Anda di halaman 1dari 221

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT Penulis akhirnya


dapat menyusun buku ini yang berjudul: Analisa Laporan Keuangan (ALK) untuk
AR-AR se-Indonesia, sebagai wujud terima kasih dari Penulis kepada negara
yang berlatar belakang dari keprihatinannya terhadap AR-AR yang masih bingung
tentang ALK, kecuali Kanwil Khusus Kalibata dan LTO yang memang sudah jago-
jago (Penulis mengakui dan mengalaminya dirujuk oleh mereka).

Setelah melalui pengamatan Penulis dimana beliau sejak tahun 2011


hingga kini masih diundang DJP untuk memberikan ALK Perpajakan untuk AR-
AR, beliau mendapati bahwa hampir kebanyakan AR masih kurang paham Ilmu
ALK untuk tujuan Perpajakan, sampai-sampai beliau memberikan julukan kepada
AR: "PENDEKAR YANG BERJALAN DI DALAM KEGELAPAN'~
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pejabat tinggi DJP
seluruh Indonesia, atas kepercayaannya untuk mengundang Penulis di hampir
seluruh KPP dan Kanwil se-lndonesia. Didalam kesehariannya Penulis yang
notabene seorang dongsen dan konsultan pajak Brevet C dari IKPI tetap
menjaga dan menjunjung tinggi integritas keilmuan, yaitu "hitam bilang
hitam. .. putih bilang putih... ka/au ada abu-abu ya terserah DJP. .. '~ Semoga buku
ALK ini bisa memberi manfaat kepada AR dan calon AR yang sedang bingung.
Saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan materi buku ini.
Pesan Penulis untuk AR adalah banyak-banyaklah baca buku perpajakan,
banyak-banyaklah diskusi dengan fungsional pemeriksa dan sering-seringlah
upgrade ilmu perpajakan secara regular tanpa disuruh oleh Kantor Pusat DJP
karena diluar sana WP-WP sudah mulai pintar. Penulis juga berharap bahwa
jajaran atas di DJP banyak-banyaklah memberikan ilmunya kepada AR-AR namun
dalam bahasa yang merakyat, bahasa lontong sayur, karena AR sudah sangat
pusing dengan tugasnya.

Salam Cinta,

Indrayagus Slamet

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Judul Film: AR ENGGA PUNYA BUKU
Ada Guru SD Madrasah bertanya kepada AR KPP Anu-Anu: "Bang AR, Sampean punya
buku apa buat be/ajar pajak ?"AR menjawab: "!tu ma~ UU Perpajakan doang. !tu juga
udah dimakan rayap. Segitu-gitunya'~ Guru: "Ngerti r AR:'1<AGAAA~

Pesen Moral:
Kalau mau jadi pendekar harus baca buku pokok perpajakan: Prof. GUNADI (PPh), DR.
Waluyo (PPh), dan Untung Sukardji, MSc (PPN). Ingat, modal AR cuma sapu lidi doang
yang cuma bikin geli-geli WP doang, kalau engga jago-jago amat engga akan mau WP
bayar.

liill ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


BUAT PENDEKAR YANG SEDANG BINGUNG

UNTUK SIAPA BUKU INI DIBUAT?


Buku ini adalah untuk AR, bukan pemeriksa pajak. Pemeriksa pajak kalau
bisa jangan membaca buku ini karena ilmu mereka sudah jauh melebihi AR.
Perlu diketahui bahwa ilmu ALK ini adalah hasil racikan anfara buku Fraud
Casebook, Auditing, dan ilmu perpajakan yang sudah dipraktekan oleh penulis
dan hasilnya cukup membuat "gerah" perusahaan. Pertimbangan utama
dibuatnya buku ini adalah bahwa belum ada buku yang membahas ALK untuk
tujuan perpajakan. Selain itu, AR juga masih banyak yang belum memahami
akuntansi dan perpajakan. AR adalah pendekar DJP. Namun sebagai pendekar,
AR nampaknya masih berjalan sendiri, menerawang sendiri, explore sendiri, tidak
tahu mau tanya kemana dan ke siapa, sehingga dirasakan perlu membuat buku
ini.

UNGKAPAN HATI DAN TUJUAN PENULIS


Sejujurnya berkata, penulis ilmunya masih cekak, masih di level bingung. Disisi
lain, banyak sekali orang pintar di DJP namun masih sibuk dengan program-
programnya yang membuat bingung, AR menjadi semakin bingung. Pejabat DJP
sampai lupa menulis buku ALK ini. Tujuan ditulisnya buku ini adalah untuk
membantu AR memahami lebih dalam tentang bagaimana caranya membaca,
mendeteksi dan mengungkap kesalahan didalam penyajian laporan keuangan
dan konsekuensi perpajakannya, dan inilah adalah tugas pokok AR. AR adalah
pendekar penyumbang terbesar penerimaan negara ini, bukan pemeriksa pajak.

Jika modul ini bermanfaat dan dapat menambah keahlian ALK bagi AR-AR maka
alhamdulilah. Jika rasanya tidak membawa manfaat, maka buanglah ke
keranjang sampah.
Jakarta, April 2019

Indrayagus Slamet

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


'r/IS3NOGNI l:J'rf-l:J'rf >lnlNn >17'rf •
Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................... ......................................... ..................... .
Temuan Kesalahan ......................................... ......................................... ................. 1
BACAAN WAJIB BUAT AR ......................................... ......................................... ........ 2 .--0
... ~

BAB I PERBEDAAN WP LTO/GO PUBLIC DENGAN WP LAINNYA ................................... 4

BAB II PENGGUNAAN METODE SELISIH & TREND DALAM ALK ......... ........................... 7
1. Pengertian ......................................... ......................................... .................. 7
2. Keterbatasan Laporan Keuangan ......................................... ............................ 8
3. Penggunaan Analisa Selisih dan Analisa Trend dalam ALK Perpajakan ............. .... 9

BAB III CARA-CARA PENDETEKSIAN KESALAHAN ......................................... .......... 11


1. Ta hap Pre-Analyses ......................................... ......................................... .... 11
2. Ta hap Analyses ......................................... ......................................... ......... 16

BAB IV ANALISIS PAYMENT POWER PINJAMAN BANK ......................................... .... 37


1. Operating Cash Flow (Laba Bersih Usaha secara Cash Basis) .............. .............. 37
2. Additional Discussion ......................................... ......................................... .. 44

BAB V PERLAKUAN BIAYA-BIAYA FISKAL KHUSUS ....................... ............................ 47


A. Penyusutan Fiskal ......................................... ......................................... ...... 47
B. Amortisasi ......................................... ......................................... ................. 54
C. Penilaian Persediaan untuk Menghitung Hpp ......................................... .......... 55
D. Cadangan Kerugian Piutang (KEP-238/PJ./2001, PMK-57/PMK.03/2010
mulai berlaku 01 Januari 2009, PMK-219/PMK.11/2012) .................................. 55
E. Aspek Perpajakan atas Laba Rugi Selisih Ku rs Mata Uang Asing ........................ 56
F. Biaya Kenikmatan berupa Penjualan Murah atau Kredit Murah oleh
Perusahaan Kepada Karyawannya (SE - 16/PJ.43/1999) .................................. 57
G. PPN Masukan yang Tidak Dapat Dibiayakan (PP No-94 Tahun 2010) ................. 58
H. Biaya Perolehan Aktiva Tetap dari Sewa Guna Usaha (KMK No-
1169/KMK.01/1991) ......................................... ......................................... ... 59
I. Joint Cost dari Penghasilan Final dan Non Final (PP No-94/ 2010) ..................~ 60
J. Biaya Promosi Perusahaan (PMK-02/PMK.03/2010 dan SE-09/PJ/2010
mulai berlaku 01 Januari 2009) .................................... ................................. 62

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


K. Beban Beasiswa yang Bebas Pajak bagi Penerima (PMK-
154/PMK.03/2009 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009) .............. ........... 63

BAB VI KAJIAN BU NGA PINJAMAN DALAM PERPAJAKAN .............. .............. .............. 65


1. Jika Dana Pinjaman Didepositokan .............. .............. .............. .............. ......... 65
2. Jika dana pinjaman dibelikan saham 25% keatas .............. .............. .............. .. 66
3. Jika dana pinjaman digunakan untuk membangun gedung .............. .............. ... 66
4. Jika dana pinjaman dipinjamkan lagi tan pa bunga (onward loan) ...................... 66
5. Jika dana pinjaman dari pemegang saham dipinjamkan lagi tanpa bunga
(onward loan) ke subsidiary .............. .............. .............. .............. .............. .... 67

BAB VII TRANSAKSI HU BU NGAN ISTIMEWA .............. .............. .............. .............. ... 68
a. Pengertian Hubungan Istimewa .............. .............. .............. .............. ............. 68
b. Kewenangan DJP dalam Menentukan Ulang Biaya dan Penghasilan (Pasal
18 Ayat (3) Uu Pph) .............. .............. .............. .............. .............. .............. . 69

BAB VIII DEBT TO EQUITY RATIO (2016 henceforth) .............. .............. .............. .... 76
1. Beban Bunga Pinjaman Yang Terkoreksi DER=4:1.. .............. .............. ............. 76
2. Beban Selain Bunga Pinjaman Yang Terkoreksi DER=4:1 .............. .............. ..... 76

BAB IX CONTROLLED FOREIGN CORPORATION(CFC) ............................................. 90

BAB X CARA MEMBACA CASHFLOW ...................................................................... 112

BAB XI ALK PERPAJAKAN TINGKAT SD MADRASAH .............. .............. .............. ...... 119
1.Mengenal Distributor/Usaha Dagang Nakai Pajak .............. .............. .............. ...... 119
2. Teknik-teknik Mendeteksi Kesalahan Pencatatan .............. .............. .............. ...... 130
A. Tahap Pre-Analyses .............. .............. .............. .............. .............. ........ 131
B. Ta hap Analyses .............. .............. .............. .............. .............. .............. 132

BAB XII ALK LEVEL SABUK COKLAT & HITAM .............. .............. .............. .............. 171
Soal # 1 - ALK Perpajakan .............. .............. .............. .............. .............. ............ 171
Soal # 2 - ALK Perpajakan .............. .............. .............. .............. .............. ............ 172
Soal # 3 - Pembukuan PT KAMPRET (pabrikan) .............. .............. .............. .......... 173
Soal # 4 - Piutang usaha melebihi peredaran usahanya .............. .............. ............. 176

• ALK UNTUK AR-AR /NDONESIA


Soal # 5 - equalisasi pembelian ........................................................................... 178
Soal # 6 - Persediaan naik berlipat ganda ............................................................ 179
Soal # 7 - Equalisasi HPP ................................................................................... 182
Soal # 8 - Cost driver ....................................................................................... 182
Soal # 9 - Cost driver 2 .................................................................................... 182
Soal # 10 - Konfirmasi dari notaris Bank ............................................................. 182
Soal # 11 - Data bingung mau diapain ............................................................... 182
Soal # 12 - Tax audit in adion .......................................................................... 183

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


tt/S3NOONI Ytt-Ytt >lnlNn >11tt •
Temuan Kesalahan

TEMUAN AKUNTANSI
TEMUAN PAJAK
(Menjadi PR di KPP
(PR di semua KPP)
Pratama/Madya/PM A)

ll ll
Pembukuan sudah
benar tapi Pajak tidak
Pembukuan tidak benar benar, karena wajib
karena wajib pajak: pajak:
1. Sengaja 1. Sengaja tidak
memperbesar menghitung atau
Biaya dan membayar / memoto
Mengecilkan ng Pajak dengan
Penghasilan benar
2. Tidak mengerti 2. Kurang mengerti
Akuntansi perpajakan
3. Adanya perbedaan
interpretasi hukum
pajak

"Kesalahan terbesar Account Representativedalam ALK terletak


pada kebiasaan lama dari seorang fiskus-langsung memisahkan
mana Penghasilan yang bersifat Final mana yang bukan, mana
Biaya yang Undeductible mana yang bukan, mana objek PPh
Potput mana yang bukan. Wajib Pajak sudah paham betul
kelakuan ini"

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


BACAAN WAJIB BUAT AR

AUDITE D FINANCIAL STATEMENT with UNQUALIFIED OPINIO N


(BY BIG 5 CPA FIRMS) TETAP SAJA KENA SKPKB BESAR

Unqualif ied Opinion - Definisi


Wajar tanpa pengecualian, dalam bahasa sederhananya dalam istilah Auditing
adalah suatu pendapat dari Independent Accountant yang menyatakan bahwa
pembukuan perusahaan yang di audit sudah bebas dari salah saji yang material,
artinya bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh management perusahaan
berdasarkan bukti-bukti dengan metode sampling memberikan jawaban bahwa
pembukuan perusahaan sudah wajar, bebas dari kesalahan material, walaupun
ada salah, tapi recehan.

Mengapa kena SKPKB besar?


Walaupun laporan keuangan wajib pajak sudah benar secara KAP, berdasarkan
pengalaman penulis, ya jelas tetap salah jika bicara pajak. Mengapa demikian?
Alasannya adalah karena didalam dunia perpajakan memiliki aturan main yang
sangat berbeda dari dunia Akuntansi Komersial. Ada hal-hal yang berbeda
perlakuan biaya dan penghasilan dan aspek PPN yang membuat wajib pajak
tetap kesandung Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang jumlahnya
besar jika diperiksa oleh DJP. Diantaranya adalah sebagai berikut:

FAKTOR-FAKTOR KESALAHAN PERPAJAKAN OLEH WAJIB PAJAK


1. Perlakuan Biaya fiskal-non fiskal
2. Penghasilan final-non final-Bebas PPh dan beban turunannya
3. Tidak adanya pemisahan pembukuan atas Penghasilan Final, Non Final, dan
Tax Free Income, yang diikuti oleh biaya masing-masing dari penghasilan
tersebut
4. Kewajiban PPh pemotongan pemungutan yang tidak sepenuhnya dilakukan

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


5. Equalisasi antara PPh pemotongan-pemungutan dan PPN dengan Laporan
Keuangan
6. Peraturan Kredit Pajak Masukan secara umum dan untuk periode pra-
produksi dan gagal produksi.
7. Beberapa Fasilitas PPN.
8. Analisis Sunga Pinjaman atas Sumber dan Penggunaan Dana
9. Analisis Gain or Loss pada Selisih kurs atas penghasilan Final-Non Final-
Bebas PPh
10. Transaksi dengan Connected Party(Hubungan Istimewa):
a. Pinjaman dari/kepada Affiliasi tanpa/dengan bunga
b. Kajian Benefit Test and Existance Test atas beban Jasa Teknik,
Management, jasa professional, dan beban Royalty.
c. Pemberian Construdive Dividend (12 jenis deviden terselubung- Pasal
4 (1) UU PPh)
d. Praktek Transfer Pricing (PER-43/PJ./2010)
e. Praktek Controlled Foreign Corporation-CFC(PMK-256/PMK.03/2008)
f. Praktek Treaty Shopping (PER-24//PJ./2010)
g. Praktek Hybrid Financial Instrument
11. Penerapan Debt to Equity Ratio (DER)
12. Penerapan Tax Treaty

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


BAB I I PERBEDAAN WP LTO/GO PUBLIC DENGAN WP
LAINNYA
Seorang AR berkata kepada sahabatnya: ''SPT ini apa
yang diplototin, kawan? Si Kawan menjawab: "Lha
Tau.. '~

Ada perbedaan yang mendasar dari WP LTO/Go Public dengan WP KPP lainnya. ~
Perbedaannya terletak pada poin-poin dibawah ini.

WP LTO dan GO PUBUC WPLAINNYA


Sisi Auditor KAP: Sisi Auditor KAP:
Selalu memakai Big 5 CPA Firm dimana Kadang-kadang memakai Big 5 CPA

bertahun-tahun hanya CPA itu-itu saja yang Firm, kadang-kadang memakai KAP
digunakan, arisan proyek. Assignment audit Cuprat-Cuprit dan Rekan, malah

dilakukan belasan staff. Mana bagian banyak yang Unaudited. Bayarannya

piutang, bagian utang, aktiva tetap, uang murah. Staff yang kerja hanya

muka, sales, pembelian, persediaan, beban beberapa.


anu-anu, dll. Bayaran CPA Firm bisa sampai
Rp 1 milliar lebih.

ALK perpajakan oleh AR pada WP ini bukan ALK perpajakan oleh AR pada WP ini
pada kebenaran angka pada pos-pos sudah jelas berfokus pada kebenaran

Laporan Keuangan. Dilarang keras. angka-angka pada pos-pos Laporan


Bagaimana mungkin satu AR melawan Keuangan. Wajib hukumnya. Tugas
belasan staff Auditor The Big 5. Tugas AR AR adalah:
adalah menerapkan aspek perpajakan 1. Memeriksa kebenaran angka-
secara benar, menyeluruh, dan memiliki angka akuntansi WP

dasar hukum pajak yang jelas. 2. Menerapkan aspek perpajakan


secara benar, menyeluruh, dan
memiliki dasar hukum pajak
yang jelas

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


WP LTO dan GO PUBLIC WPLAINN YA
Sisi Manajemen Perpajakan: Sisi Manajemen Perpajakan:
Sudah memelihara SATPAM yang jago-jago. Rata-rata belum punya SATPAM yang
Setiap pos laporan keuangan sudah jago-jago, namun banyak juga yang
diantisipsi kalau -kalau nanti AR tanya. Bayar punya. Bayar pajak 100% tidak
pajak all taxes 100% tidak mungkin. mungkin. Nunggu kalau-kalau nanti
AR tanya . Mudah-mudahan AR-nya
bingung (katanya begono).
Sisi Substansi Transaksi: Sisi Substansi Transaksi:
Transaksi WP ini sangat rumit, banyak Transaksi WP ini tidak rumit,
istilah-istilah English yang bikin bingung AR. ditemukan beberapa istilah-istilah
Bahasa Indonesia saja sulit, apalagi Bahasa English yang bikin bingung AR. Ada
sono. Banyak melibatkan Hubungan lumayan juga melibatkan Hubungan
Istimewa dalam dan Luar negeri. Pesan Istimewa namun biasanya . mayoritas
penulis: jangan lihat bahasanya, lihatlah kepada Non Affiliasi.
substansi transaksi berdasarkan penjelasan Apalagi KPP Pratama Anu-Anu di
WP. daerah non kota besar nan sepi.
Banyak transaksi yang tanpa
dokumen pendukung, akuntansi
rusak, bahkan tidak pa ham
pembukuan.
FokusALK: FokusALK:
1. Lakukan equalisasi PPN keluaran 1. Analisis kebenaran angka-
dengan Objek PK di Lapkeu angka Akuntansi WP
2. Lakukan equalisasi PPh Potput 2. Lakukan equalisasi PPN
dengan Beban Objek Potput keluaran dengan Objek PK di
3. Analisis Income PPh final dan beban Lapkeu
ikutannya (Pasal 13 dan 27 PP-94 3. Lakukan equalisasi PPh Potput
tahun 2010) dengan Beban Objek Potput
4. Analisis PPN Masukan pada 4. Analisis Income PPh final dan
perusahaan tahap 5 tahun berdiri beban ikutannya (Pasal 13 dan
dan yang sudah long-established. 27 PP-94 tahun 2010)
5. Analisis PPN Masukan pada 5. Analisis PPN Masukan pada

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


WP LTO dan GO PUBUC WPLAI NNYA

perusahaan yang ada penjualan perusahaan tahap 5 tahun

BKP-Non BKP, PPN Dibebaskan, PPN berdiri dan yang sudah long-

TDP, dan Export JKP established.

6. Analisis kewajiban WP sebagai 6. Analisis PPN Masukan pada

"Pemungut PPN & Pasal 22" perusahaan yang ada

7. Analisisi perpajakan atas Selisih Ku rs penjualan BKP-Non BKP, PPN

8. Analisis Substansi SPV di LN apakah Dibebaskan, PPN TDP, dan

dia BO atau bukan dan analisis Export JKP

penerapan Tax Treaty-nya 7. Analisisi perpajakan atas

9. Analisis Existance Test dan Benefit Selisih Kurs

Test Beban Intragroup Service dan 8. Analisis penerapan DER

Royalty, berikut perlakuan Pasal 26 9. Analisis Sumber dan

dan PPN JKPLN Penggunaan Dana dan

10. Analisis penerapan DER perlakuan bunga pinjamannya

11. Analisis Substansi Transaksi apakah


dia masuk kategori Hutang atau Untuk KPP Madya dan Kanwil Khusus

Modal Kalibata (bahkan beberapa KPP

12. Analisis Sumber dan Penggunaan Pratama yang sudah mulai "melek'')

Dana dan perlakuan bunga agar ditambah:

pinjamannya 1. Analisis Transfer Pricing

13. Analisis CFC Rules 2. Analisis BO dan Tax Treaty

14. Analisis Transfer Pricing 3. Analisis Existance Testdan


Benefit Test

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


BAB II I PENGGUNAAN METODE SELISIH & TREND DALAM
ALK
Ada pengusaha bicara kepada sahabatnya yang
pengusaha juga pada saat main golf. "Elu mah enak
AR-nya pulen. Lha Gua....jago banget tuh bocah.... '~
Sahabatnya menjawab: ''Nasibluh... '~

1. Pengertian
Menurut penulis, analisa laporan keuangan khususnya dalam
hubungannya dengan perpajakan, adalah analisa yang dilakukan terhadap
suatu laporan keuangan sehingga dari hasil analisa itu dapat diketahui
dimana red flag (titik-titik kritis adanya kesalahan yang disengaja ataupun
tidak) berada. Hasil analisa ini hanya merupakan sebuah petunjuk adanya
indikasi kuat suatu misstatement atau temuan, sehingga untuk menentukan
kebenaran 100% atas temuan itu diperlukan full audit ·

Warning:
Hasil analisis atas Financial Statement hanya berupa tanda-tanda awal
adanya indikasi kesalahan dalam laporan keuangan. Jika ingin hasilnya
100% tepat, maka diperlukan full audit. Conselling oleh AR adalah
tindakan yang tepat.

Prinsip dasar yang penting untuk diketahui dari laporan keuangan adalah
bahwa laporan keuangan adalah suatu pendekatan yang realistis terhadap
gambaran atau potret kegiatan ekonomi perusahaan yang sifatnya relatif
mendekati kebenaran, bukan absolut. Dikatakan suatu pendekatan yang
mendekati kebenaran dari gambaran kejadian ekonomi perusahaan karena
laporan keuangan disusun berdasarkan pilihan yang disediakan oleh Standar
Akuntansi Keuangan (SAK). Pilihan didalam dunia akuntansi yang
menyebabkan perbedaan-perbedaan dalam pencatatan ada pada:
1. Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku Umum
2. Metode akuntansi
3. Estimasi akuntansi

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Apabila perusahaan melakukan perubahan terhadap salah satu dari ketiga
hal tersebut, maka saldo-saldo dalam laporan keuangan akan berubah.
Sehubungan dengan hal tersebut, SAK menganut konsep konsistensi atau
taat asas, artinya bahwa apabila perusahaan sudah memakai salah satu
pilihan, misalnya pada pilihan metode akuntansi, contohnya penyusutan
yang menggunakan metode garis lurus, maka untuk tahun-tahun berikutnya
harus tetap menggunakan pilihan tersebut agar hasil perhitungan saldo
laporan keuangan akan tetap dapat dipercaya keberadaannya.

2. Keterbatasan Laporan Keuangan


Laporan keuangan memberikan informasi yang dapat diandalkan tentang
aktiva, hutang, modal, penghasilan dan biaya-biaya, arus kas, dan
perubahan modal. Sifat dasar dari laporan keuangan adalah bahwa laporan
keuangan merupakan potret kegiatan ekonomi perusahaan yang sifatnya
relatif mendekati kebenaran, bukan absolut. Informasi yang handal dari
laporan keuangan dapat diberikan jika perusahaan memiliki sistem akuntansi
dan internal control yang baik. Walaupun demikian, laporan keuangan
memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Adanya perbedaan antara Nilai Pasar dengan Nilai Buku, sehingga
kurang menceminkan nilai yang sebenarnya dari suatu bisnis.
2. Menggunakan prinsip Akrual, sehingga pendapatan dan biaya tidak
mencerminkan pemasukan dan pengeluaran secara kas.
3. Menganut prinsip konservatif, artinya bahwa jika terjadi

ketidakpastian terhadap kerugian, maka segeralah dicatat sebagai


beban, dan jika terjadi ketidakpastian keuntungan, jangan dulu
dicatat.
4. Adanya estimasi-estimasi dalam pelaporan, sehingga belum

mencerminkan kepastian.

Ada kejadian-kejadian yang tidak dapat dibaca dari laporan keuangan.


Kejadian-kejadian tersebut adalah seperti dibawah ini.
• Perampokan uang oleh Direksi
• Karyawan mogok

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


• Siapa Pemilik Perusahaan "di Belakang Layar"
• Gaya Management {Tone At The Top)
• Hubungan "Cinta & Emosiona!' antar pemegang saham,
management, dan karyawan
• Hubungan antara pemegang saham/Direksi dengan Supplier Utama
atau Pelanggan Utama
• Hal-hal tak terduga lainnya

3. Penggunaan Analisa Selisih dan Analisa Trend dalam ALK


Perpajakan
Secara umum, teknik analisa yang biasanya dilakukan dalam menganalisa
laporan keuangan dengan menggunakan analisa rasio ada beberapa macam.
Teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan dibawah ini.
1. Analisa Perbandingan Saldo (Analisis Selisih)
Analisa ini dilakukan dengan membandingkan saldo laporan
keuangan dari beberapa tahun, baik dalam bentuk selisih nilai
Rupiah ataupun persentase.
2. Analisa Trend
Analisa yang dilakukan untuk melihat kecenderungan naik turunnya
suatu pos tertentu. Dari hasil analisa itu dapat diketahui apakah
kecenderungannya tetap, naik, atau turun.

Warning:
Hasil analisa Laporan Keuangan ini adalah suatu indikasi adanya kesalahan
dalam pelaporan, baik itu sengaja ataupun tidak disengaja dan temuan ini
sifatnya belum tentu benar, juga belum tentu salah. Beban pembuktian ada
pada dokumen sumber (full Audit). Biasanya, wajib pajak akan mengaku salah
jika analisis dilakukan lebih dari satu pendekatan dan memberi bukti bahwa
pembukuan terjadi kesalahan.

Khusus untuk analisis laporan keuangan untuk tujuan perpajakan


sebagaimana yang akan dipaparkan dalam buku ini, penulis akan sering
menggunakan analisa selisih dan analisa trend. Contoh analisa selisih adalah
seperti berikut ini.
ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •
Analisa Selisih
Aktiva Tetap 2018 2017 Naik (turun)

Kendaraan 200.000.000 600.000.000 ( 400.000.000)

Peralatan Kantor 80.000.000 80.000.000 -


Tanah 4.000.000 .000 2.500.000.000 1.500.000.000

Bangunan 2.000.000.000 1.200.000.000 800. 000. 000

Analisa Trend

Pos Keuangan 2018 2017 Trend (O/o)

Sales 2.000.000.000 1.600.000.000 Naik 25%

Pembelian 1.800.000.000 1.200.000.000 Naik 50%

Jumlah Sales Agent 100 orang 160 orang Minus 37,5%

Jumlah Nasabah 2.000 2.200 Minus 9%

Beban Ongkos Angkut 2 milliar 500 juta Naik 4 kali

Beban Listrik 840 juta 600 juta Naik 1,4 kali

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


BAB 1111 CARA-CARA PENDETEKSIAN KESALAHAN
"In spreading the huge expense of the bribe in
order not to be detected, it is really wrong to have a
feeling that the money is put secretly in various
accounts"(Lebak Bu/us Man).

1. Tahap Pre-Analyses
Sebelum memulai bedah kasus dalam analisis laporan keuangan, ada
baiknya jika penulis memberikan ringkasan dari esensi analisis Laporan Keuangan
tanpa pemeriksaan dokumen sumber (full audit). Berikut adalah langkah-langkah
yang paling penting didalam menganalisa laporan keuangan dalam rangka
mencari temuan-temuan kesalahan sebagaimana dibawah ini. Sebagai
gambaran, penulis sudah mempraktekkan langkah-langkah ini didalam mencari
'Findings' dan hasilnya memuaskan.

Step 1

Kenali perusahaan yang di analisis


Berikut ini adalah 6 pertanyaan yang harus dijawab oleh analyst sebelum
melanjutkan analisis laporan keuangan. Pertanyaannya adalah:
1. Apa jenis perusahaannya ?
2. Jika ia adalah manufacturing company, Bagaimana proses produksinya?
3. Jika ia adalah trading company, siapa supplier dan Nasabah Utamanya ?
Barang apa yang dijual?
4. Jika ia adalah perusahaan jasa consulting/management/technical atau
jasa lainnya, Apa unsur Biaya-biaya Langsungnya/HPP-nya ?

Note:
Gambarlah aluf proses bisnisnya berdasarkan nomor 1/2/3/4
kesalahan pembukuan
---...------------·----------------·-----------------------....-------------·-------------------------
Contoh I;
J

AR sedang menellti perusahaan perdagangan (distributor) sepeda motor. Alurf'\Ya a

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Pabrikan Motor ., Distributor--. Agen - - - - - - - - • Masyarakat
Kenali Pabriknya, ~ Kenali Agennya,
Apa syarat menjadi
Dsirtibutor?

Tanah & Sumber dana Berapa Gross Margin


Bangunan dari mana? rata-rata per satu motor?
Siapa?
Berapa luasnya?
Contoh II:
AR sedang meneliti Perhotelan. Alurnya adalah:

Supplier----- HOTEL Pelanggan


Siapa travel agennya ? Kenali pasarnya, Agennya,
Bagaimana cara tarifnya,
kerjanya?
Bagaimana
Restaurantnya? Tanah & Sumber dana Bulan-bulan mana
Bangunan dari mana? Peak season/Low season-nya?
Sia pa?
Berapa luasnya?
Siapa yang membangun?

5. Berapa ratio Gross Profit -nya selam 3 tahun berturut-turut? Jika tidak
stabil, maka ada indikasi pembukuan direkayasa
6. Biaya apakah yang menjadi cost driver didalam usaha tersebut?

Catatan:
Cost Driver (atau Variable Cosf'J adalah biaya yang secara paralel mengikuti
sales. Jika penjualan naik maka biaya itu naik. Jika sales turun maka biaya itu
turun juga. Jika sales nol maka biaya itu nol juga. Persentase kenaikan atau
penurunan kedua akun itu nyaris sama besar.

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Rupiah
Sales

Cost Driver/Variable
Cost

200X . 200(X+ 1) 200(X+2)

Step 2

Cari sebanyak-banyaknya data eksternal perusahaan


Data eksternal disini adalah data atau informasi seputar hal-hal penting diluar
angka-angka Laporan Keuangan perusahaan. Data eksternal itu bisa berasal dari:
1. Observasi Langsung di Lapangan (usahakan ambil gambarnya: Ruang
Kerja/Pa bri k/I ndoor)
2. Permintaan data ke Pemda/Departemen terkait
3. Data PEB, PIB, PPN (PK-PM) setahun via Portal DJP atau data nasional
4. Data Pembayaran Tagihan Pajak/SKPKB/STP
5. Data Pembayaran Pajak Per Jenis Pajak selama 2 atau 3 tahun
6. Data hasil Keberatan/Banding Uika ada)
7. Data kepemilikan Tanah & Bangunan (SPPT PBB)
8. Informasi umum produk via Internet
9. Media Masa

Step 3

Kenalilah related party transaction


Selama ini, transaksi hubungan istimewa adalah inti atau sumber permasalahan
adanya suatu penghindaran pajak atau penyelundupan pajak. Dalam step 3 ini
analyst wajib mengetahui hal-hal sebagai berikut:

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


1. Apakah pemegang saham merangkap sebagai Direksi perusahaan?
apakah semua pemegang sahamnya adalah keluarga? Jika ya, maka
PEMBUKUAN = HIGH RISK.
2. Apakah Supplier Utama atau Pembeli Utama ada hubungan istimewa?
Jika ya, maka PPN dan PPh pemotongan = HIGH RISK

DJP sudah mengeluarkan PER-22/PJ/2013 dan SE-50/PJ/2013 tentang pedoman


pemeriksaan pihak yang memilki hubungan istimewa. Penulis menilai ini sudah
tepat. Perlu kiranya dipahami oleh AR bahwa transaksi hubungan istimewa ini
adalah biang keladi seluruh penghindaran pajak di seluruh dunia.

PASAL 10 UU PPh
Pasal 10 UU PPh dalam bahasa sederhananya menjelaskan bahwa jika transaksi
terjadi antar hubungan istimewa maka harus dipakai harga pasar dan jika
transaksi terjadi kepada pihak non-hubungan istimewa maka dipakai nilai yang
sebenarnya terjadi.

PASAL 18 (3) UU PPh


Pasal 18 ayat (3) UU PPh dalam bahasa sederhananya menjelaskan bahwa DJP
berhak ngobrak-abrik transaksi WP jika transaksi tersebut adalah transaksi antar
hubungan istimewa dan DJP akan menggunakan harga pasar sebagai dasar nilai
transaksinya. WP harus menerima dengan ikhlas.

Definisi Harga Pasar


Menurut OECD (DJP negara-negara maju seperti Eropa, USA, dan beberapa
negara di Asia), yang dimaksud harga pasar disini adalah standar harga yang
diumumkan melalui internet, publikasi kementerian/departemen, Bank Indonesia,
media massa, commercial data base, atau apapun sumbernya yang bersifat
umum, dimana setiap orang bisa mendapatkan data itu kapan saja. Menurut
OECD, Data WP yang ada di database DJP suatu negara tidak bisa dijadikan
sebagai acuan harga pasar.

..~"!!-' .

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


· ..•:- ·
Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk transaksi yang menjadi perhatian AR.
Dalam transaksi ini AR wajib menggunakan harga pasar sebagai angka pengganti
di Rugi Laba WP.

Transaksi Kasus Related Party Standar Harga Pasar


Beban Sewa Perusahaan terlalu besar Data dari internet
Tanah/Bangunan membukukan beban tentang harga sewa per
sewa tanah/bangunan. meter pada regional
KPP menggantinya yang sama
menjadi sewa dengan
harga pasar.
Jual-beli kendaraan Perusahaan terlalu kecil Data dari Bukalapak,
bekas membukukan nilai jual Olx, Mobil123, dan data
kendaraan operasional internet lainnya
yang dijual kepada
affiliasinya.
Rasio Laba Bersih Pabrik sepatu sudah 20 Data perusahaan pabrik
perusahaan/pabrikan tahun beroperasi masih sepatu di Bursa Efek
sepatu rugi terus Indonesia (tidak
konsolidasi-harus Entity
sendiri)

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


RESUME TAHAPAN ANALISA LAPORAN KEUANGAN

2. Tahap Analyses

Step 1

Gunakan Rasio Laba Kotor (Gross Profit Margin) sebagai


Indikator Vital Gejala Kesalahan
Dalam setiap literature dan sudah banyak dibuktikan dalam praktek, Gross Profit
Margin merupakan salah satu alat yang efektif digunakan dalam mendeteksi
kecurangan dalam pembukuan. Oleh sebab itu, Gross Profit Margin {GPM) selalu

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


jadi fokus perhatian utama didalam mendeteksi kesalahan atau kecurangan.
Menurut John D. Ogara dalam bukunya "Corporate Fraud'; apabila ingin menilai
apakah suatu perusahaan sudah benar atau ada kecurangan didalam menyajikan
laporan keuangan adalah dengan melihat Gross Profit Margin selama 3 tahun
berturut-turut. Rasio Laba Kotor merupakan alat yang sangat sakti didalam
menguji kewajaran laporan keuangan.

Warning:
Masih menurut John D Ogara, apabila terjadi fluktuasi laba kotor dengan
penurunan yang tinggi (out-of-line margin) sebagai hasil perbandingan selama 3
tahun berturut-turut, maka hal ini merupakan indikasi adanya Fraud. Penurunan
laba kotor ini hanya dapat dibenarkan oleh kondisi ekonomi makro secara nasional.
Artinya jika kondisi perekonomian nasional sedang lesu, maka laba kotor seluruh
jenis usahapun ikut lesu juga (turun), atau sebaliknya.

Berdasarkan pengalaman dan penelitian penulis dari beberapa laporan keuangan


di Bursa Efek Indonesia, kesimpulan atas GPR (Gross Profit Ratio) adalah seperti
dibawah ini.

Persentase

(\
I I
/
,... "\ I GPR yang Normal dari "Pembukuan
/
I I
I I I I
Jujur" I I I I
I I I
I I I
I I \./ I I
\/ I I
\. _,(;pR atas "Pembukuan Rekayasa"
200A 200(A+ 1) 200(A+2) 200(A+3) Tahun

Gross Profit Ratio ini alat yang efektif didalam mendeteksi kecurangan
dalam pembukuan. Andaikan terjadi penurunan GPR, maka menurut penulis
angka yang wajar adalah minus 3% dari GPR yang tertinggi selama 3 atau 4
tahun kebelakang. Perubahan GPR disebabkan oleh adanya:

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


1. Penurunan Nilai Jual atau sengaja tidak melaporkan penjualannya

2. Kenaikan HPP (Menggelembungkan Pembelian atau Menurunkan nilai


persediaan Akhir)
Kasus Penurunan Nilai Jual (HPP tidak berubah)
Tahun 2018 (Real)
Sales Rp 10. 000. 000. 000
COGS Rp 6.000.000.000
Gross Profit Rp 4.000.000.000
GPM 40%

Tahun 2018 (Sales jika diturunkan Rp 2 milliar)


Sales Rp 8.000.000.000
COGS Rp 6.000.000.000
Gross Profit Rp 2. 000. 000. 000
GPM 25%

Kasus Pendongkrakan Nilai HPP (Sales tidak berubah)


Tahun 2018 (Real)
Sales Rp 10.000.000.000
COGS Rp 6.000.000.000
Gross Profit Rp 4. 000. 000. 000
GPM 40%

Tahun 2018 (HPP jika dinaikkan Rp 2 milliar)


Sales Rp 10.000.000.000
COGS Rp 8.000.000.000
Gross Profit Rp 2. 000. 000. 000
GPM 20%

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Berikut penulis berikan beberapa contoh "true story" dari sekian banyak kasus
(tahun lama).
Kasus I (Perusahaan Garment)
Pos Rugi Laba 2007 2006 2005
Sales 2.165.000.000 2.378.000.000 1.657.400.000
HPP 1. 905.200.000 1.896.382.000 1.135.319.000
Laba Bruto 259.800.000 1.381.618.000 522.081.000
GPR 12% 58% 31%

Hasil Counsellinq.
Wajib Pajak mengakui kesalahan di tahun 2007 dan di 2005. Modus Operandinya
adalah dengan menggelembungkan biaya Pembelian dengan faktur sederhana
dan upah buruh.
Catatan: Penurunan GPR wajar =58% - 3% =55%

Kasus II (Perusahaan Jasa Konsultan Management)


Pos Rugi Laba 2007 2006 2005
Sales 1. 785.000.000 776.500.000 Berdiri di akhir
HPP 1.145.970.000 214.314.000 Tahun 2005.

Laba Bruto 639.030.000 562.186.000 SPT Nihil

GPR 36% 72%

Hasil Counsellinq.
Wajib Pajak mengakui kesalahan di tahun 2007. Untuk usaha jasa konsultasi,
tidak mungkin ada pembelian barang atau persediaan awal/akhir, sehingga
modus operandinya adalah dengan menggelembungkan biaya tenaga ahli dan
biaya tidak langsungnya.

Catatan: Penurunan GPR wajar = 72% - 3% = 69%


Kasus III (Perusahaan Percetakan)
Pos Rugi Laba 2007 2006 2005
Sales 748.250.000 635.200.000 503.400.000
HPP 656.216.000 455.438.400 346.842.600

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Pas Rugi Laba 2007 2006 2005

Laba Bruto 92.034.000 179.761.600 156.557.400

GPR 12% 28% 31%

Hasil Counsellinq.
Wajib Pajak mengakui kesalahan di tahun 2007 karena omzetnya sudah
bertambah besar dan PPh terhutang akan bertambah besar juga. Menurut wajib
pajak, GPR jangan lagi berada dikisaran 28% s.d 31 % karena PPh terhutang
akan menjadi besar, sehingga mereka menggelembungkan pembelian tanpa
pajak masukan dan biaya finishing cetak agar GPR kecil. Rekayasan ini
menghasilkan peningkatan pasal 25 yang relatif kecil di tahun 2008 dibanding
tahun 2007.
Catatan: Penurunan GPR wajar =31 % - 3% =28%

Kasus IV (Perusahaan Kerajinan Kayu dan Rotan)


Pas Rugi Laba 2007 2006 2005

Sales 1.245.650.000 1.076.000.000 756.200.000

HPP 1.088.699.000 987.768.000 434.058.800

Laba Bruto 156.951.000 88.232.000 322.141.200

GPR 12% 8% 42%

Hasil Counsellinq.
Wajib Pajak mengakui kesalahan di tahun 2006 dan 2007. Laba kotor 2005
menurut wajib pajak ternyata sejujurnya memang sebesar 42%. Omzet 2006
dan 2007 bertambah besar dan PPh terhutang akan bertambah besar juga.
Menurut wajib pajak, jika GPR masih berada dikisaran 42% maka PPh terhutang
akan menjadi sangat besar, sehingga mereka menggelembungkan pembelian
dengan faktur sederhana dan biaya finishing cetak agar GPR kecil.

Catatan: Penurunan GPR wajar = 42% - 3% =39%

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Step 2

Hitung Rasio Piutang Usaha, Lakukan Equalisasi Penjualan dengan


Data Perpajakan atau dengan Pengamatan Lapangan
1. Rasio Piutang Dagang dengan Penjualan
Hitung rasio Piutang Dagang (Neraca) dengan penjualan (Rugi Laba)
selam 3 tahun berturut-turut. Rasio ini memiliki arti sebagai berikut :

Rasio Artinya Status


0% - 25% Dalam setahun, perusahaan Wajar
memiliki sisa tagihan 0% - 25%
saja. Berarti 75% penjualan
dibayar dengan kas/Bank. Umur
Piutang rata-rata adalah 3 bulan.
26% - 50% Dalam setahun, perusahaan Kurang ajar. Ini
memiliki sisa tagihan 26% - 50%. merupakan gejala awal
Artinya 50% penjualan dibayar kecurangan dalam
dengan kas/Bank. Lama rata-rata pembukuan.
tagihan adalah 6 bulan.
51% - 100% Dalam setahun, perusahaan Sangat Kurang ajar. Ini
memiliki tagihan 51 % - 100%. Jika merupakan indikasi kuat
100% (katakan Piutang Dagang di adanya rekayasa
neraca Rp 100 juta dan Penjualan pembukuan dan
setahun di R/L Rp 100 juta) maka melibatkan Related
artinya adalah penjualan tidak Party. Minta daftar
dibayar-bayar oleh nasabah selama Pembeli/Nasabah dan
setahun. lakukan konfirmasi ke
Nasabah itu.
Lebih dari Sisa Tagihan tahun lalu masih ada Kebohongan yang Luar
100% dan belum dibayar, dan Biasa. Usulkan
perusahaan masih berbaik hati pemeriksaan saja.
melakukan penjualan non kas
(kredit) lagi tahun ini.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


2. Data Perpajakan
Data perpajakan dapat diperoleh dari Sistem Informasi DJP seperti
SIPMOD, SIDJP, SIPWEB, dan apapun namanya. Dengan menggunakan asumsi
angka-angka pajak dibawah ini, keterkaitan data perpajakan dengan omzet
adalah sebagai berikut.

Jenis Data Jumlah Artinya

Pasal 22 450.000.000 Ada penjualan ke Bendahara Pemerintah


sebesar Rp 450 juta/ 1,5%
Pasal 22 Import 100.000.000 Ada impor barang (pembelian Aktiva atau
Persediaan) yaitu sebesar Rp 100 juta/2,5%
atau 7,5%

Bukti Potong PPh 200.000.000 Ada Omzet PPh 23 = Rp 200 juta / 2%

Pasal 23

PPN Import 500.000.000 Bergandengan dengan PPh 22 Import ( 4x


PPh import) yaitu Nilai Aktiva tetap atau
Persediaan = Rp 500 juta / 10%

PPN Pemungut 30.000.000 Bergandengan dengan PPh 22 Bendahara

3. Pengamatan Lapangan
Bagi perusahaan yang tidakjbukan PKP, seperti hotel, restaurant, jasa
pendidikan, jasa angkutan data, atau jasa-jasa lain yang terdaftar pada negative
list, maka untuk menilai omzetnya adalah dengan cara melakukan pengamatan di
lokasi usaha. Lihat harga jualnya via internet, koran/majalah, brosur atau minta
langsung ke wajib pajak. Harga jual ini dikalikan dengan banyaknya

pembelijpengguna jasa/tamu/pengunjung rata-rata dalam sehari atau seminggu.


