Anda di halaman 1dari 8

PERANG ACEH

KELOMPOK CAVENDIS

• YUNUS ILYASA
• INDA RAHMANI A
• INDIANA RIDWAN
• MALIHATUN ALAWIAH
• VIDIA ADZANI
LATAR BELAKANG PERANG ACEH

Pada 1858 ada sebuah perjanjian yang bernama perjanjian Siak. Dalam perjanjian tersebut Sultan Ismail
menyerahkan wilayah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda, padahal daerah -daerah tersebut
berada di bawah kekuasaan Aceh sejak kepemimpinan Sultan Iskandar Muda.
Pada tahun 1824 Belanda melanggar perjanjian Siak dan membuat perjanjian London berakhir. Isi dari
perjanjian London adalah Belanda dan Britania Raya membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua
daerah di Asia Tenggara dengan garis lintang Singapura.
Karena Belanda tidak menepati janjinya, maka kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan
oleh pasukan Aceh. Perbuatan Aceh ini didukung oleh Britania.
Perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan setelah dibukanya Terusan Suez oleh
Ferdinand de Lesseps. Pada 1871 Inggris dan Belanda menandatangani Perjanjian London.
Isi dari perjanjian tersebut adalah Britania memberikan kebebasan kepada Belanda untuk mengambil tindakan
di Aceh. Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Malaka. Belanda mengizinkan Britania bebas
berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guyana Barat kepada Britania.
Pada 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia dan
Kesultanan Usmaniyah di Singapura. Aceh juga mengirimkan utusan ke Turki Usmani pada tahun itu juga.
Akibat upaya diplomatik yang dilakukan Aceh, Belanda menjadikannya sebagai alasan untuk menyerang Aceh.
Setelah Belanda tahu hubungan diplomatik Aceh, wakil Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas
Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan kepada Sultan Machmud
Syah tentang apa yang sudah dibicarakan di Singapura.
Akan tetapi Sultan Machmud tidak takut kepada belanda dan menolak untuk memberikan keterangan.
PENYEBAB TERJADINYA PERANG
ACEH

Perlawanan Aceh melawan penjajah belanda terjadi selama kurang lebih 30 tahun
lamanya. Adanya perang Aceh sendiri meliputi beberapa sebab yaitu sebab-sebab
umum dan sebab-sebab khusus.
Sebab-sebab umumnya antara lain Adalah :
Keinginan Belanda untuk Menguasai Aceh.
Adanya Traktat Sumatera (Inggris dan Belanda).
Memberi peluang Belanda untuk menyerang Aceh dengan Turki, Italia, dan
Amerika Serikat.
Sebab Khususnya ialah :
Belanda menuntut agar Aceh tunduk kepada belanda
Menanggapi tuntutan belanda tersebut, Sultan Aceh menolak untuk tunduk
terhadap pemerintahan Belanda. Akibat dari penolakan tersebut akhirnya Belanda
menyatakan perang terhadap Rakyat Aceh pada tanggal 26 Maret tahun 1873.
PROSES TERJADINYA PERANG
ACEH

Pada awalnya Belanda sudah terikat perjanjian damai dengan aceh. Namun, pada saat Belanda
menyadari bahwa Aceh memiliki peranan penting dalam perdagangan, akhirnya Belanda pun
melanggar perjanjian tersebut dan malah menyerang aceh agar bisa menduduki tanah aceh.
Setelah pernyataan perangnya terhadap rakyat Aceh, Belanda pun mendatangkan kapal-kapal
perangnya beserta pasukannya yang berkekuatan 3.000 orang. Mayor Jendral Kohler adalah
pemimpin dari pasukan belanda tersebut.
Bersama pasukannya, Mayor Jendral Kohler memulai serangan pertamanya pada Masjid
Baiturrahman yang terletak di Ibu Kota Aceh. Namun pasukan Aceh sudah bersiap dengan
serangan belanda tersebut dan melawannya tanpa mengenal lelah.
Peperangan antara Aceh dan Belanda berlangsung selama kurang lebih dua minggu hingga
akhirnya belanda dapat menduduki istana. Akan tetapi sebelum Belanda datang ke istana, Sultan
Aceh beserta keluarganya berhasil melarikan diri ke daerah Lueng Bata di Aceh.
Setelah berhasil menduduki istana, Belanda mengira bahwa peperangan telah usai. Namun
ternyata para ulama dan bangsawan Aceh telah siap untuk merebut kembali tanah Aceh.
Masyarakat Aceh bertempur melawan Belanda bersama Tengku Cik Ditiro sebagai pemimpinnya.
Teuku Umar dan Cut Nyak Dien juga turut serta berjuang melawan belanda. Setelah perjuangan
suami Cut Nyak Dien melawan Belanda yang Akhirnya gugur di medan perang, Cut Nyak Dien
pun dendam lalu memimpin masyarakat Aceh bersama Teuku Umar untuk melawan belanda
melawan Belanda bersama-sama.
Pada tahun 1882 Teuku Umar bersama masyarakat Aceh menyerang pos-pos Belanda dan besama
Pada tahun 1882 Teuku Umar bersama masyarakat Aceh menyerang pos-pos Belanda dan berhasil menguasai
Meulaboh. Setelah berhasil Menguasai Meulaboh, tanggal 14 juni 1886, Teuku Umar menyerang kapal Hok
Canton yang berlabuh di Rigarh. Belanda makin kewalahan menghadapi perjuangan rakyat aceh.
Saking kewalahannya Belanda melawan rakyat aceh, Belanda mencoba berbagai cara. Salah satu cara yang di
coba Belanda yaitu adalah dengan konsentrasi stelsel.
Belanda juga menerapkan sistem adu domba. Kedua siasat tersebut mengalami kegagalan. Akhirnya
belanda mengirimkan Dr. Snouck Hurgronje untuk menyelidiki kehidupan dan struktur masyarakat
aceh. Tokoh ini berhasil menyamar dengan menggunakan nama Abdul Gofar dan berhasil menyelidiki
kelemahan masyarakat aceh.
Setelah berhasil mengetahui kelemahan rakyat Aceh, belanda melalui Dr. Snouck Hurgronje
memerintahkan untuk menggunakan kekerasan dan dan pengelompokan lapisan masyarakat dalam
menyerang rakyat aceh. Namun Jendral Deyckerhoff tidak mengindahkan usulan ini.
Jendral Deyckerhoff lebih memilih untuk menggunakan strategi politik divide et impera untuk
mempengaruhi Teuku Umar. Akan tetapi, belanda sendiri lah yang malah tertipu dengan strategi
tersebut.
Teuku Umar memanfaatkan keadaan tersebut untuk menipu belanda dan mengambil senjata belanda. setelah
mendapatkan senjata dari belanda, Teuku Umar menggunakannya kembali untuk menyerang balik penjajah
belanda.
Seperti itulah Teuku Umar mendapatkan kembali Meulaboh.
TOKOH-TOKOH PAHLAWAN PADA
PERANG ACEH

