042/2012
Petunjuk Teknis Analisis Laporan Keuangan
DISCLAIMER
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka peningkatan kapasitas dan
kompetensi pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya Pemeriksa Pajak dalam hal membaca,
memahami dan menganalisis laporan keuangan untuk mendukung pelaksanaan tugas.
Materi dalam modul ini bersumber dari berbagai literatur, nara sumber, ketentuan formal,
pengalaman tim penyusun dan sumber lainnya.
Informasi/bahan-bahan ajar yang ada dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat
Jenderal Pajak, digunakan sebagai bahan ajar dan bukan dimaksudkan sebagai aturan dalam
pemeriksaan pajak atau pelaksanaan tugas.
PENGHARGAAN
Ucapan terima kasih diberikan kepada tim penyusun atas segala jerih payah dalam penyampaian
informasi/bahan yang berharga ini, sehingga tersusun modul ini. Semoga hasil karya ini menjadi
bagian amal baik bagi tim penyusun dan membawa manfaat bagi penggunanya.
TIM PENYUSUN
Penanggungjawab :
Rinaldi Yusuf - Kepala Sub Direktorat Teknik dan Pengendalian Pemeriksaan
Ketua Tim :
Sirmu - Kepala Seksi Teknik Pemeriksaan
Penyusun :
Paulus Widaryanto Tjatur Sunarko
Affan Nuruliman Arief Budiman
Nur Achmadi Hendro S. Agoek Joestiawan
Kontributor :
Ade Setiawan Adila Zega Balim
Bimo Nurendro Boedi Moeljo Budy Astyandoko
Didik Prasetyo Fajar ade Putra Harjo Simatupang
Liza Khoironi Martua Eliakim Tambunan Medy Herlambang
Mursid Kurniawan Nurfa Antariksawan Rahmad Wahyudi
Ratno Dewo Irwan Martis
DAFTAR ISI
HAL
Disclaimer.............................................................................................................................. i
Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................. iv
1. BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. TUJUAN PEMBELAJARAN........................................................................................ 1
B. DESKRIPSI SINGKAT STRUKTUR MODUL.............................................................. 1
C. METODOLOGI PEMBELAJARAN.............................................................................. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan Direktorat Jenderal Pajak akan sumber daya
manusia yang mampu membaca dan menganalisis laporan keuangan dalam rangka pelaksanaan
tugas menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak.
Setelah membaca dan mempelajari modul ini, peserta diharapkan :
1. Memahami pentingnya analisis laporan keuangan sebagai salah satu alat bantu dalam rangka
penggalian potensi pajak.
2. Mengidentifikasi akun-akun yang perlu mendapat perhatian dan kajian lebih lanjut.
3. Mampu membuat analisis laporan keuangan dengan tepat yang sesuai dengan data dan
keadaan yang sebenarnya.
4. Memanfaatkan analisis laporan keuangan dalam menunjang pelaksanaan tugas.
C. METODOLOGI PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran diterapkan melalui kombinasi dari beberapa proses belajar mengajar
dengan cara ceramah, tanya jawab dan diskusi pemecahan kasus. Trainer akan membantu
peserta dalam memahami materi melalui ceramah dan dalam proses ini peserta diberi kesempatan
untuk mengajukan tanya jawab, agar proses pendalaman materi berlangsung dengan baik. Selain
itu, dilakukan diskusi pemecahan kasus-kasus yang relevan secara berkelompok, sehingga
peserta dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran ini.
BAB II
LAPORAN KEUANGAN
A. LAPORAN KEUANGAN
1. Definisi
Berikut beberapa definisi dan
pengertian laporan keuangan :
Menurut Baridwan (1992:17) laporan
keuangan merupakan “ringkasan dari suatu
proses pencatatan transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama dua tahun buku
yang bersangkutan.”
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas
suatu perusahaan dengan pihak–pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut.
Terkait dengan Standar Akuntansi Keuangan, pada tahun 2009 sampai dengan tahun
2012 Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mengalami transisi berupa proses konvergensi
dan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting
Standard (IFRS). Perubahan tersebut dilakukan oleh IAI sebagai Dewan Standar secara
bertahap melalui revisi atas semua PSAK yang sudah ada. Hal ini dilakukan oleh IAI sebagai
konsekuensi dari posisi Indonesia sebagai negara yang tergabung sebagai anggota G-20.
Namun dengan beratnya penyesuaian yang harus dilakukan melalui penyelarasan dengan
IFRS, IAI juga telah menerbitkan SAK yang mengadopsi SAK yang masih berlaku sebelumnya
yang diistilahkan dengan SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP).
Sehingga saat ini ada tiga standar yang berlaku di Indonesia, yaitu:
a. Standar Akuntansi Keuangan Umum (Adopsi IFRS).
b. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP; Adopsi IFRS
For Small & Medium Entity).
c. Standar Akuntansi Transaksi Syariah.