Perhatikan bulan-bulan Peak Season atau Low Season.

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Warning :
Cara ini cukup efektif untuk menilai besarnya omzet, tapi hasil pendekatan ini
mudah dibantah oleh wajib pajak. At least, wajib pajak sudah merasa tidak
nyaman lagi berbohong-bohong ria karena diamati terus oleh AR.

Saran tambahan dari Penulis:


kalau perlu, minta kamera CCTV seminggu atau sebulan untuk melihat
banyaknya pembeli yang datang ...

Step 3

Lakukan Pengujian Pembelian pada HPP


1. Hitung Rasio Hutang Dagang dengan Pembelian Barang Dagangan
Hitung rasio hutang dagang (Neraca) dengan pembelian barang (Rugi Laba)
selam 3 tahun berturut-turut. Rasia hutang usaha/dagang terhadap pembelian
memiliki arti sebagai berikut:

Rasio Artinya Status


0% - 25% Dalam setahun, perusahaan Wajar
memiliki sisa hutang 0% - 25%
saja. Berarti 75% pembelian
dibayar dengan kas/Bank.
Umur hutang rata-rata adalah
3 bulan.
26% - 50% Dal am setahun, perusahaan Ku rang ajar. Ini merupakan
memiliki sisa hutang 26% - gejala awal kecurangan
50%. Artinya 50% pembelian dalam pembukuan.
dibayar dengan kas/Bank.
Lama rata-rata hutang dagang
adalah 6 bulan.
51% - 100% Dal am setahun, perusahaan Sangat kurang ajar. Ini

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Rasio Artinya Status
memiliki sisa hutang 51 % - merupakan indikasi kuat

100%. Artinya 100% adanya rekayasa pembukuan

pembelian belum dibayar dan melibatkan Related

selama setahun. Party. Minta daftar hutang


dagang dan lakukan
konfirmasi ke WP lawan

transaksi.

Lebih dari Sisa hutang tahun lalu masih Kebohongan yang luar biasa.

100% ada dan belum dibayar, dan Usulkan pemeriksaan saja.

perusahaan berhutang lagi

tahun ini.

2. Equalisasi dengan PPN Masukan


Bagi perusahaan yang membeli barang dan diberikan Faktur Pajak Lengkap,
maka PPN Masukan (Januari s.d Desember) ini adalah alat yang baik untuk
menguji pembelian barang. Beberapa kasus bisa dilihat dibawah ini.

Pembelian Material PPN Masukan Penjelasan

versi Lapkeu WP 2018

2018
200 milliar 14 milliar Ada PPN Masukan di 2018 Rp 14 milliar
selama setahun berarti DPP=Rp 140 milliar.
AR han,.;s melakukan analisis dulu mana:
1. PM 2017 yang nyebrang di 2018
2. PM dari BKP imper aktiva tetap
3. PM dari BKP Impor material
4. BKP lokal aktiva tetap
5. BKP lokal material
6. JKP lokal
7. PPN JKPLN
8. PM 2018 yang nyebrang di 2019

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Pembelian Material PPN Masukan Penjelasan
versi Lapkeu WP 2018
2018

9. PM mana yang ada pada beban


admin/umum/pemasaran.
Untuk kepentingan Equalisasi pembelian
material hanya nomor 2,4 dan 7 jika PM atas
pembelian material (bukan AT).

200 milliar 26 milliar Ada PPN Masukan Rp 26 milliar selama


setahun berarti DPP Rp 260 milliar. Harus
dianalisis dulu mana:
1. PM 2017 yang nyebrang di 2018
2. PM dari BKP impor aktiva tetap
3. PM dari BKP impor material
4. BKP lokal aktiva tetap
S. BKP lokal material
6. JKP lokal
7. PPN JKPLN
8. PM 2018 yang nyebrang di 2019
9. PM mana yang ada pada beban
admin/umum/pemasaran
Jika tidak bisa dilakukan atau AR udah
pusing, maka biarkan WP yang memberi
jawaban.
Konsepnya: dengan lebih besarnya PM maka
bertambah juga pembeliannya, sehingga
otomatis ada koreksi pembelian dan
penjualan yang juga bertambah sebanding
dengan rasio gross profit awal.
Minta WP menjelaskan asal-usul PM. Jika
sales di Rugi Laba adalah Rp 240 Milliar
maka rasio jual thd. beli adalah 120% yaitu

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA ..


Pembelian Material PPN Masukan Penjelasan

versi Lapkeu WP 2018


2018
Rp 240/Rp200. Jika pembelian yang baru
adalah Rp 260 milliar, maka penjualan
seharusnya adalah 120% x Rp 260 milliar=
Rp 312 milliar.

3. Lakukan uji "Existance of Supplier"


Jika pembelian tidak memiliki pajak masukan, maka sebaiknya pembelian
ini diuji dengan meminta rincian pembelian dengan faktur sederhana. Caranya
adalah minta data Supplier dengan mengisi kolom nama supplier, alamat, NPWP,
phone number, dan jumlah Pembelian non PPN 1. Penjelasannya adalah dibawah
ini:
1. NPWP wajib ada
2. Surat Konfirmasi adalah surat yang menyatakan jumlah pembelian yang
dikirim oleh AR langsung ke pedagang Non PKP. Jika suratnya balik ke
KPP lagi maka artinya alamat palsu, maka tokonya juga palsu, maka
pembeliannya dikoreksi.
3. Dired Visit adalah AR langsung on the spot ke tokonya, ada apa tidak.
4. Buka Google
5. Phone call. AR menelpon langsung ke tokonya. Jika tidak ada yang
angkat setelah 3 atau 4 kali telepon maka artinya tokonya fiktif. Cocokkan
juga ke data Yellow Pages.

1 Berdasarkan pengalaman penulis yang ilmunya diperoleh dari buku "Financial Shenanigans"karya
John Ogara dan "Fraud Casebook-Lesson from the bad side of Business"karya Joseph T Wells,
pengujian pembelian dengan cara ini sangat efektif dilakukan. Hampir semua perusahaan yang di
consel/ing langsung mengakui perbuatannya. Silahken Bang AR pakai, namun hanya untuk kepentingan
Negara . Jika disalahgunakan maka dosa ditanggung masing-masing. Penulis tidak bertanggung jawab
secara moral.

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


4 Cara menanggulangi Pembelian tanpa PPN
Masukan untuk mendeteksi Supplier "BODONG":
1. Minta NPWP Supplier
2. Confirmation Letter to WP (jika surat kempos
maka tokonya fiktif)
3. Direct Visitto Vedor/supliier {if possible)
4. Cari di Google
5. Phone call dan rekonsiliasi ke Yellow pages

4. Untuk Usaha Jasa, Lakukan Analisis Upah Buruh atau Biaya HPP
atas Jasa.
Untuk usaha jasa konsultan dan jasa lainnya, pembelian barang sangat
kecil sekali atau bisa saja tidak ada, tergantung jenis usaha jasanya. Jasa-jasa
yang menjadi objek PPh pasal 23 memiliki biaya-biaya yang secara logis adalah
biaya tenaga ahli/buruh dan biaya penunjang lainnya yang jumlahnya relatif
kecil, sehingga tidak relevan jika ada pembelian barang Jebih dari 10% HPP
(kecuali aktiva tetap dan disusutkan). Kalaupun ada, harus dilakukan penelitian
lapangan oleh AR apakah benar usahanya memerlukan biaya material yang
jumlahnya banyak (seperti Laundry, beli solar, jasa pelaksana konstruksi, dan
Catering). Secara umum, biaya pembelian material tidak relevan untuk usaha
jasa. Usaha jasa meliputi jasa sewa, jasa professional, jasa keagenan, jasa
pengeboran, jasa iklan, jasa event organizer, jasa pengolahan limbah, jasa
penyedia tenaga kerja, dan jasa lainnya.

apablle acla perusahaan jasa (non konstruksi)


,,,.,,,,, RatJo.nya kurang darl klsaran 50°/o, maka ini

Selain menganalisis GPR usaha jasa-jasa tersebut, lakukan juga analisis rasio
hutang usaha/hutang dagang (Neraca) dengan HPP jasa (Biaya Langsung dan
Tidak Langsung jasa).

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA • ·


Warning:
Tidak ada Hutang Dagang/Usaha pada perusahaan jasa.. Yang ada
hanyalah hutang biaya atau Biaya yang hanas segera dlbayar.

m%lfstep 4

Lakukan Analisis Jumlah Karyawan Tetap dan Tidak Tetap dengan


Menggunakan Analisis Selisih
Ambil data 3 atau 4 tahun dari SPT Pasal 21 tahunan wajib pajak. Sudah
menjadi kebiasaan bahwa wajib pajak menggelembungkan biaya gaji karyawan
dengan menambah karyawannya, yang faktanya tidak ada orangnya. Dengan
biaya gaji yang lebih besar, maka wajib pajak hanya membayar PPh pasal 21
yang berada ditarif 5%, sedangkan penambahan biaya gaji dapat mengurangi
PPh terhutang atas Laba Sebelum Pajak yang sudah berada dilapisan 30%.

Ciri-ciri wajni Pajak:i0tiong:


7

1. Trend penambahan kilryawan


g
• ~:!.

tahun, selama 3 tahun, tidak sama dengan trend ·~


~a .
Penjualannya.
2. Adanya penambahan atau pengurangan kal'.pwan tetae...,
-, - - . - ~--- - _,,~-- . ·'!:

karyawan tidak tetap yang terlalu sering teljadl.dalem 3 tahun


berturut-turut.

Solusinya adalah dengan melakukan peninjauan lokasi dimana usaha


berada, dan sebisa mungkin diambil foto diruangan kerjanya agar karyawan dan
,I
asset tetapnya terlihat jelas. Hasil pemantauan itu dibandingkan dengan jumlah
karyawan di SPT Tahunan yang terakhir, apakah sama atau berbeda jauh. Cara
kedua: mintalah fotokopi KTP dan KK setiap karyawan tetap dan tidak tetap
untuk tahun terakhir saja, dan bandingkan hasilnya.

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Prilaku yang benar Biaya Gaji dan Upah terhadap Sales

Rupiah Sales

Upah Buruh/Jumlah
Buruh

Biaya Gaji Karyawan


------------------ -----
tetap
200X 200(X+l) 200(X+2)

Prosedur Tambahan (Tidak Wajib)

Lakukanlah analisis biaya operasional lainnya. Telitilah biaya operasional


yang memiliki lonjakkan yang tinggi (selisihnya 20% lebih dari tahun lalu),
lakukan untuk masing-masing biaya operasional. Prosedur ini tidak wajib karena
sepengalaman penulis, hasil analisa biaya operasional (selain gaji karyawan dan
upah buruh) memberikan temuan yang tidak material.
Cara mendeteksi biaya administrasi dan umum biasanya dianjurkan oleh
beberapa pakar auditing agar menggunakan analisa selisih, bukan analisa
persentase. Hitungan analisa selisih dapat dilihat sebagai berikut.

Analisa Selisih Biaya Administrasi dan Umum


Accounts 2016 (A) 2017 (B) 2018 ( c) B-A C-A
(Rp) (Rp) (Rp)
Gaji dan tunjangan 800,000,000 900,000,000 1,450,000,000 100,000,000 650,000,000
I
Provisi kompensasi 50,000,000 60,000,000 65,000,000 10,000,000 15,000,000

Management Fee 80,000,000 120,000,000 130,000,000 40,000,000 50,000,000

Biaya PPh pasal 21 25,000,000 34,000,000 42,000,000 9,000,000 17,000,000

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Accounts 2016 (A) 2017 (B) 2018 ( c) B-A C-A

Perjalanan dinas 120,000,000 150,000,000 148,000,000 30,000,000 28,000,000

Pemasaran 30,000,000 400,000,000 200,000,000 370,000,000 170,000,000

Training karyawan 25,000,000 60,000,000 80,000,000 35,000,000 55,000,000

Sewa gudang 100,000,000 100,000,000 120,000,000 - 20,000,000


PPh final sewa
gudang 26,000,000 30,000,000 35,000,000 4,000,000 9,000,000

Reparasi kendaraan 20,000,000 50,000,000 52,000,000 30,000,000 32,000,000

Penghapusan piutang 15,000,000 25,000,000 40,000,000 10,000,000 25,000,000

Jamuan tamu 100,000,000 250,000,000 280,000,000 150,000,000 180,000,000

Biaya Listrik/air/telp. 15,000,000 18,000,000 20,000,000 3,000,000 5,000,000

Sumbangan 10,000,000 2,000,000 25,000,000 (8,000,000) 15,000,000

PBB Gudang 1,000,000 1,500,000 1,800,000 500,000 800,000

Penyusutan 50,000,000 50,000,000 50,000,000

Biaya lain-lainnya 150,000,000 186,000,000 170,000,000 36,000,000 20,000,000

Berdasarkan tabel tersebut:


Amati biaya-biaya yang memiliki lonjakkan tinggi. Dengan menggunakan limit
toleransi, misalnya Rp 100 juta 2, maka dapat diketahui bahwa biaya tersebut
adalah biaya gaji, biaya pemasaran, dan biaya Entertainment. Teknik pengujian
biaya gaji sudah dibahas sebelumnya, sedangkan pengujian biaya-biaya lainnya
sulit dilakukan karena perlu melihat bukti pendukungnya (Full Audit). Yang jelas,

2 Masing-masing KPP silahken berbeda, tergantung besar-kecilnya WP-WP yang ada di KPP itu.

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA I


!,

:1
indikasi kuat terjadinya kesalahan dalam biaya administrasi dan umum ada pada
pos-pos tersebut.

Step 5

Lakukan Analisis Selisih atas Neraca 3 tahun Terakhir


Lakukan analisis selisih atas mutasi penambahan atau pengurangan pos-
pos di Neraca, seperti piutang dagang, piutang lainnya, piutang kepada
pemegang saham, persediaan, aktiva tetap, aktiva lainnya, hutang bank, hutang
jangka panjang, hutang dari pemegang saham, modal, dan laba ditahan. Berikut
adalah aspek masing-masing.

Piutang Dagang Penambahan atau pengurangan:


lihat analisis rasio utang dagang terhadap pembelian.
Nalarnya sama dengan piutang dagang terhadap
penjualan. Jika ada piutang usaha 50% bahkan lebih dari
100% dari penjualan maka artinya pembukuan WP sangat
rusak. Mereka gemar menyumbangkan barang
daganganya kepada nasabah tanpa perlu uang. Dari mana
sumber dana untuk bayar biaya HPP, biaya
admin/umum/pemasaran, dari mana bayar utang
pinjaman, dari mana beli aktiva tetap, dari mana pemilik
perusahaan menghidupi karyawannya, keluarganya.
Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang ... WP.

Piutang Penambahan atau pengurangan:


karyawan/Direksi apabila dananya dari pinjaman Bank, maka biaya bunga
pinjaman harus dikoreksi sejumlah dana pokok yang
dipinjamkan ke karyawan/direksi itu.

Piutang kpd. Penambahan atau pengurangan:

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


c Nt:RACA DAMPAifPERPAJAKANN\ii0
'
Related Party jika pemegang saham, harus ada pengakuan penghasilan
bunga pinjaman (PP-94 tahun 2010) namun
konsekuensinya harus ada pengakuan beban di pihak
lawan transaksi.

Persediaan Pengurangan atau penambahan:


jika selisih antara persediaan awal dan persediaan akhir
masih dalam kisaran 0% - 25%, maka nilai persediaan
akhir sudah wajar. Jika persediaan naik 2 sampai 3 kali
lipat selama 3 tahun maka artinya pembukuan rusak.
Sebenarnya barang sudah laku semua.

Penyertaan Jika dana untuk membeli saham 25% lebih diperoleh dari
Sa ham pinjaman, maka bunga pinjamannya dikoreksi fiskal.

Tanah Penambahan: Beban BPHTB jangan di bebankan sebagai


biaya fiskal.
Pengurangan: minta PPh atas pengalihan yang 5% x
Sales. Lihat Pengakuan laba rugi jual tanah. Beban komisi
dan notaris koreksi fiskal namun tetap menjadi objek Pasal
21.

Bangunan Penambahan: minta PPN kegiatan membangun Sendiri


(4%) jika luasnya 200 m2 lebih, atau minta bukti potong
PPh pasal 4(2) atas jasa konstruksinya jika bukan
membangun sendiri.
Pengurangan: Minta PPh atas pengalihan yang 5% x
Sales. Lihat Pengakuan laba rugi jual tanah dan bangunan

Kendaraan Penambahan: minta faktur pembeliannya. Susutkan 50%


jika sedan.
Pengurangan: harus ada pengakuan laba rugi pengalihan

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


NERACA DAMPAK PERPAJAKANNYA
asset dan perhatikan Pasal 16 D UU PPN.

Peralatan proyek Penyusutan 100%


Inventaris Penyusutan 100%
Kantor
Aktiva Lainnya Hati-hati dengan Biaya Pendirian, karena sering terjadi
adanya pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada bukti
pendukungnya. Banyak Objek PPh potput. Biaya pendirian
ini diamortisasi sebesar yang ada bukti pendukungnya saja
selama 4 atau 8 tahun.

Hutang Penambahan atau pengurangan:


Usaha/Dagang Lihat analisis rasio utang dagang terhadap pembelian yang
nalarnya sama dengan Piutang Dagang terhadap
penjualan.
Jika ada utang usaha 50% bahkan lebih dari 100% dari
pembelian maka artinya pembukuan WP sangat rusak.
Mereka gemar mendapatkan barang dagangannya secara
gratis dari supplier tanpa perlu bayar uang. Supplier mana
yang bisa demikian? Tanyakan saja WP.

Uang Muka Objek PPN Keluaran. Biasaya jauh lebih kecil dari
Pendapatan penjualannya.

Hutang dari Lihat PP-94 tahun 2010 Pasal 12.


pemegang
saham

Hutang Bank Telitilah dengan menggunakan analisis kredit Perbankan,


Jangka Pendek sehingga mampu menjawab:
atau Panjang A. Apakah laba per kas cukup untuk bayar cicilan
hutang Bank setahun ?

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


B. Memiliki jaminan 150% dari total kredit Bank
tersebut?
C. Apakah nilai jaminan kredit yang merupakan asset
tetap perusahaan sudah cukup nilainya untuk
jumlah kredit sebesar itu ?
D. Apakah jaminan ada di AT Neraca ?

Modal Penambahan atau pengurangan modal: Minta RUPS-nya


(wajib)

Cadangan Modal I Substansinya adalah pinjaman. Silahken dikenakan bunga


Disetor pinjaman (objek Pasal 23/26) namun akan muncul koreksi
negatif beban bunga fiskal.

Laba Ditahan Penambahan: RE Akhir tahun= RE awal tahun + Earning


(RE) After Tax tahun berjalan
Pengurangan: Ada pembagian dividen

Teknik atau metode Analitical Procedure (Prosedur Analitis) adalah teknik


pendeteksian kesalahan dalam pembukuan perusahaan dengan menggunakan
logika dan analisa rasio. Analisa rasio dan konsep logika itu akan digunakan
dalam rangka bagaimana caranya mendeteksi kesalahan dalam laporan
keuangan dan untuk tujuan perpajakan. Analytical Procedure adalah teknik yang
sangat sering digunakan oleh Kantor Akuntan Publik di berbagai Negara dan
sudah menjadi bagian wajib dari program pemeriksaan. Alvin A. Arens and James
K. loebbecke (2000: 203) menjelaskan bahwa: "Analytical prosedures (analytical
test) are defined by SAS 56 (AU 318) as evaluations of financial information
made by a study of plausible relationships among financial and nonfinancial

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


data.. .involving comparisons of recorded amounts to expectations developed by
the auditor1. Terjemahan bebasnya adalah bahwa prosedur analitis yaitu analisa
perbandingan dengan cara mencari hubungan-hubungan yang paling realistis
dan paling dekat dari sumber yang berbeda, baik data keuangan maupun data
non keuangan. Prosedur analitik dapat mengungkapkan :
1) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa,
2) perubahan akuntansi,
3) perubahan usaha,
4) fluktuasi acak, atau
5) salah saji.

Menurut A Arens and James K loebbecke (2000: 632)4, tujuan penggunaan


analytical prosedures adalah:
1. Understanding the client's business
2. Assessment of the entity's ability to continue as a going concern
3. Indication of the presence of possible errors in the financial statement
4. Reduction of detailed audt test

Tekhnik Analytical Prosedures ada bermacam-macam dan teknik yang


biasanya dilakukan adalah dengan menggunakan data keuangan dan data non
keuangan. Data keuangan seperti:
a. Trend Analysis
b. Common size (vertical) Analysis
c. Analisis Rasio Laporan Keuangan

Data non keuangan sangat membantu dan juga sangat efektif dalam
mendeteksi salah saji dalam laporan keuangan. Data non keuangan digunakan
dalam menghitung rasio-rasio tertentu, yang meliputi sebagai berikut:
a. Rasio pembayaran gaji dengan rasio jumlah karvawan selama 3
tahun berturut-turut

3
Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke, 2000, Auditing : Integrated Approach, Eight Edition New
Jersey, Prentice Hall, Inc.,
4
Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke, Op.cit.

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


b. Rasio pembayaran komisi penjualan dengan banyaknya agen
penjualan selama 3 tahun berturut-turut
c. Rasio unit penjualan per jenis barang dengan total penjualannya
selama 3 tahun berturut-turut
d. Rasio unit aktiva tetap per jenis barang dengan penyusutannya
masing-masing selama 3 tahun berturu-turut
e. Rasio jumlah penggunaan jam keda mesin dengan total
penjualannya selama 3 tahun berturut-turut
f. Rasio jumlah penggunaan jam keda mesin dengan total biaya listrik
atau bahan bakarnya selama 3 tahun berturut-turut

Berdasarkan keterangan sebelumnya disimpulkan bahwa prosedur analitis ini


lebih fokus pada penggunaan angka-angka keuangan (monetary) dan non keuangan
(Non Monetary). Didalam angka-angka keuangan terdapat unsur analisa rasio
keuangan. Bila digambarkan akan seperti berikut ini.

[ Cakupan Analytical Procedure

Data Keuangan Data Non Keuangan

l l
Ratio Trend/Comon Size Jumlah karyawan
Ratio Liquiditas Jumlah luas bangunan
Ratio Solvabilitas Jumlah Kilogram Bahan
Ratio Profitabilitas Jumlah watt/voltase
Data Penjualan, etc Jumlah jam Kerja

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


':
,:

.· BAB IV I ANALISIS PAYMENT POWER PINJAMAN BANK


'The Blunder of financial report analysts is that
they always pay a closer look at the Profit & Loss
itself. The Ultimate key is External Data'~ (Si Slamet)

Analisis kredit perbankan sangat memberikan horison tambahan didalam


menganalisis kewajaran dan mendeteksi kesalahan pembukuan wajib pajak.
Analisis ini sebagai alat bantu dalam menyerang pendirian wajib pajak atas
pembukuan yang sudah dibuatnya. menurut pengalaman penulis, biasanya wajib
pajak yang benar atau jujur akan marah dan berbalik akan menantang fiskus
untuk diperiksa jika mereka disebut-sebut sebagai 'pengemplang pajak'. Arti
pengemplang pajak disini adalah mengurangi pajak dengan cara melakukan
penipuan atau merekayasa pembukuannya. Lain dengan wajib pajak yang
memang sering melakukan rekayasa itu, mereka akan senyum-senyum saja atau
ceper saja mukanya (tanpa ekspresi marah).

Pilosofi dari penggunaan analisis kelayakan kredit perbankan ini adalah:


1. Bagaimana bisa Bank memberikan pinjaman jika usaha perusahaan tidak bisa
memberikan OCF fOoeratinq Cash Flow) yang cukup untuk membayar pokok
dan bunga pinjaman Bank. Logikanya, Bank akan memberi pinjaman jika memang
perusahaan memiliki Operating Cash Flow yang stabil bahkan lebih.
2. Bagaimana bisa Bank memberikan pinjaman jika Asset Tetap sebaqai jaminan
kepada Bank nilainya kurang dari jumlah pinjaman. Bank akan memberikan
pinjaman jika nilai pasar jaminan yang diberikan lebih dari cukup untuk menutupi
pinjaman itu jika debitur tidak mampu membayar pinjamannya

1. Operating Cash Flow (Laba Bersih Usaha secara Cash Basis)


Operating Cash Flow (OCF) adalah Laba Bersih secara Cash Basis atau kas
netto dari usaha pokok, yaitu Penjualan Kas setelah dikurangi dengan Biaya-
Biaya Kas atas usaha pokok perusahaan, diluar penqhasilan dan biaya luar
usaha.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Pilosopi OCF ini sama dengan Gaji Bruto PNS atau Karyawan swasta setelah
dikurangi Biaya Hidup, sehingga jika ada sisanya, akan ditabung oleh
PNS/karyawan Swasta atau untuk bayar pinjaman.

Item ~ Jika Perusahaan

Kas Masuk PenjUalan per cash -----------+

Kas Keluar Biaya-biaya per cash ---------+

Sisa Kas Laba Bersih cash (OCF}-----+

CFO
Cash Flow Adequacy (CFAd) = ------------------------------------------------
Pembelian Aktiva Tetap + Bayar Utang Bank + Dividen

Rumus ini mengatakan bahwa jumlah rupiah CFO selama 3 atau 4 tahun
(sesuai masa tenor hutang Bank untuk membeli AT) harus lebih besar dari
jumlah total pembelian AT + Bayar Utang Bank + Dividen.

Contoh:
Pada tahun 2019 PT Mata Fulus Berjaya membeli mesin Rp 200 milliar dari
hutang Bank Rp 200 milliar, bunga 12% setahun (p.a) selama 4 tahun. Abaikan
bayar utang dan dividen. CFO (hitungan CFO tersedia contohnya dibawah ini)
yang dihasilkan di tahun 2019 misalkan Rp 10 milliar setahun. Teori ini
memberikan pakeman bahwa OCF per tahun yang di hasilkan di 2019 harus lebih
besar dari (Rp 200 milliar + bunga 12%)/4 tahun = Rp 224 M/4 = Rp 56 milliar
setahun.

Rasio CFAd yang harus tersedia =Rp56 M/Rp224 M = 25% (karena 4 tahun.
Kalau 3 th. maka 34%). Perhitungan rasio CFAd perusahaan: CFAd = Rp 10
M/Rp 224 M = 4,4% dimana seharusnya 25%. Dengan demikian maka Bank
seharusnya menolak pinjaman WP. Kenapa pinjaman tetap diberikan?

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Menurut riset penulis atas laporan keuangan perusahaan-perusahaan masuk
bursa (datanya dari website: www.jsx.co.id) dan diperkuat oleh kupasan dua
pakar management keuangan, DR. Mamduh dan Prof. DR. Abdul Hakim tentang
analisis pemberian pinjaman dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (Edisi
Ketiga, YKPN, Jogyakarta, 2007), Bank akan memberikan pinjaman jika memiliki
batasan-batasan 5 rasio berikut:

RASIO KEUANGAN POSISI BATASAN WAJIB


Interest Coverage Ratio: 2:1 Minimal
= EBIT/ Sunga Pinjaman
Current Ratio: 1:1 Minimal
= Current Asset/Current Liabilities
Total Debt to Equity: 1,75:1 Maximal
= Total Debt/ (Modal + Laba Ditahan)
Operating Cash Flow to Total Debt 20% Minimal
Ratio:
=Operating Cash Flow/ Total Debt
Operating cash Flow to Hutang Lancar. 40% Minimal
Ratio:
= Operating Cash Flow / Hutang Lancar

CARA MENGHITUNG OPERA TING CASH FLOW (OCF)


Wajib Pajak mendapat kredit tambahan 30 milliar dari Bank Mandor,Tbk tahun
2015. Data Neraca 2 tahun terakhir PT Mujur Mulu sebelum mendapat kredit
adalah sebagai berikut (dalam jutaan).

Pos Neraca 2013 2014 Naik


(Rp) (Rp) (turun)
Kas & Bank 5.000 12.000 -
Aktiva Lancar 10.000 20.000 10.000
Aktiva Tetap 25.000 20.000 -
Jumlah 40.000 52.000
Hutang Lancar 10.000 15.000 5.000

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Pos Neraca 2013 2014 Naik
(Rp) (Rp) (turun)
Hutang Jangka Panjang (Bank) 25.000 22.000 -
Modal ( Plus Laba Ditahan) 5.000 15.000
Jumlah 40.000 52.000 -

Data Profit & Loss dalam 3 tahun terakhir adalah sebagai berikut (dalam jutaan ).

Pos Rugi Laba Komersial 2013 2014


(Rp) (Rp)
Penj ualan Net 35.000 41.000
HPP 25.000 32.000
Laba Bruto 10.000 9.000

Biaya-biaya Operasional 4.800 4.300


Penyusutan 200 200
Biaya Operasional 5.000 4.500
Laba Operasional 5.000 4.500

Pendapatan Luar Usaha 800 1.000


Biaya Sunga Pinjaman Bank ABC (4.000) (4.000)
Pendapatan Luar Usaha (net) (3.200) (3.000)
Laba Sebelum PPh 1.800 1.500
Laba Setelah PPh (25%) ~~ 1.350 1.125

Menqhitunq Ooeratinq Cash Flow(OCFl tahun 2014

EAT (Laba Setelah PPh) Rp 1.125


+/+ Penyusutan 2014 Rp 200
-/- Kenaikan Aktiva Lancar (Rp) (10.000)
+/+ Kenaikan Hutang Lancar Rp 5.000
Operating Cash Flow (OCF) Rp (3.675)

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


EAT (Laba Setelah PPh) Rp 1.350
+/+ Penyusutan 2013 Rp 200
Aktiva Lancar naik maka minus (Rp) -
Aktiva Lancar turun maka plus Rp +
Hutang Lancar naik maka Plus Rp +
Hutang Lancar turun maka Minus (Rp) -
Operating cash Flow (OCF) Rp Net

WARNING:
Hutang Piutang Uang dari dan kepada
Pemegang Saham atau Direksi atau
karyawan, TIDAK TERMASUK dalam
Operating Cash Flow

Jika hasil perhitungan OCF memberikan nilai minus, maka artinya adalah kondisi
keuangan dalam posisi sakit (kurang uang), kas masuk jauh lebih kecil dibanding
kas keluar untuk biaya-biaya operasionalnya. Perusahaan sedang sakit.
Sebaliknya, jika plus maka lumayan ada uang sisa tak terpakai.

Tahun 2014 (sebelum mendapat kredit tambahan. Kredit cair di 2015)


Kita coba 3 rasio saja. Laba Sebelum PPh terhutang untuk tahun 2014 adalah Rp
1.500 juta. Laba sebelum Sunga pinjaman dan PPh adalah Rp 1.500 juta + Rp
4.000 = Rp 5.800,-

Rasio Kecukupan Membayar Bunga {Interest Coverage Ratio)


Interest Coverage ratio = ESIT/Sunga
Interest Coverage ratio = Rp 5.800/ Rp 4.000
Interest Coverage ratio = 1,45 : 1

ALK UNTUK AR-AR INDDNESIA •


Syarat ICR adalah minimal 2 : 1 sehingga hasil pengujian kelayakan kredit -----
tidak terpenuhi

Operating Cash Flow to Total Debt Ratio:


=Operating Cash Flow/ Total Debt
= minus Rp 3.675 I Rp 37.000 = minus!

Operating Cash Flow to Hutang Lancar Ratio:


= Operating Cash Flow / Hutang Lancar
= minus Rp 3.675 / Rp 15.000 = minus!

CATATAN PENTING:
Dalam kasus ini, nyata-nyata di tahun 2015 perusahaan mendapat
kredit Rp 30 milliar padahal hitungan OCF (Laba Bersih Cash Basis)
adalah minus. ADA YANG SALAH dalam laporan keuangan wajib
pajak. Silahken AR menuangkan kajian ini dalam SP2DK dan minta
penjelasan dari WP.

Alur pemikiran (rationale) dikurangi atau ditambahnya Earning After Tax {EAT).
Pos Neraca/RL Rumus Baku Rationale
Penyusutan/ Amortisasi Menambah EAT Penyusutan/Amortisasi tidak
menyebabkan kas keluar,
walaupun sebagai biaya
Kenaikan Piutang Dagang Mengurangi EAT Nasabah belum bayar. Penurunan
piutang dagang, sebaliknya.
Kenaikan Persediaan Mengurangi EAT Ada keluar kas untuk belanja
barang dagangan, sehingga
persediaan naik. Persediaan turun,
sebaliknya.
Kenaikan Biaya dibayar Mengurangi EAT Ada pengeluaran kas untuk

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Pos Neraca/RL Rumus Baku Rationale
dimuka (Prepaid Expense) tambahan biaya. Penurunan Biaya
dimuka, sebaliknya.
Kenaikan Uang Muka Pajak Mengurangi EAT Ada pengeluaran kas untuk
tambahan biaya pajak. Penurunan
Uang muka pajak, sebaliknya.
Kenaikan Hutang dagang Menambah EAT Ada pembelian barang secara kredit
sehingga kas tetap utuh. Penurunan
Hutang Dagang berarti sebaliknya,
ada pembayaran kas.
Kenaikan Biaya ymh Menambah EAT Ada biaya belum dibayar, sehingga
Dibayar kas tetap utuh. Penurunan Biaya
ymh dibayar sebaliknya, ada
pembayaran kas untuk hutang
biaya tersebut.
Kenaikan Hutang Pajak Menambah EAT Ada pajak yang belum dibayar
sehingga kas tetap utuh. Penurunan
Hutang Pajak berarti sebaliknya,
ada pembayaran kas untuk hutang
pajak.
Kenaikan Piutang kepada Tidak termasuk Pinjaman Kas kepada mereka itu
Pemegang Saham I Direksi dalam Operating bukan bagian dari usaha pokok
I Pegawai Cash Flow, tapi perusahaan yaitu penjualan
digolongkan pada barang/jasa, tapi masalah pinjam-
Financing Cash meminjam
Flow (pembiayaan)
Kenaikan Hutang dari Tidak termasuk Pinjaman dari pemilik perusahaan
Pemegang Saham dalam Operating bukan bagian dari usaha pokok
Cash Flow, tapi perusahaan (penjualan
digolongkan pada barang/jasa), tapi masalah pinjam- ! .

Financing Cash meminjam


Flow (pembiayaan)
Kenaikan Hutang Bank Tidak termasuk Pinjaman dari Bank bukan bagian

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Pos Neraca/RL Rumus Baku Rationale
(Jangka Pendek atau dalam Operating dari usaha pokok perusahaan

Panjang) Cash Flow, tapi (penjualan barang/jasa), tapi


digolongkan pada masalah pinjam-meminjam
Financing Cash
Flow (pembiayaan)

