Anda di halaman 1dari 10

PERANG ACEH

Disusun Oleh :
Ahmad Naufal Bisri
Zidan Rhamdani
Chika Aulia
Seny Adzandini
Latar Belakang Perang Aceh
Sebelum Indonesia merdeka, banyak sekali peperangan melawan penjajah, Salah
satunya yaitu Perang Yang ada di Aceh atau bisa disebut dengan Perang Aceh.
Perang Aceh adalah perang antara Kesultanan Aceh melawan penjajah Belanda.
Perang aceh ini dimulai pada tahun 1872 sampai dengan 1904.
Belanda mulai melepaskan tembakan meriam dari kapal perangnya ke tanah Aceh
setelah menyatakan perang kepada Aceh pada 26 Maret 1873.
Pada tahun 1904 Kesultanan Aceh menyudahi perlawanannya terhadap penjajah
belanda. Namun pada saat Kesultanan Aceh telah menyerah, masyarakat Aceh
masih tetap melanjutkan perlawanannya dengan cara gerilya.
Pada 1858 ada sebuah perjanjian yang bernama perjanjian Siak. Dalam perjanjian tersebut Sultan Ismail menyerahkan
wilayah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda, padahal daerah-daerah tersebut berada di bawah kekuasaan
Aceh sejak kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.
Pada tahun 1824 Belanda melanggar perjanjian Siak dan membuat perjanjian London berakhir. Isi dari perjanjian London
adalah Belanda dan Britania Raya membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara dengan
garis lintang Singapura.
Karena Belanda tidak menepati janjinya, maka kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan oleh pasukan
Aceh. Perbuatan Aceh ini didukung oleh Britania.
Perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan setelah dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de
Lesseps. Pada 1871 Inggris dan Belanda menandatangani Perjanjian London.
Isi dari perjanjian tersebut adalah Britania memberikan kebebasan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh.
Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Malaka. Belanda mengizinkan Britania bebas berdagang di Siak dan
menyerahkan daerahnya di Guyana Barat kepada Britania.
Pada 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia dan Kesultanan
Usmaniyah di Singapura. Aceh juga mengirimkan utusan ke Turki Usmani pada tahun itu juga.
Akibat upaya diplomatik yang dilakukan Aceh, Belanda menjadikannya sebagai alasan untuk menyerang Aceh.
Setelah Belanda tahu hubungan diplomatik Aceh, wakil Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen dengan 2
kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan kepada Sultan Machmud Syah tentang apa yang sudah dibicarakan
di Singapura.
Akan tetapi Sultan Machmud tidak takut kepada belanda dan menolak untuk memberikan keterangan.
Sebab Terjadinya Perang Aceh