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan, membantu para pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan, dalam
hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
Berdasarkan Kepmenperindag No. 121/ 2002, setiap perusahaan yang berstatus kantor
pusat, berkedudukan dan menjalankan kegiatan usahanya di wilayah negara Republik
Indonesia diwajibkan menyampaikan Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (LKTP)
kepada Direktorat Bina Usaha dan Pendaftaran Perusahaan. LKTP ini adalah laporan
keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik atau Instansi Pemerintah atau
Lembaga Tinggi Negara yang memiliki kewenangan menerbitkan laporan akuntan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pasal 68 Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur bahwa
setiap perseroan terbatas yang memiliki aset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan nilai
sedikitnya Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar Rupiah) wajib untuk diaudit Laporan
Keuangannya oleh Akuntan Publik. Apabila ketentuan ini tidak dipenuhi, maka laporan
keuangan dimaksud tidak disahkan oleh RUPS. Dalam pasal tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Pasal 68
(1) Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan publik untuk
diaudit apabila:
a. kegiatan usaha Perseroan adalah menghimpun dan/ atau mengelola dana
masyarakat;
b. Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat;
c. Perseroan merupakan Perseroan Terbuka;
d. Perseroan merupakan persero;
e. Perseroan mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai
paling sedikit Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); atau
f. diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi, laporan
keuangan tidak disahkan oleh RUPS.
(3) Laporan atas hasil audit akuntan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan secara tertulis kepada RUPS melalui Direksi.
(4) Laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi dari laporan keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c setelah mendapat pengesahan
RUPS diumumkan dalam 1 (satu) Surat Kabar.
(5) Pengumuman laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah mendapat pengesahan
RUPS.
(6) Pengurangan besarnya jumlah nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal, mensyaratkan bahwa untuk memenuhi prinsip
keterbukaan, Emiten dan Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan keuangan yang
disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Selain itu, untuk meningkatkan
kualitas keterbukaan laporan keuangan Emiten dan Perusahaan Publik serta mendorong
terciptanya good corporate governance, ketentuan mengenai Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan perlu disesuaikan dengan perkembangan Standar Akuntansi Keuangan. Dimana
Standar Akuntansi Keuangan yang berkembang saat ini dalam masa konvergensi dan
harmonisasi dengan IFRS.
e. Undang-undang KUP Pasal 28 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Wajib Pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia
wajib menyelenggarakan pembukuan” dan ayat (7) yang menyatakan bahwa “Pembukuan
sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang“.
b. Menurut Dwi Prastowo D, M.M., Akt. (2004) analisis laporan keuangan adalah suatu proses
membedah-bedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya. Penelaahan
mendalam terhadap masing-masing komponen dan hubungan diantara komponen-
komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu
sendiri.
a. Screening : Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan
tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger.
b. Forecasting : Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa
yang akan datang.
c. Diagnosis : Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah
yang terjadi baik dalam manajemen operasi, keuangan atau masalah lain.
d. Evaluation : Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi
dan lain-lain
e. Understanding : Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang
dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam.
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 126/PJ/2010 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan, dimana fiskus dituntut untuk mampu melakukan analisis laporan keuangan untuk
menentukan batasan dan cakupan pemeriksaan dan fokus pemeriksaan.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Sebagai gambaran, untuk melakukan analisis laporan keuangan berikut ini disajikan
beberapa hal yang menjadi critical point sebagai langkah awalnya.
Hal yang patut dicermati adalah kepemilikan hak cipta akan menghasilkan pendapatan
royalti, sedangkan kepemilikan tanah dan/atau bangunan akan memberikan penghasilan sewa.
Saldo Piutang affiliasi yang tidak pernah ditagih merupakan pemborosan ekonomi karena dana
yang diterima dapat menghasilkan pendapatan bunga bila didepositokan. Pengguna laporan
keuangan (analis) harus mencermati aset yang dikelola perusahaan bila dihubungkan dengan
manfaat ekonomi yang dilaporkan.
Pada perusahaan tertentu nilai aset dilaporkan dengan nilai yang lebih rendah,
konsekuensinya pelaporan nilai penghasilan menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Hal
tersebut dilakukan dengan harapan jumlah pajak-pajak yang terutang menjadi lebih kecil dari yang
seharusnya disetor ke kas negara.
Masalah yang sering terjadi perusahaan melaporkan jumlah kewajiban lebih besar dari
transaksi sebenarnya terjadi. Transaksi fiktif memunculkan kewajiban fiktif, sehingga perlu
penelitian legalitas bukti atau dokumen terkait. Selain itu banyak pencatatan kewajiban yang
legalitasnya cukup namun tidak mempunyai manfaat ekonomi untuk perusahaan tapi untuk pihak
ketiga. Perlu dilakukan rekonsiliasi dan konfirmasi jumlah kewajiban perusahaan menurut laporan
keuangan dengan jumlah yang dilaporkan kepada pihak ketiga, misalnya pelaporan utang luar
negeri kepada otoritas Bank Indonesia.
Permasalahan yang sering muncul adalah perubahan bentuk antara modal menjadi
kewajiban yang dilakukan investor (pemegang saham), sehingga modal yang disetor lebih kecil
dari yang seharusnya sesuai akte pendirian, persetujuan investasi dari BKPM. Selain itu transfer
saldo laba kepada pemilik tidak melalui mekanisme lazim berupa pembagian dividen, tetapi
memanipulasinya dalam bentuk pembagian dividen terselubung melalui rekayasa keuangan.
Permasalahan yang sering muncul dan perlu mendapat perhatian adalah konsistensi
penerapan konsep pengakuan dan pengukuran penghasilan dan biaya sesuai kebijakan
perusahaan, perlakukan yang lazim, dan kontrak atau perjanjian hukum perusahaan dengan pihak
ketiga, khususnya pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dengan kata lain, transaksi
penghasilan dan biaya seharusnya dicatat dan dilaporkan sesuai harga wajar menurut lingkungan
industri perusahaan.