KENAPA PERUSAHAAN YANG SAKIT


'
TETAP DIBERIKAN PINJAMAN DARI
BANK? ,

~~~"~~-· ~~~~~~~~~--

KARENA WAJIB PAJAK KARENA BANKNYA GELAP


MEMBUAT PEMBUKUAN MATA
GAN DA (Credit Analyst diperdayai)

2. Ac:l~itional Discussion

Sebagai obrolan tambahan, berikut ada 2 perusahaan yang jenis usahanya


berbeda dan masing-masing memiliki problema yang berbeda juga. Dengan
asumsi bahwa pembukuan kedua perusahaan ini sudah benar (tidak ada unsur
kebohongan), berikut adalah rugi laba kedua perusahaan tersebut.

PTDemplon
Penjualan Rp 12.000.000.000
Biaya Usaha Rp 7.000.000.000
Laba Usaha Rp 5.000.000.000

.PTBohay
Penjualan Rp 12.000.000.000
Biaya Usaha Rp 9.500. 000. 000
Laba Usaha Rp 2.500.000.000

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


PT Demplon dan PT Bohay mengajukan proposal pinjaman ke Bank Anu-Anu .
Dengan omzet yang sama tapi laba usaha yang berbeda 2 kali lipat, sudah pasti
PT Demplon yang mendapat pinjaman dari Bank Anu-Anu itu. Padahal tidak, PT
Bohay-lah yang mendapat pinjaman itu. Mengapa demikian? Kita lihat analisis
berikut.

OCF PT Demplon
Laba Usaha Rp 5.000.000.000

Penyusutan Rp 100.000.000

Kenaikan Piutang Dagang Rp (4.000.000.000)

Kenaikan Persediaan Rp (600.000 .000)


Penurunan Hutang Dagang Rp (1.000.000 .000)

Penurunan Hutan Lancar Lainnya Rp (500.000.000)

Laba Bersih Kas Rp (1.000.000.000)

OCFPTBohay
Laba Usaha Rp 2.500.000.000
Penyusutan Rp 120.000.000
Penurunan Piutang Dagang Rp 1.000.000.000

Kenaikan Persediaan Rp (320.000.000)

Kenaikan Hutang Dagang Rp 500.000.000


Penurunan Hutan Lancar Lainnya Rp (300.000.000)

Laba Bersih Kas Rp 3.500.000.000

Laba bersih Kas PT Demplon minus Rp 1 milliar, walaupun laba usahanya besar.
Dilain pihak, PT Bohay walaupun labanya kecil tapi Laba Bersih Kasnya plus Rp
3,5 milliar. PT Demplon memberikan kebijakan penjualan kredit yang sangat
longgar, beda dengan PT Bohay, dimana PT Demplon mempersilahkan
pelanggan untuk mengulur-ulur waktu pelunasan hutang atas pembelian
barangnya. Begitu juga dengan kebijakan Hutang Dagangnya.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Conclusion

Jika ingin menilai derajat kesehatan suatu peri,.1sahaan, lihatlah OCF-nya selama 3
atau 4 tahun terakhir. Jika plus terus, berarti makmur, atau sebaliknya. Untuk urusan
perpajakan, jika perusahaan:
1. OCF-nya kecil terus atau minus
2. Laba Bersihnya kecil terus atau minus
Di sisi lain terdapat kenaikan omzet terus-menerus, karyawan tambah terus, dan ada
kenaikan Total Asset terus-menerus dalam ~urun waktu 3 atau 4 tahun terakhir itu,
maka dapat dikatakan ada yang salah dalam pembukuan wajib pajak.

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


BAB v I PERLAKUAN BIAVA-BIAVA FISKAL KHUSUS
Ketika ego sektoral antar KPP masih kental, yang
paling senang adalah Pengusaha. "Ka/au bisa biar
lamaan "kata Pengusaha.(Si Slamet)

Didalam biaya-biaya perusahaan, terdapat biaya-biaya yang diatur


khusus dalam rangka menghitung taxable income. Biaya-biaya tersebut akan
dijelaskan lebih lanj ut seperti dibawah ini.

A. Penyusutan Fiskal
Tarif penyusutan aktiva tetap dan amortisasi diatur sebagai berikut:
Kelompok Harta Masa Garis Lurus Sal do
Manfaat Menu run
Bukan bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 6,25%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

Bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Tidak Permanen 10 tahun 10% -

Sedangkan peraturan khusus penyusutan fiskal dapat dijelaskan sebagai berikut.


1. Perolehan sebelum tahun 2001, disusutkan setahun penuh
2. Perolehan sejak tahun 2001, disusutkan sebulan penuh
3. Bunga pinjaman harus dikapitalisasi selama masa kontruksi bangunan.
4. Bangunan hanya boleh disusutkan dengan metode garis /urus
5. Aktiva Tetap Bukan Bangunan disusutkan secara seragam. Apabila dengan
metode garis lurus, maka semuanya harua garis lurus atau sebaliknya.
6. Kelompok computer/Printe~ scanner dan sejenisnya beruba_h dari kel. II
menjadi kel. I sejak 01 April 2002

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


7. Beban software untuk ap/ikasi khusus, masuk kel. I sedangkan aplikasi
umum langsung dibiayakan (KEP-316/PJ./2002).
8. Sejak April 2002, penyusutan kendaraan sedan termasuk biaya-biaya yang
berhubungan dengan sedan diakui 50 % saja, termasuk Hand Phone
direksi berikut pulsanya ( KMK-138/KMK.03/2002 ).
9. Harta yang tidak berhubungan dengan usaha, tidak dapat disusutkan.
10. Harta berupa kenikmatan untuk direksi dan pegawainya tidak dapat
disusutkan dan semua biaya-biaya yang berhubungan dengan harta
kenikmatan tersebut harus dikoreksi (kecuali Antar Jemput karyawan/KMK-
138)

Contoh 1:
Mesin dibeli Rp 100 juta tanggal 12 Desember 2000, maka perhitungannya
harus melihat lampiran KMK-138/KMK/2002 tentang kelompok asset untuk
keperluan penyusutan fiskal. Mesin adalah kelompok 2 yang berarti umurnya 8
tahun:
Metode Garis Lurus:
Tahun Harga Perolehan Penyusutan (12,5%)

2000 100.000.000 12.500.000

2001 100.000.000 12.500.000, dst

Metode Saldo Menurun:


Tahun Harga Perolehan Penyusutan (25%) Nilai Buku

2000 100.000. 000 25.000.000 75.000.000

2001 75.000.000 18.750.000 56.250.000

2002 56.250.000 14.062.500 42.187.500, dst

Contoh 2:
Mesin dibeli Rp 100 juta tanggal 12 Desember 2004, maka perhitungannya
harus melihat lampiran KMK-138/KMK/2002 tentang kelompok asset untuk
keperluan penyusutan fiskal. Mesin adalah kelompok 2 yang berarti umurnya 8
tahun:

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Metode Garis Lurus (12 .5%)
Tahun Harga Perolehan Penyusutan
2004 (sebulan saja) 100.000.000 12.500.000 x 1/12
2005 100.000.000 12.500.000
2006 100.000.000 12.500.000
2007 100.000.000 12.500.000, dst

Metode Saldo Menurun (25%):


Tahun Harga Perolehan Penyusutan Nilai Buku
2004 100.000.000 25.000.000 x 1/12 97.916.666
2005 97.916.666 24.479.166 73.437.499
2006 73.437.499 18.359.374 55.078.124, dst

Contoh 3:
Gedung dibangun Rp 600 juta dan selesai tanggal 12 Juli 2007, maka
perhitungannya harus melihat lampiran KMK-138/KMK/2002 tentang kelompok
asse untuk keperluan penyusutan fiskal. Gedung adalah kelompok Bangunan
Permanen yang berarti umurnya 20 tahun:
Metode Garis Lurus (5%)
Tahun Harga Perolehan Penyusutan
2007 ( 6 bulan ) 600.000.000 30.000.000 x 112
2008 600.000.000 30.000.000
2009 600.000.000 30.000.000
2010 600.000.000 30.000.000, dst
Catatan Penting :
Bangunan se/a/u Metode Garis Lurus, tidak bo/eh sa/do menurun !!!

Contoh 4:
Sedan dibeli Rp 100 juta tanggal 12 Desember 2004, maka perhitungannya
harus melihat lampiran KMK-138/KMK/2002 tentang kelompok asset untuk
keperluan penyusutan fiskal. Sedan adalah kelompok 2 yang berarti umurnya 8
tahun :

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Metode Garis Lurus (12,5 %)
Tahun Harga Penyusutan Penyusutan Nilai Buku

Perolehan Deductible Undeductible

2004 600.000.000 18.750.000 18.750.000 562.500.000

2005 600.000.000 37.500.000 37.500.000 487.500.000

2006 600.000.000 37.500.000 37.500.000 412.500.000

2007 600. 000. 000 37 .500.000dst 37 .500.000dst 337.500.000dst

Metode Saldo Menurun (25 %)


Tahun Harga Penyusutan Penyusutan Nilai Buku

Perolehan Deductible Undeductible

2004 600.000.000 37.500 .000 37.500.000 525.000.000

2005 525.000.000 62.625.000 62.625.000 393.750.000

2006 393.750.000 49.218.750 49.218.750 295.312.500

2007 295.312.500 36.914.062 dst 36. 914.062dst 221.484.375dst

Contoh 5:
Bungalow dibeli Rp 1 miliar tanggal 12 Oktober 2005, maka perhitungannya
harus melihat lampiran KMK-138/KMK/2002 tentang kelompok asset untuk
keperluan penyusutan fiskal. Bungalow adalah harta berupa kenikmatan dan
tidak berhubungan dengan usaha, maka tidak disusutkan.
Jika tanggal 20 Agustus 2007 dijual Rp 1.8 miliar maka ada pengakuan
keuntungan Rp 800 juta. Jika dijual Rp 900 juta, maka tidak ada kerugian yang
dicatat menurut fiskal, walau secara accounting terjadi loss Rp 100 juta.
11
J

JEN IS HARGA NILAI


AKTIVA Tahun PEROL. PENYUSUTAN .. BUKU

Penyus. (NBAWAL) DEDUCTIBLE UN DEDUCTIBLE TOTAL .. '

Sedan i
Anu 2010 250,000,000 - 62,500,000 62,500,000 187,500,000
2011
I

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


... . ... ..

!,

JENIS HARGA NILAI


~
AKTIVA Tahun PEROL. PENYUSUTAN BUKU
Penyus. (NB AWAL) DEDUCTIBLE UN DEDUCTIBLE TOTAL
187,500,000 - 46,875,000 46,875,000 140,625,00C

} 2012 140,625,000 17,578,125 17,578,125 35,156,250 105,468,750


i

2013 105,468,750 13,183,594 13,183,594 26,367,188 79,101,563


,,

2014 79,101,563 9,887,695 9,887,695 19,775,391 59,326,172


dst.

;:: Jika sedan dijual pada awal tahun 2014 senilai Rp 150.000.000,- maka rugi laba
'' fiskal adalah:


Harga Perolehan 2010 Rp 250.000.000
Penyusutan Fiskal 2012 Rp 17.578.125
Penyusutan Fiskal 2013 Rp 13.183.594
Total Penyusutan Fiskal Rp 30.761.719
Nilai Buku Fiskal Rp 219.238.281
Sale price Rp 150.000.000
Loss on Sale Rp 69.238.281

Contoh 7:
Sedan (atau juga Non Sedan untuk dinas dan dibawa pulang karyawan) dibeli
awal tahun 2013, karena sejak April 2012 penyusutan kendaraan sedan dan
sejenisnya hanya diakui 50 % saja, termasuk Hand Phone direksi berikut
pulsanya (KMK-138/KMK.03/2002), maka hitungan penyusutannya adalah
sebagai berikut.

Jenis Harga
Aktiva Tahun Perol. Penyusutan NilaiBuku
Penyus. (Nb Awai) Deductible Undeductible Total

:Sedan Anu 2013 250,000,000 31,250,000 31,250,000 62,500,000 187,500,000


2014 187,500,000 46,875,000 140,625,000

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


I

I
Jen is Harga
Aktiva Tahun Perol. Penyusutan NilaiBuku
Penyus. (Nb Awai) Deductible Undeductible Total

23,437,500 23,437,500

2015 140,625,000 17,578,125 17,578,125 35,156,250 105,468,750

2016 105,468,750 13,183,594 13,183,594 26,367,188 79,101,563

dst.

Pengalihan Aktiva Tetap (SE - 18/PJ.31/1992)

1. Pengalihan karena HIBAH


Pengalihan karena hibah jika tidak dipengaruhi hubungan istimewa (tidak
ada hubungan apa-apa) menyebabkan tidak diakuinya kerugian sebesar
NILA! BUKU, dan bagi yang menerima bukan penghasilan. Sebaliknya, jika
ada hubungan' Apa-Apa' diantara mereka, maka NB diakui sebagai kerugian
dan penghasilan bagi yang menerima sebesar nilai pasar barang
Conteh 3:
PT Indofood menghibahkan truk bekas dengan nilai buku Rp 10 juta kepada
koperasi desa Pondok Cabe Jaya, supplier cabe merah. Nilai pasar truk Rp 80
juta. Karena Koperasi tersebut adalah supplier PT Indofood (ada hubungan
usaha), maka hibah tersebut dianggap sebagai penjualan sebesar nilai buku
sehingga dicatat oleh PT Indofood sebagai biaya hibah Rp 10 juta,
sedangkan koperasi mencatat penghasilan hibah sebesar Rp 80 juta. Jika
koperasi tersebut tidak ada hubungan usaha, management, kepemilikan,
atau apapun, maka PT Indofood tidak boleh mencatat biaya hibah sebesar
nilai buku Rp 10 juta dan bagi koperasi tidak mencatat penghasilan sebesar
Rp 80 juta.

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


2. Pengalihan Aktiva Tetap Kenikmatan
Laba pengalihan fiskal dihitung dari NILA! PASAR dikurangi nilai buku
asset. Jika yang dijual adalah aktiva kenikmatan maka perhitungannya
adalah nilai jual minus harga perolehan dan jika rugi tidak diakui.
Contoh:
Speedboat dibeli Rp 2 miliar tanggal 12 Oktober 2010 (harta berupa
kenikmatan dan tidak berhubungan dengan usaha), maka secara fiskal tidak
disusutkan. Jika tanggal 20 Agustus 2015 dijual Rp 2.5 miliar maka ada
pengakuan keuntungan Rp 500 juta yaitu Rp 2,5 milliar - Rp 2 milliar. Jika
dijual Rp 1.8 miliar, maka tidak ada kerugian yang dicatat menurut fiskal.

3. Pengalihan karena Ditukar


Pertukaran aktiva harus berdasarkan harga pasar masing masing barang
sedangkan laba rugi berdasarkan Nilai Pasar dikurangi Nilai Buku asset
Contoh ditukar:
AKTIVA NILAI BUKU NILAI PASAR
Truck A (milik PT X) Rp 100 juta Rp 200 juta
Truck B (milik PT Y) 150 juta 200 juta

Truck A ditukar dengan Truck B, maka jurnalnya adalah:


PEMBUKUAN PT X PEMBUKUAN PT Y
Truck B 200 juta Truck A 200
NB Truck A 100 juta juta
Laba tukar 100 juta NB truck B 150
juta
Laba tukar 50 juta

4. Penghapusan asset karena Kebakaran


Apabila terjadi kebakaran maka nilai buku harta yang terbakar adalah
kerugian fiskal sedangkan penggantian dari asuransi jika ada, menjadi
penghasilan wajib pajak. Jika kebakaran terjadi ditahun X dan
penggantian asuransinya ditahun X + 1, maka kerugian diakui pada tahun
X + 1 dengan syarat minta ijin dahulu ke KPP.

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


B. Amortisasi
Amortisasi adalah biaya/pengeluaran atas perolehan suatu aktiva tidak
berwujud yang berhubungan dengan usaha yang memiliki masa manfaat lebih
dari setahun, misalnya:
../ Biaya Pendirian
../ Biaya Research and Development
../ Biaya Perolehan Hak
../ Biaya sertifikasi ISO
../ Biaya lainnya
Perlakuan amortisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Biaya Pendirian : a. Dapat dibiayakan sekaligus
b. Optional (Boleh Kelompok I/ II/III)
2. Biaya Research and Development
a. Biaya Rutin ---- langsung dibiayakan
b. Biaya Modal --- Optional (Boleh Kelompok I/ II/III)
c. Biaya yang tidak berhubungan dengan usaha ---- Dikoreksi
3. Biaya Perolehan Hak atas pengolahan MIGAS
a. Menggunakan metode Satuan Produksi
b. Tanpa dibatasi 20 % setahun
4. Biaya Peolehan Hak atas pengolahan pertambangan Non-MIGAS
a. Menggunakan metode Satuan Produksi
b. Maksimum 20 % setahun
5. Biaya Peroehan Hak Penguasaan Hutan
a. Menggunakan metode Satuan Produksi
b. Maximum 20 % setahun
6. Biaya Lainnya: a. Dapat dibiayakan sekaligus
b. Optional (Boleh Kelompok I/ II/III)

Conteh:
PT Zeman Mining membayar hak pertambangan minyak kepada negara sebesar
Rp 200 milliar pada tahun 2000. Biaya tambahan eksplorasi dan pengembangan
sebasar Rp 50 milliar. Jumlah potensi minyak yang akan ditambang sebanyak

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


100 ton. Pada tahun 2001 minyak ditambang 40 juta ton dan terjual sebanyak 25
juta ton. Hitunglah amortisasi yang diperkenankan menurut fiskal.
Jawab:
a. Biaya amortisasi hak penambagan MIGAS = 40 ton/100 ton x Rp 200
milliar = Rp 80 juta (40% dari total biaya hak MI GAS, selain migas hanya
diakui 20 % saja)
b. Biaya amortisasi explorasi dan pengembangan --- WP boleh memilih
masuk kelompok berapa, katakan kelompok III dengan metode garis
lurus maka amortisasi tahun 2001 adalah 6,25% x Rp 50 juta = Rp
3.125.000,-
c. Jika terjadi biaya rutin (bukan biaya Modal dan Research/Development)
maka langsung dibiayakan pada tahun terjadinya biaya tersebut.

C. Penilaian Persediaan untuk Menghitung Hpp

Nilai Persediaan akhir sangat menentukan jumlah Harga Pokok Penjualan.


Pasal 10 UU PPh mengatur cara penilaian persediaan yang diperbolehkan yaitu
dengan cara rata-rata atau FIFO (Masuk Pertama Keluar Pertama). Wajib pajak
tidak diperkenankan menggunakan nilai lain seperti LIFO atau Nilai Pasar mana
yang lebih rendah (LCM) didalam menghitung Harga Pokok Penjualannya. Oleh
karenanya, perhitungan menurut Akuntan Publik yang menganut LCM harus di-
adjustkedalam harga perolehan.

D. Cadangan Kerugian Piutang (KEP-238/PJ./2001, PMK-


57 /PMK.03/2010 mulai berlaku 01 Januari 2009, PMK-
219/PMK.11/2012)

Perusahaan tidak diperbolehkan membentuk dana cadangan kerugian


piutang tak tertagih kecuali piutang yang benar-benar tak tertagih dengan syarat
sebagai berikut:
• Telah dibebankan sebagai biaya dalam rugi laba
• Telah diserahkan kepada BUPLN
• Ada perjanjian tertulis antara kedua belah pihak yang bersangkutan (akta
notaris)
• Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus skala nasional,
atau internal asosiasi

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA -


• Wajib membuat daftar piutang tersebut kepada DJP dan dilampirkan
didalam SPT Tahunan.
Hanya perusahaan tertentu yang boleh membentuk dana cadangan. Lihat
PMK tersebut diatas.

E. Aspek Perpajakan atas Laba Rugi Selisih Kurs Mata Uang Asing

Selisih kurs atau Foreign exchange (Forex) biasanya berasal dari 4


transaksi yaitu:
1. Account Receivable (Export) = Piutang Usaha dari Penjualan Export
2. Account Payable (Import) = Hutang Usaha dari pembelian Import
3. Loan (Non IDR (Rupiah)
4. Monetary Asset = Deposito Non IDR, Tabungan Non IDR, Surat
Berharga Non IDR.

Perlakuan laba rugi selisih kurs menurut perpajakan (PP-94 tahun 2010)
adalah sebagai berikut:
1. Kerugian selisih valas yang berasal dari transaksi Hedging untuk
speku/asi bukan sebagai biaya fiskal tapi keuntungan spekulasi
ini adalah objek pajak. Yang dimaksud spekulasi adalah Hedging
transaction yang tidak digunakan untuk tujuan mengurangi risiko
kerugian selisih kurs atas timbulnya pinjaman valas, bunga pinjaman
valas, pembelian, atau hutang usaha.
2. Kerugian selisih kurs valas dari biaya natura kenikmatan dan beban
non fiskal /ainnya, bukan biaya fiskal
3. Keuntungan selisih kurs valas dari urusan penghasilan yang sudah
dikenakan pajak Final, bukan penghasilan kena pajak.
4. Kerugian selisih kurs va/as dari urusan penghasilan yang sudah
dikenakan pajak final, bukan biaya fiskal.
5. Keuntungan atau kerugian selisih kurs va/as dari urusan

penghasilan yang bebas PPh, bukan penghasilan atau biaya fiskal.

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Perlakuan Laba Rugi Selisih Kurs Vallas atas Pinjaman

Berdasarkan PP No. 94 Tahun 2010 diatur bahwa atas keuntungan/kerugian


selisih kurs yang timbul dari pokok dan bunga pinjaman dalam mata uang
asing untuk penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak diakui sebagai
penghasilan atau beban fiskal.

Contohnya:
1. PT Bingung Mulu, distributor alat berat export-import, pinjam uang dalam
bentuk US Dollar sejumlah $ 10 juta. Dana tersebut digunakan untuk
membangun Gedung yang disewakan 60% dan sisa 40% untuk modal
usaha perdagangannya. Jika ada kerugian atas selisih kurs dari pinjaman
itu maka sebesar 60% harus dikoreksi fiskal beban kerugian selisih kurs
itu.

2. PT Bengong Mulu, distributor alat berat, pinjam uang dalam bentuk US


Dollar sejumlah $ 10 juta. Dana tersebut digunakan untuk membayar
SKPKB, Natura Kenikmatan, Dividen, STP, Pasal 25, dll sejumlah 60% dan
sisa 40% untuk modal usaha perdagangannya. Jika ada kerugian atas
selisih kurs dari pinjaman itu maka sebesar 60% harus dikoreksi fiskal
beban kerugian selisih kurs itu.

3. PT Fulus Dateng Selalu, pabrikan sepatu, pinjam uang dalam bentuk US


Dollar sejumlah $ 10 juta. Dana tersebut seluruhnya didepositokan di
Bank BCA. Jika ada kerugian atas selisih kurs dari pinjaman itu maka
sebesar 100% harus dikoreksi fiskal beban kerugian selisih kurs itu

F. Biaya Kenikmatan berupa Penjualan Murah atau Kredit Murah


oleh Perusahaan Kepada Karyawannya {SE - 16/PJ.43/1999)

Pengertian Dasar
Pemberian fasilitas berupa harga jual barang yang lebih murah atau tingkat suku
bunga pinjaman yang lebih rendah oleh perusahaan kepada karyawannya adalah
merupakan bentuk kenikmatan.

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Penjualan Lebih Murah

Jika penjualan barang kepada karyawannya lebih murah dari harga pasar atau
lebih rendah dari harga pokok, maka selisih harga pokok barang tersebut dengan
harga jual khusus adalah merupakan koreksi fiskal terhadap Harga Pokok
Penjualannya karena tidak boleh dibiayakan.
Contoh:
Penjualan modil kepada karyawan atau direksi sejumlah Rp 200 juta, sedangkan
harga belinya Rp 250 juta, maka terdapat koreksi positif atas HPP sejumlah Rp
50 juta (Rp 250 juta - Rp 200 juta)

Pinjaman dengan Bunga Rendah


Jika pemberian pinjaman kepada karyawannya dengan tingkat suku bunga yang
lebih rendah dari tingkat suku bunga yang berlaku di pasar, maka tingkat suku
bunga pinjaman yang dibayarkan untuk dana tersebut dengan bunga yang
dibebankan kepada karyawan, merupakan koreksi fiskal bagi perusahaan yang
memberikan pinjaman karena tidak boleh dibiayakan.
Contoh:
Karyawan atau direksi diberikan kredit murah oleh perusahaan dengan bunga
10% atas pinjaman Rp 100 juta, padahal dana pinjaman tersebut diperoleh dari
Bank BCA dengan bunga 15%, maka terdapat koreksi positif atas bunga

pinjaman bank, yaitu 5% x Rp 100 juta = Rp 5 juta.

G. PPN Masukan yang Tidak Dapat D!biayakan (PP No-94 Tahun


2010)

Pajak Masukan yang berasal dari pengeluran-pengaluaran perusahaan yang


tidak dapat dikreditkan menurut UU PPN dapat dibiayakan sepanjang wajib pajak
dapat membuktikan bahwa PPN Masukan tersebut sudah dibayar dan PPN
tersebut berasal dari pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan
usaha. Dengan kata lain, PPN Masukan yang undeductible adalah PPN yang
berasal dari biaya-biaya yang undeductib/e. Mengenai PPN atas pembelian aktiva
tetap untuk usaha, PPN dan PPnBM atas perolehan aktiva tatap tersebut harus

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


dikapitalisasi dan disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya, jika tidak mau
dikreditkan di SPT PPN 5 .
H. Biaya Perolehan Aktiva Tetap dari Sewa Guna Usaha (KMK No-
1169/KMK.01/1991)
Perlakuan biaya atas perolehan aktiva tatap yang berasal dari Capital Lease
menurut fiskal berbeda dari akuntansi komersial. Perlakuan perpajakannya bisa
dilihat pada tabel dibawah ini.
Capital Lease (SGU dengan Hak Opsi)

LESSOR LESSEE
- Penghasilannya dari bunga cicilan - Biaya cicilan pokok dan bunga
- Aktiva sewaan tidak boleh disusutkan merupakan biaya fiskal sehingga
- Dapat membentuk dana cadangan dilakukan koreksi negatif
- Angsuran pasal 25 berdasarkan laporan - Aktiva sewaan tidak boleh
keuangan triwulan disetahunkan disusutkan oleh penyewa sehingga
- Pembayaran SGU tidak dikenakan PPN dilakukan koreksi positif

Sedangkan pada Operating Lease atau sewa biasa, seluruh pembayaran


sewa adalah biaya fiskal bagi penyewa dan penghasilan bagi pemilik asset.
Pemilik asset berhak melakukan penyusutan atas aktiva sewan tersebut
sedangkan penyewa tidak. Transaksi sewa ini terhutang PPN. Syarat diakui
sebagai Financial/Capital Lease:
a. Jumlah pembayaran SGU selama masa leasing ditambah dengan Nilai
Residu harus menutupi cost plus profitdari Lessor
b. Minimal jangka waktu leasing:
Kelompok I ----------------- 2 tahun
Kelompok II dan III -------- 3 tahun
Kelompok Bangunan ------ 7 tahun
c. Memuat Option Right didalam perjanjian

5 Menurut KMK-138/KMK./2002 diatur ketentuan sedan yang disusutkan 50% saja dan berlaku sejak

April 2002. Bagaimana nasib PPN Masukan atas sedan yang ditolak di SPT PPN sebagai PM, apakah bisa
dibiayakan 50% di Laba-rugi fiskal ? hal ini belum diatur oleh DJP. Menurut Penulis, seharusnya PPN
Masukan ikut aturan 50% juga, yaitu diakui setengahnya saja.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Contoh 1:
Pada tahun 2018, PT Kuda mencicil selama 4 tahun kepada BCA Finance atas
pembelian kendaraan operasional seharga Rp 400 juta. Cicilan Rp 8 juta sebulan
yang meliputi pokok Rp 6 juta dan sisanya bunga. Secara perpajakan,
Penyusutan kendaraan dikoreksi fiskal sedangkan cicilan pokok dan bunganya
menjadi koreksi negatif, yaitu muncul sebagai beban fiskal pada saat rekonsiliasi
Laba Rugi di SPT Badan, dimana secara PSAK pembayaran pokok hutang
merupakan pengurangan hutang kendaraan.

Contoh 2:
Misalkan pada tahun ke-5 saat sudah lunas, PT Kuda menjual kendaraan
tersebut, maka hitungan secara pajak adalah harga jual tanpa dikurangi nilai
bukunya karena nilai bukunya nihil secara fiskal.

Catatan Khusus:
Ada transaksi persewaan asset tetap berupa mesin antara dua perusahaan
(misalkan A pemilik asset dan B penyewa), namun secara PSAK persewaan
tersebut memenuhi syarat capital leasing, padahal kontraknya sewa biasa
(operating Lease). Menurut CPA Firms, B wajib membukukan beban sewa biasa itu
sebagai pembelian asset tetap secara mencicil dan A wajib mengakui sewa biasa itu
sebagai penjualan assetnya (atau barang dagangannya). Bagaimana menurut
perpajakan? penulis masih bingung ...

I. Joint Cost dari Penghasilan Final dan Non Final (PP No-94/ 2010)

Menurut PP-94 Tahun 2010, Perusahaan harus membukukan pengasilan


yang dikenakan PPh final dan non final serta biaya-biaya yang berhubungan
dengan penghasilan tersebut secara terpisah sehingga bisa diketahui laba
bersih dari PPh final dan non final.
Jika WP tidak dapat memisahkan biaya-biaya tersebut, maka harus dilakukan
Split of Cost sebanding dengan peredaran usaha masing-masing dibagi dengan
total peredaran usaha final dan non final.

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Contoh:
PT ABC memiliki dua sumber penghasilan yaitu penghasilan sewa ruangan dan
penghasilan sewa alat-alat pesta. Data keuangan WP adalah sebagai berikut:

Penghasilan Jasa management Rp 800.000.000 Tidak Final

Penghasilan sewa ruangan 200.000.000 Final

Total Penghasilan
1.000.000.000

Biaya-biaya bersama 450.000.000

Laba neto 550.000.000

Karena biaya bersama tersebut tidak dapat dipisahakan oleh WP maka dilakukan
split biaya yaitu:
Biaya Final = 200 jt/1.000 jt x Rp 450 juta = Rp 90 juta
Biaya Non Final = 800 jt/1.000 jt x Rp 450 juta = Rp 360 juta
Sehingga penghasilan kena pajak atas sewa alat yang harus dibayar di SPT
Tahunan PPh Badannya adalah Rp 800 juta - 360 juta = Rp 440 juta. Sewa
ruangan sudah final sehingga tidak dihitung lagi PPh pada akhir tahun.
Seharusnya, jika WP dapat memisahkan biaya final dan non final, kira-kira
perhitungannya akan menjadi sebagai berikut:

Pos Rugi Laba Komersial Koreksi Fiskal (SPT)

Pendapatan Jasa Management 800.000.000 0 800.000.000


Penghasilan Sewa Gedung 200.000.000 200.000.000 0

Jumlah Pendapatan 1.000.000.00 800.000.000


0
Biaya Administrasi & Um um:
• Gaji Tenaga Ahl i 100.000.000 100.000.000
• Gaji Staff Gedung 20.000.000 20.000.000 0
• Kebersihan Gedung (disewakan) 5.000.000 5.000.000 0
• LAT Gedung (disewakan) 7.000.000 7.000.000 0
• LAT Kantor 15.000.000 15.000.000

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Pos Rugi Laba Komersial Koreksi Fiskal (SPT)

• PBB Kantor 2.000.000 2.000.000


• PBB Gedung (disewakan) 1.000.000 1.000.000 0
• Sewa gedung (kantor cabang) 50.000.000 50.000.000
• Biaya Fiskal Lainnya 250.000.000 250.000.000

Jumlah Biaya Operasional 450.000.000 417.000.000


Laba Bersih 550.000.000 383.00.0

J. Biaya Promosi Perusahaan (PMK-02/PMK.0 3/2010 dan SE-


09/Pl/2010 mulai berlaku 01 lanuari 2009)
Jenis-jenis biaya dan besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah:
1. Biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media
lainnya
2. Biaya pameran produk untuk pengenalan produk baru
3. Biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.

Tidak termasuk jenis-jenis Biaya Promosi adalah:


1) Pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama dan
dalam bentuk apapun, kepada pihak lain yang tidak berkaitan langsung
dengan penyelenggaraan kegiatan promosi.
2) Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan yang telah dikenai
pajak bersifat final.

Dalam hal promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel produk,


besarnya biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar
harga pokok sampel produk yang diberikan, sepanjang belum dibebankan dalam
perhitungan harga pokok penjualan. Dalam hal pengisian kolom tidak lengkap
(ada yang kosong) maka Biaya Promosi tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
Note:
Dalam praktek, banyak WP memisahkan biaya-biaya promosi pemasaran ini

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


tersebar pada beban HPP atau pada beban adminitrasi/umum dengan nama
beban yang macam-macam, tidak dalam satu pos beban. AR harus
mengkoreksi beban-beban tersebut yaitu beban yang tidak masuk dalam daftar
nominative-nya namun tujuannya adalah untuk:
1) biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media
lainnya
2) biaya pameran produk untuk pengenalan produk baru
3) biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.

Daftar nominative ini tidak boleh "menyusul", wajib ada sebagai lampiran SPT.

K. Behan Beasiswa yang Bebas Pajak bagi Penerima (PMK-


154/PMK.03/2009 mulai berlaku pada tanggal 1 lanuari 2009)

Biaya Beasiswa dari Perusahaan:


Beasiswa yang diberikan dalam rangka pekerjaan (berhubungan dengan
kerja) dapat menjadi biaya fiskal, begitu juga dengan beasiswa kepada pelajar
atau non pegawai pihak lainnya selain karyawan, terlepas dari berhubungan atau
tidak dengan usaha perusahaan. Sebelum UU PPh tahun 2008 dan PMK-154
muncul, beasiswa kepada pegawai yang tidak berhubungan dengan perusahaan
menjadi non tax deductible expense karena dianggap sumbangan, namun
sekarang bo/eh menjadi biaya fiskal asalkan ada bukti pendukung yang
kuat.

Penghasilan Beasiswa bagi si Penerima:


Beasiswa bukan objek pajak bagi si penerima. Atas penghasilan berupa
beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia (pegawai atau
bukan pegawai) dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti
pendidikan formal dan/atau pendididikan nonformal yang dilaksanakan di dalam
negeri dan/atau di luar negeri dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Beasiswa sebagai biaya fiskal akan dikoreksi apabila tidak berhubungan
dengan usaha perusahaan dan bagi si penerima beasiswa dianggap penghasilan
jika mempunyai hubungan istimewa dengan:
a. Pemilik;
b. Komisaris;
c. Direksi; atau
d. Pengurus,

• ALK UNTUK AR-AR INOONESIA


BAB VI I KAJIAN BUNGA PINJAMAN DALAM PERPAJAKAN
Si Somad, AR baru (yang dipaksa jadi AR), bertanya
kepada AR lama: °Coy...puyeng Gua. Udah 3 bu/an
Gua liatin nih SPT, so far so good. Masalahnya
?'~ AR lama menjawab: Lah sama... ~
0
dimana ya

1. Jika Dana Pinjaman Didepositokan


Beban bunga pinjaman tidak seluruhnya dapat dibiayakan jika perusahaan
menggunakan sebagian pinjamannya untuk penggunaan investasi atau
pencadangan dana yang atas penghasilannya dikenakan PPh Final (SE-
46/ Pl.4/ 1995). Wajib pajak harus menghitung rata-rata pinjaman dan rata-
rata deposito atau investasi lainnya yang dikenakan PPh final atau yang tidak
berhubungan dengan usaha. Bunga Pinjaman selama masa konstruksi
dikapitalisasi ke Harga Pokok Bangunan.

Bunga Fiskal = Rata-rata Pinjaman - Rata-rata Deposito X Bunga Pinjaman


Rata-rata Pinjaman

Berdasarkan PP.138 / tahun 2000, bahwa bunga pinjaman yang pinjaman


pokoknya baik dari bank atau non bank harus dikoreksi fiskal jika pinjaman
tersebut digunakan untuk:
• Deposito (PPh Final) dan Obligasi di Bursa Effek (PPh Final)
• Investasi saham 25 % atau lebih pada perusahaan lain (Bukan
Objek)
Conteh:
Saldo Deposito:
Jan-Juni Rp 300 juta x 6 bin = Rp 1.800
Juli- Agustus Rp 500 juta x2 bin = Rp 1.000
Sept- Oktober Rp 400 juta x 2 bin = Rp 800
Nop-Desember Rp 600 juta x 2 bin = Rp 1.200
Jumlah Rp 4.800
Rata-rata Deposito sebulan Rp 400 juta

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Akumulasi Pinjaman:
Jan- Agustus (cair Januari Rp 1 milliar) Rp 1.000 x 8 bin = Rp 8.000

September (cair September Rp 200 juta) Rp 1.200 x 1 bin = Rp 1.200

Oktober-Desember (cair Okt Rp 800 juta) Rp 2.000 x 3 bin = Rp 6.000


Jumlah Rp15.200

Rata-rata Pinjaman sebulan Rpl.266 juta

Misalkan total bunga pinjaman = Rp 500 juta, maka bunga fiskal adalah sebagai

berikut.
Sunga Fiskal = Rata-rata Pinjaman - Rata-rata Deposito X Sunga Pinjaman
Rata-rata Pinjaman
Sunga Fiskal = Rp 1.266 - Rp 400 x Rp 500 juta
Rp 1.266
Sunga Fiskal = Rp 342 juta --- sehingga akan terjadi koreksi positif Rp 158 juta.

2. lika dana pinjaman dibelikan saham 25°/o keatas


Pembelian saham perusahaan lain sebanyak 25% lebih maka beban
bunganya dikapitalisasi ke harga saham (penjelasan Pasal 6 UU PPh).

3. Jika dana pinjaman digunakan untuk membangun gedung


Pembangunan gedung yang dananya dari pinjaman bank atau pihak lainnya
harus dikapitalisasi ke harga gedung (S - 46/PJ.31/1995)

4. Jika dana pinjaman dipinjamkan lagi tanpa bunga (onward loan)


Berdasarkan konsep mendapatkan-menagih-memelihara penghasilan (3M),
ada 2 perlakuan atas onward loan ini, salah satu saja yang digunakan:
1. Atas beban bunga yang dibayar dikoreksi fiskal di pihak yang membayar
bunga, jika tidak ada pengakuan penghasilan bunga pinjaman (Deemed
Interest Income) dari pihak lawan.
2. Atas beban bunga yang dibayar tidak dikoreksi fiskal asalkan ada
pengakuan · penghasilan bunga pinjaman (Deemed Interest Income)

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


sebesar bunga pinjaman yang sama di pihak yang membayar bunga,
walaupun tidak ada lalu-lintas uang yang masuk.

5. Jika dana pinjaman dari pemegang saham dipinjamkan lagi tanpa


bunga (onward loan) ke subsidiary
Berdasarkan Pasal 12 PP-94 tahun 2010, dijelaskan bahwa jika memenuhi 4
syarat dibawah ini maka jangan dikenakan deemed interest expenses dipihak
perusahaan penerima pinjaman (harus berbentuk PT, bukan OJ, firma, kongsi,
yayasan, dan WPOP):
1. Modal sudah disetor penuh
2. Si perusahaan penerima sedang dalam kesulitan keuangan
3. Pemegang saham tidak sedang rugi
4. Dana pemegang saham yang dipinjamkan itu adalah milik sendiri, bukan
dari pinjaman.

Note for reader:

Pemegang saham disini bisa /angsung bisa tidak /angsung, namun sahamnya
hanya yang 25% saja yang bisa diterapkan aturan ini karena sudah masuk kamar
"Related Party '~

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


BAB VII I TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA

a. Pengertian Hubungan Istimewa


UU PPH yang mendefinisikan Hubungan Istimewa dalam pasal 18 ayat (4)
dan penjelasannya yaitu bahwa hubungan istimewa dianggap ada apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak
langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib
Pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak
atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Wajib Pajak atau
lebih yang disebut terakhir;
Contoh:

PTA

150% saham I 25% saham

~ ~
50% saham 10% saham

~ [EJ
PT A memiliki 50% saham PT B. PT B memiliki 50% saham PT C.
Berarti PT A secara tidak langsung memiliki 25% saham PT C.
Antara PT A, PT B, PT C, dan PT D ada hubungan istimewa. PT E
tidak termasuk.

b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih
Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung
maupun tidak langsung;
Penjelasannya:

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


1. Tuan Bagus menjadi direktur utama di PT A, komisaris di PT B,
direktur keuangan di PT C. Antara PT A,B,C tidak ada hubungan
saham. Karena Tuan Bagus ada di 3 perusahaan tersebut maka
menurut perpajakan antara 3 perusahaan ada hubungan
istimewa.
2. Tuan Bagus menjadi direktur utama di PT A, komisaris di PT B,
direktur keuangan di PT C. Tuan Slamet, anaknya Tuan Bagus,
adalah pemegang saham utama di PT D. Antara PT A,B,C,dan D
tidak ada hubungan saham. Karena Tuan Slamet adalah anak
Tuan Bagus, maka antara 4 perusahaan tersebut ada hubungan
istimewa.

Dalam konteks perpajakan, jika terjadi penyerahan barang atau jasa, maka hilai
yang dipakai menurut perpajakan adalah : •

BENTUK HUBUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK

Ada Hubungan Istimewa Nilai Pasar Wajar

Tidak ada Hubungan Istimewa Nilai Kesepakatan (Deal Price)

b. Kewenangan DJP dalam Menentukan Ulang Biaya dan Penghasilan


(Pasal 18 Ayat (3) Uu Pph)

1. Aturan tentang Dividen dari Luar Negeri antar Hubungan Istimewa


Controlled Foreign Corooration CCFC- PMK-256/PMK.03/20081
Penghasilan berupa dividen dari anak perusahaan di LN yang tidak masuk
di bursa effek di negara dimana anak berada harus diakui sebagai penghasilan
dividen di Indonesia walaupun belum dibagikan dividen tersebut oleh anak
perusahaan. Pengakuan wajib atas dividen itu dilakukan pada bulan ke 4 setelah
SPT Tahunan Badan di LN dipenuhi atau bulan ke 7 setelah tahun fiskal jika tidak
ada kewajiban SPT Tahunan Badan. Pajak yang dipotong di negara dimana
subsidiary berada pada saat dividen dibayarkan akan menjadi kredit pajak di
Indonesia pada tahun terjadinya pembayaran itu.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Note:
Perihal CFC ini akan dibahas pada bab berikutnya

2. Kewenangan DJP dalam menentukan ulang Behan dan Penghasilan


DJP berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan
istimewa dengan Wajib Pajak lainnya esuai dengan kewajaran dan kelaziman
usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan
metode oerbandinaan haraa antara oihak yang indeoenden, metode
haraa oenjualan kemba/i, metode biaya-olus, atau metode lainnya.

Dengan terbitnya PER-43/PJ/2010, PER-32/PJ/2011, PER-22/PJ/2013, dan


PMK-213/PKM.03/2016 perihal transaksi hubungan istimewa, sudah diatur
dengan jelas yang isinya adalah bahwa transaksi antar hubungan istimewa harus
didokumentasikan dengan baik dengan memberikan gambaran lengkap bentuk
transaksi beserta data pembanding. Hal ini lebih ngetop dengan nama Transfer
Pricing Documentation. Obrolan transfer pricing sangatlah panjang dan lebar dan
memerlukan waktu yang cukup lama (satu semester) untuk membahasnya
sehingga tidak dituangkan dalam buku ini.
Inti dari obrolan ilmu transfer pricing adalah antara lain:
1) Dalam setiap transaksi hubungan istimewa harus ada pendukung TP Doc
- nya.
2) Apabila tax payer diperiksa oleh DJP, maka pemeriksa pajak harus
memberikan comparable companies beserta metode transfer
pricing jika ia menetapkan ulang dan mengubah angka-angka pada laba
rugi wajib pajak. Ia tidak boleh menetapkan ulang angka rugi laba
berdasarkan "perasaan" atau "perkiraan" saja.

Contoh#l:
PT A membayar sewa gudang milik PT B yang masih brother-sister
company sejumlah Rp 12 milliar. Menurut pemeriksa pajak adalah Rp 8
milliar saja. Angka Rp 8 milliar tersebut harus disertai dengan data

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


comparable companies atau Comparable Contracts yang
mendukung mengapa angkanya Rp 8 milliar itu.

Contoh#2:
PT A membayar beban Royalty sebesar 25% x Sales kepada Bulux Ltd.
yang masih brother-sister company. Menurut pemeriksa pajak adalah 5%
x Sales saja. Angka 5% x Sales tersebut harus disertai dengan data
Comparable Contracts yang mendukung mengapa angkanya 5% x
sales.

Contoh#3:
PT A membayar beban Management Fee sebesar 25% x Sales kepada
Bulux Ltd. yang masih brother-sister company. PT A tidak memiliki TP
Doc. Menurut pemeriksa pajak bukan 25% tapi 5% saja. Angka 5% x
Sales tersebut harus disertai dengan data Comparable Contracts yang
mendukung mengapa angkanya 5% x sales dan PT A harus pasrah
menerimanya.

Contoh#4:
PT A memiliki Gross Profit Ratio 2% sedangkan perusahaan sejenis 12%.
WP harus memiliki data perusahaan pembanding sebesar 12% itu, begitu
juga fiskus, untuk memberikan perbaikan hasil pemeriksaan pajaknya
