Salam Cinta,
Indrayagus Slamet
Pesen Moral:
Kalau mau jadi pendekar harus baca buku pokok perpajakan: Prof. GUNADI (PPh), DR.
Waluyo (PPh), dan Untung Sukardji, MSc (PPN). Ingat, modal AR cuma sapu lidi doang
yang cuma bikin geli-geli WP doang, kalau engga jago-jago amat engga akan mau WP
bayar.
Jika modul ini bermanfaat dan dapat menambah keahlian ALK bagi AR-AR maka
alhamdulilah. Jika rasanya tidak membawa manfaat, maka buanglah ke
keranjang sampah.
Jakarta, April 2019
Indrayagus Slamet
BAB II PENGGUNAAN METODE SELISIH & TREND DALAM ALK ......... ........................... 7
1. Pengertian ......................................... ......................................... .................. 7
2. Keterbatasan Laporan Keuangan ......................................... ............................ 8
3. Penggunaan Analisa Selisih dan Analisa Trend dalam ALK Perpajakan ............. .... 9
BAB VII TRANSAKSI HU BU NGAN ISTIMEWA .............. .............. .............. .............. ... 68
a. Pengertian Hubungan Istimewa .............. .............. .............. .............. ............. 68
b. Kewenangan DJP dalam Menentukan Ulang Biaya dan Penghasilan (Pasal
18 Ayat (3) Uu Pph) .............. .............. .............. .............. .............. .............. . 69
BAB VIII DEBT TO EQUITY RATIO (2016 henceforth) .............. .............. .............. .... 76
1. Beban Bunga Pinjaman Yang Terkoreksi DER=4:1.. .............. .............. ............. 76
2. Beban Selain Bunga Pinjaman Yang Terkoreksi DER=4:1 .............. .............. ..... 76
BAB XI ALK PERPAJAKAN TINGKAT SD MADRASAH .............. .............. .............. ...... 119
1.Mengenal Distributor/Usaha Dagang Nakai Pajak .............. .............. .............. ...... 119
2. Teknik-teknik Mendeteksi Kesalahan Pencatatan .............. .............. .............. ...... 130
A. Tahap Pre-Analyses .............. .............. .............. .............. .............. ........ 131
B. Ta hap Analyses .............. .............. .............. .............. .............. .............. 132
BAB XII ALK LEVEL SABUK COKLAT & HITAM .............. .............. .............. .............. 171
Soal # 1 - ALK Perpajakan .............. .............. .............. .............. .............. ............ 171
Soal # 2 - ALK Perpajakan .............. .............. .............. .............. .............. ............ 172
Soal # 3 - Pembukuan PT KAMPRET (pabrikan) .............. .............. .............. .......... 173
Soal # 4 - Piutang usaha melebihi peredaran usahanya .............. .............. ............. 176
TEMUAN AKUNTANSI
TEMUAN PAJAK
(Menjadi PR di KPP
(PR di semua KPP)
Pratama/Madya/PM A)
ll ll
Pembukuan sudah
benar tapi Pajak tidak
Pembukuan tidak benar benar, karena wajib
karena wajib pajak: pajak:
1. Sengaja 1. Sengaja tidak
memperbesar menghitung atau
Biaya dan membayar / memoto
Mengecilkan ng Pajak dengan
Penghasilan benar
2. Tidak mengerti 2. Kurang mengerti
Akuntansi perpajakan
3. Adanya perbedaan
interpretasi hukum
pajak
Ada perbedaan yang mendasar dari WP LTO/Go Public dengan WP KPP lainnya. ~
Perbedaannya terletak pada poin-poin dibawah ini.
bertahun-tahun hanya CPA itu-itu saja yang Firm, kadang-kadang memakai KAP
digunakan, arisan proyek. Assignment audit Cuprat-Cuprit dan Rekan, malah
piutang, bagian utang, aktiva tetap, uang murah. Staff yang kerja hanya
ALK perpajakan oleh AR pada WP ini bukan ALK perpajakan oleh AR pada WP ini
pada kebenaran angka pada pos-pos sudah jelas berfokus pada kebenaran
BKP-Non BKP, PPN Dibebaskan, PPN berdiri dan yang sudah long-
12. Analisis Sumber dan Penggunaan Pratama yang sudah mulai "melek'')
1. Pengertian
Menurut penulis, analisa laporan keuangan khususnya dalam
hubungannya dengan perpajakan, adalah analisa yang dilakukan terhadap
suatu laporan keuangan sehingga dari hasil analisa itu dapat diketahui
dimana red flag (titik-titik kritis adanya kesalahan yang disengaja ataupun
tidak) berada. Hasil analisa ini hanya merupakan sebuah petunjuk adanya
indikasi kuat suatu misstatement atau temuan, sehingga untuk menentukan
kebenaran 100% atas temuan itu diperlukan full audit ·
Warning:
Hasil analisis atas Financial Statement hanya berupa tanda-tanda awal
adanya indikasi kesalahan dalam laporan keuangan. Jika ingin hasilnya
100% tepat, maka diperlukan full audit. Conselling oleh AR adalah
tindakan yang tepat.
Prinsip dasar yang penting untuk diketahui dari laporan keuangan adalah
bahwa laporan keuangan adalah suatu pendekatan yang realistis terhadap
gambaran atau potret kegiatan ekonomi perusahaan yang sifatnya relatif
mendekati kebenaran, bukan absolut. Dikatakan suatu pendekatan yang
mendekati kebenaran dari gambaran kejadian ekonomi perusahaan karena
laporan keuangan disusun berdasarkan pilihan yang disediakan oleh Standar
Akuntansi Keuangan (SAK). Pilihan didalam dunia akuntansi yang
menyebabkan perbedaan-perbedaan dalam pencatatan ada pada:
1. Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku Umum
2. Metode akuntansi
3. Estimasi akuntansi
mencerminkan kepastian.
Warning:
Hasil analisa Laporan Keuangan ini adalah suatu indikasi adanya kesalahan
dalam pelaporan, baik itu sengaja ataupun tidak disengaja dan temuan ini
sifatnya belum tentu benar, juga belum tentu salah. Beban pembuktian ada
pada dokumen sumber (full Audit). Biasanya, wajib pajak akan mengaku salah
jika analisis dilakukan lebih dari satu pendekatan dan memberi bukti bahwa
pembukuan terjadi kesalahan.
Analisa Trend
1. Tahap Pre-Analyses
Sebelum memulai bedah kasus dalam analisis laporan keuangan, ada
baiknya jika penulis memberikan ringkasan dari esensi analisis Laporan Keuangan
tanpa pemeriksaan dokumen sumber (full audit). Berikut adalah langkah-langkah
yang paling penting didalam menganalisa laporan keuangan dalam rangka
mencari temuan-temuan kesalahan sebagaimana dibawah ini. Sebagai
gambaran, penulis sudah mempraktekkan langkah-langkah ini didalam mencari
'Findings' dan hasilnya memuaskan.
Step 1
Note:
Gambarlah aluf proses bisnisnya berdasarkan nomor 1/2/3/4
kesalahan pembukuan
---...------------·----------------·-----------------------....-------------·-------------------------
Contoh I;
J
5. Berapa ratio Gross Profit -nya selam 3 tahun berturut-turut? Jika tidak
stabil, maka ada indikasi pembukuan direkayasa
6. Biaya apakah yang menjadi cost driver didalam usaha tersebut?
Catatan:
Cost Driver (atau Variable Cosf'J adalah biaya yang secara paralel mengikuti
sales. Jika penjualan naik maka biaya itu naik. Jika sales turun maka biaya itu
turun juga. Jika sales nol maka biaya itu nol juga. Persentase kenaikan atau
penurunan kedua akun itu nyaris sama besar.
Cost Driver/Variable
Cost
Step 2
Step 3
PASAL 10 UU PPh
Pasal 10 UU PPh dalam bahasa sederhananya menjelaskan bahwa jika transaksi
terjadi antar hubungan istimewa maka harus dipakai harga pasar dan jika
transaksi terjadi kepada pihak non-hubungan istimewa maka dipakai nilai yang
sebenarnya terjadi.
..~"!!-' .
2. Tahap Analyses
Step 1
Warning:
Masih menurut John D Ogara, apabila terjadi fluktuasi laba kotor dengan
penurunan yang tinggi (out-of-line margin) sebagai hasil perbandingan selama 3
tahun berturut-turut, maka hal ini merupakan indikasi adanya Fraud. Penurunan
laba kotor ini hanya dapat dibenarkan oleh kondisi ekonomi makro secara nasional.
Artinya jika kondisi perekonomian nasional sedang lesu, maka laba kotor seluruh
jenis usahapun ikut lesu juga (turun), atau sebaliknya.
Persentase
(\
I I
/
,... "\ I GPR yang Normal dari "Pembukuan
/
I I
I I I I
Jujur" I I I I
I I I
I I I
I I \./ I I
\/ I I
\. _,(;pR atas "Pembukuan Rekayasa"
200A 200(A+ 1) 200(A+2) 200(A+3) Tahun
Gross Profit Ratio ini alat yang efektif didalam mendeteksi kecurangan
dalam pembukuan. Andaikan terjadi penurunan GPR, maka menurut penulis
angka yang wajar adalah minus 3% dari GPR yang tertinggi selama 3 atau 4
tahun kebelakang. Perubahan GPR disebabkan oleh adanya:
Hasil Counsellinq.
Wajib Pajak mengakui kesalahan di tahun 2007 dan di 2005. Modus Operandinya
adalah dengan menggelembungkan biaya Pembelian dengan faktur sederhana
dan upah buruh.
Catatan: Penurunan GPR wajar =58% - 3% =55%
Hasil Counsellinq.
Wajib Pajak mengakui kesalahan di tahun 2007. Untuk usaha jasa konsultasi,
tidak mungkin ada pembelian barang atau persediaan awal/akhir, sehingga
modus operandinya adalah dengan menggelembungkan biaya tenaga ahli dan
biaya tidak langsungnya.
Hasil Counsellinq.
Wajib Pajak mengakui kesalahan di tahun 2007 karena omzetnya sudah
bertambah besar dan PPh terhutang akan bertambah besar juga. Menurut wajib
pajak, GPR jangan lagi berada dikisaran 28% s.d 31 % karena PPh terhutang
akan menjadi besar, sehingga mereka menggelembungkan pembelian tanpa
pajak masukan dan biaya finishing cetak agar GPR kecil. Rekayasan ini
menghasilkan peningkatan pasal 25 yang relatif kecil di tahun 2008 dibanding
tahun 2007.
Catatan: Penurunan GPR wajar =31 % - 3% =28%
Hasil Counsellinq.
Wajib Pajak mengakui kesalahan di tahun 2006 dan 2007. Laba kotor 2005
menurut wajib pajak ternyata sejujurnya memang sebesar 42%. Omzet 2006
dan 2007 bertambah besar dan PPh terhutang akan bertambah besar juga.
Menurut wajib pajak, jika GPR masih berada dikisaran 42% maka PPh terhutang
akan menjadi sangat besar, sehingga mereka menggelembungkan pembelian
dengan faktur sederhana dan biaya finishing cetak agar GPR kecil.
Pasal 23
3. Pengamatan Lapangan
Bagi perusahaan yang tidakjbukan PKP, seperti hotel, restaurant, jasa
pendidikan, jasa angkutan data, atau jasa-jasa lain yang terdaftar pada negative
list, maka untuk menilai omzetnya adalah dengan cara melakukan pengamatan di
lokasi usaha. Lihat harga jualnya via internet, koran/majalah, brosur atau minta
langsung ke wajib pajak. Harga jual ini dikalikan dengan banyaknya
Step 3
transaksi.
Lebih dari Sisa hutang tahun lalu masih Kebohongan yang luar biasa.
tahun ini.
