Anda di halaman 1dari 22

Materi Inti 1

Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

1. Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan lisan untuk mengetahul


penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan
pembelajaran.
2. Merangkum poin-poin penting (membuat kesimpulan akhir) dari materi yang
disampaikan
3. Mengucapkan terimakasih atas kerjasama serta proses pembelajaran yang
telah berlangsung.
4. Fasilitator menutup sesi ini dengan memberikan aprestasi kepada seluruh
peserta.

VII. Uraian Materi


POKOK BAHASAN 1
PENGKAJIAN DATA DALAM PROSES ASUHAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT INDIVIDU

Pengumpulan data dalam proses asuhan kesehatan gigi dan mulut dimulai sejak
kilen masuk atau datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (initial assessment),
selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian
ulang untuk menambah/melengkapi data (re-assessment).

Pengumpulan data merupakan proses menggali informasi tentang klien yang


dilakukan secara sistematis untuk digunakan dalam menentukan diagnosis
kesehatan gigi dan mulut, dan membuat perencanaan intervensi asuhan kesehatan
gigi dan mulut untuk mengatasi masalah-masalah serta memenuhi kebutuhan-
kebutuhan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Informasi yang diperlukan dalam proses pengkajian, meliputi:


1. Segala sesuatu tentang klien sebagal makhluk bio-psiko-sosial & spiritual
2. Kemampuan dalam mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari
3. Masalah kesehatan dan intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
mengganggu kemampuan klien
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

4. Keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana asuhan kesehatan gigi dan
mulut yang akan dilakukan terhadap klien

Sumber Data
Data yang diperoleh dalam proses asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat diperoleh
dari beberapa sumber yang terdiri dari
1. Sumber data Primer
Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan dari klien, yang dapat
memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan gigi dan mulut
yang dihadapinya.
2. Sumber data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data-data yang diumpulkan dari orang terdekat
klien (keluarga), seperti orang tua. saudara, atau pihak lain yang mengerti dan
dekat dengan klien.
3. Sumber data lainnya
Catatan kilen (rekam medis kllen) yang merupakan riwayat penyakit dan
perawatan killen di masa lalu

A. Pengkajian Data Subjektif


Metode pengumpulan data yang dilakukan ketika proses direncanakan untuk
menanyakan atau membuat tanya jawab yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi oleh klien, blasa juga disebut dengan anamnesa.

Gunakan pertanyaan terbuka pada saat menggali informas dari masalah-


masalah yang dihadapi klien. Contoh pertanyaan terbuka:
Sebutkan nama dan tanggal kelahiran anda?
Berapa kali keluhan rasa sakit timbul dalam sehari?
Berapa kali anda menyikat gigi dalam sehari?

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara:


Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

 Tidak menggunakan pertanyaan tertutup. Karena pertanyaan tertutup


membuat klien tidak ada kebebasan dalam mengemukakan
pendapat/keluhan/respon Contoh: Apakah Anda menyikat gigi dua kali
sehari
 Tidak menggunakan pertanyaan terarah yang secara khas menyebutkan
respon yang diinginkan oleh terapis gigi dan mulut atau menyebutkan
secara tidak langsung bahwa klien benar atau salah.
Contoh: Anda setuju bukan?
Anda tidak bermaksud seperti itu kan?

Pengertian Data Subjektif


Data subjektif adalah data yang didapatkan dari ken/keluarga kien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa
ditentukan oleh terapis gigl dan mulut, mencakup persepsi, perasaan, Ide klien
tentang status kesehatannya. Misalnya tentang gambaran kilen terhadap rasa nyeri,
kecemasan, ketakutan, frustrasi terhadap keluhan killen, perasaan malu, perasaan
lemah.