tentang laba kotor perusahaan distributor yang menggunakan metode
Resales Price Method (RPM). WP harus mau dikoreksi fiskal laba kotornya
pada pos-pos dimana transaksi related party berada.

3. Pengalihan Saham melalui SPV di luar negeri (SE - 110/Pl/2010)


Mulai 11 Agustus 2010, DJP dapat menentukan pembelian saham untuk
badan dalam negeri oleh SPE sebagai pembelian yang dilakukan oleh Wajib Pajak
dalam negeri lainnya sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian.
Kewenangan tersebut dilaksanakan sepanjang:
a. Wajib Pajak dalam negeri yang ditetapkan sebagai pihak yang
sebenarnya melakukan pembelian mempunyai Hubungan Istimewa
dengan pihak atau badan yang dibentuk untuk maksud melakukan

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


pembelian saham atau aktiva perusahaan (special purpose company);
dan
b. terdapat ketidakwajaran penetapan harga pembelian.

Bentuk-bentuk saham tersebut adalah:


a. Saham atau aktiva yang sebelumnya dimiliki dan/atau dijamink9n oleh
Wajib Pajak dalam negeri yang ditetapkan sebagai pihak yang
sebenarnya melakukan pembelian, sehubungan dengan perjanjian
utang piutang; atau
b. Aktiva yang merupakan aset kredit (piutang) kepada Wajib Pajak
dalam negeri yang ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya

melakukan pembelian, sehubungan dengan perjanjian utang piutang.

Contoh Kasus # 1:
PT BBC menjual Obligasi kepada SPV di Hongkong. SPV merupakan Sub co dari
PT ABC. Penjualan ini menghasilkan kerugian US$ 6 mio di pihak PT BBC dan
keuntungan US $ 5 mio di SPV (THC) yang terhutang pajak jauh relative lebih
kecil atau bisa jadi nihil. SE-110 ini memberikan kepastian bahwa sebenarnya
yang membeli obligasi adalah PT ABC di Indonesia, bukan SPV.

I; IJ :rf Bond dibeli us $ 9 mio .. SPV ABC


(HK)

Bond US $ 10 Mio di~ual $ 4 Mio


(Piutang bagi h BBC)
Menerbitkan Bond$ 10 Mio
(Hutang PT X)
PT BBC

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Contoh Kasus #2:
PT AGS. Indonesia memiliki SPV di THC. PT AGS dulunya membeli saham PT XYZ
seharga $ 10 mio dan sekarang dijual ke SPV US $ 4 Mio sehingga rugi US$ 6
Mio di PT AGS. Saham berpindah tangan ke SPV. Selanjutnya SPV ini menjual
sahamnya ini kepada PT BBC $ 100 mio sehingga SPV ada keuntungan US$ 90
· Mio.

SPVAGS
CTHCl

Saha $ 10 Mio
Dijual US $ 4 mio

PT BBC

Note:
SPC (special purpose company) merupakan pihak atau badan yang tidak
mempunyai substansi usaha dan yang dibentuk oleh Wajib Pajak dalam negeri
yang bertujuan antara lain untuk membeli saham atau aktiva Wajib Pajak dalam
negeri lainnya. Namun jika SPE tersebut memiliki usaha aktif, maka ketentuan SE
ini tidak berlaku.

4. Penentuan Kembali Fee sebenarnya dari Related Party (PMK-


139/PMK.03/2010)
Besarnya penghasilan WP OP DN ditentukan kembali dengan memperhatikan
. tingkat wajar yang seharusnya diperoleh. Atas penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri yang sudah ditentukan kembali menjadi dasar Pasal 21
dan/atau Pasal 26. Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan pedoman standar
gaji karyawan asing.
Bentuk biaya yang dicatat lain kepada perusahaan luar negeri yang
mempunyai Hubungan Istimewa antara lain berupa dalam bentuk biaya atau

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


pengeluaran sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, atau jasa
lainnya, yang sebenarnya merupakan Gaji atau Fee WP OP tersebut.

Kasus:
Mr. Kiss Dong (KD) adalah direktur utama PT Mau Dong Shay Indonesia (PMA)
yang saham mayoritasnya dimiliki oleh Dong Shay Co. (South Korea). Mr. KD ini
juga sebagai pemegang saham dan pengurus di Dong Shay Co. Gaji di PT MDS
Indonesia adalah $100,000,00 selama setahun namun yang dibayarkan cuma $
20,000,00. Menurut Anda, kemana sisanya dibukukan oleh PT MDS Indonesia?
Bagaimana teknisnya? bagaimana DJP menyikapi hal ini? Dalam hal yang
bagaimana KEP-173/PJ/2002 tentang deemed salary on expatriate berlaku?

5. Dividen Terselubung
Menurut Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh, bahwa yang termasuk definisi
Dividen adalah:
1) pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan
nama dan dalam bentuk apapun;
2) pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang
disetor;
3) pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk
saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
4) pembagian laba dalam bentuk saham;
5) pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
6) jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau
diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh
perseroan yang bersangkutan;
7) pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang
disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan,
kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal
dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;
8) pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang
diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;

• ALK UNTUK AR-AR INOONESIA


9) bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
10) bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;

11) pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;


12) pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Dalam praktek sering dijumpai pembagian atau pembayaran dividen secara


terselubung, misalnya dalam hal pemegang saham yang telah menyetor penuh
modalnya dan memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga
yang melebihi kewajaran. Apabila terjadi hal yang demikian maka selisih lebih
antara bunga yang dibayarkan dan tingkat bunga yang berlaku di pasar,
diperlakukan sebagai dividen. Bagian bunga yang diperlakukan sebagai dividen
tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya oleh perseroan yang
bersangkutan.

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


BAB Villi DEBT TO EQUITY RATIO (2016 henceforth)

1. Behan Bunga Pinjaman Yang Terkoreksi DER=4:1


balam menghitung PPh Badan terhutang, besarnya pinjaman Bank maupun
pinjaman Affiliasi yang berbunga, dibatasi hanya 4 x dari Modalnya. Pengertian
modal (Equity) adalah modal disetor rata-rata perbulannya plus Laba Ditahan
rata-rata perbulannya. Jika modalnya minus maka seluruh bunga pinjaman,
selisih kurs dari bunga pinjaman, dan seluruh beban turunannya yang membuat
pinjaman terlaksana harus 100% dikoreksi fiskal positif. Pinjaman tanpa bunga
dari affiliasi dianggap sebagai tambahan modal (Equity). DER ini tidak ada
hubungannya dengan Akuntansi Komersial.

2. Behan Selain Bunga Pinjaman Yang Terkoreksi DER=4:1

Biaya sehubungan dengan pinjaman lainnya yang terkena koreksi fiskal


meliputi:
a. bunga pinjaman;
b. diskonto dan premium yang terkait dengan pinjaman;
c. biaya tambahan yang terjadi yang terkait dengan perolehan pinjaman
(arrangement of borrowings);
d. beban keuangan dalam sewa pembiayaan;
e. biaya imbalan karena jaminan pengembalian utang; dan
f. selisih kurs yang berasal dari penyesuaian terhadap biaya pinjaman
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e.

LAMPIRAN PER-25/PJ/2017 PELAKSANAAN


PENENTUAN BESARNYA PERBANDINGAN
ANTARA UTANG DAN MODAL PERUSAHAAN
UNTUK KEPERLUAN PENGHITUNGAN PAJAK
PENGHASILAN DAN TATA CARA
PELAPORAN UTANG SWASTA LUAR NEGERI

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


A. Contoh penentuan perbandingan antara utang dan modal,
penghitungan besarnya biaya pinjaman yang dapat dikurangkan,
dan penghitungan besarnya biaya pinjaman yang tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung
penghasilan kena pajak

Contoh 1:
PT XXX merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri
manufaktur. Berdasarkan Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi
yang disampaikan oleh PT XXX, diketahui hal-hal sebagai berikut:

1. Liabilitas (dalam ribuan Rupiah):

Posisi per 31 Desember


Liabilitas
Tahun 2016 Tahun 2015

a. Utang Dagang

• yang dibebani bunga 810.000 800.000

• tanpa dibebani bunga 700.000 600.000

b. Pinjaman Tanpa Bunga dari XXX Ltd. (Pihak yang 50.000 50.000
memiliki Hubungan Istimewa)

c. Utang Jangka Pendek:

• utang kepada PT ABC (Pihak yang memiliki 725.000 800.000


Hubungan Istimewa)

d. Utang Jangka Panjang:

• utang kepada PT JKL 660.000 900.000

• utang kepada WWW Co., Ltd. 1.970.000 2.500.000

• utang kepada XXX Corp. 1.054.500 1.984.000


(Pihak yang memiliki Hubungan Istimewa)

2. Ekuitas (dalam ribuan Rupiah):

Posisi per 31 Desember


Ekuitas
Tahun 2016 Tahun 2015

a. Modal Saham 150.000 150.000

b. Agio Saham 110.000 110.000

c. Laba Ditahan 475.000 425.000

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


3. Penghasilan bruto sebesar Rp20.000.000.000,00 (dua puluh milyar
rupiah).
4. Biaya pinjaman yang ditanggung sebesar Rp386.720.000,00 (tiga ratus
delapan puluh enam juta tujuh ratus dua puluh ribu rupiah) terdiri dari:
a. Biaya pinjaman kepada PT ABC sebesar Rp96.000.000,00 (sembilan
puluh enam juta rupiah);
b. Biaya pinjaman kepada PT JKL sebesar Rp20.660.000,00 (dua puluh
juta enam ratus enam puluh ribu rupiah);
c. Biaya pinjaman kepada WWW Co., Ltd. sebesar Rpl00.575.000,00
(seratus juta lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah);
d. Biaya pinjaman kepada XXX Corp. sebesar Rp 158.720.000,00
(seratus lima puluh delapan juta tujuh ratus dua puluh ribu rupiah);
dan
e. Biaya pinjaman atas Utang Dagang (yang dibebani bunga) sebesar
Rpl0.765.000,00 (sepuluh juta tujuh ratus enam puluh lima ribu
rupiah). I

Berdasarkan informasi yang tersedia, penghitungan Perbandingan Antara


Utang dan Modal (Debt to Equity Ratio;DER) PT XXX untuk tahun 2016 adalah
sebagai berikut: iI

Penghitungan saldo rata-rata utang:


!
Saldo rata-rata utang dihitung berdasarkan rata-rata saldo utang tiap akhir bulan
selama tahun pajak 2016 sebagai berikut:

Saldo Akhir Bulan (dalarn ribuan Rupiah)

Utang Dagang Utang ke Utang ke Utang I


Bulan Utang keWWW
(yang dibebani PT PT ke Jurnlah
Co., Ltd.
bunga) ABC JKL XXX Corp.

Januari 800.000 800.000 900.000 2.500.000 1.984.000 6.984.1

Februari 790.000 750.000 900.000 2.500.000 1.899.500 6.839.

Maret 750.000 750.000 900.000 2.500.000 1.815.000 6.715.1

April 820.000 750.000 900.000 2.500.000 1.730.500 6.700. 1

Mei 850.000 740.000 900.000 2.500.000 1.646.000 6.636.I

Juni 720.000 740.000 900.000 2.500.000 1.561.500 6.421,I

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A

~
Juli 800.000 740.000 660.000 1.970.000 1.477.000 5.647.000
Agustus 810.000 740.000 660.000 1.970.000 1.392.500 5.572.500
September 845.000 725.000 660.000 1.970.000 1.308.000 5.508.000
Oktober 860.000 725.000 660.000 1.970.000 1.223.500 5.438.500
November 805.000 725.000 660.000 1.970.000 1.139.000 5.299.000
Desember 810.000 725.000 660.000 1.970.000 1.054.500 5.219.500
Rata-Rata 805.000 742.500 780.000 2.235.000 1.519.250 6.081.750

Jumlah saldo rata-rata utang PT XXX tahun 2016 = Rp6.081.750.000,00 (enam


milyar delapan puluh satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

Penghitungan saldo rata-rata modal:


Saldo rata-rata modal dihitung berdasarkan rata-rata saldo modal tiap akhir
bulan selama tahun pajak 2016 sebagai berikut:

Saldo Akhir Bulan (dalam ribuan Rupiah)

Bulan Pinjaman Tanpa


Modal Agio Laba
Bunga dari XXX Jumlah
Sa ham Saham Ditahan
Ltd.

Januari 150.000 110.000 425.000 50.000 735.000

Februari 150.000 110.000 425.000 50.000 735.000

Maret 150.000 110.000 575.000 50.000 885.000

April 150.000 110.000 300.000 50.000 610.000

Mei 150.000 110.000 300.000 70.000 630.000

Juni 150.000 110.000 600.000 70.000 930.000

Juli 150.000 110.000 400.000 70.000 730.000

Agustus 150.000 110.000 400.000 30.000 690.000

September 150.000 110.000 700.000 30.000 990.000

Oktober 150.000 110.000 400.000 30.000 690.000

November 150.000 110.000 400.000 50.000 710.000

Desember 150.000 110.000 475.000 50.000 785.000

Rata-Rata 150.000 110.000 450.000 50.000 760.000

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Jumlah saldo rata-rata modal PT XXX tahun 2016 = Rp760.000.000,00 (tujuh

ratus enam puluh juta rupiah).


Berdasarkan jumlah saldo rata-rata utang dan jumlah saldo rata-rata modal PT
XXX tahun 2016, maka besarnya DER PT XXX tahun 2016 adalah:
Besar DER = Jumlah saldo rata-rata utang : Jumlah saldo rata-rata
modal
= Rp6.081.750.000,00 : Rp760.000.000,00
= 8 : 1 atau (delapan dibanding satu)
' Selanjutnya, penghitungan biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan dalam
menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 169/PMK.010/2015 adalah sebagai berikut:
Besar DER paling tinggi yang diperkenankan = 4 : 1 (empat dibanding satu).
Karena besar DER PT XXX melebihi dari 4:1, maka biaya pinjaman yang dapat

diperhitungkan dalam menghitung penghasilan kena pajak = 4/8a x biaya

pinjaman dari masing-masing utang, dengan penghitungan sebagai berikut:

(Dalam ribuan Rupiah)

Biaya Pinjaman yang


Saldo
Bia ya dapat Diperhitungkan
Jenis Utang Rata-Rata
Pinjaman dalam Menghitung
Utang
Penghasilan Kena Pajakb

Utang kepada PT ABC 742.500 96.000 48.000

Utang kepada PT JKL 780.000 20.660 10.330

Utang kepada WWW Co,. Ltd. 2.235.000 100.575 50.288

Utang kepada XXX Corp. 1.519.250 158.720 79.360

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Utang Dagang (yang dibebani 805.000 10.765 5.383
bunga)

Total 6.081.750 386.720 193.360

a. 4/8 adalah angka koefisien yang diperoleh dari formula berikut:


= DER paling tinggi yang diperkenankan : DER perusahaan
= 4 : 1 (empat dibanding satu) : 8 : 1 (delapan dibanding satu)
= 4/8
b. biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan dalam menghitung penghasilan
kena pajak diperoleh dari mengalikan angka koefisien ( 4/8) dengan masing-
masing biaya pinjaman.

Mengingat bahwa utang kepada PT ABC merupakan utang kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, maka biaya pinjaman terkait utang kepada PT
ABC sebesar Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah) dan kepada
XXX Corp. sebesar Rp79.360.000,00 (tujuh puluh sembilan juta tiga ratus enam
puluh ribu rupiah) yang dapat diperhitungkan dalam menghitung penghasilan
kena pajak harus pula memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-undang PPh.

Contoh penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas biaya pinjaman
terkait utang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebagai
berikut:

Apabila biaya pinjaman PT ABC sebesar Rp96.000.000,00 (sembilan puluh enam


juta rupiah) merupakan bunga pinjaman dengan tingkat suku bunga 12% p.a.
(dua belas persen per tahun) dan diketahui bahwa tingkat suku bunga pinjaman
sebanding yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa adalah sebesar 9% p.a.
(sembilan persen per tahun) sehingga bunga pinjaman yang wajar adalah
sebesar Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah), maka penghitungan
biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan dalam menghitung penghasilan kena
pajak menjadi sebagai berikut:

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


(Dalam ribuan Rupiah)

Biaya Pinjaman
Biaya Pinjaman
Biaya Pinjaman yang tidak
yang dapat
Saldo yang tidak dapat dapat
Jen is Bia ya diperhitungkan
Ra ta-Ra ta dikurangkan dikurangkan
Utang Pinjaman dalam menghitung
Utang (melebihi DER (melebihi
penghasilan kena
4:1) tingkat suku
pajak
bunga wajar)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (3) - (4) -


(5)

Utang ke PT 742.500 96.000 48.oooa 12.ooob 36.000

ABC

a 96.000.000,00 X [1- (4/8)]

b (96.000.000,00 - 48.000.000,00a ) X (96.000.000,00 - 72.000.000,00)


96.000.000,00

Atas biaya pinjaman sebesar Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)

sehubungan dengan utang kepada PT ABC yang tidak memenuhi tingkat biaya
pinjaman sesuai Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha juga tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan kena pajak,
dan dianggap sebagai dividen bagi PT ABC pada saat biaya pinjaman tersebut
dibayarkan atau jatuh tempo pembayarannya.

Contoh 2
1. Berdasarkan data dari contoh 1, apabila dalam komponen penghasilan
bruto PT XXX tahun 2016 termasuk penghasilan dari persewaan tanah dan
bangunan sebesar RpS.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) yang atas
penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan final dan biaya

pinjamannya merupakan biaya bersama yang tidak dapat dipisahkan dalam


rangka penghitungan besarnya penghasilan kena pajak, maka biaya

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


pinjaman yang dapat diperhitungkan dalam menghitung penghasilan kena
pajak dihitung secara proporsional. Biaya pinjaman yang dapat
diperhitungkan dalam menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar:
= (Rp 15.000.000.000,00/Rp20.000.000.000,00) x Rp193.360.000,00
= Rp145.020.000,00 atau seratus empat puluh lima juta dua puluh ribu
rupiah.

2. Memperhatikan informasi pada Conteh 2 angka 1 di atas, dalam hal utang


dan biaya pinjaman sehubungan dengan penghasilan dari persewaan tanah
dan bangunan sebesar RpS.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) yang atas
penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan final dapat dipisahkan
dalam rangka penghitungan besarnya penghasilan kena pajak maka atas
saldo rata-rata utang dan biaya pinjaman tersebut tidak dimasukkan dalam
penghitungan saldo rata-rata utang dan biaya pinjaman PT XXX.

Misalnya, utang dan biaya pinjaman sehubungan dengan penghasilan dari


persewaan tanah dan bangunan sebesar RpS.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah) tersebut diidentifikasi bersumber dari utang jangka panjang kepada
PT JKL maka atas saldo rata-rata utang PT JKL (Rp780.000.000,00) dan
biaya pinjaman atas utang kepada PT JKL (Rp20.660.000,00) tidak
dimasukkan dalam penghitungan saldo rata-rata utang dan biaya pinjaman
PT XXX. Berdasarkan informasi tersebut, penghitungan Perbandingan
Antara Utang dan Modal PT XXX menjadi sebagai berikut:

Penghitungan saldo rata-rata utang:


Saide rata-rata utang dihitung berdasarkan rata-rata saldo utang tiap akhir
bulan selama tahun l)ajak 2016 (tidak termasuk utang jangka panjang
kepada PT JKL), dengan rincian sebagai berikut:

Saldo Akhir Bulan (dalam ribuan Rupiah)

Utang Dagang Utang Utang


Bulan Utang ke
(yang dibebani ke ke Jumlah
WWW Co., Ltd.
bunga) PT ABC XXX Corp.

Januari 800.000 800.000 2.500.000 1.984.000 6.084.000

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Februari 790.000 750.000 2.500.000 1.899.500 5.939.500

Maret 750.000 750.000 2.500.000 1.815.000 5.815.000

April 820.000 750.000 2.500.000 1.730.500 5.800.500

Mei 850.000 740.000 2.500.000 1.646.000 5.736.000

Juni 720.000 740.000 2.500.000 1.561.500 5.521.500

Juli 800.000 740.000 1.970.000 1.477.000 4.987.000

Agustus 810.000 740.000 1.970.000 1.392.500 4.912.500

September 845.000 725.000 1.970.000 1.308.000 4.848.000

Oktober 860.000 725.000 1.970.000 1.223.500 4.778.500

November 805.000 725.000 1.970.000 1.139.000 4.639.000

Desember 810.000 725.000 1.970.000 1.054.500 4.559.500

Rata-Rata 805.000 742.500 2.235.000 1.519.250 5.301.750

Jumlah saldo rata-rata utang PT XXX tahun 2016 = RpS.301.750.000,00


(lima milyar tiga ratus satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

Penghitungan saldo rata-rata modal:


Penghitungan saldo rata-rata modal PT XXX adalah sebagaimana dimaksud
pada Contoh 1, yaitu jumlah saldo rata-rata modal PT XXX tahun 2016 =
Rp760.000.000,00 (tujuh ratus enam puluh juta rupiah).

Berdasarkan jumlah saldo rata-rata utang dan jumlah saldo rata-rata modal
PT XXX tahun 2016, maka besarnya DER PT XXX tahun 2016 adalah:

Besar DER = Jumlah saldo rata-rata utang : Jumlah saldo rata-rata modal
= Rp5.301.750.000,00 : Rp760.000.000,00
= 7 : 1 atau (tujuh dibanding satu)

Selanjutnya, penghitungan biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan


dalam menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 169/PMK.010/2015 adalah sebagai berikut:

Besar DER paling tinggi yang diperkenankan =4 : 1 (empat dibanding


satu).

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Karena besar DER PT XXX melebihi dari 4: 1, maka biaya pinjaman yang
I
dapat diperhitungkan dalam menghitung penghasilan kena pajak = 4/7a x
biaya pinjaman dari masing-masing utang, dengan penghitungan sebagai
berikut:
(Dalam ribuan Rupiah)

Biaya Pinjaman yang


Saldo dapat Diperhitungkan
Bia ya
Jenis Utang Rata-Rata dalam Menghitung
Pinjaman
Utang Penghasilan Kena

Pajakb

Utang kepada PT ABC 742.500 96.000 54.857

Utang kepada WWW Co,. Ltd. 2.235.000 100.575 57.471

Utang kepada XXX Corp. 1.984.000 158.720 90.697

Utang Dagang (yang dibebani bunga) 805.000 10.765 6.151

Total 5.301.750 366.060 209.177

a. 4/7 adalah angka koefisien yang diperoleh dari formula berikut:


= DER paling tinggi yang diperkenankan : DER perusahaan
= 4:1 (empat dibanding satu) : 7 :1 (tujuh dibanding satu)
= 4/7
b. biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan diperoleh dari mengalikan
angka koefisien ( 4/7) dengan masing-masing biaya pinjaman.

Contoh 3:

Berdasarkan data dari contoh 1, dana yang diperoleh dari utang kepada PT ABC
digunakan untuk membeli saham di PT ZZZ dengan kepemilikan 60% ( enam
puluh persen) dan dividen yang diterima dari PT ZZZ bukan merupakan objek
pajak. Biaya pinjaman (biaya bunga dan biaya terkait lainnya) yang dibayarkan
kepada PT ABC adalah Rp.96.000.000,00 (sembilan puluh enam juta rupiah).

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Lebih lanjut, diketahui pula bahwa atas pinjaman ke XXX Corp. tidak dapat
dibuktikan kebenarannya. Hal ini, antara lain dibuktikan dengan tidak adanya
arus kas masuk yang menunjukkan diterimanya pinjaman dari XXX Corp. Biaya
pinjaman (biaya bunga dan biaya terkait lainnya) yang dibayarkan kepada XXX
Corp. adalah Rp. 158.720.000,00 (seratus lima puluh delapan juta tujuh ratus
dua puluh ribu rupiah).

Mengingat bahwa berdasarkan ketentuan perundang-undangan di bidang Pajak


Penghasilan, biaya pinjaman atas utang yang digunakan untuk membeli saham
dan biaya pinjaman atas utang yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya
tersebut tidak dapat dikurangkan dari penghasilan brute dalam menghitung
penghasilan kena pajak, maka utang kepada PT ABC dan XXX Corp. tersebut
harus terlebih dahulu dikeluarkan dari penghitungan DER.

Penghitungan saldo rata-rata utang selain utang dari PT ABC dan XXX Corp.
adalah sebagai berikut:

Penghitungan saldo rata-rata utang:

Saide rata-rata utang dihitung berdasarkan rata-rata saldo utang tiap akl
selama tahun pajak 2016 sebagai berikut:
Saldo Akhir Bulan (dalam ribuan Rupiah)

Bulan Utang Dagang (yang Utang Utang ke WWW


Jumlah
dibebani bunga) ke PT JKL Co., Ltd.

Januari 800.000 900.000 2.500.000 4.200.000

Februari 790.000 900.000 2.500.000 4.190.000

Maret 750.000 900.000 2.500.000 4.150.000

April 820.000 900.000 2.500.000 4.220.000

Mei 850.000 900.000 2.500.000 4.250.000

Juni 720.000 900.000 2.500.000 4.120.000

Juli 800.000 660.000 1.970.000 3.430.000

Agustus 810.000 660.000 1.970.000 3.440.000

September 845.000 660.000 1.970.000 3.475.000

Oktober 860.000 660.000 1.970.000 3.490.000

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


November 805.000 660.000 1.970.000 3.435.000
Desember 810.000 660.000 1.970.000 3.440.000
Rata-Rata 805.000 780.000 2.235.000 3.820.000

Jumlah saldo rata-rata utang PT XXX tahun 2016 = Rp3.820.000.000,00 (tiga


milyar delapan ratus dua puluh juta rupiah).

Penghitungan saldo rata-rata modal:

Penghitungan saldo rata-rata modal PT XXX adalah sebagaimana dimaksud pada


Conteh 1, yaitu jumlah saldo rata-rata modal PT XXX tahun 2016 =
Rp760.000.000,00 (tujuh ratus enam puluh juta rupiah).

Berdasarkan jumlah saldo rata-rata utang dan jumlah saldo rata-rata modal PT
XXX tahun 2016, maka besarnya DER PT XXX tahun 2016 adalah:

Besar DER = Rp3.820.000.000,00 : Rp760.000.000,00


= 5:1 atau (lima dibanding satu)

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Selanjutnya, penghitungan biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan dalam
menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 169/PMK.010/2015 adalah sebagai berikut:
Besar DER paling tinggi yang diperkenankan = 4 : 1 (empat dibanding satu).

Karena besar DER PT XXX melebihi dari 4: 1, maka biaya pinjaman yang dapat
diperhitungkan dalam menghitung penghasilan kena pajak = 4/Sa x biaya
pinjaman dari masing-masing utang, dengan penghitungan sebagai berikut:

(Dalam ribuan Rupiah)


Biaya Pinjaman yang
Saldo
Biaya dapat Diperhitungkan
Jenis Utang Rata-Rata
Pinjaman dalam Menghitung
Utang
Penghasilan Kena Pajakb

Utang kepada PT JKL 780.000 20.650 16.528

Utang kepada WWVV Co,. Ltd. 2.235.000 100.575 80.460

Utang Dagang (yang dibebani bunga) 805.000 10.765 8.612

Total 3.820.000 132.000 105.600

(Dalam ribuan Rupiah)


Biaya Pinjaman yang
Saldo
Biaya dapat Diperhitungkan
Jenis Utang Rata-Rata
Pinjaman dalam Menghitung
Utang
Penghasilan Kena Pajakb

Utang kepada PT JKL 780.000 20.650 16.528

Utang kepada WWVV Co,. Ltd. 2.235.000 100.575 80.460

Utang Dagang (yang dibebani bunga) 805.000 10.765 8.612

Total 3.820.000 132.000 105.600

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


a. 4/5 adalah angka koefisien yang diperoleh dari formula berikut:
= DER paling tinggi yang diperkenankan : DER perusahaan
= 4 : 1 (empat dibanding satu) : 5 : 1 (lima dibanding satu)
= 4/5
b. biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan diperoleh dari mengalikan angka
koefisien (4/5) dengan biaya masing-masing pinjaman.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


BAB IX I CONTROLLED FOREIGN CORPORATION (CFC)
Controll ed Foreign Corpora tion Rule ( PMK-25 6/
PMK.03 /2008 dan PMK-10 7 /PMK.0 3/2017)

Penghasilan berupa dividen dari anak perusahaan di LN yang sahamnya


tidak masuk di Bursa Efek di negara lain itu harus diakui sebagai
penghasilan dividen di Indonesia walaupun belum dibagikan dividen tersebut
oleh anak perusahaan. Pengakuan wajib atas dividen itu dilakukan pada
bulan ke-4 setelah SPT Tahunan Badan di LN dipenuhi atau bulan ke-7
setelah tahun fiskal jika tidak ada kewajiban SPT Tahunan Badan. Pajak yang
dipotong di negara dimana subsidiary berada pada saat dividen dibayarkan
akan menjadi kredit pajak di Indonesia pada tahun terjadinya pembayaran
itu.

LAMPI RAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK

INDONESIA

NOMOR : 107/PMK.03/2017
TENTANG : PENETAPAN SAAT DIPEROLEHNYA
DIVIDEN DAN DASAR

PENGHITUNGANNYA OLEH WAJIB

PAJAK DALAM NEGERI ATAS

PENYERTAAN MODAL PADA BADAN


USAHA DI LUAR NEGERI SELAIN

BADAN USAHA YANG MENJUAL

SAHAMNYA DI BURSA EFEK

A. CONTOH PENENTUAN BESARNYA PENYERTAAN MODAL LANGSUNG DAN


TIDAK LANGSUNG, PENENTUAN SAAT DIPEROLEHNYA DEEMED

DIVIDEND, PENGHITUNGAN BESARNYA DEEMED DIVIDEND,

PENGHITUNGAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN ATAS DEEMED

DIVIDEND, PENGHITUNGAN DEEMED DIVIDEND YANG DAPAT

DIPERHITUNGKAN DENGAN DIVIDEN YANG DITERIMA, DAN

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK PENGHASILAN OLEH WAJIB
PAJAK DALAM NEGERI ATAS PENYERTAAN MODAL PADA BULN NONBURSA
TERKENDALILANGSUNG

1. Conteh penentuan besarnya penyertaan modal langsung pada BULN


Nonbursa terkendali langsung:

PT ABC yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri memiliki


penyertaan modal langsung sebesar 60% (enam puluh persen) dari
jumlah saham yang disetor pada XYZ Ltd. yang merupakan penduduk
negara D. Saham XYZ Ltd. tidak diperdagangkan di Bursa Efek.

I PTABC I r ......... • .......... ,


I I d
• ____
J_ n _________
onesta •: . .
60%
.-···.-··-···-·-·i
I XYZ Ltd. I i~~~-~.J
Dengan demikian, PT ABC ditetapkan memiliki pengendalian langsung
terhadap XYZ Ltd. karena memiliki penyertaan modal langsung paling
rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor
pada XYZ Ltd., sehingga XYZ Ltd. merupakan BULN Nonbursa
terkendali langsung bagi PT ABC.

2. Conteh penyertaan modal langsung secara bersama-sama dengan


I
i Wajib Pajak dalam negeri lainnya pada BULN Nonbursa terkendali
I langsung:
PT ABC dan Tuan Andi Baso yang merupakan Wajib Pajak dalam
negeri, masing-masing memiliki penyertaan modal langsung sebesar
40% (empat puluh persen) dan 20% (dua puluh persen) dari jumlah
saham yang disetor pada XYZ Ltd. yang merupakan penduduk negara
D. Saham XYZ Ltd. tersebut tidak diperdagangkan di Bursa Efek.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


PT ABC Andi&so
.-·-········-·:
: lndonesia I

.....---·-·----:----'
• I

··--· ·-···-~~~~~~~~~-.· --..- -· ·~--- ._ ._ . ..._.... _. -··-


40% ~·()% ,---··. . .~--·-1
XYZLtd~
L~~~_J

Dalam hal demikian, PT ABC dan Tuan Andi Baso yang secara
bersama-sama memiliki penyertaan modal langsung sebesar 60% !. Ji

(40% + 20% = 60%) pada XYZ Ltd. ditetapkan secara bersama- ll


sama memiliki pengendalian langsung terhadap XYZ Ltd. karena
memiliki penyertaan modal langsung secara bersama-sama paling
rendah 50% (lima puluh persen). Dengan demikian, XYZ Ltd.
merupakan BULN Nonbursa terkendali langsung bagi PT ABC dan
Tuan Andi Baso.

3. Contoh penyertaan modal tidak langsung pada BULN Nonbursa


terkendali tidak langsung:
PT GHI yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri memiliki
penyertaan modal langsung sebesar 60% (enam puluh persen) dari
jumlah saham yang disetor pada PQR Ltd. yang merupakan
penduduk negara D. Selanjutnya PQR Ltd. memiliki penyertaan modal
langsung sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari jumlah saham
yang disetor pada STU Co. yang merupakan penduduk negara E.
Selanjutnya, STU Co. memiliki penyertaan modal langsung sebesar
40% (empat puluh persen) dari jumlah saham yang disetor pada
VWX Co. yang merupakan penduduk negara F. Saham PQR Ltd., STU
Co., dan VWX Co. tidak diperdagangkan di Bursa Efek.

Ii
• ALK UNTUK AR-AR INOONESIA
STUCo. r--N~::;;.·E"··:
......... __ ... _-·---·--·'
1 V .._ t
"

r·· ........... ..,


VWX Co.
.
: Negara F 1
................. ......,
,._

Dalam hal demikian, PT GHI:


a. ditetapkan memiliki pengendalian langsung pada PQR Ltd.
karena memiliki penyertaan modal langsung paling rendah 50%
(lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor pada PQR
Ltd., sehingga PQR Ltd. merupakan BULN Nonbursa terkendali
langsung bagi PT GHI;
b. ditetapkan memiliki pengendalian secara tidak langsung pada
STU Co. (melalui PQR Ltd.) karena terdapat penyertaan modal
sebesar 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah saham
yang disetor pada setiap tingkat penyertaan modal; dan
c. tidak memiliki pengendalian pada VWX Co. karena tidak
terdapat penyertaan modal sebesar 50% (lima puluh persen)
atau lebih dari jumlah saham yang disetor pada setiap tingkat
penyertaan modal, maka PQR Ltd. merupakan BULN Nonbursa
terkendali langsung bagi PT GHI, dan STU Co. merupakan
BULN Nonbursa terkendali tidak langsung bagi PT GHI.
Sementara VWX Co. bukan merupakan BULN Nonbursa
terkendali bagi PT GHI.

4. Contoh penentuan penyertaan modal langsung secara bersama-sama


dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya pada BULN Nonbursa
terkendali langsung dan penentuan penyertaan modal tidak langsung
pada BULN Nonbursa terkendali tidak langsung:

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


PT ABC, PT DEF, dan PT GHI yang merupakan Wajib Pajak dalam
negeri memiliki penyertaan modal langsung sebesar masing-masing
15% (lima belas persen) dari jumlah saham yang disetor pada Forco
Ltd. yang merupakan penduduk negara X. PT JKL, PT MNO, dan PT
PQR yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri juga memiliki
penyertaan modal langsung sebesar masing-masing 5% (lima
persen) dari jumlah saham yang disetor pada Forco Ltd ..

Selanjutnya Forco Ltd. memiliki penyertaan modal langsung sebesar


60% (enam puluh persen) pada Forsubcol Ltd. dan 45% (empat
puluh lima persen) pada Forsubco2 Ltd.. Forsubcol Ltd. dan
Forsubco2 Ltd. merupakan penduduk negara X. Saham Forco Ltd.,
Forsubcol Ltd. dan Forsubco2 Ltd. tidak diperdagangkan di Bursa
Efek.

Pl' ABC (15~) PTJKL.(5%t

PT D!F tlS'i44 Pr .MMO (5%)

PTOH1U5~
l'I' PQRf~l
~·····- · · ·,,. ...._,,
........._.. .,.i
i....-lndonctlJt
,,. • - .. - . .._ ..... _ _ .,... . - ....-.. - - - ··- -· ..... ··"'- I •- ,_..,,,_ . . ......... -

rt::.._ _-==. 'r ..";;;·x·]


I t. ............... .
Fonub«:o l Ltd. -60M.
-
'4S'M- Fonrub:dl J.td.

Dalam hal demikian maka penentuan besarnya penyertaan modal


langsung Wajib Pajak dalam negeri pada Forco Ltd. dilakukan sebagai
berikut:

Wajib Pajak Penyertaan Modal


dalam negeri pada Forco Ltd.

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Wajib Pajak Penyertaan Modal
dalam negeri pada Forco Ltd.

PT ABC 15%

PT DEF 15%

PTGHI 15%

PT JKL 5%

PTMNO 5%

PT PQR 5%

Berdasarkan penghitungan di atas, diketahui bahwa terdapat 6


(enam) Wajib Pajak dalam negeri (PT ABC, PT DEF, PT GHI, PT JKL,
PT MNO, dan PT PQR) yang secara bersama-sama . memiliki
penyertaan modal langsung paling rendah 50% (lima puluh persen)
dari jumlah saham yang disetor pada Forco Ltd. Dengan demikian, 6
(enam) Wajib Pajak dalam negeri tersebut ditetapkan secara
bersama-sama memiliki pengendalian langsung pada Forco Ltd.
sehingga Forco Ltd. merupakan BULN Nonbursa terkendali langsung
bagi 6 (enam) Wajib Pajak dalam negeri tersebut.
Selanjutnya, penentuan besarnya penyertaan modal tidak
langsung Wajib Pajak dalam negeri pada Forsubcol Ltd. dan
Forsubco2 Ltd. dilakukan sebagai berikut:
a. PT ABC, PT DEF, PT GHI, PT JKL, PT MNO, dan PT PQR
ditetapkan secara bersama-sama memiliki pengendalian tidak
langsung pada Forsubcol Ltd. (melalui Forco Ltd.) karena
terdapat penyertaan modal sebesar 50% (lima puluh persen)
atau lebih dari jumlah saham yang disetor pada setiap tingkat
penyertaan modal, sehingga Forsubcol Ltd. merupakan BULN
Nonbursa terkendali tidak langsung bagi 6 (enam) Wajib Pajak
dalam negeri tersebut.
b. PT ABC, PT DEF, PT GHI, PT JKL, PT MNO, dan PT PQR tidak

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


terdapat penyertaan modal sebesar 50% (lima puluh persen)
atau lebih dari jumlah saham yang disetor pada setiap tingkat
penyertaan modal, sehingga Forsubco2 Ltd. bukan merupakan
BULN Nonbursa terkendali bagi 6 (enam) Wajib Pajak dalam
negeri tersebut.

5. Contoh penyertaan modal langsung pada BULN Nonbursa terkendali


langsung dan penyertaan modal tidak langsung pada BULN Nonbursa
terkendali tidak langsung:
PT GHI yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri memiliki
penyertaan modal langsung sebesar 10% (sepuluh persen) dari
jumlah saham yang disetor pada PQR Ltd . dan sebesar 80% (delapan
puluh persen) dari jumlah saham yang disetor pada XYZ Ltd. Kedua
badan usaha luar negeri tersebut merupakan penduduk negara D dan
sahamnya tidak diperjualbelikan di Bursa Efek. Selanjutnya XYZ Ltd.
memiliki juga penyertaan modal langsung sebesar 40% (empat puluh
persen) dari jumlah saham yang disetor pada PQR Ltd.
II' .................. .....
PTOHI : lndone&io. :
............ -...... _. .. . .,,
10% 8&M>
I'- ........ ..... ...........

· 1 PQR Lt.d. XYZ Ltd. : Ne&ara 0 :


40'liit · - • .......,J
• ••••••. · ·

Dalam hal demikian:


a. PT GHI ditetapkan memiliki pengendalian langsung pada XYZ
Ltd. karena memiliki penyertaan modal langsung paling rendah
50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor pada
XYZ Ltd., sehingga XYZ Ltd. merupakan BULN Nonbursa
terkendali langsung bagi PT GHI;
b. PT GHI ditetapkan memiliki pengendalian secara tidak langsung
pada PQR Ltd. karena 50% (lima puluh persen) atau lebih dari
jumlah saham yang disetor pada XYZ Ltd ., dimil iki secara
bersama-sama oleh Wajib Pajak dalam negeri (PT GHI) dan
BULN Nonbursa terkendali langsung (XYZ Ltd.), sehingga PQR

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Ltd. merupakan BULN Nonbursa terkendali tidak langsung bagi
PT GHI.

6. Contoh penyertaan modal langsung pada BULN Nonbursa terkendali


langsung dan penyertaan modal tidak langsung pada BULN Nonbursa
terkendali tidak langsung:
PT ABC dan PT DEF merupakan Wajib Pajak dalam negeri. PT ABC
memiliki penyertaan modal langsung sebesar 60% ( enam puluh
persen) dari jumlah saham yang disetor pada XYZ Ltd. dan PT DEF
memiliki penyertaan modal langsung sebesar 50% (lima puluh
persen) dari jumlah saham yang disetor pada PQR Ltd .. XYZ Ltd. dan
PQR Ltd. merupakan penduduk negara Y. XYZ Ltd. dan PQR Ltd.
memiliki penyertaan modal langsung masing-masing sebesar 70%
(tujuh puluh persen) dan 20% (dua puluh persen) dari jumlah saham
yang disetor pada MNO pte, Ltd. yang merupakan penduduk negara
X. Saham XYZ Ltd., PQR Ltd., dan MNO pte, Ltd. tidak
diperdagangkan di Bursa Efek.

Dalam hal demikian:


a. PT ABC ditetapkan memiliki pengendalian langsung pada XYZ
Ltd. karena memiliki penyertaan modal langsung paling rendah
50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor pada
XYZ Ltd., sehingga XYZ Ltd. merupakan BULN Nonbursa
terkendali langsung bagi PT ABC;
b. PT DEF ditetapkan memiliki pengendalian langsung pada PQR

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Ltd. karena memiliki penyertaan modal langsung paling rendah
50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor pada
PQR Ltd., sehingga PQR Ltd. adalah BULN Nonbursa terkendali
langsung bagi PT DEF;
c. PT ABC ditetapkan memiliki pengendalian tidak langsung pada
MNO Pte. Ltd. karena terdapat penyertaan modal sebesar 50%
(lima puluh persen) atau lebih dari jumlah saham yang disetor
pada setiap tingkat penyertaan modal, sehingga MNO Ltd.
merupakan BULN Nonbursa terkendali tidak langsung bagi PT
ABC; dan
d. PT DEF ditetapkan memiliki pengendalian tidak langsung pada
MNO Pte. Ltd. karena 50% (lima puluh persen) atau lebih dari
jumlah saham yang disetor pada MNO Ltd . dimiliki secara
bersama-sama oleh Wajib Pajak dalam negeri (PT DEF) dan
Wajib Pajak dalam negeri lainnya (PT ABC) melalui BULN
Nonbursa terkendali langsung (XYZ Ltd. bagi PT ABC dan PQR
Ltd. bagi PT DEF), sehingga MNO Pte. Ltd. juga merupakan
BULN Nonbursa terkendali tidak langsung bagi PT DEF.

7. Contoh penentuan saat diperolehnya Deemed Dividend oleh Wajib


Pajak dalam negeri atas penyertaan modal langsung pada BULN
Nonbursa terkendali langsung:

PT JKL yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri, pada akhir Tahun
Pajak 2016 memiliki penyertaan modal langsung sebesar 65% (enam
puluh lima persen) dari jumlah saham yang disetor VWX Ltd. di