2018
200 milliar 14 milliar Ada PPN Masukan di 2018 Rp 14 milliar
selama setahun berarti DPP=Rp 140 milliar.
AR han,.;s melakukan analisis dulu mana:
1. PM 2017 yang nyebrang di 2018
2. PM dari BKP imper aktiva tetap
3. PM dari BKP Impor material
4. BKP lokal aktiva tetap
5. BKP lokal material
6. JKP lokal
7. PPN JKPLN
8. PM 2018 yang nyebrang di 2019
1 Berdasarkan pengalaman penulis yang ilmunya diperoleh dari buku "Financial Shenanigans"karya
John Ogara dan "Fraud Casebook-Lesson from the bad side of Business"karya Joseph T Wells,
pengujian pembelian dengan cara ini sangat efektif dilakukan. Hampir semua perusahaan yang di
consel/ing langsung mengakui perbuatannya. Silahken Bang AR pakai, namun hanya untuk kepentingan
Negara . Jika disalahgunakan maka dosa ditanggung masing-masing. Penulis tidak bertanggung jawab
secara moral.
4. Untuk Usaha Jasa, Lakukan Analisis Upah Buruh atau Biaya HPP
atas Jasa.
Untuk usaha jasa konsultan dan jasa lainnya, pembelian barang sangat
kecil sekali atau bisa saja tidak ada, tergantung jenis usaha jasanya. Jasa-jasa
yang menjadi objek PPh pasal 23 memiliki biaya-biaya yang secara logis adalah
biaya tenaga ahli/buruh dan biaya penunjang lainnya yang jumlahnya relatif
kecil, sehingga tidak relevan jika ada pembelian barang Jebih dari 10% HPP
(kecuali aktiva tetap dan disusutkan). Kalaupun ada, harus dilakukan penelitian
lapangan oleh AR apakah benar usahanya memerlukan biaya material yang
jumlahnya banyak (seperti Laundry, beli solar, jasa pelaksana konstruksi, dan
Catering). Secara umum, biaya pembelian material tidak relevan untuk usaha
jasa. Usaha jasa meliputi jasa sewa, jasa professional, jasa keagenan, jasa
pengeboran, jasa iklan, jasa event organizer, jasa pengolahan limbah, jasa
penyedia tenaga kerja, dan jasa lainnya.
Selain menganalisis GPR usaha jasa-jasa tersebut, lakukan juga analisis rasio
hutang usaha/hutang dagang (Neraca) dengan HPP jasa (Biaya Langsung dan
Tidak Langsung jasa).
m%lfstep 4
Rupiah Sales
Upah Buruh/Jumlah
Buruh
2 Masing-masing KPP silahken berbeda, tergantung besar-kecilnya WP-WP yang ada di KPP itu.
:1
indikasi kuat terjadinya kesalahan dalam biaya administrasi dan umum ada pada
pos-pos tersebut.
Step 5
Penyertaan Jika dana untuk membeli saham 25% lebih diperoleh dari
Sa ham pinjaman, maka bunga pinjamannya dikoreksi fiskal.
Uang Muka Objek PPN Keluaran. Biasaya jauh lebih kecil dari
Pendapatan penjualannya.
Data non keuangan sangat membantu dan juga sangat efektif dalam
mendeteksi salah saji dalam laporan keuangan. Data non keuangan digunakan
dalam menghitung rasio-rasio tertentu, yang meliputi sebagai berikut:
a. Rasio pembayaran gaji dengan rasio jumlah karvawan selama 3
tahun berturut-turut
3
Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke, 2000, Auditing : Integrated Approach, Eight Edition New
Jersey, Prentice Hall, Inc.,
4
Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke, Op.cit.
l l
Ratio Trend/Comon Size Jumlah karyawan
Ratio Liquiditas Jumlah luas bangunan
Ratio Solvabilitas Jumlah Kilogram Bahan
Ratio Profitabilitas Jumlah watt/voltase
Data Penjualan, etc Jumlah jam Kerja
CFO
Cash Flow Adequacy (CFAd) = ------------------------------------------------
Pembelian Aktiva Tetap + Bayar Utang Bank + Dividen
Rumus ini mengatakan bahwa jumlah rupiah CFO selama 3 atau 4 tahun
(sesuai masa tenor hutang Bank untuk membeli AT) harus lebih besar dari
jumlah total pembelian AT + Bayar Utang Bank + Dividen.
Contoh:
Pada tahun 2019 PT Mata Fulus Berjaya membeli mesin Rp 200 milliar dari
hutang Bank Rp 200 milliar, bunga 12% setahun (p.a) selama 4 tahun. Abaikan
bayar utang dan dividen. CFO (hitungan CFO tersedia contohnya dibawah ini)
yang dihasilkan di tahun 2019 misalkan Rp 10 milliar setahun. Teori ini
memberikan pakeman bahwa OCF per tahun yang di hasilkan di 2019 harus lebih
besar dari (Rp 200 milliar + bunga 12%)/4 tahun = Rp 224 M/4 = Rp 56 milliar
setahun.
Rasio CFAd yang harus tersedia =Rp56 M/Rp224 M = 25% (karena 4 tahun.
Kalau 3 th. maka 34%). Perhitungan rasio CFAd perusahaan: CFAd = Rp 10
M/Rp 224 M = 4,4% dimana seharusnya 25%. Dengan demikian maka Bank
seharusnya menolak pinjaman WP. Kenapa pinjaman tetap diberikan?
Data Profit & Loss dalam 3 tahun terakhir adalah sebagai berikut (dalam jutaan ).
WARNING:
Hutang Piutang Uang dari dan kepada
Pemegang Saham atau Direksi atau
karyawan, TIDAK TERMASUK dalam
Operating Cash Flow
Jika hasil perhitungan OCF memberikan nilai minus, maka artinya adalah kondisi
keuangan dalam posisi sakit (kurang uang), kas masuk jauh lebih kecil dibanding
kas keluar untuk biaya-biaya operasionalnya. Perusahaan sedang sakit.
Sebaliknya, jika plus maka lumayan ada uang sisa tak terpakai.
CATATAN PENTING:
Dalam kasus ini, nyata-nyata di tahun 2015 perusahaan mendapat
kredit Rp 30 milliar padahal hitungan OCF (Laba Bersih Cash Basis)
adalah minus. ADA YANG SALAH dalam laporan keuangan wajib
pajak. Silahken AR menuangkan kajian ini dalam SP2DK dan minta
penjelasan dari WP.
Alur pemikiran (rationale) dikurangi atau ditambahnya Earning After Tax {EAT).
Pos Neraca/RL Rumus Baku Rationale
Penyusutan/ Amortisasi Menambah EAT Penyusutan/Amortisasi tidak
menyebabkan kas keluar,
walaupun sebagai biaya
Kenaikan Piutang Dagang Mengurangi EAT Nasabah belum bayar. Penurunan
piutang dagang, sebaliknya.
Kenaikan Persediaan Mengurangi EAT Ada keluar kas untuk belanja
barang dagangan, sehingga
persediaan naik. Persediaan turun,
sebaliknya.
Kenaikan Biaya dibayar Mengurangi EAT Ada pengeluaran kas untuk
~~~"~~-· ~~~~~~~~~--
2. Ac:l~itional Discussion
PTDemplon
Penjualan Rp 12.000.000.000
Biaya Usaha Rp 7.000.000.000
Laba Usaha Rp 5.000.000.000
.PTBohay
Penjualan Rp 12.000.000.000
Biaya Usaha Rp 9.500. 000. 000
Laba Usaha Rp 2.500.000.000
OCF PT Demplon
Laba Usaha Rp 5.000.000.000
Penyusutan Rp 100.000.000
OCFPTBohay
Laba Usaha Rp 2.500.000.000
Penyusutan Rp 120.000.000
Penurunan Piutang Dagang Rp 1.000.000.000
Laba bersih Kas PT Demplon minus Rp 1 milliar, walaupun laba usahanya besar.
Dilain pihak, PT Bohay walaupun labanya kecil tapi Laba Bersih Kasnya plus Rp
3,5 milliar. PT Demplon memberikan kebijakan penjualan kredit yang sangat
longgar, beda dengan PT Bohay, dimana PT Demplon mempersilahkan
pelanggan untuk mengulur-ulur waktu pelunasan hutang atas pembelian
barangnya. Begitu juga dengan kebijakan Hutang Dagangnya.
Jika ingin menilai derajat kesehatan suatu peri,.1sahaan, lihatlah OCF-nya selama 3
atau 4 tahun terakhir. Jika plus terus, berarti makmur, atau sebaliknya. Untuk urusan
perpajakan, jika perusahaan:
1. OCF-nya kecil terus atau minus
2. Laba Bersihnya kecil terus atau minus
Di sisi lain terdapat kenaikan omzet terus-menerus, karyawan tambah terus, dan ada
kenaikan Total Asset terus-menerus dalam ~urun waktu 3 atau 4 tahun terakhir itu,
maka dapat dikatakan ada yang salah dalam pembukuan wajib pajak.
A. Penyusutan Fiskal
Tarif penyusutan aktiva tetap dan amortisasi diatur sebagai berikut:
Kelompok Harta Masa Garis Lurus Sal do
Manfaat Menu run
Bukan bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 6,25%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
Bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Tidak Permanen 10 tahun 10% -
Contoh 1:
Mesin dibeli Rp 100 juta tanggal 12 Desember 2000, maka perhitungannya
harus melihat lampiran KMK-138/KMK/2002 tentang kelompok asset untuk
keperluan penyusutan fiskal. Mesin adalah kelompok 2 yang berarti umurnya 8
tahun:
Metode Garis Lurus:
Tahun Harga Perolehan Penyusutan (12,5%)
Contoh 2:
Mesin dibeli Rp 100 juta tanggal 12 Desember 2004, maka perhitungannya
harus melihat lampiran KMK-138/KMK/2002 tentang kelompok asset untuk
keperluan penyusutan fiskal. Mesin adalah kelompok 2 yang berarti umurnya 8
tahun:
Contoh 3:
Gedung dibangun Rp 600 juta dan selesai tanggal 12 Juli 2007, maka
perhitungannya harus melihat lampiran KMK-138/KMK/2002 tentang kelompok
asse untuk keperluan penyusutan fiskal. Gedung adalah kelompok Bangunan
Permanen yang berarti umurnya 20 tahun:
Metode Garis Lurus (5%)
Tahun Harga Perolehan Penyusutan
2007 ( 6 bulan ) 600.000.000 30.000.000 x 112
2008 600.000.000 30.000.000
2009 600.000.000 30.000.000
2010 600.000.000 30.000.000, dst
Catatan Penting :
Bangunan se/a/u Metode Garis Lurus, tidak bo/eh sa/do menurun !!!
Contoh 4:
Sedan dibeli Rp 100 juta tanggal 12 Desember 2004, maka perhitungannya
harus melihat lampiran KMK-138/KMK/2002 tentang kelompok asset untuk
keperluan penyusutan fiskal. Sedan adalah kelompok 2 yang berarti umurnya 8
tahun :
Contoh 5:
Bungalow dibeli Rp 1 miliar tanggal 12 Oktober 2005, maka perhitungannya
harus melihat lampiran KMK-138/KMK/2002 tentang kelompok asset untuk
keperluan penyusutan fiskal. Bungalow adalah harta berupa kenikmatan dan
tidak berhubungan dengan usaha, maka tidak disusutkan.
Jika tanggal 20 Agustus 2007 dijual Rp 1.8 miliar maka ada pengakuan
keuntungan Rp 800 juta. Jika dijual Rp 900 juta, maka tidak ada kerugian yang
dicatat menurut fiskal, walau secara accounting terjadi loss Rp 100 juta.