Permasalahan dalam perubahan ekuitas adalah peningkatan atau penurunan yang bersifat
non kas, seperti adjustment terhadap saldo laba tahun sebelumnya karena perubahan kebijakan
akuntansi, pembagian saham bonus, dan jurnal penyesuaian lainnya.
Pemahaman laporan arus kas akan menuntun pembaca memahami sumber dan cara
kelola pendanaan perusahaan apakah dari aktivitas operasi atau dari aktivitas investasi. Apabila
penjualan besar tetapi arus kas operasi masuk rendah, maka perlu penelitian syarat penjualan,
dan penjualan kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
BAB III
ANALISIS RASIO KEUANGAN
A. ANALISIS RASIO
1. Pengertian
Analisis rasio merupakan teknik analisis yang dilakukan
dengan membandingkan pos yang satu dengan pos yang lain
dalam laporan keuangan yang sama.
Jenis rasio laporan keuangan, biasanya dikelompokkan ke dalam lima kelompok rasio,
(R. Agus Sartono, 1998), yaitu :
1). Liquidity Ratio
Liquidity ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya.
Liquidity Ratio yang umum digunakan antara lain :
Current Ratio =
Formulasinya :
Quick Ratio =
Receivable Turnover =
Inventory Turnover =
a). Debt to Total Assets Ratio, yaitu rasio yang menghitung berapa bagian dari keseluruhan
kebutuhan dana yang dibiayai dengan hutang. Formulasinya :
b).Time Interest Earned Ratio, yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar keuntungan dapat
berkurang (turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan
tidak mampu membayar bunga. Formulasinya
a. Liquidity Ratios
Current ratio Naik Membaik
Quick ratio Naik Membaik
Cash ratio Naik Membaik
b. Leverage Ratios
Debt to total assets ratio Naik Memburuk
Debt to equity ratio Naik Memburuk
Long-term debt to equity ratio Naik Memburuk
Time interest earned ratio Naik Membaik
c. Activity Ratios
Receivable turnover Naik Membaik
Average collection period Naik Memburuk
Inventory turnover Naik Membaik
Average days in inventory Naik Memburuk
Assets turnover Naik Membaik
d. Profitability Ratios
Gross profit margin Naik Membaik
Operating profit margin Naik Membaik
Net profit margin Naik Membaik
Return on assets Naik Membaik
Return on equity Naik Membaik
LAPORAN POSISI
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
KEUANGAN
Piutang Dagang Penambahan atau pengurangan:
Lihat analisis rasio piutang dagang terhadap penjualan. Logisnya sama
dengan Hutang Dagang terhadap pembelian.
Tanah Penambahan: Karena ada pembelian atau karena Penilaian kembali Aktiva
Tetap (Revaluasi)?
Pengurangan: Minta PPh atas pengalihan yang 5% x Sales. Lihat
Pengakuan laba rugi jual tanah.
Aktiva Lainnya Hati-hati dengan Biaya Pendirian, karena sering terjadi adanya
pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada bukti pendukungnya. Biaya
pendirian ini diamortisasi sebesar yang ada bukti pendukungnya saja.
LAPORAN POSISI
DAMPAK PERPAJAKANNYA
KEUANGAN
Hutang Usaha/Dagang Penambahan atau pengurangan:
Lihat analisis rasio utang dagang terhadap pembelian yang nalarnya
sama dengan Piutang Dagang terhadap penjualan
Hutang dari pemegang Lihat rasio DER, Jika terlalu besar sementara perusahaan terus merugi,
saham ada indikasi menyembunyikan Income (omset dan/atau pendapatan
lainnya) di balik Hutang Pemegang saham. Rekayasa bankruptcy.
Hutang Bank Jangka Telitilah dengan menggunakan analisis kredit Perbankan, sehingga
Pendek atau Panjang mampu menjawab :
a. Apakah laba per kas cukup untuk bayar hutang bank?
b. Memiliki jaminan 150% dari total kredit bank tersebut?
c. Apakah nilai jaminan kredit yang merupakan aktiva tetap
perusahaan sudah cukup nilainya ?
Saldo Laba Penambahan: Saldo Laba Akhir tahun = Saldo Laba awal tahun + Laba
Setelah Pajak
Pengurangan: Ada pembagian dividen
Analisis time series adalah suatu proses menganalisis data dalam laporan keuangan dengan
menyajikan dan membandingkan laporan keuangan beberapa tahun (time series).
Dalam analisis time series, analisis dilakukan dengan perbandingan terhadap data keuangan
periode sebelumnya (perbandingan data historis) untuk melihat tren yang mungkin timbul dan
kemudian menganalisis apa yang terjadi dibalik tren angka tersebut.