Proses Pengkajian Data Subjektif


Proses pengkajian data subjektif harus mampu mengidentifikasi dan mencatatkan
data-data sebagai berikut:
a. Identifikasi Pasien
Tahap awal dalam pengkajian adalah melakukan Identifikasi pasien yang
terdiri dari nama dan tanggal lahir. Data demografi lainnya seperti jenis
kelamin, status pernikahan, pekerjaan, dan lain-lain dapat dimasukan sebagai
informasi tambahan. Sumber Informasi dapat diperoleh dari pasien sendiri,
anggota keluarga atau teman.
b. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan pasien yang menjadi alasan pasien
dibawa atau datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Contoh keterangan klien
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

saat dilakukan anamnesa "klien tidak bisa makan selama 3 hari karena sakit
gigi"
Seorang terapis gigi dan mulut harus mengidentifikasi keluhan kilen untuk
mendapatkan informasi yang dapat menjelaskan Informasi-informasi sebagai
berikut:
1) lokasi;
2) kualitas, kuantitas atau keparahan;
3) waktu yang mencakup awal, durasi, dan frekuensi;
4) keadaan yang memicu terjadinya keluhan;
5) faktor lain yang memperberat atau memperingan gejala.

c. Pengkajian Riwayat Kesehatan Umum


Pengkalan atau pengumpulan data mengenal riwayat kesehatan umum,
meliputi:
 Pengkajan riwayat penyakit sistemik/genetic Faktor-faktor sistemik adalah
faktor yang mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, misalnya faktor
genetik, nutrisional, hormonal dan hematologi. Komponen ini merupakan
pencatatan tentang penyakit sistemik yang diderita, pernah diderita,
pengobatan yang pernah dilakukan dan sedang dilakukan. Catat pula
mengenai obat-obatan rutin yang sedang dikonsumsi, vitamin, mineral,
atau suplemen herbal.
 Pengkajan riwayat alergi
Riwayat alergi adalah respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh.
Alergi termasuk reaksi spesifik untuk suatu pengobatan seperti gatal atau
mual, begitupula alergi terhadap makanan, serangga, atau faktor
Ingkungan lainnya.
 Pengkajian riwayat status gizi
Riwayat status gizi adalah didefenisikan sebagal status kesehatan
seseorang atau kelompok orang sebagai hasil dari asupan makanan dan
utilisasi zat gizi oleh tubuh yang dapat berubah selama periode
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

kehidupannya. Skrining gizi adalah proses yang sederhana dan cepat untuk
mendeteksi pasien berisiko malnutrisi.

Simple Nutrition Screening Tool (SNST) (Dr. Susetyowati 2013) terdiri dari 6
pertanyaan tanpa pengukuran antropometri, yaitu:
1. Kondisi pasien sekarang menggambarkan pasien terihat kurus dengan
pertanyaan "apakah pasien terlihat kurus?”. Bila "iya", masuk dalam
kategori "ya". Bila tidak, maka dimasukkan dalam kategori "tidak"
2. Kondisi pasien yang stabil tergambarkan dari kehilangan berat badan dan
pakalan yang terasa longgar dengan pertanyaan "apakah pakaian anda
terasa lebih longgar ?" dan apakah akhir-akhir ini anda kehilangan berat
badan secara tidak sengaja dalam 6 bulan terakhir?". Bila "iya", masuk
dalam kategori "ya". Bila tidak, maka dimasukkan dalam kategori "tidak"
3. Kondisi yang memperburuk dari penurunan asupan makan dan adanya
pengaruh riwayat penyakit tergambar dari kondisi pasien yang lemah,
tidak bertenaga serat penurunan napsu makan karena penyakitnya.
Pertanyaan yang diajukan apakah anda mengalami penurunan asupan
makan selama 1 minggu terakhir 2. Bila "lya", masuk dalam kategori
"ya". Bila tidak, maka dimasukkan dalam kategori "tidak"
4. Pengaruh penyakit terhadap perburukan status gla digambarkan dengan
pertanyaan apakah anda menderita suatu penyakit yang mengakibatkan
adanya perubahan umlah atau jenis makanan yang anda makan? "Bila
"iya", masuk dalam kategori "ya". Bila tidak, maka dimasukkan dalam
kategori "tidak"
5. Langkah akhir, jumlahkan semua skor dan tentukan kondisipasien (resiko
malnutrisi atau tidak)
Skor 0-2= tidak beresiko malnutrisi
Skor 23 = beresiko malnutrisi
6. Skrining sederhana yang dapat dilakukan tanpa pengukuran antropometri
dan riwayat penurunan BB. Dengan durasi waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan skrining gizi relatif singkat 1-3 menit. Skreening ini dapat
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