11
J
Sedan i
Anu 2010 250,000,000 - 62,500,000 62,500,000 187,500,000
2011
I
!,
;:: Jika sedan dijual pada awal tahun 2014 senilai Rp 150.000.000,- maka rugi laba
'' fiskal adalah:
•
Harga Perolehan 2010 Rp 250.000.000
Penyusutan Fiskal 2012 Rp 17.578.125
Penyusutan Fiskal 2013 Rp 13.183.594
Total Penyusutan Fiskal Rp 30.761.719
Nilai Buku Fiskal Rp 219.238.281
Sale price Rp 150.000.000
Loss on Sale Rp 69.238.281
Contoh 7:
Sedan (atau juga Non Sedan untuk dinas dan dibawa pulang karyawan) dibeli
awal tahun 2013, karena sejak April 2012 penyusutan kendaraan sedan dan
sejenisnya hanya diakui 50 % saja, termasuk Hand Phone direksi berikut
pulsanya (KMK-138/KMK.03/2002), maka hitungan penyusutannya adalah
sebagai berikut.
Jenis Harga
Aktiva Tahun Perol. Penyusutan NilaiBuku
Penyus. (Nb Awai) Deductible Undeductible Total
I
Jen is Harga
Aktiva Tahun Perol. Penyusutan NilaiBuku
Penyus. (Nb Awai) Deductible Undeductible Total
23,437,500 23,437,500
dst.
Conteh:
PT Zeman Mining membayar hak pertambangan minyak kepada negara sebesar
Rp 200 milliar pada tahun 2000. Biaya tambahan eksplorasi dan pengembangan
sebasar Rp 50 milliar. Jumlah potensi minyak yang akan ditambang sebanyak
E. Aspek Perpajakan atas Laba Rugi Selisih Kurs Mata Uang Asing
Perlakuan laba rugi selisih kurs menurut perpajakan (PP-94 tahun 2010)
adalah sebagai berikut:
1. Kerugian selisih valas yang berasal dari transaksi Hedging untuk
speku/asi bukan sebagai biaya fiskal tapi keuntungan spekulasi
ini adalah objek pajak. Yang dimaksud spekulasi adalah Hedging
transaction yang tidak digunakan untuk tujuan mengurangi risiko
kerugian selisih kurs atas timbulnya pinjaman valas, bunga pinjaman
valas, pembelian, atau hutang usaha.
2. Kerugian selisih kurs valas dari biaya natura kenikmatan dan beban
non fiskal /ainnya, bukan biaya fiskal
3. Keuntungan selisih kurs valas dari urusan penghasilan yang sudah
dikenakan pajak Final, bukan penghasilan kena pajak.
4. Kerugian selisih kurs va/as dari urusan penghasilan yang sudah
dikenakan pajak final, bukan biaya fiskal.
5. Keuntungan atau kerugian selisih kurs va/as dari urusan
Contohnya:
1. PT Bingung Mulu, distributor alat berat export-import, pinjam uang dalam
bentuk US Dollar sejumlah $ 10 juta. Dana tersebut digunakan untuk
membangun Gedung yang disewakan 60% dan sisa 40% untuk modal
usaha perdagangannya. Jika ada kerugian atas selisih kurs dari pinjaman
itu maka sebesar 60% harus dikoreksi fiskal beban kerugian selisih kurs
itu.
Pengertian Dasar
Pemberian fasilitas berupa harga jual barang yang lebih murah atau tingkat suku
bunga pinjaman yang lebih rendah oleh perusahaan kepada karyawannya adalah
merupakan bentuk kenikmatan.
Jika penjualan barang kepada karyawannya lebih murah dari harga pasar atau
lebih rendah dari harga pokok, maka selisih harga pokok barang tersebut dengan
harga jual khusus adalah merupakan koreksi fiskal terhadap Harga Pokok
Penjualannya karena tidak boleh dibiayakan.
Contoh:
Penjualan modil kepada karyawan atau direksi sejumlah Rp 200 juta, sedangkan
harga belinya Rp 250 juta, maka terdapat koreksi positif atas HPP sejumlah Rp
50 juta (Rp 250 juta - Rp 200 juta)
LESSOR LESSEE
- Penghasilannya dari bunga cicilan - Biaya cicilan pokok dan bunga
- Aktiva sewaan tidak boleh disusutkan merupakan biaya fiskal sehingga
- Dapat membentuk dana cadangan dilakukan koreksi negatif
- Angsuran pasal 25 berdasarkan laporan - Aktiva sewaan tidak boleh
keuangan triwulan disetahunkan disusutkan oleh penyewa sehingga
- Pembayaran SGU tidak dikenakan PPN dilakukan koreksi positif
5 Menurut KMK-138/KMK./2002 diatur ketentuan sedan yang disusutkan 50% saja dan berlaku sejak
April 2002. Bagaimana nasib PPN Masukan atas sedan yang ditolak di SPT PPN sebagai PM, apakah bisa
dibiayakan 50% di Laba-rugi fiskal ? hal ini belum diatur oleh DJP. Menurut Penulis, seharusnya PPN
Masukan ikut aturan 50% juga, yaitu diakui setengahnya saja.
Contoh 2:
Misalkan pada tahun ke-5 saat sudah lunas, PT Kuda menjual kendaraan
tersebut, maka hitungan secara pajak adalah harga jual tanpa dikurangi nilai
bukunya karena nilai bukunya nihil secara fiskal.
Catatan Khusus:
Ada transaksi persewaan asset tetap berupa mesin antara dua perusahaan
(misalkan A pemilik asset dan B penyewa), namun secara PSAK persewaan
tersebut memenuhi syarat capital leasing, padahal kontraknya sewa biasa
(operating Lease). Menurut CPA Firms, B wajib membukukan beban sewa biasa itu
sebagai pembelian asset tetap secara mencicil dan A wajib mengakui sewa biasa itu
sebagai penjualan assetnya (atau barang dagangannya). Bagaimana menurut
perpajakan? penulis masih bingung ...
I. Joint Cost dari Penghasilan Final dan Non Final (PP No-94/ 2010)
Total Penghasilan
1.000.000.000
Karena biaya bersama tersebut tidak dapat dipisahakan oleh WP maka dilakukan
split biaya yaitu:
Biaya Final = 200 jt/1.000 jt x Rp 450 juta = Rp 90 juta
Biaya Non Final = 800 jt/1.000 jt x Rp 450 juta = Rp 360 juta
Sehingga penghasilan kena pajak atas sewa alat yang harus dibayar di SPT
Tahunan PPh Badannya adalah Rp 800 juta - 360 juta = Rp 440 juta. Sewa
ruangan sudah final sehingga tidak dihitung lagi PPh pada akhir tahun.
Seharusnya, jika WP dapat memisahkan biaya final dan non final, kira-kira
perhitungannya akan menjadi sebagai berikut:
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan yang telah dikenai
pajak bersifat final.
Daftar nominative ini tidak boleh "menyusul", wajib ada sebagai lampiran SPT.
Misalkan total bunga pinjaman = Rp 500 juta, maka bunga fiskal adalah sebagai
berikut.
Sunga Fiskal = Rata-rata Pinjaman - Rata-rata Deposito X Sunga Pinjaman
Rata-rata Pinjaman
Sunga Fiskal = Rp 1.266 - Rp 400 x Rp 500 juta
Rp 1.266
Sunga Fiskal = Rp 342 juta --- sehingga akan terjadi koreksi positif Rp 158 juta.
Pemegang saham disini bisa /angsung bisa tidak /angsung, namun sahamnya
hanya yang 25% saja yang bisa diterapkan aturan ini karena sudah masuk kamar
"Related Party '~
PTA
~ ~
50% saham 10% saham
~ [EJ
PT A memiliki 50% saham PT B. PT B memiliki 50% saham PT C.
Berarti PT A secara tidak langsung memiliki 25% saham PT C.
Antara PT A, PT B, PT C, dan PT D ada hubungan istimewa. PT E
tidak termasuk.
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih
Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung
maupun tidak langsung;
Penjelasannya:
Dalam konteks perpajakan, jika terjadi penyerahan barang atau jasa, maka hilai
yang dipakai menurut perpajakan adalah : •
Contoh#l:
PT A membayar sewa gudang milik PT B yang masih brother-sister
company sejumlah Rp 12 milliar. Menurut pemeriksa pajak adalah Rp 8
milliar saja. Angka Rp 8 milliar tersebut harus disertai dengan data
Contoh#2:
PT A membayar beban Royalty sebesar 25% x Sales kepada Bulux Ltd.
yang masih brother-sister company. Menurut pemeriksa pajak adalah 5%
x Sales saja. Angka 5% x Sales tersebut harus disertai dengan data
Comparable Contracts yang mendukung mengapa angkanya 5% x
sales.
Contoh#3:
PT A membayar beban Management Fee sebesar 25% x Sales kepada
Bulux Ltd. yang masih brother-sister company. PT A tidak memiliki TP
Doc. Menurut pemeriksa pajak bukan 25% tapi 5% saja. Angka 5% x
Sales tersebut harus disertai dengan data Comparable Contracts yang
mendukung mengapa angkanya 5% x sales dan PT A harus pasrah
menerimanya.
Contoh#4:
PT A memiliki Gross Profit Ratio 2% sedangkan perusahaan sejenis 12%.
WP harus memiliki data perusahaan pembanding sebesar 12% itu, begitu
juga fiskus, untuk memberikan perbaikan hasil pemeriksaan pajaknya
tentang laba kotor perusahaan distributor yang menggunakan metode
Resales Price Method (RPM). WP harus mau dikoreksi fiskal laba kotornya
pada pos-pos dimana transaksi related party berada.
Contoh Kasus # 1:
PT BBC menjual Obligasi kepada SPV di Hongkong. SPV merupakan Sub co dari
PT ABC. Penjualan ini menghasilkan kerugian US$ 6 mio di pihak PT BBC dan
keuntungan US $ 5 mio di SPV (THC) yang terhutang pajak jauh relative lebih
kecil atau bisa jadi nihil. SE-110 ini memberikan kepastian bahwa sebenarnya
yang membeli obligasi adalah PT ABC di Indonesia, bukan SPV.
SPVAGS
CTHCl
Saha $ 10 Mio
Dijual US $ 4 mio
PT BBC
Note:
SPC (special purpose company) merupakan pihak atau badan yang tidak
mempunyai substansi usaha dan yang dibentuk oleh Wajib Pajak dalam negeri
yang bertujuan antara lain untuk membeli saham atau aktiva Wajib Pajak dalam
negeri lainnya. Namun jika SPE tersebut memiliki usaha aktif, maka ketentuan SE
ini tidak berlaku.
Kasus:
Mr. Kiss Dong (KD) adalah direktur utama PT Mau Dong Shay Indonesia (PMA)
yang saham mayoritasnya dimiliki oleh Dong Shay Co. (South Korea). Mr. KD ini
juga sebagai pemegang saham dan pengurus di Dong Shay Co. Gaji di PT MDS
Indonesia adalah $100,000,00 selama setahun namun yang dibayarkan cuma $
20,000,00. Menurut Anda, kemana sisanya dibukukan oleh PT MDS Indonesia?
Bagaimana teknisnya? bagaimana DJP menyikapi hal ini? Dalam hal yang
bagaimana KEP-173/PJ/2002 tentang deemed salary on expatriate berlaku?