b. Perbandingan dapat dilakukan dengan data keuangan dari tahun sebelumnya, kolomnya
tampak sebagai berikut:
Bertambah(Berkurang) Bertambah(Berkurang)
31 Desember
2009 atas 2008 2010 atas 2009
Pos-pos 2008 2009 2010 Rp % Rasio Rp % Rasio
c. Dasar pembandingnya adalah rata-rata dari jumlah kumulatif seluruh periode yang
bersangkutan. Hal ini akan bermanfaat sekali apabila diterapkan pada laporan laba/rugi, karena
analis akan dapat mengetahui rata-rata dari beberapa tahun dan dapat menentukan jumlah
atau akun mana yang menyimpang dari jumlah rata-rata, dan dapat segera mencari faktor-
faktor penyebabnya. Bentuk laporan tersebut nampak sebagai berikut:
Setelah diadakan perhitungan terhadap data yang diperoleh, dengan menggunakan cara
diatas, maka langkah berikutnya dilakukan analisis terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
Langkah-Langkah dalam analisis ini dimulai dari:
b) Analisis terhadap perubahan sub total (misalnya perubahan pada aktiva lancar, hutang lancar,
aktiva tetap dan perubahan sub total lainnya); dan
Jika laporan keuangan disajikan secara bulanan ataupun kuartalan, maka perbandingan
dapat dilakukan secara bulanan ataupun kuartalan. Data pembanding dapat diambil dari bulan-
bulan atau kuartal yang sama dari tahun sebelumnya atau dengan memperbandingkan antara
bulan atau kuartal yang satu dengan bulan atau kuartal lain dalam tahun yang sama.
Contoh :
Laporan Harga Pokok Penjualan PT.X untuk tahun 2008 dan 2009 adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data di atas dengan menggunakan analisis time series kita dapat
mengidentifikasikan akun yang dinilai menyimpang (tidak wajar) yaitu akun royalti untuk tahun
2009. Dengan identifikasi seperti ini, untuk tujuan penggalian potensi pajak, maka pengguna
laporan keuangan dapat menentukan bahwa akun yang perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut
adalah akun royalti.
Metode untuk merubah jumlah-jumlah rupiah dalami suatu lapoan keuangan menjadi
persentase-persentase tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masing-masing dengan 100 %.
2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut dengan cara membagi
jumlah rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah masing-masing
pos pasiva dengan total pasivanya dan masing-masing pos laba/rugi dengan total penjualan
nettonya, dikalikan 100%.
Contoh:
Berikut ini laporan posisi keuangan dan perhitungan laba/rugi perbandingan tahun 2009 dan 2010:
Dari data laporan posisi keuangan PT DJP tahun 2009 dan 2010 dapat diketahui persentase per
komponennya atau persentase dari total yaitu sebagai berikut:
Ini berarti bahwa saldo Piutang Dagang pada tanggal 31 Desember 2009 sebesar 24 % dari jumlah
aktiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp1 aktiva diinvestasikan dalam bentuk Piutang Dagang
sebesar Rp0,24.
Ini berarti bahwa saldo Hutang Dagang pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar 9 % dari jumlah
pasiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp1 pasiva berbentuk Hutang Dagang sebesar Rp 0,09.
Analisis time series dapat juga dilakukan dengan membandingkan tren perusahaan dengan
tren industri. Lazimnya kinerja suatu perusahaan mengikuti kinerja industri. Jika suatu industri sedang
mengalami kenaikan kinerja maka kinerja perusahaan dalam kelompok industri tersebut juga akan
mengalami kenaikan dan sebaliknya. Jika pergerakan kinerja perusahaan berbeda signifikan dengan
tren pergerakan industri maka perlu perhatian lebih mendalam.
Analisis per akun adalah kegiatan menganalisis setiap komponen atau akun yang ada dalam
laporan keuangan. Berdasarkan analisis tersebut dapat diidentifikasikan suatu akun yang memerlukan
perhatian lebih lanjut. Untuk menganalisis suatu akun dapat mempergunakan analisis rasio dan
analisis time series.
Analisis per akun akan lebih akurat jika dilakukan dengan mengaitkan akun tersebut dengan
kelompok industri suatu perusahaan. Hal ini diperlukan karena setiap industri mempunyai karakteristik
aktivitas yang berbeda. Perbedaan ini direfleksikan dalam jenis akun yang disajikan dalam tiap-tiap
industri.
o Mesin
o Kendaraan
o Bangunan Permanen
o Bangunan Tidak Permanen
o Tanah
- Aktiva Lainnya
- Asset Tidak Berwujud
o Goodwill – setelah amortisasi
o HGB
o HGU
o Asset Tidak Berwujud Lainnya setelah Amortisasi
- Pensiun Dibayar dimuka
- Uang Muka
- Rekening Escrow
- Analisis penilaian kewajaran harga atas transaksi yang berkaitan dengan akun ini dilakukan
sesuai dengan ketentuan perpajakan.
- Jika sumber dana dari investasi tersebut berasal dari pinjaman yang terutang bunga maka
lakukan analisis apakah bunga tersebut dapat dibebankan sebagai biaya sesuai ketentuan
perpajakan.
- Jika sumber dana investasi tersebut berasal dari pinjaman yang terutang bunga maka lakukan
analisis apakah bunga tersebut dapat dibebankan sebagai biaya sesuai ketentuan perpajakan.
5. Aktiva Tetap
- Akun ini merupakan aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun
lebih dahulu, digunakan dalam kegiatan operasi, dan memiliki masa manfaat ekonomi lebih dari
satu tahun.
Contoh : tanah, gedung, peralatan, kendaraan, mesin-mesin, dan lain-lain.
- Penambahan atau pengurangan aktiva tetap akan berpengaruh terhadap modal kerja
perusahaan.
- Penambahan aktiva tetap yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan dalam
menghasilkan barang atau memproduksi jasa secara umum akan menambah kapasitas
produksi, hal ini lazimnya akan diikuti oleh kenaikan pendapatan misalnya: penambahan mesin
pada perusahaan manufaktur akan menambah kapasitas produksi, penambahan kendaraan
pada perusahaan angkutan akan menambah kapasitas.
