pelepasan aset wakaf
Dasar penentuan imbalan nahzir: hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf yang
telah direalisasikan dalam bentuk kas dan setara kas, meliputi
a. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf di periode berjalan
b. Penyesuaian terhadap hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf periode
berjalan yang kas dan setara kasnya belum diterima di periode berjalan
c. Penyesuaian terhadap hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf periode
lalu yang kas dan setara kasnya diterima di periode berjalan
Manfaat wakaf → diakui penyalurannya pada saat manfaat wakaf diterima secara langsung
oleh mauquf alaih.
9. Pengukuran awal aset wakaf dari wakif
a. Kas → diukur pada nilai nominal
b. Non kas → nilai wajar
Aset logam mulia selanjutnya diukur pada nilai wajar dan perubahannya diakui sebagai
dampak pengukuran ulang aset wakaf.
Aset wakaf temporer disajikan sebagai liabilitas.
10. Entitas wakaf mengungkapkan
a. Kebijakan akuntansi yang diterapkan pada penerimaan, pengelolaan, dan penyaluran
wakaf
b. Penjelasan mengenai nazhir

91
c. Penjelasan mengenai wakif yang signifikan secara individual
d. Penjelasan mengenai strategi pengelolaan dan pengembangan aset wakaf
e. Penjelasan mengenai peruntukan aset wakaf
f. Jumlah imbalan nazhir dan persentasenya dari hasil neto pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf, jika terjadi perubahan maka dijelaskan alasan perubahan
g. Rekonsiliasi untuk menentukan dasar perhitungan imbalan nazhir
i. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf di periode berjalan
ii. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf di periode berjalan yang
belum terealisasi dalam kas dan setara kas pada periode berjalan
iii. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf di periode lalu yang
terealisasi dalam kas dan setara kas pada periode berjalan
h. Jika ada wakaf temporer → penjelasan fakta, jumlah, wakif
i. Rincian aset yang diterima dari wakif yang belum ada akta ikrar wakafnya
j. Jika ada wakaf uang → penjelasan wakaf melalui uang yang belum direalisasi menjadi
aset wakaf yang dimaksud
k. Jika ada aset wakaf yang ditukar dengan aset wakaf lain → penjelasan kejadian, aset
yang ditukar dan aset pengganti, alasan, dasar hukum
l. Jika ada hubungan pihak berelasi wakif-nazhir-mauquf alaih → diungkapkan sifat
hubungan, jumlah dan jenis aset wakaf permanen/temporer, persentase penyaluran
manfaat wakaf dari total penyaluran manfaat wakaf selama periode berjalan
Kebijakan akuntansi lain atas aset wakaf yang tidak diatur PSAK Syariah, tetapi pada PSAK
lain yang relevan, seperti
a. Aset wakaf aset tetap → PSAK 16
b. Aset wakaf properti investasi → PSAK 13
c. Aset wakaf aset takberwujud → PSAK 19
d. Aset wakaf sukuk → PSAK 110
e. Aset wakaf aset keuangan selain sukuk → PSAK 71
11. Akuntansi wakif
Pengakuan aset wakaf permanen → sebagai beban sebesar jumlah tercatat aset
Pengakuan aset wakaf temporer → sebagai aset yang dibatasi penggunaannya
Pengungkapan terkait transaksi wakaf
a. Wakaf permanen
i. Rincian aset wakaf yang diserahkan pada periode berjalan
ii. Peruntukan aset
b. Wakaf temporer
i. Rincian aset wakaf yang diserahkan pada periode berjalan, peruntukan, dan
jangka waktunya

92
ii. Penjelasan mengenai total aset wakaf temporer
c. Hubungan pihak berelasi antara wakif, nazhir, dan/atau mauquf alaih
i. Sifat hubungan
ii. Jumlah dan jenis aset wakaf temporer
iii. Persentase penyaluran manfaat wakaf dari total penyaluran manfaat wakaf
selama periode berjalan

93

Anda mungkin juga menyukai