5. Dividen Terselubung
Menurut Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh, bahwa yang termasuk definisi
Dividen adalah:
1) pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan
nama dan dalam bentuk apapun;
2) pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang
disetor;
3) pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk
saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
4) pembagian laba dalam bentuk saham;
5) pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
6) jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau
diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh
perseroan yang bersangkutan;
7) pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang
disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan,
kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal
dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;
8) pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang
diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;
Contoh 1:
PT XXX merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri
manufaktur. Berdasarkan Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi
yang disampaikan oleh PT XXX, diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Utang Dagang
b. Pinjaman Tanpa Bunga dari XXX Ltd. (Pihak yang 50.000 50.000
memiliki Hubungan Istimewa)
I·
~
Juli 800.000 740.000 660.000 1.970.000 1.477.000 5.647.000
Agustus 810.000 740.000 660.000 1.970.000 1.392.500 5.572.500
September 845.000 725.000 660.000 1.970.000 1.308.000 5.508.000
Oktober 860.000 725.000 660.000 1.970.000 1.223.500 5.438.500
November 805.000 725.000 660.000 1.970.000 1.139.000 5.299.000
Desember 810.000 725.000 660.000 1.970.000 1.054.500 5.219.500
Rata-Rata 805.000 742.500 780.000 2.235.000 1.519.250 6.081.750
Mengingat bahwa utang kepada PT ABC merupakan utang kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, maka biaya pinjaman terkait utang kepada PT
ABC sebesar Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah) dan kepada
XXX Corp. sebesar Rp79.360.000,00 (tujuh puluh sembilan juta tiga ratus enam
puluh ribu rupiah) yang dapat diperhitungkan dalam menghitung penghasilan
kena pajak harus pula memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-undang PPh.
Contoh penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas biaya pinjaman
terkait utang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebagai
berikut:
Biaya Pinjaman
Biaya Pinjaman
Biaya Pinjaman yang tidak
yang dapat
Saldo yang tidak dapat dapat
Jen is Bia ya diperhitungkan
Ra ta-Ra ta dikurangkan dikurangkan
Utang Pinjaman dalam menghitung
Utang (melebihi DER (melebihi
penghasilan kena
4:1) tingkat suku
pajak
bunga wajar)
ABC
sehubungan dengan utang kepada PT ABC yang tidak memenuhi tingkat biaya
pinjaman sesuai Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha juga tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan kena pajak,
dan dianggap sebagai dividen bagi PT ABC pada saat biaya pinjaman tersebut
dibayarkan atau jatuh tempo pembayarannya.
Contoh 2
1. Berdasarkan data dari contoh 1, apabila dalam komponen penghasilan
bruto PT XXX tahun 2016 termasuk penghasilan dari persewaan tanah dan
bangunan sebesar RpS.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) yang atas
penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan final dan biaya
Berdasarkan jumlah saldo rata-rata utang dan jumlah saldo rata-rata modal
PT XXX tahun 2016, maka besarnya DER PT XXX tahun 2016 adalah:
Besar DER = Jumlah saldo rata-rata utang : Jumlah saldo rata-rata modal
= Rp5.301.750.000,00 : Rp760.000.000,00
= 7 : 1 atau (tujuh dibanding satu)
Pajakb
Contoh 3:
Berdasarkan data dari contoh 1, dana yang diperoleh dari utang kepada PT ABC
digunakan untuk membeli saham di PT ZZZ dengan kepemilikan 60% ( enam
puluh persen) dan dividen yang diterima dari PT ZZZ bukan merupakan objek
pajak. Biaya pinjaman (biaya bunga dan biaya terkait lainnya) yang dibayarkan
kepada PT ABC adalah Rp.96.000.000,00 (sembilan puluh enam juta rupiah).
Penghitungan saldo rata-rata utang selain utang dari PT ABC dan XXX Corp.
adalah sebagai berikut:
Saide rata-rata utang dihitung berdasarkan rata-rata saldo utang tiap akl
selama tahun pajak 2016 sebagai berikut:
Saldo Akhir Bulan (dalam ribuan Rupiah)
Berdasarkan jumlah saldo rata-rata utang dan jumlah saldo rata-rata modal PT
XXX tahun 2016, maka besarnya DER PT XXX tahun 2016 adalah:
Karena besar DER PT XXX melebihi dari 4: 1, maka biaya pinjaman yang dapat
diperhitungkan dalam menghitung penghasilan kena pajak = 4/Sa x biaya
pinjaman dari masing-masing utang, dengan penghitungan sebagai berikut:
LAMPI RAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR : 107/PMK.03/2017
TENTANG : PENETAPAN SAAT DIPEROLEHNYA
DIVIDEN DAN DASAR
.....---·-·----:----'
• I
Dalam hal demikian, PT ABC dan Tuan Andi Baso yang secara
bersama-sama memiliki penyertaan modal langsung sebesar 60% !. Ji
Ii
• ALK UNTUK AR-AR INOONESIA
STUCo. r--N~::;;.·E"··:
......... __ ... _-·---·--·'
1 V .._ t
"
PTOH1U5~
l'I' PQRf~l
~·····- · · ·,,. ...._,,
........._.. .,.i
i....-lndonctlJt
,,. • - .. - . .._ ..... _ _ .,... . - ....-.. - - - ··- -· ..... ··"'- I •- ,_..,,,_ . . ......... -
PT ABC 15%
PT DEF 15%
PTGHI 15%
PT JKL 5%
PTMNO 5%
PT PQR 5%
PT JKL yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri, pada akhir Tahun
Pajak 2016 memiliki penyertaan modal langsung sebesar 65% (enam
puluh lima persen) dari jumlah saham yang disetor VWX Ltd. di
negara D. Saham VWX Ltd. tidak diperdagangkan di Bursa Efek.
PTJKL
r··--.......-·---···--.
•• Indonesia •
:
65% ~
.................... ·-·
........ ....... ................................ . .,. .. ,,.. .....
. . . .., • ,- • n
···
- - --
r········-···
: Negani D :
VWXLtd. ·---····------ ·J
PT JKL yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri pada tahun akhir
Tahun Pajak 2016 memiliki penyertaan modal langsung sebesar 65%
(enam puluh lima persen) dari jumlah saham yang disetor VWX Ltd.
di negara D. Saham VWX Ltd. tidak diperdagangkan di Bursa Efek.
PTJXL .------------·--1
: lndon~sia •
I
...... .. ............ .>•
,·-·····-·-···-··
VWX Ltd. Negara D J:
::_ _____________
Pada tahun pajak 2016, VWX Ltd. memperoleh laba setelah pajak
sebesar USDS0.000,00. Tahun pajak VWX Ltd. adalah 1 Januari s.d.
31 Desember 2016 dan batas waktu kewajiban penyampaian surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan untuk tahun pajak
dimaksud di negara tersebut paling lambat 31 Mei 2017, sehingga
saat diperolehnya Deemed Dividend bagi PT JKL atas penyertaan
MNOPcc.
-
. . . ... ..........,
"'--x .
.s ..........
--~
t
Ltd. ...... ...............
Melanjutkan contoh pada nomor 6, tahun pajak XYZ Ltd., PQR Ltd.,
dan MNO Pte. Ltd. adalah sama dengan tahun kalender. Kemudian
pada tahun pajak 2016 masing-masing entitas di luar negeri tersebut
memperoleh laba sebagai berikut:
a. XYZ Ltd. memperoleh laba setelah pajak sebesar
USDl.000.000,00.
1 PT ABC Rp 15.246,00 a) -
2 PT DEF - Rp18.480,00 b)
Keterangan:
PT DEF .---·---·......-----.
: Jndoneaia :
75% :._,...... .,._ .......................-'
..--·- -·--·-ii-- ---------- ----··--··
.!---- ··--......... ·-
. -~---..--.
i
XYZLtd.
·---NqaraD
- .
--- -----~-' ..}
Deemed
Tahun Laba Setelah Pajak Deemed Dividend* Nilai Kurs**
Dividend*
Pajak XYZ Ltd. (USO) (USO) (Rp)
(Rp)
Penghasilan neto atau (rugi) dalam negeri PT DEF untuk Tahun Pajak
2017 sampai dengan Tahun Pajak 2021 dapat dirinci sebagai berikut:
Penghasilan Neto
Deemed Dividend Penghasilan Neto
Tahun Pajak Dalam Negeri
(Rp) (Rp)
(Rp)
(1) (2)
2017 600.000,00
2018 200.000,00
2019 700.000,00
2020 500.000,00
2021 400.000,00
2022 100.000,00
Atas sisa Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan pada Tahun Pajak
2017 sebesar Rp400.000.000,00 (Rp600.000.000,00-Rp200.000.000,00) tidak
dapat diperhitungkan untuk penghitungan dividen yang diterima pada Tahun
Pajak 2022 karena jangka waktu lima tahun ke belakang secara berturut-
turut berakhir pada akhir Tahun Pajak 2018.
Bagian Pajak
Deemed Penghasilan Neto Penghasilan PPh Badan Penghasilan atas
Tahun
Dividend Dalam Negeri Kena Pajak* Terutang (ribuan Deemed
Pajak
(ribuan Rp) (ribuan Rp) (ribuan Rp) Rp) Dividend"*
(ribuan Rp)
Rp200.000.000,00 Rp600.000.000,00
= Rp200.000.000,00 x RpS0.000.000,00
Rp200.000.000,00
= RpS0.000.000,00
Dalam hal Deemed Dividend pada tahun sebelumnya telah dilaporkan sesuai
ketentuan, maka atas selisih sebesar Rpl00.000.000,00 tersebut dikenai
Pajak Penghasilan dan dilaporkan pada SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2022.
Atas dividen yang diterima PT ABC pada Tahun Pajak 2022 sebesar
Rpl.900.000.000,00 dipotong pajak penghasilan di negara X sebesar
Rp380.000.000,00 (Rpl.900.000.000,00 x 20%).
Selanjutnya jumlah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
huruf c Peraturan Menteri ini dihitung sebagai berikut:
= Rpl.900.000.000.00 x Rp400.000.000,00
Rpl. 900.000.000,00
= Rp400.000.000,00
Dalam hal Deemed Dividend pada Tahun Pajak sebelumnya telah dilaporkan
sesuai ketentuan, maka untuk bagian dividen yang diterima sebesar
Rpl00.000.000,00 besarnya pajak penghasilan yang telah dipotong atas
dividen yang diterima dari BULN Nonbursa terkendali langsung yang dapat
dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang di Indonesia dalam
SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2022 dihitung sebagai berikut:
Atas dividen yang diterima PT ABC pada Tahun Pajak 2022 sebesar
Rpl00.000.000,00 dipotong pajak penghasilan di negara X sebesar
(Rp600.000.000.00 + Rpl00.000.000.00)
= Rpl00.000.000.00 x Rp175.000.000,00
Rp700.000.000,00
= Rp25 .000.000,00
Dengan demikian total kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan
terhadap Pajak Penghasilan di Indonesia pada Tahun Pajak 2022 adalah
sebesar Rp400.000.000,00 (Rp380.000.000,00 + Rp20.000.000,00).
AKTIVA TETAP
Tanah 5.000 5.000
Bangunan 13.000 14.000
Mes in 20.000 -
Mesin Baru - 16.000
~
··~".:"\-':' .... -; I
HUTANG LANCAR
Hutang Usaha 161.000 103.000
HARGA POKOK
PENDAPATAN 112.000
Laba Kotor 13.000
AKTIVA LANCAR
Kas &Setara Kas 98.700 19.260
Piutang Usaha 20.000 80.000 (60.000)
OTHER INCOME/EXPENSE
Pendapatan Luar Usaha 2.000 2.000
Beban Pajak (950) (950)
,Ii
- ) Laba Jual Asset (2.000) (2.000)
SALES 125.000
Kenaikan Piutang Usaha (AR Akhir - AR Awai) (140.000)
(Awai Rp 20 M dan Akhir Rp 160 M)... Ratio AR/Sales=
Rusak!!!
Cash Diterima dari Sales (15.000)
HPP (112.000)
Kenaikan Persediaan (200.000)
(Awai Rp 44.800 dan Akhir Rp 244.800). .. Ratio ITO =
Ancuuur !!!