- Penambahan aktiva berupa mesin yang melibatkan tenaga ahli dalam pemasangan mesin
tersebut mempunyai potensi pajak PPh Pasal 21, 23 atau 26 atas pembayaran jasa tenaga ahli
tersebut.
- Penambahan bangunan yang dikerjakan oleh pihak ketiga menimbulkan potensi PPh Pasal 4
ayat (2).
- Penambahan bangunan yang dikerjakan sendiri menimbulkan potensi PPN membangun sendiri
(Pasal 16C UU PPN).
BAB IV
TEKNIK ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KELOMPOK INDUSTRI
1. Industri Jasa
Kekhasan industri jasa adalah tidak adanya persediaan, sehingga rasio-rasio yang
berhubungan dengan persediaan bisa diabaikan. Input utama dari industri jasa sebagian besar
adalah penggunaan fungsi-fungsi dan keahlian dari tenaga kerja tersebut untuk memperoleh
penghasilan. Untuk jasa konstruksi harus dibedakan antara pengertian di akuntansi dan pajak.
Dalam perpajakan konstruksi termasuk dalam industri jasa, sedangkan di akuntansi konstruksi
termasuk jenis industri manufaktur/pabrikan. Jasa komunikasi seperti Indosat, Telkomsel juga
termasuk dalam jenis usaha manufaktur/pabrikan.
2. Industri Perdagangan
Kekhasan industri perdagangan adalah adanya persediaan dan tidak ada perubahan bentuk
dari barang yang mereka beli ke barang yang mereka jual, sehingga rasio-rasio yang dipakai
berhubungan dengan persediaan dan laba. Input utama dari industri dagang adalah pembelian
barang dagangan serta biaya yang berhubungan dengan persediaan
tersebut, yaitu biaya angkut, biaya pemasaran, komisi dan biaya lain-lain dari
barang yang mereka jual ke pelanggan.
3. Industri Manufaktur/Pabrikan
Kekhasan industri manufaktur adalah adanya pengolahan dari persediaan yang mereka beli,
sehingga rasio-rasio yang dipakai adalah yang berhubungan dengan proses industri tersebut,
dan perlunya adanya analisis rendemen. Input utama dari industri ini adalah faktor-faktor
sumber daya manusia sebagai tenaga kerja, bahan baku yang diolah lebih lanjut menjadi
barang jadi dengan memakai mesin produksi. Perkebunan dan usaha yang sejenis termasuk
dari industri manufaktur/pabrikan.
Catatan:
a. Untuk AR Turnover sebaiknya kita bandingan dengan AP Turnover untuk mengetahui cost of
inventory.
b. Untuk Jumlah Hari Rata-rata Penagihan sebaiknya kita bandingkan dengan Jumlah Hari Rata-
rata Pembayaran untuk mengetahui cost of money.
1. Industri Jasa
a. Dengan melihat net profit margin perusahaan yang dianalisis dibandingkan dengan net
profit margin industri sejenis akan dapat diketahui tingkat kewajaran yang sebanding. Hal
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi biaya-biaya berpengaruh secara
signifikan terhadap net profit margin. Melalui perbandingan net profit margin tersebut,
dapat juga diidentifikasi pengakuan penghasilan dengan mempelajari informasi catatan
laporan keuangan yang berkaitan untuk meyakini kebenaran pengakuan matching cost
against revenue.
b. Skill labour output akan banyak dipakai untuk perusahaan yang outputnya berupa jasa
manajemen dan konsultasi, dimana sumber daya utama dari perusahaan tersebut adalah
faktor keahlian dari tenaga kerja mereka. Contoh dari perusahaan ini adalah kantor
akuntan publik. Analisis ini sebenarnya juga bisa dipakai untuk pabrikan-pabrikan yang
membutuhkan tenaga kerja khusus, seperti buruh linting pada pabrikan rokok.
c. Untuk analisis pada point 3 s.d.10, akan banyak dipergunakan untuk jenis usaha
perbankan, terutama untuk Bank Perkreditan Rakyat. Analisis ini akan sangat berguna
apabila kita membandingkan dengan industri sejenis di lokasi yang sama.
2. Industri Perdagangan
a. Gross Profit Margin
Dengan melihat gross profit margin perusahaaan yang dianalisis dengan perusahaan
sejenis maka dapat diidentifikasi apakah gross profit perusahaan yang dianalisis wajar dan
sebanding.
b. AR Turnover dibanding AP Turnover
Analisis ini dilanjutkan dengan melihat Jumlah Hari Rata-rata Penagihan dengan Jumlah
Hari Rata-rata Pembayaran untuk melihat cost of money, yaitu kerugian atau keuntungan
perusahaan apabila dilihat dari sisi pendanaan dari lamanya jangka waktu pembayaran
hutang atau penerimaan piutang. Apabila Hari Rata-Rata Penagihan < Hari Rata-Rata
Pembayaran, maka dari sisi pendanaan perusahaan akan diuntungkan, begitu pula
sebaliknya.
c. Inventory Turnover
Gunanya untuk mengetahui berapa lama persediaan tersebut berada di gudang
perusahaan sampai persediaan tersebut terjual. Semakin lama persediaan tersebut berada
di gudang, menunjukkan tingkat pembiayaan perusahaan yang berhubungan dengan
pendanaan persediaan tersebut semakin besar. Semakin sedikit stok maka perusahaan
akan berjalan semakin efisien.
d. Rasio Komisi/Diskon Penjualan.