Perlawanan Aceh melawan penjajah belanda terjadi selama kurang lebih 30 tahun lamanya. Adanya
perang Aceh sendiri meliputi beberapa sebab yaitu sebab-sebab umum dan sebab-sebab khusus.
Sebab-sebab umumnya antara lain Adalah :
• Keinginan Belanda untuk Menguasai Aceh.
• Adanya Traktat Sumatera (Inggris dan Belanda).
• Memberi peluang Belanda untuk menyerang Aceh dengan Turki, Italia, dan Amerika Serikat.
Sebab Khususnya ialah :
• Belanda menuntut agar Aceh tunduk kepada belanda
• Menanggapi tuntutan belanda tersebut, Sultan Aceh menolak untuk tunduk terhadap pemerintahan
Belanda. Akibat dari penolakan tersebut akhirnya Belanda menyatakan perang terhadap Rakyat Aceh
pada tanggal 26 Maret tahun 1873
Proses Terjadinya Perang Aceh
Pada awalnya Belanda sudah terikat perjanjian damai dengan aceh. Namun, pada saat Belanda
menyadari bahwa Aceh memiliki peranan penting dalam perdagangan, akhirnya Belanda pun melanggar
perjanjian tersebut dan malah menyerang aceh agar bisa menduduki tanah aceh.
Setelah pernyataan perangnya terhadap rakyat Aceh, Belanda pun mendatangkan kapal-kapal
perangnya beserta pasukannya yang berkekuatan 3.000 orang. Mayor Jendral Kohler adalah pemimpin dari
pasukan belanda tersebut.
Bersama pasukannya, Mayor Jendral Kohler memulai serangan pertamanya pada Masjid Baiturrahman
yang terletak di Ibu Kota Aceh. Namun pasukan Aceh sudah bersiap dengan serangan belanda tersebut dan
melawannya tanpa mengenal lelah.
Peperangan antara Aceh dan Belanda berlangsung selama kurang lebih dua minggu hingga akhirnya
belanda dapat menduduki istana. Akan tetapi sebelum Belanda datang ke istana, Sultan Aceh beserta
keluarganya berhasil melarikan diri ke daerah Lueng Bata di Aceh.
Setelah berhasil menduduki istana, Belanda mengira bahwa peperangan telah usai. Namun
ternyata para ulama dan bangsawan Aceh telah siap untuk merebut kembali tanah Aceh.
Masyarakat Aceh bertempur melawan Belanda bersama Tengku Cik Ditiro sebagai
pemimpinnya.
Teuku Umar dan juga turut serta berjuang melawan belanda. Setelah perjuangan
suami Cut nyak dien melawan Belanda yang Akhirnya gugur di medan perang, Cut Nyak Dien
pun dendam lalu memimpin masyarakat Aceh bersama Teuku Umar untuk melawan belanda
melawan Belanda bersama-sama.
Pada tahun 1882 Teuku Umar bersama masyarakat Aceh menyerang pos-pos Belanda dan
berhasil menguasai Meulaboh. Setelah berhasil Menguasai Meulaboh, tanggal 14 juni 1886,
Teuku Umar menyerang kapal Hok Canton yang berlabuh di Rigarh. Belanda makin kewalahan
menghadapi perjuangan rakyat aceh.Saking kewalahannya Belanda melawan rakyat aceh,
Belanda mencoba berbagai cara. Salah satu cara yang di coba Belanda yaitu adalah dengan
konsentrasi stelsel.
Belanda juga menerapkan sistem adu domba. Kedua siasat tersebut mengalami kegagalan.
Akhirnya belanda mengirimkan Dr. Snouck Hurgronje untuk menyelidiki kehidupan dan
struktur masyarakat aceh. Tokoh ini berhasil menyamar dengan menggunakan nama Abdul
Gofar dan berhasil menyelidiki kelemahan masyarakat aceh.
Setelah berhasil mengetahui kelemahan rakyat Aceh, belanda melalui Dr.
Snouck Hurgronje memerintahkan untuk menggunakan kekerasan dan dan
pengelompokan lapisan masyarakat dalam menyerang rakyat aceh. Namun
Jendral Deyckerhoff tidak mengindahkan usulan ini.Jendral Deyckerhoff lebih
memilih untuk menggunakan strategi politik divide et impera untuk
mempengaruhi Teuku Umar. Akan tetapi, belanda sendiri lah yang malah
tertipu dengan strategi tersebut.
Teuku Umar memanfaatkan keadaan tersebut untuk menipu belanda dan
mengambil senjata belanda. setelah mendapatkan senjata dari belanda, Teuku
Umar menggunakannya kembali untuk menyerang balik penjajah belanda.
Akhir Perang Aceh
Pada tahun 1899, Belanda mulai menerapkan siasat kekerasan dengan mengadakan serangan
besar-besaran ke daerah-daerah pedalaman. Serangan-serangan tersebut dipimpin oleh van Heutz.
Tanpa mengenal perikemanusiaan, pasukan Belanda membinasakan semua penduduk daerah yang
menjadi targetnya. Satu per satu pemimpin para pemimpin perlawanan rakyat Aceh menyerah dan
terbunuh. Dalam pertempuran yang terjadi di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Perlawanan rakyat
Aceh yang merupakan perlawanan paling lama dan terbesar di Sumatera akhirnya mendapat
tekanan keras dari Belanda. Pada tanggal 26 November 1902, Belanda berhasil menemukan
persembunyian rombongan Sultan dan menawan Sultan Muhammad Daud Syah pada tahun 1903.
Disusul menyerahnya Panglima Polim dan raja Keumala.Sedangkan Teuku Umar gugur karena
terkena peluru musuh tahun 1899. Pada tahun 1891 Tengku Cik Di Tiro meninggal dan digantikan
putranya, yaitu Teuku Mak Amin Di Tiro. Dengan hilangnya pemimpin yang tangguh itu
perlawanan rakyat Aceh mulai kendor, Belanda dapat memperkuat kekuasaannya. Jatuhnya
Benteng Kuto Reh pada tahun 1904, memaksa Aceh harus menandatangani Plakat pendek atau
Perjanjian Singkat (Dokumen Korte Verklaring) yang dikeluarkan oleh Van Heutsz. Perjanjian ini
menanda kan bahwa Aceh tunduk kepada Belanda.Simak lebih lanjut di Brainly.co.id -
https://brainly.co.id/tugas/15106113#readmore
Tokoh Tokoh
Teuku Cik Ditiro
Teuku Cik Ditiro adalah pahlawan Aceh yang sangat tangguh. Bukti
ketangguhannya terlihat ketika angkatan perang Sabilya yang dipimpinnya telah
berhasil merebut beberapa wilayah dari tangan musuh.
Pahlawan yang lahir pada tahun 1836 ini memiliki nama kecil Muhammad
Saman. Pada tahun 1891 pahlawan yang kerap dipanggil dengan nama Teuku
Cik Ditiro ini meninggal karena memakan makanan yang yang telah diberi
racun oleh seorang wanita.
Cut Nyak Dien
Cut Nyak dien adalah salah satu sosok pahlawan wanita yang memberikan inspirasi bagi kaum wanita
hingga sekarang ini. Meski seorang wanita, beliau juga ikut berjuang untuk membela tanah airnya dari
penjajahan Belanda.
Wanita yang lahir di Aceh tahun 1848 ini meneruskan perjuangan suaminya Teuku Ibrahim Lam Nga yang
meninggal dalam pertempuran. Setelah suaminya meninggal Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar
dan melawan belanda bersama-sama.Setelah berhasil merebut salah satu wilayah dari tangan belanda, Teuku
Umar pun juga meninggal dalam pertempuran saat perang pada dini hari.Lalu setelah Teuku Umar
meninggal, Cut Nyak Dien melanjutkan pertempuran melawan Belanda bersama dengan pasukan yang
tersisa. Namun pada akhirnya Cut Nyak Dien tertangkap oleh Belanda lalu diasingkan ke tanah Sumedang
dan di tahan di situ hingga akhir hayatnya.
Sultan Iskandar Muda
Walaupun tidak ada hubungan dengan konflik atau perang Aceh yang pecah setelah Traktat Sumatera
ditandatangani, Sultan Iskandar Muda juga termasuk tokoh Aceh yang mempunyai cukup banyak jasa
untuk tanah kelahirannya tersebut.Sultan Iskandar Muda Lahir tahun 1593 di Banda Aceh, beliau
merupakan sultan yang paling besar dalam masa kesultanan Aceh. Masa kepemimpinan Sultan
Iskandar Muda berlangsung sejak 1607 hingga 1636, dimana pada masa itu Aceh mencapai puncak
kejayaannya.

Anda mungkin juga menyukai