Pengurangan Utang Usaha (140.000)
(Awai Rp 161.000 dan Akhir Rp 21.000)
Cash out for Beban HPP (452.000)
.:-,
OCF to TOTAL DEBT
Healthy Company in Bursa Effek Jakarta 40%
Wajib Pajak -2%
Pengenalan Istilah:
Inventory Turn Over (ITO} adalah tingkat pergantian persediaan yang
mondok dan berangkat dari Gudang. Makin sering ganti maka artinya makin laku,
makin jarang ganti artinya tidak laku. Jika tahun 2018 IT0=2 x maka artinya
setahun hanya 2 kali berangkat, 2 x pergantian, 2 x shift, 6 bulan si persediaan A
dan 6 bulan si persediaan B di gudang.
Ciri-Ciri perusahaan dagang nakal:
1. Rasio kelipatan Pembelian terhadap Penjualan semakin naik. Pembelian
selalu lebih besar dari penjualannya. Pada kondisi tidak ada gudang atau
tambahan gudang, maka seharusnya persediaan tidak naik karena tidak
ada tempat untuk menumpuknya. Angka persediaan ini hanya ''paper"
belaka, faktanya t idak ada barangnya (sudah laku).
2. Rasio kelipatan persediaan akhir sudah mencapaki 2 kali lipat bahkan
lebih dibanding 3 tahun lalu.
Untuk melihat turun naiknya perekonomian nasional, lihat data GDP dan
inflasi di www.BPS.co.id
5. Penjualannya kepada 50% lebih kepada masyarakat non PKP.
6. PPN akan selalu kompensasi lebih bayar (karena Sales< Pembelian)
7. Pada saat Equalisasi PPN Masukan dengan Pembelian, pembelian banyak
yang tidak ada PPN Masukan. ·I!
I
8. Beban Ongkos Angkut harus linear dengan Pembelian. Harus ..... ora iso
ditawar ....
9. Jika ada persediaan> 50% dari Sales artinya ada penumpukan barang
yang sebenarnya sudah laku/terjual. Hanya paper/dummy saja pada
pembukuan.
3~ I
Hutang Lainnya 1•
Hutang Lancar I 22
I
Aktiva Tetap:
Tanah 10 14 1 Hutang Bank Jk Panjang I -I 18
Bangunan 20 26
Kendaraan 3 4
Inventaris Kantor 2 1 Modal 2 z..
Akumul. Penyusutan 5 6 Laba Ditahan 8 7
Nilai Buku 30 39 Laba Tahun Berjalan 2 3
I
Tahun 2015
Omzet Rp 64 Milliar. HPP Rp 60 M. Biaya Administrasi dan Umum Rp 2 M dan
laba bersih usaha Rp 2 M.
Pertanyaan untuk tahun 2015 dan Pembahasan:
Jawab:
Ada tambahan hutang bank Rp 20 milliar namun ada pinjaman ke pihak
lain Rp 4 milliar dan tambahan tanah dan bangunan Rp 10 milliar. Koreksi
bunga pinjaman karena ada pinjaman tanpa bunga dan pembelian tanah
dan konstruksi bangunan yang seharusnya dikapitalisir ke aset tersebut.
2. Pada pos Aktiva Tetap perusahaan dagang perusahaan ini, jelaskan apa
fokus Saudara atas pos aktiva tetapnya?
Jawab:
Bangunan bertambah, apakah buat usaha? inventaris berkurang, kenapa
tidak ada other income? untuk antar barang dagangan menggunakan
mobil siapakah?
Jawab:
RE th. 2015 seharusnya RplO milliar tapi ditulis Rp 7 milliar (ada dividen),
ada pengurangan inventaris kantor tidak ada other income or loss, laba
setelah pajak Rp 2 milliar tapi tercatat Rp3 milliar. Biaya ymh dibayar
tahun 2014 kurang ajar karena rasionya 300% dari beban Admin/Umum
yang batas toleransinya 25%.
Jawab:
Tanah-BPHTB wajib ditambahkan ke harga tanah. Bangunan antara KMS
atau jaskon. Kendaraan perhatikan PPN Masukannya apakah boleh
dikreditkan di SPT PPN? Penjualan inventaris kena PPN pasal 160.
Jawab:
Omzet Rp 64 M tapi PK Rp 62 maka ada kurang bayar PPN. Jangan lupa
ada Uang Muka Penjualan yang juga objek PK.
Jawab:
Omzet Rp 64 M dan Pembelian Rp 45 M maka rationya 142%. Jika
pembelian baru adalah Rp 70 milliar maka omzet seharusnya adalah
142% x Rp 70 M =Rp 99,4 M. sehingga PPN dan PPh Sadan bertambah.
Jawab:
Tidak setuju. Harus dibuktikan dengan bukti pendukung yang cukup oleh
perusahaan yang dapat berupa uji arus uang keluar (uang keluar atas
pembayaran via transfer bank bukan cash), uji arus barang masuk, dan
uji existence of supplier (sebagaimana dijelaskan sebelumnya).
Jawab:
Ongkos angkut dan Data PM
7. Jika dagangannya adalah sebagai distributor air minum merek 'Aus Coy'
yang dijual ke masyarakat umum, jelaskan apa yang menjadi driver pada
jenis usaha ini.
Jawab:
tutup botol yang dipakai, ongkos angkut per satu truck, data PM.
Jawab:
makin gede makin bagus, artinya makin laku.
A. Pemegang Saham
Pemegang Saham Modal disetor Persentase
Mas Tusiran Rp 900. 000. 000 90%
PT Tunggal Perkasa Rp 100.000.000 10 %
Mas Tusiran merangkap sebagai Direktur Utama Perusahaan
B. Jenis Usaha
Perusahaan menjual barang berupa bahan-bahan kimia sebagai bahan
baku plastlk yang bahan baku tersebut dibeli dari PT Nuri Perkasa dan ada juga
yang diimport langsung dari Jepang. Selain menjual bahan baku plastik,
perusahaan juga memberikan jasa teknik kepada beberapa perusahaan lainnya.
'
Kewajiban jangka
Panjang
Penyisihan Komp.
Karyawan 300,000,000 500,000,000 950,000,000
Hutang Related Party - 2,000,000,000 1,000,000,000
Hutang Bank 6,000,000,000 5,000,000,000 4,800,000,000
Jumlah kewaj. Jk.
6,300,000,000 7,500,000,000 6,750,000,000
panjang
Ekuitas pemegang
saham
Modal saham
disetor penuh 10.000
saham 1,000,000,000 1,500,000,000 1,500,000,000
Retained Earning 80,000,000 200,000,000 1,000,000,000
Jumlah ekuitas
1,080,000,000 1, 700,000,000 2,500,000,000
pemegang saham
Jumlah Hutang &
Modal 8,720,000,000 12,334,560,000 13,225,000,000
A. Tahap Pre-Analyses
STEP 1
STEP 2
B. Tahap Analyses
STEP 1
Gunakan Rasio Laba Kotor (Gross profit Margin) sebagai Indikator Vital '
Gejala Kesalahan
Gross Profit Ratio berdasarkan data laporan keuangan wajib pajak adalah
sebagai berikut:
Pos Rugi Laba 2013 2014 2015
Laba Kotor 2,670,000,000 4,540,000,000 920,000,000
Warning:
Menurut John D Ogara (KPMG), apabila terjadi fluktuasi laba kotor dengan
penurunan yang tinggi (out-of-line margin) sebagai hasil perbandingan
Penurunan drastis dari laba kotor tertinggi 36% menjadi terendah 10%
menunjukan gejala kurang ajar. Penurunan drastis ini disebabkan oleh 2 hal,
yaitu:
1. Adanya penurunan harga jual dari margin 36% menjadi margin 10%.
Kepada siapa?
2. Ada penjualan yang tidak dilaporkan (Black Sales)
Tanyakan ke wajib pajak mengapa gross profit ini turun drastis. Kalau
jawabannya muter-muter, usulkan pemeriksaan saja.
STEP 2
2. Data Perpajakan
Egualisasi denqan SPT PPN
SPT PPN yang diperlukan adalah SPT PPN masa Desember 2014, Januari s/d
Desember 2015, dan Masa Januari/Februari 2016. Hal ini dilakukan untuk melihat
adanya cut-off Pajak Masukan yang melintasi tahun buku 2014 dan 2015.
Pengujian arus piutang sulit dilakukan oleh AR karena perlu adanya data
pelunasan piutang yang tidak bisa diketahui jika tidak melalui pemeriksaan. ~·
Berikut contoh teknik equalisasi dengan DPP PPN. Anggap saja angka-angka 11
Mas AR jangan gembira dulu. Selain adanya PPN kurang bayar Rp266.000.000,-
yang harus dipertanggung jawabkan oleh perusahaan, AR juga harus meminta
PPN atas transaksi berikut ini:
1. Uang Muka Penjualan
Jumlah Rp 5.000.000.000,-
yaitu dengan cara memberikan tabel ke WP berisi Nama suplier, NPWP, Alamat,
Phone, dan jumlah Pembelian non PPN. Data ini digunakan untuk pembuatan
ALKET ke KPP lain.
Note:
Jangan lupa Bang AR bahwa OPP PPN Masukan total setahun belum
tentu PM atas pembelian persediaan setahun. Oleh sebab itu periksa
dulu hal-hal sbb:
1. PM tahun lalu yang dikreditkan di iahun ini (buang dulu)
2. PM tahun ini yang dikreditkan di tahun berikutnya (masukan
dalam equalisasi)
3. PM yang berasal dari JKP pada Behan Administrasi dan
Umum/ Pemasaran
4. PM dari JKPLN dan Roya/tyke LN
5. PM dari Import Aktiva Tetap atau pembelian lokalnya
6. PM dari Uang muka pembelian di Neraca akhir tahun.
STEP 3
q.i! STEP 4
100
50
-=--===~-
0
2013 2014 2015
•
- 11 1
Berdasarkan analisa rasio tersebut dapat diketahui bahwa kenaikan
penjualan adalah 25% untuk tahun 2014 dan -11% untuk tahun 2015,
berdasarkan perbandingan dengan tahun 2013. Keganjilan terjadi pada tahun
2015, dimana penjualan mengalami penurunan 11 % sedangkan gaji dan
karyawan tidak tetap malah naik, masing-masing 81 % dan 108%. Logikanya,
jika penjualan turun, maka biaya gaji, honorarium, dan biaya komisi penjualan
Kepada orang pribadi juga ikut turun. Biaya-biaya kompensasi karyawan dan
jumlah pegawai Perusahaan ini malah naik. Oleh sebab itu, disinilah terdapat
indikasi kuat bahwa salah saji bisa terjadi pada pos penjualan, bisa juga pada
pos biaya kompensasi karyawan tahun 2008. Kedua-duanya memiliki
kemungkinan salah saji.
Bisa juga digunakan teknik equalisasi yang bia~anya dilakukan oleh
pemeriksa pajak, yaitu dengan membandingkan pos rugi laba yang menjadi
objek PPh pasal 21 dengan SPT Tahunan pasal 21. Hitungannya adalah sebagai
berikut:
Pada tahun 2013, Objek pasal 21 di rugi laba lebih kecil dibanding yang
tertuang dalam SPT Tahunan pasal 21. Tidak mungkin biaya gaji di rugi laba
lebih kecil dibanding SPT-nya karena dasar penyusunan SPT adalah biaya atau
pembayaran yang sudah dicatat dalam rugi laba. Kemungkinan yang paling logis
adalah rugi laba kurang mencatat biaya gaji sedangkan kemungkinan lainnya
adalah pembuatan SPT Tahunan pasal 21 salah. Tahun 2015 terbalik, yaitu gaji
di rugi laba lebih besar dibanding SPT-nya. Kemungkinannya ada dua. Pertama,
Catatan Penting:
Dasar yang diambil datanya dari Rugi Laba sebagai bahan equalisasi adalah segala
bentuk pembayaran yang diberikan kepada karyawan tetap dan tidak tetap,
termasuk pembayaran kepada outsider, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk honorarium, tenaga ahli perorangan, beasiswa, komisi kepada
Bagaimana mengetahui kalau biaya itu untuk orang pribadi? tanyakan kepada
bagian pembukuan perusahaan.