digunakan pada populasl pasien dewasa yang heterogen dan mudah dalam
pengislan.
Berikut adalah petunjuk skreening gizi sederhana yang dapat dilakukan di
fasyankes:
Tabel 1. Kuesioner Simple Nutrition Screening Tool (SNST)
(Dr. Susetyowati, 2013)
Skor
No Pernyataan
Ya Tidak
1. Apakah pasien terlihat kurus Ya = 1 Tidak = 0
2. Apakah pakaian anda terasa lebih longgar Ya = 1 Tidak = 0
3. Apakah anda akhir-akhir ini kehilangan berat Ya = 1 Tidak = 0
badan secara tidak sengaja (6 bulan terakhir) ?
4. Apakah anda menderita suatu penyakit yang Ya = 1 Tidak = 0
mengakibatkan adanya perubahan BB?
5. Apakah anda mengalami penurut asupan makan Ya = 1 Tidak = 0
selama 1 minggu terakhir?
6. Apakah anda merasakan lemah, loyo, dan tidak Ya = 1 Tidak = 0
bertenaga?
Kesimpulan  Skor 0 – 2 = tidak
beresiko malnutrisi
 Skor ≥3 = beresiko
malnutrisi

d. Pengkajian Riwayat kesehatan gigi


Merupakan pengumpulan data riwayat pengobatan gigi yang telah diperoleh
sebelumnya, termasuk pemberian obat, dosis, cara pemberian, dan frekuensi.
Ketahui pula mengenal kebiasaan atau perilaku kesehatan gigi dan mulut
klien.
Berikut adalah formulasl pertanyaan-pertanyaan tertutup yang dapat dilakukan
saat pengumpulan data riwayat kesehatan gigi dan mulut:
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

1. Apakah Bapak/ibu, pernah melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan


mulut? jika ya, kapan terakhir bapak/ibu melakukan pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut?
2. Apa saja perawatan gigi dan mulut yang diberikan kepada Bapak/ibu?
3. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu, memelihara kesehatan gigi?
4. Berapa kali Bapak/ibu, menyikat gigi dalam sehari? Kapan Saja waktunya?
5. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu menyikat gigi?
6. Apakah Bapak/Ibu punya kebiasaan makan makanan manis dan melekat?
7. Apakah Bapak/Ibu suka/sering makan buah-buahan yang berserat dan berair?
8. Apakah Bapak/ibu, mempunyai kebiasaan minum teh/kopi, alkohol?
Minuman bersoda? Merokok? mengunyah satu sisi? Mengunyah
sirih/tembakau? Menggigit benda keras? Bruxism?

B. Pengkajian Data Objektif


Pada proses pengkajian data objektif metoda yang dapat digunakan adalah
dengan cara:
1. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan umum dan kesehatan gigi dan
mulut klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan,
perabaan/sentuhan, pendengaran dan alat Indra lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah:
- Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara
terinci kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus
dilakukan). Hal tersebut dapat meningkatkan kecemasan klien atau
mengaburkan data, sehingga dala yang diperoleh menjadi tidak murni.
Contoh: Pak, saya akan menghitung nafas bapak dalam satu menit,
kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena
kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
- Perhatikan aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien Catatkan hasil
pengkajian data onjektif dalam catatan pelayanan asuhan kesehatan gigi
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

dan mulut, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh tenaga kesehatan
lain.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara. diantaranya
adalah:
- Inspeksi
- Palpasi
- Auskultasi
- Perkusi

3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah dengan mengumpulkan Informasi kesehatan
klien berdasarkan hasil analisa dari rekam medik kesehatan klien pada
waktu lampau hingga teraktual.