Teuku Umar
Teuku Umar adalah pahlawan Aceh yang mencetuskan perlawanan terhadap perluasan wilayah kolonial Belanda ke tanah Aceh.
Pada saat peperangan berlangsung beliau berada dibawah kepemimpinan panglima Teuku Cik Ditiro.
Suami Cut Nyak Dien ini lahir di Meulaboh pada tahun 1854, dan meninggal tanggal 11 Februari 1899 karena tertembak pada
pertempuran yang terjadi dini hari.
Teuku Cik Ditiro
Teuku Cik Ditiro adalah pahlawan Aceh yang sangat tangguh. Bukti ketangguhannya terlihat ketika angkatan perang Sabilya
yang dipimpinnya telah berhasil merebut beberapa wilayah dari tangan musuh.
Pahlawan yang lahir pada tahun 1836 ini memiliki nama kecil Muhammad Saman. Pada tahun 1891 pahlawan yang kerap
dipanggil dengan nama Teuku Cik Ditiro ini meninggal karena memakan makanan yang yang telah diberi racun oleh seorang
wanita.
Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien adalah salah satu sosok pahlawan wanita yang memberikan inspirasi bagi kaum wanita hingga sekarang ini.
Meski seorang wanita, beliau juga ikut berjuang untuk membela tanah airnya dari penjajahan Belanda.
Wanita yang lahir di Aceh tahun 1848 ini meneruskan perjuangan suaminya Teuku Ibrahim Lam Nga yang meninggal dalam
pertempuran. Setelah suaminya meninggal Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar dan melawan belanda bersama -sama.
Setelah berhasil merebut salah satu wilayah dari tangan belanda, Teuku Umar pun juga meninggal dalam pertempuran saat
perang pada dini hari.
Lalu setelah Teuku Umar meninggal, Cut Nyak Dien melanjutkan pertempuran melawan Belanda bersama dengan pasukan
yang tersisa. Namun pada akhirnya Cut Nyak Dien tertangkap oleh Belanda lalu diasingkan ke tanah Sumedang dan di tahan di
situ hingga akhir hayatnya.
TOKOH-TOKOH PAHLAWAN PADA
PERANG ACEH

Teuku Nyak Arief


Lahir pada tanggal 17 Juli 1899 di Banda Aceh, Teuku Nyak Arief merupakan orator ulung yang sering melakukan
gerakan bawah tanah dalam melawan Belanda sejak usia muda. Teuku Nyak Arief juga rela mengorbankan harta
bendanya demi membiayai kebutuhan perang.
Semangat juangnya yang tinggi membuatnya banyak melakukan gerakan di bidang politik dan pendidikan. Ia juga
membantu anak tidak mampu yang cerdas untuk mengenyam pendidikan.
Sebelum wafat, ia sempat diangkat sebagai residen Aceh (sekarang setara dengan Gubernur) oleh pemerintah Pada 3
Oktober 1945. Teuku Nyak Arief ini wafat pada tanggal 4 Mei 1946.
Teuku Muhammad Hasan
Teuku Muhammad Hasan juga termasuk salah satu Tokoh Aceh lainnya yang juga memberikan kontribusi saat
perang Aceh terjadi.
Lahir di Pidie, Aceh pada 4 April 1906, Teuku Muhammad Hasan juga merupakan pejuang kemerdekaan indonesia
dan gubernur Sumatera utara pertama setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya.
Setelah menempuh pendidikan di Belanda, Teuku Muhammad Hasan pulang ke tanah air lalu beliau aktif bergerak
di berbagai bidang terutama bidang pendidikan. Teuku Muhammad Hasan ini wafat di Jakarta pada tanggal 21
September 1997.
Sultan Iskandar Muda
Walaupun tidak ada hubungan dengan konflik atau perang Aceh yang pecah setelah Traktat Sumatera
ditandatangani, Sultan Iskandar Muda juga termasuk tokoh Aceh yang mempunyai cukup banyak jasa untuk tanah
kelahirannya tersebut.
Sultan Iskandar Muda Lahir tahun 1593 di Banda Aceh, beliau merupakan sultan yang paling besar dalam masa
kesultanan Aceh. Masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda berlangsung sejak 1607 hingga 1636, dimana pada
masa itu Aceh mencapai puncak kejayaannya.
SEKIANNNNN TERIMAKASHI
#CAVENDIS

Anda mungkin juga menyukai