negara D. Saham VWX Ltd. tidak diperdagangkan di Bursa Efek.

PTJKL
r··--.......-·---···--.
•• Indonesia •
:
65% ~
.................... ·-·
........ ....... ................................ . .,. .. ,,.. .....
. . . .., • ,- • n

···
- - --

r········-···
: Negani D :
VWXLtd. ·---····------ ·J

Penentuan saat diperolehnya Deemed Dividend oleh PT JKL sebagai

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


berikut:
a. apabila tahun pajak VWX Ltd. adalah 1 Januari s.d. 31
Desember 2016 dan batas waktu kewajiban penyampaian surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan di negara tersebut
paling lambat 31 Mei 2017, saat diperolehnya Deemed Dividend
adalah pada akhir bulan keempat setelah berakhirnya batas
waktu kewajiban penyampaian surat pemberitahuan tahunan
pajak penghasilan di negara D, yaitu 30 September 2017; dan
b. apabila tahun pajak VWX Ltd. adalah 1 April 2016 s.d. 31
Maret 2017 dan VWX Ltd. tidak memiliki kewajiban untuk
menyampaikan surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilan di negara tersebut, saat diperolehnya Deemed
Dividend adalah pada akhir bulan ketujuh setelah tahun pajak
VWX Ltd. berakhir, yaitu 31 Oktober 2017.

8. Contoh penghitungan besarnya Deemed Dividend dan saat


pelaporannya:

PT JKL yang merupakan Wajib Pajak dalam negeri pada tahun akhir
Tahun Pajak 2016 memiliki penyertaan modal langsung sebesar 65%
(enam puluh lima persen) dari jumlah saham yang disetor VWX Ltd.
di negara D. Saham VWX Ltd. tidak diperdagangkan di Bursa Efek.

PTJXL .------------·--1
: lndon~sia •
I
...... .. ............ .>•

,·-·····-·-···-··
VWX Ltd. Negara D J:
::_ _____________

Pada tahun pajak 2016, VWX Ltd. memperoleh laba setelah pajak
sebesar USDS0.000,00. Tahun pajak VWX Ltd. adalah 1 Januari s.d.
31 Desember 2016 dan batas waktu kewajiban penyampaian surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan untuk tahun pajak
dimaksud di negara tersebut paling lambat 31 Mei 2017, sehingga
saat diperolehnya Deemed Dividend bagi PT JKL atas penyertaan

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


modalnya pada VWX Ltd. adalah 30 September 2017. Nilai kurs USD
terhadap Rupiah yang berlaku pada tanggal 30 September 2017
adalah Rpll.500,00/USD.
Dengan demikian, besarnya Deemed Dividend tahun 2017 yang
diperoleh PT JKL adalah 65% x USD 50.000,00 = USD32.500,00.

Deemed Dividend tersebut dilaporkan PT JKL sebesar USD32.500,00


x Rpll.500, 00 /USD = Rp373.750.000,00 dalam SPT Tahunan PPh
Tahun Pajak 2017.

9. Contoh penghitungan besarnya Deemed Dividend:

PT ABC f"i;i;~";b; ..l


L •.•••.... _.J
-... - __.......-.--·-.,-- ......·--·
.,...... ---... .
~ ··· ....· -··-··,
PQR t.cd.
L~~.!~ .J
XVZUd.
70% ~
"'"•"""' """"' ............. """' '"•"'-·#< .,,,. ... ,,. ..._ ..... ...- - ........--·-~·---- -+-*-

MNOPcc.
-
. . . ... ..........,
"'--x .
.s ..........
--~

t
Ltd. ...... ...............

Melanjutkan contoh pada nomor 6, tahun pajak XYZ Ltd., PQR Ltd.,
dan MNO Pte. Ltd. adalah sama dengan tahun kalender. Kemudian
pada tahun pajak 2016 masing-masing entitas di luar negeri tersebut
memperoleh laba sebagai berikut:
a. XYZ Ltd. memperoleh laba setelah pajak sebesar

USDl.500.000,00 (tidak termasuk bagian laba atau dividen dari


MNO Pte. Ltd.) dan terdapat kewajiban menyampaikan surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan pada tanggal 30
April 2017;
b. PQR Ltd. memperoleh laba setelah pajak sebesar

USD3.000.000,00 (tidak termasuk bagian laba atau dividen dari


MNO Pte. Ltd.) dan terdapat kewajiban menyampaikan surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan pada tanggal 30
April 2017; dan
c. MNO Pte. Ltd. memperoleh laba setelah pajak sebesar

USDl.000.000,00.

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Dengan demikian, saat diperolehnya Deemed Dividend pada
XYZ Ltd . dan PQR Ltd. adalah 31 Agustus 2017. Nilai kurs USD
terhadap Rupiah pada tanggal 31 Agustus 2017 adalah sebesar
Rpl 1.550,00/USD.
Besarnya Deemed Dividendtahun 2017 yang diperoleh masing-
masing Wajib Pajak dalam negeri sebagai berikut:

Deemed Dividend dari Deemed Dividend dari


Wajib Pajak
NO XYZ Ltd. PQR Ltd.
dalam negeri
(dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah)

(1) (2) (3) (4)


I

1 PT ABC Rp 15.246,00 a) -
2 PT DEF - Rp18.480,00 b)

Keterangan:

a) Deemed Dividend PT ABC yang berasal dari XYZ Ltd.:


= persentase penyertaan modal PT ABC pada XYZ Ltd. x (laba
setelah pajak XYZ Ltd. + (persentase penyertaan modal XYZ
Ltd. pada MNO pte. Ltd. x laba setelah pajak MNO pte. Ltd.))
= 60% x (USDl.500.000,00 + (70% x USDl.000.000,00))
= 60% x (USDl.500.000,00 + USD700.000,00)
= 60% x USD2.200.000,00
= USDl.320.000,00

Deemed Dividend yang dilaporkan PT ABC dalam SPT Tahunan


PPh Tahun Pajak 2017:
= USDl.320.000,00 x Rpll.550,00
= Rp15.246.000.000,00

b) Deemed Dividend PT DEF yang berasal dari PQR Ltd.:


= persentase penyertaan modal PT DEF pada PQR Ltd. x (laba
setelah pajak PQR Ltd. + (persentase penyertaan modal PQR

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Ltd. pada MNO Pte. Ltd. x laba setelah pajak MNO Pte. Ltd.))
= 50% x (USD3.000.000,00 + (20% x USDl.000.000,00))
= 50% x (USD3.000.000,00 + USD200.000,00)
= 50% x USD3.200.000,00
= USDl.600.000,00

Deemed Dividend yang dilaporkan PT DEF dalam SPT Tahunan


PPh Tahun Pajak 2017:
= USDl.600.000,00 x Rpll.550,00
= Rp18.480.000.000,00

10. Contoh penentuan saat diperolehnya Deemed Dividend dan

penghitungan besarnya Deemed Dividend:

PT DEF sejak Tahun Pajak 2016 memiliki penyertaan modal langsung


sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah saham yang
disetor pada XYZ Ltd. yang merupakan penduduk negara D.

PT DEF .---·---·......-----.
: Jndoneaia :
75% :._,...... .,._ .......................-'
..--·- -·--·-ii-- ---------- ----··--··
.!---- ··--......... ·-
. -~---..--.
i
XYZLtd.
·---NqaraD
- .
--- -----~-' ..}

Tidak terdapat kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan

tahunan pajak penghasilan di negara D. Tahun Pajak PT DEF dan


tahun pajak XYZ Ltd. sama dengan tahun kalender. Informasi laba
setelah pajak atau (rugi) XYZ Ltd. dan penghitungan besarnya
Deemed Dividendyang wajib dilaporkan oleh PT DEF sebagai berikut

Deemed
Tahun Laba Setelah Pajak Deemed Dividend* Nilai Kurs**
Dividend*
Pajak XYZ Ltd. (USO) (USO) (Rp)
(Rp)

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


(1) (2) (3) = 75% x (2) (4) (5) = (3) x (4)
2016 100.000,00 75.000,00 9.100,00 682.500.000,00

2017 75.000,00 56.250,00 9.700,00 545.625.000,00

2018 (50 .000,00) - 12.200,00 -


2019 50.000,00 37.500,00 12.800,00 480.000.000,00

2020 100.000,00 75.000,00 13.000,00 975.000.000,00

*Deemed Dividend PT DEF yang diperoleh pada akhir bulan ketujuh


setelah tahun pajak XYZ Ltd berakhir
** Nilai Kurs saat Deemed Dividend ditetapkan diperoleh

Penghasilan neto atau (rugi) dalam negeri PT DEF untuk Tahun Pajak
2017 sampai dengan Tahun Pajak 2021 dapat dirinci sebagai berikut:

Tahun Pajak 2017 Rp3.000.000.000,00


Tahun Pajak 2018 (Rp 200.000.000,00)
Tahun Pajak 2019 Rp 1.500.000.000,00
Tahun Pajak 2020 Rp 2.000.000.000,00
Tahun Pajak 2021 Rp 2.500.000.000,00

Berdasarkan data dan perhitungan di atas maka penghasilan neto


yang wajib dilaporkan PT DEF pada SPT Tahunan PPh untuk Tahun
Pajak 2017 sampai dengan Tahun Pajak 2021 sebagai berikut:

Penghasilan Neto
Deemed Dividend Penghasilan Neto
Tahun Pajak Dalam Negeri
(Rp) (Rp)
(Rp)

(1) (2) (3) (4)=(2)+(3)

2017 3.000.000.000,00 682.500.000,00 3 .682.500 .000,00

2018 (200.000.000,00) 545.625.000,00 345.625.000,00

2019 1.500.000.000,00 - 1.500.000.000,00

2020 2.000.000.000,00 480.000.000,00 2.480.000.000,00

2021 2.500.000.000,00 975.000.000,00 3.475.000.000,00

Contoh penghitungan besarnya Deemed Dividendyang dapat diperhitungkan:

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


PT ABC memiliki penyertaan modal langsung sebesar 100% (seratus persen)
pada BULN Nonbursa terkendali langsung, Forco Ltd. yang berkedudukan di
negara X. Pada Tahun Pajak 2021 dan 2022 PT ABC menerima pembagian
dividen masing-masing sebesar Rp200.000.000,00 dan Rp2.000.000.000,00.
Data pelaporan Deemed Dividend yang diperoleh atas penyertaan modal
pada Forco Ltd. dalam SPT Tahunan PPh PT ABC sebagai berikut:

Tahun Pajak Deemed Dividend(ribuan Rp)

(1) (2)

2017 600.000,00

2018 200.000,00

2019 700.000,00

2020 500.000,00

2021 400.000,00

2022 100.000,00

Penghitungan besarnya Deemed Dividendyang dapat diperhitungkan dengan


dividen yang diterima dilakukan sebagai berikut:
a. atas dividen yang diterima pada Tahun Pajak 2021 sebesar

Rp200.000.000,00 diperhitungkan dengan Deemed Dividend sebesar


Rp200 .000.000,00 yang berasal dari Deemed Dividendyang dilaporkan
pada Tahun Pajak 2017.

b. atas dividen yang diterima pada Tahun Pajak 2022 sebesar

Rp2.000.000.000,00 diperhitungkan dengan Deemed Dividend yang


diperoleh pada tahun sebagai berikut:

Dividen yang diterima Tahun Pajak 2022 Rp 2.000.000.000,00

Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan:


Deemed DividendTahun Pajak 2018 Rp 200.000.000,00

Deemed DividendTahun Pajak 2019 Rp 700.000.000,00

Deemed DividendTahun Pajak 2020 Rp 500.000.000,00

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Deemed DividendTahun Pajak 2021 Rp 400.000.000,00
Deemed DividendTahun Pajak 2022 Rp 100.000.000,00
Jumlah Deemed Dividendyang Rp 1.900.000.000,00
dapat diperhitungkan

Atas sisa Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan pada Tahun Pajak
2017 sebesar Rp400.000.000,00 (Rp600.000.000,00-Rp200.000.000,00) tidak
dapat diperhitungkan untuk penghitungan dividen yang diterima pada Tahun
Pajak 2022 karena jangka waktu lima tahun ke belakang secara berturut-
turut berakhir pada akhir Tahun Pajak 2018.

Dengan demikian selisih antara dividen yang diterima dengan Deemed


Dividend yang dapat diperhitungkan pada Tahun Pajak · 2022 sebesar
Rpl00.000.000,00 (Rp2.000.000.000,00-Rp1.900.000.000,00) dikenai Pajak
Penghasilan dan dilaporkan pada SPT Tahunan PPh.

2. Contoh penghitungan besarnya kredit pajak luar negeri:


Melanjutkan contoh pada nomor 11, atas dividen yang diterima di Tahun
Pajak 2021 dan 2022 sebesar masing-masing Rp200.000.000,00 dan
Rp2.000.000.000,00 dikenai pemotongan pajak penghasilan di negara X
sebesar 20% (dua puluh persen). Tidak ada P3B antara Pemerintah
Indonesia dan pemerintah negara X. Data dan informasi mengenai
penghasilan neto dalam negeri PT ABC sebagaimana tercantum dalam tabel
di bawah ini:

Bagian Pajak
Deemed Penghasilan Neto Penghasilan PPh Badan Penghasilan atas
Tahun
Dividend Dalam Negeri Kena Pajak* Terutang (ribuan Deemed
Pajak
(ribuan Rp) (ribuan Rp) (ribuan Rp) Rp) Dividend"*
(ribuan Rp)

(1) (2) (3) (4)=(2)+(3) (5)=(4)x(25%) (6)=((2)/(4))x(5)

2017 600.000,00 650.000,00 1.250.000,00 312.500,00 150.000,00

2018 200.000,00 (200.000,00) 0,00 0,00 0,00

2019 700.000,00 600.000,00 1.300.000,00 325.000,00 175.000,00

2020 500.000,00 1.000.000,00 1.500.000,00 375.000,00 125.000,00

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


2021 400.000,00 (100.0000,00) 300.000,00 75.000,00 75.000,00

2022 100.000,00 500.000,00 600.000,00 150.000,00 25.000,00

*belum termasuk penghasilan yang harus dilaporkan atas selisih antara


dividen yang diterima dengan Deemed Dividendyang dapat diperhitungkan
**paling tinggi sebesar Pajak Penghasilan yang terutang pada Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak yang bersangkutan

Penghitungan besarnya pajak penghasilan yang telah dipotong atas dividen


yang diterima dari BULN Nonbursa terkendali langsung yang dapat

dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang di Indonesia dihitung


sebagai berikut:

a. Untuk Tahun Pajak 2021: jl


.I
atas dividen yang diterima PT ABC sebesar Rp200.000.000,00 dipotong pajak
penghasilan di negara X sebesar Rp40.000.000,00 (Rp200.000.000,00 x
20%).
Selanjutnya jumlah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
huruf c Peraturan Menteri ini dihitung sebagai berikut:

= Dividen dari negara X x Jumlah Pajak Penghasilan atas Deemed

Jumlah Deemed Dividend Dividend yang dapat diperhitungkan


yang dapat diperhitungkan

= Rp200.000.000,00 x (Rp200.000.000,00 x RplS0.000.000,00)

Rp200.000.000,00 Rp600.000.000,00

= Rp200.000.000,00 x RpS0.000.000,00

Rp200.000.000,00

= RpS0.000.000,00

Dikarenakan pajak yang dibayar atau dipotong di negara X sebesar


Rp40.000.000,00 lebih kecil dibandingkan jumlah tertentu sebesar

RpS0.000.000,00, maka jumlah kredit pajak luar negeri yang dapat


dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan di Indonesia adalah sebesar pajak
yang dibayar atau dipotong di negara X, yaitu sebesar Rp40.000.000,00.

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


b. Untuk Tahun Pajak 2022:
Atas dividen yang diterima pada Tahun Pajak 2022 sebesar
Rp2.000.000.000,00, jumlah Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan
adalah sebesar Rpl.900.000.000,00 (lihat penjelasan pada contoh nomor 11)
sehingga terdapat selisih sebesar Rpl00.000.000,00 (Rp2.000.000.000,00 -
Rpl.900.000.000,00).

Dalam hal Deemed Dividend pada tahun sebelumnya telah dilaporkan sesuai
ketentuan, maka atas selisih sebesar Rpl00.000.000,00 tersebut dikenai
Pajak Penghasilan dan dilaporkan pada SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2022.

Untuk bagian dividen yang diterima sebesar Rpl.900.000.000,00, besarnya


pajak penghasilan yang telah dipotong atas dividen yang diterima dari BULN
Nonbursa terkendali langsung yang dapat dikreditkan terhadap Pajak
Penghasilan yang terutang di Indonesia dihitung sebagai berikut:

Atas dividen yang diterima PT ABC pada Tahun Pajak 2022 sebesar
Rpl.900.000.000,00 dipotong pajak penghasilan di negara X sebesar
Rp380.000.000,00 (Rpl.900.000.000,00 x 20%).
Selanjutnya jumlah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
huruf c Peraturan Menteri ini dihitung sebagai berikut:

= Dividen dari negara X x Jumlah Pajak Penghasilan atas Deemed


Jumlah Deemed Dividend Dividend yang dapat diperhitungkan
yang dapat diperhitungkan

= Rpl.900.000.000.00 x (Rpl.900.000.000.00 x Rp400.000.000.00)


Rp200.000.000,00 Rpl.900.000.000,00

= Rpl.900.000.000.00 x Rp400.000.000,00
Rpl. 900.000.000,00

= Rp400.000.000,00

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Jumlah Pajak Penghasilan atas Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan
yaitu sebesar Rp400.000.000,00 berasal dari jumlah Bagian Pajak

Penghasilan atas Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan pada Tahun


Pajak 2018 s.d. 2022 (Rp.0,00 + Rp175.000.000,00 + Rp125.000.000,00 +
Rp75.000.000,00 + Rp25.000.000,00 = Rp400.000.000,00).

Dikarenakan pajak penghasilan yang dibayar atau dipotong di negara X


sebesar Rp380.000.000,00 lebih kecil dibandingkan jumlah tertentu sebesar
Rp400.000.000,00, maka jumlah kredit pajak luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan di Indonesia adalah sebesar pajak
yang dibayar atau dipotong di negara X, yaitu sebesar Rp380.000.000,00.

Dalam hal Deemed Dividend pada Tahun Pajak sebelumnya telah dilaporkan
sesuai ketentuan, maka untuk bagian dividen yang diterima sebesar
Rpl00.000.000,00 besarnya pajak penghasilan yang telah dipotong atas
dividen yang diterima dari BULN Nonbursa terkendali langsung yang dapat
dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang di Indonesia dalam
SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2022 dihitung sebagai berikut:

Atas dividen yang diterima PT ABC pada Tahun Pajak 2022 sebesar
Rpl00.000.000,00 dipotong pajak penghasilan di negara X sebesar

Rp20.000.000,00 (Rp100.000.000,00 x 20%).


Selanjutnya jumlah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat ( 4)
huruf b angka 3 Peraturan Menteri ini dihitung sebagai berikut:

= Dividen dari negara X x Pajak Penghasilan yang tertuang atas

Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak

= Rpl00.000.000.00 x (Rp600.000.000,00 + Rpl00.000.000,00) x 25%

(Rp600.000.000.00 + Rpl00.000.000.00)

= Rpl00.000.000.00 x Rp175.000.000,00

Rp700.000.000,00

= Rp25 .000.000,00

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


(paling tinggi sebesar Pajak Penghasilan yang terutang pada Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak diterimanya dividen)
Dikarenakan pajak yang dibayar atau dipotong di negara X sebesar
Rp20.000.000,00 lebih kecil dibandingkan jumlah tertentu sebesar
Rp25.000.000,00, maka jumlah kredit pajak luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan di Indonesia adalah sebesar pajak
yang dibayar atau dipotong di negara X, yaitu sebesar Rp20.000.000,00.

Dengan demikian total kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan
terhadap Pajak Penghasilan di Indonesia pada Tahun Pajak 2022 adalah
sebesar Rp400.000.000,00 (Rp380.000.000,00 + Rp20.000.000,00).

13. Conteh penghitungan besarnya kredit pajak luar negeri:


Melanjutkan contoh pada nomor 12, dalam hal terdapat P3B antara
Pemerintah Indonesia dan pemerintah negara X yang mengatur bahwa tarif
pemajakan atas dividen sebesar 15% (lima belas persen), maka besarnya
pajak penghasilan di luar negeri yang dapat dikreditkan untuk masing-masing
Tahun Pajak ditentukan sebagai berikut:

a. untuk Tahun Pajak 2021, jumlah yang paling sedikit di antara:


1) pajak penghasilan yang seharusnya terutang atau seharusnya
dibayar di luar negeri dengan memperhatikan ketentuan dalam
P3B, dalam hal terdapat P3B yang berlaku efektif, yaitu sebesar
Rp30.000.000,00 (Rp200.000.000,00 x 15%);
2) pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
yaitu sebesar Rp40.000.000,00 (Rp200.000.000,00 x 20%);
dan
3) jumlah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
huruf c Peraturan Menteri ini yaitu sebesar Rp50.000.000,00
(lihat penghitungan pada contoh nomor 12).
Dengan demikian besarnya pajak penghasilan di luar negeri
yang dapat dikreditkan pada Tahun Pajak 2021 adalah sebesar
Rp30.000.000,00.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


b. untuk Tahun Pajak 2022, kredit pajak atas bagian dividen yang diterima
PT ABC sebesar Rpl.900.000.000,00 (lihat penjelasan contoh nomor
12) adalah jumlah yang paling sedikit di antara:
1) pajak penghasilan yang seharusnya terutang atau seharusnya
dibayar di luar negeri dengan memperhatikan ketentuan dalam
P3B, dalam hal terdapat P3B yang berlaku efektif, yaitu sebesar
Rp285.000.000,00 (Rpl.900.000.000,00 x 15%);
2) pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
sebesar Rp380.000.000,00 (Rpl.900.000.000,00 x 20%); dan
3) jumlah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
huruf c Peraturan Menteri ini adalah sebesar Rp400.000.000,00
(lihat penghitungan pada contoh nomor 12).

Atas bagian dividen sebesar Rpl.900.000.000,00 besarnya pajak penghasilan


di luar negeri yang dapat dikreditkan adalah sebesar Rp285.000.000,00.

Kredit pajak atas bagian dividen yang diterima PT ABC sebesar

Rp100.000.000,00 (lihat penjelasan contoh nomor 12) adalah jumlah yang


paling sedikit di antara:
1) pajak penghasilan yang seharusnya terutang atau seharusnya
dibayar di luar negeri dengan memperhatikan ketentuan dalam
P3B, dalam hal terdapat P3B yang berlaku efektif, yaitu sebesar
Rp15.000.000,00 (Rp100.000.000,00 x 15%);
2) pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
sebesar Rp20.000.000,00 (Rp100.000.000,00 x 20%); dan
3) jumlah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)
huruf b angka 3 Peraturan Menteri ini adalah sebesar
Rp25.000.000,00 (lihat penghitungan pada contoh nomor 12).

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Atas bagian dividen sebesar Rpl00.000.000,00 besarnya pajak penghasilan di
luar negeri yang dapat dikreditkan adalah sebesar RplS.000.000,00.

Dengan demikian besarnya pajak penghasilan di luar negeri yang dapat


dikreditkan pada Tahun Pajak 2022 adalah sebesar Rp300.000.000,00
(Rp285.000.000,00 + RplS.000.000,00).

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


BAB x I CARA MEMBACA CASHFLOW

Contoh ALK - Cash Flow From Routine Business Operation


POS NERACA 2016 2017
AKTIVA LANCAR
Kas & Setara Kas 98.700 19.260

Piutang Usaha 20.000 80.000


Piutang Direksi 12.000 2.000

Persediaan 44.800 76.000

Uang Muka Biaya 2.000 1.200


Uang Muka Pajak 4.000 6.000
181.500 184.460
..
·-t_' ..,_,,
.,
,.
.,
ii"'- ·''
- ·. ·:. -'.

': ' ·., ' ' ' ... ,.. '" ~


>

AKTIVA TETAP
Tanah 5.000 5.000
Bangunan 13.000 14.000

Mes in 20.000 -
Mesin Baru - 16.000

Pera Iatan 1.250 1.000


Kendaraan 1.200 1.200
Inventaris Kantor 800 800
Akumulasi Penyusutan (4.150) (9.600)
. 37.100 28.400
... ,, J.21.aACIV ·.
- -~
' 1 't-· .-,
·i'·}: - ~

~
··~".:"\-':' .... -; I

HUTANG LANCAR
Hutang Usaha 161.000 103.000

Hutang Pajak 2.000 3.000


Hutang Bank (BCA-X) 4.000 10.000
Hutang lainnya 400 1.010
Biaya ymh Dibayar 200 10.000

Uang Muka Pendapatan 5.000 2.000


172.600 129.010

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


HUTANG JANGKA PANJANG
Hutang Bank (BCA-X) 10.000 60.000
Hutang Pemegang Saham 20.000
30.000 60.000
MODAL
Modal Disetor 1.000 6.000
Laba Ditahan 15.000 17.850
16.000 23.850

PROFIT & LOSS - 2017


(in Million)
Accruals

PENDAPATAN USAHA 125.000

HARGA POKOK
PENDAPATAN 112.000
Laba Kotor 13.000

Biaya ADM/Pemasaran 8.200


Behan Penyusutan 3.000
Biaya Operasional 11.200
Laba Bersih Operasional 1.800

Pendapatan Luar Usaha


Other Income (jual Scrap) 1.000
Laba Jual Asset 2.000

Loss FOREX (1.000)


Pendapatan Luar Usaha (net) 2.000

Laba Sebelum PPh 3.800


PPh 950
Laba Bersih 2.850

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Laporan Keuangan komparasi 2 tahun terakhir ...

AKTIVA LANCAR
Kas &Setara Kas 98.700 19.260
Piutang Usaha 20.000 80.000 (60.000)

Piutang Direksi 12.000 2.000


Rnandng
Cashflow
~
Persediaan 44.800 76.000 (31.200)
Uang Muka Biaya 2.000 1.200 800
Uang Muka Pajak 4.000 6.000 (2.000)
181.500 184.460 (92.400}

2016 20l 7 CASH IN


HUTANG LANCAR (OUT}

Hutang Usaha 161.000 103.000 (58.000)


Hutang Pajak 2.000 3.000 1.000
Fiitiiid/i9
Hutang Bank (BCA-X) 4.000 I 10.000 I CaslJow
F/mJndng
OJsfkJw
Hutang lainnya 400 I 1.010 I
Biaya ymh Dibayar 200 10.000 9.800
Uang Muka
Pendapatan 5.000 2.000 (3.000)
172.600 129.010 (50.200}
(i4Z:i00j

CASHFLOW STATEMENT- OPERATING CASH FLOW

VERSI KAP JUMLAH

Laba Setelah Pajak 2.850


Adjustment Non-Cash:
+ ) Penyusutan 3.000

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


VERSI KAP JUMLAH

- ) Laba Jual Asset (2.000)


+ ) Loss on FOREX 1.000

Adjustment Selisih Neraca:


Kenaikan Piutang Usaha (60.000)
Kenaikan Persediaan (31.200)
Pengurangan UM Biaya 800
Kenaikan UM Pajak (2.000)
Pengurangan Utang Usaha (58.000)
Kenaikan Biaya ymh Dibayar 9.800
Kenaikan Utang Pajak 1.000
Pengurangan UM Pendapatan (3.000)
Adjustment Neraca (140.600)
OPERA TING CASHFLOW (137.750)

Komparasi laba rugi akrual dengan cash basis


Cashflow
Into Cash Laba Rugi
Adjustment
SALES 125.000 125.000
Kenaikan Piutang Usaha (60.000) (60.000)
Pengurangan UM Pendapatan (3.000) (3.000)
Cash Diterima dari Sales 62.000
HPP (112.000) (112.000)
Kenaikan Persediaan (31.200) (31.200)
Pengurangan Utang Usaha (58.000) (58.000)
Cash out for Beban HPP (201.200)
BEBAN OPEX (11.200) (11.200)
Pengurangan UM Biaya 800 800
Kenaikan UM Pajak (2.000) (2.000)
Kenaikan Biaya ymh Dibayar 9.800 9.800
Kenaikan Utang Pajak 1.000 950

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Beban Penyusutan 3.000 3.000

Cash out for Beban OPEX 1.400

OTHER INCOME/EXPENSE
Pendapatan Luar Usaha 2.000 2.000
Beban Pajak (950) (950)
,Ii
- ) Laba Jual Asset (2.000) (2.000)

+ ) Loss on FOREX 1.000 1.000

Cash from Non Routine so I


I

OPERA TING CASHFLOW (137.750) 2.850 (140.650)


I
KOMPARASI LABA RUG! AKRUAL DENGAN CASH BASIS
LABA RUGI - 2017
.~.~~,,,~'l lil~!tlir"· 'f: .,~ "i!'*''l\t'~;~·*",
<.~>,·',iii'', CASH PL
::1,,,,,~~l{~ Accruals PL
dc!!F!<I·,
:; ~. !f.;~,
<:W'~ ,,~,. "
SALES 125.000 62.000
HARGA POKOK PENDAPATAN 115.000 201.200
Laba Kotor 10.000 (139.200)

Biaya Adm/Umum/Pemasaran 7.200 (1.400)

Beban Penyusutan 600 -


-

Biaya Operasional 7.800 (1.400)


Laba Bersih Operasional 2.200 (137.800)

Pendapatan Luar Usaha


Other Income (jual Scrap) 1.000 1.000
Laba Jual Asset 2.000 -
Loss FOREX (1.000) -
-

Pendapatan Luar Usaha (net) 2.000 1.000

Laba Sebelum PPh 4.200 (136.800)

PPh 1.050 1.050

Laba Bersih 3.150 (137.850)

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA ~


I
WHAT DO YOU READ, BROTHER?
Into Cash

SALES 125.000
Kenaikan Piutang Usaha (AR Akhir - AR Awai) (140.000)
(Awai Rp 20 M dan Akhir Rp 160 M)... Ratio AR/Sales=
Rusak!!!
Cash Diterima dari Sales (15.000)

HPP (112.000)
Kenaikan Persediaan (200.000)
(Awai Rp 44.800 dan Akhir Rp 244.800). .. Ratio ITO =
Ancuuur !!!
Pengurangan Utang Usaha (140.000)
(Awai Rp 161.000 dan Akhir Rp 21.000)
Cash out for Beban HPP (452.000)

BEBAN OPEX (11.200)


Kenaikan Biaya ymh Dibayar 20.000
{Awai Rp 44.800 dan Akhir Rp 244.800)... Ratio= Ancuuur
!!!
Cash out for Beban OPEX

WHAT DO YOU ALSO READ AGAIN?


Ratio
CURRET RATIO
Healthy Company in Bursa Effek Jakarta 3:1
Wajib Pajak 0,2:1

DER (DEBT to EQUITY RATIO)


Healthy Company in Bursa Effek Jakarta 3:1
Wajib Pajak 30:1

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •

.:-,
OCF to TOTAL DEBT
Healthy Company in Bursa Effek Jakarta 40%
Wajib Pajak -2%

OCF TO TOTAL ASSET


Healthy Company in Bursa Effek Jakarta 25%
Wajib Pajak -12%

PINJAMAN BANK to TOTAL ASSET


Healthy Company in Bursa Effek Jakarta 30%
Wajib Pajak 150%

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


BAB XI I ALK PERPAJAKAN TINGKAT SD MADRASAH
Sa/ah satu kekeliruan AR ada/ah fokus pada permasalahan
satu pos laporan keuangan saja, padahal naga di tempat
lain /agi melotot didepan mata.

1.Mengenal Distributor/Usaha Dagang Nakai Pajak


Berikut ini adalah tipikal perusahaan dagang yang nakal. Data keuangan
perusahaan adalah sebagai berikut:

Pos Rugi Laba 2012 2013 2014 2015


Sales 10 M 12 M 13 M 15 M
Harqa Pokok Peniualan:
Persediaan Awai lM 2M SM 12 M
Pembelian Persediaan 10 M 14 M 18 M 22 M
Persediaan siap iual 11 M 16 M 23 M 34 M
Persediaan Akhir (2 M) (5 M) (12 M) (20 M)
HPP 9M 11M 11M 14 M
Laba Kotor lM lM 2M lM
Gross Profit Ratio 10% 8% 15% 6%
Inventorv Turn Over (ITO) 4 5 kali 2,2 kali 0,9 kali 0,7 kali
Ratio Beli to sales 1 kali 1,2 kali 1,4 kali 1,5 kali

Pengenalan Istilah:
Inventory Turn Over (ITO} adalah tingkat pergantian persediaan yang
mondok dan berangkat dari Gudang. Makin sering ganti maka artinya makin laku,
makin jarang ganti artinya tidak laku. Jika tahun 2018 IT0=2 x maka artinya
setahun hanya 2 kali berangkat, 2 x pergantian, 2 x shift, 6 bulan si persediaan A
dan 6 bulan si persediaan B di gudang.
Ciri-Ciri perusahaan dagang nakal:
1. Rasio kelipatan Pembelian terhadap Penjualan semakin naik. Pembelian
selalu lebih besar dari penjualannya. Pada kondisi tidak ada gudang atau
tambahan gudang, maka seharusnya persediaan tidak naik karena tidak
ada tempat untuk menumpuknya. Angka persediaan ini hanya ''paper"
belaka, faktanya t idak ada barangnya (sudah laku).
2. Rasio kelipatan persediaan akhir sudah mencapaki 2 kali lipat bahkan
lebih dibanding 3 tahun lalu.

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


3. Rasio ITO semakin turun, padahal tokonya semakin ramai, harusnya
makin naik. ITO artinya adalah berapa kali perusahaan belanja barang
dalam setahun. Jika makin ramai maka perusahaan harusnya semakin
sering belanja barang dagangan. ITO seharusnya naik.
4. Rasio GPR turun naik drastis. GPR perusahaan jujur adalah stabil konstan.
GPR akan otomatis naik jika ekonomi secara nasional membaik,

sebaliknya ia akan turun jika ekonomi nasional mengalami penurunan. 111

Untuk melihat turun naiknya perekonomian nasional, lihat data GDP dan
inflasi di www.BPS.co.id
5. Penjualannya kepada 50% lebih kepada masyarakat non PKP.
6. PPN akan selalu kompensasi lebih bayar (karena Sales< Pembelian)
7. Pada saat Equalisasi PPN Masukan dengan Pembelian, pembelian banyak
yang tidak ada PPN Masukan. ·I!
I
8. Beban Ongkos Angkut harus linear dengan Pembelian. Harus ..... ora iso
ditawar ....
9. Jika ada persediaan> 50% dari Sales artinya ada penumpukan barang
yang sebenarnya sudah laku/terjual. Hanya paper/dummy saja pada
pembukuan.

Solusinya buat Mas AR yang bermodal SAPU LIDI:


1. Urut kebelakang 10 tahun laporan keuangan perusahaan dan lihat rasio
GPR yang pergerakannya stabil +/- 2% selama 2 atau 3 tahun. Pakai
rasio GPR itu untuk menentukan nilai HPP agar mendekati kebenaran.
2. Jika mau kerja berat, Silahken Mas AR m:nta kartu/buku persediaan tahun
terakhir saja dan lakukan uji pisik perhitungan barang persediaan, apakah
sesuai atau tidak. Kalau perusahaan tidak punya buku persediaan maka
artinya SPT Badannya "mengarang bebas".

Dokumen Eksternal Pendukung Pembelian:


1. Invoice Pembelian (Nama Toko, NPWP, Alamat Lengkap, Nomor Telepon,
Jumlah)
2. PPN Masukan (]angan lupa ... clean off and on the number first)
3. Bukti Pengiriman pihak DelivetyUika ada)

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


4. Bukti Pembayaran via Bank (pay close attention to: tanggal, jumlah,
rekening pihak penerima)
5. Buku Persediaan per jenis barang (harus ada)
Note:
1. Pembayaran via Kas /emah
2. Kwitansi bersifat /emah (easy to forge)
3. Bon Pembelian dan invoice lemah

Study Kasus Membaca Neraca Perdagangan - Neraca tahun 2015


Harta Hutang
Bank Rp 2 M Hutang Dagang Rp 5 M
Piutang Dagang Rp 8 M Hutang Bank BCA (14%) Rp 3,8 M
Piutang Lainnya Rp 3 M Hutang Leasing Mobil Rp 1 M
Persediaan Rp 1 M Hutang Lainnya Rp 0,2 M
Aktiva Tetap:
Tanah Rp 2 M Hutang dari Pemeg. Saham Rp 4 M
Bangunan Rp 3 M (tanpa bunga)
Kendaraan Rp 3 M
Inventaris Kantor Rp 2 M Modal Rp 2,0 M
Akumul. Penyusutan (RR 4 M) Laba Ditahan Rp 3,2 M
Nilai Buku Rp 6 M Laba Tahun Berjalan Rp 0,8 M
Jumlah Harta Rp 20 M Jumlah Hutang Rp 20 M

Omzet Rp 24 Milliar. Tahun 2015 ini ada pembagian dividen Rp 1 milliar.


Analisa lah laporan keuangan WP sehingga bisa menjawab pertanyaan berikut
ini:
1. Berapa laba tahun berjalan setelah pajak? Rp 800 juta
2. Berapa bunga bank BCA yang tax deductible? Sekilas, ada piutang lainnya
Rp 3 milliar yang artinya ada uang perusahaan dipinjamkan ke pihak lain.
Konsekuensinya adalah beban bunga pinjaman dikoreksi sebesar rasio Rp
3 M/Rp 3,8 M. Perhatikan juga ada penerapan SE-46/PJ.4/1995
3. Berapa Piutang usaha yang wajar? 25% x Sales ... Dasarnya apa? rasio
dari Bursa Efek Indonesia atas usaha dagang

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


4. Berapa Persediaan awal tahun 2015? Tidak diketahui karena datanya
tidak lengkap
II
5. Jika tanah ternyata atas nama Pemegang Saham, apa tangkapan Bang
AR? artinya ada Dividen sesuai dengan penjelasan Pasal 4 ayat 1 huruf g
tentang 12 jenis dividen. Terdapat juga dividen Rp 1 milliar di tahun 2015 'i
II
6. Apa hubungan usaha dagang dengan Aktiva Tetap masing-masing? lihat
:I
apakah AT berhubungan dengan usahanya WP yaitu apakah perusahaan
ini perlu AT itu?
7. Apabila ada data internal KPP bahwa terdapat pembayaran SKPKB Rp 2
milliar yang belum dicatat di tahun 2015, apa tangkapan Bang AR?
Artinya ada penggunaan kas perusahaan yang sumber dananya belum
I
jelas, apakah dari pinjaman (bank atau pemegang saham) atau setoran
modal tambahan (perlu Akta Perubahan) atau penggunaan laba ditahan
yang tidak dilaporkan.
Kasus Membaca Neraca Perdagangan II - Neraca tahun 2015
Neraca tahun 2014 & 2015
Harta 2014 2015 Hutang I 2014 I 2015
Aktiva Lancar: Hutang Lancar:
I
Kas & Bank 2 6 Hutang Dagang I 51 4

Aktiva lancar lainnya 10 3 Hutang Bank BCA 10 I 12 1

Piutang Lainnya - LI. Biaya ymh Dibayar I 12 I 3

Aktiva Lancar 12 13 Uang Muka Penjualan I -I 2

3~ I
Hutang Lainnya 1•
Hutang Lancar I 22
I
Aktiva Tetap:
Tanah 10 14 1 Hutang Bank Jk Panjang I -I 18

Bangunan 20 26
Kendaraan 3 4
Inventaris Kantor 2 1 Modal 2 z..
Akumul. Penyusutan 5 6 Laba Ditahan 8 7
Nilai Buku 30 39 Laba Tahun Berjalan 2 3

Jumlah Harta 42 52 Jumlah Hutang 42 52

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA

I
Tahun 2015
Omzet Rp 64 Milliar. HPP Rp 60 M. Biaya Administrasi dan Umum Rp 2 M dan
laba bersih usaha Rp 2 M.
Pertanyaan untuk tahun 2015 dan Pembahasan:

1. Dalam praktek, Hutang Bank jangka pendek digunakan untuk dana


operasional seluruh biaya pada rugi laba dalam setahun sedangkan
Hutang Bank Jangka Panjang untuk pembelian aktiva tetap atau saham
perusahaan lain/obligasi. Secara umum konseptual perpajakan, jelaskan
temuan Bang AR atas Hutang Bank jangka pendek dan jangka panjang
berdasarkan Neraca diatas.

Jawab:
Ada tambahan hutang bank Rp 20 milliar namun ada pinjaman ke pihak
lain Rp 4 milliar dan tambahan tanah dan bangunan Rp 10 milliar. Koreksi
bunga pinjaman karena ada pinjaman tanpa bunga dan pembelian tanah
dan konstruksi bangunan yang seharusnya dikapitalisir ke aset tersebut.

2. Pada pos Aktiva Tetap perusahaan dagang perusahaan ini, jelaskan apa
fokus Saudara atas pos aktiva tetapnya?

Jawab:
Bangunan bertambah, apakah buat usaha? inventaris berkurang, kenapa
tidak ada other income? untuk antar barang dagangan menggunakan
mobil siapakah?

3. Berdasarkan Neraca diatas, jelaskan beberapa temuan kesalahan


pembukuan perusahaan jika ada yang lainnya

Jawab:
RE th. 2015 seharusnya RplO milliar tapi ditulis Rp 7 milliar (ada dividen),
ada pengurangan inventaris kantor tidak ada other income or loss, laba
setelah pajak Rp 2 milliar tapi tercatat Rp3 milliar. Biaya ymh dibayar
tahun 2014 kurang ajar karena rasionya 300% dari beban Admin/Umum
yang batas toleransinya 25%.

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


4. Pada pos aktiva tetap, sebutkan aspek pajak yang nempel pada pos
tersebut.

Jawab:
Tanah-BPHTB wajib ditambahkan ke harga tanah. Bangunan antara KMS
atau jaskon. Kendaraan perhatikan PPN Masukannya apakah boleh
dikreditkan di SPT PPN? Penjualan inventaris kena PPN pasal 160.

Analisis Rugi Laba Tahun 2015


1. Analisalah Rugi-Laba kasus diatas untuk tahun 2015 saja. Tambahan data I
sbb: I~
a. PPN keluaran Rp 6,2 M
b. PPN Masukan Rp 4,5 M (anggap saja HPP = Pembelian)

Jawab:
Omzet Rp 64 M tapi PK Rp 62 maka ada kurang bayar PPN. Jangan lupa
ada Uang Muka Penjualan yang juga objek PK.

2. Analisalah Rugi-Laba untuk tahun 2015 saja dengan data tambahan


bahwa PPN Keluaran Rp 6,4 M dan PPN Masukan bukan Rp 4,5 M tapi
menjadi Rp 7 M. Apa temuan Saudara?

Jawab:
Omzet Rp 64 M dan Pembelian Rp 45 M maka rationya 142%. Jika
pembelian baru adalah Rp 70 milliar maka omzet seharusnya adalah
142% x Rp 70 M =Rp 99,4 M. sehingga PPN dan PPh Sadan bertambah.

3. Secara umum, apa ciri-ciri utama pembukuan perusahaan yang jujur?


Jawab:
Gross Profit Ratio stabil aman, tidak gonjang ganjing

4. Misalkan Bang AR adalah pemeriksa pajak, menemukan bukti adanya


uang masuk di 3 rekening Bank perusahaan sejumlah Rp 100 milliar,
apakah penjualannya berarti Rp 100 milliar? jelaskan

Ill ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Jawab:
Bisa iya bisa tidak. Selisih uang masuk harus dibuktikan dengan bukti
pendukung yang cukup oleh perusahaan yang dapat berupa uang transfer
antar bank, uang PPN Keluaran, uang pinjaman, uang setoran tambahan
modal, atau uang pendapatan jasa giro atau uang muka pendapatan. Jika
WP bingung maka artinya uang masuk dari Sales atau Other Income.

5. Misalkan Bang AR adalah pemeriksa pajak, menemukan bukti adanya


pembelian dengan FP hanya sejumlah Rp 40 M dan sisanya Rp 20 M
adalah pembelian dengan bon-bon sederhana, apakah Bang AR setuju
dengan bon-bon sederhana itu? jelaskan

Jawab:
Tidak setuju. Harus dibuktikan dengan bukti pendukung yang cukup oleh
perusahaan yang dapat berupa uji arus uang keluar (uang keluar atas
pembayaran via transfer bank bukan cash), uji arus barang masuk, dan
uji existence of supplier (sebagaimana dijelaskan sebelumnya).

6. Jika dagangannya adalah sebagai dealer motor baru dengan berbagai


jenis yang dijual ke masyarakat umum, jelaskan apa yang menjadi driver
pada jenis usaha ini.

Jawab:
Ongkos angkut dan Data PM

7. Jika dagangannya adalah sebagai distributor air minum merek 'Aus Coy'
yang dijual ke masyarakat umum, jelaskan apa yang menjadi driver pada
jenis usaha ini.

Jawab:
tutup botol yang dipakai, ongkos angkut per satu truck, data PM.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


8. Ada istilah Inventory Turn Over {ITO} dalam usaha perdagangan yang
rumusnya: ITO = HPP/Persediaan. Jelaskan apa artinya jika ITO= 4 kali,
10 kali, 20 kali ? Mana yang lebih bagus dari ITO tersebut ?

Jawab:
makin gede makin bagus, artinya makin laku.

KASUS PT KISS DONG SAY


Sekarang mari bahas contoh laporan keuangan berdasarkan apa yang sudah
dituangkan dalam Bab sebelumnya. Fokus pendeteksian adalah untuk tahun
2015. Data umum non keuangan Perusahaan, yang namanya PT Kiss Dong Say,
adalah sebagai berikut:

A. Pemegang Saham
Pemegang Saham Modal disetor Persentase
Mas Tusiran Rp 900. 000. 000 90%
PT Tunggal Perkasa Rp 100.000.000 10 %
Mas Tusiran merangkap sebagai Direktur Utama Perusahaan

B. Jenis Usaha
Perusahaan menjual barang berupa bahan-bahan kimia sebagai bahan
baku plastlk yang bahan baku tersebut dibeli dari PT Nuri Perkasa dan ada juga
yang diimport langsung dari Jepang. Selain menjual bahan baku plastik,
perusahaan juga memberikan jasa teknik kepada beberapa perusahaan lainnya.

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


C. Laporan Keuangan
NERACA Per 31 Desember 2013/2014/2015
2013 2014 2015
(Rp) (Rp) (Rp)
AKTIVA
Aktiva /ancar

Kas dan setara kas 125,000,000 184,560,000 225,000,000


Piutang usaha 1,600,000,000 1,875,000,000 1,887,500,000
Piutang kepada Related
3,187,500,000 418,750,000
Party 1,385,000,000
Persediaan 1,200,000,000 1,000,000,000 1,500,000,000
PPh dibayar dimuka 30.000.000 37,500,000 93,750,000
Jumfah aktiva lancar 4,340,000,000 6,284,560,000 4, 125,000,000

Aktiva tidak lancar


Aktiva Tetap (Net)
Tanah 1,000,000,000 1,000,000,000 600,000,000
Bangunan 1,200,000,000 1,200,000,000 1,800,000,000
Mes in 700,000,000 700,000,000 1,500,000,000
Pera Iatan 500,000,000 500,000,000 600,000,000
Aktiva Tetap (Net) 3,400,000,000 3,400,000,000 4,500,000,000
Investment 800,000,000 2,500,000,000 500,000,000
Biaya Ditangguhkan 180,000,000 150,000,000 200,000,000
Jumfah aktiva tidak
6,050,000,000 9,100,000,000
la near 4,380,000,000