Pengertian Data Objektif


Data objektif adalah data yang dapat dari hasil observasi dan pengukuran, dapat
diperoleh menggunakan panca Indera (Inspeksi, dengar, membau, palpasi) selama
pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadl, pernafasan, tekanan darah, berat
badan, tingkat kesadaran, tingkat kebersihan rongga mulut, edema, gigi berlubang,
dan lain lain.

Pengkajian data objektif dimulai dengan melakukan pemeriksaan kesehatan


umum, dimana data-data tersebut dibutuhkan untuk keselamatan pasien saat
dilakukan Intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut. Data objektif yang
diperlukan dalam asuhan kesehatan gigi dan mulut antara lain:

a. Pengkajian Kesehatan Umum


Pemeriksaan kesehatan umum yang dilakukan meliputi:
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

1. Pengkajian tingkat kesadaran umum


Pengkajian tingkat kesadaran umum adalah ukuran dari kesadaran dan
respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan. Tingkat kesadaran
ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese
serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat
kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan)
dan mortalitas (kematian).
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat
kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia): kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok): penyakit
metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis): pada keadaan
hipo atau hipernatremia: dehidrasi: asidosis, alkalosis: pengaruh obat-
obatan, alkohol. keracunan: hipertermia. hipotermia: peningkatan tekanan
intrakranial (karena perdarahan, stroke, tumor otak); infeksi (encephalitis):
epilepsi.
Terdapat beberapa jenis tingkat kesadaran mulal dari sadar penuh atau
kompos mentis hingga penurunan kesadaran yang dalam (koma). Tingkat-
tingkat kesadaran yang lazim diketahui antara lain adalah:
a. Compos Mentis (conscious). yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya. Semua
b. Apalls, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang tempat waktu),
memberontak, berteriak-ferlak, berhalusinasi kadang berhayal
d. Somnolen (Obtundasi. Letargil. yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

e. Stupor (sopora koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
f. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah. mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Untuk asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien dengan kebutuhan khusus
seperti klien yang dalam perawatan intensive maka dapat dilakukan pengkajian
tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS. Yakni Penilaian kemampuan
kesadaran yang dilihat dari pemeriksaan kemampuan orientasi, pertimbangan.
abstraksi, kosa kata, dan daya ingat. Glasgow Coma Scale (GCS) adalah cara
untuk menilai tingkat kesadaran berdasar respon mata, bicara, motorik.

Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjekt mungkin
adalah menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). Glasgow Coma Scale (GCS)
adalah skala yang dipakai untuk menentukan/menilai tingkat kesadaran pasien,
mulai dari sadar sepenuhnya sampai keadaan koma.

GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera kepala. Reflek membuka mata,
respon verbal, dan motorik dlukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang
dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang menunjukan
adanya penurunan. kesadaran Teknik penilaian dengan skala ini terdiri dari tiga
penlialan terhadap respon yang ditunjukkan oleh pasien setelah diberi stimulus
tertentu, yaknil respon buka mata, respon motorik terbaik, dan respon verbal.
Setiap penilaian mencakup poin-poin, di mana total poin tertinggi bernilal 15.

Teknik penilaian dengan GCS terdiri dari tiga penilaian terhadap respon yang
ditunjukkan oleh pasien setelah diberi stimulus tertentu, yakni respon buka mata,
respon motorik terbaik, dan respon verbal. Setiap penilaian mencakup pohn-pon,
di mana total poin tertinggi bernilal 15 berarti pasien normal.
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Tabel 2. Pengkajian Tingkat Kesadaran Dengan Menggunakan Glasgow