STEP 5
Warning:
Pelepasan Hak atau penghapus bukuan Aktiva Tetap harus diakui Laba Ruginya
atas transaksi pengalihan tersebut dalam Laporan Laba Rugi pada tahun dimana
transaksi terjadi.
Warning:
Di dalam laba rugi tahun 2015 PT Kiss Dong Say, tidak ada laba atau rugi dari
penjualan tanah dalam pos "Penghasilan Luar Usaha", yang seharusnya ada dan
dilaporkan.
Tidak hanya aktiva tetap, pos-pos lainnya yang menjadi perhatian khusus adalah
piutang lainnya/ related party, aktiva Lainnya, hutang pemegang saham, hutang
Bank, modal, dan Retained Earning (RE). Aspek perpajakan dari mutasi
penambahan atau pengurangan pos-pos tersebut bisa dilihat pada teori-teori
sebelumnya. Hasil hitungan selisih memiliki aspek perpajakan di bawah ini.
Berikut adalah aspek masing-masing:
pengalihan aset.
Peralatan proyek Penyusutan 100%
Ratio 50 x 53 x 19 x
Asumsikan angka Biaya Komisi adalah sejumlah ini (tidak diambil dari Rugi Laba
PT Kiss Dong Say)
Tahun 2015, rasio biaya komisi turun drastis, yaitu 19x, sedangkan rata-
ratanya adalah 51x. Melalui pendekatan ini, penjualan yang seharusnya adalah Ii
Rp400 juta x 51 kali = Rp20.400 juta, tapi dibukukan oleh perusahaan hanya
Rp8.860 juta. Ada tiga kemungkinan kesalahan:
1. biaya komisi dicatat terlalu besar, penjualan sudah benar.
2. penjualan dicatat terlalu kecil, biaya komisi sudah benar.
3. kedua-duanya tidak benar. Yang jelas, hal ini menunjukan adanya indikasi
kuat dan menonjol akan adanya kesalahan pencatatan, baik itu penjualan
atau biaya komisinya.
Tahun Ton
20X6 16.000
20X7 17.500
20X8 19.000
6
Siswanto Sutojo. Analisa Kredir Bank Umum . Penerbit PT Damar Mulia Pustaka , Jakarta, 2007.
Tahun 2015, rasio biaya ongkos kirim turun drastis, yaitu 15x, sedangkan
rata-ratanya adalah 178x. Melalui pendekatan ini, pembelian adalah sekitar
Rp480 juta x 178 kali = Rp85.440 juta, dan nampaknya tidak mungkin sebesar
itu. Ada dua kemungkinan kesalahan:
1. biaya ongkos dicatat terlalu besar.
Catatan:
Hampir seluruh wajib pajak (usaha dagang dan pabrikan) memiliki
persediaan akhir di Neraca-nya. Silahkan minta rincian/buku persediaan
dan hasil stock opname persediaan. Jawabannya selalu sama: Tidak
punya! .... 99% wajib pajak tidak memiliki kartu/buku persediaan & Stock
Contoh Lain:
Pendeteksian Misstatement pada pos Biaya Langsung dan Biaya Tidak
Langsung
Pendeteksian awal (Gunakan Teknik common size)
Pada saat menguji Biaya Langsung dan Biaya Tidak Langsung, teknik analisa
dapat dilakukan dengan membandingkan biaya-biaya tersebut selama dua atau
tiga tahun berturut-turut. Data diperoleh dari SPT PPh Badan (Rugi Laba).
Contohnya kita ambil dari perusahaan lain (bukan PT Kiss Dong Say) adalah
sebagai berikut:
Biaya Tidak
L~ngsung 2013(A) 2014(8) Selisih 2015 (C) (C-A)
u;:
Ld:rik/Air/telepon 250,000,000 312,000,000 62,000,000 425,000,000 175,000,000
Konsumsi
Karyawan 60,000,000 71,000,000 11,000,000 98,000,000 38,000,000
Pemakaian Bh.
Pend 140,000,000 320,000,000 180,000,000 546,000,000 406,000,000
Perjalanan Dinas 200,000,000 670,000,000 470,000,000 725,000,000 525,000,000
Komunikasi 45,000,000 48,000,000 3,000,000 60,000,000 15,000,000
Teknik yang paling efektif digunakan adalah analisa common size, karena
memiliki hubungan yang linear juga dengan penjualan. Sales sebagai patokan.
Biaya Langsung:
Biaya Subkontrak 1,000,000,000 0.25 1,500,000,000 0.33 1, 950,000,000
Biaya Profesional 400,000,000 0.10 500,000,000 0.11 600,000,000
Biaya Perjalanan 250,000,000 0.06 265,000,000 0.06 350,000,000
Konsumsi 150,000,000 0.04 270,000,000 0.06 877,500,000
Biaya Lainnya 40,000,000 0.01 50,000,000 0.01 60,000,000 0.02
Jumlah 1,840,000,000 0.46 2,585,000,000 0.57 3,837 ,500,000 1.28
Gross Profit 2,160,000,000 0.54 1.915.000.000 0.42 {837.500.000} {0.27}
•
Tahun 2013 dan 2014, Biaya professional, perjalanan dinas, konsumsi,
dan biaya lainnya landai-landai saja, tapi begitu di 2015, mengalami kenaikan
seluruh biaya langsungnya.
"Elemen-elemen biaya langsung yang tetjadi lonjakan dibandingkan
tahun la/u adalah objek fokus perhatian'~
Lonjakan besar terjadi pada tahun 2015 sebagaimana yang dilingkari
karena terlihat adanya perbedaan persentase rata-rata dari tahun sebelumnya.
Kemungkinan kuat disitulah letak salah sajinya. Mohon jangan langsung
dikenakan Pasal 21/23/26 tapi minta NPWP dulu.
2. Dalam penggalian potensi pajak, mana yang lebih penting, Neraca atau
Rugi Laba?
Jawab:
dua-duanya penting
6. Pada perusahaan keluarga (bukan PMA), jika laba bersih sedikit atau
minus tapi pemegang saham mampu memberikan pinjaman dalam
jumlah yang besar ke perusahaan dan perusahaan malah makin naik
assetnya atau karyawannya dari tahun ke tahun. Apa artinya?
Jawab:
Uang Penjualan masuk ke Rekening Pribadi Pemegang Saham.
7
PT Hidup Segan Mati Tak Mau
PT HSMTM adalah perusahaan pembuat pakaian jadi, yang selalu menderita rugi
terus menerus dan tidak pernah membayar PPh Badan hampir setiap tahun.
Pemegang saham utama perusahaan adalah HSMTM, Inc. Hongkong. Kasus ini
7
Kasus ini aslinya diambli dari buku yang berjudul Corporate Fraud : Case studies in detection and
prevention, karangan John D. O'gara, penerbit John Wiley & Sons, Inc.2004. Penulis mengubah
nama-nama dengan alas an yang sama, yaitu agar lebih membumi dan mengena pada topic analisa
laporan keuangan untuk tujuan perpajakan. Angka-angka seluruhnya adalah buatan penulis.
NERACA
Ac.counts 2012 2013 2014 2015
lawab:
Isu Penting dalam ana/isa /aporan keuangan komersial:
Bila laporan rugi terus menerus seperti ini, sudah pasti pemeriksaan pajak telah
dilakukan oleh DJP. Dalam kasus ini penulis hanya mau memberitahukan sebuah
pesan penting kepada AR bahwa ada hal-hal yang aneh dalam laporan keuangan
PT HSMTM ini. Keanehan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penjualan cenderung naik, tapi rugi terus.
2. Aktiva tetap mengalami kenaikan dari tahun ke tahun adalah rugi terus
menerus.
PT SLBI
Kasus ini diambil dari putusan banding nomor Put-02195/PP/M.III/13/2004. PT
SLBI adalah perusahaan pembuat roti. Perusahaan membuat 4 jenis roti, jenis A,
B, C, dan D. Pemeriksa mengkoreksi penjualan perusahaan dengan
Dari cost driver tersebut akan memberikan hasil yang cukup mendekati
kebenaran (kewajaran).
Mesin jahit elektrik berjumlah 70 unit sejak 2013 dan tidak bertambah
sampai sekarang. Tanah dan Gedung milik pihak ketiga sehingga terdapat biaya
sewa. Bagaimana cara mendeteksi kejanggalan -kejanggalan pembukuan wajib
pajak ini? Cost driver apa yang harus dipakai dalam jenis usaha garmen ini?
Bahaslah kasus ini bersama partner anda di kantor.
Jawab:
Benang Merah Perusahaan Garment
Pendeteksian kejanggalan dapat dilakukan dengan cara:
1. Menghitung fluktuasi rasio laba kotor penjualan. Jika terjadi penurunan atau
kenaikan yang derastis, maka laporan terindikasi tidak benar
2. Membandingkan Biaya Pemakaian Listrik perusahaan selama 3 tahun
3. Membandingkan Biaya Pengiriman selama 3 tahun
4. Membandingkan Handling Fee (untuk Export) selama 3 tahun
2013 20,000,000,000 0 %
Perlu diingat oleh Pembaca bahwa biaya Listrik ini adalah Biaya yang
berhubungan langsung dengan pemakaian Mesin jahit elektrik. Apabila tidak ada
produksi, maka hanya biaya listrik dari pemakaian gedung, AC, Kulkas, dan
Aktiva selain Mesin jahit elektrik saja. Tapi ketika order meningkat, maka
produksi meningkat, dan penjualan juga meningkat. Akibatnya biaya listrik pasti
bertambah karena jam kerja mesin bertambah. Itu Pasti. Mengapa pertambahan
Biaya Listrik yang sampai 100% di 2008 pada PT Dekil Dress tidak menambah
penjualannya? Sepengalaman penulis yang pernah memeriksa beberapa
o Total Karyawan Tetap 100 orang 115 orang 112 orang 118 orang
o Total Karyawan Tdk.Tetap 200 orang 250 orang 265 orang 280 orang
Jawab:
Hal-hal yang menjadi perhatian penting bisa diidentifikasi jika data tersebut kita
ubah menjadi bentuk kelipatan dan rasio. Teknik perhitungan tersebut dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Rasio Laba Kotor terus turun secara signifikan, artinya adalah bahwa
tingkat toleransi penurunan sudah sangat jauh dari kewajaran, dari 20%
menjadi 9%. Biasanya, persentase toleransi adalah +/- 3% dari
persentase dasar, sehingga jika persentase dasar misalkan 20% maka
toleransi yang bisa diterima adalah 20% +/- 3%, hasilnya 17% sampai
dengan 23%.
2. Trend penjualan dengan Total Asset cenderung turun, artinya terjadi
ketidakwajaran. Bagaimana mungkin penjualan turun tapi aktiva terus
bertambah. Logikanya, jika aktiva terus bertambah maka produksi juga
semakin bertambah. Hutang jangka panjang terjadi kenaikan terus,
sehingga timbul pertanyaan mengapa Bank atau kreditor lainnya mau
memberikan pinjaman yang semakin besar jumlahnya, padahal menurut
laporan keuangan, laba usaha semakin turun. Kreditur pasti melakukan
uji kelayakan kredit terlebih dahulu sebelum memberikan pinjamannya
kepada nasabah, dan pinjaman diberikan karena perusahaan segar
bugar dan nampaknya akan terjadi peningkatan laba usaha dimasa
mendatang sehingga mampu membayar hutangnya (menurut analisa
Masukan 10 M lM
Kurang Bayar
Ada kesalahan fatal dalam Rugi Laba ini. Silahken Saudara cari!