Melalui analisis kesebandingan dengan perusahaan sejenis akan dapat diidentifikasi
kewajaran pemberian komisi/diskon penjualan dibandingkan dengan jumlah penjualan
yang dilaporkan.
3. Industri Manufaktur/Pabrikan
a. Gross Profit Margin.
Dengan melihat gross profit margin perusahaaan yang dianalisis dengan perusahaan
sejenis maka dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah gross profit perusahaan
yang dianalisis wajar dan sebanding.
b. Return on Asset.
Melalui rasio return on asset dari usaha manufaktur bisa dilihat optimalisasi penggunaan
aset perusahaan tersebut bila dibandingkan dengan industri sejenis, dan juga tingkat
pengembalian perusahaan atas investasi yang ditanamkan pada aset tersebut apabila
diperbandingkan dengan tingkat suku bunga bank. Lazimnya, tingkat pengembalian yang
diperoleh perusahaan melalui aset yang diinvestasikan nilainya lebih tinggi daripada
tingkat pengembalian yang diterima perusahaan apabila investasi tersebut ditaruh dalam
suatu simpanan di bank yang memberikan pengembalian dengan suku bunga tertentu.
c. Long Term Debt to Equity.
Dari rasio ini bisa dilihat sistem pendanaan perusahaan apabila dibandingkan dengan
modal sendiri. Secara faktor keuangan, dengan semakin banyak aset yang dibiayai dari
hutang, akan menimbulkan tingkat risiko yang semakin rendah bagi pemegang saham dan
juga akan memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi ke pemegang saham apabila
tingkat pengembalian dari aset yang ditanamkan dari hutang tersebut lebih tinggi daripada
tingkat suku bunga bank yang dibebankan kepada perusahaan, dengan asumsi variable
biaya lainnya konstan. Apabila hutang jangka panjang tersebut bersumber dari hutang
affiliasi, perlu dicurigai adanya transfer pricing yang bertujuan untuk mengurangi
keuntungan perusahaan.
d. Total Debt to Equity.
Tujuan dari analisis ini adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
hutang-hutang.
BAB V
REKAYASA KEUANGAN
Menurut A (Very Brief) Encyclopedia of Securities Fraud yang dibuat oleh M. Owen Donley III
dan dimuat dalam Business Law Today Volume 16 Earnings management : When a company
intentionally manipulates their reported earnings to meet a specific monetary goal, often an
amount consistent with analyst expectations. One of the motivations :
to "smooth" earnings,
to make a company's profits look less volatile and more consistent.
Menurut Wikipedia “Creative accounting and earnings management are euphemisms referring
to accounting practices that may follow the letter of the rules of standard accounting practices, but
certainly deviate from the spirit of those rules. .....”
Secara konseptual, rekayasa keuangan atau yang dikenal dengan earning management
merupakan upaya eksekutif untuk memanipulasi atau mengubah laporan posisi keuangan dengan
tujuan menyesatkan pihak lain yang ingin mengetahui kinerja perusahaan (Healy & Wahlen, 1985).
Oleh sebab itu earning management merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena tindakan
tersebut dapat menggambarkan perilaku eksekutif dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu
periode tertentu.
Penghasilan dimaksimalkan
(non-objek
Diminimalkan, dipindahkan, di-rekarekterisasi
Income Pajak)/Final (Via intermediary)
Penghasilan
(objek Pajak)
Penghasilan Tarip Pajak Objek
Kena Pajak Pajak Terutang Pajak
Biaya
(deductible)
Cost
Biaya
(non-
deductible)
High Tax Low Tax
dimaksimalkan Country Country
Diminimalkan,
Dipindahkan
(via intermediary/)
di-rekarekterisasi Subjek Pajak Subjek Pajak
Sebagai organisasi yang yang berorientasi laba, sudah tentu perusahaan domestik maupun
perusahaan multinasional akan berusaha meminimalkan beban pajak dengan cara memanfaatkan
kelemahan sistem ketentuan pajak dari suatu negara. Di banyak negara, skema penghindaran pajak
dapat dibedakan menjadi:
Antara suatu negara dengan negara lain bisa saja terjadi perbedaan pandangan tentang
skema apa saja yang dapat dikategorikan sebagai acceptable tax avoidance atau unacceptable tax
avoidance (Inside Tax Edisi September 2007). Dengan demikian, bisa saja suatu skema
penghindaran pajak tertentu di suatu negara dikatakan sebagai penghindaran pajak yang tidak
diperkenankan, tetapi di negara lain dikatakan sebagai penghindaran pajak yang diperkenankan.
Istilah lain yang sering dipergunakan untuk menyatakan penghindaran pajak yang tidak
diperkenankan adalah aggressive tax planning dan istilah untuk penghindaran pajak yang
diperkenankan adalah defensive tax planning.
Dalam buku-buku perpajakan, istilah tax avoidance biasanya diartikan sebagai suatu skema
transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-
kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara. Dengan demikian, banyak ahli pajak
menyatakan skema tersebut sah-sah saja (legal) karena tidak melanggar ketentuan perpajakan. Lebih
lanjut, The Asprey Comittee of Australia, seperti yang dikutip oleh Indrayagus Slamet (Inside Tax,
September 2007) menyatakan bahwa tax avoidance umumnya menyangkut perbuatan yang masih
dalam koridor hukum tapi tidak berdasarkan ”bonafide” dan “adequate consideration”,(Inside Tax,
Edisi Perkenalan,September 2007) atau berlawanan dengan maksud dari pembuat undang-
undang (the intention of parliament) (James Kessler, Tax Avoidance Purpose, 2004).