Coma Scale (GCS)
Respon Skor
Eye Spontan membuka mata 4
(respon Membuka mata dengan perintah (suara, sentuhan) 3
membuka Membuka mata dengan rangsang 2
mata) Tidak membuka mata dengan rangsang 1
Verbal Berorientasi baik 5
(respon Bingung, berbicara mengacau, disorientasi tempat dan 4
verbal) waktu
Bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3
Bisa mengeluarkan suara tanpa arti (mengerang) 2
Tidak bersuara 1
Motor Mengikuti perintah 6
(respon Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat 5
motorik) diberi rangsang nyeri)
Withdraws (menghindar/menarik extremitas atau tubuh 4
menjahui stimulus saat diberi rangsang nyeri)
Menjahui rangsang nyeri 3
Extensi spontan 2
Tidak ada gerakan 1
Sumber: Teasdale G, Jennett B: Acta Neurochirurg Normal 15
(2005)

2. Pengukuran Berat Badan


Pengukuran berat badan adalah untuk mengetahui kondisi pertumbuhan
dan gizi anak. Pengukuran berat badan digunakan untuk mengukur
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

pertumbuhan secara umum dan menyeluruh. Pastikan kualitas alat yang


digunakan untuk mengukur berat badan serta ketelitian terapis gigi dan
mulut saat melakukan pengukuran, untuk menghindari error data.

Persiapan saat mengukur berat badan:


 Letakkan alat timbang di bagian yang rata/datar dan keras
 Jika berada di atas rumput yang tebal atau karpet atau permadani, maka
pasang kaki tambahan pada alat timbangan untuk bisa mengatasi daya
pegas dari als yang tebal
 Pastikan alat timbang menunjukkan angka 00.00 sebelum digunakan
 Jelaskan kepada klien tujuan dari pengykuran berat badan
 Pastikan klien tidak menggunakan pakaian tebal. popok, selimut, dan
lain-lain untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.

3. Pengukuran Tinggi Badan


Tinggi badan digunakan untuk mengukur pertumbuhan linier. Untuk klien
dewasa dan anak yang sudah bisa berdiri maka menggunkan alat ukur
yang ditempelkan di dinding. Dan pada bayi pengukuran tinggi badan
dapat mengunnakan alat ukur datar dan rata menyerupal meja yang disertal
meteran.

Gambar 1. Alat
Pengukur Tinggi Badan Dibawah Usia 2 tahun (Infantometer)

Persiapan saat mengukur tinggi badan pada bayi:


Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

 Dengan bantuan orang tua killen, baringkan anak dipermukaan keras


yang rata dengan memegang punggung anak dengan satu tanagan dan
bagian bawah badan dengan tangan lainnya. Perlahan lahan turunkan
anak ke atas permukaan keras tersebut dengan bagian kaki menempel
ke ke kayu pembatas
 Pegang kepala anak dari kedua sisi telinga. Tempelkan kepala anak di
abgian atas papan ukur pastikan anak memendang lurus ke depan.
 Tempelkan tangan kiri terapis gigi di ujung tulang kering anak atau
pada lutut anak dan tekan dengan kuat ke arah permukaan meja ukur.
 Gunakan tangan kanan terapis gigi untuk menggeser alat pengukur ke
arah kepala anak. Pastikan terapis menekan rambut si anak
 Baca dan catatlah hasil pengukuran

4. Pengkajian Tanda-tanda Vital


Tanda-tanda vital adalah pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang
paling dasar. Pengkajian tanda tanda vital antara lain:
 Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendora darah terhadap dinding
arteri. Tekanan darah ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang
dipompa, dan ukuran serta fleksibelitas dari arteri diukur dengan alat
pengukur tekanan darah (tensimeter) dan stetoskop. Tekanan darah
terus menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan,
keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan yang yang
sedang dikonsumsi.
Nilai normal tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang
adalah:
Tabel 3. Daftar Nilai Normal Pemeriksaan Tekanan Darah
Menurut WHO 2015
Usia Nilai mmHg
Bayi usia di bawah 1 tahun 85/15 mmHg
Usia 1-6 bulan 90/60 mmHg
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Usia 6-12 bulan 96/65 mmHg