Jawab:
Penjualan 2015 adalah sebesar Rp 12 milliar (Pajak Keluaran Rp 1,2M) dan
Pengeluaran Belanja Barang adalah Rp 10 milliar (Pajak Masukan Rp 1M). Kurang
Bayar PPN setahun adalah Rp200 juta (PK-PM). Mengapa pembel ian bahan di
rugi laba hanya Rp 3 Milliar, padahal Pajak Masukan ada Rp 1 milliar? Upah tidak
Analisislah cuplikan Profit & Loss perusahaan jasa konstruksi ini, apakah ada
yang salah?
lawab:
Pembukuan perusahaan ini melakukan kesalahan yang sangat fatal. Apabila
pembaca melihat rugi laba tersebut, nampaknya biasa-biasa saja, tidak ada yang
aneh. Tapi lihatlah kajian berikut:
Jika dilihat dari persentase penghasilan, Jasa Perencana Konstruksi memiliki 90%
dari total pendapatan. Seharusnya biaya yang dominan adalah Biaya Upah
tenaga ahli, biaya perjalanan dinas, biaya meja dan alat-alat gambar, dan biaya
langsung yang bukan material.
Kesalahan Pembukuan:
Mengapa ada biaya Pembelian Material 12 milliar padahal proyek pelaksan
konstruksi cuma Rp 2 milliar?
penjual dalam dan luar negeri. Laporan keuangan untuk tahun 2015 sudah
diaudit oleh KAP ABC Asumsikan bahwa angka-angka dalam laporan keuangan
perusahaan sudah bebas dari salah saji material. Profit & Loss tahun 2015
aj alah sebagai berikut dibawah ini.
Biaya Operasional:
Biaya Administrasi dan Umum: 1, 700,000,000
Biaya Pemasaran 2,800,000,000
Biaya Operasional 4,500,000,000
Laba Bersih Operasional 20,000,000,000
Pendapatan (Biaya) Luar Usaha:
Pendapatan Jasa Giro 100,000,000
Biaya Bunga Pinjaman Bank (2,600,000,000)
Rugi Selisih Kurs atas Pinjaman (10,000,000,000)
Pendapatan (Biaya) Luar Usaha (12,500,000,000)
Laba Bersih Sebelum PPh 7,500,000,000
Audited by KAP ABC
Jawab:
Issue Penting dalam analisa laporan keuangan komersial:
Menurut Pasal 15 UU PPh mengatur bahwa jasa pelayaran dalam negeri
dikenakan PPh Final 1,2% dari perederan usaha. Oleh sebab itu, PT Camar Laut
ini harus memisahkan pendapatan dan biaya-biaya yang dikenakan PPh final dan
yang tidak final, sehingga profit & Loss tahun 2015 seharusnya adalah sebagai
berikut (dengan asumsi bahwa penggolongan biaya-biaya tersebut sudah dapat
dipisahkan).
Biaya Operasional:
Biaya Administrasi dan Umum: 1,500,000,000 200,000,000
Biaya Pemasaran 2,000,000,000 800,000,000
Biaya Operasional 3,500,000,000 1,000,000,000
Laba Bersih Operasional 11,500,000,000 8,500,000,000
b. Penjualan 5 buah sedan dengan sebesar Nilai Bukunya sehingga tidak ada
pengakuan laba rugi. Bagaimana menurut perpajakan?
Jawab:
Pegawai dan Direksi dianggap hubungan istimewa sehingga penjualan sedan
harus dengan Nilai Pasar yang bisa diperoleh datanya dari OLX.co.id atau
majalah/Koran.
c. Penjualan 2 buah aquarium. Nilai perolehan Rp 150 juta dan Nilai Buku = Rp
100 juta. Dijual Rp 180 juta. Berapa laba menurut perpajakan?
Jawab:
Laba fiskal = Rp 180 juta - Rp 150 juta = Rp 30 juta. Nilai buku diabaikan
Perhatikan beberapa problem dalam ALK dibawah ini. Analisislah dari sisi
pembukuan dan perpajakannya.
1. Secara umum dalam ilmu ALK, apa yang pertama sekali Anda lakukan
dalam mencari temuan pemeriksaan pajak?
2. Dalam konteks pemeriksaan pajak, jenis bukti pendukung apakah yang
paling sakti karena tidak pernah bohong?
3. PT Asoy baru saja membayar SKPKB milliaran rupiah tahun 2015 di tahun
2017 (sedang diperiksa untuk tahun fiskal 2017). Apa temuan Saudara?
4. Jika di sebelah kiri Neraca ada tambahan Tanah dan Bangunan dengan
jumlah yang sangat material, apa yang menjadi perhatian Saudara
sebagai pemeriksa pajak?
5. PT Kuda ada piutang usaha Rp 60 milliar, Sales Rp 50 milliar dan Laba
Bersih 15%. PT Kampret ada piutang usaha Rp 10 milliar, Sales Rp 50
milliar dan Laba Bersih 5%. Jika Saudara adalah manager analis kredit
sebuah Bank, perusahaan mana yang Saudara setujui pinjamannya?
6. Ada info dari yahoo & Google bahwa suatu perusahaan ada sengketa di
pengadilan atas suatu hal dan ia dituntut sekian puluh milliar, dan dibayar
karena kalah. Pemilik perusahaan adalah orang pendiri partai ternama di
republik ini. Sebagai analyst ALK perusahaan tersebut, Saudara dapat
tangkepan apa dari cerita ini ?
7. Saudara ceritanya sedang melakukan ALK suatu perusahaan. Misalkan
ada beban management fee antar KPP sejumlah Rp 2 milliar tahun lalu
dan Rp 20 milliar tahun ini. Dalam cerita ini, apakah Saudara langsung
menanyakan Pasal 23 atau apa? jelaskan.
8. Ada perusahaan pabrik yang selama 5 tahun laba bersihnya very kurus
dan cenderung semakin menurun, namun disisi lain asset tetap terus
nambah, karyawan nambah dan senyum terus, dan direksi semakin naik
gaji & bonusnya. Apa yang Saudara baca?
9. Misalkan Saudara adalah pemeriksa pajak, menemukan bukti adanya
pembelian dengan FP hanya sejumlah Rp SOM dari total pembelian Rp
Tahun 2016 Omzet Rp 100 Milliar, total biaya 90% dan Laba Bersih Rp 10% dan
PPh badan 25%. Tahun 2015 lalu terjadi kerugian usaha.
Pertanyaan:
1. Pada Neraca perusahaan dagang retail, apa yang menjadi ciri khasnya?
2. Pada Neraca perusahaan jasa konsultan/manajemen/teknik, apa yang
menjadi ciri khasnya?
3. Jelaskan temuan Bang Auditor atas Hutang Bank jangka pendek dan
jangka panjang berdasarkan Neraca diatas.
4. Misalkan pada neraca diatas ada pos Investment (dibawah Piutang
lainnya-diatas Aktiva Tetap) yang ternyata adalah penyertaan saham
30% pada PT ABS dan diketahui asal dana untuk perolehan saham
berasal dari hutang bank. Apa yang saudaha ketahui dari kasus ini?
5. Jika pada data Neraca diatas ada pergantian nama pemegang saham PT
Kuda (WPDN - Non PMA)? bagaimana kalau dia PMA?
6. Berdasarkan Neraca diatas, jelaskan secara pajak atas selisih berikut ini:
a. Tanah naik...
b. Bangunan naik.. .
c. Laba Ditahan ....
d. Kendaraan (PPN Masukan) .. .
e. Inventaris Kantor .. .
f. Laba tahun berjalan 2016 ...
g. Penggunaan Hutang 2016 ...
AKTIVA LANCAR
Kas & Setara Kas 4.000 7.810
Piutang Usaha 20.000 100.000
Piutang Direksi 1.000 60.000
Persediaan 40.000 80.000
75.800 255.010
AKTIVA TETAP
Tanah 5.000 10.000
36.250 31.000
HUTANG LANCAR
Hutang Usaha 40.000 120.000
MODAL
Modal Disetor 1.000 1.000
PPh 6.500
I I
ALK Perpajakan:
1. Belum bicara pajak, Temukanlah beberapa indikasi kesalahan pada pembukuan ini
2. Jika di SPT PPN - Bl ada PPN Import sejumlah Rp 8 miliar, berapakah Pasal 22
3. import-nya (ada API)?
4. Jika di SPT PPN - Bl ada PPN JKPLN sejumlah Rp 1 miliar, berapakah Pasal 26?
5. Bicara equalisasi, di pos mana dan jenis pajak apa saja yang saudara baca dari LK ini?
6. Misalkan WP memiliki bukti potong Pasal 23 atas Jasa MGT dengan kredit PPh
sejumlah Rp 120 juta, apa tangkapan Saudara ? (2 aspek pajak)
7. Misalkan 20% gedung WP disewakan ke WP Sadan lainnya, apa tangkapan Saudara?
8. Berapakah beban bunga Bank di tahun 2017 secara komersial?
9. Jika tahun 2017 ada Dividen Rp 10 Milliar, Berapakah Laba Ditahan akhir di tahun
2017?
10. Darimana datangnya hitungan FOREX?
11. Bagaimana perlakuan pajak atas FOREX?
12. Berapakah beban bunga Bank di tahun 2017 secara fiskal?
13. Jika Loss atas FOREX adalah dari bunga pinjaman, bagaimana aspek pajaknya?
13. Jika Equity bersaldo Minus, apa tangkapan Saudara?
14. Misalkan ada ALKET pembelian mesin atau alat berat yg mahal, finding-nya apa?
Berikut ini adalah lapkeu PT ASAL GOBLEG yang piutang usahanya jauh melebihi
jumlah Sales dalam setahun. Piutang Rp 120 milliar sedangkan Sales Rp 80
milliar, dimana rasio AR/Sales = 1,5 kali {Artinya bahwa dalam setahun, WP
menjual barang dagangan secara gratis, tanpa bayar, dan AR tahun lalupun
belum dibayar-bayar oleh para pembeli). Suatu hal yang tidak mungkin. Berikut
cuplikan laporannya:
2016 2017
URAIAN
Rp Rp
RUGI-LABA
Sales 55.000.000.000 80.000.000.000
Total Expenses 40.000.000.000 60.000.000.000
Net Profit Before Tax 15.000.000.000 20.000.000.000
Dikurangi:
a. Uang muka pelanggan awal
(pastikan telah difakturkan masa sebelumnya) -/- Rpxxx
b. Pendapatan ditangguhkan awal
(pastikan telah difakturkan tahun sebelumnya) -/- Rp xxx
Jumlah -/- Rp C
DPP PPN Masukan total SPT Januari s/d Desember Rp 120 milliar
Minus:
DPP PPN Masukan atas JKPDN Rp xxx (SPT-82)
Tambah:
DPP PPN Masukan atas MTS tahun berikutnya Rp xxx (SPT-82)
8erikut ini adalah lapkeu PT ASAL NJEPLAK yang persediaannya naik 2 sampai 3
kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. 8erikut cuplikan laporannya:
2016 2017
URAIAN
Rp Rp
Kas dan Bank 1.300.000.000 5.000.000.000
Piutang Usaha 10.000.000.000 20.000.000.000
Piutang Lain- lain 45.700.000.000 53.000.000.000
Persediaan 25.000.000.000 65.000.000.000
Biaya Dibayar Dimuka 35.000.000.000 51.000.000.000
•
Pertanyaan:
Bagaimana teknik saudara agar bisa menemukan indikasi dan mencari temuan
sehingga beliau pasrah menyerah?
Jawab:
Ciri-Ciri perusahaan dagang Nakai antara lain:
1. Rasio kelipatan Pembelian terhadap Penjualan semakin naik. Pembelian
selalu lebih besar dari penjualannya. Pada kondisi tidak ada gudang atau
tambahan gudang, maka seharusnya persediaan tidak naik karena tidak
ada tempat untuk menumpuknya. Angka persediaan ini hanya ''paper"
belaka, faktanya tidak ada barangnya (sudah laku).
2. Rasio kelipatan persediaan akhir sudah mencapai 2 kali lipat bahkan lebih
dibanding 3 tahun lalu.