Lantas apa yang dimaksud dengan tax planning itu sendiri? Tax planning adalah upaya Wajib
Pajak untuk meminimalkan pajak yang terutang melalui skema yang memang telah jelas diatur dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan dan sifatnya tidak menimbulkan dispute antara Wajib
Pajak dan otoritas pajak. Sedangkan tax evasion diartikan sebagai suatu skema memperkecil pajak
yang terutang dengan cara melanggar ketentuan perpajakan (illegal) seperti dengan cara tidak
melaporkan sebagian penjualan atau memperbesar biaya dengan cara fiktif.
Berkaitan dengan tax avoidance, pertanyaan yang layak kita ajukan adalah apakah suatu
skema transaksi yang tujuannya semata-mata untuk penghindaran pajak (tidak ada tujuan bisnisnya)
dengan cara memanfaatkan kelemahan ketentuan perpajakan yang ada dapat dibenarkan?
Dalam konteks perpajakan internasional, ada berbagai skema yang biasa dilakukan oleh
perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) untuk melakukan penghematan pajak yaitu dengan
skema seperti (i) transfer pricing, (ii) thin capitalization, (iii) treaty shopping, dan (iv) controlled foreign
corporation (CFC). Pada umumnya dalam melakukan penghematan pajak tersebut, Wajib Pajak dapat
menjalankan dalam berbagai bentuk, yaitu:
Definisi tax planning (IBFD Tax Glossary) : Arrangement of a person’s business and/or
private affairs in order to minimize tax liability
Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan kita yang berlaku saat ini, belum ada
definisi yang jelas mengenai tax planning, agressive tax planning, acceptable tax
avoidance dan unacceptable tax avoidance. Dengan demikian, dalam praktiknya sering timbul
penafsiran yang berbeda antara Wajib Pajak dan aparat pajak. Wajib Pajak dan aparat pajak tentu
akan memberikan penafsiran sendiri yang menguntungkan mereka, sehingga menimbulkan
ketidakpastian hukum.
Dari sudut pandang Wajib Pajak, tentu akan berpendapat bahwa sepanjang skema
penghindaran pajak yang mereka lakukan tidak dilarang dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan tentu sah-sah saja (legal). Hal ini dimaksudkan untuk memberi kepastian hukum bagi
Wajib Pajak. Akan tetapi, di sisi lain, pemerintah tentu juga berkepentingan bahwa jangan sampai
suatu ketentuan perpajakan disalahgunakan oleh Wajib Pajak untuk semata-mata tujuan
penghindaran pajak yang akan merugikan penerimaan negara. Oleh karena itu, untuk kepastian
hukum baik bagi Wajib Pajak maupun bagi pemerintah, ketentuan tentang tax planning, tax
avoidance, dan anti tax avoidance yang berupa Specific Anti Avoidance Rule (SAAR) maupun
General Anti Avoidance Rule (GAAR) harus diatur secara jelas dan rinci dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan, baik untuk ketentuan formalnya yaitu terkait dengan
sanksi, maupun dalam ketentuan materialnya.
1. Dalam Negeri
Potensi rekayasa keuangan pada beberapa jenis transaksi Dalam Negeri :
a. Bankruptcy.
Contoh : transfer aset ke principal (pemilik) dalam bentuk hutang, keuntungan penjualan
aset masuk ke principal, kemudian membangkrutkan perusahaan.
b. Skimming/Embezzlement (membagi jalur pemasukan uang lewat karyawan).
Contoh : usaha jasa bar/jasa laundry.
2. Luar Negeri
Potensi rekayasa keuangan pada beberapa jenis transaksi luar negeri :
a. Treaty Shopping.
IBFD Tax Glossary: situasi dimana seseorang yang tidak berhak menerima manfaat suatu
tax treaty menggunakan, dalam arti luas, individu atau legal person untuk mendapat manfaat
treaty yang tidak tersedia secara langsung untuk mereka.
Contoh : SPC (Special Purpose Company), Back to Back Loan, CFC (Controlled Foreign
Corporation).
b. Thin Capitalization.
Suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai ”thinly capitalized” ketika memiliki proporsi yang
tinggi pada kapital berbentuk hutang (debt capital) dibandingkan dengan kapital dalam
bentuk ekuitas (equity capital).
c. Transfer Pricing.
Harga transaksi wajar antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah harga yang
akan diterapkan apabila transaksi tersebut dilakukan antar pihak yang independen, dalam
kondisi dan keadaan yang sama atau serupa.
Indikator penghindaran pajak dengan tidak membayar /membayar lebih kecil pajak di
Indonesia adalah:
– Rugi selama 5 tahun berturut-turut dan tidak membayar pajak.
– Memiliki transaksi afiliasi yang signifikan dibandingkan turnover dan laba usaha.
– Unusual / on-off transaction.
– Tidak memiliki atau tidak dapat memberikan informasi mengenai proses dan
dokumentasi penetapan harga transfer.