Usia 1-4 tahun 99/65 mmHg
Usia 4-6 tahun 160/60 mmHg
Usia 6-8 tahun 185/60 mmHg
Usia 8-10 tahun 110/60 mmHg
Usia 10-12 tahun 115/60 mmHg
Usia 12-14 tahun 118/60 mmHg
Usia 14-16 tahun 120/65 mmHg
Usia 16 tahun ke atas 130/75 mmHg
Usia lanjut 130-139/85-89 mmHg
Sumber: www.id.m.wikibooks.org

 Penghitungan Nadi
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah
arteri yang berdasarkan systol dan dyastole dari jantung. Denyut nadi
adalah jumis denyut jantung. atau berapa kali jantung berdetak per
menit. Tempat untuk menghitung denyut nadi yaitu arteri radialis,
temporalis, carotis, femoralis, dorsalis pedis, politela, barcialis.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:

Tabel 4. Daftar Nilal Normal Penghitungan Nadi


Usia Kali per menit
Bayi baru lahir 140
Usia di bawah 1 bulan 110
Usia 1-6 bulan 130
Usia 6-12 bulan 115
1-2 tahun 110
2-6 tahun 105
6-10 tahun 95
10-14 tahun 85
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

14-18 tahun 82
Di atas 18 tahun 60-100
Usia lanjut 60-70
Sumber: www.id.m.wikibooks.org

 Pengukuran Suhu Tubuh


Suhu tubuh adalah derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia
sebagal keseimbangan pembakaran dalam tubuh dengan pengeluaran
panas melalui keringat, pernapasan, sisa-sisa pembuangan dan
penyinaran, hantaran dan konveksi.
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilal kondisi metabolisme di
dalam tubuh dimana tubuh menghasilkan panas secara kimlawi
melalui metabolisme darah. Suhu tubuh dapat diukur melalui oral,
dubur, aksilaris, dan telinga. Suhu tubuh normal seseorang bervariasi,
tergantung pada jenis kelamin, aktivitas. lingkungan, makanan yang
dikonsumsi, gangguan organ, dan waktu. Nilal suhu tubuh normal
adalah:

Tabel 5. Nilal Suhu Tubuh Normal


Usia ℃
Bayi baru lahir 36,1 – 37,7
2 tahun 37,2
12 tahun 37
Dewasa 36
Sumber: www.id.m.wikibooks.org

 Penghitungan Respirasi
Penghitungan respirasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida
Menilai frekuensi. irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernapasan.
Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

dan hanya melibatkan penghitungan jumlah napas selama satu menit


dengan menghitung berapa kall dada meningkat. Respirasi dapat
meningkat pada saat demam, berolahraga, dan emosi. Jumlah
pernapasan normal:
Tabel 6. Nilal Penghitungan Respirasi Normal
Usia Jumlah Respirasi kali / menit
Bayi baru lahir 30 – 40 kali / menit
Bayi 6 bulan 30 – 50 kali / menit
Taddler 2 tahun 25 – 32 kali / menit
Anak-anak 20 – 30 kali / menit
Remaja 16 – 19 kali / menit
Dewasa 12 – 20 kali / menit
Sumber: www.idm.wikibooks.org

5. Pengkajian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan
yang dapat berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampal penderitaan.
Nyerl dimediasi oleh serabut saraf spesifik yang kemudian membawa
impuls nyeri ke otak dimana apresiasi sadamya dapat dimodifikasi oleh
banyak faktor.

Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu:


 Nyeri akut, nyeri yang dialami secara mendadak dan dalam kurun waktu
yang singkat (sekitar 6 bulan) dan akan segera hilang.
 Nyeri kronis, nyeri ini timbul secara perlahan dan berlangsung dalam
waktu yang lama (lebih dari 6 bulan)

Nyeri juga dapat dibedakan ke dalam jenis nyeri neuropatik dan nosiseptik.
Nyeri neuropatik dirasakan seperti rasa kesemutan. kebas/baal. panas
terbakar, kesetrum, nyeri bertambah bila tersentuh. Sementara nyeri
nosiseptik yaitu nyeri yang terbatas pada persendian /otot/gigi.
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Penanganan nyeri yang efektif tergantung pada pemeriksaan dan penilaian


nyeri yang seksama berdasarkan Informasi subjektif maupun objektif.
Anamnesis klien nyeri sebaiknya menggunakan kombinasi pertanyaan
terbuka dan tertutup untuk memperoleh Informasi masalah klien. Selain
itu, perhatikan juga faktor-faktor seperti tempat wawancara, sikap yang
suportif dan tidak menghakimi tanda-tanda verbal dan non verbal, dan
meluangkan waktu yang cukup.

Pengkajian atau penilaian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan


skala sebagai berikut:
 Skala Wajah (Wong-Baker Faces Pain Rating Scale)
Penilaian nyeri menggunakan skala Wong-Baker sangatlah mudah
namun perlu kejelian sipeniial pada saat memperhatikan ekprel wajah
penderita karena penilalan menggunakan skala ini dilakukan dengan
hanya melihat ekspresi wajah penderita pada saat bertatap muka tanpa
menanyakan keluhannya Skala penilaian nyeri ini disarankan untuk
klien usia >3 tahun.

Gambar 2. Skala Nyeri Wong Backer FACES Sumber:


http://wongbackerfaces.org/instructions-use/

Skala Wong-Baker (berdasarkan eksperesi wajah) dapat dilihat dibawah:


ekspresi wajah 1: tidak merasa nyeri sama sekali
ekspresi wajah 2: nyeri hanya sedikit
ekspresi wajah 3: sedikit lebih nyeri
ekspresi wajah 4: jauh lebih nyeri
ekspresi wajah 5: jauh lebih nyeri sangat
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

ekspersi wajah 6: sangat nyeri luar biasa hingga penderita menangis

 Skala Angka nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale) Penilaian skala nyeri
dengan teknik ini disarankan bagi klien dewasa dan anak usia > 8 tahun,

Keterangan

0: tidak ada rasa nyeri / normal


1: nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan nyamuk,
2: tidak menyenangkan (nyeri ringan) seperti dicubit
3: bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok bagian wajah atau
disuntik
4: menyedihkan (kuat, nyeri yang dalam) seperti gigi dan nyeri disengat
tawon
5: sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang sakit menusuk) seperti
terkilir, keseleo
6: intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya mempengaruhi salah satu dari panca Indra) menyebabkan tidak
fokus dan komunikasi terganggu.
7: sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) dan
merasakan rasa nyeri yang sangat mendominasi indra penderita yang
menyebabkan tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu
melakukan perawatan sendiri.
8: benar-benar mengerikan (nyeri yang begitu kuat) sehingga
menyebabkan penderita tidak dapat berfikir jernih, dan sering mengalami
perubahan kepribadian yang parah jika nyeri datang dan berlansung lama.
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

9: menyiksa tak tertahankan (nyeri yang begitu kuat) sehingga penderita


tidak bisa mentoleransinya dan Ingin segera menghilangkan nyerinya
bagaimanapun caranya tanpa peduli dengan efek samping atau resikonya.
10: sakit yang tidak terbayangkan tidak dapat diungkapkan (nyeri begitu
kuat tidak sadarkan diri) blasanya pada skala ini penderita tidak lagi
merasakan nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat rasa nyeri yang
sangat luar biasa seperi pada kasus kecelakaan parah, multi fraktur.

