Anda di halaman 1dari 2

B.

Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar belakangi dalam perlawanan tersebut?
2. Bagaimana strategi yang dilakukan di setiap daerah untuk melawn Belanda?
3. Siapa tokoh yang paling berperan dalam perlawanan tersebut?
4. Bagaimana proses dan akhir dalam perlawanan tersebut?

C. Tujuan
Supaya kita dapat mengetahui betapa susah nya para pejuang yang peduli akan keadaan bangsa
Indonesia untuk mengusir para penjajah agar bangsa Indonesia mendapatkan Hak mereka yang
telah di rampas.

BAB II
PEMBAHASAN
D. Latar Belakang Terjadinya Perlawanan
Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak
menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda berambisi
mendudukinya. Sebaliknya, orang-orang Aceh tetap ingin mempertahankan kedaulatannya.
Sampai dengan tahun1871, Aceh masih mempunyai kebebasan sebagai kerajaan yang merdeka.
Situasi ini mulai berubah dengan adanya Traktrat Sumatra (yang ditandatangani Inggris dengan
Belanda pada tanggan 2 November 1871). Isi Traktrat Sumatra 1871 adalah pemberian
kebebasan bagi Belanda untuk memperluas daerah kekuasaan di Sumatra, termasuk Aceh.
Sehingga Traktrat Sumatra menjadi ancaman untuk Aceh. Karena itu Aceh berusaha
memperkuat diri, yakni mengadakan hubungan dengan Turki, Konsul Italia, bahkan dengan
Konsul Amerika Serikat di Singapura. Tindakan Aceh sangat mengkhawatirkan pihak Belanda
karena tidak ingin adanya campur tangan dari luar, Belanda memberikan ultimatum, namun
Aceh tidak memperdulikannya. Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda memaklumkan perang
kepada Aceh.
E. Tokoh/Pemimpin Perang
a. Teuku Cik Ditiro: Melawan pemimpin van der Heyden ketika menyerah Aceh besar.
Teuku Cik Ditiro gugrur di tahun 1891
b. Teuku Umar: Berlanjut di tahun 1893, Teuku Umar melakukan penyerangan. Selain itu,
Teuku Umar berhasil lolos dari tawanan, kemudia gugur di Meulaboh pada 11 Febuari
1899.
c. Sultan Daud Syah dan Panglima Polim: Kedua tokoh tersebut melakukan perlawanan
sampai akhirnya dipaksa menyerah pada Belanda.
d. Cut Nyak Dien: Tokoh tersebut termasuk Pahlawan Nasional dari Aceh. Cut Nyak Dien
melanjutkan perjuangan sang ayah melawan Belanda. Sampai akhirnya Cut Nyak Dien
dan pengikutnya di tangkap pada 7 November 1908 dan diasingkan ke Sumedang, Jawa
Barat. Tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dien meninggal di tempat pengasingan.
e. Cut Meutia: Tokoh tersebut juga termasuk Pahlawan Nasional dari Aceh. Cut Meutia
melakukan perang gerilya dan spionasi melawan Belanda ditahun 1901. Suaminya, Cik
Tunong dijatuhkan hukuman tembak mati oleh Belanda. Setelah suaminya tewas, Cut
Meutia tetap melanjutkan perang bersama Pang Nanggroe. Perlawanan tersebut berakhir
pada tanggal 25 September 1910. Setelah Pang Nanggroe meninggal dunia, Cut Meutia
tetap mengikuti perang gerliya. Pada 25 Oktober 1910, Cut Meutia wafat di medan
perang.
F. Proses dan Akhir Perlawanan
a. Awal Perlawanan
Sebelum terjadinya peperangan, Aceh telah melakukan persiapan-persiapan. 3.000 orang
dipersiapkan di sepanjang pantai dan 4.000 orang dipersiapkan di lingkungan istana. Pada
tanggal 5 April 1873, pasukan Belanda di bawah pimpinan Mayor Jendral J.H.R. Kohler
melakukan penyerangan terhadap Masjid Raya Baiturrahman Aceh. Pada tanggal 14 April 1873,
Masjid Raya Aceh diduduki oleh Belanda dengan pengorbanan besar, yakni tewasnya Mayor
Jendral Kohler. Setelah Masjid Raya Aceh berhasil dikuasai oleh Belanda, maka kekuatan
pasukan Aceh dipusatkan untuk mempertahankan istana Sultan Mahmuh Syah.
Serdadu Belanda bergerak untuk menyerang istana kesultanan, dan terjadilah pertempuran di
istana kesultanan. Dengan kekuatan dan semangat, para pejuang Aceh mampu bertahan,
sehingga Belanda gagal menduduki istana. pada akhir tahun 1873, Belanda mengirimkan
ekspedisi militernya lagi secara besar-besaran di bawah pimpinan Letnan Jendral J. Van Swieten
dengan kekuatan 8.000 orang tentara. Pertempuran dimulai lagi pada awal tahun 1874 yang
akhirnya Belanda berhasil menduduki istana kesultanan. Sultan beserta para tokoh lainnya pergi
dari istana dan tetap melakukan perlawanan dari luar kota. Pada tahun 1904, Sultan Aceh dipaksa
untuk menandatangani Plakat Pendek yang isinya sebagai berikut.
1. Aceh mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya.
2. Aceh tidak diperbolehkan berhubungan dengan bangsa lain
3. Aceh mentaati oerintah dan peraturan Belanda.
b. Akhir Perlawanan
Setelah kematian beberapa pemimpin pejuang Aceh, Rakyat Aceh semakin melemah. Perjuangan
rakyat Aceh kemudian dipimpin oleh Cute Nyak Dien bersama Pocut Baren. Strategi Belanda
kembali berhasil dengan melemahkan rakyat Aceh dari dalam yang dilakukan oleh Snouck
Hurgronje. Akhirnya perjuangan rakyat Aceh terhenti yang disebabkan penangkapan dan
pengasingan Cyt Nyak Dien oleh bangsa Belanda. Perlawanan dilanjutkan kembali oleh Sultan
Muhammad Daud Syah dan Panglima Polim, namun mereka semakin terdesak hingga akhirnya
Panglima Polim menyerah dan terpaksa menandatangani perjanjian Plakat Pendek yang
menandai akhir perlawanan rakyat Aceh.

BAB III PENUTUP


G. Kesimpulan
Latar belakang Perang Aceh, yang utama yaitu adanya Imperialisme Barat yang berlomba-lomba
menguasai Asia Tenggara, terutama Belanda yang melakukan “Politik Pax Neerlandica” serta
anggapan dunia luar bahwa keamanan pelayaran ada dibawah tanggung jawab Belanda. Faktor
inilah yang merupakan latar belakang pokok mengapa Belanda berkeinginan menguasai Aceh.
Perang Aceh dibagi menjadi tiga periode, Periode Perang I (1873-1880), Periode Perang II
(1880-1890), dan Periode Perang III (1890-1904). Berakhirnya Perang Aceh ditandai dengan
penandatanganan Plakat Pendek oleh Sultan Sigil dan Panglima Polim.
H. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana susahnya pejuang
Indonesia zaman dahulu untuk merebut NKRI dari tangan para penjajah, dari bertaruh nyawa
maupun harta. Jangan lupakan jasa pahlawan yang telah gugur dalam membela Indonesia dan
semoga kita bissa mengambil nilai-nilai luhur dari mereka.

Anda mungkin juga menyukai