– Secara ekonomis, tren tingkat laba (selama 3-5 tahun) yang dilaporkan oleh Wajib Pajak
tidak realistis dibandingkan tingkat laba kelompok industrinya.
d. Tax Haven.
IBFD Tax Glossary: ...mengacu kepada negara-negara yang dapat mendanai jasa publik
tanpa atau dengan pajak penghasilan nominal dan menawarkan negara mereka sebagai
tempat untuk digunakan oleh non-penduduk (non-residents) untuk melarikan diri dari pajak
di negaranya.
Ada beberapa bentuk – bentuk Rekayasa keuangan yang dilakukan oleh wajib pajak antara lain :
a. Wajib Pajak dalam negeri yang ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan
pembelian tersebut mempunyai Hubungan Istimewa dengan pihak atau badan yang
dibentuk untuk maksud melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan (special
purpose company); dan
b. Terdapat ketidakwajaran penetapan harga pembelian.
REKAYASA KEUANGAN
Scheme Back to Back Loan
A bank may ask the parent company to guarantee the debt of its subsidiaries
Whether the debt is actually the debt of subsidiary?
1 Juta USD
P Guarantee B
Loan
1 Juta USD
REKAYASA KEUANGAN
Scheme Back to Bank Loan
1 Juta USD
P Guarantee
Loan B
1 Juta USD
Capital contribution
1 Juta USD
REKAYASA KEUANGAN
PT A PT B
Bunga pinjaman Rp 10 Milyar (10%xRp 100 M)
REKAYASA KEUANGAN
Tax Avoidance Melalui Intermediary?
Indonesia Mauritius
Equity Rp 100 M
PT A PT B A Sub
Rp 10 M:
foreign
Loan Rp 100 M Loan Rp 100 M exemption
P3B Ina-Netherlands: income/
0% tarif
efektif
rendah
Interest Rp 10 M The Netherlands
Interest
Rp 10 M
XBV
Income Rp 10 M
Cost Rp 10 M
Laba 0
REKAYASA KEUANGAN
PPh Pasal 26
Equity 20% x Rp 10 M
Rp 100 M = Rp 2 M
PT A PT B
7. Thin Capitalization
REKAYASA KEUANGAN
Thin Capitalization
Parent
Company
(Dana Rp 50 M)
Foreign Country
REKAYASA KEUANGAN
DER 4:1 > pembiayaan hutang 80% (40M) modal 20% (10M)
REKAYASA KEUANGAN
Equity
Country A
Country B
Subsidiary Company
Recorded as a Loan
1 Belgia Negara-negara yang memiliki ”substantially tax regime” yang jauh lebih
menguntungkan dibandingkan dengan Negara Belgia sendiri
2 Hungaria Negara-negara yang tarif pajaknya kurang atau sama dengan 10%
3 Brazil Negara-negara yang tarif pajaknya kurang atau sama dengan 20%
9 Inggris Suatu negara akan diklasifikasikan sebagai tax haven country apabila pajak
yang terutang di negara tersebut atas suatu penghasilan tertentu jumlahnya
kurang dari 75% dari pajak yang terutang seandainya penghasilan tersebut
dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan Inggris
a. Perbandingan Industri
Data wajib pajak yang dilaporkan dapat diperbandingkan dengan data wajib pajak lain yang
bergerak dalam bidang industri yang sama untuk mengetahui wajar atau tidaknya
penghasilan yang dilaporkan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983
Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Pajak. 2010. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 9/PJ./2010 Tentang
Standar Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak. 2010. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 126 /PJ/2010
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) Untuk Menguji
Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.
Badan Pengawas Pasar Modal Indonesia. 2000. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
Nomor Kep-06/PM/2000 Tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7 Tentang Pedoman
Penyajian Laporan Keuangan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal. Jakarta: Badan
Pengawas Pasar Modal Indonesia.
Bank Indonesia. 2009. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/2/PBI/2005 Sebagaimana Telah
Diubah Terakhir Dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/2/PBI/2009 Tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia.
B. Literatur
Bernstein, Leopold. 1983. Financial Statement Analysis: theory, application, and interpretation.
Amerika Serikat: Willard J. Graham.
Dwi Prastowo D., Drs., M.M., Ak. dan Rifka Juliaty, S.E. 2005. Analisis Laporan Keuangan :
Konsep dan Aplikasi. Edisi ke-2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan-Revisi 2009. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia.
Indrayagus, Slamet. 2007. Tax Planning, Aggressive Tax Planning, Tax Avoidance, Tax Evasion
dan Anti Tax Avoidance. Inside Tax. Edisi Perkenalan September 2007.
Sartono, Agus R. 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2001. Manajemen Keuangan Satu. Edisi Keempat. Jakarta: PT
Prenhallindo.
C. Website
Darussalam dan Dany Septriadi. 2009. Tax Avoidance, Tax Planning, Tax Evasion, dan Anti
Avoidance Rule. http://www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=36&q=& hlm=2.
Donley III, M.Owen. 2007. Encyclopedia of Securities Fraud. Business Law Today Volume 16.
http://apps.americanbar.org/buslaw/blt/2007-03-04/donley.shtml.
Kessler, James. 2004. Tax Avoidance Purpose and Section 741 of the Taxes Act 1988. British Tax
Review.
Sulistyanto, Sri dan Hudi Prawoto. 2003. Rekayasa Keuangan: Refleksi Sikap Oportunis Manajer?.
http://re-searchengines.com/hsulistyanto4.html.