Dari sepuluh skala diatas dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
o skala nyeri 1-3 (nyeri ringan) nyeri masih dapat ditahan dan tidak
mengganggu pola aktivitas sipenderita
o skala nyeri 4 - 6 (nyeri sedang) nyeri sedikit kuat sehingga dapat
mengganggu pola aktivitas penderita
o skala nyeri 7 - 10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga
memerlukan terapi medis dan tidak dapat melakukan pola aktivitas
mandiri.

b. Pengkajian kesehatan gigi dan mulut


Pengkajian kesehatan gigi dan mulut meliputi:
1. Pemeriksaan ekstra oral
Pemeriksaan ekstra oral adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
melihat dan memeriksa keadaan tubuh paslen secara umum, meliputi
status fisik terhadap resiko jatuh, warna kulit, kuku, profil kepala, wajah,
dan leher (kelenjar tirold), sendi temporomandibular.
 Status fisik
Status fisik seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang. sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari
luar diri orang tersebut atau lingkungan sekitar.
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Usia seseorang mempengaruhi risiko jatuh dan seseorang, dimana usia


erat kaitannya dengan proses pertumbuhan dan proses penuaan. Pada
lansia yang telah mengalami proses penuaan. terjad penurunan
fisiologis pada tubuhnya dan proses penuaan tersebut berlangsung
secara terus menerus.
Proses penuaan menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis pada
lansia. Perubahan fisiologis
yang terjadi pada sistem muskuloskeletal saraf. kardio-vaskuler-
respirasi, indra dan integumen.
Sebaliknya pada anak-anak perlu diketahui tahapan tumbuh kembang
anak apakah sesual dengan usia pertumbuhannya atau tidak..

 Warna Kulit
Warna kulit sering memberi petunjuk bermanfaat. agar didapat patient
safety saat Intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut tetap terjamin.
Kondisi slanosis, Ikterus dan pucat yang memberi dugaan dugaan
adanya riwayat penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung
atau kelainan Jantung bawaan dan lain sebagainya. Pemeriksaan kulit.
seperti sianosis ditandai dengan pemeriksaan klinis adanya kebiruan
pada kulit, kuku, dan membran mukosa.
Perifer Sianosis disebabkan penurunan lokal sirkulasi darah di organ-
organ perifer, lengan dan kaki. Ini umumnya terjadi jika darah arteri
tersumbat terlalu lama pada anggota badan dan kehilangan sebagian
besar oksigen.

Gambar 4. Kondisi Klinis Kebiruan Pada Mukosa Bibir


Sumber www.healthy-talks.com 2018
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Slanasis muncul akibat tingkat deoksigenasi darah meningkat pada


pembuluh darah kecil dari jari tangan dan kaki.

 Wajah Simetris atau Tidak Simetris (Asimetris)


Melihat ada pembengkakan atau tidak dengan membandingkan sisi
muka sebelah kiri dan kanan. Pemeriksaan suhu pada daerah
pembengkakan dengan menggunakan punggung tangan, dengan
pemeriksaan palpasi/meraba juga dilihat warna pembengkakan.

 Kelenjar Limfe
Memeriksa kelenjar limfe kiri dan kanan dilakukan dengan
palpasi/meraba. Dudukkan pasien posisi tegak, pandangan mata ke
depan, kemudian raba kelenjar submandibular, posisi operator
dibelakang pasien.
1) Bila keadaan normal akan teraba lunak dan tidak sakit, kadang-
kadang tidak teraba
2) Bila terdapat peradangan akut, maka kelenjar submandibular akan
teraba lunak dan sakit
3) Bila terasa keras dan tidak sakit berarti ada peradangan kronis
4) Bila terasa keras dan sakit berarti ada peradangan eksaserbasi akut

2. Pemeriksaan Intra Oral


Pada pemeriksaan Intra oral meliputi pemeriksaan pada Jaringan lunak
rongga mulut dan jaringan keras hingga gigi geligi
a. Jaringan lunak
 Pemeriksaan mukosa intra oral
Pemeriksaan dilakukan dengan cara palpasi mukosa labial bibir
bawah, mukosa labial bibir atas dan mukosa bukat untuk melihat
konsistensi karakteristik jaringan dan indurasi, contohnya pada pasien
yang memiliki kebiasaan menggigit-gigit bibir atau mukosa bibir
Materi Inti 1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

terjadi perubahan warna, pinggiran yang kasar dan terjadi keratinisasi


pada mukosa labial.

Anda mungkin juga menyukai