JUMLAH AKTIVA 8,720,000,000 12,334,560,000 13,225,000,000

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


2013 2014 2015
KEWAJIBAN DAN
EKUITAS
Kewajiban jangka
pendek
Hutang pajak 15,000,000 200,000,000 100,000,000
Hutang Dagang 1,200,000,000 1,384,560,000 2,200,000,000
Hutang Bank yang jatuh
1,500,000,000 1,600,000,000
tempo 100,000,000
Hutang Biaya 26,000,000 50,000,000 75,000,000
Jumlah kewajiban
1,340,000,000 3,134,560,000 3,975,000,000
jangka pendek

'
Kewajiban jangka
Panjang
Penyisihan Komp.
Karyawan 300,000,000 500,000,000 950,000,000
Hutang Related Party - 2,000,000,000 1,000,000,000
Hutang Bank 6,000,000,000 5,000,000,000 4,800,000,000
Jumlah kewaj. Jk.
6,300,000,000 7,500,000,000 6,750,000,000
panjang
Ekuitas pemegang
saham
Modal saham
disetor penuh 10.000
saham 1,000,000,000 1,500,000,000 1,500,000,000
Retained Earning 80,000,000 200,000,000 1,000,000,000
Jumlah ekuitas
1,080,000,000 1, 700,000,000 2,500,000,000
pemegang saham
Jumlah Hutang &
Modal 8,720,000,000 12,334,560,000 13,225,000,000

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


LAPORAN LABA RUGI
Per 31 Desember 2013/2014/2015
2013 2014 2015
I
I

Sales 9,000,000,000 10,500,000,000 7,120,000,000


Discount 300,000,000 350,000,000 380,000,000
Retur 50,000,000 60,000,000 80,000,000
Net Sales DN 8,650,000,000 10,090,000,000 6,660,000,000
Penjualan Export 1,350,000,000 2,500,000,000 2,200,000,000
10,000,000,000 12,590,000,000 8,860,000,000
COGS:
Pembelian DN 6,600,000,000 6,800,000,000 7,600,000,000
Ongkos angkut 30,000,000 50,000,000 480,000,000
Pembelian DN net 6,630,000,000 6,850,000,000 8,080,000,000
Import 1,200,000,000 1,500,000,000 1,600,000,000
Total Pembelian 7,830,000,000 8,350,000,000 9,680,000,000
Persediaan Awai 2,000,000,000 2,500,000,000 2,800,000,000
Persediaan Akhir (2,500,000,000) (2,800,000,000) (2.700,000,000)
COGS 7,330,000,000 8,050,000,000 9.780,000,000
LABA KOTOR 2,670,000,000 4,540,000,000 920,000,000
Biaya Operasional
Gaji dan tunjangan 800,000,000 900,000,000 1,450,000,000
Provisi kompensasi
karyawan 50,000,000 60,000,000 65,000,000
Management Fee 80,000,000 120,000,000 130,000,000
Biaya PPh pasal 21
karyawan 25,000,000 34,000,000 42,000,000
Perjalanan dinas 120,000,000 150,000,000 148,000,000
Pemasaran dan promosi 30,000,000 400,000,000 200,000,000
Training karyawan 25,000,000 60,000,000 80,000,000
Sewa gudang 100,000,000 100,000,000 120,000,000
Biaya PPh final sewa
gudang 26,000,000 30,000,000 35,000,000
Reparasi kendaraan 20,000,000 50,000,000 52,000,000

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


2013 2014 2015
Penghapusan piutang
ragu 15,000,000 25,000,000 40,000,000
Jamuan tamu 100,000,000 250,000,000 280,000,000
Biaya Listrik/air/telp. 15,000,000 18,000,000 20,000,000
Sumbangan 10,000,000 2,000,000 25,000,000
PBB Gudang 1,000,000 1,500,000 1,800,000
Penyusutan 50,000,000 50,000,000 50,000,000
Biaya lain-lainnya 150,000,000 186,000,000 170,000,000
Total Biaya Operasional 1,617,000,000 2,436,500,000 2, 908,800 ,000
Laba Usaha 1,053,000,000 2, 103,500,000 3,828,800,000
Penghasilan (Biaya) Lain- Lain :
Bunga Deposito dan
jasa giro 62,000,000 25,000,000 340,000,000
Keuntungan (Rugi)
Vallas (180,000,000) 50,000,000 200,000,000
Penghasilan Sewa
aktiva - - -
Kerugian penjualan
harta (250,000,000) - -
Bunga pinjaman Bank (800,000,000) (800,000,000) (700,000,000)
Dividen 260,000,000 - -
Jumlah Ph. Luar Usaha (908,000,000) (725 ,000 ,000) (160,000,000)
Laba Sebelum PPh 145,000,000 1,378,500,000 (3,998,800,000)
PPh Terhutang 60,000,000 270,000,000 0
Laba Bersih Usaha 85,000,000 1, 108,500,000 (3,998,800,000)

2. Teknik-teknik Mendeteksi Kesalahan Pencatatan


Bagaimana cara mengetahui kesalahan pembukuan perusahaan yang
berusaha untuk membayar pajak kecil (atau bahkan tidak membayar pajak)
padahal faktanya memperoleh laba besar sehingga pajak seharusnya juga lebih
besar, tanpa full audit ? Cara mendeteksi kesalahan pencatatan, baik yang

Ill ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


disengaja ataupun tidak, adalah dengan menggunakan teknik-teknik sebagai
berikut.

A. Tahap Pre-Analyses

STEP 1

Kenali perusahaan yang dianalisis


Berikut ini adalah 6 pertanyaan yang harus dijawab oleh analyst sebelum
melanjutkan analisis laporan keuangan. Pertanyaan tersebut adalah:

1. Apa jenis perusahaannya?

2. Jika ia adalah manufacturing company, bagaimana proses


produksinya?

3. Jika ia adalah trading company, barang apa yang dijual?

4. Jika ia adalah perusahaan jasa consulting/ management/technical


atau jasa lainnya, apa unsur biaya- biaya langsungnya/HPP-nya?

5. Berapa rasio Gross Profit-nya selama 3 tahun berturut-turut?


Jika tidak stabil, maka ada indikasi pembukuan direkayasa

7. Biaya apakah yang menjadi cost driver didalam usaha tersebut?

STEP 2

Cari sebanyak-banyaknya data eksternal perusahaan


Data eksternal disini adalah data atau informasi seputar hal-hal penting diluar
angka-angka Laporan Keuangan perusahaan. Data eksternal itu bisa berasal dari:
1. Observasi Langsung di Lapangan (usahakan ambil gambarnya: Ruang
Kerja/ Pa bri k/I ndoor)
2. Permintaan data ke Pemda/Departemen terkait
3. Data PPN (PK-PM) setahun via Portal DJP
4. Data Pembayaran Tagihan Pajak/SKPKB/STP
5. Data Pembayaran Pajak Per Jenis Pajak selama 2 atau 3 tahun
6. Data hasil Keberatan/Banding Uika ada)
7. Data kepemilikan Tanah & Bangunan (SPPT PBB)
8. Informasi umum produk via internet
9. Media Masa
ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •
STEP 3

Kenalilah related party transaction


Selama ini, transaksi hubungan istimewa adalah inti atau sumber permasalahan
adanya suatu penghindaran pajak atau penyelundupan pajak. Dalam step 3 ini
analystwajib mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Apakah pemegang saham merangkap sebagai Direksi perusahaan? Jika
ya, maka lihat kewajaran gaji brutonya.
2. Apakah Supplier Utama atau Pembeli/Nasabah Utama ada hubungan
istimewa dengan Direksi/Pemegang Saham? Jika ya, harga jual-beli harus
mengacu pada nilai pasar wajar.
3. Apakah perusahaan memiliki pinjaman dari atau kepada pemegang
saham? Jika ya, terapkan S-165/PJ.312/1993 jika berlaku. Teliti sumber
dananya.

B. Tahap Analyses

STEP 1

Gunakan Rasio Laba Kotor (Gross profit Margin) sebagai Indikator Vital '
Gejala Kesalahan
Gross Profit Ratio berdasarkan data laporan keuangan wajib pajak adalah
sebagai berikut:
Pos Rugi Laba 2013 2014 2015
Laba Kotor 2,670,000,000 4,540,000,000 920,000,000

Sales 10,000,000,000 12,590,000,000 8,860,000,000

Gross Profit Ratio 26% 36% 10%

Warning:
Menurut John D Ogara (KPMG), apabila terjadi fluktuasi laba kotor dengan
penurunan yang tinggi (out-of-line margin) sebagai hasil perbandingan

selama 3 tahun berturut-turut, maka hal ini merupakan indikasi adanya


Fraud. Penurunan laba kotor ini hanya dapat dibenarkan oleh kondisi

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


ekonomi makro secara nasional. Artinya kalau kondisi perekonomian
nasional sedang lesu, maka laba kotor seluruh jenis usahapun ikut lesu
juga (turun), atau sebaliknya.

Penurunan drastis dari laba kotor tertinggi 36% menjadi terendah 10%
menunjukan gejala kurang ajar. Penurunan drastis ini disebabkan oleh 2 hal,
yaitu:
1. Adanya penurunan harga jual dari margin 36% menjadi margin 10%.
Kepada siapa?
2. Ada penjualan yang tidak dilaporkan (Black Sales)

Tanyakan ke wajib pajak mengapa gross profit ini turun drastis. Kalau
jawabannya muter-muter, usulkan pemeriksaan saja.

STEP 2

Hitung Rasio Piutang Usaha, Lakukan Equalisasi Penjualan dengan data


Perpajakan atau dengan Pengamatan Lapangan

1. Rasio Piutang Dagang dengan Penjualan


Hitung rasio Piutang Dagang (Neraca) dengan penjualan (Rugi Laba) selama
3 tahun berturut-turut. Rasio ini memiliki arti sebagai berikut:
Ratio Artinya Status
0% - 25% Dal am setahun, Wajar
perusahaan memiliki sisa
tagihan 0% - 25% saja.
Berarti 75% penjualan
dibayar dengan
kas/Bank. Umur Piutang
rata-rata adalah 3 bulan.
26% - 50% Dalam setahun, Kurang ajar. Ini merupakan
perusahaan memiliki sisa gejala awal kecurangan
tagihan 26% - 50%. dalam pembukuan.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Ratio Artinya Status
Artinya 50% penjualan
dibayar dengan
kas/Bank. Lama rata-rata
tagihan adalah 6 bulan.
51% - 100% Dal am setahun, Sangat Kurang ajar. Ini

perusahaan memiliki merupakan indikasi kuat


I!
tagihan 51 % - 100%. adanya rekayasa pembukuan j
Jika 100% (katakan dan melibatkan Related
Piutang Dagang di Party. Minta daftar
neraca Rp 100 juta dan Pembeli/Nasabah dan

Penjualan setahun di R/L lakukan konfirmasi ke


Rp 100 juta) maka Nasabah itu
artinya adalah penjualan
tidak dibayar-bayar oleh
nasabah selama setahun .
Lebih dari I Sisa Tagihan tahun lalu I Kebohongan yang Luar

100% masih ada dan belum Biasa. Usulkan pemeriksaan


dibayar, dan perusahaan saja.
masih berbaik hati
melakukan penjualan
non kas (kredit) lagi
tahun ini.

2. Data Perpajakan
Egualisasi denqan SPT PPN
SPT PPN yang diperlukan adalah SPT PPN masa Desember 2014, Januari s/d
Desember 2015, dan Masa Januari/Februari 2016. Hal ini dilakukan untuk melihat
adanya cut-off Pajak Masukan yang melintasi tahun buku 2014 dan 2015.
Pengujian arus piutang sulit dilakukan oleh AR karena perlu adanya data
pelunasan piutang yang tidak bisa diketahui jika tidak melalui pemeriksaan. ~·
Berikut contoh teknik equalisasi dengan DPP PPN. Anggap saja angka-angka 11

penjualan di SPT PPN tersebut sudah benar.

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dari Penjualan

Masa Januari s/d Desember 2015 SPT PPN Rp 11.200.000.000.-

Penjualan di Rugi Laba 2015 Rp 8,860,000,000,-

Selisih Kurang Lapar Penjualan Rp 2.340.000.000,-

Selisih Rp 2.940.000.000,- ini harus dipertanggungjawabkan oleh


perusahaan, darimana angka tersebut berasal. Bukti pendukung yang harus
diberikan oleh WP dengan asumsi Penjualannnya sudah benar adalah:
1. Adanya Uang Muka Penjualan
2. Ada penghasilan lain (luar usaha) berupa JKP
3. Ada pengalihan aktiva tetap Pasal 16D UU PPN
4. Ada sumbangan persediaan
Bagaimana kalau posisinya terbalik?

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dari Penjualan

Masa Januari s/d Desember 2015 SPT PPN Rp 6.200.000.000.-

Penjualan di Rugi Laba 2015 Rp 8,860,000,000,-

Selisih Kurang Rp 2.660.000.000,-

Mas AR jangan gembira dulu. Selain adanya PPN kurang bayar Rp266.000.000,-
yang harus dipertanggung jawabkan oleh perusahaan, AR juga harus meminta
PPN atas transaksi berikut ini:
1. Uang Muka Penjualan

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


2. Penghasilan lain (luar usaha) berupa JKP
3. Pengalihan aktiva tetap PAsal 16D UU PPN
4. Sumbangan persediaan
Equalisasi Pembelian dengan PPN Masukan
Proses equaliasi PM untuk menguji Pembelian dalam HPP dapat dilihat sebagai
berikut: ,~[

Dasar Pengenaan Pajak CDPP) atas Pembelian Berdasarkan PPN Masukan


Pengujian Pembelian untuk usaha perdagangan atau manufaktur bisa dilakukan
dengan PPN Masukan selama setahun. Misalkan terdapat PPN Masukan dengan
rincian sebagai berikut:
./ DPP PPN Masukan 2015 Rp 2.600.000.000,-

./ Pembelian di Rugi Laba 2015 Rp 7.600.000.000,-

Jumlah Rp 5.000.000.000,-

Selisih Rp 5.000.000.000,- ini harus diminta penjelasannya dari perusahaan

yaitu dengan cara memberikan tabel ke WP berisi Nama suplier, NPWP, Alamat,
Phone, dan jumlah Pembelian non PPN. Data ini digunakan untuk pembuatan
ALKET ke KPP lain.

Note:
Jangan lupa Bang AR bahwa OPP PPN Masukan total setahun belum
tentu PM atas pembelian persediaan setahun. Oleh sebab itu periksa
dulu hal-hal sbb:
1. PM tahun lalu yang dikreditkan di iahun ini (buang dulu)
2. PM tahun ini yang dikreditkan di tahun berikutnya (masukan
dalam equalisasi)
3. PM yang berasal dari JKP pada Behan Administrasi dan
Umum/ Pemasaran
4. PM dari JKPLN dan Roya/tyke LN
5. PM dari Import Aktiva Tetap atau pembelian lokalnya
6. PM dari Uang muka pembelian di Neraca akhir tahun.

Ill ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


3. Pengamatan Lapangan
Pengamatan lapangan perlu dilakukan oleh AR, dalam rangka untuk menguji
kebenaran fakta atas:
a. Banyaknya karyawan
b. Banyaknya mesin, kendaraan, tanah dan Bangunan, dan aktiva tetap lainnya
c. Besarnya Gudang untuk menampung Persediaan
Pengamatan lapangan untuk menguji kebenaran jumlah penjualan rasanya
agak sulit, sehingga cukup diamati saja, kecuali untuk ketiga tujuan diatas.

STEP 3

Lakukan Pengujian Pembelian pada HPP


1. Hitung rasio Hutang Dagang dengan Pembelian Barang Dagangan
Hitung rasio hutang dagang (Neraca) dengan pembelian barang (Rugi Laba)
selama 3 tahun berturut-turut. Rasio hutang usaha/Dagang terhadap Pembelian
memiliki arti sebagai berikut:

Ratio Artinya Status


0% - 25% Dalam setahun, perusahaan Wajar
memiliki sisa hutang 0% -
25% saja. Berarti 75%
pembelian dibayar dengan
kas/Bank. Umur hutang
rata-rata adalah 3 bulan.
26% - 50% Dalam setahun, perusahaan Ku rang ajar. Ini
memiliki sisa hutang 26% - merupakan gejala awal
50%. Artinya 50% kecurangan dalam
pembelian dibayar dengan pembukuan .
kas/Bank. Lama rata-rata
hutang dagang adalah 6
bu Ian.
51% - 100% Dalam setahun, perusahaan Sangat Kurang ajar. Ini
memiliki sisa hutang 51 % - merupakan indikasi kuat

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Ratio Artinya Status
100%. Artinya 100% I adanya rekayasa

pembelian belum dibayar I pembukuan dan


selama setahun. melibatkan Related Party.
Minta daftar Hutang
Dagang dan lakukan
konfirmasi ke WP Lawan
transaksi.

Lebih dari I Sisa hutang tahun lalu Kebohongan yang Luar

100% I masih ada dan belum Biasa. Usulkan

dibayar, dan perusahaan pemeriksaan saja.


berhutang lagi tahun ini.

2. Equalisasi dengan PPN Masukan


Bagi perusahaan yang membeli barang dan diberikan Faktur Pajak Standar,
maka PPN Masukan Januari s.d Desember harus dilakukan equalisasi dengan
pembeliannya. Lakukan tahapan equalisasi PM sesuai arahan pada Bab

sebelumnya tentang PPN Masukan.

3. Lakukan Uji "Ghost Supplier"(Pembelian Tanpa PPN Masukan)


Jika pembelian tidak memiliki pajak masukan, maka sebaiknya pembelian ini
diuji dengan melakukan 4 hal yang dijelaskan sebelumnya (Nama, NPWP, Phone
Number, Alamat, Jumlah Pembelian) atas 10 atau 20 supplier terbesar saja. Baca
lengkap bab sebelumnya tentang langkah kerja ini.

q.i! STEP 4

Lakukan analisis jumlah karyawan tetap dan tidak tetap dengan


menggunakan analisis selisih

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Ambil data 3 atau 4 tahun dari SPT Pasal 21 tahunan wajib pajak.
Kemudian dianalisis seperti prosedur yang dilakukan pada contoh terdahulu.
Kembali ke Neraca dan Rugi Laba PT Kiss Dong Say, dalam mendeteksi salah
satu pada biaya gaji, honorarium, tenaga ahli orang pribadi, dan bentuk
kompensasi karyawan lainnya, sebaiknya digunakan Analisa Ratio Biaya Gaji,
jumlah pegawai tetap dan tidak tetap dengan Penjualannya .
Data Jumlah Karyawan dan Biaya Gaji terhadap Penjualan
Pos 2013 2014 2015

Sales 10.000 juta 12.590 juta 8.860 juta

Biaya Gaji 800 juta 900 juta 1.450 juta

Karyawan Tetap 40 orang 42 orang 45 orang

Karyawan Tidak Tetap 120 orang 180 orang 250 orang

Rasio dengan Tahun Dasar 2013 2014 2015


2006
Ratio Kenaikan Gaji 0% 12% 81%

Ratio Kenaikan Kary. Tetap 0% 5% 12%

Ratio Kenaikan Kary. Tdk.Tetap 0% 5% 108%

Ratio Kenaikan Sales 0% 25% (11%)

Jika dibuatkan dalam bentuk grafik akan seperti berikut:


Grafik Perbandingan Sales terhadap Kompensasi Karyawan

100

50

--- --- ''


-- '' ....

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


S~ Karyawan Tetap..

-=--===~-
0
2013 2014 2015

- 11 1
Berdasarkan analisa rasio tersebut dapat diketahui bahwa kenaikan
penjualan adalah 25% untuk tahun 2014 dan -11% untuk tahun 2015,
berdasarkan perbandingan dengan tahun 2013. Keganjilan terjadi pada tahun
2015, dimana penjualan mengalami penurunan 11 % sedangkan gaji dan
karyawan tidak tetap malah naik, masing-masing 81 % dan 108%. Logikanya,
jika penjualan turun, maka biaya gaji, honorarium, dan biaya komisi penjualan
Kepada orang pribadi juga ikut turun. Biaya-biaya kompensasi karyawan dan
jumlah pegawai Perusahaan ini malah naik. Oleh sebab itu, disinilah terdapat
indikasi kuat bahwa salah saji bisa terjadi pada pos penjualan, bisa juga pada
pos biaya kompensasi karyawan tahun 2008. Kedua-duanya memiliki
kemungkinan salah saji.
Bisa juga digunakan teknik equalisasi yang bia~anya dilakukan oleh
pemeriksa pajak, yaitu dengan membandingkan pos rugi laba yang menjadi
objek PPh pasal 21 dengan SPT Tahunan pasal 21. Hitungannya adalah sebagai
berikut:

Item 2013 2014 2015


- Gaji menurut R/L 800. 000. 000 900.000.000 1.450.000.000
- Gaji di SPT Pasal 21 900.000.000 900.000.000 1.200.000.000
Selisih (100.000.000) 0 250.000.000

Pada tahun 2013, Objek pasal 21 di rugi laba lebih kecil dibanding yang
tertuang dalam SPT Tahunan pasal 21. Tidak mungkin biaya gaji di rugi laba
lebih kecil dibanding SPT-nya karena dasar penyusunan SPT adalah biaya atau
pembayaran yang sudah dicatat dalam rugi laba. Kemungkinan yang paling logis
adalah rugi laba kurang mencatat biaya gaji sedangkan kemungkinan lainnya
adalah pembuatan SPT Tahunan pasal 21 salah. Tahun 2015 terbalik, yaitu gaji
di rugi laba lebih besar dibanding SPT-nya. Kemungkinannya ada dua. Pertama,

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


selisih Rp250 juta adalah kompensasi karyawan dalam bentuk kenikmatan atau
natura. Kedua, pencatatan gaji terlalu besar.

Catatan Penting:
Dasar yang diambil datanya dari Rugi Laba sebagai bahan equalisasi adalah segala
bentuk pembayaran yang diberikan kepada karyawan tetap dan tidak tetap,
termasuk pembayaran kepada outsider, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk honorarium, tenaga ahli perorangan, beasiswa, komisi kepada

perorangan, dan pembayaran lainnya yang diberikan kepada perorangan.

Bagaimana mengetahui kalau biaya itu untuk orang pribadi? tanyakan kepada
bagian pembukuan perusahaan.

Pendeteksian Misstatement pada pos Biaya - biaya Administrasi dan


Um um
Cara mendeteksi biaya administrasi dan umum biasanya dianjurkan oleh
beberapa pakar auditing agar menggunakan analisa selisih, bukan analisa
presentase. Dengan data biaya Administrasi dan Umum dibawah ini (bukan PT
Kiss Dong Say), Hitungan analisa selisih dapat dilihat sebagai berikut:

Analisa Selisih Biaya Administrasi dan Umum:

Accounts 2013 (A) 2014 (B) 2015 ( c) B-A C-A


(Rp) (Rp) (Rp)
Gaji dan tunjangan 800,000,000 900,000,000 1,450,000,000 100,000,000 650,000,000
Provisi kompensasi 50,000,000 60,000,000 65,000,000 10,000,000 15,000,000
Management Fee 80,000,000 120,000,000 130,000,000 40,000,000 50,000,000
Biaya PPh pasal 21 25,000,000 34,000,000 42,000,000 9,000,000 17,000,000
Perjalanan dinas 120,000,000 150,000,000 148,000,000 30,000,000 28,000,000
Pemasaran 30,000,000 400,000,000 200,000,000 370,000,000 170,000,000

Training karyawan 25,000,000 60,000,000 80,000,000 35,000,000 55,000,000


Sewa gudang 100,000,000 100,000,000 120,000,000 - 20,000,000
PPh final sewa
gudang 26,000,000 30,000,000 35,000,000 4,000,000 9,000,000

Reparasi kendaraan 20,000,000 50,000,000 52,000,000 30,000,000 32,000,000


Penghapusan 25,000,000

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Accounts 2013 (A) 2014 (B) 2015(C) B-A C-A
piutang 15,000,000 25,000,000 40,000,000 10,000,000
Jamuan tamu 100,000,000 250,000,000 280,000,000 150,000,000 180,000,000
Biaya
Listrik/air/telp. 15,000,000 18,000,000 20,000,000 3,000,000 5,000,000
Sumbangan 10,000,000 2,000,000 25,000,000 (8,000,000) 15,000,000
PBB Gudang 1,000,000 1,500,000 1,800,000 500,000 800,000
Penyusutan 50,000,000 50,000,000 50,000,000 - -
Biaya lain-lainnya 150,000,000 186,000,000 170,000,000 36,000,000 20,000,000
Teknik Pengujian bagi AR
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa biaya-biaya yang menjadi
sasaran utama adalah biaya-biaya yang memiliki lonjakan tinggi. Dengan
menggunakan limit toleransi Rp 20% kenaikan dari tahun lalu, maka dapat
diketahui bahwa biaya tersebut adalah Biaya Gaji, biaya pemasaran, biaya
entertainment, dan biaya training karyawan. Teknik pengujian biaya gaji sudah
dibahas sebelumnya, sedangkan pengujian biaya-biaya lainnya agak sulit bagi AR
untuk dilakukan karena perlu melihat bukti pendukungnya {Full Audit). Yang
jelas, apabila ada selisih yang besar maka berarti ada indikasi kuat terjadinya
kesalahan. Misalnya beban jasa management, jasa profesional, beban JKP
Lainnya maka jangan langsung dikenakan Pasal 23 tapi minta dulu kontraknya
dan minta NPWP pihak lawan (wajib diminta). Untuk beban lainnya,
silahkan minta penjelasan & sampel saja dengan memperhatikan substansi
beban menurut konsep 3M.

STEP 5

Lakukan Analisis Selisih atas Neraca 3 tahun Terakhir


Lakukan analisis selisih atas mutasi penambahan atau pengurangan pos-pos di
Neraca PT Kiss Dong Say.

Berikut adalah contoh untuk mutasi Aktiva Tetap di Neraca.

Banaunan 1,200,000,000 1,800,000,000

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Mes in 700,000,000 1,500,000,000 800,000,000
Pera Iatan 50010001000 60010001000 100,000,000
Aktiva Tetap (Net) 3,400,000,000 4,500,000,000

Terdapat penghapusan tanah yang nilai bukunya Rp400 juta, dan


tambahan Bangunan, Mesin, dan Peralatan masing-masing Rp600 juta, Rp800
juta, dan Rp100 juta. Penghapusan tanah ini bisa dalam bentuk penjualan tanah
atau dihibahkan kepada pihak lainnya.

Warning:
Pelepasan Hak atau penghapus bukuan Aktiva Tetap harus diakui Laba Ruginya
atas transaksi pengalihan tersebut dalam Laporan Laba Rugi pada tahun dimana
transaksi terjadi.

Dengan mengacu pada prinsip pengakuan Loss or Gain on Fixed Asset


Disposal dalam transaksi pengalihan hak atas aktiva tetap, maka jika
diperhatikan secara saksama di dalam laba rugi tahun 2015 PT Kiss Dong
Say, tidak ada laba atau rugi dari penjualan tanah. Artinya, perusahaan
sudah melakukan salah saji. Ini bukan indikasi lagi namanya, tapi sudah
merupakan suatu kelalaian atau ketidakpatuhan kepada aturan perpajakan.

Warning:
Di dalam laba rugi tahun 2015 PT Kiss Dong Say, tidak ada laba atau rugi dari
penjualan tanah dalam pos "Penghasilan Luar Usaha", yang seharusnya ada dan
dilaporkan.

Tidak hanya aktiva tetap, pos-pos lainnya yang menjadi perhatian khusus adalah
piutang lainnya/ related party, aktiva Lainnya, hutang pemegang saham, hutang
Bank, modal, dan Retained Earning (RE). Aspek perpajakan dari mutasi
penambahan atau pengurangan pos-pos tersebut bisa dilihat pada teori-teori
sebelumnya. Hasil hitungan selisih memiliki aspek perpajakan di bawah ini.
Berikut adalah aspek masing-masing:

Neraca Dampak Perpajakannya

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Neraca Dampak Perpajakannya

Piutang Dagang Penambahan atau pengurangan :


Li hat analisis rasio utang dagang terhadap
pembelian. Nalarnya sama dengan piutang dagang
terhadap penjualan .

Piutang karyawan/Direksi Penambahan atau pengurangan:


Apabila dananya dari pinjaman Bank, maka biaya
bunga pinjaman harus dikoreksi sejumlah dana
pokok yang dipinjamkan ke karyawan/direksi itu.

Piutang kepada Related Penambahan atau pengurangan:


Party Harus ada pengakuan penghasilan bunga pinjaman
(S-165/PJ./1993)
Persediaan Pengurangan atau penambahan :
Jika selisih antara persediaan awal dan persediaan
akhir masih dalam kisaran 0% - 25%, maka nilai
persediaan akhir sudah wajar.
Penyertaan Saham Jika dana untuk membeli saham diperoleh dari
pinjaman, maka bunga pinjamannya dikoreksi fiskal.

Tanah Penambahan: Minta BPHTB


Pengurangan: Minta PPh atas pengalihan yang 5% x
Sales. Lihat Pengakuan laba rugi jual tanah
Bangunan Penambahan: Minta PPN kegiatan membangun
Sendiri (4%) jika luasnya 200 m2 lebih, atau minta
bukti potong PPh pasal 23 atas jasa konstruksinya
jika bukan membangun sendiri.
Pengurangan: Minta PPh atas pengalihan yang 5% x
Sales. Lihat Pengakuan laba rugi jual tanah dan
bangunan
Kendaraan Penambahan: Minta faktur pembeliannya. Susutkan
50% jika sedan
Pengurangan: harus ada pengakuan laba rugi

pengalihan aset.
Peralatan proyek Penyusutan 100%

Inventaris Kantor Penyusutan 100%


Aktiva Lainnya Hati-hati dengan Biaya Pendirian, karena sering
terjadi adanya pengeluaran-pengeluaran yang tidak

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Neraca Dampak Perpajakannya
ada bukti pendukungnya. Biaya pendirian ini
diamortisasi sebesar yang ada bukti pendukungnya
saja.
Hutang Usaha/Dagang Penambahan atau pengurangan:
Lihat analisis rasio utang dagang terhadap
pembelian yang nalarnya sama dengan piutang
dagang terhadap penjualan
Hutang dari pemegang -
saham
Hutang Bank Jangka Pendek Telitilah apakah pembayaran pokok dan bunga
atau Panjang hutang:
A. Minimal 40% dari Laba Bersih sebelum
Bunga dan Pajak?
B. Memiliki jaminan 150% dari total kredit bank
tersebut?
C. Apakah nilai jaminan kredit yang
merupakan aktiva tetap perusahaan sudah
cukup nilainya untuk jumlah kredit sebesar
itu?
Modal Penambahan atau pengurangan modal Minta
RUPS-nya (wajib)
Laba Ditahan (RE) Penambahan: RE Akhir tahun = RE awal tahun +
Earning After Tax
Pengurangan: Ada pembagian Dividen

ANALISIS TAMBAHAN (RASIO KHUSUS & COST DRIVER)

Analisa Rasio Biaya Komisi Penjualan denqan Penjualan


Teknik lainnya untuk menguji penjualan adalah dengan melihat biaya
komisi penjualan. Analisa Rasio ini sangat layak dipakai dan cukup sakti dalam
mendeteksi salah saji material.
Rasio Penjualan terhadap Biaya Komisi Penjualan (Rupiah)

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Biaya Komisi* 200 juta 235 juta 400 juta

Ratio 50 x 53 x 19 x

Asumsikan angka Biaya Komisi adalah sejumlah ini (tidak diambil dari Rugi Laba
PT Kiss Dong Say)
Tahun 2015, rasio biaya komisi turun drastis, yaitu 19x, sedangkan rata-
ratanya adalah 51x. Melalui pendekatan ini, penjualan yang seharusnya adalah Ii
Rp400 juta x 51 kali = Rp20.400 juta, tapi dibukukan oleh perusahaan hanya
Rp8.860 juta. Ada tiga kemungkinan kesalahan:
1. biaya komisi dicatat terlalu besar, penjualan sudah benar.
2. penjualan dicatat terlalu kecil, biaya komisi sudah benar.
3. kedua-duanya tidak benar. Yang jelas, hal ini menunjukan adanya indikasi
kuat dan menonjol akan adanya kesalahan pencatatan, baik itu penjualan
atau biaya komisinya.

Analisa Pasar untuk Pengujian Trend Penjualan


Analisa ini dilakukan dengan melihat perkembangan situasi perekonomian
suatu daerah atau Negara. Apabila trend dalam unit dan Rupiah Penjualan tidak
seirama dengan trend pasar, maka pertanyaannya adalah mengapa trencfnya
tidak sama?
Ada baiknya jika kita merujuk pada kasus yang dibuat oleh Siswanto
Sutojo dengan judul kasus "PT Plastik Indonesia", yang cuplikan ringkasnya
adalah sebagai berikut6:
PT Plastik menjual Polystyrene yang diimpor dari Dow Chemicals, USA.
Polystyrene adalah bahan baku plastik seperti alat-alat perkantoran dan rumah
tangga. Data Permintaan di Indonesia menurut Investor Jepang dan Departemen
Perindustrian selama 5 tahun kedepan adalah sebagai berikut:

Tahun Ton
20X6 16.000
20X7 17.500
20X8 19.000

6
Siswanto Sutojo. Analisa Kredir Bank Umum . Penerbit PT Damar Mulia Pustaka , Jakarta, 2007.

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


20X9 20.000
20YO 21.500

Maka dari data tersebut trend dapat dihitung sebagai berikut:


Tahun Ton Trend Kenaikan dengan
dari 20X6 Tahun Lalu
20X6 16.000 0% 0%
20X7 17.500 9% 9%
20X8 19.000 18% 9%
20X9 20.000 25% 7%
20YO 21.500 34% 9%
Maka rata-rata kenaikan permintaan pasar adalah 9%. Dengan asumsi
bahwa jenis usaha PT Kiss Dong Say sama dengan PT Plastik, maka jika laju
pertumbuhan penjualan tidak sama atau bahkan menurun jauh dari 9%, maka
hal tersebut sangat perlu dipertanyakan.

PT KISS DONG SAY - Analisa Rasio Pembelian Kaitannya dengan Pos


Biaya Lainnya

Rasia Biaya ongkos kirim dengan Pembelian


Rasia Pembelian DN terhadap Biaya Ongkos Kirim

Pos 2013 2014 2015

Pembelian 6.600 juta 6.800 juta 7.600 juta


Biaya Ongkos Kirim * 30 juta 50 juta 480 juta .

Ratio 220 x 136 x 15 x


* Angka Biaya Ongkos Kirim diambil dari Rugi Laba PT Kiss Dong Say

Tahun 2015, rasio biaya ongkos kirim turun drastis, yaitu 15x, sedangkan
rata-ratanya adalah 178x. Melalui pendekatan ini, pembelian adalah sekitar
Rp480 juta x 178 kali = Rp85.440 juta, dan nampaknya tidak mungkin sebesar
itu. Ada dua kemungkinan kesalahan:
1. biaya ongkos dicatat terlalu besar.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


2. pembelian dan ongkos angkut kirim sama-sama salah dicatat. Yang jelas,
hal ini menunjukan adanya indikasi kuat adanya kesalahan pencatatan,
baik itu pembelian atau biaya ongkos kirimnya.

Pendeteksian Misstatemen t pada pos Persediaan .1:

Persediaan biasanya tidak atau jarang dilakukan pemeriksaan karena


prosedur pengujian barang sulit dilakukan dan memakan waktu . Dalam konteks
pajak misstatement dalam persediaan tahun ini akan terkompensasi dengan
sendirinya pada tahun berikutnya. Prinsip pendeteksian Persediaan adalah:
a. Persediaan Akhir tahun lalu = Persediaan Awai Tahun ini
b. Persediaan awal dan Persediaan Akhir memiliki ratio wajar +/- 25%
Rasio 25% artinya adalah jika, katakan persediaan awal adalah Rp100
juta, maka persediaan akhir memiliki kisaran wajar adalah Rp100 juta +/-
25%(Rp100 juta) = Rp75 juta atau Rp125 juta. Sebagai tambahan, perlu
diketahui bahwa maksud dari perputaran persediaan adalah berapa kali
perusahaan melakukan pembelian barang dagangan dalam setahun. Rumusnya
adalah HPP/Rata-rata Persediaan. Berikut adalah contohnya: I
Rasio Perputaran Persediaan (catatan: Untuk usaha Dagang & Pabrik saja)

Inventory Turnover Artinya

12X Dalam setahun, perusahaan melakukan pengisian


ulang (pembelian) sebanyak 12 kali. Lamanya
persediaan ada digudang adalah 360 hari/12 kali =
30 hari

25X Dalam setahun, perusahaan melakukan peng1s1an


ulang barang 25 kali. Lamanya persediaan ada
digudang adalah 360 bulan/25 kali = 14 hari

Catatan:
Hampir seluruh wajib pajak (usaha dagang dan pabrikan) memiliki
persediaan akhir di Neraca-nya. Silahkan minta rincian/buku persediaan
dan hasil stock opname persediaan. Jawabannya selalu sama: Tidak
punya! .... 99% wajib pajak tidak memiliki kartu/buku persediaan & Stock

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Opname, kecuali supermarket skala menengah dan besar. Artinya:
pembukuan tidak benar.

Contoh Lain:
Pendeteksian Misstatement pada pos Biaya Langsung dan Biaya Tidak
Langsung
Pendeteksian awal (Gunakan Teknik common size)
Pada saat menguji Biaya Langsung dan Biaya Tidak Langsung, teknik analisa
dapat dilakukan dengan membandingkan biaya-biaya tersebut selama dua atau
tiga tahun berturut-turut. Data diperoleh dari SPT PPh Badan (Rugi Laba).
Contohnya kita ambil dari perusahaan lain (bukan PT Kiss Dong Say) adalah
sebagai berikut:

PT Indah Kuat (Pabrikan)


2013 2014 2015
Penjualan 4,000,000,000 4,500,000,000 3,000,000,000
Biaya Langsung:
Pemakaian Bahan Baku 1,000,000,000 1,500,000,000 1,950,000,000
Upah Langsung 200,000,000 280,000,000 420,000,000
I Jumlah 1,200,000,000 1,780,000,000 2,370,000,000
Biaya Tidak Langsung:
Listri k/Air/telepon 250,000,000 312,000,000 425,000,000
Konsumsi Karyawan 60,000,000 71,000,000 98,000,000
Penyusutan 80,000,000 90,000,000 90,000,000
Pemakaian Bh.
Pendukung 140,000,000 320,000,000 546,000,000
Perjalanan Dinas 200,000,000 670,000,000 725,000,000
Komunikasi 45,000,000 48,000,000 60,000,000
Maquet/sample 25,000,000 29,000,000 34,000,000
Keperluan Proyek 15,000,000 21,000,000 32,000,000
Biaya Lainnya 100,000,000 110,000,000 125,000,000
I Jumlah 915,000,000 1,671,000,000 2, 135,000,000
Jumlah Biaya Produksi 2, 115,000,000 3,451,000,000 4,505,000,000
I Gross Profit 1,885,000,000 1,049,000,000 (1,505,000,000)

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Maka pendeteksian yang paling efektif adalah dengan menggunakan
common size sebagai berikut:

Penjualan I 4,000,000,000 I i.oo I 4,500,000,000 I i.oo I 3,000,000,000 I i.oo


Biaya Langsung:
Bahan Baku 1,000,000,000 0.25 1,500,000,000 0.33 1,950,000,000 0.65
Upah Langsung 200,000,000 0.05 280,000,000 0.06 420,000,000 0.14
Jumlah 1,200,000,000 0.30 1, 780,000,000 0.40 2,370,000,000 0.79

Mengapa dengan cara tersebut, karena terdapat hubungan yang linear


(garis lurus) antara biaya langsung dengan penjualan, sehingga dengan melihat
persentase yang melonjak dari persentase rata-rata maka disitulah letak
kemungkinan kuat terdapat salah sajinya. Dalam hitungan ini, biaya yang terjadi
lonjakan adalah biaya bahan baku tahun 2014 dan 2015, dari 25% menjadi
sebesar 33% dan 65%, sedangkan upah langsung hanya ditahun 2015, dari 5%- I
6% menjadi 14%. Mengenai biaya-tidak Langsung, disarankan agar memakai
analisa selisih karena hubungannya dengan penjualan tidak seperti biaya
langsung yang linear.

Pengujian Biaya Tidak Langsung CGunakan analisa selisihl


Mengenai biaya-tidak Langsung, disarankan agar memakai analisa selisih
karena hubungannya dengan penjualan tidak seperti Biaya Langsung yang linear.
Angka dibawah ini adalah contoh saja:

Biaya Tidak
L~ngsung 2013(A) 2014(8) Selisih 2015 (C) (C-A)
u;:
Ld:rik/Air/telepon 250,000,000 312,000,000 62,000,000 425,000,000 175,000,000
Konsumsi
Karyawan 60,000,000 71,000,000 11,000,000 98,000,000 38,000,000

Penyusutan 80,000,000 90,000,000 10,000,000 90,000,000 10,000,000

Pemakaian Bh.
Pend 140,000,000 320,000,000 180,000,000 546,000,000 406,000,000
Perjalanan Dinas 200,000,000 670,000,000 470,000,000 725,000,000 525,000,000
Komunikasi 45,000,000 48,000,000 3,000,000 60,000,000 15,000,000

Maquet/sample 25,000,000 29,000,000 4,000,000 34,000,000 9,000,000

Keperluan Proyek 15,000,000 21,000,000 6,000,000 32,000,000 17,000,000

Biaya Lainnya 100,000,000 110,000,000 10,000,000 125,000,000 25,000,000

I Jumlah 915,000,000 1,671,000,000 2,135 ,000,000

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Lonjakan besar terjadi pada tahun 2014 dan 2015 pada biaya
Listrik/Air/tetelpon, biaya Pemakaian Bahan Baku dan Biaya Perjalanan Dinas.
Indikasi kuat disitulah letak salah sajinya.

Prosedur untuk AR:


Minta rincian pembayaran Litrik selama setahun (jangan rekening te/epon atau
air !), dan minta bukti rekening listriknya 3 bulan saja. Untuk beban pemakaian
bahan pendukung minta rincian NPWP supplier. Untuk beban perjalanan
dinas: tanya siapa yang jalan, kemana, urusan apa.
Jika perusahaan bergerak dibidang jasa konsultan, maka berikut adalah contoh
cara-cara mendeteksi kebohongan wajib pajak.

PT Splendid Management Consulting (Perusahaan Jasa)


2013 2014 2015
Penjualan 4,000,000,000 4,500,000,000 3,000,000,000
Biaya Langsung :
Biaya Subkontrak 1,000,000,000 1,500,000,000 1, 950,000,000
Biaya Tenaga Profesional 400,000,000 500,000,000 600,000,000
Biaya Perjalanan Dinas 250,000,000 265,000,000 350,000,000
Konsumsi Karyawan 150,000,000 270,000,000 877,500,000
Biaya Langsung Lainnya 40,000,000 50,000,000 60,000,000
Jumlah 1,840,000,000 2,585,000,000 3,837 ,500,000
Gross Profit 2, 160,000,000 1,915,000,000 {837,500,000}

Teknik yang paling efektif digunakan adalah analisa common size, karena
memiliki hubungan yang linear juga dengan penjualan. Sales sebagai patokan.

Penjualan 4,000,000,000 1.00 4,500,000,000 1.00 3,000,000,000 1.00

Biaya Langsung:
Biaya Subkontrak 1,000,000,000 0.25 1,500,000,000 0.33 1, 950,000,000
Biaya Profesional 400,000,000 0.10 500,000,000 0.11 600,000,000
Biaya Perjalanan 250,000,000 0.06 265,000,000 0.06 350,000,000
Konsumsi 150,000,000 0.04 270,000,000 0.06 877,500,000
Biaya Lainnya 40,000,000 0.01 50,000,000 0.01 60,000,000 0.02
Jumlah 1,840,000,000 0.46 2,585,000,000 0.57 3,837 ,500,000 1.28
Gross Profit 2,160,000,000 0.54 1.915.000.000 0.42 {837.500.000} {0.27}

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Tahun 2013 dan 2014, Biaya professional, perjalanan dinas, konsumsi,
dan biaya lainnya landai-landai saja, tapi begitu di 2015, mengalami kenaikan
seluruh biaya langsungnya.
"Elemen-elemen biaya langsung yang tetjadi lonjakan dibandingkan
tahun la/u adalah objek fokus perhatian'~
Lonjakan besar terjadi pada tahun 2015 sebagaimana yang dilingkari
karena terlihat adanya perbedaan persentase rata-rata dari tahun sebelumnya.
Kemungkinan kuat disitulah letak salah sajinya. Mohon jangan langsung
dikenakan Pasal 21/23/26 tapi minta NPWP dulu.

Pendeteksian Misstatement pada pos Biaya Bunqa Pinjaman


Pos ini penting diuji apabila jumlahnya besar. Pendeteksian Misstatement pada
pos Biaya Bunga Pinjaman dapat dilakukan dengan cara meminta dan meneliti
kontrak pinjaman yang memberikan data rincian jadwal pembayaran bunga. I

Essay ALK Bagi AR yang mau embaca


1. Hal-hal apa yang harus dilakukan AR sebelum melakukan Analyses of
Financial Statement?
Jawab:
Lihat langkah-langkah ALK yang ada di BAB awal buku ini.

2. Dalam penggalian potensi pajak, mana yang lebih penting, Neraca atau
Rugi Laba?
Jawab:
dua-duanya penting

3. Neraca sebelah kanan, apa artinya? sebelah kiri, apa artinya?


Jawab:

Sebelah kanan uang masuk, sebelah kiri uang keluar.

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


4. Dari seluruh pas Lapoan Keuangan, pas apa yang paling mendasari
prinsip kejujuran, kebenaran, tidak pernah bisa berbohong, yang paling
sulit diperoleh bukti kongkritnya oleh AR?
Jawab:
Rekening Koran Bank ASLI

5. Bagaimana cara AR supaya tahu bahwa ada uang perusahaan di gondol


Direksi?
Jawab:
pelajari anggaran kas keluar perusahaan. Lihat realisasinya. Kalau ada
yang beda jauh maka itu ciri-ciri uang bingung dengan berbagai sebab.
AR sulit dapet data ini!

6. Pada perusahaan keluarga (bukan PMA), jika laba bersih sedikit atau
minus tapi pemegang saham mampu memberikan pinjaman dalam
jumlah yang besar ke perusahaan dan perusahaan malah makin naik
assetnya atau karyawannya dari tahun ke tahun. Apa artinya?
Jawab:
Uang Penjualan masuk ke Rekening Pribadi Pemegang Saham.

PEMBAHASAN KASUS-KASUS DIBAWAH INI SEHARUSNYA MELALUI 3


TAHAP PRE-ANALYSES DAN 5 TAHAPAN ANALYSES.

7
PT Hidup Segan Mati Tak Mau
PT HSMTM adalah perusahaan pembuat pakaian jadi, yang selalu menderita rugi
terus menerus dan tidak pernah membayar PPh Badan hampir setiap tahun.
Pemegang saham utama perusahaan adalah HSMTM, Inc. Hongkong. Kasus ini

7
Kasus ini aslinya diambli dari buku yang berjudul Corporate Fraud : Case studies in detection and
prevention, karangan John D. O'gara, penerbit John Wiley & Sons, Inc.2004. Penulis mengubah
nama-nama dengan alas an yang sama, yaitu agar lebih membumi dan mengena pada topic analisa