3. Rasio Inventory Turn Over {!TO} semakin turun, padahal tokonya
semakin ramai, harusnya makin naik. ITO artinya adalah berapa kali
perusahaan belanja barang dalam setahun. Jika makin ramai maka
perusahaan harusnya semakin sering belanja barang dagangan dan ITO
seharusnya naik.
4. Rasio GPR turun naik drastis. GPR perusahaan jujur adalah stabil konstan.
GPR akan otomatis naik jika ekonomi secara nasional membaik,
sebaliknya ia akan turun jika ekonomi nasional mengalami penurunan.
Untuk melihat turun naiknya perekonomian nasional, lihat data GDP dan
inflasi di www.BPS.co.id
5. Penjualannya 50% lebih kepada pembeli non PKP.
6. PPN akan selalu kompensasi lebih bayar (karena Sales < Pembelian)
7. Pada saat Equalisasi PPN Masukan dengan Pembelian, pembelian banyak
yang tidak ada PPN Masukan.
8. Beban Ongkos Angkut harus linear dengan Pembelian. Harus ... ora iso
ditawar ..
HPP (80.000.000.000)
Minus : Kenaikan Persediaan (40.000.000.000)
Plus : Kenaikan Hutang Usaha (15.000.000.000)
Kas Keluar u/HPP (135.000.000.000)
Kas Keluar u/Beban OPEX/etc. *)see note (8.000.000.000)
Jumlah Kas Keluar (143.000.000.000)
*) Note: Asumsi yang dipakai adalah bahwa kas keluar u/ beban OPEX/etc.
sudah menggunakan format pada halaman 6 sebelumnya, dimana rumus adalah
sbb:
Pada tabel diatas menunjukan bahwa perusahaan ada uang keluar bayar
suplier sejumlah Rp 143 milliar dalam setahun, lakukan Follow-up dengan
menguji arus pembayaran di reken ing koran/Bank dan bandingkan mutasi debit
pembayaran versi General Ledger-Hutang Usaha, adakah pembayaran itu?
kepada siapa? kenali dulu para suplier WP.
Pada saat equalisasi PM, Perusahaan memiliki DPP PPN Masukan Rp 120 milliar
dimana Beban HPP (setelah dicopot beban FOH non Faktur Pajak seperti Beban
LAT, Penyusutan, Upah Buruh dan beban tanpa FP lainnya) ada sejumlah Rp 200
milliar. Atas selisih Rp 80 milliar (perolehan tanpa FP):
PT Kiss Dong Say diperiksa untuk tahun 2016. Pada Neracanya terlihat bahwa ia
belum mencatat hutang Bank Rp 40 milliar versi ALKET dari Notaris Bank ABC.
Apa temuan Saudara?
PT Kiss Dong Yang diperiksa untuk tahun 2015 (dia tidak ikut TA). Saat diperiksa
diketahui adanya data valid untuk transaksi tahun 2015 sebagai berikut:
a. Pembelian Tanah dan Bangunan dari Notaris Anu-Anu
b. Pembayaran SKPKB sejumlah Rp 10 miliar dari seksi penagihan
PT Asoy Indonesia adalah sebuah pabrikan mobil merek "Agila" yang terletak di
Kawasan industri sono. Sales tahun 2017 adalah 400 milliar (semua jual lokal,
relpar 60% dan sisanya 40% pihak bebas). HPP ada sejumlah Rp 300 milliar. Di
dalam HPP itu terdapat beban FOH antara lain yaitu beban jasa teknik dan royalti
ke Hongkong sejumlah Rp 60 milliar. Data lainnya adalah sebagai berikut:
a. Ada bukti potong Pasal 23 sebagai kredit PPh beliau Rp 2 milliar.
b. Ada bukti potong Pasal 4(2) atas sewa Gudang beliau Rp 1 milliar.
c. Beban Bunga pinjaman dari LN dalam US$ dan jika dirupiahkan ada
sejumlah Rp 25 milliar. Equity di Neraca masih minus karena perusahaan
rugi mulu.
d. Terdapat kerugian Forex dari imper bahan sejumlah Rp 2 milliar dan Beban
Bunga pinjaman non IDR sejumlah Rp 1 milliar.
e. Kerugian pengalihan mesin sejumlah Rp 5 milliar (harga jual Rp 8 M).
f. Terdapat selisih equalisasi antara beban dengan SPT Masa PPh potput.
Mas Patrick Ngadimin Lambert, SE, SST, MSi, MHum, CA, CPNS, LLMintax (baru
jadi pegawai DJP dan /angsung jadi fungsional pemeriksa di KPP Pratama - itu
juga dipaksa/ maunya mah jadi AR saja!) ceritanya lagi memeriksa perusahaan
ini. Bantulah Mas Partrick ini sehingga bisa menjawab hal-hal sebagai berikut:
1. Pos-pos mana saja di Lapkeu yang menjadi objek PPN Keluaran
2. Hitunglah berapa Pasal 22 = 0,45% (selain Pasal 22 imper) yang seharusnya
dipungut oleh PT Asoy?
3. Atas beban JKPLN/BKP tidak berwujud dari LN sudah bener dipotong pasal
26 oleh perusahaan. Apakah atas kedua beban tersebut terhutang PPN
juga?
4. Atas selisih equalisasi antara beban dan SPT PPh Masa potput, apakah
dikoreksi bebannya atau menerima penjelasan WP jika ada bukti yang kuat?
5. Pada Neraca, pos mana yang menjadi objek equalisasi?
6. Atas BP PPh 23, berapa pendapatan Jasa teknik seharusnya?
7. Atas BP PPh final 4(2), berapa pendapatan jasa sewa Gudang seharusnya?
BIA YA PENYUSUTAN
Penyusutan sedan dibawa pulang (50% v KEP-220 I PJ I
diakui) 2004
DANA CADANGAN
Pembentukan atau pemupukan dana v Pasal 9 (1) UU PPh
BIA YA LAINNYA
Gaji yang dibayarkan kepada anggota v Pasal 4 ayat 3
persekutuan, firma atau OJ yang modalnya huruf i dan pasal 9
tidak terbagi atas saham ayat 1 huruf j UU
PPh
Harta yang dihibahkan, bantuan atau v Pasal 4 ayat 3
sumbangan kepada Related party dan ada huruf d dan pasal 9
hubungan usaha ayat 1 huruf e UU
PPh
Harta yang dihibahkan, bantuan atau v Pasal 4 ayat 3
sumbangan kepada Independent party dan huruf d dan pasal 9
tidak ada hubungan usaha ayat 1 huruf e UU
PPh
Sumbangan Tsunami dan GNOTA v SE-33 I PJ.421
/1996 dan KMK-
609/KMK/2004
Penghasilan yang ditangguhkan v KEP-184/PJ.2002
pengakuannya
Biaya yang ditangguhkan pengakuannya v KEP-184 I PJ.
/2002
Jumlah yang melebihi kewajaran yang v Pasal 9 ayatl huruf
dibayarkan kepada pemegang saham/pihak f dan pasal 18 ayat
yang mempunyai hubungan istimewa 4 UU PPh
sehubungan dengan pekerjaan
Biaya reparasi, penyusutan, dan biaya-biaya v s - 154 I PJ.42
lainnya yang berhubungan dengan /2003
kendaraan yang dibawa pulang dan dikuasai
oleh pegawai (50% saja)
Biaya Research & Development di Luar v Pasal 9 (1) UU PPh
Indonesia
PPN Masukan yang Fakturnya tidak lengkap, v PP-94 th.2010
final
Biaya-biaya yang Penghasilan bukan objek v PP-94 th.2010
PPh
TARIF PASAL 22
TARIF 8t DASAR PENGEN AAN PAJAK (OPP) PPH PASAL 22
1. Pembelian Ba rang oleh Harga
3. Industri Semen
0,25% DPP PPN
Tidak
Catatan # 1:
Sejak 01 Januari 2009, PPh Pasal 22 berkembang wilayahnya ke barang-barang
mewah dengan tarif tunggal 5% dari harga Jual. Pemungut PPh pasal 22 ini
adalah WP Badan yang menjual (SE - 13/PJ/2009).
Catatan # 2:
Sejak 12 Maret 2009, Pembelian barang-barang berupa hasil perhutanan,
perkebunan 1 pertanian, dan perikanan untuk keperluan industri dan ekspor dari
pedagang pengumpul diubah dari 0,5% menjadi 0,25% (PMK-
154/PMK.03/2010).
TARIF PASAL 23
PEMOTONGAN PPH PASAL 23
PPH pasal 23 dikenakan atas pembayaran berikut ini:
OBJ EK TARIF
"'
Dividend (untuk PT yang memiliki saham kurang dari 25% pada PT lainnya, 15%
dan PT kepada WP Badan lainnya)
Note:
Dividen dari PT kepada WP OP dikenakan pasal 17 sebesar 100/o dan
final
Beban Royalty 15%
Hadiah dan Penghargaan (yang tidak diundi) diterima oleh WP Badan DN 15%
Memiliki
Memiliki BERAPAPUN
saham 25 Persen
% lebih Sa ham
bersangkutan.
lenis Jasa sebagai Objek Pasal 23 yang terhutang 2°/o (plus sanksi
100010 jika tidak ada NPWP) terdiri dari:
a. Jasa penilai (appraisal);
b. Jasa aktuaris;
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
d. Jasa hukum;
e. Jasa arsitektur;
f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;
g. Jasa perancang (design);
h. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi
(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap;
dilakukan oleh Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan
Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);
q. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI);
r. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
s. Jasa mixing film;
t. Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise,
banner, pamphlet, baliho dan folder;
u. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem
diinginkan;
e. Jasa peretakan hidrolika (hydraulic), yaitu pekerjaan yang dilakukan
dalam hal cara pengasaman tidak cocok, misalnya perawatan pada
formasi yang mempunyai daya tembus sangat kecil;
f. Jasa nitrogen dan gulungan pipa (nitrogen dan coil tubing), yaitu jasa
yang dikerjakan untuk menghilangkan cairan buatan yang berada
dalam sumur baru yang telah selesai, sehingga aliran yang terjadi
sesuai dengan tekanan asli formasi dan kemudian menjadi besar
Jasa Forwarder
Jasa freight forwarding adalah kegiatan usaha yang ditujukan untuk mewakili
kepentingan pemilik untuk mengurus semua/sebagian kegiatan yang diperlukan
bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi
darat, laut, dan/atau udara, yang dapat mencakup kegiatan penerimaan,
11:
Tarif Pasal 26
PPh pasal 26 dikenakan atas:
1. Dividen 20% Jumlah Bruto Final
harta
4. Imbalan sehubungan dengan jasa,
20% Jumlah Bruto Final
pekerjaan, dan kegiatan
5. Hadiah dan Penghargaan 20% Jumlah Bruto Final
TARIF PASAL 15
Pemotongan PPh Pasal 15
1. Pelayaran Dalam Negeri
1,2% Peredaran Bruto Final
(KMK-416/KMK.04/1996)
Penerbangan Dalam Negeri (KMK-
2. 475/KMK.04/1996) - Usaha
Tidak
penerbangan yang berdasarkan 1,8% Peredaran Bruto
Final
perjanjian Charter saja.
32/PJ.4/1996)
Biodata Penulis
Pajak tahun 1995, 0 IV STAN Tahun 2000, dan lulusan ~ .Akuntanst Ul .tahun
2007. lngin belajar dan mendalami lagf pejak inlemaslonal-k8 IUar negeri tBpi dlarang
oleh emaknya, karena katanya jauh dan lam•-.unasuk angin stapa yang
i' .
•ngesoldn".
. •
lndoneslan Tax Review. Kllen beliau terdlrt dad puluhaft ~.· PMA .Jepan,
German, Singapore, dan juga beberapa groUp perusahaan lokal lndonelta.