laporan keuangan untuk tujuan perpajakan. Angka-angka seluruhnya adalah buatan penulis.

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


tidak ada hubungannya dengan praktek transfer pricing, sebagaimana umumnya
terjadi pada PMA. Data laporan keuangan PT HSMTM adalah sebagai berikut:

NERACA
Ac.counts 2012 2013 2014 2015

Current Assets 10,000 12,000 14,000 11,000

Fixed Assets 12,000 14,800 16,000 20,000

Other Asset 800 700 500 2,000


22,800 27,500 30,500 33,000

Current Liabilities 5,000 10,000 12,000 12,500

LTD 10,800 11,500 14,500 18,500

Equity 7 000 6,000 4,000 2,000


22,800 27,500 30,500 33,000

LABA RUGI USAHA


Accounts 2012 2013 2014 2015

Sales 10,000 9,000 11,000 12,000

HPP 9,000 8,600 10,700 11,200

Laba Kotor 1,000 400 300 800

Biaya SGA 1,200 1,400 2,300 2,800

Rugi Usaha (200) (1,000) (2,000) (2,000)

Mohon Saudara memberikan penjelasan kepada wajib pajak secara

meyakinkan bahwa pembukuan Perusahaan ini memiliki indikasi kuat adanya


kebohongan.

lawab:
Isu Penting dalam ana/isa /aporan keuangan komersial:
Bila laporan rugi terus menerus seperti ini, sudah pasti pemeriksaan pajak telah
dilakukan oleh DJP. Dalam kasus ini penulis hanya mau memberitahukan sebuah
pesan penting kepada AR bahwa ada hal-hal yang aneh dalam laporan keuangan
PT HSMTM ini. Keanehan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penjualan cenderung naik, tapi rugi terus.
2. Aktiva tetap mengalami kenaikan dari tahun ke tahun adalah rugi terus
menerus.

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


3. Total Asset mengalami kenaikan dari tahun ke tahun adalah rugi terus
menerus.
4. Hutang Jangka Panjang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun adalah
rugi terus menerus.

Pendeteksian keanehan ini dapat dilakukan dengan cara:


1. Menghitung fluktuasi rasio laba kotor penjualan. Jika terjadi penurunan atau
kenaikan yang drastis, maka laporan terindikasi tidak benar
2. Menghitung rasio dengan teknik common size atas penambahan Aktiva tetap
terhadap total aset. Aktiva tetap naik terus sedangkan perusahaan rugi
terus, dari mana dananya untuk membeli fixed assettersebut ?
3. Menghitung rasio aktiva tetap terhadap hutang jangka panjangnya. Dengan
cara ini, terlihat bahwa aktiva tetap selalu naik diikuti oleh naiknya hutang
jangka panjang. Jika hutang ini berasal dari Bank yang bukan Related Party,
maka timbul pertanyaan, mangapa Bank tersebut berani memberikan
pinjaman besar sedangkan perusahaan rugi terus? Apakah Bank itu
"stupid'? Apakah ada laporan keuangan ganda?
4. Jika pinjaman jangka panjang berasal dari related party, maka terdapat
indikasi adanya praktek transfer pricing.
5. Analisa Operating Cash Flow dan melakukan analisa rasio operating Cash
Flow terhadap Net Profit Jika terlihat adanya operating cash flow yang
positif terus menerus berarti perusahaan yang notabene Hidup Segan Mati
Tak Mau ini sebenarnya "Sangat Sehat". Bila Operating Cash Flow selalu
mengalami kenaikan tapi net profit selalu mengalami penurunan, berarti
pencatatan dalam laporan keuangan bohong. Dalam kasus-kasus yang
disajikan oleh John D.0' Gara dalam bukunya "Corporate Fraud: Case
Studies in Detection and Prevention'; beliau selalu berulang-ulang
menganjurkan analisa "Operating Cash Flow" dan analisa "Gross Profit
Ratio'~ Sebagai tambahan, statement of cash flow selalu ada tiga bagian,
cashflow from operating, cashflow from Investing, dan cashflow from
Financing. Yang dimaksud dalam analisa kasus PT HSMTM ini adalah
cashflow from operating.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Aspek Pajak atas Aktiva Tetap

PT MBA adalah perusahaan manufacturing. Terdapat data aktiva tetap sebagai


berikut:
Tam bah
2014 2015 {kurang)

Tanah 10,000 12,000 2,000


Bangunan Kantor 500 1,200 700
Bangunan Pabrik 4,000 10,000 6,000
Kendaraan 800 200 (600)
Mesin 6,000 4,000 (2,000)
Inventaris Kantor 200 600 400

Pertanyaan: Bahaslah aspek pajaknya


Jawab:
1. Tanah ada tambah, nilai BPHTB harus dikapitalisir ke harga tanah
2. Bangunan kantor ada tambah, perhatikan PPN KMS atau menggunakan
jasa konstruksi. PPN KMS ada dua pajak: PPN=2% dan Pasal 21=30% x
total cost x 3%.
3. Bangunan Pabrik ada tambah, perhatikan PPN KMS atau menggunakan
jasa konstruksi. Kajian sama dengan bangunan kantor. Sama

perlakuannya dengan Construction in Progress.


4. Kendaraan berkurang, perhatikan PPN masukan kendaraan jangan
dikreditkan jika sedan dan tidak kena PPN pasal 16D.
5. Mesin berkurang, perhatikan PPN masukan atas mesin, boleh dikreditkan,
dan kalau impor lihat Nilai Impor apakah sama dibukukan pada pas mesin
ini. Jika ada selisih maka koreksi fiskal. Dijual Kena PPN pasal 16D
6. Inventaris Kantor bertambah, perhatikan PPN masukan boleh dikreditkan.

PT SLBI
Kasus ini diambil dari putusan banding nomor Put-02195/PP/M.III/13/2004. PT
SLBI adalah perusahaan pembuat roti. Perusahaan membuat 4 jenis roti, jenis A,
B, C, dan D. Pemeriksa mengkoreksi penjualan perusahaan dengan

menggunakan perhitungan rata-rata penjualan .

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Harga Jual Rata-Rata = Sales/ quantity
Harga Jual Rata-Rata = Rp21.200.836.384 / 16.468.485
Harga Jual Rata-Rata = Rpl.287,36 per unit.

Jumlah produksi yang kurang dilaporkan berdasarkan dokumen pendukung


pemakaian gula yang menurut pemeriksa adalah 11.381.220 unit, sehingga
terjadi koreksi penjualan sebesar Rpl.287,36 x 11.381.220 unit =
Rp14.651.704.851,-. Tolak ukur perhitungan penjualan adalah penggunaan gula
dalam ukuran kilogram. Menurut Perusahaan, berdasarkan pencatatan dan
dokumen pendukung berupa standard cost, standar penggunaan gula adalah
228.905 kg sedangkan penggunaan adual adalah 202.639 kg. Menurut
perusahaan, koreksi penjualan tidak benar perhitungannya. Menurut Hakim
pengadilan banding, wajib pajak menang karena hitungan pemeriksa kurang
tepat. Terlepas dari pendapat hakim, apakah cost driver atau variable cost yang
dianut Pemeriksa Pajak sudah benar menurut Saudara?

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Jawab:
Issue Penting dalam analisa laporan keuangan komersial:
Penulis tidak memberikan penilaian tentang benar atau tidak benarnya hitungan
pemeriksa pajak karena itu masalah teknik audit berdasarkan dokumen sumber
dan keahlian pemeriksa. Yang perlu ditekankan disini adalah bahwa logika
hitungan pemeriksa pajak sudah benar walaupun hasil hitungan rata-rata itu
hanya merupakan pendekatan, yaitu pendekatan rata-rata. Critical Point disini
adalah bahwa analogi rasional sangat menentukan kebenaran suatu
perhitungan. Beberapa contohnya adalah:

Item Dasar /Patokan


Jumlah unit minuman botol Tutup botol yang diproduksi
Produksi roti Kilogram gula/terigu
Produksi mie Kilogram terigu
Biaya Listrik pabrik KWH dan jam produksi
Jasa tenaga ahli Fee per jam dan jumlah jam
Biaya catering Biaya per box dan jumlah karyawan
Potocopy Jumlah Rim kertas

Dari cost driver tersebut akan memberikan hasil yang cukup mendekati
kebenaran (kewajaran).

PT Dekil Dress (Garment Company)


PT Dekil Dress adalah perusahaan pembuat pakaian jadi, yang dalam 3
tahun terakhir penjualannya sedang lesu. Data laporan keuangan PT Dekil Dress
adalah sebagai berikut:
NERACA
Accounts 2013 2014 2015
I

Current Assets 12,000 14,000 11,000


Fixed Assets (70 mesin jahit) 14,800 14,600 14.400
Other Asset 700 500 2,000
27,500 29,100 27,400
Current Liabilities 10,000 8,400 2,400
LTD 11,500 14,500 18,500

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Equity 6,000 6,200 6,500
27,500 29,100 27,400

Accounts 2013 2014 2015


I

Sales 20,000 16,000 12,500


HPP 18,600 14,700 10,200
Gross Profit 2,400 2,300 2,300
SGA Ekspenses L400 LlOO L200
Net Profit 1,000 1,200 1,100

Mesin jahit elektrik berjumlah 70 unit sejak 2013 dan tidak bertambah
sampai sekarang. Tanah dan Gedung milik pihak ketiga sehingga terdapat biaya
sewa. Bagaimana cara mendeteksi kejanggalan -kejanggalan pembukuan wajib
pajak ini? Cost driver apa yang harus dipakai dalam jenis usaha garmen ini?
Bahaslah kasus ini bersama partner anda di kantor.

Jawab:
Benang Merah Perusahaan Garment
Pendeteksian kejanggalan dapat dilakukan dengan cara:
1. Menghitung fluktuasi rasio laba kotor penjualan. Jika terjadi penurunan atau
kenaikan yang derastis, maka laporan terindikasi tidak benar
2. Membandingkan Biaya Pemakaian Listrik perusahaan selama 3 tahun
3. Membandingkan Biaya Pengiriman selama 3 tahun
4. Membandingkan Handling Fee (untuk Export) selama 3 tahun

Misalkan berikut adalah rincian Biaya Pemakaian Listrik perusahaan dan


perbandingannnya dengan penjualan selama tiga tahun beturut-turut:

Tahun Biaya Listrik (Rp} Kenaikan terhadap


2006
2013 60,000,000 0 %
2014 80,000,000 33 %
2015 120,000,000 100 %

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Sedangkan kenaikan penjualan adalah :

Tahun Penjualan (Rp) Kenaikan terhadap


2006

2013 20,000,000,000 0 %

2014 16,000,000,000 -20 %


-37,5 %
I
2015 12,500,000,000

Perlu diingat oleh Pembaca bahwa biaya Listrik ini adalah Biaya yang
berhubungan langsung dengan pemakaian Mesin jahit elektrik. Apabila tidak ada
produksi, maka hanya biaya listrik dari pemakaian gedung, AC, Kulkas, dan
Aktiva selain Mesin jahit elektrik saja. Tapi ketika order meningkat, maka
produksi meningkat, dan penjualan juga meningkat. Akibatnya biaya listrik pasti
bertambah karena jam kerja mesin bertambah. Itu Pasti. Mengapa pertambahan
Biaya Listrik yang sampai 100% di 2008 pada PT Dekil Dress tidak menambah
penjualannya? Sepengalaman penulis yang pernah memeriksa beberapa

perusahaan garmen, tidak ada satupun perusahaan garmen tersebut yang


mampu menyangkal teori ini.

PT Lebak Bulus City


Laporan keuangan PT LBC diaudit oleh KAP Endang, Paryono & Rekan untuk
tahun 2008. Perusahaan bergerak dalam bidang produsen minuman kaleng.
Berdasarkan laporan keuangan tersebut dapat diresume hal-hal sebagai berikut:

Pos Neraca & R/L 2012 2013 2014 2015

o Penjualan 150 milliar 140 milliar 130 Milliar 100 milliar

o Laba Kotor 30 milliar 25 milliar 15 milliar 9 milliar

o PPh terhutang 300 jt 280 jt 260 jt 225 jt

o Aktiva Tetap (Net) 25 milliar 28 milliar 30 milliar 32 milliar

o Total Asset 40 milliar 45 milliar 48 milliar 50 milliar

o Hutang Jangka Panjang 15 milliar 20 milliar 25 milliar 28 milliar

o Total Karyawan Tetap 100 orang 115 orang 112 orang 118 orang

o Total Karyawan Tdk.Tetap 200 orang 250 orang 265 orang 280 orang

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Berdasarkan fakta tersebut, hal penting apakah yang kira-kira menjadi fokus
Saudara sehingga Saudara mengerti bahwa laporan keuangan ini terjadi
kesalahan yang material.

Jawab:
Hal-hal yang menjadi perhatian penting bisa diidentifikasi jika data tersebut kita
ubah menjadi bentuk kelipatan dan rasio. Teknik perhitungan tersebut dapat
dilakukan sebagai berikut:

Hubungan antar Pos 2012 2013 2014 2015


Trend Laba Kotor 20% 18% 12% 9%
Trend Penjualan dengan Total Asset 3.75 3.11 2.71 2.00
Trend Penjualan dengan Aktiva Tetap 6.00 5.00 4.00 3.00
Trend PPh terhutang dengan Total asset 0.8% 0.6% 0.5% 0.5%

Dari tabel diatas dapat dibaca sebagai berikut:

1. Rasio Laba Kotor terus turun secara signifikan, artinya adalah bahwa
tingkat toleransi penurunan sudah sangat jauh dari kewajaran, dari 20%
menjadi 9%. Biasanya, persentase toleransi adalah +/- 3% dari
persentase dasar, sehingga jika persentase dasar misalkan 20% maka
toleransi yang bisa diterima adalah 20% +/- 3%, hasilnya 17% sampai
dengan 23%.
2. Trend penjualan dengan Total Asset cenderung turun, artinya terjadi
ketidakwajaran. Bagaimana mungkin penjualan turun tapi aktiva terus
bertambah. Logikanya, jika aktiva terus bertambah maka produksi juga
semakin bertambah. Hutang jangka panjang terjadi kenaikan terus,
sehingga timbul pertanyaan mengapa Bank atau kreditor lainnya mau
memberikan pinjaman yang semakin besar jumlahnya, padahal menurut
laporan keuangan, laba usaha semakin turun. Kreditur pasti melakukan
uji kelayakan kredit terlebih dahulu sebelum memberikan pinjamannya
kepada nasabah, dan pinjaman diberikan karena perusahaan segar
bugar dan nampaknya akan terjadi peningkatan laba usaha dimasa
mendatang sehingga mampu membayar hutangnya (menurut analisa

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


kreditor). Apakah ada laporan keuangan ganda? Hanya Tuhan yang
tahu.
3. Jumlah karyawan semakin bertambah, seiring dengan pertambahan
aktiva tetapnya. Artinya adalah bahwa usaha perusahaan sedang
meningkat. Mengapa penjualan dan laba kotor menurun?
Semua kajian ini kemukakan kepada wajib pajak dengan cara yang
meyakinkan ...

PT Crocodile Laundry (Laundry Company)


PT Crocodile adalah perusahaan jasa tukang cuci bagi penduduk wilayah kota
Lebak Bulus City, karena warganya tidak sempat mencuci sendiri. Data Profit &
Losstahun 2015 perusahaan adalah sebagai berikut:
Peredaran Usaha Rp 12 milliar

Harga Pokok Jasa:


Pembelian Bahan pendukung Rp 3 millar
Upah Karyawan Rp 6 milliar

Biaya Langsung lainnya Ro 1 milliar


Jumlah Rp 10 milliar

Laba Kotor Rp 2 milliar

Berdasarkan Laporan SPT PPN masa Januari-Desember 2015 diperoleh data:


Keterangan OPP Jumlah PPN
Keluaran 12 M 1,2 M

Masukan 10 M lM
Kurang Bayar

Ada kesalahan fatal dalam Rugi Laba ini. Silahken Saudara cari!
Jawab:
Penjualan 2015 adalah sebesar Rp 12 milliar (Pajak Keluaran Rp 1,2M) dan
Pengeluaran Belanja Barang adalah Rp 10 milliar (Pajak Masukan Rp 1M). Kurang
Bayar PPN setahun adalah Rp200 juta (PK-PM). Mengapa pembel ian bahan di
rugi laba hanya Rp 3 Milliar, padahal Pajak Masukan ada Rp 1 milliar? Upah tidak

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


kena PPN. Mana yang benar, pembelian menurut Pajak Masukan atau menurut
rugi laba? Jika benar ada belanja Rp10 milliar, maka Pendapatan Laundry harus
melebihi Rp12 milliar. Berapa jumlahnya? Ada baiknya jika kita lihat rasio
penjualan dengan pembelian di Rugi Laba.
Rasio Sales thd. Pembelian = Rp 12M / Rp 3M = 4 kali
Maka Penjualan yang logis adalah Rp48,000,000,000 yaitu 4 x Rp 12 milliar. Ada
cara lain? Silahkan beritahu Penulis!

PT Letoy Construction (Jasa Konstruksi)


Perusahaan bergerak dalam usaha jasa konstruksi. Untuk tahun 2008 sebelum
diterapkannya PP-50 tentang jasa Konstruksi yang seluruhnya dikenakan Final,
cuplikan laporan laba rugi usahanya adalah sebagai berikut:
Peredaran Usaha:
Jasa Pelaksana Konstruksi Rp 2 milliar
Jasa Perencanaan Konstruksi Rp 18 milliar
Jumlah Pendapatan Bruto Rp 20 milliar
Harga Pokok Jasa:
Pembelian Bahan/Material Rp 12 milliar
Upah Buruh Rp 5 milliar
Biaya Langsung lainnya Rp 1 milliar
Jumlah Rp 18 milliar
Laba Kotor Rp 2 milliar

Analisislah cuplikan Profit & Loss perusahaan jasa konstruksi ini, apakah ada
yang salah?

lawab:
Pembukuan perusahaan ini melakukan kesalahan yang sangat fatal. Apabila
pembaca melihat rugi laba tersebut, nampaknya biasa-biasa saja, tidak ada yang
aneh. Tapi lihatlah kajian berikut:

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Jenis Usaha/Pendapata n Jenis Biaya Langsung yang Logis Dikeluarkan
lainnya
laA Perencana Blaya Honorarium/Gajl/Apapun namanya untuk para
Pemlkir, tenaga ahli Perencanaan konstruksl, Blaya
Perjalanan Dlnas, Biaya langsung lainnya (relatif kedl}.
T!dak adq Pembellan Bes~ Aspat Semen, Pash'

Jika dilihat dari persentase penghasilan, Jasa Perencana Konstruksi memiliki 90%
dari total pendapatan. Seharusnya biaya yang dominan adalah Biaya Upah
tenaga ahli, biaya perjalanan dinas, biaya meja dan alat-alat gambar, dan biaya
langsung yang bukan material.

Kesalahan Pembukuan:
Mengapa ada biaya Pembelian Material 12 milliar padahal proyek pelaksan
konstruksi cuma Rp 2 milliar?

Kasus Perpajakan 3 (PT Camar Laut)


PT Camar Laut adalah perusahaan pelayaran. Selain jasa angkutan orang dan
barang, perusahaan juga melayani jasa keagenan, yaitu mencari pembeli atau

penjual dalam dan luar negeri. Laporan keuangan untuk tahun 2015 sudah
diaudit oleh KAP ABC Asumsikan bahwa angka-angka dalam laporan keuangan
perusahaan sudah bebas dari salah saji material. Profit & Loss tahun 2015
aj alah sebagai berikut dibawah ini.

INCOME STATEMENT (Rp)

Pendapatan Usaha Pelayaan 40,000,000,000


Pendapatan Jasa Keagenan 10,000.000,000
Jumlah Pendapatan 50,000,000,000

Harga Pokok Penjualan:


Beban Langsung Usaha Pelayaan 25,000,000,000
Beban Langsung Jasa Keagenan 500,000,000
HPP 25.500.000.000
Laba Kotor 24,500,000,000

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


INCOME STATEMENT (Rp)

Biaya Operasional:
Biaya Administrasi dan Umum: 1, 700,000,000
Biaya Pemasaran 2,800,000,000
Biaya Operasional 4,500,000,000
Laba Bersih Operasional 20,000,000,000
Pendapatan (Biaya) Luar Usaha:
Pendapatan Jasa Giro 100,000,000
Biaya Bunga Pinjaman Bank (2,600,000,000)
Rugi Selisih Kurs atas Pinjaman (10,000,000,000)
Pendapatan (Biaya) Luar Usaha (12,500,000,000)
Laba Bersih Sebelum PPh 7,500,000,000
Audited by KAP ABC

Bahaslah aspek perpajakannya dari audited financial statementtersebut?

Jawab:
Issue Penting dalam analisa laporan keuangan komersial:
Menurut Pasal 15 UU PPh mengatur bahwa jasa pelayaran dalam negeri
dikenakan PPh Final 1,2% dari perederan usaha. Oleh sebab itu, PT Camar Laut
ini harus memisahkan pendapatan dan biaya-biaya yang dikenakan PPh final dan
yang tidak final, sehingga profit & Loss tahun 2015 seharusnya adalah sebagai
berikut (dengan asumsi bahwa penggolongan biaya-biaya tersebut sudah dapat
dipisahkan).

INCOME STATEMENT Final Tidak Final


(Rp) (Rp)
Pendapatan Usaha Pelayaan 40,000,000,000 0
Pendapatan Jasa Keagenan 0 10,000,000,000
Jumlah Pendapatan 40,000,000,000 10,000, 000, 000

Harga Pokok Penjualan:


Beban Langsung Usaha Pelayaan 25,000,000,000 0
Beban Langsung Jasa Keagenan 0 500,000,000

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


INCOME STATEMENT Final Tidak Final

Beban Langsung Usaha Pelayaan 25,000,000,000 0


Beban Langsung Jasa Keagenan 0 500,000,000
HPP 25,000,000,000 500,000,000
Laba Kotor 15,000,000,000 9,500,000,000

Biaya Operasional:
Biaya Administrasi dan Umum: 1,500,000,000 200,000,000
Biaya Pemasaran 2,000,000,000 800,000,000
Biaya Operasional 3,500,000,000 1,000,000,000
Laba Bersih Operasional 11,500,000,000 8,500,000,000

Pendapatan (Biaya) Luar Usaha:


Pendapatan Jasa Giro 100,000,000 0
Biaya Sunga Pinjaman Bank (2,000,000,000) (600,000,000)
Rugi Selisih Kurs atas Pinjaman (7,500,000,000) (2,500,000,000)
Pendapatan (Biaya) Luar Usaha (9,400,000,000) (3,100,000,000)
Laba Bersih Sebelum PPh 2,100,000,000 5,400,000,000

Jadi perusahaan harus dapat menggolongkan penghasilan dan biaya-biaya mana


yang dikenakan PPh Final dan mana yang bukan. Jika perusahaan tidak bisa
memisahkan biaya-biaya tersebut, maka digunakanlah metode alokasi
proporsional, dengan rumus:

Biaya Non Final = Penghasilan Non Final x Total Biaya Bersama


Total Penghasilan

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Karena Beban Harga Pokok Penjualan dapat dipisahkan, maka HPP tidak dihitung
dengan cara ini, sehingga berdasarkan rumus tersebut maka biaya Operasional
dan Biaya Lainnya (Luar Usaha) akan menjadi sebagai berikut:

Rasio Alokasi Biava Operasional dan Biava Luar Usaha:


Biaya Final = Rp 40 Milliar = 80 %
Rp 50 milliar

Biaya Non Final = Rp 10 Milliar = 20%


Rp 50 milliar

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Berdasarkan rasio 80% : 20% maka Rugi laba PT Camar Laut akan menjadi:

INCOME STATEMENT Final Tidak Final


(Rp) (Rp)
Pendapatan Usaha Pelayaan 40,000,000,000 0

Pendapatan Jasa Keagenan 0 10,000,000,000

Jumlah Pendapatan 40,000,000, 000 10,000, 000, 000


Harga Pokok Penjualan:
Beban Langsung Usaha Pelayaan 25,000,000,000 0

Beban Langsung Jasa Keagenan 0 500,000,000

HPP 25,000,000,000 500,000,000

Laba Kotor 15,000, 000, 000 9,500, 000, 000

Biaya Operasional (80% : 20% ) :


Biaya Administrasi dan Umum: 1,360,000,000 340,000,000

Biaya Pemasaran 2,240,000,000 560,000,000

Biaya Operasional 3,600,000,000 900,000,000

Laba Bersih Operasional 11, 400, 000,000 8,600,000, 000


Pendapatan (Biaya) Luar Usaha:
Pendapatan Jasa Giro 100,000,000 0

Biaya Bunga Pinjaman Bank (2,080,000,000) (520,000,000)

Rug i Selisih Kurs atas Pinjaman (8,000,000,000) (2,000,000,000)

Pendapatan (Biaya) Luar Usaha (9,980,000,000) (2,520,000,000)

Laba Bersih Sebelum PPh 1,420,000,000 6, 080, 000, 000

Kasus PT Camar ini sama jenisnya dengan perusahaan-perusahaan yang


memperoleh penghasilan yang dikenakan PPh Final dan tidak final. Contohnya
adalah:
1. Perusahaan Jasa Broker Surat-Surat Berharga yang mendapat Brokerage
Fee dan juga keuntungan penjualan saham di Bursa Efek

2. Perusahaan penjual produk pertamina (seperti Premium/Pertamax/Gas


dan Prociuk pertamina lainya) yang dikenakan PPh final dan juga
memperoleh Bonus dari Pertamina (tidak final).
3. Perusahaan yang menyewakan ruangan kantor/gudang atau Tanah atau
Bangunan (tidak termasuk Hotel/Motel/Villa) yang dikenakan PPh Final

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


dan juga memperoleh penghasilan lainnya seperti keuntungan penjualan
aktiva tetap, laba selisih kurs, jasa management, dan lain sebagainya
yang dikenakan PPh tidak final.

Kasus Perpajakan 4 (Shopping Mall)


PT Mall Indonesia adalah sebuah perusahaan pemilik Mall termegah di wilayah
anu-anu, selain memiliki mall juga memiliki hotel dan apartemen. Perusahaan
memiliki data rugi laba tahun 2008 sebagai berikut:

Rugi Laba Mall Apartemen Hotel Total


Penghasilan Usaha 100 milliar 200 milliar 150 Milliar 450 milliar
Biaya-Biaya Usaha 40 milliar 80 milliar 60 milliar 180 milliar
Laba Usaha 60 milliar 120 milliar 90 milliar 270 milliar

Berapakah laba rugi fiskal?


Pembahasan:
Didalam SE-22/PJ.4/1996 tentang PPh atas penghasilan dari persewaan tanah
dan/atau bangunan diatur bahwa yang dimaksud dengan Tanah dan atau
Bangunan meliputi tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium,
gedung perkantoran, pertokoan, atau pertemuan termasuk bagiannya, rumah
kantor, toko, rumah toko, gudang dan bangunan industri dan dikenakan Pajak
Penghasilan (PPh) yang bersifat final. Dalam Pengertian bagian dari gedung
perkantoran, pertokoan, atau pertemuan termasuk areal baik di dalam gedung
maupun di luar gedung yang merupakan bagian dari gedung tersebut. Hotel
tidak termasuk dalam kategori yang dikenakan PPh Final sehingga yang menjadi
laba fiskal di SPT PPh Badan adalah hanya hotel yang jumlahnya Rp 90 milliar
(setelah biaya-biaya komersial disesuaikan ke dalam biaya fiskal).

Kasus Pengalihan Harta


PT Makmur Selalu melakukan pengalihan harta terhadap aktiva tetapnya dalam
tahun 2015 dengan data sbb:
a. Saham PT MBC yang dibeli diluar Bursa Efek tahun 2012 sejumlah
Rpl.000.000.000 dijual oleh PT Makmur senilai Rp800.000.000 kepada PT
Rela Rugi. PT MBC mengalami rugi terus menerus sehingga dijual saja

ALK UNTUK AR-AR IN DONES/A •


sahamnya oleh PT Makmur. Antara perusahaan-perusahaan tersebut tidak
mempunyai hubungan istimewa. Berapa laba rugi fiskal? Jawab:
PPh Indonesia menganut prinsip harga perolehan. Dalam kasus ini terjadi
kerugian sebesar Rp200.000.000,- karena pembelian diatas harga jualnya
dan tidak final.

b. Penjualan 5 buah sedan dengan sebesar Nilai Bukunya sehingga tidak ada
pengakuan laba rugi. Bagaimana menurut perpajakan?
Jawab:
Pegawai dan Direksi dianggap hubungan istimewa sehingga penjualan sedan
harus dengan Nilai Pasar yang bisa diperoleh datanya dari OLX.co.id atau
majalah/Koran.

c. Penjualan 2 buah aquarium. Nilai perolehan Rp 150 juta dan Nilai Buku = Rp
100 juta. Dijual Rp 180 juta. Berapa laba menurut perpajakan?
Jawab:
Laba fiskal = Rp 180 juta - Rp 150 juta = Rp 30 juta. Nilai buku diabaikan

karena aktiva kenikmatan tidak disusutkan. Umpama terjadi kerugian maka


tidak boleh menjadi beban fiskal.

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


BAB XIII ALK LEVEL SABUK COKLAT & HITAM

Soal # 1 - ALK Perpajakan

Perhatikan beberapa problem dalam ALK dibawah ini. Analisislah dari sisi
pembukuan dan perpajakannya.
1. Secara umum dalam ilmu ALK, apa yang pertama sekali Anda lakukan
dalam mencari temuan pemeriksaan pajak?
2. Dalam konteks pemeriksaan pajak, jenis bukti pendukung apakah yang
paling sakti karena tidak pernah bohong?
3. PT Asoy baru saja membayar SKPKB milliaran rupiah tahun 2015 di tahun
2017 (sedang diperiksa untuk tahun fiskal 2017). Apa temuan Saudara?
4. Jika di sebelah kiri Neraca ada tambahan Tanah dan Bangunan dengan
jumlah yang sangat material, apa yang menjadi perhatian Saudara
sebagai pemeriksa pajak?
5. PT Kuda ada piutang usaha Rp 60 milliar, Sales Rp 50 milliar dan Laba
Bersih 15%. PT Kampret ada piutang usaha Rp 10 milliar, Sales Rp 50
milliar dan Laba Bersih 5%. Jika Saudara adalah manager analis kredit
sebuah Bank, perusahaan mana yang Saudara setujui pinjamannya?
6. Ada info dari yahoo & Google bahwa suatu perusahaan ada sengketa di
pengadilan atas suatu hal dan ia dituntut sekian puluh milliar, dan dibayar
karena kalah. Pemilik perusahaan adalah orang pendiri partai ternama di
republik ini. Sebagai analyst ALK perusahaan tersebut, Saudara dapat
tangkepan apa dari cerita ini ?
7. Saudara ceritanya sedang melakukan ALK suatu perusahaan. Misalkan
ada beban management fee antar KPP sejumlah Rp 2 milliar tahun lalu
dan Rp 20 milliar tahun ini. Dalam cerita ini, apakah Saudara langsung
menanyakan Pasal 23 atau apa? jelaskan.
8. Ada perusahaan pabrik yang selama 5 tahun laba bersihnya very kurus
dan cenderung semakin menurun, namun disisi lain asset tetap terus
nambah, karyawan nambah dan senyum terus, dan direksi semakin naik
gaji & bonusnya. Apa yang Saudara baca?
9. Misalkan Saudara adalah pemeriksa pajak, menemukan bukti adanya
pembelian dengan FP hanya sejumlah Rp SOM dari total pembelian Rp

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


;

60M. Sisanya adalah pembelian dengan bon-bon sederhana. Apakah


Saudara setuju dengan bon-bon sederhana itu? jelaskan ..
10. Misalkan tahun 2016 penjualannya adalah Rp 100 milliar dengan HPP Rp
80 milliar sehingga Laba kotornya Rp 20 milliar atau 20% rasio GPR-nya.
Jika ternyata terdapat data baru berupa data pembelian sejumlah
misalkan Rp 20 milliar tidak/belum dibukukan oleh perusahaan, apa
temuan Anda atas kasus ini?
11. Misalkan Saudara menemukan bukti adanya beban tax amnesty, dividen,
beban SKPKB atau beban Natura Kenikmatan dimana dananya berasal
dari pinjaman Bank. Apa temuan Saudara dari info tersebut? J
12. Bagi satu orang AR, untuk menandingi ketelitian belasan staff CPA Firm
"the BIG 5" Indonesia rasanya tidak mungkin (mission impossible).
Dengan asumsi pembukuan 100% benar, sebutkan 9 aspek/Teknik/ pain
perpajakan yang menjadi senjata dalam mencari temuan oleh pemeriksa
DJP.

Soal # 2 - ALK Perpajakan

Perhatikan beberapa problem dibawah ini.


0
Neraca PT KUDA tahun 2015 & 2016
Harta 2015 2016 Hutang 2015 2016
Aktiva Lancar: Hutang Lancar:
Kas & Bank 2 6 Hutang Dagang 5 4
Aktiva lancar lainnya 10 3 Hutang Bank BCA (12%) 10 12
Piutang Lainnya - 4
---+-------+-B_iaya ymh Dibayar 12 3
II
Aktiva Lancar 12 I 13 Uang Muka Penjualan 2
Hutang Lainnya 5 1
Hutang Lancar 32 22
Aktiva Tetap:
Tanah 10 14 Hutang Bank 18
Bangunan 20 26 (bunga 12%)
Kendaraan 3 4
Inventaris Kantor 2 1 Modal 2 2
Akumul. Penyusutan (5), ,-,
I (f;) I Laba Ditahan 12 7
Nilai Buku I 30 I 39 Laba Tahun Berjalan (2) 3

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A .


Harta 2015 2016 Hutang 2015 2016
Jumlah Harta 42 52 Jumlah Hutang 42 52

Tahun 2016 Omzet Rp 100 Milliar, total biaya 90% dan Laba Bersih Rp 10% dan
PPh badan 25%. Tahun 2015 lalu terjadi kerugian usaha.
Pertanyaan:
1. Pada Neraca perusahaan dagang retail, apa yang menjadi ciri khasnya?
2. Pada Neraca perusahaan jasa konsultan/manajemen/teknik, apa yang
menjadi ciri khasnya?
3. Jelaskan temuan Bang Auditor atas Hutang Bank jangka pendek dan
jangka panjang berdasarkan Neraca diatas.
4. Misalkan pada neraca diatas ada pos Investment (dibawah Piutang
lainnya-diatas Aktiva Tetap) yang ternyata adalah penyertaan saham
30% pada PT ABS dan diketahui asal dana untuk perolehan saham
berasal dari hutang bank. Apa yang saudaha ketahui dari kasus ini?
5. Jika pada data Neraca diatas ada pergantian nama pemegang saham PT
Kuda (WPDN - Non PMA)? bagaimana kalau dia PMA?
6. Berdasarkan Neraca diatas, jelaskan secara pajak atas selisih berikut ini:
a. Tanah naik...
b. Bangunan naik.. .
c. Laba Ditahan ....
d. Kendaraan (PPN Masukan) .. .
e. Inventaris Kantor .. .
f. Laba tahun berjalan 2016 ...
g. Penggunaan Hutang 2016 ...

Soal # 3 - Pembukuan PT KAMPRET (pabrikan)

AKTIVA LANCAR
Kas & Setara Kas 4.000 7.810
Piutang Usaha 20.000 100.000
Piutang Direksi 1.000 60.000
Persediaan 40.000 80.000

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Uang Muka Biaya 6.800 1.200

Uang Muka Pajak 4.000 6.000

75.800 255.010

AKTIVA TETAP
Tanah 5.000 10.000

Bangunan 12.000 12.000

Mesin 20.000 14.000

Pera Iatan 1.250 2.000

Kendaraan 1.200 1.200

Inventaris Kantor 800 800

Akumulasi Penyusutan (4.000) (9.000)

36.250 31.000

Construction in Progress - 40.000

HUTANG LANCAR
Hutang Usaha 40.000 120.000

Hutang Pajak 2.000 3.000

Hutang Bank (BNI bunga 14%) 4.000 6.000

Hutang lainnya 400 1.010

Biaya ymh Dibayar 200 15.000

Uang Muka Pendapatan 5.000 2.000


51.600 147.010

Hutang Bank (BCA bunga 12,5%) 44.450 160.000

Hutang Pemegang Saham


44.450 160.000

MODAL
Modal Disetor 1.000 1.000

Laba Ditahan 15.000 18.000


16.000 19.000

PROFIT & LOSS - 2017

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


PENDAPATAN USAHA 220.000

HARGA POKOK PENDAPATAN 180.000


Laba Kotor 40.000

Biaya Adm/Umum/Pemasaran 18.000

Laba Bersih Operasional 22 .000

Pendapatan Luar Usaha


Other Income (jasa MGT) 5.000

Loss FOREX (1.000)


Pendapatan Luar Usaha (net) 4.000

Laba Sebelum PPh 26.000

PPh 6.500

Laba Bersih 19.500

I I
ALK Perpajakan:
1. Belum bicara pajak, Temukanlah beberapa indikasi kesalahan pada pembukuan ini
2. Jika di SPT PPN - Bl ada PPN Import sejumlah Rp 8 miliar, berapakah Pasal 22
3. import-nya (ada API)?
4. Jika di SPT PPN - Bl ada PPN JKPLN sejumlah Rp 1 miliar, berapakah Pasal 26?
5. Bicara equalisasi, di pos mana dan jenis pajak apa saja yang saudara baca dari LK ini?
6. Misalkan WP memiliki bukti potong Pasal 23 atas Jasa MGT dengan kredit PPh
sejumlah Rp 120 juta, apa tangkapan Saudara ? (2 aspek pajak)
7. Misalkan 20% gedung WP disewakan ke WP Sadan lainnya, apa tangkapan Saudara?
8. Berapakah beban bunga Bank di tahun 2017 secara komersial?
9. Jika tahun 2017 ada Dividen Rp 10 Milliar, Berapakah Laba Ditahan akhir di tahun
2017?
10. Darimana datangnya hitungan FOREX?
11. Bagaimana perlakuan pajak atas FOREX?
12. Berapakah beban bunga Bank di tahun 2017 secara fiskal?
13. Jika Loss atas FOREX adalah dari bunga pinjaman, bagaimana aspek pajaknya?
13. Jika Equity bersaldo Minus, apa tangkapan Saudara?
14. Misalkan ada ALKET pembelian mesin atau alat berat yg mahal, finding-nya apa?

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Soal # 4 - Piutang usaha melebihi peredaran usahanya

Berikut ini adalah lapkeu PT ASAL GOBLEG yang piutang usahanya jauh melebihi
jumlah Sales dalam setahun. Piutang Rp 120 milliar sedangkan Sales Rp 80
milliar, dimana rasio AR/Sales = 1,5 kali {Artinya bahwa dalam setahun, WP
menjual barang dagangan secara gratis, tanpa bayar, dan AR tahun lalupun
belum dibayar-bayar oleh para pembeli). Suatu hal yang tidak mungkin. Berikut
cuplikan laporannya:
2016 2017
URAIAN
Rp Rp

Kas dan Bank 1.200.000.000 5.420.000.000


Piutang Usaha 12.000.000.000 120.000.000.000

Piutang Lain- lain 45. 700.000.000 53.200.000.000


Persediaan 27 .500.000.000 13.250.000.000
Biaya Dibayar Dimuka 35.198.000.000 51.450.000.000

RUGI-LABA
Sales 55.000.000.000 80.000.000.000
Total Expenses 40.000.000.000 60.000.000.000
Net Profit Before Tax 15.000.000.000 20.000.000.000

Tahun 2017 WP diperiksa. Bagaimana kajiannya bahwa WP salah dalam


pembukuannya?
Jika dilakukan uji arus uang masuk di tahun 2017, maka hitungannya adalah
sebagai berikut:
KAJIAN ARUS KAS MASUK:
Sales 80.000.000.000
Plus : Piutang Awai 12.000.000.000
Minus : Piutang Akhir (120.000.000.000)
Minus : Uang Muka Sales Awai -
Plus : Uang Muka Sales Akhir -
Kas Masuk dari Penjualan (28.000.000.000}

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Kajian untuk seorang Account Representative:
Terlihat bahwa tidak ada uang masuk dalam setahun. Darimana perusahaan
membayar HPP, OPEX dan beban lainnya? tidak masuk akal dalam setahun tidak
ada uang masuk. Usulkan pemeriksaan.

Kajian untuk seorang Tax Auditor:


Terlihat bahwa tidak ada uang masuk dalam setahun. Kita lakukan uji rekening
koran bank. Misalkan dalam tahun 2017 ada uang masuk Rp 90 Milliar di
rekening Bank WP, maka hitungannya adalah sebagai berikut:
Kajian balik arus uang:
Kas Masuk (Lihat rek. Bank) 90.000.000.000
Minus : Piutang Awai (12.000.000.000)
Plus: Piutang Akhir 120.000.000.000
Plus: DP Sales Awai -
Minus: DP Sales Akhir
Sales seharusnya (ada VAT out-bersihindulu) 198.000.000.000
Sales seharusnya (excl VAT out) 180.000.000.000
(Note: Sales versi SPT Badan =Rp 80 mi/liar)

Follow Up Tambahan untuk menghitung PPN Keluaran (SE-


65/PJ/2013):
Dalam menghitung PPN Keluaran, lakukan tambahan uji Equalisasi. Ekualisasi
dapat dilakukan sebagai berikut:
Peredaran usaha dm Rekening Bank Rp 180M
Ditambah:
a. Uang muka pelanggan akhir +/+ Rp xxx
b. Pendapatan ditangguhkan akhir
(PPN dibayar tahun ini) +/+ Rp xxx
c. Penyerahan antar cabang
(dim hal tdk terdapat pemusatan PPN terutang) +/+ Rpxxx
d. Harga jual aktiva Pasal 160 UU PPN +/+ Rp xxx
e. Penyerahan tahun sebelumnya difakturkan tahun ini +/+ Rpxxx
f. Penggantian biaya yang pajak
maJukannya telah dikreditkan +/+ Rp xxx

I ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


g. Pemakaian sendiri +/+ Rp xxx
h. Pemberian cuma-cuma +/+ Rp xxx
i. Penyerahan BKP/JKP lainnya +/+ Rpxxx
Jumlah +/+ Rp B

Dikurangi:
a. Uang muka pelanggan awal
(pastikan telah difakturkan masa sebelumnya) -/- Rpxxx
b. Pendapatan ditangguhkan awal
(pastikan telah difakturkan tahun sebelumnya) -/- Rp xxx
Jumlah -/- Rp C

Jumlah Penyerahan Seluruhnya +/+


versi DPP PPN yang seharusnya Rp A+B-C
Penyerahan BKP/JKP Menurut SPT PPN WP Rp 80 M
DPP PPN yang Kurang Bayar (atas VAT OUT) Rp xxx

Soal # 5 - equalisasi pembelian

Ada pemeriksa pajak yang memeriksa pembukuan PT ASAL ADA dimana


perhitungan equalisasinya adalah sebagai berikut:

HPP Rp 200 milliar


-) Persediaan Awai Rp 40 milliar
+) Persediaan Akhir Rp 20 milliar
Pembelian Barang Dagangan Rp 180 milliar

Equalisasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:


Pembelian Rp 180 milliar
Total DPP PM setahun di SPT PPN Rp 120 milliar
Selisih Pembelian tanpa FP Rp 60 milliar

Pertanyaan: Bagaimana Teknik equalisasi yang benar? Look at below. ..

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


DPP Pembelian di HPP Rp 180 milliar

DPP PPN Masukan total SPT Januari s/d Desember Rp 120 milliar

Minus:
DPP PPN Masukan atas JKPDN Rp xxx (SPT-82)

DPP PPN Masukan atas JKPLN Rp xxx (SPT-81)


DPP PPN Masukan atas pembelian aktiva tetap Rp xxx (SPT-82)

DPP PPN Masukan atas imper aktiva tetap Rp xxx (SPT-81)


DPP PPN Masukan atas MTS tahun sebelumnya Rp xxx (SPT-82)

Tambah:
DPP PPN Masukan atas MTS tahun berikutnya Rp xxx (SPT-82)

Jumlah DPP Pembelian 2017 yang ada FP Rp xxx

Selisih Pembelian 2017 tanpa FP Rp xxx

Soal # 6 - Persediaan naik berlipat ganda

8erikut ini adalah lapkeu PT ASAL NJEPLAK yang persediaannya naik 2 sampai 3
kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. 8erikut cuplikan laporannya:
2016 2017
URAIAN
Rp Rp
Kas dan Bank 1.300.000.000 5.000.000.000
Piutang Usaha 10.000.000.000 20.000.000.000
Piutang Lain- lain 45.700.000.000 53.000.000.000
Persediaan 25.000.000.000 65.000.000.000
Biaya Dibayar Dimuka 35.000.000.000 51.000.000.000

Hutang Usaha 15.000.000.000 30.000.000.000


RUG I-LABA
Sales 55.000.000.000 80.000.000.000
HPP 50.000.000.000 70.000.000.000
Laba Kotor 5.000.000.000 10.000.000.000
Beban OPEX dan Lainnya 4.000.000.000 8.000.000.000
Laba Bersih 1.000.000.000 2.000.000.000

ALK UNTUK AR-AR IN DONES/A


Pertanyaan:
Bagaimana teknik saudara agar bisa menemukan indikasi dan mencari temuan
sehingga beliau pasrah menyerah?
Jawab:
Ciri-Ciri perusahaan dagang Nakai antara lain:
1. Rasio kelipatan Pembelian terhadap Penjualan semakin naik. Pembelian
selalu lebih besar dari penjualannya. Pada kondisi tidak ada gudang atau
tambahan gudang, maka seharusnya persediaan tidak naik karena tidak
ada tempat untuk menumpuknya. Angka persediaan ini hanya ''paper"
belaka, faktanya tidak ada barangnya (sudah laku).
2. Rasio kelipatan persediaan akhir sudah mencapai 2 kali lipat bahkan lebih
dibanding 3 tahun lalu.
3. Rasio Inventory Turn Over {!TO} semakin turun, padahal tokonya
semakin ramai, harusnya makin naik. ITO artinya adalah berapa kali
perusahaan belanja barang dalam setahun. Jika makin ramai maka
perusahaan harusnya semakin sering belanja barang dagangan dan ITO
seharusnya naik.
4. Rasio GPR turun naik drastis. GPR perusahaan jujur adalah stabil konstan.
GPR akan otomatis naik jika ekonomi secara nasional membaik,
sebaliknya ia akan turun jika ekonomi nasional mengalami penurunan.
Untuk melihat turun naiknya perekonomian nasional, lihat data GDP dan
inflasi di www.BPS.co.id
5. Penjualannya 50% lebih kepada pembeli non PKP.
6. PPN akan selalu kompensasi lebih bayar (karena Sales < Pembelian)
7. Pada saat Equalisasi PPN Masukan dengan Pembelian, pembelian banyak
yang tidak ada PPN Masukan.
8. Beban Ongkos Angkut harus linear dengan Pembelian. Harus ... ora iso
ditawar ..

Kajian untuk seorang Account Representative:


1. Urut kebelakang laporan keuangan perusahaan dan lihat rasio GPR yang
pergerakannya stabil +/- 2% (sumber: Perusahaan-perusahaan di bursa
effek Jakarta) selama 2 atau 3 tahun. Pakai rasio GPR itu untuk
menentukan nilai HPP agar mendekati kebenaran.

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


2. Jika mau kerja berat, Silahkan Mas AR minta kartu/buku persediaan tahun
terakhir saja. Biasa WP menengah kebawah tidak punya buku persediaan.
Kalau perusahaan tidak punya buku persediaan maka artinya SPT
Badannya "mengarang bebas"- bikin SPT sambil ngopi dibawah pohon.

Kajian untuk seorang Pemeriksa:


Jika dilakukan Teknik Arus Uang Keluar, maka hitungannya adalah sebagai
berikut:

HPP (80.000.000.000)
Minus : Kenaikan Persediaan (40.000.000.000)
Plus : Kenaikan Hutang Usaha (15.000.000.000)
Kas Keluar u/HPP (135.000.000.000)
Kas Keluar u/Beban OPEX/etc. *)see note (8.000.000.000)
Jumlah Kas Keluar (143.000.000.000)

*) Note: Asumsi yang dipakai adalah bahwa kas keluar u/ beban OPEX/etc.
sudah menggunakan format pada halaman 6 sebelumnya, dimana rumus adalah
sbb:

BEBAN OPEX & BEBAN LAINNYA


Pengurangan UM Biaya Rp.u'X
Kenaikan UM Pajak Rp.u'X
Kenaikan Biaya ymh Dibayar Rp.u'X
Kenaikan Utang Pajak Rp.u'X
Beban Penyusutan Rp.u'X
Cash out for Beban OPEX/ etc. Rpx,,rr

Pada tabel diatas menunjukan bahwa perusahaan ada uang keluar bayar
suplier sejumlah Rp 143 milliar dalam setahun, lakukan Follow-up dengan
menguji arus pembayaran di reken ing koran/Bank dan bandingkan mutasi debit
pembayaran versi General Ledger-Hutang Usaha, adakah pembayaran itu?
kepada siapa? kenali dulu para suplier WP.

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


Soal # 7 - Equalisasi HPP

Pada saat equalisasi PM, Perusahaan memiliki DPP PPN Masukan Rp 120 milliar
dimana Beban HPP (setelah dicopot beban FOH non Faktur Pajak seperti Beban
LAT, Penyusutan, Upah Buruh dan beban tanpa FP lainnya) ada sejumlah Rp 200
milliar. Atas selisih Rp 80 milliar (perolehan tanpa FP):

a. Pembuktian apa yang diminta oleh Saudara atas pembelian tersebut?


b. Bagaimana jika misalkan DPP PM versi SPT PPN adalah Rp 220 milliar?

Soal # 8 - Cost driver

Ada WP pabrikan roti dengan merek "merem melek coy" yang


berdasarkan bukti pembelian terigunya saat diperiksa, memiliki pembelian
material terigu 4 x lipat dari tahun lalu, dimana Sales tahun lalu adalah Rp
10 milliar dan persediaan BB awal-akhir stabil/hampir sama. Apa temuan
Anda?

Soal # 9 - Cost driver 2

Ada WP pabrikan garmen yang proses produksinya menggunakan mesin (ada 5


mesin) yang berdasarkan bukti pembayaran listriknya saat diperiksa, terjadi 4 x
lipat dari tahun lalu, dimana Sales tahun lalu adalah Rp 100 milliar. Apa temuan
Anda?

Soal # 10 - Konfirmasi dari notaris Bank

PT Kiss Dong Say diperiksa untuk tahun 2016. Pada Neracanya terlihat bahwa ia
belum mencatat hutang Bank Rp 40 milliar versi ALKET dari Notaris Bank ABC.
Apa temuan Saudara?

Soal # 11 - Data bingung mau diapain

PT Kiss Dong Yang diperiksa untuk tahun 2015 (dia tidak ikut TA). Saat diperiksa
diketahui adanya data valid untuk transaksi tahun 2015 sebagai berikut:
a. Pembelian Tanah dan Bangunan dari Notaris Anu-Anu
b. Pembayaran SKPKB sejumlah Rp 10 miliar dari seksi penagihan

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


c. Pembayaran Dividen Rp 20 milliar.
Apa temuan Saudara?

Soal # 12 - Tax audit in action

PT Asoy Indonesia adalah sebuah pabrikan mobil merek "Agila" yang terletak di
Kawasan industri sono. Sales tahun 2017 adalah 400 milliar (semua jual lokal,
relpar 60% dan sisanya 40% pihak bebas). HPP ada sejumlah Rp 300 milliar. Di
dalam HPP itu terdapat beban FOH antara lain yaitu beban jasa teknik dan royalti
ke Hongkong sejumlah Rp 60 milliar. Data lainnya adalah sebagai berikut:
a. Ada bukti potong Pasal 23 sebagai kredit PPh beliau Rp 2 milliar.
b. Ada bukti potong Pasal 4(2) atas sewa Gudang beliau Rp 1 milliar.
c. Beban Bunga pinjaman dari LN dalam US$ dan jika dirupiahkan ada
sejumlah Rp 25 milliar. Equity di Neraca masih minus karena perusahaan
rugi mulu.
d. Terdapat kerugian Forex dari imper bahan sejumlah Rp 2 milliar dan Beban
Bunga pinjaman non IDR sejumlah Rp 1 milliar.
e. Kerugian pengalihan mesin sejumlah Rp 5 milliar (harga jual Rp 8 M).
f. Terdapat selisih equalisasi antara beban dengan SPT Masa PPh potput.
Mas Patrick Ngadimin Lambert, SE, SST, MSi, MHum, CA, CPNS, LLMintax (baru
jadi pegawai DJP dan /angsung jadi fungsional pemeriksa di KPP Pratama - itu
juga dipaksa/ maunya mah jadi AR saja!) ceritanya lagi memeriksa perusahaan
ini. Bantulah Mas Partrick ini sehingga bisa menjawab hal-hal sebagai berikut:
1. Pos-pos mana saja di Lapkeu yang menjadi objek PPN Keluaran
2. Hitunglah berapa Pasal 22 = 0,45% (selain Pasal 22 imper) yang seharusnya
dipungut oleh PT Asoy?
3. Atas beban JKPLN/BKP tidak berwujud dari LN sudah bener dipotong pasal
26 oleh perusahaan. Apakah atas kedua beban tersebut terhutang PPN
juga?
4. Atas selisih equalisasi antara beban dan SPT PPh Masa potput, apakah
dikoreksi bebannya atau menerima penjelasan WP jika ada bukti yang kuat?
5. Pada Neraca, pos mana yang menjadi objek equalisasi?
6. Atas BP PPh 23, berapa pendapatan Jasa teknik seharusnya?
7. Atas BP PPh final 4(2), berapa pendapatan jasa sewa Gudang seharusnya?

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


8. Dengan adanya pendapatan sewa Gudang, apakah ada temuan lainnya oleh
saudara?
9. Atas kerugian forex (Vallas) apakah dikoreksi fiskal?
10. Atas beban bunga pinjaman, apakah merupakan deductible expense?
jelaskan
11. Ada beban promosi & pemasaran yang tidak disertai daftar nominative
sehingga dikoreksi fiskal oleh Mas Lambert ini, namun Dia bingung apakah
beban yang terkoreksi ini masih bisa ditagih Pasal 23-nya?
12. Obrolan apa yang terkait dengan Sales 60% kepada Related Party?
13. Mas Ngadimin bertanya-tanya kepada Saudara, apa maksud dari "Benefit
Test" versi PER-22/PJ/2013
14. Mas Ngadimin juga masih bertanya-tanya kepada Saudara, obrolan apa itu
''SE-65/PJ/2013" yang begitu nge-top?

Lampiran PPN keluaran


No. Objek PPN Jumlah
1. Sales
2. DP Penjualan (Unearned Revenue) di Neraca
3. Sumbangan Inventory
4. Other Income (JKP/BKP)
5. Pengalihan Asset Tetap
6. Beban JKPLN dan Royalty BKPTBLN
Jumlah Total Pajak Keluaran
Jumlah DPP versi SPT PPN
Selisih DPP yang Kurang Bayar

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


PPN Masukan (dibersihkan dulu PM tahun lalu + penarikan PM di tahun
berikutnya)
No. Objek PPN Jumlah
1. Pembelian Materials
2. Import Aktiva Tetap
3. Import Inventory/bahan baku
4. Uang Muka Pembelian
5. Beban Overhead & Lainnya di HPP (selain penyusutan
/amortisasi/upah buruh)
6. Beban Jasa Professional/jasa teknik /pemeliharaan
/perawatan/Beban Objek Pasal 23
7. Beban JKPLN dan Royalty BKPTBLN
Jumlah Total DPP Pajak Masukan
Jumlah DPP versi SPT PPN
Selisih DPP yang Tidak ada FP Masukan

Pasal 4(2) atas beban sewa tanah bangunan


(Semua beban sewa di Neraca & Rugi Laba dianggap dulu sbg. Sewa
Tanah/Bangunan)
No. Objek SEWA T/B Jumlah
1. Uang Muka SEWA T/B di Neraca
2. Beban Sewa TB di HPP
3. Beban Sewa TB di Beban Operasional
4. Beban Sewa tidak jelas pad a HPP dan beban
operasional
Jumlah Total DPP Sewa TB
Jumlah DPP versi SPT Masa
Selisih DPP yang Bel um Bayar

Pasal 4(2) atas jasa konstruksi - bangunan di neraca


(Note: Jika KMS maka Ada Objek Pasal 21 = 30% x Total Cost sehingga:
Pasal 21=3% x 30%x Total Cost)
No. Objek JASKON Jumlah
1. Bangunan di Neraca
2. Bangunan di Construction in Progress

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


No. Objek JASKON Jumlah
Jumlah Total DPP
Jumlah DPP versi SPT Masa
Selisih DPP yang Belum Bayar

Pasal 23 atas beban jkp di hpp dan admin/umum


No. Objek pada BEBAN Jumlah
1. Jasa Installasi di Neraca
2. Jasa Instalasi di Construction in Progress
3. Beban JasaTeknik/Management/Professional /Perawatan /Perbaikan
/Pengepakan/pengangkutan/JKP lainnya pada HPP dan pada Beban
Operasional
4. Dividen
5. Beban Interest kepada non Bank
6. Beban Royalty lokal
7. Pengalihan Intangible Asset antar lokal
A. Jumlah Total DPP JKP
Jumlah DPP versi SPT Masa Pasal 23
Selisih DPP yang belum dilaporkan
Note: Jika terdapat beban sewa yang tidakjelas maka anggap saja sewa T/B

Pasal 26 atas beban jkp di hpp dan admin/umum


No. Objek pada BEBAN (kepada WPLN) Jumlah
1. Beban Jasa Teknik/Management/Professiondi/
Perawatan/Perbaikan/Pengepakan/pengangkutan/JKP lainnya
pada HPP dan pada Beban Operasional (pembayaran JKPLN
ke LN)
2. Dividen ke LN
3. Beban Interest kepada non Bank ke LN
4. Beban Royalty ke LN
5. Pengalihan Saham oleh Induk di LN
6. Beban Premi Asuransi ke WP Asuransi LN
7. Beban jasa pengangkutan (jika ada export)
8. Beban jasa cargo (forwarder WPLN)(jika ada export)

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


No. Objek pada BEBAN (kepada WPLN) Jumlah
9. Intangible Asset dari LN
A. Jumlah Total DPP Pasal 26
Jumlah DPP versi SPT Masa Pasal 26
Selisih DPP yang belum dilaporkan
Note: Tipika/ objek Pasa/ 26 terbanyak ada pada jenis usaha Pabrikan... dan jika
dalam rugi /aba tidak je/as pembayaran ke ON atau L~ sangat disarankan agar
dianggap pembayaran ke LN. Biarkan WP yang memberi rincian nama-nama
pemberi JKP.

Pasal 21 atas beban upah & gaji di hpp dan admin/umum


No. Objek Beban Upah dan Gaji Jumlah
l. Beban Upah di HPP
2. Beban Gaji di Beban Operasional
3. Beban Tunjangan lainnya
4. Beban kesejahtreraan karyawan
5. Beban urusan karyawan lainnya
6. Beban Keamanan dan Kebersihan
7. Beban Komisi
Jumlah Total DPP Pasal 21
Jumlah DPP versi SPT Masa
KOREKSI FISKAL (+) ATAS BEBAN KARYAWAN

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


DAFTAR KOREKSI FISKAL
Jenis Biaya Komersial Diakui Dilarang Dasar Hukum
BIA YA SUMBER DAYA MANUSIA
Biaya tunjangan PPh v PER-50 th. 2006
Biaya PPh ditanggung perusahaan v PP-94 th.2010
Biaya Provisi bonus karyawan v Pasal 9 (1) UU PPh
Iuran Jamsostek (JKK/JKM/ Pelayanan v PP-14 th.2006
Kesehatan) ditanggung perusahaan
Iuran JHT dibayar perusahaan v PER-15 th. 2006
Iuran JHT dibayar pegawai v PER-15th. 2006
Iuran Pensiun kepada dana pensiun yang v Pasal 9 (1) UU PPh
belum disahkan Menteri Keuangan
Premi Jamsostek ditanggung perusahaan v Pasal 6 (1) UU PPh
Premi Asuransi Jiwa karyawan ditanggung v Pasal 9 (1) UU PPh
perusahaan
Premi Asuransi jiwa shareholder dan v Pasal 9 (1) UU PPh
keluarga ditanggung perusahaan
Biaya penebusan pengobatan v Pasal 6 (1) UU PPh
(Reimbursement) dan bukti menjadi milik
perusahaan
Biaya Pengobatan dibayar perusahaan v Pasal 9 (1) UU PPh
(berobat gratis)
Biaya gaji yang dibayarkan kepada anggota v Pasal 9 (1) UU PPh
persekutuan, firma atau OJ yang modalnya
tidak terbagi atas saham
Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk v Pasal 9 (1) UU PPh
kepentingan pemegang saham, sekutu,
anggota
Biaya penggantian atau imbalan pekerjaan v PMK-
dalam bentuk natura dan kenikmatan, 83/PMK.03/2009
kecuali di daerah tertentu
Biaya makan minum di tempat kerja, v PMK-
termasuk pegawai restoran, pesawat, dan 83/PMK.03/2009
kapal laut
Biaya makan minum di tempat kerja v PMK-
83/PMK.03/2009

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Jenis Biaya Komersial Diakui Dilarang Dasar Hukum

Biaya tunjangan makan minum v Pasal 6 (1) UU PPh


dan PMK-
83/PMK.03/2009
Biaya antar jemput karyawan v PMK-
83/PMK.03/2009
Pakaian pegawai hotel/penyiar lV v PER - 51/PJ/2009
Biaya pakaian seragam pabrik, pegawai v PER - 51/PJ/2009
Pemadam kebakaran, proyek, hansip/
satpam, dan awak kapal/pesawat
Biaya Cuti ditanggung perusahaan dan tidak v Pasal 6 (1) UU PPh
masuk ke gaji karyawan
Biaya Beasiswa dengan kontrak dan v KMK-
berhubungan dengan kerjaan dan bukan 770/KMK.04/1990
hubungan istimewa dan PMK-
154/PMK.03/2009
Biaya imbalan yang melebihi kewajaran yang v Pasal 9 (1) UU PPh
dibayarkan kepada pemegang saham/pihak
yang mempunyai hubungan istimewa
sehubungan dengan pekerjaan
Perjalanan Dinas secara lump sum dan v 5-260/PJ/1998
dimasukan ke gaji
Perjalanan Dinas secara lump sum dan tidak v 5-260/PJ/1998
dimasukan ke gaji
Biaya Bonus dan apapun bentuknya yang v Pasal 9 (1) UU PPh
dibebankan pada Retained Earning
5umbangan ke karyawan dalam bentuk uang v Pasal 6 (1) UU PPh
dan masuk ke gaji

BIA YA PAJAK DAN RETRIB{,!..SI


Biaya STP PPh & PPN (pokok dan bunga) v Pasal 9 (1) UU PPh
Biaya 5KPKB (pokok dan bunga) v Pasal 9 (1) UU PPh
Biaya PPh Final ditanggung perusahaan v Pasal 9 (1) uu PPh
Biaya Pasal 21 ditanggung perusahaan v Pasal 9 {l) UU PPh
Biaya Pasal 22 ditanggung perusahaan v Pasal 9 (1) UU PPh
Biaya Pasal 23 ditanggung perusahaan v Pasal 9 {l) UU PPh

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Jenis Biaya Komersial Diakui Dilarang Dasar Hukum

Biaya Pasal 25 dibayar perusahaan v Pasal 9 (1) UU PPh

(termasuk Fiskal Luar negeri/ FLN)


Biaya Pasal 26 ditanggung perusahaan v PP-94 th.2010

Biaya PBB atas Income-Producing Asset v Pasal 6 (1) UU PPh

Biaya PBB atas Non Income-Producing Asset v Pasal 9 (1) UU PPh

Biaya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Non v Pasal 9 (1) UU PPh


Income-Producing Vehicle
Biaya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) atas v KEP-220 I PJ I
Sedan (50% diakui) 2004

Biaya-biaya yang berhubungan dengan v KEP-220 I PJ I


sedan (50% diakui) 2004

Biaya Retribusi daerah v Pasal 6 (1) UU PPh

Biaya sanksi administrasi PBB v Pasal 9 (1) UU PPh

Biaya sanksi administrasi Pajak Pemda v Pasal 6 (1) UU PPh

BIA YA PENYUSUTAN
Penyusutan sedan dibawa pulang (50% v KEP-220 I PJ I
diakui) 2004

Penyusutan non sedan dibawa pulang (50% v S - 154 I PJ .42


diakui) /2003

Penyusutan Bangunan Bukan u/ usaha v Pasal 9 (1) UU PPh II


Penyusutan asset lainnya bukan u/ usaha v Pasal 9 (1) UU PPh

Penyusutan asset yang penghasilannya v PP-94 th.2010


dikenakan PPh Final
Penyusutan asset yang berasal dari Financial v KMK-1169 I
Lease KMK.01 /1991

Pembayaran cicilan pokok dan bunga untuk v


Financial Leasing

DANA CADANGAN
Pembentukan atau pemupukan dana v Pasal 9 (1) UU PPh

cadangan perusahaan umum


Pembentukan atau pemupukan dana v KMK-204 I
cadangan Industri Perbankan KMK.04/2000

Pembentukan atau pemupukan dana v PMK- 83 I

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


Jenis Biaya Komersial Diakui Dilarang Dasar Hukum
cadangan Perusahaan Asuransi PMK.03/2006
Pembentukan atau pemupukan dana v KMK-1169 I
cadangan SGU dengan hak opsi KMK.01/1991

BIA YA LAINNYA
Gaji yang dibayarkan kepada anggota v Pasal 4 ayat 3
persekutuan, firma atau OJ yang modalnya huruf i dan pasal 9
tidak terbagi atas saham ayat 1 huruf j UU
PPh
Harta yang dihibahkan, bantuan atau v Pasal 4 ayat 3
sumbangan kepada Related party dan ada huruf d dan pasal 9
hubungan usaha ayat 1 huruf e UU
PPh
Harta yang dihibahkan, bantuan atau v Pasal 4 ayat 3
sumbangan kepada Independent party dan huruf d dan pasal 9
tidak ada hubungan usaha ayat 1 huruf e UU
PPh
Sumbangan Tsunami dan GNOTA v SE-33 I PJ.421
/1996 dan KMK-
609/KMK/2004
Penghasilan yang ditangguhkan v KEP-184/PJ.2002
pengakuannya
Biaya yang ditangguhkan pengakuannya v KEP-184 I PJ.
/2002
Jumlah yang melebihi kewajaran yang v Pasal 9 ayatl huruf
dibayarkan kepada pemegang saham/pihak f dan pasal 18 ayat
yang mempunyai hubungan istimewa 4 UU PPh
sehubungan dengan pekerjaan
Biaya reparasi, penyusutan, dan biaya-biaya v s - 154 I PJ.42
lainnya yang berhubungan dengan /2003
kendaraan yang dibawa pulang dan dikuasai
oleh pegawai (50% saja)
Biaya Research & Development di Luar v Pasal 9 (1) UU PPh
Indonesia
PPN Masukan yang Fakturnya tidak lengkap, v PP-94 th.2010

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Jenis Biaya Komersial Diakui Dilarang Dasar Hukum

cacat, & tidak benar tapi sudah dibayar dan


berasal dari biaya yang berhubungan
langsung dengan usaha
Biaya-Biaya yang Penghasilan dikenakan PPh v PP-94 th.2010

final
Biaya-biaya yang Penghasilan bukan objek v PP-94 th.2010

PPh

PASAL-P ASAL DALAM EQUALIS ASI

TARIF PASAL 22
TARIF 8t DASAR PENGEN AAN PAJAK (OPP) PPH PASAL 22
1. Pembelian Ba rang oleh Harga

Bendaharawan dan BUMN/BUMD dan 1,5% Pembelian

Anak Perusahaan BUMN


2. Impor Barang :
a. Importir mempunyai API
(kecuali
2,5%
b. Kedelai/Gadum/Terigu=0,5%) Nilai Impor
7,5%
Impor lainnya sesuai Lampiran
PMK-175/PMK.011/2013)
c. Importir tidak mempunyai API 7,5% Nilai Impor

d. Yang tidak Dikuasai Harga

e. Barang Lainnya 7,5% Lelang


10% Nilai Impor

3. Industri Semen
0,25% DPP PPN
Tidak

4. Industri Rokok 0,15% Bandrol Final

5. Industri Kertas 0,10% DPP PPN

6. Industri Baja 0,30% DPP PPN

7. Industri Otomotif 0,45% DPP PPN

8. Penjualan Bahan Bakar Minyak dan SPBU



Gas Swasta Pertam

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


semua Final, keq1.gfi bukg_n keu.ada ina
(fjstr/12.utQrfqg_en:
a. Premium 0,3% 0,25% Penjualan
b. Solar 0,3% 0,25% Penjualan
c. Premix/Super TT 0,3% 0,25% Penjualan
I inal
d. Minyak Tanah 0,3% 0,3% Penjualan
e. Gas/LPG 0,3% 0,3% Penjualan
f. Pelumas 0,3% 0,3% Penjualan
9. Pembelian bahan-bahan berupa hasil
perhutanan, perkebunan, pertanian, Harga
0,25%
dan perikanan untuk keperluan Pembelian
industri dan ekspor dari pedagang
pengumpul
10. Pembelian Batubara, mineral logam
1,5% Harga Beli
dan bukan logam dari Pemegang IUP
11 Export Batubara, mineral logam dan
bukan logam kecuali oleh oleh Wajib
Pajak yang terikat dalam perjanjian 1,5% Harga Pasar
kerjasama pengusahaan
pertambangan dan Kontrak Karya
12 ATPM/APM dan Importir Kendaraan 0,45% Harga Jual
13 Produsen Emas Batangan 0,45% Harga Jual
14 Pabrikan Farmasi 0,3% Harga Jual

Catatan # 1:
Sejak 01 Januari 2009, PPh Pasal 22 berkembang wilayahnya ke barang-barang
mewah dengan tarif tunggal 5% dari harga Jual. Pemungut PPh pasal 22 ini
adalah WP Badan yang menjual (SE - 13/PJ/2009).

Pembahan Barang-Barang Kelas MEWAH Minimal Harga Beli


Pesawat Udara Pribadi 20 milliar
Kapal Pesiar dan sejenisnya 10 milliar
Rumah beserta Tanahnya dengan luas bangunan lebih dari 10 milliar
500 m2

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


Pembahan Barang-Barang Kelas MEWAH Minimal Harga Beli
Apartemen, Condominium dan sejenisnya dgn luas lebih dari 10 milliar
401 m2
Mobil jenis apapun dengan kapasitas tampungan kurang dari 5 milliar
10 orang dengan cilinder lebih dari 3,000 cc

Catatan # 2:
Sejak 12 Maret 2009, Pembelian barang-barang berupa hasil perhutanan,
perkebunan 1 pertanian, dan perikanan untuk keperluan industri dan ekspor dari
pedagang pengumpul diubah dari 0,5% menjadi 0,25% (PMK-
154/PMK.03/2010).

TARIF PASAL 23
PEMOTONGAN PPH PASAL 23
PPH pasal 23 dikenakan atas pembayaran berikut ini:
OBJ EK TARIF
"'
Dividend (untuk PT yang memiliki saham kurang dari 25% pada PT lainnya, 15%
dan PT kepada WP Badan lainnya)
Note:
Dividen dari PT kepada WP OP dikenakan pasal 17 sebesar 100/o dan
final
Beban Royalty 15%

Bunga Pinjaman (selain kepada Bank & Leasing SGU) 15%

Hadiah dan Penghargaan (yang tidak diundi) diterima oleh WP Badan DN 15%

Beban Jasa-jasa (terdapat banyak jenis jasa (PMK-244/PMK/2008 diganti 2%


dengan PMK-141/PMK.03/2015)

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


TAX FREE 8r. TAXABLE DIVIDEND

Memiliki
Memiliki BERAPAPUN
saham 25 Persen
% lebih Sa ham

Tax Free Pasal


Dividen 23=15%

PTX Off Firma


Koperasi Kongsi
BUMN Persekutuan
BUMD Yayasan

Pengertian DIVIDEN menurut UU PPH


(Pasal 4 ayat (1) Huruf g UU PPH)
Dividen dalam bentuk-bentuk dibawah ini terhutang Pasal 23 = 15% (jika WP
Badan), Pasal 4(2)=10% final (jika WPOP), dan Pasal 26=20% (jika WPLN).
Dividen merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau
pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang
diperoleh anggota koperasi. Termasuk dalam pengertian dividen adalah:
1. Pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan
nama dan dalam bentuk apapun;
2. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang
disetor;
3. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk
saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
4. Pembagian laba dalam bentuk saham;
5. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


6. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau
diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham
oleh perseroan yang bersangkutan;
7. Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang
disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan,
kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal
dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;
8. Pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang
diterima sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut;
9. Bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
10. Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
11. Pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;
12. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham
yang dibebankan sebagai biaya perusahaan.

Dalam praktek sering dijumpai pembagian atau pembayaran dividen secara


terselubung, misalnya dalam hal pemegang saham yang telah menyetor penuh
modalnya dan memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga
yang melebihi kewajaran. Apabila terjadi hal yang demikian maka selisih lebih
antara bunga yang dibayarkan dan tingkat bunga yang berlaku di pasar,
diperlakukan sebagai dividen. Bagian bunga yang diperlakukan sebagai dividen
tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya oleh perseroan yang

bersangkutan.

PMK-144/PMK.0 3/2015 (mulai berlaku 24 Agustus 2015)


Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Pasal 23:
a. Untuk jasa katering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan,
atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek
pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak
dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dan
b. Untuk jasa selainnya (selain jasa katering) adalah seluruh jumlah
penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan,

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh
badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak
termasuk:
1. Jasa Outsourcing. pembayaran gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan kepada karyawannya.
2. Jasa Lainnya: pengadaan/pembelian barang atau material.
3. Beban Penggantian (reimbursemenf'J atas biaya yang telah
dibayarkan.

Bentuk Pembuktian atas Upah Buruh dan Material dalam OPP:


a. Jasa Outsourcing. kontrak kerja dan daftar pembayaran gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain.
b. Jasa Lainnya: faktur pembelian atas pengadaan/pembelian barang atau
material.
c. Faktur tagihan dan/atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan oleh
penyedia jasa kepada pihak ketiga beserta kontrak penjanjiannya.
(Dalam hal tidak terdapat bukti -bukti tersebut maka OPP adalah jumlah
bruto)

lenis Jasa sebagai Objek Pasal 23 yang terhutang 2°/o (plus sanksi
100010 jika tidak ada NPWP) terdiri dari:
a. Jasa penilai (appraisal);
b. Jasa aktuaris;
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
d. Jasa hukum;
e. Jasa arsitektur;
f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;
g. Jasa perancang (design);
h. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi
(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap;

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


i. Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak
dan gas bumi (migas);
j. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas
bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
k. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
I. Jasa penebangan hutan;
m. Jasa pengolahan limbah;
n. Jasa penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services);
o. Jasa perantara dan/atau keagenan;
p. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang

dilakukan oleh Bursa Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan
Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI);
q. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI);
r. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
s. Jasa mixing film;
t. Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise,
banner, pamphlet, baliho dan folder;
u. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem

komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;


v. Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website;
w. Jasa internet termasuk sambungannya;
x. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data, informasi,
dan/atau program;
y. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, dan/atau lV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
z. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik,

telepon, air, gas, AC, lV kabel, dan/atau bangunan, selain yang


dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi
dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
aa. Jasa perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat, laut dan
udara;

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


ab. Jasa maklon;
ac. Jasa penyelidikan dan keamanan;
ad. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
ae. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar
ruang atau media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa
periklanan;
af. Jasa pembasmian hama;
ag. Jasa kebersihan atau cleaning service;
ah. Jasa sedot septic tank;
ai. Jasa pemeliharaan kolam;
aj. Jasa katering atau tata boga;
ak. Jasa freight forwarding;
al. Jasa logistik;
am. Jasa pengurusan dokumen;
an. Jasa pengepakan;
ao. Jasa loading dan unloading;
ap. Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh
lembaga atau insitusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis;
aq. Jasa pengelolaan parkir;
ar. Jasa penyondiran tanah;
as. Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan;
at. Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit;
au. Jasa pemeliharaan tanaman;
av. Jasa pemanenan;
aw. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan,
dan/atau perhutanan;
ax. Jasa dekorasi;
ay. Jasa pencetakan/penerbitan;
az. Jasa penerjemahan;
ba. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15
Undang-Undang Pajak Penghasilan;
bb. Jasa pelayanan kepelabuhanan;
be. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;
bd. Jasa pengelolaan penitipan anak;

ALK UNTUK AR-AR INDONESIA •


be. Jasa pelatihan dan/atau kursus;
bf. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
bg. Jasa sertifikasi;
bh. Jasa survey;
bi. Jasa tester, dan
bj. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.

Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak


dan gas bumi (migas) adalah jasa penunjang berupa:
a. Jasa penyemenan dasar (primary cementing) yaitu penempatan bubur
semen secara tepat di antara pipa selubung dan lubang sumur;
b. Jasa penyemenan perbaikan (remedial cementing), yaitu penempatan
bubur semen untuk maksud-maksud:
i. Penyumbatan kembali formasi yang sudah kosong;
ii. Penyumbatan kembali zona yang berproduksi air;
iii. Perbaikan dari penyemenan dasar yang gagal; dan
iv. Penutupan sumur.
c. Jasa pengontrolan pasir (sand control), yaitu jasa yang menjamin
bahwa bagian-bagian formasi yang tidak terkonsolidasi tidak akan ikut
terproduksi ke dalam rangkaian pipa produksi dan menghilangkan
kemungkinan tersumbatnya pipa.
d. Jasa pengasaman (matrix acidizing), yaitu pekerjaan untuk

memperbesar daya tembus formasi dan menaikan produktivitas


dengan jalan menghilangkan material penyumbat yang tidak

diinginkan;
e. Jasa peretakan hidrolika (hydraulic), yaitu pekerjaan yang dilakukan
dalam hal cara pengasaman tidak cocok, misalnya perawatan pada
formasi yang mempunyai daya tembus sangat kecil;
f. Jasa nitrogen dan gulungan pipa (nitrogen dan coil tubing), yaitu jasa
yang dikerjakan untuk menghilangkan cairan buatan yang berada
dalam sumur baru yang telah selesai, sehingga aliran yang terjadi
sesuai dengan tekanan asli formasi dan kemudian menjadi besar

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


sebagai akibat dari gas nitrogen yang telah dipompakan ke dalam
cairan buatan dalam sumur;
g. Jasa uji kandung lapisan (drill steam testing), penyelesaian sementara
suatu sumur baru agar dapat mengevaluasi kemampuan berproduksi;
h. Jasa reparasi pompa reda (reda repair);
i. Jasa pemasangan instalasi dan perawatan;
j. Jasa penggantian peralatan/material;
k. Jasa mud logging, yaitu memasukkan lumpur ke dalam sumur;
I. Jasa mud engineering,
m. Jasa well logging dan perforating,
n. Jasa stimulasi dan secondary decovery,
o. Jasa well testing dan wire line service,
p. Jasa alat control navigasi lepas pantai yang berkaitan dengan drilling;
q. Jasa pemeliharaan untuk pekerjaan drilling;
r. Jasa mobilisasi dan demobilisasi anjungan drilling;
s. Jasa directional drilling dan surveys,
t. Jasa exploratory drilling;
u. Jasa location stacking/positioning;
v. Jasa penelitian pendahuluan;
w. Jasa pembebasan lahan;
x. Jasa penyiapan lahan pengeboran seperti pembukaan lahan,
pembuatan sumur air, penggalian lubang cadangan, dan lain-lain;
y. Jasa pemasangan peralatan rig;
z. Jasa pembuatan lubang utama dan pembukaan lubang rig;
aa. Jasa pengeboran lubang utama dengan mesin bor kecil;
ab. Jasa penggalian lubang tambahan;
ac. Jasa penanganan penempatan sumur dan akses transportasi;
ad. Jasa penanganan arus pelayanan (service line) dan komunikasi;
ae. Jasa pengelolaan air (water system);
af. Jasa penanganan rigging up dan/atau rigging down;
ag. Jasa pengadaan sumber daya manusia dan sumber daya lain seperti
peralatan (tools), perlengkapan (equipment) dan kelengkapan lain;
ah. Jasa penyelaman dan/atau pengelasan;
ai. Jasa proses completion untuk membuat sumur siap digunakan;

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


aj. Jasa pump fees;
ak. Jasa pencabutan peralatan bor;
al. Jasa pengujian kadar minyak;
am. Jasa pengurusan legalitas usaha;
an. Jasa sehubungan dengan lelang;
ao. Jasa seismic reflection studies;
ap. Jasa survey geomagnetic, gravity, dan survey lainnya; dan
aq. Jasa lainnya yang sejenis yang terkait di bidang pengeboran, produksi
dan/atau penutupan pertambangan minyak dan gas bumi (migas).

Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas


bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas) adalah semua
jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang pertambangan umum
berupa:
a. Jasa pengeboran;
b. Jasa penebasan;
c. Jasa pengupasan dan pengeboran;
d. Jasa penambangan;
e. Jasa pengangkutan/sistem transportasi, kecuali Jasa angkutan umum;
f. Jasa pengolahan bahan galian;
g. Jasa reklamasi tambang;
h. Jasa pelaksanaan mekanikal, elektrikal, manufaktur, fabrikasi, dan
penggalian/pemindahan tanah;
i. Jasa mobilisasi dan/atau demobilisasi;
j. Jasa pengurusan legalitas usaha;
k. Jasa peminjaman dana;
I. Jasa pembebasan lahan;
m. Jasa stockpiling; dan
n. Jasa lainnya yang sejenis di bidang pertambangan umum.

Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara adalah


berupa:
a. Bidang aeronautika, termasuk:

• ALK UNTUK AR-AR INDONESIA


1. Jasa pendaratan, penempatan, penyimpanan pesawat udara, dan
jasa lain sehubungan dengan pendaratan pesawat udara;
2. Jasa penggunaan jembatan pintu (avio bridge);
3. Jasa pelayanan penerbangan;
4. Jasa ground handling, yaitu pengurusan seluruh atau sebagian
dari proses pelayanan penumpang dan bagasinya serta kargo,
yang diangkut dengan pesawat udara, baik yang berangkat
maupun yang datang, selama pesawat udara di darat; dan
5. Jasa penunjang lain di bidang aeronautika.
b. Bidang non-aeronautika, termasuk:
1. Jasa katering di pesawat dan jasa pembersihan pantry pesawat;
dan
2. Jasa penunjang lain di bidang non-aeronautika.

Jasa Maklon (outsourcing)


Jasa maklon adalah pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu
barang tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa
(disubkontrakkan), yang spesifikasi, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau
bahan penolong/pembantu yang akan diproses sebagian atau seluruhnya
disediakan oleh pengguna jasa, dan kepemilikan atas barang jadi berada pada
pengguna jasa.

Jasa Event Organizer (EO)


Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer adalah kegiatan usaha
yang dilakukan oleh pengusaha jasa penyelenggara kegiatan meliputi antara lain
penyelenggaraan pameran, konvensi, pagelaran musik, pesta, seminar,
peluncuran produk, konferensi pers, dan kegiatan lain yang memanfaatkan jasa
penyelenggara kegiatan.

Jasa Forwarder
Jasa freight forwarding adalah kegiatan usaha yang ditujukan untuk mewakili
kepentingan pemilik untuk mengurus semua/sebagian kegiatan yang diperlukan
bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi
darat, laut, dan/atau udara, yang dapat mencakup kegiatan penerimaan,

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan, pengukuran, penimbangan,
pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, perhitungan
biaya angkutan, klaim, asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian
tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-barang
tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya.

11:
Tarif Pasal 26
PPh pasal 26 dikenakan atas:
1. Dividen 20% Jumlah Bruto Final

2. Bunga, termasuk Premium, Diskonto,


Premi SWAP, dan imbalan
20% Jumlah Bruto Final
sehubungan dengan jaminan
pengemba/ian utang
3. Royalti, Sewa, dan Penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan 20% Jumlah Bruto Final

harta
4. Imbalan sehubungan dengan jasa,
20% Jumlah Bruto Final
pekerjaan, dan kegiatan
5. Hadiah dan Penghargaan 20% Jumlah Bruto Final

6. Pensiunan dan Pembayaran berkala


20% Jumlah Bruto Final
lainnya
7. Penjualan Sa ham Perusahaan di

Indonesia (WPDN) yang dialihkan

oleh pemegang sahamnya di LN,

kecuali yang diatur dalam Pasa/ 4


ayat (2) uu PPh dan hak 5% Harga Jual Final

pemajakannya berdasarkan P3B ada


di Indonesia (PMK-258/PMK.03/2008
dan KMK- 434/KMK.04/1999)

8. Premi Asuransi, termasuk Premi


Reasuransi
a. Dibayarkan tertanggung kepada 10% Premi yang Final

Perusahaan Asuransi di LN, baik Dibayar

secara /angsung maupun melalui


pialang

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


b. Dibayarkan Perusahaan Asuransi 2% Premi yang Final
di Indonesia kepada Perusahaan Dibayar
Asuransi di LN, baik secara
/angsung maupun mela/ui pialang
c. Dibayarkan Perusahaan 1% Premi yang Final
Reasuransi di Indonesia kepada Dibayar
Perusahaan Asuransi di LN, baik
secara /angsung maupun melalui
pia/ang(KMK-624/KMK. 04/1994)
9. Penghasilan BUT, kecuali ditanamkan
kembali di Indonesia (PMK-
257/PMK.03/2008) 20%
10 Mulai tahun 2009- WP LN menjual
assetnya berupa Emas, Berlian, Final
permata, perhiasan mewah, Jam PKP =(Laba BUT
tangan Mewah, Mobil, Pesawat - PPh BUT di
Ringan, kapal pesiar mewah, dengan Indonesia)
harga jual diatas Rp 10 Juta dan 5%
pembelinya adalah WP Badan (PMK-
82/PMK.03/2009) Harga Jual Final

TARIF PASAL 4(2)


Pemotongan PPh pasal 4 (2) UU PPh
Jenis dan tarif PPh Final adalah sebagai berikut:
JENIS TRANSAKSI TARIF OPP
pp No-51/2008 jo.PP -40/2009 atas Jasa
Konstruksi bersertifikasi:

• Perencana dan Pengawas yang 4%


memiliki kwalifikasi

• Perencana dan Pengawas tidak 6% Penghasilan Bruto (excl. PPN)


memiliki kwalifikasi

• Pelaksana kwalifikasi kecil 2%


• Pelaksana kwalifikasi 3%
menengah/besar 4%
• Pelaksana Tanpa Kwalifikasi
PP No-131/2000 atas :

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


JENIS TRANSAKSI TARIF OPP

• Sunga Deposito 20 % Penghasilan Bruto

• Tabungan, jasa giro dan SBI

• Diskonto Obligasi di BEJ


PP No-5/2002 atas Sewa tanah dan
Bangunan (dan segala macam nama 10 % Penghasilan Bruto

pembayaran sehubungan dengan


persewaan Tanah/Bangunan)
PP No-71/2008 (per 01 Januari 2009) 5% Penghasilan Bruto

atas Pengalihan tanah dan Bangunan


KEP-305/PJ./2001 atas Hadian Undian 25 % Penghasilan Bruto

PP No-14/1997 atas Penjualan Saham di


BEJ dan BES 0.1 % Nilai Jual Saham non Pendiri

PP No-14/1997 atas Penjualan Saham di


BEJ dan BES 0.5 % Nilai Jual Saham Pendiri

PMK-112/PMK.03/2010 atas Bung a


Simpanan Koperasi diatas Rp 240,000,- 10% Penghasilan Bruto

TARIF PASAL 15
Pemotongan PPh Pasal 15
1. Pelayaran Dalam Negeri
1,2% Peredaran Bruto Final
(KMK-416/KMK.04/1996)
Penerbangan Dalam Negeri (KMK-
2. 475/KMK.04/1996) - Usaha
Tidak
penerbangan yang berdasarkan 1,8% Peredaran Bruto
Final
perjanjian Charter saja.

3. Pelayaran dan atau Penerbangan


Luar Negeri yang berbentuk BUT
(KMK-417/KMK.04/1996 dan SE - 2,64% Peredaran Bruto Final

32/PJ.4/1996)

4. WP LN yang mempunyai Kantor 0,44% Nilai Ekspor Bruto Final

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


Perwakilan Dagang di Indonesia
(KEP - 667/PJ./2001)
5. Pihak-pihak yang melakukan Jumlah Bruto dari
kerjasama dalam bentuk Nilai Tertinggi
Perjanjian Bangunan Guna Serah antara Nilai Pasar
5%
(Built Operate and Transfet] dengan NJOP
(KMK-248/KMK.04/1995) Bagi an Bangunan
yang Diserahkan
Note: Mengenai Jasa Pelayaran dan Penerbangan LN, apabi/a
tidak memiliki BUT (Agency or Branch) maka dikenakan Pasal
26=20%

Tugas Mulia DJP:


DJP melalui AR dan Pemeriksa Pajak berjuang keras mencari uang
untuk Negara, namun dibalik itu Dana APBN masih ada bocor,
beberapa Pejabat Tinggi masih membawa gerbongnya, Gubernur
masih membawa dynasty-nya. Inilah yang membuat para
Pengusaha frustasi membayar pajak dengan benar. Namun
bagaimanapun, Indonesia harus terus bergerak maju untuk menjadi
lebih baik ... dan DJP adalah pahlawan bangsa yang paling terbaik.

The Man from Lebak Bu/us

ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •


I

Biodata Penulis

The Man from Lebak Bulus:

Pajak tahun 1995, 0 IV STAN Tahun 2000, dan lulusan ~ .Akuntanst Ul .tahun
2007. lngin belajar dan mendalami lagf pejak inlemaslonal-k8 IUar negeri tBpi dlarang
oleh emaknya, karena katanya jauh dan lam•-.unasuk angin stapa yang
i' .
•ngesoldn".
. •

sekarang emaknya udah kembali ke surge (Amin). Buku inlpun • ~ kacau


balau, berbau bet.awl. Oleh sebab itu Penulis mlnta maaf karena tidak bisa berbahasa
yang indah permai dan sopan.
la lulusan DIV STAN tahun 2002 dan Magister Akunt.ansl Ul tahun ·2001 den
m
sekarang beliau adalah c1ongsen perpajakan .pada MagiSter Akunfansf Salimba dan
51 Ul Depok. Di Universitas lain udah engga sempet ngajar~ Awaf tahun 20•~ penulis

.. Badung Utara, Denpasar, Bali. Penulis belajar


w•
n!JSign In honor dari OJP karena takut jadi pejlblt yang selaiu wn .vmt ~.
8eDau adalah rnantan AR di beberapa KPP clan terakhir sebagai ~
1~ . t~ di -~ . Korea
di KPP

kirlman WP dan Transfer Ptlcfng di Netherland v8tt9 .• ·otel! ~, ..-nva


Adalm Demili. ICedua ilmu inilah yang paling disuk4ll ~~
~ beliau sekarang adalah sebagel_~ ,diUl.· ~ - din Qep0t dan
juga ngurus - beliau sendiri ctengan. nlma :'tf.M ~• .P.ar~,·'dl ;Gedung . Plal.a
<

lndoneslan Tax Review. Kllen beliau terdlrt dad puluhaft ~.· PMA .Jepan,
German, Singapore, dan juga beberapa groUp perusahaan lokal lndonelta.

• ALK UNTUK AR-AR INDONES/A


ALK UNTUK AR-AR INDONES/A •
lfl53NOGNI l:Jlf-Ylf >lnlNn >17'1 •

Anda mungkin juga menyukai